Kalkulator di Kelas

Kalkulator

Sewaktu kuliah dulu saya sering mengklasifikasikan pengajar ke dalam tiga kelompok: pengajar konservatif, pengajar moderat dan pengajar liberal. Dalam urusan penggunaan kalkulator, pengajar liberal cenderung mengizinkan dan bahkan menganjurkan penggunaan kalkulator, termasuk sewaktu ujian. Pengajar konservatif cenderung untuk melarang segala jenis alat bantu elektronik, termasuk di antaranya kalkulator. Sedangkan pengajar moderat berada di antara kedua titik ekstrim tersebut, terkadang mengizinkan dan terkadang tidak mengizinkan tergantung pada situasi.

Kemarin saya mengunjungi Electronic City, dan salah satu yang saya perhatikan adalah promosi produk kalkulator merk [Casio](http://world.casio.com). Promosi tersebut terlihat menarik perhatian mengingat kalkulator bukanlah produk yang umum dipasarkan di Electronic City. Casio memromosikan produk-produk kalkulator dengan slogan *’Support Classroom with Technology’* yang tentunya berniat untuk memasarkan produk mereka sebagai alat bantu di kelas.

Kalkulator yang ditawarkan memiliki banyak fitur, di antaranya tampilan yang ‘natural’, penyelesaian persamaan secara langkah demi langkah, dan fasilitas grafik. Hasil yang didapatkan juga bukan dalam bentuk bilangan desimal, tetapi dalam bentuk yang ‘natural’ seperti halnya jika persamaan tersebut dikerjakan oleh manusia. Kalkulator dengan teknologi tersebut memang sudah ada sejak dulu (sekitar tahun 2000 kalau tidak salah), tetapi tidak seperti dulu, sekarang kalkulator-kalkulator tersebut sudah bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau.

Saya kuatir pengajar tidak cukup cepat untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi kalkulator kelas, dan melihat kalkulator lebih sebagai alat untuk melakukan kecurangan ketimbang alat bantu pengajaran. Bisa jadi pengajar-pengajar yang dulunya moderat kini menjadi antipati terhadap kalkulator dan melarang segala jenis kalkulator di kelas. Padahal berbagai penelitian membuktikan bahwa penggunaan [kalkulator grafik di kelas membawa manfaat yang signifikan](http://www.citejournal.org/vol4/iss2/mathematics/article1.cfm). Di Amerika Serikat sendiri, organisasi pengajar matematika [NCTM](http://www.nctm.org) dengan gencar [memromosikan penggunaan kalkulator di kelas](http://www.nctm.org/advocacy/positionstatements.pdf).

Ujian masuk perguruan tinggi di Amerika Serikat, [SAT](http://en.wikipedia.org/wiki/SAT) menganjurkan [penggunaan kalkulator](http://www.collegeboard.com/student/testing/sat/testday/calc.html). Sebaliknya, SPMB di Indonesia melarang penggunaan kalkulator. Tapi mungkin saja hal ini lebih menyangkut asas keadilan, karena di Indonesia tidak semua lapisan masyarakat bisa memiliki kalkulator.

95 comments

  1. Emang om pri kuliah dimana sich, jadi pengen tahu. Di I te be yah om, karena suka ngitung2 heheh

  2. Inget dulu waktu sma th 1988, waktu itu sempat punya Calculator Casio P5200fx yaitu calculator yang bisa di program pakai bahasa Basic. tampilanya mirip calkulator saint biasa hanya ada keypad alfanumerik-nya dan memori sudah 4KB,

    Sebelum ujian untuk pelajaran hitungan seperti matematika,fisika dsb segala rumus dan langkah pengerjaannya sudah saya program di calkulator tsb, jadi saat ujian saya tingal masukan angkanya dan hasil akhir berikut langkah pengerjaannya langsung muncul di display dan tinggal salin ke lembar ujian.
    manfaat lebihnya :
    – secara tidak langsung saat kita buat program rumus tsb maka kita ikut harus menguasai materinya dan tentunya jadi lebih menguasai kasus-nya.
    – Ujian cepat selesai dan hasil 100^% benar.

    contoh misal soal perkalian matrik 5×5 kalau dikerjakan manual pasti langkahnya panjang dan perlu ketelitian yg tinggi, Tapi kalau sudah di program maka ngak sampai satu menit hasil sudah didapat.

    kemudian kalau ujian pelajaran hapalan seperti Sejarah, biologi dsb maka calculator tsb dijadikan memo/contekan.

    untungnya tuh para guru ngak tahu kalau kalcukltor tsb adalah mini computer.

    ngak heran saat lulus sma saya dapat juara umum.
    padahal saya ngak pintar2 amat.

    he..he

  3. Bukannya klasifikasi liberal, konservatif, dan moderat memang berlaku di semua keadaan?

    Oh, saya telah melakukan generalisasi!

  4. Banyak pengajar yang tak bersifat pendidik, umumnya mereka mau selalu terlihat lebih tahu dari muridnya … ini biasanya yang melarang penggunaan kalkulator … berarti birokrat di Depdiknas juga masih gitu ya … karena saat Ujian Akhir Nasional dilarang menggunakan kalkulator … hal lain barangkali karena soalnya masih terlalu mudah, faktor kesulitannya hanya pada menghitung, shg kalkulator dilarang, jika soalnya mengandung unsur analisa tinggi, kalkulator tak terlalu penting, dia cuma sebatas alat bantu.

    Lucu juga memang … pendidikan melarang peserta didik berinteraksi dengan kemajuan teknologi.

    Keep Fight

  5. Jadi inget dulu waktu SMP, saya sampe beli jam Casio yang ada kalkulatornya gtu. Tapi tetep aja klo ulangan yang berbau itung-itungan jam saya di sita sementara sama guru…..???? :-D

  6. Waktu sma dulu kalau ulangan Fisika boleh pake kalkulator, ulangan Math ga boleh. Waktu kuliah mah… udah pasti butuh kalkulator setiap saat. (Jadi inget waktu kalkulator di colong orang, jadi serba susee :(( )

  7. #8 Hihihi… saammmma.

    Waktu kuliah S2 malah boleh pakai Notebook. Alhasil semua contekan tersedia. Sayangnya jawabannya jarang yg eksak, semuanya esai berdasarkan pendapat masing2. Tapi tetap lebih enak karena bisa YM sesama mhsw. Hehehe…

    Sayang ujian di akhir semesterku timbul peraturan kalau ujian ga boleh pakai notebook lagi. Alasannya betul sekali: “keadilan.” Bukan karena kelebihan atau kekurangan pemakaian notebook!

    Negeri yang aneh.

  8. kalkulator tu emg penting bgt, terutama pas mata kuliah statistik…
    klo gak pake kalkukator, masa ngitung manual, gak selesai2 donk

  9. soal2 di indonesia ga sulit sehingga ga perlu pake kalkulator kali. lain mungkin kalau di AS, sehingga perlu kalkulator.. :o

    *halah..kok jadi bingung sendiri*

  10. Sekarang? Boleh bawa HP nggak? Boleh saling kirim SMS nggak? Boleh mobile-Googling nggak? Mudah2an guru2 udah sangat liberal untuk memahami bahwa sekolah dan kampus bukan untuk transfer info, tapi transfer wisdom. Hehe :).

  11. Perkembangan teknologi di Indonesia sangatlah MEMPRIHATINKAN !, maksudnya gini loh …

    1. Pada beberapa kelas MM yang saya ajar, saya menanyakan “ada yang punya blog?”. Dari sekitar 30 orang hanya 1 orang yang bilang “Oh ya saya tau pak”.

    2. Coba tengok http://www.google.com/Top/World/Indonesia/Berita/Koran/ mungkin 90% koran indonesia websitenya masih bisa dikatakan statis. Padahal udah ada CMS yang merupakan solusi media online. Kebayang nggak gimana ngedit beritanya.

    3. E-Commerce di Indonesia hampir nggak dikenal loh …
    maksudnya ada nggak berita dari teman, sodara atau siapa aja yang barusan transaksi online untuk beli barang atau jasa. Sementara disisi lain online games dan investment HYPE udah banyak pemainnya di Indonesia.

    4. Anak SMP lebih tau Internet dibandingkan dengan Lulusan kuliah. Sementara mereka udah jualan karakter gamesnya, lulusan kuliah sibuk nanya gimana caranya untuk apply online.

    Jadi kesimpulan perkembangan teknologi hanya bisa diserap 0.01% penduduk Indonesia. Setuju nggak ? Komunitas blogger mungkin bisa ngebantu dikit.

  12. yang bikin sebel itu gue nggak bisa ngitung pake sempoa cepat clak-clek-clak-clek kaya’ tetangga punya toko sebelah rumah, ada yang bisa ngajari nggak?:d

  13. kalo gak salah sekarang ada yang namanya jarimatika (bukan kumon), semacam metode cara ngitung juga’.
    jadi kalkulator tetap ada pesaingnya :d

  14. Kalkulator memang banyak manfaatnya. Tapi coba mas pri perhatikan di toko2 tradisional, di mana para petugas toko biasanya menghitung total belanjaan si pembeli dengan kalkulator. Saking percayanya mereka pada kalkulator, mereka sudah tak percaya lagi pada pikiran mereka sendiri. Misalnya ketika belanjaan si pembeli adalah Rp 49.000 dan si pembeli memberikan uang Rp 50.000, si penjual belum yakin bahwa kembaliannya Rp 1.000 sebelum ia menghitungnya dengan kalkulator.

    hehehee…. :)

  15. tapi emang bener koq om, peserta ujian ga bisa dipercaya kalo megang kalkulator canggihan dikit. dulu kalo ujian kalkulatorku bisa pindah kmana coz slain emang fasilitas matematikanya byk yg plg PENTING bisa juga buat nulis huruf dgn karakter yg cukup panjang, jadinya bisa buat bagi2 jawaban…kan toleransi um:)>-:-“

  16. Anti Calculator.. yeah.. yeah.. yeah…

    *ujian Probabilitas Terapan gagal gara2 gak bawa Calculator soalnya… untungnya secara keseluruhan mendapat A-

  17. #28 sama…
    kapan waktu pernah pesan frame 3 buah, @75 ribu…
    kasih DP 150 ribu, si mbaknya hitung sisanya tetep pake kalkulator…
    eh..dia tulis sisanya (masih) kelebihan nol satu…
    SISA : Rp.750.000,- ,
    ^:)^ ampyuuun mahalnya…. ;)

  18. Teknologi Konsep..
    When u solve one problem.. u’ll make another problem..
    so.. it’s very concensius mas prih.. :)

  19. toh Kalkulator hanya salah satu produk kemajuan tehnologi dan sekedar alat bantu baik tidaknya tergantung operator itu sendiri…:-“

  20. Ya…sederhana saja. Dulu jg gak pake kalkulator dan sekarang bisa selesai jg sekolahnya.
    Ya…yg baiknya saja, pake nggak pake nggak masuk Sorga atau Neraka…
    Pinter untuk bersama, bodoh untuk sendiri…
    Yang di rasakan usahanya, bukan hasilnya.

  21. Lumayan 40 besar…

    Dulu di smu-ku juga ga boleh pake kalkulator… :-h

    Pas kuliah ga punya kalkulator? bisa berabe urusannya dong! :)>-

  22. Dosennya takut kalau mahasiswanya dapat nilai bagus (A) tuh….Aneh !!! ketahuan kalau dosen buat soalnya mudah-mudah :)

  23. Daripada make kalkulator, bagaimana kalau sewaktu UMPTN masing-masing peserta diperkenankan make’ Laptop dan boleh koneksi ke Internet? :-?

  24. Wah.
    Topiknya kok too simple yah.
    Ringan banget nih.
    Buat saya nggak pake ato pake kalkulator nggak masalah.
    Karena saya lulusan terbaik KUMON.
    Semua ada caranya untuk hutung2an.

    Mas Pri, yang lain dong topiknya…
    Notebook kek, yang baterenya lagi pada disorot karena
    bisa meledaxxxxxx

    :d

  25. Atasanku sering menyuruh sekretarisnya untuk menghitung apa yang dia ucapkan seperti, “Dina, 19000 x 243 berapa?”
    Tak berapa lama sekretaris langsung menjawab, tak sampai 10 detik.
    Ini nih namanya kalkulator hidup. :d

  26. karena aku jurusan IPS, ngitung-ngitung duit, jadi penggunaan kalkulator nggak diharamkan, bayangkan gimana susahnya kalo ada miskalkulasi gara-gra perhitungan manual yang bikin hancur neraca

  27. Jadi inget omongan guru SMA dulu, “Make kalkulator boleh, tapi beliin juga temen2 kamu ya…..” jadi sebenernya nggak boleh make kalkulator cuman karena azas pemerataan (stoopid country).
    Untung waktu kuliah gue udah pake PocketPC…. jadinya semua lancaaaarrrr…… hehehehehe

  28. #8: Sama donk.. waktu kuliah juga bikin program buat itung2an.. Ujian selesai dalam waktu 5 menit dari 2 jam yang disediakan.. 100% betul lagi..
    Sayangnya banyak teman2 yang terus latah, ikutan beli kalkulator dengan tipe yang sama, trus nyalin programnya. Dah dibilangin kalo nulis program itu mikir logikanya tetep aja ngotot nyalin doang.. akhirnya ga keluar2 dari ruang ujian juga tuh mereka.. hehe..

  29. Kang Priy….kenapa kalo saya udah selesai makan di RM Sederhana (masakan padang neehhh….) tukangnya langsung ngitung & ngejumlah di bon-nya tanpa kalkulator ya ? bener nggak tuh itungannya ? :((

  30. #26 kurang cepet tuh
    win+r ketik “calc” enter
    pasti lebih cepet, soalnya pas click start pasti ngeload lamaaaaaaa.. kebanyakan program

  31. Jadi sekarang gimana caranya ngebikin soal ujian tuh bukan hanya sekedar hitung2an doang, tapi soalnya dibuat yang bisa ngebikin siswanya bisa mikir tentang alur pemecahan masalah bukan sekedar hasil

  32. Jadi inget, dulu pernah ujian lupa bawa kalkulator.. hasilnya? 4 lembar kertas penuh gambar, rumus-rumus, tapi penyelesaian akhirnya gak ada … cukup diakhiri dengan lambang “=….” beserta keterangan di bawah: maap pak, saya lupa bawa kalkulator :)

  33. #27

    –3. E-Commerce di Indonesia hampir nggak dikenal loh …
    maksudnya ada nggak berita dari teman, sodara atau siapa aja yang barusan transaksi online untuk beli barang atau jasa. Sementara disisi lain online games dan investment HYPE udah banyak pemainnya di Indonesia—

    Kurang setuju dengan generalisasi Anda karena mungkin lingkup teman dan sodara Anda yang kurang gaul kaleee… Pengisian voucher elektronik hp berikut ringtone dan content udah ada dimana2 sampe pelosok gang di seluruh indonesia dan itu termasuk e-commerce soalnya kita bisa cek dan order realtime dari internet. Dan kelihatannya Anda mengaggap bahwa bisnis game adalah bisnis buat anak2 padahal kita tahu bisnis game online potensinya jauh lebih besar daripada misalnya bisnis film nasional karena kalo game itu sifatnya continue dan addictive sedangkan film hanya 1 kali putar. Sampe2 Sony ama Microsoft aja mau terjun ke bisnis game dengan produk Playstation dan XBOX. Lagipula mengapa game dihubungkan dengan investment hype? Jangan2 Anda pernah ketipu oleh salah satu atau bahkan kedua2nya? Sayang sekali klo benar karena Game itu buat Fun/Asik2 aja klo investment ya harus lebih teliti jangan main percaya aja donk.

  34. #27

    —4. Anak SMP lebih tau Internet dibandingkan dengan Lulusan kuliah. Sementara mereka udah jualan karakter gamesnya, lulusan kuliah sibuk nanya gimana caranya untuk apply online. Jadi kesimpulan perkembangan teknologi hanya bisa diserap 0.01% penduduk Indonesia. Setuju nggak ?—

    Lagi2 Ga setuju karena apa hubungannya tau internet dengan apply online? Apa yg mau di-Apply? Pekerjaan, Email, NgeGame, Forum/Milis (lebih spesifik dong)? Lagian apa hubungannya jualan karakter game online dengan ngerti internet soalnya biar anak tetangga gw yg SD kelas 1 udah tau main RO tapi mereka gak perlu daftar email cukup pake kode rahasia dan didaftarin ama warnetnya… Klo jumlah penduduk Indonesia 200 juta berarti 0.01% nya = (keluarin kalkulator) 20000 jiwa. Kenapa Anda pikir perkembangan teknologi cuman bisa diserap oleh 20000 jiwa sedangkan secara potensi seluruh penduduk dunia dimana ada alamat IP (IPv4 menuju ke IPv6) bisa terkoneksi dan nyambung ke internet dan menerima perkembangan teknologi terbaru? Gak ada koneksi internet? Aktifkan Fitur GPRS Hp Anda. Ga punya HP? Wah Anda kalah gaul dong ama penjual sayur di pasar tradisional.

    Klo segalanya mau di-“azas pemerataan”-“keadilan sosial”-“berat sama dipikul ringan sama dijinjing”-kan kenapa gak pindah aja ke China atau Vietnam atau Kuba atau Korea Utara sebab hanya benalu yang ga malu hidup atas hasil jerih payah orang lain dan jatah subsidi dari negara!!!).

  35. Klo dulu smp – sma dibolehin pake kalkulator mah gw ude jadi bego banget kali ye skrg. Lah bayangin aja di singapore yg maju gini, anak2 sekolahan ude pake kalkulator yg moderen gitu, coba aja iseng2 nanya 1 bagi 100 brp, pasti pada ga bs jawab. Makanya uda bagus di indo dibiasain ga pake kalkul, ntaran klo kuliah di luar negeri jadi berasa diatas yg laen. hehe

  36. kalkulator bner2 berguna, trutama si wkt kuliah karna angka2nya bener2 dibikin spontan, so bakal byk bgt embel2 diblakang koma..
    pelarangan penggunaan kalkulator saat spmb sih oke2 aja, karna soalnya jg ga make angka2 yg rumit, kadang ngandalin kcepatan ngitung diri sndiri jg berguna..
    dulu gw pernah bli papan utk bnerin salah satu bagian rumah, gw kasi duit 20rban, kembaliannya 18600.
    entah si penjual dah ngitung bner ato blom, ya udah gw ambil aja tu duit dan dlm pikiran gw tnyt harga papan segede itu (2×0,05×0,2)m murah banget, cm 1400… huehehehe..
    :d

  37. kalo seingatku, guru saya dulu membagi kalkulator jadi 2 nama:
    1. Bakul (basic calculator) –> dipake pedagang
    2. Scientific Calculator –> dipake orang2 pintar/ilmuwan

    ya.. gitu deh… \:d/

  38. Di kampus saya, penggunaan kalkulator itu sangat lumrah. Bahkan untuk mengerjakan ujian. Kalkulator membantu sekali untuk ngitung PMT, FMV, anuitas, dan semacamnya. Anak-anak banyak yang pakai HP & Texas Instrument.

  39. wah, kalo berhitung waktu jaman dulu masih bisa ngga pake kalkulator… kalo sekarang otaknya udah mengeras kali ya. Berhitung dikit aja kalo ngga pake kalkulator susah…:d

  40. Mengkebiri Fungsi Otak
    Terus terang saya sangat tidak setuju dengan penggunaan kalkulator di usia dini (TK & SD). Hal ini adalah proses pengkebirian fungsi otak kita. Saya pribadi sangat menyesal kenapa saya kenal dengan kalkulator pada kelas 3 SD, akibat buruknya saya tidak hapal perkalian 6, 7, 8. Ibu (ortu) saya saja lebih cepat tahu perkalian dan pertambahan ketimbang saya. Dan dampak psycologinya adalah ketidakpercayaan diri dalam melakukan penghitungan di atas kertas tanpa bantuan kalkulator. Dampak negatifnya saya sangat rasakan sekarang yaitu pada saat Psyco test bagian arimetika dimana kita harus menambah, mengalih, membagi dengan waktu yang singkat tanpa bantuan kalkulator as the result Saya sangat jarang lulus Psycotest!.
    Saya mengangap kalkulator seperti candu yang “I can’t leave without”.
    Saya justru mendukung methode arimetika yang TIDAK menggunakan kalkulator seperti Kumon dan Sempoa. Sangat mengagumkan anak-anak SD dapat mengerjakan soal-soal arimetika sulit sampai dengan digit/decimal jutaan dalam waktu 2 detik tanpa bantuan kalkulator! Mengagumkan!.
    Saya pernah lihat di TV semacam Word record untuk Human Calculator, si pemegang recordi ini dapat mengeksekusi bilangan jauh lebih cepat dari kalkulator dan setelah ditanya dia mempunyai metode khusus (shortcut) untuk ini.

    Saya uji anda dengan pertanyaan 13 x 12 = ….?
    Jangan gunakan kalkulator anda di hp atau di PC coba kalikan sendiri!
    Coba tidak menulis apapun di kertas, hanya bayangkan saja!
    Saya yakin ada akan membutuhkan waktu lebih dari 8 detik untuk tahu jawabannya…..

    Methode singkat…..

    Saya pernah mendapat metode cepat tanpa harus menggunakan kalkulator atau corat-coret di kertas,
    Yaitu : 13 x 12 = ?
    13 x 10 = 130
    13 x 2 = 26
    130 = 26 = 156 !
    Saya yakin bila anda menggunakan methode ini anda akan mendapat jawaban lebih dari 3 detik ketimbang mencari menu kalkulator di HP anda dan mengeksekusi angka-angka di atas, saya yakin bisa lebih dari 6 detik!
    Just imagine how weak we are without Calculator!

    :(( :((

  41. SEBUA RUMAH MAKAN JAWA DI CILEGON !

    Mungkin bagi teman-teman yang sering pergi ke Cilegon pernah makan di rumah makan jawa pas di depan Kawasan Industri Krakatau Steel di jalan Cilegon- Anyer.
    Si mbok (umur 45 th) si empuh rumah makan ini dapat menghitung semua “bill” makanan tamu dalam waktu 3 detik TANPA BANTUAN KALKULATOR ATAU KERTAS+PENA!
    Saya sangat kagum si mbok ini..yang mungkin hanya tamatan SMA
    Ketimbang saya yang tamatan INSINYUR tidak bisa menambahkan 1500 + 250 + 750 + 50 = … dalam waktu 2 detik ! Hayo berapa hasilnya…..?????
    :(( :((

  42. Kalau untuk anak SD-SMP sih sepertinya agak wajar melarang penggunaan kalkulator, karena memang pada level itu yang diajarkan adalah konsep matematis (melatih logika, daya nalar dll).

    Tapi untuk level SMA ke atas, agak lucu kalau ada pelarangan penggunaan kalkulator, karena pada level itu bukan lagi sekedar hitung-menghitung saja yang dinilai namun lebih dari itu (aplikasi konsep dasar, problem solving dll).

    Diskusi ttg ini seperti halnya menimbang apakah model open book dalam ujian vs closed book.

  43. ada kalkulator murah/biasa ada kalkulator buat anak kuliahan. but wait a minute.. kuliah?! glrlrlrlr… what a nightmare. daripada tanggung2 pake kalkulator bawa laptop saja sekalian enak pilih2 sopwer kalkulator, gw sih pilihnya irb :D

  44. Untuk # 15.

    KALKULATOR DLM UJIAN NASIONAL
    Saya setuju dengan tidak dibolehkan menggunaan kalkulator dalam ujian nasional. Coba perhatikan semua pilihan jawaban dalam akan mudah di jawab tanpa bantuan kalkulator misalnya: 3 3/4 ketimbang 3.75. Jadi bila murid menggunakan kalkulator jawaban mereka tidak dalam pilihan ganda!. Dan akan lebih cepat menemukan jawaban dengan corat-coret di kertas :d

  45. THE HIGHER TECHNOLOGY, THE WEAKER WE ARE

    Pengunaan teknologi terdepan (baca:PDA/HP/Notebook) tidak berarti seseorang semakin maju atau menjadi keharusan tetapi menurut saya akan lebih lemah dan tergantung(Weak/Dependent).
    Coba dulu waktu saya SD, SMP (1983-1988) saya bisa menghapal semua nomor telepon teman dan keluarga tanpa harus di bantu catatan. Tetapi SEKARANG! NOMOR FAX KANTOR SAJA ATAU NOMOR REKENING BCA SAJA !!! SAYA NGAKK INGAT!!
    jadi kalau saya lupa bawah HP semua urusan saya jadi berantakan!
    coba bayangkan teknologi bukan membuat kita lebih mudah tapi justru menjadi ketergantungan dengan teknologi itu sendiri!.
    Selain itu membuat manusia semakin Anti-social, coba dulu waktu sebelum ada HP/PDA di ruang tunggu bandara/kereta, banyak orang yang mengobrol+kenalan dengan orang sekitar, tetapi sekarang coba lihat hampir 90 % orang asyik mencet2 hp atau PDA ketimbang ngobrol
    :((

  46. Padahal kalo udah kerja, siapa juga yg ngitung masih pake kertas oret2an… hihihi.. bisa dibentak2 Boss…

    “Wooyyyy bikin laporan lama be’eng!”

  47. #68
    yah itu salah satu sisi buruk teknologi..
    tapi coba dibandingkan dgn sisi positifnya..:)

    teknologi tdk lantas membuat kita antisosial, tapi malah makin memperluas pergaulan kita, buktinya ada pada blog ini, anda siap saya siapa tdk peduli yg penting kita bisa saling berbagi pengetahuan..

  48. setuju dengan Ikmanputra!

    coba baca laporan TIMSS. western countries, seperti amerika/australia justru sedang membanding2kan dirinya dengan jepang/asian countries yg umumnya tdk pake kalkulator dan berdasarkan hasil TIMSS itu jepang/singapura/hogkong jauh lebih bagus kemampuan komputasinya.. (Indonesia enggak ikut dalam TIMSS, tapi oleh menurut IEA, Indo berada di median level kok :)

    western countries emang pada pake kalkulator, justru jepang yg punya teknologi malah enggak membiasakan murid2nya pake kalkulator.

  49. yang seru itu kalkulator canggih di balik jam tangan kepunyaan teman saya waktu SMP >:) tak terdeteksi, dikirain jam tangan biasa.

    tapi screennya jelas kecil.

  50. Klo aku sech, ga setuju pake kalkulator, soalnya make kalkulator itu membuat males berpikir(faktor kebiasaan) bayangin klo biasa pake kalkulator ketika 15-8 pasti di carinya pake kalkulator…
    Aku dari dulu ga suka pake kalkulator, kyknya lebih cepet itunngan biasa yach..

  51. Wah, siswa jadi tambah gak mampu ngitung dong. Lama-lama jadi ada ketergantungan dengan kalkulator. Spt kayak narkoba ntar. Tanpa kalkulator, pas ada ulangan jadi sakaw :-”
    *Kaburrrr….*

  52. azas keadilan menggunakan kalkulator, orang miskin merasa tidak adil ketika orang yang lebih mampu bisa menggunakan kalkulator padahal dia tidak bisa membelinya, orang kaya yang mampu beli kalkulator merasa tidak adil ketika harus menanggung sial bersama
    inilah buah kapitalisme (yuck fou)

    anda disisi mana PRI ?,

  53. OOT ni, maaf.
    #45 mungkin penerapan asas pemerataannya yang kurang tepat, tapi, asas pemerataan sendiri bagi saya bukan “cuma”, ketimpangan yang ada di Indonesia (wabil khusus jakarta) membutuhkan penerapan asas pemerataan yang tepat.
    saya merasakan sendiri bagaimana hidup di “2 dunia”, semeentara di kantor saya orang2 hidup dengan gaji minimal 3 jt-an sebulan (mungkin masih terbilang kecil), sedangkan di rumah saya, banyak tetangga saya yang untuk makan hari ini aja mesti pinjem, kadang bisa makan, anaknya ga bisa berangkat sekolah (ga ada ongkos).
    maaf, bukan menyerang pribadi, akan tetapi saya merasa perlu “menyampaikan” kondisi yang riil ada.
    maaf kalau tidak pada tempatnya, maaf kalau kurang berkenan.
    salam.

  54. walah, padahal Casio kalo dibandingin TI ga ada apa2nya. Kalkulator TI itu yang dipake di mayoritas lembaga pendidikan di Amerika.. Biasanya sih TI-83, tapi yang TI-89 juga sering boleh dipake tuh. Cuman emang beda sih cara pendekatan pendidikannya :)

  55. Daripada bingung, lebih baik download saja ke otak pakai software brain activator punya Kang Dicky, di Hikmatul Iman Indonesia, perusahaannya PT Sembuga Waruga Jati. OK, setuju atau tidak ?

  56. Saya sendiri adalah seorang pengajar. Saya cukup mengerti kenapa ada guru yang “melarang” siswanya menggunakan kalkulator, karena ada “cukup banyak” hal yang siswa tidak akan dapat pelajari jika semua perhitungan sudah dilakukan dengan menggunakan kalkukator.

    Lagi pula untuk kami (yang sekolah di sekolah negeri di “kampung”), kebijakan “tidak boleh menggunakan kalkulator” juga untuk “pemerataan”, rasanya “kurang adil” jikalau ada kelompok yang bisa menyelesaikan soal terlebih dahulu hanya karena dia lebih punya uang lebih untuk beli kalkulator.

    Namun, saya rasa ada baik juga guru “memperkenalkan” cara menggunakan kalkulator yang “benar” kenapa siswa. Karena toh pada kenyataannya di dunia kerja perhitungan lebih banyak mengunakan “kalkulator” dibading “kertas kotretan”

  57. Kalkulator?
    Saya merasa seseorang yang termasuk gaptek sama kalkulator. Nilai komputer boleh bagus, tapi pakai kalkulator dengan benar gak bisa. Jadi serasa gak beda kalo lagi ujian sama yg gak pake kalkulator. T_T

  58. yah kayaknya emang siswa sekarang mesti diajarin cara berhitung dengan bener :d biar ntar klo udah pada gede bisa korupsi segede2nya :-”

    makanya orang amerika pinter2 di sekolah dasar saja mereka udah menggunakan teknologi, lain halnya dengan indonesia yang berhitung hanya boleh dengan JARI

  59. Yth. Rekan rekan di jarimatika.

    Saya tadinya bangga dan senang dengan jarimatika. karena menurut si” penemunya” Ibu Septi adalah hasil dari rumusannya. Namun setelah saya cari tahu mengenai hal tersebut dari beberapa sumber, ternyata jarimatika tersebut sudah lama digunakan di china, jepang dan malaysia dll. Bahkan di Indonesia sendiri sudah lama dipakai oleh salah satu lembaga pendidikan sempoa, yaitu Aloha Indonesia Abakus.AIA. bisa dilihat di http://www.alohama.com. Termasuk juga untuk tekhnik perkalian dan pembagiannya. Metode itu sudah lama digunakan di Indonesia. Jadi kesimpulan saya, Ibu Septi ini hanya merangkum dan pandai menjual kepada masyarakat umum dengan memberinya merek.

    Semoga informasi ini dapat diteruskan kepada seluruh penggemar jarimatika agar mengetahui asal-usul metode tersebut.

    Salam hangat.

    marck.

  60. 8-|Kecerdasan seseorang tergantung dari sikap dan prilaku yang dia tanam sejak dini\:d/ menurut psikology pendidikan anak-anak usia 4-12 tahun dalam tahap pertumbuhan secara akal (potensi) kalau dalam usia tersebut tidak dilatih atau dikembangkan maka akan terjadi pembekuan potensi:-? kalkulator secara fungsinya adalah untuk membantu penghitungan secara matematis agar lebih mudah … tapi permasalahannya kalau kalkulator dipergunakan oleh usia SD s.d 2 SMP maka akan terjadi pembekuan kecerdasan secara matematis:o karena pada dasarnya (psykis) tingkat kecerdasan seseorang ada 9. diantaranya adalah Logis Matematis … saran untuk guru-guru atau calon guru SD … jangan sekali-kali membunuh karakter siswa dengan pola pembelajaran yang salah … karena SISWA BUKAN ROBOT untuk kita bisa pijit tombolnya langsung jalan. INGAT … aacecep_09life@yahoo.co.id

  61. Minta informasi donk, kalau mau beli Kalkulator Texas Instrument model TI-84 Plus di Jakarta dimana ya.
    Terimakasih sebelumnya.

  62. :)mrmang toh…si ibu septi ini memang tadinya mengajar sempoa, kalo ngga darimana dy tahu ttg metode yg digunakan. yang hebAT adalah pengembangannya itu. dy ganti sempoa dengan jari tangan. mentransformasi hal ini juga tidak gampang kan. kalo masalah merek, ini toh tetap dunia yang menghargaiu suatu karya kan. sama saja dengan apa bedanya metode kumon dengan metode drill. itu juga cuma merek. yang adil lah ^_^

  63. :”>:):d/ SEBAGAI mahasiswa saya merasa bahwa matematika jaman sekarang bukanlah masalah hitungan tapi terkait dengan problem solving jadi bagaimana memecahkan sebuah masalah bukan bagaimana penggunaan alatnya:d/:x jadi syah2 saja asal tidak ketergantungan gitu….

Leave a Reply to Mrs. Maldini Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *