Bedah Sistem MLM

Karena banyak yang menagih tulisan skema piramida vs. MLM pada [tulisan terdahulu](https://priyadi.net/archives/2006/09/16/maraknya-bisnis-referensi/), maka saya tuliskan pendapat saya mengenai perbedaan dan persamaan skema piramida dan MLM. Banyak orang yang menganjurkan untuk menghindari skema piramida tetapi bukan MLM, [termasuk saya](https://priyadi.net/archives/2005/09/14/menghindari-penipuan-peluang-bisnis-di-internet/). Tetapi apakah itu sudah cukup?

[Skema piramida](http://en.wikipedia.org/wiki/Pyramid_scheme) adalah sebuah model bisnis yang tidak dapat diandalkan. Keuntungan dari seorang anggota murni berasal dari hasil merekrut anggota yang lain. Jika anggota tidak melakukan perekrutan, maka dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mendapat keuntungan. Kebanyakan skema piramida tidak menjual produk, tetapi ada beberapa yang menggunakan ‘produk’ sebagai kedok. Anggota yang berada pada tingkat bawah atau dekat dengan tingkat paling bawah sudah dapat dipastikan merugi.

Di sisi lain, [Multi level marketing](http://en.wikipedia.org/wiki/Multi-level_marketing) (MLM) memiliki struktur mirip dengan skema piramida dimana seorang anggota berusaha merekrut orang lain untuk menjadi anggota. Perbedaannya, pada MLM ada produk yang diperjualbelikan. Keuntungan didapatkan jika seorang anggota atau *downline*-nya melakukan penjualan produk. Artinya, walaupun anggota berada pada tingkat paling bawah, potensi untuk mendapatkan keuntungan masih terbuka.

Potensi untuk mendapatkan keuntungan masih terbuka. Yang harus digarisbawahi di sini adalah kata ‘potensi’. Artinya terbuka kesempatan bagi anggota tingkat terbawah untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tentunya belum dapat dipastikan bahwa semua anggota tingkat terbawah akan mendapatkan keuntungan.

Bagaimana ciri-ciri MLM (atau bisnis apapun lainnya) yang baik? Yang utama adalah bahwa seluruh anggota secara kolektif tidak merugi. Bisa saja ada anggota-anggota yang merugi secara pribadi, ini wajar dalam bisnis apapun, akan tetapi sistem secara keseluruhan tidak merugi, atau paling tidak tidak merugi secara terus menerus. Ini adalah prakondisi sistem perdagangan yang *sustainable* dan mengutamakan asas *win win solution*.

Pada sistem distribusi melalui MLM ada beberapa kelompok yang terlibat:

* Produsen, adalah produsen yang produk-produknya disalurkan melalui sistem MLM.
* Distributor, adalah anggota masyarakat yang direkrut untuk memasarkan produk-produk produsen dan merekrut distributor lainnya dengan imbalan tertentu.
* Konsumen non distributor, adalah masyarakat pengguna produk.

Menghitung untung rugi sistem ini sebenarnya tidaklah sulit, dan tidak perlu melibatkan hitung-hitungan komisi sangat rumit yang tentunya berbeda untuk MLM yang berbeda.

Kunci dari sistem ini adalah kelompok distributor. Pada MLM yang baik, kelompok distributor ini secara keseluruhan tidak merugi. Bagaimana supaya tidak merugi? Materi yang masuk ke kelompok distributor ini haruslah lebih besar daripada materi yang keluar meninggalkan kelompok ini. Untuk mengetahuinya kita harus memilah-milah jenis-jenis transaksi dari sudut pandang kelompok distributor.

1. Produsen mengirim produk ke distributor.
a. produk untuk dikonsumsi distributor sendiri.
b. produk untuk dikonsumsi konsumen di luar distributor.

2. Distributor mengirim produk ke konsumen.

3. Konsumen membayar harga produk ke distributor.

4. Distributor membayar harga produk ke produsen.
a. harga produk untuk dikonsumsi distributor sendiri.
b. harga produk untuk dikonsumsi konsumen di luar distributor.

5. Sumber daya yang harus dikeluarkan distributor sebagai konsekuensi menjalankan tugas sebagai distributor.

6. Perpindahan dana akibat proses perekrutan.
a. Dana yang diterima oleh distributor sebagai konsekuensi memiliki *downline*
b. Dana yang disetor oleh distributor sebagai konsekuensi memiliki *upline*

1b dan 2 saling mengeliminasi. 3 lebih besar daripada 4b, selisihnya adalah profit bagi distributor secara keseluruhan. 1a dan 4a dapat disatukan sebagai transaksi jual beli antara produsen dan distributor, produsen mendapatkan uang harga produk dari distributor, sedangkan distributor tidak mendapatkan profit, tetapi mendapatkan manfaat dari produk. 6a dan 6b saling mengeliminasi.

Setelah mengeliminasi faktor-faktor yang saling berlawanan, hasilnya adalah seperti di bawah ini:

1. Transaksi jual beli antara produsen dan distributor (1a dan 4a). Produk dipakai oleh distributor sendiri.
2. Konsumen mengirim dana sebagai keuntungan kotor ke distributor, jika distributor menjual produk ke konsumen di luar distributor (3 dan 4b).
3. Sumber daya yang harus dikeluarkan distributor sebagai konsekuensi menjalankan tugas sebagai distributor.

Catatan: Transaksi di atas sudah melalui proses generalisasi. Bisa saja seorang distributor menerima bonus dari produsen, dari *upline*-nya, dari *upline* *upline*-nya. Tetapi pada dasarnya uang yang diterima berasal dari keuntungan hasil penjualan produk ke kelompok masyarakat non distributor. Sedangkan bonus yang diterima akibat merekrut seorang distributor akan saling menghilangkan dengan dana yang disetorkan oleh distributor baru tersebut.

Dengan demikian, satu-satunya sumber keuntungan yang didapatkan oleh kelompok distributor secara kolektif adalah jika mereka menjual produk ke masyarakat yang tidak tergabung dalam kelompok distributor. Pendapatan kelompok distributor secara keseluruhan menjadi positif seandainya 2 > 3.

Yang menjadi masalah adalah sistem MLM di dalam kelompok distributor sendiri tidak menganjurkan menjual langsung ke masyarakat non distributor. Distributor-distributor secara individu diberi insentif lebih tinggi untuk merekrut anggota kelompok konsumen untuk menjadi distributor, ketimbang untuk menjual produk ke mereka. Di sisi lain, semakin banyak anggota kelompok distributor, maka semakin tinggi beban untuk mencapai keuntungan kolektif. Mereka harus menjual lebih banyak produk lagi ke masyarakat non distributor, dan di sisi lain, anggota masyarakat yang tertarik dengan produk tersebut mungkin sudah tertarik untuk menjadi distributor.

Pada beberapa presentasi MLM yang saya ikuti (atau lebih tepatnya menjebak saya), mereka selalu melecehkan sistem penjualan *door-to-door*. “Untuk apa menjual seperti sales keliling, jika dengan merekrut distributor baru kita akan mendapatkan keuntungan lebih banyak?” Padahal pada kenyataannya sistem penjualan langsung ke masyarakat tanpa mengajak mereka menjadi distributor ternyata jauh lebih menguntungkan bagi kelompok distributor secara kolektif.

Singkatnya, menjual produk ke masyarakat non distributor sebanyak-banyaknya adalah sebenarnya yang harus dilakukan oleh kelompok distributor secara kolektif. Tetapi secara individu, merekrut masyarakat untuk dijadikan distributor jauh lebih menjanjikan.

Kesimpulannya, MLM yang baik adalah MLM yang memberi insentif lebih tinggi bagi distributornya untuk menjual produk ke anggota masyarakat non distributor ketimbang untuk merekrut distributor baru. Adakah MLM yang seperti itu? Saya pribadi belum menemukannya.

Jika ada manfaat yang nyata dengan menjadi ‘distributor’ MLM, maka itu adalah *point* nomor 1 di atas: untuk mendapatkan produk-produk dari produsen dengan harga diskon, dengan kata lain kelompok distributor menjadi mirip seperti keanggotaan klub belanja. Tetapi rasanya sebagian besar orang-orang memilih menjadi distributor bukan untuk mendapatkan produk-produk dengan harga diskon.

Kemudian ada masalah margin keuntungan. Untuk produk-produk yang dijual ke masyarakat non distributor melalui MLM, margin keuntungannya jauh lebih tinggi daripada jika dijual melalui jalur distribusi tradisional. Mengapa ini bisa terjadi? Karena distributor mendapatkan komisi dari produk-produk yang dijual ke masyarakat non distributor. Terkadang, margin keuntungan ini bisa mencapai 80%!

Bagaimana caranya menghitung margin keuntungan ini? Sebenarnya tidak sulit, hanya saja kita perlu mempelajari struktur komisi dari MLM yang bersangkutan. Singkatnya, harga produk setelah dikurangi komisi yang dibayarkan ke distributor akan tidak jauh berbeda seandainya produk yang bersangkutan dijual melalui jalur distribusi tradisional. Akibatnya, akan sangat sulit bagi distributor untuk menjual produk yang berkompetisi dengan produk lain yang dijual melalui jalur distribusi tradisional.

Bagaimana jika kita tinjau dari ruang lingkup produsen? Dari sisi produsen, kelompok distributor dan masyarakat di luar distributor keduanya adalah konsumen. Produsen akan mendapatkan keuntungan terlepas dari siapa yang membeli produknya. Produsen sama sekali tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran, kelompok distributor yang akan dengan sukarela melakukannya untuk mereka, dan bahkan produsen akan mendapatkan keuntungan tambahan yang sangat signifikan dari kegiatan tersebut! Tanpa mempertimbangkan faktor moralitas dan reputasi, dari ruang lingkup produsen, pemasaran melalui MLM adalah cara pemasaran yang revolusioner.

Dengan demikian kini saya berkeyakinan bahwa MLM adalah salah satu bentuk *money game* terselubung. Perbedaannya terletak hanya pada status saja, resmi atau tidak resmi, legal atau tidak legal. Pengecualian ada pada MLM yang menitikberatkan penjualan produk ke masyarakat non distributor ketimbang melakukan perekrutan distributor baru.

\*\*\*

Contoh soal:

Perusahaan PT. Acme Sejahtera adalah produsen [tempaan](http://en.wikipedia.org/wiki/Anvil) merk AnvilX™. Perusahaan ini memasarkan AnvilX™ melalui jaringan MLM. Biaya modal untuk memroduksi AnvilX™ adalah Rp 900, dan produk ini dijual ke publik dengan harga resmi sebesar Rp 1500. Sedangkan jika yang membeli adalah distributor, harganya cuma Rp 1000. Setiap kali distributor menjual ke masyarakat non distributor maka ia akan mendapatkan komisi Rp 300, dan *upline*-nya mendapatkan komisi Rp 200.

Untuk menjadi seorang distributor, maka distributor tersebut harus membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 300. Sedangkan jika seorang distributor merekrut distributor baru, maka ia akan mendapat komisi Rp 300. Pekerjaan sebagai distributor ini menuntut biaya operasional sebesar Rp 100/bulan.

Karena MLM Acme adalah MLM yang masih baru, MLM ini baru memiliki 3 orang distributor, yaitu A sebagai distributor pertama, serta B dan C sebagai *downline* dari A.

Skenario 1: para distributor ini memfokuskan diri untuk merekrut distributor baru tanpa melakukan penjualan baik ke mereka sendiri maupun ke luar kelompok distributor.

Anggaplah B dan C pada bulan ini keduanya berhasil merekrut masing-masing dua orang distributor yaitu D, E, F dan G. Artinya D, E, F dan G masing-masing menyetorkan Rp 300 dengan total keseluruhan Rp 1200. Dan karena masing-masing merekrut dua orang, B dan C masing-masing mendapatkan komisi 2xRp 300 yaitu sebesar Rp 600, totalnya adalah Rp 1200. Melalui aktifitas perekrutan ini, kondisi keuangan A tetap, B dan C bertambah masing-masing Rp 600 sedangkan D, E, F dan G berkurang masing-masing sebesar Rp 300. Sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan A, B dan C adalah masing-masing Rp 100/bulan, dengan total Rp 300/bulan. Jika dihitung secara menyeluruh, maka kelompok distributor mendapat keuntungan sebesar 2xRp 600 dan kerugian sebesar 4xRp 300 + Rp 300. Jika dijumlahkan, kelompok distributor ini merugi sebesar Rp 300. Sedangkan keuntungan B dan C murni berasal dari kerugian D, E, F dan G.

Skenario 2: para distributor tidak berusaha untuk menjual keluar kelompok distributor maupun merekrut distributor baru, mereka hanya membeli AnvilX™ dari Acme.

Biaya operasional total untuk A, B, dan C adalah 3xRp 100/bulan = Rp 300/bulan. Anggaplah produk AnvilX™ dibutuhkan sebanyak satu buah untuk satu bulan. Maka A, B dan C akan membeli AnvilX™ sebanyak tiga buah dengan harga 3xRp1000 = Rp 3000. Anggaplah Rp 1000/produk adalah harga yang wajar, maka A, B dan C mendapatkan manfaat dari AnvilX™ yang sepadan dengan harga yang dibayarkan. Maka secara keseluruhan kelompok distributor merugi sebanyak biaya operasional yaitu sebesar Rp 300.

Catatan: seandainya *upline* mendapat komisi dari transaksi ini, maka hasilnya akan tetap sama. Karena biaya yang dikeluarkan sudah termasuk komisi untuk *upline*, sedangkan harga intrinsik AnvilX™ itu sendiri adalah harga AnvilX™ setelah dikurangi komisi untuk *upline*.

Skenario 3: para distributor tidak melakukan perekrutan, tidak membeli produk, tetapi hanya memfokuskan diri untuk menjual AnvilX™ ke masyarakat non distributor tanpa mengajak mereka untuk menjadi distributor (menjual secara retail).

Biaya operasional total untuk A, B dan C tetap konstan yaitu Rp 300/bulan. Asumsikan B dan C masing-masing berhasil menjual AnvilX™ sebanyak satu buah. Komisi penjualan masing-masing adalah Rp 300, dan dari dua penjualan itu juga maka A akan mendapatkan 2xRp 200 = Rp 400. Total pemasukan adalah Rp 300 + Rp 400 = Rp 700 dan total pengeluaran adalah Rp 300. Jika dijumlahkan, maka kelompok distributor secara keseluruhan akan mendapatkan untung sebesar Rp 700 – Rp 300 = Rp 400.

Skenario 1 adalah skenario skema piramida murni. Skenario 2 adalah skenario ‘klub belanja’. Sedangkan Skenario 3 adalah skenario penjualan langsung. Distributor pada sebuah MLM melakukan ketiga skenario ini, tapi yang menghasilkan keuntungan hanya skenario yang terakhir. Tinggal dihitung proporsinya, apakah secara keseluruhan menghasilkan keuntungan atau tidak.

\*\*\*

Saya bisa mendengar di belakang ada yang berteriak, “Ah, itu kan cuma teori!!”

Lagi-lagi karena hukum perlindungan konsumen di Amerika Serikat yang jauh lebih baik daripada di Indonesia maka kita bisa melakukan perhitungan secara kuantitatif. Pada tahun 1979, Lembaga Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) mengharuskan Amway –nenek moyangnya bisnis MLM– untuk mencantumkan nilai rata-rata pendapatan dari seluruh distributor. Informasi ini tercantum dalam dokumen [SA-4400](http://www.quixtar.com/Documents/IWOV/VIS/010-en/PDF/SA-4400.pdf) yang wajib untuk diserahkan kepada semua calon distributor baru. Informasi yang relevan adalah sebagai berikut:

> The average monthly gross income for “Active” IBO was $115.

> Approximately 66% of all IBOs of record were found to be “Active”.

Para punggawa MLM seringkali menitikberatkan presentasi pada keuntungan segelintir distributor yang berada pada puncak piramida, tetapi tidak melihat kelompok distributor secara keseluruhan. Ini adalah praktik [*cherry picking*](http://en.wikipedia.org/wiki/Cherry_picking) yang mengaburkan kondisi sebenarnya. Tetapi terima kasih kepada FTC, kini kita dapat mengetahui nilai pendapatan rata-rata dari hampir seluruh lapisan distributor, bukan hanya yang berada di dekat puncaknya saja.

Yang perlu digarisbawahi di sini adalah kata-kata ‘gross’ dan ‘active’. *Gross income* artinya adalah keuntungan kotor yang belum memperhitungkan pengeluaran. Sedangkan ‘active’ berarti angka tersebut hanya berlaku untuk distributor yang dianggap aktif saja. Sayangnya perhitungan ini membagi kelompok distributor menjadi dua: yang aktif dan yang tidak aktif. Dengan demikian kita tidak dapat mengetahui apakah $115 itu murni berasal dari keuntungan dari penjualan ke masyarakat non distributor, ataukah sudah termasuk dana yang disetorkan oleh distributor non aktif. Tetapi walaupun demikian sudah jelas bahwa pendapatan sebesar $115/bulan sangat jauh tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari di Amerika Serikat, dan ini masih belum memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai konsekuensi menjadi seorang distributor.

Saat ini FTC sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan [peraturan baru](http://www.amquix.info/ftc_proposal_2006.html) soal MLM dan bisnis peluang bisnis lainnya, bukan Amway saja. Nantinya jika sebuah MLM mengklaim jumlah pendapatan (termasuk di antaranya adalah klaim kualitas hidup seperti gambar-gambar rumah mewah, mobil mewah, pesawat terbang, kapal pesiar), maka mereka diharuskan untuk memberikan data-data kuantitatif lebih lanjut tentang klaim tersebut. Jika peraturan ini diberlakukan, calon anggota MLM di Indonesia mungkin nantinya akan dapat memanfaatkan data-data ini sebagai bahan pertimbangan untuk menilai sebuah MLM yang memiliki cabang di Amerika Serikat.

Seandainya Indonesia membutuhkan hukum perlindungan konsumen terhadap bisnis peluang bisnis, rasanya patut sedikit mencontoh langkah FTC di Amerika Serikat ini. Tetapi walaupun hukumnya belum ada, perusahaan yang jujur pasti bersedia untuk menyerahkan data-data yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan kepada calon distributornya. Mintalah data-data seperti jumlah penghasilan rata-rata, tren jumlah distributor, distribusi pendapatan, jumlah distributor yang berhenti dan data-data relevan lainnya ketika sedang ‘diprospek’.

Jika mereka menolak untuk memberikan data-data tersebut, maka sebaiknya anda lari kencang-kencang ke arah yang berlawanan.

660 comments

  1. Kira-kira di Indonesia, siapa (badan apa) yang cocok menjalankan peran seperti yang dilakukan FTC?

    Saran yang paling bawah memang yang paling cocok menghadapi MLMster yang gag jelas :d

  2. Yup!! Sebelum join Network Marketing teliti dulu Profil Perusahaan nya. Teliti legalitas nya. Seharusnya terdaftar di APLI(Asosiasi Penjual Langsung Indonesia). Teliti System Marketing nya. Coba ikuti pertemuannya!!

    Jauhi Money Game!!

    MLM gak jelek kok.. :D

  3. Yang menjadi masalah adalah sistem MLM di dalam kelompok distributor sendiri tidak menganjurkan menjual langsung ke masyarakat non distributor. Distributor-distributor secara individu diberi insentif lebih tinggi untuk merekrut anggota kelompok konsumen untuk menjadi distributor, ketimbang untuk menjual produk ke mereka.

    Setuju!!

    “Untuk apa menjual seperti sales keliling, jika dengan merekrut distributor baru kita akan mendapatkan keuntungan lebih banyak?” Padahal pada kenyataannya sistem penjualan langsung ke masyarakat tanpa mengajak mereka menjadi distributor ternyata jauh lebih menguntungkan bagi kelompok distributor secara kolektif.

    Sepakat!!!
    aku emang bertujuan mau menulis tentang MLM yang mengulas hal diatas.. ehh.. tapi keduluan om pri.. tp gpp deh.. ntar tetep kutulis pake bahasku sendiri.. :)

  4. Bikin yang lebih luas donk, Pri. Tulis di media2 misalnya. Pelaku Money Game gini udah mulai bekerja sama dengan lembaga2 resmi (bank, lembaga finance, dll), dan makin membuat bisnis semacam ini seolah sah dan etis.

  5. “Potensi untuk mendapatkan keuntungan masih terbuka. Yang harus digarisbawahi di sini adalah kata ‘potensi’. Artinya terbuka kesempatan bagi anggota tingkat terbawah untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tentunya belum dapat dipastikan bahwa semua anggota tingkat terbawah akan mendapatkan keuntungan”
    ——————————————————
    Pandangan,komentar,teori,hujatan….wah macem2..!!!!! deh priyadi ini.
    Mungkin kedepannya lebih baik.buka topik dan sedikit kasih jalan solusinya doooong.jangan cuma ngomong doang pri..!!
    mendingan cocoknya jadi komentator sepak bola aja kayak “KOMENG”.

  6. 1. Dengan demikian kini saya berkeyakinan bahwa MLM adalah salah satu bentuk money game terselubung ?

    2. justru itulah, terdaftar di APLI belum tentu bener ?
    ==>

    1.
    brarti Franchise juga money game terselubung ya ?
    McDonald, Starbuck, Wong Solo, Edam dll
    si A membeli hak bisnis/lisensi McD utk Indonesia
    ada setoran blnan ke pusat/tutup point
    burgernya dikonsumsi publik/produk
    keuntungannya utk menggaji staffnya/bonus
    & tentunya juga pemilik hak bisnisnya/sharing profit

    apakh perush Konvensional juga money game terselubung ?
    Trikomsel, Mataram Sakti, Unilever dll
    si Trikomsel membuat perush distribusi HP Nokia
    si A direkrut sbg marketing
    si B sbg manager dll
    omset penjualan A lbh tinggi dari B dlm 1 bln/pembeli lbh byk dari B
    dptkah A menyalib peringkat B hanya krn mendptkan omset/pembeli lbh byk ? (bedakan: ini konvensional bukan network)
    point target B berdasarkan kerja keras A
    artinya B hrs naik peringkat dulu kalo A ingin naik peringkat
    money game juga kah ?

    2.
    sdh menyelidik siapa saja yg duduk di APLI.or.id ? ingat bukan APLI.blogspot.com
    bedakan or.id dgn blogspot.com

    sdh menyelidik WFDSA.org atau MLMIA.com ?
    atau cuma mlmlaw.blogspot.com ?

  7. sdh menyelidik WFDSA.org atau MLMIA.com ?
    atau cuma mlmlaw.blogspot.com ? (knapa tdk berani menampilkan profile)
    tau bedanya org vs blogspot.com ?

    dunia bisnis memang penuh persaingan
    dukungan, cacian dll adlh hal yg natural

    tau bedanya pelaku bisnis vs pengamat bisnis ?
    sdh terjawab pd topik “Maraknya bisnis referensi”:)

  8. sepakat bahwa ga semua yg di APLI itu adalah MLM yg baik. setuju dengan diadakannya lembaga semacam FTC. kalo cuma pamer si A penghasilannya sekian, si B jadi ini setelah sekian tahun… itu mah rejeki orang beda-beda

  9. #17:

    Mungkin kedepannya lebih baik.buka topik dan sedikit kasih jalan solusinya doooong

    saya memberikan salah satu solusi untuk tidak kena tipu :)

  10. #19:

    brarti Franchise juga money game terselubung ya

    ada beberapa perbedaan yang sangat mendasar antara franchise dan MLM:

    * sebuah franchise tidak memiliki insentif untuk merekrut tetangga sebagai franchise (malahan merupakan kerugian)
    * sebuah franchise memiliki 100% insentif untuk melakukan penjualan retail

    sekarang coba anda lakukan cashflow analysis untuk bisnis franchise seperti yang saya lakukan untuk MLM di atas.

    si Trikomsel membuat perush distribusi HP Nokia
    si A direkrut sbg marketing
    si B sbg manager dll
    omset penjualan A lbh tinggi dari B dlm 1 bln/pembeli lbh byk dari B
    dptkah A menyalib peringkat B hanya krn mendptkan omset/pembeli lbh byk ?

    saya TIDAK PERNAH menyinggung soal salib menyalib peringkat pada tulisan di atas. mungkin anda baca dari tempat lain :).

    tapi kalau mau lakukan cashflow analysis terhadap karyawan kantoran, silakan saja. tapi coba simak lagi perbedaannya:

    * seorang karyawan tidak memiliki insentif untuk merekrut tetangga sebagai karyawan
    * seorang karyawan memiliki titik berat untuk melakukan penjualan kepada masyarakat di luar sistem karyawan

    hint: sama dengan franchise atau bisnis apapun yang baik. intinya ada pada penjualan retail.

    sdh menyelidik WFDSA.org atau MLMIA.com ?
    atau cuma mlmlaw.blogspot.com ?

    MLM adalah pet peeve saya. anda tidak tahu berapa banyak situs yang sudah saya kunjungi tentang ini.

    tapi intinya: “pada MLM yang menitikberatkan perekrutan, jika sebagian besar distributor melakukan apa yang disuruh, maka kelompok distributor secara keseluruhan akan merugi.”

    itu bukan opini, tapi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. mohon perhatikan juga bahwa tidak semua MLM seperti itu, hanya MLM yang menitikberatkan perekrutan. walaupun saya sendiri belum pernah menemukan MLM yang dimaksud.

  11. Comment untuk 2 paragraph terakhir.
    Mimpi kali ye ?

    Emang ini negara apaan, produk hukum yang gede-gede aja semisal kurupsi aja banyak bolongnya, apalagi mau ngurusin soal remeh temeh gituan :P

    Dah ah, njelek in institusi ajah … Puasa eui …

  12. :((
    well so far gw udah ikut 5 MLM dan 6 money game
    buat pelajaran aja sih.
    kalo mao ikut money game pilih yg baru mulai
    kalo udah lama kagak ada yg ikut lagi hiks …
    ga balik modal hiks
    huaaaaaaaa:((

  13. fenomena yg menarik lagi setelah MLM adalah ikut kuis dll via SMS. Dari kemudahannya smp biayanya yg smp 7x dari biaya sms regular. Coba deh hitung2 … ini kan sama aja dgn JUDI (terselubung) !!!!

  14. Pilih yang tepat pilihan g(j)anda ini :d yang bisa mengambarkan emelem sebagai suatu singkatan:

    MLM = Mimpi Lu Mimpi.. (bangun-bangun…)
    MLM = Memang Lu Miskin (pengetahuan.. baca dong..)
    MLM = Maunya Lu Money.. (semua kali?)
    MLM = Membuat Lu Miskin (kalo kaya)
    MLM = Malu Lihat Mukelu (blom mandi kali?)
    MLM = Mungkin Lumayan Mengikutinya (yaa.. ini ni yang harus baca..)
    MLM = Muke Lu Mbau (orang mlm pas lagi marah?)
    MLM = Mandi Lalu Makan (sahur..)
    MLM = Makan Lalu Mandi (Kebo..)
    MLM = Mengapa Lihat Mukaku? (keGeEran?)
    MLM = .. tambahin.. :d

    -sori kalo ada yang kesinggung.. :)>- pis..

  15. Kalau aku sih dari dulu gak ikut MLM karena :
    1. Kebanyakan produknya dikonsumsi oleh distributornya. Kalau diperbandingkan dengan BMW, kan gak mungkin penjualan BMW lebih banyak ke karyawan /agennnya daripada ke masyarakat ? hehehe
    2. Kebanyakan merupakan produk produksi luar negeri (meskipun gak semua MLM begitu)
    3. Saya rasa skema bisnisnya tidak sustain, apalagi bila jumlah membernya udah banyak

    salam

  16. Yang Pasti pada sistem MLM yang baik adalah selalu memakai produk yang berkualitas dan sistem yang benar-benar adil dan harus menguntungkan distributornya dan konsumennya.

    Biasanya fee pendaftaran sebagai distributor sangat terjangkau. tidak memaksakan distributornya untuk belanja di awal dengan nilai tertentu.

    Sangat prihatin juga ada beberapa distributor tidak mengerti betul fungsi dari suatu produk yang ditawarkan.

    Sales /penjualan yang dilakukan door to door atau bagaimanapun bentuknya sebenrnya berpulang dari masing-masing distributor itu sendiri dimana keuntungn langsung yang mereka dapatkan secara otomatis akan lebih besar disamping keuntungan omset bulanan yang dihitung dari perusahaan daripada yang gak jualan. Prinsipnya MLM adalah bisnis distribusi pemakai atau jaringan konsumen yang direferensikan. kalo mau hasil pake sendiri dan mereferesnsikan ke banyak orang, kalo mau hasil yang lebih banyak lagi ya lakukanlah penjualan dan duplikasikan. Jadi gak selamanya yang diatas selalu diuntungkan. Kalo yang diatas enggak melakukan kegiatan apa-apa, yang nggak akan menikmati hasil apa-apa.

  17. MLM yang baik adalah MLM yang memberi insentif lebih tinggi bagi distributornya untuk menjual produk ke anggota masyarakat non distributor ketimbang untuk merekrut distributor baru

  18. Rekan,

    Menurut saya sistem penjualan melalui MLM hanya merupakan salah satu pilihan dari beberapa sistem penjualan yang ada.

    Sekarang tergantung dari orangnya, apakah mampu memanfaatkan beragam sistem penjualan yang ada untuk memaksimalkan penjualan produknya.

    Mengenai baik/buruknya MLM itu sih tergantung kembali kepada orang yang menjual atau orang yang membuat sistem MLM tersebut.

    Regards,

  19. kalo aku. No MLM No Piramida. Menurutku sama aja :)>-
    kalo aku mendingan direct selling aja deh. yang pasti-pasti aja. Ada uang ada barang :d

  20. Wiehhh … MLM lagieeeee bowww
    Sabtu kmaren gw baru kejebak ma presentasi MLM yg S**K abisss … emang sie yg mereka tawarin kadang menarik, tp cara mereka itu loh yang gw ga setujuuu …

  21. Multi Level Marketing or Multi Level Selling ya ?

    Menurut saya yang namanya level tuh harus dibatasi kalau bisa maksimal sama dengan bisnis konvensional dengan barang yang sejenis atau sigma margin keuntungan bersihnya sama antara MLS dg Konvensional. Kecuali yang ada margin keuntungannya gila2an. (Modal 1 dijual 100)

    (Produsen–distribusi 1—distribusi 2—……—Distribusi ke n—Konsumen. –>((n-1) level)).

    Tujuannya agar bisa sustainable.

  22. to: 43, agam

    Direct Selling –> adlh nama awalnya, krn pd wkt itu sedang mencari nama yg tepat.
    kemudian krn bisnis ini digerakkan oleh para distributornya, lahirlah terminologi MLM, Network Marketing, Personal Franchise (beda nama beda pendekatan).
    saya sendiri memberi nama “Collective Commonwealth”, krn mirip dgn cara Inggris memakmurkan negara2 binaannya…kalo tdk bole saya bilang negara2 jajahan yg di-didik.

    knapa ada yg memberi nama Personal Franchise ? krn mirip dgn sistem Franchise, bedanya:
    1. pd Franchise
    – ada owner
    – ada employee
    – ada buyer
    2. pd Personal Franchise
    – owner, employee, buyer= 1 org

    sama spt ketika Franchise dulu muncul dicacimaki, tp skrg lihatlah Franchise dmn2…pun juga dgn Direct Selling, MLM, Network Marketing, Personal Franchise skrg dicacimaki.

    sama spt saat Wright bersaudara membuat pesawat, dianggap sesat oleh gereja & massa saat itu krn dianggap ingin melebihi malaikat…tp lihatlah skrg, brp juta org yg merasakan manfaat pesawat ?

    “org yg dikenang skrg adlh org yg dianggap aneh pd zamannya” :)

  23. Wah. Bosen. MLM lagi.
    Sudahlah mas Pri.
    Yang ngotot mau MLM ya biarin aja.
    Nanti kalo sudah kapok , rasain sendiri.
    Sudah sering Mas Pri, kasih peringatan di sini.

    Orang Indonesia kan, suka penasaran kalo blom mencoba.
    Saya dulu sekali pernah coba ikut Amway.Eh, belakangan sadar, harus cari downline dan beli barang yg tidak terlalu diperlukan….
    Ya sudah saya tinggalin aja….

    Ini kan fenomena sesaat saja. Sudah banyak orang kok yang males di MLM-in..

    :-)
    Peace!

  24. om dolf, direct selling jelas beda dengan MLMELEM lah…

    MLM kebanyakan mengadopsi direct selling

    contoh : tukang jamu keliling di kompleks rumah saya = direct selling..

    dia ngga berjualan produk MLM loh…

  25. to: 50, Rendy

    spt yg gw bilang seblmnya
    gw juga gak berharap byk yg sepakat dgn gw/yg tergabung dlm APLI
    ini Indonesia bung
    tp blog priyadi adlh salah satu ruang publik yg menarik utk berdiskusi
    ada yg setuju, ada yg gak, ada yg dukung, ada yg nolak adlh expresi natural inklusif

    Direct Selling, MLM, Network Marketing, Personal Franchise adlh metode…inovatif atau tdknya kita lihat nanti…kalo tdk bole saya katakan, sedang kita lihat

    & bisnis itu spt agama
    kalo dgn beragama membuat kmu nyaman, anutlah agama
    kalo dgn tdk beragama membuat kmu nyaman, gak usah menganut
    pun juga dgn bisnis
    kalo terjun ke bisnis membuat kmu nyaman, terjunlah ke dunia bisnis
    kalo dgn tdk berbisnis membuat kmu nyaman, tdk usah berbisnis tetapi bekerja :)

  26. Pada beberapa presentasi MLM yang saya ikuti (atau lebih tepatnya menjebak saya), mereka selalu melecehkan sistem penjualan door-to-door. “Untuk apa menjual seperti sales keliling, jika dengan merekrut distributor baru kita akan mendapatkan keuntungan lebih banyak?” Padahal pada kenyataannya sistem penjualan langsung ke masyarakat tanpa mengajak mereka menjadi distributor ternyata jauh lebih menguntungkan bagi kelompok distributor secara kolektif.

    mas pri, kalo bisa paragraf ini didukung juga dg angka yg menunjukkan bahwa penjualan door-to-door lebih menguntungkan daripada lewat mlm. thx.

  27. Udahlah….kenapa sih kita ikut2an sistem pemasaran yg aneh2??? ini khan sistem yg dipaksakan para penjajah modern, The New Imperialism.MLM,NM,Franchise,dll semua memakai cara Brain Washing alias Cuci Otak, Indoktrinasi.Sistem Rekayasa terselubung, Gak Jelas!
    Para penjajah itu sekarang pada ketawa terbahak2 lihat kita ini pada makai sistem pemikiran mereka.Sapa yg diuntungkan? jelas mereka donk! kalaupun kita ada yg untung nilainya gak sebanding dengan apa yg mereka peroleh.
    Kalau ngaku beragama Islam yaa pakai cara yg dipakai Rasul dulu.Ya jual langsung tanpa pakai perantara,tanpa pakai sistem berjenjang,dll.Enak to! semua serba terbuka dan transparan tanpa ada yg ditutup-tutupi.
    Anehnya sekarang pada bangga pakai sistem kapitalis liberal,sekuler lagi!!! semua hanya mementingkan duit…duit….untung…untung…gak peduli org lain menderita.Duh….pada keblinger semua.Kapan sih mau tobat?

  28. #52: sebenarnya gak perlu dihitung juga sudah kelihatan kalau penjualan retail (tidak perlu door to door, asalkan retail, bisa jual ke teman, lewat toko pribadi, lewat internet, etc) adalah satu2nya jalan untuk mencapai keuntungan positif. tapi kalau mau pakai contoh, saya sudah tambahkan contoh soal pada posting di atas.

  29. #51:

    Direct Selling, MLM, Network Marketing, Personal Franchise adlh metode…inovatif atau tdknya kita lihat nanti…kalo tdk bole saya katakan, sedang kita lihat

    kita lihat nanti? sampai kapan? MLM sudah ada sejak 4 dasawarsa yang lalu dan selalu stagnan juga sejak 4 dasawarsa yang lalu.

  30. stagnan ?
    tdk juga sbetulnya
    kalo dilihat dari luar kelihatan stagnan
    tp kalo dilihat dari dlm malah expansif
    perush A yg melihat perush B menggunakan metode NM etc
    menampakkan perubahan linier naik
    kemudian A berpikir “knapa tdk kami pake cara itu ?”
    ada yg ikut aturan main…ada yg bikin aturan sendiri
    tau gak sdh brp yg ditendang APLI ? salah satunya adlh yg baru2 bagi2 jaguar (tanpa menyebut nama)
    yg sdh umur 40th lbh bknnya stagnan
    ibarat pohon, byk tunas2 baru bermunculan
    40th lbh sampe skrg msh exist, itu aja dah bisa dibilang prestasi luar biasa
    drpd yg kurang dari 5th kemudian menghilang entah kmn ?
    yg 40th bisa dibilang market leader krn dia yg tertua
    nah kini tunas2 baru menjadikan dia sbg soko guru, kekurangan & kelebihan dipelajari
    lihat saja diinternet
    yg berkedok NM, MLM dll…bahkan tdk mau disebut demikian, tp byk perush skrg menggunakan metode ini & akan smakin bertambah…terlepas dari ikut atura main atau bikin aturan sendiri
    bkn tdk mungkin ke depan nanti, ada warung pinggir jln yg menerapkan metode ini utk menambah jumlah pembeli wkwkwkwkk

    to: 55, tejo
    Anehnya sekarang pada bangga pakai sistem kapitalis liberal,sekuler lagi!!!

    bknnya bangga
    trus pake sistem apa, sosialis, komunis, syariah ?
    ini bkn mslh ideologi bung
    kalo org luar malah yg mempu membuat sesuatu yg dpt menyebabkan perubahan ke arah yg lbh baik
    tanya sama negara mu sendiri, kpn bisa buat yg sama ?

    anda sendiri di Australi lg ngapain, kuliah atau kerja ?
    bknkah Aussie salah satu negara yg menerapkan sistem kapitalis liberal, sekuler juga ?? :)

  31. #60:

    40th lbh sampe skrg msh exist, itu aja dah bisa dibilang prestasi luar biasa

    dari sudut pandang produsen memang luar biasa. tapi gimana dari sudut pandang distributor? berapa perbandingannya yang mendapatkan untung vs yang merugi? :)

  32. Saya sudah lama ditawari MLM, punya beberapa starter kit, punya puluhan kaset dari MLM tertentu, tapi saya tidak tertarik, karena saya pikir, bisa saya ikuti, tapi tidak bisa saya kembangkan.

    beberapa waktu lalu saya ditawari MLM tertentu,, produknya bagus, ibu saya sudah membuktikan, (saya sekarang juga sudah membuktikan), saya cermati sistemnya, kelihatannya bisa jalan/berkembang (bisa offline bisa online)

    teman saya sudah lama mengkonsumsi produknya, saya hanya pikir simple, kalau saya jadi member, khan teman-teman saya akan membeli produk itu dari saya, eee, bulan pertama saya gabung, produk yang saya beli habis, bulan kedua juga habis, bulan ketiga juga habis, ini mau masuk bulan ke empat.

    MLM ini tanpa biaya pendaftaran, semua uang dapat produk,
    sekarang saya jalankan pelan-pelan, tapi saya yakin makin lama jaringan saya makin besar (walau banyak yang anti MLM, tapi setelah diberi penjelasan yang masuk akal, jujur, tidak menipu, tidak memaksa dll) ada juga yang bisa menerima) Kalau saya tawarkan “MLM ini”, saya jujur sebutkan produk-produknya, perusahaannya, sistemnya (perbedaannya dg MLM lainnya) dan selalu saya katakan bahwa TIDAK ADA JAMINAN BERHASIL di bisnis ini. (tapi selalu TERBUKA PELUANG untuk BERHASIL….)

    kalau produknya sih sudah banyak terbukti berkhasiat

    dari pada saya beli produk dari member lain, ya mendingan saya jadi member saja, apalagi barang dikirim ke rumah, bebas ongkos kirim ke seluruh Indonesia,
    pesan barang via email/SMS bisa, enak khan….

    dan saya pikir kalaupun MLM punya kelemahan, bukankah sistem yang lain juga punya kelemahan. Bank yang menetapkan bunga (=riba) yang jelas-jelas dilarang oleh kitab suci-pun tetap exist, (kata teman saya yang ‘anti’ MLM, keberadaan bank = keniscayaan)
    (eh… saya pikir MLM-pun nantinya juga merupakan keniscayaan, karena sudah tidak bisa dihindari lagi sebagai sebuah fenomena/sistem pemasaran selain sistem konvensional yang hanya menciptakan SEDIKIT distributor dan BANYAK SEKALI konsumen)

    Bandingkan dengan MLM yang BANYAK DISTRIBUTOR, dan lebih BANYAK KONSUMEN (karena distibutor=konsumen juga)

    Bagi saya MLM boleh-boleh saja, tapi jangan sampai MEMUJA MLM dan MEMUJA UANG dan KEBERHASILAN/KEMEWAHAN, kalau berhasil ya biasa-biasa saja lah…, kalau gagal ya jangan mengumpat, hidup ini khan gak cuma untuk mendukung MLM atau anti MLM.
    masih banyak ‘urusan’ lain yang lebih urgent diselesaikan
    ‘tuh contohnya: lumpur lapindo, korupsi para pejabat, pembalakan hutan, pembakaran hutan, sampah dimana-mana, kasus-kasus hukum yang gak pernah tuntas, kecelakaan pesawat yang gak pernah terungkap sebabnya, sampai dibunuhnya tibo cs., dan nanti yang akan kita hadapi bersama adalah krisis listrik (karena gak bisa buat PLTN, padahal sungai makin kering, batubara makin sedikit, minyak makin langka dan mahal……

    kalau yang mikro, ya urusan keluarga kita sendiri: anak-anak yang nakal (bagi yang punya anak ‘nakal’), sulit punya anak, terlalu banyak anak, biaya sekolah anak (kok di indonesia gak seperti finlandia yang gratis biasa sekolah hingga perguruan tinggi???), atau bahkan mungkin masih kesulitan menemukan orang yang bisa memberi kita anak……

    Cat.
    kita mungkin jadi bisa menerima dengan tulus perbedaan-perbedaan diantara kita dengan mempelajari ajaran Ki Ageng Suryamentaram, sebagian ada di http://www.geocities.com/kramadangsa/
    silakan lihat…. (hidup ini bukan hanya MLM saja…)

  33. to: 62, priyadi

    kalo dipikir yg terjun di bisnis NM, MLM dll akan seterusnya ikut…gak juga tuh
    utk klasifikasi yg bergabung:
    1. ada yg ikut terus
    2. ada yg cuma konsum produknya door to door
    film ttg seorg cacat yg terjun ke bisnis NM, MLM etc
    based on true story
    siapa sangka seorg cacat justru adlh distributor dgn prestasi tertinggi (?)
    ada byk pelajaran berharga yg ingin disampaikan dlm film tsb…terlepas dari bisnis NM atau bukah :D

  34. wegh :o byk yg hilang? pdhal dah posting…neh gw ulang

    kalo dipikir yg terjun di bisnis NM, MLM dll akan seterusnya ikut…gak juga tuh
    utk klasifikasi yg bergabung:
    1. ada yg ikut terus
    2. ada yg cuma konsum produknya door to door
    film ttg seorg cacat yg terjun ke bisnis NM, MLM etc
    based on true story
    siapa sangka seorg cacat justru adlh distributor dgn prestasi tertinggi (?)
    ada byk pelajaran berharga yg ingin disampaikan dlm film tsb…terlepas dari bisnis NM atau bukan :)

  35. sekali lagi…kalo sama aja, anggap aja posting kebanyakan dipangkas :D

    kalo dipikir yg terjun di bisnis NM, MLM dll akan seterusnya ikut…gak juga tuh
    utk klasifikasi yg bergabung:
    1. ada yg ikut terus
    2. ada yg cuma konsum produknya door to door
    film ttg seorg cacat yg terjun ke bisnis NM, MLM etc
    based on true story
    siapa sangka seorg cacat justru adlh distributor dgn prestasi tertinggi (?)
    ada byk pelajaran berharga yg ingin disampaikan dlm film tsb…terlepas dari bisnis NM atau bukan :)

  36. #64:

    MLM ini tanpa biaya pendaftaran, semua uang dapat produk

    seandainya distributor baru tidak perlu menyetorkan uang pendaftaran dan tidak ada biaya bulanan; dan seandainya semua pendapatan berasal dari penjualan produk, maka kemungkinan ini adalah MLM yang baik (insentif untuk merekrut lebih kecil daripada insentif untuk menjual)

  37. #67:

    film ttg seorg cacat yg terjun ke bisnis NM, MLM etc
    based on true story
    siapa sangka seorg cacat justru adlh distributor dgn prestasi tertinggi (?)
    ada byk pelajaran berharga yg ingin disampaikan dlm film tsb…terlepas dari bisnis NM atau bukan

    ini kesalahan logika lagi :). kerja kerasnya memang patut dihargai, tapi itu tidak lantas apa yang dilakukannya menjadi baik. orang cacat tersebut bisa saja berhasil dengan kerja keras sebagai seorang koruptor, tapi bukan berarti koruptor adalah perbuatan yang baik :).

  38. Pernah saya baca iklan MLM Tianshi:

    Pada tanggal 16 September 2006 jalan protokol di ibukota Jakarta macet total.
    Hal ini dikarenakan adanya event terbesar yang merupakan keajaiban ke 8 dunia yaitu perayaan TGC.

    Emang sebelum dan sesudah tanggal 16 September 2006 jalan
    protokol di ibukota Jakarta tidak macet.:-“

  39. #70:hehee.. jadi inget komentar di blog saya. “buktikan tanggal 16 september nanti di gelora bung karno”
    kebetulan, saya lagi dijakarta tanggal itu.. tapi gak ke gelora bung karno.. :P

    –budiw

  40. #71: wajar sih. perusahaan MLM besar sih pasti punya banyak duit untuk mengadakan acara mewah seperti itu. kelompok distributor mengira kalau perusahaan MLM mendapatkan banyak keuntungan, maka otomatis mereka juga akan mendapatkan banyak keuntungan. tapi kenyataannya kan gak gitu, bahkan keuntungan dari perusahaan MLM sebagian besar berasal dari kerugian distributor.

  41. thanx…atas infonya ttg MLM ya.
    Saya yang mengamati beberapa jenis MLM akhirnya mengambil kesimpulan dalam bisnis ini yang ada adalah TEMAN MAKAN TEMAN.
    Kondisi di desa malah lebih parah, ada sebuah MLM yang menebar jaring ke orang desa yang rata2 petani lugu,hidup susah, mimpi jadi orang kaya.Banyak yg akhirnya jual sawah, akhirnya rugi.Nggak tau besok dan besoknya lagi mau makan apa.Sekali lagi, jangan menyerah untuk memberi rambu2 ke orang lain, agar orang lain tidak ikut terjerumus.

  42. #64: mbak gitta, maaf saya harus koreksi, MLM anda mengharuskan distributor baru untuk membeli produk, dan biaya registrasi tersamarkan di dalam biaya untuk membeli produk ini. komisi untuk upline juga berasal dari margin pembelian ini.

    jadi dengan sangat menyesal saya harus bilang MLM anda tidak jauh berbeda dengan MLM lain yang pernah memrospek saya.

  43. Kalo gue ketemu cewek cakep terus punya minat buat ngobrol dgn gue, pasti ada 2 kemungkinan tu cewek :
    1. Doi Sales MLM yang mao jual productnya
    2. Don Sales Asuransi
    Jadi semua MLM ngedekati orang dengan maksud mao jualan bukan murni minat ngobrol ama kita
    :((

  44. Terlepas dari masalah sistemnya, yang jelas MLM sudah membuat saya kehilangan lebih dari 5 sahabat terdekat saya.

    Mereka sekarang sudah menjadi pemimpi (yg berlebihan), tidak realistis dan memuja uang. Bahkan dengan dalih persahabatan, mereka selalu memaksa saya untuk ikut jd downlinenya (dengan alasan tidak pingin melihat saya jadi org kecil terus).

    Tapi anehnya, sudah sekitar 5 tahun (lebih), kesejahteraan yg saya dapatkan (prestasi di studi+kerja konvensional) relatif masih lebih tinggi saya ketimbang mereka. Aneh bukan (padahal saya biasa-biasa aja hehe).

    Penampilan para MLM-ers memang perlente dan meyakinkan. Pake jas, pantofel sambil naik motor (konsep berpakaian yg aneh .. apa nggak kepanasan ya? mendingan pake kaos/kemeja biasa aja spt saya).

    Salah satu teman saya malahan aslinya bukan mahasiswa yg bodoh, IP selalu diatas 3.5 tiap semester. Tapi akhirnya karena MLM, dia berhasil dicuciotak dan keluar dari kuliah dan memegang teguh doktrin MLM yg merendahkan pendidikan dan profesi.

    Alasan kemanusiaan dan sosial juga sering digunakan rekan saya tsb, sesuai slogan perusahaan MLM-nya yang “ingin membantu mensejahterakan masyarakat”, namun dengan cara mengunjungi setiap rumah sakit dan menawari para pasien dengan obat-obatan dan suplemen makanan yg harganya malah “tidak mensejahterakan” :D

    Ah, entahlah, saya benar2 telah kehilangan mereka. Setiap kali saya bertemu, mereka telah menjadi robot yang selalu memaksa saya bergabung dengan alasan persahabatan.

    Bisnis yang aneh … (setidaknya untuk saya yg baru 26th mengenal dunia).

    /:)

  45. Pernah saya baca iklan MLM Tianshi:

    Pada tanggal 16 September 2006 jalan protokol di ibukota Jakarta macet total.
    Hal ini dikarenakan adanya event terbesar yang merupakan keajaiban ke 8 dunia yaitu perayaan TGC.

    Emang sebelum dan sesudah tanggal 16 September 2006 jalan
    protokol di ibukota Jakarta tidak macet
    bayangin deh, bensin dah tiris banget, yg klo gak diisi secepetnya dijamin bakal pake tenaga kuli, tiba2 musti kena macet selama -/+ 15 mnt gara2 si komo eh tiashi lewat, sampe gw mikir, ternyata jalanan bukan punya umum, tapi punya yg booking, kayak parpol klo lewat, ternyata yg diiklanin bukan cuma kesuksesan aja, tapi jg bikin jalanan macet dan menyerobot kepentingan umum demi kepentingan golongan sendiri… sigh…

  46. abis topik ini, topik mlm apalagi yang akan dibahas?
    mungkin om pri perlu mbahas spesifik ke mlm tertentu ( mlm yang sering di sebut2 disini) biar rame gitu..
    kalo gak salah mlm nya namanya Tenisss eh TENS eh apa ya lupa aku :D

  47. baru 2 hr kenal blog ini dan kesan yg ku dapat, asik banget!! yap, walopun blom pernah join MLM tp aku udh dpt pelajaran dr ortu n om, mereka merugi!!!
    taun 2004 lalu smpat terpikat ama rayuan AA utk join NMnya,untung ga jadi krn mesti biayain kuliah..

  48. Mas Pri cobalah untuk pelajari lagi MLM itu seperti apa sih sebenarnya?? Memang artikel yang anda muat diatas cukup mengesankan. Tp cobalah untuk berbicara disertai dengan fakta-fakta yang ada. Trims :)

  49. Ah Pri, sering bikin artikel – artikel gini supaya traffic-nya naek dari MLM fanboys nih! :d

    Ya gw juga punya temen nih dari 3 tahun yang lalu udah join T***shi tapi kayaknya masih gitu – gitu aja duech. Padahal usaha-nya kalo gw liat udah maksimal bangedh. Jadi kasian ngeliatinnya…

  50. MLM berawal dari direct marketing yang menginginkan model pemasaran yang beda dari model pemasaran konvensional yang sudah ada. pada model pemasaran konvensional dimana adanya peran distributor dan biaya tambahan yang muncul di belakangnya, termasuk biaya pemasaran yang mengakibatkan harga barang menjadi tinggi. (untuk membaca cara pemasaran konvensional dan rupiah yang digelontorkan untuk promosi bisa baca di majalah swa. itulah kenapa kita tidak bisa beli tupperware di carrefour, atau nyari sepatu sophie martin di matahari

    pada direct marketing, mereka pantang pake yang namanya promosi, iklan (baik yg below the line maupun yang above the line) karena mereka berprinsip bahwa konsumen harus mendapat informasi ini dari kalangan mereka sendiri. karena prinsipnya mereka ingin memangkas jalur distribusi yang melewati distributor biasa (semua orang tau berapa ongkos listing di carrefour, juga biaya sewa gondola tahunannya, belum lagi biaya promo jika pengin masuk ke katalog. piuh, itu duit semua bo’).

    nah dari direct marketing ini turunannya adalah yang dikenal sebagai directselling, network marketing, multi level marketing, dan yang lainnya. tapi belakangan mulai banyak iklan mlm di tv.

    beberapa produk yg di jual secara direct marketing misalnya tupperware, sophie martin. nah kalo mbahnya mlm tidak lain adalah amway :D yang juga disalurkan oleh bebeapa program mlm lain

    pada model mlm, mustinya ada produk yang diperdagangkan, jika tidak tentu hanya money game biasa.

    bener seperti yang dibilang diatas, bahwa tip sukses di bisnis mlm adalah “cari downline sebanyak banyaknya” atau kalo gak sanggup “jual produk sebanyak banyaknya”

    kalo emang tertarik buruan daftar, jangan sampai upline menjadi panjang karena kelamaan mutusin ikut-ato-tidak. kalo emang alergi mlm, stay away, drugs is not child play (lhoh kok ?!?).

    *bulan lalu baru di prospek, tapi gagal :D*

  51. MLM tidak jelek tapi Bullshit MLM. Janjinya setinggi langit. Bisa Dapet mobil lah, kapal pesiar lah, pesawat terbang lah.
    Sejauh saya melihat, lebih banyak yang merasa tertipu dari ikut MLM daripada yang berhasil mencapai seperti yang dijanjikan.
    Cara ajak join nya saja dah nipu: eh… temen gw mo nawarin kerjaan neh di PT yang nanti mo buka pada tahun 2007 nanti. Dia ada kenalan disana. Pas kesana, ujung2nya dicekokin MLM (padahal dah tau sih, ajakkan tidak jelas gitu pasti MLM).

    Awalnya saja sudah nipu, apalagi dah join? pasti disuruh nipu calon yang lain lagi….

  52. #87:

    MLM berawal dari direct marketing yang menginginkan model pemasaran yang beda dari model pemasaran konvensional yang sudah ada. pada model pemasaran konvensional dimana adanya peran distributor dan biaya tambahan yang muncul di belakangnya, termasuk biaya pemasaran yang mengakibatkan harga barang menjadi tinggi

    bukannya terbalik? justru dengan MLM harga barang akan menjadi jauh lebih tinggi.

  53. Hehehe tulisan negatif lagi, ya gitulah emang.. Para pecundang biasa berteriak-teriak “langit akan runtuh- langit akan runtuh ” dan biasanya benar-benar runtuh menimpa mereka. Kalau dari awal kita udah negatif, pasti hasilnya negatif.

    “Bedakan antara si hati-hati dan si pecundang”

  54. dari taun lalu gw perhatiin, blog ini hanya concern posting utk pertahankan rating doank.
    belon 1 minggu aja ada bbrp topik yg diposting, mungkin krn target gak tercapai
    ex: apabila di hr ke-2 kurang dari 50 yg comment, hari ke-3 posting
    walaupun topiknya basbang

    kayak MLM aja, ada tutup point (posting) spy dpt byk bonus (comment)
    well, di sini gw bisa liat ada yg hyper MLM, anti, ragu2, netral & maniak rating 3 besar:d

  55. MLM ambil positifnya aja..buat karir di kantor juga bagus kok..karena pelatihan pengembangan dirinya juga bikin saya naek pangkat 4 kali dalam kurun 5 tahun belakangan ini..kalo gak punya waktu..jangan paksain untuk njalanin..lebih baik ikut MLM untuk pengembangan diri..jaminan banget..Gak Rugi!saya Pede bikin presentasi di kantor dan melakukan pelatihan2 gara2 MLM.nothing to loose… gak sukses di MLM tapi sukses di karir..ujung2nya duit juga khan..?

  56. #92: ah, itu cuma perasaan aja :). basbang? ngga dong. yang basbang itu yang komentar mendiskreditkan yang gak nyambung di topik yang udah basi.

    iya gak bungdolf? :)

  57. Robert T Kiyosaki punya 2 ayah, satu kurang berpendidikan tapi kaya, satu berpendidikan tapi miskin.

    Anda masuk ayah yang mana ? Jelas bukan kedua-duanya dan jelas bukan termasuk kaya dan berpendidikan

  58. Untuk pemasaran konvensional, selain pembagian keuntungan dari distributor besar sampai kecil, juga diperlukan iklan.

    Distributor MLM menggantikan porsi iklan, jadi uang iklan dibayarkan kepada distributor.
    MLM lebih efisien, karena setelah produk dijual (ada pemasukan), baru komisi dibayar. Kalau pemasaran biasa, iklan dulu (uang keluar dulu) baru ada penjualan.

    Normalnya total pay out dari MLM kepada distributor berkisar antara 40% sampai 60% dari harga konsumen.

    MLM nggak merekrut orang juga boleh, jadi konsepnya direct selling/single level marketing. Tapi tidak akan terjadi passive income. MLM menawarkan passive income dengan merekrut dan melatih orang dibawahnya/downline.

    Sebenernya di perusahaan biasa juga seperti itu. Di bagian marketing, awalnya seseorang bergabung sebagai staff/junior marketing, setelah itu jadi supervisor, lalu senior, lalu branch dst .. intinya makin naik posisi, target juga berubah, jadi target grup. Jadi lebih kurang sama dengan MLM. Tetapi ada beberapa MLM yg tidak menerapkan target bulanan (contohnya tianshi).

    MLM atau pemasaran biasa hanyalah salah satu cara memasarkan produk dari pabrik/produsen. Konsepnya lebih kurang sama, cuma seringkali ada yg menjalankan dengan cara salah/money game atau memang judul awalnya sudah money game.

  59. #99:

    Distributor MLM menggantikan porsi iklan, jadi uang iklan dibayarkan kepada distributor.

    MLM lebih efisien, karena setelah produk dijual (ada pemasukan), baru komisi dibayar. Kalau pemasaran biasa, iklan dulu (uang keluar dulu) baru ada penjualan.

    Normalnya total pay out dari MLM kepada distributor berkisar antara 40% sampai 60% dari harga konsumen.

    saya tidak yakin ongkos iklan pada distribusi ‘tradisional’ lebih besar daripada 40% dan 60% harga produk. dengan demikian yang lebih efisien harusnya distribusi tradisional.

    tapi ini baru perkiraan, nanti kalau ada waktu saya coba cari datanya.

    Sebenernya di perusahaan biasa juga seperti itu. Di bagian marketing, awalnya seseorang bergabung sebagai staff/junior marketing, setelah itu jadi supervisor, lalu senior, lalu branch dst .. intinya makin naik posisi, target juga berubah, jadi target grup.

    kalau memang sama seperti itu sepertinya tidak ada masalah, tapi ada beberapa hal yang membedakan:

    * setiap distributor diberi insentif lebih tinggi untuk merekrut sebanyak mungkin daripada menjual produk, seperti kata anda ‘Tapi tidak akan terjadi passive income’
    * banyak mlm yang menerapkan biaya pendaftaran atau biaya rutin, entah secara terang2an atau terselubung. bahkan tidak jarang, biaya ini menjadi pemasukan bagi upline-nya. ini tidak terjadi pada perusahaan biasa

  60. Ya, betul Pak, nanti kalo sudah ketemu perbandingan ongkos iklan dan harga dilaporkan lagi di tempat anda, karena saya cari belon dapet he..he.., supaya jadi bahan pembelajaran bagi saya dan mungkin rekan-rekan yg lain. Karena saya di mlm juga masih baru, masih harus banyak belajar. Dan saya suka mencari fakta, bukan katanya…

    Memang lebih kurang sama tentu tidak sama persis. Karena intinya MLM adalah jaringan kita adalah aset kita. Ilustrasinya .. lebih baik punya 100 orang masing-masing jual satu barang, daripada 1 orang jual 100 barang dalam sebulan. Bagi perusahaan kan sama saja, yg penting 100 barang keluar dari pabrik. Tapi kalo dari yg 100 orang tersebut, katakanlah di bulan itu ada 10 orang sakit/berhalangan sebulan.. masih terjadi 90 barang terjual. Kalo yang 1 orang jual 100, begitu dia sakit sebulan… penjualan langsung nol.

    Jadi bagi perusahaan MLM, tentu lebih seneng punya 100 orang jual 1, karena stabilitas lebih terjamin, makanya perusahaan mendorong orang untuk merekrut dan menduplikasikan.

    MLM menggunakan prinsip multiply atau leverage. Kalau 1 orang bisa kerja 3 jam kerja.. kalao dia bisa menduplikasikan dirinya.. punya 99 orang yang juga bisa kerja 3 jam sehari.. dia dan jaringannya punya 100 x 3 jam kerja.. alias 300 jam kerja. Kalau dia kerja sendiri terus maksimal orang bisa kerja sehari kan cuma 24 jam, dengan efek multiply itu orang dan jaringannya tersebut bisa kerja 300 jam kerja yg pasti lebih menghasilkan omzet. Makanya orang tersebut diganjar dengan komisi yg lebih besar. Sama seperti branch manager gajinya lebih gede dari salesnya.

    Di perusahaan biasa, jenjang karir kan juga makin tinggi, bisa saja suatu saat, seseorang yg dulunya cuma sales bisa jadi direktur… lalu dia beli saham perusahaan .. sehingga suatu saat dia sudah nggak kerja lagi.. tapi perusahaan tetep jalan dan memberikan uang / passive income. Atau kalo liat konglomerat.. banyak yg memulai merintis dari bawah.. sampe perusahaannya gede, ada sistemnya.. akhirnya mereka udah tinggal menikmatinya, karena sistem yg dia buat sudah bekerja untuk dia.

    Di mlm, sistemnya sudah ada, tapi tentu harus kerja dulu.. merintis dulu dari bawah. MLM yg bener, nggak ada yang bilang invest duit 2-3 taon jadi kaya tanpa ngapa-ngapain, kalo ada yg gitu berarti anda ditipu. MLM yg bener, anda investasi uang dan waktu dan anda juga harus kerja, merintis dari bawah dengan dibantu upline/sistem, setelah itu baru dapet passive income.

    Memang tidak semua MLM baik.. tentunya tidak semua MLM jelek. MLM yg baik dan benar pun kalo dijalankan oleh oknum/cara yg salah juga tetap saja berantakan.

    Tidak benar kalo dibilang enak yg di atas… yg di atas tinggal menghisap yg bawah.. karena yg sekarang di atas.. toh dia dulu juga merintis dari bawah. Dia kerja lebih dulu, dan dia harus kerja bantu downlinenya supaya naik.. karena kalo downline naik, dia akan naik juga.

    Tentunya kalo kita mau join.. kan maunya suatu saat naik ke atas juga. Masak kita udah kerja maunya di bawah terus. MLM yg bener, setiap downline bisa menyalip upline dalam peringkat/bonus. Jadi kalo upline nggak kerja, walopun dia di atas kita, tentunya peringkatnya juga nggak naik, kalo kita kerja, jadinya peringkat/bonus kita yg lebih tinggi. Jadinya lebih fair, siapa yg kerja lebih keras, rajin dan pintar.. bisa dapet peringkat/bonus yang lebih tinggi.

    Kebetulan di tianshi, biaya pendaftaran cuma 85 ribu dan nggak perlu daftar ulang, cukup sekali selamanya.. karena bisa diwariskan.

    Mohon maaf Pak Priyadi, saya cuma tamu disini, sori kalo ada kata-kata saya yg salah, sori kalo saya udah tulis banyak2 disini (menuh2in aja he..he…)

  61. #101:

    Ilustrasinya .. lebih baik punya 100 orang masing-masing jual satu barang, daripada 1 orang jual 100 barang dalam sebulan. Bagi perusahaan kan sama saja, yg penting 100 barang keluar dari pabrik.

    ya, ini inti dari tulisan saya di atas. pabrik tidak peduli siapa yang jual ke siapa, yang penting barangnya terjual, dan dia tetap untung. lain ceritanya dengan kelompok distributor. kalau dari 100 distributor hanya berhasil menjual 100 produk ke masyarakat non distributor, maka itu sangatlah tidak efisien, besar kemungkinan kelompok distributor akan merugi. bisa jadi ada sebagian kecil yang di atas akan mendapatkan untung, tetapi mayoritas tetap akan merugi dan secara keseluruhan pasti merugi.

    Jadi bagi perusahaan MLM, tentu lebih seneng punya 100 orang jual 1, karena stabilitas lebih terjamin, makanya perusahaan mendorong orang untuk merekrut dan menduplikasikan.

    iya, bagi perusahaan MLM, itu sebabnya saya bilang sistem MLM adalah sangat revolusioner dari sudut pandang produsen. lain ceritanya bagi distributor. kalau dari 100 orang menjual hanya 1, hampir bisa dipastikan kelompok distributor akan merugi.

    produsen MLM tidak akan pernah mendapatkan kerugian yang diakibatkan oleh sistem penjualannya. sedangkan bagi distributor, syarat untuk mendapatkan keuntungan kolektif adalah jika dan hanya jika laba dari penjualan produk ke orang non distributor lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

    Sama seperti branch manager gajinya lebih gede dari salesnya.

    perbedaannya, pada MLM, gaji ‘sales’ bisa negatif, atau dengan kata lain ‘sales’ membayar produsen. ini bisa berupa biaya pendaftaran, biaya rutin, pembelian yang diwajibkan, biaya pelatihan, etc.

    pada perusahaan ‘biasa’, sales bisa saja punya pendapatan sangat kecil, bahkan di bawah UMR, tapi nilainya tetap positif.

    Tidak benar kalo dibilang enak yg di atas… yg di atas tinggal menghisap yg bawah.. karena yg sekarang di atas.. toh dia dulu juga merintis dari bawah. Dia kerja lebih dulu, dan dia harus kerja bantu downlinenya supaya naik.. karena kalo downline naik, dia akan naik juga.

    seandainya penghasilan seorang distributor sebagian besar berasal dari setoran downlinenya, atau dengan kata lain performa seorang distributor dinilai terutama dari banyaknya downline, maka itu adalah penghisapan seperti yang anda bilang, terlepas dari apa posisi dia sebelumnya. karena dengan demikian hanya distributor yang dekat dengan puncak yang akan mendapatkan untung. sedangkan sebagian besar dipastikan merugi.

    satu2nya cara agar sistem MLM sustainable dan saling menguntungkan adalah: profit dari penjualan ke masyarakat non distributor lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh distributor. jika tidak, maka itu lebih tepat disebut sebagai skema piramida.

    Mohon maaf Pak Priyadi, saya cuma tamu disini, sori kalo ada kata-kata saya yg salah, sori kalo saya udah tulis banyak2 disini (menuh2in aja he..he…)

    no problem :).

    btw, apa bisa anda mendapatkan data2 untuk MLM yang anda ikuti seperti yang saya tulis di atas? misalnya berapa jumlah distributor, berapa pendapatan rata-rata distributor, perkembangan jumlah distributor dari tahun ke tahun, dsb.

  62. Ada sebagian MLM yang membentuk jaringan pemakai. Mungkin kalau Pak Priyadi sebut semacam klub belanja.

    Mungkin kata-kata saya agak salah, maksudnya kalo ada 100 orang jaringan pemakai/penjual, dan bukan berarti hanya 1 barang, namanya juga ilustrasi, biar gampang hitungnya saja.

    Jadi konsep awalnya kan si distributor tersebut mengenalkan produknya kepada calon konsumen. Si calon konsumen tersebut bisa saja hanya beli produknya, atau bergabung dan beli produknya. Lain dari produk, ternyata bisnisnya juga menarik. Jadi memang kadang kala yg ditawarkan bisa dari produk atau bisnisnya.

    Memang intinya return/hasil yg dicapai harus lebih besar daripada pengeluarannya baru bisa dibilang untung. Tapi kalau orang tersebut hanya sebagai pemakai produknya (tidak menjalankan bisnisnya), dan mendapat manfaat dari produknya, tentu dia bukanlah pihak yg dirugikan. Kalau rugi/tidak bermanfaat, tentu nggak belanja lagi.

    Makanya MLM yg benar, produknya benar2 bagus/ bermanfaat, beda dgn MLM yang asal2an atau money game, nggak perduli produknya bermanfaat atau tidak. Money game harus jadi penjual produk/bisnisnya baru bermanfaat, kalo mlm yg benar, konsumsi produknya juga bermanfaat dan konsumen (member ataupun nonmember) tidak merasa rugi.

    Keuntungan distributor berasal dari pembelian oleh nonmember dan member di jaringannya.
    Jadi memang sebagian besar pendapatannya di dapat dari jaringan di bawahnya.

    Katakanlah seorang marketing manager di perusahaan biasa, dia tentu lebih berkonsentrasi untuk membina anak buah di bawahnya daripada di berkonsentrasi menjual sendiri, dan performa dia dinilai perusahaan berdasarkan target/performance grupnya, apakah ini bukan penghisapan? Bukankah di perusahaan biasa juga kita sering dengar.. si Bos mah enak, tinggal suruh-suruh dan marah-marah kalo target nggak tercapai.

    Justru di sinilah bedanya, di MLM, seorang leader yang kerjanya suruh-suruh dan marah-marah, tidak akan bisa sukses/berkembang jaringannya. Di mlm, tidak ada bos, adanya rekan kerja.

    Skema piramid yg bagaimana yg dimaksud? Kalau saya tidak salah mengerti, yg dilarang adalah skema piramid atau binary, dimana diharuskan kanan kiri seimbang. Atau piramid yg dimaksud adalah yg di atas lebih sedikit orangnya dari yg dibawah.. bukankan dimana-mana juga begitu? Dari direktur ke manager dan ke staff/pegawai biasa, tentu polanya seperti itu. Coba kalo dibalik direkturnya 1000 pegawainya 10 orang.. apa bisa jalan perusahaan itu? Di mana-mana, orang sukses lebih sedikit dibanding orang yg tidak sukses. Cuma cara pandangnya seperti apa? Apa yg disebut sukses, apa yg disebut gagal?

    Seseorang yg join mlm dan beli produk untuk ngobatin penyakitnya dan sembuh… walopun dia nggak jalanin bisnisnya, dan nggak dapet uang dari situ (paling2 dapet diskon/cashback dari harga distributor), menurut saya orang itu sukses.. karena tujuannya tercapai.. yaitu sembuh.

    Bagi orang yg jalanin bisnisnya, nggak harus diatas baru dibilang sukses, waktu level pertengahan, dia sudah dapat income yng lebih besar dari pengeluarannya.. atau taraf hidupnya bisa lebih baik dari sebelumnya, bisa dibilang sudah lumayan sukses.

    Sekali lagi, memang kita harus cari mlm yg tidak memberatkan kita. Di tianshi, tidak ada target bulanan, dan peringkat tidak bisa turun. Nggak ada sistem hangus/reset dari nol. Semua pembelanjaan diakumulasi. Target bulanan kita yg tentukan, mau dapet bonus gede ya kerja gede/keras. Bukankah ini sama dengan punya usaha/kerja sendiri (punya toko, jadi dokter, dll). Tapi kalau kita membina jaringan/aset kita.. suatu saat jaringan/aset kita sudah terbentuk.. disitulah kita punya passive income.

    Ada lagi yg bilang… bener kan menghisap.. orang lain kerja si upline tinggal enak-enakan… (nggak inget si upline dulunya juga kerja, korban darah, keringat air mata).

    Kalau ada yg bilang begitu, berarti orang pensiunan (udah nggak kerja), punya deposito, punya saham, nabung di bank, nabung di bank syariah (memang nggak dapet bunga, tapi kan sama aja… uangnya dipake untuk usaha orang lain, kalo untung bagi hasil, kalo rugi bagi rugi. tapi kan tetep nggak kerja, yg disetor cuma uang) semuanya adalah penghisap… karena (udah) nggak kerja tapi dapet duit. Kan aneh kalo orang nggak boleh punya passive income, nggak boleh punya aset.

    Kalau mlm yg nipu atau money game.. memang menghisap.. karena tidak memberi nilai tambah.. MLM yg benar memberikan manfaat, dan tidak semuanya bernilai uang.. bisa uang, kesembuhan, pengembangan diri, keahlian berorganisasi, memanage orang dll. Memang sebagian besar orang, termasuk saya, mencari uang, apakah itu salah? Toh saya nggak nipu, yg saya lakukan saya memberi informasi yg sejelas-jelasnya kepada calon member/konsumen, join/beli atau tidaknya itu keputusan dia.

    Untuk data saya tidak tau, bagus juga kalo ada data, biar lebih eksak, data tangible memang bisa dihitung, tapi intangible (kesembuhan, pengembangan diri dll) mungkin susah dihitung. Menurut berita, distributor tianshi Indonesia sekitar 1,2 sampai 1,5 juta orang. Tapi tentu data ini bisa bias, karena di tianshi tidak ada daftar ulang, sehingga ada beberapa orang yg daftar lagi di jaringan yg lain, jadi terdaftar lebih dari satu kali, belon lagi yg sudah tidak aktif (atau malah meninggal) karena tidak ada daftar ulang.

    Sekali lagi maaf saya nulis terlalu banyak, kalo dianggap mengganggu diskusi lebih lanjut bisa kontak email saya. Atau kalo kita sama-sama di jakarta, boleh juga bertemu untuk diskusi lebih lanjut. Memang ada orang yg bilang saya sudah dibrain wash (cuci otak) oleh para leader saya… mungkin saja… kebanyakan dengerin kaset kali he..he… Tapi saya bukan orang fanatik terhadap satu bisnis (mlm maupun bukan), fanatik produk atau mlm tertentu juga tidak.

  63. #103:

    Memang intinya return/hasil yg dicapai harus lebih besar daripada pengeluarannya baru bisa dibilang untung. Tapi kalau orang tersebut hanya sebagai pemakai produknya (tidak menjalankan bisnisnya), dan mendapat manfaat dari produknya, tentu dia bukanlah pihak yg dirugikan. Kalau rugi/tidak bermanfaat, tentu nggak belanja lagi.

    betul, ini yang saya maksud di atas sebagai keuntungan MLM sebagai ‘klub belanja’. kutipan tulisan saya di atas: “tetapi rasanya sebagian besar orang-orang memilih menjadi distributor bukan untuk mendapatkan produk-produk dengan harga diskon.”

    Keuntungan distributor berasal dari pembelian oleh nonmember dan member di jaringannya. Jadi memang sebagian besar pendapatannya di dapat dari jaringan di bawahnya.

    Katakanlah seorang marketing manager di perusahaan biasa, dia tentu lebih berkonsentrasi untuk membina anak buah di bawahnya daripada di berkonsentrasi menjual sendiri, dan performa dia dinilai perusahaan berdasarkan target/performance grupnya, apakah ini bukan penghisapan? Bukankah di perusahaan biasa juga kita sering dengar.. si Bos mah enak, tinggal suruh-suruh dan marah-marah kalo target nggak tercapai.

    sistem ekonomi antara perusahaan dan MLM sama saja. pendapatan seluruh perusahaan paling tidak harus lebih besar daripada usaha yang dikeluarkan perusahaan tersebut secara keseluruhan. jika tidak, perusahaan itu merugi.

    sama saja dengan MLM. pendapatan seluruh distributor jika disatukan harus lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh seluruh distributor tersebut. ini syarat mutlak untuk mendapatkan keuntungan. terlepas dari apakah si ‘boss’ ikutan jualan retail atau tidak.

    Skema piramid yg bagaimana yg dimaksud? Kalau saya tidak salah mengerti, yg dilarang adalah skema piramid atau binary, dimana diharuskan kanan kiri seimbang. Atau piramid yg dimaksud adalah yg di atas lebih sedikit orangnya dari yg dibawah.. bukankan dimana-mana juga begitu? Dari direktur ke manager dan ke staff/pegawai biasa, tentu polanya seperti itu. Coba kalo dibalik direkturnya 1000 pegawainya 10 orang.. apa bisa jalan perusahaan itu? Di mana-mana, orang sukses lebih sedikit dibanding orang yg tidak sukses. Cuma cara pandangnya seperti apa? Apa yg disebut sukses, apa yg disebut gagal?

    skema piramida itu jika pendapatan satu distributor berasal dari pengeluaran distributor yang lain. jika dihitung jumlah pendapatan dari semua distributor, maka tidak akan pernah melebihi pengeluarannya.

    dimana-mana memang yang sukses lebih sedikit daripada yang gagal, tapi sukses tersebut BUKAN berasal dari kegagalan yang lain tersebut. ini sudah saya tulis di komentar saya yang lain, pegawai tingkat paling rendah pun pasti punya gaji yang positif. artinya, pendapatan si boss sudah pasti bukan berasal dari setoran pegawainya.

    jadi sebenarnya sama sekali tidak rumit: pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. dalam MLM, artinya profit yang berasal dari penjualan retail ke masyarakat non distributor harus lebih tinggi daripada pengeluaran.

    sedangkan penjualan ke distributor yang lain tidak termasuk, karena akan saling mengeliminasi. sehingga tidak bermanfaat bagi grup secara keseluruhan.

    ini terlepas dari faktor2 subjektif seperti berguna atau tidaknya barang yang dijual dan sebagainya.

    ps. sebenarnya saya tidak mau menyinggung MLM tertentu secara spesifik, tapi MLM anda, tianshi, termasuk yang paling parah dalam urusan ini.

  64. \:d/
    Joint MLM atau tidak adalah pilihan hidup seseorang.
    Yang penting
    -dia menjalankannya dengan cara yg profesional (sama dgn jika jd employee, dll).
    -dia mendapatkan hasilnya (bukan hanya duit).

    Sy belum lama bergabung di TIENS tapi sy dapat bnyk hal dr TIENS dgn education di Support System nya.

    Kalo hanya berorientasi masalah uang, sy tidak tertarik.Tp bnyk hal sy dapatkan di bisnis ini.

    Orang joint MLM(yg beneran) punya motivasi sendiri2.
    Klo hanya duit dan reward2nya…ehm….blm cukup menggerakkan sy udh menjalani bisnis ini.Sekedar diketahui, dari bisnis konvensional sy sudah lebih dari cukup utk hidup sy dan keluarga.Kalo hanya demi BMW,ehm…maaf sy udh pnya 2 dan mobil jerman 1.

    Klo boleh sy saran…..cari informasi yg bener,Perusahaannya,Produknya,Systemnya,Pendidikannya,komunitasnya,Marketing Plan nya, dan Cara menjalankannya secara Profesional.

  65. Memang Pak, kalo MLM dari segi pendapatannya tidak sama seperti orang kerja kantoran… tapi lebih seperti kalo kita punya usaha/toko sendiri. Makanya di mlm, pendapatannya tidak stabil, beda dgn kerja kantoran, ada gaji tetapnya.. plus bonus.

    Jadi wajar kalo di awal2, orang buka usaha/toko kan keluar modal/rugi dulu. Setelah itu baru untung. Di dunia luar sana banyak orang buka usaha, katakanlah restoran.. trus bangkrut.. kira-kira salah usaha restorannya atau orangnya?

    Memang pada intinya, harus overall pendapatan lebih besar daripada pengeluaran. Tapi kalo dibandingkan juga di mlm, lalu dibandingkan dengan pengeluaran dan pendapatan di sektor usaha konvensional (buka toko/restoran kecil2an).

    Awal saya join tianshi juga saya berpikir ini money game, tapi setelah saya pelajari lebih dalam (kata orang dicuci otak oleh leader he..he..) pandangan saya berubah..

    Untuk di tianshi sendiri.. kalau seseorang sudah *3, setiap kali dia belanja atas nama sendiri akan dapet cash back (berupa uang tunai, bukan barang) sebesar 20% dari harga distributor. Kalau dipakai sendiri bisa dibilang diskon, kalo dijual ke orang lain (non member) bisa dibilang keuntungan. Gross profit 20% mungkin masih cukup feasible, diharapkan net profitnya 5 sampai 10%. Tiap naik bintang/peringkat, naik 4%, sehingga seorang *8 dapet 40%.

    Saya sangat tertarik dengan komentar terakhir Anda yg bilang di tianshi sangat parah dalam urusan ini. Kalo bisa diperjelas, di bagian mana (kalau bisa detail/jelas, karena saya agak oon he..he..) yg sangat parahnya. Saya akan sangat berterima kasih kepada Pak Priyadi kalau menjelaskan kepada saya. Karena saya masih baru di bisnis ini.. siapa tau jalan yg saya lalui memang salah, kalo bisa dikembalikan ke jalan yg benar tentu saya akan senang.

    Karena waktu itu pernah ada orang kirim email ke saya, katanya saya sudah dicuci otak, dan saya disuruh mempelajari marketing plannya tianshi agar dapat melihat marketing trapnya. Waktu saya tanyakan apa saja marketing trapnya, dia belon membalas. Jadi kalo Pak Priyadi bisa memberitahukan dimana jebakan/ kekurangan atau parahnya di tianshi, tentu saya akan sangat berterima kasih.

    Atau mungkin maksudnya Pak Priyadi parahnya dari segi piramidnya? Terlalu banyak yg di bawah, dan terlalu sedikit yg di atas?

    Sebagai gambaran, saya join tianshi baru April 2006, masih baru, masih perlu banyak belajar di bisnis ini. Support system yg saya ikuti tidak menjalankan stagging/spill over matrix atau investasi (pasang2 orang). Dan saya sendiri anti money game. Jadi makin anti money game setelah melihat situs2 (salah satunya pembelajar.com) internet yg membahas hal tersebut, termasuk blognya Pak Priyadi.

    Juga seperti kata Pak Perdana, join mlm adalah suatu pilihan. Jgn sampe kita tertipu oleh omongannya distributor. Ada beberapa orang yg sudah kaya, dia tetep join mlm, bukan buat cari uang, tapi ya macem2 motivasinya bisa kesembuhan, pengembangan diri, membantu orang lain, kemampuan berorganisasi/managing people dll deh yg saya belon tau, karena saya belon kaya he.he..

    Kalo boleh tau Pak Priyadi sudah join berapa macem MLM dan berapa lama? Atau kalau belon pernah join, sudah mempelajari berapa banyak mlm?

    Memang kita harus menjelaskan kepada semua orang, untung ruginya join di mlm, yg lebih penting lagi.. jangan sampai tertipu oleh mlm yg jelek atau malah money game. Saya juga tidak setuju kalo yg di atas mendapat keuntungan dari kerugian yg dibawahnya.. itu memang namanya money game/penghisapan.

    Tapi bukan berarti orang yg belanja untuk konsumsi pribadi dan tidak menjalankan bisnisnya (nggak dapet uang) artinya dia sedang dihisap. Yg penting tujuannya tercapai dan kebetulan banyak sekali motivasinya.. bisa uang, kesembuhan, pengembangan diri, dll? Kalau tujuan itu tercapai dan dia tidak merasa dirugikan, tentu dia tidak sedang dihisap.

    Tentu nanti ada lagi yg bilang.. itulah hebatnya mlm, orang sedang dihisap.. tapi tidak merasa kalo lagi dihisap/ditipu/dibodohi. Sebenarnya itu tergantung cara pandang/paradigma kita terhadap sesuatu hal.

    Mungkin kebetulan yg dilihat oleh Pak Priyadi hanya masalah uang yg dikeluarkan dan uang yg didapat. Padahal mlm yg bener (bukan money game), uang keluar.. dapat produk yg berkualitas (karena memang beli produk), kalo jalankan bisnisnya, ada kemungkinan dapet uang dan lain-lain.

    Tujuan Pak Priyadi mengangkat tema ini (bedah sistem mlm) sangatlah baik sebagai pembelajaran kita semua. Jgn bosen Pak he..he..

    Terima kasih untuk diskusi yg menarik ini. :)

  66. #106:

    Memang Pak, kalo MLM dari segi pendapatannya tidak sama seperti orang kerja kantoran… tapi lebih seperti kalo kita punya usaha/toko sendiri. Makanya di mlm, pendapatannya tidak stabil, beda dgn kerja kantoran, ada gaji tetapnya.. plus bonus.

    Jadi wajar kalo di awal2, orang buka usaha/toko kan keluar modal/rugi dulu. Setelah itu baru untung. Di dunia luar sana banyak orang buka usaha, katakanlah restoran.. trus bangkrut.. kira-kira salah usaha restorannya atau orangnya?

    Memang pada intinya, harus overall pendapatan lebih besar daripada pengeluaran. Tapi kalo dibandingkan juga di mlm, lalu dibandingkan dengan pengeluaran dan pendapatan di sektor usaha konvensional (buka toko/restoran kecil2an).

    kalau buka usaha sendiri, kerugian di awal biasanya terkonversikan misalnya ke hal-hal seperti peningkatan brand recognition. sedangkan pada MLM, ada kecenderungan setoran dipakai semata-mata untuk profit bagi upline.

    kemudian, jika perusahaan nyaris merah, salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan downsizing. ini tidak bisa dilakukan di MLM, karena apapun yang terjadi setiap distributor diberi insentif tinggi untuk merekrut distributor lain.

    Jadi kalo Pak Priyadi bisa memberitahukan dimana jebakan/ kekurangan atau parahnya di tianshi, tentu saya akan sangat berterima kasih.

    * memberi reward sangat tinggi untuk merekrut distributor baru
    * distributor baru diizinkan untuk ‘membeli posisi’
    * adanya reward dan ‘paksaan’ untuk membeli produk

    tentunya ini cuma anekdot, kondisi sebenarnya mungkin cuma mereka yang tahu. anda pun mungkin tidak tahu :)

    Juga seperti kata Pak Perdana, join mlm adalah suatu pilihan. Jgn sampe kita tertipu oleh omongannya distributor. Ada beberapa orang yg sudah kaya, dia tetep join mlm, bukan buat cari uang, tapi ya macem2 motivasinya bisa kesembuhan, pengembangan diri, membantu orang lain, kemampuan berorganisasi/managing people dll deh yg saya belon tau, karena saya belon kaya he.he..

    sebenarnya tidak ada masalah jika seseorang masuk MLM sebagai ‘klub belanja’. tetapi bisa dipastikan hampir semua anggota yang masuk adalah yang niatnya paling tidak untuk memperoleh pemasukan tambahan. orang-orang seperti pak perdana ini mungkin cuma minoritas kecil.

    Kalo boleh tau Pak Priyadi sudah join berapa macem MLM dan berapa lama? Atau kalau belon pernah join, sudah mempelajari berapa banyak mlm?

    sudah ada paling tidak 6-7 mlm yang mencoba untuk memrospek saya. semuanya jenis MLM yang buruk: akan sulit sekali untuk mendapatkan keuntungan selain dari kerugian downline. saya tidak ada menutup kemungkinan ada MLM yang baik, karena itu baru sebagian kecil dari selurh MLM yang ada di APLI.

    ujung2nya kembali kepada: MLM yang sustainable adalah jika dan hanya jika keuntungan dari penjualan ke masyarakat non distributor lebih besar daripada total pengeluaran akibat mengikuti MLM tersebut. jika tidak, maka bisa dipastikan bahwa keuntungan seorang distributor berasal dari kerugian distributor lain, ini tidak ada bedanya dengan skema piramida.

    untuk tianshi, kuncinya ada pada bonus eceran: “Bonus eceran adalah keuntungan yang didapat apabila anda menjual produk kepada konsumen tanpa konsumen tersebut menjadi member. Besarnya 15 % dari harga jual.” ini satu2nya jalan supaya grup distributor secara keseluruhan tidak dalam kondisi ‘merah’.

    pertanyaannya sekarang, berapa kali dalam bulan ini anda dan grup anda melakukan penjualan eceran tanpa mengajak konsumen tersebut menjadi member? apakah keuntungan sebesar 15% tersebut dapat menutupi pengeluaran anda dan grup secara keseluruhan? jika iya, selamat, maka MLM anda (atau paling tidak grup anda) adalah MLM yang baik. jika tidak, maka pendapatan orang2 yang berada di dekat puncak grup dapat dipastikan berasal dari setoran orang2 yang berada di dekat dasar grup.

  67. Memang ide dasarnya perusahaan mlm mendorong distributornya untuk mencari distributor/konsumen lainnya. Makanya distributor memang diberi insentif untuk mencari dan mendidik/menduplikasi distributor lainnya.

    Karena itu, perusahaan mlm yg benar, produknya haruslah benar2 bermanfaat. Jadi kalo ada yg beli, dia tidak merasa rugi… paling tidak dia mendapat manfaat dari produknya.

    Kalau saya tidak salah mengerti, cara pandang Pak Priyadi adalah.. kalo orang bergabung dan nggak dapet duit dari itu .. artinya rugi.. kalau ada downline yg belanja.. berarti dia rugi.. karena dia cuma setor uang ke upline.

    Saya cara pandangnya berbeda.. walopun nggak dapet duit.. tapi kan dapet produknya. Dan harga jual produknya wajar segitu… nggak mahal dan nggak murah.. wajar deh dengan manfaatnya.

    Lalu kalau ada orang yg menjalankan bisnisnya.. udah keluar uang (diluar beli produknya, karena beli produk kan ada produk yg didapat) untuk presentasi, ketemu orang, ikut pertemuan, habis waktu dan uang tetap tidak berhasil.. tentu kita lihat.. apakah sudah diikuti sistemnya dengan benar.. kalo semuanya sudah ok.. tetep aja gagal ya sudah… mungkin bukan rejekinya. Istilah lainnya.. namanya juga usaha.. ada aja yg gagal.

    Kata kuncinya “sudah ikuti/jalankan sistemnya dengan benar”. Sebagai contoh.. kalo kita beli franchise, kan sudah ada sistemnya, kalo nggak ikuti/jalankan sistemnya.. perjanjian kerja samanya berakhir. Kalo mlm, ikuti sistemnya suka rela.. kalo diikuti dengan benar hasilnya positif, kalo nggak ikut ya hasilnya gagal.

    Saya nggak gitu ngerti dengan mlm lain, tapi di Tianshi Indonesia karena nggak ada target bulanan ya nggak harus beli produknya lagi kan (setelah *3). Setelah *5 baru ada syarat personal sales 100 ribu untuk bisa dapet bonus. Ya kalo bonusnya bulan itu cuma 10 ribu .. ya nggak perlu belanja lah.. Kalo bonusnya katakanlah 1 juta.. beli produk 100 ribu kan nggak apa2, produknya juga bagus/bermanfaat.

    Di tianshi, semakin tinggi peringkat nggak ada target grup harus menjual berapa banyak. Yg ada kalo mau dapet bonus ya harus menjual. Kan sama aja kaya buka toko, kalo nggak mau jualan ya nggak ada pemasukan. Kalau mau naik peringkat ya harus kerja, jual produk dan cari orang.

    Memang cara pandangnya berbeda, kalo Pak Priyadi bilang kalo orang yg sudah tertarik produknya dan jadi member malah jadi masalah.. padahal itu memang tujuannya MLM.. kadangkala jual produknya dulu, dan cocok, baru deh jadi member..

    Kalau Pak Priyadi cara pandangnya tetap sama.. bahwa kalo member/downline beli produk hanyalah menguntungkan upline dan dia sendiri rugi.. maka benarlah teori/kesimpulan Anda bahwa MLM tidak ubahnya money game terselubung.. bahwa yg atas menghisap yg bawah. Karena yg Bapak lihat adalah uang keluar dan uang masuk.. Bapak tidak melihat, bahwa uang keluar ada produk yg masuk, namanya juga beli produk.

    Yg saya lihat apakah disebut rugi kalau dia sendiri beli produk karena dia butuh dan produknya bermanfaat melebihi harganya.. dan karena kalo dia jadi member bisa dapet harga lebih murah (saya tidak berbicara 15% beda harga distributor dan konsumen, karena umumnya member tianshi menjual ke nonmember pun dengan harga distributor) setelah belanja Rp. 2 juta awal (bintang 3) dia dapet cash back 20% untuk pembelanjaan selanjutnya.

    Kalau dia tidak butuh bisnisnya dan produknya ya ngapain join?

    Saya tidak mau merubah cara pandang Anda, tidak mengerti cara pandang saya (yg katanya udah dibrain wash he..he..) juga nggak apa-apa, cuma kebetulan kita punya cara pandang yg berbeda. That’s all.

    Memang banyak sekali orang-orang yang menjalankan bisnis tianshi dengan cara yg tidak benar, sistemnya (beli posisi, staging dll) ataupun cara memaksa/menipu orang agar bisa ketemu/presentasi/join. Kenyataannya memang ada yg begitu, tapi bukan berarti semuanya begitu. Ada juga distributor mlm yg menghina orang yg nggak mau join.. istilahnya kalo join temen, kalo nggak mau join ya dimusuhin.

    Dan ini seringkali yg membuat orang benci/alergi/anti dgn mlm walopun sebenernya tertarik dengan produk ataupun sistemnya. Sayapun dulu termasuk orang yg anti terhadap mlm, tapi pandangan saya berubah setelah mendapat informasi lebih lanjut dan mempelajari lebih dalam (kata orang di brain wash/cuci otak he..he..)

    Join mlm atau tidak tentulah suatu pilihan, tapi alangkah baiknya apabila pilihan ditentukan setelah kita mendapat informasi yg sejelas-jelasnya tentang apa yg kita pilih.

    Sukses bukan hanya ada di MLM, di luar sana banyak orang sukses juga.

    Salam.

  68. #108: sebenarnya point anda sudah saya bahas semua di tulisan saya di atas. ini saya ulangi lagi:

    Jika ada manfaat yang nyata dengan menjadi ‘distributor’ MLM, maka itu adalah point nomor 1 di atas: untuk mendapatkan produk-produk dari produsen dengan harga diskon, dengan kata lain kelompok distributor menjadi mirip seperti keanggotaan klub belanja.

    tapi yang harus dipertimbangkan adalah:

    sebagian besar orang-orang memilih menjadi distributor bukan untuk mendapatkan produk-produk dengan harga diskon.

    masalahnya, praktis hampir semua distributor mengikuti MLM karena ingin memperoleh keuntungan tambahan.

    kembali ke point utama saya: jika hampir semua distributor yang mengikuti MLM dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, maka satu-satunya cara keuntungan itu didapat adalah dengan menjual produk ke non distributor tanpa mengajaknya menjadi distributor.

    Kalau saya tidak salah mengerti, cara pandang Pak Priyadi adalah.. kalo orang bergabung dan nggak dapet duit dari itu .. artinya rugi.. kalau ada downline yg belanja.. berarti dia rugi.. karena dia cuma setor uang ke upline.

    ini sudah saya bahas di skenario 2 di atas. silakan baca kembali. tapi intinya, jangan lihat dari sudut pandang individu, tapi hitung dari sudut pandang kelompok distributor secara keseluruhan. jika individu2 ini membentuk sebuah kelompok usaha, tapi setelah menjadi kelompok, ternyata total asetnya berkurang daripada sebelumnya, maka untuk apa membentuk kelompok? lebih baik dibubarkan saja.

    Memang ide dasarnya perusahaan mlm mendorong distributornya untuk mencari distributor/konsumen lainnya. Makanya distributor memang diberi insentif untuk mencari dan mendidik/menduplikasi distributor lainnya.

    masalahnya ada yang namanya market saturation, pada kondisi ini, praktis anda tidak kan pernah dapat menjual lebih banyak produk, walaupun anda menambah salesforce anda. kecuali kalau memang salesforce anda sebenarnya adalah konsumen anda :)

    dalam perusahaan konvensional, rekrutmen adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan matang2. jangan sampai karena merekrut, balance perusahaan menjadi rugi. dan sebaliknya, pegawai juga bisa dipecat jika diperlukan untuk memberbaiki balance.

    disadari atau tidak, dalam MLM juga berlaku hukum ini, tetapi tidak memiliki mekanisme untuk membatasi jumlah salesforce. distributor baru akan keluar jika dia merasa sudah bangkrut.

    Kata kuncinya “sudah ikuti/jalankan sistemnya dengan benar”.

    ini masalah utamanya. jika semua distributor mengikuti apa yang diajarkan kebanyakan MLM (rekrut sebanyak2nya dan nikmati passive income), maka sudah dapat dipastikan dengan tingkat kepercayaan 100% bahwa kelompok distributor secara keseluruhan akan merugi. bagi perusahaan MLM ini tidak menjadi masalah, karena toh kelompok distributor ini adalah market bagi mereka untuk menjual produknya.

    coba baca lagi skenario 1 saya di atas.

    Join mlm atau tidak tentulah suatu pilihan, tapi alangkah baiknya apabila pilihan ditentukan setelah kita mendapat informasi yg sejelas-jelasnya tentang apa yg kita pilih.

    setuju sekali! :) ini sebenarnya adalah niat dari tulisan saya

  69. kalo ikutan mLm yang baru masuk di Indonesia gmana? kemaren ikutan kaka kelas gw ke semacem penataran ato seminar suatu mLm, doi ikut mLm yang berasas network marketing, itu loh mlm nya syner** baru masuk indo sekiitar awal 2006 ini, uplinenya yang baru bekerja selama +- 6 bulan dah berpenghasilan 25 juta per bulan + bmw per berapa bulan sekali,, kaka kelas gw sendiri yang sudah ikut +- 2 bulan udah punya 4 downline dengan penghasilan dia sekitar 1-2 juta per bulan *untuk anak kuliah tingkat 1 segini kan lmayan abis*

    dan gw sendiri yang anak sma, tiba di kejar kejar sama beberapa upline-er supaya gabung,, kebanyakan mereka pindahan tadi Ti*ns dan bilang kalo di syner** lebih baik dan ++ *entah karena lebih cepat dapet duit ato lebih banyak kenalan karena sampe luar negri*

    pertanyaannya adalah,, dengan bukti dan godaan yang menggiurkan seperti ini, mLm tetap tidak menguntungkan?

  70. #111:

    dengan bukti dan godaan yang menggiurkan seperti ini, mLm tetap tidak menguntungkan?

    pada MLM yang buruk (tidak ada atau minim penjualan retail), segelintir distributor secara individu bisa dan akan mendapat penghasilan yang sangat tinggi, bisa punya beberapa mobil mewah bahkan pesawat terbang. tapi, jika yang ditinjau kelompok distributor secara keseluruhan, maka kelompok ini merugi. dari mana uang yang didapatkan distributor yang ‘sukses’ tersebut? tidak lain dan tidak bukan adalah dari setoran downline-downline-nya. nantinya downline2 ini harus merekrut orang lain supaya dia bisa dapat untung, dan downlinenya tersebut harus melakukan hal yang sama, dan seterusnya. akibatnya, kelompok distributor secara keseluruhan tidak akan pernah mendapatkan keuntungan. keuntungan hanya didapatkan orang yang dekat dengan puncak dan itu didapatkan dari kerugian anggota yang lain.

    pada MLM yang baik, semua profit berasal dari penjualan retail ke masyarakat non distributor. ini satu2nya cara untuk mendapatkan profit yang nyata.

    jadi yang harus ditanyakan kepada yang memrospek anda paling tidak adalah: berapa banyak dalam sebulan rata2 penjualan produk ke orang non distributor TANPA mencoba untuk merekrutnya? dan apakah profit yang didapatkan bisa menutupi hal-hal yang dikorbankan untuk mengikuti MLM ini?

  71. Kalau saya tidak salah mengerti, menurut pendapat Bapak, kalau seseorang konsumen yg nonmember.. maka tidak ada pihak yg dirugikan.. sedangkan apabila si konsumen nonmber lalu jadi member, maka dia akan dirugikan.

    Betul Pak, banyak orang yg gabung karena ingin menjalankan bisnisnya, tetapi banyak juga yg gabung supaya dapat harga lebih murah. Selama ini, walopun hanya sebagai konsumen pun (tidak menjalankan bisnisnya), saya sarankan untuk tetap join, karena akan dapat 20% lagi diskon/cash back setelah pembelanjaan 2 juta awal. Jadi bukan masalah harga konsumen dan distributor yg 15%.

    Mungkin juga karena cara pandang kita berbeda, saya memandang dari dgn cara pandang marketing plan tianshi, Bapak memandang dari cara pandang MLM umumnya.

    Dulu saya sempat berpikir kalo tianshi juga money game, karena saya melihat dgn cara seperti ini.. Asumsi total pay out bonus 50%. Jadi contohnya harga produk tianshi, 500 rupiah, lalu dimark up 500 lagi sebagai money gamenya. Setelah dipikir-pikir lagi, sebenarnya harga barangnya memang 1000, kalo jadi member, bisa dapet harga lebih murah (diskon) dari 1000.

    Tentunya harga MLM harus dibandingkan dengan harga produk yg jalur konvensional yg memakai iklan sebagai alat promosinya. Karena MLM adalah produk yang diklankan juga, bukan lewat media massa, tapi melalui distributornya.

    Menurut saya, keuntungan akan didapat oleh penjualan kepada konsumen nonmember juga dari konsumen yg jadi member. Kalau member tersebut aktif, tentu lebih banyak lagi keuntungannya. Dan karena ide dasarnya MLM adalah lebih baik merekrut (paling tidak jadikan mereka konsumen yg jadi member/klub pemakai/klub belanja) dari pada terus menerus menjual kepada nonmember, maka tentunya MLM akan memberi insentif lebih untuk merekrut daripada menjual. Makanya dibilang usaha ini tidak fokus pada jualan. Walopun jualan juga baik.

    Tentunya diharapkan para konsumen yg jadi member akan belanja sendiri, sehingga orang yg memperkenalkan produk itu nggak repot lagi, tapi tetep dapet incomenya (passive income). Dan dia berhak mendapatkan itu, karena dia sudah capek2 memperkenalkan/mengiklankan produk itu kepadanya.

    Sampai saat ini saya tidak punya data, berapa banyak/persen yg join di tianshi karena produk/konsumsi saja atau tertarik untuk menjalankan bisnisnya. Tentu kalo ada data tersebut bisa dilihat lebih jelas lagi. Kebetulan di jaringan saya (yg belum besar), mereka tertarik kepada produk dan bisnisnya/marketing plannya, dan sebagian besar ya coba produknya dulu, kalo bener2 bermanfaat, mungkin mereka mau menjalankan bisnisnya.

    Sebenernya yg mau menjalankan bisnisnya tidak banyak, yg cuma mau konsumsi (dan juga member) lebih banyak, jadi tidak salah kalo tujuan bisnis ini membentuk jaringan pemakai. Sehingga wajar juga kalo yg naik peringkat/dapet reward cuma sedikit. Karena mereka adalah orang yg bekerja/berusaha. Dan orang berusaha tentu perlu keluar/investasi uang, waktu, tenaga dll untuk suatu hasil yg tentunya diharapkan lebih besar dari yg dikeluarkan. MLM yg benar bukanlah program cepat kaya (get rich quick scheme), jadi perlu waktu dan kerja.

    Sama di bisnis konvensional/non mlm, yg dapet uang adalah yg bekerja (distributor, agen besar sampai kecil, sales, dll), konsumen sampai kapanpun tidak akan dapet uang, paling2 dapet hadiah undian/langsung yg sebenernya diambil dari biaya promosi/marketing/iklan.

    Tapi konsumen tidak merasa rugi karena mereka dapet produk dan mereka belanja melalui sistem distribusi yg ada yaitu toko, hipermarket, supermarket, minimarket, warung dll. Jadi si produsen dari sistem/aset yg dibuatnya dapat menikmati passive income juga.

    Jadi awal dan akhirnya sama, produsen=awal dan konsumen=akhir, yg membedakan hanya cara mendistribusikannya saja. Konvensional, lewat toko, iklan, grosir, salesforce dll atau sensasional (karena bikin rame he.he..) lewat mlm. Dibanding perdagangan konvensional yg sudah berabad-abad, tentu MLM yg baru beberapa puluh tahun adalah hal yg masih baru (bisa dibilang masih bayi jika dibanding dengan sistem konvensional) yg tentu masih ada kekurangan di sana-sini. Untuk itulah memang perlu aturan main yg jelas dan konsep MLM sendiri tentu masih berubah-ubah/berevolusi/berkembang.

    Salam.

  72. #113:

    Kalau saya tidak salah mengerti, menurut pendapat Bapak, kalau seseorang konsumen yg nonmember.. maka tidak ada pihak yg dirugikan.. sedangkan apabila si konsumen nonmber lalu jadi member, maka dia akan dirugikan.

    maksud saya, setiap kali ada distributor baru, maka beban bagi kelompok distributor secara keseluruhan akan bertambah, dan akan lebih sulit untuk mencapai net positif.

    perhatikan, saya meninjau ‘kelompok distributor secara keseluruhan’. bukan cuma si A yang peringkatnya tinggi, bukan cuma si B yang udah lama ikut tapi biasa2 saja, bukan cuma C yang baru ikutan. tapi ‘kelompok distributor secara keseluruhan’. syarat supaya bisnis ini adalah jika dan hanya jika pendapatan kelompok ini melebihi pengeluarannya. problemnya, pada MLM kita tidak tahu apakah kelompok secara keseluruhan merugi atau tidak.

    Betul Pak, banyak orang yg gabung karena ingin menjalankan bisnisnya, tetapi banyak juga yg gabung supaya dapat harga lebih murah.

    kok saya sangat yakin yang ikutan 90%+ pasti niat awalnya untuk mendapatkan keuntungan tambahan :). dan kalau niatnya begini, 90%+ mereka dapat dipastikan akan merugi.

    Mungkin juga karena cara pandang kita berbeda, saya memandang dari dgn cara pandang marketing plan tianshi, Bapak memandang dari cara pandang MLM umumnya.

    semua MLM dan bisnis apapun bisa dianalisis dengan cara ini, terlepas dari bagaimana sistem komisinya, model bisnisnya, etc. intinya cuma: pengeluaran tidak boleh lebih besar daripada pendapatan.

    Menurut saya, keuntungan akan didapat oleh penjualan kepada konsumen nonmember juga dari konsumen yg jadi member

    bagi distributor tersebut secara individu, dia memang mendapatkan keuntungan. tapi coba tinjau kelompok distributor secara keseluruhan. coba baca skenario 2 di atas.

    Dan karena ide dasarnya MLM adalah lebih baik merekrut (paling tidak jadikan mereka konsumen yg jadi member/klub pemakai/klub belanja) dari pada terus menerus menjual kepada nonmember, maka tentunya MLM akan memberi insentif lebih untuk merekrut daripada menjual

    inilah masalahnya. dengan demikian sudah dapat dipastikan kelompok distributor secara keseluruhan pada MLM ini merugi. ini harga pas, gak bisa ditawar2: seandainya insentif untuk merekrut lebih tinggi daripada insentif untku menjual, maka penjualan ke non distributor akan lebih sedikit daripada rekrutmen. dan dengan demikian kelompok distributor secara keseluruhan akan merugi.

    saya lihat anda tidak mengerti konsep ‘secara keseluruhan’. coba pikirkan jangan hanya untung rugi anda sebagai individu, tapi hitung untung rugi grup anda secara keseluruhan. kalau ada waktu nanti saya coba gambarkan diagramnya supaya lebih jelas lagi.

  73. Skenario 1, kalau saya tidak salah mengerti ada kesalahan, dibilang mengalami kerugian sebesar 4x Rp. 1200. Mungkin maksudnya 4x Rp. 300 = Rp. 1200 dan ditambah biaya operasional Rp. 300

    Skenario 1 adalah skenario money game, karena tidak ada barang yg diperjual belikan. Pada mlm yg benar memang biaya pendaftaran harusnya kecil dan upline tidak mendapat “income” dari pendaftaran, kalaupun ada, itu kecil sekali.

    Pada skenario 2, Pak Priyadi tidak melihat kalau dia nonmember harganya 1.500 dan kalau jadi member harganya hanya 1000. Kan sudah ada “keuntungan”/benefit atau diskon seharga 500 dari harga produk yg Rp. 1500.

    Sedangkan apa yg dimaksud dengan biaya operasinal 100 per bulan, sedangkan dia tidak menjalankan bisnisnya? Apakah itu biaya/ongkos yg dikeluarkan untuk membeli barang itu? Kalau iya, apa bedanya dengan non mlm, kalau mau beli barang kan juga perlu pergi ke toko/telepon yg juga biaya/ongkos?

    Kalau saya tidak salah mengerti, maksudnya Pak Priyadi adalah berapa effort/biaya/usaha yg dikeluarkan oleh sekelompok distributor dan berapa yg didapat.

    Dari cara pandang saya.. para member itu tercampur antara konsumen dan orang yg memang bekerja untuk cari uang. Kalo cuma konsumen yg jadi member (klub belanja), tidak ada yg dirugikan. Everybody happy/wins. Konsumen yg member dapet harga lebih murah, upline dapet komisi, produsen barangnya laku. Secara keseluruhan dapet nilai tambah. Nah inilah yg jadi tujuan oleh beberapa perusahaan MLM, membentuk jaringan pemakai/klub belanja/Network Marketing.

    Skenario 3 juga bagus, jual produk ke nonmember juga diantisipasi dengan beda harga member dan nonmember, lebih lagi di tianshi, setelah *3, ada cash back/diskon lagi 20%. Jadi memperbesar keuntungan para distributor.

    Di tianshi yg terjadi adalah lebih kurang seperti skenario 2 dan 3. Skenario 1 adalah money game dan itu dilarang. Di tianshi skenario 1 juga tidak bisa jalan, karena kalo untuk pendaftaran saja yaitu Rp. 85 ribu (bintang 1), tidak akan mendapat bonus apa-apa dari memiliki downline berapapun jumlahnya dan apapun peringkatnya.

    Terima kasih buat diskusi ini, karena justru diskusi ini membuat saya makin mengerti sedikit demi sedikit apa tujuan dan bagaimana marketing plan tianshi.

    Markting plan tianshi bukan dibuat oleh pendiri tianshi (Li Jinyuan), tetapi oleh ahlinya Michael Sheffield. Dengan memperhitungkan biaya produksi, kekurangan markting plan mlm lain (peringkat naik turun, dikejar omzet), dll maka lahirlah marketing plan tianshi. Tentu ini bukanlah yg terhebat, apalagi sempurna, tapi paling tidak saya cocok dengan yg ini.

    Salam

  74. Bapak sudah pernah mempelajari/melakukan investigasi secara mendalam tentang BKB dari Pt Usahajaya Ficooprasional ? Bagaimana pendapat Bapak tentang bisnis jaringan ini dibandingkan dengan bisnis MLM lain ?

  75. #115:

    Skenario 1, kalau saya tidak salah mengerti ada kesalahan, dibilang mengalami kerugian sebesar 4x Rp. 1200. Mungkin maksudnya 4x Rp. 300 = Rp. 1200 dan ditambah biaya operasional Rp. 300

    thanks, sudah saya perbaiki

    Pada skenario 2, Pak Priyadi tidak melihat kalau dia nonmember harganya 1.500 dan kalau jadi member harganya hanya 1000. Kan sudah ada “keuntungan”/benefit atau diskon seharga 500 dari harga produk yg Rp. 1500.

    yup, itu benefit kelompok distributor sebagai ‘klub belanja’.

    Sedangkan apa yg dimaksud dengan biaya operasinal 100 per bulan, sedangkan dia tidak menjalankan bisnisnya? Apakah itu biaya/ongkos yg dikeluarkan untuk membeli barang itu? Kalau iya, apa bedanya dengan non mlm, kalau mau beli barang kan juga perlu pergi ke toko/telepon yg juga biaya/ongkos?

    beberapa MLM menerapkan ‘iuran keanggotaan’, bisa secara terang2an atau terselubung dalam bentuk pembelian produk dengan paksa, biaya training, biaya ikut seminar, presentasi dsb. tapi seandainya pun biaya ini nol, maka hasilnya impas: zero-sum game.

    Kalo cuma konsumen yg jadi member (klub belanja), tidak ada yg dirugikan. Everybody happy/wins. Konsumen yg member dapet harga lebih murah, upline dapet komisi, produsen barangnya laku

    yup, ini seandainya orang mengikuti MLM dengan niat selayaknya mendaftar matahari membership card. tapi seperti yang kita ketahui bersama, hampir semua distributor MLM mengikuti MLM dengan niat ingin memperoleh keuntungan.

    bagi sebagian kecil anggota distributorship MLM yang niatnya untuk mendapat diskon, maka dia sudah puas sudah bisa membeli produk dengan harga diskon. sedangkan bagi yang niatnya ingin memperoleh profit, maka tentunya dia belum puas hanya dengan mendapatkan diskon. dan kelompok terakhir ini adalah yang mayoritas.

    lebih lagi di tianshi, setelah *3, ada cash back/diskon lagi 20%. Jadi memperbesar keuntungan para distributor.

    ini cuma trik saja. kenyataannya, harga tersebut tentunya masih di atas biaya produksi.

    pada contoh di atas saya mengasumsikan bahwa jalur pendistribusian barang adalah sebagai berikut: produsen mengirim ke distributor, dan distributor mengirim ke konsumen non distributor. tapi tidak harus seperti ini, bisa saja produsen-kurir-konsumen, atau produsen-upline-downline-subdownline-konsumen atau produsen-upline-downline-kantorpos-konsumen, atau bahkan konsumen mengambil sendiri di kantor drop off. tapi bagaimanapun jalannya, hal ini tidak akan mempengaruhi garis besarnya seperti yang saya sebutkan di atas.

    sama saja dengan pendistribusian uang. pada contoh saya di atas setelah penyederhanaan, konsumen memberi profit kepada distributor. kenyataannya mungkin jauh lebih rumit tergantung skema pemberian komisi. bisa jadi konsumen-produsen-distributor, atau konsumen-produsen-upline-distributor, atau konsumen-distributor-upline. atau konsumen-distributor-produsen, kemudian dibalikan 30% ke distributor. tapi secara garis besar tetap sama dan tidak akan mempengaruhi perhitungan. semua MLM dapat disederhanakan menjadi seperti ini.

    Di tianshi yg terjadi adalah lebih kurang seperti skenario 2 dan 3. Skenario 1 adalah money game dan itu dilarang

    seandainya 1 dilarang, mengapa saya masih melihat distributor MLM mencoba untuk merekrut orang untuk menjadi distributor? kenyataannya, contoh 1, 2 dan 3 adalah segala hal yang dilakukan oleh distributor MLM, yang membedakan hanyalah proporsinya. MLM yang baik lebih menekankan ke skenario 3 ketimbang 2 apalagi 1.

  76. #116:

    Bapak sudah pernah mempelajari/melakukan investigasi secara mendalam tentang BKB dari Pt Usahajaya Ficooprasional ? Bagaimana pendapat Bapak tentang bisnis jaringan ini dibandingkan dengan bisnis MLM lain ?

    maaf, saya belum pernah.

  77. Kalau Prudential itu ada modus MLM nya gak ya ? Soalnya diajakin ikutan jadi agen dapat sekian puluh atau ratus juta gituh

  78. did u know? BKB UFO satu-satunya bisnis jaringan asli Indonesia yang pertama go internasional dalam rentang waktu 6 tahun sejak berdirinya tahun 2000, nggak kalah kan ama MLM-MLM luar negeri yang seabrek-abrek tumpah ruah di Indonesia nyedot devisa kita…

    did u know? BKB UFO satu-satunya bisnis jaringan yang memiliki dewan pengawas syariah yang diketuai oleh ketua dewan fatwa MUI KH. Ma’ruf Amin, produk halal dan berkualitas dengan harga terjangkau dan sudah didukung support system yang professional

    did u know? BKB UFO dihina direndahkan oleh orang Indonesia sendiri terutama dari member MLM-MLM luar negeri, tragis nggak tuh

    more infomation:
    please akses: http:\\www.ufo-commitment.com dan bisa juga download majalah INFOUFO dari edisi perdana 2003 sampai edisi bulan ini Septemeber 2006

  79. Terima kasih Sdr. Aan atas penjelasan singkatnya. Pertanyaan itu Saya ajukan karena Saya mendapatkan kesan bahwa Bung Priyadi sepertinya belum pernah mengetahui apa & bagaimana sebenarnya sistem yang berlaku di BKB UFO. Sehingga tulisan beliau Tentang “Bedah Sistem MLM” dapat dimaklumi karena ybs memang belum paham tentang BKB UFO. BKB UFO tidak bisa disamakan dengan MLM meskipun keduanya sama-sama bisnis jaringan. Sebagai PBJ UFO Kita tentu memiliki kewajiban untuk terus mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang BKB UFO yang sebenarnya. Sehingga image buruk yang pernah tertanam di masyarakat akibat ulah tidak terpuji segelintir PBJ UFO bisa terus dieliminasi hingga titik terendah. Untuk Bung Priyadi, Saya salut kepada Anda yang telah mengangkat tema ini ke permukaan. Semoga kita dapat mengambil manfaat positif dari semua ini. Sukses Luar Biasa !

  80. Di Dunia ini danya ada dua tipe BISNIS.
    MLM dan non MLM.

    Anda boleh ikut MLM, atau tidak bergabung sama sekali.
    Tinggal dinikmati saja.

    Adanya istilah MLM kan karena ada istilah selain MLM.
    Relaks sajalah.

    Kehadiran MLM karena ada bisnis yang bukan MLM.
    Sebaliknya juga demikian.

    Saya hanya ikut senang bila teman-teman berkecukupan dalam incomenya. Dan senang juga bila yang berkecukupan ikut berbagi sesama yang masih kekurangan.

    Sebanyak apapun jumlah uang dibumi ini….ya hanya berputar-putar aja.

    Salam//anung

  81. #120, #122:

    Saya mendapatkan kesan bahwa Bung Priyadi sepertinya belum pernah mengetahui apa & bagaimana sebenarnya sistem yang berlaku di BKB UFO. Sehingga tulisan beliau Tentang “Bedah Sistem MLM” dapat dimaklumi karena ybs memang belum paham tentang BKB UFO. BKB UFO tidak bisa disamakan dengan MLM meskipun keduanya sama-sama bisnis jaringan.

    hmmm… saya sama sekali tidak sedang membahas secara spesifik tentang UFO, melainkan tentang MLM secara keseluruhan. kemudian anda bilang “BKB UFO tidak bisa disamakan dengan MLM meskipun keduanya sama-sama bisnis jaringan”. lalu kenapa musti repot2 berargumen di sini? :-?

    okelah, kalau saya memang tidak tahu apa2 tentang UFO. lalu apa yang musti saya pahami?

    dari situs web yang anda berikan, keterangannya tidak cukup jelas. tapi rasanya kesimpulan tulisan saya di atas dapat diterapkan di MLM anda. yang menentukan adalah “Bonus penjualan langsung di dapat dari selisih antara harga customer dengan harga PBJ, berkisar antara 15-20% menurut jenisnya.”

    MLM UFO baik jika dan hanya jika total pendapatan dari bonus ini untuk seluruh distributor lebih besar daripada pengeluaran yang dikeluarkan oleh seluruh distributor tersebut sebagai konsekuensi mengikuti MLM.

  82. MLM itu bagus, sistem yg bagus, cumaaaaa didalamnya ada anggota2 yang gak professional dalam menjalankan bisnis ini, well.. tapi hal ini juga berlaku di semua bidang, termasuk di tempat komen yang sederhana ini, sistem komen ini sudah bagus, tapiiiii masih ada anggota2 yang gak professional dalam mengisi komen, example: “1”, “pertama kah?”, “hore nomor 1” “3 besar”, dll

    well, peace man :)>-

  83. ELVINA M RAMBE
    Menikmati Manisnya Bisnis MLM

    Minggu, 30 Juli 2006
    Bagi sebagian orang, mendengar kata bisnis multi level marketing (MLM) biasanya langsung ditanggapi dengan senyum kecut, dan langsung mengkaitkannya dengan bisnis tipu-tipu. Padahal, banyak individu yang meraup berkah dari bisnis MLM, dengan bonus yang nilainya cukup spektakuler bagi orang awam, karena angkanya mencapai ratusan juta rupiah.

    Salah seorang yang merasakan manisnya madu dari bisnis MLM adalah Elvina M Rambe, ibu rumah tangga yang berhasil meraih peringkat Gold dalam jenjang karir MLM di PT Sun Hope (SH) Indonesia. Dalam kurun waktu lima tahun saja, bonus uang yang diterimanya mencapai Rp 250 juta. Itu belum termasuk hadiah mobil yang menemaninya untuk wara wiri membangun jaringan.

    Elvina yang pada kesempatan itu ditemani sahabatnya yang juga peraih peringkat Gold, Etty Rahmawati, menuturkan, awalnya, ia termasuk orang yang tidak percaya dengan bisnis MLM. Keikutsertaannya pada bisnis itu karena ia ingin mendapatkan produk suplemen kesehatan untuk mengobati sakit yang diderita ibunya, By Nuryana Betty, dengan harga lebih murah.

    “Ibu saya waktu itu menderita sejumlah penyakit yang membuatnya kesulitan berjalan. Sejumlah cara sudah dilakukan mulai dari berobat ke dokter hingga ke pengobatan alternatif. Sampai pada suatu hari, saya ditawari suplemen makanan keluaran Sun Hope. Demi mengejar harga yang lebih murah, kemudian saya ikut menjadi anggota,” ujarnya.

    Kesembuhan ibunya dari penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun itu bukan saja menjadi “iklan” tetapi juga pendorong yang kuat untu memperkenalkan produk SH ke tetangga, sahabat hingga handai taulan. Tak heran dalam waktu tak lama, bonus yang diperoleh selama membangun jaringan di Sun Hope telah membuat rekeningnya terus menggembung.

    “Kucuran bonus yang datang hampir setiap minggu membuat saya sadar bahwa bisnis ini memang ada dan sangat menguntungkan,” kata ibu dari 4 anak bernama Viman Julian Santoso, Imelia Martinovita Santoso dan Idealivin Meihar Santoso sambil tersenyum.

    Investasi yang dibutuhkan pada awal memulai bisnis itu pun relatif kecil. Hanya memang dibutuhkan kerja keras untuk menyakinkan masyarakat terhadap produk yang akan dijual. Setelah itu me”rayu”nya agar mau menjadi member. Karena bonus yang diperoleh bisnis MLM diperoleh dari anggota baru dan jaringan yang dibangunnya.

    “Selain menguntungkan, bisnis MLM produk Sun Hope ini juga membuat badan sehat. Sebab 9 jenis produk yang dipasarkan semuanya adalah makanan kesehatan,” kata Elvina seraya menyebut 9 produk andalan SH, antara lain, Deep Sea, Susu Colustrum, Multivitamin Mega Formula, Herdtea, Enzim, Macca, dan Spirulina.

    Sun Hope International pada awalnya berdiri tahun 1978 di Los Angeles, California, Amerika. Finansial yang kuat, reputasi yang terkenal, dapat dipercaya, kokoh, serta realistis merupakan konsep yang dianut Sun Hope dalam melayani masyarakat.

    Prestasi gemilang yang dicapai Sun Hope di Amerika telah menjadi dorongan semangat bagi Sun Hope untuk melakukan ekspansi usaha ke Asia. Untuk itu, pada tahun 1986 di Taipei, didirikan kantor pusat yang mencakup seluruh Taiwan. Pada Agustus 1993 diperluas dengan mendirikan Sun Hope di China, dengan kantor pusat di Tianjin dan merupakan salah satu dari perusahaan MLM yang mendapatkan ijin dari pemerintah China. Saat ini, tidak lebih dari 20 perusahaan MLM.

    Berkat dukungan yang besar dari para distributor, akhirnya pada September 1997 berdiri Sun Hope di Indonesia. Sun Hope di Indonesia dijalankan dengan bendera PT Sanindohop Jaya Pratama dipimpin oleh Peter Chen dan Dewi Aryanie Hermanus.

    Dengan manajemen yang piawai serta didukung oleh staf yang profesional, Sun Hope di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Jaringan distributornya telah berkembang ke hampir seluruh kota besar di seluruh penjuru Indonesia, dari Banda Aceh di ujung pulau Sumatera, sampai kota Jayapura di pulau Irian. Dalam waktu singkat, telah lebih dari 200.000 orang terdaftar sebagai distributor Sun Hope.

    Walau tergolong baru di Indonesia, Sun Hope telah mampu menyejajarkan diri dengan perusahan-perusahaan multilevel marketing lainnya. Saat ini Sun Hope telah memiliki gedung sendiri yang sekaligus sebagai kantor pusat Sun Hope di Indonesia.

    Pegawai Kantoran

    Bicara soal karir, Elvina sebelumnya adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) di sebuah departemen. Pada tahun 1991, ia mengundurkan diri untuk memilih menjadi ibu rumah tangga dengan mengurusi keempat buah hatinya.

    “Maju dan ber-kembang adalah keinginan setiap manusia. Pada tahun 1991 saya mengundurkan diri sebagai pegawai negeri di salah satu Departemen. Sebelas tahun lamanya saya mengabdi dengan cara kerja P9MN (Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan Potong Pinjaman). Karena untuk menutupi kebutuhan dan pengeluaran sehari-hari tidaklah cukup hanya dari gaji yang sangat minim.

    Setelah tidak lagi bekerja di kantoran, Elvina melakukan sejumlah usaha dengan berjualan apa saja yang dititipikan teman, dari sepatu, kosmetik sampai makanan kecil hingga menjadi instruktur senam.

    “Dari semua yang saya lakukan itu ternyata belum memadai untuk membantu dapur keluarga. Sayapun akhirnya ikut menjalankan usaha yang kita kenal dengan bisnis MLM ini,” kata istri dari Ir Imam Budi Santoso, karyawan PLN itu.

    Ia kembali menegaskan, bisnis multi level markerting (MLM) bukan sekedar jualan mimpi. Kuncinya asal mau bekerja keras dan pantang menyerah, ia akan berhasil. Maka bonus demi bonus dengan nilai yang spektakuler bukan lagi menjadi angan-angan.

    “Sistem pemasaran yang mudah sehingga bisa dijalankan berbagai lapisan masyarakat dan sudah terbukti distributor dari kalangan sederhana berhasil mencapai posisi tertinggi dalam waktu tidak begitu lama. Kelebihan-kelebihan inilah yang membuat saya bergabung dengan memulai tujuh unit, karenadengan demikian berarti hasil yang paling maksimal akan saya dapatkan,” kata Elvina mengungkapkan rahasia suksesnya.

    Ditanya target ke depan, Elvina mengatakan, ia akan tetap menggeluti bisnis MLM yang telah mengantar keluarganya menuju kehidupan yang sejahtera. “Saya tetap tertarik dengan bisnis ini, meski tidak lagi kerja keras seperti dulu. Karena bisnis ini bisa diwariskan, maka satu orang anak saya sudah siap meneruskan jaringan yang sudah saya bangun ini,” kata Elvina sambil tersenyum kecil.

    Disela-sela wawancara, Elvina tampak terus menerus memencet-mencet handphonenya mengirim SMS ke sejumlah orang yang downline (kaki-kaki) bisnisnya. “Maafnya sambil SMS-an, soalnya ada banyak pertanyaan dari para downline yang bertanya soal produk dan poin yang telah diperolehnya,” ujar Elvina.

    Selain sibuk menggaet orang untuk menjadi member dan membantu downlinenya yang kesulitan, waktu senggangnya dihabiskan untuk bernyanyi dan berolahraga- dua hobinya yang telah digeluti sejak lama. “Karena anak-anak sudah besar, selain mengembangkan bisnis MLM saya suka juga bernyanyi dan senam. Malah, ketika muda dulu saya sempat menjadi instruktur bersama-sama dengan pakar senam Berty Tilarso,” tuturnya.

    Untuk urusan nyanyi, Elvina tidak hanya berkutat di kamar mandi. Ia kerap tampil menyanyi di setiap acara-acara yang digelar di kantor suaminya di PLN. “Nyanyi itu bisa menghilangkan stres, selain juga mengolah rasa kita,” katanya.

    Cerita tentang aktivitas Elvina M Rambe sebenarnya hanyalah sebuah potret kecil dari perkembangan bisnis MLM di tanah air. Memang ada bisnis MLM yang nakal dengan aksi tipu-tipunya, tetapi tidak sedikit yang benar menjual produk bagus. Bisnis ini pun ternyata sanggup bertahan di tengah krisis ekonomi yang hingga kini masih membalut Indonesia. (Tri Wahyuni)

  84. #111, kalau yang kamu dimaksud syner** adalah synergy worldwide, kok kayaknya gak mungkin punya 4 downline penghasilannya 1-2 juta, itu hanya provokasi, silakan pelajari baik-baik marketing plan synergy. memang bisa dapat bonus 6 digit dalam bulan kedua, tapi itu hasil bonus rekruitment, jadi bukan penghasilan yang akan rutin diterima setiap bulan. setiap merekrut 1 orang membar memang akan memperoleh $12.5 atau $37.5
    6 bulan dapat 25 juta + BMW per brp bulan sekali ?????? di synergy gak ada bonus BMW, semua dalam bentuk uang dan kalau katanya 6 bulan dapat 25 juta, wah hebat banget tuh orang, jangan percaya provokasi, menurut saya itu hanya hitungan matematisnya saja, kenyataannya sangat-sangat sulit. saya sudah ikut 5 bulan, bonus terbesar saya pada suatu bulan hanya rp 1400.000-an. tapi saya memang optimis ikut mlm ini akan membawa keuntungan finansial bagi saya.

  85. #72 : perusahaan MLM besar sih pasti punya banyak duit untuk mengadakan acara mewah seperti itu. kelompok distributor mengira kalau perusahaan MLM mendapatkan banyak keuntungan, maka otomatis mereka juga akan mendapatkan banyak keuntungan. tapi kenyataannya kan gak gitu, bahkan keuntungan dari perusahaan MLM sebagian besar berasal dari kerugian distributor.
    Bisa kasi datanya?kok bisa bilang gitu?

    ANDA DAPET DATA DARI MANA KOK BISA BERKESIMPULAN SEPERTI ITU? ANDA SEPERTINYA SERBA TAU YAH?ATAU SOK TAU???

  86. #126:

    Cerita tentang aktivitas Elvina M Rambe sebenarnya hanyalah sebuah potret kecil dari perkembangan bisnis MLM di tanah air.

    exactly! itu cuma cerita tentang kesuksesan satu orang. entah yang lain gimana :)

  87. #129:

    ANDA DAPET DATA DARI MANA KOK BISA BERKESIMPULAN SEPERTI ITU? ANDA SEPERTINYA SERBA TAU YAH?ATAU SOK TAU???

    silakan baca analisis saya di atas. seandainya perusahaan MLM bukan pabrik uang, maka uangnya cuma berputar2 di situ saja. tidak ada manfaat yang real bagi distributor secara keseluruhan.

  88. Sepertinya Anda benar2 sok tau…Pendapat Anda sama sekali tidak berdasar pada data yang ada. Anda hanya menggeneralisir bahwa semua MLM seperti itu. Saya gak yakin Anda telah benar2 mempelajari sampe ke akar2nya sistem yang ada pada suatu perusahaan MLM terutama Tiens. Silahkan Anda pelajari benar-benar…Kalo perlu Anda datang ke China, datang langsung menemui Mr.Li (pendiri perusahaan MLM yang baru2 ini mengadakan perhelatan akbar di gelora Bung Karno). Tanya dari mana BMW itu bisa keluar..

    Kalo Anda bilang karena perusahaannya berduit makanya bisa ngadain acara sebesar itu, satu hal : perusahaan tersebut memang punya banyak duit, Tiens adalah grup perusahaan berbasis bioteknologi. Bidang bisnisnya yang lain banyak, ada pendidikan, transportasi,dll. Menurut International Daily News May 2004, Mr.Li adalah orang nomor 2 terkaya di China.
    Anda tau berapa orang yang datang ke gelora Bung Karno tempo hari? Kurang lebih ada 100 ribu orang. Harga tiket masuk 80 ribu…Anda bisa jumlah sendirilah berapa totalnya. Saya fikir dari penjualan tiket aja sudah cukup untuk meng-cover seluruh biaya acara tersebut…

    Sekali lagi,pelajari dulu benar2…baru berpendapat. Jangan kebanyakan nganalisa.Apa emang udah kodratnya orang Indonesia bisanya cuma komentar n kritik doang, gak ngasi solusi…

    Saya tanya sama Boss Pri…ada gak alternatif lain selain MLM yang bisa bikin saya 2-3 tahun bisa meng-hajikan bunda saya?Bisa gak Boss Pri yang cerdas ini kasi solusi kepada saya bagaimana dalam 2-3 tahun ke depan saya bisa membayar hutang saya sekitar 60 juta untuk biaya rumah sakit ayah saya?Kalo ada, let me know…

    Nambah dikit : Dimana2 yang sukses pasti lebih sedikit dibanding dengan yang gagal. Dimana2 yang namanya Boss lebih sedikit dibanding dengan karyawannya.Dimana2 kalo balap mobil or motor yang jadi juara pasti cuma satu. Dimana2 orang kuliah yang IP-nya 4 jauh lebih sedikit, paling cuma 1-2 orang, yang lain?ke laut…
    Dimana-mana yang dikedepankan adalah yang berhasil. Anda pernah baca autobiografi orang-orang gagal?gak pernah ada kan?Yang Ada selalu autobiografi orang2 berhasil…

  89. #132:

    Saya tanya sama Boss Pri…ada gak alternatif lain selain MLM yang bisa bikin saya 2-3 tahun bisa meng-hajikan bunda saya?Bisa gak Boss Pri yang cerdas ini kasi solusi kepada saya bagaimana dalam 2-3 tahun ke depan saya bisa membayar hutang saya sekitar 60 juta untuk biaya rumah sakit ayah saya?Kalo ada, let me know…

    seandainya faktor yang diperhitungkan hanyalah besarnya jumlah pendapatan (faktor moral sama sekali dikesampingkan), saya punya banyak alternatif: mencuri, merampok atau korupsi misalnya :)

    intinya: percuma segelintir sukses dari suatu sistem, jika kebanyakan orang yang berada dalam sistem itu merugi. seseorang bisa saja ‘sukses’ mendapatkan Rp 100 juta sebulan dari kegiatan mencuri, tapi sudah pasti ada pihak2 yang dirugikan sebesar Rp 100 juta. karena itu mencuri adalah kegiatan yang buruk.

    Dimana-mana yang dikedepankan adalah yang berhasil. Anda pernah baca autobiografi orang-orang gagal?gak pernah ada kan?Yang Ada selalu autobiografi orang2 berhasil…

    exactly! testimoni dari satu dua orang belum tentu menggambarkan keadaan sebenarnya secara keseluruhan. hanya karena ada 1 orang yang dapat 250 juta dalam sebulan dari MLM, bukan berarti semua anggota MLM akan mendapatkan jumlah yang sama, bahkan bisa jadi akan ada yang merugi.

    kesimpulannya saya tetap sama: syarat MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke orang2 di luar distributor lebih besar daripada pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan bisnis MLM

    tidak seperti yang anda tuduhkan, saya tidak menggeneralisasi MLM secara keseluruhan. jika MLM anda baik, maka tentunya akan memenuhi syarat di atas.

  90. Saya fikir Anda cukup cerdas memberi solusi. Masa sih
    saya untuk meng-Hajikan orang tua saya harus merampok,
    mencuri apalagi korupsi. Gak kebayang deh dosanya kayak
    gimana? Ada solusi laen gak Boss?

    Saya mau tanya sama Boss Pri…bisa gak kasi tau saya
    secara detail bentuk meruginya seperti ?Bener banget Boss, kalo ada satu orang yang bisa berpenghasilan 250 jt/bln bukan berarti semua anggota akan mendapatkan jumlah yang sama, BENER BANGET BO!!!
    Mungkin saya adalah orang yang pertama langsung nolak
    sistem bisnis dimana semua orang pasti akan memperoleh
    penghasilan yang jumlahnya sama…semua mendapatkan 250
    jt/bln..ITU PASTI BISNIS PENIPUAN BO!!!
    Gini Boss, seorang Silver Lion di MLM saya adalah seorang yang mempunyai penghasilan kurang lebih 250
    jt/bln. Kenapa dia bisa dapetin segitu banyak?Kerja
    Keras dia jauh di atas rata2… Dia dah berhasil
    mencetak 3 orang bintang 8 dalam organisasi bisnisnya.
    Mencetak 3 orang bintang 8 adalah pekerjaan yang tidak
    mudah. Pengorbanan waktu, fikiran semua dicurahkan
    untuk membantu rekannya punya penghasilan rata2 40
    juta/bln.Trus gimana dengan yang bintang 4…bintang
    5…??Organisasi bisnis mereka masih kecil,kerjanya pun tidak sesulit dan serepot seorang Silver Lion. Area
    bisnisnya pun paling baru Depok dan Jakarta aja. Itupun baru seputar UI Gunadarma sampe Lenteng Agung… :) So wajar kalo penghasilan mereka paling 1-3 juta/bulan. Saya fikir cukup aneh sih kalo seorang bintang 5 dengan beban kerja yang tidak begitu berat akan mendapatkan penghasilan sama dengan seorang Silver Lion yang kerja kerasnya luar biasa. Bahkan harus pulang pergi keluar negeri…Udah pasti si Silver Lion bakal protes…bener gak?

    Ya..sebenernya gak beda sih Boss sama bisnis-bisnis
    yang lain..Apalagi dengan kerja di kantoran. Penghasilan para Boss pasti jauh di atas para karyawan
    dong?Bener gak?Ya..wajarlah para boss dapet penghasilan lebih tinggi…tanggung jawab mereka, beban kerja mereka, stressnya mereka pasti lebih dibandingkan dengan yang lain, apalagi dengan Office Boy yang mungkin kerjaannya cuma buka kantor, sedikit
    bersih-bersih dan nyediain air minum buat para
    karyawan.Buat para karyawan sih gak peduli masalah
    bisnisnya para boss gimana,yang penting buat mereka
    tiap bulan gajian lancar,bener gak? Ya…jadi aneh juga kalo office boy punya penghasilan sama dengan
    boss…Masuk logika gak?

    Menurut Boss Pri konteks “dirugikan-diuntungkan” dalam
    kasus seperti di atas gimana?Kalo menurut saya justru
    yang seperti itulah yang berada dalam konteks yang Anda maksud dari suatu “sistem yang merugikan”. Apalagi sang karyawan termasuk OB, kecil sekali kesempatannya menjadi sang Boss. Sang Boss tidak mungkin mengajarkan kepada seluruh karyawan sehingga suatu saat mereka bisa menjadi boss juga menggantikan dia.Ya..dimana2 yang namanya Direktur Utama selalu 1 tapi karyawannya puluhan bahkan ratusan,bahkan ribuan…

    Di NM/MLM, okelah sang Silver Lion adalah seorang “sang boss” dan para bintang 5 adalah “sang
    karyawan”(walaupun sebenernya tidak seperti itu).Tapi
    ya..anggaplah seperti itu.Tapi “sang karyawan” punya
    kesempatan yang luas sekali untuk bisa menjadi “sang
    boss”. Dan “sang boss” akan dengan senang hati akan
    mengajarkan kepada “sang karyawan” bagaimana mereka
    juga bisa menjadi seorang “sang boss”. Memang…tidak
    semua “sang karyawan” bisa menjadi “sang boss”, tapi
    mereka memiliki kesempatan yang sama untuk bisa menjadi “sang boss” asal mereka mau membayar harganya seperti apa yang telah dibayar oleh “sang boss”.

    Di NM/MLM..jangan pernah bermimpi menjadi sukses
    sebelum Anda men-sukseskan orang lain. Seorang Silver
    Lion kenapa dia bisa menjadi SL karena dia berhasil
    membantu 3 orang menjadi seorang bintang 8. Seorang
    bintang 8,jangan pernah dia berharap menjadi seorang
    bintang 8 sebelum dia berhasil membantu 3 orang menjadi bintang 7.
    Beda sekali dengan kerja/usaha2 konvensional. Saat ini saya masih bekerja di kantor. Yang terjadi apa? untuk bisa menduduki suatu jabatan, saya melihat banyak sekali yang sikut sana sikut sini.Para manager saling melemparkan isu2 menjelek2an manager yang lain, untuk apa?biar dapet posisi yang enak dan disayang boss. Kejadian tragis juga menimpa adik ipar saya yang terpaksa keluar dari pekerjaannya karena disantet/diguna2 oleh rekan kerjanya yang mengincar posisinya. Ngeri Bo !!!!!

    Ada salah satu leader di bisnis NM saya. Beliau saat
    ini masih berada di posisi bintang 8. Tapi di
    bawahnya/downline-nya sudah banyak yang Silver Lion,
    Bronze Lion bahkan sudah dapet reward BMW,bahkan lebih
    dari itu. Penghasilannya? sudah pasti juga jauh berbeda meski dia adalah uplinenya. Kesimpulannya apa? Belum tentu yang gabung duluan dan berada di atas PASTI lebih berhasil dibanding dengan downline2-nya.Belum tentu penghasilannya PASTI lebih tinggi dibanding downline2-nya. Semua tergantung siapa yang bekerja lebih keras…

    Terakhir menanggapi tulisan Anda “syarat MLM yang baik
    adalah keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke
    orang2 diluar distributor lebih besar daripada
    pengeluaran yang merupakan konsekwensi menjalankan
    bisnis”.

    Saya menangkap pernyataan Anda seperti ini:Berarti MLM
    yang baik adalah MLM yang selalu memberikan keuntungan
    yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran
    operasional bisnis?Artinya ketika menjalankan bisnis
    MLM bonus kita harus selalu lebih besar dari biaya
    operasional kita?Artinya kalo suatu saat misalnya
    ternyata bonus saya bulan ini 12 juta, tapi karena saya harus pergi ke Australia dan Malaysia karena harus membangun bisnis di sana, pengeluaran saya habis 12,5 juta. Berarti saya sedang menjalankan bisnis MLM yang gak bener?

    Kalo seperti itu asumsi Anda, cukup perihatinlah saya
    dengan Anda. Mungkin Anda belum begitu memahami yang
    namanya bisnis. Coba Anda cari rekan Anda, teman Anda,
    Sodara Anda yang sedang menjalankan bisnis, apapun
    bisnisnya.Tanya mereka apakah setiap bulan pendapatan
    mereka lebih besar dari apa yang telah mereka
    keluarkan. 1-2 tahun aja mungkin mereka belum bisa
    balik modal. Saya punya sodara sepupu. Beliau buka
    Warnet di sekitar kampus UI. Modal dia sekitar 100 juta belum termasuk lokasi.Pendapatan dia perbulan kotor maksimal 10 juta.Bersihnya tarolah 5 juta..5 jutanya yang lain buat listrik, bayar speedy, bayar
    karyawan.Berarti berapa lama beliau baru balik
    modal…??20 bulan!! Artinya apa…Beliau selama 20 bulan sama sekali belum bisa menikmati hasil usaha yang sedang dia jalankan.Lalu apakah itu berarti usaha warnetnya tidak baik?? Dimana-mana yang namanya bisnis adakalanya untung adakalanya rugi…wajar sekali seperti itu. Jadi karyawan aja seperti itu bukan..Adakalnya pas, adakalanya lebih, tapi lebih sering tekornya bukan? :)

    Sory neh kebanyakan… :)

  91. Pencuri impian
    Barusan abis baca blog-nya Dini Susanti , ada pages tentang pencuri -|- impian jadi teringat masa lalu, berkat baca judul tersebut jadi teringat dulu pernah menulis tentang pencuri impian juga di blog yang lama

    Berhubung blog yang lama sudah rada rada error dan belum sempat diperbaiki lagi, dikutip ulang tulisannya de disini, untuk mengingatkan terutama diri sendiri agar selalu positif

    Apakah sebenarnya pencuri impian itu?

    Pencuri impian adalah saat kita memiliki sebuah impian (misalnya menjadi sukses di bisnis multi level atau yang lainnya) lalu tiba tiba karena seseorang kita menjadi kehilangan semangat , kehilangan gairah, begitulah.
    Seorang pencuri impian bisa siapa saja , baik orang tua , teman , pacar (kekasih) atau bahkan diri kita sendiri dengan merasa malas. Jika kita mempunyai sebuah impian usahakanlah sekerasnya agar kita mendapatkan apa yang kita inginkan karena dengan impian tersebut tentunya harapan kita adalah agar kita dapat bahagia, tahukah bahkan hanya dengan “HARAPAN” saja kita dapat menjadi jauh lebih bahagia.

    Untuk mencapai tujuan dalam impian kita ada satu kiat utama yang harus diikuti yaitu BERPIKIR POSITIF , sebuah sikap yang akan membawa kita kepada kebahagiaan. Dengan berpikir positif segala hal akan dapat kita terima dengan ikhlas. Seandainya kita ditolak oleh orang, disakiti, dicaci dan sebagainya kita akan dapat melihat makna dibaliknya. kita tidak akan menjadi berpikir dan bertindak yang buruk akan tetapi akan selalu positif.

    Hal lain yang cukup sering kita rasakan yang cukup negatif adalah rasa sebal (akan suatu hal baik itu kepada seseorang ataupun karena suatu hal). Rasa sebal tersebut disadari atau tidak adalah suatu tindakan yang sangat negatif, sangat sangat negatif. Coba kalau kita rengungkan, perlukah kita merasa sebal? jika kita merasa sebal (katakanlah selama 1 menit, hanya 1 menit saja) sadarkah kalau kita telah mencuri, mengambil, menghilangkan impian kita, tujuan kita untuk bahagia selama 1 menit tersebut, kita telah kehilangan kesempatan untuk bahagia !!
    So untuk yang sekarang sedang – (negatif) sedang kesal atau kecewa, atau merasa bisnisnya sedang mandeg, hilangkan hal tersebut, berpikir positif!! mungkin 1 menit yang akan datang atau mungkin besok hari akan jauh lebih baik, jangan pernah menyerah, jangan sampai impian kebahagiaan kita hilang dicuri oleh diri kita sendiri
    -Rakhmat Permana 2004

  92. #134:

    Saya fikir Anda cukup cerdas memberi solusi. Masa sih saya untuk meng-Hajikan orang tua saya harus merampok, mencuri apalagi korupsi. Gak kebayang deh dosanya kayak gimana? Ada solusi laen gak Boss?

    selamat, anda masih punya moral. jadi anda mungkin cuma kurang informasi saja™ tentang ‘bisnis’ yang anda jalankan :)

    Saya menangkap pernyataan Anda seperti ini:Berarti MLM yang baik adalah MLM yang selalu memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran operasional bisnis?Artinya ketika menjalankan bisnis MLM bonus kita harus selalu lebih besar dari biaya operasional kita?Artinya kalo suatu saat misalnya ternyata bonus saya bulan ini 12 juta, tapi karena saya harus pergi ke Australia dan Malaysia karena harus membangun bisnis di sana, pengeluaran saya habis 12,5 juta. Berarti saya sedang menjalankan bisnis MLM yang gak bener?

    saya tidak bilang begitu. seandainya syarat saya tidak dipenuhi, maka sudah dapat dipastikan bahwa penghasilan ornag yang di atas berasal dari kerugian orang yang berada di bawahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. dan ini terlepas dari berapa banyak jumlah orang yang berada di dalam jaringan. untuk lebih jelasnya lagi silakan baca baik2 tulisan saya.

    dengan kata lain, jika syarat saya tidak dipenuhi, maka orang2 terbawah gajinya negatif, dan ini terlepas dari besar kecilnya jaringan. seandainya satu orang ikutan, pertama kali merugi, dan 3 bulan kemudian mendapat keuntungan. darimana keuntungan itu? sudah pasti dari kerugian orang2 yang berada di bawahnya. untuk mensukseskan satu orang butuh merugikan beberapa orang.

    jadi sekali lagi: syarat MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke orang2 di luar distributor lebih besar daripada pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan bisnis MLM

  93. #135-#136: saya cuma menyampaikan sesuai dengan realitas yang ada. mohon maaf jika hal tersebut tidak sesuai dengan mimpi anda, tapi ini bukan salah saya.

  94. Sekali lagi…bisa gak Om Pri memberikan solusi lain ketika saya ingin dalam 2-3 tahun bisa meng-hajikan orang tua saya dan membayar hutang2 saya?Sekali lagi..bukan dengan mencuri, merampok atau korupsi…

    Saya sangat menghargai opini-opini Anda, tapi saya akan lebih menghargai Anda ketika Anda tidak hanya mengkritik suatu sistem tapi juga memberikan solusi…

    Thanks….

  95. jadi pak pri yang harus saya lakukan adalah mencuri dan merampok,ya ampun.MLM salah!,konvesional perlu modal besar,wiraswasta??? modal???mencuri untuk naik haji?? azaaab!!!!

  96. #139: contoh ekstrim aja yah (disclaimer: saya gak nuduh anda merampok), kalau misalnya ada perampok ditangkep polisi, masa terus dia tanya ke polisi “bisa gak pak polisi memberikan solusi selain merampok kalau saya ingin dalam 2-3 tahun bisa meng-hajikan orang tua saya dan membayar hutang2 saya”

    di sini saya menunjukkan bahwa MLM yang tidak memenuhi syarat tersebut bukan merupakan solusi. bisa saja anda menaikhajikan ortu anda, tapi dengan demikian anda memiskinkan banyak orang lain. tentunya anda ingin ortu anda naik haji dengan uang yang baik.

    jadi solusinya gimana? cuma anda yang tahu. saya sama sekali gak tahu latar belakang, kapital, pendidikan serta keahlian anda.

    mohon maaf jika realitas yang ada tidak sesuai dengan mimpi anda, saya cuma menyampaikan apa adanya.

  97. Mmmh…sepertinya saya terpaksa berkesimpulan bahwa Bapak Priyadi yang sepertinya genius ini sebenernya tidak benar-benar mengerti tentang MLM…terutama marketing plan-nya.Beliau hanya tau sampai batas tataran teori dan asumsi-asumsi yang tidak didukung oleh data dan fakta yang ada.

    Saya berani untuk mengadu data bahwa yang diasumsikan oleh Bapak Priyadi di atas bahwa “maka sudah dapat dipastikan bahwa penghasilan ornag yang di atas berasal dari kerugian orang yang berada di bawahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. dan ini terlepas dari berapa banyak jumlah orang yang berada di dalam jaringan” adalah KELIRU TOTAL !!!

    Mungkin benar bahwa ada beberapa distributor yang mengalami “kerugian” di awal,namun itu adalah konsekwensi suatu bisnis apabila tidak dijalankan dengan cara yang telah diajarkan oleh Support System. Saya fikir itu adalah konsekwensi dari segala jenis bisnis apapun.
    Saya punya banyak data yang menunjukan seorang distributor sama sekali tidak mengalami kerugian sedikitpun sejak dia awal bergabung bahkan bisa BEP dalam waktu 1-2 bulan. Sekali lagi saya tegaskan bahwa apabila ada distributor yang mengalami income negatif bukan karena salah di systemnya namun salah orang yang menjalankan sistemnya atau mungkin dia sama sekali tidak menjalankan system sehingga malah dia gak dapet apa2..Sekali lagi saya bingung…dimana letak kerugian yang Bapak Priyadi maksudkan…?????

    Hukum di MLM/NM : JANGAN BERHARAP UNTUNG SEBELUM BIKIN DOWNLINE2 UNTUNG”.iTU prinsip banget..

    Saya kasi ilustrasi ke Anda…Misalnya Anda adalah retailer..atau jelek2nya Anda punya warung yang jualin beras RAMOS…Tapi ternyata penjualan Anda buruk dan Anda rugi. Namun agen/distributor di atas Anda tetep untung…karena mereka punya retailer lain selain Anda yang kinerjanya lebih baik. Kalo pake teori Anda berarti “bisnis BERAS RAMOS” tersebut gak bener juga dong…???

    Di atas Anda menulis bahwa saya kurang informasi tentang bisnis yang sedang saya jalankan???? Masya Allah…Sekali lagi Anda benar2 sok tau..Saya tanya Anda…Anda pernah masuk MLM saya?Anda pernah pelajari benar2 seluruhnya,dari company profile, pendirinya, marketing plan-nya?ANDA PERNAH JALANKAN MLM SAYA?
    Salut…Anda bener2 mirip seperti para komentator sepak bola…

    Oh ya..katanya Anda seorang CEO yah…??? Cela sana Cela sini Enak Oiii !!!! Hahahha….
    Kakak Angkat saya seorang CEO sejati…Sikap dan cara pandang dia sangat berbeda sekali dengan Anda..Dia selalu berusaha think out of the box…Memandang segala sesuatu dari kaca mata positif…

    Ya udahlah…silahkan Anda bermain-main dengan teori2 hebat Anda…Buat saya adalah seberapa banyak hal-hal berguna yang telah saya lakukan untuk orang banyak…bukan seberapa banyak ucapan-ucapan yang saya lontarkan buat mereka.Pemimpin sejati adalah seorang yang lebih banyak tindakannya dibanding dengan ucapannya….
    Terima kasih atas diskusinya….saya harus kembali ke “Medan Pertempuran”.Tenaga dan fikiran saya lebih dibutuhkan di sana dibanding di blog ini…

    Saran saya buat Anda: Perbanyak baca buku2 positif sehingga blog2 Anda isinya berisi sesuatu yang positif juga…bukan berisi kritikan dan cercaan…Kalo saya liat sih beberapa isinya memang sangat provokatif sekali..meski kayaknya ada juga sih yang lumayan agak bagus…ya…buat nambah2 pengetahuan lah…

    Semoga Sukses lah!!! Kapan2 saya kenalkan Anda dengan kakak angkat saya….kali aja sesama CEO bisa agak2 nyambung… :-)

    Billahitaufikwalhidayah Wa Af wa Minkum Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

  98. #143:

    Mmmh…sepertinya saya terpaksa berkesimpulan bahwa Bapak Priyadi yang sepertinya genius ini sebenernya tidak benar-benar mengerti tentang MLM…terutama marketing plan-nya.Beliau hanya tau sampai batas tataran teori dan asumsi-asumsi yang tidak didukung oleh data dan fakta yang ada.

    heheheh, jangan bilang saya tidak benar2 mengerti, atau belum mempelajari marketing plannya :). anda tidak tahu berapa banyak waktu saya buang untuk mempelajari marketing plan dari beberapa MLM. bedanya, saya mencoba untuk melihat apa yang tidak diberitahu oleh marketing plan tersebut.

    Mungkin benar bahwa ada beberapa distributor yang mengalami “kerugian” di awal,namun itu adalah konsekwensi suatu bisnis apabila tidak dijalankan dengan cara yang telah diajarkan oleh Support System. Saya fikir itu adalah konsekwensi dari segala jenis bisnis apapun.

    betul, kerugian memang konsekuensi menjalankan bisnis. tapi kita harus lihat secara global. dari seluruh penjual beras, ada berapa yang merugi? dan ada berapa yang untung. apakah ‘sum’-nya positif atau negatif? satu sampel tidak dapat mewakili retailer beras secara keseluruhan.

    pada MLM dimana profit dari penjualan retail tidak lebih tinggi daripada biaya menjalankan MLM, yang terjadi adalah keuntungan satu distributor pasti berasal dari distributor yang lain. dan ‘sum’nya pasti negatif, karena pemilik MLMnya juga pasti ingin mendapatkan profit.

    di awal satu orang bisa merugi, supaya dia tidak merugi, dia harus mengusahakan beberapa orang lain untuk merugi. suatu saat jumlah jaringan akan berada pada titik saturasi (anggota yang masuk == anggota yang keluar), sehingga praktis jumlah orang yang mendapatkan keuntungan dari ‘bisnis’ ini tidak akan bertambah lagi.

    Di atas Anda menulis bahwa saya kurang informasi tentang bisnis yang sedang saya jalankan???? Masya Allah…Sekali lagi Anda benar2 sok tau..Saya tanya Anda…Anda pernah masuk MLM saya?Anda pernah pelajari benar2 seluruhnya,dari company profile, pendirinya, marketing plan-nya?ANDA PERNAH JALANKAN MLM SAYA?

    saya belum ikut MLM anda, tapi saya tahu bagaimana syarat sebuah MLM merugi: kalau keuntungan dari penjualan retail tidak dapat menutupi biaya operasional bisnis MLM.

    sama saja seperti kalau ada bisnis yang biaya operasionalnya Rp 10 juta sebulan, tapi profitnya Rp 5 juta sebulan. saya tahu itu pasti merugi walaupun belum pernah menjalankan bisnis tersebut.

    Saya berani untuk mengadu data bahwa yang diasumsikan oleh Bapak Priyadi di atas bahwa “maka sudah dapat dipastikan bahwa penghasilan ornag yang di atas berasal dari kerugian orang yang berada di bawahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. dan ini terlepas dari berapa banyak jumlah orang yang berada di dalam jaringan” adalah KELIRU TOTAL !!!

    saya bilang, kalau keseluruhan keuntungan penjualan retail tidak lebih besar dari keseluruhan pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan MLM, maka bisa dipastikan jika ada yang mendapatkan keuntungan maka itu berasal dari kerugian anggota di bawahnya. ini terlepas dari apakah jumlah jaringan sebesar 10 orang, 1000 orang, 10 juta orang atau 10 milyar orang.

    nah, kalau anda bilang saya keliru, pertanyaan satu milyar dari saya: jika profit dari penjualan retail tidak dapat menutupi biaya menjalankan bisnis MLM, bagaimana caranya supaya kelompok distributor secara keseluruhan tidak rugi? darimana uangnya berasal?

  99. Opinion gw, MLM msh jadi pilihan profesi bagi bbrp orang (baik utama or sampingan). Diluar bad/good, gw kenal kok bbrp orang yg memang menghasilkan dr aktifitas MLMnya. Mungkin umumnya orang banyak protes soalnya blm bisa profit dr MLM yg diikutinya. Gw pun sblmnya ikut MLM tp gak profit, soalnya sulit jual produknya. So, ketimbang maksain orang beli produk yg gak dikenal, mending gw ikut system yg lbh profit.

    Go to: http://www.*******.com/. Ini Australian-based company yang menerapkan Australian 2tiers system. Gw gak bs bilang ini cocok for all, tp gw ada proof payment & dokumentasi GUS DUR waktu ketemu ama President dari Krching di Bali.

    Yang menarik? Binary system that works! Even member gets freeaway Oora Opals and I can show you the gemstone. PM gw aja untuk detailnya.

    Gw jalanin Krching di Bali. Gw rasa sdh entry ke JKT tp gak tau dah pada tau/blm (makanya gw post disini). Contact gw di 0852 380 ****** or ************@yahoo.com.

    Cheers,

    Irvin

  100. pri…pri…loe itu teteeeeeepp aja sok tau…mau jadi apeeee loe pri…okelah..mungkin someday gue bs nyadarin loe…goodluck fren

  101. :)selalu dengan senyum, oke juga tulisan priyadi, kesan berwawasannya terlihat sekali, tapi seperti biasa bagi kami orang2 Jaringan, orang2 seperti priyadi dan yang anti MLM adalah orang2 yang selalu berfikiran negatif dalam melihat sesuatu, MLM adalah salah satu pilihan dalam kita memulai sebuah bisnis, dan pilihan ini adalah resmi karena di deperindagpun ijin yang dikeluarkan utk perusahaan MLM adalah Surat ijin Usaha Berjenjang, jadi oleh pemerintahpun sudah diakui, yang salah ada dimana? di tempat saya ada banyak anak muda yang kalau diajak bisnis MLM langsung menolak dan berkata jelek seperti rekan2, diatas, tau ngga kerja mereka apa? malakin pedagang, jadi pak ogah, mabuk2an, orang Jaringan adalah orang2 yang mau bekerja walaupun hujan badai menerpa dirinya, tapi coba lihat orang2 di lingkungan kita, cuma bisa mencela, tapi sms(sudah miskin sombong), kalaupun kita menawarkan MLM ke orang2 intinya ingin mengajak orang2 untuk berusaha dan tidak bermimpi, karena mimpi orang2 itu selalu bekerja di kantoran, berAC, tapi gaji papasan alias cuma numpang lewat, MLM itu hanya pilihan, seperti anda memilih jadi sopir taxi dan teman anda jadi sopir metro mini, kalau dituker merekapun pasti tdk mau, tul ngga? Jadi utk Priyadi mungkin lebih baij jadi orang yang bijaksana, melihat sesuatu dari segi positif jangan seperti kebanyakan orang Indonesia yang selalu bilang bencana yang terjadi di Indonesia terjadi karena Presidenya SBY, padahal ngga ada hubungannya iya kan? Oya mas pri, sekedar mengingatkan, Money Game artinya Permainan Uang, buka kamus B inggris anda, artinya uang yang diinvestasikan orang tersebut dimainkan kembali oleh orang/perusahaan yang di tunjuk, dari keuntungan pemutaran uang tersebutlah di hasilkan uang untuk di bayarkan kepada orang yang bersangkutan, BANK, IBIIST, QSAR, SAHAM adalah cara2 Money Game, no sistem, anda taro uang, perusahaan yang akan memutar uang anda, saya terbuka utk diskusi dan seperti biasanya, orang2 yang cuma bisanya mencela ya cuma gitu aja, tidak akan berani diskusi langsung, karena saya tau, cara mencela mereka kasar di blog2 seperti ini, tapi setelah keluar dari kandang/rumah/warnet, kepala ditundukan, tidak berani bartatap muka dengan orang lain alias orang2 kuper, yang ceweknya biasanya perawan tua, yang cowo biasanya bujangan tua atau di RTnya pun tetangganya sendiri tidak pernah liat batang hidungnya saking kupernya. Untuk orang2 jaringan, positif selalu, yang tau keimanan kita bukan orang lain dan juga bukan kita sendiri, tapi hanya YANG DI ATAS, toh kita juga orang2 yang ongkang2 kaki saja, kita bekerja juga biarpun beda cara, tapi yang pasti dan penting, kita sudah melakukan sesuatu yang positif untuk menyiasati hidup ini yang makin susah dari pada orang2 di luaran yang bisanya hanya mencela, mengutuk pemerintah atas kemiskinan yang kita derita sekarang ini, oke brur
    0818712947-0818166623 itu nomor saya, hub saya utk berdiskusi. Seperti pesan saya yang lalu, bacalah buku dari halaman 1 sampai selesai, jadi kita tau akhir buku itu seperti apa, oke saya orang Depok, undang saya utk diskusi boleh saya sendiri lawan 10 or 20 or 100 orang, ya kita cari hal yang baik aja oke

  102. #148:

    orang2 seperti priyadi dan yang anti MLM adalah orang2 yang selalu berfikiran negatif dalam melihat sesuatu

    menurut saya, saya tidak negatif, tapi lebih kepada realistis.

    MLM adalah salah satu pilihan dalam kita memulai sebuah bisnis

    kalau maling menggunakan argumen seperti ini, dia akan bilang “mencuri adalah salah satu pilihan dalam memulai bisnis”

    dan pilihan ini adalah resmi karena di deperindagpun ijin yang dikeluarkan utk perusahaan MLM adalah Surat ijin Usaha Berjenjang, jadi oleh pemerintahpun sudah diakui, yang salah ada dimana?

    kalau pemerintah melegalnya usaha semacam ini, artinya bukan berarti MLM adalah baik. justru sebaliknya, reputasi pemerintah menjadi menurun.

    di tempat saya ada banyak anak muda yang kalau diajak bisnis MLM langsung menolak dan berkata jelek seperti rekan2, diatas, tau ngga kerja mereka apa? malakin pedagang, jadi pak ogah, mabuk2an

    ini generalisasi, anda melihat orang anti MLM malakin pedagang dan mabuk2an. lalu anda berkesimpulan semua orang anti MLM seperti itu?

    orang Jaringan adalah orang2 yang mau bekerja walaupun hujan badai menerpa dirinya

    sekali lagi, kalau maling pakai argumen seperti ini: “maling adalah orang2 yang mau bekerja walaupun hujan badai menerpa dirinya”

    kalaupun kita menawarkan MLM ke orang2 intinya ingin mengajak orang2 untuk berusaha dan tidak bermimpi

    no, MLM itu mengajak orang UNTUK bermimpi. bisa jadi hanya 1% dari seluruh peserta MLM yang dapat mencapai profit. dan tidak hanya itu, profit itu didapatkan dari kerugian 99% anggota lainnya.

    Jadi utk Priyadi mungkin lebih baij jadi orang yang bijaksana, melihat sesuatu dari segi positif

    rasanya saya cukup realistis di sini. kalau memang saya bilang negatif mungkin itu karena yang dibicarakan memang negatif. sekali lagi, kalau maling pakai argumen ini dia akan bilang “lebih baik jadi orang yang bijaksana melihat sesuatu dari segi positif”

    yang lainnya no comment :) saya ketawa aja deh =))

    kalau anda mau berdiskusi dengan baik. silakan baca tulisan saya dan beritahu saya dimana letak kesalahan tulisan saya.

    sekali lagi, saya mencoba berbaik sangka dengan menulis syarat MLM yang baik: “jika profit dari penjualan retail lebih besar daripada pengeluaran akibat mengikuti MLM”. tapi kalau semua pro MLM tersinggung, artinya mungkin memang tidak ada MLM yang baik.

  103. SALAM SAYA MAHASIWA FE USU :)>- MAS MLM bukanlah hal yang baik or buruk. tetapi orang didalamnya.
    yang bekerja keras pasti yang berhasil.
    tapi yang banyak ngeluh MLM nya ginilah..gitulah doank…itu yang gak kan pernah berhasil……

    saya juga gak setuju dengan pernyataan mas
    syarat MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke orang2 di luar distributor lebih besar daripada pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan bisnis MLM

    tapi harga barang yang bisa dua kali lipat dari harga produk lain yang sejenis di pasar dan mutu barang pun tidak melebihi produk lain saya bisa setuju klo ini harus diwaspadai… karena menghisap darah konsumen (distributor). Banyak MLM yang menyarankan pada distributor pada presentasinya harus JUAL MANFAAT BUKAN PRODUK

    Saya juga setuju dng pernyatan mas mengenai Uang iuran bulanan baik yang terangan maupun tidak terangan…banyak distributor MLM yang harus membayar/membeli uang tiket presentasi ataupun malam penganugrahan kenaikan level untuk menarik distributor baru setiap minggunya. Dan adanya uang TRAINING yang diwajibkan kepada distributor.

    Mas mo minta saran[-o< analisi investor untuk mengambil keputusan investasi ke perusahaan MLM apa mas ya ? klo CNI yang udah lama di indonesia menurut mas pri, merupakan MLM yang aman gak mas yaaa...? :-h

  104. #150:

    MLM bukanlah hal yang baik or buruk. tetapi orang didalamnya. yang bekerja keras pasti yang berhasil.

    saya juga gak setuju dengan pernyataan mas
    syarat MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke orang2 di luar distributor lebih besar daripada pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan bisnis MLM

    jika syarat saya tidak dipenuhi, maka sebagian besar (hampir semua) orang yang menjadi distributor tidak akan berhasil, terlepas dari bekerja keras atau tidak. dan profit yang berhasil berasal dari kerugian yang gagal.

  105. #150:

    Mas mo minta saran[-o< analisi investor untuk mengambil keputusan investasi ke perusahaan MLM apa mas ya ? klo CNI yang udah lama di indonesia menurut mas pri, merupakan MLM yang aman gak mas yaaa…?

    saya tidak MLM sebagai sebuah ‘investasi’

  106. Jadi pengen tai..eh tau backgroundnya Om Priyadi deh…Kayaknya orangnya cerdas sekali…Om..Anda tuh lulusan mana sih…ambil major apa?sekarang ini kesibukannya apa aja..Punya perusahaan yah…Kalo iya bergerak dibidang apa sih…udah sukses banget nih kayaknya…Bagi2 ilmunya dong…MEnurut om Pri…kunci sukses itu apa sih…boleh dong bagi2 trik and tipsnya…Kalo kata orang2 MLM khan kunci sukses itu “impian”.Kalo menurut om apa?(Ya..kalo liat dari tulisan2 Om Pri sih kayaknya om Pri itu orang hebat lah….Makanya saya pengen belajar dari Anda…)..
    Terima kasih sebelumnya lho….

  107. :-? saya jadi ragu sama ilmunya mas^:)^ or:-@ …jadi menurut mas INVESTASI itu ap??? kan sama aja rasaku,mas….
    jadi CNI AMAN GAK MAS (kawan aq dah prospek aku ni…)
    APA YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN MENURUT MAS SEBELUM MASUK MLM…..[-o<

  108. Buat Moik…kalo nanya soal MLM jangan sama Priyadi…pasti pandangannya sama sekali tidak objektif. Dia orang yang sangat anti MLM.Jadi apapun jawaban dan tanggapan dia..pasti MLM itu semuanya buruk dan haram sama seperti Poligami..(ups..poligami itu mah halal yah…hehheh..tapi liat aja isi blognya si Priyadi soal poligami…). Yang bener cuma konsep dia aja…Kalo mau..tanya sama orang yang tepat…Sama orang yang bener2 sudah berhasil di MLM.Kalo perlu tanya aja Michael Gorbachev..Konon dia adalah salah seorang penasehat salah satu perusahaan MLM dari China….

  109. #156: saya gak tahu persis, tapi silakan anda cari info lebih lanjut. kalau pendapatan yang berasal dari penjualan retail tidak dapat menutupi pengeluaran akibat mengikuti skema ini, maka sudah pasti itu mlm yang buruk.

    #157: maaf, argument from authority dan ad hominem bukanlah teknik berargumen yang baik. mohon untuk fokus kepada hal yang didiskusikan.

  110. Seru banget !
    Seperti cerita silat mas Pri sebagai pendekar dengan jurus2 maut , yg selalu bisa mematahkan serangan lawan yg bertubi-tubi.
    Seru seru !

    Bagaimanapun kuatnya sanggahan dari yg pro MLM tidak akan dapat mematahkan pandangan mas Pri.
    Mas Pri ini selalu senyum2 baca tanggapan yg menyerangnya , bahkan sampai ketawa terkekeh2 … ketika membaca comment yg emosional.
    Yang pasti diskusi ini gak akan selesai…
    Lha wong rel nya beda kok , kapan ketemune ?

    syarat MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke orang2 di luar distributor lebih besar daripada pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan bisnis MLM

    Pandangan mas Pri diatas adalah pandangan dari sudut pandang bisnis non MLM. 1 orang menjual 100 produk = 100 (1×100=100)
    Sedangkan cara MLM adalah 100 orang menjual 1 produk = 100 (100×1=100)
    keuntungan penjualan retail ke org diluar distributor hrs lbh besar dari pengeluaran , kalau dari sisi ‘keuntungan uang’ mungkin bisa untung, tapi jelas MERUGI dari sisi waktu dan tenaga kalau hanya focus pada penjualan retail. Kondisi ini bisa terjadi hanya pada level bawah saja, tapi pada level lebih atas jelas pelakunya tidak akan mau melakukan.

    Ada cerita, konon ada seorang pegawai rendahan (kurir) sebuah kantor bank yg melakukan bisnis MLM, dia lakukan bisnis MLM bersamaan dengan tugas ngantar surat-surat. Dia sodorkan katalog dan daftar harga pada orang yg ditemuinya. Dan dia enjoy dan untung dlm menjalankan bisnis MLM nya. Dia tidak bisa (mau) menjalankan MLM dg mencari prospek.

    Inilah salah satu yg saya katakan rel nya beda.
    Yang pakai cara 100×1 tidak mau lagi pakai cara 1×100
    Yang biasa ngitung pakai komputer gak mau lagi pakai kalkulator apalagi pakai jari.
    Masih banyak lagi yg beda. Sudut pandang nya beda. Dari sisi pas Pri melihat kotak rokok tebalnya 6 centi, sedangkan yg lain melihat tebal kotak rokok cuma 1.5 centi. Dari sudut pandang yg beda ini , semua saling ngotot dengan apa yg dilihatnya.

    Baik atau buruk itu relatif, baik untuk siapa, buruk untuk siapa. Kalau kebenaran hanya milik Allah.

    Ada baiknya ‘semua’ pada BELAJAR LAGI. Mengapa begini mengapa begitu , belajar itu tidak ada akhirnya. Kalau belajar sudah tidak bisa (mau) berarti orang itu sudah mati.
    Jangan bertanya soal sakit kepala pada seorang insinyur. Hasilnya bisa berbahaya.

    Untuk pelaku MLM, pacu adrenalin anda untuk cari prospek, bukan disini. Go!

    Untuk mas Pri.. Top banget !

    Insya Allah semua akan menjadi lebih baik.
    Amin!

  111. #159:

    keuntungan penjualan retail ke org diluar distributor hrs lbh besar dari pengeluaran , kalau dari sisi ‘keuntungan uang’ mungkin bisa untung, tapi jelas MERUGI dari sisi waktu dan tenaga kalau hanya focus pada penjualan retail

    maaf kalau saya kurang jelas dalam beberapa komentar terakhir. yang saya maksud dengan ‘distributor’ adalah kelompok distributor secara keseluruhan, bukan seorang distributor secara individu.

    jika profit yang masuk ke dalam kelompok distributor ini lebih sedikit daripada daya dan upaya yang dikeluarkan, maka bisa dipastikan bahwa jika ada seorang distributor (secara individu) mendapatkan profit, itu berasal dari kerugian distributor lainnya (negative-sum game).

    sedangkan profit yang real hanyalah profit yang berasal dari penjualan ke luar kelompok ini karena penjualan kepada sesama distributor tidak akan mempengaruhi profit kelompok secara keseluruhan. jika memang seperti ini keadaannya, satu2nya keuntungan dalam mengikuti MLM adalah untuk mendapatkan produk dengan harga diskon.

    point anda adalah masalah utamanya, anggota MLM secara individu diberi insentif lebih tinggi untuk merekrut daripada menjual, walaupun secara kelompok hal tersebut akan merugikan mereka.

  112. Oke

    anggota MLM secara individu diberi insentif lebih tinggi untuk merekrut daripada menjual, walaupun secara kelompok hal tersebut akan merugikan mereka.

    Jika ada MLM yg memberi keuntungan :
    (a). 30% untuk penjualan langsung (ke konsumen).
    (b). Bonus berjenjang :
    – 3% jika omset sekian…/bln,
    – 6% jika omset sekian…/bln,
    – 9%, 12%, 15%, 18% tertinggi 21%

    Perusahaan tidak memberi batasan apakah omset pribadi atau group. Kalau secara pribadi sanggup menembus 21% ya itulah yang dia dapat. Dan jika itu omset group maka 21% itu juga harus dibagi dalam groupnya sesuai porsinya masing2.

    (c). Royalti 4% , jika mencapai 21% X 6bulan berturut-turut baik secara pribadi atau group

    Perusahaan tidak menetapkan sistem tutup point.
    Perusahaan tidak memberi imbalan apa-apa untuk perekrutan.
    Anggota baru hanya dikenakan biaya admin 1 th sebesar 97ribu, untuk majalah dan kartu anggota. Dan perpanjangan keanggotaan 45ribu /th.

    Lebih saya perjelas lagi.
    Keuntungan 30% untuk penjualan langsung.
    Bandingkan dg keuntungan cuma 21% max jika dia mengandalkan omset group.

    Apakah point2 diatas menurut mas Pri masih tergolong MLM yg ‘menghisap’. Apakah masih tergolong MLM yg tidak baik.

    Bagaimana mas, monggo…

  113. Ada tambahan mas Pri :

    Perusahaan MLM ini tidak mengharuskan (tidak ada) pembelian awal (front-loading). Hanya ada paket hemat (berupa semacam voucher) bila beli 30 hari sejak bergabung. Tapi tidak wajib!

  114. #161:

    hisap menghisapnya hanya mereka (pendiri MLM) yang tahu persis. yang jelas di sini kuncinya adalah pendapatan yang “30% untuk penjualan langsung (ke konsumen)”. jika pendapatan ini lebih besar daripada pengeluaran yang diakibatkan kegiatan mengikuti MLM ini, maka MLM ini tidak menghisap.

    pertanyaan yang sebenernya mesti ditanyakan ke pendiri MLM adalah: “berapa profit rata-rata dari seluruh distributor yang sudah ikut duluan” dan bandingkan apakah ini sesuai dengan daya dan upaya yang perlu dikeluarkan untuk mengikuti MLM tersebut.

    tapi yang aneh dengan angka2 di atas adalah profit margin. profit marginnya paling tidak 51% dan ini masih belum termasuk bonus lainnya dan profit untuk produsen. makin tinggi profit margin tentunya makin tinggi keuntungan untuk distributor, tapi di sisi lain akan semakin sulit untuk menjual ke masyarakat non distributor.

  115. Sedikit intermezo..saya sebenernya sangat ingin tau sosok Priyadi ini…Kalo saya perhatikan kadang dia ada di Indonesia kadang ada di Australia.Tapi sedikit ada yang janggal…Tanggal 13 Desember jam 12:18 dia posting dari Australia, tapi ditanggal yang sama dia juga ada posting yang dikirimkan dari Indonesia jam 14:45…. So..siapakah sebenernya tokoh Priyadi ini..Hampir diwaktu yang bersamaan dia bisa posting di tempat yang berbeda jauh…Indonesia dan Australia. Gak tau sih kalo dia punya teleport :).. Mmmh..jadi si Priyadi ini sebenernya adalah sosok satu orang apa suatu “Sindikat” yah…. :p ???

  116. #164: ya, priyadi adalah sebuah sindikat internasional dengan anggota di berbagai negara.

    tertanda,

    sindikat priyadi cabang amerika serikat :)

  117. mas udah baca daftar 40 orang terkaya se indonesia terbitan FORBEX Asia terbitan November 20..disana ada nama seorng MLMyuner…atas nama Karista Maru’aob-)

  118. priyadi :sekali lagi, kalau maling pakai argumen seperti ini: “maling adalah orang2 yang mau bekerja walaupun hujan badai menerpa dirinya”

    pertanyaan saya : emang MALING ada IJIN dari DEPERINDAG? lucu ya jawaban dari PRIYADI

    priyadi: MLM itu mengajak orang UNTUK bermimpi. bisa jadi hanya 1% dari seluruh peserta MLM yang dapat mencapai profit. dan tidak hanya itu, profit itu didapatkan dari kerugian 99% anggota lainnya.

    Bermimpi dan punya impian beda lho mas, bermimpi itu anda tidur dan mimpi. kami jelas orang yang punya impian, impian jadi sukses, dulu orang pergi ke bulan awalnya juga dari Impian tul ngga temen2, soal untung yang 1%, kalau di perusahaan manual yang 1% jelas hanya direktur dll, dan karyawan yang 99% hanya jadi pelengkap perusahaan saja dan tidak punya peluang untk jadi yang 1% itu, di MLM yang sukses 1% tapi yang 99% punya peluang yang sama dengan yang 1% itu, tul ngga?
    setiap saya komentar saya selalu menyertakan no HP saya dan udah berapa minggu ini HP saya ngga pernah di hubungi oleh orang2 yang anti MLM dan itulah bedanya orang MLM dengan orang anti MLM orang MLM selalu GENTLE dan anti MLM ya itu, BANCIIII…, karena diskusi lewat tulisan bagi saya tidak menyelesaikan masalah makanya saya mengajak kepada teman2 dan Priyadi untk diskusi langsung dengan saya, anda dengan 100 orang yang anti MLM dengan saya seorang diri saja, kalau ketemu langsung biasanya lebih jelas oke kan… ngomong2 MALING ijin usahanya dari mana ya? dari POLISI atau dari DEPERINDAG? ha ha ha PRIYADI… PRIYADI…..kehabisan jawaban jadi jawabnya lucu….. 0818166623 or 0818712947 di nomor ini saya menunggu undangan

  119. #168:

    pertanyaan saya : emang MALING ada IJIN dari DEPERINDAG?

    gini deh. seandainya mencuri tidak dilarang, apakah mencuri menjadi perbuatan yang terpuji? atau gini, membuang sampah sembarangan tidak dilarang di semua daerah di indonesia. lalu apakah dengan demikian membuang sampah sembarangan menjadi perbuatan yang terpuji di daerah yang melarangnya? atau gini, di beberapa daerah prostitusi dilegalkan, apakah dengan demikian prostitusi menjadi perbuatan yang terpuji?

    baik atau buruknya sebuah perbuatan tidak ditentukan dari dilarang atau tidaknya perbuatan tersebut. justru sebaliknya, dilarang atau tidaknya perbuatan ditentukan dari baik buruknya perbuatan tersebut.

    jadi, sebenernya sangat disayangkan jika deperindag justru melegalisasi MLM yang saya maksud di atas.

    di MLM yang sukses 1% tapi yang 99% punya peluang yang sama dengan yang 1% itu, tul ngga?

    tidak :). uang yang didapatkan 1% berasal dari kerugian 99% sisanya. dengan demikian secara keseluruhan MLM yang seperti ini tidak membawa manfaat bagi anggotanya.

    oh ya, mengata2i saya banci, tidak gentle dsb tentunya tidak lantas menjadikan MLM anda menjadi MLM yang baik ;)

  120. Hallooo..
    Wah tambah seru aja diskusinya.
    Saya sih ambil tengahnya aja.
    Mau MLM apa gak, itu kan pilihan, ada orang mau dan tidak, akan selalu seperti itu.
    Kaya pun begitu, ada yang ingin kaya kemudian berusaha (salah satunya lewat MLM) atau tetap dengan keadaan sekarang, sekali lagi itu pilihan.
    Mau negatif apa positif MLM juga pilihan.
    Semua benar tergantung sudut pandangnya, contoh kalau ada tabrakan semua pihak pasti ngerasa benar karena sudut pandangnya beda.
    Jadi diskusi ini gak bakalan selesai karena tiap orang maksain sudut pandangnya sendiri-2, tidak berusaha memahami sudut pandang orang lain.
    Jadi, silahkan teruskan perdebatan ini dan tidak ada hasilnya.. Atau selesaikan aja sampai di sini dan kembali ke kerjaan masing2, masih banyak yang harus diurusi selain membahas MLM.
    (Kok gua ngurusin ini juga ya..?)
    OK lah itu aja, byee..
    Mau kontak gua di emperor@sby.dnet.net.id atau masuk ke ricojourney.blogspot.com

  121. #170: ini jawaban klasik politically correct, tapi sebenarnya tidak :). faktanya adalah bahwa jika orang ikut MLM untuk mendapatkan keuntungan, maka sebagian besar tidak akan mencapai tujuannya tersebut, dan bahkan akan merugi.

    ini dapat dengan mudah dibuktikan dari cashflownya dan darimana pun sudut pandang anda.

    ps. saya tidak menuduh semua MLM seperti ini, hanya saja saya belum menemukan MLM yang tidak seperti ini.

  122. Network Marketing – Ini sebuah Aset, Bukan Pekerjaan
    Robert T. Kiyosaki

    Kadang saya ditanya, “Mengapa hanya sedikit orang yang mampu berada di
    posisi puncak di dalam sistem network marketing mereka?”

    Kenyataannya adalah, posisi puncak di dalam sistem network marketing
    adalah terbuka untuk semua orang — tidak seperti halnya sistem
    perusahaan korporasi tradisional, yang mana hanya mengizinkan satu
    orang saja untuk mencapai posisi puncak di dalam perusahaan. Alasan
    mengapa banyak orang tidak dapat mencapai posisi puncak di dalam
    sistem network marketing adalah sangat sederhana, karena mereka
    memutuskan keluar terlalu cepat. Lalu mengapa seseorang keluar
    sebelum mencapai puncak?

    Banyak orang bergabung di dalam sistem network marketing adalah karena
    ingin mendapatkan uang. Jika mereka tidak mendapatkannya dalam
    beberapa bulan atau tahun, mereka kecewa dan keluar (dan mereka
    seringkali menyebarkan fitnah pada industri ini!). Sebagaian keluar
    dan pergi mencari sebuah perusahaan dengan perhitungan komisi yang
    lebih baik, tapi dengan bergabung hanya untuk mendapatkan sedikit
    uang adalah bukan alasan untuk masuk ke dalam bisnis tersebut.

    Dua Alasan Paling Esensial untuk Bergabung di dalam Bisnis Network
    Marketing.
    —————

    Alasan pertama adalah untuk membantu diri Anda. Alasan kedua adalah
    untuk membantu orang lain. Jika Anda bergabung hanya karena salah satu
    dari dua alasan ini, maka sistem network marketing tidak akan bekerja
    untuk Anda.

    Alasan pertama, maksudnya adalah Anda gabung ke dalam bisnis network
    marketing yang utama adalah untuk berpindah kuadran — untuk berpindah
    dari kuadran E (Employee/Karyawan) atau kuadran S (Self
    Employee/Profesional) untuk menuju kuadran B (Pemilik Bisnis) atau
    kuadran I (Investor).

    Proses perpindahan ini normalnya sangat sulit bagi kebanyakan orang —
    karena masalah uang. Orang dari kuadran E atau S sejati tidak akan mau
    bekerja kecuali demi uang. Inilah salah satu alasan yang menyebabkan
    orang tidak dapat mencapai posisi puncak di dalam sistem network
    marketing: mereka ingin mendapatkan uang lebih dulu ketimbang mereka
    ingin berpindah kuadran lebih dulu.

    Seorang dari kuadran B atau I juga bekerja karena alasan uang, tetapi
    dengan cara kerja yang berbeda. Seseorang dari kuadran B bekerja untuk
    membangun atau menciptakan sebuah aset — dalam kasus ini, sebuah
    sistem bisnis. Seseorang dari kuadran I berinvestasi di dalam aset
    atau sebuah sistem.

    Sebagai seorang B atau seorang I, terkadang Anda tidak mendapat
    bayaran untuk jangka waktu beberapa tahun; ini kenyataan bagi orang
    dari kuadran E atau S tidak akan pernah mau melakukannya. Ini bukan
    bagian dari nilai inti/dasar mereka. Resiko dan menunda kesenangan
    mengancam emosional mereka.

    Menunda Kesenangan dan Kecerdasan Emosional
    —————

    Salah satu dari keindahan network marketing adalah fokus pada
    pengembangan kecerdasan emosional Anda sebagai bagian dari kemampuan
    bisnis Anda.

    Kecerdasan emosional adalah sebuah perbedaan besar dari masalah
    kecerdasan akademis. Secara umum, seseorang dengan kecerdasan
    emosional yang tinggi akan lebih sering melakukan sesuatu lebih baik
    dari seseorang dengan kecerdasan akademis yang tinggi tetapi lemah
    pada kecerdasan emosionalnya. Ini menjelaskan sebagian, mengapa
    beberapa orang yang mendapatkan prestasi baik di sekolahnya tidak
    mendapatkan prestasi baik di dunia nyatanya.

    Kemampuan untuk menunda kesenangan adalah tolak ukur dari kecerdasan
    emosional. Di dalam sebuah penelitian belum lama ini mengenai
    kecerdasan emosional, telah ditemukan bahwa seseorang yang mampu
    menunda kesenangan lebih sering mendapatkan kesuksesan hidup dari
    pada orang yang tidak mampu menunda kesenangan.

    Ini mengapa sistem pendidikan dari sebuah peluang network marketing
    yang baik tidak dapat dipisahkan dan juga sangat penting. Ini adalah
    pendidikan emosional atau aspek kecerdasan emosional di dalam progam
    mereka yang saya temukan yang dapat memberikan nilai bagi banyak
    orang.

    Banyak orang mengirim surat kepada saya dan menceritakan bahwa mereka
    menyukai buku saya, Rich Dad Poor Dad, tapi saya khawatir banyak dari
    mereka tidak mendapatkan poin paling penting dari buku tersebut:
    Pelajaran Pertama, “Orang kaya tidak bekerja demi uang.”

    Setelah saya membangun atau membeli sebuah aset, aset tersebut bekerja
    keras untuk memberikan saya uang. Tetapi saya tidak bekerja demi
    uang — Saya hanya akan bekerja untuk membangun atau membeli aset.
    Aset tersebut membuat saya kaya dan kaya, sekalipun saya semakin
    malas dan malas bekerja. Itulah yang dilakukan orang kaya. Orang-
    orang miskin dan kelas menengah bekerja keras demi uang, kemudian
    mereka membeli passiva sebagai ganti dari berinvestasi pada sebuah
    aset.

    Aset Jenis Apakah di dalam sebuah Bisnis Network Marketing?
    ———————

    Ingatlah, terdapat dua alasan untuk dapat sukses di dalam network
    marketing: untuk membantu diri Anda sendiri, dan membantu orang lain.
    Alasan nomor satu maksudnya menolong diri Anda sendiri untuk berpindah
    ke sisi kuadran B. Apa alasan nomor dua?

    Keindahan dari banyak sistem network marketing adalah Anda tidak akan
    pernah dapat membuat banyak uang sampai Anda menolong orang lain untuk
    dapat meninggalkan E dan S kuadran dan sukses di kuadran B dan I.

    Jika Anda berfokus untuk menolong orang lain untuk membuat perpindahan
    kuadran ini, maka Anda akan sukses di bisnis ini. Jika Anda hanya
    ingin mengajar diri Anda sendiri untuk belajar di kuadran B dan I,
    maka sebuah sistem network marketing yang sesungguhnya tidak akan
    dapat bekerja untuk Anda. Anda sebaiknya pergi untuk sekolah di
    sebuah bisnis tradisional, yang hanya berfokus untuk menjadikan Anda
    seorang kuadran B.

    Keindahan dari sebuah bisnis network marketing adalah menciptakan goal
    Anda membangun aset, dimana para kuadran B lain bekerja bersama di
    bawah Anda — dan tugas mereka adalah menciptakan para kuadran B yang
    lainnya yang bekerja bersama di bawah mereka. Di bisnis tradisional,
    fokusnya adalah untuk menjadi seorang B saja dan para kuadran E dan S
    bekerja di bawah mereka.

    Tipe bisnis yang saya ajarkan adalah membangun bisnis dengan saya
    berada di atas dan para kuadran E dan S berada di bawah. Sejujurnya
    saya tidak memiliki posisi pimpinan lagi untuk para kuadran B
    lainnya, yang mana ini yang ada di dalam bisnis saya. Saya betul-
    betul merekomendasikan kepada semua karyawan saya untuk menerjuni
    network marketing sebagai bisnis part-time mereka.

    Sistem perusahaan tradisional sejujurnya adalah sebuah piramida,
    karena di sana terdapat lebih sedikit para B dan para I di posisi
    sebagai seorang pimpinan, dan lebih banyak para E dan S di bagian
    bawah.

    Salah satu tipe piramida adalah tipe tradisional, yang memiliki basis
    di bagian bawah; tipe yang lain berbasis di atas. Ini adalah piramida
    yang mendorong diri Anda ke atas sebagai ganti dari mendorong Anda ke
    bawah. Sebuah bisnis network marketing memberikan akses kepada setiap
    orang untuk memasuki wilayah orang-orang kaya.

  123. #174: ya, kalo bisanya cuma mengandalkan penokohan, ujung2nya pasti appeal to authority, very lame indeed ;). pernyataan di komen #172 itu salah, dan itu sudah semua dibahas oleh saya di atas. fakta bahwa itu ucapan kiyosaki tidak lantas menjadikan pernyataan tersebut benar.

  124. Ok, bagaimana jika downline yang paling bawah tetap mendapatkan komisi yang sama dengan upline2nya? jadi tiap line mendapatkan komisi yang flat sama, katakanlah 5%? apakah ini cukup fair?
    lalu komisi didapat apabila downline mengkonsumsi/membeli produk, komisi tidak dibayarkan apabila seorang upline hanya merekrut seorang downline, tanpa downline tersebut mengkonsumsi product. apakah hal ini fair enough?
    Kemudian apakah perusahaan ini bisa dibilang perusahaan MLM yang bagus apabila produk yang dihasilkan memang terbukti bagus dan berkhasiat?
    Mohon pencerahannya…..

  125. #176:

    Ok, bagaimana jika downline yang paling bawah tetap mendapatkan komisi yang sama dengan upline2nya? jadi tiap line mendapatkan komisi yang flat sama, katakanlah 5%? apakah ini cukup fair?

    saya gak bisa bilang fair atau tidak, karena ini bukan kriteria yang saya sebutkan di atas.

    lalu komisi didapat apabila downline mengkonsumsi/membeli produk, komisi tidak dibayarkan apabila seorang upline hanya merekrut seorang downline, tanpa downline tersebut mengkonsumsi product. apakah hal ini fair enough?

    tidak. karena dengan demikian ini tidak mengubah kenyataan kalau ini adalah zero-sum game.

    yang lebih fair adalah jika komisi didapatkan dari penjualan produk ke masyarakat non distributor. walaupun harus diperhitungkan apakah profit tersebut dapat menutupi biaya operasional.

    Kemudian apakah perusahaan ini bisa dibilang perusahaan MLM yang bagus apabila produk yang dihasilkan memang terbukti bagus dan berkhasiat?

    bagus atau tidaknya produk tidak begitu relevan terhadap kualitas bisnis perusahaan MLM, walaupun semakin baik kualitas produk, maka semakin mudah bagi distributor untuk menjual produk tersebut.

    yang harus dipertimbangkan tentang MLM adalah model bisnisnya. apakah potensi pendapatan sesuai dengan apa yang dijanjikan atau tidak. ini lebih karena orang mengikuti MLM terutama untuk mendapatkan keuntungan, bukan untuk mendapatkan produknya.

  126. Pekerjaan saya hanyalah seorang karyawan swasta di sebuah RS di Semarang Bang Pri. Dari dulu saya ingin punya bisnis sendiri, tapi tidak mau jadi maling ato memakai slogan2 bisnis untuk membenarkan tindakan maling. Tapi saya punya prinsip begini, meskipun prinsip ini bisa dipakai oleh para maling atau pemain bisnis konvensional sekalipun : LEBIH BAIK JADI KEPALA AYAM DARIPADA JADI EKOR NAGA. Meskipun saat ini saya masih EKOR NAGA, tapi coba2 jadi KEPALA AYAM deh.:)

  127. Ada 4 kriteria saya dalam memilih bisnis MLM, yaitu :
    1. Tidak ada bonus recruitment/sponsor (kalo rekrut orang tidak dapat uang hasil recruit).
    2. Mudah untuk menjalankan bisnisnya. Mis. : Produk unik (syukur2 bisa didemokan sesuai dengan literaturnya, mis. : sebuah produk kalo dimasukkan ke tangki bbm, lalu tangki bbmnya dibakar tidak meledak:))
    3. Memiliki system penunjang yang baik (pelatihan2, stokis yang banyak) dan sama di seluruh dunia.
    4. Biaya join murah (jangan sampai 2 jt dong) & sama untuk tiap orang (ndak bisa beli peringkat)
    5. Bonusnya gede
    6. Sudah banyak contoh orang yang sukses (org. dng penghasilan minimal. 5 jt/bln) dalam menjalankannya. Dan itu ndak cuma 1 s/d 10 orang doang dong.

    Udah ding…. tadi janji saya cuma sampai 4 kok ini ngelantur sampai hampir 7 :d

  128. Sudahlah..akhiri saja TOPIK debat ga penting kaya gini.
    Ga ada sesuatu yg positif bakal dihasilkan dari sebuah argumen perdebatan, yg perlu itu BUKTIKAN APA YG TELAH KITA PERDEBATKAN. ITU BARU LUAR BIASA :)

    jgn terlalu bernafsu memperlihatkan tipikal “indonesia banget” itu..

    Be positive.:)

  129. #181:

    BUKTIKAN APA YG TELAH KITA PERDEBATKAN

    silakan baca tulisan saya. semua bukti sudah ada, dan ini dapat dibuktikan secara matematis.

  130. Slam kenal,

    MLM adalah bagian dari ilmu marketing yang tidak terpisahkan,..anda salah jika melihat sebuah MLM hanya dari kacamata negatif, jika anda berfikir realistis, terima saja kenyataannya bahwa MLM itu bagian dari sisi fenomena ekonomi negeri ini yang sedang bertumbuh.

  131. #183: betul, MLM memang sesuatu yang sudah menjadi bagian dari ekonomi kita, terlepas dari sifatnya yang cenderung negatif. saya rasa di tulisan ini saya cukup realistis dan objektif. jika ada pernyataan saya yang salah mohon ditunjukkan bagian mana yang salah. terima kasih.

  132. [-x[-x[-x
    YANG SALAH ORNG YANG SLALU BERPIKIR NEGATIF CAM “PRI…i” jadi orang kok negative thinking aja…. cam orang DESO..KATRO…KUNO…AMATIR… gitu….=))=))

    %-(%-( MAS Klo belon pernah JALANIN ato BGABUNG ksuatu MLM…. CMN mungkin bsa buat STATEMENT gitooo…. UNDERESTIMATE…gito…….makanya buka pikiran mata dan kuping jangan dtutup AZA…..:-@:-@

    UNTUK SMUA MITRA2 KU… MARI KITA BANGUN JARINGAN KITA DARI PADA KITA DSINI…..
    >>>>> KEMBALI KE…LAP…TUJUAN MASING2

    :)>-:)>-:)>-:)>-:)>-:)>-

  133. :)lama ngga bales……Kata priyadi dia sudah membedah sistem MLM, tapi ketika dia membedah sistem Sami Jaya, ternyata salah besar dan dia tidak mau mengakui sampai hari ini, saya ingin tanya bedah sistem sami jaya yang salah itu gimana pertanggung jawabannya? kan jadi Fitnah loh….
    Menurut Priyadi MLM adalah maling, pencuri dlll, saya pengen tanya sama priyadi, klau anda punya Blog seperti ini pasti anda orang yang mampu, pasti anda punya sebuah perusahaan kan? Pertanyaan saya gaji karyawan anda berapa? 2X UMR atau sama dengan UMR atau dibawah UMR? Pertanyaan ini saya hubungkan dengan konsistennya seorang Priyadi terhadap pencuri uang dlll, kalau priyadi tidak suka dengan cara MLM, krn menurut priyadi cara MLM adalah cara maling, bagaimana dengan perusahaan yang menggaji karyawan dengan standar UMR? di Jakarta gaji UMR sebesar 900 ribu cukup buat apa? kalau Priyadi gaji karyawan berapa sih? ngga mungkin kan 3x UMR, bisa remuk perusahaannya, kalau orang digaji 900 rb di jakarta, yang didapat apa? apa itu bukan romusha? lebih sadis kan, orang bisa jadi maling kalau gaji kecil dan juga bisa mati karena kerja spt romusha, tahun lalu ada demo dari karyawan se jabotabek di DPR, ricuh yang ujung2nya gaji minta yang lebih wajar, nah pernahkah anggota MLM yang anggotanya jutaan orang melakukan demo menuntut perbaikan penghasilan? tidak akan pernah, kenapa? karena orang2 MLM sudah paham dan menerima dengan sistem yang ada di MLM itu. TKI indonesia kerja di Malaysia jadi buruh kelapa sawit dengan gaji 4-5 juta sebulan, kenapa di Indonesia gaji buruh kelapa sawit cuma 600-800 ribu sebulan? Padahal harga kelapa sawit dunia itu sama…. Apa ini yang disebut Priyadi sebagai perusahaan yang ideal? dan hampir semua perusahaan di Indonesia melakukan hal sama, memeras keringat pegawainya dengan imbalan yang hanya cukup untuk hidup 5 hari(termasuk perusahaan priyadi pastinya). Apa ini yang IDEAL? jadi kalau pegawai2 itu banyak yang mancari sampingan ya menjadi wajar jika sebagian pilihan kemudian di tujukan ke MLM,
    Coba renungkan ini, anda pasti punya pembantu Rumah Tangga kan? anda gaji berapa pembantu rumah tangga anda? 400 rb? 500 rb? atau 1 juta? CUKUP PEMBANTU DENGAN GAJI SEGITU? MASUK AKAL? BUKAN ROMUSHA? JANGAN ANDA JADI SEPERTI ORANG SUCI TAPI ANDA SENDIRI MELAKUKAN HAL YANG TIDAK BAIK TERHADAP ORANG2 DI SEKELILING ANDA.
    Selalu dengan senyum dan menunggu telpon dari Priyadi (yang seperti DEWA atau malah TUHAN?)
    HANC3, 0818166623 – 0818712947

  134. #186: anda terlalu banyak ngelantur ke mana2. saya gak bilang MLM == maling. saya cuma menganalogikan sesuatu hal yang kita berdua sudah pasti sepakat sebagai sesuatu yang negatif, anda tentunya sepakat jika maling adalah perbuatan negatif. ini untuk membantu anda mencerna jika logika anda salah. dan bukan untuk menyamakan MLM dengan maling.

    dengan logika ini, maka pernyataan “MLM adalah salah satu pilihan dalam kita memulai sebuah bisnis” adalah salah, karena tidak membicarakan substansi yang sebenarnya, ini cuma trik klasik mengalihkan perhatian dari hal yang sedang dibicarakan.

    tapi karena anda sulit untuk mengerti, saya tarik saja analogi dengan maling, dan mari kita ganti dengan istilah yang generik:

    premis A: FOOBAR adalah sesuatu yang negatif
    premis B: FOOBAR adalah satu pilihan untuk memulai bisnis

    dari sini gampang dilihat bahwa premis B adalah salah, karena FOOBAR adalah sesuatu yang negatif. untuk mengetahui kebenaran premis B maka kita perlu mengetahui kebenaran atau kesalahan premis A, dan bukan sebaliknya seperti yang anda lakukan. sekarang anda (harusnya) sudah mengerti, silakan anda ganti FOOBAR dengan MLM.

    soal yang lain2nya itu lebih ngelantur lagi :)). dan gak ada hubungan dengan topik MLM yang dibicarakan. seandainya pun saya melakukan kesalahan, bukan berarti MLM sudah pasti benar :)

    soal samijaya, mungkin saya memang salah dengan hitung2annya. tapi ini disebabkan informasi yang kurang di situs webnya. informasi saya hanya berasal dari situs webnya. soal angka mungkin bisa jadi salah, tapi kesimpulannya tetap sama: samijaya itu skema piramid yang sudah dapat dipastikan akan merugikan anggotanya.

    saya gak perlu buang2 pulsa untuk menelepon anda (mendingan uangnya untuk bayar pembantu hehehehe). jika anda memang memiliki argumen yang baik (walaupun sampai saat ini saya tidak bisa menemukannya), anda bisa kemukakan di sini. dan yang dibicarakan di sini adalah M-L-M, bukan saya, DPR, kelapa sawit, perusahaan saya, pegawai saya, pembantu saya, kucing saya, anjing saya atau hal2 lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik yang dibicarakan.

    jika anda ragu, silakan baca tulisan asli saya di atas. jika anda menemukan kesalahan, silakan tunjukkan paragraf mana yang salah dan seperti apa yang benar.

  135. no, MLM itu mengajak orang UNTUK bermimpi. bisa jadi hanya 1% dari seluruh peserta MLM yang dapat mencapai profit. dan tidak hanya itu, profit itu didapatkan dari kerugian 99% anggota lainnya.

    Salam kenal,..

    Kalau saya, pada prinsipnya MLM itu bagus,… dan rata2 semua pemain besar menerapkan sistim yang bagus… apalgi yg 2 tertiers…

    Cuma, sperti semua kehidupan didunia, bahwa tidak semua orang akan jadi pemimpin, dari 220juta orang Indonesia aja cuma 1 presidennya,.. jelas kan! dan yg terpenting adalah bagaimana cara sang presiden menjadikan kemakmuran bagi 219 juta rakyatnya…. dan kembali lagi, apakah rakyatnya mau dan mampu mengikuti sang preesiden???

    Sekali lagi,… hanya sistim yang mumpuni, tekad yg kuat, dan selalu berpikir positif dengan semua hal yang akan berbicara… satu lagi,… beramal dan bersyukur… itu aja cukup!!!!

    keep d faith!!

  136. #188:

    Cuma, sperti semua kehidupan didunia, bahwa tidak semua orang akan jadi pemimpin, dari 220juta orang Indonesia aja cuma 1 presidennya,.. jelas kan! dan yg terpenting adalah bagaimana cara sang presiden menjadikan kemakmuran bagi 219 juta rakyatnya…. dan kembali lagi, apakah rakyatnya mau dan mampu mengikuti sang preesiden???

    dalam MLM, kemakmuran yang 1% berasal dari kerugian yang 99%. tidak mungkin bagi yang 1% membawa kemakmuran untuk yang 99%.

  137. DON’t talk anything………….

    Don’t ask anything………..

    Don’t think anything…….

    just try it……….

    and do it….. itu smua “DUIT”……..

    GBU

  138. Mas pri, salam kenal, saya adalah pengagum tulisan2 anda…walaupun terus terang dari setiap tulisan anda selalu ada cacatnya juga, tapi setidaknya saya cukup senang mendapatkan wawasan yang cukup banyak dari blog anda ini…

    Anda seorang yang sangat2 saya salut karena punya wawasan yang begitu luas, tapi terus terang mengenai MLM ada beberapa hal yang perlu dikoreksi.

    Bisnis MLM murni, PARAMETER UTAMA adalah harga produk harus sebanding dengan nilainya…bukan dari segi marketing plan apakah binary atau matahari,dll

    Dan harus maksimal sama atau lebih murah dibandingkan produk sejenis…

    Jadi, jika ada mark-up harga yang belebihan, ini sudah termasuk money game, bahkan jika hal ini terjadi di bisnis MLM yang menggunakan sistem matahari..

    Nah, jika nilai produk sebanding dengan uang yang dikeluarkan, maka TIDAK AKAN ADA yang dirugikan..

    Jadi dalam bisnis MLM, seorang yang sukses TIDAK AKAN MUNGKIN berasal dari kerugian orang lain, karena harga produknya sebanding, dan manfaatnya ada (kecuali orang2 MLM bodoh yang menjual produk yang tidak jelas manfaatnya, dan orang2 bodoh yang mau ikut dalam bisnis MLM yang menjual produk yang tidak ada manfaatnya)…

    Produk2 MLM murni sebagaian besar adalah produk2 hebat khususnya suplemen yang memang berkhasiat terbukti menyembuhkan berbagai penyakit yang tidak dapat disemubhkan oleh obat2an farmasi biasa…

    Saya seorang pemain bisnis MLM, saudara2 dan tetangga saya banyak yang sembuh dengan produk2 yang saya jual, saya dapat puluhan juta dari bisnis MLM, dll..tapi terus terang satu hal dari bisnis MLM, sebagian besar mereka distributornya adalah dari orang2 yang berpendidikan rendah, contohnya adalah sebagian orang2 yang memberikan komen di blog ini..

    jadi saya harap anda tidak iku terjebak dalam argmumen dengan mereka..sehingga akan menghabiskan waktu anda..

    ok itu saja..

    keep posting

  139. saya mau sedikit menambahkan, bisnis MLM murni sebenarnya tidak ada yang salah…

    intinya sederhana saja, ada selisih keuntungan yang dapat dibagikan kepada member, yang diperoleh dari TIDAK PROMOSI MELALUI IKLAN KONVENSIONAL dari produk2 tersebut,

    sudah itu saja…dan ini berbicara jumlah yang sangatsangat besar..bener loh,

    tidak peduli semua orang skeptis, konsep sederhana ini bisa membuat semua orang yang menjalankannya dapat duit ratusan juta..

    TAPI DISINI SAYA MAU BICARA CACATnya bisnis MLM..

    bisnis MLM seperti model tianshi, cni, dll produknya sangat-sangat bagus, gak ada yang berani membantah dalam dahl ini toh?

    Semua produk MLM itu bagus..

    produk MLM itu juga harus unik dan harus produk yang jarang dijumpai di pasar, jadi kalau ada perusahaan MLM yang menjuual produk seperti madu dan kebutuhan sehari-hari…berarti mereka tidak tahu konsep bisnis MLM..

    orang-orang gak akan mau repot2 belanja dari perusahaan MLM..

    Nah, CACAT BISNIS MLM begini:

    MLM sistem matahari seperti tianshi,cni dll itu dibuat untuk diterapkan di negara2 maju,,dimana mereka sudah memiliki penghasilan yang cukup dari pekerjaan konvensional mereka..

    motivasi mereka bukanlah untuk mendapatkan bonus uang bulanan, tetapi untuk mengkonsumsi produk suplemen setiap bulan..

    nah, kemudian perusahaan menanmabhkan sistem reward seperti bonus mobil mewah dll untuk merangsang mereka2 lebih giat lagi belanja..

    MLM sistem ini saya sebut dengan MLM karkteristik investasi, artinya setelah kita belanja terus menerus sampai beberapa waktu, dan terlebih jika kita berhasil mengajak orang2 untuk melakukan hal yang sama, kita suatu saat akan mendapatkan bonus tadi…

    nah, sistem ini diterapkan di indonesia dimana notabene orang-orang masih berkutat untuk makan sehari hari masih susah,

    inilah CACATNYA bisnis MLM yang tidak disadari banyak orang..

    makan saja susah, tapi dijanjikan mobil mewah, kapal pesiar dll..

    kan kejam sekali itu,

    dimana mereka dipaksa h\untuk belanja tiap bulan jutaan rupiah sampai 1-2 tahun..

    ya gitu deh..cape deh

    tx

  140. mas pri,

    anda bisa menerbitkan buku yang sama hebohnya dengan Da Vinci Code nih hehehe…

    satu hal yang ingin saya sampaikan, di dunia bisnis, selalu ada penjual dan pembeli. jadi mau itu MLM atau non MLM, sebuah bisnis tidak bisa disebut bisnis kalo tidak ada cash flow, tidak ada revenue harian dsb. kalo tidak ada revenue, tentu ongkos tidak bisa dibayar (dalam arti luas).
    MLM atau bukan MLM, cash flow, adalah darah dari bisnis itu sendiri. negatif atau positif, sama seperti badan kita, kadang kena flu, kadang sehat. tapi badan kita pasti melakukan pembaharuan sel dan mental, sehingga selalu menjadi baru setiap detik. dalam bisnis juga demikian, makanya bisnis tidak boleh stagnant, karena stagnant artinya MATI.. tidak ada cashflow, tidak ikutan bersaing dsb. MLM juga pasti melakukan banyak terobosan. sekarang tergantung pelakunya, mau cepet kaya dengan mimpi saja, atau dia bekerja keras? semua orang yang bekerja keras akan menikmati hasilnya. apalagi semua orang yang bekerja keras, gagal dan bisa bangkit lagi.. dia akan jauh lebih sukses…

    so… anda punya argumen sendiri, orang lain punya argumen sendiri… tidak ada yg salah, hanya realitasnya berbeda… (baca Retire Young, Retire Rich).

    thanks, semoga bermanfaat.

    hengky

  141. #191:

    Bisnis MLM murni, PARAMETER UTAMA adalah harga produk harus sebanding dengan nilainya…bukan dari segi marketing plan apakah binary atau matahari,dll

    Jadi, jika ada mark-up harga yang belebihan, ini sudah termasuk money game, bahkan jika hal ini terjadi di bisnis MLM yang menggunakan sistem matahari..

    secara teknis setuju. masalahnya, ini adalah parameter yang subjektif. bagaimana caranya menentukan harga produk sebanding dengan nilainya?

    dalam pasar bebas, gak ada salahnya memarkup produk setinggi2nya. gak ada yang melarang, tapi orang2 gak akan beli produk anda tanpa mendapatkan manfaat yang sepadan. problemnya: MLM bukan pasar bebas, atau paling tidak, tidak disadari oleh anggotanya. anggota punya opsi untuk membeli produk lebih murah dan lebih bagus yang dijual di pasar bebas, tetapi mereka tidak melakukannya.

    Jadi dalam bisnis MLM, seorang yang sukses TIDAK AKAN MUNGKIN berasal dari kerugian orang lain, karena harga produknya sebanding, dan manfaatnya ada (kecuali orang2 MLM bodoh yang menjual produk yang tidak jelas manfaatnya, dan orang2 bodoh yang mau ikut dalam bisnis MLM yang menjual produk yang tidak ada manfaatnya)…

    itu kalau tujuan mengikuti MLM adalah untuk mendapatkan produknya, dan bukan untuk mencari penghasilan. jika niat awalnya untuk mencari penghasilan tambahan, maka dapat dipastikan bahwa anggota secara keseluruhan akan merugi jika mereka tidak dapat menjual cukup banyak produk ke luar kelompok mereka.

    manfaat produk sebenarnya hanyalah nilai artifisial. karena sesungguhnya anggota MLM juga memiliki opsi untuk membeli produk serupa yang dijual di pasar bebas: tanpa MLM-pun mereka bisa mendapatkan manfaat. tetapi mereka tidak melakukannya walaupun produk di pasar bebas umumnya berharga lebih murah.

    jika niat awal ikut MLM adalah untuk mendapatkan manfaat produk, maka itu tidak ada gunanya, karena dalam pasar bebas produk dengan fungsi yang sama pasti tersedia di pasar bebas dengan harga yang lebih murah daripada yang dijual di MLM.

    pengecualian untuk ini adalah jika produknya dipatenkan. paten adalah hak monopoli dengan batas waktu tertentu. dalam kasus ini bisa jadi tidak ada produk serupa yang dijual di pasar bebas.

    soal kenapa harga pasar hampir pasti lebih murah daripada MLM itu lain kali akan saya ceritakan :)

  142. #193:

    MLM juga pasti melakukan banyak terobosan. sekarang tergantung pelakunya, mau cepet kaya dengan mimpi saja, atau dia bekerja keras? semua orang yang bekerja keras akan menikmati hasilnya. apalagi semua orang yang bekerja keras, gagal dan bisa bangkit lagi.. dia akan jauh lebih sukses…

    oh tidak. dalam MLM yang tidak fokus dalam penjualan retail, sekeras apapun anda bekerja, akan ada orang lain yang merugi. jadi intinya adalah fokus, apakah ke rekrutmen atau penjualan.

  143. Sebelum Anda menanggapi hal tersebut, alangkah baiknya kita membaca banyak referensi dari Robert Kiyosaki: The Cashflow Quadrant, Business School, dll.
    Banyak hal yang dapat kita peroleh selain uang di bisnis MLM.
    ANDA TAHU SALAH SATU ORANG SUKSES DI INDONESIA, AA GYM? BELIAU PUN MENGIKUTI SALAH SATU BISNIS MLM, YAITU TIENS.
    MENGAPA DIA MENGIKUTI BISNIS MLM PADAHAL PERUSAHAANNYA SUDAH DIMANA-MANA DAN PENGHASILANNYA SUDAH MILIARAN RUPIAH?? PASTI ADA SESUATU YANG BAIK DI DALAMNYA YANG TAK PERNAH KITA TERIMA DI BISNIS MANAPUN.. SALAM HANGAT DARI ITB.

  144. :d, Bener-bener pak pri, semua orang yang ikutl mlm tersentil atau gatel matanya membaca ulasan atau artikel pak pri. Saya adalah orang yang pernah ikut mlm juga. beberapa tidak hanya satu. saya selalu teliti juga marketing plannya. Tapi baru kali ini terbuka, “mlm yang baik adalah mlm yang bisa ngasih keuntungan pada SELURUH distibutornya” dengan catatan distributor itu aktif, Tapi memang 99 % orang mlm masuk salah satu perusahaan, adalah biar bisa dapat uang tambahan yang BESAR entah itu nanti merugikan orang lain atau tidak. Jadi tak usahlah mendebat lagi. Maksud pak pri baik kok.:)>-, beliau tidak memprovokasi orang TIDAK MASUK MLM, hanya memberi wacana kalau mau masuk mlm carilah perusahaan MLM yang membolehkan distributornya menjual ke pihak non member lebih banyak, karena disitu keuntungan NYATA didapat, tidak jauh dengan sistem sbg distibutor konvesional. Hanya tetap ada kelebihan sebagai distributor mlm punya wewenang mencari subdistributor baru. Kalau konvesional kan harus produsen yang mutusin. Begitu pak pri ? peace age ahh :)>-. Btw bisa minta email anda pak pri tq. Annas

  145. mlm yang sistemnya tidak merugikan ada kok,yaitu perusahaan distributor obat-obatan herbal hpa(berasal dari malaysia),harga obatnya relatif lebih murah,kita menjual kesiapa saja (non distributor),keanggotaannya paling murah didunia (sepengetahuan saya)hanya 35.000 seumur hidup,tidak ada tutup point(kalau sudah jadi anggota dapet discount 25%hingga 30%,dan keuntungan lainnya),produknya sangat alami dan sangat manjur

    sory ini bukan iklan,saya cuman kasih gambaran aja:)>-

  146. selain itu bila anda menjadi anggotanya anda bisa memiliki kemampuan seperti dokter bahkan lebih kali(kalau anda mau belajar):)>-anda bisa mendiagnosa penyakit pasien melalui mata(iridologi),tangan,lidah,nadi,kiropraksi,bekam,akupuntur,refleksi dan lain2(ilmu kesehatan)

  147. #200: tidak mengubah kesimpulan saya. jika MLM tersebut tidak menjual cukup banyak produk ke luar anggotanya, maka dapat dipastikan anggota secara keseluruhan akan merugi.

  148. salam kenal buat mas Pri..salut buat mas Pri. dan salu buat semua yg pernah komen disini.salut juga buat org yg sekedar baca.
    mas pri, saya ingin tanya: apakah KRCHING termasuk dalam MLM atau bukan?setau saya KRCHING adalah Buying Group bukan MLM. apa itu benar?
    Apakah sistem yg dilakukan KRCHING sesuai dengan syarat2 yg mas Pri utarakan atau sebaliknya..?
    terima kasih..

  149. ok.thx mas Pri..
    lain kali kalo tau system http://www.KRCHING.com, kasih tau ya…bisa ke alamat jeprix@gmail.com
    sukses buat mas Pri..

    NB: saya telah belajar banyak dari blog ini.bukan hanya dari mas Pri, tapi smua org yg telah menulis dicomment ini.baik yg mencela, memuji, atau sekedar peng-amin. semua ini saya liat dari sudut pandang akan sadar BELAJAR.

  150. conversation ini sudah ditutup ato emang udah ndak ada yang nanggapi ini mas pri?

  151. asslm.wr.wb.aq mau komentar buat orang yang bilang,kalo MLM cm orientasi pada uang: mbk,mas,qt sBnernya g butuh uang,tapi kalo qt mau beli barang,qt dimintai uang kan ma pnjualnya…berarti yang butuh uang sapa/ qt cm btuh barangkan? g usah muna,emang sneng jadi orang MISKIN? kalo saya g mau d punya HOBI MISKIN!!!!alangkah baiknyya jika qtkaya,qt bisa bantu banyak orang
    saya yakin hampir semua agama mengHARUSKAN qt untuk kaya,dgn bgitu,agama qt jg dapat terangkat…walaupun saya sudah kaya,tapi saya tetep ikut MLM,alsannya simpel,karena saya mau bantu orang lain untuk sukses.aq masih17 thn..emg oertuq mampu,tapi qt jg g bisa jamin apakah qt nantinya bisa kaya ortu qt..krn NASIB itu ditangan qt..”inallaha layu ghaitu ma bikaumin hatta yuu ghairu maa biang fusihim” allah tidak akan merubah nasib suatu kaum,sebelum qt merubah keadaan yang ada pada dirinya…walaupun nanti yang menentukan akhir adalah tuhan,tapi qt butuh usaha dulu…6bulan saya itkut MLM,saya bisa ajak temen2 saya yang duunya g punya apa2,g PD,tp skrg dia bisa berubah TOTAL,dari segi materi,ukhuwah,pengembangan kepribadian,dll.saya yang dulunya pendiam, kuper,sekarang bisa punya saudara di seluruh indonesia,bahkan di luar negeri…
    saya harapsebelum bilang yang jelek2 tentang MLM,tlg cr info lbih lanjut dulu, g ada salahnya qt rendah hati menerima informasi,karena jika qt ngomong tanpa ilmu,ntar ditanya di kherat,njenengan mau jawab apa? apa cm mau bilang..”lha katanya si…mlm itu…”cari info pada orang yang tepat,jangan tanya rasa durian pada orang yang belum pernah makan.toh orng yang redah hati itu MULIA disisi tuhan kok…sebenernya masih banyak yang aq ingin sampaikan…walaupun tidak hanya MLM jalan SUKSES,tapi tolong cari info dulu,minimal anda g negatif,g ikut juga gpp,toh ini bukan bisnis pemaksaan..toloooong banget,jangan negatif sebelum dapat info yang lengkap..saya dulu juga spt anda2,..tapi saya g mau nantu dimintai pertanggung jawaban sn tuhan,dan saya g punya ilmu,makanya,sya cari info sebanyak2nya ttg MLM.saya punya banyak alasan,bukti2 ttg MLM,knp saya ikut…anda bisa sharing ke saya…saya juga bukan orang yang suka maksa…&saya g suka kenalan ma orang cuma buat ngajak ikut MLM,saya cm ingin berbagi ilmu…kan ilu kalo g ditularkan akan sia2..anda bisa sharing ma saya langsung,saya terbuka..bahkan anda bisa wanti2 saya untuk tidak mengajak anda ikut MLM,tp anda cm pngin tau info atau ilmunya aja,saya terbuka.tapi saya juga minta kerjsamanya untuk tidak mempermainkan say.terimakasih,wasslm wr.wb
    tya: 085642050900 (tya_neverdie@yahoo.co.id) terimaksih atas kerjasamanya.

  152. #208: saya yakin niat anda baik. tapi kalau MLM yang anda maksud tidak sesuai dengan kriteria yang saya jelaskan di atas, maka anda bukannya membantu teman anda untuk sukses, tetapi justru menjerumuskan teman anda sendiri.

  153. mungkin saya mao sharing 1 mlm yang sangat masuk akal, sangat ekonomis, produk yang dijual merupakan produk kebutuhan pokok yang diproduksi sendiri, konsep awal dari mlm ini hanya memindahkan belanja konvensional ke produk ini, dengan imbalan bisa mendapatkan cash back, tapi yang menjadi masuk akal dari bisnis ini adalah tiap member cuman diwajibkan belanja 1kg doank ….
    para temen2 yang kritis terhadap sistem marketing plan mlm, coba kalian bedah, apakah mlm ini termasuk fair ? dan bisa berjalan long term, mengingat produk merupakan produksi sendiri, untuk melihat marketing plannya :

    http://www.dt-88.net/

    kritik dan saran di tunggu…

  154. #210: sama seperti mlm-mlm lainnya. syarat supaya baik adalah jika profit penjualan retail melebihi pengeluaran. dalam mlm ini adalah

    bonus retail: Yaitu Bonus yang anda dapatkan jika anda menjual produk ke konsumen. Harga telah ditetapkan Perusahaan, keuntungan merupakan selisih harga antara harga member dengan harga konsumen.

    mlm ini baik jika profit yang berasal dari bonus di atas melebihi pengeluaran yang diakibatkan sebagai konsekuensi menjalankan mlm ini.

  155. Ketika Planet “B” dihuni 1000 orang dan semuanya ikut MLM “X”, maka :
    1. Dapat dPastikan orang pertama yang meng-create MLM “X” (dan beberapa orang yang dibawahnya) dan tentu produsen produk MLM akan untung.
    2. Keuntungannya = Harga jual produk – Biaya produksi
    3. Anggota yang lain akan untung/rugi tergantung dari penjualan mereka ke downline mereka.
    4. Kemudian dari mana anggota yang ke-… ke-… ke-997, anggota ke-998, anggota ke-999 dan anggota ke-1000 mendapat keuntungan?
    5. TIDAK ADA KEUNTUNGAN yang diperoleh mereka karena mereka tidak bisa menjual produk ke SIAPAPUN.

    Analogi ini dapat anda terapkan ke wilayah yang lebih besar dengan penduduk yang lebih besar lagi. (kita kesampingkan iuran anggota, biaya operasional, dll…. biar lebih mudah :d )

    Kemudian, ketika kita jadi orang yang pertama di sistem MLM “X” ini :
    1. pernahkan anda berpikir bahwa akan ada orang yang ke-…, ke-… ke-999, orang ke-1000 yang tidak akan pernah mendapatkan keuntungan?
    2. Pernahkan anda menghitung berapa besar uang yang digunakan orang yang ke-1000 untuk dibagikan kepada orang ke-1, ke-2, ke-3…. (sebagai konsekwensi sistem MLM)untuk membeli sebuah produk yang seharusnya harganya bisa lebih murah?
    3.tidakkah hati anda mengatakan bahwa untuk sebuah kesuksesan anda, anda harus mengorbankan orang-orang ini?
    4.Saya yakin, jika anda jujur, maka andapun akan berpikir ulang untuk ikut MLM.

  156. saya tadi ada baca sekilas,tp gak minat ahh. commenct juga malas baca, karena yang Kontra MLM, pasti punya ciri yang sama
    1. gak pernah join MLM / min ikut pertemuan mereka
    2. yang pernah ditipu tentunya
    3. yang pernah dapat Upline/sponsor sesat (gak benar)

    tp buat yang pernah gagal kemudian mengatakan MLM gak bagus, tipu lah
    padahal bisnis luaran juga sama aja kan, gak semua bisnis baru berkembang dan menjadi sukses, tp knp tidak ada yang mengatakan jelek atau tipu-tipu
    apa karena tidak ada pendukung, menurut akoe seh, yaa seperti lagu Om Iwan Fals,
    urus moral masing2, jgn ngebahas yang gak2 d, hargai dan hormati apapun pilihan masing2, karena bisnis apapun,siapapun, dan apapun pangkat anda… pasti akan saling membuthkan dan mempengaruhi..
    ^^:x

  157. comment #212
    sory tadi gak baca…. padahal menarik banget lho…
    menurut akoe hal itu punya potensi terjadi…ketika semua penghuni bumi uda mandul kali yee…..
    tp itu adalah pendapat yang paling gak rasional banget lho….kalo dgn permisalan bgt mah pasti para pengusaha sekolahan (SD-Perguruan tinggi) akan bangkrut kan, kan manusia itu hidup, berkembang dan bertambah umur, kalo gak ada pertambahan penduduk, jadi wajar dunk argumentasi saya….
    tidak hanya MLM, tp setiap bisnis yang melibatkan interaksi org banyak emank harus dipikir ulang…
    gak semua org isa team Work lho ^^

  158. Pemisalan yang diambil memang terlalu ekstrim. Yang jelas, di planet “B” itu, penghuninya dapat dibagi 2, yaitu yang tertarik MLM (dapat dibagi 2 lagi: yang ikut, yang gak ikut) dan gak tertarik MLM. Jadi kalau gerakan yang dilakukan MLM “X” sukses, maka kelompok yang memang ikut MLM akan terjaring semua, nah di sini akan terjadi kejenuhan, sehingga akan terjadi orang yang ke-… ke-1000.
    Setiap orang berakal sehat perlu pendidikan, tapi belum tentu tertarik ikut MLM. jadi bagi pengelola sekolah2, ga perlu kawatir :)

  159. #213:

    saya tadi ada baca sekilas,tp gak minat ahh. commenct juga malas baca, karena yang Kontra MLM, pasti punya ciri yang sama
    1. gak pernah join MLM / min ikut pertemuan mereka
    2. yang pernah ditipu tentunya
    3. yang pernah dapat Upline/sponsor sesat (gak benar)

    you assume too much. silakan baca lagi secara lengkap dan lebih hati2. rasanya tulisan saya cukup objektif terlepas dari pengalaman pribadi saya terhadap MLM.

    padahal bisnis luaran juga sama aja kan, gak semua bisnis baru berkembang dan menjadi sukses, tp knp tidak ada yang mengatakan jelek atau tipu-tipu

    saya tidak menuntut bisnis yang baik pasti selalu untung. bisnis yang baik tidak selalu pasti untung, bisnis yang baik adalah bisnis yang di dalamnya terjadi hubungan saling menguntungkan. pihak A mendapat manfaat dari pihak B dan pihak B mendapat manfaat dari pihak A. itu namanya hubungan saling menguntungkan.

    di MLM, pihak A mendapat manfaat dari pihak B. tetapi untuk menutupi manfaat yang B berikan kepada A, pihak B harus mencari manfaat dari C. kemudian C harus mencari dari D, dan seterusnya. hubungan antara A dan B bukanlah hubungan yang saling menguntungkan, karena A mendapatkan keuntungan dari kerugian B.

    hal ini bisa dihindari jika pada MLM yang dimaksud terjadi penjualan ke luar kelompok distributor yang profitnya dapat mencukupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM.

    #214:

    menurut akoe hal itu punya potensi terjadi…ketika semua penghuni bumi uda mandul kali yee…..
    tp itu adalah pendapat yang paling gak rasional banget lho….kalo dgn permisalan bgt mah pasti para pengusaha sekolahan (SD-Perguruan tinggi) akan bangkrut kan, kan manusia itu hidup, berkembang dan bertambah umur, kalo gak ada pertambahan penduduk, jadi wajar dunk argumentasi saya….

    ini jelas pikiran yang tidak realistis.

    pertama, MLM membutuhkan pertumbuhan yang berupa deret geometris, sedangkan pertumbuhan penduduk bumi bukan merupakan deret geometris, bahkan suatu saat nanti pertumbuhan jumlah manusia di bumi praktis nol.

    kedua, dapat dipastikan sebagian besar anggota MLM akan merugi, dan ini terlepas dari berapa jumlah anggota tersebut.

    sekali lagi, hal ini bisa dihindari jika pada MLM yang dimaksud terjadi penjualan ke luar kelompok distributor yang profitnya dapat mencukupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti

  160. #212 #214 teori tentang kejenuhan sangat ruar biasa !!!

    Faktanya tidak ada MLM kehabisan prospek
    Faktanya ada MLM yg bertahan beberapa generasi

    lihat fakta baru bicara…

  161. #217: kalau MLM bisa bertahan beberapa generasi dan bisa mempertahankan trend-nya, maka semua penduduk bumi saat ini sudah ikutan MLM.

    kenyataannya MLM yang sudah beberapa generasi itu sudah mencapai titik jenuh, anggota yang masuk kurang lebih sama dengan anggota yang keluar.

  162. #135 –
    baru sadar kalau ada tulisanku yang dikutip di dalam guestbook sini pas nyari kueri dengan nama sendiri kok nyasar kesini

    Sebenarnya tulisan tsb tidak relevan dengan topik yang sedang dibahas disini, kalau seandainya kita merasa tidak didukung atau dilecehkan seharusnya kita tidak menutup mata hati tentang apa yang sebenarnya disampaikan

    Saya yakin mas pri sama sekali tidak bermaksud untuk mengatakan suatu MLM itu buruk, hanya saja seharusnya suatu MLM yang baik (Multi Level Marketing) itu menekankan pada marketing , dan harus dibedakan dengan Multi Level Rekrut atau apapun sejenisnya

    bahasa sederhananya begini
    Apabila suatu MLM mengajarkan pada anggotanya untuk mengajak anggota baru dengan cara mengatakan:
    kamu harus menjual sekian ratus ribu atau sekian poin untuk mendapatkan bonus berarti itu adalah MLM yang baik

    dan jika suatu MLM mengajarkan pada anggotanya untuk mengajak anggota baru dengan cara mengatakan:
    kamu harus belanja sekian ratus ribu atau sekian poin untuk mendapat bonus berarti itu adalah MLM yang buruk

    kedua kalimat ini tidak akan ada pada buku panduan MLM tsb akan tetapi perhatikan kalimat yang digunakan untuk merekrut anda, apabila yang pertama maka selamat, MLM anda adalah MLM yang baik, setidaknya upline anda tidak berniat buruk
    apabila kalimat yang kedua yang digunakan untuk merekrut, maka dapat dipastikan MLM tersebut hanya memanfaatkan anda (distributor baru) untuk mendapat keuntungan , dan apabila ada upline yang mengelak tuduhan ini kemungkinannya adalah mereka tidak mengerti atau sudah menghalalkan cara ini untuk mendapatkan keuntungan

    penjelasan diatas sebenarnya sama dengan thread awal yang dibuat oleh mas priyadi yang mungkin agak terlalu panjang untuk dibaca dengan kepala dingin

    ——-
    penulis adalah anggota MLM yang masih aktif saat ini dengan lebih dari 70 downline pada jaringannya

  163. p.s. yang paling parah dari semua MLM adalah MLM yang pas rekrut calon uplinenya bilang :
    Kamu belanja dulu x rupiah terus nanti kalau kamu rekrut orang kamu suru juga dia belanja x rupiah nah nanti kamu dapet bonus de ,
    apa bedanya dengan money game yang lebih gamblang bilang :kamu setor x rupiah terus nanti kamu rekrut orang dan suru dia setor x rupiah biar kamu dapet bonus

    #bedanya kalau money game yang disetor x , kalau MLM model ini yang disetor adalah x + harga barangnya

    :peace:

  164. khusus untuk MLM tiens yang merasa dipojokkan selama topik ini idup

    IMHO tiens termasuk MLM yang baik, selama dijalankan dengan benar juga , selama tidak ada keharusan untuk setor sekian, selama pada proses rekrut kita diajarkan untuk menjual produk, dan bukannya belanja produk dan beli peringkat karena dengan menjual produk kita akan mendapatkan keuntungan yang akan menurunkan beban grup secara keseluruhan

  165. #221: baik atau tidaknya MLM harus dilihat dari realisasi terhadap kelompok distributorship secara keseluruhan, bukan dari satu-dua individu saja. pertanyaannya: ada berapa banyak produk yang dijual oleh anggota ke orang selain anggota? apakah profitnya dapat menutupi biaya yang merupakan konsekuensi mengikuti tiens? untuk tiens, satu2nya jenis profit yang menentukan adalah komisi penjualan langsung sebesar 15%. jika profit dari ini bisa menutupi pengeluaran akibat mengikuti tiens, maka anda balik modal. jenis profit lainnya sama sekali tidak relevan terhadap sustainabilitas grup.

    di tiens tidak ada keharusan setor sekian, tapi ada biaya pendaftaran dan insentif untuk menyetor dengan tujuan membeli peringkat, terlepas dari apakah dia butuh produk itu atau tidak.

  166. MLM yang pernah saya tahu berprinsip “mencari penjual sebanyak-banyaknya” dengan dijadikan sebagai anggota, inilah yang membedakan dengan metode penjualanumu yaitu “mencari pembeli sebanyak-banyaknya” dengan menjadikan mereka konsumen. Bagaimana bisa untung kalau semua jualan, ga da yang beli……

  167. #222:
    Yup, tepat sekali, seperti ditulis pada nomor #221 apabila dijalankan dengan benar maka yang terjadi adalah penjualan dengan dengan profit 15% tersebut, apabila tidak dan ada dorongan untuk berbelanja membeli peringkat, maka tiens akan menjadi seperti #220 diatas , money game dalam selimut MLM

    kalau menilai realisasi terhadap kelompok distributor secara keseluruhan sama saja dengan menilai kejujuran kelompok penegak hukum atau pegawai negri sipil

  168. #224:

    kalau menilai realisasi terhadap kelompok distributor secara keseluruhan sama saja dengan menilai kejujuran kelompok penegak hukum atau pegawai negri sipil

    atau karena sistemnya sendiri memang memberi reward lebih tinggi untuk merekrut daripada menjual.

  169. Allow rame juga neeh. slamat buat bung Pri yg berhasil melempar opini yg mendapat tanggapan banyak sekali baik yg pro, netral maupun kontra…:)>-

  170. Jadi penasaran neeh, ingin ikutan kasi pendapat, boleh khan!!! Q sebagai yg netral dlm hal ini sedikit paham tentang MLM. Karena dulu pernah mempelajari fenomena MLM ini di Indonesia.
    Dari beberapa yg q baca diatas rame juga silang pendapatnya, dan asik untuk di ikuti, q jd tertarik utk membukukan.he…he…
    Ajang yg bagus ini sebaiknya dipergunakan utk berdiskusi tentang MLM, jangan sampai jadi ajang saling menghujat profesi masing-2. biarlah mereka yg memilih MLM qt dukung agar mereka sukses, dan mrk yg memutuskan tdk terjun di dunia MLM juga harus di hargai. Bagaimanapun masing-2 dr qt punya pandangan dan pemikiran untuk menentukan pilihan qt.
    Bukankah MATI ITU PASTI TAPI SUKSES ADALAH SEBUAH PILIHAN. Dan orang sukses tdk harus di MLM maupun bisnis NON MLM. Semua tergantung kerja keras masing-2.
    Yang perlu di tegaskan dalam hal ini adalah permasalahan bagaimana qt menyikapi bisnis MLM ini jangan sampai qt tdk mengerti, setengah-2 mengerti trus qt memutuskan bahwa MLM itu buruk, bullshit, penipu, dll. Tdk seperti itu! Yg q tau bnyak juga org-2 yg sukses di MLM, dan mrk dari berbagai macam latar belakang, ada yg dr direktur, manager, staff, sales, wiraswasta, penganguran, tukang ojek, dll latar belakang dan mereka mempunyai hak yg sama untuk mencapai peringkat puncak. Yang tdk mungkin di lakukan di bisnis non MLM.
    Janganlah membeda-bedakan bisnis MLM dengan bisnis yang laen. ITU adalah SAMA. Dimana mrk yg lebih berprestasi akan sukses. Jangan bilang berprestasi dengan menipu bnyak org?? itu pasti dilakukan org / oknum yg belum sepenuhnya mengerti bisnis MLM tp dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan downline. Maka banyak yg berpendapat SAYA DITIPU/ dibohongi. Padahal yg sehrusnya di mengerti adalah mrk hnya ingin menunjukan informasi bahwa mrk sedang mengeluti sebuah bisnis, dan ingin berbagi informasi dgn bnyak org. permasalahan org itu gabung atau tdk, qt tdk bs memaksakan. Jika mrk sdh paham tetapi memutuskan tdk mau gabung ya itu hak mereka. Tetapi jangan sampai ketika qt belum paham betul maksudnya pikiran qt sdh di penuhi MLMSyndome (ketakutan/negative tentang MLM) qt memutuskan TIDAK dan mengajak org lain untuk tdk ikut. Yang q lakukan selama ini adalah menganjurkan mrk yg belum paham untuk datang ke undangan/pertemuan mereka, untuk bersama-2 memahami maksud dan tujuan setelah paham baru tentukan pilihan mau ambil peluan itu atau tidak. Dengan mengatakan terus terang “saya sdh paham tetapi belum tertarik untuk gabung” itu akan lebih menghargai dari pada qt lari menghindar. Begitupun sebaliknya jika qt (member MLM) akan mengajak org jangan sampai memaksa untuk JOIN. Karena akan merusak pandangan org tentang MLM.
    Buat mrk yang pro MLM, hargai juga mrk yg memutuskan tdk terjun ke MLM. Buat mrk yg kontra MLM dan begitu negative sebaiknya simpan pendapat negative anda atau boleh di sampaikan sebatas saran untuk lebih berhati-2 dan selektif memilih MLM. Bukan untuk memfonis mrk tdk boleh ikut MLM.
    Menurut Bung Pri qt harus selektif untuk memilih MLM dan dari syarat yg di sampaikan ada betulnya juga tetapi tdk sepenuhnya. Ada hal-2 yg mungkin sulit untuk di mengerti. Seperti halnya memperdebatkan soal keyakinan, tidak akan ada habisnya.
    Banyaknya MLM memang nenuntut qt untuk selektif. Dan itu bisa dilihat dari berbagai macam factor marketing plan yang jelas dan realistis, tidak pyramid, ada support sistemnya. Sebaik apapun marketing plan tanpa support system di jamin tidak akan berhasil. Dan tolong di catat. Perusahaan MLM dimanapun tidak ada yg menjamin mereka akan untuk sukses, yg mereka harapkan pokonya produknya terjual. Yang menjamin dan mengaransi member MLM tersebut bisa sukses adalah support sistemnya. Makanya jangan salah setelah gabung cari org jualan kok ndak sukses-2 pasti ada yg salah, dan ini hampir 80% terjadi. Ini yg menyebabkan banyak yg negative. Yang banyak ditemui adalah MLM yang hanya menawarkan kesuksesan tanpa pembelian produk cukup merekrut org sebanyak-2nya pasti akan kaya. Itulah money game. Jika benar-2 MLM/Network Marketing (NM), qt bisa sukses jika bisa membuat org lain/downline qt sukses. Jadi jangan keliru bahwa MLM hanya membuat kaya mereka yang diatas/duluan gabung. Salah besar!. Yang benar adalah seberapa besar kerja keras mrk untuk membantu org untuk sukses. Jangan bilang memanfaatkan org lho….!. seorang Upline/Sponsor seharusnya membantu mereka yang baru terjun jd member untuk mengikuti langkah mereka supaya mrk bisa mandiri dan kemudian membantu yng lain begitu seterusnya. Mungkin ini yang disebut saling membantu untuk sukses bersama.
    Tetapi ada juga oknum MLM setelah mengejar, mempengaruhi, memaksa untuk gabung e…setelah join di tinggal. Hindari hal-2 semacam ini.
    Setelah q pelajari sebenarnya enak juga terjun di MLM tdk perlu syarat apapun (paling biaya pendaftaran yg rata-2 di bawah 100rb, plus beli produk antara 1-2jt an) gak ada modal usaha yg semurah MLM. Trus paling jobdis qt cuma disuruh mengikuti langkah-2 biasanya ada 5-7 langkah dan itu tidak terlalu sulit. Cukup dijalani aja 2-3 th pasti sukses. Cuma qt bisa gak atau qt tahan gak menghadapi cobaan selama 2-3 th, 1 langkah aja tidak di jalankan jangan harap akan menuai kesuksesan. Q rasa di kantoran manapun gak ada yg seenak itu, jika 1 job dis tdk di laksanakan pasti akan di tegur bahkan di pecat. Jika di MLM mungkin ini kelemahanya jika qt tidak menjalankan salah satu job dis tersebut tdk akan ada yg menegur atau bahkan memecat. Semua tergantung qt, tergantung seberapa cepat qt mau sukses.
    Sebenarnya bakyak juga manfaatnya jika Join MLM jika qt tdk tertarik di bisnisnya sangat berguna juga pendidikannya yaitu seminar-seminarnya. Di bidang pekerjaanku sbagai manager di sebuah perusahaan real estate q mendapatkan pelajaran banyak hal tentang motivasi, manajerial, dll, dr pertemuan-2 yg q hadiri dr ajakan temenq yg ikut MLM. Positif aja, banyak juga kaset dan buku-2 yg q pelajari bs q terapkan di pekerjaanku. Dan terus terang pengembangan pribadiku meningkat penuh percaya diri, walaupun apa yg q katakana ke bawahanku sebagian besar q kutip dari kata org di seminar, kaset ,maupun dari buku. (gak papa kan….)
    Tidak dapat manfaat dari bisnis MLM tetapi dapat manfaat dari seminar dan alat bantunya MLM. Lumayan 1 th q naik jabatan 2 kali.
    Yang terakhir : Marilah kita saling membuka diri apa yg sudah kita tekuni sebagai pilihan qt betul-2 qt jalankan sepenuh hati tanpa harus saling mempengaruhi kejelekan profesi org lain. Jika memang profesi qt baik (paling tdk menurut qt sendiri) boleh dong di sampaikan ke org lain. Masalah mrk tertarik atau gak terserah pemikiran mrk…dan ingat Kehidupan yg kita jalani hari ini adalah keputusan kita hari sebelumnya dan keputusan hari ini akan menentukan kehidupan kita yang akan datang.
    Salam buat semua SUKSES.
    :)>-

  171. #228: inti saya sebenarnya cuma satu: MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke kelompok di luar distributor MLM melebihi biaya yang dikeluarkan sebagai konsekuensi mengikuti MLM. jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka keuntungan satu pihak dapat dipastikan berasal dari kerugian pihak lainnya. tidak jauh berbeda daripada skema piramida, dan bahkan lebih buruk karena net-nya menjadi negatif.

    sayangnya, sampai sekarang saya belum pernah menemukan MLM yang memenuhi kriteria tersebut.

    soal berpikir positif yang kerap didengung2kan oleh MLM, saya pikir itu bukan berpikir positif, melainkan berpikir tidak realistis. harus dibedakan mana pikiran yang benar2 positif dan mana yang tidak realistis.

    saya tidak pernah menuduh pengikut MLM buruk dan sebagainya hanya karena dia mengikuti MLM. sebaliknya, mereka semua adalah korban yang perlu kita bantu bersama.

  172. #230: dalam MLM oriflame tetap ada yang namanya bonus yang berasal dari performa downline. jadi artinya tetap ada insentif untuk merekrut walaupun tidak ada insentif yang langsung diterima ketika melakukan perekrutan. sekarang yang harus diteliti apakah insentif untuk merekrut ini lebih besar atau lebih kecil daripada insentif untuk menjual.

    ini mungkin bisa ditanyakan kepada diri sendiri, ketika bertemu dengan teman, apa yang akan dilakukan: menjual atau merekrut? jika lebih banyak merekrutnya, artinya ya sama saja dengan MLM lain.

    cara yang lebih representatif yaitu dengan metoda sampling dan statistik. cari beberapa distributor dan tanyakan berapa profit mereka, hitung pendapatan rata2 dan lihat apakah bisa menutupi biaya dan usaha yang telah mereka keluarkan.

  173. “saya tidak pernah menuduh pengikut MLM buruk dan sebagainya hanya karena dia mengikuti MLM. sebaliknya, mereka semua adalah korban yang perlu kita bantu bersama.”

    Perlu q jalaskan lagi kalo bung Pri menganggap mrk “korban” yg perlu diselamatkan itu adalah salah, karena berarti itu masih membedakan bisnis MLM dengan bisnis yg lain, maksud q gini kita samakan dulu sudut pndang kt bahwa itu semua adalah suatu pekerjaan, (sama seperti asuransi, pkerja kantoran, swasta, polisi, maupun sampai ke tukang ojek bahkan ke tukang parkir, itu adalah sebuah pekerjaan atau profesi)
    jika qt menganggap mrk korban berarti mrk yg bekerja di bidang lain yg tdk qt sukai atau bertentangan dgn qt adalah korban juga??
    Sudah q ktkan di atas bhwa mrk yg memutuskan untuk memilih sebuah profesi adalah keputusan mrk dgn dasar pemikiran yg mungkin sdh matang (mnrut mrk) walaupun ada sebagian yg merasa terpakasa dgn pkerjaan mrk. di luar MLM jg trjadi dan bahkan lebih “kejam” dan lebih “tega”. karena waktu mereka di jual untuk mendapatkan uang, sedangkan di MLM waktu mrk di investasikan bukan di jual.
    Jika memang qt mau menolong korban justru mrk yg penganguran qt tolong supaya mrk bs bekerja apa saja.termasuk di MLM.
    sekali lagi jangan di bedakan ini bisnis MLM dan ini bisnis non MLM.

    Mungkin menurut perhitungan bung Pri mengenai, “MLM yang baik adalah jika keuntungan yang berasal dari penjualan retail ke kelompok di luar distributor MLM melebihi biaya yang dikeluarkan sebagai konsekuensi mengikuti MLM. jika tidak memenuhi kriteria tersebut, maka keuntungan satu pihak dapat dipastikan berasal dari kerugian pihak lainnya. tidak jauh berbeda daripada skema piramida, dan bahkan lebih buruk karena net-nya menjadi negatif.” ada benarnya tetapi q akan coba teliti lagi. karena sementara ini yg q tau jika netnya negatif ada yang salah di diri mrk sndiri bukan di grup!
    OK! Bung Sukses buat semua.:)>-

  174. O ya perlu q tambahkan lagi mungkin maksud bung Pri adalah mrk yg sdh ikut MLM tetapi tdk berkembang dan bahkan merugi karenanya.

    lha kalo ini memang perlu sekali qt bantu. dengan cara jangan di downkan mentalnya. qt semangati mrk agar menekuni pilihan mrk, niscaya semua pekerjaan yg sdh di pilih walaupun di awal bukan mrpkan bidang pilihan qt, jika kita tekuni kt telateni bakal membuahkan hasil yg maksimal. satu contoh : q punya temen sebelum bekerja di tmpatku bekerja dia adalah OB (office boy) di sebuah kantoran, karena dia ikut sebuah perusahaan agen tenaga kerja, maka dia sering di pindahkan kerja. sdh 4x dia di pindah tugaskan, hingga akhirnya ditempatkan di tempat q bkerja. awalnya dia sama sekali bisa mengoperasikan yg namanya Internet, (kalo cuma pake komputer Ms office dia bisa, karena dulu pernah di ajari di SMA). krn suatu kebutuhan dia q ajari gmn itu internet, lama kelamaan mungkin dia memanfaatkan waktu piket jaga malam, di gunakan untuk belajar dan bahkan skarang sdh mahir. dia skrng udh keluar dr pt tmpat dia kerja, ternyata dia beli komputer di rumah..ee..malah dr blog dia punya penghasilan yang lumayan.

    dari cerita itu bisa di ambil maknanya bahwa mrk yg di anggap korban adalah mrk yg belum sepenuhnya menjalani bisnis tersebut. bukankah waktu yang dijanjikan adalah 2-3 th (jika benar-2 mengikuti dan menjalani saran dari suport system masing-2) bisa di pastikan mrk akan sukses dgn pilihan mrk.
    :)>-

  175. #232:

    karena berarti itu masih membedakan bisnis MLM dengan bisnis yg lain, maksud q gini kita samakan dulu sudut pndang kt bahwa itu semua adalah suatu pekerjaan, (sama seperti asuransi, pkerja kantoran, swasta, polisi, maupun sampai ke tukang ojek bahkan ke tukang parkir, itu adalah sebuah pekerjaan atau profesi) jika qt menganggap mrk korban berarti mrk yg bekerja di bidang lain yg tdk qt sukai atau bertentangan dgn qt adalah korban juga??

    kalau begini, mungkin nanti pencuri merasa apa yang dikerjakannya sebagai ‘profesi’. saya tidak menyamakan pencuri dengan MLM, tapi baik tidaknya suatu pekerjaan tidak dinilai hanya dari apakah pekerjaan tersebut dianggap sebagai profesi oleh pelakunya atau tidak.

    sedangkan di MLM waktu mrk di investasikan bukan di jual. Jika memang qt mau menolong korban justru mrk yg penganguran qt tolong supaya mrk bs bekerja apa saja.termasuk di MLM.
    sekali lagi jangan di bedakan ini bisnis MLM dan ini bisnis non MLM.

    yang namanya investasi artinya rata-rata (sustained) yieldnya paling tidak harus di atas 0%. sedangkan pada MLM, rata2 yield dari seluruh anggotanya di bawah 0%, jadi bukan merupakan ‘investasi’ dalam pandangan saya.

    mengajak pengangguran untuk ikut MLM bukanlah cara yang bijak. karena itu hanya akan membuat segelintir anggota menjadi kaya, sedangkan sebagian besar lainnya bertambah miskin. dengan mengajak pengangguran ikut MLM justru akan menambah beban sosial karena yang miskin dan mayoritas akan semakin miskin.

    karena sementara ini yg q tau jika netnya negatif ada yang salah di diri mrk sndiri bukan di grup!

    net positif atau negatif harus dilihat dari realisasi kondisi kelompok distributor secara keseluruhan, dan tidak bisa melihat satu atau dua orang saja.

    #233:

    lha kalo ini memang perlu sekali qt bantu. dengan cara jangan di downkan mentalnya. qt semangati mrk agar menekuni pilihan mrk, niscaya semua pekerjaan yg sdh di pilih walaupun di awal bukan mrpkan bidang pilihan qt, jika kita tekuni kt telateni bakal membuahkan hasil yg maksimal

    saya tidak berniat mendownkan mental mereka. saya cuma berusaha agar orang2 bisa berpikir realistis.

    seandainya MLM bisa membuat 1 orang menjadi berhasil, maka bisa jadi itu karena ada 10 orang yang menjadi lebih miskin daripada sebelumnya. dan 10 orang ini perlu mencari 100 orang lain supaya mereka balik modal. dan seterusnya. setekun apapun anda berusaha, maka anda hanya akan merugikan orang2 lain selain anda.

    ps. MLM yang saya maksud dalam komentar di sini adalah MLM yang buruk, dan tidak berlaku dalam hipotesis saya tentang MLM yang baik.

  176. Yap. betul sekali Bung Pri, tidak semua MLM memang memberikan hasil yang baik. tetapi anggapan anda tentang :
    “seandainya MLM bisa membuat 1 orang menjadi berhasil, maka bisa jadi itu karena ada 10 orang yang menjadi lebih miskin daripada sebelumnya. dan 10 orang ini perlu mencari 100 orang lain supaya mereka balik modal. dan seterusnya. setekun apapun anda berusaha, maka anda hanya akan merugikan orang2 lain selain anda.”
    Sepertinya masih harus di kaji lebih dalam lagi.MLM disini maksud bung Pri adalah “MLM yg buruk”. dan tidak berlaku untuk MLM yg baik.
    untuk MLM yg baik jika sampai 1 org berhasil adalah krn bisa memBerhasilkan 10 org (bukannya merugikan 10 org). dan jika 10 org tersebut ingin lebih berhasil lagi maka harus bisa memBerhasilkan 100 org.(dan tidak perlu org sebanyak itu untuk membalik-modalkan modal mrk).
    Q ambil satu contoh saja MLM yg saat ini menurut majalah SUKSES Thn IV-edisi 46-Des 2006. termasuk dalam 12 top MLM. yaitu TIANSI.
    dari biaya pendaftaran Rp.85.000,-. qt anggap saja dia masuk *3 berarti penbelanjaannya 2jt tanpa merekrut downline pun dia sdh bisa mendapatkan keuntungan 15% dr penjualan produk 2jt tadi, berarti dia sudah balik modal dan bahkan untung Rp.215.000,-
    jika dari keuntungan tersebut dia gunakan untuk mengikuti setiap pertemuan
    a. 1xpertemuan Rp.50.000,- (3bl 1x)
    b. 4xpertemuan Rp.10.000,- (1bl 4x)
    maka selama keuntungan tersebut masih bisa di gunakan untuk 3 bulan pertemuan yg besarnya Rp. 170.000,-
    maka dia masih punya sisa Rp. 45.000
    itu perhitungan untuk 1 org ikut tiansi dan belum mendapatkan downline selan 3 bulan.
    jika dalam 1 bulan dia biasa merekrut 1-2 downline saja maka akan dapat bonus. nah bonus ini pun tidak diambilkan dr kerugian downlinenya. dan bisa dihitung secara matematis pula jika duplikasi berjalan lambat (anggap lambat karena 1 bulan cuma 1 downline) maka dalam 18 bulan dia sdh masuk peringkat yg istilahnya Gold Lion.
    mungkin itu sedikit penjelasan q jika bung pri masih kurang paham mungkin coba saja hadiri pertemuanya dan tanya pada pembicaranya.
    Hal ini juga berlaku untuk MLM yg masuk 12 besar tersebut.

    TQ. Sukses bung Pri.
    :)>-

  177. #235:

    dari biaya pendaftaran Rp.85.000,-. qt anggap saja dia masuk *3 berarti penbelanjaannya 2jt tanpa merekrut downline pun dia sdh bisa mendapatkan keuntungan 15% dr penjualan produk 2jt tadi, berarti dia sudah balik modal dan bahkan untung Rp.215.000,-

    walahhh. sejak kapan menjual ke diri sendiri menjadi profit? :) dimana ini pemikirannya? :-? anda harus jual Rp 2 juta itu ke orang lain di luar kelompok distributor supaya 15% itu menjadi keuntungan yang real.

    supaya lebih jelasnya lagi:

    * anda keluar uang Rp 85 ribu (uang pendaftaran)
    * anda keluar uang Rp 2 juta (beli ‘produk’)
    * anda dapat produk
    * anda mendapat Rp 300 ribu

    total jendral anda tetap keluar uang Rp 1785000 + mendapatkan produk. apakah produk itu layak untuk dihargai Rp 1785 ribu itu memang bisa diperdebatkan. tapi kalau anda di sini punya tujuan untuk mendapatkan keuntungan tambahan (bukan untuk beli produk), jelas tujuan anda sama sekali tidak tercapai, bahkan anda harus cari2 cara untuk bisa balik modal sebanyak Rp 1785000.

    ini mungkin salah satu bentuk sistem yang paling buruk: “memaksa distributor untuk membeli produk sebagai syarat mencapai kedudukan tertentu.” dengan demikian, kelompok ‘distributor’ di sini dalam pandangan produsen bukanlah penyalur produk2 tersebut, melainkan konsumen itu sendiri.

    kalau mau menjalankan bisnis ini secara benar, satu2nya langkah yang tepat adalah dengan cara menjual produk2 ini ke masyarakat yang bukan anggota MLM, dan mendapatkan keuntungan sebesar 15% dari harga produk. membeli produk untuk diri sendiri sama sekali tidak akan pernah membawa group ke arah yang net-positif.

    sekarang silakan anda tanyakan ini ke diri anda sendiri dan orang2 di kelompok anda: berapa kali anda menjual ke orang lain di luar kelompok distributor dan mendapatkan profit 15% dari harga produk? apakah besarnya keuntungan 15% tersebut dapat menutupi aktivitas anda menjalankan MLM?

    jika jawaban terakhir adalah tidak bagi mayoritas pengikut MLM anda, maka bisa dipastikan bahwa MLM anda adalah MLM yang buruk.

  178. mbah saya sangat menunggu MLM yang satu ini.karena produknya bagus untuk sawah nya,biasa panen perhektar 4-5 ton gabah kering pake produk MLM ini sampe 13-16 ton.sapi pakde ku yang biasa 1 tahun baru bisa jual,sekarang 3 bulan udah kaya gajah,lele yang menurut bpk PPL per 100 M hanya diisi 4000pcs,sekarang bisa diissi 10000pcs dengan waktu panen yang sama dan hasil lebih besar,mbah saya saya bangga dengan MLM ini karena mempunyai VISI indonesia makmur raya .MLM ini bergerak dibidang agro komplek,selain itu mbah saya sekarang ngerti jaringan penjualan hasil sawah dan ternaknya ,jadi ndak seperti dulu lewat tengkulak “terima kasih MLM” teriak mbahku:)>-kalo tertarik belajar agrokomplek
    (pertanian ,perikanan,pternakan,perkebunan) bisa kontak ke 0271 ******* merdeka!!!

  179. bagaimana dengan MLM yang memberikan kontribusi yang besar bagi Indonesia ini bung PRI,MLM ini berasal dari YOyakarta punya lab alm di Pandan Simo Bantul,disana dipinggir pantai sejarak 25 m dari bbibir pantai ditanami Rojo lele yang berhasil panen sampe 10 TOn perhektar gabah kering,padahal ratat rata panen Indonesia hanya 4-5Ton perhektar,produknya murni Organik,padahal penjual pupuk terkenal drai jerman yang sekarang banyak dipakaai petani terbuat dari bahn Kimia,bahkan negri pembuat pupuk tersebut tidak mau menerima hasil jerih payah negara yang memakai produknya,saya praktekkan di tempat di surakarta berhasil naik dari 6ton ,menjadi 16ton,dengan harag rata rat berasnya 6 ribu perkilo(karena organik) ,tambak lele yg menurut PPL joja dipatok per 100 M 4000 pcs lele,dengan teknologi organik MLM ini mampu menampung 10000pcs dengan umur panen yang sama dan denga berat yang lebih baik,perkebunan Cacao yang biasanya panen musiman sekarang tiap hari panen ,produk ini punya Visi Indonesia Makmur raya karena jepang yang terkenal industri pertaniain hanya mampu 21ton perhektar,padahal kalo dilab kami (dengan keaadaan ideal )sudah mapu panen 30 ton perhektar,dengan keadaadn tersebut penduduk indonesia yang 75% petani dan 5% terkait dengan hasil pertaniain dan agrokomplek,mendapat manfaat yang luar biasa,sapi yang bias dijual dengan masa pembesaran 8-10bulan mampu dibesarkan 2-3bual dengan bobot yang lebih besar ,semua produk organik.Hidup MLM !!!!(buat yag tertarik agrokompleks /pertanian ,perikanan,pekebuanan,pternakan contact 0271 *******)=d>:-c

  180. #237-#238: tulisan saya di atas membahas tentang sistem MLM-nya sendiri, bukan tentang kualitas produk yang ditawarkan MLM.

  181. Dengan demikian kini saya berkeyakinan bahwa MLM adalah salah satu bentuk money game terselubung. Perbedaannya terletak hanya pada status saja, resmi atau tidak resmi, legal atau tidak legal. Pengecualian ada pada MLM yang menitikberatkan penjualan produk ke masyarakat non distributor ketimbang melakukan perekrutan distributor baru……………………………………..

    saya kira sangat bijaksana kalau Pak pri menganalisa sebuah kegiatan bisnis bukan hanya dari cara,tetapi dari semua unsur yang dibawa akibat dari kegiatan bisnis tersebut,karena dari penghakiman bapak tersebut diatas sangat terasa bahwa bapak belum begitu memahami inti dari sebuah kegiatan bisnis tersebut.

    biasanya pelaku bisnis diatas mempunyai banyak ‘faktor motivasi utama “(bukan hanya uang)
    1.menolong orang lain
    2.mendapat kenalan baru
    3.mengembangkan kepribadian
    4.mendapat informasi dari network(jaringan) sejenis
    5.mendapat kebebasan waktu
    dll

    pendidikan bisnis yang didapat bahkan pernah diulas robert kiyosaaki dan AA gym.yaitu mereka pernah mendapatkan pengalaman bisnis mereka selama bertahun tahun tapi setelah mereka mengikuti sistem pendidikannya mereka bilang bahwa sistem disana adlah persisi dengan apa yang dia pelajari selama bertahun tahun,tetpi diajarkan dalam waktu 1 tahun.

    belum lagi produk yang mereka bawa biasanya adalah produk yang melelui penelitian dan berguna untuk banyak orang

    salah satu produk pupuk organik kami,kalau dilaunching lewat pemasaran tradisional mungkin,teknologinya tidak sampai ketangan petani langsung,mungkin sudah di borong tengkulak dan disimpan menunggu harga tinggi dsb

    I think its time to be wise .[-x

  182. #240: saya yakin sebagian besar yang ikut MLM punya motivasi salah satunya adalah ‘menolong orang lain’. tapi mungkin orang2 ini tidak tahu kalau dengan MLM mereka bukannya menolong orang lain, tetapi malah menjerumuskan orang lain.

    ada berbagai macam motivasi dalam mengikuti MLM, tapi saya yakin motivasi utama adalah untuk mendapatkan penghasilan. ini gampang dilihat dari cara MLM-MLM memasarkan produk/sistemnya: “dengan ikut MLM Acme, anda bisa mendapatkan penghasilan sekian rupiah per bulan”, bukannya “dengan ikut MLM Acme, anda bisa mendapat kenalan baru” :)

    kalau gak ada uangnya saya yakin gak bakalan banyak yang ikutan ;). kalau niatnya cuma untuk mendapat kenalan baru dlsb, rasanya gak ikut MLM juga bisa.

    soal penipuan kiyosaki, sudah saya bahas terpisah di sini

    i think it’s time to be realistic

  183. its wonderfull time I discussing with you,sir
    coba contoh,bila ada seseorang yang menjual bajunya puluhan juta.menurut perhitungan industri,harga pokok produksi nya hanya beberapa ratus ribu rupiah,tambah overhead dan biaya pengiriman akan menjadi COGS(Cost of good sales)paling jutaan rupiah.bagi kebanyakan orang harga ini diluar batas,bahkan kalau menurut hitungan pak Pri,ini merugikan pembeli,

    dalam promosinya penjual pakaian tersebut juga bilang dengan memakai pakaiannya orang tersebut akan merasakan manfaatnya,tambah PD,tambah cantik,tambah sexy,dan sebagainya,dengan asumsi akhir ,dia asampai kan mendapat manfaatnya sampai penghasilannya akan naik,

    orang yang tidak tahu bagaimana hubungan antara pakaian yang harganya mahal,dengan penambahan pendapatan,bila dia membeli dia hanya akan mendapat rugi(karena hitungan yang dia tahu bahwa dengan membeli seharga puluhan juta dia akan mendapat kenaikan pendapatan)

    padahal pakaian tersebut dirancang dari desaigner ternama untuk orang yang betul betul membutuhkan baju tersebut untuk pekerjaannya(penghidupannya)

    .sama dengan MLM(yang benar)yang dirancang oleh desaigner(pengusaha) ,bahwa produk yang dia jual dengan harga yag lebih tinggi memang sudah diwanti wanti untuk orang yang pengin berada di jalur usaha,
    bahkan biasanya mereka punya pendidikan,yang kalau orang tersebut mengikuti dengan benar dia berada dekat dengan apa yang diharapkannya.

    so apa yag biasanya dikatakan oleh MLM adalah benar dengan syarat mengikuti pendidikan dengan betul ,peristant,postur dan terus menerus,dsb

    impian uang hanyalah sebatas pemacu saja,beberapa pengusaha besar ikut dalam acara tersebut,dengan motivasi tanpa uang.coba bp wise mengikuti suatu sistem pendidikan selama setahun.it is more realistic:-?:-?:-?

  184. #242:

    coba contoh,bila ada seseorang yang menjual bajunya puluhan juta.menurut perhitungan industri,harga pokok produksi nya hanya beberapa ratus ribu rupiah,tambah overhead dan biaya pengiriman akan menjadi COGS(Cost of good sales)paling jutaan rupiah.bagi kebanyakan orang harga ini diluar batas,bahkan kalau menurut hitungan pak Pri,ini merugikan pembeli,

    tulisan saya di atas ini tidak membahas tentang hubungan antara penjual dan pembeli, melainkan antara distributor dan distributor, atau upline dan downline.

    pada hubungan antara penjual dan pembeli ada perpindahan manfaat timbal balik antara mereka. pembeli memberi manfaat kepada penjual dan sebaliknya, penjual memberi manfaat kepada pembeli. soal apakah manfaat yang dikeluarkan pembeli sepadan dengan manfaat yang didapatkannya, itu dapat diselesaikan oleh mekanisme pasar.

    pada MLM, downline memberi manfaat kepada upline, tetapi untuk bisa ‘recoup’ manfaat tersebut, downline perlu mencarinya dari downline2nya. jadi tidak ada hubungan timbal balik saling memberi manfaat antara upline dan downline. atau jika ada, maka itu bukan merupakan hubungan yang sepadan. jika sepadan, maka downline tidak akan memiliki insentif untuk merekrut orang lain sebagai downlinenya.

    saya gak pernah mempermasalahkan kalau produk di MLM mahal. dalam pasar bebas, siapapun boleh menjual produk semahal apapun, tapi soal apakah ada yang beli atau tidak itu urusan lain lagi. walaupun demikian, produk yang dijual melalui MLM tidak akan kompetitif jika ada produk serupa yang dijual di pasar bebas. ini akibat MLM bukanlah metode pemasaran yang efisien dan menuntut profit margin yang luar biasa tinggi.

    produk MLM hanya bisa bersaing di kalangan distributor. oleh karena itu saya simpulkan bahwa distributorship MLM sebenarnya hanyalah sebuah klub belanja semata.

  185. :d sabar sabar …

    mulai anget ya pak..

    trims karena anda udah maintain bloger ini lama,so saya mendapat “manfaat” dari anda walaupun anda bukan downline saya.

    Coba cek Nova 728/XIII .safir senduk mengulas tentang manfaat bisnis jaringan.
    Coba cek warta ekonomi 12?thn XII/26 Maret 2001,”profesi”termahal.distributor MLM menempati peringkat 1.
    TGl 21 April kelompok tani saya di surakarta masuk “Kompas” karena panen perdana padi semi organik denga hasil 13-16 ton /Ha.(dua halaman lagi)
    :d/

    AA gym punya buku ttg bisnis jaringan.robert yang anda bahas dulu dengan luar biasa menggandeng orang tidak terkenal untuk membuat buku yang menentang teorinya disaat grafik penjualannya turun,sekarang penjualan buku beliau naik lagi sesudah menggandeng trump.beliau membuat buku tentang MLM.

    mereka membuat buku dengan cara mengikuti pendidikan yang diajarkan selama 1 th terlebih dahulu baru komentar.

    banyak manfaat yang jauh lebih besar ketimbang uang
    bila anda bergabung minimal 1 tahun( juga di organisasi agro kompleks saya).karena untuk mengubah dari orang biasa menjadi seorang professiaonal dengan network seluruh dunia bukan hal mudah.

    untuk bisa baca tulis saja rata rata orang butuh 2 tahun(TK A,B) apalagi untuk memahami dan menjalankan bisnis dengan benar.kalo yg (maaf()comment diatas udah belajar mengenal lebih dari 1 tahun dan tidak bisa merasakan manfaatnya anda boleh ketemu saya

    dengan senang hati saya mau ajari free!!(plus dikirimi VCD belajar agro complex)

    sebenarnya cuma ada 2 keputusan didunia ini

    anda berubah (mau belajar)atau
    anda dirubah oleh keadaan karena anda tidak pernah mau belajar dari apapun!!!

    so call me for more (0271 *******)
    Go enterpreuner!!
    Go agro compleks
    Indonesia makmur raya telah muncul
    :-\\”:d/:d/:d/:d/:d/

  186. #244:

    wah, mungkin anda yang anget, saya sih pekerjaan sehari2 menjawab seperti ini, jawab satu lagi tidak menjadi masalah :)

    soal argumen anda, maaf saya tidak bisa menerima argument from authority. ironisnya, sebagian tokoh2 yang anda sebut itu tidak sukses lewat MLM :).

    untuk bisa baca tulis saja rata rata orang butuh 2 tahun(TK A,B) apalagi untuk memahami dan menjalankan bisnis dengan benar.kalo yg (maaf()comment diatas udah belajar mengenal lebih dari 1 tahun dan tidak bisa merasakan manfaatnya anda boleh ketemu saya

    tidak butuh banyak kemampuan untuk mengerti kalau dalam satu perusahaan, pengeluaran Rp 1 juta tapi pemasukan cuma 500 ribu, maka itu pasti rugi tanpa harus susah payah mengikutinya selama 1 tahun. dalam MLM, ini sebenarnya cuma perhitungan cashflow sederhana. jika MLM yang dimaksud mementingkan rekrutmen daripada penjualan, maka dapat dipastikan secara matematis bahwa kelompok distributor pasti merugi.

    saya sama sekali tidak menutup kemungkinan ada beberapa orang yang sukses di MLM, tapi pada MLM yang tidak baik, keuntungan tersebut dapat dipastikan berasal dari banyak anggota lain yang merugi.

    jadi jika anda bilang “si A sukses karena MLM!”, maka itu berita lama untuk saya. yang lebih penting bukanlah fakta bahwa si A sukses karena MLM, melainkan asal muasal si A mendapatkan keuntungannya.

  187. Dengan demikian kini saya berkeyakinan bahwa MLM adalah salah satu bentuk money game terselubung…………….

    saya sama sekali tidak menutup kemungkinan ada beberapa orang yang sukses di MLM…………………

    pada MLM, downline memberi manfaat kepada upline, tetapi untuk bisa ‘recoup’ manfaat tersebut, downline perlu mencarinya dari downline2nya

    jika MLM yang dimaksud mementingkan rekrutmen daripada penjualan, maka dapat dipastikan secara matematis bahwa kelompok distributor pasti merugi.

    wek ke ke ke mbah darmo!!!

    saya belum pernah menemui MLM yang anda bahas diatas! bisa disebutkan(pasti gak mau)?sms aja

    jangan jangan ….

    biasanya koment koment seperti diatas memang dari orang yang punya keterbatasan waktu membedah masalah,

    orang orang yg saya sebutkan diatas memang bukan dari MLM(kalo dari sana namanya kalo tidak salah tdk obyektif)

    tapi mereka mempertaruhkan namanya membahas MLM(yang kalo itu semata2 money game yg nota bene dilarang) pasti mereka takut. ato pura pura membahas tapi hanya membahas SATU POINT (ttg uang) yg bagi orang awam memang tidak terbiasa dengan

    1.investasi
    2.impian /goal
    3.tidak mengerti bagaimana memulai bisnis
    tanpa modal besar (hanya perbaikan demi perbaikan diri dan mau belajar)

    maka kalo ada satu sistem maju yang dengan bekerja keras,walaupun dengan modal kecil akan sukses,maka sistem itu dipikir tidak logis(seperti pada waktu kecil saya tertawa melihat TV yg memberi tahu bahwa jam tangan bisa utk komunikasi) !!!
    :x

  188. #246:

    saya belum pernah menemui MLM yang anda bahas diatas! bisa disebutkan(pasti gak mau)?

    sebenarnya, semua MLM yang pernah saya pelajari tidak termasuk kriteria baik. MLM yang mana? silakan baca komentar2 sebelumnya.

    biasanya koment koment seperti diatas memang dari orang yang punya keterbatasan waktu membedah masalah,

    daripada membahas saya, lebih baik anda jelaskan bagian mana dari tulisan saya yang menurut anda salah.

    investasi

    sebuah skema yang sustained yield-nya di bawah 0%, maka tidak dapat disebut sebagai sebuah investasi.

    impian /goal

    ini mungkin salah satu masalah terbesar dari MLM. terlalu menjual mimpi yang tidak realistis.

    maka kalo ada satu sistem maju yang dengan bekerja keras,walaupun dengan modal kecil akan sukses,maka sistem itu dipikir tidak logis

    kalau baik buruknya suatu usaha dinilai hanya dari ‘modal kecil bisa sukses’, maka maling dan korupsi juga adalah ‘usaha’ yang baik. lebih jauh lagi daripada itu, baik buruknya suatu hal harus dinilai bukan hanya dari hasil akhirnya, tetapi darimana hasil akhir itu didapat.

    saya tidak menyangkal ada yang bisa ‘dengan modal kecil jadi sukses’ melalui MLM, tetapi lebih jauh lagi, sebelum menilai baik buruknya, kita harus terlebih dulu menelaah darimana asalnya keuntungan tersebut. suatu keuntungan tidak akan ada artinya jika keuntungan tersebut berasal dari kerugian pihak lain.

  189. quote:
    Pada beberapa presentasi MLM yang saya ikuti (atau lebih tepatnya menjebak saya), mereka selalu melecehkan sistem penjualan door-to-door. “Untuk apa menjual seperti sales keliling, jika dengan merekrut distributor baru kita akan mendapatkan keuntungan lebih banyak?” Padahal pada kenyataannya sistem penjualan langsung ke masyarakat tanpa mengajak mereka menjadi distributor ternyata jauh lebih menguntungkan bagi kelompok distributor secara kolektif.

    Singkatnya, menjual produk ke masyarakat non distributor sebanyak-banyaknya adalah sebenarnya yang harus dilakukan oleh kelompok distributor secara kolektif. Tetapi secara individu, merekrut masyarakat untuk dijadikan distributor jauh lebih menjanjikan.

    jawaban:

    maap pak. Anda tidak menjalankan network marketing, maka tidak mengerti bisnis ini. Dalam buku tahun pertama anda dalam network marketing, karangan mark yarnell dan rene yarnell, disebutkan bhw yg lebih banyak menjual saja dibanding membangun jaringan jarang ada yang berhasil. Anda perlu pahami dulu bhw networking adalah satu usaha yang unik tidak seperti sales yang dilakukan umumnya.

  190. #248:

    maap pak. Anda tidak menjalankan network marketing, maka tidak mengerti bisnis ini. Dalam buku tahun pertama anda dalam network marketing, karangan mark yarnell dan rene yarnell, disebutkan bhw yg lebih banyak menjual saja dibanding membangun jaringan jarang ada yang berhasil. Anda perlu pahami dulu bhw networking adalah satu usaha yang unik tidak seperti sales yang dilakukan umumnya.

    itulah inti persoalannya. nyaris semua MLM dan aktivis MLM menganjurkan anggotanya untuk menitikberatkan ‘membangun jaringan’ ketimbang menjual. dengan demikian anggota MLM secara individu bisa sukses, tapi tidak untuk anggota MLM secara keseluruhan. perhatikan perbedaannya di sini.

    jika begitu, maka keuntungan yang didapatkan anggota yang sukses hanya bisa berasal dari kerugian para downline-downlinenya. atau dengan kata lain, hubungan antara upline-downline bukanlah suatu hubungan yang saling menguntungkan.

  191. :dhttp://priyadi.net/smilies/yahoo_bigsmile.gif
    :dhttp://priyadi.net/smilies/yahoo_bigsmile.gif
    :d

    Halo pak Pri ,nyang sabar nya….

    saya membayangkan pak pri ini seorang yang wise dan murah hati ,mau bagi waktu sibuknya untuk melayani bloger bloger yang nakal.

    kalau kira kira ada hampir 70 MLM diindonesia,dan menurut penulis penulis itu ,butuh waktu lebih dari 1 tahun untuk mengerti bisnis itu berarti pak pri udah tua banget yaa…he he bercanda pak

    kira kira kalo mau bisnis yang
    modal kecil
    tanpa merugikan (selain maling dan korupsi).dan mendapat pendidikan bussines gratis.!!!
    pendidikan perilaku bussines yang betul.gratis!!!
    pendidikan marketing(bukan sales).gratis!!!
    how to think big
    personal skill
    speech skill
    smart work Not hard work
    twenty eighty principal
    all education free !!!

    kira kira saya harus masuk mana pak?http://priyadi.net/smilies/yahoo_smiley.gif
    :)http://priyadi.net/smilies/yahoo_smiley.gif
    :)

  192. :(( Hi Audience…
    you can see how big are Mr Priyadi.so All I can tell you is…
    be your self dont think that some one fail in a business,so the bussiness all wrong!! I think you can find the “Guru” that has capability to educate your bussiness not to say that he has fail and dont follow him.you have to learn to the guru that say that he has win…so he can tell you how to win… wasalam…

  193. #252: I never said that MLM is wrong because I saw a person involved in MLM that has failed in the so called ‘business’. In fact, I have acknowledged (several times already from the post and comments above!), that a person may indeed become successful in MLM. Please note that however any success in MLM ‘business’ must have came from the failure of the others, and there’s a disproportionate ratio of those who succeed and those who fail.

    No matter how hard you work in an MLM ‘business’, it is almost always the case that your success come from the failure of the others, especially if you follow the ‘official’ way of doing the ‘business’.

  194. Mas kulkas… ikut MLM juga kah? dah brapa lama mas? jualan apa? trus dapet berapa tuh sebulan? kok ngotot BGT!

  195. :)
    pak Pri ini pandai sekali melayani fans clubnya.
    saya setuju bahwa, sukses dicapai dengan banyak cara, misal kerja biasa atau kerja jaringan
    semua punya system yang spesifik dan berbeda, hanya memang betul’keberhasilan seseorang selalu berada diatas ‘penderitaan’ orang lain’ , bukan hanya di MLM tapi dipekerjaan bukan MLM pun seperti itu. Perhatikan ‘penderitaan’ yang saya maksud bahwa ada yang lebih enak ada yang tidak lebih enak. Saya kira itu hukum alam, Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang enak ada yang tidak, ada yang berhasil ada yang gagal. Tinggal orang mau berhasil atau gagal terserah dirinya. itu Pilihan hidup. setahu saya, kebanyakan MLM memotivasi semua orang bahwa SUKSES ADALAH HAK SETIAP ORANG.Entah kerja cara biasa atau MLM. Itu saya setuju, tinggal ada yang bisa melihat caranya, ada yang belum bisa melihat. Yang sudah melihat caranya pun belum tentu SUKSES, karena tidak hanya melihat, tapi lebih dibutuhkan ACTION, Tindakan yang tepat.
    Bukan berarti bahwa tindakan Orang SUKSES ‘sengaja’ membuat orang lain tidak SUKSES. Tapi dengan cara yang pas, tepat ORANG BISA SAMA2 SUKSES.
    Semoga SUKSES menyertai anda semua…
    Juga untuk pak KULKAS yang penuh semangat.. SUKSES PAK

  196. #255:

    bukan hanya di MLM tapi dipekerjaan bukan MLM pun seperti itu. Perhatikan ‘penderitaan’ yang saya maksud bahwa ada yang lebih enak ada yang tidak lebih enak.

    salah besar mas. di luar ada yang sukses dan ada yang tidak sukses, tapi pada sistem yang baik, yang sukses bukan berasal dari ketidaksuksesan pihak lain. atau dengan kata lain, keuntungan seseorang berasal dari kerugian pihak lain.

    SUKSES ADALAH HAK SETIAP ORANG… Tapi dengan cara yang pas, tepat ORANG BISA SAMA2 SUKSES.

    yang jelas, cara yang pas itu bukan MLM :). jika pada MLM yang dimaksud keuntungan dari penjualan retail ke pihak non distributor MLM tidak bisa melebihi biaya dan usaha yang dikeluarkan sebagai konsekuensi mengikuti MLM, maka “SUKSES ADALAH HAK SETIAP ORANG” hanya menjadi sebuah retorika belaka. dalam sistem seperti itu tidak mungkin SETIAP ORANGâ„¢ bisa sukses.

  197. Setuju……
    sukses dicapai dengan banyak cara, dengan kerja biasa atau kerja jaringan.
    Yang suskses di bisis jaringan banyak, yang gugur sebelum berkembang juga LUAR BIASA BANYAKNYA…

  198. :)>- To herlina..

    tentu saja .3 tahun lalu saya ikut MLM cuma 8 bulan.uang yang besar belum saya dapat.tetapi ilmu
    bagaimana bersikap lebih baik,
    bagaimana bersikap sebagai enterpreneur,
    bagaimana menjadi marketing yang handal,
    bagaimana mengelola SDM,
    bagaimana bekerja dengab cerdas bukan bekerja dengan keras

  199. oii salah pencet!!
    tak lanjutin ya…
    bagaimana saya bersikap dan berlaku tidak mengandalkan “juragan”
    maka pendapatan saya tahun ini melonjak 10x lipat.
    tahun ini juga saya mendapatkan pasive income yang tidak pernah terbayangkan..

    maka tahun ini saya putuskan ikut MLM lagi karena saya ingin mengembangkan ilmu enterpreuner saya’
    karena di MLM

    semua gratiss!!!

    pelatihan enterpreuner
    pendampingan (dengan guru yang sudah sukses)
    alat alat
    tempat
    network

    :d/
    :d/

    kalau anda jeli melihat peluang ini maka pasti anda akan coba cari.

    karena pelatihan tersebut sangat real

    dari mulai belajar cashflow keuangan anda
    belajar management
    belajar pemasaran
    belajar bekerja sama dengan bank(bahkan guide to investing)
    sampai mendapatkan network untuk produk anda(apapun
    bisnis anda)

    semua bisa anda dapatkan dengan syarat anda mau belajar …itu thok!!

    (makanya saya sarankan jauhi tempat tempat yang mencuri keinginan anda untuk lebih baik..,tempat dimana anda akan ditunjukkan kesalahan kesalahan,tanpa solusi yang jelas!!)

    saya hari ini langsung beri salam sukses buat pak PRI!!!

    hari ini iklannya lebih banyak!!!

    insting bisnis saya mencium bau sukses !!

    jadi saya tidak ngotot disini,tetapi saya juga beriklan disini ..

    call for more education (0271*******)

  200. gak selamanya MLM jelek, aku lihat MLM PT. K-link bagus. Coba mas Pri telaah, bagus gak yang kayak gitu. Aku sih ikut MLM cuma gak bisa ngembangin jaringan aja.

  201. :x Sukses lagi buat pak pri!!!
    hari ini blog anda naik rating nya !!!tapi no saya juga diblok its ok ..fair enaugh

    saya coba cari blog2 anda yang lain,tetapi saya kecewa karena metodeyang anda gunakan sama semua….

    anda hanya menggunakan teori teori usang yang bahkan sudah tidak ada di toko buku gr******.

    tidak ada pemecahan masalah di ulasan ulasan anda ..hanya teoriteori dasar yang sudah banyak orang yang lebih pintar menyanggahnya ..

    karena teori teori ekonomi yang anda pake tidak banyak dipakai di dunia bisnis.

    kakau tidak percaya coba anda buat buku tentang analisa analisa anda ..pasti tidak ada penerbit yang nau publikasikan kalua toh ada penjualannya pasti susah sekali..

    saran saya(saya selalu memberi saran bila memberi kritik)

    belilah buku “mencari kawan dan mempengaruhi orang lain” oleh DAle Carnagie

    buku personality plus “BY F. LITTEUR

    think anda grow rich “BY NApoleon Hill

    see you at the top “ZIG ZIGLAR

    saya berharap anda sukses !!! call me for more educate

    :x:x

  202. @kulkas:

    kalau teori saya salah, ya tolong tunjukkan bagian mana yang salah :). gitu aja kok repot.

    lebih lanjut lagi soal MLM, apa anda bisa menunjukkan bagaimana semua anggota MLM bisa sukses tanpa menjual ke anggota di luar MLM? :) rasanya anda gak bisa.

    anda cuma berputar2 kalau nilai yang diberikan oleh MLM bukan cuma uang. rasanya ini cuma menghibur diri saja (wishful thinking) karena dimana2 MLM dipasarkan sebagai metoda untuk mendapatkan penghasilan, bukan untuk mencari ilmu blah blah blah. walaupun pada kenyataannya MLM cuma memindahkan kekayaan dari satu pihak ke pihak lain tanpa ada nilai tambah.

    selain itu ada banyak cara untuk mendapatkan yang anda maksud tanpa ikut MLM, atau dengan kata lain tanpa mempermiskin downline atau dimiskinkan upline.

  203. Pada Intinya saya setuju dengan Pak Pri.
    MLM bagus jika penjualan ke non anggota lebih banyak daripada ke anggota. Sehingga secara keseluruhan anggota tidak ada yang dirugikan. Jadi, bagi yang ikut MLM, rekrut anggota sebanyak banyaknya, tapi SETIAP/SELURUH ANGGOTA harus menjual ke Non Member sebanyak banyaknya.
    (Tapi trus kalo se-Indonesia sudah jadi anggota, lalu mau jual ke siapa ya ? hmmm) :-?

  204. SUDAHLAH, KENYATAANNYA BANYAK ORANG YG BERHASIL DARI MLM, CONTOH TIASNHI DLL. KLO GA SETUJU, AMBIL JALAN MASING2X GITU AJA KOK REPOT. BAGI YG BLUM PERNAH MENJALANKAN MLM, MENDING JANGAN SOK TAU. “TONG KOSONG BERBUNYI NYARING”!!! KITA2X INI SUKA LUCU MEMBACA POSTING2X ORG YG KERJAANNYA ANALISA BISNIS MLM TERUS, KASIAN BGT, BLOM PERNAH JALANKAN, TP UDAH SOK LEBIH TAU.. MENYEDIHKAN SEKALI.

  205. mas kulkas, awal diskusi saya ikuti cukup kalem n nahan diri tapi lama-kelamaan jadi seperti pendukung mlm yang lain……… (coba deh teman-teman review)

  206. #268:

    SUDAHLAH, KENYATAANNYA BANYAK ORANG YG BERHASIL DARI MLM, CONTOH TIASNHI DLL.

    ‘banyak’ itu besaran yang relatif. apakah masih bisa disebut ‘banyak’ jika jauh lebih banyak yang gagal dibandingkan yang berhasil?

  207. OK2X, BAGAIMANA KLO ANDA COBA JALANKAN DULU, BARU BISA MENILAI. MASALAH BANYAK YG GAGAL, SEMUA BIDANG PUN SEPERTI ITU, SAYA LEBIH SUKA DISEBUT “BELUM BERHASIL”. HUKUM ALAM GA BISA DILAWAN, YG SURVIVE YG MENANG. TP DI BISNIS MLM, KITA BISA BANTU BANYAK ORG MENJADI BERHASIL, MEMANG BUTUH WAKTU UNTUK MEMBANGUN ASET DAN SISTEMNYA. ASAL DFOCUS DAN KONSISTEN, SERTA DITUNJANG OLEH PERUSAHAAN YG BENAR, SUATU SAAT PASTI SUKSES=). BANYAK ORANG BILANG BISNIS MLM ADALAH SKEMA PIRAMIDA, JUSTRU MENURUT SAYA, SEBUAH COMPANY LAH SKEMA PIRAMIDA, LIHAT SAJA LEBIH BANYAK MANA DIREKTUR DIBANDING KARYAWANNYA=). LOMBA LARI 10 ORANG, YG JUARA PASTI 1, 2 DAN 3, GA MUNGKIN SEMUANYA. DI MLM, YG BERPRESTASI YG MENANG, TP BEDANYA KITA BISA BANTU BANYAK ORANG MENJADI SUKSES NANTINYA. LIHAT SAJA, JANGAN KAGET WAHAI ORG2X ANTI MLM.HEHEHHEHEHEHE KASIAN DEH.

  208. OK POSTING SAYA CUKUP SAMPE DISINI, MUDAH2XAN ANDA SEMUA BISA TERBUKA DENGAN BISNIS MLM, KARNA SUATU SAAT BISNIS SEPERTI INI AKAN BERKEMBANG PESAT SEKALI, LIHAT SAJA PERUSAHHAN TIANSHI, SUDAH PUNYA SUPERMARKET “BANNER STORE” ,SUDAH DIBUKA DI MALL ARTHA GADING LT2. PENYATUAN KONSEP MLM DENGAN KONVESIONAL. SUDAH KERJASAMA DENGAN BEBERAPA PROVIDER SELULAR DI INDONESIA. DIAMANA ANDA SEBAGAI KONSUMEN AKAN MENDAPAT PROFIT DARI TOTAL BELANJA ANDA. INI DASHYAT SEKALI KAWAN2X. DAN PERTUMBUHANNYA AKAN PESAT SEKALI. TEMAN2X MO AMBIL PROFIT DARI SEMUA INI/TIDAK, KEPUTUSAN DITANGAN ANDA. BE THE BEST!!!!!!!

  209. OK POSTING SAYA CUKUP SAMPE DISINI, MUDAH2XAN ANDA SEMUA BISA TERBUKA DENGAN BISNIS MLM, KARNA SUATU SAAT BISNIS SEPERTI INI AKAN BERKEMBANG PESAT SEKALI, LIHAT SAJA PERUSAHHAN TIANSHI, SUDAH PUNYA SUPERMARKET “BANNER STORE” ,SUDAH DIBUKA DI MALL ARTHA GADING LT2. PENYATUAN KONSEP MLM DENGAN KONVESIONAL. SUDAH KERJASAMA DENGAN BEBERAPA PROVIDER SELULAR DI INDONESIA. DIAMANA ANDA SEBAGAI KONSUMEN AKAN MENDAPAT PROFIT DARI TOTAL BELANJA ANDA. INI DASHYAT SEKALI KAWAN2X. DAN PERTUMBUHANNYA AKAN PESAT SEKALI. TEMAN2X MO AMBIL PROFIT DARI SEMUA INI/TIDAK, KEPUTUSAN DITANGAN ANDA.
    BAGI ANDA YG ANTI MLM, WE LOVE U ALL. WALAU JALAN KITA BERBEDA, MARI BERSATU UNTUK MEMBANGUN NEGRI KITA YG TERCINTA, INDONESIA, MARI TUNJUKAN YG TERBAIK PADA DUNIA. KALO INDONESIA TETAP JAYA.. SUKSES!!!!!!!!!

  210. #271:

    OK2X, BAGAIMANA KLO ANDA COBA JALANKAN DULU, BARU BISA MENILAI

    kalo misalnya ada yang nawarin bisnis dengan biaya operasional 5 jt/bulan, lalu pemasukannya selamanya bisa dipastikan hanya 3 jt/bulan, maka bisa dipastikan rugi tanpa harus saya mengikuti bisnis tersebut.

    MASALAH BANYAK YG GAGAL, SEMUA BIDANG PUN SEPERTI ITU, SAYA LEBIH SUKA DISEBUT “BELUM BERHASIL”.

    kalau misalnya tiap bulan pasti tekor 2 juta, itu bukan ‘belum berhasil’, tapi ‘tidak akan berhasil’

    TP DI BISNIS MLM, KITA BISA BANTU BANYAK ORG MENJADI BERHASIL

    …dan membantu jauh lebih banyak orang menjadi gagal

    BANYAK ORANG BILANG BISNIS MLM ADALAH SKEMA PIRAMIDA, JUSTRU MENURUT SAYA, SEBUAH COMPANY LAH SKEMA PIRAMIDA, LIHAT SAJA LEBIH BANYAK MANA DIREKTUR DIBANDING KARYAWANNYA=)

    apakah gaji direktur berasal dari setoran karyawan? maaf, analogi anda sama sekali tidak pas.

    #273:

    BAGI ANDA YG ANTI MLM, WE LOVE U ALL. WALAU JALAN KITA BERBEDA, MARI BERSATU UNTUK MEMBANGUN NEGRI KITA YG TERCINTA, INDONESIA, MARI TUNJUKAN YG TERBAIK PADA DUNIA. KALO INDONESIA TETAP JAYA

    maaf, tapi menurut saya MLM tidak membangun negeri. MLM hanya memindahkan uang dari banyak orang ke segelintir oran g dengan nilai tambah yang tidak ada atau sangat minim.

  211. Walah, biar sampe lebaran kuda yang namanya MLM ya nggak bakalan menang, om.
    Saya yakin, Anda semua para MLMers yang bekoar-koar disini adalah gerombolan pertama yang memasuki bisnis yang sedang anda bangun.
    Saya berani ongkosi sodara Kulkas (ato MLMers laennya), untuk join dengan Amway, ato CNI, brani ??!
    Kalo dalam 5 tahun bisnis anda bisa sukses, berarti anda telah mematahkan teori Boss Priyadi. Tapi kalo anda gagal, anda para MLMers memang sontoloyo…..

  212. :-?Mas Pri ini ternyata adalah seorang “PAKAR MLM” yang pintar menganalisa saja, buktinya kan beliau hanya “sukses” menjadi pengamat MLM…[-(
    Mas Pri…mas Pri, orang se”pintar” Anda ko punya pikiran NEGATIF. Kalau Anda memang seorang yang anti MLM kenapa juga harus memPROVOKASI pelaku bisnis ini, -kalau niatnya memang untuk analisis dan mengungkap kebenaran ya sebaiknya tatap muka langsung di forum terbuka, bukan cuma berani komentar di blog ini! Saya berani jamin kalau semua analisis Anda mas Pri, keliru 100%! :-\”
    Hanya percuma saja percuma, karena apapun yang saya akan katakan nanti, walaupun dengan data valid dan fakta-faktanya, tak akan bisa merubah penilaian Anda tentang bisnis ini. Kenapa? Karena memang kita ada pada posisi yang berbeda. Saya sebagai salah satu partisipan MLM (orang yang melihat sudut pandang bisnisnya dari dalam) dan Anda yang anti-MLM (orang yang melihatnya hanya dari kacamata analisis matematis). Apakah yang mau Anda katakan adalah bahwa kami ini adalah sekumpulan orang bodoh, “penghisap darah” orang lain dan penipu? Bagaimana dengan kerjakeras kami yang mungkin akan Anda sebut sebagai usaha yang sia-sia?:-w
    Mas Pri, satu yang perlu Anda ketahui bahwa bisnis MLM tidaklah seperti yang Anda pikirkan. Karena walaupun Anda melakukan riset selama 20tahun pun tidak akan pernah mampu menilai bisnis ini dengan akurat! Mau tau kenapa? Karena bisnis ini beda dengan bisnis konvensional! Anda selalu melakukan penilaian dan perhitungan seolah-olah ini adalah sebuah usaha pemasaran tradisional (menurut pengamatan beliau untung rugi wajib ditanggung pribadi, karena memang dalam usaha konvensional tidak melakukan sponsoring. Padahal sama saja, didalam bisnis MLM pun untung-rugi merupakan hak masing-masing, dan yang bergabung belakangan pun tetap tidak akan rugi, toh mendapatkan produk yang senilai dengan manfaatnya dan mendapatkan sebuah hak usaha untuk ikut memasarkan/sponsoring) Jelas aja ngga nyambung.
    Yang pasti harga produk MLM = harga produk bila dijual dengan sistem pemasaran konvensional. Karena margin sebuah produk dihitung dari biaya produksi +biaya distribusi +biaya promosi, maka hasilnya akan sama. Cuma bila dalam sistem pemasaran MLM, biaya distribuisi dan promosi dipangkas. Biaya tersebut digantikan sebagai bonus/komisi kepada distributornya. Kalau dalam jalur distribusi tradisional kan harus juga ada selisih harga dari mulai produsen, distributor/agen tunggal, grosir, toko sampai akhirnya ke tangan konsuman.
    Ah tapi saya malas kalau harus terus terusan berhitung sistem, buat apa? Lebih baik saya prospeking, promosi produk dan sharing dgn DL. Dengan melakukan itu toh saya bisa menghasilkan kurang lebih 1jt rupiah dalam satu hari. Dan saya yakin 1000%, tidak ada downline saya yang merasa dirugikan. Karena merekapun tidak pernah “dipaksa” belanja, dari hasil penjualan retail kami pun sudah langsung terjadi BEP, pertemuan/seminar tidak bayar, dan tidak ada iuran-iuran, tidak ada iming-iming dll. Toh uang yang saya dapat bukan dari hasil “belanja” DL tiap bulan, melainkan dari kerja keras saya sendiri membangun teamwork, saling bantu dan bergandengan tangan, memasarkan produk langsung kepada konsumer maupun kepada yang mau ikut jadi distributor.
    Buat yang sama-sama berjuang dalam NM, sukses buat Anda semua. Jangan pernah terpengaruh oleh tulisan dan komentarnya mas Pri, percuma dan tidak akan menghasilkan apa-apa. Tapi lumayan buat nambah wawasan. Buat yang anti MLM, khususnya mas Pri, sukses juga buat Anda. Seandainya kemampuan Anda digunakan untuk action dan berpikir positif, pasti hasilnya akan lain Trim’s
    :)>-

  213. #279:

    Mas Pri…mas Pri, orang se”pintar” Anda ko punya pikiran NEGATIF. Kalau Anda memang seorang yang anti MLM kenapa juga harus memPROVOKASI pelaku bisnis ini

    saya TIDAK berpikiran negatif, melainkan realistis. seandainya ‘bisnis’ MLM tidak membawa kesejahteraan bagi kelompok distributor, mengapa harus ditutup2i dan di-positif2-kan?

    kalau niatnya memang untuk analisis dan mengungkap kebenaran ya sebaiknya tatap muka langsung di forum terbuka, bukan cuma berani komentar di blog ini!

    blog ini adalah forum terbuka, bahkan komentar anda tidak saya sensor :), tidak seperti di beberapa forum lainnya :)

    Saya berani jamin kalau semua analisis Anda mas Pri, keliru 100%! :-

    kalau anda yakin analisis saya keliru 100%, ya silakan sebutkan bagian mana dari analisis saya yang menurut anda salah, dan bagaimana yang benar. gitu aja kok repot :)

    Saya sebagai salah satu partisipan MLM (orang yang melihat sudut pandang bisnisnya dari dalam) dan Anda yang anti-MLM (orang yang melihatnya hanya dari kacamata analisis matematis).

    untuk menganalisis baik buruknya sesuatu tidak perlu harus dari dalam, dari luar pun bisa. kita semua tahu kalau loncat dari lantai 2 itu sakit, walaupun kita belum pernah loncat dari lantai 2 :)

    Mas Pri, satu yang perlu Anda ketahui bahwa bisnis MLM tidaklah seperti yang Anda pikirkan. Karena walaupun Anda melakukan riset selama 20tahun pun tidak akan pernah mampu menilai bisnis ini dengan akurat! Mau tau kenapa? Karena bisnis ini beda dengan bisnis konvensional! Anda selalu melakukan penilaian dan perhitungan seolah-olah ini adalah sebuah usaha pemasaran tradisional

    ‘bisnis’ MLM memang beda dengan bisnis konvensional, tapi segala aturan tentang uang juga tetap berlaku dan dengan demikian dapat pula diterapkan analisis cashflow terhadap MLM. sekali lagi, jika menurut anda yang berada di ‘dalam’ analisis saya salah, mohon beri tahu bagian mana yang salah dan bagaimana seharusnya.

    Padahal sama saja, didalam bisnis MLM pun untung-rugi merupakan hak masing-masing, dan yang bergabung belakangan pun tetap tidak akan rugi, toh mendapatkan produk yang senilai dengan manfaatnya dan mendapatkan sebuah hak usaha untuk ikut memasarkan/sponsoring)

    manfaat MLM untuk mendapatkan produk harus dibedakan dengan manfaat MLM untuk mendapatkan penghasilan. yang dibahas di sini adalah manfaat MLM untuk mendapatkan penghasilan, karena pada hampir semua MLM, yang pasarkan adalah potensi untuk mendapatkan penghasilannya, bukan produknya. saya gak punya masalah jika seseorang ikut MLM dengan niatan untuk membeli produk dengan harga diskon, tapi rasanya sebagian besar orang ikut MLM karena potensi untuk mendapatkan penghasilan, bukan sebagai ‘klub diskon’

    Yang pasti harga produk MLM = harga produk bila dijual dengan sistem pemasaran konvensional. Karena margin sebuah produk dihitung dari biaya produksi +biaya distribusi +biaya promosi, maka hasilnya akan sama. Cuma bila dalam sistem pemasaran MLM, biaya distribuisi dan promosi dipangkas. Biaya tersebut digantikan sebagai bonus/komisi kepada distributornya. Kalau dalam jalur distribusi tradisional kan harus juga ada selisih harga dari mulai produsen, distributor/agen tunggal, grosir, toko sampai akhirnya ke tangan konsuman

    terlepas dari benar atau tidaknya pernyataan anda (menurut saya sebenarnya biaya komisi di MLM akan lebih besar daripada biaya marketing pada pemasaran tradisional, dan biaya distribusi akan sama saja, walaupun sebagian akan ditanggung oleh distributor), saya gak punya masalah dengan ini. masalahnya: apakah biaya komisi total yang berasal dari penjualan kepada masyarakat non distributor lebih besar daripada konsekuensi mereka akibat mengikuti MLM?

    Dengan melakukan itu toh saya bisa menghasilkan kurang lebih 1jt rupiah dalam satu hari. Dan saya yakin 1000%, tidak ada downline saya yang merasa dirugikan. Karena merekapun tidak pernah “dipaksa” belanja, dari hasil penjualan retail kami pun sudah langsung terjadi BEP, pertemuan/seminar tidak bayar, dan tidak ada iuran-iuran, tidak ada iming-iming dll. Toh uang yang saya dapat bukan dari hasil “belanja” DL tiap bulan, melainkan dari kerja keras saya sendiri membangun teamwork, saling bantu dan bergandengan tangan, memasarkan produk langsung kepada konsumer maupun kepada yang mau ikut jadi distributor

    mendapatkan penghasilan 1 jt/bulan tidak berarti apa2 jika itu berasal dari kerugian orang lain.

    kalau memang belanja DL sama sekali tidak menambah profit kita, dan 100% profit hanya berasal dari penjualan ke masyarakat non distributor, maka *mungkin* MLM anda adalah mlm yang baik. tapi masih perlu dihitung apakah jumlah profit yang masuk ke dalam kelompok distributor paling tidak seimbang dengan pengeluaran kolektif sebagai konsekuensi menjadi distributor MLM.

    Buat yang sama-sama berjuang dalam NM, sukses buat Anda semua. Jangan pernah terpengaruh oleh tulisan dan komentarnya mas Pri, percuma dan tidak akan menghasilkan apa-apa. Tapi lumayan buat nambah wawasan. Buat yang anti MLM, khususnya mas Pri, sukses juga buat Anda. Seandainya kemampuan Anda digunakan untuk action dan berpikir positif, pasti hasilnya akan lain

    concern saya adalah perlindungan konsumen. semoga dengan tulisan saya ini konsumen yang dirugikan akan berkurang :)

  214. wah mas Pri ini maunya selalu berhitung net income-nya saja. Pengeluaran rata-rata partisipan itu sangat bergantung dari cara masing-masing distributor untuk mengembangkan usahanya. Jadi akan sangat sulit menghitung berapa total cost pengeluaran masing-masing partisipan yang sebenarnya, bisa jadi Rp. 5000,- atau Rp. 10.000,-/hari atau malah tidak ada sama sekali (bisa jadi mungkin, karena hanya menjual kepada tetangganya yang berarti tanpa biaya operasional) Jadi akan banyak sekali kemungkinan dan faktor yang mempengaruhi.
    Terlepas dari itu di MLM yang saya jalankan keuntungan penjualan retail lebih tinggi dari pada menjual kepada calon member/distributor yang ingin bergabung. COntohnya: Asumsi bila saya berhasil menjual 1paket produk kepada konsumen, maka keuntungan dari penjualan eceran sebesar Rp. 150,-/paket. Dan bila saya menjualnya kepada orang yang juga ingin memiliki hak usaha, maka keuntungan dari get member itu Rp. 100,-/paketnya. Walaupun memang pada akhirnya, saya tidaklah terlalu sering menjual secara pribadi, karena saya memang bukan tipikal sales yg baik. Karena, maaf, kalo untuk jualan-jualan, saya lebih senang membuka toko dan merekrut pegawai disana untuk saya pekerjakan dari pada saya menjual secara door 2 door. Saya hanya menjual kepada konsumen yang telah mengenal saya dan tau kalau saya adalah seorang distributor produk dan saya lebih cenderung kepada bagaimana membangun jaringan yang kuat (network builder)
    Saat ini kondisi jaringan saya relatif stabil, karena kami memang tidak pernah ada “kewajiban belanja produk”secara berkala, jadi distributor hanya membeli produk bila mereka benar-benar membutuhkan, atau ada permintaan dari konsumen dan calon member. Jadi lebih fair bukan?:)
    Dan bagi yang menyukai menjual secara ecerean pun kami tidak pernah melarangnya, toh mereka akan untung dari penjualan produk secara retail. Silakan saja bila mereka ingin membeli paket produk untuk dijual langsung. Yang jelas tidak ada “kewajiban belanja berkala” apalagi sebagai syarat untuk mendapatkan bonus.
    Saya pelajari dari Pyramid Scheme Alert (PSA, semacam perlindungan konsumen dan pelaku MLM) di Amerika sana, bahawa salah satu indikasi skema Piramida adalah adanya fitur “Pay to Play”. Jadi memang akan ada keuntungan eksponensial bagi level atas dari “program belanja” dari level bawah. Saya katakan “program belanja” karena memang kebanyakan skema perusahaan MLM mengharuskan belanja ulang sebagai syarat untuk mendapatkan bonus. Belum lagi iming-iming reward, pertemuan/seminar yang wajib diikutu dan tentunya bayar, pembelian kaset-kaset motivasi (side job upline business) yang sebetulnya adalah “pemicu adrenaline” bagi member baru saja. Inilah yang mengakibatkan banyak pelaku bisnis ini menhiraukan cashflow mereka, sehingga akhirnya banyak sekali member yang awalnya tergiur oleh keuntungan program ini berguguran:((
    Tapi itukan masa lalu. Alhamdulillah, di tempat kami tidak seperti itu. Bagi partisipan yang inigin menjalankan bisnisnya hanya belanja 1x seumur hidup (jelas produk itu nantinya harus mereka jual bila ingin mendapatkan keuntungan retail, atau hanya mengkonsumsi bagi end user) dan tinggal sesuaikan saja dengan demand pasar. Produk konsumable, dan tidak ada peringkat. Yang penting bila Anda berhasil menjual 1paket berarti Rp 150 (eceran)/ Rp 100 (sponsoring), menjual 3paket Rp 450 (eceran)/ Rp 300 (sponsoring), 7paket Rp 1050 (eceran)/ Rp 700 (sponsoring), dan dibayar/hari setiap terjadi omzet, simple kan?:d (angka diatas hanya gambaran saja, yang sesungguhnya adalah jauh lebih besar dari itu)
    Maaf saya tidak ingin menyebutkan nama perusahaannya, karena blog ini bukan ajang promosi. Dan sebagai tambahan saya ingin memperbaiki, kalau penghasilan saya bukan 1jt/bln, melainkan dalam satu hari saja saya bisa menghasilkan 1jt. Dan ukuran piramida itu bukan terletak pada bentuk skemanya, seperti brake away, unilevel, binary, matrix dsbnya, melainkan dari system yang dikembangkannya, apakah produknya konsumable, adanya iming-iming yang tidak realistis, tidak transparan, ada head hunting dan front loading, yang jelas sperti yang sudah saya sebutkan diatas, pay to play.:-?
    Mas Pri kalau saja Anda tidak hanya melihat dari sisi cashflow semata, maka penilaian Anda akan lebih bisa jernih, kenapa? Karena banyak partisipan di bisnis ini bergabung karena di “imingi” akan business opportunity dan faktor emosional-psikologis. Jadi sentuhan pribadi sangat menentukan. Kalau mau lebih fair, bisnis ini tergantung kepada pelaku/promoter-nya. Apakah mereka mengajak orang lain dengan iming-iming dan menghiraukan data serta kemampuan personal si prospek itu sendiri untuk membiayai bisnisnya, ataukah lebih kepada keuntungan realistis. Hmmmmmm… semua bergantung kepada diri kita masing-masing.
    Saya sangat senang kalau mas Pri concern kepada kami, pelaku MLM, tapi tolong logika Anda juga diperbaharui. Dan jangan hanya terpaku pada hitung-hitungan belaka (walaupun data seperti ini memang penting) serta tidak benar menyamaratakan bahwa keuntungan upline berasal dari kerugian downline. Yang benar adalah kerugian mungkin saja terjadi bila biaya operasional membangun bisnis ini lebih besar dari income profitnya, dan akan lebih parah bila partisipan di-imingi di awal hingga tidak menyadari. Tapi tidak semua MLM seperti itu.
    Saya percaya bahwa suatu saat nanti bisnis ini akan benar-benar menjadi sebuah jalan alternative bagi yang tidak memiliki cukup uang untuk memulai sebuah usaha konvensional.
    Maaf agak panjang ya mas Pri, dan saya tidak merasa perlu untuk mejelaskan lebih lanjut di blog ini, silakan anda cari sendiri bukunya PSA (pyramid scheme alert) atau di http://www.pyramidschemealert.com Thx. SUCCESS 4U ALL :x

  215. #281: maaf, rasanya anda terlalu fokus ke individu saja. karena itu hanya akan dapat menilai individu yang menjalankan MLM tersebut, bukan bisnis MLM secara keseluruhan. bisa saja ada satu individu yang mendapat keuntungan secara jujur dengan menjual retail, tetapi harus diperhitungkan pula individu2 yang mendapat keuntungan dari downline-nya. perlu diperhatikan juga tidak mendapatkan keuntungan langsung dari rekrutment bukan berarti tidak ada insentif untuk merekrut, karena UL tetap dapat untung dari penjualan yang dilakukan DL.

    anda harus lihat ‘bigger picture’-nya, yaitu kelompok distributor suatu MLM secara keseluruhan. pertanyaan yang harus dijawab adalah: apakah nilai yang masuk menuju kelompok distributor ini lebih besar daripada nilai yang dikeluarkan oleh kelompok distributor ini? supaya sehat tentunya harus positif atau paling tidak impas, karena jika tidak maka yang terjadi adalah negative-sum game, atau kelompok distributor secara keseluruhan tekor, atau dengan kata lain jika ada yang mendapatkan keuntungan maka secara statistik sudah pasti berasal dari kerugian anggota yang lain.

    anda pasti sepakat kita gak bisa menilai MLM itu buruk hanya dari kelakuan segelintir anggotanya, tetapi sebaliknya juga berlaku, kita juga gak bisa menilai MLM itu baik hanya dari segelintir individu saja.

    jika dari 1000 anggota MLM ada 100 yang berhasil dan 900 yang gagal, maka kesimpulannya MLM itu buruk. sebaliknya jika ada 900 yang berhasil dan 100 yang gagal maka MLM itu baik. perlu diingat kita disini ingin menilai baik buruknya MLM, bukan semata-mata individu yang tergabung dengannya. kriteria berhasil di sini adalah jika seorang individu berhasil mendapatkan tujuan awal dalam mengikuti MLM.

    jelas profit yang berasal dari penjualan retail akan lebih besar daripada profit yang berasal dari penjualan ke sesama anggota, karena jikapun dihargai sama, maka profitnya akan lari ke sesama distributor. karena itu jika MLM diposisikan sebagai sarana mendapatkan profit, maka penjualan ke sesama distributor tidak akan mempengaruhi net-nya karena impas. satu2nya profit yang bisa membawa kondisi ke arah positif hanyalah penjualan ke masyarakat yang bukan distributor.

  216. Halo mas Pri, masih belum bisa kita menyamakan persepsi ya. Maaf Mas, sekali lagi Anda tidak seharusnya menilai sebuah “jaringan manusai” dengan angka-angka statistik dan yang bersifat simulatif. Karena kenyataan di lapangan tiadak lah bisa di asumsikan seperti yang mas tulis di atas. Berapa operational cost masing-masing distributor tidaklah sama. Dan itu juga sangat bergantung sistem MLM seperti apa yang dia jalankan. Kalau ternyata didalamnya memang ada “kewajiban belanja” berkala dan juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan komisi dari omzet yang terjadi di groupnya, itu akan manjadi tidak fair bagi partisipan. Dan tentunya yang akan sangat diuntungkan jelas adalah pihak produsen. Karena dengan demikian setiap partisipan akan selalu dipacu untuk membeli produk-produk MLM yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhannya, dan apa yang diterima oleh partisipan menjadi sangat kecil, karena komisi yang diterima lebih kecil dari biaya operasional membangun jaringan dan terlalu lama di bayar (biasanya 45hari), serta harus kembali membeli produk sebagai syarat mendapatkan komisi. Hingga akhirnya, produk tidak semuanya terjual dan menumpuk. Karena memang sistemnya diciptakan demikian. Tapi bukan berarti semua MLM seperti itu!
    Bila dari awal kita menjalankan bisnis ini dengan benar-benar memahami konsepnya, bukan berdasarkan penjelasan yang “menyesatkan” dan iming-iming yang tidak rasional dari promoternya, sebetulnya bisnis MLM layak untuk dijalankan. Tinggal bagaimana kita memahaminya lebih jeli dan terbuka, jangan mau di “brain wash” atau dimotivasi buta.
    Saya sendiri telah mencoba di 3 MLM yang berbeda, salah satunya adalah yang terbesar di dunia, tapi saya tidak pernah mengalami hal sperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”, minimal apa yang telah saya keluarkan di bisnis ini setara dengan apa yang telah saya dapatkan, baik dari segi finansial, pengembangan kepribadian, pertemanan, dll.
    Satu hal yang perlu diingat, bila Anda tidak merasa mampu untuk menjual kembali produk-produk yang telah dibeli (kebanyakan dan memang sebagian besar niat membelinya adalah untuk mendapatkan komisi dari omzet DL yang juga membeli dengan niat serupa) maka sebaiknya jangan bergabung model bisnis seperti ini!
    MLM yang kini saya jalankan tidaklah lagi seperti itu.
    1.Pembayaran harian setiap terjadi omzet, baik omzet pribadi maupun group
    2.Tidak ada belanja-belanja bulanan sebagai syarat mendapatkan hak pembayaran atas usaha kita mempromosikan dan mendistribusikan
    3.Tidak ada peringkat-peringkat, program reward, sharing profit yang tidak jelas dan transparan
    4.Tidak memungut biaya pertemuan dan pelatihan, malah kita mendapatkan cofee break dan snack cuma-cuma
    5.Tidak menjual support system yang diciptakan sebagai “bisnis sampingan”
    Itu baru sekilas perbedaan dari MLM yang memang mas Pri nobatkan sebagai bisnis yang buruk. Jadi jelasnya mas Pri, indikasi buruknya sebuah bisnis MLM bukan dari berapa banyak orang yang rugi disana (karena kerugian itu adalah konsekuensi dari suatu bisnis, tergantung dari bagaimana orang itu menilainya) melainkan bila kerugian itu memang sengaja diciptakan menjadi sistem dan semua yang bergabung akan rugi. Tapi hal ini tidak bisa diungkapkan secara gamblang, mengingat ada nilai produk disana. Inilah yang menyebabkan PSA mengatkan Product-based Pyramid scheme lebih berbahaya daripada Naked Pyramid scheme (money game, surat berantai, arisan berantai dsbnya).
    Jadi saya sepertinya angkat topi buat Anda mas Pri yang peduli pada bisnis ini. Cuma analysis Anda belum cukup untuk menilai baik buruknya MLM dari cara hitungan simulasi saja. Banyak hal lain mas Pri…:-?
    Tapi bukan berarti ide bisnis ini buruk kan:) Karena semua bergantung kepada system apa yang Anda ikuti. Angka 100 orang berhasil dan 900 orang lainnya gagal bukanlah analogi yang tepat, karena dibisnis manapun bisa terjadi hal seperti itu. Juga bahwa keuntungan 100 orang itu berasal dari kerugian 900 orang juga tidak benar. Karena kita sama-sama berkeringat dan masing-masing bisa mengambil manfaat dari sana. Dan tolong jangan samakan MLM dengan penipuan berkedok lainnya, seperti undian berhadiah yang ujung-ujungnya kita dipaksa untuk membeli produk yang tidak kita butuhkan atau program money game investasi berjenjang. Apalagi ada pemikiran “naif” bahwa bila semuanya sudah bergabung maka orang yang terakhir bergabung akan rugi. Ya jelas tidak akan pernah terjadi. Karena pertumbuhan manusia dan partisipan yang bergabung di bisnis ini akan tetap lebih banyak angka pertumbuhan manusia (angka kelahiran, kematian, pertambahan usia, perubahan pola pikir, informasi dll) Bisnis ini akan selalu dinamis dan tidak akan pernah mati, bahkan selalu berinovasi. Jadi bagi yang masih berpikiran negatif, bisa jadi suatu saat nanti malah akan bergabung dalam bisnis yang luar biasa ini.
    Sekali lagi angkat jempol biat mas Priyadi yang membuat kita semua “berpikir” lebih realistis dalam memilih bisnis MLM, dan rasa respect saya kepada para MLMers yang dalam setiap napas kalian berhembus nilai-nilai positif, impian yang jelas, dan yang terpenting semangat juang kalian mewujudkan impian menjadi kenyataan. Buat yang Anti MLM, silakan Anda untuk sementara jadi penonton dulu, biarkan kami dan teman-teman yang lainnya yang akan membuktikan bahwa binis ini nantinya akan menjadi sebuah bisnis besar dan menjanjikan. Mau sekedar jadi penonton saja atau mau jadi bukti? :d:d/ Pilihan ada ditangan Anda. Sukses buat kita semua.:)>-

  217. Pertanyaan kunci: Apabila mas Pri telah menemukan bisnis MLM yang masuk dalam kategori yang menurut Anda “baik” apakah Anda tertarik unutuk bergabung dan menjalankannya? Maaf saya cuma ingin tahu, dan tidak ada maksud sama sekali untuk “memprospect” Anda. :”>

  218. #284

    Anda tidak seharusnya menilai sebuah “jaringan manusai” dengan angka-angka statistik dan yang bersifat simulatif. Karena kenyataan di lapangan tiadak lah bisa di asumsikan seperti yang mas tulis di atas.

    sebaliknya, yang anda katakan sebagai ‘simulatif’ adalah kenyataannya yang sebenarnya. kecuali kalau ada yang salah dengan perhitungan saya, dan anda belum bisa memberitahukan bagian mana yang salah. silakan baca kembali ulasan saya di atas baik2.

    Berapa operational cost masing-masing distributor tidaklah sama.

    betul, dengan demikian memperhitungkan behavior distributor secara kolektif adalah cara yang tepat. kita gak bisa menilai baik buruknya sistem MLM hanya dengan memperhatikan behavior 1-2 distributor saja.

    Bila dari awal kita menjalankan bisnis ini dengan benar-benar memahami konsepnya, bukan berdasarkan penjelasan yang “menyesatkan” dan iming-iming yang tidak rasional dari promoternya, sebetulnya bisnis MLM layak untuk dijalankan. Tinggal bagaimana kita memahaminya lebih jeli dan terbuka, jangan mau di “brain wash” atau dimotivasi buta.

    dalam kenyataannya, MLM dipromosikan sebagai sarana untuk mendapatkan penghasilan (yang luar biasa besar dengan cepat). dari situ berapa % sih prospek yang ikut tapi sekaligus tidak percaya info yang menyesatkan tersebut?

    tapi saya tidak pernah mengalami hal sperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”, minimal apa yang telah saya keluarkan di bisnis ini setara dengan apa yang telah saya dapatkan, baik dari segi finansial, pengembangan kepribadian, pertemanan, dll.

    manfaat ‘pengembangan kepribadian’, ‘pertemanan’ dll dsb rasanya cuma dibuat2 saja (wishful thinking) supaya distributor tetap ‘senang’, biasanya melalui program2 brainwash. tapi kembali lagi ke tujuan awal seorang distributor, hampir semua distributor yang ikut niat awalnya adalah untuk memperoleh penghasilan tambahan karena memang yang dijanjikan seperti itu dan bukan untuk ‘perkembangan kepribadian’, etc

    indikasi buruknya sebuah bisnis MLM bukan dari berapa banyak orang yang rugi disana (karena kerugian itu adalah konsekuensi dari suatu bisnis, tergantung dari bagaimana orang itu menilainya) melainkan bila kerugian itu memang sengaja diciptakan menjadi sistem dan semua yang bergabung akan rugi

    mungkin anda perlu baca tulisan saya yang lain: the sum game. kriteria MLM supaya menjadi positive sum adalah: jika profit yang berasal dari penjualan retail ke masyarakat non distributor dapat menutupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM. sekali lagi, ini adalah harga mati syarat MLM (atau bisnis apapun) yang sehat, dan harus dihitung untuk kelompok distributor MLM secara keseluruhan. intinya suatu usaha menjadi baik jika usaha tersebut membawa nilai tambah bagi pelaku2nya secara kolektif.

    1.Pembayaran harian setiap terjadi omzet, baik omzet pribadi maupun group
    2.Tidak ada belanja-belanja bulanan sebagai syarat mendapatkan hak pembayaran atas usaha kita mempromosikan dan mendistribusikan
    3.Tidak ada peringkat-peringkat, program reward, sharing profit yang tidak jelas dan transparan
    4.Tidak memungut biaya pertemuan dan pelatihan, malah kita mendapatkan cofee break dan snack cuma-cuma
    5.Tidak menjual support system yang diciptakan sebagai “bisnis sampingan”

    yup. itu langkah awal yang baik. tapi masih ada beberapa pertanyaan lagi: “apakah MLM menawarkan distributorship atas potensinya mendapatkan keuntungan?”, jika iya “berapa persen yang berhasil?” intinya, yang paling penting adalah realisasinya seperti apa.

    kalo boleh tahu, MLM anda apa? saya penasaran karena beberapa komentator mengklaim kalau MLMnya masuk kriteria MLM yang baik, tapi setelah saya teliti, ternyata sama aja :)

    Jadi saya sepertinya angkat topi buat Anda mas Pri yang peduli pada bisnis ini. Cuma analysis Anda belum cukup untuk menilai baik buruknya MLM dari cara hitungan simulasi saja. Banyak hal lain mas Pri…:-?

    hihihi, kalo gitu tolong disebutkan ‘hal lain’ tersebut yang terlewatkan oleh saya :). selama ini anda belum menyebutkan ‘hal lain’ tersebut :) gitu aja kok repot :)

    Angka 100 orang berhasil dan 900 orang lainnya gagal bukanlah analogi yang tepat, karena dibisnis manapun bisa terjadi hal seperti itu. Juga bahwa keuntungan 100 orang itu berasal dari kerugian 900 orang juga tidak benar. Karena kita sama-sama berkeringat dan masing-masing bisa mengambil manfaat dari sana.

    ini kok terdengar seperti wishful thinking ya. berkeringat sih berkeringat, tapi kalau rugi, apalagi kerugian tersebut hanya terkonversi menjadi keuntungan upline tanpa nilai tambah apapun bagi yang rugi, ya mendingan gak usah ikut. karena tujuan awal ikut MLM adalah mencari penghasilan, tidak perlu dicari2kan manfaatnya supaya terasa mendapat ‘untung’. kalo rugi ya rugi, harus ada sense of realism dari pelaku MLM di sini. yang rugi tapi gak merasa rugi kemungkinan itu akibat brainwash yang dilakukan terus menerus :)

    Apalagi ada pemikiran “naif” bahwa bila semuanya sudah bergabung maka orang yang terakhir bergabung akan rugi. Ya jelas tidak akan pernah terjadi. Karena pertumbuhan manusia dan partisipan yang bergabung di bisnis ini akan tetap lebih banyak angka pertumbuhan manusia (angka kelahiran, kematian, pertambahan usia, perubahan pola pikir, informasi dll)

    satu2nya cara agar distributor tanpa downline (distributor tingkat bawah) bisa profit adalah dengan menjual ke masyarakat non distributor. tapi kalau MLM-nya buruk, misalnya dengan menganjurkan ‘model bisnis’ yang mengutamakan recruitment, maka hal ini tidak akan terjadi. downline terbawah pasti rugi dan lama2 pasti cabut. pertumbuhan populasi jelas gak akan bisa mengimbangi pertumbuhan piramida, silakan cari sendiri tren perkembangan populasi dan bandingkan dengan deret geometris yang merupakan tuntutan MLM.

    jika distributor tingkat terbawah tidak rugi, atau dengan kata lain menjual secara retail, dan profitnya bisa menutupi biaya operasionalnya, maka besar kemungkinan MLM tersebut sustainable.

    Buat yang Anti MLM, silakan Anda untuk sementara jadi penonton dulu, biarkan kami dan teman-teman yang lainnya yang akan membuktikan bahwa binis ini nantinya akan menjadi sebuah bisnis besar dan menjanjikan. Mau sekedar jadi penonton saja atau mau jadi bukti?

    sayangnya, retorika ini sudah ada sejak tahun 70-an, dan beberapa dasawarsa kemudian tetap menjadi retorika belaka :)

    #285:

    Apabila mas Pri telah menemukan bisnis MLM yang masuk dalam kategori yang menurut Anda “baik” apakah Anda tertarik unutuk bergabung dan menjalankannya

    kenapa tidak? :)

  219. Mas Pri, pada contoh soal yang Anda buat di atas itu tidak bisa mewakili semua skema MLM, karena di tiap perusahaan bisa sangat berbeda walaupun “mungkin” saja ada kemiripan. Tapi mirip tidak berarti identik bukan? Misalnya:
    Pada skenario 1 itu lebih tepat untuk menggambarkan sebuah MLM berbasis rekrut (head hunting) dan bisa dikategorikan sebagai money game. Karena setiap distributor mendapatkan komisi dari uang pendaftaran, bikan dari penjualan. Jelas ini adalah sebuah skema Piramida dan ILEGAL.
    Skenario 2, Bla itu adalah memang klub belanja, berarti total biaya operasional distributornya tidak bisa dihitung sebagai net loss. Karena Anda hanya berhitung “distributor aktif” saja, harusnya lebih terinci, berapa persentasi distributor aktif vs distributor pasif. Kerugian inipun adalah sebuah konsekuensi membangun sebuah bisnis dan UL tidak mendapatkan keuntungan langsung dari biaya operasional ini. UL hanya akan mendapatkan komisi bila dibawahnya terjadi omzet, dan satu hal yang perlu dicatat, UL ikut berkeringat, melatih, membina, mendampingi dll untuk membantu DL berhasil. Untuk itulah perusahaan membayar para distributornya melalui komisi/bonus.
    Skenario ke 3, seharusnya memang lebih adil bagi tiap level distributor. Tapi bila hanya terfous disini saja maka tidak akan terjadi “THE POWER OF LEVERAGE” yang merupakan salah satu keistimewaan dari bisnis jaringan. Dan ini adalah salah satu kunci kesuksesan dalam dunia bisnis manapun! Saya rasa Anda sebaiknya membaca juga buku “THE ONE MINUTE MILLIONAIRE” karya Mark Victor Hansen (penulis Chicken Soup for the Soul) dan Robert G Allen (penulis Nothing Down). Disana dibahas tentang bagaimana membangun sebuah bisnis besar. Soal bagaimana caranya supaya lebih fair dan tidak berkesan “sukses di atas penderitaan orang lain”, maka kita harus memilih bisnis MLM mana dan belajar juga membangun sebuah jarinagan. Karena intinya ide dari sebuah bisnis MLM adalah membangun bisnis jaringan pemasaran bernilai jutaan dan melibatkan para networkernya untuk mendapatkan penghasilan (tentunya net profit, dan passive income) disana. Menarik bukan? ;)
    Inti dari sebuah bisnis MLM atau NM adalah, bila Anda berhasil menciptakan omzet, yang artinya berhasil menjual-mendistribusikan produk kepada member/konsumer maka Anda berhak mendapatkan ganjaran dari hasil kerja Anda ini (-Anda hanya akan dibayar bila behasil menciptakan omzet). Dan setiap member yang juga tertarik untuk mempromosikan dan menjual-mendistribusi produk maka berhak pula untuk ikut serta sebagai partisipan aktif, yang artinya mempunyai kesempatan yang sama. Dan Anda selaku promoter yang mengenalkan bisnis ini kepada member baru jelas mempunyai hak mendapatkan bagian komisi dari omzet yang terjadi di bawah Anda. Maka hasil terbaik adalah siapa yang mendapatkan informasi lebih dulu dan mengambil keputusan lebih awal. Walaupun pada akhirnya terjadi seleksi alam, bahwa tidak akan semuanya berhasil menciptakan omzet dan pastinya tidak berarti yang lebih dulu bergabung akan sukses. Seleksi alamiah inilah yang membuat bisnis ini akan terus berkembang dan dinamis (join-tidak join-menang-kalah-untung-rugi-aktif-pasif).
    Bisnis ini hanyalah salah satu model bisnis dari mungkin ribuan bisnis lainnya. Jadi Anda pun harus menilainya seperti bisnis biasa pula, bukanlah sesuatu yang akan membuat partisipannya kaya mendadak atau jatuh miskin dengan tragis. Dan memang saya setuju dengan Anda bahwa aspek moral juga harus dikedepankan, supaya tidak terjadi sistem yang dibuat berat dan bisa merugikan orang lain. Karena itu pula saya tertarik ikut menulis di blog ini.
    Kelihatannya Anda mulai penasaran dgn bisnis MLM yang kini saya tekuni. Tapi maaf ya mas, saya tidak tertarik untuk menginformasikannya kepada Anda. Bukan apa-apa, saya jelas lebih tau tantang bisnis ini dibanding Anda, jadi saya rasa tidak perlu bantuan Anda untuk menilai dengan standar penilaian pribadi Anda. Satu hal yang perlu Anda ingat mas Pri, seorang pemain sepak bola tentunya lebih tau apa yang terjadi dilapangan sesungguhnya, kegembiraan merasakan kemenangan, kesedihan menerima kekalahan dibanding dengan penonton dan pengamat yang hanya sekedar “ikut merasakan” dan “berpura-pura tau” sehingga mereka pikir tidak perlu ikut bermain bila rasanya sama. Sentuh, rasakan dan cium aromanya baru Anda bisa menilai bisnis ini lebih akurat. Dan temukan jawabannya disana, cari pemecahannya, dan menjadi bagian dari sejarah itu sendiri!
    Mas, bila Anda mau melepas sebentar saja apa yang telah memenuhi kepala Anda, dan mau melihatnya dengan cara pandang baru, paradigma baru, baru nanti saya pertimbangkan untuk mau menginformasikan bisnis MLM yang satu ini kepada Anda. Yang pasti, berapa paket yang berhasil Anda jual nantinya, baik kepada orang yang tertarik bergabung kepada Anda maupun yang sekedar hanya membeli untuk dikonsumsi sendiri maka besoknya Anda dibayar sesuai dengan omzet yang terjadi. Begitupun dari hasil penjualan langsung (ingat PENJUALAN- bukan pembelian, karena tidak ada belanja bulanan melainkan automaintain 30% total komisi/bulan) group Anda, maka komisi Anda pun dibayar setiap terjadi omzet per harinya! Hanya sesederhana itu saja, walaupun tetap ada batasan-batasan tapi saya rasa cukup fair. Dan di MLM ini kita belajar untuk berpikir optimis dan realistis, itu yang selalu diajarkan oleh Top Leader Nasionalnya. Banyak diantara member kamipun tetap memiliki pekerjaan lain dan menjadikan bisnis ini hanya sebagai part time biz, tapi berhasil meraih jutaan setiap hari!
    Mas Pri, didalam MLM bukan hanya tentang uang, pengembangan pribadi, pertemanan dll juga harus dilihat. Anda mungkin lebih beruntung, berpendidikan, punya pekerjaan atau bisnis sendiri, walau saya tidak tahu persis apa latar belakan Anda dan pekerjaan Anda selain “pengamat MLM”, jangan lupakan nasib orang lain yang mungkin tidak seberuntung Anda. Masih banyak yang tidak tertampung oleh lapangan kerja konvensional, tidak punya modal cukup, dan tidak berpendidikan tinggi (termasuk saya dan teman-teman yang lain) tertolong dari bisnis ini, dan jangan Anda pikir ini dari hasil keruian orang lain seperti yang sering Anda tulis! Kalau saja Anda bisa menciptakan suatu jawaban yang nyata pasti akan lebih bermanfaat untuk banyak orang daripada sekedar berasumsi negatif terhadap industtri ini.
    Industri ini akan terus berkembang, dengan atau tanpa Anda. Dan memang ini adalah salah satu jawaban, bukan retorika belaka…. :)>-

  220. Satu hal lagi mas Pri, setelah saya membaca the sume game yang anda tulis, MLM seharusnya jelas menjadikan positive sum game. Karena partisipan yang bergabung di bisnis ini mendapatkan 2 hal sekaligus, yaitu:
    1. menikmati produk yang berkualitas
    2. mendapatkan peluang usaha untuk mendapatkan profit.
    Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan. Jadi walaupun pada akhirnya ada yang aktif menjalankan usahanya dan tidak berhasil, mereka tetap bisa menikmati produk. Sedangkan biaya operasionalnya bisa di cover dari setidaknya keuntungan dari penjualan retail.
    Belum lagi tentang hal positif lainnya seperti pengembangan kepribadian, pengalaman lapangan, belajar membangun sebuah organisasi, kepemimpinan, pertemanan yang bisa saja menjadi sebuah link bisnis yang positif di bidang lain, dsbnya. Itu juga sebuah nilai lebih dalam bisnis MLM. Jadi bukan hanya tentang uang, walaupun itu jelas menjadi hal yang utama. Maka saran saya, cobalah Anda masuki dulu dunia ini, baru penilaian Anda nantinya bisa lebih obyktif. Mau? >:d<

  221. #287:

    soal ketiga skenario itu untuk menggambarkan tiga buah aktivitas inti yang terjadi pada MLM secara terisolasi. kesimpulannya sudah saya tulis di bawahnya: “Skenario 1 adalah skenario skema piramida murni. Skenario 2 adalah skenario ‘klub belanja’. Sedangkan Skenario 3 adalah skenario penjualan langsung. Distributor pada sebuah MLM melakukan ketiga skenario ini, tapi yang menghasilkan keuntungan hanya skenario yang terakhir. Tinggal dihitung proporsinya, apakah secara keseluruhan menghasilkan keuntungan atau tidak.”

    yang ilegal adalah yang melakukan skenario 1 tanpa melakukan skenario 2 dan 3.

    dan satu hal yang perlu dicatat, UL ikut berkeringat, melatih, membina, mendampingi dll untuk membantu DL berhasil. Untuk itulah perusahaan membayar para distributornya melalui komisi/bonus.

    alasan ini tidak masuk akal kalau keuntungan yang berasal dari penjualan retail tidak cukup untuk membayar komisi tersebut :). karena dengan demikian kelompok distributor tidak mendapat cukup dana untuk membayar ‘biaya pembinaan’. kalo perusahaan sih tetap untung besar karena dia tetap dapat profit dari pembelian produk oleh distributor yang jumlahnya banyak itu :)

    yang sebenarnya terjadi: perusahaan membayar para distributornya kalo ada produk yang terjual, baik ke distributor atau non distributor. tapi dari sudut pandang distributor, penjualan ke distributor akan impas dan tidak akan mengangkat bottom-line kelompok distributor ke arah yang lebih baik, dan yang jelas tidak akan membuat distributor yang membeli mendapatkan profit.

    seorang distributor boleh aja ‘berkeringat’ mati2an membantu DL berhasil, tetapi kalo dia atau DL-nya gak menjual sama sekali, terutama menjual retail, ya perusahaan gak bakalan bayar kecuali kalo anda motivator profesional yang dibayar khusus oleh perusahaan :)

    Tapi bila hanya terfous disini saja maka tidak akan terjadi “THE POWER OF LEVERAGE” yang merupakan salah satu keistimewaan dari bisnis jaringan. Dan ini adalah salah satu kunci kesuksesan dalam dunia bisnis manapun!

    that’s the whole point actually :). di dunia pemasaran anda yang namanya market saturation. dalam penjualan jika kita menambah salesperson, maka penjualan akan bertambah. tapi pada suatu saat, jika kita menambah jumlah salesperson, maka tidak akan menambah penjualan. di MLM juga begitu, distributor diberi insentif lebih untuk mengembangkan “THE so called POWER OF LEVERAGE”â„¢, alias merekrut distributor lain, tapi suatu saat penambahan distributor tidak akan berpengaruh pada penjualan retail, sedangkan insentif merekrut tetap ada. pada suatu saat profit yang berasal dari penjualan retail dibagi dengan jumlah distributor akan mengecil sampai nilainya tidak sebanding dengan effort group secara keseluruhan. pada saat demikian MLM menjadi negative sum. praktis profit satu distributor hanya berasal dari penjualan ke distributor lain, dan istilah ‘distributor terbawah’ menjadi eufemisme untuk ‘konsumen’, walaupun mereka sama2 dijanjikan untuk mendapatkan profit :)

    Dan Anda selaku promoter yang mengenalkan bisnis ini kepada member baru jelas mempunyai hak mendapatkan bagian komisi dari omzet yang terjadi di bawah Anda

    hehehe, dalam pasar jenuh ini namanya ‘keuntungan artifisial’ :) karena jika pasar sudah jenuh, profit kolektif justru menurun dan keuntungan praktis hanya terjadi dari pembelian oleh distributor di bawah anda :). ambil contoh pasar yang sudah jenuh, misalnya di satu desa terpencil saya jualan sabun dan anggap saya satu2nya distributor sabun di situ. karena desanya kecil semua penduduk punya akses langsung ke saya.

    kalo begini gak masuk akal untuk merekrut tetangga untuk jadi subdistributor di kawasan yang sama, karena profit gak akan bertambah sedangkan tetangga saya tetap butuh makan :). di MLM? saya tetap dikasih insentif lebih untuk merekrut :)

    Walaupun pada akhirnya terjadi seleksi alam, bahwa tidak akan semuanya berhasil menciptakan omzet dan pastinya tidak berarti yang lebih dulu bergabung akan sukses. Seleksi alamiah inilah yang membuat bisnis ini akan terus berkembang dan dinamis (join-tidak join-menang-kalah-untung-rugi-aktif-pasif)

    yup, itu yang terjadi kalau MLM sudah jenuh/saturated: jumlah yang masuk kurang lebih sama dengan jumlah yang keluar. distributor2 terbawah ini keluar karena biaya ikut MLM tidak sebanding dengan pengeluarannya, tidak sesuai dengan ekspektasi berlebihan pada saat dia masuk, dan biasanya kondisi setelah keluar lebih buruk daripada sebelum masuk. in short, they learned the hard way. niat saya menulis ini supaya orang2 tidak perlu lagi ‘learning the hard way’. dengan pernyataan ini, secara sadar atau tidak sadar anda sudah mengkonfirmasi kesimpulan saya :)

    sebelum anda kembali bilang “di bisnis lain juga ada yang gagal”â„¢, di MLM dapat dipastikan pada kondisi jenuh minimal mendekati 1/2 anggotanya akan gagal, dan ini untuk best case scenario, yaitu 1 upline hanya punya 2 downline. kalau lebih, akan jauh lebih parah lagi. pengecualian tentunya tetap ada untuk MLM yang mengutamakan penjualan ketimbang rekrutmen, dan MLM yang mempromosikan dirinya sebagai ‘klub belanja’.

    Kelihatannya Anda mulai penasaran dgn bisnis MLM yang kini saya tekuni. Tapi maaf ya mas, saya tidak tertarik untuk menginformasikannya kepada Anda. Bukan apa-apa, saya jelas lebih tau tantang bisnis ini dibanding Anda, jadi saya rasa tidak perlu bantuan Anda untuk menilai dengan standar penilaian pribadi Anda

    rasanya saya gak perlu lagi, kutipan pernyataan anda yang terakhir rasanya sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan seperti apa MLM anda sebenarnya :)

    Satu hal yang perlu Anda ingat mas Pri, seorang pemain sepak bola tentunya lebih tau apa yang terjadi dilapangan sesungguhnya, kegembiraan merasakan kemenangan, kesedihan menerima kekalahan dibanding dengan penonton dan pengamat yang hanya sekedar “ikut merasakan” dan “berpura-pura tau” sehingga mereka pikir tidak perlu ikut bermain bila rasanya sama. Sentuh, rasakan dan cium aromanya baru Anda bisa menilai bisnis ini lebih akurat. Dan temukan jawabannya disana, cari pemecahannya, dan menjadi bagian dari sejarah itu sendiri!

    ya ini argumen klasik “saya gak tahu apa2 sebelum ikut MLM” yang tidak pernah absen setiap diskusi soal MLM :). tapi sebenarnya kalau saya memang gak tahu apa2, artinya justru gak ada alasan untuk ikut MLM :). untuk apa saya ikut sesuatu yang sama sekali tidak jelas bagi saya pribadi? ini sama aja dengan orang yang buka usaha tanpa sama sekali memperhitungkan kelaikan usahanya.

    kedua, sebuah bisnis atau apapun bisa saja kita amati dari luar dan kita simpulkan sendiri. saya tahu jatuh dari lantai 2 itu sakit, walaupun saya belum pernah jatuh dari lantai 2, dan untuk ini saya gak mau “learning the hard way”, literally :)

    Dan di MLM ini kita belajar untuk berpikir optimis dan realistis, itu yang selalu diajarkan oleh Top Leader Nasionalnya. Banyak diantara member kamipun tetap memiliki pekerjaan lain dan menjadikan bisnis ini hanya sebagai part time biz, tapi berhasil meraih jutaan setiap hari!

    koruptor juga bisa dapat jutaan setiap hari :). saya gak menyamakan anda dengan koruptor, saya pilih koruptor karena kita berdua sepakat kalau itu pekerjaan yang buruk :). intinya: jumlah profit penting, tapi lebih penting lagi adalah: darimana uang itu berasal :). kita gak menilai kesuksesan seorang koruptor hanya karena dia berhasil mendapatkan milyaran dalam satu hari.

    dan lagi2 ada kesalahan argumen klasik MLMers: testimonial satu-dua orang tidak menggambarkan kondisi grup secara keseluruhan. kalau anda serius, saya minta data berapa jumlah penghasilan rata-rata bersih dari kelompok distributor secara keseluruhan yang berasal dari penjualan retail.

    Mas Pri, didalam MLM bukan hanya tentang uang, pengembangan pribadi, pertemanan dll juga harus dilihat

    ini wishful thinking lagi. apa distributor masuk dengan niatan untuk pengembangan pribadi atau pertemanan? apakah jika selalu rugi, distributor akan tetap ikut? anda menawarkan MLM karena potensi untuk mendapatkan keuntungan, anda harus konsisten pada tujuan tersebut. jika tujuan tersebut tidak tercapai, ya berarti gagal. rugi ya rugi, gak perlu diuntung2kan supaya keliatannya gak rugi :)

    jangan lupakan nasib orang lain yang mungkin tidak seberuntung Anda. Masih banyak yang tidak tertampung oleh lapangan kerja konvensional, tidak punya modal cukup, dan tidak berpendidikan tinggi (termasuk saya dan teman-teman yang lain) tertolong dari bisnis ini, dan jangan Anda pikir ini dari hasil keruian orang lain seperti yang sering Anda tulis!

    kalo 1 orang miskin menjadi kaya berkat MLM, tapi 10 orang bertambah miskin berkat MLM, artinya net loss. MLM buruk untuk perekonomian. jelas saya pikir keuntungan di MLM berasal dari kerugian dari orang lain karena cashflownya memang seperti itu. kalau ngga, darimana uangnya? MLM bukan mesin cetak uang. that money must’ve come from somewhere.

    kembali lagi saya beri analogi ekstrim: “miskin bukan alasan untuk mencuri”. bukan maksud saya menyamakan anda dengan pencuri lho, hanya saja anda pasti sepakat kalo mencuri itu buruk :)

    Kalau saja Anda bisa menciptakan suatu jawaban yang nyata pasti akan lebih bermanfaat untuk banyak orang daripada sekedar berasumsi negatif terhadap industtri ini.

    kalo negatif ya negatif, ya saya tulis apa adanya, gak perlu dipositif2kan :). kalau misalnya ada orang yang tadinya tidak mengerti MLM & berminat ikut, kemudian setelah membaca tulisan saya menjadi tercerahkan, maka menurut saya tulisan ini sudah membawa manfaat bagi orang tersebut :).

    ‘All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing’ -edmund burke

  222. #288:

    MLM seharusnya jelas menjadikan positive sum game. Karena partisipan yang bergabung di bisnis ini mendapatkan 2 hal sekaligus, yaitu: 1. menikmati produk yang berkualitas, 2. mendapatkan peluang usaha untuk mendapatkan profit.

    kualitas? kualitas itu relatif. anda bicara seakan2 produk yang dijual MLM tidak bisa dijual di tempat lain :). ini moot point, karena jika orang punya niat untuk mendapatkan produk, gak perlu ikut MLM juga bisa.

    saya gak menerima argumen “produk ini hanya dijual di MLM”, karena satu2nya cara sebuah produk hanya bisa dijual di MLM adalah dengan paten. jika MLM anda mematenkan produknya dan memasarkan produknya secara eksklusif, saya mau tahu paten yang mana. kalau gak ada patennya, artinya bisa dipastikan produk serupa juga dijual di pasar bebas.

    niat ikut MLM itu sebenernya cuma yang nomer 2 :)

    Belum lagi tentang hal positif lainnya seperti pengembangan kepribadian, pengalaman lapangan, belajar membangun sebuah organisasi, kepemimpinan, pertemanan yang bisa saja menjadi sebuah link bisnis yang positif di bidang lain, dsbnya. Itu juga sebuah nilai lebih dalam bisnis MLM.

    ya ini wishful thinking. kalau dibiarkan aja, nanti melebar kemana2. bahkan korupsi juga bisa dibikin jadi positif :). yang harus ditanyakan adalah: “apakah seorang distributor yang mendapatkan pengembangan kepribadian, pengalaman lapangan blablabla akan tetap jadi distributor kalau terus2an merugi?” jelas tidak, dia ikut MLM untuk mendapatkan profit. kalau mau yang lain2 itu, gak perlu di MLM juga bisa :)

  223. Itulah kesalahan Anda mas Pri, Anda selalu menggunakan simulasi dan perhitungan sempurna :o
    Padahal kenyataannya tidak semua distributor akan aktif menjalankan bisnis ini, dan itu tidak bisa kita paksakan. Mereka mungkin bergabung dalam bisnis ini sedari awal hanya karena ingin menikmati produk atau hanya ingin melakukan penjualan kecil saja, bukan sebagai network builder.
    Seandainya dihitung, hanya +/- 20% dari keseluruhan member yang akan benar-benar aktif, sisanya sekitar 80% itu adalah konsumer, atau pembangun bisnis kecil.
    Jadi Anda jangan terlalu yakin dengan perhitungan yang Anda buat sendiri seperti itu. Dan hal yang perlu juga Anda perhatikan adalah tidak akan pernah terjadi sebuah daerah semuanya akan membeli ataupun bergabung dibisnis ini. Jadi logika dan pengandaian yang Anda buat adalah pengandaian yang semu dan mustahil. Contohnya, jika Anda satu-satunya yang menjual bakso keliling di tempat Anda apakah semua warga akan membeli, atau apakah semua warga akan tertarik untuk ikut berjualan bakso? Itulah bisnis, ada yang tertarik dan ada yang tidak.
    Semua hitung-hitungan yang Anda buat tidak bisa menjadi dasar yang kuat untuk menjudge bahwa bisnis MLM adalah bisnis yang buruk. Anda mungkin lupa, bahwa partisipan sendiri merupakan konsumen sekaligus merangkap promoter dan distributor. Walaupun tidak dibatasi namun jumlah ini akan terseleksi dengan sendirinya nanti sesuai dengan kelompok kategori masing masing, apakah ia distributor aktif (paling kecil jumlahnya, sekitar 20% dari keseluruhan jumlah partisipan), distributor pasif, ataupun sebagai konsumen saja (hampir 80% adalah 2 kategori ini). Distributor aktif adalah partisipan yang aktif melakukan penjualan, sponsoring, membina, melatih, dan hadir di setiap pertemuan. Distributor pasif adalah pembangun bisnis kecil, selling dan hanya sponsoring dalam jumlah kecil, tidak membina, tidak melatih, dan tidak aktif di pertemuan, konsumen adalah pengguna produk saja. Bagaimana mungkin bila para distributor pasif dan konsumen disamakan dengan para distributor aktif, dan biaya operasional masing-masing dalam membangun jaringanpun berbeda.
    Memang benar bila telah terjadi pertumbuhan yang terlalu cepat di suatu daerah akan terjadi stagnasi, seperti bisnis lainnya, maka para distributor bisa saja ekspansi memasuki pasar wilayah lain, dan hal inipun sebetulnya bisa diatasi dengan strategi pasar memasukkan produk-produk baru di wilayah itu. Sehingga diharapkan konsumen selalu mendapatkan produk-produk unggulan terbaik.
    Bicara soal produk, saya tidak pernah mengatakan bahwa produk MLM haruslah super eksklusif dan hanya ada di MLM, yang saya katakan adalah produk itu harus senilai dengan uang yang dikeluarkan. Jadi bila Anda membeli sebuah sabun dengan harga Rp 50.000,- maka produk itu haruslah memiliki kualitas yang setara dengan harganya. Dan rata-rata produk MLM adalah produk dengan kualitas tinggi, dan standar GMP (termasuk produk yang saya tawarkan:&#100;) Karena bila produk tersebut tidak baik, harga tidak sebanding dengan manfaatnya, itu bisa dikatakan ilegal.
    Mas Pri, di bawah saya, hampir semua partisipan mendapatkan profit, baik melalui penjualan retail maupun dari sponsoring. Dan hampir semuanya dapat menjual tanpa biaya operasional tinggi. Bahkan saya sendiri pernah mensponsori DL saya yang jaraknya ratusan km dari tempat saya hanya bermodalkan biaya sms saja. Dan akumulasi pendapatan DL saya adalah 5jt rupiah, dalam waktu 1bulan menjalankan, luar biasanya kini bonusnya bahkan bisa lebih besar dari saya! Tapi saya paham itu tidak bisa menjadi tolak ukur keberhasilan bisnis ini, hanya saja itu dihasilkan BUKAN dari KERUGIAN orang lain, melainkan dari sama-sama mengambil manfaat. BAgi yang membutuhkan produknya mereka mendapatkan kepuasan dari kualitas produk kami, dan bagi yang tertarik ikut menjalankan bisnisnya mereka akan mendapatkan paket keuntungan yang TAK TERPISAHKAN, yaitu:
    1. mendapatkan produk yang berkualitas,
    2. dan mendapatkan kesempatan memperoleh penghasilan tambahan dari menjual, dan mensponsori bagi yang tertarik.
    Kesempatan mendapatkan Business Opportunity ini yang mungkin sering disalah artikan oleh “pengamat” seperti Anda. Bahwa orang yang bergabung di bisnis ini semuanya WAJIB dan BERHAK untuk mendapatkan profit. Padahal tidak bisa seperti itu. Itu semua akhirnya sangat bergantung kepada rizki tiap-tiap orang. Dan kalau Anda katakan bahwa orang yang belakangan gabung akan mendapatkan kerugian, hmmmm…. kenapa Anda jadi punya pikiran se-NAIF ini. Coba Anda cari tau siapa yang “paling akhir” bergabung di sebuah program MLM. Pasti tidak ada, karena memang tidak akan ada akhirnya. Masing-masing memiliki kesempatan yang sama, contoh konkritnya adalah: Anda sendiri. Anda adalah orang yang memutuskan untuk tidak ikut di bisnis ini,dan jutaan bahkan ratusan juta orang yang sependapat dengan Anda. Ada 2 kemungkinan terhadap orang seperti Anda, menolak selamanya, atau sementara saja. Jadi jelas tidak akan pernah terjadi seluruh umat manusia di dunia ini akan menjadi member MLM. Dan diantara member MLM itupun ada yang aktif, pasif, konsumen, ada yang sukses, ada yang tidak sukses, masuk baru, non aktf, ada pula konsumen non distributor, “pengamat” seperti Anda dll. Anda telah berpikir terlalu jauh dan diluar jangkauan sunatullah.
    Ternyata benar Anda adalah kategori orang yang tidak berani jatuh, dan maunya serba perfect. Kalau Anda pikir peluang di bisnis ini amat kecil dan hanya untuk segelintir orang saja kenapa Anda tidak berani mengambil keputusan untuk menjadi segelintir orang sukses? Dan saya sangat tidak suka sekali mendengar Profesi yang terhormat ini, NETWORK BUILDER, Anda samakan dengan profesi curang atau ilegal, seperti pencuri dan koruptor. Pencuri adalah mencuri, koruptor adalah pencuri berdasi, mereka berdua tidak membawa manfaat sedikitpun kepada orang lain. Kami adalah para Network builder profesional, yang mencari uang dengan cucuran peluh, niat yang baik, saling menguntungkan, dan bergandengan tangan menuju kesuksesan bersama. Sebagai tambahan; pengembangan kepribadian, wawasan, pertemanan dan pola pikir positif sesuatu yang pasti terjadi bila aktif menjalankan bisnis ini. Jadi bukanlah suatu paket penawaran dan bahan pertimbangan bisnis. Hanya saja PASTI AKAN TERJADI. Sesuatu tidak harus selalu dinilai dengan uang mas Pri, tolong jangan Anda kesampingkan hal-hal positif ini. (Catatan: saya adalah seorang yang tidak tamat mengenyam pendidikan formal-hanya sampai SMP saja, sehingga tidak tertampung di lapangan pekerjaan konvensional. Untuk memulai usaha saya tidak mempunyai modal yang cukup, saya bahkan sempat terjerumus di dunia narkoba. Tapi Tuhan masih memberi saya kesempatan untuk berubah, akhirnya saya mengenal bisnis MLM, dan saya banyak sekali berubah. Dari cara pandang saya, pola pikir saya, dan tentunya kini saya punya penghasilan yang cukup. Padahal modal awal saya memulai bisnis ini adalah dengan cara berhutang kepada saudara. Maaf, bila Anda katakan ini bisnis yang buruk, coba beri saya peluang usaha lain yang bisa menghasilkan jutaan rupiah setiap hari dengan modal dibawah 1jt rupiah. Mohon beri saya jawaban pasti[-o<. bukan sekedar komentar:-@ dan hitung-hitungan belaka:-&#98;) Thx.l-)

  224. #291:

    Padahal kenyataannya tidak semua distributor akan aktif menjalankan bisnis ini, dan itu tidak bisa kita paksakan. Mereka mungkin bergabung dalam bisnis ini sedari awal hanya karena ingin menikmati produk atau hanya ingin melakukan penjualan kecil saja, bukan sebagai network builder.

    Seandainya dihitung, hanya +/- 20% dari keseluruhan member yang akan benar-benar aktif, sisanya sekitar 80% itu adalah konsumer, atau pembangun bisnis kecil.

    anda baru saja membuktikan kebenaran analisis saya. jika memang benar seperti yang anda katakan, artinya MLM sebenarnya adalah ‘klub belanja’, tidak jauh berbeda dengan ‘metro membership card’, ‘a&w membership card’ atau semacamnya. bedanya, di MLM, calon distributor diiming2i potensi mendapatkan keuntungan. seandainya pemrospek mengatakan yang sesungguhnya bahwa MLM sebenarnya adalah ‘klub belanja’, maka tidak ada masalah sama sekali :).

    sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu :).

    Jadi Anda jangan terlalu yakin dengan perhitungan yang Anda buat sendiri seperti itu. Dan hal yang perlu juga Anda perhatikan adalah tidak akan pernah terjadi sebuah daerah semuanya akan membeli ataupun bergabung dibisnis ini. Jadi logika dan pengandaian yang Anda buat adalah pengandaian yang semu dan mustahil. Contohnya, jika Anda satu-satunya yang menjual bakso keliling di tempat Anda apakah semua warga akan membeli, atau apakah semua warga akan tertarik untuk ikut berjualan bakso? Itulah bisnis, ada yang tertarik dan ada yang tidak.

    saya gak pernah menuntut semua orang di satu daerah akan bergabung di ‘bisnis’ ini! syarat terjadinya market saturation bukanlah “semua orang jadi salesperson”, melainkan “penambahan salesperson tidak akan meningkatkan penjualan”. mohon baca baik2 penjelasan saya.

    Semua hitung-hitungan yang Anda buat tidak bisa menjadi dasar yang kuat untuk menjudge bahwa bisnis MLM adalah bisnis yang buruk. Anda mungkin lupa, bahwa partisipan sendiri merupakan konsumen sekaligus merangkap promoter dan distributor. Walaupun tidak dibatasi namun jumlah ini akan terseleksi dengan sendirinya nanti sesuai dengan kelompok kategori masing masing, apakah ia distributor aktif (paling kecil jumlahnya, sekitar 20% dari keseluruhan jumlah partisipan), distributor pasif, ataupun sebagai konsumen saja (hampir 80% adalah 2 kategori ini). Distributor aktif adalah partisipan yang aktif melakukan penjualan, sponsoring, membina, melatih, dan hadir di setiap pertemuan. Distributor pasif adalah pembangun bisnis kecil, selling dan hanya sponsoring dalam jumlah kecil, tidak membina, tidak melatih, dan tidak aktif di pertemuan, konsumen adalah pengguna produk saja.

    anda bilang bukan dasar yang kuat. tapi sebenarnya justru anda telah membuktikan kalo MLM sesuai dengan analisis saya, yaitu hampir semua anggota MLM tidak akan mendapatkan kesuksesan sesuai dengan yang diiming2i. ini tersirat dengan sangat jelas dari penjelasan anda di atas. anda praktis mengatakan kalau yang sukses paling banyak berjumlah 20% saja.

    Bagaimana mungkin bila para distributor pasif dan konsumen disamakan dengan para distributor aktif, dan biaya operasional masing-masing dalam membangun jaringanpun berbeda

    oh, saya tidak pernah bilang “biaya operasional semua distributor pasti sama”. kapan saya bilang begitu? saya cuma bilang “profit yang berasal dari penjualan retail ke masyarakat non distributor harus melebihi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM”. ini adalah syarat kesehatan MLM yang memasarkan dirinya sebagai ‘peluang bisnis’.

    Bicara soal produk, saya tidak pernah mengatakan bahwa produk MLM haruslah super eksklusif dan hanya ada di MLM, yang saya katakan adalah produk itu harus senilai dengan uang yang dikeluarkan. Jadi bila Anda membeli sebuah sabun dengan harga Rp 50.000,- maka produk itu haruslah memiliki kualitas yang setara dengan harganya. Dan rata-rata produk MLM adalah produk dengan kualitas tinggi, dan standar GMP (termasuk produk yang saya tawarkan:d) Karena bila produk tersebut tidak baik, harga tidak sebanding dengan manfaatnya, itu bisa dikatakan ilegal.

    anda sebelumnya mengatakan kalau manfaat pertama dari MLM adalah “menikmati produk yang berkualitas”. karena itu asumsi anda, maka saya mengasumsikan anda berpendapat kalau “produk yang berkualitas tidak dapat didapatkan di luar MLM”. saya bilang di luar MLM pasti “ada produk dengan kualitas yang kurang lebih sama”, dan dengan demikian “manfaat menikmati produk yang berkualitas merupakan manfaat semu”

    di pasar bebas, produsen boleh2 aja jual sabun seharga Rp 1 juta :). tapi soal ada yang beli atau tidak itu urusan lain :). ini yang namanya mekanisme pasar. di MLM gak ada itu, atau paling tidak, tidak disadari oleh anggotanya :). anggota cenderung memilih produk MLM walaupun di luar ada yang jual produk serupa dengan harga yang lebih murah :).

    tidak seperti perkataan anda, untuk kebanyakan produk, tidak ada yang ilegal untuk menjual dengan harga tinggi yang tidak sebanding dengan manfaatnya. oleh karena itu MLM boleh2 saja menjual produk dengan profit margin 30%, 50% atau bahkan 100% :). ilegal? ilegal darimana? :) kalau memang ilegal mungkin produk di MLM hanya akan dijual dengan profit margin maksimum 10%-an :).

    Tapi saya paham itu tidak bisa menjadi tolak ukur keberhasilan bisnis ini, hanya saja itu dihasilkan BUKAN dari KERUGIAN orang lain, melainkan dari sama-sama mengambil manfaat

    jika profit anda sebagian besar berasal dari penjualan retail, artinya memang benar itu bukan dari kerugian orang lain. berbeda kasusnya jika sebagian besar hanya berasal dari pembelian oleh downline, karena dengan demikian downline2 anda tidak merasakan nikmat MLM sebagai peluang bisnis seperti yang dijanjikan :).

    kecuali tentunya jika anda memasarkan MLM sebagai klub belanja, dan bukan peluang bisnis :). kalau memang anda memasarkan MLM sebagai klub belanja, maka saya tidak punya masalah, karena siapapun anggota MLM tersebut akan mendapatkan manfaat sesuai dengan ekspektasi awalnya.

    mereka akan mendapatkan paket keuntungan yang TAK TERPISAHKAN, yaitu: 1. mendapatkan produk yang berkualitas, 2. dan mendapatkan kesempatan memperoleh penghasilan tambahan dari menjual, dan mensponsori bagi yang tertarik.

    pertama, MLM memasarkan dirinya terutama sebagai yang nomor 2, bukan nomor satu.

    kedua, keuntungan pertama sebenarnya adalah manfaat semu seperti yang telah saya jelaskan di atas.

    Kesempatan mendapatkan Business Opportunity ini yang mungkin sering disalah artikan oleh “pengamat” seperti Anda. Bahwa orang yang bergabung di bisnis ini semuanya WAJIB dan BERHAK untuk mendapatkan profit. Padahal tidak bisa seperti itu. Itu semua akhirnya sangat bergantung kepada rizki tiap-tiap orang

    kalau MLM mengklaim dirinya sebagai peluang bisnis, ya artinya anggotanya berhak mendapatkan profit. saya bisa mentolerir jika tidak semua anggota sukses, tapi kalo 90% anggota gagal mendapatkan profit ya kebangetan dong namanya :), kalo begitu jangan salahkan anggotanya, melainkan sistemnya.

    Dan kalau Anda katakan bahwa orang yang belakangan gabung akan mendapatkan kerugian, hmmmm…. kenapa Anda jadi punya pikiran se-NAIF ini. Coba Anda cari tau siapa yang “paling akhir” bergabung di sebuah program MLM. Pasti tidak ada, karena memang tidak akan ada akhirnya

    tentunya ada dong. pada suatu saat tertentu, untuk MLM dengan 2 kaki (best case scenario), maka mendekati 50% anggotanya adalah yang paling bawah. dengan demikian pada suatu saat tertentu, mendekati 50% anggotanya tidak akan mendapatkan apa yang dijanjikan. pengecualian ada untuk anggota yang (lagi-lagi) menjual cukup banyak ke masyarakat non distributor. ini berlaku kapan saja, dan jumlah anggota berapa saja.

    jangan bilang kalo pertumbuhan populasi manusia bisa mengimbangi ini, karena jawabannya TIDAK. pertumbuhan populasi manusia tidak bisa mengimbangi demand dari MLM.

    do not underestimate THE POWER OF LEVERAGEâ„¢ seperti kata anda. teori six degrees of separation mengatakan kalau dua orang di dunia ini dapat terhubungi dalam jarak 6 orang saja. dengan demikian tingkatan piramida di MLM juga praktis tidak jauh berbeda dair 6 tingkat saja.

    rasanya yang NAIF adalah anda, anda terlalu banyak mendapatkan brainwash sehingga tidak lagi bisa mengenali realitas di sekeliling anda.

    Ternyata benar Anda adalah kategori orang yang tidak berani jatuh, dan maunya serba perfect. Kalau Anda pikir peluang di bisnis ini amat kecil dan hanya untuk segelintir orang saja kenapa Anda tidak berani mengambil keputusan untuk menjadi segelintir orang sukses?

    karena tidak seperti anda, saya masih punya sense of reality. semuanya harus diperhitungkan secara objektif, dan tidak dilandasi oleh keyakinan semata2.

    Dan saya sangat tidak suka sekali mendengar Profesi yang terhormat ini, NETWORK BUILDER, Anda samakan dengan profesi curang atau ilegal, seperti pencuri dan koruptor. Pencuri adalah mencuri, koruptor adalah pencuri berdasi, mereka berdua tidak membawa manfaat sedikitpun kepada orang lain. Kami adalah para Network builder profesional, yang mencari uang dengan cucuran peluh, niat yang baik, saling menguntungkan, dan bergandengan tangan menuju kesuksesan bersama.

    saya TIDAK pernah menyamakan anda dengan pencuri atau koruptor, ini sudah saya sebut secara eksplisit sebelumnya, tapi anda juga masih tersinggung :). saya cuma menggunakan ‘profesi’ yang kita berdua sepakat sebagai pekerjaan yang buruk hanya untuk membuktikan kepada anda kalau argumen anda lemah. itu saja, tidak ada maksud menuduh macam2 :)

    Sebagai tambahan; pengembangan kepribadian, wawasan, pertemanan dan pola pikir positif sesuatu yang pasti terjadi bila aktif menjalankan bisnis ini. Jadi bukanlah suatu paket penawaran dan bahan pertimbangan bisnis. Hanya saja PASTI AKAN TERJADI

    kalau anda memasarkan MLM sebagai sarana untuk pengembangan kepribadian, wawasan dan pertemanan, dan teman anda ikut MLM untuk mendapatkan manfaat2 tersebut, maka saya tidak punya masalah sama sekali ;)

    masalahnya, kita berdua sama2 tahu kalau bukan itu yang terjadi :)

    Catatan: saya adalah seorang yang tidak tamat mengenyam pendidikan formal-hanya sampai SMP saja, sehingga tidak tertampung di lapangan pekerjaan konvensional. Untuk memulai usaha saya tidak mempunyai modal yang cukup, saya bahkan sempat terjerumus di dunia narkoba. Tapi Tuhan masih memberi saya kesempatan untuk berubah, akhirnya saya mengenal bisnis MLM, dan saya banyak sekali berubah. Dari cara pandang saya, pola pikir saya, dan tentunya kini saya punya penghasilan yang cukup. Padahal modal awal saya memulai bisnis ini adalah dengan cara berhutang kepada saudara.

    ya, kurang lapangan pekerjaan adalah masalah bangsa kita. i feel sorry for you.

    Maaf, bila Anda katakan ini bisnis yang buruk, coba beri saya peluang usaha lain yang bisa menghasilkan jutaan rupiah setiap hari dengan modal dibawah 1jt rupiah. Mohon beri saya jawaban pasti

    jika yang diperhitungkan hanyalah hasil akhir sama sekali tanpa memperhitungkan bagaimana caranya, maka saya sudah berikan dua buah contoh: korupsi dan mencuri :)

  225. Oleh karena itu mas, saya mohon petuah yang nyata yang langsung bisa saya aplikasikan. Karena mas kan “keliatannya” pakar dan “jagoan” dalam perhitungan ekonomi bisnis, jadi coba dong mas Pri yang kasih saya jalan keluar, bukan cuma menyalahkan orang yang cari duit dari MLM, dan hampir disamakan statusnya dengan koruptor/pencuri.
    Atau mas Pri kasih saya bisnis dengan modal kecil-hasil besar, halalan-thoyiban, tidak melanggar norma dll.
    Yang mas Pri sebut-sebut selama ini kan MLM berbasis rekrutmen dan skema piramida. Saya selalu setuju dengan itu, karena fokus perhatian sayapun adalah mengingatkan kepada teman-teman pemain yang lain bahwa skema piramida itu berbahaya. Setuju jika ada MLM seperti itu “wajib” dicurugai akan merugikan partisipannya. Hanya yang saya sayangkan pemikiran mas Pri itu seolah-olah MLM itu buruk dan berbahaya. Padahal yang salah adalah marketing plan yang dibuat oleh perusahaan tersebut dan segelintir orang yang hanya ingin mengambil keuntungan tanpa memperdulikan orang lain. Jadi mas Pri, MLM bukanlah piramida atau skema Ponzi, hanya sistem yang diciptakan oleh sebuah perusahaan MLM bisa jadi adalah Piramida.
    Saya juga sangat tidak suka dengan cara Anda ber-argumen yang bisa menyakiti orang lain. Karena mereka adalah “korban” ketidak pahaman, bukan punya niatan yang buruk untuk merugikan orang lain. Hanya segelintir orang saja yang sengaja mem”plesetkan” MLM untuk keuntungan pribadinya.
    Dan sekali lagi saya bantah kalau saya telah di brainwash karena di MLM yang kini saya ikuti itu tidak ada brainwash, beda dengan MLM yang pernah saya ikuti sebelumnya. Justru kami disini sangat perduli dengan teman-teman yang lain, dan sangat ingin berbagi pengalaman atau bertukar pikiran. Bahwa inti dari bisnis MLM adalah memasarkan produk, bukan kejar peringkat, iming-iming reward, tiket seminar dll.
    MLM yang satu ini hanya ada menjual dan menjual, yang dihitung adalah seberapa banyak produk yang berhasil kita jual/pasarkan bukan seberapa banyak orang yang kita rekrut. Dan perbedaan-perbedaan lainnya yang sudah sangat sering saya sebutkan di atas.
    Saya tidak mengatakan MLM yang ini adalah MLM yang terbaik apalagi yang terhebat, tetapi yang mau saya katakan adalah ini paling masuk akal, sederhana, dan tidak akan memberatkan membernya. Tidak akan ada kerugian bagi setiap partisipan (zero-loss/win-win solution), dibayar harian setiap ada omzet/transaksi penjualan pribadi dan group, benar-benar profit dari hasil penjualan Anda dan group Anda, walau mereka tidak join sekalipun!
    Ngomong-ngomong soal produk, Anda keliru besar! Karena pertama; di MLM bila harga produk tidak sesuai dengan manfaatnya maka itu bisa dikategorikan sebagai MLM piramida. Karena konsumen/partisipan disuguhi oleh produk yang nota bene adalah produk sampah, yang bila di jual retail akan sulit diterima pasar. Sebagai contoh bila ada sebuah perushaan MLM menawarkan barang eksklusif, misalkan sebuah pin yang dibuat khusus dari emas, yang harganya selangit, namun sulit dijual kembali, maka itu adalah skema Piramida dan itu berarti ilegal! Kedua; Bila harga di mark up terlalu tinggi maka akan sangat sulit dipasarkan, sehingga penjualan produk secara retail hampir-hampir mustahil dilakukan, yang berarti juga akan merugikan sbagian besar partisipan. Ketiga; Bahwa kita sebagai konsumen/pengguna produk tentunya membeli produk sesuai dengan manfaat yang dimiliki oleh produk tersebut. Jika ada MLM yang nekat menjual produk-produk sampah, plus iming-iming keuntungan luar biasa bila bergabung didalamnya ini pun sudah dalam kategori red flag, skema Piramida dan ilegal. Jadi, yang benar adalah produk juga sangat berhubungan erat dalam suatu bisnis MLM, bahkan bisa menjadi sebuah indikasi kuat, apakah MLM itu piramida atau bukan.
    Sah-sah saja bila menjual produk yang kurang manfaat dengan harga selangit dalam usaha konvensional, tapi bila di MLM… itu adalah skema Piramida!
    Sekali lagi mas Pri, MLM bukanlah piramida, tetapi skema didalamnya bisa jadi Piramida, paham kan maksud saya.:)
    Saya salah satu orang yang sangat percaya dengan hukum Pareto 20/80 di dalam bisnis apapun di dunia ini. Sesungguhnya hanya 20% bagian yang bisa sangat sukses, dan sisanya adalah partisipan (sukses kecil, menengah, gagal, dll) Itupun sangat bergantung dari kesempatan, kerja keras, upaya dan tentunya adalah hak rezeki masing-masing. Bila ada yang rugi, pasti ada yang diuntungkan. Tapi yang terbaik adalah sama-sama mengambil manfaat atau yang Anda sebut positive sum. Apa berlaku juga di MLM? Ya! Tergantung dari sisi mana Anda menilainya. Yang terpenting jangan saling menyalahkan, tapi saling mengingatkan.
    Dan ini yang tepenting:
    JANGAN PERNAH BERGABUNG DI DALAM SKEMA MLM PIRAMIDA, SKEMA YANG DICIPTAKAN OLEH PERUSAHAAN HANYA UNTUK KEPENTINGAN/KEUNTUNGAN PERUSAHAAN SAJA!
    Tidak ada kompromi dalam hal ini.
    Maaf, saya tidak bersedia menyebutkan perusahaan dimana saya bergabung, banyak pertimbangan, terutama hal etika dan tidak ingin saling menyalahkan. Dan saya tidak ingin mendiskreditkan perusahaan MLM manapun. Biarkan khalayak yang mnilainya sendiri, baik bagi diri kita belum tentu baik bagi orang lain. Setuju kan?:)>-

  226. wah menarik tuh…. di awal komentar Pak Zacky membenarkan analisa Pak Pri. trus dari tengah koment sepertinya MLM Pak Zaky MLM yang “baik” kalo kenyataanya begitu…
    sayang, di akhir komen, pak zacky nyembunyiin MLMnya………. bagaimana mau menilainya PaK???:-?

  227. #293:

    Oleh karena itu mas, saya mohon petuah yang nyata yang langsung bisa saya aplikasikan. Karena mas kan “keliatannya” pakar dan “jagoan” dalam perhitungan ekonomi bisnis, jadi coba dong mas Pri yang kasih saya jalan keluar, bukan cuma menyalahkan orang yang cari duit dari MLM, dan hampir disamakan statusnya dengan koruptor/pencuri. Atau mas Pri kasih saya bisnis dengan modal kecil-hasil besar, halalan-thoyiban, tidak melanggar norma dll.

    rasanya ini mentalitas kebanyakan orang indonesia: ingin kaya dengan cara yang instan :). kenyataannya, kondisi setiap orang berbeda2, misalnya dari sisi kemampuan, skill, koneksi, kapital, lokasi, dll dsb. kesempatan yang diperoleh juga tergantung dari faktor2 tersebut. saya gak bisa bilang usaha X pasti cocok untuk setiap orang, karena kenyataannya tidak demikian.

    anda bilang kalo anda punya penghasilan jutaan rupiah per hari dari MLM ini. kalo gitu gaji anda jauh lebih gede daripada gaji saya, dan harusnya anda yang modalin saya :D

    Yang mas Pri sebut-sebut selama ini kan MLM berbasis rekrutmen dan skema piramida. Saya selalu setuju dengan itu, karena fokus perhatian sayapun adalah mengingatkan kepada teman-teman pemain yang lain bahwa skema piramida itu berbahaya. Setuju jika ada MLM seperti itu “wajib” dicurugai akan merugikan partisipannya

    anda mengatakan seakan2 MLM anda tidak ‘berbasis rekrutmen dan skema piramida’. anda memasarkan MLM ini sebagai peluang bisnis tapi anda sendiri bilang kalau 80% anggota anda hanya konsumen belaka dan dengan demikian 80% tidak mendapati MLM anda sesuai dengan yang dijanjikan. saya heran, apakah ini terlampau sulit untuk dimengerti?

  228. Hanya yang saya sayangkan pemikiran mas Pri itu seolah-olah MLM itu buruk dan berbahaya. Padahal yang salah adalah marketing plan yang dibuat oleh perusahaan tersebut dan segelintir orang yang hanya ingin mengambil keuntungan tanpa memperdulikan orang lain

    selama ini, semua MLM yang analisis itu memangg ‘buruk dan berbahaya’ dalam artian bisa bikin bokek sebagian besar anggotanya :). benar seperti kata anda, yang salah adalah sistemnya, termasuk juga pada MLM anda.

    Saya juga sangat tidak suka dengan cara Anda ber-argumen yang bisa menyakiti orang lain. Karena mereka adalah “korban” ketidak pahaman, bukan punya niatan yang buruk untuk merugikan orang lain. Hanya segelintir orang saja yang sengaja mem”plesetkan” MLM untuk keuntungan pribadinya.

    saya gak tau harus ngomong apa karena saya cuma ngomong yang sebenarnya. kalau anda tersakiti, mungkin target kemarahan anda seharusnya perusahaan MLM, bukan saya. saya cuma menyampaikan kondisi yang sesungguhnya.

    MLM yang satu ini hanya ada menjual dan menjual, yang dihitung adalah seberapa banyak produk yang berhasil kita jual/pasarkan bukan seberapa banyak orang yang kita rekrut. Dan perbedaan-perbedaan lainnya yang sudah sangat sering saya sebutkan di atas.

    walaupun demikian tetap saja 80% anggota anda hanya jadi konsumen dan penjual retail tetap minim. baik buruknya sebuah MLM tidak cukup dinilai dari “berapa banyak produk yang berhasil kita jual”, tetapi dari “berapa banyak produk yang berhasil kita jual ke masyarakat non distributor”. karena jika tidak demikian, maka sesungguhnya MLM hanyalah semata2 kedok untuk ‘klub belanja’ dan sebagian besar ‘distributor’ ternyata hanyalah ‘konsumen’ walaupun sebelumnya dijanjikan untuk mendapatkan ‘peluang bisnis’.

  229. MLM bila harga produk tidak sesuai dengan manfaatnya maka itu bisa dikategorikan sebagai MLM piramida. Karena konsumen/partisipan disuguhi oleh produk yang nota bene adalah produk sampah, yang bila di jual retail akan sulit diterima pasar. Sebagai contoh bila ada sebuah perushaan MLM menawarkan barang eksklusif, misalkan sebuah pin yang dibuat khusus dari emas, yang harganya selangit, namun sulit dijual kembali, maka itu adalah skema Piramida dan itu berarti ilegal

    apa yang ilegal di sini? rasanya gak ada yang ilegal kalo saya menjual pin emas dengan harga 100 juta. tapi soal ada yang beli atau tidak itu urusan lain :). ini yang namanya mekanisme pasar. produk2 fashion itu bisa jadi profit marginnya 5 atau bahkan 50 kali lipat biaya produksi. tapi gak ada yang ilegal dengan hal tersebut.

  230. Bila harga di mark up terlalu tinggi maka akan sangat sulit dipasarkan, sehingga penjualan produk secara retail hampir-hampir mustahil dilakukan, yang berarti juga akan merugikan sbagian besar partisipan

    betul, ini alasan kenapa sulit menjual produk MLM ke masyarakat non distributor. silakan hitung besar komisi yang diterima oleh distributor (dan upline2nya), dan ini masih belum termasuk profit margin untuk produsen. jangna bilang kalau itu setara dengan biaya marketing dan distribusi pada pemasaran konvensional, karena tidak sepadan :)

    Sah-sah saja bila menjual produk yang kurang manfaat dengan harga selangit dalam usaha konvensional, tapi bila di MLM… itu adalah skema Piramida!

    nah, kalo gitu apa batasannya? seperti apa batas ‘manfaat’? dan berapa harga yang wajar? siapa yang menentukan ilegal atau tidak ilegal? undang2 mana yang mengatur hal ini?

  231. Saya salah satu orang yang sangat percaya dengan hukum Pareto 20/80 di dalam bisnis apapun di dunia ini. Sesungguhnya hanya 20% bagian yang bisa sangat sukses, dan sisanya adalah partisipan (sukses kecil, menengah, gagal, dll) Itupun sangat bergantung dari kesempatan, kerja keras, upaya dan tentunya adalah hak rezeki masing-masing. Bila ada yang rugi, pasti ada yang diuntungkan.

    fondasi perekonomian biasanya sebisa mungkin men-discourage prinsip pareto, misalnya dengan pajak progresif, pembuatan infrastuktur publik, atau melarang perjudian atau kegiatan zero-sum game lainnya. MLM justru meng-encourate prinsip pareto dengan memindahkan kekayaan dari banyak orang menjadi terpusat ke segelintir orang saja.

    anda harus bedakan MLM dengan perdagangan/commerce, karena walaupun kios kecil sebelah rumah saya adalah usaha super mikro, dia tetap memberikan value bagi pembeli dan tetap mendapatkan pendapatan yang sepadan. sedangkan di MLM, distributor terbawah kehilangan value tanpa mendapatkan value apapun.

    sekali lagi pengecualian ada pada MLM yang mengutamakan penjualan ke masyarakat non distributor.

    Bila ada yang rugi, pasti ada yang diuntungkan. Tapi yang terbaik adalah sama-sama mengambil manfaat atau yang Anda sebut positive sum. Apa berlaku juga di MLM? Ya! Tergantung dari sisi mana Anda menilainya

    ya ini kembali wishful thinking trademark anda :). manfaat yang dijanjikan di MLM adalah peluang bisnis, jika 80% peserta tidak mendapatkan apa yang dijanjikan, bagian mana yang positif? dan tidak perlu lagi ngelantur kemana2 untuk me-positif2kan situasi :)

    JANGAN PERNAH BERGABUNG DI DALAM SKEMA MLM PIRAMIDA, SKEMA YANG DICIPTAKAN OLEH PERUSAHAAN HANYA UNTUK KEPENTINGAN/KEUNTUNGAN PERUSAHAAN SAJA!

    hihihi, sebenarnya setali tiga uang. bedanya di MLM dibikin ada produk, sehingga menjadi legal, walaupun kalau diteliti secara cermat sebenarnya sama saja :). bahkan bisa jadi MLM berproduk lebih parah daripada skema piramida murni terutama jika ada pembelian paksa :), untungnya di MLM anda tidak ada kalau sesuai dengan klaim anda.

    Maaf, saya tidak bersedia menyebutkan perusahaan dimana saya bergabung, banyak pertimbangan, terutama hal etika dan tidak ingin saling menyalahkan

    no problem, informasi yang anda sampaikan sudah cukup bagi saya untuk menilai MLM anda. terima kasih banyak.

  232. Mas Pri lupa ya. Kalau soal partisipan kategori yang 80% itu kan pilihan mereka sendiri untuk hanya ingin menikmati discount produk dengan menjadi member, dan yang hanya setengah hati menjalankannya atau memang karena keterbatasan waktu, dsbnya. Sekali lagi saya tidak bisa memaksakan pilihan itu. Malah ada juga yang hanya coba-coba langsung MUNTABER (MUNdur TAnpa BERita) Jadi kondisi setiap orang berbeda-beda. Kalu mereka join di bisnis ini, setelah itu tidak benar-benar serius menjalankannya sehingga tidak mendapatkan komisi , dan mungkin karena hanya untuk coba-coba saja apakah itu salah saya? Saya selalu katakan kepada mereka ini loh peluangnya dan ini jalan yang harus Anda lalui tapi kenyataannya mereka menolak untuk mengikuti, apakah itu saya yang salah? Aktif-pasif-konsumen produk adalah pilihan, bukan suatu keharusan.
    Ada juga contoh lain di MLM ini yang hanya menjadi konsumen belaka, tetapi karena ada member aktif yang kebetulan “pemain” di bawahnya beliau bisa menikmati Bonus +/- 7jt rupiah setiap bulan!
    Jadi mas Pri, bila semua orang Aktif di bisnis ini maka bisa jadi bisnis ini akan selesai, tidak lagi menarik dan berubah menjadi klub belanja saja, tetapi ya seperti yang sering saya katakan, TIDAK AKAN MUNGKIN!
    Karena Anda tidak bisa memaksa mereka semua yang ada di jaringan Anda untuk menjadi member aktif, menjual, melakukan aktifitas bisnis dll. That’s the point. Kategori 80% adalah faktor si manusia-nya sendiri, bukan karena bisnis yang tidak jalan.
    Ini bukan soal mentalitas ingin cepat kaya seperti yang mas Pri katakan, tapi ini soal kenyataan! Masih banyak manusia Indonesia yang kurang diberdayakan, tidak punya penghasilan, tidak memiliki kesempatan dan modal yang cukup, baik dari segi finansial, skill dll. Mau pinjam ke Bank… tidak punya aset sebagai jaminan, mencari donatur… tidak ada yang percaya, ikut MLM ya dianggap merugikan orang lain! Mas Pri sih enak saja cuma mengatakan i’m sorry dan menyerahkan sepenuhnya kepada keadaan negeri kita. Kalau Anda memang “ahlinya analisa ekonomi” kenapa Anda tidak menciptakan sebuah program nyata yang bisa di aplikasikan ke banyak orang?
    Disinilah MLM bermula, tidak pandang bulu, Anda sarjana atau atau hanya lulusan SD, bisa punya penghasilan yang relatif cukup untuk membiayai hidup (kalau mau serius dijalankan dan memilih MLM yang tepat) Asalkan Anda mau mengikuti sistem yang sudah ada, saya yakin kesempatan untuk itu selalu terbuka. Tapi saya tidak bisa jamin jika:
    1. Hanya setengah hati
    2. Hanya mau mau enak-enakan diam
    3. Berpikir negatif, tidak mau mencari solusi
    4. Hanya mau enak sendiri
    5. Tidak mau menduplikasi apa yang upline lakukan dsbnya

    # betul, ini alasan kenapa sulit menjual produk MLM ke masyarakat non distributor. silakan hitung besar komisi yang diterima oleh distributor (dan upline2nya), dan ini masih belum termasuk profit margin untuk produsen. jangna bilang kalau itu setara dengan biaya marketing dan distribusi pada pemasaran konvensional, karena tidak sepadan :)

    Justru itu mas Pri, jika harga produk terlalu tinggi dan harga tidak sebanding dengan manfaatnya maka MLM itu bisa dikatakan Pyramida dan ilegal, yang berarti skema itu “seharusnya” dijauhi dan dilarang. Soal siapa yang mengaturnya kita serahkan kepada pihak yang berwenang melakukan hal itu.
    Batasan manfaat itu sebetulnya sederhana saja, bila Anda membeli sebuah pin emas MLM seberat 10gr seharga 10 jt, padahal harga emas di pasaran adalah ijt itu berarti Anda telah dipaksa membeli barang yang sebetulnya kurang Anda butuhkan dan terlalu mahal.
    Atau bila Anda membeli sebuah produk MLM, misalnya Filter air, karena termotivasi oleh business opportunity yang ditawarkan oleh si promoter maka itu berarti Anda sedang membeli barang sampah yang hanya akan Anda tumpuk di garasi.
    MLM yang baik menurut saya hanya akan menjual barang yang memang bisa diterima oleh pasar, baik mereka menjadi anggota maupun yang hanya tertarik kepada produknya alias konsumen. Jadi mereka bisa benar-benar mengambil manfaat dari produknya. Saya rasa Anda juga tidak bodoh untuk mau membeli pin emas karena tergiur oleh keuntungan menjadi member MLM!

    # fondasi perekonomian biasanya sebisa mungkin men-discourage prinsip pareto, misalnya dengan pajak progresif, pembuatan infrastuktur publik, atau melarang perjudian atau kegiatan zero-sum game lainnya. MLM justru meng-encourate prinsip pareto dengan memindahkan kekayaan dari banyak orang menjadi terpusat ke segelintir orang saja.

    Benar bila dilihat dari sudut pandang negatif dan hanya untuk skema MLM berbasis rekrut yang mengesampingkan nilai produk.

    # anda harus bedakan MLM dengan perdagangan/commerce, karena walaupun kios kecil sebelah rumah saya adalah usaha super mikro, dia tetap memberikan value bagi pembeli dan tetap mendapatkan pendapatan yang sepadan. sedangkan di MLM, distributor terbawah kehilangan value tanpa mendapatkan value apapun.

    Yup, bagi orang yang belum mengerti MLM memang selalu berpikiran seperti ini. Lagi-lagi persoalan yang terlalu dibesar-besarkan. Kita sama-sama tidak akan kehilangan apapun, karena ada produk yang bisa kita jual kepada konsumen maupun orang yang juga tertarik dengan bisnis ini (disini sangat terlihat pentingnya nilai sebuah produk yang akan dipasarkan). Kecuali pada beberapa konsep MLM yang memang selalu mewajibkan kepada membernya untuk membeli produk dengan alasan tutup poin, naik peringkat, reward dll, membuat partisipan membeli produk di luar kebutuhan pribadinya dan kemampuan menjualnya. Tapi di MLM saya tidak seperti itu mas…. Kita hanya membeli produk 1x yang jumlahnya tinggal disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak ada lagi kewajiban belanja bulanan. Dan komisi didapat dari produk yang terjual, baik kepada member maupun non member. Karena yang dihitung bukan orang mas, melainkan paketnya. Kalau masih belum bisa membedakan… ya bukan salah saya… :)

    # manfaat yang dijanjikan di MLM adalah peluang bisnis, jika 80% peserta tidak mendapatkan apa yang dijanjikan, bagian mana yang positif? dan tidak perlu lagi ngelantur kemana2 untuk me-positif2kan situasi :)

    Itu kan bagi orang-orang picik yang menganggap MLM hanya temapat nyari duit to, dan mengesampingkan manfaat produk… Kalau hanya berpikiran seperti itu saran saya ikut saja program money game, arisan berantai, investasi berjenjang dll. MLM adalah penggabungan 2 kekuatan, yaitu nilai produk dan peluang usaha pemasaran berjenjang. Istilahnya, dibelakang produk ini ada bisnis yang bisa Anda kembangkan, bukan kebalikannya! (piramida berbasis produk)

    # bisa jadi MLM berproduk lebih parah daripada skema piramida murni terutama jika ada pembelian paksa :)

    SETUJU!!! Maka dari itu hati-hati melihat skemanya, berpikir jernih dan jangan cepat terpengaruh oleh promoter yang sering kali mengiming-imingi dan menodai MLM dengan janji-janjinya. Ayo, jangan cuma bisa janji tapi harus jadi bukti nyata!

  233. # 294

    Anda bisa menilainya dari ulasan yang sudah saya tuliskan sebelumnya. Bila masih belum paham, tanyakan saja kepada mas Pri… hehehehehe…. Diakan “pakar” MLM…:)>-

  234. Kalau soal partisipan kategori yang 80% itu kan pilihan mereka sendiri untuk hanya ingin menikmati discount produk dengan menjadi member, dan yang hanya setengah hati menjalankannya atau memang karena keterbatasan waktu, dsbnya. Sekali lagi saya tidak bisa memaksakan pilihan itu. Malah ada juga yang hanya coba-coba langsung MUNTABER (MUNdur TAnpa BERita) Jadi kondisi setiap orang berbeda-beda. Kalu mereka join di bisnis ini, setelah itu tidak benar-benar serius menjalankannya sehingga tidak mendapatkan komisi , dan mungkin karena hanya untuk coba-coba saja apakah itu salah saya? Saya selalu katakan kepada mereka ini loh peluangnya dan ini jalan yang harus Anda lalui tapi kenyataannya mereka menolak untuk mengikuti, apakah itu saya yang salah? Aktif-pasif-konsumen produk adalah pilihan, bukan suatu keharusan.

    tidak terpikirkah oleh anda bahwa itu bukannya ‘pilihan mereka sendiri’, tetapi sistemnya memang seperti itu. sekeras apapun usaha anda jika sistem memberi insentif lebih tinggi terhadap perekrutan, maka yang terbawah pasti rugi. satu2nya supaya tidak rugi adalah jika insentif untuk menjual lebih tinggi daripada untuk merekrut.

    jika sistemnya seperti itu, sekeras apapun usaha yang dilakukan oleh anggota terbawah, jika sistem telah ‘saturated’, maka sebagian besar dari mereka pasti rugi. satu2nya jalan keluar adalah dengan menjual retail. apakah 80% dari partisipan yang merugi itu sudah menetapkan ‘pilihannya’ pada awal dia ikutan? atau dia ikutan karena janji2 potensi bisnis?

    satu orang yang berada di bawah bisa jadi ‘selamat’ dengan merekrut 5 downline misalnya, tapi hal ini menyelamatkan 1 orang dengan cara menjerumuskan 5 orang! anda bisa mencoba untuk melihat secara realistis, atau hanya bisa membalikkan muka dan bilang kalau ‘itu pilihan mereka sendiri’?

    Jadi mas Pri, bila semua orang Aktif di bisnis ini maka bisa jadi bisnis ini akan selesai, tidak lagi menarik dan berubah menjadi klub belanja saja, tetapi ya seperti yang sering saya katakan, TIDAK AKAN MUNGKIN!

    kenyatannya seperti itu, anda sendiri yang bilang 80% cuma belanja saja, ya artinya MLM anda lebih cocok disebut sebagai ‘klub belanja’ dibandingkan ‘peluang bisnis’ :). i rest my case.

    Karena Anda tidak bisa memaksa mereka semua yang ada di jaringan Anda untuk menjadi member aktif, menjual, melakukan aktifitas bisnis dll. That’s the point. Kategori 80% adalah faktor si manusia-nya sendiri, bukan karena bisnis yang tidak jalan.

    terpikirkah oleh anda kalau yang salah bukanlah orangnya, tapi sistemnya. kasian amat orang2 itu udah berkeringat kerja keras, masih rugi, dan masih saja dituduh ‘anda kurang bekerja keras’â„¢. anggota terbawah pasti rugi, titik! ini terjadi kapan saja dan tidak tergantung dari besarnya jaringan. dan ingat, suatu saat akan ada saturation, besar jaringan distributor akan stagnan, dan yang di bawah ini praktis ‘screwed’. jadi, jangan bilang ini adalah ‘faktor manusianya sendiri’.

    sekali lagi satu2nya jalan keluar adalah dengan menjual cukup banyak ke masyarakat non distributor.

    Mas Pri sih enak saja cuma mengatakan i’m sorry dan menyerahkan sepenuhnya kepada keadaan negeri kita. Kalau Anda memang “ahlinya analisa ekonomi” kenapa Anda tidak menciptakan sebuah program nyata yang bisa di aplikasikan ke banyak orang?

    saya memberi anda realitas yang ada. semua orang juga lagi susah sekarang ini. kalau semuanya hanya bisa mencari yang instan2 aja ya gak bakalan bisa beres. MLM mungkin bisa mengangkat derajat 1 orang, tetapi kemungkinan dengan mengorbankan 10 orang yang lain, jelas bukan merupakan solusinya, justru akan memperburuk ekonomi kita.

    kalau dengan tulisan saya ini saya bisa menyelamatkan 10 orang itu, maka 1 orang akan ‘screwed’, tapi 10 orang ini tidak akan bertambah miskin.

    Disinilah MLM bermula, tidak pandang bulu, Anda sarjana atau atau hanya lulusan SD, bisa punya penghasilan yang relatif cukup untuk membiayai hidup (kalau mau serius dijalankan dan memilih MLM yang tepat) Asalkan Anda mau mengikuti sistem yang sudah ada

    hihi, kalau sistemnya tersebut adalah: ‘rekrut anggota sebanyak2nya’, ya artinya yang salah adalah sistemnya, bukan orangnya. sudah cape2, ga dapet untung, bukannya prihatin, malah dituduh ‘hanya setengah hati’, ‘hanya mau enak2an’ etc.

    Justru itu mas Pri, jika harga produk terlalu tinggi dan harga tidak sebanding dengan manfaatnya maka MLM itu bisa dikatakan Pyramida dan ilegal, yang berarti skema itu “seharusnya” dijauhi dan dilarang. Soal siapa yang mengaturnya kita serahkan kepada pihak yang berwenang melakukan hal itu.

    Batasan manfaat itu sebetulnya sederhana saja, bila Anda membeli sebuah pin emas MLM seberat 10gr seharga 10 jt, padahal harga emas di pasaran adalah ijt itu berarti Anda telah dipaksa membeli barang yang sebetulnya kurang Anda butuhkan dan terlalu mahal.

    betul kan, sama sekali tidak ilegal. MLM bebas2 aja mau nyetel harga berapa. jika anda kesulitan untuk menjual produk anda ke masyarakat, mungkin anda harus mulai bertanya “mungkin memang kualitas produk yang saya jual ini tidak sebanding dengan harganya” :).

    Batasan manfaat itu sebetulnya sederhana saja, bila Anda membeli sebuah pin emas MLM seberat 10gr seharga 10 jt, padahal harga emas di pasaran adalah ijt itu berarti Anda telah dipaksa membeli barang yang sebetulnya kurang Anda butuhkan dan terlalu mahal.

    kalo emas sih praktis gampang ngitungnya karena harga bahan baku gak akan jauh berbeda dengan harga jual. tapi gimana misalnya dengan produk fashion, misalnya tas yang bahan bakunya 50 ribu, tapi dijual 1 juta? apa terlalu mahal? kalau terlalu mahal kenapa orang tetap beli?

    intinya adalah: satu2nya cara untuk menentukan layak jual atau tidak adalah mekanisme pasar. anda harus coba jual produk anda secara retail, baru dari situ anda bisa menentukan layak jual atau tidak.

    Benar bila dilihat dari sudut pandang negatif dan hanya untuk skema MLM berbasis rekrut yang mengesampingkan nilai produk.

    dari informasi yang anda berikan MLM anda itu berbasis rekrut. kalau cuma mementingkan penjualan ke sesama distributor, maka MLM anda berbasis rekrut. jika a

    soal nilai produk itu subjektif, apalagi kalau salesnya sendiri yang bilang hehehe. biarkan mekanisme pasar yang berbicara: nilai produk anda dihitung dari ‘market reception’. jika produk anda diterima oleh pasar bebas, artinya memang produk anda memang bernilai.

    Yup, bagi orang yang belum mengerti MLM memang selalu berpikiran seperti ini. Lagi-lagi persoalan yang terlalu dibesar-besarkan.

    anda gak mau ‘membesar2kan’ masalah ini karena memang di sini kelihatan belangnya MLM anda. at some point, mau tidak mau anda tidak dapat terus2an menutup2i belangnya MLM anda, melihat realitas yang ada secara objektif dan mengakui kalau MLM anda sebenarnya tidak jauh berbeda dari MLM2 ‘jelek’ yang anda sebut2 sebelumnya. entahlah apa anda berjiwa besar untuk mengakuinya atau tidak.

    Kita sama-sama tidak akan kehilangan apapun, karena ada produk yang bisa kita jual kepada konsumen maupun orang yang juga tertarik dengan bisnis ini (disini sangat terlihat pentingnya nilai sebuah produk yang akan dipasarkan).

    sekali lagi nilai produk ini biarlah ditentukan oleh mekanisme pasar. pasar di sini tentunya adalah pasar bebas, dan bukan kelompok distributor :). kalo sales produk sih pasti bilang produknya paling bagus :). mana ada kecap nomer 2 heheheh :))

    Itu kan bagi orang-orang picik yang menganggap MLM hanya temapat nyari duit to, dan mengesampingkan manfaat produk… Kalau hanya berpikiran seperti itu saran saya ikut saja program money game, arisan berantai, investasi berjenjang dll. MLM adalah penggabungan 2 kekuatan, yaitu nilai produk dan peluang usaha pemasaran berjenjang. Istilahnya, dibelakang produk ini ada bisnis yang bisa Anda kembangkan, bukan kebalikannya! (piramida berbasis produk)

    nah lho, pertama saya bilang kalau “saya tidak ada masalah dengan MLM jika prospek dijanjikan diskon produk, bukan peluang bisnis”, lalu anda sepertinya tidak setuju dengan pernyataan saya, maka artinya “anda memasarkan MLM sebagai peluang bisnis” (alias tempat cari duit). pop quiz, kalo gitu siapa yang menurut anda picik di sini? :)

    sekali lagi saya harus tegaskan posisi saya. saya tidak pernah menganggap MLM sebagai tempat nyari duit. yang bilang seperti itu adalah upline yang memrospek calon distributor. saya sama sekali tidak punya masalah jika MLM yang bersangkutan menjanjikan diskon produk, bukan peluang bisnis, dan distributor ikut MLM atas dasar mencari diskon produk, bukan peluang bisnis. coba baca lagi dengan hati2 tulisan saya.

    SETUJU!!! Maka dari itu hati-hati melihat skemanya, berpikir jernih dan jangan cepat terpengaruh oleh promoter yang sering kali mengiming-imingi dan menodai MLM dengan janji-janjinya. Ayo, jangan cuma bisa janji tapi harus jadi bukti nyata!

    anda bilang seakan2 MLM anda lebih baik dengan MLM2 lain yang anda sebut itu :-?

  235. hehehhe….mas Pri..mas Pri…Anda itu pengamat atau pura-pura jad pengamat…
    Seharusnya Anda paham tulisan saya, DI BELAKANG PRODUK INI ADA BISNIS, BUKAN KEBALIKANNYA! Makanya jangan cuma pintar berhitung saja.
    Yang mengatakan 1 orang untung dan 10 orang rugi kan Anda. Kalau saya melihatnya 1 orang untung, 10 orang juga untung. Tidak ada orang yang rugi! Sedari awal saya katakan kalau mau main MLM harus beri kesempatan memilih kepada prospek, mau jadi pemain atau mau jual-jualan, atau mau jadi pelanggan, atau mau menikmati produk saja. Itu adalah pilihan. Dan saya, juga teman-teman yang lain (kecuali segelintir orang) TIDAK PERNAH merayu mereka dengan iming-iming pendapatan yang tidak realistis. Dan biasanya mereka mengerti, dan tidak pernah merasa keberatan ko, APALAGI MERASA DIRUGIKAN! Anda bisa lakukan survey sendiri di lapangan langsung, jangan cuma pakai hiung-hitungan data. Data itu bisa salah loh mas, itu kan buatan manusia juga, kalau mas serius, tanyakan langsung kepada partisipan. Kalau ada yang merasa dirugikan tanyakan sejauh mana mereka rugi, dan silahkan susun urutannya, karena iming-iming kah, karena menggunakan produk kah, atau karena sistem MP yang kurang fair? Kalau hanya simulasi sih ngga akurat dan bisa saja salah! Ini semua bergantung apa MLM-nya, seperti apa MP-nya dan siapa pelakunya.
    Saya sudah katakan intensiv untuk rekrutmen lebih kecil daripada penjualan retail kepada konsumen. Malahan banyak dari kami memang menjual hanya kepada konsumen saja. Yang benar-benar jadi “pemain” itu persentasinya sangat kecil, mungkin dibawah 20%. Dan itukan pilihan, bukan paksaan atau di iming-imingi. Kita semua realistis ko. Dan saya katakan juga bahwa MLM saya bukan yang terbaik atau yang paling sempurna, melainkan yang paling masuk akal dan lebih adil bagi partisipannya. Saya juga tidak pernah menjelekan MLM yang lain. Intinya saya hanya ingin berbagi pengalaman saja.

    # nah lho, pertama saya bilang kalau “saya tidak ada masalah dengan MLM jika prospek dijanjikan diskon produk, bukan peluang bisnis”, lalu anda sepertinya tidak setuju dengan pernyataan saya, maka artinya “anda memasarkan MLM sebagai peluang bisnis” (alias tempat cari duit). pop quiz, kalo gitu siapa yang menurut anda picik di sini?

    Ini bukti kalau Anda belum paham dengan apa yang saya tulis. Saya juga tidak pernah mengatakan MLM adalah tempat nyari duit semata, MLM adalah 1 PAKET PENAWARAN, tempat kita bisa menikmati produk berkualitas dengan harga discount, sekaligus berbisnis network marketing. Jangan coba-coba dipisahkan.

    Justru itu mas, kan saya katakan kalau di MLM nilai produk itu sangat penting. Kalau produknya jelek + harganya tinggi siapa yang mau? Ujung-ujungnya partisipan akan dirugi kan. Kalau sudah begini kan jadi trade mark bahwa MLM adalah bisnis piramida dan ilegal (untuk menyamakan persepsi Anda bahwa bisnis MLM sama “curangnya” dengan koruptor-pekerjaan ilegal- yang menikmati uang dari kerugian orang lain). Padahal kita sama-sama tau kalau MLM ber-izin. Anda sendiri kan cuma bisanya cuap-cuap di blog ini, hasilnya apa? Hanya bisa menghujat, tanpa ada tindakan apa-apa. Seharusnya mas kasih “jalan” keluar nyata, mungkin memberikan mereka modal usaha, atau menciptakan sebuah sistem MLM yang CANGGIH, dimana semua partisipannya untung tanpa pernah mengeluarkan biaya bisnis! Beda dengan saya, saya memberi mereka pemahaman lain tentang MLM, dan bagaimana bisa menjalankan bisnis ini dengan benar sehingga tidak akan ada kerugian masive.

    oh iya, produk yang kami tawarkan insya Allah sangat bisa diterima ole pasar. Karena memang sudah terbukti banyak dipakai oleh masyarakat luas, bahkan sangat membantu masyarakat ekonomi menengah kebawah karena harganya terjangkau dan banyak manfaatnya. Kalau Anda berminat bahkan saya bersedia memberikan buat Anda mas Pri sample produk secara cuma-cuma! Tapi bukan untuk dipublikasikan. Silahkan rasakan sendiri manfaatnya. Dan Anda ga perlu bergabung di perusahaan ini. Ini sekedar rasa senang saya karena Anda sering menanggapi tulisan saya secara langsung.

    Saya tidak mengatakan MLM saya yang terbaik, tapi saya hanya mengingatkan jangan mudah tergiur oleh janji muluk segelintir promoter-nya. Silakan Anda lihat sendiri apa ISI Marketing Plan-nya, jangan lupa lihat produknya. Baru Anda putuskan sendiri layak atau tidak untuk dijalankan. Bila memang layak,go ahead itukan pilihan Anda…. Bila tidak mau, ya jangan.

  236. Saya juga tidak pernah mengatakan MLM adalah tempat nyari duit semata, MLM adalah 1 PAKET PENAWARAN, tempat kita bisa menikmati produk berkualitas dengan harga discount, sekaligus berbisnis network marketing. Jangan coba-coba dipisahkan.

    heheheh. lain kali coba anda tawarkan MLM anda sebagai klub diskon saja, tanpa iming2 peluang bisnis sama sekali. kemudian hitung berapa yang ikutan. saya yakin yang ikutan akan jauh menurun. anda bisa saja mengklaim MLM adalah 1 PAKET PENAWARANâ„¢, tetapi berulang kali mengatakan demikian tidak akan mengubah kenyataan yang sesungguhnya: sebagian besar orang2 ikut hanya karena peluang bisnisnya :)

    selain itu manfaat ‘produk berkualitas dengan harga diskon’â„¢ juga rancu, karena konsumen juga bisa mendapatkan produk yang sama di pasar bebas.

    Dan saya, juga teman-teman yang lain (kecuali segelintir orang) TIDAK PERNAH merayu mereka dengan iming-iming pendapatan yang tidak realistis. Dan biasanya mereka mengerti, dan tidak pernah merasa keberatan ko, APALAGI MERASA DIRUGIKAN!

    ok kalo gitu no problem. kalau MLM tersebut menawarkan keanggotaan sebagai ‘klub belanja’ semata, dan dengan demikian semua anggota ikut atas dasar manfaat ‘klub belanja’, maka artinya saya sama sekali gak ada masalah dengan MLM anda :) i rest my case.

    Kalau hanya simulasi sih ngga akurat dan bisa saja salah!

    :) anda bolak balik menyalahkan perhitungan saya. berkali2 saya bilang kalo ada yang salah dengan analisis cashflow saya, mohon ditunjukkan bagian mana yang salah :).

    kenyataannya, perhitungan saya adalah kepastian matematis. contoh yang lebih sederhana: kalo ada bisnis dengan biaya operasional 10 juta dan pemasukan 5 juta per bulannya, sustained, maka bisa disimpulkan kalo bisnis itu merugi 5 juta setiap bulan. ini adalah kepastian matematis.

    sama seperti itu. jika pada suatu MLM, profit yang berasal dari penjualan retail tidak sebanding dengan pengeluaran atas konsekuensi mengikuti MLM tersebut, secara kolektif, maka kelompok distributor secara keseluruhan pasti tekor. ini adalah kepastian matematis yang tidak bisa anda perdebatkan, kecuali kalo anda bisa menunjukkan jika ada variabel yang kurang atau salah.

    Ini semua bergantung apa MLM-nya, seperti apa MP-nya dan siapa pelakunya.

    betul, jika MLM tersebut sesuai dengan syarat perhitungan saya, maka MLM tersebut baik, dalam artian tidak atau minim terjadi distributor makan distributor.

    Justru itu mas, kan saya katakan kalau di MLM nilai produk itu sangat penting. Kalau produknya jelek + harganya tinggi siapa yang mau? Ujung-ujungnya partisipan akan dirugi kan. Kalau sudah begini kan jadi trade mark bahwa MLM adalah bisnis piramida dan ilegal

    nah, siapa yang menentukan standar kualitas produk? siapa yang menentukan harga yang pantas? satu2nya cara adalah mekanisme pasar, dan bukan dari semata2 klaim penjualnya :)

    (untuk menyamakan persepsi Anda bahwa bisnis MLM sama “curangnya” dengan koruptor-pekerjaan ilegal- yang menikmati uang dari kerugian orang lain). Padahal kita sama-sama tau kalau MLM ber-izin.

    saya pake contoh koruptor/pencuri atas dasar etikal, bukan legalitas. terlepas dari berat tidaknyanya, MLM dan korupsi sama2 tidak etis (sekali lagi saya tidak bilang korupsi sama salahnya dengan MLM). yang legal belum tentu etis. mungkin karena pengambil keputusan di negeri ini tidak/belum tahu kalau itu tidak etis.

    Anda sendiri kan cuma bisanya cuap-cuap di blog ini, hasilnya apa? Hanya bisa menghujat, tanpa ada tindakan apa-apa. Seharusnya mas kasih “jalan” keluar nyata, mungkin memberikan mereka modal usaha, atau menciptakan sebuah sistem MLM yang CANGGIH, dimana semua partisipannya untung tanpa pernah mengeluarkan biaya bisnis!

    saya nulis sesuai dengan hati nurani saya, kejadian di sekitar kita yang salah tetap saya tulis sebagai suatu kesalahan. kembali ke analogi nih :)

    kalo misalnya di koran ada yang bilang “KORUPSI ITU KEJAHATAN!”, apa lalu koruptor akan balas bilang “koran itu bisanya cuma cuap2 hasilnya apa? hanya bisa menghujat tanpa ada tindakan apa2. seharusnya kan kasih jalan keluar nyata yang penghasilannya sesuai dengan apa yang saya korup selama ini” :)

    sekali lagi saya tidak bermaksud menyamakan MLM dengan korupsi, ini hanya karena kita berdua pasti sepakat kalau korupsi adalah tindakan yang buruk :)

    oh iya, produk yang kami tawarkan insya Allah sangat bisa diterima ole pasar. Karena memang sudah terbukti banyak dipakai oleh masyarakat luas, bahkan sangat membantu masyarakat ekonomi menengah kebawah karena harganya terjangkau dan banyak manfaatnya

    kalau ini biarkan saja mekanisme pasar yang menilainya :). kalau memang murah dan berkualitas, pasti akan ada konsumen retail yang beli.

    Silakan Anda lihat sendiri apa ISI Marketing Plan-nya, jangan lupa lihat produknya. Baru Anda putuskan sendiri layak atau tidak untuk dijalankan. Bila memang layak,go ahead itukan pilihan Anda…. Bila tidak mau, ya jangan.

    i’ll pass. sampai detik ini belum ada MLM yang bisa membuktikan kalau dirinya adalah MLM yang baik.

  237. Boleh mas Pri cari di pasar bebas, produk MLM yang saya tawarkan tidak akan ada. Karena belum ada perusahaan di Indonesia yang bisa memproduksi ini, dengan alasan tekhnologinya memang belum terjangkau. Kalaupun ada pesaing di pasaran bebas (tapi saya sangat tidak yakin), kualitasnya belum tentu terjamin. Produk diproduksi dengan standar GMP, sertifikat halal, berizin dari badan POM, diakaui internasional dan produk ini merupakan hasil penelitian dari seorang profesor LN yang kompeten di bidangnya. Ini merupakan bukti nyata bahwa produk MLM memang berkualitas, harga sebanding dengan nilai dan manfaatnya. Ga percaya? Sukur. Saya juga tidak berharap Anda mempercayai. Ini hanya sekedar penjelasan dari saya,kalau apa yang Anda katakan itu TIDAK BENAR bahwa konsumen bisa saja mendapatkannya di pasar bebas. (Akui saja mas Pri, ngga perlu gengsi)

    Yang menentukan standar kelayakan suatu produk ya tentunya badan pemerintahan. Misalnya untuk produk makanan dan kesehatan ada DEPKES dan BPOM. Apakah produk tersebut layak untuk dipasarkan dan aman untuk di konsumsi. Juga ada sertifikat GMP internasional dll. Itu bisa menjadi acuan apakah produk itu bermutu atau hanya mahal. Kalau soal harga, ya pasar juga akan mengerti, apakah produk ini benar-benar bermanfaat buat mereka, atau membeli karena terjebak iming-iming saja.

    Kenyataan yang sesungguhnya adalah: saya bisa mendapatkan jutaan rupiah setiap hari dari memasarkan produk MLM ini , dan bukan dari belanja-belanja DL! Ini fakta yang terjadi. Dan begitupun teman-teman saya yang lain. Dan yang pasti ini bukan iming-iming.

    Analisis cash flow Anda memang tidak salah, tapi tidak bisa untuk membuktikan bahwa MLM itu bisnis yang buruk. Karena sekali lagi, MLM buruk karena sistem yang dibuat berat, segelintir pemain nakal, dan salah menerapkan ilmu jaringannya. KENYATAAN nih mas, sampai sekarang pun di kategori MLM BERAT, masih banyak partisipannya yang aktif menjual retail ke konsumen, dan mereka menikmati itu! Kalau ngga percaya, terjun saja langsung ke daerah saya. Dijamin Anda akan mengerti.

    MLM hanya bisa dikatakan “berat” dari segi bisnis bila MP-nya memang tidak memungkinkan partisipan mendapatkan nilai apapun didalamnya, terutama adalah dari segi finansial. Tapi ini bagi yang tidak memahami MLM, dan hanya menganggap MLM adalah bisnis seperti bisnis biasanya.

    Hehehe analogi Anda itu selalu menyerempet MLM adalah = korupsi. Saya setuju korupsi adalah pekerjaan yang buruk, tetapi profesi sebagai networker adalah baik dan etis!

    Saya toh tidak perlu mendapatkan “Persetujuan dan Pengakuan” dari Anda tentang MLM mana yang baik, karena saya lebih tau dari pada Anda dan Anda tidak punya wewenang untuk men-judge MLM manapun. Mas Pri hanya belum bisa mengakui bahwa sesungguhnya Anda tidak tau apa-apa tentang MLM dan hanya pengamat biasa.

  238. Boleh mas Pri cari di pasar bebas, produk MLM yang saya tawarkan tidak akan ada. Karena belum ada perusahaan di Indonesia yang bisa memproduksi ini, dengan alasan tekhnologinya memang belum terjangkau. Kalaupun ada pesaing di pasaran bebas (tapi saya sangat tidak yakin), kualitasnya belum tentu terjamin. Produk diproduksi dengan standar GMP, sertifikat halal, berizin dari badan POM, diakaui internasional dan produk ini merupakan hasil penelitian dari seorang profesor LN yang kompeten di bidangnya. Ini merupakan bukti nyata bahwa produk MLM memang berkualitas, harga sebanding dengan nilai dan manfaatnya. Ga percaya? Sukur. Saya juga tidak berharap Anda mempercayai. Ini hanya sekedar penjelasan dari saya,kalau apa yang Anda katakan itu TIDAK BENAR bahwa konsumen bisa saja mendapatkannya di pasar bebas. (Akui saja mas Pri, ngga perlu gengsi)

    hihihi maksud saya gak perlu merknya sama, tapi pasti ada produk dengan manfaat yang sama yang ada di pasar bebas. kalo produk dengan merk sama dijual di MLM dan sekaligus, yang di MLM gak bakalan bisa bersaing, karena harganya pasti lebih mahal. malah ada perusahaan yang bikin 2 merk terpisah, satu buat dijual di pasar bebas, satu buat dijual di MLM.

    kalau jenis produk tersebut dijual di MLM tapi tidak bisa ditemukan di pasar bebas, artinya hanya ada dua kemungkinan: 1. produk tersebut dipatenkan; atau 2. produk tersebut worthless :). konsekuensi dari pasar bebas adalah jika anda punya produk, pasti suatu saat akan memiliki pesaing. kecuali jika anda melindunginya dengan paten, dan patenpun tidak berlaku untuk selamanya.

    apanya yang mau diakui? anda sama sekali belum menyebutkan apa produk anda :). tapi paling tidak saya tahu produk anda adalah makanan atau obat2an, bisa dibilang hampir pasti ada produk serupa yang dijual di pasar bebas :). tapi supaya adil, saya nunggu anda sebut produk anda, itu kalau berani :P

    standar GMP itu mandatory, artinya kalo gak lulus standar itu, maka produk tersebut gak boleh dijual. artinya, semua produk obat dan makanan terpaket yang dijual pasti lulus standar itu. dan kalau ada yang memasarkan suatu produk dengan menyebutkan ‘lulus standar GMP’, artinya itu cuma pepesan kosong doang :), karena produk kompetitor juga lulus standar GMP :)

    Kenyataan yang sesungguhnya adalah: saya bisa mendapatkan jutaan rupiah setiap hari dari memasarkan produk MLM ini , dan bukan dari belanja-belanja DL! Ini fakta yang terjadi. Dan begitupun teman-teman saya yang lain. Dan yang pasti ini bukan iming-iming.

    kalau memang jutaan rupiah tersebut berasal dari penjualan retail ke masyarakat non distributor, artinya MLM anda memang baik dan saya gak punya masalah dengan itu. i don’t see what the fuss is all about :)

    problemnya ya saya gak tahu mana yang bener, kemaren anda bilang 80% distributor ternyata cuma konsumen, lalu sekarang anda bilang semua pemasukan anda berasal dari penjualan retail :). yang jelas saya tidak tahu situasi di MLM anda. kalau memang semua profit berasal dari penjualan retail, ya artinya saya gak punya masalah dengan MLM anda :)

    Analisis cash flow Anda memang tidak salah, tapi tidak bisa untuk membuktikan bahwa MLM itu bisnis yang buruk. Karena sekali lagi, MLM buruk karena sistem yang dibuat berat, segelintir pemain nakal, dan salah menerapkan ilmu jaringannya. KENYATAAN nih mas, sampai sekarang pun di kategori MLM BERAT, masih banyak partisipannya yang aktif menjual retail ke konsumen, dan mereka menikmati itu! Kalau ngga percaya, terjun saja langsung ke daerah saya. Dijamin Anda akan mengerti.

    lho, saya cuma mendefinisikan kriteria MLM yang baik, bukan mencap seluruh MLM buruk. kalau saya seperti terlihat antipati terhadap MLM secara keseluruhan, yang saya maksud sebenernya adalah MLM yang buruk. waktu anda bilang 80% ‘distributor’ ternyata hanyalah konsumen, saya bilang kemungkinan besar MLM anda buruk. lalu setelah anda bilang hampir semua keuntungan berasal dari penjualan retail, maka saya bilang kemungkinan besar MLM anda baik. entah mana yang bener :P. saya sih konsisten :)

    Saya toh tidak perlu mendapatkan “Persetujuan dan Pengakuan” dari Anda tentang MLM mana yang baik, karena saya lebih tau dari pada Anda dan Anda tidak punya wewenang untuk men-judge MLM manapun. Mas Pri hanya belum bisa mengakui bahwa sesungguhnya Anda tidak tau apa-apa tentang MLM dan hanya pengamat biasa.

    no problem, saya juga tidak bisa berharap terlalu banyak untuk meyakinkan seluruh MLMers apalagi yang ‘hard core’. tapi paling tidak ada beberapa orang yang baca tulisan saya dan kemudian tercerahkan, itu sudah cukup bagi saya.

    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends upon his not understanding it.” -Upton Sinclair

  239. Hehehe.. Anda ga perlu bingung dengan tulisan saya. Di MLM ini orang bisa saja “hanya” menjadi konsumen, atau menjual paket ke non distributor tapi omzetnya tetap bisa di hitung sebagai omzet group. Artinya apapun yang terjadi omzet akan tetap dihitung, karena komisi diayarkan bukan berdasarkan belanja group (kan memang tidak ada kewajiban belanja)melainkan dari penjualan pribadi dan penjualan group, ga masalah kepada siapa produk itu terjual, kepada konsumen, peminat bisnis, maupun ke non distributor. Yang jelas dari penjualan kepada non distributor-pun bisa tetap dihitung sebagai omzet group. Kuncinya adalah kata PENJUALAN, bukan PEMBELIAN. Tapi bila ada distributor yang belanja ulang pribadi karena memang butuh produk, ya tetap saja itu bisa jadi omzet yang tentunya bisa dicairkan/diuangkan.

    Yup, memang betul produk yang sejenis bisa ada di pasar bebas, tapi kan kandungan yang terdapat di dalamnya kan beda. Dan produk lain “bisa” berdampak negatif bila terus dikonsumsi, tapi produk kami TIDAK. Dan ini yang luar biasanya, produk ini tidak ada batas kadaluarsa, karena alami dan sangat steril. Tapi sekali lagi maaf, saya tidak bersedia menyebutkan nama produknya, karena produk ini bisa dikatakan menjadi Trade Mark perusahaan kami. Memang belakangan banyak perusahaan MLM lain turut mengekor jenis produk ini, tapi tetap produk saja kan bukan jaminan sukses di MLM (walaupun menjadi hal yang sangat menentukan), MP-team leader-dan support system kami masih lebih “adil” dalam sistem pembayaran dan sistem pemasarannya.

    Dalam tulisan saya, sudah jelas apa itu kategoti 80%, yaitu pembangun bisnis kecil- artinya hanya menjual produk skala menengah (volume PENJUALAN pribadi di bawah 10 paket/bln) dan kategori konsumen aktif, artinya rutin memesan produk dan mengkonsumsi untuk pribadinya. Diantara kedua kategori ini masih bisa dimungkinkan untuk menjadi 20% “pemain inti” bila mereka benar-benar menginginkan, tapi ya maunya mereka hanya sebatas itu. Dan tidak ada yang salah dalam hal ini.

    Sayapun sangat respect dengan tulisan Anda, hanya kadang terlalu vulgar (sebiknya menyatakan kebenaran pun menggunakan etika dan dengan cara yang baik pula), tidak perlu menggunakan analogi yang terlalu ekstrem untuk menguatkan pendapat Anda, kalau begitu kan artinya Anda sama saja dengan segelintir pemain MLM yang suka membanding-bandingkan kehebatan MLM dan menyatakan kalau di luar bisnis ini salah semua dan jelek. Saya sangat tidak setuju dengan ini! Seharusnya kita jangan cuma mengandalkan 1 sumber usaha saja, bila kedepannya terjadi sesuatu maka kita tidak akan kesulitan mengatasinya. Di MLM kami justru keadaannya terbalik, kami semua di ajarkan untuk membuka mata terhadap bisnis apapun. Banyak di antara kami yang juga mengembangkan usaha konvensional setelah memilki permodalan yang cukup, bahkan ada yang sampai bisa memiliki usaha properti dari hasil bisnis ini padahal beliaupun tetap bekerja sebagai karyawan di dinas perpajakan di kota Bandung (belia adalah upline leader saya), top leader nasionalnya sendiri memiliki bisnis lain selain dari bisnis MLM tentunya, dan beliau akhirnya bisa ikut membeli sebagian saham perusahaan ini.

    Jadi jangan terjebak oleh kontroversi bisnis MLM, melainkan cari dan temukan hal-hal positif di dalamnya. Anda hanya bisa tau bila benar-benar menyelami bisnis ini secara langsung. Sekali lagi bila hanya mengandalkan analisis matematis tidak akan pernah ketemu. Karena ini adalah penggabungan antara nalar dan perasaan, antara rasional dan emosional, antara otak kanan dan otak kiri. Seperti jika Anda sedang memandang cermin, satu sisinya hanya bisa memunculkan bagian depan saja, dan bila ingin melihat sisi lainnya di butuhkan kaca yang lain tepat di belakang Anda, baru semuanya akan terlihat.

    Salam sukses buat Anda semua.:)>-

  240. Artinya apapun yang terjadi omzet akan tetap dihitung, karena komisi diayarkan bukan berdasarkan belanja group (kan memang tidak ada kewajiban belanja)melainkan dari penjualan pribadi dan penjualan group, ga masalah kepada siapa produk itu terjual, kepada konsumen, peminat bisnis, maupun ke non distributor. Yang jelas dari penjualan kepada non distributor-pun bisa tetap dihitung sebagai omzet group.

    kenyataannya, penjualan kepada non distributor satu2nya yang bisa mengangkat keuangan grup ke arah yang positif. selain daripada itu, jika tujuan berMLM adalah mendapatkan keuntungan, maka transaksi lainnya hanya akan memindahkan uang dari bawah ke atas.

    Yup, memang betul produk yang sejenis bisa ada di pasar bebas, tapi kan kandungan yang terdapat di dalamnya kan beda. Dan produk lain “bisa” berdampak negatif bila terus dikonsumsi, tapi produk kami TIDAK. Dan ini yang luar biasanya, produk ini tidak ada batas kadaluarsa, karena alami dan sangat steril.

    wah ada kemajuan, paling tidak sekarang anda sepakat: “ada produk yang sejenis bisa ada di pasar bebas”. selain itu cuma sales pitch :). semua kecap juga nomer satu mas :). mana ada sales yang bilang produknya bisa berdampak negatif kalau dikonsumsi :) mana ada sales yang bilang produknya ‘biasa2 saja’? :)

    Tapi sekali lagi maaf, saya tidak bersedia menyebutkan nama produknya, karena produk ini bisa dikatakan menjadi Trade Mark perusahaan kami

    ini bullshit :). menyebutkan nama produk sama sekali tidak melanggar hukum trademark.

    tidak perlu menggunakan analogi yang terlalu ekstrem untuk menguatkan pendapat Anda

    sekali lagi saya tegaskan (pake huruf gede nih): SAYA TIDAK PERNAH MENGANALOGIKAN MLM ANDA DENGAN MENCURI ATAU KORUPSI. saya cuma pakai itu supaya mudah dicerna otak anda. kita berdua tidak sepakat soal MLM, maka saya cari pekerjaan lain yang kita berdua sama2 sepakat kalau itu buruk, kemudian saya aplikasikan kepada ‘pembelaan’ anda, terlihat ‘argumen’ anda sangat lemah.

    pernyataan anda: “MLM baik karena pelakunya berkeringat”
    dengan demikian: “suatu pekerjaan baik jika pelakunya berkeringat”
    jika diaplikasikan pada bidang lain: “maka korupsi adalah baik karena pelakunya berkeringat”

    di sini terlihat betapa lemahnya argumen anda. saya cuma ingin anda berhenti menggunakan retorika (salah satunya) ‘berkeringat’ untuk membela MLM, karena itu sama sekali bukan argumen yang masuk akal :)

    kalau begitu kan artinya Anda sama saja dengan segelintir pemain MLM yang suka membanding-bandingkan kehebatan MLM dan menyatakan kalau di luar bisnis ini salah semua dan jelek

    lagi lagi argumen yang sama sekali tidak masuk akal :). saya tegaskan lagi pake hurup gede: SAYA TIDAK PERNAH BILANG SEMUA MLM BURUK. saya cuma memberi kriteria MLM mana yang baik: jika penjualan retail ke masyarakat non distributor bisa melebihi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM.

    soal apakah saya pernah lihat ada MLM yang baik atau tidak itu urusan lain. i’ll reserve my judgement.

    Jadi jangan terjebak oleh kontroversi bisnis MLM, melainkan cari dan temukan hal-hal positif di dalamnya. Anda hanya bisa tau bila benar-benar menyelami bisnis ini secara langsung. Sekali lagi bila hanya mengandalkan analisis matematis tidak akan pernah ketemu. Karena ini adalah penggabungan antara nalar dan perasaan, antara rasional dan emosional, antara otak kanan dan otak kiri. Seperti jika Anda sedang memandang cermin, satu sisinya hanya bisa memunculkan bagian depan saja, dan bila ingin melihat sisi lainnya di butuhkan kaca yang lain tepat di belakang Anda, baru semuanya akan terlihat.

    ini argumen basi yang selalu diulang2 sampai saya bosan :). saya tegaskan di sini, mengulang2 argumen anda tidak lantas menjadikan argumen anda bertambah benar :). mohon balasan berikutnya hanya sertakan data atau pendapat anda yang belum pernah anda kemukakan sebelumnya

    sekali lagi, jika anda yang berada di MLM mengetahui apa yang tidak saya ketahui, silakan kemukakan, gak ada yang melarang di sini. walaupun komentar anda panjang2, selama ini anda tidak mampu untuk memberi tahu yang belum saya ketahui sebelumnya tentang MLM.

  241. Hanya ada dua hal yang belum Anda pahami tentang MLM mas pri:

    1. pikiran Anda belum benar-benar terbuka, dan
    2. Anda tidak pernah mau mendengar kebenaran yang sesungguhnya bukan matematis belaka.

    Sekarang saya hanya akan sedikit berkomentar, yaitu Anda selalu mencurigai apa yang menjadi konsep dasar MLM, yaitu:
    1. produk yang berkualitas
    2. duplikasikan diri Anda sendiri
    3. jadilah bos atas diri sendiri.

    Soal produk saya tidak mau mengulang lagi, karena jelas berbeda dengan konsep penjualan sales biasa. Karena produk MLM dipromosikan oleh distributor yang benar-benar merasakan manfaat produk, bukan iklan atau promo yang dibuat-buat. Saya sangat heran Anda tidak bisa menerima ini sebagai kenyataan, toh andaikan konsumen atau end user tidak benar-benar merasakan menfaat, mereka tidak akan membeli lagi. Jadi Anda harus buktikan sendiri manfaatnya, maka dari itu saya bersedia mengirimkan khusus untuk Anda sample produk MLM saya (beritahu saya kemana harus saya kirim).

    # saya cuma memberi kriteria MLM mana yang baik: jika penjualan retail ke masyarakat non distributor bisa melebihi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM.

    Teori ini saya rasa kurang tepat dalam 1 hal, yaitu penekanan Anda yang hanya terpusat pada penjualan retail saja, padahal kombinasi dari ketiganya (member, konsumer dan konsumer non distributor) merupakan keniscayaan. Dan operational cost bisa ditutup dari komisi pembayaran yang bila di MLM saya di bayar harian.

    Cukup ini saja yang akan saya tulis, saya tidak pandai menganalisis dan hitung-hitungan. Saya hanya katakan apa yang saya peroleh dari MLM dan apa yang saya ketahui secara nyata. Bila menurut teori ekonomi itu salah, maafkan saya. Dan sekali lagi maaf karena mungkin komentar saya terlalu panjang. Biar khalayak saja yang menilai sendiri. Thanx

  242. 1. pikiran Anda belum benar-benar terbuka, dan
    2. Anda tidak pernah mau mendengar kebenaran yang sesungguhnya bukan matematis belaka.

    1. oh pikiran saya sangat terbuka sekali, saya mau mengakui MLM baik jika saya menemukan MLM yang sesuai dengan kriteria MLM yang baik. rasanya justru anda yang belum terbuka pikirannya :)

    2. sekali lagi, kalau ada perhitungan saya yang salah, bagian mana yang salah? dan bagaimana yang benar? semua perhitungan untung rugi pasti ada hitungan matematisnya. di bisnis apapun pasti begitu. anda selalu buat pernyataan seperti ini tapi jelas2 cuma retorika belaka karena anda tidak dapat memberi tahu mana yang salah walaupun sejak dulu saya sudah meminta ini, berulang2.

    Sekarang saya hanya akan sedikit berkomentar, yaitu Anda selalu mencurigai apa yang menjadi konsep dasar MLM, yaitu:
    1. produk yang berkualitas
    2. duplikasikan diri Anda sendiri
    3. jadilah bos atas diri sendiri.

    kalau business plan yang diberi tahu adalah ‘duplikasi diri sendiri’ maka kelompok distributor dijamin pasti rugi dengan kemungkinan 100%. kenapa? karena populasi manusia terbatas.

    satu2nya cara supaya kelompok distributor tidak merugi yaitu dengan cara menjual ke non distributor.

    dengan ‘duplikasi diri sendiri’, anda hanya akan memindahkan uang dari DL ke UL.

    Soal produk saya tidak mau mengulang lagi, karena jelas berbeda dengan konsep penjualan sales biasa. Karena produk MLM dipromosikan oleh distributor yang benar-benar merasakan manfaat produk, bukan iklan atau promo yang dibuat-buat. Saya sangat heran Anda tidak bisa menerima ini sebagai kenyataan, toh andaikan konsumen atau end user tidak benar-benar merasakan menfaat, mereka tidak akan membeli lagi

    hihihi, semua sales juga bilang gitu, mana ada sales yang bilang ‘ini iklan yang dibuat2 saja’ :). saya kasih tahu lagi indikator kelayakan kualitas dan harga menurut mekanisme pasar: “jika tidak sulit menjual produk tersebut ke selain sales”. sales sih boleh klaim sampe mulut berbusa2, tapi kalo yang mengkonsumsi produk tersebut sebagian besar hanya salesnya sendiri, ya itu sudah cukup untuk menceritakan bagaimana kualitas dan/atau harganya :).

    Jadi Anda harus buktikan sendiri manfaatnya, maka dari itu saya bersedia mengirimkan khusus untuk Anda sample produk MLM saya (beritahu saya kemana harus saya kirim).

    silakan kirim ke kantor saya: margonda raya 340 depok 16424. tapi ada syaratnya:

    * anda kirim dalam kemasan yang tertutup rapat supaya orang2 gak tahu apa isinya sebelum membuka
    * saya akan tulis MLM anda apa di komentar di sini
    * gak boleh ada ‘catch’-nya

    Teori ini saya rasa kurang tepat dalam 1 hal, yaitu penekanan Anda yang hanya terpusat pada penjualan retail saja, padahal kombinasi dari ketiganya (member, konsumer dan konsumer non distributor) merupakan keniscayaan. Dan operational cost bisa ditutup dari komisi pembayaran yang bila di MLM saya di bayar harian.

    saya gak bicara tentang satu orang distributor saja, tapi kelompok distributor secara keseluruhan. satu orang bisa saja mendapatkan profit dari penjualan ke sesama distributor, tapii profit tersebut hanya berasal dari setoran sesama distributor. distributor pembeli mengeluarkan Rp X dalam bentuk profit margin, distributor penjual menerima profit margin sebesar Rp X. jika dihitung kelompok distributor secara keseluruhan, maka dengan demikian penjualan tersebut tidak berpengaruh pada kesehatan perekonomian kelompok distributor keseluruhan.

    ini beda dengan konvensional. di MLM distributor membayar, tetapi tidak ada nilai tambah yang dia dapatkan. nilai tambah apa? dia sudah tahu bagaimana cara untuk mendapatkan produk tersebut, dia sudah tahu kualitas produk tersebut. dia menyetor ke upline tanpa nilai tambah apapun. di pasar bebas kalo penjual memarkup produknya melebihi nilai tambah yang dia berikan, konsumen akan lari.

    saya tidak pandai menganalisis dan hitung-hitungan

    damn right! sampe cape saya :)

    Saya hanya katakan apa yang saya peroleh dari MLM dan apa yang saya ketahui secara nyata.

    lain kali jangan hanya hitung apa yang anda peroleh dari MLM, tapi ada pertanyaan yang lebih penting lagi: berasal darimanakah yang anda peroleh tersebut

  243. Duplikasi yang dimaksud disini adalah duplikasi sistem, kemauan untuk belajar dan bekerja sesuai rel-nya, leadership dan hal positif lainnya, jadi bukan hanya soal rekrut merekrut dan belanja-belanja. Dan tetap TIDAK SEMUA orang akan menduplikasi, artinya tidak akan sampai ke titik mana semua orang akan mengikuti.

    # satu2nya cara supaya kelompok distributor tidak merugi yaitu dengan cara menjual ke non distributor.

    Di titik inilah cara pikir kita serupa tapi tak sama. Karena sistem di MLM saya dimungkinkan untuk omzet penjualan kepada non distributor bisa tetap masuk menjadi omzet group Anda. Yang berarti pula belanja pribadi Anda tidak serta merta menjadi keuntungan Upline, dan yang utama Anda tidak perlu menstok barang diluar kemampuan Anda.
    Singkatnya, apa yang Anda harapkan dari sebuah MLM bisa terjawab pada MLM yang saya ikuti. Cuma bila Anda hanya menilainya dari bulatan-bulatan pada MP, Anda bisa keliru. Karena yang terpenting adalah bagaimana penerapannya di lapangan dan support system yang dibuat oleh LEADER COMMITTEE.

    Syarat 1 dan 3 bisa saya penuhi, tapi apapun penilaian Anda terhadap MLM ini , tetap saya tidak berkenan untuk menyebutkan NAMA perusahaannya. SORRY, yang jelas SAYA LEBIH TAU APA YANG SAYA DAPATKAN DAN DARIMANA BERASAL. Tanpa perlu hitung-hitungan pun saya bisa, jadi ga perlu “pintar” di bisnis ini…. :d/

  244. oh ya… analisis hitung menghitung Anda boleh juga…
    Tapi sayangnya Anda tidak jeli dalam mecerna sebuah kalimat “samar”. Saya lupa, mungkin Anda memang telah diprogram untuk jago berhitung, tapi sayangnya nilai KETAJAMAN Anda kurang baik hehehe… (maaf becanda)
    Masa Anda tidak bisa melihat point tulisan saya. Justru bila sebuah MLM adalah semata-mata klub belanja itu berarti skema Pyramida mas… Cuma saya malas menjelaskannya… bisa puaaanjaaaang..hehehehe

  245. Duplikasi yang dimaksud disini adalah duplikasi sistem, kemauan untuk belajar dan bekerja sesuai rel-nya, leadership dan hal positif lainnya, jadi bukan hanya soal rekrut merekrut dan belanja-belanja. Dan tetap TIDAK SEMUA orang akan menduplikasi, artinya tidak akan sampai ke titik mana semua orang akan mengikuti.

    ok, anda bilang harus ‘duplikasi’, dan menurut anda duplikasi bukan merekrut. jika duplikasi yang dimaksud adalah menjual retail, artinya MLM anda adalah baik :). kemauan untuk belajar dll dsb tidak akan membawa untung. saya cuma tertarik dengan cara2 yang dapat membawa keuntungan, karena di awal dijanjikannya seperti itu :).

    “tidak semua orang akan menduplikasi”. tapi kenyataan sebenarnya “mayoritas tidak akan menduplikasi” hehehe.

    Di titik inilah cara pikir kita serupa tapi tak sama. Karena sistem di MLM saya dimungkinkan untuk omzet penjualan kepada non distributor bisa tetap masuk menjadi omzet group Anda.

    justru satu2nya cara untuk menjadi omset adalah dengan menjual kepada non distributor. selain itu, di semua MLM juga begini, tidak cuma di MLM anda saja. tidak ada yang melarang penjualan ke non distributor, dan penjualan tersebut tetap akan membawa profit.

    problemnya, saya tidak melihat ada MLM yang menitikberatkan penjualan retail ini.

    Singkatnya, apa yang Anda harapkan dari sebuah MLM bisa terjawab pada MLM yang saya ikuti. Cuma bila Anda hanya menilainya dari bulatan-bulatan pada MP, Anda bisa keliru. Karena yang terpenting adalah bagaimana penerapannya di lapangan dan support system yang dibuat oleh LEADER COMMITTEE.

    dari penjelasan anda selama ini, saya cuma bisa menyimpulkan, “MLM anda bukanlah MLM yang seperti saya harapkan”. rasanya anda cuma berpura2 seakan2 MLM anda adalah MLM yang baik :)

    Tapi sayangnya Anda tidak jeli dalam mecerna sebuah kalimat “samar”. Saya lupa, mungkin Anda memang telah diprogram untuk jago berhitung, tapi sayangnya nilai KETAJAMAN Anda kurang baik hehehe… (maaf becanda)

    kalo gitu, mana kalimat yang ‘samar’ yang tidak jeli saya cerna dan bagaimana yang benar? :) gitu aja kok ribet :)

    Masa Anda tidak bisa melihat point tulisan saya. Justru bila sebuah MLM adalah semata-mata klub belanja itu berarti skema Pyramida mas

    ya ini namanya moot point, kalaupun klub belanja berskema piramida, klub belanja tidak pernah menjanjikan peluang bisnis, jadi mau piramida atau tidak gak jadi masalah. yang penting anggota dapet diskon! :)

  246. Tidak betul mas, MLM yang ini sangat berbeda dengan yang ada sebelumnya, khususnya dengan MLM sistim tutup point. Pada prinsipnya MLM adalah bisnis yang baik, dimana setiap partisipan berhak untuk bisa menikmati discount produk dan ikut menjual. Kalau di MLM yang dulu pernah saya ikuti penekannya adalah bergabung & belanja tiap bulan. DL yang “ber-isi” produk baru akan menghasilkan omzet. Tidak tau apakah produk sampai ke tangan konsumen atau hanya sebatas mereka beli karena mengejar peringkat saja. Kalau di MLM yg sekarang (saya sebut saja XYZ) adalah bergabung dan menjual. Omzet hanya akan terjadi bila DL melakukan penjualan, artinya pada saat produk berpindah tangan kepada pihak yang membeli. Jika DL tidak melakukan penjualan (bukan pembelian), tentunya tidak akan ada omzet. Bisa dipahami?

    Di MLM lain (selanjutnya saya sebut “ABC”) dari data-data yang ada, itu hanya kurang dari 5% saja yang mau belanja tiap bulan, akhirnya opsi tertinggi jelas adalah merekrut sebanyak-banyaknya. Kalau di MLM XYZ fokus pada menjual sebanyak-banyaknya (maka dari itu omzet dihitung per-hari). Sekali lagi tidak masalah kepada siapa produk terjual.

    Maaf saya bukan ber-pura-pura beda, tapi MEMANG BEDA!

    Kalimat “samar” ya yang saya sudah jelaskan dari awal. Silakan Anda cari tau sendiri.

    Yang benar adalah, skema piramida itu bisa merugikan satu pihak, menguntugkan pihak lain (khususnya produsen). MLM bukanlah money game (naked Pyramid), hanya saja banyak money game yang mendompleng MLM. Skema Piramida sudah pernah saya tulis sebelumnya. Sedangkan pemindahan keuangan dari DL ke UL hanya ada di money game, surat berantai, arisan berantai dan sejenisnya. Di MLM ini seharusnya tidak terjadi, karena UL mempromosikan, mendistribusikan dan menjual produk sebagai konsekuensi menjalankan bisnis MLM, dan berhak mendapatkan komisi dari upayanya itu. Tapi sayangnya mereka dibayar terlalu lama dan terlalu kecil dibandingkan dengan omzet yang berhasil mereka ciptakan. Pada akhirnya menyebabkan tidak seimbang antara upaya dan hasil. Maka dari itu kunci di dalam bisnis MLM adalah: seberapa cepat kita dibayar dan seberapa besar. That’s it.

  247. Omzet hanya akan terjadi bila DL melakukan penjualan, artinya pada saat produk berpindah tangan kepada pihak yang membeli. Jika DL tidak melakukan penjualan (bukan pembelian), tentunya tidak akan ada omzet. Bisa dipahami?

    oh, sampai di sini doang sih saya sepakat :). yang dipermasalahkan kan penjualan ke sesama distributor dan penjualan ke non distributor.

    * penjualan ke sesama distributor tidak akan mempengaruhi omset distributor secara keseluruhan. ini hanya akan memindahkan uang ke sesama distributor. satu distributor bertambah omsetnya, tapi satu distributor berkurang omsetnya. net-nya impas
    * jika sebagian besar produk hanya dikonsumsi oleh distributor, maka sebenarnya MLM tersebut adalah klub belanja.
    * jika nilai yang diharapkan adalah profit, maka satu2nya jalan kalau mau dibilang distributor bekerja sama saling membantu adalah dengan penjualan retail.

    Sedangkan pemindahan keuangan dari DL ke UL hanya ada di money game, surat berantai, arisan berantai dan sejenisnya

    hehehehe, tidak juga. kalau kita jeli, kita bisa melihat uang tersebut bisa juga diselipkan di dalam harga produk :). di sini ‘kreatif’-nya pengelola MLM untuk menghindari jeratan legalitas :).

    Di MLM ini seharusnya tidak terjadi, karena UL mempromosikan, mendistribusikan dan menjual produk sebagai konsekuensi menjalankan bisnis MLM, dan berhak mendapatkan komisi dari upayanya itu

    yang menentukan berhak atau tidaknya ya mekanisme pasar, bukan distributor atau MLM. kalau kemahalan, ya pasar akan tetap tidak akan beli walaupun anda merasa berhak.

    saya bisa saja menawarkan obat kuat ke tetangga saya dengan harga 100 juta. saya merasa sudah mempromosikan, mendistribusikan dan menjual produk, jadi saya merasa berhak dibayar 100 juta :). tapi kan kenyataannya gak seperti itu, kalo gitu lebih baik tetangga saya cari produk lain yang lebih murah. ini yang namanya mekanisme pasar.

    jadi, layak atau tidaknya suatu produk, mahal atau tidaknya, pantas atau tidaknya komisi distributor, yang menilai adalah mekanisme pasar, bukan distributor itu sendiri. anda boleh mengklaim sampai berbusa2 kualitas produk anda, atau bagaimana anda layak dibayar semahal itu, tapi tetap saja yang menentukan adalah mekanisme pasar.

  248. Betul mas Pri, saya juga setuju dengan analisis mas yang satu ini. Tapi ada yang belum “terbaca” oleh mu mas. Yaitu:
    Point 1 & 2 Penjualan ke sesama distributor hanya terjadi pada MLM berbasis Tutup Point dan belanja bulanan, begitu pun bila penggunaan produk yang hanya terpusat pada distributor itu saja. Ini berarti pemasaran tertutup. Yang bila melihat standar FTC dan PSA itu masuk kategori piramida. Beneran deh, ini bisa merugikan partisipannya. Karena kenyataannya tidak ada MLM murni sebagai klub belanja saja, yang ada adalah sebagian partisipan di dalamnya memanfaatkan MLM untuk membeli produk yang menurut mereka bagus. MLM pada dasarnya adalah menawarkan business opportunity dan satisfaction.
    Point yang ke 3, ini memang yang terjadi di MLM saya. Fokus pada penjualan, entah belakangan akhirnya mereka tertarik pada potensi bisnisnya atau mau tetap sebagai konsumen aktif saja. Di MLM saya tidak terjadi penjualan ke sesama distributor, karena ya itu tadi, tidak ada belanja bulanan sebagai syarat meraih bonus. Karena sesungguhnya yang mas maksud dengan penjualan ke sesama distributor adalah bila partisipan selalu merekrut untuk “mengisi volume belanja bulanan” sebagai omzet dari group. Tau kan bedanya?

    Loh, kan sangat wajar bila partisipan mendapatkan komisi dari margin suatu produk. Mengingat pengalihan biaya promosi dan distribusi yang kini menjadi tanggungan dari masing-masing distributornya. Ini memang prinsip dasar MLM. Jadi harga suatu produk MLM haruslah = harga produk bila produk tersebut di pasarkan dengan cara konvensional. Maka dari itu nilai suatu produk MLM menjadi sebuah faktor penting.

    Pemasaran MLM sangatlah unik, dimana produk dipasarkan dari Mulut Lewat Mulut. Karena promosi yang paling efektif adalah langsung dari pengguna produknya sendiri. Contoh, kita sering kali mendapatkan informasi dari pelanggan yang merasa puas dari suatu produk tertentu. Kemudian kita pun tertarik untuk ikut mencobanya, bukan karena melihat papan reklame dan iklan media massa, tapi karena melihat dan mendengar sendiri dari pengguna produk tersebut. Ini yang membedakan Distributor MLM dengan Sales produk biasa. Sales dibayar untuk mengatakan “ini yang terbaik” padahal seringkali mereka bukan pengguna produk tersebut, tapi para marketer MLM mengatakan “ini yang terbaik” karena mereka menggunakan produk, merasakan sendiri kualitas dan manfaatnya.

    MLM adalah dunia pemasaran yang paling efektif. Jadi lupakan sejenak teori-teori itu. Gunakan teori secara konstruktif saja, jangan malah mematikan kreatifitas. Tau ngga mas, setiap 1 detik bintang bergeser ratusan kilometer! Itu berarti kehidupan bersifat dinamis, selalu ada perubahan, dan selalu muncul ilmu-ilmu baru. Teori Robert Maltus itu bukan kalimat Dewa yang selalu benar. Kebenaran adalah hidup itu sendiri, selalu berubah dan menuntut perubahan cepat. That’s why God called “Maha Hidup”

    Salut buat mas Pri…

  249. Tapi ada yang belum “terbaca” oleh mu mas. Yaitu: Point 1 & 2 Penjualan ke sesama distributor hanya terjadi pada MLM berbasis Tutup Point dan belanja bulanan, begitu pun bila penggunaan produk yang hanya terpusat pada distributor itu saja. Ini berarti pemasaran tertutup

    jika memang di MLM anda tidak ada sama sekali penjualan ke sesama distributor, maka bisa diartikan bahwa yang ada hanya penjualan ke non distributor, dan dengan demikian MLM anda kemungkinan baik dalam artian keuntungan satu distributor tidak berasal dari kerugian yang lain.

    tapi, lagi2 saya gak tahu mana yang benar :). kemarin anda bilang 80% dari distributor ternyata hanyalah konsumen :)

    tidak ada belanja bulanan hanyalah salah satu syarat untuk mencapai tujuan. jika tujuan utama kelompok distributor adalah mendapatkan profit, maka kondisi yang diinginkan adalah pemasukan lebih besar daripada pengeluaran. jika kondisi ini tidak terpenuhi, kelompok distributor merugi, dan kenyataan bahwa tidak ada belanja bulanan tidak akan mengubah hal tersebut.

    Fokus pada penjualan, entah belakangan akhirnya mereka tertarik pada potensi bisnisnya atau mau tetap sebagai konsumen aktif saja

    oh ya, ini masalahnya. jika seorang distributor berniat ikut MLM untuk mendapatkan profit, dan ketika sudah masuk mereka tetap sebagai konsumen aktif saja, artinya ada yang tidak beres. jika MLM-nya baik, mereka akan ‘memecatnya’, karena akan berat di dia dan juga di kelompok distributor. tapi biasanya situasi di MLM mengedepankan ‘wishful thinking’, situasi akan mencoba ‘memrogram’ yang gagal ini untuk berpikir kira2: “ah, biar gak dapet untung juga, yang penting saya bisa beli produk murah” :). padahal kita semua tahu kalau dia ikut dengan niat mendapatkan profit, dan di luar juga ada produk sama dengan harga yang kompetitif.

    Karena sesungguhnya yang mas maksud dengan penjualan ke sesama distributor adalah bila partisipan selalu merekrut untuk “mengisi volume belanja bulanan” sebagai omzet dari group. Tau kan bedanya?

    jelas tahu. tapi sekali lagi, kalau setelah syarat tersebut diterapkan ternyata masih besar pasak daripada tiang, maka kondisi tersebut tidaklah cukup. yang penting di sini adalah realisasinya seperti apa.

    saya memberi syarat hasil akhir yang diinginkan: “profit yang berasal dari penjualan produk ke non distributor lebih besar daripada pengeluaran akibat konsekuensi menjalankan MLM”

    anda memberi syarat satu langkah menuju hasil yang diinginkan tersebut: “tidak ada paksaan membeli, tidak ada paksaan merekrut, semua komisi hanya berasal dari penjualan”

    saya jawab “jika syarat kolektif yang diinginkan tidak tercapai, maka langkah tersebut tidak cukup”

    Loh, kan sangat wajar bila partisipan mendapatkan komisi dari margin suatu produk. Mengingat pengalihan biaya promosi dan distribusi yang kini menjadi tanggungan dari masing-masing distributornya

    sampai sini doang sepakat, tapi besaran yang pantas bukan MLM atau distributor yang menentukan. distributor ingin harga ini setinggi mungkin. konsumen ingin harga ini serendah mungkin. di pasar bebas dua kepentingan tersebut saling bertemu, hasil akhirnya harga tetap rendah, tapi distributor tetap dapat profit yang sepadan dari situ.

    di dalam MLM tidak ada mekanisme pasar seperti ini. distributor ingin ongkos distribusi tinggi, tapi berhubung sebagian besar produk hanya dikonsumsi mereka sendiri, maka gak ada yang mengontrol harga ini. oleh karena itu saya jelaskan, pantas atau tidaknya harga, bagus atau tidaknya kualitas baru ditentukan dari penerimaan produk ini oleh konsumen di luar distributor, dimana produk ini bersaing dengan produk2 lain.

    cara menentukan profit margin gampang kok. jika anda jual produk ke konsumen non distributor, hitung komisi yang diterima anda ditambah dengan komisi yang diterima upline anda. dari beberapa MLM, ada yang bisa sampai 50%, 60% atau bahkan lebih dari 100%. dan itu belum termasuk profit margin produsen yang besarnya cuma mereka yang tahu. MLM yang profit marginnya kecil gak bakalan laku, walaupun harusnya akan lebih mudah menjual ke konsumen non distributor, karena yang dicari sebenarnya bukan itu :).

    di pasar bebas mana ada distributor last mile yang ngambil profit margin sebesar itu :).

    Pemasaran MLM sangatlah unik, dimana produk dipasarkan dari Mulut Lewat Mulut. Karena promosi yang paling efektif adalah langsung dari pengguna produknya sendiri. Contoh, kita sering kali mendapatkan informasi dari pelanggan yang merasa puas dari suatu produk tertentu. Kemudian kita pun tertarik untuk ikut mencobanya, bukan karena melihat papan reklame dan iklan media massa, tapi karena melihat dan mendengar sendiri dari pengguna produk tersebut

    hehehehe, anda salah kaprah. promosi dari mulut ke mulut memang sangat efektif. kenapa sebabnya? karena yang melakukan promosi tidak punya insentif finansial untuk melakukan promosi! mereka promosi hanya karena puas dengan produknya.

    bedakan dengan MLM, tujuan distributor melakukan promosi justru karena punya insentif finansial. bisa jadi ada distributor yang ‘sincere’, tapi tetap saja kalau konsumen tahu insentif finansial, tidak akan seefektif promosi mulut ke mulut.

    Sales dibayar untuk mengatakan “ini yang terbaik” padahal seringkali mereka bukan pengguna produk tersebut, tapi para marketer MLM mengatakan “ini yang terbaik” karena mereka menggunakan produk, merasakan sendiri kualitas dan manfaatnya

    sama aja, sales dan marketer MLM sama2 dapet untung kalo produknya terjual :). mana ada marketer MLM bilang jujur “ini bukan produk terbaik”. semua kecap juga nomer satu hehehe :)

    MLM adalah dunia pemasaran yang paling efektif

    yup, paling efektif, dari sisi produsen :). dan ini pun kalau mengabaikan faktor etika :). tapi beda ceritanya kalau dari sisi distributor :)

    Tau ngga mas, setiap 1 detik bintang bergeser ratusan kilometer! Itu berarti kehidupan bersifat dinamis, selalu ada perubahan, dan selalu muncul ilmu-ilmu baru

    interesting analogy :). ‘logika’ model begini cuma ada di MLM :). entah apa yang bisa menjadikan dua premis tersebut sebagai suatu korelasi. tapi sayangnya saya gak mudah terpengaruh oleh retorika semacam ini :). jadi tolong kalau mau berdiskusi konsentrasilah pada substansi yang dibahas, tidak perlu mengeluarkan jargon2 yang terdengar hebat tapi gak nyambung :)

    ilmu2 baru selalu ada, tapi bukan berarti yang baru dapat diterima begitu saja. dan sampai saat ini pun anda belum pernah memberi tahu saya apa yang saya belum ketahui.

  250. hehehe… sekarang akhirnya saya sadar, kalau ternyata saya telah keliru menilai Anda. Rupanya Anda serba tahu, dan cuma satu yang Anda tidak tahu, yaitu Anda tidak tahu kalau Anda tidak tahu…hhehehehe…

    Buktinya kan sudah sering saya jelaskan kalau 80% orang yang membeli produk ini hanyalah konsumen, artinya ya mereka adalah non-distributor dan seandainya mereka join itu karena ingin menikmati discount produk, bukan karena business opprtunity. Mereka tidak tertarik dengan bisnisnya. Jadi mereka bukan distributor aktif, artinya ya tau dong, mereka tidak menjalankan usahanya. Sebagian lagi dari 80% adalah yang “coba-coba” gabung tapi tidak menjalankannya dengan serius, atau ada juga yang serius tapi salah menerapkan system. Sehingga mandeg dan akhirnya berpikiran keliru terhadap bisnis ini. Ingat, tidak semua orang akan menduplikasi Anda. Tapi saya tekankan sekali lagi kepada Anda bahwa tidak akan ada yang dirugikan di MLM ini, karena mereka tidak dituntut untuk selalu membeli produk yang bisa-bisa ditumpuk di kamar mereka tanpa tau kemana harus menjualnya.

    Nah yang satu ini saya sangat setuju sekali, “REALISASINYA SEPERTI APA…” Ini tergantung marketernya memberlakukan bisnis MLM seperti apa. Dan sekali lagi yang sudah sering saya sebutkan (jangan pura-pura saya belum memberi tahu Anda) adalah “JANGAN PERNAH MENGHITUNG MLM DENGAN HITUNGAN SEMPURNA SEPERTI PADA MARKET PLANNING PERUSAHAAN” Karena di medan pertempuran yang sesungguhnya tidak seperti itu. Ada banyak hal mas Pri…. Ini bisnis manusia, seperti pada bursa saham, tidak bisa diprediksi karena berkaitan erat dengan emosi, visi, impian manusia, faktor internal, eksternal dll. Masa sisi manusiawi mau di hitung dengan angka statistik..hihihih kan lucu… Kalau uang-nya sih bisa, tapi pelakunya.. sang eksekutornya… penggerak uangnya… itulah bisnis MLM.

    Bila sebuah MLM terfokus “hanya” kepada penjualan ke non distributor maka ini akan menjadi bisnis konvensional biasa. But we are talking about MLM… network marketing… isn’t like other business. Walaupun cara menghitungnya hampir sama, tapi industri ini sangat unik!

    Wah-wah mas itu seperti seorang anti pemasaran. Selalu mencurigai apa yang di sampaikan oleh seseorang yang ingin memberikan informasi yang benar kepada orang lain. Yang jelas produk yang saya tawarkan adalah produk yang saya konsumsi setiap hari, dan sudah banyak orang merasakan manfaatnya. Kalau mas ngga percaya, ya ngga apa-apa. Wong mas bukan konsumen saya ko, nyoba aja belum heheheheh… Saya menawarkan produk ini BUKAN karena saya pemasarnya, tetapi karena saya TAHU manfaatnya bagi orang banyak. Kalau mereka beli, ya alhamdulillah. Malah saya terkadang memberikan cuma-cuma bila mereka benar-benar membutuhkan. Konsentrasi saya adalah memberi mereka informasi yang benar tentang produk ini dan peluang usahanya. Jawabannya:…banyak yang tidak tertarik. Tapi anehnya malam ini saja tabungan saya bertambah lagi 540 ribu rupiah (hehehe jangan katakan ini dari kerugian orang lain… prasangka buruk namanya, dan bisa menjadi fitnah. Hati-hati mas!) Itu tandanya banyak yang menolak, tapi ada juga yang berminat. Ngga percaya?

    Maka sebaiknya kita akhiri saja perbedaan paham ini. Percuma ngga nyambung. Ilmu yang Anda ketahui tidak cukup untuk menilai sebuah MLM, karena Anda tidak mengalaminya langsung. Saya akan lebih respect kepada Anda jika Anda juga adalah pelaku MLM. Intinya saya hanya ingin mengatakan bahwa apa yang Anda ketahui belum tentu benar. Tolong ralat bahwa MLM bukanlah Money Game. Tapi ada MLM yang menerapkan skema seperti ini. Tinggal Anda sendiri yang menilai melalui parameter-nya. Thanx, success 4u and c’u at the TOP!

  251. Mas Pri…mas Pri. Setelah saya banyak mengunjungi blog Anda yang membahas berbagai macam permasalahan, saya berkesimpulan bahwa Anda mencoba menempatkan diri sebagai tokoh PAHLAWAN PEMBELA KEBENARAN. Tapi kenyataannya adalah: Anda hanyalah seorang “pakar” internet dan seorang opportunist yang berusaha meraih pamor untuk mendapatkan popularitas. Pantas Anda tidak paham dunia marketing dan banyak menyakiti orang lain, demi popularitas dan kepentingan pribadi. Sayang sekali… saya jadi kehilangan respect kepada Anda…:((

  252. Buktinya kan sudah sering saya jelaskan kalau 80% orang yang membeli produk ini hanyalah konsumen, artinya ya mereka adalah non-distributor dan seandainya mereka join itu karena ingin menikmati discount produk, bukan karena business opprtunity. Mereka tidak tertarik dengan bisnisnya. Jadi mereka bukan distributor aktif, artinya ya tau dong, mereka tidak menjalankan usahanya. Sebagian lagi dari 80% adalah yang “coba-coba” gabung tapi tidak menjalankannya dengan serius, atau ada juga yang serius tapi salah menerapkan system

    hehehe. niat seseorang untuk ikut itu ditentukan dari apa yang dijanjikan di awal2, bukan dari hasil akhirnya :). jika misalnya seseorang berangkat kerja, kemudian di jalan mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, dengan ‘logika’ anda maka “orang tersebut berniat untuk mengalami kecelakaan” :)

    kembali lagi ke 80% tadi, hanya karena 80% orang hanya jadi konsumen, tidak bisa disimpulkan kalau mereka hanya berniat jadi konsumen, bisa saja sebenarnya diniatkan untuk mendapatkan profit.

    Nah yang satu ini saya sangat setuju sekali, “REALISASINYA SEPERTI APA…” Ini tergantung marketernya memberlakukan bisnis MLM seperti apa. Dan sekali lagi yang sudah sering saya sebutkan (jangan pura-pura saya belum memberi tahu Anda) adalah “JANGAN PERNAH MENGHITUNG MLM DENGAN HITUNGAN SEMPURNA SEPERTI PADA MARKET PLANNING PERUSAHAAN” Karena di medan pertempuran yang sesungguhnya tidak seperti itu. Ada banyak hal mas Pri…. Ini bisnis manusia, seperti pada bursa saham, tidak bisa diprediksi karena berkaitan erat dengan emosi, visi, impian manusia, faktor internal, eksternal dll. Masa sisi manusiawi mau di hitung dengan angka statistik..hihihih kan lucu… Kalau uang-nya sih bisa, tapi pelakunya.. sang eksekutornya… penggerak uangnya… itulah bisnis MLM.

    oh tidak. segala hal bisa dihitung untung ruginya kalau kita mau objektif. anda terlalu terjebak dalam subjektivitas sehingga tidak dapat atau tidak mau menghitung secara objektif :)

    Bila sebuah MLM terfokus “hanya” kepada penjualan ke non distributor maka ini akan menjadi bisnis konvensional biasa. But we are talking about MLM… network marketing… isn’t like other business. Walaupun cara menghitungnya hampir sama, tapi industri ini sangat unik!

    saya tidak melarang penjualan ke distributor. tapi jika ingin untung, maka kondisi yang diinginkan seorang distributor harusnya adalah “profit yang berasal dari penjualan ke non distributor harus lebih besar daripada pengeluaran akibat konsekuensi menjalankan MLM”. jika tidak demikian, maka seorang distributor berniat untuk mengambil untung dari kerugian orang lain.

    jangan bilang “saya dapat untung karena berkeringat memasarkan” :) karena uang bisa saja diselipkan dalam harga produk.

    Wah-wah mas itu seperti seorang anti pemasaran. Selalu mencurigai apa yang di sampaikan oleh seseorang yang ingin memberikan informasi yang benar kepada orang lain. Yang jelas produk yang saya tawarkan adalah produk yang saya konsumsi setiap hari, dan sudah banyak orang merasakan manfaatnya. Kalau mas ngga percaya, ya ngga apa-apa. Wong mas bukan konsumen saya ko, nyoba aja belum heheheheh

    hehehe, kalau misalnya ada sales bilang “ini pembersih paling top”, masa saya harus percaya :). mana ada sales bilang “ini bukan pembersih paling top” hehehe :). beda kalau info tersebut saya dapat bukan dari sales, tapi dari orang yang gak punya kepentingan dengan produk tersebut, baru saya percaya.

    nah, orang MLM jelas punya kepentngan dengan produk tersebut, kalau produk tersebut terjual, dia dapat untung. sama saja dengan sales pembersih tersebut :). ini berlaku untuk semua orang kok, termasuk anda. apa anda percaya semua kecap nomer satu? :)

    kalau berani anda sebutkan saja produk anda di sini, bukankah itu justru salah satu tugas MLM? :)

    Tapi anehnya malam ini saja tabungan saya bertambah lagi 540 ribu rupiah (hehehe jangan katakan ini dari kerugian orang lain… prasangka buruk namanya, dan bisa menjadi fitnah. Hati-hati mas!)

    hihihi jelas saya harus tanya dong :). saya gak memfitnah lho, saya cuma nanya, masa nanya doang gak boleh :). yang harus diperhitungkan bukan hanya hasil akhirnya, tapi juga bagaimana cara mencapai hasil tersebut.

    Maka sebaiknya kita akhiri saja perbedaan paham ini. Percuma ngga nyambung. Ilmu yang Anda ketahui tidak cukup untuk menilai sebuah MLM, karena Anda tidak mengalaminya langsung. Saya akan lebih respect kepada Anda jika Anda juga adalah pelaku MLM. Intinya saya hanya ingin mengatakan bahwa apa yang Anda ketahui belum tentu benar. Tolong ralat bahwa MLM bukanlah Money Game.

    betul. kita akhiri saja. anda sudah terlalu banyak mengalami indoktrinasi kronis sehingga sulit untuk menerima realitas yang ada. selain itu saya sudah berkali2 bilang ‘jika ada yang tidak saya ketahui tentang MLM, mohon untuk diberi tahu’, tapi sampai saat ini anda SAMA SEKALI tidak pernah memberi tahu apa yang saya belum ketahui sebenarnya. dan bahkan justru saya yang bolak balik memberi tahu kondisi MLM sebenarnya yang ternyata belum anda ketahui, dan bahkan TIDAK MAU anda ketahui. untuk itu saya sepakat sebaiknya diakhiri saja:

    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends upon his not understanding it.” -upton sinclair

    Setelah saya banyak mengunjungi blog Anda yang membahas berbagai macam permasalahan, saya berkesimpulan bahwa Anda mencoba menempatkan diri sebagai tokoh PAHLAWAN PEMBELA KEBENARAN. Tapi kenyataannya adalah: Anda hanyalah seorang “pakar” internet dan seorang opportunist yang berusaha meraih pamor untuk mendapatkan popularitas. Pantas Anda tidak paham dunia marketing dan banyak menyakiti orang lain, demi popularitas dan kepentingan pribadi. Sayang sekali… saya jadi kehilangan respect kepada Anda

    terjemahan: “saya tidak setuju orang ini, tapi argumen dia kuat dan saya tidak bisa mematahkan pendapatnya. oleh karena itu lebih baik saya serang pribadinya, misalnya dnegan menuduh dia oportunis yang mencari pamor untuk mendapatkan popularitas” :)

    seriously. ini pernyataan yang kekanak2an. kalau memang anda tidak berbeda pendapat, silakan saja kemukakan apa yang anda tidak setuju, tidak perlu menyerang pribadi2 yang mengeluarkan pendapat tersebut.

    I don’t need your respect. and I can’t say I respect you either :). dan saya pikir dengan mengikuti MLM, anda pun telah banyak menyakiti orang lain, entah anda mau sadari atau bisanya cuma mencari pembenaran seperti komentar2 anda selama ini.

  253. menurut saya org yg “menyerang” pak priyadi ini adalah org org pikun, tolol, dan aneh, tapi ngeyel…. :-w
    Pak pri hanya mengatakan….
    mlm yang baik harus seperti (a) dgn syarat 1.2.3 dst.
    mlm yg tidak baik seperti (B) dgn ciri 1.2.3 dst
    Dikatakan seperti ini….agar masyarakat lebih berhati-hati memilih (profesi(bukan produk)) di bisnis mlm…
    karena ada system saling makan memakan.
    Karena kesuskesan yg berasal dari mlm yag (B)…adalah kesuksesan membunuh yg di bawah. Ingat kata SUKSES berarti…profesi…bukan pemakai produk walau distributor.
    Lah kok ngamuk…..berarti anda telah memakan bawahan anda…dan anda merasa iya!!

    Untuk mas pri….saya sedikit tertarik….dgn penjelasan temen saya (walau saya tau dia awam dgn MLM)…namun sekarang ada Banner Store di JKT….menurut anda apakah sama dgn MLM tipe (B) yang saya katakan ya?…karena saya lebih respect meminta pendapat dari anda…bukan dari org MLM.
    terima KAsih sebelumnya.

  254. Haloo pak Pri and mas Zacky salut buat anda berdua !!!

    dari hasil survey saya ternyata blog ini rame karena memang pak pri gigih dengan pendapatnya ,dia berdiri di sisi tidak setuju(apapun alasannya).jadi mungkin bahkan yang bilang pakar marketing hermawan K,ato Tung desem W bilang pun,dia pasti sanggah,masih ingat waktu SMU kita belajar Debat,ada pihak yang setuju dan ada pihak yang tidak setuju,apapun isi debat tersebut dua pihak akan mempertahankan pendapatnya dengan cara apapun..tul gak

    so

    salut buat pak pri karena kalo anda setuju otomatis blog ini tidak rame lagi,ato mungkin tutup

    walaupun aku ada di pihak tidak setuju(yes buat MLM)

    .tetapi yang saya garis bawahi bahwa Pak Pri memang mati matian membela argumennya karena dia pembuat blog ini,walaupun apa yg dia ungkapkan saya merasa

    1.MLM yang mana yang dia sebutkan ada penjualan hanya utk distributor saja? saya belum pernah menemukan(saya yakin pak Pri juga hanya dengar saja).

    2.produk=harga +value

    apapun,berapapun yang dibeli customer adalah seimbang bila value nya impas,bisa saja harga rumah yang tipe sama lokasi sama berbeda harga hanya karena satu letaknya dekat temapt sampah satunya jauh

    3. hebat mas pri ,andai saja anda bisa jadi downline saya,maka anda akan lebih “berisi”

    4.ilmu ini saya dapat dari MLM

    saya tebak kalo mas
    pekerjaannya seorang pengajar (maybe dozen)
    senang dengan schedule yang ketat.
    suka teratur rapi.
    mengerti penjelasan bila dari detail ke global
    ,suka warna hitam,
    lebih memilih proses dari hasil,
    konservatif (suka sesuati yang aman/terutama investasi yg aman)

    kalo betul ya syukur kalo engga ya syukur

    .jadi value yang luar biasa dari MLM yang saya rasa tidak pernah anda bahas

    kalupun mau dibahas,mohon diberikan data asli dari buku panduan bisnis MLM tersebut

    jadi yang dibahas betul betul ada …

  255. Itulah KESOMBONGAN Anda Priyadi. Sungguh di sayangkan, orang seperti Anda berpikiran sempit. Kita lihat saja nanti hasilnya. Saya sangat mengenal tipe manusia seperti Anda, senang serang sana-sini, padahal bullshit semua. Argumen Anda sama sekali lemah dan tidak berdasar. Jangan pikir Anda tahu segalanya. Saya LEBIH TAHU MLM daripada Anda, saya bisa tahu mana piramida atau bukan cukup dari kata pertama yang orang itu ucapkan. Ngga perlu hitung-menghitung seperti Anda. Belajar lah lagi…Priyadi… belajar lagi….

  256. Saya sangat tertarik dengan tulisan mas Priyadi..yang bisa membuka wawasan baru tentang MLM bagi “Pemain” maupun yang ‘ingin jadi pemain ‘ di MLM.

    Saya setuju dengan tulisan Mas Pri dan hasil pikiran nya tentang MLM yang memang pada saat ini hampir Semua ‘MLM’ memang seperti itu kenyataannya…

    Namun tidak semua MLM banyak sisi negatifnya justru kalau kita jeli melihat MLM sebenarnya banyak sisi positifnya karena biasanya di MLM itu ada support system untuk pengembangan SDM dan mengadakan Seminar Motivasi,walaupun memang banyak materi yang khusus untuk membesarkan MLM itu sendiri karena
    “Di situ kita bisa melihat keberhasilan, banyak orang yang sangat termotivasi, dalam lingkungan teman – teman penjualan langsung dengan iseng mengatakan : “ dulu saya tidak pernah mengerti bagaimana melayani orang lain, berhemat, karena selama ini kondisi keluarga cukup baik, tidak pernah mengalami kesulitan. Sejak mulai mengerjakan penjualan langsung, baru secara perlahan – lahan memahami arti kasih, makin mengerti kebutuhan orang tua, dan mengerti bagaimana sulitnya mendapatkan uang”.
    Ya diatas memang betul apabila para membernya menjalankan sesuai perusahaan yang pada dasarnya MLM itu “Direct selling”,distributor seharusnya lebih mengutamakan menawarkan dulu barangnya kepada konsumen dari pada mengajak konsumen untuk bergabung, lalu setelah konsumen tertarik maka dengan sendirinya dia pasti mau bergabung menjadi distributor di MLM tersebut.
    Namun kenyataannya memang banyak para Member yang menggebu – gebu cepat “ingin kaya” berusaha menarik saudara, family, teman – teman, teman sekolah, teman seperjuangan, dan lain – lain untuk ikut serta dalam bisnis MLM nya, namun member tersebut tidak melihat dulu Marketing plan dari perusahaan tersebut
    apakah memberatkan dia atau malah merugikannya ?
    “Bagaimana ciri-ciri MLM (atau bisnis apapun lainnya) yang baik? Yang utama adalah bahwa seluruh anggota secara kolektif tidak merugi. Bisa saja ada anggota-anggota yang merugi secara pribadi, ini wajar dalam bisnis apapun, akan tetapi sistem secara keseluruhan tidak merugi, atau paling tidak tidak merugi secara terus menerus. Ini adalah prakondisi sistem perdagangan yang sustainable dan mengutamakan asas win win solution.”
    Kita semua dan saya sangat setuju dengan criteria sebuah “MLM” yang baik dan Ideal yang di kemukakan Mas Priyadi diatas yang pada dasarnya adalah yang menggunakan system “KEADILAN “ maksudnya adalah adil dan proporsional dalam pembagian “BONUS” bagi para member baru yang masuk “downline baru” atau yang udah lama “UPLINE” atau “LEADER”.

    Bagi yang ingin menjadi anggota MLM dan lagi memilih MLM terbaik.
    Menurut saya MLM yang ideal sbb :

    1. Produk yang berkualitas dan di dukung atau malah di produksi oleh perusahaan yang sudah sangat ahli di bidang produknya.
    2. Harga produk harus sesuai dengan kualitas ( paling tidak sedikit diatas harga dengan yang produk yang ada di pasar konvensional apabila produknya mempunyai khasiat yang sama ).
    3. Biaya untuk masuk menjadi member harus murah minimal sebagai ganti untuk cetak Starter Kit dan kartu member ( ya kira kira paling Rp. 10.000, ).
    4. Produk nya benar benar menyentuh pada masalah penyakit bersangkutan.
    5. Mempunyai produk yang khas.
    6. Adanya Cash back guarantee..( yang bener bener di jalankan bukan Cuma peraturan ).
    7. adanya support system untuk mengembangkan SDM.
    8. Bonus harus di berikan dengan mengutamakan para member yang baru masuk karena merekalah yang banyak bekerja ( minimal presentase pembagian bonus lebih bayak untuk member baru yang jumlahnya buanyaak sekali dari pada para upline maupun leader ).
    9. Pembagian bonus diambil dari “OMZET PERUSAHAAN” bukan dari “GROUP DOWNLINE” dan itu diutamakan di bagi dari posisi bawah ( member baru ) lalu keatas (LEADER).
    10. Ada website official resmi untuk mengetahui informasi.

    Dari 8 syarat MLM Ideal diatas dapat kita jelaskan sbb:

    1. Produk yang berkualitas di dukung perusahaan yang memang ahli dibidangnya artinya apabila produk yang di jual itu produk supplemen kesehatan dia harus diproduksi oleh pabrik yang mempunyai standar international contoh dia harus punya laboratium untuk melakukan penilitian yang sudah diakui oleh international sehingga produk yang di hasilkan benar benar berkualitas.sekarang kan banyak yang menonjolkan Standart ISO 9002 padahal dia menjual produk Supplement Kesehatan sedangkan ISO 9002 itu bukanlah standart untuk proses penilitian di laboratorium.label halal dari MUI dan label resmi BPOM Indonesia.
    2. Harga Produk murah, ideal nya sih bagus kalau di produksi sendiri oleh perusahaan MLM tersebut sehingga harga yang di pasarkan ke konsumen terjangkau,ironisnya saat ini kan banyak MLM yang dari luar Indonesia ! sehingga mereka sudah mengeluarkan modal untuk import ke Indonesia dan lebih parah lagi produknya itu berasal dari produsen lain cuma di pasarkan lewat MLM tersebut itulah sebabnya rata rata Harga produk di MLM sangat mahal.kalaupun ada perusahaan MLM luar negeri yang produksi sendiri namun mereka juga masih import dan sewa tempat untuk masuk ke Indonesia , tetap aja pengaruh ke harga.adapula MLM local tapi produkya import semua ya masih mahal jugakan?
    3. Biaya untuk member murah,minimal untuk ganti perusahaan cetak starter kit dan kartu nama kira kira bisa di tekan Rp.10.000,- kayaknya pas?dan itu juga merupakan cirri khas MLM sehingga para Distributor lebih mudah mengajak para konsumen setia mereka menjadi member contoh: distributor A membeli produk “ NUTRISI “ dari MLM dengan harga Rp.60.000,-dan harga ditetapkan perusahaan untuk ke konsumen Rp. 70.000,- dengan begitu distributor untung Rp.10.000,-untuk satu produk “ NUTRISI”.apabila si konsumen dikasih tahu bahwa selisih harga sama dengan biaya untuk masuk member jadi diakan pasti mau walaupun dia ngak tertarik ‘BISNIS’nya,ya paling paling modal konsumen tersebut Cuma transport dari rumahnya ke stokies.Walaupun ada paket untuk menjadi anggota yang langsung menempati posisi tertentu idealnya jangan dengan nilai nominal sampai Rp.1 juta lebih untuk sebuah produk yang belum tentu bermanfaat untuk member tersebut.Ya kalau masih ratusan ribu dan produk yang bermanfaat.its oke
    4. Produknya benar benar menyentuh ke masalah penyakit artinya apabila kita sakit batuk ya ada Obat batuk. Apabila kita sakit darah tinggi ya khusus utk menurunkan darah tinggi.dsb. sekarang kan banyak suplemen yang “kata” distributor dengan produk A mampu menyembuhkan penyakit B.C.D dan masih banyak..( apakah bisa di terima ).
    5. Mempunyai produk yang khas itu artinya kalau hanya produk vitamin C itu kan bayak di pasaran yang dengan harga sangat murah bila bila di beli di MLM padahal semua Vitamin C khasiatnya itu sama. Khas maksudnya adalah produk yang di pasaran umum tidak ada,bisa khas dari bahan baku yang alamiah atau khasiat contoh seperti “Jamu”yang bahan baku dari tumbuh tumbuhan sehingga tidak ada efek sampingnya.coba kalau kita komsumsi suplemen setiap hari yang bahan bakunya dari KIMIA semakin lama bukannya sehat malah badan ngak kuat ( sakit).
    6. Ada Cashback guarantee. Perusahaan mau mengembalikan uang dari distributor atau konsumen apabila kualitas produk tidak sesuai dengan yang tertera di label.sekarang kan banyak yang Slogan tersebut tapi pada kenyataannya konsumen tidak di layani pada saat komplain atau dipersulit..
    7. Support System sangat penting karena di situ melatih dan memberi seminar motivasi bagi para member sehingga bisa meningkatkan kualitas para distributornya.
    8. Bonus mengutamakan para member baru karena kenyataan merekalah yang banyak bekerja dan jumlahnya juga banyak di banding para leader yang Cuma segelintir orang.minimal member baru mendapatkan presentase bonus yang lebih besar sehingga dengan jumlah yang banyak mayoritas akan mendapatkan bonus walau dalam jumlah kecil ( lumayan bos untuk ganti bensin motor…).
    9. Pembagian bonus diambil dari “OMZET PERUSAHAAN “ dan bukan “GROUP”artinya apabila para downline baru masuk pasti mereka mempunyai downline ( Group )yang sedikit dan apabila pembagian dengan omzet perusahaan maka mereka mendapatkan presentasi sesuai dengan prestasinya,dan itu di utamakan di bagi dari posisi bawah lalu baru ke para leader. Memang saat ini ada MLM yang seperti itu namun itu hanya bisa di nikmati para leader di posisi yang sangat tinggi, padahal itu hanya untuk menarik member baru..( Loe di bohongin mau …)
    10. Ada website resmi official yang dikeluarkan oleh MLM untuk memperoleh informasi yang terbaru..

    Waduh panjang juga ya ..sebenarnya sih masih banyak yang aku mau saya sampekan ke rekan rekan…namun At least….

    Sebetulnya MLM yang seperti di atas yang cocok dengan criteria “ KEADILAN” saat ini udah ada yaitu dari:
    PT. SIDO MUNCUL yang memasarkan produknya lewat jaringan MLM bernama PT. NUTREND INTERNASIONAL. Yang baru berdiri bulan Juni 2006.

    Coba anda lihat produk “JAMU”nya di www.*********.com
    Atau kalau mau gabung di http://www.*********mynutrend.com/?id=didik
    Atau sms ke 0813 ******** or Email ke: **********@yahoo.com

    Salam …Sukses

    Didik.

  257. #323:

    Itulah KESOMBONGAN Anda Priyadi. Sungguh di sayangkan, orang seperti Anda berpikiran sempit. Kita lihat saja nanti hasilnya. Saya sangat mengenal tipe manusia seperti Anda, senang serang sana-sini, padahal bullshit semua. Argumen Anda sama sekali lemah dan tidak berdasar. Jangan pikir Anda tahu segalanya. Saya LEBIH TAHU MLM daripada Anda, saya bisa tahu mana piramida atau bukan cukup dari kata pertama yang orang itu ucapkan. Ngga perlu hitung-menghitung seperti Anda. Belajar lah lagi…Priyadi… belajar lagi….

    itu bedanya anda dengan saya. anda berdiskusi karena punya agenda, pembenaran2 apapun akan anda lakukan selama itu untuk membela ‘model bisnis’ anda. sedangkan saya hanya mencari fakta kebenaran. setelah anda tidak bisa berargumen lagi, lantas anda menyerang pribadi saya? sayang hanya segitu kemampuan berdiskusi anda. berdiskusi bukan hanya sekadar berdebat, tapi juga soal penyampaian dan menerima pemaparan fakta secara objektif.

    jika anda lebih tahu MLM daripada anda, silakan beri tahu apa yang saya tidak ketahui. cukup sederhana bukan? tapi selama ini berdiskusi panjang2 anda sama sekali tidak memberi tahu apa yang saya tidak ketahui sebelumnya, justru sebaliknya, saya yang memberi tahu apa yang anda tidak ketahui, atau tidak mau ketahui tentang MLM.

    sombong? siapa yang pertama kali bilang tentang “jutaan rupiah setiap harinya” :)

    soal berpikiran sempit, silakan anda instrospeksi diri. saya sudah bersedia menerima jika ada MLM yang sesuai dengan kriteria saya di atas, bahkan saya sudah menyatakan untuk mempertimbangkan untuk ikutan. apakah anda bersedia melakukan sebaliknya jika terbukti MLM anda bukanlah MLM yang baik? rasanya tidak.

  258. #322:

    dari hasil survey saya ternyata blog ini rame karena memang pak pri gigih dengan pendapatnya ,dia berdiri di sisi tidak setuju(apapun alasannya).jadi mungkin bahkan yang bilang pakar marketing hermawan K,ato Tung desem W bilang pun,dia pasti sanggah,masih ingat waktu SMU kita belajar Debat,ada pihak yang setuju dan ada pihak yang tidak setuju,apapun isi debat tersebut dua pihak akan mempertahankan pendapatnya dengan cara apapun..tul gak

    ini namanya jurus berdiskusi appeal to authority. analogi lagi, 1+1=2, selalu seperti itu. jika einstein bilang 1+1=3, maka pernyataannya tetap salah, walaupun einstein yang bilang :).

    saya mempertahankan pendapat saya karena didukung oleh fakta yang didukung kepastian matematis. gak mungkin saya mengalah demi kebaikan, karena yang dicari di sini adalah kebenaran.

    salut buat pak pri karena kalo anda setuju otomatis blog ini tidak rame lagi,ato mungkin tutup

    masih banyak topik lain di blog ini kok. i have nothing to lose. lagian dapet duit aja ngga :).

    MLM yang mana yang dia sebutkan ada penjualan hanya utk distributor saja? saya belum pernah menemukan(saya yakin pak Pri juga hanya dengar saja).

    kapan saya bilang gitu? anda kurang teliti membaca. silakan baca lagi. yang ada adalah: MLM yang menjual produk sebagian besar ke distributor, bukan ke masyarakat non distributor.

    apapun,berapapun yang dibeli customer adalah seimbang bila value nya impas,bisa saja harga rumah yang tipe sama lokasi sama berbeda harga hanya karena satu letaknya dekat temapt sampah satunya jauh

    betul, tapi yang menentukan bukan cuma 1 pihak, misalnya dari penjual saja. tetapi dari kedua belah pihak, penjual dan pembeli. ini namanya mekanisme pasar.

    di dalam internal MLM tidak terjadi mekanisme pasar. produsen bisa saja menset harga setinggi mungkin selama itu masih di dalam batas2 ‘over inflated expectation’ yang terus menerus ditanamkan ke dalam benak distributor. jelas harga ini akan lebih tinggi daripada jika dijual di pasar bebas.

    jadi value yang luar biasa dari MLM yang saya rasa tidak pernah anda bahas
    kalupun mau dibahas,mohon diberikan data asli dari buku panduan bisnis MLM tersebut
    jadi yang dibahas betul betul ada

    value yang dibahas di sini hanyalah potensi mendapatkan keuntungan dari MLM. value2 lainnya tidak perlu dibahas karena sebagian besar distributor ikut hanya bermotifkan profit.

    perhitungan saya lakukan berdasarkan perhitungan komisi dan model bisnis beberapa MLM, sama saja dengan info standar yang didapatkan oleh distributor MLM. bedanya, saya mencoba mencari tahu apa yang tidak diberi tahu oleh yang memrospek saya. sedangkan distributor MLM dengan naifnya percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh si pemrospek :)

  259. #324:

    Bagi yang ingin menjadi anggota MLM dan lagi memilih MLM terbaik. Menurut saya MLM yang ideal sbb :

    syarat ideal MLM sebenernya cuma satu: tidak besar pasak daripada tiang. atau dengan kata lain: profit yang berasal dari penjualan ke non distributor paling tidak lebih besar daripada pengeluaran akibat konseksuensi mengikuti MLM.

  260. #321:

    Untuk mas pri….saya sedikit tertarik….dgn penjelasan temen saya (walau saya tau dia awam dgn MLM)…namun sekarang ada Banner Store di JKT….menurut anda apakah sama dgn MLM tipe (B) yang saya katakan ya?…karena

    wah, maaf, saya belum pernah tahu Banner Store

  261. #327

    Yap Betul..itulah salah satu hasil jika MLM bisa mengoptimalkan 10 syarat (Kriteria ) di atas..
    atau mungkin bisa seperti yang sampeyan tulis..

    “Bagaimana ciri-ciri MLM (atau bisnis apapun lainnya) yang baik? Yang utama adalah bahwa seluruh anggota secara kolektif tidak merugi. Bisa saja ada anggota-anggota yang merugi secara pribadi, ini wajar dalam bisnis apapun, akan tetapi sistem secara keseluruhan tidak merugi, atau paling tidak tidak merugi secara terus menerus. Ini adalah prakondisi sistem perdagangan yang sustainable dan mengutamakan asas win win solution”

  262. #329:

    Yap Betul..itulah salah satu hasil jika MLM bisa mengoptimalkan 10 syarat (Kriteria ) di atas.. atau mungkin bisa seperti yang sampeyan tulis..

    kalau kesimpulan anda seperti itu, tentunya anda tahu data2 yang saya inginkan, mungkin saya bisa minta data2 seperti di bawah ini:

    * jumlah anggota
    * rata2 penjualan produk ke non distributor per distributor per bulan dalam rupiah dan jumlah produk
    * rata2 profit yang didapatkan akibat penjualan ke non distributor
    * seperti di atas, tapi untuk penjualan ke sesama distributor

  263. “* jumlah anggota
    * rata2 penjualan produk ke non distributor per distributor per bulan dalam rupiah dan jumlah produk
    * rata2 profit yang didapatkan akibat penjualan ke non distributor
    * seperti di atas, tapi untuk penjualan ke sesama distributor”

    Oke mas pri..saya juga masih mengumpulkan informasinya…:)

    Saya ada pertanyaan untuk Mas Pri ..di bawah ini..

    Menurut mas pri Misalnya adalah produsen rokok dan mempunyai distributor di beberapa Negara seperti Indonesia.di Malaysia dan di Singapore dll.dan di setiap Negara tersebut ada misalnya 100 distributor,yang di setiap distributor itu memasarkan ke “Supermarket”,” toko”,”warung warung”bahkan yang eceran di jalan 2,

    lalu Supermarket,toko,warung dll tersebut baru menjualnya ke “Konsumen”,dengan begitu supermarket,toko dll juga di sebut “distributor “ yang tentu jumlahnya sangat banyak.

    Bagaimana cara mas pri untuk mengetahui jumlah penjualan per “Distributor”diatas yang mengadakan penjualan ke per “konsumen” dalam rupiah dan jumlah produk perbulan?

  264. #331:

    Bagaimana cara mas pri untuk mengetahui jumlah penjualan per “Distributor”diatas yang mengadakan penjualan ke per “konsumen” dalam rupiah dan jumlah produk perbulan?

    tidak relevan. tujuan saya cari data tentang MLM adalah untuk menilai ‘sustaintability’-nya. supaya sustainable, kelompok distributor harus mendapatkan profit. sayangnya, satu2nya cara untuk menghitung profitable atau tidak adalah dengan menjawab pertanyaan saya dan tidak bisa hanya melihat dari sifat MLM tersebut.

    sedangkan di pemasaran konvensional tidak perlu dilakukan sensus seperti ini karena berlaku mekanisme pasar. produk yang harganya tidak sebanding dengan kualitasnya otomatis tidak akan laku. jadi walaupun produk telah melewati jalur distribusi 10x dan harganya meningkat 5x lipat, tapi tetap laku, artinya konsumen menilai produk tersebut worth it. seandainya kemudian ada produk dengan kualitas sama dan harganya cuma 1/2-nya (misalnya dengan memperpendek jalur distribusi), ya nanti konsumen juga akan berbondong2 membelinya.

  265. tambahan:

    sebenarnya yang tahu persis data ini hanyalah produsen atau perusahaan MLM. tapi jika mereka tidak mau memberi tahu, anda bisa lakukan sampling kecilan. anda bisa perhatikan sampel berupa teman2 yang ikutan dan anda kenal, kemudian dari sana bisa dihitung perkiraan proporsi yang sebenarnya seperti apa.

  266. #332.
    “tidak relevan. tujuan saya cari data tentang MLM adalah untuk menilai ’sustaintability’-nya. supaya sustainable, kelompok distributor harus mendapatkan profit.”

    Justru sangat relevan.karena yang mas pri tanyakan adalah penjualan ke non distribur itu sama juga dengan ke konsumen di pasar konventional.

    kalau di pasar konventional,produsen hanya cukup mengetahui berapa omzet yang berhasil di dapatkan di tiap2 distributor “resminya” saja,sehingga omzet totalnya dapat di ketahui.

    begitu juga dengan MLM.Omzet yang di ketahui perusahaan adalah omzet pembelian dari para distributornya saja.dengan begitu perusahaan akan tahu berapa Omzet Penjualan seluruhnya.sedangkan untuk penjualan ke konsumen itu adalah “tugas”perusahaan membuat “system” yang mampu “merangsang” dan memberikan “perhatian lebih” kepada distributor yang menjual produk kepada non distributor.sehingga mampu mengangkat bahkan menambah penghasilan distributor tersebut dan otomatis akan ke perusahaan juga.System yang seperti itu bisa kita lihat di “Marketing Plan” tiap tiap MLM.

    Saya tertarik dengan tulisan mas pri ini..

    “Bagaimana ciri-ciri MLM (atau bisnis apapun lainnya) yang baik? Yang utama adalah bahwa seluruh anggota secara kolektif tidak merugi. Bisa saja ada anggota-anggota yang merugi secara pribadi, ini wajar dalam bisnis apapun, akan tetapi sistem secara keseluruhan tidak merugi, atau paling tidak tidak merugi secara terus menerus. Ini adalah prakondisi sistem perdagangan yang sustainable dan mengutamakan asas win win solution”

    yang intinya akan mengacu ke “Marketing plan” di tiap tiap MLM.

    Lalu Bagaimana yang menurut mas pri Marketing plan yang baik untuk MLM?

  267. #333
    “sebenarnya yang tahu persis data ini hanyalah produsen atau perusahaan MLM. tapi jika mereka tidak mau memberi tahu, anda bisa lakukan sampling kecilan. anda bisa perhatikan sampel berupa teman2 yang ikutan dan anda kenal, kemudian dari sana bisa dihitung perkiraan proporsi yang sebenarnya seperti apa.”

    Bagus juga ide mas pri.saya akan kumpulkan informasi di kelompok saya dan yang lain.

    Tapi kalau saya pribadi malah laku menjual produk ke konsumen dari pada mengajak mereka bergabung sebagai member.

  268. #334:

    Justru sangat relevan.karena yang mas pri tanyakan adalah penjualan ke non distribur itu sama juga dengan ke konsumen di pasar konventional.

    kalau di pasar konventional,produsen hanya cukup mengetahui berapa omzet yang berhasil di dapatkan di tiap2 distributor “resminya” saja,sehingga omzet totalnya dapat di ketahui.

    kalau ingin tahu distributor di pasar konvensional untung atau rugi itu gampang. kalau dia bisa jualan2 terusan, artinya dia untung, atau paling tidak impas. kalau dalam beberapa saat dia sudah gak jualan lagi, maka kemungkinan besar karena rugi.

    kalo di MLM tidak sesederhana itu. bisa jadi seorang distributor masuk dengan niat untuk cari untung. tapi setelah dijalani ternyata dia tidak berhasil dan hanya jadi konsumen saja. ini terutama di MLM yang tidak ada biaya tahunan atau kewajiban beli produk. di sini, kalau rugi mendingan didiamkan saja, karena kalau didiamkan gak keluar uang juga.

    sedangkan untuk penjualan ke konsumen itu adalah “tugas”perusahaan membuat “system” yang mampu “merangsang” dan memberikan “perhatian lebih” kepada distributor yang menjual produk kepada non distributor.sehingga mampu mengangkat bahkan menambah penghasilan distributor tersebut dan otomatis akan ke perusahaan juga

    sebenarnya, mau dibeli konsumen atau distributor, perusahaan MLM tetap dapat untung. selain itu, untuk hampir semua MLM, selisih harganya akan dimakan oleh distributor juga, dan tidak akan sampai ke kantong perusahaan MLM. jadi perusahaan MLM tidak punya insentif untuk meningkatkan penjualan retail. bagi mereka justru yang terbaik adalah jika distributor mengembangkan jaringannya, dan bukan menjual retail.

    Lalu Bagaimana yang menurut mas pri Marketing plan yang baik untuk MLM?

    saya tidak tahu. makanya saya cari MLM yang baik, untuk kemudian saya pelajari marketing plannya seperti apa. tapi sampai saat ini saya belum menemukannya.

    ps. di blog ini dilarnag menggunakan taut afiliasi dan semacamnya

  269. #336
    “kalau ingin tahu distributor di pasar konvensional untung atau rugi itu gampang. kalau dia bisa jualan2 terusan, artinya dia untung, atau paling tidak impas. kalau dalam beberapa saat dia sudah gak jualan lagi, maka kemungkinan besar karena rugi.”

    Ya itu betul tapi tidak tepat! karena di pasar konventional biasanya tidak hanya menjual produk dari satu produsen.sehingga walaupun produk yang dari produsen A tdk laku tapi yang dari Produsen B.V.D dll tetap laris manis..ya jelas usahanya ngak akan tutup atau bangkrut.

    “kalo di MLM tidak sesederhana itu. bisa jadi seorang distributor masuk dengan niat untuk cari untung. tapi setelah dijalani ternyata dia tidak berhasil dan hanya jadi konsumen saja. ini terutama di MLM yang tidak ada biaya tahunan atau kewajiban beli produk. di sini, kalau rugi mendingan didiamkan saja, karena kalau didiamkan gak keluar uang juga.”

    Jelas.. kita usaha ( bidang apapun juga )ya cari untung,itu dia Mas Pri Point saya kenapa perusahaan barus bikin sistem yang mampu “merangsang” untuk menjual ke non ditributor juga.dengan tidak mengesampingkan untuk mengajak non distributor menjadi distributor.tapi semua itu lebih mudah di lakukan apabila produk yang di MLM tersebut berkualitas dan punya ciri khas tersendiri dengan harga yang kompetitif.

    “sebenarnya, mau dibeli konsumen atau distributor, perusahaan MLM tetap dapat untung. selain itu, untuk hampir semua MLM, selisih harganya akan dimakan oleh distributor juga, dan tidak akan sampai ke kantong perusahaan MLM. jadi perusahaan MLM tidak punya insentif untuk meningkatkan penjualan retail. bagi mereka justru yang terbaik adalah jika distributor mengembangkan jaringannya, dan bukan menjual retail.”

    Yap betul itu..itu kan hukum dagang(di bidang apapun).
    PRODUSEN->DISTRIBUTOR->KONSUMEN.
    distributor harus untung dengan menjual ke konsumen (konventional juga).
    dan memang perusahaan tdk akan dapat untung retail..tapi jika di perusahaan MLM merangsang sistem penjualan ke non distributor.maka omzet peruhaan akan tinggi dan profit juga naik.karena di situ volume penjualan akan lebih banyak dari pada jumlah distributor. sehingga untuk membagikan bonus akan lebih merata pada semua level di MLM tersebut dengan catatan MLM tersebut mempunyai sitem “KEADILAN” di marketing plannya.

    “saya tidak tahu. makanya saya cari MLM yang baik, untuk kemudian saya pelajari marketing plannya seperti apa. tapi sampai saat ini saya belum menemukannya.
    ps. di blog ini dilarnag menggunakan taut afiliasi dan semacamnya”

    kalau mas pri cari MLM yang baik coba email saya atau mas pri mengizinkan saya untuk mengirim ke mas pri?

    saya senang bisa berargumen dengan mas pri.:)

  270. # all

    Sejarah Pengembangan Penjualan Langsung
    Selasa, 28 Nopember 06 – oleh : NUSTAR Motivation

    Penjualan langsung juga disebut penjualan tanpa toko, tidak melalui lokasi pemasaran atau toko eceran, tetapi dengan pola menjual langsung kepada pemakai. Asosiasi penjualan langsung di Amerika merumuskan definisi penjualan langsung tanpa toko sebagai berikut : “ selain di lingkungan pemasaran juga menjual secara perorangan, saling berhadapan dan melakukan pelayanan. “.

    Di Taiwan : “ selain langsung menjual kepada pemakai di rumah atau rumah orang lain, tempat bekerja atau toko eceran, biasanya pelaku penjualan langsung ke lokasi dan melakukan demo produk serta penjelasan mengenai produk dan melakukan pelayanan. “ Asosiasi penjualan langsung dunia : “ dengan langsung melayani pemakai, penuh gairah dan dinamis merupakan jalur penjualan yang cepat ekspansi. “. Definisi penjualan
    langsung yang paling bagus adalah : “ dengan pola berhadapan, langsung melayani pemakai, biasanya di rumah pemakai atau rumah orang lain, lingkungan kerja, atau toko eceran di lokasi tertentu yang sudah terbiasa menjual barang secara eceran. “

    Penjualan langsung biasanya dilakukan secara perorangan dan memberi penjelasan juga mendemo produk ; mereka umumnya disebut sebagai pelaku penjualan langsung. Dibandingkan dengan pengelolaan secara tradisional, penjualan langsung lebih unggul dalam masalah alur peredaran, memperkecil modal kerja, dan bisa lebih cepat
    mengetahui respon pasar sehingga dapat lebih cepat membenahi policy penjualan. Perputaran nilai penjualan langsung di seluruh dunia mencapai 85 miliar U$ Dollar, Amerika nomor 1, dan Eropa nomor 2. Sampai pada saat ini, ada lebih dari 100 negara mengembangkan penjualan langsung.

    Pelaku penjualan langsung di seluruh dunia ada 40 juta orang, organisasi dunia dalam asosiasi penjualan langsung sudah lebih dari 60 organisasi dan masih terus berkembang. Dalam pelaksanaan pasar dunia, penjualan langsung merupakan pola resmi, merupakan jalur pemasaran tertentu, ada 10 % perusahaan memilih pola penjualan langsung dan masih terus bertambah. Sejarah perkembangan penjualan langsung dari awal sampai menjadi dewasa disebabkan oleh karena :

    1. Persaingan yang makin ketat dan makin sulit di pasaran ekspor, pihak pabrik mencari jalan keluar dengan menjual ke pasaran lokal. Sehingga memperluas jalur penjualan merupakan jalur utama dalam pengelolaan. Pihak pabrik demi memperluas jalur penjualan, perlu memperbaharui sesuatu pola penjualan yang lebih baru, lebih cepat
    dan lebih efektif. Penjualan langsung memiliki satu pola penjualan yang paling dinamis, telah memenuhi kebutuhan pasar, sehingga menjadi policy yang paling efektif bagi pihak pabrik sebagai langkah menguasai pasar dalam negeri.

    2. Pola pemasaran tradisional setelah melewati sekian ratus tahun, bahkan ribuan tahun, belum ada terobosan yang baru. Keuntungan yang sangat tipis, tidak cukup
    membiayai perusahaan lapis tengah. Tambah lagi hanya mengandalkan perusahaan lapis tengah tidak cukup meresponi keadaan pasar dengan baik. Maka terpaksa pihak pabrik merubah pola penjualan tradisional menjadi pola penjualan langsung, demi semaksimal mungkin memperpendek jalur tengah sehingga modal kerja menjadi
    lebih ringan, dengan penjualan langsung bisa lebih maksimal mengurangi jalur peredaran, jalur perdagangan menjadi lebih pendek, sesuai dengan niat pihak pabrik, sehingga banyak dipergunakan.

    3. Perkembangan pola kota besar, modernisasi, mengakibatkan meloncatnya pertumbuhan penduduk, mahalnya harga tanah, mahalnya harga sewa toko, dan kenaikan pengeluaran untuk buruh. Dalam kondisi demikian, toko tradisional makin tidak sesuai dengan perkembangan jaman, untuk menghadapi tantangan ini, menjadikan penjualan langsung cepat berkembang. Penjualan langsung sangat menghemat dalam penggunaan SDM dan menghemat biaya operasional kantor, ini sangat sesuai dengan kebutuhan para pengusaha juga pengembangan masyarakat.

    4. Dalam kemakmuran masyarakat di bidang ekonomi, pekerjaan bertambah banyak, waktu yang dimiliki manusia relatif semakin sedikit sehingga tidak mempunyai
    waktu berkunjung ke toko untuk belanja, pasar untuk pemakaian langsung sangat luas merupakan salah satu alasan untuk perkembangan penjualan langsung.Pada umumnya

    yang membeli barang kebutuhan sehari – hari dan yang mengatur urusan rumah tangga
    adalah para ibu, seiring dengan waktu yang semakin sedikit mereka juga semakin tidak mempunyai waktu untuk belanja. Pola penjualan langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka dan
    menyambut baik pola penjualan langsung ini

    5. Masyarakat jaman sekarang semakin besar hasrat dalam pemakaian, mereka sudah semakin tidak menghargai pelayanan yang berlebihan tetapi lebih mengutamakan
    fungsi dari produk tersebut. Penjualan langsung lebih mengutamakan pelayanan dan harga, dapat mengimbangi perubahan para pemakai, tidak ada beban biaya untuk mengelola toko, dapat dengan biaya pelayanan yang kecil untuk mendapatkan harga yang paling baik bagi para pemakai, sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang paling besar. Secara alamiah pola penjualan langsung ini sangat disambut baik.

    6. Kemajuan teknologi telah memicu pola penjualan langsung menjadi pola yang paling modern. Penggunaan mesin kalkulator yang meningkat juga makin mengefektifkan penjualan langsung, jaringan tim sangat membantu, dapat diperkirakan, pada saat jaringan tim berkembang, masa depan dan penjualan langsung akan berkembang
    sangat luar biasa. Sehingga penjualan langsung menjadi anak emas dalam pola penjualan masa kini ; produk kesehatan, kosmetik, alat rumah tangga, mini chicken set dan lain – lain merupakan dunia dari penjualan langsung. Penjualan langsung
    merupakan pola baru dalam pemasaran, berkembang di seluruh dunia dengan pesat, sejak lahir, pola penjualan langsung telah mendapatkan perhatian dari para pelaku
    dan para pengusaha. Pola pemasaran ini sesuai dengan kebutuhan perdagangan negara sosialis, dan sesuai dengan kultur timur. Penjualan langsung dimulai dari Amerika, berkembang sampai negara Jepang dan negara Tenggara, dan menjadi dewasa di wilayah China dan Taiwan, ini membuktikan bahwa penjualan langsung sesuai dengan kebudayaan timur. Kebudayaan timur lebih mengutamakan
    “ perasaan, hubungan dekat, hubungan antar manusia. “ ini juga merupakan sesuatu yang harus dipersiapkan dalam penjualan langsung.

    Dengan menggunakan hubungan antar manusia, dengan perasaan, dengan kedekatan dapat lebih banyak menjual produk, sedangkan penjualan secara tradisionil, hanya
    bersifat jual beli saja, pemakai tidak merasakan hubungan dan perasaan dengan penjual, pemakai perlu mendapatkan pelayanan dan perhatian, jangan hanya ingin mendapatkan keuntungan dari mereka saja. Penjualan langsung ingin menerobos pasar, banyak perusahaan mempunyai
    produk yang bagus dan ciri yang khas, namun karena kurang modal kerja, tidak mampu melakukan promosi dengan iklan yang mahal.

    Penjualan langsung merupakan pola pemasaran jaman sekarang, dapat menghemat biaya operasional, juga menghemat biaya besar untuk iklan, sehingga dapat menekan harga jual
    sungguh tepat untuk menyatukan pandangan dalam berkembang, berproduksi dan penjualan, banyak perusahaan menganut pola ini. Selain dari itu, penjualan langsung juga dapat memuaskan dengan cara yang berbeda bagi pembangunan usaha dan keinginan untuk menjadi kaya, sehingga dikejar dan dibutuhkan oleh banyak orang.

    Oleh karena banyak keunggulan dari penjualan langsung, maka berkembang sangat cepat, bahkan meledak dan susah dibayangkan, tetapi ada masalah yang disayangkan karena sebagian perusahaan melanggar peraturan dari penjualan langsung, banyak masalah penjualan langsung timbul oleh karena banyak promosi ilegal dan berlebihan juga nafsu ingin cepat kaya dari masyarakat yang terlalu kuat.

    5 macam perbedaan dari penjualan langsung dengan penjualan ilegal :

    Perbedaan ke 1 : ada atau tidak ada biaya bergabung. Penjualan ilegal pada umumnya mempunyai ciri khas yang menyolok, terutama ialah biaya bergabung mahal.

    Perbedaan ke 2 : ada atau tidak ada produk berkualitas bagus. Ini juga merupakan salah satu perbedaan antara penjualan langsung dengan penjualan ilegal, pada umumnya penjualan ilegal tidak mempunyai produk yang berkualitas bagus, sedangkan perusahaan penjualan langsung mempunyai produk yang pantas dalam harga dan kualitas.

    Perbedaan ke 3 : Ada atau tidak ada produk yang sudah beredar. Penjualan ilegal hanya merupakan permainan “ pengumpulan dana “. Tidak bisa bertahan lama mengedarkan barang berkualitas rendah dengan harga mahal, produk tersebut selain tidak beredar di pasaran, tetapi hanya mengutamakan menarik anggota saja, yang pada akhirnya produk tersebut tidak bisa beredar lagi karena pemain berpencar. Oleh karena produk tidak beredar maka para anggota hanya menikmati bonus dari keanggotaan baru saja.

    Perbedaan ke 4 : Ada atau tidak ada garansi produk. Sesuai dengan penelitian, penjualan ilegal tidak menerima pengembalian produk setelah dijual, atau selalu mempersulit bagi orang yang ingin mengembalikan produk. Sedangkan di perusahaan penjualan langsung berbeda. Perusahaan penjualan langsung yang formal selalu melindungi dengan baik dan menjamin atas produk yang dijual, misalnya setelah sekian waktu boleh menerima uang
    kembali atas produk yang sudah dibeli.

    Perbedaan ke 5 : Ada atau tidak adanya kesempatan bagi pelaku penjualan untuk melampaui. Dalam susunan penjualan ilegal sering kali membentuk susunan pyramid sehingga para pelaku penjualan tidak bisa melampaui. Tetapi dalam perusahaan penjualan langsung menganut cara perhitungan pendapatan sesuai dengan hasil kerja.

    Sebetulnya, penjualan langsung dan penjualan ilegal ada perbedaan karakter :

    1. Apakah berdasarkan menjual produk. Hasil penjualan merupakan sumber pendapatan perusahan penjualan langsung, tetapi penjualan ilegal hanya mengandalkan menarik orang ikut bergabung, dengan produk yang tidak berkualitas bahkan tanpa ada produk.
    2. Dengan biaya bergabung yang mahal mendapatkan keuntungan besar, merupakan permainan uang yang berubah bentuk.
    3. Perhitungan bonus apakah berdasarkan hasil kerja. Dalam perusahaan penjualan langsung formal, pelaku mendapatkan bonus berdasarkan hasil kerja, tidak terkecuali generasi atas dan bawah ; tetapi penjualan ilegal hanya menggoda bonus tinggi untuk menarik anggota baru, mendapatkan bonus dari atas dan bawah.
    4. Ada atau tidak ada jaminan pengembalian barang. Perusahaan penjualan langsung formal memberikan jaminan dengan baik bagi pemakai produk, para pelaku dengan sukarela memilih bergabung atau mengundurkan diri; tetapi penjualan ilegal sangat mempersulit bila ingin mengembalikan produk bahkan tidak diperkenankan.
    Penjualan langsung merupakan pola perdagangan yang telah mempengaruhi para pengusaha jaman sekarang, system penjualan ataupun system organisasi, merupakan fakta yang sudah dialami dan tidak diperdebatkan lagi, telah memenuhi kebutuhan, menghemat pengeluaran, mengembangkan perusahaan, dan mengembangkan perekonomian.

    Regards,

    Didik.

  271. MARHABAN YA RAMDHAN. Maafkan bila ada kata yang tidak berkenan dan khilaf yang terucap. Kita semua hanya manusia tak pernah luput dari kesalahan. Salam toek s’mua dan rekan-rekan yang peduli dengan MLM. :)

  272. Yup, mas Pri… saya ini pure orang bisnis. Komitmen saya adalah mencari suatu peluang usaha yang realistis, utamanya dari MLM karena tidak dibutuhkan modal yang besar di awal dan bisa mendapatkan banyak pengalaman, produk bagus dan lingkungan yang positif dari sini.

    Perlu mas Pri ketahui saya tidak pernah menutup mata, dan bila ada MLM yang lebih realistis, adil dan bukan piramida, di bayar cepat (harian, bila perlu per-jam transaksi), di bayar besar kenapa ngga? Dan selama ini baru saya temukan di MLM ini. Tapi itu semua adalah pilihan…

    Satu yang saya mau tanyakan, kenapa Anda selalu “mengidentikan” MLM sebagi money game (itu kesimpulan Anda) dan mensyaratkan keuntungan kolektif pada penjualan kepada non-distributor. Padahal saya katakan ini adalah MLM, dan disana distributor sekaligus berarti konsumen dan pemakai produk. Mereka menjadi member MLM karena memahami, bila membeli langsung akan mendapatkan harga distributor (ini yang saya katakan sebagai member pasif). Hal ini harus Anda pahami mas Pri, dan itu tidak berarti menjadi klub belanja. Karena akan ada member aktif yang terus memasarkan produknya.

    Contoh kasus, saya adalah member PT. XYZ, saya bergabung disisni karena 2 alasan, pertama produknya dan ke dua adalah peluang usahanya. Saya membeli 1 paket produk sekali saja seharga Rp. 580(termasuk biaya pendaftaran selamanya). 2 botol saya konsumsi sendiri dan 5 botol sisanya akan saya jual kembali. Saya memberikan informasi ini kepada dua orang rekan saya Mr. A dan Mr. B. Keduanya membeli produk melalui saya. Sampai sini saja saya punya keuntungan ganda, pertama Mr. A membeli 2 paket produk dengan harga distributor dan saya mempunyai komisi dari sana sebesar Rp. 100/ paket produk. Total komisi sebesar Rp. 200. Mr. B lain lagi, membeli secara retail sebanyak 3 botol, dan saya berhak mendapatkan keuntungan Rp. 25/btl. Dalam 3 hari habis dan menjual kembali 2 btl. Total keuntungan penjualan retail adalah 25 x 5= Rp. 125. Selanjutnya karena yakin dengan produk, Mr. B akhirnya memutuskan menjadi konsumen dan membeli 2 paket produk dengan harga member. kembali saya mendapatkan komisi Rp. 200. Disini omzet kembali dihitung, karena berjumlah 4 paket produk maka saya berhak kembali mendapatkan komisi sebesar Rp. 170. Total keuntungan yang saya peroleh sebesar Rp. 200 + Rp. 125 + Rp. 200 + Rp. 170 = Rp. 695. Dan ini dibayarkan per hari terjadi transaksi, artinya keesokan hari uang telah masuk ke rekening saya.

    Asumsi ini bukan gambaran sesungguhnya, karena bisa berbagai macam skenario yang terjadi. Saya sengaja tidak mencantumkan biaya operasional karena jumlahnya bervariatif. Sebabnya di MLM ini omzet di hitung per hari maka biaya operasional pun biasanya akan langsung ter-cover. Bisa Anda lihat, ini dihitung bukan sebarapa banyak orang yang berhasil Anda rekrut, melainkan berapa banyak produk yang bisa Anda pasarkan. Dan mudah-mudahan kini Anda paham mas Pri, dari mana uang itu berasal.

    Ini hanya gambaran, dan belum di hitung komisi lain berupa produk automeintein dari 30% komisi dan dibatasi maksimal sampai 10 botol. Dan tolong bila Anda masih belum bisa memahami atau malah tidak mau paham, janganlah terlalu cepat mengambil kesimpulan apalagi menghakimi. Karena apa yang Anda katakan benar belum tentu benar menurut orang lain, begitupun sebaliknya. Kita saling memahami saja satu sama lain. Supaya tidak dikatakan SOMBONG…hihihi…

  273. #337:

    Ya itu betul tapi tidak tepat! karena di pasar konventional biasanya tidak hanya menjual produk dari satu produsen.sehingga walaupun produk yang dari produsen A tdk laku tapi yang dari Produsen B.V.D dll tetap laris manis..ya jelas usahanya ngak akan tutup atau bangkrut.

    anda mengasumsikan semua distributor tidak menjual produk secara eksklusif. tapi tidak, ada distributor yang memasarkan produknya secara eksklusif. tapi ujung2nya sama saja, jika terlalu mahal, masyarakat akan lari ke produk lain. jika dia tidak adaptif, ya pasti akan bangkrut.

    kalau mas pri cari MLM yang baik coba email saya atau mas pri mengizinkan saya untuk mengirim ke mas pri?

    silakan saja email saya selama anda punya data2 untuk bukti kalau MLM anda baik, silakan lihat komentar saya sebelumnya. tapi tidak perlu cape2 kalau MLM yang dimaksud adalah yang ada di URL anda (yang telah saya sensor), karena itu adalah MLM yang buruk.

  274. #340:

    Perlu mas Pri ketahui saya tidak pernah menutup mata, dan bila ada MLM yang lebih realistis, adil dan bukan piramida, di bayar cepat (harian, bila perlu per-jam transaksi), di bayar besar kenapa ngga? Dan selama ini baru saya temukan di MLM ini. Tapi itu semua adalah pilihan…

    anda membuka mata kiri tapi menutup mata kanan :). pertanyaannya: apakah anda bersedia mengakui MLM anda buruk? cmon, anda sudah punya penghasilan jutaan rupiah per hari, harusnya sudah cukup untuk memulai usaha baru yang halal. ataukah anda hanya bisa memperoleh keuntungan dari kerugian orang lain?

    Satu yang saya mau tanyakan, kenapa Anda selalu “mengidentikan” MLM sebagi money game (itu kesimpulan Anda) dan mensyaratkan keuntungan kolektif pada penjualan kepada non-distributor. Padahal saya katakan ini adalah MLM, dan disana distributor sekaligus berarti konsumen dan pemakai produk. Mereka menjadi member MLM karena memahami, bila membeli langsung akan mendapatkan harga distributor (ini yang saya katakan sebagai member pasif). Hal ini harus Anda pahami mas Pri, dan itu tidak berarti menjadi klub belanja. Karena akan ada member aktif yang terus memasarkan produknya.

    ya itu MLM, oleh karena itu saya simpulkan MLM buruk kalau sifatnya seperti itu. saya berangkat dari sifat2 MLM untuk kemudian menilai baik buruknya MLM. sedangkan anda mulai dari asumsi ‘MLM itu baik’ dan kemudian menentukan sifat2nya tersebut sebagai sesuatu yang baik pula. mohon dibenahi logika berpikir anda.

    ‘ada member aktif yang memasarkan produk’ bukan berarti otomatis ‘bukan klub belanja’. jika dari 1000 anggota MLM hanya ada 20 yang memasarkan produk, artinya lebih mirip mana? peluang bisnis atau klub belanja? jelas klub belanja dong.

    Contoh kasus, blah blah blah

    sama sekali tidak relevan. di sini saya tertarik dengan MLM sebagai peluang bisnis, bukan klub belanja. anda mengasumsikan anda dan downline anda ikutan dengan niat untuk belanja. sedangkan contoh kasus anda, adalah penjualan retail dan rekrutmen atas dasar ‘klub belanja’. saya sudah bilang berkali2 kalau ikutan dengan niat belanja, artinya saya sama sekali tidak ada masalah. kalau menjual secara retail, sama sekali juga tidak ada masalah. is that so hard to understand? *sigh*

    kalau memang kasusnya seperti yang anda katakan, ya saya tidak ada masalah. tapi realitasnya jelas tidak seperti itu. besar kemungkinan sebagian besar anggota ikutan hanya bermotifkan profit. saya cuma tertarik dengan anggota yang ikut MLM dengan motif tersebut. apakah dia mengkonsumsi produknya atau tidak itu tidak relevan. dari sekian banyak orang yang ikutan dengan niatan tersebut, berapa % yang berhasil? jika distributor2 memasarkan MLM tersebut atas dasar peluang bisnis, bukan klub belanja, maka bisa dipastikan persentase ini akan sangat kecil.

    tidak perlu lagi membahas kualitas dan manfaat produk untuk distributor dll dsb, itu urusan lain. hal yang relevan dari produk untuk urusan dagang adalah: siapa yang membeli (distributor atau bukan), besar komisi penjualan dan jumlah produk yang terjual.

    lain kali kalau berkomentar cobalah:

    1. tidak mengulang2 argumen yang sama terus menerus. mengulang2i argumen anda tidak lantas menjadikan argumen anda menjadi benar.
    2. memberikan argumen yang masuk akal. pikirkan masak2 apakah argumen anda masuk akal.
    3. memberikan argumen yang belum pernah anda beri tahu sebelumnya.

    jika komentar anda tidak memenuhi 3 kriteria tersebut, saya cuma akan bilang “baca lagi tulisan saya”. terus terang saya cape menanggapi argumen yang praktis sama saja sejak anda pertama kali berkomentar. jika anda tidak punya argumen atau data yang baru, rasanya lebih baik anda tidak perlu berkomentar.

  275. “anda mengasumsikan semua distributor tidak menjual produk secara eksklusif. tapi tidak, ada distributor yang memasarkan produknya secara eksklusif. tapi ujung2nya sama saja, jika terlalu mahal, masyarakat akan lari ke produk lain. jika dia tidak adaptif, ya pasti akan bangkrut.”

    Ya anda sendiri yang bilang “ada” yang berarti tidak semuanya kan?,itu berarti banyak yang menjual secara tidak exklusif (minimal 75% mungkin?),dengan begitu kan justru indikasi ke arah yang baik karena pangsa pasarnya meluas (ke distributor dan non distributor)kalau itu terus di tingkatkan dan di kembangkan terus oleh perusahaan MLM, bukankah itu yang anda dan banyak orang inginkan?yang pada akhirnya akan menjadi MLM yang ideal ( besar tiang dari pada pasak ).ya tentu itu berkaitan dengan produk yang di pasarkan supaya di terima oleh pasar non distributor.

    “silakan saja email saya selama anda punya data2 untuk bukti kalau MLM anda baik, silakan lihat komentar saya sebelumnya. tapi tidak perlu cape2 kalau MLM yang dimaksud adalah yang ada di URL anda (yang telah saya sensor), karena itu adalah MLM yang buruk.”

    Ya terima kasih mas pri telah “membukanya”,kalau mas pri “lebih bijaksana” tolong yang bagian mana dari yang telah anda buka dan yang telah anda hakimi?

  276. #343:

    dengan begitu kan justru indikasi ke arah yang baik karena pangsa pasarnya meluas (ke distributor dan non distributor)kalau itu terus di tingkatkan dan di kembangkan terus oleh perusahaan MLM, bukankah itu yang anda dan banyak orang inginkan

    makin banyak distributor, maka makin banyak kesempatan untuk menjual. tapi perlu diperhatikan pula, makin banyak distributor artinya profit yang diperlukan untuk menyangga kebutuhan para distributor juga semakin besar.

    pertanyaan indikatornya tetap sama: berapa besar rata2 profit per distributor yang merupakan hasil dari penjualan ke non distributor? apakah mencukupi untuk menutupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan MLM?

    Ya terima kasih mas pri telah “membukanya”,kalau mas pri “lebih bijaksana” tolong yang bagian mana dari yang telah anda buka dan yang telah anda hakimi?

    sederhana saja. insentif untuk merekrut jauh lebih tinggi daripada untuk menjual. hasil akhirnya bisa dipastikan akan minim penjualan retail, dan ujung2nya produk kebanyakan hanya akan dikonsumsi sesama distributor saja.

    dalam MLM yang baik, anda tidak akan menggunakan URL referensi pada komentar anda :), melainkan URL yang memasarkan produk anda. sekali lagi, mohon jangan gunakan URL referensi karena merepotkan saya untuk menghapusnya. lain kali mungkin akan saya tandai sebagai spam saja.

  277. “makin banyak distributor, maka makin banyak kesempatan untuk menjual. “tapi perlu diperhatikan pula, makin banyak distributor artinya profit yang diperlukan untuk menyangga kebutuhan para distributor juga semakin besar”

    Yang ada Makin banyak yang menjual ke non distributor makin banyak profit dan makin merata dalam pembagian per distributornya. Tidak ada masalah untuk menyangga kebutuhan distributor yang semakin banyak karena penjualan ke non distributor mendatangkan profit ke perusahaan dan distributor tersebut.

    “pertanyaan indikatornya tetap sama: berapa besar rata2 profit per distributor yang merupakan hasil dari penjualan ke non distributor? apakah mencukupi untuk menutupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan MLM?”

    Kalau secara keseluruhan distributor itu merupakan tugas perusahaan MLM untuk melakukan sensus ke tiap distributornya masing-masing.

    Kalau dari saya pribadi cukup menutupi pengeluaran contoh.
    Misalnya saya beli produk A. seharga Rp. 45.000 lalu saya menjual ke konsumen senilai Rp. 55.000, itu bisa saya lakukan secara continue setiap bulan karena saya sudah punya 5 orang konsumen tetap yang sangat menyukai PRODUK A (belum yang B.C dll) yang saya jual.dan saya hanya mengeluarkan uang Rp.10.000, untuk menjadi distributor.
    Anda bisa hitung berapa keuntungan retail saya.
    dan dari situ bisa saya artikan bahwa bisa saja semua distributor melakukan hal yang sama dengan saya.

    Kenapa anda ngak menanyakan kenapa konsumen mau membeli produk yang saya jual?.

    “sederhana saja. insentif untuk merekrut jauh lebih tinggi daripada untuk menjual. hasil akhirnya bisa dipastikan akan minim penjualan retail, dan ujung2nya produk kebanyakan hanya akan dikonsumsi sesama distributor saja.”

    Ya sederhana juga kenapa anda menyimpulkan sesederhana seperti itu. Yang mana dari yang anda baca? Tunjukkan dong.

    “dalam MLM yang baik, anda tidak akan menggunakan URL referensi pada komentar anda , melainkan URL yang memasarkan produk anda. sekali lagi, mohon jangan gunakan URL referensi karena merepotkan saya untuk menghapusnya. lain kali mungkin akan saya tandai sebagai spam saja.”

    Oke akan saya catat itu,Kok tiba2 mas pri menyerang Personality saya ? ngak seperti biasanya lho!

    Ya memangnya kalau ada beberapa murid yang bolos lalu bisa di cap bahwa sekolah itu pasti jelek, kenapa ngak kita Tanya ke murid tersebut kenapa dia bolos?

    Menurut mas pri setelah buka Websitenya bagaimana produk-produknya?

  278. catatan tambahan: Sekali lagi Anda TIDAK BOLEH MENGHAKIMI DENGAN MENGATAKAN APA YANG SAYA HASILKAN DARI KERUGIAN ORANG LAIN… APALAGI SEOLAH-OLAH INI TIDAK HALAL… sebelum Anda tahu bukti-buktinya. Anda sendiri kan belum tahu seperti apa isi jarngan saya… dan bagaimana saya menjalankannya… Alhamdulillah saya tahu mana halal dan haram. Apakah Anda tahu berapa banyak DL saya yang punya penghasilan dari MLM ini 2 kali lipat penghasilan saya? Fitnah itu DOSA BESAR… Saya tidak hanya menjalankan MLM, saya kini memilki bisnis konvensional pula.

    Priyadi, kalau benar Anda seorang intelektual TULEN, saya anggap pernyataan Anda di atas sangat tidak pantas dan mungkin suatu kekhilafan. Ternyata benar, you are just an ordinary man…

  279. #345:

    Yang ada Makin banyak yang menjual ke non distributor makin banyak profit dan makin merata dalam pembagian per distributornya. Tidak ada masalah untuk menyangga kebutuhan distributor yang semakin banyak karena penjualan ke non distributor mendatangkan profit ke perusahaan dan distributor tersebut.

    makin tinggi penjualan ke non distributor maka makin tinggi profit rata2 distributor. tapi semakin banyak jumlah distributor, maka semakin kecil profit rata2 distributor.

    Kalau secara keseluruhan distributor itu merupakan tugas perusahaan MLM untuk melakukan sensus ke tiap distributornya masing-masing

    betul. mungkin anda bisa tanya ke perusahaan MLM anda. kalau memang mereka serius untuk menawarkan bisnis, maka seharusnya mereka akan dengan senang hati untuk memberikannya. mereka pasti tahu kok, tidak perlu sensus seharusnya juga tahu.

    Anda bisa hitung berapa keuntungan retail saya. dan dari situ bisa saya artikan bahwa bisa saja semua distributor melakukan hal yang sama dengan saya.

    satu orang tidak cukup represntatif untuk menggambarkan keaadaan yang sebenarnya. jika sistem memberi reward lebih banyak untuk merekrut daripada menjual, maka hampir bisa dipastikan akan minim penjualan ke non distributor dan demikian model bisnis menjadi tidak sustainable.

    Ya sederhana juga kenapa anda menyimpulkan sesederhana seperti itu. Yang mana dari yang anda baca? Tunjukkan dong.

    dari marketing plannya. kalau sistemnya seperti itu, mana yang lebih menguntungkan untuk seorang distributor jika bertemu dengan seseorang? menjual produk atau merekrutnya menjadi distributor? dengan sistem seperti itu jawabannya jelas untuk merekrut jadi distributor.

    Oke akan saya catat itu,Kok tiba2 mas pri menyerang Personality saya ? ngak seperti biasanya lho!

    bagian mana yang menyerang personaliti anda? saya cuma tidak suka field URL diisi dengan yang semacam itu. sudah saya kasih warning di dekat box komentar, tapi masih saja ada yang begitu :(

    Ya memangnya kalau ada beberapa murid yang bolos lalu bisa di cap bahwa sekolah itu pasti jelek, kenapa ngak kita Tanya ke murid tersebut kenapa dia bolos?

    kalau 90%+ murid2nya bolos, artinya pasti ada yang tidak beres dengan sekolahnya.

    Menurut mas pri setelah buka Websitenya bagaimana produk-produknya?

    produknya tidak ada yang saya perlukan.

  280. #346:

    sebelum Anda tahu bukti-buktinya

    rasanya saya sudah cukup panjang menjelaskan, dan tidak perlu dijelaskan lagi di sini. dan itu pun berasal dari penjelasan anda sendiri. kalaupun anda ‘lupa’, anda bisa baca2 lagi komentar di atas.

    Anda sendiri kan belum tahu seperti apa isi jarngan saya… dan bagaimana saya menjalankannya

    mungkin anda kembali ‘lupa’, tapi anda sudah memberitahukannya kepada saya.

    Fitnah itu DOSA BESAR…

    saya tidak pernah memfitnah, saya cuma menyimpulkan sesuai dengan deskripsi yang anda berikan. anda bisa terus menutup rapat2 mata anda dan tetap bermimpi, atau anda bisa pelan2 membuka mata anda melihat kondisi yang sebenarnya. tapi terlalu berlebihan rasanya untuk berharap terlalu banyak.

  281. Ok mas Pri, sekali lagi akan saya tulis komentar saya berkenaan dengan MLM yang “lebih adil” dan layak untuk dikerjakan, karena 2 hal:
    1. tidak terjadi kerugian kolektif,
    2. tidak lebih besar pasak daripada tiang.

    Kerugian kolektif bisa saja terjadi karena:
    1. partisipan diwajibkan untuk terus berbelanja, walaupun mereka tidak mampu untuk menjualnya.
    2. adanya reward/iming-iming yang menjadikan partisipan “lupa” akan tugasnya yaitu “memasarkan/menjual” produk. Mereka biasanya terpancing untuk mengejar “peringkat” dan “bonus reward” yang biasanya berupa barang-barang mewah dan perjalanan wisata, sehingga berlomba membeli banyak produk dan menekankan kepada jaringannya untuk juga melakukan hal yang sama. Jelas, produsen dan UL akan sangat “diuntungkan” dari program ini.
    3. biaya terbesar dari bisnis MLM sesungguhnya adalah BIAYA OPERASIONAL. Sehingga bila ini tidak dapat di tutup dari hasil penjualan/komisi maka akan menyebabkan kerugian.
    4. adanya pendaftaran ulang. Walaupun nilainya relatif kecil tetapi bila di kalikan ribuan partisipan akan menghasilkan keuntungan yang luar biasa kepada perusahaan MLM.
    5. Adanya rekrutmen yang sangat tinggi untuk menghasilkan omzet “belanja” dan bukan penjualan. Saya memiliki data print out group dari teman saya mantan perusahaan MLM lain, yang memperlihatkan sesungguhnya dari ribuan member dibawahnya yang melakukan belanja ulang hanya kurang dari 5% saja. Sehingga beliau terus merekrut orang lagi untuk mempertahankan omzet groupnya, dan bahkan berani membeli sejumlah produk untuk mendapatkan point tertentu supaya mendapatkan bonus dan peringkat.

    Kerugian dari tiap membernya akibat dari mengikuti sebuah program seperti ini biasanya dikarenakan:
    1. komisi yang diperoleh lebih kecil dan terlalu lama dibayar di bandingkan biaya yang dikeluarkan.
    2. mengikuti biaya program pelatihan dan pembelian alat bantu- support system- yang dianjurkan UL, bahkan ada yang nekat mewajibkan sebagai syarat konsultasi.
    3. tidak mampu menjual kembali produk-produk yang terus mereka beli. Kalaupun sanggup biasanya sangat sulit untuk menutupi pengeluarannya.

    Karena itu syarat untuk tidak terjadi kerugian kolektif dari jaringan secara keseluruhan adalah:
    1. PEMBAYARAN KOMISI YANG CEPAT BISA DI UANGKAN- (mis. per-hari) agar dapat memenuhi biaya operasional dan kebutuhan lainnya.
    2. PEMBAYARAN KOMISI HARUS CUKUP BESAR dari setiap produk yang terjual.
    3. TIDAK BOLEH ADA SYARAT untuk mendapatkannya.
    4. TIDAK BOLEH ADA BONUS YANG DITUNDA, apalagi dialihkan menjadi reward, dengan syarat tertentu untuk bisa mendapatkannya.
    5. TIDAK ADA KEWAJIBAN BELANJA BULANAN yang biasanya untuk mempertahankan peringkat dan syarat lainnya. Bila point no.5 ini dihilangkan, maka distributor yang tidak mampu untuk menjalankan bisnis MLM tidak akan terus dijejali produk dan “di imingi” sukses. Sehingga mereka bisa langsung berhenti kapan saja bila merasa tidak mampu tanpa harus “gambling” dengan membeli produk.
    6. PENEKANAN UTAMA ADALAH PENJUALAN, BUKAN PEMBELIAN BERKALA. Omzet di hitung pada saat produk berhasil terjual, bukan pada saat DL belanja tiap bulan.

    Ini semua bisa dihindari bila kita tahu apa isi Marketing Plan yang sesungguhnya, juga dari pertama kali program ini dikenalkan kepada Anda. Bila penekanan awalnya sifat belanja lebih kental daripada sifat menjual, berarti program itu akan berat.
    Dan sekali lagi margin produk bisnis MLM haruslah = produk bila produk tersebut dipasarkan secara konvensional. Karena keuntungan distributor diperoleh dari penjualan produknya. Hal ini wajar karena semua penjualan produk di dunia ini berasal dari selisih biaya produksi, keuntungan produsen dan harga jualnya. Bila harga di mark up terlalu tinggi ini akan menjadi tidak wajar.

    Sampai disini, apakah mas Pri paham atau masih mengatakan saya megulang-ulang argumen saya? Berarti mas Pri yang sulit untuk menerima pendapat saya padahal sudah saya jelaskan berkali-kali. Saya bahkan sangat setuju dengan tujuan tulisan Anda yang utama yaitu BEDAH SISTEM MLM. Tapi sayangnya Anda hanya mempertahankan BEDAH SISTEM ini ala Anda sendiri, dan tidak mau menerima masukan lain. Anda harus mendengarkan saya, karena saya adalah salah satu pelakunya dan tau kelebihan dan kekurangan sistem MLM. Dan jangan berprasangka saya mengatakan ini untuk kepentingan bisnis saya. Karana itu saya tidak bersedia menyebutkan MLM yang saya ikuti. Saya banyak mengenal LEADER-LEADER berbagai MLM, dan dekat dengan mereka. Jadi saya tau persis apa yang sebetulnya terjadi.

    Untuk teman-temanku pelaku MLM yang lain, coba simak tulisan saya di atas. Bila Anda sudah mengalaminya maka Anda pasti paham dan mengerti apa yang saya maksudkan. MLM adalah bisnis yang bagus, dan tidak memonopoli hak penjualan seperti pada bisnis pemasaran konvensional. Kita sama-sama berpeluang menghasilkan, semua orang boleh ikut memasarkan walaupun tidak akan semua orang mau. Yah seperti bisnis lainnya, tidak semua orang akan tertarik. Dan kita mengerti ko, kalau semuanya buka warung maka siapa yang akan menjadi pembelinya… ya kan. (fakta: jangan khawatir, bisnis itu banyak pilihannya, maka tiap-tiap orang memiliki pilihannya masing-masing. Tidak akan terjadi semua orang berada dalam sebuah jenis bisnis yang sama, maka dari itu bisnis akan selalu tumbuh berkembang apapun jenisnya dan produknya.) BISNIS ADALAH KESEMPATAN DAN BISNIS ADALAH PILIHAN.:)

  282. #345

    “makin tinggi penjualan ke non distributor maka makin tinggi profit rata2 distributor. tapi semakin banyak jumlah distributor, maka semakin kecil profit rata2 distributor.”

    Memang profit distributor rata2 akan jadi kecil tapi mereka tetep dapet “profit” to dan udah untung.sederhana kan!

    “satu orang tidak cukup represntatif untuk menggambarkan keaadaan yang sebenarnya. jika sistem memberi reward lebih banyak untuk merekrut daripada menjual, maka hampir bisa dipastikan akan minim penjualan ke non distributor dan demikian model bisnis menjadi tidak sustainable.”

    Malah sangat representative karena rata2 distributor ingin cari untung ya harus dengan cara seperti itu,toh system malah memberi insentife lebih besar untuk menjual dari pada merekrut ya lebih baik menjual,dan jika konsumen kita tertarik produknya mereka juga akan ikut dengan sendirinya jadi distributor tanpa kita harus mengajak mereka.

    “dari marketing plannya. kalau sistemnya seperti itu, mana yang lebih menguntungkan untuk seorang distributor jika bertemu dengan seseorang? menjual produk atau merekrutnya menjadi distributor? dengan sistem seperti itu jawabannya jelas untuk merekrut jadi distributor.”

    Marketing plan yang mana? System yang mana? Sekali lagi yang mana dari yang anda baca? Tolong mas pri bisa memperjelas di bagian yang mas pri pahami supaya saya tahu bagian mana yang mas pri belum pahami.oke

    Kalau saya pribadi lebih menguntungkan menawarkan produk dulu jika ketemu orang karena dengan produk yang bagus dan sudah punya nama maka mereka akan lebih menerima, setelah itu jika mereka tertarik maka saya akan menjelaskan systemnya.

    Dan Jika saya menawarkan systemnya dulu justru orang malah banyak yang ngak mau mendengar saya dan juga tidak tertarik ke produknya, jelas dari pengalaman saya di atas juga bisa saja di pakai oleh distributor yang lain di perusahaan MLM tersebut.dan dengan cara diatas jelas sangat menguntungkan kita sebagai distributor.

    “Oke akan saya catat itu,Kok tiba2 mas pri menyerang Personality saya ? ngak seperti biasanya lho!
    bagian mana yang menyerang personaliti anda? saya cuma tidak suka field URL diisi dengan yang semacam itu. sudah saya kasih warning di dekat box komentar, tapi masih saja ada yang begitu ”

    Sebetulnya saya udah coment dua kali entah kenapa yang keluar malah di bagian yang sudah saya perbaiki, nih saya perbaiki lagi. “Oke akan saya catat itu,Kok tiba2 mas pri menyerang saya (maksudnya kok bukan ke topic)? ngak seperti biasanya lho! Dan masih ada yang lainnya.dan saya juga tahu dan udah saya catat.correct.

    “kalau 90%+ murid2nya bolos, artinya pasti ada yang tidak beres dengan sekolahnya.”

    Kan jelas diatas sudah saya bilang “beberapa” itu berarti sebagian yang sangat2 kecil sekali.aneh juga ya kalau ada sekolah yang seperti mas pri bilang?ngak masuk akal!

    “produknya tidak ada yang saya perlukan.”

    Ya ini baru jawaban yang tepat…good buat mas pri.

  283. #349:

    anda kembali mengulang2 lagi argumen anda. untuk menyegarkan ‘ingatan’ anda, balasan saya kira2 adalah sebagai berikut:

    yang anda sebutkan point2 kriteria yang menurut anda adalah syarat MLM yang baik. namun jika keadaan di lapangan terjadi besar pasak daripada tiang maka kriteria2 tersebut belum mencukupi. itu yang saya simpulkan dari pernyataan anda:

    * anda menolak jika disebutkan MLM anda lebih cocok disebut sebagai klub belanja
    * 80% anggota MLM anda hanyalah konsumen
    * saya tidak masalah jika distributor MLM memasarkan atas dasar manfaat diskon, tapi anda keberatan.

    itu semua dari pernyataan anda sendiri lho. kesimpulan saya berasal dari itu. anda boleh2 saja mengklaim MLM anda menerapkan cara ‘MLM yang baik’. tapi jika hasil akhirnya seperti itu ya gak bisa disebut sebagai MLM yang baik dong.

    saya terbuka dengan berbagai macam pendapat. hanya saja anda anda sama sekali tidak memberi tahu apa yang belum saya ketahui sebelumnya. anda bolak balik bilang kalau anda lebih tahu MLM daripada saya. tapi anda sama sekali belum memberi tahu bagian mana yang anda lebih tahu daripada saya. kalau begitu bagaimana mungkin anda bisa mengubah pendapat saya?

    jika anda berkomentar lagi, sebaiknya ada informasi yang baru yang belum saya ketahui sebelumnya.

  284. mas Pri… gimana nih. Ko Anda ga pernah bisa menangkap apa yang saya maksud. Saya sudah sering bolak-balik tulis bahwa tidak akan terjadi LEBIH BESAR PASAK DARIPADA TIANG bila sayarat yang saya sebutkan pada komentar saya #349 terpenuhi. Karena profit yang masuk akan lebih besar daripada uang yang keluar. Minimal bisa untuk menutup biaya operasional di awal-awal mengembangkan bisnis jaringan.

    MLM klub belanja biasanya menerapkan penjualan tertutup antar member saja. Padahal saya pastikan kalau di MLM ini semua bisa dilakukan. Ada yang menjadi distributor, ada yang menjual retail, ada yang hanya menginginkan produk untuk di konsumsi pribadi, artinya jelas mereka bukan pembangun bisnis. Dan pada kenyataannya kategori pembangun bisnis yang artinya distributor inti itu hanya berkisar 20% dari keseluruhan jaringan. Jangan tanya kenapa, karena jawaban saya tetap sama yaitu sukses adalah pilihan, dan tidak semua yang bergabung di MLM mau melakukan apa ketentuan untuk sukses di bisnis MLM.

    Apakah Anda tahu bahwa biaya terbesar di bisnis MLM adalah biaya operasional membangun jaringan? Apakah Anda tau bahwa MLM adalah bisnis kepemimpinan? Apakah Anda tau bagaimana menciptakan daya ungkit yang luar biasa tanpa mengorbankan orang lain? Apakah Anda tau bahwa dengan penerimaan bonus setiap hari akan memudahkan Anda membangun bisnis MLM di banding dengan pembayaran bonus 45 hari? Apakah Anda tau bahwa reward sesungguhnya adalah hak distributor yang di pending?

    Apa yang ingin Anda ketahui Pri? Atau Anda ingin tau berapa laba perusahaan vs komisi distributor? Jumlah seluruh parisipan? Jumlah distributor aktif?…
    Sepertinya Anda hanya cocok menjadi manager perusahaan di banding pelaku bisnis MLM. Kalau Anda inginkan informasi lengkap, datangi saja perusahaan yang bersangkutan.

    Dan sayangnya, seandainya Anda tau itu semua pun, seandainya Anda paham seluk beluk MLM manapun, seandainya Anda menguasai semua hitung-hitungan dan teori analisis ekonomi dunia pun… ANDA BELUM TENTU SUKSES DI BISNIS INI!!!! Kenapa? Karena ini adalah bisnis tindakan, bisnis hubungan antar manusia, bisnis kepemimpinan! Anda belum tau apa-apa Pri…belum tau apa-apa…

    Jangan salahkan saya bila Anda belum paham, karena paradigma MLM Anda masih sebatas teori saja. Kalau Anda berani, cari MLM yang menurut Anda baik, dan coba tekuni. Kita lihat apakah Anda akan sukses disana. Kalau perlu cari MLM baru yang menawarkan Anda untuk menjadi zero-zero one. Anda harus bisa menciptakan support system Anda sendiri yang bisa di duplikasi oleh jaringan Anda. Kalau Anda selalu mengelak dan berdalih belum menemukan (bagaimana bisa, wong Anda seorang anti pemasaran MLM) Semestinya Anda berani memberikan penilain dari MLM kategori A (baik), kategori B (cukup baik), kategori C (kurang realistis/tidak cukup baik), kategori D (buruk) dstnya. Jangan menyamaratakan semuanya. Itu indikasi kuat bahwa Anda belum paham MLM.

    Tolong jawab pertanyaan saya, dan jangan cuma mengelak. Dan coba Anda berani punya impian menciptakan Marketing Plan sendiri, sesuai dengan konsep Anda. Kita lihat apakah bisa berjalan atau tidak. Kasihan kamu Pri…

    :-?

  285. mas Pri… gimana nih. Ko Anda ga pernah bisa menangkap apa yang saya maksud. Saya sudah sering bolak-balik tulis bahwa tidak akan terjadi LEBIH BESAR PASAK DARIPADA TIANG bila sayarat yang saya sebutkan pada komentar saya #349 terpenuhi. Karena profit yang masuk akan lebih besar daripada uang yang keluar. Minimal bisa untuk menutup biaya operasional di awal-awal mengembangkan bisnis jaringan.

    hehehehehe, anda mengasumsikan kalau semua distributor bisa menjual produk ke non distributor. kenyataannya distributor dihadapkan pada masalah market saturation. selain itu insentif untuk merekrut tetap ada dan walaupun tidak ada kewajiban bulanan kepada perusahaan MLM, anggota yang berniat mendapatkan untung pasti punya cost operasional. ini perasaan udah bolak balik saya kasih tahu, rasanya kok anda yang gak bisa menangkap apa yang saya maksud nih ;)

    MLM klub belanja biasanya menerapkan penjualan tertutup antar member saja. Padahal saya pastikan kalau di MLM ini semua bisa dilakukan. Ada yang menjadi distributor, ada yang menjual retail, ada yang hanya menginginkan produk untuk di konsumsi pribadi, artinya jelas mereka bukan pembangun bisnis

    hehehe, mas mas. semua MLM juga gitu. mana ada MLM yang ngaku2 kalau mereka sebenarnya adalah klub belanja ;). mana ada MLM yang menerapkan penjualan tertutup antar member saja :). istilah klub belanja itu hasil pengamatan saya karena sebagian besar penjualan ternyata dilakukan oleh sesama anggota, dan bukan oleh non anggota.

    Apa yang ingin Anda ketahui Pri? Atau Anda ingin tau berapa laba perusahaan vs komisi distributor? Jumlah seluruh parisipan? Jumlah distributor aktif?… Sepertinya Anda hanya cocok menjadi manager perusahaan di banding pelaku bisnis MLM. Kalau Anda inginkan informasi lengkap, datangi saja perusahaan yang bersangkutan.

    ya kalau perusahaan tidak mau kasih tahu informasi tersebut, artinya dia gak serius nawarin ‘peluang bisnis’, dan kalau saya ikutan begitu saja tanpa pertimbangan sama sekali, artinya saya bego dong :)

    Dan sayangnya, seandainya Anda tau itu semua pun, seandainya Anda paham seluk beluk MLM manapun, seandainya Anda menguasai semua hitung-hitungan dan teori analisis ekonomi dunia pun… ANDA BELUM TENTU SUKSES DI BISNIS INI!!!! Kenapa? Karena ini adalah bisnis tindakan, bisnis hubungan antar manusia, bisnis kepemimpinan! Anda belum tau apa-apa Pri…belum tau apa-apa…

    kalau begitu kasih tahu saya. gitu aja kok repot :P. selama ini anda belum memberi tahu saya apa2 kok :).

    Kalau Anda berani, cari MLM yang menurut Anda baik, dan coba tekuni. Kalau Anda selalu mengelak dan berdalih belum menemukan

    working on it. sampai saat ini belum ada yang memenuhi kriteria baik. lha kalau memang belum menemukan yang baik, masa saya harus bilang sudah menemukan? ada2 saja :P

    Semestinya Anda berani memberikan penilain dari MLM kategori A (baik), kategori B (cukup baik), kategori C (kurang realistis/tidak cukup baik), kategori D (buruk) dstnya. Jangan menyamaratakan semuanya. Itu indikasi kuat bahwa Anda belum paham MLM.

    oh, saya sudah beberkan kriteria2 saya: MLM yang baik adalah jika profit yang berasal dari penjual retail ke non distributor paling tidak bisa menutupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi menjalankan MLM. mungkin anda terlewat membaca, atau barangkali kembali ‘lupa’, jadi saya sebutkan kembali kriteria saya :)

    penilaian saya adalah penilaian objektif, bukan berdasarkan distribusi normal :). kalau tidak ada yang memenuhi kriteria, ya saya sebut saja tidak ada yang memenuhi kriteria.

  286. oh.. pantes kita ngga nyambung. Kalau di MLM istilah insentif untuk merekrut itu memang ada dan berlaku. Karena memang kita sedang membangun sebuah teamwork yang berisikan distributor dan pelanggan. Kalau suatu network marketing telah hidup dan berkembang, it’s like a money machine. But, how to build the MLM money machine?

    Gini aja, coba Anda cari tahu sendiri berapa nilai intensif sebuah perekrutan di perusahaan MLM manapun. Kalau itu masih berasal dari penjualan produk ya ngga masalah. Tapi kalau maksud kata insentif itu berasal dari akumulasi belanja group dan iming-iming reward di belakangnya yang menjadi motivasi partisipan untuk terus bertahan dalam program ini bisa jadi masalah. Karena akan sedikit orang yang bisa menikmati keuntungan ini setelah dikurangi berapa mereka belanja produk, berapa operational cost perbulan, berapa yang mereka dapat dan berapa omzet yang naik ke perusahaan.

    Terkadang orang yang ingin memiliki sebuah mobil mewah itu bisa kehilangan rumah mereka! Dan bila Anda hitung dengan cermat, omzet yang naik ke perusahaan sebagai syarat kepemilikan sebuah mobil mewah bisa mencapai milyaran rupiah! Faktor inilah yang membuat para pelaku MLM pada umumnya tidak mampu bertahan untuk tetap berada dalam bisnis. Mereka melihat reward sebagai keuntungan padahal adalah jebakan. Jadi partisipan mengalami kerugian karena mereka tidak menyadari akan jebakan ini. Kalau Anda hanya memfokuskan syarat pada penjualan kepada non distributor itu semua berlaku pada MLM manapun. Masalahnya tidak semua orang tertarik untuk “jual-jualan” secara door to door.

    Maka dari itu, bila sebuah MLM lebih mengarah kepada pemasaran yang sesungguhnya, dan memberikan insentif lebih kepada penjualan itu berarti MLM tersebut tidak berat. Coba saja Anda hitung berapa omzet yang berhasil di ciptakan group vs berapa yang diterima oleh distributor vs berapa yang naik ke perusahaan. Lebih besar mana?

    Kalau di MLM kami, insentif terpusat pada seberapa produk yang bisa terjual bukan pada perekrutan, maka Anda akan mendapatkan keuntungan langsung dari sana. Bila Anda dan group Anda tidak berhasil melakukan penjualan ya.. tidak ada bonus. Dan sekali lagi tidak masalah, produk pindah ke mana, ke pelanggan atau ke distributor baru nilainya tetap sama, karena yang dihitung adalah jumlah penjualan produk bukan orang. Ingat kalau di MLM lain pada umumnya omzet di hitung pada saat DL BELANJA produk tiap bulan, kalau di tempat kami omzet dihitung pada saat kita/DL MENJUAL produk setiap hari!

    Nah di tempat kami pula hitung-hitungan laba perusahaan dan keuntungan distributor terbuka jelas. Berapa persentasi pembagian hasilnya. Bahkan bedah sistem MLM seperti ini sudah sering kamu lakukan. Tapi sayangnya karena akhirnya banyak terjadi perdebatan dan banyak pihak yang merasa tersinggung kita tidak lagi “buka-bukaan” seperti dulu. Paling-paling yang bersifat internal saja antar sesama distributor kami.

    Betul intinya jangan sampai lebih besar pasak dari pada tiang dan bukan berasal dari kerugian orang lain. Kalau di naked pyramid sangat kelihatan orang menyetor sejumlah uang yang akan menjadi keuntungan UL dan mereka tidak akan mendapatkan apapun selain harapan saja, bila di MLM berbasis produk orang tidak akan kehilangan uang mereka karena ada nilai produk yang mereka beli. Tapi problemnya adalah mereka di imingi untuk terus menerus membeli produk. Awalnya sih ok saja, tapi bila sampai overload ya repot. Di tempat kami ini tidak ada lagi, karena kami tidak dipacu untuk selalu belanja, melainkan jual-jual dan jual… Kami hanya 1 kali saja membeli produk pada saat sign up, itupun bisa disesuaikan menurut kebutuhan saja. Lagipula yang melatar belakangi pembelian produk ini juga karena kebutuhan, bukan karena mimpi hehehehe… Nah silakan konsumsi produknya atau kalau mau dijual kembali bagi yang ingin menjual retail. Setelah modalnya kembali ya sudah.Selesai kan…:)

  287. oh.. pantes kita ngga nyambung. Kalau di MLM istilah insentif untuk merekrut itu memang ada dan berlaku. Karena memang kita sedang membangun sebuah teamwork yang berisikan distributor dan pelanggan. Kalau suatu network marketing telah hidup dan berkembang, it’s like a money machine. But, how to build the MLM money machine?

    ok rasanya anda belum paham soal market saturation.

    anggaplah di satu desa ada 10 penghuni: A, B, C, D, E, F, G, H ,I dan J. desa tersebut terisolasi, kecil dan semua orang bisa menghubungi orang lain dengan mudah. di sini A adalah distributor produk X dan dari B sampai J semuanya adalah pelanggan A. kemudian si B berminat ingin jadi distributor. masuk akalkah A mengizinkan B untuk jadi distributor? jelas tidak, karena jika B masuk, maka pendapatan A akan berkurang, karena B juga perlu makan. si A sudah punya akses langsung ke B, C, D, E, F, G, H, I dan J. jadi untuk apa rekrut orang lagi? bahkan jika B ingin masuk atas dasar diskon produk, ini juga tidak masuk akal karena akan mengurangi profit A.

    bedanya di MLM, si A diberi insentif tinggi untuk merekrut B walaupun sebenarnya akan merugikan si A. jika si A menolak pun, mungkin si B bisa masuk dari jalur lain dan si A pasti akan tetap merasa terugikan. apapun yang terjadi, si A pasti rugi.

    Nah di tempat kami pula hitung-hitungan laba perusahaan dan keuntungan distributor terbuka jelas. Berapa persentasi pembagian hasilnya. Bahkan bedah sistem MLM seperti ini sudah sering kamu lakukan. Tapi sayangnya karena akhirnya banyak terjadi perdebatan dan banyak pihak yang merasa tersinggung kita tidak lagi “buka-bukaan” seperti dulu. Paling-paling yang bersifat internal saja antar sesama distributor kami.

    kenapa tidak dibuka saja di sini? tidak perlu pake angka2, tapi cukup pake persentase atau proporsi saja. apa MLM anda sebenarnya klub super eksklusif yang banyak rahasianya? :)

    Kami hanya 1 kali saja membeli produk pada saat sign up

    hahahahah, bingo! baru ngaku sekarang. padahal dulu2 ngakunya tidak ada penjualan secara paksa :)

  288. Mas Pri, di bisnis konvensional pun hal ini juga berlaku kan? Contoh di atas juga bisa diterapkan dalam usaha misalnya toko, kios atau warung. Mereka juga tidak di batasi, siapapun boleh ikut menjual dan memasarkan. Kecuali tentunya toko “bermerk” yang maunya monopoli. Di tempat saya saja, dalam 1 wilayah yang relatif kecil bisa ada puluhan warung kelontongan. Sewajarnya terjadi persaingan. Dan saya yakin tidak semua mau buka warung ko, kan masih banyak bisnis yang lain. Begitu juga di MLM. Apa bisa terjadi semua orang bergabung… it’s non sense! Buktinya Anda juga sampai saat ini belum bergabung iya kan heheheh…:d

    Kami bukan MLM eksklusif ko, hanya beda saja. Saya sudah pernah memberikan gambarannya di sini sebelumnya. Coba lihat aja lagi, mungkin ada yang terlewat.

    Kata siapa ada paksaan dalam menjual. Sungguh bodoh melakukan hal itu. Mereka membeli karena mereka butuh, dan itu pun tergantung kebutuhannya apa. Yang ingin menikmati produk ya silakan kami sediakan, masa kami tolak. Yang mau coba jalankan bisnisnya ya monggo dan kami siap membantu untuk itu, mereka membeli ya untuk mereka jual kembali. Masa mau buka McDxxxx tapi ngga mau beli produknya. Jadi aneh nih mas Pri hihihi…Buat yang ngga mau beli ya ngga apa-apa. Gitu aja ko repot…:)

  289. Mas Pri, di bisnis konvensional pun hal ini juga berlaku kan? Contoh di atas juga bisa diterapkan dalam usaha misalnya toko, kios atau warung. Mereka juga tidak di batasi, siapapun boleh ikut menjual dan memasarkan. Kecuali tentunya toko “bermerk” yang maunya monopoli. Di tempat saya saja, dalam 1 wilayah yang relatif kecil bisa ada puluhan warung kelontongan. Sewajarnya terjadi persaingan

    kalau saya buka toko kelontong, lalu ada tetangga yang buka juga, maka itu potensi kerugian bagi saya. kalau saya yang buka cabang di tempat yang sama, maka itu juga kerugian karena: 1. pangsa pasar tidak bertambah dan 2. cost saya bertambah.

    kalau orang lain yang buka, itu memang tetap jadi potensi kerugian, tapi kita gak punya kontrol apapun terhadap itu. tapi bukan berarti kita juga harus buka cabang sebanyak mungkin tanpa perhitungan sama sekali.

    Dan saya yakin tidak semua mau buka warung ko, kan masih banyak bisnis yang lain. Begitu juga di MLM. Apa bisa terjadi semua orang bergabung… it’s non sense! Buktinya Anda juga sampai saat ini belum bergabung iya kan heheheh…

    market saturation bisa tercapai tanpa perlu semua orang yang ada bergabung. market saturation akan tercapai jauh sebelum itu.

    Kami bukan MLM eksklusif ko, hanya beda saja

    kalo gitu gak perlu rahasia2an lagi :)

    Kata siapa ada paksaan dalam menjual. Sungguh bodoh melakukan hal itu. Mereka membeli karena mereka butuh, dan itu pun tergantung kebutuhannya apa

    hahahaha, yeah right =))

  290. begini kali yah, rezeki tiap orang memang berbeda. Dari pengalaman, ada rekan yang kesulitan menjual produk ke seseorang walaupun sudah di coba berkali-kali tetapi selalu suksek ditolak hehehe…. Tapi akhirnya orang tersebut malah membeli produk yang sama dari orang yang berbeda (kebetulan masih DL saya juga.

    Kesimpulannya ada faktor “lain” yang bisa menentukan keberhasilan seseorang dalam menjual atau memasarkan produk dan tidak perlu terpaku pada teori yang sudah baku. Apalagi teori kan hanya sebatas kalkulasi perhitungan dan menunjukan “potensi” saja. Kita harus seimbang melihat berbagai potensinya, baik itu keuntungan maupun kerugian. Ya berpikir seimbang lah. Kalau melihat potensi jelek melulu kapan aksi-nya?

    Oh iya, soal market saturation itu asik juga. Tapi setahu saya dimanapun dan dalam bisnis apapun yang namanya melakukan ekspansi, pengembangan bisnis ke luar wilayah dan inovasi produk merupakan salah satu jalan keluar yang wajar. Semua juga begitu ko. Tergantung strategi masing-masing perusahaan. Nah kalau di kami, distributor mempunyai wadah, semacam komite untuk kepentingan member dan keutuhan jaringan. Komite ini bukan bentukan perusahaan melainkan muncul dari para distributornya, komite bisa “mendepak” perusahaan bila tidak sesuai program dan janjinya (sudah pernah terjadi, dan mungkin baru sekali ini terjadi distributor bisa “memecat” owner). Mereka biasa melakukan “negoisasi” dengan perusahaan dan membuat kesepakatan bagaimana membuat bisnis ini tetap pada rel-nya dan menguntungkan kedua belah pihak, termasuk strategi produk dll. Ini demi kenyamanan berbisnis di sini bagi para membernya.

    Saya ngga ada niatan rahasia-rahasiaan. Kami cuma tidak ingin promosi disini. Bila ada yang mau tau lebih banyak silakan kontak saya secara pribadi. Dan niat saya sedari awal adalah bertukar pikiran dan berbagi pengalaman saja, juga untuk menyamakan persepsi kita bahwa MLM bukan money game dan merupakan bisnis yang layak untuk dijalankan:)

  291. Apalagi teori kan hanya sebatas kalkulasi perhitungan dan menunjukan “potensi” saja. Kita harus seimbang melihat berbagai potensinya, baik itu keuntungan maupun kerugian. Ya berpikir seimbang lah. Kalau melihat potensi jelek melulu kapan aksi-nya?

    kalo kelihatan jelek, ya mungkin memang begitu kenyataannya? saya sih tulis apa adanya saja, gak perlu dicari2kan bagusnya kalau memang gak ada :). sebelum aksi harus pakai pemikiran dan perhitungan, tidak bisa menutup mata begitu saja, karena kalau rugi cuma kita yang tanggung jawab. apa si UL mau tanggung jawab kalo saya rugi? kan ngga :)

    Tapi setahu saya dimanapun dan dalam bisnis apapun yang namanya melakukan ekspansi, pengembangan bisnis ke luar wilayah dan inovasi produk merupakan salah satu jalan keluar yang wajar. Semua juga begitu ko. Tergantung strategi masing-masing perusahaan

    ekspansi adalah suatu hal yang wajar. tapi ekspansi harus pake perhitungan. melakukan ekspansi dengan buta tanpa perhitungan bisa berbahaya, karena ekspansi juga butuh dana. kalo ada yang nawarin peluang bisnis, dalam bentuk apapun, harus jelas potensi keuntungan bagi saya. misalnya dengan cara eksklusivitas daerah tertentu. kalo siapapun mau serius nawarin bisnis ke saya, harus ada dan jelas aturan2 seperti ini.

  292. Nah inilah titik kritis khas Priyadi. Tidak mau memandang permasalahan dari berbagai segi. Beda dengan saya, seandainya saya ada dalam loss position saya tetap memandangnya sebagai sesuatu hal yang positif dan mencari solusi atas kesulitan itu. Walaupun maunya untung tapi saya tidak pernah takut rugi. Saya memandang bisnis bagaikan sebuah permainan.

    Saya selalu mencari cara-cara yang tepat dan logis untuk berhasil dan tidak mau berpikir mencari-cari alasan mengapa akan gagal. Seperti dalam sepak bola saya tidak mau berpikir kemungkinan untuk membuat gol itu mungkin hanya 100:1 menjadi alasan saya untuk tidak mau menendang bola, saya akan mencoba dan fokus membuat kemenagan. Berpikir untuk berhasil, bukan untuk gagal. Nah kalau saja mas Pri mau berhitung seberapa besar potensi yang akan Anda dapatkan dan mencari cara untuk mewujudkannya bukan malah berhitung seberapa besar Anda akan kalah pasti akan lain ceritanya.

    Di MLM, berpikir untuk menang adalah suatu keharusan. Tinggal pilih kendaraan yang paling sesuai dan layak digunakan.

    Oh ya, di MLM kami peluang untuk itu sangat terbuka. Potensi penghasilan 103jt-745jt/bln “bisa” terwujud. Bahkan tanpa batas sekalipun tergantung seberapa besar impian Anda. Dengan catatan: kerja keras dan kerja cerdas. Zero risk, artinya Anda TIDAK AKAN kehilangan uang. Titik BEP bisa langsung dicapai pada saat Anda memulai bisnis ini. Kalau Anda merasa uang Anda hilang karenanya (dengan catatan jujur dan tidak dibuat-buat) saya berani jaminkan kepada Anda, 100% money back guaranteed. Satu hal: Saya tidak menjamin Anda akan sukses disini, saya hanya menjamin Anda tidak akan rugi. Itu saja:)

  293. Nah inilah titik kritis khas Priyadi. Tidak mau memandang permasalahan dari berbagai segi. Beda dengan saya, seandainya saya ada dalam loss position saya tetap memandangnya sebagai sesuatu hal yang positif dan mencari solusi atas kesulitan itu. Walaupun maunya untung tapi saya tidak pernah takut rugi. Saya memandang bisnis bagaikan sebuah permainan.

    wah, apa salahnya kalo kita penuh perhitungan? dengan penuh berhitungan, kita meminimalkan resiko rugi. bukan berarti pasti tidak rugi, tapi tujuannya untuk meminimalkan.

    dengan ‘logika’â„¢ ciri khas anda, kalo saya berjudi dan kalah, maka saya harus tetap memandangnya sebagai sesuatu yang positif dan tidak lantas berhenti berjudi, karena kemungkinan untuk menang tetap terbuka lebar :D. secara probabilitas memang begitu kan? kemungkinan menang tetap terbuka lebar. tidak perlu takut rugi walaupun yang kalah lebih besar daripada yang menang.

    Saya selalu mencari cara-cara yang tepat dan logis untuk berhasil dan tidak mau berpikir mencari-cari alasan mengapa akan gagal. Seperti dalam sepak bola saya tidak mau berpikir kemungkinan untuk membuat gol itu mungkin hanya 100:1 menjadi alasan saya untuk tidak mau menendang bola, saya akan mencoba dan fokus membuat kemenagan

    huahuahuahauhahhah, anda benar2 lucu dalam ber’logika’ =)). kalo gawangnya masih 60 meter di depan, mau tendang langsung ke gawang ya gak bakalan gol2 :)). apakah ada kemungkinan gol? jelas ada, david beckham pernah kok, beberapa kali. tapi bukan berarti kalau gawangnya sudah 60 meter di depan, kita harus selalu tendang langsung ke gawang hanya karena beckham pernah bisa begitu :P. probabilitas seorang superstar mencetak gol dari jarak 60 meter jauh lebih kecil daripada bukan pemain bola menendang dari jarak 5 meter. untuk beckham sekalipun, sangat jarang dia tentang langsung dari jarak 60 meter :)

    kalau mau fokus menang, kita harus cari cara supaya probabilitas membuat gol lebih tinggi, misalnya dengan membawa bola lebih dekat ke gawang lawan. sepakbola pun butuh perhitungan, apalagi bisnis :). tidak semua hal layak dilakukan hanya karena ada peluang sukses sekecil apapun.

    Di MLM, berpikir untuk menang adalah suatu keharusan. Tinggal pilih kendaraan yang paling sesuai dan layak digunakan.

    dengan ikut MLM, itu sudah jadi cukup bukti kalau orang tersebut tidak cukup berpikir untuk menang :P

    Oh ya, di MLM kami peluang untuk itu sangat terbuka. Potensi penghasilan 103jt-745jt/bln “bisa” terwujud

    tentu saja ‘bisa’, sebagaimana saya ‘bisa’ cetak gol dari jarak 60 meter :P

    Zero risk, artinya Anda TIDAK AKAN kehilangan uang. Titik BEP bisa langsung dicapai pada saat Anda memulai bisnis ini. Kalau Anda merasa uang Anda hilang karenanya (dengan catatan jujur dan tidak dibuat-buat) saya berani jaminkan kepada Anda, 100% money back guaranteed

    bagaimana dengan biaya2 operasional yang merupakan konsekuensi saya mengikuti MLM? bagaimana dengan ‘price discrepancy’ antara produk MLM dan produk retail? apa anda juga mau tanggung? :P

    ps. tak sabar lagi menunggu ‘logika berpikir’ anda yang berikutnya :P

  294. Yang saya tulis di atas tentang pemain bola adalah analogi, bukan logika berpikir. Anda jangan sampai keliru! Itu suatu gambaran sikap saja, apa yang semestinya dilakukan bila melihat suatu peluang, selain berpikir penuh perhitungan, meminimalisasikan segala resiko, Anda juga harus berpikir untuk menang. Itu syarat sukses di MLM.

    Saya tidak pernah berpikir tidak bisa. Tetapi mencari cara dan berbagai kemungkinan untuk berhasil, walalupun nyaris mustahil. Anda sebaiknya banyak belajar dari kesuksesan orang lain, bagaimana sesuatu yang tidak mungkin kelihatannya menjadi sesuatu yang nyata pada akhirnya. Dulu pun semua orang menganggap pergi ke bulan adalah hal yang mustahil, tapi kini tidak lagi. Yang diperlukan adalah kemauan dan berpikir bisa.

    Seorang pemain MLM walaupun ia tidak cukup sukses telah membuktikan dirinya adalah orang yang berpikir untuk menang dan bukan seorang pecundang yang “takut” mengambil resiko, maunya gagal, menghindar dari kekalahan dan selalu menyalahkan sesuatu diluar dirinya sendiri bila gagal.

    Kalau Anda tidak berani berbisnis, dan hanya menginginkan bisnis yang selalu menang atau minim resiko saran saya simpan saja uang Anda di Bank, atau jadi pekerja seumur hidup, atau kalau punya cukup modal buka saja franchise, atau investasi properti dan real estate misalnya. Saya tidak pernah mengatakan MLM adalah satu-satunya kendaraan menuju sukses finansial, tapi MLM adalah kendaraan yang paling murah dan cepat menuju impian Anda.

    # bagaimana dengan biaya2 operasional yang merupakan konsekuensi saya mengikuti MLM? bagaimana dengan ‘price discrepancy’ antara produk MLM dan produk retail? apa anda juga mau tanggung?

    Ini adalah bukti KEPECUNDANGAN Anda dalam berbisnis. Bukti ini sudah cukup menggambarkan “seberapa besar” diri Anda dan cara berpikir Anda. Sebetulnya saya bisa saja membuka semua potensi bisnis MLM ini dan menjawab semua ketakutan Anda, tapi sekali lagi konsentrasi saya di sini adalah menyamakan persepsi bahwa MLM bukanlah money game dan layak untuk dikerjakan. Bukan untuk menawarkan Anda sebuah peluang usaha lewat MLM.

    Saya pernah katakan saya bahkan bisa menawarkan bisnis ini hanya melalui sms (kurang dari 20ribu rupiah saja). Dari sana berawal hingga jaringan saya bisa sampai ke luar pulau jawa walaupun saya sampai hari ini belum pernah kesana! Sekali lagi saya katakan bahwa Anda belum tau apa-apa Priyadi… Anda belum tau apapun mengenai MLM. Karena bila Anda tau, Anda sudah menjadi jutawan disini. Kenapa? karena MLM sebetulnya menawarkan apa yang di bisnis lain tidak ada atau sulit diwujudkan.

    Apa Anda pikir MLM adalah bisnis tanpa strategi dan tanpa ada perhitungan? Lucu sekali Anda…
    =))

    ps. tolong artikan tulisan saya ini secara utuh dan jangan terpotong sebagian-sebagian saja. Karena itu jawaban Anda menjadi bias dan tidak terarah[-x

  295. Apa Anda pikir MLM adalah bisnis tanpa strategi dan tanpa ada perhitungan? Lucu sekali Anda…

    ok, kalo gitu saya ingin sesuatu yang konkrit dari ‘diskusi’ ini karena selama ini anda capek2 nulis tapi sama sekali belum pernah memberi tahu apa yang saya belum ketahui sebelumnya.

    kalau memang anda mengklaim anda ikut MLM dengan penuh perhitungan, mohon anda beri tahu data-data di bawah ini:

    * jumlah distributor secara keseluruhan
    * jumlah atau persentase distributor yang pernah menjual ke non distributor paling tidak satu kali
    * jumlah distributor di daerah anda, terserah bisa dalam radius tertentu, dalam satu kelurahan/kecamatan atau kota/kabupaten
    * berapa omset penjualan distributor secara keseluruhan, dan berapa profit marginnya.
    * perbandingan antara pembelian yang dilakukan oleh distributor dan penjualan kepada masyarakat non distributor
    * turn over ratio, atau berapa banyak distributor yang keluar dalam satu tahun. dan berapa persen yang masuk dalam satu tahun. boleh dalam jumlah absolut atau dalam persen. boleh berupa data historis atau rata2.
    * rata2 jumlah downline per anggota.
    * kedalaman rata2, yaitu rata2 jarak antara penghuni terbawah sampai ke puncak distributor.

    ok sementara itu dulu. yang lainnya bisa belakangan :). kali ini mohon dijawab kalo anda tahu. kalo anda tidak tahu bilang saja gak tahu, gak perlu lagi muter2, deal? :P

  296. sahur…sahur..

    masih ramee nih..

    luar biasa…aplus untuk anda berduaa…mas pri dan mas zacky

    diluaran sana sana udah nambah omset dan pasif income saya..disini masih ngobrol santai…

    mas pri..

    mbok yao
    bahas MLM mana berdasarkan buku panduan mereka..(yang pasti menggambarkan sebagian besar dari bisnis ini)
    disana ada aturan main yang kalau betul seperti yang dikatakan mas pri,maka orang orang akan lebih mengerti anda

    tantangan jawaban 1 milyar

  297. #365:

    bahas MLM mana berdasarkan buku panduan mereka..(yang pasti menggambarkan sebagian besar dari bisnis ini) disana ada aturan main yang kalau betul seperti yang dikatakan mas pri,maka orang orang akan lebih mengerti anda

    hehehe, masalahnya bukan yang berada di buku panduan mereka, tapi justru yang gak disebutkan di buku panduan mereka :). tidak seperti beberapa orang, saya tidak percaya begitu saja dengan apa yang mereka katakan, saya coba mencari apa yang mereka tidak sampaikan :).

  298. sebenernya dibilang setuju sama mas priyadi ga juga setuju ya iya…
    gini menurut saya MLM itu kan cuma sistem pemasaran saja…daripada distribusinya panjang dan pake iklan trus uangnya cuma dinikmati oleh artis, stasiun TV ya mending buat distributor(baca masyarakat yang pasarin )…
    nah seblm join kan di produknya kita harus liat juga…nah sekarang kalo produknya sesuai dengan harga dan manfaatnya..yaa pas saja…
    terutama bagi MLM di bidang produk kesehatan apapn itu..banyak sekali orang yang sembuh dari vonis dokter katakanlah diabetes harus diamputasi…tapi ternyata pake produk dari MLM dia sembuh dan alhamdullilah tidak jadi diamputasi…mas pri pernah ga ngalamin bisa bantu orang dengan produk MLM dan bisa bantu orang sembuh…rasanya ga ternilai mas…coba deh…
    semua berawal dari niatan..kalo orang masuk MLM niatnya biar punya banyak uang..menurut saya itu kurang tepat…setelah lama saya bergelut di MLM ada sisi kecil dimana uang itu bukan segalanya kok.ketulusan kita membantu orang lain itulah yang sebenernya membuat orang sukses..ga cuma di mlm tok.kita boleh liat pemimpin perusahaan2 gede orangnya tulus…ga jauh beda dengan para leader mlm coba mas sharing dengan mereka…yang akan ditemui bukan ngajarin kita untuk konsumerisme,materialistis, dan macem sebagainya tapi kata kuncinya adalah ketulusan hati,keikhalasan hati untuk berguna bagi sesama…
    sekarang pertanyaannya pernahkah mas pri benar2 menjalankan mlm trus membantu mitra mas pri seumpama dengan tulus??
    karena masih banyak masyarakat kita yang butuh bantuan kita…
    peristiwa yang menimpa kita tidak bisa kita ubah tapi yang menjadikan peristiwa itu bisa bermakna atau tidak adalah respon kita…
    cukup sudahlah kita ribut mengenai sistem MLM. yang penting kan mo lewat mlm ato tidak kita tetep harus bisa bawa nama indonesia dengan harum ke pentas dunia…sukses mas..

  299. hehehe Priyadi, saya tau betul arah pertanyaan Anda yaitu: menghitung titik kejenuhan pasar/market saruration yang selalu menjadi acuan Anda. Kalau itu yang menjadi konsentrasi Anda, silakan bergabung di perusahaan MLM baru, dan menjadi zero-zero one disana. “Mungkin” Anda bisa sukses disana. “Konkrit” versi Anda adalah “isi” perusahaan, kalau versi saya adalah sistem untuk mewujudkan peluang itu.

    Tidak semua pertanyaan mas Pri di atas akan mengantarkan Anda sukses mewujudkan peluang dan menghasilkan income. Paling-paling kembali lagi, Anda hanya akan menjadi pengamat dan penelaah saja. Sebetulnya yang perlu Anda perhatikan adalah sistem kompensasinya seperti apa dan strateginya juga bagaimana. Sebab long term-nya bisnis ini amat bergantung dari srategi tiap-tiap perusahaan.

    Pertanyaan mas Pri hanya tepat bagi pengamat MLM bukan pelaku MLM. Apa perlu? Kalau benar-benar menginginkannya silakan kontak langsung ke management/owner perusahaan. Toh walaupun saya yang memberitahu dan melakukan survey untuk itu, apa keuntungannya buat saya? Anda toh bukan prospect saya… Andapun bukan public acountant, lalu siapa Anda?
    Saya hanya akan membukanya secara personal bagi yang serius menginginkan informasi dan “berniat” bermain didalamnya atau yang membutuhkan produk yang kami tawarkan. Kalau Anda…? Seperti biasa… hanya pengamat biasa….

  300. #367:

    gini menurut saya MLM itu kan cuma sistem pemasaran saja…daripada distribusinya panjang dan pake iklan trus uangnya cuma dinikmati oleh artis, stasiun TV ya mending buat distributor(baca masyarakat yang pasarin )…

    itu teorinya, tapi dalam prakteknya ada banyak hal2 lain yang perlu diperhitungkan. jika misalnya ongkos pemasaran Rp 1 milyar dinikmati oleh satu artis, kemudian dengan pemasaran MLM ongkos satu milyar tersebut dibagi untuk 10 ribu orang, maka satu orang hanya dapat Rp 100 ribu. jelas masih belum cukup jika ingin menjadikan MLM sebagai model bisnis.

    nah sekarang kalo produknya sesuai dengan harga dan manfaatnya..yaa pas saja… terutama bagi MLM di bidang produk kesehatan apapn itu..banyak sekali orang yang sembuh dari vonis dokter katakanlah diabetes harus diamputasi…tapi ternyata pake produk dari MLM dia sembuh dan alhamdullilah tidak jadi diamputasi…mas pri pernah ga ngalamin bisa bantu orang dengan produk MLM dan bisa bantu orang sembuh…rasanya ga ternilai mas…coba deh…

    di sini saya tidak berbicara mengenai manfaat produk, melainkan kelaikan MLM ditinjau dari sudut pandang peluang bisnis. kalau produk sih bisa saja disalurkan lewat jalur di luar MLM dan tetap bisa membantu orang. sebuah produk tidak lantas menjadi lebih berkhasiat hanya karena disalurkan melalui MLM.

    ketulusan kita membantu orang lain itulah yang sebenernya membuat orang sukses..ga cuma di mlm tok.kita boleh liat pemimpin perusahaan2 gede orangnya tulus…ga jauh beda dengan para leader mlm coba mas sharing dengan mereka

    saya yakin beberapa pelaku MLM memang berniat membantu dengan tulus. tapi niat saja tidak cukup, jika niat tersebut diimplemntasikan dalam bentuk MLM, maka yang ada bukannya membantu, tetapi disadari atau tidak justru menjerumuskan.

  301. #368:

    Pertanyaan mas Pri hanya tepat bagi pengamat MLM bukan pelaku MLM. Apa perlu? Kalau benar-benar menginginkannya silakan kontak langsung ke management/owner perusahaan. Toh walaupun saya yang memberitahu dan melakukan survey untuk itu, apa keuntungannya buat saya? Anda toh bukan prospect saya… Andapun bukan public acountant, lalu siapa Anda?

    ok ya sudah. yang mengklaim MLM anda baik di sini ya anda sendiri. kalo gitu ya saya minta datanya dari anda. masa saya harus minta dari owner perusahaan? lha wong nama perusahaannya saja saya gak pernah dikasih tahu :P

    keuntungan untuk anda? ya gak ada. tapi anda kan yang mengklaim, maka beban untuk membuktikan klaim tersebut ada di anda. saya bilang kalau anda punya datanya ya bagus, kalau tidak ya gak apa2. cuma ya anda berdiskusi sampai berbusa2 di sini mengklaim hal2 yang baik tentang MLM, saya pikir anda punya buktinya. ternyata saya salah besar.

    Saya hanya akan membukanya secara personal bagi yang serius menginginkan informasi dan “berniat” bermain didalamnya atau yang membutuhkan produk yang kami tawarkan. Kalau Anda…? Seperti biasa… hanya pengamat biasa….

    A: saya punya peluang bisnis bagus nih, berminat?
    B: peluang bisnis apa sih?
    A: tertarik gak? kalo gak tertarik saya gak mau kasih tahu
    B: ?????

    :P

  302. mm .. mungkin yg baik dan benar bwat mas pri adl bisnis yg semuanya mendapat untung ;
    perusahaan untung,
    distributor yg lebih dulu join untung,
    distributor yg join berikutnya untung,
    konsumen untung,
    masyarakat (non konsumen) untung,
    pemerintah untung,
    dll jg untung .. :d

    Tapi saya malah tergelitik dg pemikiran : bagaimana dg fenomena dimana ada perusahaan yg rugi, padahal disisi lain konsumennya untung ?

    Berarti bisnis yg dijalankannya jelek dong, krn hanya memberikan keuntungan ke satu pihak .. :-?

    Kalo itupun tetap dibilang bagus (krn tetap menguntungkan konsumen), mm .. mungkin ga sih ada orang yg mau untuk menjalankan suatu bisnis tp sebenarnya dari awal sudah tau bahwa dia/mereka akan merugi ? Biarpun bisnis yg mereka jalankan tsb memberikan suatu kebaikan / keuntungan bagi konsumen .. :-\”

  303. #372:

    aktivitas datang itu positive sum karena A memberi nilai ke B dan B memberi nilai ke A. terlepas dari apakah salah satu dari mereka merugi atau tidak, jumlah totalnya tetap positif.

    di MLM, A mendapat nilai dari B, tapi supaya balik modal, B harus cari nilai dari C, C dari D dan seterusnya. jika D ini gak bisa cari orang lain, dia akan merasa rugi. baik buruknya MLM banyak ditentukan dari D ini, apakah dia merasa rugi dengan tidak memiliki downline, atau dia tidak merasa ada masalah? di MLM yang baik, orang2 yang ada dalam posisi D tidak memiliki insentif untuk mencari orang lain untuk menutupi perasaan kerugiannya.

  304. Data lengkap ada di perusahaan, data saya pribadi adalah data pada perkembangan group saya. Tugas saya:
    1. mempromosikan produk
    2. memasarkan produk
    3. membangun & membina jaringan
    4. membantu down line
    5. melayani pelanggan

    Tujuan utama: meraih sukses dengan membantu orang lain untuk mendapatkan manfaat dan keberhasilan.

    Bukti nyata adalah keberhasilan kami membuat hidup yang lebih baik, tumbuh dan berkembang.

    Sekali lagi harus saya ulangi, saya TIDAK sedang menawarkan bisnis kepada siapapun. Maka saya tidak merasa perlu untuk memberitahukan apapun tentang perusahaan dan data-data bisnis kami.

    Positive sum “ala” Priyadi yang dipakai untuk “menghantam” MLM tidak akurat. Anda hanya asal bunyi, hanya saja kalimat itu “dibumbui” dengan bahasa ekonomi untuk “mempercantik” argumen yang ada. Padahal… tau sendiri lah…ngaco…

    Perhatikan, Hukum Positive sum ala Priyadi yang dipakai untuk “menghukum” MLM:
    A mendapat nilai dari B, seolah olah A “merampok” B, dan B untuk mengembalikan kerugiannya harus “merampok” C dstnya.
    Dalam kasus MLM yang benar adalah:
    A mendapat nilai dari B, B pun mendapat manfaat dari A. A mendapat nilai dari usahanya menjual produk dan memberikan pelayanan kepada B. A mendapat nilai positive dari komisi penjualan yang dibagikan oleh perusahaan, B mendapatkan manfaat produk, pelayanan, dan memperoleh KESEMPATAN untuk mendapatkan nilai positive dari ikut menjual produk. Bila tidak berhasil menjual maka B tetap mendapatkan manfaat dari produk yang dibeli. Saya tekankan disini adalah KESEMPATAN, bukan KEPASTIAN. Karena yang wajib bagi kita adalah berikhtiar, soal hasil kita serahkan kepada Tuhan.

    Produk dibuat oleh produsen untuk mempunya nilai guna dan mampu diterima oleh pasar. Sangat mustahil produsen bertaraf internasional atau minimal memiliki pabrik sendiri merancang produk yang sulit untuk dijual. Barang bekas yang memiliki nilai saja masih bisa laku, apalagi produk baru. Yang dibutuhkan adalah skill dan tekhnik penjualan dan itu biasa dalam semua sistem pemasaran di seluruh dunia.

    Hati-hati jangan terjebak dengan asumsi yang keliru, pemutar balikkan fakta yang berbau fitnah. MLM baik untuk semua bergantung dari sudut mana Anda memandang. Contoh: sepatu yang kita pakai itu benar bila dipakai sebagai alas kaki, ada yang membelinya karena memang kebutuhan, ada yang membeli untuk gaya-gayaan, ada yang senang mengkoleksinya, ada juga yang malah berjualan sepatu. Tapi bila sepatu itu digunakan untuk nimpuk orang, ini yang jadi masalah.
    Hati-hati Priyadi jangan Asbun dong… :-@[-x

  305. Bila Anda menyimpan uang di Bank, apakah Anda sebelumnya meminta data-data, jumlah nasabah, kreditur-debitur, aset perusahaan, uang Anda akan dikemanakan, dstnya-dstnya?
    Atau Anda melihat suku bunga bank untuk kepentingan Anda, fasilitas, fitur dan kemudahan?

    Di MLM uang Anda tidak di “mainkan”, melainkan membeli produk. Tidak ada resiko hilang. Jadi fokus utamanya adalah: Mampukah Anda menjual/memasarkan produk itu dan membangun jaringan kerja? ACTION my friend, NOT TALK OR THINK ONLY… :)

  306. Bila Anda menyimpan uang di Bank, apakah Anda sebelumnya meminta data-data, jumlah nasabah, kreditur-debitur, aset perusahaan, uang Anda akan dikemanakan, dstnya-dstnya?

    nasabah pribadi memang jarang yang menanyakan hal2 semacam ini, tapi bukan berarti data2 tersebut tidak bisa didapatkan. nasabah kakap dengan jumlah simpanan sangat besar pasti akan memperhitungkan hal2 seperti ini karena ini menyangkut likuiditas. ini sering kok dibahas di majalah2 ekonomi.

    kalau nasabah pribadi sih, selama dananya dijamin LPS harusnya sudah cukup :)

    Atau Anda melihat suku bunga bank untuk kepentingan Anda, fasilitas, fitur dan kemudahan?

    fine, saya bisa mendapatkan info suku bunga dari setiap bank. sekarang bisa gak anda memberi tahu pendapatan rata2 seluruh distributor di MLM anda? :-?

  307. oalah mas…namanya mas pri ini ada aja jawabannya…
    iya mas memang 100 ribu ga berarti bagi mas pri tapi bagi masy indonesia yang masih dibawah garis kemiskinan mungkin nilai 100 ribu itu lebih berarti mas daripada cuman ngomong saja…orang kemaren bantuan dari pemerintah yang cuma beberapa ratus ribu aja masyarakat kita ada yang sampe rebutan…ya kan mas…saya juga bilang hanya sistem pemasaran kan?yang jadi bisnisnya kan produknya to mas…
    bukan maksud saya suatu produk kalo dipasarkan lewat MLM bisa lebih bermanfaat bukan mas memang semua produk py manfaatnya masing2 mas…hanya saja dalam pemasaran produk di dalam MLM itu melibatkan manusia mas(ada hubungan emosional antara konsumen dan distributor)jadi kalo ada apa2 dengan produk tersebut si konsumen bisa langsung menanyakan kepada distributornya sedetil mungkin profit en benefitnya..kalo lewat iklan kan informasi satu arah mas…
    waduh kalo menjerumuskan menurut saya itu bagi pelaku MLM yang cuma menginkan downline bergerak tanpa ia membantu dia contoh: presentasi, demo produk, penjelasan produk, pembelajaran leadership…
    kenyataannya di lapangan pelaku MLM tuh kerjanya gila2an mas…
    memang ga harus di MLM kalo mo membantu orang mas tapi orang yang pengen sukses di MLM harus punya jiwa untuk membantu orang bukan cuma mikir profit semata…
    dan menurut saya training2 disini adalah training yang mengajarkan kebaikan…contoh orang yang sudah menjadi bagian dari raksasa bisnis ini paling tidak dia harus merubah tabiatnya menjadi lebih baik karena dia menjadi contoh bagi jaringannya…sebagai contoh seorang leader yang udah tinggi ternyata ketahuan nyolong…wah bisa hancur tuh mas jaringannya kalo jaringannya tau di nyolong..
    maksud saya usaha selain MLM sedikit yang mengajarkan hal semacam ini…
    bukannya kita harus bisa memimpin diri kita sendiri sebelum kita memimpin orang laen??

  308. #381: 100 ribu itu cuma ilustrasi. jelas jumlah sebenarnya tidak persis segitu :). inti saya adalah: jika memperhitungkan keseluruhan distributor, belum tentu usaha yang dikeluarkan sepadan dengan apa yang didapatkan. dengan usaha yang sama, lebih baik cari pekerjaan lain dan mendapatkan keuntungan jauh lebih besar.

    100 ribu itu cuma perkiraan. sekarang bisakah anda menunjukkan data penghasilan rata2 distributor untuk MLM anda? selama ini saya minta datanya tapi belum ada yang bisa menunjukkan.

    sementara itu dulu karena argumen anda yang lainnya tidak berhubungan dengan kelayakan MLM sebagai model bisnis.

  309. Sangat bisa! Khususnya jaringan di bawah Anda. Karena dapat di akses perkembangannya melalui website perusahaan. Tapi tidak untuk total keseluruhan jaringan. Seperti kita ketahui di MLM uang partisipan bukan dibungakan/digandakan, melainkan dipakai untuk membeli produk. Lantas bagaimana dengan business opportunity nya? Ya itu tadi, Anda selain dapat menikmati produk yang sepadan dengan nilai-manfaatnya, Anda juga di suguhi PELUANG untuk ikut menjual/memasarkan. Soal hasil atau tidak, itu lain lagi. Bergantung pelakunya dan demand pasar.

    Sekali lagi di MLM penghasilan “terutama harus” didapat dari penjualan produk, bukan rekruting (yang celakanya DL dituntut untuk belanja-belanja, front loading hingga terjadi under cuting, dimotivasi untuk membeli lebih banyak, mengejar reward, dstnya). Tinggal nanti Anda siasati untuk memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan pengeluaran. Serta jangan lupa, membina jaringan yang aktif melakukan penjualan. Sehingga merekapun bisa mendapatkan profit maksimal.

    Perusahaan hanyalah sebagai regulator, memfasilitasi ini semua agar stok produk tetap tersedia, pembayaran tidak tertunda, dan hal-hal administratif lainnya. Member adalah eksekutor yang memasarkan produk hingga ke tangan konsumen maupun pembangun bisnis jaringan.
    Oh ya, di MLM melihat data-data saja tidak lantas mewakili gambaran keseluruhan bisnis. Anda harus melihat faktor “X” kenapa tiap orang berbeda-beda… :)

  310. #383:

    Sangat bisa! Khususnya jaringan di bawah Anda. Karena dapat di akses perkembangannya melalui website perusahaan. Tapi tidak untuk total keseluruhan jaringan.

    fine, kalo gitu mana angkanya?

  311. Ngomong-ngomong Mas Pri… tolong dong bahas tentang investasi ilegal. Itu tuh yang lagi marak di mana-mana. Korbannya juga buanyak bener. Ada yang berkedok koperasi segala loh… Janjinya uang akan dibungakan 1,2% sehari atau 36% perbulan! Mereka terkadang juga menerapkan sistem jaringan. Maukan kasih masukan? Soalnya banyak temenku ikutan yang beginian, kalo di MLM kata mereka ribet, harus jualan-jualan. Mereka maunya tinggal ongkang-ongkang kaki doang dapet duit. Katanya sih uang itu di mainkan di forex. Saya kurang paham masalah beginian…

  312. ngomong-ngomong MLM, mendingan kerja deh…. kalau memang mau berbisnis = berdagang, ya lakukanlah usaha menjual sebanyak-banyaknya. Penjualan akan menjadikan omset. Omset dipakai untuk menghitung keuntungan/komisi.

    Jadi MLM itu (dalam arti sempit) hanya istilah yang dipakai perusahaan atau sistem atau formula untuk membagi fee/ uang/ kepada distributornya.

    Suka-tidak suka, mau-ataupun tak mau, seluruh distributor MLM tersebut akan menyesuaikan dengan formula ini. Jadi tak perlu ribet dengan marketing plannya.

    Yang paling utama ya … usaha menjual sebanyak-banyaknya.

    Sistem / formula atas pembagian fee ini tak jauh beda dengan yang konvensional kok.

    Banyak yang terjebak dan justru membahas tentang MLM …. malah menjadi rumit toh…

    Mendingan kerja-kerja, lakukan usaha menjual produk pada konsumen/pelanggan

    Mau dikotak-katik sistem pembagian fee ini…. tak terlalu penting.

    Salam dahsyat.
    anung cilegon
    0811******

  313. #367:

    Jadi MLM itu (dalam arti sempit) hanya istilah yang dipakai perusahaan atau sistem atau formula untuk membagi fee/ uang/ kepada distributornya.

    salah besar. bagi produsen, distributor MLM adalah konsumen mereka. bagi distributor, MLM terkesan seperti model bisnis, padahal sih bukan :).

    Suka-tidak suka, mau-ataupun tak mau, seluruh distributor MLM tersebut akan menyesuaikan dengan formula ini. Jadi tak perlu ribet dengan marketing plannya.

    itu yang jadi masalah :). marketing plan didesain untuk kepentingan produsen, bukan distributor MLM.

    Sistem / formula atas pembagian fee ini tak jauh beda dengan yang konvensional kok.

    kalau tak jauh berbeda, maka tidak perlu dinamai sebagai ‘MLM’

    Banyak yang terjebak dan justru membahas tentang MLM …. malah menjadi rumit toh…

    banyak yang tidak cukup berpikir masak2 sebelum masuk MLM dan setelah masuk MLM mereka rugi.

  314. Saya tawarkan produk pupuk organik yang dipasarkan melalui MLM, ada yang minat ?

    atau

    Saya tawarkan kerjasama untuk mengembangkan pemasaran produk pupuk organik di kota anda, ada yang minat ?

    Jelas yang satu pakai kata MLM, sedangkan lainnya tidak menggunakan istilah MLM.

    Bagaimana pandangan rean-rekan ?

    Salam dahsyat/
    anung

  315. asyik mas Pri…..
    saya kok senang dengan komentar-komentar mas Pri…
    dilanjut mas Pri
    Dunia ini indah, karena selalu berpasangan.
    Saya dukung blog ini untuk selalu berada di dua sisi.
    seperti halnya dunia bisnis, ada yang beli dan ada yang jual.
    dengan begitu akan ada semangat di masing-masing bidang kompetensinya.

    salam dahsyat/
    anung

  316. #389:

    Jelas yang satu pakai kata MLM, sedangkan lainnya tidak menggunakan istilah MLM.

    dari sudut pandang produsen sih sama aja: tetap ada yang beli :). bedanya kalo pake MLM produsen gak perlu keluar banyak biaya pemasaran karena distributor akan menanggungnya dengan sukarela :). bahkan bisa jadi produsen dapat keuntungan ekstra dari aktivitas distributor tersebut :).

    #390:

    Dunia ini indah, karena selalu berpasangan.

    sebagaimana ada maling dan polisi. tapi bukan berarti tidak masalah untuk jadi maling hanya karena segalanya di dunia ini diciptakan selalu berpasang2an.

  317. saya ketawa sendiri baca komentar mas Pri, lha wong mbahnya bisnis itu kan dagang yah…..
    mau dipandang dari banyak sisi … yo tetep aja bervariatif….

    anggap saja ngobrol di warung kopi… sambil nyeruput ngilangin kantuk, iya kan mas Pri….
    santai aja, besok disambung lagi ngobrolnya.

  318. Ssssttt….maaf ya, data spesifik tidak untuk di publikasikan di sini…hehehehe…:d

    Yang jelas di jaringan saya 2/3 member aktif (menjual produk dan atau membina jaringan) mendapatkan profit rata-rata 500rb – 1jt dalam 1 hari omzet, dan yang 1/3 lagi di bawah itu. Ngga nombok ko, soalnya kita dibayar per hari setiap terjadi omzet penjualan.

    Bagaimana dengan sisanya? Mereka adalah pengguna produk/end user. Tidak menjual atau memasarkan.
    Ya hanya membeli produk to’…

  319. #393:

    Yang jelas di jaringan saya 2/3 member aktif (menjual produk dan atau membina jaringan) mendapatkan profit rata-rata 500rb – 1jt dalam 1 hari omzet, dan yang 1/3 lagi di bawah itu. Ngga nombok ko, soalnya kita dibayar per hari setiap terjadi omzet penjualan.

    profit rata2 500rb-1jt adalah 750rb. dengan profit rata2 750rb/hari, maka pendapatan bersih bulanan adalah 22.5 juta/bulan. dengan asumsi profit margin 30%, maka setiap anggota rata2 menjual produk senilai 75 juta per bulannya. dengan asumsi harga rata2 produk adalah Rp 100 ribu per produk, maka setiap anggota rata2 menjual 750 produk setiap bulannya, atau 25 produk seharga Rp 100 ribu setiap harinya.

    jika memang benar kondisinya seperti yang anda ceritakan, maka rasanya saya gak punya masalah dengan MLM anda. market reception bagus dan belum mencapai titik kejenuhan.

  320. peomena menarik sekarang adalah orang IT ngebahas soal MLM yaah prosfectus juga buat ngerameen blog hehehehe ga kerasa kepancing juga lkutan nge posting gak apalah.selamat ooom youare the best saluuut buat para bloger!!!! buat para MLM mania terus semangat berdo’a dan ingat kita hanya berusaha Tuhanlah yang menentukan

  321. Hi Mas Pri..

    Salam Kenal ya… Aku kenal dirimu dr suamiku. Aku sendiri adalah member sebuah perusahaan MLM. Awalnya, karena aku cocok dengan produknya. Ternyata, aku diajak gabung di komuniats MLM Online (konsekuensi logis saat bergabung online). Memang, tidak ada ruginya. Tapiiiiiiii……………

    Tapi nih, ketika bergabung dg komunitas online inilah, aku illfil. Betapa mereka mendewakan tempat naungan mereka (alias perush. MLM dan jaringan tsb. Tidak boleh ada satupun member yang komen bernada negatif -walaupun mungkin mksdnya tidak negatif-, betapa mereka selalu ‘mendesak dan mendesak’ melalui email dan YM, untuk kejar poin, betapa mereka menutup mata terhadap keterbatasan produk, betapa mereka tidak mau memberi pencerahan akan tren bisnis tsb yang mungkin saja turun, betapa mereka tidak mau mendengar masukan apapun dari new member (yang notabene hanya memberikan inspirasi baru, tentang kejujuran dan kredibilitas bisnis), dll. Dan…….saya pun ditegur habis2an karena hal ini. Apakah mereka salah?!!

    No, mereka ga salah. Saya yang salah bergabung di komunitas yang ‘fanatik’ tsb (anggapan subyektif saya lho..). Saya yang salah, menjadi downline seseorang, yang ternyata menyerahkan diri saya pada seseorang lain yang juga downline-nya (jadi saya downline dari downline-nya si sponsor), tanpa memberitahu pada saya.

    Then, apakah saya sakit hati dg MLM? Nope. Saya hanya nggak suka dengan sikap ‘fanatik’ berlebihan hingga memunculkan sikap defensif, saya nggak cocok dengan ‘pendewaan’ atas upline-upline-nya si upline, saya nggak sreg dengan ‘mereka mendesak kejar poin, seolah untuk membantu saya, padahal sebenarnya mereka juga mengejar poin dari hasil pengejaran saya’, dan selanjutnya.

    Least, sayapun tetap mencintai produk (dari produsen si perush. MLM tsb) karena memang saya cocok, saya tetap menerima jika ada yang ingin menjadi downline saya dan saya anjurkan menjadi member bukan untuk kejar poin, tapi sekadar memberi harga member pada mereka (sehingga saya tak perlu repot ‘mengorderkan barang buat mereka’), dan saya pun tetap mempromosikan produk2 perush (kalo memang ada yang berminat), dan ……

    Saya ‘hanya’ mengundurkan diri dari jaringan MLM online tsb, yang membuat saya tidak akan dapat berkembang secara positif, melainkan menekan mental saya. Saya cinta produknya, tapi saya kebanyakan tak cocok dengan pelaku-pelaku bisnis MLM dalam jaringan tsb. Like and dislike.

    Last, silakan menjadi member MLM, jika Anda bisa memberikan nilai positif, tanpa memberikan kerugian dalam bentuk apapun pada siapapun (kecuali anda sendiri yang mau dengan sukarela ‘menyediakan’ diri untuk dirugikan). Pesan saya juga : jadilah member, kalau Anda memang pengguna produk, dan berhati-hatilah dengan ‘jebakan’ yang akan menuntut Anda berbelanja lebih banyak dibandingkan dari yang Anda butuhkan (atau lebih parah lagi : barang yang tidak dibutuhkan).

    Mas Pri, thanks artikelnya. Mencerahkan saya. Soal tudingan ‘rating’, ‘banyak komen’, ‘posting tema ga penting’, ah, ini kan Blog Mas Pri, terserah saja. Dan, aku pun ta peduli.

    See U Mas Pri.. salam tuk putri cantiknya yaaaaaa………

  322. Mas Pri,

    setelah nge-brows lagi… sekarang menurut Mas Pri gimana ya?
    Kalau saya suka dengan produk MLM tsb, tapi saya nggak pengen ikut sistem MLM-nya. ‘Banyak Jebakan’, ke-‘Soktahuan’, dll.

    Kalau saya beli langsung ke negara asalnya, ga mungkin lah hay.. mahalan transportnya. hehe..

    kutunggu sarannya ya Mas Pri.. (kata suamiku : tanya sama Priyadi aja tuh -sambil ketawa ketiwi-). Thanks ya mas, sblmnya ..

  323. met malem mas Pri dan rekan lain. Tempo hari saya ada tamu yang menawarkan produk MLM. Singkat cerita, yuk kita bikin pasar dikampung kita sendiri. Kita tebar brosur produk dar MLM kita masing-masing dan selanjutnya , biarkanlah calon konsumen yang menentukan. Mereka memerlukan produk yang mana, eh…. teman saya itu kagak nerusin/follow up ide saya ini. Dan tetap menganggap produk MLM-nya yang paling “top markotop”.

    Saya pikir, aneh nih temen. Diajak membentuk pasar kok mundur. Saya sih cuek aja, lha wong produk MLM yang saya jual laku terus kok. Santai aja men (dalam hati). Lha wong produk yang saya tawarkan punya sifat produktif. Bila dipakai oleh end user justru meningkatkan active incomenya. Dengan kata lain, dengan mengaplikasikan produk dari MLM yang saya jual , si konsumen mendapatkan tambahan income (secara langsung). Maka, ada atau tidak ada downline, konsumen tetap mendapatkan tambahan incomenya.

    Itulah singkat cerita ketemu pemain MLM lain.
    salam dan tetap semangat/ anung – cilegon
    anungrey@yahoo.com

  324. Apa sih MLM itu?
    MLM = Memperdayai Lewat Membual.
    Jualan impian yang muluk-2, ujung-2nya mempromosikan barang dagangan).
    Kita dididik untuk menjadikan downline sebagai calon korban sesembahan upline. Sebagai downline harus patuh, upline memotivasi beberapa downline agar point yang diperolehnya mencukupi uplinenya.KEJAMMM. Sedangkan downline tidak bisa minta upline agar pointnya bisa bertambah. Saran upline tentunya sama dengan kondisi dirinya, bagaiman memanfaatkan calon korban.
    Maka dari itu, saat di wilayah perumahan saya ada tulisan :
    – PENGEMIS, PENGAMEN DILARANG MASUK
    Saya tambahkan : DISTRIBUTOR/SALES MLM dilarang beroperasi disini.
    Boleh masuk asal nggak presentasi.

  325. Apa sih MLM itu?
    MLM adalah Memangsa Lewat Mimpi.
    Kita harus waspada, sebab Distributor MLM adalah pemangsa.
    Memang kita dididik jadi pemangsa. Bagaimana tidak, upline pingin naik posisi tentunya dia memberikan motivasi downline dengan bujuk rayu tak sehat, dengan alasan karena perusahaan milik kita, maka jangan lupa point ditingkatkan. Tentu saja tanpa pikir panjang beberapa downline mematuhi. Akhrnya point Upline menjadi gemuk, dan tercapai cita-citanya. Bisa traveling, naik haji, dapat mobil mewah, dll. Sedangkan downline ya harus meniru upline. Dowline adalah calon korban. Upline adalah pemangsa.
    Akibat tidak adanya iklan atau biaya iklan, yang jadi korban tentu masyarakat luas. Banyak modus-modus yang dipakai, bisa pura-pura telephone dengan alasan salah sambung tapi sok akrab dan nawarin usaha. Banyak cara yang dilakukan, maka kita perlu waspada, jangan sampai no. telp/hp dihubungi orang yang tidak kita kenal. Jangan sampai kita memberikan kepada orang tidak bertanggungjawab mengenai nama, alamat nomor telephone teman, famili atau siapa saja. Itulah iklan gratis MLM.
    Sobat-sobat, bila perlu kita memberi rambu-rambu misalnya :

    PENGEMIS, PEMULUNG DILARANG MASUK!

    Perlu kita tambah.

    DISTRIBUTOR/SALES MLM DILARANG BEROPERASI !

    Bagus khan?.

    Kiranya cukup sekian dari kami, semoga tulisan kami membangunkan pemimpi-pemimpi MLM.

  326. buat mas Swargino….
    Rupanya Anda belum tau banyak tentang MLM. Wajar jika pola pikir Anda sangat negatif. Sepertinya kalau Anda mau membeli motor ke showroom, pikiran Anda akan terpusat pada keuntungan si penjual saja. Mungkin Anda akan berkata “wah, rugi nih gue beli motor. Soalnya si pemilik showroom bakalan untung.”

    Jadi selama ini Anda belum bisa memahami keuntungan apa yang bisa Anda peroleh dari bisnis MLM. Kalau mind set-nya sudah seperti itu, Anda memang tidak cocok untuk menjalankan bisnis ini. Tapi tolonglah kawan, jangan Anda mencacinya, seolah-olah partisipan di bisnis ini semuanya adalah “buaya darat” yang siap memangsa korban.

    Para partisipan di bisnis MLM sama seperti bisnis lain pada umumnya, harus memegang teguh moral, nurani, rambu-rambu etika dan aturan hukum yang berlaku. Jika ada 1-2 orang yang “nakal”, adalah merupakan faktor human error (atau mungkin mereka tidak memahami konsep MLM yang sesungguhnya?) yang bisa saja terjadi di bisnis apapun.

    Jadi kawan, cobalah berpikir objektif, berdasarkan pemahaman yang benar. Bukan hanya pertimbangan emosional belaka. Profesi sebagai network builder dalam MLM bukanlah pekerjaan yang salah. Hanya mungkin Anda yang belum bisa menerima konsep seperti itu.

    So… saran saya perbaiki saja dulu pola pikir Anda terhadap bisnis ini. Jangan asal bunyi saja kawan.

  327. Untuk Pri:
    “..mohon perhatikan juga bahwa tidak semua MLM seperti itu, hanya MLM yang menitikberatkan perekrutan. walaupun saya sendiri belum pernah menemukan MLM yang dimaksud.”

    Inilah penjelasan saya:

    Bicara MLM mirip seperti membicarakan gajah. Ada yang bilang gajah seperti tiang, pecut, dan yang lain bilang mirip tambur. Semuanya benar karena meraba bagian yang berbeda.

    MLM yang benar untuk negara kita:

    1. Terdaftar http://www.apli.or.id institusi yang diakui pemerintah
    2. Biaya keanggotaan rendah

  328. @all

    ” Setiap manusia adalah Penjual”

    Pengalaman tentang sesuatu adalah hal yang menarik dan bermanfaat bg sebagian orang dan sebagian orang bisa menjadi hal yang menjengkelkan.

    mungkin ketika anda bertemu seorang penjual apapun yang menawarkan kepada anda tapi anda tidak suka hanya karena anda mendapat informasi yg salah dari teman dan kenalan anda.lalu anda berfikir bhw itu usaha yang salah maka apapun yang di jual oleh penjual tersebut adalah salah menurut anda.

    Saya yakin bahwa siapapun anda,profesi apapun anda termasuk karyawan adalah seorang penjual.pertanyaannya adalah sebagai seorang penjual anda harus bisa memilih usaha (jasa) yang anda jual tersebut supaya anda cepat mencapai sukses.

    jika seseorang memutuskan utk menjadi sales maupun anggota MLM maka seseorang tersebut sudah berani ACTION atas jiwa mereka yang aslinya seorang Penjual dengan cara memilih sebuah usaha MLM yang sesuai dengan mereka.

    waktu setiap hari 24 jam.seorang karyawan biasanya msk jam 8 pagi dan plng jam 5 sore.lalu karyawan tersebut pulang ketemu keluarga bg yg menikah lalu nonton tv dan bersenda gurau dgn keluarga,dan bagi yang BLOGGER lalu menulis blog atau coment di warnet maupun di rumah…jika setiap hari,minggu,bulan dan tahun orang tersebut melakukan hal yang sama.maka hasilnya pasti sama yaitu penghasilan utama hanya dari GAJI BULANAN. beruntung jika gaji nya besar..? masa tuanya masih ada jaminan jika di tabung.

    lalu orang yang lainnya, dia bekerja juga tapi punya usaha MLM ketika dia pulang kerja dia pelan 2 membangun jaringan,setiap hari dia melakukan hal yang tersebut ternyata dalam dua tahun dia mempunyai pasif income dan hasilnya di investasikan dalam 10 tahun hasilnya pasti beda dengan anda yang hanya seorang karyawan.bila dia tidak sukses di MLM kemungkinan besar dia sudah punya usaha mandiri yang didapat dari dunia kerja dan MLM…sebab pd saat dia ikut MLM itu berarti dia sadar bahwa dia adalah seorang penjual.

  329. @all

    Saya mempunyai teman seorang pengacara yang mempunyai rumah yang bagus lalu saya tanya “pak bagus banget rumahnya siapa yang design ” lalu dia jawab “saya design sendiri”.lalu saya tanya “kira 2 bpk mau bantu untuk design rumah saya yang luasnya sekian m2?” dia jawab ” ok saya bisa”.selanjutnya saya kasih datanya bla..bla..bla…

    saya kembali 2 minggu lagi tapi ternyata hasilnya sangat tidak sesuai dengan yang saya inginkan …ruanganya ngacau …kamar tidur tidak beraturan…sangat mengecewakan. lalu saya tanya kok hasilnya kayak gini kan sudah saya kasih tau keinginan saya.
    lalu dia menjawab “itu berdasarkan rumah yang saya inginkan dan berdasarkan analisa dari saya yang saya dapat dari membaca buku buku arsitek dan majalah.”.
    dan akhirnya saya tidak jadi bangun rumah tersebut.

    ADA YANG TAHU KENAPA HASIL DARI DESIGN TERSEBUT TIDAK BAGUS ?

  330. #398…buat mbak sweet.

    Jika anda melakukan hal yang salah dengan bertanya pada orang yang salah maka hasilnya pasti salah…

    jika anda membutuhkan produknya itu berarti MLM tersebut bisa anda jalankan dan pasti anda bisa sukses. saran saya anda jangan tanya tentang MLM dan caranya kepada orang yang salah karena hasilnya pasti salah.

    jika anda tanya cara NGEBLOG dan IT sama mas priyadi pasti dia lansung menjawabnya karena itu pekerjaanya…tapi jika anda bertanya kepadanya tentang tentang MLM pasti dia akan mencari tahu dulu MLM anda dan yang lainnya untuk bahan perbandingan baru dia menjawab…lebih baik anda tanya pada orang yang sudah berhasil di MLM pasti anda langsung mendapatkan jawaban yang memuaskan…

    Salam kenal.

    INI JUGA BERLAKU UNTUK SIAPA SAJA.

  331. @ swargino.

    anda juga seorang SALES / PENJUAL lalu kenapa anda pesimis dengan profesi anda sendiri ?

    juga semua orang yang Anti MLM,anda juga SALES / PENJUAL.
    KENAPA ANDA HARUS MENJELEK-JELEKKAN MLM ?

  332. #404:

    MLM yang benar untuk negara kita:
    1. Terdaftar http://www.apli.or.id institusi yang diakui pemerintah
    2. Biaya keanggotaan rendah

    yang terdaftar di APLI belum tentu MLM yang benar. dan bahkan saya sama sekali belum tahu ada MLM yang benar seperti yang saya tulis di atas. APLI hanyalah lembaga yang tujuannya untuk melegitimasi ‘bisnis’ semacam ini.

    #405:

    lalu orang yang lainnya, dia bekerja juga tapi punya usaha MLM ketika dia pulang kerja dia pelan 2 membangun jaringan,setiap hari dia melakukan hal yang tersebut ternyata dalam dua tahun dia mempunyai pasif income dan hasilnya di investasikan dalam 10 tahun hasilnya pasti beda dengan anda yang hanya seorang karyawan.

    bagaimana nasib 95% orang2 yang gagal di MLM itu?

    #407:

    jika anda tanya cara NGEBLOG dan IT sama mas priyadi pasti dia lansung menjawabnya karena itu pekerjaanya…tapi jika anda bertanya kepadanya tentang tentang MLM pasti dia akan mencari tahu dulu MLM anda dan yang lainnya untuk bahan perbandingan baru dia menjawab…lebih baik anda tanya pada orang yang sudah berhasil di MLM pasti anda langsung mendapatkan jawaban yang memuaskan…

    ini namanya jurus appeal to authority. kalau ada yang salah dengan pernyataan saya tolong kasih tahu mana yang salah dan yang benar seperti apa.

  333. #409 bagaimana nasib 95% orang2 yang gagal di MLM itu?

    Bagaimana kalau kita tanyakan saja pada mereka yang belum berhasil menjalankan MLM, kenapa mereka gagal dan sejauh mana mereka telah berusaha. Apakah karena produknya tidak populer, apa karena program kompensasi yang dijalankannya “berat”, apa karena kurangnya skill, apa karena tidak mampu mejalin hubungan bisnis, apa tidak mempunyai cukup relasi dan tidak mampu mengembangkannya, atau karena memang bisnis MLM itu yang salah dan meminta korban begitu banyak?

    Saya mungkin orang ke-sekian yang bergabung di bisnis ini. Tapi sejauh ini masih oke-oke saja tuh. Karena memang bisnis MLM seharusnya tidak cuma sekedar mengandalkan populasi, tapi juga harus memiliki basis penjualan produk yang kuat.

  334. #409

    “bagaimana nasib 95% orang2 yang gagal di MLM itu?”

    Bagaimana anda tahu yang 95% pasti gagal ?
    Bagaimana anda tahu yang 5% pasti berhasil ?
    dari analisa anda diatas tidak ada bukti bahwa yang 95% pasti gagal…dan yang 5% pasti berhasil.

    “ini namanya jurus appeal to authority. kalau ada yang salah dengan pernyataan saya tolong kasih tahu mana yang salah dan yang benar seperti apa”

    memang saya gunakan jurus tersebut tapi bukan saya tujukan kepada anda.saya hanya ngasih saran ke mbak sweet karena saya tahu anda seorang AHLI IT dan BLOGGER jadi saya kasihan kepadanya karena dgn saran anda yang bukan PEBISNIS MLM bisa mnyesatkan.sebab anda hanya PENGANALISA.

    semua pernyataan anda salah mulai dari atas sampai bawah menurut saya,semua pernyataan MLMers yang diatas sampai kebawah benar menurut analisa saya.menurut anda pasti SEBALIKNYA.
    saya yakin anda juga seorang PENJUAL/SALES hanya saja anda lebih suka menjual yang anda sukai dan butuhkan serta anda tahu bisa dan tdk merugikan orang lain seperti disini contohnya.
    begitu juga dengan MLM yang baik adalah ketika anda membutuhkan dan mempunyai perasaan anda pasti bisa dan aman..maka anda pasti bisa sukses…di BISNIS MLM maupun DIRECT SELLING yang lainnya.

  335. #409 TAMBAHAN

    “yang terdaftar di APLI belum tentu MLM yang benar. dan bahkan saya sama sekali belum tahu ada MLM yang benar seperti yang saya tulis di atas. APLI hanyalah lembaga yang tujuannya untuk melegitimasi ‘bisnis’ semacam ini.”

    yang terdaftar di APLI pasti benar menurut saya karena disitu orang yang ahli dibidangnya,saran saya anda buka satupersatu website semua anggota apli dan pelajari systemnya dan jika tidak ada yang sesuai dengan ANALISA anda lebih baik anda bikin usaha yang sesuai dengan keinginan anda dan saya mau JOIN menjadi yang pertama.

    saya dulu melamar pekerjaan di perusahaan asing yang terkenal dan saya minta gaji sesuai yang saya inginkan tapi ngak di kasih karena ternyata perusahaan tersebut punya aturan tersendiri..lalu saya berfikir …ahh payah perusahaan tersebut jelek masak ngak mau gaji saya segitu…! dan saya juga terus mencari perusahaan yang mau gaji saya sesuai keinginan saya tapi ngak ketemu ketemu …gimana dong..? ternyata saya sadari bahwa saya memang BODOH..lalu akhirnya saya terima juga pekerjaan di perusahaan dengan gaji yang mereka tentukan…

  336. Untuk Pri:
    “..mohon perhatikan juga bahwa tidak semua MLM seperti itu, hanya MLM yang menitikberatkan perekrutan. walaupun saya sendiri belum pernah menemukan MLM yang dimaksud.”

    Inilah penjelasan saya:

    Bicara MLM mirip seperti membicarakan gajah. Ada yang bilang gajah seperti tiang, pecut, dan yang lain bilang mirip tambur. Semuanya benar karena meraba bagian yang berbeda.

    MLM yang benar untuk negara kita:

    1. Terdaftar http://www.apli.or.id institusi yang diakui pemerintah
    2. Biaya keanggotaan rendah

  337. Lanjutan:
    3. Anggota dapat mengundurkan diri dan uang kembali 100%
    4. Produknya memiliki garansi hingga 90 hari dan dapat dikembalikan dengan maksimum pemakaian 30%.
    5. Tidak ada kewajiban membeli atau menjual produk sebagai prasyarat untuk mendapatkan penghasilan.
    6. Tidak ada kewajiban untuk mencari anggota
    7. Calon anggota harus memiliki KTP/Paspor
    8. Perhitungan bonus transfaran via outlet atau website
    9. Tidak menganut sistem piramid atau binary
    10.Sudah teruji setidaknya 5 tahun

    MLM yang saya ikuti selain memenuhi poin di atas:

    1. Tertua di dunia (nyaris ulang tahun emas)
    2. Tersebar di 90 negara
    3. Memiliki materi pendidikan berupa buku, kaset, dan VCD sehingga memudahkan member baru untuk belajar mandiri.
    4. Mengadakan training secara periodik oleh mentor yang berhasil
    5. Menyediakan hampir 500 produk mulai dari beras, minyak goreng, emping, abon sapi, kecap, perangkat shalat, fashion, toiletries, kosmetik, suplemen bersertifikat halal dari MUI, produk pertanian, majalah wanita terkenal, surat kabar. Bahkan bank, jaringan hotel int’l, pelumas, dan asuransi mobil terkenal berslogan “don’t worry be happyyyyyyyyy” ikut menawarkan produknya melalui perusahaan ini.

    Semoga bermanfaat

  338. Mas Pri, dan juga yang laen, debat dari posting mas pri seru banget. Tapi saya mau sumbang pikiran juga nih. MLM yang benar, menurut saya lho, murni sebuah bisnis. Sistemnya yang digunakan ngga jauh kok dengan bisnis konvensional. Ada produsen, grosir, pengecer, konsumen. Kalo diberi gambaran ya seperti ini, konsumen ya konsumen pengguna produk yang bukan member, pengecer ya downline di tingkat paling bawah, baik yang aktif jualan atau tidak dan juga pengguna produk atau downline yang ngga bisa jualan atau ngga bisa merekrut, Grosir ya para distributor aktif yang memiliki downline, Produsen ya perusahaan MLM nya. Produk dari MLM umumnya produk yang eksklusif dan sulit untuk dipasarkan dengan melalui jalur konvensional. Karena sulit, maka produk tersebut perlu dijual secara lebih personal atau dari mulut ke mulut maka dibentuklah sistem insentif untuk para grosir dan pengecer yang disebut sebagai MLM, mulai dengan keuntungan persentase kecil, hingga besar, insentif perjalanan ke luar negeri gratis, mobil, dan lain-lain. Sebenarnya sama saja kok dengan yang konvensional. That simple, ga ada yang salah kok dengan sistem MLM. Masalahnya hanya pada sulitnya menjual produk yang tidak ada di pasaran, dan tanggapan yang negatif dari orang-orang terhadap MLM. Distributor MLM adalah sebuah profesi atau pekerjaan, sama dengan pedagang, maka itu distributor MLM sering juga disebut sebaga IBO (independent bussiness owner). Bedanya pedagang konvensional kalo buka usaha harus pake SIUP, distributor MLM ngga usah. Di MLM, para distributor yang serius diberi bekal dengan serangakaian training (yang biasanya atas biaya si distributor sendiri), dalam training, seperti training-training lainnya, mereka melalui proses ‘brain wash’ yang berarti kita harus tahu produk dan bagaimana bisnis tentunya mencintainya sampai mati. Ada juga penghargaan untuk distributor terbaik, sama seperti pekerjaan atau bisnis lainnya.
    Setiap pekerjaan atau profesi harus dijalankan dengan hati, bila hati kita senang dalam menjalankan profesi tentunya usaha kita sukses. Itu berlaku untuk semua orang, bila seorang programmer di suruh bekerja sebagai seorang sekretaris misalnya. Walaupun dia bisa, tapi dijamin ngga akan baik, walaupun dia telah melakukan serangakain training untuk menjadi seorang sekretaris yang handal tapi kalo hati dia ngga ada disitu yang percuma, karena dia lebih suka bekerja sebagai programmer. Sama juga dengan distributor MLM, yang cocok tentunya akan mencitai pekerjaannya sampai mati, sampai berbusa-busa untuk menawarkan produk dan peluang bisnisnya, ditolak pun semangatnya ngga akan kendur, itu semua karena hatinya memang disitu. Seorang distributor MLM yang baik memang harus begitu, kalau tidak begitu dijamin tidak akan sukses. Ada juga orang yang memang tidak cocok untuk menjadi distributor MLM, tapi kalau tidak dicoba orang tersebut ya tidak akan tahu kalo dia memang bisa.
    Saya sendiri seorang pedagang konvensional dan juga seorang IBO distributor MLM. Saya pernah menjalani bisnis MLM tersebut tapi saya merasa hati saya tidak disitu, tapi setidaknya saya pernah mencoba. Jadi saya memilih untuk hanya sebagai pengguna produknya saja, karena saya suka dengan produknya. Saya salut untuk orang-orang yang sukses menjalani bisnis MLM karena memang menjalani bisnis ini memang sulit.
    Semoga mas pri dan juga semua orang dapat open minded terhadap bisnis ini karena ini memang bisnis murni cuma bumbunya saja berbeda. Ga usah nyalahin para distributor MLM yang keukeuh mati-matian menawarkan dan juga membela sistem bisnis ini karena memang harus begitu kalo ingin sukses menjalani bisnis itu. Tapi para distributor juga harus sedikit lebih toleran terhadap orang yang keukeuh menolak sistem MLM, karena memang ga semua orang itu cocok dengan bisnis seperti ini.
    Salam untuk semuanya.

  339. #416:

    Sistemnya yang digunakan ngga jauh kok dengan bisnis konvensional… Sebenarnya sama saja kok dengan yang konvensional

    tentu saja ada bedanya. kalau gak ada bedanya, artinya gak perlu dibuat istilah baru dan tidak layak dibicarakan. bedanya dengan dagang konvensional, MLM hampir pasti negative-sum game bagi para distributornya. jika dijumlahkan pemasukan dan pengeluaran dari seluruh distributor, hasilnya akan negatif. pengecualian ada pada MLM yang melakukan cukup banyak penjualan retail.

  340. Betul mas Pri,
    itu bila omzet dari semua distributor dimasukkan, tapi menurut saya banyak distributor yang hanya pengguna produk saja seperti saya. Bagi saya walaupun saya adalah distributor, uang saya keluarkan untuk membeli produk bukan merupakan omzet bisnis tapi untuk konsumsi, jadi bukan kerugian. Tapi bagi upline saya total pembelian dari saya ada omzet, dan upline saya baru memiliki keuntungan sekian persen dari total omzet saya bila digabung dengan downline dia yang lain plus dirinya sendiri mencapai nilai tertentu, tetapi bila tidak tercapai maka upline dari upline tersebut yang baru mendapatkan keuntungan tersebut.
    Tetapi bila distributor semacam saya dikategorikan konsumen sehingga nilai omzetnya dapat tidak dimasukkan dari total nilai omzet, dan juga semua produk yang dikonsumsi oleh distributor sendiri dan tidak dijual, juga tidak dimasukkan dari nilai omzet, maka seharusnya nilainya tidak negative-sum.

    Bisnis MLM biasanya menawarkan harga eceran untuk konsumen dan harga untuk distributor. harga eceran ke konsumen yang bukan member umumnya cukup jauh dan dapat mencapai 20%. Nah untuk itulah para distributor mengajak konsumen untuk menjadi distributor juga supaya dia dapat membeli harga produk dengan harga distributor. Sebagai contoh bila A adalah seorang distributor mengajak B si calon konsumen untuk menjadi distributor. Bila si B memang tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut secara terus-menerus, menjadi distributor jelas lebih menguntungkan. Sedangkan bagi A yang mengajak bila nilai pembelian si B plus nilai pembelian dia sendiri di atas nilai tertentu yang ditargetkan. Maka si A mendapatkan keuntungan dari sekian persen, anggap saja 3% dari nilai pembelian B, dan juga otomatis dia akan hemat 3% untuk produk yang dia konsumsi sendiri. Bila si A tidak mendapatkan keuntungan, dia tentunya tidak akan mengajak B menjadi distributor.

    Bagaimana dengan upline dari si A, anggap saja si C. C mempunyai target yang lebih tinggi dari si A karena nilai discountnya tentunya lebih besar dari A. Bagi C omzet dari A plus downline dia yang lain akan mendapatkan discount dari lebih besar lagi anggap saja 6%, tetapi 3% dari 6% harus dia berikan kepada si A karena memang itu keuntungan dia. Sehingga dia mendapat kan 3% dari total omzet A plus 6% dari downline dia yang lain, dan juga dia hemat 6% untuk produk yang dia konsumsi sendiri.

    Bingung ga mas Pri?

    Bila dianalogikan dengan bisnis konvensional, mungkin bila saya seorang distributor minyak goreng. Supplier meminta saya untuk mencapai omzet 3 jt untuk mendapatkan nilai discount 3% dari harga eceran. Bila omzet tersebut tidak tercapai maka nilai discount tidak dia berikan. Kalau saya beli di bawah 3 jt maka yang saya dapatkan harga eceran dan tidak akan menguntungkan saya bila saya jual, dan akhirnya saya harus menumpuk stok agar total pembelian minyak goreng saya di atas 3jt. Bila saya membeli di bawah 3jt untuk bisnis dan saya harus berusaha untuk menjual lebih tinggi dari harga eceran, bila minyak gorengnya tidak terjual dan saya tidak mau mengkonsumsi sendiri jelas itu kerugian. Beda ceritanya bila saya saya melakukan pembelian di bawah 3 jt konsumsi sendiri itu tentunya bukan kerugian. Sedangkan si supplier tentunya akan mendapatkan untung minimal 3% dari semua minyak goreng yang saya beli, ngga peduli minyak goreng tersebut saya konsumsi sendiri atau dijual.
    Grosir dari supplier saya jelas punya discount yang lebih besar lagi dari harga eceran anggap saja 6%. 3% akan dia berikan pada supplier saya sejumlah nilai omzet dari supplier saya tersebut.

    Saya sudah lama terlibat dalam bisnis konvensional tapi memang belum cukup lama di MLM, tapi saya rasa bisnis MLM dan konvensional cukup mirip. CMIIW

    Lanjut :)

  341. #418:

    rasanya semua point anda sudah saya bahas semua baik di tulisan di atas maupun di komentar2, dan tidak perlu saya ulang lagi. tapi intinya saja:

    itu bila omzet dari semua distributor dimasukkan, tapi menurut saya banyak distributor yang hanya pengguna produk saja seperti saya. Bagi saya walaupun saya adalah distributor, uang saya keluarkan untuk membeli produk bukan merupakan omzet bisnis tapi untuk konsumsi, jadi bukan kerugian.

    ini sudah saya tulis di posting saya, saya ulangi saja di sini: “Jika ada manfaat yang nyata dengan menjadi ‘distributor’ MLM, maka itu adalah point nomor 1 di atas: untuk mendapatkan produk-produk dari produsen dengan harga diskon, dengan kata lain kelompok distributor menjadi mirip seperti keanggotaan klub belanja. Tetapi rasanya sebagian besar orang-orang memilih menjadi distributor bukan untuk mendapatkan produk-produk dengan harga diskon.”

  342. #415
    buat Mezzo…
    kalau mau main MLM, jangan cuma di lihat dari fitur perusahaan saja. Anda nanti bisa “terjebak” oleh promo perusahaan. Bagaimana kalau perusahaan MLM kita pandang sebagai “objek” saja yang menjadi target analisis kita. Setuju?

    MLM yang benar itu TIDAK HARUS bergabung dengan APLI. Mungkin Anda telah di alihkan perhatiannya pada hal tersebut.APLI adalah Asosiasi para “pengusaha dan pemilik” MLM, tidak pada posisi yang Netral yang berpihak kepada member (pelaku bisnis MLM), karena ada kepentingan bisnis bernilai milyaran disana. Anda harus pahami ini. APLI BUKAN pembuat aturan hukum dan APLI lebih kepada alat legitimasi perusahaan MLM yang cendederung membela kepentingan perusahaan saja.

    Poin 5 tentang MLM yang benar menurut Anda, itu sangat mustahil (pembohongan) dan tidak realistis.
    Kalau kriterianya seperti itu, besar kemungkinan MLM yang Anda ikuti tidak lebih dari Money Game.

    Pada poin 6, tidak ada kewajiban bukan berarti tidak akan merekrut. Toh Anda tetap harus memiliki Volume omzet dari group, bila ingin mempunyai komisi dan kualifikasi peringkat atau reward. Mustahil hanya dari omzet pembelanjaan Anda pribadi saja. Jadi pasti Anda tetap akan merekrut untuk mendapatkan keuntungan. Ya kan….

    Poin 9, ini mungkin karena Anda belum paham tentang konsep MLM yang sesungguhnya. Atau Anda terlalu “percaya” pada APLI. Anda tau ngga, sekarang ini APLI telah memungkiri aturannya sendiri, karena ada sebuah perusahaan MLM Binary yang telah resmi menjadi anggotanya! Padahal dulu APLI berkoar-koar kalau sistem Binary adalah Money Game.

    Perlu Anda ketahui, sistem banyak kaki (matahari), satirstep breakaway, matriks, unilevel, binary (2 kaki), hanyalah sebuah bentuk program kompensasi yang mengatur sistem pembayaran. Program banyak kaki pun bisa saja menjadi money game atau piramida terselubung. Jadi kesimpulannya, skema piramida atau money game bukan dilihat dari bentuk skema yang dibuat oleh perusahaan, melainkan dari sistem dan konsep pembayaran secara keseluruhan. Misalnya: tidak ada produk yang diperjual belikan, ada bonus rekruting dari biaya pendaftaran, kewajiban belanja sebagai syarat tutup point, produk yang harganya di mark up atau lebih mahal dari produk sejenis di pasaran, dengan kualitas yang sama atau malah jelek, dll.

    Coba deh Anda cari tau informasi yang lebih banya lagi, jangan hanya mengandalkan apa yang di suguhkan oleh perusahaan. Betul-betul bedah sistemnya, hitung dan cari tau dari mana sumber keuntungan itu berasal bila Anda serius ingin menjalankan bisnisnya. Jangan samapai Anda rugi dan perusahaan untung. Berbeda jika Anda hanya ingin menjadi konsumen produk-produk MLM.

    Piss…:)

  343. Mas Pri, maksud saya di sini untuk menekankan bahwa pada intinya bisnis MLM dan konvensional, sama-sama bisnis. Selama bisnis MLM memang yang benar bukan yang moneygame. Karena baik bisnis MLM maupun konvensional semuanya itu merupakan putaran uang sama dengan konvensional. Dan produsen tetap untung, bisnis MLM dapat rugi bila distributor membeli produk bukan untuk konsumsi, dan tidak bisa dia jual pada orang lain. Sama dengan bisnis konvensional, saya dapat rugi bila saya beli barang stock dan tidak bisa saya jual lagi.

    Seringkali saya sebagai pengecer konvensional hanya mendapatkan keuntungan yang sangat tipis karena harga pasar memang mengarahkan pada harga eceran yang sangat tipis, bukan harga eceran yang disarankan oleh produsen, ini terjadi terutama pada produk yang fast moving, sehingga omzet untuk produk berjenis ini biasanya sangat besar tetapi keuntungannya sangat tipis. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar kadangkala saya harus upgrade untuk menjadi grosir produk tersebut sehingga saya bisa menjual dengan harga distributor karena memang pasar mengarahkan pada harga tersebut.

    Untuk kasus bisnis MLM, saya rasa harga pasar mengarahkan pada harga distributor. Sehingga akan sangat tidak menarik untuk seorang distributor menawarkan harga eceran yang disarankan. Walaupun harga eceran tersebut sangat menguntungkan tetapi penjualan mungkin hanya berlangsung satu dua kali, bila si konsumen ditawarkan oleh distributor lain dan memberi tahu bahwa dengan menjadi distributor dia mendapatkan discount lebih besar saya rasa, konsumen tersebut pasti lebih tertarik untuk menjadi distributor dibandingkan membeli produk dari saya. Toh dengan menjadi distributor MLM tidak ditarget untuk mencapai omzet tertentu, kecuali bila dia mengincar discount lebih besar lagi. Itulah mengapa para distributor lebih gencar menawarkan bisnisnya daripada produknya karena faktor perang harga. Tapi konsumen seharusnya tertarik pada produknya dulu baru bisnisnya. Karena bisnisnya dulu baru produk saya jamin dia pasti akan merasa terjebak, seperti yg sering juga saya alami dari bisnis MLM lainnya. Kecuali dia memang dari awal punya cita-cita mau jadi distributor MLM, atau memang mau cari pekerjaan menjadi distributor MLM, saya rasa sangat sedikit sekali orang berjenis ini.

    Perbedaan antara bisnis konvensional dan MLM adalah dalam keterikatan jaringan, dalam konvensional saya bebas memilih supplier atau grosir untuk produk yang sama. Bila supplier A menawarkan harga distributor yang lebih baik dari B, jelas saya akan memilih A, bahkan untuk menjadi grosir seperti A saya tidak tergantung dari A, saya bisa minta supplier dari A, untuk memberikan harga yang dia berikan pada si A, karena saya mampu memberikan omzet pada dia sama atau lebih besar dari si A, dan ini jelas tidak akan menguntungkan bagi si A.

    Pada MLM, hal tersebut tidak bisa dilakukan karena kita terikat pada jaringan yang sudah diprogram oleh produsen.

    Sistem insentif dan lain-lain hampir sama. Dalam bisnis konvensional saya juga ditawarkan paket perjalanan atau mobil atau produk lainnya bila saya mencapai omzet tertentu oleh produsen. Pada bisnis konvensional kadangkala ada juga distributor yang diberi peringkat atau penghargaan sebagai diamond karena dia telah mencapai omzet tertentu persis seperti MLM. Jadi menguntungkan atau rugi ya tergantung distributornya sendiri.

    Ngomong-ngomong mas Pri, halaman posting ini sudah terlalu panjang, saya mau buka halaman ini lama banget :)

  344. #421:

    maksud saya di sini untuk menekankan bahwa pada intinya bisnis MLM dan konvensional, sama-sama bisnis. Selama bisnis MLM memang yang benar bukan yang moneygame. Karena baik bisnis MLM maupun konvensional semuanya itu merupakan putaran uang sama dengan konvensional

    tentu saja kalau dicari2 pasti akan ada kesamaannya. tapi jelas ada bedanya, kalau sama sekali tidak ada bedanya, tidak perlu disebut sebagai MLM dan tidak perlu dibicarakan. yang penting di sini adalah perbedaannya, bukan kesamaannya.

    semua argumen anda sudah pernah dikemukakan oleh yang lain dan tentunya sudah saya balas. untuk sementara silakan anda cari sendiri, lain kali mungkin saya harus buatkan FAQ-nya.

  345. Oke deh berarti dari segi persamaan mas Pri sudah setuju dengan saya.

    MLM yang baik adalah MLM yang memberi insentif lebih tinggi bagi distributornya untuk menjual produk ke anggota masyarakat non distributor ketimbang untuk merekrut distributor baru. Adakah MLM yang seperti itu? Saya pribadi belum menemukannya.

    Kalo memang MLM dan bisnis konvensional berbeda, MLM yang baik versi Mas Pri, menurut saya ya bukan MLM tapi itu bisnis konvensional. Itulah salah satu perbedaannya makanya MLM versi mas Pri memang tidak ada karena MLM yang baik tersebut bukan MLM. Orang yang mengharapkan ikut MLM untuk berjualan dengan cara seperti itu dijamin tidak akan mungkin berkembang dan pasti akan kecewa.

  346. Buat Zacky:
    Poin 5 tidak ada kewajiban membeli dan menjual produk dan poin 6 tidak ada kewajiban mencari anggota adalah fakta yang benar karena itulah yang saya alami dan bukan money game.
    Artinya bila anggota baru tidak melakukan 2 poin di atas ybs tidak akan memperoleh manfaat apapun tapi tidak akan dikenai penalti ataupun dipecat.
    Sebaliknya bila anda anggota lama yang memiliki 2 legs atau lebih dan keduanya memiliki omzet Anda akan memperoleh penghasilan sekalipun Anda tidak membeli produknya sama sekali dan tidak pula recruiting. Saya hanya aktif di MLM 2 tahun pertama setelah itu saya nyaris tidak aktif tapi saya alhamdulillah belum pernah tidak menerima bonus sebulan pun. Jadi tidak ada syarat harus ada omzet personal.
    Salam

  347. #424:

    Kalo memang MLM dan bisnis konvensional berbeda, MLM yang baik versi Mas Pri, menurut saya ya bukan MLM tapi itu bisnis konvensional. Itulah salah satu perbedaannya makanya MLM versi mas Pri memang tidak ada karena MLM yang baik tersebut bukan MLM. Orang yang mengharapkan ikut MLM untuk berjualan dengan cara seperti itu dijamin tidak akan mungkin berkembang dan pasti akan kecewa.

    kalau definisinya seperti itu, maka bisa disimpulkan bahwa semua MLM itu buruk. satu2nya cara supaya neraca pengikut MLM secara keseluruhan tidak negatif adalah melalui penjualan retail. jika tidak, maka dapat dipastikan MLM merupakan negative-sum game. hampir semua orang yang mengharapkan keuntungan besar tanpa usaha atau modal yang sepadan akan kecewa, termasuk juga yang ikut MLM.

  348. :xhttp://priyadi.net/smilies/yahoo_love.gif
    :x halo mas pri, mlm prinsipnya sama dengan perusahaan umum lainnya, dimana ada produsen, agen tunggal, agen, distributor dan yang terakhir konsumen. cuma mlm memotong jalur tersebut dengan langsung mengajak konsumen sebagai pelanggan yang setia. sebenarnya tidak ada yang salah dengan mlm, karena di usaha yang umum banyak orang melakukan penipuan yang notabene mas pri anggap usaha yang biasa tidak ada unsur penipuan.

    saya baru juga di mlm, yang dulunya benci sama mlm, tapi kalau kita bicara usaha yang jujur, coba mas pri kasih contoh.

    kita bisa diskusi langsung, karena lewat tulisan ini mas pri pasti gak paham.

    jangan takut mas pri, tidak saya prospek
    jujur dalam bisnis itu merupakan prinsip bisnis yang baik. kalau orang nya gak mau jujur?

    kesimpulannya tidak ada yang salah dg mlm, mari kt buktikan telp. 081585023558:)>-

  349. # all khusus nya mas Priyadi.

    PENGUMUMAN..

    Hai kepada semuanya…

    Ada yang mau gabung dgn MLM yang memberi insentif lebih tinggi bagi distributornya untuk menjual produk ke anggota masyarakat non distributor ketimbang untuk merekrut ?

    di MLM ini jika anda menjual ke non distributor lebih banyak maka anda akan mendapatkan bonus 2 sam pai 5 kali lipat dari bonus sebelumnya dan hanya belanja anda sudah dapat bonus…Easy..

  350. kalau definisinya seperti itu, maka bisa disimpulkan bahwa semua MLM itu buruk. satu2nya cara supaya neraca pengikut MLM secara keseluruhan tidak negatif adalah melalui penjualan retail. jika tidak, maka dapat dipastikan MLM merupakan negative-sum game.

    Betul sekali semua MLM itu buruk kalo mengacu pada posting mas Pri di atas. Neraca positif bisa saja dicapai dengan melakukan penjualan retail, tetapi untuk itu distributor harus bisa mendapatkan pengguna produk yang loyal, yang mau rutin membeli produk tersebut secara rutin dengan harga eceran yang lebih mahal. Bila tidak ya neraca dia tidak stabil, bulan ini ada pembeli, bulan depan tidak, ya persis seperti bisnis konvensional. Tapi ya itu, menurut saya pola itu bukan MLM. Selain itu konsumen sangat dirugikan, di mana seharusnya dia dapat memperoleh discount lebih besar, padahal untuk mendapatkan fasilitas itu biayanya tidak besar. Bila anda mau membeli produk A seharga 300rb secara rutin anggap saja sebulan sekali selama setahun, biaya yang anda keluarkan selama setahun 3.6jt, dengan menjadi distributor anda cukup membayar 100rb selama setahun dan anda mendapatkan discount 30%, dengan demikian anda cukup mengeluarkan Rp. 2.620 jt. Mana yang akan anda pilih? Dari sisi konsumen jelas saya pilih yang kedua.
    Memang betul dengan pola penawaran distributorship, dia akan lebih sulit untuk menutupi penggunaan produk konsumsi sendiri plus semua sumber daya yang harus dia keluarkan. Tetapi dengan membangun jaringan yang besar dia memiliki sekelompok orang yang pasti secara rutin membeli produk tersebut, karena semua distributor otomatis pasti pengguna dengan demikian bisnisnya pasti lebih stabil. Untuk mencapai ini memang butuh perjalanan yang panjang, butuh waktu, tenaga, dan yang pasti biaya, tetapi semua itu ya tergantung orangnya sendiri seberapa cepat dia mampu membangun jaringan yang besar. Itulah yang dikejar di bisnis MLM.
    Dari sisi bisnis, MLM, seharusnya tidak buruk seperti yang dijelaskan oleh mas Pri.

    hampir semua orang yang mengharapkan keuntungan besar tanpa usaha atau modal yang sepadan akan kecewa, termasuk juga yang ikut MLM.

    Saya sangat setuju dengan pernyataan ini! Itulah yang saya tidak suka dari MLM, mereka begitu senang untuk obral mimpi, sehingga orang yang join bisnis ini diberi impian yang menurut saya tidak realistis dan terlalu berlebihan. Hal lain yang saya tidak saya sukai adalah bagaimana para distributor mengajak orang untuk join bisnis ini. Seringkali mereka menipu dan berkelit, kalo ini bukan bisnis MLM tapi NM. Lha wong ya jelas kok bisnis MLM dan NM sama saja. Tapi kalo ngga begitu sulit sekali membawa orang ke presentasi. Itu juga alasan saya, mengapa saya tidak mau menjalankan bisnis ini, saya ngga pinter nipu.

  351. #428:

    Neraca positif bisa saja dicapai dengan melakukan penjualan retail, tetapi untuk itu distributor harus bisa mendapatkan pengguna produk yang loyal, yang mau rutin membeli produk tersebut secara rutin dengan harga eceran yang lebih mahal

    harga lebih mahal itu sebenarnya adalah MSRP dan sifatnya artifisial. sebenernya bisa saja si distributor menjual lebih murah atau memberikan rebate.

    kalau si konsumen ikutan karena ingin dapat harga diskon sebenernya saya gak ada masalah. tapi masalahnya kan bukan itu, sebagian besar orang ikut MLM dengan niat untuk mendapatkan income, bukan karena produknya.

    semua point anda sudah saya tulis semua di atas deh. coba anda baca lagi pelan2.

    Dari sisi bisnis, MLM, seharusnya tidak buruk seperti yang dijelaskan oleh mas Pri.

    oh saya gak pernah bilang MLM itu buruk. saya cuma memberi tahu kriteria MLM yang baik, walaupun saya belum pernah bertemu MLM yang seperti itu :)

  352. #424
    Artinya bila anggota baru tidak melakukan 2 poin di atas ybs tidak akan memperoleh manfaat apapun tapi tidak akan dikenai penalti ataupun dipecat.

    Hehehe…setahu saya hal ini memang berlaku di semua MLM. Jadi bukan hal yang aneh. Dan karena kita bukan karyawan perusahaan, selama tidak melanggar ketentuan kode etik maka perusahaan tidak bisa memecat member.:d

    Mas Mezzo, bonus/komisi hanya terjadi bila Anda berhasil membawa omzet kepada perusahaan, bila tidak ada rekruting, tidak ada belanja, mana mungkin perusahaan MLM mau membayar Anda…
    Bayangkan, bila tidak ada ketentuan belanja wajib (minimal 1x), maka Anda hanya akan merekrut orang saja tanpa ada yang membeli produk perusahaan. Lantas, dari mana asalnya komisi Anda?

    # Sebaliknya bila anda anggota lama yang memiliki 2 legs atau lebih dan keduanya memiliki omzet Anda akan memperoleh penghasilan sekalipun Anda tidak membeli produknya sama sekali dan tidak pula recruiting.

    Hehehe… ini artinya Anda tetap merekrut (2 legs), dan tetap ada omzet dari belanja produk jaringan. Hati-hati mas, kalau promo Anda seperti itu, tidak perlu belanja, tidak perlu rekruting, maka akan terduplikasi oleh down line Anda. Akibatnya? Bisnis Anda akan mati, karena tidak ada lagi yang mau prospek dan belanja produk.

    Bisnis MLM yang saya tahu nyawanya semata-mata berasal dari pertumbuhan jaringan dan omzet dari penjualan produk.:)

  353. Makanya mas Pri, menurut saya supaya mempunyai dampak positif pada jaringan, sistem belanja bulanan yang wajib sebagai syarat mendapatkan komisi alias Tutup Poin, harusnya di tiadakan. Atau barangkali di rubah ketentuannya menjadi belanja ulang otomatis, yang tidak memberatkan member.

    Kenapa? Karena yang membuat banyak orang gagal di bisnis ini adalah Tutup Poin untuk mengejar komisi dan reward. Adanya Tutup Poin mengakibatkan perusahaan mendapatkan omzet yang sangat besar, sedangkan komisi yang dibayarkan kepada member lebih kecil.

    Dan saya setuju dengan mas Handi, bahwa sistem bisnis di MLM tidak sama dengan bisnis konvensional yang penekanannya pada penjualan retail semata. Justru inilah keunggulan bisnis MLM, yaitu kekuatan jaringan.
    Di bisnis konvensional, Anda mungkin hanya menjual seorang diri, tapi di bisnis MLM kita bisa bekerja bersama-sama dan tentunya menghasilkan omzet yang lebih besar dibandingkan kerja sendirian.

  354. harga lebih mahal itu sebenarnya adalah MSRP dan sifatnya artifisial. sebenernya bisa saja si distributor menjual lebih murah atau memberikan rebate.

    Biasanya perusahaan MLM, atau setidaknya perusahaan MLM yg saya tahu, melarang penjualan harga di bawah Harga Eceran yang mereka tetapkan. Setahu saya ada sanksi khusus bila sampai ketahuan.

    Tapi masalahnya kan bukan itu, sebagian besar orang ikut MLM dengan niat untuk mendapatkan income, bukan karena produknya.

    Justru itu permasalahannya, sebagian besar orang yang ikut MLM, tidak mengerti bahwa seharusnya ikut MLM harus karena produknya. Bila tidak karena produknya, saya jamin tidak akan berhasil, setahu saya orang yang sukses di bisnis MLM pasti juga mengkonsumsi produknya. Sebagian besar produk MLM sulit dijual dengan cara konvensional, jadi yang kita jual seharusnya adalah pengalaman kita mengkonsumsinya.
    Hampir semua presentasi MLM yang pernah saya ikuti hanya menjual mimpi, bukan produknya. Itulah mengapa banyak orang yang akhirnya berpikiran negatif terhadap bisnis ini, karena mereka memimpikan cepat kaya, padahal untuk mencapai mimpi tersebut harus ada pengorbanan yang luar biasa, sama dengan usaha atau pekerjaan lainnya.

  355. #432:

    Biasanya perusahaan MLM, atau setidaknya perusahaan MLM yg saya tahu, melarang penjualan harga di bawah Harga Eceran yang mereka tetapkan. Setahu saya ada sanksi khusus bila sampai ketahuan.

    nah, ini satu lagi perbedaan MLM dengan dagang konvensional yang sebenarnya merupakan praktik anti kompetitif.

    Hampir semua presentasi MLM yang pernah saya ikuti hanya menjual mimpi, bukan produknya

    berarti masalahnya ada pada MLM-nya, bukan pada pesertanya.

  356. nah, ini satu lagi perbedaan MLM dengan dagang konvensional yang sebenarnya merupakan praktik anti kompetitif.

    Ya, saya setuju. itu memang salah satu perbedaannya. Produsen memang menghindari kompetisi diantara distributornya sendiri. Dengan kompetisi, distributor yang di tingkat bawah pasti akan lebih dirugikan, karena jelas yang di atas memperoleh harga distributor yang lebih menguntungkan, pada akhirnya orang akan tambah malas untuk join MLM.

    berarti masalahnya ada pada MLM-nya, bukan pada pesertanya.

    Masalahnya ada pada cara mereka menjalankan bisnis MLM. Peserta memang tak salah, tapi setidaknya mereka harus tahu bahwa menjalankan bisnis MLM harus dari produknya dulu. :)

  357. cape deh….:-\”
    mas pri qt joinan aj buka master franchise MLM di polandia yuk…modal awal penyertaan kira2 US$ 500.000 (untuk produk thok).saya punya downline disana cuman belum ada kantor cabangnya…orang indonesia juga, mahasiswa…
    ntar mas pri jadi direktur pemasarannya deh…kan mas ahli menganalisa…itung2 dan ngeyel…cocok banget tuh…gimana temen2??

  358. eh tambahan…mas tau kan hukum alam??
    hukum Tuhan…
    yakni keseimbangan…

    juga ada hukum pareto..yakni hukum 80 : 20
    80% dari 100% komunitas dikuasai oleh 20% dari komunitas itu..
    dan kayaknya emang begitulah adanya…
    yang membuat orang berhasil dlm usaha apapun itu bukan krn dia duluan menjalankan ato tidak…tapi memang mental untuk sukses itu memang sedikit…
    for example aqua-lah contohnya dia duluan yaa wajar dia sekarang menjadi brand image air minum dalam kemasan…tapi ada juga yang duluan tapi dikalahkan sama kompetitor contoh hemaviton kalah dengan extra joss( yang nota bene sama minumn energi :majalah marketing),itu karna xtra joss iklannya bertubi2 sekali di TV..

    liat aja disekeliling mas pri…dari komunitas bloger yang ngomongin MLM mungkin blognya mas pri-lah yang plg rame…lha yang nulis MLM di blognya ini ada berapa orang????ngerti maksud saya mas…?
    jadi hukum pareto berlaku mas…
    lha kalo anda bilang di MLM banyak yang gagal yaa wajar karena mental untuk sukses itu memang sedikit dimanapun itu diseluruh jagad ini…
    lomba lari gada yang semuanya menang pasti cuma ada 3 orang yang naik podium…juara satu dua dan tiga…
    jadi orang yang bjiwa besar bukan menjadikan perbedaan itu hambatan tapi perbedaan sebagai suatu anugerah dari Allah..

  359. #436:

    kan mas ahli menganalisa…itung2 dan ngeyel

    lho, yang ngeyel itu sebenernya siapa? :)

    #437:

    lomba lari gada yang semuanya menang pasti cuma ada 3 orang yang naik podium…juara satu dua dan tiga…

    wah ini argumen yang sangat klasik sekali. tentu saja ada bedanya :). di MLM yang menang mendapat uang dari yang kalah.

  360. Dah Ultah yang pertama nih. Lebih dari satu tahun.. Hebattt..

    Btw, sekarang sudah pada berubah pendirian gak ? yang pro MLM masih MLM, yg kontra MLM masih kontra MLM atau dah kebalik ?

    Siapa tahu sudah pada dapat pencerahan dan fakta-fakta baru.

    Kalo saya sih gak tertarik gabung MLM. Bukan apa2 seh, tapi karena saya nggak pinter ngomong… hehehe…

    :d/

  361. Heheheh… memang begitu hukumnya bung Pri.
    Ada pemenang dari yang kalah,
    Ada yang Ranking 1 dari sepuluh siswa,
    Ada yang untung dari yang rugi,
    Hanya kalau di MLM, yang tidak jadi pemenang tidak berarti uangnya habis gara-gara orang yang menang. Kan ada produk yang dijual belikan, dan lagi soal biaya operasional itu menjadi suatu konsekuensi bisnis ini.
    Artinya kalau takut kalah ya jangan ikut bertanding.

    Belum juga bertarung, baru melihat dan menganalisa “musuhnya” aja udah lari terbirit-birit. Ya mending jangan coba-coba deh mas Pri…

  362. gini lho mas…
    yang menang memanfaatkan yang kalah?
    jadi katakanlah yang “kalah” tadi kan beli barang sesuai harga karena mereka member(berarti mereka konsumen)karna sebenernya yang jadi konsumen perusahaan mlm itu yaa member dan konsumen non member…
    masak kalo mereka beli produk karena mereka member,kita dianggap memanfaatkan…
    kalo dibilang memanfaatkan berarti mas pri beli di warung juga dimanfaatin ma yang punya warung dong???

    pie mas?

  363. #440:

    Belum juga bertarung, baru melihat dan menganalisa “musuhnya” aja udah lari terbirit-birit. Ya mending jangan coba-coba deh mas Pri…

    kalau anda semua beramai2 masuk sumur, tentunya lebih baik saya gak ikutan :).

    #441:

    yang menang memanfaatkan yang kalah? jadi katakanlah yang “kalah” tadi kan beli barang sesuai harga karena mereka member(berarti mereka konsumen)karna sebenernya yang jadi konsumen perusahaan mlm itu yaa member dan konsumen non member… masak kalo mereka beli produk karena mereka member,kita dianggap memanfaatkan… kalo dibilang memanfaatkan berarti mas pri beli di warung juga dimanfaatin ma yang punya warung dong???

    yang jadi masalah itu adalah komponen ‘profit’ yang merupakan bagian dari harga produk. produk di sini hanyalah berfungsi sebagai ‘money carrier’ untuk membawa uang dari dasar piramida ke atas piramida. bedanya dengan money game biasa hanya di sini ini. di money game uang ditransfer langsung antar anggota, sedangkan di MLM lebih subtle karena uang berpindah melalui harga produk. produknya sendiri bisa apa saja. bisa berguna atau tidak berguna. dibutuhkan atau tidak dibutuhkan. yang penting cuma satu: bisa dimanfaatkan sebagai ‘money carrier’.

    terus anda tanya, apa bedanya dengan perdagangan? dalam perdagangan pasar bebas berlaku mekanisme pasar. penjual mendapat profit karena memberi nilai kepada pembeli, misalnya karena membawa produk menjadi lebih dekat dengan konsumen. seandainya penjual tidak memberi nilai atau harga yang ditawarkan tidak sebanding dengan nilai yang diberikan, maka otomatis tidak akan ada yang beli.

    di MLM, sistemnya dibuat secara arbitrary sedemikian sehingga B memberikan manfaat kepada A tanpa perlu A memberikan manfaat kepada B. jika B ingin mendapatkan manfaat yang sepadan, dia harus cari dari C, demikian seterusnya.

  364. # di MLM, sistemnya dibuat secara arbitrary sedemikian sehingga B memberikan manfaat kepada A tanpa perlu A memberikan manfaat kepada B. jika B ingin mendapatkan manfaat yang sepadan, dia harus cari dari C, demikian seterusnya.

    Kalau menurut saya ini aneh. Dan jelas-jelas yang digambarkan oleh mas Pri adalah MLM palsu, alias Money Game. Mas Pri rupanya agak kesulitan membedakan program Money Game dengan MLM murni.
    Mas, jangan hilangkan manfaat produknya dong. Orang yang ikut MLM harus cukup dapat informasi produk apa yang nantinya akan ia beli. Kalau saya sih lebih senang dengan mengistilahkannya Mix Marketing. Dimana produk harus mempunyai nilai guna, dan rencana program kompensasi yang bisa menguntungkan para pengguna produk-produk itu.

    Soal keuntungan dari margin produk adalah hal yang wajar dalam setiap penjualan barang. Pabrik ambil untung, distributor (nasional, wilayah, daerah, dstnya) ambil untung, advertaisers juga dapat untung, pengecer hingga dapat untung, hingga kepada pengguna akhir/konsumen. Ini berlaku juga dalam bisnis MLM. Coba tolong beritahu saya apa yang salah dalam hal ini.

    Bila member tidak mampu mengembangkan usahanya, tidaklah berarti negatif. Karena ia telah membeli produk yang ia tau manfaat dan kegunaannya. Soal berhasil membawa omzet kepada perusahaan atau tidak, itu merupakan konsekuensi menjalankan suatu bisnis. Ia kan?:)

  365. #443:

    Mas, jangan hilangkan manfaat produknya dong. Orang yang ikut MLM harus cukup dapat informasi produk apa yang nantinya akan ia beli.

    tuh kan, keberadaan produk selalu dijadikan alasan untuk melegitimasi ‘bisnis’ MLM :). tapi kan esensinya bukan itu. yang dipermasalahkan di sini adalah perpindahan nilai antar anggota.

    Soal keuntungan dari margin produk adalah hal yang wajar dalam setiap penjualan barang. Pabrik ambil untung, distributor (nasional, wilayah, daerah, dstnya) ambil untung, advertaisers juga dapat untung, pengecer hingga dapat untung, hingga kepada pengguna akhir/konsumen. Ini berlaku juga dalam bisnis MLM. Coba tolong beritahu saya apa yang salah dalam hal ini.

    contoh soal:

    perusahaan ACME punya pabrik di jakarta. pengecer ngambil barang dari pabrik dan menjualnya di bandung. konsumen di bandung tentunya lebih suka beli barang lewat pengecer daripada repot2 ngambil dari pabriknya langsung. artinya distributor memberikan nilai tambah ke konsumen.

    sekarang contoh MLM. perusahaan ACME punya pabrik di jakarta. distributor A berlokasi di surabaya. kemudian distributor A merekrut downline B yang berlokasi di jakarta. kalau B beli barang, A yang mendapat keuntungan, padahal jelas2 A tidak memberi nilai tambah bagi B. dalam pasar bebas, B akan lebih suka beli langsung dari pabrik atau distributor yang lokasinya juga di jakarta dan dia seharusnya akan mendapat harga lebih murah karena ongkos distribusi akan menjadi lebih murah.

  366. #444

    Kalau menurut saya sih sama saja. Logika yang mas Pri buat sebenarnya berlaku juga di dalam industri MLM. Bukankah bila seseorang membeli suatu produk dari tangan penjual maka akan terjadi nilai positif bagi kedua belah pihak? Maksudnya, penjual dapat keuntungan dan pembeli mendapatkan produk yang senilai dengan uang yang dikeluarkan.

    Yang jelas mas Pri, kalau mengikuti analogi yang mas Pri paparkan, seharusnya pihak pembeli pun mendapatkan nilai tambah dari pihak penjual, dalam hal ini distributor MLM. Karena ia mendapatkan informasi yang akurat tentang produk -langsung dari penjual sekaligus pengguna yang telah merasakan sendiri manfaatnya, dan pembeli pun mendapatkan pelayanan ekstra konsumen, berupa penjelasan pemakaian yang benar (mis produk rumah tangga dan makanan kesehatan/nutrisi), menerima pesanan barang yang sesuai dsbnya.

    Biasanya di setiap kota telah didirikan stokis ataupun tempat penjualan produk, bila konsumen/member berkeinginan untuk membeli lagi produknya. Mas Pri kan kalau mau beli kemeja misalnya, tetap saja berangkat ke toko. Akan aneh bila mas Pri mau beli produk ke toko, malah punya pikiran “jangan-jangan toko diuntungkan nih kalau saya beli dari sana, dan nantinya keenakan pramuniaga, kasir dan satpamnya karena ia dapat gaji dari pemilik toko karena omzet penjualannya bagus…” What’s the different? MLM is also an industri, right?

    Nah, distributorlah yang telah berjasa mengenalkan produk itu, sehingga wajar jika ia mendapatkan fee dari sana. Dan mas Pri jangan lupa, kalau ini adalah bisnis jaringan, bisa saja distributor tersebut menitipkan konsumennya kepada upline, karena toh itu juga merupakan omzet mereka. Jadi biasanya sang upline akan dengan senang hati membantu.

    Kalau bicara soal keuntungan, mas tentu paham bahwa satu pihak mendapatkan keuntungan sejajar dari pihak lain. Hal itu merupakan hukum alam perniagaan. Jadi mas jangan aneh bila seorang distributor memperoleh komisi dari perusahaan karena ia telah berhasil memasarkan produk ke tangan pengguna atau merekrut member baru. Memang apa yang salah?

  367. Oh ya satu tambahan lagi, bahwa harga produk yang sampai ke tangan konsumen lewat distribusi MLM seharusnya sama dengan harga jual lewat jalur distribusi biasa. Saya contohkan misal harga sebungkus rokok melalui penjualan biasa sampai ke konsumen adalah Rp. 9000,- maka bila itu dipasarkan melalui MLM haruslah tetap sama yaitu Rp. 9000,-. Intinya, kalau mencari produk yang lebih murah silakan langsung ke pabriknya, jangan beli dari perusahaan MLM. Tapi masa sih, beli sebungkus roko mau ke pabriknya…hehehhe… Kecuali bila kita berminat menjadi agen nasional/daerah, dan bukan menjadi pelaku bisnis MLM.

  368. #445:

    What’s the different? MLM is also an industri, right?

    tentu saja ada perbedaannya :). kalau gak ada perbedaannya, maka tidak perlu dibuat istilah baru (MLM) dan tidak layak diperdebatkan :). tidak perlu anda menyama2kan MLM dengan bisnis tradisional karena anda pasti setuju karena ada perbedaannya. yang penting di sini adalah perbedaannya, dan bukan kesamaannya.

    here we are back to square one. lagi2 anda cuma bisa mengulang2i argumen anda. silakan anda baca2 lagi tulisan saya di atas. saya gak akan mengulangi lagi dengan panjang lebar karena semuanya sudah pernah saya tulis sebelumnya.

  369. bos…seandainya saja sampeyan punya 10 topik yang laris kayak gini (saya yakin lebih!) apa malah ga jadi merepotkan untuk jawab komen dan diskusi panjang lebar…ngga ganggu kerjaan? ato ngurusin si baby tuh sambil ‘ngejunk? salut..very good kung-fu

  370. Saya menjual produk MLM tapi saya tidak bilang bahwa ini MLM. Tetap bisa laku tuh. Padahal jelas-jelas loh, materi peluang bisnisnya sudah dibuang dari starter KITnya. Mengapa ? Karena konsumennya merasa diuntungkan. Simpel kan ?

    Biarlah konsumen sebagai jurinya.

  371. #450:

    Saya menjual produk MLM tapi saya tidak bilang bahwa ini MLM. Tetap bisa laku tuh. Padahal jelas-jelas loh, materi peluang bisnisnya sudah dibuang dari starter KITnya. Mengapa ? Karena konsumennya merasa diuntungkan. Simpel kan ?

    di sini saya tidak sedang menilai baik buruknya produk yang ditawarkan MLM, melainkan skema bisnis MLM itu sendiri. produk yang ditawarkan MLM bisa berguna atau tidak berguna, tapi bukan itu yang sedang saya bahas.

  372. oh… gak nyambung yah, mas Pri fokus ke skema bisnis ….
    sory mas..baru ngeh sekarang….

    prospecting lagi ahhh….

  373. Mar Pri pernah ikut MLM apa saja? Di masing-masing MLM yg pernah diikuti itu, sampai jenjang tertinggi apa? Masing-masing bonusnya berapa?

    Jika tulisan Anda ini didukung dg pengalaman dan bukan sekedar pengamatan, itu mantap dan dapat 4 jempol!!!

  374. #454:

    Mar Pri pernah ikut MLM apa saja? Di masing-masing MLM yg pernah diikuti itu, sampai jenjang tertinggi apa? Masing-masing bonusnya berapa?

    saya pernah ikut MLM, tapi gak pernah sampai jenjang tinggi karena sudah keburu tercerahkan :)

  375. eh…ngomong-ngomong, apa sih kartu matinya MLM ?
    Atau kartu hidupnya MLM ?
    Biar ngebuka matanya lebih lebar …… he..he..he…

  376. Wah..pengalaman pahit ya bozz… tentang MLM…saya ingin berpendapat. Satu2nya yang tidak saya sukai adalah…Harus Mulai Dari NOL. Itu saja. Mau dia S1,S2,…dll, tetep hrs mulai dari NOL.

    Kekurangan lainnya, semua bisa terjadi di perusahaan manapun, termasuk di pemerintahan.

    Mmm…sbg Ilustrasi….

    Menipu…
    Memang tak bisa dipungkiri, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bisnis model ini (MLM), banyak sekali bermunculan perusahan2 bisnis yang berkedok MLM, yang akhirnya kabur setelah mendapat untung besar dan menelantarkan ‘anak-anaknya’. Untuk itu kita harus jeli dalam memilih perusahan MLM yang benar2 murni untuk kita tekuni.

    Distributor nakal…
    Sangat disayangkan memang jika ada distributor yang memaksakan kehendaknya dalam merekrut orang, sama seperti saya menyayangkan korupsi yang dilakukan oleh pejabat2 tengik di pemerintahan, atau pengusaha2 licik yang menggunakan segala cara dlm menjalankan usahanya.

    Iming-iming…
    Saya juga menyayangkan jika ada yang terlalu mengiming-imingi hasil yang berlimpah, sama halnya dengan kantor pemerintah yang ‘mengiming-imingi’ dana pensiun bagi pegawainya sehingga banyak sekali org yang berbondong2 ikut CPNS, bahkan tak sedikit dari mereka yang ‘mengivestasikan’ uangnya untuk dpt diterima sebagai pegawai negeri, pdhl mereka tau bagaimana busuknya kinerja pejabat2 ‘calon’ atasan mereka ini. Atau sama halnya dengan pengusaha yang menjanjikan peningkatan kesejahteraan karyawannya yang tak kunjung terlaksana, sampai akhirnya didemo oleh karyawannya sendiri.

    Skema piramida…
    Tak ada satupun organisasi/ instansi/perusahaan yang terlepas dari skema piramida ini. Dari organisasi terkecil (keluarga) sampai ke tingkat negara pun tak lepas dari skema piramida. Begini boss…Seorang presiden akan sangat tergantung pada kinerja para menterinya. Seorang direktur akan sangat tergantung pada kinerja para manager dan staf2nya, bahkan sukses orangtua dapat dilihat dari caranya menerapkan nilai2 yang baik bagi anak2nya.

    ‘Anggota yang gabung belakangan AKAN MERUGI KARENA KEHILANGAN UANGNYA…’

    iya, jika orang itu merasa ‘betah’ menjadi juru kunci di lini bawah, dan inilah orang2 yang bisa dipastikan gagal dalam bisnis ini. Inilah salah satu perbedaan antara bisnis konvensional dan jaringan. Dlm bisnis konvensional, lini terbawah (cleaning servis, OB/OG, dll) tidak punya hak untuk merekrut orang yang bisa ‘menggantikan’ posisinya, dan bisa dipastikan bahwa merekalah orang yg ‘dirugikan’ oleh perusahaan karena mendapat bagian terkecil dari keuntungan yg didapat oleh perusahaan, pdhl pekerjaan mereka termasuk pekerjaan mulia. Berbeda dengan perusahaan jaringan, setiap lini terbawah (downline) masih berkesempatan untuk menjadi ‘Upline’ dengan mengembangkan jaringannya, dan menaikkan persentase penghasilannya (Asumsi: MLM murni, Bukan Money Game atau MLM abal-abal!). Oleh karena itu, perusahaan MLM yang baik harus memiliki system pendidikan yang baik dalam membantu membernya mengembangkan usaha dan jaringan.

    Kesimpulan, saya berpendapat bahwa bukan sistemnya yang salah, tapi pelaku nya yang tengik! Salah menerima ‘input’, dan salah pula menerapkannya.

    Ok, regards…

  377. #457:

    Kesimpulan, saya berpendapat bahwa bukan sistemnya yang salah, tapi pelaku nya yang tengik! Salah menerima ‘input’, dan salah pula menerapkannya.

    salah. tulisan saya di atas membahas sepenuhnya tentang MLM. silakan dibaca lagi. kesimpulannya, sistem MLM membuat orang menjadi tengik, oleh karena itu sistemnya juga tengik.

  378. @priyadi
    “kesimpulannya, sistem MLM membuat orang menjadi tengik, oleh karena itu sistemnya juga tengik”

    Ya, sama dengan sistem di pemerintahan yang membuat pejabat2 jadi tengik? sama juga dengan sistem di perusahaan konvensional yang membuat pegawainya jadi anarkis?

    Mmm…atau sama dengan system/metode cari uang yang dilakukan Blogger dengan memanfaat emosi dari pembacanya dlm menghasilkan traffik? tak semua pengunjung merasa mendapatkan keuntungan dari mengunjungi sebuah blog, bisa jadi orang itu capek2 datang ke warnet hanya untuk berantem dan akhirnya kehilangan uangnya.

    Bagaimana anda tahu bahwa uang yang didapat adalah murni? dari mana anda tau kelompok pengunjung secara keseluruhan merugi atau tidak? Lantas dalam hal ini, di mana letak “bisnis yang baik adalah bisnis yang di dalamnya terjadi hubungan saling menguntungkan. pihak A mendapat manfaat dari pihak B dan pihak B mendapat manfaat dari pihak A. itu namanya hubungan saling menguntungkan”? Bisa saja…”kemakmuran yang 1% berasal dari kerugian yang 99%”. Who knows?

    :-?

  379. #459: wah, jangan ngelantur. saya bilang sistem MLM tengik, bukan berarti sistem lainnya pasti tidak tengik :). selain itu, hanya karena sistem lain tengik, bukan berarti sistem saya boleh tengik :)

    soal blog saya, saya gak pernah memainkan emosi. saya cuma mengatakan apa adanya saja. yang memainkan emosi itu ya pelaku MLM yang memanfaatkan keinginan manusia terhadap kekayaan untuk kepentingan mereka :).

    dari bahasan saya apa ada yang menurut anda salah? kalau ada yang salah ya tinggal kasih tahu bagian mana yang salah :).

  380. Dari seluruh ulasan dan komen yang anda berikan, akhirnya saya beranggapan bahwa andalah FTC nya Indonesia. Bener gak?:)

  381. #461:

    Dari seluruh ulasan dan komen yang anda berikan, akhirnya saya beranggapan bahwa andalah FTC nya Indonesia. Bener gak?

    saya anggap ini sebagai pujian, terima kasih :). sayangnya saya gak punya kekuasaan sebesar FTC :)

  382. mas pri, sistem MLM tidak tengik selama orientasi awalnya pada produk. Itu sudah dijelaskan pada komen saya dulu. Yang tengik oknum yang menjalankannya, sehingga membuat orang-orang yang tidak ngerti jadi tambah ngga ngerti dan tambah sebal sama MLM.

    Saya ulang lagi komen saya dulu.. MLM yg baik ya bisnis seperti bisnis lainnya, perbedaannya bisnis konvensional tidak terikat pada rantai jaringan, MLM terikat dengan jaringan.

    Bila dilihat dari segi sistem jaringannya sebenarnya sistem MLM sama dengan franchise. Tetapi publik lebih positif pada bisnis franchise dibanding MLM, padahal banyak juga oknum franchisor yang tengik juga.

  383. #460 Priyadi:
    dari bahasan saya apa ada yang menurut anda salah? kalau ada yang salah ya tinggal kasih tahu bagian mana
    yang salah

    Lagu lama Pri…
    Anda itu menutup diri, mana mungkin mau menerima masukan yang benar tentang MLM. Walaupun seluruh dunia tidak sependapat dengan Anda dan mengatakan Anda keliru, toh Priyadi ini akan tetap dengan jawaban klasiknya: KALAU ADA YANG SALAH TINGGAL KASIH TAU BAGIAN MANA YANG SALAH…Tekhnik “ngehindar” yang buruk.

    Semua pelaku MLM yang telah memberikan Anda input selama ini sudah membeberkan apa yang keliru dari persepsi Anda. Selama Priyadi ini menutup dirinya percuma… maunya benar sendiri. Fakta yang sesungguhnya benar selalu diabaikan. Contoh: bila melihat bisnis MLM jangan pisahkan produk dengan bisnisnya, karena bisnis MLM = bisnis penjualan dengan skema jaringan. Priyadi ini menghilangkan segi penjualan produk, dan hanya mau melihat rencana kompensasinya saja. INI JELAS KELIRU! Anda tidak boleh menghilangkan produknya, karena akan menjadi sebuah skema Money Game.

    Coba sekarang jawab pertanyaan saya apa yang menjadikan bisnis MLM buruk/tengik menurut Anda, dan jangan nyuruh saya baca lagi tulisan Anda di atas, karena walau saya baca 1000x tetap saja argumen Anda tidak bisa dijadikan dasar buat kami kalau MLM adalah bisnis yang buruk. Rupanya Anda betul-betul tidak paham MLM atau memang tidak mau paham. Entah…

  384. #463:

    sistem MLM tidak tengik selama orientasi awalnya pada produk. Itu sudah dijelaskan pada komen saya dulu. Yang tengik oknum yang menjalankannya, sehingga membuat orang-orang yang tidak ngerti jadi tambah ngga ngerti dan tambah sebal sama MLM.

    jadi bersyarat bukan? “jika orientasi awalnya pada produk”. prasyarat saya untuk MLM yang tidak tengik sudah saya beritahu berulang kali: jika profit yang berasal dari penjualan retail dapat menutupi pengeluaran sebagai konsekuensi menjalani MLM.

    jika tidak, bisa dipastikan sukses seseorang berasal dari kegagalan yang lain. sayangnya saya belum pernah menemukan MLM yang seperti ini.

  385. #464:

    Coba sekarang jawab pertanyaan saya apa yang menjadikan bisnis MLM buruk/tengik menurut Anda

    mungkin sudah lama jadi anda lupa :) “jika profit yang berasal dari penjualan retail dapat menutupi pengeluaran kolektif yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM”â„¢

    selama ini anda belum pernah memberi data2 yang dapat membuktikan MLM yang anda usung memenuhi syarat tersebut di atas.

  386. jika profit yang berasal dari penjualan retail dapat menutupi pengeluaran sebagai konsekuensi menjalani MLM.

    Hehehe :)… Nah, seperti yang pernah saya tulis beberapa kali versi MLM mas pri yang tidak tegik itu berarti bukan MLM. Karena MLM memang tak akan pernah jalan dengan cara seperti itu.

    Setelah saya pelajari lagi ternyata yang berulang kali ditulis oleh mas pri, itu bisnis franchise, coba mas pri analisis bisnis franchise, menurut saya sangat mirip dengan bisnis MLM yang ideal versi mas pri, yaitu fokus penjualan pada retail, terutama pada rantai distribusi terbawah. Dengan demikian kesimpulan dan judul postingan mas pri menjadi tidak relevan. Kalo menurut saya judul posting ini perlu diganti menjadi bedah sistem franchise :) bukan bedah sistem MLM. Hehehe ok mas?

  387. Semua pelaku MLM yang telah memberikan Anda input selama ini sudah membeberkan apa yang keliru dari persepsi Anda. Selama Priyadi ini menutup dirinya percuma… maunya benar sendiri. Fakta yang sesungguhnya benar selalu diabaikan.

    Mas Zacky, biarin aja lah mas pri menutup diri, wong ini blog-nya dia kok. Dia mau nulis apa juga terserah. Apa dia selalu benar? ya tidak juga, wong dia juga orang kok pasti ada aja postingan dia yang salah. Toh dia juga tidak maksa pengunjungnya untuk ngikutin pendirian dia. Kita sebagai pengunjung cuma bisa kasih masukan aja, orang-orang yang membaca posting dan komen ini bisa menilai sendiri. :) itulah dunia blogging.

  388. hehehe… iya saya sampai lupa. Saking asyiknya mas Handi..:d

    Saya setuju dengan tulisan posting Anda, bahwa kalau kriteria Mas Pri tertuju pada basis retail, ya itu bukan MLM. Itu lebih kepada franchise. Mungkin yang mas Pri belum pahami kalau menjual produk kepada prospek merupakan bagian dari penjualan langsung juga.

    Apakah merekrut itu salah dibandingkan dengan menjual produk?

    Ini adalah pendapat umum mengenai MLM. Di satu sisi, pendapat ini benar. Jika tujuan utama di balik MLM adalah untuk merekrut orang, yaitu jika uang pembayaran waktu bergabung, adalah satu-satunya sumber pembayar bonus, maka tentu saja kegiatan MLM ini tidak benar.

    Kubu Anti MLM berpendapat bahwa tujuan utama MLM adalah untuk merekrut orang baru, bukan untuk menjual barang. Yang tidak mereka mengerti adalah MENDAFTARKAN ORANG BARU ADALAH CARA ANDA MENJUAL PRODUK DI MLM. Di samping itu, Anda tetap bisa memperoleh penghasilan walaupun hanya jadi pengecer produk dan jasa yang dijual.

    Jika Anda fokus hanya di penjualan, ini bukan MLM, hanya jualan cara biasa. MLM bekerja berdasarkan proses yang berbeda dari sales biasa. Bukannya mencari beberapa orang untuk menjual dalam volume besar sekaligus, Anda mencari banyak orang dan masing-masing menjual dalam volume sedikit (karena tiap orang menjual dalam jumlah kecil, pengunaan pribadi oleh tiap distributor menyumbang peranan penting dari total volume penjualan). Merekrut orang baru dan membangun downline adalah caranya Anda mencari orang-orang yang masing-masing mengerjakan bagiannya dalam proses penjualan. (Perhatikan : SETIAP orang melakukan kontribusi dari total penjualan. BUKAN HANYA orang yang bergabung belakangan. Kontribusi Anda bagi Upline secara perorangan hanya beberapa sampai puluhan dollar). Produk berpindah dari perusahaan ke customer atau distributor. Itulah sumber penghasilan dari MLM yang benar. Hanya cara pendistribusiannya yang berbeda.

    MLM bekerja dalam hal yang berbeda dengan cara biasa, walaupun berbeda, hal itu tidak menjadikannya illegal atau amoral atau salah. Hanya caranya saja yang BERBEDA. Seperti halnya franchise berbeda dari retail biasa (franchise pernah dianggap sebagai bentuk penipuan). Franchise bukanlah penipuan, hanya satu bentuk dalam bisnis. Mengacu ke analogi yang sama, MLM berbeda dari retail yang biasa dan franchising, tapi bisa menjadi bentuk efektif dalam melakukan bisnis.

    Tapi kita tetap kudu angkat topi buat blog ini, karena suasana kita bisa tetap hangat. Mas Pri emang Top margotop…hehehe :d

  389. #467:

    Nah, seperti yang pernah saya tulis beberapa kali versi MLM mas pri yang tidak tegik itu berarti bukan MLM. Karena MLM memang tak akan pernah jalan dengan cara seperti itu.

    wah, kalau anda bilang seperti itu, maka artinya semua MLM adalah tengik :-?

    coba mas pri analisis bisnis franchise, menurut saya sangat mirip dengan bisnis MLM yang ideal versi mas pri, yaitu fokus penjualan pada retail, terutama pada rantai distribusi terbawah. Dengan demikian kesimpulan dan judul postingan mas pri menjadi tidak relevan. Kalo menurut saya judul posting ini perlu diganti menjadi bedah sistem franchise :) bukan bedah sistem MLM. Hehehe ok mas?

    kembali lagi, kalau anda bilang begitu, maka mau tidak mau saya bilang semua MLM adalah tengik. padahal saya mau memberi kesempatan kepada MLMers siapa tahu memang ada MLM di luar sana yang tidak ‘teman makan teman’, melainkan merupakan sebuah model bisnis yang sustainable, mengikuti mekanisme pasar dan merupakan jaringan distribusi yang sehat.

    pernyataan anda hanya memberi kesimpulan ini kepada saya: “MLM itu tengik, franchising itu tidak tengik”. kalau ingin MLM tidak tengik, silakan anda ubah dulu definisi MLM menurut anda.

  390. #468:

    biarin aja lah mas pri menutup diri, wong ini blog-nya dia kok.

    saya pikir sih anda berdua yang menutup diri :-?. kesimpulan saya adalah kepastian matematis. jika tidak memenuhi prasyarat saya, maka MLM adalah negative sum game.

    Dia mau nulis apa juga terserah. Apa dia selalu benar? ya tidak juga, wong dia juga orang kok pasti ada aja postingan dia yang salah

    betul, siapapun bisa salah, tapi bukan berarti karena siapapun bisa salah, maka pernyataan siapapun pasti salah. semuanya harus kita telaah berdasarkan pemikiran kita semua.

    Toh dia juga tidak maksa pengunjungnya untuk ngikutin pendirian dia.

    betul. saya tidak bisa berharap terlalu banyak untuk meyakinkan orang2 yang sudah terlebih dahulu ‘terkontaminasi’ MLM. secara psikologis memang sulit untuk bisa berpikir kritis mengenai sesuatu yang menurut kita bisa memberi makan kita. “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” kata om upton sinclair.

    buat saya, MLMers adalah suatu tantangan tersendiri. kalau saya bisa menyadarkan seorang pengikut MLM, maka itu sudah menjadi prestasi yang sangat bagus. tapi kalau saya tidak bisa, ya wajar lah :)

  391. #469:

    Ini adalah pendapat umum mengenai MLM. Di satu sisi, pendapat ini benar. Jika tujuan utama di balik MLM adalah untuk merekrut orang, yaitu jika uang pembayaran waktu bergabung, adalah satu-satunya sumber pembayar bonus, maka tentu saja kegiatan MLM ini tidak benar.

    selama ini anda cuma bisa memberitahu ciri2 MLM yang menurut anda adalah MLM yang baik. bisa saja ciri2 tersebut memang bisa membawa keuangan sebuah MLM ke arah yang lebih baik. tetapi saya menginginkan data hasil akhirnya dulu, saya ingin data2 MLM yang tidak lebih besar pasak daripada tiang, yang profit yang berasal dari penjualan retail lebih besar daripada pengeluaran kolektif yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM.

    jika sudah menemukan MLM yang dimaksud, bolehlah baru kita bahas kiat2 MLM tersebut supaya tidak zero-sum game. baru kita bahas cara2 yang dilakukan MLM tersebut.

    selama ini anda dan MLM lainnya selalu berkata kalau MLM yang bagus itu:

    * ada produk yang dijual
    * produknya berguna
    * biaya pendaftaran minim
    * dll dsb blah blah blah blah, you all know the drill

    boleh2 saja anda2 mengklaim kalau ciri2 tersebut di atas adalah syarat MLM yang baik. tapi sekali lagi, MANA BUKTINYAAAAAH? (pake ekspresi yang di iklan tv) mana laporan keuangan MLM? mana data turn over ratio? mana besar profit grup secara keseluruhan? mana jumlah anggota keseluruhan? berapa yang aktif? yang tidak aktif? dll dsb. dari data2 ini barulah kita bisa menentukan apakah sebuah MLM itu sehat atau tidak.

    jika MLM tidak bisa memberikan data2 tersebut maka MLM gak serius ngajak anggotanya untuk berbisnis. tanpa bukti yang jelas, klaim berbusa2 hanyalah sebatas klaim pepesan kosong belaka.

  392. #470

    model bisnis yang sustainable, mengikuti mekanisme pasar dan merupakan jaringan distribusi yang sehat.

    Mekanisme pasar dan distribusi yang sehat, bahkan bisnis konvensional pun tidak ada yang selalu seperti ini. Dengan mekanisme pasar yang ada adalah yang besar makan yang kecil, yang untung memang konsumen tapi tidak pebisnis. Sebagai contoh dengan bermunculannya hypermarket dengan modal besar mampu membeli dalam jumlah besar dengan harga grosir untuk langsung dijual ke konsumen. Ini menghancurkan sistem grosir dan pengecer terutama pedagang seperti di pasar becek… bila MLM dibuat dengan seperti yang anda maksud, wah tak akan ada MLM, yang di atas mending jualan sendiri ya jelas lebih untung ngapain nawarin distributorship wong dijual sendiri lebih menguntungkan. yang tingkat paling bawah ya makin memble aja.

    pernyataan anda hanya memberi kesimpulan ini kepada saya: “MLM itu tengik, franchising itu tidak tengik”.

    Silahkan saja itu kan tengik versi anda, bukan versi secara umum. :)

    #471

    saya pikir sih anda berdua yang menutup diri :-?. kesimpulan saya adalah kepastian matematis. jika tidak memenuhi prasyarat saya, maka MLM adalah negative sum game.

    hmmm begitu ya.. saya pikir saya cukup terbuka, toh saya juga tidak menjalankan bisnis MLM. Saya memang pernah mencoba menjalankan bisnis MLM dan memang gagal. Tapi saya melihat bukan karena sistem yang membuat saya gagal tapi karena memang saya lebih menyukai untuk menjalankan bisnis yang lain karena merasa spirit saya ada di sini. Ketika saya mencoba menjalankan bisnis MLM, saya benar-benar total mempelajari bisnis tersebut secara keseluruhan, tidak setengah-setengah, oleh karena itu saya cukup mengerti bisnis ini.

    Yang sangat salah dari pembedahan yang anda lakukan adalah memasukkan faktor nilai produk yang dikonsumsi sendiri sebagai biaya. ( malpraktek nih… :) ) Itulah yang mengakibatkan MLM menurut anda adalah negative sum game. Konsumsi bukan bagian dari bisnis, oleh karena sangat tidak relevan memasukkan faktor ini untuk ikut dianggap sebagai biaya yang mengeliminasi keuntungan.

    Cukup banyak yang menjadi distributor hanya untuk mendapatkan discount produk, ini tidak anda anggap dan mungkin anda memang tidak tahu. Saya cukup banyak mengenal orang yang juga seperti saya yang hanya menjadi distributor karena untuk mendapatkan discount. Kalo saya tidak suka produknya jangankan diajak jadi distributor di suruh beli juga ngga akan mau. Sehingga anggapan anda bahwa semua orang ikut MLM hanya untuk menjalankan bisnis tanpa mengkonsumsi produknya salah. Karena memang tidak akan mungkin bisa jalan.

    Jadi Saya tekankan sekali judul dan kesimpulan postingan ini jadi jaka sembung, karena pembedahannya juga salah.

    betul, siapapun bisa salah, tapi bukan berarti karena siapapun bisa salah, maka pernyataan siapapun pasti salah. semuanya harus kita telaah berdasarkan pemikiran kita semua.

    Benar salah itu relatif.. bila kita mengacu kebenaran dari yang sudut pandang yang salah ya salah.

    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” kata om upton sinclair.

    I don’t even have any income from MLM. :-?

  393. #473:

    Mekanisme pasar dan distribusi yang sehat, bahkan bisnis konvensional pun tidak ada yang selalu seperti ini. Dengan mekanisme pasar yang ada adalah yang besar makan yang kecil, yang untung memang konsumen tapi tidak pebisnis. Sebagai contoh dengan bermunculannya hypermarket dengan modal besar mampu membeli dalam jumlah besar dengan harga grosir untuk langsung dijual ke konsumen

    kenapa yah pendukung MLM tidak memiliki kemampuan untuk fokus berdiskusi pada topik yang dibicarakan yah? dikit2 lari ke franchising lah, ke hubungan boss-anak buah lah, etc etc. sekarang ke hypermarket :)

    mengenai point anda, yang anda katakan sudah benar: mekanisme pasar menguntungkan konsumen. soal ‘kelemahan’ mekanisme pasar yang anda sebut itu bisa diselesaikan melalui regulasi, dan bukannya malah menghilangkan mekanisme pasar sama sekali.

    Yang sangat salah dari pembedahan yang anda lakukan adalah memasukkan faktor nilai produk yang dikonsumsi sendiri sebagai biaya. ( malpraktek nih… :) ) Itulah yang mengakibatkan MLM menurut anda adalah negative sum game. Konsumsi bukan bagian dari bisnis, oleh karena sangat tidak relevan memasukkan faktor ini untuk ikut dianggap sebagai biaya yang mengeliminasi keuntungan.

    lho sama saja kan? sudah pernah anda hitung sendiri? :) silakan nolkan point 1a dan 4a, hasilnya akan sama saja. mau ada konsumsi sendiri atau tidak, atau ada tapi gak dihitung, hasilnya gak akan membawa perhitungan ke arah yang positif! satu2nya supaya positif adalah jika dan hanya jika 3 -4b > 5, atau dengan kata lain jika profit yang berasal dari penjualan retail bisa melebihi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM.

    Cukup banyak yang menjadi distributor hanya untuk mendapatkan discount produk, ini tidak anda anggap dan mungkin anda memang tidak tahu.

    saya tahu ada yang masuk hanya untuk mendapatkan diskon produk. ini sudah saya tulis di sana, mungkin anda memang belum membaca tulisan saya secara lengkap, jadi anda gak tahu :). saya kutipkan lagi:

    “Jika ada manfaat yang nyata dengan menjadi ‘distributor’ MLM, maka itu adalah point nomor 1 di atas: untuk mendapatkan produk-produk dari produsen dengan harga diskon, dengan kata lain kelompok distributor menjadi mirip seperti keanggotaan klub belanja. Tetapi rasanya sebagian besar orang-orang memilih menjadi distributor bukan untuk mendapatkan produk-produk dengan harga diskon.”

    kalau mau menyanggah point saya silakan anda berikan data2 proporsi anggota MLM tertentu yang ikutan dengan niat mendapatkan diskon dan untuk mendapatkan profit. boleh dengan statistik atau dengan sensus.

    Jadi Saya tekankan sekali judul dan kesimpulan postingan ini jadi jaka sembung, karena pembedahannya juga salah.

    tidak. silakan anda baca lagi dengan baik2. rasanya saya sudah cukup jelas dan eksplisit di sini.

  394. kenapa yah pendukung MLM tidak memiliki kemampuan untuk fokus berdiskusi pada topik yang dibicarakan yah? dikit2 lari ke franchising lah, ke hubungan boss-anak buah lah, etc etc. sekarang ke hypermarket :)
    mengenai point anda, yang anda katakan sudah benar: mekanisme pasar menguntungkan konsumen. soal ‘kelemahan’ mekanisme pasar yang anda sebut itu bisa diselesaikan melalui regulasi, dan bukannya malah menghilangkan mekanisme pasar sama sekali.

    Mungkin karena sistem yang anda bedah juga sebenarnya bukan MLM, ato tak tahu MLM yang mana. Toh kesimpulan anda sendiri, MLM yang baik adalah bisnis yang sebenarnya juga bukan MLM. Jadi jelas dong jaka sembung.. :)

    Regulasi dari mekanisme pasar dalam MLM ya menjadi sistem MLM itu sendiri.

    lho sama saja kan? sudah pernah anda hitung sendiri? :) silakan nolkan point 1a dan 4a, hasilnya akan sama saja. mau ada konsumsi sendiri atau tidak, atau ada tapi gak dihitung, hasilnya gak akan membawa perhitungan ke arah yang positif! satu2nya supaya positif adalah jika dan hanya jika 3 -4b > 5, atau dengan kata lain jika profit yang berasal dari penjualan retail bisa melebihi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM.

    Profit dari MLM -> komisi dari penjualan ke downline + bonus lainnya. Coba nolkan transaksi 1,2,3,4. tinggal 5 dan 6. Ada satu hal lagi yang salah, 6a – 6b tidak mengeliminasi, kecuali si distributor tersebut memang hanya mengkonsumsi produk sendiri, walaupun dia juga punya downline. Tetapi agar 6a – 6b lebih besar dari 5 memang butuh waktu.

    kalau mau menyanggah point saya silakan anda berikan data2 proporsi anggota MLM tertentu yang ikutan dengan niat mendapatkan diskon dan untuk mendapatkan profit. boleh dengan statistik atau dengan sensus.

    Hmm.. semua distributor MLM yang baik pasti otomatis pengguna yang juga mendapatkan discount sehingga bila anda mengkategorikan MLM sebagai klub belanja bisa saja saya sendiri tidak keberatan. Tapi mungkin saya bisa juga menambahkan juga unsur member get member (MGM).

    Mana ada orang yang sukses di MLM tapi tidak mengkonsumsi produknya juga. Anda sendiri juga dapat data darimana sehingga beranggapan seperti itu? Coba tunjukkan MLM mana? perlihatkan juga statistiknya. Bolehlah japri jika datanya cukup sensitif. Jika anda tidak dapat menunjukkannya, postingannya anda menjadi sama sekali tidak berarti, pantas saja kesimpulannya menjadi jaka sembung. :) Kalo datanya menggunakan tahun 1979 mungkin sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini.

    Sebagai masukan coba buat gabungan ilustrasi skenario 1 dengan 2.

  395. #475:

    Mungkin karena sistem yang anda bedah juga sebenarnya bukan MLM, ato tak tahu MLM yang mana. Toh kesimpulan anda sendiri, MLM yang baik adalah bisnis yang sebenarnya juga bukan MLM. Jadi jelas dong jaka sembung

    betul. kalau MLM sesuai dengan definisi anda, maka semua MLM itu tengik :). kalau mau tidak tengik mau tidak mau harus diganti dulu definisinya. kalau saya gak punya masalah mau pakai definisi yang mana juga.

    mencuri itu tengik. kalau pencuri ingin perbuatan mencuri tidak dianggap tengik, ya satu2nya cara adalah mendefinisikan kembali istilah ‘mencuri’ tersebut.

    Profit dari MLM -> komisi dari penjualan ke downline + bonus lainnya. Coba nolkan transaksi 1,2,3,4. tinggal 5 dan 6. Ada satu hal lagi yang salah, 6a – 6b tidak mengeliminasi, kecuali si distributor tersebut memang hanya mengkonsumsi produk sendiri, walaupun dia juga punya downline. Tetapi agar 6a – 6b lebih besar dari 5 memang butuh waktu.

    wah, kelihatannya saya tahu kenapa orang2 MLM selalu kesulitan untuk menganalisis perhitungan saya: mereka hanya mengukur uang keluar masuk untuk individu, sedangkan saya menghitung untuk kelompok distributor secara kolektif. disadari atau tidak, di MLM orang2 selalu diajarkan untuk berpikir secara individu tanpa banyak berpikir darimana uang yang dia dapatkan berasal.

    sebenarnya bisa saja 6a dan 6b tidak saling menghilangkan, 6a selalu lebih kecil daripada 6b jika produsen mengutip keuntungan dari sini. tapi waktu itu mungkin saya sedang baik, jadi saya tidak perhitungkan yang ini :). best case scenarionya adalah jika 6a == 6b seperti yang saya lakukan di atas. tidak mungkin 6a > 6b karena kalau begitu produsennya nombokin :)

    Hmm.. semua distributor MLM yang baik pasti otomatis pengguna yang juga mendapatkan discount sehingga bila anda mengkategorikan MLM sebagai klub belanja bisa saja saya sendiri tidak keberatan

    MLM itu klub belanja jika anggota masuk MLM dengan niat untuk mendapatkan produknya dengan harga diskon, dan bukan untuk memperoleh keuntungan. tinggal disurvey saja berapa perbandingan antara yang ikut untuk beli produknya dan yang ikut untuk ngejar bisnisnya :). saya sih yakin jauh lebih banyak yang ikut karena bisnisnya, karena kalau dia ngejar produk, dia juga bisa beli produk sejenis di luar MLM tanpa perlu terikat dengan overhead yang ada di MLM.

    Mana ada orang yang sukses di MLM tapi tidak mengkonsumsi produknya juga

    lho kapan saya melarang distributor MLM mengkonsumsi produknya? :) saya cuma bilang, kalau dia mengkonsumsi produknya, itu tidak akan membawa kelompok distributor secara keseluruhan ke arah yang positif kalau MLM tersebut dibuat sebagai sebuah model bisnis.

    kalau saya jual beras boleh dong saya makan dari beras yang saya jual. tapi kalau ingin untung ya tetap harus jual ke orang lain.

    Anda sendiri juga dapat data darimana sehingga beranggapan seperti itu? Coba tunjukkan MLM mana? perlihatkan juga statistiknya. Bolehlah japri jika datanya cukup sensitif. Jika anda tidak dapat menunjukkannya, postingannya anda menjadi sama sekali tidak berarti, pantas saja kesimpulannya menjadi jaka sembung

    heheheh, ini jurus ‘berdebat’ klasik menyerahkan beban untuk membuktikan ke lawan bicara. mirip2 seperti ini:

    A: kemarin matahari terbit dari barat!
    B: saya gak percaya, mana buktinya?
    A: mana buktinya kalau kemarin matahari tidak terbit dari barat?
    B: ??????

    di sini saya cuma memberikan kriteria yang harus dipenuhi supaya MLM itu positive-sum. karena orang2 MLM adalah yang pertama kali mengklaim kalau bisnis MLM itu bisnis yang saling menguntungkan, maka beban untuk membuktikan ada pada orang2 MLM tersebut. dan harusnya mereka yang pertama mengetahui data2 tersebut, bukan saya.

    kebetulan satu2nya data yang saya punya adalah disclosure amway vs FTC. walaupun barangkali itu data basi, sama sekali tidak ada perubahan fundamental cara beroperasi MLM, oleh karena itu saya tetap berpendapat kalau data tersebut masih relevan. apalagi cuma itu satu2nya data yang kita punya. kalau anda mengetahui MLM yang melakukan disclosure, dalam bentuk apa saja, saya mau tahu.

  396. betul. kalau MLM sesuai dengan definisi anda, maka semua MLM itu tengik :). kalau mau tidak tengik mau tidak mau harus diganti dulu definisinya. kalau saya gak punya masalah mau pakai definisi yang mana juga.

    Hehehe :), sekali lagi itu kan versi anda bukan versi yang berlaku secara umum..

    sebenarnya bisa saja 6a dan 6b tidak saling menghilangkan, 6a selalu lebih kecil daripada 6b jika produsen mengutip keuntungan dari sini. tapi waktu itu mungkin saya sedang baik, jadi saya tidak perhitungkan yang ini :). best case scenarionya adalah jika 6a == 6b seperti yang saya lakukan di atas. tidak mungkin 6a > 6b karena kalau begitu produsennya nombokin :)

    Mungkin bisa saya beri ilustrasi seperti ini anggap saja sebuah perusahaan multilevel memiliki 4 tingkatan komisi 9%, 6%, 3%, 0%. Yang pasti produsen hanya menerima setoran sebesar harga produk – 9% dari suatu group. Bila A memiliki peringkat 9%, maka groupnya keuntungan sebesar 9%. Berikutnya bila B anggota group A yang memiliki peringkat 6%, maka si A akan memberikan 6% dari semua omzetnya kepada B, seterusnya juga begitu. Mungkin 6b juga harus dihilangkan karena sebenarnya tak ada transaksi downline memberikan kepada upline. Karena yang memberikan komisi kan produsen yang selanjutnya dibagi-bagikan oleh Si A kepada downline-downlinenya. Peringkat terbawah 0% bisa dianggap hanya mengkonsumsi produk tersebut sehingga bisa dihilangkan atau dianggap konsumen.

    MLM itu klub belanja jika anggota masuk MLM dengan niat untuk mendapatkan produknya dengan harga diskon, dan bukan untuk memperoleh keuntungan. tinggal disurvey saja berapa perbandingan antara yang ikut untuk beli produknya dan yang ikut untuk ngejar bisnisnya :)

    Inti dari MLM yang diciptakan oleh produsen sendiri sebenarnya klub belanja dan member get member atau mungkin juga affiliasi. Misalnya anda senang dengan produk tertentu, anda tentunya akan merefensikan produk tersebut ke rekan anda, saudara anda, dan keluarga anda. Rekan atau keluarga anda juga ternyata suka dan mau mengkonsumsi produk tersebut secara rutin, mereka menawarkan lagi pada rekan dan keluarganya juga.. begitu seterusnya. Untuk meningkatkan semangat anda untuk mereferensikan produk tersebut produsen memberi komisi untuk setiap pembelian dari rekan atau keluarga anda. That simple.. Kalau orang menjalankan MLM di luar dari konteks ini ya berarti dia sudah salah mengartikan MLM tersebut.. karena produsen sendiri mendesain MLM untuk seperti itu.

    di sini saya cuma memberikan kriteria yang harus dipenuhi supaya MLM itu positive-sum. karena orang2 MLM adalah yang pertama kali mengklaim kalau bisnis MLM itu bisnis yang saling menguntungkan, maka beban untuk membuktikan ada pada orang2 MLM tersebut. dan harusnya mereka yang pertama mengetahui data2 tersebut, bukan saya.

    Tapi kriteria yang anda berikan itu bukan berdasarkan MLM yang sebenarnya. Sehingga akhirnya anda bukan mencerahkan orang tapi malah menggelapkan orang. Dengan mungkin banyaknya pengikut-pengikut priyadi, hal ini jelas menjadi aliran sesat :) Jadi karena postingan ini tidak sama sekali didasarkan atas sitem MLM yang sebenarnya, berarti postingan ini ya sesat…

    kebetulan satu2nya data yang saya punya adalah disclosure amway vs FTC. walaupun barangkali itu data basi, sama sekali tidak ada perubahan fundamental cara beroperasi MLM, oleh karena itu saya tetap berpendapat kalau data tersebut masih relevan. apalagi cuma itu satu2nya data yang kita punya. kalau anda mengetahui MLM yang melakukan disclosure, dalam bentuk apa saja, saya mau tahu.

    Sangat banyak perubahan yang terjadi pada MLM, kalau hanya berdasarkan data tersebut berarti hingga sekarang sudah sekitar 28 tahun. Bisnis apapun baik itu MLM atau bukan pasti sudah mengalami evolusi, bila tidak ya tidak akan bertahan sampai sekarang. Bila memang 28 tahun yang lalu sistem MLM begitu tengiknya, ga sampe 5 tahun juga pasti sudah tinggal nama. Oke mas :)

  397. Wah dahsyat…=d>
    Salut buat mas Handi…^:)^
    Anda punya analisis yang tajam dan “terpercaya” karena Anda memang pernah menjadi pelaku bisnis ini dan tau apa itu MLM…

    Saya dah sering tulis jika mas Pri, si empunya blog ini, “tidak cukup membuka hati dan pikiranya” untuk mau mendengar maka percuma saja semua postingan ini. Saran saya coba Anda perbaharui data dulu dan jangan cuma mengandalkan data dari FTC yang dah basi supaya tulisan Anda bisa lebih valid. Ok. sks.

  398. #477:

    Hehehe :), sekali lagi itu kan versi anda bukan versi yang berlaku secara umum..

    betul versi saya, hanya karena saya mau memberikan kesempatan siapa tahu saja di luar sana memang ada MLM yang baik :).

    mungkin pernyataan yang sama bisa diajukan ke pencuri: “mencuri yang baik adalah mencuri yang tidak merugikan orang lain” :). kalau si pencuri tetap bersikukuh pada pendiriannya, ya tetap saja mencuri itu tidak baik :).

    Mungkin bisa saya beri ilustrasi seperti ini anggap saja sebuah perusahaan multilevel memiliki 4 tingkatan komisi 9%, 6%, 3%, 0%. Yang pasti produsen hanya menerima setoran sebesar harga produk – 9% dari suatu group. Bila A memiliki peringkat 9%, maka groupnya keuntungan sebesar 9%. Berikutnya bila B anggota group A yang memiliki peringkat 6%, maka si A akan memberikan 6% dari semua omzetnya kepada B, seterusnya juga begitu.

    kelihatannya salah hitungannya2 :). dari kebanyakan MLM, komisi 9%, 6%, atau 3% itu bersih. ambil contoh A punya downline B, B punya downline C, C punya konsumen D. maka kalau D mengkonsumsi produk seharga Rp 100 ribu, maka C dapat Rp 3000, B dapat Rp 6000, A dapat 9000. profit margin totalnya adalah 18 ribu.

    Mungkin 6b juga harus dihilangkan karena sebenarnya tak ada transaksi downline memberikan kepada upline. Karena yang memberikan komisi kan produsen yang selanjutnya dibagi-bagikan oleh Si A kepada downline-downlinenya.

    itu adalah penyederhanaan. kalau misalnya D beli produk Rp 100 ribu, maka kalau dianalisa cashflownya akan sama saja dengan kalau misalnya C menyetor Rp 6000 ke B, menyetor Rp 9000 ke A, dan memakai sendiri Rp 3000.

    kalau dijumlah sama saja. A, B dan C menerima profit total sebesar Rp 18000. beda kalau D adalah sesama distributor, maka profit totalnya menjadi Rp 0.

    Inti dari MLM yang diciptakan oleh produsen sendiri sebenarnya klub belanja dan member get member atau mungkin juga affiliasi. Misalnya anda senang dengan produk tertentu, anda tentunya akan merefensikan produk tersebut ke rekan anda, saudara anda, dan keluarga anda. Rekan atau keluarga anda juga ternyata suka dan mau mengkonsumsi produk tersebut secara rutin, mereka menawarkan lagi pada rekan dan keluarganya juga.. begitu seterusnya. Untuk meningkatkan semangat anda untuk mereferensikan produk tersebut produsen memberi komisi untuk setiap pembelian dari rekan atau keluarga anda. That simple..

    sayangnya ini cuma wishful thinking saja karena kenyataannya tidak seperti itu :). yang membedakan memmber get member dan MLM, di MLM yang dijual terutama adalah model bisnisnya :). kalau cuma member get member kenapa juga harus ada umpan seperti ini?

    * ilustrasi kalau anda bisa mendapatkan milyaran rupiah dll dsb
    * contoh orang yang sukses dari ‘bisnis’ ini, dan ‘lupa’ untuk mengatakan kalau orang ini sebenarnya cuma satu dari ratusan ribu :)
    * foto pelaku yang sukses di rumah mewah, mobil mewah, yacht, kapal pesiar, pesawat pribadi, etc

    kalau bukan umpan, saya gak tahu apa namanya :). kalau mau serius berbisnis tidak perlu pakai umpan segala, yang penting adalah datanya.

    Tapi kriteria yang anda berikan itu bukan berdasarkan MLM yang sebenarnya. Sehingga akhirnya anda bukan mencerahkan orang tapi malah menggelapkan orang. Dengan mungkin banyaknya pengikut-pengikut priyadi, hal ini jelas menjadi aliran sesat :) Jadi karena postingan ini tidak sama sekali didasarkan atas sitem MLM yang sebenarnya, berarti postingan ini ya sesat…

    heheheh, yang menyesatkan itu ya MLM yang mengklaim macam2 tapi cuma sebatas klaim, tapi datanya gak ada :). posting saya disadarkan atas sistem MLM yang sebenarnya kok. rasanya tidak terlalu sulit untuk dimengerti, kecuali kalau anda memang TIDAK mau mengerti :). kalau tidak mau mengerti ya dijelaskan seperti apa juga percuma, dan ini memang tujuan indoktrinasi yang ada di MLM: pemikiran kritis diharamkan.

    tidak masalah kalau anda tidak mau mengerti, yang penting ada beberapa orang yang tadinya tidak mengerti sekarang menjadi mengerti karena tulisan saya ini.

    Sangat banyak perubahan yang terjadi pada MLM, kalau hanya berdasarkan data tersebut berarti hingga sekarang sudah sekitar 28 tahun. Bisnis apapun baik itu MLM atau bukan pasti sudah mengalami evolusi, bila tidak ya tidak akan bertahan sampai sekarang. Bila memang 28 tahun yang lalu sistem MLM begitu tengiknya, ga sampe 5 tahun juga pasti sudah tinggal nama. Oke mas :)

    sangat banyak? apa saja itu? :) apa bedanya skema amway tahun 70-an dengan MLM jaman sekarang? sama saja, jika ada perbedaan hanyalah terdapat pada detilnya saja. secara garis besar setali tiga uang. semuanya bisa dihitung dengan ilustrasi saya di atas, seandainya mereka mau ngasih datanya :)

    #478:

    Saya dah sering tulis jika mas Pri, si empunya blog ini, “tidak cukup membuka hati dan pikiranya” untuk mau mendengar maka percuma saja semua postingan ini. Saran saya coba Anda perbaharui data dulu dan jangan cuma mengandalkan data dari FTC yang dah basi supaya tulisan Anda bisa lebih valid. Ok. sks.

    heheheh, maaf ya, rasanya yang tidak cukup membuka hati dan pikirannya adalah anda sendiri. anda tidak bisa kritis menilai sesuatu yang memberi anda makan :). tapi saya tidak menyalahkan anda, anda cuma salah satu dari sekian banyak korban indoktrinasi MLM.

    soal data, jadi mana nih datanya? anda yang ikut MLM, anda yang mengklaim MLM itu bukan zero-sum, jadi mana data untuk mendukung klaim anda tersebut? atau memang klaim anda hanyalah sebatas klaim?

  399. kelihatannya salah hitungannya2 :). dari kebanyakan MLM, komisi 9%, 6%, atau 3% itu bersih. ambil contoh A punya downline B, B punya downline C, C punya konsumen D. maka kalau D mengkonsumsi produk seharga Rp 100 ribu, maka C dapat Rp 3000, B dapat Rp 6000, A dapat 9000. profit margin totalnya adalah 18 ribu.

    BINGO! Akhirnya ketemu juga di mana mas priyadi ini salah total. Mas itu MLM karangan anda yang seperti itu. Bila pengertian komisi MLM menurut anda seperti itu ya jelas itu MLM tengik. Di MLM yang saya ikuti komisinya ya seperti yang saya jelaskan. Saya rasa rekan-rekan yang masih aktif di MLM bisa mengkonfirmasi hal ini.

    itu adalah penyederhanaan. kalau misalnya D beli produk Rp 100 ribu, maka kalau dianalisa cashflownya akan sama saja dengan kalau misalnya C menyetor Rp 6000 ke B, menyetor Rp 9000 ke A, dan memakai sendiri Rp 3000.

    Hitungan anda salah sekali, seharusnya si D menyetor 100rb, si C ya dapet 3rb, si B dapet 3 rb, si A juga dapet 3 rb. Jadi total profit group 9rb, 91rb untuk produsen. Itu adalah itungan dari MLM yang benar. Si A baru dapat 9 rb, bila dia mendapatkannya dari downline dengan peringkat 0%, tanpa perantara dan omzet total si A ini memang mencapai target untuk peringkat 9%. Jadi sekali lagi, pengertian anda mengenai hal ini saja sudah salah total!

    Jadi sekali lagi boleh dong saya menyebutkan bila postingan ini sesat.. hehehe :)>-

  400. sayangnya ini cuma wishful thinking saja karena kenyataannya tidak seperti itu :). yang membedakan memmber get member dan MLM, di MLM yang dijual terutama adalah model bisnisnya :). kalau cuma member get member kenapa juga harus ada umpan seperti ini?

    * ilustrasi kalau anda bisa mendapatkan milyaran rupiah dll dsb
    * contoh orang yang sukses dari ‘bisnis’ ini, dan ‘lupa’ untuk mengatakan kalau orang ini sebenarnya cuma satu dari ratusan ribu :)
    * foto pelaku yang sukses di rumah mewah, mobil mewah, yacht, kapal pesiar, pesawat pribadi, etc

    Nah ini hal yang saya tidak sukai dari MLM. Seharusnya MLM menjual produk bukan mimpi. Sistem tidak salah tapi pelaksanaannya yang salah.

  401. #480:

    BINGO! Akhirnya ketemu juga di mana mas priyadi ini salah total. Mas itu MLM karangan anda yang seperti itu. Bila pengertian komisi MLM menurut anda seperti itu ya jelas itu MLM tengik. Di MLM yang saya ikuti komisinya ya seperti yang saya jelaskan. Saya rasa rekan-rekan yang masih aktif di MLM bisa mengkonfirmasi hal ini.

    bingo? mana yang bingo? pernyataan anda sama sekali tidak menginvalidasi kesimpulan saya. yang salah di sini hanyalah persepsi atas komentar anda, itu saja.

    Hitungan anda salah sekali, seharusnya si D menyetor 100rb, si C ya dapet 3rb, si B dapet 3 rb, si A juga dapet 3 rb. Jadi total profit group 9rb, 91rb untuk produsen. Itu adalah itungan dari MLM yang benar. Si A baru dapat 9 rb, bila dia mendapatkannya dari downline dengan peringkat 0%, tanpa perantara dan omzet total si A ini memang mencapai target untuk peringkat 9%. Jadi sekali lagi, pengertian anda mengenai hal ini saja sudah salah total!

    sama saja. silakan dimasukkan ke hitung2an. jika produk tersebut dibeli oleh sesama distributor, maka net-nya tetap nol. dan baru akan positif jika produk tersebut dibeli oleh non distributor. bagaimanapun skema komisinya, yang berpengaruh kepada profit kolektif hanyalah penjualan retail.

    #481:

    Nah ini hal yang saya tidak sukai dari MLM. Seharusnya MLM menjual produk bukan mimpi. Sistem tidak salah tapi pelaksanaannya yang salah.

    saya gak tahu MLM anda itu yang mana, tapi dari semua MLM yang pernah memrospek saya (amway, tiens, herbalife, forever young, cni, lampeberger, high desert), semuanya melakukan hal yang anda tidak sukai tersebut. mungkin anda bisa sebutkan MLM apa yang anda maksud supaya bisa jadi pembelajaran bagi yang lain.

  402. bingo? mana yang bingo? pernyataan anda sama sekali tidak menginvalidasi kesimpulan saya. yang salah di sini hanyalah persepsi atas komentar anda, itu saja.

    hehehe tambah seru aja nih.. :) yang membuat presepsi itu ya anda dengan sistem MLM karangan anda. pernyataan saya berdasarkan sistem MLM yang nyata.

    sama saja. silakan dimasukkan ke hitung2an. jika produk tersebut dibeli oleh sesama distributor, maka net-nya tetap nol. dan baru akan positif jika produk tersebut dibeli oleh non distributor. bagaimanapun skema komisinya, yang berpengaruh kepada profit kolektif hanyalah penjualan retail.

    Silahkan anda hitung lagi mas pri.. saya rasa sudah cukup jelas dari total group sudah jelas ada profit margin 9rb yang semuanya dibagi-bagi untuk Si A, B, C, mereka semuanya untung 3rb dari hasil penjualan pada si D. apanya yang salah? Faktor pengurang hanya dari sumber daya saja. Omzet C ya termasuk dalam omzet B beserta downlinenya yang lain. Omzet A ya semua omzet B beserta downlinenya yang lain. Total omzet group ya total omzet dari si A. Bagi produsen total omzet ya total omzet A. bukan omzet A+omzet B+omzet C+omzet D. Yang di dapat produsen total omzet A – 9%. bukan omzet A – 9% + omzet B – 6% + omzet C – 3% + omzet D. Nyatanya seperti itu.

    saya gak tahu MLM anda itu yang mana, tapi dari semua MLM yang pernah memrospek saya (amway, tiens, herbalife, forever young, cni, lampeberger, high desert), semuanya melakukan hal yang anda tidak sukai tersebut. mungkin anda bisa sebutkan MLM apa yang anda maksud supaya bisa jadi pembelajaran bagi yang lain.

    Sebelumnya saya tekankan, Saya di sini bukan untuk membela MLM, tapi saya mengkritik pembedahan sistem yang anda lakukan. Saya mengenal sistem MLM dan berusaha berdiri di luar untuk menganalisis dan membandingkannya dengan sistem bisnis yang lain dan saya berusaha objektif. Status saya memang distributor amway, tapi saya tidak menjalankan usaha ini, karena saya 100% hanya mengkonsumsi produknya saja. Saya menjalankan usaha lain yang bagi saya lebih membuat saya hidup :)

    Kembali ke topik :) perusahaan MLM seperti amway, tiens, high dessert, dan lainnya menjalankan sistem MLM yang benar yaitu sistem MLM yang menjual produk. Yang menjual mimpi itu perusahaan yang terpisah dari perusahaan MLM tersebut, tapi menunjang perkembangan jaringan MLM tersebut dengan serangkaian training, seminar, kaset, vcd dan segala hal proses pencucian otak. Kalo boleh saya sebut untuk amway itu network21, kalo tiens itu quantum, yang lain entah namanya saya tak ingat. Perusahaan seperti inilah yang menurut saya membuat orientasi para distributor MLM beralih dari menjual produk menjadi menjual mimpi. Ini yang salah..

  403. #483:

    Silahkan anda hitung lagi mas pri.. saya rasa sudah cukup jelas dari total group sudah jelas ada profit margin 9rb yang semuanya dibagi-bagi untuk Si A, B, C, mereka semuanya untung 3rb dari hasil penjualan pada si D. apanya yang salah? Faktor pengurang hanya dari sumber daya saja. Omzet C ya termasuk dalam omzet B beserta downlinenya yang lain. Omzet A ya semua omzet B beserta downlinenya yang lain. Total omzet group ya total omzet dari si A. Bagi produsen total omzet ya total omzet A. bukan omzet A+omzet B+omzet C+omzet D. Yang di dapat produsen total omzet A – 9%. bukan omzet A – 9% + omzet B – 6% + omzet C – 3% + omzet D. Nyatanya seperti itu.

    gini lho, jika C menjual produk ke konsumen retail, maka A, B dan C masing2 dapat 3%, net-nya adalah 9% dari harga produk. kelompok distributor secara keseluruhan mendapat profit sebesar 9% harga produk.

    sebaliknya, jika C yang membeli produk, maka C akan dapat diskon 3%, dan C yang akan bayar B dan A sebesar 3%. secara total, grup akan mendapat 9%, dan akan kehilangan 9% karena C yang bayar. netnya adalah 0. zero-sum game.

    yang paling penting untuk diingat di sini adalah, A-B-C itu BUKAN jalur distribusi, tapi jalur pemasaran. jalur distribusi itu terpisah lagi, dan ini lebih berhubungan pada misalnya stokis, bukan pada distributor (istilah ini sebenarnya misnomer). dengan demikian, kalau MLM mau win-win, harusnya dia kasih rebate kepada C sebesar 9%, bukan 3%, dengan kata lain kalau C beli barang, A dan B gak dapat untung. keuntungan harusnya baru didapat hanya dari penjualan retail.

    kalau seperti sekarang, produk hanyalah kendaraan untuk memindahkan uang dari downline ke upline. seorang distributor diberi insentif untuk merekrut tanpa batas, terlepas apakah itu masuk akal atau tidak.

    perusahaan MLM seperti amway, tiens, high dessert, dan lainnya menjalankan sistem MLM yang benar yaitu sistem MLM yang menjual produk.

    keberadaan produk memang merupakan prasyarat MLM yang baik, tapi tentunya BUKAN satu2nya syarat. kalau di dalam suatu daerah desa ada 100 penduduk dan 90 di antaranya adalah distributor MLM maka sudah jelas kelompok distributor keseluruhan akan merugi.

    untuk menilai baik atau tidaknya sebuah MLM hanya dapat dilihat dari angka2 yang pernah saya minta sebelumnya. sebelum ini pelaku MLM hanya bisa memberi ciri2 MLM yang baik. ciri2 ini tentunya bisa benar bisa juga tidak, tapi untuk memastikan apakah MLM tersebut memang benar MLM yang baik, kita tetap perlu data2nya. ini penting untuk menilai apakah ciri2 yang disebutkan tersebut memang cukup untuk membawa MLM ke arah yang baik.

    siswa yang rajin belajar, gak pernah bolos dll dsb tentunya menunjukkan kalau dia itu akan berprestasi. tapi kalau nilai ulangannya selalu jelek, maka dia cuma kelihatan akan berprestasi, sedangkan kenyataannya sebaliknya :)

    anda punya datanya gak?

  404. sebaliknya, jika C yang membeli produk, maka C akan dapat diskon 3%, dan C yang akan bayar B dan A sebesar 3%. secara total, grup akan mendapat 9%, dan akan kehilangan 9% karena C yang bayar. netnya adalah 0. zero-sum game.

    Yang bayar 3% untuk A dan B, bukan C lho mas, tapi produsen. Bagi B, C dapat dikategorikan sebagai konsumen yang dapat discount 3%. Jadi grup mendapatkan 6% untuk pembelian dari C. C sendiri baru mendapatkan discount 3% bila total pembeliannya memang sejumlah target untuk peringkat 3%.

    yang paling penting untuk diingat di sini adalah, A-B-C itu BUKAN jalur distribusi, tapi jalur pemasaran.

    Mas Pri, A-B-C itu jalur distribusi. Tapi MLM tidak mewajibkan pada A-B-C memiliki stock, yang nyetok tetap produsen, bila C membeli produk secara sistem tetap melewati jalur A-B. Sehingga produsen memberikan komisi pada A dan B. Tapi itupun dengan syarat A dan B memiliki omzet di atas C. Komisi itu ada syaratnya, masing-masing peringkat komisi memiliki target omzet yang tentunya makin atas makin besar.

    kalau MLM mau win-win, harusnya dia kasih rebate kepada C sebesar 9%, bukan 3%, dengan kata lain kalau C beli barang, A dan B gak dapat untung.

    Kondisi A dan B gak dapat untung bisa terjadi, dengan syarat total omzet C mencapai target untuk komisi 9%, dan total omzet A, dan total omzet B masing-masing juga pada peringkat komisi 9%. Dengan demikian 9% seluruhnya untuk C, dan A dan B tidak dapat apa-apa, sehingga secara group tetap 9%. Produsen tidak akan memberikan A dan B komisi, bila A dan B ngga ngapa-ngapain, ini dapat dilihat berdasarkan total omzetnya. Tetapi, bila kondisinya peringkat 9% adalah peringkat yang tertinggi, biasanya C otomatis akan lepas dari jalur distribusi A dan B, dan dia akan berdiri sendiri. Sehingga total omzet C tidak akan masuk ke omzet B. Dan bila B masih juga memiliki peringkat komisi 9%, walaupun tanpa omzet dari C, biasanya B dapat bonus royalty sekian persen dari total omzet C, dan yang memberikannya bukan C tapi produsen. Ini sistem dari amway dan seharusnya mlm lain juga tidak terlalu jauh bedanya.

    Dengan demikian jelas MLM tidak negative-sum.

    keberadaan produk memang merupakan prasyarat MLM yang baik, tapi tentunya BUKAN satu2nya syarat. kalau di dalam suatu daerah desa ada 100 penduduk dan 90 di antaranya adalah distributor MLM maka sudah jelas kelompok distributor keseluruhan akan merugi.

    Bila ke 90 orang tersebut hanya mau jualan saja tapi tidak mau mengkonsumsinya produknya, ya jelas ga akan jalan usaha ini. Mungkin untuk kondisi demikian sistem MLM tidak layak untuk digunakan untuk mendistribusikan produk pada desa tersebut. Tapi saya rasa bukan faktor itu yang harus dilihat.

    Layak atau tidaknya sistem MLM digunakan untuk mendistribusikan suatu produk di suatu daerah, harus dilihat dari nilai pertumbuhan penduduk di suatu daerah, atau mungkin lebih tepatnya pertumbuhan penduduk yang masuk usia dapat melakukan usaha MLM di daerah tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan jaringan distribusi MLM. Bila pertumbuhan penduduk kategori tersebut masih lebih besar dibandingkan pertumbuhan jaringan distribusi MLM, saya rasa sistem MLM yang baik masih layak untuk digunakan. Walaupun saya tidak punya data yang akurat, tapi saya yakin pertumbuhan penduduk Indonesia yang masuk dalam usia untuk dapat melakukan usaha MLM, masih jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan jaringan distribusi MLM. :) Oleh karena itu di Indonesia MLM masih cukup prospektif selama dijalankan dengan benar.

  405. #485:

    Yang bayar 3% untuk A dan B, bukan C lho mas, tapi produsen.

    sama saja efeknya. yang jelas net-nya C membayar A dan B, langsung maupun tidak langsung.

    Bagi B, C dapat dikategorikan sebagai konsumen yang dapat discount 3%. Jadi grup mendapatkan 6% untuk pembelian dari C. C sendiri baru mendapatkan discount 3% bila total pembeliannya memang sejumlah target untuk peringkat 3%.

    tidak masalah jika C dikategorikan sebagai konsumen selama C mengikuti MLM pada mulanya memang dengan niat untuk menjadi konsumen saja. hanya saja dengan teknik merekrut MLM yang pernah memrospek saya, rasanya saya bisa bilang hampir semua anggota akan ikut atas dasar peluang bisnisnya. silakan buka web site MLM manapun, yang ditonjolkan selalu peluang bisnisnya, bukan produknya. sedangkan jika konsumen ingin mendapatkan produk, dia tentunya masih bisa membeli produk lain di tempat lain.

    Mas Pri, A-B-C itu jalur distribusi

    salah besar :). produsen MLM menginginkan distributornya berpikir seperti itu, tapi kenyataannya tentunya tidak seperti itu :). contoh sederhana saja, jika produksi dilakukan di jakarta, A tinggal di jayapura, B di medan, dan C di yogyakarta, tetap saja A dan B dapat keuntungan walaupun sama sekali tidak terlibat dalam distribusi :). produk di sini cuma kendaraan untuk memindahkan uang dari C ke B ke A tanpa nilai tambah sama sekali, ini yang jarang disadari oleh pelaku MLM.

    Tetapi, bila kondisinya peringkat 9% adalah peringkat yang tertinggi, biasanya C otomatis akan lepas dari jalur distribusi A dan B, dan dia akan berdiri sendiri. Sehingga total omzet C tidak akan masuk ke omzet B. Dan bila B masih juga memiliki peringkat komisi 9%, walaupun tanpa omzet dari C, biasanya B dapat bonus royalty sekian persen dari total omzet C, dan yang memberikannya bukan C tapi produsen.

    sama saja mas. anda terlalu meributkan ‘yang memberikan adalah produsen’. kenyataannya harga produk sudah memperhitungkan seluruh komisi yang akan diperoleh sebagai konsekuensi penjualan produk. jika harga produk 100 ribu, jika B mendapat 9% ya dia dapat Rp 9000, jika C mendapat 9% juga, dia juga akan dapat Rp 9000. C memang tidak memberikan langsung uang kepada B, tapi net-nya akan sama persis jika seandainya C memberikan langsung kepada B. saya kutip lagi tulisan saya di atas, mungkin anda terlewat: “Transaksi di atas sudah melalui proses generalisasi. Bisa saja seorang distributor menerima bonus dari produsen, dari upline-nya, dari upline upline-nya”

    Dengan demikian jelas MLM tidak negative-sum.

    sayangnya ini cuma wishful thinking saja :)

    Bila ke 90 orang tersebut hanya mau jualan saja tapi tidak mau mengkonsumsinya produknya, ya jelas ga akan jalan usaha ini. Mungkin untuk kondisi demikian sistem MLM tidak layak untuk digunakan untuk mendistribusikan produk pada desa tersebut. Tapi saya rasa bukan faktor itu yang harus dilihat.

    desa tersebut cuma ilustrasi. bisa saja diterapkan pada negara indonesia atau bahkan dunia. gimana ngga mau jualan? yang ditonjolkan pada saat dia masuk kan peluang bisnisnya :)

    Layak atau tidaknya sistem MLM digunakan untuk mendistribusikan suatu produk di suatu daerah, harus dilihat dari nilai pertumbuhan penduduk di suatu daerah, atau mungkin lebih tepatnya pertumbuhan penduduk yang masuk usia dapat melakukan usaha MLM di daerah tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan jaringan distribusi MLM. Bila pertumbuhan penduduk kategori tersebut masih lebih besar dibandingkan pertumbuhan jaringan distribusi MLM, saya rasa sistem MLM yang baik masih layak untuk digunakan

    ok, dengan kata lain anda baru saja mengakui kalau MLM sebenarnya adalah skema piramida :). bisnis yang sustainable tidak perlu bergantung pada pertumbuhan populasi. kalau kesuksesan kolektif hanya bisa didapatkan kalau pertumbuhan populasi meningkat sepadan, maka tidak jauh berbeda dengan skema piramida. pada kenyataannya hal ini tidak akan terjadi, perkembangan MLM itu berlangsung dalam deret geometris, sedangkan populasi tidak karena terbatas pada sumber daya bumi.

  406. sama saja efeknya. yang jelas net-nya C membayar A dan B, langsung maupun tidak langsung.

    Hmm.. Logika yang sangat aneh.. Kalo saya analogikan dengan bisnis konvensional mungkin seperti ini. Bila saya beli barang harga 100rb. Si Toko beli dari grosir 97rb, Grosir beli dari Produsen 94rb. Walaupun benar bila saya sebagai konsumen beli berarti bayarin toko 3rb, grosir 3rb. Berarti Net-nya saya rugi 6rb.
    Kenapa ngga beli langsung saja ke produsennya toh cuma 94rb? Bila begitu hilangkan saja toko dan grosir mending langsung ke produsen. Memang produsen mampu melayani begitu banyak pelanggan?

    Kenapa tidak produsen jual ke grosir 94 rb, grosir jual ke toko 97rb jadi grosir punya untung 3rb, toko jual ke konsumen 100rb jadi punya untung 3rb.

    Grosir adalah customer dari produsen, toko adalah customer dari grosir, dan konsumen adalah customer dari toko.

    Dalam konteks MLM, hubungan A-B-C-D bertingkat sehingga D adalah customer C, C adalah customer B, dst.

    Bila saya coba mengikuti pola pikir anda berarti A-B-C-D seharusnya dalam posisi sejajar sehingga produsen harus memberikan harga distributor yang sama? ngga bisa C mendapatkan keuntungan dari D hanya karena posisi C berada di atas D. begitu? ya itu berarti bukan MLM donk.. :)

    contoh sederhana saja, jika produksi dilakukan di jakarta, A tinggal di jayapura, B di medan, dan C di yogyakarta, tetap saja A dan B dapat keuntungan walaupun sama sekali tidak terlibat dalam distribusi :)

    Why not? A dan B jelas terlibat dalam distribusi, A mengajak B untuk membantu menjualkan produk di medan. B walaupun orang medan, tapi punya saudara C yang orang yogya dia minta juga bantu menjualkan barang di yogya.
    boleh saya analogikan seperti ini. Saya punya toko di Bandung, punya supplier di Surabaya, tapi konsumen saya di Padang. Saya menawarkan produk dari supplier saya di Surabaya pada konsumen saya di Padang. Kebetulan supplier saya punya cabang di Padang. Boleh dong saya minta supplier saya mengirimkan barang ke konsumen saya melalui cabangnya di Padang. Sedangkan uang ditransfer ke rekening saya di Bandung. Kemudian setelah dipotong keuntungan, saya transferkan ke kantor pusatnya di Surabaya. Supplier dan Konsumen belum tentu saling kenal. Tetapi melalui saya mereka jadi tahu boleh dong saya mendapatkan keuntungan dari situ?

    sayangnya ini cuma wishful thinking saja :)

    nyata kok, mungkin wishful thinking karena saya memang tidak menikmati keuntungan di MLM.

    ok, dengan kata lain anda baru saja mengakui kalau MLM sebenarnya adalah skema piramida

    Saya tidak pernah menyatakan bahwa MLM bukan skema piramida kok. MLM adalah sistem bisnis dengan jaringan yang terikat otomatis jaringan tersebut akan membentuk piramida, karena ada yang di atas, dan ada yang di bawah. Apa salahnya dengan skema piramida pada sistem MLM, bila secara ekstrim jumlah populasi = distributor MLM, selama mereka memang mengkonsumsi produk secara rutin tersebut ada omzet di situ. Jelas produknya harus produk yang consumable, bukan barang modal seperti Anvil. Tapi rantai yang terbawah kan pasti rugi? kalau yang terbawah memang cuma konsumen yang hanya mengkonsumsi produk, mereka tidak akan merasa rugi? Tapi jaringan tidak berkembang? memang jaringan stop sampai di situ tapi omzet akan tetap ada karena ke 100 orang tersebut mengkonsumsi produknya.

  407. #487:

    Hmm.. Logika yang sangat aneh.. Kalo saya analogikan dengan bisnis konvensional mungkin seperti ini. Bila saya beli barang harga 100rb. Si Toko beli dari grosir 97rb, Grosir beli dari Produsen 94rb. Walaupun benar bila saya sebagai konsumen beli berarti bayarin toko 3rb, grosir 3rb. Berarti Net-nya saya rugi 6rb.

    Kenapa ngga beli langsung saja ke produsennya toh cuma 94rb? Bila begitu hilangkan saja toko dan grosir mending langsung ke produsen. Memang produsen mampu melayani begitu banyak pelanggan?

    anda gak menyimak komentar saya. mohon dibaca dulu dengan hati2. yang saya lakukan hanyalah penyederhanaan analisis cashflow, dengan sama sekali tidak mengubah efeknya.

    contohnya gini: saya beli indomie dari carrefour seharga Rp 700, kemudian saya jual lagi di warung saya Rp 800. kalau objek analisis cashflow adalah saya, maka bisa saya sederhanakan menjadi: konsumen membayar saya Rp 100. indomie bisa dihilangkan karena semua indomie yang saya beli hanya akan lewat dan pindah ke tangan konsumen: net-nya adalah saling menghilangkan, satu indomie yang saya beli suatu saat akan keluar juga.

    atau kalau masih sulit dimengerti bisa juga kita sederhanakan menjadi: konsumen bayar saya Rp 100 untuk ongkos cape saya beliin dia indomie dari carrefour. hal yang sama saya lakukan pada cashflow kelompok distributor secara keseluruhan di atas. komentar anda selanjutnya gak relevan jika anda masih tidak mengerti cara untuk menyederhanakan analisis cashflow.

    boleh saya analogikan seperti ini. Saya punya toko di Bandung, punya supplier di Surabaya, tapi konsumen saya di Padang. Saya menawarkan produk dari supplier saya di Surabaya pada konsumen saya di Padang. Kebetulan supplier saya punya cabang di Padang. Boleh dong saya minta supplier saya mengirimkan barang ke konsumen saya melalui cabangnya di Padang.

    heheheh, kalau begitu sih boleh2 aja :). sayangnya ini analogi yang salah, kalau seandainya supplier anda gak punya cabang di padang gimana? atau kalau anda punya kenalan supplier di padang apakah anda akan cari2 supplier di surabaya? :) jangan nambah2in dengan konteks yang tadinya tidak ada :). di MLM jalur A-B-C-D itu cuma dibuat-buat (artificial) dan gak menggambarkan perpindahan manfaat sesuai mekanisme pasar.

    Tapi rantai yang terbawah kan pasti rugi? kalau yang terbawah memang cuma konsumen yang hanya mengkonsumsi produk, mereka tidak akan merasa rugi?

    ok, mungkin ini intinya. menurut saya yang terbawah itu BUKAN cuma konsumen yang hanya mengkonsumsi produk. mereka MEMANG mau tidak mau hanya mengkonsumsi produk, tapi sebenarnya mereka mengharapkan lebih daripada itu dari MLM. tinggal dihitung proporsinya berapa banyak yang benar2 ikut MLM untuk beli produknya dan berapa yang ikut untuk bisnisnya.

    nah sekarang mana datanya? :)

  408. hal yang sama saya lakukan pada cashflow kelompok distributor secara keseluruhan di atas. komentar anda selanjutnya gak relevan jika anda masih tidak mengerti cara untuk menyederhanakan analisis cashflow.

    Saya rasa ilustrasi anda dan saya sama saja kok :) Tapi dengan pola pikir anda seperti itu, jangankan MLM, bisnis yang lain pun akan selalu zero-sum. :)

    di MLM jalur A-B-C-D itu cuma dibuat-buat (artificial) dan gak menggambarkan perpindahan manfaat sesuai mekanisme pasar.

    Sama saja kok dengan mekanisme pasar. Kalau melihat manfaat memang tidak ada secara langsung. Bisnis tidak selalu harus dari manfaat kok, bisa juga pada kekuatan modal.

    Sebagai contoh pabrik mobil di Cikarang kan tidak menjual secara langsung mobilnya di Cikarang, tetapi melalui perantara grosir, dan retail. Ketika warga cikarang membeli mobil ya mereka membeli mobil melalui outlet retail, tidak datang langsung ke pabrik dan mendapatkan harga sama dengan grosirnya, kecuali warga tersebut mau membeli dalam jumlah besar, sejumlah yang biasa dibeli oleh grosir. Padahal tidak ada manfaatnya pabrik di Cikarang, grosir di Jakarta, terus kembali lagi ke Cikarang.

    Pada MLM menjadi seperti ini, A memiliki kekuatan modal lebih besar dari B, sehingga A mampu membeli produk pada produsen dalam jumlah lebih besar daripada B, dengan demikian A pasti memiliki discount lebih besar dari B. B kekuatan modalnya tak sebesar A, dia tidak bisa membeli sejumlah yang disyaratkan produsen untuk mendapatkan discount sebesar A. Sehingga dia beli melalui A. Dan seterusnya hingga D. Bagi D bila harus membeli barang melalui produsen jelas dia tidak akan mampu membeli sebesar A sehingga ya dia tidak bisa mendapatkan discount sebesar A. Karena D dikenalkan melalui C, ya D membeli melalui C.
    Ketika saat D mampu membeli barang sebesar A, otomatis dia akan lepas dari jaringan , dia akan berdiri sendiri dan dapat mengambil langsung dari produsen. Dan C tidak akan mendapatkan apa-apa dari D selain bonus royalty dari produsen (tapi ini bisa dianggap tidak ada). Saya rasa ini sama saja dengan distribusi kok.

    Selain itu di MLM, Komisi dari A-B-C-D atau pemberian uang dari D-C-B-A tidak selalu terjadi kok. Bila C tidak memiliki omzet yang jauh lebih besar dari D atau peringkat komisi C tidak lebih besar dari D, C tidak akan mendapatkan apa-apa dan itu pasti.

    Melihat tulisan anda selama ini, saya memiliki kesan bahwa anda selalu beranggapan yang di atas akan selalu mendapatkan dari bawah. Saya katakan pada MLM, setidaknya di amway atau beberapa MLM besar lainnya tidak begitu. Jadi MLM masih sesuai dengan mekanisme bisnis yang benar. :)

    nah sekarang mana datanya?

    Ini datanya saya kutip dari wikipedia :) “as of 1979, most of the products sold by Amway were to the Independent Business Owners (IBOs) themselves for personal consumption rather than to retail consumers who weren’t enrolled as IBOs”.

    Ini tahun 1979 lho.. kalau MLM tidak banyak berubah sejak tahun 1979, sebagaimana yang anda klaim, harusnya saat ini ya masih seperti ini. betul? :)

  409. #489:

    Saya rasa ilustrasi anda dan saya sama saja kok :) Tapi dengan pola pikir anda seperti itu, jangankan MLM, bisnis yang lain pun akan selalu zero-sum.

    oh jelas tidak, silakan baca contoh di komentar saya sebelumnya tentang jualan indomie. fluxnya adalah Rp 100 setiap kali ada pembelian indomie. saya dan penjual indomie di manapun akan mendapatkan profit dengan menjual indomie.

    Sebagai contoh pabrik mobil di Cikarang kan tidak menjual secara langsung mobilnya di Cikarang, tetapi melalui perantara grosir, dan retail. Ketika warga cikarang membeli mobil ya mereka membeli mobil melalui outlet retail, tidak datang langsung ke pabrik dan mendapatkan harga sama dengan grosirnya, kecuali warga tersebut mau membeli dalam jumlah besar, sejumlah yang biasa dibeli oleh grosir. Padahal tidak ada manfaatnya pabrik di Cikarang, grosir di Jakarta, terus kembali lagi ke Cikarang.

    distributor (maksudnya distributor beneran, bukan distributor2an ala MLM :) ) memberi manfaat berupa membawa produk lebih dekat ke masyarakat yang memerlukannya. distributor MLM tidak demikian, rasanya ini sudah jelas dari contoh saya kalau misalnya A, B, C dan D berada di tempat yang saling berjauhan. A, B, C dan D jelas BUKAN pihak yang membawa produk lebih dekat ke masyarakat yang memerlukan.

    Pada MLM menjadi seperti ini, A memiliki kekuatan modal lebih besar dari B, sehingga A mampu membeli produk pada produsen dalam jumlah lebih besar daripada B, dengan demikian A pasti memiliki discount lebih besar dari B.

    hehehe, jelas tidak. sebelum ada MLM, bisa jadi modal A jauh lebih kecil daripada B. dan modal gak ada hubungannya dengan peringkat di MLM.

    Selain itu di MLM, Komisi dari A-B-C-D atau pemberian uang dari D-C-B-A tidak selalu terjadi kok. Bila C tidak memiliki omzet yang jauh lebih besar dari D atau peringkat komisi C tidak lebih besar dari D, C tidak akan mendapatkan apa-apa dan itu pasti.

    ini rasanya cuma minor detail saja. ‘tidak selalu terjadi’, bukan berarti ‘tidak pernah terjadi’, dan menurut pengamatan saya ‘itu yang umumnya terjadi’. tinggal menunggu datanya saja :).

    Melihat tulisan anda selama ini, saya memiliki kesan bahwa anda selalu beranggapan yang di atas akan selalu mendapatkan dari bawah. Saya katakan pada MLM, setidaknya di amway atau beberapa MLM besar lainnya tidak begitu

    entah apa yang anda perhatikan. tapi SEMUA MLM memberi kompensasi kepada upline atas penjualan dan/atau konsumsi yang dilakukan oleh downline.

    “as of 1979, most of the products sold by Amway were to the Independent Business Owners (IBOs) themselves for personal consumption rather than to retail consumers who weren’t enrolled as IBOs”

    waduh. itu kan sangat menguatkan pernyataan saya. saya terjemahkan saja ya: “pada 1979, sebagian produk yang dijual Amway dibeli oleh IBO itu sendiri untuk konsumsi pribadi, dan bukannya dibeli oleh konsumen retail yang bukan IBO”

    praktis sangat mendukung pernyataan saya: jika niat sebagian besar dari IBO2 ini adalah untuk mengejar keuntungan, maka sebagian besar IBO dapat dipastikan akan merugi.

  410. oh jelas tidak, silakan baca contoh di komentar saya sebelumnya tentang jualan indomie. fluxnya adalah Rp 100 setiap kali ada pembelian indomie. saya dan penjual indomie di manapun akan mendapatkan profit dengan menjual indomie.

    Lho sama saja kan, carrefour memiliki keuntungan dari anda setiap kali anda membeli indomie, entah untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di warung anda. Sama juga dengan B mendapatkan keuntungan dari C setiap kali dia membeli produk entah untuk dikonsumsi sendiri atau untuk dijual lagi pada D. :)

    entah apa yang anda perhatikan. tapi SEMUA MLM memberi kompensasi kepada upline atas penjualan dan/atau konsumsi yang dilakukan oleh downline.

    Bisa anda beri BUKTInya? Tidak selalu kok, Selama saya ikut dan mempelajari bisnis MLM di amway aturannya tidak seperti itu kok. Bila target 6% itu 3 juta dan 3% itu 1 juta. Bila saya beli produk senilai 1 jt, sedangkan omzet upline saya setelah ditambah dengan omzet saya hanya 2 jt. 3% dari komisi 1 juta itu jelas untuk saya. Sedangkan upline saya hanya mendapakat 3% untuk omzet diluar omzet saya, dia tidak mendapatkan apa-apa dari saya. Dia baru mendapatkan 3% dari saya bila omzet dia di atas 3 juta. Bila aturannya tidak seperti itu, mungkin anda bisa beritahu saya MLM mana? Bila orang yang pernah memprospek anda tidak pernah memberi tahu hal ini, bisa jadi dia berasal dari MLM tengik, atau dia memang ngga tahu aturan ini :)

    waduh. itu kan sangat menguatkan pernyataan saya. saya terjemahkan saja ya: “pada 1979, sebagian produk yang dijual Amway dibeli oleh IBO itu sendiri untuk konsumsi pribadi, dan bukannya dibeli oleh konsumen retail yang bukan IBO”

    Hmmm.. Anda mengartikan “most” menjadi sebagian, sedangkan saya mengartikan “most” itu sebagai sebagian BESAR. Ini kan jelas artinya sebagian besar niat IBO itu untuk mengkonsumsi produk bukan untuk berjualan. Data ini jelas menguatkan pernyataan saya sebelumnya bahwa sebagian besar yang ikut di MLM untuk menggunakan produk, mirip klub belanja plus MGM. Jadi orientasi mereka memang sudah benar yaitu pada produk, memang itulah seharusnya yang dilakukan ketika ikut MLM. Sebagaimana yang sudah saya utarakan beberapa kali. Betul? Rugi kah? sekali lagi kalo orientasinya pada produk ya ngga akan merasa rugi. Bila orientasinya untuk mengejar keuntungan sabarlah, bangunlah jaringan yang kuat. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, MLM itu membangun jaringan pengguna yang rutin mengkonsumsi produk. Dengan makin besar jaringannya otomatis ya makin kuat. Untuk untung di sini jelas butuh waktu, saya rasa semua bisnis juga begitu. Bila orientasinya untuk mendapatkan keuntungan secara cepat ya, Jangan ikut MLM, jadilah perampok.

  411. distributor (maksudnya distributor beneran, bukan distributor2an ala MLM :) ) memberi manfaat berupa membawa produk lebih dekat ke masyarakat yang memerlukannya.

    Kata di buku mungkin begitu, prakteknya kan seringkali tidak begitu :) Tak masalah MLM atau bukan. Saya bebas kan menjual barang saya ke Jayapura walaupun saya di Bandung. Selama saya dapat memberikan harga yang reasonable. Prakteknya, saya dan rekan bisnis saya sering menjual barang ke Papua, walaupun di Papua sana barang jualan seperti saya juga ada. Status saya kan tetap distributor barang yang saya jual.

  412. #491:

    Lho sama saja kan, carrefour memiliki keuntungan dari anda setiap kali anda membeli indomie, entah untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di warung anda. Sama juga dengan B mendapatkan keuntungan dari C setiap kali dia membeli produk entah untuk dikonsumsi sendiri atau untuk dijual lagi pada D.

    masalahnya cuma satu: D pada MLM bukanlah konsumen, tapi termasuk distributor. boleh2 saja kalau D dianggap sebagai konsumen selama dia ikutan MLM atas dasar untuk mendapatkan produknya, dan bukan karena model ‘bisnis’-nya. tinggal menunggu data proporsinya seperti apa.

    Bisa anda beri BUKTInya? Tidak selalu kok,

    ya memang “tidak selalu”, bukan berarti “tidak sama sekali”, selain itu “umumnya seperti itu”, termasuk juga di amway :). kalau distributor sama sekali tidak punya insentif untuk merekrut, ngapain juga mereka repot2 kesana kemari cari2 downline? :)

    Saya bebas kan menjual barang saya ke Jayapura walaupun saya di Bandung. Selama saya dapat memberikan harga yang reasonable.

    betul, ini adalah nilai tambah yang diberikan oleh distributor beneran. sedangkan ‘distributor’ MLM tidak terlibat dalam urusan distribusi. kalau saya punya downline di jayapura yang beli barang, maka saya sama sekali tidak terlibat dalam proses pengiriman barang. pembeli di jayapura tinggal mengambil barangnya di stokis terdekat. sedangkan saya tinggal ongkang2 kaki tanpa harus memberi manfaat sama sekali.

    Ini kan jelas artinya sebagian besar niat IBO itu untuk mengkonsumsi produk bukan untuk berjualan.

    heheheh, atau, bisa jadi, mungkin saja, para IBO itu sudah kehabisan orang yang bisa direkrut? masa sih tidak terpikirkan oleh anda? kalau distributor diberi insentif tinggi untuk merekrut, suatu saat pasti akan mencapai titik jenuh dan IBO akan kesulitan untuk merekrut anggota baru. dan ini bukan karena mereka “berniat mengkonsumsi produk”, tapi karena praktis tidak ada lagi yang bisa diajak ikutan. mau tidak mau mereka cuma mengkonsumsi produk, walaupun sebenarnya ikutan atas dasar peluang bisnisnya.

    kalau mau cari data apakah mereka ikutan atas dasar untuk membeli produk ataukah peluang ‘bisnis’-nya, ya satu2nya cara harus sensus atau sampling. kalau sudah ada datanya saya mau tahu.

  413. masalahnya cuma satu: D pada MLM bukanlah konsumen, tapi termasuk distributor. boleh2 saja kalau D dianggap sebagai konsumen selama dia ikutan MLM atas dasar untuk mendapatkan produknya, dan bukan karena model ‘bisnis’-nya. tinggal menunggu data proporsinya seperti apa.

    Mungkin istilahnya perlu diganti mas jangan menjadi konsumen tapi customer. Customer yang membeli tapi dia belum tentu mengkonsumsi, kalo konsumen kesannya kan mengkonsumsi. Walaupun C adalah distributor, tapi C tetap customer dari B kan? Seperti anda adalah customer dari carrefour. tapi anda mendistribusikan indomie di warung anda. Jadi anda dan carrefour kan sama-sama distributor indomie.

    ya memang “tidak selalu”, bukan berarti “tidak sama sekali”, selain itu “umumnya seperti itu”, termasuk juga di amway :).

    Hehehe.. tapi “tidak selalu” juga bukan berarti “umumnya seperti itu”. Seperti saya bilang aturannya ya seperti itu, bila anda tidak percaya saya ngga keberatan mengirimkan pada anda copy dari peraturan dari amway tersebut. MLM lain yang pernah memprospek saya juga punya aturan itu kok. Tanpa data yang jelas anda tidak bisa menggeneralisir menjadi “umumnya seperti itu”. Bila “umumnya” upline memiliki omzet untuk peringkat komisi yang lebih tinggi dari downlinenya, ya jelas “umumnya” upline dapat komisi atas omzet downlinenya. Itu berarti memang mereka “umumnya” menjalankan bisnis MLM yang benar.

    kalau distributor sama sekali tidak punya insentif untuk merekrut, ngapain juga mereka repot2 kesana kemari cari2 downline?

    Insentif ya tetap berdasarkan omzet. Bila mereka tidak memberikan omzet, ngapain juga produsen ngasih insentif, toh mereka tidak menguntungkan produsen, lagian duitnya juga darimana?. Melanjutkan contoh saya sebelumnya, bila B punya downline C doang ya dia memang ngga dapet apa-apa, tetapi bila B juga punya downline X, Y, Z yang semuanya beromzet 1 juta, maka total omzet dia jadi 4 jt. Otomatis dia berhak untuk peringkat komisi 6%, nah dari situ dia baru dapet 3% dari : C, X, Y, dan Z. Apakah C, X, Y, Z akan selalu memiliki omzet 1 juta? Ya tergantung bila mereka mengkonsumsi secara rutin tiap bulan sebesar 1 juta ya mereka bisa, tetapi bila mereka juga sibuk cari downline tapi mereka sendiri tidak mengkonsumsi ya mereka ngga punya omzet. Produsen ngga dapet apa-apa juga dong dari mereka, jadi wajar dong bila mereka dan B juga ga dapet apa-apa.

    sedangkan ‘distributor’ MLM tidak terlibat dalam urusan distribusi. kalau saya punya downline di jayapura yang beli barang, maka saya sama sekali tidak terlibat dalam proses pengiriman barang.

    Secara tidak langsung ya terlibat juga. Misalnya saya di Bandung, tapi saudara saya tinggal di Jayapura. Saudara saya kan kenal produknya dari saya. Tentu dia lebih suka mengambil dari saya daripada orang lain yang tidak dia kenal. Saya bisa saja kirim barangnya dari Bandung, tapi karena MLM saya memiliki perwakilan di Jayapura, saya tinggal bilang pada saudara saya ambil saja di sana. Karena saudara saya adalah downline saya maka semua barang yang dia beli tentunya masuk ke dalam omzet saya, bila saya memiliki upline berasal dari Sabang. Maka omzet saya tersebut juga omzet upline saya di Sabang, saya bisa saja meminta upline saya mengirimkan barangnya dari Sabang ke Bandung, kemudian dari Bandung saya kirimkan lagi ke Jayapura. Itu bisa saja terjadi. Tapi MLM memberikan kemudahan dengan mereka membuka perwakilan di Sabang, Bandung, Jayapura, dan kota-kota lainnya. Dengan demikian urusan logistik produsen yang atur. Tentunya akan lebih murah mengirimkan satu kontainer barang berisi 10.000 produk ke Jayapura dari Kantor pusat di Jakarta. Dibandingkan mengirimkan 1 buah produk dari Sabang, ke Bandung, lalu ke Jayapura. Bila anda memang mau terlibat secara langsung dalam distribusi sebenarnya bisa-bisa saja, silahkan saja sistem MLM tidak melarang kok, omzet anda, upline, dan downline juga tetap mereka catat.

    kalau distributor diberi insentif tinggi untuk merekrut, suatu saat pasti akan mencapai titik jenuh dan IBO akan kesulitan untuk merekrut anggota baru.

    Seperti saya bilang bisa saja jumlah populasi = jumlah distributor MLM. Selama tujuan mereka mengkonsumsi produk tidak masalah. IBO tinggal berusaha meningkatkan konsumsi produk dari anggotanya. Tapi apakah memang semua orang mau jualan produk? saya rasa belum tentu, apakah semua orang pasti bisa mengkonsumsi produk? bisa saja, apakah mereka bisa mengajak rekan atau saudaranya ikut mengkonsumsi produk? bisa saja. Mungkin bisa saya analogikan lagi bila satu desa dengan 100 penduduk, semuanya mau jualan beras, ga usah lah dengan cara MLM, secara konvensional saja. Jualan beras juga pasti akan mencapai titik jenuh, memang bisa keseratus penduduk tersebut semuanya jualan beras? padahal mungkin dari cuma butuh maksimal 1 penjual beras saja untuk 1 desa. Tapi bila 1 orang penjual beras tersebut mengajak penduduk desanya 1 per 1, dan masing-masing diberi insentif hingga seluruh penduduk akhirnya membentuk klub belanja beras, pasti bisa dong, toh semuanya juga bisa mengkonsumsi beras. :)

    kalau mau cari data apakah mereka ikutan atas dasar untuk membeli produk ataukah peluang ‘bisnis’-nya, ya satu2nya cara harus sensus atau sampling. kalau sudah ada datanya saya mau tahu.

    Saya rasa data tahun 1979 tersebut juga sudah cukup kok selama anda menganggapnya data berumur 28 tahun tersebut masih bisa digunakan. Sekali lagi dengan kondisi sebagian besar IBO membeli produk untuk dikonsumsi sendiri jelas dong orientasi mereka ikut MLM ya untuk mengkonsumsi produk. Atau setidaknya membentuk jaringan pengkonsumsi produk. Bila anda beragumen bahwa IBO tidak demikian, ya mungkin anda harus punya data yang mungkin lebih baru dari data 1979 tersebut. :) Toh arti dari data tersebut sudah jelas. :)

  414. wah makin rame nih…=d>

    Tapi saya pikir analisis diatas akhirnya bermuara pada skema bisnis. Cuma hitungannya ko jadi jelimet begitu ya…

    Kalau saya sih simpel aja, saya melihat bisnis ini hampir mirip dengan bisnis pertambangan, yang menggali sumber daya alam di bumi. Cuma bedanya kalau menambang emas misalnya, suatu saat emas di sana bisa saja habis, namun bila di MLM, selama masih ada pertumbuhan populasi manusia ya tentunya bisnis ini belum akan kehabisan sumber dayanya.

    Inti dari bisnis MLM udh pernah saya tulis, yaitu perpindahan produk dari produsen ke pengguna produk sekaligus tenaga penyalur. Ok, bila kita hilangkan manfaat pertama, yaitu menggunakan produk maka yang tersisa adalah sistem distribusinya alias penjualan produk melalui jaringan. Ini yang akhirnya menjadi sebuah model bisnis yang disebut dengan MLM.

    Justru ini yang di bahas di blog ini. Sayangnya ko malah jadi jelimet. Yang namanya bisnis MLM, saya yakin semua akan setuju kalau TIDAK SEMUA orang yang terlibat disana akan aktif merekrut (menjual). Entah itu awalnya bergabung karena tertarik produk atau tertarik dengan bisnisnya, kenyataannya tidak semua orang yang bergabung akan menjalankan bisnis ini secara serius. Saya misalnya, selama belasan tahun CNI ada di Indonesia, belum pernah ada seorang distributor CNI yang pernah memprospek saya. Itu kan artinya, masih ada sumber daya yang belum tergali dan saya yakin masih ada ratusan juta orang yang belum terjamah seperti saya.

    Sekarang kita lihat bisnisnya, dalam bisnis selama tidak terjadi kerugian kolektif maka bisnis itu sehat. Walaupun ada sebagian yang tidak berhasil mencapai target penjualan, dan tidak mendapatkan profit yang cukup itu tidak berarti bisnis itu buruk atau tengik. Sekarang pertanyaan buat mas Pri, bagaimana kalau sistem belanja-belanja di MLM di hilangkan? Artinya masing-masing individu terfokus pada penjualan langsung saja. Tidak lagi ada TUTUP POINT sebagai syarat mendapatkan bonus. Karena seperti yang mas Pri katakan bahwa membeli produk tidak berdampak positif (secara bisnis) bagi individu dan tujuan utama sebagian besar yang join MLM bukan karena ingin menikmati produknya. Apa pendapat mas Pri tentang hal ini. Tolong di jawab. Thanx.

  415. #494:

    Mungkin istilahnya perlu diganti mas jangan menjadi konsumen tapi customer. Customer yang membeli tapi dia belum tentu mengkonsumsi, kalo konsumen kesannya kan mengkonsumsi. Walaupun C adalah distributor, tapi C tetap customer dari B kan? Seperti anda adalah customer dari carrefour. tapi anda mendistribusikan indomie di warung anda. Jadi anda dan carrefour kan sama-sama distributor indomie.

    boleh2 saja seperti itu. hanya saja tetap perlu dibedakan, kalau saya buka warung jualan indomie, saya tetap untung. sedangkan di MLM distributor paling bawah yang berniat cari untung dapat dipastikan mentok akibat market saturation. kalau mau untung bareng2, satu2nya cara ya tetap menjual retail. mau tidak mau seperti ini, termasuk di MLM. kalau minim penjualan retail, ya jangan pernah mengharapkan MLM bisa positive-sum.

    Hehehe.. tapi “tidak selalu” juga bukan berarti “umumnya seperti itu”. Seperti saya bilang aturannya ya seperti itu, bila anda tidak percaya saya ngga keberatan mengirimkan pada anda copy dari peraturan dari amway tersebut. MLM lain yang pernah memprospek saya juga punya aturan itu kok. Tanpa data yang jelas anda tidak bisa menggeneralisir menjadi “umumnya seperti itu”. Bila “umumnya” upline memiliki omzet untuk peringkat komisi yang lebih tinggi dari downlinenya, ya jelas “umumnya” upline dapat komisi atas omzet downlinenya. Itu berarti memang mereka “umumnya” menjalankan bisnis MLM yang benar.

    heheheh, saya bilang umumnya seperti itu karena adanya insentif yang besar untuk merekrut :). dan semakin banyak merekrut semakin besar kemungkinan untuk naik ‘peringkat’, anda masih mau berkilah soal point ini? apa orang bisa jadi diamond dengan cara jualan door to door? apa bisa jadi diamond tanpa memiliki downline? jelas tidak.

    kalau D menjual barang, bisa saja porsi keuntungan untuk B dan C lebih kecil daripada yang D dapatkan. tetapi perlu diingat setiap distributor bisa memiliki beberapa downline. dengan demikian yang di atas berpotensi tetap mendapatkan lebih banyak daripada downlinenya.

    Apakah C, X, Y, Z akan selalu memiliki omzet 1 juta? Ya tergantung bila mereka mengkonsumsi secara rutin tiap bulan sebesar 1 juta ya mereka bisa, tetapi bila mereka juga sibuk cari downline tapi mereka sendiri tidak mengkonsumsi ya mereka ngga punya omzet.

    kalau gitu mendingan jualan indomie donk! paling tidak gak ada keharusan untuk terus2an mengkonsumsi indomie :).

    seriously, MLM yang menyuruh, memberi insentif bahkan mengharuskan anggotanya untuk mengkonsumsi adalah jenis MLM yang paling buruk. bahkan praktik ini juga dilarang oleh APLI.

    Tapi MLM memberikan kemudahan dengan mereka membuka perwakilan di Sabang, Bandung, Jayapura, dan kota-kota lainnya. Dengan demikian urusan logistik produsen yang atur.

    exactly my point! dengan kata lain ‘distributor’ sebenarnya tidak terlibat dalam proses distribusi! mereka cuma makelar atau calo yang tidak memberikan nilai tambah pada distribusi produk, keberandaan mereka hanya mempertinggi harga produk. urusan logistik tetap dilakukan oleh perusahaan MLM-nya.

    Seperti saya bilang bisa saja jumlah populasi = jumlah distributor MLM. Selama tujuan mereka mengkonsumsi produk tidak masalah.

    bagaimana tidak masalah? kalau begitu sudah dipastikan kondisinya akan negative-sum game. kalau begini tinggal masalah moral, saya pribadi merasa mendapatkan untung dari kerugian orang lain bukanlah sesuatu yang baik. buat anda barangkali tidak masalah.

    Mungkin bisa saya analogikan lagi bila satu desa dengan 100 penduduk, semuanya mau jualan beras, ga usah lah dengan cara MLM, secara konvensional saja. Jualan beras juga pasti akan mencapai titik jenuh, memang bisa keseratus penduduk tersebut semuanya jualan beras?

    betul. di MLM juga sama, gak mungkin semua orang jadi distributor MLM. tetapi sistem MLM tetap memberi insentif lebih tinggi untuk tetap merekrut, walaupun itu sebenarnya akan merugikan sistem secara keseluruhan.

    Tapi bila 1 orang penjual beras tersebut mengajak penduduk desanya 1 per 1, dan masing-masing diberi insentif hingga seluruh penduduk akhirnya membentuk klub belanja beras, pasti bisa dong, toh semuanya juga bisa mengkonsumsi beras

    kalau ngajak ikutan klub diskon saya pribadi tidak pernah mempermasalahkannya. hanya saja orang diajak masuk MLM bukan karena manfaat diskon produk, melainkan karena peluang bisnisnya. masih mau menyangkal kalau sebagian besar orang ikutan MLM karena peluang bisnisnya? :-?

    Sekali lagi dengan kondisi sebagian besar IBO membeli produk untuk dikonsumsi sendiri jelas dong orientasi mereka ikut MLM ya untuk mengkonsumsi produk. Atau setidaknya membentuk jaringan pengkonsumsi produk.

    di sini anda cuma memamerkan ‘logika’ berpikir anda yang sudah pernah saya jelaskan sebelumnya. mengulang2i pernyataan anda tidak lantas membuat pernyataan anda menjadi benar.

    jika ternyata sebagian besar IBO hanya membeli produk untuk dikonsumsi sendiri, bukan berarti pasti mereka ikutan MLM dengan niat awal untuk mengkonsumsi produk. tetapi bisa saja mereka tidak bisa menemukan pasar untuk menjual produknya.

    ini namanya ‘logika’ berpikir fallacy of the single cause

    Bila anda beragumen bahwa IBO tidak demikian, ya mungkin anda harus punya data yang mungkin lebih baru dari data 1979 tersebut. :) Toh arti dari data tersebut sudah jelas

    jangan melempar burden of proof. pelaku MLM yang pertama kali mengklaim kalau MLM adalah usaha untung sama untung. maka pelaku MLM yang harusnya memberikan buktinya. tentunya bukti yang dimaksud haruslah reprentatif, gambar diamond sedang pesiar dengan yacht bukanlah ‘bukti’ yang saya inginkan :)

  416. #495:

    Kalau saya sih simpel aja, saya melihat bisnis ini hampir mirip dengan bisnis pertambangan, yang menggali sumber daya alam di bumi. Cuma bedanya kalau menambang emas misalnya, suatu saat emas di sana bisa saja habis, namun bila di MLM, selama masih ada pertumbuhan populasi manusia ya tentunya bisnis ini belum akan kehabisan sumber dayanya.

    masalahnya manusia itu bukan komoditas, bukan sumber daya alam yang bisa dieksploitasi seenaknya :). manusia yang masuk paling terakhir pasti tidak suka setelah mengatahui dia tidak punya kesempatan untuk berkembang.

    Inti dari bisnis MLM udh pernah saya tulis, yaitu perpindahan produk dari produsen ke pengguna produk sekaligus tenaga penyalur. Ok, bila kita hilangkan manfaat pertama, yaitu menggunakan produk maka yang tersisa adalah sistem distribusinya alias penjualan produk melalui jaringan. Ini yang akhirnya menjadi sebuah model bisnis yang disebut dengan MLM.

    betul. kalau seperti itu sama sekali tidak masalah. karena distributor mendapatkan profit karnea jasanya menyalurkan barang ke masyarakat. masalah baru timbul kalau ternyata barangnya gak sampai ke masyarakat tetapi dikonsumsi sendiri oleh distributor. di sini jelas distributor secara keseluruhan gak akan mendapatkan profit. di sini istilah distributor ini misnomer karena sesungguhnya mereka adalah konsumen.

    Justru ini yang di bahas di blog ini. Sayangnya ko malah jadi jelimet.

    sebenarnya sama sekali gak njlimet kok. anda menjual retail, maka anda mendapat untung. itu saja point tulisan saya. kalau tidak menjual, maka anda tidak untung. di MLM pun seperti itu.

    Sekarang pertanyaan buat mas Pri, bagaimana kalau sistem belanja-belanja di MLM di hilangkan? Artinya masing-masing individu terfokus pada penjualan langsung saja. Tidak lagi ada TUTUP POINT sebagai syarat mendapatkan bonus. Karena seperti yang mas Pri katakan bahwa membeli produk tidak berdampak positif (secara bisnis) bagi individu dan tujuan utama sebagian besar yang join MLM bukan karena ingin menikmati produknya. Apa pendapat mas Pri tentang hal ini. Tolong di jawab. Thanx.

    kalau sistem kewajiban belanja di MLM dihilangkan, maka hal tersebut tentunya akan berpengaruh positif. tetapi tetap harus dilihat realisasinya seperti apa, apakah kondisi di lapangan sudah positif atau masih negatif? karnea saya yakin sistem kewajiban belanja itu bukan satu2nya faktor yang menentukan.

    tinggal datanya saja yang perlu kita tunggu :)

  417. sedangkan di MLM distributor paling bawah yang berniat cari untung dapat dipastikan mentok akibat market saturation.

    Tapi kalo sudah mendekati market saturation, bila saya mengajak orang-orang terakhir ini untuk ikut joint dengan alasan supaya mendapat discount lebih baik daripada dia membeli secara retail no problem kan :).

    Pada populasi mungkin cukup 20% yang aktif menjadi distributor, sisanya yang 80% mungkin cukup mengkonsumsi produk dengan harga discount. Ketika jaringannya mentok, distributor aktif ya cukup mempromosikan peningkatan konsumsi produk pada para downlinenya. Sisa yang 80% memang sudah tidak menguntungkan bila mau jualan, tapi akan lebih menguntungkan bila mereka ikut karena dapat discount.

    Sama saja dengan bila desa hanya membutuhkan 20% dari penduduknya yang berjualan indomie, dan ketika sudah tercapai 20% tersebut, dan mereka sudah well-established, tentunya akan tidak menguntungkan bila ada diantara yang 80% mau ikut jualan indomie.

    apa orang bisa jadi diamond dengan cara jualan door to door? apa bisa jadi diamond tanpa memiliki downline? jelas tidak.

    Hehehe memang ga mungkin juga jadi diamond bila cara kerjanya seperti MLM yang baik versi pri kan? :)

    seriously, MLM yang menyuruh, memberi insentif bahkan mengharuskan anggotanya untuk mengkonsumsi adalah jenis MLM yang paling buruk. bahkan praktik ini juga dilarang oleh APLI.

    Mungkin maksud saya seharusnya seperti ini, bila C, X, Y, Z tidak punya omzet yang menguntungkan produsen, entah untuk konsumsi sendiri ataupun melalui downline2-nya. Bagi produsen jelas tidak menguntungkan, dan jelas produsen juga tidak akan memberikan insentif pada mereka ataupun upline mereka. Kalau harus memberi insentif darimana uangnya?

    Tapi bagi saya jelas make sense. Bisa dibayangkan bila anda mati-matian menawarkan orang untuk membeli atau mengkonsumsi produk anda, tapi anda sendiri tidak pernah mau mengkonsumsi dengan produk tersebut atau mungkin anda terlihat mengkonsumsi produk pesaing. Apakah orang tersebut mau beli?

    mereka cuma makelar atau calo yang tidak memberikan nilai tambah pada distribusi produk, keberandaan mereka hanya mempertinggi harga produk.

    Lho mereka kan bagian dari produk, fungsi mereka kan mengenalkan produk tersebut, wajar produsen memberi insentif untuk mereka. Bagi produsen insentif sama dengan bagian dari biaya penjualan produk tersebut. Bila produk tersebut dijual bukan melalui MLM, produsen mungkin harus mengeluarkan biaya promosi cukup besar agar produknya dibeli. Dengan MLM, biaya promosi tersebut dijadikan insentif. Akhirnya kan mungkin sama saja, harga produk ya tetap segitu.

    hanya saja orang diajak masuk MLM bukan karena manfaat diskon produk, melainkan karena peluang bisnisnya. masih mau menyangkal kalau sebagian besar orang ikutan MLM karena peluang bisnisnya?

    Kalo begitu jangan salahkan sistemnya, tapi salahkan orang yang mengajak, salahkan juga produsen yang salah mempromosikan sistemnya. Kampanyekan kesadaran bagi calon distributor MLM, kalau ikut MLM harus dari produknya. :) Jangan karena hal tersebut sistem di salahkan, seperti kenapa sistem demokrasi tidak jalan, ya jangan salahkan sistemnya, salahkan orang yang menjalankannya kenapa tidak sesuai sistem. (Sori jadi nyambung ke demokrasi :) )

    tetapi bisa saja mereka tidak bisa menemukan pasar untuk menjual produknya.

    “bisa saja” bukan berarti “umumnya begitu” kan? :)

    jangan melempar burden of proof. pelaku MLM yang pertama kali mengklaim kalau MLM adalah usaha untung sama untung. maka pelaku MLM yang harusnya memberikan buktinya. tentunya bukti yang dimaksud haruslah reprentatif, gambar diamond sedang pesiar dengan yacht bukanlah ‘bukti’ yang saya inginkan :)

    Ok saya skrg tidak melempar burden of proof :) Tapi setidaknya postingan ini masih berdasarkan hipotesis anda, bukan dari data yang valid? Bila memang belum ada data yang bisa mematahkan hipotesis anda, bukan berarti hipotesis anda itu benar. Toh memang belum ada data yang juga mendukung hipotesis anda. Betul? :)

  418. #498:

    Tapi kalo sudah mendekati market saturation, bila saya mengajak orang-orang terakhir ini untuk ikut joint dengan alasan supaya mendapat discount lebih baik daripada dia membeli secara retail no problem kan

    ya boleh2 saja. kenapa tidak? masalahnya, bagaimana anda tahu kalau market sudah saturated sedangkan perusahaan MLM tidak pernah memberi anda data2 demografi distributor mereka? saya pribadi sudah diprospek amway paling tidak 8 kali :). dari kejadian pertama 19 tahun yang lalu sampai sekarang mereka ternyata tidak tahu kalau saya sudah pernah ‘didekati’ sebelumnya :).

    Sisa yang 80% memang sudah tidak menguntungkan bila mau jualan, tapi akan lebih menguntungkan bila mereka ikut karena dapat discount.

    lebih menguntungkan? tidak juga, kecuali kalau ada alasan yang baik. konsumen punya opsi untuk membeli produk sejenis dari pihak lain tanpa harus terikat dengan overhead yang ada di MLM.

    Hehehe memang ga mungkin juga jadi diamond bila cara kerjanya seperti MLM yang baik versi pri kan?

    tidak mungkin ‘untung sama untung’ jika cara kerjanya seperti MLM versi anda :). kalau mau untung sama untung anda harus revisi dahulu definisi MLM anda.

    Tapi bagi saya jelas make sense. Bisa dibayangkan bila anda mati-matian menawarkan orang untuk membeli atau mengkonsumsi produk anda, tapi anda sendiri tidak pernah mau mengkonsumsi dengan produk tersebut atau mungkin anda terlihat mengkonsumsi produk pesaing. Apakah orang tersebut mau beli?

    sudah saya bilang berualng kali: saya sama sekali tidak pernah melarang penjual mengkonsumsi sendiri barang yang dijualnya. tapi, jangan pernah berharap anda mendapatkan keuntungan dari barang yang anda konsumsi sendiri tersebut.

    Bila produk tersebut dijual bukan melalui MLM, produsen mungkin harus mengeluarkan biaya promosi cukup besar agar produknya dibeli

    nah, ini baru alasan yang valid. distributor sebenarnya adalah tenaga marketing. memang wajar kalau tenaga marketing mendapatkan reward. yang tidak wajar di sini adalah besarnya reward tersebut. beberapa MLM kalau saya hitung mengenakan margin 40%-60% harga produk untuk tenaga marketingnya, masalahnya, pertama biaya marketing pemasaran konvensional tidaklah sebesar itu, dan kedua, semakin tinggi biaya pemasaran justru semakin sulit bagi distributor untuk menjualnya. kecuali, tentunya, kalau produsen tidak begitu mementingkan penjualan retail, dan hanya mengharapkan keuntungan yang berasal dari konsumsi distributor itu sendiri!

    Kalo begitu jangan salahkan sistemnya, tapi salahkan orang yang mengajak, salahkan juga produsen yang salah mempromosikan sistemnya. Kampanyekan kesadaran bagi calon distributor MLM, kalau ikut MLM harus dari produknya

    kalau saya lihat, semua kesalahan di MLM adalah sistematik. orang2 cuma menjalankan fungsi mereka masing2 sesuai dengan yang hal mereka anggap paling menguntungkan untuk mereka. jangan salahkan orang2 ini, mereka cuma korban dari sistem yang diciptakan sedemikian rupa untuk membentuk perilaku yang menguntungkan produsen, tetapi tidak saling menguntungkan sesama mereka. kalau mereka pikir merekrut akan lebih menguntungkan daripada menjual bagi mereka secara individu, maka mereka akan melakukannya, dan jarang ada yang berpikir dampak sosial dari sistem seperti itu.

    dari sekian banyak MLM, termasuk juga amway, ternyata produknya hanyalah afterthought, yang dipentingkan adalah peluang bisnisnya, dan tidak pernah produknya.

    Ok saya skrg tidak melempar burden of proof :) Tapi setidaknya postingan ini masih berdasarkan hipotesis anda, bukan dari data yang valid? Bila memang belum ada data yang bisa mematahkan hipotesis anda, bukan berarti hipotesis anda itu benar. Toh memang belum ada data yang juga mendukung hipotesis anda. Betul?

    betul. saya gak punya data sama sekali, tapi pelaku MLM pun demikian. kalau disederhanakan debatnya seperti ini:

    MLM: MLM itu model bisnis yang blah blah blah blah blah… (you know the drill)
    Saya: saya gak percaya dengan alasan blah blah blah blah…, mana buktinya kalau MLM seperti yang anda klaim?
    MLM: ……….

    kembali lagi kepada kesimpulan saya semula: MLM yang baik adalah jika dan hanya jika profit penjualan retail dapat menutupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM. tinggal datanya mana. harusnya tidak sulit bagi perusahaan MLM untuk mengkompilasi data2 ini, kalau mereka berniat baik.

  419. saya pribadi sudah diprospek amway paling tidak 8 kali :). dari kejadian pertama 19 tahun yang lalu sampai sekarang mereka ternyata tidak tahu kalau saya sudah pernah ‘didekati’ sebelumnya :).

    Ya namanya juga usahee.. dulu belum mau.. sapa tahu sekarang mau.. :) sapa tahu waktu ke-9 ada yang bisa memberikan definisi MLM menjadi tidak tengik versi anda. :) hehehe..

    beberapa MLM kalau saya hitung mengenakan margin 40%-60% harga produk untuk tenaga marketingnya, masalahnya, pertama biaya marketing pemasaran konvensional tidaklah sebesar itu, dan kedua, semakin tinggi biaya pemasaran justru semakin sulit bagi distributor untuk menjualnya.

    Kalau saya hitung sih hanya 20 – 30%. Tapi kalaupun 40%-60% juga tak masalah kok, karena memang target pasarnya untuk kalangan atas. Untuk produk non-mlm pun banyak yang memberikan margin bahkan hingga 100% lebih. Mahal atau tidaknya harga suatu produk ya relatif.. Yang menilai kan konsumen, bila konsumen memang bukan target pasar ya jelas akan kemahalan. Toh harga memang disesuaikan dengan target pasarnya, mengenai margin tersebut akan digunakan biaya promosi atau insentif bagai tenaga pemasarannya, ya itu kan urusannya lain lagi.
    Sebagai contoh akan sangat tak masuk akal bagi sebuah lukisan untuk bernilai hingga puluhan bahkan ratusan juta. Berapa sih biaya peralatan lukis? bila waktu pembuatan membutuhkan beberapa minggu pun, bisa dihitung berapa sih biaya hidup si pelukis, mungkin ga sampe ratusan juta. Tapi bagi pecinta seni, hitungannya kan menjadi lain.

    kecuali, tentunya, kalau produsen tidak begitu mementingkan penjualan retail, dan hanya mengharapkan keuntungan yang berasal dari konsumsi distributor itu sendiri!

    Memang itu tujuannya kok.. :)

    dari sekian banyak MLM, termasuk juga amway, ternyata produknya hanyalah afterthought, yang dipentingkan adalah peluang bisnisnya, dan tidak pernah produknya.

    Kalo menurut saya sih itu hanya teknik mempromosikannya saja yang salah.. sekali lagi sistem MLM-nya sendiri sih tetap bisnis.

    betul. saya gak punya data sama sekali, tapi pelaku MLM pun demikian.

    Hehehe kalo memang begitu postingan ini ngga bisa dijadikan alasan untuk menggenaralisir semua MLM. Setidaknya ini hanya MLM menurut Priyadi.. selain itu berarti kita semua selama satu tahun lebih ini hanya debat kusir.. karena memang baik anda dan semua komentator ngga punya data yang valid :) Betul?

    kembali lagi kepada kesimpulan saya semula: MLM yang baik adalah jika dan hanya jika profit penjualan retail dapat menutupi pengeluaran yang merupakan konsekuensi mengikuti MLM. tinggal datanya mana. harusnya tidak sulit bagi perusahaan MLM untuk mengkompilasi data2 ini, kalau mereka berniat baik.

    Saran saya sebaiknya kesimpulan anda begini : Kalo mau berbisnis, jangan ikut MLM, jualan saja secara konvensional saja.
    Seperti pada postingan anda yang lain, Kalau mau asuransi jangan asuransi unit-linked. Ambil saja Term-Life.. kurang lebih begitu lah.. Jauh lebih tegas. :)

    Itu jauh lebih baik daripada sebaiknya ikut MLM dengan cara begini dan begitu. Itu ya merubah MLM menjadi bukan MLM. Karena anda sendiri sebenarnya tidak mengerti MLM, jadi ya saran anda jadi menyesatkan, daripada pengunjung anda cape-cape nyobain MLM satu per satu untuk mencari MLM yang begitu baik versi Pri. Jadi semua MLM itu tengik versi Pri :) hehehe

  420. #500:

    Sebagai contoh akan sangat tak masuk akal bagi sebuah lukisan untuk bernilai hingga puluhan bahkan ratusan juta. Berapa sih biaya peralatan lukis? bila waktu pembuatan membutuhkan beberapa minggu pun, bisa dihitung berapa sih biaya hidup si pelukis, mungkin ga sampe ratusan juta. Tapi bagi pecinta seni, hitungannya kan menjadi lain.

    nilai seni termasuk nilai intrinsik dari benda seni tersebut. yang harus dibandingkan dengan distributor MLM di sini adalah ongkos untuk memindahkan benda seni tersebut dari tempat seniman sampai ke pembeli.

    Hehehe kalo memang begitu postingan ini ngga bisa dijadikan alasan untuk menggenaralisir semua MLM. Setidaknya ini hanya MLM menurut Priyadi.. selain itu berarti kita semua selama satu tahun lebih ini hanya debat kusir.. karena memang baik anda dan semua komentator ngga punya data yang valid :) Betul?

    manusia memiliki akal sehat itu untuk digunakan :). hasil pengamatan saya adalah:

    * semua presentasi MLM menitikberatkan soal peluang ‘bisnis’, dan bukan produknya
    * distributor diberi pengarahan dan diberi insentif lebih tinggi untuk merekrut daripada untuk menjual

    maka akal sehat saya mengatakan, hampir semua orang yang ikutan MLM ikutan atas dasar peluang bisnisnya, tetapi hanya segelintir yang akan mendapatkan profit. sebagian besar dipastikan merugi.

    data-data baru diperlukan kalau mau menyanggah point tersebut. jadi kalau ada yang bilang sebagian besar orang ikut karena diskon produk, maka baru saya tanya: mana datanya?

    Saran saya sebaiknya kesimpulan anda begini : Kalo mau berbisnis, jangan ikut MLM, jualan saja secara konvensional saja.

    sebenarnya saya gak mau membahas terlalu jauh tentang terminologi, tapi no problem. saya sebenarnya cuma mau berbaik sangka kalau2 di luar sana memang ada MLM yang baik. tapi kalau menurut anda tidak ada MLM yang baik, ya so be it :).

  421. nilai seni termasuk nilai intrinsik dari benda seni tersebut. yang harus dibandingkan dengan distributor MLM di sini adalah ongkos untuk memindahkan benda seni tersebut dari tempat seniman sampai ke pembeli.

    Saya rasa konsumen tak peduli kok dibalik harga itu ada biaya distribusi, promosi, komisi, produksi, nilai seni dan lain-lainnya. Yang penting kan nilai akhir yang harus dibayar oleh konsumen, layak atau tidak untuk mereka. Persoalan layak atau tidak disini menjadi relatif, karena berbeda untuk tiap segmen pasar.

    Harga satu buah lukisan yang 50 juta bagi saya tidak sesuai karena saya bukan target pasar, mungkin saya menghargai lukisan itu hanya 50 ribu tak peduli lukisan itu ada nilai instrinsik apapun, bahkan ternyata pelukis itu rugi dengan harga segitu pun saya tak peduli. Tetap bagi saya itu tidak layak..

    Harga 1 kg detergen 200ribu dengan berbagai kelebihannya bagi konsumen kelas atas mungkin layak, tetapi bagi yang lain itu sangat tidak layak. Jadi harga tersebut mahal atau tidak juga relatif, konsumen kan tak peduli ada biaya produksi, promosi, komisi, apapun di balik itu, bagi mereka deterjen yang mana misalnya pakaian apapun langsung bersih dalam 1 detik memang layak dihargai segitu. Bila bagi anda tidak layak ya sudah, ya ga usah beli. Gitu aja kok repot.. :)

    maka akal sehat saya mengatakan, hampir semua orang yang ikutan MLM ikutan atas dasar peluang bisnisnya, tetapi hanya segelintir yang akan mendapatkan profit. sebagian besar dipastikan merugi.

    Akal sehat tiap manusia juga kan beda-beda :) Ga bisa digeneralisir.. :) Anda tentu tahu akal sehat saya bicara apa.. :) Jadi ga usah saya tulis lagi ya.. :)

    tapi kalau menurut anda tidak ada MLM yang baik, ya so be it :).

    Ralat dikit.. tidak ada MLM yang baik versi pri.. :-D

  422. #502:

    Saya rasa konsumen tak peduli kok dibalik harga itu ada biaya distribusi, promosi, komisi, produksi, nilai seni dan lain-lainnya. Yang penting kan nilai akhir yang harus dibayar oleh konsumen, layak atau tidak untuk mereka. Persoalan layak atau tidak disini menjadi relatif, karena berbeda untuk tiap segmen pasar.

    hehehehe. konsumen memang tidak peduli dengan detail proporsi biaya yang ada di balik harga suatu produk. tapi, jika ada produk yang sistem distribusinya sangat tidak efisien, misalnya jika ongkos distribusi mencapai 50% harga barang atau lebih padahal pabrik dan konsumen ada di tempat yang sama, maka besar kemungkinan biaya yang harus dibayarkan lebih besar daripada produk lain, dan konsumen sangat peduli dengan ini!

    sayangnya mekanisme pasar gak jalan di MLM karena ya insentif untuk merekrut lebih tinggi daripada untuk menjual. komoditas sebenarnya adalah manusia, bukan barang yang dijual. orang yang ikutan MLM umumnya lebih suka kalau profit margin mereka 40% daripada yang cuma 10%: “wow, kalau saya jual barang ini saya dapat 40%-nya!!!!” padahal semakin mahal biaya distribusi semakin sulit untuk menjualnya, tapi ya karena tujuan ikut MLM bukan untuk jualan, itu cuma urusan yang gak penting.

    Akal sehat tiap manusia juga kan beda-beda :) Ga bisa digeneralisir.. :) Anda tentu tahu akal sehat saya bicara apa.. :) Jadi ga usah saya tulis lagi ya..

    ya anda hanya salah satu contoh dari sekian banyak yang sulit berpikir jernih lagi setelah ikutan MLM, walaupun pernyataan saya dibackup dengan kepastian matematis. tidak masalah sebenarnya, karena itu memang cara pikiran manusia bekerja, manusia lebih suka pernyataan yang menyenangkan, benar atau tidak itu urusan belakangan (wishful thinking). anda bukan satu2nya orang yang bernasib seperti ini, dan ini merupakan sebuah tantangan bagi kita semua.

    Ralat dikit.. tidak ada MLM yang baik versi pri..

    sesuai definisi MLM dari anda dan syarat MLM yang baik, maka memang tidak akan pernah ada MLM yang baik. jika ingin baik, maka anda perlu mengubah dulu definisi MLM anda.

  423. jika ada produk yang sistem distribusinya sangat tidak efisien, misalnya jika ongkos distribusi mencapai 50% harga barang atau lebih padahal pabrik dan konsumen ada di tempat yang sama, maka besar kemungkinan biaya yang harus dibayarkan lebih besar daripada produk lain, dan konsumen sangat peduli dengan ini!

    Ya bagi anda yang berpikiran demikian mungkin begitu, karena anda memang bukan segmen pasarnya.

    Tapi ngga semua konsumen begitu kan? seperti contoh saya sebelumnya Apakah orang di cikarang peduli bila mereka beli mobil kemahalan? pabriknya aja di cikarang, tapi harga dengan Jakarta sama saja mungkin lebih mahal. padahal sama sekali tidak efisien distribusinya..

    kasus lain lagi Ketika salah satu tipe mobil xenia dan avanza sama persis, penjualan mobil avanza lebih tinggi karena toyota-nya. Padahal ongkos produksi, distribusi, sama saja.. pabriknya juga pabrik xenia.. apakah orang yang beli peduli? yang peduli ya beli xenia, tapi yang beli avanza lebih banyak ya berarti byk juga org yang ga peduli.

    ya anda hanya salah satu contoh dari sekian banyak yang sulit berpikir jernih lagi setelah ikutan MLM, walaupun pernyataan saya dibackup dengan kepastian matematis. tidak masalah sebenarnya, karena itu memang cara pikiran manusia bekerja, manusia lebih suka pernyataan yang menyenangkan, benar atau tidak itu urusan belakangan (wishful thinking). anda bukan satu2nya orang yang bernasib seperti ini, dan ini merupakan sebuah tantangan bagi kita semua.

    Hehehe saya rasa terbalik.. saya sudah cukup objektif untuk menilai dari luar, tapi minimal saya ngerti sistem yang di dalam. Di banding anda yang hanya menilai dari luar tapi sama sekali ngga ngerti sistem yang di dalam. Jadi akhirnya anda hanya berhipotesis dan ngarang dengan hitungan matematis yang ngarang juga.. :) Akhirnya ya seluruh postingan ini hasilnya ngarang juga.. But that’s okay.. it’s your blog not mine.. emang harus narsis juga kok :) hehehe silahkan aja pengunjung yang menilai. :)

    sesuai definisi MLM dari anda dan syarat MLM yang baik, maka memang tidak akan pernah ada MLM yang baik. jika ingin baik, maka anda perlu mengubah dulu definisi MLM anda.

    Definisi saya kan sudah jelas, dan anda memang tidak menerimanya.. it’s ok.. sama juga terhadap definisi anda.. tapi itu kan untuk MLM karangan anda :) Anda sendiri mengakui itu bukan berasal dari data yang valid.. bila diskusi ini masih berlanjut.. ya jelas ini debat kusir.. ok?

  424. #504:

    Tapi ngga semua konsumen begitu kan? seperti contoh saya sebelumnya Apakah orang di cikarang peduli bila mereka beli mobil kemahalan? pabriknya aja di cikarang, tapi harga dengan Jakarta sama saja mungkin lebih mahal. padahal sama sekali tidak efisien distribusinya..

    cikarang dan jakarta masih terlalu dekat. komponen harga mobil bukan hanya ongkos distribusi saja. coba bandingkan cikarang dan makassar misalnya yang ongkos distribusinya harusnya terpaut cukup jauh.

    kasus lain lagi Ketika salah satu tipe mobil xenia dan avanza sama persis, penjualan mobil avanza lebih tinggi karena toyota-nya. Padahal ongkos produksi, distribusi, sama saja.

    hahaha. lagi2 ngelantur :). perbedaan harga avanza dan xenia adalah urusan branding, bukan ongkos distribusi :).

    Hehehe saya rasa terbalik.. saya sudah cukup objektif untuk menilai dari luar, tapi minimal saya ngerti sistem yang di dalam. Di banding anda yang hanya menilai dari luar tapi sama sekali ngga ngerti sistem yang di dalam.

    anda tidak objektif, anda berdiskusi bukan untuk mencari kenyataannya seperti apa, tetapi anda berdiskusi karena punya agenda. selama ini anda hanya bisa mencari2 kesalahan saya sekecil apapun supaya anda bisa teriak: “TUH KAN BUKAN ZERO-SUM GAME!!!” walaupun sebenarnya kesalahan saya tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada zero-sumness :).

    dan ini argumen klasik yang selalu diulang2 :). kalau saya bilang “mencuri itu salah”, masa pencuri mau bilang “emangnya kamu sudah bisa merasakan jadi pencuri?” :)). semua hal bisa dinilai dari luar, MLM juga bukan pengecualian.

    akan lebih produktif jika anda tahu sesuatu yang saya tidak ketahui, anda kasih tahu saya. sayangnya, selama ini panjang lebar ngobrol dengan anda, saya sama sekali belum pernah mendengar argumen anda yang bisa membantah apa yang saya tulis sebelumnya. seperti kata anda, anda cuma bisa berdebat kusir :)

    Definisi saya kan sudah jelas, dan anda memang tidak menerimanya.. it’s ok.. sama juga terhadap definisi anda.. tapi itu kan untuk MLM karangan anda

    salah. semua perhitungan saya di atas bisa diterapkan pada skema bisnis MLM manapun, termasuk MLM sesuai definisi anda. tapi apakah hasilnya baik atau tidak, itu urusan lain lagi.

  425. hahaha. lagi2 ngelantur :). perbedaan harga avanza dan xenia adalah urusan branding, bukan ongkos distribusi :).

    exactly! deterjen produk MLM dan deterjen produk biasa juga urusan branding.. ngga ada urusannya dengan distribusi. Produsen mau tetepin harganya segitu ya segitu, marginnya untuk apa ya kumaha manehna we… :) Terus karena anda ngga mau beli karena anda memang bukan target pasarnya.. silahkan saja :)

    anda tidak objektif, anda berdiskusi bukan untuk mencari kenyataannya seperti apa, tetapi anda berdiskusi karena punya agenda.

    Lho kenyataannya kan seperti yang saya gambarkan, soal saya punya agenda atau tidak urusannya lain.. Tapi bila memang postingan anda tidak terbantahkan ngapain saya debat.

    kesalahan saya tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada zero-sumness :).

    Kesalahan anda jelas berpengaruh, perhitungan yang membuat menjadi zero-sum jelas aneh.
    Kalo boleh saya buat analisis dari hasil perdebatan kita kurang lebih begini.
    Pada contoh perbandingan B-C-D dengan carrefour-anda & warung-konsumen . Bila perhitungannya dari atas ke bawah terlihat B-C untung, carrefor-anda&warung juga untung. Tapi posisi D dan konsumen (yg seharusnya setara) yang mengkonsumsi dianggap memberikan 100 yang merupakan keuntungan C dan anda&warung menjadi pengurang, sehingga menjadi zero. Padahal hitungan sama saja kan..

    Hitungan anda itu dipengaruhi oleh pandangan anda menggangap hubungan B-C-D tidak seperti hubungan carrefour-anda-konsumen. Jadi hasil hitungannya ya jadi berbeda karena cara berpikirnya memang beda. Mau diulang-ulang bagaimanapun ya begitu. Anda berpandangan B-C-D itu sama-sama distributor yang harus mendapat perlakuan sama tidak boleh B mengambil keuntungan dari C dan D. Padahal B hanya dapat mengambil keuntungan bila dia juga memiliki omzet entah konsumsi sendiri atau melalui downline-nya.. bila dia ngga ngapa-ngapain ya dia ongkang-ongkang kaki tapi ngga dapet apa-apa. Jadi tidak selalu upline dapat keuntungan dari downline.. dan aturan itu memang ada. Bila peringkat dia mentok di atas, ya otomatis dia lepas dari upline dan dia berhubungan langsung dengan produsen, tanpa melalui upline dia. Bila anda tidak menganggap aturan ini ya berarti anda tidak tahu aturan MLM yang benar jadi skema MLM postingan ini hanya karangan anda.

    kalau saya bilang “mencuri itu salah”, masa pencuri mau bilang “emangnya kamu sudah bisa merasakan jadi pencuri?” :)). semua hal bisa dinilai dari luar, MLM juga bukan pengecualian.

    Hehehe :)) Mas Pri kalo analogi saya begini..
    Saya : “bumi itu bulat”
    Pri : “kata siapa.. bumi itu kotak.. Karena bumi kotak.. bila anda ke arah timur terus.. pasti ketemu jurang dan anda akan mati.. hitungannya begini.. blah.. blah..
    Saya : “Saya sudah mengarungi dunia ke arah timur.. ternyata saya bisa nyampe kembali ke sini dari arah barat. Dan saya tidak ketemu jurang tuh..” Hitungannya begini.. blah.. blah.. blah.. Jadi saya definisikan bumi itu bulat..
    Pri: Ngga mungkin sudah jelas kok hitungannya begini.. blah.. blah.. blah.. Mana buktinya?
    Saya: Ya ini catatan perjalanan saya.. blah.. blah.. blah.. Bila anda tak percaya ya coba saja arungi dunia..
    Pri: Ngapain.. banyak kok yang menawari saya mengarungi dunia, tapi saya tidak mau.. sudah jelas pasti masuk jurang kok diikuti..
    Saya: Kalo begitu anda dapat bukti dari mana dunia itu kotak?
    Pri: Manusia kan punya akal sehat.. akal sehat saya mengatakan dunia itu kotak.. anda harus mendefinisikan kembali bumi, bila mau mengatakan bumi itu bulat.
    Saya: Capeee deh.. :))

    salah. semua perhitungan saya di atas bisa diterapkan pada skema bisnis MLM manapun, termasuk MLM sesuai definisi anda. tapi apakah hasilnya baik atau tidak, itu urusan lain lagi.

    Hehehe.. MLM definisi saya yang sudah saya sesuaikan dengan sistem bisnis MLM yang nyata. Bila anda tetap mendefiniskan MLM demikian ya silahkan.. tapi boleh dong saya memberikan hipotesis mengenai postingan ini.
    Hipotesis saya begini : Skema MLM postingan ini karangan Priyadi. Silahkan anda membantahnya.. tapi pake data ya.. :)

  426. #506:

    exactly! deterjen produk MLM dan deterjen produk biasa juga urusan branding.. ngga ada urusannya dengan distribusi. Produsen mau tetepin harganya segitu ya segitu, marginnya untuk apa ya kumaha manehna we… :) Terus karena anda ngga mau beli karena anda memang bukan target pasarnya.. silahkan saja

    lah terus profit margin bagi distributor yang bisa sampai 60% itu apa? :) jangan ngelantur. saya bilang di MLM ‘cut’ bagi distributor bisa sampai 60%, tapi pada pemasaran konvensional tidak akan sampai sebesar itu. dan ini sama sekali bukan karena urusan branding. sebaliknya, justru branding produk2 MLM itu sangat lemah, apa ada merk produk eksklusif MLM yang kekuatan brandingnya sebesar ‘clear’, ‘lux’ atau ‘pepsodent’? mengiklankan produknya pun tidak pernah.

    Pada contoh perbandingan B-C-D dengan carrefour-anda & warung-konsumen . Bila perhitungannya dari atas ke bawah terlihat B-C untung, carrefor-anda&warung juga untung. Tapi posisi D dan konsumen (yg seharusnya setara) yang mengkonsumsi dianggap memberikan 100 yang merupakan keuntungan C dan anda&warung menjadi pengurang, sehingga menjadi zero. Padahal hitungan sama saja kan..

    perbedaannya sudah cukup jelas saya paparkan. dan jelas TIDAK sama. pada jalur distribusi A-B-C-D pada distribusi konvensional, D adalah end user. dia beli hanya karena dia butuh produknya, dan hanya karena dia memilih produk yang dijual C. D bukanlah bagian dari rantai distribusi.

    sedangkan pada MLM, D secara sukarela ikutan MLM, dan besar kemungkinan dia ikutan MLM bukan hanya karena menginginkan produknya, tetapi lebih daripada itu, dia ingin mendapatkan keuntungan, dengan demikian dia termasuk bagian dari rantai distribusi. tetapi di sisi lain tidak mungkin bagi D untuk bisa mendapatkan keuntungan, karena untuk itu dia harus cari E, jika tidak ada E, dia tidak dapat untung. kalaupun dia dapat E, dia hanya memindahkan masalah ke E, dan E harus mencari F dan seterusnya.

    satu2nya cara untuk keluar dari masalah ini hanya satu: menjual ke masyarakat non distributor.

    Hipotesis saya begini : Skema MLM postingan ini karangan Priyadi. Silahkan anda membantahnya.. tapi pake data ya..

    data2 dan hasil pengamatan saya sudah saya berikan sebelumnya. sekarang tinggal giliran para pelaku MLM untuk memberi bukti2 klaim mereka.

  427. lah terus profit margin bagi distributor yang bisa sampai 60% itu apa? :) saya bilang di MLM ‘cut’ bagi distributor bisa sampai 60%, tapi pada pemasaran konvensional tidak akan sampai sebesar itu

    Lho why not? bahkan prakteknya pada bisnis konvensional profit margin untuk distributor bisa saja lebih dari 100%. Itu kan untuk meningkatkan semangat semua pelaku pada jalur distribusi atau pemasaran untuk menjual barang tersebut. Sekarang tinggal konsumen yang menilai layak atau tidak barang dihargai segitu.

    dan ini sama sekali bukan karena urusan branding. sebaliknya, justru branding produk2 MLM itu sangat lemah, apa ada merk produk eksklusif MLM yang kekuatan brandingnya sebesar ‘clear’, ‘lux’ atau ‘pepsodent’? mengiklankan produknya pun tidak pernah.

    Bila yang dimaksud dengan branding adalah brand equity, betul brand equity dari produk MLM tidak sekuat produk di pasaran. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan iklan, iklan memang bisa membantu.

    Mungkin istilah yang saya pakai seharusnya bukan branding, tapi market positioning. Penentuan harga (pricing) tertentu untuk suatu brand oleh produsen harus sesuai dengan market positioning-nya. Dengan harga premium tentunya produsen sudah memiliki tujuan, agar target pasar menilai barangnya sebagai barang dengan kualitas sangat baik. Dari contoh avanza dan xenia, pricing avanza yang lebih mahal tentunya untuk mendukung positioning dari toyota yang menggambarkan sebagi merk yang lebih baik dari xenia. Pada produk MLM, harga yang lebih tinggi untuk memberikan gambaran bahwa kualitas produknya lebih baik daripada produk di pasaran.
    Sekali lagi karena harga yang lebih tinggi, otomatis marginnya juga lebih tinggi.. dan margin yang lebih tinggi ini mau dipake apapun ya terserah produsen donk. Mau digunakan untuk biaya promosi bisa.. mau untuk insentif pasukan distribusi dan pemasarannya juga bisa.

    perbedaannya sudah cukup jelas saya paparkan. dan jelas TIDAK sama.

    Lho pada distribusi konvensional dan MLM sama saja C adalah customer dari B. B menjual barang pada C tak peduli itu mau dikonsumsi sendiri oleh dijual lagi oleh C. Sama saja itu adalah hubungan bisnis.. sama dengan hubungan C ke D bila D adalah hubungan distributor – konsumen. Tetap saja konsumen itu customer.. itu juga hubungan bisnis. Hitungan berbeda karena memang pandangan terhadap masalah ini juga berbeda.

    Pandangan anda seperti itu menurut saya, Anda hanya tidak setuju bila A makan B makan C.. padahal A B C sama-sama distributor.. ketika C jual barang ke D, A dan B ‘kesannya’ hanya ongkang-ongkang kaki. Padahal kalo A dan B hanya ongkang-ongkang kaki ya mereka ga dapet apa-apa, mereka juga harus bantu C. Bila A, B, dan C posisinya jauh dari sabang sampai merauke, dengan teknologi komunikasi yang ada seperti sekarang, jelas mereka bisa dan harus membantu.

    satu2nya cara untuk keluar dari masalah ini hanya satu: menjual ke masyarakat non distributor.

    Sekali lagi salah.. itu adalah solusi untuk mendapatkan keuntungan yang cepat tapi tidak stabil. kalo memang dia mau untung cepat.. satu-satunya cara ya keluar dari MLM.. dan ngerampok aja.

    Jika D tidak cari E berarti dia memang hanya mau mengkonsumsi produk dan ga untung bukan berarti rugi. Jika D merekrut E, H, I, J dia dapat konsumen yang mau seperti D juga mengkonsumsi produk secara rutin. Dari E, H, I, J tersebut dia dapat komisi secara rutin. Jika D menjual pada E, H, I, J secara rutin tapi mereka bukan distributor, maka D menipu E, H, I, J karena untuk mendapatkan harga produk lebih murah mereka hanya membutuhkan uang pendaftaran yang jauh lebih kecil daripada besarnya discount yang bakal mereka peroleh. Dengan mengajak mereka menjadi distributor akan meningkatkan loyalitas pada mereka. Selama tujuannya memang untuk mengajak mereka untuk bersama-sama mengkonsumsi produk. Bila bukan ya jangan salahkan sistemnya.. Sekali lagi.. Sistem MLM tidak jauh dari klub belanja dengan insentif member get member.

  428. #508:

    Lho why not? bahkan prakteknya pada bisnis konvensional profit margin untuk distributor bisa saja lebih dari 100%. Itu kan untuk meningkatkan semangat semua pelaku pada jalur distribusi atau pemasaran untuk menjual barang tersebut. Sekarang tinggal konsumen yang menilai layak atau tidak barang dihargai segitu.

    nah batasannya apa? kalau saya setel profit margin saya sampai misalnya 1000%, apa akan meningkatkan semangat menjual? bisa jadi. tapi apa saya bisa menjual barang tersebut? kemungkinan besar tidak. kalau mekanisme pasar berfungsi, maka mekanisme pasar akan menentukan profit margin ini. banyak kompetitor? margin akan turun. overhead distribusi rendah? margin akan turun. volume tinggi? margin akan turun.

    kenyataannya, MLM menerapkan fixed margin, walaupun seharusnya bisa ditekan lebih murah lagi. mekanisme pasar gak jalan di MLM.

    Penentuan harga (pricing) tertentu untuk suatu brand oleh produsen harus sesuai dengan market positioning-nya. Dengan harga premium tentunya produsen sudah memiliki tujuan, agar target pasar menilai barangnya sebagai barang dengan kualitas sangat baik

    wah ini ngaco lagi :). market positioning itu sangat erat kaitannya dengan branding. silakan baca2 link wikipedia ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Market_positioning

    di MLM, saya gak perlu positioning/branding, karena saya gak begitu peduli jika masyarakat akan beli produk saya, yang beli produk saya kebanyakan adalah distributor saya sendiri yang sudah memiliki loyalitas yang tinggi.

    Lho pada distribusi konvensional dan MLM sama saja C adalah customer dari B. B menjual barang pada C tak peduli itu mau dikonsumsi sendiri oleh dijual lagi oleh C. Sama saja itu adalah hubungan bisnis.. sama dengan hubungan C ke D bila D adalah hubungan distributor – konsumen. Tetap saja konsumen itu customer.. itu juga hubungan bisnis. Hitungan berbeda karena memang pandangan terhadap masalah ini juga berbeda.

    ini sudah saya jelaskan berkali2. A, B dan juga C semuanya ikutan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. A dan B secara individu boleh saja secara egois menganggap C hanya sebagai konsumen, dan mereka akan mendapatkan profit dalam posisi C sebagai konsumen. tapi perlu diingat, C ikutan MLM bukan karena hanya ingin jadi konsumen, C ikutan karena iming2 pada presentasi yang dilakukan B. C berharap dia bisa jadi lebih daripada hanya jadi konsumen, tapi ternyata gak bisa karena sudah mentok. kalau melihat tujuan C ikutan MLM, maka C sudah jelas termasuk pada kelompok distributor.

    Jika D tidak cari E berarti dia memang hanya mau mengkonsumsi produk dan ga untung bukan berarti rugi

    bagaimana kalau D mencari E, tapi tidak ada E? apa kalau begitu dia hanya mau mengkonsumsi produk? :) atau mungkin ‘logika’ berpikir anda seperti ini: “karena D tidak merekrut E, maka D tidak mencari E” :))

    Jika D menjual pada E, H, I, J secara rutin tapi mereka bukan distributor, maka D menipu E, H, I, J karena untuk mendapatkan harga produk lebih murah mereka hanya membutuhkan uang pendaftaran yang jauh lebih kecil daripada besarnya discount yang bakal mereka peroleh

    nah, kesalahan ini harusnya tidak ditimpakan kepada D, tetapi kepada sistemnya, D dan yang lainnya di sini cuma korban. makanya saya bilang kesalahan di MLM adalah kesalahan sistematis, bukan kesalahan individu. D hanya melakukan apa yang menurut dia paling menguntungkan dirinya, terlepas dari apakah itu menguntungkan kelompoknya atau tidak.

  429. wah. kalau begini terus ga akan ada habisnya…
    MLM= network marketing, jaringan pemasaran. Kekuatannya ya pada jaringan. Bila MLM berbasis retail itu justru bukan MLM, melainkan sistem penjualan konvensional biasa. Jika ingin seperti itu, jelas jumlah distributor seharusnya dibatasi dan ga perlu ada rekrutmen. Mungkin hanya akan ada satu atau dua agen daerah di sebuah kota.

    Tapi yang kita bahas di sini adalah MLM. Dimana setiap oarang berhak untuk ikut menjual dan mendapatkan komisi dari produk yang laku, dan dari omzet yang tercipta. Sebetulnya memang distributor tidak perlu harus terus belanja produk perusahaannya. Cukup 1x saja untuk ia konsumsi sendiri atau ia bisa menjualnya kembali bila mau. Makanya saya tetep keukeuh berpendapat, kalau distributor seharusnya ga perlu terus-terusan membeli produk. Karena selama ini yang saya tahu, member mau belanja ulang hanya karena ingin mendapatkan komisi ataupun reward yang dijanjikan perusahaan, bukan karena loyal pada produk. Ini yang menjadikan pebisnis MLM masuk jurang.

    Jadi mas Pri, TUTUP POINT menjadi salah satu masalah terbesar di bisnis MLM selama ini. Ini tidak fair bagi member, tapi menguntungkan bagi perusahaan. Bukankah akan lebih manusiawi bila member yang berhasil membukukan penjualan, artinya menciptakan omzet bagi perusahaan, mereka langsung dibayar. Ketimbang, diimingi ini dan itu, tapi saat omzet telah tercipta mereka DIPAKSA untuk membeli kalau mau komisinya diberikan. Itupun perusahaan baru mau membayarkannya stelah 1,5 bulan. Dalam bisnis, ini jelas satu penindasan alias kezholiman. Kenapa? Karena omzet telah masuk ke perusahaan, tapi kita tidak langsung mendapatkan hak kita sebagai tenaga penjual. Yang lebih menyedihkan lagi, kita harus belanja pribadi. Kurang 1 point saja KOMISI HANGUS! TRAGIS…..

    Jadi alasan utama member loyal berbelanja dan aktif merekrut member baru adalah karena ada iming-iming. Kalau kita hanya berniat menjadi konsumen saja, ya jangan mengajak. Hapus segala jenjang kedistributoran. Anggap saja sebagai club diskon. Semacam matahari club card, dll. Tapi jila hal ini dianggap bisnis, maaf saja berarti kita telah salah menilai MLM. Karena belanja produk untuk digunakan sendiri TIDAK MENGUNTUNGKAN dari segi bisnis, menjadi pengeluaran tambahan yang artinya pemborosan. Mau nge-retail produk itu? Wah saya kira itu pekerjaan sia-sia di MLM. Lebih bagus buka saja toko sendiri. Jadi dimana sesungguhnya kekuatan bisnis MLM? Jawabannya, bila member dibayar mahal dan cepat dari setiap produk yang terjual ke pasar dan omzet yang tercipta dari penjualan groupnya (bukan belanja loh) dan tanpa syarat untuk mendapatkan haknya. Setuju ngga dengan saya?:d

  430. #75:

    Bila MLM berbasis retail itu justru bukan MLM, melainkan sistem penjualan konvensional biasa. Jika ingin seperti itu, jelas jumlah distributor seharusnya dibatasi dan ga perlu ada rekrutmen. Mungkin hanya akan ada satu atau dua agen daerah di sebuah kota.

    betul, harusnya MLM itu seperti itu. itu kalau mau distributor untung sama untung, dan tidak seperti sekarang: distributor makan distributor.

    Karena belanja produk untuk digunakan sendiri TIDAK MENGUNTUNGKAN dari segi bisnis, menjadi pengeluaran tambahan yang artinya pemborosan. Mau nge-retail produk itu? Wah saya kira itu pekerjaan sia-sia di MLM. Lebih bagus buka saja toko sendiri. Jadi dimana sesungguhnya kekuatan bisnis MLM? Jawabannya, bila member dibayar mahal dan cepat dari setiap produk yang terjual ke pasar dan omzet yang tercipta dari penjualan groupnya (bukan belanja loh) dan tanpa syarat untuk mendapatkan haknya. Setuju ngga dengan saya?

    setuju dengan pernyataan terakhir. tapi kalau tidak dijual ke sesama distributor DAN tidak dijual secara retail, mau dijual kemana lagi itu produk? :)

  431. Ya dijual langsung ke konsumen tentunya. Entah ia sebagai pengguna akhir atau ia mau ikut menjadi tenaga pemasar. Utamanya adalah produk berpindah dari produsen ke konsumen. Khusus bila seseorang mau menjadi tenaga pemasar (distributor aktif), ia perlu mempelajari skema bisnis ini. Ikut pelatihan yang telah disediakan (gratis), dan mau serius sebagai profesional di bidang pemasaran dan pembangun jaringan. Apa isi jaringan itu? Isinya adalah omzet produk. Lantas orangnya kemana? Orangnya ga perlu dihitung, yang dihitung adalah berapa produk yang terjual pada hari itu. Di jual kemana? Ya itu tadi, kepada siapapun boleh. Data pembeli diperlukan oleh perusahaan sebagai cara untuk menghitung omzet dan pembagian komisi. Setelah produk terjual, distributor ga perlu belanja sendiri untuk syarat mendapatkan hak pembayarannya. Masa bila saya memasarkan mobil, ketika saya minta fee ke boss, eh saya malah disuruh beli mobil dulu di tempat boss. Apalagi kalau tiap bulan, bisa bangkrut saya… Iya kan?:d

  432. #509:

    mekanisme pasar gak jalan di MLM.

    Mekanisme pasar di dalam tubuh MLM memang tidak jalan. Tapi dengan merk-merk lain ya jelas ada. Di pasar produk MLM kan bersaing dengan merk lain. Orang juga kan bisa memilih apakah akan memilih merk di pasaran atau merk yang di MLM. Termasuk juga distributor MLM. Memang tidak dilarang kok membeli produk merk lain, tapi kalo tujuannya membangun jaringan, akan sangat tidak bagus bila dia mengkonsumsi produk merk lain apalagi MLM lain. Tapi kalo statusnya kaya saya hanya mengkonsumsi kan tak masalah.

    wah ini ngaco lagi :). market positioning itu sangat erat kaitannya dengan branding. silakan baca2 link wikipedia ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Market_positioning

    hehehe tapi kan berkaitan erat juga dengan pricing ya.. baca juga donk yang ini http://en.wikipedia.org/wiki/Pricing . Kurang lebih kutipannya seperti ini..
    “Apa yang harus bisa dilakukan oleh sebuah harga :
    – Memberikan keuntungan finansial untuk perusahaan.
    – Sesuai dengan realita pasar ( apakah customer akan membeli pada harga tersebut )
    – Mendukung positioning produk agar konsisten dengan elemen marketing mix yang lain. ”

    ini sudah saya jelaskan berkali2. A, B dan juga C semuanya ikutan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

    Mau anda jelaskan beberapa kali juga pasti hasilnya begitu memang pola pikirnya begitu. :) Ingat bukan sebagai konsumen, tapi customer. Seperti saya juga customer dari supplier saya. B juga customer dari A. Saya dan supplier, A dan B, juga sama-sama distributor.
    Bila mereka semua bertujuan mendapatkan keuntungan wajar bila A mendapatkan keuntungan dari B. Karena A melakukan pembelian lebih banyak dari B. Bila tidak A tidak dapat apa-apa.

    bagaimana kalau D mencari E, tapi tidak ada E? apa kalau begitu dia hanya mau mengkonsumsi produk? :) atau mungkin ‘logika’ berpikir anda seperti ini: “karena D tidak merekrut E, maka D tidak mencari E” :))

    Itu sama aja dengan bertanya, “kalau dia mau jualan ga ada yang mau beli gimana?”. Ya sama aja rugi kan?. Sekarang gini aja dia jualan, kalo konsumennya mau beli sekalian dia ajak jadi distributor untuk dapat discount produk. Sama aja kan? :)) Dengan menjadi distributor siapa tahu dia lebih loyal dan lebih banyak mengkonsumsi produk. Kalo dia ngga mau jualan seperti saya, cari aja yang lain. Bila di jual secara retail, sama saja dengan dia makan duit konsumennya, lebih gede pula makannya, membuat harga menjadi lebih mahal lagi dan sangat merugikan konsumen. Apalagi untuk menjadi distributor kan sangat mudah.

    betul, harusnya MLM itu seperti itu. itu kalau mau distributor untung sama untung, dan tidak seperti sekarang: distributor makan distributor.

    Nah kalo begitu jadinya bukan MLM, tapi agency ato franchise.. Tuh kan saya ngga fokus pada MLM :) Tapi ya mau gimana lagi ya itu bukan MLM.

  433. #510:

    Lantas orangnya kemana? Orangnya ga perlu dihitung, yang dihitung adalah berapa produk yang terjual pada hari itu.

    oh jelas perlu dihitung. kalau satu barang harganya Rp 100 ribu, ada 100 distributor sedangkan barang yang terjual cuma 10 biji. kalau kondisinya begini lebih baik gak usah ikutan. masalahnya cuma satu: nasabah gak pernah diberitahu banyaknya distributor yang ada di lokasinya, dan nasabah tidak diberi tahu berapa omset totalnya.

  434. #513:

    Mekanisme pasar di dalam tubuh MLM memang tidak jalan. Tapi dengan merk-merk lain ya jelas ada. Di pasar produk MLM kan bersaing dengan merk lain. Orang juga kan bisa memilih apakah akan memilih merk di pasaran atau merk yang di MLM. Termasuk juga distributor MLM. Memang tidak dilarang kok membeli produk merk lain, tapi kalo tujuannya membangun jaringan, akan sangat tidak bagus bila dia mengkonsumsi produk merk lain apalagi MLM lain. Tapi kalo statusnya kaya saya hanya mengkonsumsi kan tak masalah.

    exactly my point :). orang yang membeli barang di MLM bukan karena hasil evaluasi dia sebagai konsumen setelah menimbang2 beberapa produk sejenis, tapi karena faktor sentimentil.

    Mau anda jelaskan beberapa kali juga pasti hasilnya begitu memang pola pikirnya begitu. :) Ingat bukan sebagai konsumen, tapi customer. Seperti saya juga customer dari supplier saya. B juga customer dari A. Saya dan supplier, A dan B, juga sama-sama distributor.

    Bila mereka semua bertujuan mendapatkan keuntungan wajar bila A mendapatkan keuntungan dari B. Karena A melakukan pembelian lebih banyak dari B. Bila tidak A tidak dapat apa-apa.

    apakah B ngajak C ikutan MLM atas dasar peluang bisnisnya? kemungkinan besar ya.
    apakah B mendapatkan insentif jika dia mengajak C ikutan MLM? ya.
    apakah C bisa mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diilustrasikan B? kemungkinan besar tidak.

    bagi saya rasanya sudah jelas. keberadaan produk cuma alasan untuk melegitimasi ‘bisnis’ semacam ini. padahal yang ‘dijual’ terutama bukanlah produknya, melainkan peluang bisnisnya. C diberi ilustrasi kalau dia bisa mendapatkan sukses dengan ikutan MLM. C tidak bisa mendapatkan yang diilustrasikan. rasanya sudah bisa disimpulkan seperti apa MLM ini. tidak perlu menyalahkan C karena dia tidak bisa merekrut D, dan kalau pun dia bisa merekrut D, dia hanya akan memindahkan masalah pribadinya kepada D, ad nauseam.

    Itu sama aja dengan bertanya, “kalau dia mau jualan ga ada yang mau beli gimana?”. Ya sama aja rugi kan?

    tidak perlu menyama2kan dengan jaringan distribusi tradisional. jika jalur distribusinya A-B-C, maka B tidak memberi C ilustrasi untuk sukses. jika market saturation sudah tercapai, maka tidak masuk akal bagi C untuk merekrut subdistributor, apalagi kalau di tempat yang sama. sedangkan di MLM, mereka tetap diberi insentif untuk merekrut walaupun sudah mencapai titik jenuh

    Bila di jual secara retail, sama saja dengan dia makan duit konsumennya, lebih gede pula makannya, membuat harga menjadi lebih mahal lagi dan sangat merugikan konsumen

    gak masalah. kalau dia jual terlalu mahal, maka konsumen akan lari ke tempat lain. no problem at all. inilah fungsinya mekanisme pasar :). jangan samakan dengan MLM, di MLM mekanisme pasar gak jalan.

    Nah kalo begitu jadinya bukan MLM, tapi agency ato franchise.. Tuh kan saya ngga fokus pada MLM :) Tapi ya mau gimana lagi ya itu bukan MLM.

    no problem. kalau mau tetap bersikukuh dengan definisi anda juga gak masalah. tapi dengan demikian kesimpulannya sekarang adalah “semua MLM adalah buruk”.

  435. Punya “impian ” memang perlu sebagai wahana motivasi bagi langkah kita kedepan, tetapi mewujudkan “impian” itu tentu tidak dengan cara menghayal dan ber-MIMPI seperti halnya “MLM”, wujudkanlah “impian” itu dengan kerja keras dan berusaha berdasarkan logika bukan karena dasar iming2 yang tak jelas juntrungannya.
    Dan seperti biasa Pemerintah membiarkan saja mahluk “MLM” ini merajalela tanpa ada aturan yang tegas yang bisa melindungi masyarakat dari upaya pembohongan dan penipuan.

  436. exactly my point :). orang yang membeli barang di MLM bukan karena hasil evaluasi dia sebagai konsumen setelah menimbang2 beberapa produk sejenis, tapi karena faktor sentimentil.

    Karena produk di MLM kan memang termasuk produk yang sulit dijual dipasaran bebas. Jadi, untuk itu distributor perlu jadi seperti “role-model” dalam mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen mungkin bisa lebih tertarik untuk membeli bila “role-model”-nya itu rekan atau keluarganya sendiri dibanding artis atau olahragawan terkenal. Bila ini disebut sentimentil, tak masalah :)

    apakah B ngajak C ikutan MLM atas dasar peluang bisnisnya? kemungkinan besar ya.
    apakah B mendapatkan insentif jika dia mengajak C ikutan MLM? ya.
    apakah C bisa mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diilustrasikan B? kemungkinan besar tidak.

    Sekali lagi C tetap customer B, entah dia konsumen atau distributor. Jadi B berhak mendapatkan keuntungan dari C, bila C memberikan omzet pada B. Bila tidak ya B tidak dapat insentif, kalau dapat uangnya dari mana? Cuma merekrut saja uangnya dari mana kalo ngga ada penjualan. Saya ngga tahu kalo di MLM lain bagaimana, di amway, distributor tidak mendapatkan insentif dari uang pendaftaran dari downline. Semua uang pendaftaran hanya masuk ke produsen. Jadi sekali lagi, insentif hanya berdasarkan omzet.

    bagi saya rasanya sudah jelas. keberadaan produk cuma alasan untuk melegitimasi ‘bisnis’ semacam ini. padahal yang ‘dijual’ terutama bukanlah produknya, melainkan peluang bisnisnya.

    Saya rasa sistemnya sih sudah benar, tapi suatu sistem kan bisa jadi kendaraan untuk hal yang menyimpang dari tujuan awalnya. Sistem MLM tak lebih dari klub belanja dan member get member, tapi prakteknya sekarang ini memang menyimpang.

    tidak perlu menyama2kan dengan jaringan distribusi tradisional. jika jalur distribusinya A-B-C, maka B tidak memberi C ilustrasi untuk sukses. jika market saturation sudah tercapai, maka tidak masuk akal bagi C untuk merekrut subdistributor, apalagi kalau di tempat yang sama. sedangkan di MLM, mereka tetap diberi insentif untuk merekrut walaupun sudah mencapai titik jenuh

    Lho saya point saya tersebut masih dalam konteks MLM nya pri kok :) Bila C lebih memilih untuk jualan retail daripada merekrut, bila dia tidak mendapatkan pembeli, sama saja kan? dia rugi.

    C merekrut tidak harus dalam konteks merekrut untuk menjadi distributor, tapi bisa ‘merekrut’ konsumen untuk mendapatkan discount. Soal produsen menuntut yang lain kan persoalannya lain. Bila market saturated dia tinggal mempromosikan peningkatan konsumsi produk, atau menawarkan produk lain yang belum dikonsumsi. Dan dia mendapatkan insentif dari situ.

    Sekali lagi soal market saturation, sama saja kok dengan bisnis konvensional. Ngga bisa kan semua orang dalam populasi jualan beras. Ngga usah semua distributor MLM mengembangkan jaringan. Tapi memang semua distributor diberi peluang untuk itu.

    gak masalah. kalau dia jual terlalu mahal, maka konsumen akan lari ke tempat lain. no problem at all. inilah fungsinya mekanisme pasar :). jangan samakan dengan MLM, di MLM mekanisme pasar gak jalan.

    Jadi jualan di MLM dengan cara Pri juga ngga akan jalan kan? Sekali lagi mekanisme pasar di dalam tubuh MLM memang ngga jalan, karena bila jalan akan merusak jaringan itu sendiri. Tapi suatu merk produk MLM sebenarnya kan tetap bersaing dengan merk lain di pasar.

    no problem. kalau mau tetap bersikukuh dengan definisi anda juga gak masalah. tapi dengan demikian kesimpulannya sekarang adalah “semua MLM adalah buruk”.

    Hehehe.. pandangan saya tetap sistem MLM baik adanya. Tetapi bila pernyataannya semua MLM dijalankan secara buruk, saya masih setuju.

    Mas Pri, saran anda untuk MLM agar lebih menekankan pada penjualan retail pada MLM saat ini memang tidak mungkin terjadi. Mengapa? karena entry barrier untuk menjadi distributor memang sangat tipis, hanya perlu mengeluarkan uang yang lebih kecil daripada discount yang dia dapatkan. Jadi siapa saja bisa bergabung menjadi distributor entah untuk dapet discount ataupun memang mau menjalankan bisnisnya. Dengan kondisi sekarang apakah MLM itu bisnis atau klub belanja menjadi abu-abu.

    Berbeda dengan usaha lain, baik warung, franchise, atau yang lainnya. Pada usaha2 tersebut entry barrier untuk menjalankan usaha tersebut sangat tebal. Karena anda harus mengeluarkan modal yang cukup besar, dan belum tentu sebanding dengan discount produk yang anda dapatkan dari produsen.

    Jadi pendapat saya, MLM bisa saja menjadi seperti MLM baik versi anda. Tetapi mungkin anda harus memberikan syarat lagi, entry barrier untuk menjadi distributor harus dipertebal, seperti meningkatkan uang pendaftaran menjadi sangat tinggi, katakanlah 10 juta. Dengan demikian hal seperti contoh saya, ‘merekrut’ konsumen untuk mendapatkan discount bisa lebih jarang terjadi. Dengan demikian distributor sendiri bisa mendapatkan margin yang lebih besar. Konsumen sendiri belum tentu tertarik bila untuk mengkonsumsi produk dengan harga lebih murah harus dengan mengeluarkan uang 10 juta. Dengan demikian mekanisme pasar bisa lebih jalan. Saya rasa ini bisa menjadi solusi untuk perusahaan yang menjalankan MLM, bila mau masuk kategori MLM yang baiknya Pri :)

  437. #517:

    Karena produk di MLM kan memang termasuk produk yang sulit dijual dipasaran bebas. Jadi, untuk itu distributor perlu jadi seperti “role-model” dalam mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen mungkin bisa lebih tertarik untuk membeli bila “role-model”-nya itu rekan atau keluarganya sendiri dibanding artis atau olahragawan terkenal.

    produk yang tidak bisa bersaing di pasar bebas menandakan produk tersebut tidak ‘layak pasar’, atau kualitasnya tidak sebanding dengan harganya. ini sebenarnya mengkonfirmasikan kembali pernyataan saya soal profit margin yang terlalu besar :).

    Sekali lagi C tetap customer B, entah dia konsumen atau distributor. Jadi B berhak mendapatkan keuntungan dari C, bila C memberikan omzet pada B. Bila tidak ya B tidak dapat insentif, kalau dapat uangnya dari mana?

    “pokoknya C tetap customer saya, walaupun C ikutan MLM karena ‘ilustrasi menjadi sukses’ yang dipresentasikan saya tetapi gagal total!!!!”

    ujung2nya pembicaraan tentang MLM pasti akan mentok ke masalah moral pribadi masing2. bagi saya pribadi opini B tersebut sangat egois dan tidak bertanggung jawab. saya serahkan kepada masing2 untuk menilai sesuai dengan standar moral masing2.

    Cuma merekrut saja uangnya dari mana kalo ngga ada penjualan. Saya ngga tahu kalo di MLM lain bagaimana, di amway, distributor tidak mendapatkan insentif dari uang pendaftaran dari downline. Semua uang pendaftaran hanya masuk ke produsen. Jadi sekali lagi, insentif hanya berdasarkan omzet.

    kalau sama sekali tidak ada insentif untuk merekrut kenapa semua diamond punya banyak downline? :) karena walaupun tidak ada pembayaran langsung, tetap ada perpindahan uang dari downline ke upline. perpindahan uang ini menggunakan kendaraan berupa produk yang dijual MLM. semuanya dilakukan tidak secara terang2an seperti pada skema piramida, tapi lebih subtle dengan tujuan berkelit menghindari jeratan hukum. sedangkan pada dasarnya sebenarnya sama saja.

    kalau sama sekali tidak ada insentif untuk merekrut, maka pelaku MLM tidak akan merekrut. untuk apa merekrut kalau sama sekali tidak ada rewardnya? distributor untuk merekrut karena dengan merekrut dia akan dapat imbalan dari penjualan produk yang mau tidak mau dibeli oleh downline-nya.

    Lho saya point saya tersebut masih dalam konteks MLM nya pri kok :) Bila C lebih memilih untuk jualan retail daripada merekrut, bila dia tidak mendapatkan pembeli, sama saja kan? dia rugi.

    kalau jualan retail gak laku, ya artinya kualitas produk tidak sebanding dengan harganya. anda harus memperbaiki ‘market worthiness’ dari produk anda. misalnya dengan menurunkan harga, memperpendek rantai distribusi, atau meningkatkan mutu barang.

    merekrut orang justru akan kontraproduktif, kalau profit dari penjualan tidak cukup untuk memberi makan anda, jelas tidak akan cukup untuk memberi makan anda + downline anda.

    Sekali lagi soal market saturation, sama saja kok dengan bisnis konvensional. Ngga bisa kan semua orang dalam populasi jualan beras. Ngga usah semua distributor MLM mengembangkan jaringan. Tapi memang semua distributor diberi peluang untuk itu.

    “ngga usah semua distributor MLM mengembangkan jaringan”, tapi pada kenyataannya:

    * sebagian besar ikut MLM atas dasar model bisnisnya, bukan produknya
    * MLM dijanjikan sebagai model bisnis yang bisa membawa kesuksesan
    * untuk mencapainya mereka disuruh untuk ‘mengembangkan jaringan’

    distributor MLM yang ikutan dengan tujuan meraih sukses, tetapi gagal untuk mengembangkan jaringan adalah korban dari skema seperti ini. mereka dikorbankan demi keuntungan upline2nya.

    Jadi jualan di MLM dengan cara Pri juga ngga akan jalan kan? Sekali lagi mekanisme pasar di dalam tubuh MLM memang ngga jalan, karena bila jalan akan merusak jaringan itu sendiri. Tapi suatu merk produk MLM sebenarnya kan tetap bersaing dengan merk lain di pasar.

    betul, ini jeleknya MLM. produk MLM tetap bersaing dengan produk lainnya di pasar. oleh karena itu sangat sedikit yang beli barang lewat MLM. kalau mau serius jualan, harus ada persaingan antar sesama distributor. distributor boleh kasih harga lebih rendah daripada MSRP atau paling tidak memberi rebate. itu kalau niat bersaing di pasar bebas. selama ini produsen produk MLM hanya memfokuskan penjualan ke distributor saja tanpa banyak terjadi mekanisme pasar, ini merugikan konsumen, termasuk yang menjadi distributor.

    Jadi pendapat saya, MLM bisa saja menjadi seperti MLM baik versi anda. Tetapi mungkin anda harus memberikan syarat lagi, entry barrier untuk menjadi distributor harus dipertebal, seperti meningkatkan uang pendaftaran menjadi sangat tinggi, katakanlah 10 juta. Dengan demikian hal seperti contoh saya, ‘merekrut’ konsumen untuk mendapatkan discount bisa lebih jarang terjadi

    sebenarnya tidak perlu. tidak perlu membuat aturan2 artificial baru hanya untuk menutupi kekurangan pada aturan2 artifisial yang selama ini sudah ada. cabut saja aturan2 artifisial tersebut dan biarkan mekanisme pasar bekerja.

    publikasikan data2 distributorship yang ada di daerah tersebut. jangan menutup2i informasi. kedepankan transparansi. anggap kelompok distributor sebagai mitra distributor dan bukan sebagai konsumen. bebaskan distributor untuk menyetel harga masing2 sesuai mekanisme pasar. dll. dsb.

    terakhir, publikasikan jumlah anggota dan jumlah omset total dan rata2 per anggota secara berkala.

  438. produk yang tidak bisa bersaing di pasar bebas menandakan produk tersebut tidak ‘layak pasar’, atau kualitasnya tidak sebanding dengan harganya. ini sebenarnya mengkonfirmasikan kembali pernyataan saya soal profit margin yang terlalu besar :)

    Hehehe saya anggap itu hanya pendapat pribadi mas pri saja. :) Yang nilai kan yang beli, kalo ga cocok ya ga usah beli.. gitu aja kok repot.. :) Tapi kalo masih ada yang beli berarti pasarnya memang masih ada.. dan produk tersebut banyak yang sudah ada dipasaran puluhan tahun.

    ujung2nya pembicaraan tentang MLM pasti akan mentok ke masalah moral pribadi masing2. bagi saya pribadi opini B tersebut sangat egois dan tidak bertanggung jawab. saya serahkan kepada masing2 untuk menilai sesuai dengan standar moral masing2.

    Saya rasa ini urusan bisnis, bukan urusan moral. Kalo dilihat dari sisi moral pun, si C memang seharusnya memberi keuntungan pada B. Si B kan menjual barang ke C. Masa menjual tidak memberikan keuntungan.

    kalau sama sekali tidak ada insentif untuk merekrut kenapa semua diamond punya banyak downline?

    Karena downlinenya memang memberikan omzet untuk si diamond tersebut. Bila downlinenya ngga punya omzet ya ngga akan jadi diamond.

    perpindahan uang ini menggunakan kendaraan berupa produk yang dijual MLM. semuanya dilakukan tidak secara terang2an seperti pada skema piramida

    Semua produk dalam bisnis apapun memang kendaraan untuk perpindahan uang.

    kalau sama sekali tidak ada insentif untuk merekrut, maka pelaku MLM tidak akan merekrut. untuk apa merekrut kalau sama sekali tidak ada rewardnya? distributor untuk merekrut karena dengan merekrut dia akan dapat imbalan dari penjualan produk yang mau tidak mau dibeli oleh downline-nya.

    Setahu saya, memang ada MLM yang mewajibkan pembelian produk bersamaan dengan pendaftaran, saya pernah diprospek MLM semacam itu. Saya juga tidak setuju dengan yang begini. Di MLM yang benar, bila anda tidak melakukan pembelian ya yang merekrut anda tidak akan mendapatkan apa-apa. Saya rasa ini cukup fair.

    * sebagian besar ikut MLM atas dasar model bisnisnya, bukan produknya

    Berarti salah yang ikut, bukan sistem-nya. Sekali lagi yang ikut harus diberikan kesadaran kalo ikut MLM harus atas produknya dulu.

    * MLM dijanjikan sebagai model bisnis yang bisa membawa kesuksesan

    Itu salah yang menjanjikannya, bukan sistemnya.

    * untuk mencapainya mereka disuruh untuk ‘mengembangkan jaringan’

    Untuk sukses mereka memang harus punya jaringan pengguna produk yang kuat. Kalo ngga ya ngga akan bisa sukses.

    distributor MLM yang ikutan dengan tujuan meraih sukses, tetapi gagal untuk mengembangkan jaringan adalah korban dari skema seperti ini. mereka dikorbankan demi keuntungan upline2nya.

    Karena mereka merekrut bukan untuk membentuk jaringan pengguna produk. Kalo ngga ada yang mau menggunakan produknya, ya ngga akan ada uang. Uangnya dari mana?? Upline juga ngga akan untung kalo mereka gagal.

    oleh karena itu sangat sedikit yang beli barang lewat MLM

    Tak masalah kalo sedikit yang beli karena memang produknya lebih eksklusif, dengan demikian keuntungan bukan dari kuantitas tinggi dengan margin tipis, tapi dari kuantitas rendah dengan margin tinggi.

    kalau mau serius jualan, harus ada persaingan antar sesama distributor. distributor boleh kasih harga lebih rendah daripada MSRP atau paling tidak memberi rebate. itu kalau niat bersaing di pasar bebas. selama ini produsen produk MLM hanya memfokuskan penjualan ke distributor saja tanpa banyak terjadi mekanisme pasar, ini merugikan konsumen, termasuk yang menjadi distributor.

    Hehehe ya itulah memang mekanisme pasar ngga jalan di MLM. Kalau mau dijalankan, entry barrier untuk menjadi distributor harus dipertebal. Bila tidak mekanisme pasar akan mengarah pada harga produk ke harga distributor lagi. Akhirnya jaringannya akan kacau, dan tentu tidak akan menguntungkan produsen.

    sebenarnya tidak perlu. tidak perlu membuat aturan2 artificial baru hanya untuk menutupi kekurangan pada aturan2 artifisial yang selama ini sudah ada. cabut saja aturan2 artifisial tersebut dan biarkan mekanisme pasar bekerja.

    Hehehe :) saya usulkan nambah aturan itu untuk menumbuhkan mekanisme pasar, tapi mau dicabut atau ditambah, prinsipnya sih sama saja ya mas pri. Pokoknya aturan sekarang harus diubah, kalau mau mau masuk kategori MLM yang baik versi anda :) betul?

  439. #519:

    Hehehe saya anggap itu hanya pendapat pribadi mas pri saja. :) Yang nilai kan yang beli, kalo ga cocok ya ga usah beli.. gitu aja kok repot.. :) Tapi kalo masih ada yang beli berarti pasarnya memang masih ada.. dan produk tersebut banyak yang sudah ada dipasaran puluhan tahun.

    lho kenapa? produk yang sangat sulit dijual di pasar bebas artinya tidak layak pasar. ini fakta bukan opini. ada yang salah dengan pernyataan saya?

    Saya rasa ini urusan bisnis, bukan urusan moral. Kalo dilihat dari sisi moral pun, si C memang seharusnya memberi keuntungan pada B. Si B kan menjual barang ke C. Masa menjual tidak memberikan keuntungan.

    anda tidak perlu menghindar dari topik krusial ini :). rasanya sudah cukup banyak saya bilang kalau:

    * C mendapatkan ilustrasi untuk mendapatkan keuntungan dari B
    * C ikutan MLM atas dasar peluang bisnisnya
    * C tidak dapat melakukannya karena terbentur market saturation

    Karena downlinenya memang memberikan omzet untuk si diamond tersebut. Bila downlinenya ngga punya omzet ya ngga akan jadi diamond.

    ok. saya balik saja pertanyaannya: apa realistis mengharapkan seseorang jadi diamond tanpa memiliki downline sama sekali? :).

    Semua produk dalam bisnis apapun memang kendaraan untuk perpindahan uang.

    perdagangan adalah pertukaran nilai. dalam pasar yang efisien, nilai yang diberikan penjual kepada pembeli sepadan dengan nilai yang diberikan pembeli kepada penjual.

    Setahu saya, memang ada MLM yang mewajibkan pembelian produk bersamaan dengan pendaftaran, saya pernah diprospek MLM semacam itu. Saya juga tidak setuju dengan yang begini. Di MLM yang benar, bila anda tidak melakukan pembelian ya yang merekrut anda tidak akan mendapatkan apa-apa. Saya rasa ini cukup fair.

    lagi2 anda mencoba menghindari topik yang sangat penting :). tidak ada insentif langsung dari perekrutan bukan berarti tidak ada insentif untuk merekrut. insentif tetap ada dalam bentuk misalnya potensi untuk mendapatkan keuntungan dari pembelian yang dilakukan oleh downline dan downline di bawahnya.

    Berarti salah yang ikut, bukan sistem-nya. Sekali lagi yang ikut harus diberikan kesadaran kalo ikut MLM harus atas produknya dulu.

    Itu salah yang menjanjikannya, bukan sistemnya.

    sayangnya ini omong kosong belaka :). setiap kali saya diprospek amway, ujung2nya selalu masuk pada sesi yang isinya menggambar satu lingkaran, diikuti 6 lingkaran dibawahnya, dst :p. rasanya anda sudah tahu kalau itu sudah menjadi SOP perekrutan dalam amway, dan bukan hanya karena segelintir oknum distributor yang ‘kreatif’ dalam melakukan proses perekrutan. anda mau bilang kalau sekian banyak yang memrospek saya sebelumnya ternyata semuanya hanyalah oknum distributor? saya pikir mereka cuma menjalankan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, dan saya rasa mereka tidak berniat secara sadar untuk mengeksploitasi diri saya.

    Karena mereka merekrut bukan untuk membentuk jaringan pengguna produk. Kalo ngga ada yang mau menggunakan produknya, ya ngga akan ada uang. Uangnya dari mana?? Upline juga ngga akan untung kalo mereka gagal.

    upline tetap mendapatkan keuntungan walaupun downline hanya menjadi konsumen. dan kalau downline tidak beli apapun, uplinenya tidak akan rugi sama sekali karena semua overhead ditanggung oleh downline. nothing to lose.

    Pokoknya aturan sekarang harus diubah, kalau mau mau masuk kategori MLM yang baik versi anda :) betul?

    untuk amway, mau tidak mau sepertinya begitu. saya masih menunggu siapa tahu di luar sana ada yang mengklaim dirinya sebagai ‘MLM’, tapi memenenuhi syarat agar terjadi positive-sum.

  440. lho kenapa? produk yang sangat sulit dijual di pasar bebas artinya tidak layak pasar. ini fakta bukan opini. ada yang salah dengan pernyataan saya?

    Lho ya memang tidak salah, itu kan opini anda sendiri, kan terserah produsen mau dijual di pasar mana, yang penting kan produknya terjual. Soal produknya worthed atau ngga ya terserah konsumen yang menilai. Kan merk MLM sendiri sebenarnya juga bersaing dengan merk lain di pasar. Anda bisa memilih mau membeli produk di MLM atau yang di pasar yang ada. Soal layak ato tidaknya selama masih ada yang beli berarti masih ada pasar, sekecil apapun itu. Berarti memang tidak salah untuk pasar yang kecil, profit margin harus diset lebih tinggi.

    anda tidak perlu menghindar dari topik krusial ini :). rasanya sudah cukup banyak saya bilang kalau:

    Saya tidak menghindar kok :) Tapi betul dari semua perdebatan sebenarnya topik ini memang yang paling crusial, dan saya rasanya pengertian kita mengenai masalah ini memang sungguh terbalik. :)
    Kalo saya melihat murni dari hitungan bisnis. Dan itu cukup fair :)

    ok. saya balik saja pertanyaannya: apa realistis mengharapkan seseorang jadi diamond tanpa memiliki downline sama sekali?

    Memang tidak mungkin, setahu saya definisi diamond di amway minimal harus memiliki 6 downline, yang peringkat komisi keenamnya telah mentok, dalam arti omzetnya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan komisi peringkat paling tinggi, dan kondisi tersebut stabil selama minimal 6 bulan. Jadi kalo keenam downline tersebut ngga bisa ngasih omzet secara stabil ya ga akan pernah jadi diamond.

    lagi2 anda mencoba menghindari topik yang sangat penting :) tidak ada insentif langsung dari perekrutan bukan berarti tidak ada insentif untuk merekrut. insentif tetap ada dalam bentuk misalnya potensi untuk mendapatkan keuntungan dari pembelian yang dilakukan oleh downline dan downline di bawahnya.

    Saya ngga menghindar kok memang aturannya gitu. Kalo hanya potensi kan tidak nyata. Tapi kalo downlinenya downline saya menghasilkan omzet ya jelas saya juga dapet komisi. Karena omzetnya downlinenya downline saya kan omzetnya downline saya, yang otomatis juga omzet saya juga.

    Di wikipedia, definisi MLM juga kan seperti ini “Multi-level marketing businesses function by enrolling unsalaried salespeople to sell products and meanwhile earn additional sales commissions based on the sales of people enrolled into their downline, an organization of people that includes direct recruits, recruits’ recruits and so on.”

    Jadi komisi kan dari omzet yang dihasilkan downline. Kalo aturannya lain, itu dari MLM mana?

    anda mau bilang kalau sekian banyak yang memrospek saya sebelumnya ternyata semuanya hanyalah oknum distributor? saya pikir mereka cuma menjalankan prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, dan saya rasa mereka tidak berniat secara sadar untuk mengeksploitasi diri saya.

    Lho saya tidak mengingkari bila setiap presentasi dilakukan dengan cara seperti itu. Cara tersebut memang salah tapi sistem MLM, dalam arti jaringan terikat yang otomatis berbentuk piramida, dengan peringkat komisi dan bonus itu sama dengan klub belanja ditambah member get member, itu benar apa adanya. Itu cuma kendaraannya saja, bila kendaraan disetir masuk ke jurang ya masuk. Soal SOP untuk melakukan seperti itu diarahkan oleh perusahaan pendukung pembangun jaringan yang kalo di amway itu dinamakan Network 21. Perusahaan seperti ini juga dibentuk pada MLM lainnya. Seperti yang pernah saya jelaskan perusahaan ini, perusahaan yang terpisah dari perusahaan produsen, dan biasanya dibentuk oleh para diamond dan pentolan-pentolan IBO lainnya. Perusahaan inilah yang membantu bagaimana IBO harus menjual bisnis ini, dengan menjual alat bantu jual, training, seminar, materi kaset, vcd, cd untuk mencuci otak anda. Pada akhirnya perusahaan ini, yang akhirnya membuat orientasinya menjual mimpi, bukan produk. Dan saya akui sebagian besar IBO (bukan berarti seluruhnya) di amway Indonesia itu lulusan dari network 21, kadi semua lulusan tersebut dapat dikategorikan sebagai oknum. :)

    upline tetap mendapatkan keuntungan walaupun downline hanya menjadi konsumen. dan kalau downline tidak beli apapun, uplinenya tidak akan rugi sama sekali karena semua overhead ditanggung oleh downline. nothing to lose.

    Kalo overhead dalam arti sumber daya yang dikeluarkan oleh downline tersebut. Ya iya itu downline yang nanggung, kalo memang mau usaha resiko untuk mengeluarkan sumber daya kan memang harus ada.

    untuk amway, mau tidak mau sepertinya begitu. saya masih menunggu siapa tahu di luar sana ada yang mengklaim dirinya sebagai ‘MLM’, tapi memenenuhi syarat agar terjadi positive-sum.

    Sekali lagi, ya itu franchise, franchise pada dasarnya juga mirip dengan MLM. di wikipedia saja franchise disamakan dengan MLM. Kutipannya seperti ini : “This arrangement is similar to franchise arrangements where royalties are paid from the sales of individual franchise operations to the franchisor as well as to an area or region manager.” Nah jadi ‘MLM’ yang diinginkan oleh mas pri ya franchise, jadi ngga usah nyari lagi kan sudah ada.

  441. #521:

    Tapi betul dari semua perdebatan sebenarnya topik ini memang yang paling crusial, dan saya rasanya pengertian kita mengenai masalah ini memang sungguh terbalik. :) Kalo saya melihat murni dari hitungan bisnis. Dan itu cukup fair

    dalam bisnis pun sebenarnya hubungan yang diharapkan adalah win-win. dan ini tidak terjadi pada kebanyakan hubungan upline-downline di MLM. kalau downline ikutan karena ingin untung, tapi gak bisa karena mentok di market saturation, maka hubungan tersebut bukanlah hubungan win-win.

    Memang tidak mungkin, setahu saya definisi diamond di amway minimal harus memiliki 6 downline, yang peringkat komisi keenamnya telah mentok, dalam arti omzetnya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan komisi peringkat paling tinggi, dan kondisi tersebut stabil selama minimal 6 bulan. Jadi kalo keenam downline tersebut ngga bisa ngasih omzet secara stabil ya ga akan pernah jadi diamond.

    ok. sekarang sepertinya harusnya sudah jelas kalau memang ada insentif untuk merekrut.

    Saya ngga menghindar kok memang aturannya gitu. Kalo hanya potensi kan tidak nyata. Tapi kalo downlinenya downline saya menghasilkan omzet ya jelas saya juga dapet komisi. Karena omzetnya downlinenya downline saya kan omzetnya downline saya, yang otomatis juga omzet saya juga.

    potensi tidak dijamin, tapi anda juga gak bisa jamin kalau hasilnya pasti negatif. jika grup anda sudah ada 100 orang, pasti dong ada yang beli produknya. semakin banyak punya downline, maka semakin besar potensi kita untuk mendapatkan untung.

    Lho saya tidak mengingkari bila setiap presentasi dilakukan dengan cara seperti itu. Cara tersebut memang salah tapi sistem MLM, dalam arti jaringan terikat yang otomatis berbentuk piramida, dengan peringkat komisi dan bonus itu sama dengan klub belanja ditambah member get member, itu benar apa adanya

    cara merekrut berkaitan erat dengan sistem MLM-nya, karena dari situ timbul ekspektasi untuk mendapatkan keuntungan. sebenarnya teknik merekrut itu cuma konsekuensi logis dari aturan yang diterapkan. distributor cuma melakukan apa yang menurut mereka paling menguntungkan bagi mereka secara individu. selain itu, pihak amway juga tidak pernah melakukan tindakan apa2 terhadap oknum2 ini.

    Kalo overhead dalam arti sumber daya yang dikeluarkan oleh downline tersebut. Ya iya itu downline yang nanggung, kalo memang mau usaha resiko untuk mengeluarkan sumber daya kan memang harus ada.

    ini satu lagi alasan, calon distributor tidak tahu resiko apa yang dia hadapi. dia tidak pernah diberi tahu di lokasi dia sebelumnya sudah ada berapa IBO dan informasi taktis relevan lainnnya.

  442. dalam bisnis pun sebenarnya hubungan yang diharapkan adalah win-win. dan ini tidak terjadi pada kebanyakan hubungan upline-downline di MLM. kalau downline ikutan karena ingin untung, tapi gak bisa karena mentok di market saturation, maka hubungan tersebut bukanlah hubungan win-win.

    Saya rasa cukup win-win bila saya membeli barang dalam jumlah lebih besar daripada downline saya, maka saya mendapatkan discount yang lebih besar. Itu pun terjadi pada bisnis konvensional. Bila saya memberikan discount yang sama dengan yang saya peroleh dari produsen kepada downline saya maka saya tidak untung, untuk itu saya harus beli dalam jumlah lebih banyak lagi supaya dapat discount lebih besar lagi. bila tidak buat apa saya jualan. Cukup fair rasanya discount yang lebih besar diberikan pada yang mampu membeli lebih banyak.

    Market saturation tidak bisa dijadikan alasan untuk menjadikan MLM tidak prospektif. Apakah market saturation tidak akan terjadi pada bisnis konvensional? Kalo seorang baru mau jualan ke dalam pasar yang sangat ketat atau sudah / mendekati saturated juga susah mendapat untung, padahal juga jelas dia jualan juga mau untung. Bisnis apapun kalo sudah saturated sama saja, mau untung ya cari aja bisnis lain. Tapi join untuk mendapatkan discount oke-oke saja kan? :)

    ok. sekarang sepertinya harusnya sudah jelas kalau memang ada insentif untuk merekrut.

    Ya insentif untuk merekrut downline yang memang dapat memberikan omzet. Karena memang insentifnya dari omzet :)

    potensi tidak dijamin, tapi anda juga gak bisa jamin kalau hasilnya pasti negatif. jika grup anda sudah ada 100 orang, pasti dong ada yang beli produknya. semakin banyak punya downline, maka semakin besar potensi kita untuk mendapatkan untung.

    Ya selama memang ada yang beli produk, tapi kalo dari 100 hanya 1-2 orang saja yang beli produk. Dan yang lain hanya sibuk merekrut tapi ngga ngasih omzet ya untung yang dihasilkan pun tidak akan begitu berarti.

    cara merekrut berkaitan erat dengan sistem MLM-nya, karena dari situ timbul ekspektasi untuk mendapatkan keuntungan. sebenarnya teknik merekrut itu cuma konsekuensi logis dari aturan yang diterapkan. distributor cuma melakukan apa yang menurut mereka paling menguntungkan bagi mereka secara individu.

    Ya karena sistem MLM memang hanya kendaraan, yang bisa saja diarahkan ke arah yang salah. Yang perlu dilakukan adalah mengarahkan oknum2 tersebut ke jalan yang benar.
    Kegiatan perusahaan seperti network21 bergerak di luar kendali amway. Perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari penjualan tiket seminar, alat bantu jual, kaset, vcd dan lainnya. Dan tentunya perusahaan ini akan berusaha menjual materi tersebut sebaik-baiknya dengan mengajak lulusannya untuk membawa prospek-prospek untuk ikutan dicuci otak di sini. Dengan demikian jualan mereka tambah laku.

    selain itu, pihak amway juga tidak pernah melakukan tindakan apa2 terhadap oknum2 ini.

    Sebenarnya gerak para oknum tersebut kan tetap dalam jualan amway. Cuma saja orientasi mereka lebih banyak pada mimpi. Soal melakukan tindakan pada oknum tersebut.. mungkin seharusnya dilakukan.

    ini satu lagi alasan, calon distributor tidak tahu resiko apa yang dia hadapi. dia tidak pernah diberi tahu di lokasi dia sebelumnya sudah ada berapa IBO dan informasi taktis relevan lainnnya.

    Ya kalo memang mau menjalani bisnis, apapun itu, sudah harus mencari tahu sendiri resikonya dong. Bila ngga tahu, jangan kaya kerbau di cocok hidungnya, ditarik ke mana mau saja. Kalo saya mau buka warung juga kan harus tahu resiko, resikonya kan saya sendiri yang pelajari, bukan supplier saya. Supplier saya ya belum tentu mau tahu, selama barang yang dia supply bisa dijual ke saya ya dia kasih, dia hanya bilang pasti bisa kok terjual. Giliran barang dia tidak terjual tak bisa diretur. Sama saja kok. Jadi salahnya ya tetep salah saya juga..

  443. #523:

    Market saturation tidak bisa dijadikan alasan untuk menjadikan MLM tidak prospektif. Apakah market saturation tidak akan terjadi pada bisnis konvensional? Kalo seorang baru mau jualan ke dalam pasar yang sangat ketat atau sudah / mendekati saturated juga susah mendapat untung, padahal juga jelas dia jualan juga mau untung.

    market saturation ada di bisnis manapun. tapi kan yang dipermasalahkan bukan itu, masalahnya: calon distributor tidak pernah diberi tahu data2 distributor yang ada di daerah yang sama dan omset total keseluruhan. bagaimana mau menilai market saturation?

    Tapi join untuk mendapatkan discount oke-oke saja kan?

    saya sama sekali gak mempermasalahkan yang ikut dengan niatan mendapat diskon, tapi yang ikut dengan niat untuk mendapatkan profit.

    Ya karena sistem MLM memang hanya kendaraan, yang bisa saja diarahkan ke arah yang salah. Yang perlu dilakukan adalah mengarahkan oknum2 tersebut ke jalan yang benar. Kegiatan perusahaan seperti network21 bergerak di luar kendali amway

    sama saja. kalau sistemnya seperti itu akan banyak yang berperilaku seperti n21. kalau bukan n21, pasti ada yang lain. mereka cuma melakukan sesuai dengan apa yang mereka anggap paling menguntungkan. dan jangan bilang ini di luar kendali amway, sebenarnya bukan tidak mungkin mereka menindak tegas n21.

    Ya kalo memang mau menjalani bisnis, apapun itu, sudah harus mencari tahu sendiri resikonya dong. Bila ngga tahu, jangan kaya kerbau di cocok hidungnya, ditarik ke mana mau saja. Kalo saya mau buka warung juga kan harus tahu resiko, resikonya kan saya sendiri yang pelajari, bukan supplier saya.

    pertama, umumnya orang mengikuti MLM karena diajak, bukan voluntary. kedua, yang merekrut melakukannya karena diberi insentif untuk itu. jadi harusnya beban moral untuk memberi tahu segala resikonya ada pada yang mengajak. selain itu untuk bisa mengetahui resiko, satu2nya sumber informasi ya yang mengajaknya, mau tanya siapa lagi?

  444. market saturation ada di bisnis manapun. tapi kan yang dipermasalahkan bukan itu, masalahnya: calon distributor tidak pernah diberi tahu data2 distributor yang ada di daerah yang sama dan omset total keseluruhan. bagaimana mau menilai market saturation?

    Karena jaringan yang bisa dia kembangkan tidak selalu harus berada di daerah yang sama. Selalu ada relasi yang berada di daerah yang lain. Kecuali memang dia benar-benar orang yang tertutup :)

    pertama, umumnya orang mengikuti MLM karena diajak, bukan voluntary.

    Wah kalau bukan voluntary berarti dipaksa. Kalo dipaksa ceritanya lain lagi. Diajak dan mau bergabung berarti dia telah voluntary.

    kedua, yang merekrut melakukannya karena diberi insentif untuk itu

    semua bisnis sama, mengajak orang untuk ikutan berbisnis jelas harus ada keuntungan. Bila tidak mending jualan sendiri, ngapain ngajak-ngajak??

    jadi harusnya beban moral untuk memberi tahu segala resikonya ada pada yang mengajak. selain itu untuk bisa mengetahui resiko, satu2nya sumber informasi ya yang mengajaknya, mau tanya siapa lagi?

    Ya kalo begitu tanyakanlah sebelum bergabung. Toh sebenarnya juga MLM tidak terikat pada daerah. Tapi lebih pada relasi..

  445. #525:

    Karena jaringan yang bisa dia kembangkan tidak selalu harus berada di daerah yang sama. Selalu ada relasi yang berada di daerah yang lain. Kecuali memang dia benar-benar orang yang tertutup

    anda bisanya cuma nitpicking saja. data di daerah lain pun tidak ada yang tahu, dan tidak ada yang mau kasih tahu. selain itu suatu saat ‘daerah’-nya akan habis juga, terlepas dari berapa besar daerah yang dimaksud.

    Wah kalau bukan voluntary berarti dipaksa. Kalo dipaksa ceritanya lain lagi. Diajak dan mau bergabung berarti dia telah voluntary.

    intinya adalah ‘diajak’. dia ikutan bukan karena memang punya niat ‘saya ingin berbisnis’ dan kemudian lalu mencari2 upline yang mau mensponsori. dan anda yakin amat tidak ada yang ikut karena merasa dipaksa? istri saya sendiri ikutan amway karena gak enak nolaknya. beberapa teman juga gitu.

    semua bisnis sama, mengajak orang untuk ikutan berbisnis jelas harus ada keuntungan. Bila tidak mending jualan sendiri, ngapain ngajak-ngajak??

    hehehe. dengan merekrut orang, anda sebenernya makin susah untuk menjual, karena sekarang yang menjual bukan cuma anda, tapi yang direkrut juga menjual. jadi masalah sebenarnya adalah: ditinjau dari kelompok distributor keseluruhan, maka pada titik tertentu merekrut itu akan merugikan, tapi sistem memberi reward lebih tinggi kepada yang merekrut!

    Ya kalo begitu tanyakanlah sebelum bergabung

    kalau ada yang berniat ikutan MLM di bawah anda, apa anda bisa kasih datanya? minimal yang ini dulu deh:

    * jumlah distributor secara keseluruhan
    * jumlah penjualan yang terjadi secara keseluruhan
    * rata2 penghasilan distributor

  446. istri saya sendiri ikutan amway karena gak enak nolaknya. beberapa teman juga gitu.

    Jadi bukan karena bisnisnya kan.. karena ngga enak nolak.. itu beda lagi ceritanya donk.. Kalo memang sebagian besar orang join MLM karena ngga enak nolak yang ngajak, berarti memang mereka ikutan MLM bukan untuk menjalankan bisnisnya :)

    anda sebenernya makin susah untuk menjual, karena sekarang yang menjual bukan cuma anda, tapi yang direkrut juga menjual.

    Ya kalo saya ngga ngambil keuntungan dari yang direkrut jelas nambah saingan. Dengan merekrut saya cukup menjual pada rekrutan saya saja, dan dari mereka saya mengambil keuntungan. Tambah susah kah? Tidak.. Dengan demikian saya ngga usah jualan secara langsung, otomatis saya kan jadi grosir. Saya tinggal memastikan penjualan rekrutan saya tersebut bagus. Sama saja kok..

    kalau ada yang berniat ikutan MLM di bawah anda, apa anda bisa kasih datanya?

    Saya ngga punya data, jadi anda ngga usah ikutan MLM di bawah saya. :)

  447. #527:

    Ya kalo saya ngga ngambil keuntungan dari yang direkrut jelas nambah saingan. Dengan merekrut saya cukup menjual pada rekrutan saya saja, dan dari mereka saya mengambil keuntungan. Tambah susah kah? Tidak.. Dengan demikian saya ngga usah jualan secara langsung, otomatis saya kan jadi grosir. Saya tinggal memastikan penjualan rekrutan saya tersebut bagus. Sama saja kok..

    ya itu yang saya maksud dengan “ditinjau dari kelompok distributor keseluruhan, maka pada titik tertentu merekrut itu akan merugikan, tapi sistem tetap memberi reward lebih tinggi kepada yang merekrut”.

    Saya ngga punya data, jadi anda ngga usah ikutan MLM di bawah saya.

    ok. rasanya sudah cukup jelas kalau gitu :).

  448. ya itu yang saya maksud dengan “ditinjau dari kelompok distributor keseluruhan, maka pada titik tertentu merekrut itu akan merugikan, tapi sistem tetap memberi reward lebih tinggi kepada yang merekrut”.

    Persis.. jadi itu sama saja kan dengan bisnis konvensional. Sama saja dengan bila saya tidak mau jualan langsung ke konsumen, maka saya cari pengecer yang mau menjualkan barang saya. Dan saya tidak perlu cape-cape jualan langsung ke konsumen, cukup mantain pengecer tersebut. Karena saya menjual ke pengecer, otomatis profit margin untuk saya harus saya kecilkan, dengan demikian saya dapat tetap mendapatkan keuntungan besar dari volume yang lebih besar. Pada titik tertentu jelas menjadi pengecer akan merugikan.

    ok. rasanya sudah cukup jelas kalau gitu :).

    Hehehe Ya, karena dari awal memang saya ngga punya niatan sama sekali untuk merekrut siapapun kok. :)

    #529:

    Salah satu pengungkapan bisnis MLM di USA
    yang ada saat sekarang ini bisa diliat di
    Youtube.com atau melalui link ini

    Exactly seperti yang pernah saya terangkan, ini ulah oknum-oknum tersebut. Terus terang saya pernah mengalami hampir semua kejadian yang ada di video youtube tersebut, pernah juga memboroskan uang untuk membeli material dan ikut seminiar :) Inilah yang saya sebut dengan mengarahkan yang direkut untuk jualan mimpi, bukan jualan produk. Dengan jualan mimpi yang untung jelas cuma oknum-oknum tersebut dengan keuntungan dari kaset, seminar, dan hal-hal pencucian otak lainnya. Membeli mimpi-mimpi inilah yang sangat mahal, bahkan jauh lebih mahal daripada membeli produknya sendiri. Karena biaya-biaya ini dapat dikategorikan sebagai sumber daya, maka otomatis memang akan tidak menguntungkan bila mengikuti bisnis MLM dengan cara ini.

    Quixtar, perusahaan yang jadi pemeran utama pada video youtube tersebut memang didirikan oleh pendiri amway. Bedanya bila amway hanya menjual produk tidak mengurusi berbagai proses pencucian otak, yang merupakan bisnis dari n21. Quixtar menggabungkan kedua hal tersebut.

    Menurut saya mengapa amway sebagai produsen, tidak akan bisa ngapa-ngapain. Karena para oknum IBO tersebut mempunyai kekuatan jauh lebih besar daripada amway sendiri. Dengan demikian jika amway membereskan oknum-oknum ini, maka jelas akan sangat mempengaruhi bisnis amway. Saya sendiri tidak menampik bila pendiri amway sendiri juga terlibat dalam hal ini. Tapi sekali lagi, itulah sistem yang dimanfaatkan secara salah :)

    Jadi mas pri, anda perlu lebih membedah mengenai sisi buruk di atas. Sekali lagi secara teori sistem ini tak ada masalah kok, sama saja dengan bisnis konvensional.
    Yang anda permasalahkan selama ini kan, hanya bila yang mau join bisnis ini mau untung dan ternyata dia sudah mentok karena market saturated maka dia jelas akan rugi.

    Padahal banyak juga yang ikut bisnis ini hanya karena ngga enak nolak, dan saya yakin ini bukan hanya terjadi pada istri anda. Ada yang ikutan join dan ngga enak nolak tersebut akhirnya dibawa beli kaset, ikutan training, dan seminar, yang karena ngga enak juga diikuti juga semua itu.

    Jadi akan lebih baik bila MLM dijalankan secara murni, tanpa perusahaan penjual mimpi. :)

  449. #531:

    Pada titik tertentu jelas menjadi pengecer akan merugikan.

    ini intinya. pada titik tertentu sebenarnya tidak ada insentif lagi untuk merekrut. tapi pada MLM, secara individu mereka tetap diberi insentif, walaupun secara kolektif akan merugikan mereka. MLM is broken by design.

    Jadi akan lebih baik bila MLM dijalankan secara murni, tanpa perusahaan penjual mimpi

    betul. jika dan jika lagi :). masalahnya: apakah pada realisasinya MLM dijalankan ‘secara murni’? apakah sebagian besar yang ikutan MLM ikut karena menginginkan produknya? jawabannya tentu saja tidak. anda terlalu imajinatif. cobalah untuk objektif dan lihat realisasinya seperti apa. kalau objektif, rasanya tidak terlalu sulit untuk melihat kalau hampir semua orang2 ini ikutan karena mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan, tapi hampir semuanya tidak akan mendapatkannya.

    orang2 ini hanya korban, dan banyak yang tidak menyadari kalau mereka itu korban. jangan salahkan mereka kalau mereka tidak ‘menjalani sistemnya dengan benar’. mereka cuma menjalankan apa yang mereka pikir paling menguntungkan. semua distributor yang saya kenal rasanya melakukannya dengan tulus, dan tidak menyadari kalau mereka sebenarnya menjerumuskan sesama.

    sama pula seperti amwaynya sendiri. kalau mereka memiliki simbiosis mutualisme dengan n21, untuk apa mereka larang n21? sistemnya ngaco, maka realisasinya juga ngaco.

  450. Itulah MLM berbasis klub belanja. Ya.. belanja…belanja… dan belanja lagi. Dimana letak bisnisnya kalau begitu? Realistiskah? Inti MLM “belanja” seperti kita ketahui Belanja tiap bulan dengan diimingi bonus dan reward. Efektifkah? Kalau kita kuat terus menerus membeli produk itu tiap bulan sesuai dengan syarat dan mau mencari orang kuat (atau nekat?) seperti kita lagi mungkin berhasil. Sampai Berapa lama? Tergantung kondisi di lapangan, seberapa lama jaringan itu mampu bertahan. Kesimpulannya? Untuk member: Lebih besar pasak dari pada tiang. Untuk Produsen: Untung besar!

    So…? Saran saya jangan terjebak ke hal seperti ini. Seseungguhnya ada hal yang harus diluruskan dulu, MLM itu dianggap sebagai bisnis, atau mau disebut klub belanja saja? Karena kalau mau disebut bisnis haruslah jelas, member dibayar berapa (besar atau kecil), berapa lama member dibayar (cepat atau lambat), tahan lama atau ngga. Dan kalau cuma mau sekedar jadi klub belanja, jangan ada marketing plan, bonus-bonus, reward mobil mewah dsbnya. Kenapa? Percuma, karena syarat tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga membuat member terpacu untuk berbelanja lebih banyak dari yang dibutuhkan. Dan lagi, setelah member mulai mempromosikan produk dan program kompensasi, itu berarti sudah mulai masuk ke dalam aktifitas bisnis! Berarti tidak mungkin kalau hanya sekedar mempromosikan produk saja. Kalau suda begitu kelanjutannya seperti apa?

    Perusahaan MLM yang baik akan membayar membernya tanpa syarat apapun ketika terjadi omzet. Dijual kesiapa? Ya jelas kepada orang dong, kan pangsa pasar yang ada di dunia ini intinya adalah manusia. Pernahkah Anda menjual sesuatu kepada batu atau hewan misalnya?

    Lantas apa masalahnya bisnis MLM ini? Jika uang yang dihasilkan lebih kecil daripada uang yang dikeluarkan. Itu pointnya. Soal teori saturasi dan sebagainya, biarlah itu menjadi wacana saja. Karena jelas tidak akan terbukti. Sebelum itu terjadi, telah lebih banyak orang yang berusia 18 tahun. Selama dunia ini masih ada, yang namanya produksi masal tidak akan menyentuh ke titik kejenuhan pasar. Selalu ada inovasi dan cara-cara kreatif yang akan mampu melewati hal itu. Teori-teori seperti itu hanya akan membuat manusia berpikir gagal, bukan berpikir mencari jawaban dari segala kemungkinan.

    Salam SUKSES untuk Kita semua.^:)^

  451. lho kok pada ngeladenin mas priyadi ini? ngapain?
    wong, dia hanya pemerhati kok alias pengamat!! ngamatin aja terus mas, ampe jenggotan,”tong kosong bunyi nyaring”!!!! : bantah terus saja mas priyadi, mlm tetap yg terbaik. tinggal tunggu tanggal mainnya. btw TIANSHI saudah punya supermarket ( banner store ) di JAKARTA dan BALi, next SURABAYA, BANDUNG dll., mo buka pom bensin ( kerjasama sih ) 2010. hihihihi mantap. VISI masuk ke FORTUNE 500. PARA DISTRIBUTOR AKAN KAYA RAYA. hahahahaha klo mas priyadi..hmmmmmm keep to be a dongkey ok.
    PS : tolong para MLMers. ga usah menghasut2x mas priyadi untuk jalanin MLM, ngerepotin orgnya, sok tau, sok pinter, PENGECUT, dan biarin aja dia negatif. biar TETEP MISKIN!!!!! hahahahahaha. ok, tar klo akhirnya
    dia tobat ikutan MLM, bahaya, banyak virusnya ( virus OMong DOANK )!!!!!!!. ok

  452. #533:

    Itu pointnya. Soal teori saturasi dan sebagainya, biarlah itu menjadi wacana saja. Karena jelas tidak akan terbukti. Sebelum itu terjadi, telah lebih banyak orang yang berusia 18 tahun. Selama dunia ini masih ada, yang namanya produksi masal tidak akan menyentuh ke titik kejenuhan pasar. Selalu ada inovasi dan cara-cara kreatif yang akan mampu melewati hal itu. Teori-teori seperti itu hanya akan membuat manusia berpikir gagal, bukan berpikir mencari jawaban dari segala kemungkinan. Teori-teori seperti itu hanya akan membuat manusia berpikir gagal, bukan berpikir mencari jawaban dari segala kemungkinan.

    ini attitude standar “biar saja orang lain gagal, yang penting saya untung titik!” maaf, pernyataan anda itu cuma ‘handwaving’ saja. masalah2 sudah saya paparkan dengan jelas di atas, dan MLM sama sekali tidak berhasil mengatasi masalah tersebut. yang saya lakukan bukan berpikir gagal, tapi berpikir realistis. percuma memiliki pemikiran positif jika tidak dibarengi dengan sense of realism. lebih mirip ketidakpedulian terhadap suatu masalah daripada berpikir positif.

  453. #534:

    VISI masuk ke FORTUNE 500. PARA DISTRIBUTOR AKAN KAYA RAYA.

    ok, kalau begitu paling tidak anda harusnya bisa berikan informasi rata2 pendapatan distributor yang berasal dari penjualan retail di MLM anda?

  454. Bukannya kalau cuma berpikir tanpa tindakan tidak akan membawa kemana-mana mas? Berpikir + bertindak + optimis + berpikir positif hasilnya = SUKSES! Saya melihat berbagai kemungkinan keberhasilan di MLM, bukan melihat kegagalan. Dan yang saya lihat, saya tidak merugikan orang lain karena kerjaan saya MENJUAL PRODUK, menawarkan mereka MENCARI PENGHASILAN TAMBAHAN dengan ikut memasarkan produk, dan bagaimana MEMBANGUN SEBUAH JARINGAN PEMASARAN. That’s it. Kalau ada yang salah mungkin dari dulu saya sudah di caci maki orang lain. Biarlah “pasar” yang menentukan.:)

    Jangan takut kawan, toeri-teori itu hanya sekedar teori yang belum teruji kebenarannya. Selama produk MLM itu menarik dan dibutuhkan pasar, maka selamanya tidak akan terjadi kejenuhan.

    MLM berbasis retail, hhhhmmmmmmm…. mimpi kali ye…
    Itu bukan MLM mas, itu SALES biasa. Jadi itu cuma ilusinya Priyadi. Menilai MLM dengan cara penjualan retail, ya ga bisa mas! Karena itu berarti bukan MLM… =))

  455. #537:

    Bukannya kalau cuma berpikir tanpa tindakan tidak akan membawa kemana-mana mas? Berpikir + bertindak + optimis + berpikir positif hasilnya = SUKSES! Saya melihat berbagai kemungkinan keberhasilan di MLM, bukan melihat kegagalan.

    kalau bisnisnya negative-sum, dan kalaupun saya untung berasal dari kerugian orang lain, maka tidak ikutan adalah keputusan yang sangat rasional. lebih baik uang dan waktu saya diinvestasikan ke hal lain yang lebih menguntungkan dan membawa nilai tambah.

    Dan yang saya lihat, saya tidak merugikan orang lain karena kerjaan saya MENJUAL PRODUK, menawarkan mereka MENCARI PENGHASILAN TAMBAHAN dengan ikut memasarkan produk, dan bagaimana MEMBANGUN SEBUAH JARINGAN PEMASARAN. That’s it.

    ini wishful thinking anda :). saya masih bisa menerima kalau anda mengajak orang ikutan atas dasar manfaat produk dan potongan harga. tapi mencari penghasilan tambahan? hahahah, yang bener aja :). yang anda tawarkan sebenarnya hanyalah memindahkan masalah anda ke downline anda.

    pertanyaan yang harus ditanyakan sebenarnya adalah: berapa sih rata2 PENGHASILAN TAMBAHANâ„¢ tersebut?

  456. #531:

    betul. jika dan jika lagi :). masalahnya: apakah pada realisasinya MLM dijalankan secara murni? apakah sebagian besar yang ikutan MLM ikut karena menginginkan produknya? jawabannya tentu saja tidak. anda terlalu imajinatif. cobalah untuk objektif dan lihat realisasinya seperti apa. kalau objektif, rasanya tidak terlalu sulit untuk melihat kalau hampir semua orang2 ini ikutan karena mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan, tapi hampir semuanya tidak akan mendapatkannya.

    Hehehe.. :) Sama saja kan dengan anda MLM yang baik adalah jika MLM…. :) Karena bagi anda MLM yang baik adalah jika MLM, yang saya rasa sama juga tidak realistis..

    Kita punya harapan untuk MLM yang baik, tapi cara kita berbeda :) anda yang mengharapkan MLM dijalankan secara retail. Apakah itu bisa direalisasikan? Jelas tidak , anda sendiri jelas imajinatif, hitungan yang anda buat pun sebenarnya membingungkan karena tidak mengikuti aturan MLM yang ada, sehingga yang dibedah adalah sistem MLM imajinasi anda.

    Sedangkan bagi saya MLM yang lebih baik dengan mengorientasi pada produk, membangun jaringan pengguna produk, bungan jaringan pemimpi. Don’t flush your stinking job.. Itu jauh lebih realistis. Itulah kesadaran yang harus dibangkitkan di dalam diri distributor. MLM tetap untuk mendistribusikan produk untuk dapat dikonsumsi oleh target pasar. Bila anda masuk dalam target pasar, bukan tidak mungkin rekan atau keluarga anda juga masuk dalam target pasar. Dan rekan atau keluarga anda tersebut mungkin lebih mau untuk mengkonsumsi produk tersebut atas saran anda bukan orang lain. Begitu seterusnya, saya rasa itulah MLM. Hitungannya jelas, anda mendapatkan untung dari produk yang dibeli oleh rekan atau keluarga anda. Entah untuk dikonsumsi atau dijual lagi pada relasi mereka. Bila anda tidak mau merugikan mereka ya terserah anda, anda tidak untung tapi produsen tetap untung. Jadi ngapain anda menawarkan produk tersebut kalo tidak untung.

    Produk2 dari MLM adalah produk2 yang baik dan dapat merupakan alternatif lain dari produk yang ada di pasaran. Harga telah sesuai untuk target pasarnya, bila anda bukan target pasarnya ngga usah ribut karena harganya mahal dengan berbagai macam alasan.

    orang2 ini hanya korban, dan banyak yang tidak menyadari kalau mereka itu korban. jangan salahkan mereka kalau mereka tidak ‘menjalani sistemnya dengan benar. mereka cuma menjalankan apa yang mereka pikir paling menguntungkan. semua distributor yang saya kenal rasanya melakukannya dengan tulus, dan tidak menyadari kalau mereka sebenarnya menjerumuskan sesama.

    Orang-orang yang bermimpi untuk kaya dengan membangun jaringan pemimpi itu yang memiliki wishful thinking terhadap sistem yang disalahgunakan tersebut untuk kaya. Mereka ngga akan kaya bila tidak memiliki jaringan pengguna.. Yang tambah kaya ya owner perusahaan seperti n21 itu..

    Memang orang seperti merekalah yang harus kita sadarkan :) Karena mereka sudah seperti zombie.. tiap hari dicuci otak dengan kaset, seminar dan lain-lain. Mereka dibuat untuk kecanduan akan kaset motivasi. tak boleh seharipun tidak mendengarkan kaset tsb. Akhirnya tidak fokus pada bisnis yang harus mereka lakukan.. membangun jaringan pengguna..

    sama pula seperti amwaynya sendiri. kalau mereka memiliki simbiosis mutualisme dengan n21, untuk apa mereka larang n21? sistemnya ngaco, maka realisasinya juga ngaco.

    Setidaknya dengan sistem yang ada, anda bisa menjalankan amway secara MLM yang tanpa pengaruh n21 kok. Itu sangat bisa direalisasikan.

    #533:

    Itulah MLM berbasis klub belanja. Ya.. belanja, belanja dan belanja lagi. Dimana letak bisnisnya kalau begitu? Realistiskah? Inti MLM belanja seperti kita ketahui Belanja tiap bulan dengan diimingi bonus dan reward. Efektifkah? Kalau kita kuat terus menerus membeli produk itu tiap bulan sesuai dengan syarat dan mau mencari orang kuat (atau nekat?) seperti kita lagi mungkin berhasil. Sampai Berapa lama? Tergantung kondisi di lapangan, seberapa lama jaringan itu mampu bertahan. Kesimpulannya? Untuk member: Lebih besar pasak dari pada tiang. Untuk Produsen: Untung besar!>

    Mas Zacky, Memang inti bisnisnya itu memasarkan produk produsen kok.. ya jelas produsen harus untung besar.. Tujuannya kan untuk membangun jaringan pengguna.. bila anda ngga mau mengkonsumsinya tiap bulan, itu juga akan diduplikasi oleh downline anda dengan tidak mengkonsumsi tiap bulan. Akhirnya jaringan anda tidak mengkonsumsi produk tiap bulan. Jalan kah bisnisnya? Ya yang dibangun akhirnya jaringan pemimpi :) Untuk dapat membangun jaringan pengguna memang anda harus menjaring orang yang memang target pasar dari produk tersebut.

    #538:

    kalau bisnisnya negative-sum, dan kalaupun saya untung berasal dari kerugian orang lain, maka tidak ikutan adalah keputusan yang sangat rasional. lebih baik uang dan waktu saya diinvestasikan ke hal lain yang lebih menguntungkan dan membawa nilai tambah.

    Hehehe Pola pikir anda mengakibatkan semua bisnis akan negative-sum. Dengan begitu.. di bisnis konvensional, bila anda pengecer jelas anda dirugikan oleh supplier grosir anda. Berarti grosir untung dari kerugian para pengecer??

  457. #539:

    Hehehe Pola pikir anda mengakibatkan semua bisnis akan negative-sum. Dengan begitu.. di bisnis konvensional, bila anda pengecer jelas anda dirugikan oleh supplier grosir anda. Berarti grosir untung dari kerugian para pengecer??

    ini komentar basi. sebelumnya sudah pernah anda kemukakan dan juga sudah berkali2 saya sanggah. mengulang2 pernyataan anda tidak lantas membuat pernyataan anda menjadi benar. silakan juga baca tulisan saya sebelumnya tentang the sum game. saya ulangi lagi: MLM adalah negative-sum game. perdagangan adalah positive-sum. anda tidak perlu mencari2 kesamaan MLM dan bisnis konvensional, karena bagaimanapun tentu tetap ada perbedaannya.

  458. anda tidak perlu mencari2 kesamaan MLM dan bisnis konvensional, karena bagaimanapun tentu tetap ada perbedaannya.

    Lho anda sendiri kan menyamakan MLM dengan bisnis konvensional dengan mengatakan MLM yang baik adalah MLM yang berjualan retail? Betul ada perbedaannya, tapi perbedaannya bukan pada hal-hal yang anda kemukakan pada postingan ini. Jadi anda tidak usah mencari perbedaan yang sangat tidak relevan dengan MLM secara bisnis. Saya setuju dengan beberapa pendapat anda mengenai cara menjalankan MLM ini yang salah, tapi itu tidak menyebabkan sistem MLM menjadi salah. Anda dapat menjalankan MLM tanpa ada pengaruh dari oknum penjual mimpi. Jadi kalo begitu sekali lagi kesimpulan anda pada postingan dan juga postingan the sum game yang berhubungan dengan MLM sangat sangat menyesatkan. Dan sudah saya tunjukkan point mana yang menyesatkannya.

  459. #541:

    * saya tidak menyamakan MLM dengan bisnis konvensional
    * kalau mau positive sum, mau tidak mau ya harus jualan retail, kalau tidak ya negative-sum. ini adalah kepastian matematis dan terlepas dari apa definisi MLM masing2.
    * saya tidak mencari2 perbedaan yang tidak relevan
    * MLM salah karena sistemnya yang salah, bukan salah orang yang menjalankannya. saya yakin sebagian besar yang menjalankan MLM adalah orang yang jujur dan sama sekali tidak datang dengan niat buruk, termasuk juga segelintir orang yang menjual mimpi. mereka percaya sistemnya bagus, mereka bahkan mempercayai bahwa dengan merekrut orang, mereka akan membantu orang tersebut!
    * tidak masalah kalau anda pikir tulisan saya menyesatkan. saya juga tidak bisa berharap bisa menyadarkan semua pengikut MLM dalam sekejap. yang penting ada sedikit pembaca yang bisa tercerahkan, dan itu sudah lebih dari cukup.

  460. kalau mau positive sum, mau tidak mau ya harus jualan retail, kalau tidak ya negative-sum. ini adalah kepastian matematis dan terlepas dari apa definisi MLM masing2.

    Hitungan matematis anda berasal dari pandangan subjektif anda. Bagi anda positive sum-game lebih pada subjektivitas, seperti bila pedangang senang dapat untung, konsumen senang dapat produk yang bermanfaat maka itu postive. Sebaliknya bila pedagang untung, tapi pembeli dipaksa atau ditipu untuk membeli produk yang tidak mereka butuhkan, itu kan juga negative-sum-game. Asuransi akan postive sum-game bila pembeli asuransi merasa membeli rasa aman, bukan karena ngga enak karena yang nawarin asuransi teman sendiri atau keluarga sendiri, akhirnya asuransi tersebut menjadi ‘tidak’ berguna bagi pembeli tersebut.

    Sama saja dengan MLM, bila yang ikut MLM untuk merasakan manfaat produknya maka itu positive sum-game.
    Pandangan anda mengenai kebanyakan orang ikut MLM atas dasar ingin mendapat penghasilan, dan bukan untuk menikmati produk yang ditawarkan, itu subjektif. Saya setuju bila MLM dijalankan dengan cara seperti n21 adalah negative sum-game. Karena mereka lebih banyak menginvestasikan pada produk yang sama sekali tidak berhubungan dengan produk MLM. Bila MLM HARUS dijalankan dengan cara seperti n21, maka saya setuju itu negative sum-game, tapi sistem MLM bisa dijalankan tanpa cara itu, tanpa harus mengubah aturan dasar seperti yang anda jelaskan, jadi sistem MLM tetap dibuat untuk postive sum-game untuk keseluruhan peserta. Pelaksanaan yang salah yang membuatnya jadi negatif, sama dengan perdangangan yang sistemnya telah dibuat untuk positif, tapi bila pedangangnya menipu sama saja akan menjadi negatif.

    tidak masalah kalau anda pikir tulisan saya menyesatkan. saya juga tidak bisa berharap bisa menyadarkan semua pengikut MLM dalam sekejap. yang penting ada sedikit pembaca yang bisa tercerahkan, dan itu sudah lebih dari cukup.

    Memang ini blog anda, tak masalah anda berkesimpulan seperti itu. Tetapi saya percaya memberikan komentar yang lebih seimbang akan memperkaya makna postingan ini. :) Di sini saya mengajak pengikut MLM untuk memikirkan kembali orientasi mereka ikut MLM, juga mengajak kelompok Anti-MLM untuk lebih objektif terhadap bisnis ini. Sangat sayang mengesampingkan manfaat dan kualitas dari produk MLM, selain karena ketidakmampuan untuk membeli produk tersebut, hanya karena pengaruh pandangan negatif terhadap MLM seperti pada postingan ini.

  461. #543:

    * saya tidak subjektif. kalau ada konsumen yang membeli karena ditipu atau dipaksa, maka itu bukan perdagangan, tapi penipuan atau perampokan.
    * anda boleh bicara sampai berbusa2 tentang bagaimana MLM seharusnya dijalankan. tapi di sini saya cuma melihat realisasinya seperti apa.
    * disini saya TIDAK sedang membahas yang ikutan MLM karena manfaat produk, tapi terutama yang ikutan MLM atas dasar peluang bisnisnya. sistem MLM memastikan hampir semua dari mereka ini tidak akan pernah mendapatkan apa yang mereka inginkan.
    * rasanya saya sudah cukup objektif. kalau anda tetap bilang saya tidak objektif, ya itu subjektivitas anda yang bicara :). buat saya anda cuma satu dari sekian banyak bukti kuatnya faktor brainwash/indoktrinasi yang terjadi di MLM.
    * manfaat dan kualitas produk di MLM adalah moot point. mekanisme pasar akan memastikan ketersediaan produk yang memiliki manfaat dan kualitas yang setara di pasar bebas. pengecualian diberikan jika ada eksklusivitas, misalnya melalui paten.

  462. Tinggal orang lain saja yang menilai siapa yang objektif :) Kalo anda dan saya sama-sama keras kepala mungkin saya setuju :)

    Saya rasa sudah cukup memberikan point-point mengenai MLM yang benar. Semoga bisa jadi masukan bagi pengunjung anda. Maafkan bila selama ini saya ‘menganggu’ anda. :)

  463. #538
    pertanyaan yang harus ditanyakan sebenarnya adalah: berapa sih rata2 PENGHASILAN TAMBAHANâ„¢ tersebut?

    Mau tau? Minimal 170ribu rupiah per hari sampai dengan batas impian Anda… Kalau cukup dengan uang segitu ya udah, kalau mau ditingkatkan lagi bisa, sampai 8 juta rupiah per hari!

    Siapa yang merasa dirugikan mas? Saya jual produk, terus mereka beli. Beres kan. Masa saya ga boleh dapat untung dari menjual produk. Cape deeehhhhh:d

    Loh wishfull thinking? Itu realita di lapangan mas. Kalau mereka mau ikutan memasarkan produk ya pasti dapat untung dong. Pertanyaannya mungkin apakah bisa menutupi operational cost? Jelas bisa, karena komisi/bonus dibayarkan per hari. Saya rasa 170 ribu rupiah per hari cukup untuk memulai membangun bisnis ini.

    #539

    Mas Handi, perusahaan memang wajar mendapatkan keuntungan. Tapi pertanyaannya adalah kita sebagai distributor, berapa kita dibayar, seberapa cepat, dan pakai syarat atau tidak untuk mendapatkannya. Karena kita telah menghasilkan omzet buat perusahaan. Saya rasa sangat tidak fair bila perusahaan mendapatkan untung tapi banyak membernya tidak mendapatkan apa-apa, atau komisi yang mereka dapatkan sangat kecil. Lalu niat awalnya mau apa ikut bisnis sperti ini, konsumsi terus, atau mau jual produk? Kalau saya pilih yang no 2, jual produk dengan konsep pemasaran berjenjang. Saya rasa kita harus sharing dalam hal ini.

    Saya pikir, konsep seperti klub belanja itulah yang menjadi sumber permasalahan di bisnis MLM. Belanja = mengeluarkan uang. Menjual = profit. Produk yang di beli sebagai syarat mendapatkan komisi itu lah yang membuat pebisnis MLM gulung tikar. Dapat BMW hilang rumah! Anda pasti paham maksud saya.:)

  464. #539
    Mas Zacky, Memang inti bisnisnya itu memasarkan produk produsen kok.. ya jelas produsen harus untung besar.. Tujuannya kan untuk membangun jaringan pengguna..

    Saya kira MLM adalah jaringan pemasaran, bukan jaringan pengguna/klub belanja. Karena jika konotasinya pada “pengguna” maka terjadilah syarat wajib belanja (Belanja kok wajib?). Mau dapat komisi? Anda harus rekrut sejumlah orang yang mau belanja tiap bulan, berikut Anda pun kena wajib belanja sekian poin. Kalau tidak memenuhi syarat, ya bonus nol (reset). Ini yang tidak fair.

    Saya rasa persepsi MLM ini harus kita samakan dulu, kalau MLM adalah sistem pemasaran. Bukan sistem belanja. Memang dari sudut pandang perusahaan ini adalah sistem pemasaran, tapi bagi distributor berubah menjadi sitem belanja. Harusnya tidak seperti itu.

  465. #546:

    Mau tau? Minimal 170ribu rupiah per hari sampai dengan batas impian Anda… Kalau cukup dengan uang segitu ya udah, kalau mau ditingkatkan lagi bisa, sampai 8 juta rupiah per hari!

    heheheh, kalau yang ditanya adalah rata2, jawabannya bukan “bisa 170 ribu/hari, bisa 8 juta/hari”. please try again :)

    btw, kalau rata2 profit bersih adalah Rp 170 ribu/hari, kemungkinan besar MLM tersebut akan positive-sum karena ongkos ikutan MLM rasanya tidak akan sebesar itu. tapi soal apakah ini klaim yang benar atau tidak, dan apakah kondisi tersebut dapat dipertahankan selamanya, ini masih harus kita pantau.

  466. Silakan Anda memantaunya. MLM ini telah berjalan memasuki usia 5th. Dan sejauh ini angka pertumbuhannya sangat baik. Kestabilan didapat karena member yang aktif menjual (tentunya menghasilkan omzet penjualan) 99% mendapatkan haknya, yaitu komisi penjualan tanpa syarat. Ini bukan klaim palsu, saya bisa saja membuka semuanya disini. Tetapi sekali lagi, niat saya posting di blog ini bukan untuk buka-bukaan. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa tidak semua bisnis MLM seperti yang mas Pri katakan. MLM bisa menjadi bisnis yang hebat, bila syaratnya terpenuhi. Yaitu, member di bayar besar, cepat, tanpa syarat, dan bertahan lama. Tanpa tutup point, reward, peringkat (jebakan) dll.

    Dan saya meyakini kalau bisnis MLM haruslah bisa menguntungkan partisipannya, bukan hanya menguntungkan perusahaan. Adil dalam pembagian komisi, dan tidak ada syarat apapun untuk mendapatkan hak member. Baru MLM tersebut memungkinkan untuk partisipan didalamnya memperoleh komisi yang cukup menguntungkan. Bila syarat diatas tidak terpenuhi, maka maaf bila harus saya katakan “DON’T TRY THAT, B’COZ IT’S DANGER FOR YOUR FINANCIAL!”

    Mungkin pertanyaannya: Tapi kan ada orang yang sukses disana? Hehehehe… Anda belum tau dari mana itu berasal… Kalau saja Anda tau….:)

  467. Mudah-mudahan dengan mengetahui mana MLM yang baik atau tidak …MLM tetap menjadi salah satu pilihan untuk mencapai kesejahteraan bersama…Taiwan padat karya dalam sistem produksi, sedangkan MLM lahir untuk padat karya dari sisi Marketing.

    Salam IB Prabowo (bowox7@gmail.com)

  468. #546 & 547 :
    Mas Zacky, kalo yang dimaksud dengan pemasaran berjenjang, mengajak anggota untuk mencari anggota lagi, jualannya kapan, komisinya dari mana? Komisinya kan tetap dari total omzet penjualan produk dari seluruh omzet jaringan downline anda. Ada komisi yang lain?

    Jaringan pengguna bukan berarti jaringan tersebut wajib belanja, tapi ada produk yang bisa kita konsumsi atau downline kita konsumsi secara rutin. Seperti misalnya multi vitamin, setelah dibeli ya dikonsumsi, karena dikonsumsi rutin berarti akan habis, setelah habis dia beli lagi. Begitu seterusnya. Bila anda ngga mau mengkonsumsi produknya apakah downline anda mau? Bila memang anda bisa membuat demikian ya ga ada salahnya juga anda tidak mengkonsumsi.

    Demikian bila kita dan para downline ga punya akses ke target pasar jelas akan sangat sulit sekali menjalani MLM.

  469. #549
    Wah saya tertarik nih dengan MLM anda, kasih info lebih lanjut dong. Ini baru hebat, 99% mendapat komisi…. buka dong ke saya…. tertarik nih!

  470. Ok mas Handi, di MLM yang sedang saya jalankan kita bukan cuma mengajak orang (merekrut) saja, tetapi langsung pada menjual produk yang kita tawarkan. Komisi kita dapatkan langsung dari produk yang berhasil kita jual kepada konsumen. Jadi kita tidak perlu menyetok produk. Komisi didapat jelas dari hasil penjualan -bukan belanja-belanja- produk oleh kita sendiri maupun group.

    Betul, inti daripada MLM adalah swakonsumsi. Jadi mas Handi program bisnis MLM bukan mengajarkan kita untuk menjadi sales. Karena penjualan retail dalam bisnis MLM tidak efisien. Selain karena jumlah distributor yang tidak dibatasi, insentif dari pertumbuhan jaringan menjadi daya tarik utama bisnis ini. Kalau MLM ingin menjadi bisnis retail, maka syaratnya menjadi seperti yang Priyadi katakan, yaitu batasi jumlah distributor dalam satu wilayah. Coba saja kita lihat, top-top leader dari berbagai macam perusahaan MLM. Mereka sukses bukan karena dari hasil penjualan retail melainkan dari omzet group. Kesimpulan saya, pendapatan retail dalam bisnis MLM hanyalah MITOS.

    Masalahnya member, terutama member aktif/network builder seringkali di berikan insentif untuk selalu membeli lebih banyak dari yang seharusnya (overload). Karena menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan komisi, reward, kenaikan peringkat dan bonus lainnya.

    Dalam bisnis MLM sesungguhnya hanya ada 3 jenis omzet, yaitu omzet penjualan langsung (sponsoring), omzet membina, dan omzet belanja. Kami mendapatkan komisi dari ketiga-tiganya.

    Konsep belanja /Repeat order kami didapat secara otomatis, dan tidak menjadi syarat untuk mendapatkan komisi (hak member) yang telah berhasil menciptakan omzet.

    #Jaringan pengguna bukan berarti jaringan tersebut wajib belanja, tapi ada produk yang bisa kita konsumsi atau downline kita konsumsi secara rutin.

    Betul bila ini terjadi secara alami sesuai kebutuhan, masalahnya kan kita tau pada kenyataannya tidak seperti itu. Mereka seringkali berbondong-bondong untuk belanja karena mengejar point dan di motivasi untuk berbelanja lebih banyak lagi.

    Saya contohkan saja begini, saya punya teman seorang tenaga pemasaran dari sebuah dealer mobil. Ia dibayar setiap kali ia berhasil menjual mobil. Dari 1 unit mobil yang terjual ia diberikan fee 250rb. Bila ia berhasil menjual 3 unit mobil berarti bonusnya adalah 750rb. Tapi saat ia meminta komisi yang menjadi haknya, kemudian perusahaan tersebut mengatakan “ok, saya bayar komisi Anda, tapi beli dulu mobil dari saya, baru saya berikan komisinya”.

    Kesimpulan saya, program belanja yang menjadi syarat untuk mendapatkan hak member mendapatkan komisi adalah tidak fair.

  471. #549

    Maaf ibu/mba Herlina, Saya berusaha untuk konsisten tidak menyebut dan membuka perusahaan MLM kami. Niat saya ikutan posting di blog ini hanya untuk tukar pikiran dengan teman-teman yang anti maupun pelaku bisnis MLM. Trims.

  472. #553:

    Kesimpulan saya, program belanja yang menjadi syarat untuk mendapatkan hak member mendapatkan komisi adalah tidak fair.

    Uraian saya sama sekali tidak mengatakan untuk mendapatkan komisi syaratnya harus belanja. Kalo anda tidak mengkonsumsi tapi anda dapat omzet dari downline anda yang mengkonsumsi silahkan saja. Komisi kan tetap dari omzet jaringan. Bila anda ga belanja tapi downline ada belanja ya anda dapat komisi dari pembelian downline, selama total pembelian seluruh downline anda mencapai peringkat untuk mendapatkan komisi. Tapi bila anda belanja otomatis belanjaan anda mendapatkan discount karena komisi tersebut, sekali lagi itu juga bila total belanja anda dan downline anda mencapai peringkat komisi.

  473. Nah itu dia mas Handi, Selama ini di sistem pembayaran pada program kompensasi MLM selalu mensyaratkan peringkat komisi, yang kalau saya artikan menjadi syarat untuk kita mendapatkan hak pembayaran sebagai distributor karena berhasil menciptakan omzet. Coba saja pada saat omzet belanja terjadi di group yang kita bina kan kita tidak serta merta mendapatkan komisi dari sana, sebelum kita belanja ulang. Belum lagi sistem peringkat yang terjadi banyak membuat pebisnis MLM menjadi trauma. Karena bila peringkatnya tersusul oleh Downline biasanya terjadi Break peringkat, dan komisinya langsung 0%. Setelah sekian lama membangun dan membina jaringan dengan susah payah, setelah omzet membesar malah kena pinalty. Itu yang saya maksud tidak adil.

    Perusahaan MLM selama ini mendapatkan manfaat dan keuntungan yang sangat besar dari para distributor yang aktif mengembangkan jaringannya. Namun begitu “pelit” untuk membeikan komisi pada para pemasarnya yang merupakan eksekutor di lapangan.

  474. Mas Zacky, ini adalah berbisnis, dan dalam bisnis sangat fair bila anda mendapatkan keuntungan hanya berdasarkan omzet. Perusahaan MLM mendapatkan untung dari distributornya yang aktif dan memberikan omzet. Bila hanya membangun jaringan tapi tidak memberikan omzet, perusahaan punya dana dari mana untuk memberikan komisi?

  475. Saya baru baca ini, ada beberapa hal yang saya ingin ikut nimbrung. Saya sendiri pemain MLM….dulunya benci banget ttg MLM karena sependapat dengan semua pendapat negatif yg ada di blog ini….Tak kenal maka tak sayang….Secara jujur konsep MLM sebenarnya bagus…tidak ada kaitannya dengan APLI sama sekali bahkan APLI sendiri menegaskan bahwa yg menentukan legalitas dari sebuah MLM adalah Departemen yg paling berwenang…Yaitu Deperdag….jadi ngga ada kewajiban bahwa setiap MLM harus masuk ASOSIASI..namun hal ini udah diplesetkan oleh oknum2 tertentu utk memberikan pembenaran bahwa semua yg terdaftar di APLI adalam legal bahkan lebih legal dari kewenangan yg dikeluarkan pemerintah…

    Apabila sejak awal kita menawarkan bisnisnya dengan cara yg transparan dan jujur maka tidak akan ada masalah dengan MLM…yg banyak terjadi dilapangan adalah..pada saat presentasi…sangat jarang sekali pembahasan ttg remunerasi ini dibuka..lebih dititikberatkan pada keajaiban produk….saya setuju bahwa produk adalah penting…namun yg terpenting lagi adalah…bagaimana sebuah reward atau komisi didapatkan….jika tujuannya adalah menjaring konsumen tok..yo wish…presentasi titikberatkan di produk saja….namun jika kita mencari pemain maka harus seimbang…sayangnya konsep konsep yg berjalan dilapangan justru lebih dikembangkan bagaimana mempengaruhi imajinasi dari peserta presentasi dengan penampilan yg wah, musik yg menggoda dan hal hal yg bersifat kosmetik…

    Hal tsb lah yg merusak citra MLM…..

    Satu lagi….jarang sekali ada pembuktian dari apa yg telah diperoleh oleh seseorang dari MLM tsb…contoh…kalo hanya mobil, rumah atau bahkan kapal…agak sulit pembuktiannya…yg paling sederhana…kalo memang sudah mendapatkan komisi yg patut dibanggakan..ya…buka statement komisi dari awal bergabung..tunjukkan pada khalayak…nah ini baru jempolan…

    Itu aja. Intinya sebenarnya bukan di MLM nya..tapi pelakunya.

    Thx. :d

  476. #559:

    Intinya sebenarnya bukan di MLM nya..tapi pelakunya.

    MLM juga turut andil. sampai saat ini tidak ada satupun MLM di Indonesia yang bersedia mengeluarkan data2 seperti rata2 jumlah penghasilan per distributor. dan semua MLM selalu melakukan perekrutan tanpa pandang bulu terhadap market saturation.

    nasihat dari saya: if you are being paid on commission alone, demand some degree of exclusivity.

  477. #558

    Setuju mas Handi. MLM adalah sebuah konsep bisnis dan komisi berasal memang dari omzet yang dihasilkan. Hanya cara membawa omzetnya saja yang mas Handi belum paham. Di sini kami justru lebih menekankan pada bagaimana para distributornya bisa menjual produk dengan konsep jaringan. Dan konsep belanjanya dengan sistem automeintein atau konsep belanja ulang otomatis. Jadi, distributor diberikan hak berupa komisinya dulu, baru belanja. Itupun dibatasi hingga jumlah tertentu. Kalau sebelumnya kan di MLM dengan sistem belanja bulanan keadaannya terbalik. Belanja dulu baru diberikan komisinya, itupun dengan syarat tertentu. Misalnya jumlah PV pribadi/group, side volume, dll.

    Jadi kami bukan membangun jaringan tanpa omzet. Malah yang terjadi sebaliknya. Pola MLM belanja yang biasa kita temui lebih cenderung kepada rekrut merekrut. Mencari member yang mau belanja produk tiap bulan. Dari pengalaman kami hal ini tidak lagi efektif. Saya melihat sendiri bagaimana seorang member dengan jaringan lebih dari 1500 orang, ternyata yang “rajin” belanja itu tidak lebih dari 1%. Bila Anda hitung dengan cermat, omzet yang naik ke perusahaan lebih besar dari pada komisi yang dibayarkan kepada membernya. Contoh Hitung saja berapa syarat omzet kepemilikan mobil mewah, berapa harga mobil mewah tersebut, dan berapa total omzet yang naik ke perusahaan. Nanti akan kelihatan berapa keuntungan perusahaan dibandingkan keuntungan member dikurangi operational cost dalam membangun jaringan + belanja-belanja yang mereka lakukan. Tak heran bila banyak orang yang menjadi sangat trauma di bisnis MLM dan akhirnya berpandangan negatif.

    Karena itu tidaklah mengherankan bila sebuah perusahaan bisa menjadi sangat besar, asetnya bertebaran dimana-mana, ownernya kaya raya, namun banyak sekali memakan “korban” dari para membernya akibat sebuah sistem yang tidak fair. Sistem MLM yang ada selama ini lebih kepada klub belanja dibandingkan sebuah sistem pemasaran dan penjualan.

  478. #560
    sampai saat ini tidak ada satupun MLM di Indonesia yang bersedia mengeluarkan data2 seperti rata2 jumlah penghasilan per distributor. dan semua MLM selalu melakukan perekrutan tanpa pandang bulu terhadap market saturation.

    Loh memang mas Pri ini siapa? Apa kepentingan perusahaan untuk membuka “isi” nya kepada mas Pri. Apa nama mas Pri bisa menjadi jaminan akan mampu menghasilkan omzet besar? Gini saja deh, di tempat kelahiran saya yang rata2 masyarakat merupakan pelaku usaha home industri (bordir) tidak semuanya berhasil. Malahan kalau dirata-ratakan lebih “ngeri” lagi, soalnya banyak yang meninggalkan hutang sampai ratusan juta rupiah. Tapi kita toh tidak sampai berkesimpulan kalau usaha bordir tersebut jelek dan tidak layak. Itu soal opportunity saja. Soal market saturation dari dulu sudah dihembuskan oleh para anti MLM, tapi buktinya sampai saat ini belum pernah terjadi. Kita lihat saja apakah teori mas Pri ini benar, atau sekedar wacana dan analisis belaka. Kalau sampai tidak benar saya rasa mas Pri harus berbesar hati untuk mengakui kekeliruan analisisnya.

  479. #562:

    Apa kepentingan perusahaan untuk membuka “isi” nya kepada mas Pri

    kalau ada yang menawarkan bisnis kepada saya, maka saya berkepentingan untuk mendapatkan informasi yang saya perlukan. kalau serius, seharusnya tidak perlu menutup2i informasi ini.

    di tempat kelahiran saya yang rata2 masyarakat merupakan pelaku usaha home industri (bordir) tidak semuanya berhasil. Malahan kalau dirata-ratakan lebih “ngeri” lagi, soalnya banyak yang meninggalkan hutang sampai ratusan juta rupiah. Tapi kita toh tidak sampai berkesimpulan kalau usaha bordir tersebut jelek dan tidak layak

    setelah lama berdiskusi tentang ini, harusnya anda tahu bedanya :). di industri bordir tersebut, yang bangkrut menjadi bangkrut bukan karena modalnya lari ke pabrik bordir uplinenya :).

    Soal market saturation dari dulu sudah dihembuskan oleh para anti MLM, tapi buktinya sampai saat ini belum pernah terjadi

    pernyataan ini hanya menunjukkan ketidaktahuan anda akan masalah ekonomi. market saturation dapat dipastikan pasti terjadi karena pasar jumlahnya terbatas, baik dengan tujuan untuk mencari downline, maupun menjual produk. dari sisi distributor, mereka biasanya tidak menyadari kalau itu terjadi. bagaimana bisa menyadari? datanya saja tidak diberikan :). mereka hanya dapat merasakan kalau semakin lama semakin sulit untuk menjual/merekrut.

    dari sisi perusahaan MLM, mereka bisa tahu kapan market saturation terjadi karena mereka yang punya data2nya. kalau jumlah distributor meningkat, tetapi penjualan stagnan, maka telah terjadi market saturation. jika jumlah distributor juga stagnan, maka juga telah terjadi market saturation dalam bidang perekrutan.

    mereka tahu itu, tapi mereka tidak punya insentif untuk menghentikan ekspansi karena yang menanggung kerugian akibat market saturation kan distributor, bukan mereka :). dari sudut pandang mereka sih mau market saturation mau ngga, yang penting duit tetap mengalir :).

  480. #kalau ada yang menawarkan bisnis kepada saya, maka saya berkepentingan untuk mendapatkan informasi yang saya perlukan. kalau serius, seharusnya tidak perlu menutup2i informasi ini.

    Masalahnya kan disini tidak ada pihak yang sedang menawarkan bisnis MLM kepada Anda, kita disini hanya akan membahas tulisan Anda yang mengatakan bahwa MLM adalah suatu bentuk money game terselubung. Dan saya berkeyakinan itu tidaklah benar dan sangat menyesatkan.

    #setelah lama berdiskusi tentang ini, harusnya anda tahu bedanya. di industri bordir tersebut, yang bangkrut menjadi bangkrut bukan karena modalnya lari ke pabrik bordir uplinenya.

    Betul tidak lari ke uplinenya, tapi ke para penjual kain, benang, dan penjual grosir. Dan itu lumrah saja, ada yang untung tapi bisa saja ada yang buntung…:)

    #market saturation dapat dipastikan pasti terjadi karena pasar jumlahnya terbatas, baik dengan tujuan untuk mencari downline, maupun menjual produk.

    Hehehe… justru saya rasa Anda yang tidak paham tentang kondisi pasar yang sesungguhnya. Karena Anda hanya berpikir berdasarkan analisis dan perkiraan dari data-data. Padahal tidak bisa dijadikan suatu patokan. Contoh, bagaimana bila seluruh orang di dunia ini telah memiliki komputer? Apa berarti usaha ini dipastikan akan stag? Saya pikir, teori market saturation bila digunakan dengan cara pandang yang destruktif maka orang tidak akan mau lagi berbisnis, ini bisa mematikan. Namun bila melihatnya dari cara yang konstruktif justru ini adalah peluang. Dan saya meyakini kalau manusia seharusnya berpikir positif, dan mencari cara-cara yang kreatif dalam menghadapi tantangan.

    Saya memang bukan seorang “pakar ekonomi”, tapi saya cukup jeli untuk melihat peluang. Saran saya, gunakan teori-teori Anda untuk mencari cara dan solusi, bukan untuk mengatakan gagal.

    BTW, apakah Anda tidak menghitung jumlah pertumbuhan penduduk dan jumlah pertumbuhan manusia yang masuk usia 18th? Saya rasa ini cukup untuk membantah teori Market Saturation.

  481. #564

    Masalahnya kan disini tidak ada pihak yang sedang menawarkan bisnis MLM kepada Anda, kita disini hanya akan membahas tulisan Anda yang mengatakan bahwa MLM adalah suatu bentuk money game terselubung. Dan saya berkeyakinan itu tidaklah benar dan sangat menyesatkan.

    ya, saya cuma menanyakan apa yang seharusnya anda2 orang MLM tanyakan dulu sebelum anda ikut MLM tersebut :). kalau anda gak tahu jawabannya, artinya dulu anda gak menanyakan hal tersebut :).

    Hehehe… justru saya rasa Anda yang tidak paham tentang kondisi pasar yang sesungguhnya. Karena Anda hanya berpikir berdasarkan analisis dan perkiraan dari data-data. Padahal tidak bisa dijadikan suatu patokan. Contoh, bagaimana bila seluruh orang di dunia ini telah memiliki komputer? Apa berarti usaha ini dipastikan akan stag?

    susah sekali ya bikin anda mengerti? :P market saturation itu akan terjadi untuk semua bisnis. bedanya di MLM cuma satu: jika market saturation sudah terjadi, pemain MLM tetap diberi insentif untuk merekrut, membuat market saturation semakin parah. sedangkan pebisnis yang rasional akan menghentikan ekspansi pada saat hal tersebut terjadi, misalnya jika penambahan salesforce tidak akan menambah profit perusahaan.

    BTW, apakah Anda tidak menghitung jumlah pertumbuhan penduduk dan jumlah pertumbuhan manusia yang masuk usia 18th? Saya rasa ini cukup untuk membantah teori Market Saturation.

    pertambahan penduduk indonesia adalah 1,25% per tahun. jika MLM sudah mencapai market saturation (dalam hal jumlah distributor), artinya ekspansi seharusnya mengikuti angka ini. jika satu MLM memiliki 1000 distributor, maka jumlah distributor baru per tahunnya seharusnya hanya sebanyak 12-13 orang. atau dengan kata lain, dari 1000 orang tersebut, hanya 80 orang yang merekrut satu orang distributor baru dalam jangka waktu satu tahun.

  482. #susah sekali ya bikin anda mengerti? market saturation itu akan terjadi untuk semua bisnis. bedanya di MLM cuma satu: jika market saturation sudah terjadi, pemain MLM tetap diberi insentif untuk merekrut

    Hehehe… jelas Anda yang susah mengerti tentang bisnis pemasaran MLM. Kegiatan rekruting adalah kegiatan promosi dan penjualan produk. Dan itu adalah sifat dari bisnisnya. Dan bila Anda sendiri mengatakan bahwa market saturation akan terjadi di semua bisnis, lantas apa yang salah dalam MLM? Toh para penjual komputer pun tetap diberikan insentif untuk menjual :p

    Jawaban yang benar adalah bahwa MLM adalah sistem pemasaran produk melalui jaringan. Dan yang namanya produk memiliki life cycle. Dan bila masa “populernya” telah berakhir maka produsen akan menciptakan produk baru. Kejenuhan pasar bisa diatasi seiring dengan masuknya produk-produk baru. Itu kuncinya. Jadi sangat dimungkinkan bila hari ini saya menjual produk jenis A, kemudian suatu hari saya menjual produk jenis B. Mungkin mas Pri lupa, kalau di MLM kami bukan tipe MLM seperti klub diskon/ klub belanja. Kami terfokus pada penjualan dan penyaluran produk kepada konsumen tanpa harus belanja-belanja. Kami hanya menghitung omzet penjualan perhari, bukan omzet belanja group/pribadi.

    Fakta: MLM kami tidak menghitung omzet berdasarkan jumlah member yang aktif belanja, melainkan jumlah produk yang berhasil terjual pada hari itu. Jadi tidak seperti MLM lain yang senang merekrut mencari member, di MLM kami urusan rekrut merekrut bukan hal yang utama.

    #pertambahan penduduk indonesia adalah 1,25% per tahun.

    Ya, ini hanya angka pertambahan penduduk saja. Bukan angka pertumbuhannya. Itu belum menyangkut angka jumlah pertumbuhan usia penduduk yang mencapai usia 18 th. Ini penting, karena pasar potensial bisnis MLM adalah pada rentang usia +18th. Belum lagi dilihat dari jenis dan sifat produknya terhadap market yang dituju. Saya sudah sangat memperhitungkan hal itu. Sekali lagi, pasar Indonesia masih sangat luas untuk penjualan produk-produk kami.

  483. #566:

    Hehehe… jelas Anda yang susah mengerti tentang bisnis pemasaran MLM. Kegiatan rekruting adalah kegiatan promosi dan penjualan produk. Dan itu adalah sifat dari bisnisnya. Dan bila Anda sendiri mengatakan bahwa market saturation akan terjadi di semua bisnis, lantas apa yang salah dalam MLM? Toh para penjual komputer pun tetap diberikan insentif untuk menjual

    penjual komputer punya insentif untuk menjual, tapi TIDAK punya insentif untuk MEREKRUT setelah market saturation tercapai. karena pada kondisi tersebut, penambahan salesforce tidak akan meningkatkan penjualan. atau peningkatan jumlah salesforce tidak sepadan dengan hasil yang didapatkan.

    sedangkan di MLM, semua distributor tetap diberi insentif untuk merekrut walaupun kondisinya sudah jauh melewati titik market saturation. untuk perusahaan MLM sih mereka nothing to lose, karena yang menanggung kerugian akibat inefisiensi adalah distributor. jadi sebaiknya distributor tidak perlu membohongi diri sendiri, karena mereka dikadalin oleh perusahaan distributor.

    Itu belum menyangkut angka jumlah pertumbuhan usia penduduk yang mencapai usia 18 th. Ini penting, karena pasar potensial bisnis MLM adalah pada rentang usia +18th

    jadi berapa persen pertumbuhan penduduk yang mencapai 18 tahun? where’s that data again? :)

  484. #sedangkan di MLM, semua distributor tetap diberi insentif untuk merekrut walaupun kondisinya sudah jauh melewati titik market saturation.

    Ya setuju bila ini yang Anda maksud adalah MLM berbasis rekrutmen, bukan penjualan produk. Tapi tidak semua MLM adalah seperti itu. Di MLM kami tidak seperti itu. Insentif kami justru dalam hal penjualan, walaupun tetap dalam konteks jaringan dalam menghitung omzet penjualannya.

    #jadi sebaiknya distributor tidak perlu membohongi diri sendiri, karena mereka dikadalin oleh perusahaan distributor.

    Sesungguhnya saya sependapat dengan Anda dalam banyak hal. Namun karena karakter MLM kami memang beda dengan perusahaan MLM lain jadinya memang tidak sinkron.

    Menurut hasil penelitian Biro Pusat Data Statistik, persentase kelompok umur 10-19th adalah 21,6%, 20-29th 14,5%, middle age 25,7%, dan generasi tua 6,2%. Target pasar produk kami masih sangat luas. Dimana jaringan pemasaran kami (MLM) bisa subur menghasilkan omzet penjualan. Selama 5 tahun perusahaan ini berdiri, belum bisa menghabiskan 1 wilayah dengan potensi pasarnya. Tapi, dilihat dari sisi profit income para distributor (Aktif)nya yang jumlahnya dibawah 2% (estimasi) dari sekitar 500.000 member, bisa menembus angka ratusan ribu perhari bahkan jutaan rupiah setiap hari. Jadi karena memang kami bukan MLM berbasis rekrut maka kami bisa tenang2 saja.:)

  485. #568:

    Ya setuju bila ini yang Anda maksud adalah MLM berbasis rekrutmen, bukan penjualan produk. Tapi tidak semua MLM adalah seperti itu. Di MLM kami tidak seperti itu. Insentif kami justru dalam hal penjualan, walaupun tetap dalam konteks jaringan dalam menghitung omzet penjualannya.

    jika insentif untuk merekrut lebih kecil daripada untuk menjual, maka saya setuju ini adalah salah satu indikasi MLM yang baik. tapi saya harus simpan penilaian saya sampai anda memberi tahu apa MLM anda. selain itu, itu hanya indikasi, realisasinya harus diuji berdasarkan data di lapangan.

    kalau baca komentar2 di atas, banyak yang mengklaim MLM-nya sesuai dengan kriteria MLM yang baik, tapi kenyataannya berbeda :).

  486. Mas Zacky MLMnya apa ya….. kalo gak basis rekrutmen, jelasin ke saya dong japri deh….. kayaknya menarik tuh….. penasaran nih!

  487. Memang MLM di mata masyarakat luas lebih banyak segi negatif dari pada positifnya.Hal ini jelas karena sistem piramida atau apapun itu, tapi saya rasa semua perusahaan di manapun(bukan MLM)bisa masuk kategori piramida.Gimana gak piramida yang namanya Boss pasti cuma satu, yang namanya piramida sudutnya ya cuma satu di atas.Yang lain dibagi dr mulai buruh sampe manager dan seterusnya.Tapi coba anda buka mata, buka hati bahwa ada satu perusahaan (MLM) yang tidak piramida apa lagi moneygame, bahkan hadir dengan sistem breakaway.Di perusahaan ini berbagai kebaikan di dapatkan, bahkan bisa jadi saluran berkah bagi setiap anggotanya.Anda tahu apa nama perusahaannya?”K-LINK” jawabannya.kunjungi website-nya (www.k-link.com).lihat jadwal acaranya, dan datangi acara yang terdekat dengan kota anda.Dan anda akan melihat begitu banyak orang-orang luar biasa di dalamnya.

  488. Segala hal dalam hidup ini seperti MLM. Nabi Muhammad SAW menyebarkan Islam dengan cara seperti MLM yaitu memakai kaki tangannya/sahabat. Nabi Isa AS menyebarkan ajaranny juga dengan cara seperti MLM yaitu memakai murid-muridnya/rasulnya. Saya beli bakso juga korban cara-cara mlm yaitu tukang bakso menguntungkan tukang daging, tukang mie, dll. Tukang daging menguntungkan peternak sapi potong. Saya beli baju menguntungkan tukang jahit dan tukang kain. tukang kain menguntungkan pemilik pabrik kain. Saya bekerja menguntungkan supervisor, supervisor menguntungkan section head, section head menguntungkan manajer, manajer menguntungkan direktur. Dan banyak aspek dikehidupan kita seperti MLM. Jadi apa untungnya jelek-jelekin metode MLM yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.Yang penting sadari dan syukuri saja yang sudah ada. Bila kita berbuat baik untuk sesama pasti dapat pahala. :)

  489. #572: rasanya imajinasi anda terlampau jauh :P. ini sama2 dengan analogi kalau kambing itu sebenarnya adalah sapi. kenapa? karena kakinya sama2 empat :)

  490. lebih baik punya analogi berlebihan tapi berhati baik dan berbuat baik dengan sesama:d. tidak menjelek-jelekkan profesi orang lain karena semua ada resiko yang ditanggung masing-masing orang. alangkah baiknya bila mengumpulkan pahala agar bahagia dunia dan akhirat:d/. toh kambing dan sapi bermanfaat bagi manusia :). bertaubatlah wahai manusia janganlah anda berbuat dosa:”>. menjadi orang pinter tidak perlu jadi keminter:-?

  491. Saya sangat setuju dengan tulisan anda. Namun saya ingin menanggapi pernyataan anda yang sebagai berikut :
    “Kesimpulannya, MLM yang baik adalah MLM yang memberi insentif lebih tinggi bagi distributornya untuk menjual produk ke anggota masyarakat non distributor ketimbang untuk merekrut distributor baru. Adakah MLM yang seperti itu? Saya pribadi belum menemukannya.”

    Menanggapi pernyataan “belum menemukan” ,anda mungkin terlewat untuk meneeliti salah satu MLM yang baru saja hijrah ke Indonesia dengan nama PT.K-link Internasional (untuk keterangan lebih lanjut klik http://www.k-link.com atau http://www.k-link.co.id).

    Pada MLM ini distributor yang menjual produk diberikan insentif yang lebih tinggi dibandingkan merekrut distributor baru karena bila ada seorang distributor yang merekrut distributor baru dia tidak menadapat bonus. Si distributor yang merekrut baru bisa mendapat bonus bila “yang direkrut” bisa melakukan pembelanjaan (personal selling). Selain itu untuk bergabung di usaha MLM yang satu ini dapat dikatakan gratis. Dimana sesuai dengan sistem viral marketing yang merupkan salah satu sub-species MLM. Ciri-ciri Viral Marketing yang membedakan dengan lain adalah sebagai berikut :
    1. TIDAK ADA bonus untuk rekrutmen ( karena biaya bergabung adalah GRATIS ).
    Di K-link untuk bergabung hanya perlu uang 190.000, itu sudah mendapatkan produk senilai 140, 1 agenda seharga lebih dari 100rb, buku kerja lisensi Robert T. Kiyosaki, 4 Kaset (sponsoring, sikap, konsep kesehatan, k-link is the best), 2 VCD (product talk dan Company profile). Dimana bila ditotal lebih dari 190 rb. Atau dapat dikatakan GRATIS.
    2. Produk yang dipasarkan merupakan produk “fast moving” , mis. pulsa,dsb.
    Produk yang ditawarkan oleh K-lInk adalah produk kesehatan yang dimana produk semacam ini mempunyai kekuatan repeat order sangat tinggi. Selain itu produk nya dilengkapi asuransi dan sertifikat dari WHO, POM RI, MUI dan FDA. Beberapa saat lagi ada vboucher pulsa dan produk kecantikan serta otomotif.
    3. Bonus hanya diperoleh dengan adanya “repeat order
    Tidak ada bonus dari merekrut orang. Bonus hanya didapat bila downline melakuakn pembelanjaan minim 100BV (500rb rupiah, masih dibawah pendapatan perkapita penduduk indonesia.
    4. Harga produk lebih murah / hampir sama dengan harga pasar konvensional.
    Harga produk menjangkau semua lapisan masuyarakat. Mulai 25.000-2juta rupiah. Contohnya sabun K-link harganya 25rb sama dengan sabun di pasaran dengan pangsa mengengah.
    5. Komisi/Bonus per transaksi yang diperoleh relatif kecil.
    Di K-link Bonus dapat didapat dari 3 sumber: PLAN A,PLAN B dan 20% penjualan langsung.Contoh : Klorofil dijual ke konsumen dengan harga 140.000 namun distributor hanya 117.000. Ada promosi beli 6 gratis 1 untuk distributor. Dan masih banyak yang lain. Produk-produk yang dipromosi adalah produk-produk yang paling laris.
    6. Bonus akan signifikan pada jaringan yang besar.
    Untuk yang satu ini anda bisa mendapat jawaban langsung setelah membuka situs yang saya sebutkan di bawah ini:
    http://www.k-link.com
    http://www.k-link.com/business_opportunity/plan_a.htm
    http://www.k-link.com/business_opportunity/plan_b.htm
    http://www.k-link.co.id

    Saya tak perlu berbicara banyak disini karena saya yakin begitu and membuka link yang saya sebutkan diatas maka anda akan mempunyai wawasan dan wacana baru mengenai contoh MLM yang marketing plannya menjadi gebrakan di dunia MLM.

    Sekian terima kasih

    :”>:d:)

  492. #575:

    Menanggapi pernyataan “belum menemukan” ,anda mungkin terlewat untuk meneeliti salah satu MLM yang baru saja hijrah ke Indonesia dengan nama PT.K-link Internasional

    ah ini sama saja dengan MLM lainnya. kalau lihat ‘business’ plannya, yang ditonjolkan adalah rekrutment. gak berbeda dengan MLM lainnya.

  493. #572:asumsi yang terbalik.. perumpamaan “ghirah” ber-MLM yang kebablasan dengan mengangkat action religius.. :-w

    mungkin kesimpulannya :
    buat yang pro-MLM “that’s the way i like it – keep away”
    buat yang anti-MLM “that’s the way i hate it – go away”

    semuanya mempunyai cara pandang yang berbeda, saling hormat-menghormati dan mempunyai sikap yang adil tanpa harus ada rasa saling melukai adalah tautan hati yang lapang..

    peace for all

    Pak Priyadi salam kenal yaaa..

  494. Mas pri, di tempat kerja saya lagi santer-santernya nih produk “BIODISC”, yang katanya ampuh bagi kesehatan tubuh kita dengan cara meminum air yang sudah ditreat dengan alat ini. Harga produknya 4jutaan.
    Tapi jualannya jula lewat MLM, QUEST net kalo gak salah nama MLMnya.
    Bisa bahas prosuk BIOSDISC ini mas…..

  495. Saya kemarin Sabtu baru aja diprospek, oleh temen saya sendiri di SMA. FYI, kita2 masih kelas 2, jadinya saya nggak nyangka kalo ada anak seumuran saya sudah ngikut MLM.

    Kesan saya:
    1. Mereka sembunyi-sembunyi, nggak transparan dengan yang lain. Waktu saya diprospek itupun nyari tempat yang sepi dulu. Kalau ada anak lain yang tanya, mereka cuma jawab: sedang bisnis
    2. Mereka maksa, mendoktrin gitu. Jadi suasananya mengerikan
    3. Mereka suka menyinggung2 masalah uang. Misal, “Ntar dapet XXX juta, lho. Mau nggak?” atau, “Percuma kalau nanti sarjana tapi penggangguran. Mau jadi sarjana pengangguran?”
    4. Mereka ngebet banget pingin saya gabung

    Waduh, pengalaman aneh… [-(

  496. #576

    ah ini sama saja dengan MLM lainnya. kalau lihat ‘business’ plannya, yang ditonjolkan adalah rekrutment. gak berbeda dengan MLM lainnya.

    Mas….misalkan Mas Pri adalah importir komputer baru merk XYZ. Apakah bisnis Mas Priyadi bisa berkembang kalau Mas Priyadi tidak melakukan rekrut distributor (reseller) untuk membantu memasarkan barang?

    Bisnis MLM memang bisnis distribusi barang/jasa kepada konsumen. Kalau tidak aktif rekrut reselller (downline) untuk membantu penjualan, mana bisa seorang MLM-er secara pribadi sanggup melayani penjualan langsung kepada 10000 orang.

    Kalau MLM yg dapat komisi dari biaya pendaftaran anggota baru, saya setuju kalau itu merupakan money game terselubung. Sebaiknya segera hindari MLM semacam itu.

    Dan saya juga sangat setuju dengan Mas Priyadi kalau kebanyakan MLM-er salah jalan dengan fokus kepada recruitment bukan kepada penjualan. Bagi pelaku MLM, ingat kutipan ini baik-baik :
    Distributor, adalah anggota masyarakat yang direkrut untuk memasarkan produk-produk produsen dan merekrut distributor lainnya dengan imbalan tertentu.

  497. #580:

    jaaaahhh. nyasar ke sini dari mana mas? :)

    (sedang membayangkan diskusi muter2 gak jelas dengan orang yang mengidap amnesia kritis)

  498. #582, Om Priyadi

    Uh?
    Cuma saya aja atau Om Pri ngasi komen buat 581, bukannya 580?
    Bukan apa-apa, lucu aja sih. Saya bukan “Mas” ;;)

  499. #583: wah bener. komentar saya merespon om firesquid. kebetulan saya dan dia baru saja debat ‘yang gak ada ujungnya’ untuk topik yang sama sekali lain. gak kebayang kalau itu harus diulang di sini :)

  500. Untuk masalah MLM, point of view Mas Priyadi memang benar. Mas Priyadi sudah menjelaskan dengan bagus kepada pembaca beda MLM dengan Money Game. MLM memang pantas untuk dijalankan selama produknya tidak menipu, tapi kalo Money Game…sebagus apapun konsepnya tetap kembali ke prinsip ‘early bird get it’s worm‘ (bener ga pribahasa saya?)

    Bagi orang yang awam, MLM dan Money Game terlihat mirip. Malah banyak Money Game yang ngaku-ngaku MLM. Saya hanya menambahkan penjelasan ‘kenapa MLM-er harus aktif melakukan rekrutment’.

    Untuk yang “bidang lain”, maaf saya memang lebih menguasai bidang itu daripada Anda.

  501. Oh iya, mungkin “bidang lain” tersebut menjalankan marketing plan yang sangat mirip dengan MLM sehingga Anda merasa produknya menjadi lebih mahal.

    Biasanya MLM yang sudah dikenal di berbagai negara menawarkan produk yang sangat bagus. Jadi, wajar saja kalau barang bagus harganya juga lebih mahal. Hal yang sama juga bisa berlaku untuk “bidang lain” tersebut.
    :)

  502. #585: sebenernya kesimpulan dari tulisan saya ini bahwa hampir semua MLM di luar sana itu sebenarnya money game juga. keberadaan produk di sini hanya jadi kedok untuk menyembunyikan yang sebenarnya dan juga sebagai kendaraan untuk memindahkan uang dari downline ke upline.

    #586: dimana2 semua sales juga bilang produknya paling bagus :). tapi ujung2nya tetap pasar yang menentukan. produk yang bagus pasti dicari dan dikonsumsi oleh pasar. kalau produk tersebut ternyata hanya dikonsumsi oleh penjualnya, ya artinya itu menandakan kualitas produk tersebut memang cuma segitu :).

  503. Assalamu’alaikum

    Semua tindakan itu berawal dari niatnya dan aksinya adalah hasil dari niatan tersebut. Banyak orang yang sudah berhasil di bisnis Konvensional juga di MLM.

    Mari belajar langsung dari ahlinya. Saya rekomendasikan untuk belajar dari pak Razdi Saleh Direktur Utama PT. K-Link Indonesia. Supaya jelas bagaimana konsep sesungguhnya dari MLM tersebut. Silakan hadir di Acara yang telah diselenggarakan oleh PT. K-Link Indonesia. Insya Allah anda akan diberi penjelasan sejelas-jelasnya.

    Niat yang tuluslah untuk belajar dan menimba Ilmu dari yang Ahli, bukan dari seseorang yang belum paham betul mengenai konsep MLM, nantinya hanya akan menemukan kesalahpahaman.

    MLM merupakan konsep dagang yang revolusioner karena perusahaan tetap bisa menjaga omsetnya melalui distribusi barang dalam suatu jaringan. 1000 barang dijual oleh 1000 orang, jika ada 500 orang yang tetap berjalan maka perusahaan tidak kehilangan omset keseluruhan, tetap ada pemasukan 500 barang yang terjual. Beda dengan usaha konvensional 1 orang menjual 1000 barang, jika orang ini tidak aktif per hari maka perusahaan akan kehilangan omset 1000 barang per hari.

    Adillah sekiranya jika perusahaan MLM memberikan bonus kepada distributor berdasarkan levelnya, adanya perusahaan MLM sebenarnya bersinergi dengan program pemberantasan pengangguran oleh pemerintah. Karena untuk menjadi seorang distributor MLM tidak diperlukan modal yang besar seperti pada bisnis konvensional dan resikonya pun relatif kecil. Karena gak semua orang punya modal besar untuk Usaha, Punya kantor or tempat usaha, menggaji karyawan dan mengurusi administrasinya.

    Seorang Distributor akan terfokus pada penjualan pribadi dan pengembangan jaringannya melalui sponsoring. Sponsoring inilah yang kerapkali menjadi hal yang membuat seseorang menjadi alergi terhadap MLM. hakikat Sponsoring yang sebenarnya adalah merekomendasikan peluang bisnis kepada khalayak ramai. Jadi jangan memaksa ataupun mengemis kepada orang agar Join. Yang mau ikut berbisnis silakan dan serius menjalankannya bisa berpeluang sukses, yang tidak mau ya tidak apa, distributor MLM masih bisa berpenghasilan kok dari bisnisnya walaupun tidak memiliki jaringan, namun akan lebih besar lagi jika kita bisa membangun jaringan dari pihak lain yang tertarik dengan rekomendasi kita dan mendapatkan bonus dari pengembangan jaringan kita. So fair khan… Kenapa kita tidak saling mendoakan agak apapun yang kita jalani bisa menjadi berkah bagi semua…

    Esa Wildanhanif
    Road to Crown Ambassador
    PT. K-Link Indonesia
    08159722057

  504. #588:

    Semua tindakan itu berawal dari niatnya dan aksinya adalah hasil dari niatan tersebut. Banyak orang yang sudah berhasil di bisnis Konvensional juga di MLM.

    bedanya kalau di MLM keuntungan yang didapatkan (jika ada) kemungkinan besar berasal dari kerugian pihak lain.

    Mari belajar langsung dari ahlinya. Saya rekomendasikan untuk belajar dari pak Razdi Saleh Direktur Utama PT. K-Link Indonesia. Supaya jelas bagaimana konsep sesungguhnya dari MLM tersebut. Silakan hadir di Acara yang telah diselenggarakan oleh PT. K-Link Indonesia. Insya Allah anda akan diberi penjelasan sejelas-jelasnya.

    kalau bicara ke orang yang punya kepentingan ya sudah pasti orang itu mendukung bisnis tersebut karena dia punya konflik kepentingan di situ. sama saja dengan menanyakan soal perang teluk kepada george bush misalnya, sudah pasti dia akan bilang kalau perang teluk itu bagus, baik bla bla bla. jauh lebih baik cari pendapat ke orang yang benar2 independen, yang tidak punya kepentingan apa2 dalam ‘bisnis’ tersebut.

    kalau orang seperti yang anda sebutkan paling2 dia akan mati2an mencari2 segala macam pembenaran terhadap apa yang dia lakukan.

    MLM merupakan konsep dagang yang revolusioner karena perusahaan tetap bisa menjaga omsetnya melalui distribusi barang dalam suatu jaringan. 1000 barang dijual oleh 1000 orang, jika ada 500 orang yang tetap berjalan maka perusahaan tidak kehilangan omset keseluruhan, tetap ada pemasukan 500 barang yang terjual. Beda dengan usaha konvensional 1 orang menjual 1000 barang, jika orang ini tidak aktif per hari maka perusahaan akan kehilangan omset 1000 barang per hari.

    hehehe, dari sudut pandang perusahaan MLM sih bagi mereka MLM memang sesuatu yang revolusioner (ini sudah saya bahas di atas), tapi bagi kelompok ‘distributor’ urusannya beda lagi. bagi pencopet, mencopet itu usaha yang ‘revolusioner’, bisa dapat duit banyak tanya harus banyak kerja, hehehe. tapi bagi korban pencopetan kan urusannya lain lagi.

    Karena untuk menjadi seorang distributor MLM tidak diperlukan modal yang besar seperti pada bisnis konvensional dan resikonya pun relatif kecil.

    ah ini bohong besar. resiko di MLM sangat besar, jauh lebih besar daripada bisnis konvensional. bisa dibilang hanya segelintir distributor yang bisa mendapatkan keuntungan.

    Sponsoring inilah yang kerapkali menjadi hal yang membuat seseorang menjadi alergi terhadap MLM. hakikat Sponsoring yang sebenarnya adalah merekomendasikan peluang bisnis kepada khalayak ramai

    ah ini juga bohong besar. anggota melakukan perekrutan bukan untuk menawarkan peluang bisnis, tapi untuk mendapatkan keuntungan dari itu, alias ada maunya :). dengan ikut MLM, seseorang memberikan nilai kepada yang merekrutnya, tapi supaya impas dia harus melakukan perekrutan orang lain, dan seterusnya.

  505. :) sudah 5 kali sy ngusir urang2 MLM di rumah.jelas2 maunya cman duit kita itu ajah nothing else!!!!!

    MLM is BAD!!!!!!!I AGREE….salut pak priyadi :x

  506. #589 :

    anggota melakukan perekrutan bukan untuk menawarkan peluang bisnis, tapi untuk mendapatkan keuntungan dari itu, alias ada maunya :).

    Kalau Mas Priyadi melihat motif-nya, pasti semua pedagang bermulut manis kepada pembeli karena mau cari keuntungan dari pembelinya.

    Sistem MLM yang beneran, mengajak orang untuk mengalihkan tempat belanja. Tapi dengan kegiatan “mengajak” tersebut maka seorang pembeli juga mempunyai kesempatan membangun jaringan bisnis.

    Misalnya Mas Priyadi adalah pedagang beras. Saya yakin Mas Priyadi pasti ingin toko Mas Priyadi semakin berkembang, bukan sebagai seorang pemilik beras aja.

    Oleh karena itu, Mas Priyadi harus mengembangkan jaringan penjualan. Misalnya Mas Priyadi mulai mengurangi jual beras kiloan kepada pembeli dan mulai mencari toko-toko kecil yang mau beli secara karungan. Kegiatan ini sama seperti kegiatan merekrut pada MLM. Posisi Mas Priyadi sekarang di sebut sebagai grosir dalam bahasa pasar. Dalam MLM disebut sebagai Upline.

    Makin lama, toko kecil yang ambil stok dengan Mas Priyadi juga berkembang. Dan mereka juga mulai mengikuti jejak Mas Priyadi. Oleh karena itu Mas Priyadi mulai mengurnagi jualan beras yang 1-2 karung dan mulai menangani pembelian grosiran. Sekarang posisi Mas Priyadi dalam bahasa pasar disebut sebagai distributor utama. Dalam bahasa MLM, posisi ini biasanya disebut sebagai Direct Distributor.

    Nah, bukankah proses Mas Priyadi yang melakukan perekrutan toko kecil selain menawarkan peluang bisnis juga ada maunya.

    Jadi, sebenarnya sama aja lah motif pedagang MLM dan motif pedagang konvensional. Hanya saja Mas Priyadi melihat dari sisi negatifnya (menggunakan downline utk keuntungan pribadi), sedangkan pelaku MLM mengarahkan calon prospek dengan sisi positifnya, yaitu menawarkan peluang usaha.

    #587

    keberadaan produk di sini hanya jadi kedok untuk menyembunyikan yang sebenarnya dan juga sebagai kendaraan untuk memindahkan uang dari downline ke upline

    Sistem yang dimaksudkan cenderung ke arah money game. Contoh-nya dulu Gold Quest yang sempat terkenal. Perusahaan ini selalu mengaku MLM karena menjual produk yang berupa koin emas. Tapi apakah produk ini bisa dipakai??

    Gold Quest menarik keuntungan dari uang pendaftaran anggota, yg mereka sebut lisensi untuk jualan produk Gold Quest atau francise. Padahal distributor MLM yang sesungguhnya tidak menarik keuntungan dari pendaftaran anggota yang direkrut.

    Memang belakangan ini, beberapa MLM menyertakan beberapa produk yang disebut sebagai Starter Kit kepada pendaftar baru. Harga produk yang di-include di starter kit ini juga lebih murah daripada pembelian biasa. Tapi setau saya, Starter Kit tsb sifatnya optional. Member baru tetap bisa membeli formulir pendaftaran tanpa harus membeli starter kit.

    Btw, saya bukan pelaku MLM dan tidak tertarik dengan bisnis MLM. Saya juga tidak tertarik dengan berbagai suplemen “luar biasa” yang dijual di MLM. Saya merasa sudah cukup hidup 4 sehat 5 sempurna dan olahraga rutin.

  507. #591:

    Oleh karena itu, Mas Priyadi harus mengembangkan jaringan penjualan. Misalnya Mas Priyadi mulai mengurangi jual beras kiloan kepada pembeli dan mulai mencari toko-toko kecil yang mau beli secara karungan. Kegiatan ini sama seperti kegiatan merekrut pada MLM. Posisi Mas Priyadi sekarang di sebut sebagai grosir dalam bahasa pasar. Dalam MLM disebut sebagai Upline.

    hehehe, tentu saja ada bedanya. bedanya dengan jaringan distribusi konvensional, jaringan distribusi di MLM itu artificial. diada2kan dengan sengaja, walaupun sebenarnya untuk mendistribusikan barang tersebut tidak perlu ada tambahan jaringan distribusi. contoh soal: di MLM, distributor diberi insentif untuk merekrut tetangga sebelah, walaupun sebenarnya merekrut tetangga sebelah untuk dijadikan distributor itu sama sekali gak logis. ngapain buka cabang di tetangga sebelah kalau target marketnya sama persis? yang ada cuma jatah profit yang sudah ada sekarang harus dibagi dua dengan tetangga sebelah. tapi tentunya MLMers gak mikir sejauh itu karena yang ada di otak mereka telah tertanam “merekrut itu menguntungkan. dan penjualan retail tidak terlalu penting karena profitnya lebih kecil.”

    Nah, bukankah proses Mas Priyadi yang melakukan perekrutan toko kecil selain menawarkan peluang bisnis juga ada maunya.

    hehehe, tentu saja ada bedanya :). hubungan antara toko besar dan toko kecil itu hubungan untung sama untung. di dalam jalur distribusi konvensional, jumlah distributor jauh lebih kecil daripada konsumen (sistem berjalan sangat efisien sesuai mekanisme pasar). sedangkan di MLM jumlah distributor lebih banyak daripada konsumennya itu sendiri, atau paling tidak besar profit tidak dapat men-sustain distributor secara keseluruhan. hubungan antara upline dan downline, disadari atau tidak, adalah hubungan yang tidak saling menguntungkan. upline mendapat manfaat dari downline, tapi downline tidak mendapat manfaat balik dari upline, dia harus mencari downline yang lain untuk me-‘recoup’ manfaat yang terlanjur dia berikan kepada upline.

    Sistem yang dimaksudkan cenderung ke arah money game. Contoh-nya dulu Gold Quest yang sempat terkenal. Perusahaan ini selalu mengaku MLM karena menjual produk yang berupa koin emas. Tapi apakah produk ini bisa dipakai??

    ah, goldquest dan MLM itu sama saja. sama2 money game.

    Padahal distributor MLM yang sesungguhnya tidak menarik keuntungan dari pendaftaran anggota yang direkrut.

    tidak secara langsung. uang tidak disetorkan secara langsung dari downline ke upline. tapi bukan berarti gak ada uang yang mengalir dari downline ke upline. uang tetap mengalir, tapi kali ini dengan bantuan kendaraan ‘produk’ yang katanya diperjualbelikan, padahal produk ini cuma kedok untuk memindahkan uang dari bawah ke atas. manfaat dan kualitas produk itu sendiri sebenarnya gak terlalu penting, dan biasanya produk2 yang ditawarkan MLM bukanlah produk yang bisa bersaing di pasar bebas. produk yang dipasarkan di MLM umumnya dijual dengan harga jauh di atas harga pasarannya. sudah jelas bahwa sebenarnya MLM itu cuma kedok yang ‘elaborate’ untuk menyembunyikan apa yang dibalik itu semua, yaitu money game juga.

    Btw, saya bukan pelaku MLM dan tidak tertarik dengan bisnis MLM. Saya juga tidak tertarik dengan berbagai suplemen “luar biasa” yang dijual di MLM. Saya merasa sudah cukup hidup 4 sehat 5 sempurna dan olahraga rutin.

    yeah, right! dan anda juga bukan agen asuransi =))

  508. Mas Pri, saya setuju dengan apa yg mas Pri tulis tentang MLM, hanya pernyataan bahwa MLM adalah money game terselubung itu mungkin tidak 100% benar menurut saya.
    Ada yg tidak money game tetapi memang pembagian komisi antara produsen dan distributor yang tidak imbang, terlalu besar ke Produsen, ini yg menyebabkan distributor sampai berdarah-darah, tapi hasil yg didapatkan relatif kecil.
    Jadi untuk masuk menjadi distributor MLM memang mesti cukup selektif dan benar-benar memahami bagaimana uang itu dihasilkan, dan konsekwensi itu harusnya disadari oleh MLM-ers.
    Benar yg anda katakan bahwa untuk mendapatkan profit harusnya retail reward diberikan cukup besar, jadi orang terbawah tidak merugi walaupun harus join tanpa merekrut.
    Mereka masih mendapatkan reward yg memadai.

    Saya melihat potensi MLM sebagai peluang usaha masih cukup potensial, namun memang perlu banyak pembenahan baik dari sistem maupun pelakunya sendiri.

    Saya punya ide menjual produk retail dan memanfaatkan MLM sebagai produsen produk dgn reward besar,cukup lama mencari MLM yg tepat untuk bisa diaplikasikan ide saya.
    Sekarang saya sudah mendapatkan dan bisa melakukan hal itu.
    Bagaimana caranya, saya rekrut tenaga sales dan mereka hanya fokus pada door to door sales, dan mereka akan mendapatkan komisi sesuai omset yg mereka hasilkan tanpa harus mark up harga.
    Dan saya mendapatkan komisi dari reward yg diberikan oleh Produsen sebesar 25% dari omset yg dihasilkan.
    Reward tersebut menurut saya cukup fair dan bisa menghasilkan profit bagi saya untuk menjalankan bisnis ini.
    Jadi ini benar-benar peluang bisnis, bukan money game.

    Perusahaan memang memberikan target sales untuk bisa membagikan komisi tersebut, tetapi saya masih menganggap wajar, karena targetnya tidak besar dan sampai tingkat berapapun target itu tidak pernah dinaikkan.

    Mungkin itu yg mas Pri inginkan.

    Untuk detailnya, jika mas Pri mau, saya bisa kirimkan (ke alamat mana? bisa japri kesaya), hanya file excel sederhana untuk simulasi saja, bisa diedit sendiri sesuai keinginan anda.

    Untuk data seperti yg mas Pri mau, anggota aktif-pasif,history order dan perkembangan jaringan semua tertuang di web masing-masing login distributor.

    Semoga MLM bukan menjadi bisnis yg buruk, melainkan membantu masyarakat banyak sebagai solusi ekonomi kita semua.

    Namun diluar dari menghasilkan uang, banyak anggota MLM yang tercerahkan jiwa bisnisnya dan berhasil di bisnis yg lainnya tentunya dengan perubahan kepribadiannya setelah mengikuti training dan seminarnya dengan biaya yg relatif murah dibandingkan kita ikut training umum yg biayanya jauh lebih mahal.
    Jadi kita harus ambil positif dari bisnis ini, dan memperbaiki cara terutama dalam rekrut dan selling agar image MLM tidak tambah buruk di masyarakat umum.

  509. #593:

    Saya melihat potensi MLM sebagai peluang usaha masih cukup potensial, namun memang perlu banyak pembenahan baik dari sistem maupun pelakunya sendiri.

    rasanya tidak perlu ada MLM, sistem yang ada saat ini yang mengandalkan mekanisme pasar sudah sangat memadai. mekanisme pasar memastikan semua pihak yang terlibat akan mendapatkan deal yang paling baik.

    Sekarang saya sudah mendapatkan dan bisa melakukan hal itu. Bagaimana caranya, saya rekrut tenaga sales dan mereka hanya fokus pada door to door sales, dan mereka akan mendapatkan komisi sesuai omset yg mereka hasilkan tanpa harus mark up harga. Dan saya mendapatkan komisi dari reward yg diberikan oleh Produsen sebesar 25% dari omset yg dihasilkan. Reward tersebut menurut saya cukup fair dan bisa menghasilkan profit bagi saya untuk menjalankan bisnis ini. Jadi ini benar-benar peluang bisnis, bukan money game.

    wah, good luck. rasanya sulit produk MLM kalau mau diadu di pasar bebas, karena harus bersaing dengan produk2 lain yang sudah established. kecuali kalau anda mau banting harga dan cut profit margin anda, walaupun kebanyakan MLM melarang praktik seperti ini. tapi itupun sulit karena profit margin produsen biasanya cukup tinggi juga. tapi silakan saja dicoba, semakin banyak orang yang melakukan hal ini, maka cashflownya akan semakin positif bagi kelompok distributor secara kolektif.

    Untuk detailnya, jika mas Pri mau, saya bisa kirimkan (ke alamat mana? bisa japri kesaya), hanya file excel sederhana untuk simulasi saja, bisa diedit sendiri sesuai keinginan anda.

    boleh kirim ke email saya, alamatnya ada di kanan atas blog ini.

  510. bedanya dengan jaringan distribusi konvensional, jaringan distribusi di MLM itu artificial. diada2kan dengan sengaja, walaupun sebenarnya untuk mendistribusikan barang tersebut tidak perlu ada tambahan jaringan distribusi.

    Ini menarik sekali untuk dibahas.
    Jaringan distribusi di MLM mirip dengan jaringan distribusi kovensional. Mas Priyadi tidak usah berpikir yang terlalu rumit, yang simple-simple saja, soalnya bisnis memang simple. :)

    Mungkin kata “distributor” yang membingungkan analisa Mas Priyadi.
    distributor = orang yang menyalurkan barang/jasa

    Dalam pasar tradisional dikenal begini:
    distributor tingkat 1 –> agen tunggal
    distributor tingkat 2 –> sub-agen, agen wilayah
    distributor tingkat 3 –> master dealer, toko grosir
    distributor tingkat 4 –> dealer, toko, warung

    Dalam MLM juga kurang lebih sama :
    distributor tingkat 1 –> founder
    distributor tingkat 2 –> crown/diamond
    distributor tingkat 3 –> direct distributor
    distributor tingkat 4 –> member

    Di sisi lain, Multi level marketing (MLM) memiliki struktur mirip dengan skema piramida dimana seorang anggota berusaha merekrut orang lain untuk menjadi anggota. Perbedaannya, pada MLM ada produk yang diperjualbelikan. Keuntungan didapatkan jika seorang anggota atau downline-nya melakukan penjualan produk. Artinya, walaupun anggota berada pada tingkat paling bawah, potensi untuk mendapatkan keuntungan masih terbuka.

    Potensi mendapatkan keuntungan, artinya member bisa untuk ketika dia melakukan penjualan, atau dia merekrut member lain sebagai pemakai juga.
    Jika seorang member tidak melakukan penjualan atau rekrut, maka dia tidak mendapatkan keuntungan selain sebagai pembeli biasa.

    contoh soal: di MLM, distributor diberi insentif untuk merekrut tetangga sebelah, walaupun sebenarnya merekrut tetangga sebelah untuk dijadikan distributor itu sama sekali gak logis. ngapain buka cabang di tetangga sebelah kalau target marketnya sama persis? yang ada cuma jatah profit yang sudah ada sekarang harus dibagi dua dengan tetangga sebelah.

    Penjelasannya begini…
    Anggap saya dan Mas Priyadi adalah teman sejak kecil, dan bertetanggaan. Teman bermain kita juga sama. Tapi belum tentu semua relasi kita sama, misalnya :
    – anggota keluarga/kerabat
    – teman kerja
    – komunitas

    Nah, ketika kita menjual produk dari produsen yang sama, misalnya Amway/CNI/Elken, tentu kita punya market yang berbeda pula karena relasi kita tidak sama. Walaupun kita menjual produk yang sama, belum tentu saya bisa menjangkau market Mas Priyadi, begitu pula sebaliknya.

    Kalau Mas Priyadi sering ke pasar, tidak jarang melihat banyak toko yang menjual barang yang sama tapi bisnis mereka bisa survive dan berkembang. Contohnya pusat komputer di Dusit/Orion Mangga Dua.

    Saya pernah penasaran juga dengan hal ini, dan saya tanyakan ke pemilik toko langganan saya. Jawabannya simple saja “masing-masing punya bisnis”.

    manfaat dan kualitas produk itu sendiri sebenarnya gak terlalu penting, dan biasanya produk2 yang ditawarkan MLM bukanlah produk yang bisa bersaing di pasar bebas.

    Kalau masalah produk tergantung dari produsennya.
    Memang tidak semua MLM menjual produk yang berkualitas, tapi beberapa MLM serius berani memberikan “garansi kepuasan” untuk user. Jadi, kalau merasa produknya tidak bagus, apalagi menimbulkan alergi, bisa dikembalikan ke penjual dengan syarat masa pakai dan kuantitas pemakaian tertentu.

    Saya lupa MLM mana yang menawarkan begitu. Pokoknya ada tertulis seperti pada brosur dan label produknya. Kita skip saja diskusi mengenai produk, karena bisa menjurus ke penjelekan perusahaan tertentu seperti di “topik yang lain”.

    uang tidak disetorkan secara langsung dari downline ke upline. tapi bukan berarti gak ada uang yang mengalir dari downline ke upline. uang tetap mengalir, tapi kali ini dengan bantuan kendaraan ‘produk’ yang katanya diperjualbelikan, padahal produk ini cuma kedok untuk memindahkan uang dari bawah ke atas.

    Hehe…memang pikiran Mas Priyadi terlalu rumit. Bukankah pada pasar konvensional juga demikian?
    Jalur perpindahan uang :
    konsumen –> toko –> grosir –> agen –> produsen

    Mungkin Mas Priyadi tidak tau. Setiap kali Mas Priyadi beli indomie, toko dan jaringan distribusi diatasnya juga mendapatkan untung loh. Atau, Mas Priyadi bisa beli langsung ke Indofood ?

    Bedanya di MLM, kalau konsumen yang menjadi member, dia bisa mendapatkan harga yang lebih murah.

  511. #595:

    Jaringan distribusi di MLM mirip dengan jaringan distribusi kovensional. Mas Priyadi tidak usah berpikir yang terlalu rumit, yang simple-simple saja, soalnya bisnis memang simple

    heheheh, itu yang diinginkan mereka. mereka sengaja memperumit segalanya supaya sulit dimengeri kita2 yang maunya berpikir simple saja :). sama saja dengan ‘bisnis yang itu tuh’ :)

    Nah, ketika kita menjual produk dari produsen yang sama, misalnya Amway/CNI/Elken, tentu kita punya market yang berbeda pula karena relasi kita tidak sama. Walaupun kita menjual produk yang sama, belum tentu saya bisa menjangkau market Mas Priyadi, begitu pula sebaliknya.

    harus diperhitungkan juga apakah overhead untuk membuka distributorship yang baru melebihi pangsa pasar yang akan didapatkan nantinya. kalau misalnya merekrut satu orang distributor hanya bisa mengakses calon customer sebanyak 10 orang, ya mendingan gak usah merekrut :).

    Mungkin Mas Priyadi tidak tau. Setiap kali Mas Priyadi beli indomie, toko dan jaringan distribusi diatasnya juga mendapatkan untung loh. Atau, Mas Priyadi bisa beli langsung ke Indofood ?

    hehehe, kalau saya beli indomie, harga yang saya bayar termasuk harga yang dikeluarkan untuk memindahkan indomie tersebut dari indofood sampai ke tangan saya. harga tersebut murah dan efisien. di MLM, harga yang saya bayarkan jauuuh di atas harga yang diperlukan untuk memindahkan produk tersebut sampai ke tangan saya. jalur distribusi di MLM itu artifisial, sengaja dibuat tidak efisien.

  512. harus diperhitungkan juga apakah overhead untuk membuka distributorship yang baru melebihi pangsa pasar yang akan didapatkan nantinya. kalau misalnya merekrut satu orang distributor hanya bisa mengakses calon customer sebanyak 10 orang, ya mendingan gak usah merekrut

    Sebenarnya teori jualan di MLM simple, satu orang ditargetkan cukup mempunyai pelanggan tetap sebanyak 10-20 orang. Mau pelanggan itu member atau bukan, terserah.

    Kemudian sebagai seorang member yg aktif, lakukan rekrut sebanyak 5-10 member baru yang juga aktif. Dan member aktif tersebut juga melakukan duplikasi cara yang dilakukan oleh Upline.

    Ingat, disini masih berlaku prinsip “masing-masing punya bisnis.”

    Misalkan Mas Priyadi jualan kepada 10 orang pelanggan tetap.
    Lalu Mas Priyadi merekrut 5 anggota aktif yang juga jualan kepada 10 pelanggan. Dengan demikian, di grup mas Priyadi sudah memiliki 60 pelanggan tetap.

    Dan cara ini masih bisa terus diduplikasikan kepada member baru yang direkrut dibawah jaringan Mas Priyadi. Lama kelamaan, penjualan Mas Priyadi akan semakin banyak dan bisnisnya menjadi berkembang.

    hehehe, kalau saya beli indomie, harga yang saya bayar termasuk harga yang dikeluarkan untuk memindahkan indomie tersebut dari indofood sampai ke tangan saya. harga tersebut murah dan efisien. di MLM, harga yang saya bayarkan jauuuh di atas harga yang diperlukan untuk memindahkan produk tersebut sampai ke tangan saya. jalur distribusi di MLM itu artifisial, sengaja dibuat tidak efisien.

    Kalau masalah harga, tergantung pada kualitas produk. Saya pernah ditawari oleh teman kantor mi instan yang dijual di MLM blablabla. Harganya hampir sama dengan indomie yang dijual di toko-toko. Beda harga sekitar 100 rupiah doank.

  513. #597:

    Sebenarnya teori jualan di MLM simple, satu orang ditargetkan cukup mempunyai pelanggan tetap sebanyak 10-20 orang. Mau pelanggan itu member atau bukan, terserah. Kemudian sebagai seorang member yg aktif, lakukan rekrut sebanyak 5-10 member baru yang juga aktif. Dan member aktif tersebut juga melakukan duplikasi cara yang dilakukan oleh Upline. Ingat, disini masih berlaku prinsip “masing-masing punya bisnis.”

    walah, kalau gitu caranya rata2 hanya 1 dari 10-20 (90-95%) member aktif pasti akan merugi. dan ini bukan karena anggota tersebut ‘kurang gigih dalam bekerja’, tapi karena memang desain dari sistem MLM itu sendiri. dan jelas gak bisa bilang “masing2 punya bisnis” karena upline mendapatkan manfaat dari downline, tapi tidak memberikan manfaat balik yang sepadan. downline harus melakukan perekrutan untuk bisa ‘recoup’ manfaat yang dia berikan kepada uplinenya. dan seterusnya, sampai populasi habis.

    Misalkan Mas Priyadi jualan kepada 10 orang pelanggan tetap. Lalu Mas Priyadi merekrut 5 anggota aktif yang juga jualan kepada 10 pelanggan. Dengan demikian, di grup mas Priyadi sudah memiliki 60 pelanggan tetap.

    kalau begitu perbandingan antara distributor dan konsumen tetap saja 1:10. sama sekali bukan sistem distribusi yang efisien.

    Kalau masalah harga, tergantung pada kualitas produk. Saya pernah ditawari oleh teman kantor mi instan yang dijual di MLM blablabla. Harganya hampir sama dengan indomie yang dijual di toko-toko. Beda harga sekitar 100 rupiah doank.

    silakan coba jual produk tersebut di pasar bebas. uji kualitas sebenarnya ada di pasar bebas.

  514. walah, kalau gitu caranya rata2 hanya 1 dari 10-20 (90-95%) member aktif pasti akan merugi. dan ini bukan karena anggota tersebut ‘kurang gigih dalam bekerja’, tapi karena memang desain dari sistem MLM itu sendiri.

    Bukan begitu maksud saya.
    Seorang distributor MLM mencari :
    – 10-20 pelanggan tetap
    – 5-10 yang ‘gigih bekerja’ sebagai distributor aktif

    Jadi seorang distributor cukup melayani sekitar 30 orang. 20 diantaranya merupakan pelanggan, dan 10 lagi merupakan downline yang aktif. Kalo member yang tidak aktif, tidak perlu di-push biar aktif. Kan tidak digaji.

    Kerja demikian lebih santai dan tidak perlu modal besar. Sedangkan bisnis konvensional tidak bisa ditinggal begitu saja. Selain harus memiliki tempat usaha, juga perlu modal untuk stok barang.

    Jadi, sebenarnya MLM merupakan sistem distribusi yang sangat efisien dan efektif. Tergantung sekarang gimana menjalankan bisnis saja.

    dan jelas gak bisa bilang “masing2 punya bisnis” karena upline mendapatkan manfaat dari downline, tapi tidak memberikan manfaat balik yang sepadan. downline harus melakukan perekrutan untuk bisa ‘recoup’ manfaat yang dia berikan kepada uplinenya. dan seterusnya, sampai populasi habis.

    Downline bisa juga berfungsi sebagai user (pelanggan tetap). Kalau member itu mau melakukan perekrutan, hal itu merupakan nilai tambah buat upline.

    silakan coba jual produk tersebut di pasar bebas. uji kualitas sebenarnya ada di pasar bebas.

    Ah….lebih baik jangan diskusi mengenai produk. Masing-masing produk mempunyai market tersendiri. Dan jika membahas produk, akan menimbulkan pro dan kontra yang tidak selesai, seperti di ‘topik lain’.

  515. #599:

    Kerja demikian lebih santai dan tidak perlu modal besar. Sedangkan bisnis konvensional tidak bisa ditinggal begitu saja. Selain harus memiliki tempat usaha, juga perlu modal untuk stok barang.

    ah ini cuma excuse klasik perusahaan MLM supaya dia tidak perlu membayar gaji tetap tenaga marketingnya :).

    excuse anda yang lainnya sudah dengan jelas saya bahas pada tulisan saya di atas :)

  516. Teman2, Sepertinya para distributor MLM memerlukan satu perkumpulan, semacam persatuan profesi. Sehingga antar distributor tidak saling menjelekkan. Dan persaingan dalam mencari downline jadi semakin sehat. Seperti banyak profesi lain yang juga mempunyai ikatan. Ini sepertinya perlu didiskusikan. Kita tahu, APLI bukan ikatan distributor MLM.

  517. #600
    Saya sangat setuju, skema penjualan di MLM memang strategi dari perusahaan agar tidak perlu bayar gaji marketing.

    Distributor MLM itu tidak lebih daripada seorang reseller dalam bisnis konvensional. Seorang reseller tidak perlu stok barang, dan suka-suka dia mau menjual atau tidak.

    Bedanya di MLM seorang reseller harus mendaftar jadi member, dan diberikan insentif komisi dan penghasilan pasif jika dia mampu membentuk suatu jaringan reseller yang solid.

    Beberapa postingan dari Mas Zecky cukup menjelaskan mengenai MLM. Dan saya melihat pandangan Mas Priyadi saja yang terlalu skeptis.

    Kalau saya boleh tau, Mas Priyadi profesi sehari-hari sebagai apa? Bisnisman sekaligus pemilik usaha, atau karyawan kantoran, atau seorang jurnalis independen.

  518. #602:

    Dan saya melihat pandangan Mas Priyadi saja yang terlalu skeptis.

    dan anda terlalu naif :). skeptis saya itu karena ada bukti perhitungan matematisnya. kesimpulannya, MLM itu baik jika dan hanya jika profit yang berasal dari penjualan retail bisa melebihi hal-hal yang dikorbankan sebagai konsekuensi mengikuti MLM.

    Kalau saya boleh tau, Mas Priyadi profesi sehari-hari sebagai apa? Bisnisman sekaligus pemilik usaha, atau karyawan kantoran, atau seorang jurnalis independen.

    pemilik usaha :). tentunya usaha beneran, bukan usaha distributor MLM :)

  519. halo mas pri salam kenal

    wah luar biasa nih membahas mlm dari 2006 sampe 2008 :o

    gini mas, saya punya temen ikut MLM tianshi
    wah dia ngajak saya sampe hampir stiap hari
    saya pun selalu menolaknya….
    tapi susah banget dia selalu bilang nda memaksa tetapi kenyataannya dia datang trus dan mengjak ikut tianshi
    sampe2 dia ngajak uplinenya nmui saya :o
    wah waktu saya bicara sama uplinenya sangat luar biasa kalo ngajak, dia ngomong hampir mirip dengan semua yg comment di blog ini yg stuju dengan MLM :o
    saya bilang alasan saya ga ikut seperti
    nda suka dia tanya balik knapa nda suka?
    saya bilang sudah banyak yg ikut dia bilang masih banyak yang ga ikut ketimbang yg ikut :o
    saya bilang susah untuk sukses, eee dia tanya balik banyakan orang sukses ato nda sukses?banyakan orang kaya ato orang miskin? :o
    wah susah dah ngasih alasan ga mao ikutnya lagi
    saya bilang langsung nda punya duit(karena tianshi untuk ke bintang 3nya saja butuh 2jt)ee dia bilang ada pembantu yang dapet bmw,dia tanya saya ama pembantu kayaan mana? :o
    saya bilang kalo saya ke bintang 3 bli yg bintang 3 aja yg stuck/jenuh/berhenti total seharga yg lbih murah dari 2 jt rupiah
    eee dia bisa jawab lagi saya ga mau gitu orang lbih baik mulai dari nol, lagian di jaringan saya jalan smua gitu katanya :o
    wah repotttttttt dah :((
    tolong dunk gimana cara nolaknya yg ampuh mas??
    thx

  520. tambahan lagi
    o0o y ada juga yg bilang sama mana ada autobiografi orang gagal,yang ada juga autobiografi orang sukses
    TAPI BUKANKAH SEMUA ORANG SUKSES PERNAH GAGAL????
    saya bilang saya ga pinter ngomong/ngajak orang ikut
    dia jawab saya bantu nanti kamu tinggal ajak saya temui temenmu :o
    saya bilang temen2 lingkungan saya negatif sama mlm
    dia jawab saya bantu sampe temen2mu positif sama mlm

    dan dia memberikan pertanyaannya smuanya yang seharusnya tidak usah dijawab
    cth:
    mau nda kamu bahagiain ortumu?
    mau nda kamu kaya?
    mau nda kamu sukses di usia muda?

    dia bilang ini caranya ikut tianshi di jaringanku
    yang mengajak saya untuk ikut tianshi lbih dari 1 orang dan yang mengajak saya smuanya berkata “saya nda maksa kok kamu ikut tianshi”
    tapi knapa kok saya sudah bilang tidakkkkkkkkkkk
    kok mereka masih datang saja????
    mereka pun pinjami saya sebuah cd berisi presentasi seorang silver lion
    judulnya “Lebih Dari Yang Kita bayangkan” abdi suardin
    setelah saya dengarkan ternyata kata2 mereka semua dan cara mereka mengajak saya hanya meniru perkataan orang lain yang sudah sukses terlebih dahulu :o
    dan satu lagi ada sebuah buku panduan untuk distributor
    MLM tianshi yang tertulis jangan pernah menyebutkan pada pertama kali mengajak kata “tianshi”,”MLM”
    akh jujur saja saya muak dengan cara perekrutan distributor tianshi

  521. #604 dan 605, o.O

    Wah, itu mirip banget sama pengalaman saya diprospek di sekolah! Iya “mereka” maksa banget, dan selalu “menyerang” kita kalo2 kita ada yang nggak setuju.

    Kayaknya nasib kita sama. Tapi mereka udah mulai bosan ngajakin saya dan untung saya belum sempet dikasi CD silver-whatever itu. :-< Memangnya kita harus gabung? Nggak, kan? Mereka aja yang maksa... Oh iya, kalo nggak salah saya disuruh ngisi form, yang isinya "Daftar Nama" calon "target". Saya agak nyesel karena telah menuliskan nama2 teman saya di sana, dan kemudian nama2 itu dihubungi oleh mereka2, mau diajak gabung gitu.... Dan mereka sekarang malah nyebar ke kelas, nggak tau deh udah berapa yang kena. #-o

  522. #603
    Karena Mas Priyadi seorang pemilik usaha, maka seharusnya ada semacam support system untuk marketing. Kecuali usaha Mas Priyadi hidup matinya sangat tergantung pada skill pribadi Mas Priyadi sendiri.

    Dan untuk support system marketing, metode penjualan langsung + MLM terbukti sangat efektif. Bahkan produk jasa juga bisa dipasarkan dengan cara yang mirip MLM, misalnya pada perusahaan asuransi ‘yang itu’.

    Gunanya support system ini agar bisnis tidak tergantung pada beberapa tenaga marketing dalam melakukan penjualan. Apalagi kalau Mas Priyadi sendiri yang harus turun tangan sebagai marketing. Kalau Mas Priyadi berhalangan, maka bisnis tidak jalan.

    Saya pernah diceritain oleh teman mengenai sejarah munculnya MLM.
    Konon, yang pertama kali menerapkan sistem penjualan bertingkat adalah produsen suplemen Nutrilite Product Inc. Kedua founder perusahaan ‘A’ (DeVos dan Van Andel) merupakan sales produk suplemen dari Nutrilite.

    Mereka mulai menjalankan bisnis mereka dengan melakukan penjualan langsung kepada kustomer (direct selling). Sambil berjualan mereka juga menawarkan peluang untuk menjadi distributor bagi lingkungan mereka. Dalam kurun waktu 9 tahun, mereka berdua meraih banyak keuntungan dalam sistem penjualan bertingkat.

    Suatu ketika Nutrilite mengalami kegoncangan dan membuat dua orang ini keluar dari penjualan. Namun semangat kedua orang ini tidak padam, dan ilmu marketing yang mereka pelajari di Nutrilite tidak sia-sia begitu saja.

    Dengan modal yang bisa mereka kumpulkan, mereka mendirikan perusahaan baru bernama ‘A’ dan mereka menjual cairan pembersih ramah lingkungan. Cara pemasaran mereka persis sama ketika mereka di Nutrilite.

    Selain skill menjual, pengalaman 9 tahun juga membuat mereka belajar skill manajemen. Dua hal ini yang membuat perusahaan ‘A’ menjadi salah satu perusahaan terkemuka sekarang.

    Walaupun perusahaan ‘A’ mempunyai support system sendiri, namun di Indonesia yang lebih dikenal orang bukan perusahaan ‘A’, melainkan support system ‘N21’ yang diperkenalkan oleh Robert Angkasa (cmiiw).

    Sukes yang diraih oleh perusahaan besar seperti Amway, CNI, Elken, Tienshi, dll, menunjukkan kekuatan sebuah Network Marketing yang sering dikenal dengan sebutan MLM.

    Mungkin selama ini Mas Priyadi belum bertemu MLM yang beneran, sehingga Mas Priyadi cenderung menilai MLM sebagai sebuah money game terselubung. Cobalah Mas Priyadi pelajari sistem dan produk dari MLM yang sudah ternama.

  523. #605, 606
    Coba jawab gini ke teman Anda:
    “Saya tidak tertarik dengan bisnis MLM/Network Marketing”

    Biasanya teman Anda akan counter gini:
    Ini bisnis bagus lho, apa yang membuat kamu tidak tertarik

    Anda jawab:
    “Saya tanya sama kamu aja, apakah kamu tertarik dengan bisnis yang kamu tidak suka? Misalnya bisnis sedot WC”

    Pokoknya Anda harus sampaikan ke teman Anda bahwa tiap orang punya jalan hidup dan kesukaan sendiri. Dan Anda merasa tidak cocok dengan bisnis yang dia tawarkan Kalau semua orang Indonesia adalah penjual tempe, apa jadinya dunia?

    Seringkali nama suatu MLM menjadi jelek karena cara perekrutan yang dilakukan oleh oknum-oknum tsb. Menurut saya terlalu memaksa.

  524. #608:

    Dan untuk support system marketing, metode penjualan langsung + MLM terbukti sangat efektif. Bahkan produk jasa juga bisa dipasarkan dengan cara yang mirip MLM, misalnya pada perusahaan asuransi ‘yang itu’.

    ya jelas perusahaan yang kerjaannya menipu pasti dapat untung lebih besar daripada perusahaan yang tidak menipu. no doubt about it. tapi kami lebih suka usaha yang jujur2 aja :)

  525. @Priyadi
    Terserah…You’ll see what do you want to see.
    Kalau Anda merasa MLM menipu, ‘asumsi’ tsb berasal dari pola pikir Anda sendiri.

    Tujuan orang membuat pistol adalah sebagai alat untuk melindungi diri. Tapi Anda merasa pistol adalah alat untuk berbuat kejahatan. Pendapat Mas Priyadi ada benarnya, jika dan hanya jika pistol tersebut jatuh ke tangan yang salah.

    MLM menipu atau tidak, tergantung misi yang dijalankan oleh pelaku MLM. Belum tentu semua orang memandang usaha yang dijalankan Mas Priyadi merupakan usaha yang jujur. :)

    @BOMAN
    Kl Tienshi, saya melihat sistem ini mirip seperti yang dijelaskan Mas Priyadi. Untuk join ke MLM ini, peserta wajib membeli starter kit, padahal belum tentu starter kit itu berguna bagi peserta itu.

    Tienshi sistemnya cukup bagus sih. Sayangnya belakangan ini nama Tienshi terlanjur dicap jelek oleh masyarakat. Gara-gara perbuatan oknum-onum tertentu yg mengejar komisi. Bahkan lebih parahnya, produk suplement yg mereka jual sering di klaim sebagai obat yg bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

  526. #612: sorry, kesimpulan saya berdasarkan kepastian matematis. pola pikir saya dan anda memang berbeda karena saya selalu berusaha mencari lebih jauh daripada apa yang pelaku MLM (atau siapapun itu) katakan.

    pernyataan “You’ll see what do you want to see” memang ada benarnya. terkadang orang lebih menyukai mimpi daripada melihat realitas yang ada.

    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair

  527. kesimpulan saya berdasarkan kepastian matematis

    Dengan kata lain, Mas Priyadi sudah membatasi pemikiran dan pandangan Anda bahwa: “1 + 1 = 2”. Dan hanya sebatas itu saja.

    Saya sangat yakin dan percaya pandangan dan pemikiran Mas Priyadi memang benar, tapi ada pemikiran lain yang mengatakan “1 + 1 = tak terhingga”. Dan saya lebih tertarik dengan pandangan tsb.

    terkadang orang lebih menyukai mimpi daripada melihat realitas yang ada

    Karena mimpi bisa memberikan orang kekuatan untuk mengatasi berbagai hal yang dianggap mustahil.

    Tanpa mimpi, James Watt tidak akan menciptakan mesin uap.
    Tanpa mimpi, Thomas Alva Edison tidak akan menciptakan bola lampu.
    Tanpa mimpi, Wright bersaudara tidak akan membuat kendaraan yang bisa terbang.
    Tanpa mimpi, tidak ada peristiwa pendaratan di bulan dan tidak ada ekspedisi ke planet mars.

    Dan ada sedikit kata-kata yang bagus untuk Mas Priyadi renungkan sebelum tidur:
    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it ” :)

  528. bedah sistem yang diulas bung priyadi oke. tapi kalau saya akan membedah sistem dari marketing plan MLM baik itu murni maupun binary. Kebanyakan pelaku MLM hanya terjebak dengan iming-iming mobil mewah, kapal pesiar, a, villa mewah, dsb dsb tanpa melihat kebenaran yang di dapat. memang kebenaran memperoleh reward tersebut memang ada yang sudah mencapai, tapi berapa jumlah yang telah mencapai reward tersebut? kira-kira berapa jumlah downline yang harus tercipta untuk mendapat reward tersebut???? coba dihitung selain itu ada syarat lagi yang harus dipenuhi untuk mendapat reward kan? dah pada tahu belum? semua MLM Murni menerapkan hal yang sama semua mengenai syarat-syarat yang jarang diberitahu kepada member. silahkan bagi anda pelaku MLM kunjungi blog saya di http://www.bravo9682.wordpress.com

  529. #615

    Tanpa menganalisa sebab-sebab kegagalannya dari percobaan yang tidak berhasil, Thomas Alfa Edison tidak akan berhasil menciptakan bola lampu :)

    Jangan mimpi terus bung! Bangun…. dah siang :D

  530. Informasi berharga untuk anda. Web yang di perkirakan bakal mengalahkan
    Yahoo dan Google yang akan lounching pada tgl 1 Juli 2008 akan
    membagikan sebagian sahamnya yang sebesar $ 1,000,000.00 kepada siapa
    saja yang bergabung menjadi anggotanya (Free) sebelum tgl 1 Juli 2008.
    Ayo buruan gabung untuk mendapatkan saham gratis. FREE to JOIN. all the
    world.
    KLIK Join Disini <http://www.WebUpgrade9.com/shodiqfm

  531. MLM yang BAIK…

    fokus pada produk yang terbukti bermanfaat,
    misal… buktinya…
    sudah banyak kesaksian
    di majalah TRUBUS untuk 2 tahun terakhir
    dan harga produk tersebut pantas

    produk gampang dijual, bukan untuk ditimbun…
    misalnya…
    selling point produk adalah:
    1. satu-satunya yang kerjasama dengan majalah TRUBUS
    2. satu-satunya yang diakui Islamic University of Malaysia
    3. satu-satunya yang di-produksi oleh
    perusahaan besar Amerika tertentu, sehingga MLM
    tersebut adalah distributor tunggalnya…

    saat join, upline tidak dapat sepeserpun..
    sistem ABG = atas bawah gede…

    tutup point ada, tetapi…
    tidak banyak dan khusus hanya untuk
    distributor yang penghasilannya sudah besar saja.
    produk hasil tutup point itu pun
    mudah dijual lagi,
    karena cuma sedikit dan
    karena barang tersebut laku keras

    Terimakasih…

    dikutip dari : www.***************.com

  532. cara menolak ??? SANGAT MUDAH !!! Coba tanyakan apakah sanggup menjalankan bila tanpa anggota baru atau tanpa member baru atau tidak ada DOWNLINE dibawahnya.
    Artinya : APAKAH MASIH bisa mendapatkan keuntungan BILA tanpa anggota baru ???
    Bila jawabannya tidak… ya itulah jawaban anda.

    Tetapi kalau dia bisa meyakinkan kita bahwa tanpa anggota baru masih bisa mendapatkan keuntungan FINANCIAL bukan cuma bagus produknya THOK. Silahkan pertimbangkan.

    Salam sukses … dari pemain MLM.
    Nama saya anung, menjual pupuk organik nasa. silahkan cari di yahoo or google.
    TANPA anggota baru tetap bisa running.
    Anda pasti bertanya-tanya.

    Ayok para “pemain” … tetap semangat.
    Sukses buat kita semua

  533. kalo tanpa downline berarti bukan MLM dong…

    MLM =Multi Level marketing (khan??)

  534. Seperti yang sering saya ulas di dunia cyber, saya tak peduli apakah saya menjalankan MLMnya atau tidak, yang penting para downline “dengan sadar” mau menjadi new member.

    Coba dikritisi, new member saya seorang pengelola kebun sawit 2 hektar, setelah aplikasi pupuk (produknya memang pupuk), dia justru mendapatkan net income hingga 2 kali lipat.

    Pertanyaannya, apakah dia mau mundur ?
    Mau joint atau tidak … itu terserah mereka. Faktanya , dia jadi lebih diuntungkan karena produktivitas meningkat –> omset meningkat —> profit meningkat tajam.

    Apakah dia dirugikan dengan membeli produk MLM yang saya jual ??? JAWABNYA : TIDAK. Justru diuntungkan bukan hanya dari produknya yang berkualitas namun juga ter-refleksikan dalam NILAI rupiah yang dia terima.

    Contoh lain, ketika peternak lele yang sering gagal hingga 3 kali berturut-turut (mati total ribuan benihnya). Ketika team kita masuk, kita kasih solusi dengan produk kita dan hasilnya selamat (kebetulan tak ada 1 ekorpun yang mati) (biasanya tetep ada yang mati meskipun prosentasenya sangat kecil). Selanjutnya YBS menyatakan diri bergabung.

    Simple kan, bila pembeli diuntungkan ???

    Salam sukses/anung
    distributor pupuk organik

    Ketika dia bertanya, pak saya juga mau dapat komisi dari MLMnya, bagaimana caranya ?
    Jawab saya : Bisnis tuh simple mas, jual aja produknya sebanyak banyaknya. Komisi anda akan semakin besar.

    Bisnis ya dagang yg saya tahu, jd bila bisnis tidak ada transaksi = ???

    Bagaimana caranya ? Sekali lagi HANYA dengan menjual produknya, anda akan diuntungkan.

  535. ndak joint MLM bukan berarti anda pemalas.CATAT!.
    1.barangkali alasan anda ndak joint MLM karena anda2 semua masih punya logika.
    2.barangkali anda ndak joint MLM karena masih punya hati nurani.alasannya,anda ndak mau nepu temen anda.anda masih punya nurani untuk ndak ngisep duit temen anda (lah duitnya kan dr downline anda !).dan anda ndak mau Joint MLM karena ndak mau jualan katalog,profil org (katanya)sukses,seminar (ndak mutu) dan hal2 lain yg memang sebenernya ndak di butuhkan.

    logika sederhana:ngapain capek2/ngotot2 cari dowline kalo memang duitnya bukan dr downline!.dr barang?,beli aja di pasar lebih murah n anda ga perlu repot cari downline or ngikut seminar cuma untuk dpt barang.

    so,gunakan LOGIKA dan NURANI!.

    temen yg memprospek gue sbg downlinenya itu sama aja dengan memutus hubungan silaturahmi.(lha wong mo nepu temen sendiri )

  536. bisnis tuh sangat luas om, gak cuma sekedar nyari downline, itu hanya salah satu sarana saja. di bisnis mlm yg sy ikuti justru membuka bisnis lainnya.

    so.. maka… mau joint or not…. egp aja….
    saatnya bekerja bukan berdebat.

    oke…
    salam dan tetap semangat buat mlm mania…………….
    anda orang-orang yang berani mengambil langkah.
    dan berani mengambil resiko, baik resiko untung maupun buntung.

    sebelum bertanding kan sudah tahu ! kalo kagak menang ya kalah…. jadi score itu sdh diketahui dari awal.

    gampang kan…..

  537. biarin aja org mo ngomong mlm apa kek
    mereka cmn terlalu sombong buat ngerti
    diemin aja
    tar jg ada waktunya mereka menyesal
    tuhan benci orang kaya yg sombong
    tapi tuhan lebih benci orang miskin yg sombong!

  538. #626:

    so.. maka… mau joint or not…. egp aja…. saatnya bekerja bukan berdebat.

    attitude seperti ini lah yang payah. ini menunjukkan anda tidak mempedulikan apakah rekan anda rugi atau tidak. yang penting saya untung, titik!

  539. #627:

    biarin aja org mo ngomong mlm apa kek mereka cmn terlalu sombong buat ngerti diemin aja

    lah, yang sombong itu siapa? yang gak ngerti itu siapa? andakah yang anda maksud? :)

  540. rugi atau tidak ? semua orang pasti peduli dengan hal ini. Jadi tak perlu diajarin rugi atau tidak, udah gede kan ? ngapin sekolah tinggi-tinggi kalau kagak ngarti rugi or tidak. aktivitas saya menjual produk , jadi mau disebut attitute atau apalah namanya, mau disebut MLM atau apalah namanya. Yang penting saya berdagang. Ilmu berdagang itulah yang utama dipelajari. So… pembeli diuntungkan atau dirugikan …. yah .. dipikir sendiri aja… udah dewasa kan ? Justru kita bisa tunjukkan yang mana rugi dan yang mana untung. Kita tidak bisa memutuskan apakah pembeli rugi atau tidak. Itu keputusan masing-masing. Sebagai bangsa yang merdeka tentu anak bangsa ini sudah dewasa untuk menilai.

    Berdagang yang dicari untung = normal.

  541. #630: ya itu lah masalahnya. mayoritas orang2 gak ngerti MLM itu apa sebenarnya. dan mayoritas dapat dipastikan akan rugi. masa saya dan rekan2 lain yang mengerti harus diam saja melihat teman2, keluarga, dan masyarakat dikadalin mentah2. kan ngga :)

    sama saja lah kalau anda jadi saksi pencopetan. apa anda mau diam saja, “toh itu urusan dia, bukan urusan saya.” kan ngga :).

    “All that is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing.” –Edmund Burke

  542. Di “luar” sana banyak yang bukan pemain MLM (pemain yg ikut-ikutan saja) memberikan apresiasi sesuai dengan pola pikirnya. Apakah salah ? Ternyata tidak bung ! Semakin banyak yang memberikan apresiasi negatif, akan semakin besar “menjadi triger” bagi pemain.

    Sebagai “pemain” adalah penting dengan keberadaan para penonton. Tidak perlu dibungkam. Semakin banyak yang menonton, sang “pemain” semakin semangat “bermain”. Jadi keberadaan penonton justru mengasyikkan sebagai contoh perbedan antara pemain dan penonton.

    Jadi , adanya MLM dan bukan MLM….. harus ada kedua-duanya. Jangan takut bung! Penonton tidak perlu dipaksa menjadi pemain. Biarkanlah para penonton memberikan aplaus bagi pemain. Karena yang akan mendapat medali hanya pemain dan bukan penonton. So … peliharalah para penonton itu apa adanya. Dengan adanya penonton itu “kita” ada.

    Sekali lagi, kita bangsa yang merdeka untuk berpikir, bila memang rugi – mengapa berteriak untung. Bagi yang untung, teruslah “bergerak”.
    Asyik-kan ?

    Salam kompak dan semoga mendapatkan inspirasi//anung 0811122045

  543. MLM itu tidak perlu dipelajari, namun cukup dengan diikuti saja. Setuju dengan marketing plannya ? Bila ya, cukup dengan menjalankannya saja.

    Yang bermasalah tuh , setuju dengan bisnis MLM tapi tak mau menjalankannya sesuai dengan marketing plan dan berharap mendapat komisi besar ??? Lantas menyalahkan MLM-nya. Gimana neh…? Jujur gak yah ???

  544. #633:

    Yang bermasalah tuh , setuju dengan bisnis MLM tapi tak mau menjalankannya sesuai dengan marketing plan dan berharap mendapat komisi besar ??? Lantas menyalahkan MLM-nya. Gimana neh…? Jujur gak yah ???

    heheheheh. bagaimana dengan yang kerja keras menjalankan marketing plannya, tapi tidak mendapatkan komisi yang sesuai dengan effort yang dikeluarkan? dan tentunya mayoritas pengikut MLM bisa dipastikan bernasib seperti ini :-?

  545. #632:

    Di “luar” sana banyak yang bukan pemain MLM (pemain yg ikut-ikutan saja) memberikan apresiasi sesuai dengan pola pikirnya. Apakah salah ? Ternyata tidak bung ! Semakin banyak yang memberikan apresiasi negatif, akan semakin besar “menjadi triger” bagi pemain.

    tulisan saya memang bukan ‘pasar’ bagi mayoritas orang2 yang sudah ‘terkontaminasi’. bagi beberapa orang, apalagi yang berada di ‘atas’, memang sangat sulit untuk bisa menerima kenyataan yang sesungguhnya. It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it, kata mbah Upton Sinclair.

    bukan urusan saya apakah orang itu tercerahkan atau justru semakin bersemangat mengkadali orang lain. yang penting saya sudah menyampaikan kebenaran. urusan akhirat sih urusan masing2 saja. toh saya gak rugi atau gak untung sama sekali kalau ada orang yang ikutan atau tidak ikutan MLM.

  546. Tidak ada jaminan apapun bagi para pemain MLM diluar marketing plan. Kerja keras hanya salah satu efort saja. Ending dari usaha itu harus menyentuh marketing plan. Barulah komisi didapat.

    Dalam bahasa lain; masuk di bisnis MLM = harus terkontaminasi model MLMnya. Ini sudah menjadi syarat.

    Jadi ketika joint, tiap distributor semestinya sudah sadar dong, apa yang anda tandatangani itu ada maksudnya….. bukan asal sign saja. Dan dengan begitu akan menjadi suatu janji menepati marketing plan. Bila ada kesulitan , konsultasikan saja dengan up line anda. Gampang kan…. hari gini tuh mestinya nyadar diri, belum tahu … jawabnya .. ya tanya saja. memangnya mau bikin teori baru… ya dipersilahkan saja… toh kita sudah merdeka bung ! Bebas kok kalau ingin membuat teori baru lagi, dan itu sudah disampaikan di bangku sekolah anda. Tiap semester sudah dipancing dan didorong untuk menemukan hal baru/teori/meneliti serta selalu dibimbing oleh gurunya. Apakah mau membuat teori baru atau menganalisa yang sudah ada.

    Ada baiknya untuk menayakan kepada saya, MLM apa sih yang saya kembangkan bisnisnya ? Setelah memahami, silahkan menyimpulkan sendiri sesuai referensi anda.

    Tugas saya salah satunya menyampaikan bahwa di MLM saya ini seseorang bisa mendapatkan keuntungan berlipat meskipun tanpa seorangpun menjadi downlinennya.

    Bagaimana cara kalkulasinya ? Sangat mudah kawan. Berapa uang yang anda pakai untuk membeli produknya, dan berapa keuntungan setelah menggunakannya. Lantas, anda rugi atau tidak ? Finish. (untung atau ruginya dihitung pake rupiah loh yah, bukan sekedar dinilai produknya bagus)

    Dalam tataran awal saja sudah ketahuan, mudah. Apalagi dengan tambahan … ada downline dibawahnya.

  547. #636:

    Tidak ada jaminan apapun bagi para pemain MLM diluar marketing plan. Kerja keras hanya salah satu efort saja. Ending dari usaha itu harus menyentuh marketing plan. Barulah komisi didapat.

    jangan membohongi diri sendiri. dari sekian banyak anggota yang melakukan marketing plannya, hanya segelintir yang bisa mendapatkan untung. sisanya dapat dipastikan rugi. sudah dari sananya didesain seperti itu, kerja sekeras apapun tidak akan bisa mengubah hal itu.

    Bagaimana cara kalkulasinya ? Sangat mudah kawan. Berapa uang yang anda pakai untuk membeli produknya, dan berapa keuntungan setelah menggunakannya. Lantas, anda rugi atau tidak ? Finish. (untung atau ruginya dihitung pake rupiah loh yah, bukan sekedar dinilai produknya bagus)

    jaaah, ini lagi :)). lagi2 anda mencampuradukkan manfaat konsumtif (menggunakan produk) dan manfaat bisnis (mendapatkan profit dari distribusi barang). yang dibicarakan di sini adalah manfaat bisnis. dan MLM jelas tidak dapat memberikan manfaat bisnis yang dijanjikan. kalau cuma manfaat konsumtif, jelas bukan monopoli MLM, tidak perlu lewat MLM pun juga bisa didapatkan :).

  548. Manfaat bisnis (komisi) ?

    Adalah mereka yang mampu menjual dalam omset besar dan sesuai dengan Marketing Plan. Saya sering ulas ke downline saya, bahwa untuk mencapai omset besar dan komisi besar harus dengan kerja keras. Agar sesuai dengan marketing plan. Hasil tidak akan besar bila tidak sesuai marketing plan. Bagus kan ?

    Ini persis dengan dibangku sekolah. Untuk mencapai IP tinggi (Skala 4) harus belajar keras, disiplin dll. Bagus kan ?

    Mengapa dicontohkan bangku sekolah, karena dalam bisnis adalah juga sekolah/belajar bisnis dan ini real.

    Seperti halnya, untuk mendapatkan income besar – jangan hanya jadi karyawan. Tapi lakukan sebagai pengusaha. Cukup bagus kan himbauannya ?

    Untuk mendapatkan kejuaraan —> harus menjadi pemenang dalam perlombaan/pertandingan.

    Salam sukses/anung

  549. Jadi sudah cukup jelas, baca panduan bisnisnya. Buka lagi dan jangan bosan membaca dan memahaminya. Apakah punya nyali untuk mencapai prestasi sesuai dengan marketing plan ? Bila ya, silahkan jalankan. Bila ragu-ragu…. silahkan menyimpulkan sendiri.

    Ini harus clear dari awal.
    Bisnis harus jujur. Marketing plan dicetak dengan sangat jelas bisa terbaca. Bila belum paham silahkan tanya. Ini kan suatu supervisi yang sesungguhnya.

    Sering saya utarakan bahwa bisnis yang sy jalankan adalah MLM. Dan ungkapan ini ada di awal pembicaraan. Bukan dibelakang ! Banyak yang joint dan banyak yang menolak. Wajarkan ? Apakah harus memaksa untuk tidak joint ? Dan apakah harus memaksa untuk joint ? Serahkan semuanya kepada calon konsumen dan biarkanlah para calon ini menyimpulkan sendiri.

    Tugas pemain adalah memberikan supervisi, itupun bila mereka/ joiner mau sharing.

    Salam kompak/anung

  550. #639:

    Adalah mereka yang mampu menjual dalam omset besar dan sesuai dengan Marketing Plan. Saya sering ulas ke downline saya, bahwa untuk mencapai omset besar dan komisi besar harus dengan kerja keras. Agar sesuai dengan marketing plan. Hasil tidak akan besar bila tidak sesuai marketing plan. Bagus kan ?

    itu kan janjinya :P. sayangnya kebanyakan pelaku MLM tidak dapat melihat lebih jauh dari janji yang diberikan. dari sekian banyak orang2 yang kerja keras mengikuti marketing plannya, 90%+ akan gagal. gagalnya bukan karena kurang kerasa usahanya, tapi karena secara sistematis sudah dirancang untuk seperti itu dalam marketing plannya.

  551. wajar kan ? now tinggal memposisikan diri aja, mau diposisi mana ? atas ? bawah ? semua posisi sudah tersedia di marketing plannya.

  552. #642:

    wajar kan ? now tinggal memposisikan diri aja, mau diposisi mana ? atas ? bawah ? semua posisi sudah tersedia di marketing plannya.

    tentu saja tidak wajar :). hubungan antar distributor bukanlah hubungan yang saling menguntungkan. keuntungan seorang distributor hampir bisa dipastikan hanya berasal dari kerugian distributor yang lain.

  553. Dalam kaca mata bisnis, sebuah unit bisnis normal tentu menggunakan konsep kontinyuitas. Artinya bisnis tidak dibatasi dalam kurun waktu tertentu namun justru berkembang terus. Kembali ke masing-masing lagi, apakah sudah cukup dengan kondisi saat ini saja, sementara pesaing juga bermunculan. Review atas rencana bisnis bisa dilakukan dalam kurun waktu tertentu, namun bisnis itu sendiri tidak berhenti. Kecuali memang ada yang menginginkannya.

  554. :d:d:d:d:d:d/:d/:d/:d/:x:x:x:x:x:x

    HE HE HE HE …. HA HA HA HA ….

    Omongane do ra nyambung….

    Rebutan balong (tulang)….

    awalnya dari tiada menjadi ada -> berarti ada yang menciptakan
    setelah ada yaitu sebuah titik
    titik itu akhirnya meledak -> menjadi big bang
    dengan big bang, maha pencipta menciptakan segalanya, dengan ketepatan, kecepatan, kelengkapan, dan apapun secata maha tepat
    setelah itu terjadilah alam raya

    maha pencipta menciptakan biji-bijian lebih banyak dari buahnya -> karena DIA sedang mengajari kita HUKUM RATA-RATA
    tidak setiap biji dalam buah akan hidup dan tumbuh
    yang hiduppun kalao tidak dijaga dan dipelihara akan mati
    betapa ribetnya “menghidupkan”
    apa yang dihidupkan?
    SEMUANYA!!!!!

    Semangat hidup, cita-cita, keinginan, berkeluarga, berteman, bermasyarakat, berkehidupan, dll…

    apakah semangat hidup akan ada terus???
    apakah cita-cita dengan mudah diraih?
    apakah keinginan akan terwujud dengan sendirinya???

    Semua ada prosesnya……….

    Bagi yang sudah bisa melihat gambar 3 Dimensi
    dan menjelaskan ke orang lain yang belum bisa melihat
    bagaimana gambar 3 Dimensi… Dengan ketulusan dengan kesabaran yang sudah bisa melihat gambar 3 Dimensi mengajak “tetangganya untuk melihat gambar 3D” tetapi tetap gagal atau tidak bisa melihatnya… (saya pernah mengalami hal itu)

    Atau memahami kenapa kok orang itu beragama Islam, nasrani, yahudi, dll…

    Mbok sampai jebol rambutnya…. sulit….

    Atau memahami kenapa orang mau BOM SHAHID/BOM BUNUH DIRI/KAMIKAZE/HARAKIRI/HARAKANAN (HADAP KANAN)…

    Atau memahami kenapa orang kok pakai cadar, celana congklang, berjenggot….

    Saya salut dengan CIA, MOSAD, INTELIJEN dari manapun…
    Karena mereka mau mendengarkan sampai DETAIL tanpa merasa “ikut” tanpa merasa “mau diikutkan” tanpa setengah-tengah dan mengeklaim sok tahu 100%….
    sehingga 1000 data yang seharusnya dimengerti, dilahap semua, mereka berusaha menyimpulkan ketika sudah di “CROSCEK” cek and ricek dan terkumpul mendekati 100%… baru mereka menyimpulkan….

    lha wong mendengarkan saja tidak mau…. lalu menyimpulkan sesuai nafsunya…

    tapi yang menjelaskan juga banyak yang salah… karena tidak tahu banyak tetapi berusaha menjelaskan… maka orang yang dijelaskan akan MUAK dan MUNTAH-MUNTAH, ALERGI,….

    Seperti orang yang baru saja ikut TAEKWONDO, baru sabuk putih saja (2 kali latihan) sudah matanya melotot, menantang orang… padahal yang sudah sabuk hitam dia akan santun dan menunduk…

    jadi semuanya bisa salah dan semuanya bisa benar…

    Seperti ketika saya dijelaskan kenapa wanita ada yang bercadar hitam, bajunya tersaruk-saruk tanah, hitam lagi… Saya belum meyakini tetapi saya berusaha MENGERTI (karena dalam Al-Quran : “janganlah mencela sesuatu itu secara berlebih-lebihan karena hal itu mungkin besok yang akan anda cintai, dan janganlah mencintai itu berlebih-lebihan karena mungkin hal itu yang akan anda benci”)

    Cukuplah bagi saya yang telah bertemu tatap muka langsung dengan Ustad Ja’far umar tholib menanyakan tentang yang saya jalankan, juga dengan pernyataan-pernyataan :
    Ustad Ali Yafie (mantan ketua MUI), Ustad Dr.KH Miftah Fadidl (ketua MUI Jawa barat), Muhammad Syafii Antonio (Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia), Muhammad Munir Chaudry, Ph.D (Presiden of The Islamic Food & Nutrien of America (IFANCA)), Ustad Hilman Rosyad Shihab, Lc, dan lain-lain dalam suatu kesempatan dialog… Itu lebih berat timbangannya daripada orang-orang emosinal yang menyumpal pintu otaknya karena sering terkena penyakit INHIBISI (penyakit gajah besar yang dirantai kecil tetapi tidak menjebol dan lari karena dulu pernah sakit terkena rantai besar atau belalang yang dimasukkan ke dalam kotak kaca sehingga ketika meloncat dia kena kaca bagian atas, ketika kaca sudah tidak ada maka belalang tetap tidak mau meloncat tinggi-tinggi)… buku acuan : Quantum Ikhlas Erbe sentanu.

    Memang bagi yang belum pernah datang ke afganistan maka akan sulit membayangkan bagaimana keadaan afganistan itu yang sebenbarnya… bisanya hanya mengira-ira….

    Atau seseorang yang asli kota padang, disuruh menjelaskan kepada orang yang belum pernah datang kesana “bagaimana kota padang itu?” saya jamin sulit sekali… satu-satunya jalan ya harus datang kesana…

    Tetapi tergantung juga “pemandunya”, “jalannya”, “materinya”, karena tidak semuanya sama, karena ada juga pemandu yang mengajak masuk jurang atau dia sendiri kebingungan dan belum menguasai jalan dan materinya dan tidak bisa komplit menjelaskan sehingga membuat banyak orang MUAK, MUNTAH-MUNTAH, ALERGI…

    Maukah anda diajak ke tempat pelacuran dan tempat aduan ayam jago?

    (pasti sebagian besar orang yang sok SUCI pasti tidak mau!!!)

    Seharusnya harus mau, kenapa? Karena disana kita tidak ZINA dan JUDI tetapi kita cari antinya atau kita berusaha cari solusinya… minimal cari data-datanya, cari lokasinya, siapa saja orang-orangnya yang terlibat, cari info-infonya…

    Walaupun kita semua harus ingat, hukum alam / hukum Tuhan…
    Yaitu di dunia ini tidak ada yang mutlak 100% dan tidak ada yang mutlak 0%…

    Dulu ada orang dibunuh gara-gara mengatakan bumi itu mengelilingi matahari… karena itu dianggap menentang ajaran agama… tetapi sekarang mereka baru meyakini bahwa yang benar adalah bumi benar-benar mengelilingi matahari…

    Yang paling penting itu mengerti sifat dasar manusia… pemarah, pendengar, penyabar, tidak terbuka, mengeklaim, memaksakan kehendak, sok pinter, sok tahu, ….

    Ayo kita berlomba memperbaiki diri masing-masing… tidak ada orang yang sempurna, semuanya… kecuali NABI…

    Ada orang yang mati-matian benci koruptor, tetapi jadwal kantor yang seharusnya masuk jam 7 pulang jam 14, orang tersebut masuk jam 9 pulang jam 13, itu juga koruptor!!!, dll… dan orang tersebut mungkin termasuk kita…

    Memang semuanya itu tergantung :
    Apa yang dijelaskan..
    Siapa yang menjelaskan…
    Berapa persen yang sudah dijelaskan…
    Seberapa paham orang tersebut menyerap penjelasan…
    Dan, aslinya materi itu benar atau batil berdasarkan dalil-dalil yang kuat yang disampaikan oleh orang yang sudah benar-benar komplit mempelajarinya bukan orang yang merasa sudah pernah didalamnya… Gampang sekali untuk menge-tes-nya, yaitu dengan menanyainya dan dicarikan padanannya… ketika dia nglantur dan sudah mulai mengarang cerita walaupun dihubung-hubungkan dengan Al-Quran dan Al-Hadist yang sesungguhnya tidak berhubungan, dikarenakan mereka gagal ber-empati karena hawa nafsu amarah karena penyakit INHIBISI maka mereka biasanya tidak bisa mengendalikan dirinya dengan menjelek-jelekkan orang lain, misalnya : kamu melakukan kerjaan haram, nanti hasilnya haram, apakah kamu tidak kasihan anak istrimu diberi uang haram, apalagi uang itu kalau disumbangkan ke masjid maka masjidnya jadi haram, kamu itu matere saja, keduniaan, tidak percaya akhirat, kamu itu menipu, kamu itu dholim, dan-lain-lain… dikiranya yang dituduh itu dungu, bodoh, tidak hati-hati dalam mengkaji, tidak ingin masuk surga, cinta neraka,… wah pokoknya elok deh…

    Kalau saya tulis pengetahuan ini, bisa jadi buku yang tebal dan perlu berhari-hari untuk membacanya…

    Saya yakin kalau otak saya berisi apa yang ada dalam benak anda maka saya akan seperti anda… demikian juga kalau pengetahuan anda mengusai apa yang saya kuasai maka anda akan seperti saya…

    Di dunia ini ada hukum Tuhan yaitu hukum rata-rata, hukum tidak ada 100% dan tidak ada 0%…

    Di dunia ini apapun diciptakan berpasang-pasangan… ada negatif ada yang positif… Hukum keseimbangan… dengan berpegang hukum Tuhan maka orang yang menguasainya akan selalu tenang, InsyaAllah…

    Sementara ini yang saya yakini…. :

    Pikiran melahirkan perkataan, perkataan membentuk kenyataan
    Apa yang selalu dipikirkan dan dikatakan itulah yang terjadi dalam kehidupan kita.
    Pikiran dan perkataan lebih kuat dari nasib bahkan takdir.
    Banyak manusia menjalani hidup yang buruk karena mereka mematok nasib mereka sendiri melalui pikiran dan perkataannya.
    Dengan mempelajari sifat-sifat dasar manusia maka kita akan tahu mutu manusia tersebut, misalnya :
    Tidak terbuka, sok pinter, sok tahu, tidak mau kalah, menyumpal otaknya agar tidak bisa dimasuki ilmu pengetahuan, mengejar nikmat menghindari sengsara, senang membicarakan diri sendiri, tidak mau beramal yang kelihatannya rugi (misal: sedekah, investasi,dll), ikut-ikutan tanpa dasar yang kuat sehingga mudah roboh terkena angin kecil, kalau otaknya tidak sampai maka bisanya menjelek-jelekkan kepada orang yang mampu mengerti,dll
    Banyak yang tidak faham banyak memberi akan banyak menerima (memberi info, memberi pengetahuan, memberi kasih sayang, membimbing dengan sabar dan ikhlas, memberi pertolongan memberi sedekah, memberi kesabaran,dll) (kalau memberi amarah maka akan panen amarah, kalau memberi pengertian dengan sabar maka akan panen pengertian yang sabar,dll) (jangan mengharapkan sesuatu kalau belum memberi) (menyemai benih padi dan merawatnya maka akan panen padi) = HUKUM TARIK MENARIK. Bersyukur lebih baik daripada meminta (kalau orang mensyukuri nikmat maka nikmatnya akan ditambah, secara ilmu pengetahuan kalau orang itu bersyukur maka wajahnya berseri-seri, omongannya berseri-seri, matanya cerah, sehingga orang tidak muak untuk bertemu dan tidak memancarkan amarah) kalau meminta-minta terus kepada Tuhan tanpa mensyukuri yang Tuhan telah berikan maka wajah orang tersebut akan muram durjana, marah, gelisah, stres, dan orang lainpun takut untuk bertemu), banyak orang bilang kejujuran tetapi tidak jujur terhadap dirinya,…

    Hadist : duduk sejenak (i’tikaf) lebih baik daripada beribadah 60 tahun.

    Banyak orang yang tidak kuat mendengarkan penjelasan, padahal mendengarkan penjelasan itu tidak menyebabkan mati, tidak menyebabkan hilang uangnya, tidak menyebabkan masuk angin, tidak menyebabkan kerugian… padahal yang di dapat adalah keuntungan…
    Lha kalau yang di jelaskan dan diomongkan adalah batil bagaimana?
    Tetap dengarkan dahulu, lalu catatlah pertanyaan kunci-kuncinya sehingga oarng itu terpojok dan kalah dan sadar secara damai…
    Dan tetap berlangsunglah persaudaraan…
    JANGAN LANGSUNG DIBUNUH!!!

    Ada satu hal yang saya merasa bersalah, yaitu saya belum bisa mengemukakan semuanya… butuh proses… butuh waktu… dan InsyaALLAH saya akan menjelaskan lebih lanjut…

    Bagi yang ingin menyambung POSIVE FEELING bisa ke feeling.positive@gmail.com
    Saya sangat berharap aura posif anda, pikiran positif anda, apapun yang positif dari anda, gelombang alfa anda…. saya mohon bimbingan para guru yang baik, agar latihan saya untuk berlatih terus-menerus mencapai positive feeling cepat berhasil…

    Amin amin ya robbal ‘Alamiin

    Trimakasih………………………..

  555. MLM, hanya orang pemimpi saja yg menjalankan, tapi tidak pernah memperhatikan etika berbisnis, buktinya sudah kelihatan sekali, aq pernah menjalankan bisnis ini dulu, aq sudah dapet satu orang untuk dijadikan downline(jadi total downlineku 10 orang). Dia kuajak bicara bahwa untuk mencapai sesuatu haruslah bekerja keras. kemudian dia melakukan apa yg kumau, tiap hari dia cari downline, sedangkan hanya aq berdiam diri untuk mendapatkan hasilnya. Tp tiba2 aq berpikir, berarti aq sama saja memanfaatkan dia utk mencapai impianku, dia juga memanfaatkan orang lain utk mencapai impianku, dan seterusnya. kemudian esoknya dia berkata”saya menyerah, saya tidak bisa menjalankan bisnis ini”, kemudian saya maklumi itu. terus terang saya jadi merasa g enak menyuruh orang seperti itu, saya santai2 saja, tapi yg lain bekerja keras utk aq. aq malah berpikir, lebih halal kita melakukan usaha sendiri dan denagn modal sendiri :) atau kita jd karyawan, daripada menjalankan bisnis MLM, jd yg aq maksud tidak memperhatikan etika berbisnis seperti itulah, kesannya kita dalam menjalankan bisnis MLM seperti preman, kalo kita tidak mendapatkan korban kita berarti tersingkir dalam bisnis MLM ini. jadi kesimpulanku bisnis ini bisnis yg kejam dan tidak berperikemanusiaan. sory bukannya aq menghujat sana, tapi ini adalah fakta selama aq menjalnkan bisnis MLM ini.

  556. MLM kok hebat ya? bisa2nya dia bikin orang penasaran akan hasil yg didapatkan, bisa2 aq jd hantu penasaran, memang orang asia rata2 gampang dibodohin oleh mimpi oleh mimpi2 yg konyol, terutama indonesia, sudah bodoh dibikin bodoh lagi sama MLM:((, tuhan tunjukan jalan bagi bangsa bodoh ini:-w

  557. Menurut saya yang namanya bisnis minimal harus ada:
    1. Modal (Fisik & Finansial) yang dikeluarkan dan besarnya relatif (Didunia ini g ada yang namanya makan siang gratis bung)
    2. Ada sesuatu yang harus dijual (Produk yang punya nilai manfaat bagi pemakainya/pembelinya)
    3. Ada hasil yang berupa keuntungan atau bonus karena transaksi yang dilakukan di no. 2

    Jadi jika ada sebuah konsep bisnis yang muncul dan sudah memenuhi 3 hal diatas saya rasa baik itu MLM,NETWORK MARKETING,FRANCHISING,CORPORATION atau jenis2 usaha yang lain itu adalah legal, sah dan bukan suatu usaha penipuan menurut saya.
    Tinggal bagaimana kita memilih dari beberapa jenis usaha yang kira-kira cocok buat kita. Bagi yang pintar berdagang mungkin akan lebih memilih Corporasi atau buka usaha kecil2an yang sesuai dg keahlian. Tapi bagi yang tidak pandai berjualan atau bahkan cuma punya sedikit modal mungkin jawabannya hanya Network Marketing. Kesimpulannya semua itu tergantung bagaimana upaya dan kerja keras yang positif yang kita lakukan, tanpa kerja keras apapun usaha yang kita masuki hasilnya 0 besar.

    Peace Man !!! :)>-

  558. Perbandingan Model Bisnis Konvensional vs Model ‘Bisnis’ MLM

    Bayangkan penduduk bumi cuma ada 10 orang (sebut saja namanya A sampai J). Si A adalah seorg nelayan. Si B tukang jual ikan.

    Kalau kita gambarkan bisnis jual beli ikan dengan memakai model bisnis ‘traditional’ (atau ‘konvensional’), maka prosesnya adalah sbb:
    1. B membeli ikan dari A, dan A mendapat keuntungan.
    2. B menjual ikan ke 8 org sisa penduduk (konsumen) dan B mendapat keuntungan dari situ.
    3. Kalaupun B ingin menunjuk distributor baru dlm bisnis ini (katakanlah C), maka B akan jual ikan ke C dengan harga khusus (anggap saja share profit dg C). Baik C maupun B mendapat keuntungan saat menjual ikan ke D-J.

    Catatan penting:
    – Dg model ini, baik dari sudut individu maupun dari sudut kelompok, seluruh pelaku bisnis (A-C) mendapat keuntungan.
    – Marketing plan nya adalah menjual ikan sebanyak-banyaknya ke semua penduduk bumi (kondisi ideal) dan bila ini diwujudkan (plan=aktual) maka akan membawa bagi keuntungan aktual kelompok pelaku bisnis.
    – pengangkatan C sbg distributor pun pasti ada pertimbangan value. Selama C memiliki value (misalnya faktor geografis dll) sbg distributor, maka proses 3 bisa tercapai.

    Kalau kita gambarkan bisnis jual beli ikan dengan memakai model MLM, maka prosesnya adalah kurang lebih sebagai berikut:
    1. B membeli ikan dari A, dan A mendapat keuntungan.
    2. Awalnya, B menawarkan sharing profit ke C dan D untuk menjual ikan (C-D menjadi downline B). B mendapatkan keuntungan dari penjualan langsung ke konsumen (E-J) maupun penjualan yang dilakukan downline2 nya.Sedangkan, C dan D mendapatkan keuntungan dari penjualan langsung ke konsumen (E-J).
    3. Dlm wkt singkat, C punya downline E,F,G dan D punya downline H, I, J. Seluruh penduduk bumi kini sudah menjadi penjual ikan. Setelah tercapai kondisi ini, kepada siapakah E – J menjual ikan ???
    Dengan asumsi sisi ‘konsumtif’ ikan dari para penjual diabaikan, maka kalau proses ini berjalan terus, E – J mengalami kerugian (sebagai pelaku ‘bisnis’ MLM ikan ini) namun C-D mungkin masih bisa tetap untung, dan yang jelas B pasti untung. Secara kelompok, karena tidak bisa melakukan penjualan ikan di luar kelompoknya, maka jelas2 ini ‘bisnis’ yang merugi.

    Catatan penting:
    – Kalau MLM yang benar, pencarian downline harus stop sampai di proses no.2, untuk menjamin adanya space utk meraih keuntungan dari
    penjualan ikan kepada non-distributor.
    – Marketing plan kebanyakan MLM yg saya tahu adalah membangun jaringan sebesar-besarnya, dan bila ini diwujudkan (plan=aktual) maka akan menciptakan kondisi market saturation seperti di proses no.3.

    Kalau dari marketing plan saja, MLM yang seperti ini sudah jelas-jelas sesuatu yang penuh konflik (bangun jaringan seluas mungkin utk menciptakan market saturation), maka sudah jelas bagi kami yang bisa melihat realita ini tidak perlu ikut/menyelami MLM untuk menarik kesimpulan bhw:
    a. MLM itu hanya menguntungkan segelintir pelaku bisnis nya saja (dari internet, ada survey sekitar 0.1% – 2% orang yang sukses di MLM).
    b. MLM itu mencari keuntungan dari kerugian orang lain (downline2 di bawah nya).

    salam
    Koes

  559. Setelah saya membaca hampir seluruh isi thread ini, saya setuju dengan pendapat Mas Priyadi.

    Saya itu heran, kenapa orang-orang yang pro MLM tidak bisa memahami apa yang dikatakan Mas Priyadi. Dan masih banyak yang mencampuradukkan antara di sisi konsumtif (member pasif) dan sisi ‘bisnis’ (member aktif/distributor). Saya menangkapnya konteks diskusi di sini difokuskan di MLM sisi ‘bisnis’.

    Sistem MLM kalau di-analisa secara matematika sudah memang di-desain untuk gagal. Namun demikian, karena didengungkan2 terus sebagai ‘bisnis’ yang menjanjikan,
    kami mau tidak mau mendefinisikan ini sebagai bentuk penipuan terselubung. Dan ini realita yang kami lihat dan ingin kami sebarluaskan di sini.

    MLM bisa disebut suatu bentuk ‘penipuan’ terselubung, apabila saat prospek, calon prospek di-iming2i impian bisnis yang sebetulnya bisa dipastikan profit nya negatif (kecuali dia bisa melempar ‘bola api’ ini ke downline2 di bawahnya sebanyak dan sesegera mungkin. Ini di’kemas’ begitu cantik saat disampaikan kepada calon prospek sebagai syarat utk bisa menjadi ‘sukses’tanpa perlu berada di puncak piramid).

    Disebut penipuan apabila saat seminar dikatakan bahwa distributor yang baik harus memakai produk2 nya, karena motif yg sebenarnya adalah menjadikan distributor tsb konsumen yg loyal bagi produk2 MLM ybs.

    Mungkin yang sedikit unik dan membedakan dengan penipuan2 yang sesungguhnya adalah, saya amati banyak para pelaku ‘bisnis’ ini yang tidak sadar bahwa ini sebetulnya penipuan, tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi korban penipuan dan sedang meneruskan proses ini ke calon2 prospek nya.

    Salahkah bila Mas Priyadi dan beberapa rekan lainnya (termasuk saya) berkoar-koar di sini menyebarluaskan realita yang kami lihat ini?

    Salam

  560. bisnis apapun kalau tak ada konsumen bagaimana ?
    MLM kan hanya cara meraih konsumen, dst,dst,
    setuju silahkan gabung, gak setuju ya jangan dipaksa.
    BILA setuju di MLM , harus dengan cara MLM.
    Bila mau konvensional , ya harus dengan cara konvensional.
    Intinya sesuaikan aja dengan masing-masing, semuanya bagus.
    Untuk sukses di MLM harus sesuai marketing plan. Itu kuncinya. Jangan pernah diaduk-dicampur-campur, karena itu diluar marketing plan.
    Diskusi MLM bagus, tapi akan mengurangi waktu memdapatkan konsumen baru…. cenderung capek deh…
    Pesan saya pada pelaku MLM, hendaklah menghindari debat , karena akan menguras waktu, mendingan dibanyakin kerja. Kecuali anda sudah diposisi yang … tahulah ….. sehingga fotokopi diri anda sudah berjalan….

  561. sekarang sudah tahun 2010. Ada kah suatu berita yang menarik tentang bahasan ini? Bagi yang pro dan kontra, adakah suatu berita yang bisa dibagikan lagi?

    Terimakasih.

  562. kalau diutamakan kualitas produknya dan terbukti masyarakat telah membuktikannya,maka k link akan maju pesat dan melejit

  563. Mas Pri, coba dong ikut dulu jadi anggota MLM murni/yang benar (TANYA DULU/CEK DULU DI APLI MANA MLM YANG BENAR) selama 1 tahun ajalah, baru bahas soal MLM.
    Pasti hasilnya akan beda. Kan yang dibahas selama ini hanya atas dasar pemikiran mas Pri aja. Nyemplung dulu kedalam baru lihat ada apa didalam MLM itu. Oke……thanks, salam kenal aja ya mas dari aku.

  564. saya ga faham apa itu mlm,,tp saya bru gabung di mlm,kira2 mlm ini bagus ga???pntes ga di kerjakaan??
    1.modal cuma 1x slama-lamanya
    2.bonus dibayar harian
    3.tdk ada tutup poin
    4.tdk ada peringkat
    tdk ada reward,yg ada cm uang cash
    5.hnyaa membina 2 tim

    mnta pendapat nya donk…

  565. Hari ini kok kebetulan lagi googling nyari tau nasib Anne Ahira si ratu dangdut malah ketemu tulisan mengenai MLM.

    Salut Mas Pri, web site-nya masih berdiri tegak, sementara yang comment di sini banyak juga yang blog/web sitenya sudah almarhum atau nggak pernah diupdate lagi.

    Pernah juga sih saya ikutan beberapa MLM, tapi saya nggak sampai hati sama downline saya yang agar saya mendapatkan hasil yang maksimal saya harus mengeksploitir mereka dengan memberikan janji SUKSES.

    Dan ternyata ada juga MLM yang bertumbangan.

    Salam

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *