XLNetRally 2011

Tanggal 23 dan 24 Juli 2011 saya diajak PT. XL Axiata, Tbk., untuk mengikuti perhelatan XLNetRally 2011. XLNetRally adalah sebuah acara yang diadakan untuk menguji dan mencoba ketangguhan sinyal XL sepanjang rute mudik utama di Pulau Jawa. Peserta adalah para narablog dari kota-kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo dan Surabaya. Seluruh peserta berangkat dari kotanya masing-masing untuk berkumpul di Semarang. Semarang dipilih sebagai kota tujuan karena katanya Jawa Tengah merupakan provinsi tersibuk saat mudik berlangsung. Saya sendiri adalah anggota dari kontingen Jakarta.

Tanggal 23 Juli, pukul 06.30 adalah jadwal berkumpulnya kontingen Jakarta dan Bandung di Ruang Tunggu VIP Stasiun Gambir. Saya sendiri adalah peserta yang datang paling on-time, satu jam sebelum jadwal, karena berangkat bersama istri yang berniat ‘mengantri sembako’ di salah satu pusat perbelanjaan di tengah kota Jakarta.

Di lokasi sudah menunggu tim dari XL seperti Adham Somantri, Saranto Arantan dan Oom Ari Gembul. Peserta lainnya kemudian berdatangan: Pitra Satvika dan Amril Taufik Gobel yang kemudian disusul oleh kontingen dari Bandung, Ikhlasul Amal dan Nita Sellya. Disusul kemudian oleh Masset yang diantar sang kekasih, kemudian Eny Firsa, Devi Eriana Safira, Goenrock, Iman Brotoseno, dan Leonita Julian. Dan yang terakhir datang adalah sang ketua kontingen Wiwik Wae.

Perjalanan ke Kota Semarang akan ditempuh dengan menggunakan Kereta Api Argo Muria. Saya sendiri sudah lama sekali tidak menempuh perjalanan jarak jauh dengan menggunakan kereta api. Ini adalah perjalanan jarak jauh dengan menggunakan kereta api saya yang pertama dalam kurang lebih enam tahun. Platform teratas Stasiun Gambir ini biasanya hanya saya lewati ketika naik KRL rute Jakarta-Depok-Bogor.

Dalam pikiran saya, gerbong yang akan kami naiki adalah gerbong biasa seperti yang dulu-dulu saya naiki. Ternyata dugaan saya salah besar. Gerbong yang akan dipakai oleh rombongan XLNetRally ini merupakan gerbong wisata yang memiliki televisi 42 inch dengan fasilitas karaoke, sofa empuk, ruang makan terpisah, toilet lapang yang dilengkapi shower, dan bahkan sebuah kamar tidur. Isyarat kemewahan sudah ada bahkan saat kami belum menaiki gerbong. Saat memasuki gerbong kami sudah disambut oleh dua orang petugas Kereta Api dengan senyuman ramah. Dua petugas ini yang akan melayani kami semua selama perjalanan menuju Semarang.

Di dalam gerbong, acara dimulai dengan sambutan dari Direktur Jaringan XL Dian Siswarini. Kemudian dilakukan penyerahan topi kondektur berlogo XL kepada perwakilan peserta Eny Firsa dan Iman Brotoseno.

Sesaat setelah kereta berjalan meninggalkan Stasiun Gambir, kami dikejutkan dengan keberadaan seorang lelaki yang mengaku salah menaiki kereta. Saya sudah yakin kalau ini cuma sandiwara yang menjadi bagian untuk menghibur kami semua. Tentunya asumsi ini saya simpan dalam hati. Namun berbeda dengan Mbak Wiwikwae yang langsung berceloteh tentang ‘keahlian bersandiwara’ lelaki tersebut. Walaupun sempat panik seketika, lelaki tersebut terlihat profesional dan berhasil mengendalikan situasi. Apalagi tak lama kemudian muncul empat anggota orkes musik lengkap dengan alat musik seperti biola, bass, gitar dan perkusi.

Selama kurang lebih dua jam ke depan, mereka membawakan lagu-lagu untuk menghibur kami semua. Kadang saya merasa kasihan kepada mereka karena sering kami semua lebih suka sibuk mengecek  jaringan melakukan *live-tweet* dibanding memperhatikan penampilan mereka.

Di sela-sela penampilan orkes musik, petugas kereta api membagikan sarapan berupa nasi goreng. Saya yang dahulu sering bolak balik Jakarta-Bandung dengan menggunakan kereta api masih ingat bahwa nasi goreng ini rasanya bisa dibilang sama persis dengan nasi goreng kereta api yang dulu sering saya santap.

Suatu waktu orkes musik menawarkan kepada kami semua jika ada yang ingin menyanyi bersama mereka. Masset langsung menunjuk kepada Mas Amril. Yang mengikuti acara miladeBlogger 2011 bulan lalu tentunya masih ingat bahwa Amril menjadi salah satu peserta Blogger Idol yang mewakili Blogger Bekasi. Mas Amril pun tak kuasa menolak dan membawakan lagu andalannya “My Way”.

Sekitar pukul 09.30, tim orkes mengakhiri penampilannya. Dan acara dilanjutkan dengan games antar peserta. Peserta dibagi menjadi dua tim. Tim pertama terdiri dari Wiwikwae, Goenrock, Devi Eriana, Masset dan Amril. Sedangkan tim kedua terdiri dari Pitra, Eny Firsa, Leonita, Ikhlasul Amal dan saya sendiri. Ada tiga games yang diselenggarakan, yaitu memindahkan bola menggunakan pipa, teka teki, dan puzzle. Peserta lain sepertinya terkesima melihat keahlian saya menyelesaikan puzzle kereta api :). Akhirnya kelompok saya menjadi pemenangnya dan setiap anggota kelompok mendapatkan voucher belanja sebesar Rp 150 ribu.

Pukul 10.50 kereta mencapai Stasiun Cirebon dan berhenti untuk beberapa saat. Terjadi sedikit kegaduhan ketika Wiwikwae memaksa keluar untuk membeli sesuatu yang dinamakan “Kerupuk Melarat”. Petugas terpaksa harus turun tangan untuk mengingatkan bahwa kami semua sedang berada di dalam kereta wisata yang mewah, bukan di dalam kereta kelas ekonomi, dan dengan demikian tidak diperkenankan untuk keluar masuk kereta karena khawatir akan tertinggal. Walaupun demikian petugas kereta api bersedia untuk membelikan Kerupuk Melarat, walaupun porsinya jauh melebihi kapasitas kita semua. Kekhawatiran tak berhasil mendapatkan kerupuk melarat berubah menjadi kekhawatiran tak dapat menghabiskan kerupuk melarat.

Sesaat setelah kereta meninggalkan Stasiun Cirebon, giliran tim dari XL yang membawakan acara. Kali ini untuk memperagakan cara mereka untuk menguji jaringan XL selama dalam perjalanan menuju Semarang. Alat yang mereka bawa terdiri dari sebuah laptop yang selama presentasi dihubungkan ke televisi LCD kereta api, sebuah perangkat penerima GPS dan sebuah ponsel yang mirip Nokia jaman dahulu, namun harganya puluhan ribu dolar.

Tim XL menjelaskan bahwa lonjakan pemakaian dapat mencapai sampai 30%. Tantangan lebih besar terdapat pada layanan data. Jika pada layanan suara dan SMS, peningkatan penggunaan pada masa hari raya diiringi dengan penurunan yang sepadan pada setelah hari raya, maka pada layanan data, penurunan biasanya tidak akan mencapai tingkat sebelum hari raya. Ditambah dengan tradisi penjualan paket data di Indonesia yang *unlimited* membuat para operator, bukan hanya XL, kesulitan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Walaupun demikian, pihak XL berkomitmen untuk terus mengembangkan layanannya dan terus memonitor kualitas layanan terutama pada masa-masa kritis seperti hari raya.

Lewat pukul 12.00, petugas kereta api mulai mempersiapkan ruang makan. Kami pun segera melahap hidangan yang disediakan.

Bak seleksi alam, tanpa perlu disuruh, para peserta kemudian membuat kelompok masing-masing sesuai dengan kemampuannya bersuara. Para peserta dengan suara indah nan merdu seperti Goenrock, Amril, Devi Eriana, Wiwikwae dan Eny Firsa berkelompok di depan televisi untuk unjuk kemampuan berkaraoke. Sedangkan peserta lain yang kurang beruntung dalam hal suara (asumsi saya) seperti tahu diri dan menyingkir ke sisi belakang gerbong untuk menikmati pemandangan tepi sawah dan laut, dan tentunya kembali ‘mengecek kualitas jaringan’.

Pukul 14.45, kereta api akhirnya sampai ke Stasiun Semarang Tawang. Kami langsung disambut oleh panitia penyambutan. Setiap peserta diberi kalungan selendang bermotif batik.

Dari Stasiun, dengan menggunakan bus, kami langsung menuju Gumaya Tower Hotel  untuk check-in. Oleh panitia, saya ditempatkan satu kamar bersama Pitra Satvika, mungkin karena berurutan secara alfabet.

Kami hanya diberi waktu sekitar 30 menit di dalam kamar hotel, karena para peserta akan dibawa jalan-jalan ke Toko Oen. Toko Oen adalah tempat makan legendaris di Kota Semarang. Toko Oen didirikan di tahun 1936 dan masih tetap bertahan sampai sekarang. Bangunan, meja dan kursinya bisa jadi berumur lebih dari dua kali umur saya. Dulunya Toko Oen dibuka di kota-kota Yogyakarta, Batavia, Malang dan Semarang. Namun kini yang tersisa hanyalah yang di kota Semarang dan Malang.

Sebenarnya Toko Oen menyediakan menu makanan yang sangat beragam. Namun karena perut ini sudah menerima begitu banyak masukan saat masih di atas kereta api, saya tidak begitu bersemangat untuk makan. Saya hanya memesan Poffertjes, yaitu roti tradisional Belanda. Itupun dibagi-bagi dengan peserta lain.

Saat di Toko Oen, saya harus berpamitan sementara kepada peserta yang lain karena ada keperluan untuk menjenguk Tante yang kebetulan sedang dirawat di RS. Kariadi. Kendaraan taksi ternyata tak sulit untuk ditemukan. Di seberang Toko Oen ada pangkalan taksi yang kebetulan ada satu taksi yang sedang menunggu penumpang.

Jam 19.00, peserta dijadwalkan untuk mengikuti acara ObSat di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Karena waktu yang tidak memungkinkan dan lalu lintas saya perhatikan sudah mulai agak padat, saya memutuskan untuk langsung menuju TBRS tanpa kembali ke hotel. Ternyata saya datang terlalu cepat di TBRS. Saya harus menunggu peserta lain yang datang dengan bus selama tak kurang dari satu jam. Selama itu, saya ditemani iringan musik heavy metal dari sebuah acara di TBRS, dan tentunya waktu tersebut saya gunakan untuk ‘mengecek sinyal’.

Pukul 19.30, peserta acara ObSat yang bertajuk “Mudik Asyik” mulai berdatangan, termasuk sang bintang malam itu, yaitu Briptu Eka Frestya dan Brigadir Avvy Olivia. Keduanya langsung diserbu untuk dimintai foto bareng oleh para peserta.

Panggung TBRS tempat acara Obsat berlangsung adalah panggung terbuka. Sempat ada kekhawatiran jika terjadi hujan, mengingat siang agak mendung. Namun untungnya kekhawatiran tersebut tidak terjadi. Pentas TBRS cukup sejuk karena dinaungi sebuah pohon beringin tepat di belakang panggung. Panitia menyediakan makanan di sisi kanan panggung. Saya sendiri mencicipi hidangan tahu pong yang disediakan. Panitia juga mempersiapkan hiburan berupa musik keroncong yang dilakukan pada sebelum dan sesudah acara Obsat.

Acara ObSat dipandu oleh Ndorokakung dan Febriati Nadira. Sedangkan narasumber berasal dari NTMC Polri, XL Axiata, dan para blogger otomotif. Sesi tanya jawab, seperti sudah dapat diduga sebelumnya, dipenuhi dengan pertanyaan bersifat pribadi kepada kedua polwan cantik itu. Beruntung, kedua polwan ini sepertinya tahu persis bagaimana cara berkelit dari pertanyaan-pertanyaan sulit tersebut.

Yang menarik adalah rekomendasi dari Otobloggers untuk tidak mudik dengan menggunakan sepeda motor karena kecelakaan terbanyak sewaktu mudik berasal dari sepeda motor. Selain itu rekan-rekan Otobloggers meminta pihak polisi untuk tegas terhadap pengguna sepeda motor. Kecelakaan berkendara biasanya didahului dengan pelanggaran dari pihak pengendara, seperti misalnya menggunakan sepeda motor lebih dari dua orang. Dengan ketegasan dari pihak kepolisian, diharapkan kecelakaan berkendara sewaktu mudik dapat diminimalkan.

ObSat berakhir sekitar pukul 22.00. Kami langsung kembali ke hotel. Beberapa teman memutuskan untuk keluar jalan-jalan. Namun saya sudah tidak kuat lagi dan memilih untuk tinggal di kamar hotel.

\*\*\*

Hari Minggu, 24 Juli 2011, saya terbangun di kamar hotel sekitar pukul 05.30. Rekan sekamar, Pitra Satvika, langsung mengajak untuk jalan kaki di sekitar hotel. Setelah bersiap-siap, kami berdua keluar hotel sekitar pukul 06.30. Udara relatif sejuk, dan cuaca sangat cerah. Cocok untuk berburu foto. Kami berdua berkeliling jalan sekitar hotel, termasuk di antaranya ke sebuah pasar yang terletak di sebuah jalan kecil. Pitra sepertinya sudah terbiasa melakukan street photography dengan iPhone dan Instagram-nya. Sebaliknya saya selalu terlampau gugup dalam melakukan hal ini. Jika tidak ditemani, tak mungkin saya bisa melakukannya. Jalan-jalan berlangsung kurang lebih selama satu jam. Setelah itu kami harus kembali ke hotel untuk bersiap-siap.

Pukul 09.00 adalah jadwal kami untuk check-out. Ternyata pihak XL sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Kami semua diberi bingkisan oleh-oleh khas Semarang sehingga kami semua tidak perlu lagi menghabiskan waktu yang tinggal sedikit ini untuk berburu oleh-oleh.

Sekitar pukul 09.30, peserta menaiki bus untuk menuju objek wisata pertama yang akan dikunjungi, yaitu Lawang Sewu. Lawang Sewu merupakan gedung peninggalan kolonial Belanda yang memiliki sangat banyak sejarah. Namun saat ini lebih banyak dikenal dari cerita mistisnya, misalnya dari Dunia Lain, maupun film horor Lawang Sewu.

Yang menarik, kami diajak untuk turun ke lantai basement gedung ini. Di sana terdapat lorong berliku-liku yang dipenuhi dengan air tanah. Oleh karena itu semua peserta yang memutuskan untuk turun harus mengenakan sepatu boot yang disediakan oleh pengelola. Mengetahui bahwa salah satu yang menarik minat pengunjung adalah faktor mistis dari gedung ini, pemandu memberi tahu dimana lokasi pengambilan gambar untuk acara Dunia Lain. Tak lupa pemandu juga menyuruh kita semua untuk mematikan seluruh lampu, untuk menambah kesan seram.

Kami tak memiliki banyak waktu untuk berlama-lama di tempat ini. Tak sampai satu jam kami berada di sini. Rombongan sudah harus meninggalkan tempat sekitar pukul 10.30. Seperti biasa, kami mengakhiri acara di tempat ini dengan foto-foto bersama.

Setelah insiden yang melibatkan Ikhlasul Amal yang tertinggal akibat keasyikan mengambil gambar di Lawang Sewu, kami semua berangkat menuju Klenteng Sam Po Kong. Klenteng yang megah ini merupakan lokasi tempat pendaratan Cheng Ho di Kota Semarang.

Saya catat kami tidak sampai 30 menit berada di sini, karena harus segera beranjak ke tempat berikutnya. Kali ini untuk urusan kuliner, yaitu ke Soto Ayam Pak Min. Di sini kami menyantap Soto Ayam khas Semarang dan tentunya menu favorit es durian tak dapat saya lewatkan begitu saja.

Soto Ayam Pak Man menjadi acara terakhir kami di Semarang. Setelah ini kami harus langsung berangkat untuk mengejar pesawat. Namun seperti yang telah dapat diperkirakan sebelumnya, pesawat yang kami kejar ternyata belum tiba. Ya, untuk kesekian kalinya, penerbangan maskapai ‘L’ lagi-lagi mengalami keterlambatan.

Setelah naik pesawat, kami baru menyadari bahwa tiket saya dan Amril adalah tiket kelas bisnis. Sedangkan teman-teman lain yang kurang beruntung mendapatkan tiket kelas ekonomi. Tentunya ini bukan masalah serius dan tidak perlu dibesar-besarkan :).

Sampai jumpa pada acara mudik bulan depan dan tentunya #XLNetRally tahun berikutnya.

Tulisan lainnya tentang XLNetRally 2011:

32 comments

  1. Wah..laporannya dibuat dalam satu artikel sahaja. Tapi keren euy, apalagi foto2 mas Pri yang dashyat dan indah! Hahaha…naik kelas bisnis saat pulang ke Jakarta sungguh sebuah “insiden” yang menyenangkan :)

  2. Reportase yang mantabs. Lengkap, komplit tapi tetap tertata. Thanks buat kelengkapannya mas Pri.

    BTW, yang dicoba mas Pri dari XL apa saja? Cuma tweet/status saja ya? Apa sempat coba akses video atau apa gitu?

    Soalnya saya pakai XL sewaktu di Pangkal Pinang, tewas dengan sentosa :-)

  3. Kok, masalah kekuatan dan reliabilitas sinyal XL sedikit sekali bahasannya? Lebih banyak cerita jalan-jalannya. Hehe.

Leave a Reply to paydjo.Net Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *