Alasan Untuk Memikirkan Standardisasi dan Aksesibilitas Pada Situs Web

Akhir-akhir ini banyak ditemukan kontroversi apakah standardisasi dan aksesibilitas di situs web itu adalah sesuatu yang perlu. Hal ini terangkat ke permukaan mungkin setelah saya menulis tentang [investigasi saya mengenai standardisasi pada situs yang dijadikan nominasi situs terbaik](https://priyadi.net/archives/2004/10/18/situs-terbaik/). Selanjutnya hal ini menyebar ke blog-blog lainnya:

* [Kita Tidak Suka Web Standard](http://yulian.firdaus.or.id/2004/10/18/kita-tidak-suka-web-standard/)
* [Sebuah Catatan Tentang Membuat Situs (di Indonesia?)](http://warnadunia.net/archives/2004/10/situs)
* [Terbaik?! Dimana Terbaiknya?](http://secandri.com/blog/2004/10/19/terbaik-dimana-terbaiknya/)
* [Situs Terbaik](http://risiyanto.budi.or.id/blog/2004/10/20/situs-terbaik/)
* [Indonesian Web Standards Situation](http://home.avianto.com/archives/2004/10/indonesia_web_standards_situation.html)
* [Nominasi Situs Terbaik 2004 versus Persyaratan](http://bennychandra.com/2004/10/22/nominasi-situs-terbaik-2004-versus-persyaratan/)
* [Finally, This Page Is Valid XHTML 1.0 Transitional!](http://bennychandra.com/2004/11/09/finally-this-page-is-valid/)
* [Kenapa begini kenapa begitu?](http://warnadunia.net/archives/2004/10/kenapa)
* [Web Terbaik dan sebuah tanda tanya….](http://warnadunia.net/archives/2004/11/web_terbaik)

Alasan umum yang dikemukakan oleh yang tidak setuju dengan standardisasi web adalah alasan klasik: “Untuk apa mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan standard web jika web saya bisa dilihat oleh sebagian besar pengunjung?” Kali ini saya akan mengemukakan beberapa alasan mengapa standardisasi dan aksesibilitas pada web adalah sesuatu yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengembangan situs web, apapun alasannya.

1. **Tim Berners-Lee mendesain WWW sebagai media yang dapat diakses oleh berbagai macam alat.** Saat ini pun WWW sudah dapat dinikmati melalui media-media berikut ini: komputer, televisi, dalam bentuk cetak, layar terminal, telepon selular, PDA, *text-to-speech*, alat pembaca *braille*, dan tentunya masih banyak lagi media yang tidak dapat disebutkan di sini. Kesalahan umum pengembang situs web adalah bahwa situs web hanya akan diakses melalui layar komputer, bahkan terkadang dengan melakukan asumsi bahwa perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan kurang lebih sama. Sebaiknya asumsi ini selekas mungkin dihilangkan. Sudah waktunya World Wide Web merambah dunia yang lebih luas lagi dibandingkan hanya sekedar layar komputer.

2. **Arah pengembangan standard (X)HTML adalah semantik, bukan presentatif.** Artinya kebanyakan *tag-tag* (X)HTML menjelaskan sifat dari objek, dan bukan menjelaskan bagaimana objek tersebut harus ditampilkan. Sebagai contoh tag *h1* menjelaskan bahwa objek didalamnya adalah sebuah *heading*. *Tag-tag* presentatif saat ini sedang dalam proses untuk dihilangkan. *Tag-tag* presentatif yang saya maksud adalah misalnya tag *font*, *spacer* atau atribut-atribut *align*, *width* dan *height*. *Tag-tag* presentatif yang masih dipertahankan mungkin hanya *b*, *i* dan *u* saja. Lalu bagaimana *tag-tag* tersebut akan direprentasikan, misalnya pada layar monitor? Jawabannya yaitu dengan menggunakan *stylesheet*. Standard *stylesheet* yang paling umum digunakan di WWW adalah CSS. Selain itu ada juga XSL yang saat ini jarang digunakan untuk keperluan *stylesheet* pada sisi *client*.

3. **Pemisahan antara konten dan presentasi.** Dengan menggunakan standar web yang baik, proses desain situs web dapat disederhanakan. Tim desain dapat dipisahkan dengan tim pemrogram dan tim konten. Tim desain dapat berkonsentrasi melakukan desain tanpa harus mengubah isi dari dokumen (X)HTML yang dikerjakan oleh tim pemrogram atau tim konten.

4. **Presentasi pada alat non komputer**. Situs web yang mengikuti aturan-aturan standar web terbaru dapat dengan mudah dilihat pada berbagai macam alat. Alat non komputer yang paling populer di masa ini kemungkinan adalah telepon selular. Saya sendiri menggunakan *smartphone* P900 untuk menjelajahi web di kala jauh dari komputer. Web browser [Opera](http://www.operasoftware.com) memiliki fasilitas *small screen rendering* yang berfungsi untuk mem-*format* dokumen HTML sedemikian sehingga dapat muat pada layar PDA. Fasilitas ini berguna untuk mengeliminasi *scrolling* vertikal yang sangat mengganggu. Dalam modus *small screen rendering* ini, Opera menampilkan seluruh isi web dalam satu kolom. Situs web yang didesain dengan baik (misalnya tanpa menggunakan tabel untuk keperluan layout) akan dapat ditampilkan dengan baik pada modus *small screen rendering* ini. Sedangkan pada situs web yang mengandalkan *tag-tag* seperti *tag* *font* akan berantakan jika ditampilkan dalam modus *small screen rendering*. Opera terkadang harus menebak dari ukuran font-nya untuk menentukan judul atau *heading* dari sebuah wacana. Alangkah baiknya jika pengembang web dari awal menggunakan *tag-tag* seperti *h1*, *h2* dan *h3* untuk keperluan itu sehingga Opera sama sekali tidak perlu melakukan tebakan yang terkadang salah.

5. **Mendesain situs web berdasarkan standard adalah ‘politically correct’**. Dengan mengacu pada standardisasi W3c, sebuah situs web memenuhi kriteria politis, di antaranya adalah situs web tersebut dapat dinikmati oleh para penyandang cacat dengan lebih baik daripada situs web yang tidak berdasarkan standard web. Selain itu persentase dari masyarakat yang dapat melihat isi situs web tersebut bertambah menjadi 100%. Apakah ini bukan merupakan tujuan utama memasang situs web? Yaitu memberikan informasi kepada oleh sebanyak mungkin pengunjung tanpa melakukan diskriminasi terhadap *hardware*, *software* atau bahkan *brainware*. Beberapa instansi pemerintahan Amerika Serikat bahkan mengharuskan situs webnya untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap para penyandang cacat. Untuk dapat memenuhi kriteria ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengacu pada standardisasi web dalam mendesain situs web.

6. **Mendesain web menggunakan standard jauh lebih mudah daripada mendesain web tanpa merujuk standard**. Yang menjadi permasalahan adalah banyaknya desainer web yang telah belajar cara-cara mendesain web tanpa merujuk kepada standard W3C, padahal sangat mudah mempelajari desain web yang mengacu kepada standard. Mungkin ini sifat dasar manusia yang umumnya malas mempelajari sesuatu yang baru. Saya sendiri tertarik dengan web pada tahun 1995, saya tertarik karena sifatnya yang terbuka dan mudah dipelajari. Namun pada tahun-tahun berikutnya terjadi ‘perang browser’. Di saat ini para pengembang web merasa kesulitan karena kedua kubu (Netscape dan Microsoft) tidak sepenuhnya saling kompatibel. Pada saat itu WWW seakan-akan terpisah menjadi dua, yang menggunakan standar Netscape dan yang menggunakan standar Microsoft. Untuk dapat mendesain untuk kedua browser utama tersebut menjadi tantangan tersendiri. Para pengembang web saat ini sepertinya menjadi manja karena hanya perlu melakukan test terhadap Internet Explorer untuk meyakinkan bahwa situs webnya dapat dinikmati oleh 80% lebih pengunjung. Sedangkan hampir 20% sisanya menggunakan web browser yang memiliki rutin-rutin khusus (hacks) supaya tampilannya mendekati tampilan Internet Explorer. Mempelajari standard web saat ini jauh lebih mudah daripada harus mempelajari sifat dari masing-masing web browser seperti pada jaman ‘perang browser’.

7. **Kode (X)HTML dan CSS hasil desain yang mengacu terhadap standar jauh lebih bersih dibandingkan dengan kode hasil rancangan tanpa mengacu terhadap standar**. Dengan menggunakan standar untuk merancang situs web, pengelolaan situs web di masa yang akan datang akan jauh lebih murah dan mudah. Kode (X)HTML untuk setiap situs web dapat anda lihat. Silakan anda bandingkan sendiri kode (X)HTML pada situs yang didesain berdasarkan standar dan situs yang didesain dengan layout tabel, *tag* font dan sebagainya.

8. **Situs web yang dirancang dengan standar akan dapat dilihat menggunakan web browser versi apapun**. Standar (X)HTML selama ini dirancang untuk *backward compatible* sekaligus *upward compatible*. Dengan mendesain web di luar spesifikasi standar akan mengurangi kompatibilitas situs web terhadap versi web browser lama dan versi web browser baru. Perancang situs diberi kesempatan untuk mengakomodasi implementasi web browser yang hanya mengerti standar versi lama, bahkan terkadang tanpa perlu melakukan pengkodean khusus terhadap web browser versi lama. Sebagai contoh, situs web saya ini dapat dilihat oleh berbagai macam versi browser mulai dari versi lama sekali (2.0) sampai versi masa kini (6.0). Yang berbeda hanyalah presentasinya saja. Browser versi lama yang belum mengerti CSS dengan baik tidak akan mengartikan elemen desain yang dikandung pada CSS, tetapi kandungan dan isi dari situs web ini akan tetap dapat dinikmati tanpa masalah.

9. **Menyederhanakan proses pembuatan web browser**. Web browser jaman sekarang mengandung banyak *hack* untuk mengakomodasi detil implementasi dari web browser lainnya. Hal ini dilakukan supaya web browser dapat me-*render* situs web yang didesain hanya untuk web browser tertentu yang pangsa pasarnya lebih besar. Ini merupakan kerugian bagi para pengembang web browser dan juga pengguna karena implementasi web browser semakin kompleks dan ukurannya semakin besar. Hal ini menyulitkan pengembang web browser terutama pengembang pada peralatan dengan kemampuan terbatas seperti telepon selular atau PDA. Dengan merancang situs web berdasarkan standar, anda melakukan kontribusi untuk menekan pembuat web browser untuk membuat implementasi web browser berdasarkan standar, dan bukannya berdasarkan hasil *rendering* dari implementasi web browser tertentu. Hasil akhirnya, pengembang web browser akan dapat merancang situs web berdasarkan sebuah standard, dan situs web rancangannya akan dapat dilihat dari seluruh web browser yang mengacu kepada standard tersebut. Anomali *rendering* dari sebuah web browser akhirnya akan menjadi *bug* dari web browser, bukan dari situs web yang didesain berdasarkan standard.

Ada yang punya alasan lain? Silakan lakukan *trackback* atau buat komentar di bawah ini.

13 comments

  1. let me put on my black hat here dan ngasih komen dari sisi lain.

    (1) orang paling males dikasih tau terus-terusan nyang bener tuh gini lo, gini lo hehe.. jadi walo udah tau yg dikerjain ga 100% bener, tapi karena sebel sama yg terus2xan gini lo, gini lo itu, jadi tetep aja cuek :p

    (2) boleh ga sih gue analogiin soal web standard ini dengan bahasa? maksudnya penggunaan web standard sama dengan kalo orang ngomong dengan grammar dan ejaan yg bener. jadi penggunaan baku (standar?) memang ada, tapi ketika orang ngomong, nulis dll ga selalu pake yg baku itu, selama apa yg mau dikomunikasiin nyampe.

    Mohon pencerahan. :)

  2. Itu menyangkut kebiasaan juga. Misal web developer/designer yang dari jaman perang IE vs Netscape biasa bikin situs web untuk menjawab “keunikan” masing2 browser, merasa lebih “nyaman” dengan metode tersebut.

    Kalaupun ada orang yang kasih tau atau mereka baca sendiri soal web standard, mereka mungkin ngerti tujuannya. Tapi karena kebiasaan, teknologi yang udah rombeng tetap dipakai. Mereka lebih biasa bikin halaman web dengan berbagai versi untuk masing2 browser + script pengendus browser (yang kadangkala gagal ngendus juga), walaupun sebenernya tau itu mubazir kalo dibanding bikin cukup 1 halaman web + CSS untuk semua browser dan device. Sekali lagi ini masalah kebiasaan juga.

    Mereka juga tau web standard dan accessibility itu perlu. Tapi gak ada yang mengharuskan!!!. Gak pihak bos gak juga pihak klien. Amerika punya section 508, trus di sini ada gak? Jadi sebenernya yang harus baca bukunya Zeldman atau Joe Clark itu ya gak sebatas tukang web saja.

    Mungkin emang harus digebuk dulu kali yah?. *sigh*

  3. orang paling males dikasih tau terus-terusan nyang bener tuh gini lo, gini lo hehe.. jadi walo udah tau yg dikerjain ga 100% bener, tapi karena sebel sama yg terus2xan gini lo, gini lo itu, jadi tetep aja cuek :p

    Memang sebenarnya perlu mulai dari yang mengajarkan pengembang web, misalnya tempat kursus atau pengarang buku. Kalau buku berbahasa Inggris sudah banyak sekali, buku bahasa Indonesia yang mengajarkan gini belum pernah lihat sama sekali :) apa lagi kursus yang mengajarkan standard :) kalau mau target developer *at-large* mungkin cuma bisa menargetkan mereka-mereka yang mau dan bisa adaptasi dengan perkembangan, tidak semua orang bisa adaptasi dengan cepat.

    boleh ga sih gue analogiin soal web standard ini dengan bahasa? maksudnya penggunaan web standard sama dengan kalo orang ngomong dengan grammar dan ejaan yg bener. jadi penggunaan baku (standar?) memang ada, tapi ketika orang ngomong, nulis dll ga selalu pake yg baku itu, selama apa yg mau dikomunikasiin nyampe.

    gak bisa :) mungkin lebih bisa disamakan dengan bahasa pemrograman. supaya outputnya benar, sintaksnya harus sesuai dengan yang diharapkan compiler/interpreternya. kalau bahasa manusia berubah sesuai penggunanya sendiri.

  4. orang paling males dikasih tau terus-terusan nyang bener tuh gini lo, gini lo hehe.. jadi walo udah tau yg dikerjain ga 100% bener, tapi karena sebel sama yg terus2xan gini lo, gini lo itu, jadi tetep aja cuek :p

    nah itulah. masalah mental :). kalau gue sih mau disampaikan dengan cara apa aja selama “pesan”nya benar ya kenapa gak dicoba? alasannya apa sih karena kesel dengan yang ngasih tau terus gak mau ngikutin yang benar? ego? harga diri? atau sekedar ngeyel aja? *sigh*

    boleh ga sih gue analogiin soal web standard ini dengan bahasa? maksudnya penggunaan web standard sama dengan kalo orang ngomong dengan grammar dan ejaan yg bener. jadi penggunaan baku (standar?) memang ada, tapi ketika orang ngomong, nulis dll ga selalu pake yg baku itu, selama apa yg mau dikomunikasiin nyampe.

    gak bisa :P. bahasa manusia itu adaptable karena manusia punya yang namanya persepsi – dan itupun masih bisa salah. lah komputer mana punya persepsi? bener kata Pri, lebih mirip bahasa pemrograman.

    Ngomong2 soal persepsi, tau gak sih kalau mata kita itu kalo ngeliat sebenarnya cuma blur aja dan otak kitalah yang menajamkan image itu sekaligus meletakkan persepsi benda apa yang kita lihat? Nah, kalau komputer udah bisa seperti ini baru deh gak diperlukan lagi bahasa2 pemrograman atau web standard hehehe.

  5. Waduhhh…. jadi bingung nih/:), nah yang dimaksud standard tuh yang bagaimana yha?:-\ trus pengaruhnya apaan?*-:)

Leave a Reply to avianto Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *