Pedoman Membeli Asuransi Jiwa dan Reksadana

Setelah membuat tiga tulisan tentang asuransi ([1](https://priyadi.net/archives/2007/06/10/asuransi-unit-link-vs-reksadana/), [2](https://priyadi.net/archives/2007/08/31/tips-membeli-asuransi-jiwa/), [3](https://priyadi.net/archives/2007/10/18/hitung-hitung-asuransi-unit-link-vs-terpisah/)), saya sering mendapatkan banyak pertanyaan tentang bagaimana caranya membeli asuransi jiwa dan reksadana. Sebagai referensi bagi yang bertanya hal serupa di masa yang akan datang, cara-caranya saya tuliskan saja di *posting* kali ini.

**Membeli Asuransi Jiwa**

**Pertama**, tentukan dulu apakah kita memerlukan asuransi jiwa. Jika kita memiliki tanggungan dan/atau hutang yang tidak dilindungi asuransi kredit, maka kita membutuhkan asuransi jiwa. Jika tidak, maka kita tidak membutuhkan asuransi jiwa.

**Kedua**, hitung berapa besar uang pertanggungan asuransi jiwa yang diperlukan. Untuk tahap yang ini jawabannya bisa berbeda-beda tergantung dari teknik perhitungan yang dilakukan. Tapi untuk mempersingkat waktu kita pakai cara paling sederhana saja:

* Cari tahu besar pengeluaran keluarga per tahun jika seandainya tertanggung meninggal dunia.
* Kalikan dengan 10 untuk mendapatkan besar uang pertanggungan yang diinginkan.

Sebagai contoh pengeluaran per tahun jika seandainya tertanggung meninggal dunia adalah Rp 50 juta/tahun, maka uang pertanggungan yang akan kita beli adalah sebesar Rp 500 juta. Seharusnya jumlah tersebut sudah mencukupi untuk menutupi resiko kehilangan penghasilan dari tertanggung selama 20 tahun dengan asumsi pekembangan investasi bersih sebesar 9%.

**Ketiga**, saatnya untuk mencari produk yang sesuai. Produk yang kita cari adalah ‘asuransi jiwa term life’. Ciri-cirinya:

* Tidak memiliki unsur investasi.
* Masa perlindungan relatif singkat, biasanya 5 atau 10 tahun, tetapi ada juga yang 1, 2, 3 dan 20 tahun.
* Besar premi relatif kecil, sebagai perbandingan, pria 30 tahun yang tidak merokok akan dikenakan premi asuransi sebesar kurang lebih Rp 300 ribu/tahun untuk setiap Rp 100 juta uang pertanggungan.

Carilah keterangan tentang produk yang kita inginkan di beberapa perusahaan asuransi dengan cara mendatangi langsung perusahaan asuransi yang bersangkutan. Walaupun demikian, biasanya nasabah tidak pernah ditawarkan produk term life, melainkan produk lainnya yang memiliki unsur investasi. Untuk itu tanyakanlah secara spesifik: “Saya ingin mencari informasi produk term life (atau asuransi jiwa berjangka) dengan jangka waktu 5 tahun atau kurang dengan uang pertanggungan Rp sekian. Sebagai informasi umur saya sekian tahun,”

Untuk menghindari salah membeli produk, berikut adalah daftar beberapa produk asuransi jiwa term life dari beberapa perusahaan asuransi di Indonesia:

* [Allianz SmartLife](http://www.allianz.co.id/AZLIFE/Indonesian/Products/Life+Insurance/New+Life+Insurance+Coverage+Indonesia.htm)
* [AXA Mandiri Jiwa Sejahtera](http://www.bankmandiri.co.id/article/666616327528.asp?article_id=666616327528)
* Bumiputera [Mitra Sejati](http://www.bumiputera.com/content_sil_asper_001.php?id=AK08&id_menu=3)
* Commonwealth Life [Danatra Siaga](http://www.commlife.co.id/Produk/PerlindunganJiwa/DanatraSiaga/tabid/96/language/id-ID/default.aspx) dan [Danatra Siaga 1](http://www.commlife.co.id/Produk/PerlindunganJiwa/DanatraSiaga1/tabid/97/language/id-ID/default.aspx)
* [Manulife ProActive dan ProActive Plus](http://www.manulife.co.id/Individual_Insurance/individual_all.htm)
* [Sun Life Term Life](http://www.sunlife.co.id/product.asp?fl3nc=1&param=c3VpZD0wMDAyMDAwMDAwMzE%3d)
* [Takaful Falah](http://www.takaful.com/index.php/produk/action/view/frmProdukId/11/produk/Asuransi+Takaful+Keluarga/)

**Keempat**, banding-bandingkan beberapa produk asuransi untuk mendapatkan produk yang paling menguntungkan. Tidak seperti unit link atau asuransi lainnya yang mengandung unsur investasi, sama sekali tidak sulit untuk membandingkan beberapa produk term life.

Beberapa kriteria pemilihan yang perlu dipertimbangkan adalah:

* Klausul *guaranteed renewability*. Klausul ini memastikan nasabah dapat memperpanjang perlindungan setelah kontrak berakhir tanpa syarat sama sekali dengan kenaikan premi seperti yang tertera dalam polis. Dengan klausul ini, perusahaan asuransi tidak berhak untuk memutuskan perlindungan jika misalnya nasabah menderita sakit keras. Hindari produk yang tidak memiliki klausul ini.
* Harga premi, semakin rendah tentunya semakin menguntungkan. Tapi jangan terlalu terpaku pada harga premi pada saat pertama kali anda masuk asuransi. Bandingkan pula harga premi untuk tahun-tahun berikutnya. Prioritaskan evaluasi harga premi pada 10-15 tahun pertama.
* Jangka waktu perlindungan, semakin rendah semakin baik. Ambillah asuransi term life dengan masa pertanggungan 5 tahun atau lebih kecil lagi. Jika memungkinkan ambillah masa pertanggungan 1 tahun, atau yang lebih dikenal dengan YRT/ART (*yearly/annual renewable term*). Karena adanya klausul *guaranteed renewability*, tidak menjadi masalah jika nasabah nantinya akan mengambil asuransi jiwa selama 20 tahun misalnya.
* Perlindungan tambahan (*rider*). Tetapi tidak perlu mengambil manfaat kesehatan karena kemungkinan besar kita akan membutuhkan asuransi kesehatan lebih lama daripada asuransi jiwa. Sebaiknya manfaat kesehatan diambil secara terpisah jika memang diperlukan.

**Kelima**, setelah menjatuhkan pilihan, kita bisa membeli produk pilihan kita. Perusahaan asuransi akan melakukan proses [*underwriting*](http://en.wikipedia.org/wiki/Underwriting) yang mungkin melibatkan hal-hal seperti pemeriksaan kesehatan dan sebagainya.

Setelah menerima polis periksalah dengan seksama apakah polis tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan.

**Membeli Reksadana**

**Pertama**, tentukan jenis reksadana yang akan kita beli. Jenis reksadana yang kita beli terutama ditentukan dari berapa lama kita membutuhkan uang yang saat ini kita tanamkan di reksadana. Selera setiap orang berbeda-beda, tetapi untuk pemula saya bisa beri saran sebagai berikut:

* Di bawah satu tahun: [reksadana pasar uang](http://en.wikipedia.org/wiki/Money_market_fund)
* Antara satu sampai tiga tahun: [reksadana pendapatan tetap](http://en.wikipedia.org/wiki/Fixed_income)
* Antara tiga sampai enam tahun: reksadana campuran
* Enam tahun atau lebih: [reksadana saham](http://en.wikipedia.org/wiki/Stock_fund) atau [reksadana indeks](http://en.wikipedia.org/wiki/Index_fund)

**Kedua**, untuk membeli reksadana, cukup datangi penjual reksadana, misalnya ke agen penjual reksadana atau perusahaan manajer investasi.

Agen penjual reksadana yang paling populer akhir-akhir ini mungkin adalah [Bank Commonwealth](http://www.commbank.co.id). Pembelian reksadana di Bank Commonwealth bisa dilakukan secara praktis melalui Internet. Bank Commonwealth menjual puluhan produk reksadana dari berbagai manajer investasi. Untuk membuka rekening di Bank Commonwealth, dibutuhkan dana sebesar Rp 2 juta.

Alternatif lain adalah [Bank Mandiri](http://www.bankmandiri.co.id/article/312380304425.asp?article_id=312380304425). Bank Mandiri juga menjual puluhan reksadana yang dapat dibeli melalui *customer service* di hampir setiap cabangnya.

Beberapa produk reksadana juga bisa dibeli secara langsung ke manajer investasinya tanpa melalui agen reksadana. Contohnya adalah [Manulife](http://www.reksadana-manulife.com/), [Trimegah](http://www.trimegah.com/), [PNM](http://www.pnmim.com) dan [Danareksa](http://www.danareksa.com/home/).

Pertimbangkan produk reksadana yang akan dibeli berdasarkan kriteria sebagai berikut:

* Data perkembangan investasi historis
* Biaya pembelian
* Biaya penjualan
* Biaya jasa pengelolaan investasi
* Biaya minimal setoran pertama
* Biaya minimal setoran selanjutnyas
* Data lain-lainnya yang tertera pada prospektus reksadana yang bersangkutan

Terlalu rumit? Bagi pemula yang ingin berinvestasi untuk jangka panjang atau yang tidak ingin direpotkan dengan urusan investasi, saya pribadi menyarankan reksadana indeks. Reksadana indeks adalah subset dari reksadana saham yang dikelola secara pasif sehingga biaya jasa pengelolaan investasi menjadi minimal. Biasanya, dalam jangka panjang, performa reksadana indeks akan mengalahkan reksadana saham konvensional. Sayangnya reksadana indeks di Indonesia saat ini adalah ‘spesies langka’. Satu-satunya produk indeks yang populer saat ini adalah [Danareksa Indeks Syariah](http://danareksa-dinar.interactive.web.id/) yang dapat dibeli melalui Bank Commonwealth maupun Sentra Investasi Danareksa.

**Ketiga**, nasabah bisa mengetahui perkembangan investasinya melalui beberapa cara. Beberapa manajer investasi akan memberikan laporan bulanan sehingga nasabah bisa mengetahui nilai investasinya. Selain itu data perkembangan investasi dari semua reksadana yang terdaftar di Indonesia dapat diketahui melalui beberapa media seperti [Koran Tempo](http://www.korantempo.com/), [Bisnis Indonesia](http://www.bisnis.com) (dapat pula [dilihat di Internet](http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/tabel_reksadana/)) atau [PortalReksadana.com](http://portalreksadana.com).

Nasabah tidak perlu melihat informasi perkembangan investasinya setiap hari secara religius. Untuk jangka panjang, bagi investor kasual, satu tahun sekali sebenarnya sudah cukup.

**Keempat**, yang paling penting tentunya adalah menyetorkan dana untuk diinvestasikan ke reksadana. Hal ini tentunya harus dilakukan secara periodik. Beberapa penasihat keuangan memberi saran untuk menginvestasikan 10%-30% dari penghasilan keseluruhan secara rutin setiap bulannya.

282 comments

  1. wah ini info yang penting banget nih mas, terutama yang asuransi jiwa :-?

    tapi ngomong2 mas priyadi sendiri pake yang mana nih asuransi jiwanya? siapa tahu bisa jadi referensi :d>:)

  2. Mas priyadi, saya mau nanya. Kalau memang kecenderungan reksadana index lebih bagus hasilnya dalam jangka panjang, kenapa kok di indonesia masih langka? dan faktor apa yang mempengaruhi dibandingkan dengan reksadana saham konvensional?

  3. Saya pake Allianz cuman ga jelas namanya apa (diurus sodara). bayarnya 4 jt/tahun selama 10 th. Nilai pertanggungannya 250 jt. plus tanggungan beberapa macam penyakit.

  4. Saya pake Allianz cuman ga jelas namanya apa (diurus sodara). bayarnya 4 jt/tahun selama 10 th. Nilai pertanggungannya 250 jt. plus tanggungan beberapa macam penyakit.

    Kayaknya Unit-Link ya? Kalau asuransi murni, 4jt pertahun cuma dapat UP 250jt + penyakit kritis (gak ada kesehatan?) rasanya kemahalan.

  5. Buat yang mau tahu apa yang Priyadi gunakan beserta alasan-alasannya, ada di komen Priyadi di 3 postingan sebelumnya (terutama 2 postingan terakhir).

    Ada baiknya Priyadi menuliskannya kembali di postingan ini (atau di-link ke komen yang dulu?).

  6. Tips untuk yang mau buka rekening investasi di commwealth. Kalo disuruh sama CS nya minimal bukanya harus 10jt jgn mau (kecuali memang mau invest langsung dalam jumlah besar) soalnya seperti yg kata pak pri bilang, minimal dana untuk buka rekening di commwealth itu 2jt. si CS menyarankan 10jt supaya dia dapet komisi yg lebih besar.

    Selain itu pelayanan di commwealth memuaskan kok :) Dan yang sangat menjadi nilai lebih adalah dana yang kita masukkan semuanya bisa dibelikan reksadana. Jadi kalo kita buka tabungan sebesar 5jt, semuanya bisa dibelikan reksadana dan saldo kita diperbolehkan 0 (ini khusus untuk tujuan investasi saja) Fasilitas internet bankingnya jg oke

    wah jadi viral marketing nih.. :)

  7. mas pri…berguna bgt nih websitenya…harusnya mas pri jadi financial planner beneran aja…jauh lebih ok daripada safir senduk, ligwina hananto, ahmad gozali dll…
    :D

  8. #1:

    tapi ngomong2 mas priyadi sendiri pake yang mana nih asuransi jiwanya? siapa tahu bisa jadi referensi

    asuransi jiwa pake mandiri jiwa sejahtera. gak ada alasan apa2 sebenernya, dulu pilih ini karena cuma ini yang dekat :). dulu juga belum sempat membuat perbandingan dengan produk lain.

    #2:

    Kalau memang kecenderungan reksadana index lebih bagus hasilnya dalam jangka panjang, kenapa kok di indonesia masih langka? dan faktor apa yang mempengaruhi dibandingkan dengan reksadana saham konvensional?

    karena mungkin reksadana saham konvensional memberi keuntungan lebih banyak untuk manajer investasinya? :) reksadana indeks gak perlu bayar analis yang mahal, fungsi analis digantikan oleh komputer. intervensi manusia mungkin cuma ada sewaktu eksekusi dan ini pun mungkin bisa diotomatisasi. di reksadana konvensional biaya pengelolaan investasi bisa mencapai 3%/tahun, sedangkan di danareksa indeks syariah cuma 0.36%/tahun.

    #3:

    Saya pake Allianz cuman ga jelas namanya apa (diurus sodara). bayarnya 4 jt/tahun selama 10 th. Nilai pertanggungannya 250 jt. plus tanggungan beberapa macam penyakit.

    sepertinya bukan term life. untuk manfaat jiwa sebesar 250 juta mungkin harganya cuma sekitar 800 ribu/tahun (pria 30 tahun).

    #10:

    Buat yang mau tahu apa yang Priyadi gunakan beserta alasan-alasannya, ada di komen Priyadi di 3 postingan sebelumnya (terutama 2 postingan terakhir).

    asurnasi jiwa pakai axa mandiri jiwa sejahtera. reksadana ambil fortis ekuitas, manulife dana saham, PNM ekuitas syariah dan danareksa indeks syariah.

    #13:

    pak pri sih enak tinggal di depok, walikotanya kasih asuransi jiwa 2juta bagi yang meninggal

    lumayan buat ongkos pemakaman :)

    #14:

    Mas Pri, klo asuransi pendidikan gmn?.

    untuk mendapatkan manfaat asuransi pendidikan lebih baik dengan cara memisahkan asuransi dan reksadana seperti yang saya tulis di atas.

    #15:

    ada tips untuk membeli asuransi sekaligus investasi nggak?

    ada: “jangan membeli asuransi yang sekaligus dengan investasi” :)

    #16:

    kalo BSM Investa Cendikia masuk kategori asuransi pendidikan gag ohm ?

    sepertinya masuk asuransi pendidikan, tapi saya lebih suka mengambil asuransi pendidikan dengan cara memisahkan asuransi dan reksadana seperti yang saya tulis di atas.

  9. Artikel yang bagus. Cuman klo nurut teman saya, klo emang bisa muter duitnya nggak usah repot2x make asuransi.
    Soalnya asuransi hanya mau membayar klaim HANYA kalau dokumen yang diminta sebagai syarat jumlah atau datanya lengkap. Bisa jadi karena tidak mengetahui maka dokumen yang diberikan rumah sakit jadi tidak lengkap shg klaim asuransi akhirnya nggak dibayar.
    Tapi klo muter duit sendiri pas ada butuh dana nggak perlu repot2x minta surat keterangan dari rumah sakit, tinggal tarik duitnya dari bank udah keluar deh duitnya.
    Ini cuman masalah “bisakah kita menghasilkan uang lebih dari mereka/ perusahaan asuransi atau nggak?”
    Gmn komennya temen2x yang laen?

  10. wah… part “4”.. the saga continues nih…

    Gimana kalo part 1 s/d 4, dijadikan buku saja bos. siapa tau jadi best seller di Gramed. :)

    anyway, thx for panduannya… information that can come in handy anytime.

  11. #22:

    Bisa jadi karena tidak mengetahui maka dokumen yang diberikan rumah sakit jadi tidak lengkap shg klaim asuransi akhirnya nggak dibayar. Tapi klo muter duit sendiri pas ada butuh dana nggak perlu repot2x minta surat keterangan dari rumah sakit, tinggal tarik duitnya dari bank udah keluar deh duitnya.

    ini bukan urusan asuransi kesehatan, tapi asuransi jiwa.

    Cuman klo nurut teman saya, klo emang bisa muter duitnya nggak usah repot2x make asuransi.

    kalau sudah ada duitnya. kalau belum ada duitnya masih perlu asuransi.

  12. artikel yang bagus sekali, mas. ^:)^
    saya mo nanya, jadi bingung. saya susun dulu lah pertanyaannya. :D
    personally, saya setuju dgn sampeyan. memisahkan reksadana dan asuransi. makanya sekarang mo beli reksadana. lagi liat2…

  13. Bung Pri, permisi, saya hanya mau nebeng ngetest ‘Gravatar’ saya. Mudah-mudahan berkenan dan ndak marah.

  14. dah banyak tulisam bapak pri soal nyang beginian, saya jadi pensaran, sebenarnya apa sech latar belakang sehingga bapak pri semangat banget menulis ttng asuransi jiwa ?

  15. #30:

    sebenarnya apa sech latar belakang sehingga bapak pri semangat banget menulis ttng asuransi jiwa ?

    hmmm, gak ada latar belakang apa2. sama aja dengan latar belakang nulis hal lain kali ya.

  16. Dear priyadi,

    Trimakasih penjelasannya ya.., untuk informasi teman2 sebelumnya aku juga baca penjelasan yg sama dari taufik gumulya di http://www.portalreksadana.com pejelasan yg singkat dan sangat bermutu..

    Jadi aku skarang sdh terbuka wawasan ttg unit link, thanks u priyadi dan taufik g!!

    Best regards,
    maureen

  17. Tx buat informasinya,but kalau buat ass pendidikan apa yang lebih perlu diperhatikan bung priyadi.

    Maklum dah lama tertarik ama Ass tetapi trauma kalo mau klaim

    Tx
    Yadi

  18. #35:

    Tx buat informasinya,but kalau buat ass pendidikan apa yang lebih perlu diperhatikan bung priyadi.

    jangan ambil asuransi pendidikan. tapi gantinya beli reksadana + asuransi jiwa untuk bapaknya.

  19. Mas Pri,

    Terima kasih atas infonya selama ini. Saya sudah menutup P*****k saya dan sedang dalam proses underwriting di Manulife Proactive dgn kontrak 10 tahun.
    Tapi ada tawaran lebih murah dari AIG Life Executive Term dgn masa pertanggungan 1 tahun.

    1. Tolong share ke kami ini info yang Mas Pri ketahui tentang AIG Life dan produknya Executive Term
    2. Kenapa masa pertanggungan yang lebih pendek itu lebih baik?

    Terima kasih

  20. #41:

    Tolong share ke kami ini info yang Mas Pri ketahui tentang AIG Life dan produknya Executive Term

    wah, saya gak tahu. dicari di internet juga gak ada infonya. mungkin anda bisa cerita2 tentang penawaran mereka?

    Kenapa masa pertanggungan yang lebih pendek itu lebih baik?

    kalau misalnya ambil term 20 tahun, maka nasabah bayar premi flat setiap tahunnya (level term), dari tahun pertama sampai tahun ke 20, padahal resiko meninggal/sakit kritis tetap meningkat. artinya premi yang dibayar di tahun2 pertama lebih mahal dari seharusnya dan kelebihan ini digunakan untuk mensubsidi pembayaran premi di tahun2 terakhir.

    jadi alasannya ada beberapa:

    1. pakai sistem subsidi silang artinya perusahaan asuransi harus menyimpan sebagian pembayaran premi tahun2 pertama untuk menutupi pembayaran premi tahun2 terakhir. uang ini oleh perusahaan asuransi akan disimpan secara konservatif. kalau seandainya nasabah ambil term 5 tahun atau lebih singkat lagi, maka nasabah punya pilihan untuk memasukkan selisih dana tersebut ke instrumen investasi yang agresif. dan kalau tetap diinginkan instrumen investasi yang konservatif hal ini tetap juga bisa dilakukan.

    2. kalau misalnya setelah tahun 15 ternyata sudah tidak membutuhkan asuransi jiwa lagi, nasabah akan rugi kalau dia membatalkan polisnya karena sebagian premi tahun 15-20 sudah dia bayar di tahun2 sebelumnya (ada asuransi yang reimburse biaya ini, tapi ada juga yang tidak)

    3. ada klausul guaranteed renewability. dengan demikian sebenarnya gak perlu lagi nasabah menerka kebutuhan ngambil asuransi sampai berapa tahun. kalau masih perlu dilanjutkan, tapi kalau sudah gak perlu ya dibatalkan.

  21. Mas Pri,
    Terima kasih atas quick respond nya.

    Info tentang Executive Term ini bisa dilihat di http://www.aig-life.co.id/index.asp?sec=PK2

    Penawarannya biasa saja Mas, sama dengan asuransi term life Manulife Proactive. Bedanya ExeTerm ini bisa dibeli dengan masa pertanggungan 1 tahun saja sedangkan Manulife tidak bisa (min 10 tahun).

    Tapi kedua produk ini, Proactive maupun ExeTerm ini sama2 tidak guaranteed renewability. Info ini saya dapat dari agen AIG dan Manulife.
    Berhubung Proactive kontrak 10 tahun, maka guaranteed renew nya yah selama kontrak 10 tahun. Di tahun ke-11 akan dilakukan underwriting ulang.
    Nah, kalau dari dilihat sisi ini kan berarti masa pertanggungan yang lebih panjang akan lebih baik karena lebih ada kepastian proteksi.

    Tapi kayaknya gak banyak yah cerita2 di internet tentang ExeTerm dari AIG ini. Jadi ragu juga saya nya…

  22. Mas Pri,

    Saya baru mengenal reksadana dan tertarik untuk memulai invest. Bagaimana prosedur pembelian reksadana lewat internet di commonwealth. Saya coba buka websitenya tapi tidak ada fasilitas untuk pembelian online. Saya bertempat tinggal salah satu kota kecil di Jawa Tengah, jadi susah untuk mencari agen penjual reksadana. Saya sebenarnya tertarik untuk invest di fortis infrastruktur plus dan fortis pesona amanah (karena masih baru). Apa mas pri punya petunjuk?
    Terima Kasih atas tanggapannya

  23. #43:

    Info tentang Executive Term ini bisa dilihat di http://www.aig-life.co.id/index.asp?sec=PK2

    sepertinya ini memang term life.

    Penawarannya biasa saja Mas, sama dengan asuransi term life Manulife Proactive. Bedanya ExeTerm ini bisa dibeli dengan masa pertanggungan 1 tahun saja sedangkan Manulife tidak bisa (min 10 tahun).

    saya familiar dengan proactive plus, dan dia punya masa pertanggungan 5 tahun.

    Tapi kedua produk ini, Proactive maupun ExeTerm ini sama2 tidak guaranteed renewability. Info ini saya dapat dari agen AIG dan Manulife.

    Berhubung Proactive kontrak 10 tahun, maka guaranteed renew nya yah selama kontrak 10 tahun. Di tahun ke-11 akan dilakukan underwriting ulang.

    saya gak familiar dengan proactive, tapi coba tanya tentang proactive plus. setahu saya di proactive yang plus ada guaranteed renewability. tapi lebih baik anda minta salinan contoh polis kalau bisa, dan dilihat sendiri apakah memang ada guaranteed renewabilitynya. kadang2 agen bukan sumber informasi yang reliabel.

    Tapi kayaknya gak banyak yah cerita2 di internet tentang ExeTerm dari AIG ini. Jadi ragu juga saya nya…

    dimana2 produk term gak dipasarkan :). jadi jangan kaget kalau belum pernah dengar :). nasabah harus minta sendiri secara spesifik, kalau tidak begitu pasti disodori produk unit link.

  24. #44:

    Saya baru mengenal reksadana dan tertarik untuk memulai invest. Bagaimana prosedur pembelian reksadana lewat internet di commonwealth. Saya coba buka websitenya tapi tidak ada fasilitas untuk pembelian online. Saya bertempat tinggal salah satu kota kecil di Jawa Tengah, jadi susah untuk mencari agen penjual reksadana

    pertama2 harus buka rekening dulu. sayangnya kalau di kota kecil tidak ada cabang bank commonwealth yang saat ini baru ada di kota2 besar saja. alternatif lain, mungkin anda bisa beli lewat bank mandiri saja.

  25. halo mas pri,
    topik favorit kita kalo japri nih akhirnya dibahas lagi hehehe
    to all… yes this is to support mas pri’s effort… i do recommend that people go for pure insurance and invest the rest… mulainya dari reksadana dulu, biar tau rasanya jadi investor pemula ;)
    semua orang harus punya asuransi, tapi yang bener! kalo uang pertanggungan cuma 100 juta padahal pengeluaran per bln 10 juta.. artinya kalo ada apa2 sama lo, keluarga lo cuma dapat uang untuk hidup 10 bulan… kasian banget…

    single atau couple belum punya tanggungan (belum punya anak atau ortunya mampu/mapan) ya gak perlu asuransi jiwa lho ;) perlunya asuransi kecelakaan dan asuransi kesehatan. itupun masih bisa diprotek lewat kepemilikan aset… panjang deh ceritanya

    good luck ya…:d/

  26. Terima kasih Pak Pri atas artikelnya yang menarik dan informatif.
    Ada sedikit pertanyaan, di tulis di atas Pak Pri membeli reksadana PNM ekuitas syariah, apakah ini sama dengan reksadana PNM syariah ? dan bagaimana cara membelinya ? makasih sebelumnya

  27. #47:

    halo mas pri,
    topik favorit kita kalo japri nih akhirnya dibahas lagi hehehe
    to all… yes this is to support mas pri’s effort… i do recommend that people go for pure insurance and invest the rest…

    thanks atas komentarnya mbak :)

  28. #48:

    Ada sedikit pertanyaan, di tulis di atas Pak Pri membeli reksadana PNM ekuitas syariah, apakah ini sama dengan reksadana PNM syariah ? dan bagaimana cara membelinya ?

    beda pak. PNM syariah itu reksadana campuran. PNM ekuitas syaraiah itu reksadana saham. untuk membelinya waktu itu saya datang langsung ke kantor PNM di arthaloka, sudirman, jakarta.

  29. #43:

    Tapi kedua produk ini, Proactive maupun ExeTerm ini sama2 tidak guaranteed renewability. Info ini saya dapat dari agen AIG dan Manulife.

    saya sudah tanya yang manulife proactive memang tidak ada guaranteed renewability. yang ada itu di proactive PLUS.

  30. Wah bagus banget nih infonya. saya baru aja ma ukin anak saya ke !!!link buat rencana pendidika. tp abis baca ini jd ngerti.

    untuk asuransi kesehatannya gmn yah pak Priyadi ? maksudnya ambil terpisah bisa ada contohnya juga sekalian ? thanks

  31. Saat ini untuk reksadana yang paling diburu adalah fortis infrastruktur, seperti priyadi katakan untuk membeli nya cukup mudah dan murah meriah.
    Anda bisa datang ke bank commonwelt di sudirman sana, tapi perlu diingat, investasi reksadana kurang ‘nendang’ kalau untuk keperluan jangka pendek.

    Baru trasa ‘cola dan sodanya’ kalau invest diatas 3 bulan dengan catatan invest diatas 300jt, kalau invest dibawah 10jt, baru bisa ketahuan ‘dapat cuan’ jika ‘nabung’ diatas 2 tahun. dan kabar baiknya adalah ndak segawat yang dikatakan priyadi juga, harus 6 tahun…., yang 6 tahun mah kalau investnya 2jt only :)

    Salam.

  32. #52:

    untuk asuransi kesehatannya gmn yah pak Priyadi ? maksudnya ambil terpisah bisa ada contohnya juga sekalian ? thanks

    untuk asuransi kesehatan ya tinggal ambil saja secara terpisah, jangan disatukan sebagai rider dari asuransi jiwa.

  33. #53:

    investasi reksadana kurang ‘nendang’ kalau untuk keperluan jangka pendek. Baru trasa ‘cola dan sodanya’ kalau invest diatas 3 bulan dengan catatan invest diatas 300jt, kalau invest dibawah 10jt, baru bisa ketahuan ‘dapat cuan’ jika ‘nabung’ diatas 2 tahun. dan kabar baiknya adalah ndak segawat yang dikatakan priyadi juga, harus 6 tahun…., yang 6 tahun mah kalau investnya 2jt only

    walah. itu kan hanya karena pasar sekarang sedang sangat bullish. kalau misalnya invest di reksadana awal tahun 2000-an, kalau cuma 3 bulan jelas gak bakalan terasa. semakin lama berinvestasi semakin kecil resikonya.

  34. dr Pak Priyadi/rekan lainnya ada tau nama productnya yg kesehatan terpisah ga ? kan yg term life sdh ada contohnya diatas.
    Biar makin lengkap

    Udah coba telp yang di cwlife, dah 2 hr lom di kontak balik sama sales/agennya.
    hiks

  35. “saya sudah tanya yang manulife proactive memang tidak ada guaranteed renewability. yang ada itu di proactive PLUS.”

    Memang bener kata Mas Pri, kadang agen itu juga bukan sumber yang reliable.
    Setau saya Proactive Plus itu bukan murni termlife karena Proacktive Plus ini mengandung nilai tunai hasil investasi. Saya yakin akan hal ini karena memang saya dijelaskan secara detail oleh agennya (lengkap dengan brosur+ilustrasi).
    Sedangkan Proactive murni termlife tanpa nilai tunai.

    Sedangkan jika kita liat dari websitenya http://www.manulife-indonesia.com/Individual_Insurance/individual_all.htm
    tampak bahwa baik Proactive maupun Proactive Plus itu bisa diperpanjang secara otomatis tanpa seleksi resiko ulang..
    Memang jalan terbaik adalah melihat langsung contoh polisnya ya..

  36. #58:

    Setau saya Proactive Plus itu bukan murni termlife karena Proacktive Plus ini mengandung nilai tunai hasil investasi. Saya yakin akan hal ini karena memang saya dijelaskan secara detail oleh agennya (lengkap dengan brosur+ilustrasi). Sedangkan Proactive murni termlife tanpa nilai tunai.

    wah salah kali. mungkin yang dimaksud adalah proLIFE, bukan proactive.

    tampak bahwa baik Proactive maupun Proactive Plus itu bisa diperpanjang secara otomatis tanpa seleksi resiko ulang.. Memang jalan terbaik adalah melihat langsung contoh polisnya ya..

    wah, betul pak. saya juga baru lihat. dari data yang ada di saya cuma kelihatan bedanya yang plus dan yang ngga itu cuma kalau yang plus ada opsi critical illnessnya.

  37. reksadana berbasis saham mestinya pelajari dulu sekilas saja tentang analisa sederhana, baru kita bisa tentukan kapan berinvest dan kapan tidak berinvest. Reksadana indeks populer karena market saham sedang bull, jika sebaliknya maka investasi di reksadana berbasis saham atau indeks bisa merugikan. Saran dari fund manager tentu saja agar nasabah masuk terus tiap bulan, bagaimanapun fund manager membutuhkan dana sebesar-besarnya untuk produknya, dan tidak bertanggung jawab atas naik turunnya investasi nasabah. Be careful :d :)>-

  38. tidak semudah itu berinvestasi di reksadana indeks mas Pri..bahwa sekarang investasinya tumbuh terus karena kita di era yearly bull market. Sebaiknya kita kenali produk investasi apapun ketimbang main “bejo-bejoan/ untung-untungan” :)

  39. #60, #61: tergantung, semakin lama berinvestasi, semakin rendah resikonya. kalau berinvestasi selama 15-20 tahun di saham/index ternyata nilainya turun, maka ada masalah lain yang jauh lebih besar. kalau cuma mau berinvestasi 1 tahun, saham/index jelas gak cocok.

    tulisan saya ini diperuntukkan bagi yang mau berinvestasi jangka panjang, dan terutama bagi yang baru pindah dari asuransi unit link.

  40. statistik membuktikan jika memang ingin zero risk di investasi berbasis saham, maka definisi “long term” atau “jangka panjang” adalah minimal 30 tahun. Di bawah itu, maka sebaiknya kita kenali bagaimana tips dan strategi berinvestasi di instrumen berbasis stock. Be smart investor, not follower :)

  41. beberapa hal/pemikiran yang bisa saya sumbangkan disini adalah kenali trend. Maka kita bisa dengan mudah tentukan kapan kita masuk dan keluar dari reksadana indeks. Sistem masuk tiap bulan (monthly blind avarage) kurang bijaksana menurut saya, dan ini malah yang disarankan kebanyakan marketing reksadana. No problem, memang seperti itu tugas marketing fund manager, but at the end it’s all your money guys, not theirs. Be smart, you work hard to earn money, dont waste it by unwise step :) Once more, be smart :)

  42. pendapat saya diatas bukan dimaksudkan untuk meng-counter tulisan mas pri, tetapi justru memperlengkap dan enrich ide2 dalam blog mas pri. Bravo :)>-

  43. #64:

    kenali trend. Maka kita bisa dengan mudah tentukan kapan kita masuk dan keluar dari reksadana indeks. Sistem masuk tiap bulan (monthly blind avarage) kurang bijaksana menurut saya, dan ini malah yang disarankan kebanyakan marketing reksadana.

    anda menyarankan setiap orang jadi swinger? ini jelas tidak realistis karena tidak setiap orang punya kemampuan dan waktu untuk itu. alternatif yang lebih cocok bagi yang punya pekerjaan tetap di luar pasar finansial ya buy and hold.

    bagi orang2 ini, dengan buy and hold merka memiliki kemungkinan mendapat lebih banyak keuntungan ketimbang jika mereka menjadi swinger.

  44. Berhubung japri belum dpt balasan,aku kirim ulang aja lewat forum ini:)..

    Halo mas Priyadi,
    Perkenalkan nama saya Rudi, 2 bulan terakhir mulai
    mengamati & mengikuti secara pasif (nggak ikutan
    posting) blog anda. Terus terang, saya pikir gokil
    juga ini orang..he3..semua topik bahasan lengkap
    tersedia,mulai finance sampai gadget, dari asuransi
    sampai current issues. SALUT! Hampir semua topik
    dibahas dg “kaya”…
    Oya,sehari2 saya bekerja di Manulife Indonesia. Saya
    se7 100% soal topik unit link. Saya juga selalu
    menyarankan ke klien2 saya untuk memisahkan antara
    kebutuhan proteksi & investasi. Beruntung kami memang
    punya ke-2nya..termlife insurance & reksadana..
    Kecuali kalau klien “memaksa” utk ambil program yang
    mereka inginkan spt unit link,asuransi pendidikan
    tradisional,dll…setelah saya jelaskan kelebihan &
    kekurangan masing2 produk, pada akhirnya klien-lah
    yang menentukan pilihan.
    Btw,saya minta tolong sm mas Priyadi utk berbagi rumus
    cara menghitung future value utk skenario top up tetap
    & berkala (misalnya: setiap bulan setor reksadana
    saham 1 juta selama 10 tahun berturut2,dg asumsi gain
    investasi sebesar 30% per tahun). Jujur,selama ini
    saya selalu menghitung secara manual. Walaupun
    akhirnya ketemu juga jumlah final-nya, tapi kl ada
    short cut rumus kenapa nggak? He3..
    Sementara itu dulu mas priyadi,terimakasih kalau
    berkenan utk membalas email ini,

    Matur Nuwun…

    RUDI
    http://www.manulife-indonesia.com

  45. gak mas, tdk satupun pendapat sy yg menyarankan tiap orang jadi swinger, sy cuma sarankan kita kenali trend, dan sudah sewajarnya dikenali kalau memang ingin masuk ke instrumen apapun yg berbasis saham atau yg volatile.

    Just my view, buy and hold hanya valid di market bull, di market bear, buy and hold sangat merugikan, apalagi untuk yg awam pasar modal dan punya kerja tetap. In fact mengenali trend tidak butuh waktu lama, buat saya hanya beberapa menit, dan sy yakin rekan2 kalo mau juga tidak lama dan tdk sulit.

    Pendapat sy saat ini terasa hambar dan kurang valid karena kita sedang berada di masa euforia bull, (dan ingat bull yg sudah masuk thn ke-5). Anda2 yg mempunyai jam terbang di bawah 5 tahun (sebelum 2002) tentu sedang berpesta saat ini dan tdk keberatan masuk tiap bulan. However harap diingat semua investor saham paham bahwa ada 3 jenis trend, yaitu bull (naik), bear (turun), dan sidesway. Dengan tetap netral saya cuma memberi info bahwa dalam market bear yg berlangsung sangat lama (tahunan), strategi buy and hold dan avarage tiap bulan sangat merugikan. Diterima monggo, gak diterima ya it’s ok, sy ga untung atau rugi apa2.

    Once more, ini bukan untuk meng-counter tulisan mas Pri di atas. Sy tdk terafiliasi kelompok trading manapun, broker manapun, institusi manapun, tidak mengajak menjadi swinger atau tipe apapun, dan tidak punya kepentingan apa2, sy hanya sharing, mudah2an berguna. :)

    You work hard to earn money, be smart to invest..:)

  46. Hallo Mas Pri,
    Mas ,ada beberapa agen penjual reksadana dlm hal ini bank yang menawarkan untuk reksadana untuk jangka waktu 1 tahun bahkan ada yg 6 bln lho,produk2nya pun terpercaya (Trim, danareksa,schroder,dan manulife). Lumayan juga untuk yang ingin cepat kaya kan? :d

  47. #68:

    Just my view, buy and hold hanya valid di market bull, di market bear, buy and hold sangat merugikan, apalagi untuk yg awam pasar modal dan punya kerja tetap. In fact mengenali trend tidak butuh waktu lama, buat saya hanya beberapa menit, dan sy yakin rekan2 kalo mau juga tidak lama dan tdk sulit.

    wah, ini saran yang berbahaya. bagi orang yang tidak punya kemampuan dan banyak waktu untuk menganalisis pasar, besar kemungkinan dia akan kehilangan lebih banyak kalau jadi swinger, alasannya:

    * yang tidak punya kemampuan dan tidak punya waktu jelas akan kalah telak daripada yang punya kemapuan dan waktu tersebut
    * untuk masuk dan keluar berkali2 membutuhkan jauh lebih banyak overhead yang perlu dibayar daripada masuk sekali dan keluar sekali (biaya pembelian, biaya pengeluaran, pajak)
    * kalau kita berinvestasi secara periodik dalam jangka waktu yang lama, kita merata2kan performance pada saat market sedang bearish dan saat sedang bullish
    * menganalisis pasar bisa jadi akan sangat mengganggu produktivitas kerjaan utama

    bagi anda mungkin merasa gampang untuk menganalisis pasar, tapi kebanyakan orang tidak begitu, bahkan ada yang merasa sebagai ‘jagoan’, padahal menurut saya biasa2 saja :). begitu jadi swinger, mereka mulai berspekulasi, dan tidak lagi berinvestasi. saran saya tetap sama: beli reksadana indeks secara periodik, evaluasi satu tahun sekali sudah cukup. if you are investing for your retirement, time is important, timing is not.

    Dengan tetap netral saya cuma memberi info bahwa dalam market bear yg berlangsung sangat lama (tahunan), strategi buy and hold dan avarage tiap bulan sangat merugikan.

    bearish tidak berlangsung selamanya, tidak akan mencapai 30 tahun. dan untuk investor kasual, resiko bearish di pasar finansial gampang di-hedge dengan diversifikasi, misalnya dengan emas atau deposito berjangka. beli emas secara berkala, dan beli deposito berjangka dengan auto rollover. kalau terjadi krisis berkepanjangan, harga emas akan naik dan/atau BI akan menaikkan suku bunganya.

  48. #69:

    Mas ,ada beberapa agen penjual reksadana dlm hal ini bank yang menawarkan untuk reksadana untuk jangka waktu 1 tahun bahkan ada yg 6 bln lho,produk2nya pun terpercaya (Trim, danareksa,schroder,dan manulife). Lumayan juga untuk yang ingin cepat kaya kan?

    dimana2 reksadana bisa ditarik kapan saja, gak perlu nunggu misalnya 6 bulan. kalau mau invest hari ini kemudian ditarik lagi besok juga bisa. tapi kenali dulu resikonya, semakin pendek jangka waktu berinvestasi semakin tinggi resikonya.

  49. wah..ok mas..itu just my view, dan sedang tidak mendebat atau meng-counter pendapat utama blog ini

    ibarat sedang berkendara di jalan naik, basah, dan berbelok, sy cuma bantu pasang tanda “hati-hati”..sekali lagi, tanpa bermaksud..ups..sok jago?..mau diperhatikan boleh mau di-abaikan juga boleh kok..

    :)>-:d

    note:
    1. statistik 30 thn itu benar-benar ada/valid dan jauh sebelum IHSG ada, boleh japri saya (kalo diuraikan disini panjang sekali)

    2. tentang diversifikasi komoditi misal emas, wah..mohon obyektive-lah. Panjang sekali uraiannya. Untuk uraian sepintas coba review kembali harga emas mulai thn 1982, anda akan mengerti maksud saya..

    3. diversifikasi ke deposito pun perlu mengenali trend, lets say sekarang deposito anda akan kalah dibanding inflasi, tp dengan pengenalan trend, anda akan paham kapan sebaiknya ke deposito kapan tidak.

    4. Kalaupun market masih mau bull, strategi pengenalan trend meningkatkan pertumbuhan investasi berdasarkan pengalaman riil saya dan banyak sekali rekan2 saya yg tidak full time. Teman2 sama sekali tdk mengalami kesulitan (spt digambarkan diatas). Kita sudah buat perbandingan kinerjanya chart kedua tipe tsb (mas, ini bukan untuk menyarankan menjadi tipe apa atau mencoba “membahayakan” lho ya..). Kalaupun ada bear, pengenal trend safe, dan rekan2 tsb bukan full timer. Lagipula kenapa kita mesti keberatan belajar sedikit saja untuk memelihara portofolio investasi kita. Jadi apa ruginya?

    ;)
    I just say “be carefull”..mo diterima boleh diabaikan juga boleh.

    This is end of my view kalo dianggap mas Pri kontroversi :)>-

    for me cuman sharing kok :-\”

  50. NB:

    sy coba pilah-pilah beberapa artikel hardcopy, offline maupun online, mmm..however untuk beberapa teman2 yg mungkin masih awam di investasi pasar modal, mungkin bisa ke sini untuk baca-baca ringan:

    http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com

    sebelum dianggap membahayakan, mengajak, atau me-apa, note bhw link tsb bukan punya saya, bukan mempromosikan siapa2, apalagi menandingi pendapat blog ini, (atau membahayakan?) just to open our view to wider one..

    -tidak ada salahnya belajar dan membuka wawasan-

  51. #72:

    I just say “be carefull”..mo diterima boleh diabaikan juga boleh.
    This is end of my view kalo dianggap mas Pri kontroversi :)>-
    for me cuman sharing kok

    ya saya juga cuma bilang kalau saran anda sangat berbahaya untuk kebanyakan orang. mau diterima boleh diabaikan juga bolehâ„¢ :).

    jika ada satu orang yang bisa outperform market, maka dipastikan akan ada satu orang lain yang underperforming. anda hanyalah mengajak orang2 ini untuk menjadi spekulatif, tanpa pengetahuan, informasi dan waktu yang cukup, besar kemungkinannya orang2 ‘biasa’ ini akan termasuk ke kelompok yang underperforming. bagi kebanyakan orang, dengan melakukan buy and hold resiko underperforming akan lebih kecil. sebagai informasi, saya sendiri tidak melakukan buy and hold secara murni. tapi saya tahu apa yang harus saya rekomendasikan ke orang selain saya.

  52. hai, gw Rahmad, 37 thn working di offshore. Kebetulan gw udh 3 thn ikut reksadana (termasuk ngalamin doom redemption 2005). Gw dulu pake cara priyadi, masuk terus tiap bulan, sesuai anjuran agennya (trimegah).. lama-lama gw pelajarin dikit-dikit terutama tentang apa itu karakter naik dan turun trend mulai 2006-2007. Sory, tanpa bermaksud menyindir pri, menurut gw anjuran priyadi lebih spekulatif dan berbahaya. Ibarat beli mobil, kita harus mau sisihkan waktu pelajari mobil kita, agar bisa dipakai dg baik, kalo ga mau pelajari, otomatis performa mobil tsb turun, kalaupun mobil masih mau jalan, ya kebetulan saja krn belum ada kerusakan sparepart. Sesibuk apapun sudah konsekwensi elo harus belajar kalo nabung di reksadana, karena elo hrs paham konsekwensi naruh tabungan di reksadana. Setelah lebih banyak baca (cuma lewat buku2 di gramedia banyak), kinerja reksadana gw jauh lebih bagus kok. Justru dg baca gw paham dulu gw cuma ikut-ikutan doang dan menurut gw itulah spekulasi.
    Untuk memantau ihsg gw cukup pake yahoo finance. Tips gw, selalu masuk saat trend naik, dan lakukan redemp saat market akan turun (dlm buku istilahnya dead cross). Masuk lagi ketika akan naik (golden cross). Berapapun NAB, gw gak akan masuk meskipun murah kalo trend lagi turun meskipun agen merayu-rayu, tetapi setelah ada sinyal masuk, gw masuk. Kalo elo mau lebih dapat wawasan lagi, ikut aja milis junior_trader@yahoogroups.com, disana banyak info-info berguna dan ada moderator yg berpengalaman sekali tentang reksadana, maaf, dibanding blog ini. Kalo masih keberatan ato malas mempelajari karakter trend indeks, jangan masuk reksadana saham, taruh aja di tabungan.

  53. Bahas2 asuransi termlife, ada gak ya asuransi wholelife tapi terpisah dari unitlink. Asuransi wholelife ini maksud saya bukan yang punya jangka waktu pembayaran. Tapi yang emang bayarnya seumur hiudp. Dan ada unsur garansi perpanjangan. Setahu saya beberapa unitlink (kalo gak salah A*G ama A*A)pake asuransi model ini dalam unitlinknya, sehingga benar2 murah dengan UP lumayan gede.

    Ada yang pernah tahu ? thanks before.

  54. #75:

    Sory, tanpa bermaksud menyindir pri, menurut gw anjuran priyadi lebih spekulatif dan berbahaya. Ibarat beli mobil, kita harus mau sisihkan waktu pelajari mobil kita, agar bisa dipakai dg baik, kalo ga mau pelajari, otomatis performa mobil tsb turun

    Tips gw, selalu masuk saat trend naik, dan lakukan redemp saat market akan turun (dlm buku istilahnya dead cross). Masuk lagi ketika akan naik (golden cross). Berapapun NAB, gw gak akan masuk meskipun murah kalo trend lagi turun meskipun agen merayu-rayu, tetapi setelah ada sinyal masuk, gw masuk

    maaf. tapi hati nurani saya gak memperbolehkan saya memberi anjuran seperti itu.

    alasannya: statistik mengatakan jika ada 1000 orang yang saya beri anjuran untuk melakukan market timing, dan kondisinya adil, maka 500 di antaranya akan overperforming, tapi 500 sisanya akan underperforming. jika overhead-nya nol, maka net effectnya akan sama saja jika saya suruh 1000 orang tersebut untuk buy and hold: 1000 orang tersebut praktis akan mengikuti pasar. tapi perlu diperhatikan:

    * overhead di buy and hold lebih kecil, apalagi jika yang digunakan adalah reksadana indeks; dan
    * kondisinya tidak adil, saya yakin mayoritas pembaca blog ini punya waktu, informasi dan kemampuan yang lebih minim dibandingkan yang profesional di bidangnya.

    dengan demikian net effectnya akan lebih besar buy and hold. saya pribadi akan tetap menganjurkan buy and hold di index funds. saya gak melarang market timing, silakan lakukan timing, tapi yang jelas bukan merupakan anjuran dari saya pribadi :)

    Kalo elo mau lebih dapat wawasan lagi, ikut aja milis junior_trader@yahoogroups.com, disana banyak info-info berguna dan ada moderator yg berpengalaman sekali tentang reksadana, maaf, dibanding blog ini

    maaf, kalau argumennya hanya mengandalkan appeal to authority, saya juga punya jagoan. silakan anda tanya warren buffet :)

    Kalo masih keberatan ato malas mempelajari karakter trend indeks, jangan masuk reksadana saham

    maaf, tapi sebagian di antara kita sudah ikutan reksadana saham walaupun tidak langsung. misalnya melalui asuransi atau dana pensiun. dan pada sebagian kasus kita sama sekali gak perlu tahu karakter trend indeks dan sebagainya, karena kalau tujuannya untuk jangka panjang, ripple dalam jangka pendek tidak akan terlalu dipermasalahkan.

  55. menurut sy, dalam blog ini, memperkaya wawasan, selebihnya terserah kita. apakah mo ikut atau gak ?
    kalau sdh sifatnya “menyerang”, susah juga.
    namun saya percaya, yg baca tidak langsung terpengaruh…pasti juga mempelajari dulu, gak lsg telan mentah2.
    contohnya seperti saya :
    setelah sy pelajari, kelebihan dan kekurangan sy, maka yg saya pilih adalah RD saham dan indeks, dgn tiap bulan ( kl bisa ) rutin setor.
    alasan sbb :
    1. jumlah setoran tidak besar, hy rp.100-500rb
    2. pergerakan saham juga kurang ngerti, tapi tetap memantau..paling sedikit 1 x seminggu.
    3. kl kita tahu harga turun / naek, tentu akan jadi orang kaya….
    4. kl uang nya gak di setor, keburu habis…maklum…hy penghasilan pas2 an.
    5. uang tsb juga tidak dipergunakan dlm jangka pendek, hy panjang, di atas 5-10 tahun. untuk anak2 sekolah.
    sy rasa…byk kary..seperti sy…
    dan juga, kita tidak terbawa emosi..dgn pernyataan2 yg tidak membangun…apalagi menjelekan….
    tp kalau ada yg membahas kekurangan dan kelebihan suatu produk, sy rasa lebih bijaksana, sehingga kita yg baca juga bertambah wawasan nya
    salam,

  56. Saya investor saham, reksadana saham dan emas. dalam hal berinvestasi, saya pake basis fundamental dan juga teknikal.

    setuju dgn pak pri, walaupun dalam berinvestasi reksadana saya juga ngga terpaku dgn RCA saja, tapi strategi saya tetap buy and hold dgn sedikit market timing.

    Dgn RCA sebenernya kita secara otomatis udah melakukan hedging juga.

    Walaupun mungkin ada trader profesional yg bisa membaca market, tapi tetap saja ngga ada yg bisa 100% tepat, jadi sebenarnya ngga ada seorangpun yg akan tau sampai kapan market akan terus ke utara, jalan di tempat atau seberapa jauh akan keselatan. kalau ada org yg bisa memprediksi market dgn tepat, maka dia pasti udah super kaya raya mengalahkan Mbah WARREN BUFFET, hihihi….

    buat profesional saja susah memprediksi market, apalagi yg baru belajar berinvestasi? maka strategi RCA dan buy and hold paling masuk akal buat beginner nurut saya.
    konsep inilah juga yg diambil Unit link, setiap bulan kita bayar premi yg sebagian masuk ke reksadana ngga perduli market mau ke selatan, jalan ditempat atau ke utara.

    ingat, dalam sejarah BEJ (skrg BEI) kita sudah pernah berkali-kali kena krisis, bahkan yg super parah di tahun 1998, tapi kita bisa cek reksadana2 yg launching sebelum tahun 1998, sekarang return tetap Ok tuh.

  57. #75
    Tips gw, selalu masuk saat trend naik, dan lakukan redemp saat market akan turun (dlm buku istilahnya dead cross). Masuk lagi ketika akan naik (golden cross). Berapapun NAB, gw gak akan masuk meskipun murah kalo trend lagi turun meskipun agen merayu-rayu, tetapi setelah ada sinyal masuk, gw masuk
    ____________________________

    maaf, kalau kejadian dgn reksadana2 tertentu yg portofolionya second dan third liner bagaimana mau market timing?

    market timing untuk reksadana index emang bisa pake chart buat nentuin masuk dan keluarnya… tapi kan di BEI cuma ada 2 index fund? itupun salah satunya reksadana index syariah punya danareksa, yg acuannya adalah Jakarta Islamic Index, bukan IHSG.

    pertanyaannya bagaimana kita melakukan market timing dgn kondisi saat IHSG naik ke langit dgn modal kenaikan HANYA pada sektor MINING dan AGRI? sedangkan sektor lain UNDERPERFORM? emang semua reksadana portofolionya cuma mining dan agri?

    kalau mau trading persaham, saya setuju HARUS pake market timing (sekali lagi buat TRADER). tapi kalo untuk investasi, seperti kata2 engkong WARREN BUFFET: ‘ go to hell for equity market’ :p. Si engkong cuma perhatian ke pasar saham, jika ada org bodoh yg menjual bisnis baik dgn harga bagus.

  58. mas pri….
    kok di tmp sy gak bs buka portalreksadana.com
    kyknya lg perbaikan ya..??
    sori..nanya nya di sini…habis..gak tau mo ty siapa..?
    salam,

  59. Pak Pri, mohon tips untuk memilih produk reksadana saham dan campuran. Selama 4 bulan ini saya m’setor ke commbank sejumlah Rp. 850 ribu/bulan untuk disebar ke 2 reksadana saham dan 2 reksadana campuran yaitu fortis ekuitas, schroeder dana prestasi plus, fortis pesona dan schroeder dana prestasi. Dulu saya pilih 4 ini karena kinerja 5 tahun. Pertanyaan : 1. is there any comment soal di atas?
    2. Apakah harga NAB ikut mempengaruhi pilihan? (harga NAB yang lebih murah menjadikan unit penyertaan kita menjadi lebih banyak dibanding NAB harga mahal).Mohon tip/masukan dan saran untuk pemilihan RD saham dan campuran. Terimakasih…

  60. #82:

    Selama 4 bulan ini saya m’setor ke commbank sejumlah Rp. 850 ribu/bulan untuk disebar ke 2 reksadana saham dan 2 reksadana campuran yaitu fortis ekuitas, schroeder dana prestasi plus, fortis pesona dan schroeder dana prestasi. Dulu saya pilih 4 ini karena kinerja 5 tahun. Pertanyaan :

    1. is there any comment soal di atas?

    sepertinya gak ada masalah. saya sendiri gak bisa memberi rekomendasi produk reksadana tertentu di luar reksadana indeks.

    2. Apakah harga NAB ikut mempengaruhi pilihan? (harga NAB yang lebih murah menjadikan unit penyertaan kita menjadi lebih banyak dibanding NAB harga mahal)

    harga NAB tidak berpengaruh. murah atau mahal gak pengaruh karena nilai awalnya diambil secara arbitrary, dan akhirnya akan menjadi penyebut juga. yang pengaruh itu AUM (asset under management). semakin kecil maka semakin besar kemungkinan untuk overperform (lebih lincah). ini mungkin sebabnya reksadana yang harga NAB-nya murah kelihatan lebih cepat naiknya. padahal bukan karena harganya murah, tapi karena jumlah aset yang dikelola belum banyak.

  61. #52

    Wah bagus banget nih infonya. saya baru aja masukin anak saya ke !!!link buat rencana pendidika. tp abis baca ini jd ngerti.

    untuk asuransi kesehatannya gmn yah pak Priyadi ? maksudnya ambil terpisah bisa ada contohnya juga sekalian ? thanks

    anggap aja buat pembanding ya, krn sy sendiri juga perlu untuk menentukan pilihan. kalo di Manulife produk kesehatan mrpkn rider, tp bisa diikutkan ke produk yg term jd “relatif” nggak mahal (banget), contoh usia tertanggung 31, pria merokok, produk nya proactive plus 05 dengan UP Rp 315juta, kesehatan dengan plan D untuk anggota 3orang (manfaat kamar rumah sakit nya Rp 500ribu/hari/orang, ) maka preminya Rp 4.745.700 per tahun, untuk asuransi jiwa dan kesehatan.
    saya berusaha menjadi agen dengan informasi yang reliabel

    #59
    wah, betul pak. saya juga baru lihat. dari data yang ada di saya cuma kelihatan bedanya yang plus dan yang ngga itu cuma kalau yang plus ada opsi critical illnessnya

    satu lagi, proactive, berjangka (tahunan), kalao yang plus masa pembayaran preminya 5 sampai 20 tahun dengan premi tetap, selama masa kontrak.

  62. Ada beberapa pertanyaan buat Mas Priyadi :
    1. Sebenarnya sudah berapa lama Mas Priyadi berkecimpung di dunia asuransi jiwa? Apakah Mas Priyadi pernah mendalami pendidikan formal di bidang asuransi atau hanya sekedar menyadur dari beberapa artikel lama ttg asuransi?
    Saya merasa Mas Priyadi hanya membahas asuransi jiwa dari segi ekonomis saja, sedangkan manfaat dan kepentingan jangka panjang tidak dibahas sama sekali.

    Kedua, sekarang sudah trend asuransi+investasi (yg biasa disebut unitlink), tapi Mas Priyadi malah menganjurkan ambil asuransi yang tidak ada investasinya. Kalau tidak pernah klaim, rasanya rugi donk sudah bayar premi sampai 10-20 tahun (sebagai informasi : premi asuransi tidak sama dengan biaya asuransi).
    Dan kita semua tau, asuransi itu gunanya untuk pengalihan resiko keuangan thd musibah yang kemungkinannya sangat kecil akan terjadi.

    2. Apakah Mas Priyadi tau bahwa asuransi jiwa tidak berarti untuk manfaat kematian belaka. Kasarnya, kalau udah mati sudah tidak bisa menikmati lagi hasil premi yang kita bayar (ini pandangan yg agak egois dari saya). Zaman sekarang orang ambil asuransi jiwa lebih fokus ke manfaat sakit kritis dan rumah sakit. Bagaimana menurut pandangan Mas Priyadi?

    3. Untuk asuransi kesehatan, sampai saat ini saya belum menemukan produk yang renewal guarantee selain di produk yang dipaketkan oleh PAA+. Saya pernah tertarik dengan produk Prevensia dari CAR, yang ada jaminan renewal guarantee. Namun kemudian saya kecewa karena ternyata untuk renewal guarantee, harus direview ulang kesehatan nasabah. Jika pernah klaim kesehatan, ada kemungkinan premi menjadi lebih besar dari yg seharusnya.
    Bagaimana menurut pandangan Mas Priyadi ttg asuransi kesehatan ini?

  63. #85:

    Sebenarnya sudah berapa lama Mas Priyadi berkecimpung di dunia asuransi jiwa? Apakah Mas Priyadi pernah mendalami pendidikan formal di bidang asuransi atau hanya sekedar menyadur dari beberapa artikel lama ttg asuransi?

    ini namanya jurus berdiskusi appeal to authority: “saya pernah mendapatkan pendidikan di bidang asuransi, maka saya pasti benar”. saya gak pernah mendapatkan pendidikan asuransi. tapi saya tidak pernah menyadur artikel tentang asuransi.

    Saya merasa Mas Priyadi hanya membahas asuransi jiwa dari segi ekonomis saja, sedangkan manfaat dan kepentingan jangka panjang tidak dibahas sama sekali.

    perbandingan saya membandingkan manfaat perlindungan asuransi yang sama persis. yang membedakan hanyalah biaya yang perlu dikeluarkan nasabah untuk mendapatkan manfaat tersebut. di unit link jauh lebih mahal.

    Kedua, sekarang sudah trend asuransi+investasi (yg biasa disebut unitlink), tapi Mas Priyadi malah menganjurkan ambil asuransi yang tidak ada investasinya.

    hehehe, gak apa2 dibilang gak trendy juga :). kalau masuk sumur lagi ngetrend, mendingan saya gak ikutan trend tersebut :).

    Kalau tidak pernah klaim, rasanya rugi donk sudah bayar premi sampai 10-20 tahun

    1. di unit link pun, nasabah bayar sampai 20 tahun kalau dia ambil perlindungan sampai 20 tahun. apa bedanya?

    2. yang rugi itu kalau bayar komisi agen sampai 205% :)

    Apakah Mas Priyadi tau bahwa asuransi jiwa tidak berarti untuk manfaat kematian belaka. Kasarnya, kalau udah mati sudah tidak bisa menikmati lagi hasil premi yang kita bayar (ini pandangan yg agak egois dari saya). Zaman sekarang orang ambil asuransi jiwa lebih fokus ke manfaat sakit kritis dan rumah sakit. Bagaimana menurut pandangan Mas Priyadi?

    baik2 saja. saya gak membantah point ini.

    Untuk asuransi kesehatan, sampai saat ini saya belum menemukan produk yang renewal guarantee selain di produk yang dipaketkan oleh PAA+.

    manfaat kesehatan di Prudential PAA+ tidak memiliki klausul guaranteed renewability! kalau ada tolong sebutkan bunyi pasalnya :). agen yang mengklaim seperti ini adalah agen nakal, saya sarankan minta perjanjian hitam di atas putih yang terpisah dari polis utamanya. kalau perlu dilakukan di depan notaris.

  64. ini namanya jurus berdiskusi appeal to authority: “saya pernah mendapatkan pendidikan di bidang asuransi, maka saya pasti benar”.

    Bukan, saya tidak bermaksud mengatakan pendapat Mas Priyadi salah. Saya hanya ingin mengatakan tulisan Mas Priyadi tidak memiliki dasar yang kuat, alias hanya opini pribadi.

    Sebagai saran atau referensi sih menurut saya boleh saja. Untuk masalah ini kembali ke masing-masing pembaca.

    2. yang rugi itu kalau bayar komisi agen sampai 205%

    Kenapa bayar komisi agen bisa rugi? Apakah setelah bayar komisi lalu polisnya hangus? Saya rasa tidak. Lagipula dengan sistem unitlink, semua premi yang disetorkan akan kembali, bahkan bisa lebih karena ada investasinya juga.

    Misalnya setor premi 120 juta di unitlink selama 10 tahun. Pada tahun ke 10, setelah dipotong biaya macam-macam, nilai tunai yang bisa diambil menjadi 150 juta. Malah dapat bonus 30 juta. Bagaimana Mas Priyadi bisa menghitungnya sebagai rugi ?

    Lagipula ada 1 hal yang janggal dari perhitungan Mas Priyadi. Kenapa komisi agen bisa 205%?
    Misalnya saya setor premi 100 juta di Unit Link, maka agen dapat komisi 205 juta. Gimana cara perusahaan asuransi memberikan komisi sebesar itu, sedangkan premi yang diterima hanya 100 juta :o.

    Mungkin Mas Priyadi bisa bantu jelaskan mengenai hal ini. Saya rasa banyak orang di sini yang tidak mengerti ttg dalil 205% yang Mas Priyadi maksudkan.

    manfaat kesehatan di Prudential PAA+ tidak memiliki klausul guaranteed renewability! kalau ada tolong sebutkan bunyi pasalnya :). agen yang mengklaim seperti ini adalah agen nakal, saya sarankan minta perjanjian hitam di atas putih yang terpisah dari polis utamanya. kalau perlu dilakukan di depan notaris.

    Betul sekali, saya setuju dengan Mas Priyadi. Masalah teknik di asuransi memang kurang tepat kalau dibicarakan dengan agen asuransi. Soalnya agen asuransi hanya diberikan training mengenai kulit luar saja.

    Untuk lebih pasti mengenai masalah ini, silahkan hubungi bagian teknik (underwriting) seperti yang sudah saya lakukan. Di polis bagian PHS ada tertulis klausul mengenai berakhirnya pertanggungan, ada di Pasal 10.

    Karena isinya terlalu panjang, saya tidak berminat mengetikan di sini. Untuk mengetahui detail dari bunyi pasal tersebut silahkan lihat punya teman/saudara yang sudah memilikinya.

    Tapi intinya produk ini memiliki renewal guarantee jika tidak pernah lapse.
    Saya tidak bermaksud promosi atau sejenisnya mengenai produk ini, hanya sekedar sharing informasi saja bagi yang belum tau.

  65. Dari komentar2 dan gaya tulisannya. Terasa sekali bahwa nama Firequid ini dipakai oleh orang yang berbeda. Dan kayaknya Firesquid ini lebih dari 2 orang tapi dari kelompok/kubu yang sama.
    Sayangnya Firesquid yang baru tidak mengikuti/membaca kronologis postingan dari awal sehingga topik yang lama diulang-ulang kembali.

    capeeee dehhhhh

  66. Pak Priyadi, saya sudah coba-coba tanya mengenai ke beberapa asuransi yang menyediakan term life + critical illness, tapi rata-rata preminya jauh lebih mahal dari ilustrasi Pak Priyadi. Dengan UP yang sama, di Allianz, AIA, dan Sun Life, preminya rata-rata antara Rp. 4 – 5 juta per tahun. Hanya Manulife yang preminya sekitar Rp. 2 – 3 juta. Sedangkan AXA bilang sudah tidak jual term life lagi (tapi yang saya tanyain adalah AXA Financial, saya kurang tahu dengan AXA Mandiri apakah masih jual atau tidak).

    Saya sebenarnya tertarik dengan asuransi term life + critical illness punyanya manulife ini, cuman saya agak kuatir dengan pengecualian-pengecualian mereka yang lumayan banyak. Jangan-jangan preminya murah karena kemungkinan bayar uang pertanggungan juga jauh lebih kecil gara-gara pengecualian itu.

    Tolong tanya apakah Pak Priyadi tahu site dimana saya bisa liat komentar-komentar nasabah yang tidak puas atas asuransi tertentu?

    Dan tolong tanya apakah saya boleh tahu asuransi term life yang digunakan oleh Pak Priyadi adalah asuransi apa?

    Terima kasih banyak Pak Priyadi.

  67. #87:

    Saya hanya ingin mengatakan tulisan Mas Priyadi tidak memiliki dasar yang kuat, alias hanya opini pribadi.

    seluruh dasar berupa perhitungan matematis telah saya bahas pada posting2 sebelumnya.

    Misalnya saya setor premi 100 juta di Unit Link, maka agen dapat komisi 205 juta. Gimana cara perusahaan asuransi memberikan komisi sebesar itu, sedangkan premi yang diterima hanya 100 juta

    di sini saya membahas unit link premi berkala (misalnya PAA), bukan unit link premi tunggal (misalnya PIA). kalau misalnya per bulan nasabah bayar Rp 1 juta (di luar top up premi berkala), maka total jendral yang akan dibayarkan ke agen adalah Rp 1 juta * 12 * 205% = Rp 24,6 juta dalam 5 tahun pertama (contoh menggunakan Pru PAA).

    dari Rp 1 juta yang dibayarkan tersebut sebagian di antaranya adalah komponen investasi. dana untuk agen ini akan diambil dari porsi investasi tersebut. angkanya jelas masih masuk karena 5 tahun pertama nasabah setor uang sebesar 5*12*Rp 1 juta = 60 juta, dan ini belum memperhitungkan perkembangan investasi.

    Untuk lebih pasti mengenai masalah ini, silahkan hubungi bagian teknik (underwriting) seperti yang sudah saya lakukan. Di polis bagian PHS ada tertulis klausul mengenai berakhirnya pertanggungan, ada di Pasal 10.

    Karena isinya terlalu panjang, saya tidak berminat mengetikan di sini. Untuk mengetahui detail dari bunyi pasal tersebut silahkan lihat punya teman/saudara yang sudah memilikinya.

    tidak perlu ngeles. anda sudah buang cukup banyak energi dengan berdiskusi di blog saya. membuang energi sedikit lagi untuk menuliskan pasal tersebut rasanya gak terlalu masalah. lagi pula anda yang mengklaim, anda juga yang harus memberi buktinya.

  68. #90:

    Pak Priyadi, saya sudah coba-coba tanya mengenai ke beberapa asuransi yang menyediakan term life + critical illness, tapi rata-rata preminya jauh lebih mahal dari ilustrasi Pak Priyadi. Dengan UP yang sama, di Allianz, AIA, dan Sun Life, preminya rata-rata antara Rp. 4 – 5 juta per tahun. Hanya Manulife yang preminya sekitar Rp. 2 – 3 juta. Sedangkan AXA bilang sudah tidak jual term life lagi (tapi yang saya tanyain adalah AXA Financial, saya kurang tahu dengan AXA Mandiri apakah masih jual atau tidak).

    masalahnya mungkin:

    * jangka waktu terlalu panjang, kalau terlalu lama premi yang mahal di awal2 digunakan untuk mensubsidi premi di akhir term (premium levelling)
    * karena critical illness

    khusus critical illness harganya pasti akan sangat bervariasi karena ini produk yang relatif masih baru. perusahaan asuransi akan main aman karena mereka belum punya datanya. di sini perusahaan asuransi yang punya banyak nasabah punya kelebihan karena mereka punya lebih banyak data daripada yang punya nasabah lebih sedikit. semakin banyak jumlah sampel maka variabilitas semakin kecil.

    Saya sebenarnya tertarik dengan asuransi term life + critical illness punyanya manulife ini, cuman saya agak kuatir dengan pengecualian-pengecualian mereka yang lumayan banyak. Jangan-jangan preminya murah karena kemungkinan bayar uang pertanggungan juga jauh lebih kecil gara-gara pengecualian itu.

    kalau saya lihat term life manulife tidak terlalu banyak pengecualian. paling tidak, tidak sebanyak axa mandiri punya saya. contohnya, axa mandiri gak mengcover meninggal akibat kecelakaan pesawat. kalau naik pesawat saya harus ambil asuransi kecelakaan terpisah.

    Dan tolong tanya apakah saya boleh tahu asuransi term life yang digunakan oleh Pak Priyadi adalah asuransi apa?

    axa mandiri jiwa sejahtera.

  69. seluruh dasar berupa perhitungan matematis telah saya bahas pada posting2 sebelumnya.

    Betul, maka dari itu saya hanya mengatakan Mas Priyadi melihat sisi ekonomisnya saja. Pendapat Mas Priyadi tidak salah, hanya saja sesuatu yang murah belum tentu bagus. Sedangkan produk yang mahal tapi laku dipasaran pasti ada kelebihannya donk.

    Mas Priyadi juga sudah menuliskan ini :

    khusus critical illness harganya pasti akan sangat bervariasi karena ini produk yang relatif masih baru. perusahaan asuransi akan main aman karena mereka belum punya datanya. di sini perusahaan asuransi yang punya banyak nasabah punya kelebihan karena mereka punya lebih banyak data daripada yang punya nasabah lebih sedikit. semakin banyak jumlah sampel maka variabilitas semakin kecil.

    Suatu produk menjadi mahal pada ada perhitungan tertentu yang menyebabkan dia menjadi mahal. Dan produk mahal itu bisa laku di pasaran karena nasabah juga punya pertimbangan sendiri.

    Saya hanya ingin mengatakan bahwa “ memilih produk asuransi jiwa bukan didasari dengan hitung-hitungan matematis“. Karena asuransi jiwa menyangkut perencanaan jangka panjang seperti halnya memilih properti, maka kriteria utama dalam memilih asuransi jiwa adalah kepercayaan pasar.

    Ilustrasi sederhana mengenai kepercayaan, Bank BCA sudah lama dipercaya masyarakat, dan terbukti tidak tumbang ketika krismon tahun 97-98. (sekalian promosi he..he..he)

    di sini saya membahas unit link premi berkala (misalnya PAA), bukan unit link premi tunggal (misalnya PIA). kalau misalnya per bulan nasabah bayar Rp 1 juta (di luar top up premi berkala), maka total jendral yang akan dibayarkan ke agen adalah Rp 1 juta * 12 * 205% = Rp 24,6 juta dalam 5 tahun pertama (contoh menggunakan Pru PAA).

    dari Rp 1 juta yang dibayarkan tersebut sebagian di antaranya adalah komponen investasi. dana untuk agen ini akan diambil dari porsi investasi tersebut. angkanya jelas masih masuk karena 5 tahun pertama nasabah setor uang sebesar 5*12*Rp 1 juta = 60 juta, dan ini belum memperhitungkan perkembangan investasi.

    Lucu sekali penjelasan Mas Priyadi mengenai dalil 205%.
    Kalau diperhatikan, dalil 205% hanya berlaku jika dan hanya jika nasabah setor selama 1 tahun.

    Jika dipikir dengan akal sehat, apakah nasabah ikut unit link hanya untuk 1 tahun saja? Tentu saja tidak bukan. Produk Unit Link lebih cocok untuk perencanaan jangka panjang.

    Dilihat dari perhitungan Mas Priyadi, nasabah setor 5 tahun sebesar 60 juta (belum termasuk TopUp premi berkala). Sedangkan komisi untuk marketing 24,6 juta.

    Berarti total komisi hanya sekitar 41% untuk nasabah yang setor premi 5 tahun.
    Jika setor premi 10 tahun sebesar 120 juta, maka hitungan komisi tsb hanya 20.5%.
    Jika setor premi 20 tahun sebesar 240 juta (anggap setor di Term Life), maka hitungan komisi tsb hanya 10.25%.

    Dengan demikian dalil 205% dari Mas Priyadi membingungkan pembaca.

    Sebagai informasi saja, perusahaan asuransi yang menjual produk tahunan/term biasanya memberikan komisi untuk marketing berkisar 20% – 50% setiap kali nasabah melakukan renewal. Misalnya saja Mas Priyadi ambil Term Life selama 20 tahun dan asumsi komisi 30%. Maka hitung sendiri berapa persen komisi yang diterima marketing tsb.

    Kalau menurut hitungan saya :
    20 tahun * 30% = 600%

    Silahkan dipikirkan kembali. Untuk mendapatkan manfaat perlindungan 20 tahun, lebih baik membayar komisi 600% atau 10.25% ??

    Kembali ke manfaat unit link. Pada dasarnya unit link diperuntukan untuk asuransi jangka panjang. Maka dari itu ilustrasi unit link (misalnya PAA) biasanya menggunakan asumsi setoran 5-10 tahun untuk pertanggungan sampai usia tertentu atau sampai seumur hidup.

    Sedangkan untuk produk PIA yang sekali setor, saya juga kurang paham. Saya hanya tau di PIA jika tertanggung meninggal dapat pertanggungan minimal 125% atau lebih.

  70. #92:

    Betul, maka dari itu saya hanya mengatakan Mas Priyadi melihat sisi ekonomisnya saja. Pendapat Mas Priyadi tidak salah, hanya saja sesuatu yang murah belum tentu bagus. Sedangkan produk yang mahal tapi laku dipasaran pasti ada kelebihannya donk.

    produk yang paling laku bukan berarti paling bagus. bisa saja konsumen dikadalin. justru karena produk2 tersebut laku keras walaupun tidak memberikan nilai yang sepadan dengan harganya, maka saya menulis tulisan2 saya sebelum ini.

    Saya hanya ingin mengatakan bahwa “ memilih produk asuransi jiwa bukan didasari dengan hitung-hitungan matematis“. Karena asuransi jiwa menyangkut perencanaan jangka panjang seperti halnya memilih properti, maka kriteria utama dalam memilih asuransi jiwa adalah kepercayaan pasar.

    terserah apa kata anda saja. tapi kami sebagai konsumen berhak untuk memilih produk yang paling menguntungkan.

    Lucu sekali penjelasan Mas Priyadi mengenai dalil 205%. Kalau diperhatikan, dalil 205% hanya berlaku jika dan hanya jika nasabah setor selama 1 tahun.

    kalau saya ikutan PAA dengan premi senilai Rp 1 juta/bulan, maka biaya akuisisi yang saya bayarkan jika saya ikut terus sampai lebih dari 5 tahun adalah: Rp 1 juta * 12 * 205% = Rp 24,6 juta. benar atau salah?

    dari sudut pandang nasabah, sama sekali tidak ada yang lucu di sini.

    Sebagai informasi saja, perusahaan asuransi yang menjual produk tahunan/term biasanya memberikan komisi untuk marketing berkisar 20% – 50% setiap kali nasabah melakukan renewal. Misalnya saja Mas Priyadi ambil Term Life selama 20 tahun dan asumsi komisi 30%. Maka hitung sendiri berapa persen komisi yang diterima marketing tsb.

    pertama-tama, komponen investasi di BTAID sama sekali tidak dikenakan biaya akuisisi. sedangkan komponen investasi di unit link (di luar top up premi berkala) dikenakan biaya akuisisi. kedua, faktor time value of money. dengan jumlah nominal yang sama, lump sum di awal lebih berharga daripada cicilan kecil berkala.

    Silahkan dipikirkan kembali. Untuk mendapatkan manfaat perlindungan 20 tahun, lebih baik membayar komisi 600% atau 10.25% ??

    di unit link maupun BTAID ada komponen harga yang lebih murah dan ada yang lebih mahal. tapi ujung2nya, yang kita perhatikan adalah harga net keseluruhannya. ilustrasi saya yang kemarin telah memperhitungkan seluruh komponen harga ini, dan hasilnya jauh lebih murah BTAID.

  71. Silahkan dipikirkan kembali. Untuk mendapatkan manfaat perlindungan 20 tahun, lebih baik membayar komisi 600% atau 10.25% ??

    Ini saja sudah salah kaprah. Dengan asumsi nilai uang tetap saja, maksudnya mungkin 205% vs 600%, tapi karena ada factor Time Value of Money, untuk pertumbuhan 20%/tahun, 205% tahun ini akan jauh lebih mahal daripada 600% 20 tahun lagi.

    Priyadi,
    Menurut saya, setidaknya pembaca blog ini sudah paham lah dengan komen-komen ‘genk firesquid’. Bisa jadi Firesquid ini sama dengan yang dulu-dulu, tapi pura-pura lupa.

    Di Bank Mandiri tempat saya ambil Reksadana saja, CSO-nya tidak mau membeli Unitlink. Dia lebih suka terpisah antara Investasi dan Asuransi. Membeli unitlink di AXA ya serasa membeli asuransi dan investasinya hanya di Schroeders plus bayar biaya akuisisi. Tapi dengan mengambil asuransinya saja, dia bisa investkan dananya ke instrument manapun.

    Perlu diingat, di unitlink, ada selisih harga beli dan jual unit 5%. Ini dibebankan ke nasabah juga. Ke Schroeders langsung, paling banyak 2.5% biaya beli dan jual. Di Manulife bahkan bisa 0%.

  72. produk yang paling laku bukan berarti paling bagus. bisa saja konsumen dikadalin. justru karena produk2 tersebut laku keras walaupun tidak memberikan nilai yang sepadan dengan harganya, maka saya menulis tulisan2 saya sebelum ini.

    Betul, saya setuju. Produk yang mahal dan laku belum tentu paling bagus. Tapi ada faktor lainnya.

    Tapi, darimana Mas Priyadi tau bahwa manfaat tidak sepadan dengan harganya? Apakah pengalaman pribadi atau hanya sekedar hitungan matematis?

    Jika Mas Priyadi menjawab hitungan matematis, saya bisa memberikan berikan contoh yang gampang, Fortis Ekuitas dan Makinta Mantap.

    Dilihat dari perkembangan investasi, Fortis Ekuitas menghasilkan kinerja pertumbuhan rata-2 80% untuk 2 tahun terakhir. Sedangkan Makinta Mantap menghasilkan keuntungan sekitar 130% untuk 2 tahun terakhir.

    Jika menurut hitungan matematis, seharusnya orang beramai-ramai memindahkan investasi ke Makinta Mantap karena kinerjanya yang bagus. Tapi kenyataannya kenapa malah lebih banyak yang memilih Fortis Ekuitas daripada Makinta Mantap?
    Seharusnya nasabah bisa memilih produk yang hasilnya lebih menguntungkan donk. Daripada terus “dikadalin” oleh Fortis Ekuitas.

    Jika bicarakan mengenai produk yang hasilnya lebih sepadan/menguntungkan, seharusnya Mas Priyadi sudah memindahkan semua reksadana Mas Priyadi ke Makinta Mantap yang lebih menguntungkan. Bagaimana menurut Mas Priyadi mengenai masalah ini ?

    terserah apa kata anda saja. tapi kami sebagai konsumen berhak untuk memilih produk yang paling menguntungkan.

    Betul sekali Mas, saya juga ngerti kalau maksud Mas Priyadi baik. Saya juga setuju bahwa konsumen berhak memilih produk yang paling menguntungkan. Saya juga ingin mengatakan bahwa produk yang menguntungkan menurut perhitungan matematis belum tentu bagus di realita.

    Setidaknya Mas Priyadi belum bisa memberikan bukti nyata. Kasarnya saya mau bilang Mas Priyadi kebanyakan teori doank tanpa melihat fakta di lapangan.

    Segala teori Mas Priyadi akan lebih bagus jika disertakan dengan bukti pengalaman pribadi dengan manfaat dari beberapa produk asuransi bukan hitung-hitungan belaka. Misalnya klaim sakit kritis, meninggal, atau kecelakaan. Atau minimal perbandingan klaim perawatan rumah sakit dari beberapa produk.

    kalau saya ikutan PAA dengan premi senilai Rp 1 juta/bulan, maka biaya akuisisi yang saya bayarkan jika saya ikut terus sampai lebih dari 5 tahun adalah: Rp 1 juta * 12 * 205% = Rp 24,6 juta. benar atau salah?

    dari sudut pandang nasabah, sama sekali tidak ada yang lucu di sini.

    Tentu saja lucu, karena nasabah tidak membayarkan 24,6 juta sekaligus. Dan Mas Priyadi tidak menjelaskan angka 205% tersebut dapat dari mana.

    Dengan dalil dan premi yang sama untuk Term Life. Jika nasabah ambil asuransi Term Life selama 20 tahun. Premi bisa dicicil perbulan. Komisi agen anggap saja 30% setiap kali renewal. Selama 20 tahun penyetoran berarti 600%. Maka hitungan komisinya adalah :
    Rp 1 juta * 12 * 600% = Rp 72 juta

    Menurut Mas Priyadi, lebih besar angka 72 juta atau 24,6 juta ?

  73. Ini saja sudah salah kaprah. Dengan asumsi nilai uang tetap saja, maksudnya mungkin 205% vs 600%, tapi karena ada factor Time Value of Money, untuk pertumbuhan 20%/tahun, 205% tahun ini akan jauh lebih mahal daripada 600% 20 tahun lagi.

    Mas Rahmat, ijinkan saya memberikan sedikit koreksi.

    Perhitungan 205% yang dilakukan oleh Mas Priyadi ada sedikit kekeliruan. Dalil akuisisi 205% tersebut saya rasa tidak ditagih dalam 1 tahun sekaligus melainkan akan dicicil dalam beberapa tahun pembayaran premi. Sehingga jika ditotalkan nilainya bukan 205% dari total premi yang disetorkan.

    Sama halnya dengan akuisisi 600% di Term Life 20 tahun, tidak ditagih sekaligus, melainkan dicicil selama 20 tahun.

    Jika Mas Rahmat keberatan dengan akuisisi awal yang 205% dari produk tertentu, saya bisa sarankan produk dari AIG yang “katanya” tanpa akuisi awal jika dana tidak ditarik dalam tahun-tahun tertentu. Akuisisi akan dihitung jika nasabah melakukan penarikan dana atau surrender.

  74. #95:

    Tapi, darimana Mas Priyadi tau bahwa manfaat tidak sepadan dengan harganya? Apakah pengalaman pribadi atau hanya sekedar hitungan matematis?

    perhitungan saya berdasarkan manfaat yang sama persis. dengan manfaat yang sama persis, return unit link jauh lebih rendah daripada BTAID. sama saja kalau misalnya pedagang A menjual jeruk Rp 1000 sedangkan penjual B menjual jeruk yang sama persis Rp 2000. ya mendingan saya beli di pedagang A.

    Jika menurut hitungan matematis, seharusnya orang beramai-ramai memindahkan investasi ke Makinta Mantap karena kinerjanya yang bagus. Tapi kenyataannya kenapa malah lebih banyak yang memilih Fortis Ekuitas daripada Makinta Mantap? Seharusnya nasabah bisa memilih produk yang hasilnya lebih menguntungkan donk. Daripada terus “dikadalin” oleh Fortis Ekuitas.

    ini sama sekali gak relevan. perkembangan investasi itu tidak dijamin. tidak ada jaminan return makinta mantap akan di atas fortis ekuitas di masa yang akan datang. dan faktanya, dalam 30 hari terakhir, fortis ekuitas outperform makinta mantap. oleh karena itu dalam memberi saran kepada orang lain, saya selalu menyarankan reksadana indeks.

    Setidaknya Mas Priyadi belum bisa memberikan bukti nyata. Kasarnya saya mau bilang Mas Priyadi kebanyakan teori doank tanpa melihat fakta di lapangan.

    Segala teori Mas Priyadi akan lebih bagus jika disertakan dengan bukti pengalaman pribadi dengan manfaat dari beberapa produk asuransi bukan hitung-hitungan belaka. Misalnya klaim sakit kritis, meninggal, atau kecelakaan. Atau minimal perbandingan klaim perawatan rumah sakit dari beberapa produk.

    maaf, realitas yang saya lihat adalah: HAMPIR SEMUA PRODUK UNIT LINK MENGKADALI NASABAHNYA. TITIK. manfaat klaim dan semacamnya tidak relevan. pertama, kalau sudah mengkadali saya gak perlu lihat layanannya. kalau calo di stasiun gambir menjual tiket jakarta-bandung sebesar Rp 500 ribu misalnya, dan saya bayar, tentunya besar kemungkinan calonya akan memberikan layanan sebaik mungkin. tapi bukan berarti mengeluarkan uang sebanyak itu adalah ide yang baik. saya akan tetap kesal setelah mengetahui harga tiketnya cuma Rp 60 ribu.

    kedua, anda mengasumsikan perusahaan anda adalah yang paling bagus dalam soal klaim. tentunya ini adalah klaim yang terlalu dibesar2kan :). perusahaan lain belum tentu lebih buruk daripada perusahaan anda.

    Dengan dalil dan premi yang sama untuk Term Life. Jika nasabah ambil asuransi Term Life selama 20 tahun. Premi bisa dicicil perbulan. Komisi agen anggap saja 30% setiap kali renewal. Selama 20 tahun penyetoran berarti 600%. Maka hitungan komisinya adalah : Rp 1 juta * 12 * 600% = Rp 72 juta

    Menurut Mas Priyadi, lebih besar angka 72 juta atau 24,6 juta ?

    ini sama sekali gak relevan. perhitungan saya telah memperhitungkan segala perbedaan biaya antara BTAID dan unit link, bukan hanya biaya akuisisi. dan kesimpulannya BTAID menang telak, not even close. sedangkan anda di atas hanya memperhitungkan biaya akuisisi, yang besarnya hanya merupakan perkiraan anda sendiri, dan sama sekali tidak memperhitungkan time value of money.

    #96:

    Perhitungan 205% yang dilakukan oleh Mas Priyadi ada sedikit kekeliruan. Dalil akuisisi 205% tersebut saya rasa tidak ditagih dalam 1 tahun sekaligus melainkan akan dicicil dalam beberapa tahun pembayaran premi. Sehingga jika ditotalkan nilainya bukan 205% dari total premi yang disetorkan.

    no problem. dengan asumsi pertumbuhan investasi 10%, maka present value dari biaya akuisisi di prudential adalah 188.46%. masih terlalu mahal.

  75. Kemaren 29 Des saya baru saya membatalkan polis unit link saya di AXA dgn alasan :
    1. Premi terlalu mahal dan UP terlalu kecil untuk beberapa tahun pertama (sori saya tidak ingat sampai tahun berapa saya cuman dapat UP kurang dari 100jt).
    2. Komponen investasinya jadi kecil.
    3. Biaya adm besar (untuk 500rb/bln, adm=25rb!!)
    Untuk itu saya ganti dengan:
    1. Asuransi termlife, kebetulan ada program di perusahaan saya (di luar jamsostek, pake AIA)dengan pembayran premi 50% saya, 50% perusahaan, atau sekitar 25rb, saya dapat UP 36xGP ato sekitar 500jt, saya rasa cukup buat tanggungan saya.
    2.Sebagai ganti saya invest ke reksadana langsung ke MAMI, menyusul Scrdr, Fortis….. dan sangat mudah untuk melakukan ini.
    3.Dengan Adm unit link 25rb/bln berarti=5%!!!, bandinkan dengan subscribce fee di reksadana langsung, maksimal 2% banhkan untuk beberapa produk NONE alias 0%.
    thank kyu mas pri atas pencerahannya.

  76. #98 Asuransi termlife, kebetulan ada program di perusahaan saya (di luar jamsostek, pake AIA)dengan pembayran premi 50% saya, 50% perusahaan, atau sekitar 25rb, saya dapat UP 36xGP ato sekitar 500jt, saya rasa cukup buat tanggungan saya.
    ——————————————-
    Wah, salut sama agen AIA nya tuh. Saya hampir gak pernah ketemu sama agen AIA yang mau jualan termlife. Salut !

  77. Wah, salut sama agen AIA nya tuh. Saya hampir gak pernah ketemu sama agen AIA yang mau jualan termlife. Salut !

    Produk Term Life tersebut biasanya dipasarkan untuk perusahaan, jarang dipasarkan untuk personal. Perusahaan memang biasanya mencari produk Term Life untuk karyawan, karena tidak ada jaminan karyawan akan bekerja seumur hidup untuk perusahaan.

    Selain itu juga pertanggungan Term Life terbatas. Sedangkan untuk paket lengkap Term Life yang dapat manfaat asuransi kesehatan juga, preminya menjadi mahal. Maka para agen AIA menawarkan paket tersebut dalam unit linked.

  78. perhitungan saya berdasarkan manfaat yang sama persis. dengan manfaat yang sama persis, return unit link jauh lebih rendah daripada BTAID. sama saja kalau misalnya pedagang A menjual jeruk Rp 1000 sedangkan penjual B menjual jeruk yang sama persis Rp 2000. ya mendingan saya beli di pedagang A.

    Darimana Mas Priyadi bisa menilai produk tsb sama persis? Produk asuransi yang dibandingkan saja berasal dari perusahaan yang berbeda. Otomatis manfaat beserta klausula juga pasti berbeda.

    Ini salah satu point penting yang selalu saya kritik pada analisa Mas Priyadi. Kok sampai sekarang masih belum ‘ngeh’.

    ini sama sekali gak relevan. perkembangan investasi itu tidak dijamin. tidak ada jaminan return makinta mantap akan di atas fortis ekuitas di masa yang akan datang. dan faktanya, dalam 30 hari terakhir, fortis ekuitas outperform makinta mantap. oleh karena itu dalam memberi saran kepada orang lain, saya selalu menyarankan reksadana indeks.

    Nah, Mas Priyadi sendiri pandai menjawabnya.
    Yang namanya perkembangan investasi, tidak ada jaminan. Perhitungan BTAID yang dijelaskan sama Mas Priyadi juga hanya berdasarkan asumsi. Sedangkan untuk jangka panjang siapa yang berani menjamin?

    Apalagi untuk asuransi Term Life, renewal guarantee-nya patut dipertanyakan. Misalnya saja pada tahun tertentu karena kesibukan nasabah, menjadi telat membayar premi dan polis lapse, kemudian terjadi musibah. Siapa yang akan menjamin.

    Repot kan…pilih murah tapi repot atau mahal tapi praktis ? Ini juga salah satu point penting yang perlu saya tekankan dalam kekurangan analisa Mas Priyadi.

    perhitungan saya telah memperhitungkan segala perbedaan biaya antara BTAID dan unit link, bukan hanya biaya akuisisi. dan kesimpulannya BTAID menang telak, not even close. sedangkan anda di atas hanya memperhitungkan biaya akuisisi, yang besarnya hanya merupakan perkiraan anda sendiri, dan sama sekali tidak memperhitungkan time value of money.

    Time value of money?
    Aneh sekali, Mas Priyadi selalu berkutat-kutat di seputar masalah itu. Apakah dengan akuisisi tersebut akan membuat Mas Priyadi mengalami kerugian? Tentu tidak bukan, melainkan hanya untungnya yang menjadi lebih sedikit.

    Harap Mas Priyadi pahami bagian yang sudah saya cetak tebal. Jika Mas Priyadi jawab “nasabah berhak mencari produk yang lebih menguntungkan”, saya tanyakan lagi 2 pertanyaan klasik :
    – keuntungan berapa banyak yang disebut “lebih untung”?
    – siapa yang memberikan jaminan akan selalu untung?

    Jika Mas Priyadi tidak bisa memahami 2 pertanyaan tersebut, jangan membahas mengenai keuntungan dulu. Membeli asuransi jiwa tidak sama seperti membeli barang keperluan sehari-hari. Berpikirlah seperti mau beli properti.

    Jika membicarakan masalah time value of money akibat akuisisi, saya juga pernah mengatakan jika keberatan dengan produk yang melakukan akuisisi awal, maka silahkan cari produk yang melakukan akuisisi ketika nasabah melakukan penarikan dana.

  79. By the way, anyway, busway…
    SELAMAT TAHUN BARU 2008

    Semoga tahun ini kita sekalian dan keluarga tetap dilindungi dan diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan juga semoga rejeki selalu lancar, dan semua persoalan bisnis bisa diatasi.

  80. #101:

    heheheh, anda ini bisanya cuma ngulang2 saja argumen anda :).

    Darimana Mas Priyadi bisa menilai produk tsb sama persis? Produk asuransi yang dibandingkan saja berasal dari perusahaan yang berbeda. Otomatis manfaat beserta klausula juga pasti berbeda.

    perbedaan hanya ada pada detilnya saja. besar UP meninggal sama, besar UP CI sama. CI yang dicover kurang lebih sama. jelas tidak mungkin 100% sama persis, tapi close enough. di ilustrasi sebelumnya saya sudah berikan halaman tersendiri untuk membahas perbedaan2 minor ini. dan kalau diteliti, manfaat pada ilustrasi saya yang untuk BTAID lebih banyak daripada UL, tapi tetap returnnya lebih besar di BTAID. case closed.

    Yang namanya perkembangan investasi, tidak ada jaminan. Perhitungan BTAID yang dijelaskan sama Mas Priyadi juga hanya berdasarkan asumsi. Sedangkan untuk jangka panjang siapa yang berani menjamin?

    anda ngelantur. sudah saya katakan berkali2, asumsi perkembangan investasi baik di BTAID maupun di UL saya buat sama persis, yaitu 17%. cukup adil bukan?

    bisa saja nantinya dalam realisasinya reksadana outperform unit link, atau sebaliknya. tapi perlu diingat, nasabah unit link terikat pada fund yang ditawarkan satu perusahaan asuransi tertentu. sedangkan nasabah reksadana bisa dengan mudah pindah2 kalau fund yang dipakai underperforming.

    Apalagi untuk asuransi Term Life, renewal guarantee-nya patut dipertanyakan. Misalnya saja pada tahun tertentu karena kesibukan nasabah, menjadi telat membayar premi dan polis lapse, kemudian terjadi musibah. Siapa yang akan menjamin.

    ah ini histeria standar agen asuransi. selalu membesar2kan masalah secara tidak proporsional. di luar asuransi kita sudah harus bayar tagihan listrik, air, kartu kredit, pajak, dll dsb. kalau bayaran berhenti, maka layanan juga berhenti. solusinya ya jangan berhenti bayar. mungkin anda gak tahu, tapi jaman sekarang sudah ada teknologi yang namanya autodebet dan kartu kredit. praktis masalah2 tersebut sudah lama bisa diatasi tanpa harus ngantri tiap tanggal 1.

    Apakah dengan akuisisi tersebut akan membuat Mas Priyadi mengalami kerugian? Tentu tidak bukan, melainkan hanya untungnya yang menjadi lebih sedikit.

    heheheh. dari sudut pandang saya jelas saya rugi dong :). untung menjadi lebih sedikit == loss of capital gain. buat anda mungkin gak rugi karena anda agen :P, tapi buat saya yang nasabah ya jelas rugi donk :). sudut pandang anda jelas berbeda dari lawan main anda.

    Harap Mas Priyadi pahami bagian yang sudah saya cetak tebal. Jika Mas Priyadi jawab “nasabah berhak mencari produk yang lebih menguntungkan”, saya tanyakan lagi 2 pertanyaan klasik :
    – keuntungan berapa banyak yang disebut “lebih untung”?
    – siapa yang memberikan jaminan akan selalu untung?

    heheheh, lebih untung ya lebih untung. kayanya ini pertanyaan retoris :). kalau di plan A uang saya berkembang lebih banyak daripada plan B, maka plan A lebih untung. yang memberi jaminan tidak ada, tapi baik unit link maupun BTAID keduanya menempatkan dananya di instrumen yang sama saja. kalau pasar jadi jelek, baik UL maupun BTAID returnnya akan jelek juga. jadi ini pertanyaan sama sekali gak nyambung, sama seperti pernyataan2 anda yang lainnya :))

    sudahlah, akui saja, BTAID jauh lebih menguntungkan daripada UL, not even close. jika anda bersedia untuk objektif, rasanya andapun akan berpendapat sama.

  81. perbedaan hanya ada pada detilnya saja. besar UP meninggal sama, besar UP CI sama.

    Bagus…ternyata Mas Priyadi bisa menjawab seperti itu. Banyak orang yang antipati thd asuransi jiwa karena banyak kasus yang klaim tidak dibayar. Taukah Mas Priyadi kenapa banyak klaim tidak dibayar?

    Masalahnya justru terletak pada “detilnya saja“.
    Mengenai ini saya tidak berani bercerita panjang lebar, karena bakal menyinggung salah satu atau lebih perusahaan asuransi jiwa.

    mungkin anda gak tahu, tapi jaman sekarang sudah ada teknologi yang namanya autodebet dan kartu kredit. praktis masalah2 tersebut sudah lama bisa diatasi tanpa harus ngantri tiap tanggal 1.

    – Apakah semua asuransi punya kerjasama yg menyediakan fasilitas auto debet?
    – Apakah tidak ada kemungkinan terjadi pemindahan saldo yang menyebabkan rekening kosong?
    – Apakah tidak ada kemungkinan terjadi kegagalan debet kartu kredit karena hal tertentu dan tidak dikonfirmasi oleh perusahaan asuransi?

    Perlu Mas Priyadi ketahui, bahwa tidak semua orang punya banyak waktu santai dan tenaga berlebihan seperti Mas Priyadi untuk urus ini itu. Jika ada beberapa hal yang luput dari pengawasan, merupakan hal yang wajar.

    Jika ada orang lain yg profesional di bidangnya untuk bantu urus ini itu, kenapa harus merepotkan diri sendiri. Membayarkan jasa berupa komisi tidak akan membuat kita menjadi miskin, melainkan keuntungan saja yang lebih sedikit.

    heheheh. dari sudut pandang saya jelas saya rugi dong :). untung menjadi lebih sedikit == loss of capital gain. buat anda mungkin gak rugi karena anda agen :P, tapi buat saya yang nasabah ya jelas rugi donk :). sudut pandang anda jelas berbeda dari lawan main anda.

    Maaf, untuk yang ini Anda salah dan KELIRU BESAR.
    PERTAMA, saya bukan agen asuransi melainkan nasabah dan orang yg mengerti teknik asuransi, memang bukan di bidang asuransi jiwa tapi semua asuransi mempunyai prinsip yg sama.

    KEDUA, orang yang mengerti investasi tidak akan menggunakan uang yg terpakai dalam cashflow untuk mencari keuntungan di investasi. Untuk mencari untung, usaha sendiri adalah solusi yang paling gampang.

    Uang yang dipakai untuk investasi adalah uang nganggur, alias uang yg dipakai untuk perencanaan masa depan. Daripada uang tersebut ditaruh dibawah bantal atau dalam brankas, lebih baik disimpan di deposito atau investasi lainnya yang aman dan akan menghasilkan keuntungan di jangka panjang.

    sudahlah, akui saja, BTAID jauh lebih menguntungkan daripada UL, not even close. jika anda bersedia untuk objektif, rasanya andapun akan berpendapat sama.

    Mas Priyadi benar, saya juga setuju. Reksadana memang menguntungkan, tapi apakah aman? Belum ada jaminan.
    Sedangkan investasi unitlink lebih aman untuk jangka panjang. Investasi unitlink berupa asset management, bukan jual beli saham seperti reksadana. Mungkin banyak yang masih belum mengerti ttg asset management, saya bisa menjelaskan sekilas.

    Misalnya nasabah punya uang 100 juta, uang tersebut kemudian dibelikan saham 100 perusahaan yang untung. Nasabah akan menikmati hasil investasi berupa kenaikan harga saham dan pembagian dividen.

    Jika ada salah satu perusahaan yg bangkrut, masih ada 99 perusahaan lain yg akan mendukung investasi nasabah. Tapi kalau 99 perusahaan yang bangkrut, bayangkan sendiri kondisi ekonomi Indonesia seperti apa.

    Saran Mas Priyadi untuk beli BTAID memang benar, jika profil nasabah berorientasi pada keuntungan dan berani mengabaikan resiko.
    Tapi jika nasabah berorientasi pada jaminan masa depan, unitlink sudah terbukti lebih baik. At least, sejarah unitlink sudah exist sejak 1960an, dipelopori oleh salah satu perusahaan asuransi jiwa di Inggris dan sampai sekarang masih terus berkembang. Dan dari waktu kewaktu makin banyak asuransi besar di seluruh dunia mulai mengikuti jejaknya.

    Sekarang coba Mas Priyadi renungkan kembali secara objektif. Reksadana sudah lama exist di Indonesia, dan marketing di bank juga cukup gencar memasarkan reksadana kepada nasabah yg punya simpanan besar ( saya yg simpanan pas-pasan aja ditawarin).
    Dan agen asuransi jiwa tradisional yg menjual Term Life juga tidak kalah gencar memasarkan produk mereka. Tapi kenapa banyak nasabah personal yang memilih produk unitlink daripada BTAID?

    Sejak awal konsep Mas Priyadi ttg membeli asuransi jiwa sudah ada kekeliruan, yaitu memilih asuransi berdasarkan keuntungan ekonomis. Memang pendapat Mas Priyadi benar, melainkan ada kekeliruan. Tulisan Mas Priyadi berusaha mengarahkan pembaca hanya melihat sisi keuntungan tanpa mempertimbangkan faktor lain.

    Sekali lagi, membeli asuransi jiwa bagaikan membeli properti. Harga properti yg murah bukan jaminan nyaman untuk ditinggali, akan tetapi properti yg mirip tapi lebih mahal tentu punya kelebihan.

  82. #105:

    Banyak orang yang antipati thd asuransi jiwa karena banyak kasus yang klaim tidak dibayar. Taukah Mas Priyadi kenapa banyak klaim tidak dibayar?

    anda pikir kualitas klaim di asuransi lain sudah pasti tidak seperti asuransi jagoan anda? :-?

    Apakah semua asuransi punya kerjasama yg menyediakan fasilitas auto debet?

    autodebet tidak perlu kerjasama. cukup buatkan surat kuasa kepada perusahaan asuransinya. argumen anda yang lain terlalu stupid and not worth discussing.

    Perlu Mas Priyadi ketahui, bahwa tidak semua orang punya banyak waktu santai dan tenaga berlebihan seperti Mas Priyadi untuk urus ini itu. Jika ada beberapa hal yang luput dari pengawasan, merupakan hal yang wajar.

    ah lagi2 anda membesar2kan masalah. sama sekali tidak repot untuk BTAID. hanya agen asuransi yang membuatnya menjadi terlihat merepotkan :).

    saya bukan agen asuransi melainkan nasabah dan orang yg mengerti teknik asuransi, memang bukan di bidang asuransi jiwa tapi semua asuransi mempunyai prinsip yg sama.

    sebelumnya anda sudah pernah ngaku sebagai agen asuransi. nice try though :)

    Reksadana memang menguntungkan, tapi apakah aman? Belum ada jaminan.

    apakah unit link aman? tidak ada jaminan.

    Misalnya nasabah punya uang 100 juta, uang tersebut kemudian dibelikan saham 100 perusahaan yang untung. Nasabah akan menikmati hasil investasi berupa kenaikan harga saham dan pembagian dividen.

    Jika ada salah satu perusahaan yg bangkrut, masih ada 99 perusahaan lain yg akan mendukung investasi nasabah. Tapi kalau 99 perusahaan yang bangkrut, bayangkan sendiri kondisi ekonomi Indonesia seperti apa.

    hehehe. anda pikir reksadana tidak seperti itu? :p

    Sekarang coba Mas Priyadi renungkan kembali secara objektif. Reksadana sudah lama exist di Indonesia, dan marketing di bank juga cukup gencar memasarkan reksadana kepada nasabah yg punya simpanan besar ( saya yg simpanan pas-pasan aja ditawarin). Dan agen asuransi jiwa tradisional yg menjual Term Life juga tidak kalah gencar memasarkan produk mereka. Tapi kenapa banyak nasabah personal yang memilih produk unitlink daripada BTAID?

    kelihatannya anda hidup di dunia yang sama sekali berbeda. di sini reksadana baru dipasarkan tahun kemarin. bank mandiri baru jual agustus kemarin kalo gak salah. bank commonwealth tidak pernah gencar dalam pemasaran. di BCA cuma tersedia di layanan prioritas. di bank niaga praktis tertutup bagi nasabah kecil. selain itu sama sekali belum pernah ada sales asuransi yang nawarin saya term life.

    unit link? mungkin sudah 15x saya ditawarin, belum termasuk yang melalui internet :). jadi harusnya sudah cukup jelas kenapa masih lebih banyak yang milih UL daripada BTAID.

  83. anda pikir kualitas klaim di asuransi lain sudah pasti tidak seperti asuransi jagoan anda?

    Bukan, saya tidak mengunggulkan asuransi tertentu. Saya hanya bilang klaim di unitlink lebih mudah karena dibantu langsung oleh agen. Tidak seperti BTAID yg harus diurus sendiri.

    autodebet tidak perlu kerjasama. cukup buatkan surat kuasa kepada perusahaan asuransinya. argumen anda yang lain terlalu stupid and not worth discussing.

    Ini hanya berlaku untuk fasilitas autodebet kartu kredit, bukan autodebet saldo di bank.

    Sedangkan argument lainnya yg tidak ditanggapi, saya merasa analisa Mas Priyadi terlalu dangkal untuk memikirkan segala kemungkinan yg bisa menimbulkan masalah. Pola pikir Anda sama seperti pemerintah Indonesia, setelah timbul masalah baru cari solusi. Setelah timbul banyak masalah, akhirnya tidak ada solusi.

    Asuransi berfungsi untuk menanggung resiko keuangan yang kemungkinan kecil akan terjadi. Jika kerugian yg kemungkinannya besar akan terjadi, tentu pihak asuransi juga akan mencharge premi yg mahal. Misalnya asuransi kesehatan dan asuransi mobil.

    Mas Priyadi berani menuliskan tips memilih asuransi, masa hal gitu aja tidak tau. Makanya saya bilang tidak semua orang punya waktu luang yg berlebihan dan tenaga untuk urus ini itu seperti Mas Priyadi.

    Untuk Mas Priyadi yg kehidupan santai dan jauh dari kesibukan kota, mungkin BTAID merupakan pilihan utama. Namun bagi masyarakat kota besar yg sibuk hampir 18 jam sehari, lebih baik waktu dan tenaga dipakai untuk profesi dan bisnis masing-masing. Hal lainnya serahkan pada orang yg profesional di bidangnya. Memberikan sebagian komisi tidak akan membuat orang jadi miskin :).

    sebelumnya anda sudah pernah ngaku sebagai agen asuransi. nice try though

    Kapan ya? Boleh tunjukkan postingan saya ?
    Mungkin Mas Priyadi sudah terlalu pikun karena mengurusi banyak masalah yg sebenarnya tidak perlu. Akibatnya salah mengenali posting.

    hehehe. anda pikir reksadana tidak seperti itu?

    Anda benar, sebagian investasi di reksadana memang seperti asset management. Tapi tidak semuanya demikian. Pada dasarnya reksadana lebih fokus pada transaksi jual beli saham karena mendatangkan keuntungan lebih besar.

    kelihatannya anda hidup di dunia yang sama sekali berbeda. di sini reksadana baru dipasarkan tahun kemarin. bank mandiri baru jual agustus kemarin kalo gak salah. bank commonwealth tidak pernah gencar dalam pemasaran. di BCA cuma tersedia di layanan prioritas. di bank niaga praktis tertutup bagi nasabah kecil.

    Mas Priyadi mungkin baru datang dari kampung. Reksadana sudah mulai dipasarkan di Indonesia sejak 1995. Jika Mas Priyadi tidak pernah ditawari reksadana oleh bank, mungkin karena Mas Priyadi menabung di bank yang tidak memiliki kerjasama dengan reksadana tertentu. Atau Mas Priyadi dianggap sebagai nasabah kecil yg kurang berpotensi. :)

    selain itu sama sekali belum pernah ada sales asuransi yang nawarin saya term life.

    unit link? mungkin sudah 15x saya ditawarin, belum termasuk yang melalui internet :). jadi harusnya sudah cukup jelas kenapa masih lebih banyak yang milih UL daripada BTAID.

    Mungkin Mas Priyadi kurang bersosialisasi di luar alias pekerja kantoran. Untuk pegawai kantor biasanya agen asuransi Term Life tidak bertemu langsung dengan pegawai yg belum bisa mengambil keputusan. Term Life untuk perusahaan dipasarkan melalui program kerjasama. Dengan kata lain karyawan dipaksa untuk mengambil asuransi jiwa dengan perusahaan tetentu dan sebagian premi memang disubsidi oleh kantor.

    Jika Mas Priyadi punya banyak kenalan yg buka toko di pusat perbelanjaan, silahkan tanya pengalaman mereka. Sepengetahuan saya, cara kerja agen asuransi dari dulu sampai sekarang tidak banyak berubah. Kebanyakan door-to-door seperti salesman.

    Belakangan ini aja sistem pemasaran door-to-door sudah dinilai kurang efisien dan mulai beralih ke sistem referensi atau internet marketing. Jika Mas Priyadi pernah ditawarin 15x dari sistem referensi ini, seharusnya Mas Priyadi bersyukur karena teman/saudara menganggap Mas Priyadi punya potensi. Setidaknya teman/saudara merasa produk tsb berguna dan perlu mengikutsertakan Mas Priyadi juga.

    Sebagian orang memang lebih suka bersikap skeptis daripada berpikiran positif dan terbuka. Ciri khas dari orang yg berpendidikan tinggi di ilmu pasti dan kurang bersosialisasi. Semoga Mas Priyadi bukan kategori orang yang demikian :D.

  84. Saya baru masuk ke blog ini. nyasar sih istilahnya. saya bingung dengan kalian semua, kok ya repot2 membahas hal yang sebenarnya sepele. membeli produk itu kan pilihan seseorang. sebagai contoh, saya sebagai agen asuransi, saya lebih memilih beli UL, kenapa? karena saya nggak mau repot2 keluar2 untuk ngurus reksadana, dll. keuntungan boleh dibilang lebih kecil, tapi keuntungan yang lain yang saya dapat, karena saya bekerja di perusahaan asuransi jadi saya tidak perlu ke tempat lain untuk segala pengurusannya. lagipula keuntungan 50% tiap tahun tanpa kita perlu ikut mengelolanya dan juga dapat cukup proteksi itu sudah cukup buat saya. beda biaya sih nggak begitu merugikan juga untuk nasabah. yang penting kita dapat untung juga. cukup adil kan? saya menentukan pilihan saya sendiri karena alasan saya sendiri. bagaimana dengan anda? itu sih terserah anda semua.

    kalau masalah komisi asuransinya, jangan salah ngerti, agen rata2 hanya mendapatkan komisi besar hanya pada 2 tahun dimuka. selanjutnya hanya sampai tahun kelima. ini saya buka aja, karena kalian kok sama2 ngeyel2an masalah ini tadinya. tapi selama agen itu bekerja di perusahaan asuransi, anda akan tetap di bantu segala pengurusannya kan? lha jasanya agen ini nggak kalian perhitungkan? kita semua bekerja untuk mendapatkan keuntungan, kita bukan pekerja sosial. jadi apa salahnya berbagi. janganlah kita ini jadi orang picik yang mau mengambil semua keuntungan untuk diri kita sendiri.

    untuk masalah produk asuransi, benar, dari segi ekonomisnya (teorinya) ada baiknya jika kita beli asuransi tradisional sendiri dan mendiversifikasikan dana lebih kita untuk menginvestasikannya di instrument investasi terpisah. itu jelas lebih murah. tapi bagi sebagian orang yang bukannya tidak mau repot, melainkan tidak ingin repot2 memikirkan gimana kalo kita ini ada saatnya tidak mampu membayar asuransinya (seperti yang nasabah saya alami), sedangkan untuk produk tradisional ada masa tenggang pembayaran yang hanya berkisar 30-45 hari saja, selebih dari itu akan dihitung sebagai hutang (jika ada nilai tunai yang tersisa)? jika kita mengambil asuransi di UL, jika kita ada waktu dimana kondisi ekonomi kita lagi “seret” yang menyebabkan kita cukup kesulitan membayar premi asuransi, di UL ada fasilitas cuti premi yang dimana akan diambil dari nilai dana investasi yang ada. kita tidak perlu bingung “berhutang” dengan menggunakan nilai tunai.

    jadi produk apapun, manapun, adalah tidak ada yang merugikan ataupun menguntungkan lebih satu daripada yang lainnya. semua tergantung pendapat masing2 kita. betul? kalo saya keliru ya itu juga tergantung anda yang menilainya.

    salam sukses untuk anda semua.

  85. #108:

    Bukan, saya tidak mengunggulkan asuransi tertentu. Saya hanya bilang klaim di unitlink lebih mudah karena dibantu langsung oleh agen. Tidak seperti BTAID yg harus diurus sendiri.

    alasan yang masuk akal. yang tidak masuk akal itu harganya :). sama saja kalau ada calo yang nawarin saya ‘jasa’ untuk ngantri tiket sebesar 200 ribu, mendingan ngantri sendiri :). buat yang merasa 200 ribu itu worth it, ya silakan saja. tapi saya pribadi menganggap hal tersebut kemahalan.

    Ini hanya berlaku untuk fasilitas autodebet kartu kredit, bukan autodebet saldo di bank.

    salah besar.

    Sedangkan argument lainnya yg tidak ditanggapi, saya merasa analisa Mas Priyadi terlalu dangkal untuk memikirkan segala kemungkinan yg bisa menimbulkan masalah. Pola pikir Anda sama seperti pemerintah Indonesia, setelah timbul masalah baru cari solusi. Setelah timbul banyak masalah, akhirnya tidak ada solusi.

    heheheh rasanya sudah amat jelas kalau yang pemikirannya dangkal itu anda. semua argumen anda itu terlalu dibuat2 dan dibesar2kan :P. faktanya tetap sama: tidak ada perlindungan di unit link yang tidak dapat didapatkan di term life. titik. gak perlu dicari2kan masalah yang akan diselesaikan oleh unit link. unit link itu hanya strategi pemasaran, dan tidak memecahkan masalah tidak bisa dipecahkan sebelumnya.

    Untuk Mas Priyadi yg kehidupan santai dan jauh dari kesibukan kota, mungkin BTAID merupakan pilihan utama. Namun bagi masyarakat kota besar yg sibuk hampir 18 jam sehari, lebih baik waktu dan tenaga dipakai untuk profesi dan bisnis masing-masing. Hal lainnya serahkan pada orang yg profesional di bidangnya. Memberikan sebagian komisi tidak akan membuat orang jadi miskin

    ini salah satu contoh masalah yang anda besar2kan :). silakan baca kembali tulisan saya di atas, sama sekali tidak rumit dan tidak repot untuk BTAID. yang benar2 merepotkan itu adalah menganalisis skema unit link :). kalau ini bolehlah anda tuduh saya gak ada kerjaan :)

    Mas Priyadi mungkin baru datang dari kampung. Reksadana sudah mulai dipasarkan di Indonesia sejak 1995. Jika Mas Priyadi tidak pernah ditawari reksadana oleh bank, mungkin karena Mas Priyadi menabung di bank yang tidak memiliki kerjasama dengan reksadana tertentu. Atau Mas Priyadi dianggap sebagai nasabah kecil yg kurang berpotensi

    heheheh. reksadana SUDAH ADA sejak tahun 90an. tapi tidak pernah dipasarkan besar2an sebelum tahun kemarin. silakan anda survey sendiri ke teman2 anda, rasanya akan sedikit yang tahu apa itu reksadana :). kalau unit link, pasti banyak yang tahu :P

    Sebagian orang memang lebih suka bersikap skeptis daripada berpikiran positif dan terbuka. Ciri khas dari orang yg berpendidikan tinggi di ilmu pasti dan kurang bersosialisasi. Semoga Mas Priyadi bukan kategori orang yang demikian

    jika anda berpikiran terbuka, anda pasti sudah berpendapat kalau BTAID akan jauh outperform UL. semua fakta menunjukkan hal tersebut, terserah anda apakah mau mengenali fakta tersebut, ataukah bisanya hanya menutup mata dan telinga rapat2 :P

  86. #109:

    kok ya repot2 membahas hal yang sebenarnya sepele. membeli produk itu kan pilihan seseorang

    membeli produk itu pilihan setiap orang. di sini saya cuma mengarahkan pembaca ke produk yang jauh lebih baik.

    saya lebih memilih beli UL, kenapa? karena saya nggak mau repot2 keluar2 untuk ngurus reksadana, dll. keuntungan boleh dibilang lebih kecil, tapi keuntungan yang lain yang saya dapat, karena saya bekerja di perusahaan asuransi jadi saya tidak perlu ke tempat lain untuk segala pengurusannya.

    tidak semua orang kerja di perusahaan asuransi. bagi kami yang cuma nasabah, sama sekali tidak ada untungnya ikut unit link. atau paling tidak keuntungannya tidak sepadan dengan harga yang kami keluarkan.

    lagipula keuntungan 50% tiap tahun tanpa kita perlu ikut mengelolanya dan juga dapat cukup proteksi itu sudah cukup buat saya.

    di reksadana kita juga dapat untung tanpa perlu ikut mengelolanya.

    beda biaya sih nggak begitu merugikan juga untuk nasabah. yang penting kita dapat untung juga

    ini yang disamarkan oleh unit link. produk asuransi harusnya dibandingkan atas dasar harga, tapi karena produk tersebut dikemas dengan sedemikian rupa, maka nasabah terpaksa membandingkannya atas dasar perkembangan investasi. perhitungan saya menunjukkan return di BTAID jauh overperform unit link dengan asumsi yang sama persis. artinya: harga komponen asuransi di unit link jauh lebih mahal daripada BTAID.

    saya menentukan pilihan saya sendiri karena alasan saya sendiri. bagaimana dengan anda? itu sih terserah anda semua.

    sama, saya juga menentukan pilihan karena alasan saya sendiri. saya hanya prihatin banyak nasabah yang terjerumus ke dalam pilihan yang salah.

    kalau masalah komisi asuransinya, jangan salah ngerti, agen rata2 hanya mendapatkan komisi besar hanya pada 2 tahun dimuka. selanjutnya hanya sampai tahun kelima. ini saya buka aja, karena kalian kok sama2 ngeyel2an masalah ini tadinya. tapi selama agen itu bekerja di perusahaan asuransi, anda akan tetap di bantu segala pengurusannya kan? lha jasanya agen ini nggak kalian perhitungkan?

    ya boleh2 saja kalau anda anggap besar komisi yang anda dapatkan sepadan dengan apa yang anda lakukan. tapi buat kami tidak. komisi sebesar itu terlalu mahal.

    jika kita mengambil asuransi di UL, jika kita ada waktu dimana kondisi ekonomi kita lagi “seret” yang menyebabkan kita cukup kesulitan membayar premi asuransi, di UL ada fasilitas cuti premi yang dimana akan diambil dari nilai dana investasi yang ada. kita tidak perlu bingung “berhutang” dengan menggunakan nilai tunai.

    di BTAID juga bisa ‘cuti premi’. cukup cairkan uang dari reksadana dan pakai untuk bayar premi asuransi. no problem.

  87. saya hanya prihatin banyak nasabah yang terjerumus ke dalam pilihan yang salah.

    Ini yang harus dikoreksi. Mas Priyadi itu sebenarnya siapa?
    Benar atau salahnya pilihan seseorang bukan Mas Priyadi yang memutuskan. Apa Mas Priyadi berani menjamin setiap orang yg ambil BTAID pasti tidak salah pilih?

    Sudah berulang kali saya mengatakan bahwa orang memilih asuransi berdasarkan faktor kepercayaan. Mungkin percaya dengan agen tsb karena perform-nya sangat profesional, atau mungkin percaya dengan perusahaan asuransi tersebut.

    Saya perhatikan sampai saat ini Mas Priyadi masih juga belum “ngeh” bahwa membeli asuransi jiwa merupakan masalah yg manfaatnya akan dirasakan untuk jangka panjang. Memang ada perusahaan tertentu yg menawarkan Term Life dengan harga murah dan manfaat pertanggungan tidak kalah dengan di unitlink, tapi apakah ada jaminan perusahaan tersebut bagus? Bagaimana kalau kelak terjadi klaim?

    ya boleh2 saja kalau anda anggap besar komisi yang anda dapatkan sepadan dengan apa yang anda lakukan. tapi buat kami tidak. komisi sebesar itu terlalu mahal.

    Yang ini juga mungkin Mas Priyadi bisa bantu jelaskan. Apakah ada pengalaman pribadi dari Mas Priyadi, misalnya agen tsb melarikan uang nasabah. Atau mungkin ada klaim tidak diurus, atau apa ajalah yg menunjukkan agen tsb tidak menjalankan kewajiban dgn baik. Coba sharing pengalaman saja, agar para pembaca juga kelak bisa berhati-hati dalam memilih agen.

    Saya yakin Mas Priyadi bukan orang yg sembarangan menuduh tanpa disertai alasan yg jelas.

    di BTAID juga bisa ‘cuti premi’. cukup cairkan uang dari reksadana dan pakai untuk bayar premi asuransi. no problem.

    Berarti 2x kerjaan.
    1. Mengurus pencairan dana dari reksadana.
    2. Menyetorkan premi asuransi.

    Itu dengan kondisi kalau nasabah sempat melakukan 2 hal tsb, dan tidak lalai. Bagaimana kalau terjadi kelalaian lalu timbul masalah? Bagaimana Mas Priyadi akan membantu?

    Mas Priyadi berani memberi saran BTAID tentu punya pertimbangan sendiri donk. Pernahkah memikirkan akibat kalau ada orang yg mengikuti saran Mas Priyadi, kemudian timbul masalah di kemudian hari. Apakah Mas Priyadi lepas tangan begitu saja…?

  88. jika anda berpikiran terbuka, anda pasti sudah berpendapat kalau BTAID akan jauh outperform UL. semua fakta menunjukkan hal tersebut, terserah anda apakah mau mengenali fakta tersebut, ataukah bisanya hanya menutup mata dan telinga rapat2

    Mas Priyadi berani mengatakan “fakta”. Tapi saya belum melihat faktanya sama sekali. Semua yg dijelaskan oleh Mas Priyadi hanya berupa hitungan/konsep.

    Barangkali Mas Priyadi bisa sedikit sharing pengalaman pribadi mengenai hal ini. Misalnya ceritakan pengalaman ketika melakukan klaim rumah sakit atau klaim lainnya.

    Sepengetahuan saya, Mas Priyadi belum pernah menceritakan pengalaman mengenai manfaat klaim. Nasabah bayar premi mahal-mahal juga berharap mendapatkan pelayanan yg sepadan jika (amit-amit… knock.. knock.. knock) suatu saat terjadi klaim.

  89. #112:

    Ini yang harus dikoreksi. Mas Priyadi itu sebenarnya siapa? Benar atau salahnya pilihan seseorang bukan Mas Priyadi yang memutuskan. Apa Mas Priyadi berani menjamin setiap orang yg ambil BTAID pasti tidak salah pilih?

    saya sudah kasih tahu faktanya, saya pikir yang dilakukan unit link itu merugikan nasabah. terserah pembaca mereka menilai seperti apa. dan kelihatannya sebagian besar nasabah pembaca setuju dengan apa yang saya tulis di sini. apa ANDA berani jamin setiap orang yang ambil UL pasti tidak salah pilih?

    Sudah berulang kali saya mengatakan bahwa orang memilih asuransi berdasarkan faktor kepercayaan. Mungkin percaya dengan agen tsb karena perform-nya sangat profesional, atau mungkin percaya dengan perusahaan asuransi tersebut.

    mau tidak mau saya tidak bisa mempercayai agen atau perusahaan asuransi yang menawarkan saya UL dengan komisi agen yang amit2 gedenya :).

    Memang ada perusahaan tertentu yg menawarkan Term Life dengan harga murah dan manfaat pertanggungan tidak kalah dengan di unitlink, tapi apakah ada jaminan perusahaan tersebut bagus? Bagaimana kalau kelak terjadi klaim?

    apakah ada jaminan perusahaan ANDA pasti bagus di masa yang akan datang?

    Yang ini juga mungkin Mas Priyadi bisa bantu jelaskan. Apakah ada pengalaman pribadi dari Mas Priyadi, misalnya agen tsb melarikan uang nasabah. Atau mungkin ada klaim tidak diurus, atau apa ajalah yg menunjukkan agen tsb tidak menjalankan kewajiban dgn baik. Coba sharing pengalaman saja, agar para pembaca juga kelak bisa berhati-hati dalam memilih agen.

    gak ada. yang saya tahu agen mengutip uang terlalu banyak untuk itu. dan selain itu sama sekali tidak mungkin untuk menilai kualitas agen yang ada di depan kita sebelum terlalu terlambat. kemudian, siapapun agennya, bertanggung jawab atau tidak, mereka tetap dapat bayaran yang mahal, dan kita gak bisa nawar.

    simple economics: anda kasih harga terlalu mahal, saya pindah ke penjual lain.

    Berarti 2x kerjaan.
    1. Mengurus pencairan dana dari reksadana.
    2. Menyetorkan premi asuransi.

    Itu dengan kondisi kalau nasabah sempat melakukan 2 hal tsb, dan tidak lalai. Bagaimana kalau terjadi kelalaian lalu timbul masalah? Bagaimana Mas Priyadi akan membantu?

    hehehe. lagi2 ini dramatisasi yang berlebihan :). mencairkan dana dari reksadana tidak repot. cukup kirimkan fax. kalau mau gak repot ya tinggal bayar orang. dan besar kemungkinan bayar orang ini tidak akan mencapai Rp 24 juta :P

  90. #113:

    Mas Priyadi berani mengatakan “fakta”. Tapi saya belum melihat faktanya sama sekali. Semua yg dijelaskan oleh Mas Priyadi hanya berupa hitungan/konsep.

    sudahlah mas. pembaca2 saya yang lain sudah bisa menangkap apa yang saya tulis. sampai saat ini cuma anda atau agen asuransi yang gak ngerti :). “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.”

    Barangkali Mas Priyadi bisa sedikit sharing pengalaman pribadi mengenai hal ini. Misalnya ceritakan pengalaman ketika melakukan klaim rumah sakit atau klaim lainnya.

    saya sudah pernah klaim rider kesehatan asuransi term life, no problem. jangan anda pikir cuma perusahaan asuransi jagoan anda saja yang membayar klaim :).

  91. Ada yang bisa memberi pencerahan untuk asuransi pendidikan? Saya beberapa kali ditawari dari beberapa agen, semuanya produk link, dan dari itung-itunganya, hasilnya tidak akan dapat menutup biaya pendidikan anak saya kelak (18 tahun lagi waktu kuliah). yang saya tanyakan:
    1. apa ada produk asuransi pendidikan yang murni asuransi, yang pada akhirnya akan sperti asuranri jiwa, di mana ketika peserta meninggal maka anak akan tetap dapat melanjutkan sekolah dengan UPnya.
    2. Apa cukup mengambil asuransi jiwa yang UPnya besar sehingga pada saatnya nanti dapat diinvestasikan lagi.
    thank kyu.

  92. Mas Priyadi…Mas Priyadi…saya rasa anda telah salah menilai tulisan saya. Ketika saya menulis tentang UL, dan kemudahannya untuk nasabah melakukan cuti premi, bukan berarti saya membandingkan UL dengan BTAID. Namun yang saya bandingkan adalah term life dengan UL. keuntungan yang dapat anda ambil dari term life hanyalah premi yang RENDAH bukannya MURAH.

    YANG ANDA PIKIRKAN HANYALAH KEUNTUNGAN UNTUK ANDA SENDIRI. apa pernah anda berpikir bahwa mobil yang anda beli dengan harga 100jt nilai riilnya hanyalah 20jt? 80jt adalah keuntungan perusahaan. anda tidak pikir ini bukan jumlah yang besar? dibandingkan agen asuransi yang “hanya” mendapat 5% dari total seluruh premi yang anda bayar selama 10 tahun dan jasa mereka yang membantu anda mengurus segala klaim, lebih mahal dari 80% keuntungan yang perusahaan lain dapatkan dari penjualan mereka? maaf, tapi anda terlalu picik.

    Anda tidak pernah berpikir tentang pendapat orang lain, apakah mereka lebih suka mengurus sendiri ataukah mereka ingin orang lain yang mengurus serta membantu mereka dalam mengambil keputusan. anda hanya memikirkan apa yang baik untuk mereka MENURUT ANDA, bukan menurut mereka. sekali lagi maaf, anda orang yang egois dan tertutup.

    saya memang mengakui BTAID memberi return yang jauh diatas UL. namun kenapa UL lebih laku dari pada BTAID? karena nasabah lebih suka dilayani dari pada melayani diri mereka sendiri. jika anda ingin melayani diri sendiri, go ahead.

  93. Untuk Bu Herlina, yang bisa saya sarankan, jika ibu adalah tulang punggung keluarga, ada baiknya ibu konsultasikan dengan baik agen asuransi yang profesional (means tidak hanya mencari keuntungan semata) untuk masalah besar uang pertanggungan yang layak ibu ambil dengan pertimbangan inflasi dan resiko anda sendiri, maupun dengan orang2 yang mengerti tentang bagaimana berinvestasi yang baik. jika ingin berinvestasi, jika dana liquid ibu tidaklah besar, ibu coba cari beragam investasi yang profil resiko cenderung kecil dan cukup liquid. jika ibu ditawarkan UL oleh perusahaan asuransi, ibu bisa meminta uang pertanggungan secukupnya, lalu dana sisanya untuk dimasukkan ke top up. saya bisa pastikan apa yang ibu dapatkan akan selalu melebihi tingkat inflasi di indonesia. jika ibu ada uang lebih, ibu bisa didiversifikasikan ke instrumen investasi seperti membeli index, membuka bisnis riil yang bisa memberikan hasil yang cukup, seperti menjual makanan ringan untuk anak2 sekolahan, dll. sukses untuk ibu.

  94. #116:

    1. apa ada produk asuransi pendidikan yang murni asuransi, yang pada akhirnya akan sperti asuranri jiwa, di mana ketika peserta meninggal maka anak akan tetap dapat melanjutkan sekolah dengan UPnya.

    semua asuransi jiwa seperti ini. kalau meninggal, penerus kita dapat uang pertanggungan, yang tentunya bisa digunakan untuk dana pendidikan.

    2. Apa cukup mengambil asuransi jiwa yang UPnya besar sehingga pada saatnya nanti dapat diinvestasikan lagi.

    kalau saya, untuk pendidikan lebih baik tetap pakai BTAID atau do it yourself. beli term life dengan UP sebesar biaya pendidikan, revisi besar UP setiap kali si anak naik jenjang pendidikan. selain term life beli juga reksadana, dan setor secara rutin. hasilnya pasti jauh lebih maksimal daripada endowment atau unit link.

  95. #117:

    Ketika saya menulis tentang UL, dan kemudahannya untuk nasabah melakukan cuti premi, bukan berarti saya membandingkan UL dengan BTAID. Namun yang saya bandingkan adalah term life dengan UL

    hehehe, term life sama sekali gak punya komponen investasi. ya jelas gak bakalan bisa dibandingkan dengan unit link :). perbandingan yang tepat adalah antara BTAID dan UL. ‘fasilitas’ cuti premi di UL hanya menyelesaikan masalah yang sebenarnya tidak ada.

    silakan baca dulu semua tulisan saya tentang UL di sini: http://priyadi.net/archives/category/finance/

    apa pernah anda berpikir bahwa mobil yang anda beli dengan harga 100jt nilai riilnya hanyalah 20jt? 80jt adalah keuntungan perusahaan. anda tidak pikir ini bukan jumlah yang besar?

    no problem. mekanisme pasar memastikan harga yang didapatkan konsumen efisien. kalau mobil A dan B kualitasnya setara tetapi mobil A dijual 30% lebih mahal, maka bisa dipastikan konsumen akan lari ke mobil B. sedangkan di industri UL, mekanisme pasar gak jalan karena tidak mungkin bagi konsumen untuk membandingkan secara langsung dua produk UL. bahkan konsumen gak tahu harga yang harus dia bayar. yang harus dia setorkan dan yang harus dia bayar itu berbeda lho ya.

    dibandingkan agen asuransi yang “hanya” mendapat 5% dari total seluruh premi yang anda bayar selama 10 tahun dan jasa mereka yang membantu anda mengurus segala klaim, lebih mahal dari 80% keuntungan yang perusahaan lain dapatkan dari penjualan mereka? maaf, tapi anda terlalu picik.

    anda mulai terdengar seperti calo stasiun yang marah2 gara2 ada orang yang bilang ke ‘client’-nya kalau harga tiket di loket jauh lebih murah daripada ‘harga resmi’ dia. kalau seandainya harga tambahan yang dia tawarkan tersebut diberi tahu dengan jelas di awal, dan harga tersebut sepadan dengan manfaatnya, maka sama sekali tidak ada alasan untuk mencak2. calo dan sebagian besar UL itu sama, sama2 mengandalkan ketidaktahuan pelanggan. kalau pelanggan sudah tahu dimana letak loket resminya, maka sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk beli lewat calo.

    jangan memelintir angka2. 5% ini sudah memperhitungkan time value of money belum? :) semua UL yang pernah saya lihat mengumpulkan biaya akuisisi/komisi agen di depan. bahkan yang menagihkan biaya akuisisi di belakang pun ternyata membayarkan komisi di depan. hint: UL yang menagihkan biaya akuisisi 5% secara terus menerus dari tahun pertama sampai tahun terakhir akan lebih menguntungkan daripada UL yang mengumpulkan tagihan biaya akuisisi sepenuhnya di awal.

    Anda tidak pernah berpikir tentang pendapat orang lain, apakah mereka lebih suka mengurus sendiri ataukah mereka ingin orang lain yang mengurus serta membantu mereka dalam mengambil keputusan. anda hanya memikirkan apa yang baik untuk mereka MENURUT ANDA, bukan menurut mereka. sekali lagi maaf, anda orang yang egois dan tertutup.

    silakan baca tulisan2 saya yang lain: http://priyadi.net/archives/category/finance/ . saya sama sekali gak ada masalah jika:

    * nasabah tahu persis kalau dia punya pilihan untuk BTAID
    * nasabah menyadari dengan membeli UL, maka dia sebenarnya membeli nilai tambah yang diberikan oleh agen.
    * nasabah membeli UL setelah menyadari dua point di atas.

    saya memang mengakui BTAID memberi return yang jauh diatas UL. namun kenapa UL lebih laku dari pada BTAID? karena nasabah lebih suka dilayani dari pada melayani diri mereka sendiri. jika anda ingin melayani diri sendiri, go ahead.

    hehehehe, ini wishful thinking sekali. mau tahu alasannya kenapa UL laku keras? karena dipasarkan secara agresif dan nasabah tidak tahu berapa uang yang harus dia bayarkan.

    lain kali kalau ketemu prospek, anda jangan bilang pake bahasa planet “anda akan ditagihkan biaya akuisisi sebesar 100% 60% 15% 15% 15% untuk 5 tahun pertama”, tapi mulai sekarang coba anda bilang “anda akan ditagihkan ongkos pendaftaran sebesar Rp 24 juta. biaya ini akan ditagihkan selama 5 tahun, dan *ahem* 1/2nya masuk kantong saya. dan oh ya, anda sebenarnya punya pilihan untuk BTAID kalau anda mau, dan anda tidak perlu membayarkan biaya pendaftaran ini.” kita lihat saja apakah dagangan anda masih laku keras :)

  96. ” kalau saya, untuk pendidikan lebih baik tetap pakai BTAID atau do it yourself. beli term life dengan UP sebesar biaya pendidikan, revisi besar UP setiap kali si anak naik jenjang pendidikan. selain term life beli juga reksadana, dan setor secara rutin. hasilnya pasti jauh lebih maksimal daripada endowment atau unit link.”

    Bu Herlina, pendapat Mas Priyadi ada benarnya dan ada kurangnya. bukan hanya karena bualan agen asuransi belaka, tapi ini berdasar pemikiran financial planner. masukan mas priyadi untuk ibu merevisi besar UP setiap kali anak ibu naik jenjang pendidikan adalah bagus, namun perlu saya tekankan ada baiknya jika ibu memaksimalkan dengan kemampuan ibu untuk membeli UP SAAT INI dengan perhitungan paling tidak untuk jangka waktu sampai anak ibu berusia 18 tahun. dengan contoh anak ibu sekarang berusia 0th (bayi), misal biaya masuk kuliah sekarang berkisar antara 10-30jt, jika dihitung dengan inflasi biaya pendidikan sebesar 20%, maka yang seharusnya ibu siapkan adalah UP sebesar 200-600jt. itu tergantung juga berapa besar kemampuan ibu. (jangan mengambil UP terlalu minim, karena kesehatan ibu dan suami kita tidak pernah tau. bagaimana kondisi ibu dan suami pada saat anak remaja. sebab perusahaan asuransi sangat tabu untuk menerima tertanggung yang sudah menderita suatu penyakit, meskipun itu bukan penyakit keras. pada saat itu, ibu atau bapak sudah tidak dapat lagi mengambil asuransi). Selanjutnya, sisanya bisa ibu masukkan ke reksadana atau yang lainnya. memilih reksadana perusahaan mana, itu ibu sendiri yang memilih. tingkat pengembangannya hampir sama. memang beberapa perusahaan dapat memberikan return yang jauh diatas rata2, menurut saya yang penting untuk saat ini tingkat pengembangan yang fair adalah diatas inflasi ekonomi dan inflasi biaya pendidikan, sekitar 30-40%. jika kinerja reksadana yang ibu pilih mampu diatas 40%, masih layak untuk digunakan.

    satu lagi saran saya, jika hanya memikirkan dari segi ekonomis saja, asuransi jiwa hanya berguna selama putra putri kita masih belum cukup umur untuk mencari nafkah. misal masih berusia kurang dari 23 tahun. namun, coba pertimbangkan ini, mana yang lebih nyaman, pergi perjalanan jauh dengan membawa ban serep atau tidak membawa apa2?

    salam.

  97. thank sharingnya, mas pri dan bluedanube.
    Sebagian saran anda dah jalan sebelumnya, emang perlu evaluasi lagi agar lebih mantab.
    :)

  98. #121:

    dengan contoh anak ibu sekarang berusia 0th (bayi), misal biaya masuk kuliah sekarang berkisar antara 10-30jt, jika dihitung dengan inflasi biaya pendidikan sebesar 20%, maka yang seharusnya ibu siapkan adalah UP sebesar 200-600jt

    gak perlu UP sebesar itu. kalau misalnya ada kenapa2 di tahun pertama ikutan asuransi, 200 juta jelas terlalu besar untuk biaya pendidikan 17 tahun kemudian. dalam 17 tahun dengan asumsi perkembangan investasi 17% uang tersebut akan menjadi 2.8 milyar, ini terlalu banyak kalau urusannya hanya untuk biaya masuk kuliah.

    UP sebesar tersebut hanya diperlukan jika meninggal pada saat anak mau masuk kuliah DAN kita gak punya uang apa2. tapi, dengan BTAID, harusnya pada saat umur 18 tahun kita sudah punya uang cukup banyak untuk biaya kuliah anak. dan saat itu terjadi harusnya kita sudah tidak perlu lagi asuransi jiwa, apalagi kalau bullish seperti tahun kemarin dapat dipertahankan selama beberapa tahun. investasi yang terus menerus akan meng-offset kebutuhan memiliki asuransi jiwa (self-insured).

    terakhir, asumsi inflasi pendidikan 20% per tahun terlalu besar. 10% mungkin sudah sangat konservatif. data tahun kemarin baru keluar nih: http://www.bps.go.id/sector/cpi/table1.shtml , inflasi pendidikan sekitar 8,7%.

    satu lagi saran saya, jika hanya memikirkan dari segi ekonomis saja, asuransi jiwa hanya berguna selama putra putri kita masih belum cukup umur untuk mencari nafkah. misal masih berusia kurang dari 23 tahun. namun, coba pertimbangkan ini, mana yang lebih nyaman, pergi perjalanan jauh dengan membawa ban serep atau tidak membawa apa2?

    kalau ikut asuransi jiwa tapi kita tidak butuh, maka kita bukannya mengeliminasi resiko pribadi, tapi justru membuat resiko baru yang tadinya sebenarnya tidak ada, jadinya gak jauh berbeda dengan berjudi. mengambil asuransi jiwa saat tidak membutuhkan bukan ide yang bagus, pepatah sedia payung sebelum hujan tidak berlaku di sini.

  99. #123: tambahan lagi. kebutuhan asuransi jiwa untuk pendidikan bisa dihitung kurang lebih seperti ini. contoh dengan tujuan memasukkan anak kuliah pada umur 18 tahun dan sekarang anak berumur 4 tahun dan saya sudah punya tabungan 10 juta.

    1. cari biaya kuliah saat ini, misalnya 30 juta.

    2. hitung ekspektasi biaya kuliah 18 tahun ke depan dengan asumsi inflasi misalnya 10%: 30juta*(1+10%)^(18-4) = 114 juta.

    3. hitung proyeksi hasil investasi pada saat anak berumur 18 tahun, misalnya dengan asumsi perkembangan investasi 15%: 10juta*(1+15%)^(18-4) = 71 juta.

    4. hitung selisih yang belum tercover oleh investasi: 114 juta – 71 juta = 43 juta. 43 juta ini adalah resiko yang perlu ditutupi. kalau kita meninggal sekarang, si anak akan kekurangan 43 juta untuk bayar biaya masuk kuliah.

    5. hitung present valuenya sesuai dengan asumsi perkembangan investasi, misalnya 15%: 43juta/(1+15%)^(18-4)= 6 juta

    6. dari angka tersebut tambahkan margin untuk error, misalnya tambahkan 30%: 6 juta * (1+30%) = 8 juta.

    jadi kebutuhan asuransi jiwa pada saat tersebut hanyalah 8 juta. masalahnya cuma satu, gak ada term life yang mau kasih coverage cuma 8 juta :). jadi lebih baik semua kebutuhan manajemen resiko disatukan terlebih dahulu sebelum beli term life.

  100. #114

    saya sudah kasih tahu faktanya, saya pikir yang dilakukan unit link itu merugikan nasabah.

    Fakta apaan?
    Konsep dan fakta itu 2 hal yg berbeda. Dan Anda bilang merugikan. Saya pikir ada yang keliru dengan pemikiran Mas Priyadi.

    Yang dinamakan kerugian itu kalau menyebabkan modal berkurang. Misalnya invest 100 juta, tapi 5 kemudian menjadi 70 juta. Kenyataannya di Unit Link, nilai tunai nasabah bisa bertambah. Misalnya invest 100 juta, lalu 5 kemudian menjadi 200 juta.

    Mendapatkan keuntungan 100 juta kenapa bisa rugi? Hitungan Mas Priyadi yg salah atau cuma sekedar mau menang berdebat.

    dan kelihatannya sebagian besar nasabah pembaca setuju dengan apa yang saya tulis di sini. apa ANDA berani jamin setiap orang yang ambil UL pasti tidak salah pilih?

    Betul, yang Mas Priyadi tulis mengenai BTAID lebih menguntungkan saya juga setuju. Setuju bukan berarti hartus ikuti cara Mas Priyadi.

    Jika ada yg praktis dan tidak perlu repot buat apa pilih yg repot. Mengenai akuisisi yg tidak sepadan, tergantung penilaian masing-masing. Mas Priyadi sendiri sudah mengakui belum pernah punya pengalaman di Unit Link, jadi tidak punya dasar pembanding yg kuat utk mengatakan akuisisi di unitlink tidak sepadan.

    Ibaratnya gini…ada orang mau berlibur antara ke Thailand dan ke Jepang. Mas Priyadi sendiri hanya pernah ke Thailand, sedangkan informasi dari berbagai pihak mengatakan liburan ke Jepang mahal.

    Kemudian Mas Priyadi membuat asumsi, memberikan saran untuk liburan ke Thailand saja karena lebih murah. Manfaatnya sama, sekedar jalan-jalan dan shopping. Selisih biayanya masih bisa dipakai untuk kembangkan bisnis. Padahal Mas Priyadi sama sekali belum pernah ke Jepang.

    Kira-kira, apakah Mas Priyadi tsb sesuai dengan keinginan pelancong tsb tidak. Sedangkan sebenarnya pelancong punya anggaran untuk ke Jepang.

    Jika Mas Priyadi belum mengerti perumpamaan di atas, kasarnya saya mau mengatakan: Mas Priyadi belum punya pengalaman yg cukup banyak untuk membuat perbandingan. Jadi saran dari Mas Priyadi sangat diragukan dan sulit dipertanggung jawabkan.

    Semua komentator finansial yg menyarankan BTAID tidak berani memberikan jaminan akan membantu orang yg meminta saran seumur hidup. Kalaupun ada, ahli finansial itu akan meminta tarif cukup mahal untuk jasanya. Sedangkan unitlink punya sistem yg bisa melayani nasabahnya seumur hidup.

    Jika beli BTAID, resiko ditanggung sendiri. Jika beli Unit Link, biarkan pihak perusahaan yg menanggung resiko. Setidaknya reputasi mereka dipertaruhkan. Jadi saya berani menjamin memilih Unit Link tidak salah pilih, dinilai dari manfaat kepraktisannya. Sesuatu yg praktis selalu cocok untuk semua profile nasabah. Hidup ini sudah banyak kesibukan yg menjadi beban, buat apa nambah pusing lagi dengan menambah urus 2 hal yg berbeda.

  101. #114

    mau tidak mau saya tidak bisa mempercayai agen atau perusahaan asuransi yang menawarkan saya UL dengan komisi agen yang amit2 gedenya

    Saya mengerti.
    Berarti Mas Priyadi menilai kebutuhan konsumen menurut profil pribadi, bukan menurut sudut pandang konsumen. Dengan kata lain, hanya orang-orang yg cocok dengan profil seperti Mas Priyadi (mencari keuntungan sebesar-besarnya) yg cocok mengikuti saran Mas Priyadi.

    Jika terjadi hal yg diluar perkiraan, maka resiko tanggung sendiri. Tidak ada yg bisa menyalahkan Mas Priyadi karena Mas Priyadi hanya sekedar memberikan saran. Padahal Mas Priyadi masih kurang pengalaman di bidang asuransi.

    gak ada. yang saya tahu agen mengutip uang terlalu banyak untuk itu.

    — CUT —

    simple economics: anda kasih harga terlalu mahal, saya pindah ke penjual lain.

    Oke.
    Dengan kata lain…Mas Priyadi belum punya pengalaman memakai produk lain, dan tidak mengerti kelebihan manfaat dari produk yg lebih mahal itu. Mas Priyadi hanya melihat luarnya aja.

  102. bagaimana kl seorang pemuka agama memberikan ceramah tentang neraka dan surga..?? apakah dia perlu ke sana dulu untuk memberikan ceramah..???

  103. #125:

    Yang dinamakan kerugian itu kalau menyebabkan modal berkurang. Misalnya invest 100 juta, tapi 5 kemudian menjadi 70 juta. Kenyataannya di Unit Link, nilai tunai nasabah bisa bertambah. Misalnya invest 100 juta, lalu 5 kemudian menjadi 200 juta.

    lho kan asumsi perkembangan investasinya sama persis :). gimana sih kok susah amat bikin anda mengerti :P. kalau dengan asumsi perkembangan investsai sama persis 17%, di plan A saya bisa dapat Rp 200 juta, sedangkan di plan B saya hanya dapat 120 juta. menurut anda mana yang lebih menguntungkan? :P

    skema unit link itu hanya untuk membungkus harga yang mahal. sehingga nasabah tidak menyadari kalau sebenarnya dia membayar harga yang mahal. bisa saja dia charge asuransinya 2x lipat, dan konsumen gak menyadari itu. dia cuma menyadari uangnya bertambah, tanpa menyadari kalau sebenarnya dia membayar jauh lebih mahal :).

    Ibaratnya gini…ada orang mau berlibur antara ke Thailand dan ke Jepang. Mas Priyadi sendiri hanya pernah ke Thailand, sedangkan informasi dari berbagai pihak mengatakan liburan ke Jepang mahal.
    Kemudian Mas Priyadi membuat asumsi, memberikan saran untuk liburan ke Thailand saja karena lebih murah. Manfaatnya sama, sekedar jalan-jalan dan shopping. Selisih biayanya masih bisa dipakai untuk kembangkan bisnis. Padahal Mas Priyadi sama sekali belum pernah ke Jepang.

    heheheh. analoginya salah :P. ilustrasi saya membandingkan UL dan BTAID dengan manfaat yang sama. kalau tur ke thailand di travel A dia kasih harga 5 juta dan kemudian di travel B dia kasih harga 10 juta, dengan manfaat yang sama, ya mending ke travel A dong :P

    Semua komentator finansial yg menyarankan BTAID tidak berani memberikan jaminan akan membantu orang yg meminta saran seumur hidup. Kalaupun ada, ahli finansial itu akan meminta tarif cukup mahal untuk jasanya. Sedangkan unitlink punya sistem yg bisa melayani nasabahnya seumur hidup.

    heheheh, gimana kalau misalnya nasabah gak mau mendapatkan sesuatu yang anda sebut sebagai ‘layanan’ tersebut? :) misalnya dengan alasan kalau harganya terlampau mahal? :P

    Sesuatu yg praktis selalu cocok untuk semua profile nasabah.

    kata siapa? kepraktisan memang bagus, tapi tetap harus mempertimbangkan harganya. kalau kepraktisan selalu dikejar tanpa mempedulikan harganya, maka semua orang akan beli tiket lewat calo, semua orang akan terbang di kelas eksekutif, semua orang akan naik taksi, semua orang akan makan di restoran full service, dan semua orang akan tinggal di hotel :P

  104. #125 To Firesquid

    Saya sudah mengalami memakai UL selama 3 tahun (2004-2007). Saya ambil investasinya yang di Reksadana Saham (di unit link yang saya ikuti ada 3 pilihan investasi dan resikonya, saya pilih yang paling tinggi resikonya karena gainnya juga tinggi).

    Dalam 3 tahun itu, pertumbuhan reksadana saham yang dipakai unit link yang saya ikuti mencapai sekitar 200% (data per January 2008). Tapi dana saya pada saat 3 tahun lebih 1 bulan (supaya tidak terlalu banyak kena potongan ini itu, saya genapkan saja 3 tahun lebih sedikit sesuai saran Om Pri). Hasilnya, saat ditarik, dana saya tinggal 77%-nya saja dari yang saya setorkan. Ini fakta dan pengalaman sendiri lho.

    Sementara kawan yang membeli asuransi jiwa dengan UP dan manfaat yang sama serta sisanya di-investasi-kan sendiri hasilnya jauh lebih besar. Dari hasil investasi itu, setelah diambil untuk membayar premi asuransi sisanya masih jauh lebih banyak daripada Unit Link saya. Saya tidak melihat kerepotan dia dalam mengurusnya (saya pun akhirnya melakukannya sendiri dan memang tidak repot).

    Apalagi membeli reksadana saat ini bahkan lebih mudah daripada membuka deposito. Fee-nya pun maksimal 2.5% (bahkan bisa 0% jika lebih dari 1 tahun). Di UL, selisih harga jual dan beli unit saja 5%. Masih ada biaya administrasi bulanannya pula, padahal laporan dibuat per tahun. Ini belum biaya akuisisinya. :)

    Membayar premi asuransi pun sudah mudah sekali kok. Ada autodebet, sms banking/internet banking, dll. :)

    Ada fakta yang saya temui di agen unit link. Dia cuma membeli unit link dengan UP kecil (tidak mencukupi menurut saya). Mereka membeli UL cuma buat menarik calon nasabah saja sepertinya. Jadi pas ditanya “Situ punya gak?”. “Oh tentu saja punya. Makanya saya nawarin. Soalnya ini bagus sekali.”

    Saya : “Kok cuma sedikit preminya?”.
    Dia : “Kan tidak boleh menaruh telur di keranjang yang sama.”
    Saya : “Sisa penghasilanmu yang lain ditaruh dimana? Premi unit link-mu baru 20% dari penghasilan bulananmu yang di-investasikan”.
    Dia : “Yang 80% lagi saya sebar di beberapa Reksadana Saham (mayoritas), emas dan deposito.”
    Saya : “Di unit link kan ada pilihan investasinya di reksadana saham juga. Kenapa tidak semuanya dimasukkan ke unit link saja? Kan praktis.”
    Dia : “Jadi kamu tertarik ambil unit link dari saya nggak?”
    Saya : “Nggak dech. Saya beli asuransi term life dan kesehatan plus rider-rider yang saya perlukan saja. Sisanya saya investasikan sendiri di reksadana saham. Daripada saya beli unit link juga, beli reksadana juga. Ribet sekali. Kalo beli unit link saja, pilihan investasinya kan sangat terbatas. Sesuai dengan manajer investasi yang dipilih perusahaan. Mana fee-nya gede lagi. Lah kamu saja gak masuk 100% ke unit link. Kan banyak tuh jenis dan type-nya. Buat portofolio. Hehehe…”

    #128 To Priyadi

    Buat saya, data, fakta, argumen, dan konsep dalam postingan anda sangat bagus dibandingkan dengan argumen (dan terutama analogi) dari Firesquid. Saya jadi pengen tahu. Berapa sih premi bulanan dia (Firesquid) di unit link dan berapa yang dia investasikan di luar unit link (reksadana, deposito, emas, dll). Kalau masih ambil instrument lain selain unit link, artinya dia tidak mendapatkan kepraktisan dari unit link. Toh masih membeli reksadana lagi. Bukannya salah satu (atau satu-satunya?) kelebihan UL daripada BTAID adalah Kepraktisan.

    To yang lain

    Menurut saya, membeli unit link atau BTAID bukan lah masalah benar atau salah (Priyadi pun bilang kayaknya). Selama kita tahu betul apa yang kita beli, keuntungan, kerugian, dan konsekuensi lainnya ya tidak ada masalah.

    Dulu ada juga yang komen bahwa dia sudah tahu tentang biaya akuisisi dan plus minusnya unit link. Akhirnya dia ambil juga unit link. Ya tidak apa-apa. Uang dia yang punya dan dia comfort dengannya ya silahkan saja.

    Saya dan beberapa kawan yang lain merasa tidak cocok dengan unit link dan berhenti serta memasukkan dana yang ada ke reksadana saham dan membeli asuransi term life ya tidak ada masalah juga.

    Unit Link itu legal. Mau dibeli silahkan, tidak juga tidak apa-apa. Konsep BTAID itu bagus sekali menurut saya. Yang mau ikut ayo. Yang tidak mau ya gak maksa. :)

  105. bagaimana kl seorang pemuka agama memberikan ceramah tentang neraka dan surga..?? apakah dia perlu ke sana dulu untuk memberikan ceramah..???

    Makanya banyak yg tidak menuruti perkataan para pemuka agama.

  106. kalau dengan asumsi perkembangan investsai sama persis 17%, di plan A saya bisa dapat Rp 200 juta, sedangkan di plan B saya hanya dapat 120 juta. menurut anda mana yang lebih menguntungkan?

    Coba pahami perkataan Mas Priyadi sendiri “lebih menguntungkan”.

    Berarti tidak rugi. Artinya tidak ada masalah donk, kalau ada orang yg milih plan B yang keuntungan lebih sedikit. So…bagaimana Mas Priyadi bisa mengatakan nasabah dikadalin dan salah pilih. Ini sedikit kutipan dari postingan #111 :

    saya hanya prihatin banyak nasabah yang terjerumus ke dalam pilihan yang salah.

    Berikut ini saya ulangi satu analogi untuk membuka logika Mas Priyadi mengenai inti dari point diatas.
    #Kebanyakan orang tau ada beberapa bank yg menawarkan suku bunga deposito yg lebih tinggi daripada BCA dan Mandiri, bahkan diatas rate Bank Indonesia, alias lebih menguntungkan. Tapi banyak orang yg memilih deposito di BCA dan Mandiri daripada di bank lain yg lebih menguntungkan.#

    heheheh. analoginya salah :P. ilustrasi saya membandingkan UL dan BTAID dengan manfaat yang sama. kalau tur ke thailand di travel A dia kasih harga 5 juta dan kemudian di travel B dia kasih harga 10 juta, dengan manfaat yang sama, ya mending ke travel A dong :P

    Manfaat yang sama? Lagi-lagi Mas Priyadi suka memberikan informasi yang keliru. Darimana Mas Priyadi bisa mengatakan manfaat yang sama, sedangkan produk yang diperbandingkan berasal dari perusahaan yg berbeda.

    Kecuali Mas Priyadi punya tujuan untuk menjelekkan perusahaan tertentu. Jika Mas Priyadi memang bertujuan demikian, ya terserah aja…

    kata siapa? kepraktisan memang bagus, tapi tetap harus mempertimbangkan harganya. kalau kepraktisan selalu dikejar tanpa mempedulikan harganya, maka semua orang akan beli tiket lewat calo, semua orang akan terbang di kelas eksekutif, semua orang akan naik taksi, semua orang akan makan di restoran full service, dan semua orang akan tinggal di hotel

    Makanya sesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Tapi jika punya kemampuan untuk menikmati kepraktisan, kenapa tidak boleh.

    Waktu mudik beli tiket kereta sama calo, tdk perlu berdesakan dan antri lama. Bepergian dalam kota naik taxi, tidak perlu panas dan sesak dalam bis kota. Makan di restoran yg kebersihan dan kualitas terjamin.

    Kalo orang memang punya kemampuan untuk menikmati hal tsb, boleh aja kan. Intinya tidak semua hal harus dihitung dari segi ekonomis. Jika hanya menilai sisi ekonomis aja, Mas Priyadi coba bayangkan naik kendaraan umum seumur hidup, sewa kamar kos seumur hidup, nginap di losmen jika bepergian dan bawa bekal sendiri, naik kereta kelas ekonomi jika mudik lebaran.

  107. #To Mas Rahmat
    Haha..agen yang Anda ceritakan tsb lucu. Jika dia yang prospek ke saya, sebagus apapun produk yg ditawarkan saya juga tidak akan tertarik. Lebih baik saya cari agen lain yang lebih profesional dan meyakinkan.

    FYI, saya sudah lbh dahulu ikut reksadana Fortis daripada ikut unitlink. Dulu ditawari oleh marketing Lippo Bank. Mengenai jumlahnya, tidak etis dibicarakan di umum.
    Premi saya di unitlink juga kecil aja, hanya cukup untuk UP meninggal 150 juta dan UP sakit kritis yg tidak memotong UP meninggal 150 juta.

    Saya ikut unit link karena mempertimbangkan praktisnya. Ketika saya dinas luar kota selama beberapa bulan dan tidak menyetor premi, maka akan otomatis dipotong dari porsi investasi. Lagipula agen saya cukup profesional dan bisa dihubungi kapan saja.

    Untuk memilih produk unitlink memang agak repot daripada memilih BTAID. Selain mempertimbangkan masalah klaim, juga harus tau performa manager investasinya. Alhamdulilah, produk yg saya pilih punya kualitas yg bagus untuk masalah klaim dan investasinya.

    Salah pilih atau enggak, nanti kita lihat 20-30 tahun mendatang. Siapa tau nanti terjadi lagi krismon kedua, yg menyebabkan banyak orang sadar telah salah memilih bank seperti waktu itu.

  108. #131:

    Coba pahami perkataan Mas Priyadi sendiri “lebih menguntungkan”.

    Berarti tidak rugi. Artinya tidak ada masalah donk, kalau ada orang yg milih plan B yang keuntungan lebih sedikit. So…bagaimana Mas Priyadi bisa mengatakan nasabah dikadalin dan salah pilih. Ini sedikit kutipan dari postingan #111 :

    oh jelas jadi masalah, karena sebenarnya keduanya menggunakan asumsi perkembangan investasi yang sama persis :). kalau dengan menggunakan asumsi perkembangan investasi yang sama persis, plan A mendapatkan return yang lebih banyak dari plan B, maka dapat dipastikan overhead di plan A lebih tinggi daripada plan B.

    seandainya plan A dan plan B dipisahkan dari porsi investasinya, maka plan A akan lebih mahal daripada plan B.

    kalau masih gak ngerti juga saya nyerah deh :P.

    #Kebanyakan orang tau ada beberapa bank yg menawarkan suku bunga deposito yg lebih tinggi daripada BCA dan Mandiri, bahkan diatas rate Bank Indonesia, alias lebih menguntungkan. Tapi banyak orang yg memilih deposito di BCA dan Mandiri daripada di bank lain yg lebih menguntungkan.#

    hehehe. wrong analogy. kebanyakan orang gak tahu kalau bank lain punya rate lebih tinggi. kebanyakan cuma ambil karena sebelumnya sudah pernah berhubungan dengan bank tersebut. kalau anda bilang “di bank kesawan ratenya lebih tinggi”, jawabannya palingan “bank kesawan? dimana tuh?” :)

    Manfaat yang sama? Lagi-lagi Mas Priyadi suka memberikan informasi yang keliru. Darimana Mas Priyadi bisa mengatakan manfaat yang sama, sedangkan produk yang diperbandingkan berasal dari perusahaan yg berbeda.

    semua UP sama biarpun produknya berasal dari perusahaan yang berbeda. salah sendiri perusahaan ‘yang itu tuh’ gak punya produk term life :).

    Kalo orang memang punya kemampuan untuk menikmati hal tsb, boleh aja kan

    jelas boleh2 saja. masalahnya cuma ini:

    * di unit link, nasabah TIDAK TAHU berapa biaya yang dia bayarkan. yang dia tahu cuma bahasa planet “saya bayar biaya akuisisi 205% premi tahunan dalam 5 tahun pertama”
    * di unit link, nasabah TIDAK TAHU kalau sebenarnya dia membeli nilai tambah yang diberikan agen.
    * di unit link, nasabah TIDAK TAHU kalau dia punya pilihan untuk BTAID.

    seandainya agen bilangnya kira2 seperti ini: “anda akan ditagihkan ongkos pendaftaran sebesar Rp 24 juta. biaya ini akan ditagihkan selama 5 tahun, dan *ahem* 1/2nya masuk kantong saya. dan oh ya, anda sebenarnya punya pilihan untuk BTAID kalau anda mau, dan anda tidak perlu membayarkan biaya pendaftaran ini” dan nasabah ikut setelah diberi tahu informasi tersebut, maka saya sama sekali tidak ada masalah. uangnya uang dia juga kok.

  109. semua UP sama biarpun produknya berasal dari perusahaan yang berbeda. salah sendiri perusahaan ‘yang itu tuh’ gak punya produk term life

    Ini yang saya katakan Mas Priyadi masih belum ngerti ttg asuransi. Mas Priyadi hanya melihat sisi UP saja. Apakah membeli asuransi jiwa hanya dinilai dari UP?

    Mas Priyadi bukan orang asuransi, jadi tidak mengerti ttg klaim dan perbedaan klausula. Maka dari itu jika ingin membuat perbandingan unitlink dan BTAID, gunakan produk dari perusahaan yg sama. Jika membuat perbandingan produk unitlink dan BTAID dari perusahaan yg sama, tentu persyaratan klaim dan klausula tidak akan jauh berbeda.

    Dengan demikian bukan kesalahan dari perusahaan tertentu yg tidak lagi menawarkan term untuk personal, akan tetapi salah Mas Priyadi sendiri yg kurang informasi tapi merasa sudah tau segalanya.

    * di unit link, nasabah TIDAK TAHU berapa biaya yang dia bayarkan. yang dia tahu cuma bahasa planet “saya bayar biaya akuisisi 205% premi tahunan dalam 5 tahun pertama”

    Tidak semua produk unitlink mengenakan biaya akuisisi awal 205%. Masalah akuisisi adalah kebijakan masing-masing perusahaan. Jika tidak setuju dengan akuisisi perusahaan tertentu silahkan cari perusahaan lain.

    Mas Priyadi tentu tidak tau hal ini, karena Mas Priyadi hanya SOK TAU.

    * di unit link, nasabah TIDAK TAHU kalau sebenarnya dia membeli nilai tambah yang diberikan agen.
    * di unit link, nasabah TIDAK TAHU kalau dia punya pilihan untuk BTAID.

    Saya nasabah unitlink, dan saya mengerti hal itu. Saya pikir rekan-rekan yg karirnya berhubungan di bidang asuransi juga mengerti ttg hal itu. Mas Priyadi saja yg baru tau.

    Mungkin ada baiknya Mas Priyadi ikut dulu program pelatihan yang diselenggarakan oleh AAUI (Asosiasi Asuransi Umum Indonesia) dan AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia). Bukan untuk berkarir di bidang asuransi, tapi sebagai tambahan informasi. Biar postingan Mas Priyadi mengenai asuransi tidak kacau.

    Sebenarnya tidak masalah kalau postingan Mas Priyadi ttg asuransi banyak yg salah. Ini memang blog Mas Priyadi, jadi terserah Mas Priyadi mau menuliskan apa. Benar atau salah, bukan urusan saya.

    Hanya saja sangat disayangkan banyak pembaca yg awam ttg asuransi, dan hanya sekedar percaya dengan perkataan Mas Priyadi. Padahal sebenarnya banyak kekeliruan pada tulisan Mas Priyadi, baik yg ini maupun sebelum-sebelumnya.

  110. #134:

    Mas Priyadi bukan orang asuransi, jadi tidak mengerti ttg klaim dan perbedaan klausula. Maka dari itu jika ingin membuat perbandingan unitlink dan BTAID, gunakan produk dari perusahaan yg sama. Jika membuat perbandingan produk unitlink dan BTAID dari perusahaan yg sama, tentu persyaratan klaim dan klausula tidak akan jauh berbeda.

    saya sudah pernah baca polis dari UL dan term life yang saya bandingkan tersebut. dan ternyata tidak jauh berbeda.

    Tidak semua produk unitlink mengenakan biaya akuisisi awal 205%. Masalah akuisisi adalah kebijakan masing-masing perusahaan. Jika tidak setuju dengan akuisisi perusahaan tertentu silahkan cari perusahaan lain.

    no problem. kalau ada UL yang biaya akuisisinya setara dengan BTAID, silakan anda sampaikan di sini. yang pasti, dua besar penjual UL di indonesia, yaitu prudential dan commonwealth life keduanya masang tarif biaya akuisisi 205%.

    Saya nasabah unitlink, dan saya mengerti hal itu. Saya pikir rekan-rekan yg karirnya berhubungan di bidang asuransi juga mengerti ttg hal itu. Mas Priyadi saja yg baru tau.

    hehehe. kalau anda mengerti dan tetap beli, ya itu uang anda, saya gak peduli :). yang saya pedulikan adalah agen tidak memberi tahu harga yang harus dibayar nasabah ketika menawarkan unit link.

    Bukan untuk berkarir di bidang asuransi, tapi sebagai tambahan informasi. Biar postingan Mas Priyadi mengenai asuransi tidak kacau.

    saya punya copy buku panduan sertifikasi keagenan asuransi jiwa di sini dan sudah pernah saya baca sampai habis. silakan tunjukkan bagian mana dari pernyataan saya yang bertentangan dengan buku tersebut, cantumkan halaman berapa dan paragraf berapa.

    Sebenarnya tidak masalah kalau postingan Mas Priyadi ttg asuransi banyak yg salah. Ini memang blog Mas Priyadi, jadi terserah Mas Priyadi mau menuliskan apa. Benar atau salah, bukan urusan saya.

    Hanya saja sangat disayangkan banyak pembaca yg awam ttg asuransi, dan hanya sekedar percaya dengan perkataan Mas Priyadi. Padahal sebenarnya banyak kekeliruan pada tulisan Mas Priyadi, baik yg ini maupun sebelum-sebelumnya.

    di sini saya cuma menunjukkan letak loket tiket kereta api dan berapa harganya. kalau seandainya nasabah tetap mau beli lewat calo, itu urusan dia. tapi jika seandainya calo marah2 atas apa yang saya lakukan, maka artinya ‘bisnis’ dia mengandalkan ketidaktahuan konsumen :)

  111. no problem. kalau ada UL yang biaya akuisisinya setara dengan BTAID, silakan anda sampaikan di sini. yang pasti, dua besar penjual UL di indonesia, yaitu prudential dan commonwealth life keduanya masang tarif biaya akuisisi 205%.

    Untuk yg ini Anda keliru. Mas Priyadi bukan berkecimpung di dunia asuransi, jadi wajar kalau kurang info. Oleh karena itu, saya coba jelaskan 2 hal.

    Pertama, jika melihat besarnya penjualan, tentu dinilai dari pendapatan premi.
    1. Bumiputera 1912
    2. Prudential
    3. AIG Life
    4. Jiwasraya
    5. Indolife

    Sedangkan menurut pendapatan premi Unit Link.
    1. Prudential
    2. Allianz Life
    3. Axa Mandiri Finance
    4. AIG Life
    5. Sun Life

    Dimana peringkat Commonwealth Life? Jika bukan dalam peringkat 5 besar, artinya bukan penjual besar.

    Kedua, memilih asuransi jiwa bukan berdasarkan kriteria besar kecilnya biaya akuisisi. Untuk asuransi Term Life, juga ada biaya akuisisi hanya saja tidak disebutkan secara transparant, tetapi sudah dibungkus dalam premi yg dibayarkan.

    Memilih asuransi jiwa tidak jauh berbeda dengan memilih properti. Yang paling penting adalah kinerja manajemen perusahaan asuransi jiwa tsb. Orang membeli asuransi jiwa bukan berarti besok, bulan depan, atau tahun depan bakal sakit kritis dan mati. Sebaliknya asuransi jiwa berguna untuk resiko yg kemungkinan kecil terjadi.

    Artinya, jika suatu saat resiko terjadi dan ternyata perusahaan asuransi tsb sedang mengalami masalah keuangan, tentu akan bermasalah juga mengenai klaim. Tapi perusahaan asuransi jiwa yang memiliki kinerja dan manajemen yg baik (terutama perusahaan “yg itu tuh”), justru mengenakan tarif biaya akuisisi yang tinggi.

    Sekarang kembali lagi ke masing-masing orang. Hidup ini selalu merupakan pilihan. Untuk membeli produk juga ada pilihannya:
    1. Produk terbaik dan terjamin tapi harga mahal.
    2. Produk “cukup” baik, harga “cukup” murah.

    hehehe. kalau anda mengerti dan tetap beli, ya itu uang anda, saya gak peduli :). yang saya pedulikan adalah agen tidak memberi tahu harga yang harus dibayar nasabah ketika menawarkan unit link.

    Nah..ini masukan yg bagus dan bermanfaat buat para agen asuransi.

    Untung saja agen saya cukup profesional dan tidak menutup-nutupi segala biaya. Malah tidak keberatan sama sekali ajak saya ke pertemuan presentasi bisnis, sehingga saya bisa mengerti juga komisi yg diperoleh dari premi yg saya bayarkan.

    Dan jika ada agen yg menutupi masalah biaya yg dikenakan ke nasabah, itu adalah kelalaian agen, mungkin karena lupa atau hal lainnya. Bukan berarti produknya yg tidak bagus.

    Sebaliknya jika Mas Priyadi membeli produk Term Life, agen/marketingnya pasti tidak menyebutkan besar tarif akuisisinya. Semoga Mas Priyadi jadi lebih mengerti ttg hal ini.

    saya punya copy buku panduan sertifikasi keagenan asuransi jiwa di sini dan sudah pernah saya baca sampai habis. silakan tunjukkan bagian mana dari pernyataan saya yang bertentangan dengan buku tersebut, cantumkan halaman berapa dan paragraf berapa.

    Halaman berapa dan paragraf berapa saya tidak bisa mencarinya. Tapi saya bisa menyebutkan kekeliruan utama Mas Priyadi sbb:
    1. Menilai harga suatu produk dari kekurangannya, misalnya akuisisi yg tinggi. Yg namanya hidup di dunia ini pasti tidak ada yg sempurna, ada kelebihan dan kekurangannya. Tapi Mas Priyadi hanya fokus pada kekurangan saja dan tidak melihat kelebihan.

    2. Menilai suatu asuransi jiwa berdasarkan UP dan premi. Padahal memilih asurasi jiwa juga sangat tergantung pada kinerja perusahaan bersangkutan. Jika kurang jelas ttg point ini, baca kembali ilustrasi mengenai bank.

    3. Mengeneralisasi suatu produk berdasarkan tenaga pemasaran saja. Jika Mas Priyadi hanya bertemu beberapa agen yg kurang profesional, bukan berarti produk tsb jelek. Memang nasib Mas Priyadi saja yg kurang berjodoh dengan agen profesional.

    di sini saya cuma menunjukkan letak loket tiket kereta api dan berapa harganya. kalau seandainya nasabah tetap mau beli lewat calo, itu urusan dia.

    Iya, Anda benar. Ini juga merupakan hal positif yg disampaikan oleh Mas Priyadi. Jika ada yg merasa repot harus antri dan berdesakan, silahkan beli lewat calo itu. Apapun pilihannya, tidak salah.

  112. #136:

    Dimana peringkat Commonwealth Life? Jika bukan dalam peringkat 5 besar, artinya bukan penjual besar.

    ok, mungkin data saya gak update. commlife itu ex astra CMG dan saya pernah lihat dia peringkat atas di salah satu majalah bisnis.

    Kedua, memilih asuransi jiwa bukan berdasarkan kriteria besar kecilnya biaya akuisisi. Untuk asuransi Term Life, juga ada biaya akuisisi hanya saja tidak disebutkan secara transparant, tetapi sudah dibungkus dalam premi yg dibayarkan.

    ya kalau gitu silakan buat perbandingan yang memperbandingkan overall cost, seperti yang pernah saya lakukan :). jadi mana angka2nya nih? :-? atau masih cuma bisa omong doank? :P

    Artinya, jika suatu saat resiko terjadi dan ternyata perusahaan asuransi tsb sedang mengalami masalah keuangan, tentu akan bermasalah juga mengenai klaim.

    ah ini masalah yang terlalu dibesar2kan :). banyak kok perusahaan asuransi yang bonafid yang menawarkan produk term life :).

    Sekarang kembali lagi ke masing-masing orang. Hidup ini selalu merupakan pilihan. Untuk membeli produk juga ada pilihannya:
    1. Produk terbaik dan terjamin tapi harga mahal.
    2. Produk “cukup” baik, harga “cukup” murah.

    hehehe, pilihannya lebih mirip dengan:
    1. produk A, tidak mencantumkan harganya, tapi setelah dihitung harganya mahal :)
    2. produk B, kualitas sama dengan A, harga murah.

    Dan jika ada agen yg menutupi masalah biaya yg dikenakan ke nasabah, itu adalah kelalaian agen, mungkin karena lupa atau hal lainnya. Bukan berarti produknya yg tidak bagus.

    ah, agen cuma mengikuti script yang diberikan oleh perusahaan asuransi kok :). jangan salahkan agennya, salahkan perusahaan asuransinya :).

    Sebaliknya jika Mas Priyadi membeli produk Term Life, agen/marketingnya pasti tidak menyebutkan besar tarif akuisisinya. Semoga Mas Priyadi jadi lebih mengerti ttg hal ini.

    hihihi. produk term life adalah produk yang transparan. saya gak perlu cari tahu komponen harganya seperti apa :). mekanisme pasar akan secara otomatis menyisihkan produk yang tidak ‘market worthy’ dari pasaran.

    kalau saya beli jeruk di pasaran, misalnya penjual A menjual dengan harga Rp 5000/ons, di penjual B jeruk yang sama dijual dengan harga Rp 10000/ons. tentu saja saya bisa tahu jeruk A overall cost-nya lebih kecil daripada B, walaupun bisa jadi si A mengeluarkan biaya akuisisi lebih tinggi.

    tapi ok-lah. implikasi dari pernyataan anda juga bisa dialamatkan kepada unit link. unit link yang biaya akuisisinya lebih rendah belum tentu lebih murah, termasuk yang back end loading, bisa jadi dia menyembunyikan komponen biaya di pos yang lain. yang penting adalah overall cost seperti pada perhitungan yang saya lakukan.

    semoga kali ini anda bisa mengerti :P

    1. Menilai harga suatu produk dari kekurangannya, misalnya akuisisi yg tinggi. Yg namanya hidup di dunia ini pasti tidak ada yg sempurna, ada kelebihan dan kekurangannya. Tapi Mas Priyadi hanya fokus pada kekurangan saja dan tidak melihat kelebihan.

    saya sudah bilang satu2nya kelebihan UL adalah kepraktisan dengan berurusan dengan satu perusahaan saja. hanya saja untuk mendapatkan kelebihan ini tentunya harus memperhitungkan harga yang harus dikeluarkan. jangan hanya karena ada yang lebih praktis, lalu main hantam tanpa mikir banyak tentang biayanya.

    2. Menilai suatu asuransi jiwa berdasarkan UP dan premi. Padahal memilih asurasi jiwa juga sangat tergantung pada kinerja perusahaan bersangkutan. Jika kurang jelas ttg point ini, baca kembali ilustrasi mengenai bank.

    anda mengasumsikan perusahaan asuransi yang kinerjanya bagus hanya memiliki produk unit link. padahal kenyataannya banyak pula yang menawarkan produk term life.

    3. Mengeneralisasi suatu produk berdasarkan tenaga pemasaran saja. Jika Mas Priyadi hanya bertemu beberapa agen yg kurang profesional, bukan berarti produk tsb jelek. Memang nasib Mas Priyadi saja yg kurang berjodoh dengan agen profesional.

    hehehe. yang ini silakan anda survey sendiri. dari sekian banyak agen unit link yang pernah memrospek saya, belum ada satupun yang transparan tentang berapa uang yang dia dapatkan. ini bukan salah dia secara pribadi, tapi karena sudah di-script-kan dari perusahaan asuransinya.

  113. To Firesquid

    Sekedar informasi saja, saya baru saja dari Bank Mandiri dan ke AXA Mandiri. Saya menerima prospektus untuk Unit Link dan Term Life. Benefit yang saya dapatkan sama. Tentu saja premi asuransinya pun sama (saya liat angka-angka di prospektus).

    Karena porsi investasi dari unit link saya itu menggunakan Schroders sebagai MI-nya maka saya pun bisa melakukan sendiri investasi di Schroeders via CSO Bank Mandiri yang ada di sebelah CSO (atau Financial Planner) dari AXA.

    Tapi, di UL, ada selisih harga NAV beli dan jual 5% (padahal di Schroders, beli 2% dan jual 0.5% jadi maksimum 2.5%). Selain itu, di AXA ada biaya administrasi bulanan yang besarnya 30rb sementara di Schroeders tidak ada.

    Selain dari hal-hal di atas, di Unit Link masih ada biaya akuisisi itu. Untuk AXA, 80% setoran tahun pertama dan 20% setoran tahun kedua (artinya sama dengan 100% setoran 1 tahun jika tidak memperhitungkan perkembangan dana).

    Baik Unit Link maupun Term Life bisa dibayar dengan Autodebet. Dua-duanya ada di kantor yang sama (mejanya bersebelahan). Untuk investasi, bahkan bisa di Schroeders atau yang lainnya sesuai keinginan kita.

    Saya tidak melihat kerepotan untuk memisahkan asuransi dan investasi. Yang merasa repot ya silahkan saja.

    BTW, akhirnya Firesquid setuju dengan analogi calo tiket kereta api. Hehehe…

  114. ya kalau gitu silakan buat perbandingan yang memperbandingkan overall cost, seperti yang pernah saya lakukan :). jadi mana angka2nya nih? :-? atau masih cuma bisa omong doank? :P

    Jelas sekali Mas Priyadi meminta hal yang sulit dilakukan.
    1. Tidak ada transparansi biaya akuisisi utk Term Life.
    2. Kebijakan tiap perusahaan berbeda utk akuisisi.

    Logikanya saja, marketing/agen asuransi Term Life menerima komisi antara 20-50% dari premi yang disetorkan. Bayangkan sendiri besarnya akuisisi yg dikenakan oleh Term Life.

    Sebaliknya di unit link, semua biaya sangat transparant. Karena memang sudah peraturan dari pemerintah bahwa segala perincian biaya harus dicantumkan dengan jelas di ilustrasi.

    ah ini masalah yang terlalu dibesar2kan :). banyak kok perusahaan asuransi yang bonafid yang menawarkan produk term life :).

    Kemungkinan beberapa waktu lagi Term Life sudah tidak dipasarkan lagi untuk personal, seperti perusahaan “yang itu tuh”.

    Penyebabnya begini :
    1. Peraturan pemerintah mewajibkan setiap perusahaan meng-asuransikan karyawannya. Penduduk Indonesia sebagian besar masih bekerja utk perusahaan. Dengan demikian, sebagian besar orang tidak perlu membeli asuransi jiwa karena sudah di cover oleh perusahaan.

    2. Pasar utama asuransi jiwa adalah kalangan wirausaha yang tidak memiliki proteksi dari pihak lain. Dan pasar membuktikan, kalangan wirausaha lebih menyukai asuransi jenis Unit Link daripada Term Life.

    hihihi. produk term life adalah produk yang transparan. saya gak perlu cari tahu komponen harganya seperti apa :). mekanisme pasar akan secara otomatis menyisihkan produk yang tidak ‘market worthy’ dari pasaran.

    Hahaha…Mas Priyadi suka bercanda juga. Jika produk Term Life memang transparant, seharusnya Mas Priyadi bisa tau komponen biaya apa saja yg sudah disertakan pada premi yg disetorkan.

    Argument yang tidak masuk akal. Saya anggap sebagai lelucon dari Mas Priyadi saja.

    jangan hanya karena ada yang lebih praktis, lalu main hantam tanpa mikir banyak tentang biayanya.

    Praktis sih emang boleh praktis. Tapi kita juga harus memikirkan faktor lain, misalnya kepercayaan pasar thd perusahaan/produk tertentu.

    Makan di restoran emang praktis, tapi bukan berarti kita sembarangan milih restoran. Ada restoran yg memang terkenal karena kualitas masakan, ada pula yg hanya sekedar menjual suasana, bahkan ada juga yg memenuhi dua kualitas tersebut.

    hehehe. yang ini silakan anda survey sendiri. dari sekian banyak agen unit link yang pernah memrospek saya, belum ada satupun yang transparan tentang berapa uang yang dia dapatkan. ini bukan salah dia secara pribadi, tapi karena sudah di-script-kan dari perusahaan asuransinya.

    Saya sudah pernah membaca form keagenan Prudential, Allianz, dan AIG Life. Ada salah satu point yang mengharuskan agen menceritakan komponen biaya dalam unit link, terutama biaya akuisisi.

    Dengan demikian, bukan salah perusahaan kalau ada agen yg lalai dalam melaksanakan kewajiban tsb. Btw, sudah berapa banyak agen yg sudah mem-prospek Mas Priyadi? 1000 agen? 10000 agen?

    Di luar negeri banyak yg bilang orang Indonesia suka cari masalah. Makanya sering dipersulit untuk masuk negara tertentu. Berita di TV dan koran sering melaporkan demo massa, tawuran pelajar, kerusuhan antar suporter sepak bola, dll. Tapi apakah orang-orang tersebut sudah mewakili seluruh Indonesia??

  115. #To Mas Rahmat
    Sip…ini baru perbanding head-to-head yang fair. Membandingkan produk dari perusahaan yg sama.

    Btw, akan lebih mantap lagi kalau misalnya ada perincian mengenai biaya dari Term Life AXA Mandiri + Reksadana Schroder. Dan juga perbandingannya kalau ikut program UL dari AXA Mandiri.

    Yah, pasti ujung-ujungnya menjadi ajang promosi buat AXA Mandiri sih. Tapi tidak apa-apa, sekedar nambah informasi saja.

  116. #139:

    Logikanya saja, marketing/agen asuransi Term Life menerima komisi antara 20-50% dari premi yang disetorkan. Bayangkan sendiri besarnya akuisisi yg dikenakan oleh Term Life.

    Sebaliknya di unit link, semua biaya sangat transparant. Karena memang sudah peraturan dari pemerintah bahwa segala perincian biaya harus dicantumkan dengan jelas di ilustrasi.

    lagi2 anda bisanya cuma ngeles saja :P. saya sudah bisa membandingkan overall cost antara UL dan BTAID tanpa harus mengetahui biaya akuisisi atau komisi yang diterima agen. bahkan kalau UL tidak membeberkan besarnya biaya akuisisi, saya tetap bisa menghitung overall cost-nya.

    jadi, mana perbandingan yang membandingkan overall cost antara kedua produk? ato masih cuma bisa ngomong doank? :P

    Hahaha…Mas Priyadi suka bercanda juga. Jika produk Term Life memang transparant, seharusnya Mas Priyadi bisa tau komponen biaya apa saja yg sudah disertakan pada premi yg disetorkan.

    dalam produk dengan struktur harga yang sederhana, biaya2 tersebut tidak perlu diceritakan. mekanisme pasar akan dengan sendirinya memastikan besar biaya2 ini efisien dan menguntungkan kedua belah pihak.

    Praktis sih emang boleh praktis. Tapi kita juga harus memikirkan faktor lain, misalnya kepercayaan pasar thd perusahaan/produk tertentu.

    ‘kepercayaan pasar’ adalah metrik yang tidak berguna karena mekanisme pasarnya sendiri gak jalan di unit link. dalam pasar UL, nasabah tidak bisa membandingkan antara dua produk UL. bahkan kebanyakan nasabah UL seperti membeli kucing dalam karung, mereka tidak tahu biaya yang harus mereka keluarkan. mereka baru tahu biaya2nya setelah menerima polis.

    Saya sudah pernah membaca form keagenan Prudential, Allianz, dan AIG Life. Ada salah satu point yang mengharuskan agen menceritakan komponen biaya dalam unit link, terutama biaya akuisisi.

    Dengan demikian, bukan salah perusahaan kalau ada agen yg lalai dalam melaksanakan kewajiban tsb. Btw, sudah berapa banyak agen yg sudah mem-prospek Mas Priyadi? 1000 agen? 10000 agen?

    perlu saya tegaskan, kalau SEMUA agen yang pernah memrospek saya, SEMUANYA menceritakan tentang biaya akuisisi. TAPI perlu saya tegaskan lagi: SEMUAnya menceritakan biaya akuisisi hanya sebatas dalam bentuk persentase, belum matang, tidak dalam Rupiah. ini cuma sekadar lip service untuk memenuhi peraturan. padahal di halaman sebelumnya mereka bisa bikin ilustrasi perkembangan investasi sampai 99 tahun, dalam rupiah :)

    saya tidak ada masalah dengan agen asuransi yang pernah memrospek saya. rasanya mereka hanya orang jujur yang sedang mencari makan. mereka mengkadali nasabah bukan karena memang punya niat jelek, tapi karena mereka gak tahu kalau mereka sedang mengkadali.

    dari 10000 agen yang pernah mempropek anda, ada berapa yang menceritakan biaya akuisisi dalam bentuk Rupiah? :)

  117. ‘lam kenal mas.. sy rencana mo inves ke reksadana.. tp sy bingung, selain msh pemula, dana juga terbatas… maklum pegawai negri sih.. sy ada beberapa pertanyaan nih..
    1. sy ikut axa mandiri yg siswa sejahtera.. itu benernya produk asuransi or investasi sih ? kira2 bagus gak prospeknya ?
    2. klo sy bli reksadana, lebih baik langsung ke MI ato gak masalah klo bli di bank ( dlm hal ini sy rencana bli di bank mandiri ) ? yang sy takutkan klo di bank terlalu byk syarat n biaya ..
    3. mana yg sebaiknya produk reksadana yg dipilih, produk bank mandiri ato manulife ?

  118. #142:

    1. sy ikut axa mandiri yg siswa sejahtera.. itu benernya produk asuransi or investasi sih ? kira2 bagus gak prospeknya ?

    itu produk unit link. akan lebih menguntungkan jika anda pisahkan komponen investasi dan asuransinya seperti yang saya tulis di atas.

    2. klo sy bli reksadana, lebih baik langsung ke MI ato gak masalah klo bli di bank ( dlm hal ini sy rencana bli di bank mandiri ) ? yang sy takutkan klo di bank terlalu byk syarat n biaya ..

    kadang2 malah lebih murah di agen.

    3. mana yg sebaiknya produk reksadana yg dipilih, produk bank mandiri ato manulife ?

    kalau ini saya gak bisa jawab :)

  119. Dear all …
    Saya sudah membaca semua posting-an di atas, hebat-hebat comment-nya dan berguna semua, termasuk berantem-berantemnya.
    Thanks Mas Pri for the posting.

    Nanya neh,
    Ada yg punya list asuransi term-life syariah yang bagus? Kemudian, ada petunjuk untuk berapa seharusnya % angkanya apabila kita mo ambil death+accident+TPD (cacad tetap)? apakah sama semua atau bagaimana?

  120. To Nia (#142)

    1. sy ikut axa mandiri yg siswa sejahtera.. itu benernya produk asuransi or investasi sih ? kira2 bagus gak prospeknya ?

    Betul yang dibilang Priyadi ini produk unit-link. Biasanya kita ditawarin 4 macam produk investasi mulai dari secure, progresif, dan dinamic. Yang jelas, dalam 2 tahun pertama sebagian dana/premi yang kita setorkan akan masuk dipotong oleh AXA. Baru tahun ketiga dan seterusnya 100% dana kita utuh (setelah dipotong biaya administrasi 30rb-an/bulan).

    2. klo sy bli reksadana, lebih baik langsung ke MI ato gak masalah klo bli di bank ( dlm hal ini sy rencana bli di bank mandiri ) ? yang sy takutkan klo di bank terlalu byk syarat n biaya ..

    Saya pribadi pilih lewat bank. Syarat mudah, cukup punya rekening di bank itu (dalam hal ini saya pake mandiri). Bawa KTP. Selesai. Kita beli reksadana semudah membuka rekening deposito.

    Saya bahkan mendapatkan diskon fee pembelian (Schroeders fee beli = 2%, via bank mandiri jadi 0.5%). Tidak perlu kirim fax/konfirmasi transfer. Tidak perlu transfer ke bank lain yang otomatis ada biaya transfer, dll.

    3. mana yg sebaiknya produk reksadana yg dipilih, produk bank mandiri ato manulife ?

    Saya kebetulan punya manulife dana saham dan mandiri investa atraktif. Profitnya lebih tinggi mandiri investa atraktif. Tapi tidak ada jaminan ke depannya kan.

    Mudah-mudahan membantu.

  121. saya sudah bisa membandingkan overall cost antara UL dan BTAID tanpa harus mengetahui biaya akuisisi atau komisi yang diterima agen. bahkan kalau UL tidak membeberkan besarnya biaya akuisisi, saya tetap bisa menghitung overall cost-nya.

    Sudah membandingkan overall cost?? Bagaimana caranya?
    Coba Mas Priyadi jabarkan beberapa hal berikut pada BTAID:
    – biaya asuransi
    – komisi penjualan
    – margin keuntungan perusahaan
    – biaya pengelolaan investasi

    Saya rasa tidak bisa, alias Mas Priyadi hanya bisa ngomong doank tanpa informasi yg jelas.

    Produk unit link yang diperbandingkan juga menggunakan ilustrasi biaya akuisisi awal, otomatis porsi investasi menjadi berkurang. Jika setoran di awalnya sedikit, tentu saja hasil akhir jangka panjang yg diperoleh juga menjadi sedikit. Bukan karena biayanya yg mahal.

    Jika keberatan dengan perusahaan X yang mengenakan biaya akuisisi awal, masih ada perusahaan lain yg pakai akuisisi back-end. Hasil akhirnya tidak akan jauh berbeda dengan BTAID.

  122. seru banget……….kl bisa….lebih baik ketemu aja….sapa tau…cuman mis komunikasi doank…bukan doank doank yg laen…
    buat janji dech….

  123. @Firesquid
    Mending elo bikin penelitian sama kayak mas Pri trus dipublish diblog elo. Nah biar ntar pembaca yang nentuin siapa yang benar sesuai dengan selera pembaca. Jangan kayak gini, maksa pendapatnya sendiri adalah yang paling benar.

  124. #146:

    Sudah membandingkan overall cost?? Bagaimana caranya? Coba Mas Priyadi jabarkan beberapa hal berikut pada BTAID: – biaya asuransi
    – komisi penjualan
    – margin keuntungan perusahaan
    – biaya pengelolaan investasi

    overall cost itu biaya keseluruhan yang dibayarkan oleh konsumen. untuk membeli produk yang dijual dengan struktur harga yang sederhana, kita gak perlu repot2 mencari komponen pembentuk overall cost tersebut. jika saya beli jeruk Rp 5000/ons di pasar, maka overall costnya ya Rp 5000/ons. bisa saja profit margin pedagang untuk satu produk jauh lebih kecil daripada pedagang lain, tapi jika harganya lebih mahal ya tetap saja overall costnya lebih mahal.

    kalau saya beli term life Rp 300000/tahun untuk UP 100 juta, maka overall costnya ya Rp 300000/tahun. Rp 300000/tahun ini adalah harga total yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapat UP 100 juta. jika saya beli unit link dengan premi Rp 6 juta/tahun untuk UP 100 juta, berapa overall costnya? ini gak bisa diketahui baik dari angka tersebut maupun dari ilustrasi. konsumen harus jungkir balik melakukan perhitungan.

    Jika keberatan dengan perusahaan X yang mengenakan biaya akuisisi awal, masih ada perusahaan lain yg pakai akuisisi back-end. Hasil akhirnya tidak akan jauh berbeda dengan BTAID.

    ini sudah saya bilang sebelumnya. silakan anda buatkan perhitungannya. kalau anda gak ngerti cara hitungnya, silakan kirim ke saya ilustrasinya, nanti saya hitungkan. 100% gratis! :)

  125. Wah, mas Pri kayaknya keasikan ngomongin asuransi. Tambah lagi dong artikelnya :((

    nb: gara2 baca dari blog anda dan blognya mas nofie iman, akhirnya gue beli reksadana juga deh. :d

  126. kalau saya beli term life Rp 300000/tahun untuk UP 100 juta, maka overall costnya ya Rp 300000/tahun. Rp 300000/tahun ini adalah harga total yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapat UP 100 juta. jika saya beli unit link dengan premi Rp 6 juta/tahun untuk UP 100 juta, berapa overall costnya? ini gak bisa diketahui baik dari angka tersebut maupun dari ilustrasi. konsumen harus jungkir balik melakukan perhitungan.

    Sama sekali tidak susah.
    Semua perincian biaya seharusnya sudah disertakan dalam ilustrasi proposal. Masalah perincian biaya dan proyeksi nilai investasi pada unitlink sudah diatur dalam undang-undang.

    Besarnya setoran juga sudah ditentukan, misalnya Rp 6 juta /tahun.

    Sedangkan pada Term Life, premi asuransi bisa berubah sewaktu-waktu. Karena Term Life tidak mempunyai klausula untuk renewal guarantee, seperti pada Whole Life atau Unit Link.

    Asumsi pembayaran premi pada ilustrasi perhitungan yg pernah Mas Priyadi buat, jika kondisi nasabah tidak pernah ada klaim yg besar. Jika pernah melakukan klaim yg besar, otomatis perpanjangan kontrak asuransi juga akan bermasalah, bahkan ditolak.

    ini sudah saya bilang sebelumnya. silakan anda buatkan perhitungannya. kalau anda gak ngerti cara hitungnya, silakan kirim ke saya ilustrasinya, nanti saya hitungkan. 100% gratis!

    Silahkan Mas Priyadi cari info sendiri.
    Mengenai keunggulan produk Unit Link daripada BTAID sudah pernah saya buatkan perhitungannya. Tapi Mas Priyadi orang yg skeptis dan cenderung nenutup diri.

    Saya kira tak ada gunanya saya menjelaskan panjang lebar untuk Mas Priyadi. Anda tidak akan percaya karena sudah terlanjur menutup diri. Lebih baik Mas Priyadi cari info lebih banyak dulu ttg produk Unit Link, baru nanti kita diskusikan lagi.

    Mas Priyadi terlalu mengeneralisasi permasalahan dalam mengambil kesimpulan. Satu dua produk Unit Link tidak mewakili semua Unit Link. Beberapa agen asuransi juga tidak mewakili semua agen asuransi.

    Jika saya belum punya asuransi, secara pribadi saya tidak akan ikut saran dari Mas Priyadi. Saran dari orang yg kurang informasi kurang bisa dipercaya.

  127. #131:

    Semua perincian biaya seharusnya sudah disertakan dalam ilustrasi proposal

    tidak. dalam kebanyakan UL, ilustrasinya hanya mencantumkan biaya asuransi di tahun pertama saja. informasi berapa besar kenaikan biaya asuransi setiap tahunnya tidak diberikan.

    Sedangkan pada Term Life, premi asuransi bisa berubah sewaktu-waktu. Karena Term Life tidak mempunyai klausula untuk renewal guarantee, seperti pada Whole Life atau Unit Link.

    Asumsi pembayaran premi pada ilustrasi perhitungan yg pernah Mas Priyadi buat, jika kondisi nasabah tidak pernah ada klaim yg besar. Jika pernah melakukan klaim yg besar, otomatis perpanjangan kontrak asuransi juga akan bermasalah, bahkan ditolak.

    ini FUD. sebagian besar term life jaman sekarang punya klausul guaranteed renewal. selain itu tidak semua UL punya klausul tersebut.

    Lebih baik Mas Priyadi cari info lebih banyak dulu ttg produk Unit Link, baru nanti kita diskusikan lagi.

    gimana kalau anda kasih tahu saya yang tidak saya ketahui tentang UL. selama ini anda sama sekali belum pernah memberi tahu saya sesuatu yang belum saya ketahui sebelumnya. :-?

  128. to: mas yang marah2 terus.(sabar mas…..)
    Ikut nimbrung mas…
    Saya sebagai agen asuransi yang menjual semua produk tersebut diatas. dari term life, whole life, UL dan reksadana. Untuk asuransi term life premi dari mulai awal ikut sampai umur 70 tahun udah tertera jelas dipolis. jadi gak mungkin ada perubahan.
    Sedangkan yang di UL, untuk premi asuransinya setelah waktu bayar selesai tidak tercantum jelas di polis. Bahkan saya tahu sendiri bahwa jika UL dengan asumsi return 5%pertahun, akan menyebabkan habisnya nilai investasi yang disebabkan oleh pemotongan premi di atas 10 tahun yang ternyata tetap berjalan. Dan terus terang saya sebagai agen asuransi gak pernah keberatan untuk membantu nasabah mengurus semua klaim dan membantu bila nasabah tidak punya waktu untuk itu. Karna bagi saya nasabah adalah raja. Dimana mereka juga yang akan membantu kita untuk mempromosikan apa yang menjadi tanggung jawab agen asuransi. Terima kasih.

  129. #153 Ikut nimbrung mas…
    Saya sebagai agen asuransi yang menjual semua produk tersebut diatas. dari term life, whole life, UL dan reksadana. Untuk asuransi term life premi dari mulai awal ikut sampai umur 70 tahun udah tertera jelas dipolis. jadi gak mungkin ada perubahan.
    Sedangkan yang di UL, untuk premi asuransinya setelah waktu bayar selesai tidak tercantum jelas di polis. Bahkan saya tahu sendiri bahwa jika UL dengan asumsi return 5%pertahun, akan menyebabkan habisnya nilai investasi yang disebabkan oleh pemotongan premi di atas 10 tahun yang ternyata tetap berjalan.
    ————————————-
    anda dari manulife ? setahu saya hanya manulife yang jual reksadana juga.

    jadi inget ..
    cara baru jualan unitlink, ini juga reksadana pak.
    Habis dari A*A M*****i ama bank B** yang jualan A*G dan ditawarin sama petugasnya :-D

  130. tidak. dalam kebanyakan UL, ilustrasinya hanya mencantumkan biaya asuransi di tahun pertama saja. informasi berapa besar kenaikan biaya asuransi setiap tahunnya tidak diberikan.

    Memangnya di Term Life ada?? Bahkan biaya asuransi di tahun pertama aja tidak dicantumkan sama sekali. Yang dicantumkan hanya besar premi yg harus dibayar nasabah.

    Dengan kata lain, Term Life lebih tidak transparant mengenai biaya.

    ini FUD. sebagian besar term life jaman sekarang punya klausul guaranteed renewal. selain itu tidak semua UL punya klausul tersebut.

    Bisa tolong sebutkan Term Life yg mana? Atau pernyataan ini dikeluarkan tanpa informasi yg jelas.

    Ada perbedaan besar antara Term Life, Whole Life, dan Endowment. Unitlink ada yg bilang turunan dari Whole Life, tapi ada juga yg bilang turunan dari Endowment.

    Yg bilang whole life, karena proteksi jiwa sampai usia 99. Yg bilang endowment karena ada unsur investasi/tabungan. Dan kedua pendapat tsb benar.

    Term Life kontraknya pasti tahunan. Ketika nasabah pernah melakukan klaim yg jumlahnya cukup besar, ada kemungkinan perpanjangan ditolak. Atau minimal premi menjadi lebih mahal.

  131. Sedangkan yang di UL, untuk premi asuransinya setelah waktu bayar selesai tidak tercantum jelas di polis.

    Wah…bapak dari asuransi mana ya.
    Saya sudah lihat berbagai jenis ilustrasi unitlink, (Allianz, AIA, AIG, Prudential, Sequis), semuanya ada mencantumkan premi yg dibayar.

    Misalnya saya punya perencanaan setor 10 tahun, dengan alokasi premi 12 juta/tahun, maka di ilustrasi tersebut akan dicantumkan besarnya setoran premi adalah 12 juta/tahun selama 10 tahun pembayaran.

    Setoran premi tsb fix 12 juta/tahun selama 10 tahun. Tapi nasabah bisa menaikan atau menurunkan premi sesuai kebutuhan seperti di Term Life. Tapi kalo whole life dan endowment yg setorannya tidak bisa diutak atik.

  132. #155:

    Memangnya di Term Life ada?? Bahkan biaya asuransi di tahun pertama aja tidak dicantumkan sama sekali. Yang dicantumkan hanya besar premi yg harus dibayar nasabah.

    itu pointnya. di kebanyakan unit link nasabah tidak dikasih tahu berapa besar harga yang harus dia bayar setelah tahun pertama. nasabah cuma dikasih tulisan kecil2: “Merupakan biaya asuransi pada saat usia masuk. Biaya asuransi akan berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan usia yang dicapai pada saat tahun berjalan dan Uang Pertanggungan saat itu.”

    Bisa tolong sebutkan Term Life yg mana? Atau pernyataan ini dikeluarkan tanpa informasi yg jelas.

    AXA mandiri jiwa sejahtera, manulife proactive dan proactive plus, commlife danatra siaga.

    Term Life kontraknya pasti tahunan. Ketika nasabah pernah melakukan klaim yg jumlahnya cukup besar, ada kemungkinan perpanjangan ditolak. Atau minimal premi menjadi lebih mahal.

    ini ngomongin apa yah? dalam asuransi jiwa, klaim cuma bisa dilakukan satu kali. setelah klaim, tidak akan bisa klaim lagi. manusia gak bisa meninggal lebih dari satu kali :). mungkin yang anda maksud asuransi kesehatan? di indonesia, semua asuransi kesehatan memang begitu. semuanya tahunan, termasuk juga rider kesehatan yang ada di UL :). perusahaan asuransi berhak untuk menolak perpanjangan dengan alasan apapun.

  133. #156:

    Wah…bapak dari asuransi mana ya. Saya sudah lihat berbagai jenis ilustrasi unitlink, (Allianz, AIA, AIG, Prudential, Sequis), semuanya ada mencantumkan premi yg dibayar.

    Misalnya saya punya perencanaan setor 10 tahun, dengan alokasi premi 12 juta/tahun, maka di ilustrasi tersebut akan dicantumkan besarnya setoran premi adalah 12 juta/tahun selama 10 tahun pembayaran.

    jangan ngelantur. anda tahu persis apa yang dimaksud :). yang dimaksud itu adalah biaya mortalita, yaitu biaya yang dipakai untuk menanggung resiko. di prudential PRUlink, ini disebutkan di field “biaya asuransi bulanan” di halaman pertama ilustrasi. biaya ini dikasih footnote dengan tulisan super mini: “merupakan biaya asuransi pada saat usia masuk. biaya asuransi akan berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan usia yang dicapai pada saat tahun berjalan dan besar UP pada saat itu. biaya asuransi juga bergantung pada jenis kelamin dan status merokok atau tidak merokok saat masuk”

    sudah jelas yang diinformasikan di ilustrasi hanyalah biaya asuransi bulanan tahun pertama saja. untuk tahun2 selanjutnya calon nasabah tidak pernah diberi tahu. bahkan agen pun tidak tahu, kecuali kalau dia sendiri punya profil sama persis dengan calon nasabah (dia bisa kasih contoh polisnya dia). sebenarnya biaya ini sangat penting karena biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan nasabah untuk mendapatkan perlindungan asuransi (setelah ditambah biaya administrasi).

    yang anda bilang konstan 12 juta/tahun itu adalah “biaya asuransi bulanan” ditambah dengan “setoran investasi”. jadi semakin tua, biaya asuransi bulanan akan meningkat dan setoran investasi akan menurun, jika dijumlahkan keduanya nilainya tetap konstan 12 juta/tahun.

  134. Itu pointnya. di kebanyakan unit link nasabah tidak dikasih tahu berapa besar harga yang harus dia bayar setelah tahun pertama.

    Daripada Term Life yang sama sekali tidak memberitahukan biaya asuransi yg dia bayar. Lebih baik ada pemberitahuan terlebih dahulu di tahun pertama, daripada tidak ada sama sekali.

    AXA mandiri jiwa sejahtera, manulife proactive dan proactive plus, commlife danatra siaga.

    Anda yakin??
    Misalnya Seorang nasabah bernama Pak Nasib, ambil asuransi jiwa dengan cover sbb :
    – UP meninggal 200 juta
    – UP sakit kritis 200 juta
    – UP hospital 500 rb/hari

    Usia masuk 35 tahun. Pada usia 49 tahun, Pak Nasib terkena tumor di salah satu organ penting dia, Tapi terdiagnosa bukan termasuk salah satu penyakit kritis. Klaim biaya pengobatan yg dilakukan cukup besar, karena Pak Nasib melakukan operasi yg ckup kompleks dan menjalani berbagai perawatan. Misalnya saja, total klaim 120 juta.

    Apakah pada tahun berikutnya, perusahaan yg disebutkan diatas akan memperpanjang kontrak Term Life mereka?
    Mungkin akan diperpanjang, tapi setoran premi sudah tidak seperti di ilustrasi awal, melainkan menjadi sangat mahal karena nasabah tsb berpotensi besar menimbulkan resiko kerugian.

    Tidak usah langsung percaya sama perkataan saya. Tapi silahkan tanyakan pada nasabah yg sudah pernah mengalami hal tsb untuk konfirmasi.

    ini ngomongin apa yah? dalam asuransi jiwa, klaim cuma bisa dilakukan satu kali. setelah klaim, tidak akan bisa klaim lagi.

    Asuransi jiwa bukan sekedar mencakup kematian, kecelakaan, atau sakit kritis. Asuransi kesehatan juga termasuk dalam kategori asuransi jiwa.

    Kalau Mas Priyadi tidak mengetahui hal ini, artinya semua komentar Mas Priyadi ttg asuransi jiwa omong kosong belaka. Tanpa info yang jelas tapi sembarangan memberikan saran.

    termasuk juga rider kesehatan yang ada di UL :). perusahaan asuransi berhak untuk menolak perpanjangan dengan alasan apapun.

    Mungkin Anda benar. Beberapa asuransi jiwa bisa menerapkan kebijakan demikian.

    Tapi rider kesehatan polis saya (Prudential) tidak akan menolak perpanjangan sampai usia 65 tahun. Kecuali terjadi hal berikut :
    – Polis nasabah lapse, lalu melakukan pengajuan ulang. Tapi hasil medical check-up ulang tidak bagus.
    – Nasabah sudah meninggal
    – Semua rumah sakit tidak mau menerima nasabah dari perusahaan tsb. Atau produk tsb tdk dijual lagi.

    Lagi-lagi tidak perlu langsung percaya pada omongan saya. Silahkan survey sendiri ke Prudential, jangan tanyakan pada agen asuransinya. Tapi tanyakan langsung sama pegawai Prudential sendiri.

    jangan ngelantur. anda tahu persis apa yang dimaksud :). yang dimaksud itu adalah biaya mortalita, yaitu biaya yang dipakai untuk menanggung resiko. di prudential PRUlink, ini disebutkan di field “biaya asuransi bulanan” di halaman pertama ilustrasi.

    Ada perbedaan besar antara biaya asuransi dan premi asuransi.
    Kalau Mas Priyadi tidak tau mengenai istilah tersebut, wajar. Soalnya Mas Priyadi tidak tau apa-apa mengenai asuransi jiwa. Cuma nasabah mengharapkan untung dari klaim kematian atau klaim sakit kritis.

    Tapi jika seorang agen asuransi (mas patrick) tidak tau istilah ini, harap ikut training lagi.

    yang anda bilang konstan 12 juta/tahun itu adalah “biaya asuransi bulanan” ditambah dengan “setoran investasi”. jadi semakin tua, biaya asuransi bulanan akan meningkat dan setoran investasi akan menurun, jika dijumlahkan keduanya nilainya tetap konstan 12 juta/tahun.

    Betul.
    Premi di unit link memang berbeda dengan Term Life. Setoran premi di unitlink ada unsur investasinya, makanya menjadi lebih mahal.

    Bagusnya di unitlink, nasabah tidak perlu pusing ttg biaya asuransi yg semakin mahal. Perusahaan asuransi yg berani menjual unitlink sudah memproyeksikan hasil investasi agar bisa menutupi biaya asuransi.

    Maka dari itu di unit link, nasabah boleh stop setor pada tahun tertentu, dan proteksi tetap berjalan sampai usia tertentu. Soalnya unitlink pada dasarnya bersifat whole life, atau endowment.

    Beda dengan Term Life, yang tiap tahun harus setor premi. Tapi tidak dijamin selalu bisa melakukan perpanjangan.

    Maka dari itu biaya asuransi (diluar setoran investasi) di whole life, endowment, atau di unitlink juga relatif lebih mahal daripada biaya asuransi yg sebenarnya di Term Life.

  135. To FireSquid :

    Anda yakin??
    Misalnya Seorang nasabah bernama Pak Nasib, ambil asuransi jiwa dengan cover sbb :
    – UP meninggal 200 juta
    – UP sakit kritis 200 juta
    – UP hospital 500 rb/hari

    Usia masuk 35 tahun. Pada usia 49 tahun, Pak Nasib terkena tumor di salah satu organ penting dia, Tapi terdiagnosa bukan termasuk salah satu penyakit kritis. Klaim biaya pengobatan yg dilakukan cukup besar, karena Pak Nasib melakukan operasi yg ckup kompleks dan menjalani berbagai perawatan. Misalnya saja, total klaim 120 juta.

    Apakah pada tahun berikutnya, perusahaan yg disebutkan diatas akan memperpanjang kontrak Term Life mereka?
    Mungkin akan diperpanjang, tapi setoran premi sudah tidak seperti di ilustrasi awal, melainkan menjadi sangat mahal karena nasabah tsb berpotensi besar menimbulkan resiko kerugian.
    ——————————————
    Ini ngomongin asuransi dasarnya kan ? perpanjangan ?
    kalo saya bisa kasih bukti polis anda mau kawin sama monyet ? :-D

  136. To Firesquid :
    Wah…bapak dari asuransi mana ya.
    Saya sudah lihat berbagai jenis ilustrasi unitlink, (Allianz, AIA, AIG, Prudential, Sequis), semuanya ada mencantumkan premi yg dibayar.
    —————————————
    Ilustrasi ?
    Hihihi … kalo dah pernah baca polis semua produk diatas baru deh, boleh naikin idung :-D

  137. To Firesquid :
    Wah…bapak dari asuransi mana ya.
    Saya sudah lihat berbagai jenis ilustrasi unitlink, (Allianz, AIA, AIG, Prudential, Sequis), semuanya ada mencantumkan premi yg dibayar.
    —————————————
    Ilustrasi ?
    Hihihi … kalo dah pernah baca polis semua produk diatas baru deh, boleh naikin idung :-D

    Saya sudah cepek “tukar pendapat” dengan orang yang lebih percaya ilustrasi. Mending menggunakan polis. Polis tidak pernah bohong :-D

    Jadi bagaimana ? bedah polis saja ? :-D

  138. #159:

    Usia masuk 35 tahun. Pada usia 49 tahun, Pak Nasib terkena tumor di salah satu organ penting dia, Tapi terdiagnosa bukan termasuk salah satu penyakit kritis. Klaim biaya pengobatan yg dilakukan cukup besar, karena Pak Nasib melakukan operasi yg ckup kompleks dan menjalani berbagai perawatan. Misalnya saja, total klaim 120 juta.

    Apakah pada tahun berikutnya, perusahaan yg disebutkan diatas akan memperpanjang kontrak Term Life mereka? Mungkin akan diperpanjang, tapi setoran premi sudah tidak seperti di ilustrasi awal, melainkan menjadi sangat mahal karena nasabah tsb berpotensi besar menimbulkan resiko kerugian.

    bisa diperpenajang, tidak ada tambahan premi, setoran premi tetap seperti yang tertera pada polis :). baru tahu ya? kasihan :)

    Kalau Mas Firesquid tidak mengetahui hal ini, artinya semua komentar Mas Firesquid ttg asuransi jiwa omong kosong belaka. Tanpa info yang jelas tapi sembarangan memberikan saranâ„¢

  139. Penjelasanya kurang lengkap ^_^, klo mau lengkap dateng aja langsung ke kantor masing2 asuransi, silahkan bandingkan ,biar puas. Ada ko asuransi terbaik yang bisa anda pilih ,lokal lagi. Dan klo ga ikut asuransi jaman sekarang , rugi deh,ga percaya?

  140. #164: asuransi itu belum tentu diperlukan. jadi sebenarnya gak ikut asuransi belum tentu rugi. justru ikut asuransi jadi merugikan seandainya orang tersebut tidak butuh asuransi.

  141. asuransi PERLU
    investasi LEBIH PERLU

    kita ga akan tahu apa yang akan terjadi pada diri kita 1 detik 1 menit 1 jam 1 hari 1 tahun kedepan, Sedia payung sebelum hujan bro. kita manusia :d hidup harus optimis, itulah sebabnya perlu investasi dan asuransi :x salut buat semua dan thank buat pak priyadi (sangat menginspirasi)

  142. #164: asuransi itu belum tentu diperlukan. jadi sebenarnya gak ikut asuransi belum tentu rugi. justru ikut asuransi jadi merugikan seandainya orang tersebut tidak butuh asuransi.

    Setuju nich dengan statemen di atas. Soalnya ada yang perusahaannya meng-cover asuransi jiwa dengan UP yang sangat memadai dan 100% cover asuransi kesehatan dengan rawat inap di ruang VIP / VVIP tanpa batasan limit baik untuk karyawan maupun keluarganya (max. 1 istri dan 3 anak). Untuk yang bekerja seperti ini, saya tidak melihat perlunya mengambil asuransi. Ada agen asuransi yang bilang kalo asuransinya bisa double claim. Jadi walaupun kita udah ditanggung, asuransi tetap membayarkan claim kita. Tapi saya pribadi tidak mau seperti ini.

    Ada juga yang bilang, “Kalau tiba-tiba berhenti kerja, berarti sudah tidak ditanggung lagi?” Ya tentu saja. Nah saat itulah asuransi diperlukan. Ntar ada yang bilang lagi, “Gimana pas mau ambil asuransi mengalami kecelakaan/meninggal/sakit. Siapa yang nanggung?” Ini udah makin memojokkan. Contoh ekstrim yang suka digambarkan oleh agen asuransi.

    Jawabannya simple. Kalo kondisi perusahaan baik dan kita masih betah kerja di situ ya tidak ada alasan keluar mendadak bukan? Kalau perusahaan melakukan efisiensi dan kita terkena dampaknya, kan ada 1 month notice. Beli lah premi dalam 1 month notice itu. Kalo kita yang mau pindah kerja, biasanya kerjaan baru malah ngasih benefit lebih dari kerjaan lama. Masa kita mau pindah ke tempat yang tidak lebih baik dari sekarang?

    Intinya: “Belilah sesuatu itu se-PERLU-nya kita bukan se-MAU-nya.”

  143. @Mas Peter

    Saya sudah cepek “tukar pendapat” dengan orang yang lebih percaya ilustrasi. Mending menggunakan polis. Polis tidak pernah bohong

    Setuju.
    Tapi apakah Anda bisa memiliki semua polis asuransi sebelum Anda membelinya?
    Maka dari itu sebelum membeli, pasti akan ada ilustrasi premi yg dibayar dan perkiraan return investasi. Bahkan di unitlink ada perincian biaya asuransi tahun pertama yg harus dibayar. Dimana pada asuransi Term Life tidak ada.

    Saya juga mulai cape “tukar pendapat” dengan orang yg tidak mengerti asuransi.

  144. bisa diperpenajang, tidak ada tambahan premi, setoran premi tetap seperti yang tertera pada polis :). baru tahu ya? kasihan

    Oh ya? Kenapa Anda yakin sekali dengan hal ini.

    Jika ada perusahaan asuransi jiwa Term Life yg punya renewal guarantee seperti itu, sudah jelas melanggar aturan main dunia perasuransian. Dan jelas ada sanksi untuk perusahaan tsb.

    Asuransi jiwa yg boleh punya klausul renewal guarantee hanya yg jenis whole life, termasuk unit link. Kalau produk Term Life boleh punya klausul renewal guarantee, buat apa masih ada produk whole life?

    Produk yg melanggar aturan main dunia perasuransian, untuk kedepan pasti bermasalah. Dan resiko ditanggung sendiri.

  145. #170:

    Jika ada perusahaan asuransi jiwa Term Life yg punya renewal guarantee seperti itu, sudah jelas melanggar aturan main dunia perasuransian. Dan jelas ada sanksi untuk perusahaan tsb.

    mana referensinya? seperti apa bunyi aturannya? :)

  146. mana referensinya? seperti apa bunyi aturannya?

    Kalau Mas Priyadi tanya begituan, berarti Anda tidak mengerti mengenai prinsip asuransi :).

    Prinsip dasar ini sudah dihapal mati bagi pelaku industri asuransi, tidak perlu repot-repot referensi lagi. Kalo masih ngotot, silahkan tanya dewan AAJI saja.

    Kalau saya tanya cara Mas Priyadi mengetik, referensinya dari mana. Tentu Mas Priyadi juga susah menjawabnya bukan.

  147. Sedikit tambahan.

    Produk Term Life, yg ada renewal guarantee, sifatnya hanya periodik dan preminya lebih mahal dari Term Life biasa. Misalnya 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Perpanjangan bukan dijamin seumur hidup.

    Produk ini dinamakan Level Term Life. Misalnya nasabah ambil yg level 10 tahun karena preminya lebih murah. Ketika masa 10 tahun tsb sudah habis, maka nasabah sudah tidak lagi mendapatkan renewal guarantee.

  148. #173:

    Produk Term Life, yg ada renewal guarantee, sifatnya hanya periodik dan preminya lebih mahal dari Term Life biasa. Misalnya 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Perpanjangan bukan dijamin seumur hidup.

    Produk ini dinamakan Level Term Life. Misalnya nasabah ambil yg level 10 tahun karena preminya lebih murah. Ketika masa 10 tahun tsb sudah habis, maka nasabah sudah tidak lagi mendapatkan renewal guarantee.

    salah lagi. renewal guarantee gak perlu level term. YRT itu tidak level term, selalu naik setiap tahunnya dan ada renewal guarantee. selain itu, level term life jangka panjang juga banyak yang punya renewal guarantee. apa perlu lagi saya kutipkan pasalnya? :) tapi percuma juga, toh anda gak bakalan percaya, hehehe :).

  149. YRT memang menggunakan cara pembayaran premi yg meningkat tiap tahunnya. Tapi sifat renewal guarantee sama seperti Level Term Life, jika dan hanya jika :
    – kesehatan nasabah memungkinkan (tdk terkena sakit kritis)
    – sampai usia tertentu

    Jadi kalau sudah klaim sakit kritis, tapi masih memerlukan perawatan rutin dari rumah sakit, maka asuransi kesehatan sudah tidak di cover.

    Sedangkan polis PAA dari Prudential, walaupun sudah klaim sakit kritis, manfaat rumah sakit masih di cover sampai usia 65 tahun.

    Jadi, kalo ambil yg YRT, berharap saja kalau dapat sakit kritis bisa cepat mati. Tidak perlu perawatan lama dari rumah sakit, tidak perlu pusing biaya rumah sakit.

    Itu bedanya Whole Life dan Term Life.

  150. #175: jangan lupa bedakan asuransi jiwa dan kesehatan. dalam polis, bagian asuransi jiwa dan kesehatan itu polisnya terpisah. keterkaitan cuma ada dalam hal kalau manfaat kesehatannya cuma bisa diambil kalau nasabah ngambil manfaat asuransi jiwanya.

    yang punya klausul guaranteed renewal itu hanya porsi asuransi jiwanya. sedangkan manfaat kesehatannya tidak punya klausul tersebut. jangan cuma baca ilustrasi & SQS, tapi baca yang ada di polisnya. umur 65 tahun itu cuma jangka waktu coverage maksimal. bukan berarti semua nasabah pasti diterima sampai 65 tahun.

  151. # 169 Setuju.
    Tapi apakah Anda bisa memiliki semua polis asuransi sebelum Anda membelinya?
    ————————
    bisa. itu adalah kewajiban dari pihak insurance. kalau ada yang ngomong gak bisa, itu bisa2nya si agen saja :-)

    kenapa ? pada waktu training, si agen apakah cuman dikasih ilustrasi saja untuk dipelajari ? bagaimana kewajiban membacakan dan menjelaskan polis kepada nasabah bisa berjalan, kalau dia sebelumnya belum pernah pegang polisnya ?

    ————————
    Maka dari itu sebelum membeli, pasti akan ada ilustrasi premi yg dibayar dan perkiraan return investasi. Bahkan di unitlink ada perincian biaya asuransi tahun pertama yg harus dibayar. Dimana pada asuransi Term Life tidak ada.
    ————————
    Premi 10, 20 dan 30 tahun selanjutnya apakah diberikan pada ilustrasinya? Bukan premi yang dibayar. Tetapi porsi berapa yang masuk investasi, berapa yang dibayarkan premi rider, dsb.

    Kalau hanya melihat ilustrasi, biasanya hanya ada kolom premi yang dibayar. Dan pada halaman pertama pun, hanya ada pembagian porsi premi pada tahun pertama.
    Ingat, tidak semua nasabah tahu bahwa pada rider hospital benefit terjadi kenaikan premi setiap beberapa waktu, begitu juga dengan premi asuransinya.
    Dari awal ini yang coba ditekankan oleh mas priyadi.

    Sebagian besar nasabah dan calon nasabah, yang tentunya tidak pintar seperti om firesquid, belum tentu bisa menghitungnya.

    Agen mungkin berkilah bahwa itu bakal ditutupi oleh hasil investasinya, tetapi adalah hak nasabah dan calon nasabah tahu rincian setiap tahun premi yang dibayarkan.

    Coba saya tebak, pasti anda akan ngomong …
    “Sebenarnya kolom itu bisa dikeluarkan bla bla bla, jika nasabah minta kepada agennya” :-D

    ————————
    Saya juga mulai cape “tukar pendapat” dengan orang yg tidak mengerti asuransi.
    ————————
    Tidak mengerti asuransi ? :-D

  152. yang punya klausul guaranteed renewal itu hanya porsi asuransi jiwanya. sedangkan manfaat kesehatannya tidak punya klausul tersebut. jangan cuma baca ilustrasi & SQS, tapi baca yang ada di polisnya. umur 65 tahun itu cuma jangka waktu coverage maksimal. bukan berarti semua nasabah pasti diterima sampai 65 tahun.

    Saya tidak perlu berdebat dengan Anda mengenai hal ini. Mas Priyadi bukan yg mengelola Prudential di Indonesia, bukan agennya, bukan pula nasabahnya. Jadi, tidak mungkin Mas Priyadi lebih tau daripada underwriting Prudential. Saya pikir pembaca yg lain juga tidak perlu percaya dengan omongan Mas Priyadi yg satu ini. Lebih baik tanyakan pada orang yg tepat, biar tidak sesat.

    Btw, SQS itu apa ya?
    Saya hanya dikasih ilustrasi proposal dan polis doank. Tidak ada SQS.

  153. bisa. itu adalah kewajiban dari pihak insurance. kalau ada yang ngomong gak bisa, itu bisa2nya si agen saja

    Maaf, mungkin saya yg kurang teliti.
    Selama 2 tahun saya berkarir di bidang Sistem Business Procedure asuransi kerugian, dan sekarang 3 tahun di Underwriting, belum pernah sekalipun saya membaca SOP yg berisikan kewajiban untuk menunjukkan polis bukan kepada pemegang polis.

    Boleh saya tau Mas Peter baca SOP ini di mana? Atau hanya sekedar opini pribadi doank, seperti Mas Priyadi.

    Premi 10, 20 dan 30 tahun selanjutnya apakah diberikan pada ilustrasinya? Bukan premi yang dibayar. Tetapi porsi berapa yang masuk investasi, berapa yang dibayarkan premi rider, dsb.

    Seperti yg dimaksudkan Mas Peter bukan premi, tapi biaya asuransi. Yaitu biaya yg timbul akibat pengalihan resiko.

    Coba Mas Peter survey dulu ke semua perusahaan asuransi jiwa, apakah ada perusahaan yg merincikan biaya asuransi untuk rider-nya?

    Saya tidak perlu berdebat mengenai hal ini. Kalau kurang mengerti, silahkan survey dulu. Kalo masih ada yg kurang paham, barangkali pengetahuan asuransi saya bisa membantu.

    Kalau hanya melihat ilustrasi, biasanya hanya ada kolom premi yang dibayar. Dan pada halaman pertama pun, hanya ada pembagian porsi premi pada tahun pertama.

    Saya pikir Anda sama sekali tidak mengerti ttg produk unit link. Pada halaman pertama, memang ada dicantumkan pembagian porsi premi, misalnya :
    – 700 rb/bulan untuk proteksi
    – 300 rb/bulan untuk investasi

    Pembagian premi tsb, pembagian porsi setoran premi akan begitu terus seumur hidup, jika nasabah tidak melakukan perubahan kontrak.

    Tapi kalau di Prudential dan beberapa asuransi lain, pada tahun ke-5 dan seterusnya, porsi yg 700 rb/bulan tersebut akan di alihkan 100% ke investasi karena pada tahun ke-6 dan seterusnya sudah tidak ada lagi akuisisi atas porsi proteksi.

    Kalau pada unitlink AIA, akuisisinya dilakukan ketika nasabah melakukan penarikan dana. Saya lupa perhitungannya bagaimana, saya tidak punya polisnya.

    “Sebenarnya kolom itu bisa dikeluarkan bla bla bla, jika nasabah minta kepada agennya”

    Kalau Anda sudah paham, lalu apa masalahnya?
    Kalau agen Anda yg bermasalah, coba konsultasikan dengan atasan agen Anda. Kalau semua atasan agen Anda bermasalah, silahkan minta pergantian agen.

  154. #179 Maaf, mungkin saya yg kurang teliti.
    Selama 2 tahun saya berkarir di bidang Sistem Business Procedure asuransi kerugian, dan sekarang 3 tahun di Underwriting, belum pernah sekalipun saya membaca SOP yg berisikan kewajiban untuk menunjukkan polis bukan kepada pemegang polis.
    ——————————-
    Ya itu SOP anda, terserah saja :-D

    ——————————-
    Coba Mas Peter survey dulu ke semua perusahaan asuransi jiwa, apakah ada perusahaan yg merincikan biaya asuransi untuk rider-nya?
    ——————————-
    kalau saya bisa berikan anda mau kawin sama monyet ? :-D

  155. # 170.
    Pak Firesquid
    Saya sedang mempertimbangkan ambil Manulife proaktif plus. Itu ada termlife murni (plus rider CI) yang punya klausul renewal guarantee. Jadi kalau saya ambhil jangka waktu 10 th, setelah 10 th saya bisa memutuskan untuk perpanjang dan dijamin pasti diterima dg premi yang seharusnya. Jadi term life bukan berarti harus tiap tahun direvisi, tapi bisa ditentukan jangka waktunya 1th, 5th atau 10th. Setelah itu boleh diperpanjang lagi, pasti!

    Apakah menurut bapak Manulife ini melanggar peraturan ? Asuransinya sudah berjalan lama lho ?

  156. Coba Mas Peter survey dulu ke semua perusahaan asuransi jiwa, apakah ada perusahaan yg merincikan biaya asuransi untuk rider-nya?
    ——————————-
    kalau saya bisa berikan anda mau kawin sama monyet ?

    Maaf, maksud saya coba survey ke semua produk asuransi selain Unit Link. Apakah ada merincikan biaya asuransi untuk rider nya.
    Biaya asuransi tidak sama dengan premi asuransi.

    Kalau Anda tidak bisa menemukan asuransi selain unit link yg mencantumkan rincian biaya asuransinya, Anda boleh kawin dengan monyet seperti yang Anda cita-citakan.

  157. #181, utk Bapak Frans

    Polis asuransi Manulife tsb sama sekali tidak melanggar peraturan. Karena yang dijual masih berupa produk Term Life.

    Walaupun penjual Term Life yg katanya ada renewal guarantee…klausul itu hanya berlaku selama periode pertanggungan. Misalnya 5 tahun atau 10 tahun.

    Misalnya, nasabah mengambil kontrak pertanggungan 5 tahun. Pada tahun keempat, nasabah terkena penyakit mematikan dimana umurnya mungkin sisa beberapa tahun. Maka perusahaan asuransi bisa memperpanjang asuransi jiwanya untuk yg tahun ke 5.
    Tapi jika ingin melakukan perpanjangan untuk periode 5 tahun kedepannya lagi….kemungkinan besar akan ditolak perpanjangannya. Karena memang begitu aturan main dari asuransi jiwa berjangka. Kalau Bapak sebagai pemilik perusahaan asuransi, tentu juga tidak terima nasabah yg sudah sekarat.

    Boleh saja Bapak ambil Term Life yg periode 10 tahun. Tapi premi yg harus dibayarkan menjadi lebih mahal daripada yg jangka periode 5 tahun. Malah hampir mendekati premi asuransi tradisional yg Whole Life.

    Jika Bapak hanya ambil 10 tahun, tentu Bapak tidak tau apa yg bakal terjadi pada Bapak 5-10 tahun mendatang. Bisa saja Bapak mengalami sesuatu dan menyebabkan perpanjangan untuk periode 10 tahun berikutnya dipersulit, sedangkan Bapak punya keluarga yg harus dilindungi kebutuhan finansial nya.

    Biasanya Term Life yg 5 atau 10 tahun, hanya diperuntukan untuk asuransi key employee dalam suatu perusahaan. Atau untuk partner bisnis.

    Kalau Bapak ambil untuk kebutuhan pribadi dan keluarga, sebaiknya ambil yg Whole Life saja. Premi yg disetorkan pertahun tidak akan jauh berbeda dengan Term Life 10 tahun. Dan untuk asuransi jenis whole life yang bagus saat ini adalah Unit Link.

  158. #183:

    Walaupun penjual Term Life yg katanya ada renewal guarantee…klausul itu hanya berlaku selama periode pertanggungan. Misalnya 5 tahun atau 10 tahun.

    Misalnya, nasabah mengambil kontrak pertanggungan 5 tahun. Pada tahun keempat, nasabah terkena penyakit mematikan dimana umurnya mungkin sisa beberapa tahun. Maka perusahaan asuransi bisa memperpanjang asuransi jiwanya untuk yg tahun ke 5.

    Tapi jika ingin melakukan perpanjangan untuk periode 5 tahun kedepannya lagi….kemungkinan besar akan ditolak perpanjangannya.

    hahahah. salah total! kalau dia mau perpanjang untuk 5 tahun berikutnya, dia bisa melakukannya. gak perlu melalui proses underwriting, dan harga preminya sesuai dengan peningkatan yang sudah tertera di polis sebelumnya.

    dan hampir semua term life jaman sekarang seperti ini :).

    susah banget ya ngejelasinnya :-?. “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair

  159. #183: bpk Firesquid.

    Salah pak. Saya sudah diyakinkan bahwa renewal guarantee artinya jika masa kontrak berakhir (misalnya setelah 5 tahun) maka kalau kita bisa perpanjang tanpa underwriting lagi apapun kondisi saat itu.

    Hal lainnya, saya mau tanya kalau di UL bapak, kalau sudah pernah klaim critical illness tahun ini apakah bisa klaim lagi jika terjadi critical illness tahun depannya ?

  160. Mas Pri, thanx buat pencerahannya

    Artikel ini mungkin bermanfaat buat orang yang sama sekali belum pernah punya asuransi maupun reksadana tapi sudah ditawari Unit-Link oleh agen2 asuransi.

    Saya sudah satu tahun lebih mengambil dua produk Unit-Link dari perusahaan berbeda. Dan sayangnya, baru satu bulan belakangan ini saya sadar (setelah membaca beberapa artikel di sana-sini) bahwa memisahkan keduanya adalah hal yang mutlak menjadi pilihan bagi orang yang mengerti. Kebetulan saya mulai mengerti setelah terlanjur mengambil dua produk.

    Kalau saya tutup produk yang A, maka saya hanya akan mendapatkan sekitar 65% dari total biaya yang sudah saya bayarkan selama ini. Artinya saya akan merugi 35%. Dan kalau saya menutup produk B, maka kerugian saya sebesar 20%. Semua itu wajar karena memang baru setahun kurang dikit saya ikut.

    Saya dihadapkan oleh pilihan :

    1. Tutup sekarang dan jangan lihat kerugiannya, segera alihkan dana yang didapat ke reksadana dan buka term-life insurance baru.

    2. Jangan ditutup karena sayang kerugian cukup besar. Jika ada rejeki lagi, lakukan top-up di reksadana yang sudah ada. Resikonya yaa semakin gak ditutup akan semakin besar biaya yang dikeluarkan.

    Apa langkah seorang Priyadi jika dihadapkan pada situasi semacam ini ?

  161. #186:

    Saya dihadapkan oleh pilihan :

    1. Tutup sekarang dan jangan lihat kerugiannya, segera alihkan dana yang didapat ke reksadana dan buka term-life insurance baru.

    2. Jangan ditutup karena sayang kerugian cukup besar. Jika ada rejeki lagi, lakukan top-up di reksadana yang sudah ada. Resikonya yaa semakin gak ditutup akan semakin besar biaya yang dikeluarkan.
    Apa langkah seorang Priyadi jika dihadapkan pada situasi semacam ini ?

    kalau saya sih tutup dengan segera. alasannya: baru 1 tahun lebih, jadi belum semua overhead yang tidak perlu telah anda bayarkan. tapi sebelum ditutup, coba dulu apply term life, setelah diterima dan melewati masa tenggangnya baru proses penutupannya.

  162. #184 (Priyadi) dan #185 (Frans) :
    Terserah kalau kalian tidak percaya dengan tulisan saya. Saya tidak perlu berdebat mengenai hal ini. Saya hanya memberikan informasi.

    Baik Unit Link maupun Term Life atau asuransi jiwa apapun, pertanggungan Sakit Kritis, Cacat Tetap, dan Kematian hanya bisa di klaim 1x seumur hidup untuk 1 polis.

    Pada asuransi jiwa, biasanya sakit kritis hanya berupa rider. Pada polis PAA saya, critical illness juga berupa raider. Tapi kalau saya melakukan klaim atas raider critical illness, maka pertanggungan lain tidak akan terganggu dan masih akan terus diperpanjang sampai berakhirnya kontrak.
    – Kematian s.d usia 99
    – Manfaat kesehatan/rumah sakit s.d usia 65
    – Cacat Tetap s.d usia 60

    Setelah klaim sakit kritis dan kemudian sembuh, maka pada tahun berikutnya investasi saya tidak lagi dipotong untuk bayar biaya asuransi untuk rider sakit kritis. Tapi pertanggungan yg lain masih tetap berjalan sampai berakhirnya kontrak, termasuk yg manfaat rumah sakit.

    Jika pada Term Life (baik yg Yearly maupun Level), jika nasabah terkena sakit kritis, maka perpanjangan asuransi jiwa + rider lainnya kemungkinan besar akan ditolak untuk periode berikutnya.

    Itulah yg membedakan Whole Life dengan Term Life. Tidak percaya pada saya tidak apa-apa. Resiko bukan saya yg tanggung.

  163. > Untuk membuka rekening di Bank Commonwealth, > dibutuhkan dana sebesar Rp 2 juta.

    FYI, minggu kemarin baru saja membuka rekening di Bank Commonwealth, minimal dana awal yang dibutuhkan saat ini hanya 500 ribu.

    Utk buka rekening tidak ada biaya administrasi (ada dikit sih.. 18ribu utk materai), sudah diberikan fasilitas ATM & Security Token device utk internet banking, dan tidak ada biaya administrasi per bulan, plus semua dana bisa dibelikan reksadana.

    Cuma sayangnya untuk mencairkan reksadana tetap harus dateng ke kantornya. Kalau tujuannya utk investasi jangka panjang beberapa tahun sih gak masalah lah..

  164. #188 : Maaf pak Firesquid. Bukan masalah percaya tidak percaya tapi pada akhirnya kan bukti apa yang diajukan keatas meja. Ini kan bukan diskusi religius yang ujung-2nya kita liat aja buktinya diakherat 

    Karena bisnis asuransi adalah bisnis janji maka yang jadi pegangan adalah apa yang tercantum dalam polis, bukan apa yang saya atau anda percayai. Bahkan kalau ada perbedaan antara ilustrasi dan polis maka yang jadi patokan adalah polis. Makanya saya selalu maksa untuk melihat contoh polis tiap asuransi yang saya cari. Dan selama ini nggak ada masalah lihat contoh polisnya. Ada sih yang nggak ngasih tapi saya anggap agennya aja yang nggak mau repot.

    Sebagai orang yang sedang cari asuransi saya coba netral saja sebenarnya, sekaligus coba membuktikan argumentasi pak Priyadi dan pak Firesquid. Tapi akhirnya buat saya argumentasi pak Priyadi lebih masuk akal. Artikel Priyadi membantu saya untuk mengevaluasi produk secara logis, karena ternyata yang menjadi andalan para agen asuransi adalah ketidaktahuan dan faktor emosi calon nasabah, dengan menekankan scenario-2 ekstrim dan iming investasi.

  165. ijin bergabung…sepertinya tidak akan ada habisnya diskusi BTAID vs UL. Mungkin akan lebih baik jika pak priyadi/teman-teman lainnya memberi pencerahan kepada kami-kami ini tentang step selanjutnya untuk investasi setelah melakukan proteksi (asuransi jiwa, kesehatan, asuransi rumah dan kendaraan)dan membeli+ top up reksadana setiap bulan. Penting juga untuk sharing tips-tips untuk investasi dan keuangan lainnya seiring dengan bertambahnya usia dan tahap kehidupan setiap manusia sampai ybs pensiun atau meninggal, tentang apa-apa saja yang harus dipersiapkan dalam hal keuangan.Terimakasih…

  166. Kemaren saya di telepon Bank Commonwealth, dia nawarin untuk buka rekening dengan minimu Rp50ribu (LImapuluh ribu rupiah) dan dia bilang gak masalah kalo hanya untuk transaksi Reksadana, gak da biaya ATM, administrasi, yang da biaya matre untuk rek koran jika kita membutuhkan.
    Cuman karena lagi di luar pulau, belum sempat ke Commonwealth. Saya di CiBaru (Cikarang Baru)

  167. #190 To Pak Frans

    Thanks atas komen-nya Pak.
    Apa yang Pak Frans sampaikan benar-benar mewakili nasabah/calon nasabah seperti saya. Ilustrasi dan contoh-contoh ekstrem seperti yang Firesquid gambarkan memang perlu kita ketahui. Tapi yang paling penting, isi polisnya seperti apa?

  168. Saya lagi cari2 data nih mengenai dinar irak mungkin ada yg bisa membantu baik komentar + or – :

    1. kalau dah tinggi tuh uang dinar bisa di jual kemana?
    kepada siapa Anda akan menjualnya? Apakah “Bandar” Anda (atau situs internet yang menjual) akan mau membeli kembali? Kalau mau, bukankah aneh karena ada pedagang yang menjual murah untuk kemudian membeli pada harga yang mahal? Kalau mau menjual ke bank, bank mana yang berani membeli kalau bank sentral Irak menyatakan bahwa dinar Irak tidak untuk diperdagangkan?

    2. saat ini dinar bukanlah mata uang yang diperdagangkan bebas karena keputusan bank sentral setempat. Lihat saja, apakah ada perdagangan dinar antarbank? Apakah dinar masuk dalam papan-papan perdagangan di bursa-bursa dunia?

    Nah, silakan Anda menimbang-nimbang sendiri untung dan rugi investasi pada dinar. Saya sendiri, kalau ada modal dan punya akses terhadap sumber dinar, tentu akan memilih menjadi penjual dinar saat ini karena pasarnya memang sedang hot.

    Thanks

  169. Mas pri..makin hebat aja deh..Gue ngefans ama Mas Pri dan gue selalu di pihak Mas (“,) Bravo Mas ^^

    Trus buat mas yang marah2..sabar ya mas..
    Gak perlu marah2 di blognya Mas Pri..seperti orang yang buang sampah di halaman rumah orang lain aja..hihihi :d

  170. #193.
    Halo pak Rahmat. Tadinya saya berharap bisa memberi konklusi dari pengalaman saya. Tapi tampaknya ybs pilih pindah ke arena yang lain, yang diskusinya balik lagi mentah dengan argumen-2 lama dan mentah.

  171. #184:
    hahahah. salah total! kalau dia mau perpanjang untuk 5 tahun berikutnya, dia bisa melakukannya. gak perlu melalui proses underwriting, dan harga preminya sesuai dengan peningkatan yang sudah tertera di polis sebelumnya.

    dan hampir semua term life jaman sekarang seperti ini .

    susah banget ya ngejelasinnya . “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair

    Pak Priyadi,
    kalau memang renewal guarantee buat apa muncul angka 1, 5, 10, dsb? Mestinya term 1 tahun sudah memadai, toh orang biasanya bayarnya tahunan. Atau gak usah pakai term-term-an, asal bayar premi awal tahun otomatis kita di-cover sampai akhir tahun, begitu seterusnya. Apa bedanya 1, 5, dan 10. Tolong Pak Priyadi jelaskan yang ini. Saya sendiri nggak tahu, apakah saya sedang setuju atau tidak setuju dengan Pak Priyadi.

  172. #197:

    kalau memang renewal guarantee buat apa muncul angka 1, 5, 10, dsb? Mestinya term 1 tahun sudah memadai, toh orang biasanya bayarnya tahunan.

    betul. saya juga gak tahu persis alasannya. tapi perkiraan saya:

    * ada demand-nya. ada konsumen yang minta level term 5 tahun misalnya.
    * lebih sederhana dan mudah dipahami dari sisi konsumen.
    * perusahaan asuransi belum punya jumlah sampel yang cukup untuk per tahun. jadi untuk sementara sampelnya dikumpulkan misalnya per 5 tahun. dan oleh karena itu cuma bisa memberi layanan misalnya per 5 tahun.
    * lebih menguntungkan buat perusahaan asuransi. level term itu artinya premi di tahun2 pertama mensubsidi premi di tahun2 terakhir. selisihnya ini bisa ‘dibungain’ oleh perusahaan asuransi.

  173. Dimana-mana kayaknya agen asuransi emang ndablek ya… Kita kasih comment apapun ampe kita modar juga nggak bakal ada yang ngalah, di forum investasi mana aje sama…SALUT dah buat para agen asuransi…. maju terus jualan Unitlink nya… saya doakan smoga makin banyak orang oon yang ikut gabung Unitlink anda… biar anda makin makmur di dunia & akherat…

  174. Setelah saya baca lagi, ternyata pertanyaan senada sudah diajukan oleh firesquid:

    Asuransi jiwa yg boleh punya klausul renewal guarantee hanya yg jenis whole life, termasuk unit link. Kalau produk Term Life boleh punya klausul renewal guarantee, buat apa masih ada produk whole life?

    Tapi kelihatannya belum dijawab oleh Pak Priyadi.

  175. Yang saya mengerti:
    1. Term menentukan premi tahunan, semakin panjang term berarti semakin tinggi premi.
    2. Asuransi dengan guaranteed renewability sama saja dengan asuransi dengan infinit term (riilnya sih umur maksimal seorang manusia bisa hidup dikurangi umur minimal dia mengambil asuransi), berarti preminya juga harus sangat tinggi.
    3. Perusahaan asuransi sama dengan kita, gak ingin rugi, sama pinternya dengan kita, jadi gak mungkin melakukan hal bodoh, premi asuransi dengan guaranteed renewability pasti sudah meng-cover biaya/kerugian yang timbul.

    Untuk Dipa di #199, bisa nggak anda stick pada masalah ketika diskusi. Belum tentu yang kontra Priyadi agen asuransi. Saya bukan, bisa dilihat di alamat e-mail saya di mana saya bekerja. Tanya sama Priyadi.

  176. Naaaahhh …. ini jawabanya, kenapa UL (yang sifatnya whole life atawa very long term) lebih mahal:

    * lebih menguntungkan buat perusahaan asuransi. level term itu artinya premi di tahun2 pertama mensubsidi premi di tahun2 terakhir. selisihnya ini bisa ‘dibungain’ oleh perusahaan asuransi.

    Bukannya kalimat yang ditulis sama Priyadi di atas UL banget.

  177. #200:

    Asuransi jiwa yg boleh punya klausul renewal guarantee hanya yg jenis whole life, termasuk unit link. Kalau produk Term Life boleh punya klausul renewal guarantee, buat apa masih ada produk whole life?

    gak tahu. silakan tanya ke perusahaan asuransi. perkiraan saya sih karena whole life jauh lebih menguntungkan perusahaan asuransi :). sebenarnya gak ada kasus dimana nasabah membutuhkan whole life. whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. hampir pasti nasabah akan rugi. hampir pasti nasabah menyetor premi lebih besar daripada UP yang akan dia dapatkan, daripada sebaliknya (dengan memperhitungkan time value of money). dengan demikian, yang hampir pasti untung di sini adalah counter party-nya atau perusahaan asuransi.

    #201:

    2. Asuransi dengan guaranteed renewability sama saja dengan asuransi dengan infinit term (riilnya sih umur maksimal seorang manusia bisa hidup dikurangi umur minimal dia mengambil asuransi), berarti preminya juga harus sangat tinggi.

    gak perlu sangat tinggi. mungkin sedikit lebih besar, tapi gak jauh lebih besar daripada term life tanpa guaranteed renewability. pemikirannya: bayangkan term life jangka panjang misalnya 50 tahun. anggap probabilitas seseorang meninggal pada masa 50 tahun tersebut adalah 40%, maka biaya mortalita term life 50 tahun sekali bayar juga kurang lebih 40% dari UP. kalau seandainya kita mau merancang produk YRT selama 50 tahun dengan coverage yang sama, maka besar premi total pada YRT tanpa guaranteed renewability maupun YRT dengan guaranteed renwability harusnya sama saja, yaitu 40% UP (setelah memperhitungkan time value of money). perbedaannya cuma dalam cara membagi besar premi tahunan.

  178. Priyadi curang. Mbandinginnya yang long term. Ya pasti sama. Kalau menurut saya gini asuransi short term dengan guaranteed renewability mestinya preminya sama dengan asuransi long term, karena menjanjikan keuntungan yang sama ke nasabah. Tapi kalau dibandingkan dengan short term w/o guaranteed renewability pasti (jauh) lebih mahal.

  179. #204: curang darimana? :-? harusnya mau ada guaranteed renewability atau tidak ada, dalam jangka waktu yang sama (dan jika renewalnya tidak berlaku setelah waktu tersebut) resiko kematiannya tetap sama persis. tinggal masalah membagi resiko per tahunnya seperti apa. kalau pakai guaranteed renweability harusnya sebagian kecil dari resiko mortalita yang terjadi di tahun tertentu itu akan dibayarkan di tahun2 sebelumnya.

    asuransi short term dengan guaranteed renewability jelas preminya TIDAK akan sama dengan asuransi long term, kecuali kalau diambil untuk jangka waktu yang sama. kalau gitu, maka premi totalnya harusnya kurang lebih sama (setelah memperhitungkan time value of money).

    saya gak ngaku2 aktuaris, saya yakin anda juga bukan. detail perhitungannya dan data2 pembentuknya saya juga gak tahu persis. tapi bagi end user seperti kita, faktanya di luar sana ADA produk term life jangka pendek yang memiliki guaranteed renewability. bahkan porsi asuransi yang nempel di unit link sebenarnya adalah YRT dengan guaranteed renewability.

  180. Kalo perpanjang tiap tahun, premi berubah tiap tahun. Kalo tiap 5 tahun, premi tahunan berubah 5 tahun berikutnya. Mungkin kuranglebih di prorate dg memperhitungkan bunga. Tapi kayaknya dari sisi perusahaan lebih untung kalau kita ambil 5 th atau 10 tahunan, karena sebagian beban tahun ke 10 dibagi ke tahun pertama. Jadi kalau klaimnya terjadi ditahun pertama masih kita sudah terlanjur bayar sebagian premi untuk tahun2 berikutnya.

  181. Wow saya baru baca ulasan antara firesquid dan mpri, sungguh menarik. Terima kasih atas pencerahannya mpri , jadi makin mantap keinginanku buat nutup unitlink. Sebetulnya dari awal aku sudah curiga dengan ilustrasi hasil investasi kalau returnnya rendah, jadi minus.
    Buat firesquid kok dari kata2nya keliatan banget kalau jadi agen asuransi unit link?! :-?

    Terima kasih banyak mpri, tetap semangat ya!!:)

  182. Pak Priyadi,
    menurut saya Ilmu yang sangat mahal debat Pak Pri dengan firesquid.
    semakin dia ngotot dan memaksakan semakin dia keliatan argumen-nya membawa dia kepada ketololan.
    saya juga celaka 12 masuk unit linkya prudential, sebelum saya baca2 artikel dan forum reksadana. Alhamdulillah saya baru setor 2 x 500 rb, dan terus cut loss karena terpaksa prudential menolak dana unit link saya minta dipindahin ke asuransi kesehatan (sy ikut saran Pak Pri ikut Term Life) tp dia bilang itu sudah kuno dan tidak dijual lagi.
    yang saya heran kenapa sama2 dibawah bendera pruden, kok uang yang sudah saya setor gak bisa dipindahkan ke asuransi kesehatanya dia, karena sekarang saya mau pisahkan antara asuransi dg investasi (di Reksadana).
    Ini konyol dan tidak masuk akal. Saya kecewa sekali dan harus bayar ketidaktahuan saya dengan 1 juta dalam 2 bulan.

    untuk firesquid, anda agent yang tangguh cuman argumenya tetap oon,, coba anda promosi di forum investasi , reksadana, kalo anda suses saya mau jadi nasabah anda. jangan hanya jual kepada orang yang awam..

    terima kasih

  183. Pak Pri,

    Saya sedang mencari produk asuransi untuk suami saya (umur 30 thn, tidak merokok). Seorang teman dari Manulife menawari saya dengan produk unit link-nya. tapi saya menolak, dengan alasan biayanya mahal dan tidak transparan. Jadinya dia malah menawari saya untuk program whole-life insurance, tapi bukan unit link. Karena kata dia, nantinya akan ada nilai tunai-nya. Untuk UP 1 M, premi yang dibayarkan 10jt-an selama 10 tahun. si Agen bilang sih itu dijamin, bahwa premi yang dibayarkan hanya selama 10 tahun saja, setelah itu tidak akan ada penagihan atau pemotongan biaya apa apa lagi (tidak seperti unit link). Sewaktu saya tanya ke dia soal term life insurance, dia bilang sih lebih baik jangan, soalnya ntar uangnya hangus, sementara di produk whole-life ini, up pasti dijamin keluar + dapat nilai tunai.. Yang buat saya bingung sih, apa perbedaan antara asuransi whole life dengan asuransi unit link? apakah di whole life insurance juga tetap ada unsur investasinya? lalu, mengapa si agen bilang tidak akan ada biaya apa” lagi yang akan ditagihkan setelah kita membayar premi-nya selama 10 tahun? bagaimana kalau hasil investasinya jelek / tidak dapat mencover biaya premi untuk tahun tahun setelahnya? jadi manakah yang lebih baik (menurut pak pri), whole life insurance atau tetap term insurance lebih baik?

    jadinya saya kalo berniat mengambil asuransi Term Life untuk suami saya, berapa lama kontrak term idealnya? setiap 10 tahun atau 5 tahun atau 1 tahun? Bukannya kalau saya ambil yang 5 tahun term life, berarti premi selama 5 tahun itu akan tetap sama? Baru ketika ada perpanjangan kontrak selama 5 tahun berikutnya, preminya baru berubah sesuai dengan apa yang dijanjikan di polis waktu pertama kali mengambil asuransi. Benarkah seperti itu? Dan setelah melewati 5 tahun kedua, bisakah saya memperpanjang kontrak asuransinya lagi?

    Kalau begitu, bukankah berarti lebih baik kalo saya ambil yang jangka waktunya per 1 tahun dengan klausal guarantted renewability? Karena efeknya akan sama saja dengan yang 5 tahun kontrak. Perbedaannya hanya dalam masalah premi, karena yang per 1 tahun, premi-nya akan berubah terus.

    Satu lagi, apakah YRT itu = term life insurance dengan guaranteed renewability? Kalau bukan, apa perbedaan antara YRT dengan term life?

    Mohon pendapatnya pak pri,
    Terima kasih..

  184. #210:

    Sewaktu saya tanya ke dia soal term life insurance, dia bilang sih lebih baik jangan, soalnya ntar uangnya hangus, sementara di produk whole-life ini, up pasti dijamin keluar + dapat nilai tunai.. Yang buat saya bingung sih, apa perbedaan antara asuransi whole life dengan asuransi unit link? apakah di whole life insurance juga tetap ada unsur investasinya? lalu, mengapa si agen bilang tidak akan ada biaya apa” lagi yang akan ditagihkan setelah kita membayar premi-nya selama 10 tahun? bagaimana kalau hasil investasinya jelek / tidak dapat mencover biaya premi untuk tahun tahun setelahnya? jadi manakah yang lebih baik (menurut pak pri), whole life insurance atau tetap term insurance lebih baik?

    bedanya whole life dan UL itu satu: nilai investasi di whole life itu nilainya dijamin, sedangkan di UL tidak dijamin. menurut saya lebih baik ambil term life untuk asuransi. sedangkan untuk investasi ambil reksadana (atau deposito atau ORI jika menginginkan nilai yang dijamin).

    agen bohong kalau setelah 10 tahun gak ada pemotongan2. sebenarnya pasti ada pemotongan2 karena anda akan tetap membayar biaya mortalita. hanya saja, tidak seperti unit link, perusahaan asuransi gak akan melaporkan ini kepada nasabah. nasabah cuma terima bersih sesuai yang tercantum di polis saja.

    agen mungkin akan maksa2 untuk beli whole life atau unit link karena komisi yang dia terima juga jauh lebih besar.

    Kalau begitu, bukankah berarti lebih baik kalo saya ambil yang jangka waktunya per 1 tahun dengan klausal guarantted renewability? Karena efeknya akan sama saja dengan yang 5 tahun kontrak. Perbedaannya hanya dalam masalah premi, karena yang per 1 tahun, premi-nya akan berubah terus.

    betul lebih baik ambil 1 tahun dengan guaranteed renewability (YRT).

    Satu lagi, apakah YRT itu = term life insurance dengan guaranteed renewability? Kalau bukan, apa perbedaan antara YRT dengan term life?

    YRT itu term life dengan jangka waktu 1 tahun dengan guaranteed renewability.

  185. Mas Pri, artikel nya bagus eyy..
    Mas nanya yahh,,

    Saya punya ayah, umur 59, gak punya asuransi. walaupun skrg anak2nya udah kerja,saya pingin bliin asuransi jiwa buat beliau. saya nemu di web,asuransi Winterthur Senior Hospital. Yang saya ingin tanyakan,
    1. Bagaimana pendapat mas untuk org2 yg pingin bli asuransi untuk ortu?
    2. Asuransi tersebut termasuk unit link bukan yah?
    3. Mas tahu gak produk asuransi apa yg buat orang tua, yg untungin.

    Maapph klo udah pernah ditanya..
    Thanks mas Pri..

  186. #212: asuransi itu bukan unit link, tapi kesehatan murni. kalau mau beli asuransi itu untuk ortu mungkin bagus juga. setahu saya selain winterthur rasanya gak ada asuransi lain yang mau kasih coverage untuk orang setua itu.

  187. Luar biasa! Saya selama ini cuma menjadi pembaca pasif. Tapi semakin saya baca semakin saya terpesona. Blog ini harus jadi bacaan wajib mereka yg mau beli asuransi. Saya sekarang aktif mengkampanyekan isi blog ini kepada teman dan keluarga.

    Saya hampir 1 tahun ini “terjebak” di whole-life insurance. Insya allah segera saya “pecat” dia dan berganti ke term-life.

  188. mas pri, kmrn kan saya mau surrender dari prudential..trus agennya menekankan sayang kalo ditutup, soalnya katanya kelebihannya itu di faktor resiko. yang pru parent payer 33. misalnya suami saya yang pemegang polis dan anak saya tertanggungnya. nah, kalo suami saya kena penyakit kritis dan tidak bisa menghasilkan lagi, preminya dibayarin sama prudential..jadi asuransi yang buat anak saya tetap bjalan sampe dia besar…katanya itu yang ga dipunya oleh asuransi lain…itu gimana ya?mohon pencerahannya mas pri…

    trus satu lagi…sebaiknya kalo ikut reksadana, ikut langsung di MI atau rekomendasi ga beli di bank? saya kemaren liat2 di mandiri lumayan murah setoran awalnya…cuma 500rb…tapi ada yang bilang jangan beli di bank…gmn tuh ya?

    thx bangetttt

  189. #217: ‘masalah’ tersebut bisa diatasi dengan mudah dengan cara menambahkan manfaat yang setara dengan payor tersebut di manfaat pokok term life. untuk cara perhitungannya silakan baca tulisan saya yang hitung-hitung asuransi unit link vs terpisah. kalau masih belum jelas silakan hubungi saya, nanti saya coba hitungkan kalau ada waktu.

    untuk beli reksadana rasanya gak masalah beli lewat bank juga. justru malah lebih praktis lewat bank dan harganya gak jauh berbeda dengan beli langsung ke MI.

  190. mas pri…kok aku ga ngerti2 ya udah baca beberapa kali…jadi aku kan sekarang lagi proses ambil MJS, nah jadi aku tambahin manfaat payor gitu? atau gmn? MJS ku UP nya 600 jt-an utk 1,8 jt per tahun…trus gmn ngitungnya?? maaf ya jadi merepotkan…

    tapi ya emang tuh, pas aku baca lagi polis prudential, definisi 34 penyakit kritis yang mereka bilang itu kayaknya bener2 udah menuju ke kematian gitu…kayak kanker aja, mereka ga mau kalo masih stadium 1,2 or 3. harus stadium 4 dulu baru mereka mau cover…itu kan paling umurnya udah mhitung hari…jarang banget yang udah stadium 4 bisa hidup bbulan atau bahkan btahun2…jadi sama aja sebenernya, ga perlu juga buang2 uang kita utk asuransi, bener ga sih mas pengertian saya begitu?

  191. Pak Priyadi,
    Terimakasih atas informasinya benar sekali. Saya juga sudah baca di beberapamilis yang lain bahwa sebaiknya dipisahkan antara asuransi dan investasi. Saya seorang ibu pekerja sudah mengikuti Allianz UL (agent teman saya)sejak pertengahan thn 2006 (untuk anak saya dan saya)dan juga sudah mulai mengambil beberapa reksadana saham top yang dijual di Commonwealth (servicenya sangat bagus untuk top up/redeem bisa pertelpon dan diikuti oleh fax),Mandiri dan Makinta. Saya berencana menutup UL dan mengambil asuransi TL (Mandiri Jiwa Sejahtera?) yang UPnya lebih tinggi dan sisanya bisa ditambahkan ke reksadana. Menurut pk Priyadi apakah saya dapat menarik investasi di UL (walaupun ada potongan? sebaiknya ambil TL 10 thn atau 5 thn? apakah anak saya perlu diikutkan asuransi (anak sekarang hampir 16thn dan saya 43 thn)atau menunggu umur 18thn? terimakasih atas waktunya.

  192. Mas priyadi, minta saran yaa..saya sudah bekeluarga, punya anak 1 (umur 1 th). kami sekeluarga ingin sekali mempunyai asuransi kesehatan, jiwa dan berinvestasi. kemaren2 seh udah ngelirik unit link dari pruden dan commonwealth. tapi seudah baca2 diatas kaenya jadi ragu2 ikutan UL. minta saran dong mas..kita hanya punya uang Rp. 1.3 juta buat asuransi kesehatan, jiwa dan invest. thanx a lot ya…

  193. Sekedar memberi ilustrasi dengan harapan menjadi jelas buat teman2.
    Pake contoh awal aja: P****** Assurance Account
    Produk ini ada kata-kata account karena nasabahnya memang dibuatkan account.

    Secara umum hampir semua produk UL di Indonesia seperti ini (boleh disebut dibuatkan account).
    Yang namanya account tentu ada dana yang masuk, ada dana yang keluar, dan ada dana yang tinggal di dalam. Account juga bisa ditutup yang artinya polis surrender/selesai.

    Contoh dana yang masuk:
    – setoran premi
    – setoran top up berkala
    – setoran top up se-waktu2
    – keuntungan investasi (masuk dalam harga unit) (CMIIW)

    Contoh Dana yang keluar:
    – Biaya akuisisi (sesuai tabel yang ditetapkan. Dalam %, bukan dalam nominal mata uang)
    – Biaya administrasi (Dalam nominal mata uang, untuk biaya pengelolaan account, dikeluarkan setiap bulan)
    – Biaya manajemen pengelola dana investasi (Dalam % sesuai alokasi dana, dikeluarkan setiap kapan ya? ada yang tahu?)
    – Biaya asuransi (dasar &or rider) -> Sesuai tabel. Perlu digarisbawahi bahwa biaya ini biasanya dikeluarkan secara bulanan, dan akan naik per tahun seiring kenaikan usia nasabah (ini disebut actual premium, premi sesuai usia nasabah. Ciri2 produk term, uang hangus/jadi hak penanggung jika resiko tidak terjadi)
    – Biaya pemindahan alokasi dana investasi (jika ada pemindahan).
    – biaya lain yang ditetapkan (silakan tambahkan jika ada)

    Jadi disini dapat digambarkan mengapa di UL bisa cuti premi (berhenti setor), karena sepanjang account-nya ada dana yang mencukupi, biaya asuransi dapat dibayar dari account tsb (polis tetap inforce). Biaya asuransi di sini adalah actual sesuai resiko yang dikaitkan dengan usia dan tidak ada nilai tunai. Nilai tunai ada pada bagian investasi yang TIDAK DIJAMIN.

    Sekedar contoh kasus: Pak G ambil UL dengan UP 500 juta. alokasi dana investasi pada saham 100%. Pasar saham sedang anjlok turun menjadi 50% dari nilai tahun sebelumya (200 juta menjadi 100 juta). Pak G mengalami masalah di kantor, stress dan meninggal kena serangan jantung. Keluarga mengajukan klaim dan mendapatkan UP 500 juta + pencairan investasi yang besarnya 50% dari tahun sebelumnya (100 juta). Salah seorang keponakannya nyeletuk. “Coba meninggalnya tahun kemarin, bisa dapet tambahan nilai investasi 200 juta selain UP” :D

    Ini sekadar gambaran kemungkinan yang harus dihadapi nasabah UL. Karena begitu klaim diajukan, polis asuransi selesai dan account pun ditutup (investasi yang TIDAK DIJAMIN, dicairkan). Kecuali ada solusi lain. Ada yang tahu?
    :-?

  194. #219:

    mas pri…kok aku ga ngerti2 ya udah baca beberapa kali…jadi aku kan sekarang lagi proses ambil MJS, nah jadi aku tambahin manfaat payor gitu? atau gmn? MJS ku UP nya 600 jt-an utk 1,8 jt per tahun…trus gmn ngitungnya?? maaf ya jadi merepotkan…

    jadi gini, kalau misalnya ada UL yang menawarkan UP 100 juta dan payor 12 juta/tahun selama 10 tahun, maka manfaat yang setara di term life adalah: =100000000-PV(0.05;10;12000000). hasilnya adalah 192 jutaan. rumusnya itu coba dihitung pakai spreadsheet (misalnya oocalc atau excel).

    jadi nasabah bisa ngambil term life dengan UP 192 juta. nanti 92 juta disisihkan untuk disetorkan ke reksadana pasar uang. kalau bunganya 5%, dan tiap tahun ditarik 12 juta maka uangnya gak bakalan habis sampai 10 tahun. jadi praktis manfaatnya sama dengan ngambil payor di UL.

  195. #220:

    Menurut pk Priyadi apakah saya dapat menarik investasi di UL (walaupun ada potongan? sebaiknya ambil TL 10 thn atau 5 thn? apakah anak saya perlu diikutkan asuransi (anak sekarang hampir 16thn dan saya 43 thn)atau menunggu umur 18thn? terimakasih atas waktunya.

    kalau punya guaranteed renewability, makin singkat jangka waktunya makin baik. kalau bisa ambil 1 tahun. gak masalah kalau nantinya ngambil 20 tahun karena bisa diperpanjang sampai tua, tanpa syarat dan harganya tetap. anak kecil gak perlu diikutkan asuransi jiwa, tapi mungkin mereka perlu asuransi kesehatan. ngambil asuransi jiwa nanti saja kalau mereka sudah kerja dan sudah punya tanggungan.

  196. #221:

    Mas priyadi, minta saran yaa..saya sudah bekeluarga, punya anak 1 (umur 1 th). kami sekeluarga ingin sekali mempunyai asuransi kesehatan, jiwa dan berinvestasi. kemaren2 seh udah ngelirik unit link dari pruden dan commonwealth. tapi seudah baca2 diatas kaenya jadi ragu2 ikutan UL. minta saran dong mas..kita hanya punya uang Rp. 1.3 juta buat asuransi kesehatan, jiwa dan invest. thanx a lot ya…

    saya gak tahu skala ekonomi anda (penghasilan, kebutuhan sehari2), jadi gak bisa juga kasih rekomendasi besarnya UP asuransi. kalau mau, silakan email saya dengan data2 tersebut.

  197. Pak Pri, mohon masukan. Saya punya dana untuk invest sebesar 20 juta. Dengan kondisi bursa saham yang seperti ini saya sempat ragu untuk taruh sebagian besar di RD saham sehingga saya mohon saran pak priyadi untuk sebaiknya invest ke produk mana saja. Saya 35 tahun, lajang, punya dana darurat 4 x gaji, asuransi jiwa dan kecelakaan, asuransi kesehatan dan top up RDS tiap bulan untuk keperluan pensiun. Mohon saran dan masukan. Trims.

  198. :)
    Terima kasih mas Priyadi. Kelihatannya blog anda ini luar biasa pengaruhnya. Saya sudah analisis pakai google.
    Luar biasa. Kenapa bisa begitu ?
    Kalo saya perhatikan topik-topiknya hangat, dan gaya bahasanya perhatikan ini : ‘tidak menggurui’. Banyak situs yang ‘terlalu menggurui’ sehingga orang jadi males juga.
    Dan internet marketing telah terjadi dengan sendirinya.
    Conversion Rate’nya Blog Mas Priyadi ini keliatannya udah lumayan yah ?
    Oya , maaf bagi yg blm paham, ‘conversion rate’ adalah berapa besar jumlah transaksi dibagi total pengunjung situs. Transaksi itu contohnya Pay Per Click Adsense maupun terjualnya produk di situs tersebut ataupun hal lain yang diharapkan dari bisnis ato affiliate tsb.
    Contoh : bila ada 20 transaksi per 1000 pengunjung bisa dikatakan conversion ratenya 2%, semakin tinggi semakin baik. Intinya seberapa efektif web tersebut menjaring pengunjung yang bertransaksi. Jadi bukan sekedar jumlah pengunjung saja.

    Maaf hanya ingin sharing.

    hikmat
    http://www.belajarekonomi.com

  199. #227: kalau keperluan jangka panjang (5 tahun lebih), harusnya gak perlu takut. tapi kalau takut mungkin bisa pilih pendapatan tetap.

  200. mo numpang nanya neh…
    sy sekarang punya unitlink tuk anak di axa mandiri n dah berjalan selama hampir 3 th.. setelah baca ini, sy jadi pengen misahin assuransi n investasi…
    tp yg jadi masalah kyknya di axa mandiri gak ada asuransi pendidikan… klo sy ambil yg jiwa sejahtera, kira2 manfaatnya akan sama gak ya tuk pendidikan anakku..maksud sy biar gak pindah dr mandiri aja, biar praktis gitchu…
    thx sarannya…

  201. #230:

    di axa mandiri ada kok asuransi pendidikan, tapi daripada ambil asuransi pendidikan, lebih baik pisahkan asuransi dan investasi (asuransi pendidikan pasti merupakan gabungan asuransi dan investasi). produk term di axa mandiri itu namanya mandiri jiwa sejahtera. untuk reksadananya, bisa anda beli bukan di counter axa mandiri, tapi di customer service bank mandiri.

  202. mas pri,…apa kabar? saya mau nanya, mas Pri udah pelajarin soal reksadana saham yang Mandiri Invsta Atraktif Syariah? menurut mas pri, bagusan mana antara MITRAS dan produk PNM dan juga DINAR? karna saya ada dana lumayan yg mau dimasukin ke reksadana. thx ya

  203. #232: kalau saya tetap pilih reksadana indeks :). tapi mungkin PNM/mandiri syariah bisa dipertimbangkan untuk jangka relatif pendek (1-2 tahun). alasannya biaya masuk/keluar total lebih rendah, dan reksadananya juga baru, total dana kelolaan kemungkinan kecil. dan yang total dana kelolaannya kecil punya probabilitas untuk overperforming lebih tinggi (walaupun probabilitas untuk underperforming juga lebih tinggi).

  204. Mas Pri, sebelumnya Thx buat tulisan2nya yang bisa menjadi tambahan wawasan buat saya. Yang mau saya tanyakan, sbg ce (30th) dan sudah menikah anak 1, asuransi apa yang Mas Pri anjurkan? (Baik asuransi jiwa, kesehatan maupun pendidikan ato harus 2-2nya?! :-w ) serta investasi reksadana apa yang cocok untuk orang yang awam akan hal ini. Beserta nama asuransinya sbg referensinya.
    Thanks berat ya buat masukkannya :)

  205. Pak Pri,saya kemarin2 ada mengirimkan pesan ttg unitlink and reksadana, tapi saya bongkar2 blog nya kok pesan saya beserta pertanyaannya ga ada ya? Bisa tolong diinfo diposting yang mana pesan saya? Saya cari seharian ga ada lo Pak
    :((

  206. mas pri, akirnya saya nulis soal unitlink di blog saya..mungkin ga sejelas cara mas pri jelasin, tapi mohon dibaca dan mungkin mau ngasih komentar…karna saya masukin nama mas pri disitu…hehehe…coz i’m ur fans!! hehehe…thx yaa//

  207. Pak Pri, saya sekarang sedang apply untuk asuransi TL (jiwa & kecelakaan) 1 thn Axa Mandiri untuk saya dan suami saya tingal tunggu hasil persetujuan. Memang jumlah total yang dibayar akan jauh lebih kompetitif dari UL baik premi & UP. Pertanyaan berhubung setiap tahun (jika ambil 1 tahunan)harus diadakanpemeriksaan kesehatan apakah bila disetujui kita lebih baik ambil yang per 5 tahun? Bagaimana cara menutup UL (bln Juni ini 2 tahun)karena saya bayar autodebit ke credit card.Apakah yang dimaksud asuransi yang diambil itu bebas pajak. Terima kasih

  208. Mas Pri.. saya mau TANYA..

    begini, apa ya asuransi yang bagus untuk saya dan keluarga?
    saya punya 1 orang anak berusia 1 tahun..
    dan pengen punya asuransi pendidikan untuk dia nantinya..

    tapi, setelah membaca tulisan di atas, saya jadi tertarik juga dengan reksadana

    pertanyaannya:
    asuransi atau investasi apa yang harus saya dahulukan, dengan mengingat saya mempunyai satu orang anak berusia 1 tahun, dan hanya mempunyai dana 300rb sampai 500rb untuk hal ini.

    dan asuransi atau danareksa mana yang bagus untukkriteria tersebut?
    perbandingan commonwealth dengan prudential gimana ? khususnya untuk asuransi pendidikan dan atau reksadana.

    trima kasih atas saran dan infonya

  209. #239: setahu saya axa mandiri yang YRT itu sudah ada guaranteed renewal. coba dipastikan lagi ke agennya. kalaupun gak ada guaranteed renewability-nya, 5 tahun pun gak cukup, paling tidak harus ngambil 20 tahun. kalau memang gak ada guaranteed renewability, mungkin lebih baik cari di tempat lain.

  210. #240:

    asuransi atau investasi apa yang harus saya dahulukan, dengan mengingat saya mempunyai satu orang anak berusia 1 tahun, dan hanya mempunyai dana 300rb sampai 500rb untuk hal ini.

    pastikan sumber penghasilan diasuransikan. kalau misalnya ayahnya anak yang bekerja, ambil asuransi jiwa term life untuk ayahnya. setelah itu sisa dari 300-500rb/bulan itu diinvestasikan di reksadana.

    dan asuransi atau danareksa mana yang bagus untukkriteria tersebut? perbandingan commonwealth dengan prudential gimana ? khususnya untuk asuransi pendidikan dan atau reksadana.

    kalau untuk pendidikan, coba alokasikan 30% investasi ke reksadana pendapatan tetap. sisanya ke reksadana saham. jangan ambil prudential, itu unit link. silakan baca2 lagi tulisan saya di atas.

  211. Pak Pri…Tolong saya ya…
    Saya tertarik sekali untuk inves di RD, saat ini sy punya asuransi pendidikan dari takaful sdh berjalan 4 tahun dan UL baru 1 tahun. Setelah sy baca blog nya Pak Nofie dan P Pri saya memutuskan untuk menutup semuanya dan menggantinya dengan asuransi term life dan membeli RD. Pertanyaannya apakah saya masih punya nilai tunai untuk UL saya? Apakah sekarang timing yg tepat untuk membeli RD? Lebih baik mana inves dlm jumlah besar atau top up tiap bulan?

    Matur sembah nuwun pak….. atas pencerahannya^:)^

  212. Pak Priyadi, saya punya dana darurat sebanyak hampir 6 x pengeluaran, yang saya simpan di deposito, tabungan dan RDPU. Dana darurat itu meliputi 67% dari total uang yang saya punya. Sisanya 33% saya invest di RD saham dan RD campuran untuk kebutuhan-kebutuhan jangka panjang. Tiap bulan saya juga top up ke RD saham untuk persiapan pensiun 20 thn lagi. Apakah pola saya ini sudah cukup baik? Apakah porsi dana darurat saya terlalu besar dan pola inves terlalu kecil? Saya lajang, menanggung biaya orang tua dan baru ikut termlife dan asuransi kesehatan. Mohon saran.Trims

  213. numpang coment nih buat
    #243
    setahu saya UL yang baru setahun maka nilai tunainya cuma sebesar saver 1 tahun setelah dikurangi biaya

  214. Saya baca postingannya seru seru.
    Terus terang, bagi saya tulisan mas Pri lebih bermanfaat buat nambah pengetahuan mengenai UL,reksadana dan Asuransi.
    Saya sendiri ikut UL dari Axa-life dan Allianz.
    Di Axa life memang banyak potongan ( sampe 6.5% dari jumlah di setor, plus biaya bulanan 25rb, plus potongan 20% kalo ambil dana sebelum 3 th).
    Di Allianz malah lebih parah, musti nunggu sampe 5 tahun tuh.
    Kalo saya dulu baca blog ini sebelumnya , pasti saya ga akan beli UL deh. hehe…

    Bravo mas Pri

  215. Apakah pengertian guaranteed renewability itu adalah bahwa apapun keadaan kesehatan saya, masih bisa melanjutkan asuransi term lifenya ? misalkan saya ikut YRT yang pertahun, saat masuk tahun kedua dan akan memperpanjang ke tahun berikut ternyata saya menderita stroke (misalnya, jangan sampai deh :-), maka saya tetap bisa memperpanjang asuransi YRT tersebutsatu tahun berikutnya?

    Bila ya, dimana bisa dapatkan produk YRT 1 tahun yang bisa guaranteed renewability itu ? Saya sudah tanya ke Axa mandiri tapi agennya malah pingin tahu juga dimana..:-)
    Terima kasih.

  216. Dear Mas Pri,
    Maaf ya nanya lagi pertanyaan yang tidak bermutu.
    Saya akhirnya ikut RD saham semua karena emang untuk jangka panjang semua.
    Salah satunya jangka panjang selama 30 tahun untuk pensiun, berdasarkan perhitungan di portalreksadana.com saya butuh invest di RD tiap bulan selama 30 thn tersebut sebesar sekian rupiah.
    Pertanyaan saya, apakah RD bisa bertahan selama itu??
    Apa nanti di tengah jalan saya perlu switch ke RD lain yang baru? Kalau RD nya kinerja nya gak sama nanti perhitungannya jadi gak sama donk?
    Soalnya makin mengerikan ya duit kita banyak banget di satu RD tersebut, katakanlah pada tahun ke 20.
    Kalau mau diredempt nanti perhitungannya juga jadi gak se optimal kalau dia tetep di dalam RD tsbt kan?

    terima kasih banyak atas infonya ya mas pri

  217. #243:

    Saya tertarik sekali untuk inves di RD, saat ini sy punya asuransi pendidikan dari takaful sdh berjalan 4 tahun dan UL baru 1 tahun. Setelah sy baca blog nya Pak Nofie dan P Pri saya memutuskan untuk menutup semuanya dan menggantinya dengan asuransi term life dan membeli RD. Pertanyaannya apakah saya masih punya nilai tunai untuk UL saya? Apakah sekarang timing yg tepat untuk membeli RD? Lebih baik mana inves dlm jumlah besar atau top up tiap bulan?

    di UL-nya pasti ada nilai tunai, walaupun mungkin tidak semaksimal kalau invest terpisah. kalau ada uang dalam jumlah besar, mungkin lebih baik dipecah kecil2 supaya resikonya lebih kecil. misalnya, bagi dalam 10 kali penyetoran dengan selisih 1 minggu. atau kalau ingin repot tapi lebih maksimal, invest ke pasar uang dan lakukan redeem+setor ke reksadana saham setiap 1 minggu sekali.

    #244:

    Priyadi, saya punya dana darurat sebanyak hampir 6 x pengeluaran, yang saya simpan di deposito, tabungan dan RDPU. Dana darurat itu meliputi 67% dari total uang yang saya punya. Sisanya 33% saya invest di RD saham dan RD campuran untuk kebutuhan-kebutuhan jangka panjang. Tiap bulan saya juga top up ke RD saham untuk persiapan pensiun 20 thn lagi. Apakah pola saya ini sudah cukup baik? Apakah porsi dana darurat saya terlalu besar dan pola inves terlalu kecil? Saya lajang, menanggung biaya orang tua dan baru ikut termlife dan asuransi kesehatan

    sepertinya salah kalau menempatkan dana darurat di deposito. kalau ada keadaan darurat dan anda perlu uangnya, maka anda akan kena penalti yang cukup besar. lebih baik uang dana darurat disimpan di pasar uang. kedua, menurut saya 6x pengeluaran per bulan terlalu besar, 2x pengeluaran rasanya sudah cukup. 90%+ fungsi dana darurat ini sebenarnya bisa digantikan dengan kartu kredit, kalau belum punya kartu kredit coba apply dulu. kalau ada kenapa2, kartu kreditnya bisa dipakai untuk membayar hal mendesak dengan bunga 0% untuk 20-40 hari pertama. setelah pakai baru cairkan dana dari RD untuk melunasi tagihannya. jadi bisa lebih banyak dana yang disimpan di reksadana.

    #247:

    Apakah pengertian guaranteed renewability itu adalah bahwa apapun keadaan kesehatan saya, masih bisa melanjutkan asuransi term lifenya ? misalkan saya ikut YRT yang pertahun, saat masuk tahun kedua dan akan memperpanjang ke tahun berikut ternyata saya menderita stroke (misalnya, jangan sampai deh :-), maka saya tetap bisa memperpanjang asuransi YRT tersebutsatu tahun berikutnya?

    betul. pengecekan kesehatan dlsb hanya dilakukan sekali yaitu waktu daftar. untuk perpanjangan, mereka gak berhak menolak walaupun mereka mengetahui nasabahnya sakit keras.

    Bila ya, dimana bisa dapatkan produk YRT 1 tahun yang bisa guaranteed renewability itu ? Saya sudah tanya ke Axa mandiri tapi agennya malah pingin tahu juga dimana..

    AXA mandiri punya guaranteed renewability, tapi untuk yakinnya coba minta copy polis sebelum anda ikutan. yang lain yang saya yakin punya guaranteed renewability: manulife, commonwealth life

    #248:

    Bagaimana dg invest Emas….

    bagus. perkiraan saya emas akan naik sedikit lebih tinggi daripada inflasi. emas bagus untuk hedging terhadap resiko krisis moneter.

    #249:

    Salah satunya jangka panjang selama 30 tahun untuk pensiun, berdasarkan perhitungan di portalreksadana.com saya butuh invest di RD tiap bulan selama 30 thn tersebut sebesar sekian rupiah. Pertanyaan saya, apakah RD bisa bertahan selama itu?? Apa nanti di tengah jalan saya perlu switch ke RD lain yang baru? Kalau RD nya kinerja nya gak sama nanti perhitungannya jadi gak sama donk? Soalnya makin mengerikan ya duit kita banyak banget di satu RD tersebut, katakanlah pada tahun ke 20. Kalau mau diredempt nanti perhitungannya juga jadi gak se optimal kalau dia tetep di dalam RD tsbt kan?

    betul. lebih baik setahun sekali dievaluasi apakah kinerja RD yang kita pakai cukup bagus. di masa yang akan datang mungkin ada lebih banyak pilihan reksadana indeks. di reksadana indeks nasabah tidak perlu banyak berpikir soal kinerja manajer investasi karena kinerjanya akan mengikuti indeksnya. sayangnya sekarang baru ada satu RD indeks di Indonesia.

  218. Artikel yang bagus Mas Pri.
    Bisa kasih asuransi jiwa (term-life) yang syariah selain takaful falah?

    Tanx

  219. Pak Priyadi,
    setelah baca ulasan di blog ini saya tertarik untuk membeli reksadana. Tapi ada saran dari teman saya kalau mau membeli reksadana lebih baik tunggu saja sampai pertengahan 2009. Alasannya karena saat ini masih masa resesi dunia, pemilihan presiden di AS, kenaikan harga BBM dan rencana pilpres di Indonesia tahun 2009 juga. Apakah benar sebegitu besar pengaruh tersebut?

  220. #251:

    Bisa kasih asuransi jiwa (term-life) yang syariah selain takaful falah?

    maaf, saya kurang tahu.

    #252:

    setelah baca ulasan di blog ini saya tertarik untuk membeli reksadana. Tapi ada saran dari teman saya kalau mau membeli reksadana lebih baik tunggu saja sampai pertengahan 2009. Alasannya karena saat ini masih masa resesi dunia, pemilihan presiden di AS, kenaikan harga BBM dan rencana pilpres di Indonesia tahun 2009 juga. Apakah benar sebegitu besar pengaruh tersebut?

    pengaruhnya pasti ada. soal teknik masuk terbaik tergantung dari berapa dana yang anda miliki, dan kapan dana tersebut nantinya akan dipakai. kalau anda mau investasi secara lumpsum (sekali dalam jumlah besar), lebih baik diinvestasikan dalam jumlah kecil beberapa kali dengan selang waktu tertentu. misalnya anda punya uang 50 juta, mungkin lebih baik anda setor 5 juta setiap minggu sampai uangnya habis.

    kalau anda ingin investasi secara berkala dalam jumlah kecil, tidak perlu mikirin faktor2 eksternal terlalu jauh. lebih baik dilakukan saja. kalau anda investasi dalam jangka panjang (15 tahun ke atas), harusnya anda tidak akan rugi.

  221. Pak Priyadi nanya lagi nih…
    Sebenarnya akan lebih baik memilih satu MI (Managemen Investasi) saja tapi konsisten dalam memasukkan investasi atau berpindah-pindah MI sehingga sering melakukan buy and redemption karena mengikuti perkembangan MI yang paling bagus?
    Filosofi jangan menaruh semua telur pada satu keranjang itu maksudnya diversifikasi MI (lebih dari satu MI) atau kita menggunakan satu MI saja biar MI tersebut yang men-diversifikasikan uang kita ke berbagai saham andalannya?

  222. #254: kalau saya lebih suka diversifikasi ke beberapa MI. kalau satu underperform harusnya bisa diatasi MI lain yang overperform.

    alternatif lain, pakai saja reksadana indeks. masalahnya di indonesia hanya ada satu reksadana indeks. belum tentu danareksa indeks syariah ini bisa memenuhi kebutuhan nasabah. idealnya memang harusnya ada produk indeks yang lain.

  223. Saya juga terjebak asuransi wholelife, untungnya baru sekali bayar premi..:d Rencananya saya cut, dengan cara tidak membayar premi kedua nanti. Dalam polisnya ada kalusul kalau pada waktu jatuh tempo sampai habis masa tenggang premi tidak dibayar, maka otomatis putus.
    Rencananya beli termlife dengan guarenteed renewability. Mas Pri, Allianz Smartlife apakah termasuk jenis produk yang guaranteed renewability…?

  224. #256: maaf saya kurang tahu, silakan anda tanya2 sendiri ke allianz. pengalaman saya lihat beberapa ilustrasi, produk term dari allianz termasuk yang paling mahal, bisa sampai hampir 2x lipat produk sejenis dari perusahaan lain. tapi untuk pastinya lebih baik anda tanyakan sendiri.

  225. Pak Priyadi,
    kalo diliat-liat sekarang ini akibat hebohnya isu-isu politik di Indonesia maupun di dunia hampir semua harga-harga saham maupun nilai investasi mengalami penurunan. Sebaiknya bagaimana ya Pak? Apakah investasi perbulan di reksadana tetap jalan terus, atau kita kurangi porsinya, atau malah kita hold dulu sampai kondisi membaik lagi?

  226. oh my god, Alhamdulillah baru nemu artikel ini sekarang, padahal udah publihed 30 nov 07, hiks hiks

    secara saya udah terlanjur beli unitlink commonwealth 3 bulan yg lalu, untung bayarnya bulanan ngga langsung setahun jadi pengeluaran baru 3 * rp.250rb.

    Thanks mas Pri, bravo Indonesia

  227. Telat banget ni saya mengenal situs-nya Mas Pri setelah googling baru ketemu :(
    Kebetulan banget saya juga baru belajar investasi untuk pendidikan anak (jk 5-6 tahun). Tapi masih bingung antara pilihan PNM Ekuitas Syariah atau Danareksa Indeks Syariah. Bisa bantu menjabarkan sisi + dan – nya mas? Misalkan saya punya dana 10jt, baiknya dg cara lumpsum atau dicicil? Help me:((

  228. OM… Tadi siang gw ke Bank Mandiri deket rumah.. nanya Mandiri Jiwa Sejahtera.. kok MJS ini gak ada klausul guaranteed renewability ya.. kata mba’ tadi dan memang tertera di ilustrasi yang diberikan ke saya, tiap 5 tahun, Premi akan naik, tapi UP tetep..
    Saya yang salah atau siapa yang bener nih..
    nanya ajah sih

  229. kepada yth semua fund manager mohon saya dikirimi prospektus reksadana saham atau reksadana indeks untuk dikirim ke MEI SUSANA dengan alamat Bpk ANTONO JL.LETNAN KHOIRI NO : 45 RT 01 RW 08 KARANGANYAR GUMUKMAS JEMBER

  230. Mantabs……. Kalau sekarang asuransi apa aja ya yang ada produk Termlife-nya?
    Kepada semua AGEN ASURANSI yang punya produk TERMLIFE sikalan emailkan ratenya untuk UP 500/1000jt.
    usia saya 27 tahun, no smoking.
    kobis_top@yahoo.com

  231. tulisan yang sangat mencerahkan..terima kasih ya pak..
    lengkap sekaliiii.. saya lagi mencari tau soal produk asuransi term life ini.. :)
    selama ini sudah invest di RD, dan kemarin sempat ragu untuk beli danareksa index syariah itu coz lihat performa tahunan nya kok hanya 18% ya pak? apa karena masih baru? memang kalo index biasanya rata-rata brp persen? thnx

  232. Pak, saya senang sekali ada blog seperti ini. Hal ini bener2 menambah wawasan saya mengenai asuransi dan investasi. yang menggelitik saya, kenapa ya, bapak saya lebih percaya sama asuransi unit link daripada term life&RD (berdasarkan pengalaman pribadinya)? katanya semua hal yang saya informasikan (seperti yang ada diblog ini juga)adalah teori saja karena sudah mencoba semuanya dan pengalaman eyang yang dirasakan ayah saya yang mengalami krisis keuangan (saya kurang tahu istilahnya, tp ketika nilai mata uang kita menjadi tidak berharga contoh nya rp 100 menjadi rp 1 atau sebaliknya (?)(maaf saya kurang menguasai istilah keuangan).
    Bapak saya merasa dalam jangka waktu yang sama, unit link lebih menguntungkan dibanding reksadana. dengan tempo tertentu bapak saya bisa balik modal dengan unit link sampai membuat unit link kedua sedangkan reksadana (RD saham) hanya mendapat return 50%nya saja.

    Saya yang ada niat untuk membuka asuransi term life untuk suami saya dan reksadana untuk masa depan keluarga saya jadi bingung.

    Dan kata bapak saya, kita harus pintar2 mencari manajer investasi yang tepat yang bisa memutar uang kita di Reksadana.

    Pada saat saya katakan, di Amerika sdh tidak ada yang memakai unit link, bapak menegaskan, karena di Indonesia perusahaanya masih bisa berkembang sedangkan di Amerika sudah stagnan.

    Apakah tren sudah berubah dari jaman bapak saya? Bapak saya pernah mengalami kerugian RD dengan jumlah besar di saham komoditi sehingga tidak begitu suka dengan RD. Untungnya bapak saya sekarang bisa menyekolahkan saya di ked. gigi serta S2, dan kedua adik saya spesialis dan di LN

    Mungkin ada penjelasan ddari Pak Priyadi? Saya benar2 bingung. Maaf jika pertanyaan nya masih bersifat mendasar karena saya masih sangat awam dan terlambat untuk belajar (usia saya 30thn dengan 1 anak)

    Terima kasih.

    1. @Khailisha:

      perbedaan dasar term life dan unit link itu sebenarnya hanya ini: di term life, setoran premi didebet dari rekening tabung/kartu kredit/dll dsb; sedangkan di unit link, setoran premi didebet dari rekening reksadana (atau mirip2 reksadana). walaupun ada perbedaan lainnya, perbedaan dasarnya cuma itu.

      jika dengan ikut term life + reksadana, lalu jebol akibat krismon, maka hal yang sama juga akan terjadi jika ikut unit link (malah jebolnya akan lebih parah, karena cost di sana jauh lebih besar).

      pada prakteknya, sepintar-pintarnya manajer investasi, tidak akan jauh lebih pintar daripada manajer investasi yang lain. ini bisa dilihat di tabel reksadana, misalnya di koran tempo dan di koran bisnis. di sana biasanya juga ada data dari beberapa unit link. ini bisa dibandingkan langsung, perbedaan dari mereka tidak terpaut terlalu jauh.

      kalau bapak anda bilang istilah ‘saham komoditas’, curiganya bapak anda (maaf) pernah kena penipuan investasi. biasanya penipu ini minta dana nasabah, kemudian mereka yang ‘muterin’ di komoditas atau indeks. ini hampir pasti bakalan rugi karena ini cuma permainan zero-sum: duit yang menang berasal dari yang kalah. dan karena ada biaya2 lain2, maka yang zero-sum itu jadi negative-sum: besar uang yang dimenangkan lebih kecil daripada besar uang yang kalah.

      supaya gak kena skema seperti itu, pastikan reksadana yang kita beli benar2 reksadana, bukan cuma ngaku2 reksadana. yang paling gampang: beli koran tempo, terus lihat di lembar ekonomi, ada ngga nama reksadana yang mau kita beli di sana. kalau ada 99.9999% aman :)

  233. Wah, saya senang sekali Pak Priyadi menuliskan penjelasan yang mencerahkan tengtang asuransi jiwa dan reksadana. Kebetulan saya masih sangat awam tentang hal ini.
    Oya, tahun ini rencananya saya dan suami akan mulai membeli produk asuransi, tapi masih bingung dengan hal2 berikut:
    1. Untuk asuransi jiwa, apakah sebaiknya saya & suami sama2 membelinya, atau cukup suami saja?
    2. Untuk asuransi yang meng-cover cacat tetap akibat kecelakaan/ penyakit sehingga suami saya tidak bisa bekerja lagi kira2 asuransi apa ya pak?

    Terima kasih banyak sebelumnya Pak Pri..

  234. salam hangat mas pri, senang “nyasar” di blog ini karena saya mau tau tentang produk asuransi.
    Dari niatnya baca2 aja tertarik koment satu hal karena saya pernah diprospek untuk jadi agen P

    Mohon maaf sebelumnya krn masih bingung cara posting (gaptek:( INI KUTIPAN DARI PERNYATAAN mas Pri :

    “di sini saya membahas unit link premi berkala (misalnya PAA), bukan unit link premi tunggal (misalnya PIA). kalau misalnya per bulan nasabah bayar Rp 1 juta (di luar top up premi berkala), maka total jendral yang akan dibayarkan ke agen adalah Rp 1 juta * 12 * 205% = Rp 24,6 juta dalam 5 tahun pertama (contoh menggunakan Pru PAA).

    dari Rp 1 juta yang dibayarkan tersebut sebagian di antaranya adalah komponen investasi. dana untuk agen ini akan diambil dari porsi investasi tersebut. angkanya jelas masih masuk karena 5 tahun pertama nasabah setor uang sebesar 5*12*Rp 1 juta = 60 juta, dan ini belum memperhitungkan perkembangan investasi”

    NAH, yang saya tau komisi agen itu bukan didapat dari Investasi nasabah tapi dari alokasi dana proteksi. Misal untuk nasabah yang bayar 1juta/bulan, biasanya dikasih pilihan mo taro berapa untuk investasi, mau taro berapa untuk proteksi. klo bayar 1juta/bulan artinya kan 12 juta/tahun. klo dia milih 8 juta masuk proteksi dan 4 juta masuk tabungan/investasi. Maka komisi agen di tahun pertama = 30%x8juta = 2.400.000:12 (bulan) = 200rb/bulan. Ditahun kedua itungannya sama 30%. Tahun ke-3 s/d ke-5 agen dapat 5% dari proteksi = 33ribu-an/bulan. Tahun ke-6 dstnya gak dapat lagi..
    JADI, klo ditotal untuk nasabah 1jt/bulan dg alokasi 8-4 di atas, maka total komisi agen hingga tahun ke-5 = 6juta. CMIIW .

    Nah angka 60juta yg mas jelaskan di atas dan 205% itu dapat darimana???

    Itu aja mungkin masukan saya. thanks untuk kebaikannya beri input from other side ;). Nice sharing

    1. @sri:

      komponen biaya asuransi di PAA itu ada bagian investasinya. walaupun nasabah ngga ngambil prusaver, tetap akan ada bagian yang masuk investasinya. bagi yang ngga ngambil prusaver, silakan lihat di polis masing2 :)

      205% itu adalah total biaya akuisisi: 100%+60%+15%+15%+15%. memang gak semuanya masuk kantong agen yang berhubungan langsung ke nasabah, tapi sebagian masuk ke uplinenya, upline uplinenya dst, dan juga masuk ke agencynya.

  235. mao tanya nih, kalo hospitalnya asuransi sequis bagus ga? soalnya, ada yang bilang klaimnya ruwet,ada yang bilang kalo klaim ga dicover ful?bener ga sih?thks.Meli

  236. pak, apakah ada perbedaan antara asuransi jiwa dan asuransi kesehatan?
    apakah setiap membeli asuransi jiwa (term life) sudah termasuk asuransi kesehatan di dalamnya? ataukah merupakan tambahan (raider)?
    tq

  237. Pak Priyadi terimakasih atas pencerahannya untuk asuransi jiwa term life, sangat mencerahkan.

    Sekarang saya tinggal bingung mau memilih mengambil asuransi di mana… Maunya ambil di manulife, tapi beratnya minimal premi adalah 3 jt pertahun.
    Apabila yang diambil adalah YRT, berarti premi setiap kali melakukan perpanjangan akan naik ya Pak? Kira2 seberapa besar ya pak gambaran kenaikannya?

    Saya mau memasukan sebagian dana darurat saya di reksadana pasar uang. Bisa dikasih saran reksadana pasar uang yang mana ya Pak, yang performancenya baik? Dan Kenapa tidak lebih baik diletakan di pendapatan tetap. Trims Pak Pri

    1. @akd:

      besar kenaikannya sudah diberi tahu di awal dan tercantum di polis. tidak seperti UL yang kenaikannya tidak kita ketahui sejak awal.

      menurut saya, pemilihan RD dilakukan berdasarkan kapan dananya akan dipakai. untuk jangka panjang (di atas 3-5 tahun) disimpan di saham, jangka menengah (1-3 tahun) disimpan di PT, sedangkan di bawah 1 tahun baru disimpan di pasar uang. kalau jangka agak lama lebih baik jangan di pasar uang, karena biasanya pasar uang performancenya di bawah inflasi.

  238. Alhamdulillah,,nyangkut d blog ini. .
    Pak pri,bl0gnya benar2 brilian !!
    Sya dn tman sya rncananya mgu ini mau beli UL,tp setelah bca bl0g anda,100 pr0sen akan sy batalkan !!
    kasian sekali tman2 yg sdh ikutan,terkena bjukrayu agen,,
    Biasanya mereka ambil 30 jt,*sy tdak tau/blm tnya2 UPnya brapa*
    Tp mereka byar slama 2 taun,,apa itu jg pr0duk PAA??
    Saya rasa tman2 d sni adalah sasaran empuk buat agen UL,terutama ul prudential,karena banyak yang ingin ikut investasi,tp gak tau mau inves kmana,,lalu agen2 itu datang. . .bisa d tebaklah rensp0n untuk orang2 awam sperti kami:(

    Mau nanya pak,, RD apa bisa di beli dari h0ngk0ng??*ada bank mandiri*tp sptinya mrka gak jualan. .*

  239. hmmm agak bingung2 juga nih baca blog ini yang kayanya menjatuhkan unit link aja…. pada intinya semua asuransi itu baik, semua ada plus dan minusnya
    untuk asuransi term life kenapa bisa murah dengan up besar? karena tidak ada nilai tunainya? jadi kalau tidak meninggal2 akan terus bayar premi selama masih mau ditanggung up meninggalnya….dan ingat asuransi term life hanya ditanggung sampai usia 65thn, memangnya kita cuma mau hidup sampai 65thn saja? coba kita kalikan yah… usia 35thn, up meninggal 1 M hanya bayar 3.780.000 saja, pembayaran selama 30 tahun = 113.400.000 ( perlu diingat, tidak ada nilai tunai alias hanya buang2 kelaut saja duitnya )

    versus unit link pertahun memang kelihatan jauh lebih mahal 15jt pertahun untuk mendapatkan up meninggal 1M dan up meninggal karena kecelakaan 1M, jadi kalau meninggal karena kecelakaan maka keluarga yang ditinggalkan akan diberikan 2M, coba kita kalikan yah… cukup menabung 10 tahun saja ( perlu dicatat MENABUNG, bukan bayar premi ) total 10 tahun 150.000.000, perbedaan 36.600.000 saja, tapi pada tahun ke 10 anda sudah stop menabung dan tabungan anda sudah mencapai rp. 210.000.000

    jadi menurut anda lebih baik mana term life atau unit link?

    up meninggal di unit link juga kalau dimasukkan ke reksa dana atau produk investasi sejenisnya juga akan menghasilkan keuntungan yang sama dengan memasukkan up meninggal term life di investasi, lalu dimana letak kerugiannya?

    apakah anda lebih memilih untuk tidak kehilangan 36.600.000 tetapi anda kehilangan 210.000.000, orang yang bijaksana pasti akan dapat memilih dengan jelas

    mari kita bicara mengenai payor, pada saat tabungan di unit link sudah mencapai 60 juta ( asumsi tabungan di ul 1jt/bln ) dan invest anda di reksa dana (atau apalah namanya ) juga 60 juta, kalau di UL anda mendapat tambahan dana sebesar 12jt/tahun beserta tingkat kenaikan unit link yang besar… kita asumsikan tingkat bunga adalah sama yaitu 10%, tahun 1 setelah kita terima payor 12 juta maka tabungan kita akan menjadi 72jt + bunga 10% = 79.200.000
    tahun 2 – 79.200.000 + 12 jt payor + bunga 10% = 100.320.000,-
    tahun 3 – 100.320.000 + 12 juta payor + bunga 10% = 123.552.000
    sisanya mohon anda hitung sendiri

    nah kalau investasi yang di bilang bisa menutupi payor, mari kita hitung
    investasi thn 1 – 60 jt + bunga 10% = 66.000.000
    tahun 2 – 66.000.000 + bunga 10% = 72.600.000
    tahun 3 – 72.600.000 + bunga 10% = 79.860.000
    sisanya bisa anda hitung sendiri

    pertanyaannya, dimana letak unit link yang merugikan nasabah???

    perhitungan biaya akuisisi yang dianggap mahal dan tidak worthed…. kami hanya diberi komisi selama 5 tahun dengan tingkat komisi menurun yaitu 30% selama 2 tahun dan sisanya 5% pertahun, akan tetapi kami melayani anda sampai usia anda 99 tahun ( untuk meninggal ) apakah menurut anda itu kurang cukup??

    dengan anda mendapatkan potongan biaya akuisisi, dengan contoh diatas di tahun ke tiga anda bisa mendapatkan rp. 123.522.000 di unit link

    dengan produk investasi anda hanya mendapatkan 79.860.000

    kalau boleh saya tanya, dimana letak kerugian di unit link?

    thanks, just for share
    kalau ingin memberikan pendapat sebaiknya jangan memberatkan satu pihak saja, tetapi lihat kenyataan yang ada

    plus satu lagi, kalau anda telat atau lupa membayar link term anda dan sudah jatuh tempo dan pada saat itu nasabah meninggal, apakah masih keluar up meninggal??

    di unit link, setelah nasabah menabung rutin selama 2 tahun ( di perusahaan tempat saya menabung ) maka awal bulan ketiga walaupun anda telat nenabung dan pada saat itu nasabah meninggal, up meninggal tetap keluar

    lalu dimana letak kerugian menabung di unit link?

    sekali lagi setiap produk asuransi ada plus dan minusnya, tetapi saya mohon pada anda untuk bersikap subyektif dan jangan jadikan ini ajang untuk menjelek2an asuransi yang bersifat unit link

  240. maaf masih awam, mau nanya:
    1. klo agen UL melayani sampai nasabah usia 99 tahun, misalkan yg meninggal duluan agen UL nya, trus ada jaminan klaim tetap di layani dari pihak perusahaan?

    2. apa benar batas perpanjangan term life mentok sampai usia nasabah 65 thn?

Leave a Reply to audrey Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *