Trans Studio Bandung adalah sebuah taman bermain dalam ruangan yang berlokasi di Bandung Supermall. Trans Studio Bandung merupakan Trans Studio yang kedua setelah Makassar.
Awal bulan ini, saya menyempatkan diri mengunjungi Trans Studio Bandung ketika sedang padat-padatnya. Ini wajar, karena Trans Studio Bandung waktu itu belum genap berusia satu bulan, dipromosikan habis-habisan di media massa dan sedang waktunya liburan sekolah. Untuk mengantri tiket saja membutuhkan waktu tak kurang dari satu setengah jam.
Dalam kondisi ini, kedisiplinan masyarakat kita benar-benar diuji. Pada saat istri saya mengantri tiket, ternyata ada orang tua yang menyuruh anaknya menerobos antrian, padahal usia anaknya tersebut tak lebih dari 8 tahun. Sayangnya, petugas keamanan pun tidak dapat berbuat banyak, mungkin karena kewalahan atau terlalu mengasumsikan bahwa pengunjung dapat tertib mengantri.
Semenjak BSM direnovasi untuk pembangunan Trans Studio, saya jarang sekali mampir ke BSM. Kali ini wajah BSM jauh berbeda. Sisi barat yang tadinya tempat parkir terbuka, kini telah menjadi gedung tempat parkir yang di atasnya ada Trans Studio. Nyaris seluruh lahan BSM kini dikuasai oleh gerai-gerai dari Paragroup. Tak ada lagi Starbucks, digantikan dengan tak kurang dari setengah lusin gerai Coffee Bean & Tea Leaf. Gerai es krim Baskin-Robbins pun bertebaran dimana-mana.
Yang disebut dengan ‘tiket masuk’ ternyata adalah kartu Mega Cash. Ini adalah kartu pembayaran contactless yang cara kerjanya mirip dengan Flazz dari BCA atau eToll Card dari Bank Mandiri. Jika sudah memiliki kartu ini dengan saldo yang mencukupi, pengunjung sebenarnya hanya tinggal masuk ke area Trans Studio.
Trans Studio Bandung merupakan taman bermain dalam ruangan, kecuali satu: Yamaha Racing Coaster. Yamaha Racing Coaster merupakan satu-satunya wahana di Trans Studio yang berada di luar ruangan. Dengan tinggi 50 meter, roller coaster ulang alik ini terlihat dari jauh, dan mungkin satu-satunya tanda bahwa di tempat ini ada taman bermain.
Trans Studio Bandung terbagi menjadi tiga bagian: Studio Central, Magic Corner dan Lost City. Ketiganya terhubung ke sebuah panggung pertunjukan yang luas. Pertama memasuki Trans Studio, pengunjung langsung masuk ke bagian Studio Central. Di sini ada Yamaha Racing Coaster, Vertigo, Giant Swing dan beberapa wahana lainnya. Karena pengunjung yang membludak, saya memilih untuk tidak menaiki wahana yang antriannya panjang, dan memanfaatkan waktu saya untuk mengambil beberapa gambar.
Pemandangan di area Studio Central:
Setelah menyusuri Studio Central, pengunjung akan sampai ke Amphitheater, yaitu tempat pertunjukan luas. Di tempat ini diselenggarakan berbagai pertunjukan. Ada yang di atas panggung, ada pula yang di tengah-tengah jalan.
Dari area Amphiteater, pengunjung dapat belok kiri ke The Lost City, atau belok kanan ke area Magic Corner.
Pemandangan di depan panggung Amphitheater:
Pertama kali, kami langsung menuju The Lost City. Di sini terdapat wahana-wahana Sky Pirates, yaitu kereta yang bergerak di atas area Trans Studio; dan Jelajah, yang mirip dengan Niagara-gara di Dunia Fantasi. Di sini juga ada wahana Kong Climb, yaitu wahana panjat dinding. Kami memilih untuk menaiki Kong Climb karena waktu itu hanya wahana ini yang antriannya tidak terlalu panjang.
Pemandangan di area The Lost City:
Ketika kembali ke depan Amphitheater, ternyata pertunjukan “Legenda Putra Mahkota” akan dimulai. Kami pun menyaksikan pertunjukan ini. Ini adalah pertunjukan musikal dengan berbagai macam efek khusus dan atraksi dari puluhan pemain yang sangat memukau. Menurut saya pertunjukan ini tak kalah menarik dibandingkan pertunjukan The Golden Mickeys di Disneyland.
Sekitar pukul 16.30, petugas menyuruh para pengunjung untuk ke pinggir jalan. Rupanya iring-iringan parade akan dimulai. Parade ini menampilkan beberapa kendaraan dan puluhan peserta yang mengenakan kostum karakter. Parade ini berlangsung kurang lebih selama 30 menit.
Selanjutnya kami menuju area Magic Corner. Seperti area-area lainnya, di sini pun antrian terlalu panjang bagi saya untuk ikut mengantri. Saya hanya mengantri wahana Dunia Lain hanya karena kami mendapat kesan kalau antriannya tidak panjang, walaupun sebenarnya cukup panjang. Kami yang bukan pengunjung VIP mengantri tak kurang dari satu setengah jam. Sedangkan pengunjung VIP diberi antrian khusus yang bersebelahan dengan antrian biasa. Hasilnya, tentu saja, setiap kali ada pengunjung VIP yang masuk akan langsung disoraki oleh pengunjung reguler yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Dalam antrian ini, disiplin pengunjung kembali diuji. Masalah yang saya dapati dalam antrian pertama saya di Trans Studio ini adalah gang antrian terlalu lebar. Seperti biasa, di Indonesia seseorang tidak akan membiarkan celah sekecil apapun di depan. Jika ada celah sekecil apapun, maka akan diserobot ‘angkot’. Tak berbeda seperti di jalan raya, di Trans Studio pun demikian.
Dunia Lain adalah wahana ‘rumah hantu’. Pengunjung menaiki sebuah kereta yang bergerak sendiri secara otomatis. Sepanjang perjalanan, pengunjung menyaksikan berbagai macam legenda kota Bandung yang berhubungan dengan hal-hal mistis, seperti halnya ambulans Bahureksa, Gua Belanda, dan lain-lain.
Pemandangan di area Magic Corner:
Jam 9 malam antrian mulai surut. Saya memilih untuk naik wahana Sky Pirates untuk mengabadikan suasana Trans Studio Bandung dari atas.
Trans Studio Bandung tutup jam 10 malam. Pengelola memberi kesempatan bagi pengunjung untuk menguangkan kartu Mega Cash bagi yang tidak membutuhkan lagi kartu tersebut. Menurut pengalaman saya memang kartu ini praktis tidak berguna di luar BSM. Jadi kami memilih untuk menguangkan kartu tersebut.
Dengan harga tiket masuk Rp 150 ribu untuk hari biasa dan Rp 200 ribu untuk akhir pekan, Trans Studio Bandung cukup terjangkau. Pengunjung memiliki pilihan untuk menjadi VIP dengan menambahkan Rp 200 ribu lagi. Namun ini perlu dipertimbangkan lagi karena dalam beberapa wahana, menjadi VIP tidak banyak memotong antrian. Selain itu, perlu mental yang kuat karena pada beberapa wahana antrian VIP sejajar dengan antrian reguler. Siap-siap saja untuk dipelototi atau bahkan disoraki teman-teman di antrian reguler.
Trans Studio Bandung menyediakan beberapa wahana yang cocok untuk dinikmati anak kecil, tapi tidak terlalu banyak, dan rasanya anak-anak kecil dengan tinggi di bawah 110cm hanya akan lebih banyak menyaksikan orang tuanya bermain.
Karena terlampau penuh sesak, Rp 200 ribu/orang yang kami keluarkan waktu itu ternyata tidak sepadan dengan apa yang kami dapatkan. Selain itu masih terdapat beberapa wahana yang belum beroperasi. Mudah-mudah di lain waktu saya bisa mendapatkan kesempatan untuk kembali ke Trans Studio Bandung menikmati wahana-wahana yang lain, dan tentu saja, dalam suasana yang tidak penuh sesak.
Pemandangan di pintu masuk keluar Trans Studio Bandung:
belakangan ini om pri, sering nge-review…. btw, trans bandung kan udah nyoba. kapan trans makasarnya di icip icip. ??? share juga ya infonya
mantap tulisannya panjang dan fotonya menarik.. dibayar ga nih tulisan ini. he..he..
@didno: gratisan, hehehe :)
Mas pri.. gimana sih caranya bikin foto 3D kayak gitu? bisa muter-muter gitu? kasih tau dong :((
@sibair: nanti dibikin pos terpisah aja kali ya
hehe.. ini tulisan pasti imbalannya ipad2 :P
@rony: hahaha, sayangnya ngga :)
Severtinya menarik.. itu kenapa vocong ikut2an nongol yaks…
stelah kemaren ipad dr xl, skg dari trans :)
kayaknya ini bakalan dapat parcel macbook pro :D
Di sana ngga nonton Kabayan Goes to Hollywood ya Kang?
@fauzan: gak sempet. waktu itu antriannya terlalu panjang :(
Kapan ya pengantre VIP gantian nyorakin pengantre reguler. Biar adil gitu lho !
Kesannya adalah yang reguler boleh nyorakin, meledek pengantre VIP. Sementara yang VIP harus pasrah dengan semua itu.
Gimana kalau sekali-sekali yang VIP gantian ngeledek yang reguler. Misalnya dengan ucapan ‘Siapa suruh miskin’. Kira2 yang Si Reguler pasrah seperti pasrahnya Si VIP saat diledekin Si Reguler gak ya ?
wah indahnya dunia diujung mimpi
hebaaaaaaaaaaaaaaaat
wiih dari kemarin kemarin ngiler kepengen ke bandung ngubek trans studio, tapi klo blom bnyk yg beroperasi mah rugi jauh jauh kesana…
Keren foto 3dnya. ditunggu tutorialnya om pri :D
200 ribu/orang :o
Saya ngga kepikiran pengen masuk, apalagi wahana masih kurang
Salam kenal saya pembaca baru, artikel yg bagus.. huhu hebat sekali foto 3D nya, salut saya.. jd nyesel baru mampir artikelnya bagus2 :d
kalo tau yang sesak-sesak begini, saya pilih duduk manis di rumah aja dah.
itu photonya bikin puyeng mata saya nih .. keren
Asoy bener, ga nahan ngantrinya. Wahana sih biasa, amphiteathernya penasaran
Lihat photo 3D nya serasa berada disana..
Thanks mPri sudah sharing.. :D
Jadi pengin pergi ke Trans Studio Bandung:d
saya mah dah nyerah kalo liat antrian kayak gitu, belom lagi yang nerobos antrian :(
btw, ditunggu nih mas tutorialnya bikin gambar muter2 kayak gitu :)
jadi pingin kesana
WAWAWAWA SUMPA BARU PERTAMA KALI SAYA DAN TEMAN -TEMAN BARU MERASAKAN DUNIA PERMAIN
ga enak, antrinya kebangeten..
kecewa maen kesini :(
byuh . . byuh, tulisannya lengkap banget, sampai gw malu, karena juga sudah ngeblog tulisan tentang trans studio, ternyata sudah ada yang juauh lebih lengkap.
Update sampai 1 nov kemarin kita kesana, masih ada 2 wahana yang belum beroperasi.
but karena datangnya di weekdays, jadi sepi banget.
masuk jam 10.00 jam 13.00 sudah selesai semua wahana dijelajahi.
please come to my home:
http://www.adisetyo.com.
tq
mas, boleh saya copy gambarnya? untuk blog.. Thanks..
@ilham: silakan mas
Seandainya ini ada di Jakarta ya…:(
Thank infonya Bro
keren jd pengen kesitu tpi jauh :(
Btw disana makananny mahal2 g???
pengen ni ke trans studio bandung…ngomong2 tiketnya kemahalen y…boz
kerennnn…..!
semarang belum ada :D
jadi tambah pengen ke sana neh.
Hebat mas, komplit reviewY.. Foto-fotoY juga keren, mantap.
Trans studio Bandung keren! Dulu aku di sana pake VIP Gak di sorakin tuh :/
Tulisannya keren nih.
Jadi, beneran pengin kesana.
Di Solo katanya akan dibuat juga nih.
Mas pri, karyawan di Trans studio bukan? review dan foto-fotonya komplit, keren mas.