Masalah Keluarga Orang Lain

Kemarin sore, saya dan istri pergi ke Alfa Depok. Mobil saya parkirkan di tempat kosong di tempat parkir paling pojok, dan kemudian kami belanja sekitar satu jam. Setelah selesai belanja, saya baca barang-barang hasil belanjaan ke belakang mobil saya, tapi sebelumnya ada seseorang yang menegur saya. “Mas, boleh saya bicara dengan mbaknya?” Yang menegur saya adalah seorang ibu yang berada di mobil yang parkir di sebelah mobil saya. Saya yang keheranan menjawab “Ada perlu apa ya Bu?” Ibu itu menjawab “Kalau boleh, saya mau bicara dengan mbaknya. Ini saya beri kunci mobil saya kalau mas gak percaya.”

“Hah? Ada apa ini?” Saya menolak tawarannya untuk mengambil kunci mobilnya, tapi saya beritahu istri saya bahwa ada yang ingin bicara. Kemudian untuk sekitar 20 menit, istri saya bicara dengan Ibu itu, sedangkan saya menunggu di belakang kedua mobil. Selama itu saya hanya bisa melihat keadaan sekitar. Mobil saya dan Ibu itu sama, yaitu Suzuki Katana. Bedanya mobil si Ibu ini dipenuhi oleh bermacam-macam atribut [Universitas Indonesia](http://www.ui.ac.id). Istri saya berbicara dengan ibu itu hanya melalui jendela mobilnya.

Ternyata Ibu itu ingin bercerita tentang kehidupan pribadinya, tapi tak tahu mau cerita ke siapa lagi. Ibu itu berumur sekitar 45 tahun dan menikah ke seorang duda yang berumur 70 tahun. Suami ibu ini memiliki tiga orang anak. Yang menjadi masalah menurut Ibu itu adalah anak suaminya yang kedua yang berumur sekitar 30 tahun. Anak ini baru pulang dari Jepang, dan selama di Indonesia menurutnya anak ini menyita perhatian dari suaminya. Selama anak ini berada di Indonesia, suaminya selalu memberikan perhatian penuh kepada anaknya ini. Sedangkan menurutnya dirinya sama sekali tidak mendapat perhatian. Ibu itu mengaku kabur dari keluarganya untuk menghindari pertemuan pada waktu sang anak akan kembali ke Jepang.

Istri saya hanya bisa mendengarkan cerita ibu itu sambil diselingi dengan saran agar ibu itu tidak mengambil tindakan yang tidak diinginkan.

Hmmm… ada-ada saja kejadian yang kita alami sehari-hari.

35 comments

  1. Aneh jg yah,.. :)
    Trus si ibu yang curhat itu gimana ?
    Mungkin si ibu itu udah stress banget kali yak,..
    Jadi dia random aja nyari orang di parkiran buat minta pendapat,…

  2. #1: setelah itu kita tinggalin, tentunya setelah kita anjurkan dia untuk balik ke keluarganya. kasian juga sih, mungkin ini karena umur suami yang beda jauh, 45 vs 70. dan anaknya juga bukan anak kandung. mungkin bakalan beda kalau anaknya itu anak kandung.

  3. Kasihan banget ibu itu. Jadi ingin bertanya, apakah lingkungan di kota besar di Indonesia seperti Jakarta masih cukup baik untuk bersosialisasi? Kalau dulu, saya tinggal di kampung di kota kecil, masih kenal tetangga kanan kiri. Apakah sifat individualistis di Jakarta tinggi sekali? Ya bisa saja si ibu ini memang kurang pergaulan, sehingga sulit mencari teman.

  4. #3: kalau saya gak salah ingat, ibu ini cerita dia sebenernya ingin curhat ke saudara-saudaranya, tapi malu dan gak bisa. alasan utamanya saya gak tau juga.

  5. #3, menurut saya kemungkinan besar justru karena sifat orang indonesia yang terlalu mau tahu urusan orang lain dan judgmental yang membuat ibu ini sungkan untuk bicara dengan orang yang dia kenal. jauh lebih baik bicara dengan ‘stranger’ yang pasti tidak akan ketemu lagi, daripada cerita ke tetangga, bukannya hati tenang tapi malah jadi bahan gosip se-RT.

  6. lha ini sama mas Priyadi malah jadi bahan omongan di blog spot. jadi asumsi emil (lihat kome no. 6) dijamin rahasia kalo ngomong sama orang asing keliru, ini malah jadi publikasi meluas dan mungkin saja anak dan ayah baca masalah ini.
    Amannya ya datang ke psikolog utk curhat.

  7. #6 Setuju. Banget. Curhat ke orang yang dikenal resikonya lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dikenal.

    Kalau di luar Indonesia, rata-rata tiap orang punya personal psikiater/psikolog/personal consultant. Kalau di Indonesia punya “konsultan” seperti ini lagi2 bisa digosipin “gila”. Serba salah ya? :)>-

  8. Betul juga sih, paling tepat disarankan ke psikiater. Tapi kalau curhat ke orang tak dikenal, nanti diforward ke media/blog :D

    Priyadi, hati-hati kena somasi dari si ibu itu loh :D Just kidding.

  9. haha .. kocak juga tuh si ibu, gw kira tadinya neh ibu demen ama anak suaminya yang dari jepang aduh .. :d

  10. #8. beda dong. ini kan kita ngomongin basically di sebuah ‘dunia lain’. kita nggak tau (dan yang lebih penting, nggak perduli) yang diomongin siapa, dan dia nggak tau kita omongin. sekarang kita ngomong, kita sympathize, besok kita udah lupa. no problem.

    yang bikin males itu kalau cerita sama tetangga sebelah, dan besoknya tetangga2 satu jalan udah sibuk ngegosipin. mereka ini ngegosipin orang yang mereka kenal, kemungkinan ketemu tiap hari, dan yang digosipin bakal ‘berasa’ dan ‘tau’ bahwa lagi diomongin. itu yang nggak enak banget tuh.

    btw, itu sig-nya flame-bait banget.. hehehe

  11. nampaknya perlu dibuat sebuah media curhat khusus yg membuka kesempatan seluas2nya bagi org2 dari kalangan mana pun untuk curhat :d

  12. Setuju buat Feha, termasuk media ini juga curhat. Juga budaya menulis buku harian digalakkan, sebab bisa menghasilkan karya lain yg sapa tahu meledak dipasar. Hehehe, ini otak kapitalis ya…

    Memang makin banyak orang yg teralienasi dari lingkungannya…Buat Avianto , skr mah sdh mulai orang punya personal psycholog lho… misalnya utk ngurusi anak autis dll

  13. diajak ke warnet aja,
    diajarin nge-irc ^^
    atau dibuatin account yahoo, kemudian bikin conference dengan mengundang endhoot.

  14. hareee gini gitu loh…

    Kebetulan saya pernah kenal ma orang yang gak pernah mau curhat masalahnya ke orang laen, ’cause dia gak punya orang yang tepat untuk diajak ngomong. and finally ketika semua hal udah gak bisa ketampung lagi di “pribadi”nya, meletusnya tuh mengerikan, udah gitu, justru orang – orang terdekatlah yang terkena dampak terbesar.

    Ibu tadi udah cukup berani n take some risk buat ceritain masalahnya ke orang laen. Mungkin Istrinya bang Pri looks like a “real woman” dalam pandangan ibu tadi, n dianggap bisa simpen masalahnya (tapi kok bang pri malah posting di blog, walah….. :)

    #10, bener tuh, jangan2 dia monitor ni blog. Ntar bang pri kena masalah “somasi – somasian” lagi…

    Just kidding :)

  15. saya akan kirim berita ini ke Detik.com, biar mas Priyadi disomasi sama Ibu itu…8-x:(|) sudah dipercaya kok malah disebarluaskan melalui media…:-b:-@

  16. #6 “karena sifat orang indonesia yang terlalu mau tahu urusan orang lain dan judgmental”
    orang indonesia B-)

    #9 “Kalau di luar Indonesia, rata-rata tiap orang punya personal psikiater/psikolog/personal consultant.”
    udah mulai ke RS RS-an :))

  17. #22
    wah gimana ya Ip, mau argue bahwa sebagian besar orang indonesia nggak begitu? dari saat tinggal di indonesia gue udah punya pikiran begitu (gerah karena orang2 di sekitar tuh mau tauuu aja urusan gue), tapi ya belum bisa bilang itu ‘sifat orang indonesia’ karena nggak bisa ngebandingin. tapi sejak tinggal di luar indonesia, eh bener, di sini orang2 nggak perduli urusan pribadi orang lain, dan hidup gue jauh lebih tenang, nggak diusik2 sama orang lain yang nggak ada urusan. kalaupun ada juga sedikit2 digosipin (dan unfortunately, menggosipi juga), guess what, sesama orang indonesia juga.. hehehe..

    gue sih setuju bahwa generalisasi is never a good thing, tapi nggak bisa juga kita sangkal bahwa kadang2 ya tepat juga pada sasarannya. intinya, you made a good point with your article, but i don’t think it applies to my case. so i stand by what i wrote. peace man :)>-

  18. #23
    Setuju dengan anda, gw merasa untuk masalah pribadi orang lain gak usah ikut campur. Gw juga sebel sama infotainment2 di jakarta yang isinya mo tau urusan orang lain, lagian kalo gw tau trus kenapa? kalo gw gak tau emangnya kenapa? gak ada pengaruhnya ama gw, lagian kebanyakan yang diceritain adalah sifat2 negatif, jarang yang positif.

    Lagian malah tambah2 dosa ngomongin orang lain.

    Ibu itu mungkin lebih enak cerita ke istri mas Pri karena dia merasa “pokoknya gw udah cerita, udah lega” soal ke siapa dia cerita dia gak peduli.

  19. #11 Roy Suryo detected :d
    Ada gitu yah yg kek gitu.. bela2in gitu mo curhat ma anonymous, bahkan ngobrolnya pun dibatasi jendela mobil..
    Well.. kayaknya mahasiswa/i psikologi bisa ngejadiin topik ini jadi bahan skripsi. Why ? :-?

  20. kasihan ya, kenapa dia enggak ngadu ke Tuhannya aja. Mungkin dia juga sudah ngelupain Tuhan. 8-|

  21. #26

    wee… nggak boleh gitu. lupain Tuhan? bisa kasih tahu, manusia mana yg ingat Tuhan selama 1×24 jam? kadang2 bisa dimengerti kenapa demikian. manusia tetap butuh objek yang nggak abstrak utk mencurahkan isi benak…
    incl. blog, misalnya. atau diary, atau apalah yg bendanya jelas dan nyata.
    ini bukan masalah Tuhan semata… :)

    *that’s why I’m blogging!*

  22. Kebetulan saya adalah anak tiri Ibu tsb. Makasih banyak atas infonya Pak Priyadi. Makasih juga pada istri ente yang telah menjadi tempat curhat ibu saya.

    IMHO, wajar saja kalo Bapak saya mencurahkan perhatian sepenuhnya pada saya, karena saya ke Indonesia cuma sekitar 10 hari, dan baru pulang lagi tahun depan lagi.

    Saya juga kasihan dan menghormati ibu tiri saya, saya berterima kasih pada beliau yang telah mau merawat Bapak saya. Saya juga heran pada saat saya mau berangkat kembali ke Japang, kok beliau malah pergi pakai suzuki jimny (bukan katana) yang dulu biasa saya pakai saat masih mahasiswa di UI. Saya gundah takut tidak mendapat restu beliau.

    Tapi saat di perjalanan ke Bandara saya mendapat telpon dari beliau yang memberi sepatah dua patah kata melepas kepergian saya ke Jepang. Saya lega setelah mendapat telpon dari beliau. Rupanya telpon beliau ke saya adalah berkat nasehat dari Ibu Priyadi. Terima kasih ya…

    Saya juga sadar bahwa ayah saya sekarang telah beristri. Saya tidak mau menghabiskan waktu ayah saya hanya untuk saya, sehingga ibu tiri saya kesepian.

    Anyway, thanks atas counselingnya buat ibu tiri saya.

    from Tokyo

  23. #23 & #24

    di UK, aussie, dll ada acara yg ngetop banget Big Brother, Penghuni Terakhir itu nyontek acara itu, bedanya acara itu totally mengenai kehidupan mereka dalam rumah terisolasi, sehari setelah acara tabloid2 itu langsung ngegosipin soal kelakuan2 yg mereka lakukan di rumah tsb, dan dilingkungan juga gw denger orang2 ngobrolin kelakuan orang2 di acara itu

    infotainment indonesia? blom ada apa2nya dibandingin paparazi luar

    kalau dibilang di luar orang ngga peduli sama urusan kita, emangnya siapa kita dimata mereka? kenal juga ngga akrab2 banget
    atau paling gampang contoh dari film ‘friends’ aja, apa sesama mereka ngga saling mengurusi urusan yg lainnya?

  24. Ini benar-benar terdeteksi oleh pikiran bawah sadar saya, ternyata priyadi juga suka sensasi dan pembohong besar. Saya sudah aktif nge net sejak 1996 selama kurun waktu itu saya telah menemui cerita ini di suatu website, saya agak lupa kapan yang jelas sebuah website bukan blog karena saat itu belum ramai blog. jadi klo cerita ini terjadi seperti diceritakan priyadi bulan mei adalah bohong besar saya kira sudah saya temui tahun 2004 atau sebelumnya, plot cerita ternyata persis, ada ibu-ibu curhat trus anaknya kirim pendapat dari jepang, jadi ini hanya plagiat yang mencoba menyentuh sisi kemanusiaan dan saya yakin posting #28 adalah priyadi sendiri. benar-benar memuakkan……..>:)

  25. wajar banget kali,kaga semua orang bisa melampaiskan perasaannya dengan gamblang kepada semua pihak,bahkan ada pula yang menyimpan dalam hati ampe dia mengalami stress yang berlebihan,bagi saya dan untuk teman-teman yang ada masalah lebih baik curhat aja,dua kepala lebih baik daripada 1 kepala,buat ibu yang curhat,ibu ada baiknya ibu membuka hati ketika ibu tlah memilih untuk berkeluarga dengan bapak, ibu harus memahami bahwa keluarga bapak adalah keluarga ibu,anak yang datang bukan sebagai penghambat,tapi lakukan pendekatan seorang ibu,tanpa mengajari,tanpa mendikte,ato kalo yang lebih asyik ibu jadikan dia sahabat,dengan sabar,dan dekatkan diri,jangan berburuk sangka,belum tentu apa yang ibu pikirkan terpikir juga ama anak tiri ibu,..buat ibu dan bapak yang tlah menolong,meringankan masalah ibu itu,terima kasih..manusia banyak ragam dan rupa,sifat dan hati seseorang tiada pernah kita tahu.manusia butuh pendengar karna itu manusia adalah mahluk sosial,ketika suatu saat ibu ato bapak ada dalam kesulitan Tuhan pasti bantu….:)

  26. :d memang aneh-aneh aja orang jaman sekarang. Udah tua juga masih aja butuh perhatian banyak kaya anak muda, malah harusnya seneng anaknya dikasih perhatian, lagipula khan dia belum tentu sehari-hari dpt perhatian dari bapaknya karena tinggal jauh. Itulah kalau istri terlalu dimanja (apa aja kalau “terlalu” pasti jelek yah).

    Itu baru ama anaknya, gimana kalo ngasih perhatian ama umbrella girl yah? hehehe bisa2 ibu itu langsung bunuh diri.

    Ini ibu nikah karena cinta, matre, atau karena apa… Kalau nikah karena cinta, ga mungkin terjadi hal spt itu, kalau nikah karena faktor xxxx bisa aja tejadi hal spt ini, ga mau nerima keluarga itu apa adanya… heueheueh

Leave a Reply to Ben Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *