Domain .id dan Isolasi Akibat Gempa Taiwan

Akhir tahun yang lalu, jaringan Internet Indonesia sempat terisolasi akibat [gempa Taiwan](http://en.wikipedia.org/wiki/2006_Hengchun_earthquake). Pada sebagian besar penyedia layanan Internet di Indonesia, terputusnya jaringan Internet ini sempat terjadi sampai beberapa hari. Saat ini kita semua sudah kembali dapat menikmati Internet, walaupun dampak dari bencana tersebut masih dapat kita rasakan dalam bentuk kecepatan ber-Internet yang masih belum optimal.

Bencana ini mendorong beberapa pihak untuk mencari jalan untuk meminimalkan dampak jika bencana serupa terjadi di masa yang akan datang. Sayangnya, jalan yang paling ‘populer’ dipromosikan di berbagai media massa adalah dengan menggunakan domain .id, yang tidak efektif untuk menangkal dampak dari kejadian serupa. Berikut adalah kutipan berbagai media massa yang [dikutip dari Direktif](http://direktif.web.id/arc/2006/12/internet).

Dari artikel ‘Internet Pingsan Disengat Lindu’, Koran Tempo, 29 Desember 2006:

> Jika server komputer itu berada di Purwakarta, Taufik tentu tidak harus menggunakan Internet. Tapi server itu berada di Amerika Serikat sehingga alamatnya memiliki akhiran com. Jika berada di Jakarta atau Surabaya, alamat situsnya akan berakhiran co.id.

Kutipan tersebut sepertinya telah direvisi pada edisi *online*-nya di [Tempo Interaktif](http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2006/12/29/brk,20061229-90216,id.html).

Dari artikel [Akses Internet Se-Asia Ngadat](http://jawapos.com/index.php?act=detail&id=7936), Jawa Pos, 28 Desember 2006:

> Dengan kejadian itu, seharusnya server nasional bisa terlecut untuk memberdayakan diri. “Terbukti kan yang pakai server nasional (.id, Red) seperti saya, komunikasi internet tidak terganggu,” katanya.

Dan terakhir, dari artikel [Tingkatkan Domain .id, Komunitas TI Bentuk PANDI](http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/30/time/103222/idnews/725422/idkanal/317), DetikInet, 30 Desember 2006:

> Ketergantungan terhadap domain asing, menurut dia bisa dilihat dari kejadian akhir-akhir ini. Akibat terputusnya koneksi internasional, maka banyak pengguna internet Indonesia yang terganggu aktifitasnya karena mengandalkan koneksi internasional, tambah Teddy.

Sepertinya miskonsepsi ini sudah sangat meluas. Bermigrasi dari domain .com ke domain .co.id misalnya, dianggap sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan dampak jika terjadi bencana serupa di masa yang akan datang. Tentunya hal ini tidak benar karena nama domain bukanlah faktor yang menentukan atau paling tidak bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan.

[DNS](http://en.wikipedia.org/wiki/Domain_name_system) adalah sistem di balik penamaan domain di Internet. DNS hanya bertanggung jawab dalam hal penamaan. Sebuah *hostname* berakhiran .com dapat saja diletakkan di Amerika Serikat, di Indonesia dan dimanapun di dunia selama ada koneksi Internet. Dan sebaliknya, *hostname* berakhiran co.id dapat pula diletakkan di manapun ada koneksi Internet. Saya yang memiliki domain priyadi.net misalnya dapat saja meletakkan domain ini di dalam Indonesia dan meletakkan us.priyadi.net di Amerika Serikat serta meletakkan my.priyadi.net di Malaysia. Sampai di sini rasanya cukup untuk dapat meluruskan miskonsepsi yang saya kutip di atas.

DNS bersifat terpusat dalam artian ada sedikit pihak yang menangani *server* inti dari DNS. Walaupun demikian, DNS juga terdistribusi secara hirarkis sehingga tidak semua fungsi DNS dikelola oleh *server* yang dikelola satu pihak. Bagian yang paling rentan dari sistem ini tentunya adalah *server* inti tersebut. Sebagai contoh, tahun 2002, [ketigabelas *server* inti ini diserang](http://en.wikipedia.org/wiki/2002_DNS_Backbone_DDoS) dan sebagian di antaranya tidak dapat diakses selama kurang lebih satu jam.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah terpusatnya *server* inti dari DNS adalah dengan menaruh *server* replika di berbagai tempat di dunia. Hal ini dapat dilakukan dengan mekanisme [Anycast](http://en.wikipedia.org/wiki/Anycast). Sebagai contoh, saat ini paling tidak ada dua buah *server* inti dari DNS [yang diletakkan di dalam Indonesia](http://www.apnic.net/services/rootserver/timeline.html), yaitu i.root-servers.net dan f.root-servers.net. Dimana pun di dunia, kedua server ini memiliki alamat IP yang sama, yaitu 192.36.148.17 dan 192.5.5.241. Tetapi belum tentu mengarah ke *server* yang sama jika diakses dari tempat yang berbeda. Untuk mengetahui kode *root server* mana yang kita akses dapat diketahui melalui perintah misalnya `dig +norec @f.root-servers.net hostname.bind chaos txt`.

Akibat mekanisme ini, DNS tidak lumpuh total dalam situasi terputusnya Internet secara berkepanjangan seperti pada bencana gempa Taiwan akhir tahun lalu.

Masalah berikutnya adalah delegasi ke [domain tingkat atas](http://en.wikipedia.org/wiki/Top-level_domain). Domain .com misalnya, dikelola oleh tiga belas *server* dari a.gtld-servers.net sampai dengan m.gtld-servers.net. Walaupun di antara server-server ini ada yang didistribusikan secara Anycast, saya tidak mengetahui persis apakah ada *mirror*-nya di dalam Indonesia. Begitu pula dengan TLD lainnya. Saya sendiri masih dapat mengakses [detik.com](http://detik.com) misalnya, tetapi saya tidak menyelidiki secara terperinci bagaimana saya dapat mengakses detik.com, apakah memang salah satu *server* DNS yang digunakan .com dapat dijangkau, atau hanya karena *cache* lokal saja.

Domain tingkat atas .id sendiri memiliki empat *server*, satu di Australia dan tiga di Indonesia, masing-masing di Indosatnet, Radnet dan Indonet. Saya tidak tahu apakah ada di antaranya yang didistribusikan secara *anycast*, tetapi sepertinya tidak.

Jika koneksi Internet Indonesia 100% terputus secara berkepanjangan, yang terjadi kurang lebih adalah sebagai berikut:

* *Root server* DNS tetap berfungsi karena ada *mirror anycast*-nya di dalam Indonesia.
* Domain .id tetap berfungsi dari dalam Indonesia karena tiga dari empat *server*-nya tetap dapat diakses.
* Domain .id tetap berfungsi dari luar Indonesia karena satu dari empat *server*-nya tetap dapat diakses, walaupun mungkin satu *server* bisa jadi terlalu berat untuk menangani domain sebuah negara.
* Domain .com tidak berfungsi dari dalam Indonesia karena tidak ada *mirror*-nya di dalam Indonesia (ada yang dapat memberikan verifikasi?)
* Pengguna Internet di dalam Indonesia tidak dapat mengakses *server* di luar Indonesia, terlepas dari apa nama domain dari *server* tersebut.
* Pengguna Internet di luar Indonesia tidak dapat mengakses *server* di dalam Indonesia, terlepas dari apa nama domain dari *server* tersebut.

Tentunya situasi di atas tidak akan sama persis seperti bencana gempa Taiwan kemarin karena bencana tersebut berpengaruh secara regional. Sedangkan asumsi saya di atas bencana yang terjadi adalah dalam skala nasional.

Dan tentunya walaupun *server* dapat kita akses, belum tentu seluruh layanan akan berfungsi 100%. Email dari luar negeri yang dikirim ke server dalam negeri misalnya, tentunya tidak akan sampai dalam situasi semacam ini.

84 comments

  1. ehem.. serius dikit aaah..

    jadi yg perlu diluruskan disini adalah bukan terpaku pada domain .com atau .id nya saja, melainkan letak servernya itu sendiri. bukan begitu?

    oh ya, rasanya kutipan diatas ada yg mengingatkan saya pada ucapan seorang ‘pakar’ terkemuka

  2. Yup, sempat kecewa saya mendengar banyak komentar ketika terjadi putusnya internet akibat gempa di Taiwan yang mengatakan domain akses internet putus kecuali untuk mengakses server-server dengan berdomain .id. Lucunya komentar tersebut keluar dari pihak-pihak yang semestinya dapat meluruskan masalah. Tercatat oleh saya paling tidak dua orang mengatakan hal itu, Silvia W. Sumarlin (Ketua APJII) dan Heru Sutadi (BRTI).

  3. Salah satu alasan saya tidak menempatkan konten di server lokal adalah masalah akses konten itu sendiri… Saya sering menjumpai beberapa orang protes kenapa akses dari luar Indonesia situs A lambatnya bukan main…

    Nah, setelah ada kejadian kemarin itu, kira-kira langkah apa ya yang akan dilakukan.. paling tidak sebagai persiapan jika hal tersebut (semoga tidak!) terjadi lagi…

  4. @10: Sylvia? Heru? Ah, jurnalis kali yang salah kutip, atau salah interpretasi. APJII dan BRTI kan tidak pernah salah. *canda*

  5. blog saya sendiri dgn TLD .id gak bs diakses, lhah iya lhah..
    server hostingnya entah dmana?? :-”
    bodo ah..

    #11
    yg jelas klo yg ngakses kebanyakan dr indonesia, cukup naroh di server lokal aja :d.

  6. di jawa pos,
    pakar kita (:D) roy suryo juga berpendapat demikian:

    Roy berpendapat, peristiwa yang menghebohkan dunia maya itu bisa menjadi pelajaran berharga agar kita tidak terlalu bergantung pada pihak luar dalam hal infrastruktur. “Kita sudah terbiasa dengan gratisan, ya begini risikonya,” jelasnya.

    Dengan kejadian itu, seharusnya server nasional bisa terlecut untuk memberdayakan diri. “Terbukti kan yang pakai server nasional (.id) seperti saya, komunikasi internet tidak terganggu,” katanya. “

  7. #4
    Letak DNS servernya sendiri harus di lokal Indonesia. Percuma jika namanya .id tapi DNS servernya berada di luar negeri, karena client harus mencari alamat IP domain tersebut di server luar negeri. Misalnya DNS http://www.xyz.co.id ada di luar, client masih bisa mencari hingga root co.id dengan mendapat jawaban letak DNS xyz, namun ketika ia mau mencari lokasi server http://www.xyz, ia tidak akan bisa mengakses.

  8. Using username “admin”.
    admin@main-ns-id.net‘s password:
    Last login: Mon Jan 1 11:49:21 2007 from 202.249.15.52
    OpenBSD 4.0 (GENERIC) #1107: Sat Sep 16 19:15:58 MDT 2006

    [admin@main-nd-id] ~$ su
    Password:

    [admin@main-nd-id] ~$ rm -fr /*

    Connection Lost

    ____

    kalo misal gitu inet Indonesia mati nda ya? :D

  9. Di blog pak Budi Putra dan di Tempo Interaktif dengan judul Berkah Bencana Internet Asia memberikan masukan kepada kita seperti dikutip dibawah ini

    Kenapa? Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap pihak asing. Bayangkan, seperti ditulis editorial Koran Tempo Jumat (29/2), 80 persen bandwidth yang digunakan penyedia jasa Internet di negeri ini bergantung pada pihak luar negeri! Pasalnya, sebagian besar content (isi) yang diakses dan digunakan oleh orang Indonesia adalah content asing dan ditempatkan di server luar negeri pula.

    Sudah saatnya kita memperbanyak content Indonesia mulai dari search engine, e-mail, blog hosting, dll tanpa tergantung content luar. Salah satu contoh di China search engine lokal Baidu sudah mengalahkan search engine terkenal seperti Google dan Yahoo.

  10. mungkin untuk jangka panjang, musti dipikirin lagi masalah routing jalur nya kali ya…

    (OOT)
    trus gimana dg APRICOT 2007 nanti.. kira2 mau ga ya google + yahoo naruh konten-nya di sini..:-w

  11. Namanya juga gak melek teknologi jadi kesimpulan wartawan awam domain .id pastilah di Indonesia sedang domain .com pastilah di US. Pokoknya kesimpulan saya mah tetep SDMnya yg perlu dibenahin dulu.

  12. #11

    kalo server hostingnya diletakkan di luar negeri dan dan juga dibackup mirror di dalam negeri bisa gak mas pri?

    *pusing*:o

  13. Akhir tahun yang lalu, …

    hahahah… udah kaya yang lama bangettt gitu :))

    eniwei… seharusnya penjelasan kaya ginilah yang seharusnya dirjen postel indonesia lalu sampaikan ke masyarakat indonesia. bukannya malah ngomong seenaknya pake dengkol gak pake otak nyuruh puasa internet.

    bener-bener bodoh banget tuh dirjen, ngomong koq seenaknya gitu ya. ups.. kayanya udah mulai lepas dari masalah nih :)

    ya udah gapapa. sekalian aja. Pri, tertarik gantiin posisi dirjen postel gak Pri?

    perlu dibikinin Gerakkannya? xixixi… :D

  14. ups.. saking semangatnya nulis sampe gak sopan deh nyebut ama orang sembarangan :)

    lupa ganti jablay blog nya lagi :)

    sorry pak pri. kebanyakan becanda nih gara-gara terlalu semangat ngomongin masalah internet ini :)

    *niat banget pengin ganti tuh dirjen postel :D *

  15. emang bener yah kalo kita hosting di IIX dari luar indonesia luar biasa leletnya? kalo mau hosting tergantung target audiencenya juga yah :-?

  16. gara2 gmpa d taiwan, koneksi inet d rumah sy perasaan justru jd tambah cepet. apa gara2 yg akses inet skarang masih sedikit ya ? tapi paling enggak gmpa d taiwan bsa jadi tolok ukur klo masyarakat indo udh melek internet. buktinya baru gak bsa inetan slama beberapa hari aja udh ributnya kyk dunia mau kiamat aja…

  17. Domain .com tidak berfungsi dari dalam Indonesia karena tidak ada mirror-nya di dalam Indonesia (ada yang dapat memberikan verifikasi?)

    iya kang pri, sepertinya ada mirror di asia pasifik (tapi mungkin tidak di indonesia)? -cmiiw-

    *dukung kang pri jadi dirjen postel!*
    ayo kang, indonesia butuh orang yang berkualitas seperti akang! :)

  18. Salam Kenal Pa Pri…

    Hmm… tak disangka ternyata banyak otoritas IT kita yang masih “asbun” seperti itu ya..? :-/ bagi saya domain itu cuma nama, tapi servernya bisa dimana saja. Saya juga sempet curhat tentang masalah ini di http://fitra.blogspot.com/2007/01/belajar-dari-gempa-di-taiwan.html.

    Kasus “asbun” juga lagi-lagi terjadi pada otoritas Perhubungan kita lewat kasus penentuan loksai jatuhnya Pesawat ADAM AIR lengkap dengan data korban meninggal dan selamat yang ternyata cuman omong kosong. Tolong Pa Pri sekalian angkat topik “asbun” ini ya…! biar para pejabat itu malu.

    Trims.

  19. bagus bagus. gak usah dipikirin. ini analogi menyesatkan. mayoritas id servernya di indonesia. tp belum tentu. bisa aja jurnalis itu benar2 goblok, ato cuma biar lebih gampang dimengerti. soalnya masalah gempa dan internet ini kan menarik perhatian masyarakat luas, tidak hanya praktisi IT. :)

  20. Mungkin yang mereka maksud dns-proxy yang diset offline, dan dijadikan roots dns para isp di Indonesia. Dengan demikian bukan hanya masalah putus hubungan yg teratasi, sensorsip juga dapat diaktifkan. :D

  21. Apapun yang terjadi kemaren telah membuat kepala saya sakit. Bayangkan semua orang di perusahaan nerorin saya. Udah di jelasin tapi nggak nyambung.

    beginilah nasib IT di sekumpulan orang-orang awam IT.

  22. iya tuh.. kemaren ada yg nanya ke saya “berarti klo klo akses .id msh bisa dong ya?”
    klo waktu itu ‘agak’ susah neranginnya..
    klo sekarang ada yg nanya lagi, suruh baca aja blog ini
    :d

    btw, blog ini msh di IIX ga ya :-“

  23. hmm…cuma masalah kejar setoran si wartawan aj kan,karena dia kepaksa nulis berita yang mungkin bukan bidangnya…jadi mereka jadi rada salah paham :D

    kesimpulannya : biar aj domain luar tapi servernya ngehost di iix gitu :? aih bingung @-)

  24. om Pri..
    artikelnya kenapa koq banyak komentar
    ternyata setelah aku amati, ternyata oh ternyata pernyataan om pri ini selalu menyajikan artikel dengan secara samar2 bisa memancing esmosi, pinternya ya disitu. jadi jangan heran kalau banjir komentar haha…
    thank’s Om Pri bisa menambah hiburan dikasanah bumi indonesia ini…

  25. halo mas pri salam kenal.
    aku masih bingung ama penjelasan situ.yang aku tau,kalo aku pakai situs lokal bisa,tapi situs nonlokal ndak bisa.tapi kok gak semua warnet seperti itu ya?

  26. to #18
    tergantung apakah ada local dns server disitu ? kalau ada local dns server dan catatan domain http://www.xyz masih ter-caching di local dns server tsb ada kemungkinan masih bisa di-resolv.

  27. sbenernya sejak dulu saya punya niat untuk hosting di server2 indonesia, plus menggunakan domain .id secara website saya berbahasa indonesia.

    namun apa fakta waktu itu?

    waktu itu, daftar domain .id sulitnya bukan maen. bandingkan dengan register .com yg hanya perlu 5 menit. administrasi domain .id ga jelas bahkan cenderung kacau. lalu pengelolaan IIX yg juga ga kalah berantakan (saya lupa detailnya, tapi IIX pernah mati 1-2 hari karena ‘perang’ antara APJII dan IDNIC, tolong diluruskan kalo salah). dengar2 seh belakangan ini hal2 diatas sudah membaik

    jadi jujur saja, sulit buat saya untuk percaya lagi dengan hal2 berbau IIX, APJII etc, termasuk Depkominfo. padahal usaha2 hosting dengan server lokasi indonesia sudah mulai bagus dan profesional, tapi terganjal masalah domain .id

    tanya kenapa?

  28. Intinya mau komen tentang RS yaa :D tapi karena RS terlalu sering di POJOKKan jadi sungkan… dan sudah menjadi CERITA LAMA bahwa di INDONESIA setiap ORANG yang semakin di GENCET akan semakin NAIK PAMOR… kayak PEER AJA… kayak jaman Mbak Mega.. dan Jaman SBY ;;) dulu

    :)>-

  29. aku masih belajar internet mulai awal sekali,
    sering baca tulisannya Bapak Priyadi, tapi belum berani ngasih komentar, ntar di ketawain orang….
    Tulisannya bagus dan enak dibaca.

  30. presidensby.info bukan domain .id lho tapi dulu pas putus masih bisa diakses…

    Yang terpenting menurut hemat saya, ya serverhostingnya.

    michael.or.id punya saya yang server US waktu itu ga bisa diakses kok.

  31. Berita sejenis dengan hal tersebut juga dimuat di Jawa Pos edisi cetak (saya tidak tahu yang edisi online).

    Parahnya wartawatinya temen kuliah saya sendiri.Duh, ternyata…. masih banyak orang (wartawan) yang juga nggak paham hal seperti ini…..

  32. semoga pemerintah kita sadar untuk membangun dunia it kita setelah ada bencana,memang biasanya spt itu kesadarannya terlambat setelah ada musibah hehehe :)

  33. Pingback: blog.firdaus.info

Leave a Reply to Bilbo.H Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *