Indonesia Negara Kaya Minyak? Salah Besar!

Sewaktu saya dan teman-teman yang kurang lebih seangkatan duduk di bangku sekolah dasar, melalui beberapa mata pelajaran, kita semua semua diajarkan bahwa Indonesia adalah negara kaya raya. Indonesia digambarkan sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah ruah.

Ini lebih mendekati indoktrinasi ketimbang pelajaran menurut saya. Beberapa puluh tahun setelah indoktrinasi tersebut dilakukan, kini giliran kita semua untuk merasakan ‘hasil’ dari indoktrinasi tersebut. Mulai dari pemerintah yang menetapkan kebijakan berdasarkan asumsi tersebut. Sampai dengan ekspektasi berlebihan dari rakyat terhadap pemerintahnya.

Salah satu kesalahan yang paling sering dijumpai adalah anggapan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya minyak. Tanpa emosi, mari kita telaah secara objektif asumsi tersebut.

Wikipedia mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat 21 dalam hal produksi minyak, yaitu sebesar 1051000 barrel per hari. Peringkat 21 dari lebih dari 210 negara tidak terlihat terlalu buruk. Namun perbandingan tersebut bukanlah perbandingan per capita, atau dengan kata lain tidak memperhatikan populasi masing-masing negara. Padahal, dalam urusan populasi manusia, Indonesia adalah negara peringkat empat dunia dengan tak kurang dari 237 juta penduduk.

Jika kita melakukan perbandingan per capita, maka angka 1051 ribu barrel/hari tersebut tersebut kita olah menjadi: (1051 ribu barrel/hari) / (237 juta orang) = 0,00443 barrel/orang/hari = 1,62 barrel/orang/tahun. Atau jika kita konversikan ke dalam liter akan menjadi: 258 liter/orang/tahun. Dengan kata lain, satu orang di Indonesia rata-rata hanya mendapat ‘jatah’ sebanyak 258 liter/tahun. Sebagai perbandingan, tangki mobil rata-rata berkapasitas sekitar 40 liter. Perlu saya informasikan pula bahwa tidak seluruh minyak mentah dapat dikonversikan ke produk jadi untuk dikonsumsi oleh kendaraan.

Dengan perbandingan per capita, tiba-tiba negara kita tidaklah sekaya apa yang diceritakan buku PMP jaman SD dahulu.

Negara tetangga kita Brunei Darussalam memiliki produksi minyak sebesar hanya 157400 barrel/hari, tidak mencapai 15% dari total produksi minyak Indonesia, atau hanya menempati peringkat 44 dunia. Akan tetapi jumlah penduduk Brunei hanya sebanyak 407 ribu jiwa, tidak mencapai 0,2% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Populasi Brunei bahkan tidak mencapai 1/4 dari populasi Kota Depok. Jika dihitung, maka produksi minyak per capita mereka adalah: (157400 barrel/hari) / (407 ribu) = 22457 liter/tahun. Dengan kata lain, seorang warga Brunei Darussalam mendapat ‘jatah’ 22457 liter setiap tahunnya, atau 87 kali lipat ‘jatah’ warga Indonesia.

Situs web nationmaster.com memiliki daftar peringkat produksi minyak per capita dari seluruh negara di dunia. Walaupun daftar tersebut bukan merupakan versi terbaru, tetapi sudah cukup untuk perbandingan kita semua (dan cukup untuk menghindarkan saya membuang waktu untuk menghitung lebih dari 200 negara di dunia). Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat 59. Sedangkan Brunei berada di peringkat 6 dunia. Indonesia bahkan kalah dari Malaysia (peringkat 29), Thailand (peringkat 53) dan Timor Timur (peringkat 19). Selain itu, produksi minyak per capita Indonesia bahkan tidak lebih tinggi daripada Uni Eropa.

Seandainya saja saat ini Indonesia masih menjadi anggota OPEC, maka produksi minyak Indonesia hanya sekitar 3.3%. Akan tetapi, dari total seluruh populasi penduduk di negara-negara OPEC, maka Indonesia menyumbang tak kurang dari 39%.

Bagaimana dalam hal cadangan minyak? Cadangan minyak adalah jumlah minyak yang memungkinkan untuk dieksploitasi, namun belum dieksploitasi. Wikipedia mencatat bahwa Indonesia hanya menempati peringkat ke-27 dalam hal cadangan minyak bumi atau sedikit di atas empat milyar barrel. Ini belum termasuk hitungan per capita. Jika kita lakukan perhitungan per capita, maka angkanya menjadi 4050000000 barrel / 237 juta orang = 17 barrel/orang = 2716 liter/orang. Dengan kata lain, hanya ada jatah 2716 liter minyak bumi untuk setiap penduduk di Indonesia.

Berdasarkan peringkat cadangan minyak bumi per kapita di nationmaster.com, Indonesia hanya menempati peringkat ke-53, di bawah Malaysia (31), Myanmar (51), dan bahkan Amerika Serikat (33) dan Kerajaan Bersatu (34).

Masih berpikir jika Indonesia kaya akan minyak? Jangan mau jadi korban propaganda. Mungkin sudah waktunya kita pikirkan kembali tanpa melibatkan emosi. Bukan dari buku Pendidikan Moral Pancasila yang kita ‘pelajari’ sewaktu kita masih SD, tetapi dari kenyataan yang sesungguhnya.

66 comments

  1. Pakai Minyak kita miskin minyak, pakai Nuklir takut. Mikro Hidro, Angin, Panas Bumi, nggak masif. Ada pemikiran enaknya ke depan kita pake apa ?

  2. Indonesia itu negara miskin. Kita terlalu dicekoki oleh lagu-lagu lama bahwa Indonesia itu adalah surga. Surga ya surga bagi orang-orang pintar, bagi para penjajah, bagi para eksplorasi, surga bagi para koruptor, tapi neraka bagi para pribumi yang bodoh, malas dan tidak mau kerja keras.

    Kalau tetap saja paradigma Indonesia adalah negara kaya ada di tiap-tiap sekolah, maka mustahil negara ini akan maju. Jepang saja yang negaranya sudah maju seperti itu masih punya pemahaman bahwa negara mereka tandus, negara mereka belum maju dan masih miskin.

    Masalah minyak, Indonesia tidak termasuk salah satu penghasil minyak terbesar, justru negara ini adalah negara pengimpor minyak. Kalau kaya minyak justru sejak dulu sudah swasembada sendiri dan tidak perlu ngimpor minyak.

  3. Memang dasarnya kita senang di cekoki angan2 surga dunia. Minyak murah, itu dulu! [-x Sekarang, hanya surga bagi orang2 yg pintar ngibul :^o

  4. Kita benar-benar sudah dibuai oleh fantasi dan ilusi yg melenakan. Thanks atas tulisannya mas Pri yang sudah membuka mata kita fakta sesungguhnya seperti apa.

  5. Mas, gak sesimpel itu.

    Banyak cadangan minyak kita yang belum tergarap karena banyak faktor. Mulai dari kebutuhan pendanaan yang sangat besar, resiko operasi sangat tinggi, perijinan ini-itu sampai peraturan di daerah-daerah yang berbeda-beda.

    Apa kesulitan ini dilihat? kita cuma tau kita produksinya sedikit. titik.

    Maju Terus Indonesia!

  6. Dengan kata lain, satu orang di Indonesia rata-rata hanya mendapat ‘jatah’ sebanyak 258 liter/tahun.

    …. dengan asumsi bahwa SEMUA orang di Indonesia mengkonsumsi minyak :)

    Anyway, sudah tahu cadangan minyaknya tidak termasuk spektakuler, kok masih juga diserahkan pengelolaannya ke pihak asing *heran* :(

    Hampir 90% migas Indonesia dikuasa asing :

    http://nasional.vivanews.com/news/read/65792-alvin__pengelolaan_minyak_indonesia_salah

    http://nasional.vivanews.com/news/read/65792-alvin__pengelolaan_minyak_indonesia_salah

    Lalu heran kenapa kita

    1. @sufehmi:

      dengan asumsi bahwa SEMUA orang di Indonesia mengkonsumsi minyak

      sama aja. karena mereka sama2 warga negara. sama2 punya hak yang sama. ujung pangkal permasalahannya ya subsidi BBM. orang yang makan 2500 liter/tahun itu dapat subsidi lebih banyak daripada yang gak beli BBM sama sekali.

      Anyway, sudah tahu cadangan minyaknya tidak termasuk spektakuler, kok masih juga diserahkan pengelolaannya ke pihak asing *heran*

      masalahnya bukan lokal vs asing, tapi harus diperhatikan dealnya seperti apa. percuma kalo yang mengelola lokal tapi ngadalin kita semua :)

  7. Bikin baru lebih gampang daripada perpanjang

    gali sumur minyak baru lebih gampang daripada memelihara sumur minyak yang sudah ada.

    tambahan, bikin baru lebih profit.

  8. SDnya gak sama kali mas.. :d, kalo saya dulu doktrinnya indonesia itu kaya tanah airnya..gitu aja…nanam cabe tumbuh cabe, minyak dan gas bumi itu juga termasuk kekayaan indonesia. yg bilang bbm di indo mahal siapa…coba idup disini..minyak kagak disubsidi..1 liter udah 5000real alias Rp.10.000an/liter.

  9. kita benar2 pintar memasyarakatkan kebodohan ini,
    kita membicarakan kenyataan dalam dunia fantasi.

  10. Jangan salahkan Kolam Susu-nya Koes Plus.

    Kenyataannya kalau Indonesia berada di sabuk khatulistiwa adalah salah satu berkah yang sangat sangat besar.

    Tidak salah kok kalau lautan kita banyak memiliki ikan sampai sering dicolong oleh nelayan tetangga.

    Tidak salah juga kalau batang pohon yang ditancap ke tanah, ada kemungkinan akan bisa tumbuh. Saya sendiri cukup terperangah ketika saya menancapkan potongan batang dari pohon Melati dan beberapa hari kemudian tumbuh pucuk baru dari batangnya.
    Demikian juga batang pohon liar yang saya tancapkan ke tanah untuk pegangan pohon tomat. Batangnya itu bisa mengeluarkan pucuk daun baru!

  11. Klo menurut saya indonesia memang kaya minyak, definisi kaya dalam konteks ini adalah mempunyai banyak dari segi jumlah, yang tepat untuk mengambarkan kondisi diatas mungkin Indonesia tidak makmur karena minyak.

    Orang yang punya banyak uang tetap bisa disebut kaya meskipun kenyataanya jumlah uangnya tidak bisa memakmurkan hidupnya. Siapa yang salah? saya lebih suka menyebut kalau kita terlalu tergantung dengan siapa yang kita anggap mempunyai kekuasaan lebih:) dan mencoba mencari siapa yang patut disalahkan. Saya selalu bertanya kenapa ada etnis tertentu dinegara kita yang hampir seluruhnya makmur, padahal mereka tinggal dinegeri yang sama dengan kita, mereka tidak pernah dapet program2 bantuan tetapi ekonomi mayoritas kita dikuasai oleh etnis mereka, jawabanya karena mereka lebih suka mencari jawaban atas kegagalan mereka dibanding mencari siapa yang salah:) semoga bisa menambah khazanah berfikir:)

  12. klo jman saya SD dulu mungkin masih benar kali mas. yg punya kendaraan dikit, surplus minyak, bisa export. klo kenangan plajaran masa lalu diadu sama kondisi skr ya wajar aja klo dah ga valid lagi.

    1. @poside: waktu saya SD produksi sekitar 1500an barrel, populasi sekitar 170-180jt? Dibanding sekarang memang bagusan waktu itu, tapi kalau dibandingkan negara lain waktu itu kayanya gak jauh beda daripada perbandingan saat ini

  13. banyak faktor yg gak masuk itungan, a.l:
    1. Undeveloped dan prospective resources blm masuk itungan dan faktor ketidakpastian jumlah cadangannya tinggi
    2. Persamaan Anda melibatkan variabel jumlah penduduk, yg terkait dgn luasan wilayah & strategi kependudukan negara
    3. Anda sdh memperhitungkan cadangan gas alam atau belum?
    4. Tdk semua cadangan migas bs diproduksikan ke surface, ada yg namanya recovery factor

    Msh banyak lagi sih sebenarnya kl Anda mau belajar. Tapi gak papa, pengamat selalu lbh pintar dr pelaku bukan? :)

    1. @adi:

      1&4:

      dari wikipedia:

      The total estimated amount of oil in an oil reservoir, including both producible and non-producible oil, is called oil in place. However, because of reservoir characteristics and limitations in petroleum extraction technologies, only a fraction of this oil can be brought to the surface, and it is only this producible fraction that is considered to be reserves. The ratio of producible oil reserves to total oil in place for a given field is often referred to as the recovery factor.

      jadi, angka ‘cadangan minyak’ harusnya sudah memperhitungkan recovery factor.

      2: jumlah penduduk adalah fakta yang ada saat ini, terlepas dari luas wilayah & kependudukan. jadi tetap harus diperhitungkan.

      3: cadangan gak alam tidak dihitung, makanya judul tulisannya seperti itu.

      the last remark was unnecessary. saya di sini bukan untuk adu kepintaran dan tidak tertarik untuk itu.

  14. @priyadi
    yg namanya prospective resources itu bukan benda statis tp dinamis. contohnya batuan beku (igneous rock) dlm basement yg dulu tdk pernah diperhitungkan sbg oil reservoir skrg terbukti ada cadangannya & bs diproduksikan, contoh di Jatibarang. faktor lain yg ‘terlupa’ yaitu strategi eksplorasi. USA punya cadangan besar krn oil company mereka lbh bnyk melakukan E&P di negara2 lain (termasuk Indonesia) dibanding di dlm negeri. akan halnya Malaysia & Brunei, mereka relatif baru dlm melakukan kegiatan E&P dibanding Indonesia.

    1. @adi: betul, angka proven reserve berubah2 sesuai situasi. Tapi saya tulis yang pasti2 aja, datanya ada dan bisa dipertanggungjawabkan. bukan yang cuma perkiraan saja. Asumsinya kan situasi di indonesia & negara lain beda. Padahal bisa jadi sama, tiap negara punya masalah masing2 dalam hal eksploitasi minyak. Negara lain pun sama dalam hal teknologi eksploitasi, bukan ‘monopoli’ kita saja.

      Jadi saya sangsi kita bisa jadi major oil producer. walaupun kita eksploitasi habis2an gak yakin bisa jauh lebih ‘ngebut’ dibandingkan pertumbuhan populasi.

  15. kang pri, mungkin perlu kita teruskan ke pembahasan yang lebih esensial di blog kang pri berikutnya, yaitu soal anggaran negara.

    kalo negara ini mengganggarkan 1,200 trilyun rupiah setaun sebagai anggaran negara, maka kontribusi minyak juga tidak kecil sbb:

    asumsi dari wikipedia yang dikutip kang pri produksi minyak indo sehari itu 1,051,000/barrel. setahun itu anggap 365, harga asumsi minyak taruh 108/barrel (mau di anggarkan 80/barrel juga nanti kita coba liat).
    asumsi 1 dollar = 8,800 rupiah.

    maka dalam setahun:
    1,051,000x365x108x8,800=Rp.364,587,696,000,000 (364 trilyun)

    asumsi 80 dollar/barrel:
    1,051,000x365x80x8,800=Rp.270,064,960,000,000 (270 trilyun)

    kita mungkin perlu data pasti lagi, soal total perolehan dari sektor pajak. hasil googling sepintas bahasan dikisaran 600 trilyun/tahun pada tahun 2008.

    tentunya harga diatas belum dikurangi dengan harga produksi, tetapi juga asumsi harga diatas tidak termasuk harga produk jadi yang jauh lebih mahal (dan menjelaskan seperti omzet pertamina yang sekitar 50 juta dollar/tahun).

    Apabila APBN Indonesia sekarang mencapai 2,200 trilyun pertahun, dengan kisaran angka-angka tersebut diatas, bagaimana baiknya pengelolaan negara menurut pandangan rekan-rekan. mungkin kang Pri bisa mulai nulis untuk bisa memberikan pencerahan kepada para pembaca sekalian.

    Sekedar pandangan untuk disharing bagi bangsaku semua. Thanks kang pri untuk tetap menulis. Majulah Indonesiaku.

    Regards, adinoto.

    1. @adinoto:

      harga minyak mentah itu sekarang 107 USD/barrel, atau sekitar 5800 IDR/liter. harga jual pertamax sekitar 9000-an? jadi overhead sekitar 33%, masih wajar lah segitu. jadi harga produk itu ngga ‘jauh lebih mahal’. masih sepadan sama harga barang lainnya. apalagi ini belum memperhitungkan dari 1 barrel minyak mentah gak semuanya bisa dikonversi jadi pertamax.

      masalah terbesar perminyakan itu bukan soal anggaran, tapi soal kenaikan populasi. populasi naik itu karena ketersediaan energi. makin banyak energi tersedia, maka populasi naik juga. nah, subsidi BBM ini mengesankan energi banyak tersedia. padahal ngga.

  16. Waduh masih mau ngebahas soal BBM nih? hahahaa kirain mau ngajak makan-makan ultah :D hihihi….

    Asumsi APBN itu selalu direvisi mulai dari 80 dollar, dan kenaikan diatas 100 dollar/barrel juga tidak selalu direvisi dengan cepat. Makanya saya tulis dalam beberapa asumsi.

    Masih belum jelas soal kalimat kang Pri soal ” masalah terbesar perminyakan itu bukan soal anggaran, tapi soal kenaikan populasi. populasi naik itu karena ketersediaan energi. makin banyak energi tersedia, maka populasi naik juga. nah, subsidi BBM ini mengesankan energi banyak tersedia. padahal ngga”

    <- Maksudnya Populasi disini apa ya kang? Penduduk? Penduduk naik karena tersedia energi? Hmm jadi pada banyak bikin anak karena energi tersedia banyak? Asa bingung…

    Ok, Sekarang kalo BBM tidak tersedia banyak, nah terus apakah menjustify kenaikan harga BBM? Kalo dari beberapa diskusi dengan Kang Pri dan Kang Jay, anda berdua memang aliran yang setuju BBM dinaikan dengan alasan agar tidak membebani beban negara?*correctly if I'm wrong. Ato Kang Jay juga pernah komen, kalo janganlah kita mensubsidi barang konsumsi, dan BBM itu termasuk barang konsumsi. Saya aliran yang tidak setuju BBM dinaikkan, karena membebani rakyat. Apapun itu alirannya, bebas-bebas saja, karena ini masalah Policy, dan kita cuma rakyat yang cuma bisa bercengkrama di blog :D hihihi…. yang jelas ditunggu traktirannya di Bandung atuh… oc bro, Happy Birthday!

    1. @adinoto:

      betul, makin banyak energi, makin tinggi pertumbuhan populasi manusia. karena semua barang yang dikonsumsi manusia itu sebenernya mayoritas adalah energi. kalau misalnya harga energi diturunkan, harga2 akan lebih murah daripada seharusnya. tapi excess daya beli ini nantinya akan ‘dibelanjakan’ untuk ‘nambah anak’.

      kalo BBM dinaikan, maka rakyat jadi berat? bisa jadi. gimana kalo diturunin sekalian jadi Rp 1000/liter misalnya, asal cukup buat biaya produksi. tapi pake sistem penjatahan. jadi satu orang indonesia cuma bisa maksimum beli dengan harga Rp 1000/liter itu cuma untuk 100 liter/tahun, atau cuma sekitar 3x isi full tank mobil per tahun. selebihnya, dia harus beli dari warga yang lain. dan terserah warga lain itu mau jual harga berapa.

      lebih adil kan? efeknya bakalan sama dengan kalau BBM dijual pake harga pasar. warga lain yang konsumsi BBMnya gak sampai 100 liter/tahun akan jual dengan harga pasar, sekarang sekitar Rp 8500-1000 = 7500/liter. ujung2nya sebenernya jadi sama aja. tapi harusnya ente bisa terima model yang ini :).

  17. wah tadi malem komen gua muncul sekarang ilang lagi hihihi… kusut ini wordpressnya :D

    *nulis lagi ga akan sebagus originalnya.

    intinya gini dah:

    Asumsi minyak itu di APBN selalu direvise, dan revisi tersebut tidak serta merta dilakukan mengikuti volatilenya harga minyak seperti sekarang yg sudah diatas 108. makanya asumsi saya tulis dua (APBN 80 dollar/barrel dan 108/barrel).

    Cadangan minyak juga bukan sesuatu yang dengan mudah diprediksi, kecuali untuk shallow s/d beberapa km. Dahulu maskapai minyak pertama di Indonesia (1890) yaitu perusahaan belanda, Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot Exploitatie van Petroleum-bronnen in NederlandschIndi juga sering diolok-olok ketika dapat konsinyasi daerah di Hindia-Belanda ini, karena diduga cadangan tersebut bukan minyak, tapi diprediksi sebagai kapur. (diolok-olok pesaingnya yang relatif dapat daerah gemuk seperti di timur tengah dan daerah lainnya). ternyata kandungannya kapur itu = cadangan minyak besar yang terdapat di Riau.

    Biaya eksplorasi pencarian minyak itu tinggi sekali, bisa mencapai hampir 10 juta dollar satu titik. Pertaruhannya cukup tinggi atau bisa dibilang gamblingnya cukup tinggi. Indonesia terkenal tidak terlalu agresif dalam mencari ladang-ladang minyak baru.

    Saya pun bukan aliran yang percaya kalo minyak itu dari fossil (fossil-fuel), nah kalo minyaknya segitu, Fossilnya segede apa ya? saya lebih ke aliran bahwa minyak itu mineral. Dan sampe sekarang juga, masih belum yakin apakah mineral ini renewable ato tidak. Yang jelas tapi ini terkait suatu industri, kontrol terhadap industri, seperti halnya industri perang dan konfliknya yang selalu diciptakan para super-powers.

    Soal Kang Pri dan Kang Jay (dari diskusi di FB) yang menganut aliran bahwa BBM harus dinaikkan agar tidak membebani pemerintah, kata saya sih sah-sah saja (Kang Jay juga punya pendapat kalo Barang Konsumsi tidak sepatutnya disubsidi, dan BBM itu termasuk barang konsumsi). Kalo saya sih beraliran bahwa BBM tidak sepatutnya dinaikkan karena sudah terlalu membebani rakyat. Dua perbedaan pendapat ini hanyalah masalah Policy, dan kita hanyalah para bloggers yang cuma bisa bercengkrama dan sharing kepada pembaca, karena kita bukan para policy makers.

    Yang saya tertarik justru bagaimana masalah pengelolaan APBN yang setiap tahun melesat dari anggaran 1200 trilyun menjadi 2200 trilyun beberapa tahun terakhir (Bandingin dengan ribut-ribut gedung DPR yang cuma satu koma). Nah pertanggungjawabannya bagaimana ini APBN yang sudah meroket, masa jabatan terbatas, kemudian saya yang carry-over? Ya rakyat yang menanggung bebannya. Seperti pemerintahan terdahulu yang banyak menjual asset negara dengan harga undervalue. Beban yang musti dicarryover rakyat kita semua.

    Tentunya bahwa minyak juga memberikan porsi besar dalam perolehan negara dan menyumbangkan sekian persen (asumsi tulisan diatas 300-500 trilyun = sudah hampir 50 persen anggaran APBN apabila masih 1000an trilyun, dan masih 25 persenan apabila 2000an trilyun), bukan hal kecil. Dan perolehan pajak kita juga bukan kecil (sekitar 600an trilyun tahun 2008). Namun, bahwa negara ini juga memiliki kekayaan alam yang sangat luarbiasa diluar minyak juga jelas sekali, hanya tidak diexplore dengan baik dan mismanage.

    Tentunya diperlukan rekan-rekan generasi muda dan penerus yang memiliki kepekaan terhadap nasib rakyat dan saudara-saudara kita yang belum beruntung, yang masih harus berjuang terhadap sekedar hidup. Decency dan integrity yang baik dari kualitas calon pemimpin dan hati nurani dan keteguhan prinsip yang mulai langka terlihat di negeri kita tercinta ini.

    Saya yakin tujuan kita semua para bloggers adalah ke arah tersebut. Bagaimana menjadikan negeri kelahiran kita ini, menjadi tempat yang lebih baik buat kita tinggal dan generasi penerus kita.

    Amin ya rabbal alamin.
    Regards, Adinoto

    1. @adinoto:

      sama aja kang. semua mineral itu juga ngga renewable, bukan cuma minyak :). bedanya minyak & mineral itu kalau minyak menghasilkan energi, kalau mineral memerlukan energi untuk diproses. tapi 22nya sama2 gak renewable.

      minyak itu kan dipompa dari perut bumi dan dikonsumsi dengan reaksi CxHy + O2 -> CO2 + H2O + E. kalau minyaknya renewable, artinya harus ada reaksi CO2 + H2O + E -> CxHy + O2 di dalam perut bumi. dari mana C & E-nya? gak mungkin boss. minyak bumi itu ngga renewable.

  18. Saya tertarik dengan sepenggal kalimat ini, “Jangan mau jadi korban propaganda”., yg itu artinya meminta saya untuk tak harus mempercayai tulisan anda ini. *kabooorrr… :)>-:)>-

  19. Ah, yang manapun itu, saya masih percaya bahwa Indonesia ini punya banyak cadangan hasil bumi, tak hanya minyak.
    Perihal jangan mau termakan doktrin sejak SD itu benar. Perlu ditanamkan juga sejak kecil bahwa penghematan itu penting. Beritahu fakta yang ada, bahwa cadangan minyak dan kemampuan negara untuk memproduksi minya sangat kecil, jadi kita sebagai penduduk harus mati2an berhemat energi. :)

  20. Berarti ada tambahan alasan utk segera mencabut subsidi BBM. Sakit hati melihat “rakyat” yg menunggang mobil baru, memegang smartphone, keluar masuk Starbuck, liburan kemana2.. tapi tanpa malu beli premium.

  21. Berarti ada tambahan alasan utk segera mencabut subsidi BBM. Sakit hati melihat “rakyat” yg menunggang mobil baru, memegang smartphone, keluar masuk Starbuck, liburan kemana2.. tapi tanpa malu beli premium.

  22. Peringkat 21 penghasil minyak dan peringkat 59 penghasil minyak per kapita? Itu sudah kayaaaaa banget. Coba bandingkan dengan negara2 lain yg tidak punya minyak yg jumlahnya ribuan? Bagi saya itu “kaya”

  23. bangsa kita mmang pemalezzz..males banyak hal, terutama malesz belajar/brpikir yang diikuti sm tindakan.

    udah wktnya program 1 atau 2 anak jadi ‘tuntutan’ negara yg perlu sanksi/denda super tinggi. penafsiran dangkal dan salah atas ‘banyak anak banyak rejeki’ itu udah saatnya dibuang.

    gini hari kok masih blunder lomba2 breeding kayak kelinci. kalo ada masalah kompleks ngga mau liat akar dari runtutan kompleksitas masalah..pembatasan populasi itu urgent bok, spy masa depan intelektual dan kesejahteraan generasi masa depan maupun negara itu sendiri melesat dewasa dan maju!.. negara jadi carut marut gara2 didominasi politisi, politisi cenderung korup, apalagi politisi produk dari lingkungan korup macam indonesia?!..

  24. nah ini baru menghitung dengan kewarasan dan akal sehat, yaitu diitung per kapita.

    jadi pertumbuhan penduduk indonesia perlu direm lagi. KB yukk???? :P

  25. menarik membaca opini dari mas pri mengenai besarnya produksi migas suatu negara dibandingkan dengan jumlah penduduk.

    Indonesia bukanlah negara yang kaya akan minyak, bahkan produksi kita sekarang saja sudah jauh dari konsumsi nasional, dan target apbn sekarang pun yang hanya sebesar 965.000 bbl sulit sekali terpenuhi. Perlu kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk meningkatkan produksi migas kita hingga menyentuh nilai 1.000.000 bbl. Satu-satunya cara adalah dengan eksplorasi, Tetapi seperti yang saya sampaikan tadi, eksplorasi bukanlah proses yang mudah, murah dan cepat. butuh jutaan dollar dalam prosesnya, waktu yang lama dan hasil yang BELUM TENTU BAIK.

    yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah tidak ada alternatif energi lainnya di Indonesia ini? Jawaban: BANYAK. kita kaya akan geothermal, energi air kita juga cukup melimpah untuk beberapa daerah seperti di papua dan di poso. Tambang kita juga melimpah. belum lagi energi dari tumbuhan (biofuel).Yang menjadi pertanyaan lagi adalah kenapa energi itu tidak juga berkembang (berdasarkan Porsi Energi Nasional, MIGAS mensuplai hampir 85% kebutuhan nasional)? Jawaban: SUBSIDI. produk minyak selalu di anak emaskan. pemerintah tidak memberikan insentif kepada energi-energi terbarukan untuk berkembang. mereka harus berkompetisi dengan BBM dalam kondisi yang tidak adil.
    itu sedikit sharing dari abdi. mudah-mudahn bermanfaat.

    Salam
    Amosig

  26. ini komengnya om Adinoto lebih panjang dari postingan di blog nya :) mending bikin postingan di blognya om noto aja om nambah penjelasan postingan om pri ..

  27. Apapun rengking-rengking itu, tetep hasil minyak kita harus mampu mensejahterakan rakyat, tidak melulu dikorup di semua lapisan…kesuburan tanah dan kekayaan laut sangat memungkinkan kita menjadi negara kaya, meski bukan negara kaya minyak…

  28. minyak kita ndonesia memang tidak banyak,, tapi kita masih punya sumber daya alam yang lain, kita punya gunung emas, kita juga punya lautan emas yang ada di ujung pulau jawa belum di explore, kita punya bnyak ikan, kita punya gas alam, sumber mineral, suruh tuker aja 1 milliar barel nya sama gunung emas, tapi sayang nya gak bisa gunung mas nya sudah di kontrak amerika 50 tahun kedepan,, dan indonesia cuma kebagian tidak lebih dari 2% :D

  29. Coba BP MIGAS control yang betul dimana mana titik ekspolrasi .. jangan jangan Pipanya banyak yng bocor..atau kalo nggak bocor pengelolanya yg gak beres…
    Pemerintah Wajib mensejahterakan rakyat dari hasil Bumi sesuai UUD 45 … kalo masih miskin juga..udah nasib mau diapakan yg korup punya mobil banyak ..simpaan banyak..istri banyak…anak banyak…dosa juga banyak…

Leave a Reply to andriansah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *