Kekerasan Pada Sistem Pendidikan Indonesia

Kekerasan sepertinya sudah mendarah daging pada sistem pendidikan di Indonesia. Seperti biasa, penerimaan siswa baru selalu diikuti oleh kegiatan yang dinamakan ospek (atau MOS, atau OS, atau istilah-istilah lainnya). Sebagai contoh adalah seperti yang digambarkan pada [artikel Pikiran Rakyat ini](http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0705/21/0317.htm).

> Tiba-tiba terdengar suara sirene. Semuan anak berseragam SMP diperintahkan segera masuk ke dalam kelas. Bertimpalan dengan suara sirene itu, terdengar bentakan-bentakan dan aksi fisik antar senior.

> Sebagian senior, yang disebut sebagai Komite Disiplin, membentaki senior lainnya. Ada yang diseret dari dalam kelas, ada yang disuruh push up, ada yang dikeroyok hingga jatuh ke lantai.

> Sebagian anggota Komisi Disiplin itu menggebrak-gebrak pintu dan jendela. Seraya membentak orang-orang yang ada di dalam kelas.

> …

> “Anak saya sampai demam gara-gara dibentak-bentak seperti itu. Hari ini dia nggak masuk, karena sakit dan takut. Makanya, saya datang ke sini, pingin lihat, ngapain aja sih anak-anak ini,” ujarnya.

> Orang tua siswa lainnya, yang dihubungi melalui telefon, mengungkapkan kekesalannya atas perilaku para siswa senior. Anak perempuan bapak itu, pada hari kedua MOS, sempat pingsan akibat tendangan tak sengaja, yang dilakukan seorang siswa senior.

Sayangnya, guru sepertinya membela seluruh aksi tersebut dengan dalih yang menurut saya cukup aneh.

> “Itu hanya sandiwara. Siswa baru juga tahu, itu hanya sandiwara. Semuanya masih terkontrol kok,” ujar seorang guru.

> “Guru-guru juga tahu kejadian itu. Tapi mereka bilang kepada siswa baru, agar masalah ini jangan sampai bocor ke pers,” ujarnya.

> …

> Tapi ketika beberapa guru ditanyai mengenai peristiwa itu, tidak ada yang mengetahuinya. Seorang guru mengatakan, seharusnya orang tua siswa itu melaporkan kejadiannya kepada pihak sekolah, jangan hanya berbicara di pesawat telefon.

> Beberapa guru yang ditemui di SMAN kawasan Buahbatu itu mengatakan, kegiatan MOS seperti itu masih pada tahap wajar. Menurut mereka, selama tidak ada kekerasan fisik, tidak ada yang menjadi persoalan.

> “Kalau dibentak-bentak sih biasa. Kita juga waktu SMA dulu, lebih keras dari ini kan,” ujar seorang guru.

Sayang sekali jika guru-guru menganggap hal seperti itu sebagai hal yang wajar, padahal guru seharusnya tahu bahwa hal-hal semacam itu sangat tidak mendidik dan sama sekali tidak berguna. Terlepas dari kenyataan bahwa para guru mendapat perlakuan yang lebih keras ketika masih menjadi siswa SMA. Hal tersebut tidak bisa menjadi pembenaran kekerasan di sekolah.

Berdasarkan pengalaman saya, beberapa guru juga tak segan-segan melakukan kekerasan di kelas, misalnya ketika seorang siswanya tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru maka ada beberapa guru yang akan marah kelewat batas. Menurut saya hal-hal seperti ini bisa mempengaruhi psikologis dari siswa siswi.

Ini baru SMA, setelah di perguruan tinggi, para mahasiswa akan mendapat perlakuan yang lebih parah lagi. Terkadang nyawa dan kesehatan peserta yang menjadi taruhannya, contohnya seperti penganiayaan junior oleh senior yang terjadi di kampus STPDN beberapa tahun yang lalu. Saya sendiri bahkan pernah kehilangan seorang teman baik, Zaki, akibat penganiayaan senior ketika yang bersangkutan masuk ITB.

Apa yang sebenarnya menjadi alasan para senior mengerjai junior sampai sebegitu parahnya? Motif klasik adalah ‘balas dendam’, mengerjai junior adalah kesempatan untuk balas dendam atas perbuatan yang dilakukan para senior pada tahun sebelumnya. Tentunya motif semacam ini tidak akan dapat diterima oleh siapapun. Tetapi selain itu ada juga yang dengan berbusa-busa mencari-cari pembenaran atas kegiatan semacam ini. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari menjalin kebersamaan, propaganda ke arah yang baik sampai dengan memupuk kedisiplinan. Tetapi yang jelas saya melihat tidak ada korelasi antara tujuan mulia yang ingin dicapai dengan kejadian yang saya lihat di lapangan.

Apa yang menjadi penyebabnya?

Kekerasan seperti ini sudah terjadi secara tradisional dan turun temurun. Sebelum memasuki suatu sistem yang mendukung kekerasan kemungkinan besar para peserta bukanlah orang-orang yang mendukung kekerasan itu sendiri. Tetapi ketika memasuki sistem, peserta terpengaruh dengan nilai yang ada dalam sistem itu sendiri.

Selain itu mungkin beberapa acara orientasi tidak direncanakan dalam bentuk kekerasan, tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan tidak seperti yang direncanakan. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh psikologi orang yang berkumpul ([crowd psychology](http://en.wikipedia.org/wiki/Crowd_psychology)). Teori contagion mengatakan bahwa kumpulan orang-orang secara hipnotis mempengaruhi anggota-anggotanya secara individu. Orang-orang tersebut menganggap kumpulan mereka sebagai perisai sehingga mereka meninggalkan tanggungjawab mereka sebagai individu masing-masing dan mengikuti emosi kumpulan orang secara keseluruhan. Hasilnya, kumpulan orang-orang tersebut seakan-akan mengajak anggota-anggotanya untuk menjurus kepada aksi-aksi brutal.

Penyebab lainnya adalah [sindrom Stockholm](http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome). Sindrom Stockholm adalah keadaan psikologis dimana korban yang disekap atau disiksa menjalin hubungan positif dengan penangkap atau penyiksanya. Terkadang bahkan korban membantu penyiksanya sendiri untuk mencapai tujuan si penyiksa. Sindrom ini dapat menerangkan mengapa korban masa orientasi siswa/mahasiswa dapat berbaikan dengan senior-seniornya setelah masa penyiksaan dan bahkan melakukan hal yang sama ke junior-juniornya pada tahun berikutnya.

Saya secara pribadi pernah mengalami masa-masa seperti itu, baik sebagai junior maupun sebagai senior. Sebagai junior biasanya saya merasakan hal ini adalah hal yang salah, tetapi ketika menjabat sebagai senior saya dan kawan-kawan justru mendukung diselenggarakannya acara tersebut dan tidak merasa salah sama sekali. Perasaan waswas dan bersalah justru baru muncul ketika adik saya baru mengikuti orientasi siswa.

Bagaimana memutuskan rantai masalah ini? Pihak pengajar yang bertanggung jawab atas keberadaan siswa/mahasiswa di sekolah/kampus tentunya bertanggung jawab untuk menghentikan kegiatan-kegiatan yang tidak bertanggung jawab tersebut. Pihak orang tua siswa/mahasiswa juga bertanggung jawab untuk melarang anak-anaknya mengikuti acara-acara yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Tetapi yang terpenting adalah sikap dari anak didik itu sendiri yang harus dapat menolak kegiatan-kegiatan semacam itu, mereka bukanlah pihak yang sepenuhnya tidak berdaya. Sekali mengikuti acara kekerasan semacam itu, psikologi dan idealisme mereka akan berubah arah.

72 comments

  1. Kekerasan dalam MOS di Indonesia kalo menurut saya sudah mendarah daging. Parah sekali. Bahkan adik saya yang baru masuk SMU 5 di Bandung pun merasakan ospek yang tampaknya tidak terkontrol oleh guru (intimidasi fisik dan non fisik walaupun belom mengarah ke kekerasan).

    Parah… gurunya pun setelah dilaporkan juga masih adem ayem aja…

    PS: Nyoba proxy baru ah…

  2. saya masuk SMP dan SMA bisa dikatakan tanpa Orientasi Studi (OS), kalaupun ada waktu masuk SMA bisa saya katakan cetek (tidak ada kekerasan). masuk kuliah baru kena OS yang bersifat fisik, bukan program kurikulum institusi dan dilakukan selama libur panjang sebelum tingkat dua.

    kadang jika melihat masyarakat sekarang unsur feodal seperti tak mau lepas, hingga saya berkesimpulan cara-cara feodal dilakukan pada waktu OS sebagai simulasi supaya tumbuh counter culture dengan sendirinya. memang unsur fisik jadi alat, yang merusak adalah ketidakpahaman terhadap simulasi itu sendiri dan ketidak hati-hatian semua pihak.

  3. Sebetulnya tujuan awalnya MOS atau masa bimbingan siswa/mahasiswa bagus, hanya pelaksanaannya saja yang tidak bertanggung jawab dan cenderung kurang mendidik dan dijadikan ajang untuk balas dendam para seniornya. Seharusnya di jalankan tanpa kekerasan, karna pada dasarnya MOS/MABIM menurut saya merupakan jembatan antara era sebelumnya ke era baru jenjang pendidikan, pengenalan lingkungan sekolah dan bahkan merupakan proses perekrutan anggota, baik himpunan, senat dll. Diperlukan pengawasan yang ketat untuk pelaksanaannya, agar tidak kelewat batas dan mengarah ke tujuan (jika ingin tetap dilaksanakan).

  4. Masalah ospek ini sudah lama ada di pikiran saya semenjak saya bersekolah di US. Disini terkenal dengan sebutan hazing. Hampir seluruh orang yg saya tahu disini tdk pernah mengalaminya, hanya satu dua org pernah bergabung fraternities ketika bersekolah. Tapi tidak ada yg seperti di Indonesia, semua pelajar baru harus ikut ospek. Bahkan pengalaman saya, kena ospek bukan hanya pas baru masuk sekolah, tapi juga waktu mau ikut organisasi2x yg ada di sekolah/kampus. Dari SMP sampai kuliah ditambah organisasi, kira2x sudah 6 kali d-ospek ditambah di”gencet” dg cewek2x senior.

    Menurut saya, OS hanyalah jalan bagi para senior untuk menunjukan hak senioritasnya. Kasihan. Mereka kira jarak umur 1,2,3-5 tahun membuat mereka merasa punya kuasa yg lebih besar. Setelah selesai kuliah dimana mereka hrs memasuki lapangan pekerjaan, bukan umur siapa yg lebih tua yg lebih dilihat.

    OS itu tidak ada manfaatnya buat fisik dan mental seseorang. Buat yg melakukan atau yg kena ospek. Kalo ada petisi utk menghapus OS dari permukaan bumi Indonesia, I’d like to sign it!

  5. Cara satu2nya untuk menghentikan mata rantai “balas dendam” ini terus berlanjut adalah dengan mulai dari diri sendiri para panitia MOS/OSPEK/PMB untuk rela hati melupakan apa yang pernah dia alami di masa yg lalu dan menatap ke depan bagaimana sebaiknya para siswa/mhs yg baru ini akan di”didik” lebih baik.
    Setau saya kata “didik” dan “ajar” memiliki persepsi yg berbeda :d

  6. OS Sucks! buat siswa baru…
    OS Oke! buat senior/alumni OS (incl. guru)…:))

    kebetulan saya dari masuk SMP, SMU, ampe PT gak pernah kebagian “penyiksaan2” kaya gitu, bahkan setelah jadi senior pun gak ‘dibagi’ jatah “nyiksa” anak baru. cinta damai lah pokoknya, ABCD. :)

    ps: kirain stockholm syndrome itu cuma judul lagunya muse doang.. ;)

  7. Saya sampai sekarang tidak pernah mengerti apa manfaat OS yang dilakukan dengan kekerasan. Menurut saya tidak ada manfaat yang didapat sama sekali.

    #4: Saya setuju dengan anda. Bila ada petisi untuk menghapuskan OS saya akan senang hati menandatanganinya. Sebab OS tidak bisa menjamin untuk tidak dilaksanakan dengan kekerasan.

    #7. [OOT] Suka Muse juga? :)

  8. Untunglah dari SD sampe masuk kerja daku ga pernah dapet OS, paling2 Gathering Night alias kemping bareng dg senior, tapi tanpa ada kekerasan fisik sama sekali. Tapi emang sedih dan sekaligus marah juga ngeliat OS yang sampe ke taraf full body contact gitu. Kalo masih lucu2an sih gpp, yah gila sejenak-lah…heheheh ;p

    HAPUSKAN KEKERASAN!!!

  9. Mungkin krn kekerasan sdh mendarah daging dalam masyarakat (termasuk diri kita)? Lihat saja bagaimana terjadi main hakim sendiri di mana-mana, entah karena alasan senioritas, mayoritas, merasa paling benar, dan alasan-alasan lain yang tidak masuk akal.

    Belum lagi ditambah dgn tayangan tv dan film soal kriminal yang kadang ditampailkan sampai mendetil. Yang mengherankan, pihak yang sering protes soal tayangan berbau sensual malah tidak ada protes sama sekali soal tayangan berbau kekerasan itu padahal kalo bicara soal efek atau pengaruhnya menurut saya justru lebih dahsyat karena bisa sampai menyangkut NYAWA orang lain.

    Kalo sudah begini, untuk menghentikannya bisa dimulai dari diri sendiri, atau dengan campur tangan pemerintah, guru, pemuka agama, dan tokoh masyarakat setempat. Sekarang, mau memulai atau tidak?

  10. Gw kok tidak melihat motif balas dendam sebagai alasan utama diadakannya OS.

    Dalam pandangan gw, banyak yang berpikiran OS itu sebagai ritual yang wajib dijalankan setiap awal tahun ajaran. Menurut pandangan mereka, kalau tidak ada OS, bagaimana kaderisasi bisa berjalan. Atau kalau tidak ada OS, acara penerimaan siswa baru jadi garing.

    Tindakan kekerasan dilakukan lebih karena ritual. Atau mungkin karena pelaksana OS sekarang yang kehilangan ide-ide kreatif.

    Apa yang mereka coba terapkan, kebanyakan berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami. Jadi kalau setahun sebelumnya yang mereka alami itu drama-drama kekerasan, bisa dipastikan apa yang akan coba terapkan kurang lebih ya kekerasan juga. Kalau setahun sebelumnya mereka pernah dikasih tugas-tugas yang seabrek (dan kebanyakan tujuan dan manfaatnya nggak jelas), kurang lebih seperti itu juga yang akan mereka terapkan.

    Tapi yang menyebabkan OS sulit dihilangkan, karena masih banyak pihak yang mempertahankan pendapatnya bahwa OS itu penting. OS itu tidak salah, yang salah pelaksananya, atau yang terjadi bukan kesalahan OS, itu distorsi dilapangan. Apakah yang masih berpendapat seperti itu menutup mata terhadap efek negatif dari OS? Entahlah.

  11. saya dulu juga pernah jadi ‘korban’ Ospek/MOS ini dari mulai masuk SMA, sama mau masuk Kuliah (walaupun diganti ospek jadi PSTP padahal isinya sama aja), kesannya walah sux bener bangun jam stengah empat, mandi (bdg dingin lagi). bawa barang yang aneh2, pake kostum yang aneh2, pokoknya sux dah.
    pas jadi senior justru saya gak ikutan marah2in cuman liatin angkatan baru yang ‘bening2’ :d .

    STOP KEKERASAN!!!!

  12. MOS..abis..gimana yah…MOS itu..akhh…plonco..korban sekaligus pelaku:((:d.

    MOS cuma ngalamin di kampusan doang,..awalnya jadi korban mulai dari fisik sampe non fisik ,kesononya jadi pengkorban (tp g pernah fisik loh)…hahahaha, jahil iya…mukul no !!! hayo ngaku yang dulu pernah jadi senior, g mungkin ga ngisengin adek juniornya ?? enakkan jadi penindas walaupun cuma olok2an doang ? ga jauh beda ama pemimpin2 kita sekarang kan ???

    *masih ada setitik harapan di Indonesia ini*:)

  13. soryy menyimpang. Tadi malem di acara Fenomena TransTv di Medan banyak siswi SMU jual diri dan GURUNYA bertindak sbg perantara/mucikari/germo. Weleh…. :-“

  14. hapus OSPEK!!.. OSPEK cuman jadi ajang balas dendam & ajang cari muka para senior dihadapan para junior. Parahnya juga jadi ajang para senior untuk cari pacar hiks..

    Beruntung saya ndak pernah ikut OSPEK (bolos) walaupun diintimidasi macem-macem he..he..

  15. setuju ama #5.. seharusnya kita bisa melupakan tradisi lalu2 yang jelek dan tidak mengulanginya lagi. Biarin deh kita jadi korban terakhir OS (tapi sampe sekarang masih ada ya korban2?:) OS, MOS, OspeK beneran deh, buang2 duit. suruh bawa macem2. Yang kadang ngga masuk di akal pula. :)

  16. #13: adek gw cowo, napa? Mau jeruk makan jeruk lo? Huehehehe

    BTW, bukannya mau asal tuding, cuma mau mengklarifikasikan saja. Apakah SMU di buah batu tersebut adalah SMU 8?

  17. #23. Tapi perlu lebih flexibel,elastis dalam mencapai tujuan hidup, keras iya lembut iya…jadi seharusnya lebih teratur temponya,kalo kekerasan mulu, munding di tembakin sekalian tuh balon (maha)siswa…kayak iklan minuman 0% kekerasan, 99.99% Jahilnya (NGOSPEK) !!!… :d:d

  18. #5 #18: masalahnya yang sadar adalah kita2 yang sudah merasakan/melihat kenyataan OS, anak2 yang baru masuk SMA/perguruan tinggi mungkin pemikirannya jauh berbeda dengan kita seperti halnya ada beberapa dari kita yang langsung atau tidak langsung jadi salah satu ‘sumber kekerasan’ di sekolah/kampus, padahal tahu kalau itu salah

    #21: itu cuma masalah istilah, tapi kebanyakan orang mengasosiasikan OS dengan kekerasan. yang dimaksud di posting gua adalah kekerasan di sekolah, apapun nama atau bentuknya.

  19. STOP KEKERASAN!!!!
    iyah…nggak penting lagih…

    “nice blog, nggak perlu baca koran udh dihidangin secara siap saji point2 apa yg mo dibaca”

  20. Orientasi pada dasarnya buat kenalan sama lingkunagn baru, sama aja waktu mau belajar linux gw juga di orientasi dulu :(( tanya sana sini, dijawab sekenanya, dikibulin, dikerjain, meskipun ada juga yang jawab beneran dan simpatik. Nilai positifnya, jadi rajin baca RFC, manual, dan bacaan lainnya biar ga di kibulin dan dikerjain para senior yang sok belagu.

  21. Ada teman dekat anak saya, sebut saja namanya Fulan. Suatu ketika mainan yang dipegang anak saya jatuh dan diambil anak lain. Ketika diminta anak saya tidak boleh. Si Fulan langsung berteriak “Hei!!!, kembalikan mainan Dhoniii!!!”. Anak macam Fulan ini pasti bakal tahan mental dengan os. Belakangan saya tahu kalau bapaknya polisi.
    Bukannya saya setuju dengan os. Tapi menurut saya, kalau mau mengubah sistem, ya terlebih dulu kita ubah orangnya. Kita tunjukkan bahwa kita tidak setuju os bukan karena kita lemah dan tidak tahan os. Tapi ada cara yang lebih cerdas untuk “Orientasi Studi”.
    Coba baca komentar Gie tentang OS di catatannya. Lumayan.

  22. #27:

    Ada teman dekat anak saya, sebut saja namanya Fulan. Suatu ketika mainan yang dipegang anak saya jatuh dan diambil anak lain. Ketika diminta anak saya tidak boleh. Si Fulan langsung berteriak “Hei!!!, kembalikan mainan Dhoniii!!!”. Anak macam Fulan ini pasti bakal tahan mental dengan os. Belakangan saya tahu kalau bapaknya polisi.

    wah belum tentu… attitude gak ada hubungannya dengan ‘daya tahan mental’. bisa jadi memiliki attitude positif tapi gak kuat ikut OS secara fisik atau mental. tapi bisa jadi kuat ikut OS tapi gak memiliki attitude yang baik.

    Bukannya saya setuju dengan os. Tapi menurut saya, kalau mau mengubah sistem, ya terlebih dulu kita ubah orangnya. Kita tunjukkan bahwa kita tidak setuju os bukan karena kita lemah dan tidak tahan os. Tapi ada cara yang lebih cerdas untuk “Orientasi Studi”. Coba baca komentar Gie tentang OS di catatannya. Lumayan.

    yang gua gak setuju bukan OS-nya tapi kekerasan di sekolah/kampus apapun namanya, bisa dalam bentuk bentak-bentakan, kontak fisik, pelecehan, dsb. gua gak masalah kalau OS (orientasi studi) diadakan selama tidak mengandung unsur2 kekerasan.

  23. os sux, apa pun itu namanya. kalo mau membimbing adek kelasnya gunakanlah cara yang baik, cara orang yang konon katanya intelek. Saya sendiri heran, masalah ini dari dulu ga ada habis2x-nya dibahas dan sampe sekarang belum ada solusi konkretnya. Kapan mau majunya bangsa ini bung!

  24. os itu sangat perlu , tp yang jadi panitia nya ya siswa baru itu sendiri , ajak nanam pohon kek , namam bunga kek, sambil nyanyi ‘lihat kebunku penuh dengan bunga, ada yang putih en ada yang merah setiap blla..bla…bla ‘ , khan ada hasilnya utk dilihatin ke siswa tahun depan ini looh os versi ‘aa :-”

    are u U ?

  25. Dari masuk smp(90); masuk sma(93); masuk kuliah di ekonomi(96); saat pindah ke ars(97); ‘terintimidasi’ selama 2 semester awal kuliah di ars; diklat tim basket basket unpar(00), selalu tidak luput dari apa yang disebut dgn OS. Bisa dibilang udah sangat kenyang.

    Dr semua itu, sebenernya apa sih yang didapatkan? Bagi saya, kebanyakan nggak ada gunanya. Saya termasuk orang yang menentang hal tsb scr halus saat kuliah, dgn tidak ikut menjadi panitia. Setidaknya masih ada sisi positif yang didapatkan. Di saat kita tertekan, seringkali disitulah muncul bagaimana sifat kita yang sebenarnya. Hal spt itu masih cukup berguna saat memasuki dunia kerja/profesi yang load-nya tinggi.

    Kalau saya disuruh memilih, saya tetap tidak setuju dengan adanya masa orientasi yang ‘masih’ berbau feodal tsb. Semoga saja dapat ditemukan cara yang lebih beradab dan berorientasi pada ‘mendidik’.

  26. #19 kakak sama adik harus ikut milis gajah…

    ternyata ada yang lucu dari kalangan pers TV di Bandung… artikel ini tentang sma di Buahbatu – Bandung, yang disorot adalah SMA di kawasan Belitung

    #21 Cadas…!!!

  27. Satu-satunya OS yang pernah saya alami adalah pada saat penerimaan anggota baru KIT di SMA3.

    Tapi, masih wajar kok… ;)

  28. tujuan awal OS itu adalah pengenalan kepada lingkungan sekolah… tapi memang terjadi salah kaprah oleh orang2 yang menjadi subjek seperti senior dan para guru (porsi lebih banyak kepada senior).

    tapi, saya pikir, kalaupun OS tak diadakan lagi, para senior tetap saja meng-OS-kan juniornya lewat hal-hal yang tidak resmi.
    contoh singkat, palak-memalak. ;)

    jadi, didats pikir, ini udah mendarah daging… dan agak susah untuk dihentikan. Kecuali pihak sekolah benar-benar menerapkan hukuman yang tidak ringan untuk para pelaku OS tak resmi. ;)

  29. pas jadi siswa / mahasiswa apalagi senior
    sepertinya dah nggak ada yang mengalahkan
    seperti jadi raja di sekolah / di kampus….

    pas mulai cari kerja baru tahu bahwa jadi
    raja di Sekolah / kampus nggak ada gunanya
    karena toh attitude dan keahlian yang lebih
    dibutuhkan…… makanya banyak temen yang
    dulunya culun di Sekolah / kampus sekarang
    malah jadi boss…… beda sama yang dulunya
    raja malah jadi kuli……

    bisanya senior yang jadi raja yang suka dengan
    yang namanya ospek dkk….

    silahkan pilih mau jadi boss ato kuli ?

  30. yang gua gak setuju bukan OS-nya tapi kekerasan di sekolah/kampus apapun namanya, bisa dalam bentuk bentak-bentakan, kontak fisik, pelecehan, dsb. gua gak masalah kalau OS (orientasi studi) diadakan selama tidak mengandung unsur2 kekerasan.

    Yang namanya kekerasan, pasti ada laah. Itu kenyataan. Dan dengan apa kamu mau merubahnya? dengan complain lewat blog ini?.
    Kalaupun ente jadi mendikbud, kemudian mengeluarkan peraturan untuk melarang kekerasan di sekolah, saya ragu kekerasan akan hilang. Kekerasan akan selalu ada. Hadapilah kenyataan.

  31. #38: lho, gua emang gak bakal bisa menghilangkan kekerasan di sekolah/kampus, tapi bukan berarti kekerasan di sekolah/kampus itu bisa dibenarkan & bukan sesuatu yg layak diperjuangkan untuk dihapuskan.

  32. kalo kita mikir sesuatu gak bisa diubah, maka sesuatu itu gak bakal bisa berubah. makanya harus diniatin, niat nggak?

    #35 emang PAB KIT itu bisa diitung kekerasan ya?:) perasaan gak ada apa2nya, dibanding LKSnya OSIS apalagi KANST…

  33. #34, emangnya gak boleh komplain via blog ya? :P

    Menurut gw, dengan membahas soal kekerasan seperti itu di blog akan lebih baik daripada diam saja membiarkan kekerasan menjadi budaya di negeri ini :(

    Mungkin kita tidak bisa menghilangkan budaya kekerasan di negeri ini secara seketika. Namun jika memang bersungguh-sungguh, apapun caranya, semuanya dapat membantu sedikit demi sedikit menyadarkan orang agar tidak melakukan kekerasan terdahap mahluk hidup lain. Minimal dimulai dari diri sendiri untuk tidak melakukan tindakan kekerasan.

    Jika bisa menyerukan ketidaksetujuan terhadap aksi kekerasan itu via blog, mengapa tidak?

  34. bung priyadi anak FT ya ? gimana nih peran priyadi ketika jadi panitia saat OS di HMFT ?? apa berusaha koar-koar anti kekerasan ? atau ikut nikmati nge os juga ?

  35. Hmmm…masuk sekolah mahal, SPP juga mahal, masih dimarah-marahin pula. Gara-gara tidak ikutan OS sy malah tidak diijinkan masuk himpunan, dan diusir kaya unggas. Nanti lain kali kalau generasi anak saya mau masuk sekolah dan diperlakukan seperti ini, dijamin deh tuh sekolah plus senior-seniornya digugat via pengadilan…hehehe :) Os lebih cocok untuk sekolahan yang akan mencetak preman.

  36. gua suka OS, tapi gua gak suka OS yg mengandung kekerasan. terutama pake gebug/tendang/tampar etc. menurut gue seni OS adalah gimana caranya kita bikin anak baru nurut dgn OS tanpa harus di intimidasi dgn kekerasan. menurut gue ini lebih mendidik daripada pake kekerasan, karena in REAL LIFE, boss/dosen lu gak akan nampar eloe karena tugas telat atau lu gak becus kerja. dia bakal teriak teriak, dia bakal teken mental eloe.
    Thank GOD Himpunan gue tidak pake kekerasan OS nya. setidaknya pas gue masih di kampus.
    senseless banget kematian teman teman kita yg mati karena OS.

  37. #48 kanst sih gak tau, orang gak ikutan. LKS masih tergolong “aman terkendali” begitu, ganti.. :)

    cuma KIT aja kayanya rada bodor.. tapi asik lah senang2, tau deh gimana sekarang.

  38. “…Kita juga waktu SMA dulu, lebih keras dari ini kan,” ujar seorang guru…

    Ini yang seringkali jadi landasan pemikiran dan ‘legalisasi’ atas bentuk kekerasan itu buat yang merasa dirinya senior, atau bahkan yang seharusnya menjadi pengayom.

    Saya dulu pernah protes pada dosen saya waktu baru masuk, karena saya baru kali itu mengalami yang namanya OPSPEK (di SMP dan SMA tempat saya dulu, semua bentuk kegiatan seperti itu DILARANG –syukurlah–), dan jawabannya persis sama seperti itu, seolah-olah alasan seperti itu legal dan kegiatan seperti itu bermanfaat untuk mendidik kedisiplinan dengan pemikiran, “..toh apa yang saya (mereka) lakukan masih jauh lebih ringan dari apa yang saya alami dulu..”, menyedihkan…

  39. #47 gue setuju juga sama pendapatnya. Dimanapun (di sekolah, di rumah or di tempat kerja) kita kan pasti ada masa adaptasi. Jujur aja, pas di tempat baru pasti bakal ada yang bakalan “nge-press” mental kita, tul nggak? Pengalaman gw sih nunjukin begitu. So, OS yang ngajarin kita agar tough, ogut setuju. OS yang pake plak, buk, dzig, dll sori aja deh…

  40. #49 dan #50 : wah wah anak kit ya? ini mah pasti toni lepet yg di hukum ui,,, jgn ngomongin kit dong, soalnya dulu g yang merancang ‘kekerasan’ tersebut.. dan g skarang jadi menyesal.. bukan apa2, tp kynya itu anak2 sma yg masih kecil… tp makin ksini g makin lembek dan gampang kasian..

    kasian banget kalo liat anak2 diospek, terutama yang berlebihan.. kl cuma semacam oskm di itb sih lucu2 aj..

    kanst?mantap abis!!! tonjokan, tendangan dan tamparan mah std pisan, pdhal buat sma.. kasian kan..

    os jangan distop, tp DIUBAH! OS cerdas bisa aja kan, yang penting jahilnya ko!!

    apa kabar mas pri! ko ga pernah kebandung lagi??

  41. Hmmm_SMA di Buah Batu?? aLmamater saya dunK=)
    HonestLy, saya aLumni SMA trsbut yang kebetulan waktu itu (angkatan 2004 masuk) mendapat amanah as Badan Pelindungnya kegiatan MOS(saya keluar thun 2004). YUP saya akui smuanya memang telah terframe menjadi TRadisi…bisa jadi senior2 yang meng-MOS- anak bapak (bapak Kan??) adalah hasil MOS angkatan saya. dan dari cerita pada blog bapak, Itu merupakan Skenario dari zaman Saya saat di MOS oleh senior saya. Alias itu skenario BASI BGT! dari duLuuu…hari t’akhir MOS di SMA tersebut emang ky gtu…
    Yaah saya harap dengan adanya blog ini, bisa jadi bahan masukan bwat SMA yang bersangkutan dan panitia (guru maupun senior2) supaya bikin skenario MOS yang lebih FUN+Cerdas+Kreatif tanpa memberikan stressor yang bisa mengganggu psikologis siswa baru–HAyoH SMA di BUbaT!!Ngakunya SMA favorit?? Kreatif Dooonk!Jangan Malu-maluin aLmamater Yaa :)>-:)>-:)>-

  42. :((:((:((

    gimana bangsa kita mo maju, kalo dalam dunia pendidikan yang katanya menjadi tempat menuntut ilmu malah terkontaminasi sama kekerasan. Hanya orang-orang unsivilise (tdk beradap) aja yg mggunakan kekerasan… :)>-

  43. :)kayaknya……
    jadi pengen nimbrung:)
    selama aku 19 taun idup
    juga MOS yang palg berat tu jaman….
    gak da de…./:)
    mungkin soalnya aku biasa dikerasin,
    so…
    cuek aja lagi.
    n’ waktu aku kul.
    aku mask fapsi yang dimana
    humanity banget:x
    so…
    ospek qt disini
    mlh qt disayang dan dimanja ma kakak kelas
    jadinya repot juga buat aq
    yang bukan tipe org mau diperhatiin or mau merhatiin.
    but anyway,
    di satu sisi kekerasan emang bikin qt lebih kuat
    tapi dengan catatan bagi yang kuat,
    disisi lain,
    kekerasan hanya akan memperpanjang masalah
    bukan nylesein
    OTRE ?!

  44. gue pingin banget menghapus budaya OSPEK dikalangan mahasiswa, karena tuh gak berguna bnget.
    bisa gak ada yang bantu cari UU legalisasi ospek
    sent email ke oshin_d@plasa.com pliszzzzzzzzz:((

  45. sebenarnya MOS atau OSPEK tujuannya kan baik.. mengenalkan murid/mahasiswa baru dengan kondisi sekolah/kampus…
    saya rasa kalau konsepnya bagus pastinya juga bagus
    di teknik Universitas Indonesia juga ada yang namanya PPAM (semacam OSPEk) namun konsep yang dibawa bagus.. banyak pelatihan2 dan mencoba untuk menyadarkan mahasiswa baru tentang pentingnya kemahasiswaan..
    memang tak dapat dihindari yang namanya teriakan2.. namun semua itu ada esensinya..
    manusia itu cenderung akan menjadi lebih kompak dan bersatu kalau bersama-sama dalam penderitaaan.. kalau bersama dalam kesenangan biasanya karakter asli tidak akan muncul…
    saya rasa OSPEK itu bagus kalau memang disusun dengan konsep yang bagus.. semua kegiatannya beresensi..
    yah… inikan cuma komentar..

  46. sebenere MOS hanya di manfaatkan untuk mendidik para mahasiswa/siswa baru untuk lebih mengenal sopan santun terhadap kakak angkatan, dan sebagai momen untuk balas dendam saja. jd ngapain diadain MOS segala cukup dengan makrap lebih baikkan!!!!!!!!!!:)>-:x

  47. Saya setuju dengan OS….
    sedari SLTP smpai Kul d UGM sy slalu mengikuti OS..emang ada perasaan sebal ketika menjadi JUNIOR..orang waras juga pasti akan sebal kalau sesuatu yang tidak disukai itu dialami….
    itu sisi negatif yang kita lihat..coba renungkan baik-baik, pasti ada sisi baik dari OS itu..
    alhamdulillah selama sy mjd JUNIOR, tdk ada kekerasan fisik, hanya bentakan-bentakan saja…biarkan…ibaratkan hal itu seperti orang yang hendak meluapkan kekesalannya.biasa kan?toh itu juga acting yang diberi bumbu balas dendam..
    terkadang akan dijumpai pula bentakan-bentakan itu ketika sedang ada dalam proses belajar mengajar di kelas maupun kuliah..i guess, it doesn’t matter!lagipula SENIOR tdk akan org memberi hukuman dlm OS kalau JUNIOR tdk berbuat salah/tidak disiplin!pengecualian kl qt istimewa di mata SENIOR..pasti jadi inceran!nikmati saja!anggap mereka org-org gemeinschaft/org desa yang jarang bisa melihat orang istimewa!iya kan?!jangan mw qt dianggap kalah dan lemah!

    ada OS pasti ada penugasan…suruh bawa inilah itulah…bahkan selalu menyita waktu tidur kita..tp coba renungkan..g ada salahnya penugasan itu!selama penugasan itu berkaitan dengan pendidikan yang akan kita geluti!justru hal itu merupakan pemanasan bagi mahasiswa/siswa dalam kampus/sekolah..hal itu melatih qt untuk menghargai waktu..artinya kita harus bisa me-manage waktu..dan melatih akal dalam penugasan itu..
    dlm OS juga pasti ada pengenalan sekolah/kampus…jd, apakah itu juga sisi buruk????????

    open ur eyes, guys!

    semua di dunia ini pasti ada sisi positif dan negatifnya…tapi kalau kita terus menggembor-gemborkan sisi negatif..ya yang akan terus terasa ya sisi negatif itu..itulah kejelekan kita!kenapa c yang sisi buruk selalu diungkit-ungkit tanpa melihat sisi negatifnya?

    mencuri ayam saja sampai dipukuli babak belur, sedangkan mencuri uang rakyat (korupsi) diapakan coba??????????

    maksudnya, sisi negatif yang sedikit efeknya saja sampai dihukum tp knp yang besar negatifnya tidak?

    Wallahu’alam…

    Note:

    in my opinion: 58# makrab tidak bs dilaksanakan dlm jumlah mahasiswa/siswa dalam jumlah yang banyak..makrab adlh malam keakraban..akan lebih efektif jika dilakukan dalam penjurusan kelas/program studi..

  48. #59:

    mencuri ayam saja sampai dipukuli babak belur, sedangkan mencuri uang rakyat (korupsi) diapakan coba??????????
    maksudnya, sisi negatif yang sedikit efeknya saja sampai dihukum tp knp yang besar negatifnya tidak?

    ini argumen klasik. pencuri ayam yang tertangkap protes karena koruptor kakap gak ditangkap. tapi sebenarnya, pencuri ayam tetap salah, terlepas dari apakah koruptor ditangkap atau tidak. itu cuma akal2an si pencuri ayam untuk mencari pembenaran.

    jadi, akui sajalah kalau OS (atau apalah namanya sekarang) itu salah :)

  49. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

    Hak bagnsa Indonesia adalah bebas dari belenggu kemiskinan dan kebodohan.

    Pendidikan sekolah adalah menindas. (paolo Friere)

  50. #59 saya cocok sama situ.
    Di dunia ini selalu ada 2 hal yang berseberangan.
    OSPEK sebenernya punya nilai positif, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

    Pengalaman saya, jadi panitia OSPEK sama jadi MaBa ternyata lebih frustasi ketika jadi panitianya. Cobain deh kapan-kapan…

    Satu lagi,
    Kekerasan emang udah ngga jaman.
    Tapi hidup ini keras, Bung!
    Jangan dipungkiri, karena kenyataannya dari kekerasan itulah kita belajar arti kelembutan.

    Buat calon mahasiswa baru semester depan: jangan takut ikut OSPEK. Banyak nilai yang bisa kita dapat dari kegiatan itu. Jangan jadikan penindasan dan bentakan yang didapat selama kegiatan sebagai suatu hal yang harus ditakutkan, tapi jadikan cambuk untuk memperlihatkan keunggulan yang ada dalam diri kalian. Kalo emang kalian ngerasa bener, ya bela diri kalian! Emang sebenernya itu yang diharapkan senior dan panitia dengan membentak kalian: supaya kalian berani mempertahankan argumen kalian.

    Buat yang uda jadi senior: jadilah senior yang bisa dicontoh.

  51. [-(selama gw belajar di tiongkok, gw belum pernah liat atau dengar ada yang diospek di sini. tanpa ospek pun mereka bisa mengenal lingkungan sekolah dengan baik, bisa mengikuti kegiatan atau ekskul yang ada di sekolahnya, dan bisa berkomunikasi dengan senior dan para guru.
    jadi..indonesia aja yang aneh, ngapain pake ospek segala..kegiatan gak berguna masih juga diselenggarakan. malah ada yang sampe meninggal.
    gw juga masih ingat senior gw waktu SMA, galaknya minta ampun, suruh bawa ini itu, bentak sana sini. setelah ospek bukannya kita jadi berteman sama senior, malah musuhan.. senior apaan, ditanya pelajaran malah bengong, kalo urusan ngerjain orang,,,wuih…paling pinter!!!! busyet dah

  52. thanx…artikel bagus, komentar2nya juga bagus. malah gw jadiin bahan buat presentasi kuliah gw:d

  53. #56…kita yang bikin UU nya! gw setuju banget,,,soalnya harus dihapus, gw gak mau anak gw ntar masih aja jadi korban OS..benciiiiiiiiiiiiiii

  54. mas da usulan OS yang ga da kekerasan. Tpi tetep ada penerapan kedisplinan waktu, pakaian dll. yang memang itu penting buat mereka..kayak disuruh datang tepat waktu dsb. kan perlu ketegasan tuh….kira2 caranya gmana ya?
    terus kalo Ospek yang peserta 2000an orang, cara ngaturnya gmana ya? klo ga di gentak..entar mereka malah brisik ga mau diem, ga rapi barisnya ga mau dengerin pembicaranya dsb…terus buat Upgrade mental mereka kira2 caranya gamana?kita kan ga mau kalo mereka punya mental Tempe yang manja terhadap permasalahan….da solusi ga mas?

  55. Jika ingin ada OSPEK lakukanlah dengan aturan yang baik, pesan untuk para senior pria janganlah mengambil kesempatan dari kesempitan dengan berusaha melakukan tindakan yang tidak senonoh kepada calon mahasiswi yaitu yang biasanya terjadi adanya upaya penggombalan, cubit cubitan dan tindakan yang mengarah kearah perbuatan pecelehan seksual ( mengurung mahasiswi di ruangan gelap dengan di kepung oleh para pria ) sampai adajuga yang dipegang – pegang

    beginikah wajah pendidikan dan OSPEK di Indonesia

    MEMALUKAN

Leave a Reply to ratih Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *