Bahasa Indonesia: Skala Panjang atau Skala Pendek?

Ada dua macam [sistem penyebutan bilangan](http://en.wikipedia.org/wiki/Long_scale) di dunia:

* **Skala panjang** (long scale atau échelle longue). Pada sistem ini, satu bilyun adalah 1012.
* **Skala pendek** (short scale atau échelle courte). Pada sistem ini, satu bilyun adalah 109.

Untuk selengkapnya dalam bahasa Inggris ditambah dengan yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:

Nilai Skala Pendek Skala Panjang Indonesia
103 thousand thousand ribu
106 million million juta
109 billion thousand million atau milliard milyar
1012 trillion billion triliun
1015 quadrillion thousand billion atau billiard ?
1018 quintillion trillion ?

Saat ini, hampir seluruh negara berbahasa Inggris menggunakan sistem skala pendek. Negara lain yang menggunakan sistem ini adalah Brazil, Puerto Rico, Rusia, Turki dan Yunani. Sedangkan negara-negara yang mengadopsi sistem skala panjang adalah negara-negara yang berdasarkan kepada sistem penomoran Prancis, yaitu sebagian besar negara di Eropa.

Bagaimana dengan Indonesia? Sepertinya Indonesia menggunakan campuran skala pendek dan panjang. Di Indonesia 109 adalah milyar (sistem skala panjang), tetapi 1012 adalah triliun (sistem skala pendek). Sedangkan untuk 1015 dan selanjutnya, saya tidak tahu karena jarang sekali disebutkan.

Hal tersebut mungkin disebabkan karena pengaruh Belanda yang mengadopsi sistem scala panjang, tetapi selanjutnya ada pengaruh dari negara-negara pemakai Bahasa Inggris. Bagaimana dengan Singapura atau Malaysia?

ps. Acara televisi [Who Wants To Be a Millionaire](http://en.wikipedia.org/wiki/Who_Wants_To_Be_A_Millionaire) tidaklah menarik jika diterjemahkan menjadi “Siapa Yang Ingin Menjadi Jutawan”. Menurut jumlah hadiah yang diberikan maka seharusnya jika diterjemahkan akan menjadi “Siapa Yang Ingin Menjadi Milyarder”. Yang menjadi pertanyaan adalah kata “milyuner” yang sering dijumpai. Secara harfiah “milyuner” adalah serapan dari “millonaire” yang artinya adalah “jutawan”. Tetapi di Indonesia, kata ini menjadi sinonim dari “milyarder”, yaitu orang-orang yang memiliki kekayaan lebih dari 1 milyar.

17 comments

  1. hmm.. ya memang negara kita serba ndak jelas. Sistem pendidikan kita juga mengadopsi sistem Amerika dan Eropa. Di campur tapi jadi ndak jelas. gimana ya..

  2. itu juga yang saya pertanyakan sejak lama. kapan Bahasa Indonesia merevisi kosakata-nya, selain merevisi struktur yang semakin berkembang, misalnya akhiran -isasi yang semakin banyak dipakai tapi karena tidak ada dalam EYD membuat orang memakainya menjadi rancu.

    misal modern diserap menjadi moderen, tapi modernisation diserap menjadi modernisasi, standard menjadi standar dan standarisation harus menjadi standardisasi. dan kini semakin banyak orang memberi akhiran -isasi dan orang pun banyak mengerti

  3. bagaimana dengan bahasa daerah?

    kan katanya (konon….) bahasa daerah merupakan akar bahasa Indonesia… :-?

    Apa iya?

    Tapi kenyataannya kebanyakan menyerap bahasa luar. Coba bahasa daerah lebih di”nasional”kan.

    Mungkin bahasa daerah punya skala yang cukup bagus.. Itu juga kalo nggak terpengaruh kolonialisme bertahun-tahun :D

  4. #5. betul juga jay, mungkin perlu ada EYD v.2.0.0 untuk beradaptasi dengan (menormalisasi? argh) kata2 serapan yang baru2 sekaligus bersiap2 untuk masa depan.

    #6. kayaknya nggak mungkin. pertama, kalau memang bahasa daerah yang tradisional, rasanya kecil kemungkinan orang jaman dulu punya hitungan sampai skala yang sangat besar. selain itu, mau ambil bahasa daerah mana? ada ratusan bahasa daerah di Indonesia (yes, i’m talking about language, not just dialect. kalau dialek mungkin bisa ribuan), dan semuanya punya hak yang sama untuk di’serap’.

  5. Salah satu kendala untuk mempopulerkan istilah yang benar, ataupun panduan yang benar adalah kelompok yang melakukan revisi atau studi itu sering tidak bersedia membebaskan hasil kajiannya. Saya ingat di awal INPRES 02/2002, tim terpecah menjadi 2 aliran, ada yang menginginkan hasilnya dibebaskan sehingga siapa saja dapat memperoleh, ada yang menginginkan hasilnya diterbitkan secara konvensional.

    Menurut saya, bila ingin mempopulerkan istilah yang benar, maka permudahlah orang mendapatkan penjelasan istilah ataupun tata bahasa yang benar tersebut. Mencari informasi seperti ini terasa sulit sekali. Silahkan Anda ke toko buku, dan perhatikan ada berapa gelintir buku soal itu.

    Ada beberapa buku yang baik tentang bahasa Indonesia, tetapi lisensi buku tersebut masih menyulitkan untuk disajikan secara online.

  6. Ada satu metode lagi, yang dinamakan Dimes Logical Counting (DLC). Dia pakai deret ukur. Pertama, dia niru sistem Inggris: satu bilyun itu satu juta juta. Kemudian: satu trilyun adalah satu bilyun bilyun, dan satu kuadrilyun adalah satu trilyun trilyun. Jadi DLC mengenal angka misalnya tiga bilyun trilyun. Kosa kata yang dipakai ketiga sistem itu sama: juta, bilyun, trilyun, kuadrilyun, kuintilyul, sekstilyun, septilyun, oktilyun, nonilyun, desilyun (tolong dicarikan standar penamaan versi Indonesianya sekalian). Di Perancis, satu desilyun punya 32 angka 0. Di Inggris dia punya 60 angka 0. Dan menurut DLC, dia punya 3072 angka 0.

    Copy & modif dari: http://kun.co.ro/catatan/2004_01_01_archive.php/#107338766111055777

  7. kalo sejenis “wiki” yg mengakomodir bahasa indo yg baku ada gak yach ???
    kayak kamus besar bahasa indonesia tp yg versi web :D

    kalo proyek penterjemahan istilah2 it itu kabarnya sekarang gimana?? :-/

    mouse ~ tetikus
    drive ~ kandar
    dll.

  8. saya kira secara simpel klo di amerika jutaan dolar sudah sangat banyak karena dolar sedangkan klo di indonesia jutaan rupiah biasa saja. Saya kira masalahnya ada pada kursnya.

  9. Maaf agak menyimpang dari pembahasan…:)
    Kalau sudah membahas masalah bahasa Indonesia, orang komputer yang paling kurang membumi. Masih terlalu banyak istilah yang menggunakan bahasa Inggris. Meskipun bidang-bidang lain juga masih tidak jauh berbeda :(

    Masih jarang orang komputer yang mau menggunakan bahasa Indonesia dalam istilah-istilah komputer meskipun sudah banyak yang ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
    Untuk yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya digunakan istilah dalam bahasa Indonesia.

    Mestinya para jurnalis yang kerap menulis artikel di tabloid dan majalah komputer lebih memperhatikan masalah ini. Bagaimanapun juga, masyarakat lebih banyak belajar dari media cetak seperti tabloid, majalah dan lain-lain. Jika para jurnalis cermat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tentu masyarakat juga terbiasa dengan bahasa yang baik dan benar.

    Untuk istilah-istilah yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia, ini adalah tugas dari Pusat Pengembangan Bahasa (atau apalah namanya) untuk mencarikan padanan yang sesuai dan mensosialisasikannya ke masyarakat. Nampaknya sosialisasi ini yang kurang, atau mungkin memang tidak ada sama sekali?

  10. Saya hargai anda mengangkat masalah ini dalam tulisan anda; hal yang juga menjadi perhatian saya, apalagi sejak anak bungsu saya menanyakan hal ini; bersama-sama kami menemukan jawabannya di wikipedia.

    Hal yang membuat saya bertanya-tanya, dan membuat saya prihatin, adalah tiadanya kepedulian untuk membakukan hal ini, terutama dari pihak-pihak dan komunitas yang berurusan dengan angka-angka ini.

    Bayangkan kalau ada 2 pihak yang sedang melakukan negosiasi, berbicara dengan istilah yang sama (billions, trillions, dst.). Pihak yang satu berbicara berdasarkan perhitungan skala pendek sementara pihak lainnya melakukan perhitungan berdasarkan skala panjang.

    Dalam kaitannya dengan rupiah kita yang sangat rendah nilai tukarnya, setiap kali dikaitkan dengan valuta asing, penggunaan istilah-istilah ini tak bisa dihindarkan.

    Dalam kaitannya dengan hal ini, saya mengkhawatirkan keawaman masyarakat kita, dan -mengambil contoh diri saya yang, rasanya ;-), tidak sedemikian ‘ignorant’- mempertanyakan, berapa prosentase rakyat Indonesia yang mengenal adanya skala pendek dan skala panjang ini? Jadi, bagaimanakah masyarakat membayangkan dan ‘mencernakan’ besar jumlah utang bangsa Indonesia, secara te[at? Kalau mereka membaca/mendengar di/dari media mengenai angka-angka utang bangsa ini: bilyun, trilyun, bilyar, milyar, berapa besarkah itu, bagaimana penulisannya, berdasarkan skala pendek atau panjang?

    Karena itu, melalui tulisan ini saya menganggap perlu ada satu otoritas di negara ini yang membakukan skala yang dipakai untuk menentukan penyebutan bilangan dan menjadikannya sebagai kaidah yang wajib diikuti, terutama dalam kaitannya dengan (bahasa) Indonesia. Penyosialisasian/pengenalan kedua skala penyebutan bilangan ini sebaiknya dimulai di sekolah (dasar?).

    Sekedar pemikiran.

Leave a Reply to pucchan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *