Segitiga Kehidupan… Atau Kematian?

Setelah musibah [Gempa Yogyakarta](https://priyadi.net/archives/2006/05/27/gempa-yogyakarta/) (dan Gempa Nias terdahulu) terjadi, ada sebuah surat berantai yang banyak beredar di milis-milis. Surat berantai ini berjudul kurang lebih ‘Segitiga Kehidupan -Bagaimana Menyelamatkan Diri Dari Gempa’. Intinya jika terjadi gempa berlindunglah di samping benda yang berukuran besar, dan jangan berlindung di bawah sesuatu. Isi lengkap dari email itu bisa dilihat misalnya di [milis IndoFirstAid](http://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/message/2554?viscount=100).

Tetapi apakah melakukan hal tersebut ketika gempa terjadi adalah ide yang bagus?

Pesan tersebut merupakan terjemahan dari email berantai serupa yang ditulis dalam Bahasa Inggris, judul aslinya adalah [“Triangle of Life”](http://en.wikipedia.org/wiki/Triangle_of_Life). Penulisnya adalah Doug Copp, seseorang yang mengaku sebagai pimpinan dari the American Rescue Team International (ARTI), sebuah organisasi tim penyelamat yang paling berpengalaman di dunia.

Taktik ‘Drop, Cover, and Hold On’ adalah sebuah taktik standar yang umum diajarkan ke penduduk daerah-daerah yang rawan gempa di Amerika Serikat. Beberapa daerah di Amerika Serikat melatih siswa sekolah untuk melakukan taktik ini sebagai persiapan menghadapi bencana gempa. Sedangkan Doug Copp pada dasarnya mengatakan bahwa “Drop, Cover, and Hold On” adalah taktik yang berbahaya, dan menganjurkan taktik “Triangle of Life”.

Rocky Lopes, Ph.D, dari Palang Merah Amerika Serikat mengatakan bahwa taktik “Drop, Cover, and Hold On” [menyelamatkan jiwa, dan bukan sebaliknya](http://www2.bpaonline.org/Emergencyprep/arc-on-doug-copp.html).

> We contend that “Drop, Cover, and Hold On” indeed SAVED lives, not killed people. Because the research continues to demonstrate that, in the U.S., “Drop, Cover, and Hold On!” works, the American Red Cross remains behind that recommendation. It is the simplest, reliable, and easiest method to teach people, including children.

> The American Red Cross has not recommended use of a doorway for earthquake protection for more than a decade. The problem is that many doorways are not built into the structural integrity of a building, and may not offer protection. Also, simply put, doorways are not suitable for more than one person at a time.

Walaupun demikian, Rocky Lopes juga berpesan bahwa taktik “Drop, Cover, and Hold On” cocok untuk daerah Amerika Serikat sesuai dengan standar pembuatan bangunan yang dianut Amerika Serikat. Dan taktik ini belum tentu sesuai dengan kondisi pada negara lain.

Pesan dari Marla Petal, Ph.D. –peneliti di Institus Penelitian Gempa Bumi, Universitas Bogaziçi, Turki– bernada lebih keras lagi: [Douglas Copp – Worse Than Urban Legend: Dangerous Advice! And Now For Some Good Advice for Earthquake Safety](http://www.earthquakecountry.info/dropcoverholdon/Petal_on_Copp.pdf).

> In case you don’t have time to read all of Linthicum’s articles, I think it fair to summarize that she tracked sources across the country and across the world. The pithiest quotes:

> * NY Fire Dept Chief John Normal, in charge of the rescue and recovery effort calls Copp’s claims of heroism at ground zero “a fraud” and “a bald-faced liar”.
> * Chase Sargent, Virginia Beach VA fire battalion chief and FEMA task force member “Anybody who’s legitimate in this business knows who this knucklehead is”
> * T. H. Lang, publisher of Albuquerque Journal – began to detect that Copp’s story “sounded arrogant, braggadocio. It was astoundingly preposterous.”
> * Stephen Lentz, New Mexico Archeologist was writing a screenplay about Copp, but says “he didn’t do anything”, that he “blackened his face by rubbing soot on it, so he would look like he had been in a dangerous place”. Lentz now likens him to a circus promoter and says, “I think basically he was a fraud and a bombast”.
> * Ron Hadani, volunteer who Copp said would vouch for him said of what he observed, “it was not serious rescue work”

Marla Petal yang berasal dari Turki –tempat dimana Cobb melakukan ‘percobaan’ yang selalu disebut-sebut tersebut– juga mengatakan:

> No less gullible than the rest Turkish rescue volunteers of AKUT and many others in the media gravitated to Copp’s sensationalist claims. In Turkey, following the devastating 1999 Kocaeli earthquake, this led to disinformation on a massive scale. Based on Copp’s so-called “evidence”, mass media outlets publicized the advice to “get down next to a refrigerator”, “get out of your carand get down by it”, “assume a fetal position” and “make a big box of books or newspaper” to crouch down next to in case of earthquake.

> For those of us who are researchers and public educators in the field of earthquake mitigation and preparedness, Copp’s advice is plainly dangerous. But now that Doug Copp has gotten your attention about earthquake safety, I’d like to address some of the claims he makes that may have piqued your curiosity – because it’s always good to hone our ability to think critically – and there are things you can and should do to be safer from earthquakes.

Albuquerque Journal juga pernah membuat sebuah serial artikel tentang Doug Copp dan klaim-klaimnya: [New Mexican’s Claims of Ground Zero Rescue Work Called Into Question](http://www.abqjournal.com/terror/).

> Self-proclaimed rescue guru Doug Copp’s mission to ground zero was considered so important that he had clearance to be flown to New York even though all civilian air traffic in the United States had been grounded. Once there, he says he assumed a pivotal role and sustained devastating injuries while wading through the “toxic soup” in search of survivors and victims, and was awarded nearly $650,000 for his injuries. But there is little evidence Copp performed real rescue work, and it is doubtful that he deserves compensation.

Pesan email berantai memang biasanya mengganggu, tetapi yang satu ini mungkin bisa merengut jiwa pembacanya.

Informasi lebih lanjut:

* [Triangle of Life](http://snopes.com/crime/warnings/triangle.asp) di Snopes.com
* [Triangle of Life](http://en.wikipedia.org/wiki/Triangle_of_Life) di Wikipedia
* [Doug Copp: Disaster Expert or Massive Fraud?](http://lizditz.typepad.com/i_speak_of_dreams/2004/09/disaster_hero_w.html)

48 comments

  1. Dari awal saya juga agak curiga :-? , ada yg ga beres ama email berantai itu….akhirnya terbukti juga, itu email hoax. \:d/

  2. makes sense juga sih…
    kalo kita ada di samping sesuatu, trus itu benda gak kuat menahan “goyangan” lalu ambruk…ya yg ada di dekatnyalah yg pasti ketiban…
    untuk yg satu ini lebih tepat: “the bigger, the deadlier”

    [-(

  3. Teori Drop cover n Hold on kyknya gak berlaku di daerah bantul dan Klaten, soalnya bangunannya tua2, ya semua jadi ikutan roboh :((:((

    (Hasil pengamatan langsung dilapangan)

  4. waa..baru saja mengomentari email berantai tentang Dougg Coupp ini . Repot dunia sekarang ini . Harus hati-hati bahkan dengan informasi yang tampak otentik sekalipun .

  5. Sepertinya untuk kasus bangunan di Indonesia (khusus jawa apa ya?) perlu diadakan penelitian untuk taktik keselamatan terhadap gempa.
    Btw, triangle of life ini juga dikemukakan di acaranya om Farhan dengan model-nya kiwil.
    Dari awal baca tulisan triangle of life, sudah ragu kalau nggak bisa diterapin di Indonesia.

  6. Akhirnya… dibahas juga sama om Pri, jadi aku tak perlu repot2 posting :d
    Beredar dari milis ke milis, sudah 2 tahun pengembaraannya.

  7. Hasil baca sepintas, menurut saya justru metode ini (triangle of life) cocoknya di negara berkembang kayak Indonesia. Dimana infrastrukturnya banyak yang asal-asalan. Sedangkan metode “Drop, Cover, and Hold On” cocoknya di US yang standar bangunannya bermutu. Jadi gak ada yang salah dengan email berantai tadi, karena Dougg Coupp mengatakan jika metode kedua yang dipakai (sembunyi di kolong meja salahsatunya) dimana meja ternyata ikut remuk maka fatal jadinya.
    Yah, pintar2lah milih metode, disamping terus istighfar dan berdoa menyebut nama Allah, selama gempa berlangsung. Turut berdukacita bagi korban gempa Yogyakarta.

  8. #18: sebenarnya berbahaya juga karena gempa bisa menggoyang secara horizontal, yang justru bisa merubuhkan objek yang tinggi walaupun kuat.

  9. Saya pernah nonton itu filem dokumenternya di televisi, dan terbukti boneka2 yang ada di samping benda2 besar itu banyak yang “selamat”.

    Btw pri, komen2 yang gak relevan dgn isi blognya apa ga sebaiknya dihapus? :-” pusing nungguin halamannya kebuka, ternyata kebanyakan komentar2 yang tidak ada nyawanya. ~X(

  10. Ini hanya teori. Praktiknya? Belum tentu sesuai harapan. Email ini sebenarnya juga tidak salah. Dalam kondisi darurat, ‘bersembunyi’ di balik tempat yang lebih kuat memang lebih aman dari pada lari –dengan risiko keruntuhan bangunan –mengingat waktu sangat singkat. Secara teori, bangunan yang runtuh akan mengenai tempat berlindung, dan kita akan tepat berada di ruang segitiga di antaranya. Namun, dengan berlindung seperti ini juga tidak jaminan akan selamat. :-“

  11. #20: dari marla petal:

    Copp likes to base his evidence on the Turkish “experiment” that he was involved with.
    Unfortunately, unbeknownst to all involved, this was not an experiment at all, but rather a voluntary
    organization’s search and rescue exercise. My colleagues in Turkey corroborate that a building
    scheduled for demolition was used as a search and rescue training opportunity. They did decide to
    put the mannequins in different spots to see what would happen. And indeed they reported finding
    mannequins unharmed next to large and heavy objects.

    What is the problem with this? Simply this: To collapse the building, they tied ropes around the
    columns and yanked them out, causing the building to pancake. They did NOT simulate an
    earthquake. Earthquakes come in waves. They cause lateral shaking. They cause a variety of
    different kinds of damage. Since this experiment didn’t produce anything resembling shaking it
    really doesn’t tell us anything at all about what would happen during an earthquake. It could be that
    the large and heavy furniture would end up at the other end of the room, nowhere near where it
    began. Assuming even for a moment that an experiment could be done to support the hypothesis,
    the reality is that the particular results from a pancake collapse, while certainly the most fatal,
    represents the least common type of reinforced concrete building collapse. There are at least 4 other
    major types of collapse. Less than 3% of damaged buildings in the Kocaeli earthquake were
    pancaked. So these results would tell us precious little about what might happen to people in all the
    other buildings… the other 97% of damaged buildings as well as the many undamaged buildings.
    Formulating the questions in order to advise EVERYONE about what to do when the shaking starts
    is much more complex than the evidence in front of Copp’s eyes.

    soal komen susah diapus, nanti pointer ke nomer komen bakalan out of sync :(

  12. Wah .. kirain segitiga ‘D’
    Daerah Istimewa Aceh (DIA) – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) – Daerah Khusus Ibukota (DKI)
    Ramalan permadi tuh !!! :-?

  13. Theory bung Copp, mungkin betul, hanya berlaku di amrik, dimana rumah penduduk nya kebanyakan dibuat dari kayu, dan berbeda dgn rumah orang indo, kebanyakan dari bahan kongkrit alias semen. Sebaiknya di indo harus ada research tentang gimana cara nya penanggulangan gempa dan tsunami. Dan sesudah itu, masyarakat di beri pengarahan (atau dimasukan kurikulum sekolah, tentang penanggulangan bencana). jadi saat bencana alam terjadi, minimal bisa mengurangi korban (masyarakat tahu gimana cara menghadapi bencana). Karena bencana alam tidak akan bisa dihindari ataupun di stop, karena itu sudah kehendak yang diatas. Dan semua yang terjadi akan ada hikmahnya.

  14. #12: Bukannya sebaliknya, Bu? Menurut saya, banyaknya korban yang jatuh akibat gempa di Bantul adalah karena rakyat kita tidak pernah diajarkan cara melindungi diri dari bencana gempa. (Tanpa maksud untuk membandingkan dengan rakyat di Jepang)

    Reaksi sebagian besar orang (termasuk saya) ketika terjadi gempa adalah berlari keluar rumah. Karena struktur bangunan di Bantul sudah tua, akibatnya banyak yang terluka ketika bangunannya roboh duluan. Beberapa Ibu berhasil menyelamatkan anaknya dengan menjadikan tubuhnya sebagai tameng http://www.kompas.com/kesehatan/news/0606/02/070635.htm

    Menurut saya, hal ini merupakan bukti bahwa teori “Drop cover n Hold on”sebenarnya bisa diterapkan.

  15. Kalo gak salah di National Geographic Indonesia ada artikel tentang daerah-daerah gempa bumi di dunia ini.
    Salas satunya ada foto latihan antisipasi gempa, dimana foto itu memperlihatkan anak-anak TK pada sembunyi di bawah meja di ruang kelas mereka.

  16. Dulu sekali ada pribahasa yang mengatakan “kalau takut dilanun ombak jangan berumah ditepi pantai”
    ya kalau takut gempa, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, korupsi, kolusi, nepotisme ya jangan tinggal di indonesia ……. kaburrrrrrrr :d

  17. he..he… kena sentil deh sama mas Priyadi :(( setelah dikomplain orang sak indonesia.
    iya nih mas susah juga kalo artikel yang meyakinkan malah menyesatkan, untung nggak di publish di situs yang kemarin sempat down wah lebih gawat (bisa kena Priyadi Effect !!)
    makasih udah kita kasih klarifikasi di milis.

  18. Pengalaman pribadi sekalipun memang sebaiknya jangan dijadikan tolak ukur pembuatan sebuah prosedur. Apalagi prosedur penyelamatan jiwa. Mudah-mudahan Bapak Ibu Anggota Dewan Yang Terhormat tidak membuat rancangan undang-undang yang berlandaskan pengalaman priyadi… eh, pribadi. :-“

  19. mungkin penjelasan secara ‘mekanika teknik’ (sok serius nih) bisa membantu.
    Benda akan tegar kalau membentuk segitiga, dengan demikian bentuk paling tegar adalah piramid. kalau bentuknya kotak /kubus, justru tidak tegar. Ini mungkin yang harus menjadi perhatian bila berlindung di bawah meja. Struktur bentuk kubus dari meja sebenarnya tidak tegar secara mekanika, terutama bila pada ujung kaki meja yang menopang daun meja tidak ada segitiga siku pengganjal.

    Saya kira bentuk segitiga menjadi lebih aman, namun dengan berbaring di sisi sofa justru akan beresiko tertimpa langsung reruntuhan.

    mungkin akan lebih aman ‘membuat sendiri’ segitiga perlindungan dengan menyandarkan sesuatu (kursi/balok) pada benda lain (kursi/balok) sehingga membentuk sebuah ‘lorong segitiga’ dimana seseorang bisa berlindung di dalamnya.
    Cuman, … kalau sedang gempa apa masih terpikir seperti itu? Insting/refleks paling masuk akal adalah berlindung di kolong meja atau lari keluar. Saya kira dengan berlindung di kolong, peluang selamat meningkat lebih tinggi daripada bengong…

  20. Aku dapat juga Forward nya :D, bagus tuk dibaca… tp moga2 aja gak perlu di praktekkan, jangan ada gempa lagi dech :( NGERI….

    Barusan juga dapat lagi Ym berantai tentang gempa dan tsunami 11 juni… :D, di bahas gak nih, om Pri..;))

  21. Semuanya kembali keada Tuhan Yang Maha Esa, hanya kepadanyalah kita meminta pertolongan. Hampir semua bencana kita bisa bikin teory untuk berlindung, tapi kalau Gempa sulit, yang mana karena datangnya gempa sangat-sangat tidak bisa diprediksi ditambah kita sudah banyak yang tahu bagaimana ngerinya dampak gempa ini, begitu goyangan terasa, jantung langsung berdebar kencang, lutus lemas tak bisa jalan, hanya mulut saja yang bisa bergerak untuk komat-kamit mengagungkan nama Tuhan dan memohon keselamatan kepadaNya atau berteriak gempa-gempa sambil mau nangis. ini pengalaman saya yang pernah merasakan gempa kuat di sumatra. tadi pagi dini hari juga begitu, saya tanya semua orang ya begitu. Susah mau nerapinnya

  22. lho, hoax ini muncul juga di koran tempo edisi minggu. gila juga ya kl pada baca & percaya. koran tempo = penyebar hoax dong kl gitu

  23. #37, mungkin bener juga dibikin segitiga sengaja, tapi bikinnya jgn pas gempa dong, mana sempet….
    dibikin saja bangunannya collapsible secara deterministik. Jadi kalau atap collaps, yang collaps selalu sisi yang tertentu, di sisi yang lain sudah pasti terbentuk segitiga tsb. jadi waktu gempa tinggal merapat ke dinding tertentu saja. Bagus lagi kalau struktur ini dibuat kontinu sehingga membentuk lorong keluar bangunan.
    Ide lain: bangunan dibikin super rigid, jadi gak collapse, tapi masih bisa ketindihan perabot hehehe.
    Ide lain lagi: bangunan dibikin super lentur dan perabotan juga dibikin lentur tapi selalu tetap pada posisinya (dipaku ke dinding/lantai). tinggal orangnya cari perlindungan di tempat empuk kayak kasur. Tapi kalau lenturnya karena bangunan dari kayu, ceritanya laen lagi kalau kebakaran……

  24. Apa itu HOAX ?
    Yang jelas, mulai sekarang kita harus belajar untuk lebih mencintai dan menjaga alam dan lingkungan, supaya alam juga cinta dan menjaga kita…Trus, tawakkal dengan kehendak Allah SWT dan mohon perlindungan selalu serta mengharap hikmah positif setelahnya. Amin.

  25. kita kene ingat Allah.Tuhan sekelian alam.sume yang berlaku dalam dunia ni adalah kehendak Allah SWT.sume tu adalah ujian drp Allah.kita kene tabah menghadapi.jangan mengeluh.em kita kene mintak perlindungan dr Dia.sentiasa berdoa.as we know,masjid2 sumenye tak musnah mase berlakunye bencana..fikir2kn lah…

Leave a Reply to fathirhamdi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *