Sengketa Perairan Ambalat

Sengketa perairan dengan negeri jiran Malaysia kembali terjadi. Setelah pulau Sipadan dan Ligitan jatuh ke Malaysia, kini Malaysia mengklaim blok Ambalat sebagai milik mereka. Ambalat adalah sebuah blok yang kaya akan sumber daya minyak. Ambalat diklaim oleh pihak Malaysia setelah pengadilan Internasional memberikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia. Yang unik adalah pengadilan Internasional membuat keputusan tersebut karena pihak Malaysia terlihat ‘serius’ untuk memiliki Sipadan dan Ligitan. Sedangkan Indonesia sendiri sudah ‘serius’ mengelola blok Ambalat sejak tahun 80-an tanpa ada protes dari pihak Malaysia.

Indonesia harus belajar dari pengalaman kasus Sipadan dan Ligitan. Pada waktu itu pihak Malaysia terus membangun fasilitas-fasilitas di Pulau Sipadan tanpa mempedulikan mahkamah Internasional yang menginstruksikan kedua belah pihak untuk tidak ‘menyentuh’ Sipadan dan Ligitan sampai ada keputusan. Indonesia mengikuti instruksi tersebut, sedangkan Malaysia tidak menggubrisnya dan bahkan menjadikan Sipadan sebagai daerah tujuan wisata. Akhirnya Sipadan dan Ligitan jatuh ke tangan Malaysia karena Indonesia dianggap tidak menunjukkan sikap ketertarikan kepada Sipadan dan Ligitan.

Pada kasus Ambalat, Indonesia berada di atas angin karena sudah mengeksploitasi daerah tersebut sejak tahun 80-an. Ini tentunya menunjukkan keseriusan Indonesia untuk mengelola daerah tersebut. Selain itu, Indonesia memiliki keuntungan karena merupakan negara kepulauan yang memiliki hak-hak yang tidak dimiliki oleh negara pantai seperti Malaysia. Klaim Malaysia sendiri baru diketahui dunia akhir-akhir ini dari perjanjian dari Malaysia untuk menyerahkan penggalian sumber daya minyak di sektor Ambalat kepada Shell.

Indonesia juga harus belajar dari pengalaman kasus Timor Leste. Pelajaran yang berharga adalah bahwa negara tetangga akan melakukan apapun untuk memperoleh minyak Indonesia. Saat itu Australia mendukung kemerdekaan Timor Timur atas nama hak asasi manusia. Namun belakangan Australia menusuk dari belakang dengan mengambil alih sebagian besar sumber daya minyak, sumber daya alam satu-satunya milik Timor Leste. Kini Timor Leste menjadi salah satu negara termiskin di dunia.

Yang dilakukan pemerintah dengan mengirim armada kapal perang dan pesawat tempur ke daerah lokasi konflik menurut hemat saya adalah hal yang benar, karena itu menunjukkan keseriusan kita untuk mengelola Ambalat. Sayangnya tindakan ini diartikan sebagai pemicu konfrontasi oleh sebagian penulis blog dari Malaysia. Padahal kalau kita lihat bersama, Malaysia pun melakukan hal yang sama dengan mengirim kapal perang dan pesawatnya ke daerah konflik.

Selain dengan Indonesia, Malaysia juga pernah memiliki sengketa wilayah dengan Thailand. Masalah ini bisa diselesaikan kedua pihak dengan mengelola daerah tersebut bersama-sama. Selain itu, Malaysia juga memiliki sengketa yang belum selesai dengan Brunei Darussalam, lagi-lagi juga bertemakan minyak. Belum termasuk sengketa rumit kepulauan Spratly yang melibatkan tak kurang dari 6 negara.

Bagaimana dengan suasana di Internet? Dari pihak Indonesia, banyak penulis blog yang bersikap nasionalis dengan seruan-seruan untuk mempertahankan Ambalat dengan berbagai macam cara (termasuk saya :P ). Sedangkan dari pihak Malaysia, sepertinya para penulis blog dari Malaysia seperti tidak tahu akar permasalahan kasus ini, yang mereka tahu hanyalah bahwa Indonesia adalah bangsa yang suka berperang :P. Berbeda dengan penulis blog Malaysia, penulis blog Indonesia jauh lebih aktif dalam melakukan penyelidikan-penyelidikan terhadap kasus ini.

Hai Malaysia! Indonesia hanya tertarik untuk mempertahankan teritorialnya. Terbukti pada kasus Sipadan dan Ligitan, sikap lunak yang kooperatif bukanlah solusi, tetapi hanya akan menjadi sebuah malapetaka. Sikap yang benar adalah bersikap tegas, tetapi dengan tetap membuka jalan diplomasi. Hal itulah yang dilakukan Indonesia saat ini. Jangan cuma melihat pengiriman kapal perang dan pesawat tempur saja, tetapi lihat juga latar belakang kejadian tersebut.

70 comments

  1. Malaysia ngembat Ambalat elo Kualat!!!!

    Lagi TKI Indonesia diperkosa dan dianiaya majikan di Malaysia!!!!
    TKI diperkosa dan dianiaya!!!!

    Malaysia manggil bangsa kita INDON!!!!! Liat aja di koran2 Malesy kita dibilang INDON(s). Sampe dibilang presiden INDON… Negara mana tuh INDON???? Ada yang tau gak? Kekekeke…

    Kita manggil bangsa mereka aja gak disingkat2
    Apa mau kita panggil Hei bangsa Malesy…. kau bangsa peMALESY, PENINDAS, LICIK, PENGHISAP DARAH!!!!

    Elo kagak mikir kalo keluarga encik2 diperlakuin seperti binatang, diperkosa, dicambuk??? Kenapa tidak orang Melayu saja yang jadi buruh kerja di tempat kotor membangun BUILDING??? MEmang peMALESY

  2. dari sabang sampai merauke
    berjajar pulau-pulau
    sambung menyambung menjadi satu
    itulah endonesa …..

    saya lahir diera 70-an ga pernah tahu
    secara jelas batas-batas wilayah endonesa

    saya pernah bertanya pada tentang supersemar, g30spki, di/tii, permesta, aneksasi timor leste, kmb, dwikora, gam, prri, ris, dan banyak kejadian masa lalu … tapi ga ada jawaban yang jelas ….:(

    benarkah endonesa dibangun atas mitos, demi menutup sejarah kelam masa lalu ?

    bahtiar
    (generasi endonesa tanda tanya)

  3. nah… ini baru keluar…
    saya nunggu komentar dari mas priyadi loh… :D
    sekarang lagi nunggu komentar dari mas jay….

    hidup indonesia..!!

  4. Disini berita Ambalat ditutup-tutupi. Potong sana potong sini. Banyak orang Malaysia yang tidak tahu soal krisis Ambalat. Harusnya mereka sadar Indonesia itu bangsa yang gigih merebut dan mempertahankan kemerdekaan bukan hanya diberikan.
    Maju tak gentar!

  5. Halo kang Priyadi… salam kenal. :D
    Setuju ama kang Priyadi! Dukung gerakan “Ambalat belongs to Indonesia” ya. Ikutan pasang banner-nya. Liat blog saya untuk info lebih lanjut. Thanks.

  6. Ganyang Malaysia!!™
    ngapain kasih hati :P

    Pri, kalo Malaysia minta tukar guling ama TKI gimana? :D

  7. Ganyang?
    pasti cuma trend sesaat. Kasih ajalah itu pulau, kesian mereka ga punya pulau kita pulaunya masih banyak. Kecuali kalau hasil pulaunya ga diembat sama koruptor sih baru deh ganyang. kalo masuknya ke tikus2 indones juga sih, ganyang aja indonesnya, jangan malesianya.

  8. Pingback: Dudi
  9. Setuju sih setuju aja mempertahankan Ambalat. cuma… kok kaya’ balik ke zaman Soekarno lagi demen Nefo-Oldefo ya?

    Komando Ganyang Malaysia itu apa rasional bila dipopulerkan? Kok kayaknya sekasar itu? Apa kita “nyerang” pemerintahannya atau keseluruhan bangsa Malaysia? Lagian, meski Malaysia itu negara plural, serumpun bangsa.

    *Jadi ingat dengan acara lama: Titian Muhibah – Senada Seirama-nya TVRI* :)

    Saya juga ndak suka dengan sikap main caplok main klaim gitu. Tapi ndak berarti saya mau juga untuk ikut2an bilang “AYO GANYANG MALAYSIA!”. Objektiflah mengamatinya. Lagipula, meski kita panas, meski kita marah, kayaknya sekarang ini justru saat kita lihat kembali, apa iya militer dan elite bangsa kita lebih nasionalis dari rakyatnya sendiri. Pengalaman selama ini mengajarkan bahwa yang nasionalis itu justru rakyat sendiri, bukan pemerintah atau militer. :(

    Jangan giliran gini ngomong nasionalis, lagi enak rakyat sendiri digebuki :( Bukannya jaman Soekarno juga gini.. kirim milis, militer, sukarelawan untuk KOGAM, giliran ditangkap, dibunuh, disiksa… Soekarnonya anteng aja. (Anyway.. kerabat saya salah satu yang ngalami ini :( ).

    Jadi.. walo saya juga serukan : “JANGAN LEPAS AMBALAT LAGI!!!”, tapi.. mari lihat dan pikir objektiflah. Kayaknya gak salah kalo kita (dikatakan) bangsa yang suka perang. Sesuku-senegara saja ribut (separatis di tanah kami, Aceh; keributan di Maluku, pemberontakan di Papua… bad records! ).

    Well… elite sama militer? Apa aksi kalian? Wait and see and asking all the peoples to prepare for the war? :D

  10. #15: Saya juga gak setuju dengan ‘Ganyang Malaysia’, karena perkataan itu sangat sensitif untuk orang Malaysia. BTW, ada beberapa komentar yang sengaja nggak saya loloskan, karena terlalu ‘kasar’, jauh lebih kasar daripada komentar-komentar yang ada di sini.

  11. Kamu orang ini sudah tidak ada kerja lain mahu buat ka? Kami orang Malaysia ada maruah dan harga diri, walau kamu orang provoke dengan cara apa sekalipun, membakar bendera kami, merosakkan pagar di depan kedutaan Malaysia, demonstrasi dengan slogan “Ganyang Malaysia” blah blah blah, tapi kami tidak bertindak balas. Bukan kerana kami tidak bersikap nasionalis atau patriotik atau takut, tapi kami bersikap rasional dan lebih bertamadun. Kami tidak membakar bendera negara lain, tidak memijak bendera negara lain. Kami juga tidak menjadi hacker seperti kamu orang. Kami boleh bersikap sabar, selagi tidak diputuskan hak milik siapa blok gas itu, kami tidak akan bertindak diluar undang2. Media kamu juga tidak bersikap adil dalam membuat laporan, lebih kepada laporan berunsur provokasi. Kami tahu apa agenda media kamu. Apa apa pun, kita tunggu dan lihat saja.

  12. malaysia tidak takut dengan indonesia
    indonesia sangat kurang ajar
    bakar bendera malaysia

    stupid to those who hack malaysian websites
    with slogan “Ganyang Malaysia”
    sangat kurang ajar
    tidak hormati negara jiran

  13. Malaysia are rational
    dont like to flame each other
    and we prefer peace rather than war

  14. masalah ambalat ini memang pelik and sensitif tapi jangan sampai terjadi perang apalagi sampai timbul pihak ke-3 .satu lagi janganlah sampai perang or jatuh ke pihak PBB ,soalnya ada desas desus di dunia cyber k’lo biang keladinya adalah pihak perusahaan asing yang ada di ambalat. tapi ini baru isu ,namun sebagai ketakutan jika ini ada permainan politik luar negeri yang mau bagi hasil dgn salah satu pemerintah konflik ambalat. ingat indonesia dgn malaysia udah tetanggaan puluhan tahun jangan sampai rusak hanya karena rasa tamak or serakah

  15. saya blogwalking, dimana-mana Malaysian people posting tanpa identitas yang jelas, minimal email atau URI.

    Kenapa ya?

  16. Pingback: Screenshots...
  17. #21: hehehe, orang indonesia lebih banyak lagi, tapi sengaja gak saya lolosin di sini, kebanyakan kata-katanya cuma bikin malu aja :)

  18. Do you guys really want to be calculative???

    In 2004, Malaysia’s trade with Indonesia amounted to US$7.3 billion, with export valued at US$3.1 billion and import US$4.2 billion.
    In respect of investment, approved Indonesian investment in Malaysia’s manufacturing sector in 2004 was valued at US$22.8 million.
    At the same time, Malaysia is emerging as an important investor in Indonesia with total approved investment in 2004 amounting to US$461.5 million.
    I have not googled the flow of Malaysian money to Indonesia via illegal and legal immigrants, maybe you guys can figure that out for us, and while you are there, what about other charities such as tsunami aid.
    Now how much is Ambalat worth??
    Now how much is the Malaysian Flag worth??..
    Lastly,… how much is PEACE worth?? my guess is..PRICELESS.

  19. PEACE MAN! kenapa sekarang kok malaysia berani-beraninya mengklaim pulau-pulau di Indonesia? kalau memang itu milik malaysia kenapa tak dari dulu saja mengaku? semenjak jaman orde lama atau orde baru? justru sekarang ketika Indonesia sedang kacau-kacaunya. Seharusnya Malaysia sudah merasa puas dengan memenangkan dua pulau sipadan dan ligitan.

  20. Malaysians,
    Don’t you really know that Ambalat is worth much more than all of Malaysian investments in Indonesia put together with export and import values??? Don’t you really know that your government have long time plan this claim step by step by putting first your unidentified investment in Sipadan Ligitan in order to have those islands, and then from those islands your government want to claim Ambalat?? Don’t you even know that Ambalat is worth much more even than all of Indonesian debts?? Your all investments, exports imports, and all of your “pamrih” donations are NOTHING compared to Ambalat… so tricky Malaysian government…

  21. 24: iya, maksudnya itu Malaysian/Indonesian people :).

    Kok, sekarang ini setelah cyberwar malah ada commentswar :), padahal udah jelas-jelas dengan identitas pun kita bisa ‘perang’ dengan enak. Kayak di http://fendra.blogsome.com malah tambah gila anonymous posternya.

  22. masalah kedaulatan bukan msalah yang enteng, saudara. Kami bisa begitu “sangar” bukan karena kami tidak punya otak. Kami telah merasakan pedihnya penjajahan dan kemerdekaan kami bukan “diberikan” begitu saja oleh bangsa lain, namun kami berjuang sampai titik darah penghabisan untuk kebebasan kami. itulah mengapa masalah tanah bisa menjadi masalah kepala bagi kami. apa pun cara kami atau pun saudara-saudara kami, itu adalah demi membela hak-hak kami sebagai bangsa yang berdaulat.
    kedaulatan adalah harga mati yang tak bisa ditawar-tawar lagi!

  23. malaysia telah lama mengklaim ambalat sebagai wilayahnya.semenjak tahun 1979 lagi.

  24. Dari Kompas:

    Karena sudah biasa “prihatin” saat melakukan patroli bersama dengan prajurit Malaysia, prajurit-prajurit TNI kelihatan jauh lebih andal dan tangguh. Mereka tidak suka repot-repot membawa makanan dan minuman, tetapi memanfaatkan buah-buahan yang tersedia di hutan dan minum dari akar pohon yang menjalar.

    Sebaliknya, prajurit Malaysia membawa minuman dan makanan dalam kaleng. Akibatnya, selain berat, bawaan itu juga membuat cepat lelah dan mengurangi kelincahan gerak pasukan.

    “Tentara Indon memang nekat saat masuk hutan. Mereka menggosok buah atau daun ke tangan dan jika kulit tidak merah atau gatal, berarti aman untuk dimakan. Jika buah dimakan ulat, berarti buah itu bisa dimakan,” tutur seorang prebet Malaysia yang kagum sekaligus ngeri melihat ketangguhan prajurit TNI.

  25. kamu semua! jangan bergaduh sesama sendiri, kelak saya takut negara kita(malaysia n indonesia) menjadi jajahan amerika dan sekutunya.. kita tidak mahu terjadi seperti berlaku di iraq…

  26. Anyone else speaks english in here? I’ll start of with this : If indonesians are so sure that ambalat is theirs, why can’t they just refer this matter to the ICJ? are they afraid of the outcome, losing another island yet again? If there are no operators on sipadan and ligitan, illegal fishing will flourish in that area and the flora and fauna will be deteriorating so soon and before you know it, it will be gone.

    Now this : Why do the residents in indonesia have to chant slogans such as ganyang malaysia, burn flags, stomp on them, threaten the safety of malaysian students in the country etc? is that your so called ‘nationalism’? For christ’s or allah’s sake, if you guys have so much time on your hands, please do something about the corruption level and the slow advancement of your economy. Indonesians aren’t stupid people, it’s just that some(a large part) of them are irrational, emotional and LAZY. I have an indonesian maid at home, and from what she has told me about indonesian males, i don’t really have much respect for them.

    Lastly : Wanna talk about TKI in malaysia being sent back, unpaid wages, workers being abused etc. ? You have your points, but have you people ever thought otherwise? A big part of the TKIs come here illegally, and most of them are hired by the private sectors.. To pay or not to pay, it’s the private sectors decision, it’s their problem, and there’s no use blaming the government. And being sent back? THINK people, THINK! they are illegal immigrants, not just malaysia, WHICHEVER country they go to, they will be sent back, so stop crying bout being sent back and start thinking of how to enter malaysia legally again(the gov has set up some system of illegals entering m’sia legally again). Maids being abused : these are isolated cases where mentally unstable or irrational employees abuse their maids, and are even condemned by the rest of us Malaysians, so what have you to say? It’s not the general public that’s abusing them, THEY ARE ISOLATED CASES as i have said, so stop whining. Did we ever say wanna ganyang indonesia, burn indonesian flags, raise a hoo-ha when indonesians commit crime here in malaysia? Snatch thefts, robberies, fights, whatnot.. If you wanna calculate on those stuff, you guys have caused more trouble here than we to you. There was also news of indonesian maids kidnapping employers’ children. Did we make noise, hold demonstrations? NO.

    All in all, what you think is not always right. Just leave the negotiating to our leaders, it’s what they are elected for. If worse comes to worse, just refer it to the ICJ. So stop volunteering to become some sorta jihadis, instead, if you guys are nationalistic as said, volunteer to increase production or whatever(i dont see volunteers to work, just volunteers to fight). I’m out, but i may be back. Peace.

  27. Aku tidak setuju dengan post yang ke-2, pekerja indonesia lebih byk menzalimi rakyat malaysia dari rakyat malaysia menzalimi pendatang indonesia… cuma kami tidak heboh2 macam media negara indonesia yang suka buat kecoh… pekerja indonesia yang datang di malaysia bukan sahaja tidak hormat kepada rakyat malaysia malah pendatang indonesia lebih banyak memperkosa rakyat malaysia, membunuh, merompak dan sebagainya.. kamu orang indonesia tidak pernah bersyukur diberi pekerjaan masih nak melakukan masalah di negara Malaysia, tapi kamu semua tidak tahu sebab media kamu berat sebelah tak pernah memberi maklumat tentang ini, tapi jika orang kamu dianiyai media kamu macam ‘batu api’ menghasut rakyat indonesia dan memburuk-burukkan malaysia.

    Mengenai dengan Ambalat pula, biar saja kedua-dua pemerintah berbincang mengenainya, kita sebagai rakyat tidak berhak, kamu kamu sudah memilih president kamu menjadi president biarlah dia yang menentukan masalah negara kamu, kamu sendiri yang pilih dia kenapa kamu tak percaya sama dia? Atau kamu bising-bising ni kamu sendiri nak jadi president?
    Kamu orang cuma tahu berperang saja, tunjukkan kekuatan, keberanian dan keegoaan kamu sahaja. Peperangan merupakan jalan terakhir. Nampak sangat kamu tidak pandai mengunakan otak dan hanya tahu mengunakan fizikal seperti berperang nak membuat kacau. Biarlah president kamu yang menentukan perang atau tidak dan hala tuju negara kamu. Kamu susah apa? banyak lagi perkara yang lebih berfaedah dari tunjuk bantahan di depan keduataan malaysia. Atau kamu sudah tiada kerja? Kita sesama jiran buat apa berperang. Kita selesaikan secara rundingan sudah la. Kamu suka menfinah2 yang bukan2, kamu berada disitu seperti katak dibawah tempuruh. Sedarlah saudara jangan menuduh yang bukan-bukan dan nak tunjuk kekuatan tentera kamu. President kamu sendiri tak cakap macam tu, kenapa kamu bernai sangat cakap macam itu?

  28. I’m not speak in english but in my beloved language Indonesia but caused of one posting so I write my comment here especially for U:
    First, stay back from our business of corruption level and the slow advancement,let’s we taake care about that. Thank’s for your attention about it but do not connect the corruption with Amabalat :) Yes there are corruption in our country so what…malaysian can touch and take our land??

    Indonesia had own Ambalat for along years ago why today malaysia wants that island? For steal oil?? /*poor….*/

    Nationalism is respect to our country and ready to prevent and defence, if you watch the television about ganyang or burn the flags that all the reaction of Malaysian action. The pyshics study..there will be reaction if there was action, OK!

    And so with the TKI, all right there are alot of illegal employee in malaysia. You hate it? But why malaysian people give them job? We heard much disaster of TKI here than people malaysian punish caused of their crime to TKI!
    We heard a few TKI will punish with dead but I am not hear yet there is any malaysian people punish with the same punishment caused of their crime to TKI? CMIIW

    Malaysia sent back our TKI cause they illegal..accepted….but where is the law for your citizen that accept our illegal worker??
    You can’t just blame us for our illegal workers remember this happened not once…make law for your citizen too Malaysia…you’re not the holy country and we always fault?? Correction each other more accepted!!

    Listen carefully…CLEVER, DILIGENT, SMART, LAZY,etc not just in Indonesia people, in every country you can find people some kind like that. Perhaps in Malaysia always perfect people there :)
    We are not LAZY and I’m not LAZY pleaase correct your mind.

    I’m sorry for my english, I do my best
    For me no International Conference for Ambalat
    Shut Up!! Get Back, Keep stay away from ambalat Malaysia!!!!

  29. Not me but my great grandfather, he came from Sumatra a long time ago. Does that makes me an Indon? NO WAY ! I do not want to be associated with that disorganised, poverty torn, top ranking corrupted nation.

    Sipadan & Ligitan was lost because of your own wrong doing. You never cared. Under Malaysia, I am sure the people of those two islands have prospered and life is a far cry from their Indon counterparts. If you think you are unable to administer your islands you might as well give it to us. Do justice to your people, don’t let them go on living in hardship.

    To most of us Indon = Trouble. You don’t blend at all to our culture. We find it hard to accept you into our society. You work hard, yes, but you are not honest, cannot be trusted.

    If I were you, I would have thanked the Malaysian government for salvaging Ambalat.

  30. Well, malaysian, few of them I thought are right in conveying that Indonesian people should not be this emotional. Indeed that nationalism is a ppositive point of citizen every country. But even Im Indonesian, I dont think it is a wise way to burn Malay flag, even to declare 2be voulentere to fight for ambalat. In my consideration, what we have to do is just let the governtment solve it, I believe, president and all the parlements they wont let ambalat fade away.
    Even if it come to worst decision, We have enough army, no need 2B a voulentere, coz it’s not years B4 1970 which our country don’t have an organized army. Please no more burn malaysian Flag. I also absolutely not agree an course… people who burn SITI NURHALIZA picture here in YOgyakarta, THATS THE MOST STUPID THING REG THIS CONFLIG…” sadarlah DAB…, what siti nurhaliza do sampai kalian bakar fotonya…, dont B that silly!!!! Kalian orang terpelajar, harusnya bisa sikapi dengan wise,OK!.

    Buat SBY…,
    1. please selesain ambalat dengan baik, with peace or war!!
    2. Please, anda sebagai Top of leader, bicaralah di depan rakyatmu dan disiarkan kepada seluruh Stasiun TV, agar rakyatmy dengar…, katakan pada mereka u/bersikap wise…, dont be over reacted. Buat mereka percaya kalau andapun tidak menginginkan ambalat lepas!! tapi pastikan rakyatmu tidak bakar bendera MAlaysia, tidak perlu daftar jadi sukarelawan, apalagi bakar foto siti nurhaliza yangtak ada hubunganya dengan ambalat. TEntu saja sampaikan dengan cara seorang bapak, agar rakyatmu tidak tersinggung, dan merasa anda memang seorang bapak yang bijak dan tidak lemah.
    3.kalau ambalat sudah sellesai ( ambalat malaysia pergi ), tolong bangun negara, mulai dari SDM, pastikan semua anak2 bangsa dapat pendidikan, bilang ke mentri pendidikan anda untuk masukkan jiwa enterpreneur ke kurikulum, biar rakyat indonesia tidak hanya berpendidikan, tapi juga punya jiwa wirausaha, bersikap hidup produktif, bukan konsumtif, hingga lulusan apapun, mereka tidak selalu mengandalkan untuk mencari kerja, tapi menciptakan lapangan pekerjaan!!!
    Biar mereka bisa cari dan dapatkan nafkah di negri sendiri, tak perlu terlunta-lunta di negri orang lain, saya saja malu, harusnya anda juga malu rakyat anda terpaksa harus kluyuran keluar negri cari kerjaan!! JAngan bangga dengan menyebut mereka pahlawan devisa, Anda dan kita semua baru bangga kalau mereka tak perlu keluar Indonesia untuk sesuap nasi dan segala “x”resiko walaupun itu LEGAL.
    Kalau sudah tanamkan hal2 diatas, mudahkan perkreditan rakyat, agar setiap orang yang sudah punya jiwa wirausaha tidak tll susah cari modal, daripada uang negara selalu dikorupsi, GAnyang KORUPSI, agar kebocoran2 dana itu bisa dialokasikan untuk program2 anda.
    sekali lagi, bangunlah SDM, itu modal utama sebuah negara. dan sering2lah lakukan pidato kenegaraan, say hai ke rakyatmu, nyatakan sikapmu, update hasil kerjamu dengan singkat dan jelas. Karena nasionalisme tidak hanya bisa dipupuk dengan adanya COMMON ENEMY seperti sekarang ini, tapi Nasionalisme bisa diarahkan oleh seorang pemimpin yang dekat dengan rakyat, bertindak cepat atas permasalahan2, dan mewujudkan keinginan rakyat, keinginan seluruh bangsa.
    ITu berat…, kata siapa jadi pemimpin bangsa tidak berat??

    OK MAlaysian…, stay away from ambalat, And for all Indonesian…, do not do what u have to do…, be wise!! Our leader wont let Ambalat belong to MAlaysia.. OK!

    PEACE…., NO BURNING FLAGS…., NO MORE WORDS “GANYANG MALAYSIA”…, Just B cooL…!!
    I LOVE INDONESIA…, U LOVE INDONESIA… SO.. LOVE IT WISELY.. OK dab..,
    Banderaz, From Yogyakarta.. with Love

  31. Wow, this BAnderaz is a very rationale person, I salute you Pak !

  32. Maaf peryataan saya yang tadi saya ralat gantinya ini yang benar, maaf ya kedua negara!
    Kami sebenarnya sudah bersabar semenjak kasus sipadan dan Ligitan namun kenyataan lewat jalur PBB akhirnya menjadi milik Malaysia. Padahal selama masa dialog yang diprakarsai setahu yang saya baca di media surat kabar dan elektronik, oleh PBB kedua negara tidak boleh menjamah atau melakukan hal apapun di daerah sengketa . Namun Malaysia melangarnya dengan membangun sarana dan prasarana di daerah sengketa. Dan PBB pun tidak melarangnya dan sialnya lagi bagi Indonesia bahwa akhirnya kedua pulau tersebut menjadi milik malaysia dengan alasan Malaysia sangat berhasrat akan membangun kedua pulau tersebut. Nah seperti keadaan sekarang ini ( Ambalat) Malaysia langsung mengekplorasi minyak di daerah sengeketa tersebut, yang alasanya pun buat kami tidak masuk akal membuat peta sendiri tahun 1970 an. Nah memang menurut malaysia ini benar kok nggak sekalian membuat peta Jawa sekalian jadi wilayahnya. Sedangkan Indonesia mengakui berdasarkan pengakuan oleh dunia International bukan sendiri. Kalau memang di bolehkan besok kami akan buat peta sendiri yang menyatakan seluruh dunia Milik Indonesia. ha ha ha gimana!

  33. to indonesians,
    your president doesn’t want this matter to be referred to ICJ. why? afraid of losing???

    now that both countries have agreed to explore possible avenues for amicable solution, leave the matter to them. if it fails, the matter shall be referred to the International Tribunal for the Law of Sea.

    IN THE MEANTIME, you people, dont provoke. be rational. and RESPECT others!!

  34. To Malaysians (especially no. 36) who speak English (aren’t you so arrogant not using your own language?), well even though I don’t speak pretty good English as you do but I’d like to counter your opinion in English as you wish…(actually I speak both English and French, well also not so fluent but quiet good Dutch and German, beside Bahasa Indonesia, Javanese, and Sundanese.. what I’m doing anyway being so arrogant here, I’m sorry..peace)..

    It’s not only our government who doesn’t want to bring this case to ICJ, Malaysian government is the first one who said that.. (please refer your Bernama)…

    A lot of Indonesians, including me, don’t agree with the slogan of Ganyang Malaysia cried out by some of my countrymen, as well as with the act of burning your flag.. but you couldn’t judge that a large part of my Indonesian fellows are irrational, emotional, and lazy by listening only from your maid and by watching television that shows hundreds of Indonesians take undeliberated actions of protest since they are all only small proportion of Indonesian population (hundreds of 200 millions).. you know it as well if you are educated enough…

    About TKIs who illegally enter and work in Malaysia.. you’ve got your points dude, but please look at other countries as well… in Europe… France, Germany, Holland, England, you name it… if the government finds that a company hires an illegal worker, that company will be punished quiet hard.. and what about companies in your country? Does your government really know nothing about the presence of those illegal workers?? NONSENSE!!! Your government not only do nothing but even informally encourages those companies to employ TKIs!!! and after low wages you gave them for their big participation on your country’s development, your government just kicks them out…ok, fine, no hard feeling since this matter has been handled by both government nicely…

    We are Indonesians know so well our internal problems… and it would be nice if you stay away from telling us what to do… you do have still your own problems of corruption and other typical under-development world problems, right?

    I thank you for your sympathy to our TKIs who have been abused, raped, unpaid, etc… and to all Malaysians, I’d like to express my gratitude to you peoples for your sympathy…

    I personally wish that this Ambalat problem would be settled peacefully… salam dari orang Indonesia yang cinta damai dan sangat mencintai negerinya…

  35. p-man, get a copy of the star.. If you don’t know anything about the abusers which were punished, which were widely publicised in Malaysia, then please shut up. You were saying that employees which bring in TKIs illegally dun get punishment? We have laws regarding that matter, and it’s just punishable by FINE or JAIL TERM. Laws are made to land you a punishment in accordance to the crime you commited, so FINES and JAIL TERM are fine by me, would you be rational? Do you expect people who bring in illegal workers to get the death penalty? Lifetime imprisonment? Ok, you said you are not lazy, fine, point accepted, BUT, the majority of you forced us to stereotype you guys as lazy. I have lots of indonesian friends here in Malaysia, and most of the guys are lazy, except the girls.

    for trims : Dude, cool down. IF you are so sure about what you have said, why can’t your government just present the stated documents to Malaysia or the ICJ? Since you have said that your claims are backed by legal documents, what is there to be afraid of? I am not saying that ambalat belongs to us, i am just trying to stress the point that since you guys have so much ‘proof’ that ambalat is yours, why not just refer to the ICJ? Or get a mediator or an arbitrar to settle the matter? Don’t give me that ‘if indonesians landed on your islands what would u do’ bullcrap, get rational.

    Your media is sensationalising this issue, blew it big when it was small. It’s not that our media doesn’t wanna report bout this, but they just don’t wanna stir up such actions observed in indonesia as of now. Calling for war? Do you guys think that your country can still afford a war? War is not cheap, Malaysia can’t really afford it too. And your air force just have the ability to do air-to-air combat. Your navy is using military technology from the 80s. Both of these are the front line people in war, if you can’t land your troops here, do you think you can ganyang us? I am a peace lover, i love peace, and i am enjoying my life here in malaysia. So, please sit back and relax, leave it all up to our leaders to settle this matter. I don’t wanna be called into active service should war break out(highly unlikely).

    Banderaz, you’re cool. Just gimme a ring if you’re in malaysia and i’ll buy you a cuppa ;]

  36. Malaysia, dalam banyak hal anda belajar dari kami, mengapa anda demikian sombong? demikian lupa daratan? kacang lupa akan kulitnya? coba baca artikel berikut:

    Dari Tempo:

    Memang, perang masih jauh. Apalagi para komandan atau kapten kapal patroli Malaysia itu sebetulnya pernah nyantrik (belajar) juga di Indonesia. Sebut saja Mayor Azeman bin Yusoff, kapten kapal KD Baung. Azeman alumni Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) pada 1999. Begitu juga Commander (setingkat letnan kolonel) Zakaria bin Mansoor, kapten kapal KD Paus, pernah duduk di bangku Seskoal tahun 2001. “Mereka itu murid saya,” kata Marsetio, bekas guru doktrin dan strategi maritim di sekolah komando itu.

  37. INDONESIA VS MALAYSIA or SHELL VS ENI,PERTAMINA VS PETRONAS.
    Kalo dah seperti ini, yang menang pihak mana coba?
    Lebih baik perseteruan ini diselesaikan dengan cara damai dech! karena kalo perang, yang menang tetap Indonesia lah!!!!
    buat para diplomat kedua negara,nggak usah pake mediator asing dech!! Kalian semua koQ mau-maunya dengerin kata-kata mereka sich! Karena mereka bisanya bikin perang aja, bukannya bikin damai!! Masalah ini kan antara Indonesia dan Malaysia, nanti bisa-bisa pulau Ambalat jadi milik pihak asing!!!

    PEACE YES! WAR, WHY NOT!!!

  38. First, Ambalat is belong to God and manage and located in Indonesia, tul ga. dari dulu ambalat memang sudah dikelola Indonesia. Maley cuman mau nyari sesuatu yg signifikan tentang isu ASEAN. Saran Saya buatlah kurikulum beasiswa untuk perbanyak pelajar dan mahasiswa menjadi pelaut atau maritim yang handal dengan memanfaatkan SDM yang ada dengan sungguh-sungguh dengan visi menjaga seluruh kepulauan dan perairan Indonesia tetap didalam Indonesia, bila ada yang mencuri ikan di atas perairan Indonesia tindak tegas jangan diselesaikan dengan jalan singkat di tempat. Selesaikan Tuntas.

  39. Indonesians, be rational. If you want to fight, can you defend your land? Can your economy support a war? Can your government equip the volunteers with weapons?

    We have helped you during the tsunami crisis, even delayed the sending back of illegal immigrants of your country. We are both muslim countries praying to the same allah.

    The conflict in that area CAN be settled through political means. Indonesia is the first country i’ve seen to prefer WAR over PEACE in this instance, for a case as small as this.

    And you indonesians – you’re tricked by your own government. You think your government really wants a fight? NO. They want to divert your attention from the crumbling economy, the tsunami crisis and the rising oil prices. How can you people be so naive?

  40. Assalamu’alaikum,

    Maaf, jangan menyalahkan saya, karena bukanlah saya yang membakar bendera anda dan merusakkan pagar Kedubes Malaysia. Saya juga bukan koruptor dan saya tidak ingin perang apa pun bentuknya.

    Namun, saya juga tidak tahu siapa yang telah menyiksa dan memperkosa para TKI, siapa telah merampok hutan Papua!

    Siapa yang telah memprovokasi kita?
    Bukan saya, bukan kamu, tapi Syetan lah yang melakukannya!

    Saya hanyalah seorang manusia, yang punya agama, martabat dan harga diri. Jika negara anda menyerang kami, saya akan bersedia mempertahankan hak saya dengan mengorbankan harta dan jiwa saya.
    Jika perang memang jawaban, terpaksa kita harus perang, meskipun saya tidak suka perang. Semoga Allah melindungi kita semua. Amiin.

    Wallahu a’lam.

  41. Ambalat, Milik Siapa?

    KITA tercengang saat 16 dari 17 hakim Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) yang memeriksa perkara Pulau Sipadan-Ligitan pada 17 Desember 2002 menyerahkannya kepada Malaysia. Mengapa begitu?
    Indonesia didakwa “tidak” menunjukkan keinginan untuk menguasai kedua pulau itu karena hukum nasional (UU Prp Nomor 4 Tahun 1960) tidak pernah memasukkan pulau itu ke wilayah kita karena tidak pernah ada “penguasaan secara efektif (effectivites/effective occupation)”, baik oleh Belanda maupun Indonesia, sementara Inggris dan Malaysia melakukannya. Padahal, jarak kedua pulau itu lebih dekat ke kepulauan Indonesia dibandingkan dengan Malaysia.
    NEGARA Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) yang sudah lama diperjuangkan di forum internasional. Diawali dengan Deklarasi Djuanda tahun 1957 lalu diikuti UU Prp No 4/1960 tentang Perairan Indonesia; Prof Mochtar Kusumaatmadja dengan tim negosiasi Indonesia lainnya menawarkan konsep “Negara Kepulauan” untuk dapat diterima di Konferensi Hukum Laut Perseriktan Bangsa-Bangsa (PBB) III, sehingga dalam “The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982” dicantumkan Bagian IV mengenai negara kepulauan. Konsepsi itu menyatukan wilayah kita. Di antara pulau-pulau kita tidak ada laut bebas, karena sebagai negara kepulauan, Indonesia boleh menarik garis pangkal (baselines-nya) dari titik-titik terluar pulau-pulau terluar (the outermost points of the outermost islands and drying reefs). Hal itu diundangkan dengan UU No 6/1996 tentang Perairan Indonesia untuk menggantikan UU Prp No 4/1960 sebagai implementasi UNCLOS 1982 dalam hukum nasional kita.
    Namun, dalam UU No 6/1996 itu tidak ada peta garis batas Indonesia, yang ada hanya peta ilustratif. Padahal, menurut UNCLOS 1982, Indonesia harus membuat peta garis batas, yang memuat koordinat garis dasar sebagai titik ditariknya garis pangkal kepulauan Indonesia. Lalu timbul sengketa Sipadan-Ligitan, dan kita tergopoh-gopoh membuat Peraturan Pemerintah No 38/2002, yang memuat titik-titik dasar termasuk di Pulau Sipadan-Ligitan. Sayang, PP itu harus direvisi karena ICJ memutuskan kedua pulau itu milik Malaysia.
    Kini timbul masalah perebutan daerah cadangan minyak Ambalat dan Ambalat Timur (demikian Indonesia menyebutnya) atau blok minyak XYZ (oleh Malaysia). Kedua Negara telah memberi konsesi eksplorasi blok itu kepada perusahaan berbeda. Indonesia telah memberi izin kepada ENI (Italia) dan Unocal (AS), sementara Shell mengantongi izin dari Malaysia. Maka terjadi dua klaim saling tumpang-tindih antara kedua negara bertetangga (overlapping claim areas).
    Klaim tumpang-tindih dari dua atau lebih negara pada dasarnya bukan hal istimewa. Hal ini biasa terjadi di wilayah laut yang berdampingan. Hukum laut memberi hak kepada negara pantai untuk memiliki laut wilayah sejauh 12 mil laut, dan zona ekonomi eksklusif serta landas kontinen sejauh 200 mil laut yang diukur dari garis pangkalnya. Bahkan, untuk landas kontinen jarak bisa mencapai 350 mil laut, jika dapat dibuktikan adanya natural prolongation (kepanjangan ilmiah) dari daratan negara pantai itu. Hal ini menyebabkan banyak negara berlomba mengklaim teritori lautnya sesuai dengan hak yang diberikan hukum laut.
    KONDISI yang kini terjadi di Ambalat tidak dapat dilepaskan dari perebutan Sipadan-Ligitan. Judge (hakim) Shigeru Oda pada Mahkamah Internasional jeli melihat potensi konflik itu dengan menunjukkan, meski keberadaan Pulau Sipadan-Ligitan telah diketahui sejak abad ke-19, namun konflik mengenai kepemilikannya baru mencuat tahun 1960-an, saat kedua negara berselisih paham mengenai batas landas kontinen keduanya.
    Meski Oda termasuk hakim yang memberi putusan kepemilikan Sipadan-Ligitan kepada Malaysia karena alasan effectivites, namun ia membuat pernyataan, “…the present judgment determining sovereignty over the islands does not necessarily have a direct bearing on the delimitation of the continental shelf, which has been a subject of dispute between the two states since the late 1960s”.
    Oda menekankan, saat ini “penetapan batas landas kontinen” lebih ditekankan pada prinsip yang disebut dengan an equitable solution.
    Maka, tindakan Malaysia mengirim kapal perang atau pesawat tempur ke Indonesia, apalagi dengan bonus “menyiksa warga kita yang sedang membangun suar di Karang Unarang” tidak dapat dibenarkan. Karang Unarang adalah suatu low tide elevation (elevasi pasang surut), yang dapat dijadikan titik garis pangkal satu negara. Sebagai negara kepulauan Indonesia berhak mencari titik-titik terluar dari pulau atau karang terluar untuk dipakai sebagai garis pangkal. Itu berarti Karang Unarang yang letaknya di tenggara Pulau Sebatik (bagian Indonesia) berhak dijadikan baselines baru Indonesia, sebagai pengganti garis pangkal di pulau Sipadan dan Ligitan.
    Malaysia adalah negara pantai biasa, yang hanya boleh memakai garis pangkal biasa (normal baselines) atau garis pangkal lurus (straight baselines) jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Karena itu, Malaysia seharusnya tidak menyentuh daerah itu karena ia hanya bisa menarik baselines Negara Bagian Sabah dari daratan utamanya, bukan dari Pulau Sipadan atau Ligitan.
    Jika Malaysia berargumentasi, “tiap pulau berhak mempunyai laut teritorial, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinennya sendiri”, maka Pasal 121 UNCLOS 1982 dapat membenarkannya. Namun, rezim penetapan batas landas kontinen mempunyai specific rule yang membuktikan keberadaan pulau-pulau yang relatively small, socially and economically insignificant tidak akan dianggap sebagai special circumstances dalam penentuan garis batas landas kontinen. Beberapa yurisprudensi hukum internasional telah membuktikan dipakainya doktrin itu.
    Dengan demikian, yang perlu ditentukan kini adalah garis pangkal masing-masing negara. Jika situasi di Ambalat memanas dengan telah berhadap-hadapannya kapal perang dan pesawat tempur kedua negara, Malaysia mengatakan semua bisa dirundingkan, maka itu hanya akan mencapai deadlock jika Malaysia bersikukuh untuk dipakainya peta wilayahnya tahun 1979. Peta itu hanya tindakan unilateral yang tidak mengikat Indonesia. Indonesia telah menolak langsung peta itu sejak diterbitkan, karena penarikan baselines yang tidak jelas landasan hukumnya.
    Ambalat jelas di bagian selatan Laut Sulawesi dan masuk wilayah Indonesia. Jika kedua negara tetap dalam posisi berlawanan, maka untuk mencegah konflik bersenjata, jalan keluar yang harus ditempuh adalah duduk dalam perundingan garis batas landas kontinen kedua negara, yang sekaligus berarti menyelesaikan kasus Ambalat dengan menerapkan prinsip equitable solution, seperti digariskan UNCLOS 1982.
    Indonesia telah berkali-kali mengajak Malaysia duduk di meja perundingan mengenai batas landas kontinen, namun tak ada respons positif. Kini tingkat kesabaran rakyat Indonesia sedang diuji, kasus tenaga kerja Indonesia (TKI), kasus illegal logging, dan konflik Ambalat membawa pandangan negatif tentang Malaysia. Keberadaan TNI Angkatan Laut dapat dibenarkan karena tiap negara harus menjaga kedaulatan negaranya di daerah yang diyakini sebagai wilayahnya. Jika tidak bisa bertindak in good faith, sebagaimana dilakukan negara-negara beradab, maka Malaysia menyisakan ruang bagi Indonesia agar mempertahankan prinsip “bertetangga baik” seperti selama ini dianut Indonesia secara “berlebihan”.

    Melda Kamil Ariadno Pengajar Hukum Laut Fakultas Hukum UI; Ketua Lembaga Pengkajian Hukum Internasional (LPHI) FHUI

  42. Indonesia people not only java, we are malay people not aggree to confrote with malaysia people. We want to solve this dispute eleganly. We are Riau people want to java people not sarcasme. it is realy brutaly to say and provocote to againts malaysia with “Ganyang Malaysia”. We support to solve this conflict as soon as possible without using army force.
    We are sad when the java people say about malay etnict sarcasly.
    along time our natural resources has been explored by java goverment. Untill now we are keeping idiot.

  43. BAnderaz u r rational

    sementara tuh
    bukan semua orang malaysia tahu cakap bahasa melayu
    terumatamanya orang Kuala Lumpur
    ramai tidak tahu fasih bahasa melayu

  44. I have some French friends here who know so well about Malaysia since they ever had reseaches there.. they told me that in Malaysia the Malays are so lazy while the Malaysian government pushes Malaysian chineses and indians to work hard and pay heavy taxes for those lazy Malays… well, this fact has been widely known by people all over the world.. I don’t care anyway, my point is: don’t point your finger on somebody nose rather look at yourself on the mirror…

    About war, please Malaysians, most of us, Indonesians, also don’t want to wage a war with you… so just step back from Ambalat and there will be no war… and we don’t need great economic supports to win a war over you.. it will take not so long time, perhaps 3 days is enough to conquer all Malaysian land and people…

    Ahhh masa tak bisa cakap melayu? memang itu negara milik siapa? milik British? You are not english natives right? you do still have to think first if you want to speak english as we do… even the Americans couldn’t understand your Malaysian English accent… we go to the market “lah”… please don’t do that “lah”.. such a weird accent! my suggestion: be proud with your own identity! use Melayu!

    Peace Malaysians, and we’re sorry for burning your flag and crying Ganyang Malaysia out and loud… And many thanks for taking care our TKIs nicely…

  45. Agus, it’s not the Javaneses who want to wage a war with Malaysia… look, it’s the Makassars who cry it out first, the Kalimantans, even in Pekanbaru, in Riau! I know that it was in Pekanbaru that some Malaysian properties in their consulate have been broken by your people while in Semarang there’s a proclamation of anti war and acts of protecting Malaysian flag from unresponsible actions… so no make no mistake bro..
    For Malaysians, so sorry for undeliberated actions of our countrymen…

  46. Woi…. negara Indon dimana sih? kok gw liat di peta nggak ada yah… JAdi bertanya-tanya nih… yang nyebut-nyebut Indon ngerti atau tidak yah kalau nama itu tidak boleh diganti-ganti. Orang tua saja bisa marah kalau anaknya dipanggil dengan nama-nama yang aneh seperti “peyang” atau “panjul”
    aku bukan Orang Indon… Aku hanya orang Indonesia Saja

    AKU BUKAN ORANG JAWA
    AKU JUGA BUKAN SUNDA
    AKU BUKAN ORANG ACEH
    AKU JUGA BUKAN AMBON

    AKU BUKAN CINA
    AKU JUGA BUKAN ARAB
    AKU BUKAN KIRI
    AKU JUGA BUKAN KANAN
    AKU BUKAN HIJAU
    AKU JUGA BUKAN MERAH

    KU HANYA MERASA
    AKU ORANG INDONESIA SAJA

    yang anda bicarakan bukan Ambalat…
    Tapi Negara Kesatuan Republik Indonesia

  47. Betul, jangan mau dipecah belah seperti si Agus… kita cinta damai tapi lebih cinta kemerdekaan…Liberté, égalité, fraternité….

  48. untuk pengetahuan saudara dan saudari,,

    org korea memanggil negare jepun–>> ‘ilbon’
    france–> ‘perangse’
    u.s—->> ‘miguk’
    u.k—->> ‘yongguk’
    dan etc.

    adakah mereka juga tidak beradab kerana memanggil nama negara lain bukan seperti yang sepatutnya?..

    HIDUP KOREA!!

  49. nationalism stands alone, it doesn’t have something to do with corruptios, illegal workers, or the state of export-import transactions between Indonesian and Malaysia. i do agree to the people who say that burning flag, having that “jargon”, and volunteering to be war machines are too sarcastics,but it’s the spontanious reaction of those people. they also have opinions,yet they just don’t know how to make their action.just express thier nationality.
    and about the main issue,let the governments solve the problem,but we have to support them by doing something significants. keep our pride,brur!!!!indeed i don’t like Mlay take the island, just…..see the problem from the right angle.yet if the war is the final answer……from the deepest of my peacefull hearth-just do the best SOLDIER,we all support U

  50. Ambalat adalah milik Indonesia, harus tetap dipertahankan
    dengan cara apapun. Kita jangan terlalu lunak sama Malaysia, bisa-bisa kasus Sipadan-Ligitan terulang kembali. Kalau memang Malaysia bangsa serumpun dan merupakan saudara kita, tentu dia tidak akan mengambil hak bangsa Indonesia sebagai saudaranya. Merdeka!!!

  51. Sebetulnya tidak ada itu pembakaran jalur gemilang, rakyat Indonesia hanya mau membakar bendera Amerika sebagai protes atas Irak, tapi karena bendera Amerika harganya mahal, maka dipakailah bendera yg mirip2 bendera Amerika.. makanya Malaysians, bikinlah sendiri bendera yg original, jangan contek bendera negara lain… bercanda ahhh :P peaceeee….no offense..

  52. Ah orang Korea memang kurang beradab, makanya mereka selalu cari perkara dengan Jepang yang lebih beradab.. yg heran kenapa Malaysia untuk lagupun minta dibikinkan oleh orang2 Korea? tak bisa bikin sendiri ke? (logat Malaysia) … damai2 :P

  53. daripada ngomong perang ataw saling ngehina gak ada juntrungannnya bagaimana kalo qta diskusi secara baik dengan tidak saling ngehina….apalgi saling ngerusak….
    sudah kita saling menghina mending kalo jadi perang kalo kagak weleh-weleh lebaran berapa bulan lagi mas……..
    peace ah…..kayak anak kecil aja(ini bwat semua)

    diskusi disini lebih pada apa yang jadi argumen qta semua kalo ambalat itu milik malaysia atau indonesia
    buat malaysian ppl: saya lihat di forum forum malaysia dan pemberitaan di situs malaysia belum nemu tuh alasan logis dari mereka untuk mengclaim ambalat menjadi bagian dari wilayahnya…. kalo dari pemberitaan dan forum indonesia seperti yang saya liat pada comment no 53 postingan frida itu kayaknya sudah mewakili kenapa pihak indonesia beralasan bahwa ambalat milik kita….. dari malaysia yang suka bilang orang indonesia stupid mana……? tolong dong kasih ke sayah… saya belum pernah nemu tuh atau saya emang LAZY kali yah hehheh senyum dulu atuh jangan marah-marah….. bukan apa-apa kan bisa jadi bahan skripsi lol.
    dan saya lihat salah satu forum punya malaysia ppl malah sibuk ngebandingin bandingin kalo perang siapa yang menang yah atau banding-bandingin alat perang ….. kayak anak sekolah dasar aja tentara-tentaraan kapal-kapalan tobat ah.

    tapi saya bisa ngerti lah anda balik marah karena dipicu oleh pengrusakan website malaysia oleh indonesia ppl….. we’re sorry for that emang disini banyak orang berbakat tapi kurang tersalurkan….. peace atuh yang rugi sendiri-sendiri juga (bangsa sendiri juga)

    istilah GANYANG MALAYSIA itu idiom lama aja dan mestinya jangan dipakai tuh istilah itu malu gw kesannya kita bangsa barbar dan kesannya frustasi gitu dan gak nyelesaiin masalah cuma menyebarkan kebencian doang aja gak usahlah ngeliat masa lalu inget zaman dah berubah parah dong efeknya perbedaan persepsi bisa bikin salah kaprah ujung-ujungnya curiga saling mencurigai jadi tenang aja bung dari malaysia, kita gak niat kok nyaplok negara anda negara indonesia aja masih sibuk kita urusin, hanya kita ingin mempertahankan apa yang menjadi hak dan kedaulatan NEGARA INDONESIA

    jadi “cik” dari malaysia [bener gak istilahnya? gw gak pernah ke malay pengen sih kesana tapi bayar fiskal mahal…. biar gw ngarti bahasa melayu sana]
    gimana-gimana juga wilayah sendiri kok dipatok seenaknya hehehe kayak pemerintah sono kurang kerjaan aja gak tahu emang kalo pemerintah malaysia bila mereka bertindak seperti itu bakal ada masalah bilateral dengan pemerintah Indonesia atau mereka gak mau tau????

    nah kalo kami sampai semarah itu (jujur saja saya juga marah dan wajib marah) atas tindakan pemerintah malaysia karena kami merasa di tusuk dari belakang oleh negara sahabat…. kayak anda punya pacar di embat sama sahabat anda yang sangat anda percayai (jangankan pacar kalo kecengan di embat juga bisa berabe) pasti anda sangat kecewa dan MARAH…… mending juga di embat orang lain biar gak ribet urusannya……

    sebetulnya saya kagum atas perkembangan ekonomi malaysia sudah selayaknya kita malu juga bisa bisanya ada negara kecil kok kelakuannya kayak negara besar aja sombong lagi…! mungkin kita aja terlalu terlena… oleh masa lalu lupa negara sendiri gak diurus dengan benar padahal potensi alam dan manusianya sangat besar jauh lebih besar malah yang di negara ini yg bikin besar malah KORUPTOR waduh puyeng gw……

    ayo dong bangsa indonesia buktiin kalo kita juga mampu menjadi besar tidak hanya di dalam kata-kata aja rasa nasionalisme itu, tapi buktiin dengan tindakan yang positif jangan biarkan mereka menginjak harga diri bangsa ini kalo gw sih gak mau :P

    buat malaysia ppl sadarin dong pemerintah anda kalo anda masih dukung juga kasih argumentasi yang logis jangan logis menurut maling ……
    buat indonesia ppl be cool be smart and be nice jangan marah-marah entar jadi penyakit hati cepet tua dan cepet mati kalo gw sih pengen hidup seribu taon lagi….
    gitu aja unek-unek dari saya kalo banyak gak nyambungnya maklum aja saya belum tidur jadi yang saya pikir saya tumplekin aja disini udah ah gw tidur dulu…

  54. kalau warga malaysia memang tidak mau berperang dengan indonesia..protes aja kebijaksaan pemerintah kalian itu yang mencoba mengambil blok ambalat yang merupakan wilayah indonesia dengan cara mendemo pemerintah kalian… kalau warga malaysia tidak menentang kebijakan iti berarti warga malaysia setuju dengan kebijaksaan pemerintahnya..dan ini artinya telah merusak persaudaraan serumpun. dan terjadilah perang antara kedua negara.karena indonesia tidak mau lagi kehilangan wilayahnya apalagi di curi negara tetangga yang menarik garis batas seenaknya saja.

  55. Hai buka mata lebar-2 untuk saudaraku di malaysia bahwa pemerintah anda sedang akan mengekspansi wilayah indonesia yg bernama AMBALAT, coba anda baca kutipan ini supaya saudara-2 ku mengerti kenapa Rakyat Indoneia marah besar…
    ——————————————————-

    Ambalat, Milik Siapa?
    Oleh : Melda Kamil Ariadno

    KITA tercengang saat 16 dari 17 hakim Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) yang memeriksa perkara Pulau Sipadan-Ligitan pada 17 Desember 2002 menyerahkannya kepada Malaysia. Mengapa begitu?

    Indonesia didakwa “tidak” menunjukkan keinginan untuk menguasai kedua pulau itu karena hukum nasional (UU Prp Nomor 4 Tahun 1960) tidak pernah memasukkan pulau itu ke wilayah kita karena tidak pernah ada “penguasaan secara efektif (effectivites/effective occupation)”, baik oleh Belanda maupun Indonesia, sementara Inggris dan Malaysia melakukannya. Padahal, jarak kedua pulau itu lebih dekat ke kepulauan Indonesia dibandingkan dengan Malaysia.

    NEGARA Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) yang sudah lama diperjuangkan di forum internasional. Diawali dengan Deklarasi Djuanda tahun 1957 lalu diikuti UU Prp No 4/1960 tentang Perairan Indonesia; Prof Mochtar Kusumaatmadja dengan tim negosiasi Indonesia lainnya menawarkan konsep “Negara Kepulauan” untuk dapat diterima di Konferensi Hukum Laut Perseriktan Bangsa-Bangsa (PBB) III, sehingga dalam “The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), 1982” dicantumkan Bagian IV mengenai negara kepulauan. Konsepsi itu menyatukan wilayah kita. Di antara pulau-pulau kita tidak ada laut bebas, karena sebagai negara kepulauan, Indonesia boleh menarik garis pangkal (baselines-nya) dari titik-titik terluar pulau-pulau terluar (the outermost points of the outermost islands and drying reefs). Hal itu diundangkan dengan UU No 6/1996 tentang Perairan Indonesia untuk menggantikan UU Prp No 4/1960 sebagai implementasi UNCLOS 1982 dalam hukum nasional kita.

    Namun, dalam UU No 6/1996 itu tidak ada peta garis batas Indonesia, yang ada hanya peta ilustratif. Padahal, menurut UNCLOS 1982, Indonesia harus membuat peta garis batas, yang memuat koordinat garis dasar sebagai titik ditariknya garis pangkal kepulauan Indonesia. Lalu timbul sengketa Sipadan-Ligitan, dan kita tergopoh-gopoh membuat Peraturan Pemerintah No 38/2002, yang memuat titik-titik dasar termasuk di Pulau Sipadan-Ligitan. Sayang, PP itu harus direvisi karena ICJ memutuskan kedua pulau itu milik Malaysia.

    Kini timbul masalah perebutan daerah cadangan minyak Ambalat dan Ambalat Timur (demikian Indonesia menyebutnya) atau blok minyak XYZ (oleh Malaysia). Kedua Negara telah memberi konsesi eksplorasi blok itu kepada perusahaan berbeda. Indonesia telah memberi izin kepada ENI (Italia) dan Unocal (AS), sementara Shell mengantongi izin dari Malaysia. Maka terjadi dua klaim saling tumpang-tindih antara kedua negara bertetangga (overlapping claim areas).

    Klaim tumpang-tindih dari dua atau lebih negara pada dasarnya bukan hal istimewa. Hal ini biasa terjadi di wilayah laut yang berdampingan. Hukum laut memberi hak kepada negara pantai untuk memiliki laut wilayah sejauh 12 mil laut, dan zona ekonomi eksklusif serta landas kontinen sejauh 200 mil laut yang diukur dari garis pangkalnya. Bahkan, untuk landas kontinen jarak bisa mencapai 350 mil laut, jika dapat dibuktikan adanya natural prolongation (kepanjangan ilmiah) dari daratan negara pantai itu. Hal ini menyebabkan banyak negara berlomba mengklaim teritori lautnya sesuai dengan hak yang diberikan hukum laut.

    KONDISI yang kini terjadi di Ambalat tidak dapat dilepaskan dari perebutan Sipadan-Ligitan. Judge (hakim) Shigeru Oda pada Mahkamah Internasional jeli melihat potensi konflik itu dengan menunjukkan, meski keberadaan Pulau Sipadan-Ligitan telah diketahui sejak abad ke-19, namun konflik mengenai kepemilikannya baru mencuat tahun 1960-an, saat kedua negara berselisih paham mengenai batas landas kontinen keduanya.

    Meski Oda termasuk hakim yang memberi putusan kepemilikan Sipadan-Ligitan kepada Malaysia karena alasan effectivites, namun ia membuat pernyataan, “…the present judgment determining sovereignty over the islands does not necessarily have a direct bearing on the delimitation of the continental shelf, which has been a subject of dispute between the two states since the late 1960s”.

    Oda menekankan, saat ini “penetapan batas landas kontinen” lebih ditekankan pada prinsip yang disebut dengan an equitable solution.

    Maka, tindakan Malaysia mengirim kapal perang atau pesawat tempur ke Indonesia, apalagi dengan bonus “menyiksa warga kita yang sedang membangun suar di Karang Unarang” tidak dapat dibenarkan. Karang Unarang adalah suatu low tide elevation (elevasi pasang surut), yang dapat dijadikan titik garis pangkal satu negara. Sebagai negara kepulauan Indonesia berhak mencari titik-titik terluar dari pulau atau karang terluar untuk dipakai sebagai garis pangkal. Itu berarti Karang Unarang yang letaknya di tenggara Pulau Sebatik (bagian Indonesia) berhak dijadikan baselines baru Indonesia, sebagai pengganti garis pangkal di pulau Sipadan dan Ligitan.

    Malaysia adalah negara pantai biasa, yang hanya boleh memakai garis pangkal biasa (normal baselines) atau garis pangkal lurus (straight baselines) jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Karena itu, Malaysia seharusnya tidak menyentuh daerah itu karena ia hanya bisa menarik baselines Negara Bagian Sabah dari daratan utamanya, bukan dari Pulau Sipadan atau Ligitan.

    Jika Malaysia berargumentasi, “tiap pulau berhak mempunyai laut teritorial, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinennya sendiri”, maka Pasal 121 UNCLOS 1982 dapat membenarkannya. Namun, rezim penetapan batas landas kontinen mempunyai specific rule yang membuktikan keberadaan pulau-pulau yang relatively small, socially and economically insignificant tidak akan dianggap sebagai special circumstances dalam penentuan garis batas landas kontinen. Beberapa yurisprudensi hukum internasional telah membuktikan dipakainya doktrin itu.

    Dengan demikian, yang perlu ditentukan kini adalah garis pangkal masing-masing negara. Jika situasi di Ambalat memanas dengan telah berhadap-hadapannya kapal perang dan pesawat tempur kedua negara, Malaysia mengatakan semua bisa dirundingkan, maka itu hanya akan mencapai deadlock jika Malaysia bersikukuh untuk dipakainya peta wilayahnya tahun 1979. Peta itu hanya tindakan unilateral yang tidak mengikat Indonesia. Indonesia telah menolak langsung peta itu sejak diterbitkan, karena penarikan baselines yang tidak jelas landasan hukumnya.

    Ambalat jelas di bagian selatan Laut Sulawesi dan masuk wilayah Indonesia. Jika kedua negara tetap dalam posisi berlawanan, maka untuk mencegah konflik bersenjata, jalan keluar yang harus ditempuh adalah duduk dalam perundingan garis batas landas kontinen kedua negara, yang sekaligus berarti menyelesaikan kasus Ambalat dengan menerapkan prinsip equitable solution, seperti digariskan UNCLOS 1982.

    Indonesia telah berkali-kali mengajak Malaysia duduk di meja perundingan mengenai batas landas kontinen, namun tak ada respons positif. Kini tingkat kesabaran rakyat Indonesia sedang diuji, kasus tenaga kerja Indonesia (TKI), kasus illegal logging, dan konflik Ambalat membawa pandangan negatif tentang Malaysia. Keberadaan TNI Angkatan Laut dapat dibenarkan karena tiap negara harus menjaga kedaulatan negaranya di daerah yang diyakini sebagai wilayahnya. Jika tidak bisa bertindak in good faith, sebagaimana dilakukan negara-negara beradab, maka Malaysia menyisakan ruang bagi Indonesia agar mempertahankan prinsip “bertetangga baik” seperti selama ini dianut Indonesia secara “berlebihan”.

    Melda Kamil Ariadno Pengajar Hukum Laut Fakultas Hukum UI; Ketua Lembaga Pengkajian Hukum Internasional (LPHI) FHUI

  56. dear Montpellier :

    Your french friends huh? Can they make a better judgement compared to someone who has lived in this country for more than 20 years? Can they? The government is not mistreating chinese and indians just because you think malays are getting better treatment. It is provided in the constitution that malays will get ‘bumiputera’ special rights, and we chinese and indians have accepted that fact since the declaration of independence. And no, the government does not make us pay more taxes. If you have done your homework, we have a progressive tax system, which means each and EVERY citizen pays taxes, no exemptions, and the tax rate varies in accordance with your income. Generally, chinese and indians earn more, so they pay more, does that mean that people who are earning more and paying more taxes are being mistreated? Then i bet bill gates and rupert murdoch must be crying because of the crazy amount of taxes they pay every year ;]

    About language, yes, you are right, our native language is bahasa melayu, but be realistic, don’t tell me you converse in indonesian language/javanese with your french counterparts? Put on your thinking cap dude, you use the language which is the most appropriate given a situation. I personally know 4 languages and 3 chinese dialects, but do u expect me to speak english to a malay speaking person, malay to a person who only understands chinese and chinese to a foreigner? And you complain of our so called ‘weird’ accent. Well, you are right in the sense of the inclusion of the ‘lah, mah’ words at the end of our sentenses, fine, so we are weird. But you know what? It is still better than being like you guys having screwed up grammars and limited vocabs.

    And what’s with the statement of Malaysia falling into Indonesian hands within 3 days dude? Trying to fan the flames of war? You couldn’t even win a war against Malaysia given 3 weeks, or even 3 months, so you know how cocky you sound when you said that Malaysia can be taken down in 3 days? Do your homework, then you will know the real state that your army is in. Your airforce is currently facing a critical parts shortage for their inventory, and many planes are grounded or parts are being salvaged from some planes to be fitted onto others. About missles, you don’t have anything to fit on your main fleet of Su27s, Su30s, F-16s and F-5s other than air-to-air sidewinders. On the other hand, we have Su-27s, Su-30s, F-16s, F-18s, F-4s and Mig-29s as our main fleet. Quantity and quality are both on our side for the air-force. Why this? It is because of the arms embargo the US implemented on Indonesia since the 90s. For your navy, i’m not so sure, but the last time i checked, liputan6 was boasting about your inventory of imported military technology from EAST GERMANY of the year 1982. I also read that only 1/3 of your navy’s fleet of ships are combat capable. You have the numbers, yes, but for an invasion to take place, you need to land troops on Malaysian soil. As opposed to quantity, we have quality. Our modern frigates and OPVs which were commissioned in the mid-late 90s can very easily patrol near the mainland and blow everything non-Malaysian out of the water. How can you achieve victory if you can’t even land your troops here? What’s the use of having 10 times our population? I’m not a war-monger, but i just want to point out the fact that you missed when you put forth the insulting statement that Malaysia can be defeated in 3 days. I’m just writing based on what i’ve read through the net, so if what i’ve written are inconsistent with reality, please correct me =)

    romy : you are right, the indonesian public are not to be completely blamed for that matter. It is your government, your army and your media which is to be blamed. The people are emotional, that can’t be helped. But what is the government doing to calm the situation? Nothing much! How about the army? They are even helping to train the volunteers in combat! The media? Your media is a real pain in the as* man, not only does it promote the ganyang malaysia thing going on in Indonesia, but it is further provoking the citizens and fanning the flames of war! Not every Indonesian is as rational as the few of you who posted here(Thumbs up to you guys, you do Indonesians proud ;]), and for the rest, they had us make a gross generalisation of Indonesians.

    My sincere apologies if i’ve offended anyone, but i’m known for being straightforward and my bluntness when making statements. MAKE LOVE NOT WAR ;] I’m out =)

Comments are closed.