Ilusi Finansial

Alkisah pada suatu hari ada dua orang penerbit koran yang saling berkompetisi, sebutlah namanya A dan B. Kedua koran ini memiliki kualitas yang sama persis. Penerbit A menjual langganan korannya seharga Rp 50 ribu per bulan. Sedangkan penerbit B tidak puas dengan harga Rp 50 ribu per bulan karena merasa keuntungannya tidak cukup banyak, dia menjual korannya dengan biaya Rp 100 ribu/bulan.

Walaupun demikian, jika B menjual korannya dengan harga tersebut, maka korannya tidak akan laku. Dengan kualitas yang sama, bisa dibilang hampir semua konsumen akan memilih koran A yang harganya cuma setengah koran B. Dalam pasar bebas, B dihadapkan pada dua pilihan: tetap menjual dengan harga mahal tetapi mendapatkan pangsa pasar yang sedikit; atau menjual dengan harga lebih murah dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. B tidak menginginkan kedua pilihan tersebut, yang diinginkan B adalah menjual dengan harga mahal dan mendapatkan pangsa pasar yang besar pula. Mungkinkah B melakukan hal tersebut tanpa misalnya meningkatkan kualitas korannya?

Selain pengusaha koran, B juga seorang ahli finansial yang licik sekaligus jeli dalam melihat kesempatan. Dia bukannya menjual korannya lebih murah untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dia justru meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat. Koran B yang tadinya dijual seharga Rp 100 ribu, kini dia jual seharga Rp 200 ribu.

Logika mengatakan bahwa posisi B di pasar koran seharusnya akan semakin terjepit. Tapi tunggu dulu. B tidak begitu saja menaikkan harga korannya. Harga berlangganan koran B yang Rp 200 ribu/bulan ini dia bagi menjadi dua porsi: porsi pertama sebesar Rp 100 ribu dialokasikan untuk biaya berlangganan korannya itu sendiri, dan sisanya sebesar Rp 100 ribu adalah porsi investasi. Dengan kata lain, B tetap menikmati harga berlangganan korannya seperti sebelumnya yaitu sebesar Rp 100 ribu/bulan. Sedangkan tambahan Rp 100 ribu yang dia pungut dari pelanggan akan disetorkannya ke sebuah instrumen investasi yang hasilnya nanti akan dikembalikan kepada pelanggan.

Jika seorang konsumen berlangganan koran B selama 10 tahun, dengan asumsi perkembangan investasi 13%, maka nilai tunai hasil investasinya akan berjumlah lebih dari Rp 24 juta. Atau dengan kata lain sudah ‘balik modal’. Selama 10 tahun, pelanggan B telah menyetorkan biaya berlangganan sebesar Rp 24 juta, dan pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang dia dapatkan sudah melebihi Rp 24 juta. Secara nominal, pelanggan mengeluarkan Rp 24 juta untuk berlangganan selama 10 tahun dan pada akhir tahun ke-10 uang tersebut akan dikembalikan seluruhnya. Sebagian pelanggan akan merasa telah menikmati koran B dengan gratis!

Lebih daripada itu, pelanggan dapat pula meneruskan berlangganan setelah tahun ke-10 dengan sebuah catatan: konsumen dibebaskan atas biaya berlangganan sama sekali! Pelanggan bisa terus berlangganan koran B seumur hidupnya hanya dengan membayar biaya berlangganan selama 10 tahun! Bukan hanya itu, pada akhir tahun ke-20, selain bisa menikmati koran B dengan gratis, pelanggan juga dapat menikmati hasil investasi sebesar hampir Rp 60 juta.

Jika ada yang menanyakan kepada seorang konsumen mana yang lebih dia sukai:

* Membayar Rp 50 ribu seumur hidup untuk berlangganan koran A; atau
* Membayar Rp 200 ribu selama 10 tahun untuk berlangganan koran B, lalu seluruh uang tersebut akan dikembalikan di akhir tahun ke-10, atau pelanggan bisa meneruskan untuk berlangganan seumur hidup dengan gratis ditambah dengan menikmati hasil investasi yang berlipat-lipat jumlah yang telah disetorkan sebelumnya.

Secara intuitif, konsumen yang awam urusan finansial akan memilih koran B. Konsumen akan merasa koran B lebih menguntungkan karena jumlah yang dia dapatkan secara nominal jauh lebih banyak daripada jumlah yang dia setorkan. Tetapi tentunya ini salah kaprah, di balik itu semua, biaya berlangganan koran B tetap saja dua kali lipat lebih mahal daripada koran A. Pelanggan tetap membayar biaya berlangganan dua kali lipat lebih mahal daripada koran A, tetapi mereka tidak menyadari telah melakukannya. Teknik berjualan seperti ini saya sebut sebagai ‘ilusi finansial’. Hanya dengan ilusi finansial, seseorang bisa mengeluarkan uang dalam jumlah besar tetapi tidak merasa mengeluarkan uang sama sekali.

Dengan memasarkan koran B dengan menggunakan ilusi finansial, B bisa menjual korannya dengan harga dua kali lipat koran A, sekaligus mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Selain itu, B juga dalam posisi yang lebih bagus karena memiliki *margin* keuntungan yang jauh lebih besar. Posisi ini bisa dimanfaatkan misalnya dengan melakukan pemasaran yang jauh lebih agresif untuk meraup pangsa pasar lebih banyak lagi.

\*\*\*

Orang yang mengerti urusan finansial dan jeli melihat situasi tersebut di atas akan berpikir lain lagi: “Bagaimana jika saya tetap berlangganan koran A, dan selisih harga berlangganan koran A dan B saya investasikan sendiri secara terpisah?” Hasilnya sebagai berikut:

* Pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 37 juta, dan bukan hanya Rp 24 juta seperti di koran B.
* Pada akhir tahun ke-20, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 114 juta, dan bukan hanya Rp 60 juta seperti di koran B.

Kesimpulannya, dengan biaya yang dikeluarkan sama persis (Rp 200 ribu/bulan), berlangganan koran A tentunya jauh lebih menguntungkan daripada koran B. Sayangnya, tidak banyak konsumen yang mengerti masalah finansial sehingga bisa dipastikan mayoritas akan terjebak pada ilusi finansial dan berlangganan koran B.

Tulisan saya di atas memang cuma wacana. Saat ini tidak ada koran yang dijual seperti koran B (dan mudah-mudahan tidak akan pernah ada). Tetapi apakah anda tahu produk lain yang saat ini kebanyakan dijual seperti B menjual korannya? Dan apakah anda cukup waspada dalam menyikapi produk-produk tersebut?

906 comments

  1. Wah Mas Pri saya belum tahu tuh kalo ada perusahaan koran yang sampe begitu….:-)apalagi mengingat sebenarnya 50% biaya produksi koran besar sudah ditutup oleh pemasang iklan dan mungkin 40-50% berita yang ada di koran sekarang sudah bisa di dapat gratis oleh pembacanya lewat TV dan Internet…jadi bayangkan kerugian sebenarnya pelanggan koran….cuma kalo taktik penjualan produk seperti itu biasanya sih yang pake produk MLM….:-)

  2. Mungkinkan B melakukan hal tersebut tanpa misalnya meningkatkan kualitas korannya?

    mungkinkah?
    btw, ini menyinggung hal apaan sih? apaan yang mau di-debunk?

  3. Lam kenal mas pri,
    Kalau tebakan saya, mas pri lagi ngomongin asuransi ya?
    Koran B= Unit link, koran A = asuransi murni+reksadana.
    betul kah?

  4. Nah, sekarang mau kasih komen benarannya nih:-\”.

    Saya belum pernah tahu barang yang dijual seperti itu. Tapi si penjual koran B sepertinya menggunakan teknik marketing yang bagus (plus kelicikan), soalnya sampai bisa bikin pembodohan ilusi seperti itu. Mirip MLM.

    Btw, (becanda serius nih)Gimana kalo konsumen keduanya pindah menjadi pelanggan koran di Internet alias ekoran:d. Intinya gimana analisisnya kalao ada barang subsitusi? Belum ada asumsi tentang ini di atas.

    Ada contoh ilusi lagi?:-?

  5. Udah jelas sih mas Pri nyindir siapa. Kalo saya maunya tebak-2an dalam sebulan berapa comment yang masuk. Saya pasang angka 80 aja deh.

    frans

  6. Jelas sekali siapa yang disindir :-)
    Masalahnya, jika ada orang yang pilih langganan koran A lalu sisanya berinvestasi, tapi juga ingin berlangganan koran B untuk kepraktisan selain juga untuk diversifikasi investasi :-D

  7. PAS jika diterapkan di negeri ini,

    because banyak pemimpi di negeri ini,
    mimpi keadilan terwujud,
    mimpi kesejahteraan terwujud,
    mimpi kemakmuran terwujud.

  8. hmmm, menarik juga. Yang jelas koran yang itu (hihihi) tidak melakukan seperti A atau B.

    apa nggak mungkin ada perubahan harga selama 10 tahun, tuh? Inflasi gimana?

    *maaf, saya buta urusan finansial*

  9. Salam kenal mas pri

    Sedikit paham membaca tulisan diatas…
    Tapi permisalan mendapat 37 juta dalam 10 tahun itu gimana ya prosesnya (maklum orang sangat awam) :D

  10. wah..om pri hebat euy ngeilustrasiinnya…
    sempet ga ngerti ini ngomong apa…tp akhirnya ngerti jg..
    asuransi unit-link yach…produk asuransi yang langsung jadi primadona :D

  11. iya, sayang sekali priyadi kali ini justru lebih banyak menggunakan analogi. Padahal dari beberapa posting yang serupa, sempat uring2an karena banyak yang menggunakan analogi dalam diskusi. Jadi kalo memang mau mengulas lagi masalah asuransi unitlink, reksadana, instrumen investasi, manajemen finansial dsb, kenapa tidak dibahas langsung saja? jadi biar tidak terkesan tendensius. Dan lagi saya tidak percaya suatu perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh makin besar. Dan faktor2 yang mempengaruhi tidak saja berupa variabel2 finansial, tapi ada juga faktor kepercayaan dan kredibilitas perusahaan di mata masyarakat.

  12. #23:

    Masalahnya, jika ada orang yang pilih langganan koran A lalu sisanya berinvestasi, tapi juga ingin berlangganan koran B untuk kepraktisan selain juga untuk diversifikasi investasi

    diversifikasi investasi bisa dilakukan tanpa harus melalui unit… eh koran B :)

    #26:

    selama pelanggan tersebut merasa untung, saya pikir tdk jd masalah.. simbiosis mutualisme berlaku di sini..

    jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli. bagaimanapun ceritanya, tetap saja dia bayar koran B dua kali lipat koran A. hanya saja, koran B dijual dalam selimut investasi sehingga kebanyakan pelanggan tidak akan menyadari kalau dia membayar 2x lipat. saya pikir ini sama sekali bukan simbiosis mutualisme.

    #37:

    Tapi permisalan mendapat 37 juta dalam 10 tahun itu gimana ya prosesnya (maklum orang sangat awam)

    kita sediakan uang Rp 200 ribu untuk langganan koran dan investasi (jumlah yang sama jika seandainya kita beli koran B). dari Rp 200 ribu tersebut, 50 ribunya kita pakai untuk langganan koran A. dan Rp 150 ribu sisanya kita invest ke reksadana. itu dilakukan secara rutin setiap bulan dalam 10 tahun pertama, maka dengan perkembangan investasi 13%/tahun maka uangnya akan menjadi 37 juta di akhir tahun 10.

    #39:

    sayang sekali priyadi kali ini justru lebih banyak menggunakan analogi. Padahal dari beberapa posting yang serupa, sempat uring2an karena banyak yang menggunakan analogi dalam diskusi. Jadi kalo memang mau mengulas lagi masalah asuransi unitlink, reksadana, instrumen investasi, manajemen finansial dsb, kenapa tidak dibahas langsung saja? jadi biar tidak terkesan tendensius

    bahasan saya sama sekali bukan analogi. ilusi finansial juga dapat diterapkan secara sempurna dalam menjual produk di luar asuransi. tulisan saya di atas memang cuma wacana, tapi bukan berarti tidak ada contoh real world-nya. salah satu contoh nyata bisa dilihat di komentar 19. contoh lainnya misalnya adalah rebate jangka panjang (misalnya anda bayar kami 5x lipat lebih mahal, tapi uangnya akan kami kembalikan 100% di tahun 10). jangan2 nanti malah orang koran jualan pakai ilusi finansial setelah dapat ide dari posting ini :).

    tapi memang yang paling terkenal melakukan ilusi finansial di indonesia baru perusahaan asuransi :).

    Dan lagi saya tidak percaya suatu perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh makin besar.

    kenyataannya seperti itu kok :). kita harus balik premisnya dan balik bertanya: “kenapa perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh semakin besar?”

  13. jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli. bagaimanapun ceritanya, tetap saja dia bayar koran B dua kali lipat koran A. hanya saja, koran B dijual dalam selimut investasi sehingga kebanyakan pelanggan tidak akan menyadari kalau dia membayar 2x lipat. saya pikir ini sama sekali bukan simbiosis mutualisme.
    – saya kadang beli teh botol seharga 3000, bukan saya ga ngerti harga, tapi demi kenyamanan saya beli yg deket saya aja daripada jalan jauh ke depan
    – saya kadang beli kebutuhan rumah di supermarket, bukan berarti saya ga tau hypermarket lebih murah, tapi demi kenyamanan aja

    apakah tukang teh botol itu atau supermarket itu licik atau membodohi?

    maksudnya adalah saya membayar lebih untuk kenyamanan, bukannya ga ngerti atau ga jeli
    perbedaan harga sebesar 50rb, bisa dianggap sebagai uang lebih untuk membayar kenyamanan (debatable, tingkat kenyamanan masing2 orang beda2)

    lebih jauh reksadana juga bisa dianggap sebagai koran B, karena komisi yang harus dibayarkan masih lebih besar dibanding terjun langsung (syarat & ketentuan berlaku)

    intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain

  14. Yup, idem bung iip. Hanya saja bandrol teh botol n harga barang dpt dgn mudah diliat n dibandingkan, sedang “koran2” ini harus dihitung nilai akhirnya. Nilai jual koran B ada di keengganan orang2 kita dlm mencari, menghitung, dan membandingkan. Mencari, menghitung dan membandingkan tu bukan hal yang nyaman lho…, mending untung dikit daripada mikir, orang sama2 keluar duit juga…,hehe.

  15. ah ini masalah unit link lagi. unit link tidak bisa disamakan dengan term life insurance karena unit link adalah variabel universal life insurance.

    asuransi itu sama halnya dengan kebutuhan kita yg lain: sandang, pangan, papan. jika saya bilang baju A bagus karena cocok dengan bentuk badan dan warna kulit saya belum tentu orang lain bilang baju itu juga bagus. motif orang membeli sesuatukan beda-beda.

    untuk perbandingan macam2 tipe asuransi bisa lihat disini dan disini

  16. saya lebih respect sama #44. to the point dan bisa langsung di baca oleh masing2. Bagaimanapun, asuransi memiliki peluang bisnis bagi penyedianya dan memberikan benefit bagi nasabahnya. Dan suatu peluang bisnis tercipta karena disana ada supply and demand. Tergantung siapa yang jeli memanfaatkan dan melihat peluang tersebut. Dan memang sebagian besar konsumen memilih suatu produk hanya berdasarkan reputasi dari produk tersebut, bukan berarti mereka nggak ngerti. hanya saja tidak semua orang memiliki waktu dan sarana yang cukup memadai untuk melakukan riset pasar sendiri. Dan di dunia ini saya yakin tidak ada orang berjualan dengan cara menjelek2kan produknya sendiri, tetapi hal itu bukan berarti dia sudah melakukan suatu bentuk penipuan. Jika memang seperti itu, maka lembaga Bank pun sudah melakukan suatu bentuk penipuan yang bahkan dilegalisir oleh pemerintah.

  17. #43: Er… komisi yang dibayarkan kepada reksadana tidak dapat disamakan dengan koran B. Karena ketika nasabah memasukan dananya ke reksadana, nasabah “membayar” expertise si money manager untuk mengelola uang mereka.

    Nah apakah dalam kasus koran B ini kita membayar expertise juga? Tentu engga kan.

  18. Waduh kalo baca2 tulisan mas pri jadi pengin buat tulisan turunannya nih… Bisa membantu buat membukakan pengetahuan masyarakat Indonesia yang gak paham tentang arti investasi.. Thanks buat masukan2nya yang sangat bagus buat gua sebagai agen asuransi yang pengin menjalankan misi untuk kemanusiaan dan pelayanan yang trbaik bagi nasabah…..

  19. #43:

    – saya kadang beli teh botol seharga 3000, bukan saya ga ngerti harga, tapi demi kenyamanan saya beli yg deket saya aja daripada jalan jauh ke depan

    – saya kadang beli kebutuhan rumah di supermarket, bukan berarti saya ga tau hypermarket lebih murah, tapi demi kenyamanan aja

    kalau beli teh botol Rp 3000, kita tahu harganya memang 3000, kita bayar memang Rp 3000, gak ada urusan macam2 di luar itu. sedangkan kalau beli ‘koran B’, pelanggan kadang2 tidak diberitahu berapa harga realnya (whole life/endowment), atau diberitahu sekilas (unit link) tapi penjualan produk tersebut menitikberatkan pada besar nilai tunai tahun2 kedepan.

    pada pemasaran ‘koran B’, pelanggan menjudge produknya bukan berdasarkan harga produk, tapi berapa besar nilai tunai yang akan dia dapatkan. kalau dia menjudge produknya berdasarkan harga produk, B jelas kalah telak karena kualitasnya sama tapi harganya 2x lipat.

    maksudnya adalah saya membayar lebih untuk kenyamanan, bukannya ga ngerti atau ga jeli perbedaan harga sebesar 50rb, bisa dianggap sebagai uang lebih untuk membayar kenyamanan

    kalau memang pelanggan memilih koran B karena alasan nilai intrinsiknya yang dia rasa lebih tinggi dan sesuai dengan harganya yang lebih tinggi, saya sama sekali gak ada masalah. tapi pelanggan yang seperti ini harus terlebih dahulu melalui proses ‘jungkir balik’ mencari data dan ngitung di spreadsheet selama berhari2 :).

    lebih jauh reksadana juga bisa dianggap sebagai koran B, karena komisi yang harus dibayarkan masih lebih besar dibanding terjun langsung

    komisi yang kita bayarkan ke reksadana itu untuk membayar manajer investasi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi, ya invest sendiri saja. gak ada yang ditutup2i di sini.

  20. Saya ndak habis pikir, dari mana sampean bisa nemu pemikiran yg kayak gitu :mrgreen: Pemikiran yg menarik, mengingat koran adl produk komoditas yg biasanya dijual murah dan bisa digantikan dg relatif mudah.

    Apa yg jadi issue belakangan ini setau saya adalah terkait model berlangganan media massa di internet. Kebanyakan lalu meminta agar digratiskan, hingga suatu saat anak cucu kita akan bertanya2 dan keheranan ketika ada perusahaan koran masih menarik uang kepada pelanggannya. Kan sudah ada internet.

    Tapi entah apa di Indonesia akan terjadi fenomena spt itu. Dunia media massa tanpa kertas sampe skr juga masih jadi semacam ilusi.

  21. Good Article.
    Makasih mas.. sering-sering bikin ilustrasi yang seperti ini. Gimana kalau mas Pri bikin sub-blog yang khusus tentang analisa kecurangan kecerdasan dalam marketing seperti ini. Kemudian blog utama (PriyadidotNet) untuk membahas issue-issue terkini.
    Jangan lupakan Mr You-know-how ….

  22. #45:

    ah ini masalah unit link lagi. unit link tidak bisa disamakan dengan term life insurance karena unit link adalah variabel universal life insurance.

    bisa saja dibandingkan asalkan term lifenya dipasangkan dengan reksadana. unit link = term life + reksadana.

    asuransi itu sama halnya dengan kebutuhan kita yg lain: sandang, pangan, papan. jika saya bilang baju A bagus karena cocok dengan bentuk badan dan warna kulit saya belum tentu orang lain bilang baju itu juga bagus. motif orang membeli sesuatukan beda-beda.

    sama sekali tidak ada kasus dimana whole life, endowment atau unit link/VUL lebih menguntungkan daripada term+reksadana dengan kondisi di indonesia. di amerika bisa jadi ada keuntungan dari insentif pajak (dan ini pun masih debatable), tapi di Indonesia gak ada.

    selain itu, kalau kita mengasuransikan sesuatu yang dapat dipastikan terjadi, maka kita cuma memberi uang gratis ke perusahaan asuransi.

  23. #47:

    Bagaimanapun, asuransi memiliki peluang bisnis bagi penyedianya dan memberikan benefit bagi nasabahnya

    secara garis besar saya setuju nasuransi memberikan benefit bagi nasabahnya selama asuransi dibeli sesuai kebutuhan. tapi benefit ini harus dibandingkan dengan harga yang harus nasabah bayarkan. beberapa jenis asuransi dijual dengan menggunakan ‘ilusi finansial’ sehingga nasabah tidak tahu atau tidak menyadari harga yang sebenarnya harus dibayar.

    Dan memang sebagian besar konsumen memilih suatu produk hanya berdasarkan reputasi dari produk tersebut, bukan berarti mereka nggak ngerti. hanya saja tidak semua orang memiliki waktu dan sarana yang cukup memadai untuk melakukan riset pasar sendiri. Dan di dunia ini saya yakin tidak ada orang berjualan dengan cara menjelek2kan produknya sendiri, tetapi hal itu bukan berarti dia sudah melakukan suatu bentuk penipuan.

    coba baca baik2 tulisan saya. salah satu parameter yang harus dipertimbangkan untuk membeli suatu produk adalah harganya. dengan membeli ‘koran B’, pelanggan tidak membeli setelah mempertimbangkan harganya. pelanggan cuma melihat besarnya nilai tunai yang akan dia dapatkan. harga sebenarnya sih koran A cuma 1/2 koran B, tapi fakta ini tidak diketahui kebanyakan pelanggan.

    kalau saya sih gak masalah jika koran B menjual produknya Rp 500ribu/bulan sekalipun selama dia tidak menyembunyikan fakta kalau dia jual seharga tersebut. dalam produk yang transparan, akan berlaku mekanisme pasar. yang mahal akan otomatis mendapatkan pangsa pasar lebih sedikit daripada yang murah, jika faktor2 penentu lainnya (kualitas, brand) sama persis.

  24. memang benar bahwa selama ini produk yang dijual kurang transparan. namun hal ini bukan disengaja tapi lebih karena:
    1. Agen asuransi kurang menguasai product knowledge terutama pada unsur investasi
    2. Calon nasabah tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk agen menerangkan masalah investasi

    untuk kasus ini saran gue cuma dua:
    1. beli polisnya dan buktikan kalau produk tsb memang tidak lebih baik dari term and invest
    2. jadi agen agar lebih produk dan alur dana yg dialokasikan

    tp gue tetep tidak setuju kalau lo bilang term life insurance lebih baik daripada whole life insurance karena membeli asuransi itu seperti menempati rumah.

    orang bisa tinggal disebuah rumah pada periode tertentu dengan cara membayar kontrak tapi rumah tidak menjadi hak miliknya dan jika nilai rumah naik orang tersebut tidak bisa merasakan manfaatnya. belum lagi harga kontrakan yang setiap tahun pasti naik.

    disisi lain, orang bisa menyicil rumah tersebut. walaupun harga cicilannya lebih mahal namun rumah tersebut menjadi hak milik (asset). rumah ini nantinya bisa dijual, dijaminkan, dll. orang tersebut juga berhak atas keuntungan yg didapatkannya dr penjualan rumah.

    ayo ayo berikan edukasi asuransi yang lebih objektif.

  25. To #55 Basibanget

    untuk kasus ini saran gue cuma dua:
    1. beli polisnya dan buktikan kalau produk tsb memang tidak lebih baik dari term and invest
    2. jadi agen agar lebih produk dan alur dana yg dialokasikan

    Saran yang aneh. Tidak semua harus dialami dulu supaya kita yakin. Apa perlu nyoba terjun dari atap gedung 24lt ke basement untuk yakin kalo hal itu berbahaya? Tidak perlu bukan? Saya sendiri sudah 3 tahun 2 bulan ikut unit link. Sudah tahu berapa yang saya setorkan dan berapa hasil akhirnya dengan tingkat investasi yang dihasilkan. Kesimpulannya: Jauh lebih menguntungkan membeli Term Life dan Meng-investasikan sisanya. Karena itu saya tutup.

    Untuk saran kedua, saya juga tidak bisa menjual sesuatu yang saya sendiri tidak setuju dengannya. Ini tidak sama dengan kita jualan masakan seafood walaupun kita alergi seafood. Tapi mirip dengan kita jualan jeruk asem dan bilang kalo jeruknya manis. Padahal kita tahu jeruknya asem.

  26. #55:

    memang benar bahwa selama ini produk yang dijual kurang transparan. namun hal ini bukan disengaja tapi lebih karena:
    1. Agen asuransi kurang menguasai product knowledge terutama pada unsur investasi
    2. Calon nasabah tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk agen menerangkan masalah investasi

    tidak transparan karena memang dari sananya sudah tidak transparan. jangan salahin agennya :). contohnya: di unit link, mana informasi besar premi yang harus dibayarkan dari tahun ke tahun? di whole life, berapa besar biaya mortalita dari tahun ke tahun? sejago apapun agennya, kalau tidak diperlengkapi informasi ini ya tetap saja gak bakalan bisa kasih tahu nasabahnya :).

    untuk kasus ini saran gue cuma dua:
    1. beli polisnya dan buktikan kalau produk tsb memang tidak lebih baik dari term and invest
    2. jadi agen agar lebih produk dan alur dana yg dialokasikan

    ya ini inti persoalannya. kalau untuk cari tahu detil suatu produk saja harus beli polis atau bahkan jadi agen, artinya ya produknya memang gak transparan. harusnya konsumen tahu persis apa yang dia beli sebelum dia menjatuhkan pilihan.

    tapi gua udah bikin kok perhitungannya. dengan manfaat yang sama, term+reksadana akan jauh lebih menguntungkan daripada unit link.

    tp gue tetep tidak setuju kalau lo bilang term life insurance lebih baik daripada whole life insurance karena membeli asuransi itu seperti menempati rumah.

    orang bisa tinggal disebuah rumah pada periode tertentu dengan cara membayar kontrak tapi rumah tidak menjadi hak miliknya dan jika nilai rumah naik orang tersebut tidak bisa merasakan manfaatnya. belum lagi harga kontrakan yang setiap tahun pasti naik.

    disisi lain, orang bisa menyicil rumah tersebut. walaupun harga cicilannya lebih mahal namun rumah tersebut menjadi hak milik (asset). rumah ini nantinya bisa dijual, dijaminkan, dll. orang tersebut juga berhak atas keuntungan yg didapatkannya dr penjualan rumah.

    hehehe, analogi rumah dan asuransi ini emang gak pernah hilang2 :). yang jelas ini analogi yang salah. rumah itu aset, asuransi itu liabilitas. rumah itu properti, asuransi bukan properti. rumah diperlukan sepanjang hidup, asuransi tidak.

    pilih mana: asuransi dengan UP 1 milyar atau punya uang 1 milyar? keduanya punya efek yang sama kalau kita meninggal: anak kita dapat warisan 1 milyar. tapi mana yang lebih bagus? ya jelas punya uang 1 milyar karena pertama, tidak perlu bayar premi, dan kedua, uangnya akan berkembang lebih banyak lagi. kalau kebutuhan proteksi adalah sebesar 1 milyar, asuransi cuma perlu diambil kalau nilai aset kita masih di bawah 1 milyar. lebih baik lagi kalau diatur supaya jumlah aset + UP asuransi = 1 milyar, misalnya dengan mengambil decreasing term life atau diadjust sendiri secara manual secara berkala.

    ayo ayo berikan edukasi asuransi yang lebih objektif.

    hehehe, bagian mana yang gak objektif yah? :-?

  27. Kurang obyektif dengan mengatakan bahwa permanent life insurance tidak ada kelebihannya sama sekali dibandingkan term life insurance.

    Term life insurance = murni asuransi jiwa (manfaat hanya didapat jika tertanggung meninggal dunia)

    Permanent life insurance = asuransi jiwa + proteksi + tabungan + investasi

    Adalah salah juga dengan menganggap bahwa permanent life insurance (seperti unit link) merupakan instrumen investasi. Pada dasarnya insurance tetap insurance.

  28. #60:

    Kurang obyektif dengan mengatakan bahwa permanent life insurance tidak ada kelebihannya sama sekali dibandingkan term life insurance.

    Term life insurance = murni asuransi jiwa (manfaat hanya didapat jika tertanggung meninggal dunia)

    Permanent life insurance = asuransi jiwa + proteksi + tabungan + investasi

    jangan lupa bandingin juga harganya :). term life jauh lebih murah daripada permanent life. perbedaan harga yang besar itu adalah opportunity cost, dan ini juga harus diperhitungkan. harus diperhitungkan selisih harga sebesar itu enaknya diapain. dimasukin sekaligus permanent life atau diinvestasikan di tempat yang lain.

    selanjutnya balik lagi ke urusan koran A vs koran B :P

    Adalah salah juga dengan menganggap bahwa permanent life insurance (seperti unit link) merupakan instrumen investasi. Pada dasarnya insurance tetap insurance.

    salah juga menganggap asuransi dengan nilai tunai itu murni asuransi, karena di dalamnya pasti ada komponen investasi.

    btw, unit link itu sebenernya bukan permanent life murni. ilustrasi biasanya dibuat sampai 99 tahun, tapi bedanya asuransi permanen biasanya ada penalti kalau dicairkan sebelum tanggal maturity. kalau unit link gak ada penalti. dan harusnya memang dibatalkan kalau nasabah sudah gak perlu lagi asuransi jiwa.

  29. hmm… ada lo mas Pri di suatu daerah, koran nasional, inisial “K” yang menurunkan harga jual menjadi 30% dari harga normalnya di sore hari. Koran itu dijual sore Rp 1.000 harga normalnya Rp 3.000-an. Kalau saya, yang gak berkepentingan dengan berita2 yang mesti up to date info, pilih beli yang model ginian aja.
    ini bukan ilusi lo mas :-w

  30. sebelumnya, balik ke inti yg sudah saya tulis sebelumnya
    “intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain”

    kalau beli teh botol Rp 3000, kita tahu harganya memang 3000, kita bayar memang Rp 3000, gak ada urusan macam2 di luar itu. sedangkan kalau beli ‘koran B’, pelanggan kadang2 tidak diberitahu berapa harga realnya (whole life/endowment), atau diberitahu sekilas (unit link) tapi penjualan produk tersebut menitikberatkan pada besar nilai tunai tahun2 kedepan.

    keywordnya di”kadang2″, balik ke inti “jangan pukul rata”, ada aja orang yg sudah tau, atau malah belum tau tapi ga ada waktu buat cari tau, tapi memang ga mau ambil pusing, harga yg dibayarkan adalah harga yg mau dibayarkan, biar lah mahal2 dikit toh dia nyaman dengan itu

    pada pemasaran ‘koran B’, pelanggan menjudge produknya bukan berdasarkan harga produk, tapi berapa besar nilai tunai yang akan dia dapatkan. kalau dia menjudge produknya berdasarkan harga produk, B jelas kalah telak karena kualitasnya sama tapi harganya 2x lipat.

    dalam menjual produk, harga jual tidak harus berpatokan ke harga dasar, ada nilai2 plus yang membuat produk A lebih mahal dari produk B. Ok secara kualitas sama, tapi nilai plus produk B adalah tambahan fasilitas investasi yang dimasukan ke harga jual.
    kalau strategi marketing model gini dibilang licik atau membodohi ya orang2 marketing pensiun aja dari sekarang :p

    kalau memang pelanggan memilih koran B karena alasan nilai intrinsiknya yang dia rasa lebih tinggi dan sesuai dengan harganya yang lebih tinggi, saya sama sekali gak ada masalah. tapi pelanggan yang seperti ini harus terlebih dahulu melalui proses ‘jungkir balik’ mencari data dan ngitung di spreadsheet selama berhari2 :).

    ya itu faktor kenyamanan, daripada jungkir balik ngitung2 asuransi+reksadana, ambil yg simple aja kopi+susu 2in1 ;)

    komisi yang kita bayarkan ke reksadana itu untuk membayar manajer investasi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi, ya invest sendiri saja. gak ada yang ditutup2i di sini.

    gimana kalau kalimatnya gini,
    komisi yang kita bayarkan ke unit link itu untuk membayar manajer investasi+asuransi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi+asuransi, ya urus sendiri saja.

    kalau mau menghimbau investasi+asuransi lebih tinggi returnnya ya sok aja, saya ga komplain disini, tapi dipermasalahkan soal penyamarataan kalau yg ikut ini berarti ga ngerti, juga yg menjual dengan model itu berarti membodohi

  31. #64:

    keywordnya di”kadang2″, balik ke inti “jangan pukul rata”, ada aja orang yg sudah tau, atau malah belum tau tapi ga ada waktu buat cari tau, tapi memang ga mau ambil pusing, harga yg dibayarkan adalah harga yg mau dibayarkan, biar lah mahal2 dikit toh dia nyaman dengan itu

    ya kalo orang tersebut udah tau perbedaan harganya dan tetap ngambil barang yang lebih mahal, ya itu saya gak ada masalah :). kalau misalnya ada orang beli rolls royce yang nilai utilitasnya kurang lebih sama dengan avanza ya sok aja itu urusan dia.

    yang jadi masalah itu kalau orang beli barang dan karena dibungkus rapi dengan investasi, dia jadi tidak tahu harga intrinsik sebenarnya dari barang yang dia beli. dia beli barangnya hanya karena terkesima dengan hasil perkembangan investasinya yang berjuta2 itu, dan bukan karena hasil evaluasi kalau barang yang dia beli memang adalah deal yang lebih baik daripada barang lain di pasaran, dan atau apakah dia memang memerlukan barang tersebut.

    dalam menjual produk, harga jual tidak harus berpatokan ke harga dasar, ada nilai2 plus yang membuat produk A lebih mahal dari produk B. Ok secara kualitas sama, tapi nilai plus produk B adalah tambahan fasilitas investasi yang dimasukan ke harga jual. kalau strategi marketing model gini dibilang licik atau membodohi ya orang2 marketing pensiun aja dari sekarang

    bundling investasi di sini bukan ‘tambahan fasilitas’, tapi lebih ke ‘strategi marketing’.

    ya itu faktor kenyamanan, daripada jungkir balik ngitung2 asuransi+reksadana, ambil yg simple aja kopi+susu 2in1

    jungkir balik itu hanya karena ada produk yang namanya ‘unit link’. kalau tidak ada produk ini, saya gak perlu cape2 ngitung. asuransi term & reksadana itu produk dengan struktur harga yang sederhana, dan jelas gak perlu jungkir balik untuk ngitung. jungkir balik hanya diperlukan kalau mau membandingkan unit link dengan unit link lain atau term+reksadana.

    komisi yang kita bayarkan ke unit link itu untuk membayar manajer investasi+asuransi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi+asuransi, ya urus sendiri saja.

    biaya ekstra yang dibayarkan ke unit link itu diberikan kepada agen sebagai imbalan dalam melakukan pemasaran. dan secara intrinsik sebenarnya tidak banyak manfaat ekstra yang diberikan dari bundling kedua produk ini. sedangkan biaya manajer investasi dan asuransi sudah ada posnya tersendiri yaitu ‘biaya pengelolaan investasi’ dan ‘biaya administrasi’.

    kalau mau menghimbau investasi+asuransi lebih tinggi returnnya ya sok aja, saya ga komplain disini, tapi dipermasalahkan soal penyamarataan kalau yg ikut ini berarti ga ngerti, juga yg menjual dengan model itu berarti membodohi

    bisa jadi ada yang ikut koran B, dan memang menyadari biaya ekstra yang harus dibayarkan setelah membandingkannya dengan koran A. untuk kasus ini saya sama sekali gak masalah. tapi saya tetap berpendapat yang menjual dengan model koran B adalah membodohi pelanggan. dari beberapa pelanggan ‘koran B’ yang sempat saya bantuin ngitung opportunity costnya, hampir semuanya merasa dikadalin. yang tidak merasa dikadalin ternyata adalah agen koran B :P

  32. #16 & # 17
    Ramalannya meleset tuh. Baru 2 hari dah tembus 60 post ^_^

    Halah malah nge-junk:-\”

  33. Saya cuma bisa salut untuk orang yang mau meluangkan waktu untuk menuliskan dan menganalisa masalah-masalah seperti ini.Yang mau repot-repot tanpa pamrih apa pun ikut mencerdaskan kehidupan bangsa (kita yang emang guoblok ini). Urusan bodoh-membodohi, bego-ngebegoin, atau kadal-mengkadalin, memang perlu kita waspadai. Terlalu banyak orang pintar yang licik yang selalu mencari peluang utk menangguk untung sebesar-besarnya dari sebagian besar bangsa kita yang emang kurang kritis dan malas berpikir ini.

  34. bundling investasi di sini bukan “tambahan fasilitas”, tapi lebih ke “strategi marketing”

    nah yg ini gue setuju karena pada dasarnya produk yg dipasarkan adalah asuransi jiwa yang meng-cover nasabah seumur hidup namun nasabah cukup membayar selama periode tertentu dan selanjutnya nasabah dibebaskan dari premi…yaa kurang lebih seperti itulah :D
    do your best and we will do the rest

    btw Pri..pas ditraining ada namanya konsep agen mandiri. kayanya tidak muluk-muluk juga kalo gue sebut loe nasabah mandiri. salut :)

  35. #68:

    btw Pri..pas ditraining ada namanya konsep agen mandiri. kayanya tidak muluk-muluk juga kalo gue sebut loe nasabah mandiri. salut

    betul, gua nasabah mandiri. selain itu gua juga nasabah bank niaga, BNI dan BCA :)

  36. Saya tidak tahu apakah ada teori ekonomi seperti itu, namun saya yang awam ilmu ekonomi merasa teknik ini tidak efektif:
    1. Dengan harga 2x lipat, kemungkinannya ada 2, pelanggan berkurang sedikit maka teori Pak Pri bisa jalan, atau pelanggan berkurang drastis sehingga perusahaan COLLAPSE.
    2. Siapa yang bisa menjamin banyak pelanggan yang mau tetap berlangganan selama 20thn lebih? Setahu saya jumlah pembeli koran lebih dominan yang membeli eceran
    3. Setiap orang menyadari ia tidak tahu apa yg terjadi 10 thn lg (apakah masih hidup?), berapa orang yg mau membayar mahal untuk 10 thn dengan mengharap keuntungan setelah 10thn.
    4. Hampir sSetiap orang selalu mengira kondisi finansialnya akan terus meningkat dari-waktu-ke-waktu. Naik pangkat, naik gaji, naik tunjangan pengabdian, dll. Jadi, kalau menurut saya tidak masalah berlangganan koran 50rb seumur hidup karena dengan meningkatnya kondisi finansial 50rb akan semakin kecil nilainya.

  37. Aku ikut jadi penonton saja…, soalnya asuransi, reksadana dll tu mainan orang yang ada sisa uang di saku. Aku masih berusaha mencari yg sebaliknya, yang enaknya di depan, susahnya belakangan…, ngebon apa utang gitu…, kan enaknya di depan, pas harus bayar kali aja udah mati duluan.., lebih enak lagi kalo dikasih utangnya tiap bulan, terus menerus, wajib, bertahun – tahun,…dari banyak orang…

  38. #65

    ya kalo orang tersebut udah tau perbedaan harganya dan tetap ngambil barang yang lebih mahal, ya itu saya gak ada masalah :). kalau misalnya ada orang beli rolls royce yang nilai utilitasnya kurang lebih sama dengan avanza ya sok aja itu urusan dia.

    lebih tepat pakai analogi beli pc ngerakit sendiri atau beli aja yg paketan

    yang jadi masalah itu kalau orang beli barang dan karena dibungkus rapi dengan investasi, dia jadi tidak tahu harga intrinsik sebenarnya dari barang yang dia beli. dia beli barangnya hanya karena terkesima dengan hasil perkembangan investasinya yang berjuta2 itu, dan bukan karena hasil evaluasi kalau barang yang dia beli memang adalah deal yang lebih baik daripada barang lain di pasaran, dan atau apakah dia memang memerlukan barang tersebut.

    kalau ini yg menjadi masalah seharusnya yg dipermasalahkan orangnya bukan barangnya

    bundling investasi di sini bukan ‘tambahan fasilitas’, tapi lebih ke ’strategi marketing’.

    tambahan fasilitas (nilai plus) untuk mempermudah orang berinvestasi
    boleh tau kenapa berpendapat bukan ‘tambahan fasilitas’?

    biaya ekstra yang dibayarkan ke unit link itu diberikan kepada agen sebagai imbalan dalam melakukan pemasaran. dan secara intrinsik sebenarnya tidak banyak manfaat ekstra yang diberikan dari bundling kedua produk ini. sedangkan biaya manajer investasi dan asuransi sudah ada posnya tersendiri yaitu ‘biaya pengelolaan investasi’ dan ‘biaya administrasi’.

    biaya2 dan lain lain, semakin ga nyaman semakin bisa dipangkas, makanya saya bilang reksadana ga lebih dari koran B dibanding terjun langsung

    tergantung cara pandang aja, kalau anda menganggap memberikan agen imbalan suatu masalah ya silakan (anda ga masalah jalan ke depan buat dapetin teh botol yg harganya 2000), tapi (balik lagi) orang yg ga seperti itu bukannya ga ngerti

    bisa jadi ada yang ikut koran B, dan memang menyadari biaya ekstra yang harus dibayarkan setelah membandingkannya dengan koran A. untuk kasus ini saya sama sekali gak masalah. tapi saya tetap berpendapat yang menjual dengan model koran B adalah membodohi pelanggan. dari beberapa pelanggan ‘koran B’ yang sempat saya bantuin ngitung opportunity costnya, hampir semuanya merasa dikadalin. yang tidak merasa dikadalin ternyata adalah agen koran B :P

    (un)fortunately saya bukan agen, ikutan aja ga :p
    tapi saya bisa memaklumi bisnis mereka tanpa perlu menuduh mereka membodoh2i

    toko elektronik di pi mall menjual camdig jauh lebih mahal dibanding beli di mall ambassador, dan di mangga dua masih lebih murah dibanding di mall ambassador
    ketika ada pembeli yg baru ‘sadar’ kalau toko di pi mall itu mahal lantas kemudian bilang itu toko membodohinya, orang itu yg dibodohi toko atau memang dari awal dianya yg bodoh (tidak tahu)

    pada awalnya dulu reksadana masalah yg dihadapi kurang lebih sama, tingginya komisi ini bayar itu, daripada nyalahin reksadananya, prakteknya yg dibenerin

    kalau sekarang unit link itu main problemnya soal transparansinya dan komisi yg bermacam2, salahin prakteknya, jangan salahin makhluknya

  39. yup. say no to asuransi licik b-)
    bukan masalah untung ruginya sih.
    tapi lebih baik mencari manajer investasi sendiri. lebih jelas dananya..

  40. #72:

    lebih tepat pakai analogi beli pc ngerakit sendiri atau beli aja yg paketan

    orang yang beli pc ngerakit sendiri vs beli paketan tahu persis berapa uang yang harus dia keluarkan. hampir semua orang yang beli ‘koran B’ tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia keluarkan. bahkan analogi kopi susu 2-in-1 juga gak pas banget :).

    kalau ini yg menjadi masalah seharusnya yg dipermasalahkan orangnya bukan barangnya

    saya mempermasalahkan orang yang menjual barangnya (maksudnya orang yang mendesain sistem jualan seperti ini, bukan kebanyakan orang di lapangan langsung).

    tambahan fasilitas (nilai plus) untuk mempermudah orang berinvestasi. boleh tau kenapa berpendapat bukan ‘tambahan fasilitas’?

    silakan coba dijual secara unbundled and see what happens. kalau jualan jangan bilang seperti ini: “saya jualan koran B, anda cukup membayar Rp 200ribu/bulan selama 10 tahun pertama, setelah itu anda akan mendapatkan langganan koran B gratis seumur hidup! bahkan anda juga akan mendapatkan Rp 60 juta pada akhir tahun ke-20!”

    tapi coba seperti ini: “saya jualan paket langganan koran A + investasi. anda bayar Rp 200 ribu/bulan kepada saya. lalu nanti setiap bulannya Rp 50 ribu saya akan setorkan untuk biaya belangganan koran A, Rp 100 ribu saya investasikan atas nama anda, dan sisanya Rp 50 ribu untuk ongkos cape saya.”

    kedua cara jualan tersebut memberikan layanan yang sama persis. pelanggan akan mendapatkan hal yang sama persis jika dia ikutan sales pertama atau sales kedua. tapi bisa dipastikan sales kedua gak bakalan sesukses sales pertama. sebagian besar orang yang diprospek sales dua akan berpikir “kalau komisinya segede itu mendingan gua langganan & investasi sendiri”.

    kenapa sales 1 akan lebih sukses? karena pada cara penjualan pertama ada lebih banyak informasi yang tidak sampai ke pelanggan, bukan karena sales 1 memberikan fasilitas lebih banyak daripada sales 2.

    tapi saya bisa memaklumi bisnis mereka tanpa perlu menuduh mereka membodoh2i

    ini harus diluruskan :). tuduhan membodoh2i itu lebih kepada perusahaannya, bukan kepada agennya secara pribadi :). agen cuma melaksanakan instruksi dari ‘pusat’, merasa itu adalah pekerjaan yang pantas, dan rasanya gak ada yang memang punya niat jelek untuk monbodoh2i nasabahnya. pendapat gua: sebagian besar dari mereka juga korban. tapi ini nanti di posting lain aja :).

    toko elektronik di pi mall menjual camdig jauh lebih mahal dibanding beli di mall ambassador, dan di mangga dua masih lebih murah dibanding di mall ambassador

    ketika ada pembeli yg baru ’sadar’ kalau toko di pi mall itu mahal lantas kemudian bilang itu toko membodohinya, orang itu yg dibodohi toko atau memang dari awal dianya yg bodoh (tidak tahu)

    ini balik lagi. camdig itu dijual dengan struktur harga yang sederhana: bayar Rp X anda dapat camdig. kalau pelanggan mau cari perbandingan dan deal paling bagus di mall ambassador ya silakan saja, dia bisa dengan mudah melakukannya kalau dia mau. penjual camdig gak perlu mendisclose berapa cuan-nya. pelanggan bisa dengan mudah melakukan perbandingan antar penjual camdig dan mekanisme pasar akan memastikan cuannya gak besar2 amat, gak bakalan sebesar modalnya :). kalau ada yang setel cuannya terlalu besar, bakalan langsung ketahuan dan kebanyakan pelanggan akan pindah ke toko sebelah.

    kalau misalnya selain koran B, ada koran C dan D yang dijual dengan cara serupa seperti koran B. maka B, C dan D ini tidak akan bisa berkompetisi secara efektif. gak mungkin konsumen kasual membandingkan produk2 ini secara langsung, minimal dia harus jungkir balik telpon sana sini untuk interogasi agennya dan ngitung2 di spreadsheet terlebih dahulu.

    pada awalnya dulu reksadana masalah yg dihadapi kurang lebih sama, tingginya komisi ini bayar itu, daripada nyalahin reksadananya, prakteknya yg dibenerin

    kalau sekarang unit link itu main problemnya soal transparansinya dan komisi yg bermacam2, salahin prakteknya, jangan salahin makhluknya

    menjual barang seperti koran B dan harganya tetap semurah koran A dan tidak ada yang ditutup2i itu bukannya tidak mungkin. kalau ada produk semacam ini silakan kirim ilustrasinya dan saya akan dengan senang hati mempublikasikannya.

    tapi rekomendasi umum tetap berlaku. untuk bisa memastikan konsumen mendapatkan deal yang terbaik, satu2nya cara yang praktis dan sederhana adalah dengan memisahkan asu… eh langganan koran dan investasi :).

  41. unitlink = whole life insurance + reksadana (jadi 1 paket)?
    kenapa bandinginnya sama term life insurance + reksadana (terpisah)?
    kenapa gak sama whole life insurance + reksadana (terpisah)?
    kata orang sih biar apple to apple..
    susah ya..?

  42. Bagus juga om Pri…

    kita jadi tau trik dari sebuah perusahaan bagaimana dalam mengaet keuntungan lebih….

    Dari awal posting sudah di jelaskan kalau B memiliki sifat yang berlebihan.

    makanya dengan sistem “10th” itu membuat dia untung tambahan sebesar 13 juta di kali banyaknya pelangan yang mengikuti program tersebut.

    Apa betul seperti itu om Pri .

    SALAM :)>-

  43. #16,17,66

    Wah baru 3 hari tebakan saya udah terlewati. Emang hebat mas Pri ini. Untuk mas Pri nggak usah pake jualan koran deh untuk dapetin untung besar. Cukup taruhan jumlah comment yang masuk. :d
    Terus terang saya termasuk yang terpengaruh dengan argumen mas Pri ttg unit link ini. Jadi sekarang berbagai penawaran UL yang masuk lewat semua. Tapi terus terang sekarang pontang panting juga cari alternatif termlifenya

  44. #80:

    unitlink = whole life insurance + reksadana (jadi 1 paket)?
    kenapa bandinginnya sama term life insurance + reksadana (terpisah)?
    kenapa gak sama whole life insurance + reksadana (terpisah)?
    kata orang sih biar apple to apple.. susah ya..?

    unit link = term life YRT + reksadana, bukan whole life + reksadana. kalau whole life + reksadana, maka harusnya akan ada nilai tunai yang dijamin, tapi di kebanyakan unit link gak ada nilai tunai yang dijamin.

    yang whole life + reksadana itu misalnya whole life yang punya nilai tunai yang variabel/participating. kemungkinan besar sih ini gampang direplikasikan dengan term life YRT + reksadana + deposito berjangka.

  45. #76

    orang yang beli pc ngerakit sendiri vs beli paketan tahu persis berapa uang yang harus dia keluarkan. hampir semua orang yang beli ‘koran B’ tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia keluarkan. bahkan analogi kopi susu 2-in-1 juga gak pas banget :).

    nope, hampir semua (ikutan ah pake kata ‘hampir semua’ :p ) orang yg beli pc paketan ga tau berapa persis harga masing2 itemnya, pokoke terima beres, mahal? no problem, daripada ngerakit sendiri, capede ;)

    kedua cara jualan tersebut memberikan layanan yang sama persis. pelanggan akan mendapatkan hal yang sama persis jika dia ikutan sales pertama atau sales kedua. tapi bisa dipastikan sales kedua gak bakalan sesukses sales pertama. sebagian besar orang yang diprospek sales dua akan berpikir “kalau komisinya segede itu mendingan gua langganan & investasi sendiri”.

    lagi2 ini asumsi yg dari awal saya permasalahkan, ada aja orang yg ga masalah dengan membayar komisi lebih asal nyaman

    kenapa sales 1 akan lebih sukses? karena pada cara penjualan pertama ada lebih banyak informasi yang tidak sampai ke pelanggan, bukan karena sales 1 memberikan fasilitas lebih banyak daripada sales 2.

    kok jadi sales koran B vs sales koran A yg ngikut2 koran B? sales koran A jualan koran tok ga ada investasi disitu thus ga ada fasilitas tambahan
    kalau contoh diatas sales 1 vs sales 2, itu cuma beda ‘cara pemasaran’ bukan soal tambahan fasilitas

    kalau misalnya selain koran B, ada koran C dan D yang dijual dengan cara serupa seperti koran B. maka B, C dan D ini tidak akan bisa berkompetisi secara efektif. gak mungkin konsumen kasual membandingkan produk2 ini secara langsung, minimal dia harus jungkir balik telpon sana sini untuk interogasi agennya dan ngitung2 di spreadsheet terlebih dahulu.

    saya kalau cari camdig aja udah jungkir balik, bolak balik buka dpreview, bolak-balik tanya ke milis, ym-an sama yg udah pernah punya, udah dapet typenya, jungkir balik lagi liat2 harga di web, udah dapet harga, jungkir balik lagi nawar2 ke toko offline yg biasanya lebih murah lagi
    konsumen casual? beli aja lah yg mpixnya gede, beli aja yg bentuknya bagus, etc, camdig aja kok repot2 amat

    koran B, C, D berkompetisi normal, tergantung konsumen, ada yg jeli, ada yg ga mau repot, ada yg jeli sekaligus ga mau repot :p

    toko2 dan koran2 itu membodohi? rasanya ga, masih sesuai trik2 bisnis, yg bodoh (tidak tahu) begitu tahu lantas merasa _di_bodohi kan aneh, wong bodoh kok dibodohi :D

    menjual barang seperti koran B dan harganya tetap semurah koran A dan tidak ada yang ditutup2i itu bukannya tidak mungkin. kalau ada produk semacam ini silakan kirim ilustrasinya dan saya akan dengan senang hati mempublikasikannya.

    proses, semua kompetisi akan melewati proses
    lagi2 kalau mau ditentang prakteknya bukan idenya

    tapi rekomendasi umum tetap berlaku. untuk bisa memastikan konsumen mendapatkan deal yang terbaik, satu2nya cara yang praktis dan sederhana adalah dengan memisahkan asu… eh langganan koran dan investasi :).

    debatable, deal or no de… err deal terbaik bagi A bukan berarti deal terbaik bagi B
    return terbaik ok lah *period*

  46. #87:

    lagi2 ini asumsi yg dari awal saya permasalahkan, ada aja orang yg ga masalah dengan membayar komisi lebih asal nyaman

    gak masalah bayar komisi semahal apapun selama dia menyadari membayar komisi lebih. masalahnya sebagian besar pelanggan gak tahu kalau dia bayar komisi lebih. ini kan yang dipermasalahkan. yang dipermasalahkan bukan bayar sedikit atau banyak, tapi sadar atau tidak sadar telah melakukan pembayaran.

    kok jadi sales koran B vs sales koran A yg ngikut2 koran B? sales koran A jualan koran tok ga ada investasi disitu thus ga ada fasilitas tambahan. kalau contoh diatas sales 1 vs sales 2, itu cuma beda ‘cara pemasaran’ bukan soal tambahan fasilitas

    bener, cuma beda cara pemasaran :). yang didapatkan konsumen sih sama persis.

    koran B, C, D berkompetisi normal, tergantung konsumen, ada yg jeli, ada yg ga mau repot, ada yg jeli sekaligus ga mau repot :p

    proses, semua kompetisi akan melewati proses lagi2 kalau mau ditentang prakteknya bukan idenya

    kompetisi jelas gak normal karena hampir semua konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membandingkan B, C dan D dalam urusan harga. praktis di antara B, C dan D gak ada kompetisi yang efektif dalam urusan harga.

    toko2 dan koran2 itu membodohi? rasanya ga, masih sesuai trik2 bisnis, yg bodoh (tidak tahu) begitu tahu lantas merasa _di_bodohi kan aneh, wong bodoh kok dibodohi :D

    kalau ini silakan disurvey sendiri berapa persen orang yang termasuk kategori ‘bodoh’ :).

  47. #88

    btw, comment sebelumnya salah blockquote

    orang yang beli pc ngerakit sendiri vs beli paketan tahu persis berapa uang yang harus dia keluarkan. hampir semua orang yang beli ‘koran B’ tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia keluarkan. bahkan analogi kopi susu 2-in-1 juga gak pas banget :).

    nope, hampir semua (ikutan ah pake kata ‘hampir semua’ :p ) orang yg beli pc paketan ga tau berapa persis harga masing2 itemnya, pokoke terima beres, mahal? no problem, daripada ngerakit sendiri, capede ;)

    gak masalah bayar komisi semahal apapun selama dia menyadari membayar komisi lebih. masalahnya sebagian besar pelanggan gak tahu kalau dia bayar komisi lebih. ini kan yang dipermasalahkan. yang dipermasalahkan bukan bayar sedikit atau banyak, tapi sadar atau tidak sadar telah melakukan pembayaran.

    rasanya soal ada yg sadar ada yg ga sadar soal yg setengah sadar itu varian dari konsumen yg kita mungkin sudah sama pendapat
    tapi jauh di atas, komen saya sudah seperti ini “intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain”

    bener, cuma beda cara pemasaran :). yang didapatkan konsumen sih sama persis.

    lha, yg sama persis itu sales 1 dan 2,
    bukan sales A dan B, bedanya kan jelas ada tambahan fasilitas

    kompetisi jelas gak normal karena hampir semua konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membandingkan B, C dan D dalam urusan harga. praktis di antara B, C dan D gak ada kompetisi yang efektif dalam urusan harga.

    kalau anda bisa bikin hitungan jungkir baliknya kenapa yg lain ngga? kalau mau :p
    it’s not rocket science

    kalau ini silakan disurvey sendiri berapa persen orang yang termasuk kategori ‘bodoh’ :).

    ga perlu di indonesia aja, hampir di seluruh belahan bumi ini mayoritas konsumen masuk kategory ‘bodoh’, untuk beberapa item, saya, anda bisa saja masuk kategori itu, ya kecuali anda punya fetish meneliti setiap barang anda yg anda beli sampai jungkir balik :p

  48. Selain pengusaha koran, B juga seorang ahli finansial yang licik sekaligus jeli dalam melihat kesempatan. Dia bukannya menjual korannya lebih murah untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dia justru meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat. Koran B yang tadinya dijual seharga Rp 100 ribu, kini dia jual seharga Rp 200 ribu.

    “meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat” = Licik sekaligus Jeli :P

  49. meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat” = Licik sekaligus Jeli

    masalahnya kadang ‘licik’ itu beda tipis sekaligus sama tipis dengan ‘cerdas’:-\”

  50. kalau YRT itu ada yg otomatis gak?
    maksudnya kalau mau di-renewal gak perlu proses underwriting lagi..
    kalau harus ada proses underwriting lagi..bisa ribet urusannya..
    apalagi pas bagian seleksi kesehatan terutama untuk usia di atas 40 tahun..
    (seperti diketahui, tingkat resiko bertambah seiring bertambahnya usia)
    ini bisa berarti jumlah premi yg musti dibayarkan akan jauh membengkak (karena UP sepertinya tidak akan berubah)..itupun kalau approved.

  51. #89:

    nope, hampir semua (ikutan ah pake kata ‘hampir semua’ :p ) orang yg beli pc paketan ga tau berapa persis harga masing2 itemnya, pokoke terima beres, mahal? no problem, daripada ngerakit sendiri, capede ;)

    hehehe, lagi2 bukan masalah tahu atau tidak tahu, ingin tahu atau tidak tahu, peduli harga atau tidak peduli, tapi apakah konsumen dapat mudah mendapatkan informasi produk kalau kita menginginkannya. kalau agennya aja gak tahu, jangan harapkan konsumen tahu :).

    kalau ada orang mau tahu berapa harga pasaran harddisk 160 GB atau harga VGA geforce 8800 yang ada di komputer yang mau dia beli, dia dapat dengan mudah melakukannya. kalau dia mau beli koran B, dia gak bisa dengan mudah kalau dia mau cari tahu. bahkan agennya mungkin gak tahu juga.

    rasanya soal ada yg sadar ada yg ga sadar soal yg setengah sadar itu varian dari konsumen yg kita mungkin sudah sama pendapat tapi jauh di atas, komen saya sudah seperti ini “intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain”

    hehehe, udah dibilang dari tadi kok gak dipukul rata. seandainya ada konsumen yang ikutan ‘koran B’ setelah mengetahui apa yang dia dapat dan berapa uang yang harus dia keluarkan untuk itu, dan setelah itu tetap menjatuhkan pilihan pada koran B, saya sama sekali gak ada masalah. ada kok konsumen yang seperti ini, walaupun bukan mayoritas. mayoritas konsumen menjatuhkan pilihan karena iming2 return investasi Rp X pada tahun ke-Y, bukan karena tahu persis berapa harga yang harus dia bayar. nilai jual ‘koran B’ itu terletak pada ketidaktahuan masyarakat akan harga yang nantinya harus dibayar.

    lha, yg sama persis itu sales 1 dan 2,
    bukan sales A dan B, bedanya kan jelas ada tambahan fasilitas

    pointnya di sini adalah: tahukah konsumen berapa harga yang harus dia bayar untuk mendapatkan tambahan fasilitas tersebut? sebagai catatan, porsi investasi bukan termasuk harga yang harus konsumen bayarkan, uangnya tetap milik konsumen yang dititipkan kepada manajer investasi untuk dikelola.

    kalau anda bisa bikin hitungan jungkir baliknya kenapa yg lain ngga? kalau mau :p it’s not rocket science

    memang sama sekali bukan rocket science, tapi silakan survey sendiri berapa % dari masyarakat yang mampu melakukan hitungan ‘jungkir balik’ tersebut. buat saya pribadi butuh beberapa bulan sebelum bisa melakukannya.

    ga perlu di indonesia aja, hampir di seluruh belahan bumi ini mayoritas konsumen masuk kategory ‘bodoh’, untuk beberapa item, saya, anda bisa saja masuk kategori itu, ya kecuali anda punya fetish meneliti setiap barang anda yg anda beli sampai jungkir balik :p

    kalau bodoh dalam artian ‘gak peduli harga yang harus dibayarkan’, atau ‘gak peduli saya butuh atau tidak butuh’, maka tulisan2 saya bukan untuk orang2 ini. tapi perlu diingat, untuk sebagian besar konsumen, ‘proverbial koran’ akan menghabiskan porsi pendapatan yang sangat signifikan, mungkin bisa mencapai 20% penghasilan bulanan atau bahkan lebih. menjadi fetish untuk pengeluaran yang bisa mencapai 20% total penghasilan setiap bulannya rasanya adalah hal yang wajar.

  52. #92:

    kalau YRT itu ada yg otomatis gak? maksudnya kalau mau di-renewal gak perlu proses underwriting lagi..

    beberapa YRT yang pernah saya lihat (manulife proactive, commlife danatra siaga 1, dan pruterm di singapura) semuanya dapat diperpanjang otomatis dan tidak memerlukan proses underwriting lagi.

    contoh di polis manulife: “pengulangan sebagaimana dimaksud pada pasal 10.1 dapat dilakukan dengan cara membayar premi sesuai dengan tarip premi yang berlaku pada saat pengulangan, dan tidak diperlukan seleksi ulang.”

  53. Setuju dengan IIP, konsumen sangat beragam dan ga bisa dipukul rata, ada segmentasinya. Tinggal sekarang produsen mau mentarget segmen konsumen yang mana. Semakin kecil populasi dari segmen konsumen yang menjadi target konsumen, wajar bila produsen mendapatkan keuntungan yg lebih besar.

    Konsumen yang ga mau repot dan rela membayar sedikit lebih mahal adalah segmen pasar tersendiri yang bisa digarap. Bagi segmen ini jelas koran B ada manfaat lebih, yaitu supaya dia bisa berlangganan gratis 10 tahun lagi. Manfaat tersebut tak selalu dikonversi menjadi uang bagi konsumen, tetapi menjadi keuntungan dalam bentuk uang bagi produsen.

    Intinya, menurut saya koran A dan koran B mempunyai target segmen konsumen yang berbeda, dengan demikian tidak bisa dibandingkan dari sudut pandang konsumen yang sama. Jelas koran B bila dilihat dari sudut pandang konsumen untuk koran A, akan sangat merugikan. Tetapi koran A dari sudut pandang konsumen koran B, juga sangat merepotkan.

  54. kalau ada orang mau tahu berapa harga pasaran harddisk 160 GB atau harga VGA geforce 8800 yang ada di komputer yang mau dia beli, dia dapat dengan mudah melakukannya. kalau dia mau beli koran B, dia gak bisa dengan mudah kalau dia mau cari tahu. bahkan agennya mungkin gak tahu juga.

    lagi2 debatable, mudah dan tidak mudah tergantung kemampuan seseorang
    kalau sudah biasa berkecimpung dikomputer gampang lah, bandingin sama orang ‘bodoh’ (sama sekali ga tahu soal komputer), jangankan banding2in harga, speknya aja ga tau mana yg cocok buat kebutuhannya, thus bukan salah toko dan bukan toko mem’bodoh’2i, salah sendiri ‘bodoh’ >:)

    hehehe, udah dibilang dari tadi kok gak dipukul rata. seandainya ada konsumen yang ikutan ‘koran B’ setelah mengetahui apa yang dia dapat dan berapa uang yang harus dia keluarkan untuk itu, dan setelah itu tetap menjatuhkan pilihan pada koran B, saya sama sekali gak ada masalah. ada kok konsumen yang seperti ini

    ok. so can we a deal here?
    berarti kesimpulan ini
    “jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli”
    bisa di revisi ;)

    pointnya di sini adalah: tahukah konsumen berapa harga yang harus dia bayar untuk mendapatkan tambahan fasilitas tersebut?

    anda bisa cari tahu, orang lain tentu bisa :)
    tahukah konsumen, biaya tambahan fasilitas (jarak dekat, toko pakai ac, barang di antar. etc) toko komputer tanpa mensurvey dulu harga di tempat lain? lebih lanjut detail tentang spec2nya
    kalau ada toko yg ngasih tau angka2 detailnya, bukan konsumen yg merasa dibodoh2i, tapi itu toko bodo bener :D

    memang sama sekali bukan rocket science, tapi silakan survey sendiri berapa % dari masyarakat yang mampu melakukan hitungan ‘jungkir balik’ tersebut.

    data 2006 jumlah komputer di indonesia 6,5 jt, hanya berapa % dari masyarakat, dan dari berapa % tersebut hanya berapa % yg mampu untuk melakukan hitungan soal harga dan spec pc silakan juga disurvey untuk perbandingan

    buat saya pribadi butuh beberapa bulan sebelum bisa melakukannya.

    lho, ta’ kirain anda itu priyadi eh ternyata pribadi toh :p
    buat orang yg berkecimpung di finance rasanya ga perlu waktu selama yg anda butuhkan (see pc above)

  55. kayaknya lagi membahasa unit link nih.
    bukan sekedar koran sebagai media pers…

    baunya kok sama…kayak produk p********.

  56. kenyataannya seperti itu kok :). kita harus balik premisnya dan balik bertanya: “kenapa perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh semakin besar?”

    Karena ada nilai tambah yg dijual oleh perusahaan tsb, dan masyarakat merasa puas dengan nilai tambahnya. Kalau seseorang mendapatkan “value” yg dia beli, maka harga bukan masalah.

    Contoh gampangnya, koran A marketingnya om-om yg kurus dan kumisan. Sedangkan koran B menggunakan marketing wanita muda yg cakep dan bermulut manis, tapi harga korannya 2x lipat. Saya yakin, lebih banyak orang yg tertarik beli koran B daripada koran A. Walaupun isi beritanya hampir sama.

    Contoh lainnyanya mobil Toyota Avanza dan Honda CRV (duh..kapan saya bisa beli ya). Sama-sama mobil jenis SUV, tapi harga CRV 2x lipat harga Avanza. Bagi orang yg mengerti “value” dari CRV, dia tidak akan keberatan untuk membelinya, walaupun harus bayar cicilan mobil yg lebih mahal.

    Dan bagi orang yg tidak tau nilai tambah dari suatu produk, jelas dia akan merasa dibodohi jika beli produk tsb dengan harga yg lebih mahal.

    Karena masalah “nilai tambah” suatu produk sifatnya sangat subjektif, maka sulit dibuat perbandingan yg head-to-head. Apalagi sampai dikatakan penipuan atau pembodohan.

  57. #94 :

    beberapa YRT yang pernah saya lihat (manulife proactive, commlife danatra siaga 1, dan pruterm di singapura) semuanya dapat diperpanjang otomatis dan tidak memerlukan proses underwriting lagi.

    contoh di polis manulife: “pengulangan sebagaimana dimaksud pada pasal 10.1 dapat dilakukan dengan cara membayar premi sesuai dengan tarip premi yang berlaku pada saat pengulangan, dan tidak diperlukan seleksi ulang.”

    Perpanjangan otomatis yg tidak memerlukan proses underwriting, jika dan hanya jika nasabah belum pernah melakukan klaim.

    Prinsip asuransi Term Life sangat mirip dengan prinsip asuransi kerugian (bidang saya). Misalnya untuk asuransi mobil, ada keadaan tertentu yg membuat perpanjangan asuransi mobil tdk perlu melakukan proses underwriting ulang. Misalnya :
    – belum pernah melakukan klaim
    – usia kendaraan dibawah 5 tahun

    Untuk masalah klaim, proses underwritingnya juga melakukan cross check ke asuransi lain. Jika nasabah tidak jujur, ada kemungkinan klaim ditolak. Terutama jika ternyata nasabah sudah pernah klaim di asuransi lain, tapi waktu pengisian form pengajuan asuransi nasabah bilang tidak pernah asuransi di tempat lain.

    Untung saja saya bukan di bagian klaim, jadi kalau ada klaim yg ditolak saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar dan menerima omelan nasabah dan agen yg cerewet.

  58. Oh ya..satu lagi untuk hari ini.
    Unit Link bukan Term Life + Investasi.
    tapi
    Unit Link = Whole Life + Investasi.

    Terserah kalo ada yg mau ngotot di sini bilang unitlink adalah term life + investasi. Tapi kalo topik ini keluar di ujian AAJI, pilih yg jawaban Unit Link adalah Whole Life + Investasi.

  59. #98:

    kalau sudah biasa berkecimpung dikomputer gampang lah, bandingin sama orang ‘bodoh’ (sama sekali ga tahu soal komputer), jangankan banding2in harga, speknya aja ga tau mana yg cocok buat kebutuhannya, thus bukan salah toko dan bukan toko mem’bodoh’2i, salah sendiri ‘bodoh’ >:)

    analoginya kayanya sudah ngelantur terlalu jauh. kalau dicari2kan celahnya pasti ada juga :). sebego2nya orang beli komputer, dia pasti tahu harga yang harus dia bayar. kalau misalnya komputer built up HP dibandrol 7 juta, dan lenovo dibandrol 8 juta, dia sudah tahu harganya masing2 7 juta dan 8 juta. bayar 7 juta dapet HP, bayar 8 juta dapet lenovo.

    kalau dia beli koran B, dia gak bisa tahu berapa yang harus dia bayar hanya dari informasi yang diberikan oleh salesnya. yang dia tahu cuma dia harus setor Rp 200ribu/bulan. dari 200 ribu tersebut sebagian untuk dibelikan koran B, tapi sebagian lagi tetap milik dia yang dititipkan ke manajer investasi. proporsi keduanya ini yang gak jelas.

    ok. so can we a deal here? berarti kesimpulan ini “jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli” bisa di revisi ;)

    deal, i stand corrected. i didn’t wish to alienate some consumers here.

    anda bisa cari tahu, orang lain tentu bisa :) tahukah konsumen, biaya tambahan fasilitas (jarak dekat, toko pakai ac, barang di antar. etc) toko komputer tanpa mensurvey dulu harga di tempat lain? lebih lanjut detail tentang spec2nya. kalau ada toko yg ngasih tau angka2 detailnya, bukan konsumen yg merasa dibodoh2i, tapi itu toko bodo bener :D

    pertama, barang yang dijual dengan struktur harga sederhana bisa dengan mudah dibandingkan. kalau misalnya penjual camdig harga modalnya 1,5 juta, lalu barangnya dijual dengan margin 2x lipat jadi 3 juta, maka gampang ketahuan kalau dia jualan terlalu mahal. mekanisme pasar akan memastikan harganya gak akan terlalu mahal. kalo masih nekat jual kemahalan, ya sebagian pelanggan akan kabur ke toko sebelah.

    kedua, kalau konsumen beli ‘koran B’, sebagian dari uang yang dibayarkan konsumen tetap milik konsumen, tapi berapa jumlahnya ini yang gak jelas.

    lho, ta’ kirain anda itu priyadi eh ternyata pribadi toh :p. buat orang yg berkecimpung di finance rasanya ga perlu waktu selama yg anda butuhkan (see pc above)

    hehehe. kalau ini sih silakan aja dicoba sendiri :).

    pertama-tama, yang paling gampang dan sederhana, coba bandingkan koran B dengan koran A+investasi terpisah. kedua, coba minta ilustrasi ke ‘koran B’, terus dari situ tentukan berapa harga produk yang ditawarkan tersebut, bukan cuma di tahun pertama, tapi juga tahun2 selanjutnya. ketiga, coba minta ilustrasi ke dua perusahaan yang berbeda untuk produk yang seperti ‘koran B’ dengan spec yang sama persis, dari situ hitung mana yang lebih menguntungkan.

    hint: punya pengetahuan finance yang mencukupi itu baru rintangan pertama, masalah utamanya adalah bisa gak dapat data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan? informasi yang diperlukan untuk membandingkan produk tersebut dengan produk lainnya tidak diberikan dalam ilustrasi, dan agen pun tidak diperlengkapi dengan informasi tersebut.

  60. #103:

    Contoh lainnyanya mobil Toyota Avanza dan Honda CRV (duh..kapan saya bisa beli ya). Sama-sama mobil jenis SUV, tapi harga CRV 2x lipat harga Avanza. Bagi orang yg mengerti “value” dari CRV, dia tidak akan keberatan untuk membelinya, walaupun harus bayar cicilan mobil yg lebih mahal.

    kalau beli mobil sih dia gampang tahu harga avanza dan CRV. dan harganya bisa langsung dibandingkan. nah, kalo koran B dan koran C? gimana caranya? :)

    #104:

    Perpanjangan otomatis yg tidak memerlukan proses underwriting, jika dan hanya jika nasabah belum pernah melakukan klaim. blah blah blah

    bung firesquid, ente gak perlu mengulang2 argumen yang sama persis di setiap postingan saya tentang asuransi :). saya sudah baca, dan sudah saya balas juga. gak perlu saya balas lagi di sini :).

    #105:

    Oh ya..satu lagi untuk hari ini. Unit Link bukan Term Life + Investasi. tapi Unit Link = Whole Life + Investasi.

    sebagian besar unit link itu term life + investasi. tapi saya gak menutup kalau memang ada unit link yang whole life + investasi. bedanya yang terakhir ini ada nilai tunai yang besarnya dijamin, seperti yang ada di whole life yang stand alone. dan biasanya gak dikasih label ‘unit link’, biasanya dikasih nama ‘semi unit link’, ‘participating whole life/endowment’, ‘universal life’, ‘with profits whole life’, ‘variable whole life’, etc.

    kalau unit linknya gak ada nilai tunai yang dijamin, maka sudah pasti komponen asuransinya bukan whole life.

  61. #97:

    konsumen sangat beragam dan ga bisa dipukul rata, ada segmentasinya. Tinggal sekarang produsen mau mentarget segmen konsumen yang mana. Semakin kecil populasi dari segmen konsumen yang menjadi target konsumen, wajar bila produsen mendapatkan keuntungan yg lebih besar.

    ini saya setuju. tapi di sini mekanisme pasar gak jalan. pada kenyataannya di lapangan, yang mendapatkan pangsa pasar paling besar justru adalah produsen yang menerapkan profit margin yang paling besar. pasar produk yang dijual seperti ‘koran B’ adalah pasar yang unik, di sini mayoritas konsumen gak tahu berapa biaya yang harus dia bayarkan sebelum menjatuhkan pilihan pada suatu produk. di sini produk gak dijual pada fair market value-nya.

    jadi hint buat para kompetitor: naikin aja harganya, gak perlu cape2 ngadu harga :)

  62. dalam problematika perkoranan yg dikupas oleh bapak priaydi di atas itu, kira-kira berlaku ga’ teori ,em>”You Get What You Pay For”?, ..dalam konteks koran-koran indonesia tentunya :)

  63. deal, i stand corrected. i didn’t wish to alienate some consumers here.

    ok, berarti tinggal 1 permasalahan, soal bodoh membodohi
    intinya anda menganggap koran B membodohi konsumen karena tidak transparan, cmiiw

    kenyataannya hanya _kurang_ transparan (kalau tidak transparan sampai melotot mata anda ga bakal anda bisa melihat hitung2annya)

    sementara saya menganggap itu hal yg wajar dalam bisnis, karena hampir semua penjual melakukan itu, hanya tingkat transparansinya yg berbeda, ketika kompetisi semakin banyak tingkat transparansi akan semakin besar

    koran sudah mencapai tingkat kompetisi yg bagus, koran+investasi merupakan suatu makhluk baru yg untuk menuju tingkat kompetisi yg bagus akan butuh waktu dan proses, jangan membandingkan mereka sebagai makhluk yg sama

    dulunya, reksadana tidak lebih dari koran B yg anda bahas sekarang, penuh dengan kekurangtransparanan, dibanding dengan saham langsung
    bayangkan kalau waktu itu reksadana mati sebelum berkembang, yg pasti topik ini ga akan ada :p

    dari sisi pandang saya, definisi membodohi dalam menjual menurut saya yaitu ketika penjual memberikan false data yg membuat pembeli merasa dibodohi ketika tahu, tetapi ketika penjual memberikan data yg benar walaupun sesuai tingkat transparansi, yang salah adalah konsumen tsb yg kurang buka mata untuk menembus transparansinya

  64. kalau beli mobil sih dia gampang tahu harga avanza dan CRV. dan harganya bisa langsung dibandingkan. nah, kalo koran B dan koran C? gimana caranya?

    Loh..bukannya harga untuk langganan koran B atau C sudah dikasih tau harganya sebelum pelanggan membeli.

    Misalnya untuk langganan koran B seumur hidup, pelanggan bayar 12 juta, bisa dicicil 1,2 jt/tahun. Sedangkan untuk langganan koran C seumur hidup, pelanggan bayar 15 juta, bisa dicicil 1,5 jt/tahun.

    Sama juga kalo beli Avanza dan CRV.
    Misalnya kredit Avanza 120 juta, bisa dicicil 24 juta/tahun selama 5 tahun. Sedangkan CRV, misalnya 280 juta, bisa dicicil 56 juta/tahun selama 5 tahun.

    Prinsipnya sama, hanya Mas Priyadi kurang membuka diri aja. Makanya terlihat rumit dan berbelit-belit :D.

    sebagian besar unit link itu term life + investasi.

    Sebagian besar…wow !! Sepertinya Mas Priyadi sudah survey semua produk unit link. Bisa tolong sebutkan yg mana saja?
    Biar para pembaca bisa cross check. Kalo ada yg beli unit link ternyata polis dia term life + investasi, kan dia bisa batalin polisnya dan pindah ke yg whole life + investasi.

    bedanya yang terakhir ini ada nilai tunai yang besarnya dijamin, seperti yang ada di whole life yang stand alone.

    Mas…ada beda antara whole life dan endowment (dwiguna). Yg menjamin nilai tunai itu asuransi yg endowment, bukan whole life.

  65. tapi di sini mekanisme pasar gak jalan. pada kenyataannya di lapangan, yang mendapatkan pangsa pasar paling besar justru adalah produsen yang menerapkan profit margin yang paling besar. Pasar produk yang dijual seperti ‘koran B’ adalah pasar yang unik, di sini mayoritas konsumen gak tahu berapa biaya yang harus dia bayarkan sebelum menjatuhkan pilihan pada suatu produk.di sini produk gak dijual pada fair market value-nya.

    Seperti saya pernah bilan, mekanisme pasar hanya menguntungkan konsumen, tidak produsen. Produsen sulit sekali mendapatkan keuntungan yang lebih besar bila mengikuti mekanisme pasar, oleh sebab itu produsen harus dapat keluar dari persaingan untuk memberikan nilai tambah. Dan langganan gratis setelah 10 tahun adalah suatu nilai tambah. Dengan adanya nilai tambah maka koran B membentuk pasar baru.

    Market value juga harus melihat nilai tambahnya, tidak hanya nilai uangnya saja. Sekarang tinggal valuation konsumen terhadap nilai tambah tersebut layak atau tidak, dan sekali lagi itu tidak selalu harus dihitung dalam bentuk nilai uang. Valuation untuk nilai tambah koran B, bisa saja dalam bentuk konsumen kenikmatan tidak dikejar-kejar tagihan koran selamanya setelah 10 tahun, atau ya mungkin hal lain. Nilai tambah tersebut menjadi margin keuntungan dalam bentuk nilai uang untuk penerbit koran.

  66. Ha ha ha…..
    Ayo lomba jadi dukun !!!!
    Siapa jago ngomong ????
    Siapa bisa tahu 10 tahun ke depan retun tetep tinggi ???

    Belum tentu unitlink menang
    Belum tentu reksadana menang
    yang menang yang jago ngomong dan yang nguasai jalur informasi & komunikasi..

  67. Hai semua.. ^^ Pertama kali nih dateng ke blog mas Priyadi, langsung disambut sama adu argumentasi soal unit link..

    hehe.. klo boleh ikutan nimbrung.. Kyaknya pendapat mas Priyadi dan mas IIP sama2 bener..

    Saya sendiri awam banget soal investasi-asuransi, baru ngeh itu kira-kira 2 tahun yang lalu ketika saya ditawari produk unit link, yaitu asuransi jiwa (duh ga ngerti whole/term –> contoh konsumen bodoh @_@) + investasi. Dulu, untuk orang awam sperti saya (mungkin konsumen2 yang masuk golongan ini yang dimaksud oleh mas Priyadi), saya tertarik banget buat ikutan, karena silau sama iming-iming investasi, sebenernya sih ga terlalu peduli sama produk asuransinya :P

    Semenjak join unit link, saya jadi tertarik untuk cari-cari tau lbh dalam mengenai investasi, akhirnya saya nemu produk yang namanya reksadana (heheheh.. telat amat ya..). Dari hasil cari-cari tahu itu, saya memang baru ngeh bahwa menurut saya unit link itu merugikan, karena dengan mengambil asuransi jiwa dan reksadana secara terpisah, saya akan mendapat keuntungan lebih besar.. Dan saya gak keberatan kok, untuk repot sedikit demi memiliki selisih keuntungan itu.. (beda sama PC, daripada ngerakit sendiri, mending bli jadi dhe.. hihi)

    Nah, segmen pasar sperti saya inilah yang dikritisi oleh mas Priyadi (eh bener ga ya? :P) Karena saya tidak tahu apa-apa, dan berharap keuntungan yang besar, padahal sebenarnya ada produk lain yang bisa memberi dia keuntungan lebih besar (maruk.. dasar manusia.. hehe :P)

    Sedangkan si unit link itu blm saya stop, kenapa? karena agennya adalah ibu saya sendiri.. hihihihi :P ya mungkin ini sejalan sama alasan mas IIP, memang ga bisa dipukul rata alesan orang2 membeli produk unit link..

    Tapi.. (kyaknya ga bisa di tengah terus nih, harus menentukan pilihan :P) secara umum saya lebih setuju kepada pendapat mas Priyadi.. karena menurut saya ada dua jenis konsumen:
    1. konsumen unit link yang tidak mengetahui ada alternatif lain yang lebih menguntungkan, tetapi sedikit merepotkan, dan konsumen tersebut tidak keberatan untuk mengambil alternatif itu
    2. konsumen unit link yang tahu ada alternatif lain yang lebih menguntungkan, tetapi karena tidak mau repot, maka dia memilih produk unit link

    Sekarang permasalahannya mnurut saya ada di persentase konsumen (hayah.. moga2 ga nambah2 masalah :P), berapa banyak konsumen jenis 1 (saya termasuk didalamnya), jika persentase konsumen jenis 1 jauh lebih besar (yang menurut saya begitu.. :P) maka jelas, pencetus ide unit link ini sudah melakukan pembodohan, memanfaatkan ketidaktahuan/kebodohan target konsumen mereka :) Jangan lupa bahwa produk ini juga melibatkan uang yang tidak sedikit, tidak sperti PC, apalagi teh botol :( Jadi, klo menurut saya sih, itu bukan praktek bisnis yang baik.. :P (dinilai dari segi konsumen ya, klo bisnismen mungkin baik, kan keuntungannya gede.. hehe :P)

    Sekian, wuih panjang juga.. :P

  68. #109:

    kenyataannya hanya _kurang_ transparan (kalau tidak transparan sampai melotot mata anda ga bakal anda bisa melihat hitung2annya)

    selama ini, mereka cuma transparan kalau itu menguntungkan mereka. mereka bersedia ngitungin proyeksi investasi sampai 99 tahun. tapi soal ngasih tahu berapa yang harus customer bayar in short term dalam jumlah yang pasti, mereka gak mau ngitungin. semua perhitungan yang konsumen lakukan hanya bisa menggunakan data2 ini.

    koran sudah mencapai tingkat kompetisi yg bagus, koran+investasi merupakan suatu makhluk baru yg untuk menuju tingkat kompetisi yg bagus akan butuh waktu dan proses, jangan membandingkan mereka sebagai makhluk yg sama

    setuju. saya pikir posting2 saya selama ini juga bagian dari proses. jangan harap ‘koranlink’ bisa mencapai tingkat kompetisi yang bagus kalau didiamkan begitu saja, kalau konsumen gak pernah diberi tahu berapa harga sesungguhnya yang harus dia bayar.

    dari sisi pandang saya, definisi membodohi dalam menjual menurut saya yaitu ketika penjual memberikan false data yg membuat pembeli merasa dibodohi ketika tahu, tetapi ketika penjual memberikan data yg benar walaupun sesuai tingkat transparansi, yang salah adalah konsumen tsb yg kurang buka mata untuk menembus transparansinya

    lying by omission is still lying. apalagi menyangkut urusan penting seperti harga.

    kalau ada pembeli orang awam soal ikan kemudian beli ikan di pasar, oleh penjual dikasih ikan hasil tangkepan 2 hari yang lalu. setelah sampai rumah ternyata ikannya busuk. yang salah siapa? boleh saja nuduh pembeli salah karena ‘gak teliti’ dan ‘gak punya keahlian menilai kualitas ikan’. tapi cuma sebatas itu dan bukan berarti penjualnya gak punya salah sama sekali.

  69. #110:

    Loh..bukannya harga untuk langganan koran B atau C sudah dikasih tau harganya sebelum pelanggan membeli.
    Misalnya untuk langganan koran B seumur hidup, pelanggan bayar 12 juta, bisa dicicil 1,2 jt/tahun. Sedangkan untuk langganan koran C seumur hidup, pelanggan bayar 15 juta, bisa dicicil 1,5 jt/tahun.

    dalam biaya yang kita setorkan tersebut ada dua komponen: untuk beli koran B dan untuk investasi. yang untuk investasi ini tetap milik pelanggan, tapi dititipkan kepada manajer investasi untuk diputerin. yang dicari ini adalah komponen yang pertama.

    Sebagian besar…wow !! Sepertinya Mas Priyadi sudah survey semua produk unit link. Bisa tolong sebutkan yg mana saja? Biar para pembaca bisa cross check. Kalo ada yg beli unit link ternyata polis dia term life + investasi, kan dia bisa batalin polisnya dan pindah ke yg whole life + investasi.

    prudential prulink itu term life YRT + investasi.

    * premi yang dibayarkan nasabah meningkat sesuai usia, sedangkan di whole life itu level.
    * kalau di-surrender, gak ada nilai tunai yang dijamin yang berasal dari porsi asuransi. yang ada cuma hasil investasi.

  70. #111:

    Seperti saya pernah bilan, mekanisme pasar hanya menguntungkan konsumen, tidak produsen. Produsen sulit sekali mendapatkan keuntungan yang lebih besar bila mengikuti mekanisme pasar, oleh sebab itu produsen harus dapat keluar dari persaingan untuk memberikan nilai tambah. Dan langganan gratis setelah 10 tahun adalah suatu nilai tambah. Dengan adanya nilai tambah maka koran B membentuk pasar baru.

    betul. tapi sebaliknya juga berlaku: kalau sama sekali tidak ada mekanisme pasar, artinya hanya menguntungkan produsen dan sama sekali gak menguntungkan konsumen. dan saya di sini adalah konsumen :). yang anda bilang di atas itu namanya diferensiasi produk. diferensiasi produk tidak menghilangkan mekanisme pasar sama sekali, kalau suatu produk sukses di niche-nya yang baru, bisa dipastikan produk lain akan berbondong2 masuk ke niche tersebut. dan gak ada yang bisa melarang mereka, kecuali anda punya kekuatan hukum seperti paten, atau monopoli/oligopoli yang disahkan pemerintah.

    masalah pada produk seperti koran B di sini cuma satu: mekanisme pasar gak terbentuk karena pasarnya tidak adil. produsen tahu harga yang mereka tawarkan, tapi konsumen tidak tahu harga yang mereka bayarkan. mayoritas konsumen membeli tanpa mengetahui harga yang mereka bayarkan.

    Market value juga harus melihat nilai tambahnya, tidak hanya nilai uangnya saja. Sekarang tinggal valuation konsumen terhadap nilai tambah tersebut layak atau tidak, dan sekali lagi itu tidak selalu harus dihitung dalam bentuk nilai uang. Valuation untuk nilai tambah koran B, bisa saja dalam bentuk konsumen kenikmatan tidak dikejar-kejar tagihan koran selamanya setelah 10 tahun, atau ya mungkin hal lain. Nilai tambah tersebut menjadi margin keuntungan dalam bentuk nilai uang untuk penerbit koran.

    tidak hanya uangnya saja saya setuju. tapi mengetahui harga untuk produk/jasa yang dibeli adalah wajib. untuk sebagian orang, price point Rp 50 ribu/bulan untuk mendapatkan nilai ‘tidak dikejar2 tagihan koran selamanya’ mungkin layak. tapi untuk orang lain mungkin terlalu mahal.

  71. #113:

    Dan saya gak keberatan kok, untuk repot sedikit demi memiliki selisih keuntungan itu.. (beda sama PC, daripada ngerakit sendiri, mending bli jadi dhe.. hihi)

    Nah, segmen pasar sperti saya inilah yang dikritisi oleh mas Priyadi (eh bener ga ya? :P) Karena saya tidak tahu apa-apa, dan berharap keuntungan yang besar, padahal sebenarnya ada produk lain yang bisa memberi dia keuntungan lebih besar (maruk.. dasar manusia.. hehe

    koreksi, saya tidak menyalahkan konsumen pada segmen tersebut. kalau saya lihat mayoritas nasabah UL punya profil seperti anda, ikut UL terutama karena terpengaruh faktor emosi (greed and fear) dan bukan karena pertimbangan rasional. sekali lagi saya gak nyalahin konsumennya, saya menyalahkan penjual yang terkadang terlalu jauh dalam memanfaatkan emosi calon nasabah2nya.

  72. setuju. saya pikir posting2 saya selama ini juga bagian dari proses. jangan harap ‘koranlink’ bisa mencapai tingkat kompetisi yang bagus kalau didiamkan begitu saja, kalau konsumen gak pernah diberi tahu berapa harga sesungguhnya yang harus dia bayar.

    yg membuat kita berbeda persepsi karena dari awal anda menganggap koran+investasi sebagai gabungan 2 unit yg bisa dipilah2, bukan sebuah unit baru yg mempunyai aturan2 dan pasar sendiri

    anda pernah kasih contoh lenovo dan HP, disitu dibandingkan head to head
    bandingkan jika anda mencoba membelah menjadi unit2 pembentuknya, anda akan mencari data2 dari harga modal cpunya, memorynya, hd-nya,
    apakah lenovo atau hp itu akan memberikan jawaban yg transparan? hd, battery mungkin masih bisa dijawab, tapi kalau semua itemnya mau ditanyain, silakan jungkir balik, dan hasil jungkir balik itu kira2 sudah bisa ditebaklah

    kalau memang niatnya mencapai tingkat kompetisi yg bagus untuk koranlink ini, yg dibahas seharusnya perbandingan koranlink A (HP) dengan koranlink B (lenovo), koranlink yg ingin lebih menonjol akan membuka sedikit level transparansinya, memotong biaya2 komisi yg tidak perlu, etc

    lying by omission is still lying. apalagi menyangkut urusan penting seperti harga.

    kalau ada pembeli orang awam soal ikan kemudian beli ikan di pasar, oleh penjual dikasih ikan hasil tangkepan 2 hari yang lalu. setelah sampai rumah ternyata ikannya busuk. yang salah siapa? boleh saja nuduh pembeli salah karena ‘gak teliti’ dan ‘gak punya keahlian menilai kualitas ikan’. tapi cuma sebatas itu dan bukan berarti penjualnya gak punya salah sama sekali.

    contoh ikan di atas contoh untuk penjual yg memberikan memberikan false data, bukan penjual yg kurang transparan
    sama halnya kalau koran B mengeluarkan lagi konten 2 hari yg lalu
    tujuan orang membeli ikan tentu ikan segar, tujuan orang membeli koranlink tentu koran dengan berita terbaru dan investasi

    lying by omission menjadi lying ketika fakta2 yg disembunyikan menyebabkan orang menjadi salah konsepsi
    ketika ada penjual yang hanya memberikan sebagian jawaban sesuai dengan rule2 bisnis dan bukan dalam rangka missconception hal ini semestinya tidak bisa masuk kategori lying

  73. Kalau menurut pendapat saya: koran B tidak beretika dlm bisnisnya. Tp.., ya jaman skrg yg namanya etika spt ini sdh masuk wilayah abu2, sangat debatable.
    Ya sudahlah. Tp, bagaimanapun jg saya berada di sisi kontra thd koran b, krn itu trmasuk pengelabuan. Kalo guru ngajiku matur:
    ‘ojo bisnis ngono, kuwi ora berkah le..’

  74. #119:

    yg membuat kita berbeda persepsi karena dari awal anda menganggap koran+investasi sebagai gabungan 2 unit yg bisa dipilah2, bukan sebuah unit baru yg mempunyai aturan2 dan pasar sendiri

    jualan produk koran+investasi memang seharusnya dipilah2, atau paling tidak ada transparansi, karena sebagian dana yang kita setorkan tetap menjadi milik kita. kondisi sekarang gak jelas berapa % menjadi hak penjual dan berapa % yang menjadi hak konsumen.

    ini sebabnya susah menganalogikan segala aspek bundling investasi dengan bundling produk X dan produk Y. kalau kita beli barang, uangnya menjadi hak penjual. kalo investor berinvestasi, uangnya tetap menjadi hak investor, bukan hak manajer investasi. yang menjadi hak manajer investasi cuma sebagian kecil dari dana tersebut.

    kalau memang niatnya mencapai tingkat kompetisi yg bagus untuk koranlink ini, yg dibahas seharusnya perbandingan koranlink A (HP) dengan koranlink B (lenovo), koranlink yg ingin lebih menonjol akan membuka sedikit level transparansinya, memotong biaya2 komisi yg tidak perlu, etc

    pertama, it is virtually impossible to do so :). yang harus dilakukan adalah menyamakan asumsi perkembangan investasi. tapi tanpa data mentahnya, hal ini gak mungkin dilakukan :). jangankan konsumen, agen pun gak tahu. membandingkan besar komisi/biaya akuisisi secara langsung juga gak mungkin karena ini cuma membandingkan satu pos biaya, bukan overall cost yang harus dibayar nasabah.

    kedua, tidak ada salahnya membandingkan dengan benchmark beli koran A + beli investasi terpisah. sama kalau misalnya kita membandingkan selisih harga antara ngerakit sendiri dan beli HP built up. selisih harga ini adalah bagaimana HP menghargai nilai yang dia berikan kepada pelanggan.

    ketiga, tidak semua konsumen butuh ‘koran+investasi’, sebagian cuma butuh koran, sebagian cuma butuh investasi, sebagian lagi gak butuh keduanya. dalam perjalanan hidup, manusia akan melewati fase2 kebutuhan tersebut. koran B hanya cocok bagi yang membutuhkan keduanya sekaligus. kalau trennya seperti sekarang, lama2 bisa jadi gak akan ada yang jualan korannya doang :). sekarang saja sudah ada beberapa perusahaan yang gak punya produk koran doang.

    contoh ikan di atas contoh untuk penjual yg memberikan memberikan false data, bukan penjual yg kurang transparan. sama halnya kalau koran B mengeluarkan lagi konten 2 hari yg lalu tujuan orang membeli ikan tentu ikan segar, tujuan orang membeli koranlink tentu koran dengan berita terbaru dan investasi

    sebenernya sama sekali gak ada yang salah jualan ikan yang gak terlalu segar (mungkin aja rumah dia cuma 5 menit & ikannya mau langsung dimasak), atau jualan koran bekas. yang salah itu menyembunyikan fakta kepada pembeli kalau itu ikan yang gak segar dan menjualnya seakan2 itu ikan segar. di koran B, fakta yang disembunyikan adalah harganya. sebenernya gak ada yang ngelarang B untuk jualan koran dengan harga setinggi apapun, bahkan Rp 1 juta/bulan sekalipun. tapi kalau harga tersebut disembunyikan dengan rapih menggunakan ilusi finansial, lain lagi ceritanya.

    lying by omission menjadi lying ketika fakta2 yg disembunyikan menyebabkan orang menjadi salah konsepsi ketika ada penjual yang hanya memberikan sebagian jawaban sesuai dengan rule2 bisnis dan bukan dalam rangka missconception hal ini semestinya tidak bisa masuk kategori lying

    yang terjadi di lapangan seperti itu kok :). salah satunya, mayoritas konsumen gak diberi tahu persis berapa harga yang harus dia bayar sebelum dia beli barangnya.

  75. unitlink itu adalah hasil evolusi produk asuransi.
    dari yg dulu murni bayar premi dan kalau gak ada klaim selama masa pertanggungan gak akan ada nilai tunai yg bisa didapat nasabah..sampai ada yg memberikan nilai tunai.
    dari yg murni proteksi..sampai ada yg dikaitkan dengan produk perbankan (bancassurance).
    nah..sekarang ada asuransi yg dikaitakan dengan investasi.

    itu semua lahir karena mereka -perusahaan asuransi- mencari terobosan baru untuk lebih memikat calon konsumennya.
    maka lahirlah makhluk baru bernama unitlink..bukan asuransi murni tapi juga bukan produk investasi murni.

    karena unitlink itu adalah satu makhluk baru, maka porsi proteksi dan investasi di dalam unitlink gak bisa dipisahkan.
    meski demikian kita bisa mencari tahu rincian harga masing2 unsur pembentuknya.
    seperti suatu produk kopi+gula dalam satu kemasan.
    kalau dipisah, bukan lagi menjadi produk kopi+gula dalam satu kemasan.

    susah nyari tahu apakah harga masing2 unsur tsb terbilang mahal atau tidak?
    ya dilihat saja dulu sifat2nya..
    setelah itu cari produk lain yg hanya terdiri dari satu unsur yg mempunyai sifat yg sama dengan sifat unsur2 pembentuk unitlink..,lalu bandingkan dengan harga yg diberikan unitlink.

    Priyadi selalu bilang ada ‘sesuatu’ yg ditutupi pada unitlink.
    sesuatu itu adalah harga kan?
    memangnya harga apa sih yg tidak ada di proposal/ilustrasi/buku polis unitlink?

    biaya asuransi?
    sudah ada di ilustrasi dan buku polis
    memang, kalau di ilustrasi dan buku polis hanya memuat biaya asuransi untuk 2 tahun pertama, tapi di laporan setiap akhir tahun terdapat besaran biaya untuk tahun depan.
    kenapa gak sekalian dicantumkan seluruh biaya asuransi sampai masa pertanggungan berakhir?
    ya karena bila nasabah pernah mengalami musibah, maka harga untuk tahun berikutnya sudah pasti akan jauh berubah..dan ini di-adjust di akhir tahun pembukuan.
    jadi gak bisa ditentukan biayanya untuk jangka waktu yg panjang.., apalagi dipukul rata.
    CMIIW..

    biaya administrasi?
    biaya akuisisi?
    biaya pegelolaan investasi?
    biaya top up?
    sudah ada di ilustrasi.

    kalau semua sudah dicantumkan..apakah konsumen dibodohi?
    apakah konsumen dibohongi?

    lalu kenapa harganya lebih mahal bila dibandingkan membeli terpisah?
    kopi dan gula (maaf, sepertinya ini analogi yg paling sederhana) kalau dibeli terpisah sudah pasti kumulatif harganya lebih murah dibandingkan dengan harga produk berisi kopi+gula dalam satu kemasan (bila membandingkannya benar2 adil dan accountable).
    dan semua produk yg isinya ada lebih dari satu unsur (gabungan) dapat dipastikan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga produk pretelannya.

    selalu ada harga untuk setiap kemudahan.

    kemudahan ini yg dicharge pada unitlink (selain unitlink adalah produk baru, bukan produk tersendiri dari unsur pembentuknya), bukan kebodohan masyarakat.
    perusahaan asuransi berharap dengan adanya kemudahan tsb (bayar satu, dapat dua manfaat sekaligus) akan semakin menarik minat masyarakat untuk memiliki produk asuransi.

    kalau kebodohan masyarakat yg dicharge..dengan seiring majunya pemahaman masyarakat akan produk asuransi dan produk investasi, maka unitlink akan semakin sesak nafasnya..dan mati.
    survival of the fittest, kalau menurut Darwin.

    so..
    yuk jadi konsumen yg cerdas..
    bukan cuma bisa mengkritik apalagi mencela..
    tapi belajar MELIHAT DENGAN BENAR dahulu sebelum menilai atau mengkritisi..

    UNITLINK = PRODUK ASURANSI YANG DIKAITKAN DENGAN INVESTASI.

  76. #123:

    unitlink itu adalah hasil evolusi produk asuransi. dari yg dulu murni bayar premi dan kalau gak ada klaim selama masa pertanggungan gak akan ada nilai tunai yg bisa didapat nasabah..sampai ada yg memberikan nilai tunai. dari yg murni proteksi..sampai ada yg dikaitkan dengan produk perbankan (bancassurance). nah..sekarang ada asuransi yg dikaitakan dengan investasi.

    di asuransi praktik tersebut sudah dianggap sebagai suatu kewajaran, it is something that we’ve taken for granted. makanya saya pakai contoh koran, supaya gak ada anggapan sebelumnya :)

    karena unitlink itu adalah satu makhluk baru, maka porsi proteksi dan investasi di dalam unitlink gak bisa dipisahkan. meski demikian kita bisa mencari tahu rincian harga masing2 unsur pembentuknya. seperti suatu produk kopi+gula dalam satu kemasan. kalau dipisah, bukan lagi menjadi produk kopi+gula dalam satu kemasan.

    mungkin lebih baik jangan terlalu jauh beranalogi. kalau kita beli kopi+gula, kita setor uang untuk bayar kopi dan gula. kalau kita beli X+investasi, maka kita tetap beli X, tapi uang yang disetorkan dalam porsi investasi itu tetap milik kita. pemisahan keduanya adalah hal yang penting untuk dilakukan.

    Priyadi selalu bilang ada ’sesuatu’ yg ditutupi pada unitlink. sesuatu itu adalah harga kan? memangnya harga apa sih yg tidak ada di proposal/ilustrasi/buku polis unitlink?

    biaya asuransi? sudah ada di ilustrasi dan buku polis. memang, kalau di ilustrasi dan buku polis hanya memuat biaya asuransi untuk 2 tahun pertama, tapi di laporan setiap akhir tahun terdapat besaran biaya untuk tahun depan. kenapa gak sekalian dicantumkan seluruh biaya asuransi sampai masa pertanggungan berakhir? ya karena bila nasabah pernah mengalami musibah, maka harga untuk tahun berikutnya sudah pasti akan jauh berubah..dan ini di-adjust di akhir tahun pembukuan. jadi gak bisa ditentukan biayanya untuk jangka waktu yg panjang.., apalagi dipukul rata. CMIIW..

    * harga harusnya dimuat di ilustrasi awal sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, karena itu adalah faktor yang penting untuk dipertimbangkan.
    * mayoritas asuransi jiwa jaman sekarang punya klausul guaranteed renewability, termasuk UL, kalau diperpanjang gak harus melalui proses underwriting lagi dan pasti diterima (btw, kok susah sekali ya menerangkan point ini, pada gak bisa ngerti atau gak mau ngerti?)

    kalau kebodohan masyarakat yg dicharge..dengan seiring majunya pemahaman masyarakat akan produk asuransi dan produk investasi, maka unitlink akan semakin sesak nafasnya..dan mati. survival of the fittest, kalau menurut Darwin.

    contoh simple aja deh. mulai sekarang jangan bilang pake bahasa planet “anda akan ditagihkan biaya akuisisi 5 tahun pertama adalah 100%, 60%, 15%, 15%, dan 15%, selanjutnya gratis!”. tapi coba bilang langsung terus terang misalnya “anda bayar saya Rp 24 juta, 14.4 juta, 3.6 juta, 3.6 juta, dan 3.6 juta dalam 5 tahun pertama untuk layanan 2-in-1 yang saya berikan.”. apa mayoritas konsumen asuransi masih mau beli seandainya ditawarkan seperti yang terakhir?

    yang menjadi pasar UL ini adalah ketidakmengertian masyarakat. pasar asuransi gak kompetitif karena mereka gak bisa membandingkan langsung produk2 asuransi yang ditawarkan kepada mereka.

  77. betul. tapi sebaliknya juga berlaku: kalau sama sekali tidak ada mekanisme pasar, artinya hanya menguntungkan produsen dan sama sekali gak menguntungkan konsumen. dan saya di sini adalah konsumen :). yang anda bilang di atas itu namanya diferensiasi produk. diferensiasi produk tidak menghilangkan mekanisme pasar sama sekali, kalau suatu produk sukses di niche-nya yang baru, bisa dipastikan produk lain akan berbondong2 masuk ke niche tersebut.

    Makanya pasar selalu mengarah pada keseimbangan, karena pada kenyataannya memang tidak mungkin juga mekanisme pasar 100% berjalan sempurna. Betul, membentuk pasar baru pasti akan selalu diikuti oleh follower. Dan ketika pasar sudah tidak lagi menguntungkan akan selalu membentuk niche / pasar baru lagi.

    masalah pada produk seperti koran B di sini cuma satu: mekanisme pasar gak terbentuk karena pasarnya tidak adil. produsen tahu harga yang mereka tawarkan, tapi konsumen tidak tahu harga yang mereka bayarkan. mayoritas konsumen membeli tanpa mengetahui harga yang mereka bayarkan.

    Ngga mungkin pasar harus 100% adil. Adilnya untuk siapa dulu. kalo 100% adil untuk konsumen, jelas pasar tidak akan menarik lagi untuk produsen. Kalo adilnya 100% untuk produsen, jelas akan banyak praktik penipuan. Makanya pasar pasti akan mengarah pada keseimbangan, yang menguntungkan konsumen dan juga menguntungkan produsen.

    tidak hanya uangnya saja saya setuju. tapi mengetahui harga untuk produk/jasa yang dibeli adalah wajib. untuk sebagian orang, price point Rp 50 ribu/bulan untuk mendapatkan nilai ‘tidak dikejar2 tagihan koran selamanya’ mungkin layak. tapi untuk orang lain mungkin terlalu mahal.

    Ga semua orang kan mau repot-repot mau menghitung beginian. Dan orang-orang yang ga mau repot ini adalah salah satu segmen pasar yang dijadikan target.

    Basicly, saya ngga keberatan dengan postingan anda yg mengupas hal-hal seperti ini. Setidaknya itu membuka pikiran pada orang untuk mau repot demi mendapat keuntungan yang lebih maksimal, dan segmen ini memang ada dan saya yakin populasinya juga cukup besar. Tapi menuduh produk seperti asuransi unitlink sebagai salah satu produk ‘penipuan’ yang merugikan konsumen, itu tidak tepat sasaran. :)

  78. #115 :

    prudential prulink itu term life YRT + investasi.

    Ini kata Mas Priyadi kan, bukan kata Prudential. Sedangkan Prudential berkata sebaliknya. Seorang koki jelas lebih tau resep daripada konsumen.

    * premi yang dibayarkan nasabah meningkat sesuai usia, sedangkan di whole life itu level.

    Nga tuh…
    Polis prulink saya hanya perlu bayar premi fix 9 juta pertahun, sampai 10 tahun saja. Dan setelah itu saya bisa menikmati proteksi seumur hidup.

    Sebelum kita bahas lebih byk mengenai asuransi, apakah Mas Priyadi tau kenapa asuransi whole life menetapkan premi yg sama setiap tahunnya?

    * kalau di-surrender, gak ada nilai tunai yang dijamin yang berasal dari porsi asuransi. yang ada cuma hasil investasi.

    Semua asuransi juga sama Mas. Tidak ada pengembalian nilai tunai dari porsi asuransi, kecuali model Syariah.

    Kalo asuransi jenis Endowment menawarkan pengembalian nilai tunai, karena sebenarnya dia juga asuransi + investasi. Dimana yg dikembalikan adalah porsi investasi.

    Tapi bedanya Endowment dengan unit link, ada nilai tunai terjamin. Tidak perduli perusahaan tsb putar uang di mana, untung atau rugi, yg jelas nasabah hanya tau dapat duit sekian-sekian. Sedangkan unitlink lebih transparant mengenai investasi, kalau untung dinikmati bersama, tapi kalo rugi ya ditanggung bersama.

    #121 :

    salah satunya, mayoritas konsumen gak diberi tahu persis berapa harga yang harus dia bayar sebelum dia beli barangnya.

    Waduh…kenapa susah sekali menjelaskan kepada Mas Priyadi. Masih aja ngotot ttg harga yg “menurut” Mas Priyadi tidak transparan.

    Simplenya begini aja….
    Perusahaan koran B menawarkan kepada pelanggan untuk beli “Special Produk” yg harganya sebesar 15 juta, boleh dicicil 1,5 juta/tahun selama 10 tahun. Kelebihan “Special Produk” tsb adalah sbb :
    – berlangganan koran B seumur hidup
    – mendapatkan sebagian pengembalian nilai tunai yg telah dibayar, jika ternyata mau stop langganan sebelum tahun 10
    – mendapatkan hasil investasi yg lumayan, misalnya jika stop langganan pada tahun ke 20

    Perduli amat dengan harga produksi koran dan biaya tetek bengek lainnya. Yang penting saya bayar “Special Produk” tsb seharga 15 juta untuk dapatkan 1 produk dengan benefit seperti diatas.

    Kalau Mas Priyadi mau beli mobil Honda CRV (aduh…kok CRV lagi), apakah ada tanyakan mengenai harga produksi, pajak barang mewah, biaya import, komisi marketing, dll ??
    Misalnya harga produksi Honda CRV hanya 80 juta. Setelah melalui berbagai proses lalu di showroom ditawarkan 280 juta boleh cicil 28 juta/tahun. Apakah berarti dealer mobil tsb “membodohi” pembeli ?

    #124 :

    * harga harusnya dimuat di ilustrasi awal sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, karena itu adalah faktor yang penting untuk dipertimbangkan.

    Pasti dimuat di ilustrasi, bahkan dijelaskan. Lihat kembali contoh harga “Special Produk” koran B diatas.

    * mayoritas asuransi jiwa jaman sekarang punya klausul guaranteed renewability, termasuk UL, kalau diperpanjang gak harus melalui proses underwriting lagi dan pasti diterima (btw, kok susah sekali ya menerangkan point ini, pada gak bisa ngerti atau gak mau ngerti?)

    Tidak semua asuransi jiwa ada klausul guarnted renewalbility. Yg punya klausul renewal guarantee hanya model Endowment, Whole Life, dan Unit Link. Renewal guarantee ini hanya berlaku jika polis tidak lapse (premi tdk dibayar).

    Tapi Term Life juga punya cara seolah-olah terlihat seperti punya klausul diatas. Namanya Level Term Life. Produk ini menawarkan renewal guarantee untuk periode tertentu misalnya 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Makin besar periode, makin besar pula premi yg harus disetorkan.

    Selama masih dalam periode guarantee, nasabah banya perlu setor premi seperti biasa tanpa perlu melewati berbagai proses underwriting.
    Tapi…ada tapinya……renewal guarantee di Level Term Life ini hanya berlaku jika dan hanya jika kondisi kesehatan nasabah memungkinkan. Kalau misalnya sudah terdiagnosa sakit kritis seperti kanker, maka perpanjangan manfaat asuransi bisa dibatalkan.

    Kelemahan inilah yg membuat Term Life preminya amat sangat murah. Bahkan yg Level Term Life 20 tahun juga masih lebih murah daripada yg Whole Life.

    Untuk informasi ttg Term Life, silahkan tanyakan pada perusahaan yg ahli di bidang tersebut, seperti Bumiputera dan Jiwasraya.

  79. #125:

    Ngga mungkin pasar harus 100% adil. Adilnya untuk siapa dulu. kalo 100% adil untuk konsumen, jelas pasar tidak akan menarik lagi untuk produsen. Kalo adilnya 100% untuk produsen, jelas akan banyak praktik penipuan. Makanya pasar pasti akan mengarah pada keseimbangan, yang menguntungkan konsumen dan juga menguntungkan produsen.

    definisi adil di sini adalah kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli tahu persis apa yang akan mereka serahkan dan apa yang mereka dapatkan. pasar asuransi tidak adil karena hanya satu pihak yang tahu apa yang akan mereka terima, tapi pihak lain tidak mengetahui apa yang akan mereka setorkan, sehingga produk UL gak dijual pada titik fair market value-nya.

    Ga semua orang kan mau repot-repot mau menghitung beginian. Dan orang-orang yang ga mau repot ini adalah salah satu segmen pasar yang dijadikan target.

    wah ini terbalik. repot2 menghitung itu justru disebabkan oleh keberadaan produk UL. jika konsumen ingin mengetahui hal yang perlu diketahui pada saat transaksi seperti harga yang harus dibayarkan pada porsi asuransi di UL, kita harus repot2 jungkir balik menghitung. kalau tidak ada produk UL (asuransi dan investasi selalu ditawarkan terpisah), justru kita gak perlu repot2 menghitung, setidaknya tidak serumit kalau menghitung UL. nilai tambah yang ditawarkan UL itu jelas sama sekali bukan ‘tidak perlu repot2 menghitung’.

    Tapi menuduh produk seperti asuransi unitlink sebagai salah satu produk ‘penipuan’ yang merugikan konsumen, itu tidak tepat sasaran.

    dari cara beberapa produk UL dipasarkan, perasaan saya mengatakan produk ini sengaja dibuat untuk mengelabui konsumen. apakah memang benar hal tersebut disengaja atau tidak saya memang gak tahu, tapi kenyataannya di lapangan banyak konsumen yang merasa ‘tertipu’. banyak yang tahu biaya yang harus dikeluarkan bukannya pada saat transaksi dijalankan, tapi justru setelah beberapa tahun ikutan.

  80. #126: bung firesquid, sekali lagi anda gak perlu memposting segala argumen anda di semua tulisan saya tentang asuransi. semuanya sudah pernah saya balas di thread sebelah. kali ini saya balas yang relevan dengan tulisan saya saja.

    Perduli amat dengan harga produksi koran dan biaya tetek bengek lainnya. Yang penting saya bayar “Special Produk” tsb seharga 15 juta untuk dapatkan 1 produk dengan benefit seperti diatas.

    kalau anda pribadi mau tutup mata begitu saja ya itu terserah anda, it’s your own money. tapi saya pribadi peduli :).

    Kalau Mas Priyadi mau beli mobil Honda CRV (aduh…kok CRV lagi), apakah ada tanyakan mengenai harga produksi, pajak barang mewah, biaya import, komisi marketing, dll ?? Misalnya harga produksi Honda CRV hanya 80 juta. Setelah melalui berbagai proses lalu di showroom ditawarkan 280 juta boleh cicil 28 juta/tahun. Apakah berarti dealer mobil tsb “membodohi” pembeli ?

    anda ini kebanyakan analogi :). bundling investasi jangan disamakan dengan bundling produk. kalau kita membundling produk, konsumen keluar duit untuk membayar produk tersebut. kalau kita beli investasi, uangnya tetap milik kita, tapi dititipkan manajer investasi untuk dikelola. rasanya posting saya di atas sudah cukup jelas.

    Tidak semua asuransi jiwa ada klausul guarnted renewalbility. Yg punya klausul renewal guarantee hanya model Endowment, Whole Life, dan Unit Link. Renewal guarantee ini hanya berlaku jika polis tidak lapse (premi tdk dibayar).

    Tapi Term Life juga punya cara seolah-olah terlihat seperti punya klausul diatas. Namanya Level Term Life. Produk ini menawarkan renewal guarantee untuk periode tertentu misalnya 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Makin besar periode, makin besar pula premi yg harus disetorkan.

    ini FUD, blatant lies. sebagian besar produk term life jaman sekarang punya guaranteed renewability. kalau ngambil term life 5 tahun misalnya, harga untuk 5 tahun berikutnya (dan berikutnya, dst) sudah dicantumkan pada polis. dan harga ini bersifat mengikat. kalau nasabah mau memperpanjang polisnya, dia bisa melakukannya tanpa harus kembali melalui proses underwriting.

  81. anda ini kebanyakan analogi :). bundling investasi jangan disamakan dengan bundling produk. kalau kita membundling produk, konsumen keluar duit untuk membayar produk tersebut. kalau kita beli investasi, uangnya tetap milik kita, tapi dititipkan manajer investasi untuk dikelola. rasanya posting saya di atas sudah cukup jelas.

    Betull…memang postingan Mas Priyadi sangat jelas, tapi sayangnya saking jelasnya jadi terlihat salah kaprah nya.

    Untuk koran B, konsumen juga keluar duit untuk beli PRODUK yg salah satu benefitnya adalah INVESTASI.

    Jika ilustrasi mobil terlalu rumit dan sulit dimengerti (atau tdk mau mengerti?), Mas Priyadi bisa bandingkan dengan beli rumah. Rumah mengandung 2 unsur yg mirip dengan koran B. Yaitu nilai bangunan (ongkos tukang dan desain, harga bahan bangunan) dan investasi (tanah).

    Kalau seperti yg Mas Priyadi inginkan, beli produk yg murah dan investasi terpisah, Mas Priyadi silahkan saja beli rumah susun. Lalu selisih harganya Mas Priyadi belikan tanah kosong.
    Saya dengar dari agen properti saya, harga tanah kenaikan tahunan rata-rata 15%. Lebih menguntungkan dari emas yg kenaikan rata-rata 10%.

    Sekarang pertanyaannya…apakah Mas Priyadi tinggal di rumah susun seumur hidup?

  82. Kalau postingan Mas Priyadi memang dalihnya menghemat pengeluaran demi time value of money, maka banyak yg bisa dihemat.
    – naik bis ke tempat kerja SEUMUR HIDUP
    – makan masakan sendiri SEUMUR HIDUP
    – minum air sumur yg dimasak sendiri SEUMUR HIDUP
    – kalo sakit minum obat racikan sendiri SEUMUR HIDUP
    – kontrak rumah/kos SEUMUR HIDUP

    Selisih biaya yg dihemat tsb, taruh di investasi. Setelah 30 tahun, saya yakin investasi tsb menjadi sangat banyak.

    Saya rasa kehidupan Mas Priyadi seperti itu. Hanya pikirkan profit..profit…dan profit. Tidak bisa memandang benefit yg positif dari suatu produk jadi. Kalau ada pembaca yg tertarik mengikuti gaya hemat Mas Priyadi, silahkan saja.

  83. Ini sedikit renungan buat para pembaca.

    Sistem marketing yg dijalankan oleh koran B, bisa saja ditiru oleh koran A, C, atau koran D. Saya pikir koran B tidak mempatenkan sistem marketing tsb.

    Jika memang sesimple yg ditulis oleh Mas Priyadi, yaitu langganan koran + investasi…coba pikirkan kenapa Koran B bisa menguasai sebagian besar pasar koran dengan produknya daripada koran A, C, atau D.

    Koran lain yg lihat koran B sukses menjual koran + investasi, tentu pengen ikutan juga donk. Perusahaan koran untung lebih besar, nasabah juga tidak dirugikan. Produk yg bagus sekali, win-win solution.

    Koran B pakai marketing yg jago, koran lain juga bisa.
    Koran B pakai manajer investasi yg handal, koran lain juga boleh.
    Koran B beritanya selalu fresh, memangnya koran lain ngak?

  84. #127:

    definisi adil di sini adalah kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli tahu persis apa yang akan mereka serahkan dan apa yang mereka dapatkan. pasar asuransi tidak adil karena hanya satu pihak yang tahu apa yang akan mereka terima, tapi pihak lain tidak mengetahui apa yang akan mereka setorkan, sehingga produk UL gak dijual pada titik fair market value-nya.

    Bila fair market value hanya dilihat dari nilai rupiahnya saja, saya masih setuju. Tapi nilai manfaat dari kenikmatan ngga usah repot-repot bayar langganan setelah 10 tahun itu intagible, karena intangible nilai ini bisa berbeda-beda untuk setiap konsumen. Sehingga nilai tidak harus sama dengan nilai uang setelah 10 tahun, bila dia membeli koran dan sisanya dia investasikan. (Masing ngomongin koran kan ya :) )

    Sebagian besar nasabah asuransi sebenarnya tidak mengerti asuransi. Ketidakmengertian seperti dana yang disetorkan pada asuransi tidak bisa diambil (kecuali dipinjam) selain pada saat klaim, banyak menyebabkan asuransi memang tidak menarik untuk dibeli. Hal ini yang menurut saya dijawab oleh UL. Dibandingkan produk asuransi lainnya, UL memiliki nilai tambah sebagai Asuransi yang memiliki saldo, dan dananya bisa diambil. Nilai tambah inilah yang dijual oleh perusahaan asuransi. Nilai tambahnya bukan sekedar tingkat pengembalian investasi. Sehingga fair market value jangan menghitung dari nilai uangnya saja.

    dari cara beberapa produk UL dipasarkan, perasaan saya mengatakan produk ini sengaja dibuat untuk mengelabui konsumen. apakah memang benar hal tersebut disengaja atau tidak saya memang gak tahu, tapi kenyataannya di lapangan banyak konsumen yang merasa ‘tertipu’. banyak yang tahu biaya yang harus dikeluarkan bukannya pada saat transaksi dijalankan, tapi justru setelah beberapa tahun ikutan.

    Biaya asuransi sendiri saya rasa sudah jelas pada proposal, dan bisa ditanyakan bila memang tidak tercantum. Tapi bila ‘tertipu’ karena biaya akuisisi yang besar tinggal kembali pada pandangan masing2. Bila tidak ‘sudi’ untuk memberi penghargaan pada perusahaan dan agennya sebesar itu, ya silahkan ‘meng-ageni’ diri sendiri.

  85. #131:

    Jika ilustrasi mobil terlalu rumit dan sulit dimengerti (atau tdk mau mengerti?), Mas Priyadi bisa bandingkan dengan beli rumah. Rumah mengandung 2 unsur yg mirip dengan koran B. Yaitu nilai bangunan (ongkos tukang dan desain, harga bahan bangunan) dan investasi (tanah).

    another flawed analogy. jual beli rumah & tanah adalah murni perdagangan. kita setor uang, kita dapat rumah+ranah. setelah transaksi selesai, uangnya 100% jadi milik developer, dan rumah+tanahnya 100% jadi milik konsumen. kalau jual beli ‘koran B’ tidak murni perdagangan. kita setor uang, kita dapat koran B. tapi tidak 100% dari uang tersebut menjadi hak penjual, sebagian masih merupakan hak konsumen.

    #132:

    Saya rasa kehidupan Mas Priyadi seperti itu. Hanya pikirkan profit..profit…dan profit. Tidak bisa memandang benefit yg positif dari suatu produk jadi. Kalau ada pembaca yg tertarik mengikuti gaya hemat Mas Priyadi, silahkan saja.

    anda terlalu ngelantur. silakan baca posting saya dengan lebih seksama. yang jadi masalah bukanlah profitnya, bukan apakah ada benefitnya atau tidak, tapi apakah konsumen mengetahui berapa harga yang dibayarkan. dalam contoh saya sudah jelas saya beri tahu kalau koran A dan koran B itu kualitasnya sama persis dan harga B 2x lipat harga A. dalam pasar yang adil konsumen akan memilih koran A, tapi kenyataannya mayoritas memilih koran B, bukan karena koran B memberikan nilai lebih baik daripada koran A tapi karena konsumen tidak tahu berapa biaya sebenarnya yang harus dibayarkan.

    #133:

    Sistem marketing yg dijalankan oleh koran B, bisa saja ditiru oleh koran A, C, atau koran D. Saya pikir koran B tidak mempatenkan sistem marketing tsb.

    Koran lain yg lihat koran B sukses menjual koran + investasi, tentu pengen ikutan juga donk. Perusahaan koran untung lebih besar, nasabah juga tidak dirugikan. Produk yg bagus sekali, win-win solution.

    yang saya lihat memang seperti itu. di pasar ‘yang itu’, ada kecenderungan semuanya mengikuti koran B akibat tekanan pasar: “ngapain saya cape2 saingan dalam hal harga, tapi orang2 tetap beli koran B walaupun harganya 2x lipat untuk kualitas yang sama persis?”

    tapi pernyataan “nasabah juga tidak dirugikan” ini saya sangat tidak setuju sekali :). nasabah jelas rugi karena harus membayar jauh lebih mahal untuk kualitas yang sama, dan akibat tekanan pasar, di masa yang akan datang bisa jadi gak ada produk yang dijual seperti koran A.

  86. #134:

    Bila fair market value hanya dilihat dari nilai rupiahnya saja, saya masih setuju. Tapi nilai manfaat dari kenikmatan ngga usah repot-repot bayar langganan setelah 10 tahun itu intagible, karena intangible nilai ini bisa berbeda-beda untuk setiap konsumen. Sehingga nilai tidak harus sama dengan nilai uang setelah 10 tahun, bila dia membeli koran dan sisanya dia investasikan. (Masing ngomongin koran kan ya :) )

    ini saya setuju. menilai manfaat yang intangible itu murni subjektif. walaupun demikian tetap saja harus dibandingkan dengan nilai yang harus dibayarkan oleh konsumen. kalau misalnya ada tukang potong rumput datang ke rumah saya menawarkan jasa pemotongan rumput dengan harga Rp 10 juta, ya mendingan saya aja yang motong rumput :).

    sekarang gimana caranya menilai layak atau tidaknya sesuatu yang ditawarkan kepada kita tanpa mengetahui berapa harga yang perlu kita bayarkan? :-?

    Biaya asuransi sendiri saya rasa sudah jelas pada proposal, dan bisa ditanyakan bila memang tidak tercantum. Tapi bila ‘tertipu’ karena biaya akuisisi yang besar tinggal kembali pada pandangan masing2.

    kalau ini sih boleh disurvey sendiri :). silakan minta ilustrasi unit link, kemungkinan besar di situ gak dikasih tahu besar biaya yang harus dibayarkan (di luar setoran investasi lho ya, dan bukan cuma tahun pertama saja) dan agennya pun gak dilengkapi dengan informasi tersebut :). silakan anda survey beberapa pemegang polis UL dan tanyakan berapa besar biaya akuisisi yang harus dibayarkan. besar kemungkinan mereka juga gak tahu. masalahnya bukan besar atau tidaknya biaya akuisisi, tapi apakah nasabah tahu jumlah yang harus dibayarkan sebelum transaksi dilakukan. terlalu banyak kasus orang2 baru menyadari biaya2 tersebut saat menerima laporan tahunan.

  87. jualan produk koran+investasi memang seharusnya dipilah2, atau paling tidak ada transparansi, karena sebagian dana yang kita setorkan tetap menjadi milik kita. kondisi sekarang gak jelas berapa % menjadi hak penjual dan berapa % yang menjadi hak konsumen.

    lagi2 ini pendapat berdasarkan potongan2 pembentuknya, _bukan_ sebagai unit baru dengan rule sendiri

    ini sebabnya susah menganalogikan segala aspek bundling investasi dengan bundling produk X dan produk Y. kalau kita beli barang, uangnya menjadi hak penjual. kalo investor berinvestasi, uangnya tetap menjadi hak investor, bukan hak manajer investasi. yang menjadi hak manajer investasi cuma sebagian kecil dari dana tersebut.

    nope, kalau investor berinvestasi ditanah, uangnya menjadi menjadi milik si penjual (koran B), ‘uang’ investor ada dalam bentuk tanah (sertifikat penyertaan koran B) yg dijamin nilainya oleh pasar pembeli tanah berikutnya (koran B juga)

    pertama, it is virtually impossible to do so :). yang harus dilakukan adalah menyamakan asumsi perkembangan investasi. tapi tanpa data mentahnya, hal ini gak mungkin dilakukan :). jangankan konsumen, agen pun gak tahu. membandingkan besar komisi/biaya akuisisi secara langsung juga gak mungkin karena ini cuma membandingkan satu pos biaya, bukan overall cost yang harus dibayar nasabah.

    in the end, koranlink yg memberikan return/pelayanan terbaik yg akan stand up, sebagian konsumen ga perduli proses/biayanya gimana yg penting tujuannya tercapai, return tinggi dan dapet 2in1

    kedua, tidak ada salahnya membandingkan dengan benchmark beli koran A + beli investasi terpisah. sama kalau misalnya kita membandingkan selisih harga antara ngerakit sendiri dan beli HP built up. selisih harga ini adalah bagaimana HP menghargai nilai yang dia berikan kepada pelanggan.

    tidak ada salahnya selama tidak nyalah2in HP jualan pc dengan cara ‘membodohi’ konsumen

    ketiga, tidak semua konsumen butuh ‘koran+investasi’, sebagian cuma butuh koran, sebagian cuma butuh investasi, sebagian lagi gak butuh keduanya. dalam perjalanan hidup, manusia akan melewati fase2 kebutuhan tersebut. koran B hanya cocok bagi yang membutuhkan keduanya sekaligus. kalau trennya seperti sekarang, lama2 bisa jadi gak akan ada yang jualan korannya doang :). sekarang saja sudah ada beberapa perusahaan yang gak punya produk koran doang.

    pernyataan di atas kok kontradiktif ya, antara perbedaan kebutuhan konsumen dengan tren lama2 koran saja akan hilang
    selama masih ada kebutuhan penjual koran saja akan tetap ada, kalau memang ga ada yg butuh ya buat apa tetap ada?

    sebenernya sama sekali gak ada yang salah jualan ikan yang gak terlalu segar (mungkin aja rumah dia cuma 5 menit & ikannya mau langsung dimasak), atau jualan koran bekas. yang salah itu menyembunyikan fakta kepada pembeli kalau itu ikan yang gak segar dan menjualnya seakan2 itu ikan segar. di koran B, fakta yang disembunyikan adalah harganya. sebenernya gak ada yang ngelarang B untuk jualan koran dengan harga setinggi apapun, bahkan Rp 1 juta/bulan sekalipun. tapi kalau harga tersebut disembunyikan dengan rapih menggunakan ilusi finansial, lain lagi ceritanya.

    yg bodoh itu yg beli ikan, waktu beli ikan ada trik2 yg harus dia ketahui, menanyakan ke penjual ikannya segar atau tidak, mengetahui ciri2 ikan segar dan kurang segar
    dari sisi penjual, selama ikannya belum busuk dan layak makan dia tidak membohongi konsumen, bisa saja toh ikan kemarin belum habis dijual hari ini, tapi kalau busuk dibilang segar atau kurang segar dibilang segar itu false data, atau tidak bilang busuk tapi tetap dijual itu lying by omission
    *kok ya jadi ngebahas ikan* :p

    soal koran B ‘menyembunyikan’ harga, lagi2 karena anda masih berpatokan unit2 itu bisa dipilah2 _bukan_satu_kesatuan_
    anda yg tulis sendiri kalau mau menghitung selisih HP dengan rakitan konsumen, konsumen bisa menghitung dari unit pembentuknya, tetapi apakah HP perlu meng-expose berapa nilai HP menghargai nilai yg dia berikan?

    yang terjadi di lapangan seperti itu kok :). salah satunya, mayoritas konsumen gak diberi tahu persis berapa harga yang harus dia bayar sebelum dia beli barangnya.

    aneh juga, bodo bener yg beli barang tapi belum tau harganya, exception buat orang2 yg money has no object :p

  88. praktik mana yg dianggap sebagai suatu kewajaran?
    koran itu kan cuma contoh saja..semua (yg ngerti) juga udah tahu..anda sedang mendiskreditkan (lagi dan lagi) suatu produk bernama unitlink.

    yg anda maksud harga itu dari awal sampai akhir?
    waktu pertanggungan di unitlnik itu sangat panjang dan selama masa pertanggungan tsb ada kemungkinan terjadi sesuatu pada diri nasabah yg dapat menyebabkan berubahnya harga. jadi tidak mungkin dicantumkan dari awal sampai akhir. untuk 1 tahun pertama sudah tercantum pada ilustrasi dan harga untuk tahun berikutnya tercantum pada laporan tahunan pada setiap akhir tahun.

    siapa yg mengatakan “anda akan ditagihkan biaya akuisisi 5 tahun pertama adalah 100%, 60%, 15%, 15%, dan 15%, selanjutnya gratis!”?
    itu tidak lengkap dan menyesatkan karena tidak disebutkan % dari apa.
    tapi kalau mengatakan “anda bayar saya Rp 24 juta, 14.4 juta, 3.6 juta, 3.6 juta, dan 3.6 juta dalam 5 tahun pertama untuk layanan 2-in-1 yang saya berikan.” juga tidak tepat, malah lebih keliru karena setiap kasus itu berbeda dan untuk memudahkan rumusan untuk sesuatu yg bisa berubah digunakanlah %.

    yg menjadi pasar utama unitlink adalah masyarakat yg belum sadar akan pentingnya (juga belum punya) asuransi meskipun sudah begitu banyak produk asuransi yg tersedia sebelum munculnya unitlink.
    yg ke dua adalah mereka yg sadar tapi belum berminat karena produk asuransi yg ada kurang menarik bagi mereka.

    pembeli sudah seharusnya tahu apa yg akan mereka dapatkan kalau mereka mau mempelajari ilustrasi yg mereka dapatkan dan menggali informasi dari para agen maupun mencari sendiri.

    ‘merasa tertipu’ dan ‘tertipu’ adalah dua hal yg berbeda.
    yg dapat dilindungi secara hukum adalah yg ‘tertipu’
    makanya..jadi konsumen itu yg cerdas..jangan manja ataupun tutup mata, menerima apa saja yg ditawarkan.
    tapi kalau priyadi sudah sangat cerdas..bahkan saking cerdasnya, pikirannya sendirilah yg menipunya.

    o iya..
    maaf..saya memakai salah satu bahasa dari planet bumi, yaitu bahasa Indonesia.

  89. #137:

    lagi2 ini pendapat berdasarkan potongan2 pembentuknya, _bukan_ sebagai unit baru dengan rule sendiri

    tentu saja harus dipilah2, karena uang yang disetorkan sebagai porsi investasi adalah hak dari pembeli, bukan hak penjual. pembeli tetap berhak atas porsi tersebut dan perkembangan investasinya. resikonya juga tetap ditanggung oleh konsumen, dan bukan oleh penjual.

    in the end, koranlink yg memberikan return/pelayanan terbaik yg akan stand up, sebagian konsumen ga perduli proses/biayanya gimana yg penting tujuannya tercapai, return tinggi dan dapet 2in1

    bisa jadi ada beberapa konsumen yang gak peduli dengan biaya yang harus mereka bayarkan. tapi rasanya kebanyakan konsumen akan sangat peduli sekali. produk ‘koran’+investasi ini akan menghabiskan dana yang tidak sedikit bagi mayoritas pelanggan. selain itu pasar koranlink bukanlah pasar dimana konsumen bisa dapat dengan mudah pindah2 produk sesukanya. kalaupun di luar ada produk yang lebih menguntungkan, bisa jadi konsumen tidak bisa pindah produk.

    tidak ada salahnya selama tidak nyalah2in HP jualan pc dengan cara ‘membodohi’ konsumen

    saya gak nyalahin HP, tapi nyalahin ‘koran B’ :). HP di sini cukup straightforward bilang harga barangnya Rp sekian, sedangkan B tidak. konsumen yang mau beli HP tahu persis berapa harga yang harus dia byar. konsumen yang beli koran B tidak tahu pasti berapa harga yang harus dia bayar.

    pernyataan di atas kok kontradiktif ya, antara perbedaan kebutuhan konsumen dengan tren lama2 koran saja akan hilang. selama masih ada kebutuhan penjual koran saja akan tetap ada, kalau memang ga ada yg butuh ya buat apa tetap ada?

    sistem pemasaran seperti koran A lama2 akan hilang, bukan karena tidak ada yang butuh, tapi karena jauh lebih mudah memasarkan koran seperti B. jauh lebih mudah memasarkan suatu produk dimana konsumen mengeluarkan uang banyak tapi merasa tidak mengeluarkan uang sepeser pun :).

    aneh juga, bodo bener yg beli barang tapi belum tau harganya, exception buat orang2 yg money has no object

    boleh lah kalau orang yang beli barang tapi gak tahu harganya dibilang ‘bodo bener’, tapi mayoritas orang seperti ini, termasuk saya kali, dulu :)

  90. #138:

    waktu pertanggungan di unitlnik itu sangat panjang dan selama masa pertanggungan tsb ada kemungkinan terjadi sesuatu pada diri nasabah yg dapat menyebabkan berubahnya harga. jadi tidak mungkin dicantumkan dari awal sampai akhir. untuk 1 tahun pertama sudah tercantum pada ilustrasi dan harga untuk tahun berikutnya tercantum pada laporan tahunan pada setiap akhir tahun.

    ini cuma excuse saja. gak ada alasan untuk menutup2i informasi tersebut walaupun mungkin nilainya belum fixed, karena ini bahan yang penting untuk evaluasi. selain itu, jaman sekarang kebanyakan asuransi jiwa punya klausul guaranteed renewability, termasuk di unit link. artinya besar harga sudah ditentukan dari awal dan bersifat mengikat. kalau perusahaan asuransi menaikkan harganya seenaknya, artinya mereka melanggar kontrak polis.

    selain itu, kalau argumen anda seperti itu, seharusnya perusahaan asuransi juga gak boleh membuat ilustrasi perkembangan nilai tunai sampai puluhan tahun ke depan, karena perhitungan tersebut tentunya juga mengasumsikan besar premi yang sudah ditentukan dari awal, dan tidak pernah berubah di tengah jalan akibat kondisi nasabah.

    tapi kalau mengatakan “anda bayar saya Rp 24 juta, 14.4 juta, 3.6 juta, 3.6 juta, dan 3.6 juta dalam 5 tahun pertama untuk layanan 2-in-1 yang saya berikan.” juga tidak tepat, malah lebih keliru karena setiap kasus itu berbeda dan untuk memudahkan rumusan untuk sesuatu yg bisa berubah digunakanlah %.

    kalau argumennya seperti itu, maka di ilustrasi juga gak boleh ada proyeksi nilai tunai sampai umur 99 tahun. perhitungan tersebut mengasumsikan sama sekali tidak ada yang berubah sampai nasabah berumur 99 tahun. kalau tidak ada ilustrasi itu, apa masih banyak yang mau ikutan? :)

  91. tentu saja harus dipilah2, karena uang yang disetorkan sebagai porsi investasi adalah hak dari pembeli, bukan hak penjual. pembeli tetap berhak atas porsi tersebut dan perkembangan investasinya. resikonya juga tetap ditanggung oleh konsumen, dan bukan oleh penjual.

    sepertinya saya sudah tulis ini di atas
    “kalau investor berinvestasi ditanah, uangnya menjadi menjadi milik si penjual (koran B), ‘uang’ investor ada dalam bentuk tanah (sertifikat penyertaan koran B) yg dijamin nilainya oleh pasar pembeli tanah berikutnya (koran B juga)”, resiko atau untung sepenuhnya ditanggung pembeli.

    bisa jadi ada beberapa konsumen yang gak peduli dengan biaya yang harus mereka bayarkan. tapi rasanya kebanyakan konsumen akan sangat peduli sekali. produk ‘koran’+investasi ini akan menghabiskan dana yang tidak sedikit bagi mayoritas pelanggan. selain itu pasar koranlink bukanlah pasar dimana konsumen bisa dapat dengan mudah pindah2 produk sesukanya. kalaupun di luar ada produk yang lebih menguntungkan, bisa jadi konsumen tidak bisa pindah produk.

    lagi2 nope,
    konsumen relatif tidak terlalu perduli terhadap prosesnya, justru sangat amat peduli sekali terhadap hasil akhir yg lebih menguntungkan buat dia
    realistis ajalah, bayar 3jt (komisi dll 1 jt, 2 jt di invest) return 2jt, dibanding bayar 3jt (komisi dll 500rb, 2.5jt di invest) return 1jt, sambil merem ga usah ngitung2 juga konsumen milihnya yg return paling besar

    saya gak nyalahin HP, tapi nyalahin ‘koran B’ :). HP di sini cukup straightforward bilang harga barangnya Rp sekian, sedangkan B tidak. konsumen yang mau beli HP tahu persis berapa harga yang harus dia byar. konsumen yang beli koran B tidak tahu pasti berapa harga yang harus dia bayar.

    konsumen yg beli koran B jelas2 sudah tahu harus membayar 200rb dengan segala kelebihan investasinya dibanding koran A, situ sendiri yg nulis di atas
    tapi lagi2 anda mencoba mempreteli barang baru tersebut dengan rule2 item2 pembentuknya

    sistem pemasaran seperti koran A lama2 akan hilang, bukan karena tidak ada yang butuh, tapi karena jauh lebih mudah memasarkan koran seperti B. jauh lebih mudah memasarkan suatu produk dimana konsumen mengeluarkan uang banyak tapi merasa tidak mengeluarkan uang sepeser pun :).

    masih tetap kontradiktif, “tidak semua konsumen butuh ‘koran+investasi’, sebagian cuma butuh koran”, selama masih ada yg butuh penjual ga bakal sebego itu menghilangkan produknya selama masih cuan
    justru, kalau semua koran ikut2an jualan model koran B, koran A yg tetep sendiri jadi tidak punya saingan, thus laris manis, giliran koran2 B yg mulai ngos2an terlalu banyak kompetisi di modelnya balik ngelirik lagi model koran A, keseimbangan pasar lah, dimana ada demand, supply akan berusaha menyediakan.

    btw, dulu orang2 juga ada yg bilang koran offline akan mati, radio akan mati, kenyataannya toh masih ada sampai sekarang

    boleh lah kalau orang yang beli barang tapi gak tahu harganya dibilang ‘bodo bener’, tapi mayoritas orang seperti ini, termasuk saya kali, dulu

    hehehe, yg saya bilang bodo bener itu yg beli barang tapi belum tau harganya, _bukan_ yang sudah tau harganya (200rb) tapi ngga tau detailnya
    kalau itu sih sesuai klaim anda sebelumnya, ngga jeli aja

    btw, soal kata ‘kebanyakan’, ‘mayoritas’, ‘hampir semua’ yg selama ini anda sebut2 itu basenya apa ya?
    1. yg baca blog ini terus kasih komen
    2. konsumen koran B
    karena kalau samplenya dari no. 1, akan sangat amat bias hasilnya, karena bisa dipastikan mayoritas mereka yg mau2nya baca blog ini panjang2 karena memang dari awalnya sudah peduli, ya wajar kalau samplenya mayoritas memberikan hasil peduli
    kalau samplenya no. 2, hmm anggep saja bukan ya, karena ga mungkin juga anda mengadakan survey untuk konsumen koran B ;), tapi kalau mau tetap pakai no. 2 rasanya itu cuma asumsi anda saja

  92. kalo ini bener tentang asuransi unit link, menurut saya koran B punya keunggulan karena kalau berlanggana koran A dan menyisihkan Rp 150.000,- per bulan untuk diinvestasikan sendiri, 90% saya jamin kita gak akan melakukannya dengan berbagai alasan: lupa, uangnya kepake, dan lainnya sehingga akhirnya tujuan investasinya tidak tercapai.
    tapi dengan berlangganan koran B kita “dipaksa” untuk nabung tiap bulan, jadi gak ada istilah lupa dll sehingga pada akhirnya tujuan investasinya bisa tercapai.. sekedar pandangan saja :D

  93. Wah, pemikiran yang bagus… Saya jadi teringat bagaimana harga Pepsi di bioskop 21 yang berharga Rp 10.000 jadi terasa murah karena dibandingkan dengan harga Aqua di tempat yang sama yang dijual dengan harga Rp 8.000

    Ada hubungannya ga ya? hehe…

  94. Mas Pri, kalau dihitung2 dengan kita Bayar Koran A , terus porsi yang untuk invest-nya kita investasikan sendiri reksadana pakai manajer pengelola, hitung-hitungannya gimana? Lebih untung atau tidak dibanding ikut Unit Link? Terus masalah kemudahan dan keamanan dalam berinvestasi, lebih enak yang mana di unit link atau di Reksadana? Trims

  95. #144:
    Kok keluar di displaynya saya posting dari Depok? salah tuh mesinnya. Saya ada di Trunojoyo, kebayoran baru :D

  96. #140
    itu bukan excuse..tapi fakta dan memang begitu prakteknya.
    sekarang dibalik, ada gak perusahaan asuransi yg tidak begitu?

    uang yg dibayarkan oleh konsumen besarnya adalah tetap dan hak yg dapat diperoleh oleh konsumen juga tetap (bagian investasinya tergantung perkembangan pasar dan kinerja manajer investasi).
    tidak ada yg ditutupi..semua sudah ada di ilustrasi.
    di sana disebutkan bahwa harga tsb adalah harga pada saat usia masuk dan harganya dapat berubah pada tahun2 berikutnya sesuai dengan faktor resiko nasabah.

    dengan memperhitungkan bahwa nasabah akan terus membayar premi sampai waktu yg dimaksud dan tidak pernah mengajukan klaim dan penarikan nilai tunai, ilustrasi yg dibuat sampai usia 99 thn tsb adalah hanya sebagai gambaran visual untuk lebih memudahkan calon nasabah dalam memahaminya.
    hasil pada ilustrasi tsb bukan merupakan tolok ukur pasti untuk perhitungan tingkat hasil investasi.
    ilustrasi tsb juga sudah memperhitungkan biaya yg ada.

    soal kalau ilustrasi tsb tidak ada dan apakah masih banyak yg akan ikutan..biar pasar yg menjawab.
    menurut saya ilustrasi akan tetap ada demi memudahkan calan nasabah dalam memahami dan sebagai alat penjelasan dan prosposal oleh agen..dan akan ada perbaikan2 di dalamnya.

  97. #142
    bung jimmy, komen anda pasti akan dikomentari Pri dengan “itu adalah kebodohan masyarakat yg dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi”..ups, kok jadi ngeramal.. :d
    kalau saya bilang..perusahaan asuransi mencoba memfasilitasi tipe konsumen yg seperti itu dengan menyediakan suatu produk di mana konsumen dapat memiliki proteksi dan juga sekaligus dapat berinvestasi dengan disiplin.

  98. #141:

    sepertinya saya sudah tulis ini di atas “kalau investor berinvestasi ditanah, uangnya menjadi menjadi milik si penjual (koran B), ‘uang’ investor ada dalam bentuk tanah (sertifikat penyertaan koran B) yg dijamin nilainya oleh pasar pembeli tanah berikutnya (koran B juga)”, resiko atau untung sepenuhnya ditanggung pembeli.

    ini cuma detil teknisnya saja. point saya tetap sama. kalau saya setor uang untuk beli layanan, maka uang tersebut bukan lagi milik saya dan sebagai gantinya saya mendapatkan layanan, uang saya benar2 hilang. kalau saya setor uang untuk investasi, maka saya bisa dapat kembali mendapatkan uang tersebut + perkembangannya (subject to besar perkembangan investasi, resiko, etc). yang dibayarkan pembeli cuma komisi pembelian, biaya manajemen investasi dan komisi penjualan, dan ini besarnya relatif sangat kecil dibandingkan keseluruhan biaya yang disetorkan.

    lagi2 nope, konsumen relatif tidak terlalu perduli terhadap prosesnya, justru sangat amat peduli sekali terhadap hasil akhir yg lebih menguntungkan buat dia. realistis ajalah, bayar 3jt (komisi dll 1 jt, 2 jt di invest) return 2jt, dibanding bayar 3jt (komisi dll 500rb, 2.5jt di invest) return 1jt, sambil merem ga usah ngitung2 juga konsumen milihnya yg return paling besar

    betul sekali :). kebanyakan orang yang ikutan memang gak peduli prosesnya, dan cuma peduli dengan hasil akhirnya. banyak yang bingung setelah bertahun2 ikutan kok dana yang dia dapatkan sangat jauh di bawah dana yang sudah dia setorkan. kalau gini, mau gak mau dia harus peduli sama prosesnya. harusnya kepedulian sudah ada pada saat dia membeli.

    selain itu, produk ini bukan produk dimana konsumen bisa pindah2 produk seenaknya. kalau dia lihat produk sebelah returnnya lebih bagus, dia gak bisa begitu aja pindah. kalaupun dia memang benar2 niat mau pindah, belum tentu bisa. dan bisa jadi ada overhead penalti yang signifikan kalau dia pindah.

    konsumen yg beli koran B jelas2 sudah tahu harus membayar 200rb dengan segala kelebihan investasinya dibanding koran A, situ sendiri yg nulis di atas tapi lagi2 anda mencoba mempreteli barang baru tersebut dengan rule2 item2 pembentuknya

    sorry, kalau saya sudah tahu persis bagaimana cara mereka bisa melakukannya, apa saya harus tutup mata dan pura2 bego? apa saya gak boleh kasih tahu kepada yang lain? ‘koran’ dan investasi adalah dua produk dengan karakteristik yang sangat berbeda. sangat wajar kalau saya pretelli dan saya nilai kualitasnya berdasarkan manfaatnya masing2.

    justru, kalau semua koran ikut2an jualan model koran B, koran A yg tetep sendiri jadi tidak punya saingan, thus laris manis, giliran koran2 B yg mulai ngos2an terlalu banyak kompetisi di modelnya balik ngelirik lagi model koran A, keseimbangan pasar lah, dimana ada demand, supply akan berusaha menyediakan.

    btw, dulu orang2 juga ada yg bilang koran offline akan mati, radio akan mati, kenyataannya toh masih ada sampai sekarang

    silakan tanya ke beberapa ‘perusahaan koran’, “bisa gak saya beli korannya doang?”, beberapa akan menjawab “kita sudah gak jualan lagi karena sedikit peminatnya”. sebenernya bukan karena gak ada yang beli, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan lebih mudah dapat untung. praktis sebagian besar konsumen akan milih koran B, bukan karena koran B lebih menguntungkan daripada koran A, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan koran A sama sekali tidak dipasarkan.

    hehehe, yg saya bilang bodo bener itu yg beli barang tapi belum tau harganya, _bukan_ yang sudah tau harganya (200rb) tapi ngga tau detailnya

    200 ribu itu harga semu karena tidak semua dari uang tersebut hilang. setelah tahu persis bagaimana mereka melakukannya, saya gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus saya bayarkan :).

    btw, soal kata ‘kebanyakan’, ‘mayoritas’, ‘hampir semua’ yg selama ini anda sebut2 itu basenya apa ya?
    1. yg baca blog ini terus kasih komen
    2. konsumen koran B

    gak semuanya baca blog ini dan komen. beberapa dari teman dan keluarga yang sama sekali gak tahu internet. silakan lakukan sendiri kalau gak percaya :).

  99. #142:

    menurut saya koran B punya keunggulan karena kalau berlanggana koran A dan menyisihkan Rp 150.000,- per bulan untuk diinvestasikan sendiri, 90% saya jamin kita gak akan melakukannya dengan berbagai alasan: lupa, uangnya kepake, dan lainnya sehingga akhirnya tujuan investasinya tidak tercapai. tapi dengan berlangganan koran B kita “dipaksa” untuk nabung tiap bulan, jadi gak ada istilah lupa dll sehingga pada akhirnya tujuan investasinya bisa tercapai.. sekedar pandangan saja :D

    pengalaman saya gak begitu. kalau memang dari dulunya gak disiplin, maka polisnya akan lapse juga. dan bukan hanya lapse, tapi dia juga makan uang kita yang dari setoran porsi investasi. selain itu, jaman sekarang ada sistem autodebet dll dsb. jadi pakai sistem penjualan seperti A, kita juga bisa mendapatkan ‘disiplin’.

  100. #146:

    sekarang dibalik, ada gak perusahaan asuransi yg tidak begitu? di sana disebutkan bahwa harga tsb adalah harga pada saat usia masuk dan harganya dapat berubah pada tahun2 berikutnya sesuai dengan faktor resiko nasabah.

    kebanyakan asuransi jaman sekarang begitu. kalau harganya bisa berubah sewaktu2 sesuai dengan resiko, apapun itu, saya sarankan gak ngambil asuransi yang ini. dalam kebanyakan asuransi, faktor resiko yang dipertimbangkan (setelah setelah ikutan asuransi) hanyalah umur. besar premi hanya bertambah kalau umur bertambah. besar premi gak akan bertambah kalau misalnya nasabah sakit parah. dan besar premi yang harus dibayar ini harusnya sudah tertera hitam di atas putih pada polis dan sifatnya mengikat.

    argumen anda yang lain sudah pernah saya jawab sebelumnya :).

  101. #144:

    Mas Pri, kalau dihitung2 dengan kita Bayar Koran A , terus porsi yang untuk invest-nya kita investasikan sendiri reksadana pakai manajer pengelola, hitung-hitungannya gimana? Lebih untung atau tidak dibanding ikut Unit Link? Terus masalah kemudahan dan keamanan dalam berinvestasi, lebih enak yang mana di unit link atau di Reksadana? Trims

    ini kan sudah saya tulis juga di atas. soal teknis melakukan pembelian sebelumnya sudah saya tulis di sini. soal kemudahan praktis sama saja, bedanya pada saat pembelian anda harus datang sendiri ke perusahaan asuransi. kalau unit link kan kemungkinan besar agen yang akan mendekati anda untuk menawarkan produknya. kalau soal resiko, sama saja.

  102. #143 Wah, pemikiran yang bagus… Saya jadi teringat bagaimana harga Pepsi di bioskop 21 yang berharga Rp 10.000 jadi terasa murah karena dibandingkan dengan harga Aqua di tempat yang sama yang dijual dengan harga Rp 8.000

    Ada hubungannya ga ya? hehe…
    ———————————
    Ada, sama-sama mahal !! :-D

  103. #136:

    sekarang gimana caranya menilai layak atau tidaknya sesuatu yang ditawarkan kepada kita tanpa mengetahui berapa harga yang perlu kita bayarkan? :-?

    Hehehe kalau ketidaklayakan harga terlampau jauh, konsumen juga pasti punya instink kok. Pada contoh anda jasa pemotongan rumput seharga 10jt, konsumen juga dapat menilai sendiri apakah nilai manfaatnya sesuai untuk dia. Bila harganya 10 jt dan manfaatnya dia tidak sesuai ya tidak, tapi misalnya seharga 10jt untuk jasa pemotongan rumput selama 10 tahun. Ceritanya lain lagi :) Mungkin yang perlu dihitung bukan saja nilai investasinya tapi juga customer perceived value-nya

    kalau ini sih boleh disurvey sendiri :). silakan minta ilustrasi unit link, kemungkinan besar di situ gak dikasih tahu besar biaya yang harus dibayarkan (di luar setoran investasi lho ya, dan bukan cuma tahun pertama saja) dan agennya pun gak dilengkapi dengan informasi tersebut :).

    Bila nasabah memang peduli dan mau menanyakan biaya asuransi setelah tahun pertama, sebenarnya bisa saja kok. Cuma memang agen asuransinya lebih repot. Kalo boleh sedikit saya kasih tips :) Bila mau mengetahui biaya asuransi hingga 10 tahun kedepan. Sebenarnya tinggal minta agen membuat ilustrasi 10 kali, dan pada setiap ilustrasi umur anda dinaikkan. Pasti keliatan biaya asuransi setiap tahun pada setiap ilustrasi itu. Kalo agennya ngga mau entah agennya memang ngga mau repot atau ngga ngerti pakai programnya.

    silakan anda survey beberapa pemegang polis UL dan tanyakan berapa besar biaya akuisisi yang harus dibayarkan. besar kemungkinan mereka juga gak tahu. masalahnya bukan besar atau tidaknya biaya akuisisi, tapi apakah nasabah tahu jumlah yang harus dibayarkan sebelum transaksi dilakukan. terlalu banyak kasus orang2 baru menyadari biaya2 tersebut saat menerima laporan tahunan.

    Kalo menurut saya bukan karena nasabah tidak diberi tahu, tapi banyak nasabah yang memang pada dasarnya ngga ngerti asuransi sehingga tidak peduli. Kalo saya lihat di proposal pru, di bagian belakang dijelaskan mengenai biaya aukisisi. sekarang tinggal apakah agen menjelaskan bagian itu? :-?

  104. #153:

    Hehehe kalau ketidaklayakan harga terlampau jauh, konsumen juga pasti punya instink kok. Pada contoh anda jasa pemotongan rumput seharga 10jt, konsumen juga dapat menilai sendiri apakah nilai manfaatnya sesuai untuk dia

    betul. kalau urusan potong rumput sih konsumen tahu persis berapa yang dia bayarkan. kalau koran B konsumen gak tahu :)

    Bila nasabah memang peduli dan mau menanyakan biaya asuransi setelah tahun pertama, sebenarnya bisa saja kok. Cuma memang agen asuransinya lebih repot. Kalo boleh sedikit saya kasih tips :) Bila mau mengetahui biaya asuransi hingga 10 tahun kedepan. Sebenarnya tinggal minta agen membuat ilustrasi 10 kali, dan pada setiap ilustrasi umur anda dinaikkan. Pasti keliatan biaya asuransi setiap tahun pada setiap ilustrasi itu. Kalo agennya ngga mau entah agennya memang ngga mau repot atau ngga ngerti pakai programnya.

    yah konsumen biasa sih mana tahu detil teknis sejauh itu. megang aplikasi SFA/SQS-nya aja juga gak pernah, hihihi :).

    Kalo menurut saya bukan karena nasabah tidak diberi tahu, tapi banyak nasabah yang memang pada dasarnya ngga ngerti asuransi sehingga tidak peduli. Kalo saya lihat di proposal pru, di bagian belakang dijelaskan mengenai biaya aukisisi. sekarang tinggal apakah agen menjelaskan bagian itu?

    kalau gak ngerti harusnya ya dijelaskan, bukannya malah dimanfaatkan :). di bagian belakang memang ada penjelasannya, tapi penjelasannya hanya sekadar lip service. ditulis pake tulisan kecil2 dan datanya masih mentah (masih dalam %, bukan dalam rupiah), padahal di halaman sebelumnya ada berlembar2 proyeksi perkebmangan nilai tunai sampai umur 99 tahun :). kalau merugikan, informasinya ditutup2i, tapi kalau menguntungkan, they shove them to your face.

    coba tanya ke beberapa nasabah, apa mereka menyadari biaya2 tersebut? dan apakah mereka tahu alternatif yang bisa mereka ambil tanpa harus membayar biaya2 tersebut? kemungkinan besar tidak.

  105. ini cuma detil teknisnya saja. point saya tetap sama. kalau saya setor uang untuk beli layanan, maka uang tersebut bukan lagi milik saya dan sebagai gantinya saya mendapatkan layanan, uang saya benar2 hilang. kalau saya setor uang untuk investasi, maka saya bisa dapat kembali mendapatkan uang tersebut + perkembangannya (subject to besar perkembangan investasi, resiko, etc). yang dibayarkan pembeli cuma komisi pembelian, biaya manajemen investasi dan komisi penjualan, dan ini besarnya relatif sangat kecil dibandingkan keseluruhan biaya yang disetorkan.

    lho balik lagi, investasi itu sebenarnya ga lebih dari pembelian, tapi dengan ekspektasi pengembalian(penjualan) lebih besar dari pembelian, baik pembelian konsumsi ataupun investasi pasti ada biaya2 tambahan diluar nilai yg dibeli
    maksudnya ini membalas tulisan ini “kita beli barang, uangnya menjadi hak penjual. kalo investor berinvestasi, uangnya tetap menjadi hak investor”

    betul sekali :). kebanyakan orang yang ikutan memang gak peduli prosesnya, dan cuma peduli dengan hasil akhirnya. banyak yang bingung setelah bertahun2 ikutan kok dana yang dia dapatkan sangat jauh di bawah dana yang sudah dia setorkan. kalau gini, mau gak mau dia harus peduli sama prosesnya. harusnya kepedulian sudah ada pada saat dia membeli.

    lha, kalau setelah bertahun2 returnnya rendah ya berarti returnnya rendah, contoh di atas itu head to head return rendah vs return tinggi
    yang saya maksud in the end itu ya secara keseluruhan

    selain itu, produk ini bukan produk dimana konsumen bisa pindah2 produk seenaknya. kalau dia lihat produk sebelah returnnya lebih bagus, dia gak bisa begitu aja pindah. kalaupun dia memang benar2 niat mau pindah, belum tentu bisa. dan bisa jadi ada overhead penalti yang signifikan kalau dia pindah.

    sama saja, dulunya reksadana kalau mau keluar sebelum jangka waktu tertentu malah bikin rugi

    sorry, kalau saya sudah tahu persis bagaimana cara mereka bisa melakukannya, apa saya harus tutup mata dan pura2 bego? apa saya gak boleh kasih tahu kepada yang lain? ‘koran’ dan investasi adalah dua produk dengan karakteristik yang sangat berbeda. sangat wajar kalau saya pretelli dan saya nilai kualitasnya berdasarkan manfaatnya masing2.

    no problem kalau itu, yg saya tulis di atas itu kan based dari tulisan anda tentang koran B membodoh2i konsumen
    ketika ada 1 produk lebih menguntungkan bukan berarti produk lainnya tipu2

    silakan tanya ke beberapa ‘perusahaan koran’, “bisa gak saya beli korannya doang?”, beberapa akan menjawab “kita sudah gak jualan lagi karena sedikit peminatnya”. sebenernya bukan karena gak ada yang beli, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan lebih mudah dapat untung. praktis sebagian besar konsumen akan milih koran B, bukan karena koran B lebih menguntungkan daripada koran A, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan koran A sama sekali tidak dipasarkan.

    masih sangat amat banyak yg langganan ‘koran A’, perusahaan2 tepatnya, kalau personal di bilang sedikit peminatnya ya karena memang dari dulu juga peminatnya sedikit ditambah ada beberapa pemain dilahan sedikit itu, seberapa besar sih kesadaran masyarakat secara personal tentang pentingnya ‘koran’
    sedikit sedikit personal tadi kalau di fokuskan ke beberapa koran A, ya banyak juga
    balik lagi lah, ada demand, supply akan berusaha menyediakan, bisnis bukan model pecinta binatang nyaris punah, perlu ga perlu yg penting jangan punah

    200 ribu itu harga semu karena tidak semua dari uang tersebut hilang. setelah tahu persis bagaimana mereka melakukannya, saya gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus saya bayarkan :).

    sama halnya kalau anda menganggap harga HP itu semu, setelah tahu persis bagaimana merakitnya, anda gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus anda bayarkan :)
    biar lebih gampang, anggap saja uang hilang ketika beli HP adalah nilai yg diberikan HP, dan investasi adalah harga bendanya itu sendiri (investasi yg merugi)

    gak semuanya baca blog ini dan komen. beberapa dari teman dan keluarga yang sama sekali gak tahu internet. silakan lakukan sendiri kalau gak percaya :).

    poinnya sama saja, kalau teman atau keluarga anda sudah mau capek2 dengerin anda ngomong soal detailnya, dari awalnya mereka memang sudah peduli :p
    dan sepertinya memang ‘hampir semua’ itu asumsi priyad eh pribadi anda saja, sama dengan asumsi saya soal ‘hampir semua’ karena memang tidak ada data pasti, yg pasti silakan lihat data2 produk lain, yg paling bagus belum tentu malah lebih sering tidak jadi top market, means sebagian besar konsumen tidak terlalu peduli dengan detail produk yg mereka beli

  106. “maka dengan perkembangan investasi 13%/tahun maka uangnya akan menjadi 37 juta di akhir tahun 10.”

    saya tidak terlalu mengerti reksadana, tapi memangnya sudah pasti 13%?

    walopun misalnya kita tabung saja 150k dengan bunga 9% pertahun (0,75% perbulan), setelah melalui perhitungan yang mantap (ceilah, pake excel ja), kita dapat 29.244k. lebih besar daripada 24 juta…

    SO…….. jangan beli koran B!!!

  107. hhmm..
    keliatannya yang pro koran B ini agen asuransi deh ^^..
    Sebenarnya tergantung orangnya juga sih, mau pilih koran A oke, koran B juga ga masalah.:)
    Yang pilih koran A kemudian melakukan investasi sendiri adalah orang yang cerdas dan ulet.
    Tetapi tidak semua orang bisa seperti itu. Untuk yang pemalas dapat memilih koran B. Keuntungannya memang tidak sebesar pilih koran A+investasi sendiri, tetapi masih tetap untung. sangat cocok untuk orang yang pemalas dalam mengelola keuangan, karena sudah ada pihak dari koran B yang mengelolanya..
    Yang merugi itu kalo beli koran A tok, tapi kelebihan uangnya tidak digunakan untuk investasi sama sekali, melainkan digunakan untuk hal konsumtif. keliatannya malah banyak yang seperti ini ya.. hehe…

    Kalo saya pribadi tidak beli koran A ataupun B. Saya belinya republika *loh..*

  108. #157:

    lha, kalau setelah bertahun2 returnnya rendah ya berarti returnnya rendah, contoh di atas itu head to head return rendah vs return tinggi. yang saya maksud in the end itu ya secara keseluruhan

    oh ngga. real world scenario: dengan asumsi perkembangan investasi yang sama persis (17%), dengan memisahkan investasi dan ‘koran’, balik modal akan terjadi rata2 pada tahun ke-2 atau ke-3. tapi kalau beli ‘koran B’, rata2 baru akan balik modal pada tahun ke-7 atau ke-8. perkembangan investasinya sama persis lho ya. bener kalau konsumen gak bakalan terlalu merhatiin besar kecil nilai tunai in the end. tapi kalau bertahun2 cape2 nyetor 20% dari penghasilan ternyata nilai tunainya gak lebih besar daripada jumlah total yang telah disetorkan, ya mau gak mau bakalan ikut pusing juga :).

    sama saja, dulunya reksadana kalau mau keluar sebelum jangka waktu tertentu malah bikin rugi

    reksadana pertama di indonesia keluar tahun berapa? 1996? UL keluar tahun berapa? 1999? cuma beda 3 tahun kok. dari dulu sampai sekarang reksadana menjadi produk yang efisien dan kompetitif. tapi UL dari dulu sampai sekarang ya tetap begitu2 saja. praktis gak ada perbedaan berarti. di singapore juga gitu, sudah ada dari 1992, tapi ya sama saja, tetap gak bisa kompetitif.

    sebabnya ya karena gak susah membandingkan satu reksadana dengan yang lain. tapi gak mungkin membandingkan satu UL dengan UL yang lain.

    no problem kalau itu, yg saya tulis di atas itu kan based dari tulisan anda tentang koran B membodoh2i konsumen ketika ada 1 produk lebih menguntungkan bukan berarti produk lainnya tipu2

    hehehe, bukan masalah lebih menguntungkan atau tidaknya. tapi masalah apakah calon konsumen menerima informasi yang cukup atau tidak :).

    sama halnya kalau anda menganggap harga HP itu semu, setelah tahu persis bagaimana merakitnya, anda gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus anda bayarkan

    walahh, this analogy is a bit of stretch :). jangan samakan expertise bikin komputer notebook dengan UL :). gak semua orang punya kapasitas untuk bikin komputer notebook, tapi semua orang bisa beli ‘koran’ dan investasi secara terpisah.

    analogi yang lebih cocok: calo tiket kereta api. kalau misalnya ada calon penumpang datang ke gambir untuk ke bandung, tapi dia gak tahu letak loket tiketnya. lalu ada calo yang nawarin tiket “saya jual tiket dengan harga resmi ke bandung Rp 100 ribu”, karena percaya dia beli saja. lalu setelah di kereta dia tahu dari penumpang sebelah kalau harga resminya cuma Rp 50 ribu. boleh saja kalau si calo bilang “saya memberi nilai tambah sehingga anda gak perlu ngantri”, tapi tetap saja si penumpang pasti kesal karena merasa dikadali karena dia gak butuh layanan tanpa antri, dia bisa antri sendiri.

    sama saja dengan UL. kebanyakan nasabah ikutan bukan karena sadar membutuhkan dan mencari nilai tambah pemaketan layanan 2-in-1-nya, tapi karena tidak tahu bagaimana beli ‘koran’ dan/atau investasi. nilai jual UL ini ya berada pada ketidaktahuan nasabah dan calon nasabahnya.

  109. Btw, koran B tidak membodohi. Tetapi nasabahnya sendiri yang mau dibodohi…
    Kalau preminya sudah berbeda jauh dari koran A dan ada pengembalian “modal”, ya sudah selayaknya si nasabah tahu jika kelebihan uang setorannya itu diputar kembali, walau koran B tidak menjelaskannya..atau memang ada nasabah koran B yang tidak tahu? :-b

  110. #161:

    Kalau preminya sudah berbeda jauh dari koran A dan ada pengembalian “modal”, ya sudah selayaknya si nasabah tahu jika kelebihan uang setorannya itu diputar kembali, walau koran B tidak menjelaskannya..atau memang ada nasabah koran B yang tidak tahu?

    yang masalah bukan apakah nasabah tahu uangnya diputar atau tidak (semua rasanya tahu uangnya pasti diputerin). tapi nasabah gak tahu persis berapa biaya yang harus dia bayarkan.

  111. Kasus koran A dan koran B, saya sangat setuju dengan analogi prinsip ngontrak rumah dengan beli rumah. Tapi saya tidak tau dimana letak ketidak mengertian Mas Priyadi ttg analogi ini.

    Kalau Mas Priyadi punya kemampuan untuk bayar cicilan kredit rumah, saya yakin Mas Priyadi tidak mau ngontrak dan inves terpisah seumur hidup. Prinsipnya sama, buat tempat tinggal dan investasi.

    Tapi cicil rumah 10 tahun jelas keluar duit lebih banyak daripada ngontrak rumah 10 tahun. Kalo berhenti nyicil ditengah jalan, bisa saja rumah disita kembali dan pembeli hanya dibalikin sebagian duit yg sudah disetorkan tiap tahunnya.

    #135 :

    another flawed analogy. jual beli rumah & tanah adalah murni perdagangan. kita setor uang, kita dapat rumah+ranah. setelah transaksi selesai, uangnya 100% jadi milik developer, dan rumah+tanahnya 100% jadi milik konsumen.

    Apanya yg flawled analogy. Yang dianalogikan di sini adalah prinsip kerja, bukan menyamakan fisik bendanya. Masa begitu aja susah ngertinya..

    Keluar duit dapat rumah (biaya) + tanah (investasi), dengan kata lain pembeli mendapatkan sebuah produk 2-in-1. Tapi apa bukti kepemilikan produk tersebut. Hanya selembar kertas/sertifikat.

    Demikian juga dengan Koran B, dimana produknya adalah berlangganan koran (biaya) + investasi. Bukti kepemilikan produk juga bisa aja berupa kertas yg berisikan kontrak berlangganan.

    yang jadi masalah bukanlah profitnya, bukan apakah ada benefitnya atau tidak, tapi apakah konsumen mengetahui berapa harga yang dibayarkan.

    Saya yakin konsumen sudah sangat tau harga yg dibayarkan untuk koran B. Harganya 15 juta, untuk benefit langganan seumur hidup + investasi. Ada 2 alternatif pembayaran:
    – bayar cash 15 juta dimuka
    – cicil 1.5 juta/tahun selama 10 tahun

    dalam contoh saya sudah jelas saya beri tahu kalau koran A dan koran B itu kualitasnya sama persis dan harga B 2x lipat harga A.

    Bagaimana Mas Priyadi bisa mengetahui kualitasnya sama pesis. Apakah Mas Priyadi sudah berlangganan koran A dan koran B ??

    dalam pasar yang adil konsumen akan memilih koran A, tapi kenyataannya mayoritas memilih koran B, bukan karena koran B memberikan nilai lebih baik daripada koran A tapi karena konsumen tidak tahu berapa biaya sebenarnya yang harus dibayarkan.

    Ini hanya asumsi Pribadi dari Mas Priyadi.
    Fakta dan realita di lapangan adalah…
    1. Setiap harinya pelanggan tidak hanya di prospek oleh marketing koran B saja. Marketing koran A juga tidak kalah gencar mempromosikan produk mereka di pasar.

    2. Koran A juga berusaha mengikuti cara produksi koran B yg punya benefit 2-in-1, tapi ternyata kurang sukses.

    Dari kedua fakta diatas, bisa diambil kesimpulan : konsumen bisa menentukan produk yg terbaik untuk dirinya. Walaupun tau koran B lebih mahal daripada koran A, konsumen tidak merasa “dibodohi” oleh koran B seperti yg diasumsikan oleh Mas Priyadi.

    Karena Mas Priyadi terlalu skeptis dan kurang berpikiran positif, maka wajar saja yg sering terlihat oleh Mas Priyadi adalah kekurangan di dunia ini.

    tapi pernyataan “nasabah juga tidak dirugikan” ini saya sangat tidak setuju sekali :). nasabah jelas rugi karena harus membayar jauh lebih mahal untuk kualitas yang sama, dan akibat tekanan pasar, di masa yang akan datang bisa jadi gak ada produk yang dijual seperti koran A.

    Kenapa bisa rugi? Memangnya koran B menjual berita basi…
    Soal harga terserah koran B mau menjualnya dengan harga berapa. Yang jelas walaupun harganya lebih tinggi, tapi tetap laku. Dan pasti ada kelebihan pada koran B daripada koran A, sehingga pasar tidak keberatan membelinya dengan harga yg lebih mahal.

    Jika dimasa yg akan datang tidak ada lagi produk seperti koran A, berarti kualitas produk koran A kurang bersaing dengan koran B. Konsumen bisa menentukan produk terbaik bagi dirinya. Bukan ditentukan oleh asumsi-asumsi yg seperti ditulis Mas Priyadi.

  112. #148

    kebanyakan orang yang ikutan memang gak peduli prosesnya, dan cuma peduli dengan hasil akhirnya. banyak yang bingung setelah bertahun2 ikutan kok dana yang dia dapatkan sangat jauh di bawah dana yang sudah dia setorkan. kalau gini, mau gak mau dia harus peduli sama prosesnya. harusnya kepedulian sudah ada pada saat dia membeli.

    Sama seperti orang yg beli rumah jadi.
    Dia tidak perlu perduli gimana proses membangun rumah, dan berapa besar ongkos tukang dan bahan bangunan.

    Kalo membeli produk yg ada unsur biaya + investasi, wajar saja kalau return yg diharapkan tidak bisa berkembang dalam waktu cepat. Konsumen seharusnya sudah tau bahwa untuk mendapatkan benefit yg ditawarkan, pasti ada biaya yg harus dikeluarkan. Dengan kata lain konsumen harus melunaskan dulu kewajiban, baru kemudian menuntut hak.

    Saya ingat di pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila sekarang menjadi PPKn), ada dijelaskan bahwa manusia harus melaksanakan kewajibannya sebelum menuntut hak. Entah dulu di bangku sekolah Mas Priyadi ada perhatikan pelajaran ini atau nga.

    selain itu, produk ini bukan produk dimana konsumen bisa pindah2 produk seenaknya. kalau dia lihat produk sebelah returnnya lebih bagus, dia gak bisa begitu aja pindah. kalaupun dia memang benar2 niat mau pindah, belum tentu bisa. dan bisa jadi ada overhead penalti yang signifikan kalau dia pindah.

    Yang namanya produk yg ada kontrak-nya jelas mengikat. Kontrak belum selesai tapi sudah mau beralih…

    Kembali ke masalah menjalankan kewajiban. Jika membeli suatu produk, kewajiban utama adalah membayar donk. Bisa saja dengan cara bayar cash sekaligus, atau cicil tahunan.

    Jika kewajiban belum selesai, tapi sudah nuntut hak…wajar aja ada penalti-nya. Ingat, perusahaan komersial bukan lembaga sosial.

  113. Ah ini pasti nyindir insurance linked / unit link (reksadana+asuransi) (Koran B) sedangkan Koran A adalah asuransi murni…
    Kalau diperhatikan sih emang bener …
    timbal balik dari insurance link / unit link (lebih kecil daripada reksadana murni) …
    karena unit link insurance ada 2 harga yaitu harga jual dan beli …
    dapat dilihat disini :
    http://www.gunungpring.com/UL/

    lebih baik jika dananya dibelikan reksadana murni (terutama reksadana saham) ..
    Lihat disini untuk membandingkan returnnya dalam 1 tahun :
    http://www.gunungpring.com/RD/
    lebih baik membeli reksadana murni yang saham lalu hasil returnnya untuk membayar iuran asuransi murni :D

  114. Saya rasa tergantung dari sudut mana posisi kita berada. Kalau kita sebagai pemasar, kewajiban kita akan berusaha keras meraih pangsa pasar, termasuk mungkin agak sedikit “iming-iming” kalau di lihat dari sudut netral.

    Jika kita konsumen, kewajiban kita untuk berfikir cerdas, memilih produk bermutu dengan harga terbaik.

    Kalau pedagang pasti maunya untung besar, sedangkan pembeli maunya diskon besar. ya itu udah hukum alam, tergantung di mana posisi kita pada saat itu.

    salam jabat erat

    Partisimon

  115. #164
    memang benar apa yang dikatakan ybs

    sekalian ingin menambahkan bahwa asuransi adalah salah satu bentuk aset

    kalau skeptis karena suatu perusahaan asuransi tidak memiliki pilihan produk yang banyak gue bisa mengerti. tapi kalau karena koran B tidak lebih baik daripada koran A gue tidak terima. karena apa? karena because tidak no.

    faktor-faktor yang membuat seseorang memilih koran A atau koran B itu berbeda-beda. tidak bisa dipukul rata..kecuali kita adalah Paris Hilton.

    untuk isu transparansi, setelah gue cek, di proposal disebutkan koq berapa biaya asuransi ketika masuk. untuk selanjutnya kan akan dikirimkan laporan setiap bulannya seperti lembar tagihan. nasabah bisa meminta penjelasan dari agen asuransinya mengenai angka-angka yang ada disitu dan agen wajib memberi penjelasan agar nasabah dapat membuat keputusan jika diperlukan

    demikian

  116. Saya sangat sering menemui orang yang mengambil asuransi Ul.
    1. mereka gak tau persis tentang biaya-biaya yang dibebankan.
    2. mereka melihat hanya hasil akhir dari ilustrasi yang dibikinkan oleh agen yang terkenal jago tersebut.
    3. merka gak tau uang mereka ditanamkan di saham mana.
    4. mereka gak tau manager investasi yang mengelola uang mereka siapa.
    Saya juga pernah ditawarin oleh agen-agen yang jago jual UL.
    1. mereka juga gak tau persis biaya-biaya yang ada. Hanya sebagian yang tau.
    2. mereka hanya tau dan mengakui kalau produk yang mereka jual adalah asuransi dan investasi. dan mereka juga hanya melihat hasil akhir.
    3. mereka tidak tau disaham mana aja investasi tsb ditanam.
    4. mereka cuman tau mereka punya lembaga yang mengelola investasi nasabah, tapi tidak tau di manajer investasi mana uangnya dipercayakan.
    Dari sini saya melihat bahwa ternyata agen sendiri gak tau persis apa yang mereka jual. Bahkan ada agen yang bilang kalau berinvestasi di unitlink resikonya lebih kecil dari direksadana. Wow????? lebih keliatan lagi oon-nya. Dan satu pertanyaan saya untuk agen-agen yang jago tersebut. Apakah investasi di UL juga diawasi oleh Bapepam?
    Kalau anda menyebut UL bukan investasi, terus apa bedanya dengan perusahaan-perusahaaan (yang sering masuk koran dikejar-kejar nasabahnya karena kabur) yang menggalang dana dengan alasan investasi……..
    terima kasih. saya harap tidak ada yang tersinggung dengan tulisan saya. karena disini kita sama-sama belajar. dan sayapun sebagai agen asuransi mau belajar untuk jual “koran a” lebih baik. Mohon tuntunan dari agen-agen yang sukses jual “koran b”.

  117. Adow udah lama ga pengen komentarin blog nya pri ini. Tapi makin di liat kalau ga ada postingan baru kok ya rasanya gatal ya pri hehehe. Seringkali pri menulis sesuatu di luar bidangnya.

    Ada 2 point disini yang ingin saya share.

    1. Mungkin anda gak percaya pri kalau saya invesatasi (Baca:Menabung) dengan membayar bunga. Ya saya investasi dengan membayar bunga, saya investasi dalam bentuk kredit. Kenapa saya lakukan? wah pri sudah puluhan tahun saya ga pernah bisa nabung. Gapernah bisa disiplin. Walaupun sulit seringkali saya ambil hasil tabungan saya dengan alasan ini itu. Investasi sekarang yang saya bisa lakukan hanya dengan kredit kendaraan. Dimana investasi saya nilainya menyusut! ditambah saya bayar bunga. Tapi percaya gak percaya saya menilai investasi saya ini berhasil.

    Saya lakukan ini sudah hampir 17 tahun sekarang. Paling tidak hasil investasi saya ada nilainya sekarang. Bukan bermaksud sombong tp hasil investasi saya kalau di liquidasi bisa beli beberapa Rumah Sangat Sederhana lah.

    Kalau waktu itu saya tidak berinvestasi mungkin saya tidak punya tabungan sama sekali. Kalau saya tidak selalu jual kendaraan saya begitu kredit selesai mungkin saya tidak akan pernah bisa menikmati hasil investasi saya setiap 4 tahun sekali. Jadi kebutuhan orang untuk investasi sangat berfariatif.

    Saya adalah tipe orang yang harus di hukum bila saya gagal berinvestasi. Ya kalau saya gagal bayar cicilan mobil dan tidak lunas maka investasi saya merugi hampir 100%.

    Kalau saya berhasil sampai lunas saya merugi 20-30% dari nilai real investasi saya. Kenapa saya pilih itu? sekali lagi jawaban nya saya tidak bisa berinvestasi dan tidak cukup kaya untuk membayar manajer investasi.

    Saya yakin ada orang2 yang punya kebutuhan serupa dengan saya dan memilih investasi dengan unitlink. Walaupun nyata2 memang tidak selamanya orang yang membeli unit link sadar benar dengan konsekuensi nya. Namun tidak lah bisa disalahkan vendor nya.

    Point 2
    Wah pri kalau saya dikasih garansi nilai investasi 10 tahun ke depan dengan pertumbuhan 13% pertahun saya pasti senang sekali. Ada banyak faktor pengganggu disini. Sulit untuk memastikan apa yang terjadi 1 hari, 2 hari, satu tahun, 2 tahun atau bahkan 10 tahun ke depan!

    Presiden bisa di tembak, negara bisa tiba2 kena embargo dan dikucilkan dari dunia internasional, bencana alam bisa terjadi, sumber daya alam bisa tiba tiba habis, pokoknya masih ada setumpuk faktor yang mempengaruhi investasi anda. Dan itulah gunanya manager investasi.

    Koran B berani menggaransi nilai investasi seperti itu (mudah2an) dengan perhitungan yang matang. Dengan segala resiko yang terjadi pada paragraf sebelum ini menjadi tanggungan Koran B. Mau negara di embargo, mau inflasi 1000%, mau minyak kering, mau tsunami ada dimana2 Koran B wajib membayar pelanggan nya sesuai janjinya. Itu yang di garansi oleh koran B. Perhitungan perhitungan itu yang sudah di kalkulasi oleh koran B (sekali lagi mudah2an ehhe)

    Dalam hal ini saya tidak ingin berbicara lebih jauh apakah Koran B memang punya kemampuan untuk menanggulangi masalah2 investasi yg mungkin terjadi dalam 10 tahun ke depan atau tidak. Mungkin saja koran B tidak mampu, tapi ini kan prediksi. Tapi terbukti ketika tahun 1998 terjadi inflasi yang luar biasa banyak perusahaan asuransi yang tetap bertahan walaupun harus membayar tanggungan dalam dolar. Walau tidak sedikit yang bubar.

    Jadiii akhir kata, saya tidak melihat ini adalah ilusi financial, namun hanya saja koran B hanya berani menggaransi investasi sebesar nilai yang ia janjikan. Perkara anda mau beli koran B atau tidak, tidak ada hubungan nya dengan ilusi financial. Tapi coba pelajari apakah koran B benar2 legitimate, Apakah koran B benar benar akan tetap ada 10 tahun ke depan. Kalau koran B baru terbit 1 atau 2 bulan lupakan saja lah. Masih banyak koran lain yang sudah terbit ratusan tahun.

    Cheers pri…

  118. Tambahan dikit pri, Anda lupa ada net worth, future worth. kenapa saya tulis seperti diatas, disini ada faktor hedging pri. Analogi anda tidak tepat dengan kereta api. Koran B tidak janjikan nilai investasi saat ini. Tapi nilai investasi 10 tahun yang akan datang. Coba pri, anda kira2 ada ga calo yang berani garansi harga tiket kereta api jakarta-bandung tanggal 5 Februari 2018. heheh kira kira berapa harganya?

    2 tahun saja sudah sangat mahal pri, saya pernah sekolah di luar dan harus beli tiket pesawat open dengan jangka 2 tahun. Nilai nya hampir dua kali lipat harga normal.

    analogi yang lebih cocok: calo tiket kereta api. kalau misalnya ada calon penumpang datang ke gambir untuk ke bandung, tapi dia gak tahu letak loket tiketnya. lalu ada calo yang nawarin tiket “saya jual tiket dengan harga resmi ke bandung Rp 100 ribu”, karena percaya dia beli saja. lalu…..

  119. Setelah saya coba merunut dan membaca topik ini dari awal sampai terakhir ini, saya mulai ngeh juga.

    Tapi saya malah gak ngerti dengan Bung Firesquid di # 163 : ????

    Saya pikir, tidak bisa kita menganalogikan kasus Koran A dan Koran B dengan kontrak rumah dan nyicil rumah kredit. Kita keluar uang untuk Koran A, kita dapat Koran A (mungkin lebih tepatnya, kita mendapat kenyamanan karena aman dengan terjaminnya kita selama masa tanggungan. Atau, pasti ada penggantian bila suatu saat kita melakukan klaim). Sedangkan di Koran B, selain dapat Koran A kita juga berinvestasi dengan jasa pengelolaan oleh pengelola Koran B (entah disubcont-kan ke manajer mana). Yang namanya investasi itu kan kita membeli sesuatu dengan kemudian berencana (berharap) untung di kemudian hari. Tapi namanya tetap membeli sesuatu, yang berarti barang atau apalah itu menjadi milik kita. Sedangkan sang pengelola mendapat bagian dari keuntungan investasi kita, entah itu namanya komisi, gaji atau pembagian keuntungan atau apalah itu namanya. Tentunya dengan faktor resiko dan lain-lain.

    Kalau ngontrak rumah, kita keluar uang, kita dapat pakai langsung rumah itu, tapi kita tidak dapat memilikinya. (tapi, tetap saja kita langsung bisa mendapatkan manfaatnya riil), ya bolehlah ini kita samakan dengan kasus beli Koran A. Sedangkan beli rumah dengan kredit, kita bisa langsung dapatkan manfaatnya meskipun nantinya setelah jangka waktu tertentu baru kita miliki sepenuhnya. Kita bayar sejumlah x+y, untuk rumah seharga x yang langsung bisa kita pakai, dengan tambahan y adalah biaya tambahan dalam kreditnya. Dan ini wajar. Ini jelas berbeda dengan dengan beli Koran B. Di koran B ada 3 item, yaitu dapat koran A, kita punya investasi, ada jasa pengelola yang kita bayar. Sedangkan kalau beli rumah dengan nyicil hanya 2 item saja, kita punya rumah dan ada jasa pemberi kredit yang harus kita bayar.

    Kalau saya lihat yang menjadi perhatian Priyadi di sini adalah :
    1.Bagaimana bisa mengetahui pengelolaan uang investasi kita, perlu informasi
    2.Besar porsi komisi/uang jasa buat pengelola yang cukup besar
    Menurut saya itu wajar menjadi pertanyaan serta seharusnya dijelaskan, dan harusnya disebutkan dalam klausul kontrak, berapa persen komisi pengelola.

    Tapi gak tahu lagi ya, baru baca sehari kemarin, dan coba menelaah.

    Tabik,

  120. Utk Bapak Firmansyah…

    Jika konsumen memilih untuk berlangganan koran B, baik dia membayar secara kontan atau dicicil 10 tahun, konsumen tetap mendapatkan hak untuk mendapatkan koran setiap harinya seumur hidup.

    Sama juga kalo membeli rumah, baik nyicil maupun cash. Pembeli berhak untuk menempati rumah tersebut setiap harinya seumur hidup.

    Jika membicarakan biaya, masing-masing produk mempunyai biaya yg berbeda. Sulit dibandingkan dengan analogi. Koran punya biaya yg berhubungan dengan penerbitan koran, dan rumah punya biaya yg berhubungan dengan rumah. Tapi intinya sama-sama punya biaya yg harus dikeluarkan untuk produk tsb.

    2.Besar porsi komisi/uang jasa buat pengelola yang cukup besar
    Menurut saya itu wajar menjadi pertanyaan serta seharusnya dijelaskan, dan harusnya disebutkan dalam klausul kontrak, berapa persen komisi pengelola.

    Kalau di produk koran B, saya tidak tau bagaimana biaya pengelolaan dananya. Tapi kalau di asuransi unit link, semua biaya termasuk biaya pengelolaan, sudah sangat jelas didalam ilustrasi proposal.

    Tapi biasanya konsumen malas membacanya karena konsumen hanya pentingkan produk tsb, bukan detailnya. Kalo ada yg membaca, kadang juga malas untuk ditanyakan jika kurang dimengerti.

    Mengenai detail produk, boleh disurvey sendiri, berapa orang yg memperhatikan detail produksi pada sebuah Film bioskop yg akan ditonton. Misalnya komposer music, penulis naskah, editor film, perancang busana, dll. Sebagian besar orang hanya perduli pada pemain, sutradara, dan sinopsis (trailer).

    Kesimpulannya begini Pak, buat apa kita harus mengetahui detail produksi yg menghasilkan suatu produk yg kita gunakan. Yang penting kita dapatkan benefitnya dan tidak dirugikan jika mengikuti instruksi pemakaian.

  121. Terima kasih Bung Firesquid,

    Benar kita memang dapat menempati rumah, tetapi untuk koran B, ada 3 hal, kita dapat koran (itu wajib) karena memang porsi beli korannya. 2 hal yang lain adalah, kita dapat investasi (itu hak kita juga bukan milik pengelola), dan biaya/komisi/atau apapun lah yang merupakan bagian pengelola.

  122. #155:

    betul. kalau urusan potong rumput sih konsumen tahu persis berapa yang dia bayarkan. kalau koran B konsumen gak tahu :)

    Kalo koran B konsumen pasti tahu juga kok. Kalo ul, jangankan produk ul, produk asuransi nya sendiri pasti ngga tahu juga kok.

    yah konsumen biasa sih mana tahu detil teknis sejauh itu. megang aplikasi SFA/SQS-nya aja juga gak pernah, hihihi :).

    jangankan mengenai programnya, asuransinya sendiri juga konsumen biasa memang ngga ngerti.

    kalau gak ngerti harusnya ya dijelaskan, bukannya malah dimanfaatkan :). di bagian belakang memang ada penjelasannya, tapi penjelasannya hanya sekadar lip service. ditulis pake tulisan kecil2 dan datanya masih mentah (masih dalam %, bukan dalam rupiah), padahal di halaman sebelumnya ada berlembar2 proyeksi perkebmangan nilai tunai sampai umur 99 tahun :). kalau merugikan, informasinya ditutup2i, tapi kalau menguntungkan, they shove them to your face.

    Yang beginian sih bukan di unitlink saja, bahkan semua produk juga begitu. Anda beli produk elektronik, pasti juga tahu seberapa kecil tulisan syarat dan ketentuan garansi, padahal disitu banyak juga klausul yg tidak jelas dan merugikan konsumen. Iklan tarif seluler yg Rp x / detik, tulisan ‘syarat dan ketentuan berlaku’-nya juga begitu kecil. Wajar semua informasi yang menguntungkan produsen di-highlight, sebaliknya yg merugikan dikecil-kecilkan. Kalo sebaliknya ya ngga akan jualan donk :)

  123. #169 (patrick)

    Saya sangat sering menemui orang yang mengambil asuransi Ul.
    1. mereka gak tau persis tentang biaya-biaya yang dibebankan.
    >> kebanyakan orang kita sih memang begitu..meskipun sebenarnya sudah ada di lembar ilustrasi/proposal.

    2. mereka melihat hanya hasil akhir dari ilustrasi yang dibikinkan oleh agen yang terkenal jago tersebut.
    >> ini adalah salah satu sebab maraknya kasus2 penipuan oleh pihak2 yg mengatasnamakan program investasi, MLM, arisan, dll.
    bukan orang2 ‘kecil’ saja yg gampang tergiur..para pejabat dan orang2 ‘besar’pun juga banyak yg keblinger..[-(

    3. merka gak tau uang mereka ditanamkan di saham mana.
    >> karena sudah silau akan angka2 yg wah..

    4. mereka gak tau manager investasi yang mengelola uang mereka siapa.
    >> karena tidak mau ambil pusing, yg penting dapat profit tinggi..

    Saya juga pernah ditawarin oleh agen-agen yang jago jual UL.
    1. mereka juga gak tau persis biaya-biaya yang ada. Hanya sebagian yang tau.
    >> agen yg malas mempelajari produknya

    2. mereka hanya tau dan mengakui kalau produk yang mereka jual adalah asuransi dan investasi. dan mereka juga hanya melihat hasil akhir.
    >> agen yg kurang bijak karena tidak mempelajari prosesnya..yg pada akhirnya tidak dapat menjelaskan dengan baik detil produknya kepada calon nasabahnya. :-w

    3. mereka tidak tau disaham mana aja investasi tsb ditanam.
    >> yg ini agak sulit karena jika investasinya secara aktif masuk kedalam pasar bursa saham maka komposisi portofolionya dapat berubah dengan cepat.
    paling2 kita dapat mengetahui komposisi sektor sahamnya saja.

    4. mereka cuman tau mereka punya lembaga yang mengelola investasi nasabah, tapi tidak tau di manajer investasi mana uangnya dipercayakan.
    >> berikut beberapa perusahaan asuransi dan manajer investasinya:
    BNI Life : BNI Securities , Danareksa & Schroders Investment Management
    Sun Life Financial : Schroders Investment Management & Fortis Investment
    Prudential : Prudential Asset Management & Prudential Fund Management
    Sequislife : Schroders Invesment Management
    Manulife : Manulife Asset Management Indonesia

    Dari sini saya melihat bahwa ternyata agen sendiri gak tau persis apa yang mereka jual. Bahkan ada agen yang bilang kalau berinvestasi di unitlink resikonya lebih kecil dari direksadana.
    >> dari pengamatan saya pribadi juga menghasilkan kesimpulan bahwa banyak sekali agen yg menjual unitlink tidak menguasai produk yg dijualnya. :-?
    produk yg dijual mengandung 2 unsur pembentuk yaitu proteksi dan investasi.
    kebanyakan agen – bahkan yg senior sekalipun (karena dulu cuma menjual produk asuransi tradisional)- hanya memahami sisi proteksinya saja.

    Apakah investasi di UL juga diawasi oleh Bapepam?
    >> jika terdaftar di BAPEPAM-LK, maka itu ada dalam pengawasan dan otoritas BAPEPAM-LK.
    unitlink mengandung unsur investasi, maka harus mendapat izin dari BAPEPAM-LK.

    Kalau anda menyebut UL bukan investasi, terus apa bedanya dengan perusahaan-perusahaaan (yang sering masuk koran dikejar-kejar nasabahnya karena kabur) yang menggalang dana dengan alasan investasi……..
    >> kebanyakan (atau malah semua?) perusahaan2 bodong tsb tidak mempunyai izin dari BAPEPAM-LK.
    biasanya mereka hanya mengantongi izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai perusahaan yg legal untuk melakukan kegiatan usaha dagang dan industri…tapi izin tsb disalahgunakan dengan melakukan kegiatan yg tidak termaktub di dalamnya, yaitu pengumpulan dana.[-(

  124. >Kesimpulannya begini Pak, buat apa kita harus mengetahui detail produksi yg menghasilkan suatu produk yg kita gunakan. Yang penting kita dapatkan benefitnya dan tidak dirugikan jika mengikuti instruksi pemakaian.
    ________________________________________

    Bener! buat apa? kalo otaknya gak nyampe buat ngerti.
    Tapi kalo orang pinter & pelit kayak gue, sumpah deh gak rela gue hasil jerih payah gue atau orang-orang yang gue care, di convert jadi komisi & kapital yg gak proporsional buat agen & perusahaan asuransi karena kekuatan nge-flame berjamaah keduanya dengan kata-kata manis dan berbusa-busa yang bilang ‘Pokoknya untung deh, elu merem aja gak usah liat-liat yg laen lagi’

    Mending gue ikut berjuang untuk ngejelasin walaupun sedikit demi sedikit dan di jab kiri kanan sama agen & karyawan perusahaan asuransi untuk nunjukin, ada kok alternatif lain dan gak sesusah yang elu kira.

  125. #167:

    sekalian ingin menambahkan bahwa asuransi adalah salah satu bentuk aset

    porsi asuransi di UL bukan aset, tapi kewajiban. yang merupakan aset adalah porsi investasinya. tapi dengan mencampur kedua kelas produk ini, umum yang kelihatan oleh konsumen cuma asetnya. semua asuransi jiwa punya komponen biaya yang merupakan kewajiban.

    kalau skeptis karena suatu perusahaan asuransi tidak memiliki pilihan produk yang banyak gue bisa mengerti. tapi kalau karena koran B tidak lebih baik daripada koran A gue tidak terima. karena apa? karena because tidak no.

    di sini saya gak mempermasalahkan lebih baik atau gak lebih baiknya. semuanya relatif. kalau misalnya ada yang mau beli UL karena sadar dan memang membutuhkan manfaat misalnya kepraktisan 2-in-1 atau lainnya, then by all means, silakan saja beli. masalahnya sebenernya kayanya sudah terlalu sering disebutkan berulang2, jadi silakan baca aja :)

    untuk isu transparansi, setelah gue cek, di proposal disebutkan koq berapa biaya asuransi ketika masuk. untuk selanjutnya kan akan dikirimkan laporan setiap bulannya seperti lembar tagihan. nasabah bisa meminta penjelasan dari agen asuransinya mengenai angka-angka yang ada disitu dan agen wajib memberi penjelasan agar nasabah dapat membuat keputusan jika diperlukan

    itu cuma tahun pertama, tahun2 selanjutnya tidak disebutkan, dan agen juga gak tahu :). informasi tersebut baru didapatkan nasabah setelah mendapatkan polisnya.

  126. unit link kan cuman trik biar orang ikutan asuransi tp merasa ga rugi..karena ada investasi nya..

    jd alesan orang ikutan unit link ini karena ada investasi nya..pdhl klo mau investasi sih mendingan di reksadana ajah..

    CMIIW peace ah!! :D

  127. #170:

    Seringkali pri menulis sesuatu di luar bidangnya.

    sorry, kalau urusan ini saya pribadi lebih percaya orang yang ‘di luar bidangnya’. orang yang di dalam ‘bidangnya’ kadang2 suka punya konflik kepentingan :). kebanyakan financial advisor independen akan rekomendasi term+investasi, tapi kebanyakan agen asuransi akan rekomendasi UL/WL. tanya kenapa?

    Kalau waktu itu saya tidak berinvestasi mungkin saya tidak punya tabungan sama sekali. Kalau saya tidak selalu jual kendaraan saya begitu kredit selesai mungkin saya tidak akan pernah bisa menikmati hasil investasi saya setiap 4 tahun sekali. Jadi kebutuhan orang untuk investasi sangat berfariatif.

    Saya adalah tipe orang yang harus di hukum bila saya gagal berinvestasi. Ya kalau saya gagal bayar cicilan mobil dan tidak lunas maka investasi saya merugi hampir 100%.

    no problem. kalau itu kebutuhan anda dan UL menyediakan kebutuhan tersebut, then by all means, silakan saja anda beli. tapi jangan anggap semua orang membutuhkan kebutuhan tersebut, atau semua orang yang beli sudah pasti sadar dan membeli UL untuk membeli kebutuhan tersebut. selain itu kalau butuh ‘pemaksaan’ ada banyak cara2 lain yang lebih praktis dan ekonomis, misalnya autodebet rekening bank.

    Kalau saya berhasil sampai lunas saya merugi 20-30% dari nilai real investasi saya. Kenapa saya pilih itu? sekali lagi jawaban nya saya tidak bisa berinvestasi dan tidak cukup kaya untuk membayar manajer investasi.

    gak ada orang yang terlalu miskin sehingga tidak bisa bayar manajer investasi :). biaya manajer investasi itu paling sial cuma 3%/tahun yang dihitung secara proporsional dari nilai investasi yang kita setorkan. kalau anda cumba bisa berinvestasi 500 ribu, maka biaya manajer investasinya kurang lebih cuma 15 ribu/tahun. kalau anda investasi 500 juta, biaya manajemen investasinya cuma 15 juta/tahun, paling sial. di reksadana biasanya biaya ini sudah masuk dalam nilai NAB-nya, jadi hasil investasi yang diterima nasabah sudah bersih setelah dipotong biaya manajer investasi ini. dan dengan ikutan asuransi/UL sebenarnya anda juga telah membayar biaya manajer investasi ini, walaupun mungkin anda tidak menyadarinya :).

    Walaupun nyata2 memang tidak selamanya orang yang membeli unit link sadar benar dengan konsekuensi nya. Namun tidak lah bisa disalahkan vendor nya.

    hehehe, yang ini saya gak setuju dengan berbagai alasan yang sudah pernah saya kemukakan sebelumnya :).

    Wah pri kalau saya dikasih garansi nilai investasi 10 tahun ke depan dengan pertumbuhan 13% pertahun saya pasti senang sekali. Ada banyak faktor pengganggu disini. Sulit untuk memastikan apa yang terjadi 1 hari, 2 hari, satu tahun, 2 tahun atau bahkan 10 tahun ke depan!

    Koran B berani menggaransi nilai investasi seperti itu (mudah2an) dengan perhitungan yang matang. Dengan segala resiko yang terjadi pada paragraf sebelum ini menjadi tanggungan Koran B. Mau negara di embargo, mau inflasi 1000%, mau minyak kering, mau tsunami ada dimana2 Koran B wajib membayar pelanggan nya sesuai janjinya. Itu yang di garansi oleh koran B. Perhitungan perhitungan itu yang sudah di kalkulasi oleh koran B (sekali lagi mudah2an ehhe)

    sebenarnya yang dibicarakan di sini gak ada nilai garansi investasi 10 tahun ke depan :), semua resiko ditanggung pembeli. kalaupun yang diinginkan adalah garansi investasi, besar kemungkinan nilai yang didapatkan akan jauh di bawah risk free interest rate. ini cuma urusan mengutak-atik suku bunga atau asumsi perkembangan investasi, dan besarnya setoran periodik.

    dari sebuah asuransi pendidikan (endowment, nilai tunai dijamin), menurut perhitungan saya, rate-nya hanya sekitar 3%/tahun. setelah memperhitungkan biaya mortalita, maksimum mungkin cuma sekitar 4-5%/tahun.

    dan seperti kata anda, tidak ada yang benar2 bebas resiko. kalau perusahaan asuransi gak punya duitnya untuk bayar klaim, ya tetap saja anda ‘screwed’. selain itu kalaupun perusahaan asuransi bisa menjamin nilai nominal setelah tahun tertentu, tetap saja uang anda terekspos resiko eksternal seperti inflasi.

    Jadiii akhir kata, saya tidak melihat ini adalah ilusi financial, namun hanya saja koran B hanya berani menggaransi investasi sebesar nilai yang ia janjikan. Perkara anda mau beli koran B atau tidak, tidak ada hubungan nya dengan ilusi financial. Tapi coba pelajari apakah koran B benar2 legitimate, Apakah koran B benar benar akan tetap ada 10 tahun ke depan. Kalau koran B baru terbit 1 atau 2 bulan lupakan saja lah. Masih banyak koran lain yang sudah terbit ratusan tahun.

    dalam definisi saya, ilusi finansial = saya beli sesuatu sebesar Rp X, tapi saya tidak merasa mengeluarkan uang sebesar Rp X. rasanya koran B sudah memenuhi kriteria tersebut.

    #171:

    Tambahan dikit pri, Anda lupa ada net worth, future worth. kenapa saya tulis seperti diatas, disini ada faktor hedging pri. Analogi anda tidak tepat dengan kereta api. Koran B tidak janjikan nilai investasi saat ini. Tapi nilai investasi 10 tahun yang akan datang. Coba pri, anda kira2 ada ga calo yang berani garansi harga tiket kereta api jakarta-bandung tanggal 5 Februari 2018. heheh kira kira berapa harganya?

    dalam asumsi saya, koran B tidak memberi garansi nilai investasi di masa yang akan datang. 13% itu cuma ada di ilustrasi, realisasinya bisa lebih kecil atau lebih besar.

  128. #175:

    Yang beginian sih bukan di unitlink saja, bahkan semua produk juga begitu. Anda beli produk elektronik, pasti juga tahu seberapa kecil tulisan syarat dan ketentuan garansi, padahal disitu banyak juga klausul yg tidak jelas dan merugikan konsumen. Iklan tarif seluler yg Rp x / detik, tulisan ’syarat dan ketentuan berlaku’-nya juga begitu kecil. Wajar semua informasi yang menguntungkan produsen di-highlight, sebaliknya yg merugikan dikecil-kecilkan. Kalo sebaliknya ya ngga akan jualan donk :)

    ya kalau ini sih sudah tergantung toleransi masing2 terhadap teknik ‘penjualan’. saya pribadi berpendapat iklan tarif seluler itu gak bener, tapi UL itu lebih gak bener lagi :), at least iklan tarif seluler itu gak serumit UL, cukup telpon customer service dan dia akan kasih tahu informasi selengkapnya, dan konsumen akan langsung ngerti.

  129. #178
    unitlink itu hasil pengembangan produk dari perusahaan asuransi supaya masyarakat lebih banyak yg punya polis asuransi.
    kayaknya ini lebih enak daripada ‘trik’ :d

    kalau memang tujuan utamanya adalah berinvestasi (mendapatkan return yg maksimal), jangan pilih unitlink.
    pilihlah instrumen investasi murni.

    alasan orang lain ikutan unitlink..let it be just their own reason..
    kita gak bisa men-generalisasi..

  130. #180
    sorry, kalau urusan ini saya pribadi lebih percaya orang yang ‘di luar bidangnya’. orang yang di dalam ‘bidangnya’ kadang2 suka punya konflik kepentingan :). kebanyakan financial advisor independen akan rekomendasi term+investasi, tapi kebanyakan agen asuransi akan rekomendasi UL/WL. tanya kenapa?

    >> memangnya kalau financial advisor (meskipun pakai kata ‘independent’) tidak punya konflik kepentingan?
    bisa saja toh?
    ada financial advisor ngomong begini-begitu yg menyangkut financial..
    terus orang bingung..
    karena titelnya financial advisor, maka datanglah orang yg bingung itu ke sang financial advisor untuk meminta advise atau bahkan minta dibuatkan financial plan..
    maka..terjuallah jasa dari sang financial advisor..dapatlah ia sejumlah fee..

    independent..memang betul tidak membawa kepentingan pihak lain..kecuali kepentingan dirinya sendiri.. :-\”
    tapi..ah…let it be just their own reason..

  131. #183:

    memangnya kalau financial advisor (meskipun pakai kata ‘independent’) tidak punya konflik kepentingan?

    kalau 100% independen jelas gak ada konflik kepentingan. kalau agen kan posisinya gak jelas, di satu sisi dia ngaku mewakili kepentingan nasabah. dia yang kasih assessment, dan dia yang kasih rekomendasi berdasarkan hal tersebut. dia yang take care urusan penagihan, klaim, dll dsb etc. tapi di sisi lain, yang bayar dia adalah perusahaan asuransi, bukan nasabah, lha nasabah saja gak dikasih tahu berapa komisi yang dia dapatkan :). agen ditugaskan memasarkan produk dan cuma dapat komisi kalau terjadi penjualan asuransi.

    contoh: kalau misalnya setelah assessment ternyata ditentukan si nasabah itu gak perlu asuransi. maka agen yang jujur gak bakalan mendapat imbalan apapun walaupun sudah memberi layanan yang baik kepada nasabah. sedangkan agen yang tidak jujur akan mendapatkan imbalan. karena dia dibayar perusahaan asuransi, maka dia akan push produknya terlepas apakah si nasabah benar2 memerlukannya atau tidak.

  132. apakah yang diatas tersebut juga termasuk MI???
    Saya liat dari daftar MI yg ada kog gak nongol ya?
    Kalo memang MI, seharusnya punya produk reksadana. Atau memang reksadananya gak dipublikasikan.
    Dan setiap MI selalu menulis portofolio sahamnya, supaya konsumen tahu dan bisa memilih untuk mengukur tingkat resiko yang akan terjadi. Thanks. Semoga sama-sama kita dapat belajar.

  133. wuah.. makin ribet dan berbelit2…

    btw, saya kok masih merasa belum mudeng ya koran B ini dianalogikan dengan cicilan rumah..saya bisa menangkap maksudnya, tetapi rasanya kurang nyambung dengan analogi tersebut. apa perasaan saya saja yah ^^

    #167
    Maaf. Menurut saya, asuransi itu bukan aset. banyak teman2 saya yang mengira asuransi itu aset, sehingga banyak juga yang tidak bisa (atau tidak mau) membedakan antara asuransi dengan investasi. Dengan adanya asuransi itu kan kita jadi harus setor rutin. Ada pengeluaran di sini. Apakah itu aset?
    Kalau investasi ya jelas aset. Modal yang kita keluarkan ada nilainya, dan nilainya itu terus mengembang. Nah, kalau asuransi? apakah nilainya bisa berkembang? dan lebih tajamnya lagi, apakah ada nilai riilnya? sepertinya karena pengaruh produk “koran B” ini, istilah asuransi dan investasi menjadi bias..

    Back to topic, bagi saya koran B itu berusaha menggabungkan 2 hal yang berbeda, asuransi+investasi. Investasi di sini menjadi alat marketing bagi asuransi. begitu juga sebaliknya, asuransi menjadi alat marketing bagi investasi. Untuk nasabah yang cerdas, tentunya tidak ambil koran B ini. karena adanya kerugian 50 ribu. Yang diputer investasi itu kan cuma 100 ribu (misal. diambil dari tulisan di atas). Tapi bagi nasabah pemalas, mereka anggap 50 ribu itu sebagai bayaran “manajer investasi”nya..
    Bukan salah agen, bukan salah nasabah. jika prosesnya transparan… Tapi yang dimasalahkan itu jika si agen tidak memberi tahu kehilangan 50 ribu-nya ya. Kalau diberi tahu takut calon nasabahnya kabur.. hehe. kalo gitu susah juga. padahal tadinya saya mau belain agen asuransi, tapi ujung2nya kok malah memojokkan :p ..

  134. Salam kenal. Setelah mampir, sampai pada kesimpulan “memang pantas Number One” he..he.. Selamat ya, Semoga tetap menjadi yang terbaik untuk masa mendatang.

  135. @ firesquid
    unitlink di prudential bukan wholelife + investasi, tp memang termlife + investasi.

    biaya asuransinya tiap tahun kan naik seiring tambahnya usia nasabah. tiap tahun sih saya terima rincian kenaikannya, tp hanya untuk tahun tersebut saja, tdk sampai usia 99 kaya ilustrasi investasinya.

    setelah tahun ke-10 memang mas bisa tidak perlu lakukan setoran bulanan, tp biaya tahunan tetep jln loh, dan dibayarkan oleh investasinya mas juga (ya uang mas juga artinya). hal ini juga Bisa di replikasikan kalau ambil terpisah.

    mengenai kemungkinan ditolaknya perpanjangan kalau sdh claim ya pasti dong mas, kan sudah meninggal orangnya dan uang pertanggungannya sdh dibayarkan, masak masih diperpanjang.

    kalau sakit kritis juga sama, kalau sudah claim sekali, ya tdk bisa diperpanjang lagi asuransi sakit kritisnya.

  136. #184
    independensi dapat dipengaruhi oleh kepentingan yg diusung..
    kepentingan dapat disetir oleh dari mana fulus berasal dan ke mana mengalirnya..
    tapi meskipun begitu..yg paling menentukan independensi ya niat..

    kalau soal niat..ya cuma dia dan DIA yg tahu..
    lagipula..kepentingan pribadi Financial Advisor itu ya.. in the end.. gimana advisenya laku.. :p

    jujur ataupun tidak, itu tidak berhubungan dengan imbalan.
    jujur itu kalau mengatakan apa adanya alias fakta.

  137. #187
    kalau kegiatannya mengelola investasi..ya namanya Manajer Investasi.
    anda liat daftar di mana?

    MI tidak harus punya produk reksadana (RD), tapi yg punya produk RD pasti MI..
    ayam tidak harus punya telur.., tapi telur ayam sudah pasti dihasilkan oleh ayam.
    (analogi yg aneh nih..:d)

    bagian investasi dari unitlink adalah reksadana (reksadana = dana masyarakat) meskipun tidak didaftarkan dengan judul ‘reksadana’ melainkan ‘unitlink’ karena sifat2nya memang sama dengan reksadana yg anda maksud.

    tidak semua MI memaparkan portofolio investasi produknya secara detil pada prospektusnya.
    lagipula portofolionya tidak harus berisi saham..tergantung dari kebijakan investasinya yg kemudian mempengaruhi jenis produknya.
    biasanya cuma menuliskan (misal): efek bersifat ekuitas (saham) minimal/maksimal X%, instrumen pasar uang (deposito berjangka, sertifikat deposito, sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang) Y%, dan efek berifat hutang (obligasi) Z%, dll) minimal/maksimal Y%.
    ada juga yg menyebutkan sektor apa saja saham dari portofolionya..
    misalnya reksadana saham MITRA Syariah, portofolio sahamnya fokus ke sektor perkebunan dan pertambangan..(bocorannya sih begitu :d)

  138. #191: konflik kepentingan itu nama situasinya, bukan hasil akhirnya apakah akhirnya berujung pada perbuatan yang tidak etis atau tidak. konflik kepentingan itu ada jika kepentingan profesional berlawanan dengan kepentingan pribadi.

    contoh lainnya yang cukup umum: hubungan antara dokter, pasien dan perusahaan farmasi. pasien membayar dokter, tapi dokter juga mendapat komisi dari perusahaan farmasi jika dia membuat resep obat bermerek keluaran perusahaan tersebut. si dokter punya 2 pilihan: memberi obat generik atau obat bermerk. kalau dia memberi obat generik, dia dapat uang lebih sedikit tapi pelayanan yang lebih bagus (harga yang dibayar pasien lebih rendah); dan sebaliknya.

    seandainya si dokter memberi obat generik, tetap saja ada yang namanya konflik kepentingan: dia mendapat uang lebih sedikit tapi memberi pelayanan yang lebih baik.

  139. #177

    Bener! buat apa? kalo otaknya gak nyampe buat ngerti.
    Tapi kalo orang pinter & pelit kayak gue, sumpah deh gak rela gue hasil jerih payah gue atau orang-orang yang gue care, di convert jadi komisi & kapital yg gak proporsional buat agen & perusahaan asuransi karena kekuatan nge-flame berjamaah keduanya dengan kata-kata manis dan berbusa-busa yang bilang ‘Pokoknya untung deh, elu merem aja gak usah liat-liat yg laen lagi’

    Komentar yg menarik Pak Lambok.
    Ukuran proporsional atau tidak, itu tergantung masing-masing orang Pak. Bapak beli mobil juga memberikan komisi & kapital kepada dealer, bahkan Bapak sudah memberikan uang pajak yg lebih dari 100% daripada harga asli mobil stb. Dan Bapak tidak tau uang pajak tersebut digunakan dengan benar ataupun dikorupsi.

    Coba Bapak renungkan 2 perbandingan berikut.
    1. Bapak beli mobil 150 juta, sedangkan harga asli dari Jepang paling cuma 60 juta. Secara tidak langsung, Bapak sudah mengeluarkan uang tambahan lebih dari 60 juta, untuk mendapatkan barang yg senilai 60 juta.

    2. Bapak beli unitlink 150 juta. Sedangkan total komisi yg diterima pihak perusahaan sekitar 20-30 juta.

    Menurut Bapak, lebih enak mana. Harga sama 150 juta. Tapi Bapak beli mobil berarti membayar tambahan 60 juta untuk sesuatu yg tidak jelas digunakan untuk apa. Sedangkan beli unit link, Bapak tau jelas bahwa komisi yg diterima digunakan untuk mengumpulkan kekayaan pihak penjual.

  140. #178

    porsi asuransi di UL bukan aset, tapi kewajiban. yang merupakan aset adalah porsi investasinya. tapi dengan mencampur kedua kelas produk ini, umum yang kelihatan oleh konsumen cuma asetnya. semua asuransi jiwa punya komponen biaya yang merupakan kewajiban.

    Mas Priyadi mungkin belum tau, bahwa Unit Link tidak bisa dipisahkan antara asuransi dan investasi. Memang produk tsb sudah 2-in-1. Mas Priyadi tidak bisa membeli asuransinya doank, atau investasinya doank.

    Kalo Mas Priyadi membedakan asuransi dan investasi dari produk Unit Link, berarti rumah juga bukan aset Mas. Soalnya tiap bulan ada biaya-biaya yg harus dikeluarkan untuk rumah. Belum lagi penyusutan nilai bangunan. Tapi tanah harganya meningkat dari tahun ke tahun. Dan yg kelihatan oleh konsumen cuma meningkatnya harga tanah.

    Kalau rumah bukan aset, lalu gimana caranya untuk investasi di properti. Belilah tanah kosong sebanyak-banyaknya. Buat tempat tinggal pribadi, ngontrak aja seumur hidup.

    itu cuma tahun pertama, tahun2 selanjutnya tidak disebutkan, dan agen juga gak tahu :). informasi tersebut baru didapatkan nasabah setelah mendapatkan polisnya.

    Lalu bagaimana dengan Term Life yang dibangga-banggakan oleh Mas Priyadi. Apakah Term Life tsb ada menyebutkan rincian biaya asuransinya ? (biaya asuransi tidak sama dengan premi asuransi)

    Kalau unitlink, tahun pertama saja sudah disebutkan. Dan untuk biaya tahun berikutnya akan dikirimkan informasinya di awal tahun.

    Kalau Mas Priyadi tidak bisa menemukan perincian biaya pada Term Life, berarti unit link lebih transparan daripada Term Life yg dibanggakan oleh Mas Priyadi.

    So…untuk point transparansi biaya, saya pikir bisa Mas Priyadi lupakan sebagai argumen.

  141. #190
    anda benar..

    pada unitlink, meskipun kita tidak nyetor lagi tapi sebenarnya porsi proteksi kita dibayarkan oleh hasil dari porsi investasi kita sampai masa pertanggungan berakhir.
    inilah kelebihan yg ditawarkan dari unitlink..
    daripada mengalihkan return dari investasi (misalnya RD) secara rutin ke premi asuransi (bila membeli asuransi & investasi secara terpisah), lebih praktis dilakukan secara otomatis di dalam satu produk.
    dan..ada harga untuk kemudahan tsb.

    kalau di unitlink dari Prudential (kenapa banyak yg nyinggung PRU ya? apa karena dia market leader? -tinggi pohon dan angin- :-?), klaim cuma bisa dilakukan 1 kali untuk meninggal (ya iyalah..)
    klaim untuk sakit kritis (crisis cover) akan diterima full oleh nasabah dalam 1 kali klaim.
    khusus angioplasti, keluar 10% dulu. setelah itu 90% akan keluar kalau yg bersangkutan klaim penyakit lainnya.
    klaim untuk cacat karena kecelakaan dapat dilakukan sampai batas UPnya habis.
    dan..rider2 tsb tidak dapat diperpanjang.

  142. #190 to hutanlebat

    @ firesquid
    unitlink di prudential bukan wholelife + investasi, tp memang termlife + investasi.

    biaya asuransinya tiap tahun kan naik seiring tambahnya usia nasabah. tiap tahun sih saya terima rincian kenaikannya, tp hanya untuk tahun tersebut saja, tdk sampai usia 99 kaya ilustrasi investasinya.

    setelah tahun ke-10 memang mas bisa tidak perlu lakukan setoran bulanan, tp biaya tahunan tetep jln loh, dan dibayarkan oleh investasinya mas juga (ya uang mas juga artinya). hal ini juga Bisa di replikasikan kalau ambil terpisah.

    Mungkin saya harus menjelaskan kepada Bapak mengenai sistem kerja premi asuransi. Namun Bapak harus ingat dulu perbedaan istilah berikut :
    biaya asuransi, adalah biaya yg diakibatkan pengalihan resiko
    premi asuransi, adalah biaya asuransi + mark up dari perusahaan asuransi.

    Pada dasarnya, biaya asuransi jiwa meningkat sebanding dengan bertambahnya usia. Makin tua seseorang makin besar kemungkinan terkena sakit kritis dan meninggal. Dengan kata lain resiko kerugian dari jiwa tetanggung meningkat dari tahun ke tahun.

    Baik term life ataupun whole life, biaya asuransi ini selalu ditagihkan setiap tahun. Bedanya adalah, kontrak term life hanya ditagihkan pada periode tertentu saja. Sedangkan whole life kontraknya ditagihkan seumur hidup.

    Term Life bayar premi tahunan, bisa stop kapan saja, karena nasabah hanya memerlukan proteksi sampai tahun tertentu. Jika ingin mendapatkan proteksi seumur hidup, maka harus bayar premi tahunan seumur hidup juga.

    Whole Life bayar preminya juga tahunan, tapi hanya sampai periode tertentu, misalnya 5 tahun, 7 tahun, 10 tahun. Setelah pembayaran lunas, maka tertanggung mendapatkan proteksi seumur hidup (usia 99).

    Karena Whole Life hanya setor premi sampai periode tertentu, tapi mendapatkan perlindungan seumur hidup, maka otomatis setoran premi juga lebih mahal. Hal ini dikarenakan sebagian premi tersebut sebenarnya dialokasikan oleh perusahaan asuransi untuk di- investasi-kan.

    Tujuan investasi ini agar bisa menutupi biaya asuransi tertanggung yg meningkat dari tahun ke tahun. Investasinya di mana, dan berapa besar hasilnya, nasabah tidak perlu tau. Yg penting nasabah mendapatkan proteksi seumur hidup, dan jika di akhir periode tertentu nasabah ingin stop, maka nasabah bisa mendapatkan pengembalian nilai tunai.

    Prinsip kerja Whole Life ini tidak jauh berbeda dengan unit link. Pada dasarnya unit link juga whole life. Tapi di unit link, komponen investasi dan segala biaya lebih transparan. Maka dari itu nasabah diberi tahu mengenai biaya asuransi tahunan, dan juga mendapatkan pengembalian nilai tunai yg sepadan dengan hasil investasi.

    Perbedaan terbesar antara Term Life dan Whole Life adalah jaminan proteksinya. Whole Life menjamin proteksi seumur hidup walaupun pada tahun tertentu si tertanggung terkena sakit kritis, lalu sembuh.

    Di tulisan lain blog Mas Priyadi, ada orang yg ngotot habis-habisan bahwa Term Life juga ada renewal guarantee. Tapi dia tidak tau bahwa renewal itu hanya dengan syarat dan kondisi kesehatan tertentu. Orang yg ngotot tsb tidak bisa disalahkan, maksudnya memang baik untuk sharing. Tapi sayangnya informasi yg diterima kurang lengkap sehingga bisa menyesatkan.

  143. #193
    konflik kepentingan itu nama situasinya, bukan hasil akhirnya apakah akhirnya berujung pada perbuatan yang tidak etis atau tidak. konflik kepentingan itu ada jika kepentingan profesional berlawanan dengan kepentingan pribadi.
    >> bagaimana kalau kepentingan profesionalnya juga kepentingan pribadi?

    Financial Advisor..
    kepentingan profesional = advisenya laku (kan jualan advise)
    kepentingan pribadi = dapat fulus untuk membayar keperluan2nya

    ya…iya sih..gak ada konflik..
    lha wong emang sejalan..
    tapi.. objektif atau tidak..tendensius atau tidak…etis atau tidak..ya dilihat lagi dari apa yg dikatakan/dilakukannya..bukan dari titelnya.

  144. #194:

    2. Bapak beli unitlink 150 juta. Sedangkan total komisi yg diterima pihak perusahaan sekitar 20-30 juta.

    sekali lagi anda gak perlu posting seluruh argumen anda di seluruh posting saya tentang asuransi :). nominal 150 juta yang disetorkan sekaligus (lump sum) gak bisa dibandingkan secara langsung dengan setoran periodik dengan jumlah total yang sama. karena ada yang namanya time value of money.

    komisi yang diterima agen asuransi itu biasanya dikumpulkan di awal2 penyetoran. kalau memperhitungkan time value of money, maka nilainya bisa hampir 1/2 total setoran nasabah setelah tahun ke-20.

    #195:

    Kalo Mas Priyadi membedakan asuransi dan investasi dari produk Unit Link, berarti rumah juga bukan aset Mas. Soalnya tiap bulan ada biaya-biaya yg harus dikeluarkan untuk rumah. Belum lagi penyusutan nilai bangunan. Tapi tanah harganya meningkat dari tahun ke tahun. Dan yg kelihatan oleh konsumen cuma meningkatnya harga tanah.

    walah. rumah tetap aset dong, walaupun depreciating asset. sedangkan investasi dan properti tanah itu appreciating asset. tapi keduanya tetap aset: kita bisa jual untuk mendapatkan uang, walaupun untuk depreciating asset nilainya akan di bawah pada saat kita mendapatkan aset tersebut.

    kalau asuransi? porsi asuransi jiwa yang ada di UL itu bukan aset. kita gak bisa jual kembali untuk mendapatkan sebagian uang yang telah kita bayarkan. mengalihkan pertanggungan ke orang lain saja gak bisa kok. yang aset itu ya cuma porsi investasinya.

    Lalu bagaimana dengan Term Life yang dibangga-banggakan oleh Mas Priyadi. Apakah Term Life tsb ada menyebutkan rincian biaya asuransinya ? (biaya asuransi tidak sama dengan premi asuransi)

    anda yakin biaya asuransi pada UL itu 100% digunakan untuk membayar klaim? kecuali anda ambil asuransi jiwa syariah, dalam kondisi normal (gak ada epidemi, bencana alam dll dsb), dapat dipastikan claim rate pasti di bawah 100%. selisihnya ini digunakan untuk hal2 seperti mitigasi resiko regresi, penambahan kapital, atau bahkan profit untuk perusahaan.

    di term life, overhead ini akan ditekan sekecil mungkin oleh mekanisme pasar. yang mark up terlalu besar akan langsung ketahuan.

    #196:

    Di tulisan lain blog Mas Priyadi, ada orang yg ngotot habis-habisan bahwa Term Life juga ada renewal guarantee

    yang ngotot itu ya anda sendiri :))

  145. #197:

    bagaimana kalau kepentingan profesionalnya juga kepentingan pribadi?

    kalau kepentingan profesional sejalan dengan kepentingan pribadi, maka artinya tidak ada konflik kepentingan. yang bertentangan itu kalau kedua kepentingan tersebut bertentangan: kalau misalnya besar penghasilan yang dia dapatkan berbanding terbalik dengan besar layanan yang dia berikan.

  146. soal aset..
    pakai istilah praktis yg sederhana (tapi benar) saja..

    ASET: segala sesuatu yg memberikan uang ke kantong kita.
    LIABILITAS: segala sesuatu yg mengambil uang dari kantong kita.

    UNITLINK = liabilitas
    karena kita harus membayar sejumlah uang untuk mendapatkan menfaat2nya.

    UNITLINK = aset
    karena kita dapat menikmati return dari porsi investasinya.

    yg perlu diingat: manfaat proteksi dan investasi di unitlink TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, meskipun demikian bisa didapatkan secara terpisah dari produk lain.

    #199
    tanggapan anda untuk komen #195 (tentang asuransi term life dan unitlink) tidak kena.
    yg menjadi isu adalah soal transparansi di kedua jenis asuransi tsb, bukan berapa % dari uang yg dibayarkan nasabah digunakan untuk membayar klaim.

    #200
    komen anda sebelumnya (#180) menyebutkan kalau anda lebih percaya kepada orang yg di luar bidang dari objek yg menjadi bahan perdebatan.
    apakah ini berarti bahwa ‘orang luar’ tsb sudah pasti objektif?
    ya belum tentu..apalagi kalau ‘orang luar’ tsb tidak menguasai dengan benar objeknya.

    kalau saya lebih melihat kepada apa yg dikatakan/dilakukan..bukan melihat siapa yg mengatakan/melakukan..(meskipun kadang itu juga dapat mempengaruhi pada pandangan pertama :d ).

    karena unitlink menyangkut tentang uang, maka termasuk juga ‘bidang’ dari Financial Advisor.., meskipun dia tidak berada di dalam lingkarannya.

    apakah yg ‘keluar’ darinya objektif, tendensius, provokatif, menyesatkan atau tidak, ya dipelajari lagi lebih lanjut.
    yg jelas..setiap orang punya kepentingan.

  147. Ilusi finansial karena kalau mengambil terpisah ternyata benefitnya lebih besar?

    Misalnya saya ingin membeli handphone yang berkamera apakah saya sebaiknya membeli handphone dan kamera secara terpisah karena handphone dengan kamera terpisah bisa mencetak gambar yang lebih besar dan lebih tajam?

    Bisakah kita membandingkan sebuah handphone berkamera dengan sebuah handphone dan sebuah kamera?

    Itu bukan ilusi. Itu proyeksi. Dan siapa bilang cukup 10 tahun? Unitlink juga bisa mendapatkan benefit yang lebih besar jika premi dibayarkan secara kontiniu, misalnya sampai usia 55 tahun.

    Jadi kesimpulannya yang tidak sehat disini adalah agen asuransi yang memberikan presentasi pada Priyadi bukan unitlink nya.

    Nuff said!

  148. #199
    komisi yang diterima agen asuransi itu biasanya dikumpulkan di awal2 penyetoran. kalau memperhitungkan time value of money, maka nilainya bisa hampir 1/2 total setoran nasabah setelah tahun ke-20.

    >> bagaimana menghitungnya sampai dapat mengatakan ‘hampir 1/2 dari total setoran nasabah setelah tahun ke-20’?
    salah satu cara lagi untuk mendiskreditkan unitlink dengan membuatnya menjadi terlihat sangat tidak menguntungkan nasabah? [-(

  149. “soal aset..
    pakai istilah praktis yg sederhana (tapi benar) saja..

    ASET: segala sesuatu yg memberikan uang ke kantong kita.
    LIABILITAS: segala sesuatu yg mengambil uang dari kantong kita.

    UNITLINK = liabilitas
    karena kita harus membayar sejumlah uang untuk mendapatkan menfaat2nya.

    UNITLINK = aset
    karena kita dapat menikmati return dari porsi investasinya.

    yg perlu diingat: manfaat proteksi dan investasi di unitlink TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, meskipun demikian bisa didapatkan secara terpisah dari produk lain.”

    Karena itu Pak Pri menyebutnya ilusi finansial ^^ .. membuat seolah2 tampak sebagai aset. padahal kalau dipecah, ada liabilitas di situ. produknya saja 1 paket. tapi fungsinya terdiri dari 2 bagian. aset dan liabilitas. ini funsgsi UL -> f=(a,l) ..
    a = aset
    l = liabilitas

  150. #201:

    ASET: segala sesuatu yg memberikan uang ke kantong kita.
    LIABILITAS: segala sesuatu yg mengambil uang dari kantong kita.

    itu definisi sumber pemasukan dan sumber pengeluaran, bukan aset dan liabilitas :).

    yg perlu diingat: manfaat proteksi dan investasi di unitlink TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, meskipun demikian bisa didapatkan secara terpisah dari produk lain.

    bisa dipisahkan atau tidak bisa dipisahkan ini cuma rintangan artifisial. sebenarnya bukan tidak mungkin dipisahkan tapi yang jualan aja yang gak mau jualan terpisah :). kebanyakan UL memang gak bisa dijual terpisah tapi bukan berarti hanya dapat dilihat sebagai suatu blackbox. kita juga bisa dengan mudah memperhatikan bagaimana cara bekerjanya. mereka boleh saja menutup serapat2nya, tapi pasti bakalan ketahuan juga karena kedua kelas produk ini memiliki fungsi yang berbeda.

    yg menjadi isu adalah soal transparansi di kedua jenis asuransi tsb, bukan berapa % dari uang yg dibayarkan nasabah digunakan untuk membayar klaim.

    keberatan om firesquid itu karena di term life katanya gak ada transparansi berapa besar komisi agen. gak ada informasi berapa banyak dari setoran premi yang merupakan biaya asuransi. ini benar, tapi gak ada artinya karena di dalam pos ‘biaya asuransi’ kita juga gak tahu berapa banyak yang digunakan untuk membayar premi. yang penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.

    kalau mau membandingkan premi asuransi term vs porsi investasi di UL, caranya adalah dengan membandingkan besar pos biaya asuransi + biaya administrasi + biaya akuisisi di UL dengan pos biaya premi asuransi + biaya administrasi (jika ada). yang susah di sini cuma biaya akuisisi di UL, karena biasanya dibayar lump sum, dan tidak periodik.

    komen anda sebelumnya (#180) menyebutkan kalau anda lebih percaya kepada orang yg di luar bidang dari objek yg menjadi bahan perdebatan. apakah ini berarti bahwa ‘orang luar’ tsb sudah pasti objektif? ya belum tentu..apalagi kalau ‘orang luar’ tsb tidak menguasai dengan benar objeknya.

    perbandingan saya sebelumnya adalah agen asuransi vs independent financial advisor. jelas di sini ‘orang luar’ tersebut menguasai objeknya :). argumen saya sebelumnya adalah “sebagian besar IFA tidak merekomendasikan UL, tapi sebagian besar agen asuransi merekomendasikan UL/WL. tanya kenapa?”.

    kalau saya lebih melihat kepada apa yg dikatakan/dilakukan..bukan melihat siapa yg mengatakan/melakukan..

    harusnya memang seperti itu :). tapi pengalaman saya ngomong soal asuransi cepat atau lambat pasti ada tuduhan ‘gak kompeten’, ‘bukan agen asuransi jadi pasti gak tahu apa2’, ‘harusnya belajar dulu soal asuransi’ etc dll dsb. :)

    apakah yg ‘keluar’ darinya objektif, tendensius, provokatif, menyesatkan atau tidak, ya dipelajari lagi lebih lanjut. yg jelas..setiap orang punya kepentingan.

    betul. kepentingan saya di sini hanya saya selaku konsumen. saya gak jualan apapun, gak jualan WL, UL, endowment, term, reksadana, etc. posisi saya cuma sebagai konsumen produk2 tersebut. saya gak rugi dan gak untung sama sekali seandainya orang2 lebih menyukai produk tertentu gara2 baca tulisan saya.

    hal yang sama tidak bisa diklaim oleh ‘beberapa orang’ yang ada di sini :). “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair,

  151. #203:

    bagaimana menghitungnya sampai dapat mengatakan ‘hampir 1/2 dari total setoran nasabah setelah tahun ke-20′? salah satu cara lagi untuk mendiskreditkan unitlink dengan membuatnya menjadi terlihat sangat tidak menguntungkan nasabah?

    terbalik. yang benar adalah trik untuk menyembunyikan biaya sehingga tidak terlihat merugikan bagi nasabah :).

    contoh soal: saya berinvestasi sebesar Rp 1 juta setiap tahun selama 10 tahun. tapi seluruh investasi pada tahun pertama seluruhnya diberikan sebagai komisi agen. pertanyaannya: dengan mengasumsikan perkembangan investasi sebesar 10%, berapa persen komisi agen tersebut?

    agen biasanya bilang: 1000000/ (10 * 1000000) = 10%. ini salah total, kalau memperhitungkan time value of money, jawabannya lebih dekat ke 15%: 1000000/PV(10%;10;1000000;0;1).

  152. Mas Firesquid, saya juga dulu bingung dengan istilah biaya dan premi asuransi namun kalau dari penjelasan Anda, nampaknya Anda (mungkin) lebih mengerti peristilahan teknis di asuransi.

    Saya dulu ikut PAA+, makanya cuma ngerti ini aja. Sebagai orang awam, waktu itu saya hanya tahu uang yang saya setorkan itu dibagi menjadi dua, yaitu untuk “Premi Berkala” dan “Top Up Premi Berkala (Pru Saver)”. Namun setelah saya baca2 informasi di blog ini tentang keuntungan ambil terpisah, saya jadi bongkar2 lagi polis saya dan ilustrasi yang dulu pernah diberikan.
    Jadi ternyata, ada satu istilah lagi yang namanya “Biaya Asuransi Bulanan” yang dicantumkan yang sebenarnya inilah biaya yang sebenarnya yang dibebankan untuk mendapatkan proteksi yang tertera di ilustrasi.

    Tapi yang tidak mengenakkan, tahun pertama saya setor total di Premi Berkala adalah 3,6 juta, namun itu bukan untuk membayar biaya asuransi bulanan tersebut namun untuk istilah “Biaya Akuisisi” dan untuk biaya total tahun pertama saya “DIPINJAMKAN(HUTANG)”. demikian juga untuk tahun ke-2 sampai ke-5 tetap ada istilah biaya akuisisi (yang menurun besarnya setiap tahun)

    Padahal ketika saya coba buat ilustrasi sendiri, misalnya saya butuh UP 500 juta usia 29 tahun pria, maka total biaya setahun hanya sekitar 1,1 juta rupiah, dan saya bisa mendapatkan harga yang kurang lebih sama di term life dan tentunya tanpa perlu membayar biaya akuisisi yang besarnya total 205% dari 1 tahun setoran “premi berkala” yang kita cicil selama 5 tahun.

    Di term life menurut saya struktur biayanya sedehana, saya mau UP sekian, maka setiap tahunnya biayanya sekian. biaya yang kita bayar di termlife kalau mau dibandingkan adalah dengan “biaya asuransi bulanan” di unit link.

    Kalau mas firesquid bilang di PAA+ jenis asuransinya adalah whole life, maka saya yakin bilang Anda salah. saya adalah nasabah dan juga sempat jadi agent. kalau hanya melihat dari istilah pembayaran “Premi Bulanan” memang bisa berhenti bayar di tahun ke-10 (kayak whole life, 10 tahun bayar, dan tidak ada setoran lagi kalo ga salah). Tapi Anda mesti ingat, biaya asuransi bulanan akan terus dibebankan sampai kita usia 99 tahun dan itu tertera jelas di ilustrasi. kalau saya bandingkan, “biaya asuransi bulanan” yang dibebankan tersebut besarnya hampir sama dengan premi term life.

    Ingat dari sudut pandang nasabah, BIAYA PREMI BULANAN di UNITLINK tidak sama dengan biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi. Sedangkan kalo di TERMLIFE, PREMI BULANAN/TAHUNAN adalah benar2 biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi.

  153. Coba Bapak renungkan 2 perbandingan berikut.
    1. Bapak beli mobil 150 juta, sedangkan harga asli dari Jepang paling cuma 60 juta. Secara tidak langsung, Bapak sudah mengeluarkan uang tambahan lebih dari 60 juta, untuk mendapatkan barang yg senilai 60 juta.

    2. Bapak beli unitlink 150 juta. Sedangkan total komisi yg diterima pihak perusahaan sekitar 20-30 juta.

    Menurut Bapak, lebih enak mana. Harga sama 150 juta. Tapi Bapak beli mobil berarti membayar tambahan 60 juta untuk sesuatu yg tidak jelas digunakan untuk apa. Sedangkan beli unit link, Bapak tau jelas bahwa komisi yg diterima digunakan untuk mengumpulkan kekayaan pihak penjual.

    kalo saya punya pilihan beli mobil pada harga sebenarnya (60 jt) dengan jenis mobil yang sama dan proses belinya yg sama mudahnya dengan yang harga jualnya 150 juta jt (karena ada proses distribusi) saya pasti pilih yang 60 Juta.

  154. aduh, caranya quote text gmn sih ? maksud saya, saya mau jawab :

    kalo saya punya pilihan beli mobil pada harga sebenarnya (60 jt) dengan jenis mobil yang sama dan proses belinya yg sama mudahnya dengan yang harga jualnya 150 juta jt (karena ada proses distribusi) saya pasti pilih yang 60 Juta.

  155. #208
    itu definisi sumber pemasukan dan sumber pengeluaran, bukan aset dan liabilitas .

    >> sorry..
    definisi yg saya berikan tsb (#201) adalah definisi sederhana yg benar sesuai kenyataan.
    jangan terjebak istilah di akunting, ekonomi ataupun perbankan.
    coba renungkan lagi, apa yg anda harapkan dari suatu aset?
    sebagai contoh:
    saya membeli sebuah rumah dengan cara kredit dari suatu bank.

    maka..

    rumah tsb bukanlah aset saya, melainkan aset bank karena bank masih memiliki rumah tsb dan menerima sejumlah uang dari saya yg membeli rumah tsb secara kredit.

    rumah tsb menjadi liabilitas saya karena saya harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mencicil kredit kepemilikannya dan biaya2 lainnya (air, listrik, telpon, pajak, maintenance, dll).

    rumah tsb akan menjadi aset saya..bila saya mendapatkan uang dari kepemilikan rumah tsb, misalnya dengan cara menyewakannya.

    ‘sumber pengeluaran’ saya adalah kredit kepemilikan rumah tsb dan biaya2 lainnya tsb.
    dan ‘sumber pemasukan’ saya adalah uang sewa dari rumah tsb.
    sedangkan ‘sumber pemasukan’ bank adalah kredit kepemilikan rumah tsb.

    ===
    bisa dipisahkan atau tidak bisa dipisahkan ini cuma rintangan artifisial. sebenarnya bukan tidak mungkin dipisahkan tapi yang jualan aja yang gak mau jualan terpisah . kebanyakan UL memang gak bisa dijual terpisah tapi bukan berarti hanya dapat dilihat sebagai suatu blackbox. kita juga bisa dengan mudah memperhatikan bagaimana cara bekerjanya. mereka boleh saja menutup serapat2nya, tapi pasti bakalan ketahuan juga karena kedua kelas produk ini memiliki fungsi yang berbeda.

    >> anda cuma bermain kata2.
    sudah jelas unitlink itu adalah suatu produk akhir.
    kalau mau manfaat yg sama dengan unsur pembentuknya secara terpisah, ya beli saja produk lain.
    saya yakin anda cukup cerdas untuk mengerti ini..tapi kok ya.. gak mudeng2 sih?
    malah maksa yg jualan musti jual produk sesuai yg anda mau.
    sama saja anda maksa DELL jualan komputer yg sepesifikasinya sesuai yg anda mau ketika anda mendapatkan poroduk2 DELL belum memenuhi kemauan anda.
    kalau mau begitu ya cari saja merk lain atau merakit saja sendiri.

    ===
    keberatan om firesquid itu karena di term life katanya gak ada transparansi berapa besar komisi agen. gak ada informasi berapa banyak dari setoran premi yang merupakan biaya asuransi. ini benar, tapi gak ada artinya karena di dalam pos ‘biaya asuransi’ kita juga gak tahu berapa banyak yang digunakan untuk membayar premi. yang penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.
    kalau mau membandingkan premi asuransi term vs porsi investasi di UL, caranya adalah dengan membandingkan besar pos biaya asuransi + biaya administrasi + biaya akuisisi di UL dengan pos biaya premi asuransi + biaya administrasi (jika ada). yang susah di sini cuma biaya akuisisi di UL, karena biasanya dibayar lump sum, dan tidak periodik.

    >> anda menyebutkan ‘ini benar’, itu sudah cukup untuk menggugurkan keberatan anda terhadap transparansi di unitlink dan itu juga sangat ‘ada artinya’.

    lagi2 anda muter2 soal istilah ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’.
    sebenarnya kalau menurut anda, apa definisi ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’ pada unitlink?

    sebelumnya anda keberatan kalau nasabah tidak mengetahui detil kemana uang yg nasabah bayarkan lari.
    lha kok sekarang malah bilang ‘yg penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.”..?!

    jangan jualan es puter bung!

    ===
    perbandingan saya sebelumnya adalah agen asuransi vs independent financial advisor. jelas di sini ‘orang luar’ tersebut menguasai objeknya . argumen saya sebelumnya adalah “sebagian besar IFA tidak merekomendasikan UL, tapi sebagian besar agen asuransi merekomendasikan UL/WL. tanya kenapa?”.

    >> lha..saya tidak mempermasalahkan ‘menguasai objeknya’..tapi keobjektifannya..dan ini bisa dipengaruhi oleh kepentingannya.
    coba baca lagi komen #201..
    di sana sudah ada jawaban untuk ‘tanya kenapa?’.

    ===
    harusnya memang seperti itu . tapi pengalaman saya ngomong soal asuransi cepat atau lambat pasti ada tuduhan ‘gak kompeten’, ‘bukan agen asuransi jadi pasti gak tahu apa2′, ‘harusnya belajar dulu soal asuransi’ etc dll dsb.

    >> hehehe…
    setidaknya saya bukan tipe seperti itu..
    saya selalu menyarankan untuk MELIHAT DENGAN BENAR terlebih dahulu sebelum kita menilai sesuatu.
    ===

    betul. kepentingan saya di sini hanya saya selaku konsumen. saya gak jualan apapun, gak jualan WL, UL, endowment, term, reksadana, etc. posisi saya cuma sebagai konsumen produk2 tersebut. saya gak rugi dan gak untung sama sekali seandainya orang2 lebih menyukai produk tertentu gara2 baca tulisan saya.

    >> anda memang tidak jualan produk asuransi ataupun reksadana apapun (menurut klaim anda).
    anda selain konsumen juga seorang penulis blog yg cukup terkenal (setidaknya saya tahu blog anda :) )
    banyak sekali orang yg membaca blog anda ini.
    maka sebaiknya anda dalam menulis tidak memiliki tendensi apapun karena dapat mempengaruhi pandangan dan penilaian banyak orang.
    istilahnya, anda menggiring opini massa..
    memang..blog pribadi adalah media penuangan kebebasan mengungkapkan apapun dalam bentuk tulisan.
    tapi..bersikap bijaklah.
    ===

    #210
    terbalik. yang benar adalah trik untuk menyembunyikan biaya sehingga tidak terlihat merugikan bagi nasabah .

    >> anda menyebutnya begitu karena sudah ada harga mati untuk unitlink di kepala anda.

    yg saya tahu, agen mendapatkan sekian % dalam sekian tahun (kalau tidak salah, 5 tahun..CMIIW) dari porsi asuransi yg dibayarkan nasabah untuk unitlinknya.
    sekian % tsb akan mengecil setiap tahunnya.
    ada agen yg bisa menjelaskan?
    ===

    “It is useless to pour water into a full glass.”

  156. hal yang sama tidak bisa diklaim oleh ‘beberapa orang’ yang ada di sini . “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair,’

    Termasuk saya? gak pri. Sudut pandang anda aja yang ngaco! saya mungkin sama sebel nya sama anda soal asuransi. Saya mungkin sama gak sukanya dengan anda. Tapi bukan disana letak kesalahan nya.

    Intinya saya cuma bilang, This is not your competence to discuss about this. And this is not your first time to do so.

    Rasa skeptis anda sudah membuat tulisan yang mungkin harusnya bisa bagus jadi terkesan kacangan. Karena sebagian besar yang anda tulis disini adalah hanya omong kosong karangan anda. Soal time value of money. soal investasi bahkan soal asuransi nya sendiri.

    Asuransi di Indoneisa memang sangat mahal? anda tau Pri berapa beban Claim di indonesia dari seluruh jumlah nasabah? saya gak punya data yang jelas soal ini. Tapi di amerika dan negara2 eropa barat Beban Claim asuransi tidak lebih dari 10% dari jumlah nasabah.

    Kenapa bisa gitu? Karena dari 100 orang diambil secara random mungkin 99 orang adalah peserta asuransi. Dan dari 99 orang itu mungkin hanya 10 orang yang pernah claim. Itulah asuransi. Claim anda di tanggung oleh nasabah lain nya.

    Disini? mana bisa kaya gitu. Sedangkan asuransi nya sendiri hanya mampu penetrasi pasar ke segment tertentu. Mana bisa maintain hal hal tersebut.

    Sebagai ilustrasi:
    Saya pernah coba cari asuransi untuk karyawan saya semuanya. Cuma asuransi kesehatan yang full coverage. Tapi apa yang terjadi? tidak ada satupun asuransi yang berani menanggung penyakit kronis!

    ***Catatan dikit penyakit ada 2 macam, kronis dan akut. Kronis adalah penyakit yang menahun, akut adalah penyakit yang datang tiba2. Kronis ini adalah dari mulai usus buntu, jantung, kanker dan lain lain dimana proses sampai benar2 sakit nya butuh bertahun2***

    Mereka tidak mau menanggung dengan alasan bahwa bisa saja orang tersebut sudah menderita penyakit itu jauh bertahun2 sebelum dia ikut asuransi.

    Tidak berhenti sampai disitu. Waktu itu sebuah perusahaan asuransi asing yang ada di indonesia mau memberikan coverage full (walau tetap tidak menanggung penyakit kronis) dengan premi yang luar biasa besar. Sekitar Rp 3 jt setahun. Dan tidak ada unsur investasi nya. Hanya pure management resiko.

    Waktu itu karyawan saya ada 16 orang (Th 2003) dan saya hitung2 kalau seluruh nya saya bayarkan premi nya berarti pengeluaran saya per tahun adalah 48 jt. Akhir nya saya putukan karyawan tetap di askes saja dan saya menanggung seluruh biaya pengobatan bila ada yang sakit.

    Tau ga pri? total claim ke saya per tahun tidak pernah sampai 10 jt.

    Ilustrasi lain. Saya udah lama ga pernah pakai asuransi allrisk dari kendaraan. Kenapa? menurut saya itu buang buang uang. Asuransi kan hanya mengcover kerusakan kosmetik saja pada kendaraan. Dan premi nya itu loh. 3-5% dari nilai total kendaraan per tahun nya. Berapa tuh? kalau seandainya saya punya mobil dengan harga 200jt berarti saya berikan premi antara 6-10 jt setahun.

    Selama 17 tahun saya punya kendaraan, saya gak pernah keluar uang segitu banyak untuk kecelakaan. Jadi buat apa asuransi. Buat saya asuransi benar benar mahal!

    Lalu mau bicara mahal atau murah? this is very vary area pri. Parkir di jakarta mahal atau murah pri? 3rb sejam? toh banyak orang yang parkir dengan valet walaupun bayar 25rb.

    Pengacara yang biayanya 1-2 jt per bulan ada pri, bahkan LBH hanya minta uang oreasional tanpa meminta honor. Lalu kenapa Asegaff masih laku dengan harganya yang $250 per jam?

    Kantor saya waktu pakai ac cina merk tertentu, gerah pri. Gak tahan dengan panas yang keluar dari komputer. dan beberapa bulan kemudian jebol. Ada teman yang mengatakan AC cina itu ga tahan sama panas nya komputer apalagi di ruangan yang tidak terlalu besar. Maka saya coba untuk beli AC dengan harga 3 x lipat ac cina itu. Hasilnya sudah saya pakai 5 tahun sekarang dan tidak ada masalah sama sekali.

    Semua orang bilang saya bodoh dengan setiap bulan saya percayakan kendaraan saya pada AUTO 2000 yang terkenal mahal. Tapi apa hasil nya pri? Saya bahkan gak pernah buka kap mesin mobil saya. Saya mau ke mana saja tidak pernah merasa khawatir. Belum pernah saya punya masalah seperti yg di temui teman2 lain.

    Masalah harga adalah masalah yg sangat Vary seperti saya bilang tadi. Kalau menurut anda ada manager investasi yang murah ya silahkan saja. Tapi tentunya bukan fortis investment seperti yang di janjikan oleh beberapa UL. Coba deh di cek sekali sekali sudah berapa tahun fortis investment itu berdiri. Di cek deh sekali2 apa sih bisnis nya fortis investment.

    Saya sendiri sama skeptis nya dengan anda hanya saja dengan sudut pandang yang berbeda. Saya masih belum yakin koran B itu akan terbit atau tidak 10 tahun yang akan datang. Masalah harga tentu saja tidak bisa disalahkan kalau memang mahal. Saya mau jual service saya 100 jt per jam juga tidak ada yang boleh protes walaupun tetangga sebelah hanya jual service yang serupa 3-5 jt per bulan. Saya tidak pernah merasa lebih pintar dari tetangga sebelah. Mungkin saja tetangga sebelah lebih baik service nya dari pada saya. Tapi apa ini bisa di bilang penipuan? dimana penipuanya?

    Sudah lah pri coba berhenti untuk bicara ngotot2 an. Kalau itu bukan bidang anda. Soal value of money aja di postingan ini anda muter2 kadang anda bilang gini kadang bilang sebalik nya.

    Kita tidak harus jadi expert di semua bidang. Asal anda tahu saja tulisan anda yang satu ini tidak ada nilai nya.

  157. #215:

    definisi yg saya berikan tsb (#201) adalah definisi sederhana yg benar sesuai kenyataan. jangan terjebak istilah di akunting, ekonomi ataupun perbankan.

    kalau mau menredefinisikan istilah tersebut sih ya silakan saja. tapi saya bicara di sini sesuai dengan kesepakatan umum. bangunan adalah aset karena memiliki nilai. soal apakah nilainya naik atau turun setiap tahun itu urusan lain lagi. furniture, komputer, kendaraan juga aset karena memiliki nilai jual walaupun besarnya menurun setiap tahun. porsi investasi dalam UL atau reksadana juga aset, yang ini nilainya naik setiap tahun.

    kebutuhan untuk memaintain asuransi dengan UP Rp sekian adalah liabilitas karena kita harus mengeluarkan premi untuk itu.

    sudah jelas unitlink itu adalah suatu produk akhir. kalau mau manfaat yg sama dengan unsur pembentuknya secara terpisah, ya beli saja produk lain. saya yakin anda cukup cerdas untuk mengerti ini..tapi kok ya.. gak mudeng2 sih?

    hehehe, ya sok aja mau jual UL. tapi tetap saja yang merupakan aset hanyalah porsi investasinya, bukan porsi asuransinya :). kalau dijumlahkan memang akan lebih besar asetnya, sehingga yang dominan terlihat dari luar hanya asetnya. tapi kita gak bisa nutup mata dan pura2 bego kalau di dalamnya ada liabilitas yang besarnya cukup signifikan yang bisa jadi dapat dengan mudah kita hindari.

    anda menyebutkan ‘ini benar’, itu sudah cukup untuk menggugurkan keberatan anda terhadap transparansi di unitlink dan itu juga sangat ‘ada artinya’.

    it is a meaningless metric. pertama, transparan atau gak transparan tetap saja hasil akhirnya UL jauh lebih mahal daripada BTAID. kedua, transparansi tidak dibutuhkan di term life karena mekanisme pasar akan memastikan overheadnya tidak akan terlalu besar. kalau misalnya ada insurer yang pasang harga 2x lipat saingan termahalnya, ya akan langsung terlihat dengan jelas dan orang2 akan pindah ke produk lain.

    lagi2 anda muter2 soal istilah ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’. sebenarnya kalau menurut anda, apa definisi ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’ pada unitlink?

    yang muter2 itu firesquid. silakan tanya ke beliau :)

    sebelumnya anda keberatan kalau nasabah tidak mengetahui detil kemana uang yg nasabah bayarkan lari. lha kok sekarang malah bilang ‘yg penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.”..?!

    hehehe, perhatikan dulu konteks dimana saya menjawabnya :P. pertama transparansi gak dibutuhkan di term life, mekanisme pasar akan memastikan harganya gak terlalu mahal (see above). kedua, apakah dengan tingkat ‘transparansi’ yang ada sekarang di UL, mayoritas nasabah mengerti apa yang dia beli? kan ngga :).

    banyak sekali orang yg membaca blog anda ini. maka sebaiknya anda dalam menulis tidak memiliki tendensi apapun karena dapat mempengaruhi pandangan dan penilaian banyak orang. istilahnya, anda menggiring opini massa.. memang..blog pribadi adalah media penuangan kebebasan mengungkapkan apapun dalam bentuk tulisan. tapi..bersikap bijaklah.

    rasanya saya sudah cukup bijak di sini. kalau ‘menggiring opini massa’ artinya lebih banyak orang yang lebih teliti dalam membeli asuransi, maka boleh lah anda bilang saya ‘menggiring opini massa’ :)

    anda menyebutnya begitu karena sudah ada harga mati untuk unitlink di kepala anda. yg saya tahu, agen mendapatkan sekian % dalam sekian tahun (kalau tidak salah, 5 tahun..CMIIW) dari porsi asuransi yg dibayarkan nasabah untuk unitlinknya. sekian % tsb akan mengecil setiap tahunnya. ada agen yg bisa menjelaskan?

    belum ada harga mati. kalau anda tahu informasi UL yang overheadnya masih bisa bersaing dengan BTAID, silakan email saya ilustrasi/polis-nya. kalau memang begitu, saya akan dengan senang hati mempublikasikannya. saya tunggu email dari anda :).

  158. #181:

    ya kalau ini sih sudah tergantung toleransi masing2 terhadap teknik ‘penjualan’. saya pribadi berpendapat iklan tarif seluler itu gak bener, tapi UL itu lebih gak bener lagi :), at least iklan tarif seluler itu gak serumit UL, cukup telpon customer service dan dia akan kasih tahu informasi selengkapnya, dan konsumen akan langsung ngerti.

    Intinya sama saja kok, kalo permasalahannya pada biaya akuisisi yang terkesan ‘menipu’ karena tulisannya terlalu kecil. Lagian biaya akusisi yang besar juga kan hanya pada porsi asuransinya, yang memang kita beli bukan kita invest. Calon nasabah kan tinggal nanya ke agen, kalo agen jawabnya tidak memuaskan ya ngga usah ambil. Gitu aja kok repot.. :-D

  159. #216
    bet he’s not gonna stop ‘it’..
    ’cause he’s trying this: Changing the world, one person at a time…
    (see the tag line on top)

    [-(

  160. #216:

    Intinya saya cuma bilang, This is not your competence to discuss about this. And this is not your first time to do so.

    you are using ad hominem attack. and this is not your first time to do soâ„¢

    Rasa skeptis anda sudah membuat tulisan yang mungkin harusnya bisa bagus jadi terkesan kacangan. Karena sebagian besar yang anda tulis disini adalah hanya omong kosong karangan anda. Soal time value of money. soal investasi bahkan soal asuransi nya sendiri.

    bagian mana yang ‘omong kosong’?

    Lalu mau bicara mahal atau murah? this is very vary area pri. Parkir di jakarta mahal atau murah pri? 3rb sejam? toh banyak orang yang parkir dengan valet walaupun bayar 25rb.

    blah blah blah blah blah…

    anda mengalihkan pembicaraan. yang masalah di sini bukan mahal atau murahnya. tapi apa nasabah menyadari biaya yang harus dia keluarkan.

    Masalah harga adalah masalah yg sangat Vary seperti saya bilang tadi. Kalau menurut anda ada manager investasi yang murah ya silahkan saja. Tapi tentunya bukan fortis investment seperti yang di janjikan oleh beberapa UL. Coba deh di cek sekali sekali sudah berapa tahun fortis investment itu berdiri. Di cek deh sekali2 apa sih bisnis nya fortis investment.

    saya juga punya beberapa reksadana dari fortis :). harganya murah kok. untuk fortis ekuitas komisi belinya maksimal 3% (tapi agen saya pasang harga cuma 1.5%), untuk jual 1% untuk tahun pertama dan gratis untuk tahun2 berikutnya, biaya manajemen 1.75%/tahun.

    kalau beli lewat asuransi jatuhnya memang lebih mahal :). ambil contoh unit link dari sun life (yang katanya pake fortis juga). biaya setornya dimarkup jadi 5%. selain biaya manajemen investasi, juga dikenakan biaya ekstra 45 ribu/bulan. masih ada overhead penarikan Rp 50000/transaksi kalau redeem lebih dari 2x/tahun. dan ini masih belum memperhitungkan overhead ekstra dari sisi asuransinya.

    Masalah harga tentu saja tidak bisa disalahkan kalau memang mahal. Saya mau jual service saya 100 jt per jam juga tidak ada yang boleh protes walaupun tetangga sebelah hanya jual service yang serupa 3-5 jt per bulan. Saya tidak pernah merasa lebih pintar dari tetangga sebelah. Mungkin saja tetangga sebelah lebih baik service nya dari pada saya. Tapi apa ini bisa di bilang penipuan? dimana penipuanya?

    absolutely rubbish analogy :). jelas kalau anda jual service 100 jt semua orang langsung tahu kalau harganya 100 juta. not so with UL :).

    Kita tidak harus jadi expert di semua bidang. Asal anda tahu saja tulisan anda yang satu ini tidak ada nilai nya.

    saya pikir komentar andalah yang seperti itu :P

  161. #218:

    Intinya sama saja kok, kalo permasalahannya pada biaya akuisisi yang terkesan ‘menipu’ karena tulisannya terlalu kecil. Lagian biaya akusisi yang besar juga kan hanya pada porsi asuransinya, yang memang kita beli bukan kita invest. Calon nasabah kan tinggal nanya ke agen, kalo agen jawabnya tidak memuaskan ya ngga usah ambil. Gitu aja kok repot.. :-D

    jangan ngaduin agen dengan nasabah :). masalahnya bukan antara agen dan nasabah. agen biasanya hanya mengikuti SOP yang telah diberikan perusahaan. saya bisa bilang hampir semua agen itu jujur dan gak punya niat jelek sama sekali. masalahnya itu di perusahaan asuransinya, bukan agen.

  162. #217
    kalau mau menredefinisikan istilah tersebut sih ya silakan saja. tapi saya bicara di sini sesuai dengan kesepakatan umum.

    >> hmm..tidak seperti biasanya..
    biasanya Priyadi itu selalu ingin keluar dari persepsi umum.
    yg jelas, itulah definisi yg saya pegang.
    ===

    hehehe, ya sok aja mau jual UL. tapi tetap saja yang merupakan aset hanyalah porsi investasinya, bukan porsi asuransinya . kalau dijumlahkan memang akan lebih besar asetnya, sehingga yang dominan terlihat dari luar hanya asetnya. tapi kita gak bisa nutup mata dan pura2 bego kalau di dalamnya ada liabilitas yang besarnya cukup signifikan yang bisa jadi dapat dengan mudah kita hindari.

    >> lihat lagi apa yg saya maksud dengan ASET dan LIABILITAS.

    yg nutup mata dan pura2 bego itu siapa ya?
    yg jelas saya dapat melihat fakta bahwa unitlink itu adalah suatu produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi dan komponen2nya tidak dapat dipisahkan; dilihat dari profit, unitlink jelas akan kalah dibandingkan dengan reksadana meskipun dengan tingkat return yg sama.
    ===

    it is a meaningless metric. pertama, transparan atau gak transparan tetap saja hasil akhirnya UL jauh lebih mahal daripada BTAID. kedua, transparansi tidak dibutuhkan di term life karena mekanisme pasar akan memastikan overheadnya tidak akan terlalu besar. kalau misalnya ada insurer yang pasang harga 2x lipat saingan termahalnya, ya akan langsung terlihat dengan jelas dan orang2 akan pindah ke produk lain.

    >> dari dulu saya juga tahu unitlink lebih mahal dibandingkan kalau kita beli 2 produk yg bisa memberikan manfaat yg sama seperti komponen2 pembentuknya.

    jadi…mekanisme pasar yg membuat harga suatu produk tidak terlalu mahal?
    dan kalau harganya tidak terlalu mahal berarti tidak perlu transparansi?
    terserah produsen mau menghargai produknya berapa..dan anda tidak bisa menuduhnya melakukan penipuan hanya karena harganya mahal.
    kalaupun dirasa mahal (dirasa => subjektif), ya nanti juga tidak akan laku.
    produsen akan kembali berpikir..entah dengan menurunkan harganya, meningkatkan kualitasnya ataupun yg lainnya..
    eh, ini mekanisme pasar ya?
    terus overhead itu apa?
    apakah overhead = harga yg musti dibayar konsumen untuk membeli suatu produk?
    ah..nanti diprotes lagi..kesimpulan yg salah dari premis yg ada.
    ===

    yang muter2 itu firesquid. silakan tanya ke beliau

    >> saya merasa justru anda yg muter2..
    merasa..ah..subjektif lagi..
    ===

    hehehe, perhatikan dulu konteks dimana saya menjawabnya . pertama transparansi gak dibutuhkan di term life, mekanisme pasar akan memastikan harganya gak terlalu mahal (see above). kedua, apakah dengan tingkat ‘transparansi’ yang ada sekarang di UL, mayoritas nasabah mengerti apa yang dia beli? kan ngga .

    >> harga yg tidak mahal tidak dapat membuat transparansi tidak lagi dibutuhkan.
    transparansi dibutuhkan untuk melindungi produsen maupun konsumen jika terjadi klaim atas produk tsb.
    kalau sudah transparan tapi belum mengerti juga..ya jangan salahkan produsen ataupun produknya.
    hmm..nanti muter lagi deh tentang sudah kecurian tapi masih disalahkan..
    ===

    rasanya saya sudah cukup bijak di sini. kalau ‘menggiring opini massa’ artinya lebih banyak orang yang lebih teliti dalam membeli asuransi, maka boleh lah anda bilang saya ‘menggiring opini massa’

    >> masalahnya anda sudah mendiskreditkan suatu produk.
    kalau anda hanya memaparkan produk secara mendetil tanpa ada tendensi apapun..itu bisa diterima dan anda oleh karenanya sudah memberikan suatu pencerahan kepada orang lain tanpa perlu lagi dibuat lebih bingung oleh penilaian pribadi anda.
    ===

    belum ada harga mati. kalau anda tahu informasi UL yang overheadnya masih bisa bersaing dengan BTAID, silakan email saya ilustrasi/polis-nya. kalau memang begitu, saya akan dengan senang hati mempublikasikannya. saya tunggu email dari anda .

    >> yg anda permasalahkan dari unitlink itu sebenarnya apa?
    harga (overhead?) yg mahal?
    tidak transparan?
    menipu dengan ilusi?
    nasabah yg tidak sadar terhadap apa yg dia keluarkan?
    atau…jangan2..sudah sifat anda yg…ah, nanti dituduh ad hominem attack..
    ===

    who moved my cheese?
    don’t know..
    but i see the glass is moving around the corner and spilling out it’s content..
    yet it still thinks itself full.

  163. selaku konsumen, saya dukung yg membela kepentingan konsumen yg benar dengan benar..
    dan saya selalu berusaha melihat dengan benar..

  164. you are using ad hominem attack. and this is not your first time to do soâ„¢

    Gak pernah terlintas sama sekali. Hanya saya sering merasa anda adalah orang yang tidak bisa di kritik. Tulisan anda sering blunder, dan kalau ada yg kritik anda seringkali terlihat sangat defensif dengan tulisan tulisan baru yang bias.

    anda mengalihkan pembicaraan. yang masalah di sini bukan mahal atau murahnya. tapi apa nasabah menyadari biaya yang harus dia keluarkan.

    Ini salah satu komentar blunder. Kenapa anda harus tau dapur produk mereka? Berapa mereka bayar manager investasi berapa mereka ambil untung dan lain lain. Kenapa anda harus repot2? Toh di unit link tidak ada paksaan, dan bukan sesuatu yang sifat nya urgent dan emergency seperti rumah sakit misalnya, atau lembaga sosial lain nya.

    Tidak ada kewajiban bagi mereka untuk menjelaskan mau diapakan uangnya. Kewajiban mereka adalah pada saat jatuh tempo mereka harus bayar. Itu saja. Tulisan anda sangat tendensius dan mengarah pada suatu tendensi seolah olah mereka menipu. Seolah olah yang membeli produk mereka adalah orang bodoh.

    Mungkin ada gak percaya tulisan anda tendensius. Tapi bagi banyak orang iyah. Dan itu adalah bentuk dari propaganda.

    Terserah anda mau ngomong apa pri, susah kalau pribadi anda begitu defensif dan merasa pintar sendiri. Sudah berkali2 saya berdebat dengan anda. dan anda biaskan. Ingat dulu anda maki2 dan ngomel2 tentang fiskal? kenapa kita bayar fiskal. Ingat apa tulisan anda? ya terang aja anda gak tau anda bayar pajak aja ngga!

    Lalu tentang forex yang sudut pandang anda sama sekali salah! gak ngaku? orang2 mungkin hanya capek berdebat dengan anda yang mau menang sendiri. Anda tidak pernah survey kok saya tahu persis.

    Lalu soal obat generik. saya juga komentarin anda, Memang saat itu saya ketawain anda karena tulisan anda amat sangat ngaco! sampai akhir nya anda tulis kecil2 “Point well taken” hehehhe

    Dan sekarang mengenai unit link juga percaya deh sama saja. Mungkin kalau anda mau terbuka saya bersedia kok berbicara 1-2 jam, dengan anda sekedar ngasih tau anda sering kali tulisan anda kacangan! dan saya akan kasih tau letak kesalahan nya.

    Apa saya salah juga? kalau saya tulis begitu? Ah sudah lah itu perkara anda sendiri. Dan ini menurut saya dan beberapa teman. Anda mau terima silahkan, anda mau mati2an bersikap defensif juga silahkan. Saya ga akan ganggu anda di blok ini lagi. Sorry sudah gatel berkomentar… Cheers pri

  165. #225
    thanks…
    point well taken..

    hope all the readers here know what kind of person the writer is..
    not to judge..but to understand the reason..

    you are what you say..- in this case, what you write -..

    ===

    hey..take and clean up that glass..
    i need it to drink fresh cool water..

  166. #225
    hehe.. saya juga pernah debat sama sang pemilik blog. memang begitu orangnya ^^ .. tapi untuk kasus ilusi finansial ini, beliau ada benarnya. sama sekali tidak kacangan:d
    ini serius. karena menyangkut masalah pandangan masyarakat terhadap produk finansial..

  167. #223:

    yg nutup mata dan pura2 bego itu siapa ya? yg jelas saya dapat melihat fakta bahwa unitlink itu adalah suatu produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi dan komponen2nya tidak dapat dipisahkan; dilihat dari profit, unitlink jelas akan kalah dibandingkan dengan reksadana meskipun dengan tingkat return yg sama.

    anda mengimplikasikan saya harus pura2 gak tahu dan menghitung UL secara blackbox. kedua. saya gak membandingkan masalah return-nya, tapi biaya yang harus ditanggung nasabah.

    dan anda tidak bisa menuduhnya melakukan penipuan hanya karena harganya mahal. kalaupun dirasa mahal (dirasa => subjektif), ya nanti juga tidak akan laku.

    kapan saya nuduh ‘melakukan penipuan hanya karena harganya mahal’? :P coba anda baca sekali lagi dengan lebih hati2 :)

    kalau sudah transparan tapi belum mengerti juga..ya jangan salahkan produsen ataupun produknya.

    the problem is that it is not transparent enough. boleh disurvey sendiri berapa banyak sih nasabah yang ngerti isi ilustrasi + keterangan yang disampaikan oleh agennya.

  168. Kurang kerjaan saya di hari ini adalah membacai komen yang pro dan kontra.

    Sebagai mantan nasabah Unit Link, saya merasa tercerahkan dengan artikel Priyadi. Terlepas dari ada yang bilang:

    Asal anda tahu saja tulisan anda yang satu ini tidak ada nilai nya.

    Saya mengambil UL karena agennya memang gigih sekali dan juga baru berfikir pentingnya asuransi namun belum tahu mau ambil yang seperti apa.

    Datanglah 3 orang “Financial Advisor” dari perusahaan asuransi yang merupakan gabungan perush. asuransi terbesar kedua di dunia dan bank terbesar di Indonesia. Sebut aja X. Beberapa kali mereka memprospek saya dan rekan-rekan lainnya, mereka hanya mengulang-ngulang tentang proyeksi pertumbuhan sampai tahun 99 dan bahwa kita akan mendapatkan Up sekian dan sekian. Dana kita saat tahun ke-5, ke-10, dst. Mereka juga menyampaikan tentang:

    Jika polis ditutup sebelum waktunya, investasi tidak akan maksimal.

    Disinggung juga adanya biaya-biaya (tadinya saya mengira itu biaya asuransi karena dikatakan seperti itu oleh si FA), ternyata bukan (akhirnya saya tahu namanya adalah biaya akuisisi dari Priyadi).

    Setelah saya baca-baca polisnya dengan seksama, ada beberapa poin yang perlu di-cam-kan oleh calon nasabah/nasabah seperti saya:

    1. Nilai yang diproyeksikan adalah asumsi saja (biasanya 10% atau 14%). Nah kalau dalam kenyataannya kurang dari itu, maka nilai investasi kita bisa dan PASTI akan berkurang.

    2. Investasi yang kita punya TIDAK DIJAMIN. Semua angka adalah ILUSTRASI BELAKA. Makin besar gain yang kita harapkan makin besar pula resikonya.

    3. Sang FA tidak lebih pandai/tahu dalam menjelaskan masalah financial daripada Priyadi (atau Independent Financial Planner). Atau mereka berlagak tidak tahu? Atau Syndrome “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair.

    Ada 3 FA dari X ini dari cabang yang berbeda yang mengatakan bahwa modalnya dijamin (verbal).
    Saat saya tanya, “Ada kemungkinan modalnya berkurang?”.
    Dijawab, “Tidak ada Pak. Kita menjamin minimal 14%, tapi kenyataannya bahkan sampai 30%.”

    Saya: “Kalau memang dijamin modalnya, kenapa gak semua orang masuk ke situ saja? Daripada deposito yang bunganya

  169. #225:

    Gak pernah terlintas sama sekali. Hanya saya sering merasa anda adalah orang yang tidak bisa di kritik. Tulisan anda sering blunder, dan kalau ada yg kritik anda seringkali terlihat sangat defensif dengan tulisan tulisan baru yang bias.

    gak pernah terlintas sama sekali bukan berarti anda tak melakukannya. dan anda baru saja (lagi-lagi) melakukan hobi anda membahas pribadi saya ketimbang topik yang sedang dibahas.

    Ini salah satu komentar blunder. Kenapa anda harus tau dapur produk mereka? Berapa mereka bayar manager investasi berapa mereka ambil untung dan lain lain. Kenapa anda harus repot2? Toh di unit link tidak ada paksaan, dan bukan sesuatu yang sifat nya urgent dan emergency seperti rumah sakit misalnya, atau lembaga sosial lain nya.

    anda cuma mengalihkan pembicaraan (lagi-lagi). seandainya satu produk UL dapat dengan mudah dibandingkan dengan produk UL lain saya memang gak perlu repot2 mencari tahu. kenyataannya tidak begitu. dan setelah tahu caranya bagaimana mereka ‘melakukannya’ apa saya harus tutup mata dan pura2 gak tahu? gak kan.

    Lalu soal obat generik. saya juga komentarin anda, Memang saat itu saya ketawain anda karena tulisan anda amat sangat ngaco! sampai akhir nya anda tulis kecil2 “Point well taken” hehehhe

    it takes courage to admit your mistakes. selain itu tulisan saya bukannya ‘amat sangat ngaco’. cuma ada beberapa detail kecil yang salah. tulisan ‘point well taken’ juga sama sekali gak ditulis kecil2 (gak sekecil fine print di ilustrasi UL :P), saya juga modifikasi tulisan saya sesuai dengan informasi baru yang anda berikan.

    hanya saja, menertawai orang karena kesalahannya (yang minor pula) adalah tindakan kekanak2an. menyerang pribadi saya juga kekanak2an. tidak seperti komentar anda di tulisan tersebut, di sini anda sama sekali belum pernah menambahkan sesuatu yang baru yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

    sekarang tinggal niat anda diskusi untuk apa. untuk mengetahui kebenaran tentang sesuatu? atau semata2 untuk mengedepankan agenda pribadi? atau untuk mencari bahan tertawaan dengan cara mencari2 kesalahan orang lain?

    i’m willing to readily admit my mistakes. would you?

    Dan sekarang mengenai unit link juga percaya deh sama saja. Mungkin kalau anda mau terbuka saya bersedia kok berbicara 1-2 jam, dengan anda sekedar ngasih tau anda sering kali tulisan anda kacangan! dan saya akan kasih tau letak kesalahan nya.

    kenapa harus bicara 1-2 jam? kenapa gak ditulis saja di sini bagian mana dari tulisan saya yang salah?

  170. Lanjutan dari #229 yang kepotong……..

    Ada 3 FA dari X ini dari cabang yang berbeda yang mengatakan bahwa modalnya dijamin (verbal).
    Saat saya tanya, “Ada kemungkinan modalnya berkurang?”.
    Dijawab, “Tidak ada Pak. Kita menjamin minimal 14%, tapi kenyataannya bahkan sampai 30%.”

    Saya: “Kalau memang dijamin modalnya, kenapa gak semua orang masuk ke situ saja? Daripada deposito yang bunganya di bawah 10%?”

    Dia: “Syaratnya 1 tahun tidak boleh dicairkan?”

    Saya: “Deposito yg 12 bulan juga 1 tahun tidak bisa dicairkan. Bunganya tidak sebesar itu.”

    Dia: “Makanya ambil saja. Lebih bagus daripada deposito dapat asuransi pula.”

    Dan ini disampaikai oleh 3 agen berbeda yang kantornya juga beda (masih dari perush. X). Sayang tidak saya rekam.

    Setelah saya lihat ilustrasinya ternyata tidak ada jaminan apa-apa. Pertama kali kita setor saja, uang kita langsung berkurang 7.3% (2.3% untuk asuransi dan 5% untuk biaya pembelian unit). Dalam ilustrasi, kebetulan dibuat dari bulan Juli 2007 sampai November 2007. Di situ terlihat dana di 16 Agustus sempat tinggal 82% saja (ilang 18% saat index). Memang akhirnya bisa gain 12% di bulan November, tapi semua reksadana juga sudah gain tinggi saat itu. Tapi gak ada jaminan 2008 akan seperti 2007 bukan?

    Apa ini salah agennya? 3 agen dari kantor cabang yang berbeda menyampaikan hal yang sama? Aneh….

    Saya cuma menceritakan pengalaman pribadi. Apa adanya saja. Ternyata FA berani memberi jaminan hanya dari histori bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini RDS selalu bagus. Tapi dalam polis/prospektus, semuanya disebutkan jelas: “TIDAK ADA JAMINAN INVESTASI.”

  171. Nah kan.. ada nasabah (Bung Rachmat) yang komplain langsung tuh :p .. tidak ada jaminan investasi, tapi agen bilangnya dijamin..
    Tapi yang menjadi intinya, bukan jamin menjamin returnnya, melainkan transparansi dari produk UL..kasihan para nasabah. asuransi (yang sudah dinaikkan harganya dibanding asuransi biasa) berkedok investasi.. $-)

  172. #199

    sekali lagi anda gak perlu posting seluruh argumen anda di seluruh posting saya tentang asuransi :). nominal 150 juta yang disetorkan sekaligus (lump sum) gak bisa dibandingkan secara langsung dengan setoran periodik dengan jumlah total yang sama. karena ada yang namanya time value of money.

    Kalau memang setoran Lump Sum gak bisa dibandingkan secara langsung dengan setoran periodik, silahkan saja beli Unit Link dengan cara setoran single premium. Anggap saja beli mobil cash, tanpa cicilan….

    walah. rumah tetap aset dong, walaupun depreciating asset. sedangkan investasi dan properti tanah itu appreciating asset. tapi keduanya tetap aset: kita bisa jual untuk mendapatkan uang, walaupun untuk depreciating asset nilainya akan di bawah pada saat kita mendapatkan aset tersebut.

    kalau asuransi? porsi asuransi jiwa yang ada di UL itu bukan aset. kita gak bisa jual kembali untuk mendapatkan sebagian uang yang telah kita bayarkan. mengalihkan pertanggungan ke orang lain saja gak bisa kok. yang aset itu ya cuma porsi investasinya.

    Mungkin Mas Priyadi bisa bantu jelaskan kepada saya, gimana cara jual properti. Hanya jual bangunan rumah doank, tanpa jual tanah…

    Misalnya Mas Priyadi punya rumah pribadi yg lengkap (rumah + tanah). Apakah Mas Priyadi tidak perlu mengeluarkan pengeluaran untuk rumah (manfaat proteksi untuk penghuninya) . Misalnya biaya listrik, biaya air, biaya telp, biaya renovasi, biaya ngecat baru tiap lebaran, biaya ganti furniture, dll.

    Sama juga dengan Unit Link. Untuk porsi proteksi, tentu juga ada yg namanya biaya pengalihan resiko, biaya akuisisi, biaya administrasi.

    Baik rumah maupun unit link, sama-sama mengeluarkan biaya untuk manfaat proteksinya. Baik rumah maupun unit link juga tidak bisa dipisahkan manfaat proteksi dan investasi. Setidaknya saya masih ga tau gimana cara jual bangunan rumah doank, tanpa jual tanah. Mungkin nanti ada jasa pemindahan bangunan rumah.

    Semoga penjelasan kali ini bisa menjawab kebingungan analogi rumah thd unit link.

    anda yakin biaya asuransi pada UL itu 100% digunakan untuk membayar klaim? kecuali anda ambil asuransi jiwa syariah, dalam kondisi normal (gak ada epidemi, bencana alam dll dsb), dapat dipastikan claim rate pasti di bawah 100%. selisihnya ini digunakan untuk hal2 seperti mitigasi resiko regresi, penambahan kapital, atau bahkan profit untuk perusahaan.

    Well, peraturan pemerintah ttg Unit Link harus mencantumkan rincian biaya pengalihan resiko (biaya asuransi) pada unit link. Biasanya biaya ini sudah ditentukan dari perusahaan re-auransi (perusahaan pooling resiko).
    Jika ada produk unit link yg melakukan mark-up pada biaya tsb, nanti kita protes bersama. :D

    di term life, overhead ini akan ditekan sekecil mungkin oleh mekanisme pasar. yang mark up terlalu besar akan langsung ketahuan.

    Cara mengetahuinya gimana? Apa tolok ukurnya?
    Apakah Mas Priyadi dikasih tau berapa biaya asuransi Term Life sebenarnya pada suatu produk Term Life? Atau pernyataan ini hanya sekidar opini pribadi atau pendapat subjektif doank.

    Oke, seandainya Mas Priyadi mendapatkan bocoran mengenai biaya asuransi dari orang underwriting, selanjutnya Mas Priyadi harus membandingkan perusahaan re-asuransi yg dipakai perusahaan asuransi. Beda re-as beda pula tarif, dan berbeda pula klausul nya.

    Dan setelah mempelajari perusahaan re-asuransi tersebut, kembali lagi ke perusahaan yg menjual produk. Gimana dengan proses klaim nya. Kalau saya di unit link prudential, sudah dibantu oleh agen saya.

    Kalau Mas Priyadi memang orang yg suka repot, silahkan membedah asuransi jiwa sampai puas…

  173. #208

    bisa dipisahkan atau tidak bisa dipisahkan ini cuma rintangan artifisial. sebenarnya bukan tidak mungkin dipisahkan tapi yang jualan aja yang gak mau jualan terpisah.

    Silahkan Mas Priyadi pisahkan properti rumah, antara bangunan dengan tanah :D.
    Bukan masalah tidak mau dipisahkan, tapi memang tidak bisa terpisah. Kalau mau dipaksakan pisah, ya beli apartemen + tanah terpisah. Tapi itu kan sudah bukan beli rumah lagi donk.

    kalau mau membandingkan premi asuransi term vs porsi investasi di UL, caranya adalah dengan membandingkan besar pos biaya asuransi + biaya administrasi + biaya akuisisi di UL dengan pos biaya premi asuransi + biaya administrasi (jika ada). yang susah di sini cuma biaya akuisisi di UL, karena biasanya dibayar lump sum, dan tidak periodik.

    Pertama…Unit Link adalah whole life + investasi. Berapa kali saya harus bilang ya…Kalau tidak percaya, tanyakan saja sama dewan AAJI deh.

    Kedua…produk Term Life tidak merincikan dengan jelas biaya asuransinya dan berbagai biaya mark up lainnya. Yg ada hanya premi tambahan untuk rider dan biaya administrasi.

    Ketiga…produk Unit Link sudah sangat transparant mengenai semua biaya, dari biaya akuisisi sampai biaya zakat (sudah a-z). Walaupun sebagian biaya tsb dinyatakan dalam bentuk persen. Jika ada yg gak ngerti ttg persenan tsb, sudah kewajiban agennya untuk menjelaskan jika ditanyakan sama nasabah.

    perbandingan saya sebelumnya adalah agen asuransi vs independent financial advisor. jelas di sini ‘orang luar’ tersebut menguasai objeknya :). argumen saya sebelumnya adalah “sebagian besar IFA tidak merekomendasikan UL, tapi sebagian besar agen asuransi merekomendasikan UL/WL. tanya kenapa?”.

    Pertama…ada Financial Advisor Independent dan ada juga Finansial Advisor yg berafiliasi dgn perusahaan tertentu. Banyak agen asuransi yg mengaku Finansial Advisor, tapi sebenarnya tidak mengerti ttg keuangan. Ini yg harus dicermati.
    Finansial Advisor Independent memiliki kode etik dalam menjalankan profesinya. Dia tidak merekomendasikan atau ber-afiliasi dengan perusahaan tertentu. Jika dia menyarankan Term Life + Investasi terpisah, itu adalah solusi termudah bagi FA tsb, bukan bagi nasabah. FAI ini mendapatkan penghasilan dari jasa konsultasi, tarifnya cukup mahal. Jika terjadi sesuatu dengan asuransi dan investasi yg dipilih nasabah, itu diluar tanggung jawab moral si Advisor.

    Kedua…Finansial Advisor Ter-afiliasi, tidak mengenakan tarif untuk konsultasi. Client hanya perlu ambil produk dari dia, dan perusahaan afiliasi tsb yg akan membayar FA tsb seumur hidup. Kelebihan FA Ter-afiliasi daripada yg independent, selain menawarkan jasa konsultasi keuangan, dia juga akan membantu nasabah melakukan klaim dan urusan administrasi lainnya.

    Ketiga…jika mengikuti saran dari pengamat finansial dan asuransi, misalnya Mas Priyadi, pengamat ini cenderung tidak mengetahui detail dan update dari suatu produk. Akibat informasi yg kurang, bisa menyesatkan org yg minta saran. Dengan kata lain, lebih baik bayar jasa Finansial Advisor Independent atau beli produk dari Finansial Advisor Ter-afiliasi.

    betul. kepentingan saya di sini hanya saya selaku konsumen. saya gak jualan apapun, gak jualan WL, UL, endowment, term, reksadana, etc. posisi saya cuma sebagai konsumen produk2 tersebut. saya gak rugi dan gak untung sama sekali seandainya orang2 lebih menyukai produk tertentu gara2 baca tulisan saya.

    Pantas aja tulisan Mas Priyadi ttg asuransi banyak kurangnya. Cuma asalan ditulis tapi disajikan dalam bentuk yg menarik. Bagi pembaca yg awam asuransi dan investasi, biasanya langsung setuju.

    Kalau Mas Priyadi mau tanya dimana salahnya…nanti saya bisa menunjukkan beberapa point yg benarnya doank. Kalau tunjukkan salahnya terlalu panjang :D

  174. #211 To Bapak hutanlebat
    Silahkan baca ulang postingan #197 yg saya tulis. Di sana saya ada jelaskan mengenai premi Term Life dan Whole Life. Besaran biaya asuransi yg berbeda tergantung pada 2 faktor utama :
    – jenis asuransi (term/whole)
    – tarif dari perusahaan re-asuransi (yg pooling resiko sebenarnya)

    Anda boleh coba survey biaya asuransi pada produk Unit Link dan coba dibandingkan dengan premi Term Life dari perusahaan yg sama.

    Ingat dari sudut pandang nasabah, BIAYA PREMI BULANAN di UNITLINK tidak sama dengan biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi. Sedangkan kalo di TERMLIFE, PREMI BULANAN/TAHUNAN adalah benar2 biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi.

    Nah…jika Anda sudah sampai di point ini, coba kembali lagi ke pengertian produk unit link. Produk unit link adalah produk proteksi + investasi.
    Jika ada 2 manfaat utama dalam 1 produk, jelas harganya juga beda. Dan kedua manfaat ini tidak bisa dipisahkan.
    Sama seperti bangunan + tanah, kalau dianalogikan untuk rumah.

    Jika ingin asuransi doank yg murah tapi proteksi seumur hidup, ambil saja yg produk tradisional jenis Whole Life yg tidak ada pengembalian nilai tunai.

  175. #212 To Bapak hutanlebat

    kalo saya punya pilihan beli mobil pada harga sebenarnya (60 jt) dengan jenis mobil yang sama dan proses belinya yg sama mudahnya dengan yang harga jualnya 150 juta jt (karena ada proses distribusi) saya pasti pilih yang 60 Juta.

    Sayangnya kalau melalui jalur “biasa” tidak ada Pak…
    Setiap mobil yg masuk pasti kena pajak barang mewah dan bea cukai sehingga harga mobil menjadi 2x lipat lebih mahal dari harga sono. Kalau masuk dengan cara yg “tidak biasa” mungkin bisa.

    Maksud saya, daripada Bapak keluar biaya yg 100%++ dari barang tapi tidak jelas gunanya, lebih baik keluar duit yg cuma 15-20% dari harga barang tapi manfaatnya jelas, minimal nambah profit pihak perusahaan.

  176. Bah Jadi Muter2 buset! satu satu ya.

    Sekali lagi saya jelaskan dan saya tekan kan. Saya ini orang yang anti(baca:kalau bisa tidak urusan sama sekali) dengan Asuransi Apalagi UNIT LINK!, Juga forex dan berbagai macam instrument financial yang beredar di Indonesia.

    Taaapiiiiii……..
    Kalau Pri menganggap blog ini atau tulisan beliau adalah sesuatu yang valid, baik itu berita maupun opini atau pun apalah. Pendapat nya sering dirasa sudut pandangnya kurang tepat. (Paling ga buat saya. Saya gak mau berdebat soal ini)

    Soal Unit Link
    Adalah hak mereka untuk menyamarkan biaya apapun sebagai produsen apapun. Tidak ada keharusan bagi mereka untuk menjadi sebuah lembaga yang transparan. Kecuali ketika mereka One Prestasi atau tidak mampu melakukan kewajiban nya! Mereka harus buktikan bahwa mereka tidak menipu. Atau mereka bisa terkena pidana.

    Sebagai konsumen? Wah itu sangat relatif itu hak anda untuk menentukan membeli yang mana. Berapa biaya real cost produsen adalah urusan dan hak prerogatif produsen. Tinggal masalah diterima atau tidak oleh pasar! Kalau diterima ya mereka berhasil Kalau tidak ya mereka gagal. Tidak ada unsur penipuan disini.

    Soal Management Investasi
    Pri investasi di Fortis(misalnya) atau beli reksadana di fortis(misalnya) masih ada resiko, limit resiko dan hedging management untuk memilih reksadana mana yg sebaiknya dipilih untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

    Namun produk fortis memang sudah sedimikian di design untuk mereka yang awam pun dapat dengan mudah memilih portofolionya.

    Namun ada kemudahan lain bila bergabung dengan UNIT LINK, apa yang dilakukan banyak orang dengan menganalisa sendiri reksadana nya, digantikan oleh mereka yang mengaku profesional di bidangnya (Saya tidak mau tau saat ini apakah pengakuan mereka benar atau tidak. paling tidak itu yang mereka claim!) dan mereka mematok biaya tertentu untuk ini.

    Diluar seluruh komponen biaya mereka punya faktor lain yang cukup fundamental dalam menentukan harga akhir yaitu keuntungan mereka sendiri. Jadi ada dua faktor disini yang benar2 hak mereka. hak prerogatif mereka. Tidak bisa di ganggu gugat oleh siapapun dan tidak bisa di protes oleh siapapun.

    Janggal rasanya mempermasalahkan hal ini. Malah saya bilang lucu kalau hal ini di permasalahkan. Orang itu hak mereka. Kecuali kalau mereka adalah lembaga sosial dan lain lain.

    Hak anda untuk berkomentar (secara etika, bukan hak asasi!) adalah sebatas kok UL anu mahal ya, di UL ini murah! sudah titik.

    Lalu kalau statement anda adalah misalnya:
    Apa benar mereka benar benar mampu. Apa benar harga segitu wajar kita bayarkan karena dia benar2 mampu?

    Itu sah sah saja. Kalau anda bisik2 bilang, dengar2 di unit link anu manager investasi nya ga punya pengalaman, gila aja dia jual segitu. Itu masih tetap terlihat elegant. Tidak ada masalah!

    Atau kalau anda bilang, wah saya merasa tertipu, beginian doang kok di hargain segitu? di tempat sana malah lebih murah tp lebih baik. Sah pak. Masih enak kedengeran nya.

    Atau anda bilang ah cuma segitu doang yg mereka kerjain, mending gua kerjain sendiri. Boleh! ga ada masalah komentar seperti itu.

    Atau lebih extreme lagi kalau statement anda adalah karena keragu2 an anda mengenai kemampuan mereka mengelola dana investasi, ini juga gak papa.

    Tapi kalau anda mempermasalahkan dapur mereka, faktor yang mereka punya hak penuh mereka sembunyikan. Kan lucu Pri. Kok anda permasalahkan itu? kenapa?

    Sudah saya bilang dari awal ini cuma masalah sudut pandang. Anda selalu punya sudut pandang yang unik. Yang menurut saya lucu sekali! Dan kok saya merasa ini karena rasa skeptis anda! Sudut pandang yang anda paparkan disini menjelaskan sekali kebencian anda tentang masalah ini (oh mungkin anda tidak benci, namun ada tendensi yang nyaris tidak kasat mata dalam kalimat anda kata per kata)

    Terakhir
    Saya debat sama anda sering Pri. Anda selalu defensif. Belakangan saya malas ikutin blog ini karena saya tidak mau ganggu kesenangan anda tentang kebencian2 anda.

    Tapi lama kelamaan saya gatal lagi. Sentilan saya dianggap sebagai serangan secara pribadi(bukan di tulisan yang ini pertama kalinya) bukan kepada tulisan nya. Kadang saya tergelitik untuk terus berdebat (bukan cari menang kalah, hanya coba kritik, anda lihat saya tidak selalu anonym, tidak berusaha mencari keuntungan apapun disini)

    Belakangan saya sudah malas untuk pakai bahasa yang halus.(bukan berarti saya maki2- cuma saya pakai bahasa yang slengean aja) ah malah anda bertambah hebat defensif nya.

    Malah saya sering kasih liat web anda untuk minta pendapat orang2 ternyata jawaban mereka sama yaitu anda menulis terlalu dangkal dan cenderung menyesatkan. Sudut pandang anda sangat tidak masuk akal dalam menyatakan sesuatu.

    Sekali lagi cuma masalah sudut pandang. Benar, anda benar bahwa Unit Link Tidak masuk akal! Bahwa Unit Link adalah produk experimental, bahwa ini hanya gebrakan produsen untuk menjual sesuatu. Hanya marketing cosmetic. Tapi kok alasan pendukung anda selanjutnya menggelikan (Paling tidak bagi saya!)

    kenapa harus bicara 1-2 jam? kenapa gak ditulis saja di sini bagian mana dari tulisan saya yang salah?

    Sudah berkali2 bahkan jauh2 sebelum tulisan ini dibuat saya sudah sering kritik anda, baik secara halus maupun lama2 terkesan menyerang. Anda selalu defensif. Dan mungkin ada kebiasan. Karena memang harus tulis panjang2 biar efisien!

    hanya saja, menertawai orang karena kesalahannya (yang minor pula) adalah tindakan kekanak2an. menyerang pribadi saya juga kekanak2an. tidak seperti komentar anda di tulisan tersebut, di sini anda sama sekali belum pernah menambahkan sesuatu yang baru yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

    Saya tidak mentertawai anda karena kesalahan minor! dan saya lakukan karena saya cape debat dengan anda sebelum2 nya. Obat generik bukan debat anda dan saya yang pertama.

    sekarang tinggal niat anda diskusi untuk apa. untuk mengetahui kebenaran tentang sesuatu? atau semata2 untuk mengedepankan agenda pribadi? atau untuk mencari bahan tertawaan dengan cara mencari2 kesalahan orang lain?

    Anda yang saya lihat selalu berpikiran seperti itu ketika ada yang mengkritik anda. Bukan hanya saya. Kadang kritikan itu pedas kadang halus. Tapi seringkali anda memvonis seperti itu kepada semua orang.

    Niat saya diskusi untuk mempertanyakan kepada anda kok sudut pandang anda pada suatu masalah begitu? kenapa gak begini? seperti orang2 lain? sebel nya ama sesuatu sebenarnya anda dan saya sama. Cuma sudut pandang anda beda!

    i’m willing to readily admit my mistakes. would you?

    Sure….., email saya itu msn saya Pri. Percaya saya ga ada niat mentertawakan anda. Justru saya sering liat anda jadi bahan tertawaan orang. Kalau saya di kantor atau rumah hampir selalu Online. Saya tunggu kalau mau diskusi

  177. #238:

    maaf, saya gak mau lagi melayani debat kusir anda yang menjurus menyerang pribadi. it is tempting though, tapi rasanya gak perlu lagi saya layani. saya balas saja secuil komentar anda yang saya rasa masih berhubungan dengan topik yang dibahas.

    Adalah hak mereka untuk menyamarkan biaya apapun sebagai produsen apapun. Tidak ada keharusan bagi mereka untuk menjadi sebuah lembaga yang transparan. Kecuali ketika mereka One Prestasi atau tidak mampu melakukan kewajiban nya! Mereka harus buktikan bahwa mereka tidak menipu. Atau mereka bisa terkena pidana.

    ini saya gak setuju. di unit link, keputusan alokasi investasi ada pada nasabah. nasabah juga yang nanggung 100% resikonya. perusahaan asuransi sama sekali tidak rugi baik market sedang naik atau sedang turun, mereka tetap untung. dan kalau nilai investasi disunat untuk biaya apapun, termasuk untuk biaya asuransi, nasabah berhak untuk tahu.

    Sebagai konsumen? Wah itu sangat relatif itu hak anda untuk menentukan membeli yang mana. Berapa biaya real cost produsen adalah urusan dan hak prerogatif produsen. Tinggal masalah diterima atau tidak oleh pasar! Kalau diterima ya mereka berhasil Kalau tidak ya mereka gagal. Tidak ada unsur penipuan disini.

    cost produsen adalah hak prerogatif produsen. ini saya setuju 100%. tapi masalahnya bukan ini :). masalahnya adalah: “konsumen sadar gak cost yang harus mereka bayarkan?”

    Namun ada kemudahan lain bila bergabung dengan UNIT LINK, apa yang dilakukan banyak orang dengan menganalisa sendiri reksadana nya, digantikan oleh mereka yang mengaku profesional di bidangnya (Saya tidak mau tau saat ini apakah pengakuan mereka benar atau tidak. paling tidak itu yang mereka claim!) dan mereka mematok biaya tertentu untuk ini.

    sorry, gak ada hal semacam ini di unit link :). praktis posisi perusahaan asuransi di sini cuma perantara. beli wholesale dari manajer investasi, markup, dan jual retail ke nasabahnya.

  178. #217 :

    porsi investasi dalam UL atau reksadana juga aset, yang ini nilainya naik setiap tahun.

    kebutuhan untuk memaintain asuransi dengan UP Rp sekian adalah liabilitas karena kita harus mengeluarkan premi untuk itu.

    Kalau ada suatu produk yg punya 2 manfaat, dimana kondisi aset > liabilitas, berarti Asuransi Unit Link = aset :)

    Dengan kata lain, unit link membawa terobosan baru di dunia perisdustrian asuransi, dimana asuransi bukan lagi liabilitas tapi salah satu aset.

    Saya rasa kita bisa lanjutkan pembicaraan dengan tidak memisahkan asuransi dan investasi dari produk Unit Link. Atau Mas Priyadi ingin membuat perusahaan baru yg menjual Unit Link, dimana asuransi dan investasi bisa dibeli terpisah.

    rasanya saya sudah cukup bijak di sini. kalau ‘menggiring opini massa’ artinya lebih banyak orang yang lebih teliti dalam membeli asuransi, maka boleh lah anda bilang saya ‘menggiring opini massa’

    Bagaimana kalau opini yg terbentuk itu adalah suatu sugesti destruktif karena informasi yg keliru tsb disajikan dalam bentuk yg menarik.

    Misalnya saja kalau ada aliran kepercayaan yg memaparkan sisi negatif dan kesengsaraan dalam hidup di dunia. Lalu pengikut kepercayaan tsb secara tidak sadar tersugesti untuk mengahiri hidupnya, agar terlepas dari kesengsaraan hidup di dunia ini dan bisa segera mencoba kehidupan di dunia lain. Menurut Anda pengikut tsb teliti dalam memilih jalan hidup??

    Dan yang Mas Priyadi lakukan kurang lebih mirip seperti aliran kepercayaan tsb. Yang Anda lakukan hanya fokus pada kekurangan doank dan mengarahkan pendapat pembaca hanya pada sugesti “kurang menguntungkan”.

  179. Mas priyadi…maaf mas postingan-nya saya link,tanpa minta ijin (nuwun sewu)dulu.abis bagus dan informatif.makasi mas,udah mampir ke “gubuk” saya.btw blog mas saya taruh di blogroll saya juga ya,mas.thx

  180. #232 to dimasu :

    Nah kan.. ada nasabah (Bung Rachmat) yang komplain langsung tuh :p .. tidak ada jaminan investasi, tapi agen bilangnya dijamin..

    Dari pengalaman pribadi Mas Rachmat tsb…yang jadi masalah bukan produknya, tapi agen-nya. Saya sendiri juga tidak paham gimana cara seorang “Financial Advisor” menjamin investasi.

    Tapi yang menjadi intinya, bukan jamin menjamin returnnya, melainkan transparansi dari produk UL..

    Apanya yg kurang transparant, coba tunjukkan ilustrasi proposalnya. Akan saya coba pelajari dan bantu jelaskan kalau agennya tidak bisa menjelaskan.

  181. Om Pri,
    Thanks to you saya sudah tidak ikut lagi program2 “asuransi plus” spt unit-link. Skrg saya lebih memilih utk ikut asuransi murni, sedangkan utk investasi saya pilih reksadana.
    Setiap saya ditanya oleh agen asuransi “knp kok unit linknya dihentikan?”, saya bilang “Utk mempersingkat waktu, baca deh di priyadi.net”.. 8-)

    Mudah2an ini yg anda maksud “change one person at a time”. Dan “jihad” anda utk meluruskan kesalahpahaman orang2 ttg unit link ini saya nilai sudah sgt mencukupi.

    Kenapa masih melayani argumen2 yg sebenarnya basi?

  182. Dari awal kalo bicara asuransi, lebih banyak yang rugi drpd yg untung, orang yg klaim lbh dikit dibanding yg nggak. Namanya juga bisnis resiko.

    Mungkin ntar jg klo dah lama, orang2 dah pada ngerti, dah susah jual UL lagi, biaya2nya bkal lbih transparan. Kasih info bea bundling X rupiah misalnya pa gimana kek, namanya jg jualan. Susah laku ya alih strategi.

    Klo ada yg jual bundling, info variabel penyusunnya emg biasanya dr pihak ketiga kok. Bundling Handphone pa yg lain sama aja kyaknya.

    Ya paling nggak Pri bisa jadi salah satu pihak ke 3 yg ngasi info, jadi lebih enak itung2nya.

    Mo tetap ambil UL pa nggak, ya terserah aja. Masalah sudut pandang, ya tiap sudut pandang adalah info baru, gitu aja kok repot. Ndak masalah.

    Ayo Pri ganti topik, dah ga ada info baru kyaknya, ga ada sudut pandang baru. Malah muter2 ga ada habisnya ntar…

  183. @235

    Jadi kesimpulannya Anda setuju toh bahwa asuransi di unit link (PAA+) bukan whole life. Kita telaah satu persatu Mas Firesquid, jangan lompat2 ke analogi lain lagi.

    Diskusi yang sedang kita bahas disini kan adalah karena Anda berkata bahwa proteksi asuransi jiwa di PAA+ adalah whole life Anda. Anda yakin karena itu adalah kata “koki” Anda. Padahal kata “koki” saya dan juga saya pelajari, bawah itu adalah term life (padahal “koki” saya juga dari perusahaan yang sama dengan “koki” Anda loh). So, mari kita bicarakan dengan logika.

    Kalau Whole Life, kita setor misalnya hanya 10 tahun namun setelah tahun kesepuluh sudah tidak perlu setor lagi dan dapat proteksi sampai usia 99 tahun. Saya sebagai nasabah sudah tidak ada kewajiban lagi dalam hal keuangan terhadap perusahaan asuransi.

    Kalau Unit Link (PAA+), saya sudah 10 tahun setor, lalu saya berhenti setor lagi dan juga saat bersamaan saya ambil uang saya (investasi saya) yang mesti disisasin sejuta spy ga tutup polisnya, 2 tahun lagi masih yakin tuh proteksinya masih jalan ? Ya tidak kan. Makanya ini bukan whole life.

  184. @firesquid menegani mobil.

    Sekali lagi artinya Anda juga setuju toh sama saya. Karena beli mobil dengan harga modalnya langsung dari Jepang ga bisa makanya semua orang di Indonesia rela beli dengan harga yang sudah 2 kali lipat lebih mahal.

    Tapi intinya, KALAU ADA SOLUSINYA……
    Anda juga pasti mau dong beli murah padahal dapat mobil yang sama….

    Yah belum tentu juga sih kalau saya pilih yang murah kalau misalnya ternyata kenaikan 100% nya itu masuk kantong saya…..:d
    malah kalau begitu saya akan teriak dan protes dengan argumen yang muter2 suapaya orang2 pada ga tahu dan bingung bahwa sebenarnya buat mereka MEMANG lebih murah beli di harga modal.

    Tapi ngomongin analogi mobil, yah ngga relevan dong mas. Masa beli mobil di bandingin sama beli asuransi. kalau yang bener yah beli asuransi unit link dibandingin sama beli term life dan reksadana terpisah dengan manfaat (jenis mobil) yang sama.

    Kalau bandingin mobil sama asuransi yang harusnya orang tersebut (yang memang ternyata butuh asuransi) mendahulukan beli asuransi daripada mobil (apalagi cuma buat gaya).

    Tapi mau dibilang butuh asuransi tapi kalau dibandinginnya mesti buat beli makan buat keluarga (mark up di makanan misalnya 120% dan tdk ada pilihan) yang kalo ngga tetep nekat bayar asuransi yang mark up nya menurut Anda hanya 10% dalam 10 tahun malah jadi ga bisa makan 30 hari gmn ? (analogi yang salah toh)

  185. oh ngga. real world scenario: dengan asumsi perkembangan investasi yang sama persis (17%), dengan memisahkan investasi dan ‘koran’, balik modal akan terjadi rata2 pada tahun ke-2 atau ke-3. tapi kalau beli ‘koran B’, rata2 baru akan balik modal pada tahun ke-7 atau ke-8. perkembangan investasinya sama persis lho ya.

    lha kok jadi A vs B, yg dimaksud head to head di atas antara koranlink vs koranlink
    katanya mau meningkatkan kompetisi koranlink, tapi karena anda bilang impossible ya liat aja return paling tinggi
    data2 history 30 hari, 1 tahun terakhir kan ada, reliability perusahaan bisa dikira2 beberapa tahun kedepan akan tetap konstan atau naik turun, pinter2nya milih lah

    theorytically hitung2an yg anda tulis benar, tapi realnya semua tergantung pinter2nya manager investasi, dan biasanya yg ‘pinter’ itu dapet duitnya gede :p
    bukan ga mungkin reksadana tanpa koran vs koranlink masih lebih besar return koranlink, semua balik ke manager investasi yg bermain dengan uang investasi

    sebabnya ya karena gak susah membandingkan satu reksadana dengan yang lain. tapi gak mungkin membandingkan satu UL dengan UL yang lain.

    yg ga kompetitif apanya sih? berbanding apa?
    kalau ga mungkin berarti u already did the impossible thing, selamat :)

    hehehe, bukan masalah lebih menguntungkan atau tidaknya. tapi masalah apakah calon konsumen menerima informasi yang cukup atau tidak :).

    ini kan tergantung seberapa konsumen butuh informasi, kalau butuh lebih kan bisa dicari

    walahh, this analogy is a bit of stretch :). jangan samakan expertise bikin komputer notebook dengan UL :). gak semua orang punya kapasitas untuk bikin komputer notebook, tapi semua orang bisa beli ‘koran’ dan investasi secara terpisah.

    lha kok jadi notebook, situ sendiri yg nulis analogi awal komputer built up HP, gampang kan ngerakit pc (buat yg tahu)

    analogi yang lebih cocok: calo tiket kereta api. kalau misalnya ada calon penumpang datang ke gambir untuk ke bandung, tapi dia gak tahu letak loket tiketnya. lalu ada calo yang nawarin tiket “saya jual tiket dengan harga resmi ke bandung Rp 100 ribu”, karena percaya dia beli saja. lalu setelah di kereta dia tahu dari penumpang sebelah kalau harga resminya cuma Rp 50 ribu. boleh saja kalau si calo bilang “saya memberi nilai tambah sehingga anda gak perlu ngantri”, tapi tetap saja si penumpang pasti kesal karena merasa dikadali karena dia gak butuh layanan tanpa antri, dia bisa antri sendiri.

    seriously itu orang bodo, mau naik kereta tapi ga tau loketnya dimana
    bedakan sama orang yg memang niat beli ke calo, beli 100rb jg ga masalah lha wong males ngantri

    kalau calo diatas bilang itu harga tiket resmi itu ‘orang’ calonya ga bener (bukan profesi calonya), tapi namanya calo, ditiket yg tertulis harganya juga tinggal dia ngasih harga sesuka dia, yg mau beli silakan yg ga mau silakan antri

    intinya point of view orang mau menyalahkan dunia atau menyalahkan diri sendiri kalau sesuatu itu terjadi memang karena kebodohannya

    sama saja dengan UL. kebanyakan nasabah ikutan bukan karena sadar membutuhkan dan mencari nilai tambah pemaketan layanan 2-in-1-nya, tapi karena tidak tahu bagaimana beli ‘koran’ dan/atau investasi. nilai jual UL ini ya berada pada ketidaktahuan nasabah dan calon nasabahnya.

    lagi2 pakai kata kebanyakan, selama itu masih bentuk asumsi pribadi bukan fakta/data yg jelas akan selalu debatable
    yg pasti kalau mau pakai analogi calo, rasanya akan lebih banyak yg beli ke calo karena males ngantri dibanding yg ga tau lokasi loketnya

  186. btw sekedar disclaimer
    saya bukan agen unitlink bukan pula nasabah unitlink
    soal investasi mungkin saya ada di’kasta’ tertinggi alias ga pakai makelar apapun buat mengelola dana saya
    ini yg bikin point of view saya melihat jenis2 lain di’bawah’ tidak berbeda jauh
    jadi saya bisa memaklumi dunia bisnis dari masing2 mereka

    tapi kalau disuruh between the two saya akan ambil terpisah ;)

  187. jangan ngaduin agen dengan nasabah :). masalahnya bukan antara agen dan nasabah. agen biasanya hanya mengikuti SOP yang telah diberikan perusahaan. saya bisa bilang hampir semua agen itu jujur dan gak punya niat jelek sama sekali. masalahnya itu di perusahaan asuransinya, bukan agen.

    Hehe masalahnya karena agen itu perwakilan perusahaan, otomatis yang ketemu nasabah kan agen. Yg punya perusahaan kan cuma ongkang-ongkang kaki :) Tapi perusahaan asuransi membuat produk unitlink karena memang ada pasar akan produk asuransi yang dananya bisa diambil. Dan masalah dana yang bisa diambil ini memang sedikit ‘ngakali’ dengan dipadukan dengan investasi. Tetapi at least ini menjawab kebutuhan pasar. Bahkan membuat produk asuransi bukan unitlink menjadi tidak menarik lagi.

    Kalau memang tujuannya untuk investasi dengan manfaat asuransi yang minimal, saya setuju dengan cara anda. Kalo tujuannya untuk proteksi, term life saja mungkin tidak cukup.

  188. #248:

    lagi2 pakai kata kebanyakan, selama itu masih bentuk asumsi pribadi bukan fakta/data yg jelas akan selalu debatable

    kuantifikasi saya memang sama sekali gak scientific. tapi saya bisa bicara sesuai hasil observasi berdasarkan pengalaman saya berinteraksi dengan cukup banyak calon nasabah, nasabah dan eks-nasabah UL (sekitar 40-50-an). kebanyakan orang2 ini ikut UL karena di antaranya terkesima dengan proyeksi return investasi dan tidak mengerti hidden costnya. tidak ada yang ikutan UL dan sadar membayar overhead Rp 24 juta (misalnya) untuk manfaat yang benar2 khusus hanya ada di UL. memang bisa dibilang bias, no problem. tapi bukan berarti di luar sana gak ada masalah sama sekali :)

    daripada cape2 berdebat soal analogi yang gak pernah 100% akurat, lebih baik kita cari gimana caranya menuntaskan masalah ini. sebagian kesalahan memang ada di tangan nasabah (kebanyakan nasabah mengakui hal ini), tapi bukan berarti perusahaan asuransi gak salah sama sekali.

    #249:

    halah kok quotingnya sering bener ngaco balikin yg wysiwyg kayak dulu kenapa pri?

    wah di sini dari dulu gak pernah pake wysiwyg.

    #250:

    tapi kalau disuruh between the two saya akan ambil terpisah

    congratulations :)

  189. #251:

    Kalau memang tujuannya untuk investasi dengan manfaat asuransi yang minimal, saya setuju dengan cara anda. Kalo tujuannya untuk proteksi, term life saja mungkin tidak cukup.

    ini salah. semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life. kalaupun ada yang gak bisa dibeli di term life, itu hanya karena perusahaan asuransinya gak mau jualan term atau paling tidak term yang setara. sama sekali gak ada hambatan teknis kenapa yang ada di UL gak bisa dijual di term. masalahnya cuma mau atau gak jualan term, serius atau ngga.

  190. tx mas pri,salut atas ulasannya
    ada yang bukan ilusi di uspi co id, produk nya bukan koran sih tapi lebih complit, sorry bukannya iklan tapi berbagi info aja kalaw ada tebosan baru,

  191. #246 to hutanlebat

    Kalau Unit Link (PAA+), saya sudah 10 tahun setor, lalu saya berhenti setor lagi dan juga saat bersamaan saya ambil uang saya (investasi saya) yang mesti disisasin sejuta spy ga tutup polisnya, 2 tahun lagi masih yakin tuh proteksinya masih jalan ? Ya tidak kan. Makanya ini bukan whole life.

    Unit Link = Whole Life + Investasi
    Coba Anda baca dengan teliti penjelasan saya mengenai cara kerja Term Life dan Whole Life pada postingan #235.

    Kalau malas scroll ke atas, saya bisa tulis ulang supaya jelas. Kenapa premi whole life lebih mahal daripada term life?

    Semua jenis asuransi pada dasarnya membayarkan biaya asuransi secara tahunan. Pada premi whole life, sebenarnya terdiri dari unsur berikut : – biaya asuransi tahunan
    – biaya administrasi
    – biaya penerbitan polis
    – komisi marketing + keuntungan perusahaan
    – investasi

    Investasi di whole life digunakan untuk menutupi biaya asuransi untuk tahun-tahun mendatang setelah nasabah stop setor. Mengenai besar kecilnya hasil investasi, nasabah tidak perlu tau detail. Yg penting nasabah mendapatkan proteksi seumur hidup.

    Sedangkan premi term life, komponen utamanya berikut :
    – biaya asuransi tahunan
    – biaya administrasi
    – biaya penerbitan polis
    – komisi marketing + keuntungan perusahaan

    Pada premi Term Life, tidak ada investasi. Karena pada dasarnya asuransi Term Life digunakan untuk proteksi jangka pendek, misalnya 1 tahun atau 5 tahun.

    Namun ada juga produk term life yg punya proteksi jangka menengah, misalnya 10 tahun atau 20 tahun. Pada produk ini preminya lebih mahal daripada term life yg tahunan. Bahkan jika bayar premi Term Life yg 20 tahun sudah hampir mendekati premi whole life yg setor 10 tahun. Jadi mending ambil yg whole life saja.

    Namun problem utama yg timbul dalam whole life adalah kurang transparan mengenai komponen biaya dan hasil investasi. Atau dengan kata lain nasabah tidak puas dengan produk whole life tradisional. Maka dari itu munculah produk whole life versi 2, yg sekarang kita kenal dengan Unit Link.

    Demikian penjelasan singkat mengenai Term Life dan Whole Life. Kalau mau lebih detail, silahkan ambil kursus mengenai asuransi jiwa. Siapa tau bisa menjadi tenaga underwriting pada perusahaan asuransi jiwa.

  192. #253

    semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life.

    Info yg salah…
    Term Life tidak bisa memberikan proteksi seumur hidup, sedangkan unitlink bisa. Term Life bisa diperpanjang sampai usia 65-75, tergantung perusahaan. Pada unit link, perpanjangan proteksi sampai usia 99.

    Dan kelemahan kedua Term Life adalah, manfaat asuransi tidak bisa diperpanjang untuk periode berikutnya jika tertanggung sudah melakukan klaim sakit kritis pada periode pertanggungan.

    Khusus untuk yg kedua, Mas Priyadi banyak ngotot-nya dan mengatakan Term Life ada renewal guarantee seperti di whole life/unit link. Tapi pembaca harus tau dulu profil dan latar belakang Mas Priyadi seperti apa. Seorang agen asuransi, anggota dewan AAJI, praktisi asuransi, atau seorang lulusan Akademi Asuransi Indonesia.

    Setau saya bidang Mas Priyadi tdk berhubungan dengan asuransi, jadi harap maklum kalau ada informasi yg keliru dari beliau…

  193. Diskusi yang sedang kita bahas disini kan adalah karena Anda berkata bahwa proteksi asuransi jiwa di PAA+ adalah whole life Anda. Anda yakin karena itu adalah kata “koki” Anda. Padahal kata “koki” saya dan juga saya pelajari, bawah itu adalah term life (padahal “koki” saya juga dari perusahaan yang sama dengan “koki” Anda loh). So, mari kita bicarakan dengan logika.

    Mengenai masalah “koki”, memang sangat disayangkan kalau kebanyakan perusahaan asuransi sering merekrut “koki” yg kurang profesional.

    “Koki” tersebut banyak yg tidak diuji dulu kelayakan meramu resep tapi langsung diterima jadi “koki”, demi mengejar produksi. Prinsipnya yg penting bisa “masak” dulu, uji kelayakan resep bisa belakangan.

    Jika ingin mencari “koki asuransi” yg sebenarnya, silahkan lihat “koki” yg ada di Singapura. Selain paham mengenai asuransi jiwa, mereka juga paham mengenai isu-isu financial.

  194. ini salah. semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life. kalaupun ada yang gak bisa dibeli di term life, itu hanya karena perusahaan asuransinya gak mau jualan term atau paling tidak term yang setara. sama sekali gak ada hambatan teknis kenapa yang ada di UL gak bisa dijual di term. masalahnya cuma mau atau gak jualan term, serius atau ngga.

    Yang saya tahu di Pru, term life sendiri malah menjadi salah satu rider-nya :) Memang agak aneh sih term life malah jadi rider bukan produk utamanya. Tapi mungkin itu karena jualan term life doang tidak menarik dan menguntungkan bagi perusahaan.

  195. daripada cape2 berdebat soal analogi yang gak pernah 100% akurat, lebih baik kita cari gimana caranya menuntaskan masalah ini. sebagian kesalahan memang ada di tangan nasabah (kebanyakan nasabah mengakui hal ini), tapi bukan berarti perusahaan asuransi gak salah sama sekali.

    setelah reply bolak balik, sepertinya memang ga akan bisa tuntas :D
    sama seperti euthanasia sampai sekarang pun masih diperdebatkan
    dalam hal ini terjadi 2 sudut (mungkin 3) yg berbeda, saya punya toleransi yg cukup terhadap ‘trik bisnis’ koranlink, jadi saya anggap itu hal yg wajar dalam dunia bisnis
    justru yg menjadi biang kerok itu kan agen2 yg asal jualan, jadi kesannya perusahaan menipu
    kesalahan perusahaan ya agen bodong tetap diterima, tapi masih wajar juga, perusahaan mana yg ngga mau duit >:)

    intinya, jadi konsumen jgn bodo2 amat lah, biar ga keseringan bilang sudah dibodoh2i sama orang lagi nyari duit :)

    wah di sini dari dulu gak pernah pake wysiwyg.

    dulu pernah ah, jadi di kotak comment dibawahnya ada kotak formating yg realtime berubah kalau ditambahin tag2
    tapi bikin berat sih

    btw, saran kalo bisa per 20 atau 50 komen ganti halaman, berat euy buka sekaligus 250-an komen halaman ini

  196. @256, Mas Firesquid

    Jawaban yang bagus sekali Mas Firesquid, tapi seperti statement saya, saya minta bukti dari Anda atau logika dari kasus yang saya berikan.
    Saya tulis ulang yah kasusnya (bahkan dengan lebih jelas). Istri saya punya asuransi Whole Life dan mesti setor selama 10 thn. Setelah 10 tahun, berhenti setor dan dapat proteksi sampai usia 99 thn. Artinya Istri saya tidak punya kewajiban lagi thd perusahaan asuransi tsb. Namun coba Anda jawab, kalau di unit link (PAA+), setelah 10 tahun setor saya ambil SEMUA nilai tunai yang ada (karena bisa saja saya masuk ke unitlink karena tertarik dengan asumsi nilai tunai setelah tahun ke-10),
    apakah saya masih punya proteksi sampai usia 99 tahun ?
    Kalo ternyata jawabannya tidak, apakah namanya whole life ?

    Kalau Mas coba jelaskan mengapa Whole Life lebih mahal dari term life, saya juga tahu koq. Lah wong kalo term life kan uang pertanggungan yang mesti dibayarkan perusahaan asuransi hanya “kemungkinan”, karena hanya mencakup term waktu tertentu (misal 1,5, atau 10 tahun) sedangkan whole life adalah PASTI harus membayar uang pertanggungan karena berlaku seumur hidup.

    So, tunjukin dong whole life nya PAA+ nya dimana ?

    Mengenai “koki”, kan susah kalau Anda claim bahwa koki Anda profesional, krn saya juga bisa lakukan hal tersebut (claim bahwa koki saya juga profesional). Makanya saya ajak kita bicarakan dengan logika dan lewat contoh saya inilah saya minta mas tunjukan buktinya. :)

    Saya baca koq comment2 Anda dan ngga malas scroll ke atas. Bahkan banyak comment Anda di diskusi yang lain di blog ini juga saya baca (tentunya sambil tersenyum-senyum):d

  197. Oh iya mas Firesquid, mengenai mobil lagi nih :d

    ngga di balas komentnya artinya setuju dong kalau Mas punya pilihan (cara beli) yang lebih murah terhadap barang dan/atau jasa yang (relatif)sama pasti pilih yang murah :)

    Jadi diskusi diantara kita tinggal satu nih, mengenai PAA+ whole life bukan.

  198. @257 (lagi2 Mas Firesquid) :)

    Betul Mas kalo di Unit Link Asuransi Jiwanya bisa di perpanjang sampai usia 99 tahun, sedangkan kalo di term life dari 5 perusahaan asuransi yang saya tanya, rata2 hanya sampai 70 tahun.

    Poin ini saya setuju dengan Anda

    Tapi sekali lagi balik ke tujuan orang ambil asuransi jiwa. Kalau tujuan saya ambil asuransi jiwa adalah proteksi terhadap kebutuhan keluarga dalam masa produktif saya menafkahi keluarga dan gaya hidupnya. Jadi memang saya (dalam perencanaan) tidak akan butuh asuransi jiwa sampai usia 99, paling hanya sampai 50 tahun (lebih cepat lebih baik). Mengenai bagaimana setelah 50 tahun kalau saya masih hidup adalah urusan lain dalam perencanaan keuangan keluarga saya.

    Mengenai tidak bisa diperpanjang asuransi jiwanya kalau sudah melakukan claim sakit kritis itu salah Mas. Dalam polis asuransi jiwa term life saya yang juga ada rider sakit kritis (artinya punya kekuatan hukum) tertera bahwa perusahaan asuransi wajib menerima perpanjangan yang saya lakukan (tanpa seleksi ulang) dengan cara membayar premi yang sudah disepakati dari awal sampai usia saya 70 tahun.

  199. Pusing @-)

    Whole Life Insurance, or Whole of Life Assurance is a life insurance policy that remains in force for the insured’s whole life and requires (in most cases) premiums to be paid every year into the policy.

    Kalo nilai tunainya diambil semua bayar preminya dari mana om hutanlebat?

    Semua tipe asuransi bagus, tergantung bagaimana anda menyikapinya

  200. @264

    loh saya kan yang nanya koq malah ditanya lagi ? :)

    Toh yang saya ambil kan memang porsi investasi saya…

    di #235 paragraf terakhir, kan whole life tidak ada nilai tunai yang bisa di ambil. Dan biaya asuransi sampai usia 99 memang SUDAH dibebankan ke nasabah dari awal (misal di 10 tahun pembayaran yang mahal).

    Lalu di unitlink kalau di tahun ke-11 saya ambil semua investasi saya, dan kemudian wajarkah si perusahaan asuransi yang katanya mas firesquid adalah wholelife berkata, “Jangan dong… nanti buat bayar biaya asuransi kamu di tahun ke-11 sampai kamu usia 99 thn darimana ?”

    Tapi dari pertanyaan Anda kelihatannya Anda juga sependapat dengan saya karena ternyata di tahun kesebelas dan seterusnya si perusahaan asuransi tsb masih butuh uang saya untuk tetap dapat memproteksi saya yang artinya secara logika uniltilnk PAA+ bukan wholelife.
    :)>-

  201. #246:

    Semua tipe asuransi bagus, tergantung bagaimana anda menyikapinya

    1. cari referensinya jangan dari perusahaan asuransi dong :). mereka punya konflik kepentingan karena profit margin di WL jauh lebih tinggi daripada di term.

    2. whole life itu diambil untuk seumur hidup, tapi resiko yang akan kita hadapi waktu kita tua sudah berbeda. produk manajemen resiko yang cocok waktu kita sudah gak kerja lagi adalah anuitas seumur hidup. kalau seseorang mau konversi dari whole life ke anuitas seumur hidup, dia bakalan kena penalti yang lumayan. UL is much better, gak ada penalti pada saat penarikan (penaltinya pada saat pembelian pertama kali), tapi biasanya nasabah gak dikasih tahu apa2 soal kapan polisnya sebaiknya harus dicairkan. hampir semua UL akan dengan senang hati menerima setoran premi sampai 99 tahun walaupun itu gak cocok untuk nasabahnya :).

    3. di amerika, whole life dikasih insentif pajak. di sini ngga. walaupun ini masih debatable karena di sana juga ada instrumen investasi yang dikasih insentif pajak.

  202. #261 To hutanlebat :

    Namun coba Anda jawab, kalau di unit link (PAA+), setelah 10 tahun setor saya ambil SEMUA nilai tunai yang ada (karena bisa saja saya masuk ke unitlink karena tertarik dengan asumsi nilai tunai setelah tahun ke-10),
    apakah saya masih punya proteksi sampai usia 99 tahun ?
    Kalo ternyata jawabannya tidak, apakah namanya whole life ?

    Begini Pak, kelebihan utama unitlink daripada whole life tradisional adalah lebih transparan dan nilai tunai bisa dicairkan tanpa menunggu jatuh tempo.

    Ada beberapa produk whole life tradisional yg nilai tunai juga bisa dicairkan. Tapi harus menunggu jatuh tempo, misalnya setelah 15 tahun atau pada usia tertentu saja.

    Ketika nilai tunai dicairkan semua, maka otomatis proteksi juga selesai. Sama seperti di unit link, kalau nilai tunai dicairkan semua maka otomatis proteksi jg selesai.

    Pencairan dana di whole life tradisional kurang transparant. Nasabah hanya dijanjikan akan mendapatkan dana pada tahun tertentu. Seringkali dana tsb nilainya sudah tidak relevan dengan nilai uang pada saat dana tsb dicairkan. Coba saja Bapak lihat kontrak polis istri Bapak, berapa nilai tunai yg bisa dicairkan pada periode tertentu.

    Kalau Bapak kurang paham, wajar saja. Agen saya aja baru paham ketika saya jelasin ke dia, padahal sudah jadi agen selama 4 tahun. Soal pelayanan dan hitungan financial, dia sudah memenuhi standart. Tapi masalah teknik asuransi, saya lebih paham.

  203. #267: whole life = term life + investasi, unit link = term life + investasi. bedanya: investasi di WL dijamin nilainya, di UL tidak. resiko investasi di WL ditanggung perusahaan asuransi, di UL ditanggung nasabah.

    term life itu unit basic untuk semua jenis asuransi jiwa. apapun jenis asuransi jiwanya, pasti salah satu building blocknya adalah term life, terlepas dari apakah detil ini diekspos ke nasabah atau tidak.

  204. To #241 Firesquid

    Dari pengalaman pribadi Mas Rachmat tsb…yang jadi masalah bukan produknya, tapi agen-nya. Saya sendiri juga tidak paham gimana cara seorang “Financial Advisor” menjamin investasi.

    3 agen dari kantor cabang yang berbeda mengatakan hal yang sama. C’mon. Saya pas ngobrol dengan agennya nampak agennya sangat polos pas mengatakan bahwa modal saya dijamin. Dan kaget pas saya bilang, “Dalam reksadana, bahkan yang namanya pendapatan tetap saja tidak dijamin akan gain apalagi yang reksadana saham.”

    Tapi, ini pengalaman saya yang saya sendiri tidak mau saya ulangi lagi. Buat keluarga dekat dan teman-teman saya yang percaya dengan saya ya silahkan. Yang tidak percaya ya tidak apa-apa.

    Akhirnya dari baca-baca Blog-nya Pri saya melihat fakta-fakta berikut dengan jelas (dari penjelasan FA tidak sejelas ini):

    1. Unit Link terdiri dari asuransi dan investasi.

    2. Ada biaya akuisisi (ada yang 80% setoran tahun pertama dan 20% setoran tahun kedua, ada juga yang 100% tahun pertama, dst..dst..).

    3. Melihat besarnya UP dan Manfaat asuransi yang diberikan, saya bisa membeli sendiri polis asuransi dengan UP dan Manfaat yang kurang lebih sama (gak sama persis lah, saya juga tau apa yang saya perlukan, tidak perlu dipaksa membeli yang saya tidak perlukan).

    4. Untuk investasinya, mereka 100% menyerahkan sepenuhnya ke Manager Investasi yang jadi rekanan mereka (Schroeders, dll) dan saya (nasabah) menanggung 100% resikonya. Untuk ‘servis’ ini, saya membayar 5% (selisih harga jual dan beli).

    5. Selain itu, ada biaya administrasi bulanan yang besarnya fix (berapapun setoran/premi kita). Untuk setoran bulanan 1jt saja (ini termasuk besar untuk pegawai biasa seperti saya), biaya administrasi yang 30rb itu setara dengan 3%.

    Nah dari hal di atas, saya akhirnya membeli polis dan reksadana sendiri sbb:

    1. Polis asuransi jiwa dengan UP dan Manfaat sesuai yang saya butuhkan dengan biaya jelas. Bayar segini dapat ini bayar segitu dapat itu.

    2. Saya beli reksadana Schroeders Dana Prestasi Plus dengan fee beli cuma 0.5% (promo dari Bank Mandiri) dan fee jual 0.5% juga. Bandingkan dengan 5% selisih harga jual dan beli unit link.

    3. Saya juga membeli reksadana lainnya seperti Fortis, Manulife, dll yang menurut saya bagus prospeknya.

    Biaya lainnya yang saya keluarkan hanya matere 6rb untuk standing instruction ke bank mandiri supaya bisa mendebet rekening saya.

    Akhirnya, yang mau beli unit link ya monggo. Yang mau ngurus sendiri terpisah ya silahkan. Saya dan keluarga saya sih tidak mau. Temen-temen saya, yang mau silahkan, yang tidak ya silahkan.

  205. Makin seru aja nih bahasnya. Kayaknya biar blog gue rame, perlu ngebahas koranlink juga kali yah. :d

    Di comment artikel sebelumnya, kayaknya ada yang ngaku sebagai nasabah deh. Kok disini jadi karyawan perusahaan asuransi yah. Binun :-?

  206. Idem… gua juga bingung… sebentar nasabah, sebentar agen… ternyata udah 4 tahun tuh….
    #256>>Namun problem utama yg timbul dalam whole life adalah kurang transparan mengenai komponen biaya dan hasil investasi. Atau dengan kata lain nasabah tidak puas dengan produk whole life tradisional. Maka dari itu munculah produk whole life versi 2, yg sekarang kita kenal dengan Unit Link.

  207. Mampir lagi. Saya kira sudah ada postingan yang baru he..he.. Btw,perdebatan eh pembahasannya semakin seru.
    semoga masing-masing pembahas konsisten dengan argumentasinya.

  208. Ini salah satu komentar blunder. Kenapa anda harus tau dapur produk mereka? Berapa mereka bayar manager investasi berapa mereka ambil untung dan lain lain. Kenapa anda harus repot2? Toh di unit link tidak ada paksaan, dan bukan sesuatu yang sifat nya urgent dan emergency seperti rumah sakit misalnya, atau lembaga sosial lain nya.
    _____________________________________________

    Wahahaa gimana mungkin mau investasi tapi gak tau dapur orang? emang lu rela lepasin duit elu ke orang yg gak kompeten? gue apply kartu kredit aja sampe ditanyain berapa lama tinggal di rumah gue, nama kerabat gak serumah yg bisa di kontak, sampe slip gaji juga di minta. Nyak gue dulu waktu apply KUK, detail rekening koran, pembukuan sampe perkembangan bisnis dipantau terus sama bank kreditornya.

    Gak deh, gak bisa percaya gue sama omongan orang yg bilang kayak di atas.

    Bravo Mas Pri, saya dukung turus sifat kritisnya.

    -Pesimism is fundamental for science-

  209. #228
    anda mengimplikasikan saya harus pura2 gak tahu dan menghitung UL secara blackbox. kedua. saya gak membandingkan masalah return-nya, tapi biaya yang harus ditanggung nasabah.

    >> lha..justru saya mau semua orang tahu dan MELIHAT dengan BENAR setiap produk yg akan dibelinya.
    masalahnya..anda tahu (meskipun ada beberapa kekeliruan dari yg diketahui tsb) tapi anda belum dapat MELIHAT dengan BENAR.
    ===

    kapan saya nuduh ‘melakukan penipuan hanya karena harganya mahal’? coba anda baca sekali lagi dengan lebih hati2
    the problem is that it is not transparent enough. boleh disurvey sendiri berapa banyak sih nasabah yang ngerti isi ilustrasi + keterangan yang disampaikan oleh agennya.

    >> unitlink tidak transparan?
    tidak transparannya di mana?
    malah produk alternatif yg anda agung2kan yg tidak transparan.
    semua keberatan anda sudah terjawab oleh komen dari pembaca yg lain.

    lagipula..”berapa banyak sih nasabah yang ngerti isi ilustrasi + keterangan yang disampaikan oleh agennya.” tidak menentukan tingkat transparansi suatu produk.
    saya kira anda cerdas..
    ternyata..masih berpikir kalau yg bisa mengeluarkan suara ‘meong’ pasti kucing.
    mana pelajaran premis dan kesimpulannya?
    ===

    #253
    ini salah. semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life. kalaupun ada yang gak bisa dibeli di term life, itu hanya karena perusahaan asuransinya gak mau jualan term atau paling tidak term yang setara. sama sekali gak ada hambatan teknis kenapa yang ada di UL gak bisa dijual di term. masalahnya cuma mau atau gak jualan term, serius atau ngga.

    >> betul bahwa manfaat dari unsur pembentuk unitlink dapat juga dirasakan dengan membeli secara terpisah dua produk yg memiliki sifat2 yg sama dengan unsur pembentuk unitlink.
    tapi…tidak semua (think positive!) yg ada di unitlink bisa didapatkan dengan membeli dua produk secara terpisah.
    (tidak perlu saya sebutkan lagi..dan sudah banyak disebutkan oleh pebaca yg lain..lagipula anda sudah tahu pasti kok..atau…pura2 tidak tahu? )
    itulah salah satu alasan kenapa dibuat produk bernama unitlink.

    ingat…yg bisa dibeli dari produk lain secara terpisah itu adalah manfaat dari unsur pembentuknya, bukan manfaat dari unitlink sebagai suatu produk.
    ===

    #257
    Setau saya bidang Mas Priyadi tdk berhubungan dengan asuransi, jadi harap maklum kalau ada informasi yg keliru dari beliau…

    >> tidak terlalu masalah apa latar belakangnya..meskipun pada tahap tertentu akan dapat menimbulkan masalah.
    masalahnya..apa yg akan terjadi jika banyak orang yg membaca informasi yg keliru?
    dan..bung Pri juga enggan mengakui kalau ada orang lain yg menunjukkan kekeliruannya…meskipun dia menuliskan “i’m willing to readily admit my mistakes. would you? “..
    ah…pasti dibantah lagi deh..

    *eh, gimana sih cara bikin quote Pri?
    salah melulu nih..:(

  210. #275
    kritis dan pesimis itu beda deh..

    kalo pesimis…kapan majunya?

    -curiousity is fundamental for science-

  211. Setau saya bidang Mas Priyadi tdk berhubungan dengan asuransi, jadi harap maklum kalau ada informasi yg keliru dari beliau…
    ________________________________________

    Kok pesimis sama kemampuan manusia? katanya mau maju?
    Arnold S yang binaragawan aja akhirnya bisa jadi politisi top.

    Pak Gubay pesimis karena menurut situ orang IT gak kompeten ngomong asuransi kan?

    Itu bagus, karena Pessimism builds Criticsim for Selecting bright ideas from ocean of rubbish ideas.

    Dari diskusi antara Pak Gubay dan Pak Pri, keliatan, semakin mendekati akhir argumen Pak Gubay dan Firesquid lebih menjurus ke penyerangan pribadi dibanding ke pokok masalah tentang UL ini sendiri.

    Argumen Pak Gubay dan Firesquid selalu berlari lari menghindari pokok masalah UL buat konsumen yang mengaburkan biaya yang dikenakan dengan ilustrasi return dari investasi. Ciri khas tulisan Gubay dan Firesquid dengan mengatakan Gak Transparan Di Mana? yang lalu dijawab oleh Pak Priyadi akan selalu di putar balikan lagi dengan jawaban-jawaban yang sangat panjang dan tak bermakna yang gak ada hubungannya dengan pertanyaan awal untuk kemudian dilanjutkan dengan AMNESIA berikutnya dengan berkata Gak Transparan Di mana?

    This will be an endless stupid argumentation forum kalau Pak Pri terus melayani respons yang sama dari orang-orang yang sama yang dengan sabarnya berkali-kali dijawab ulang dengan jawaban yang sama pula.

    Dari argumen yang diberikan, menurut saya pribadi Pri kompeten membahas tentang ini karena dia konsumen yang cerdas dan tidak perlu jadi ahli asuransi bahwa concern dia terhadap UL itu beralasan.

    Sedangkan Pak Gubay dan Firesquid I wish you good luck aja deh dengan misi kalian buat merontokkan kritik Pak Pri. Your reasons are shallow, consistently out of topic and most of the time non sense.

  212. #276:

    lha..justru saya mau semua orang tahu dan MELIHAT dengan BENAR setiap produk yg akan dibelinya. masalahnya..anda tahu (meskipun ada beberapa kekeliruan dari yg diketahui tsb) tapi anda belum dapat MELIHAT dengan BENAR.

    kalau gitu bagian mana yang menurut anda tidak saya lihat dengan benar? :-?

    malah produk alternatif yg anda agung2kan yg tidak transparan. semua keberatan anda sudah terjawab oleh komen dari pembaca yg lain.

    semua keberatan anda juga sudah terjawab oleh saya maupun pembaca lain, kalau anda mau sedikit memperhatikan :).

    analogi lagi deh. ada dua produk A dan B, keduanya memiliki manfaat yang sama persis. produk A harganya Rp 500, produk B harganya Rp 1000. pilih mana? produk A dong, lebih murah sih. nah, seandainya kita dikasih tahu kalau komisi penjualan produk A itu 90%, Rp 450 lari ke kantong penjualnya. sedangkan di produk B cuma 10% yang lari ke kantong penjualnya, atau Rp 100. sekarang pilih mana? ya tetap produk A dong. urusan dia mau dapet untung berapa, yang penting saya bayar lebih murah untuk produk dengan manfaat yang sama persis.

    sama aja, beli asuransi juga gitu. bedanya UL dijual dengan selubung investasi atau ‘ilusi finansial’â„¢, sehingga nyaris tidak mungkin untuk membandingkan UL dengan UL yang lain maupun produk asuransi lain, apapun jenisnya. wajar kalau calon nasabah menuntut transparansi yang mencukupi karena hanya dari itu nasabah bisa melakukan komparasi dengan produk yang lain.

    capisce? :)

    tidak semua (think positive!) yg ada di unitlink bisa didapatkan dengan membeli dua produk secara terpisah.

    di atas yang saya maksud adalah manfaat perlindungan asuransinya. tapi ok lah, saya juga sudah pernah mengakui (berkali2) kalau memang ada manfaat yang bisa didapatkan dari UL, yaitu kepraktisan mengurus 2 produk melalui satu orang saja. no problem.

    problemnya: manfaat ini masih harus dinilai berdasarkan harga yang perlu dibayar oleh nasabah. nah, nasabah tahu gak harga yang harus dia bayar? :) dengan ilusi finansialâ„¢, kebanyakan nasabah tidak akan mengetahuinya. apakah kebanyakan nasabah yang ikut UL punya niat kira2 seperti ini?: “saya ikut UL dengan membayar ekstra Rp 36 juta dalam 5 tahun pertama untuk mendapatkan kemudahan pengurusan asuransi+investasi melalui satu pihak saja”

    ah…pasti dibantah lagi deh..

    hal yang sama juga bisa dituduhkan kepada anda :). hanya karena anda berpendapat kalau tulisan saya salah, bukan berarti saya otomatis harus ikut pendapat anda :)

    *eh, gimana sih cara bikin quote Pri?
    salah melulu nih..:(

    coba pakai

    ...

  213. to patrick
    #271

    Idem… gua juga bingung… sebentar nasabah, sebentar agen… ternyata udah 4 tahun tuh….

    Tidak usah bingung…
    Saya nasabah Unit Link, bukan agen. Profesi saya sebagai pegawai underwriting di perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Central Asia. Sudahkah rumah dan mobil Anda diasuransikan di ACA? Perlindungan kami adalah kenyamanan bagi Anda :)

    =======================================================

    #272 :

    Nah yang diajarin mas pri sekarang sekarang adalah Whole life versi 3. Jadi semua biaya lebih jelas dan transparan. Heehehehe…..

    Transparant di apa? Whole life apaan pula tuh, kalau proteksinya harus diperpanjang setiap periode tertentu. Tidak sampai usia 99 pula.

    Lebih murah biayanya bukan berarti lebih transparant atau lebih bermanfaat. Mas Priyadi belum menjelaskan bahwa produk dia lebih transparant, hanya menekankan pada profit lebih besar.

    Wajar aja sih kalau setiap orang lebih tertarik pada profit besar, termasuk saya. Tapi soal asuransi, saya kesampingkan masalah profit, lebih penting benefit.

  214. to catfish
    #278

    Kok pesimis sama kemampuan manusia? katanya mau maju?

    Saya bukan pesimis sama kemampuan Mas Priyadi. Saya hanya meluruskan informasi yg keliru dari Mas Priyadi. Kalau Anda tidak perduli dengan segala kekeliruan info yg disampaikan Mas Priyadi, terserah Anda. Saya posting ini bukan untuk dibaca hanya oleh Anda maupun Mas Priyadi.

    Lagipula memang Mas Priyadi sama sekali belum menunjukkan letak tidak transparant yg dimaksudkan. Selama 4 tahun saya jadi nasabah unit link, semua biaya udah clear.
    – biaya akuisisi, sudah dijelaskan di proposal
    – biaya pengelolaan dana, sudah dijelaskan di proposal, saya ambil yg equity kenanya 1,75%
    – biaya administrasi, sebulan Rp 27.500, ada di proposal
    – biaya Top-Up, Rp 100.000 setiap top-up, ada di proposal
    – biaya asuransi tahun berjalan, dikirimkan setahun sekali bersama laporan tahunan

    Hasil investasi, ini yg paling penting. Dikirimkan dalam laporan transaksi bulanan dan laporan tahunan.

    Coba sebutkan apa lagi yg tidak transparan dari Unit Link dibandingkan produk Term Life. :-?

    Sedangkan Mas Priyadi setiap ditanyakan demikian, argumentnya selalu menggunakan analogi “Produk A yg lebih murah dari Produk B. Sehingga konsumen tidak perlu tau detail harga produksi Produk A”.
    Padahal sebenarnya analogi tsb kurang tepat karena Produk B = Produk A + Produk C.

  215. Setelah diskusi panjang lebar, seharusnya sudah ngerti bahwa Koran B adalah produk 2-in-1. Tidak bisa dibandingkan dengan Koran A, yg cuma terdiri dari koran harian doank.

    Lebih baik diskusi mengenai apa alasan produk 2-in-1 dari Koran B disebut “ilusi finansial”. Padahal Koran B sudah menyajikan detail produknya secara transparant.

    Kalau beberapa trik sulap ilusi sudah dipaparkan secara detail dan transparant oleh tukang sulap, kenapa penonton masih suka menonton pertunjukan sulap yg serupa. Tentu saja ada nilai lebih yg disajikan oleh pertunjukan sulap ilusi, daripada sekedar menonton ilusi yg sudah diketahui trik-nya.

    Koran B juga pasti memiliki kelebihan lain pada produk 2-in-1 tsb daripada sekedar praktis doank. Makanya produk tsb bisa menguasai pasar.

  216. buat om firesquid, ngga perlu muter2 kayak orang mabok, realitasnya sodara n temen2 saya (termasuk saya) ada sekitar belasan orang (ini yg saya tau) merasa tertipu dgn ilustrasi koran B padahal kami2 bukan org2 awam dengan urusan investing dan financing. merupakan hak kami sebagai konsumen dong untuk merasa kami tertipu?

    anda2 semua (agen2) boleh aja teriak2 bilang produk anda transparan, buktinya saya perlu 14 bulan plus baca blognya pri baru sadar ttg biaya2 aneh koran anda (salahkanlah kebodohan saya)

  217. #278

    Pak Gubay pesimis karena menurut situ orang IT gak kompeten ngomong asuransi kan?

    sejak kapan saya mengatakan begitu?
    coba baca2 lagi..
    justru saya melihat isi opini, bukan latar belakangnya.

    Argumen Pak Gubay dan Firesquid selalu berlari lari menghindari pokok masalah UL buat konsumen yang mengaburkan biaya yang dikenakan dengan ilustrasi return dari investasi. Ciri khas tulisan Gubay dan Firesquid dengan mengatakan Gak Transparan Di Mana? yang lalu dijawab oleh Pak Priyadi akan selalu di putar balikan lagi dengan jawaban-jawaban yang sangat panjang dan tak bermakna yang gak ada hubungannya dengan pertanyaan awal untuk kemudian dilanjutkan dengan AMNESIA berikutnya dengan berkata Gak Transparan Di mana?

    well..
    memangnya pokok masalahnya apa?
    sebelumnya unitlink dipermasalahkan karena tidak memberikan profit real yg optimal dibandingkan kalau membeli asuransi dan investasi terpisah.
    sudah terjawab.
    memang benar unitlink tidak dapat memberikan profit yg optimal sekalipun dengan tingkat perkembangan investasi yg sama.

    masalah nasabah membayar lebih?
    sudah terjawab.
    terserah nasabah mau membayar lebih atau tidak.
    saya lebih suka membayar se-sachet kopi + gula dibandingkan membeli kopi dan gula secara terpisah, meskipun lebih mahal dan kalau membeli terpisah tidak akan terlalu rumit.

    masalah transparansi?
    sudah cukup transparan kalau mau mebaca ilustrasi dengan teliti.
    justru produk alternatif yg dianjurkan Pri malah yg kurang transparan.

    nasabah banyak yg tidak tahu/sadar dia membayar untuk apa saja?
    makanya baca ilustrasi dengan teliti.
    sudah cukup transparan di sana.

    Sedangkan Pak Gubay dan Firesquid I wish you good luck aja deh dengan misi kalian buat merontokkan kritik Pak Pri. Your reasons are shallow, consistently out of topic and most of the time non sense.

    thanks for wishing me the good luck.
    i see none of my reasons is nonesense.
    kalau argumen anda dapat terbantahkan tapi anda tetap ngotot…siapa yg nonesense?
    sudah terbantahkan tapi terus mengajukan keberatan yg sama…siapa yg amnesia?

  218. #279

    kalau gitu bagian mana yang menurut anda tidak saya lihat dengan benar?

    anda melihat unitlink sebagai suatu produk yg bisa dipreteli dan dibeli secara pretelan.
    anda membandingkan membeli unitlink dengan membeli unsur pembentuknya secara terpisah.
    lalu dari situ berkembang menjadi profit yg tidak optimal (di tulisan sebelumnya) sampai ketidak-transparanannya.

    mempreteli suatu produk menjadi unsur2 terkecilnya..it’s ok.
    tapi membelinya secara terpisah..it’s not ok.
    karena unitlink adalah suatu produk akhir.
    kalau membeli pretelannya..ya bukan unitlink lagi namanya.

    lihatlah unitlink sebagai unitlink…suatu produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi.

    analogi lagi deh. ada dua produk A dan B, keduanya memiliki manfaat yang sama persis. produk A harganya Rp 500, produk B harganya Rp 1000. pilih mana? produk A dong, lebih murah sih. nah, seandainya kita dikasih tahu kalau komisi penjualan produk A itu 90%, Rp 450 lari ke kantong penjualnya. sedangkan di produk B cuma 10% yang lari ke kantong penjualnya, atau Rp 100. sekarang pilih mana? ya tetap produk A dong. urusan dia mau dapet untung berapa, yang penting saya bayar lebih murah untuk produk dengan manfaat yang sama persis.
    sama aja, beli asuransi juga gitu. bedanya UL dijual dengan selubung investasi atau ‘ilusi finansial’™, sehingga nyaris tidak mungkin untuk membandingkan UL dengan UL yang lain maupun produk asuransi lain, apapun jenisnya. wajar kalau calon nasabah menuntut transparansi yang mencukupi karena hanya dari itu nasabah bisa melakukan komparasi dengan produk yang lain.

    unitlink terdiri dari 2 unsur pembentuk tapi tidak bisa dibeli secara terpisah dan karenanya tidak bisa dibandingkan dengan gabungan dari membeli 2 unsur tsb.

    problemnya: manfaat ini masih harus dinilai berdasarkan harga yang perlu dibayar oleh nasabah. nah, nasabah tahu gak harga yang harus dia bayar? dengan ilusi finansial™, kebanyakan nasabah tidak akan mengetahuinya. apakah kebanyakan nasabah yang ikut UL punya niat kira2 seperti ini?: “saya ikut UL dengan membayar ekstra Rp 36 juta dalam 5 tahun pertama untuk mendapatkan kemudahan pengurusan asuransi+investasi melalui satu pihak saja”

    kalau mau membaca dengan teliti pasti tahu.
    soal niat..maaf, saya belum bisa membaca isi benak/pikiran orang lain.

    hal yang sama juga bisa dituduhkan kepada anda . hanya karena anda berpendapat kalau tulisan saya salah, bukan berarti saya otomatis harus ikut pendapat anda

    thanks untuk tidak mau ikut2an..

    thanks lagi untuk tips quote-nya..

  219. repost..
    bukan amnesia..
    cuma mengingatkan lagi..

    ‘merasa tertipu’ dengan ‘tertipu’ adalah dua hal yg berbeda.

    yg dapat dilindungi secara hukum adalah yg ‘tertipu’.

    ‘menipu’ adalah tindakan yg dapat dituntut secara hukum.

    ‘merasa tertipu’ atau ‘merasa’ apapun adalah hak setiap orang yg masih bisa ‘merasa’.

    konsumen boleh teriak ‘merasa tertipu’ dan agen boleh teriak ‘produk saya transparan dan tidak menipu’.
    tapi penuntutan adalah harus dengan cara2 yg legal sesuai hukum yg berlaku.
    bukan melalui blog, opini atau apapun yg disampaikan tanpa disertai delik pengaduan penipuan.

  220. #286

    bung, kok ngga boleh nulis di blog? rasanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat dilindungi undang-undang atau sekarang ada perubahan undang2?

    masalah mengenai opini yg terbentuk, bukankah anda2 (agen2) juga diberi kebebasan untuk mengconter tulisan2 priyadi? tapi kenyataannya kok anda2(agen2) bukannya membalas dgn argumen2 yg masuk akal, ini malah muter2 dan menyerang pribadi?

    buktikan dong dengan angka dan fakta (saya rasa tantangan pak priyadi masih berlaku tuh) jangan cuma bisa muter ngga karuan dan malah menyerang pribadi orang.

    dinilai dari tulisannya, priyadi jauh lebih kompeten dari yang ngaku-ngakunya ‘financial advisor’ yg cuma bisanya muter2 dan ngotot. yang mau dilihat ‘GELAR’ nya atau ‘TULISAN’ nya?

  221. buat agen2 unit link:

    kalo anda2 merasa produk anda transparan, OK.

    sekarang anggaplah pembaca blog ini calon2 klien anda dan tolong anda prospek kami2 ini tanpa ada yang ditutup-tutupi dan jelaskan juga ada alternatif lain diluar unit link anda.

    yang saya ingin tahu bagaimana bahasa anda untuk menjelaskan produk anda yang transparan itu?

    kalo emang transparan dan ternyata lebih ‘untung’ beli unit link jagoan anda, siapa tau anda2 bisa dapet banyak klien dari pembaca blog ini. ngga apa2 kan pak pri blognya buat promoting/prospekting?:)

  222. Unit link itu transparan di-blog ini saja. Seperti yang saya uraikan di comment #269. Dalam kenyataannya, belum ada agen yang menjelaskan sejelas di blog ini. Salah agennya? Maybe yes maybe no. Tapi agen biasanya hanya menjadi perpanjangan tangan dari perusahaan tempatnya bekerja.

    Saya sering denger tuh klaim “Kalo unit link jelek, kenapa banyak yang beli?”. Kita lihat beberapa tahun ke depan. Kalo konsumen melek asuransi & investasi, apakah klaim ini masih berlaku? Time will Tell.

    Setidaknya, saat ini beberapa yang minta saran ke saya tentang asuransi pendidikan/tabungan pendidikan tidak ada yang jadi beli. Alih-alih mereka beli reksadana dan asuransi terpisah. Gak repot kok.

    Banyak di antara kawan/tetangga saya yang bahkan agen sekalipun tidak tahu details biayanya seperti ilustrasi yang dibuat Priyadi. Untuk agen, mereka hanya tahu kalo dapat sekian nasabah akan dapat bonus sekian %. Ada yang bahkan tidak tahu reksadana itu apa. Salah agennya?

  223. 274
    busetttttt yang kesni bnyk bgt
    blog saia kpn ya kyk bgni

    @274
    Makanya, kayaknya kudu ngebahas koranlink juga. Pasti nanti banyak agen yang meramaikan blog elo. :d

  224. #76

    menjual barang seperti koran B dan harganya tetap semurah koran A dan tidak ada yang ditutup2i itu bukannya tidak mungkin. kalau ada produk semacam ini silakan kirim ilustrasinya dan saya akan dengan senang hati mempublikasikannya.

    @Priyadi
    Mas Pri, udah ada agen yang kirim ilustrasinya belom?

    @Agen asuransi
    Tuh Mas Pri udah nawarin buat promosiin produk anda. Kalo emang produk anda (unitlink) unggul, banyak kelebihan seperti yang anda bilang, kirim ke Mas Pri dong.

  225. @bravo
    kalau A bukan B
    bukan berarti A adalah C

    sorry to say..
    sebelum anda mengerti logika premis dan kesimpulan, saya rasa komen2 anda malah akan menambah sesuatu yg mestinya tidak perlu (kalau tidak mau dibilang memperkeruh) dalam pembahasan (dalam hal ini) unitlink.
    =======================================================

    #289
    kalau mau transparan bukan ditempatkan di blog (ini) tapi harus tertera di ilustrasi sebagai bahan pertimbangan awal calon nasabah.

    saya punya 2 buah ilustrasi unitlink dari A dan dari P.
    memang..di ilustrasi dari A tidak selengkap ilustrasi dari P.
    bahkan UP yg ditawarkan jauh dibawahnya :(
    ini bukan promosi ataupun mendiskreditkan salah satu pihak ya..

    memang amat disayangkan kalau ada agen (termasuk yg menawarkan unitlink kepada saya) yg kurang memahami produk yg dijualnya.
    saya juga sering ‘bertemu’ agen penjual unitlink yg tidak memahami sisi investasi dari unitlink sedangkan unitlink itu sendiri selain ada sisi proteksi juga ada sisi investasinya.

    salah si agen?
    ya..
    karena malas mempelajari produk yg dijualnya.

    salah perusahaannya?
    ya..
    karena tidak membekali pengetahuan yg memadai bagi agen2nya.
    sorry..:)>-

    semoga kita sama2 bisa melihat ketika time tells the truth..
    dan selama menunggu itu..saya sudah terproteksi (belum self insured sih..dan tidak mau hanya bergantung dari kantor :d) dan terus memburu instrumen investasi murni..:)>-

  226. @286
    Ini orang kenapa juga, mosok nulis opini diblog sendiri nggak boleh. Apalagi opini-nya disertai dengan penelitian. Trus semua orang boleh kasih komen (boleh nguji).

    Kalo emang apa yang ditulis di artikel ini salah, mending elo bikin tulisan sendiri dan buktikan kalo emang tulisan disini salah. Ntar, biar pembaca yang nentuin siapa yang bener dan siapa yang asal ngomong.

  227. sori tp kayaknya gue setuju dgn firesquid, Priyadi hanya membahas asuransi dari sisi ekonomis. gue masih percaya kalo unitlink memiliki kebaikan sendiri. yg gue sesalkan cuma perusahaan asuransi yg memiliki pilihan produk terbatas

  228. @bravo
    kalau A bukan B
    bukan berarti A adalah C

    sorry to say..
    sebelum anda mengerti logika premis dan kesimpulan, saya rasa komen2 anda malah akan menambah sesuatu yg mestinya tidak perlu (kalau tidak mau dibilang memperkeruh) dalam pembahasan (dalam hal ini) unitlink.
    =======================================================

    #286
    baca yg bener ya..
    yg ngelarang nulis di blog itu siapa?
    =======================================================

    #289
    kalau mau transparan bukan ditempatkan di blog (ini) tapi harus tertera di ilustrasi sebagai bahan pertimbangan awal calon nasabah.

    saya punya 2 buah ilustrasi unitlink dari A dan dari P.
    memang..di ilustrasi dari A tidak selengkap ilustrasi dari P.
    bahkan UP yg ditawarkan jauh dibawahnya :(
    ini bukan promosi ataupun mendiskreditkan salah satu pihak ya..

    memang amat disayangkan kalau ada agen (termasuk yg menawarkan unitlink kepada saya) yg kurang memahami produk yg dijualnya.
    saya juga sering ‘bertemu’ agen penjual unitlink yg tidak memahami sisi investasi dari unitlink sedangkan unitlink itu sendiri selain ada sisi proteksi juga ada sisi investasinya.

    salah si agen?
    ya..
    karena malas mempelajari produk yg dijualnya.

    salah perusahaannya?
    ya..
    karena tidak membekali pengetahuan yg memadai bagi agen2nya.
    sorry..:)>-

    semoga kita sama2 bisa melihat ketika time tells the truth..
    dan selama menunggu itu..saya sudah terproteksi (belum self insured sih..dan tidak mau hanya bergantung dari kantor :d) dan terus memburu instrumen investasi murni..:)>-

  229. To #293 Basibanget

    Kalo emang anda lebih suka pake unitlink, beli aja unitlink semua. Untuk portofolio, beli aja beberapa unitlink dari perusahaan yang berbeda.

    Yang saya heran, bahkan firesquid pun hanya menyisihkan sedikit saja ke unitlink (dari komen dia yang lalu). Kenapa tidak semuanya saja di unitlink. Kan ada fasilitas Top Up juga. Kalo beli unitlink juga, beli reksadana juga, kemana segi praktisnya?

    Maunya kan one stop shopping. Ikut 1 unitlink dan nikmati semua fasilitas dan kemudahannya. Kan udah bayar ongkos lumayan besar (biaya akuisisi)?

  230. #293

    diluar kepraktisan yang merupakan kelebihan unit link dibanding BTAID, dimana kepraktisan ini harus dibayar muahal, coba anda kasih tau kelebihan unit link jagoan anda berikut ilustrasinya (siapa tau kami2 tertarik beli polis anda)

  231. # 295

    anda benar saya manusia bodoh (ini udah saya akui)dan terus terang saya ngga mudeng dengan logika anda yg berputar-putar.

    saking bodohnya saya perlu waktu gitu lama (14 bulan) untuk mengerti bahasa pinter unit link dan menyadari yg saya bayar ngga sebanding dengan yang saya dapet.

    untuk manusia pinter seperti anda tentu susah menjelaskan bahasa unit link yang pinter itu kepada nasabah2 bodoh kayak saya

  232. konsumen boleh teriak ‘merasa tertipu’ dan agen boleh teriak ‘produk saya transparan dan tidak menipu’.
    tapi penuntutan adalah harus dengan cara2 yg legal sesuai hukum yg berlaku.
    bukan melalui blog, opini atau apapun yg disampaikan tanpa disertai delik pengaduan penipuan.,
    ——————————————–

    oh ini pendapat orang bodoh lho ya…..

    kalau kita ‘merasa tertipu’ maka kita harus cari pengacara, tapi ngga boleh nulis di blog (walau blog pribadi sekalipun)

    tapi permasalahannya saya ngga punya duit buat bayar pengacara nih, juga ngga tau dimana cari pengacaranya (maklum tinggal di ndeso)

    yang saya lakukan cuma kasih tau temen2 dan sodara2 agar jangan ketipu (merasa ketipu) juga (oh salah juga ya? ngga boleh bilang ketipu karena belum diadukan kepolisi?)

    saya pikir boleh numpang di blognya priyadi(maklum ngga punya blog sendiri) buat sekedar sharing pengalaman karena merasa tertipu (wadoh…. ngga boleh ternyata pri, harus lapor/nuntut dulu nih….)

    mungkin maksudnya gitu? CMIIW (orang ndeso yang bodoh soalnya)

  233. #296

    Kalo beli unitlink juga, beli reksadana juga, kemana segi praktisnya?

    Artinya ybs sangat paham arti proteksi dan sangat paham arti “invest the difference”

  234. #300

    sekali lagi postingan orang bodoh:

    orang bodoh lagi belajar manajemen portofolio, dipelajaran tsb nanya sama guru yg pinter ttg macam2 jenis investasi, nah sang guru bilang banyak deh instrumen investasi dari mulai deposito, SBI, SUN, corporate bond, common stock, preferred stock, mutual fund, unit linked, derivative, property, commodity, forex, etc

    nah org bodoh nanya lagi (maklum bodoh hrs bnyk nanya)
    apa isi (jeroan) dari mutual fund? jawab beliau bisa macem2 tergantung composite nya contohnya mutual equity fund sebagian besar minimal 80% jeroannya common stock, atau fixed income yg jeroannya sebagian besar corporate bond yg layak invest, ETF, index fund, etc.

    nah unit linked itu makhluk apa pula? trus jeroannya apa aja?
    jawab beliau unit linked itu gabungan antara term life insurance dan mutual fund (bisa equity fund, fixed income fund, money market fund etc)

    nah klo beli sama2 equity fund misalnya, dimana diversifikasinya?:-?

  235. #300

    artinya ybs belum paham BTAID. koq masih minat sama 2 in 1 yang biaya racikannya mencapai 205% dari premi setahun yang dicicil 5 thn.

    Mau kemudahan pembayaran dari unitlink ? rasanya beli tradisional pun juga mudah, mau auto debet rekening, kredit card, perpanjangan otomatis, investasi autodebet juga bisa tiap bulan. rasanya faktor kemudahan jangan dibawa-bawa deh. fyi, di bank permata sudah ada rekening khusus investasi yang setiap bulannya akan di potong otomatis untuk dibeliin reksadana berikut dengan benefit tambahan seperti extra 2% investasi tambahan ketika memakai debit cardnya buat belanja

    Yah memang lebih susah dari tradisional yah itu, nyari produknya yang sangat jarang di tawarin.
    Ini tugas anda-anda dong (mungkin juga saya) yang jadi agen asuransi untuk ikut membuat bangsa ini melek asuransi. beberapa agen berani memakai embel2 financial consultant, buktiin dong kalau memang Anda ahli dalam memberikan solusi dan perencanaan keuangan, bukannya menjalankan SOP untuk menjual SEBUAH produk.

  236. #235 & 267, Mas Firesquid,

    sebentar Anda ngomong di whole Life ada nilai tunai sebentar tidak.

    Gmn nih ?

  237. #303

    saya punya whole life dari M*******, nilai tunainya dijamin (tertulis dipolis) bahkan nilai tunai pertanggungan tambahan dikasih sesuai ilustrasi walaupun dipolis ngga dijamin.

    FYI polis udah 6 thn, dan tiap tahun perusahaan ngasih pertanggunga tambahan sesuai janjinya di ilustrasi. karena masih sisa 4 thn (saya ambil 10 thn), saya berniat meneruskannya karena mendekati akhir kontrak.

  238. Tulisan bagus sekali Mas Priyadi,
    hampir saja saya terjebak oleh agen Prudential…
    Mohon ijin trackback ke blog saya yah Mas di:
    http://www.lexus.ladova.com

    Perusahaan asuransi memang tak lebih baik dari perusahaan sepatu Nike yang menjual sepatu seharga 1 juta dengan modal 50 ribu,
    Saya jauh lebih menghargai Ibu Murdaya Poo & Berca Group-nya serta Bapak Jakob Oetama & Kompas Gramedia-nya ketimbang penemu asuransi…

    Apa sih yang dijual perusahaan asuransi itu?
    Surat JAMINAN bermaterai 6 ribu perak yang berisi perjanjian bahwa ketika Anda menabung sekian juta per bulan dan pada waktu Anda mati,
    hak waris Anda berhak menerima sekian ratus juta?
    Coba lihat hanya dengan modal materai 6 ribu perak per tahun, mereka bisa mendapatkan dana segar sebesar 12 juta per bulan?
    Gross margin-nya berarti 12.000.000/6.000=2.000%
    Pantas saja Allianz bisa mendirikan stadion yang begitu megah di Inggris serta Prudential bisa mendirikan bangunan super megah di jantung Jakarta…
    SINTING!

    Memangnya Anda mati berapa kali dalam seumur hidup?
    Lha klo mereka tau Anda sudah punya penyakit kronis & bakal mati mereka juga ndak mau bikin perjanjian tersebut,
    betapa egois, licik, dan jahatnya mereka kan?
    Lha Anda matinya aja ndak tau kapan,
    kok udah disuruh bayar di depan setiap bulan lagi…
    Coba saja Anda tanya apa Anda bisa mengasuransikan rumah Anda yang berada di zona merah?
    TIDAK SAMA SEKALI!!

    Yang lebih parah Mas,
    margin yang sedemikian besar itu tidak dibagi ke agen maupun fund manager mereka secara adil, melainkan dilahap sekonyong-konyong oleh pemilik perusahaan asuransi sendiri!

    Saya bukannya anti KAPITALISME, Mas…
    Saya hanya ANTI PEMBODOHAN PUBLIK!

  239. To Rahmat
    #296

    Yang saya heran, bahkan firesquid pun hanya menyisihkan sedikit saja ke unitlink (dari komen dia yang lalu). Kenapa tidak semuanya saja di unitlink. Kan ada fasilitas Top Up juga. Kalo beli unitlink juga, beli reksadana juga, kemana segi praktisnya?

    Saya memang sudah ambil reksadana duluan baru kemudian mengenal unit link. Sebelumnya asuransi jiwa saya hanya mengandalkan fasilitas kantor.

    Dengan membayar cicilan berkala unitlink, seharusnya 3-4 tahun lagi nilai tunai unit link saya sudah mengejar total dana yg di reksadana.

    Mengenai return, memang hasil di reksadana lebih besar dari unit link. Reksadana merupakan instrument investasi, sedangkan unitlink merupakan produk asuransi + investasi yg lebih transparant daripada asuransi tradisional yg menjanjikan nilai tunai.

  240. To hutanlebat
    #303

    sebentar Anda ngomong di whole Life ada nilai tunai sebentar tidak.

    Gmn nih ?

    Saya pernah ditawari asuransi whole life dari BNI Life. Setoran 7 tahun, dan ada pengembalian nilai tunai setelah periode tertentu.

    Menurut saya, daripada ambil yg whole life tradisional, lebih baik ambil produk Unit Link. Lebih transparant dan lebih flexible.

  241. To Lexus
    #305

    Apa sih yang dijual perusahaan asuransi itu?

    Apakah rumah Bapak ada diasuransikan?
    Apakah kendaraan Bapak sudah diasuransikan?
    Apakah Bapak punya jas hujan/payung, walaupun bukan musim hujan?

    Perusahaan asuransi bukan menjual asuransi. Melainkan jasa pengalihan resiko kerugian. Misalnya rumah Bill Gates seharga 1 Miliar, jika terjadi gempa bumi atau kebakaran, maka Bill Gates kehilangan rumah seharga 1 Miliar tsb.

    Namun Bill Gates bisa mengalihkan resiko kehilangan 1 Miliar akibat gempa/kebakaran kepada perusahaan asuransi, dengan membayarkan biaya pengalihan resiko.

    Untuk asuransi jiwa, prinsipnya sama. Misalnya penghasilan Osama bin Laden dalam setahun adalah 500 Miliar. Jika Osama meninggal dunia, keluarga dia akan mengalami kerugian 500 Miliar dalam setahun.

    Tapi ada pilihan lain untuk manajemen resiko kerugian tsb. Osama bin Laden bisa mengalihkan kerugian keluarganya kepada perusahaan asuransi, berjaga-jaga kalau terjadi hal yg tidak diinginkan. Osama bin Laden harus ambil asuransi jiwa yg pertanggungan minimal 1 Triliun, dengan asumsi keluarganya bisa bertahan hidup selama 2 tahun sambil mencari nafkah.

    Jika perusahaan asuransi mempersulit proses pengajuan dengan berbagai survey dan medical check-up, hal itu wajar saja. Karena perusahaan asuransi merupakan perusahaan komersial, mereka mau cari untung. Sebagai nasabah, yg penting adalah klaim diurus dan dibayar.

  242. #285:

    unitlink terdiri dari 2 unsur pembentuk tapi tidak bisa dibeli secara terpisah dan karenanya tidak bisa dibandingkan dengan gabungan dari membeli 2 unsur tsb.

    which brings back to why I wrote this piece in the first place. ‘koran B’ sih inginnya konsumen berpikir begitu :). tapi kenapa harus gak bisa dibandingkan? coveragenya sama, duitnya ujung2nya juga diinvestasikan di tempat yang sama saja.

    kalau mau membaca dengan teliti pasti tahu.

    ini mirip2 dengan jualan ikan tangkepan 2 hari yang lalu di pasar. ada yang beli, tapi besoknya dia datang lagi dan protes “kok ikannya busuk sih??” dan dijawab dengan enteng “kalau ibu teliti pasti tahu kalo itu ikan busuk, saya kan sama sekali gak nutup2in dagangan saya.”

    melempar kesalahan kepada konsumen sih gampang. buat agen yang tiap hari kamis ditraining sih jelas pasti ngerti apa isi dari ilustrasinya. tapi coba sekali2 lihat dari sudut pandang calon nasabah yang sama sekali gak ngerti apa itu asuransi dan belum pernah sama sekali berinvestasi.

    #287:

    masalah mengenai opini yg terbentuk, bukankah anda2 (agen2) juga diberi kebebasan untuk mengconter tulisan2 priyadi? tapi kenyataannya kok anda2(agen2) bukannya membalas dgn argumen2 yg masuk akal, ini malah muter2 dan menyerang pribadi?

    harusnya sih agen juga ikut memberi masukan kepada perusahaan asuransinya berdasarkan apa yang dia dengar dari lapangan langsung. katanya agen itu perantara perusahaan asuransi dan nasabah. kalau bukan ke agennya, harus protes ke siapa lagi? lha mau mengkritik perusahaan asuransinya kadang2 juga dianggap memprotes agennya juga :).

    #291:

    Mas Pri, udah ada agen yang kirim ilustrasinya belom?

    belum tuh :)

    #294:

    sori tp kayaknya gue setuju dgn firesquid, Priyadi hanya membahas asuransi dari sisi ekonomis. gue masih percaya kalo unitlink memiliki kebaikan sendiri. yg gue sesalkan cuma perusahaan asuransi yg memiliki pilihan produk terbatas

    kita di sini gak bicara masalah kepercayaan. kalau memang ada kelebihan UL, silakan langsung aja dijelaskan di sini.

    tapi buat gua sih udah jelas. kalau konsumen sudah ngerti gimana cara beli term life & reksadana. maka tidak ada alasan lagi untuk beli UL. nilai jual UL itu sebenarnya hanya terletak pada ketidaktahuan nasabah.

  243. 1. Masa perlindungan sampai dengan usia 99 tahun tanpa perlu perpanjangan.

    2. Pada asuransi tradisional UP hanya diberi jika tertanggung meninggal. Pada (beberapa) UL, UP dapat diberi jika tertanggung mengalami cacat total tetap (tidak sampai meninggal)

    3. Rider / asuransi tambahan yang lebih menarik

    4. Memiliki nilai tunai

    5. dll :D

    Intinya gini aja deh. Udah liat iklan Esia yang baru kan, yang terakhir Agus Ringgo bilang “GSM mahal berlagak murah”

    Kalau semua pengguna GSM beralih ke Esia, setidak-tidaknya CDMA, gue kawin sama monyet!

    btw itu mas Lexus sebenernya anti UL ato anti asuransi sih..hehe

  244. Firesquid wrote:

    Dengan membayar cicilan berkala unitlink, seharusnya 3-4 tahun lagi nilai tunai unit link saya sudah mengejar total dana yg di reksadana.

    Ckckck…lama betul nunggu 3-4 tahun untuk ngejer investasi di reksadana yang tidak di-top up. Padahal yang unitlink setor tiap bulan. Hehehe….

    Tutup aja reksadananya bung. Masukin ke unitlink semua aja. Kan sama-sama pake reksadana index (atau saham?).

    Bukan diversifikasi namanya kalo sama-sama masuk instrumen yang sejenis. Beda menejer investasi bisa menghasilkan return yang berbeda (Fortis lebih bagus dari Manulife sampai saat ini), tapi pas index jatuh bebas, Fortis pun jatuh bebas juga. Tidak mungkin tidak.

  245. #309

    belum tuh :)

    Waduh, gimana neh para agen. Kayaknya emang mereka nyari orang yang gak ngerti buat dikibulin. Nyatanya ngirim ke Mas Pri (orang yg tahu asuransi) aja nggak mau. Padahal lumayan bisa promosi gratis di blog yang paling populer se-Indonesia. :-?

    #311

    Ckckck…lama betul nunggu 3-4 tahun untuk ngejer investasi di reksadana yang tidak di-top up. Padahal yang unitlink setor tiap bulan. Hehehe….

    HUAKAKAKAK :d

    @Priyadi
    Mas Pri, bikin topik baru dong. Ntar kepopuleran blog-nya kesusul ama blog-nya Pak Budi Rahardjo lho

  246. #311

    Ckckck…lama betul nunggu 3-4 tahun untuk ngejer investasi di reksadana yang tidak di-top up. Padahal yang unitlink setor tiap bulan. Hehehe….

    Jelas lama, hasil investasi yg sekali setor sudah besar jumlahnya tidak bisa dibandingkan dengan hasil investasi yg disetor secara cicilan.

    Misalnya Mas Rahmat investasi 500 juta, sekali setor. Setelah 3 tahun kemudian, Mas Rahmat punya kelebihan dana dan buka rekening baru untuk investasi yg besar setoran 80 juta pertahun.

    Anggap saja hasil investasinya sama, Mas Rahmat coba bantu saya hitung kapan cicilan 80 juta/tahun bisa menyusul nilai tunai yg sekali setor 500 juta tsb. :)

    Kita disini diskusi pakai logika, bukan pakai perasaan. Unit Link juga secara konsep dan logika tidak menipu, tapi feeling orang-orang tertentu saja yg “merasa tertipu”.

    Argument yg masuk akal dari orang-orang yg tidak suka unit link cuma “profit kurang”.

  247. #314 To Firesquid

    Makanya sampaikan dong berapa yang di reksadana dan berapa setoran bulanan unit link-nya. Kalaupun tidak dalam jumlah yang sebenarnya, minimal persentase-nya sama.

    Misalnya: Besar reksadana 3 tahun lalu 50jt, cicilan unit link 500rb/bln. Bilang aja: Reksadana 100 unit sementara unit link 1 unit/bulan.

    Simple….

    Gak usah kasih ilustrasi ke saya. Cashflow analisys, CBA, DCF, dah biasa saya kerjakan. Anda bikin aja sendiri yang aktual dana anda di reksadana dan unit link. Saya sendiri udah ada contohnya antara unitlink dan reksadana+termlife. Hasilnya mendingan BTAID. Jadi saya tutup polis unit link saya. Simple….

  248. Firesquid wrote:

    Argument yg masuk akal dari orang-orang yg tidak suka unit link cuma “profit kurang”.

    Please dech… Anda kayaknya tipe orang yang “murah hati”. Gaji kurang anda tidak komplain. Tagihan air dan listrik tidak sesuai anda tidak protes.

    “profit kurang” bukan “cuma”. Kan kita bicaranya: Mana yang lebih menguntungkan Unitlink atau BTAID?

    Lagipula yang jadi alasan bukan cuma “profit kurang”.

    Mau tau alasannya? Kita tanya GALILEO :)

    1. Sisi kepraktisan UL juga didapatkan di BTAID.
    Saya sudah bisa Autodebet untuk Termlife dan Internet Banking untuk Reksadana. Tidak perlu bayar untuk Top-Up dll. Inget lho biaya Top Up bukanlah biaya pembelian (subscription fee). Dan Top Up tidak bisa pake internet banking :d

    Nanti dibilang, “Tidak semua orang punya akses internet.” Hehehe… Setidaknya yang komen disini punya :p

    2. Bisa memilih perusahaan asuransi (selama punya Termlife) dan Manager Investasi dengan bebas. Di Unitlink, si A kerjasama dengan S, B kerjasama dengan T, dll.

    3. Mudah melakukan parkir dana (jika diperlukan).
    Ini dilakukan kawan saya pas Agustus 2007 dan Januari 2008 kemarin. Di unitlink gak bisa dana diambil begitu saja. Di Reksadana dari Manager Investasi bisa.

    Setidaknya masih ada 3 alasan lainnya kan selain “Cuma Profit KurangTM“.

    Biarlah pembaca blog yang menilai logis atau tidak logis kah komen saya di atas.

    Simple….

  249. [b]To basibanget[/b]:
    “btw itu mas Lexus sebenernya anti UL ato anti asuransi sih..hehe”
    Kan saya sudah bilang,
    saya setuju sekali dengan analisisi & opini Mas Pri bahwa:
    “kalau konsumen sudah ngerti gimana cara beli term life & reksadana. maka tidak ada alasan lagi untuk beli UL. nilai jual UL itu sebenarnya hanya terletak pada ketidaktahuan nasabah.”
    Sekali lagi saya katakan, saya tidak anti asuransi,
    UL, reksadana, maupun Obama!!!
    Saya hanya anti PEMBODOHAN PUBLIK!!!
    Analogi ini seperti iklan Ringgo di Esia…
    “Alah GSM mahal berlagak murah!”

    [b]To firesquid[/b]
    Anda SALAH besar apabila mengatakan saya tidak tahu asuransi,
    saya sangat setuju adanya perusahaan asuransi,
    saya sangat setuju bahwa sebuah resiko harus diasuransikan supaya kita bisa tidur pulas dan membiarkan perusahaan asuransi yang deg-degan bila terjadi sesuatu terhadap aset Anda…
    Namun, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan asuransi juga sangat-sangat takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka tidak mau menanggung resiko yang probabiltas klaim-nya di atas 20%. Apabila probabilitas klaim Anda masih di bawah 20%, mereka juga masih SANGAT TAKUT hingga harus me-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-asuransi.
    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-asuransi.
    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-re-asuransi.
    BAMM! Kaget Anda semua?
    That`s fact of life!

    Saya bukan anti kapitalime tapi saya SANGAT tidak suka cara sebuah perusahaan asuransi asing memeras uang nasabah mereka dengan premi yang sangat tinggi (bisa 5 kali lipat premi asuransi lokal), mengiming-imingi para karyawan yang sudah mapan untuk hengkang dan menjadi agen asuransi yang mengganggu para prospeknya dengan cold call yang SANGAT MENJENGKELKAN & menginjak-injak para agen mereka tanpa gaji bulanan yang memadai lalu menimbun profit yang luar biasa besarnya di Bank of London szerta membelikan bangunan super mewah serta stadion canggih di Manchaster…
    That`s fact of LIFE!

  250. To Rahmat
    #316
    Perbandingan yg Anda lakukan keliru. Produk Unitlink tidak bisa dibandingkan dengan membeli Term Life + Investasi.

    Saya yakin Anda punya rumah pribadi. Pernahkah Anda membandingkan membeli rumah dengan sewa apartemen dan beli tanah kosong secara terpisah?

    Ketika Anda memutuskan membeli sebuah rumah, pasti Anda punya pertimbangan tertentu kenapa membeli rumah tsb. Padahal Anda bisa mendapatkan fasilitas yg bagus dengan menyewa apartemen, jika sudah bosan pindah aja. Sedangkan harga tanah selalu mengalami kenaikan harga tiap tahunnya, anggap sebagai investasi.

    Anda bisa memikirkan konsep untuk membandingkan unit link dengan beli asuransi + investasi secara terpisah, kenapa untuk beli rumah tidak dilakukan demikian juga?

  251. Yg dikatakan Mas Rahmat memang betul, itu adalah kelebihan beli Term Life + Investasi secara terpisah. Namun bukan berarti UnitLink juga tidak punya kelebihan.

    Kelebihan pertama pada Unit Link, adalah Whole Life Insurance. Perusahaan asuransi tidak akan menolak perpanjangan polis (selama polis tidak mengalami lapse), sampai dengan usia yg ditentukan, misalnya :
    – usia 99 untuk jiwa
    – usia 80 untuk sakit kritis
    – usia 65 untuk rumah sakit

    Kelebihan kedua adalah service yg diberikan oleh agen. Seorang agen asuransi yg profesional akan membantu nasabahnya merancang dan memantau kebutuhan financial dan asuransi, seumur hidup. Untuk mendapatkan service ini, cukup membeli produk yg direkomendasikan oleh agen tsb. Silahkan bandingkan service ini dengan jasa yg ditawarkan oleh Financial Advisor Independent.

    Kelebihan yg kedua ini sangat tergantung pada agen. Sayangnya banyak org yg mengambil unitlink hanya karena agen tsb merupakan teman/saudara. Atau mungkin karena sekeda terkesan dgn gaya bicara agen tsb. Jadi, pilihlah agen yg profesional, yg mengerti kebutuhan finansial Anda.

    Kelebihan ketiga adalah, transparansi mengenai segala biaya. Dimana transparansi biaya ini sulit diketahui dari asuransi tradisional, baik term life maupun whole life.

    Kelebihan keempat adalah, perusahaan yg menjual unit link kepada saya sudah diakui beberapa media terkenal sebagai asuransi jiwa terbaik di Indonesia.
    Karena produk asuransi jiwa dan investasi merupakan bisnis kepercayaan, tentu saja saya lebih percaya pada perusahaan terbaik daripada perusahaan lain yg sekedar ‘baik’. Produk yg terbaik, tentu saja harganya juga lebih mahal.

    Beberapa media terkenal yg memberikan rating terbaik, antara lain : Harian Bisnis Indonesia, Majalah Info Bank dan Investor. Saya percaya beberapa media besar tsb punya penilaian yg objektif daripada sekedar opini beberapa orang.

  252. to Lexus
    #317

    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-asuransi.
    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-re-asuransi.

    Bisa tolong jelaskan seperti apa perusahaan re-asuransi itu. Kalau bisa sekalian penjelasan perusahaan re-re-re-asuransi yg dimaksudkan.

    Saya pikir Anda tidak keberatan untuk sekedar sharing info. Banyak pembaca yg awam mengenai asuransi, dan pemahamannya tidak sebagus Anda.

    Saya bukan anti kapitalime tapi saya SANGAT tidak suka cara sebuah perusahaan asuransi asing memeras uang nasabah mereka dengan premi yang sangat tinggi (bisa 5 kali lipat premi asuransi lokal),

    Jadi, menurut Anda…untuk benefit 2-in-1 yg ditawarkan produk asuransi tsb, berapa premi yg pantas. Mungkin Anda boleh jelaskan bagaimana perbandingannya dengan produk serupa dari perusahaan asuransi lokal.

    mengiming-imingi para karyawan yang sudah mapan untuk hengkang dan menjadi agen asuransi yang mengganggu para prospeknya dengan cold call yang SANGAT MENJENGKELKAN

    Saya cukup setuju dengan point ini.
    Menurut Anda, bagaimana sebaiknya cara cold call yg tidak menjengkelkan. Saya rasa masukan dari Anda sangat berguna bagi semua agen asuransi.

    menginjak-injak para agen mereka tanpa gaji bulanan yang memadai

    Kalo ini, terserah agennya aja. Udah tau tanpa gaji bulanan yg memadai, tapi masih mau aja dijadikan agen oleh perusahaan tsb.

  253. To #319 Firesquid

    Analogi Rumah vs Tanah+Apartment adalah keliru sekali. Manfaat yang ditawarkan oleh apartment dengan rumah udah beda banget.

    Dalam UL vs BTAID, Priyadi udah ngasih ilustrasi yang jelas dan lugas. Manfaatnya sama hanya biayanya berbeda. TIDAK PERLU ANALOGI!

    Sesuatu yang Simple kok dipersulit. Tanya Kenapa?

    Selain itu, keuntungan di bawah ini rasanya tidak selalu diperlukan:

    – usia 99 untuk jiwa
    – usia 80 untuk sakit kritis
    – usia 65 untuk rumah sakit

    Kalau saya masih diberi umur sampai 55tahun (rencana pensiun saya), saya tidak perlu lagi asuransi jiwa. Yang saya perlukan adalah annuitas. Kenapa? Kalo anda tidak tahu, tanya sama Priyadi.

    Saat ini saya bisa menyisihkan 5jt/bln untuk investasi. Dengan asumsi penghasilan dan pengeluaran saya tetap (biasanya sih tiap tahun ada salary adjustment yang nilainya masih lebih tinggi dari inflasi) maka saat umur 55 tahun (25 tahun lagi) dengan asumsi pertumbuhan investasi 14%/tahun (standar ilustrasi UL) maka dana yang saya miliki menjadi 13.5M.

    Dengan asumsi inflasi 10%/tahun, dana itu setara dengan 1.25M saat ini (cukup besar buat saya).

    Dengan dana yang ada, saya cari instrumen baru yang bisa memberi saya penghasilan sesuai kebutuhan saya saat itu sampai saya meninggal.

    Gimana dengan anak-anak saya? Anak saya yang paling kecil sudah 5tahun. 25 tahun lagi usianya sama dengan saya saat ini (30 tahun).

    Untuk sakit kritis dan rumah sakit, saya bisa ambil asuransi kesehatan sesuai kebutuhan.

    Tidak perlu analogi-analogi yang malah bikin susah. Cukup dilihat saja polisnya. Beli UL dapat apa saja. Beli termlife dengan rider-rider yang ada dapatnya apa. Untuk investasinya, kita inveskan sendiri via MI yang sama dengan UL boleh pake MI yang lebih bagus juga ada.

    Simple…. Gak usah pake analogi-analogi lagi dech. Mending kalo bener analoginya.

    Rumah aja ada yang tanahnya HGB ada yang Hak Milik. Ini beda lho. Bandingin beli rumah nyicil dengan sewa rumah dan selisihnya di-investasikan juga berbeda. Gak usah analogi lagi deh. BEDAH POLIS AJA!

    Di UL, untuk setiap manfaat yang kita dapat, kita harus bayar: UP sekian premi sekian. Kesehatan GOLD bayar sekian/bln dapat manfaat sekian. SILVER bayar sekian/bln dapat manfaat sekian. Setelah premi asuransinya dibayar, barulah sisanya diinvestasikan ke MI yang jadi rekanan.

    Nah…kita bisa me-replikasi-kan apa yang dilakukan oleh UL tadi ke BTAID. Ini yang dilakukan PRIYADI dalam ilustrasinya. Ternyata lebih mudah mempraktekkannya daripada membuat ilustrasinya.

    Mau bukti??? Sudah saya lakukan. Simple….gak ribet kayak beli tanah plus sewa apartment (atau beli tanah+beli apartment?).

  254. Firesquid wrote:

    Kelebihan kedua adalah service yg diberikan oleh agen. Seorang agen asuransi yg profesional akan membantu nasabahnya merancang dan memantau kebutuhan financial dan asuransi, seumur hidup.

    Ini buat saya omong kosong belaka. Pelayanan seumur hidup hanya lip service saja. Agen kan boleh saja berhenti bekerja dan pindah ke perusahaan lain yang menurut dia lebih baik. Apakah dia tetap harus melayani kita juga? Dia dimana saja kita tidak tahu. Jangan menjanjikan yang tidak pasti.

    Kelebihan ketiga adalah, transparansi mengenai segala biaya. Dimana transparansi biaya ini sulit diketahui dari asuransi tradisional, baik term life maupun whole life.

    Di Termlife, saya tidak peduli berapa komisi agen, berapa biaya ini dan itu. Saya cuma tahu: Saya BAYAR 1.5jt/tahun dapat UP 500jt. Ada perusahaan lain yang sama-sama bagus cukup BAYAR 1.4jt/thn dapat UP 500jt. LOGIS kan kalo nasabah pilih yang 1.4jt/thn. SELESAI.

    DI UL, belum ada agen yang bilang, “80% setoran tahun pertama dan 20% setoran tahun kedua untuk komisi agen dan perusahaan.”

    Saya juga tidak perduli perincian biaya di UL, tapi saya peduli dengan porsi investasi saya. Jika saya setor 7.5jt/bln, saya mau tahu berapa yang untuk asuransi dan berapa untuk investasi. Di sini, UL tidak transparan.

    Saya pernah punya polis UL kok. Ternyata porsi investasi yang tersisa jauh lebih kecil daripada kalo kita beli asuransi termlife dan meng-investasi-kan sisanya (BTAID). Banyak sekali potongannya.

    Kayaknya anda gak mau mengerti penjelasan Priyadi untuk masalah ini.

    Bukan masalah berapa biaya-biaya di Termlife selama kita bayar Sekian kita dapat Begini. Untuk Unitlink, kita punya porsi investasi yang adalah uang kita. Besarnya porsi ini kan setelah dipotong biaya-biaya yang ada. Nah biaya-biaya yang ada ini yang tidak transparan ke nasabah. Setidaknya, terbukti bahwa hasil BTAID lebih dari UL.

  255. #319:

    Anda bisa memikirkan konsep untuk membandingkan unit link dengan beli asuransi + investasi secara terpisah, kenapa untuk beli rumah tidak dilakukan demikian juga?

    kalau anda harus beranalogi, anda harus pastikan 1. penjelasan anda membutuhkan penggunaan analogi, 2. anda harus tahu batas2an analogi tersebut.

    anda gak ngerti batas2an analogi yang anda gunakan tersebut. bangunan+tanah vs asuransi+investasi jelas punya karakteristik yang jauh berbeda:

    * bangunan punya nilai utilitas, asuransi jiwa tidak. asuransi jiwa tidak bisa ‘dipakai’.
    * semua orang butuh tempat tinggal, selamanya. tidak semua orang butuh asuransi jiwa, dan tidak ada orang yang butuh asuransi jiwa sepanjang hidupnya.
    * kepemilikan rumah memberikan manfaat opportunity cost dari imputed rent, asuransi jiwa tidak.

    #320:

    Beberapa media terkenal yg memberikan rating terbaik, antara lain : Harian Bisnis Indonesia, Majalah Info Bank dan Investor. Saya percaya beberapa media besar tsb punya penilaian yg objektif daripada sekedar opini beberapa orang.

    ini sebenarnya parameter yang nyaris sama sekali tidak relevan bagi nasabah asuransi. ini sama dengan kalau anda memutuskan membeli shampoo clear hanya karena unilever adalah produsen shampoo yang paling gede profitnya, atau anda memutuskan menggunakan microsoft windows hanya karena microsoft adalah produsen sistem operasi yang paling besar profitnya.

  256. Selama ini saya juga bingung dengan analogi rumah untuk term vs UL ini. Tapi akhirnya saya bisa juga pakai analogi tsb untuk kasus term vs UL ini, tapi kesimpulannya justru beda dg Firesquid.
    (Ini pernah saya tulis juga di forum lain)

    kontrak rumah : beli manfaat dari rumah yaitu sebagai tempat bernaung selama masa kontrak.
    beli rumah : beli kepemilikan atas benda rumah tsb, plus mendapat manfaat rumah yaitu tempat bernaung (jika kita tempati) selama kita suka.

    term life : beli manfaat asuransi yaitu perlindungan asuransi selama masa berlaku kontrak
    whole life : beli manfaat perlindungan asuransi selamanya (tapi masa pembayarannya selama 5 atau 10 th).

    Untuk kasus asuransi yang kita beli adalah manfaat perlindungan asuransi, tapi kita tidak beli kepemilikan / saham perusahaan asuransi. Jadi termlife atau UL tidak sama dengan beli rumah. Untuk rumah ada untungnya kepemilikan atas rumah karena selain untuk ditinggali sendiri, rumah bisa disewakan, dijual lagi, atau diwariskan. Nah itu kan tidak ada pada asuransi baik term maupun wholelife / UL.

    Kalau mau dipaksa juga analogi rumah dengan asuransi, mungkin lebih tepat begini.

    Kasus 1 (termlife) :
    Anda ngontrak rumah saya. Tiap tahun perpanjang. Kenaikan biaya kontrak tiap tahun sudah disepakati sejak awal. Saya jamin anda bisa perpanjang, jika anda setor uang kontraknya.

    Kasus 2 (UL) :
    Anda ngontrak rumah saya. Uang disetor lebih mahal dari kontrak biasa, tapi sebagian uang kontrak anda saya investasikan di saham dg segala resikonya. Hasil investasi milik anda, bisa diambil diakhir periode, atau kapan saja anda suka. Anda boleh juga stop bayar setoran kontrak, karena akan saya ambil dari dana investasi anda. Jika dana investasi anda kurang dari biaya sewa, tentu anda out dari rumah saya.

    Intinya, term atau UL sama-sama ngontrak.

    Percaya tidak, saya selama ini sudah menerapkan cara no 2 dalam mengontrakkan rumah saya.

  257. #326:

    Anda ngontrak rumah saya. Uang disetor lebih mahal dari kontrak biasa, tapi sebagian uang kontrak anda saya investasikan di saham dg segala resikonya. Hasil investasi milik anda, bisa diambil diakhir periode, atau kapan saja anda suka. Anda boleh juga stop bayar setoran kontrak, karena akan saya ambil dari dana investasi anda. Jika dana investasi anda kurang dari biaya sewa, tentu anda out dari rumah saya.

    ide bagus. kalau anda mau berhenti ngontrak dan rumah saya jebol, saya pakai duit anda untuk perbaikan :)

  258. To Rahmat
    #322

    Analogi Rumah vs Tanah+Apartment adalah keliru sekali. Manfaat yang ditawarkan oleh apartment dengan rumah udah beda banget.

    Kenapa bisa keliru
    Rumah
    Bangunan rumah = utk tempat tinggal
    Tanah atas bangunan = utk investasi

    Apartemen
    Bangunan apartemen = utk tempat tinggal
    Tanah = utk investasi

    Baik harga bangunan rumah maupun harga bangunan apartemen, tiap tahunnya mengalami penyusutan nilai. Juga ada biaya-biaya maintenance.

    Kalau saya masih diberi umur sampai 55tahun (rencana pensiun saya), saya tidak perlu lagi asuransi jiwa.
    .
    .
    .
    .
    Untuk sakit kritis dan rumah sakit, saya bisa ambil asuransi kesehatan sesuai kebutuhan.

    Mungkin pendapat Anda benar dan sangat sesuai dengan kebutuhan Anda. Namun saya ada beberapa masukan juga.

    Pertama, asuransi kesehatan tidak bisa diambil terpisah dari jiwa. Setiap asuransi kesehatan pasti ada pertanggungan meninggal juga, walaupun nilainya minimal.

    Kedua, jika mengambil asuransi yg fokus di manfaat kesehatan dengan model Term Life, ada kemungkinan perpanjangan bisa ditolak jika nasabah sudah pernah klaim yg cukup besar. Walaupun tidak ditolak, preminya akan menjadi jauh lebih mahal dari yg seharusnya. Kondisi nasabah tsb dalam istilah asuransi disebut kena premi sub-standart.

    Ketiga, orang menjadi sering sakit-sakitan justru di usia 55++. Anggap saja Anda bisa self insurance, karena dana Anda yg di investasi lain cukup besar. Kalau dipakai terus untuk pengobatan, bukankah akhirnya akan habis juga.
    Dengan kata lain, asuransi jiwa memang dibutuhkan seumur hidup. Sayangnya manfaat kesehatan di UnitLink hanya bisa diperpanjang sampai usia 65. Tapi untuk yg manfaat sakit kritis masih bisa diperpanjang sampai usia 75.

    #323

    Pelayanan seumur hidup hanya lip service saja. Agen kan boleh saja berhenti bekerja dan pindah ke perusahaan lain yang menurut dia lebih baik.

    Mungkin di beberapa perusahaan asuransi jasa pelayanan seumur hidup cuma lip service.
    Tapi di Prudential, mereka ada sistem yg bisa memberikan agen pengganti, jika agen yg bersangkutan sudah meninggal dunia atau putus kontrak dari perusahaan. Dan ini yg menjadi salah satu pertimbangan saya ambil unit link dengan Prudential. Ini juga merupakan salah satu manfaat dari biaya akuisisi yg saya bayarkan.

    Saya juga tidak perduli perincian biaya di UL, tapi saya peduli dengan porsi investasi saya. Jika saya setor 7.5jt/bln, saya mau tahu berapa yang untuk asuransi dan berapa untuk investasi. Di sini, UL tidak transparan.
    .
    .
    .
    Untuk Unitlink, kita punya porsi investasi yang adalah uang kita. Besarnya porsi ini kan setelah dipotong biaya-biaya yang ada. Nah biaya-biaya yang ada ini yang tidak transparan ke nasabah.

    Saya tidak tau dulu Anda ambil asuransi unit link dari perusahaan mana. Tapi di Prudential, semua biaya sangat transparan.

    Sori buat agen asuransi dari perusahaan lain, bukan bermaksud promosi. Tapi saya cuma sharing pendapat doank mengenai kelebihan produk yg saya ambil.

  259. #to Mas Priyadi
    Analogi yg saya pakai tidak keliru. Saya tidak membandingkan fungsi rumah dengan fungsi asuransi, melainkan beli rumah vs kontrak rumah + inves tanah.

    Saya tau dengan jelas bahwa produk rumah dan asuransi sangat berbeda, harganya aja udah beda jauh sekali. Mas Priyadi tidak usah repot-repot menjabarkan fungsi rumah.

    Mas Priyadi sewaktu kecil tentu pernah mendengarkan berbagai dongeng kisah binatang. Dongeng tsb merupakan analogi/perupamaan kehidupan manusia.

    Saya juga memakai analogi cerita beli rumah untuk memudahkan pengertian mengenai konsep beli Unit Link. Mas Priyadi bilang rumah bisa dipakai untuk tinggal seumur hidup, demikian juga Unit Link bisa dipakai untuk asuransi jiwa seumur hidup.

    ini sebenarnya parameter yang nyaris sama sekali tidak relevan bagi nasabah asuransi. ini sama dengan kalau anda memutuskan membeli shampoo clear hanya karena unilever adalah produsen shampoo yang paling gede profitnya,

    Anda keliru, konsumen banyak memilih Clear karena produk samponya cocok untuk dipakai dan gampang dicari di pasar. Konsumen yg puas akan cerita ke teman/saudara. Dengan demikian makin banyak yg tertarik dengan produk tsb. Kalo saya sih sudah pakai SunSilk selama belasan tahun, malas mau coba yg lain.

    atau anda memutuskan menggunakan microsoft windows hanya karena microsoft adalah produsen sistem operasi yang paling besar profitnya.

    Banyak orang pakai microsoft windows karena enak dipakai dan sangat kompatible dengan berbagai aplikasi. Lagipula di Indonesia ini kebanyakan orang pakai yg bajakan, perduli amat dengan profit microsoft.

    Anda boleh survey sendiri, kenapa banyak orang yg tidak mau meninggalkan windows dan beralih ke linux. Padahal sekarang ini tampilan windows-nya linux juga sudah sangat user friendly (menurut saya).

    Bagi kalangan IT, mungkin Linux merupakan pilihan utama. Namun bagi kalangan non-IT seperti saya, lebih baik pakai windows saja. Setidaknya saya bisa bermain Ragnarok, Seal Online dan DotA dengan nyaman :).

  260. To #328 Firesquid,

    Terima kasih atas infonya, tapi saya sudah putuskan memakai BTAID. Lebih simple buat saya. Saya buat rencana-rencana keuangan ke depan, setelah itu, saya beli asuransi untuk proteksi atas rencana-rencana saya itu. Saya cari perusahaan asuransi yang memiliki track record bagus (tidak perlu perusahaan terbaik). Saya sering denger juga ada nasabah komplain ke Bank Ternama, Supermarket Terkenal, dll. Yang terbaik belum tentu cocok untuk semua orang bukan?

    Untuk investasinya, diversifikasi tentu saja. Porsi terbesar saat ini ya di reksadana saham yang memang masih bagus gainnya. Untuk Manager Investasinya, saat ini yang saya cocok adalah Fortis. Kenapa gak Makinta Mantap? Returnnya lebih gede lho. Ya buat saya, selama target gain saya terpenuhi, dana aman dan mudah ya udah.

    Untuk analogi rumah ya saya gak setuju. Kayaknya saya pernah ngasih jawaban deh di diskusi sebelumnya. UL vs BTAID tidak bisa dianalogikan dengan BELI RUMAH (NYICIL) vs SEWA RUMAH + INVEST (BELI TANAH). Tanya Kenapa?

    Untuk asuransi, buat saya selama manfaat yang diberikan setara (tidak perlu identik), saya pilih yang murah (tapi tidak murahan).

    Untuk rumah, sewa dan beli cuma punya kesamaan: TEMPAT TINGGAL. Tapi ada beberapa yang tidak selalu bisa dilakukan di rumah sewaan dan rumah yang dibeli: renovasi, bikin kamar2 untuk di-kost-kan, buka usaha (warung, bengkel, dll), ada kebanggaan juga punya rumah sendiri daripada ngontrak terus. Lah…premi unitlink/asuransi gak bikin bangga. Dua-duanya cuma sebagai proteksi saja (porsi asuransinya).

    Lagipula, selisih antara cicilan rumah dan sewa rumah tidak terlalu jauh. Diinvestasikan selisihnya juga belum tentu nantinya bisa untuk beli rumah/tanah. Mending nyicil rumah saja. Tidak perlu bayar sewa, nantinya dapat rumah.

    Sementara UL vs BTAID sudah jelas tidak terkejar tuch pertumbuhan investasi di BTAID dengan manfaat asuransi yang sama dengan unit link.

  261. #328:

    Pertama, asuransi kesehatan tidak bisa diambil terpisah dari jiwa. Setiap asuransi kesehatan pasti ada pertanggungan meninggal juga, walaupun nilainya minimal.

    salah. gak semua asuransi kesehatan punya pertanggungan meninggal.

    Kedua, jika mengambil asuransi yg fokus di manfaat kesehatan dengan model Term Life, ada kemungkinan perpanjangan bisa ditolak jika nasabah sudah pernah klaim yg cukup besar. Walaupun tidak ditolak, preminya akan menjadi jauh lebih mahal dari yg seharusnya. Kondisi nasabah tsb dalam istilah asuransi disebut kena premi sub-standart.

    salah. manfaat kesehatan yang nempel di UL juga pakai model begini.

    Ketiga, orang menjadi sering sakit-sakitan justru di usia 55++. Anggap saja Anda bisa self insurance, karena dana Anda yg di investasi lain cukup besar. Kalau dipakai terus untuk pengobatan, bukankah akhirnya akan habis juga.

    salah. sama aja bung. dengan ikut asuransi justru probabilitasnya jauh lebih besar anda keluar uang lebih besar untuk bayar premi asuransi daripada anda bayar biaya perawatan pakai uang anda sendiri. kalau ada duitnya mendingan bayar pakai duit sendiri, kemungkinan besar justru bakalan lebih murah dibandingkan ikutan asuransi.

    Dengan kata lain, asuransi jiwa memang dibutuhkan seumur hidup. Sayangnya manfaat kesehatan di UnitLink hanya bisa diperpanjang sampai usia 65. Tapi untuk yg manfaat sakit kritis masih bisa diperpanjang sampai usia 75.

    salah. asuransi jiwa gak dibutuhkan seumur hidup. cuma perusahaan/agen asuransi yang ingin seperti itu :).

    #329:

    Anda keliru, konsumen banyak memilih Clear karena produk samponya cocok untuk dipakai dan gampang dicari di pasar blah blah blah

    exactly. gak pernah saya lihat di iklan shampoo clear mereka promosi dengan bilang “unilever adalah produsen shampoo yang paling gede untungnya”, karena itu stupid. sama stupidnya dengan bilang “asuransi X adalah asuransi terbaik Y tahun berturut2 versi majalah Z, dan karena itu produknya juga terbaik”

  262. salah. gak semua asuransi kesehatan punya pertanggungan meninggal.

    Bisa tolong sebutkan produk dari perusahaan yg mana?
    Biar pembaca bisa cross check sendiri.

    salah. manfaat kesehatan yang nempel di UL juga pakai model begini.

    Mungkin ini manfaat asuransi kesehatan dari Unit Link perusahaan Mas Priyadi :)

    Kalau ambil rider asuransi kesehatan di Prudential, bisa dicover sampai usia 65. Walaupun sebelum usia 65 pernah melakukan klaim sakit kritis.

    dengan ikut asuransi justru probabilitasnya jauh lebih besar anda keluar uang lebih besar untuk bayar premi asuransi daripada anda bayar biaya perawatan pakai uang anda sendiri. kalau ada duitnya mendingan bayar pakai duit sendiri, kemungkinan besar justru bakalan lebih murah dibandingkan ikutan asuransi.

    Argument ini tidak memiliki dasar fakta yg kuat. Saya yakin Mas Priyadi belum pernah sakit kritis. Lagipula Mas Priyadi belum pernah berusia 55++, dan belum menderita sakit-sakitan. Jadi lagi-lagi (dan lagi?) Mas Priyabi membuat argumen berdasarkan asumsi, bukan fakta.

    Beberapa bulan yg lalu Om saya menderita gejala stroke, masih muda, usia 52. Kalau Mas Priyadi bilang bayar sendiri lebih murah daripada biaya asuransi, coba tebak berapa biaya perawatan rumah sakit selama 11 hari? Dirawat di RS Medistra, Tebet.

    Setelah dapat info, nanti kita coba bandingkan dengan biaya asuransi unit link Prudential dia untuk yg rider kesehatan tahun berjalan. Sejak masuk dirawat sampai keluar rumah sakit, biaya berobat om saya ditanggung semua oleh Prudential. Berapa besar biaya asuransi untuk rider kesehatan, nanti saya akan coba tanyakan sama Tante saya.

    salah. asuransi jiwa gak dibutuhkan seumur hidup.

    Untuk Mas Priyadi sendiri mungkin memang tidak perlu. Tapi Anda tidak bisa menyamakan semua orang dengan diri Anda yg “merasa” tidak repot dalam mengelola resiko dan pengelolaan finansial.

    Sekarang ini usia harapan hidup bukan lagi 65 tahun. Berkat kemajuan ilmu kedokteran, usia harapan hidup sudah menjadi 75.

    Karena kehebatan ilmu kedokteran ini, penyebab kematian utama bukan lagi karena penyakit infeksi kuman seperti TBC, Malaria, dan sejenisnya. Penyakit yg menjadi penyebab utama kematian lebih disebabkan kegagalan sistem organ. Misalnya kencing manis, sakit jantung, stroke, kanker, bahkan lupus. Dan usia 55++ merupakan usia yg rentan terkena penyakit degeneratif tsb.

    Kalau misalnya ambil asuransi jiwa hanya sampai usia 60, sedangkan penyakit mulai berdatangan di usia 61…bukankah sama saja harta akan terkuras untuk pengobatan. Apalagi kalau orang tsb tidak memiliki pengelolaan keuangan yg bagus.

    Lagi-lagi (dan lagi?) argument Anda hanya berkutat dengan asumsi pribadi. Tidak melihat realita sebenarnya yg ada di masyarakat.

  263. #332:

    Bisa tolong sebutkan produk dari perusahaan yg mana? Biar pembaca bisa cross check sendiri.

    allianz dan sinarmas, at least.

    Kalau ambil rider asuransi kesehatan di Prudential, bisa dicover sampai usia 65. Walaupun sebelum usia 65 pernah melakukan klaim sakit kritis.

    sayangnya, yang saya baca di polisnya gak gitu :)

    Argument ini tidak memiliki dasar fakta yg kuat. Saya yakin Mas Priyadi belum pernah sakit kritis. Lagipula Mas Priyadi belum pernah berusia 55++, dan belum menderita sakit-sakitan. Jadi lagi-lagi (dan lagi?) Mas Priyabi membuat argumen berdasarkan asumsi, bukan fakta.

    mas mas. uang pertanggungan asuransi itu gak turun dari langit. uang pertanggungan itu ya asalnya dari premi yang dibayarkan nasabah juga. karena perusahaan asuransi juga cari untung, maka uang pertanggungan total yang dibayarkan perusahaan asuransi itu PASTI lebih kecil daripada premi yang mereka dapatkan. dan oleh karena itu PASTI bakalan lebih banyak nasabah yang bayar premi lebih besar daripada UP yang didapatkan, ketimbang nasabah yang UP yang didapatkannya lebih besar daripada premi yang mereka bayarkan. kalau memang UP yang dikeluarkan lebih besar daripada premi yang diterima, mendingan sekalian gak usah buka perusahaan asuransi :).

    dari sudut pandang nasabah sih, kalau resiko finansial besarnya gak seberapa dibandingkan aset yang dimiliki mendingan resikonya ditanggung sendiri daripada diasuransikan. kalau diasuransikan, kemungkinannya LEBIH BESAR kita bakalan keluar duit lebih banyak daripada kalau resikonya kita tanggung sendiri. asuransi itu HANYA diperlukan kalau resikonya gak bisa ditanggung oleh kita sendiri.

    kalau resikonya bisa ditangani sendiri tapi tetap ikut asuransi, namanya itu bukan manajemen resiko, tapi GAMBLING. yang sebenarnya tadinya gak punya resiko finansial, dengan ikut asuransi dia justru akan menciptakan resiko baru. setoran premi asuransi di sini berubah fungsi menjadi TARUHAN. dia menang kalau premi uang taruhan yang dia setorkan lebih kecil daripada uang pertanggungan uang kemenangan yang akan dia dapatkan. dan kemungkinan dia menang PASTI lebih kecil daripada kemungkinan dia kalah karena perusahaan asuransi bandar pasti untung.

    Sekarang ini usia harapan hidup bukan lagi 65 tahun. Berkat kemajuan ilmu kedokteran, usia harapan hidup sudah menjadi 75.

    Karena kehebatan ilmu kedokteran ini, penyebab kematian utama bukan lagi karena penyakit infeksi kuman seperti TBC, Malaria, dan sejenisnya. Penyakit yg menjadi penyebab utama kematian lebih disebabkan kegagalan sistem organ. Misalnya kencing manis, sakit jantung, stroke, kanker, bahkan lupus. Dan usia 55++ merupakan usia yg rentan terkena penyakit degeneratif tsb.

    ikut asuransi itu untuk apa? mengatasi resiko finansial atau resiko meninggal dunia/penyakit kritis? meninggal dunia atau kena penyakit kritis itu bukan resiko, tapi suatu kepastian. asuransi jiwa hanya berurusan dengan resiko finansial.

    justru setelah pensiun itu resiko finansialnya sudah terbalik total. resikonya sudah bukan kehilangan penghasilan gara2 meninggal/kecelakaan/CI, tapi ‘kehabisan bensin’ gara2 hidup terlalu lama. ikut asuransi jiwa tahap ini JUSTRU akan menambah beban resiko finansial.

    Kalau misalnya ambil asuransi jiwa hanya sampai usia 60, sedangkan penyakit mulai berdatangan di usia 61…bukankah sama saja harta akan terkuras untuk pengobatan. Apalagi kalau orang tsb tidak memiliki pengelolaan keuangan yg bagus.

    sama aja bung. harta juga bisa terkuras untuk bayar premi asuransi. dan kemungkinannya PASTI lebih besar anda akan keluar duit lebih banyak untuk bayar premi asuransi dibandingkan bayar sendiri biaya pengobatan.

  264. allianz dan sinarmas, at least.

    Jawaban Mas Priyadi salah.
    Produk asuransi kesehatan dari kedua perusahaan tsb ada memberikan santunan kematian. Tidak perlu langsung percaya dengan kata-kata saya, silahkan hubungi customer service atau agennya.

    Ada baiknya Mas Priyadi melakukan survey dulu sebelum memberikan jawaban. Kekeliruan ini merupakan salah satu bukti bahwa Mas Priyadi keseringan ber-asumsi dan tidak berbicara berdasarkan fakta.

    sayangnya, yang saya baca di polisnya gak gitu

    Dan lebih sayangnya lagi, Anda tidak mengerti dengan polis yg Anda baca :D. Melainkan sekedar “merasa” mengerti.

    Di polis tsb memang ada dituliskan bahwa “tertanggung atau perusahaan berhak menolak perpanjangan manfaat”, tapi Mas Priyadi pasti belum mempelajari alasan perusahaan tsb menolak perpanjangan.

    uang pertanggungan asuransi itu gak turun dari langit. uang pertanggungan itu ya asalnya dari premi yang dibayarkan nasabah juga. karena perusahaan asuransi juga cari untung, maka uang pertanggungan total yang dibayarkan perusahaan asuransi itu PASTI lebih kecil daripada premi yang mereka dapatkan.

    Ya…saya tau uang pertanggungan bukan datang dari langit. Tapi uang pertanggungan seseorang juga bukan berasal dari setoran premi seorang nasabah doank.

    Mas Priyadi tentu tau, mau masuk asuransi jiwa prosedurnya rumit sekali. Harus medical check-up lalu isi quesioner kesehatan, dll. Hal ini dilakukan untuk menilai resiko.

    Misalnya ada sebuah perkumpulan 1000 orang melakukan pengajuan asuransi jiwa. Bagian underwriting perusahaan akan mencoba menaksir resiko. Didapatkan data sebagai berikut :
    – premi 1 tahun = 1 juta/orang
    – resiko meninggal/sakit kritis dalam 1 tahun = 2 orang
    – pertanggungan meninggal/sakit kritis = 200 juta/orang

    Dengan data demikian, perusahaan asuransi akan menyetujui pengajuan dari 1000 orang tsb. Karena premi yg terkumpul sebesar 1 Miliar, sedangkan resiko perusahaan hanya 400 juta.

    Ingat Mas, konsep dasar asuransi adalah pengalihan resiko secara bersama, bukan permainan untung rugi. Ada unsur tolong menolong antar sesama nasabah asuransi dalam hal mengalihkan resiko. Mungkin perusahaan “Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912” juga diberi nama sesuai konsep ini.

    Yah…orang seperti Mas Priyadi yg tiap hari hanya pikirkan profit doank, jelas susah menerima konsep asuransi.

    harta juga bisa terkuras untuk bayar premi asuransi. dan kemungkinannya PASTI lebih besar anda akan keluar duit lebih banyak untuk bayar premi asuransi dibandingkan bayar sendiri biaya pengobatan.

    Betul sekali. Jika ambil Term Life, premi asuransi untuk usia 55++ memang menjadi mahal. Ini salah satu kelemahan Term Life.

    Kalau Anda ikut Unit Link di usia muda (25-35), Anda tidak perlu bayar premi lagi untuk manfaat asuransi di usia 55++. Biaya asuransi akan dipotong dari investasi Anda. Biaya asuransi ini jauh lebih murah daripada premi pada Term Life untuk usia yg sama.

    Kalau Anda tidak percaya, silahkan bandingkan biaya asuransi yg tertera pada unitlink (apa saja) dengan premi asuransi pada Term Life yg Anda jagokan.

  265. Kenapa sih Anda semua mempermasalahkan UNitlink dan asuransi + reksadana terpisah?
    Semua itu sudah dipikirkan masak2 oleh mereka yang bergelut di bidang Investasi, dan mereka sudah melakukan deal2 tertentu yang jelas tidak diketahui oleh anda semua.
    Jika Unitlink memberikan hasil investasi yang sama dengan aruransi + reksadana terpisah, saya mau tanya sama mas Pri, mana kira2 yang Anda pilih?
    Kalau Anda masih meilih asuransi + reksadana terpisah, berarti Anda …..
    Dan ini yang tidak diinginkan oleh para produsen investasi. Mereka tidak ingin mematikan produk mereka sendiri yang sudah eksis. Itu adalah strategi bisnis kelas atas, kalau kita bisanya masih bergelut untung rugi doang.
    Maaf ya mas ini pendapat saya sebagai orang kecil yang tidak tahu tentang finacial, saya cuma seorang praktisi penjual Bakmie ayam pakai gerobak.
    Jadi semua itu ada plus minusnya. Sama dengan operator seluler setiap mereka mengeluarkan produk baru, sedapatmungkin tidak mematikan produk yang mereka sudah keluarkan dan eksis, kalau mereka mengeluarkan produk yang dapat mematikan produk yang sudah eksis itu namanya kebelinger.
    Nanti Anda pasti tanya ini kan bukan satu perusahaan yang mengeluarkan?
    Kalau sudah level atas kita tidak akan tahu deal2 mereka. terimakasih

  266. @Firesquid

    Kalau Anda tidak percaya, silahkan bandingkan biaya asuransi yg tertera pada unitlink (apa saja) dengan premi asuransi pada Term Life yg Anda jagokan.

    Mending anda kirim ilustrasinya ke Mas Pri aja. Anda kerja di perusahaan asuransi kan? Biar ntar di publish ama Mas Pri-nya. Ntar biar bisa dibandingin oleh pembaca. Soalnya Mas Pri udah melakukan perhitungan sendiri, gue jadi penasaran perhitungan dari pihak asuransinya sendiri kayak apa.

    Dan gue makin bingung dengan berbagai perumpamaan. Apalagi isi dalam perjanjiannya. Anda bilang Mas Pri tidak mengerti dengan polis yang dibaca (gimana orang awam :-?). Trus agen pun banyak yang nggak qualified.

    Jadi penasaran kenapa unit link laku, soalnya banyak orang yang terlibat yang nggak ngerti :o

  267. #334:

    Ada baiknya Mas Priyadi melakukan survey dulu sebelum memberikan jawaban. Kekeliruan ini merupakan salah satu bukti bahwa Mas Priyadi keseringan ber-asumsi dan tidak berbicara berdasarkan fakta.

    i don’t know what to say. polis & tabel preminya ada di depan saya kok :-?

    Di polis tsb memang ada dituliskan bahwa “tertanggung atau perusahaan berhak menolak perpanjangan manfaat”, tapi Mas Priyadi pasti belum mempelajari alasan perusahaan tsb menolak perpanjangan.

    ya sudah, titik. gak perlu ngeles sana sini lagi. di polisnya seperti itu ya seperti itulah perjanjiannya. dan anda sudah mengakui di polisnya ada tulisan seperti itu (finally! *fiuh*). kalau sudah ada hitam di atas putih, opini anda gak lagi relevan (dan sebenarnya memang gak pernah relevan). kesimpulannya sama saja. manfaat kesehatan yang nempel di UL itu sama saja dengan yang nempel di term life, atau yang diambil terpisah dari asuransi jiwa.

    Dengan data demikian, perusahaan asuransi akan menyetujui pengajuan dari 1000 orang tsb. Karena premi yg terkumpul sebesar 1 Miliar, sedangkan resiko perusahaan hanya 400 juta.

    tentu saja, ini yang saya maksud dari tadi: setoran premi total nasabah PASTI lebih besar daripada UP yang harus dikeluarkan perusahaan asuransi. implikasinya ya sebagian besar nasabah asuransi PASTI akan menyetorkan premi lebih besar daripada UP yang akan dia terima. kalau gak gitu mendingan sekalian saja gak usah buka perusahaan asuransi :).

    Betul sekali. Jika ambil Term Life, premi asuransi untuk usia 55++ memang menjadi mahal. Ini salah satu kelemahan Term Life.

    Kalau Anda tidak percaya, silahkan bandingkan biaya asuransi yg tertera pada unitlink (apa saja) dengan premi asuransi pada Term Life yg Anda jagokan.

    sama aja bung! di UL juga naik terus tiap tahun: “biaya asuransi akan berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan usia yang dicapai pada saat tahun berjalan dan besar UP pada saat itu.”â„¢

  268. #335:

    Semua itu sudah dipikirkan masak2 oleh mereka yang bergelut di bidang Investasi, dan mereka sudah melakukan deal2 tertentu yang jelas tidak diketahui oleh anda semua.

    ah dealnya sederhana kok. perusahaan asuransi beli unit penyertaan investasi dari manajer investasi, me-markup harganya, dan menjualnya ke konsumen asuransi. gak ada deal yang aneh2 di sini.

    Maaf ya mas ini pendapat saya sebagai orang kecil yang tidak tahu tentang finacial, saya cuma seorang praktisi penjual Bakmie ayam pakai gerobak.

    anda jangan bohong. anda agen AXA Life kan? :P

  269. Di polis tsb memang ada dituliskan bahwa “tertanggung atau perusahaan berhak menolak perpanjangan manfaat”, tapi Mas Priyadi pasti belum mempelajari alasan perusahaan tsb menolak perpanjangan.

    Huahaha… skak mat nih… apa perlu di scan polis nya juga Pak Pri? penasaran pengen ngeles ke mana lagi pak sotong bakar yang gigih ini.

    Dari kecil nyokap gw kalo ngajak makan ke hok-ben atau restoran2 fastfood sejenis yg tarif minumannya berlipet-lipet selalu biasain untuk beli aqua nya di luar aja kalo enggak bawa minum sendiri, biar deh repot dikit, pasang muka badak dikit, tapi gede kebawa kritis (pelit) :p

  270. #339

    Huahaha… skak mat nih… apa perlu di scan polis nya juga Pak Pri? penasaran pengen ngeles ke mana lagi pak sotong bakar yang gigih ini.

    Haha..sebaliknya malah Mas Priyadi yg buka kartu.
    Coba perhatikan posting ini.

    ya sudah, titik. gak perlu ngeles sana sini lagi. di polisnya seperti itu ya seperti itulah perjanjiannya.

    Balasan posting tsb sudah menunjukkan bahwa Mas Priyadi tidak bersikap kritis, dan cenderung untuk menutup diri demi mempertahankan argument.

    Kalau kalian malas cari tau, saya bisa sharing info mengenai kenapa perusahaan menolak perpanjangan manfaat kesehatan.
    1. Karena polisnya sudah lapse.
    2. Usia tertanggung 65.
    3. Tertanggung meninggal dunia.
    4. Semua provider kesehatan (rumah sakit/klinik) tidak mau lagi kerjasama dengan perusahaan asuransi ybs.

  271. #336

    Anda bilang Mas Pri tidak mengerti dengan polis yang dibaca (gimana orang awam). Trus agen pun banyak yang nggak qualified.

    Betul sekali….
    Memang sangat disayangkan banyak agen asuransi yg ngak qualified. Kalau di survey dengan cermat, saya yakin agen yg tidak qualified tsb ada 70% bahkan bisa lebih.

    Kesalahan utama perusahaan asuransi memang bukan pada produk unit link, melainkan perekrutan agen. Agen yg menjual belum dibekali dengan knowledge yg memadai sudah langsung diterjunkan ke lapangan.

  272. #337

    i don’t know what to say. polis & tabel preminya ada di depan saya kok

    Kalau begitu, mungkin Anda hanya kurang teliti membaca-nya. Kalau mau gampang, Anda bisa scan semua halaman polis lalu convert ke text document. Kemudian search dokumen tsb pakai keyword “santunan kematian” atau “mati”.

    sama aja bung! di UL juga naik terus tiap tahun: “biaya asuransi akan berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan usia yang dicapai pada saat tahun berjalan dan besar UP pada saat itu.”™

    Betul…
    Tapi biaya asuransi tidak semahal dengan premi asuransi Term Life pada usia yg sama. Perbedaan premi term life dan biaya asuransi yg tertera pada unit link bisa 2x lipat bahkan lebih.

    kesimpulannya sama saja. manfaat kesehatan yang nempel di UL itu sama saja dengan yang nempel di term life, atau yang diambil terpisah dari asuransi jiwa.

    Kesimpulan yg salah.
    Anda terlalu sering mengambil kesimpulan tanpa mengetahui fakta yg jelas. Makanya banyak yg salah dari komentar Anda mengenai dunia asuransi.

    Kalau perusahaan asuransi yg menjual Term Life mau jujur (membeberkan besarnya biaya asuransi), bisa dilihat bahwa biaya asuransi pada Term Life lebih murah daripada yg Whole Life.

    Hal ini dikarenakan Term Life diperuntukan untuk proteksi jangka pendek, sedangkan Unit Link/Whole Life untuk manfaat jangka panjang/seumur hidup.

    Kalau ada perusahaan yg menjual unit link, tapi dengan manfaat yg sama seperti di Term Life, itu baru namanya menipu konsumen. Konsumen butuh yg whole life + investasi tapi mahal dikasih yg term life + investasi.

  273. Mas Pri kenapa Anda sewot sama saya, santai aja mas, namanya aja beda pendapat, wise dikit ya.

    Emang peda mas sudut pandang dari seorang pedagan dan pembeli. Kalau pedagang mereka selalu mencari suatu peluang makanya mereka kreatif, tapi kalau pembeli dia mengutamakan produk bagus dan harganya murah.
    Kalau begitu Mas Pri ada dipihak mana? pedagang atau pembeli. Mau sampai kapanpun perdebatan ini tidak ada selesainya.
    Ada perusahaan Investasi TATA, dia jago sekali dalam memutarkan duit, return pertahunnya rata2 bisa mencapai 50% diatas para perusahaan investasi lainnya.
    Kebetulan si Penjual Koran B itu temen deket sejak kecil dengan si TATA. Mereka melakukan perjanjian dan setuju. Perjanjiannya APA?
    Karena si penjual koran B melihat ada suatu peluang bisnis yang bagus maka mereka menjalankan peluang bisnis itu, yaitu Karena selama ini si TATA mengumpulkan uang dari orang-orang lalu diputarkan uang itu dan marginnya dia kembalikan kepada orang-orang tsb, sampai si TATA merasa kewalahan dalam mengaturnya. Si TATA maunya tiap orang menyetorkan uang 1 milyar untuk diputarkan dan siTATA gak terima lagi yang uang recehan. Di panggilah si penjual Koran B, ditawarkan peluang usaha untuk si penjual koran B yaitu “Eh elu bisa ngak cari uang 1 milyar, nanti gue putarin itu uang, terus gue kasih elu margin 50% tiap tahunnya”. Namanya aja rejeki, diputer deh itu otak, akhirnya ketemu suatu ide, rupanya idenya dari mas Pri. Akhir cerita si TATA tidak direpotkan lagi dengan urusan tetek bengek, dan si Penjual Koran B juga mendapatkan keuntungan.
    Jadi kesimpulannya, kalau Anda tidak suka dengan suatu produk, ya sudah tidak usah dibeli, tetapi jangan gampang menuduh bahwa si penjual itu membodohi si pembeli.
    Yang saya mau katakan disini pedagang hanya menawarkan produk alternatif aja, dibeli syukur gak dibeli pedagang harus lebih kreatif lagi supaya dagangannya bisa dibeli.

  274. #343:

    1. siapa juga yang sewot? saya sih santai2 aja :P

    2. batasan pembelian minimum reksadana itu murah kok. ada yang cuma Rp 100 ribu, rata2 paling sekitar Rp 300-500ribuan. praktis sama saja dengan unit link. bedanya ya cuma di harga: komisi pembelian 0-3% vs 5%, di UL ada biaya admin bulanan, di reksadana tidak ada. di UL kadang ada ongkos penyetoran non rutin, di reksadana tidak ada. jadi ya analogi TATA anda gak berlaku di sini. karena barrier ikutan reksadana itu sama rendahnya dengan ikutan UL (bahkan barrier keluar UL jauh lebih tinggi daripada reksadana), ya mendingan cut the middlemen dan langsung beli ke sumbernya.

    3. soal bodoh membodohi sudah saya bahas panjang lebar di posting saya. rasanya gak perlu lagi dibahas di sini.

  275. Mas saya gak ngebahas harga dari produk RD, Point saya adalah Pedagang & Pembeli
    Prinsip pembeli adalah mendapatkan produk bagus dengan harga murah, pasti Anda setuju (beri komentar ini)
    Kalau Pedagang adalah mencari peluang agar barang/jasa yang dihasilkan bisa dijual atau dibeli oleh orang (coba komentarin ini).
    Jadi Unitlink adalah produk kreatif dari perusahaan asuransi yang coba ditawarkan ke pembeli (nasabah).
    Istilahnya kalau mau grosirannya ya beli reksadana + asuransi.
    Sepeti saya jualan komputer, di bintaro, dengan spek yang sama pembeli juga dapat harga yang murah kalau beli di M2M.
    Pada prinsipnya sama. Saya setuju kalau mas pri bilang untuk mendapatkan hasil yang maksimal itu beli langsung ke grosirnya. 100% saya setuju.
    Yang saya gak setuju pernyataan mas pri kalau sipenjual itu membodohi para pembeli.
    Kalau ilustrasi gini juga mas pri tidak mengerti, saya rasa Anda dibodohi oleh kepintaran Anda sendiri.
    Untuk belajar ini, posisikan Anda sebagai pedagang atau penjual, jangan memposisikan sebagai pembeli seumur hidup Anda. Harus bisa lebih fleksibel dalam hidup ini.

  276. Mas Priyadi emang top markotoplah tentang asuransi.
    Makasih banyak mas utk informasinya.
    Btw, saya udah ikutan asuransi unit link selama 10 bulan, boleh saya tahu prosedur untuk men-terminate asuransi saya tersebut.
    Gw mau pindah ke Asuransi Term Life + Reksadana ahhhhh……
    Thanks yo.

  277. Oh ya, saya lupa Mas. Sebelum men-terminate asuransi unit link saya, sebaiknya saya buka Asuransi Term Life dulu ya Mas? Klo umur saya sekarang 26 tahun, kira2 berapa ya UP yg saya butuhkan ya Mas?
    Makasih…

  278. #345:

    Prinsip pembeli adalah mendapatkan produk bagus dengan harga murah, pasti Anda setuju (beri komentar ini)

    Kalau Pedagang adalah mencari peluang agar barang/jasa yang dihasilkan bisa dijual atau dibeli oleh orang (coba komentarin ini).

    Jadi Unitlink adalah produk kreatif dari perusahaan asuransi yang coba ditawarkan ke pembeli (nasabah).

    setuju. unit link itu bisa dibilang nyaris tidak memberikan nilai tambah bagi nasabah. unit link itu cuma trik dagang supaya lebih gampang menjual asuransi, dan sekaligus menjualnya dengan harga lebih tinggi.

    Yang saya gak setuju pernyataan mas pri kalau sipenjual itu membodohi para pembeli.

    di UL, nasabah dibuat tidak tahu atau tidak menyadari harga yang harus dia bayarkan. gimana ceritanya yang seperti ini bukan membodohi pembeli? :-?

    Kalau ilustrasi gini juga mas pri tidak mengerti, saya rasa Anda dibodohi oleh kepintaran Anda sendiri.

    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair

  279. #346:

    saya udah ikutan asuransi unit link selama 10 bulan, boleh saya tahu prosedur untuk men-terminate asuransi saya tersebut.

    Sebelum men-terminate asuransi unit link saya, sebaiknya saya buka Asuransi Term Life dulu ya Mas? Klo umur saya sekarang 26 tahun, kira2 berapa ya UP yg saya butuhkan ya Mas?

  280. di PRUlink, rider untuk penyakit kritis (PRUcrisis cover) hanya memberikan UP 1 kali saja ketika terjadi klaim.
    masa pertanggungannya bisa dipilih dari 55 sampai 85 thn.
    ==> at this point, Priyadi benar.

    rider untuk rawat inap, ICU & pembedahan (PRUmed) fix hanya sampai 65 thn dan memberikan UP untuk rawat inap minimal 2×24 jam dan maksimal 100 hari dalam satu tahun (tahun berikutnya direset).

    gak pernah saya lihat di iklan shampoo clear mereka promosi dengan bilang “unilever adalah produsen shampoo yang paling gede untungnya”, karena itu stupid. sama stupidnya dengan bilang “asuransi X adalah asuransi terbaik Y tahun berturut2 versi majalah Z, dan karena itu produknya juga terbaik”

    yg dipilih oleh majalah Z dan yg lainnya sebagai yg terbaik adalah perusahaannya, bukan produk/asuransinya.
    lalu…apakah kriteria terbaik menurut majalah Z itu ‘yang paling gede untungnya’?
    silakan tanya langsung ke Z dan yg lainnya tsb.

    saya beli shampoo tidak perlu lihat siapa pembuatnya, tapi kalau beli asuransi, selain lihat produknya ya musti lihat juga siapa produsennya..
    lha wong kalau mau memakai manfaat asuransi (klaim) harus berhubungan dengan dengan perusahaannya.

    kalau resikonya bisa ditangani sendiri tapi tetap ikut asuransi, namanya itu bukan manajemen resiko, tapi GAMBLING

    bukan gambling tapi buang2 duit.

    yang sebenarnya tadinya gak punya resiko finansial, dengan ikut asuransi dia justru akan menciptakan resiko baru. setoran premi asuransi di sini berubah fungsi menjadi TARUHAN. dia menang kalau premi uang taruhan yang dia setorkan lebih kecil daripada uang pertanggungan uang kemenangan yang akan dia dapatkan. dan kemungkinan dia menang PASTI lebih kecil daripada kemungkinan dia kalah karena perusahaan asuransi bandar pasti untung.

    ikut asuransi itu untuk apa? mengatasi resiko finansial atau resiko meninggal dunia/penyakit kritis? meninggal dunia atau kena penyakit kritis itu bukan resiko, tapi suatu kepastian. asuransi jiwa hanya berurusan dengan resiko finansial.

    benar..resiko yg dialihkan di asuransi adalah menurunnya kondisi finansial karena mengalami musibah (kematian, sakit, kecelakaan).
    masalahnya..sudahkah dapat memastikan bila suatu ketika terjadi suatu musibah, keadaan finansialnya tidak akan menurun secara signifikan?
    jika ya, maka asuransi adalah sesuatu yg tidak perlu.

    kematian adalah pasti.
    kapan datangnya adalah suatu kemungkinan (mungkin besok, mungkin lusa, dll…ada yg sudah tahu kapan akan meninggal?)
    menderita penyakit kritis dan mengalami kecelakaan juga merupakan suatu kemungkinan, bukan kepastian.
    dan meninggal tidak harus karena sakit ataupun kecelakaan.

    justru setelah pensiun itu resiko finansialnya sudah terbalik total. resikonya sudah bukan kehilangan penghasilan gara2 meninggal/kecelakaan/CI, tapi ‘kehabisan bensin’ gara2 hidup terlalu lama. ikut asuransi jiwa tahap ini JUSTRU akan menambah beban resiko finansial.

    benar jika membeli term.

    harta juga bisa terkuras untuk bayar premi asuransi. dan kemungkinannya PASTI lebih besar anda akan keluar duit lebih banyak untuk bayar premi asuransi dibandingkan bayar sendiri biaya pengobatan.

    tentu saja, ini yang saya maksud dari tadi: setoran premi total nasabah PASTI lebih besar daripada UP yang harus dikeluarkan perusahaan asuransi. implikasinya ya sebagian besar nasabah asuransi PASTI akan menyetorkan premi lebih besar daripada UP yang akan dia terima. kalau gak gitu mendingan sekalian saja gak usah buka perusahaan asuransi

    sudah tahu kapan akan mengalami musibah?
    sudah tahu berapa besarnya biaya yg akan keluar untuk musibah tsb?

    di UL, nasabah dibuat tidak tahu atau tidak menyadari harga yang harus dia bayarkan. gimana ceritanya yang seperti ini bukan membodohi pembeli?

    it is difficult to help someone out of the illusion he created and loves.

  281. #341 Firesquird

    Betul sekali….
    Memang sangat disayangkan banyak agen asuransi yg ngak qualified. Kalau di survey dengan cermat, saya yakin agen yg tidak qualified tsb ada 70% bahkan bisa lebih.

    Jadi…. unitlink laku gara2 kenapa yah? Banyak orang bodoh atau banyak orang kaya di Indonesia.

    Kenapa nggak anda kirim ilustrasi atau itung2an anda ke Mas Pri. Biar bisa diliat apa yang dibilang Mas Pri itu salah atau benar. Dari angka2 kan ntar keliatan. Kalo gue sih percaya karena dia berkomentar ada/berdasarkan itung2annya.

  282. #350:

    yg dipilih oleh majalah Z dan yg lainnya sebagai yg terbaik adalah perusahaannya, bukan produk/asuransinya. lalu…apakah kriteria terbaik menurut majalah Z itu ‘yang paling gede untungnya’?

    buat saya sih sudah sangat jelas :). ini kriteria versi majalah investor 2007:

    * pertumbuhan premi netto
    * pertumbuhan premi penutupan langsung
    * pertumbuhan hasil investasi
    * pertumbuhan laba bersih
    * pertumbuhan hasil underwriting
    * Return On Asset (ROA)
    * Return On Equity (ROE)
    * Risk Based Capital (RBC)
    * Toral Asset Turn Over (TATO)
    * Pangsa Pasar
    * Rasio Hasil Underwriting Terhadap Premi Netto.

    kesehatan keuangan perusahaan asuransi memang penting, tapi bukan satu2nya faktor. sebaliknya, semakin ‘sehat’ keuangan perusahaan asuransi, belum tentu semakin bagus, bisa juga artinya perusahaan asuransi tidak menerapkan manajemen resiko yang baik, atau dengan kata lain harga preminya tidak sebanding dengan resiko yang ditanggung.

    bukan gambling tapi buang2 duit.

    gambling dan asuransi itu beda tipis. sistemnya sama persis, mau gambling atau asuransi itu cuma bagaimana cara kita menggunakannya. bedanya cuma satu: nasabah asuransi mentransfer resiko ke perusahaan asuransi, pejudi mentransfer resiko ke dirinya sendiri.

    sudahkah dapat memastikan bila suatu ketika terjadi suatu musibah, keadaan finansialnya tidak akan menurun secara signifikan? jika ya, maka asuransi adalah sesuatu yg tidak perlu.

    ini cuma alasan yang dicari2 saja :). kalau aset sudah berlipat2 kali UP asuransi yang diperlukan, ya artinya sudah gak perlu asuransi :). kalau tetap ikutan asuransi justru kita cari2 resiko. bayar UP asuransi itu juga bisa menurunkan keadaan finansial seseorang. dan probabilitasnya PASTI jauh lebih besar anda bayar premi asuransi melebihi UP yang nantinya akan anda dapatkan, daripada anda dapat UP lebih besar daripada premi yang anda bayarkan.

    kematian adalah pasti. kapan datangnya adalah suatu kemungkinan (mungkin besok, mungkin lusa, dll…ada yg sudah tahu kapan akan meninggal?) menderita penyakit kritis dan mengalami kecelakaan juga merupakan suatu kemungkinan, bukan kepastian. dan meninggal tidak harus karena sakit ataupun kecelakaan.

    ini cuma menunjukkan ketidakmengertian anda terhadap asuransi jiwa :). asuransi jiwa itu mengatasi resiko finansial. kalau duit kita sudah cukup banyak saat kita meninggal/CI/kecelakaan, ya artinya gak perlu asuransi jiwa, terlepas dari apakah kita tahu kapan kita meninggal atau tidak.

    real world scenario: ambil ilustrasi unit link manapun. cari ilustrasi nilai tunai pada tahun terakhir. bandingkan dengan UP-nya. di salah satu ilustrasi yang saya punya, di tahun 99, dengan asumsi perkembangan investasi 17%, nasabah punya dana tunai 2 triliun, tapi UP-nya cuma 100 juta. ngapain juga ngambil asuransi? :P

    benar jika membeli term.

    lagi2 ini cuma menunjukkan ketidakmengertian anda akan konsep asuransi. semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko meninggal seseorang, dan dengan demikian preminya PASTI lebih tinggi. apapun jenis asuransinya, kenyataan ini PASTI sudah direfleksikan pada besar premi yang kita bayar, mau term kek, mau UL kek, mau whole life kek. besar premi umur 80 vs umur 20 tahun pasti jauh lebih besar yang umur 80. bisa saja mereka pakai sistem premium levelling, tapi tetap sama saja: harga premi lebih murah di masa tua itu karena disubsidi harga premi yang lebih tinggi pada masa muda.

    there’s no such thing as free lunch. duit UP yang diberikan perusahaan asuransi itu gak turun dari langit.

    sudah tahu kapan akan mengalami musibah? sudah tahu berapa besarnya biaya yg akan keluar untuk musibah tsb?

    gak ada yang tahu. tapi kebalikannya sama saja. apa anda tahu besar biaya yang akan keluar untuk musibah tersebut? karena hanya dari situ kita bisa menentukan besar UP asuransi yang harus kita beli. kalau kebutuhan kita Rp 500 juta tapi UP-nya cuma Rp 100 juta, ya perusahaan asuransi tetap saja cuma mau bayar 100 juta :))

  283. Wow.. :)
    telat nih,.. udah 350-an commentnya…
    TOP…

    mudah-mudahan Mas Pri mau bikin lagi artikel yang mengupas tuntas tentang asuransi….

    wassalam..

  284. oh… iya, satu lagi…
    maaf, kalo menurut syariat islam,… hukumnya halal atau haram model asuransi konvensional seperti ini?

  285. #352 Nambahin dikit uraiannya Priyadi (sebenernya udah cukup jelas).

    1. Agen/pro-agen sering mengulang2 pertanyaan retoris seperti:

    ada yg sudah tahu kapan akan meninggal? sudah tahu kapan akan mengalami musibah? sudah tahu berapa besarnya biaya yg akan keluar untuk musibah tsb?

    Kesannya dengan begitu, asuransi akan menyelesaikan masalah. Padahal belum tentu. Maybe yes…maybe no.

    Untuk meminimalkan resiko finansial (kalo bisa sih meng-eliminir) saya membeli asuransi (dengan membayar premi). Semakin besar UP yang diambil, semakin “safe” kondisi financial saya jika terjadi hal di atas. Kenapa gak ambil saja UP sebesar-besarnya? Tunggu dulu… UP yang lebih besar akan memerlukan premi yang lebih besar pula. UP 1M meng-cover lebih daripada 500jt, tapi preminya juga lebih besar (dengan kondisi nasabah yang sama).

    Misalnya UP untuk sakit kritis kita adalah 500jt. Jika untuk biaya pengobatan diperlukan 300jt maka kita masih tercover. Kalau biaya yang diperlukan 700jt, setidaknya kita ‘cuma’ perlu 200jt tambahan. Bukan 700jt. Inilah kegunaan asuransi.

    Kalau dana yang kita miliki sudah (misalnya) 15M. Memang biaya pengobatan 700jt akan mengurangi dana kita, tapi tidak ada masalah. Masih tercover. Kita beli asuransi untuk dapat 500jt buat apa? Bener (setuju) kata Priyadi. Itu sih gambling.

  286. Mas Pri,
    Terima kasih atas pencerahannya.
    Dulu saya masih bodoh dan kemakan rayuan gombal agen unit link.
    Sekarang sudah jalan 10 bulan. Terus terang, tujuan utama saya sebenarnya adalah investasi. Coba saya baca blognya mas pri dari dulu ya…

    Yo wis, karena saya sudah baca blognya mas pri, maka saya lebih bodoh lagi kalo tidak segera mengakhiri unit link saya. Mohon infonya, apa saja yang harus saya lakukan? Apakah cukup menghubungi agennya agar unit link saya distop dan sisa uang yg ada agar dimasukkan rekening bank saya? Mungkin ga distop sebelum satu tahun?

  287. Akhir2 ini saya baru lihat blog Mas Pri ini. It’s very interesting for the content, apalagi yg berhubungan sama duit…
    Dan saya benar2 dicerahkan sama tulisan Mas Pri ini. Kebetulan saya orang teknik, saya jadi nyambung dgn yg apa yang dikatakan oleh Mas Pri karena alasan2 yang dikemukakannya dalam angka-angka dan masuk akal!
    Saya dukung Mas Pri untuk tetap berkiprah dalam blog ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Jangan sampai kita dibodoh-bodohin lagi, apalagi dibodohin sama bangsa sendiri yg bisanya cuma ngomong doang tanpa dasar yg jelas.
    God bless you Mas Pri!

  288. #354:

    maaf, kalo menurut syariat islam,… hukumnya halal atau haram model asuransi konvensional seperti ini?

    yang halal itu yang syariah. halal atau haram gak bisa ditentukan hanya dari apakah ada investasi yang nempel di situ atau tidak.

    #356:

    Yo wis, karena saya sudah baca blognya mas pri, maka saya lebih bodoh lagi kalo tidak segera mengakhiri unit link saya. Mohon infonya, apa saja yang harus saya lakukan? Apakah cukup menghubungi agennya agar unit link saya distop dan sisa uang yg ada agar dimasukkan rekening bank saya? Mungkin ga distop sebelum satu tahun?

    kalau belum satu tahun sebaiknya distop saja karena overheadnya (biaya akuisisi) dapat dipastikan belum ‘lunas’. untuk teknis pelaksanaannya silakan hubungi agennya. tapi sebelum itu, kalau memang perlu asuransi jiwa, sebaiknya coba daftar dulu term life sebelum asuransi yang lama ditutup.

  289. #356
    Saya kemaren berhenti ikut unit link sama setelah 9 bulan. gak da masalah dalam proses minta berhenti. Sempat ditanya kenapa berhenti, saya jawab “Saya sudah punya asuransi jiwa++ dan invest di reksadana”. CSnya gak banyak komen, paling “gak sayang nih?”……
    Lebih sayang kalo diterusin :)

  290. #320 Firesquid wrote:

    Kelebihan keempat adalah, perusahaan yg menjual unit link kepada saya sudah diakui beberapa media terkenal sebagai asuransi jiwa terbaik di Indonesia.

    Di bawah adalah salah satu suara pembaca di Media Konsumen tentang Prudential. Terbaik? Hmm… Ah, itu kan cuma 1 kasus saja. Yang lain gak ada yang protes tuh. Gitu mungkin menurut Anda. Yakin gak ada yang lainnya yang protes???


    Meragukan Profesionalisme Prudential

    Senin, 11 Februari 2008

    Pada tanggal 11 Nopember 2007 saya melakukan pembayaran untuk premi Prulink Syariah. Namun, sampai saat ini (sudah 3 bulan) polis belum dikirimkan atau jadi.

    Dari kejadian ini saya jadi meragukan profesionalisme Prudential dalam membayar kewajibannya kepada nasabah. Untuk hal yang sangat sepele (penerbitan polis), Prudential terlalu bertele-tele. Padahal kalau asuransi yang lain maksimal 14 hari kerja polis sudah jadi.

    Saya sudah mengirim keluhan ke customer.idn@prudential.co.id tanggal 24 Januari 2008. Namun, tidak ada tanggapan. Saya juga sudah menanyakan ke agen masalah proteksi, katanya kalau polis belum terbit maka perlindungan asuransi belum berlaku.Kalau hal ini betul, terus uang yang sudah ngendon selama 3 bulan ini ke mana? Apa kompensasinya? Padahal kalau nasabah terlambat membayar polis setelah masa tenggang, nasabah kena sanksi.

    Bagaimana kalau dengan keterlambatan Prudensial memenuhi kuajiban ke nasabah? Apa konsekuensinya? Karena saya merasa dirugikan dengan masalah ini. Bisakah kepesertaan saya di Prulink Syariah saya batalkan?
    /

  291. #To Audi

    Jadi…. unitlink laku gara2 kenapa yah? Banyak orang bodoh atau banyak orang kaya di Indonesia.

    1. Unitlink cocok dengan orang Indonesia yg masih belum menyadari pentingnya asuransi jiwa.

    2. Unit link adalah asuransi jiwa whole life, jika dibandingkan dengan premi produk whole life tradisional, produk unit link lebih transparant mengenai segala biaya dan nilai tunai.

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    4. Bisa berinvestasi dan sekaligus mendapatkan asuransi, kenapa tidak? Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah. Apalagi kalau harus urus punya istri dan anak.

  292. #352

    kesehatan keuangan perusahaan asuransi memang penting, tapi bukan satu2nya faktor. sebaliknya, semakin ’sehat’ keuangan perusahaan asuransi, belum tentu semakin bagus, bisa juga artinya perusahaan asuransi tidak menerapkan manajemen resiko yang baik,

    Dengan kata lain perusahaan seperti ini lebih jago dalam mengelola keuangan dan tidak mau mengambil resiko yg berlebihan. Karena unit link mengandung unsur investasi, sangat penting untuk memilih perusahaan asuransi yg juga unggul dalam kesehatan keuangan.

    Jika resiko yg ditanggung lebih besar daripada pemasukan premi, otomatis perusahaan tsb tidak akan bertahan lama. Asuransi jiwa bukan masalah kebutuhan 5-10 tahun, tapi menyangkut kepentingan jangka panjang. Kecuali ada yg bisa menuliskan tanggal kematian diri sendiri.

    atau dengan kata lain harga preminya tidak sebanding dengan resiko yang ditanggung.

    Karena premi tsb mengandung unsur investasi, sehingga wajar menjadi mahal. Perlu diingat dan dipahami bahwa Unit Link adalah produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi.

    Rumus matematika Unit Link :
    C = A*B
    C : Unit Link
    A : Asuransi
    B : Investasi

    Sedangkan untuk yg Term + Investasi Terpisah adalah :
    D = A + B
    D : Buy Term And Invest the Different (BTAID)
    A : Asuransi
    B : Investasi

    Karena secara definisi matematika aja sudah berbeda maka Unit Link tidak bisa dibandingkan dengan BTAID. Perhitungannya beda.

    real world scenario: ambil ilustrasi unit link manapun. cari ilustrasi nilai tunai pada tahun terakhir. bandingkan dengan UP-nya. di salah satu ilustrasi yang saya punya, di tahun 99, dengan asumsi perkembangan investasi 17%, nasabah punya dana tunai 2 triliun, tapi UP-nya cuma 100 juta. ngapain juga ngambil asuransi?

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    Nilai Tunai pada Unit Link memang bisa dicairkan, tapi bukan berarti Mas Priyadi bisa memecahnya sebagai 2 komponen yg terpisah. Harap Mas Priyadi pahami baik-baik kalimat ini :
    Unit Link adalah produk asuransi jiwa yg dikaitkan dengan investasi

    ini cuma alasan yang dicari2 saja :). kalau aset sudah berlipat2 kali UP asuransi yang diperlukan, ya artinya sudah gak perlu asuransi :). kalau tetap ikutan asuransi justru kita cari2 resiko. bayar UP asuransi itu juga bisa menurunkan keadaan finansial seseorang. dan probabilitasnya PASTI jauh lebih besar anda bayar premi asuransi melebihi UP yang nantinya akan anda dapatkan, daripada anda dapat UP lebih besar daripada premi yang anda bayarkan.

    Ini pendapat yg ngaco dan benar-benar menyesatkan. Kalau orang sudah bayarkan berpuluh tahun, lalu stop setor justru malah rugi semakin besar. Karena setelah stop setor, berarti dia harus menanggung resiko kematian dari uang dia sendiri, sedangkan dia sudah bayar ratusan juta untuk resiko tsb.

    Misalnya begini, nasabah usia 30 untuk mendapatkan UP 250 juta dia bisa mulai dari premi tahunan 1 juta. Setiap kenaikan usia dia harus menambahkan 500rb.

    Usia 30…premi 1 juta
    Usia 31…premi 1.5 juta
    Usia 32…premi 2 juta
    Usia 33…premi 2.5 juta
    .
    .
    .
    Usia 60…premi 15.5 juta

    Kasus I :
    Total Premi yg disetorkan 248 juta. Misalnya sampai usia 60, nasabah stop asuransi. Tapi di pertengahan usia 61, nasabah meninggal dunia. Uang pemakaman 250 juta.

    Karena sudah putus kontrak, berarti nasabah tidak akan mendapatkan klaim 250 juta. Dengan demikian nasabah tsb sudah membayarkan 248 juta, tapi hasilnya 0. Atau dengan kata lain, perusahaan tsb meraup keuntungan 248 juta dari nasabah yg malang tsb.
    Ditambah lagi dia harus mengeluarkan uang pemakaman 250 juta. Total kerugian 498 juta (248 + 250).

    Kasus II :
    Misalnya nasabah tsb memperpanjang kontrak di usia 61. Total setoran adalah 264 juta.
    Ketika meninggal, keluarga nasabah mendapatkan uang santunan 250 juta. Berarti premi yg dia bayarkan tidak sia-sia, karena dia sudah mendapatkan kembali manfaat yg telah dibayarkan selama 31 tahun. Minimal uang santunan tsb masih bisa digunakan untuk biaya pemakaman yg besarnya 250 juta.

    Kasus I : rugi 498 juta
    Kasus II : rugi 14 juta

    Karena kematian selalu mengakibatkan kerugian, nasabah boleh memilih bagaimana cara meminimalisasikan kerugian. Jika ikuti saran Mas Priyadi seperti kasus I, nasabah RUGI 498 JT.

  293. to Rahmat :
    #355

    Kalau dana yang kita miliki sudah (misalnya) 15M. Memang biaya pengobatan 700jt akan mengurangi dana kita, tapi tidak ada masalah. Masih tercover. Kita beli asuransi untuk dapat 500jt buat apa? Bener (setuju) kata Priyadi.

    Kalau Anda benar-benar tidak “merasa” keberatan untuk keluar duit 700 juta, kenapa Anda bisa keberatan membayar premi yg nilainya tidak sampai 500 juta. Tarohlah paling juga 100 juta. Sehingga total kerugian Anda hanya 200 juta + 100 juta.

    Silahkan Anda pilih, rugi 700 juta atau rugi 300 juta.
    :d

  294. Di bawah adalah salah satu suara pembaca di Media Konsumen tentang Prudential. Terbaik? Hmm… Ah, itu kan cuma 1 kasus saja. Yang lain gak ada yang protes tuh. Gitu mungkin menurut Anda. Yakin gak ada yang lainnya yang protes???

    Silahkan survey sendiri berapa banyak nasabah Prudential, dan berapa banyak yg protes. Jika ada 5 diantara 100 nasabah yg komplain, saya rasa masih wajar aja.

    Sedangkan Anda baru bisa menunjukkan 1 dari ratusan ribu nasabah Prudential. Semakin banyak nasabah yg ditangani Prudential, wajar saja kalau ada beberapa yg komplain karena merasa tidak puas. Tapi kenapa yg lain tidak komplain?

    Kalau menurut Anda asuransi terbaik adalah asuransi yg terkenal tapi tidak pernah mendapatkan komplain, bisakah tunjukan kepada kita semua?

  295. Kalau Mas Priyadi dan Mas Rahmat merasa orang yg punya pengalaman dan pendapat yg tepat mengenai asuransi, harap disertakan dengan fakta atau data yg akurat. Jangan sekedar berdasarkan opini pribadi dan hitungan yg menyesatkan.

    Btw, bagaimana ya kelanjutan dengan pernyataan Mas Priyadi ttg asuransi kesehatan tanpa ada santunan meninggal. Masih belum ketemu ya?

    Kemudian bagaimana perbandingan premi di Term Life dan biaya asuransi di Unit Link untuk usia 55++. Masih belum dapat data ya :d. Untuk memudahkan coba cari perbandingan sbb :
    – UP meninggal 500 juta
    – Rider UP sakit kritis 500 juta (tdk memotong UP meninggal)
    – Tdk ada raider lainnya selain sakit kritis

    Setelah dapat datanya coba pertimbangkan bahwa kebanyakan orang mulai sakit-sakitan bahkan menderita sakit kritis justru di usia 55++. Apakah masih menguntungkan ambil Term Life dibandingkan Whole Life/Unit Link.

  296. #348:

    setuju. unit link itu bisa dibilang nyaris tidak memberikan nilai tambah bagi nasabah. unit link itu cuma trik dagang supaya lebih gampang menjual asuransi, dan sekaligus menjualnya dengan harga lebih tinggi.

    Setuju, nilai tambah secara uang memang tidak ada. Karena yang menarik adalah nilai tambah yang bersifat intangible. Dan nilai tambah inilah yang sebenarnya dijual. Apakah nilai tambah ini worthed? tergantung, bila memang tujuannya hanya dari nilai uangnya saja ya memang tidak worthed.

    di UL, nasabah dibuat tidak tahu atau tidak menyadari harga yang harus dia bayarkan. gimana ceritanya yang seperti ini bukan membodohi pembeli? :-?

    Kayanya sudah dibahas deh biaya kan sudah cukup terpampang pada polis, biaya asuransi, biaya akuisisi semuanya ada. Bila memang tidak dihighlight, memang iya, tapi bukannya tidak ada. Nasabah tidak tahu atau tidak menyadari bukan karena biaya tersebut tidak diberi tahu, tetapi memang pada dasarnya nasabah tidak mengerti. Toh ilustrasi nilai tunai pada polis sudah mencantumkan net-nya setelah dikurangi semua biaya, bukannya nilai yang belum dikurangi biaya. Semua produk bukan hanya UL juga hanya menghighlight kelebihannya, daripada kekurangannya. Mencari tahu kekurangan harus ada dari diri konsumen sendiri.

  297. #366 Kalo saya melihat, Handi dengan Priyadi udah klop dalam hal BTAID lebih baik daripada UL dari sisi finansial.

    Handi tidak setuju dengan Priyadi masalah nilai tambah UL ini worthed atau tidak.

    Hmmm… Biarlah konsumen sendiri yang menilainya. Worthed…Nggak…Worthed…Nggak…

    Hehehe…

  298. #364 Firesquid wrote:

    Silahkan survey sendiri berapa banyak nasabah Prudential, dan berapa banyak yg protes. Jika ada 5 diantara 100 nasabah yg komplain, saya rasa masih wajar aja.

    Sedangkan Anda baru bisa menunjukkan 1 dari ratusan ribu nasabah Prudential. Semakin banyak nasabah yg ditangani Prudential, wajar saja kalau ada beberapa yg komplain karena merasa tidak puas. Tapi kenapa yg lain tidak komplain?

    Kalau menurut Anda asuransi terbaik adalah asuransi yg terkenal tapi tidak pernah mendapatkan komplain, bisakah tunjukan kepada kita semua?

    Saya tidak tertarik untuk men-survey. Poin dari komplain nasabah itu buat saya:

    1. Statemen anda bahwa “Agen mengurusi nasabah seumur hidup” adalah OMONG KOSONG! Yang komplain itu sampai komplain ke media konsumen karena agen tidak bisa membantu. Bahkan CS-nya pun tidak banyak membantu. Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    2. Saya cuma bisa memberi contoh 1 bukan berarti cuma ada 1 komplain. Anda naif sekali seperti kata Priyadi. Kalo anda kerja di situ, kenapa tidak anda cari tahu saja sendiri. Sharing dengan kita di sini. Jangan cuma berkoar-koar sebagai perusahaan terbaik tapi tidak memberikan bukti nyata. Yakin cuma 1 saja yang komplain???

    3. Saya tidak bilang asuransi yang baik tidak pernah dikomplain. Tapi bagaimana mereka menyelesaikan komplain nasabah itu yang saya perlu tahu. Anda mau berada di posisi bapak yang komplain itu??? Saya sih tidak mau. Nasabah/Calon Nasabah lainnya juga pasti tidak mau. Apa begitu cara ‘Perusahaan Asuransi Terbaik’ menangani komplain?

  299. Koreksi #368

    Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    Harusnya
    Salah agennya? Salah CS-nya? Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

  300. Koreksi #368:

    Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    Seharusnya:
    Salah agennya? Salah CS-nya? Salah Perusahaan? atau salah Nasabah? Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

  301. To #363 Firesquid

    Kalau Anda benar-benar tidak “merasa” keberatan untuk keluar duit 700 juta, kenapa Anda bisa keberatan membayar premi yg nilainya tidak sampai 500 juta. Tarohlah paling juga 100 juta. Sehingga total kerugian Anda hanya 200 juta + 100 juta.

    Silahkan Anda pilih, rugi 700 juta atau rugi 300 juta.

    Anda ikut asuransi buat apa sih? Proteksi apa Gambling? Saya ikut asuransi untuk proteksi bukan gambling :d

    Saya belum tentu dapat yang 700jt itu bukan? Bisa saja saya meninggal tanpa harus sakit kritis dulu. Kok anda sok tau banget kalo saya bakal rugi 700jt? Buat apa gambling? :d

  302. Koreksi #368

    Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    Seharusnya:

    Salah agennya? Salah CS-nya? Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

  303. To #362 Firesquid

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    Ini contoh pembodohan oleh Firesquid. 2 Triliun itu datang dari porsi investasi nasabah. Coba jawab pertanyaan ini, “Kalo pertumbuhan investasi jauh di bawah ilustrasi, apakah ‘UP’-nya tetap 2T 100jt?”

    Dengan pertumbuhan 17%/tahun, setoran 250rb/bln selama 69tahun (99-30) akan menjadi 2T lebih. Tidak ada yang aneh dengan itu. Dengan kata lain, biaya administrasi nasabah yang 25rb/bln sudah menjadi 200M lebih.

  304. To #362 Firesquid

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    Ini contoh pembodohan oleh Firesquid. 2 Triliun itu datang dari porsi investasi nasabah. Coba jawab pertanyaan ini, “Kalo pertumbuhan investasi jauh di bawah ilustrasi, apakah ‘UP’-nya tetap 2T 100jt?”

    Dengan pertumbuhan 17%/tahun, setoran 250rb/bln selama 69tahun (99-30) akan menjadi 2T lebih. Tidak ada yang aneh dengan itu. Dengan kata lain, biaya administrasi nasabah yang 25rb/bln sudah menjadi 200M lebih.

  305. #361 Firesquid wrote:

    1. Unitlink cocok dengan orang Indonesia yg masih belum menyadari pentingnya asuransi jiwa.

    Maksudnya belum menyadari kalo ada alternatif BTAID yang hasilnya lebih baik (sudah mengakui kan?).

    Beberapa kawan dan tetangga tertarik untuk ikutan unit link karena pemikiran mereka pertama kali adalah INVESTASI bukan ASURANSI. Mereka juga lebih fokus ke pertumbuhan dana mereka.

    Begitu saya sampaikan alternatif BTAID, semua memilih BTAID.

    2. Unit link adalah asuransi jiwa whole life, jika dibandingkan dengan premi produk whole life tradisional, produk unit link lebih transparant mengenai segala biaya dan nilai tunai.

    Walaupun transparan, BTAID terbukti lebih baik hasilnya.

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    Dan perusahaan2 yang menjual unit link tersebut mempercayakan investasinya ke manager investasi. Kenapa kita tidak langsung ke manager investasi aja. Biayanya jauh lebih rendah dan lebih mudah top-up/redeem-nya.

    4. Bisa berinvestasi dan sekaligus mendapatkan asuransi, kenapa tidak? Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah. Apalagi kalau harus urus punya istri dan anak.

    Ini cuma lip service aja. Bahkan perusahaan asuransi terbaik yang anda banggakan saja agennya tidak bisa membantu nasabahnya saat perlu bantuan.

  306. #367:
    Mas Rahmat ini kayanya udah jadi jubirnya Mas Priyadi :) Hehehe

    Nilai duit emang ngga bohong mas, kalau tujuannya memaksimalkan duit, memang BTAID solusi yang bagus. Saya dari awal ngga pernah membantah hal ini. Tapi yg dibeli di UL bukan sekedar pengembalian nilai tunainya saja. Dan lagi yang saya perdebatkan dari awal memang hanya sisi ‘penipuan’ yang dituduhkan oleh mas Pri :)

  307. #361:

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    hampir semua unit link mempercayai pengelolaan investasi pada manajer investasi pihak ketiga. hampir semua unit link praktis cuma makelar investasi. mendingan langsung investasi langsung ke manajer investasinya.

    selain itu, beberapa perusahaan yang unggul di produk unit link tentunya juga punya produk term life.

    Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah.

    ini mitos yang terlalu sering didengung2kan agen asuransi. dengan ber-BTAID, nasabah TIDAK mengelola sendiri investasi. dia tetap menyerahkan investasinya kepada manajer investasi. dan tentunya sama sekali tidak repot :).

    #362:

    Jika resiko yg ditanggung lebih besar daripada pemasukan premi, otomatis perusahaan tsb tidak akan bertahan lama. Asuransi jiwa bukan masalah kebutuhan 5-10 tahun, tapi menyangkut kepentingan jangka panjang. Kecuali ada yg bisa menuliskan tanggal kematian diri sendiri.

    gak ada asuransi yang besar preminya di bawah resiko yang harus dia tanggung. kalau begitu mendingan sekalian saja gak usah buka perusahaan asuransi :). yang masalah itu adalah seberapa besar overhead yang harus ditanggung nasabah. semakin gede overhead ini maka semakin ‘bagus’ parameter2 seperti risk based capital, total asset turn over, pertumbuhan premi, dll dsb. tapi bukan berarti semakin bagus buat nasabah.

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    doesn’t matter. 100 juta itu cuma 0.005% dari 2 triliun. swing harian reksadana saham aja sudah jauh lebih besar daripada itu :).

    Ini pendapat yg ngaco dan benar-benar menyesatkan. Kalau orang sudah bayarkan berpuluh tahun, lalu stop setor justru malah rugi semakin besar. Karena setelah stop setor, berarti dia harus menanggung resiko kematian dari uang dia sendiri, sedangkan dia sudah bayar ratusan juta untuk resiko tsb.

    hehehe, gimana lagi? mau asuransi mau gambling nih? kalau mau gambling sih silakan saja diterusin :). hint: kalau diteruskan PASTI kemungkinannya SEMAKIN BESAR anda bayar premi asuransi total lebih besar daripada UP yang nantinya akan anda dapatkan.

    Misalnya begini, nasabah usia 30 untuk mendapatkan UP 250 juta dia bisa mulai dari premi tahunan 1 juta. Setiap kenaikan usia dia harus menambahkan 500rb.

    apa2an nih? contohnya sama sekali gak realistis :). UP 250 juta di 30 tahun paling cuma 500 ribuan :). di 40 tahun palingan cuma 1 jutaan. di 50 tahun paling cuma 2 jutaan. dan di 60 tahun palingan cuma 5 jutaan. pakai contoh itu yang realistis dikit gituloh :P

    Kasus I : Total Premi yg disetorkan 248 juta. Misalnya sampai usia 60, nasabah stop asuransi. Tapi di pertengahan usia 61, nasabah meninggal dunia. Uang pemakaman 250 juta.
    Karena sudah putus kontrak, berarti nasabah tidak akan mendapatkan klaim 250 juta. Dengan demikian nasabah tsb sudah membayarkan 248 juta, tapi hasilnya 0. Atau dengan kata lain, perusahaan tsb meraup keuntungan 248 juta dari nasabah yg malang tsb. Ditambah lagi dia harus mengeluarkan uang pemakaman 250 juta. Total kerugian 498 juta (248 + 250).

    =)). menurut polis saya akumulasi premi antara 30 sampai 60 tahun untuk UP 250 juta itu gak sampai 100 juta, masih jauh di bawah UP-nya yang 250 juta. selain itu pemakaman dimana tuh biayanya sampai 250 juta? :) mungkin ada sih, tapi sama sekali bukan hal yang umum. kemarin tetangga saya dikubur gak sampai 3 juta total. coba realistis sedikit lah :).

    Kasus II : Misalnya nasabah tsb memperpanjang kontrak di usia 61. Total setoran adalah 264 juta. Ketika meninggal, keluarga nasabah mendapatkan uang santunan 250 juta. Berarti premi yg dia bayarkan tidak sia-sia, karena dia sudah mendapatkan kembali manfaat yg telah dibayarkan selama 31 tahun. Minimal uang santunan tsb masih bisa digunakan untuk biaya pemakaman yg besarnya 250 juta.

    Kasus I : rugi 498 juta
    Kasus II : rugi 14 juta

    Kasus III: (disclaimer: masih pakai ilustrasi firesquid yang sama sekali gak realistis) nasabah gak meninggal di usia 61 tahun, tapi di usia 85 tahun. keluarganya hanya dapat santunan UP 250 juta. tapi nasabah sudah membayar Rp 826 juta. berapa kerugiannya? 576 juta! dan ini masih belum termasuk biaya pemakaman super mewah yang katanya mencapai 250 juta :)). mengikuti ilustrasi firesquid, maka kerugian total adalah 825 juta!!!

    to quote a certain someone else: “Kalau Mas firesquid merasa orang yg punya pengalaman dan pendapat yg tepat mengenai asuransi, harap disertakan dengan fakta atau data yg akurat. Jangan sekedar berdasarkan opini pribadi dan hitungan yg menyesatkan.”â„¢ :P

    #364:

    Sedangkan Anda baru bisa menunjukkan 1 dari ratusan ribu nasabah Prudential. Semakin banyak nasabah yg ditangani Prudential, wajar saja kalau ada beberapa yg komplain karena merasa tidak puas. Tapi kenapa yg lain tidak komplain?

    kenapa tidak komplain? karena kemungkinan besar mereka belum tahu kalau mereka sudah dikadalin :). kemarin baru ada teman nasabah UL yang saya bantuin soal asuransi. komentar pertama dia: “SIALAN!!!” hihihi.

    #365:

    Btw, bagaimana ya kelanjutan dengan pernyataan Mas Priyadi ttg asuransi kesehatan tanpa ada santunan meninggal. Masih belum ketemu ya?

    sudah ketemu. cuma andanya saja yang gak mau percaya. kalau anda gak mau percaya ya sudah, saya bukan orang tua anda :).

    Setelah dapat datanya coba pertimbangkan bahwa kebanyakan orang mulai sakit-sakitan bahkan menderita sakit kritis justru di usia 55++. Apakah masih menguntungkan ambil Term Life dibandingkan Whole Life/Unit Link.

    hehehe, JUSTRU semakin tinggi probabilitas terjadinya sudah musibah maka semakin TIDAK PERLU diasuransikan. kalau tetap memaksa untuk diasuransikan, maka probabilitas nasabah bayar lebih tinggi daripada UP yang akan dia dapatkan akan menjadi SEMAKIN BESAR.

    whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap suatu kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. kalau gitu mendingan sekalian gak usah diasuransikan :).

    #367:

    Hmmm… Biarlah konsumen sendiri yang menilainya. Worthed…Nggak…Worthed…Nggak…

    jangan lupa, sebelum konsumen menentukan worth atau tidaknya, pasarnya harus adil. konsumen harus terlebih dahulu tahu persis hal2 berikut ini sebelum menjatuhkan pilihan:

    1. berapa uang tambahan yang harus dia bayarkan untuk mendapatkan ‘layanan’ unit link; dan
    2. dia punya alternatif untuk ngurus sendiri dengan cara BTAID, tanpa harus membayar biaya di nomor 1.

    kalau saya berani taruhan mayoritas calon nasabah atau nasabah yang well informed, yang tahu kedua point di atas tidak akan milih unit link :)

  308. #374:

    Tapi yg dibeli di UL bukan sekedar pengembalian nilai tunainya saja. Dan lagi yang saya perdebatkan dari awal memang hanya sisi ‘penipuan’ yang dituduhkan oleh mas Pri

    lagian apaan sih manfaat ekstra yang didapatkan di UL yang tidak ada di BTAID? kalau mau menentukan worth atau tidaknya UL, kita harus cari apa ‘manfaat ekstra’ yang ada di UL tersebut, dan kemudian baru dibandingkan dengan harganya, yaitu opportunity cost UL jika dibandingkan BTAID untuk coverage yang setara.

    setelah itu baru diserahkan kepada masing2 konsumen untuk menilai apakah ‘layanan’ ekstra tersebut memang sesuai dengan harganya.

    sayangnya kebanyakan konsumen tidak punya kemampuan untuk melakukan hal tersebut, dan perusahaan/agen asuransi gak bakalan bersedia memberi informasi yang memadai untuk nasabah.

  309. #377 Handi, bisa aja :)
    Priyadi gak butuh jubir. Kalo ada yg perlu dia komen atau argue, dia kerjain sendiri.

    Saya sih sudah jelas tidak pro dengan unit link. Saya sudah ‘terjebak’ 3 tahun. Saya share pengalaman saya. Agen menipu, membodohi, menutup2i, atau apalah saya juga tidak mau komen lah. Kalo saya bilang, “Saya merasa…” Ntar dijawab, “Ah…itukan perasaan kamu aja.”

    Sampai saat ini sih semua yang tahu ulasan UL vs BTAID memilih meninggalkan UL dan beralih ke BTAID. Rata-rata keberatan tuh dengan biaya yang 80% di tahun pertama dan 20% di tahun kedua ditambah 25rb/bln biaya administrasi (AXA). Apalagi yang 205% :p Yang lainnya merasa kalo invest langsung ke reksadana gak susah. Malah lebih murah pula biayanya.

  310. Priyadi wrote on #378:

    whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap suatu kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. kalau gitu mendingan sekalian gak usah diasuransikan .

    Menarik Pri…
    Whole life itu mengcover seumur hidup ya? Artinya kita akan mendapatkan santunan kematian. Masalahnya kapan? Apakah dalam 5 tahun ke depan? Atau malah 55 tahun lagi? Padahal rencana keuangan kita cuma sampai 25 tahun ke depan :)

    Saya sendiri sih menganggap asuransi itu diperlukan karena kita ingin melindungi investasi/rencana keuangan kita (Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, dll). Untuk mengantisipasi kita meninggal/mengalami ketidak mampuan tetap dalam menyiapkan dana, kita ambil asuransi jiwa dengan AD&D dan CI misalnya. Untuk mengantisipasi gangguan financial karena kita sakit, kita juga perlu asuransi kesehatan. Nah… setelah semua premi dibayar, kita investkan sisanya. Jadilah BTAID. Simple…kan? Kalo kebetulan kita bekerja di Perusahaan yang meng-cover 100% kesehatan kita ya tidak perlu lagi ambil asuransi kesehatan.

  311. lagian apaan sih manfaat ekstra yang didapatkan di UL yang tidak ada di BTAID? kalau mau menentukan worth atau tidaknya UL, kita harus cari apa ‘manfaat ekstra’ yang ada di UL tersebut, dan kemudian baru dibandingkan dengan harganya, yaitu opportunity cost UL jika dibandingkan BTAID untuk coverage yang setara.

    Hehehe.. Kayanya udah banyak ditulis pada komentar- komentar di atas. Mungkin salah satunya yang simple adalah cukup punya satu rekening saja, ngga usah repot berhubungan dengan 2 perusahaan yang berbeda, sudah bisa menjadi manfaat ekstra. Dan ngga harus kok dihitung dari opportunity cost-nya, ‘kenikmatan’ hanya cukup punya 1 rekening tetapi banyak manfaat juga intangible :) Kadar ‘kenikmatan’ tiap orang kan berbeda.. dan banyak juga kok orang yang seperti ini. :)

    sayangnya kebanyakan konsumen tidak punya kemampuan untuk melakukan hal tersebut, dan perusahaan/agen asuransi gak bakalan bersedia memberi informasi yang memadai untuk nasabah.

    Informasi apa saja sih yang perusahaan/agen asuransi ul tidak bersedia untuk berikan??

  312. #381:

    Saya sendiri sih menganggap asuransi itu diperlukan karena kita ingin melindungi investasi/rencana keuangan kita (Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, dll).

    bener. asuransi jiwa itu untuk melindungi resiko finansial. asuransi jiwa BUKAN untuk melindungi resiko meninggal dunia. kalau sudah meninggal ya meninggal, gak bisa dihindari, dan gak bisa dihidupkan kembali. kadang2 susah menjelaskan hal ini, termasuk kepada agen sekalipun.

    #382:

    Dan ngga harus kok dihitung dari opportunity cost-nya, ‘kenikmatan’ hanya cukup punya 1 rekening tetapi banyak manfaat juga intangible

    manfaat yang intangible di sini adalah yang diberikan perusahaan asuransi KEPADA nasabah. tapi pasti, sadar atau tidak sadar, nasabah juga memberikan manfaat balik kepada perusahaan asuransi, tangible atau tidak tangible, dalam pasar yang adil, syarat terjadinya transaksi adalah jika kedua pihak merasa manfaat yang mereka dapatkan sepadan dengan manfaat yang mereka berikan.

    analisis opportunity cost itu penting sekali. kalau tidak dilakukan, bisa saja kita merasa manfaat yang kita dapatkan itu kita dapatkan secara cuma2.

    contoh soal: seseorang ingin menabung dengan suku bunga yang dijamin. suku bunga tabungan 3%, sedangkan suku bunga deposito 6.5%. kalau tidak memperhatikan opportunity cost, maka kalau kita simpan uang di tabungan, kita gak akan merasa rugi. saya simpan 100 juta, tahun depan sudah jadi 103 juta. uang 100 juta jadi 103 juta, apanya yang rugi? :)

    kalau memperhitungkan opportunity cost semuanya menjadi berbeda. opportunity cost untuk mendapatkan 3 juta melalui tabungan adalah 6.5 juta (jika uang itu didepositokan). saya melepas kesempatan mendapatkan 6.5 juta untuk mendapatkan 3 juta. rugi dong, mendingan uangnya didepositokan. opportunity cost untuk mendapatkan 6.5 juta melalui deposito hanyalah 3 juta (jika ditabungkan), saya hanya melepas kesempatan mendapatkan 3 juta untuk mendapatkan 6.5 juta.

    di asuransi juga gitu. kalau saya pilih UL dan bukan BTAID, menurut perhitungan saya, saya melepas kesempatan mendapatkan sekitar 30% nilai tunai saya pada tahun ke-20, atau sekitar Rp 250 juta hanya untuk mendapatkan manfaat di UL yang tidak ada di BTAID, apapun itu. jelas sama sekali gak worth it buat saya.

    Informasi apa saja sih yang perusahaan/agen asuransi ul tidak bersedia untuk berikan??

    nasabah sih kebanyakan awam, dan biasanya hanya bisa menggantungkan harapan sepenuhnya kepada agen. adalah tanggung jawab agen untuk memberi penjelasan yang mencukupi kepada nasabah TANPA HARUS DIMINTA, dan bukannya justru memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak2nya.

    itu kalau agen mau ngaku2 sebagai ‘penasihat finansial’ yang bertanggung jawab dan mewakili kepentingan nasabah, dan bukan sekadar semata2 sales asuransi.

  313. #368

    1. Statemen anda bahwa “Agen mengurusi nasabah seumur hidup” adalah OMONG KOSONG! Yang komplain itu sampai komplain ke media konsumen karena agen tidak bisa membantu.

    Anda pikir agen itu yg empunya perusahaan ???
    Kalau memang ada masalah teknis dari pihak underwriting jelas bakal lama sekali prosesnya. Polis saya waktu dulu juga 4 bulan baru kelar, gara-gara saya ada medical record pernah kena malaria.

    Agen saya sudah bantuin semaksimal mungkin, tapi kendala teknis di underwriting apa boleh buat. Kalau polis lama terbit, otomatis komisi dia juga lama kelar-nya.

    Asal Anda tau aja, pihak underwriting itu hampir tiap hari kerja over time. Polis yg harus diproses setiap underwriting sebanyak 50-100 polis/hari. Setidaknya itu pada tempat saya bekerja, gak tau deh Prudential berapa banyak volumenya.

    Cari tau dulu FAKTA bukan asumsi…

    2. Saya cuma bisa memberi contoh 1 bukan berarti cuma ada 1 komplain. Anda naif sekali seperti kata Priyadi. Kalo anda kerja di situ, kenapa tidak anda cari tahu saja sendiri. Sharing dengan kita di sini. Jangan cuma berkoar-koar sebagai perusahaan terbaik tapi tidak memberikan bukti nyata. Yakin cuma 1 saja yang komplain???

    Anda yakin yg di komplain itu benar? Dan sama sekali tidak ada tanggapan dari perusahaan?

    Anda naif sekali, hanya ada beberapa komplain lalu mencap suatu perusahaan pelayanannya jelek. Padahal Anda tidak tau FAKTA yg sebenarnya.

    Lagipula apakah Anda yakin semua perusahaan asuransi selain Prudential tidak pernah dikomplain. Saya bilang semua asuransi sama saja soal pelayanannya, Mas….
    Kalau bisa memberikan yg terbaik, tentu saja mereka melakukannnya. Tapi yg namanya manusia pasti punya keterbatasan.

    Kalau Anda merasa tidak puas, kita to the point aja:
    Seberapa besar sih premi dan pertanggungan Anda di unitlink AXA?
    Kok kesannya Anda seperti orang yg mengalami kerugian ratusan juta. Banyak orang yg preminya puluhan juta dengan pertanggungan Milyaran aja gak komplain seperti Anda….

  314. #374

    Ini contoh pembodohan oleh Firesquid. 2 Triliun itu datang dari porsi investasi nasabah. Coba jawab pertanyaan ini, “Kalo pertumbuhan investasi jauh di bawah ilustrasi, apakah ‘UP’-nya tetap 2T 100jt?”

    Entah Anda yg terlalu pintar atau saya yg bodoh.
    Unit Link adalah asuransi jiwa yg dikaitkan dengan ivestasi. (berapa kali definisi ini harus diulang ya?)

    Artinya, Anda tidak bisa memisahkan asuransi dan investasi. Ketika Anda menambahkan setoran premi, otomatis pertanggungan dan investasi Anda juga akan meningkat.

    Jangan menyamakan konsep Unit Link dengan BTAID. Dimana Anda lebih flexibel untuk menentukan sendiri besarnya pertanggungan atau investasi.

    Dengan pertumbuhan 17%/tahun, setoran 250rb/bln selama 69tahun (99-30) akan menjadi 2T lebih. Tidak ada yang aneh dengan itu. Dengan kata lain, biaya administrasi nasabah yang 25rb/bln sudah menjadi 200M lebih.

    Saya setor cukup 10 tahun aja udah diproteksi sampai 99 tuh.
    Boleh tau Anda bicarakan Unit Link apa yg mengharuskan orang setor premi selama 69 tahun untuk dapatkan proteksi 69 tahun?

  315. #376

    Walaupun transparan, BTAID terbukti lebih baik hasilnya.

    Boleh tau sudah berapa tahun Anda ikut BTAID? 20 tahun? 30 tahun?

    Jika belum selama itu, maka argument Anda hanya sekedar asumsi.

    Asal Anda tau aja, konsep BTAID sudah lama sekali ada. Term Life merupakan asuransi tradisional yg paling klasik dan masih exist sampai sekarang. Reksadana sudah exist sejak 1920an.

    Sedangkan unitlink baru muncul sekitar tahun 1960an, tapi hasilnya BOOOM!!!!!
    Makin lama peminatnya makin besar. Bahkan saking booming-nya unit link di pasar asuransi, beberapa perusahaan asuransi raksasa seperti ING, AXA, Manulife, AIG juga ikutan memasuki pasar unit link.

    Itu bukti dari sejarah bahwa Unit Link lebih baik daripada BTAID….bukan sekedar asumsi pribadi atau hitung-hitungan menyesatkan.

    Ini cuma lip service aja. Bahkan perusahaan asuransi terbaik yang anda banggakan saja agennya tidak bisa membantu nasabahnya saat perlu bantuan.

    Agen bukan dewa. Yang serba bisa dan sanggup hadir tiap saat di manapun Anda berada.
    Agen hanya manusia biasa yg profesionalisme di bidang asuransi. Karena manusia biasa, tentunya dia juga punya keterbatasan kemampuan.

    Profesi agen juga punya kode etik seperti dokter, pengacara, atau akuntan. Tapi kalau Anda bertemu dengan agen yg melanggar kode etik tsb…bukan berarti profesi sbg agen atau perusahaannya yg jelek, melainkan pribadi agen tsb.

    Anda ngerti gak sih???

  316. #378

    ini mitos yang terlalu sering didengung2kan agen asuransi. dengan ber-BTAID, nasabah TIDAK mengelola sendiri investasi. dia tetap menyerahkan investasinya kepada manajer investasi. dan tentunya sama sekali tidak repot

    Ini bukan mitos…saya bilang agen membantu mengurus, bukan mengelola. Yang bisa mengelola keuangan tetap diri Anda sendiri, karena agen tidak bisa memutuskan untuk Anda kapan mau top-up dan sebagainya. Seorang agen paling hanya memantau perkembangan harga unit dan memberikan saran.

    yang masalah itu adalah seberapa besar overhead yang harus ditanggung nasabah. semakin gede overhead ini maka semakin ‘bagus’ parameter2 seperti risk based capital, total asset turn over, pertumbuhan premi, dll dsb. tapi bukan berarti semakin bagus buat nasabah.

    Kalau keberatan dengan biaya overhead, lebih baik tidak usah masuk asuransi. Karena perusahaan asuransi adalah perusahaan komersil, jelas mencari untung.

    Biaya overhead tergantung dari harga produk. Anda beli mobil harga 500 juta jelas biaya overhead lebih besar daripada mobil yg hanya 100 juta.

    doesn’t matter. 100 juta itu cuma 0.005% dari 2 triliun. swing harian reksadana saham aja sudah jauh lebih besar daripada itu

    Buat apa perdulikan swing harian reksadana saham. Duit tsb bukan punya Anda seorang.
    Yang jadi masalah adalah, berapa besar premi yg harus Anda bayarkan untuk mendapatkan pertanggungan 2 Triliun.

    mau asuransi mau gambling nih? kalau mau gambling sih silakan saja diterusin :). hint: kalau diteruskan PASTI kemungkinannya SEMAKIN BESAR anda bayar premi asuransi total lebih besar daripada UP yang nantinya akan anda dapatkan.

    Engga tuh, saya hanya bayar premi 75 juta, dicicil selama 10 tahun.
    Kalau misalnya saya bisa hidup sampai usia 80, maka saya mendapatkan uang pertanggungan sekitar 55 Miliar.

    Saya bayar premi 75 juta, dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh 55 Miliar. Kenapa 75 juta bisa lebih besar dari 55 Miliar?
    Bahkan memperhitungkan inflasi 10% pertahun, nilai 75 juta juga tidak akan lebih daripada nilai 5 miliar untuk 31 tahun mendatang.

    Lagi-lagi Anda ber-argumen bukan berdasarkan FAKTA melainkan sekedar asumsi pribadi.

    apa2an nih? contohnya sama sekali gak realistis :). UP 250 juta di 30 tahun paling cuma 500 ribuan :). di 40 tahun palingan cuma 1 jutaan. di 50 tahun paling cuma 2 jutaan. dan di 60 tahun palingan cuma 5 jutaan. pakai contoh itu yang realistis dikit gituloh

    Mas…kalau pakai kacamata kurang membantu, coba bantu dengan kaca LUP. Baca ulang lagi postingan saya di #362

    selain itu pemakaman dimana tuh biayanya sampai 250 juta? mungkin ada sih, tapi sama sekali bukan hal yang umum.

    Beberapa bulan yg lalu, nenek saya meninggal dan menghabiskan biaya pemakaman sekitar 30 juta (dari biaya di rumah duka sampai pembuatan makam). Sebenarnya nenek mau dikremasi biar lebih murah biayanya dan lebih praktis, tapi bokap nyokap maunya pemakaman.

    Kalau 20 tahun kemudian, dengan asumsi kenaikan inflasi 10%, maka biaya pemakaman menjadi sekitar 200 juta. Ya…UP 250 juta sih masih cukup kalau meninggal 20 tahun kemudian. Bagaimana kalau meninggal 40 tahun kemudian??

    Kasus III: (disclaimer: masih pakai ilustrasi firesquid yang sama sekali gak realistis) nasabah gak meninggal di usia 61 tahun, tapi di usia 85 tahun. keluarganya hanya dapat santunan UP 250 juta. tapi nasabah sudah membayar Rp 826 juta. berapa kerugiannya? 576 juta! dan ini masih belum termasuk biaya pemakaman super mewah yang katanya mencapai 250 juta :)). mengikuti ilustrasi firesquid, maka kerugian total adalah 825 juta!!!

    Makanya jangan beli yg Term Life !!!
    Ikut saya ambil Unit Link, hanya setor premi 75 juta. Dan kalau bisa hidup sampai usia 85 tahun, maka akan mendapatkan UP sekitar 100 Miliar. :D

    whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap suatu kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. kalau gitu mendingan sekalian gak usah diasuransikan

    Kalau tidak diasuransikan maka kerugian makin besar….
    Lebih baik saya rugi sebagian, daripada rugi besar.

  317. Firesquid wrote:

    Artinya, Anda tidak bisa memisahkan asuransi dan investasi. Ketika Anda menambahkan setoran premi, otomatis pertanggungan dan investasi Anda juga akan meningkat.

    Jangan menyamakan konsep Unit Link dengan BTAID. Dimana Anda lebih flexibel untuk menentukan sendiri besarnya pertanggungan atau investasi.

    Wow… Anda akhirnya mengatakan juga bahwa BTAID LEBIH FLEXIBEL daripada UL. Thanks infonya.

  318. #385 Firesquid Wrote:

    Artinya, Anda tidak bisa memisahkan asuransi dan investasi. Ketika Anda menambahkan setoran premi, otomatis pertanggungan dan investasi Anda juga akan meningkat.

    Jangan menyamakan konsep Unit Link dengan BTAID. Dimana Anda lebih flexibel untuk menentukan sendiri besarnya pertanggungan atau investasi.

    Jadi anda setuju kalo BTAID lebih flexibel daripada UL? Wah satu lagi kelebihan BTAID kalo gitu :)

  319. Firesquid:

    Boleh tau sudah berapa tahun Anda ikut BTAID? 20 tahun? 30 tahun?

    Jika belum selama itu, maka argument Anda hanya sekedar asumsi.

    Saya yakin anda juga belum ikut unit link selama itu. Jadi semua yang anda sampaikan juga asumsi? :p

    Karena kita tidak tahu pertumbuhan investasi dan inflasi maka rate yang digunakan adalah asumsi. Baik inflasi, pertumbuhan investasi, dll. Dalam perhitungan ilmiah pun asumsi bisa dimasukkan. Tidak ada yang salah dengan asumsi.

    Time will tell… 20 tahun dari sekarang, jika informasi akan UL dan BTAID sudah sampai ke semua lapisan masyarakat, orang akan tahu mana yang lebih baik. UL atau BTAID. Kalo anda beranggapan UL lebih baik ya silahkan. Yang pilih BTAID pun go ahead.

  320. #387 Firesquid wrote:

    Makanya jangan beli yg Term Life !!!
    Ikut saya ambil Unit Link, hanya setor premi 75 juta. Dan kalau bisa hidup sampai usia 85 tahun, maka akan mendapatkan UP sekitar 100 Miliar.

    Typical agen sekali.
    Memberikan info yang tidak lengkap.
    Bisa menimbulkan bias.
    Buat rekan-rekan calon nasabah yang lain, BEWARE.
    Statemen Firesquid ini ada disclaimer-nya:

    “Dengan asumsi pertumbuhan investasi….%”. :d/

    Kata-kata “Maka akan mendapatkan UP sekitar 100M” ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kecuali ada ASUMSI “pertumbuhan investasi”. Anda mau bicara FAKTA apa ASUMSI? :-?

    Pengen tau pendapat Handi dengan statemen Firesquid di atas. Masih OK gak menurut anda?

  321. #387 Firesquid wrote:

    Engga tuh, saya hanya bayar premi 75 juta, dicicil selama 10 tahun.
    Kalau misalnya saya bisa hidup sampai usia 80, maka saya mendapatkan uang pertanggungan sekitar 55 Miliar.

    Anda kan ‘orang dalam’ perusahaan asuransi. Apakah 55M ini UP? Atau hasil investasi?

    Setahu saya, UP itu tidak bergantung: Inflasi, Pertumbuhan Investasi, dll. Misalnya bayar premi 300rb dapat UP Meninggal 100jt. UP ini DIJAMIN NILAINYA.

    Saya tidak pake asumsi, tapi saya YAKIN bahwa angka 55M yang anda sebutkan itu TIDAK DIJAMIN! (bisa lebih besar bisa juga lebih kecil).

    Anda cuma mainin fungsi FV di excel. Di ilustrasinya PRIYADI, dengan dana yang sama saya YAKIN akan didapat hasil yang lebih tinggi. Itulah kenapa Handi juga bilang:

    Nilai duit emang ngga bohong mas, kalau tujuannya memaksimalkan duit, memang BTAID solusi yang bagus. Saya dari awal ngga pernah membantah hal ini.

    Sebenarnya, yang pro-UL atau tidak setuju dengan cara Priyadi menyajikan postingan (terlalu memojokkan agen/perusahaan) silahkan saja kemukakan kelebihan UL secara proporsional. Tidak perlu berlebihan. Apalagi ngotot bahwa secara finansial pun UL bisa lebih baik daripada BTAID.

    Setiap ada komen, Firesquid bilang: ASUMSI bukan FAKTA (TM) dan Hitung-hitungan yang menyesatkan (TM). Hmmm…. :-?

  322. #384:

    Seberapa besar sih premi dan pertanggungan Anda di unitlink AXA? Kok kesannya Anda seperti orang yg mengalami kerugian ratusan juta. Banyak orang yg preminya puluhan juta dengan pertanggungan Milyaran aja gak komplain seperti Anda….

    besar kecilnya itu bukan masalah. yang jadi masalah itu rela atau gak rela. terlebih lagi kalau sebenarnya gak rela, tapi sekaligus gak tahu kalau kita mengeluarkan uang. beli notebook beda 1 juta saja untuk spec yang sama kita gak rela. atau jangankan notebook, beli jeruk 1 ons kalau harganya bisa beda 10 ribu dengan toko sebelah kita juga gak rela kok. apalagi asuransi dan investasi yang nilainya bisa mencapai 20-30% penghasilan bulanan.

    orang yang gak komplain itu biasanya orang yang gak ngerti atau gak peduli dengan asuransinya. kalau gak peduli biasanya itu karena UP-nya terlalu kecil jika dibandingkan tingkat dengan penghasilan dia. in any case, dia mendapatkan layanan yang sebenarnya tidak memuaskan.

    #385:

    Saya setor cukup 10 tahun aja udah diproteksi sampai 99 tuh. Boleh tau Anda bicarakan Unit Link apa yg mengharuskan orang setor premi selama 69 tahun untuk dapatkan proteksi 69 tahun?

    sama aja mas. tetap saja anda keluar uang. kalaupun anda tidak keluar uang langsung dari kantong anda untuk bayar premi tahun 11 dan seterusnya, perusahaan asuransi tetap akan memotong porsi investasi anda yang sebenarnya merupakan hak milik anda juga.

    anda boleh saja terus2an berpura2 gak ngerti. tapi jangan harapkan kami akan selalu gak ngerti :P

    #386:

    Sedangkan unitlink baru muncul sekitar tahun 1960an, tapi hasilnya BOOOM!!!!! Makin lama peminatnya makin besar. Bahkan saking booming-nya unit link di pasar asuransi, beberapa perusahaan asuransi raksasa seperti ING, AXA, Manulife, AIG juga ikutan memasuki pasar unit link.

    Itu bukti dari sejarah bahwa Unit Link lebih baik daripada BTAID….bukan sekedar asumsi pribadi atau hitung-hitungan menyesatkan.

    hehehe. saya tulis posting ini salah satunya untuk menunjukkan mengapa UL bisa sukses :). silakan baca lagi kenapa koran B bisa lebih sukses daripada koran A :). hint: bukan karena koran B memberikan nilai tambah lebih banyak daripada koran A :).

    #387:

    Kalau keberatan dengan biaya overhead, lebih baik tidak usah masuk asuransi. Karena perusahaan asuransi adalah perusahaan komersil, jelas mencari untung.

    saya bisa mentoleransi biaya overhead selama itu masih dalam batas kewajaran. no problem. saya menyerahkan resiko kepada mereka, saya bayar mereka. sama sekali gak ada masalah di sini. masalah timbul kalau mereka kasih harga terlalu mahal, apalagi pakai trik2 untuk menyembunyikan harga tersebut. semakin mahal saya bayar asuransi, maka justru semakin besar resiko yang saya terima.

  323. #383:

    manfaat yang intangible di sini adalah yang diberikan perusahaan asuransi KEPADA nasabah. tapi pasti, sadar atau tidak sadar, nasabah juga memberikan manfaat balik kepada perusahaan asuransi

    Sudah pasti, sebenarnya semua produk, bukan hanya UL, menjual nilai yang intabile. Dan jelas nilai intagible ini jadi tangible (alias keuntungan) buat perusahaan.

    di asuransi juga gitu. kalau saya pilih UL dan bukan BTAID, menurut perhitungan saya, saya melepas kesempatan mendapatkan sekitar 30% nilai tunai saya pada tahun ke-20, atau sekitar Rp 250 juta hanya untuk mendapatkan manfaat di UL yang tidak ada di BTAID, apapun itu. jelas sama sekali gak worth it buat saya.

    Saya sangat paham mengapa bagi anda ini tidak worth it :) Saya setuju. Tapi ‘Kenikmatan’ tidak dikejar tagihan asuransi, setelah 10 tahun tanpa kehilangan manfaatnya, bagi sebagian orang bisa jadi lebih baik dibandingkan opportunity cost-nya. Ya memang terserah sih.. namanya juga intangible :)

    nasabah sih kebanyakan awam, dan biasanya hanya bisa menggantungkan harapan sepenuhnya kepada agen. adalah tanggung jawab agen untuk memberi penjelasan yang mencukupi kepada nasabah TANPA HARUS DIMINTA, dan bukannya justru memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak2nya.

    Memang betul sebagian besar nasabah memang awam. Tapi ini tidak bisa dijadikan alasan untuk merasa ‘tertipu’. Saya ngga ngerti jeroan mobil, ketika beli mobil saya pelajari dulu ato minimal nanya ke orang yg lebih ngerti. Nanya ke salesnya juga belum tentu juga dia-nya sendiri ngerti, selain kelebihan-kelebihannya, apakah dia bakalan menerangkan hal-hal yang tidak menguntungkan produknya TANPA HARUS DIMINTA?. :) Sama saja kok. UL juga sama-sama sebuah produk, dan kalo sebagai seorang yg awam kita mau beli, ya tetap harus cari tahu sendiri. Informasi ngga ada yang ditutupi kok, kalo tidak dihighlight memang iya.

  324. #352

    kesehatan keuangan perusahaan asuransi memang penting, tapi bukan satu2nya faktor. sebaliknya, semakin ’sehat’ keuangan perusahaan asuransi, belum tentu semakin bagus,

    setuju.
    tapi kalau keuangannya tidak sehat, sudah dapat dipastikan perusahaannya tidak bagus.

    bisa juga artinya perusahaan asuransi tidak menerapkan manajemen resiko yang baik, atau dengan kata lain harga preminya tidak sebanding dengan resiko yang ditanggung.

    hmm..
    apakah ini mengindikasikan bahwa anda tidak setuju dengan konsep asuransi?
    eh, sudah pernah bilang ya?
    lalu..kenapa beli asuransi?

    gambling dan asuransi itu beda tipis. sistemnya sama persis, mau gambling atau asuransi itu cuma bagaimana cara kita menggunakannya. bedanya cuma satu: nasabah asuransi mentransfer resiko ke perusahaan asuransi, pejudi mentransfer resiko ke dirinya sendiri.

    kalau begitu..tetap lebih baik mentranfer resiko ke pihak lain.

    ini cuma alasan yang dicari2 saja . kalau aset sudah berlipat2 kali UP asuransi yang diperlukan, ya artinya sudah gak perlu asuransi . kalau tetap ikutan asuransi justru kita cari2 resiko. bayar UP asuransi itu juga bisa menurunkan keadaan finansial seseorang. dan probabilitasnya PASTI jauh lebih besar anda bayar premi asuransi melebihi UP yang nantinya akan anda dapatkan, daripada anda dapat UP lebih besar daripada premi yang anda bayarkan.

    kalau sudah yakin akan memiliki keuangan yg kuat dan stabil jika sewaktu2 terjadi musibah, asuransi memang bukan jadi suatu hal yg perlu lagi.

    ini cuma menunjukkan ketidakmengertian anda terhadap asuransi jiwa . asuransi jiwa itu mengatasi resiko finansial. kalau duit kita sudah cukup banyak saat kita meninggal/CI/kecelakaan, ya artinya gak perlu asuransi jiwa, terlepas dari apakah kita tahu kapan kita meninggal atau tidak.

    coba baca yg teliti komen saya adalah komen dari apa..

    lagi2 ini cuma menunjukkan ketidakmengertian anda akan konsep asuransi. semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko meninggal seseorang, dan dengan demikian preminya PASTI lebih tinggi. apapun jenis asuransinya, kenyataan ini PASTI sudah direfleksikan pada besar premi yang kita bayar, mau term kek, mau UL kek, mau whole life kek. besar premi umur 80 vs umur 20 tahun pasti jauh lebih besar yang umur 80. bisa saja mereka pakai sistem premium levelling, tapi tetap sama saja: harga premi lebih murah di masa tua itu karena disubsidi harga premi yang lebih tinggi pada masa muda.

    coba baca (lagi) yg teliti komen saya adalah komen dari apa..
    dan..untuk yg itu, unitlink lebih baik.

    gak ada yang tahu. tapi kebalikannya sama saja. apa anda tahu besar biaya yang akan keluar untuk musibah tersebut? karena hanya dari situ kita bisa menentukan besar UP asuransi yang harus kita beli. kalau kebutuhan kita Rp 500 juta tapi UP-nya cuma Rp 100 juta, ya perusahaan asuransi tetap saja cuma mau bayar 100 juta

    lha..
    karena saya tidak tahu..makanya saya ikut asuransi.
    saya menerima konsep asuransi yg ada.
    kata kuncinya adalah ‘kalau’.
    kalau mau UP lebih tinggi, ya harus bayar premi lebih tinggi.
    kalau anda tidak terima, ya gak usah ikut asuransi..atau bikin konsep asuransi sendiri.

  325. #392:

    Pengen tau pendapat Handi dengan statemen Firesquid di atas. Masih OK gak menurut anda?

    Mas Rahmat, jangan ngaduin saya dengan mas firesquid ya :)

    Pada prinsipnya saya pedagang, dan mengerti perusahaan juga harus mendapatkan untung. Sehingga ini tergantung toleransi kita terhadap berapa besar keuntungan yang rela kita berikan pada perusahaan/agen/penjual. Pada dasarnya ngga ada orang yang rela kasih keuntungan pada orang lain. Dan ga peduli penjual tersebut rugi sekali pun yang penting dapat harga termurah. Dan kalo untungnya terlalu kecil atau bahkan rugi, ngapain jualan? Untuk point ini kadar toleransi saya mungkin lebih besar daripada Priyadi dan anda mungkin.

    Tetapi saya sendiri juga konsumen tentunya mencari produk dengan manfaat maksimal dengan harga semurah-murahnya. Dan pada poin ini saya bisa setuju karena nilai duit memang ngga bohong :)

  326. To #396 Handi,

    Anda terlalu berlebihan. Saya tidak mengadu. Hanya minta pendapat. Saya sudah pernah mampir ke blog anda.

    Adu argumen anda dengan Priyadi lumayan seru. Saya lihat masing-masing memandang dari sudut yang berbeda. Memang sulit didapat titik temu, tapi pembaca tinggal memilih saja. Mau pake kacamata-mu atau kacamata Priyadi :)

    Handi gak setuju dengan Priyadi yang dianggap memojokkan profesi agen atau perusahaan asuransi (padahal menurut saya sih Priyadi gak begitu maksudnya). Menarik… :) juga komen anda berikut ini:

    Untuk point ini kadar toleransi saya mungkin lebih besar daripada Priyadi dan anda mungkin.

    Hmm… ada kawan yang beli barang dari SPG bukan karena dia perlu atau harganya murah, tapi karena SPG-nya cantik :d Ini intangible? :-?

  327. Menurut penilaian saya (bisa salah), Handi melihat fenomena Unit Link ini sebagai ‘Strategi Pemasaran’ sementara Priyadi melihat sebagai ‘Pengelabuhan’ oleh perusahaan asuransi. Karena itu disebut ‘Ilusi Financial’. :d

    Yah… mungkin bisa disebut sebagai ‘strategi marketing’ oleh perusahaan/agen. Dan dari sudut nasabah seperti kami (minimal saya dan Priyadi), ini ‘pengelabuhan’.

  328. #397:

    Hmm… ada kawan yang beli barang dari SPG bukan karena dia perlu atau harganya murah, tapi karena SPG-nya cantik :d Ini intangible? :-?

    Kalo ini dilihatnya jangan jualan produknya, tapi yang ‘dijual’ SPG-nya. :-D Dan bagi sebagian orang bisa ngajak kenalan atau ngobrol SPG cantik itu itu ‘kepuasan’ sendiri. Dan memang inilah salah satu hal intangible yg dijual oleh perusahaan. Bagi konsumen tersebut beli produknya sih nomor 2, dapat senyumannya saja sudah kelepek kelepek. :-D

    Dan dari sudut nasabah seperti kami (minimal saya dan Priyadi), ini ‘pengelabuhan’.

    Sudut pandang konsumen bisa berbeda-beda, karena sifat konsumen sendiri berbeda-beda. Tapi bila kembali menggunakan contoh SPG cantik :) Menurut saya menarik juga untuk dibahas juga, apakah mengandal SPG cantik untuk ‘merayu’ konsumen, juga disebut ‘penipuan’? Apakah rokok yang dibeli dari SPG cantik rasanya beda dengan beli di warung? Ngga kan. Tapi penilaian saya seperti ini, bagi pembeli tertentu bisa ngobrol dengan SPG cantik saja sudah nilai tambah tersendiri. Apakah worthed? Penilaian tiap orang bisa beda-beda. :)

  329. #361 Firesquid

    1. Unitlink cocok dengan orang Indonesia yg masih belum menyadari pentingnya asuransi jiwa.

    Kenapa kok Unitlink lebih cocok dibandingkan dengan Termlife? Memang dimana letak cocoknya Unitlink dibandingkan Termlife untuk orang Indonesia yang masih belum menyadari pentingnya asuransi jiwa? Apakah karena dijanjiin dapet duit berlipat2? *penasaran* :-?

    2. Unit link adalah asuransi jiwa whole life, jika dibandingkan dengan premi produk whole life tradisional, produk unit link lebih transparant mengenai segala biaya dan nilai tunai.

    Gue sendiri sih gak (belum) butuh asuransi a.k.a masih jombo, jadinya gue investasikan seluruh duit nganggur gue buat diinvestasikan di Reksadana saham. Gampang, fee-nya lebih murah dan gak ada premi2an segala, jadi duit gue bisa 100% diinvestasiin. Tapi seandainya ngambil asuransi, kayaknya gue milih Termlife. Selain ilustrasi berdasarkan ilustrasi disini, gue kan udah punya produk investasi, jadi tinggal ngambil asuransi doang. Aneh banget udah punya RDS tapi ngambil unitlink juga. :-?

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    Masyarakat mempercayakan dana mereka gara2 investasinya atau asuransinya? Btw dimana sih gue bisa liat keuangan perusahaan asuransi? Dan keuangan yang mapan itu indikatornya apa?

    4. Bisa berinvestasi dan sekaligus mendapatkan asuransi, kenapa tidak? Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah. Apalagi kalau harus urus punya istri dan anak.

    Mungkin gak sih orang salah mengira tentang apa yang dikatakan agen. Soalnya kalo gue membaca tulisan diatas, gue bakalan ngira kalo gue beli unitlink, gue beli produk investasi trus dapet produk asuransi (gratis). *itu seandainya gue belum baca artikel di blog ini*. Kalo masalah gak mau repot, dateng aja ke Manulife. Mereka kan ada produk asuransi dan reksadana. Jadi bisa ngambil term life + reksadana cuman kesatu tempat aja. Tapi ngurus reksadana emang gak repot kok. Simple banget. Kalo dah tahu/ngalamin beli RD, pasti bakalan rugi ngambil unitlink. O iya di Manulife Serpong ada lowongan tuh, gue ditawarin jadi agen (sewaktu beli RDS MSA) ama orang sana, tapi gue tolak. :d

  330. to Rahmat
    #390

    Time will tell… 20 tahun dari sekarang, jika informasi akan UL dan BTAID sudah sampai ke semua lapisan masyarakat, orang akan tahu mana yang lebih baik. UL atau BTAID. Kalo anda beranggapan UL lebih baik ya silahkan. Yang pilih BTAID pun go ahead.

    Baca baik-baik postingan saya #386 ttg sekilas sejarah munculnya unitlink. Saya lupa tahun pasti munculnya unitlink, pokoknya tahun 1960an.

    Karena reksadana sudah muncul sejak 1920an, berarti konsep BTAID sudah ada sejak 1920an. Beda 40 tahun dengan unitlink. Tapi sejarah sudah membuktikan bahwa unitlink malah menjadi BOOMING, sementara produk Term Life mulai tidak laku.

    So….time has proven…
    Bukankah FAKTA sejarah ini tidak sesuai dengan “asumsi” Anda bahwa BTAID lebih baik. Kira-kira apa lagi argumen dari Anda :D

    #391

    Kata-kata “Maka akan mendapatkan UP sekitar 100M” ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kecuali ada ASUMSI “pertumbuhan investasi”. Anda mau bicara FAKTA apa ASUMSI?

    Betul, memang hanya asumsi…
    Fakta yg saya alami, nilai tunai saya sudah lebih tinggi daripada yg di ilustrasi untuk tahun ke-4. Karena fakta sudah menunjukkan hasil yg berbeda dengan asumsi di ilustrasi, ada kemungkinan UP saya kalau meninggal di usia 85, bisa lebih dari 100M.

    Kira-kira berapa premi Term Life untuk UP 100M ???

    Setahu saya, UP itu tidak bergantung: Inflasi, Pertumbuhan Investasi, dll. Misalnya bayar premi 300rb dapat UP Meninggal 100jt. UP ini DIJAMIN NILAINYA.

    Pengetahuan Anda memang benar. Tapi UP semacam itu hanya berlaku untuk Term Life dan Whole Life tradisional…

    Pada unit link juga tetap masih ada UP yg dijamin nilainya, dinamakan Uang Pertanggungan Dasar. Dan ada UP tambahan yg nilainya bisa bertambah seiring dengan hasil investasi, bahkan bisa dicairkan tanpa harus nunggu jatuh tempo ataupun klaim.

  331. to Priyadi
    #393

    yang jadi masalah itu rela atau gak rela. terlebih lagi kalau sebenarnya gak rela, tapi sekaligus gak tahu kalau kita mengeluarkan uang.

    Emangnya Anda dirampok? atau ditipu?
    Dalam ilustrasi unit link semua biaya sudah sangat jelas dan tidak ada yg ditutup-tutupi.

    kalaupun anda tidak keluar uang langsung dari kantong anda untuk bayar premi tahun 11 dan seterusnya, perusahaan asuransi tetap akan memotong porsi investasi anda yang sebenarnya merupakan hak milik anda juga.

    Nga tuh…
    Yg akan dipotong hanya biaya asuransi-nya saja. Dan biaya asuransi ini besarnya jauh dibawah premi yg dibayarkan.

    Anda boleh saja pura-pura mengerti. Tapi banyak pembaca yg lebih mengerti dan menertawakan kesalahan Anda :D.

    orang yang gak komplain itu biasanya orang yang gak ngerti atau gak peduli dengan asuransinya. kalau gak peduli biasanya itu karena UP-nya terlalu kecil jika dibandingkan tingkat dengan penghasilan dia.

    Sudah berapa banyak nasabah unitlink yg Anda survey? 100 orang, 1000 orang, atau hanya 10 orang.

    Memangnya yg ngerti asuransi hanya Mas Priyadi doank? Sedangkan orang-orang yg UP gede dan ikut unit link adalah orang yg gak ngerti asuransi? gitu?

    Asal tau aja Mas, justru orang yg berduit dan punya UP miliaran lebih kritis daripada Anda. Mereka akan cari tau secara detail produk asuransi tsb.

    Yg lebih tepat itu, orang-orang yg punya UP besar tsb tidak terlalu perduli dengan premi yg mereka bayarkan. Karena mereka hanya anggap setoran tabungan rutin di bank.

    Orang yg berduit tidak mau repot seperti Mas Priyadi dan Mas Rahmat. Orang berduit mau-nya dilayani. Maka dari itu unit link lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas.

    Kalau Mas Priyadi belum pernah merasakan enaknya dilayani ya…saya hanya bisa menyarankan untuk coba.
    Kalau mau coba merasakan dilayani, tapi premi hanya 300rb/bulan sih amit-amit deh. :-w

    saya tulis posting ini salah satunya untuk menunjukkan mengapa UL bisa sukses. silakan baca lagi kenapa koran B bisa lebih sukses daripada koran A.

    Maaf…tulisan Anda salah.
    Silahkan kembali ke lapangan dan lakukan survey pasar yg benar. Jangan hanya survey thd 10 orang.

    Karena jumlah nasabah unit link sangat banyak (tahun 2007, sekitar 2 juta pemegang polis). Coba Mas Priyadi lakukan survey cukup thd 5% saja dari total nasabah Unit Link dari berbagai perusahaan dan lokasi yg berbeda.
    – survey thd 100.000 nasabah yg belum pernah punya polis asuransi, tapi milih unit link
    – survey thd 100.000 nasabah yg sudah punya polis tradisional, kemudian berpindah ke unit link

    Setelah dapat FAKTA yg sesuai dengan asumsi Mas Priyadi, baru tulisan tsb valid.

    masalah timbul kalau mereka kasih harga terlalu mahal, apalagi pakai trik2 untuk menyembunyikan harga tersebut.

    Betul…
    Makanya jangan mau ambil produk asuransi tradisional seperti Term Life. Sudah bayar mahal-mahal, tapi nasabah tidak dikasih tau berapa besar biaya-biaya secara transparant.

    Masa diskusi sudah sepanjang ini masih belum “ngeh”…..

  332. #394:

    Sudah pasti, sebenarnya semua produk, bukan hanya UL, menjual nilai yang intabile. Dan jelas nilai intagible ini jadi tangible (alias keuntungan) buat perusahaan.

    ok jadi sepertinya penjelasan saya sudah bisa diterima. sisanya cuma masalah apakah manfaat yang diberikan UL sepadan dengan apa yang diberikan nasabah yang tentunya subjektif, tergantung selera masing2. dan tentunya masih ada masalah bagaimana caranya mengukur nilai yang nasabah berikan kepada perusahaan asuransi.

    Memang betul sebagian besar nasabah memang awam. Tapi ini tidak bisa dijadikan alasan untuk merasa ‘tertipu’. Saya ngga ngerti jeroan mobil, ketika beli mobil saya pelajari dulu ato minimal nanya ke orang yg lebih ngerti. Nanya ke salesnya juga belum tentu juga dia-nya sendiri ngerti, selain kelebihan-kelebihannya, apakah dia bakalan menerangkan hal-hal yang tidak menguntungkan produknya TANPA HARUS DIMINTA?.

    excuse seperti ini mirip analogi tukang ikan yang jualan ikan tangkapan 2 hari yang lalu di pasar. ada ibu2 yang beli ikan. tapi setelah mau dimasak ikannya busuk. dia protes “kok ikannya basi ya?” kemudian dijawab “salah sendiri gak teliti, apa saya harus bilang2 kalau saya jualan ikan basi? gak laku donk jualan saya”. harapan saya, si penjual gak gitu, tapi menjawab “oh gitu ya bu, kalau gitu saya kembalikan uang ibu”

    kalau attitudenya cuma seperti itu ya jangan salahkan kalau banyak yang merasa tertipu atau dikadalin. UL itu bisnis ignorance. UL bisa sukses hanya karena mayoritas nasabah gak ngerti urusan finansial. kalau mau bener, UL harus bertransformasi dari bisnis ignorance ke bisnis jasa betulan yang memberikan real value ketimbang memanfaatkan ketidakmengertian nasabahnya.

  333. #395:

    tapi kalau keuangannya tidak sehat, sudah dapat dipastikan perusahaannya tidak bagus.

    kalau keuangan perusahaan asuransi tidak sehat, maka akan disuruh mencari modal baru atau dipaksa merger oleh pemerintah. no problem.

    hmm.. apakah ini mengindikasikan bahwa anda tidak setuju dengan konsep asuransi? eh, sudah pernah bilang ya? lalu..kenapa beli asuransi?

    kapan saya gak setuju konsep asuransi :-?. saya tetap ngambil asuransi karena saya gak bisa menanggung resiko terjadinya musibah sendirian.

    kalau sudah yakin akan memiliki keuangan yg kuat dan stabil jika sewaktu2 terjadi musibah, asuransi memang bukan jadi suatu hal yg perlu lagi.

    ok, sepertinya penjelasan saya sudah bisa diterima.

  334. #402:

    Emangnya Anda dirampok? atau ditipu? Dalam ilustrasi unit link semua biaya sudah sangat jelas dan tidak ada yg ditutup-tutupi.

    gak terlalu jauh dari ‘dirampok’. lebih tepatnya perampokan di siang bolong :P

    Yg akan dipotong hanya biaya asuransi-nya saja. Dan biaya asuransi ini besarnya jauh dibawah premi yg dibayarkan.

    dan ‘biaya asuransi’ ini besarnya kurang lebih sama dengan premi term life yang setara :P

    Sudah berapa banyak nasabah unitlink yg Anda survey? 100 orang, 1000 orang, atau hanya 10 orang.

    hampir tiap hari pasti ada saja ada 1-2 orang yang konsultasi ke saya. total jendral mungkin sudah 100 lebih. mungkin ada nasabah anda di antara mereka, dan karena itu anda ngotot banget :P

    Asal tau aja Mas, justru orang yg berduit dan punya UP miliaran lebih kritis daripada Anda. Mereka akan cari tau secara detail produk asuransi tsb.

    ini artikel dari kolumnis favorit saya: $$$ tips from 5 millionaires. kutipannya:

    One of them summed it up this way: ‘My net worth is about $10m. I could buy some term life insurance that would pay, say $1m if I die. ‘Then what? My family would have $11m instead of $10m. What’s the point? ‘I consider myself self-insured.’

    Analysis: Self-insurance is one of the cost savings that only the rich can enjoy. For the rest of us, term insurance is useful. It helps a family replace lost earnings should the bread winner die

  335. Buat Firesquid:

    Saya pernah ngobrol dengan agen AXA Mandiri (istilahnya financial advisor). Beberapa nasabah (yang lewat dia sih sudah ada 5) membeli yang namanya Deposito Investasi. Nasabah itu mengambil deposito investasi karena mereka melihat gainnya lebih besar daripada deposito konvensional (jelas aja soalnya dimasukkan ke RDS).

    Mereka gak ada tuh keinginan untuk berasuransi. Cuma ingin berinvestasi saja. Padahal kalo mereka langsung ke RDS, saya yakin profit-nya lebih besar.

    Setidaknya ada yang seperti ini. Bukan asumsi atau khayalan semata. “Ah…cuma 5 orang kok. Ada 2 juta pemegang polis.” Hmmm….Terserah anda. Tunjukkan dong berapa banyak yang UP-nya miliaran. Jangan cuma asumsi.

    Ada juga orang yang membuka Tabungan Rencana. Katanya sih ‘gratis asuransi’. Sebenarnya, premi asuransinya diambil dari bunga tabungan rencana itu sendiri. Karena itulah bunga tabungan rencana yang ‘gratis asuransi’ lebih rendah daripada tabungan rencana yang ada biaya asuransinya. Dan UP tabungan rencana yang ‘gratis asuransi’ lebih rendah daripada UP tabungan rencana yang ada biaya asuransinya.

    Istilah Priyadi: “Uang premi-nya gak jatuh dari langit!”.

  336. Baca baik-baik postingan saya #386 ttg sekilas sejarah munculnya unitlink. Saya lupa tahun pasti munculnya unitlink, pokoknya tahun 1960an.

    Karena reksadana sudah muncul sejak 1920an, berarti konsep BTAID sudah ada sejak 1920an. Beda 40 tahun dengan unitlink. Tapi sejarah sudah membuktikan bahwa unitlink malah menjadi BOOMING, sementara produk Term Life mulai tidak laku.

    So….time has proven…
    Bukankah FAKTA sejarah ini tidak sesuai dengan “asumsi” Anda bahwa BTAID lebih baik. Kira-kira apa lagi argumen dari Anda

    Anda terlalu berlebihan. Priyadi sudah menjawabnya. Saya baru mengenal reksadana dan mudah mengaksesnya 2 tahun belakangan ini. Unit link pertama kali saya tahu 2004 lalu. Dulu saya cuma tahu asuransi term-life dan deposito+emas.

    Sebagai pegawai perusahaan asuransi, coba anda beritahu saya, “Berapa banyak dari 210jt penduduk Indonesia yang sudah melek asuransi? Apalagi yang mengerti reksadana? Bahkan ada beberapa yang mulai mengenal reksadana masih beranggapan bahwa Reksadana Pendapatan Tetap tidak akan turun NAB-nya.”

    Cobalah perusahaan asuransi membagikan quisioner ke nasabahnya dan tanyakan, “Apa yang mereka inginkan/harapkan dengan mengambil unit link?” Jika mereka juga diberi informasi yang memadai tentang BTAID dan kemudahannya (saat ini lho, 1920 masih susah). Apa mereka masih tetep suka dengan UL atau lebih setuju konsep BTAID?

  337. Firesquid juga terlalu berlebihan dengan mengatakan:

    Asal tau aja Mas, justru orang yg berduit dan punya UP miliaran lebih kritis daripada Anda. Mereka akan cari tau secara detail produk asuransi tsb.

    Yg lebih tepat itu, orang-orang yg punya UP besar tsb tidak terlalu perduli dengan premi yg mereka bayarkan. Karena mereka hanya anggap setoran tabungan rutin di bank.

    Orang yg berduit tidak mau repot seperti Mas Priyadi dan Mas Rahmat. Orang berduit mau-nya dilayani. Maka dari itu unit link lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas.

    Kalau memang lebih banyak kalangan menengah ke atas dengan UP miliaran yang jadi nasabah, maka premi tahunannya pastilah ratusan juta? Apa saya salah. Silahkan dikoreksi kalo salah.

    Jika premi tahunan ratusan juta, dana yang dihimpun oleh unit link dengan nasabah 2jt orang tentunya ratusan triliun.

    Premi yang dihimpun Prudential Indonesia ~ 2T. Sementara customernya ada 350rb. Silahkan dikoreksi kalo salah. Saya ambil dari website-nya Prudential Indonesia.

    Rata-rata premi nasabah 5.7jt. Yah kurang lebih sama dengan anda yang 7.5jt/tahun. Dengan kata lain, preminya di bawah 1jt/bulan.

    Silahkan dikoreksi kalo salah. Cobalah jujur dengan diri sendiri. Apakah Priyadi yang suka ber-ASUMSI dan memberikan PERHITUNGAN YANG MENYESATKAN? Atau anda yang selalu berlebihan dalam menyajikan ‘FAKTA’ hanya untuk kepentingan pribadi semata?

  338. Kalo saya sih melihat adu argumen antara Priyadi dan Handi lebih menarik daripada komentar Firesquid dkk.

    Saya menyimpulkan postingan Priyadi ini sebagai ‘penyadaran’ kepada calon nasabah atau nasabah unit link bahwa ada ‘pengelabuhan’ atau ilusi finansial yang mungkin tidak mereka sadari. Dengan tulisan ini, diharapkan nasabah/calon nasabah akan lebih mantap jika mengambil unit link (karena sudah tahu semua konsekuensinya dan bukan sekedar ilusi saja).

    Handi di sisi lain melihat ini sebagai strategi marketing yang bagus. Kreatif dan inovatif. Mirip dengan penggunaan SPG yang mampu menarik calon nasabah/nasabah.

    Priyadi dan Handi fokus dengan isi postingan dan melakukan adu argumen yang sehat (menurut saya). Kita bisa memilih mana yang lebih cocok. Saya melihat kalo Handi tidak menyoroti UL vs BTAID mana lebih bagus buat nasabah. Fokus-nya ya ke ‘Strategi’ vs ‘Ilusi’.

    Kalo Firesquid, saya melihat (silahkan dikoreksi kalo salah), lebih membela UL mati2an at all cost. Semua amunisi dimuntahkan dan seringnya berlebihan. Ini membuat saya pribadi malah makin tidak tertarik saja dengan unit link (terutama PRUlink).

    Masa ada statemen seperti ini:

    Kalau mau coba merasakan dilayani, tapi premi hanya 300rb/bulan sih amit-amit deh.

    Jadi buat nasabah yang cuma setor di bawah 1jt/bulan, jangan terlalu berharap mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Pelayanan yang bagus hanya untuk yang preminya ratusan juta (UP-nya miliaran).

    Di reksadana, 100rb pun tetap dilayani dengan baik. Untuk termlife pun, 1.8jt/tahun (‘cuma’ 150rb/bln) tetap dilayani dengan baik.

  339. Orang yg berduit tidak mau repot seperti Mas Priyadi dan Mas Rahmat. Orang berduit mau-nya dilayani. Maka dari itu unit link lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas.

    Ini cuma ASUMSI anda saja. Saya, anda, dan Priyadi kayaknya belum masuk kategori orang berduit tersebut. Tapi saya kenal dengan seorang komisaris perusahaan konstruksi skala nasional. Dia tidak ambil unit link :p

    Karena duitnya banyak, dia meng-hire seorang personal financial advisor untuk mengurusi aset-nya. Karena finansial advisor ini dia bayar pake uang dia, si finansial advisor akan melakukan yang terbaik untuk bapak ini. Dia pilihkan asuransi terbaik (jiwa, kesehatan, dll). Juga instrumen investasi yang sesuai.

    Lain dengan agen a.k.a. ‘financial advisor’ dari perusahaan asuransi. Dia menerima komisi sesuai dengan banyaknya nasabah yang membeli polis. Tentunya dia akan mengarahkan nasabah supaya mengambil polis yang dia jual. Ada conflict of interest di sini.

  340. Bapak/Ibu sekalian,
    Saya mau bertanya, jika saya mau redempt semua nilai investasi saya di Unit Link dan tidak meneruskan premi UL saya selamanya, apakah akan otomatis mematikan account saya?
    Boleh tahu dong prosedur berhenti ikutan UL? Susah gak sih prosedurnya? Perlu lewat agen saya?
    Thanks.

  341. #413: kalau anda redeem semua dan gak bayar2, nantinya akan ‘lapse’ (batal otomatis karena preminya gak dibayar). tapi saya sarankan lebih baik dibatalkan secara resmi kalau niatnya memang ingin dibatalkan. prosedurnya gak susah. tinggal hubungi agen anda.

  342. #402 Firesquid wrote

    Betul…
    Makanya jangan mau ambil produk asuransi tradisional seperti Term Life. Sudah bayar mahal-mahal, tapi nasabah tidak dikasih tau berapa besar biaya-biaya secara transparant.

    Heran deh kok masih nganggap termlife tidak transparant biayanya. Total premi yang kita bayar ya itulah yang kita anggap biayanya. Simple. Dan sejak awal kita tau berapa biaya yang akan kita bayar untuk tahun-2 kedepannya.

    Justru unitlink nggak bisa begini. Kita cuma pasrah berapa nantinya investasi kita dipotong untuk biaya asuransi, tau-2 muncul aja dilaporannya.

  343. #415.
    Wah salah nih kok malah komen saya yang diindent. Tadinya mau quote komentar #402 disitu. Gimana sih caranya ?

  344. kalau attitudenya cuma seperti itu ya jangan salahkan kalau banyak yang merasa tertipu atau dikadalin. UL itu bisnis ignorance. UL bisa sukses hanya karena mayoritas nasabah gak ngerti urusan finansial. kalau mau bener, UL harus bertransformasi dari bisnis ignorance ke bisnis jasa betulan yang memberikan real value ketimbang memanfaatkan ketidakmengertian nasabahnya.

    Teliti sebelum membeli wajib bagi konsumen, entah beli ikan, mobil, UL, atau yang lainnya. Semuanya harus dari konsumen sendiri, jangan berharap dari penjual. Karena keduanya memiliki kepentingan yang beda, perusahaan/agen mendapatkan untung sebanyak-banyaknya, konsumen mendapatkan manfaat yang sebanyak-banyaknya dengan harga semurah-murahnya. Dengan demikian konsumen harus lebih selektif dan membeli produk yang memang manfaatnya sesuai dengan yang dibutuhkan atau diinginkannya. Bila tidak mengerti ya produknya cari tahu dulu, tanyakan pada yang lebih ngerti, jaman sekarang mencari informasi kan tidak sulit. Jangan jadikan ketidaktahuan menjadi alasan untuk membiarkan diri ‘tertipu’.

    Kembali lagi ke soal nilai, Real Value yang dimaksud apa? Karena real value sifatnya intangible, bagi anda value adalah manfaat nilai tunai yang sebesar-besarnya plus opportunity cost sekecil-kecilnya, bagi orang lain berbeda lagi. UL mungkin ignorance untuk orang seperti anda, tapi bagi orang lain UL mungkin pahlawan. Dengan kata lain tidak bisa dipukul rata semua nasabah UL telah ‘tertipu’, kalau semua nasabah yang ambil UL hanya dengan tujuan seperti anda ‘tertipu’, i may agree. :)

  345. #415:

    Justru unitlink nggak bisa begini. Kita cuma pasrah berapa nantinya investasi kita dipotong untuk biaya asuransi, tau-2 muncul aja dilaporannya.

    Mas Frans, sama-saja kok. Pasrah, karena anda, dan mungkin sebagian besar nasabah, memang kurang memahami ilustrasi yang diberikan. Di Ilustrasi, Pada bagian manfaat nilai tunai, kan diperlihatkan besaran nilai tunai dari tahun ke tahun dengan asumsi persentase pendapatan tertentu. Nilai manfaat tersebut telah dikurangi dengan biaya. Memang harus ngitung dulu besaran nilai tunai sendiri dengan persentase yang sama, lalu dikurangi dengan nilai tunai dari ilustrasi. Ketemu deh biayanya. Kalo mau lebih terperinci bisa menggunakan metode pada komentar saya di #153 :) So ga ada biaya yang ditutupi, hanya tidak dihighlight saja.

  346. #417:

    Teliti sebelum membeli wajib bagi konsumen, entah beli ikan, mobil, UL, atau yang lainnya. Semuanya harus dari konsumen sendiri, jangan berharap dari penjual.

    of course, kalau mengkadali pelanggan seperti ilustrasi tukang ikan tadi anda pikir ‘sama sekali tidak ada masalah berjualan seperti itu’, ya berarti memang gak bakalan ketemu :). standar nilai kita sangat jauh berbeda :).

    Dengan kata lain tidak bisa dipukul rata semua nasabah UL telah ‘tertipu’,

    betul. besaran kuantitatif yang saya pakai kan ‘mayoritas’, bukan ‘semua’ :). silakan cari sendiri berapa banyak nasabah UL yang tahu dan mengerti opportunity cost sebelum dengan sadar dia ikut UL.

  347. #402

    Yg akan dipotong hanya biaya asuransi-nya saja. Dan biaya asuransi ini besarnya jauh dibawah premi yg dibayarkan.

    #407

    dan ‘biaya asuransi’ ini besarnya kurang lebih sama dengan premi term life yang setara :P

    Wah jadi bisa kebayang betapa mahalnya UL… :-?

    #408

    Saya pernah ngobrol dengan agen AXA Mandiri (istilahnya financial advisor). Beberapa nasabah (yang lewat dia sih sudah ada 5) membeli yang namanya Deposito Investasi. Nasabah itu mengambil deposito investasi karena mereka melihat gainnya lebih besar daripada deposito konvensional (jelas aja soalnya dimasukkan ke RDS)….

    …Ada juga orang yang membuka Tabungan Rencana. Katanya sih ‘gratis asuransi’. Sebenarnya, premi asuransinya diambil dari bunga tabungan rencana itu sendiri…

    Banyak banget yah strategi marketing/ilusi finansial. Kayaknya bro Rahmat kudu bikin blog juga neh biar banyak orang Indonesia yang jadi melek tentang produk finansial.

    #418

    …Pada bagian manfaat nilai tunai, kan diperlihatkan besaran nilai tunai dari tahun ke tahun dengan asumsi persentase pendapatan tertentu. Nilai manfaat tersebut telah dikurangi dengan biaya. Memang harus ngitung dulu besaran nilai tunai sendiri dengan persentase yang sama, lalu dikurangi dengan nilai tunai dari ilustrasi. Ketemu deh biayanya.

    Kata simple-nya sih, nasabah tetep membayar, gak ada tuh yang namanya gratis setelah tahun ke-X. ;)

    Gilee… komennya udah 418! Bisa masuk MURI nih, apalagi kalo tembus 500. :d

  348. of course, kalau mengkadali pelanggan seperti ilustrasi tukang ikan tadi anda pikir ’sama sekali tidak ada masalah berjualan seperti itu’, ya berarti memang gak bakalan ketemu :). standar nilai kita sangat jauh berbeda :).

    Kalo soal ini pernah dibahas sebelumnya dan saya tidak berniat manjang-manjangi lagi :) Menurut saya analogi tukang ikan sama sekali tidak relevan dengan UL. Jual ikan busuk tidak ada nilai tambah malah mengurangi untuk siapapun juga, tapi jualan UL ada nilai tambah yang bagi orang worth tapi tidak untuk anda. :) Analogi mobil berbeda dengan ikan, karena mobil menurut saya masih ada berkaitan. Dalam membeli mobil saya perlu tahu bukan saja apakah mobil yang saya beli dalam kondisi yang baik, tapi apakah fitur yang ada pada mobil sesuai dengan yang saya inginkan. Karena masing-masing mobil mempunyai fitur yang mempunyai nilai tambah yang berbeda-beda.

    betul. besaran kuantitatif yang saya pakai kan ‘mayoritas’, bukan ’semua’ :). silakan cari sendiri berapa banyak nasabah UL yang tahu dan mengerti opportunity cost sebelum dengan sadar dia ikut UL.

    Bagi saya ‘mayoritas’ juga sebenarnya masih perlu diperdebatkan, tapi karena saya sendiri juga ga punya bukti otentik, jadi kalo ada orang yang mau survey, saya juga mau tahu hasilnya. ;)

  349. #421:

    Menurut saya analogi tukang ikan sama sekali tidak relevan dengan UL. Jual ikan busuk tidak ada nilai tambah malah mengurangi untuk siapapun juga, tapi jualan UL ada nilai tambah yang bagi orang worth tapi tidak untuk anda.

    ok mungkin berbeda. tapi tetap saja standar moral kita bagaikan langit dan bumi :). buat anda UL cuma ‘teknik pemasaran’, buat saya UL adalah skema penipuan konsumen.

    mungkin bisa coba pakai analogi lain: calo tiket kereta api. ada calon penumpang baru pertama kali datang ke gambir untuk ke bandung. dia didatangi ‘seseorang’ yang menawarkan “saya jual tiket resmi jakarta bandung Rp 100 ribu, harga resminya memang segitu”. setelah dia beli, ternyata di perjalanan, dari penumpang lain dia tahu harga sebenarnya cuma Rp 50 ribu.

    sama seperti UL, calo bisa saja mengklaim memberikan ‘nilai tambah’. dan sama seperti UL, calo tersebut tidak memberi tahu harga sebenarnya yang harus dibayarkan oleh calon penumpang. buat saya, UL itu calo asuransi & investasi :).

    Bagi saya ‘mayoritas’ juga sebenarnya masih perlu diperdebatkan, tapi karena saya sendiri juga ga punya bukti otentik, jadi kalo ada orang yang mau survey, saya juga mau tahu hasilnya.

    anda tinggal cari saja nasabah UL yang tahu dan mengerti opportunity cost sebelum dengan sadar dia ikut UL. berapa banyak sih yang bisa anda temukan? saya sendiri belum pernah menemukannya. semuanya baru menyadari SETELAH ikutan UL, terlepas dari apakah dia tetap teruskan atau batalkan. kalau yang nasabah UL yang merasa dikadalin sih saya bisa kasih contohnya banyak. dan hampir tiap hari saya terima email dari 1-2 orang dari golongan ini :).

  350. #407

    dan ‘biaya asuransi’ ini besarnya kurang lebih sama dengan premi term life yang setara

    Apakah ada fakta pendukung dari pernyataan ini?
    Kita coba bandingkan premi Term Life dengan biaya asuransi pada Unit Link, pada perusahaan yg sama.

    Kita coba lihat perbandingan apple-to-apple dari kebun yg sama.

    hampir tiap hari pasti ada saja ada 1-2 orang yang konsultasi ke saya. total jendral mungkin sudah 100 lebih. mungkin ada nasabah anda di antara mereka, dan karena itu anda ngotot banget

    Maaf perusahaan kami tidak menjual produk unit link.
    Tapi kalau Anda ingin produk asuransi rumah dan mobil, saya bisa memberikan Anda saran.

    One of them summed it up this way: ‘My net worth is about $10m. I could buy some term life insurance that would pay, say $1m if I die.

    Memangnya asuransi jiwa hanya untuk cover resiko kematian?? Punya aset $10 juta, tapi ambil UP kok hanya $1 juta. Apa jadinya kalau terjadi kondisi sakit kritis dan menghabiskan dana $10 juta….

    Orang kaya yg goblok…

  351. Firesquid wrote:

    Memangnya asuransi jiwa hanya untuk cover resiko kematian?? Punya aset $10 juta, tapi ambil UP kok hanya $1 juta. Apa jadinya kalau terjadi kondisi sakit kritis dan menghabiskan dana $10 juta….

    Orang kaya yg goblok…

    Anda terlalu mengada-ada. Kalau sakit kritis menghabiskan $10 juta, apa artinya UP kita yang ‘cuma’ Rp 500jt??? Mana FAKTA-nya? ASUMSI sih masih mending daripada MENGADA-ADA.

    Dia pandai tentu saja. Makanya dia bisa memiliki $10 juta. Kalo anda, $1 juta juga saya tidak yakin. Mungkin tunggu usia 55 tahun dulu? :p Maaf jadi personal ya.

    Dengan kekayaan sebanyak itu, dia bisa membayar dokter pribadi untuk menjaga kesehatannya. Pun dia bisa ambil asuransi kesehatan. Saya pernah kok ditawarin asuransi kesehatan dari Sinar Mas. Ada beberapa kelas asuransi. Kalo preminya mahal kan ada AsKes. Memangnya AsKes itu apa? Kan anda pernah bilang kalo asuransi kesehatan itu harus mengikuti asuransi jiwa?

  352. Apakah ada fakta pendukung dari pernyataan ini?
    Kita coba bandingkan premi Term Life dengan biaya asuransi pada Unit Link, pada perusahaan yg sama.

    Kita coba lihat perbandingan apple-to-apple dari kebun yg sama.

    Saya udah ngobrol sama orang AXA kok. Kebetulan ada UL sama Termlife. Dia juga bilang kalo gak semua orang ngerti dan mau ngitung2 BTAID seperti saya. Karena itulah UL punya ‘fans’ tersendiri. Dan dengan alasan sama pula Priyadi mencoba memberikan pemahaman yang baik dari sudut pandang nasabah mengenai UL vs BTAID.

  353. #408

    Mereka gak ada tuh keinginan untuk berasuransi. Cuma ingin berinvestasi saja. Padahal kalo mereka langsung ke RDS, saya yakin profit-nya lebih besar.

    Tentu saja jarang yg berkeinginan punya asuransi…
    Memang kebanyakan orang ga butuh asuransi jiwa. Saya, Anda, Mas Priyadi, atau rekan-rekan lain yg ada di diskusi ini sebenarnya tidak butuh asuransi jiwa.

    Yg butuh asuransi jiwa adalah orang-orang yg sedang terbaring sekarat di rumah sakit karena serangan jantung, stroke, kanker, gagal ginjal, dll.

    “Titanic” yg katanya tidak bisa ditenggelamkan aja menyiapkan sekoci. Padahal kapal itu sudah di desain untuk tidak bisa tenggelam. Nyatanya…

    Anda terlalu berlebihan. Priyadi sudah menjawabnya. Saya baru mengenal reksadana dan mudah mengaksesnya 2 tahun belakangan ini. Unit link pertama kali saya tahu 2004 lalu. Dulu saya cuma tahu asuransi term-life dan deposito+emas.

    Ini kan profil Anda….
    Kalau saya sudah kenal reksadana sejak thn 2000. Sedangkan unit link baru tau sejak thn 2002-2003. Waktu pertama kali unitlink booming.

    Sebagai pegawai perusahaan asuransi, coba anda beritahu saya, “Berapa banyak dari 210jt penduduk Indonesia yang sudah melek asuransi?

    Menurut data tahun 2005 dari Dewan Asuransi Indonesia, orang Indonesia yg melek asuransi hanya sekitar 10-12%. Itu data menurut jumlah pemegang polis dibandingkan total populasi 220 juta jiwa.

    Beda jauh dengan Malaysia yg sekitar 50%, apalagi Jepang yg sekitar 95%.

    #410

    Kalau memang lebih banyak kalangan menengah ke atas dengan UP miliaran yang jadi nasabah, maka premi tahunannya pastilah ratusan juta? Apa saya salah. Silahkan dikoreksi kalo salah.

    Jika premi tahunan ratusan juta, dana yang dihimpun oleh unit link dengan nasabah 2jt orang tentunya ratusan triliun.

    Apakah semua dari 2 juta nasabah tersebut punya UP yg miliaran?
    Cobalah lebih realistis dalam mengambil kesimpulan.

    Premi yang dihimpun Prudential Indonesia ~ 2T. Sementara customernya ada 350rb. Silahkan dikoreksi kalo salah. Saya ambil dari website-nya Prudential Indonesia.

    Saya rasa ada yg salah dengan data tsb.
    Bumiputera sebagai penguasa pangsa pasar asuransi jiwa bisa menghimpun premi lebih dari 10 Triliun, masa Prudential hanya 2 Triliun.

    Mungkin yg 2 Triliun itu pendapatan premi untuk new business pada tahun tertentu.

    Saya menyimpulkan postingan Priyadi ini sebagai ‘penyadaran’ kepada calon nasabah atau nasabah unit link bahwa ada ‘pengelabuhan’ atau ilusi finansial yang mungkin tidak mereka sadari.

    Yg merasa “dikelabui” adalah orang-orang yg malas untuk mencari tau. Padahal semua biaya sudah dirincikan pada proposal.

    Tapi saya kenal dengan seorang komisaris perusahaan konstruksi skala nasional. Dia tidak ambil unit link

    Karena duitnya banyak, dia meng-hire seorang personal financial advisor untuk mengurusi aset-nya.

    Berarti orang kaya tsb juga “dilayani”, memang bukan oleh agen asuransi. Melainkan dia menyewa seorang financial advisor independent untuk “melayani” dia. Walaupun lebih mahal, tapi dia puas…

    Kalau Anda tidak mampu menyewa seorang financial advisor, tapi ingin “dilayani” seperti punya seorang financial advisor, maka beli produk unit link merupakan pilihan utama.

    Dalam memilih unit link, memang harus lebih cermat memilih perusahaan dan agennya. Jangan asal masuk karena agen tsb merupakan teman/saudara. Saya rasa Anda sekalian bisa membedakan mana agen yg profesional dan mana yg bukan.

  354. Audi wrote:

    Banyak banget yah strategi marketing/ilusi finansial. Kayaknya bro Rahmat kudu bikin blog juga neh biar banyak orang Indonesia yang jadi melek tentang produk finansial.

    “Namanya juga usaha.” Begitulah kira-kira menurut mereka :) Tips-nya sederhana: If it is too good to be true then it is not true. Jika ada tawaran menarik, saya selalu tanya, “Apa term & conditionnya?

    Tulisan Priyadi udah lebih dari cukup. Blog saya isinya foto-foto si kecil :)

    Paling saya posting tulisan di milis alumni SMA atau temen-temen kuliah.

  355. #425

    Saya udah ngobrol sama orang AXA kok. Kebetulan ada UL sama Termlife. Dia juga bilang kalo gak semua orang ngerti dan mau ngitung2 BTAID seperti saya.

    Jadi, kesimpulannya?
    Apa sudah dapatkan data perbandingan biaya asuransi tahunan pada unit link dengan premi asuransi Term Life?

    Kalau agen tsb teman Anda, atau dia memang berniat membantu. Tentu dia tidak akan keberatan untuk merincikan biaya asuransi.

  356. to Frans
    #415

    Heran deh kok masih nganggap termlife tidak transparant biayanya. Total premi yang kita bayar ya itulah yang kita anggap biayanya. Simple. Dan sejak awal kita tau berapa biaya yang akan kita bayar untuk tahun-2 kedepannya.

    Kalau Anda bisa meng-“anggap” premi Term Life sebagai biaya, kenapa tidak bisa meng-“anggap” premi Unit Link sebagai biaya?

    Kelebihan Unit Link daripada Term Life adalah menawarkan proteksi seumur hidup dan ada pengembalian nilai tunai yg besarnya tergantung hasil investasi.

    Untuk mendapatkan manfaat proteksi seumur hidup, nasabah tidak perlu setor premi seumur hidup seperti Term Life.

  357. to Priyadi
    #419

    of course, kalau mengkadali pelanggan seperti ilustrasi tukang ikan tadi anda pikir ’sama sekali tidak ada masalah berjualan seperti itu’, ya berarti memang gak bakalan ketemu :). standar nilai kita sangat jauh berbeda

    Boleh tau unit link mana yg menjual produknya seperti pedagang ikan busuk tsb? Misalnya unit link tsb menjanjikan UP meninggal 100 juta, tapi setelah di-klaim hanya dibayar 50 juta.

    Atau mungkin analogi pedagang ikan Anda keliru :p.

    422

    sama seperti UL, calo bisa saja mengklaim memberikan ‘nilai tambah’. dan sama seperti UL, calo tersebut tidak memberi tahu harga sebenarnya yang harus dibayarkan oleh calon penumpang. buat saya, UL itu calo asuransi & investasi

    Mungkin seorang calo tiket kereta api tidak akan memberitahukan harga sebenarnya dari tiket itu.
    Tapi pada Unit Link, semua biaya diberitahukan secara transparant.

    Mungkin Mas Priyadi bisa memberikan bukti produk unit link yg tidak mencantumkan biaya-biaya yg terkandung didalamnya.

    Atau mungkin perumpamaan calo tiket Mas Priyadi salah :D

    Waduh…kok postingan saya jadi mencari-cari kelemahan orang. Jadi ketularan gaya Mas Priyadi.

    kalau yang nasabah UL yang merasa dikadalin sih saya bisa kasih contohnya banyak. dan hampir tiap hari saya terima email dari 1-2 orang dari golongan ini

    Kalau begitu SELAMAT !!
    Anda berhasil mempengaruhi orang-orang tsb untuk melihat menurut sudut pandang Anda. Selanjutnya Anda bisa buka kantor konsultasi Financial dan bertanggung jawab dengan saran yg Anda berikan kepada orang-orang tsb.

    Karena banyak orang yg tidak mengerti asuransi, tentu saran Anda yg keliru juga tidak akan ketahuan :D.

  358. Firesquid wrote:

    Maka dari itu unit link lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas.

    Masih inget kan dengan komen anda sendiri. :)

    Firesquid wrote:

    Apakah semua dari 2 juta nasabah tersebut punya UP yg miliaran?
    Cobalah lebih realistis dalam mengambil kesimpulan.

    Kalo memang UL lebih banyak menjangkau kalangan menengah ke atas, seharusnya lebih banyak yang UP-nya miliaran. Apa anda mau mungkir dari komen anda sendiri? Atau mau meralat? :-?

    Saya masih kategori menengah ke bawah. Tapi kalo 50jt/tahun sih masih bisa. Yang menengah ke atas sewajarnya sih bisa ratusan juta bahkan miliaran per tahun. :d

    Kalau Anda tidak mampu menyewa seorang financial advisor, tapi ingin “dilayani” seperti punya seorang financial advisor, maka beli produk unit link merupakan pilihan utama.

    Saya belum perlu financial advisor dan tidak perlu ‘dilayani’. 3 tahun saya ikut unit link tidak ada tuh ‘nilai tambah’ atau ‘layanan’ yang saya dapatkan. Karena premi saya kecil? :-? Saya beli termlife dan reksadana sedikit tetap dilayani dengan baik kok. Ada sesuatu saya ditelpon. Kalo saya bertanya selalu ada waktu untuk menjelaskan. :)

  359. #423:

    Apakah ada fakta pendukung dari pernyataan ini? Kita coba bandingkan premi Term Life dengan biaya asuransi pada Unit Link, pada perusahaan yg sama.

    ini data biaya asuransi dari beberapa UL dibandingkan dengan YRT di manulife untuk cewek non smoking. setiap angka adalah premi/biaya asuransi per Rp 1000 UP dengan selisih 5 tahun dimulai dari usia 20 tahun sampai 70 tahun.

    * YRT Manulife: 1.60 1.60 1.70 2.10 3.30 4.80 6.70 9.60 12.80 19.70 29.00
    * UL AXA Life: 2.18 2.27 1.73 1.97 3.22 5.07 8.42 14.68 23.5 36.32 54.83
    * UL Commonwealth life: 1.54 1.54 1.54 1.59 2.09 3.22 5.71 8.67 11.09 16.45 27.05
    * UL AIA: 2,38 2,38 2,38 2,71 3,94 5,91 8,75 13,70 21,00 33,28 51,71
    * UL Prudential: 2.16 2.16 2.18 2.28 2.82 3.95 5.66 8.04 12.48 18.21 28.76

    caveat: data lama sekitar 2 tahun yang lalu. YRT manulife sudah bersih termasuk biaya administrasi, yang lainnya belum termasuk.

    Orang kaya yg goblok…

    sebaliknya :). dia pintar :). kalau begitu kondisinya, ikut asuransi cuma buang2 duit. ingat2: asuransi itu negative-sum game. kalau mampu dihindari ya lebih baik dihindari :).

  360. to Rahmat
    #424

    Anda terlalu mengada-ada. Kalau sakit kritis menghabiskan $10 juta, apa artinya UP kita yang ‘cuma’ Rp 500jt??? Mana FAKTA-nya? ASUMSI sih masih mending daripada MENGADA-ADA.

    Kalau Anda tidak punya total kekayaan sekitar $10 juta, bagaimana Anda bisa memiliki asuransi jiwa dengan pertanggungan $10 juta?

    Bisa…kalau Anda ikut Unit Link untuk jangka panjang. Karena unitlink punya UP yg bisa bertambah menurut hasil investasi.

    Uang $10 juta itu kurang lebih Rp 92 Miliar. Untuk 30 tahun mendatang, Rp 92 Miliar ini nilainya kurang lebih sama seperti Rp 5,5 Miliar sekarang.

    Dengan kekayaan sebanyak itu, dia bisa membayar dokter pribadi untuk menjaga kesehatannya.

    Dokter aja bisa kena sakit kritis seperti kanker atau serangan jantung. Jadi apa jaminan kalau orang kaya tsb pasti terhindari dari sakit?

    Memangnya AsKes itu apa? Kan anda pernah bilang kalo asuransi kesehatan itu harus mengikuti asuransi jiwa?

    AsKes merupakan asuransi kesehatan, yang dikelola oleh BUMN. Peserta Askes juga mempunyai pertanggungan kematian yg kerjasama PT Askes dengan PT AJB Bumiputera.

    Anda boleh bantu Mas Priyadi untuk cari asuransi kesehatan yg tidak memiliki pertanggungan kematian. Anda tidak akan menemukannya dimanapun, kecuali suatu saat aturan main dunia asuransi jiwa sudah berubah.

  361. to Rahmat
    #431

    Kalo memang UL lebih banyak menjangkau kalangan menengah ke atas, seharusnya lebih banyak yang UP-nya miliaran. Apa anda mau mungkir dari komen anda sendiri? Atau mau meralat?

    Kalau saya mengatakan UL lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas, apakah berarti nasabah unit link kebanyakan “kalangan atas”?

    Anda yg salah tangkap, atau Anda hanya sekedar ingin menang berdebat?
    Cape deh…:-w

  362. #429:

    Kalau Anda bisa meng-”anggap” premi Term Life sebagai biaya, kenapa tidak bisa meng-”anggap” premi Unit Link sebagai biaya?

    karena dari dana yang saya setorkan sebagai premi unit link, sebagian masih menjadi hak saya, bukan hak perusahaan asuransi. kalau term life, seluruh premi yang saya setorkan, seluruhnya menjadi hak perusahaan asuransi.

    #430:

    Boleh tau unit link mana yg menjual produknya seperti pedagang ikan busuk tsb? Misalnya unit link tsb menjanjikan UP meninggal 100 juta, tapi setelah di-klaim hanya dibayar 50 juta.

    sama sekali gak ada yang salah jualan ikan busuk. yang salah itu jualan ikan busuk, tapi gak kasih tahu kalau itu ikan busuk dengan harapan dia bisa jual ikan busuk dengan harga ikan segar. same thing with UL. anda jualan sesuatu yang sebenarnya bisa dibeli dengan harga misalnya cuma 1/2nya. ada usaha pengelabuan di sini.

    Mungkin seorang calo tiket kereta api tidak akan memberitahukan harga sebenarnya dari tiket itu. Tapi pada Unit Link, semua biaya diberitahukan secara transparant.

    hehehehe. sorry, not transparent enough :). anda boleh saja berkoar2 kalau UL transparan blah blah blah. tapi doesn’t matter kalau ujung2nya tetap konsumen merasa dikadalin :).

    Kalau begitu SELAMAT !! Anda berhasil mempengaruhi orang-orang tsb untuk melihat menurut sudut pandang Anda. Selanjutnya Anda bisa buka kantor konsultasi Financial dan bertanggung jawab dengan saran yg Anda berikan kepada orang-orang tsb.

    terima kasih. buka kantor konsultasi finansial bukan ide yang jelek :).

  363. Firesquid wrote:

    Saya rasa ada yg salah dengan data tsb.
    Bumiputera sebagai penguasa pangsa pasar asuransi jiwa bisa menghimpun premi lebih dari 10 Triliun, masa Prudential hanya 2 Triliun.

    Mungkin yg 2 Triliun itu pendapatan premi untuk new business pada tahun tertentu.

    Jadi datanya salah? Atau anda mau mengelak dari statemen anda sendiri:

    Maka dari itu unit link lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas.

    Silahkan beri data yang lebih akurat. Berapa premi per tahun yang diterima Prudential dari 350.000 nasabahnya? Gross premi itu jika dibagi 350.000 didapat besar premi rata-rata yang disetorkan nasabahnya bukan?

  364. to Priyadi
    #432

    ini data biaya asuransi dari beberapa UL dibandingkan dengan YRT di manulife untuk cewek non smoking. setiap angka adalah premi/biaya asuransi per Rp 1000 UP dengan selisih 5 tahun dimulai dari usia 20 tahun sampai 70 tahun.

    * YRT Manulife: 1.60 1.60 1.70 2.10 3.30 4.80 6.70 9.60 12.80 19.70 29.00
    * UL AXA Life: 2.18 2.27 1.73 1.97 3.22 5.07 8.42 14.68 23.5 36.32 54.83
    * UL Commonwealth life: 1.54 1.54 1.54 1.59 2.09 3.22 5.71 8.67 11.09 16.45 27.05
    * UL AIA: 2,38 2,38 2,38 2,71 3,94 5,91 8,75 13,70 21,00 33,28 51,71
    * UL Prudential: 2.16 2.16 2.18 2.28 2.82 3.95 5.66 8.04 12.48 18.21 28.76

    Data yg menarik. Sayang sekali data tsb tidak lengkap.
    1. Tidak disebutkan besarnya UP
    2. Tidak ada perbandingan data dari perusahaan yg sama, misalnya Term Life Manulife dan Unit Link Manulife

    Berarti data diatas belum valid.
    Jika Mas Priyadi punya data yg benar, seharusnya data perbandingan premi Term Life dengan biaya asuransi Unit Link, untuk kondisi :
    – Hanya UP kematian s.d usia 99, misalnya 500 juta
    – Dari perusahaan yg sama

    Btw, komentar untuk blog bisa dibuat jadi page 1,2,3,4,… ??
    Kalau udah panjang begini, cape loading nya.

  365. #437:

    Data yg menarik. Sayang sekali data tsb tidak lengkap. 1. Tidak disebutkan besarnya UP

    walah. sebagai orang asuransi masa anda gak tahu cara ngitung UP dari data di atas? misalnya faktornya 1.60, kalau diinginkan UP 500 juta, maka preminya adalah 1.60/1000*500 juta = 800 ribu.

    2. Tidak ada perbandingan data dari perusahaan yg sama, misalnya Term Life Manulife dan Unit Link Manulife

    Berarti data diatas belum valid.

    gimana kalau anda saja yang cari datanya? anda yang mengklaim, anda yang kasih buktinya :). selain itu, masa dari dulu cuma saya yang cari data dan saya yang analisis juga. cuma ngomong “belum valid!” sih gampang :P

  366. Firesquid, kalo kita gak mau debat gak jelas, mari kembali fokus ke topik UL vs BTAID. Handi aja sudah fokus dengan bahasan kok. Cuma anda saja yang bias kemana-mana. Akhirnya komentarnya juga bias.

    1. Dari sudut pandang nasabah/calon nasabah, postingan Priyadi sangat membantu. Saya terbantu. Beberapa rekan yang lain (Frans, Audi, Bravo, dll) merasa terbantu. Belum lagi yang email langsung ke Priyadi tapi tidak komen di sini. Anda nasabah juga bukan? Menurut anda bagaimana? Anda setuju kan bahwa BTAID lebih tinggi hasilnya daripada UL?

    2. Jika anda tidak setuju dengan poin 1 di atas, buatlah ilustrasi yang menunjukkan bahwa UL lebih baik daripada BTAID. Tunjukkan pada kami. Saat ini baru ada ilustrasi BTAID vs UL versi Tabloid Kontan dan Priyadi. Dari anda belum ada tuh (dulu pernah ada tapi cuma case by case tidak meng-cover semua skenario).

    3. “Layanan Agen” yang anda unggulkan itu tidak saya liat kenyataannya di lapangan. Setidaknya saya tidak merasakannya. Anda juga bilang kalo 70% agen tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Kita harus menilai mana agen yang bagus dan mana yang tidak? Menilai perusahaan saja susah apalagi agen. Apa tidak repot ya? Di Termlife, kita cukup cari perusahaan yang kredibel dan harga premi untuk UP yang sama biasanya sama (beda-beda tipis lah). Untuk investasi, kita bisa melihat kinerja MI mana yang bagus dan kita invest dana kita di sana. Simple bukan?

    4. Nah… menurut Priyadi, ‘strategi marketing’ UL itu adalah ‘pengelabuhan’ / ilusi. Kalau anda tidak setuju, berikan argumen yang proporsional. Tidak perlu dengan mengatakan, “UL laku keras karena bagus…bla…bla…bla…” Fokus saja ke ilusi atau strategi.

    Kalau ada yang bertanya, “Mana lebih baik: Sony Vaio atau Compaq Pressario?” Kan cukup dibandingkan parameter2 keduanya. Bukan malah,”Compaq lebih bagus. Tahun lalu terjual 1jt unit. Sony Vaio cuma laku 10rb unit. Semua dosen di PTN anu pake Compaq.” Bisa jadi lakunya Compaq merupakan indikasi Compaq lebih bagus daripada Sony, tapi belum tentu seperti itu.

  367. Uang $10 juta itu kurang lebih Rp 92 Miliar. Untuk 30 tahun mendatang, Rp 92 Miliar ini nilainya kurang lebih sama seperti Rp 5,5 Miliar sekarang.

    Hehehe…lucu =))
    $10juta-nya sekarang kok dibandingin sama 30th lagi??
    Dengan pertumbuhan yang sama, $10jt udah jadi sekitar $200juta dalam 30 tahun ke depan.

  368. #441:

    tambahan: versi ligwina hananto dan versi taufik gumulya

    Tambahan ulasan kalo gitu. Yg pro-UL belum saya liat ulasannya seperti 4 ulasan di atas. Hmmmm :-?

  369. to Rahmat
    #436

    Silahkan beri data yang lebih akurat. Berapa premi per tahun yang diterima Prudential dari 350.000 nasabahnya? Gross premi itu jika dibagi 350.000 didapat besar premi rata-rata yang disetorkan nasabahnya bukan?

    Saya baru telp agen saya untuk konfirmasi hal ini. Kata agen saya, pendapatan premi Prudential tahun 2007 sampai dengan September adalah 3.5 Triliun lebih. Sedangkan jumlah nasabah sekitar 400.000 orang.

    Kalau dihitung secara kasar…
    * Pendapatan premi bulanan
    = 3.5 T / 9 bulan = 389 Miliar /bulan

    * Premi bulanan rata-rata
    = 389 Miliar / 400000 = 972 ribu/bulan

    Pada tahun 2007, pendapatan perkapita Indonesia US$ 1.946. Kalau menggunakan kurs 9200, maka pendapatan perkapita adalah Rp 17,9 juta/tahun.

    Anggap saja Rp 17,9 juta itu adalah penghasilan masyarakat yg tingkat bawah. Sedangkan masyarakat tingkat menengah berpenghasilan 2x lipat itu, yaitu Rp 35,8 juta/tahun (3 juta/bulan).

    Jika masyarakat tingkat menengah berpenghasilan Rp 3 juta/bulan, apakah mampu menyetorkan premi sebesar Rp 972 rb/bulan ???

    So…..
    Bener donk kalau saya bilang unit link merupakan produk yg menjangkau masyarakat menengah keatas…

  370. Memang saya lihat beberapa ulasan dari Finansial Advisor Independent selalu membongkar unit link sebagai menurut porsi asuransi dan investasinya.

    Namun pada dasarnya cara pembedahan itu salah, karena asuransi dan investasi tidak bisa dipisahkan dari produk unit link.

    Ada 2 kasus dimana Unit Link unggul.
    Kasus I
    Nasabah ikut unit link di usia 30. Dengan pertanggungan yg lengkap :
    – UP meninggal (max usia 99)
    – UP sakit kritis yg tidak memotong UP meninggal (s.d usia 65)
    – UP cacat tetap (max usia 60)
    – UP kesehatan/rumah sakit (max usia 65)

    Pada usia 35, nasabah tsb menderita sakit jantung. Nasabah tsb melakukan by-pass jantung lalu sembuh. Maka nasabah masih bisa memiliki pertanggungan lain sampai usia yg ditentukan, selain sakit kritis. Jadi pertanggungan dia adalah :
    – UP meninggal (max usia 99)
    – UP cacat tetap (max usia 60)
    – UP kesehatan/rumah sakit (max usia 65)

    Khusus di Prudential, apabila nasabah tsb menderita sakit kritis, setoran premi bulanan/tahunan mulai usia 35 akan ditanggung oleh perusahan melalui fasilitas PruWaiver/PruPayor.

    Feature perlindungan seumur hidup ini hanya bisa dinikmati di asuransi jenis whole life atau unit link.

    Kasus II
    Misalnya ada nasabah sudah bayar premi unit link selama 10 tahun dan sudah memasuki masa cuti premi. Tapi 5 tahun kemudian nasabah ini terlibat hutang dan tidak mampu melunasi hutang.

    Dalam kondisi ini, pengadilan bisa memutuskan untuk menyita semua hartanya untuk membayar hutang tsb. Harta ini termasuk instrument investasi di Reksadana dan berbagai Hipotik.

    Saya lupa detail pasal dan ayat nya, tapi UU kepailitan ini diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.

    Kabar baiknya adalah, harta yg disita oleh pengadilan tidak termasuk asuransi jiwa. Kecuali asuransi jiwa tsb dijaminkan ke Kreditor.

    Dan kabar baiknya lagi, walaupun sudah bangkrut karena semua harta disita, asal nilai tunai yg tersisa di Unit Link cukup untuk membiayai asuransi jiwa, maka orang ini masih bisa mendapatkan proteksi.

    Jadi, dengan kata lain, unit link memberikan manfaat proteksi yg lebih besar daripada asuransi tradisional lainnya.

    Kenyataannya memang kedua kasus ini sangat jarang terjadi. Tapi kita juga tidak boleh mengambil resiko sakit kritis di usia produktif, atau kasus hutang tsb. Yang namanya asuransi hanya untuk berjaga-jaga kalau terjadi resiko…sekecil apapun.

    Kasus Tambahan
    Unit Link ada bisa digunakan sebagai sarana money laundry…:o
    Ingat ttg komentar saya mengenai unit link lebih banyak menjangkau kalangan menengah keatas. Saya tidak mau menjelaskan detail-nya. Silahkan konsultasi kepada Financial Advisor kepercayaan Anda.

  371. #444:

    Khusus di Prudential, apabila nasabah tsb menderita sakit kritis, setoran premi bulanan/tahunan mulai usia 35 akan ditanggung oleh perusahan melalui fasilitas PruWaiver/PruPayor.

    Feature perlindungan seumur hidup ini hanya bisa dinikmati di asuransi jenis whole life atau unit link.

    yang ini sudah dibahas berkali2 dan rasanya gak perlu lagi dibahas di sini. fasilitas tersebut juga dapat dinikmati di term life, yaitu dengan cara menambahkan uang pertanggungan yang setara dengan anuitas yang dibayarkan rider payor di UL.

    Saya lupa detail pasal dan ayat nya, tapi UU kepailitan ini diatur dalam UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan.

    Kabar baiknya adalah, harta yg disita oleh pengadilan tidak termasuk asuransi jiwa. Kecuali asuransi jiwa tsb dijaminkan ke Kreditor.

    saya sudah baca UU-nya dan yang berhubungan dengan asuransi cuma kepailitan perusahaan asuransi, bukan kepailitan nasabah asuransi. jadi mana detail pasal dan ayatnya? :-?

  372. ok mungkin berbeda. tapi tetap saja standar moral kita bagaikan langit dan bumi :). buat anda UL cuma ‘teknik pemasaran’, buat saya UL adalah skema penipuan konsumen.

    Memang sudut pandang kita berbeda Pri, tapi saya keberatan bila ini dikaitkan dengan moral. Kacamata kita pada hal ini berbeda, untuk harga yang lebih tinggi, bagi saya teknik pemasaran selalu memberi nilai tambah, teknik penipuan tidak memberi atau bahkan mengurangi nilai tambah. Sekarang bila hanya karena nilai tambah yang diberikan teknik pemasaran tidak worth bagi anda, jangan asal menyebut itu sebagai ‘penipuan’.

    sama seperti UL, calo bisa saja mengklaim memberikan ‘nilai tambah’. dan sama seperti UL, calo tersebut tidak memberi tahu harga sebenarnya yang harus dibayarkan oleh calon penumpang. buat saya, UL itu calo asuransi & investasi :).

    Hehehe.. Anda masih selalu beranggapan UL tidak memberi kan informasi biaya. Anda pernah naik kereta api? Atau pernah lihat tiket kereta api? Di sana tertulis jelas harga tiketnya brp. Info biaya UL juga tersedia kok. Bila informasi sudah tersedia, tinggal konsumen mau cari informasi ato ngga? Sekali lagi harus ada kesadaran pada diri konsumen untuk lebih cermat dalam membeli.
    Apakah praktek calo tiket KA salah? Calo memberi nilai tambah untuk orang tertentu, orang yang malas ngantri contohnya. Bagi orang seperti itu layanan calo sangat dibutuhkan. Bagi orang yang mau ngantri jelas nilai tambah tersebut tidak worth, dan bila orang mau ngantri beli dari calo, it’s fine to call it penipuan.

    anda tinggal cari saja nasabah UL yang tahu dan mengerti opportunity cost sebelum dengan sadar dia ikut UL. berapa banyak sih yang bisa anda temukan? saya sendiri belum pernah menemukannya. semuanya baru menyadari SETELAH ikutan UL, terlepas dari apakah dia tetap teruskan atau batalkan.

    Itu karena postingan anda begitu melemahkan manfaat nilai tambah yang mungkin sebenarnya juga berguna bagi nasabah UL. Terlepas dari apakah sebenarnya dia butuh manfaat itu ato ngga.

    kalau yang nasabah UL yang merasa dikadalin sih saya bisa kasih contohnya banyak. dan hampir tiap hari saya terima email dari 1-2 orang dari golongan ini :).
    Hehehe tapi tetap saja itu bukan berarti bisa disebut ‘mayoritas’ orang Indonesia demikian. :) Berapa persen sih nasabah UL yang email pada anda dibandingkan seluruh nasabah UL? :) Still, kabarin saya hasilnya, bila ada yang mau mengangkat hal ini sebagai penelitian. :)

  373. mas pri, first saluttt…..,and om rahmat too, salam kenal om dan mas, jadi cerah bgt nih..,(sebelumnya butek kali, he…) to the point aj, aq sdh punya UL after reading this blog ud mantep nih aq kesimpulannya: TUTUP UL. namun boleh minta tolong dibimbing dong om dan mas, jika aq ambil term apa yg hrs dirider spy dpt manfaat asuransi yg sama spt di UL,exp; kecelakaan, cacat tetap, penyakit kritis. khusus utk askes hrs rider apa ya..,bingnun nih…ijo banget sih masalah asuransi, malah kalau kaga baca blok mas pri jd ttp hidup di dark ages..,oh ya mas dan om lupa… aq sdh punya tanggungan 2org anak, sekali lagi TERIMA KASIH TO

  374. Priyadi dan Rahmat, dan sangat aq harapkan petunjuk langsung asuransi term dari perusahaan mana yg menurut bro berdua paling baik yg aq hrs ambil, urgent…,THANKS.

  375. #446:

    Memang sudut pandang kita berbeda Pri, tapi saya keberatan bila ini dikaitkan dengan moral. Kacamata kita pada hal ini berbeda, untuk harga yang lebih tinggi, bagi saya teknik pemasaran selalu memberi nilai tambah, teknik penipuan tidak memberi atau bahkan mengurangi nilai tambah. Sekarang bila hanya karena nilai tambah yang diberikan teknik pemasaran tidak worth bagi anda, jangan asal menyebut itu sebagai ‘penipuan’.

    ya yang menipu sih dimana2 pasti ‘keberatan’ kalau dituduh ‘menipu’ :). saya gak bisa menyanggah point ini :). teknik ‘pemasaran’ seperti ini jelas memberi nilai tambah bagi yang jual, tapi tentunya tidak bagi yang beli :). boleh saja anda berkoar2 kalau ini bukan teknik pengelabuan, tapi ujung2nya yang menilai tetap saja nasabah.

    Hehehe.. Anda masih selalu beranggapan UL tidak memberi kan informasi biaya. Anda pernah naik kereta api? Atau pernah lihat tiket kereta api? Di sana tertulis jelas harga tiketnya brp. Info biaya UL juga tersedia kok. Bila informasi sudah tersedia, tinggal konsumen mau cari informasi ato ngga? Sekali lagi harus ada kesadaran pada diri konsumen untuk lebih cermat dalam membeli.

    sama saja. di polis juga terdapat informasi biaya. yang jadi masalah kan pertukaran informasi yang terjadi SEBELUM transaksi. di sini saya gak pernah mempermasalahkan konsumen ‘bodoh’ atau tidak. saya sudah bilang berkali2 kalau konsumen memang ‘bodoh’, karena memang mayoritas gak ngerti urusan finansial. yang dipermasalahkan di sini adalah si penjual: etis gak sih jualan seperti itu? gak perlu lagi membalikkan kesalahan ke nasabah. menyalahkan nasabah sih gampang, terlalu gampang :).

    sekali lagi anda boleh saja berkoar2 ‘gak ada yang ditutup2i’â„¢ tapi penilaian terakhir tetap ada pada nasabah. orang2 yang berbondong2 keluar dari UL setelah baca tulisan saya ini jelas tidak mendapatkan informasi yang mencukupi pada saat mereka beli, terlepas dari apakah mereka memang ‘bodoh’ atau tidak. buat agen yang tiap hari kamis ditraining sih memang bisa dibilang tidak ada informasi yang tidak mereka ketahui. tapi dari sudut pandang nasabah urusannya beda lagi. saya pribadi saja butuh waktu 1 bulan untuk benar2 mengerti ilustrasi dari prudential. jadi jangan bilang lagi ‘gak ada yang ditutup2i’.

    Apakah praktek calo tiket KA salah? Calo memberi nilai tambah untuk orang tertentu, orang yang malas ngantri contohnya

    tidak salah kok. gak ada yang bilang calo tiket itu salah :). yang salah itu menutup2i informasi. jualan unit link juga gak salah. yang salah itu menutup2i informasi :).

    Hehehe tapi tetap saja itu bukan berarti bisa disebut ‘mayoritas’ orang Indonesia demikian. :) Berapa persen sih nasabah UL yang email pada anda dibandingkan seluruh nasabah UL? :) Still, kabarin saya hasilnya, bila ada yang mau mengangkat hal ini sebagai penelitian. :)

    kalau anda ngerti statistik tentunya anda akan mengerti kalau jumlah sampel sebanyak 100 orang sudah sangat representatif; dan jelas jauh lebih representatif daripada anekdot anda :).

  376. boleh saja anda berkoar2 kalau ini bukan teknik pengelabuan, tapi ujung2nya yang menilai tetap saja nasabah.

    Ya betul ujung2 nya pada nasabah :) Kalau menurut anda konsumen harus tahu biaya yang harus dibayar, sama juga. Konsumen juga harus punya informasi yang seimbang mengenai manfaat lainnya. Dan itu tidak hanya dilihat dari sudut pandang nilai tunai yang lebih tinggi. Selebihnya memang terserah konsumen untuk menilai mana yang lebih baik.

    sama saja. di polis juga terdapat informasi biaya. yang jadi masalah kan pertukaran informasi yang terjadi SEBELUM transaksi.

    Di proposal juga ada. Dan tidak ada yang disembunyikan, hanya tidak dihighlight. Bila anda tidak yakin terhadap apa yang anda beli yang jangan dibeli. Dan jangan lupa itu tidak hanya di UL tapi seluruh produk yang dijual di pasar. Banyak produk yang nilai tambahnya tidak sesuai untuk anda, dan bila anda beli juga apakah itu ‘penipuan’?

    gak perlu lagi membalikkan kesalahan ke nasabah. menyalahkan nasabah sih gampang, terlalu gampang :).

    Saya tidak menyalahkan nasabah, saya hanya menekankan segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri. Membeli sesuatu harus lebih teliti dan sesuai dengan manfaat yang diinginkan apapun produknya. Itu bukan masalah etis atau tidak etis, tapi bila semua konsumen bisa membeli produk yang sesuai harga dan manfaatnya, produk yang tidak sesuai harga dan manfaatnya otomatis tidak akan diterima di pasar.

    kalau anda ngerti statistik tentunya anda akan mengerti kalau jumlah sampel sebanyak 100 orang sudah sangat representatif; dan jelas jauh lebih representatif daripada anekdot anda :).

    kalo anda ngerti statistik anda tentunya juga tahu kalo sampel harus diambil dari populasi yang tepat. :) Mengambil sampel dari populasi yang telah dipisahkan, jelas tidak reperesentatif.

  377. pesan to pro unit link prove kalau unit link LEBIH BESAR UP nya dgn FEE yg lbh MURAH,dan nilai tunai investasi yg bisa galahin RD,to pro UL, ud deh bro jgn comment muter2 kalau emang lebih bagus berikan “bukti bukan janji” he.. spt iklan…,:d, mas pri “pedoman ..” ud pernah baca, tp waktu itu ga ngeh, skrg sdh masuk jalur (maklum wong ndeso…:”> buta financial), en mas, ulasan detail utk ASKES nya kaga ada ye.., sekali lagi THANKS…mas:)

  378. to handi: bos manfaat nilai tambah apa yg UL kasih? sehingga layak ambil fee lbh GEDE BANGET-BANGET…????

  379. Kalau dihitung secara kasar…
    * Pendapatan premi bulanan
    = 3.5 T / 9 bulan = 389 Miliar /bulan

    * Premi bulanan rata-rata
    = 389 Miliar / 400000 = 972 ribu/bulan

    Berarti bener dong yang saya sampaikan sebelumnya. Rata-rata preminya di bawah 1jt/bln. Akui saja. :d/

    Pada tahun 2007, pendapatan perkapita Indonesia US$ 1.946. Kalau menggunakan kurs 9200, maka pendapatan perkapita adalah Rp 17,9 juta/tahun.

    Anda ngerti kan kalo pendapatan perkapita itu menghitung seluruh penduduk? Artinya, kalo ada seorang suami dengan istri dan 5 orang anak. Jika cuma dia yang bekerja dan penghasilannya 70jt/thn, maka income perkapita di keluarga itu ya 10jt. CMIIW.

    Anggap saja Rp 17,9 juta itu adalah penghasilan masyarakat yg tingkat bawah. Sedangkan masyarakat tingkat menengah berpenghasilan 2x lipat itu, yaitu Rp 35,8 juta/tahun (3 juta/bulan).

    Anda ini kadang menggampangkan urusan, kadang melebih-lebihkan. Kelas menengah cuma 3jt/bln? Untuk 3jt/bln, OB di kantor saya juga bisa dapat di atas 4jt/bln. :)

    Jika masyarakat tingkat menengah berpenghasilan Rp 3 juta/bulan, apakah mampu menyetorkan premi sebesar Rp 972 rb/bulan ???

    Kalo standar kelas menengah ‘cuma’ 3jt/bln, saya berarti udah kalangan atas? :-? Anda kayaknya mengada-ada.

    Jadi buat saya, kelas menengah itu, orang dengan penghasilan tahunan 5x income perkapita (asumsinya, seorang suami menanggung 1 istri dan 3 anak). Ada juga yang bilang kalo minimal asetnya 1M. Yah…namanya juga opini.

    Setidaknya, jadikan KHL (Kebutuhan Hidup Layak) sebagai threshold antara yang miskin dan tidak.

    Setelah itu, jadikan IPK sebagai batas untuk sederhana (kelas bawah). Untuk kelas menengah tahap pertama ya sampai dengan 5x IPK lah. Kelas menengah atas seharusnya sudah 50x IPK.

  380. to wong ndeso
    #453

    manfaat nilai tambah apa yg UL kasih?

    Anda boleh lihat postingan saya no #444.
    Ada kasus yg menjelaskan nilai tambah yg terdapat di Unit Link dibandingkan asuransi tradisional lainnya.

    Untuk kasus tambahan…skip saja. Saya tidak mau bertanggung jawab kalau unit link digunakan sebagai sarana money laundry.

  381. to Priyadi
    #445

    yang ini sudah dibahas berkali2 dan rasanya gak perlu lagi dibahas di sini. fasilitas tersebut juga dapat dinikmati di term life, yaitu dengan cara menambahkan uang pertanggungan yang setara dengan anuitas yang dibayarkan rider payor di UL.

    Untuk fasilitas payor, memang benar Anda bisa menaikan UP sakit kritis di Term Life. Tapi akibatnya UP meninggal akan terpotong.

    Yg saya tekankan pada kasus tsb adalah kelangsungan asuransi jiwa dan kesehatan setelah nasabah pernah klaim sakit kritis. Jika terjadi klaim sakit kritis di usia 35, apakah Term Life bisa menjamin asuransi jiwa + kesehatan tetap akan dicover sampai usia 65 ??

    saya sudah baca UU-nya dan yang berhubungan dengan asuransi cuma kepailitan perusahaan asuransi, bukan kepailitan nasabah asuransi. jadi mana detail pasal dan ayatnya?

    UU kepailitan ini berlaku untuk umum. Bukan hanya untuk perusahaan asuransi. Intinya pengadilan berhak untuk menyita semua aset dan kekayaan orang/perusahaan yg tidak mampu membayar hutang.

    Detail pasal dan ayatnya saya sudah bilang kalau saya tidak ingat. Kalau pakai kacamata tidak bisa membantu, silahkan Mas Priyadi pakai kaca pembesar.

    #449

    saya pribadi saja butuh waktu 1 bulan untuk benar2 mengerti ilustrasi dari prudential. jadi jangan bilang lagi ‘gak ada yang ditutup2i’.

    Wajar saja kalau Anda butuh waktu 1 bulan. Kalau saja waktu itu Anda tidak gengsi untuk berkonsultasi dengan agen yg profesional, maka informasi tsb bisa dimengeri dalam waktu kurang dari seminggu.

    Maka dari itu jadi nasabah harus banyak bertanya. Jangan berlagak sudah mengerti, padahal sebenarnya hanya mengutip secuil info dari kiri kanan.

    #449

    tidak salah kok. gak ada yang bilang calo tiket itu salah :). yang salah itu menutup2i informasi. jualan unit link juga gak salah. yang salah itu menutup2i informasi

    Kalau boleh tau…sebenarnya informasi apa lagi yg ditutupi dari unit link. Padahal undang-undang sudah mengatur agar produk unit link harus mencantumkan semua biaya-nya di dalam proposal.

    Kalau boleh tau…bisa sebutkan produk apa yg menutupi informasi-informasi tsb.

    Atau semuanya hanya “perasaan” Mas Priyadi saja kalau ada informasi yg ditutupi.

  382. to Rahmat

    Setelah itu, jadikan IPK sebagai batas untuk sederhana (kelas bawah). Untuk kelas menengah tahap pertama ya sampai dengan 5x IPK lah. Kelas menengah atas seharusnya sudah 50x IPK.

    Tidak ada batasan yg pasti sebagai tolok ukur pembagian kelas ekonomi. Kalau menurut Anda memang demikian, ya terserah…

    Biarpun Anda muter-muter jelaskan teori Anda ttg pendapatan perkapita, akhirnya tetap sama. Yang mampu bayar premi 1 juta/bulan adalah kalangan menengah keatas.

    Kalau Anda merasa bukan kalangan menengah keatas, memang Unit Link kurang cocok untuk Anda. Keuangan Anda masih belum mampu untuk bayar jasa Financial Advisor. Bahkan jasa pelayanan yg diberikan seorang agen asuransi profesional saja Anda merasa berat.

    So…intinya bukan harga suatu produk yg menjadi mahal, tapi uang Anda yg tidak cukup :)

  383. #442 Rahmat

    Tambahan ulasan kalo gitu. Yg pro-UL belum saya liat ulasannya seperti 4 ulasan di atas. Hmmmm :-?

    Lho, mas Rahmat gimana sih. Kalo dibikin ulasannya, ntar gak ada lagi ilusinya dong. *seperti yg terjadi di artikel2 blog ini* :d

    #451 Handi

    Di proposal juga ada. Dan tidak ada yang disembunyikan, hanya tidak dihighlight. Bila anda tidak yakin terhadap apa yang anda beli yang jangan dibeli. Dan jangan lupa itu tidak hanya di UL tapi seluruh produk yang dijual di pasar. Banyak produk yang nilai tambahnya tidak sesuai untuk anda, dan bila anda beli juga apakah itu ‘penipuan’?

    Setuju, kalo nggak ngerti, jangan beli! Jadi inget kata-kata babehnya Priyadi, si Warren Buffet. hehehe…
    :-\”

    #456 Firesquid

    Wajar saja kalau Anda butuh waktu 1 bulan. Kalau saja waktu itu Anda tidak gengsi untuk berkonsultasi dengan agen yg profesional, maka informasi tsb bisa dimengeri dalam waktu kurang dari seminggu.

    Sayangnya, 70% agen nggak profesional. Untung aja Mas Priyadi gak berlagak ngerti dan masih mempelajari lagi ilustrasinya. Jadinya kan nggak kejeblos UL, kalo udah kejeblos UL, pasti bakalan bete dengan jawaban orang asuransi yang dengan enteng bilang “Makanya jangan berlagak ngerti sewaktu dijelasin!” atau “Makanya teliti dulu donk sebelum membeli”.

  384. So…intinya bukan harga suatu produk yg menjadi mahal, tapi uang Anda yg tidak cukup

    Saya sudah bilang, kalo standar ‘kelas menengah anda’ cuma 3jt/bln, maka saya masuk kategori kelas atas? :d Soalnya penghasilan bulanan saya lebih dari 5x ‘standar anda’. Anda terlalu menggampangkan dalam hal ini. Padahal biasanya anda berlebih-lebihan. :p

    Sebenernya anda ngotot karena komen anda yang mengatakan bahwa nasabah UL adalah kalangan menengah ke atas. Padahal banyak lho yang gaji bulanannya di bawah 2jt ikutan UL (setoran 250rb/bln – 500rb/bln). Mereka rata-rata ikut dana pendidikan anak.

    Mereka merasa asuransi yang diberikan adalah GRATIS karena setelah 5 tahun ke atas, hasil investasi mereka melebihi total setoran premi. Padahal, itu dengan kondisi ASUMSI INVESTASI lebih dari atau sama dengan 14%. Kalo jadi 10% saja biasanya BEP menjadi 7 tahun. Kalau jadi 5% ya makin lama lagi.

    Bener gak? :-?

  385. #456:

    Untuk fasilitas payor, memang benar Anda bisa menaikan UP sakit kritis di Term Life. Tapi akibatnya UP meninggal akan terpotong.

    naikkan UP pokoknya juga. problem solved.

    ini cuma urusan apa perusahaan asuransi mau mengadakan produk yang seperti itu atau tidak. gak ada alasan teknis kenapa manfaat seperti ini hanya ada di UL dan tidak bisa direplikasikan di term life.

    Yg saya tekankan pada kasus tsb adalah kelangsungan asuransi jiwa dan kesehatan setelah nasabah pernah klaim sakit kritis. Jika terjadi klaim sakit kritis di usia 35, apakah Term Life bisa menjamin asuransi jiwa + kesehatan tetap akan dicover sampai usia 65 ??

    term life bisa menjamin asuransi jiwa sampai usia 65. term life tidak menjamin kesehatan akan dicover sampai usia 65, tapi begitupun di UL.

    UU kepailitan ini berlaku untuk umum. Bukan hanya untuk perusahaan asuransi. Intinya pengadilan berhak untuk menyita semua aset dan kekayaan orang/perusahaan yg tidak mampu membayar hutang.

    Detail pasal dan ayatnya saya sudah bilang kalau saya tidak ingat. Kalau pakai kacamata tidak bisa membantu, silahkan Mas Priyadi pakai kaca pembesar.

    silakan anda baca naskah UU kepailitan, dan tunjukkan mana pasal yang relevan. mata anda mungkin masih normal, gak seperti saya :)

  386. #460

    term life bisa menjamin asuransi jiwa sampai usia 65. term life tidak menjamin kesehatan akan dicover sampai usia 65, tapi begitupun di UL.

    Di asuransi lain mungkin tidak dijamin rider kesehatan akan dicover sampai usia 65. Kalau di Prudential, rider kesehatan tsb dijamin akan dicover sampai usia 65, dengan ketentuan :
    – pertanggungan dasar/polis tidak lapse
    – nasabah tidak meninggal sebelum usia 65

    Kalau Mas Priyadi sudah pernah pinjam polis PAA punya teman/saudara, tapi kurang teliti membaca, kedua ketentuan tsb tercantum di buku polis, halaman-halaman awal bagian Ketentuan Umum ttg berakhirnya polis.

    silakan anda baca naskah UU kepailitan, dan tunjukkan mana pasal yang relevan. mata anda mungkin masih normal, gak seperti saya

    Thx, sudah menunjukkan UU kepailitas tsb. Kalau Anda teliti membaca, pada BAB I, Pasal 1, butir 1, isinya spt berikut :
    “Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yg pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

    Debitor Pailit tsb bisa berupa perorangan atau badan usaha, seperti dijelaskan pada BAB I, Pasal 1, butir 11 , isinya sbb:
    “Setiap orang adalah perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yg berbentuk badan hukum maupun yg bukan badan hukum dalam likuidasi.”

    Dan sampai sejauh ini, asuransi jiwa belum termasuk kekayaan priyadi…eh kekayaan pribadi maksud saya :). Malah sebaliknya bagi orang akunting, asuransi jiwa dikategorikan Biaya.

    So….kalau Mas Priyadi baru jadi pengusaha, tapi karena ditipu “teman baik” dan terlibat hutang, semua kekayaan Mas Priyadi bisa disita, termasuk kekayaan di Reksadana.

    Sorry, bukan bermaksud menyumpahi. Saya hanya bermaksud menunjukkan bahwa Unit Link bisa menjadi sarana untuk proteksi aset juga.

  387. #458

    Sayangnya, 70% agen nggak profesional.

    Saya sangat setuju dengan point ini. Banyak agen asuransi yg hanya sekedar “Financial Sales”, bukan Financial Advisor.

  388. to Rahmat
    #459

    Sebenernya anda ngotot karena komen anda yang mengatakan bahwa nasabah UL adalah kalangan menengah ke atas. Padahal banyak lho yang gaji bulanannya di bawah 2jt ikutan UL (setoran 250rb/bln – 500rb/bln). Mereka rata-rata ikut dana pendidikan anak.

    Anda terlalu berlebihan dalam hal ini, malah terkesan asal ngomong karena sekedar emosi mau menang berdebat. Unit Link biasanya dipromosikan sebagai alternatif menabung, bukan solusi keuangan utama.

    Kalau gaji bulanan 2 juta, masih masuk akal kalau setor 150rb-250rb/bulan. Orang biasanya nabung 10-15% dari penghasilan. Orang luar biasa itu yg tidak pernah menabung sama sekali.

  389. ya yang menipu sih dimana2 pasti ‘keberatan’ kalau dituduh ‘menipu’ :). saya gak bisa menyanggah point ini :). teknik ‘pemasaran’ seperti ini jelas memberi nilai tambah bagi yang jual, tapi tentunya tidak bagi yang beli :). boleh saja anda berkoar2 kalau ini bukan teknik pengelabuan, tapi ujung2nya yang menilai tetap saja nasabah.

    sudah lebih dari sekali komen seperti ini.
    anda ingin lari dengan membiarkan orang lain (yg belum tentu memahami produk asuransi, reksadana maupun UL) yg menilai UL ‘menipu’ padahal anda sendiri mengatakan UL ‘menipu’..lalu mengatakan ‘tuh kan..orang lain juga bilang UL ‘menipu’..gak salah dong kalau saya juga bilang UL ‘menipu’?’?

    menipu ataupun tidak bukan semata-mata karena penilaian seseorang, tapi pengingkaran fakta.

    analogi ‘penjual ikan busuk’ jauh dari fakta yg ada di UL.
    demikian juga dengan analogi ‘calo tiket kereta api’.
    penjual ikan tsb tidak memberitahukan keadaan ikan yg sudah diketahuinya.
    demikian juga dengan calo tiket tsb.
    bagaimana kalau ada yg bertanya, ‘apakah ikan itu segar?’ atau ‘berapa harga tiket aslinya?’..?
    apakah si penjual ikan dan si calo tiket dapat menjawab dengan jujur?

    kedua kasus tsb tidak dapat disamakan dengan UL.
    biaya2 di UL sudah tercantum pada lembar ilustrasi.
    ilustrasi adalah proposal..dapat diterima ataupun tidak.
    ilustrasi diajukan sebelum terjadi transaksi.

    untuk hal BTAID vs UL, saya setuju bahwa BTAID akan memberikan PROFIT yg lebih baik dari UL.

    saya juga setuju bahwa asuransi tidak lagi diperlukan bila sudah self-insured.

    yg tidak saya setuju adalah bahwa Pri secara tendensius mendiskreditkan suatu produk bernama Unit Link dengan memberi label ‘menipu’ padahal tidak ditemukan pengingkaran fakta di dalam produk tsb terlebih jika dibandingkan dengan produk alternatif yg diajukan.
    dan..terlebih lagi jika itu semata-mata karena produk tsb tidak sesuai dengan keinginannya.

  390. #461:

    Di asuransi lain mungkin tidak dijamin rider kesehatan akan dicover sampai usia 65. Kalau di Prudential, rider kesehatan tsb dijamin akan dicover sampai usia 65, dengan ketentuan :
    – pertanggungan dasar/polis tidak lapse
    – nasabah tidak meninggal sebelum usia 65

    Kalau Mas Priyadi sudah pernah pinjam polis PAA punya teman/saudara, tapi kurang teliti membaca, kedua ketentuan tsb tercantum di buku polis, halaman-halaman awal bagian Ketentuan Umum ttg berakhirnya polis.

    Ketentuan khusus asuransi tambahan prumed:

    5.2. Berlakunya asuransi tambahan prumed secara otomatis diperpanjang pada setiap ulang tahun tanggal mulai pertanggungan asuransi tambahan prumed untuk masa satu tahun berikutnya kecuali anda atau kami menghentikan asuransi tambahan prumed dengan pemberitahuan kepada kami atau anda sekurang-kurangnya 14 hari sebelum ulang tahun tanggal mulai pertanggungan asuransi prumed berikutnya yang terdekat.

    5.3. mengingat asuransi tambahan prumed adalah produk tahunan maka biaya asuransi sehubungan dengan asuransi tambahan prumed untuk satu tahun tertentu berlaku sejak tanggal mulai berlakunya asuransi tambahan prumed atau sejak ulang tahun tanggal mulai berlakunya asuransi tambahan prumed yang bersangkutan. biaya asuransi sehubungan dengan asuransi tambahan prumed untuk masa satu tahun sejak ulang tahun tanggal mulai berlakunya asuransi tambahan prumed tertentu (yang juga merupakan tanggal efektifnya perpanjangan otomatis asuransi tambahan prumed) akan diberitahukan kepada anda 12 bulan sebelum ulang tahun tanggal mulai berlakunya asuransi tambhan prumed tersebut. kami tidak menjamin atau menjanjikan besarnya tarif biaya asuransi sehubungan dengan asuransi tambahan prumed yang akan datang (selain sebagaimana disebutkan pada kalimat yang lalu).

    lebih buruk lagi, ternyata manfaat dasarnya pun gak punya guaranteed renewability :(

    Ketentuan umum polis:

    10.1.4. Dalam hal kesehatan tertanggung terganggu atau jenis pekerjaan atau aktivitasnya tergolong berbahaya, maka Kami akan mengenakan tambahan Biaya Asuransi (biaya ekstra).

    jadi, asuransinya memang dijamin bisa diperpanjang, tapi harganya gak dijamin :(. kalau di term life yang saya ikuti, bisa diperpanjang dengan harga yang sudah ditentukan pada saat polis diterbitkan. kalau anda masih bersikukuh kalau UL prudential punya guaranteed renewal baik untuk pokok maupun rider kesehatannya, anda termasuk golongan yang 70%

    Dan sampai sejauh ini, asuransi jiwa belum termasuk kekayaan priyadi…eh kekayaan pribadi maksud saya :). Malah sebaliknya bagi orang akunting, asuransi jiwa dikategorikan Biaya.

    butir ini gak disebutkan secara eksplisit di UU kepailitan. boleh tahu referensinya dari mana?

  391. #464:

    kedua kasus tsb tidak dapat disamakan dengan UL. biaya2 di UL sudah tercantum pada lembar ilustrasi. ilustrasi adalah proposal..dapat diterima ataupun tidak. ilustrasi diajukan sebelum terjadi transaksi.

    koreksi: tidak semua biaya tercantum di ilustrasi.

    yg tidak saya setuju adalah bahwa Pri secara tendensius mendiskreditkan suatu produk bernama Unit Link dengan memberi label ‘menipu’ padahal tidak ditemukan pengingkaran fakta di dalam produk tsb terlebih jika dibandingkan dengan produk alternatif yg diajukan.

    dari sudut pandang agen yang tiap hari kamis ditraining sih mungkin bisa saja tidak ada ‘pengingkaran fakta’ di situ, karena tidak ada informasi yang ditutupi2 kepada agen. tapi cobalah berpikir dari sudut pandang nasabah yang sama sekali awam urusan finansial. saya saja yang bisa dibilang ngerti urusan finansial (at least sudah lulus mata kuliah ekotek :P) butuh waktu 1 bulan untuk bisa memahami ilustrasi.

  392. #466

    Saya lebih parah, ‘malu-maluin mode on’.

    Background S1 accounting, eks agen asuransi, investor saham lewat BEI (dulu BEJ) dan investor reksadana.

    saya butuh 14 bulan padahal tiap hari mlototin CNBC (terpesona sama index DJIA mulu sih) termasuk acaranya SUZE ORMAN.

    Kredit buat blog ini yg membuat saya langsung menyadari kebodohan saya.

  393. Tulisan yang menarik Pak Priyadi.
    Secara tidak sengaja saya menemukan blog ini dari mesin pencari.

    Saya sangat setuju bahwa nilai tambah utama dari produk Unitlink adalah PRAKTIS. Mengenai pantas atau tidaknya harga suatu kepraktisan, tergantung pribadi masing-masing.

    Saya sendiri sudah menjadi agen Prudential selama 2 tahun. Dari survey yang sedang dilakukan oleh Prudential thd nasabahnya, “kenapa memilih Prudential ?”.
    Rata-rata menjawab mereka membeli produk karena percaya. Ada yg percaya karena agen tsb merupakan teman/saudara, dan ada juga yang percaya karena reputasi Prudential yang cukup bagus.

    Kepercayaan merupakan modal utama Prudential dalam memasarkan produk Unitlink. Produk unitlink merupakan produk keuangan yang benefit baru dirasakan dalam jangka panjang, yaitu asuransi dan investasi.

    Karena konsumen mempercayakan uangnya kepada Prudential, maka nasabah harus teliti dulu mengetahui reputasi dan kesehatan keuangan Prudential. Hal yang sama juga terjadi di Industri perbankan, dimana BCA dan Mandiri menempati peringkat atas dalam memenangkan kepercayaan konsumen.

    Selama 11 tahun berbisnis di Indonesia, Prudential sudah menerima penghargaan dari berbagai media yg menyatakan Prudential sebagai perusahaan asuransi terbaik.
    Sedangkan dalam hal kesehatan keuangan, Prudential memiliki Risk Based Capital sebesar 625% (data Oktober 2007). Artinya, jika sampai terjadi penarikan dana secara serentak oleh nasabah, Prudential memiliki cadangan dana 6x lipat dari dana yg dimiliki seluruh nasabah.

    Dua faktor utama tersebut yang menjadikan Prudential sebagai market leader produk unitlink. Bahkan banyak orang yang sudah punya investasi di Reksadana juga mengambil unitlink Prudential sebagai alternatif investasi. Bukan karena hasil Prudential lebih besar daripada Reksadana, melainkan lebih percaya dengan Prudential.

  394. #470: sebelum melontarkan pertanyaan “kenapa memilih prudential?” terlebih dahulu anda harus memberitahukan sejelas2nya kepada nasabah tersebut. sangat besar kemungkinan nasabah ikut prudential bukan karena alasan2 yang anda sebut di atas, tapi lebih karena tidak tahu berapa biaya yang harus mereka keluarkan.

    kalau misalnya ada nasabah menyetor premi Rp 1 juta sebulan, umumnya dia tidak menyadari kalau sebenarnya dia nantinya akan menyetorkan Rp 24 juta lebih untuk mendapatkan ‘fasilitas’ yang ada di UL. saya belum menemukan orang yang sadar dan tahu kalau dia ikutan UL maka dia harus bayar overhead sebesar Rp 24 juta, dan setelah itu secara sadar ikut unit link. mayoritas nasabah ikutan unit link hanya karena tidak menyadari adanya biaya2 ini.

  395. #470 Dua faktor utama tersebut yang menjadikan Prudential sebagai market leader produk unitlink.
    ————————————–
    market leader ?
    hihihih … berapa orang tahun ini agen pru ke MDRT ? :-D

  396. #471# kalau misalnya ada nasabah menyetor premi Rp 1 juta sebulan, umumnya dia tidak menyadari kalau sebenarnya dia nantinya akan menyetorkan Rp 24 juta lebih untuk mendapatkan ‘fasilitas’ yang ada di UL. saya belum menemukan orang yang sadar dan tahu kalau dia ikutan UL maka dia harus bayar overhead sebesar Rp 24 juta, dan setelah itu secara sadar ikut unit link. mayoritas nasabah ikutan unit link hanya karena tidak menyadari adanya biaya2 ini.
    ——————————
    yang kasihan itu bukan yang setor 1 juta perbulan mas.
    yang setor 300rb perbulan lebih merana.
    dengan dana terbatas, masih dipotong biaya-biaya.

    Alokasi premi : 200rb premi asuransi, 100rb premi investasi.
    300rb x 12 = 3,6jt
    Admin = 27.500 x 12 = 330.000
    Potongan premi investasi = (100.000×12)x5% = 60.000
    Total biaya yang kelihatan = 390.000
    Lebih dari 10% dari premi yang dibayarkan. belum ditambah biaya akuisisi.

    kalo ngelesnya agen unitlink sih …
    “gak ada yang gretongan di muka bumi ini, nabung di bank aja ada adminnya” :-D

  397. Tadinya pengen punya Ul, tp setelah baca postingan Mas Priyadi, ga jd ah. Mantap deh sekarang invesnya reksadana aja. Makasih Mas Priyadi. Untung belum sempat… Apalagis saya termasuk yg setorannya < 1 jt. Bisa tambah rugi lagi deh :(, padahal udah berusaha nyisihin dr penghasilan.

  398. Bagaimana dengan yang premi tunggal? Kalo gue lihat sih karakteristik nya cocok dengan BTAID. Hasil investasi lebih tinggi tapi sayang tidak bisa mengambil riders.

    Kalau ngambil yang ini agent biasanya ngajarin trik supaya ga kena biaya terlalu banyak. Contoh mau setor 100jt: premi tunggal nya 70jt, sisanya di top-up

  399. #476: kalau dibanding reksadana, UL premi tunggal tetap kalah telak:

    * load fee reksadana paling besar cuma 3%, rata2 cuma 1-2%, dan ada yang 0%. di ULPT biasanya 5%.
    * di reksadana gak ditagih biaya asuransi.
    * di reksadana gak ada biaya administrasi, di ULPT ada. di PIA dicharge 250 ribu di tahun pertama.
    * di ULPT kalau mau top up kena lagi biaya, di PIA 100 ribu. di reksadana gak kena biaya lagi di luar load fee.
    * di ULPT ada sisa dana setelah penarikan. di PIA 5 juta. di reksadana uangnya bisa ditarik 100%.

    daripada ngambil ULPT lebih untung ngambil reksadana + YRT untuk 1-2 tahun pertama.

  400. #465

    lebih buruk lagi, ternyata manfaat dasarnya pun gak punya guaranteed renewability

    Menurut Mas Priyadi, bagian mana di polis yg menyatakan hal ini?
    Atau Mas Priyadi yang salah mengerti.

    jadi, asuransinya memang dijamin bisa diperpanjang, tapi harganya gak dijamin

    Untuk nasabah yang punya riwayat kesehatan terganggu atau hobby yg berbahaya, pasti akan dikenakan rate sub-standart. Rate sub-standart ini berlaku untuk semua jenis asuransi jiwa, dari term life sampai unit link, sama saja.

    Masalah rate sub-standart ini, pada asuransi kerugian juga sama. Misalnya ruko yang awalnya toko kelontong lalu beralih fungsi sebagai rumah makan atau menjual minyak, akan dikenakan rate yang lebih tinggi daripada rate awal. Bahkan ruko yg berdekatan dengan resiko juga kena bakal kena rate yang lebih tinggi.

    butir ini gak disebutkan secara eksplisit di UU kepailitan. boleh tahu referensinya dari mana?

    Betul, memang polis asuransi tidak disebutkan secara eksplisit di UU kepailitan. Bahkan di UU manapun tidak menyebutkan bahwa polis asuransi termasuk dalam harta kekayaan.

    So…apabila suatu saat Mas Priyadi pailit, segala harta dan investasi di reksadana Mas Priyadi akan disita. Kecuali polis asuransi jiwa.

    #466

    koreksi: tidak semua biaya tercantum di ilustrasi.

    Memang tidak dicantumkan secara angka pasti seperti biaya asuransi tahun pertama. Melainkan ada sebagian yang dicantumkan secara persenan.

    #471

    kalau misalnya ada nasabah menyetor premi Rp 1 juta sebulan, umumnya dia tidak menyadari kalau sebenarnya dia nantinya akan menyetorkan Rp 24 juta lebih untuk mendapatkan ‘fasilitas’ yang ada di UL.

    Darimana Mas Priyadi mendapatkan angka 24 juta?

    Setoran premi di unitlink 1 jt/bln. Misalnya nasabah setor 10 tahun, lalu cuti premi, berarti total setoran 120 juta. Setelah itu nasabah mendapatkan fasilitas unitlink 20 tahun, 30 tahun, bahkan mungkin seumur hidup.

    Oke anggap saja biaya untuk failitas tsb, nasabah akan dikenakan biaya 24 juta.

    Coba bandingkan dengan premi Term Life yang 1 jt/bln. Untuk mendapatkan manfaat selama 20 tahun, nasabah akan dikenakan biaya lebih dari 240 juta (“tiap tahun ada kenaikan premi”). Sedangkan untuk manfaat 30 tahun, nasabah dikenakan biaya 360 juta++.

    Orang bego juga bisa menghitung kalau 240 juta untuk manfaat 20 tahun lebih mahal daripada 24 juta untuk manfaat seumur hidup.
    Masa orang sepintar Mas Priyadi mempermasalahkan uang 24 juta untuk manfaat seumur hidup, dan memilih 240 juta untuk manfaat yg hanya 20 tahun. :)

    #477

    * load fee reksadana paling besar cuma 3%, rata2 cuma 1-2%, dan ada yang 0%. di ULPT biasanya 5%.

    Tapi nasabah harus keluar fee yg lebih besar dari 5% untuk asuransi.

    <blockquote* di reksadana gak ditagih biaya asuransi.
    * di reksadana gak ada biaya administrasi, di ULPT ada. di PIA dicharge 250 ribu di tahun pertama.
    * di ULPT kalau mau top up kena lagi biaya, di PIA 100 ribu. di reksadana gak kena biaya lagi di luar load fee.

    Reksadana bukan produk asuransi.
    Reksadana adalah produk investasi murni, sedangkan unit link adalah produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi.

    Makanya Mas, bandingin produk tuh harus apple-to-apple. Kalo perlu dari kebun yg sama, kalau kebun tsb menghasilkan lebih dari 1 apel.

    * di ULPT ada sisa dana setelah penarikan. di PIA 5 juta. di reksadana uangnya bisa ditarik 100%.

    Haha…Mas Priyadi memang pandai melawak =)).
    Kalau tidak mengerti ttg produk dari prudential, konsultasikan dulu sama agen prudential.

    Baik produk PAA maupun PIA, nasabah boleh menarik uangnya 100% jika ingin menutup polis.

  401. Pertama gak mudeng baca postingan mas Pri. Setelah baca 2x baru ngerti. Tetapi membaca komentar-komentarnya.. tambah ndak mudheng blas !! Mbulet gak karuan.

    Pri… bikin forum/thread aja deh. Biar enak ngikutinnya. Jadi antara pertanyaan dan jawaban bisa runut. Gak saling quote. (just suggestion) :d/

  402. #476

    Bagaimana dengan yang premi tunggal? Kalo gue lihat sih karakteristik nya cocok dengan BTAID. Hasil investasi lebih tinggi tapi sayang tidak bisa mengambil riders.

    Mungkin agen Anda baru lulus training kali. Agen saya bisa tuh membuatkan premi tunggal yg lengkap dengan raider-nya. Kecuali rider payor/waiver.

  403. #478:

    Menurut Mas Priyadi, bagian mana di polis yg menyatakan hal ini? Atau Mas Priyadi yang salah mengerti.

    ini sudah saya kutip di atas. “Dalam hal kesehatan tertanggung terganggu atau jenis pekerjaan atau aktivitasnya tergolong berbahaya, maka Kami akan mengenakan tambahan Biaya Asuransi (biaya ekstra).”

    di beberapa term life, perusahaan asuransi tidak akan menaikkan harga premi jika kesehatan tertanggung terganggu. harga premi sudah tercantum di polis sampai sekitar 70 tahun dan bersifat mengikat.

    Betul, memang polis asuransi tidak disebutkan secara eksplisit di UU kepailitan. Bahkan di UU manapun tidak menyebutkan bahwa polis asuransi termasuk dalam harta kekayaan.

    artinya pernyataan anda memang tidak ada dasarnya :).

    Setoran premi di unitlink 1 jt/bln. Misalnya nasabah setor 10 tahun, lalu cuti premi, berarti total setoran 120 juta. Setelah itu nasabah mendapatkan fasilitas unitlink 20 tahun, 30 tahun, bahkan mungkin seumur hidup.
    Oke anggap saja biaya untuk failitas tsb, nasabah akan dikenakan biaya 24 juta.

    Coba bandingkan dengan premi Term Life yang 1 jt/bln. Untuk mendapatkan manfaat selama 20 tahun, nasabah akan dikenakan biaya lebih dari 240 juta (”tiap tahun ada kenaikan premi”). Sedangkan untuk manfaat 30 tahun, nasabah dikenakan biaya 360 juta++.

    Orang bego juga bisa menghitung kalau 240 juta untuk manfaat 20 tahun lebih mahal daripada 24 juta untuk manfaat seumur hidup.

    Masa orang sepintar Mas Priyadi mempermasalahkan uang 24 juta untuk manfaat seumur hidup, dan memilih 240 juta untuk manfaat yg hanya 20 tahun. :)

    anda ini sangat mengerti tentang inflasi atau perkembangan investasi, dan bisa menghitungnya dengan lancar, dengan satu catatan: kalau itu bagus untuk kepentingan anda. tapi kalau faktanya merugikan anda, anda pura2 bego :). rasanya anda gak perlu lagi pura2 bego di sini :).

    lagian perbandingan apaan tuh? UL 1 juta/bulan maksimal mungkin cuma bisa dapat UP 1 milyar polos di 30 tahun. sedangkan term life 1 juta/bulan (level 20 tahun) bisa dapat 3 milyaran++.

    Baik produk PAA maupun PIA, nasabah boleh menarik uangnya 100% jika ingin menutup polis.

    ok, i stand corrected. tapi point2 yang lain saya tidaklah salah :)

  404. #479:

    Pertama gak mudeng baca postingan mas Pri. Setelah baca 2x baru ngerti. Tetapi membaca komentar-komentarnya.. tambah ndak mudheng blas !! Mbulet gak karuan.

    Pri… bikin forum/thread aja deh. Biar enak ngikutinnya. Jadi antara pertanyaan dan jawaban bisa runut. Gak saling quote. (just suggestion) :d/

    blog emang gak didesain untuk beginian :(. tapi mungkin nanti saya bikinin FAQ-nya supaya gak harus baca semua dari atas sampai bawah untuk komentar2 di urusan asuransi :). sebenarnya sih ‘diskusi’-nya cuma di situ2 saja kok.

  405. ini sudah saya kutip di atas. “Dalam hal kesehatan tertanggung terganggu atau jenis pekerjaan atau aktivitasnya tergolong berbahaya, maka Kami akan mengenakan tambahan Biaya Asuransi (biaya ekstra).”

    di beberapa term life, perusahaan asuransi tidak akan menaikkan harga premi jika kesehatan tertanggung terganggu. harga premi sudah tercantum di polis sampai sekitar 70 tahun dan bersifat mengikat.

    Beberapa Term Life…hm…
    Mungkin Mas Priyadi bisa berikan rekomendasi Term Life mana saja. Jadi pembaca tidak perlu sampai harus survey ke semua perusahaan asuransi.

    Kalau di Unit Link (produk apa saja), besarnya setoran premi tergantung nasabah. Baik nasabah dalam kondisi sehat ataupun kesehatan terganggu. Mau tetap setor 1 jt/bulan oke, mau nambah lebih oke lagi.

    anda ini sangat mengerti tentang inflasi atau perkembangan investasi, dan bisa menghitungnya dengan lancar

    Yup…saya sangat mengerti dan bisa hitung dengan lancar.
    Anda setor 120 juta (10 tahun) di Unit Link, uang Anda hilang 24 juta.
    Tapi setor 120 juta (10 tahun) di Term Life, uang Anda hilang 120 juta.

    Saya yakin Anda juga bisa menghitung dengan lancar.

  406. Betul mas pri, diskusinya cuma disitu2 aja.
    Saya aja langsung ngerti koq Mas pas ngeliat perbandingan unitlink-vs-terpisah dlm format excel yg mas Pri buat di blog sebelumnya.
    Saya jadi bingung, apakah saya yg terlalu pinter utk langsung mengerti perbandingan kedua produk tersebut dlm format .xls tersebut, atau para counterer (agen2 P**) yang terlalu bodoh utk mengerti perbandingan tersebut.
    Gitu aja koq repot ya toh mas ngertinya…

  407. Pri, tetap kepala dingin khan nanggepi komen2.
    Jangan ikutan emosi, ntar mereka-mereka yang mencoba meng-counter kamu akan memanfaatkan slip-tongue kamu. %-( ~o)

    Tetap smart! Ulasan kamu sedikit banyak membuka wacana teman2 yang terbius suatu ilusi finansial karena memang kondisi makro ekonomi yang serba susah. ^:)^

    Kalau aku sih udah ikut prudential dan manulife tapi tanpa tabungan. Invest tetap di Nikkei. Tabungan cukup di Mandiri dan BRI. (Cinta bank dalam negeri :) )

    Hati-hati aja, jangan kebawa emosi. Tetapi pegang prinsip2 dasar EkoTek (..makanan apa sih EkoTek??
    #-o )

  408. Menurut saya pendapat Pak Priyadi dan Pak Firesquid sama-sama benar, hanya berbeda cara pandangnya.

    Pak Priyadi membahas produk Unitlink dari segi kekurangannya, yaitu ada biaya akuisisi yang cukup tinggi di 5 tahun pertama.

    Sedangkan Pak Firesquid menilai produk Unitlink dari manfaat praktisnya (all in 1 product). Pada produk unitlink, terutama PRULink, nasabah bisa mengambil asuransi jiwa + rider asuransi kesehatan yg lengkap dalam 1 account.

    Khusus untuk rider kesehatan, Prudential bekerjasama dengan jaringan rumah sakit SOS International (www.internationalsos.com) untuk memudahkan nasabah melakukan klaim.

    Biasanya nasabah sering mengeluh klaim lama dibayar. Dengan produk PruHS ini, nasabah tidak perlu melakukan klaim. Jika nasabah ambil produk PruHS ini, secara otomatis nasabah juga sudah terdaftar menjadi member di semua rumah sakit yg termasuk jaringan SOS International.

    Jadi, nasabah hanya perlu tunjukan kartu rawat inap, atau sebutkan no polis Prudential kepada resepsionis. Setelah itu nasabah bisa langsung pilih kamar dan menjalani rawat inap termasuk pengobatan lengkap.

    Kelebihan produk PruHS ini juga memungkinkan nasabah untuk dipantau pengobatannya. Sebelum masuk rumah sakit, nasabah bisa konsultasikan ke hotline SOS untuk minta saran rumah sakit terpercaya. Dan selama perawatan nasabah juga bisa minta second opinion jika meragukan dokter rumah sakit sembarangan memberikan obat.

    Inilah salah satu kelebihan produk PRULink yang membuat banyak orang lebih tertarik dengan produk kita walaupun ada biaya akuisisi. Prudential selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk nasabah.

    Btw, saya sekarang di Mempawah, Kalimantan Barat. Tapi lokasi saya kenapa dibilang posted from Washington ya? Apa saking kecilnya kota ini, sehingga tidak dikenal.

  409. #466:

    dari sudut pandang agen yang tiap hari kamis ditraining sih mungkin bisa saja tidak ada ‘pengingkaran fakta’ di situ, karena tidak ada informasi yang ditutupi2 kepada agen. tapi cobalah berpikir dari sudut pandang nasabah yang sama sekali awam urusan finansial. saya saja yang bisa dibilang ngerti urusan finansial (at least sudah lulus mata kuliah ekotek :P;) butuh waktu 1 bulan untuk bisa memahami ilustrasi.

    Makanya kita bahas lebih lengkap biaya-biaya apa saja kayanya ditutupi. Mungkin agen asuransi yang baca postingan ini juga mau membantu. Dengan demikian itu bisa jadi panduan untuk orang yang mau ngambil UL juga. Dengan demikian masalah bisa clear. Jangan melulu teriak informasi biaya di UL disembunyikan, lalu nuduh itu ‘nipu’, tanpa menyebutkan biaya apa saja yang disembunyikan.

    Sekarang tinggal apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaatnya atau ngga, kembali pada nasabahnya masing-masing. Kalo mau muter-muter lagi :) Seperti, manfaat seperti pelayanan agen seumur hidup, bagi sebagian orang banyak sekali membantu, bagi anda cuma lip service saja. Karena mungkin memang anda tipe orang yang lebih suka ngurus sendiri, ngga perlu dibantu dan ngga worth ngasih duit sekian persen untuk bantuan tersebut. Memang ngga masalah sih.. :)

    Mungkin bisa saya analogikan begini ceritanya saya bisa service motor sendiri, dengan begitu ngapain bawa motor ke bengkel, apalagi bengkel motor resmi. Mendingan saya service sendiri jadi ngga usah kan ngasih biaya service ke montirnya. Untuk spare part, tinggal beli ke toko anu yang jual sparepart dengan harga grosiran dan kualitas terjamin. Jauh lebih murah kan? Service di bengkel motor resmi dari pabrikan sama dengan ‘ditipu’ karena saya harus beli spare part dengan biaya lebih mahal, dan juga harus bayar biaya service yang juga mahal ngapain?? :)

    #477:

    kalau dibanding reksadana, UL premi tunggal tetap kalah telak

    Kalo sama yang ini saya setuju, selama yang dimaksud dengan UL premi tunggal adalah produk seperti PIA di Pru. Karena produk ini tujuannya untuk investasi, dari segi hasil maka reksadana memang jauh lebih baik. :)

  410. Analogi terussss…….mumet kepala saya mas.
    Masyarakat awam gak butuh analogi2 mulu, capek….
    Kita mau lihat dalam bentuk perhitungan real-nya, biar semua jelas.
    Gak malu apa, bisanya cuma analogi doang.

  411. #487:

    Makanya kita bahas lebih lengkap biaya-biaya apa saja kayanya ditutupi. Mungkin agen asuransi yang baca postingan ini juga mau membantu. Dengan demikian itu bisa jadi panduan untuk orang yang mau ngambil UL juga. Dengan demikian masalah bisa clear. Jangan melulu teriak informasi biaya di UL disembunyikan, lalu nuduh itu ‘nipu’, tanpa menyebutkan biaya apa saja yang disembunyikan.

    yah, semua yang ada di sini sih rasanya sudah fasih biaya2 apa saja yang ada di unit link. masalahnya sedikit orang yang punya kemampuan dan informasi yang sama seperti kita yang ada di sini. selama kita diskusi soal nipu atau tidak di sini, di luar sana korban2 terus berjatuhan. buat saya sih sudah jelas, ada korban yang tertipu, maka ada yang menipu. siapa yang menipu? silakan dipikirkan sendiri :).

    pekerjaan rumah untuk kita semua: jika anda menemui nasabah UL, bantu dia untuk menghitung besar biaya akuisisi yang akan/telah dia keluarkan (dalam Rupiah!). tanyakan kepadanya apa dia akan tetap ngambil UL kalau ada alternatif dimana dia tidak perlu mengeluarkan uang tersebut. jika dia tidak tertarik dan merasa sah2 saja biaya akuisisi sebesar itu, no problem, stop sampai di sini. tapi jika dia tertarik dengan alternatif tersebut, beri tahu dia tentang BTAID.

  412. pekerjaan rumah untuk kita semua: jika anda menemui nasabah UL, bantu dia untuk menghitung besar biaya akuisisi yang akan/telah dia keluarkan (dalam Rupiah!). tanyakan kepadanya apa dia akan tetap ngambil UL kalau ada alternatif dimana dia tidak perlu mengeluarkan uang tersebut. jika dia tidak tertarik dan merasa sah2 saja biaya akuisisi sebesar itu, no problem, stop sampai di sini. tapi jika dia tertarik dengan alternatif tersebut, beri tahu dia tentang BTAID.

    Setuju Pri. Dalam blog-nya, Adhitya juga bilang:

    Btw, http://priyadi .net sih tidak menganjurkan. Tapi gua sih merasa aman sekali dengan skema ini.

    You may disagree with this ya. Tapi gua sih jalanin.

    Ada juga kawan yang bilang:

    Gak apa-apa lah beli UL saja. Sudah cocok.

    Tapi lebih banyak yang bahkan tidak mengerti tentang time value of money, biaya akuisisi, investasi tidak dijamin, dll. Memang dijelaskan bahwa investasi tidak dijamin dan kinerja masa lalu tidak mencerminkan hasil di masa yang akan datang, tapi selalu ditunjukkan chart-chart dan grafik-grafik pertumbuhan yang bagus. Namanya juga ‘strategi marketing’.

  413. lagian perbandingan apaan tuh? UL 1 juta/bulan maksimal mungkin cuma bisa dapat UP 1 milyar polos di 30 tahun. sedangkan term life 1 juta/bulan (level 20 tahun) bisa dapat 3 milyaran++.

    Pri,di prospektus yang saya punya, UL dengan premi 1.012.000/bln UP-nya adalah 200jt (polos). Sementara untuk mendapatkan UP 600jt di TL, cukup dengan 1.8jt-an/tahun. Mungkin kalo dalam BTAID, premi 2 bulan pertama dibelikan TL sementara 10 bulan sisanya beli RDS. Begitu seterusnya. Jadi perbandingan setoran asuransi dengan investasinya 1:5. Artinya, kalo pertumbuhan dana ~20%/tahun, praktis biaya asuransi akan tercover sama hasil investasi. Tahun-tahun berikutnya ya tinggal liat pertumbuhan investasi aja.

    Dijamin investasinya gak kekejer sama UL. Lah tahun pertama, premi UL dipotong 80%. Tahun kedua dipotong 20%. Rata-rata, dengan asumsi tingkat investasi 14% pun perlu 5-7 tahun untuk BEP. Padahal UP-nya kecil.

  414. #490: kalau ada kasus orang tidak keberatan dengan UL, sebenarnya ada satu kasus lagi yang cukup banyak terjadi. kebanyakan yang seperti itu punya polis UL tapi besarnya gak sepadan dengan penghasilannya. misalnya ada yang penghasilannya 20 juta/bulan, tapi beli UL dengan premi cuma 300 ribu/bulan. ya jelas sama sekali gak berat karena 300 ribu/bulan itu cuma uang receh buat dia. tapi di sisi lain coverage dia jelas gak mencukupi, mungkin maksimum cuma bisa ambil UP 200 juta belum termasuk rider2. jelas gak sebanding dengan penghasilannya. untuk kasih cover 1 tahun pun mungkin gak cukup.

    orang dengan gaji 20 juta/bulan yang belum punya life saving minimal mungkin harus ambil UP paling tidak sekitar 1,5 milyar. kalau ikut UL di usia 30 tahun, mungkin premi minimalnya adalah sekitar 25-30 jutaan/tahun atau 2 juta++/bulan belum termasuk rider lain2. baru deh mulai berasa ikutan asuransi :).

    either way, he was given a bad advice. banyak agen asuransi yang akan melakukan apa saja untuk closing. termasuk di antaranya adalah dengan menurunkan besar asuransi. daripada gak closing sama sekali, mendingan closing dengan nilai yang lebih kecil.

  415. #492 Priyadi wrote:

    #490: kalau ada kasus orang tidak keberatan dengan UL, sebenarnya ada satu kasus lagi yang cukup banyak terjadi. kebanyakan yang seperti itu punya polis UL tapi besarnya gak sepadan dengan penghasilannya. misalnya ada yang penghasilannya 20 juta/bulan, tapi beli UL dengan premi cuma 300 ribu/bulan. ya jelas sama sekali gak berat karena 300 ribu/bulan itu cuma uang receh buat dia. tapi di sisi lain coverage dia jelas gak mencukupi, mungkin maksimum cuma bisa ambil UP 200 juta belum termasuk rider2. jelas gak sebanding dengan penghasilannya. untuk kasih cover 1 tahun pun mungkin gak cukup.

    Hampir 500 komen :d

    Menarik sekali analisis-nya Pri. Kawan yang ambil UL-Syariah dari ‘perusahaan itu tuh’ gajinya di atas 20jt/bln. Dia ambil premi 250rb/bln (dia bikin beberapa polis).

    Sepertinya dia perlu ikut training keuangan keluarga. Atau konsultasi ke Ligwina. Hehehe….

    Dia berpikir bahwa potongan dia di Jamsostek juga sekitar 500rb/bln. Gak ada salahnya dipotong 500rb-an lagi. Dengan dipotong otomatis seperti itu, dia tidak merasa dananya berkurang. Setelah 10thn-20thn dia jadi punya dana yang lumayan.

  416. selama kita diskusi soal nipu atau tidak di sini, di luar sana korban2 terus berjatuhan. buat saya sih sudah jelas, ada korban yang tertipu, maka ada yang menipu. siapa yang menipu? silakan dipikirkan sendiri :).
    Tinggal apakah dia memang ‘tertipu’ atau tidak. Soalnya postingan anda selama ini sangat mengecilkan arti dari manfaat tambahan sehingga terkesan tidak ada artinya. Tinggal konsumen merasakan apakah manfaat tersebut layak atau tidak.

    bantu dia untuk menghitung besar biaya akuisisi yang akan/telah dia keluarkan (dalam Rupiah!).

    Bantu juga dia untuk menilai manfaat yang dia peroleh dari biaya tersebut. Jangan sampai terkesan biaya akuisisi hanya untuk keuntungan perusahaan saja, tapi ada keuntungan yang intangible yang mungkin layak untuk ybs. Yang penting dia juga mendapatkan informasi yang seimbang. :)

  417. mas pri.., MOHON MAAF email ndak aq balas, lg belajar memahami tulisan2 yg lain, biar jadi ngerti…MAAF ya mas.. mas cover penyakit kritis yg G.renewable kan blm ada di indo katanya… apa betul?.. solusinya apaan ya mas? sehubungan dgn term+RD biar full cover.. thanks hebat euy…. sebentar lagi 500 dahsyat men…

  418. #494: wah, jangan ngelantur :). buat saya ‘nilai tambah’ yang ada di UL memang gak worth it. tapi bukan berarti saya berpendapat semua orang pasti bilang gak worth it. yang jadi masalah itu di sini adalah kebanyakan nasabah praktis tertipu karena mereka beli barang yang mereka sendiri gak tahu dan gak diberi tahu harganya secara terus terang akibat dibungkus dengan ilusi finansial. ini rasanya sudah cukup jelas saya jelaskan di tulisan saya. tinggal apakah ada kemauan dari anda untuk mengerti atau cuma bisa mencari2 pembenaran semata :)

  419. #495: untuk critical illness rasanya sih pasti bisa direnewal terus. yang gak ada di indonesia itu asuransi kesehatan yang ada renewal guarantee-nya, termasuk di unit link. kalau misalnya terkena penyakit kritis, belum tentu manfaat kesehatannya bisa dilanjutkan.

  420. to Rahmat
    #490

    Memang dijelaskan bahwa investasi tidak dijamin dan kinerja masa lalu tidak mencerminkan hasil di masa yang akan datang, tapi selalu ditunjukkan chart-chart dan grafik-grafik pertumbuhan yang bagus. Namanya juga ’strategi marketing’.

    Kinerja di masa lalu gunanya memberikan gambaran kepada prospek bahwa perusahaan tsb selalu untung selama ini dan layak sebagai tempat investasi. Pada dasarnya orang kalau investasi pasti cari perusahaan yang untung. Semua orang yg investasi di reksadana juga berpatokan pada grafik kinerja investasi perusahaan.

    Jadi…apa sih point yang ingin disampaikan dari pernyataan tsb?

  421. #492

    kalau ada kasus orang tidak keberatan dengan UL, sebenarnya ada satu kasus lagi yang cukup banyak terjadi. kebanyakan yang seperti itu punya polis UL tapi besarnya gak sepadan dengan penghasilannya.

    Point yang satu ini sangat masuk akal. Saya sendiri memang menganggap premi Unit Link sebagai setoran tabungan rutin untuk Dana Pensiun. Saya ambil unit link sebagai alternatif menabung/investasi.

    Untuk saya sendiri, setoran 750 rb/bln dengan UP meninggal + UP sakit kritis sudah lebih dari cukup. At least, bisa untuk menggantikan penghasilan saya selama 3 tahun kalau saya tertimpa musibah.

    orang dengan gaji 20 juta/bulan yang belum punya life saving minimal mungkin harus ambil UP paling tidak sekitar 1,5 milyar. kalau ikut UL di usia 30 tahun, mungkin premi minimalnya adalah sekitar 25-30 jutaan/tahun atau 2 juta++/bulan belum termasuk rider lain2. baru deh mulai berasa ikutan asuransi

    Anda terlalu berlebihan. Penghasilan 20 juta/bulan = 240 juta/tahun. Buat apa dia ambil UP sampai 1,5 miliar?? Ambil UP 500-600 saja sudah cukup.

    Kalau keluarga itu tau diri, seharusnya UP segitu sudah cukup untuk biaya hidup selama 2 tahun. Lalu selama 2 tahun ditinggal oleh pencari nafkah, seharusnya sudah bisa mencari penghasilan sendiri.

    Jadi buat apa UP 1,5 M?? Orang mati sudah tidak bisa hidup kembali.

    #497

    untuk critical illness rasanya sih pasti bisa direnewal terus. yang gak ada di indonesia itu asuransi kesehatan yang ada renewal guarantee-nya, termasuk di unit link. kalau misalnya terkena penyakit kritis, belum tentu manfaat kesehatannya bisa dilanjutkan.

    Untuk critical illness, seharusnya hanya bisa di klaim sekali. Setelah melakukan klaim sudah tidak bisa renewal lagi.

    Untuk asuransi kesehatan, produk Prudential yang bernama PruHospital & Surgical bisa direnewal terus, walaupun nasabah sudah terkena sakit kritis. Om saya terkena stroke ringan, tapi manfaat PruHospital & Surgical masih terus diperpanjang.

    Kalau PruMed sih saya gak tau ya…soalnya itu produk lama. Klausul juga mungkin gak up-to-date dengan kondisi sekarang.

  422. 500 kah?
    Muantaps Mas Pri…

    Mas, rekan sekerja saya ada orang bule (inggris). Saya bertanya tentang asuransi jiwa ke dia. Dan ternyata hampir semua manfaat asuransi term life yg dia ambil sama dengan dsini, seperti Life Insurance, Critical Illness dan Accident & Disability. Kalo kesehatan, dia tidak ambil karena negara membiayai. Meskipun saya tidak nanya detail brp UP dan premi dia, tp yg dia bilang premi yg harus dia bayarkan, besar.
    Trus saya tanya tentang produk asuransi Unit Link ke dia, ternyata dia tidak tahu apa itu unit link. Dari penjelasan dia, asuransi yg dia ambil adalah Term Life yg katanya tradisional itu.
    Lalu bagaimana ceritanya koq orang bule masih ngambil asuransi tradisional tetapi tidak tahu Unit Link.
    Di negara mana sajakah Unit Link diperkenalkan and most widely used? Apakah diperkenalkan di negara2 tertentu saja? Atau di negara2 yg masyarakat2nya mudah dibodoh2i dengan iming2 dapat milyaran rupiah pada umur 99 tahun?
    Need advise…

  423. Mengawali era 500-an :)
    #496:

    yang jadi masalah itu di sini adalah kebanyakan nasabah praktis tertipu karena mereka beli barang yang mereka sendiri gak tahu dan gak diberi tahu harganya secara terus terang akibat dibungkus dengan ilusi finansial.

    Ok, Permasalahannya bukan pada informasi yang tidak diberikan, tapi ketidakmengertian pada barang yang dibeli. Memang sungguh aneh membeli barang yang tidak dimengerti, jadi perlu diberi kesadaran kalo ngga ngerti ya jangan beli.

    Point saya, pilihan untuk membeli produk ada di tangan konsumen, dengan demikian konsumen seharusnya punya peranan lebih besar di pasar. Konsumen dan Produsen punya kepentingan yang berbeda, jadi mengharapkan produsen berpikir dengan cara konsumen, sama susahnya dengan produsen mengharapkan konsumen berpikir dengan cara produsen. Produsen berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, konsumen berusaha mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dengan harga semurah-murahnya. Sama dengan, dalam bekerja, kita mengharapkan perusahaan memberikan kita gaji sebesar-besarnya dengan apa yang kita berikan sekecil-kecilnya, tetapi perusahaan berharap kita memberikan sebesar-besarnya dengan gaji sekecil mungkin.

    ini rasanya sudah cukup jelas saya jelaskan di tulisan saya. tinggal apakah ada kemauan dari anda untuk mengerti atau cuma bisa mencari2 pembenaran semata :)

    Pertanyaan saya juga sama. At least saya sudah mengerti point anda, setidaknya apakah anda mengerti point saya? Benar atau tidak, relatif, karena sudut pandangnya juga berbeda.

  424. gue ud konfort ke agen asuransi gue, gue suruh dia buka blog mu mas pri dan baca judul ini.., skrg doi kalau dihubungi agak susah tuh.#:-s.waktu dia jawab sms dia cuma bilang semua kembali kepada anda.. mau pilih yg mana #:-s agen ngurus sampe selamanya…:)):))KALO BELOM KETAUAN BELANGNYA KALAU UDAH BOOOOOONGGGGGGGGGGGGGGGGG….. TUH……………….

  425. sesuatu yg digabungkan itu kurang bagus…. Klo asuransi ya asuransi aja… klo invest ya invest aja

  426. to Mas dodi
    #500

    Trus saya tanya tentang produk asuransi Unit Link ke dia, ternyata dia tidak tahu apa itu unit link.

    Di luar negeri (terutama Eropa dan Singapura), unit link dipasarkan sebagai produk Dana Pensiun. Bukan produk asuransi jiwa pada umumnya. Coba saja tanya teman bule itu, bagaimana product Retirement Plan di negaranya. Saya yakin dia pernah dengar ULIP (Unit-Linked Insurance Plan).

    Kalau di Indonesia yg populer adalah DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), dimana produk ini sebagian besar dikelola oleh perusahaan asuransi.

    Karena orang Indonesia pada umumnya berpikiran pendek, maka unit link dipasarkan sebagai produk asuransi jiwa pada umumnya. Sebab, orang lebih tergerak kalau diceritakan manfaat asuransi daripada manfaat pensiun.

  427. to Mas wong ndeso
    #502

    waktu dia jawab sms dia cuma bilang semua kembali kepada anda.. mau pilih yg mana

    Berarti agen Anda seorang profesional. :-?
    Dia merasa tidak perlu memaksakan pilihan kepada Anda, karena dia menilai Anda bisa menentukan pilihan yang terbaik buat Anda sendiri.

  428. #504
    Pak, sudah saya tanyakan ke bule inggris tersebut dan ternyata retirement fund (Dana Pensiun) dia ada, tetapi bukan dalam bentuk Unit Link. Dana Pensiun dan Asuransi Jiwa bule tersebut, terpisah! Ketika saya tanyakan lagi apakah dia tahu ttg Unit Link, dia mengerenyitkan dahinya…. Wah saya gak enak nih nanya lg ttg UL, takut dia marah. Mungkin saya tanya lagi ke bule yg back to back sama dia ttg Unit Link. Kemungkinan besar dia juga gak tahu apa itu unit link.

    Klo DPLK, menurut saya adalah uang para karyawan yang dipercayakan kepada perusahaan asuransi/keuangan untuk diinvestasikan, sehingga mendapat nilai lebih pada masa pensiun. Sehingga yg dilaporkan tiap bulan berupa nilai uang yg telah dikembangkan (diinvestasikan), dan tidak ada Uang Pertanggungan. Di perusahaan saya bekerja, memakai DPLK Tugu Mandiri. Menurut saya, uang karyawan yg diinvestasikan di perusahaan tersebut dimainkan di saham atau reksadana saham dan sejenisnya. Ini terlihat dari investment partner mereka, yaitu: Schroders dan Kresna Securities.
    CMIIW.

  429. #501.
    Dalam hal ini saya sepakat dengan mas Handi. Justru saya melihat peran Priyadi dalam hal edukasi konsumen dan calon konsumen sebelum membeli produk sebelum membeli. Saya termasuk yg merasa mendapat manfaat dari diskusi ini dan mendapat landasan rasional dalam memilih produk asuransi. Dan saya rasa Priyadi punya hak sebagai konsumen untuk membahas produk yang dibelinya dan mendiskusikan dg konsumen lain. Bisa dimengerti para agen asuransi disini ngotot untuk coba mengcounter argumen Priyadi.

  430. #501: kita semua sepakat kalau yang jual ingin jual semahal2nya dan yang beli ingin beli semurah2nya. itu sah2 saja. yang masalah itu kalau itu dilakukan tanpa memperhatikan cara mencapai tujuan tersebut.

    ada kesan produk UL itu didesain seperti itu. kenapa juga biaya akuisisi dikumpulkan di awal2 dan bukan disebar ke seluruh tahun pembayaran? karena UL dijual dengan mengharapkan nasabah gak menyadari ada sesuatu yang salah di kontraknya. kalaupun dia menyadarinya, diharapkan hal itu baru terjadi setelah cukup lama. no problem kalau dia cabut setelah 3 tahun, yang penting 80% keuntungan sudah di tangan saya, lagian salah dia sendiri gak teliti :P

    kalau misalnya si nasabah gak terima perlakuan tersebut dan mau minta ganti rugi, apa agen atau perusahaan asuransi mau menyelesaikannya? (tanpa lewat BMAI, arbitrase atau pengadilan) khan ngga :). palingan dijawab dengan enteng “semua sudah tertera di polis, salah sendiri gak teliti” :)

  431. #498 Firesquid wrote:

    Jadi…apa sih point yang ingin disampaikan dari pernyataan tsb?

    Anda gak liat poin-nya karena anda menggunakan kacamata agen. Coba kalo anda pake kacamata-nya konsumen kebanyakan. Seharusnya anda bisa mengerti.

    Poinnya adalah: Dalam presentasi, agen hanya meng-highlight plu-plus-nya saja. Yang minusnya disampaikan tapi dalam footnote kecil-kecil. Kadang malah ‘lupa’ disampaikan. :-?

    Saya tidak bilang itu salah lho. Iklan2 operator seluler juga begitu kok. Juga iklan rumah, kartu kredit, elektronik, dll. Namanya pasti ‘Strategi Marketing’.

    Nah… Priyadi yang juga konsumen ini berbagi kepada kita untuk meng-highlight footnote-footnote kecil itu supaya kita (kecuali anda kayaknya) memahami plus-minus-nya secara seimbang. Setelah itu, silahkan pilih: UL atau BTAID.

    Anyway, anda sudah cocok dengan UL ya tidak apa-apa. Saya sih BTAID saja. Yang lain silahkan dipilih sendiri.

  432. Firesquid wrote:

    Anda terlalu berlebihan. Penghasilan 20 juta/bulan = 240 juta/tahun. Buat apa dia ambil UP sampai 1,5 miliar?? Ambil UP 500-600 saja sudah cukup.

    UP yang diambil kan disesuaikan dengan tujuan keuangan yang disusun. Karena itu, asuransi dibuat untuk memproteksi rencana keuangan (financial planning) itu.

    Kalau keluarga itu tau diri, seharusnya UP segitu sudah cukup untuk biaya hidup selama 2 tahun. Lalu selama 2 tahun ditinggal oleh pencari nafkah, seharusnya sudah bisa mencari penghasilan sendiri.

    Jadi buat apa UP 1,5 M?? Orang mati sudah tidak bisa hidup kembali.

    Anda belum pernah denger cerita keluarga yang begitu sang ayah sebagai tulang punggung keluarga meninggal menjadi susah kehidupannya. Walaupun UP-nya sebesar 2 tahun penghasilan sang ayah?

    Kalau anda (dan keluarga anda) merasa cukup UP sebesar 2 tahun gaji ya silahkan. Priyadi dan keluarganya bisa jadi merasa perlu membuat UP sebesar 10 tahun atau bahkan 20 tahun gaji ya tidak apa-apa toh.

    Perbandingan premi dengan UP kan sekitar 1:300 (bergantung umur dan faktor2 lain, ini umur 30th-an). Jadi kalau premi asuransi kita adalah 10% dari gaji sebulan x 12 (kan dibayar tahunan, YRT), maka UP-nya menjadi 12x30xgaji (atau 30 tahun gaji). Kalau 5% ya 15 tahun gaji. Atau cukup 2.5% aja (jadi 7.5 tahun gaji). Dengan gaji 20jt/bln ya lumayan.

    Gaji 240jt/tahun, disisihkan sekitar 4jt/tahun untuk UP 1.5M rasanya tidak besar.

    Semuanya kembali ke rencana keuangan kita. Ada juga kok istri yang ditinggal mati suaminya malah akhirnya menikah dengan suami baru yang jauh lebih kaya dari suaminya yang lama (secara financial lebih baik). Yah… Gak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari bukan?

    Berapa UP yang anda ambil, itu terserah bagaimana anda dan keluarga menyikapinya. Yang mati gak bisa hidup lagi (kecuali di hari kebangkitan), tapi yang hidup mau ditinggalkan seperti apa?

  433. #510:

    Kalau keluarga itu tau diri, seharusnya UP segitu sudah cukup untuk biaya hidup selama 2 tahun. Lalu selama 2 tahun ditinggal oleh pencari nafkah, seharusnya sudah bisa mencari penghasilan sendiri.

    Jadi buat apa UP 1,5 M?? Orang mati sudah tidak bisa hidup kembali.

    padahal di thread sebelumnya dia membesar2kan manfaat payor yang katanya cuma ada di unit link. tapi kalau argumennya seperti ini, ya ngapain juga ngambil payor?

    lagi2 double standard :)

  434. padahal di thread sebelumnya dia membesar2kan manfaat payor yang katanya cuma ada di unit link. tapi kalau argumennya seperti ini, ya ngapain juga ngambil payor?

    Payor itu dibayarkan kalau kondisi tertanggung terkena sakit kritis. Dan payor itu ada nilai tunai terjamin, misalnya 12 juta/tahun.

    Jika menambah UP sakit kritis daripada payor, dengan pertimbangan bisa dialokasikan di reksadana sebagai pengganti payor, maka harus pertimbangkan juga bahwa return investasi tidak selalu stabil.

  435. mas pri… kalau spt ini apakah benar? proactive+ADDB+CI,wiraswasta artinya no cover kesehatan berarti hrs ambil hospital benefit plus nya juga dong…

  436. #489 :
    pekerjaan rumah untuk kita semua: jika anda menemui nasabah UL, bantu dia untuk menghitung besar biaya akuisisi yang akan/telah dia keluarkan (dalam Rupiah!). tanyakan kepadanya apa dia akan tetap ngambil UL kalau ada alternatif dimana dia tidak perlu mengeluarkan uang tersebut. jika dia tidak tertarik dan merasa sah2 saja biaya akuisisi sebesar itu, no problem, stop sampai di sini. tapi jika dia tertarik dengan alternatif tersebut, beri tahu dia tentang BTAID.
    ——————————————————-
    Wah, PR yg menarik Pak Priyadi.

    Saya punya saran yang lebih bagus lagi. Setiap hari ceritakan kepada 4-5 orang mengenai produk PRULink. Ceritakan bahwa PRULink adalah tabungan yang memiliki suku bunga lebih tinggi dari tabungan biasa/deposito, juga mendapatkan manfaat proteksi.

    Jika cerita tsb bisa membuat teman/saudara tertarik lalu membuka rekening tabungan di Prudential, maka perusahaan akan memberikan penghargaan yang layak atas usaha Anda.

    Tidak usah khawatir mengenai keterikatan kontrak kerja dengan Prudential. Anda cukup referensikan teman/saudara Anda kepada agen yang profesional, maka komisinya akan dishare kepada Anda.

    Contoh cara bercerita kepada teman/saudara
    Anda : “Fren, gimana pendapatmu mengenai tabungan”
    Teman : “Saya tabung di Bank XYZ, blablabla…”

    Anda : “Kamu tau tidak, saya ada teman yang menawarkan tabungan dengan bunga lebih tinggi dari Bank XYZ”
    Teman : “Masa? Kalau boleh tahu bank apa itu”

    Anda : “Nanti saya kenalkan dengan teman saya itu. Biar dia saja yang cerita ke kamu”
    Teman : “Ngak ah, gak kenal sama teman kamu. Bank apaan dulu, apakah bisa dipercaya?”

    Anda : “Sebenarnya bukan bank, tapi lembaga keuangan. Pernah dengar Prudential?”
    Teman : “Asuransi?”

    Anda : “Bukan, tapi tabungan. Pokoknya ketemu dulu deh, dengerin cerita dia paling 10-15 menit. Pasti kamu tertarik.”
    Teman : “Ga enak ah. Aku gak kenal sama dia”

    Anda : “Tenang aja, gak diapa-apain kok. Anggap saja sekedar bantu teman menjalankan tugas. Saya sudah kenal baik dengan orangnya”
    Teman : “Ya..okelah”

    Gampang sekali, hanya cerita singkat beberapa kalimat saja sudah bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang lumayan. ;)

    #504
    Klo DPLK, menurut saya adalah uang para karyawan yang dipercayakan kepada perusahaan asuransi/keuangan untuk diinvestasikan, sehingga mendapat nilai lebih pada masa pensiun. Sehingga yg dilaporkan tiap bulan berupa nilai uang yg telah dikembangkan (diinvestasikan), dan tidak ada Uang Pertanggungan.
    ——————————————————-
    Pembahasan yang menarik Pak Dody.

    Memang betul saat ini hampir semua perusahaan mengambil program DPLK sebagai dana pensiun bagi karyawannya. DPLK sendiri sebenarnya mempunyai struktur dana yang mirip dengan Unitlink. Yaitu terdiri dari asuransi dan juga investasi.

    Asuransi yang tercakup dalam DPLK adalah asuransi kematian dan kecelakaan kerja.
    Pengelolaan dana tidak dilaporkan dengan jelas kepada peserta DPLK (karyawan), tapi biasanya ditempatkan di instrument investasi yang stabil. Intinya peserta pasti menerima untung.

    Kelemahan utama DPLK ini adalah kurang liquid. Hanya bisa dicairkan setelah 25 tahun bekerja, atau ketika resign dari perusahaan.

    Seperti yang Pak Firesquid bilang, di luar negeri Unitlink dipasarkan sebagai Pension Fund. Kelebihan Unitlink daripada DPLK adalah :
    – lebih transparan mengenai berbagai biaya
    – nasabah bebas menempatkan dana di instrument investasi yang disukai
    – return investasi yang jelas
    – penarikan dana bisa dilakukan kapan saja

    Di Indonesia, unitlink masih digolongkan sebagai jenis asuransi jiwa. Belum bisa dipakai sebagai alokasi dana pensiun.
    Tapi pihak AAJI sedang memperjuangkan ke pemerintah agar unitlink bisa dipakai sebagai alternatif dana pensiun selain DPLK.

  437. #512

    Jika menambah UP sakit kritis daripada payor, dengan pertimbangan bisa dialokasikan di reksadana sebagai pengganti payor, maka harus pertimbangkan juga bahwa return investasi tidak selalu stabil.

    Anda kayaknya belum membaca uraian Priyadi dalam perbandingan UL vs BTAID dengan baik. Dalam ilustrasinya, Priyadi menggunakan instrumen konservatif seperti deposito atau tabungan yang return-nya lebih kecil namun lebih pasti daripada reksadana. Dengan diambil asumsi return yang rendah (5%) maka hasil yang dicapai akan jadi lebih baik jika return real-nya 8% misalnya. Jika digunakan reksadana, peluang return-nya tinggi akan lebih besar tapi ada resiko juga.

    Baca baik2 dulu dech baru komen.

  438. Nah ini dia.:-? Justru cara marketing begini nih yang bikin cemar unit link. Kenapa nggak terus terang aja nawarin asuransi include investasi. Ini malah pakai kamuflase segala dan memanfaatkan ketidaktauan orang sekedar untuk dapat komisi. Kesian agen-2 asuransi disini yg sudah banyak usaha untuk argumentasi tentang nilai tambah UL dan agent, ternyata emang cuma sekedar kejar komisi.

    Terimakasih Pri yang banyak menghabiskan waktu untuk memberi pengajaran pada kita2 calon konsumen untuk menganalisa asuransi yang baik

  439. #515

    Dalam ilustrasinya, Priyadi menggunakan instrumen konservatif seperti deposito atau tabungan yang return-nya lebih kecil namun lebih pasti daripada reksadana.

    Dalam ilustrasi tsb ada yang tidak realistis, bahwa suku bunga deposito mengecil dari tahun ke tahun. Bahkan suatu saat bisa menjadi 2-3% saja.

    Untuk masa depan, bank akan difungsikan sebagai penyaluran kredit saja. Bukan sebagai sarana investasi jangka panjang.

    Jadi pengalihan dana ke deposito bukan solusi.

  440. #516

    Justru cara marketing begini nih yang bikin cemar unit link. Kenapa nggak terus terang aja nawarin asuransi include investasi. Ini malah pakai kamuflase segala dan memanfaatkan ketidaktauan orang sekedar untuk dapat komisi.

    Mungkin maksud dari Mas Zheng adalah buat apa kita harus ceritakan BTAID ke teman atau saudara. Kita tidak dibayar sama sekali oleh perusahaan yg menjual Term Life atau Reksadana. Dengan kata lain, kalau menceritakan BTAID kita dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi dan reksadana untuk membantu memasarkan produk mereka tanpa diberikan imbalan.

    Sedangkan kalau menceritakan manfaat unit link dan bisa membuat orang tertarik, kita bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Lagipula orang yg ambil unit link tidak dirugikan. Selain dapat asuransi, juga menikmati hasil investasi.

    Kalau ada yang bilang bahwa unit link merugikan, sekalian saja sarankan semua orang agar jangan menabung di bank. Dimana suku bunga sangat rendah, juga tidak ada manfaat asuransi.

  441. #514
    kalo dengan cara seperti itu sih jelas-jelas menipu, weew ngga boleh juga dibilang nipu karena blom gugat ya? :d

    Masa unit link disamakan dgn tabungan/deposito di bank???

    kalo sama sih, dgn janji return setinggi itu, saya segera mencairkan semua intrumen investasi (reksadana, saham, emas) buat pindahin ke unit link anda…..=))

  442. #514
    Skenarionya mirip dengan penawaran bisnis MLM :))

    Jadi sekarang UL itu tabungan nih ? Apapun demi duit ni yee. Ironis.

  443. Dalam ilustrasi tsb ada yang tidak realistis, bahwa suku bunga deposito mengecil dari tahun ke tahun. Bahkan suatu saat bisa menjadi 2-3% saja.

    Untuk masa depan, bank akan difungsikan sebagai penyaluran kredit saja. Bukan sebagai sarana investasi jangka panjang.

    Jadi pengalihan dana ke deposito bukan solusi.

    Ah…kalo skenarionya suku bunga deposito makin kecil ya bisa saja menggunakan Obligasi atau istrumen lain. Intinya, semua cuma ilustrasi (sama dengan UL).

    Hasil investasi di reksadana saham juga bisa saja mengecil. Gak ada jaminan dalam investasi ini. Kalau hasil investasi tidak cukup untuk membayar premi asuransi, tentunya modal kita yang akan diambil untuk menutupinya.

    Penjelasan Priyadi sudah jelas kok: Whole Life investasinya dijamin/ditanggung perusahaan sementara UL ditanggung nasabah. Perusahaan hanya menyalurkan ke instrumen yang dipilih oleh nasabah sementara resikonya ditangan nasabah. Sama saja dengan kalo kita ambil reksadana langsung ke MI.

  444. kalo sama sih, dgn janji return setinggi itu, saya segera mencairkan semua intrumen investasi (reksadana, saham, emas) buat pindahin ke unit link anda…

    Ikut…ikut…ikut…
    =))

  445. kalo dengan cara seperti itu sih jelas-jelas menipu, weew ngga boleh juga dibilang nipu karena blom gugat ya? :d

    Masa unit link disamakan dgn tabungan/deposito di bank???

    Saya tidak melihat penipuan di skenario spt itu. Kenyataannya memang unit link mirip dengan tabungan/deposito.

    Tabungan Bank :
    Anda simpan uang di Bank XYZ, kemudian Bank XYZ memberikan bunga simpanan kepada Anda. Beberapa bank bahkan memberikan asuransi jiwa kepada nasabahnya, walaupun nilainya ditentukan oleh bank dan tidak seberapa besar.
    Atas fasilitas yang diberikan, maka bank melakukan pemotongan biaya administrasi dan asuransi.

    Unit Link :
    Anda simpan uang di perusahaan ABC, dan perusahaan memberikan return investasi atas uang Anda. Perusahaan ABC memberikan fasilitas asuransi jiwa kepada nasabahnya, paket asuransinya boleh disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.
    Atas fasilitas yang diberikan, maka perusahaan ABC melakukan pemotongan biaya administrasi dan asuransi.

    Anda lihat sendiri, modusnya sama saja kan?
    SO…menipu di apanya?

    kalo sama sih, dgn janji return setinggi itu, saya segera mencairkan semua intrumen investasi (reksadana, saham, emas) buat pindahin ke unit link anda…..

    Kalau memang teman Anda bisa menunjukkan hasil investasinya yg lebih tinggi dari bunga Bank, apakah kamu mau ambil ?

    Teman Anda tidak mengatakan hasil yang muluk-muluk. DIa hanya bilang bunga yang lebih tinggi dari Bank.

  446. Skenarionya mirip dengan penawaran bisnis MLM :))

    Jadi sekarang UL itu tabungan nih ? Apapun demi duit ni yee. Ironis.

    Bukannya MLM itu fokus nya merekrut member?

    Skenario Unit Link ini meniru modus yang dipakai oleh marketing Bank X (tdk usah disebutkan namanya) untuk mencari nasabah sekitar 5-6 tahun yg lalu (menawarkan bunga lebih tinggi + hadiah sabun/payung/indomi/minyak goreng).
    Sekarang bank tsb sudah kuat dan sudah jarang memakai cara begitu. Nasabah sudah kenal dan bisa langsung datang ke bank untuk buka rekening.

    Setiap orang boleh melakukan usaha apa saja demi uang. Yang penting halal, dan cara Mas Zheng merekrut nasabah dengan cerita tsb juga halal.

  447. Penjelasan Priyadi sudah jelas kok: Whole Life investasinya dijamin/ditanggung perusahaan sementara UL ditanggung nasabah.

    Kalau investasi ditanggung perusahaan, berarti begini…misalnya perusahaan menjamin investasi 9 persen /tahun.
    – jika investasi menghasilkan 7 persen, nasabah tetap diberikan 9 persen.
    – jika investasi menghasilkan 50 persen, nasabah hanya mendapatkan 9 persen.

    Apakah Anda rela kehilangan hasil 41 persen hanya demi keuntungan 9 persen? Kalau menurut Anda fine-fine saja, silahkan…

    Kalau saya pribadi tidak rela dan mengharapkan transparansi yang sejelas-jelasnya. Saya perlu tau keuntungan investasi yang sebenarnya.

    Perusahaan hanya menyalurkan ke instrumen yang dipilih oleh nasabah sementara resikonya ditangan nasabah.

    Tepat sekali.
    Maka dari itu kita harus pandai memilih perusahaan unit link yang selalu untung di investasi. Saya yakin setiap orang mau untung.

    Untuk menilai bagus atau tidaknya investasi perusahaan tsb, kita bisa melihat grafik kinerja investasi perusahaan. Memang tidak menjamin hasil di masa yg akan datang, tapi bisa memberikan gambaran. Saya pikir semua orang yg masuk reksadana juga melihat grafik.

  448. #522 lagi

    Ah…kalo skenarionya suku bunga deposito makin kecil ya bisa saja menggunakan Obligasi atau istrumen lain. Intinya, semua cuma ilustrasi (sama dengan UL).

    Hasil investasi di reksadana saham juga bisa saja mengecil. Gak ada jaminan dalam investasi ini. Kalau hasil investasi tidak cukup untuk membayar premi asuransi, tentunya modal kita yang akan diambil untuk menutupinya.

    Bagaimana kalau ada tawaran, ketika sakit kritis Anda akan mendapatkan setoran rutin yang besar-nya dijamin tidak akan mengecil.

    Setelah mendapatkan setoran rutin tsb, uang Anda terserah mau dialihkan ke mana saja yg menurut Anda lebih baik.

  449. #518:

    Dalam ilustrasi tsb ada yang tidak realistis, bahwa suku bunga deposito mengecil dari tahun ke tahun. Bahkan suatu saat bisa menjadi 2-3% saja.

    lha, sama saja bung. besar premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi PASTI juga telah memperhitungkan fluktuasi suku bunga/pertumbuhan investasi. uang pertanggungan yang dibayarkan perusahaan asuransi itu tidak turun dari langit.

  450. #519:

    Mungkin maksud dari Mas Zheng adalah buat apa kita harus ceritakan BTAID ke teman atau saudara. Kita tidak dibayar sama sekali oleh perusahaan yg menjual Term Life atau Reksadana. Dengan kata lain, kalau menceritakan BTAID kita dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi dan reksadana untuk membantu memasarkan produk mereka tanpa diberikan imbalan.

    Sedangkan kalau menceritakan manfaat unit link dan bisa membuat orang tertarik, kita bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Lagipula orang yg ambil unit link tidak dirugikan. Selain dapat asuransi, juga menikmati hasil investasi.

    tidak dirugikan? jangan pura2 bego lagi ah :). rasanya semua sudah cukup jelas, hanya saja anda yang selalu mencari pembenaran untuk membenarkan apa yang anda perbuat. tidak semua orang bersedia untuk merelakan hubungan pertemanan atau persaudaraan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. tidak semua orang bersedia membantu hanya kalau ada imbalannya.

  451. #527:

    Bagaimana kalau ada tawaran, ketika sakit kritis Anda akan mendapatkan setoran rutin yang besar-nya dijamin tidak akan mengecil.

    hmmm, sekarang anda pura2 lupa soal inflasi :). kalau merugikan argumen anda, entah kenapa anda pasti lupa :). nilai nominalnya sih boleh tetap, tapi nilai realnya PASTI akan mengecil.

  452. #526:

    Apakah Anda rela kehilangan hasil 41 persen hanya demi keuntungan 9 persen? Kalau menurut Anda fine-fine saja, silahkan…

    Kalau saya pribadi tidak rela dan mengharapkan transparansi yang sejelas-jelasnya. Saya perlu tau keuntungan investasi yang sebenarnya.

    lha, padahal gak lama sebelumnya baru ngomongin payor vs UP lumpsum. kalau gitu boleh dong kita menggantikan rider payor dengan UP lump sum :). perbandingannya sama persis dengan investasi di whole life atau unit link. ngambil UP lump sum lebih transparan, lebih jelas daripada ngambil rider payor dan potensi keuntungannya lebih besar. atau double standard lagi nih? :P

  453. #426

    Kalau investasi ditanggung perusahaan, berarti begini…misalnya perusahaan menjamin investasi 9 persen /tahun.
    – jika investasi menghasilkan 7 persen, nasabah tetap diberikan 9 persen.
    – jika investasi menghasilkan 50 persen, nasabah hanya mendapatkan 9 persen.

    Apakah Anda rela kehilangan hasil 41 persen hanya demi keuntungan 9 persen? Kalau menurut Anda fine-fine saja, silahkan…

    Anda lupa, kalo 9% dijamin sementara 50% tidak dijamin itu tidak bisa dibandingkan? Saya ambil Fortis Ekuitas dalam 1 tahun (Nov-06 s/d Nov-07) bisa dapat 70% lebih (nett). Sementara yang ambil deposito hanya dapat 7%-an saja. Saat ini pun dengan grafik yang ada, track record, dll masih ada yang tidak berani ambil reksadana. “Mending deposito aja. Lebih pasti.” Begitu alasannya. Ya tidak ada masalah.

    Saya yang lebih berani ambil resiko dalam berinvestasi ambil reksadana saham (sesuai profil saya). Kawan saya yang mau ‘safe’ ya ambil deposito saja. Yang beli saham langsung bisa saja profit di atas 100% per tahun, silahkan saja. High Risk High Return.

  454. #531

    lha, padahal gak lama sebelumnya baru ngomongin payor vs UP lumpsum. kalau gitu boleh dong kita menggantikan rider payor dengan UP lump sum :). perbandingannya sama persis dengan investasi di whole life atau unit link. ngambil UP lump sum lebih transparan, lebih jelas daripada ngambil rider payor dan potensi keuntungannya lebih besar. atau double standard lagi nih? :P

    Setuju bangetsss Pri. Sebelumnya, deposito selisih UP yang digunakan untuk pengganti Payor dibilang bisa gak nutup. Bunganya bisa cuma 2-3% saja. Kalau pake reksadana gak pasti, jangan2 rugi. Sekarang maunya spekulasi supaya dapat hasil 50% daripada 9% yang pasti. Double standard seperti biasanya. :)

  455. Kalau memang teman Anda bisa menunjukkan hasil investasinya yg lebih tinggi dari bunga Bank, apakah kamu mau ambil ?

    Teman Anda tidak mengatakan hasil yang muluk-muluk. DIa hanya bilang bunga yang lebih tinggi dari Bank.

    Apakah ini tertulis di polis atau cuma ilustrasi/ilusi anda saja?

    Ini yang sering dilakukan agen (atau financial advisor) ke saya. Mereka mengatakan (bahkan memastikan) bahwa hasil investasinya dijamin di atas 14% per tahun. Yang sudah-sudah katanya selalu di atas 20%. Tapi mereka ‘lupa’ bilang bahwa hasil di atas 20% itu kalau kita ambil instrument RDS. Dan tidak ada jaminan hasil investasi (dalam polis dikatakan bahwa investasi TIDAK DIJAMIN). Tahun 2007 lalu RDS saya menghasilkan 70% lebih dalam 1 tahun.

  456. #508:

    kalau misalnya si nasabah gak terima perlakuan tersebut dan mau minta ganti rugi, apa agen atau perusahaan asuransi mau menyelesaikannya? (tanpa lewat BMAI, arbitrase atau pengadilan) khan ngga :). palingan dijawab dengan enteng “semua sudah tertera di polis, salah sendiri gak teliti” :)

    Lho ya memang, salah sendiri gak teliti. Toh ada masa tenggang, kasih kesempatan konsumen baca dulu polisnya,dan nasabah yang tidak setuju dengan isi polis bisa membatalkan polis sehingga seluruh premi yang disetor bisa kembali? Bila tidak dibaca ya jelas salah konsumen.

    #509:
    Mas Rahmat, That’s my point :) Tak masalah kok teriak di toko sebelah harganya lebih murah. Memang hak konsumen mencari yang lebih murah, selama dia merasa manfaatnya sama.

    #514:
    Agak kurang sreg dengan yang menolak mengatakan produk Prudential adalah asuransi tapi menjadi tabungan, jelas kok ketika mau buka ‘tabungan’ di formulirnya tertera Assurance Account alias rekening asuransi bukan Saving Account :) Karena mau bagaimanapun unitlink tetap salah satu bentuk produk asuransi.

  457. #535:

    Lho ya memang, salah sendiri gak teliti. Toh ada masa tenggang, kasih kesempatan konsumen baca dulu polisnya,dan nasabah yang tidak setuju dengan isi polis bisa membatalkan polis sehingga seluruh premi yang disetor bisa kembali? Bila tidak dibaca ya jelas salah konsumen.

    kalau dibaca tapi tidak bisa dimengerti gimana? terkesan struktur harga unit link itu didesain secara spesifik dengan tujuan membingungkan konsumen. konsumen mungkin ngerti artian pasal per pasal, tapi implikasinya yang sulit dimengerti. biasanya harus ‘merasakan’ dulu jadi korban sebelum mengerti implikasinya. lagian berapa lama sih free look period? 14 hari? sebulan? saya saja butuh waktu sebulan untuk mengerti, itu pun setelah telpon2an dan 5 kali ketemu 3 agen yang berbeda. mas rahmat di sini bahkan sudah ikutan setahun lebih (?) padahal dia bukan orang awam finansial. mbak bravo di sini investor profesional, tapi masih bisa dikacangin unit link. kalau kita saja begini, gimana nasibnya orang2 yang jauh lebih awam daripada kita bertiga di luar sana? mengharapkan mayoritas konsumen untuk mengerti struktur harga UL adalah hal yang sangat tidak realistis.

  458. #529

    tidak semua orang bersedia untuk merelakan hubungan pertemanan atau persaudaraan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat. tidak semua orang bersedia membantu hanya kalau ada imbalannya.

    Anda terlalu berleihan. Apa sangkut pautnya hubungan pertemanan atau persaudaraan dengan mengajak orang untuk ambil unit link? Saya rasa Anda harus buka kamus untuk membedakan definisi kata ‘mengajak’ dan ‘memaksa’.

    Toh, kalau dia meninggal di usia dini, keluarganya mendapatkan santunan. Kalau sehat saja sampai tua, dia menikmati hasil investasi. Tidak merugikan teman/saudara.

    Masalah dia tertarik atau enggak, itu terserah dia. Yang Anda lakukan cuma memperkenalkan dia kepada agen saja. Gak menyakiti teman/saudara. Jika melakukan kegiatan yang sederhana begini bisa membantu teman/saudara kenapa tidak? Masalah demi komisi atau enggak, itu urusan lain.

    Jika ada 2 pilihan :
    – Menyarankan teman/saudara untuk beli produk A, yang sudah dirasakan manfaat oleh banyak orang, ada kesempatan diberikan imbalan atas referensi.
    – Menyarankan teman/saudara untuk beli produk B, yang sudah dirasakan manfaat oleh banyak orang, tapi tidak ada imbalan sama sekali.
    Wajar saja donk kalau memilih yang pertama.

    #530

    nilai nominalnya sih boleh tetap, tapi nilai realnya PASTI akan mengecil.

    Saya juga heran, ketika argument Anda dikritik Anda selalu berpura-pura jadi orang bego :(.
    Silahkan Anda memilih :
    – inflasi ada, nilai nominal tetap
    – inflasi ada, nilai nominal menurun

    Kalau saya memilih yg pertama saja. Jika menurut Anda pilihan kedua lebih baik, silahkan…

    #531

    ngambil UP lump sum lebih transparan, lebih jelas daripada ngambil rider payor dan potensi keuntungannya lebih besar.

    Sudah pernah saya katakan kalau perbandingan yang Anda lakukan tidak cocok. Anda membandingan apple dengan orange.

    Boleh saja Anda menggunakan logika UP lump sum dialokasikan ke investasi, dan returnnya tsb dianggap payor. Tapi apakah payor menggunakan metode seperti itu untuk bayar klaim?

    Dan Anda lupa satu hal bahwa semakin besar UP yang diambil, maka semakin berat pula premi asuransi yang harus dibayarkan.

    Sedangkan Unit Link punya kelebihan daripada Term Life, dimana besarnya setoran premi boleh tetap, tapi uang pertanggungan semakin meningkat.

    #536

    Saya saja butuh waktu sebulan untuk mengerti, itu pun setelah telpon2an dan 5 kali ketemu 3 agen yang berbeda. mas rahmat di sini bahkan sudah ikutan setahun lebih (?) padahal dia bukan orang awam finansial. mbak bravo di sini investor profesional, tapi masih bisa dikacangin unit link.

    Anda terlalu berlebihan dan menganggap diri sendiri hebat. Memangnya Mas Priyadi siapa? Mas Rahmat siapa? Mbak Bravo siapa?

    Lulusan akademi asuransi, bukan…
    Anggota dewan AAJI, bukan…
    Konsultan asuransi, bukan…
    Agen asuransi, saya rasa juga bukan…

    Supaya Anda lebih mudah memahami unit link, saya bisa berikan beberapa petunjuk.
    – Gunanya UP adalah untuk mengalihkan resiko finansial. Kebutuhan finansial tahun ini pasti berbeda dengan kebutuhan finansial 20 tahun kedepan.

    – UP 500 juta sekarang, tidak sama nilai realnya dengan 20 tahun kedepan.

    – Pada asuransi Term Life, dengan besar UP yg tetap tapi setoran premi semakin mahal dari tahun ke tahun. Apalagi kalau ada peningkatan UP untuk mengatasi kebutuhan finansial yg semakin bertambah 20 tahun kedepan.

    – Lupakan nilai tunai pada unit link yang bisa dicairkan setiap saat tanpa menunggu jatuh tempo, dan anggap itu sebagai tambahan UP seperti asuransi tradisional yg Whole Life. Kita kembali ke konsep premi asuransi untuk pengalihan resiko.

    – Unit Link memberikan UP yang meningkat dari tahun ke tahun, dengan syarat hasil investasi lebih tinggi dari inflasi. Bisa untuk menutupi masalah resiko finansial yg makin bertambah tiap tahun. Jika ternyata hasil investasi lebih rendah dari tingkat inflasi, mungkin ada yang salah dengan penempatan dana.

  459. #224

    Wadoooohhh, sampe bosen nih.
    Masa perbedaan tabungan sama investasi aja masih ngga tau? atau emang kura-kura dalam perahu? rasanya udah pegel kita2 disini ngetik apa itu TABUNGAN/DEPOSITO, dan apa itu INVESTASI :o

  460. >:)>:)>:)>:)>:)>:)>:)>:)>:)>:)>:) vs o:-)o:-)o:-)o:-)o:-)o:-)o:-)o:-)o:-).
    wahai para agen asuransi ketahuilah : UANG KOMISI YG ANDA TERIMA DIBAYAR OLEH NASABAH BUKAN OLEH PERUSAHAAN ASURANSI, DIPERUSAHAAN CUMA LEWAT DOANG, KALAU ADA ORG PERUSAHAAN ASURANSI YG BACA BLOG INI :)):)):)) PROGRAM “KUDA WORTEL” MEREKA SDH BERHASIL, :)):)):)):)):)):))

  461. Memangnya Mas Priyadi siapa? Mas Rahmat siapa? Mbak Bravo siapa?

    Kami nasabah dan calon nasabah.Anda agen? =))
    Pernyataan yang tidak relevan.
    Back to discussion dong. :d/

  462. Firesquid:

    Sedangkan Unit Link punya kelebihan daripada Term Life, dimana besarnya setoran premi boleh tetap, tapi uang pertanggungan semakin meningkat.

    Yang meningkat itu hasil investasi-nya kali. :-?
    Di polis juga disebutkan UP meninggal sekian, biaya rawat inap sekian, dst. Kapanpun kita klaim, nilainya tetap. Yang berubah adalah porsi investasinya.

    Nah… karena instrumen investasi yang digunakan sama (RDS Schroeders), maka jika hasil investasi dari UL meningkat, hasil investasi RDS dalam BTAID juga meningkat.

    Sebenarnya gambarannya simple. Priyadi sudah menjelaskannya dengan baik. Juga rekan-rekan lainnya termasuk Ligwina. Paling mudah ya dengan angka-angka. Karena angka nggak berbohong.

    Jika ada orang memiliki dana 25jt/tahun yang ingin di-invest-kan sekaligus mendapatkan proteksi, tentu anda menyarankan UL. Sementara Priyadi menyarankan BTAID.

    Anda sudah pernah mengakui bahwa secara angka BTAID lebih tinggi hasilnya daripada UL (lupa??), tapi sekarang mengungkit-ungkit lagi seolah-olah UL lebih baik (daripada TL?). Anda tidak lupa kan bahwa dengan ‘premi’ yang sama, UP TL jauh di atas UL tanpa rider apapun kecuali meninggal dan payor? :-w

    Coba saja kalo ada calon nasabah dengan dana 25jt/thn, dapat apa dia dengan UL? Dan dengan asumsi tingkat investasi yang sama (instrumen investasinya sama), apa yang bisa dilakukan dengan BTAID? Priyadi sudah menjelaskannya dengan baik.

    Saya sudah memiliki beberapa prospektus UL. Untuk mendapatkan benefit yang diberikan oleh UL itu, saya bisa menggunakan konsep BTAID dengan biaya lebih kecil (atau kalo dana tetap ya berarti hasilnya lebih tinggi). Tanpa biaya akuisisi dan administrasi bulanan serta fee investasi yang mahal (5%).

  463. Lulusan akademi asuransi, bukan…
    Anggota dewan AAJI, bukan…
    Konsultan asuransi, bukan…
    Agen asuransi, saya rasa juga bukan…

    Kebanyakan nasabah/calon nasabah bukan lah kategori di atas. Bahkan anda sendiri yang bilang kalo 70% agen tidak profesional (?) atau tidak bisa menjelaskan dengan baik. Lupa?

    Jadi maksud anda bahwa nasabah/calon nasabah cukup percayakan saja dananya ke agen dan terima beres. Begitu? Kita bukan orang pandai menilai agen (lah ilmu kita kan gak seberapa). Anda bilang “Emang siapa?”. Bagaimana kita bisa yakin agen kita bagus? Kan 70% agen gak bagus.

    Beberapa kawan yang terlanjur ambil UL (termasuk saya dulunya) itu karena agen menjelaskan seperti ilustrasi Zheng. Kami dibuat percaya bahwa UL ini seperti tabungan tapi bunganya lebih tinggi (dilihatin grafik beberapa tahun sebelumnya) dan dapat asuransi pula. Siapa yang tidak tertarik?

    Yang mereka ‘lupa’ sampaikan adalah bahwa ‘bunga’ UL adalah TIDAK DIJAMIN. Hanya merupakan ilustrasi. Ini baru saya temukan di POLIS.

  464. Firesquid wrote:

    Anda terlalu berleihan. Apa sangkut pautnya hubungan pertemanan atau persaudaraan dengan mengajak orang untuk ambil unit link? Saya rasa Anda harus buka kamus untuk membedakan definisi kata ‘mengajak’ dan ‘memaksa’.

    Tidak berlebihan. Kami tentu tidak mau mengajak saudara/teman untuk mengambil UL. Yang kami pahami, yakini, dan lakukan adalah BTAID. Gak bisa (buat kami) mengajak orang lain mengambil UL demi komisi padahal buat kami ada BTAID yang lebih baik daripada UL. Walaupun dengan mengajak teman/sodara ikut BTAID, kami tidak menerima komisi apapun. Yang seperti ini saja kok tidak mengerti. :o

  465. Supaya Anda lebih mudah memahami unit link, saya bisa berikan beberapa petunjuk.
    ……….

    Anda menjelaskan seolah-olah anda lebih paham masalah financial daripada yang lain. Back to discussion aja. UL vs BTAID. Atau kalo memang UL lebih baik, jelaskan. Jangan mengalihkan topik ke hal-hal yang orang lain juga tahu.

    Anda kadang bias dengan membandingkan UL vs TermLife, UL vs whole life, dan UL vs reksadana. Padahal yang setara adalah UL vs BTAID. Dua-duanya konsep investasi+asuransi. Bedanya, UL dijual paket sementara BTAID dijual terpisah. Itu saja.

    Memang ada konsep ‘mempengaruhi audiens’ dengan cara menyampaikan hal-hal yang awal-awal-nya bisa diterima dan disetujui audiens. Kemudian, saat audiens sudah percaya dengan apapun yang kita sampaikan, barulah disampaikan konsep baru supaya audiens juga setuju dengan konsep kita.

  466. – Gunanya UP adalah untuk mengalihkan resiko finansial. Kebutuhan finansial tahun ini pasti berbeda dengan kebutuhan finansial 20 tahun kedepan.

    Dari uraian anda ini, sebenarnya BTAID lah yang sesuai bukan UL. Dalam BTAID, kita mengambil asuransi untuk proteksi rencana keuangan kita. Kalau rencana sudah tercapai, proteksi tidak diperlukan lagi. Itulah kelebihan Term Life. Seluruh dana bisa langsung di-invest-kan begitu kita tidak butuh Term Life lagi.

    – UP 500 juta sekarang, tidak sama nilai realnya dengan 20 tahun kedepan.

    Setuju. Tapi anda kan tahu konsep BTAID akan meng-invest-kan dana yang ada setelah premi term life dibayar. Dalam 20 tahun, hasil investasi kita bisa jadi sudah jauh di atas UP tersebut. Bisa jadi kita tidak butuh Term Life lagi saat itu.

    – Pada asuransi Term Life, dengan besar UP yg tetap tapi setoran premi semakin mahal dari tahun ke tahun. Apalagi kalau ada peningkatan UP untuk mengatasi kebutuhan finansial yg semakin bertambah 20 tahun kedepan.

    Anda mengigau rupanya. Bisa jadi kita tidak perlu Term Life sampai 20tahun. Kalau tingkat investasi sesuai asumsi awal, setelah 20 tahun menerapkan BTAID, hasil investasi kita sudah tidak butuh proteksi dari asuransi lagi. Gimana kalo hasil investasinya dibawah asumsi kita? Hmm…Pertanyaan yang sama juga berlaku untuk UL bukan?

    – Lupakan nilai tunai pada unit link yang bisa dicairkan setiap saat tanpa menunggu jatuh tempo, dan anggap itu sebagai tambahan UP seperti asuransi tradisional yg Whole Life. Kita kembali ke konsep premi asuransi untuk pengalihan resiko.

    Kalau rencana sudah tercapai, tidak perlu ada asuransi lagi. BTW, kok ada whole life di sini?

    – Unit Link memberikan UP yang meningkat dari tahun ke tahun, dengan syarat hasil investasi lebih tinggi dari inflasi. Bisa untuk menutupi masalah resiko finansial yg makin bertambah tiap tahun. Jika ternyata hasil investasi lebih rendah dari tingkat inflasi, mungkin ada yang salah dengan penempatan dana.

    Hmm… masih ngotot bahwa UP Dasar + Nilai Investasi dari UL adalah UP? Fine…Terserah…

    BTAID juga memberikan ‘UP’ yang meningkat dari tahun ke tahun (bahkan lebih besar dari ‘UP’ yang diberikan UL). Dengan asumsi yang sama persis dengan UL. Gimana?

  467. BTAID juga memberikan ‘UP’ yang meningkat dari tahun ke tahun (bahkan lebih besar dari ‘UP’ yang diberikan UL). Dengan asumsi yang sama persis dengan UL. Gimana?

    Saya sudah pernah menjelaskan ttg kasus kepailitan.

    Misalnya saja Anda ditipu oleh teman/saudara, kemudian terlibat hutang yg besar sehingga pengadilan memutuskan Anda harus menggadaikan semua harta untuk membayar utang. Otomatis investasi Anda di reksadana juga akan disita, karena reksadana termasuk aset.

    Kalau semua harta sudah disita, gimana dengan nasib keluarga Anda? Tentu membayar premi asuransi juga susah. Maka dari itu banyak orang yg menganjurkan whole life.

    Kalau rencana sudah tercapai, tidak perlu ada asuransi lagi. BTW, kok ada whole life di sini?

    Unit Link merupakan turunan dari whole life tradisional.
    Pada asuransi whole life tradisional, misalnya nasabah usia 30 tahun setor sekian 8 tahun, dengan UP dasar 300 juta. Biasanya UP ini akan meningkat dari tahun ke tahun.

    Jika sampai tahun tertentu, nasabah masih sehat, maka UP tersebut bisa dicairkan. Misalnya pada usia 75 tahun, nasabah tersebut mendapatkan uang sebesar 800 juta.
    Uang sebesar 800 juta ini jika dialihkan ke instrumen investasi, maka akan memberikan manfaat anuitas seumur hidup. Sebab salah satu fungsi asuransi whole life adalah memberikan penghasilan jika nasabah hidup terlalu lama.

    Unit Link juga sama. Ada uang pertanggungan dasar, misalnya 300 juta. Dari tahun ke tahun UP akan semakin bertambah. Kelebihan Unit Link daripada whole life tradisional adalah :
    – uang tunai bisa dicairkan tanpa harus tunggu jatuh tempo
    – nilai investasi dan semua biaya lebih transparant

    Jadi, jika kita memilih perusahaan asuransi yang bagus pengelolaan dananya, UP di masa pensiun akan menjadi jauh lebih besar daripada UP di whole life tradisional.

    Manfaat pada whole life dan unit link memang bisa digantikan dengan BTAID. Tapi coba pikirkan kembali kenapa bisa muncul asuransi whole life dan unit link. Padahal BTAID sudah lebih dahulu exist daripada whole life dan unit link.

    Semua asuransi pada dasarnya memang Yearly Renewal Term Life (YRT). Tapi proses underwriting whole life dan term life berbeda.
    Pada whole life dan unit link, proses underwriting hanya dilakukan sekali saja pada saat pengajuan polis. Sedangkan Term Life akan diproses setiap tahun melakukan perpanjangan, atau pada periode tertentu (mis 5 tahun sekali pada level term life).

  468. Saya sudah pernah menjelaskan ttg kasus kepailitan.

    Misalnya saja Anda ditipu oleh teman/saudara, kemudian terlibat hutang yg besar sehingga pengadilan memutuskan Anda harus menggadaikan semua harta untuk membayar utang. Otomatis investasi Anda di reksadana juga akan disita, karena reksadana termasuk aset.

    Kalau semua harta sudah disita, gimana dengan nasib keluarga Anda? Tentu membayar premi asuransi juga susah. Maka dari itu banyak orang yg menganjurkan whole life.

    Kalo semua aset disita, bayar premi UL juga susah. Dan lagi, trus dana di UL bisa ‘parkir’ terus ya? Bukannya kalo dicairkan pun tetap akan disita juga. :-?

    Ada contoh kasus dimana orang bangkrut total sementara dia memiliki katakanlah ULPT atau UL biasa dan dananya di ULPT atau UL biasa aman (tidak disentuh)? Jangan pake asumsi. Kan anda sukanya yang real-real aja. ;)

    Sementara kalo redeem lebih kurang dari 3 tahun kena pajak 20% kalo setelah 3 tahun bebas pajak. Artinya memang porsi investasinya yang kena pajak. Premi asuransi kan hak-nya perusahaan asuransi begitu kita bayarkan.

    Kita bayar premi 2jt dapat UP 600jt. Uang 2jt bukan milik kita lagi tapi milik perusahaan asuransi. UP menjadi hak kita kalau mengalami kejadian yang dipertanggungkan. Kalo pailit ya gak dapat UP dan premi juga bukan milik kita. :)

  469. #546:

    Misalnya saja Anda ditipu oleh teman/saudara, kemudian terlibat hutang yg besar sehingga pengadilan memutuskan Anda harus menggadaikan semua harta untuk membayar utang. Otomatis investasi Anda di reksadana juga akan disita, karena reksadana termasuk aset.

    pertama, ini baru sebatas khayalan anda, anda belum pernah bisa memberikan buktinya dalam bentuk undang-undang maupun preseden keputusan pengadilan. kedua, kalaupun kasusnya seperti itu, itu kemungkinan besar hanya memanfaatkan loophole perundangan yang bisa dengan mudah ditambal di masa yang akan datang. ketiga, kalau mau seperti itu, ada solusi yang jauh lebih murah dan praktis, yaitu DPLK, dan tidak seperti khayalan anda, ini sudah diatur secara eksplisit dalam UU kepailitan.

    Manfaat pada whole life dan unit link memang bisa digantikan dengan BTAID. Tapi coba pikirkan kembali kenapa bisa muncul asuransi whole life dan unit link. Padahal BTAID sudah lebih dahulu exist daripada whole life dan unit link.

    kenapa? bukannya sudah sangat obvious: karena WL dan UL memberikan profit yang jauh lebih tinggi daripada term life bagi perusahaan dan agen asuransi. hanya itu saja.

    Semua asuransi pada dasarnya memang Yearly Renewal Term Life (YRT). Tapi proses underwriting whole life dan term life berbeda. Pada whole life dan unit link, proses underwriting hanya dilakukan sekali saja pada saat pengajuan polis. Sedangkan Term Life akan diproses setiap tahun melakukan perpanjangan, atau pada periode tertentu (mis 5 tahun sekali pada level term life).

    ini total FUD. saya kutipkan isi polis saya: “9.2. Pengulangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9.1 dapat dilakukan dengan cara membayar premi sesuai dengan tarip premi yang berlaku saat pengulangan dan tidak diperlukan seleksi ulang”

  470. #547: betul2. kalau misalnya kita ambil kredit tanpa agunan, kemudian kita dipecat dan gak bisa bayar, kemudian karena itu kreditor berniat membangkrutkan kita. apa yang bisa kita lakukan?

    jual/cairkan semua aset lalu top up premi tunggal ke account unit link atau cukup beli UL premi tunggal, dan setelah itu aset kita otomatis 100% aman dan kreditor hanya bisa gigit jari? enak banget kalau gitu, kalau beneran begini kemungkinan besar cuma karena loophole yang dimasa yang akan datang PASTI akan ditambal.

  471. #549

    Pri, ini cuma ‘ilusi siang bolong’ Firesquid aja. Gak ada yang namanya hasil investasi jadi aman karena dia ada di unit-link. Walaupun katanya UL = asuransi yang dikaitkan (linked) dengan investasi, tetap saja dia bukan asuransi murni (karena ada porsi investasi di dalamnya).

    Dalam UU kepailitan juga ada yang disebut “Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”. Kalaupun kita punya ULPT, ya harus dicairkan supaya utang-utang kita bisa dilunasin.

    Gak ada cerita kita punya utang 10M trus harta kita cuma ada 1M sementara ada 9M di UL yang aman tentram. Kita cukup menyatakan pailit dan cuma membayar 1M sementara yang 9M aman.

    Ini cuma ‘ilusi siang bolong’ Firesquid saja. Dalam UU, yang money laundering juga ada kok.

    Kalo Firesquid bisa ber-ilusi atau ber-fantasi ke situ, para ahli hukum juga sudah berpikir ke sana. Minimal akan berpikir ke sana bila ada hal-hal yang mengarah ke sana.

    Setuju dengan Priyadi:

    kalau beneran begini kemungkinan besar cuma karena loophole yang dimasa yang akan datang PASTI akan ditambal.

    Kalau memang kasusnya penipuan oleh kawan/sodara ya kita laporkan saja sebagai penipuan. Yang jelas, tidak perlu kita melakukan pekerjaan melanggar hukum untuk keamanan harta kita.

  472. #547

    Kalo semua aset disita, bayar premi UL juga susah. Dan lagi, trus dana di UL bisa ‘parkir’ terus ya? Bukannya kalo dicairkan pun tetap akan disita juga.

    Apakah saya pernah menyarankan mencairkan dana di unit link untuk membayar utang??

    Saya mengatakan proteksi kita masih terus berlanjut walaupun mengalami kepailitan dan tidak mampu setor premi. Sebab di Unit Link ada fasilitas yang namanya Premium Holiday.

    Di Term Life ada gak?

    Anda jangan pikirkan nilai tunai di Unit Link yg bisa dicairkan setiap saat tanpa menunggu jatuh tempo. Anggap saja Unit Link adalah Whole Life Modern yg berbeda dengan Whole Life Tradisional dalam masalah pengaturan investasi.

    Kita bayar premi 2jt dapat UP 600jt. Uang 2jt bukan milik kita lagi tapi milik perusahaan asuransi. UP menjadi hak kita kalau mengalami kejadian yang dipertanggungkan. Kalo pailit ya gak dapat UP dan premi juga bukan milik kita

    Anda bisa beranggapan demikian thd Term Life. Kenapa terhadap Unit Link tidak? Coba lebih buka pikiran Anda. Anggap setoran ke Unit Link juga premi hangus, tapi Anda mendapatkan kelebihan fasilitas Premium Holiday jika suatu saat tidak bisa melanjutkan setoran, mungkin karena lalai atau karena pailit.

    Ada contoh kasus dimana orang bangkrut total sementara dia memiliki katakanlah ULPT atau UL biasa dan dananya di ULPT atau UL biasa aman (tidak disentuh)? Jangan pake asumsi. Kan anda sukanya yang real-real aja.

    Justru karena saya sudah melihat teman saya yg mengalami hal demikian. Rumah, mobil, deposito, sampai semua perhiasan dia disita oleh kurator sebagai pembayaran hutang. Tapi polis asuransi unit link dia tidak disita untuk pencairan nilai tunai.

    Anda tidak harus percaya dengan cerita saya. Anda boleh tanyakan kepada teman Anda yang jago hukum untuk memastikan. Siapa tau kurator tsb yg lalai dalam menjalankan tugas.

  473. #548

    pertama, ini baru sebatas khayalan anda, anda belum pernah bisa memberikan buktinya dalam bentuk undang-undang maupun preseden keputusan pengadilan.

    Pertama, kepemilikan investasi di reksadana termasuk aset pribadi. Dan bisa disita oleh pengadilan jika mengalami kepailitan.

    kedua, kalaupun kasusnya seperti itu, itu kemungkinan besar hanya memanfaatkan loophole perundangan yang bisa dengan mudah ditambal di masa yang akan datang.

    Kedua, polis Unit Link tidak disita dalam kasus kepailitan bukan karena loophole. Tapi memang kepemilikan polis asuransi jiwa tidak termasuk kategori aset pribadi.

    Kalau sampai polis Unit Link bisa disita, berarti polis Whole Life juga bisa disita karena ada komponen nilai tunai yg bisa dicairkan.

    Anda tidak harus percaya dengan kata-kata saya. Silahkan konsultasikan dengan ahli hukum yang Anda percaya. Sebab saya sudah melakukannya.

    ketiga, kalau mau seperti itu, ada solusi yang jauh lebih murah dan praktis, yaitu DPLK, dan tidak seperti khayalan anda, ini sudah diatur secara eksplisit dalam UU kepailitan.

    Ketiga, DPLK sebenarnya mirip dengan Unit Link. Di DPLK juga ada komponen asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan. Kalau mau ambil unit link dengan komponen asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan doank juga bisa.

    bukannya sudah sangat obvious: karena WL dan UL memberikan profit yang jauh lebih tinggi daripada term life bagi perusahaan dan agen asuransi. hanya itu saja.

    Ini asumsi pribadi Anda saja. Anda tidak punya bukti yang konkrit untuk mendukung pernyataan Anda.

    Kenyataan di lapangan, hanya 2 perusahaan penjual Unit Link yang berjaya (Prudential dan AXA Mandiri Financial).
    Sedangkan perusahaan lain tetap fokus di produk tradisional terutama Term Life, karena produk Whole Life sudah tergeser oleh Unit Link.

    Bahkan menurut data AAJI tahun 2006, kontribusi premi Unit Link terhadap pendapatan premi asuransi jiwa hanya 37% saja.

    So…saya pikir asumsi Anda yang satu ini harus diralat. Dan kalau saya boleh memberikan saran, lakukan survey dulu sebelum Anda menyatakan asumsi Anda.

    #549

    kalau misalnya kita ambil kredit tanpa agunan, kemudian kita dipecat dan gak bisa bayar, kemudian karena itu kreditor berniat membangkrutkan kita. apa yang bisa kita lakukan?

    jual/cairkan semua aset lalu top up premi tunggal ke account unit link atau cukup beli UL premi tunggal, dan setelah itu aset kita otomatis 100% aman dan kreditor hanya bisa gigit jari?

    Pemikiran Anda memang bagus. Tapi sayangnya modus money laundry yg Anda sarankan tsb terlalu sembrono. Cara demikian sudah lama ditanggulangi dalam UU Tindak Pidana Pencucian Uang.

    Jika mengalami kepailitan, pengadilan berhak menyita uang di polis Anda tsb dengan tuduhan “Transaksi Keuangan Mencurigakan” di perusahaan jasa keuangan. :-\”

  474. #552:

    Pertama, kepemilikan investasi di reksadana termasuk aset pribadi. Dan bisa disita oleh pengadilan jika mengalami kepailitan.

    lah, siapa juga yang bilang kalau reksadana gak bisa disita? gak ada yang menyanggah itu di sini. yang jadi masalah adalah apakah perlakuan yang sama diberikan kepada UL atau tidak.

    Kedua, polis Unit Link tidak disita dalam kasus kepailitan bukan karena loophole. Tapi memang kepemilikan polis asuransi jiwa tidak termasuk kategori aset pribadi.

    Kalau sampai polis Unit Link bisa disita, berarti polis Whole Life juga bisa disita karena ada komponen nilai tunai yg bisa dicairkan.

    ya itulah loopholenya. kenapa perlakuan terhadap reksadana tidak bisa diterapkan kepada porsi investasi yang ada di UL? padahal karakteristiknya sama persis, dan bahkan banyak juga insurers yang pakai jasa manajer investasi yang jualan reksadana juga.

    gak perlu bikin analogi dengan whole life. sudah pasti ada perbedaan antara UL dan WL, kalau tidak ada perbedaan maka tidak perlu dibikin istilah baru.

    Anda tidak harus percaya dengan kata-kata saya. Silahkan konsultasikan dengan ahli hukum yang Anda percaya. Sebab saya sudah melakukannya.

    betul, setelah lama ‘berdiskusi’ dengan anda, gak bakalan ada yang percaya begitu saja kata2 anda :).

    Ketiga, DPLK sebenarnya mirip dengan Unit Link. Di DPLK juga ada komponen asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan. Kalau mau ambil unit link dengan komponen asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan doank juga bisa.

    salah! DPLK itu murni investasi. jika ada komponen asuransi jiwa, maka itu cuma gimmick tambahan yang diberikan oleh perusahaan asuransi, dan sebenarnya diberikan di luar DPLK itu sendiri.

    Ini asumsi pribadi Anda saja. Anda tidak punya bukti yang konkrit untuk mendukung pernyataan Anda.

    Kenyataan di lapangan, hanya 2 perusahaan penjual Unit Link yang berjaya (Prudential dan AXA Mandiri Financial). Sedangkan perusahaan lain tetap fokus di produk tradisional terutama Term Life, karena produk Whole Life sudah tergeser oleh Unit Link.

    Bahkan menurut data AAJI tahun 2006, kontribusi premi Unit Link terhadap pendapatan premi asuransi jiwa hanya 37% saja.

    gampang banget ya muter2in data :). yang harus dihitung di sini adalah profit per polis, bukan profit keseluruhan insurer. profit per polis untuk UL/WL PASTI lebih besar daripada profit per polis untuk term life.

  475. Pemikiran Anda memang bagus. Tapi sayangnya modus money laundry yg Anda sarankan tsb terlalu sembrono. Cara demikian sudah lama ditanggulangi dalam UU Tindak Pidana Pencucian Uang.

    Jika mengalami kepailitan, pengadilan berhak menyita uang di polis Anda tsb dengan tuduhan “Transaksi Keuangan Mencurigakan” di perusahaan jasa keuangan.

    Ah…jadi gak bisa dong ULPT dipake buat ‘proteksi’ dari kepailitan? :-?

    Dan ilustrasi anda berikut gak membuktikan bahwa Polis UL aman:

    Justru karena saya sudah melihat teman saya yg mengalami hal demikian. Rumah, mobil, deposito, sampai semua perhiasan dia disita oleh kurator sebagai pembayaran hutang. Tapi polis asuransi unit link dia tidak disita untuk pencairan nilai tunai.

    Terlepas dari benar tidaknya cerita anda di atas, kalau memang hutangnya sudah bisa dilunasi dengan barang sitaan yang disebutkan di atas ya sudah. Ada teman juga yang rumah dan mobilnya disita sampai kantor dia juga disita untuk melunasin hutangnya. Tapi masih ada deposito dan tabungan di bank lain yang tidak disita. Soalnya hutangnya bisa di-settle dengan harta-harta tadi.

    Kan sudah saya bilang:

    Dalam UU kepailitan juga ada yang disebut “Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”. Kalaupun kita punya ULPT, ya harus dicairkan supaya utang-utang kita bisa dilunasin.

    Gak semudah itu anda lari dari tanggung jawab/kewajiban anda. :p

  476. #553

    ya itulah loopholenya. kenapa perlakuan terhadap reksadana tidak bisa diterapkan kepada porsi investasi yang ada di UL? padahal karakteristiknya sama persis, dan bahkan banyak juga insurers yang pakai jasa manajer investasi yang jualan reksadana juga.

    Karena memang kenyataannya Unit Link bukan Reksadana. Dan saya heran Anda bersikeras mengatakan porsi investasi di Unit Link adalah Reksadana. Sedangkan Anda tidak bisa menunjukkan bukti perundang-undangan yg mengatakan demikian.

    Untuk manager investasi Unit Link yang memakai perusahaan yg menjual reksadana, itu memang kebijakan perusahaan asuransinya. Pada asuransi whole life atau dwiguna, perusahaan asuransi juga bisa memakai jasa perusahaan yg menjual reksadana untuk mengelola investasi. Tapi biasanya fund manager mana yg dipakai tidak diberitahukan kepada nasabah, dan seberapa besar hasil investasi juga tidak diberitahukan.

    gak perlu bikin analogi dengan whole life. sudah pasti ada perbedaan antara UL dan WL, kalau tidak ada perbedaan maka tidak perlu dibikin istilah baru.

    Untuk melakukan pendekatan dalam menjelaskan Unit Link, memang harus memakai whole life. Perbedaan unit link dan whole life hanya segi transparansi.

    Saya sudah mencoba menjelaskan berkali-kali, tapi kelihatannya Anda tidak bisa mengerti (atau tidak mau mengerti?).

    salah! DPLK itu murni investasi. jika ada komponen asuransi jiwa, maka itu cuma gimmick tambahan yang diberikan oleh perusahaan asuransi, dan sebenarnya diberikan di luar DPLK itu sendiri.

    Saya tidak perlu berdebat mengenai benar atau salah. Percuma, dari komentar Anda sangat jelas terlihat bahwa Anda juga kurang paham mengenai hal ini.

    Tapi yang mau saya komentari adalah DPLK merupakan salah satu produk asuransi jiwa yang memberikan anuitas ketika nasabah memasuki usia pensiun (proteksi thd resiko hidup terlalu lama).
    Jika Anda bisa menganggap DPLK sebagai investasi yang memberikan asuransi, kenapa Anda tidak bisa menganggap Unit Link juga investasi yang memberikan asuransi.

    yang harus dihitung di sini adalah profit per polis, bukan profit keseluruhan insurer. profit per polis untuk UL/WL PASTI lebih besar daripada profit per polis untuk term life.

    Buktinya mana?
    Anda suka mengatakan “PASTI”, tapi ketika ditanyakan data pendukung Anda selalu beralibi 1001 alasan.

    Jika ingin orang mendukung argument Anda, sewajarnya berikan data pendukung. Bukan sekedar asumsi-asumsi belaka.

    Logikanya saja, jika memang UL memberikan profit lebih besar, maka semua perusahaan asuransi bisa saja stop menjual Term Life, dan fokus di Unit Link. Semua produsen kan mau untung sebesar-besarnya.

  477. #554

    Ah…jadi gak bisa dong ULPT dipake buat ‘proteksi’ dari kepailitan?

    Secara teori memang tidak bisa.
    Tapi Unit Link bisa digunakan untuk proteksi resiko keuangan keluarga ketika Anda dalam masa kepailitan.

    Lagipula asuransi jiwa bukan berfungsi untuk memproteksi finansial dari resiko kepailitan. Jika ingin proteksi thd kepailitan yg disebabkan hal-hal tertentu (mis : proyek pembangunan gagal), Anda harus beli asuransi umum.

    Sedikit promosi, silahkan Anda kunjungi http://www.aca.co.id untuk mencari tau produk asuransi kerugian yg sesuai dengan kebutuhan Anda.

    Dalam UU kepailitan juga ada yang disebut “Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”. Kalaupun kita punya ULPT, ya harus dicairkan supaya utang-utang kita bisa dilunasin.

    Sampai saat ini belum ada UU yang mengharuskan kita mencairkan dana di polis asuransi untuk melunasi utang. Kecuali polis asuransi jiwa tersebut digunakan sebagai jaminan kredit.

  478. ya itulah loopholenya. kenapa perlakuan terhadap reksadana tidak bisa diterapkan kepada porsi investasi yang ada di UL? padahal karakteristiknya sama persis, dan bahkan banyak juga insurers yang pakai jasa manajer investasi yang jualan reksadana juga.

    Sampai saat ini sih semuanya baru claim dari Firesquid aja Pri.

    Kepailitan bisa diajukan oleh yang pailit atau kreditor-nya. Ada kasus dimana satu perusahaan mem-pailit-kan diri supaya ada ‘pembatasan’ tanggung jawab. Selama pengadilan nantinya menerima dan kewajiban-kewajibannya dipenuhi ya bisa saja.

    Bisa juga kreditor mengajukan gugatan kepailitan terhadap seseorang/badan hukum supaya piutang-piutang dia bisa dilunasi dengan sita harta tergugat.

    Ada kasus kontraktor yang mengerjakan proyek di perusahaan oil&gas mengajukan gugatan pailit terhadap client-nya karena ada kerja tambahan yang menurut mereka tidak dibayar oleh client-nya.

    Selama tidak dinyatakan secara eksplisit seperti berikut:
    “Unit Link tidak bisa disita dalam kasus kepailitan.” atau sejenisnya ya saya gak percaya dengan Firesquid.

  479. Sampai saat ini belum ada UU yang mengharuskan kita mencairkan dana di polis asuransi untuk melunasi utang. Kecuali polis asuransi jiwa tersebut digunakan sebagai jaminan kredit.

    Yang membebaskan kita dari kewajiban membayar hutang juga belum ada. Kalo ‘UP’ di UL sudah 10M (sudah lama ikut UL dengan hasil investasi lumayan) sementara hutang kita ‘cuma’ 5M, ‘UP’ di UL bisa saja dipakai untuk melunasi hutang-hutang.

    Di sisi lain, kalau ambil UL baru 5 tahun juga gak bisa berharap banyak dari UL. Kalau kita pailit sampai bayar premi bulanan saja tidak bisa, sementara UL baru selesai ‘bayar biaya akuisisi’ sehingga hasil investasi ‘belum optimal’. Boro-boro ada asuransi yang ada polis jadi lapse.

  480. #520
    kalo dengan cara seperti itu sih jelas-jelas menipu, weew ngga boleh juga dibilang nipu karena blom gugat ya?

    Masa unit link disamakan dgn tabungan/deposito di bank???
    =======================================================

    Pertama-tama, saya mohon maaf kalau ternyata penjelasan saya kurang jelas dan dianggap menipu.

    Prinsip dasar menabung adalah Anda setor uang, dan perusahaan keuangan menjamin simpanan Anda. Jika memungkinkan, perusahaan keuangan tsb akan memberikan bunga atas simpanan Anda.

    Prinsip menabung ini juga dipakai Prudential dalam produk PRULink. Nasabah setor uang ke Prudential, dan kita memberikan jaminan serta bunga atas simpanan.

    Bank memiliki fasilitas pembayaran autodebet untuk tagihan listrik, telp, air. Prudential juga memiliki fasilitas pembayaran autodebet untuk pembayaran tagihan biaya asuransi jiwa dan berbagai rider.

    Dengan demikian, saya rasa bisa meng’clear’kan permasalahan Anda yang merasa tawaran saya menipu. Penjelasan lebih lanjut sudah cukup jelas disampaikan oleh agen lainnya.

    Untuk masalah jaminan simpanan, pada tahun 2007 Prudential memiliki RBC (Risk Based Capital) sebesar 625%. Dengan kata lain Prudential memiliki kemampuan menjamin 6x dana nasabah yang disimpan di Prudential.

    Untuk perusahaan keuangan sekelas Prudential, dimana total aset diatas 6 Triliun, RBC 625% merupakan jaminan yang luar biasa. Sejak krismon tahun 1997-1998 yg membuat trauma industri keuangan, kita memahami kebutuhan nasabah akan jaminan simpanan.

    #520
    =======================================================
    kalo sama sih, dgn janji return setinggi itu, saya segera mencairkan semua intrumen investasi (reksadana, saham, emas) buat pindahin ke unit link anda…..
    =======================================================

    Mungkin Anda salah paham dalam menangkap penjelasan saya.

    Saya dan Prudential tidak pernah menjanjikan nasabah dengan return investasi yang tinggi. Dari performance PRULink Equity Fund, memang rata-rata return investasi kita diatas suku bunga deposito.

    Selain manfaat return investasi yang cukup tinggi, Prudential juga memberikan manfaat asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang besarnya disesuaikan dengan setoran Anda.

    Untuk asuransi kesehatan, kami memiliki fasilitas PruHospital & Surgical yang kerjasama dengan jaringan rumah sakit yang terdaftar di SOS. Jika nasabah rawat inap di rumah sakit itu, nasabah tidak perlu melakukan klaim ke Prudential. Cukup menunjukkan kartu PHS atau sebutkan nomor polis Prudential.

    Bahkan nasabah bisa mendapatkan fasilitas asuransi kesehatan yang hanya mencover penyakit kritis (s.d usia 85).

  481. Selama tidak dinyatakan secara eksplisit seperti berikut:
    “Unit Link tidak bisa disita dalam kasus kepailitan.” atau sejenisnya ya saya gak percaya dengan Firesquid.

    Saya sudah bilang, Anda tidak harus percaya dengan saya sebab saya bukan ahli hukum. Saya hanya menyampaikan kembali apa yang saya pelajari dari bagian Legal di perusahaan saya, bahwa “polis asuransi jiwa tidak akan disita jika bukan digunakan sebagai jaminan kredit”.

    Anda bisa konsultasikan masalah ini dengan ahli hukum yang Anda percaya.

    Yang membebaskan kita dari kewajiban membayar hutang juga belum ada. Kalo ‘UP’ di UL sudah 10M (sudah lama ikut UL dengan hasil investasi lumayan) sementara hutang kita ‘cuma’ 5M, ‘UP’ di UL bisa saja dipakai untuk melunasi hutang-hutang.

    Argumen Anda tidak masuk akal.
    Jika Anda sudah lama ikut Unit Link dan sudah punya nilai tunai 10M, maka kekayaan Anda setidaknya sudah lebih dari 10M.

    Jika Anda memiliki kekayaan real yang lebih 10M, maka Anda tidak akan pailit hanya karena utang 5M.

    Di sisi lain, kalau ambil UL baru 5 tahun juga gak bisa berharap banyak dari UL. Kalau kita pailit sampai bayar premi bulanan saja tidak bisa, sementara UL baru selesai ‘bayar biaya akuisisi’ sehingga hasil investasi ‘belum optimal’. Boro-boro ada asuransi yang ada polis jadi lapse.

    Kalau ternyata polis Unit Link tetap bisa memberikan asuransi…apakah Anda mau ambil Unit Link?
    Kebetulan besok pagi agen saya mau datang ke kantor, saya bisa minta dia buatkan hitungan untuk Anda jika hanya setor 5 tahun.

    Silahkan berikan data diri :
    – usia
    – kelas pekerjaan
    – merokok/tdk merokok
    – budget setoran per-bulan/per-tahun

  482. Buktinya mana?
    Anda suka mengatakan “PASTI”, tapi ketika ditanyakan data pendukung Anda selalu beralibi 1001 alasan.

    Ah buktinya ada di depan mata: Biaya akuisisi. Saya pernah liat prospektus UL dan ilustrasi Termlife dari AXA. Di UL, beban asuransi jiwa untuk UL kurang lebih sama dengan Termlife. Dan dalam UL ada tambahan biaya administrasi dan akuisisi. Wong komisi agen yang berhasil menjual UL juga lebih tinggi kok daripada menjual TL. Komisi agen kan gak jatuh dari langit. :d/

    Jika ingin orang mendukung argument Anda, sewajarnya berikan data pendukung. Bukan sekedar asumsi-asumsi belaka.

    Priyadi udah menjelaskan berkali-kali. Mungkin cuma anda saja yang ‘pura-pura tidak mengerti’. :p

    Logikanya saja, jika memang UL memberikan profit lebih besar, maka semua perusahaan asuransi bisa saja stop menjual Term Life, dan fokus di Unit Link. Semua produsen kan mau untung sebesar-besarnya.

    Itu asumsi anda saja. Bukan logika. Ada tuh yang gak mau jual Term Life lagi. Maunya jualan UL saja. Masa anda lupa :p

    Selama pasarnya masih ada, kenapa tidak? Untung sedikit atau banyak yang penting masih untung ya bisnis tetap jalan.

    Saya ada bisnis seluler. Jualan HP seken lebih menguntungkan daripada jualan HP baru. Kita beli barang murah sekali. Poles dikit (ganti casing, batere, dll) bisa dijual 1.5x-2x harga beli. Untung bersih minimal 30%. Tapi selama yang beli HP baru masih ada, ya tetep jual HP baru juga. Prosentase keuntungannya gak bisa besar (banyak saingan dan harga modal krg lebih sama bahkan kalo lama tidak laku harga bisa turun). Tapi selama pasar masih terbuka ya dijalanin juga.

    Begitu juga voucher electronic dan fisik. Lebih enak yang electronic. Harga lebih murah juga. Tapi selama masih ada yang mau voucher fisik ya dijual juga.

    Kecuali gak ada yang mau beli lagi ya terpaksa tutup kedai. BTW, setahu saya, termlife banyak juga dibeli oleh perusahaan-perusahaan untuk karyawannya.

  483. Argumen Anda tidak masuk akal.
    Jika Anda sudah lama ikut Unit Link dan sudah punya nilai tunai 10M, maka kekayaan Anda setidaknya sudah lebih dari 10M.

    Jika Anda memiliki kekayaan real yang lebih 10M, maka Anda tidak akan pailit hanya karena utang 5M.

    Anda saja yang tidak menyimak dengan baik (atau saya yang terlalu cepat menulis. hehehe). Setelah semua harta kita disita dan ditaksir, nilainya masih kurang 5M dari total hutang kita (artinya kita msh hutang 5M). Sementara itu, kita masih punya 10M ‘UP’ unit link yang ‘tidak bisa disita menurut anda’. Begitu? Fokus aja ke diskusi dong. Hehehe…

    Tapi sebenarnya bisa saja ada orang yang punya investasi sebesar itu tapi penghasilan bulanannya jauh di bawah itu. Pernah denger tukang becak naik haji? Biaya naik haji 30jt-an. Penghasilan narik becak tidak besar, tapi dengan menyisihkan beberapa ribu rupiah tiap hari, setelah bertahun-tahun ditabung ya akhirnya cukup dana untuk pergi haji. Penghasilan dia sebagai tukang becak ya tetap segitu aja. Bertambah pun tidak banyak.

  484. “polis asuransi jiwa tidak akan disita jika bukan digunakan sebagai jaminan kredit”.

    Bagian legal anda kan cuma bilang Polis Asuransi Jiwa bukan Polis Unit Link. Anda juga bilang (saya juga baca/dengar dari website/agen) bahwa UNIT LINK adalah Asuransi yang dikaitkan (Linked) dengan Investasi. UL bukan asuransi murni atau investasi murni. Kok mau disamakan dengan Asuransi Jiwa Murni. Jangan gitu dong ah… Anda berani jamin? Atau memang tertulis dalam Polis UL?

    Karena itu, Priyadi juga gak pernah menyamakan UL dengan TL atau RD. Yang ada, Priyadi mencoba membandingkan antara konsep UL dengan konsep BTAID secara manfaat dan profit.

    Kesimpulan saya sih konsep UL meguntungkan perusahaan dan agen karena lebih mudah jualannya dengan ‘ilusi financial’ (bukan ‘penipuan’ lho ya) dan lebih besar komisinya (biaya akuisisi). Sementara, konsep BTAID lebih menguntungkan buat nasabah.

  485. Kalau ternyata polis Unit Link tetap bisa memberikan asuransi…apakah Anda mau ambil Unit Link?
    Kebetulan besok pagi agen saya mau datang ke kantor, saya bisa minta dia buatkan hitungan untuk Anda jika hanya setor 5 tahun.

    Kalo hasil dari konsep UL lebih baik daripada hasil dari konsep BTAID, saya akan ambil UL. Catet….

  486. fiuuhh… untung gw anaknya orang kaya… bokap gw konglomerat… jadi nggak usah capek2 and ribut2 mikirin investasi, asuransi ujungnya ilusi financial bla3… kalo gw sakit tinggal masuk RS International di jakarta… mau bertahun2 nggak usah mikirin biaya wong bokap gw pemilik sahamnya…

  487. #561

    Ah buktinya ada di depan mata: Biaya akuisisi. Saya pernah liat prospektus UL dan ilustrasi Termlife dari AXA. Di UL, beban asuransi jiwa untuk UL kurang lebih sama dengan Termlife. Dan dalam UL ada tambahan biaya administrasi dan akuisisi. Wong komisi agen yang berhasil menjual UL juga lebih tinggi kok daripada menjual TL. Komisi agen kan gak jatuh dari langit.

    Anda sebut ini sebagai bukti..haha…lucu. =))
    Memangnya di premi Term Life tidak ada biaya akuisisi dan biaya administrasi?
    Anda saja yang gak tau, atau perusahaan menyembunyikan biaya tersebut dari Anda. Memangnya komisi agen yang menjual TL jatuh dari langit?

    Simple-nya aja, coba bandingkan besarnya jumlah setoran premi.
    Di UL Anda cukup setor premi 120 juta selama 10 tahun (12 juta/tahun) untuk proteksi 30 tahun, bahkan seumur hidup. Tapi Anda hanya diakuisisi 5 tahun pertama. Bahkan jika Anda setor single premium 120 juta, Anda hanya diakuisisi 1x (CMIIW).

    Sedangkan di TL, Anda harus setor premi 360 juta (asumsi ambil Level Term Life premi tetap 12 juta/tahun selama 30 tahun) untuk manfaat proteksi 30 tahun. Dan Anda dikenakan akuisisi selama 30 tahun.

    #563

    Bagian legal anda kan cuma bilang Polis Asuransi Jiwa bukan Polis Unit Link.

    Anda ini pura-pura bego, atau memang tidak tidak pernah baca polis Unit Link Anda.

    Saya tidak tau bagai isi polis Unit Link AXA Mandiri Financial. Kalau di polis PAA, pada halaman pertama dituliskan besar-besar “Polis Asuransi Jiwa“.

    #564

    Kalo hasil dari konsep UL lebih baik daripada hasil dari konsep BTAID, saya akan ambil UL.

    Sudah kita jelaskan diatas, dalam masalah kepailitan konsep Unit Link lebih bagus. Karena Unit Link punya fasilitas Premium Holiday yang tidak dimiliki Term Life.

    Kedua, UP pada Unit Link bisa meningkat dari tahun ketahun sesuai dengan hasil investasi perusahaan. Sedangkan setoran premi boleh tetap. Pada Term Life, setoran premi terus bertambah setiap tahun, sedangkan UP tetap.

  488. Anda sebut ini sebagai bukti..haha…lucu. =))
    Memangnya di premi Term Life tidak ada biaya akuisisi dan biaya administrasi?
    Anda saja yang gak tau, atau perusahaan menyembunyikan biaya tersebut dari Anda. Memangnya komisi agen yang menjual TL jatuh dari langit?

    =))

    Untuk TL, dengan membayar premi 1.5jt/tahun bukan per bulan (level 10 tahunan sampai usia 70 tahun)dapat UP 500jt.

    Dari 1.5jt itu, saya tidak peduli berapa komisi agen dan berapa biaya akuisisinya. Karena saya tahu bahwa UP saya 500jt. Titik. Kalo ada yang jual polis dengan UP 1M dengan harga sama ya beli yang UP 1M.

    Nah sekarang UL jagoan anda, untuk dapat UP 500jt, berapa ‘premi’ bulanannya/tahunannya? Coba gunakan asumsi tingkat investasi mulai 5%, 10%, 15%, dan 20% (jangan kalo ngitung sendiri maunya 20%) tapi giliran Priyadi pake 5% saja sudah protes. :p

    Ingat: UP di TL DIJAMIN NILAI-nya sementara ‘UP’ di UL anda kan berdasarkan hasil investasi (soalnya ‘UP’ unit link adalah gabungan UP Dasar + Hasil Investasi). :))

  489. Simple-nya aja, coba bandingkan besarnya jumlah setoran premi.
    Di UL Anda cukup setor premi 120 juta selama 10 tahun (12 juta/tahun) untuk proteksi 30 tahun, bahkan seumur hidup. Tapi Anda hanya diakuisisi 5 tahun pertama. Bahkan jika Anda setor single premium 120 juta, Anda hanya diakuisisi 1x (CMIIW).

    Sedangkan di TL, Anda harus setor premi 360 juta (asumsi ambil Level Term Life premi tetap 12 juta/tahun selama 30 tahun) untuk manfaat proteksi 30 tahun. Dan Anda dikenakan akuisisi selama 30 tahun.

    Jangan pura-pura bego =))

    Anda TAHU PASTI bahwa UP Dasar untuk premi 12jt/thn di unit link tidak besar (jauh di bawah TL dengan premi sama). Sementara ‘UP’ unit link TIDAK PASTI (bergantung investasi). Coba saja kalo diambil investasi fix income dengan hasil investasi tahunan 7%.

    Dengan 12jt/tahun, UP dari TL untuk premi segitu bisa sekitar 4M.

    Coba tanya ke agennya, berapa UP Dasar untuk premi 12jt/thn? Yang DIJAMIN nilainya. Nah dari UP Dasar inilah saya ambil TL. Saya YAKIN tidak perlu 12jt/thn untuk dapat UP yang sama. Setuju??? :d

    Sebagai contoh, untuk UL di AXA dengan setoran 1jt/bln (12jt/thn) UP Dasar-nya 200jt. Sementara, di AXA juga ada TL dengan premi 1.5jt/tahun didapat UP 500jt.

    Artinya ada kelebihan dana 10.5jt/tahun (padahal UP udah 2.5x). Gimana??? :d

    Jadi janganlah memutar-mutar gak jelas =))

    Kalau dengan premi 12jt/bln selama 10 tahun dapat prpoteksi selama 30 tahun dan dapat UP dasar seperti kalo kita ambil TL dengan premi 12jt/thn SAYA BELI UL JAGOAN ANDA. =))

    Jangan harap anda bisa menulis statemen seperti di atas tanpa di-counter. Anda tahu akibatnya kalo orang yang tidak paham financial membaca komen di atas??? :-w

    Orang akan mengira bahwa dengan membeli UL Jagoan anda, cukup membayar premi 12jt/tahun selama 10 tahun dan dapat proteksi selama 30 tahun bahkan seumur hidup. Sementara Term Life kita harus membayar 12jt/tahun selama 30 tahun. Hmmmm :-w Dan anda LUPA (?) bilang kalo UP Dasar (YANG DIJAMIN) dari 2 produk tadi BEDA BANGET!!! Yang satu sekitar 200jt yang lain 4M.

    Kalo gini sih bukan ‘penipuan’ atau ‘ilusi financial’ lagi, TAPI emang udah praktek penipuan.

    Kalau agen-agen UL seperti ini ya pantes banyak yang merasa tertipu. Ckckck….

  490. To Firesquid:

    Saya ulangi lagi statemen saya dengan font bold supaya anda bisa baca dengan baik.

    Kalo hasil dari konsep UL lebih baik daripada hasil dari konsep BTAID, saya akan ambil UL.

    Komen anda:

    Sudah kita jelaskan diatas, dalam masalah kepailitan konsep Unit Link lebih bagus. Karena Unit Link punya fasilitas Premium Holiday yang tidak dimiliki Term Life.

    Kedua, UP pada Unit Link bisa meningkat dari tahun ketahun sesuai dengan hasil investasi perusahaan. Sedangkan setoran premi boleh tetap. Pada Term Life, setoran premi terus bertambah setiap tahun, sedangkan UP tetap.

    Kok tidak nyambung ya… Anda pura-pura bego lagi? =))

    Saya tanya hasil kok jadi lari ke kepailitan?

    Kedua, UP Term Life memang tetap. Dan Premi TL memang bertambah tiap tahun. Ini FAKTA. Tidak ada masalah dengan itu. :p

    Tapi, KONSEP BTAID adalah Buy Term (life) and Invest (the) Different. Nah the Different yang di-Invest-kan ini tiap tahun akan bertambah sesuai dengan hasil investasi perusahaan (seperti UL anda juga). Bahkan, hasil investasinya setelah dikurangi premi TL yang makin bertambah itu TETAP LEBIH BESAR DARI UL. Jadi ‘UP’ BTAID juga bertambah setiap tahun. :d

    Gimana? Masih pura-pura bego? :p

    Jangan khawatir, untuk masalah apakah hasil investasi kita di UL masuk daftar sita atau tidak akan dicek kemudian. Setidaknya anda sendiri yang bilang bahwa ULPT gak bisa nyelametin harta kita kalo disita nantinya.

  491. Untuk TL, dengan membayar premi 1.5jt/tahun bukan per bulan (level 10 tahunan sampai usia 70 tahun)dapat UP 500jt.

    Coba Anda hitung berapa total premi Term Life yang harus dibayarkan dari usia 30-70. Dan kalau ternyata tidak meninggal di usia 70, berarti semua premi yang sudah disetorkan hangus begitu saja.

    Kalau di Unit Link, cukup bayar premi sekitar 60 juta saja untuk dapatkan UP dasar 500 juta. Dan jika nasabah tidak meninggal di usia 70, maka nasabah akan mendapatkan pengembalian nilai tunai sekitar 500 juta (dengan asumsi investasi 12%).

    #568

    Coba tanya ke agennya, berapa UP Dasar untuk premi 12jt/thn? Yang DIJAMIN nilainya. Nah dari UP Dasar inilah saya ambil TL. Saya YAKIN tidak perlu 12jt/thn untuk dapat UP yang sama. Setuju???

    Katanya bisa dapat sekitar 950 juta, untuk profil nasabah 30 thn/pria/tdk merokok/kerja kantoran. Jika setor selama 10 tahun, ada kesempatan mendapatkan pengembalian uang tunai sebesar 1 Miliar di usia 65 (dengan asumsi investasi 12%).

    Coba saja hitung berapa total premi yang harus dibayarkan di Term Life, jika nasabah ingin diasuransikan dari usia 30-65. Dan berapa pengembalian nilai tunai jika nasabah tsb masih hidup di usia 65.

    Jika meragukan masalah investasi, mau gak mau memang harus kembali lagi melihat grafik kinerja investasi perusahaan. Seharusnya perusahaan asuransi yang berani bermain besar di Unit Link pasti punya Fund Manager yang hebat.

  492. #569

    Saya tanya hasil kok jadi lari ke kepailitan?

    Karena kita membicarakan masalah asuransi, bukan investasi. Jadi harus mempertimbangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi, walaupun kecil sekali kemungkinan tersebut.

    Jika membicarakan asuransi, berarti harus fokus di masalah proteksi, bukan investasi. Jadi, bisa gak BTAID memproteksi nasabahnya ketika nasabahnya mengalami kesulitan membayar premi, misalnya dalam situasi kepailitan.

    Tapi, KONSEP BTAID adalah Buy Term (life) and Invest (the) Different. Nah the Different yang di-Invest-kan ini tiap tahun akan bertambah sesuai dengan hasil investasi perusahaan (seperti UL anda juga). Bahkan, hasil investasinya setelah dikurangi premi TL yang makin bertambah itu TETAP LEBIH BESAR DARI UL. Jadi ‘UP’ BTAID juga bertambah setiap tahun.

    Bagaimana kalau terjadi sesuatu yg menyebabkan investasi di Invest the Different itu hilang. Misalnya kalau karena Fund Manager tsb collapse karena terjadi penarikan dana besar-besaran dan pemasukan dari komisi kurang.

    Kita tau bahwa dana nasabah di Reksadana disimpan di bank kustodian. Tapi bank juga hanya memberikan jaminan 100 juta thd dana nasabah melalui LPS. Dan akibat penarikan dana besar-besaran, bisa saja bank tersebut juga terkena efek dominonya.

    Jika kondisi demikian terjadi, apakah UP di BTAID masih lebih besar ??

    Sedangkan perusahaan asuransi diharuskan memiliki RBC minimal 120%. Tapi beberapa perusahaan yg bermain di Unit Link mempunyai RBC diatas 120%. Atau dengan kata lain uang nasabah yang dititipkan ke perusahaan asuransi lebih aman daripada uang yang dititipkan ke bank atau reksadana.

  493. Kalau di Unit Link, cukup bayar premi sekitar 60 juta saja untuk dapatkan UP dasar 500 juta. Dan jika nasabah tidak meninggal di usia 70, maka nasabah akan mendapatkan pengembalian nilai tunai sekitar 500 juta (dengan asumsi investasi 12%).

    Maksudnya 60jt selama 10 tahun (500rb/bln atau 6jt/thn)? Ini dapat asuransi jiwa (polos) atau sudah termasuk rider-rider kesehatan, rawat inap, CI, AD&D, payor, waiver?

    Kalau konsep BTAID menghasilkan lebih daripada UL, anda mau pindah ke BTAID? Ah…tentu saja tidak mau. So, tidak apa-apa. Duit-duit anda kok. Anda kan maunya yang praktis. Anyway, kalo anda membeli UL dan bisa me-refer beberapa temen ikut UL, bisa saja premi bulanan anda dibayarkan dari komisi yang didapat :) Iya kan?

    Hmmm. Saya pernah minta asumsi hasil investasinya 7%. Kok tidak dihitung? Kan anda pernah bilang kalo deposito bisa turun bahkan cuma 2-3% aja. Lah reksadana saham juga bisa saja turun gainnya dari 50% per tahun menjadi cuma 8% per tahun misalnya. DJI juga pertumbuhannya tidak setinggi IHSG tuh beberapa tahun belakangan. Bisa saja IHSG pun seperti itu.

    Coba lah gunakan angka 5% atau 7% untuk pertumbuhan investasi. Semuanya kan cuma ilustrasi/asumsi saja. Tidak masalah kan?

    500jt saat umur 70 tahun (saat ini umur 30thn) setara dengan 5.37jt saat ini dengan asumsi investasi 12%/tahun. :p

    Anda seperti bicara ke orang yang awam financial saja. DCF sudah hampir tiap hari diliatin kok. Apalagi cuma PV, NPV, FV, sama PMT. :d

    Membayar 1jt x 20 tahun tidak sama dengan membayar 4jt x 5 tahun jika ada asumsi investasi 12%/tahun. Atau anda pura-pura gak tau lagi? :-?

  494. Firesquid, saya pernah liat ilustrasi Priyadi untuk membandingkan UL dengan BTAID. Silahkan dibaca. Gak perlu pamer angka-angka karena angka BTAID dijamin akan lebih bagus daripada UL. Ini sudah TERBUKTI.

    Kalo anda suka mainan angka, dengan 6jt/tahun, 1.5jt dialokasikan ke asuransi TL dengan UP 500jt. Sisanya 4.5jt di-investkan. Dengan asumsi pertumbuhan 12%/tahun seperti ilustrasi anda, setelah 10tahun akan didapat dana tunai 79jt.

    Dengan 79jt ini, bisa disisihkan dana untuk membayar premi asuransi dan sisanya tetap diinvestasikan dengan pertumbuhan dana 12%. Dalam 30 tahun kemudian, hasilnya tentu saja di atas 500jt.

  495. Jika setor selama 10 tahun, ada kesempatan mendapatkan pengembalian uang tunai sebesar 1 Miliar di usia 65 (dengan asumsi investasi 12%).

    1M saat usia 65tahun (35 thn lagi) itu sama dengan uang 18jt saat ini dengan return 12%/tahun.

  496. Coba Anda hitung berapa total premi Term Life yang harus dibayarkan dari usia 30-70. Dan kalau ternyata tidak meninggal di usia 70, berarti semua premi yang sudah disetorkan hangus begitu saja.

    Dengan asumsi return 20% per tahun, premi-nya cukup dengan dana yang dijadikan biaya akuisisi pada UL anda. :p

    Kalau sudah usia 70 tahun, dana tersebut hangus ya tidak apa-apa. Investasinya kan sudah banyak :d

    Daripada baru gabung dana udah hangus di UL. Dan tidak merasa pula. Dianggap sebagai ‘biaya mendapatkan pelayanan dan kenyamanan’. The choice is yours.

  497. #559
    Prinsip dasar menabung adalah Anda setor uang, dan perusahaan keuangan menjamin simpanan Anda. Jika memungkinkan, perusahaan keuangan tsb akan memberikan bunga atas simpanan Anda.

    Prinsip menabung ini juga dipakai Prudential dalam produk PRULink. Nasabah setor uang ke Prudential, dan kita memberikan jaminan serta bunga atas simpanan.
    ===================================================

    Asli ngakak guling-guling =)) kalo ketemu yang begini

    ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
    Saya dan Prudential tidak pernah menjanjikan nasabah dengan return investasi yang tinggi. Dari performance PRULink Equity Fund, memang rata-rata return investasi kita diatas suku bunga deposito.
    ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

    Mas, mau tau Prulink Equity Fund itu makhluk darimana?
    sehingga bisa ngasih return lebih tinggi dari rata2 suku bunga deposito?

  498. #559
    Prinsip dasar menabung adalah Anda setor uang, dan perusahaan keuangan menjamin simpanan Anda. Jika memungkinkan, perusahaan keuangan tsb akan memberikan bunga atas simpanan Anda.

    Prinsip menabung ini juga dipakai Prudential dalam produk PRULink. Nasabah setor uang ke Prudential, dan kita memberikan jaminan serta bunga atas simpanan.
    ===================================================

    Asli ngakak guling-guling =)) kalo ketemu yang begini

    ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
    Saya dan Prudential tidak pernah menjanjikan nasabah dengan return investasi yang tinggi. Dari performance PRULink Equity Fund, memang rata-rata return investasi kita diatas suku bunga deposito.
    ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

    Mas, mau tau Prulink Equity Fund itu makhluk darimana?
    sehingga bisa ngasih return lebih tinggi dari rata2 suku bunga deposito?

    Untuk perusahaan keuangan sekelas Prudential, dimana total aset diatas 6 Triliun, RBC 625% merupakan jaminan yang luar biasa. Sejak krismon tahun 1997-1998 yg membuat trauma industri keuangan, kita memahami kebutuhan nasabah akan jaminan simpanan.

    +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

    Ini ngakaknya sampe sakit perut….. =))

  499. Agen Asuransi koq masih suka bilang PREMI HANGUS.:-?

    Premi mah emang hangus … tapi jika terjadi rsiko, perusahaan asuransi harus siap menanggung nya donk.
    Artinya kita beli kepastian jika sesuatu risiko terjadi.

    Hangus juga gak pa-pa khan ?… kan udah ada investasi tersendiri.

    Tabik …

  500. Kalau sudah usia 70 tahun, dana tersebut hangus ya tidak apa-apa. Investasinya kan sudah banyak :d
    setuju banget……. bung rahmat
    Bagaimana kalau terjadi sesuatu yg menyebabkan investasi di Invest the Different itu hilang. Misalnya kalau karena Fund Manager tsb collapse karena terjadi penarikan dana besar-besaran dan pemasukan dari komisi kurang.
    MI nya sama kalau kolaps ya sama2 kolaps juga di UL, lagian ud ada dana darurat dari selisih premi UL vs BTAID.
    Prinsip menabung ini juga dipakai Prudential dalam produk PRULink. Nasabah setor uang ke Prudential, dan kita memberikan jaminan serta bunga atas simpanan.
    jaminan apa bos.. jaminan biaya2 lbh mahal di UL dgn hasil jauh lebih rendah drpd BTAID?…=))=))

  501. Firesquid, saya pernah liat ilustrasi Priyadi untuk membandingkan UL dengan BTAID. Silahkan dibaca. Gak perlu pamer angka-angka karena angka BTAID dijamin akan lebih bagus daripada UL. Ini sudah TERBUKTI.

    Anda jangan tertipu dengan ‘ilusi finansial’ yang disajikan Mas Priyadi. Perbandingan Mas Priyadi tidak membandingkan apple-to-apple dari kebun yang sama.

    Contoh perbandingan yang apple-to-apple :
    http://www.madeallianz.com/page_info.php?id_brt=72&id_ktgbr=23

    500jt saat umur 70 tahun (saat ini umur 30thn) setara dengan 5.37jt saat ini dengan asumsi investasi 12%/tahun.

    Anda ngawur nya terlalu jauh.
    Nilai uang tidak dihitung dengan asumsi investasi, melainkan dibandingkan dengan rata-rata inflasi. Jika rata-rata inflasi di Indonesia sekitar 8%, nilai 500jt 40 tahun kedepan setara dengan 23 juta sekarang.

    Ah…heran, kenapa jadi ikut-ikutan Mas Priyadi yang suka ber-asumsi ria.

  502. jaminan apa bos.. jaminan biaya2 lbh mahal di UL dgn hasil jauh lebih rendah drpd BTAID?

    Mungkin maksudnya jaminan atas dana yang disimpan. Prudential punya kemampuan RBC 690%. Jadi kalau Prudential mengalami rush penarikan besar-besaran Prudential masih punya cadangan dana di Depkeu hampir 7x lipat dari total dana nasabah Prudential.

    Sedangkan bank menjamin melalui LPS hanya 100 juta per nasabah.

  503. #580

    hehehe ngga salah kok 500 juta pada saat berumur 70 thn sama dgn 5.37 jt sekarang dengan asumsi return investasi 12% atau dgn kata lain invest 5,37 jt skrg akan jadi 500 juta saat 40 thn lagi dgn asumsi return investasi 12%

    kan return investasi ngalahin inflasi?
    apanya yang salah? :p

  504. kan return investasi ngalahin inflasi?
    apanya yang salah?

    Salahnya adalah menilai jumlah uang dari asumsi investasi. Instrumen investasi tiap orang bisa berbeda. Ada yg taruh di deposito, emas, saham, ORI, dll.

    Nilai real dari jumlah uang harus dinilai dari data tingkat inflasi rata-rata, karena data merupakan fakta yg terjadi (anggap BPS tidak bohong).

    Dari sudut pandang ini saja, kita sudah sangat bertentangan. Wajar saja kalau diskusi ini tidak ada titik temu.

    Saya memandang unit link sebagai produk asuransi yg punya kelebihan :
    – UP yg meningkat dari tahun ke tahun
    – alternatif investasi daripada deposito

    Sedangkan Mas Priyadi, Mas Rahmat, dan Mba Bravo memandang unit link sebagai produk asuransi + investasi. Jika dibandingkan dengan reksadana jelas, return nya kalah.

  505. bos firesquid, perbandingan di madeallianz.com…. lucu=))=)), yang benar aja masa artikel kaya gitu yang dijadikan rujukan, mohon yg nulis di kasih obat pikun biar kaga lupa, cuma beda beberapa paragraph, asumsi premi term life nya sudah beda,=))=))=))=)) boleh jadi saingan “empat mata”

  506. Salahnya adalah menilai jumlah uang dari asumsi investasi. Instrumen investasi tiap orang bisa berbeda. Ada yg taruh di deposito, emas, saham, ORI, dll.

    Kan asumsi return 12% anda sendiri yang bikin. Bukan saya. Kalo saya punya 5.37jt dengan return sesuai asumsi anda (kurang baik apa saya?) hasilnya jadi 500jt. Selesai!

    Kok jadinya lari ke ORI, emas, dll.

    Anda berani menjawab pertanyaan saya berikut:
    Untuk asumsi return 5% dan 7%, bagaimana hasil Unit Link anda?
    :-?

  507. #585:

    Pantes argumen-nya ngawur blas. Website rujukannya gak mutu.

    ada yang sudah bandingin harga term life allianz dengan di tempat lain? harganya MUAHALL. bisa 2x lipat lebih daripada di tempat lain. ini untungnya memisahkan asuransi dan reksadana. kalau ngambil unit link mungkin kita gak punya kesempatan untuk melakukan perbandingan.

  508. Nilai real dari jumlah uang harus dinilai dari data tingkat inflasi rata-rata, karena data merupakan fakta yg terjadi (anggap BPS tidak bohong).

    Saya cuma menggunakan asumsi anda untuk menghitung hasil investasi yang 5.37jt saat ini jadi berapa saat saya usia 70 tahun nanti. Simple kan? :d

  509. #587

    Betul Pri, skema biaya akuisisinya saja beda. AXA: 80% – 20%, Prudential: 100% – 60% – 15% -15% -15%.

    Sekilas AXA lebih murah daripada Prudential, tapi belum tentu juga. Karena dasar yang dijadikan prosentase juga bisa berbeda.

    Kalo Term Life jelas. Mau yang tahunan, mau yang level 5 tahun, 10 tahun, dst.

  510. Anda jangan tertipu dengan ‘ilusi finansial’ yang disajikan Mas Priyadi. Perbandingan Mas Priyadi tidak membandingkan apple-to-apple dari kebun yang sama.

    Ah.. tulisan Priyadi lebih applicable daripada semua asumsi, analogi, dan komen anda.

    Anda dengan enaknya menggunakan asumsi investasi 12%, dll. Tapi saat yang lain menggunakan 8% saja di-counter. Ada celah dikit ditakut2in dengan kepailitan, dll. Basi banget :)) Sesuatu yang saya yakin anda juga tidak punya real sample atas hal tersebut.

    Semua ada resikonya. Anda ambil UL dengan investasi di Equity tentu resikonya berbeda daripada investasi di fixed income. Ada orang yang berani ambil resiko dan ada yang tidak. Ada resiko yang bisa dialihkan ada juga yang tidak.

    Saya sudah biasa melakukan Risk Assessment baik untuk CapEx maupun HSE (K3). Ada risk yang bisa di-eliminasi dan ada yang cuma bisa di-reduksi. Jika risk-nya udah masuk kategori Tolerable Risk, sudah bisa di Go Ahead. Batasan tolerable risk ini pun bisa berbeda-beda untuk tiap perusahaan (walaupun mengacu ke standard tertentu). Apalagi batasan tolerable risk untuk tiap orang. Tentunya lebih beragam.

    Asuransi Jiwa surely will not cover everything, but better than no cover at all. Kamu boleh setuju boleh tidak.

    Saya tidak bermaksud ‘menyadarkan’ anda, tapi supaya mengimbangi komen anda yang tidak proporsional hanya karena anda ngotot UL lebih baik daripada BTAID.

    Priyadi udah coba kasih kesempatan untuk menyampaikan ilustrasi tandingan.

    Mau coba dengan yang lebih sederhana? Saya adalah nasabah potensial agen UL nih. Saya punya dana 5jt/bulan untuk dana pendidikan anak saya pas kuliah 15 tahun lagi. Saya Pria 30 tahun tidak merokok.

    Saya hanya perlu asuransi jiwa (santunan kematian). Perusahaan sudah menanggung penuh biaya perawatan dll termasuk penyakit kritis. Sebenarnya ada juga dana yang diberikan jika saya meninggal (apalagi kalo kecelakaan kerja).

    Pertanyaan saya sebagai calon nasabah adalah: Apa yang diberikan/dihasilkan oleh UL dibandingkan dengan BTAID?

    Gak perlu melebar dengan: Anda kan bisa saja diberhentikan dari kerja…bla…bla…bla… Karena kalo berhenti kerja dan dapat 1 month notice ya apply asuransi kesehatan. Toh berhenti kan dapat pesangon 15 bulan gaji. Cukup lah untuk mencari kerja yang lebih bagus.

    Fokus dulu ke kebutuhan nasabah. Tidak perlu sok tahu dengan apa yang baik dan tidak bagi nasabah. Setelah itu, baru diberikan gambaran-gambaran yang lain secara proporsional.

    Yang akan menanggung segala resiko adalah nasabah. yang membayar premi juga nasabah. Jadi ya harus sesuai dengan profil nasabah kan?

    Dalam UL, jika kita mengambil Dana Pendidikan biasanya (bahkan selalunya) anak pun di-cover asuransi jiwa. Buat apa? Bukankah kalo anak meninggal bahkan dana itu tidak diperlukan lagi (siapa yang disekolahkan?).

    Seperti yang dibilang Priyadi. Anak meninggal is a BIG LOSS (kehilangan yang amat sangat), tapi secara financial, asuransi jiwa untuk anak itu tidak perlu. Asuransi kesehatan yang perlu. Tapi buat apa beli AsKes kalo coverage dari company sudah setara dengan platinum member?

  511. #591

    mas firesquid harap anda ketahui kalau asuransi itu haram karena mengandung asu.

    demikian

    Hahaha….=))

    Bisa aja. Eh… udah mau #600.
    Ckckckck…

  512. Bentar lagi 600! Ayo semangat Firesquid, Rahmat dan Priyadi. Yang terakhir disebut ini kok makin jarang komen-nya? *hehehe* :-\”

    Udah jarang pake ilustrasi yah? Padahal kan seru [kocak maksudnya hehehe]. Kalo gitu gue aja deh. Kira2 sama nggak yah unit link dengan “Beli Helm Gratis Motor”?

    note: harga helmnya sama dengan harga motor

  513. Akhirnya sy ngerti apa yg dibahas d sini, itupun setelah ditambah dengan ilmu finance kuliah di MM.

    Emang Top Pak Pri!

    Salam kenal pak :)

    btw, sy udah setaun ambil UL. kira2 diterusin ga y?

  514. btw, sy udah setaun ambil UL. kira2 diterusin ga y?

    Sebaiknya diteruskan saja.
    Jika di stop sekarang, maka akan rugi biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya asuransi.

    Silahkan baca ini, untuk sekedar pengetahuan :
    http://keuanganku-hidayat-peje7.blogspot.com/2008/03/jangan-pernah-menilai-rendah-uang.html

    Mas Hidayat di blog dia menekankan “Asuransi adalah untuk Asuransi !!”.
    Intinya dia mengatakan jangan memikirkan return dari Unit Link. Dia menyarankan setoran premi ke Unit Link adalah uang hangus seperti setoran ke Term Life.

  515. #594-595: walah, kalau baru satu tahun sih sudah pasti lebih baik distop saja. alasannya karena kita akan bisa menghindari bayar biaya akuisisi yang belum ‘lunas’. tapi walaupun biaya akuisisi sudah lunas, sekarang saya tetap kasih rekomendasi untuk berhenti kalau dia bisa diterima di term life. alasannya karena masih banyak manfaat penting lainnya yang bisa didapatkan dengan memisahkan asuransi dan investasi, misalnya fleksibilitas dan jaminan harga premi asuransi di masa yang akan datang.

  516. #595:

    Mas Hidayat di blog dia menekankan “Asuransi adalah untuk Asuransi !!”. Intinya dia mengatakan jangan memikirkan return dari Unit Link. Dia menyarankan setoran premi ke Unit Link adalah uang hangus seperti setoran ke Term Life.

    kalau sama2 uang hangus sih jelas jauh lebih baik term karena term life lebih murah 5-6x lipat atau lebih daripada unit link. semua argumen yang ada di blog itu sama saja dengan argumen anda selama ini. dan sudah thoroughly debunked.

    rasanya saya perlu bikin FAQ untuk mengcounter FUD-FUD yang sering dilancarkan agen asuransi.

  517. #536:

    gimana nasibnya orang2 yang jauh lebih awam daripada kita bertiga di luar sana?

    Tujuan anda bertiga dalam membeli produk dengan mayoritas konsumen juga mungkin berbeda. Tujuan anda untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal. Kalo menurut saya mayoritas konsumen ‘awam’ membeli UL, sebagai produk asuransi yang punya saldo. Dan saldonya ini bisa berkembang dalam jangka panjang di atas asumsi inflasi dan bunga deposito. Dan memang itulah yang dijual oleh perusahaan. Pada prakteknya sekarang memang agen asuransi seperti mas Zheng membalikkan produknya menjadi produk ‘tabungan’ yang memiliki proteksi. Intinya sih memang sama saja jualan asuransi.

    Dengan tujuan mencapai yang lebih memaksimalkan nilai tunai, maka konsep BTAID ini pun bergulir. Kalo saya melihat konsep BTAID sendiri belum tentu diminati bila UL tidak ada. Dalam arti belum tentu ada kesadaran untuk membeli asuransi dalam bentuk term-life. Walaupun memang tidak harus ada UL untuk menyadarkan asuransi, tetapi pada prakteknya dengan ada UL, pasar asuransi jiwa jadi lebih berkembang.

    mengharapkan mayoritas konsumen untuk mengerti struktur harga UL adalah hal yang sangat tidak realistis.

    Saya setuju struktur harga UL memang sulit dimengerti oleh konsumen, tetapi struktur harga term life sendiri pun belum tentu mudah dimengerti oleh konsumen. Karena tidak semua konsumen mengerti asuransi.

  518. bung rahmat and bung priyadi,
    according to prophecy…. stock will go down not just for month but atleast years… what should we do to with our investment in equity RD.. mohon pencerahan

  519. Number 600…yess !!!

    according to prophecy…. stock will go down not just for month but atleast years… what should we do to with our investment in equity RD.. mohon pencerahan

    Kalo khawatir, switching saja ke Fix Income atau Campuran. Kan pergerakannya relatif stabil dibandingkan Equity.

    Kalau saya sih, biarin saja tetap di Equitas. Saya invest buat long term, dimana harga saham biasanya cenderung meningkat byk kalau long term. Tanyakan saja investor senior yg sudah mengalami krismon thn 1997-1998.

  520. #597

    kalau sama2 uang hangus sih jelas jauh lebih baik term karena term life lebih murah 5-6x lipat atau lebih daripada unit link. semua argumen yang ada di blog itu sama saja dengan argumen anda selama ini. dan sudah thoroughly debunked.

    Betul, saya mengerti maksud Anda.
    Tapi ada 3 kekurangan pada Term Life daripada Unit Link:
    1. Setoran premi semakin meningkat sebanding dengan usia.
    2. Setoran harus rutin 30 tahun, jika ingin mendapatkan proteksi 30 tahun.
    3. UP tetap gitu-gitu aja, walaupun setoran premi semakin meningkat.

    Maksud dari mas Hidayat di blog dia, strategi finansial lebih bagus dibangun dengan fondasi Unit Link. Setelah memiliki Unit Link, barulah pilih Reksadana sebagai alternatif lain berinvestasi.
    1. Setoran premi hanya beberapa tahun (mis 7-8 tahun), untuk manfaat proteksi seumr hidup.
    2. Setelah mampu cuti premi di Unit Link tanpa mengurangi nilai tunai, alokasi dana bisa dimaksimalkan untuk invest yang lain, misalnya Reksadana.

    Dengan strategi Unit Link + Investasi terpisah, diharapkan apabila terjadi sesuatu dengan dana di investasi yg terpisah, nasabah masih punya proteksi di Unit Link. Bahkan “Uang Pertanggungan” di Unit Link bisa dicairkan sebagian untuk kebutuhan yang darurat.

  521. saya bukan pengikut RD,TL, atopun UL

    cuma mau comment aja…
    mas pri coba di posting berikutnya cari hal-hal positif yg ada di UL…saya yakin pasti ada…
    klo tidak, bagaimana mungkin byk org yg beli UL…
    n…gak semua dari mereka yg beli UL berarti gak ngerti soal financial lho…

    saya setujuuuu bgt dg comment number 26…
    setiap orang punya tingkat kenyamanan sendiri,dan tiap orang pula punya harga untuk setiap kenyamanan yg dinikmatinya…
    di UL sebagian besar nasabahnya adalah org2 yg butuh “kenyamanan”…gak mau pusing ama yg urusan RD ato TL..
    nah…buat anda semua pembaca blog ini…harap kembali menengok ke kebutuhan kita, jgn cuma mikir financial (bukan berarti uang gak penting lho)…tapi ingat buat siapa sih kita punya tabungan,asuransi, ato lainya????…pasti buat orang2 yg kita cintai kan???
    nah…bgaimana klo setelah kita meninggal nanti orang2 yg kita cintai itu justru malah kebingungan ngurus TL lah… RD lah…rumit lho…
    beddanya klo di UL kita punya fasilitas yg lebih praktis untuk ngurus duit kita…
    setau saya di UL sangat fleksibel lho…

  522. BUAT ANDA YG SUDAH MERASA NYAMAN DI UNIT LINK…SILAHKAN DILANJUTKA SAMPAI HABIS MASA BAYAR
    BUAT ANDA YG MERASA TIDAK NYAMAN LAGI,SILAHKAN SURRENDER…
    PILIHAN ADA DI TANGAN ANDA..:”>
    YG JELAS TIAP PRODUK PUNYA KELEBIHAN N KEKURANGAN MASING2
    BUKAN CUMA DILIAT DARI KACAMATA FINANCIAL TAPI JUGA DARI TINGKAT MANFAAT, KENYAMANAN,N KEPUSINGAN..:d

  523. #598:

    Tujuan anda bertiga dalam membeli produk dengan mayoritas konsumen juga mungkin berbeda. Tujuan anda untuk mendapatkan hasil investasi yang maksimal. Kalo menurut saya mayoritas konsumen ‘awam’ membeli UL, sebagai produk asuransi yang punya saldo.

    ini cuma asumsi anda. semua orang PASTI menginginkan hasil maksimal dari uangnya, terlepas dari apakah itu asuransi ataupun investasi. mayoritas konsumen awam membeli UL because they don’t know better. saya belum pernah menemui nasabah UL yang ikutan UL karena “ingin mendapatkan layanan ekstra yang diberikan UL”.

    Dengan tujuan mencapai yang lebih memaksimalkan nilai tunai, maka konsep BTAID ini pun bergulir. Kalo saya melihat konsep BTAID sendiri belum tentu diminati bila UL tidak ada. Dalam arti belum tentu ada kesadaran untuk membeli asuransi dalam bentuk term-life.

    betul. untuk saya pribadi betul seperti itu. hanya saja kalau sudah tahu letak loketnya, ngapain juga beli tiket lewat calo. mendingan beli langsung ke loketnya :). posting ini salah satu usaha saya supaya teman2 pembaca tidak perlu kejeblos beli lewat calo hanya untuk mengetahui dimana letak loket resminya. UL adalah cara yang mahal untuk mengetahui perencanaan keuangan yang baik. informasi tersebut harusnya bisa didapatkan dengan mudah tanpa baru kejeblos ikutan UL.

    Saya setuju struktur harga UL memang sulit dimengerti oleh konsumen, tetapi struktur harga term life sendiri pun belum tentu mudah dimengerti oleh konsumen. Karena tidak semua konsumen mengerti asuransi.

    betul, asuransi sudah cukup rumit bagi kebanyakan konsumen. tidak perlu lagi lah sengaja dibikin jauh lebih rumit lagi.

  524. #599:

    bung rahmat and bung priyadi,
    according to prophecy…. stock will go down not just for month but atleast years… what should we do to with our investment in equity RD.. mohon pencerahan

    diversifikasi aset anda: jangan semuanya ditaruh di stock. selain itu pakai teknik dollar cost averaging untuk kebutuhan jangka panjang: setor uang ke reksadana secara periodik, tujuannya untuk merata2kan fluktuasi harga saham.

  525. #601:

    Betul, saya mengerti maksud Anda. Tapi ada 3 kekurangan pada Term Life daripada Unit Link:
    1. Setoran premi semakin meningkat sebanding dengan usia.

    orang2 melihat premi meningkat sebagai masalah. solusinya? buatkan premi yang besarnya konstan tapi nilainya 6x lipat lebih besar! cerdas! :)) this is a solution to a problem that doesn’t really exist

    2. Setoran harus rutin 30 tahun, jika ingin mendapatkan proteksi 30 tahun.

    dan di UL cuma harus setor 10 tahun untuk coverage seumur hidup? inti posting ini ya untuk menjelaskan masalah ini. bisa dibaca lagi di paling atas.

    3. UP tetap gitu-gitu aja, walaupun setoran premi semakin meningkat.

    sama saja bung. di UL juga UP-nya konstan. terasa meningkat karena ada porsi investasi. tapi di BTAID pun ada porsi investasi. nasabah juga bisa merasakan ‘UP meningkat’ jika menghitung setoran premi asuransi dan investasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

    Maksud dari mas Hidayat di blog dia, strategi finansial lebih bagus dibangun dengan fondasi Unit Link.

    dari sudut pandang agen kali :). kalau nasabah setor 1 juta/bulan, agennya sudah kipas2 12 juta :). dari sudut pandang agen memang lebih bagus unit link :).

  526. #602:

    mas pri coba di posting berikutnya cari hal-hal positif yg ada di UL…saya yakin pasti ada… klo tidak, bagaimana mungkin byk org yg beli UL… n…gak semua dari mereka yg beli UL berarti gak ngerti soal financial lho…

    tidak ada coverage asuransi yang ada di UL tapi tidak tersedia di term life. yang ada mungkin cuma manfaat kosmetik seperti layanan personal. dan manfaat ini pun tentunya harus dibandingkan dengan harganya.

    bisa jadi dari sekian banyak nasabah UL ada beberapa di antaranya yang mengerti apa mereka beli. tapi yang pasti, mayoritas tidak cukup mengerti.

    setiap orang punya tingkat kenyamanan sendiri,dan tiap orang pula punya harga untuk setiap kenyamanan yg dinikmatinya… di UL sebagian besar nasabahnya adalah org2 yg butuh “kenyamanan”…gak mau pusing ama yg urusan RD ato TL..

    kalau ini silakan tanya sendiri ke beberapa nasabah UL: “kenapa pilih UL dan bukan TL+RD?”, mayoritas mungkin hanya akan menjawab “apa tuh TL? RD?”, sangat sedikit yang akan menjawab “lebih nyaman UL daripada TL+RD”, dan walaupun ada yang menjawab seperti itu, itu hanya kenyamanan semu karena resiko UL dan RD itu sama persis untuk instrumen investasi yang sama.

    nah…bgaimana klo setelah kita meninggal nanti orang2 yg kita cintai itu justru malah kebingungan ngurus TL lah… RD lah…rumit lho…

    rumit? rumit dari mana? sama sekali tidak rumit. proses klaim TL itu praktis sama saja dengan klaim UL. untuk klaim RD juga tidak lebih rumit.

  527. Betul, saya mengerti maksud Anda.
    Tapi ada 3 kekurangan pada Term Life daripada Unit Link:
    1. Setoran premi semakin meningkat sebanding dengan usia.

    Memang betul. Ini wajar. Resiko-nya juga meningkat seiring dengan peningkatan usia.

    2. Setoran harus rutin 30 tahun, jika ingin mendapatkan proteksi 30 tahun.

    Tidak ada masalah dengan ini. Bisa saja setelah 20 tahun sudah tidak diperlukan lagi Term Life-nya. Karena tujuan financial sudah tercapai.

    3. UP tetap gitu-gitu aja, walaupun setoran premi semakin meningkat.

    UP memang gitu-gitu aja, tapi ‘UP’-nya kan meningkat. Masa lupa kalo ‘the different’ yang di-invest-kan dalam BTAID juga meningkat.

    Maksud dari mas Hidayat di blog dia, strategi finansial lebih bagus dibangun dengan fondasi Unit Link. Setelah memiliki Unit Link, barulah pilih Reksadana sebagai alternatif lain berinvestasi.

    Wow…so clever :d Beli UL dulu (agen dapat komisi) setelah itu beli reksadana. Lah yang dulu dibilang 2-in-1 itu kemana? Cukup ngurus 1 hal dan semuanya beres. Mannnaaaa? :-?

    1. Setoran premi hanya beberapa tahun (mis 7-8 tahun), untuk manfaat proteksi seumr hidup.


    Anda lupa menyebutkan: Dengan asumsi tingkat investasi sekian. Jika tingkat investasi tidak mencukupi, nasabah tidak akan pernah bisa cuti premi. Akui saja.

    2. Setelah mampu cuti premi di Unit Link tanpa mengurangi nilai tunai, alokasi dana bisa dimaksimalkan untuk invest yang lain, misalnya Reksadana.

    Jika UL sudah bisa cuti premi. Artinya investasi di RDS juga mengalami return yang bagus (sama dengan UL). Jadi saya tidak perlu membayar premi asuransi dengan penghasilan bulanan saya. Cukup ambil dari RDS saja.

    Dengan strategi Unit Link + Investasi terpisah, diharapkan apabila terjadi sesuatu dengan dana di investasi yg terpisah, nasabah masih punya proteksi di Unit Link. Bahkan “Uang Pertanggungan” di Unit Link bisa dicairkan sebagian untuk kebutuhan yang darurat.

    Terjadi sesuatu dengan investasi terpisah akan berlaku sama juga dengan investasi di UL selama masih sama-sama RDS. Mau buktinya? Buka saja:

    http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/tabel_insurance/


    Terlihat kan bahwa kalo index jatuh, NAB UL pun ikut jatuh. Termasuk yang dimiliki oleh “perusahaan yang itu tuh”.

  528. Kalo khawatir, switching saja ke Fix Income atau Campuran. Kan pergerakannya relatif stabil dibandingkan Equity.

    Return-nya juga relatif lebih kecil. Nanti tidak bisa cuti premi? Atau cuti preminya baru bisa setelah 20 tahun? :d

  529. bung rahmat and bung priyadi,
    according to prophecy…. stock will go down not just for month but atleast years… what should we do to with our investment in equity RD.. mohon pencerahan

    Saya sendiri tetap invest di RDS. Saat ini memang stock market naik turun, tapi menurut saya, selama fudamental perusahaan-perusahaan yang ada masih bagus, kondisi makro ekonomi di negara kita wajar, maka long-term RDS masih bagus.

    Untuk mengantisipasi kondisi terburuk (worst case scenario), kita alokasikan dana cadangan (terserah kita, kalo saya 10%-20%) di emas. Saya juga simpan sedikit dollar jika rupiah anjlok lagi.

    Setidaknya saat market crash dan saya butuh dana, saya bisa gunakan dana cadangan dulu. Biasanya juga, saat market crash (BEI), harga emas dan dollar naik.

    Saya termasuk yang optimis bahwa RDS masih bagus prospeknya untuk long-term. Tapi tetap saya antisipasi resikonya dengan dana cadangan.

  530. orang2 melihat premi meningkat sebagai masalah. solusinya? buatkan premi yang besarnya konstan tapi nilainya 6x lipat lebih besar! cerdas! this is a solution to a problem that doesn’t really exist

    Hehehe… setuju Pri. Ini namanya memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Agen untung, perusahaan untung. Nasabah ‘merasa’ diuntungkan.

    Ada agen asuransi yang menjelaskan ke saya sbb:

    Agen : Term Life itu, makin lama jangka waktunya makin bagus.

    Saya : Hah…??!!?? Maksudnya?

    Agen : Iya. Soalnya, harganya tetap (fix) sampai masa pertanggungan selesai. Jadi yang 30 tahun lebih baik daripada 10 tahun dan seterusnya. YRT itu rugi. Soalnya preminya naik terus.

    Saya : Kok bisa? Bukannya YRT lebih baik ya? Kita membayar sesuai kondisi saat ini dengan jaminan bahwa tiap tahun bisa memperpanjang tanpa melalui proses underwriting lagi.

    Agen : Memang, tapi preminya akan naik terus tiap tahun sesuai dengan usia.

    Saya : Tidak apa-apa selama ada guaranteed renewability.

    Agen : Memang ada guaranteed renewability, tapi premi naik terus.

    Saya : Fine. Tapi berapa premi per tahun untuk level 10 tahun dengan UP 1M? Trus berapa premi untuk YRT tahun pertama?

    Agen : Untuk level 10 tahun 3.3jt untuk YRT 2.9jt.

    Saya : Jadi sama saja kan? Kalo ambil level 10 tahun, saat ini saya men-subsidi premi 10 tahun lagi. Untuk YRT, saya bayar sesuai kondisi saat ini.

    Agen : Bener sih.

    Kenapa ya agen tidak dibekali dengan teori dasar financial: “Time Value of Money”. Cape deh…

  531. #604

    hanya saja kalau sudah tahu letak loketnya, ngapain juga beli tiket lewat calo. mendingan beli langsung ke loketnya :). posting ini salah satu usaha saya supaya teman2 pembaca tidak perlu kejeblos beli lewat calo hanya untuk mengetahui dimana letak loket resminya. UL adalah cara yang mahal untuk mengetahui perencanaan keuangan yang baik. informasi tersebut harusnya bisa didapatkan dengan mudah tanpa baru kejeblos ikutan UL.

    Ini hanya ASUMSI Anda.
    Pada kenyataannya, agen asuransi yang menjual Term Life tidak kalah gencar menawarkan produk mereka di pasar.

    Beberapa bank juga gencar memasarkan produk Reksadana kerjasama mereka. Setidaknya ini yang saya alami di Bank Danamon, Bank Niaga, dan Bank Lippo.

    Berarti ini artinya petugas loket sudah mendatangi langsung ke konsumen untuk memberitahukan lokasi loket. Tapi kenapa banyak orang yang tetap memilih beli sama calo? Tentu masalah pelayanan loket yang patut dipertanyakan.

    Mengenai harga…konsumen bisa lihat harga yang tertera pada tiket. Mungkin Mas Priyadi tidak pernah bepergian baik dengan kereta ataupun pesawat, sehingga tidak tau bahwa di tiket ada mencantumkan harga resmi.

    #606

    dari sudut pandang agen kali. kalau nasabah setor 1 juta/bulan, agennya sudah kipas2 12 juta. dari sudut pandang agen memang lebih bagus unit link

    Ini juga ASUMSI Anda.
    Anda bukan agen, bahkan Anda tidak tau perbedaan komisi yang diterima agen yang menjual Unit Link dan Term Life.

    Sebagian besar MDRT dan Top Agent, berhasil mendapatkan prestasi mereka dari jualan Term Life. Komisi mereka tidak jatuh dari langit bukan.

    Mari kita lihat kenyataan (FAKTA) di pasar :
    – Produk Term Life lebih laku karena harganya murah dan di-iming-imingi UP yang besar. Padahal belum tentu mereka bakal menerima UP tersebut.

    – Penjualan Term Life lebih menguntungkan perusahaan karena keterikatan perusahaan dengan nasabah hanya tahunan.

    – Produk Term Life bisa memberikan komisi kepada agen sampai dengan 45% (tanya sendiri ke agen Anda). Bisa dibayangkan sendiri berapa mark-up biaya yang dibebankan ke nasabah. Secara nilai nominal memang lebih kecil karena nilai preminya murah, tapi secara persentase lebih besar.

  532. Mari kita lihat kenyataan (FAKTA) di pasar :
    – Produk Term Life lebih laku karena harganya murah dan di-iming-imingi UP yang besar. Padahal belum tentu mereka bakal menerima UP tersebut.

    FAKTA anda kok plintat-plintut. Anda sering berkoar kalo UL lebih laku di pasar. BOOMING. dll. Bahkan ada perusahaan yang gak jualan TL. Kok sekarang ‘FAKTA’-nya berubah? :-?

  533. – Penjualan Term Life lebih menguntungkan perusahaan karena keterikatan perusahaan dengan nasabah hanya tahunan.

    UL lebih menguntungkan. Dapat fee dari premi asuransi jiwa-nya. Dapat fee dari investasinya (reksadana). Dapat biaya administrasi bulanan. Dapat biaya akuisisi. Kurang apa coba?

    Coba saja bandingkan UL yang hanya ada asuransi jiwa saja dengan TL. Lihat bedanya? UL lebih murah?

  534. #614: kebeneran kemaren baru membenahi keuangan adik ipar. kita coba apply term life YRT ke sebuah perusahaan asuransi. gak seperti perusahaan ‘yang itu tuh’, ini perusahaan asuransi yang serius, punya segala jenis asuransi jiwa, mulai dari term life YRT, term life jangka panjang sampai 20 tahun, whole life, macam2 endowment, unit link sampai anuitas tetap.

    pas ketemu agennya kita kasih tahu apa yang kita inginkan (term life YRT), tapi ternyata dia nawarin whole life & unit link, emangnya kita gak tau :). setelah dikoreksi, dia bilang “yakin nih mau yang ini, ini hangus loh” blah blah blah (you know the drill).

    setelah kita ngotot akhirnya dia mau nawarin term life 10 tahun. setelah ngotot lagi, dia mau turunin sampai 3 tahunan karena yang 1 tahunan sudah gak ada produknya, katanya. padahal sih saya sendiri baru apply bulan kemaren :). dia langsung ngeles “saya tanya dulu ke dalam”, terus dia balik lagi bawa ilustrasi YRT, akhirnya! :)

    setelah selesai ngisi SPAJ & bayar premi perdana, dia akhirnya bilang kalau “produk yang ini dapat point-nya kecil sekali, jadi tolong kalau bisa jangan ditutup dalam 1 tahun, kalau ditutup saya bisa kena potongan point lagi”

  535. #604:

    ini cuma asumsi anda. semua orang PASTI menginginkan hasil maksimal dari uangnya, terlepas dari apakah itu asuransi ataupun investasi.

    Saya setuju semua orang PASTI menginginkan hasil maksimal dari uangnya. :) Saya lebih melihat sebenarnya apa nilai yang mereka beli. Dalam UL yang mereka beli adalah asuransi yang memiliki nilai tunai. Karena selama ini dalam mindset orang awam, dalam membeli asuransi uang yang mereka setor sudah pasti hangus dan baru dapat duit kalo terjadi musibah (Walaupun kalo kepepet uang UP memang bisa dipinjam). Dengan UL beli asuransi kan jadi tidak begitu. Walaupun jelas ada hal lain yang dikorbankan, seperti nilai UP yang tidak maksimal.

    Bagi masyarakat awam memang nilai itu yang mereka beli. Mengapa? Alasannya memang seperti point anda ini :

    mayoritas konsumen awam membeli UL because they don’t know better.

    Dengan demikian saya juga tidak membantah point bila nasabah UL yg disodorkan konsep BTAID pasti mikir lagi. Alias meredefinisikan lagi tujuan mereka beli UL untuk apa?

    posting ini salah satu usaha saya supaya teman2 pembaca tidak perlu kejeblos beli lewat calo hanya untuk mengetahui dimana letak loket resminya.

    Ngga salah memang kalo sudah tahu jalur yang lebih murah, mengapa tidak? Walaupun dalam debat saya lebih banyak kontra mengenai beberapa hal. Tapi saya sendiri juga berterima kasih dengan postingan ini, karena saya juga belajar banyak.

    UL adalah cara yang mahal untuk mengetahui perencanaan keuangan yang baik.

    Cara yang mahal memang iya. Tapi memang harus ada yang lebih mahal supaya ada yang lebih murah :-D

  536. #616:

    Dalam UL yang mereka beli adalah asuransi yang memiliki nilai tunai. Karena selama ini dalam mindset orang awam, dalam membeli asuransi uang yang mereka setor sudah pasti hangus dan baru dapat duit kalo terjadi musibah

    tugas agen asuransi adalah untuk menjelaskan kesalahan dari mindset tersebut, karena mau ikut UL maupun term life, tetap saja uang mereka ‘hangus’, mereka gak bisa ikut asuransi jiwa dan sekaligus menghindari hal tersebut. bukannya seperti sekarang, mereka justru memanfaatkan kelemahan orang awam tersebut untuk mendapatkan keuntungan yang sama sekali tidak proporsional.

    sekarang justru terbalik, malahan agen asuransinya yang membodoh2i nasabahnya (dan mungkin mereka sendiri sebenarnya tidak tahu): “ngga sayang pak uangnya hangus?”

  537. #613

    FAKTA anda kok plintat-plintut. Anda sering berkoar kalo UL lebih laku di pasar. BOOMING. dll. Bahkan ada perusahaan yang gak jualan TL. Kok sekarang ‘FAKTA’-nya berubah?

    Saya tidak plin-plan, saya hanya memberikan fakta bukan ASUMSI.
    http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/suplemen/1id27789.html

    Memang kenyataan unit link sedang BOOMING
    Unit-linked seakan menjadi primadona baru menggeser produk tradisional. Keran penjualan unit-linked baru terbuka lebar dalam lima tahun terakhir, tetapi perkembangannya meningkat cukup signifikan seiring minat masyarakat mencari lahan investasi baru selain bank.

    Dan fakta bahwa produk tradisional masih mendominasi pasar, karena sebagian besar produk tradisional seperti Term Life dijual kepada kumpulan/perusahaan.
    Hingga saat ini, portofolio produk tradisional yang dimiliki nasabah masih tinggi yaitu 70% dari total produk asuransi jiwa yang dijual, sedangkan portofolio produk asuransi unit-linked masih sekitar 30%.

    #614

    UL lebih menguntungkan. Dapat fee dari premi asuransi jiwa-nya. Dapat fee dari investasinya (reksadana). Dapat biaya administrasi bulanan. Dapat biaya akuisisi. Kurang apa coba?

    Memangnya pada asuransi tradisional tidak ada komponen biaya seperti di Unit Link, misalnya:
    – biaya akuisisi (komisi marketing, komisi agen, biaya penerbitan polis, gaji karyawan)
    – biaya administrasi
    – biaya asuransi jiwa
    – biaya pengelolaan dana

    Mungkin Anda doank yang tidak tau, atau perusahaan sengaja menutupi semua biaya tersebut dalam setoran premi asuransi.

    Pada dasarnya semua perusahaan asuransi (baik umum maupun jiwa) menggunakan prinsip Hukum Bilangan Besar.
    Perusahaan asuransi menghimpun dana dari masyarakat, kemudian dana tersebut diinvestasikan di berbagai instrument investasi (Saham, Obligasi, Pasar Uang). Sebagian dana partisipant digunakan untuk transfer resiko jika terjadi musibah yang menimpa peserta asuransi.

    Jadi, dalam asuransi tradisional juga ada biaya pengelolaan dana yang dibebankan kepada pembayar premi. Sayangnya Anda terlalu menutup mata terhadap berbagai biaya tsb, hanya karena “merasa” premi asuransi tradisional lebih murah.

    Dalam Unit Link, semua biaya serba transparant, sehingga Anda bisa tau bahwa transparansi biaya juga merupakan salah satu kelebihan Unit Link daripada produk tradisional.

    Coba saja bandingkan UL yang hanya ada asuransi jiwa saja dengan TL. Lihat bedanya? UL lebih murah?

    Anda harus mengerti dulu definisi “premi asuransi” dan “biaya asuransi”.

    Jika yang Anda maksudkan adalah premi asuransi, jelas di Unit Link lebih mahal. Karena ada komponen investasi yang tidak bisa dipisahkan dari Unit Link.

    Tapi jika yang Anda maksudkan adalah biaya asuransi, maka Anda harus bandingkan biaya produk Term Life dan produk Unit Link dari perusahaan yang sama. Itu kalau perusahaan bersedia memberikan Anda informasi mengenai biaya asuransi pada produk Term Life. Seharusnya sih sama saja.

  538. sekarang justru terbalik, malahan agen asuransinya yang membodoh2i nasabahnya (dan mungkin mereka sendiri sebenarnya tidak tahu): “ngga sayang pak uangnya hangus?”

    Agen tsb tidak salah atau membodohi nasabahnya, dia hanya menawarkan alternatif produk yang preminya tidak diakuisisi semua oleh perusahaan. Mungkin Anda yang terlalu ber-‘negatif thinking’.

    Anda harus membedakan definisi premi asuransi dan biaya asuransi. Anda boleh saja anggap premi asuransi Term Life adalah biaya asuransi, karena Anda “merasa” preminya murah. Tapi itu adalah asumsi Anda, bukan FAKTA.

    Pada term life, seluruh setoran premi diakuisisi oleh perusahaan, sehingga istilahnya ‘hangus’.
    Sedangkan pada produk Endowment, Whole Life, atau Unit Link, ada sebagian premi yang dialokasikan ke investasi supaya menghasilkan pengembalian premi.

  539. #615
    setelah selesai ngisi SPAJ & bayar premi perdana, dia akhirnya bilang kalau “produk yang ini dapat point-nya kecil sekali, jadi tolong kalau bisa jangan ditutup dalam 1 tahun, kalau ditutup saya bisa kena potongan point lagi”
    ————————————
    baru sekali ini ngakak baca blog mas pri. Polos banget si agen :-D

  540. #619 Pada term life, seluruh setoran premi diakuisisi oleh perusahaan, sehingga istilahnya ‘hangus’.
    Sedangkan pada produk Endowment, Whole Life, atau Unit Link, ada sebagian premi yang dialokasikan ke investasi supaya menghasilkan pengembalian premi.
    ———————————-
    Basicnya sama kok, tabel mortalita.
    Sekarang tinggal perusahaan tersebut ingin memberikan manfaat apa pada sebuah produk, memberikan komisi berapa ke agennya, mendapatkan keuntungan berapa dari produk tersebut, biaya yang harus dikeluarkan untuk polis dsb.

    Seperti kata anda, “ada sebagian”, ya tinggal ini saja yang jadi permasalahan. Seberapa besar perusahaannya mau memberikan kembali kepada nasabah.

    Contoh pada whole life dengan masa pembayaran premi yang sudah ditentukan (baca : bayar sekian kali proteksi seumur hidup). Pada asuransi ini biasanya mempunyai Nilai Tunai Yang Dijamin, ada pula Nilai Pertangungan Tambahan, yang nilainya tidak dijamin (diberikan oleh perusahaan dengan melihat tingkat keuntungan perusahaan). Nilai Premi yang harus dibayarkan berapa? keluarnya darimana ? Ya dari tabel mortalita ditambah biaya2 dan sedikit investasi supaya ada Nilai Tunai Yang Dijamin. Gak ada yang gratis. Premi asuransi produk ini mahal.

    Lain lagi dengan whole life yang selalu didengungkan oleh FireSquid. Whole Life disini adalah pembayaran BIAYA ASURANSI (mengutip perkataan dari FireSquid) sampai si tertanggung meninggal. Alias bayar terus sampe mati. Dan premi ini sangatsangat murah. Hampir mirip preminya dengan YRT. Produk ini biasanya ditempelkan pada produk UnitLink. Bahkan untuk terlihat murah banget, banyak ditempelkan pada UnitLink tanpa diberikan biayabiaya tambahan (untuk asuransinya, mempertegas saja :-D ). hanya biaya mortalita. Kenapa ? Karena biayabiaya sudah terpenuhi oleh biaya akuisisi pada unitlink.

    Inilah yang akhirnya ketika proposal unitlink dengan keterangan Biaya Asuransi sekian rupiah, terlihat lebih murah dibandingkan dengan TermLife maupun YRT.

    Tapi kalau nasabah teliti, mustinya bisa bertanya ..
    Ada biaya asuransi (didalamnya pasti ada biaya asuransi dasar dan rider), ada porsi investasi.
    Jumlah premi yang dibayar seharunya adalah :

    Premi = Biaya Asuransi (total termasuk rider) + Porsi Investasi.

    Yang sering terjadi adalah, premi lebih mahal dari rumus diatas.

    Kesimpulannya, seluruh premi untuk memproteksi kita, pasti hangus. Yang gak hangus ya manfaat akhir yang sebenarnya adalah duit kita yang dikelola pihak asuransi.

    Mengutip mas handy.
    “Wajar semua informasi yang menguntungkan produsen di-highlight, sebaliknya yg merugikan dikecil-kecilkan. Kalo sebaliknya ya ngga akan jualan donk”

    Lah ini gedegede di ilustrasi halaman pertama, gak ada yang nanyain. Salah nasabahnya juga sih …

    Mengenai bayar hanya 10 tahun untuk unitlink, mungkin pemilik masing2 polis bisa menilai dari polisnya.

    Kalo gak salah ada tulisan pembayaran premi sampai tahun 20XX. Menurut saya cerdik banget, gak ditulis usia XX thn. Karena kalau ketemu nasabah yang baca polis skip2 sering gak kebaca. (saya temui di hampir sebagian besar nasabah unitlink).

    Ada pula klausul, jika nilai investasi tidak mencukupi untuk membayar biaya asuransi maka proteksi akan dihentikan. Loh katanya cuman bayar 10x proteksi seumur hidup. :-D

    Mengutip lagi kalimat mas handy,
    “Semua produk bukan hanya UL juga hanya menghighlight kelebihannya, daripada kekurangannya. Mencari tahu kekurangan harus ada dari diri konsumen sendiri.”

    Jadi beli dulu, dapet polis, dibaca, diteliti, baru bisa memutuskan, diteruskan atau enggak :-D

    Kalau mau gak banyak yang komplen, kudunya contoh polis dilampirkan pada proposal. Kalau menghabiskan kertas banyak, kan ada alasan, “untuk yang ini hanya dipinjamkan”. Toh bermanfaat juga buat agen untuk alasan telpon si calon nasabah :-D

    Hehhehheheeh … :-D

    Lurker lagi ahhh …

  541. sekarang justru terbalik, malahan agen asuransinya yang membodoh2i nasabahnya (dan mungkin mereka sendiri sebenarnya tidak tahu)

    Kemungkinan agen sendiri sebenarnya tidak tahu bisa jadi, apalagi agen yang baru terkadang ditraining hanya untuk produk yang dijual saja. Bisa jadi ga semua agen ngerti apa itu term life. Tapi tetap saja intinya agen menjual produk yang nilainya sesuai dengan yang mau dibeli konsumen, yaitu produk asuransi yang ada nilai tunainya. Jadi tidak ada yang dibodohi di sini.

    Tugas agen sebagai perpanjangan tangan dari perusahaan untuk menjual produk, jadi ya tidak dalam kapasitasnya untuk menjelaskan produk yang tidak dijual. Dan juga agen akan berusaha untuk menjual produk yang lebih menguntungkan. Seperti yang pernah saya tulis, dan saya ulangi lagi, anda tidak bisa mengharapkan agen atau produsen berpikir dengan cara yang diharapkan konsumen. Karena kepentingannya konsumen dan produsen jelas beda. Jadi jelas konsumen harus mencari tahu dan memintarkan diri sendiri. Kalo ngga ngerti ya jangan dibeli.

  542. #622

    setubuh eh… setuju kalo agen cuma perpanjangan tangan perusahaan, cuman…………

    kebanyakan agen memperkenalkan diri sebagai ‘financial advisor’. lho penasehat keuangan kok ngga tau produk2 investasi? bahkan produk2 asuransi (diluar yang dijualnya? :d

    trus agen juga dapet komisi dari siapa? nasabah bukan?

    biasanya seorang yang profesional adalah mereka2 membela kepentingan pihak yang telah memberi mereka keuntungan financial dalam hal ini adalah nasabah. Jadi kalo mereka malah membela kepentingan perusahaan asuransi berarti apakah mereka agen profesional?

    Dalam sistem pemasaran yang tidak efisien spt skrg adalah hampir ngga mungkin berharap seorang agen itu profesional krn ada konflik kepentingan disini.

    Nah caranya gimana kita2 (nasabah) bisa mendapat deal terbaik?
    kalo yang mengerti ttg financial, kita dapat merancang sendiri keuangan kita tanpa bantuan agen atau ‘financial advisor’.

    bagi yang awam, kita dapat menghubungi financial planner independent yang ‘kita gaji/kita bayar’. Saya pribadi berharap ada lebih banyak financial planner independent yang model begini

  543. Seperti yang pernah saya tulis, dan saya ulangi lagi, anda tidak bisa mengharapkan agen atau produsen berpikir dengan cara yang diharapkan konsumen. Karena kepentingannya konsumen dan produsen jelas beda. Jadi jelas konsumen harus mencari tahu dan memintarkan diri sendiri. Kalo ngga ngerti ya jangan dibeli.
    ___________________________________________

    Teganya… teganya ….(kaya lagu dangdut aja) anda berpendapat seperti itu seakan-akan semua orang PINTAR seperti anda……KEJAM nya kau hiks…..:((

    In the real wold, Ngga semua orang sepintar anda bung! dan ngga semua orang punya keberuntungan seperti anda : punya akses informasi berlimpah, dan pendidikan terbaik etc…

    kita balik lagi kehubungan profesionalisme…..

    komisi agen, nasabah yang bayar rite?

    nah, klo nasabah yang bayar….. harusnya agen profesional membela kepentingan nasabah yang bayar, setuju?
    kalo perusahaan asuransi alias produsen jelas akan berusaha dgn segala cara agar dia OENTOENG GEDE

  544. trus agen juga dapet komisi dari siapa? nasabah bukan? biasanya seorang yang profesional adalah mereka2 membela kepentingan pihak yang telah memberi mereka keuntungan financial dalam hal ini adalah nasabah. Jadi kalo mereka malah membela kepentingan perusahaan asuransi berarti apakah mereka agen profesional?

    Masalah perusahaan asuransi punya bargaining power lebih besar. Walaupun memang sebenarnya agen dibayar oleh nasabah, tapi komisi para agen kan ditransfer dari rekening perusahaan asuransi, bukan dari nasabah. Kalo mereka tidak membela perusahaan asuransi, ya mereka ga dapat komisi dong. Agen juga manusia, mau cari makan. Jelas agen juga berusaha menjual produk yang komisinya lebih gede. Kecuali kalo nasabahnya mau ngasih tip yang sepadan. :) Kalo gitu ceritanya lain lagi :)

    bagi yang awam, kita dapat menghubungi financial planner independent yang ‘kita gaji/kita bayar’. Saya pribadi berharap ada lebih banyak financial planner independent yang model begini

    Saya pribadi juga berharap begitu.

    In the real wold, Ngga semua orang sepintar anda bung! dan ngga semua orang punya keberuntungan seperti anda : punya akses informasi berlimpah, dan pendidikan terbaik etc…

    Saya ngga ngaku pintar kok :-D In the real world, dunia memang kejam, untuk menghadapi dunia yang kejam ya harus dari diri sendiri. Jangan ngga ngapa-ngapain terus cuma ngomel kenapa dunia kejam.

    Jauh lebih efektif membuat edukasi untuk konsumen, dibanding nyalahin, nuntut agen atau perusahaan asuransi harus begini begitu. Kalo konsumen sudah teredukasi, bargaining powernya lebih besar.

  545. #626

    Agen juga manusia, mau cari makan. Jelas agen juga berusaha menjual produk yang komisinya lebih gede. Kecuali kalo nasabahnya mau ngasih tip yang sepadan. :) Kalo gitu ceritanya lain lagi :)
    ____________________________________________________

    jadi, menurut pendapat anda,
    karena mau CARI MAKAN ngga masalah dong menipu :’salah sendiri mau ditipu’, merampok:’salah sendiri bisa dirampok’, korupsi:’salah sendiri dikasih kesempatan korupsi’

    ngga akan nyambung mas, karena standar moral yang kita anut jelas udah bertolak-belakang. Agen2 kan masih bisa dapet duit baca: ‘cari makan’ walau mereka memprioritaskan jualan TL plus reksadana, udah terbukti kok agen saya dari perusahaan M******* bisa
    melakukannya.
    ___________________________________________________

    Saya ngga ngaku pintar kok :-D In the real world, dunia memang kejam, untuk menghadapi dunia yang kejam ya harus dari diri sendiri. Jangan ngga ngapa-ngapain terus cuma ngomel kenapa dunia kejam.

    Jauh lebih efektif membuat edukasi untuk konsumen, dibanding nyalahin, nuntut agen atau perusahaan asuransi harus begini begitu. Kalo konsumen sudah teredukasi, bargaining powernya lebih besar.
    _______________________________________________

    Ini udah kita lakukan mas, emang nurut anda kami2 dapet apa dengan menulis dan menghabiskan waktu disini dan forum2 yang lain? emang perusahaan asuransi TL dan MI reksadana ngasih kami komisi gitu?

    hehehe, nurut anda yang punya kewajiban mengedukasi konsumen siapa dong? ohhh …. kalo ngga salah nurut anda harus dari konsumennya sendiri kan?

    Kalo anda baca postingan saya dari tread2 sebelumnya, rata2 nasabah UL yang saya kenal adalah org2 dikampung halaman saya yang diiming-imingi dgn bunga UL lebih tinggi daripada deposito persis spt yg dilakukan bos zheng. Mana ngerti mereka dgn apa itu reksadana, mungkin denger aja blom pernah seumur hidup mereka.

    Apa komentar anda terhadap kasus seperti ini?
    Tapi terus terang saya ngga terlalu berharap banyak kpd anda, krn dari awal anda sudah bilang klo itu adalah salah mereka sendiri, siapa suruh mereka bodoh, ngga teliti, dan ngga well educated.

  546. #623

    Nah caranya gimana kita2 (nasabah) bisa mendapat deal terbaik?
    kalo yang mengerti ttg financial, kita dapat merancang sendiri keuangan kita tanpa bantuan agen atau ‘financial advisor’.

    bagi yang awam, kita dapat menghubungi financial planner independent yang ‘kita gaji/kita bayar’. Saya pribadi berharap ada lebih banyak financial planner independent yang model begini

    Secara teori saya sangat setuju dengan pendapat Mbak bravo memang benar, tapi secara praktek berbeda jauh. Mbak bravo seorang investor profesional, tentu banyak mengerti ttg karakteristik pasar.

    Untuk orang awam, jangankan diajak beli asuransi dan investasi terpisah, diajak nabung di bank saja susah. Untuk golongan karyawan, sebagian besar gaji mereka hanya numpang lewat di rekening bank. Sedangkan golongan pedagang, lebih suka duit mereka diputar di aset dagang atau stok barang.

    Karena rendahnya kesadaran masyarakat kita untuk memiliki asuransi jiwa dan program perencanaan pensiun, maka cara pendekatan yang dilakukan para agen Unit Link merupakan cara yang paling efektif.

    Metode yang dipakai Mas Zheng dalam mempromosikan produknya dengan iming-iming hasil investasi lebih tinggi dari bunga deposito lebih efektif. Produk yang ditawarkan memang memberikan hasil yang diatas bunga deposito.

    Cara pemasaran demikian juga terbukti cukup sukses meningkatkan jumlah pemegang polis asuransi jiwa. Untuk orang yang merasa cukup mengerti ttg finansial, seperti Mas Priyadi dan Mas Rahmat, memang produk Unit Link tidak menarik.

    Jika Mbak Bravo, Mas Rahmat, Mas Priyadi, dan teman-teman lain yang keberatan dengan cara pemasaran yang dilakukan perusahaan penjual Unit Link (menyatukan produk asuransi dan investasi) dalam mengedukasi masyarakat, mungkin bisa sharing “Bagaimana cara yang efektif untuk mengedukasi kesadaran masyarakat awam akan pentingnya asuransi dan investasi“.

    Selama ini saya sering melihat orang-orang yang anti-Unit Link berkomentar yang cenderung menyindir metode pemasaran yang dilakukan agen Unit Link sebagai tindakan ‘menipu’ atau ‘membodohi’ orang awam.
    Ketika ditantang untuk menjadi ujung tombak menyadarkan masyarakat awam akan pentingnya asuransi dan investasi, semua langsung keluarkan jurus “1001 Alasan Tanpa Tindakan”.

    Mirip aksi mahasiswa yang menyerukan Reformasi di akhir era Orde Baru. Setelah itu, coba hitung berapa aktivis mahasiswa yang berani tampil sebagai wakil rakyat di pemerintahan dan mampu menjalankan amat Reformasi dengan baik dan benar??

  547. #627

    Secara teori saya sangat setuju dengan pendapat Mbak bravo memang benar, tapi secara praktek berbeda jauh. Mbak bravo seorang investor profesional, tentu banyak mengerti ttg karakteristik pasar.
    _______________________________________

    saya cuma investor keroco :d, ngga mudeng ttg karakteristik pasar yang anda maksud:-?

    Jika Mbak Bravo, Mas Rahmat, Mas Priyadi, dan teman-teman lain yang keberatan dengan cara pemasaran yang dilakukan perusahaan penjual Unit Link (menyatukan produk asuransi dan investasi) dalam mengedukasi masyarakat, mungkin bisa sharing “Bagaimana cara yang efektif untuk mengedukasi kesadaran masyarakat awam akan pentingnya asuransi dan investasi“.
    +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

    Ngga susah kok, ini udah diposting sama priyadi bolak balik: anda bisa menjaring nasabah unit link harusnya ngga susah untuk mengedukasi nasabah tersebut dgn cara:

    disclose ttg semua biaya2 yang ada di UL beserta semua resiko2 investasinya dan

    kasih tau juga ada alternatif lain diluar UL yang jauh lebih murah dan untung yaitu BTAID.
    baru setelah itu biarkan nasabah memilih…..
    agen juga bisa cari makan kok dari jualan Term life (bukankah nurut anda komisi TL lebih gede dari UL?) dan juga dapet komisi dari reksadana.

    walau lebih kecil dapetnya tapi kalo anda tulus membela kepentingan nasabah diatas kepentingan kantong anda, akan banyak nasabah2 lain dari mulut kemulut akan dateng ke anda shg secara overall jadi lebih gede juga, trus anda juga pasti lebih bahagia krn sudah membela kepentingan nasabah yang notabenenya adalah pembayar komisi anda….
    kalo anda sudah melakukan ini (mengedukasi nasabah dgn baik) saya adalah orang pertama yang akan mempromosikan anda sbg agen profesional yang membela kepentingan nasabag kepada kenalan2 saya yang butuh asuransi jiwa (TL) =d>

    ______________________________________________________

    Metode yang dipakai Mas Zheng dalam mempromosikan produknya dengan iming-iming hasil investasi lebih tinggi dari bunga deposito lebih efektif. Produk yang ditawarkan memang memberikan hasil yang diatas bunga deposito.
    _________________________
    nurut saya ini PENIPUAN BESAR, tanya kenapa?

  548. “Bagaimana cara yang efektif untuk mengedukasi kesadaran masyarakat awam akan pentingnya asuransi dan investasi“.
    ——————-
    simple bos.., skrg tiap ketemu temen2, saya kasih alamat blog mas priyadi dan tulisan mbak ligwina,komentar selanjutnya (sorry)” monyat gue dikadalin!!!!”, “gue juga udah curiga, masa disuruh baca polis segitu tebal dalam waktu 14 hari”,”katanya duit kita taon pertama sampai kelima buat biaya asuransi, gue kirain kaga angus?? kaga taunya angus2 jg..” dll, gue cuma bisa bilang :)):)):)) welcome to d club

  549. karena mau CARI MAKAN ngga masalah dong menipu :’salah sendiri mau ditipu’, merampok:’salah sendiri bisa dirampok’, korupsi:’salah sendiri dikasih kesempatan korupsi’

    Saya tidak merestui perampok untuk merampok atau penipu untuk menipu. Tapi dunia memang kejam jadi seperti yang sering diucapkan bung Napi, WASPADALAH.

    ngga akan nyambung mas, karena standar moral yang kita anut jelas udah bertolak-belakang.

    Saya keberatan kalo ini dikaitkan dengan standar moral. Kalo saya lihat tujuan saya dan anda, mas rahmat, mas priyadi sebenarnya sama, edukasi konsumen. Hanya penekanannya berbeda, karena sudut pandangnya berbeda, anda lebih pada barang tersebut lebih mahal loe, jangan beli, kalo loe beli loe ketipu deh di sana ada yang lebih murah. Kalo saya, barang itu mahal, loe liat dulu manfaatnya sesuai ngga buat loe, kalo ngga ya jangan dibeli, masih ada kok produk yang lebih murah dengan manfaat yang sesuai buat loe.

    Ini udah kita lakukan mas, emang nurut anda kami2 dapet apa dengan menulis dan menghabiskan waktu disini dan forum2 yang lain? emang perusahaan asuransi TL dan MI reksadana ngasih kami komisi gitu?hehehe, nurut anda yang punya kewajiban mengedukasi konsumen siapa dong? ohhh …. kalo ngga salah nurut anda harus dari konsumennya sendiri kan?

    Lho, saya juga dukung kok dengan apa yang anda semua lakukan. Ini sesuai dengan pesan yang sebenarnya telah saya sampaikan. Ngga pernah saya keberatan pada usaha anda semua, karena bagi saya juga BTAID memang bagus. Saya hanya keberatan bila UL disebut sebagai ‘penipuan’, karena dibalik biaya UL yang lebih mahal ada sesuatu yang dibeli. Terpisah dari apakah sesuatu tersebut worth atau tidak untuk konsumen. Saya lebih setuju dengan pendapat terakhir mas Priyadi, yaitu UL adalah cara yang mahal untuk mengetahui perencanakan keuangan yang baik. Itu pernyataan yang lebih saya terima. Lebih mahal bukan berarti menipu.

    UL dan BTAID bahan dasarnya sama, tapi bumbunya berbeda. Kalo bagi saya itu sama dengan makan di warteg vs mall. Dengan harga yang sama dan menu yang sama makan di warteg biasanya porsinya bisa lebih besar alias lebih kenyang dibandingkan makan di mall. Makan di mall mungkin tidak mengenyangkan dan juga tidak murah tapi terkadang lebih enak, bukan hanya karena bumbunya terkadang lebih gurih, juga suasananya lebih nyaman, dll.

    Kalo anda baca postingan saya dari tread2 sebelumnya, rata2 nasabah UL yang saya kenal adalah org2 dikampung halaman saya yang diiming-imingi dgn bunga UL lebih tinggi daripada deposito persis spt yg dilakukan bos zheng. Mana ngerti mereka dgn apa itu reksadana, mungkin denger aja blom pernah seumur hidup mereka.

    orang spt bos zheng kan jualan unit link, bukan jualan reksa dana. Kebeneran bos zheng kerja di P******** yang ngga jualan TL doang dan juga RD, ya masa dia jualan rd, dia kerja bakti dong. Beda ceritanya kalo bos zheng kerja di M****** yang juga jualan RD. Kalo Saya kerja di sebuah stand foodcourt di mall dan perusahaan saya hanya jualan makanan di mall dengan menu seperti ini, masa saya kasih tahu calon konsumen saya jangan beli di saya, mendingan keluar mall dulu dekat pengkolan sana ada warteg yang menunya mirip tapi enak dan murah. ??

  550. #630

    Saya tidak merestui perampok untuk merampok atau penipu untuk menipu. Tapi dunia memang kejam jadi seperti yang sering diucapkan bung Napi, WASPADALAH
    =================================================
    sekali lagi: kalo kita ditipu, dirampok juga salah kita karena kita TIDAK WASPADA dan karena dunia emang KEJAM? ohhh… GOD…

    Nurut saya sih dunia ngga kejam, krn klo kita berpendapat dunia kejam, maka kita juga berpikir TUHAN itu KEJAM, tapi yang KEJAM adalah MANUSIA-MANUSIA SERAKAHHHHH yang demi DUIT telah hilang NURANI nya….

    OK, kalo perusahan/agen menyembunyikan/menutupi biaya2 di unit link buat anda bukan menipu tapi ‘trik dagang’.

    OK, kalo nurut anda ada agen yang mengiming-imingi return UL dgn membanding-bandingkan dgn deposito nurut anda adalah cara dia buat CARI MAKAN.

    sekali lagi berarti standar kita beda………..

  551. Lho, saya juga dukung kok dengan apa yang anda semua lakukan. Ini sesuai dengan pesan yang sebenarnya telah saya sampaikan. Ngga pernah saya keberatan pada usaha anda semua, karena bagi saya juga BTAID memang bagus. Saya hanya keberatan bila UL disebut sebagai ‘penipuan’, karena dibalik biaya UL yang lebih mahal ada sesuatu yang dibeli. Terpisah dari apakah sesuatu tersebut worth atau tidak untuk konsumen. Saya lebih setuju dengan pendapat terakhir mas Priyadi, yaitu UL adalah cara yang mahal untuk mengetahui perencanakan keuangan yang baik. Itu pernyataan yang lebih saya terima. Lebih mahal bukan berarti menipu.
    ==============================================

    Diluar kepraktisannya, ngga ada manfaat lain di UL yang ngga bisa direplikasikan ke BTAID.

    Kami juga ngga masalah nasabah beli UL kalo terpenuhi kondisi : dia tau ttg berapa biaya2 untuk mendapatkan kepraktisan itu dan dia tau ada alternatif lain yaitu BTAID yang lebih menguntungkan dibanding UL. Rasanya udah berkali-kali priyadi postingin ini, atau saya yang udah mulai pikun?

    Ya… kalo anda nganggap TIDAK menyajikan kebenaran2 diatas merupakan cara CARI MAKAN, kalo nasabah udah terlanjur beli merupakan SALAH NASABAH YANG NGGA TELITI… ngga ada lagi yang bisa saya omongin……

  552. orang spt bos zheng kan jualan unit link, bukan jualan reksa dana. Kebeneran bos zheng kerja di P******** yang ngga jualan TL doang dan juga RD, ya masa dia jualan rd, dia kerja bakti dong. Beda ceritanya kalo bos zheng kerja di M****** yang juga jualan RD. Kalo Saya kerja di sebuah stand foodcourt di mall dan perusahaan saya hanya jualan makanan di mall dengan menu seperti ini, masa saya kasih tahu calon konsumen saya jangan beli di saya, mendingan keluar mall dulu dekat pengkolan sana ada warteg yang menunya mirip tapi enak dan murah. ??
    ___________________________________________________

    Meminjam istilah anda : salah sendiri dong kerja diperusahaan yang ngga jual TL dan reksadana, emang perusahaan asuransi cuma P********* doang?????

    Makan di mall: konsumen TAU biaya yang emang dia bayar buat kenyamanan yang dia dapet dan merasa fine2 aja krn emang sewa mal lebih mahal, bahan makanan lebih mutu, lebih bersih, cost of productionnya pun lebih tinggi.

    dan dia juga TAU ada warteg yang misalnya sama bersih dan enaknya tapi dgn harga yang lebih murah…

    dia mau makan dimana terserah……makan dimall krn ngerasa worth dgn kenyamanan dan pelayanannya atau makan di warteg biar repot dikit tapi dapet murah, itu hak dia kok.
    TAPI…. dia TAU bhw dia punya 2 pilihan dan tau komponen biaya2 yang membuat mall lebih mahal.

    Bandingkan:

    Di UL nasabah TAU dia bayar 205% cuma untuk bayar agen2 berpesiar? :p
    emang nasabahnya TAU dia punya alternatif lain (BTAID) yang jauh lebih murah dan menguntungkan walau repot DIKIT….?

    Kalo tau dan dia masih mau beli UL sih, no problem… uang dia kok…

    yang jadi konsen kami2 adalah Nasabah TIDAK TAU….
    wah ngomong gini pasti anda bilang lagi : ‘salah sendiri ngga cari tau…… ‘

  553. Saya lebih setuju dengan pendapat terakhir mas Priyadi, yaitu UL adalah cara yang mahal untuk mengetahui perencanakan keuangan yang baik
    ===================================================

    boleh dong kita mencegah agar ngga ada lagi “cara mahal’ tapi bagaimana dengan ‘cara murah’ nasabah2 dapat mengetahui perencanaan keuangan yang baik.

    Karena kita bicara keuangan PASTI selalu bicara untung-rugi, kalo ada cara murah napa pula musti pake cara mahal? cukup kami2 aja yang pake ‘cara mahal’ mudah2an pengunjung blog ini ngga kejeblos ‘cara mahal’ spt kami2 ini…untuk ini saya C7 dgn comment #629

    Peace deh :)>-

  554. #632 – 634:

    Makan di mall: konsumen TAU biaya yang emang dia bayar buat kenyamanan yang dia dapet dan merasa fine2 aja krn emang sewa mal lebih mahal, bahan makanan lebih mutu, lebih bersih, cost of productionnya pun lebih tinggi.

    dan dia juga TAU ada warteg yang misalnya sama bersih dan enaknya tapi dgn harga yang lebih murah…

    dia mau makan dimana terserah……makan dimall krn ngerasa worth dgn kenyamanan dan pelayanannya atau makan di warteg biar repot dikit tapi dapet murah, itu hak dia kok.
    TAPI…. dia TAU bhw dia punya 2 pilihan dan tau komponen biaya2 yang membuat mall lebih mahal.

    Itu karena concern konsumen dalam makan bukan sekedar makan kenyang dan murah. Bila tujuan konsumen makan hanya untuk makan kenyang dan murah, konsumen tak mau peduli berapa besar cost yang dikeluarkan oleh yang punya usaha di mall. Atau ngga kasian yang punya warteg itu untungnya sangat tipis. Yang penting dia bisa makan kenyang dan murah di warteg. Konsumen tinggal berteriak makan di Mall udah mah mahal ngga kenyang lagi. Yang jual makanan di Mall ‘nipu’ tuh.
    Sama juga dengan UL vs BTAID, concern anda hanya pada pengembalian tunai yang besar. Dengan demikian layanan-layanan lain tidak anda anggap worth. Bagi anda kepraktisan itu sangat kecil artinya. Bagi konsumen lain mungkin tidak.

    Sekarang misalnya konsumen doyan makan ay grg tepung seperti K**, tapi konsumen tsb tak tahu bahwa misalnya tak jauh dari K** ada abang kaki lima jualan ay grg tepung yang sama enaknya dan bersihnya. Karyawan K** bisa jadi tahu ada abang tersebut, tapi apakah Karyawan K** bisa ngomong, situ mau makan lebih murah ngga, tuh di dekat pengkolan sana ada abang yang jualan juga, beli aja di sana.. Apakah karyawan K** tersebut menutupi informasi sebenarnya ada alternatif ay grg tpg yang sama enaknya tapi lebih murah?? Salah sendiri kenapa kerja di K** ?? :) Dalam kondisi ini kan konsumen belum tentu tau dia sebenarnya punya 2 pilihan antara beli dari restoran atau beli dari abang kaki lima. Yang dia tahu makan ay grg tpg hny di K**. Dengan demikian apakah ini berarti K** ‘menipu’ dan konsumen ‘kejeblos’ makan di restoran yang mahal. Padahal tujuan dia hanya makan kenyang dan murah. Salah sendiri kenapa ngga cari tahu kalo ada abang yang jual ay grg tpg yang lebih murah? :)

    Bagi saya konsep BTAID adalah bagian dari mekanisme pasar karena BTAID tidak akan diminati bila UL tidak ada. Andaikata UL punah dan tinggal BTAID. Pasti ada usaha untuk mencari alternatif lain yang lebih murah dari BTAID. Dan bagi saya tak masalah bila siapa tahu penemunya nanti berteriak BTAID lebih mahal.

    boleh dong kita mencegah agar ngga ada lagi “cara mahal’ tapi bagaimana dengan ‘cara murah’ nasabah2 dapat mengetahui perencanaan keuangan yang baik. Karena kita bicara keuangan PASTI selalu bicara untung-rugi, kalo ada cara murah napa pula musti pake cara mahal?

    Boleh, tak masalah kok, saya juga dukung kok. :) Semua hal berkaitan dengan keuangan. Karena semua barang atau jasa itu kita beli dari uang hasil keringat kita. Otomatis kita harus mendapatkan manfaat maksimal dari uang yang kita belanjakan.

  555. #635

    Brp % orang yang makan dimall tau dia bisa makan K5 yg lebih murah?
    Brp % org yang beli UL tau dia punya alternatif lain?

    Brp % orang yang makan dimall tau kira2 komponen biaya2 yang membuat mall itu mahal?
    Brp % yang beli UL yang tau UL nya lebih mahal dan mahal nya dikarenakan biaya akuisisi yang ngga wajar?

    kalau jawaban anda atas pertanyaan2 diatas adalah SAMA, maka udah, diskusi selesai, berarti mekanisme pasar emang jalan. Mau beli UL silakan, beli BTAID juga go ahead., mau beli apa juga gue ngga dapet komisi kok :p

    SAYA NGGA BILANG PENJUAL MAKANAN DIMALL ITU NIPU KARENA MEKANISME PASAR EMANG JALAN….

    Anda menganalogikan makan dimal sama seperti UL dan di K5 seperti BTAID apa ngga keterlaluan?

    perbandingan yang bener:

    UL : makan di K5 depan rumah (mutu dan kebersihan ngga terjamin) tapi bayar harga mall (lebih mahal), krn didepan rumah praktis, jadi worth it aja….

    BTAID : Makan di mall (mutu dan kebersihan terjamin) tapi harga K5, cuma agak refffot dikit krn mall nya jauh dari rumah…

    ada ngga sih produk seperti diatas kalo mekanisme pasar berjalan sempurna? jawabnya hampir TDK ADA.

    Tapi kok UL yang ngga lebih bagus (dalam banyak hal malah lebih jelek) dari BTAID tapi lebih mahal bisa lebih laku malah cuma krn alasan praktis? dipastikan disini mekanisme pasar ngga jalan. Kenapa ngga jalan? tanya saja sama bintang2 dilangit, ntar saya bilang nipu ngga boleh lagi hihihi

    rasanya priyadi udah posting sampe berbusa2 ttg mekanisme pasar ini di tread2 sblmnya atau pikun saya yang udah ngga ketolongan :o:o:o:o:o

    Jangan salah, bkn krn UL maka ada konsep BTAID.ini mah kebalik namanya. Jadul, sebelum ada UL org2 udah beli asuransi tradisional dan invest sendiri ke saham, properti, sertifikat deposito dll

    UL lahir dari inovasi perusahaan asuransi agar bisa dapet untung lebih gede dan jualan lebih gampang khususnya di negara2 yang masyarakatnya blom insurance minded.

  556. Boleh, tak masalah kok, saya juga dukung kok. :) Semua hal berkaitan dengan keuangan. Karena semua barang atau jasa itu kita beli dari uang hasil keringat kita. Otomatis kita harus mendapatkan manfaat maksimal dari uang yang kita belanjakan.
    _________________________________________

    Sippp, satu lagi volunteer yang akan membantu kita dalam mengedukasi masyarakat ttg asuransi dan investasi yang benar, well come bro…>:d<

  557. Mas Pri,
    saya mau ambil ide mas tentang ilusi ini untuk dibahas di kelas.
    it seem interesting to discuss.
    minta ijin ya, boleh kah?

    btw, sy 99% mo narik UL sy yg ud setaun itu. skrg lg banding2in term life dr perusahaan mana yg lbh oke.

    Terima kasih mas, keep posting!!

  558. #628

    Ngga susah kok, ini udah diposting sama priyadi bolak balik: anda bisa menjaring nasabah unit link harusnya ngga susah untuk mengedukasi nasabah tersebut dgn cara:

    disclose ttg semua biaya2 yang ada di UL beserta semua resiko2 investasinya dan

    kasih tau juga ada alternatif lain diluar UL yang jauh lebih murah dan untung yaitu BTAID.
    baru setelah itu biarkan nasabah memilih…..

    Saya tidak bisa banyak berkomentar mengenai cara ini, saya juga belum pernah jadi marketing yg terjun ke lapangan, paling hanya tawarin produk Orif**** ke teman-teman kantoran.

    Kalau menurut logika, cara ini sungguh konyol dan tidak masuk akal. Coba bayangkan saja, Mas Zheng tawarin Prudential ke calon prospek dia. Setelah bersusah payah meyakinkan ke calon prospek dia ttg manfaat asuransi, dia lalu menjelaskan asuransi Term Life yang murah (mis Bumiputera) dan reksadana yang return tinggi (mis Makinta Mantap).
    Memangnya Mas Zheng dibayar komisi sama Bumiputera atau Makinta?? Engga kan?

    Bodoh banget kalau sampai ada marketing perusahaan A yang malah mempromosikan produk perusahaan B. Kecuali perusahaan B juga memberikan dia komisi, tapi dalam kasus ini enggak kan?

    Daripada Mbak Bravo banyak berteori dan berasumsi, silahkan buktikan sendiri di lapangan. Buktikan kalau teori BTAID lebih mengedukasi masyarakat kita dan bisa meningkatkan minat asuransi.

    #632

    Diluar kepraktisannya, ngga ada manfaat lain di UL yang ngga bisa direplikasikan ke BTAID.

    Kebanyakan orang memang butuh praktisnya dan tidak mau repot. Kalau Anda merasa BTAID tidak repot, itu urusan Anda, tapi orang lain belum tentu. Apalagi masyarakat Indonesia yang kurang perduli dengan asuransi dan investasi.

    Ya… kalo anda nganggap TIDAK menyajikan kebenaran2 diatas merupakan cara CARI MAKAN, kalo nasabah udah terlanjur beli merupakan SALAH NASABAH YANG NGGA TELITI… ngga ada lagi yang bisa saya omongin……

    Menyajikan kebenaran, maksud Anda marketing perusahaan A yg mempromosikan produknya lebih bagus dan praktis harus menjelaskan ada produk perusahaan B dan C yang harganya lebih murah tapi kurang praktis, begitu??

    Misalnya calon prospeknya ternyata beli produk B dan C, marketing perusahaan A itu makan apa? Kalau perusahaan B dan C memberikan komisi kepada si marketing sih oke-oke saja.

    #633

    Meminjam istilah anda : salah sendiri dong kerja diperusahaan yang ngga jual TL dan reksadana, emang perusahaan asuransi cuma P********* doang?????

    Mbak….
    Masing-masing perusahaan punya kelebihan dan kekurangan. Walaupun di Indonesia ada perusahaan asuransi dan reksadana yang memakai nama yang sama, tapi itu bukan perusahaan yang sama.

    Perusahaan asuransi walaupun punya produk untuk investasi yg sangat mirip reksadana (mis PIA), tetap saja produk itu bukan produk reksadana. Perusahaan asuransi boleh bekerja sama dengan Fund Manager perusahaan reksadana untuk pengelolaan premi investasi, tapi bukan diinvestasikan di produk reksadana.

    Jadi, BTAID dan Unit Link adalah 2 produk yang berbeda. Investasi di Unit Link walaupun mirip reksadana, tapi bukan reksadana.

    #636

    SAYA NGGA BILANG PENJUAL MAKANAN DIMALL ITU NIPU KARENA MEKANISME PASAR EMANG JALAN….

    Anda bisa bilang begitu thd penjual makanan, kenapa Anda menerapkan double standart untuk penjual asuransi.
    Sudah jelas bahwa BTAID dan Unit Link adalah 2 produk yang berbeda, dan segment pasar juga berbeda, tapi Anda, Mas Rahmat dan Mas Priyadi masih ngotot sama.

    BTAID hanya cocok buat yang merasa dirinya sudah ngerti dengan masalah kebutuhan finansial, dan merasa tidak repot oleh berbagai urusan administrasi.

    Unit Link cocok buat semua kalangan karena praktis, terutama sangat cocok untuk orang tidak mau direpotkan oleh berbagai urusan administrasi seperti di BTAID.

    Produk Unit Link tidak menipu, karena memang MEKANISME PASAR YANG MEMBUAT UNIT LINK MENJADI LAKU.
    Jika tidak percaya, silahkan lakukan survey sendiri, coba tawarin konsep BTAID dari toko ke toko. Atau kalau mau gampang karena tidak mau jalan toko ke toko, silahkan ubrak-abrik ITC.

    Kalau tidak yakin melakukan survey sendiri, ini ada sedikit kutipan artikel
    http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/keuangan/1id17630.html
    Kinerja asuransi jiwa secara industri di awal tahun ini memang mengalami pertumbuhan yang signifikan karena terdorong dari perolehan unit linked. Perolehan premi asuransi jiwa pada triwulan I/2007 tumbuh 62% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni dari Rp5,35 triliun menjadi Rp8,65 triliun.

    Tingginya minat pemegang polis terhadap produk unit linked terlihat dari besaran kontribusi terhadap premi bisnis baru, yang mencapai Rp2,1 triliun, sebanding dengan 46% dari total pendapatan premi bisnis baru individual.

    Menurut data AAJI ketika konferensi pers Top Agent Award 2007, sekarang jumlah agen asuransi di Indonesia sekitar 158rb orang (lisensi tetap + lisensi 6 bulan). Sedangkan agen profesional (yang memiliki lisensi tetap AAJI dan full time) yang menjual produk tradisional tercatat 24rb orang dan unit linked 23rb orang.

    Jika lebih banyak lagi agen profesional yang terjun ke Unit Link, maka kontribusi Unit Link thd premi baru bisa melebihi 60%.

    So…mekanisme pasar membuktikan bahwa Unit Link lebih diminati daripada BTAID.

  559. Menurut data AAJI ketika konferensi pers Top Agent Award 2007, sekarang jumlah agen asuransi di Indonesia sekitar 158rb orang (lisensi tetap + lisensi 6 bulan). Sedangkan agen profesional (yang memiliki lisensi tetap AAJI dan full time) yang menjual produk tradisional tercatat 24rb orang dan unit linked 23rb orang.

    Maaf saya lupa mencantumkan referensi.
    Artikel ini cuplikan dari Investor Daily tgl 21-Agustus-2007.

    Dan khusus untuk masalah profesionalisme agen, jangan ragu untuk menanyakan lisensi keagenan kepada agen asuransi yang mendatangi Anda. Jangan sekedar beli asuransi karena agen tsb merupakan teman/saudara.

  560. #639

    Firequid,
    Sebelum anda berkomentar panjang lebar mending belajar yang rajin lebih dulu deh.
    Porsi investasi dari UL itu Reksadana (cape deh)
    kalo itu aja anda ngga tau atau pura2 ngga tau, saya males diskusi dgn anda.

    Dari semua thread ttg asuransi di blog ini, anda yang paling ngotot dgn membabi buta dgn argumen yang bener2 konyol.

    Sementara yang lain (bkn agen) walaupun kadang2 ada yang kritis (mis: Mas Handi), masih enak diajak tukar pikiran dan masih open minded.

  561. # firesquid,

    Terserah deh anda mau bilang apa, mau bilang UL bukan reksadana kek, investasinya ke bulan kek, silakan sok.

    Biarkan anjing menggonggong kafilah berlalu.

    ngga masalah anda masih ngotot dan ngga mau ngerti, toh yang penting yang lain udah ngerti, berarti udah tercapai maksud kami sharing disini.

    Karena cape juga kalo ngulang-ngulang terus, ngabisin energi.

    Saya ini sudah bodoh, kalo debat sama orang bebal yang lebih bodoh, nanti saya jadi bodoh kwadrat kan berabe?:d

  562. #636:

    kalau jawaban anda atas pertanyaan2 diatas adalah SAMA, maka udah, diskusi selesai, berarti mekanisme pasar emang jalan…….
    …. Anda menganalogikan makan dimal sama seperti UL dan di K5 seperti BTAID apa ngga keterlaluan?

    Analogi saya makan di mall vs k5 pada UL vs BTAID, memang tidak menyeluruh. Karena saya hanya fokuskan pada makan kenyang dan murah / mahal. Sama dengan fokus UL vs BTAID, pengembalian tunai yang besar dan murah / mahal. Kalo dibandingkan menyeluruh emang susah, karena bisa diskusinya bisa melebar dan entar jadi ngga nyambung ;) Jadi fokus mau makan kenyang dan murah (ngga liat kenyamanan, kebersihan, dll) orang pasti milih makan di warteg dong. Kalo fokus pengembalian tunai yang besar orang pasti milih BTAID dong.

    Orang tahu UL, tapi tidak mengenal konsep BTAID bisa saya analogikan kurang lebih seperti ay grg tpg K** vs K5. Tapi kayanya susah juga yang menggunakan contoh itu soalnya semuanya orang tahu K5 ada juga yg jualan ay grg tpg. Coba produknya saya ganti dengan sushi, setahu saya sushi cuma dijual di restoran mewah. Saya pribadi ga tahu ada warteg yg jualan sushi. Kita anggap saja ternyata ada. Misalnya saya doyan makan sushi, tapi saya makan sushi ngga peduli suasananya mewah, nyaman dll, yang penting saya bisa enjoy hanya dengan makan sushi dan kenyang. Informasi ada yang jual sushi dengan harga yang jauh lebih murah kan tidak saya miliki. Informasi ini jelas harus saya dapatkan dari luar, dari teman, relasi atau entah nonton acara wisata kuliner. Ngga mungkin nanya ke restoran mewah tersebut, tahu ngga ada yang jual sushi lebih murah daripada yang anda jual?? Apakah ini sama artinya dengan mekanisme pasar sushi tidak berjalan?? Sama dengan UL untuk tahu informasi ada alternatif lain, ya ga mungkin dong nanya agen penjual UL. Informasinya ya harus dari luar, dari media, dari obrolan dengan teman/relasi, dll. Mekanisme pasarnya berjalannya dari sini. ( btw, Kalo ada yang tahu ada warteg yang jualan sushi boleh ga saya minta infonya :-D )

    Tapi kok UL yang ngga lebih bagus (dalam banyak hal malah lebih jelek) dari BTAID tapi lebih mahal bisa lebih laku malah cuma krn alasan praktis?

    Itu karena fokus penilaian BTAID lebih bagus hanya pada nilai pengembalian tunai. Jadi ya jelas kita ga akan bisa lihat point lain di UL yang lebih bagus.

    Jangan salah, bkn krn UL maka ada konsep BTAID.ini mah kebalik namanya. Jadul, sebelum ada UL org2 udah beli asuransi tradisional dan invest sendiri ke saham, properti, sertifikat deposito dll

    Memang betul BTAID sebenarnya kan produk generik dan dari jadul memang sudah ada. Tapi orang2 baru ngeh konsep ini setelah ada UL. Karena istilah asuransi mungkin tahu, tapi TL itu mahluk apa juga mungkin tidak. Istilah RD mungkin tidak tahu, ataupun kalo tahu pun ngga berani ngambil.

    #639:

    Jadi, BTAID dan Unit Link adalah 2 produk yang berbeda. Investasi di Unit Link walaupun mirip reksadana, tapi bukan reksadana.

    Mas Firesquid, saya setuju UL dan BTAID adalah 2 produk yang berbeda. Tapi kita lihat dulu bahan dasarnya, kalo saya lihat UL dan BTAID bahan dasarnya sama tapi karena pengolahan dan bumbunya berbeda, hasil akhirnya pun berbeda. Seperti bahan dasar cumi dengan pengolahan dan bumbu yang berbeda bisa jadi cumi goreng tepung, cumi goreng mentega, sate cumi, sop cumi, dll.. Padahal intinya kan tetap makan cumi. Kalo fokusnya makan cumi, ga peduli produknya kaya apa kita cari aja produk cumi yang paling kenyang, enak dan murah. Kalo kita carinya cari cumi grg tepung ya kita cari cumi grg tepung yang paling kenyang, enak, dan murah. :-D (jadi laper nih :) )

  563. Misalnya calon prospeknya ternyata beli produk B dan C, marketing perusahaan A itu makan apa?
    ———————————
    Ya… kalo anda nganggap TIDAK menyajikan kebenaran2 diatas merupakan cara CARI MAKAN, kalo nasabah udah terlanjur beli merupakan SALAH NASABAH YANG NGGA TELITI… ngga ada lagi yang bisa saya omongin……
    ——————-
    mbak, ini org emang cari makan, jd bottom point… (cape….dehhhhhhhhhhhhh)=))=))=))=d>=d>=d>

  564. kebeneran kemaren baru membenahi keuangan adik ipar. kita coba apply term life YRT ke sebuah perusahaan asuransi. gak seperti perusahaan ‘yang itu tuh’, ini perusahaan asuransi yang serius, punya segala jenis asuransi jiwa, mulai dari term life YRT, term life jangka panjang sampai 20 tahun, whole life, macam2 endowment, unit link sampai anuitas tetap.

    pas ketemu agennya kita kasih tahu apa yang kita inginkan (term life YRT), tapi ternyata dia nawarin whole life & unit link, emangnya kita gak tau :). setelah dikoreksi, dia bilang “yakin nih mau yang ini, ini hangus loh” blah blah blah (you know the drill).

    setelah kita ngotot akhirnya dia mau nawarin term life 10 tahun. setelah ngotot lagi, dia mau turunin sampai 3 tahunan karena yang 1 tahunan sudah gak ada produknya, katanya. padahal sih saya sendiri baru apply bulan kemaren :). dia langsung ngeles “saya tanya dulu ke dalam”, terus dia balik lagi bawa ilustrasi YRT, akhirnya! :)

    setelah selesai ngisi SPAJ & bayar premi perdana, dia akhirnya bilang kalau “produk yang ini dapat point-nya kecil sekali, jadi tolong kalau bisa jangan ditutup dalam 1 tahun, kalau ditutup saya bisa kena potongan point lagi”
    —————————————–
    mas priyadi..,
    ini nih celah yg diambil oleh UL… kerepotan kalau urus sendiri, krn agen asuransi emang enggan menjual TL, kaya gaya orba( kalau bisa dipersulit knp dipermudah)di swasta ada jg mental begini ya..,
    mungkin bisa dikasih pencerahan apa yg di bicarakan kpd si agen hingga akhirnya dia: “dia langsung ngeles “saya tanya dulu ke dalam”, terus dia balik lagi bawa ilustrasi YRT, akhirnya! :)”.. terima kasih:)>-

  565. #641-642
    Justru saya ingin mengkritik Anda yang terlalu SOK.
    Anda seorang investor profesional mungkin memang lebih mengerti reksadana daripada saya.

    Daripada Anda sembarang berkomentar tapi salah, saya sarankan Anda untuk ikut kuliah singkat mengenai asuransi di Akademi Asuransi Indonesia.

    Jika Anda merasa yakin porsi investasi di Unit Link adalah Reksadana, coba berikan referensi UU perasuransi yang berlaku yang mengatur ttg hal itu.

    Anda dan Mas Priyadi banyak memberikan informasi yang keliru mengenai asuransi, sama saja membodohi banyak orang. Tapi karena cara penyampaian Anda yang SOK PINTAR, maka orang awam yang tidak mengerti hanya bisa meng-iya-kan.

    Anda bisa saja membodohi orang-orang yang matanya dibutakan oleh uang, tapi orang-orang di luar sana tidak butuh keuntungan seperti yang Anda maksudkan. Lebih banyak orang butuh asuransi dan investasi yang model Unit Link/Whole Life/Endowment daripada BTAID.

  566. #648:

    Jika Anda merasa yakin porsi investasi di Unit Link adalah Reksadana, coba berikan referensi UU perasuransi yang berlaku yang mengatur ttg hal itu.

    a rose by any other name would smell as sweet. for all intent and purposes, porsi investasi yang ada di unit link itu bisa kita anggap reksadana juga. bedanya cuma detil minor saja semisal besar load fee dan likuiditas.

  567. #646:

    ini nih celah yg diambil oleh UL… kerepotan kalau urus sendiri, krn agen asuransi emang enggan menjual TL, kaya gaya orba( kalau bisa dipersulit knp dipermudah)di swasta ada jg mental begini ya.., mungkin bisa dikasih pencerahan apa yg di bicarakan kpd si agen hingga akhirnya dia: “dia langsung ngeles “saya tanya dulu ke dalam”, terus dia balik lagi bawa ilustrasi YRT, akhirnya! :)“.. terima kasih:)>-

    gampang: “kalau gak punya produknya, saya cari agen lain atau ke perusahaan lain” :)

  568. setelah kita ngotot akhirnya dia mau nawarin term life 10 tahun.
    —————————
    mas priyadi…THANKS ya…:d:d:d..
    sori asking trs nih, bacanya buru2.
    omong2.., aku ada ide nih gmn kalau dibuat “perkumpulan nasabah asuransi” biar bargain powernya kuat*-:)

  569. #643:

    sebenernya gak perlu analogi2an:

    * mayoritas masyarakat gak bakalan ngerti ilustrasi yang disajikan UL. solusi paling gampang ya adalah dengan meningkatkan transparansi yang diberikan oleh agen dan di ilustrasi. gak realistis mengharapkan seluruh lapisan masyarakat akan melek finansial dalam waktu sekejap.
    * mayoritas nasabah baru akan tahu harga yang harus dibayarkan setelah beberapa tahun ikutan UL, dan pada waktu itu semuanya sudah terlambat.
    * asuransi jiwa bukanlah produk dimana nasabah bisa dengan mudah ganti2 produk sesuai kondisi. asuransi jiwa adalah produk yang hanya perlu diambil SEKALI seumur hidup. salah milih bisa berakibat fatal.
    * asuransi jiwa itu produk yang mahal, bisa jadi total biaya yang harus dikeluarkan lebih besar daripada uang yang dikeluarkan mobil atau rumah.

    sekarang tinggal apakah mau memperbaiki masalah ini, atau cuma bisa berkutat dengan argumen “agen juga perlu makan”â„¢

    2 tahun yang lalu marak investasi bodong dari dressel. banyak yang kejebak. salah siapa? jelas salah nasabahnya juga. tapi bukan berarti dresselnya sama sekali gak salah, hanya perlu didiamkan begitu saja, dan bilang ke nasabahnya “salah sendiri bego, salah sendiri gak tahu kalo itu investasi bodong”

  570. #651:

    omong2.., aku ada ide nih gmn kalau dibuat “perkumpulan nasabah asuransi” biar bargain powernya kuat

    hehehe, gimana caranya yah? :-?

  571. #617
    Pantesan aja produk “mahalnya” lebih laku dari pada “generik”. Wong yang generiknya diumpetin. Jualan dengan cara kayak gini kok masih ada yang ngaku2 kalo produk “mahalnya” lebih diminati dibandingkan produk “generik”.

    @pri
    Bikin FAQ-nya dong pri

    @bravo
    SALAH SITU SENDIRI jadi bodoh kuadrat. Wong priyadi aja dah males ngomong ama orang tsb. [niruin gaya omongannya agen UL hehehe….]

  572. Anda bisa saja membodohi orang-orang yang matanya dibutakan oleh uang, tapi orang-orang di luar sana tidak butuh keuntungan seperti yang Anda maksudkan. Lebih banyak orang butuh asuransi dan investasi yang model Unit Link/Whole Life/Endowment daripada BTAID.
    ————————————————-
    bah… iya nya????????
    keknya saat ini orang2 masih nawar jugak biar cuma beli cabe sekilo ajah (yang beli se ons jg masih pakek nawar), apalagi keluar uang lebih banyak buat beli itu tuh….:)):)):))

  573. #652

    * mayoritas masyarakat gak bakalan ngerti ilustrasi yang disajikan UL. solusi paling gampang ya adalah dengan meningkatkan transparansi yang diberikan oleh agen dan di ilustrasi.

    Saya cukup setuju dengan pendapat ini.

    Tapi beberapa produk Unit Link yang dijual di pasar sudah cukup transparant. Nasabah pasti diinformasikan mengenai manfaat, hasil investasi, dan biaya akuisisi.

    Dan masyarakat pada umumnya gak perlu ngerti secara detail ilustrasi asuransi. Mereka cukup mengerti setor uang sekian, dapat manfaat pertanggungan apa saja, dan hasil investasi berapa.

    Mereka butuh produk yang penyajiannya simple dan tidak berbelit-belit seperti konsep BTAID. Kebanyakan orang merasa nyaman dengan kepraktisan unit link, setoran premi tetap dan setelah sekian tahun bisa stop setor.

    * mayoritas nasabah baru akan tahu harga yang harus dibayarkan setelah beberapa tahun ikutan UL, dan pada waktu itu semuanya sudah terlambat.

    Memang benar, kebanyakan orang tidak mengerti ttg biaya akuisisi, biaya administrasi, dll. Orang-orang mengerti bahwa setoran mereka di UL akan dipotong sekian, dan setelah tahun tertentu baru kelihatan hasilnya.

    * asuransi jiwa bukanlah produk dimana nasabah bisa dengan mudah ganti2 produk sesuai kondisi. asuransi jiwa adalah produk yang hanya perlu diambil SEKALI seumur hidup. salah milih bisa berakibat fatal.

    Betul.
    Maka dari itu nasabah tidak boleh memilih produk berdasarkan harga yang murah, walaupun secara hitam diatas putih manfaat pertanggungan sama.

    Beli asuransi, berarti mempercayakan resiko keuangan kepada perusahaan asuransi. Kalau ada nasabah yang memilih percaya kepada perusahaan yang sudah membuktikan kinerjanya sebagai perusahaan asuransi terbaik selama beberapa tahun berturut-turut, tidak salah donk. Walaupun produk perusahaan tsb “rasa”-nya lebih mahal.

    * asuransi jiwa itu produk yang mahal, bisa jadi total biaya yang harus dikeluarkan lebih besar daripada uang yang dikeluarkan mobil atau rumah.

    Saya pikir tidak salah, jika ada yang menghargai aset dia yg berupa dirinya sendiri melebihi harga mobil dan rumah dia. Untuk melindungi aset yang mahal, tentu biaya yang dikeluarkan juga lebih mahal.

    Banyak orang yang bahwa melindungi dirinya sendiri dengan cara ke gym mahal yg fasilitas lengkap dan minum suplemen yg mahal. Padahal ada cara yang lain yg lebih murah, seperti jogging dan konsumsi sayur dan buah segar setiap hari. Kebanyakan orang yang menghargai dirinya sendiri lebih mementingkan kualitas daripada sekedar ‘manfaat sama tapi biaya lebih murahâ„¢’.

    sekarang tinggal apakah mau memperbaiki masalah ini, atau cuma bisa berkutat dengan argumen “BTAID bisa memberikan keuntungan lebih besar dengan biaya lebih murah”™

    Intinya, semua komentar dari semua Financial Advisor Independent ttg beli terpisah ditujukan untuk menyerang produk tertentu. Karena lapak mereka mulai terancam oleh kemunculan Financial Advisor* dari perusahaan besar yg menawarkan Unit Link.

    * Financial Advisor yg profesional, bukan sales unit link seperti di Indonesia yang ngaku-ngaku Advisor.

  574. Aku ini salah satu korbannya unitlink nich. Gara-gara baca blog mas Pri, mataku baru melek. Thx Mas Pri. Tapi krn aku sdh tercebur, gimana ya spy bisa ke darat lagi. Maksudku, di unitlink ada cover utk asuransi kesehatan, nah klo ambil yang model term life gituan, apa ada ya yg bisa cover utk kesehatan juga? maklum aku ini buta asuransi. Niatku mau tutup yg unit link, tapi aku harus jelas dulu mau pindah ke mana spy kami sekeluarga bisa terus terproteksi, baik jiwa,kesehatan, ato jika terjadi kecelakaan. Berhubung di blog ini banyak yg sudah mumpuni ttg asuransi, mohon pencerahannya donk…abis aku udah gatel banget pengen nutup unit link. Terus juga mo nanya..BTAID itu apa ya?

  575. #656

    Maka dari itu nasabah tidak boleh memilih produk berdasarkan harga yang murah, walaupun secara hitam diatas putih manfaat pertanggungan sama.

    Tuh dengerin Priyadi, Rahmat dan bravo saran dari Financial Advisor! Kalo manfaat pertanggungannya sama, pilih aja yang mahal! HUEKEKEK :D

  576. Anda bisa saja membodohi orang-orang yang matanya dibutakan oleh uang, tapi agen-agen di luar sana tidak butuh keuntungan seperti yang Anda maksudkan. Lebih banyak agen butuh asuransi dan investasi yang model Unit Link/Whole Life/Endowment daripada BTAID

    Fixed :d

  577. #652:

    sekarang tinggal apakah mau memperbaiki masalah ini, atau cuma bisa berkutat dengan argumen “agen juga perlu makan”™

    Saya rasa, transparansi ilustrasi dan yang dipaparkan agen selama ini sudah cukup untuk bisa menjual dan tidak menipu. Permasalahannya hanya bahwa sebenarnya ada alternatif lain yang lebih murah. Kalo agen dan ilustrasi menjelaskan dengan membandingkan dengan solusi yg lebih murah, jelas konyol. Dan ini memang kaitannya dengan “agen perlu makan”. Solusi paling ideal yang paling mungkin dilakukan ya dengan buat kampanye tandingan, kita buatlah semacam LSM yang giat mengkampanyekan solusi yang lebih bagus dari UL. Kurang lebih seperti kampanye anti merokok. Semua orang tahu merokok itu jelek, tetapi di negeri kita ini sangat sulit menutup perusahaan rokok karena kaitannya juga karena banyak orang yang harus makan. Yang bisa dilakukan ya hanya dengan kampanye tandingan, kita buat iklan, seminar, workshop, konsultasi gratis, dsb. Much more better dari hanya ngomel dan berharap perusahaan asuransi membuat transparansi sesuai dengan yang anda inginkan. Langkah anda dengan postingan-postingan selama ini memang langkah yang bagus, tapi akan jauh lebih bagus bila ada realisasi yang lebih konkrit, daripada hanya menyudutkan perusahaan dan agen asuransi UL. Saya rasa usulan di #651 untuk membentuk seperti LSM yang membantu konsumen agar memiliki bargain yang lebih kuat bagi saya realistis. Hanya tinggal bagaimana kita membentuknya? Saya sendiri memang tidak punya pengalaman dalam membentuk lembaga-lembaga seperti ini. Ada yang punya?

    2 tahun yang lalu marak investasi bodong dari dressel. banyak yang kejebak. salah siapa? jelas salah nasabahnya juga. tapi bukan berarti dresselnya sama sekali gak salah, hanya perlu didiamkan begitu saja, dan bilang ke nasabahnya “salah sendiri bego, salah sendiri gak tahu kalo itu investasi bodong”

    Kalo ini kasusnya beda lagi, dressel jelas pelaku kriminal. UL hanya menjual solusi yang lebih mahal, dan itu bukan ‘menipu’.

  578. #660: sepertinya anda selalu mencari justifikasi untuk membenarkan cara2 penjualan UL. agen asuransi itu sama sekali tidak harus menjual UL, mereka juga bisa menjual term life. agen asuransi bisa tetap hidup dengan menjual TL. untuk apa menjual produk yang banyak menyembunyikan parameter2nya kalau tidak ada udang di balik batu?

    dan sekali lagi: keberatan saya bukan karena UL lebih mahal. saya sangat tidak setuju kalau anda bilang ‘transparansinya tidak cukup’ karena kenyataannya sangat tidak cukup. ini adalah topik bahas utama posting ini. dan sudah sering saya ulang2. silakan baca lagi di paling atas kalau masih kurang jelas. dan silakan juga lakukan observasi sendiri ke nasabah UL. saya yakin hasilnya kurang lebih sama dengan pengalaman saya. bahkan yang sudah tahu TL-pun masih bisa terjebak dengan ilusi finansial di UL.

    soal kampanye BTAID, ini yang sedang saya lakukan, sesuai dengan kapasitas saya. bukan hanya saya kok, banyak orang lain yang melakukan kampanye yang sama sesuai dengan caranya masing2.

    saya keberatan kalau UL dibilang tidak menipu. lying by omission is still lying.

  579. Sambil nonton acara Perfect Numb8r (acara tentang perencanaan keuangan) yang ada di O Channel, langsung pengen komen ke blognya Priyadi. Di acara itu, narasumbernya, Aidil Akbar, nyebut UnitLink mahal ketika ngejawab pertanyaan si penanya yang punya gaji 8 juta! Wak wak wak wawwwwww….

    Trus katanya lagi, kalo mau tahu tentang asuransi yang bagus (khususnya asuransi kesehatan), jangan nanya ke orang asuransinya (ya iyalah..). Mending nanya ke orang lain atau pihak rumah sakit (bagian kasir).

  580. #661:

    sepertinya anda selalu mencari justifikasi untuk membenarkan cara2 penjualan UL.

    Itu karena semua itu masih dalam bentuk bisnis yang wajar dan tak ada bedanya dengan bisnis lainnya. UL tak lebih dari memberi layanan yang lebih mahal karena menjual hal lain yang intangible selain dari pengembalian nilai tunai saja. Sama dengan bisnis lainnya seperti yang pernah saya analogikan. Jelas beda dengan kasus dressel, kalo itu saya sepakat itu penipuan.

    agen asuransi itu sama sekali tidak harus menjual UL, mereka juga bisa menjual term life. agen asuransi bisa tetap hidup dengan menjual TL. untuk apa menjual produk yang banyak menyembunyikan parameter2nya kalau tidak ada udang di balik batu?

    Memang dia tidak harus menjual UL. Tetapi bila ada opsi dari perusahaan, menjual UL mendapatkan komisi yang lebih besar. Sebagai manusia jelas agen lebih memilih berusaha menjual UL.

    keberatan saya bukan karena UL lebih mahal. saya sangat tidak setuju kalau anda bilang ‘transparansinya tidak cukup’ karena kenyataannya sangat tidak cukup.

    Transparansi yang anda maksud sama dengan ‘saya ngambil duit anda untuk keuntungan saya segini lho’. Jelas bisnis apapun ngga mungkin setransparan itu. Untuk mengetahui itu jelas bukan dari si penjual, tapi harus cari tahu sendiri.

    Sebagian besar konsumen tidak peduli akan biaya, konsumen lebih peduli dia mendapatkan produk / jasa lebih murah dengan manfaat yang maksimal. Di pasar harga sudah murah pun ditawar, hingga penjual seringkali mendapatkan keuntungan yang sangat tipis bahkan rugi daripada dagangannya keburu busuk dan tidak terjual. Pedulikah konsumen pada berapa besar biaya yang dikeluarkan penjual? saya rasa tidak.Sebagian besar konsumen ngga pernah ngitung berapa penjual membeli barang, berapa biaya overheadnya mereka, berapa besar keuntungan yang diambil selama manfaat yang mereka terima sesuai atau bahkan melebihi ekspetasi.

    soal kampanye BTAID, ini yang sedang saya lakukan, sesuai dengan kapasitas saya. bukan hanya saya kok, banyak orang lain yang melakukan kampanye yang sama sesuai dengan caranya masing2.

    No problem, memang ‘everything is started with a single step’ tetapi bila banyak orang yang satu suara dan membangun kekuatan bersama-sama, kekuatannya akan jauh lebih besar. :) Semoga suatu saat hal ini bisa terwujud.

  581. UL Prudential dalam kondisi MINUS tahun ini hingga maret 2008, so yg pegang UL anda harus nombok/bayar premi anda (jadi 2X lipat pengeluarannya nih – nambah setoran premi + kehilangan uang di UL).

  582. kalau naik nilainya dikit2… :((:(( kalau turun banyak banget:((:((:(( apa ya…???? (hik..hik… sedih ga ada yg bagus pilihannya)
    # nilai investasi di UL, kalau naik dicatut, kalau turun ditambahin. bah… ini mah penjajahan model baru nih

  583. #663:

    Itu karena semua itu masih dalam bentuk bisnis yang wajar dan tak ada bedanya dengan bisnis lainnya. UL tak lebih dari memberi layanan yang lebih mahal karena menjual hal lain yang intangible selain dari pengembalian nilai tunai saja. Sama dengan bisnis lainnya seperti yang pernah saya analogikan

    tentu saja ada bedanya. dan ini sudah berulang kali saya dan rekan2 utarakan. kalau tidak ada bedanya, ngapain juga dibahas? persamaan sudah pasti ada, tapi sudah jelas pasti ada perbedaannya. bmw beroda empat, avanza beroda empat, tapi bukan berarti avanza adalah bmw.

    apa perbedaannya? bisa anda baca lagi di posting saya yang paling atas. rasanya sudah cukup jelas, dan cukup generik sehingga bisa diaplikasikan ke hal2 lain di luar UL. hanya saja yang paling populer menggunakan trik seperti ini baru UL.

    Memang dia tidak harus menjual UL. Tetapi bila ada opsi dari perusahaan, menjual UL mendapatkan komisi yang lebih besar. Sebagai manusia jelas agen lebih memilih berusaha menjual UL.

    sepertinya anda amnesia, jadi saya ulangi lagi pake tulisan gede2: YANG JADI MASALAH BUKAN KOMISI BESAR ATAU TIDAK, TAPI BAGAIMANA CARA UNTUK MENDAPATKAN KOMISI ITU. parameter baik atau tidaknya suatu pekerjaan tidak ditentukan hanya dari besarnya penghasilan yang didapatkan, tapi juga bagaimana caranya mendapatkan penghasilan tersebut.

    saya bisa korupsi, dan penghasilan saya lebih tinggi daripada kalau saya jujur. tapi bukan berarti korupsi lebih baik daripada bekerja dengan jujur.

    Transparansi yang anda maksud sama dengan ’saya ngambil duit anda untuk keuntungan saya segini lho’. Jelas bisnis apapun ngga mungkin setransparan itu. Untuk mengetahui itu jelas bukan dari si penjual, tapi harus cari tahu sendiri.

    SALAH BESAR. sebenarnya nasabah gak gitu peduli dengan keuntungan si agen. nasabah peduli dengan uang yang dikeluarkan (overall cost). di UL nasabah tidak mungkin membandingkan satu produk dengan produk lain, sehingga tidak mungkin bagi nasabah untuk tahu apakah produk yang dia beli itu mahal atau murah. dalam situasi seperti ini bagaimana caranya menentukan mahal atau murahnya suatu produk UL? satu2nya cara yang praktis adalah dengan mencari tahu berapa banyak uang yang dimakan oleh agennya, walaupun ini belum tentu menggambarkan cost keseluruhannya.

    di term life, nasabah tidak perlu jungkir balik cari tahu berapa banyak duit yang dimakan oleh agennya. kenapa? karena gak susah membandingkan satu produk dengan produk lain. kalau ada dua produk TL memberikan manfaat yang persis sama tapi salah satunya lebih murah, ya tinggal pilih yang murah. URUSAN SELESAI. peduli amat kalau seandainya si agen ternyata makan 1/2 dari uang yang kita setorin, yang penting total yang saya bayarkan lebih murah.

  584. #666:

    sebenarnya nasabah gak gitu peduli dengan keuntungan si agen. nasabah peduli dengan uang yang dikeluarkan (overall cost).

    Betul nasabah peduli dengan uang yang dia keluarkan. Tapi tidak peduli dengan detail-detail biaya-nya. Yang paling peduli apakah manfaat yang diperoleh sesuai dengan uang yang telah dikeluarkan dan yang dijanjikan oleh perusahaan.

    YANG JADI MASALAH BUKAN KOMISI BESAR ATAU TIDAK, TAPI BAGAIMANA CARA UNTUK MENDAPATKAN KOMISI ITU.

    Yang jadi masalah bukan pada agennya, tetapi anda menganggap produknya ‘menipu’, jadi jualan produknya otomatis ‘menipu’ sedangkan saya tidak.

    di UL nasabah tidak mungkin membandingkan satu produk dengan produk lain, sehingga tidak mungkin bagi nasabah untuk tahu apakah produk yang dia beli itu mahal atau murah.

    Itu karena bukan harga yang dipertarungkan dalam pasar UL. Tetapi yang dipertarungkan lebih pada fasilitas, tingkat pengembaliannya, dan manfaat intangible lainnya. Sehingga calon nasabah tahu mana yang paling worth, bukan mahal dan murah. Oleh karena itu memang sulit membandingkan produk UL dengan produk tradisional. Karena memang UL tidak mau dibandingkan dengan produk generik. Pada TL fasilitasnya ngga bisa digimana-gimanain lagi karena memang sudah produk generik otomatis yang dipertarungkan untuk UP yang sama berapa harganya.

    peduli amat kalau seandainya si agen ternyata makan 1/2 dari uang yang kita setorin, yang penting total yang saya bayarkan lebih murah.

    Hehehe untuk anda jelas peduli. karena begitu ada yang menjual lebih murah karena yang dimakan agen lebih sedikit anda lgs ngomel sial gua dikadalin lagi. :)

  585. #667:

    Yang jadi masalah bukan pada agennya, tetapi anda menganggap produknya ‘menipu’, jadi jualan produknya otomatis ‘menipu’ sedangkan saya tidak.

    betul. ini saya sepakat kalau kebanyakan agen tidak salah. kebanyakan agen sebenarnya malah tidak tahu kalau dia jual UL maka artinya dia mengkadali nasabahnya. kebanyakan bahkan malahan ikut produk ULnya itu sendiri. tapi ya kalo sudah dikasih tahu tetap ngeyel, malah muter2 dan cari2 berbagai macam pembenaran, ya urusannya jadi beda lagi :)

    buat yang masih bilang ‘agen juga perlu makan’, saya sarankan untuk mencari pekerjaan betulan, apakah itu jualan asuransi dengan tidak mengkadali, atau cari kerjaan lain.

    Itu karena bukan harga yang dipertarungkan dalam pasar UL. Tetapi yang dipertarungkan lebih pada fasilitas, tingkat pengembaliannya, dan manfaat intangible lainnya. Sehingga calon nasabah tahu mana yang paling worth, bukan mahal dan murah. Oleh karena itu memang sulit membandingkan produk UL dengan produk tradisional. Karena memang UL tidak mau dibandingkan dengan produk generik. Pada TL fasilitasnya ngga bisa digimana-gimanain lagi karena memang sudah produk generik otomatis yang dipertarungkan untuk UP yang sama berapa harganya.

    tetap saja yang ‘intangible’ itu harus dibandingkan harganya. ini ya kok gak ngerti2, padahal sudah saya tulis di paling atas. gak bisa ngerti atau gak mau ngerti nih? :-?

    walaupun dari luar terkesan nasabah gak mengeluarkan biaya, tetap saja dia mengeluarkan biaya karena agen dan perusahaan asuransi tetap dapat untung dari situ. UL itu sengaja dibuat untuk mengelabui konsumen supaya konsumen tidak dapat dengan mudah membandingkan satu produk UL dengan produk UL lainnya. dan karena tidak mudah dibandingkan, dengan jualan UL satu perusahaan asuransi menghindari berkompetisi dalam hal harga dengan perusahaan asuransi lainnya. buat perusahaan asuransi ini sangat menguntungkan karena mereka bisa setel harga mahal tanpa harus takut terhadap kompetisi yang jualan lebih murah. tapi buat nasabah ya jelas rugi, dan apalagi rugi ini karena dikadalin.

    Hehehe untuk anda jelas peduli. karena begitu ada yang menjual lebih murah karena yang dimakan agen lebih sedikit anda lgs ngomel sial gua dikadalin lagi

    lha ini sudah saya komentari juga berkali2. pilih mana jeruk A yang harganya 10 ribu vs jeruk B yang harganya 8 ribu? (jeruknya sama persis) ya jeruk B. gimana kalau misalnya profit margin A 5000 vs profit margin B 6000? ya tetap lebih untung jeruk B. yang penting di sini adalah overall cost, bukan besarnya profit margin.

    di UL urusannya beda lagi, karena tidak mungkin membandingkan overall cost satu produk UL dengan produk UL lainnya, ya mau gak mau harus cari tahu harga komponen pembentuknya. dan overhead yang paling besar ya tentunya adalah adalah komisi yang didapatkan agen.

  586. Itu karena bukan harga yang dipertarungkan dalam pasar UL. Tetapi yang dipertarungkan lebih pada fasilitas, tingkat pengembaliannya, dan manfaat intangible lainnya.

    Saya sangat setuju dengan point ini.
    Asuransi jiwa itu adalah produk jasa, bukan produk barang yg dinilai dengan mahal atau murahnya harga. Unit link lebih menekankan pada manfaat fasilitas dan pelayanan. Contoh pelayanan yang diberikan di UL :
    – praktis
    – laporan keuangan
    – pelayanan/konsultasi masalah asuransi dan keuangan

    Beberapa saudara saya yang sudah ikut unit link pada awalnya anti asuransi, karena ada salah satu saudara yang punya pengalaman buruk dengan asuransi. Saudara saya orang yang awam dengan asuransi, dan ketika mengambil asuransi tradisional hanya tergiur oleh UP yang disajikan agennya.

    Namun ketika terjadi klaim, perusahaan memping-pong sana sini, dan prosedurnya berbelit-belit. Padahal perusahaan tsb adalah perusahaan besar dari luar juga, malah perusahaan tsb ada di peringkat top 5 di dunia.

    Karena urusannya berbelit-belit dan di ping-pong sana sini, akhirnya saudara saya memutuskan untuk merelakan saja uang klaim yang sekitar 15 juta. Dan memutuskan untuk tidak percaya lagi dengan asuransi, dan menceritakan jeleknya asuransi jiwa ke saudara-saudara lain.

    Sampai akhirnya saya kenalkan dengan agen saya, dan agen saya bisa meyakinkan dia untuk ikut asuransi lagi, tapi yang unit link. Awalnya dia sempat keberatan karena preminya lebih mahal, sedangkan UP-nya lebih kecil dari produk Term Life dia yang lama. Setelah dijelaskan, akhirnya saudara saya coba percaya dengan asuransi lagi.

    Dan karena agen saya profesional, baik masalah asuransi maupun keuangan, saudara saya merasa puas. Malah akhirnya saudara saya itu yang aktif mereferensikan saudara yang lain.

    Dalam sistem pemasaran di unit link ada yang namanya Persistensi Agen. Jika polis nasabah sampai lapse/surrender, maka agen yg bersangkutan akan terkena imbasnya juga. Oleh karena itu agen profesional yang jualan unit link selalu memberikan pelayanan yang baik untuk menjaga nasabahnya tidak lapse/surrender.

    Saya sering mendengar agen yg jualan produk tradisional membangga-banggakan dirinya dalam setahun bisa mendapatkan new business lebih dari 100 nasabah. Tapi akibatnya pelayanan tidak maksimal, dan hanya sekedar sales yang kejar target.

    Maka dari itu, cukup banyak perpindahan nasabah dari asuransi Term Life ke Unit Link. Orang Indonesia yang ikut asuransi, rata-rata sudah memiliki budget untuk asuransi. Oleh karena itu, mereka merasa lebih nyaman ikut Unit Link karena mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang lebih bagus daripada Term Life.

  587. #668:

    ini ya kok gak ngerti2, padahal sudah saya tulis di paling atas. gak bisa ngerti atau gak mau ngerti nih?

    Hehehe saya sudah mengerti :) tetapi karena sudut pandang kita beda, tujuan saya membuat anda mengerti apa yg saya maksud. Jadi anda mengerti tidak apa yg saya maksud? :-?

    walaupun dari luar terkesan nasabah gak mengeluarkan biaya, tetap saja dia mengeluarkan biaya karena agen dan perusahaan asuransi tetap dapat untung dari situ.

    Ya wajar, oleh karena itu konsumen harus lebih dipersenjatai dengan pengetahuan yang maksimal. Karena ini kan bukan pada produk UL doang. Semua produsen melakukan hal itu agar mereka tidak melihat harga. Ketika anda membeli produk yg sdg promo undian berhadiah, anda sebenarnya kan memiliki andil untuk membelikan hadiah tsb, entah anda menang atau tidak, walaupun kesannya tidak. Produsen tetap untung entah anda menang atau tidak. Anda menabung di bank diberi insentif untuk menambah saldo dengan memberikan poin yang dikumpulkan akan mendapatkan hadiah. Padahal jelas anda rugi, karena jauh lebih menguntungkan kalo poin tersebut dijadikan dalam nilai tunai. Semua marketing ya seperti itu, bank tetap untung karena mendapatkan dana murah.

    buat perusahaan asuransi ini sangat menguntungkan karena mereka bisa setel harga mahal tanpa harus takut terhadap kompetisi yang jualan lebih murah.

    Perang harga sama sekali tidak menguntungkan perusahaan, karena dalam perang harga konsumen memiliki bargaining power yang lebih besar. Perusahaan jelas berusaha menyodorkan manfaat intangible karena itulah yang memberikan keuntungan terbesar dengan tujuan konsumen lebih melihat manfaatnya. Oleh karena itulah biaya tidak dihighlight. Itu semua strategi marketing, kalo anda memang menganggap semua strategi marketing itu ‘menipu’ ya saya sudah ngga bisa ngomong lagi. :-p

    di UL urusannya beda lagi, karena tidak mungkin membandingkan overall cost satu produk UL dengan produk UL lainnya, ya mau gak mau harus cari tahu harga komponen pembentuknya. dan overhead yang paling besar ya tentunya adalah adalah komisi yang didapatkan agen.

    Ya memang inilah sudut pandang konsumen jadi jelas kontradiktif dengan sudut pandang produsen. Kalo saya lebih mendorong konsumen melihat tujuannya dalam membeli produk dulu lalu manfaat tersebut worth atau tidak. Selanjutnya ya cari produk yang sesuai. Kalo saya makan hanya dengan tujuan kenyang dan enak, jelas saya mending makan di warteg yang enak dan murah walaupun jauh pun saya kejar juga. Kalo beli asuransi dan investasi yang pengembaliannya lebih tinggi tanpa peduli harus repot sedikit ya saya milih BTAID. Kalo dilihat yang lain lagi ceritanya lain lagi. Sekarang tinggal dikampanyekan BTAID seintensif mungkin supaya konsumen tahu ada alternatif lain dalam mendapatkan kombinasi asuransi + investasi yang optimal. Walau bagaimanapun saya tetap salut terhadap langkah-langkah anda. Jadi, khusus untuk BTAID saya dukung anda, walaupun dengan sedikit catatan. :)

  588. #670:

    Hehehe saya sudah mengerti :) tetapi karena sudut pandang kita beda, tujuan saya membuat anda mengerti apa yg saya maksud. Jadi anda mengerti tidak apa yg saya maksud? :-?

    ya ini bedanya style berdiskusi saya dengan anda. saya objektif, sedangkan anda partisan. anda berdiskusi dengan agenda untuk memajukan kepentingan anda sendiri dengan argumen apapun, tanpa banyak berpikir apakah itu benar atau salah.

    Ya wajar, oleh karena itu konsumen harus lebih dipersenjatai dengan pengetahuan yang maksimal.

    lagi2 amnesia. saya katakan lagi pakai huruf besar2 nih: SAYA GAK BILANG NASABAH SAMA SEKALI GAK SALAH. NASABAH TETAP SALAH KARENA TIDAK TAHU ATAU TIDAK TELITI. tapi cuma sebatas itu kesalahan nasabah, dan BUKAN BERARTI YANG JUALAN TIDAK SALAH SAMA SEKALI. dan yang dibahas di sini adalah DARI SISI PENJUAL, tidak perlu anda bolak balik nyalahin konsumen karena 1) SAYA SUDAH BILANG KALAU KONSUMEN JUGA SALAH, dan 2) YANG DIBAHAS BUKAN KONSUMENNYA, TAPI PERILAKU YANG MENJUAL. hanya karena konsumen punya kesalahan dalam melakukan transaksi, BUKAN BERARTI YANG JUAL TIDAK SALAH SAMA SEKALI.

    balik lagi ke analogi tukang ikan. saya beli ikan ke pasar. ketemu yang jual ikan. tapi karena saya gak jago milih ikan, akhirnya saya beli ikan yang basi. dan yang jual gak bilang apa2 untuk bantu saya “yang penting dagangan terjual”. ketika saya protes “kok ikannya basi?”, cuma dijawab dengan enteng “salah sendiri gak jago milih ikan”.

    bagi kami para konsumen asuransi, kurang lebih seperti itulah perlakuan yang kami rasakan. tidak perlu mencari2 berbagai macam pembenaran atas apa yang anda lakukan karena itu tidak relevan.

    on a side note, kemaren saya beli dolar untuk keperluan beli komputer (mumpung dolar murah, saya beli dolarnya waktu itu saja, walaupun beli komputernya masih 2 minggu kemudian). tapi karena saya jarang pegang dolar, saya gak ngerti cara milih dolar yang baik. waktu mau disetor ke bank, ternyata beberapa lembar ditolak karena ada lipatan. saya balik lagi ke money changer, saya protes “kok ditolak bank yah?”, tapi ternyata dia mau ganti dengan dolar yang bagus, gak masalah, it was an honest mistake. money changer gak cari untung dengan cara memanfaatkan ketidakjelian atau ketidaktahuan pelanggan. ini bedanya dengan UL dan tukang ikan.

    Itu semua strategi marketing, kalo anda memang menganggap semua strategi marketing itu ‘menipu’ ya saya sudah ngga bisa ngomong lagi

    buat saya itu bukan “strategi marketing”, tapi “daylight robbery” :).

  589. #669:

    Namun ketika terjadi klaim, perusahaan memping-pong sana sini, dan prosedurnya berbelit-belit. Padahal perusahaan tsb adalah perusahaan besar dari luar juga, malah perusahaan tsb ada di peringkat top 5 di dunia.

    kata siapa agen mempermudah klaim? justru sebaliknya. dari pengalaman saya memasukkan asuransi untuk beberapa orang, agen itu pakai sistem ‘kejar setoran’, apapun akan dilakukan untuk closing, termasuk di antaranya adalah menganjurkan nasabah untuk berbohong tentang riwayat kesehatannya. ada beberapa yang punya tabel berat dan tinggi badan ideal, jadi dia gak tanya2 dulu berapa berat & tinggi badannya, dia langsung masukin berat dan tinggi badan ideal ke SPAJ. “biar gampang disetujui,” katanya. malahan ada yang punya daftar dokter ‘nakal’ yang mau nerbitin surat supaya bisa klaim kesehatan walaupun sebenarnya nasabah gak sakit. “biar gak rugi udah bayar premi,” katanya.

    jadi, salah satu sebab kenapa susah klaim kemungkinan karena ulah agen itu sendiri. paling enak sih aplikasi asuransi lewat bancassurance, paling tidak mereka gak kejar setoran.

  590. @Pak tintin
    #602
    nah…buat anda semua pembaca blog ini…harap kembali menengok ke kebutuhan kita, jgn cuma mikir financial (bukan berarti uang gak penting lho)…tapi ingat buat siapa sih kita punya tabungan,asuransi, ato lainya????…pasti buat orang2 yg kita cintai kan???
    nah…bgaimana klo setelah kita meninggal nanti orang2 yg kita cintai itu justru malah kebingungan ngurus TL lah… RD lah…rumit lho…
    beddanya klo di UL kita punya fasilitas yg lebih praktis untuk ngurus duit kita…
    setau saya di UL sangat fleksibel lho…
    =======================================================
    Betul sekali Pak.
    Saya sangat setuju dengan point ini. Manfaat asuransi jiwa akan sangat terasa ketika keluarga yang meninggal menerima manfaatnya.

    Saya mengerti kalau beberapa financial advisor mengatakan bahwa Unit Linked berat di biaya akuisisi karena merencanakan financial merupakan profesi mereka ( mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya ).

    Tapi saya sebagai seorang agen Unit Linked bukan menjual asuransi, tapi saya juga seorang Financial Advisor yang melayani nasabah saya. Karena nasabah sudah mempercayakan perencanaan keuangan kepada saya, maka saya berkewajiban melayani keluarga nasabah saya jika ‘something happen’ dengan nasabah saya. Saat itulah keluarga nasabah saya bisa menilai layak atau tidaknya biaya akuisisi yang telah dibayarkan.

    Saya sangat yakin pelayanan yang diberikan ‘Financial Advisor Profesional’ ( meminjam istilah dari Pak Firesquid ) Prudential boleh bersaing dengan pelayanan yang diberikan Financial Advisor Independent.

    _______________________________________________________
    @Pak Priyadi
    #604
    hanya saja kalau sudah tahu letak loketnya, ngapain juga beli tiket lewat calo. mendingan beli langsung ke loketnya . posting ini salah satu usaha saya supaya teman2 pembaca tidak perlu kejeblos beli lewat calo hanya untuk mengetahui dimana letak loket resminya
    =======================================================
    Maaf ya Pak Priyadi, saya sedikit mengkritik.
    Loket sebenarnya tempat membeli asuransi adalah perusahaan Reasuransi. Nasabah tidak mungkin bisa membeli langsung ke perusahaan Reasuransi. Cara membeli asuransi tetap harus melalui broker, misalnya PT Prudential Life Assurance.

    Loket sebenarnya tempat membeli investasi bisa bermacam-macam. Kebetulan beberapa Unit Link membelikan investasi melalui fund manager reksadana. Untuk kasus ini, Pak Priyadi tidak salah kalau mengatakan untuk urusan investasi bisa dibeli langsung ke reksadana. Tapi, secara hukum dan perundang-undangan, investasi di Reksadana dan Unit Linked berbeda.

    Banyak perusahaan asuransi menyerahkan dananya kepada pihak ketiga untuk dikelola. Jadi rasa memiliki perusahaan asset management tersebut pasti kurang. Mereka dapet uangnya kan dari komisi. Mau untung atau rugi, komisi sama saja.

    PAM yang berbasis di Singapura dan Hong Kong ternyata lain dari Asset Management yang lainnya. Sedangkan PAM bertanggung jawab terhadap hidup matinya perusahaan induknya. Atau dengan kata lain Prudential sehidup semati dengan nasabah.

    #661
    saya keberatan kalau UL dibilang tidak menipu. lying by omission is still lying.
    =======================================================
    Maaf Pak, saya kurang mengerti point ini.
    Saya tidak mengerti dimana letak penipuan Unit Linked. Sepengetahuan saya, Unit Linked lahir justru karena memenuhi kebutuhan masyarakat akan BTAID, tapi kita memberikan solusi yang lebih praktis dan pelayanan yang lebih bagus daripada ambil terpisah.

    #668
    buat yang masih bilang ‘agen juga perlu makan’, saya sarankan untuk mencari pekerjaan betulan, apakah itu jualan asuransi dengan tidak mengkadali, atau cari kerjaan lain.
    =======================================================
    Saya juga kurang mengerti point ini.
    Selama ini saya sudah memberikan pelayanan yang profesional kepada nasabah saya, dan mereka merasa puas lalu merekomendasikan ke teman dan saudara.

    Saya selalu merasa kerjaan saya sebagai agen Unit Link sangat mulia dibandingkan profesi lain, karena :
    1. Mensarankan orang untuk menabung demi masa depan, bukan berpola hidup konsumtif
    2. Mendoakan nasabah dan prospek saya selalu dilimpahi rejeki dan sehat-sehat selalu
    3. Membantu keluarga nasabah jika nasabah tertimpa musibah

    Dan saya juga sangat senang dengan pekerjaan sebagai agen Prudential karena saya sering membicarakan hal-hal positif dalam kehidupan. Misalnya mengenai impian nasabah saya kalau berkesempatan umur panjang dan punya banyak uang.

    Saya tidak merasakan ada kekurangan dari profesi sebagai agen Prudential.
    _______________________________________________________

    @Bu bravo
    #628
    Metode yang dipakai Mas Zheng dalam mempromosikan produknya dengan iming-iming hasil investasi lebih tinggi dari bunga deposito lebih efektif. Produk yang ditawarkan memang memberikan hasil yang diatas bunga deposito.
    _________________________
    nurut saya ini PENIPUAN BESAR, tanya kenapa?
    =======================================================
    Maaf Bu, boleh tau penipuan apa yang saya lakukan.
    Saya sudah menyajikan sesuai dengan prosedur dan data yang akurat. Hasil investasi PRULink Rupiah Equity Fund memang diatas bunga deposito.

    Dalam 6 tahun terakhir kita menghasilan return rata-rata 28% untuk PRULink Rupiah Equity Fund. Sedangkan return deposito rata-rata hanya sekitar 8%.

    #633
    Meminjam istilah anda : salah sendiri dong kerja diperusahaan yang ngga jual TL dan reksadana, emang perusahaan asuransi cuma P********* doang?????
    =======================================================
    Saya yakin tidak salah memilih perusahaan.
    Prudential Indonesia sudah diakui sebagai perusahaan asuransi terbaik oelh beberapa media yang terkenal di Indonesia.

    Produk kita sangat praktis dan mampu mengkombinasikan banyak manfaat asuransi jiwa hanya dalam satu polis. Selain itu Prudential memiliki RBC sebesar 625%. Untuk perusahaan dengan aset yang diatas 5 Triliun, RBC 625% merupakan jaminan finansial yang sangat kuat.

    _______________________________________________________

    @Pak/Ibu Audi
    #662 :
    Di acara itu, narasumbernya, Aidil Akbar, nyebut UnitLink mahal ketika ngejawab pertanyaan si penanya yang punya gaji 8 juta!
    =======================================================
    Betul.
    Diantara semua premi asuransi, memang Unit Linked adalah yang paling mahal karena mengkombinasikan asuransi dengan investasi. Sebagai kompensasi mahalnya premi Unit Linked, asuransi ini juga memberikan return investasi yang paling besar dan paling transparant daripada whole life maupun dwiguna.
    _______________________________________________________

    @Pak tukang sapu
    #664
    UL Prudential dalam kondisi MINUS tahun ini hingga maret 2008, so yg pegang UL anda harus nombok/bayar premi anda (jadi 2X lipat pengeluarannya nih – nambah setoran premi + kehilangan uang di UL).
    =======================================================
    Jangan khawatir, keadaan ini hanya sementara saja. Yang namanya investasi memang sering naik turun.

    Tapi jika tidak ingin memikul resiko, Bapak bisa mengalihkan dana sementara ke PRULink Rupiah Fix Income Fund, atau bahkan ke Rupiah Cash Fund. Kedua jenis alokasi dana tersebut jauh lebih stabil daripada Equity Fund atau Managed Fund.

  591. #673:

    Tapi saya sebagai seorang agen Unit Linked bukan menjual asuransi, tapi saya juga seorang Financial Advisor yang melayani nasabah saya. Karena nasabah sudah mempercayakan perencanaan keuangan kepada saya, maka saya berkewajiban melayani keluarga nasabah saya jika ’something happen’ dengan nasabah saya. Saat itulah keluarga nasabah saya bisa menilai layak atau tidaknya biaya akuisisi yang telah dibayarkan.

    perencanaan keuangan? urusan perencanaan keuangan yang dicover UL hanyalah asuransi dan investasi. masih banyak sekali aspek perencanaan keuangan di luar itu: jamsostek, KPR, dana pensiun, kartu kredit, pajak, warisan, pailit, hutang, dll dsb. gak perlu ngaku2 pakai istilah ‘financial advisor’ segala, interest anda bukan untuk memberikan layanan perencanaan keuangan. interest anda hanyalah bagaimana bisa menjual asuransi, titik. anda gak mendapatkan apapun jika seandainya nasabah ternyata gak perlu asuransi jiwa, dan anda memberikan advis yang baik untuk nasabah tersebut.

    Banyak perusahaan asuransi menyerahkan dananya kepada pihak ketiga untuk dikelola. Jadi rasa memiliki perusahaan asset management tersebut pasti kurang. Mereka dapet uangnya kan dari komisi. Mau untung atau rugi, komisi sama saja.

    PAM yang berbasis di Singapura dan Hong Kong ternyata lain dari Asset Management yang lainnya. Sedangkan PAM bertanggung jawab terhadap hidup matinya perusahaan induknya. Atau dengan kata lain Prudential sehidup semati dengan nasabah.

    sama aja bung. di PAM juga gitu. biaya manajemen investasi tetap 1.75% (untuk dana ekuitas), mau rugi atau tidak, PAM tetap dapat 1.75% dari investasi anda dalam 1 tahun.

    Maaf Pak, saya kurang mengerti point ini. Saya tidak mengerti dimana letak penipuan Unit Linked. Sepengetahuan saya, Unit Linked lahir justru karena memenuhi kebutuhan masyarakat akan BTAID, tapi kita memberikan solusi yang lebih praktis dan pelayanan yang lebih bagus daripada ambil terpisah.

    lebih praktis? lebih bagus? rasanya jauh dari itu. kenapa gak terus terang dan langsung saja jualan BTAID?

    Saya tidak merasakan ada kekurangan dari profesi sebagai agen Prudential.

    anda sih gak merasa ada kekurangan. yang merasa kekurangan adalah nasabah anda, setelah diberi pengertian tentang apa yang mereka beli.

    Maaf Bu, boleh tau penipuan apa yang saya lakukan. Saya sudah menyajikan sesuai dengan prosedur dan data yang akurat. Hasil investasi PRULink Rupiah Equity Fund memang diatas bunga deposito.

    coba hitung berapa lama balik modal. deposito sih tidak ada overhead, sudah balik modal sejak pertama kali uang disetorkan. cuma ada pajak dan itu pun dihitung dari pertumbuhan, bukan nilai aset keseluruhan. di UL? dengan asumsi 17%, rata2 balik modal sekitar 7-8 tahunan. kalau pakai instrumen investasi yang konservatif bisa 10-15 tahunan baru balik modal.

    Produk kita sangat praktis dan mampu mengkombinasikan banyak manfaat asuransi jiwa hanya dalam satu polis. Selain itu Prudential memiliki RBC sebesar 625%. Untuk perusahaan dengan aset yang diatas 5 Triliun, RBC 625% merupakan jaminan finansial yang sangat kuat.

    atau dengan kata lain yang paling banyak mengkadali nasabahnya :). semakin besar RBC belum tentu semakin bagus, bisa juga berarti premi yang dibayarkan nasabah terlalu besar dibandingkan dengan resiko yang ditanggung.

  592. #670:

    ya ini bedanya style berdiskusi saya dengan anda. saya objektif, sedangkan anda partisan. anda berdiskusi dengan agenda untuk memajukan kepentingan anda sendiri dengan argumen apapun, tanpa banyak berpikir apakah itu benar atau salah.

    Hmmm.. saya hanya berusaha menjelaskan sisi pandang yang lain, menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi tanpa asal ngomong itu ‘menipu’. Dengan demikian kita bisa menilai masalah ini dengan lebih objektif. Karena kalo saya lihat anda lebih subjektif karena menilai dari sudut konsumen saja. Selebihnya saya biarkan pembaca lain yang menilai objektif atau tidak. Saya tidak membela kepentingan siapapun tapi saya sendiri juga konsumen.

    tidak perlu anda bolak balik nyalahin konsumen

    Lha.. Point saya yang terakhir kan tidak nyalahin konsumen, karena kondisi nyatanya kan sudah seperti itu. Percuma ngomelin kondisi nyata, lebih baik kita fokus dengan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa punya bargaining power yang lebih baik.

    BUKAN BERARTI YANG JUAL TIDAK SALAH SAMA SEKALI

    Masalahnya definisi anda mengenai ‘menipu’ yang masih kurang sreg. Menipu adalah tidak menepati apa yang sudah dijanjikan. Janjinya bayar UP tapi ngga itu nipu. Janjinya nilai tunai bisa diambil ternyata ngga itu nipu. Bawa kabur uang nasabah itu perampokan.

    balik lagi ke analogi tukang ikan.

    Kan kita sudah sepakat analogi tukang ikan tidak bisa digunakan, jualan ikan busuk sama sekali tidak menguntungkan untuk siapapun juga. Jualan UL hanya solusi yang lebih mahal. ‘Tertipu’ sehingga makan ikan busuk masuk rumah sakit, ‘Tertipu’ beli UL tetap ada manfaat hanya hasilnya tidak optimal.

    bagi kami para konsumen asuransi, kurang lebih seperti itulah perlakuan yang kami rasakan.

    Itu sesuai dengan analogi saya makan di mall vs di warteg. Karena fokus makan kenyang saya bisa neriaki penjual makanan di mall, elu ngaadalin gua.. ngga salah apa masa nasi sama telor doang dihargain 10rb? Kan ada penjelasan karena mereka harus sewa counter supaya anda makan bisa lebih nyaman di sini. Kalo anda keukeuh ngomong gue di warteg cuma beli 3rb aja porsi lebih besar dan kenyang. Ya kita ngga bisa ngomong lagi. Karena memang belum tentu semua orang mau ngerti kalo makan di mall tuh ada biaya bla.. bla.. bla.. untuk fasilitas kenyamaan, kebersihan, dll.. Yang dijual di UL kan bukan cuma asuransi dan investasi doang. Bila orang yang sudah ‘terjeblos’ ngambil UL dan dibilangin loe ditipu coba elu taro pake BTAID duit loe lebih gede. Jelas aja semua orang yang diomongin gitu pasti mikir, iya ya. Tapi kan ada penjelasannya karena fasilitas bla…bla.. bla.. kalo anda tetep keukeuh tapi kan gua ga perlu layanan itu, yang penting duit gua bisa lebih maksimal. Yo wiss.. kita juga ga bisa ngomong lagi.. Karena memang belum tentu semua orang mau ngerti kalo di UL juga ada biaya biaya bla.. bla.. bla.. untuk kepraktisan.. dan fasilitas lainnya.. tapi itu kan bukan berarti duit anda dibawa kabur. Analoginya tidak jauh dari itu.. tinggal anda mau ngerti ato ngga. :)

  593. #675:

    Lha.. Point saya yang terakhir kan tidak nyalahin konsumen, karena kondisi nyatanya kan sudah seperti itu. Percuma ngomelin kondisi nyata, lebih baik kita fokus dengan apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa punya bargaining power yang lebih baik.

    dengan argumen seperti ini, artinya penipu harus dibiarkan, karena kan kondisi nyatanya sudah seperti itu. percuma ngomelin kondisi nyata, lebih baik kita fokus bagaimana tidak kena tipuâ„¢

    Masalahnya definisi anda mengenai ‘menipu’ yang masih kurang sreg. Menipu adalah tidak menepati apa yang sudah dijanjikan. Janjinya bayar UP tapi ngga itu nipu. Janjinya nilai tunai bisa diambil ternyata ngga itu nipu. Bawa kabur uang nasabah itu perampokan.

    kalau ini silakan balik baca lagi di paling atas. rasanya sudah cukup jelas.

    Kan kita sudah sepakat analogi tukang ikan tidak bisa digunakan, jualan ikan busuk sama sekali tidak menguntungkan untuk siapapun juga. Jualan UL hanya solusi yang lebih mahal. ‘Tertipu’ sehingga makan ikan busuk masuk rumah sakit, ‘Tertipu’ beli UL tetap ada manfaat hanya hasilnya tidak optimal.

    menggunakan analogi artinya kita harus tahu batas2an analogi tersebut. semua analogi tidak akan pernah bisa 100% akurat, sama saja dengan analogi anda. inti dari analogi yang saya gunakan adalah baik tukang ikan maupun UL tidak memberitahukan secara terus terang sesuatu yang sangat penting tentang barang dagangannya kepada konsumen. tukang ikan / agen boleh bilang “saya sudah kasih lihat kok, anda kan sudah saya kasih contoh ikan/ilustrasi”. ya balik lagi, kenapa harus saya yang harus cari tahu sendiri sesuatu yang penting tersebut dari contoh ikan/ilustrasi tersebut? kenapa gak langsung dikasih tahu saja? gimana nasib orang awam yang gak ngerti ikan/masalah finansial? sekarang mau jualan dengan memberikan nilai tambah kepada nasabah, atau mau ‘jualan’ dengan memanfaatkan ketidakmengertian pelanggan? kalau milih yang terakhir ya gak usah protes kalau banyak pelanggan yang nuduh nipu.

    Karena fokus makan kenyang saya bisa neriaki penjual makanan di mall, elu ngaadalin gua.. ngga salah apa masa nasi sama telor doang dihargain 10rb? Kan ada penjelasan karena mereka harus sewa counter supaya anda makan bisa lebih nyaman di sini. Kalo anda keukeuh ngomong gue di warteg cuma beli 3rb aja porsi lebih besar dan kenyang.

    obligatory reminder: YANG JADI MASALAH BUKAN MAHAL ATAU TIDAKNYAâ„¢ :P. sayang amnesia gak termasuk salah satu dari 34 penyakit kritis :P

    makan di mall sudah jelas harganya Rp X. makan di warteg sudah jelas harganya Rp Y. selisih harga antara X dan Y ini adalah harga yang dibayar untuk mendapatkan fasilitas ekstra yang tidak didapatkan di warteg. nah kalau UL gimana caranya nasabah mengukur biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan ‘manfaat’ ekstra di UL tersebut? bagi nasabah kasual, praktis hal tersebut tidak mungkin dilakukan.

    lagian, apa sih manfaat ekstra di UL yang bisa menjustifikasi harganya yang bisa puluhan atau bahkan ratusan juta itu? sama sekali gak ada. orang milih UL bukan karena dia ingin secara spesifik mendapatkan ‘layanan ekstra’ tersebut, tapi karena TIDAK MENYADARI kalau dia harus mengeluarkan biaya sebesar itu. kalau seandainya nasabah diberi tahu secara terus terang di awal2, kebanyakan tidak akan ikutan UL. bayar 1-2 juta untuk layanan kosmetik seperti layanan personal mungkin masih OK, tapi puluhan/ratusan juta? no way. bisa jadi ada segelintir orang yang terlalu kaya dan bersedia bayar uang sebanyak itu, tapi kalau seandainya UL dijual secara terus terang, rasanya mayoritas nasabah UL yang ikutan UL saat ini gak bakalan ikut UL.

  594. @ mr.zheng
    Diantara semua premi asuransi, memang Unit Linked adalah yang paling mahal karena mengkombinasikan asuransi dengan investasi. Sebagai kompensasi mahalnya premi Unit Linked, asuransi ini juga memberikan return investasi yang paling besar dan paling transparant daripada whole life maupun dwiguna.
    ———————————
    coba RETURNNYA bandingin sama BTAID… BERANI GAK?????
    INI NIH… “marketing kecap” selalu bandingin ama yg udah pasti kalah, ya… jelas aj kecap punya dia no.1
    coba waktu prospek klien anda, anda ditanya jika dibanding BTAID besar mana returnnya… apa ya jawab anda???? ( by d way, saya tidak menyalahkan agen, krn mungkin agen/”financial advisor” jg tdk punya pengetahuan yg cukup dlm mengenai BTAID, karena trainingnya ditekankan utk closing, but JIKA ANDA AGEN SDH MENGETAHUI TTG BTAID dan tidak menjelaskannya waktu prospek klien, SEBUTANNYA CUMA SATU….#@$%$#@#)
    =======================
    Tapi jika tidak ingin memikul resiko, Bapak bisa mengalihkan dana sementara ke PRULink Rupiah Fix Income Fund, atau bahkan ke Rupiah Cash Fund. Kedua jenis alokasi dana tersebut jauh lebih stabil daripada Equity Fund atau Managed Fund.
    ————————–
    MAKSUDNYA “CUT LOSS” begitu, gile bener nih saran, jd memang mesti invest lsg sendiri aj di RD, coba skrg nasabah UL yg msh ada dikirimi pernyataan transaksi, yg ambil equity, sdh brp nilai tunai anda turun, yuk bandingin besar turunnya dgn nilai equity di fortis dan schroder…(di UL, kalau turun, banyak..ngalahin RD,kalau naik, dikit… dikalahin RD, mana bisa disebut investasi menguntungkan model seperti ini)
    ===========================
    coba hitung berapa lama balik modal. deposito sih tidak ada overhead, sudah balik modal sejak pertama kali uang disetorkan. cuma ada pajak dan itu pun dihitung dari pertumbuhan, bukan nilai aset keseluruhan. di UL? dengan asumsi 17%, rata2 balik modal sekitar 7-8 tahunan. kalau pakai instrumen investasi yang konservatif bisa 10-15 tahunan baru balik modal
    ———————-
    ember……….. inilah KENYATAAN di UL

  595. dengan argumen seperti ini, artinya penipu harus dibiarkan, karena kan kondisi nyatanya sudah seperti itu. percuma ngomelin kondisi nyata, lebih baik kita fokus bagaimana tidak kena tipuâ„¢

    Kalo menggunakan sudut pandang anda ya mungkin memang seperti itu. :-P

    YANG JADI MASALAH BUKAN MAHAL ATAU TIDAKNYAâ„¢

    Seandainya UL ternyata tidak lebih mahal dari BTAID dan ilustrasinya tetap tidak menghighlight biaya-biaya ini itu. Saya yakin itu tidak akan bermasalah untuk anda. Dari sekian argumen anda, kalo saya tangkap anda permasalahkan kenapa ilustrasi UL tidak memberitahu calon nasabah bahwa ada biaya ini itu yang tidak ada di alternatif lain alias yang membuat produk dijual lebih MAHAL. Jadi inti masalahnya tetap saja MAHAL.

  596. #678:

    Seandainya UL ternyata tidak lebih mahal dari BTAID dan ilustrasinya tetap tidak menghighlight biaya-biaya ini itu. Saya yakin itu tidak akan bermasalah untuk anda. Dari sekian argumen anda, kalo saya tangkap anda permasalahkan kenapa ilustrasi UL tidak memberitahu calon nasabah bahwa ada biaya ini itu yang tidak ada di alternatif lain alias yang membuat produk dijual lebih MAHAL. Jadi inti masalahnya tetap saja MAHAL.

    lho, ya balik lagi. kalau seandainya dia jual dengan harga super mahal tapi secara terus terang memberitahukan informasi penting tersebut, ya saya sama sekali gak ada masalah. sama saja kalau ada yang jualan jeruk dengan harga 100 ribu/ons misalnya. saya cuma bisa geleng2 kepala kalau masih ada yang mau beli dengan harga segitu :). intinya, menjual dengan harga mahal bukan kejahatan.

    kalau misalnya ada UL yang jualan dengan harga semurah BTAID, ya saya gak masalah juga. calon nasabah di sini tetap tidak mengerti, tapi yang jualan TIDAK MENGEKSPLOITASI SITUASI TERSEBUT UNTUK MERAUP KEUNTUNGAN SEBESAR2NYA.

  597. #674

    coba hitung berapa lama balik modal. deposito sih tidak ada overhead, sudah balik modal sejak pertama kali uang disetorkan.

    Aneh sekali cara berpikir Mas Priyadi, entah pura-pura tidak tau atau memang tidak tau sama sekali.
    Biaya overhead pada unit link kan tergantung pada paket produk yang dipilih nasabah. Kalau pengen cepat balik modal ambil saja unit link yang model PIA, atau PAA single premi.

    semakin besar RBC belum tentu semakin bagus, bisa juga berarti premi yang dibayarkan nasabah terlalu besar dibandingkan dengan resiko yang ditanggung.

    Mas….
    RBC itu untuk menunjukkan kesehatan financial suatu perusahaan asuransi. Sama seperti CAR (Capital Adequacy Ratio) pada bank.

    Bisnis Unit Link sama seperti bisnis perbankan. Bisnis ini menjual jasa keuangan dan kepercayaan. Jika Mas Priyadi membuka rekening bank, saya rasa Mas Priyadi lebih mengutamakan BCA, Mandiri, BRI, atau bank lain yang sudah kuat dari segi financial daripada bank XYZ yang jarang kedengaran.

    Demikian juga nasabah asuransi yang ingin ikut Unit Link, patokan utama biasanya dinilai dari RBC perusahaan yang bersangkutan. Tapi sekedar RBC saja bukan jaminan, harus dilihat juga aset yang dikelola dan kinerja keuangannya.

    #676

    makan di mall sudah jelas harganya Rp X. makan di warteg sudah jelas harganya Rp Y. selisih harga antara X dan Y ini adalah harga yang dibayar untuk mendapatkan fasilitas ekstra yang tidak didapatkan di warteg. nah kalau UL gimana caranya nasabah mengukur biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan ‘manfaat’ ekstra di UL tersebut? bagi nasabah kasual, praktis hal tersebut tidak mungkin dilakukan.

    Mas Priyadi terlalu mempersulit masalah. Sebenarnya simple saja. Coba Mas Priyadi pikir, kenapa BCA mengenakan biaya administrasi 10.000 sedangkan ada bank lain mengenakan biaya administrasi hanya 7.500?

    Dari segi manfaat, mungkin sama saja. Jika BCA berani memberikan bunga 6% dan bank lain juga memberikan bunga 6%. Tapi apa yang membuat BCA yakin nasabah akan tetap memilih BCA walaupun biaya admin lebih mahal.

    Demikian juga dengan produk Unit Link. Walaupun manfaat UP sama, tapi ada produk Unit Link dari perusahaan tertentu yang mengenakan biaya akuisisi dan administrasi yang lebih tinggi daripada perusahaan yang lain.

    Walaupun saya jelaskan, saya pikir Mas Priyadi tidak akan mengerti. Untuk mengerti manfaat dari biaya extra antar produk Unit Link, coba miliki dulu produk Unit Link dari 2-3 perusahaan yang berbeda. Tapi ingat, belilah Unit Link dari agen yang profesional dan punya lisensi tetap untuk produk Unit Link.

    Sebagian besar orang yang tidak puas dengan Unit Link karena agen dia kurang profesional, bahkan mungkin tidak punya lisensi tetap.

    kalau seandainya nasabah diberi tahu secara terus terang di awal2, kebanyakan tidak akan ikutan UL. bayar 1-2 juta untuk layanan kosmetik seperti layanan personal mungkin masih OK, tapi puluhan/ratusan juta?

    Layanan kosmetik 1-2 juta? haha..memangnya pelayanan facial di salon kecantikan.

    Kakak ipar saya saja pernah menghabiskan 15 juta agar kulitnya kelihatan lebih cerah. Bahkan banyak orang yang rela mengeluarkan puluhan juta hanya agar bibirnya terlihat lebih sexy.

    Intinya masalah perbedaan harga produk jasa tidak bisa dibandingkan dengan produk barang seperti jeruk. Kalau Mas Priyadi hanya mengerti analogi jeruk, apel, dan ikan, ya jelas susah mengerti kelebihan Unit Link.

    Klinik dokter mengenakan tarif yang lebih mahal dari klinik puskesmas, oke-oke saja.
    Rumah sakit biayanya lebih mahal dari klinik, oke-oke saja.
    Sewa toko di mall/itc lebih mahal dari sewa kios di pasar, oke-oke saja.

    Pelayanan dan fasilitas berbeda kok…

  598. All yg di atas gak usah di counter ya..
    Percuma buang2 bandwidth ngomong sama ember full
    of sh*t eh squid..

  599. TIDAK MENGEKSPLOITASI SITUASI TERSEBUT UNTUK MERAUP KEUNTUNGAN SEBESAR2NYA

    Mau muter-muter gimana kan intinya ya tetap saja MAHAL, karena kalo murah masalah ini tidak akan terjadi. :)

  600. #672

    kata siapa agen mempermudah klaim? justru sebaliknya. dari pengalaman saya memasukkan asuransi untuk beberapa orang, agen itu pakai sistem ‘kejar setoran’, apapun akan dilakukan untuk closing, termasuk di antaranya adalah menganjurkan nasabah untuk berbohong tentang riwayat kesehatannya. ada beberapa yang punya tabel berat dan tinggi badan ideal, jadi dia gak tanya2 dulu berapa berat & tinggi badannya, dia langsung masukin berat dan tinggi badan ideal ke SPAJ. “biar gampang disetujui,” katanya. malahan ada yang punya daftar dokter ‘nakal’ yang mau nerbitin surat supaya bisa klaim kesehatan walaupun sebenarnya nasabah gak sakit. “biar gak rugi udah bayar premi,” katanya.

    jadi, salah satu sebab kenapa susah klaim kemungkinan karena ulah agen itu sendiri. paling enak sih aplikasi asuransi lewat bancassurance, paling tidak mereka gak kejar setoran.

    Jadi keinget acara Perfect Numb8r. Host-nya, Charles Bonar Sirait cerita kalo dia pernah ditawarin asuransi sama agen. Trus si Charlesnya bilang ke agen bahwa dia udah dapet asuransi dari kantor. Tapi agennya malah nyuruh/nyaranin nambah satu asuransi lagi, biar ntar klaimnya bisa dapet 2. Huekekeke…. ada2 aja.

    #673

    Saya yakin tidak salah memilih perusahaan.
    Prudential Indonesia sudah diakui sebagai perusahaan asuransi terbaik oleh beberapa media yang terkenal di Indonesia.

    Produk kita sangat praktis dan mampu mengkombinasikan banyak manfaat asuransi jiwa hanya dalam satu polis. Selain itu Prudential memiliki RBC sebesar 625%. Untuk perusahaan dengan aset yang diatas 5 Triliun, RBC 625% merupakan jaminan finansial yang sangat kuat

    Kalo buat gue sih, perusahaan asuransi terbaik, salah satu poinnya adalah kecepatan mereka mencairkan klaim yang dilakukan nasabahnya. Ada nggak sih kriteria terbaik berdasarkan kecepatan pencairan klaim?

    @Zheng
    Saya “mas” lho, bukannya “ibu” hehehe

  601. #682:

    Mau muter-muter gimana kan intinya ya tetap saja MAHAL, karena kalo murah masalah ini tidak akan terjadi.

    ah itu kan cuma trik anda saja untuk menyetir arah diskusi. untungnya saya gak terjebak, nice try :).

  602. #683:

    Produk kita sangat praktis dan mampu mengkombinasikan banyak manfaat asuransi jiwa hanya dalam satu polis. Selain itu Prudential memiliki RBC sebesar 625%. Untuk perusahaan dengan aset yang diatas 5 Triliun, RBC 625% merupakan jaminan finansial yang sangat kuat

    buat yang masih berkutat dengan urusan RBC silakan baca ini, ditulis oleh eks CEO perusahaan asuransi terbesar di singapura: http://tankinlian.blogspot.com/2008/03/risk-based-capital.html

    quote: “If the financial instition has more capital, it may appear to be “safer” and “better” for their customers. But this is only one side of the story. A financial institution with more share capital has to make more profits to satisfy their shareholders. The expected return for shareholder is usually 10% to 15% on their investments. The higher profits is usually taken away from their customers, through excessive charges and other devices to “cream off” the customer.”

  603. # 677

    @ mr.zheng
    Diantara semua premi asuransi, memang Unit Linked adalah yang paling mahal karena mengkombinasikan asuransi dengan investasi. Sebagai kompensasi mahalnya premi Unit Linked, asuransi ini juga memberikan return investasi yang paling besar dan paling transparant daripada whole life maupun dwiguna.
    ———————————
    coba RETURNNYA bandingin sama BTAID… BERANI GAK?????
    INI NIH… “marketing kecap” selalu bandingin ama yg udah pasti kalah, ya… jelas aj kecap punya dia no.1

    bukan bandingin sama ‘yg udah pasti kalah’..
    tapi memang dibandingkan dengan produk yg sejenis..
    unit link = produk asuransi YG DIKAITKAN dengan investasi
    bukan produk asuransi ditambah investasi secara terpisah.

    #682
    Mau muter-muter gimana kan intinya ya tetap saja MAHAL, karena kalo murah masalah ini tidak akan terjadi.:)

    #684
    ah itu kan cuma trik anda saja untuk menyetir arah diskusi. untungnya saya gak terjebak, nice try :)

    nyatanya memang begitu toh..??
    dan..sayangnya banyak yg ‘tersetir’ oleh ilusi ‘menipu’ yg dibuat Priyadi..[-(

    bung Handi..
    anda gak akan pernah bisa mendapat titik temu di soal unit link ‘menipu’ dengan Priyadi di sini.
    kenapa? saya rasa anda sudah tau jawabannya..;)
    pernah menuang air kedalam gelas yg tertutup?

    #685
    quote: “If the financial instition has more capital, it may appear to be “safer” and “better” for their customers. But this is only one side of the story. A financial institution with more share capital has to make more profits to satisfy their shareholders. The expected return for shareholder is usually 10% to 15% on their investments. The higher profits is usually taken away from their customers, through excessive charges and other devices to “cream off” the customer.”

    well..jika pembandingnya hanya soal modal..lebih baik mempercayakan urusan finansial kepada lembaga yg kuat modalnya daripada yg lemah kan?
    definitely sure!

  604. #686:

    bukan bandingin sama ‘yg udah pasti kalah’.. tapi memang dibandingkan dengan produk yg sejenis.. unit link = produk asuransi YG DIKAITKAN dengan investasi, bukan produk asuransi ditambah investasi secara terpisah.

    ini cuma nitpicking. anda gak perlu dan gak bisa mencegah orang untuk melakukan komparasi ini dan bahkan jika walaupun perbandingan dilakukan untuk sesuatu yang jauh berbeda, karena ini menyangkut urusan opportunity cost. kalau misalnya saya punya Rp 20 ribu, saya bisa pakai untuk nonton atau makan. boleh dong saya bandingkan nonton dan makan hanya karena untuk mendapatkan salah satu di antaranya saya harus keluar uang 20 ribu. intinya, saya ingin mendapatkan manfaat sebesar2nya untuk Rp 20 ribu yang saya keluarkan, walaupun secara teknis nantinya pilihan2 tersebut gak bisa dibandingkan secara langsung.

    tapi itu cuma contoh ekstrem. dalam urusan asuransi ini, BTAID dan UL tentunya bisa dibandingkan secara langsung :).

    nyatanya memang begitu toh..?? dan..sayangnya banyak yg ‘tersetir’ oleh ilusi ‘menipu’ yg dibuat Priyadi..[-(

    yang menerapkan ilusi finansial adalah perusahaan asuransi, bukan saya. di sini saya cuma menjelaskan bagaimana cara mereka melakukannya. ilusi finansial akan tetap ada kalau seandainya saya tutup mulut. perusahaan dan agen asuransi yang menjual produknya dengan adil tidak perlu takut dengan pengungkapan fakta ini. yang harus takut hanyalah yang memang menjual dengan mengeksploitasi ketidaktahuan nasabahnya.

    pernah menuang air kedalam gelas yg tertutup?

    pernah, rasanya seperti menjelaskan hal ini kepada agen asuransi :P. mau gimana juga cara menjelaskannya, tetap gak bakalan masuk-masuk :D. bukannya gak bisa mengerti, tapi gak bersedia untuk mengerti. lha pendapatan mereka bergantung dari ketidakmengertian mereka, gimana mau mengerti :).

    well..jika pembandingnya hanya soal modal..lebih baik mempercayakan urusan finansial kepada lembaga yg kuat modalnya daripada yg lemah kan? definitely sure!

    betul. tapi sayangnya parameternya bukan cuma kekuatan modal. produk yang dijual adalah manajemen resiko. kalau nasabah bayar terlalu mahal, bukannya resiko yang dieliminasi, justru dia mendapat resiko baru dari itu. dan kalau kapital terlalu besar, investor akan mengharapkan keuntungan yang besar pula, dan perusahaan harus jualan dengan harga mahal. overcapitalized sama buruknya dengan undercapitalized.

  605. @gubay… or what ever
    anda mengatakan UL lbh baik sbg pilihan asuransi..oke. saya punya spend 12jt/thn utk dibelikan asuransi, data saya pria umur 30thn,non smoker, 1.berapa UP jiwa yg saya dapat? 2. berapa UP utk cacat total tetap? 3. berapa biaya rawat inap yg saya akan dapat? 4.berapa nilai investasi saya ditahun ke-6? sebagai seorang yg tidak cuman omdo…anda bisa jelaskan dong angka2nya? pake ilustrasi jg boleh (what ever).. ANGKA TIDAK PERNAH BOHONG …. BERANI???????????

  606. @683

    Jadi keinget acara Perfect Numb8r. Host-nya, Charles Bonar Sirait cerita kalo dia pernah ditawarin asuransi sama agen. Trus si Charlesnya bilang ke agen bahwa dia udah dapet asuransi dari kantor. Tapi agennya malah nyuruh/nyaranin nambah satu asuransi lagi, biar ntar klaimnya bisa dapet 2. Huekekeke…. ada2 aja.

    Agen tsb tidak salah mengajaknya ambil asuransi tambahan.
    1. Perlu diketahui, yang namanya perusahaan pasti mencari untung. Jika suatu saat si Mas Charles tidak kerja lagi di perusahaan, karena satu dan lain hal, maka otomatis kantor sudah tidak membayarkan asuransi baginya.

    2. Asuransi jiwa yang dicover oleh perusahaan biasanya berupa ‘Key Person Insurance’. Artinya perusahaan sebagai pembayar premi dan sebagai ahli waris dari karyawan. Jika terjadi musibah, UP akan diterima oleh perusahaan untuk menutupi kerugian apabila terjadi sesuatu dengan key person tsb. Selanjutnya terserah perusahaan ingin membagikan UP seberapa besar kepada keluarga karyawan ybs.

    3. Jika asuransi yang dicover oleh perusahaan adalah asuransi kesehatan, biasanya jumlah yang bisa di klaim kecil dan tidak bisa menutupi kerugian finansial. Oleh karena itu, walaupun asuransi kesehatan sudah dicover oleh perusahaan, tetap saja kita perlu ambil asuransi tambahan untuk resiko sakit kritis dan rawat inap.

  607. #689: di indonesia belum ada asuransi kesehatan yang punya guaranteed renewability. jadi gak ada gunanya ikut asuransi kesehatan tambahan di luar manfaat yang diberikan perusahaan dengan tujuan “takut gak punya coverage kalau dikeluarkan”.

  608. #684:

    ah itu kan cuma trik anda saja untuk menyetir arah diskusi. untungnya saya gak terjebak, nice try :).

    Oh tidak.. memang arahnya sudah ke sana kan? Kalo saya coba ikuti sudut padang anda, terus diimplementasikan di perusahaan, sama sekali tak terbayang ada perusahaan yang menjual dagangannya dengan Mahal, terus ngomong ke calon pembelinya barang dagangan saya mahal, perusahaan lain ada yang jual lebih murah, Anda mau beli dari saya atau perusahaan lain??? Rasanya lucu sekali.. :)

    bung Handi..
    anda gak akan pernah bisa mendapat titik temu di soal unit link ‘menipu’ dengan Priyadi di sini.
    kenapa? saya rasa anda sudah tau jawabannya..;)

    Mas Gubay, memang sepertinya begitu. Saya ga menuntut pandangan saya diterima oleh beliau. Tetapi setidaknya saya berusaha menyampaikan apa sih sebenarnya dibalik yang dianggap ‘menipu’. Sehingga pembaca juga bisa mempunya penilaian yang lebih seimbang dan rasional.

  609. #691:

    Oh tidak.. memang arahnya sudah ke sana kan? Kalo saya coba ikuti sudut padang anda, terus diimplementasikan di perusahaan, sama sekali tak terbayang ada perusahaan yang menjual dagangannya dengan Mahal, terus ngomong ke calon pembelinya barang dagangan saya mahal, perusahaan lain ada yang jual lebih murah, Anda mau beli dari saya atau perusahaan lain??? Rasanya lucu sekali..

    hehehe, pake tulisan gede lagi nih: SAYA TIDAK MENUNTUT PENJUAL NGOMONG KE CALON PEMBELINYA KALAU DAGANGANNYA MAHAL. SAYA CUMA MENUNTUT DISCLOSURE HARGA YANG TRANSPARAN. dari sejumlah uang yang disetorkan nasabah ke perusahaan asuransi untuk beli UL, sebagian merupakan hak perusahaan asuransi dan agen asuransi, tapi sebagian lagi tetap merupakan hak nasabah. batasan ini yang tidak jelas. UL didesain dengan sengaja untuk mengaburkan batasan2 ini sehingga perusahaan asuransi dapat dengan mudah mengambil hak nasabah secara tidak proporsional tanpa nasabah menyadarinya. tuntutan saya kepada penjual asuransi cukup sederhana: perjelas batasan2 ini.

    Mas Gubay, memang sepertinya begitu. Saya ga menuntut pandangan saya diterima oleh beliau. Tetapi setidaknya saya berusaha menyampaikan apa sih sebenarnya dibalik yang dianggap ‘menipu’. Sehingga pembaca juga bisa mempunya penilaian yang lebih seimbang dan rasional.

    no problem. rasanya pembaca bisa menilai sendiri mana pandangan yang bagus dan mana yang tidak. harusnya cukup jelas bagi pembaca yang tidak punya kepentingan atau agenda apapun di sini. dan tentunya tidak perlu menuduh yang berseberangan pendapat telah ‘tersetir’ atau semacamnya. dan saya pun tidak berharap banyak anda bisa menerima pendapat saya, mengutip upton sinclair: “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” pendapat anda atau agen asuransi lainnya sama sekali tidak penting dan tidak relevan. yang penting adalah pembelajaran bagi nasabah dan calon nasabah asuransi supaya mereka tidak harus kejeblos lagi di masa yang akan datang.

  610. #690

    di indonesia belum ada asuransi kesehatan yang punya guaranteed renewability.

    Saya pernah cerita Om saya yang kena stroke, dan penyakit stroke merupakan salah satu kriteria penyakit kritis. Setelah keluar dari rumah sakit, agen membantu Om saya melakukan klaim sakit kritis. Prosesnya agak lama sih…tapi yang penting klaim beres.

    Setelah itu manfaat PruHS dia masih terus di cover sampai sekarang. Sudah beberapa kali melakukan terapi (rawat jalan), dan masih tetap dibayarkan klaimnya. Masa klaim rawat jalan tersebut agen yang nombok??

    Saya rasa Mas Priyadi harus update informasi ttg asuransi kesehatan yang guaranted renewability. Setidaknya Prudential membuktikan produk mereka bisa. Saya dengar asuransi kesehatan dari AIG juga bisa.

    #692

    pendapat anda atau agen asuransi lainnya sama sekali tidak penting dan tidak relevan. yang penting adalah pembelajaran bagi nasabah dan calon nasabah asuransi supaya mereka tidak harus kejeblos lagi di masa yang akan datang.

    Saya sudah melihat beberapa pengamat keuangan juga berkomentar demikian. Sebagian memang karena hasil analisa dan perhitungan dia, tapi lebih banyak yang cuma ikut-ikutan opini orang karena angkanya masuk akal.

    Kalau hanya jadi komentator saja, setiap orang juga bisa. Dan kita tahu, komentator sepak bola biasanya selalu lebih pintar dari pada pemain bola-nya. Tapi belum tentu dia pernah masukin gol ke gawang tim lawan yang dikomentarinya. Merasakan dan mengalami sendiri manfaatnya berbeda jauh dengan sekedar hitungan dan konsep.

    Saya sendiri memang bukan pelaku unit link, dan pengetahuan saya ttg Unit Link tidak sebagus Mas Handi, Mas Gubay, atau Mas Zheng. Tapi saya sebagai nasabah yang sudah merasakan manfaat dari Unit Link, berani bersaksi Unit Link memang lebih bagus. Bukan bagus dari segi uang, melainkan dari segi fasilitas dan pelayanan.

  611. #693:

    Saya pernah cerita Om saya yang kena stroke, dan penyakit stroke merupakan salah satu kriteria penyakit kritis. Setelah keluar dari rumah sakit, agen membantu Om saya melakukan klaim sakit kritis. Prosesnya agak lama sih…tapi yang penting klaim beres.

    berdasarkan pengalaman saya, banyak agen asuransi yang sering menyuruh nasabahnya untuk berbohong. dan dengan demikian tidak perlu banyak percaya anekdot yang sering dilontarkan oleh agen asuransi, siapa tahu mereka juga sedang berbohong.

    yang bisa dipegang cuma apa yang tertulis di polisnya, dan itulah aturan yang berlaku, segala omongan agen sama sekali tidak relevan di sini. jadi kalau memang dagangan anda punya guaranteed reneewability, silakan tuliskan seperti apa bunyi pasalnya di sini.

  612. #692:

    SAYA TIDAK MENUNTUT PENJUAL NGOMONG KE CALON PEMBELINYA KALAU DAGANGANNYA MAHAL. SAYA CUMA MENUNTUT DISCLOSURE HARGA YANG TRANSPARAN.

    Masalahnya, anda sendiri juga tahu di UL disclosure harga setransparan yang anda minta sama dengan PENGUMUMAN PENGUMUMAN, HARGA SAYA MAHAL. :)

    rasanya pembaca bisa menilai sendiri mana pandangan yang bagus dan mana yang tidak.

    Fair enough. :) Saya ga punya agenda apapun selain berusaha menyampaikan sudut pandang yang lain. Mohon maaf bila ada yang saya sampaikan menyinggung perasaan anda dan rekan-rekan yang lain. [-o< From customer point of view, saya tahu ketika membeli produk dengan harga yang lebih mahal dan kemudian tahu ada yang lebih murah, pasti selalu ada perasaan dongkol dan tertipu. Itu adalah perasaan alami dan wajar.

  613. #695:

    Masalahnya, anda sendiri juga tahu di UL disclosure harga setransparan yang anda minta sama dengan PENGUMUMAN PENGUMUMAN, HARGA SAYA MAHAL

    ini kayanya sudah dibahas berkali2. untuk bisa mengerti dan tahu biaya2nya, saya perlu waktu sebulanan, termasuk ketemu beberapa kali dengan beberapa agen, telpon bermenit2 dan jungkir balik ngitung di spreadsheet. itupun saya tetap gak tahu persis harga real opportunity costnya, saya cuma bisa estimasi dari data perantara seperti proyeksi perkembangan investasi. dan saya yakin mayoritas orang tidak punya kemampuan untuk melakukan due diligence sejauh yang saya lakukan.

    From customer point of view, saya tahu ketika membeli produk dengan harga yang lebih mahal dan kemudian tahu ada yang lebih murah, pasti selalu ada perasaan dongkol dan tertipu. Itu adalah perasaan alami dan wajar.

    dongkolnya bukan dongkol “sudah beli barang ternyata di mall sebelah lagi sale 50%”. dongkolnya lebih mirip “saya gak tahu ternyata dia cuma calo, jadinya saya bayar 2x lipat lebih mahal”. ditambah lagi untuk urusan asuransi bisa menyangkut urusan duit puluhan juta.

  614. Sebelumnya salam kenal, saya baru kali ini berkunjung ke blog ini, padahal sudah beberapa waktu saya mengetahui priyadi.net.

    Saya perlu angkat topi dengan bung Priyadi sebagai penulis dalam mengangkat topik unitlink, Anda benar-benar telah mengenai sasaran tembak yang tepat, sehingga diskusi ini menjadi sebuah “polemik unitlink”, demikian saya istilahkan.

    Saya juga salut dengan bung Firesquid, Handi, Gubay, Rahmat. Kalian begitu konsisten dalam berpolemik.

    Sedikit mengenai unitlink yang pernah saya ikuti pada awal mulanya, dimulai oleh Prudential memasarkan di Indonesia, terdapat hambatan ijin ketika itu dari Departemen Keuangan RI. Masalah yang saya ketahui secara samar adalah sama seperti yang diangkat oleh bung Priyadi adalah jumlah biaya asuransi dan investasi tidak jelas.

    Tetapi pemasaran unitlink terus saja bergulir, hingga masalah Manulife & politisasinya, dimana negara asalnya campur tangan plus keadaan Indonesia yang tidak stabil bertambah melemahkan hukum di Indonesia. Mungkin ditambah dengan loby dari Prudential. Semua itu memperkokoh Prudential dalam memasarkan unitlink di Indonesia.

    Kesuksesan Prudential diikuti perusahaan asuransi lainnya dan akhirnya merebak seperti saat ini.

    Mengapa produk unitlink mahal?
    Premi unitlink di tahun pertama dan kedua, prosentase terbesar dibayarkan kepada agen asuransinya, berarti komisi agen asuransi dibayar di muka padahal agen asuransi perusahaan lain pada waktu itu di bayar sesuai pembayaran premi dari nasabah asuransi tersebut. Selain itu organisasi pemasaran Prudential berupa Single Level Marketing, sejenis dengan MLM. Mungkin hal semacam ini yang membuat unitlink Prudential lebih mahal.

    Perusahaan asuransi menanggung biaya di muka, resiko kerugian asuransi plus resiko kerugian investasi. Sebagai contoh ketika harga-harga saham meluncur turun, diikuti selanjutnya reksadana. Unitlink di Indonesia tidak menikmati return yang tinggi
    seperti di Singapura.

    ——————————–
    Build Your Image with Interior Touch…

  615. #694

    berdasarkan pengalaman saya, banyak agen asuransi yang sering menyuruh nasabahnya untuk berbohong. dan dengan demikian tidak perlu banyak percaya anekdot yang sering dilontarkan oleh agen asuransi, siapa tahu mereka juga sedang berbohong.

    Komentar Mas Priyadi semakin ngawur dan tidak masuk akal. Apa keuntungan nasabah berbohong jika memang produknya jelek?

    yang bisa dipegang cuma apa yang tertulis di polisnya, dan itulah aturan yang berlaku, segala omongan agen sama sekali tidak relevan di sini. jadi kalau memang dagangan anda punya guaranteed reneewability, silakan tuliskan seperti apa bunyi pasalnya di sini.

    Mas Priyadi sendiri tidak memahami isi polis, kok bisa mengatakan polis sebagai pegangan.

    Daripada debat kusir, silahkan cari tau sendiri teman/keluarga yang ikut Prudential, yg sudah terkena penyakit kritis. Tanyakan ke dia, apakah manfaat rumah sakit masih tetap di cover.

    Saya jelaskan panjang lebar ttg isi polis juga tidak ada gunanya. Pasti Anda selalu punya argument untuk membantah. Lebih baik Mas Priyadi saksikan dan buktikan sendiri.

    Kalau hanya jadi komentator saja, setiap orang juga bisa. Dan kita tahu, komentator sepak bola biasanya selalu lebih pintar dari pada pemain bola-nya. Tapi belum tentu dia pernah masukin gol ke gawang tim lawan yang dikomentarinya. Merasakan dan mengalami sendiri manfaatnya berbeda jauh dengan sekedar hitungan dan konsep.

  616. #698:

    Daripada debat kusir, silahkan cari tau sendiri teman/keluarga yang ikut Prudential, yg sudah terkena penyakit kritis. Tanyakan ke dia, apakah manfaat rumah sakit masih tetap di cover.

    lho kenapa jauh2? anda kan katanya ‘nasabah’ prudential. anda cukup lihat isi polis anda dan sebutkan kepada kami semua bunyi pasal yang menyebutkan hal tersebut. setelah itu masalah selesai.

  617. pendapat anda atau agen asuransi lainnya sama sekali tidak penting dan tidak relevan. yang penting adalah pembelajaran bagi nasabah dan calon nasabah asuransi supaya mereka tidak harus kejeblos lagi di masa yang akan datang.(setuju….)
    ——————–
    all….., aku menyimpulkan agen2 ini cuma berargumen ngawur semua…ditantang menampilkan perhitungan UP saja tidak ada respon… agen ur talk BULLshit…(maaf mas priyadi sedikit kasar) argumen agen semua cuma buat mengaburkan fakta dan data…
    ———-
    @ f……
    Mas Priyadi sendiri tidak memahami isi polis, kok bisa mengatakan polis sebagai pegangan.
    ———————-
    dodol… kalau tidak berpatokan pada polis memangnya apa yg akan dirujuk kalau terjadi perselisihan. dan perlu anda ketahui jika anda menyajikan data palsu pada pengisian polis pru,maka jika dikemudian hari diketahui atau diketemukan bukti maka pihak pru berhak mengambil atau membatalkan klaim yg telah terjadi, alias diambil lagi tuh duit….tanpa batas waktu, ada dipolis pru, kalau tdk percaya tanya aj agen saingan pru dari prshn asuransi A…., mr fire…. anda berargumen seperti orang lagi yimeng…

  618. #701

    kalau tidak berpatokan pada polis memangnya apa yg akan dirujuk kalau terjadi perselisihan.

    Betul, jika dan hanya jika Anda memahami isi polis. Masalahnya apakah Anda sudah paham isi polis?

    Saya rasa agen-agen cukup pintar tidak mau menanggapi tantangan Anda karena dijelaskan juga percuma, Anda tidak akan mengerti. Istilah kasarnya, “otak Anda hanya mengerti 1+1 = 2″. :-\”

  619. hahaha tepatnya yg ada di otak agen dan cumi bakar ini gimana 1+1=1,000,000,000,000……
    caranya???? ya kaburin fakta, putar balik omongan, bermain dengan kata-kata mengambang seperti di atas dan yang sudah-sudah,
    bikin ilusi sesuai mimpi pingin kaya cepet dan gampang dengan memanfaatkan waktu selama orang-orang yg dikadalin masih belum nyadar.
    but don’t worry, selama ada orang2 kayak mas pri, mas rahmat, mbak bravo, mbak ligwina dkk… gue yakin semuanya bakal disadarkan, even thought it takes one person a day. but I believe on the chain reaction effect kok :) (optimis-optimis)

  620. hihihi… nemu comment di blog maseko.com dan kayaknya mirip bener kayak kasus ‘unit link vs priyadi’ :

    —————————————————

    Arek Pelo said on February 18, 2008, 8:22 am:

    info inet g r a t i s gsm dan cdma(bukan fren). still work 100%. call /sms pasti dibales :085642132515 no email, no YM, call/sms biar komunikasi lancar. email tidak akan dibalas. nah lo!!! hanya 100ribu!! dapat 4trik : esia, flexi, xl sama three
    (tiap orang di atas posting ini, pasti dibawahnya
    ada counter posting di bawah)
    Buat yang mau info internet gratis, JANGAN PERNAH MAU BAYAR Rp. 100.000,-,Kunjungi aja situs http://www.cyberphreaking.com, daftar dan coba semua triknya…!Aku ini aja pake’ gratisan dari situs tersebut…!

  621. pendapat anda atau agen asuransi lainnya sama sekali tidak penting dan tidak relevan.

    wuih…arogan sekali..
    tapi..terserahlah..
    yg punya ‘rumah’ kan sampeyan..

    yang penting adalah pembelajaran bagi nasabah dan calon nasabah asuransi supaya mereka tidak harus kejeblos lagi di masa yang akan datang.

    tentunya belajar juga harus dengan cara yg benar kan?
    kenapa mata kita ada 2? telinga ada 2?
    salah satunya ya supaya kita tidak cuma melihat/mendengar dari 1 sisi/sumber..
    iya kalau yg dilihat/didengar itu benar..
    kalau salah? ya makin parah.. menganggap diri sendiri sudah/paling pintar tapi ternyata malah makin jauh dari kebenaran.. dus..keblinger..

    @Firesquid
    maaf..saya sangat jauh dari kategori ahli soal asuransi ataupun unitlink..
    saya konsumen yg tidak mau dibodohi atau ditipu (?)oleh siapapun..

    @jeffreywinmart
    saya cuma menyampaikan pendapat dengan berupaya melihat dengan benar terlebih dahulu..

  622. #795:

    wuih…arogan sekali.. tapi..terserahlah.. yg punya ‘rumah’ kan sampeyan..

    walah, arogan darimana :P. kepentingan agen di sini cuma komisi yang dia terima. jelas bertentangan dengan kepentingan nasabah. ini sudah saya bahas dalam komentar soal konflik kepentingan di atas. nasabah gak bisa mempercayai saran agen asuransi kalau besar renumerasi agen tidak berbanding lurus dengan kualitas saran agen asuransi tersebut. sama sekali gak arogan kalau saya bilang ‘pendapat agen tidak relevan di sini’, ini bukan masalah pribadi lho.

    tentunya belajar juga harus dengan cara yg benar kan? kenapa mata kita ada 2? telinga ada 2? salah satunya ya supaya kita tidak cuma melihat/mendengar dari 1 sisi/sumber..

    ini bukan masalah. saya sama sekali tidak pernah menyensor komentar termasuk juga komentar yang menyerang saya secara pribadi. komentar yang saya hapus hanyalah spam. seluruh komentar anda juga saya loloskan, tapi tentunya bukan berarti otomatis saya harus begitu saja ikut pendapat anda :). benar atau salah komentar anda tetap harus saya nilai dari kualitas isi komentar anda itu sendiri. dan komentar2 anda selama ini sama sekali tidak bisa meyakinkan saya, dan sepertinya pembaca2 lain juga :).

    rasanya pembaca cukup pintar untuk memilih mana pendapat yang benar dan mana yang tidak, selama pembaca mendapatkan informasi yang berimbang. dan sebenarnya tulisan saya di sini adalah memang untuk mengatasi ketimpangan informasi yang ada di luar sana. jadi tidak perlu nuduh ‘tersetir’, ‘merasa paling pintar’, ‘keblinger’, dll dsb etc :). anda sudah saya beri kesempatan penuh untuk mengemukakan pendapat di blog saya ini. kalau mayoritas pembaca gak ikut opini anda, ya salahkan saja diri anda sendiri, gak perlu cari kambing hitam. mungkin, just maybe, argumen anda memang dari sananya tidak kuat.

  623. saya coba ulang ..

    seberapapun besar nya komisi agen, jika dana tersebut kita investasikan ke reksadana akan jauh lebih menguntungkan seiring dgn waktu ..
    toh segala resiko kita jg yg tanggung

    setuju ??

    thanks mas pri, benar-2 ilmu yg bermanfaat

  624. Pri..
    concern saya (juga bung Handi maupun Gue, setidaknya..dan mereka bukan agen asuransi lho) di topik kali ini anda berulang kali menyebut ada sebuah produk legal yg menipu dan… anda tidak bisa menemukan point yg anda tuduh menipu pada produk tsb seperti di produk lain yg sejenis (yg anehnya tidak anda gugat menipu juga).

    jika semua penjelasan dan fakta sudah dipaparkan dan tidak bisa dikategorikan menipu..ya..apa boleh buat..,
    ternyata anda mempunyai definisi tersendiri terhadap kata menipu.
    dan sayangnya anda telah menyebarluaskan label ‘menipu’ pada produk tsb tanpa banyak yg tahu ‘menipu’ yg anda maksud berbeda dengan menipu karena sejatinya memang tidak menipu.

    jangan salahkan saya ataupun yg lainnya jika punya persepsi tersendiri terhadap pribadi anda..seperti anda juga bebas menebak dengan yakin dan ‘pasti’ apa yg ada di benak orang lain.

    ah..nanti dituduh menuduh lagi..
    maafkan saya..

  625. #708:

    di topik kali ini anda berulang kali menyebut ada sebuah produk legal yg menipu dan… anda tidak bisa menemukan point yg anda tuduh menipu pada produk tsb seperti di produk lain yg sejenis (yg anehnya tidak anda gugat menipu juga).

    saya BISA dengan mudah menemukan point yang menipu. anda saja yang menolak untuk mengakuinya :P. legalitas dan menipu itu mutually exclusive. suatu hal bisa legal dan menipu. produk yang legal belum tentu tidak menipu. produk lain mana yang sejenis yang tidak saya gugat menipu? ada banyak penipuan di luar sana, tapi tentunya gak bisa dibahas semuanya di sini.

    jika semua penjelasan dan fakta sudah dipaparkan dan tidak bisa dikategorikan menipu..ya..apa boleh buat..,

    sama saja. jika semua penjelasan saya tidak bisa anda terima, ya apa boleh buat. saya pun tidak bisa berharap terlalu banyak. kalau berdiskusi dengan tujuan untuk meyakinkan lawan bicara bagaimanapun caranya ya memang gak bakalan selesai. kalau anda dan handi tidak setuju dengan saya, saya hormati opini anda berdua. no problem. kalau anda ikutan unit link, itu uang anda pribadi, sama sekali bukan urusan saya.

    tapi tentunya anda juga perlu menghormati opini saya, dan rekan2 yang tercerahkan setelah membaca tulisan saya. rasanya anda tidak perlu takut kalau orang lain yang baca tulisan saya menjadi sependapat dengan saya. toh itu uang pribadi mereka, anda gak punya urusan dengan uang mereka. setuju? :)

    yang dirugikan di sini ya mungkin cuma orang2 yang punya kepentingan di sini. tapi seperti kata anda, anda bukan agen asuransi. jadi harusnya gak masalah toh? :)

    jangan salahkan saya ataupun yg lainnya jika punya persepsi tersendiri terhadap pribadi anda..seperti anda juga bebas menebak dengan yakin dan ‘pasti’ apa yg ada di benak orang lain.

    no problem. saya pun punya persepsi tersendiri terhadap pribadi anda, dan juga terhadap semua orang lain :). sekali lagi, seperti biasa anda hanya bisa berulang kali menyerang pribadi saya.

    rasanya semua yang saya dan anda paparkan sudah cukup jelas dan panjang lebar. dan walaupun saya sebagai pemilik blog berseberangan pendapat, saya sama sekali tidak pernah sekalipun menyensor komentar anda. saya tidak takut terhadap opini yang berseberangan karena tujuan saya berdiskusi adalah untuk mencari yang sebenar2nya, bukan untuk memaksakan kehendak kepada lawan bicara. tinggal kita kembalikan ke pembaca untuk memilih mana yang menurut masing2 opini yang lebih tepat. setuju?

    atau jangan2 masih mau memaksakan pendapat pribadi nih? :P

  626. #710:

    provisa itu unit link paling murah. gak ada biaya akuisisi & load fee cuma 3%. tapi masalahnya di likuiditas, kalau uangnya ditarik di awal2, kena penalti yang sangat besar. baru setelah 8 tahun (?) dananya bisa ditarik 100% tanpa penalti. kalau ada nasabah yang terlanjur ambil ini, saya biasanya kasih saran untuk diteruskan paling tidak sampai 8 tahun. tapi untuk nasabah baru tetap lebih baik dipisahkan.

    di sisi lain, provisa mungkin cocok untuk golongan ekonomi rendah. alasannya, kebanyakan term life punya batas minimum yang terlalu tinggi untuk mereka (batas minimum UP, atau minimum premi).

  627. Baca postingan ini karena tertarik sama judulnya, eh komentarnya udah seabrek ga kebaca semua…
    Tapi mau numpang kasi komentar karena kebetulan saya adalah salah satu praktisi industri unit link yang kebetulan banyak dikomentari :d

    Analogi koran B sangat mirip dengan konsep unit link, salut buat mas Priyadi yang bisa menyampaikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti. Dan biaya di unit link itu sebenarnya dan seharusnya dijabarkan (tergantung perusahaan dan agennya) kepada calon nasabah, dan setiap biaya sudah ada tujuannya masing2, tidak hanya di lebih2 kan untuk menambah profit perusahaan.

    Selain itu nasabah unit link juga mencakup orang2 yang berkecimpung di dunia keuangan, seperti bank dan investasi yang pastinya tahu bagaimana memaksimalkan uang yang dimiliki, tapi toh mereka tetap mengambil program unit link, karena mungkin sesuai dengan perencanaan keuangan mereka.

    Masing2 orang punya pilihannya sendiri, ada yang suka kopi, susu atau keduanya di campur jadi kopi susu.
    Selama suatu perusahaan tidak menipu, saya rasa sah2 saja mencari profit dengan cara apapun selama memberikan timbal balik yang sesuai. Karena masyarakat sekarang juga makin kritis *pengalaman pribadi* jadi kalau perusahaan tidak bisa memberikan alasan yang tepat kenapa A atau kenapa B pasti akan kalah bersaing..

    sekian terima kasih…

  628. #713:

    Selain itu nasabah unit link juga mencakup orang2 yang berkecimpung di dunia keuangan, seperti bank dan investasi yang pastinya tahu bagaimana memaksimalkan uang yang dimiliki, tapi toh mereka tetap mengambil program unit link, karena mungkin sesuai dengan perencanaan keuangan mereka.

    pengalaman saya orang2 yang berkecimpung di dunia keuangan belum tentu menyadari trik di balik unit link. setelah saya beri tahu, baru mereka batalkan unit linknya.

    Masing2 orang punya pilihannya sendiri, ada yang suka kopi, susu atau keduanya di campur jadi kopi susu.

    tergantung harganya. kalau setelah dicampur harganya jauh lebih mahal, ya lebih baik dipisahkan. selain itu, kalau pencampuran melibatkan produk finansial (seperti contoh koran di atas) hal ini akan sangat membingungkan konsumen. konsumen gak lagi rasional. hal ini yang dimanfaatkan perusahaan asuransi untuk meraup keuntungan sebanyak2nya.

    dalam produk biasa, konsumen bayar uang dan dapat barang/jasa, gak susah untuk mengukur apakah manfaat yang dia dapatkan sepadan dengan uang yang dikeluarkan. dalam produk finansial, konsumen mengeluarkan uang untuk mendapatkan uang. kalau produk finansial dan produk biasa dicampur, bisa jadi konsumen merasakan mendapatkan uang ‘out of nothing’, padahal sih sudah pasti tidak :).

  629. #709

    saya BISA dengan mudah menemukan point yang menipu. anda saja yang menolak untuk mengakuinya :P. legalitas dan menipu itu mutually exclusive. suatu hal bisa legal dan menipu. produk yang legal belum tentu tidak menipu. produk lain mana yang sejenis yang tidak saya gugat menipu? ada banyak penipuan di luar sana, tapi tentunya gak bisa dibahas semuanya di sini.

    Sehebat apapun “rekan sejenis” Mas Priyadi memutar argument yang menjelekkan produk tertentu, kenyataannya yang pro thd produk tersebut masih jauh lebih banyak dan berkembang jauh lebih pesat. Hal itu dikarenakan tindakan resmi dan pelayanan yang dilakukan oleh pelaku industri yang “dianggap menipu” lebih berpengaruh daripada sekedar teriak-teriak di sekitar rumah sendiri.

    Wake up and have a cup of coffee
    :D

    Jika memang Mas Priyadi dan “rekan sejenis” bisa menemukan point penipuan yang dilakukan oleh produk yg dimaksud, silahkan kumpulkan petisi dan adukan penipuan ini kepada YLKI.

    Untuk industri keuangan, bisa laporkan kepada BAPEPAM-LK atau bahkan bisa coba kemukakan di surat pembaca Kompas yang ditujukan untuk DepKeu. Masyarakat umum juga bisa ikutan tau.

  630. #716:

    Sehebat apapun “rekan sejenis” Mas Priyadi memutar argument yang menjelekkan produk tertentu, kenyataannya yang pro thd produk tersebut masih jauh lebih banyak dan berkembang jauh lebih pesat.

    kalau berkembang jauh lebih pesat, artinya mereka yang jago memutar argumen :P

    Hal itu dikarenakan tindakan resmi dan pelayanan yang dilakukan oleh pelaku industri yang “dianggap menipu” lebih berpengaruh daripada sekedar teriak-teriak di sekitar rumah sendiri.

    ya, resource saya sih gak bisa dibandingin sama uangnya perusahaan asuransi :). paling ngga saya masih mau nulis di blog dan menyebarkan informasi ini ke teman dan keluarga terdekat :).

  631. #717: wah ini gak realistis sama sekali. di indonesia, setiap agen asuransi hanya bisa mendapatkan sekitar 40 nasabah SEUMUR HIDUPNYA. dan jumlah ini pun masih terlalu banyak karena perhitungannya masih memasukkan nasabah yang ikutan lewat jalur bancassurance, bukan cuma yang masuk lewat jalur agen. selain itu, AAJI juga ingin melipatgandakan jumlah agen di masa yang akan datang!

    saran saya lebih baik cari usaha lain yang bukan mengkadali orang lain :)

  632. #719
    ya itu om .. itu maksudnya ogut jg baru tau .. bahwa ternyata itu bisnis orang makan orang
    prend makan prend .. dst

    dan hasil nya ogut jg baru tau kalo para agent yg bagus di publikasikan / pasang iklan di koran sbg yg berprestasi padahal setelah tau hasil nya dr mana .. sedih jg yah

    makanya para agen berusaha untuk mendapatkan hasil dr calon nasabah baru dan memberikan argument macam-2 untuk membela diri sperti tulisan firesquid dsb

    bener nih .. ga bo’ong
    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair-

  633. #718

    kalau berkembang jauh lebih pesat, artinya mereka yang jago memutar argumen :P

    Setuju, apalagi cara promosinya yang menyesatkan. Setelah gue baca artikel ini, gue jadi tahu ternyata banyak informasi produk UL, yang oleh agen UL tidak disampaikan seluruhnya ke nasabah bahkan cenderung “memelintir” informasi yang sebenernya.

    Ini sih yang gue lihat dari promosi yang dilakukan agen UL di forum kaskus dan 2 milis [SSR & putuss] yang gue ikutin.

    Btw Pri, top banget artikel ini! Gue jadi lumayan tahu tentang asuransi. Setidaknya gue tahu mana agen yang ngomong bullsh*t dan yang bener. :d

  634. #719

    wah ini gak realistis sama sekali. di indonesia, setiap agen asuransi hanya bisa mendapatkan sekitar 40 nasabah SEUMUR HIDUPNYA. dan jumlah ini pun masih terlalu banyak karena perhitungannya masih memasukkan nasabah yang ikutan lewat jalur bancassurance, bukan cuma yang masuk lewat jalur agen.

    Mas Priyadi….
    Wake up and have a cup of coffee !!!

    Argument Mas Priyadi sama sekali tidak realistis karena tidak didukung dengan data dan fakta yang akurat.

    Berapa jumlah agen asuransi jiwa?
    Berapa jumlah nasabah asuransi jiwa?
    Berapa jumlah nasabah bancasurance?

    saran saya lebih baik cari cara bantu membenahi kemiskinan daripada mengurusi dapur orang lain.
    :)

    #720

    ya itu om .. itu maksudnya ogut jg baru tau .. bahwa ternyata itu bisnis orang makan orang
    prend makan prend .. dst

    dan hasil nya ogut jg baru tau kalo para agent yg bagus di publikasikan / pasang iklan di koran sbg yg berprestasi padahal setelah tau hasil nya dr mana .. sedih jg yah

    Hehe….
    Kenapa baru taunya sekarang…ini yang dinamakan real life.
    Memangnya ente pikir para pengusaha menjadi kaya karena bekerja untuk pemerintah? Tentu tidak, tapi dia mendapatkan keuntungan dari penjualan kepada konsumen.

    Salah sendiri mau jadi konsumen, cuma dijadikan mesin uang bagi produsen dan distributor. Kalau tidak mau dimanfaatkan, semua orang jadilah produsen dan distributor….

    makanya para agen berusaha untuk mendapatkan hasil dr calon nasabah baru dan memberikan argument macam-2 untuk membela diri sperti tulisan firesquid dsb

    Sori, saya bukan agen dan saya tidak membela diri. Saya hanya ingin mengkritik tulisan-tulisan yang rancu dari Mas Priyadi dan ‘rekan sejenis’. Saya sama seperti anda, cuma ‘mesin uang’ bagi produsen dan distributor.

    Yang dilakukan oleh agen dalam memprospek calon nasabah juga sama prinsipnya yang dilakukan oleh produsen dalam memasang iklan di media massa. Semua selalu mengatakan produknya terbaik, blablabla…

  635. #725:

    Mas Priyadi…. Wake up and have a cup of coffee !!!

    hihihi, saya sih sudah bangun dari dulu. rasanya anda yang masih terlelap dan mimpi basah :)

    Argument Mas Priyadi sama sekali tidak realistis karena tidak didukung dengan data dan fakta yang akurat.

    from the horse’s mouth:

    * jumlah agen asuransi = 158235
    * jumlah pemegang polis individual: 6.65 juta

    maka ratio jumlah pemegang polis untuk setiap agen asuransi adalah: 6.65 juta/158235 = 42 orang. satu orang agen asuransi rata2 merekrut 42 orang. jumlah pemegang polis individual ini tentunya sudah termasuk nasabah yang masuk lewat jalur non agen, seperti bancassurance, IFA atau direct. oleh karena itu angka tersebut sangat konservatif, dan pasti angkanya lebih kecil daripada 42 kalau dipersempit pada nasabah yang masuk lewat jalur keagenan.

    saran saya lebih baik cari cara bantu membenahi kemiskinan daripada mengurusi dapur orang lain.

    ya, saya juga sedang membenahi kemiskinan dengan cara saya sendiri, yaitu dengan memberi informasi supaya pembaca tidak mudah dikadalin asuransi :)

  636. Salah sendiri mau jadi konsumen, cuma dijadikan mesin uang bagi produsen dan distributor. Kalau tidak mau dimanfaatkan, semua orang jadilah produsen dan distributor….

    Thank you for the confession of your Shark’s mind (ternyata emang namanya aja cumi tapi otak lintah darat).

    Sori, saya bukan agen dan saya tidak membela diri. Saya hanya ingin mengkritik tulisan-tulisan yang rancu dari Mas Priyadi dan ‘rekan sejenis’. Saya sama seperti anda, cuma ‘mesin uang’ bagi produsen dan distributor.

    Bukan agen tapi hidupnya bergantung dari agen,
    (boss kadal maksudnya?) sami mawon
    Maklumlah harus bela periuk nasi sendiri.
    I understand :)>-

  637. * jumlah agen asuransi = 158235
    * jumlah pemegang polis individual: 6.65 juta

    maka ratio jumlah pemegang polis untuk setiap agen asuransi adalah: 6.65 juta/158235 = 42 orang.

    Mas Priyadi….wake up please !!!

    Coba buka pikiran, jangan ditutupi oleh skeptisme pribadi.
    Apakah agen asuransi hanya boleh menjual polis individual?
    Apakah agen yang memiliki lisensi sudah pasti agen yang aktif?

    Coba Mas Priyadi lihat kembali postingan #719:

    wah ini gak realistis sama sekali. di indonesia, setiap agen asuransi hanya bisa mendapatkan sekitar 40 nasabah SEUMUR HIDUPNYA.

    Kata-kata tersebut sudah jelas bahwa Mas Priyadi tidak membuka pikiran bahwa market asuransi jiwa masih bisa berkembang.

    Coba perhatikan kutipan artikel tsb
    Per triwulan I-2007, jumlah pemegang polis asuransi jiwa di Indonesia 34,54 juta, dengan rincian 6,65 juta pemegang polis individual dan 27,89 juta pemegang polis grup.

    Yang perlu dianalisa di sini adalah jumlah pemegang polis yang hanya 35,54 juta jiwa. Sedangkan penduduk Indonesia sebesar 230 juta jiwa. Berarti hanya 15% dari penduduk Indonesia yang sudah memiliki asuransi jiwa, dan itupun sebagian besar dari dari polis rup (perusahaan).

    Pertanyaan :
    – Apakah potensi market asuransi jiwa di Indonesia secara keseluruhan hanya 15%?
    – Apakah orang yang sadar untuk memiliki asuransi jiwa secara individu hanya 6 juta?

    Dengan angka kepemilikan asuransi jiwa yang sekecil itu, bukankah jika terjadi sesuatu dengan tulang punggung keluarga, nasib keluarga tsb akan menjadi beban bagi orang lain…

    Dan karena ini merupakan masalah besar (85% dari jumlah penduduk), maka harus dicari solusinya agar kesadaran ber-asuransi jiwa bisa ditingkatkan.

    ya, saya juga sedang membenahi kemiskinan dengan cara saya sendiri, yaitu dengan memberi informasi supaya pembaca tidak mudah dikadalin asuransi

    Nah ini yang lucu dari komentar Mas Priyadi :)
    Saya maklum kalau resource keuangan Mas Priyadi tidak sekuat perusahaan asuransi yang ‘menurut’ Mas Priyadi ‘mengkadali nasabah’.

    Tapi itu hanyalah excuse dari seorang yang skeptis dan Mas Priyadi merasa nyaman dengan excuse seperti itu karena dengan demikian Mas Priyadi tidak perlu mengeluarkan tenaga yang lebih ekstra.

    Saya yakin Mas Priyadi pernah dengar cerita ‘David vs Goliath’. Dan rasanya saya tidak perlu menjelaskan lebih banyak.

    Jika Mas Priyadi merasa pandangan dan skeptisme Mas Priyadi benar, tentu Mas Priyadi tidak keberatan untuk mengemukakan suara. Apalagi dengan tujuan menyadari pembaca agar tidak dikadali.

    Coba Mas Priyadi lakukan dengan cara yang lebih efektif seperti di cerita ‘David vs Goliath’. Jangan hanya teriak-teriak di rumah sendiri dan berharap orang yang di jalan mendengarkan.

    Mas Priyadi bisa mencoba menuliskan semua uneg-uneg di surat pembaca kompas, atau di media lainnya. Bahkan lebih ampuh lagi kalau Mas Priyadi mampu menjadi seorang jurnalis di media terkenal, dan menuliskan ttg asuransi.

  638. #727:

    Coba buka pikiran, jangan ditutupi oleh skeptisme pribadi.

    lha, angkanya di situ, tinggal terserah anda mau membela diri habis2an atau mau bangun dari mimpi basah anda :). sudah siang nih :)

    Apakah agen asuransi hanya boleh menjual polis individual?

    gak, tapi silakan coba tanyakan berapa ratio agen yang pernah menjual polis grup. saya yakin hanya segelintir agen yang pernah menjual polis grup, mungkin cuma top leader saja. kalau di perusahaan P sih saya pernah ditawarin polis individual yang dijual sebagai polis grup!! parah parah :)

    Apakah agen yang memiliki lisensi sudah pasti agen yang aktif?

    kalau gak niat aktif ngapain keluar duit untuk lisensi? kemungkinan besar mereka aktif, tapi menyadari kalau ‘bisnis’ asuransi ini tidak seranum yang diklaim. kalau saya bilang, nasabah dan agen unit link itu sama2 korban. bedanya cuma satu: agen belum tentu mau menyadarinya :).

    Kata-kata tersebut sudah jelas bahwa Mas Priyadi tidak membuka pikiran bahwa market asuransi jiwa masih bisa berkembang.

    hehehe, jumlah agennya juga berkembang mas. di artikel yang sama: “AAJI menargetkan jumlah agen berlisensi 500.000 orang dalam lima tahun ke depan.” good luck deh :)

    Yang perlu dianalisa di sini adalah jumlah pemegang polis yang hanya 35,54 juta jiwa. Sedangkan penduduk Indonesia sebesar 230 juta jiwa. Berarti hanya 15% dari penduduk Indonesia yang sudah memiliki asuransi jiwa, dan itupun sebagian besar dari dari polis rup (perusahaan).

    anda (dan bu evelina) mengasumsikan kalau seluruh penduduk memerlukan asuransi jiwa. padahal kenyataannya tentunya gak seperti itu. hanya pekerja produktif yang memerlukan asuransi jiwa, dan itupun tentunya tidak semuanya.

    Tapi itu hanyalah excuse dari seorang yang skeptis dan Mas Priyadi merasa nyaman dengan excuse seperti itu karena dengan demikian Mas Priyadi tidak perlu mengeluarkan tenaga yang lebih ekstra.

    wah, urusan asuransi ini sudah menyita perhatian saya jauh lebih besar daripada perkiraan saya sebelumnya. tapi I can assure you, kalau ada kesempatan, saya selalu kasih pencerahan. tiap email yang tanya ke saya tentang asuransi, saya pasti balas. teman2 dekat dan anggota keluarga yang dikadalin, saya kasih pencerahan. bahkan saya pernah kasih pencerahan sama orang yang ketemu di mall karena saya dengar dari meja sebelah, dia sedang ‘dikadali’ agen asuransi. yang jelas, jumlah orang yang tercerahkan oleh saya sudah jauh di atas 40 orang, jauh di atas jumlah nasabah rata2 agen asuransi :).

    selain itu, yang ‘berjuang’ juga bukan cuma saya. sebagian orang2 yang saya cerahkan juga bilang ke saya kalau mereka mau mencerahkan teman2 dan keluarga terdekatnya. ada juga mbak wina yang nulis di majalah dan punya show sendiri di radio.

    tentunya ini masih terlalu kecil dibandingkan mesin marketing perusahaan asuransi. tapi saya yakin masyarakat juga gak bodoh.

  639. agen berlisensi ?
    Ah bullshit ! Sori gw rada keras. Asuransi sekarang emang kadalkupret. Diajak pertemuan, katanya mau perkenalan produk. Diminta FC KTP untuk pendataan. Ternyata didaftarkan ke AAJI. Gw jamin 100% data yang dikeluarkan oleh AAJI, dari seluruh jumlah agen, active agent ratio gak lebih dari 40%. Lainnya cuman abal2. supaya agency forcenya keliatan gemuk.

    Gw bisa cerita karena 2 teman gw yang tertarik jadi agen asuransi shock berat. Mereka diundang ke pertemuan A*G dan Sq****Life. Disana katanya cuman pengenalan produk. Ketika mereka ingin serius ke insurance, otomatis harus cek ke AAJI. Dan ternyata sudah terdaftar. Bweh !

    Jadi inget salah satu poster di asuransi yang katanya terbesar di dunia. Tulisannya berbunyi “Go For 55% Active Agent ” lah tahun2 sebelonnya kemana semua sang agent :D

  640. gak, tapi silakan coba tanyakan berapa ratio agen yang pernah menjual polis grup. saya yakin hanya segelintir agen yang pernah menjual polis grup, mungkin cuma top leader saja.

    Hmm…
    Kenapa Anda tidak berpikir, agen tersebut bisa menjadi top agen/leader karena dia berhasil menjual polis group.

    kalau gak niat aktif ngapain keluar duit untuk lisensi?

    Saat ini kebanyakan agen yang ikut ujian AAJI dibayarin dulu oleh perusahaan. Nantinya dipotong dari komisi.

    Kalau nantinya agen tsb tidak mendapat nasabah, ya sudah…tidak apa-apa.

    anda (dan bu evelina) mengasumsikan kalau seluruh penduduk memerlukan asuransi jiwa. padahal kenyataannya tentunya gak seperti itu. hanya pekerja produktif yang memerlukan asuransi jiwa, dan itupun tentunya tidak semuanya.

    Hanya Anda dan ‘rekan sejenis’ yang merasa tidak semua orang butuh asuransi jiwa.
    Misalnya saja kalau Mas Priyadi jatuh sakit dan butuh biaya pengobatan 30 juta, ada 2 pilihan :
    – memakai uang sendiri
    – memakai uang orang lain

    Kalau memakai uang sendiri, tinggal bayar di kasir pakai kartu kredit, nanti saldo tabungan akan dipotong 30 juta, beres.

    Kalau memakai uang orang lain, ada biaya pengalihan resiko. Mas Priyadi juga gesek dulu pakai kartu kredit, dan kemudian saldo tabungan akan dipotong 30 juta. Namun ketika tagihan rumah sakit tersebut diberikan kepada orang lain yang menanggung, beberapa hari kemudian 30 juta akan dikembalikan kepada Mas Priyadi.

    Saya yakin semua orang yang berobat, jika ada kesempatan untuk memilih pasti lebih suka pilihan kedua. Boss saya yang gaji perbulannya sudah 2 digit aja masih klaim rawat inap yang dua jutaan kok, apalagi kalau klaim yang puluhan jutaan.

    Masalahnya adalah, sampai saat ini kebanyakan orang masih berpikir asuransi jiwa hanya untuk manfaat kematian, termasuk Mas Priyadi. Padahal asuransi kesehatan merupakan manfaat tambahan dari asuransi jiwa.

    tentunya ini masih terlalu kecil dibandingkan mesin marketing perusahaan asuransi. tapi saya yakin masyarakat juga gak bodoh.

    Masyarakat memang tidak bodoh, tapi mereka bingung dalam memilih.
    Misalnya dalam suatu expo mobil, semua mobil terlihat bagus dengan berbagai kelebihan masing-masing. Ketika Mas Priyadi mau bertanya, saya yakin Mas Priyadi cenderung menghampiri stand dan SPG yang terlihat paling menarik :D.

    Begitupula dengan asuransi jiwa. Produk Unit Link dikemas dalam bentuk dan penyajian yang sangat menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk beli Unit Link daripada beli terpisah.

    Apalagi saya dengar produk dari A*G menawarkan produk Unit Link yang tidak dikenakan biaya akuisisi awal. Dan hasil investasi Equity mereka juga cukup bagus.

    Jadi silahkan Mas Priyadi dan rekan pikirkan cara untuk ‘mencerahkan’ orang-orang dalam bentuk penyajian yang lebih menarik daripada yang dilakukan agen Unit Link.

  641. #731:

    Kenapa Anda tidak berpikir, agen tersebut bisa menjadi top agen/leader karena dia berhasil menjual polis group.

    ya bisa saja. no problem. masalahnya, ada berapa sih agen yang bisa seperti itu? :)

    Kalau memakai uang sendiri, tinggal bayar di kasir pakai kartu kredit, nanti saldo tabungan akan dipotong 30 juta, beres.

    Kalau memakai uang orang lain, ada biaya pengalihan resiko. Mas Priyadi juga gesek dulu pakai kartu kredit, dan kemudian saldo tabungan akan dipotong 30 juta. Namun ketika tagihan rumah sakit tersebut diberikan kepada orang lain yang menanggung, beberapa hari kemudian 30 juta akan dikembalikan kepada Mas Priyadi.

    anda kembali melupakan premi yang harus dibayarkan :). jauh lebih besar kemungkinannya anda bayar premi lebih besar daripada klaim yang akan anda dapatkan nantinya (jika ada). oleh karena itu, kalau ada duitnya, kalau resikonya bisa dengan mudah ditangani sendiri, lebih baik gak usah ikut asuransi. kalau orang itu bisa menangani resikonya sendiri, artinya DIA TIDAK BUTUH ASURANSI.

    Begitupula dengan asuransi jiwa. Produk Unit Link dikemas dalam bentuk dan penyajian yang sangat menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk beli Unit Link daripada beli terpisah.

    betul. kemasannya sih bagus. yang saya permalahkan kan dalemannya :)

    Apalagi saya dengar produk dari A*G menawarkan produk Unit Link yang tidak dikenakan biaya akuisisi awal. Dan hasil investasi Equity mereka juga cukup bagus.

    no problem. saya biasanya juga kasih rekomendasi untuk ngambil UL AIG Provisa untuk kalangan kelompok ekonomi rendah. alasannya, term life punya cap premi minimum yang terlalu tinggi untuk kelompok ekonomi rendah. gak mungkin keluarga yang penghasilan totalnya cuma 2 juta/bulan dikasih term life 500 juta yang harganya 1 juta/tahun, kebanyakan :). tapi kalau mampu, sebaiknya tetap dihindari karena ada penalti yang cukup besar kalau dananya dicairkan sebelum 8 tahun. selain itu bukan gak mungkin ada biaya siluman lainnya (reduction of yield) yang susah diketahui hanya dari polisnya.

  642. ya bisa saja. no problem. masalahnya, ada berapa sih agen yang bisa seperti itu?

    Tiap orang punya bakat dan rejeki yang berbeda. Maka dari itu tidak semua orang berprofesi sebagai agen asuransi, dan tidak setiap agen asuransi bisa menjadi top agen. Dimana-mana grafik kekuasaan dan kekayaan selalu berbentuk piramida tegak lurus, tidak berbentuk terbalik.

    anda kembali melupakan premi yang harus dibayarkan :). jauh lebih besar kemungkinannya anda bayar premi lebih besar daripada klaim yang akan anda dapatkan nantinya (jika ada).

    Semua perusahaan asuransi memang mengharapkan nasabahnya jarang klaim. Kalau klaim lebih banyak daripada penerimaan premi, maka perusahaan asuransi bisa terancam bangkrut.

    oleh karena itu, kalau ada duitnya, kalau resikonya bisa dengan mudah ditangani sendiri, lebih baik gak usah ikut asuransi. kalau orang itu bisa menangani resikonya sendiri, artinya DIA TIDAK BUTUH ASURANSI.

    Mas Priyadi lupa baca ini :
    Saya yakin semua orang yang berobat, jika ada kesempatan untuk memilih pasti lebih suka pilihan kedua. Boss saya yang gaji perbulannya sudah 2 digit aja masih klaim rawat inap yang dua jutaan kok, apalagi kalau klaim yang puluhan jutaan.

    Banyak orang kaya yang punya uang simpanan puluhan miliar, tetap saja mencari asuransi untuk mobil mewahnya yang harga mungkin cuma 5 miliar. Memangnya kalau mobilnya hilang dia tidak mampu beli baru?

    Mungkin bagi Mas Priyadi, jika sewaktu-waktu kehilangan uang 100 juta tidak ada artinya.
    Tapi kebanyakan orang yang lebih kaya dari Mas Priyadi, lebih baik dia terus membayar premi asuransi tahunan daripada harus mengambil resiko menanggung kehilangan uang 100 juta. Walaupun total premi yang dibayarkan sudah melebihi manfaat klaim, lebih baik tetap diteruskan daripada sewaktu-waktu mengeluarkan uang 100 juta.

    Asuransi bukan masalah untung rugi seperti yang disampaikan Mas Priyadi dan ‘rekan sejenis’ lainnya. Asuransi bermanfaat untuk minimalisasi resiko keuangan, lebih bagus lagi jika bisa mengalihkan resiko sepenuhnya.

    saya biasanya juga kasih rekomendasi untuk ngambil UL AIG Provisa untuk kalangan kelompok ekonomi rendah. alasannya, term life punya cap premi minimum yang terlalu tinggi untuk kelompok ekonomi rendah.

    Benar-benar saran yang menyesatkan dan sekaligus membuktikan Mas Priyadi tidak mengerti ttg asuransi. Saya jadi semakin kasihan dengan nasib orang yang ‘tercerahkan’ oleh Mas Priyadi.

    Saya sarankan Mas Priyadi segera minta maaf kepada orang-orang tersebut, dan sebaiknya mengajak agen asuransi profesional jika ingin memberikan saran/rekomendasi. Daripada malah mencelakakan masa depan banyak orang, menjadi dosa yang tidak disadari.

    Justru Term Life lebih cocok untuk kalangan ekonomi rendah. Unit Link adalah polis asuransi yang memiliki komponen asuransi.

    Kalangan ekonomi rendah, mau makan lebih mewah saja sudah susah, gimana mau rutin melakukan investasi? Mas Priyadi sendiri tau, kalau dia tidak bisa rutin setor premi maka ada kemungkinan polis dia lapse, dan investasinya juga ikut hilang karena harus terpotong secara otomatis oleh biaya asuransi. (sampai saat ini, unit link bisa cuti premi berkala, tapi tidak bisa cuti biaya asuransi dan administrasi berkala)

    selain itu bukan gak mungkin ada biaya siluman lainnya (reduction of yield) yang susah diketahui hanya dari polisnya.

    Ambil asuransi dan investasi terpisah juga sama.
    Masalahnya orang dari kalangan ekonomi rendah hanya mampu bayar premi asuransi saja, tidak mampu bayar investasi.

  643. #733:

    Tiap orang punya bakat dan rejeki yang berbeda. Maka dari itu tidak semua orang berprofesi sebagai agen asuransi, dan tidak setiap agen asuransi bisa menjadi top agen. Dimana-mana grafik kekuasaan dan kekayaan selalu berbentuk piramida tegak lurus, tidak berbentuk terbalik.

    fine, saya cuma kasih tahu data2nya. kalau anda tetap mau jadi agen asuransi ya itu pilihan anda. concern saya cuma dari sisi konsumennya saja.

    Saya yakin semua orang yang berobat, jika ada kesempatan untuk memilih pasti lebih suka pilihan kedua. Boss saya yang gaji perbulannya sudah 2 digit aja masih klaim rawat inap yang dua jutaan kok, apalagi kalau klaim yang puluhan jutaan.

    gaji saya juga sudah 2 digit. kalau ada perawatan yang biayanya 2 juta ya jelas saya akan tetap klaim. lha sudah terlanjur bayar premi ngapain bayar sendiri? :) kecuali kalau no claim bonusnya lebih besar daripada 2 juta, gak ada alasan untuk gak klaim. kalau biaya rawatnya 2 juta kenapa saya tetap ngambil asuransi kesehatan? karena masih ada resiko biaya perawatan jauh di atas gaji saya. kalau biaya perawatannya ternyata mencapai 30 juta, saya gak bakalan bisa bayar dari gaji saya.

    kalau gaji saya misalnya 1 milyar/bulan baru gak ada alasan untuk ambil asuransi. resikonya bisa dengan mudah saya tanggung sendiri.

    Justru Term Life lebih cocok untuk kalangan ekonomi rendah. Unit Link adalah polis asuransi yang memiliki komponen asuransi.

    contoh soal: ada satu keluarga dengan penghasilan total 2 juta/bulan. sudah punya asuransi kesehatan dari kantornya. sekarang mereka sedang mencari asuransi jiwa. kebutuhan UP asuransi jiwa mereka adalah 120 juta. nah anda mau kasih rekomendasi asuransi jiwa merk apa?

    yang jelas saya gak bisa kasih rekomendasi misalnya manulife proactive karena minimal premi tahunan adalah 1 juta. 1 juta bisa dapat UP 300-400 jutaan, terlalu besar untuk mereka. jelas tetap lebih baik term life. tapi masalahnya gak ada produk term life di pasaran yang bisa memenuhi kebutuhan mereka, paling tidak yang saya ketahui. nah, kalau anda punya informasi term life yang bisa diambil dengan UP hanya 120 juta, saya mau tahu merknya :).

    Kalangan ekonomi rendah, mau makan lebih mewah saja sudah susah, gimana mau rutin melakukan investasi?

    ya kalau begini attitudenya, dia akan selamanya jadi kalangan ekonomi rendah. kalau mau meningkatkan taraf hidup ya mau gak mau harus nabung/investasi.

  644. karena masih ada resiko biaya perawatan jauh di atas gaji saya. kalau biaya perawatannya ternyata mencapai 30 juta, saya gak bakalan bisa bayar dari gaji saya.

    Kenapa?
    Bukankah penghasilan Mas Priyadi sudah 2 digit?
    Apakah setiap bulan tidak ada uang yang tersisa?
    Apakah Mas Priyadi pasti akan mengalami sakit keras tiap tahun? Kalau jarang sakit, berarti sia-sia donk bayar premi asuransi mahal-mahal.

    Dengan kata lain Mas Priyadi mengakui masih memiliki emosi “sayang kalau keluar duit banyak, walaupun saya sebenarnya mampu”.

    Hal yang sama juga berlaku untuk orang kaya yang sudah punya uang puluhan miliar. Secara logika mereka mampu bayar biaya perawatan rumah sakit terbaik sampai 5 Miliar, tapi tetap saja mereka merasa sayang jika harus kehilangan uang sebanyak itu. Maka dari itu UP untuk meng-cover resiko orang kaya juga jauh lebih besar.

    Ketika Mas Priyadi sudah punya penghasilan 1 Miliar/bulan, saya yakin Mas Priyadi juga tetap merasa ga rela jika harus kehilangan uang 5 miliar.

    Silahkan direnungkan kembali pernyataan “tidak semua orang butuh asuransi”.

    contoh soal: ada satu keluarga dengan penghasilan total 2 juta/bulan. sudah punya asuransi kesehatan dari kantornya. sekarang mereka sedang mencari asuransi jiwa. kebutuhan UP asuransi jiwa mereka adalah 120 juta. nah anda mau kasih rekomendasi asuransi jiwa merk apa?

    Term Life tetap lebih bagus walaupun premi tahunan minimal 1 juta dan UP 300-400 juta.

    Yang namanya UP tidak akan pernah berlebihan bagi nasabah. Bahkan kalau keluarga itu butuh UP 1 Miliar juga oke-oke saja. Kebutuhan dia bukan Mas Priyadi yang menentukan. Masalahnya UP 1 Miliar untuk keluarga itu belum tentu disetujui oleh underwriting asuransi.

    Di tempat saya, jika ada nasabah yang mengajukan UP yang sangat berlebihan dibandingkan harga jual rumah dia, biasanya juga langsung ditolak tanpa perlu survey lagi. Misalnya perkiraan harga rumah dia sekarang 150 juta, prediksi harga rumah dia tahun depan menjadi 180 juta. Tapi dia minta UP 300 juta, jelas sangat tidak wajar.

    ya kalau begini attitudenya, dia akan selamanya jadi kalangan ekonomi rendah. kalau mau meningkatkan taraf hidup ya mau gak mau harus nabung/investasi.

    Haha…aneh. Apakah Mas Priyadi jarang bergaul dengan masyarakat?

    Cara paling efektif untuk meningkatkan taraf hidup :
    – kerja lebih giat dan lebih rajin dari semua orang
    – putar modal, misalnya mulai jualan kecil-kecilan

    Sekitar 3 tahun yang lalu tetangga rumah saya yang lama, di Cileduk, mulai bisnis rumahan jualan Aqua galonan dengan modal 25 botol + 1 motor Suzuki Smash. Sewa kios aja tidak mampu. Berkat kerja keras dan ketekunan dia, sekarang dia sudah memiliki sebuah ruko kecil 2 tingkat dan usahanya selain jual air galonan juga sudah ada jualan elpiji.

    Orang yang kalangan ekonomi rendah tidak butuh investasi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk maju. Kalau meningkatkan taraf kehidupan bergantung pada hasil investasi yang kecil-kecilan, mau sampai kapan?

  645. #735:

    Dengan kata lain Mas Priyadi mengakui masih memiliki emosi “sayang kalau keluar duit banyak, walaupun saya sebenarnya mampu”.

    ya iya lah sayang uangnya :). kalau ada pilihan keluar uang dari kantong sendiri Rp X untuk perawatan dan keluar uang Rp 2X untuk bayar premi ya lebih baik keluar uang dari kantong sendiri. tapi kondisi keuangan saya belum sampai pada tahap itu. mau gak mau ya harus keluar uang Rp 2X untuk bayar premi :).

    kalau sekarang saya dirawat dan butuh 30 juta dan harus bayar sendiri, hal itu akan memotong jumlah yang cukup signifikan dari dana saya. lebih baik saya bayar premi yang besarnya 2x lipat dalam jangka panjang. ikut asuransi bukan berarti lebih murah, sebaliknya, malah jadi mahal. asuransi itu cuma memberikan ‘cost leveling’, gunanya untuk memperkecil deviasi pengeluaran. kalau deviasi pengeluaran bisa ditangani sih gak perlu ikutan asuransi.

    Yang namanya UP tidak akan pernah berlebihan bagi nasabah. Bahkan kalau keluarga itu butuh UP 1 Miliar juga oke-oke saja. Kebutuhan dia bukan Mas Priyadi yang menentukan. Masalahnya UP 1 Miliar untuk keluarga itu belum tentu disetujui oleh underwriting asuransi.

    duh. siapa ya yang waktu itu UP asuransi jiwa gak perlu banyak2, toh istri kalau ditinggalin bisa ‘kawin lagi’ :)

    Cara paling efektif untuk meningkatkan taraf hidup :
    – kerja lebih giat dan lebih rajin dari semua orang
    – putar modal, misalnya mulai jualan kecil-kecilan

    memutar modal == berinvestasi. jualan kecil2an itu butuh modal dan tenaga, bukan cuma modal. reksadana (dan komponen investasi di UL) cuma butuh modal tapi tidak butuh tenaga.

  646. kalau sekarang saya dirawat dan butuh 30 juta dan harus bayar sendiri, hal itu akan memotong jumlah yang cukup signifikan dari dana saya. lebih baik saya bayar premi yang besarnya 2x lipat dalam jangka panjang. ikut asuransi bukan berarti lebih murah, sebaliknya, malah jadi mahal. asuransi itu cuma memberikan ‘cost leveling’, gunanya untuk memperkecil deviasi pengeluaran. kalau deviasi pengeluaran bisa ditangani sih gak perlu ikutan asuransi.

    Nah….Anda dirawat dan butuh 30 juta saja sudah merasa mengeluarkan uang yang cukup signifikan. Padahal menurut pengakuan Mas Priyadi, penghasilan Anda dalam sebulan sudah 2 digit.

    Apalagi kalau orang yg jauh lebih kaya dari Anda, dimana perawatan rumah sakit yang dia butuhkan juga jauh lebih bagus dari kelas yang bisa Anda bayangkan. Tentunya biaya yang dikelarkan juga jauh lebih signifikan daripada biaya perawatan yang Mas Priyadi alami.

    Intinya Anda tidak bisa menyamakan kebutuhan Anda dengan kebutuhan orang lain. Orang paling kaya seduniapun saya yakin butuh asuransi jiwa, karena alasan “cost leveling” seperti yang Anda sampaikan.
    Masalahnya berapa UP yang dia butuhkan, dan asuransi mana yang bersedia menanggung UP besar tsb?

    Bagaimana mungkin Mas Priyadi bisa mengatakan “tidak semua orang butuh asuransi jiwa”. Sedangkan Mas Priyadi belum mengetahui kebutuhan semua orang.

    memutar modal == berinvestasi. jualan kecil2an itu butuh modal dan tenaga, bukan cuma modal. reksadana (dan komponen investasi di UL) cuma butuh modal tapi tidak butuh tenaga.

    Betul. Tetap saja saran Anda kurang membantu perekonomian keluarganya. Hasil investasi reksadana baru bisa dinikmati hasilnya paling cepat 15 tahun kemudian. Itupun kalau dia bisa sabar dan disiplin melakukan investasi.

    Sementara tetangga saya sudah menikmati hasil investasi yg berupa modal + tenaga dalam waktu 3 tahun, berkat kerja keras dan ketekunan dia.

  647. @Firesquid
    maaf, yg dimaksud dengan ‘dinikmati hasilnya paling cepat 15 tahun kemudian’ itu apa ya?
    instrumen RD ada yg dalam 1 tahun bisa memberikan return di atas 40%.

    tapi..apakah setiap orang yg memiliki intrumen investasi melakukan apa yg disebut investasi?
    belum tentu..bisa saja ia berspekulasi tapi masih berpikir sedang berinvestasi.

    memutar modal == berinvestasi
    ya gak harus begitu juga..
    apalagi kalau belum paham apa makna investasi dengan benar.
    memutar modal bisa juga dengan membuka suatu usaha (bisnis?).
    ini yg dibutuhkan golongan menengah ke bawah, usaha/bisnis yg dapat kelihatan hasilnya dalam waktu yg relatif cepat dan tidak banyak faktor yg tidak dapat dikendalikan sendiri..bukan investasi yg membutuhkan waktu yg relatif lebih lama untuk dapat melihat hasilnya.
    terlebih lagi dalam investasi (yg benar) butuh ilmu yg sedikit lebih njelimet.

    OOT nih..

    yg jelas UL gak nipu.
    karena memang tidak, bukan tidak melihat.

    oh iya..Pri me-refer mbak Wina (maksudnya Ludwina Hananto?) sebagai Financial Advisor independen satu aliran yg ‘strongly not recommend UL’.
    tapi..Wina sendiri me-refer tulisan Pri untuk ‘pencerahan’ tentang UL..
    lha kok bisa FA profesional yg punya financial planning & consulting agency, yg punya website sendiri dengan alamat yg juga jadi taglinenya ‘tujuanloapa’ (tapi sepertinya lupa dengan tujuannya sendiri dan fakta bahwa tiap orang punya tujuan berbeda yg tak seorangpun termasuk dia bisa mendiktenya), yg punya slot acara sendiri di radio, yg sering jadi kontributor di KONTAN gak bisa bikin sendiri bahasan tentang UL???
    hebad euy..
    bentar lagi (atau jangan2 sudah?) Pri bisa diangkat jadi advisornya financial advisor..
    Pri sudah jadi ‘pakar’..mirip si ‘pakar’ yg itu..
    saluud..

  648. Mas pri,
    debat tentang Unit Link ga usah diperpanjang lagi deh.
    Sy pribadi sud paham dengan yg dimaksud d sini.
    Asal bacanya dari awal sih dijamin ngerti deh.

    Kyknya masalah UL ini sangat menguras tenaga yah? 3 bulan, 700 comment euy.
    pokonya,jgn gara2 debat UL ini malah bikin posting-an mas berkurang ya. :D

  649. @Firesquid
    maaf, yg dimaksud dengan ‘dinikmati hasilnya paling cepat 15 tahun kemudian’ itu apa ya?
    instrumen RD ada yg dalam 1 tahun bisa memberikan return di atas 40%.

    Betul, saya tau ada reksadana yang dalam 1 tahun bisa memberikan return diatas 100%.
    Tapi…return investasi kan tidak dijamin akan terus diatas 40% bahkan bisa saja hasilnya malah negatif. Jika ditarik dengan garis lurus, memang biasanya cenderung naik untuk jangka panjang.

    Periode 15 tahun merupakan definisi jangka panjang menurut saya. Sebab saya juga harus memperhitungkan perbandingan hasil investasi dengan peningkatan taraf hidup saya pada waktu tersebut.

    Misalnya sekarang saya penghasilan 10 juta/bln, dan invest 12 juta/thn di instrumen investasi yg dijamin 15% pertahun. Tiap tahun saya rutin menaikan 1 juta, sesuai dengan peningkatan penghasilan saya. 10 tahun kemudian, total investasi saya menjadi sekitar 360 juta.

    Misalnya penghasilan saya juga naik 15% pertahun, berarti saat itu penghasilan saya 40 jt/bln atau 480 jt/thn. Dengan kata lain, kalau 10 tahun kemudian saya tidak mau bekerja, saya masih harus nombok 120jt untuk menyamakan penghasilan saya yang setahun.

    Bandingkan kalau 15 tahun kemudian, hasil investasi menjadi sekitar 900 juta. Dan saat itu penghasilan saya sekitar 81 jt/bln atau 972 jt/thn. Maka perbandingan taraf hidup dan hasil investasi sudah mendekati 1:1. Saya bisa cuti bekerja selama setahun :).

    Investasi di reksadana, memang ada yang namanya instrumen pendapatan tetap dan pasar uang yang relatif lebih stabil (cenderung naik), tapi hasilnya kurang memuaskan.

    Yang namanya investasi di reksadana berarti mempercayakan kinerja keuangan kepada manager investasi. Kita tidak bisa mengatur kinerja manager investasi tsb, alias suka-suka dia.

    Oleh karena itu, untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah, lebih cocok untuk investasi di usaha sendiri, walaupun kecil-kecilan. Berapa besar hasil investasi yang diinginkan, tergantung dari modal yang diputar dan kerja keras seorang wirausaha.

    Setelah kondisi ekonomi sudah mulai mapan, barulah mulai investasi di tempat lain untuk jangka panjang, seperti di Deposito, Emas Murni, Reksadana, Unit Link, Obligasi, atau mungkin beli saham tertentu yg disukai lewat broker.

    Tapi……………kalau masyarakat ekonomi menengah kebawah yang investasi di usaha sendiri, dan sikapnya pemalas juga tidak ulet, KELAUT SAJA !!!

  650. Mau komen nih…. :)

    Tulisan mas Pri di atas sangat bagus sekali… :) tapi saya rasa tidak tepat kalau mas Pri bilang bahwa ini adalah ilusi finansial. Karena dalam dunia marketing kita mengenal bahwa ada harga yang sebenarnya dapat kita keluarkan untuk sebuah kemasan dan kenyamanan.

    Contohnya seperti ini mas, sebenarnya untung mana menurut mas Pri beli aqua sama masak air sendiri? Kalau menurut tulisan mas Pri pasti ya lebih untung masak air sendiri, ya kan? Pertanyaannya adalah apakah mas Pri tidak pernah beli aqua sama sekali? :P harusnya sih tidak ya mas, karena itu sama dengan mas Pri terkena ilusi produk. :)

    Tentu kebutuhan orang akan air masak dan aqua itu berbeda mas. Dan apakah mas pikir jika semua orang membaca artikel mas, kemudian semua orang akan lebih memilih membeli koran A? Bagaimana kalau ternyata ada orang yang ngotot beli koran B, karena alasan kenyamanan? :)

    Pertanyaannya pasti memangnya layak kita harus membayar 4 kali lipat demi sebuah kenyamanan? Jawaban yang simple ya.., emang ada orang yang mau bayar kendaraan yang lebih nyaman dari kendaraan lain walaupun selisihnya 4x lipat? Atau emang ada orang yang mau membayar naik kereta Argo, padahal ada kereta ekonomi yang harganya jauh lebih murah…? :) Wah banyak deh mas, faktor lain yang jadi bahan pertimbangan dari sekedar hanya ilusi finansial seperti yang mas tulis. HEHEHEHEHEHEHE……

    Tapi memang saya akui itulah karakter orang Indonesia, sangat teliti menilai segala sesuatu yang ada sehingga pada akhirnya tidak punya waktu untuk membuat sesuatu yang baru, ya mas Pri….. :)

    Salam Kenal,

    Hilman

  651. #738:

    Hasil investasi reksadana baru bisa dinikmati hasilnya paling cepat 15 tahun kemudian

    kalau beli reksadananya lewat calo†, bisa jadi 15 tahun baru balik modal, hahaha :))

    † lebih umum dikenal dengan nama unit link

  652. #739:

    apalagi kalau belum paham apa makna investasi dengan benar. memutar modal bisa juga dengan membuka suatu usaha (bisnis?). ini yg dibutuhkan golongan menengah ke bawah, usaha/bisnis yg dapat kelihatan hasilnya dalam waktu yg relatif cepat dan tidak banyak faktor yg tidak dapat dikendalikan sendiri..bukan investasi yg membutuhkan waktu yg relatif lebih lama untuk dapat melihat hasilnya. terlebih lagi dalam investasi (yg benar) butuh ilmu yg sedikit lebih njelimet.

    gak semua orang bisa seperti itu. pekerja kantoran yang berangkat kerja jam 6 sampai rumah jam 7 gak mungkin bisa usaha. yang realistis cuma berinvestasi. kalaupun dia punya waktu dan resource untuk usaha sendiri (misalnya karena istri gak kerja), untuk ngumpulin modalnya ya harus terlebih dahulu investasi. kalau uangnya dikumpulkan dalam bentuk cash ya bakalan lebih lama modalnya terkumpul. berinvestasi itu sama sekali gak njelimet dan gak perlu ilmu yang tinggi.

    “Investing should be dull. It shouldn’t be exciting. Investing should be more like watching paint dry or watching grass grow. If you want excitement, take $800 and go to Las Vegas.” –Paul Samuelson

    yg jelas UL gak nipu. karena memang tidak, bukan tidak melihat.

    pokoknya UL gak nipu!!! gitu ya? :)

    oh iya..Pri me-refer mbak Wina (maksudnya Ludwina Hananto?) sebagai Financial Advisor independen satu aliran yg ’strongly not recommend UL’. tapi..Wina sendiri me-refer tulisan Pri untuk ‘pencerahan’ tentang UL.. lha kok bisa FA profesional yg punya financial planning & consulting agency, yg punya website sendiri dengan alamat yg juga jadi taglinenya ‘tujuanloapa’ (tapi sepertinya lupa dengan tujuannya sendiri dan fakta bahwa tiap orang punya tujuan berbeda yg tak seorangpun termasuk dia bisa mendiktenya), yg punya slot acara sendiri di radio, yg sering jadi kontributor di KONTAN gak bisa bikin sendiri bahasan tentang UL??? hebad euy..

    FYI, mbak wina sudah tahu hitung2an UL jauh lebih dulu daripada saya. boleh dong saya merefer dia, dan dia merefer saya. yang masalah kan bukan soal refer merefernya, yang penting di sini adalah substansi informasi yang ingin disampaikan. selama ini saya sependapat dengan sebagian besar ulasan mbak wina. gak masalah dong kalau saya refer dia. dia punya resource jauh lebih besar daripada saya dan kerjaan sehari2nya memang di situ. dan yang jelas argumennya jauh lebih kuat daripada argumen standar agen unit link :)

    Pri sudah jadi ‘pakar’..mirip si ‘pakar’ yg itu.. saluud..

    pakar? maksud anda mr. tan kin lian? terima kasih banyak :)

    #740:

    debat tentang Unit Link ga usah diperpanjang lagi deh. Sy pribadi sud paham dengan yg dimaksud d sini. Asal bacanya dari awal sih dijamin ngerti deh.

    sorry, i got carried away. argumen agen2 asuransi ini memang menggemaskan sih :P

  653. #742:

    setelah 700++ komen, this has been discussed to death before :).

    orang beli aqua karena merasa nilai tambah yang diberikan oleh aqua sepadan dengan biaya ekstra yang harus dibayarkan. sedangkan orang beli unit link karena tidak tahu biaya ekstra yang harus dibayarkan, bukan karena merasa biaya ekstra yang harus dibayarkan sepadan dengan layanan yang didapatkan.

    unit link memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk konsumsi. saya mau beli aqua: saya memberi uang, saya menerima aqua, sudah sampai di situ saja. aqua adalah produk dengan struktur harga yang sederhana. beda dengan beli unit link: saya setor uang untuk beli unit link, saya menerima proteksi asuransi, dan saya bisa menerima keuntungan di masa yang akan datang. sangat mudah untuk menyelipkan gajah di situ dan gak ketahuan oleh yang beli :).

    dengan ikut unit link dengan setoran 1 juta/bulan, nasabah bisa kehilangan 25 juta tanpa menyadarinya karena jumlah ini tidak pernah diberitahukan kepada calon nasabah. kalau misalnya si agen dengan jujur memberi tahu kalau dalam 5 tahun pertama dia akan mengantongi dana nasabah sebesar 25 juta, kemungkinan besar nasabahnya gak akan jadi ikutan :).

    kalau ada yang ikut UL dengan alasan kenyamanan (walaupun gak jelas apa yang nyaman dari UL), dan ybs menyadari biaya2 yang ada di situ, saya sama sekali gak ada masalah. uang uang dia, terserah dia mau dipakai apa juga :). kalau ada yang bayar naik taksi sebesar 1 juta di jakarta, saya juga gak bisa protes :).

  654. Pri sudah jadi ‘pakar’..mirip si ‘pakar’ yg itu.. saluud..

    pakar? maksud anda mr. tan kin lian? terima kasih banyak

    Mungkin maksud Mas gubay si ‘pakar’ telematika, alias RS (‘You-Know-Who’). Terserah kalau Anda bangga disamakan dengan dia yang namanya tidak boleh disebut. :D

    kalau beli reksadananya lewat calo†, bisa jadi 15 tahun baru balik modal, hahaha

    † lebih umum dikenal dengan nama unit link

    Mas Priyadi benar-benar seorang ‘pakar’.
    Sudah jelas dalam perundang-undang disebutkan bahwa UNIT LINK adalah ASURANSI JIWA yang dikaitkan dengan investasi.

    Karena Mas Priyadi dianggap seorang ‘pakar’, silahkan buktikan pernyataan Mas Priyadi. Berikan referensi resmi yang mengatakan Unit Link adalah reksadana.

    gak semua orang bisa seperti itu. pekerja kantoran yang berangkat kerja jam 6 sampai rumah jam 7 gak mungkin bisa usaha. yang realistis cuma berinvestasi. kalaupun dia punya waktu dan resource untuk usaha sendiri (misalnya karena istri gak kerja), untuk ngumpulin modalnya ya harus terlebih dahulu investasi. kalau uangnya dikumpulkan dalam bentuk cash ya bakalan lebih lama modalnya terkumpul. berinvestasi itu sama sekali gak njelimet dan gak perlu ilmu yang tinggi.

    Alasan bagi orang yang kurang berusaha…

    Saya juga pekerja kantoran, berangkat dari rumah jam 6 pagi. Sampai di rumah sekitar jam 7-8 (tergantung macet). Tapi saya tetap bisa usaha sambilan jualan parfum ke rekan-rekan kerja.

    Modal tidak perlu besar, karena saya hanya bertindak sebagai reseller. Saya tinggal cari orderan, lalu minta barang ke teman saya yang jualan parfum.

    Hanya modal buka mulut dan sedikit memanfaatkan fasilitas kantor. Bahkan bisnis tidak mengganggu waktu kerja sama sekali, karena ngobrol dengan teman merupakan hal yang wajar dilakukan ketika istirahat siang.

    Usaha kecil-kecilan seperti ini selain tidak butuh modal juga tidak njelimet, cukup sering bergaul saja. Dan rasanya pasti aneh kalau ada orang yang jarang bergaul di lingkungan kerja.

    Bukankah usaha kecil-kecilan seperti yang saya lakukan jauh lebih simple daripada memilih manager investasi dan menentukan jenis investasi. Jika investasi itu segampang yang Mas Priyadi, maka tidak perlu lagi diterbitkan berbagai macam buku ttg paduan memilih reksadana, kiat sukses berinvestasi, dll.

    FYI, mbak wina sudah tahu hitung2an UL jauh lebih dulu daripada saya. boleh dong saya merefer dia, dan dia merefer saya. yang masalah kan bukan soal refer merefernya, yang penting di sini adalah substansi informasi yang ingin disampaikan.

    Betul….
    Substansi informasi yang disampaikan dari refer-merefer ini adalah baik Mbak Wina maupun Mas Priyadi masih belum yakin dengan analisa yang dilakukan. Kalau dianalogikan, ibarat anak kecil yang saling melempar tanggung jawab.

    Jika Unit Link memang bertujuan ‘menipu’, tentu media massa kompas dan media terkemuka lainnya akan membahas habis-habisan ttg keburukan Unit Link yang saat ini sedang naik daun. Tapi kenapa yang bersuara hanya blog Mas Priyadi dan Mbak Wina?

    Pernyataan ‘menipu’ ini sekedar asumsi pribadi atau sekedar cari sensasi?
    Hanya Mas Priyadi sendiri yang tau jawabannya :).

  655. #746:

    Mungkin maksud Mas gubay si ‘pakar’ telematika, alias RS (’You-Know-Who’). Terserah kalau Anda bangga disamakan dengan dia yang namanya tidak boleh disebut. :D

    hehehe, kalau agen asuransi yang menyamakan saya dengan RS, maka itu adalah pujian untuk saya :).

    Mas Priyadi benar-benar seorang ‘pakar’. Sudah jelas dalam perundang-undang disebutkan bahwa UNIT LINK adalah ASURANSI JIWA yang dikaitkan dengan investasi. Karena Mas Priyadi dianggap seorang ‘pakar’, silahkan buktikan pernyataan Mas Priyadi. Berikan referensi resmi yang mengatakan Unit Link adalah reksadana.

    a rose by any other name is still a rose :). anda setor ke reksadana saham, uang anda akan dibelikan saham oleh manajer investasi. anda setor ke equity fund di unit link, uang anda juga akan dibelikan saham oleh manajer investasi. pada hakikatnya sama saja, yang beda cuma namanya saja.

    sebulan yang lalu saya disamperin agen commlife, ternyata dia bawa fund fact sheet FSI indoequity untuk mengilustrasikan kinerjanya :). 2 hari yang lalu saya disamperin agen BNI life, ternyata dia juga bawa fund fact sheet dari schroder dana prestasi plus :). agen2 itu tahu kok kalau ternyata equity fund di unit link mereka itu ya kurang lebih adalah reksadana saham juga.

    Substansi informasi yang disampaikan dari refer-merefer ini adalah baik Mbak Wina maupun Mas Priyadi masih belum yakin dengan analisa yang dilakukan. Kalau dianalogikan, ibarat anak kecil yang saling melempar tanggung jawab.

    masalah saya dalam urusan asuransi ini hanyalah masalah credentials: saya gak punya gelar di bidang asuransi, gak punya sertifikat dan gak pernah jadi pekerja profesional di bidang keuangan. anda sendiri juga pernah mempertanyakan ini bukan? :)

    kadang2 sebagian orang lebih melihat ‘siapa yang mengatakan’ dibandingkan ‘informasi yang disampaikan’. kalau begini ya mau bilang apa juga gak bakalan bisa dipercaya. mau gak mau ya saya lempar ke orang lain yang punya credential. biasanya saya ‘lempar’ ke http://www.tankinlian.com/ (ex dirut perusahaan asuransi terbesar di singapore), mbak wina (IFA) atau bisa juga ke mas peter hermawan (manulife financial).

    tapi ya tetap saja gak bakalan masuk2 walaupun sudah dioper ke orang yang punya credentials, berhubung it is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it :)

  656. Pri, nonton Oprah hari jumat kemaren gak? Si financial advisor [Sue Orman] nyaranin tamunya si Oprah buat ngambil TermLife selama 10 tahun [tamunya berumur sekitar 40 tahunan]. Jadi gak ada tuh nyuruh sampe umur 99 tahun. :-\”

  657. pokoknya UL gak nipu!!! gitu ya?

    bukan menurut saya apalagi menurut para agen UL, tapi fakta memang menyatakan tidak ada tipu-menipu di UL.
    kalau anda menemukan adanya tindak penipuan di UL, ya laporkan saja ke AAJI dan BAPEPAM-LK atau institusi apapun yg terkait dan berwenang.

    kalaupun dia punya waktu dan resource untuk usaha sendiri (misalnya karena istri gak kerja), untuk ngumpulin modalnya ya harus terlebih dahulu investasi. kalau uangnya dikumpulkan dalam bentuk cash ya bakalan lebih lama modalnya terkumpul. berinvestasi itu sama sekali gak njelimet dan gak perlu ilmu yang tinggi.

    mungkin yg anda maksud adalah menabung..ini memang jauh lebih sederhana dibandingkan berinvestasi.

    investasi adalah “an operation which, upon thorough analysis, promises safety of principal and an adequate return. Operations not meeting these requirements are speculative”. (‘Intelligent Investor’, Benjamin Graham),

    ‘thorugh analysis’ membutuhkan kemampuan dan usaha yg lebih dibandingkan dengan sekadar lihat saldo atau mambandingkan harga dan dana di awal dan akhir periode.
    ini berlaku untuk semua jenis investasi.

    ingat juga..
    tabungan jauh lebih likuid dibanding jenis investasi apapun.
    likuiditas ini sangat penting artinya bagi golongan ekonomi menengah ke bawah.
    mereka jauh lebih membutuhkan kecepatan perputaran uang dan kemudahan penggunaannya sewaktu-waktu daripada return selangit tapi lama.

    jadi..kalau mau berinvestasi ya mau gak mau harus ada ilmunya.
    dan itu memang tidak sederhana.
    kecuali anda sedang berspekulasi..
    tapi..‘Just as there is intelligent investing, there’s also intelligent speculation’…atau jangan2 masih menganggap menabung adalah investasi..

    dengan ikut unit link dengan setoran 1 juta/bulan, nasabah bisa kehilangan 25 juta tanpa menyadarinya karena jumlah ini tidak pernah diberitahukan kepada calon nasabah. kalau misalnya si agen dengan jujur memberi tahu kalau dalam 5 tahun pertama dia akan mengantongi dana nasabah sebesar 25 juta, kemungkinan besar nasabahnya gak akan jadi ikutan .

    ‘…dengan jujur memberitahu…’
    sangat menggelikan…
    Pri memang cerdas..!!!
    semakin layak disebut ‘pakar’..

    soal refer-merefer, lempar-melempar dan apa yg disampaikan dan siapa yg menyampaikan..
    yg jelas dilihat dulu apa yg disampaikan..
    setelah dilihat apanya, kok ada yg janggal…lalu tahu siapa yg menyampaikan..malah timbul tanda tanya besar..’kok bisa ya? dia kan anu..’
    kalau setelah baca suatu tulisan lalu menemukan kejanggalan..dan kemudian tahu siapa yg nulis..dan membaca tulisan2 lain dari penulis yg sama..timbul kesimpulan…’o..Priyadi toh…ya maklumlah..’ :D

  658. #749:

    bukan menurut saya apalagi menurut para agen UL, tapi fakta memang menyatakan tidak ada tipu-menipu di UL. kalau anda menemukan adanya tindak penipuan di UL, ya laporkan saja ke AAJI dan BAPEPAM-LK atau institusi apapun yg terkait dan berwenang.

    kalau memang gak ada tipu menipu, silakan tanyakan secara random ke beberapa nasabah UL. tanyakan kepada mereka berapa total nominal biaya akuisisi yang harus dikeluarkan. besar kemungkinan mereka gak bakalan bisa jawab :).

    mungkin yg anda maksud adalah menabung..ini memang jauh lebih sederhana dibandingkan berinvestasi.
    investasi adalah “an operation which, upon thorough analysis, promises safety of principal and an adequate return. Operations not meeting these requirements are speculative”. (‘Intelligent Investor’, Benjamin Graham),

    ‘thorugh analysis’ membutuhkan kemampuan dan usaha yg lebih dibandingkan dengan sekadar lihat saldo atau mambandingkan harga dan dana di awal dan akhir periode. ini berlaku untuk semua jenis investasi.

    jangan anda kira orang miskin gak bisa/perlu berinvestasi. untuk masuk reksadana jaman sekarang gak susah. punya uang 200 ribu saja sudah bisa punya akun reksadana. untuk setoran selanjutnya cukup 100 ribu saja. likuiditas? cukup likuid kok. dalam 4-5 hari dananya bisa sudah cair.

    usaha sendiri itu juga termasuk investasi lho. perlu juga ‘through analysis’, etc etc.

    lagi pula apakah UL mempromosikan ‘through analysis’ dalam berinvestasi? jauh dari itu, dan justru ini salah satu yang saya gak suka. UL menyerahkan resiko berinvestasi sepenuhnya kepada nasabah, tapi tidak cukup jelas dalam memberi tahu resiko2 berinvestasi. dalam mayoritas kasus (umumnya yang berhubungan dengan agen dari pru atau commonwealth life) biasanya belum juga tanya apa2 tau2nya calon nasabah langsung disodorkan ilustrasi dalam bentuk saham :). kalau saya tanya “kenapa harus saham?” paling juga dijawab dengan enteng “keuntungannya 50% di tahun 2007. tapi kalau gak mau saham, bisa saya ganti kok” :)). prospektus pun mereka sama sekali gak punya, gimana mau melakukan ‘through analysis’? :)

    nah, kalau soal asuransi jiwa, golongan ekonomi miskin ini gak punya pilihan lain selain unit link. alasannya sudah saya kasih tahu di atas. saya gak tahu produk term life yang bisa dibeli dengan UP 100 juta misalnya. umumnya minimum UP untuk umur 30-an adalah sekitar 400-500jt-an. ini tentunya jauh terlalu besar, sayang uangnya. mau gak mau harus pakai UL karena yang saya tahu hanya UL yang bisa memberikan UP 100 jutaan. tentunya pemilihan produk UL juga harus hati2. jangan ambil UL dengan biaya akuisisi yang luar biasa besarnya, cari yang biaya akuisisi-nya 0%. walaupun biasanya biaya akuisisi 0% ini dibarengi dengan likuiditas yang jauh lebih rendah, ini gak terlalu masalah, at least uangnya gak dimakan agennya :). yang jelas, kalau ada dana berlebih, lebih baik disetorkan secara terpisah ke reksadana daripada di-top-up ke UL. tujuannya ya untuk mencari likuiditas dan menghindari load fee (3% relatif cukup murah untuk ukuran UL, tapi tentunya masih terlalu mahal jika dibandingkan dengan reksadana).

    kalau setelah baca suatu tulisan lalu menemukan kejanggalan..dan kemudian tahu siapa yg nulis..dan membaca tulisan2 lain dari penulis yg sama..timbul kesimpulan…’o..Priyadi toh…ya maklumlah..’ :D

    oh, ini komen dari om gubay toh. ya saya juga maklum lah, mau gimana juga gak bakalan masuk2, kalau sudah gak bisa berargumen selalu saja ujung2nya personal attack :)).

    seriously, kalau hanya untuk berdiskusi tentang asuransi anda memerlukan credentials dari lawan diskusi, saya sarankan untuk baca tan kin lian. pendapat saya dan dia kurang lebih sama saja, bedanya saya bukan siapa2 sedangkan dia pernah jadi dirut perusahaan asuransi terbesar di singapore dan ketua salah satu aliansi asuransi dunia.

  659. kalau memang gak ada tipu menipu, silakan tanyakan secara random ke beberapa nasabah UL. tanyakan kepada mereka berapa total nominal biaya akuisisi yang harus dikeluarkan. besar kemungkinan mereka gak bakalan bisa jawab

    ini salah satu ‘lempar-melempar’ ala Priyadi..

    suatu produk dikatakan ada unsur penipuan atau tidak ya bukan dari tanya ke orang lain begini-begitu..atau merasa ditipu atau tidak..
    tapi dari bedah produk dengan benar dan objektif.
    ini yg terlihat tidak bisa anda lakukan, bukan karena siapa/apa anda -meskipun siapa/apa anda dapat menentukan seberapa kompeten anda-, tapi dilihat dari hasil analisa anda yg dituangkan di blog ini maupun forum lain.

    jangan anda kira orang miskin gak bisa/perlu berinvestasi. untuk masuk reksadana jaman sekarang gak susah. punya uang 200 ribu saja sudah bisa punya akun reksadana. untuk setoran selanjutnya cukup 100 ribu saja. likuiditas? cukup likuid kok. dalam 4-5 hari dananya bisa sudah cair.

    siapa yg bilang orang miskin gak bisa/perlu berinvestasi?
    coba baca lagi uraian saya.
    dan..apa iya dalam 4-5 hari sudah bisa mendapatkan return yg layak?
    ingat..bukan sekedar mudah dicairkan.

    usaha sendiri itu juga termasuk investasi lho. perlu juga ‘through analysis’, etc etc.

    sangat beda Pri.
    anda saja gak bisa membedakan apa itu usaha sendiri (bisnis) dan investasi..lha kok bisa2nya nyaranin investasi ke orang lain..

    lagipula dalam menjalankan usaha sendiri memang bisa ‘through analysis’ dan lebih bagus lagi kalau bisa melakukan ‘thorough analysis’ apalagi ditambah ‘breakthrough action’, tapi dalam berinvestasi mutlak adanya ‘thorough analysis’.
    dan..’thorough analysis’ itu datangnya dari calon investor sendiri, bukan dipromosikan atau disodorkan pihak lain.

  660. suatu produk dikatakan ada unsur penipuan atau tidak ya bukan dari tanya ke orang lain begini-begitu..atau merasa ditipu atau tidak..
    tapi dari bedah produk dengan benar dan objektif.

    Yang di bahas dari comment 1 – 751 menurut saya udah merupakan pembedahan. Sebagian ada yang obyektif, sebagian subyektif, ini termasuk yang #751

    ingat juga..
    tabungan jauh lebih likuid dibanding jenis investasi apapun.
    likuiditas ini sangat penting artinya bagi golongan ekonomi menengah ke bawah.
    mereka jauh lebih membutuhkan kecepatan perputaran uang dan kemudahan penggunaannya sewaktu-waktu daripada return selangit tapi lama.
    ———————————————–
    dan..apa iya dalam 4-5 hari sudah bisa mendapatkan return yg layak?
    ingat..bukan sekedar mudah dicairkan.

    Contoh amnesia sama omongan sendiri, pak gubay sendiri yang ngomong likuiditas kan? pas di jawab situ nya sendiri yang gak mau terima. Bisa-bisanya situ sok ngomong obyektifitas.

    dan..’thorough analysis’ itu datangnya dari calon investor sendiri, bukan dipromosikan atau disodorkan pihak lain.

    betul banget pak gubay.

    saya kerja di bidang perbankan, dan dalam pemberian kredit, bank sebagai investor memang melakukan thorough analysis, tapi semua data itu memang gak semua datang dari calon konsumen dengan proposalnya, juga ada verifikasi dari pihak calon investornya, baik di survey langsung atau info dari kreditor sebelumnya.

    fungsi verifikasi ini yang kurang dari para nasabah unit link yang kebanyakan udah kemakan duluan sama omongan manis sales, sebelum dia cari-cari tau tentang produk ini.

    forum blog seperti ini lah yang menurut saya berguna banget bagi calon-calon nasabah ul untuk mencari2 second opinion sebelum menentukan pilihannya akan produk finansial yang akan dia ambil.

  661. #751:

    suatu produk dikatakan ada unsur penipuan atau tidak ya bukan dari tanya ke orang lain begini-begitu..atau merasa ditipu atau tidak.. tapi dari bedah produk dengan benar dan objektif. ini yg terlihat tidak bisa anda lakukan

    tanya2 orang lain itu salah satu bentuk observasi yang sangat perlu dilakukan. mayoritas nasabah UL gak punya informasi yang cukup mengenai polis yang dia pegang, dan mereka kaget kalau diberi tahu. fakta ini tentunya gak bisa diabaikan begitu saja.

    soal bedah produk yang benar dan objektif sudah saya lakukan, beberapa kali malah :). anda boleh saja gak setuju, tapi jangan bilang saya gak melakukan bedah produk yang benar dan objektif :). subjektif? semuanya pasti ada unsur subjektivitas, termasuk juga komentar anda :). saya gak bisa berharap terlalu banyak 100% pembaca tulisan saya setuju dengan pendapat saya. pasti saja ada yang gak setuju. itu sudah lumrah dan bisa saya terima. tapi bukan berarti hanya karena anda tidak setuju, maka saya harus ikut pendapat anda. anda harus menyodorkan argumen yang kuat terlebih dahulu, dan setelah 700++ komentar, anda belum mampu melakukannya. saya cuma bisa bilang kalau pendapat anda, handi dan firesquid dalam urusan ini adalah sangat minoritas sekali, walaupun anda bertiga yang paling nyaring bunyinya :).

    anda gak setuju pendapat saya, saya gak setuju pendapat anda. no problem! saya akan lanjutkan perjuangan saya. saya juga persilakan anda lanjutkan, dan silakan lihat sendiri sampai sejauh mana anda mampu meyakinkan orang2 dengan argumen2 anda di atas. apapun yang kita lakukan, keputusan terakhir tetap ada di tangan nasabah: uangnya uang nasabah, terserah dia mau dipakai apa juga. dan anda juga gak perlu terlalu defensif karena apapun keputusan nasabah, anda dan saya gak akan kehilangan apapun.

    yang mungkin akan merasa dirugikan di sini mungkin cuma pelaku industri asuransi yang memang mencari ‘nafkah’ dengan mengkadali nasabahnya.

    anda saja gak bisa membedakan apa itu usaha sendiri (bisnis) dan investasi..lha kok bisa2nya nyaranin investasi ke orang lain..

    usaha sendiri itu butuh modal, dan penyaluran modal itu namanya investasi. no brainer here.

    ’thorough analysis’ itu datangnya dari calon investor sendiri, bukan dipromosikan atau disodorkan pihak lain.

    itu betul. tapi untuk melakukan analisis menyeluruh, nasabah juga perlu data2nya. nah, apa sih yang data2 yang diberikan UL? ada kesan kalau datanya membingungkan, they shove them to your face. kalau datanya tidak menguntungkan mereka, mereka sembunyikan dengan rapih :). yang sederhana saja, coba tanya ke agen UL apa teknik pengelolaan investasi (aktif/pasif?), sektoral atau tidak, berapa persen proporsi dana reserve yang tetap disimpan dalam pasar uang, untuk dana campuran berapa proporsi maksimum setiap unsur dana pembentuknya. kemungkinan besar si agen cuma akan melongo :).

    beda sekali waktu saya pertama ikut reksadana, mbaknya tanya dulu “bapak sudah baca prospektusnya belum?”. setiap kali saya mau top up reksadana di commbank, mereka kasih checklist ‘saya sudah baca dan mengerti prospektusnya’. beda banget dengan UL, hanya dengan data2 nama dan tanggal lahir mereka bisa begitu saja menyarankan dana saham :). kalau ditanya kenapa, paling dijawab ‘returnnya yang paling besar’, padahal sih mereka melakukan begitu untuk membuat calon nasabah terbelalak melihat angka2 yang milyaran itu :). resikonya? gak penting, yang penting dagangan laku keras :)

    jadi, sekali lagi gimana mau ‘through analysis’? teknik jualan UL itu terlalu ngegampangin urusan investasi.

  662. beli koran A, terus investasi sendiri?
    mau di investasi di mana bro?
    beli koran B harga 200rb kan udah di investasi in, kalo di A kita invest sendiri, invest di bank itu kan kena biaya adm & pajak bunga. Pernah gak anda bayangkan menabung Rp. 100rb di bank, berapa bunga nya? Berapa Biaya Adm & Pajak Bunga nya? Apa anda sdh perhitungkan ke sana bro? Disamping itu invest di koran A, kaga dapat manfaat apa2. Tapi kalo di koran B, selain dapat manfaat banyak yah juga dapet investasi… silakan pikir sendiri deh… :d:)>-

  663. #754: lho, investasinya ya jangan di bank dong :). investasinya ya di tempat yang sama koran B melakukan investasi :).

  664. #755 : Investasi di tempat yg sama dgn koran B melakukan investasi? silakan aja kalo bro & sus investasi sendiri duit bro & sus yg cuma 100rb ke tempat yg sama dengan tempat investasi koran B. Bisa ga? :)>-

  665. Justru saya ingin mengkritik Anda yang terlalu SOK.
    Anda seorang investor profesional mungkin memang lebih mengerti reksadana daripada saya.

    Daripada Anda sembarang berkomentar tapi salah, saya sarankan Anda untuk ikut kuliah singkat mengenai asuransi di Akademi Asuransi Indonesia.

    Jika Anda merasa yakin porsi investasi di Unit Link adalah Reksadana, coba berikan referensi UU perasuransi yang berlaku yang mengatur ttg hal itu.

    FIRE SQUID said: Anda dan Mas Priyadi banyak memberikan informasi yang keliru mengenai asuransi, sama saja membodohi banyak orang. Tapi karena cara penyampaian Anda yang SOK PINTAR, maka orang awam yang tidak mengerti hanya bisa meng-iya-kan.

    Anda bisa saja membodohi orang-orang yang matanya dibutakan oleh uang, tapi orang-orang di luar sana tidak butuh keuntungan seperti yang Anda maksudkan. Lebih banyak orang butuh asuransi dan investasi yang model Unit Link/Whole Life/Endowment daripada BTAID.

    I say : FIRESQUID, Anda udah dijelasin sama Mas Pri & Mbak Bravo tapi gak bisa ngerti juga.
    Jangan bilang Mas Pri, Mbak Bravo ato yang lain gak mudeng Asuransi ya….
    Justru logika mereka itulah yang benar.
    Asuransi termlife itu basicnya Insurance. jadi apapun Produk asuransi, dasarnya dari termlife. kalo ditambah tabungan jadi endowment, kalo ditambah reksadana jadi unit link. kalo dapet surplus jadi whole life. gitu lho. masih ndak mudeng juga ?

    Saya tidak asal ngomong, tapi saya juga pemegang Lisensi AAJI. Sekaligus pemegang lisensi WAPERD.
    Jangan-jangan Firesquid malah gak tahu apa itu WAPERD…????

    Wah…wah….wah….Capek deeeeeeeeeeehhh…!!!

  666. Nailzone…
    Zaman sekarang …
    Ada lebih dari satu MI reksadana, yang mensyaratkan minimum subscription sekitar 100 ribuan. Ada pula yang 200 ribuan dan seterusnya.
    Ngapain beli UL kalo kita sendiri bisa invest di reksadana. ?

    Saya pun baru keluar dari UL pada pertengahan 2007 setelah mulai pada awal 2005. gak pa pa rugi, pada saat itu. tapi pada akhir 2007 sudah untung lumayan dari reksadana.

  667. #756:

    Investasi di tempat yg sama dgn koran B melakukan investasi? silakan aja kalo bro & sus investasi sendiri duit bro & sus yg cuma 100rb ke tempat yg sama dengan tempat investasi koran B. Bisa ga?

    bisa dong. baru tahu ya? :)>-

  668. FIRE SQUID said: Anda dan Mas Priyadi banyak memberikan informasi yang keliru mengenai asuransi, sama saja membodohi banyak orang. Tapi karena cara penyampaian Anda yang SOK PINTAR, maka orang awam yang tidak mengerti hanya bisa meng-iya-kan.

    Anda bisa saja membodohi orang-orang yang matanya dibutakan oleh uang, tapi orang-orang di luar sana tidak butuh keuntungan seperti yang Anda maksudkan. Lebih banyak orang butuh asuransi dan investasi yang model Unit Link/Whole Life/Endowment daripada BTAID.

    Dion say : Lha kalo butuh Perlindungan Asuransi, KENAPA GAK BELI ASURANSI MURNI SAJA ? LEBIH MURAH. DENGAN BIAYA PREMI YANG SAMA, TAPI NILAI PERLINDUNGANNYA DIJAMIN JAUUUUUUUUH LEBIH GEDE DARIPADA NILAI PERLINDUNGAN DI UNITLINK. Gak percaya ?

    Ya silahkan kuliah lagi di AKADEMI ASURANSI INDONESIA.
    Baca lagi tuh tulisan saya :
    Asuransi termlife itu basicnya Insurance. jadi apapun Produk asuransi, dasarnya dari termlife. kalo ditambah tabungan jadi endowment, kalo ditambah reksadana jadi unit link. kalo dapet surplus jadi whole life.

    LU JANGAN SOK DEH !

  669. Firesquid said : Lebih banyak orang butuh asuransi dan investasi yang model Unit Link/Whole Life/Endowment daripada BTAID.

    Dion say : Bukan butuh, mereka cuma belum ngerti konsep asuransi.
    Berapa banyak sih masyarakat kita yang ngerti asuransi ?
    Tugas kita-lah untuk memberikan mereka edukasi yang baik dan benar.

    Jangan sampai masyarakat kapok dengan asuransi karena merasa rugi. Karena konsepnya, asuransi memang bukan Instrumen Investasi, tapi Proteksi.

    Lha kalo mau Investasi ya pakai “Kendaraan” Investasi.
    Investasi yang murah meriah, aman, legal dan prospektif ya…di Pasar Modal….

    Buktinya : Yayasan Dana Pensiun aja nyimpen duit di situ llebih dari 50 trilyun, Coy…..

  670. Kenapa mas pri tidak menulis sebelum desember 2006, ketika saya belum unit link :(

  671. #747

    anda setor ke reksadana saham, uang anda akan dibelikan saham oleh manajer investasi. anda setor ke equity fund di unit link, uang anda juga akan dibelikan saham oleh manajer investasi.

    Pantas omongan kita susah nyambung.
    Bagaimana supaya Mas Priyadi bisa mengerti bahwa Unit Link = Asuransi + Investasi ??

    Jika Anda setor uang ke Reksadana saham, memang benar uang Anda akan dibelikan saham oleh manajer investasi.
    Tapi kalau Anda setor ke equity fund di unit link, maka uang Anda akan dibelikan asuransi + saham oleh manajer investasi.

    sebulan yang lalu saya disamperin agen commlife, ternyata dia bawa fund fact sheet FSI indoequity untuk mengilustrasikan kinerjanya :). 2 hari yang lalu saya disamperin agen BNI life, ternyata dia juga bawa fund fact sheet dari schroder dana prestasi plus :). agen2 itu tahu kok kalau ternyata equity fund di unit link mereka itu ya kurang lebih adalah reksadana saham juga.

    Memang agen tsb tidak salah. Ada beberapa asuransi jiwa yang menggunakan jasa manager investasi lokal untuk mengelola investasi nasabah.
    Karena mem-bonceng pihak lain, mereka harus mempromosikan nama perusahaan tsb terlebih dahulu sebelum mempromosikan produk asuransi mereka.

    biasanya saya ‘lempar’ ke http://www.tankinlian.com/ (ex dirut perusahaan asuransi terbesar di singapore), mbak wina (IFA) atau bisa juga ke mas peter hermawan (manulife financial).

    Sebagai Independent Financial Advisor, tentu tidak dapat dipungkiri ada konflik kepentingan pribadi di sini.

    Di Singapore, seorang agen asuransi jiwa unit link harus lulus berbagai macam ujian yang berhubungan dengan asuransi jiwa dan financial planning. Namun mereka ini tidak mengenakan charge atas konsultasi yang mereka berikan, klien dia hanya perlu ambil asuransi dari dia.

    Kalau seorang agen asuransi bisa bertindak sebagai financial advisor, tentu jasa yang ditawarkan IFA sudah tidak menarik lagi. Maka dari itu mereka selalu mencari -cari kelemahan dari afiliasi/produk yg ditawarkan agen asuransi yg merangkap Financial Advisor.

    Di Indonesia sendiri, memang sangat disayangkan banyak agen asuransi jiwa hanyalah sales asuransi (sekedar jago jualan kecap), bukan seorang Financial Advisor yang kompeten. Maka dari itu top agen di Indonesia orangnya itu-itu saja.

    #753

    tapi bukan berarti hanya karena anda tidak setuju, maka saya harus ikut pendapat anda. anda harus menyodorkan argumen yang kuat terlebih dahulu, dan setelah 700++ komentar, anda belum mampu melakukannya.

    Lho? Ujung-ujungnya kenapa Mas Priyadi bisa menyarankan orang ambil unit link dari AIG??
    Berarti memang ada kelebihan Unit Link daripada sistem BTAID. Tapi anehnya, tulisan Mas Priyadi selalu membahas Unit Link merupakan produk yang ‘mengkadali’ nasabah.

    Apa mungkin pikiran Anda sudah mulai ‘tercerahkan’ mengenai Unit Link?

    #759

    Investasi di tempat yg sama dgn koran B melakukan investasi? silakan aja kalo bro & sus investasi sendiri duit bro & sus yg cuma 100rb ke tempat yg sama dengan tempat investasi koran B. Bisa ga?

    bisa dong. baru tahu ya?

    Yakin?
    Boleh tau enggak, broker saham mana yang bisa buka account hanya 100rb.

    Anda selalu ngotot investasi Unit Link = Reksadana.
    Tapi sampai sekarang Anda belum bisa memberikan bukti yang relevan mengenai arguement Anda.

    Untuk kasus beberapa perusahaan asuransi yang me-‘lempar’-kan tanggung jawab investasi kepada perusahaan lain sebagai manajer investasi, itu urusannya sudah beda.

    Contoh Analogi (again ?)
    Misalnya Mas Priyadi kenal Mr.X sebagai seorang investor. Anda menitipkan uang 100 juta untuk dikelola Mr.X, dan sebagai imbalannya Anda memberikan komisi kepada Mr.X. Tapi ternyata Mr.X tidak mengelola uang Anda, dan melemparkan 100 juta tsb ke Mr.Y.

    Bagaimana komentar Mas Priyadi?
    Saya yakin jawaban Mas Priyadi begini: “lebih baik saya ketemu langsung Mr.Y dan setor uang ke dia”.

    Dan analogi itulah yang terjadi dengan beberapa asuransi jiwa yang mem-‘bonceng’ perusahaan lain. Wajar kalau nasabah yang menyadari hal itu merasa tertipu.

    Makanya saya tidak memilih produk Unit Link yang memakai perusahaan lain sebagai manajer investasi. Walaupun track record hasil investasi mereka lebih bagus.

  672. #760

    Dion say : Lha kalo butuh Perlindungan Asuransi, KENAPA GAK BELI ASURANSI MURNI SAJA ? LEBIH MURAH. DENGAN BIAYA PREMI YANG SAMA, TAPI NILAI PERLINDUNGANNYA DIJAMIN JAUUUUUUUUH LEBIH GEDE DARIPADA NILAI PERLINDUNGAN DI UNITLINK. Gak percaya ?

    Untuk kebutuhan asuransi untuk jangka tertentu atau sudah terencana memang lebih bagus beli asuransi murni (Term Life). Maka dari itu disebut asuransi berjangka.

    Tapi setiap orang juga perlu menyimpan uang untuk kebutuhan masa depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kalau ada produk yang bisa mengkombinasikan asuransi + simpanan dalam 1 wadah, kenapa tidak.
    Misalnya produk asuransi Whole Life, Endowment, atau Unit Link.

    Dari ketiga produk kombinasi diatas, saya lebih prefer dengan Unit Link karena faktor transparansi biaya dan hasil investasi. Juga unit link tidak tidak ada batas jatuh tempo untuk penarikan saldo.

    Dan di Unit Link, seseorang bisa meningkatkan UP sesuai kebutuhan di masa yang akan datang, sama seperti di Term Life. Karena itu UL lebih flexible daripada Endowment maupun Whole Life.

  673. #759 bisa dong. baru tahu ya?

    Bro, coba tolong kasih info donk dimana tempat buat invest yg hanya 100rb or 200rb ?? setau gw.. kalo di UL itu kan untung nya kita dapet proteksi juga. jadi kalo bro sakit or kenapa2, kita tetap di proteksi & itu tidak mengurangi nilai investasi di UL kita. makanya gw ambil UL… Bisa kasih info gak temen2 ??

    Teng-Q
    ;)

  674. #764:

    Lho? Ujung-ujungnya kenapa Mas Priyadi bisa menyarankan orang ambil unit link dari AIG?? Berarti memang ada kelebihan Unit Link daripada sistem BTAID. Tapi anehnya, tulisan Mas Priyadi selalu membahas Unit Link merupakan produk yang ‘mengkadali’ nasabah. Apa mungkin pikiran Anda sudah mulai ‘tercerahkan’ mengenai Unit Link?

    ini sudah saya bahas sebelumnya. alasan saya merekomendasikan produk UL tersebut adalah karena di pasaran tidak ada produk term life yang bisa memenuhi kebutuhan nasabah tersebut (yang saya tahu). tidak ada term life yang bisa diambil secara retail dengan UP 100 juta misalnya. ada batasan UP minimum (UP yang diambil minimal adalah 500 juta, seperti di axa mandiri), atau batasan minimum premi (minimum premi yang harus dibayarkan adalah 1 juta/tahun, seperti di commlife atau manulife). daripada overinsured, lebih baik ambil UL dengan biaya akuisisi 0% hanya karena tidak ada produk term di pasaran yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut (yang saya tahu). kalau nantinya ada term life yang bisa diambil dengan UP 100 juta saja, ya berarti gak ada alasan lagi untuk ngambil unit link. sedangkan untuk golongan ekonomi menengah ke atas, sudah jelas lebih baik ambil term life karena umumnya kebutuhan UP mereka memang di atas 500 juta.

    flashback ke 10 tahun yang lalu, waktu itu belum ada reksadana yang bisa dibeli dengan dana recehan. untuk beli reksadana harus punya dana jutaan atau bahkan puluhan juta. BTAID memang tetap lebih menguntungkan, tapi pada waktu itu tentunya sama sekali gak realistis terutama bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. yang realistis ya cuma beli whole life/endowment/unit link ke perusahaan asuransi. tapi sekarang jaman sudah berubah, reksadana bisa dibeli dengan dana sekecil2nya Rp 100 ribu saja. gak ada lagi alasan untuk ambil unit link atau produk asuransi lain dengan nilai tunai. jauh lebih menguntungkan langsung invest sendiri ke reksadana.

  675. #766:

    Bro, coba tolong kasih info donk dimana tempat buat invest yg hanya 100rb or 200rb ?? setau gw.. kalo di UL itu kan untung nya kita dapet proteksi juga. jadi kalo bro sakit or kenapa2, kita tetap di proteksi & itu tidak mengurangi nilai investasi di UL kita. makanya gw ambil UL… Bisa kasih info gak temen2 ??

    silakan lihat misalnya di daftar pembelian di bank commonwealth , terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu di sini :). untuk urusan yang lain, silakan baca perhitungan saya. saya tidak menyarankan tidak mengambil proteksi sama sekali, saya cuma menyarankan untuk memisahkan proteksi dari investasi.

  676. Emang kaga ada matinye pembahasan UL ini yah.. agen2 emang ngegemesin yah Mas?
    Ikut komen ya..

    asuransi itu perlu. terutama buat yang berkeluarga. kalo msh single, lbh baik g usah.
    investasi jg perlu utk pensiun or pendidikan anak, karena bila ditaro di bank, uangnya tidak akan tumbuh.

    nahh, asuransi n investasi ini jgn digabungin. Ada perbedaan return yg didapat jika dibandingkan dgn dipisah. ke mana larinya perbedaan itu? larinya ke bonus, pesiar luar negeri dsb.. :(

    kalo ga mau ambil resiko di saham, kenapa ga coba ke obligasi aja? (ORI – 9an%).hasilnya lbh OK drpd deposito and jg riskfree..

    kenapa yg heboh UL ini hanya di blog2 aja? krn jika dibahas di media luaran, ada pihak2 yg ga suka dgn penjelasan sprti mas pri ini, dan bs melakukan cara2 agar informasi ini tdk menyebar.. HALAHHH….

    –yangbarututupULbulankemaren–

  677. tanya2 orang lain itu salah satu bentuk observasi yang sangat perlu dilakukan. mayoritas nasabah UL gak punya informasi yang cukup mengenai polis yang dia pegang, dan mereka kaget kalau diberi tahu. fakta ini tentunya gak bisa diabaikan begitu saja.

    bedah produk ya fokusnya ke produk itu.
    bedah produk, bukan bagaimana pendapat umum tentang produk tsb.
    ikut2an cara bodoh media massa nih..

    soal bedah produk yang benar dan objektif sudah saya lakukan, beberapa kali malah :). anda boleh saja gak setuju, tapi jangan bilang saya gak melakukan bedah produk yang benar dan objektif :). subjektif?

    lha kalau dari awalnya saja sudah salah dalam memposisikan produk tsb, ya mau bilang apa lagi?
    oke..saya gak bilang anda gak objektif..
    tapi jelas anda tidak melakukannya dengan benar.

    …dan silakan lihat sendiri sampai sejauh mana anda mampu meyakinkan orang2 dengan argumen2 anda di atas.

    kemampuan meyakinkan tidak berhubungan dengan kebenaran yg ada.

    yang mungkin akan merasa dirugikan di sini mungkin cuma pelaku industri asuransi yang memang mencari ‘nafkah’ dengan mengkadali nasabahnya.

    cuma gak sreg aja..
    lha kok bisa..orang sekaliber Priyadi menyampaikan sesuatu yg salah..(bukan satu-dua kali sih)

    usaha sendiri itu butuh modal, dan penyaluran modal itu namanya investasi. no brainer here.

    ehmm..
    coba baca2 lagi definisi investasi..sekalian juga definisi bisnis (usaha sendiri)..

    …hanya dengan data2 nama dan tanggal lahir mereka bisa begitu saja menyarankan dana saham..

    hehehe…itu agen emang dodol..
    gak ngerti bagian investasinya di UL juga tentang investasi secara umum.

    jadi, sekali lagi gimana mau ‘through analysis’? teknik jualan UL itu terlalu ngegampangin urusan investasi.

    kebanyakan agen UL yg saya dapetin sih juga begitu..ngegampangin urusan investasinya.

    o iya..
    saya dari awal menyebut ‘thorough analysis’, bukan ‘through analysis’.
    anda kan bhs Inggrisnya jago..masak gak tau bedanya sih..? ;)

  678. kebanyakan orang masih mengira (atau lebih tepatnya pukul rata?) kalau orang dengan status single tidak butuh asuransi (jiwa?) karena tidak punya tanggungan.
    faktanya..tidak semua orang single itu tidak punya tanggungan.
    contohnya, anak tertua, masih single, orang tua pensiunan swasta (uang pesangon tidak mencukupi kebutuhan hidup sekeluarga setiap bulan), adik masih sekolah. maka harapan sebagai tulang punggung keluarga adalah si anak tertua tsb.
    jadi lebih tepat kalau bilang: orang yg tidak punya tanggungan secara finansial tidak membutuhkan asuransi jiwa.

  679. Kalau perilaku bisnis masih memakai system “kapitalis” ya spt ini, banyak yg tidak “jujur” dan “adil”, sekarang kan sudah banyak yang unit link syariah, dan mas priyadi saya yakin sudah tau betul perbedaan antara unit link konvensional dan unit link syariah, aku hanya sharing sedikit ilmu yang aku punya, aku pernah ikut training unit link syariah, beda banget, karena selain premi / kontribusi yg kita setor itu BUKAN menjadi ASSET perusahaan, tapi di tampung dalam rekenint TABBARU dan TABBARU ini akan di investasikan secara syariah dan di bagikan kembali ke peserta unit link syariah , hmmm.. aku tidak promosi… tapi bisa di lihat lebih lengkap di http:\\unitlinksyariah.blogspot.com, semoga bermanfaat. amiin

  680. Pantas omongan kita susah nyambung.
    Bagaimana supaya Mas Priyadi bisa mengerti bahwa Unit Link = Asuransi + Investasi ??

    Cerdas !! =d>

    Akhirnya tidak lagi ngotot UL = asuransi terkait investasi.
    *paling ntar ngeles lagi*:p

    Jika Anda setor uang ke Reksadana saham, memang benar uang Anda akan dibelikan saham oleh manajer investasi.
    Tapi kalau Anda setor ke equity fund di unit link, maka uang Anda akan dibelikan asuransi + saham oleh manajer investasi.

    ??

  681. Si Firesquid itu sok tahu tapi gak tahu ya Mas Pri….
    Masa dia gak tahu kalo ada reksadana yang minimal loadingnya 100ribu ?

    Hai Mas Firesquid,Baca berita dong….
    Jangan kuper gitu….

    Tak kasi tau ya, yang jual reksadana minimal 100ribu itu, salah satunya adalah MAMI.

    Eh…jangan-jangan apa itu MAMI juga gak tahu ?
    Ya udah….Lu ke laut aje…..

  682. #774
    Itu masih mending, wong financial advisor a.k.a agen asuransi gak tahu kalo banyak bank yang jual produk reksadana. Malah agennya ngotot kalo yang dijual bank itu bukan reksadana melainkan produk UL. Baru setelah gue kasih link resmi bank2 tersebut jadi diem. Parah dah! [-(

    10 x 10 = CEPEK DEH

  683. duh. andai aku tau ttg unit link ini 2 tahun yang lalu. mesti bagaimana nih? mesti tutup atau bagaimana? maju kena mundur kena? tolong.:((

  684. #769

    nahh, asuransi n investasi ini jgn digabungin. Ada perbedaan return yg didapat jika dibandingkan dgn dipisah. ke mana larinya perbedaan itu? larinya ke bonus, pesiar luar negeri dsb..

    Bagaimana dengan agen-agen yang menjual produk tradisional, tapi dia juga bisa sering melakukan perjalanan keluar negeri, beli mobil mewah, rumah dimana-mana.

    Darimana dia mendapatkan penghasilan untuk mengakomodasi semua itu? Bukankah sama saja, baik beli Term Life dan Unit Link, ujung-ujungnya juga lebih menguntungkan perusahaan dan agen asuransi.

    kenapa yg heboh UL ini hanya di blog2 aja? krn jika dibahas di media luaran, ada pihak2 yg ga suka dgn penjelasan sprti mas pri ini, dan bs melakukan cara2 agar informasi ini tdk menyebar.. HALAHHH….

    Kalau ada pihak-pihak tertentu yang mampu mengendalikan informasi seperti yang Anda bilang diatas, kenapa mereka tidak bisa melakukan cara2 yang sama agar tulisan seperti di blog ini tidak menyebar?

    Daripada Anda terlalu banyak melakukan asumsi, tapi tidak mampu menemukan bukti. Coba saja copy paste tulisan Mas Priyadi lalu kirimkan ke media-media massa yang banyak pembacanya. Kalau perlu sosialisasikan juga di acara talk show di TV.

  685. to Mas Dion Abouw:
    Terserah kalau Anda bisa beli reksadana yang bisa setoran 100 rb/bulan. Walaupun unit link tersebut menggunakan jasa pihak ke-3 yang mengelola Reksadana, tetap saja Unit Link bukan reksadana.

    Coba baca baik-baik pertanyaan di postingan #756.
    Pertanyaannya : Misalnya Anda bisa membeli unit link dengan setoran 100 rb/bulan, tapi apakah Anda bisa membeli investasi dengan portofolio komposisi investasi yang sama di reksadana?

    Kalau Anda jawabnya ‘tidak bisa’, berarti investasinya sudah berbeda donk. Dari peraturan saja sudah jelas beda.

    memang boleh-boleh saja kalau ada unit link yang dana investasinya di ‘re-investasikan’ ke pihak lain yg cukup jago mengelola reksadana.
    Tapi saya tidak tertarik ambil Unit Link yang semacam itu walaupun kinerja investasi pihak ke-3 cukup bagus. Menurut saya, perusahaan asuransi seperti itu kurang bertanggung jawab thd dana yang sudah dipercayakan nasabah.

    Secara analogi sudah saya postingkan di #764:
    http://priyadi.net/archives/2008/01/27/ilusi-finansial/#comment-575733

  686. #779
    Saya pernah ditawari UL Pru**, ketika saya tanya MInya dia jawab schroder, trus saya tanya teman saya yang dah ambil UL Pru**, dia bilang MInya Schroder. Jadi sebenarnya kalo gak ke dibeliin RD oleh scroder, trus investasinya diapakan oleh Pru***?

  687. #776:

    Pri, Manulife Prolife termasuk UL bukan?

    bukan, prolife itu (par?) whole life.

    #777:

    duh. andai aku tau ttg unit link ini 2 tahun yang lalu. mesti bagaimana nih? mesti tutup atau bagaimana? maju kena mundur kena? tolong.

    lebih baik ditutup, apalagi ‘baru’ 2 tahun. tapi ya itu, diteruskan atau tidak sudah pasti ada kerugian. menurut saya lebih baik ditutup karena kerugiannya kita stop sampai 2 tahun pertama.

  688. #778:

    Bagaimana dengan agen-agen yang menjual produk tradisional, tapi dia juga bisa sering melakukan perjalanan keluar negeri, beli mobil mewah, rumah dimana-mana.

    Darimana dia mendapatkan penghasilan untuk mengakomodasi semua itu? Bukankah sama saja, baik beli Term Life dan Unit Link, ujung-ujungnya juga lebih menguntungkan perusahaan dan agen asuransi.

    anda punya angka untuk membackup pernyataan anda ini? saya punya. dari perhitungan saya sebelumnya, saya buat perhitungan komisi yang didapatkan oleh agen asuransi. dengan asumsi persentase komisi term life sebesar 50% (angka yang sangat besar dan tentunya sama sekali tidak realistis), discount rate sebesar 15%, load fee reksadana 1.5%, dan perhitungan komisi sesuai UL prudential (100% 60% 15% 15% 15% untuk 5 tahun pertama), hasilnya adalah: agen asuransi UL mendapatkan komisi yang setara dengan Rp 16,4 juta di tahun pertama; sedangkan agen asuransi term life + reksadana mendapatkan komisi yang setara dengan Rp 11,3 juta di tahun pertama. mana yang lebih besar? walaupun dengan asumsi yang sama sekali tidak realistis, tetap saja agen UL mendapatkan komisi yang jauh lebih besar.

    detil perhitungan

  689. to Mas Dion Abouw:
    Terserah kalau Anda bisa beli reksadana yang bisa setoran 100 rb/bulan. Walaupun unit link tersebut menggunakan jasa pihak ke-3 yang mengelola Reksadana, tetap saja Unit Link bukan reksadana.

    Coba baca baik-baik pertanyaan di postingan #756.
    Pertanyaannya : Misalnya Anda bisa membeli unit link dengan setoran 100 rb/bulan, tapi apakah Anda bisa membeli investasi dengan portofolio komposisi investasi yang sama di reksadana?

    Kalau Anda jawabnya ‘tidak bisa’, berarti investasinya sudah berbeda donk. Dari peraturan saja sudah jelas beda.

    memang boleh-boleh saja kalau ada unit link yang dana investasinya di ‘re-investasikan’ ke pihak lain yg cukup jago mengelola reksadana.
    Tapi saya tidak tertarik ambil Unit Link yang semacam itu walaupun kinerja investasi pihak ke-3 cukup bagus. Menurut saya, perusahaan asuransi seperti itu kurang bertanggung jawab thd dana yang sudah dipercayakan nasabah.

  690. SORRY TADI KEPENCET…
    to Mas Dion Abouw:
    Terserah kalau Anda bisa beli reksadana yang bisa setoran 100 rb/bulan. Walaupun unit link tersebut menggunakan jasa pihak ke-3 yang mengelola Reksadana, tetap saja Unit Link bukan reksadana.
    LHA IYALAAH….
    UNIT LINK = TERM LIFE + REKSADANA + KOMISI AGEN + PROFIT PERUSAHAAN ASURANSI.

    Coba baca baik-baik pertanyaan di postingan #756.
    Pertanyaannya : Misalnya Anda bisa membeli unit link dengan setoran 100 rb/bulan, tapi apakah Anda bisa membeli investasi dengan portofolio komposisi investasi yang sama di reksadana?
    YANG NAMANYA KITA BELI REKSADANA, MAU 100RIBU, MAU 100 MILYARD, TETEP AJA PORTOFOLIONYA SAMA KALO BELINYA REKSADANA YANG SAMA, MAS…..

    Kalau Anda jawabnya ‘tidak bisa’, berarti investasinya sudah berbeda donk. Dari peraturan saja sudah jelas beda.

    memang boleh-boleh saja kalau ada unit link yang dana investasinya di ‘re-investasikan’ ke pihak lain yg cukup jago mengelola reksadana.
    Tapi saya tidak tertarik ambil Unit Link yang semacam itu walaupun kinerja investasi pihak ke-3 cukup bagus. Menurut saya, perusahaan asuransi seperti itu kurang bertanggung jawab thd dana yang sudah dipercayakan nasabah.
    LHO…EMANG PERUSAHAAN ASURANSI BISA PAKAI DUIT KLIEN UNTUK “MAIN” SENDIRI DI PASAR MODAL TANPA MANAJER INVESTASI ? PERATURAN DARI MANA ITU MAS ? SETAHU SAYA YA TETEP LWAT MANAJER INVESTASI. GAK BISA SEENAKNYA.
    EMANG PERUSAHAAN NYA SITU MAIN LANGSUNG YA ?

  691. TABAHAN BUAT FIRESQUID :

    KALO GAK PAKAI UNIT LINK, KAN JADI LEBIH IRIT.
    BAYAR ASURANSI SENDIRI (LEBIH MURAH & UP-NYA GEDE) LALU BELI REKSADANA SENDIRI (GAK PAKAI BIAYA AKUISISI DAN ALOKASI MBIAYA MACAM-MACAM).

    MASIH GAK NGERTI JUGA MAS ?

  692. @Dion
    Tenang bro, jangan esmosi. Kalo elo baca lagi posting2 diatas, udah pada nyerah orang2 ngomong ama dia. :-\”

  693. @firesquied dijawaban nomer #778: mas mas, kebenaran sebuah fakta atau sebuah proses atau sebuah pemahaman, bukan berasal dari mana tersebarnya kebenaran itu: dimedia massa atau tidak mas… Adalah salah dengan mengaikan bahwa karena tidak tersebar luas berita pemahaman ini ke media massa, terus menganggap bahwa pemahaman ini salah.

    Mau contoh?: Banyak tuh pelajaran di sekolah tentang pemahaman alam (Gravitasi Einstein misalnya) Jarang bahkan tidak pernah saya liat menghiasi tulisan di media massa.. Padahal jelas jelas itu sebuah pemahaman atau pemikiran yang penting disebar luaskan. Tetapi medianya tentunya berbeda.

    Blog memang sebuah sarana saja mas, dengan keterbatasannya. Tapi pemahaman itu bukan diletakkan kebenarannya pada dari mana ia berasal, tetapi isi dari pemahaman tersebut.

    Shot the message, not the messenger.

  694. Tapi setiap orang juga perlu menyimpan uang untuk kebutuhan masa depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
    MAKANYA PAKAI INSTRUMEN INVESTASI YANG JELAS. BUKAN INSTRYMEN YANG NANGGUNG DAN HIGH COST.

    Kalau ada produk yang bisa mengkombinasikan asuransi + simpanan dalam 1 wadah, kenapa tidak.
    Misalnya produk asuransi Whole Life, Endowment, atau Unit Link.
    CARA INI BOROS & BANYAK DI ONGKOS, MAS….

    Dari ketiga produk kombinasi diatas, saya lebih prefer dengan Unit Link karena faktor transparansi biaya dan hasil investasi.
    TERBUKA ? TRANSPARAN ? EMANG PERUSAHAAN SI FIRESQUID BISA NGASIH REPORT KE KONSUMEN LANGSUNG DARI MANAJER INVESTASI ? APA DIJAMIN RETURN YANG DILAPORKAN PERUSAHAAN DIA HASILNYA DIJAMIN SAMA DENGAN RETURN PRODUK ASALNYA ?

    Juga unit link tidak tidak ada batas jatuh tempo untuk penarikan saldo.
    REKSADANA GAK ADA BATAS MAS. MAU NARIK SEMINGGU JUGA BOLEH. DI UNIT LINK HARUS NUNGGU 3 TAHUN DULU SUPAYA GAK KENA PAJAK. APALAGI KALO CUMA SETAHUN…ALIH-ALIH INVEST..EH… MALAH DICAPLOK 100% OLEH PRU*** BUAT BIAYA AKUISISI. MANA BISA LUWES…????

    Dan di Unit Link, seseorang bisa meningkatkan UP sesuai kebutuhan di masa yang akan datang, sama seperti di Term Life. Karena itu UL lebih flexible daripada Endowment maupun Whole Life.
    MAS FIRESQUID INI BODOH YA ? ATAU MEMBODOHI ?
    BISA GAK SAYA NAMBAHIN UP TANPA NAMBAHIN TOP INVESTASI ? SAYA CUMA MAU NAMBAH UP AJA LHO… BISA GAK ?
    SETAHU SAYA DI PRU*** GAK BISA NAMBAH UP ASURANSI MURNI. UJUNG-UJUNGNYA YA BELI POLIS LAGI, OTOMATIS KENA BIAYA AKUISISI YANG 100% LAGI.
    ABIS DONG DUIT SAYA……

    SALAM BUAT AUDI…..
    MAJU TERUS PRIYADI, WINA, BRAVO, PETER (EH…PETER, KITA SATU COMPANY LHO) DAN REKAN-REKAN SEPERJUANGAN.

  695. Buat Dion: tenang Mas.
    Gak usah teriak2.
    Masa sih seluruh hurufnya kapital semua.
    Bahasa (tulisan) menunjukkan bangsa (karakter), lho.
    Meskipun tulisan anda benar, gak enak bacanya.
    Maaf ya. Mas. Jangan marah. :)

    Unitlink, terlepas dari pro-kontra pada blog ini, memberikan kontribusi pada perkembangan pasar modal di Indonesia. Meski persisnya saya belum tahu berapa, saya pikir jumlahnya cukup besar. Pastinya ntar dicari dulu.
    Atau ada kawan2 yang tau?

    Saya sendiri sih mungkin akan keluar dari unitlink tahun ini.

  696. #789
    Mungkin maksud mas Dion untuk membedakan tulian nya dengan tulisan mas Firesquid, bukan karena MARAH :d

  697. Beberapa hari yang lalu, ada member disebuah forum memperkenalkan dirinya. Kurang lebih begini isinya…

    Saya xxx sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak. Saya punya 2 UnitLink (Pru dan Allianz). Setelah baca2 diforum ini saya jadi tertarik untuk punya Reksadana, tapi masih takut.

    Dalam hati gue, “GUBRAK!” :o
    Hebat juga agennya, bisa membuat orang membeli tanpa tahu produk seperti apa yang dibelinya. *ck..ck..ck* :o

  698. Saya sependapat dengan Mas Priyadi…, bagus tulisan dan pendapat juga comment dalam menjawab pertanyaan (adu argue) dengan yg profesinya ya agent asuransi….ssststst…sorry yah saya gak sebut nama (jd berlaku general).Agent bisanya cuma jual polis aja tanpa ada transparansi yg jelas…, yg penting dpt komisi dari tiap polis yg terjual and then…tutup point quota group dan quotanya sendiri untuk bisa dpt bonus ‘tamasya gratis’ ke luar negri :). Betul gak sih Mas Pri?
    Saya jg pernah ikut unit link asuransi P, selama 1 tahun krn gak enak agent nya temen sendiri….ehhhh…ternyata tidak sesuai dgn presentasi dan janji muluk2nya.., masa bagian ditanya ini dan itu ttg pemilahan dana asuransi dan invest gak bisa jawab, bagian minta quot invenst lebih dari 25% jawabnya gak bisa…wah…wah…sy pikir apa2an neh koq tidak dijelaskan diawal dan tidak ada di aturan polis. Saya penasaran Polis nya dibaca ulang semua, tp gak ada satupun klausal ttg hal tersebut.yg ada hanya klausal yg menguntungkan perusaaan asuransi P tersebut. Saya baru sadar…, krn saya pikir masa sih temen ‘ngejeblosin’ ??. Ternyata emang gak bisa bantu lg dan disarankan surrender (pake bahasa planet –> pinjem bahasanya Mas pri kekekekkkkk :)). Setalah surender atau bahasa gaul nya berhenti dari asuransi, dana yg dikembalikan hanya -/+ 20% dari dana yg telah saya setorkan selama 1 tahun lebih. Nah 80% nya ke mana tuh??…heheheh, mudah menjawabnya : komisi agent 33% (klo salah mohon dikoreksi), dan sisanya untuk perusahaan asuransi P tersebut (admin, fotocopy, kurir, materai, bli kopi kali ?? :))
    Jadi intinya ikut unit link bagi saya pribadi merupakan ‘pembohongan’ kepada nasabah baik dri agent maupun perusahaan nya ?? (maaf agent jgn tersinggung yah.., emang kenyataan gitu kok), soalnya saya ngalamin sendiri…

    Peace to Mas pri yg mau meng-edukasi masyrakat indonesia ttg pentingnya ‘berhitung’ dan melek finansial.

    Skrg ini udh jamannya era informasi terbuka. Jd saran saya untuk yg mau ikut unit link atau apapun nama produknya pikir2 dan berhitung dulu untung ruginya, krn klo udh masuk/ikut unit link susah keluarnya lagi.., yg rugi bukan agent atau perusahaannya, tapi pemegang polisnya…

    Stop !! bisnis yg tidak terbuka dan cenderung ‘mengelabui’ konsumen dgn trik2 yg maaf…kurang etis dari sisi bisnisnya..:)

  699. To Mas Dion
    #784

    UNIT LINK = TERM LIFE + REKSADANA + KOMISI AGEN + PROFIT PERUSAHAAN ASURANSI.

    Lucu…..
    Memangnya kalau beli asuransi Term Life dan Reksadana terpisah tidak terdapat komponen KOMISI dan PROFIT PERUSAHAAN?

    Kelemahan Term Life adalah tidak bisa renewal. Meskipun Mas Priyadi pernah beberapa kali mengatakan bahwa Unit Link juga sama, tapi buktinya polis unit link om saya yang sudah pernah klaim sakit stroke masih tetap direnewal untuk pertanggungan jiwa dan rumah sakit.

    Kelemahan beberapa produk unit link memang mengenakan biaya akuisisi awal yang besar untuk menutupi biaya komisi dan profit. Tapi di luar sana juga ada produk unit link tidak mengenakan biaya akuisisi awal, contohnya PROVISA dari AIG.

    LHO…EMANG PERUSAHAAN ASURANSI BISA PAKAI DUIT KLIEN UNTUK “MAIN” SENDIRI DI PASAR MODAL TANPA MANAJER INVESTASI ? PERATURAN DARI MANA ITU MAS ? SETAHU SAYA YA TETEP LWAT MANAJER INVESTASI. GAK BISA SEENAKNYA.
    EMANG PERUSAHAAN NYA SITU MAIN LANGSUNG YA ?

    Bisa…baru tau ya?
    Duit nasabah dikelola oleh divisi investasi yang merupakan bagian dari perusahaan asuransi. Contoh asuransi yang mengelola sendiri duit nasabah AIG, Allianz, dan Prudential.

    Tapi perusahaan asuransi juga bisa outsourcing jasa investasi ke perusahaan lain. Contohnya AXA Mandiri yang menggunakan jasa Schroder untuk mengelola investasi.

    #788

    TERBUKA ? TRANSPARAN ? EMANG PERUSAHAAN SI FIRESQUID BISA NGASIH REPORT KE KONSUMEN LANGSUNG DARI MANAJER INVESTASI ? APA DIJAMIN RETURN YANG DILAPORKAN PERUSAHAAN DIA HASILNYA DIJAMIN SAMA DENGAN RETURN PRODUK ASALNYA ?

    Keraguan yang sama juga bisa ditanyakan kepada perusahaan Reksadana. Masalahnya apakah Anda percaya atau tidak ?

    MAS FIRESQUID INI BODOH YA ? ATAU MEMBODOHI ?
    BISA GAK SAYA NAMBAHIN UP TANPA NAMBAHIN TOP INVESTASI ? SAYA CUMA MAU NAMBAH UP AJA LHO… BISA GAK ?

    Kalau Unit Link di Prudential, BISA.
    Tapi otomatis potongan biaya asuransi juga menjadi lebih besar. Silahkan tanya agen Prudential profesional yang Anda kenal.

    SETAHU SAYA DI PRU*** GAK BISA NAMBAH UP ASURANSI MURNI. UJUNG-UJUNGNYA YA BELI POLIS LAGI, OTOMATIS KENA BIAYA AKUISISI YANG 100% LAGI.
    ABIS DONG DUIT SAYA……

    Berarti anda hanya kurang informasi saja.

    Analoginya Anda mendengar ada mobil sedan XYZ yang dijual seharga 5 Miliar. Lantas buru-buru Anda men-cap produsen mobil tersebut menipu, karena Mercedez Benz SLK-Class kesayangan Anda yang menurut Anda sudah merupakan mobil sedan terbaik harganya hanya 1 Miliar.

    Dibalik harga yang mahal dari suatu produk, pasti ada kelebihan. Tergantung Anda berminat mengetahui kelebihan tersebut atau hanya mampu melihat sisi kekurangannya doank.

  700. #791

    Dalam hati gue, “GUBRAK!”
    Hebat juga agennya, bisa membuat orang membeli tanpa tahu produk seperti apa yang dibelinya. *ck..ck..ck*

    Nah…cara mengambil kesimpulan seperti ini yang sering menyesatkan.

    Orang itu tidak bilang dia tidak tau produk yang dibeli. Secara umum, semua tau bahwa unit link adalah asuransi yang dikaitkan dengan investasi. Dia hanya tidak tau bahwa ada instrument investasi yang disebut Reksadana.

    #792

    Saya jg pernah ikut unit link asuransi P, selama 1 tahun krn gak enak agent nya temen sendiri….ehhhh…ternyata tidak sesuai dgn presentasi dan janji muluk2nya.., masa bagian ditanya ini dan itu ttg pemilahan dana asuransi dan invest gak bisa jawab, bagian minta quot invenst lebih dari 25% jawabnya gak bisa…wah…wah…sy pikir apa2an neh koq tidak dijelaskan diawal dan tidak ada di aturan polis

    Mungkin teman Anda seorang agen baru dan masih kurang profesional dalam melakukan presentasi. Setau saya dalam etika bisnis, ketika seorang marketing melakukan presentasi, dia tidak boleh menyampaikan janji yang tidak mampu dipenuhi.

    Setalah surender atau bahasa gaul nya berhenti dari asuransi, dana yg dikembalikan hanya -/+ 20% dari dana yg telah saya setorkan selama 1 tahun lebih. Nah 80% nya ke mana tuh??

    Mungkin agen Anda tidak menjelaskan mengenai biaya-biaya dalam polis unit link pada saat presentasi. Bukan salah agen Anda, tapi salah perusahaan P yang menerjunkan agen yang kurang profesional ke lapangan.

    Kalau beli asuransi yang tradisional (Term Life, Endowment, Whole Life), uang Anda yang disetorkan selama 1 tahun pertama malah tidak kembali sama sekali.

    Intinya Anda ikut Unit Link dengan tujuan menitik beratkan ke investasi atau ke asuransi?
    Kalau fokus ke asuransi, berarti Anda harus siap ada sebagian uang yang hilang atas jasa asuransi tersebut. Termasuk komisi agen dan profit perusahaan.

    Kalau fokus ke invesment, maka return yang Anda dapat jelas jauh lebih besar daripada Anda fokus ke asuransi.

    Pengalaman tersebut bukan hanya Anda yang mengalami. Banyak nasabah juga mengalami hal tersebut. Sekali lagi, bukan salah teman/saudara Anda yang menjadi Agen. Melainkan salah perusahaan asuransi yang menerjunkan agen yang kurang profesional ke lapangan.

  701. Mas Firesquid, saya mau tanya nih.
    Secara pribadi Anda akan pilih mana?
    Pilih unitlink atau reksadana + term life?
    Ini jawaban pribadi ya alias uang Anda sendiri.
    Gak ada kaitannya dengan kepentingan agen unitlink atau agen reksadana.
    Dan apa alasannya?
    Trims, Mas.

  702. Buat Dion: tenang Mas.
    Gak usah teriak2.
    Masa sih seluruh hurufnya kapital semua.
    Bahasa (tulisan) menunjukkan bangsa (karakter), lho.
    Meskipun tulisan anda benar, gak enak bacanya.
    Maaf ya. Mas. Jangan marah. :)

    HE….HE…HE… SORRY BOSS…
    BUKAN TERIAK. SWEAR !TAPI LAPTOP GUE RADA TROUBLE.
    NGETIKNYA HURUF KAPITAL MULU…
    SORRY DEH… TAPI MO GIMANA LAGI ?
    EMANG BENER LAGI TROUBLE.
    SEKALI LAGI MAAF…

  703. Lucu…..
    Memangnya kalau beli asuransi Term Life dan Reksadana terpisah tidak terdapat komponen KOMISI dan PROFIT PERUSAHAAN?
    SORRY BOS, MAKSUD SAYA : PROFIT PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PORSI INVESTASINYA (BUKAN PORSI ASURANSINYA). SEKALI LAGI SORRY BOS…

    Bisa…baru tau ya?
    Duit nasabah dikelola oleh divisi investasi yang merupakan bagian dari perusahaan asuransi. Contoh asuransi yang mengelola sendiri duit nasabah AIG, Allianz, dan Prudential.
    COBA ANDA LIHAT LAGI. YANG ANDA MAKSUD DENGAN “DIVISI INVESTASI” SEBENARNYA ADALAH PERUSAHAAN DENGAN MANAGEMENT & BADAN USAHA YANG TERSENDIRI (BUKAN SEKEDAR BEDA DIVISI DALAM SATU PERUSHAAN….CAPEK DEH….).
    COBA DEH ANDA PELAJARI UU NO 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL.

    Keraguan yang sama juga bisa ditanyakan kepada perusahaan Reksadana. Masalahnya apakah Anda percaya atau tidak ?
    LAPORAN REKSADANA HARUS TERBUKA BOS. JUGA HARUS MENCANTUMKAN HASIL AUDIT DARI INSTITUSI YANG BERKOMPETEN. MAKANYA BACA LAGI DEH UNDANG-UNDANGNYA.

    Kalau Unit Link di Prudential, BISA.
    Tapi otomatis potongan biaya asuransi juga menjadi lebih besar. Silahkan tanya agen Prudential profesional yang Anda kenal.
    KALO NAMBAH DENGAN ADENDUM POLIS EMANG BISA. TAPI KALO NAMBAH (BACA : BELI POLIS BARU) TANPA INVESTASI, BISA GAK ?

    Analoginya Anda mendengar ada mobil sedan XYZ yang dijual seharga 5 Miliar. Lantas buru-buru Anda men-cap produsen mobil tersebut menipu, karena Mercedez Benz SLK-Class kesayangan Anda yang menurut Anda sudah merupakan mobil sedan terbaik harganya hanya 1 Miliar.
    ANALOGINYA GAK NYAMBUNG

    Dibalik harga yang mahal dari suatu produk, pasti ada kelebihan. Tergantung Anda berminat mengetahui kelebihan tersebut atau hanya mampu melihat sisi kekurangannya doank.
    YAP BETUL ! KELEBIHAN PRODUK ANDA ADALAH DARI SISI BIAYA…..LEBIH MAHAL….HA….HA….HA….
    GAK PERCAYA ? BEDAH LAGI DEH PRODUKNYA SITU….

    Kalau beli asuransi yang tradisional (Term Life, Endowment, Whole Life), uang Anda yang disetorkan selama 1 tahun pertama malah tidak kembali sama sekali.
    LHADALAH…..ANDA MALAH KELIHATAN SEMAKIN BEGO. BAGAIMANA BISA KLIEN MINTA KEMBALI ? KAN KLIEN JUGA TAHU KALO YANG DIBELI BUKAN INVESTASI. APANYA YANG DIBALIKIN MAS ? KALO ADA ASURANSI YANG MENJANJIKAN PENGEMBALIAN PREMI ATAU UP JIKA TIDAK TERJADI RESIKO DI AKHIR KONTRAK, PASTI BIAYA PREMINYA JAUH LEBIH MAHAL DIBANDINGKAN DENGAN AMBIL TERM LIFE MURNI

    Intinya Anda ikut Unit Link dengan tujuan menitik beratkan ke investasi atau ke asuransi?
    Kalau fokus ke asuransi, berarti Anda harus siap ada sebagian uang yang hilang atas jasa asuransi tersebut. Termasuk komisi agen dan profit perusahaan.
    KALO GAK SALAH, IKUT ASURANSI YA CUMA BAYAR PREMI DOANG. LHA KALO BIAYA ADMINISTRASI, BIAYA AKUISISI ITU APA ? BUKANKAH ITU BIAYA UNTUK PERUSAHAAN ASURANSI ATAS JASANYA “MEMBELIKAN” INVESTASI ?
    JANGAN PURA-PURA GAK TAHU AH….

  704. #794

    Nah…cara mengambil kesimpulan seperti ini yang sering menyesatkan.

    Orang itu tidak bilang dia tidak tau produk yang dibeli. Secara umum, semua tau bahwa unit link adalah asuransi yang dikaitkan dengan investasi. Dia hanya tidak tau bahwa ada instrument investasi yang disebut Reksadana.

    Gue curiga si agen gak menceritakan resiko investasi. Ngakunya Financial Advisor [agen] tapi kok informasi gak dikasih lengkap.

    Dan kalo liat cara agen mempromosikan UnitLink, gue sih gak heran ngeliat ada nasabah yang gak tahu dengan resiko investasi UnitLink.

    Kalo dilihat dari perkataan nasabah tersebut, dia tahu kok produk seperti apa reksadana itu dan dia tahu resiko investasi di reksadana. Makanya dia jadi takut. Beda dengan UnitLink, yang perbandingan produk investasinya dibandingkan dengan produk tabungan di bank.

  705. To Mas unitlink
    #795

    Mas Firesquid, saya mau tanya nih.
    Secara pribadi Anda akan pilih mana?
    Pilih unitlink atau reksadana + term life?
    Ini jawaban pribadi ya alias uang Anda sendiri.
    Gak ada kaitannya dengan kepentingan agen unitlink atau agen reksadana.
    Dan apa alasannya?
    Trims, Mas.

    Sekarang saya pegang unitlink + reksadana. Sebelum ambil unit link, saya sudah punya asuransi jiwa di SequisLife, asuransi kesehatan di CAR, dan reksadana Fortis Equitas.

    Alasan saya milih unitlink:
    – asuransi jiwa + kesehatan sudah 1 paket
    – proteksi manfaat klaim rumah sakit di unitlink sampai usia 65 tahun. Misalnya saya klaim sakit kritis di usia 55, maka manfaat klaim rumah sakit tetap bisa diperpanjang sampai usia 65 tahun.
    – agen saya sangat profesional, dan pelayanannya oke. Klaim segala macam dibantu urus, jadi saya tidak perlu repot urus ini itu.

    To Mas Dion
    #797

    SORRY BOS, MAKSUD SAYA : PROFIT PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PORSI INVESTASINYA (BUKAN PORSI ASURANSINYA). SEKALI LAGI SORRY BOS…

    Mas, beli investasi di perusahaan reksadana juga sama saja. Hasil investasi dipotong dengan profit perusahaan dan komisi. Bahkan beli saham langsung melalui broker juga dikenakan fee jual beli.

    COBA ANDA LIHAT LAGI. YANG ANDA MAKSUD DENGAN “DIVISI INVESTASI” SEBENARNYA ADALAH PERUSAHAAN DENGAN MANAGEMENT & BADAN USAHA YANG TERSENDIRI (BUKAN SEKEDAR BEDA DIVISI DALAM SATU PERUSHAAN….CAPEK DEH….).
    COBA DEH ANDA PELAJARI UU NO 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL.

    Bab 1 Pasal 1:
    11. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Artinya perusahaan asuransi, pengelola dana pensiun, dan bank boleh melakukan sendiri kegiatan mengelola Portofolio tanpa harus melalui perusahaan lain yang menjadi Manajer Investasi. Kalau ada perusahaan asuransi unit link yang menggunakan jasa perusahaan manajer investasi, yah terserah dia, yang jelas saya tidak mau investasi di perusahaan tsb.

    LAPORAN REKSADANA HARUS TERBUKA BOS. JUGA HARUS MENCANTUMKAN HASIL AUDIT DARI INSTITUSI YANG BERKOMPETEN. MAKANYA BACA LAGI DEH UNDANG-UNDANGNYA.

    Peraturan tsb jg berlaku untuk Unitlink. Soalnya ini menyangkut duit miliaran, bahkan triliunan.

    KALO ADA ASURANSI YANG MENJANJIKAN PENGEMBALIAN PREMI ATAU UP JIKA TIDAK TERJADI RESIKO DI AKHIR KONTRAK, PASTI BIAYA PREMINYA JAUH LEBIH MAHAL DIBANDINGKAN DENGAN AMBIL TERM LIFE MURNI

    Kalo di unit link tidak perlu nunggu sampai akhir kontrak untuk mendapatkan pengembalian premi.
    Ngomong-ngomong Apakah Anda mengerti perbedaan istilah premi asuransi dan biaya asuransi?

    Term Life murni memang lebih murah, tapi tidak ada jaminan bisa di-renewal apabila nasabah sudah pernah klaim yang jumlah gede, misalnya kalo nasabah sakit kritis. Namanya aja Term Life, alias asuransi berjangka.

    KALO GAK SALAH, IKUT ASURANSI YA CUMA BAYAR PREMI DOANG. LHA KALO BIAYA ADMINISTRASI, BIAYA AKUISISI ITU APA ? BUKANKAH ITU BIAYA UNTUK PERUSAHAAN ASURANSI ATAS JASANYA “MEMBELIKAN” INVESTASI ?
    JANGAN PURA-PURA GAK TAHU AH….

    Anda salah Mas…
    Beli asuransi Term Life juga ada biaya administrasi dan biaya akuisisi. Hanya saja tidak dicantumkan dengan jelas dan terperinci.
    Kalo tidak ada dua biaya tersebut, perusahaan asuransi bagaimana bayar gaji karyawan, komisi marketing, atau biaya entertain untuk agen perusahaan tsb.

    Perusahaan asuransi bukan Lembaga Sosial Masyarakat.

  706. Mas, beli investasi di perusahaan reksadana juga sama saja. Hasil investasi dipotong dengan profit perusahaan dan komisi. Bahkan beli saham langsung melalui broker juga dikenakan fee jual beli.

    Beda.
    Di UL :
    Investasi - (Fee untuk Perusahaan Asuransi + Fee Untuk Manajer Investasi)

    Di BTAID :
    Investasi - Fee untuk Perusahaan Manajer Investasi

  707. #792 :
    Mungkin teman Anda seorang agen baru dan masih kurang profesional dalam melakukan presentasi. Setau saya dalam etika bisnis, ketika seorang marketing melakukan presentasi, dia tidak boleh menyampaikan janji yang tidak mampu dipenuhi.

    Nah…klo gitu, kenapa asuransi P mau terima agent yg tidak profesional ? atau emang udh di training nya gitu…, yg penting dapet nasabah dan quota tercapai aja? hehehe, masalah product knowledge nomor sekian aje dech…hahahhaha. Mana sikap profesional asuransi P dan agent atau uplink atau managernya ??. Begitu kan caranya berjualan ??.Lagi2 nasabah yg disalahkan, udh jadi ‘korban’ ilusi finansial masih disalahkan, emang agent asuransi P selalu benar? :), stop pembodohan dalam berbisnis !!!, udh gak jamannya lagi, pengen kerja santai, modal kecil, untung besar, informasi dipelintir… hahahahahah

    Mungkin agen Anda tidak menjelaskan mengenai biaya-biaya dalam polis unit link pada saat presentasi. Bukan salah agen Anda, tapi salah perusahaan P yang menerjunkan agen yang kurang profesional ke lapangan.

    Kalau beli asuransi yang tradisional (Term Life, Endowment, Whole Life), uang Anda yang disetorkan selama 1 tahun pertama malah tidak kembali sama sekali.

    Intinya Anda ikut Unit Link dengan tujuan menitik beratkan ke investasi atau ke asuransi?
    Kalau fokus ke asuransi, berarti Anda harus siap ada sebagian uang yang hilang atas jasa asuransi tersebut. Termasuk komisi agen dan profit perusahaan.

    Kalau fokus ke invesment, maka return yang Anda dapat jelas jauh lebih besar daripada Anda fokus ke asuransi.

    Pengalaman tersebut bukan hanya Anda yang mengalami. Banyak nasabah juga mengalami hal tersebut. Sekali lagi, bukan salah teman/saudara Anda yang menjadi Agen. Melainkan salah perusahaan asuransi yang menerjunkan agen yang kurang profesional ke lapangan.

    Eh bung firesquid…, sorry ya…tipe2nya anda ngasih comment mirip dech dgn ‘mantan’ temenku yg jd agent asuransi P itu. Jangan2 anda satu profesi juga ya?, soalnya bisa nya cuma nyalahin nasabah…lempar batu sembunyi duit kekekekekekk…, dont be angry yach…just kidding. Udh jelas2 di awal anda bilang agentnya tidak profesional (anda menyalahkan perusahaan asuransi P), eh ujung2 nya anda bilang agent nya gak salah, yg salah perusahaan P (coba anda lihat lagi, comment anda di #792. Jd yg bener yg mana neh ????

    Udh dech mening loe tanya hati nurani, klo berbisnis.Tanya kenapa tanya bisa begitu?, berarti emang agent dan perusahaan asuransi P itu setali tiga uang alias sekongkol melakukan trick ilusi finansial..
    Setujuuuuu ?
    Maju terus Mas Priyadi dan temen2 yg pernah menjadi ‘korban’ ilusi finasial asuransi P dan agentnya
    Mari kita edukasi masyarakat indonesia, supaya tidak dibodohi lagi oleh iming2 ilusi finasial modelnya unit link ini :d/

  708. To : bung firesquid

    Menanggapi comment anda #799 berikut :
    Anda salah Mas…
    Beli asuransi Term Life juga ada biaya administrasi dan biaya akuisisi. Hanya saja tidak dicantumkan dengan jelas dan terperinci.
    Kalo tidak ada dua biaya tersebut, perusahaan asuransi bagaimana bayar gaji karyawan, komisi marketing, atau biaya entertain untuk agen perusahaan tsb.

    Perusahaan asuransi bukan Lembaga Sosial Masyarakat.

    *** Agent asuransi P yg tidak profesinal = Perusahaan Asuransi P yg tidak profesional juga = Benar menurut anda BUKAN LEMBAGA SOSIAL, tp Lembaga ILUSI FINANSIAL

    Logika sederhananya : Mana ada perusahaan yg mau rugi ?
    Benar kata anda : Agent, komisi marketing, entertain, karyawan asuransi P digaji oleh perusahaan P, tp uangnya dari mana?? hayoooo, ya dari NASABAH yg bli polis kan ??? . Inga…ingaaaa…inga ttt itu, jadi jgn suka menyalahkan nasabah yg secara tidak langsung sudah mengaji agent. Klo comment yg logis dan relevan dunk !!…maap ya era domokasi neh :)>-

  709. To : Firesquid,
    Setelah gue baca semua, ternyata bener dugaan gue..klo elo tuh antek2nya asuransi P :d/

    Pantesan loe & antek2 loe yg nulis di blog ini (basibanget, handi) sama2 ‘harot’ banget ngebela mati2an argument nya Priyadi cs (termasuk gue). Udh jelas2 apa yg ditulis Priyadi mengenai ILUSI FINANSIAL itu sangat logis, cukup ilmiah dan jelas, mudah dipahami dan real ada perhitungan dan perbandingannya DITAMBAH pengalaman ‘tertipu’ (BUKAN MERASA TERTIPU) beberapa temen2 lain yg sudah dituliskan di blog ini

    Udh dech loe (Firesquid & agent2 Prxxxx Cs) nyerah aje…udh skak mat loe, masih ngeles juga. Gentle donk akui klo tulisan Priyadi ini ada benarnya. Jgn ngadalin nasabah lagi yach !!, masih banyak kerjaan lain koq, jgn buat org lain yg menurut bahasa loe “merasa tertipu” (padahal bukan merasa, tp kenyataan) –> cuma beda bahasa, tp esensinya sama, yaitu “n”.Klo mau di tempat gue juga ada lowongan jadi OB :-\” (maksudnya jadi Orang Beken)

    :d/

    viva anti pembohongan publik dengan dalih UNIT LINK, maju terus Ilusi Finansialnya Priyadi…cherioooooo

  710. #804:

    Saya: tebakan saya: anda agen prulink?

    firesquid: Bukan agen, tapi mungkin jadi calon. Saya hanya nasabah saja. Tapi saya pernah diprospek jadi agen prulink dan alianz karena saya dianggap punya potensi :D. Gak tau nih mau milih yg mana, keduanya kelihatan menarik :).

    referensi

    Kelihatannya sih dia milih prudential :)

  711. Mas Pri,
    Klo dia bukan agent pru, gak bakalan cape2 belain sampe jungkir balik gitu :d
    Tp terlepas dia agent atau bukan, dari comment2 nya emang condong belain pru koq, tidak berpihak kpd nasabah atau calon nasabah…
    Yg penting jual kertas terussss hehehehe, maksudnya polis:o

  712. Perusahaan asuransi bukan Lembaga Sosial Masyarakat.

    Hehehe… makanya ati2 dengan omongan orang asuransi UNITLINK. Jangan percaya begitu aja dengan kata2 gak perlu bayar ini atau itu setelah tahun ke-X. Atau premi di UL gak hangus. Seperti yang gue kutip pernyataan orang asuransi tsb diatas, “Perusahaan asuransi bukan Lembaga Sosial Masyarakat.”

    Gimana supaya gak KETIPU MENTAH2 sama orang asuransi? Ya baca aja artikel di blog PRIYADI dong!! :d
    Gue sekarang jadi ketawa dengan promosi2 yang dilakukan agen UnitLink terutama agen dari Pru yang gue temuin di milis dan forum.

  713. To Mas Herry
    #802

    Udh jelas2 di awal anda bilang agentnya tidak profesional (anda menyalahkan perusahaan asuransi P), eh ujung2 nya anda bilang agent nya gak salah, yg salah perusahaan P (coba anda lihat lagi, comment anda di #792. Jd yg bener yg mana neh ????

    Yang bener, komentar #792 adalah komen dari Mas Herry, Anda sendiri.
    Yang bener, saya bukan agen asuransi. At least saat ini belum menjadi agen asuransi. Masih banyak kerjaan lain yg lebih prospektif dan lebih gampang daripada jadi agen asuransi. Misalnya jualan parfum dan voucer elektronik.

    Yang salah, perusahaan asuransi melakukan kesalahan karena menerjunkan agen yang kurang profesional ke pasar. Akibatnya banyak orang yang ‘merasa’ tertipu. Padahal sebenarnya baik perusahaan maupun agen, tidak bermaksud menipu.
    Yang salah, menutup polis unit link dan beralih ke Term Life + Reksadana. Tapi terserah sih…yg punya polis dan yg rugi bukan saya kok.

    Mari kita edukasi masyarakat indonesia, supaya tidak dibodohi lagi oleh iming2 ilusi finasial modelnya unit link ini

    Bagus, silahkan dicoba. Jangan sekedar bisa omong doank.
    Silahkan turun ke masyarakat dan prospek orang di pasar satu-persatu. Silahkan jelaskan asuransi dan investasi kepada mereka. Seperti yg dilakukan oleh agen asuransi.

    Kalau Anda tidak berani…ya…wajar aja kok. Kebanyakan orang yg koar-koar anti-unitlink emang biasanya cuma saling lempar-melempar referensi
    Menurut si ini….
    Menurut si itu….

    #803

    Inga…ingaaaa…inga ttt itu, jadi jgn suka menyalahkan nasabah yg secara tidak langsung sudah mengaji agent. Klo comment yg logis dan relevan dunk !!…maap ya era domokasi neh

    Siapa yang menyalahkan nasabah……??
    kalau komen yang logis dan relevan donk. maap ya, sekarang belum era domokasi (pemain game Domo Online belum banyak -www.domoindo.com-).

    #804

    Udh jelas2 apa yg ditulis Priyadi mengenai ILUSI FINANSIAL itu sangat logis, cukup ilmiah dan jelas, mudah dipahami dan real ada perhitungan dan perbandingannya

    Teori evolusi kimia (asal usul manusia) juga cukup ilmiah dan jelas. Tapi mana buktinya??

    DITAMBAH pengalaman ‘tertipu’ (BUKAN MERASA TERTIPU) beberapa temen2 lain yg sudah dituliskan di blog ini

    Tertipu???
    Memangnya tertipu apanya? Berapa lama sudah ikut unit link? Apakah klaim tidak dibayar?

    viva anti pembohongan publik dengan dalih UNIT LINK, maju terus Ilusi Finansialnya Priyadi…cherioooooo

    Good…Mas Priyadi tambah pendukung :)

    Jika teori Ilusi Finansial Mas Priyadi dan rekan-rekan memang sehebat koar-koar di forum, kenapa dari dulu sampai sekarang tidak terlihat tindakan yang nyata di masyarakat. At least, saya belum melihat masalah Ilusi Finansial di singgung di koran kompas.

    Ilusi Finansial hanya sekedar teori. No Action Theory Only….
    Mas Priyadi yg mengaku sudah men-‘convert’ puluhan orang dari nasabah Unit Link menjadi nasabah BTAID, juga masih sekedar pengakuan pribadi. Sementara Mas Priyadi dan rekan melakukan ‘convert’ thd nasabah Unit Link di dunia maya, nasabah Unit Link di dunia nyata malah bertambah makin banyak. Apalagi sekarang ada program bancasurance unit link yang kerjasama antara AIG dan BCA.

    Saya merasa kasihan dengan orang-orang yg sudah di ‘convert’ oleh Mas Priyadi dan rekan-rekannya dengan teori Ilusi Finansialnya. Akibat di-convert, mereka yang harusnya bisa segera menikmati keuntungan malah menjadi rugi. Hanya karena sekedar ‘ingin untung lebih banyak’.

    Tentu saja Mas Priyadi dan rekan-rekan ga perduli dengan kerugian tsb. Yang rugi bukan uang mereka. Kalau Anda juga salah seorang yg di ‘convert’ oleh Mas Priyadi dan rekan…maka saya bisa bilang: “kaciaaaaannn deh lu” :D.

  714. To Mas Priyadi
    #805
    Bukan…saya bukan agen asuransi, baik di pru maupun alianz. Jadi agen ada target penjualannya, dan saya tidak siap dengan target-targetan.

  715. Saya tidak sependapat bila unitlink dikatakan menipu.

    Dikatakan menipu bila pihak asuransi secara nyata melakukan wanprestasi seperti menjanjikan sesuatu yang akhirnya tidak dipenuhi, melanggar hak2 konsumen, tidak membayar klaim atau melanggar aturan pemerintah. Buktinya pemerintah sendiri tidak menutup perusahaan yang menjual produk unitlink.

    Apa yang dilakukan para penjual unitlink adalah trik dagang. Sah-sah saja bagaimana mereka menjual produknya termasuk menggunakan ilusi finansial asalkan tidak melakukan tindakan pidana.

    Menurut saya apa yang dilakukan Pri bisa disederhanakan. Ada pedagang A yang menjual barang X dengan harga 100. Ternyata konsumen dapat membeli barang X yang merupakan kombinasi Y dan Z dengan harga masing-masing 45. Totalnya 90.

    Yang tetap berminat beli lewat si pedagang A dengan harga 100, ya silakan. Yang berfikir lebih baik beli langsung ke pedagang besar dengan harga lebih murah, juga silakan.

    Bagi yang terlanjur beli lewat pedagang A, pasti “merasa tertipu”. Tapi, jangan punya pikiran kalau dia ditipu. Ini namanya trik dagang. Namanya pedagang, pasti mau tetap untung.

    Saya punya pengalaman mirip. Pernah saya jual komputer dengan harga Rp. 4,5 juta. Komputer ini saya beli di kota tetangga dengan harga Rp. 4 juta. Ongkos perjalanan Rp. 100 ribu. Laba bersih saya Rp. 400 ribu.

    Tak lama kemudian pembeli menemui saya karena merasa tertipu dengan harga yg saya jual. Saya bilang ke pembeli itu saya tidak menipu dia. Komputer yg saya jual sama dengan apa yang telah diperjanjikan, kecuali bila tidak sama.

    Ternyata si pembeli dipengaruhi oleh omongan seorang sales komputer di kota kami bahwa harga komputer tersebut adalah Rp. 4 juta kalau beli di kota tetangga. Saya katakan ke pembeli saya itu, “Kalau Bapak merasa tertipu, silakan laporkan saya ke polisi. Tapi bila tidak terbukti, saya yang akan menuntut Bapak.”

    Saya tidak menutup mata terhadap kontribusi unitlink pada perkembangan pasar modal Indonesia. Namun, secara pribadi saya akan memilih untuk menutup unitlink saya tahun ini dan beralih pada reksadana.

    Saya juga sadar kalau dengan menutup unitlink saya akan mengalami kerugian beberapa juta. Namun, bila saya tetap meneruskan unitlink, kerugian yang saya alami akan lebih besar lagi. Saya lebih memilih rugi sedikit daripada rugi besar.

    Lalu dengan kerugian yang saya alami apakah unitlink telah melanggar hak2 saya atau melakukan wanprestasi? Tentu tidak.

    Saya salut dengan penjual unitlink yang telah sedemikian rupa mengolah cara pemasaran produk keuangan sehingga menghasil laba yang besar. Namun, saya tidak bersedia bila uang saya termasuk bagian dalam laba mereka.

    Gitu aja kok repot… :-h

  716. #810:

    Menurut saya apa yang dilakukan Pri bisa disederhanakan. Ada pedagang A yang menjual barang X dengan harga 100. Ternyata konsumen dapat membeli barang X yang merupakan kombinasi Y dan Z dengan harga masing-masing 45. Totalnya 90.

    Yang tetap berminat beli lewat si pedagang A dengan harga 100, ya silakan. Yang berfikir lebih baik beli langsung ke pedagang besar dengan harga lebih murah, juga silakan.

    membandingkan barang X dan barang Y+Z itu perkara sederhana. tinggal bandingkan harganya, urusan selesai. unit link jauh lebih rumit daripada itu, dan menurut saya ini produk yang sengaja dibuat rumit dengan tujuan supaya konsumen kebingungan sehingga tidak berpikir banyak sebelum menjatuhkan pilihan. tidak seperti barang X vs Y+Z, nasabah unit link tidak bisa membandingkan 2 produk unit link secara langsung.

    di unit link nasabah tidak diberitahu parameter ‘harga’, dan ini hanya bisa dihitung setelah ‘opportunity cost’-nya dihitung, dan ini bukan perkara mudah. saya sendiri perlu waktu seminggu lebih untuk bisa menghitungnya. dan ini pun terlalu mengandalkan ilustrasi, nasabah gak bisa tahu apakah perusahaan asuransi berbohong atau tidak di ilustrasinya.

    sebenarnya membuat ilustrasi yang diberikan oleh unit link itu bukan ‘rocket science’. kalau kita diberi tahu parameter2 pembentuk ilustrasi tersebut, nasabah juga dapat melakukan perhitungan sendiri, dan yang lebih penting nasabah akan bisa mengetahui harga yang harus dia bayar, bukan cuma ‘opportunity cost’. jauh lebih mudah menghitung menggunakan parameter2 pembentuk ilustrasi daripada mendapat ilustrasi dan kemudian melakukan ‘reverse engineering’ terhadap ilustrasi tersebut.

  717. Hai Bung Priyadi.

    Wajar sajalah bila nasabah tak diberitahu jeroan dari unitlink.

    Kenapa?
    Karena ini menyangkut laba perusahaan.
    Kenapa tak dibuka saja?
    Kalau dibuka, dari mana dapat untung?

    Sama seperti pengalaman saya, kalau saya bilang harga pembelian komputer saya adalah Rp. 4 juta, siapa yg mau beli dgn harga Rp. 4,5 juta bila ditambah dengan ongkos Rp. 100 ribu aja dia bisa dapat komputer yg diinginkannya?
    Benar apa yg dikatakan Mas Firesquid:
    “Perusahaan asuransi bukan Lembaga Sosial Masyarakat”

    Sebenarnya apa yg Anda lakukan ini membuat gerah para penggiat unitlink.

    Bila apa yg Anda ulas ini dipublikasikan secara luas dan digerakkan oleh pasukan yg hebat seperti agen2 unitlink, bisa terbalik periuk mereka. Paling tidak mengurangi laba dagangan mereka.

    Saya setuju dengan kata Mas Firesquid, kampanye Anda ini hanya ada di dunia maya, tapi tidak di dunia nyata.
    Lalu kenapa tidak ada tindakan kampanye anti-unitlink di dunia nyata? Kenapa Anda hanya pidato di internet?

    Jawabnya: ini bukan kerja mudah, Bung.

    Kenapa?

    Pertama, butuh dana yg besar.
    Siapa yang bayar pasukan anti-unitlink?
    Lalu, kenapa butuh pasukan anti-unitlink?
    Jelas dong. Tim unitlink sangat tangguh. Mereka menjemput bola & pandai mengolahnya. Pasukan anti-unitlink mesti memiliki kemampuan yg sama.

    Kedua, tim unitlink tentu dipimpin orang2 hebat (termasuk Mas Firesquid) dan memiliki pasukan yang banyak & tangguh (baca: agen). Mereka tentu akan mempersenjatai diri dengan strategi dan peralatan tempur yang lebih hebat lagi.

    Jadi, pihak anti-unitlink harus memiliki modal yg besar & pasukan yg juga tangguh dan tak lupa wajib memiliki tujuan yg jelas dan menguntungkan.

    Kenapa harus jelas dan menguntungkan?
    Kalau hanya agar orang tak ikut unitlink, lalu apa untungnya kampanye anti-unitlink?

    Jadi, kampanye Anda ini hanya masuk dalam dimensi sosial (baca: tolong-menolong).
    Sementara Mas Firesquid & pasukannya masuk dalam dimensi komersial (baca: gue mesti untung).

    Mana yang menang?
    Tentu saja Mas Firesquid lah.
    Di negaraku tercinta ini, apa ada kepentingan sosial menang melawan kepentingan komersial?

    Kemudian kenapa pihak regulator tak melarang unitlink?
    Pertama, karena tak ada tindakan pidana atau hukum yg dilanggar.
    Kedua, produk keuangan selalu berada di depan aturan yang mengaturnya. Contohnya, CAR pada bank. Lebih dulu ada bank, produk dan masalahnya, baru disusul aturan ini. Belum pernah ada aturan keuangan yg mengatur apa yg belum ada. Prediksi saya, bila nanti unitlink ternyata bermasalah, baru akan ada regulasi yg melarang unitlink. Selama unitlink tak bermasalah, ya jalan terus.

    Benar sekali apa yang dikatakan Mas Firesquid:
    Kacian deh lu bagi yang keluar dari unitlink lalu pindah ke lain hati. Rugi. Trims Mas Firesquid. Hehehe.

    Tapi, jauh lebih “kaciiaaaaaaaaaaaan deh lu” bagi yg tetap berada di unitlink. Sudah tahu rugi lebih besar kok diterusin. Lebih hehehe lagi.

    Bung Priyadi, mohon maaf bila saya anggap pidato Anda di internet ini hanya nyanyi sunyi kampanye anti-unitlink di tengah gegap gempitanya dunia unitlink. Tapi, paling tidak ada orang yg gak suka musik keras.

    Peace.:)>-

  718. #812:

    Wajar sajalah bila nasabah tak diberitahu jeroan dari unitlink. Kenapa? Karena ini menyangkut laba perusahaan. Kenapa tak dibuka saja? Kalau dibuka, dari mana dapat untung?

    menurut saya sama sekali tidak wajar. yang jualan asuransi term life tetap dapat untung dari profit margin. yang jualan reksadana juga dapat untung dari load/redeem fee dan biaya pengelolaan. mereka tetap dapat keuntungan dengan cara yang wajar dan proporsional dengan apa yang mereka tawarkan.

    yang gak wajar itu misalnya calo stasiun kereta api. kalau misalnya saya datang ke stasiun senen untuk pergi ke surabaya, lalu ada calo yang menghampiri dan menawarkan tiket ‘resmi’ jakarta-surabaya seharga Rp 200 ribu, karena tidak tahu letak loket dan harga resmi sebenarnya, saya percaya saja. tapi kalau saya tahu berapa harga resmi sebenarnya tentu saja saya merasa dikadali.

    unit link itu praktis adalah calo reksadana+asuransi. mereka memanfaatkan ketidaktahuan konsumen akan letak ‘loket resmi’ reksadana dan asuransi. jika nasabah awam ikut unit link, dan setelah ikutan dia baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi, tentu mereka akan merasa dikadali.

    Sama seperti pengalaman saya, kalau saya bilang harga pembelian komputer saya adalah Rp. 4 juta, siapa yg mau beli dgn harga Rp. 4,5 juta bila ditambah dengan ongkos Rp. 100 ribu aja dia bisa dapat komputer yg diinginkannya?

    no problem. untuk barang2 dengan komponen harga yang keseluruhannya murni biaya, konsumen akan dapat dengan mudah membandingkan dengan produk saingan. penjual yang jualan terlalu mahal gak bakalan laku. ini kontras dengan unit link, unit link itu barang yang dalam harga jualnya selain ada komponen biaya, juga ada komponen investasi. bagi konsumen casual tidak mungkin mereka membandingkan satu produk unit link dengan produk unit link lainnya.

    “Perusahaan asuransi bukan Lembaga Sosial Masyarakat”

    betul. dan sebaiknya perusahaan asuransi juga bukan calo investasi :)

    Bila apa yg Anda ulas ini dipublikasikan secara luas dan digerakkan oleh pasukan yg hebat seperti agen2 unitlink, bisa terbalik periuk mereka. Paling tidak mengurangi laba dagangan mereka.

    memang begitu harapan saya :)

    Saya setuju dengan kata Mas Firesquid, kampanye Anda ini hanya ada di dunia maya, tapi tidak di dunia nyata. Lalu kenapa tidak ada tindakan kampanye anti-unitlink di dunia nyata? Kenapa Anda hanya pidato di internet?

    Jawabnya: ini bukan kerja mudah, Bung.

    betul memang tidak mudah. tapi what’s the problem? apa saya harus diam saja? :-?

    Kenapa harus jelas dan menguntungkan?

    Kalau hanya agar orang tak ikut unitlink, lalu apa untungnya kampanye anti-unitlink? Jadi, kampanye Anda ini hanya masuk dalam dimensi sosial (baca: tolong-menolong).

    Mana yang menang?

    Tentu saja Mas Firesquid lah. Di negaraku tercinta ini, apa ada kepentingan sosial menang melawan kepentingan komersial?

    betul, ini hanya tolong menolong. mau kalah atau mau menang itu bukan tujuan saya. yang penting saya sudah melakukan bagian saya dengan apa yang saya yakini, sesuai dengan kemampuan saya. kalau mereka yang menang, silakan saja. tapi saya yakin suatu saat, cepat atau lambat, konsumen asuransi akan semakin pintar dan semakin tidak mudah tertipu.

    Bung Priyadi, mohon maaf bila saya anggap pidato Anda di internet ini hanya nyanyi sunyi kampanye anti-unitlink di tengah gegap gempitanya dunia unitlink. Tapi, paling tidak ada orang yg gak suka musik keras.

    no problem. sunyi atau keras bukanlah parameter yang penting. yang paling penting adalah benar atau salah :)

  719. hehehe, pada ribut. Saya tu klo dititipin apa buat dibeliin, saya bilang pada yang nitip brapa harga aselinya, berapa ongkosnya. Soal laba, terserah dia maw ngasih berapa. Toh selama ini juga untung ko, win-win solution, sama-sama senang, n jadinya barokah. hehehe

  720. to 812 : unitlink

    anda belom tahu yah hebat nya internet …
    teramat sangat kasihan sekali ya ..

    ada dawai tak berdentang ..
    dan suara sunyi sepi yg jauh lebih hebat dr mulut anda !!

    ~

  721. Priyadi, analogi Anda tentang calo KA tidak 100% tepat. Benar bahwa unitlink mirip calo KA yang menjual tiket. Salah bahwa tidak ada larangan menjual produk investasi pihak lain, termasuk dengan menggunakan ilusi finansial model unitlink ini.

    Mungkin kita sedikit berbeda menilai makna “kewajaran”.
    Anda menilai perusahaan asuransi dan reksadana mendapat keuntungan wajar dengan menjual produk mereka. Tapi Anda menilai unitlink tidak wajar karena menjualkan produk orang lain & mendapatkan keuntungan darinya. Silakan lihat arti keuntungan tidak wajar (abnormal profit) di wikipedia. Kalau unitlink memperoleh keuntungan di atas normal dari menjual produk investasi, itu karena kemampuan mereka. Saya yakin para MI reksadana pun sebenarnya berterimakasih dengan unitlink karena telah membantu menjual produk mereka. Termasuk konsumen awam, yang tadinya tidak mengerti investasi jadi mengerti (ini memang pasarnya unitlink).

    Kalau ternyata setelah mereka pelajari unitlink & reksadana secara langsung, mereka menyadari bahwa untung mereka tidak maksimal, itu adalah urusan yang lain lagi. Tidak ada yang tertipu dalam kasus unitlink ini. Saya lebih cenderung pada keadaan dimana konsumen tidak dapat memaksimalkan keuntungannya bila dibandingkan dengan berhubungan langsung dengan perusahaan reksadana. Bagi yang merasa dirugikan silakan ajukan tuntutan ke pengadilan.

    Kalau niat Anda hanya untuk membalikkan periuk orang lain, sebaiknya jangan. Kalau untuk edukasi konsumen, silakan. Saya memberi applaus atas niat Anda untuk menolong orang lain.

    Namun, terlalu naif kalau memahami unitlink hanya dari sudut pandang benar atau salah semata. Kalau memang unitlink ini salah & secara nyata merugikan konsumen, tolong tunjukkan satu pasal saja aturan hukum yang menyatakan demikian. Jangan terjebak dengan kata-kata sendiri.

    Buat pembaca, jangan menduga saya anti-Priyadi atau pro 100% dengan unitlink ya. Dalam hal memaksimalkan hasil investasi, saya sepaham dengan Bung Priyadi. Saya sendiri pun akan menutup unitlink saya tahun ini. Dengan membaca tulisan Priyadi, saya jadi lebih peduli dengan investasi. Dalam hal ini, saya berterimakasih kepadanya.

  722. Dear ~sky~ @ 815

    Saya tau internet lebih hebat dari pada mulut saya, termasuk mulut dan pikiran anda sekalipun. Tapi, untuk konteks Indonesia saat ini, mulut para agen unitlink jauh lebih hebat daripada internet. Dapatkah Anda membantahnya? Namun, untuk mengetahui pola pikiran saya, silakan baca posting 777, 789, 795, 810, 812.

  723. #816:

    Priyadi, analogi Anda tentang calo KA tidak 100% tepat. Benar bahwa unitlink mirip calo KA yang menjual tiket. Salah bahwa tidak ada larangan menjual produk investasi pihak lain, termasuk dengan menggunakan ilusi finansial model unitlink ini.

    yang jadi masalah bukan ‘menjual produk investasi pihak lain’, silakan kembali baca tulisan saya paling atas. memang tidak ada larangan, artinya memang tidak ilegal, tapi bukan pula cara penjualan yang etis.

    Kalau ternyata setelah mereka pelajari unitlink & reksadana secara langsung, mereka menyadari bahwa untung mereka tidak maksimal, itu adalah urusan yang lain lagi. Tidak ada yang tertipu dalam kasus unitlink ini. Saya lebih cenderung pada keadaan dimana konsumen tidak dapat memaksimalkan keuntungannya bila dibandingkan dengan berhubungan langsung dengan perusahaan reksadana. Bagi yang merasa dirugikan silakan ajukan tuntutan ke pengadilan.

    itu pendapat anda, coba posisikan diri anda dari sudut pandang nasabah asuransi yang awam finansial. saya berani bilang mayoritas nasabah unit link tidak berpendapat demikian. silakan anda dekati nasabah unit link, pelajari polisnya dan beri tahu ‘yang sesungguhnya’. besar kemungkinan dia akan merasa dikadali. tidak perlu sampai ke pengadilan untuk membuktikan saya dikadalin. apakah anda akan ke pengadilan juga kalau anda dikadalin calo stasiun kereta api?

    Kalau niat Anda hanya untuk membalikkan periuk orang lain, sebaiknya jangan. Kalau untuk edukasi konsumen, silakan. Saya memberi applaus atas niat Anda untuk menolong orang lain.

    niat saya edukasi konsumen kok. agen asuransi yang memang jualan asuransi BUKAN dengan cara mengeksploitasi keawaman nasabahnya tidak perlu kebakaran jenggot kalau nasabahnya membaca tulisan saya ini :). sebaliknya, agen asuransi yang merasa periuk nasinya terancam oleh tulisan saya ini artinya dia mengeksploitasi keawaman nasabahnya untuk cari untung secara tidak wajar, dan saya gak begitu peduli dengan periuk nasinya :). saya pribadi gak keberatan merekomendasikan produk asuransi tertentu selama produk tersebut dijual dengan wajar, dan ini telah saya lakukan beberapa kali. bahkan saya juga pernah merekomendasikan unit link (yang dijual relatif masih dalam batas kewajaran) dalam beberapa kasus khusus karena tidak ada produk term yang cocok untuk nasabah yang bersangkutan (setoran premi minimum terlalu tinggi untuk tingkat kehidupan nasabah tersebut).

    Namun, terlalu naif kalau memahami unitlink hanya dari sudut pandang benar atau salah semata. Kalau memang unitlink ini salah & secara nyata merugikan konsumen, tolong tunjukkan satu pasal saja aturan hukum yang menyatakan demikian. Jangan terjebak dengan kata-kata sendiri.

    jangan campuradukkan ini dengan urusan legalitas. saya gak bicara soal legalitas, melainkan soal etis atau tidak etis. tidak semua yang legal itu sudah pasti etis. mayoritas konsumen akan merasa dikadali oleh skema unit link. ini sudah merupakan fakta, terlepas dari apakah legal atau tidak. memang patut disayangkan dalam urusan ini hukum belum cukup banyak berpihak pada nasabah.

    #817:

    Tapi, untuk konteks Indonesia saat ini, mulut para agen unitlink jauh lebih hebat daripada internet. Dapatkah Anda membantahnya?

    dalam urusan menjangkau nasabah betul bahwa mereka lebih hebat. tapi bukan berarti dengan demikian mereka lebih benar daripada saya :)

  724. Mas Unitlink…….
    Anda memang orang yang baik.
    Tapi akan lebih baik kalo anda berikan pnjelasan yang fair tentang Unit Link.
    Jangan pura pura gak tau, bahwa dengan biaya yang sama, Asuransi Termlife + Reksadana jelas lebih optimal dan lebih murah bila dibanding dengan Unit Link. (baca postingan #801 dari mas asdf).
    artinya : DENGAN BIAYA YANG SAMA, BISA DAPET PROTEKSI YANG LEBIH GEDE & SEKALIGUS BELI REKSADANA YANG HASILNYA GAK DIUMPET2IN kayak di PRU***.
    Fair ajalah…
    Cukup si Firesquid aja yang Goblog.
    Anda gak usah ikut2an Goblog.
    Nanti Indonesia gak maju-maju lho……….

  725. 808

    To Mas Herry
    #802

    Udh jelas2 di awal anda bilang agentnya tidak profesional (anda menyalahkan perusahaan asuransi P), eh ujung2 nya anda bilang agent nya gak salah, yg salah perusahaan P (coba anda lihat lagi, comment anda di #792. Jd yg bener yg mana neh ????

    Yang bener, komentar #792 adalah komen dari Mas Herry, Anda sendiri.
    Yang bener, saya bukan agen asuransi. At least saat ini belum menjadi agen asuransi. Masih banyak kerjaan lain yg lebih prospektif dan lebih gampang daripada jadi agen asuransi. Misalnya jualan parfum dan voucer elektronik.

    Jawab Untuk Firesquid :
    Dasar dodol loe…, gue cuma salah nomor nya aja #792 emang comment g cuma salah ambil nomor. Coba loe cek ulang dech…, bunglon klo dah kepepet terkadang loe bilang agent nya yg salah, di comment lain perusahaan nya yg salah ???
    Cek ulang dech..jgn cuma maen kata2 doank ya, puter-puter…ntar puyeng sendiri loe…lihat fakta di lapangan nya aja
    Blom skak mat juga loe ya? kekekekkkk…

  726. 9 bulan yang lalu teman saya berhasil meyakinkan saya supaya ikutan menabung di Prudential. Waktu itu saya bilang ke beliau bahwa tujuan saya untuk akhirnya mau mengikuti “rayuannya” adalah supaya uang saya ngga habis saya pakai buat jajan.

    Saya akui saya memiliki kemampuan yang buruk dalam mengatur uang saya. Sebesar apapun uang yang saya dapat dalam 1 bulan, selalu habis begitu saja oleh istri saya. Oleh karena itu saya pikir supaya aman ya sudahlah saya ikuti saja rayuan teman saya itu untuk mengikuti program Prudential.

    Teman saya mengiming-imingi b ahwa dengan uang yang saya investasikan (saya invest Rp. 500,000 per bulan) maka dalam waktu 30 tahun, saya bisa mendapatkan uang yang jumlahnya hampir 1 milyar. wow kan? :)

    Sebenarnya saya udah bilang ke beliau waktu itu, saya cuma punya 2 syarat untuk saya mau mengikuti program yang di anjurkan

    1. Saya mau kapan saja bisa saya mau cairkan dananya bisa! dan dia jamin, bisa! ok.
    2. Saya mau kapan saja saya tarik dananya, dana saya itu ngga berkurang. kalaupun berkurang, saya maklumilah kalau terkena potong biaya administrasi dan sebagainya. yang saya perkirakan waktu itu paling dalam kisaran 100 – 200 ribu rupiah saja.

    Ternyata saudara-saudara.. 9 bulan kemudian, itu berarti saya sudah mengangsur 9 x 500,000 = 4,500,000 (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).

    Sewaktu kemarin saya mencairkan dana saya, saya cuma dapat.. Rp. 900,000,- (Sembilan Ratus Ribu Rupiah Saja!)

    WOW!! :shock:

    Kalau saja dari dulu saya tahu akan jadi seperti ini, udah dari 20 tahun lalu saya pasti bergabung dengan Prudential. Dengan begitu, seandainya dengan asumsi setiap bulan menyetor Rp. 500,000,- maka dalam 20 tahun, pasti uang saya di Prudential akan menjadi sekitar minus setengah milyar. Tinggal bunuh diri aja deh! :)

    Ayo yang belum gabung dengan Prudential, buruan gabung!

    http://id.jackbook.com/campur-campur/prudential-mantab-cara-cepat-menghabiskan-uang-anda.html

  727. hmmmm… sepertinya ada beberapa orang yang salah paham dengan mas Unitlink.

    Kalo diliat-liat dari post-post-nya, itu sebenernya mas Priyadi dan mas Unitlink punya pemikiran yang hampir sama, yaitu unit link itu memberikan hasil (return) investasi yang lebih kecil daripada secara terpisah beli reksadana + insurance.

    Kenapa unit link bisa memberikan return yang lebih kecil? Karena tentunya ada biaya operasional + keuntungan dalam memasarkan produk unit link (gabungan reksadana + term life insurance).

    Bedanya antara mas Priyadi dan mas Unitlink, kalo mas Priyadi menganggap biaya operasional + keuntungan itu tidak etis karena memanfaatkan ketidaktahuan calon pembeli unit link bahwa ada produk yang lebih bermanfaat (yaitu beli reksadana + asuransi secara terpisah). Sementara mas Unitlink menganggap biaya operasional + keuntungan itu masih dalam batas wajar.

    Berarti permasalahannya di sini adalah “kewajaran” biaya operasional + keuntungan dari penjualan unit link tersebut.

    Kalo saya pribadi sih, merasa bahwa biaya operasional + keuntungan dari penjualan unit link itu untuk saat ini memang sangat tinggi, bahkan menggerus sebagian besar return investasinya. Tapi mudah-mudahan dengan tersebarnya tulisan mas Priyadi ini, masyarakat awam semakin banyak yang mengetahui “ketidakwajaran” tambahan biaya unitlink, sehingga calon pembeli unit link punya bargaining power yang lebih tinggi dan menurunkan biaya-biaya unitlink. Harapan saya sih gitu.

    Saya punya 1 unit link, umurnya baru genap setahun, dan setelah membaca tulisan mas Priyadi ini baru saya “melek” kalo ternyata apabila dilakukan terpisah, maka reksadana+insurance akan memberikan return yang lebih baik untuk investasi saya. Saya pun kemudian berencana menutup unitlink saya. Namun kalo unit link ini saya tutup sekarang, menurut polisnya saya akan kehilangan 90% investasi saya di unit link ini. Saya baru bisa dapat 100% setelah polis berumur lebih dari 5 tahun. Jadi gimana ya? Akhirnya saya memilih nunggu aja sampai 5 tahun, dengan resiko sebagian return investasi saya tergerus biaya-biaya mahalnya unit link. Ya apa boleh buat, anggap aja ini ongkos kebodohan saya ikut unit link. heuheuheu….

    Terimakasih buat mas Priyadi yang memberikan “pencerahan” investasi. :)

    Buat firesquid….. ke laut aja deh !!!
    Gue jadi sebel ama agen-agen unitlink.

  728. STOP UNITLINK !
    SAYA TIDAK AKAN MEREKOMENDASIKAN UNITLINK PADA SIAPAPUN.
    JANGAN ADA LAGI KORBAN UNIT LINK

  729. @ 818

    Priyadi: yang jadi masalah bukan ‘menjual produk investasi pihak lain’, silakan kembali baca tulisan saya paling atas. memang tidak ada larangan, artinya memang tidak ilegal, tapi bukan pula cara penjualan yang etis.

    Tanggapan: Bicara etis atau tidak, kode etik manakah yang dilanggar? Kalau tidak etis, kenapa regulator & AAJI diam saja?

    Priyadi: itu pendapat anda, coba posisikan diri anda dari sudut pandang nasabah asuransi yang awam finansial. saya berani bilang mayoritas nasabah unit link tidak berpendapat demikian. silakan anda dekati nasabah unit link, pelajari polisnya dan beri tahu ‘yang sesungguhnya’. besar kemungkinan dia akan merasa dikadali.

    Tanggapan: Terus terang, dulu saya ikut unitlink karena asumsi saya yang keliru tentang isinya. Si agen tak berbicara ttg fungsi unitlink sbg perantara. Dulu saya berfikir perusahaan unitlink langsung yang mengelola dana investasi. Setelah saya pelajari (termasuk dari tulisan Anda), baru saya sadari bahwa ternyata mereka hanya jadi perantara saja.

    Priyadi: tidak perlu sampai ke pengadilan untuk membuktikan saya dikadalin. apakah anda akan ke pengadilan juga kalau anda dikadalin calo stasiun kereta api?

    Tanggapan: Kalau hanya kelas calo KA, buat apa saya ke pengadilan, oh Mas Pri. Lebih besar ongkos daripada manfaatnya. Tapi, untuk nilai triliunan rupiah, apa pihak yang dirugikan akan diam saja? Tentu harus dibuktikan di pengadilan. Ajukan gugatan class action misalnya.

    Priyadi: niat saya edukasi konsumen kok. agen asuransi yang memang jualan asuransi BUKAN dengan cara mengeksploitasi keawaman nasabahnya tidak perlu kebakaran jenggot kalau nasabahnya membaca tulisan saya ini :). sebaliknya, agen asuransi yang merasa periuk nasinya terancam oleh tulisan saya ini artinya dia mengeksploitasi keawaman nasabahnya untuk cari untung secara tidak wajar, dan saya gak begitu peduli dengan periuk nasinya :).

    Tanggapan: Setuju. Menurut saya agen asuransi tidak salah karena para top manajemen unitlink lah yang menjadi desainer produk ini. Betul, saya pun lebih tak peduli dengan periuk nasi para bos unitlink ini.

    Priyadi: jangan campuradukkan ini dengan urusan legalitas. saya gak bicara soal legalitas, melainkan soal etis atau tidak etis. tidak semua yang legal itu sudah pasti etis. mayoritas konsumen akan merasa dikadali oleh skema unit link. ini sudah merupakan fakta, terlepas dari apakah legal atau tidak. memang patut disayangkan dalam urusan ini hukum belum cukup banyak berpihak pada nasabah.

    Tanggapan: Tulisan Anda memang tidak bicara legalitas. Tapi kenapa harus menyinggung aspek legal? Karena saya melihat kecenderungan posting pembaca yang mengarah pada pendapat unitlink merugikan nasabah. Ini tentu harus dibuktikan di mata hukum. Apalagi menyangkut dana masyarakat. Jadi, mesti sangat hati-hati.

    Priyadi: dalam urusan menjangkau nasabah betul bahwa mereka lebih hebat. tapi bukan berarti dengan demikian mereka lebih benar daripada saya

    Tanggapan: Benar. Overall, salut buat pendapat Anda. Telah membuka pikiran para pembaca blog ini, termasuk saya. Terimakasih. :)

  730. @ 819

    Hehehe.

    Mas Dion Abow, saya tersenyum membaca tanggapan Anda. Jangan salah sangka dulu. Saya setuju kok. Dgn dana yg sama, Termlife + Reksadana lebih optimal bila dibanding dengan Unitlink.

    Yang menutupi fakta ini hanya manajemen & agent2 yg pintar. Saya sih gak termasuk di antaranya. Malah saya rencananya mau menutup unitlink saya tahun ini. Kecuali kalau ada penggiat unitlink yg bisa meyakinkan saya utk tetap bertahan di unitlink.

    Terus, jangan kira Firesquid itu goblok loh. Dia itu pintar. Mungkin posisinya cukup strategis di perusahaan asuransi jiwa tempatnya bekerja. Coba lihat akhir tulisannya di posting no 103.

  731. @ 823

    Dear Mas/Mbak Bocahedan

    Sebenarnya saya hanya mengacu pada aturan & kode etik sektor keuangan. Selama tidak ada yg dilanggar, maka masih dianggap benar. Untuk beberapa hal2 lain saya sependapat dgn Priyadi.

  732. #823:

    Berarti permasalahannya di sini adalah “kewajaran” biaya operasional + keuntungan dari penjualan unit link tersebut.

    betul. tapi sebenarnya lebih jauh lagi. kalau biaya overhead dijabarkan secara baik, harusnya konsumen bisa dengan mudah menilai apakah layanan yang dia dapatkan sepadan dengan uang yang dikeluarkan. kalaupun nasabah sadar biaya2 yang akan dia keluarkan cukup besar, tapi tetap beli, ya harusnya gak masalah. duitnya duit dia sendiri.

    Saya punya 1 unit link, umurnya baru genap setahun, dan setelah membaca tulisan mas Priyadi ini baru saya “melek” kalo ternyata apabila dilakukan terpisah, maka reksadana+insurance akan memberikan return yang lebih baik untuk investasi saya. Saya pun kemudian berencana menutup unitlink saya. Namun kalo unit link ini saya tutup sekarang, menurut polisnya saya akan kehilangan 90% investasi saya di unit link ini. Saya baru bisa dapat 100% setelah polis berumur lebih dari 5 tahun

    dalam kasus umum biasanya saya kasih saran untuk cari term life, dan kalau diterima, baru terminate unit link-nya, karena dalam 1 tahun, biasanya biaya akuisisinya masih belum ‘lunas’ :)

  733. #825:

    Bicara etis atau tidak, kode etik manakah yang dilanggar? Kalau tidak etis, kenapa regulator & AAJI diam saja?

    exactly! “kenapa diam saja?” menurut anda mungkin cuma retorika, tapi menurut saya bukan. pertanyaan tersebut ingin saya ajukan langsung kepada mereka :).

    pemikiran anda adalah salah satu bentuk appeal to authority. mirip dengan misalnya: “merokok tidak dilarang pemerintah, maka dengan demikian merokok adalah perbuatan positif”.

    contoh lainnya banyak. perusahaan pialang bursa berjangka banyak yang nipu calon pencari kerja (maxgain, graha vinesa, kontak perkasa, dll dsb). perbuatan mereka sampai saat ini didiamkan oleh regulator, tapi bukan berarti perbuatan mereka itu bisa diterima.

    Tapi, untuk nilai triliunan rupiah, apa pihak yang dirugikan akan diam saja? Tentu harus dibuktikan di pengadilan. Ajukan gugatan class action misalnya.

    saya persilakan siapa saja yang merasa dirugikan untuk melakukan tuntutan. buat saya pribadi sih, kerugian saya gak seberapa dibandingkan usaha yang harus saya keluarkan untuk melakukan tuntutan :).

    Setuju. Menurut saya agen asuransi tidak salah karena para top manajemen unitlink lah yang menjadi desainer produk ini. Betul, saya pun lebih tak peduli dengan periuk nasi para bos unitlink ini.

    betul. agen itu termasuk korban juga. mereka secara sadar mengkadali teman2 dan anggota keluarganya sendiri. rasanya gak ada yang agen yang dengan sadar memang berniat mengkadali teman2 dan anggota keluarga sendiri. tapi bukan berarti kalau agen tidak sadar mengkadali, maka dengan demikian nasabah tidak dikadali.

  734. @ 829

    Priyadi: exactly! “kenapa diam saja?” menurut anda mungkin cuma retorika, tapi menurut saya bukan. pertanyaan tersebut ingin saya ajukan langsung kepada mereka

    Tanggapan: Benar. Memang seharusnya pertanyaan ini diajukan ke regulator. Saya keliru bila tanya ke Anda. Tolong diinformasikan lewat blog ini apa jawaban dari regulator. Usaha Anda merupakan terobosan yg sangat berarti.

    Priyadi: pemikiran anda adalah salah satu bentuk appeal to authority. mirip dengan misalnya: “merokok tidak dilarang pemerintah, maka dengan demikian merokok adalah perbuatan positif”.

    Tanggapan: Salah. Saya melihat pada hukum positifnya saja. Saya tidak menafikan bahwa etika perlu dalam berbisnis. Seperti ulasan saya pada posting sebelumnya, regulasi & kode etik selalu berada di belakang objek yg diaturnya. Inilah celah yg dimanfaatkan para pelaku bisnis. Kalau mau contoh yg lebih ekstrim, minuman keras & cukai yg dipungut pemerintah.

    Priyadi: contoh lainnya banyak. perusahaan pialang bursa berjangka banyak yang nipu calon pencari kerja (maxgain, graha vinesa, kontak perkasa, dll dsb). perbuatan mereka sampai saat ini didiamkan oleh regulator, tapi bukan berarti perbuatan mereka itu bisa diterima.

    Tanggapan: Saya punya pengalaman buruk dgn perusahaan forex. Meski tak sama. Waktu itu posisi saya sebagai nasabah. Saya rugi bbrp puluh juta. Saya tak bisa berbuat apa2. Karena regulasinya memang tak memberi perlindungan nasabah bila rugi karena tindakan sendiri.

    Priyadi: saya persilakan siapa saja yang merasa dirugikan untuk melakukan tuntutan. buat saya pribadi sih, kerugian saya gak seberapa dibandingkan usaha yang harus saya keluarkan untuk melakukan tuntutan.

    Tanggapan: Mungkin bagi seorang Priyadi, kerugiannya tak seberapa. Saya melihat jumlah kerugian nasabah secara keseluruhan. Menyangkut dana triliunan rupiah! Untuk saat ini kecil kemungkinan nasabah akan melakukan penuntutan karena regulasinya memang tidak mengatur demikian. Kecuali Anda & rekan2 berhasil meyakinkan regulator bahwa unitlink merugikan nasabah. Meski usaha ini tidak mudah, siapa tahu Anda berhasil. Tak ada yg tak mungkin. :)>-

  735. #830:

    Tolong diinformasikan lewat blog ini apa jawaban dari regulator. Usaha Anda merupakan terobosan yg sangat berarti.

    saya belum pernah mengontak regulator, jadi saya gak tahu apa jawabannya :).

    Mungkin bagi seorang Priyadi, kerugiannya tak seberapa. Saya melihat jumlah kerugian nasabah secara keseluruhan. Menyangkut dana triliunan rupiah! Untuk saat ini kecil kemungkinan nasabah akan melakukan penuntutan karena regulasinya memang tidak mengatur demikian. Kecuali Anda & rekan2 berhasil meyakinkan regulator bahwa unitlink merugikan nasabah. Meski usaha ini tidak mudah, siapa tahu Anda berhasil. Tak ada yg tak mungkin

    ya kalau anda sudah mengakui kalau ada sesuatu yang salah di unit link artinya anda saya anggap sudah bisa mengerti. soal tuntut2an itu urusan lain lagi, yang jelas saya gak salah kalau saya gak melakukan tuntutan :). saya pikir saya sudah cukup banyak melakukan bagian saya, kalau ada yang bersedia membawa urusan ini lebih jauh lagi tentunya akan saya dukung.

  736. Jadi ujung-ujungnya Mas Priyadi kembali lagi ke masalah biaya akuisisi pada unitlink yang menurut pendapat Mas Priyadi tidak pantas.

    Saya lihat Mas Priyadi orangnya terlalu berfokus pada masalah dan tidak melihat sisi positif dari suatu hal. Kalau merasa biaya akuisisi unit link tidak pantas dengan pelayanan yang diberikan tapi ingin mendapatkan pelayanan yang pantas dengan memilih unitlink, solusinya pilihlah Agen Unit Link yang Profesional.

    Saya ikut unitlink pertimbangan utamanya juga karena faktor kepraktisan. Dengan ikut unitlink, ada agen yang bisa melayani saya dalam urusan administrasi dengan perusahaan asuransi. Saya tidak perlu repot urus klaim ini itu, perubahan polis, atau urusan tetek-bengek administrasi lainnya. Pokoknya saya maunya setiap bulan saya setor sekian dan terima beres.

    Dan bagi sebagian besar orang yang awam asuransi, mereka juga maunya tau beres. Tidak mau repot seperti yang disarankan Mas Priyadi.

    Makanya saya sarankan Mas Priyadi untuk coba terjun ke lapangan seperti agen-agen unitlink, dan edukasi masyarakat seperti yang Mas Priyadi sampaikan di sini. Dan tentu saja saya pikir Mas Priyadi pasti akan bertanggung jawab atas saran tsb ketika terjadi sesuatu yang diluar perkiraan.

    Inti yang mau saya sampaikan:
    Ngomong doank memang gampang, tapi kenyataan di lapangan jauh berbeda dengan teori yang Mas Priyadi kemukakan. Coba buktikan dulu prestasi Anda di dunia nyata, bukan referensi sana-sini.
    Action talk louder than words :)

  737. #832:

    Saya lihat Mas Priyadi orangnya terlalu berfokus pada masalah dan tidak melihat sisi positif dari suatu hal. Kalau merasa biaya akuisisi unit link tidak pantas dengan pelayanan yang diberikan tapi ingin mendapatkan pelayanan yang pantas dengan memilih unitlink, solusinya pilihlah Agen Unit Link yang Profesional.

    seluruh argumen anda sudah didiskusikan ‘to death’ sebelumnya. tapi saya tertarik dengan pernyataan ini. pertanyaan dari saya: bagaimana caranya bagi nasabah awam untuk dapat menilai agen yang ada di hadapannya itu ‘profesional’ atau tidak? kedua, bagaimana caranya mendapatkan agen yang ‘profesional’?

    menurut saya sih semua agen itu profesional, karena dia cari duit dari situ :).

  738. @ 833

    Priyadi: ya kalau anda sudah mengakui kalau ada sesuatu yang salah di unit link artinya anda saya anggap sudah bisa mengerti. soal tuntut2an itu urusan lain lagi, yang jelas saya gak salah kalau saya gak melakukan tuntutan :). saya pikir saya sudah cukup banyak melakukan bagian saya, kalau ada yang bersedia membawa urusan ini lebih jauh lagi tentunya akan saya dukung.

    Tanggapan: Saya akui saya keliru kalau tetap bertahan di unitlink. Tetapi, tetap saja secara legal tidak ada yg salah pada produk unitlink ini. Dan memang itulah faktanya. Soal tuntutan mungkin bukan pekerjaan anda. Selama tidak ada aturan yg melarang & tak ada nasabah yg menuntut, unitlink akan tetap jalan terus.

  739. @ 831

    Priyadi: ya kalau anda sudah mengakui kalau ada sesuatu yang salah di unit link artinya anda saya anggap sudah bisa mengerti. soal tuntut2an itu urusan lain lagi, yang jelas saya gak salah kalau saya gak melakukan tuntutan :). saya pikir saya sudah cukup banyak melakukan bagian saya, kalau ada yang bersedia membawa urusan ini lebih jauh lagi tentunya akan saya dukung.

    Tanggapan: Saya akui saya keliru kalau tetap bertahan di unitlink. Tetapi, tetap saja secara legal tidak ada yg salah pada produk unitlink ini. Dan memang itulah faktanya. Soal tuntutan mungkin bukan pekerjaan anda. Selama tidak ada aturan yg melarang & tak ada nasabah yg menuntut, unitlink akan tetap jalan terus.

  740. Dear Mas Firesquid,

    Eh, ketemu lagi. Sibuk banget kerjaannya yah?

    Mau tanya neh. Di posting 799 anda bilang pegang unitlink dan di posting 832 anda menekankan pentingnya memilih agen yg profesional. Tolong dikasih tau dong nama perusahaan unitlink yg anda miliki. Saya yakin perusahaan & agennya pasti sangat profesional. Terimakasih ya.

  741. #834:

    Tetapi, tetap saja secara legal tidak ada yg salah pada produk unitlink ini.

    saya gak pernah bilang secara legal ada yang salah :). saya cuma bilang ada yang salah pada produknya.

    Selama tidak ada aturan yg melarang & tak ada nasabah yg menuntut, unitlink akan tetap jalan terus.

    daripada solusi hukum, saya lebih suka memberi penjelasan kepada nasabah. aturan hukum bisa dicarikan celahnya, ujung2nya tetap nasabah dikadali. tapi nasabah yang mengerti tetap tidak akan terjebak.

  742. @ 837

    Priyadi: saya gak pernah bilang secara legal ada yang salah :). saya cuma bilang ada yang salah pada produknya.

    Tanggapan: Sekali lagi benar. Tulisan anda memang tidak membahas soal legalitas. Kalau bisa disederhanakan, menurut anda apa kesalahan yang paling mendasar pada unitlink ini? Mungkin dari sini kita bisa lihat apa yg perlu dibenahi. Karena sepertinya kita belum sependapat soal ini.

    Priyadi: daripada solusi hukum, saya lebih suka memberi penjelasan kepada nasabah. aturan hukum bisa dicarikan celahnya, ujung2nya tetap nasabah dikadali. tapi nasabah yang mengerti tetap tidak akan terjebak.

    Tanggapan: Meski realita di negeri kita hukum masih belum dapat ditegakkan sepenuhnya, sebaliknya saya lebih memilih solusi hukum. Kalau hanya penjelasan, siapa yg bertanggung jawab memberi penjelasan ini? Dgn cara apa & sampai kapan nasabah diberi penjelasan? Memang, penjelasan bisa diberikan melalui blog, tapi butuh upaya yg lebih sistematis. Tanpa regulasi, hanya terbatas pada perdebatan pro-kontra spt ini. Kadang yg sudah ada regulasinya aja masih bisa dimanipulasi, apalagi yg gak ada. Di sinilah regulator berperan. Selama regulatornya tidur, ya unitlink masih akan jalan terus. Mudah2an ada regulator yg baca blog ini.

    Dengan kita bicara hukum, kita bicara ttg sanksi bagi yg melanggarnya. Kalau hanya penjelasan2 yg bersifat persuasif, tidak akan mampu menghadapi pebisnis curang yg memiliki jaringan yg luas & dukungan finansial yg kuat. Tambahan, seandainya di kemudian hari ternyata produk itu bermasalah, apa perlindungan buat nasabahnya & apa pula sanksi bagi pelakunya? Kalau hanya penjelasan, pelakunya enak saja tinggal lari.

    Di satu sisi, asas legalitas memberikan kepastian & perlindungan hukum kepada seluruh pelaku bisnis & masyarakat. Di sisi lain, dapat menumbuhkan sektor2 yg memang memberi manfaat bagi banyak orang.

    Nb. Saya sangat senang berdiskusi dengan anda. :)

  743. to Mas Priyadi
    Betul sekali Mas, kita sebagai nasabah harus selektif juga memilih agen asuransi. Jangan terbujuk ikut asuransi karena agen tsb teman dekat atau keluarga, kecuali dia profesional. Soalnya kontrak asuransi menyangkut masalah kebutuhan jangka panjang.

    Ketika saya memutuskan untuk memilih produk unitlink, saya sadar bahwa saya akan dilayani oleh seorang agen untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu saya berhak mengetahui latar belakang agen tsb dan komitmen dia di bisnis asuransi.

    Sebagus apapun suatu produk unitlink, tapi kalau dipasarkan melalui tenaga pemasaran yang tidak profesional, produk tsb tidak memiliki nilai lebih. Maka dari itu saya tidak mau mengambil produk asuransi unitlink yang model bancasurrance. Kalau milih unit link tapi ujung-ujungnya semua urusan asuransi harus diurus sendiri ke perusahaan asuransinya, dimana letak kelebihan unit link? (saya yakin Mas Priyadi mengerti produk unit link yg saya maksudkan ini) Lebih baik ambil BTAID seperti saran Mas Pribadi.

    Cara saya memilih agen asuransi jiwa yg profesional :
    – memiliki lisensi AAJI

    – setelah agen selesai melakukan presentasi, saya meng-interview dulu agen tsb untuk mengetahui latar belakang dia. Misalnya latar belakang keluarga, pendidikan, dan pengetahuan dia di bidang asuransi.

    – cara menawarkan produk lebih bersifat konsultan daripada salesman yg jago ngecap, alias dia lebih banyak bertanya mengenai kebutuhan finansial kita daripada cuma sekedar menyodorkan produk

    – sebelum teken kontrak, saya menguji komitmen agen tsb. Saya sengaja buat dia bolak-balik beberapa kali ke tempat saya, misalnya meminta contoh klaim atau apa saja yg membuat dia sibuk. Kalau mau closing penjualan aja sudah tidak komitmen, gimana kalau kelak terjadi klaim…

    to Mas unitlink
    Memang saya merasa agen saya cukup profesional. Teman saya ada juga yang menjadi agen, tapi saya tidak ambil dengan dia karena menurut saya dia kurang profesional. Terbukti akhirnya dia tidak komitmen di bid asuransi dan pindah main MLM. Karena teman, saya juga diprospek ikutan join jaringan MLM dia, akhirnya saya sekedar jadi member user saja utk menjaga hubungan baik :D.

    Saya ambil produk Prulink Assurance Account. Seperti yang saya kemukakan diatas, produk merupakan masalah no dua. Yang penting agennya profesional dan berkomitmen di bidangnya.

  744. #839: kalau untuk saya sih, kriteria agen yang baik itu cuma satu: hanya menawarkan produk term life :). gitu aja kok repot :).

  745. Saran buat priyadi kalo memang anda benar dan bisa membuktikan secara teori maupun data bahwa anda benar kenapa harus pake analogi yang bisa membuat orang lain tersesat. please buka mata,hati,telinga dan pikiran anda untuk memberikan informasi dan edukasi yang benar.

  746. #842: dari sudut pandang agen asuransi sih mungkin mereka memang ‘tersesat’, tapi dari sudut pandang nasabah sih jelas ngga :)

  747. @ 839

    Firesquid: Saya ambil produk Prulink Assurance Account. Seperti yang saya kemukakan diatas, produk merupakan masalah no dua. Yang penting agennya profesional dan berkomitmen di bidangnya.

    Tanggapan: Saya gak bisa pakai pendapat anda. Bagi saya produk itu nomor satu. Agen jadi nomor dua. Yang namanya agen yah pasti berkomitmen dengan periuk nasinya. Kalau di perusahaan lain dia mendapatkan penghasilan yg lebih besar, tentu dengan gampangnya dia tinggalkan Prulink Assurance yang jadi unitlink kecintaan anda. Nah, apakah anda akan ikut pindah juga ke unitlink baru dari agen anda tersebut??

  748. ouch ! it’s a lowblow !
    *nunggo komentar firesquid

    sori kang pri … kejar setoran 900 :-D

  749. Saya melihat sistem pelayanan keagenan di Prudential sangat bagus. Kalau agen saya pindah ke perusahaan lain, masih ada agen pengganti yg merupakan atasannya yang bisa membantu saya. Kalau agen pengganti ini pindah, masih atas atasannya. Dan seterusnya sampai level Agency Manager.

    Kalau semuanya pindah…..kemungkinan kecil sekali.

    Kalau ambil asuransi term, kebanyakan sistem keagenan mereka adalah karyawan atau kontrak. Pengalaman saya di asuransi kerugian, banyak nasabah kami yang komplain urus klaim susah karena agen yg jual asuransi sudah putus kontrak dengan perusahaan kami.

    Maka saya juga bisa membayangkan, suatu perusahaan asuransi jiwa yg sistem pemasaran tidak menggunakan keagenan berlapis, ketika suatu saat terjadi klaim juga bakal repot.

    Saat ini saya baru melihat 2 perusahaan asuransi yg menggunakan sistem pemasaran keagenan berlapis, Allianz (kerjasama dgn PT BUSS) dan Prudential. Kelemahan dari sistem keagenan yang berlapis ini adalah biaya akuisisi yang lebih tinggi.

  750. #846:

    Kalau ambil asuransi term, kebanyakan sistem keagenan mereka adalah karyawan atau kontrak. Pengalaman saya di asuransi kerugian, banyak nasabah kami yang komplain urus klaim susah karena agen yg jual asuransi sudah putus kontrak dengan perusahaan kami.

    ini gak masalah. agen itu cuma marketing. sedangkan urusan customer service tetap harus ada pos tugasnya. kalau agen disuruh merangkap jadi customer service ya memang repot. yang tadinya nasabah bisa langsung berhubungan dengan perusahaan, sekarang malah harus repot2 lewat perantara agen lagi. dan agen ini menjadi single point of failure. ini beda dengan petugas customer service yang jumlahnya banyak dan ada di setiap cabang.

    dulu waktu saya masih pakai AXA mandiri, saaya pernah klaim kesehatan. pas saya klaim agennya ternyata sudah resign, dan waktu itu klaimnya juga di luar kota. urusannya gampang kok, cukup datangi cabang AXA mandiri terdekat, dan langsung mereka urus. gak perlu repot2 berurusan dengan agen yang posisinya jauh di luar kota.

  751. agen itu cuma marketing. sedangkan urusan customer service tetap harus ada pos tugasnya. kalau agen disuruh merangkap jadi customer service ya memang repot. yang tadinya nasabah bisa langsung berhubungan dengan perusahaan, sekarang malah harus repot2 lewat perantara agen lagi. dan agen ini menjadi single point of failure. ini beda dengan petugas customer service yang jumlahnya banyak dan ada di setiap cabang.

    Ini suatu asumsi yang keliru (lagi-lagi asumsi, cape dehhh).
    Memang benar seorang agen pada dasarnya cuma seorang tenaga pemasaran.
    Memang benar juga bahwa perusahaan asuransi menyediakan customer service di setiap cabangnya. Sehingga nasabah juga bisa langsung klaim dengan dengan perusahaan, apabila agennya berhalangan. Hal ini berlaku untuk asuransi tradisional maupun asuransi unit link.

    Tapi salah satu daya tarik unit link adalah pelayanannya yang lebih daripada sekedar asuransi biasa. Agen asuransi unit link yang profesional bisa membantu mengurus klaim dan hal lainnya yg berhubungan dengan asuransi, walaupun orang yg melakukan klaim bukan nasabahnya dia.

    Dengan kata lain, apabila sebuah perusahaan asuransi mempunyai 30.000 agen, berarti nasabah memiliki 30.000 customer service dan tersebar hampir di semua kota di Indonesia. Bahkan mungkin agen itu ada di lingkungan sekitar Anda.

    Mau urus klaim melalui agen…silahkan.
    Mau urus klaim langsung ke customer service, juga terserah.

    Kalau saya pilih cara yg nyaman, urus klaim melalui agen.

    Kalau menurut pengalaman Mas Priyadi, urus klaim ke customer service gampang. Tapi harus diperhatikan kata “gampang“. Tolok ukur gampang menurut Mas Priyadi belum tentu gampang bagi orang lain.

  752. #848:

    Tapi salah satu daya tarik unit link adalah pelayanannya yang lebih daripada sekedar asuransi biasa. Agen asuransi unit link yang profesional bisa membantu mengurus klaim dan hal lainnya yg berhubungan dengan asuransi, walaupun orang yg melakukan klaim bukan nasabahnya dia.

    Dengan kata lain, apabila sebuah perusahaan asuransi mempunyai 30.000 agen, berarti nasabah memiliki 30.000 customer service dan tersebar hampir di semua kota di Indonesia. Bahkan mungkin agen itu ada di lingkungan sekitar Anda.

    heheheh, dalam prakteknya ini impossible :). dari sudut pandang konsumen sih, agennya tetap satu orang :). kalau misalnya agen saya gak bisa dihubungi, apa saya harus teriak2 di kampung “SIAPA DI SINI YANG AGEN PRU?!?! SAYA MAU KLAIM NIH!!” kan ngga :). mendingan saya lihat buku telpon, tanya penerangan atau google untuk cari tahu dimana cabang terdekat.

    dari sudut pandang nasabah, agen itu sebenarnya cuma overhead yang eksistensinya sama sekali tidak diperlukan. dari sudut pandang perusahaan asuransi, agen itu menguntungkan karena dia gak perlu bayar lebih banyak pegawai dengan gaji tetap. singkatnya, sistem keagenan itu cuma lame excuse supaya perusahaan asuransi gak perlu membayar karyawan dengan gaji tetap :).

  753. Hehehe, debat masih berlanjut.

    @ 846

    Wah, wah. Mas Firesquid, saya salut dengan anda yang loyal sampai mati dengan Prudential. Sementara agen anda sendiri memilih setia pada kepentingan pribadinya. Saya tidak tahu bagaimana raut wajah anda, apabila mantan agen anda yang profesional itu menjelaskan kepada anda bahwa produk unitlink barunya ternyata lebih bagus daripada Prulink Assurance dan dengan biaya yang lebih rendah. Kira-kira apa jawaban anda?

    Firesquid: Pengalaman saya di asuransi kerugian, banyak nasabah kami yang komplain urus klaim susah karena agen yg jual asuransi sudah putus kontrak dengan perusahaan kami.

    Tanggapan: Perusahaan anda telah merugikan nasabah dengan mempersulit klaim yang seharusnya jadi hak mereka! Ada atau tidak ada agen, klaim nasabah harus tetap dibayar. Nasabah mengikat perjanjian dengan perusahaan, bukan dengan agen. Perusahaan anda bisa dituntut! Aneh sekali kebijakan perusahan anda ttg proses klaim. Dalam hal ini, apa jawaban anda & perusahaan anda?

    Juga sangat aneh bila anda memuji Prudential setinggi langit yang jelas2 uang anda jadi santapan mereka. Di sisi lain anda menjelek2an perusahaan yang telah menghidupi anda. Umumnya, orang akan membela perusahaannya dan merendahkan perusahaan lain. Kalaupun memuji perusahaan lain, tidak perlu dengan merendahkan perusahaan sendiri. Saya tidak memahami jalan pikiran anda.

    Lantas, anda tidak berbuat apa-apa dengan kecurangan perusahaan anda itu? Atau karena anda mendapat manfaat dari situ? Tapi lebih aneh lagi, kalau anda mendapat manfaat dari keawaman nasabah, mestinya anda diam. Tidak malah bercerita di blog ini yang akan merugikan anda & mencemarkan nama perusahaan anda. Kecuali anda memang punya maksud lain. Aneh sekali.

    Jawaban anda sangat ambiguitas. Maaf, jangan marah. Sebenarnya ini diluar topik. Memangnya apa sih nama perusahaan anda yang telah sangat buruk memperlakukan nasabahnya itu? Jangan sampai saya jadi nasabahnya.

    Firesquid: Saat ini saya baru melihat 2 perusahaan asuransi yg menggunakan sistem pemasaran keagenan berlapis, Allianz (kerjasama dgn PT BUSS) dan Prudential. Kelemahan dari sistem keagenan yang berlapis ini adalah biaya akuisisi yang lebih tinggi.

    Tanggapan: Saya berpendapat anda adalah nasabah yang sangat pintar yang mengetahui bahwa anda akan membayar biaya lebih besar dibandingkan biaya produk perusahaan lain. Tapi anda hanya kasus kecil. Saya tidak dapat berasumsi semua nasabah seperti anda. Sementara banyak nasabah tidak tahu bahwa biaya yang harus dibayar ternyata lebih mahal (berdasarkan pengakuan anda).

    Memangnya berapa persen Prudential membebani anda lebih tinggi daripada unitlink perusahaan lain? Tolong saya diberitahu perhitungan angka rupiahnya utk kasus polis anda.

    Lalu, selama anda jadi nasabah Prudential, apa “manfaat lebih” yang telah anda terima yang tidak ada pada perusahaan lain? Dan ke depannya, kira2 apa manfaat yang akan diberikan Prudential kepada anda yang tidak dapat diberikan perusahan lain? Sangat wajar bila anda memiliki harapan lebih kepada Prudential karena anda kan telah membayar lebih mahal.

    Mungkin dari penjelasan anda atas pertanyaan saya di atas, kita bisa sependapat tentang unitlink ini.

    Overall, kalau saya salut dengan Mas Firesquid yang setia dengan Prudential, saya lebih salut lagi dengan Prudential yang telah menjadikan nasabahnya setia sampai mati.

  754. #850 Lalu, selama anda jadi nasabah Prudential, apa “manfaat lebih” yang telah anda terima yang tidak ada pada perusahaan lain? Dan ke depannya, kira2 apa manfaat yang akan diberikan Prudential kepada anda yang tidak dapat diberikan perusahan lain? Sangat wajar bila anda memiliki harapan lebih kepada Prudential karena anda kan telah membayar lebih mahal.
    —————————————–

    errmmm …
    tiap tahun jadi perusahaan asuransi terbaik ? :-D
    harus pelayanan yang diberikan kepada klien ya …
    hmmmm …. :-w

  755. Firesquid: Pengalaman saya di asuransi kerugian, banyak nasabah kami yang komplain urus klaim susah karena agen yg jual asuransi sudah putus kontrak dengan perusahaan kami.

    Tanggapan: Perusahaan anda telah merugikan nasabah dengan mempersulit klaim yang seharusnya jadi hak mereka! Ada atau tidak ada agen, klaim nasabah harus tetap dibayar. Nasabah mengikat perjanjian dengan perusahaan, bukan dengan agen. Perusahaan anda bisa dituntut! Aneh sekali kebijakan perusahan anda ttg proses klaim. Dalam hal ini, apa jawaban anda & perusahaan anda?

    Maaf, saya tidak pernah menjelekan perusahaan saya sendiri. Melainkan Anda yang terlalu cepat ber-asumsi dan mengambil kesimpulan.

    Kebanyakan nasabah di perusahaan kami dimanjakan oleh agen yg melayani mereka. Kebiasaan jelek kebanyakan nasabah adalah tidak mau membaca polis. Padahal dalam polis juga sudah dicantumkan dengan jelas prosedur klaim, tapi tetap saja nasabah biasanya tidak membaca terlebih dahulu dan langsung samperin customer service.

    Tapi begitu customer service meminta kelengkapan dokumen lain sesuai dengan prosedur klaim, nasabah langsung ngomel-ngomel bilang repotlah, berbelit-belit lah.

    Misalnya saja untuk klaim kerusakan kendaraan, nasabah harus melampirkan KTP, STNK, SIM, BPKB, Polis Kendaraan, dan membuat laporan tertulis kepada perusahaan. Biasanya semua dokumen ini diurus oleh agen, dan kemudian baru disampaikan ke customer service.

    Tapi yg namanya nasabah gak ngerti asuransi, langsung saja mendatangi customer service hanya bawa KTP, SIM, STNK, dan Polis. Karena tidak lengkap, diminta melengkapi buku BPKB, malah ngomel-ngomel karena harus bolak-balik.

    Kalau menurut Anda kejadian tsb mempersulit klaim dan mau tuntut silahkan saja…
    Perusahaan kami memang hanya mencantumkan prosedur klaim di polis dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Prosedur klaim berbahasa lain belum tercantum.

    Menurut Anda, kalo prosedur klaim tidak dicantumkan di polis, kami harus mencantumkan di mana?

    Memangnya berapa persen Prudential membebani anda lebih tinggi daripada unitlink perusahaan lain? Tolong saya diberitahu perhitungan angka rupiahnya utk kasus polis anda.

    Maaf, saya tidak mengerti maksud pertanyaan ini.
    Soalnya saya membeli jasa, bukan membeli barang. Saya tidak bisa membandingkan jasa A lebih mahal dari jasa B.

    Lalu, selama anda jadi nasabah Prudential, apa “manfaat lebih” yang telah anda terima yang tidak ada pada perusahaan lain? Dan ke depannya, kira2 apa manfaat yang akan diberikan Prudential kepada anda yang tidak dapat diberikan perusahan lain? Sangat wajar bila anda memiliki harapan lebih kepada Prudential karena anda kan telah membayar lebih mahal.

    Saya juga kurang mengerti dengan pertanyaan ini. Mungkin Anda bisa jelaskan dulu seperti apa manfaat yg diberikan perusahaan lain yang Anda maksudkan.

    Mengenai harapan, dulu saya berharap perhitungan nilai unit bisa dalam harian. Sekarang sudah terwujud.
    Harapan berikutnya, Prudential bisa menyediakan ATM. Jadi pencairan dana tidak perlu lagi harus isi form penarikan dan harus tunggu beberapa hari :D

    Overall, kalau saya salut dengan Mas Firesquid yang setia dengan Prudential, saya lebih salut lagi dengan Prudential yang telah menjadikan nasabahnya setia sampai mati.

    Tidak ada hubungan dengan kesetiaan.
    Ini hanya sekedar hubungan bisnis antara perusahaan dengan nasabah.

    Misalnya Anda sudah menyimpan uang di BCA selama 20 tahun, apakah berarti Anda bisa dikatakan setia sampai mati kepada BCA?
    Tentu bukan demikian. Anda tetap menabung di BCA dari dulu sampai sekarang karena ada kelebihan BCA yang membuat Anda nyaman mempercayakan uang Anda di BCA dibandingkan bank lain.
    Misalnya BCA memiliki fondasi keuangan yang lebih kokoh daripada bank lain, atau mungkin fasilitas ATM di BCA lebih banyak dibandingkan bank lain.

  756. Ahhh…legaaa… Akhirnya kesampaian juga nutup rekening Pru. Ada yg mau nyusul saya???

  757. Saya rasa ini hal yang lucu, Priyadi selalu mengecam unit link dengan label penipuan dan pembelinya tidak jeli secara financial. Menurut saya dengan kecaman tersebut anda justru tidak menunjukkan kecerdasan anda sama sekali.

    #1. Pasti tau dong handphone merk vertu? Harganya bisa seharga Civic baru, dengan menonjolkan design dari batu permata dan emas. Pernah coba hitung berapa harganya kalau emas tersebut dijual kiloan? Jauh lebih murah tentu dari harga vertu. Dan anda tahu fitur vertu yang harganya sangat mahal tersebut ternyata tidak secanggih nokia. Mungkin bisa saja anda menyarankan lebih baik beli emas dengan gram yang sama dan beli nokia tercanggih saja. Dengan modal lebih minim, bisa dapat manfaat lebih banyak. Tapi kenapa ada orang yang beli vertu? Apakah mereka bodoh? Apakah vertu menipu?

    #2 Contoh diatas sama sekali bukan menunjukkan bahwa unit link posisinya lebih ‘elit’ daripada reksa dana. Meski kenyataannya banyak orang kaya (yang saya yakin tidak bodoh) membeli unit link single premi dengan nilai di atas 1 milyar. Kenapa mereka membeli unit link? (Anda pasti berpikir semata untuk diversifikasi)

    #3 Kita tahu reksadana adalah instrumen investasi yang bisa mengoptimalkan uang kita. Daripada sekedar disimpan di deposito dengan bunga yang minim. Tapi mengapa kenyataannya saat ini dana kelolaan reksa dana masih di kisaran seratus trilyun sedangkan dana masyarakat yang ada di deposito ribuan trilyun?

    #4 Anda tahu valas dan forex lebih jauh beresiko dari saham. Duit bisa hilang dalam waktu tidak lama. Mengapa ada orang yang membeli valas atau forex? Apakah mereka bodoh?

    Hal-hal tersebut di atas adalah bagian dari behavioural finance yang sedang marak dipelajari oleh berbagai akademisi di berbagai universitas di seluruh dunia beberapa tahun belakangan ini.

    Menjastifikasi pembeli unit link bodoh (tidak jeli financial) dan perusahaan asuransi melakukan penipuan adalah tindakan yang tidak bijak. Jika anda seorang pelaku pasar keuangan, anda mungkin merasa lebih baik beli term+reksadana daripada membeli unit link, tetapi anda juga seharusnya tahu mengapa produk unit link lahir di DUNIA (bukan semata di Indonesia) dan mengapa ada orang-orang yang lebih tepat jika membeli unit link dari pada reksa dana.

  758. #854:

    this has been discussed to death before :)

    1. yang jadi masalah bukan soal mahal atau murah, tapi apakah nasabah diberi tahu berapa harganya. sedangkan handphone vertu sih sudah jelas harganya. tapi apakah nasabah UL tahu berapa harga yang harus dia bayar? besar kemungkinan dia tidak tahu akibat biaya2 ini disembunyikan dengan rapih dan tidak pernah diberitahukan secara terus terang tanpa bertele2. kalau anda mau jual UL dengan komisi Rp 1 milyar lumpsum ya sok aja kalau bisa asalkan nasabah diberi tahu harganya memang segitu.

    2. kenapa mereka membeli unit link? saya pikir karena mereka gak ngerti. yang kaya belum tentu ngerti kok :).

    3. kenapa deposito lebih banyak daripada reksadana? saya gak tahu, yang jelas deposito dan reksadana resikonya juga beda. kalau ada yang mau ambil deposito yang returnnya lebih kecil tapi resikonya lebih kecil juga, ya sok aja.

    4. kenapa banyak yang main forex? karena mereka gak tahu kalau forex itu gambling :)

    tetapi anda juga seharusnya tahu mengapa produk unit link lahir di DUNIA (bukan semata di Indonesia) dan mengapa ada orang-orang yang lebih tepat jika membeli unit link dari pada reksa dana.

    sama sekali gak ada alasan kenapa unit link lebih tepat diambil. unit link itu cuma gabungan antara term life dan reksadana, cuma itu. sama sekali gak ada yang istimewa dengan unit link, kecuali barangkali jumlah komisi yang diterima agen unit link :P.

  759. Wah wah rupanya anda cuma bisa berkomentar yang itu-itu saja. Masalah harga unit link yang tidak jelas, biaya yang disembunyikan, komisi agen besar. Anda bicara unit link pada tahun berapa? Anda tahu sekarang sudah ada unit link yang 100% dana dialokasikan investasi? Anda tahu sudah ada unit link yang single price? Anda tahu sudah ada peraturan dari DepKeu yang mengatur biaya asuransi dan premi asuransi untuk unit link? Anda tahu ada unit link yang dipasarkan tidak melalui agen?

    Anda salah besar jika mengatakan unit link itu cuma gabungan antara term life dan reksadana. Yang benar, unit link = Asuransi + Investasi. Apakah menurut anda asuransi hanya semata termlife saja? Apakah menurut anda instrumen investasi hanya semata reksa dana saja?

    Jawabannya TIDAK untuk keduanya.

    #1.Ada unit link yang memberikan manfaat asuransi kesehatan, emergency assistance, disability, dismemberment, dan lainnya. Sementara apakah ada product termlife yang sepadan (beli 1 dapat semuanya)? Tentu anda harus membeli satu per satu dan semuanya bersifat mengikat tidak dapat diubah ketentuan dalam polisnya kecuali membuka polis baru lagi di kemudian hari dengan biaya yang lebih mahal karena umur anda sudah lebih tua. Atau simplenya begini, apakah anda tahu ada perusahaan asuramsi yang menjual asuransi kesehatan rawat jalan untuk perorangan? Biar gak usah repot ngecek, saya kasih tau jawabannya ADA, tapi preminya sangat mahal. Apakah ada perusahaan asuransi yang menjual termlife dengan emergency assistance? Yang ini silahkan anda cek dulu. Apakah jika anda membeli termlife umur 40 dgn UP 300 jt ke atas anda perlu medical check up? Silahkan cek lagi. Bagaimana kira-kira preminya jika anda telah terindikasi suatu penyakit atau pernah diopname atau pernah dioperasi? Apakah ada kemungkinan anda ditolak? Di unitlink tidak ada medical check up. Jadi sekarang anda mulai belajar bahwa ada orang tertentu yang lebih tepat membeli unit link. Silahkan pelajari lagi sendiri, sebelum komentar tak berisi.

    #2. Ada unit link yang langsung berinvestasi pada saham, obligasi, atau deposito dan instrumen pasar uang lainnya termasuk MTN. Apakah anda tahu kalau Bapepam dan LK tidak mengijinkan reksa dana berinvestasi pada MTN? Kira-kira bagaimana dampaknya? Apakah anda tahu ada kententuan-ketentuan Bapepam dan LK yang membatasi secara lebih rinci kebijakan investasi MI? Sementara untuk unit link tidak terlalu rinci, sehingga Manajer Investasi akan jauh lebih fleksible dalam mengatur portofolio untuk mendapatkan return yang lebih OPTIMAL. Nah anda kini tahu kenapa ada orang yang merasa lebih tepat membeli unit link daripada term+reksadana.

  760. #856:

    Wah wah rupanya anda cuma bisa berkomentar yang itu-itu saja.

    lha emang itu2 saja kok. masa saya harus ngarang2 cerita baru :)

    Anda tahu sekarang sudah ada unit link yang 100% dana dialokasikan investasi?

    saya tahu. tapi pos untuk menyembunyikan biaya2 bukan cuma di biaya akuisisi. ada banyak celah yang bisa dipakai untuk menyembunyikan biaya2 dari perhatian nasabah. contoh yang terpikirkan oleh saya: underwriting profit atau biaya mudharabah, dan pemotongan profit investasi atau profit capping.

    Anda tahu sudah ada unit link yang single price?

    ada, tapi sebagai gantinya ada biaya pembelian yang rata2 5% :)

    Anda salah besar jika mengatakan unit link itu cuma gabungan antara term life dan reksadana. Yang benar, unit link = Asuransi + Investasi. Apakah menurut anda asuransi hanya semata termlife saja? Apakah menurut anda instrumen investasi hanya semata reksa dana saja?

    betul asuransi bukan hanya term life, tapi karakteristik porsi asuransi yang ada di UL itu hampir sama dengan term life. instrumen investasi bukan cuma reksadana saja, tapi karakteristik porsi investasi yang ada di UL itu sama persis dengan reksadana.

    Ada unit link yang memberikan manfaat asuransi kesehatan, emergency assistance, disability, dismemberment, dan lainnya. Sementara apakah ada product termlife yang sepadan (beli 1 dapat semuanya)?

    ada :)

    Tentu anda harus membeli satu per satu dan semuanya bersifat mengikat tidak dapat diubah ketentuan dalam polisnya kecuali membuka polis baru lagi di kemudian hari dengan biaya yang lebih mahal karena umur anda sudah lebih tua.

    sama aja, di UL juga gitu mas :). kalau mau meningkatkan UP atau ambil coverage baru tetap harus melalui proses underwriting :).

    Atau simplenya begini, apakah anda tahu ada perusahaan asuramsi yang menjual asuransi kesehatan rawat jalan untuk perorangan? Biar gak usah repot ngecek, saya kasih tau jawabannya ADA, tapi preminya sangat mahal.

    sama aja, di UL juga gitu :). you get what you pay for.

    Apakah ada perusahaan asuransi yang menjual termlife dengan emergency assistance?

    ada :)

    Apakah jika anda membeli termlife umur 40 dgn UP 300 jt ke atas anda perlu medical check up? Silahkan cek lagi. Bagaimana kira-kira preminya jika anda telah terindikasi suatu penyakit atau pernah diopname atau pernah dioperasi? Apakah ada kemungkinan anda ditolak? Di unitlink tidak ada medical check up.

    heheheheh. coba UP-nya dinaikan jadi 1 milyar misalnya. apa si insurer masih gak mau medical check? kalaupun dia tidak melakukan medical check, mau gak mau dia harus kasih premi lebih besar karena harus menanggung resiko underwriting yang lebih besar. UP yang dikeluarkan insurers itu gak turun dari langit mas :).

    tapi untuk menjawab pertanyaan anda, jawabannya ‘ada’ :). mereka pakai sistem wawancara yang direkam, jadi kalau nasabah bohong, mereka punya bukti verbal dan bisa menolak mengeluarkan UP. tapi adanya medical check bukan berarti jelek lho. justru bagus karena dengan demikian nasabah lain juga kena medical check dan resiko underwriting semakin kecil. kalau misalnya si insurer kena resiko underwriting yang parah, bisa saja dia bangkrut dan gak bisa bayar klaim kalau anda terkena apa2.

    kasarnya, gak mungkin insurer mau ngasih coverage kalau probabilitas klaim 10%, tapi nasabah cuma bayar premi 1% dari UP :). you get what you pay for.

    Jadi sekarang anda mulai belajar bahwa ada orang tertentu yang lebih tepat membeli unit link. Silahkan pelajari lagi sendiri, sebelum komentar tak berisi.

    rasanya anda yang perlu belajar lagi :). semua keberatan anda sebenarnya hanya menunjukkan ketidaktahuan anda terhadap asuransi jiwa secara umum. mungkin perusahaan asuransi anda cuma memberi tahu hal2 yang ‘diperlukan’ saja :).

    kebanyakan argumen anda hanya berkutat pada kelebihan produk tertentu (yang anda jual barangkali?). kalau misalnya term life A tidak punya coverage penyakit kritis, tapi unit link B punya coverage penyakit kritis, bukan berarti semua term life tidak punya coverage penyakit kritis. adanya coverage penyakit kritis bukan kelebihan unit link dari term life. gak ada alasan teknis yang menghalangi insurer tersebut atau yang lainnya untuk jualan term life yang ada coverage penyakit kritisnya.

    contoh realnya, kalau misalnya ada nasabah yang cuma butuh coverage jiwa sebesar 100 juta, saya gak bisa kasih produk term life karena yang saya tahu term life jaman sekarang punya batasan UP minimum atau premi minimum yang terlalu tinggi untuk nasabah tersebut. mau gak mau saya kasih UL. bukan karena di term life gak bisa dibuat produk yang UPnya cuma 100 juta, tapi karena di pasaran gak ada (yang saya tahu) produk tersebut.

    Ada unit link yang langsung berinvestasi pada saham, obligasi, atau deposito dan instrumen pasar uang lainnya termasuk MTN. Apakah anda tahu kalau Bapepam dan LK tidak mengijinkan reksa dana berinvestasi pada MTN?

    anda ini ngarang dari mana? dengan google sedikit saja saya sudah tahu beberapa reksadana yang invest di MTN.

    Apakah anda tahu ada kententuan-ketentuan Bapepam dan LK yang membatasi secara lebih rinci kebijakan investasi MI?

    yup, dan ini sesuatu yang bagus. kalau tidak diatur bisa saja reksadana mempublish NAB yang di atas harga fundamentalnya.

  761. lha emang itu2 saja kok. masa saya harus ngarang2 cerita baru

    lha itu udah basi om, sekarang jaman udah makin maju, udah gak relevan lagi komentar anda

    saya tahu. tapi pos untuk menyembunyikan biaya2 bukan cuma di biaya akuisisi. ada banyak celah yang bisa dipakai untuk menyembunyikan biaya2 dari perhatian nasabah. contoh yang terpikirkan oleh saya: underwriting profit atau biaya mudharabah, dan pemotongan profit investasi atau profit capping.

    lha inilah kalo cuma ngomong berdasarkan asumsi. baca dulu om ketentuan depkeu mengenai biaya asuransi dan premi asuransi untuk unit link. supaya gak ngawang-ngawang komentarnya. aturan main udah jelas. profit capping juga gak mungkin kan udah diatur perusahaan asuransi wajib menghitung nilai aset berdasarkan nilai wajar. jadi komentar anda sebenarnya tidak relevan.

    ada, tapi sebagai gantinya ada biaya pembelian yang rata2 5%

    lha ini namanya kurang jeli. ada kok yang 100% investasi tapi gak pake biaya pembelian. belum tau ya?

    betul asuransi bukan hanya term life, tapi karakteristik porsi asuransi yang ada di UL itu hampir sama dengan term life. instrumen investasi bukan cuma reksadana saja, tapi karakteristik porsi investasi yang ada di UL itu sama persis dengan reksadana.

    karakteristik porsi asuransi yang ada di unit link yang anda tahu mungkin cuma term life. tapi ada tuh unit link yang pake whole life atau endowment bahkan ada yang hanya rawat inap saja (meskipun sekarang sudah tidak diperbolehkan lagi oleh depkeu), coba diupdate lagi infonya biar komentar anda lebih relevan.

    Ada unit link yang memberikan manfaat asuransi kesehatan, emergency assistance, disability, dismemberment, dan lainnya. Sementara apakah ada product termlife yang sepadan (beli 1 dapat semuanya)?

    priyadi: ada :)

    memang ada, tapi mahal preminya. bisa gak masuk tuh itungan simulasi yg pernah anda buat di tahun 2007. coba aja disimulasiin lagi. oh ya pake informasi terkini ya, biar relevan hasilnya.

    sama aja, di UL juga gitu mas :). kalau mau meningkatkan UP atau ambil coverage baru tetap harus melalui proses underwriting :).

    lha katanya udah paham mengenai unit link. kalo di unit link mau ningkatin up ya tinggal top up aja yg banyak, gak perlu proses underwriting lagi tuh. karena up di unit link juga termasuk nilai investasi.

    kalo yang anda maksud adalah merubah porsi yang guaranteed-nya ya kan bisa beli unit link yang sama satu lagi (meskipun ini tidak disarankan).

    term life yang umum dijual lewat agen menggunakan individual underwriting, akibatnya untuk menerbitkan polis perlu proses underwriting berdasarkan kondisi calon pemegang polis.

    Atau simplenya begini, apakah anda tahu ada perusahaan asuramsi yang menjual asuransi kesehatan rawat jalan untuk perorangan? Biar gak usah repot ngecek, saya kasih tau jawabannya ADA, tapi preminya sangat mahal.

    priyadi: sama aja, di UL juga gitu :). you get what you pay for.

    di unit link kalo mau tambah manfaat asuransi kesehatan rawat jalan tinggal beli rider, yang namanya rider tentu lebih murah preminya. kalo mau beli terpisah asuransi kesehatan rawat jalan saja jelas lebih mahal karena bentuknya bukan rider.

    heheheheh. coba UP-nya dinaikan jadi 1 milyar misalnya. apa si insurer masih gak mau medical check? kalaupun dia tidak melakukan medical check, mau gak mau dia harus kasih premi lebih besar karena harus menanggung resiko underwriting yang lebih besar. UP yang dikeluarkan insurers itu gak turun dari langit mas :).”

    lha premi lebih besar untuk up yang lebih besar itu udah jelas dong. coba kalo up term life dinaikin 1 milyar? wah udah gak mungkin diterima tuh orang.

    tapi untuk menjawab pertanyaan anda, jawabannya ‘ada’ :). mereka pakai sistem wawancara yang direkam, jadi kalau nasabah bohong, mereka punya bukti verbal dan bisa menolak mengeluarkan UP.

    komentar anda tidak relevan dengan best practice di dunia asuransi. biarpun ada bukti rekaman, setelah lewat 2 tahun perusahaan asuransi tetap harus bayar om.

    tapi adanya medical check bukan berarti jelek lho. justru bagus karena dengan demikian nasabah lain juga kena medical check dan resiko underwriting semakin kecil. kalau misalnya si insurer kena resiko underwriting yang parah, bisa saja dia bangkrut dan gak bisa bayar klaim kalau anda terkena apa2.

    kalo mau ngomongin bangkrut, sebelum beli cek dulu RBC-nya berapa. kan ada data di majalah Infobank, Investor, atau Media Asuransi. dengan atau tanpa medical check up kalo RBC-nya minim, ya potensi bangkrut lebih besar.

    kasarnya, gak mungkin insurer mau ngasih coverage kalau probabilitas klaim 10%, tapi nasabah cuma bayar premi 1% dari UP :). you get what you pay for.

    biar gak membuat orang laen yg baca salah paham sebaiknya jangan pakai angka asumsi. karena besarnya premi gak harus sama dengan probabilitas claim lho.

    rasanya anda yang perlu belajar lagi :). semua keberatan anda sebenarnya hanya menunjukkan ketidaktahuan anda terhadap asuransi jiwa secara umum. mungkin perusahaan asuransi anda cuma memberi tahu hal2 yang ‘diperlukan’ saja :).

    lha buktinya anda yg lebih banyak tidak pahamnya kok. komentar anda selalu menggunakan asumsi, menurut yang anda pikir, menurut informasi teman atau agen, dll. saya cuma mau menggarisbawahi bahwa kenyataannya komentar anda tidak relevan dengan yang terjadi di pasar. kemungkinan karena hal berikut:
    1. dunia unit link secara khusus dan asuransi jiwa secara umum terus berkembang, sementara fokus / pemahaman anda masih terpaut pada unit link jaman dulu, mungkin 10 tahun lalu ketika unit link baru dikenalkan ke masyarakan indonesia. memang saat itu unit link memotong biaya yang besar di depan dan tidak transparan dalam pengelolaan investasi. sekarang produk unit link udah makin berkembang, regulasinya juga demikian. kalaupun masih ada perusahaan yang menjual unit link mahal, biaya tinggi, investasi tdk transparan, ya jangan dibeli om. beli dari perusahaan asuransi lain yang menawarkan produk unit link yang lebih kompetitif.
    2. kemungkinan anda berbicara dengan agen yang tidak begitu paham. ya namanya juga agen kan beda-beda pemahamannya.
    3. anda apriori terhadap unit link, jadi tidak mau belajar, atau kalaupun belajar tidak efektif. akhirnya malah semakin tidak paham.

    kebanyakan argumen anda hanya berkutat pada kelebihan produk tertentu (yang anda jual barangkali?). kalau misalnya term life A tidak punya coverage penyakit kritis, tapi unit link B punya coverage penyakit kritis, bukan berarti semua term life tidak punya coverage penyakit kritis. adanya coverage penyakit kritis bukan kelebihan unit link dari term life. gak ada alasan teknis yang menghalangi insurer tersebut atau yang lainnya untuk jualan term life yang ada coverage penyakit kritisnya.

    lha coba dibaca lagi. saya sama sekali tidak menulis ttg penyakit kritis lho. Lagi-lagi ini hanya asumsi (atau fantasi?) anda =) kalau penyakit kritis di term life udah banyak yang menawarkan. itu rider yang paling sering dikombinasikan dalam term life. makanya saya tidak membahas itu.

    contoh realnya, kalau misalnya ada nasabah yang cuma butuh coverage jiwa sebesar 100 juta, saya gak bisa kasih produk term life karena yang saya tahu term life jaman sekarang punya batasan UP minimum atau premi minimum yang terlalu tinggi untuk nasabah tersebut. mau gak mau saya kasih UL. bukan karena di term life gak bisa dibuat produk yang UPnya cuma 100 juta, tapi karena di pasaran gak ada (yang saya tahu) produk tersebut.

    ada kok term life untuk UP 100 jt (yang dibawah itu aja ada). sayang saya gak mau sebut nama perusahaannya nanti dibilang promosi. ya memang kalau jual yg macam ini agen akan rugi sebab komisinya kecil. Oleh karena itu coba beli lewat jalur lain, seperti bank.

    anda ini ngarang dari mana? dengan google sedikit saja saya sudah tahu beberapa reksadana yang invest di MTN.

    cek aja sendiri ke biro pengelolaan investasi Bapepam dan LK, coba ditanya langsung dengan pak Djoko kabiro atau dengan pak Sigit kabag apakah reksa dana saat ini boleh beli MTN? kalau yang anda lihat di google itu tampaknya reksa dana jaman lalu sebelum terjadinya kasus MTN pada salah satu perusahaan manajer investasi. biar gak penasaran tanya langsung aja ke regulator om.

    yup, dan ini sesuatu yang bagus. kalau tidak diatur bisa saja reksadana mempublish NAB yang di atas harga fundamentalnya.

    saya garisbawahin ketentuan yang ada bukan semata2 menyoal NAB yang di atas harga fundamentalnya, tapi lebih ke Kebijakan Investasi seperti yang saya sebut di atas. di satu sisi bagus, di satu sisi “merepotkan” MI. makanya jangan heran kalau dana kelolaan discretionary fund sekarang sudah hampir menyaingi dana kelolaan reksa dana. kenapa? karena di discretionary fund MI lebih “bebas berkreasi”, dan sebagian besar menunjukkan return yang lebih optimal dibandingkan return reksa dana.

    point utama dari saya, anda boleh merasa tidak cocok dengan karakterisitik unit link, tetapi jangan lupa dunia ini begitu luas, begitu banyak ragam kebutuhan orang akan investasi dan asuransi. rasanya tidak bijak kalau anda memberi label bodoh / kurang jeli bagi mereka yang memilih untuk membeli unit link. kenapa? karena jelas unit link juga memiliki keunggulan / manfaat yang tidak terdapat dalam semata term life+reksa dana. Unit link dan reksa dana bukan produk yang saling kanibal, karena mereka punya karakteristik lain. Even term life+reksa dana sekalipun bukan rival unit link, lagi-lagi karena masing-masing memiliki keunggulan yang dapat dipilih oleh masyarakat sesuai kebutuhan finansial tiap-tiap individu yang tentunya berbeda-beda.

  762. #858:

    untuk bung bobby, silakan kirimkan ilustrasi unit link jagoan anda ke email saya priyadi(a)priyadi.net. nanti akan saya bandingkan apa memang benar seperti yang anda klaim :)

    aturan main udah jelas. profit capping juga gak mungkin kan udah diatur perusahaan asuransi wajib menghitung nilai aset berdasarkan nilai wajar. jadi komentar anda sebenarnya tidak relevan.

    lha anda sendiri yang bilang kan kalau discretionary fund itu lebih longgar aturannya. unit link yang tahun 2007 perkembangannya jauh di bawah benchmark itu gimana ceritanya. memang ada reksadana yang jauh underperform benchmarknya, tapi urusan sederhana bagi nasabah untuk pindah ke reksadana lain, not so with unit link. memang bisa saja seluruh dana dipindahkan ke reksadana, tapi tetap saja bulan2 berikutnya harus setor juga :).

    di sisi lain, jarang UL yang mempublikasikan dokumen audit dari auditor independen. jadi nasabah gak bisa tahu persis nilai aset yang dipublikasikan wajar atau tidak.

    lha ini namanya kurang jeli. ada kok yang 100% investasi tapi gak pake biaya pembelian. belum tau ya?

    ya bisa saja memang begitu. tapi umumnya kan tidak :). selain itu di reksadana juga ada yang load fee-nya 0%, jadi ini bukan kelebihan UL.

    memang ada, tapi mahal preminya. bisa gak masuk tuh itungan simulasi yg pernah anda buat di tahun 2007. coba aja disimulasiin lagi. oh ya pake informasi terkini ya, biar relevan hasilnya.

    sebagai informasi, ilustrasi yang saya bikin tahun kemarin masih applicable untuk saat ini :)

    lha katanya udah paham mengenai unit link. kalo di unit link mau ningkatin up ya tinggal top up aja yg banyak, gak perlu proses underwriting lagi tuh. karena up di unit link juga termasuk nilai investasi.

    jaaaaaaaaahhhhh =)) =)). ternyata cuma ini yang dimaksud :)). kalau ngambil BTAID juga bisa dong mas, saya cukup top up yang banyak di reksadana, beres. sama, gak perlu underwriting juga :).

    di unit link kalo mau tambah manfaat asuransi kesehatan rawat jalan tinggal beli rider, yang namanya rider tentu lebih murah preminya. kalo mau beli terpisah asuransi kesehatan rawat jalan saja jelas lebih mahal karena bentuknya bukan rider.

    debatable. saya pernah lihat asuransi kesehatan retail yang lebih murah daripada UL. selain itu di kebanyakan produk term life juga ada rider kesehatan kok. baru tahu yaâ„¢? :D

    komentar anda tidak relevan dengan best practice di dunia asuransi. biarpun ada bukti rekaman, setelah lewat 2 tahun perusahaan asuransi tetap harus bayar om.

    jaaah. kalau misalnya saya sedang sakit jantung kronis, lalu saya apply asuransi dan bohong tentang riwayat kesehatan saya. lalu 3 tahun kemudian saya meninggal gara2 penyakit jantung. apa si insurers masih mau kasih klaim? kemungkinan besar tidak. ini tertera di polis asuransi jiwa manapun.

    kalo mau ngomongin bangkrut, sebelum beli cek dulu RBC-nya berapa. kan ada data di majalah Infobank, Investor, atau Media Asuransi. dengan atau tanpa medical check up kalo RBC-nya minim, ya potensi bangkrut lebih besar.

    makin besar RBC bukan berarti makin bagus. makin besar RBC, maka semakin tinggi profit yang diharapkan oleh investor perusahaan asuransi tersebut. dan dengan demikian semakin mahal premi yang perlu dibayar nasabah. silakan baca ini: http://tankinlian.blogspot.com/2008/03/risk-based-capital.html

    biar gak membuat orang laen yg baca salah paham sebaiknya jangan pakai angka asumsi. karena besarnya premi gak harus sama dengan probabilitas claim lho.

    betul :). besarnya premi harus lebih tinggi dari probabilitas claim. kalau gak begitu mendingan gak usah buka perusahaan asuransi :).

    lha coba dibaca lagi. saya sama sekali tidak menulis ttg penyakit kritis lho. Lagi-lagi ini hanya asumsi (atau fantasi?) anda =) kalau penyakit kritis di term life udah banyak yang menawarkan. itu rider yang paling sering dikombinasikan dalam term life. makanya saya tidak membahas itu.

    lha, saya kan cuma menganalogikan. kalau misalnya unit link A punya coverage X, dan term life B tidak punya coverage X, bukan berarti semua term life tidak punya coverage X. masalahnya mungkin cuma perusahaan asuransi tidak membuat produk term life yang punya coverage X, bukan karena term life tidak mungkin punya coverage X.

    ada kok term life untuk UP 100 jt (yang dibawah itu aja ada). sayang saya gak mau sebut nama perusahaannya nanti dibilang promosi. ya memang kalau jual yg macam ini agen akan rugi sebab komisinya kecil. Oleh karena itu coba beli lewat jalur lain, seperti bank.

    saya mengerti kalau anda tidak berani bilang :). nanti saya cari sendiri saja :).

    cek aja sendiri ke biro pengelolaan investasi Bapepam dan LK, coba ditanya langsung dengan pak Djoko kabiro atau dengan pak Sigit kabag apakah reksa dana saat ini boleh beli MTN?

    lha, anda yang mengklaim, anda dong yang kasih buktinya :). mana peraturan atau rilis dari Bapepam/LK yang melarang reksadana untuk memiliki portfolio MTN?

    point utama dari saya, anda boleh merasa tidak cocok dengan karakterisitik unit link, tetapi jangan lupa dunia ini begitu luas, begitu banyak ragam kebutuhan orang akan investasi dan asuransi. rasanya tidak bijak kalau anda memberi label bodoh / kurang jeli bagi mereka yang memilih untuk membeli unit link. kenapa? karena jelas unit link juga memiliki keunggulan / manfaat yang tidak terdapat dalam semata term life+reksa dana

    sekali lagi: dari sudut pandang konsumen sama sekali tidak ada keunggulan unit link dibandingkan BTAID. keunggulan UL hanya terletak pada besar komisi yang diterima oleh agen, dan ini bukan keunggulan dari sudut pandang konsumen.

  763. NGepek ama life insurance atau enggak juga masih belon keliatan

    http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/keuangan/1id67773.html

    Bapepam-LK terbitkan pedoman transparansi premi

    JAKARTA: Biro Perasuransian Bapepam-LK menilai masih ada perusahaan asuransi, terutama pada asuransi umum, yang belum konsisten menerapkan aturan transparansi premi.

    Regulator melalui surat bernomor S.4140/BL/2008 mengirimkan Pedoman Transparansi Premi kepada perusahaan asuransi kerugian, jiwa dan pialang asuransi, yang paling lambat diterapkan pada 20 Juli.

    Jika hingga waktu yang ditentukan asuransi masih tidak memenuhi pedoman itu, akan dikenakan sanksi peringatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

    “Memang, selama ini masih ada beberapa perusahaan yang belum konsisten menerapkan aturan transparansi premi. Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi yang demikian,” tutur Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata melalui layanan pesan singkat kepada Bisnis, kemarin.

    Pedoman itu berdasar pada Pasal 19 ayat 2 PP No.73/1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang telah dua kali diubah, terakhir kali dengan PP No. 39/2008. Produk hukum itu mengatur bahwa dalam polis asuransi harus dicantumkan besar premi.

    Terkait dengan pelaksanaan ketentuan itu, Biro Perasuransian Bapepam-LK menyusun beberapa pedoman di antaranya asuransi wajib mengidentifikasi pembayar premi dari polis� yang diterbitkan dan mencantumkan besar premi dalam polis. (lihat tabel)

    “Pedoman dikeluarkan untuk meniadakan atau paling tidak mengurangi penafsiran yang berbeda-beda dan keraguan dalam penerapan ketentuan transparansi premi yang ada dalam peraturan pemerintah,” katanya.

    Isa membenarkan bahwa asuransi umum lebih banyak yang belum konsisten menerapkan transparansi premi.�

    Beberapa waktu lalu Biro Perasuransian Bapepam-LK mengancam menjatuhkan sanksi tidak lulus fit and propert test bagi direksi asuransi yang tetap tidak mencantumkan premi secara transparan.

    Isa menemukan sekitar lima perusahaan yang tidak mencantumkan premi secara transparan dalam polis. Lima perusahaan tersebut telah mendapatkan peringatan pertama dan diberikan waktu untuk membenahi diri. (hanna.prabandari@bisnis.co.id)

  764. lha anda sendiri yang bilang kan kalau discretionary fund itu lebih longgar aturannya. unit link yang tahun 2007 perkembangannya jauh di bawah benchmark itu gimana ceritanya. memang ada reksadana yang jauh underperform benchmarknya, tapi urusan sederhana bagi nasabah untuk pindah ke reksadana lain, not so with unit link. memang bisa saja seluruh dana dipindahkan ke reksadana, tapi tetap saja bulan2 berikutnya harus setor juga :).

    discretionary fund itu bukan produk om, melainkan jasa pengelolaan :) untuk halnya unit link yang menggunakan discretionary fund diperlakukan sama aja seperti berinvestasi langsung, dan pencatatan kekayaannya sudah jelas diatur, gak bisa profit capping. tapi ya lagi-lagi kalo ada pihak yg mau berbuat melanggar aturan sih bisa aja, tinggal nanti pas kasus nasabahlah yg paling dirugikan.

    performa investasi may vary tergantung manajer investasinya. prinsipnya bukan pilih fund yang memberikan hasi tinggi, kemudian kalo jeblok pindahkan lagi ke fund lain yang returnnya tinggi. tetapi carilah fund yang memberikan return konsisten. begitu juga dengan unit link.

    kalau suatu unit link invest 100% pada fund A, dan kinerja fund A 10%, maka seharusnya kinerja unit link juga 10%.

    di sisi lain, jarang UL yang mempublikasikan dokumen audit dari auditor independen. jadi nasabah gak bisa tahu persis nilai aset yang dipublikasikan wajar atau tidak.

    ketentuannya udah ada dari depkeu. harus pakai nilai wajar. mau melanggar peraturan? ada konsekuensinya dong :)

    ya bisa saja memang begitu. tapi umumnya kan tidak :). selain itu di reksadana juga ada yang load fee-nya 0%, jadi ini bukan kelebihan UL.

    siapa yang bilang itu kelebihan unit link? baca lagi komen saya sebelumnya :)

    sebagai informasi, ilustrasi yang saya bikin tahun kemarin masih applicable untuk saat ini

    ya kalo merujuk pada unit link jadul memang masih applicable. tapi kalo liat unit link sekarang udah macem-macem, perlu diperbarui tuh ilustrasinya

    jaaaaaaaaahhhhh =)) =)). ternyata cuma ini yang dimaksud :)). kalau ngambil BTAID juga bisa dong mas, saya cukup top up yang banyak di reksadana, beres. sama, gak perlu underwriting juga :).

    nah ini bukti lagi anda tidak paham. top up berkala pada unit link dgn premi berkala akan meningkatkan premi setahun, dan otomatis UP meningkat karena ada ketentuan UP minimum 5 kali premi setahun atau 7,5 juta mana yang lebih besar. kalo anda top up reksa dana itu lain lagi ceritanya, dan belum tentu beres. kenapa? kalau anda meninggal pas kinerja reksa dana lagi ancur, ya anda cuma dapet UP awal karena top up reksa dana tidak menambah UP anda.

    debatable. saya pernah lihat asuransi kesehatan retail yang lebih murah daripada UL. selain itu di kebanyakan produk term life juga ada rider kesehatan kok. baru tahu yaâ„¢?

    yang anda liat most likely asuransi rawat inap perorangan, memang yg paling banyak rawat inap, dan preminya lebih murah dibanding asuransi rawat jalan perorangan. salah satu tim juri AAJI pernah berkomentar, asuransi rawat jalan perorangan banyak fraud-nya, shg membuat perusahaan asuransi mikir 1000 kali sebelum menjual produk tersebut. meskipun demikian ada juga yang berani jual asuransi rawat jalan perorangan, tapi ya itu, preminya mahal banget, kalo mau bikin skema term+rawat jalan+reksa dana pasti porsi investasinya jadi kecil.

    jaaah. kalau misalnya saya sedang sakit jantung kronis, lalu saya apply asuransi dan bohong tentang riwayat kesehatan saya. lalu 3 tahun kemudian saya meninggal gara2 penyakit jantung. apa si insurers masih mau kasih klaim? kemungkinan besar tidak. ini tertera di polis asuransi jiwa manapun.

    kalo ada yg gak mau bayar itu karena nasabahnya kurang pintar. di asuransi dikenal incontestable period selama 2 tahun. setelah 2 tahun anda bunuh diri aja dibayar, apalagi karena sakit. btw yang anda maksud tertera dalam polis itu statement apa?

    makin besar RBC bukan berarti makin bagus. makin besar RBC, maka semakin tinggi profit yang diharapkan oleh investor perusahaan asuransi tersebut. dan dengan demikian semakin mahal premi yang perlu dibayar nasabah. silakan baca ini:

    sebenarnya ini diluar konteks kita sebelumnya. anyway profit yang lebih tinggi tidak melulu harus dicapai dengan pengenaan premi yang lebih tinggi pula. bisa saja dengan menambah jumlah nasabah (law of large numbers) atau efisiensi biaya operasional dan pemasaran. tergantung pintar2nya perusahaan asuransi.

    lha, saya kan cuma menganalogikan. kalau misalnya unit link A punya coverage X, dan term life B tidak punya coverage X, bukan berarti semua term life tidak punya coverage X. masalahnya mungkin cuma perusahaan asuransi tidak membuat produk term life yang punya coverage X, bukan karena term life tidak mungkin punya coverage X.

    kalau term life punya coverage X maka akan menambah biaya asuransi = premi lebih mahal, that’s why perusahaan asuransi lebih baik menjual terpisah coverage X nya, bisa dapet premi dasar yang lebih tinggi =) anda tahu kan dampaknya buat nasabah? :)

    lha, anda yang mengklaim, anda dong yang kasih buktinya :). mana peraturan atau rilis dari Bapepam/LK yang melarang reksadana untuk memiliki portfolio MTN?

    tidak semua ketentuan / kebijakan Bapepam dan LK dirilis untuk publik. Misalnya surat edaran, biasanya dikirim hanya ke direktur-direktur manajer investasi atau perusahaan asuransi. Silahkan tanyakan langsung aja, kalau ada waktu anda bisa main ke gedung depkeu untuk sekedar tanya, mereka sangat welcome terhadap masyarakat nasabah reksa dana / asuransi.

    sekali lagi: dari sudut pandang konsumen sama sekali tidak ada keunggulan unit link dibandingkan BTAID. keunggulan UL hanya terletak pada besar komisi yang diterima oleh agen, dan ini bukan keunggulan dari sudut pandang konsumen.

    ya itu lagi-lagi anda cuma melihat dari kaca mata anda saja. apakah anda sudah buat survey? ini kelemahan anda yang mengklaim pandangan anda sendiri cocok untuk orang banyak =) sama ketika ada orang mati-matian bilang ngapain beli avanza kalau speknya sama dengan xenia? ternyata bagi orang tertentu avanza ada keunggulannya dibanding xenia. ini sekedar contoh, jangan disalah artikan bahwa saya mengatakan unit link itu positioningnya seperti avanza. lagi pula produk unit link bermacam-macam, anda masih berkutat pada produk yang dulu yang itu-itu saja.

    untuk bung bobby, silakan kirimkan ilustrasi unit link jagoan anda ke email saya priyadi(a)priyadi.net. nanti akan saya bandingkan apa memang benar seperti yang anda klaim

    wah saya bukan agen asuransi om, jangan salah paham ya. nanti kalo ada file ppt-nya saya kirim deh. tapi itu bukan berarti saya bekerja di perusahaan ybs lho =)

    saya rasa point utama saya sudah jelas. kalo anda masih ngeyel dan mau sekedar sharing, ada circle bankers, actuarist/insurers, dan fund managers yang suka mengadakan pertemuan rutin di citos. di kafe dome. waktunya biasanya tiap minggu pertama hari rabu malem. oh ya anda tinggal dimana? silahkan datang kalo mau diskusi lebih lanjut, lebih aktual dan praktis (daripada nulis di blog anda kepanjangan). at least anda bisa kasih input atau dapet input. gak ada membership, hubungan pertemanan aja. ada yg dari manulife, aig, danamon, citibank, commwealth, commlife, niaga, danareksa, fortis, optima. first meeting anda ditraktir, berikutnya anda yang nraktir, hehehe.. ditunggu ya!:)

  765. sekali lagi: dari sudut pandang konsumen sama sekali tidak ada keunggulan unit link dibandingkan BTAID. keunggulan UL hanya terletak pada besar komisi yang diterima oleh agen, dan ini bukan keunggulan dari sudut pandang konsumen.

    Ini juga yang membuat pelayanan agen asuransi unit link jauh lebih memuaskan daripada pelayanan agen term life.

    FYI, saat ini sudah banyak unit link yg tidak dipasarkan melalui agen, melainkan melalui bank. Kelebihan produk ini adalah untuk menekan biaya akuisisi yang ‘menurut’ sebagian orang besar. Ngurus aplikasi pendaftaran asuransi dengan bank, tapi kemudian follow up dan urusan selanjutnya dilakukan sendiri ke customer service.

    Anda tidak bisa menyamakan kebutuhan Anda dengan semua orang.

  766. #862:

    performa investasi may vary tergantung manajer investasinya. prinsipnya bukan pilih fund yang memberikan hasi tinggi, kemudian kalo jeblok pindahkan lagi ke fund lain yang returnnya tinggi. tetapi carilah fund yang memberikan return konsisten. begitu juga dengan unit link.

    saya setuju dengan filosofi investasi seperti ini. tapi gimana ceritanya kalau return UL cuma 10%, sedangkan underlying assetnya 50%? masa saya mau diam saja? kan ngga. either way, nasabah stuck dengan fund yang disediakan oleh UL.

    kalau suatu unit link invest 100% pada fund A, dan kinerja fund A 10%, maka seharusnya kinerja unit link juga 10%.

    betul. tapi benchmarknya harusnya bukan kinerja fund, tapi misalnya IHSG. harusnya performa fund gak jauh beda dengan indeksnya. dan yang dipublish oleh UL adalah angka2 sebelum dipotong biaya ini itu.

    ketentuannya udah ada dari depkeu. harus pakai nilai wajar. mau melanggar peraturan? ada konsekuensinya dong

    ini cuma mengalihkan perhatian. jadi dimana bisa saya lihat audit independen fund unit link? :) sebelum konsekuensi dijatuhkan terhadap sebuah pelanggaran, harus diketahui dulu kalau ada pelanggaran.

    ya kalo merujuk pada unit link jadul memang masih applicable. tapi kalo liat unit link sekarang udah macem-macem, perlu diperbarui tuh ilustrasinya

    saya masih menunggu ilustrasi unit link jagoan anda yang katanya ‘modern’ :). jadi kapan mau dikirim ilustrasinya? :P

    top up berkala pada unit link dgn premi berkala akan meningkatkan premi setahun, dan otomatis UP meningkat karena ada ketentuan UP minimum 5 kali premi setahun atau 7,5 juta mana yang lebih besar. kalo anda top up reksa dana itu lain lagi ceritanya, dan belum tentu beres. kenapa? kalau anda meninggal pas kinerja reksa dana lagi ancur, ya anda cuma dapet UP awal karena top up reksa dana tidak menambah UP anda.

    yaahh… UP 5x premi itu terlalu kecil, UP 7,5 juta juga terlalu kecil. besar kemungkinan premium adjustment gak bakalan menyentuh titik ini. kecuali kalau dari awalnya nasabah diberi polis yang seabsurd itu. jadi kalau sekarang saya punya UP 100 juta, dan saya mau meningkatkan UP ke 500 juta, maka saya ‘hanya’ perlu menaikkan premi berkala menjadi 100 juta/tahun? yang bener aja =))

    kalo ada yg gak mau bayar itu karena nasabahnya kurang pintar. di asuransi dikenal incontestable period selama 2 tahun. setelah 2 tahun anda bunuh diri aja dibayar, apalagi karena sakit. btw yang anda maksud tertera dalam polis itu statement apa?

    dari beberapa polis yang saya baca, incontestible period biasanya cuma berlaku untuk informasi yang keliru, bukan yang deliberately bohong. bahkan ada yang gak punya incontestable period.

    sebenarnya ini diluar konteks kita sebelumnya. anyway profit yang lebih tinggi tidak melulu harus dicapai dengan pengenaan premi yang lebih tinggi pula. bisa saja dengan menambah jumlah nasabah (law of large numbers) atau efisiensi biaya operasional dan pemasaran. tergantung pintar2nya perusahaan asuransi.

    RBC itu angkanya sudah dalam persen, kalau tidak maka meaningless. jadi besar kapital yang ditanam di RBC itu secara proporsional berbanding lurus dengan besar resiko, dan dengan demikian juga dengan jumlah nasabahnya. jadi, semakin besar RBC, maka semakin besar ekspektasi investor terhadap besar profit yang didapatkan DARI SETIAP NASABAH.

    kalau term life punya coverage X maka akan menambah biaya asuransi = premi lebih mahal, that’s why perusahaan asuransi lebih baik menjual terpisah coverage X nya, bisa dapet premi dasar yang lebih tinggi =) anda tahu kan dampaknya buat nasabah?

    ini bukan masalah. untuk term life, nasabah tinggal cari deal yang terbaik dari beberapa perusahaan asuransi. selama tidak ada sistem kartel, maka nasabah akan mendapatkan deal yang paling efisien. untuk unit link, nasabah gak bisa melakukan perbandingan. untuk membandingkan harus jungkir balik dulu berhari2 di spreadsheet :). ini sebabnya mayoritas UL jauh lebih mahal daripada term. bagi nasabah casual, deal terbaik hanya bisa didapatkan kalau mereka mampu melakukan perbandingan, dan satu2nya harapan adalah dengan memisahkan asuransi dan investasi. betul memang ada UL dengan biaya akuisisi 0%. tapi apa konsumen ngerti? kan ngga. selain itu ada alasan2 lain yang telah saya beri tahu sebelumnya.

    ya itu lagi-lagi anda cuma melihat dari kaca mata anda saja. apakah anda sudah buat survey? ini kelemahan anda yang mengklaim pandangan anda sendiri cocok untuk orang banyak

    oh saya sih sudah terlalu sering menerima masukan dari nasabah maupun calon nasabah, dulu bisa sehari sampai beberapa kali :). kebanyakan ikut unit link hanya karena tidak tahu ada gajah yang disembunyikan dengan rapih di situ. seandainya mereka mengetahuinya, mayoritas tidak akan ikut unit link.

    wah saya bukan agen asuransi om, jangan salah paham ya. nanti kalo ada file ppt-nya saya kirim deh. tapi itu bukan berarti saya bekerja di perusahaan ybs lho =)

    saya tunggu, kalau bisa ada hitung2an versi anda juga. anda bilang hitung2an saya kuno, jadi saya pikir harusnya anda sudah pernah melakukan perhitungan2an versi anda sendiri.

    saya rasa point utama saya sudah jelas. kalo anda masih ngeyel dan mau sekedar sharing, ada circle bankers, actuarist/insurers, dan fund managers yang suka mengadakan pertemuan rutin di citos. di kafe dome. waktunya biasanya tiap minggu pertama hari rabu malem. oh ya anda tinggal dimana? silahkan datang kalo mau diskusi lebih lanjut, lebih aktual dan praktis (daripada nulis di blog anda kepanjangan). at least anda bisa kasih input atau dapet input. gak ada membership, hubungan pertemanan aja. ada yg dari manulife, aig, danamon, citibank, commwealth, commlife, niaga, danareksa, fortis, optima. first meeting anda ditraktir, berikutnya anda yang nraktir, hehehe.. ditunggu ya!

    setelah ratusan komen, rasanya point utama saya juga sudah cukup jelas. tapi kalau melihat dari teman2 gaul anda rasanya saya sudah bisa membaca konflik kepentingan anda :). saya pikir sih jauh lebih praktis nulis di blog, gak ada halangan waktu atau tempat. tapi mungkin kalau sempat saya akan hadir, sebelumnya saya akan email ke anda dulu.

  767. #863:

    FYI, saat ini sudah banyak unit link yg tidak dipasarkan melalui agen, melainkan melalui bank. Kelebihan produk ini adalah untuk menekan biaya akuisisi yang ‘menurut’ sebagian orang besar. Ngurus aplikasi pendaftaran asuransi dengan bank, tapi kemudian follow up dan urusan selanjutnya dilakukan sendiri ke customer service.

    betul. kalau terpaksa harus merekomendasikan UL, tentunya saya akan kasih yang bancassurance atau direct. tapi as a general rule of thumb, saya tidak akan merekomendasikan UL karena ada banyak alasan2 selain urusan biaya.

  768. hhahahahahahahahhaha………..
    mas pri mau numpang tenar di “bisnis” dunai maya
    workless ya..!!!!

  769. #867
    Ini blog kan emang kepunyaan Mas Priyadi.
    Boleh-boleh aja dia mau komen seberapa banyak.

  770. Saya salut buat Mas Priyadi, penjelasannya sangat cerdas & membuka wawasan, & boleh saja tiap org punya pendapat berbeda , tp mestinya argumentasi bisa disampaikan secara ilmiah… :-w
    tp mungkin aja sih.. yg pendapatnya ngaco -ngaco itu krn periuk nasinya ke ganggu ama Mas Priyadi krn banyak calon konsumen yg akhirnya pd sadar & nyesel(termasuk saya…).. :((
    Memang harusnya para sales/account exec/apalah yg di kartu nama ditulis profesinya financial advisor & sebangsanya itu harus dpt memberikan info seimbang ttg plus minusnya produk yg ditawarkan.
    Tp meski ada juga yg udah ngasih penjelasan meski samar-samar.. tetep aja wajah cakep merusak logika berpikir ..hehe :d
    Tetep Semangat Mas Pri..

  771. wah saya rasa ada yang tidak mengerti produk disini.

    kalo harga koran a dan b beda, pasti ada yang beda dalam hal kualitas. apple to apple ga yah A dan B?

    jangan2 satu koran bahasa indo yang isinya berita kriminal dan gosip semua… dan satunya lagi koran berbahasa inggris yang isinya update politik dan ekonomi yang berkualitas. yah pasti harganya beda mas…

    trus yang namanya investasi bukannya kita malah terbantu yah… justru dengan adanya koran yang sekaligus ada investasinya masyarakat justru dididik untuk mengenal program2 investasi yang mengntungkan?
    pencerahan justru….
    lagian kalopun ada yang ga tau dan ga mao tau ttg investasi (berhubung banyak yang suka bgini, termasuk saya) setidaknya sudah dibantu berinvestasi tanpa repot2 cari tau…yang penting kan untung…

    kalo ga, mao sampai kapan nunggu masyarakat melek investasi?

    halah mas pri mas pri….
    berdebat ttg dunia asuransi sampe bicara masalah hukum dkk nya tentu saya bukan jagonya.
    tapi saya rasa justru masyarakat diuntungkan dengan program ini.

    tergantung darimana anda memandang.

    mao berdebat sampe bego pun… pasti akan selalu ada argumen…debat kusir hahahah…

    tp coba deh pelajari dengan lebih mendalam dulu sblom nulis….

    btw cara anda nge track orang buat masuk ke blog anda sangat menarik. marketingin blog dengan menjelek2kan sesuatu memank gampang memancing komentar yah…salut saya ^_^

  772. wowww…exciting.!
    Ternyata ada wacana (penambahan knowledge) dan diskusi untuk salah satu dari orang banyak di Indonesia ini yang masih blm mahfum betul seluk beluk dunia per-Asuransi-an. seperti saya misalnya

    terima kasih.

    :) :) :)

  773. Yang saya tau, itu banyak dijual dalam bentuk unit link produk asuransi. Apalagi ya yang pake modal ilusi finansial lainnya? mohon pencerahannya.

    NB. Blognya “gila”!! Penggemar mas priyadi kok sampe segitu banyaknya??? Saya baru tahu kekuatan sebuah blog mas. (ketinggalan jaman ya?? Hihihi.)

  774. yang ngasuransi berarti nggak yakin dengan ketentuan Allah. Rejeki setiap makhluk sudah ditanggung. Coba lihat cicak, makanannya justru nyamuk yang bersayap dan terbang, cicak nggak punya sayap. tapi rejekinya sudah ditanggung Allah SWT, ya si cicak tercukupi rejekinya.

  775. Bagi pembeli/nasabah, boleh dong membeli diversifikasi layanan dan jaminan keamanan keuangan.

    Percaya dan yakin Allah memberi rejeki bukan berarti tidak harus berusaha. Cicak pun masih mencari mangsa. Laba-laba juga menggelar “lapak” (jaring). Mereka tidak menunggu santapan datang tanpa berusaha.

    Dan bagi pembeli koran B, itu juga salah satu usaha yang dilakukan seperti cicak berupaya mencari mangsa.

    Mau berinvestasi sendiri secara terpisah pun tidak selalu menguntungkan. Lihat saja kasus reksadana yang menghebohkan negeri ini.

    Apalagi investasi di reksadana yang kurang liquid dibandingkan unitlink. Ini juga suatu sisi yang harus diungkap.

    Banyak pilihan boleh disajikan. Pembeli boleh memilih apa pun dan jangan dicap bodoh atau tidak berpengetahuan.

  776. good posting.

    kadang memang harus jadi loper dulu untuk tahu ternyata koran B tidak lebih menguntungkan dibanding koran A.

    namun, karena negara ini negara pemalas; jadi bukan hanya pelanggan saja yang mudah langganan koran B, bahkan mereka tertarik jadi loper koran B :)

    curcolan ex loper nih ceritanya gw :)

  777. Walaupun demikian, jika B menjual korannya dengan harga tersebut, maka korannya tidak akan laku. Dengan kualitas yang sama, bisa dibilang hampir semua konsumen akan memilih koran A yang harganya cuma setengah koran B.

    Di sini yang mas Priyadi berkesan tendensius. Analogi ini mengasumsikan seolah-olah kualitas unit link dengan termlife sama. Padahal dengan jelas nasabah mendapatkan dukungan dari sistem keagenan yang baik yang lebih dijamin pelayanannya dalam jangka panjang.

    Yang berikutnya tentu biaya akuisisi yang diambil di 5 tahun pertama membuat biaya asuransi tahunan berjalan unit link relatif lebih murah daripada premi termlife. Jadi dalam analogi tersebut, tidak selamanya si penjual koran B menjual koran dengan harga tersebut. Setelah 5 tahun harga korannya akan lebih murah daripada koran A.

    Tolong pahami dulu cara kerja unit link sebelum anda mengeluarkan suatu analogi yang bisa menyebabkan kesalah-pahaman masyarakat banyak.

    Salam.

    1. @adhi:

      coba kasih bukti kalau “nasabah mendapatkan dukungan dari sistem keagenan yang baik dsb dsb”. realitasnya sih sama aja. bahkan ‘sistem keagenan’ cuma jadi overhead yang sebenarnya gak diperlukan.

      biaya akuisisi yang diambil di 5 tahun pertama jelas ngga membuat UL lebih murah. ini sudah saya buat perhitungannya di sini. pertama, biaya asuransi di UL belum tentu lebih murah daripada term life, bahkan sebelum mempertimbangkan biaya administrasi dlsb. kedua, faktor ‘time value of money’. sayangnya agen asuransi banyak sekali yang gak ngerti masalah dasar finance seperti ini. silakan digoogle sendiri apa itu ‘time value of money’ :).

  778. Kalau bukti pelayanan agen itu tergantung pada manusianya. Tapi kalau bukti SISTEM KEAGENAN, jelas dengan ditariknya biaya akuisisi tersebut, dana tersebut digunakan untuk membangun sistem keagenan yang berjangka panjang.

    Contoh, nasabah khawatir agennya tidak aktif lagi tahun depan? Tidak perlu khawatir, manajer-manajernya bisa dihubungi untuk melanjutkan pelayanan polisnya. Penghasilan para manajer tersebut sudah cukup besar sehingga akan bodoh bagi mereka untuk tidak memedulikan kepentingan nasabah untuk menjaga reputasi juga persistensi mereka.

    Makin besar penghasilan mereka (terutama karena kerja keras ya), makin tahan lamalah mereka berada dalam bisnis asuransi jiwa. Ini penting sebab polis asuransi jiwa adalah polis seumur hidup.

    Karena pengalamannya, manajer-manajer tersebut juga memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang permasalahan klaim dan isi polis (dan tentu idealnya agen pun demikian).

    Darimanakah penghasilan manajer-manajer tersebut? Tentu dari biaya akuisisi. Biaya akuisisilah yang memungkinkan terbentuknya KARIR dalam sistem keagenan tersebut. Dan nasabah mereka juga tidak seabrek-abrek (tipikal 200-300 nasabah), karena sudah mendapatkan komisi yang memadai dari merekrut agen dan omzet grup sehingga pelayanan ke nasabah bisa lebih optimal.

    Bandingkan dengan agen yang cuma mendapat komisi yang kecil, harus diimbangi dengan terus-menerus mencari nasabah yang akumulasinya akan begitu banyak (1000 nasabah lebih) karena tidak ada omzet grup, untuk tetap bisa eksis dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tidak ada karir/sistem keagenan yang dapat menjamin kehidupannya. Semua ini berkesan hit and run.

    Kalau calon nasabah tidak ingin mendapatkan pelayanan dari sistem keagenan seperti ini silahkan.

    Di Indonesia, jarang sekali nasabah yang mau membaca polis secara detil. Sehingga seringkali masalah-masalah klaim disebabkan oleh kesalah-pahaman nasabah dalam mengetahui hak dan kewajiban polis.

    Mengenai perhitungan UL. Yang saya katakan adalah biaya asuransi tahunan lebih murah daripada premi termlife. Ini sudah saya bandingkan sendiri dengan tarif premi termlife yang mas Priyadi pernah unggah excelnya.

    Memang kalau termlife disandingkan dengan reksa dana maka hasil investasinya dengan asumsi yang sama akan lebih besar. Namun pertimbangkan hal-hal ini:

    1. Hasil investasi maupun UL tidak dijamin. Sehingga perbandingan tersebut cuma ASUMSI.

    2. Tergantung dari kedisiplinan nasabah. Lebih mudah mana disiplin satu produk (UL) atau pada 2 produk dan bahkan lebih (multi reksa dana/investasi).

    3. Membeli termlife berarti membeli PROBABILITAS. Sedangkan membeli whole life (UL), berarti membeli KEPASTIAN. Apalagi yang cuma ikut termlife 10 sampai 20 tahun dan usia awal 30 tahun. Kemungkinan meninggal, penyakit kritis, kecil banget. Membeli probabilitas jangka waktu cuma segitu (10 sampai 20 tahun), tentu saja murah. Perlu diketahui, probabilitas penyakit kritis sampai meninggal mulai membesar di usia 55 sampai 65 tahun. Probabilitas meninggal wajar membesar di atas usia 65 tahun.

    So, silahkan membeli probabilitas. Ada harga ada rupa. Membandingkan antara harga premi termlife dengan premi whole life akan terasa tidak fair. Yang satu membeli probabilitas (mirip judi), yang satu lagi membeli kepastian proteksi dana.

    Untuk time value of money, bagi yang memiliki dana terbatas, tentu membeli ‘probabilitas’ termlife lebih dianjurkan. Namun bagi yang punya dana lebih, time value of money tidak ada artinya bila sampai terjadi penyakit kritis di usia 56 misalnya, semua tabungan yang dikumpulkan akan menjadi sia-sia karena bisa-bisa diberikan semua ke rumah sakit.

    Time value of money juga tidak ada artinya bila nanti anak-anak anda rebutan warisan dari anda karena aset keras berupa tanah dan rumah paling bisa menimbulkan polemik. Lebih baik beli whole life (UL) sebagai konversi kekayaan aset keras. Sehingga ahli waris lebih mudah membagi-bagikan warisan karena berasal dari UP.

    Time value of money juga tidak ada artinya bila anda adalah pengusaha yang tipikalnya banyak hutang dalam menjalankan roda bisnis. Misal meninggal di usia 68 tahun, tidak ada penerus bisnis dari anak maupun istri (bisnis diurus oleh pengganti anda yang profesional). Namun mereka harus menanggung hutang-hutang bisnis anda. Sehingga aset bersih yang tersisa jauh lebih sedikit karena harus dikurangi oleh hutang-hutang.

    Jadi solusi termlife untuk pertanggungan yang panjang bagaimana? Biasanya masa pertanggungan maksimum termlife sampai usia 70 tahun. Di usia 56 sampai 70, premi yang ditanggung sudah cukup mahal dan menanjak. Biasanya tabungan yang ada sudah tinggal dikit karena sudah dibelanjakan untuk biaya kuliah, menikahi anak, beli rumah, dlsb di usia produktifnya. Dana sudah terbatas untuk menikmati pensiun, termlife usia lanjut biasanya tidak masuk prioritas karena mahal.

    Sedangkan yang sudah ikut UL, dapat meneruskan masa proteksinya dengan tenang karena masih ada akumulasi dana yang membayari biaya asuransi tahunannya (dan ingat biaya asuransi tahunan UL relatif lebih murah daripada premi termlife).

    Catatan penting, produk unit link adalah PRODUK ASURANSI JIWA berjenis whole life. Janganlah menganggap UL sebagai tabungan yang fungsinya mencari keuntungan investasi. Melainkan UL bertujuan untuk memenuhi kebutuhan proteksi dan tabungan jangka-panjang terutama HARI TUA.

    Ideal untuk pensiun, warisan, proteksi hutang usaha, biaya pemakaman, juga tentu untuk proteksi penghasilan selama masa pertanggungan.

    Salam.

    1. @adhi:

      – sistem keagenan yang ada cuma jadi overhead yang terlalu besar dan sebenarnya gak perlu2 amat. contoh: kalo nasabah bayar premi 1 juta/bulan. maka total dia bayar agen+manager+agencynya sekitar 25 juta!! yang bener aja! kalau angka ini diberikan kepada nasabah di depan, mana ada yang mau ikut asuransi. makanya angka ini perlu disamarkan pakai istilah biaya akuisisi. kemudian besarannya dikumpulkan di tahun2 awal. tujuannya adalah supaya ketika nasabah sudah sadar kalau dia dikadalin, dia sudah terlanjur bayar, dan uangnya gak bisa ditarik.
      – biaya asuransi di UL gak bisa dibandingkan begitu saja dengan premi asuransi term life, karena komponen biaya asuransi belum termasuk seluruh overhead, sedangkan premi TL sudah mencakup seluruh overhead. overhead yang belum termasuk misalnya: biaya akusisi & biaya administrasi. jadi perbandingannya gak apple to apple.
      – UL itu bukan whole life. silakan belajar lagi. di buku panduan sertifikasi keagenan AAJI yang saya punya, informasinya ada di halaman 19-21.
      – kayanya anda gak ngerti apa itu ‘time value of money’. tapi saya gak bisa menyalahkan anda kalau anda tak mengerti. sayangnya konsep finansial yang sangat mendasar ini memang tidak diajarkan kepada agen asuransi.
      – premi term life di usia tua memang tinggi, tapi biaya asuransi di UL pun demikian. silakan dipelajari lagi. sayangnya besaran premi di UL itu misterius. di ilustrasi dan polis tidak mencantumkan besar premi untuk tahun depan. jangankan nasabah, agen pun tidak tahu. mungkin perusahaan asuransinya pun juga gak tahu. sedangkan di term life dengan klausul guaranteed renewability ini dicantumkan.

  779. Mas Priyadi, sebelum saya comment lebih jauh, coba sebutkan isi polis tentang guaranteed renewbility, pasal berapa itu ada dan bunyi persisnya bagaimana. Sebutkan anda ikut produk termlife yang mana.

    Coba sebutkan apa yang anda maksud dengan time value of money biar menyamakan persepsi dulu.

    Terakhir, coba sebutkan saja mengapa UL bukan whole life seperti yang tercantum di hal tersebut. Saya akan jelaskan lebih lanjut tentang hal ini.

    Mengenai komisi dan pelayanan agen tidak perlu atau mahal? Ya bagi anda tidak perlu atau mahal, belum tentu bagi yang lain. Lagian semakin besar premi semakin besarlah komisi, sama seperti komisi-komisi lain yang berdasarkan persentase. Apa yang aneh dengan hal ini?

    Salam.

    1. @adhi:

      contoh pasal guaranteed renewability dari term life manulife:

      “Proactive inidapat diulang pada ulang tahun polis. pengulangan tersebut maksimum sampai tertanggung mencapai usia 70 tahun.” “Pengulangan sebagaimana dimaksud pada pasal di atas dapat dilakukan dengan membayar premi sesuai dengan tarif premi yang berlaku pada saat pengulangan, dan tidak diperlukan seleksi ulang.”

      time value of money silakan dipelajari melalui wikipedia di sini.

      soal komisi agen sih sebenarnya sok aja kalau mau mahal juga, sebagaimana kalau anda jualan krupuk 1 milyar/bungkus juga sok2 aja :). masalahnya nasabah asuransi pada umumnya gak tahu dia harus keluar uang berapa dalam asuransi UL. jadi di sini mekanisme pasar gak jalan. beda kalau jualan krupuk 1 milyar/bungkus, pasti gak ada yang beli :).

    2. @adhi purwono:

      whole life itu nilai tunainya dijamin, kecuali untuk beberapa polis par yang ada pembagian dividen di luar nilai yang dijamin. sedangkan UL nilai tunainya tidak dijamin. risiko investasi di whole life ditanggung insurer, sedangkan di UL ditanggung nasabah.

      coba anda baca lagi buku panduan dari AAJI.

  780. Tambahan.

    Mengenai biaya asuransi tahunan unit link. Yang dibayar oleh nasabah setelah 5 tahun tinggallah biaya asuransi tahunan dan biaya admin saja. Maka-nya layak diperbandingkan untuk usia-usia 50 ke atas, karena nasabah unit link hanya tinggal menghadapi biaya-biaya tersebut, sedangkan nasabah termlife harus menghadapi premi yang semakin menanjak tajam dan lebih mahal daripada biaya-biaya tersisa di unit link.

    1. @adhi purwono:

      salah besar. baik term life maupun UL, nasabah sama2 harus menghadapi biaya asuransi yang semakin naik. ini adalah konsekuensi umur semakin tinggi dan dengan demikian risiko semakin tinggi. dalam hal ini, perbedaan UL dan TL itu cuma di UL biaya asuransi didebit dari rekening investasi milik nasabah, sedangkan di TL, biaya asuransi didebit dari rekening tabungan.

      walau ‘hanya’ 5 tahun pertama, efek dari biaya akuisisi ini sangat signifikan. berdasarkan perhitungan saya bisa sampai 37% bedanya! kenapa bisa gitu? ya karena time value of money. dengan asumsi besar nominal sama, setoran di awal2 periode nilainya jauh lebih berharga daripada setoran di akhir periode.

  781. Tambahan lagi.

    Siapa bilang biaya asuransi tahunannya untuk tahun-tahun berikutnya tidak bisa diketahui? Perhatikan ilustrasi manfaat nilai tunainya. Di situ sudah tercantum ilustrasi hasil investasi dengan asumsi bunga. Semua angka di tabel tersebut SUDAH BERSIH DARI BIAYA-BIAYA. Nah saya bisa menghitungnya bukan dari hasil tersebut dikurangi biaya admin dan akuisisi? Dapatlah biaya asuransi tahunannya.

    Memang tidak dicantumkan selain tahun berjalan dan 1 tahun ke depan. Karena di dalam polis (PAA), disebutkan biaya asuransi tahunan bisa lebih kecil daripada yang tercantum kecuali terjadi force major. Bisa lebih kecil dikarenakan harapan hidup orang Indonesia akan semakin baik sehingga rasio dari tabel mortalitas di Indonesia akan semakin kecil. Semakin kecil rasio mortalitasnya, semakin murah biaya asuransi tahunannya.

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      kalau sesederhana itu coba anda hitungkan berapa biaya asuransi tahunannya :). saya terus terang mau tahu :). kalau data ini ada, maka menjadi tidak terlalu sulit untuk membandingkan produk2 UL.

      menurut saya sih biaya asuransi tidak dicantumkan itu supaya perusahaan asuransi bisa menaikkan besaran premi sepihak ketika diketahui risiko nasabah naik.

      contoh: tahun ini si A kena stroke. kemudian A claim manfaat kesehatan untuk rawat inap dsb. tahun depan perusahaan asuransi jadi tahu dong kalau si A tahun kemarin kena stroke. maka dia naikkan biaya asuransinya. lalu A gigit jari.

  782. @Priyadi
    Mengenai pasal guaranteed renewability, tolong perjelas maksud kata-kata ini: “….sesuai dengan tarif yang berlaku PADA SAAT PENGULANGAN.”

    Mengapa tidak dituliskan misal “… berlaku sesuai dengan tarif premi yang tercantum di dalam polis ini”?

    ‘Tarif yang berlaku pada saat pengulangan’ bisa saja tarif premi itu berbeda dengan tarif premi yang berlaku saat polis itu terbit.

    So, mohon diperjelas dulu.

    Boleh minta request tambahan? Selain tarif premi apakah ada biaya-biaya lainnya yang harus dibayar oleh nasabah? Misalnya biaya admin yang terpisah dari tarif premi?

    Mengenai biaya asuransi tahunan PAA, anda belum pernah menghitungnya bukan? Saya sudah pernah menghitungnya dan biaya asuransi tahunan memang lumayan jauh lebih ringan dibandingkan dengan premi termlife di usia-usia 50 ke atas.

    Apakah anda punya ilustrasi PAA? Nah silahkan baca hal-hal penting terutama poin 2 dan poin 3. Di situ tertulis tentang biaya-biaya apa saja yang diambil dan beserta mekanisme pengambilannya.

    Kemudian perhatikan ilustrasi manfaat nilai tunai. Perhatikan bahwa angka nilai tunai yang tercantum merupakan nilai tunai pada akhir tahun polis. Sedangkan angka premi terjadi pada awal tahun polis.

    Dari ke dua hal ini (daftar biaya dan tabel nilai tunai), dapat dihitung sendiri biaya asuransi tahunannya.

    Lebih mudah lagi bila mas Priyadi mempunyai SQS. Di sana terlihat biaya asuransi tahunannya per rider dan per usia nasabah.

    Silahkan hitung sendiri ya, khan mas Priyadi orang yang kritis, pasti hitung-hitungan seperti ini mudah bagi mas Priyadi. Kalau sudah selesai, silahkan unggah lagi excelnya dan mari kita lihat sama-sama.

    Mengenai whole life. Memang unit link bukanlah secara persis whole life. Namun masa pertanggungan unit link SAMA dengan whole life hanya saja nilai tunai tidak dijamin, dan resiko investasi ditanggung oleh nasabah. Jadi saya tidak salah mengatakan memilih unit link harus mengetahui manfaat yang didapat dari whole life.

    Tambahan mengenai biaya asuransi tahunan, apakah termlife-nya mas Priyadi MENCANTUMKAN BIAYA ASURANSI TAHUNAN? Anda menuntut unit link mencantumkan biaya asuransi tahunan sepanjang masa pertanggungan. Tapi bagaimana dengan termlife anda sendiri? Sejauh yang saya tahu yang tercantum dalam polis termlife hanyalah TARIF PREMI. Unit link mencantumkan juga tarif premi misalnya 500 ribu untuk pembayaran tiap bulan.

    Untuk contoh rumah sakit, coba cantumkan isi polis termlife anda yang ridernya yang tidak menaikkan premi kalau nasabah diketahui terkena stroke setelah klaim rawat inap. Silahkan.

    Di PAA untuk rawat inap memang yang dijamin hanyalah Prudential tidak akan menolak memperpanjang kontrak bila nasabah sedang/telah melakukan klaim. Produk rawat inap dihitung sebagai produk tahunan yang biaya asuransi tahunannya tidak dijamin.

    Mengenai time value of money, yang anda maksudkan masalah penurunan nilai karena inflasi? Dan sudah saya jawab khan kalau kebutuhan whole life tidak terpenuhi seperti contoh-contoh yang saya berikan, percumalah time value tersebut.

    Sebenarnya selisih antara BTAID dengan unit link seperti yang anda unggah tersebut cuma teori saja kalau:

    1. Mempertimbangkan resiko investasi baik itu di RD maupun di unit link. Perbandingan anda sekali lagi hanyalah asumsi.

    2. Mempertimbangkan kedisiplinan menabung baik itu di RD dan termlife maupun di unit link.

    3. Mempertimbangkan resiko DIAMBIL OLEH NASABAH itu sendiri.

    ‘Menabung’ di asuransi jiwa dalam hal ini di unit link memiliki keunggulan untuk menghindari resiko seperti ini (diambil nasabah) karena Uang Pertanggungan yang dijamin HANYA BISA DICAIRKAN BILA TELAH SESUAI DENGAN PERJANJIAN POLIS. Dalam hal asuransi jiwanya, bila nasabah sudah meninggal baru bisa diambil. Uang tersebut aman dari tangan-tangan yang ingin mengambilnya, dan utuh sesuai fungsinya saat diklaim.

    Bandingkan dengan strategi anda tidak ikut asuransi jiwa lagi setelah 20 tahun. Anda menganggap seolah-olah dana yang terkumpul di RD tidak diotak-atik. Padahal godaan untuk mengambilnya akan sangat besar yang kemungkinan besar setelah nasabah meninggal, dana tersebut itu sudah tidak utuh lagi bahkan telah habis digunakan.

    Asuransi jiwa dalam hal ini berfungsi sebagai CANGKANG/BENTENG dari sifat manusia yang sangat konsumtif. Itu untuk UP-nya.

    Untuk nilai tunainya, walaupun di unit link sama-sama bisa diambil kapan saja, tapi penahannya secara psikologis lebih banyak yaitu:

    1. Tidak bisa diambil semua kalau mau asuransi jiwanya tetap inforce.

    2. Harus menghitung sisa nilai tunai supaya tetap cukup membayar biaya-biaya yang ada, kalau tidak ingin membayar premi kembali.

    3. Hampir dipastikan 5 tahun pertama karena saldo nilai tunainya masih kecil, nasabah (terpaksa) melatih dirinya untuk memiliki habit menabung/membayar premi.
    Lima tahun untuk melatih membentuk habit adalah hal yang sangat positif.

    Segini dulu ya mas Priyadi.

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      1. di TL saya, tarif premi sudah tercantum di polis dari mulai sampai umur 65 tahun kalau gak salah. memang gak semua TL seperti ini sih. tapi yang jelas semua UL yang pernah saya lihat2 tidak punya klausul seperti ini.

      2. di TL saya tidak ada biaya admin di luar premi asuransi. tapi ada TL lain yang punya biaya admin di luar biaya asuransi.

      3. tentang biaya asuransi, saya SUDAH coba menghitung, tapi GAK BISA. apapun yang saya lakukan, angka hasilnya tidak realistis. masa UP 100 juta untuk 30/M/NS biaya asuransinya bisa sampai 500 ribu/tahun? kemungkinannya adalah saya salah hitung, ada faktor lain yang gak saya ketahui, atau ilustrasinya bohong. kalau anda punya perhitungannya silakan posting di sini bersama dengan ilustrasi yang anda gunakan. saya ada SQS 1.4.1, di sana gak ada biaya asuransinya seperti yang anda katakan. kalau anda punya versi barunya, saya juga mau, tolong kirim ke email saya di priyadi@priyadi.net

      4. TL itu tidak punya nilai tunai, jadi di TL: tarif premi = biaya asuransi + biaya administrasi. jadi mau banding2kan TL merk satu & merk lainnya itu gampang walaupun kita gak punya data berapa biaya asuransinya. yang menerapkan biaya asuransi terlalu mahal akan langsung ketahuan. sedangkan di UL: tarif premi = biaya asuransi + biaya investasi + investasi. nasabah hanya tahu tarif premi dan biaya asuransi. UL itu kurang lebih sama dengan asuransi yang preminya diautodebet dari rekening reksadana, tapi nasabah gak diberitahu berapa nilai yang akan diautodebet oleh perusahaan asuransi. naaah, jadi kembali lagi, kita coba cari berapa nilai yang didebet ini berdasarkan data yang kita punya.

    2. @adhi purwono:

      5. yang saya maksud adalah premi asuransi jiwanya, bukan rider rawat inapnya. jadi, rider rawat inap di UL itu bisa jadi jebakan betmen. karena kalau nasabah klaim, pihak asuransi jadi tahu kalau nasabah ada masalah kesehatan. dan dengan data itu mereka bisa menaikkan premi asuransi jiwanya untuk tahun berikutnya.

      6. RD dan UL itu sama aja, dananya bisa diutak atik. silakan baca2 lagi polis anda :). kalau mau gak diutak atik, lebih baik masuk ke DPLK. di sana dananya baru bisa dicairkan setelah pensiun.

      7. soal disiplin, disiplin itu gak bisa dibeli. kalau memang pada dasarnya nasabah gak disiplin, maka ikut UL pun polisnya akan lapse juga. disiplin investasi itu butuh reward, bukan hukuman. jika nilai tunai nasabah habis dimakan agen+manager+agencynya untuk pesiar & jalan2 ke luar negeri, dan nilai tunainya bahkan masih jauh dari balik modal setelah bertahun2, apakah ini berefek baik untuk sifat disiplin si nasabah? tentu saja tidak.

  783. @Priyadi

    Baiklah rasanya saya bisa menangkap kerisauan mas Priyadi. Sudah sampai komentar 888 tapi anda sepertinya tidak puas juga dengan penjelasan yang ada. Saya bahas dulu satu-satu ya.

    Tanggapan poin 1:
    Di TL yang tercantum adalah TARIF PREMI, BUKAN biaya asuransi tahunan. Di UL juga tercantum tarif premi, misal premi berkala 500 ribu, cara pembayaran tiap bulan.

    Tanggapan poin 2:
    Ok. Berarti tarif premi TL anda sudah termasuk biaya admin. Ini sebenarnya malah menambah ketidaktransparan dari komponen biaya pada tarif preminya. Berapa margin dari tarif premi tersebut? Tidak ada yang tahu. Kecuali kita bertanya pada agennya berapa besar komisi yang didapat dari tarif premi TL tersebut. Itupun jika dikasih-tahu oleh agennya dan baru sebagian margin yang diketahui (biaya admin belum tahu juga COI-nya).

    Tanggapan poin 3:
    Seingat saya versi SQS 1.4.1 atau yang dulu-dulu juga udah ada biaya asuransinya. Versi sekarang adalah 1.5.0.

    Apakah anda tahu cara membuat ilustrasi memakai SQS? Nah dalam ilustrasi, letaknya di kotak manfaat asuransi, di kolom biaya asuransi bulanan. Kalikan 12 maka anda mendapatkan biaya asuransi tahunannya.

    Saya tidak tahu apakah mengirimkan program SQS versi terbaru kepada nasabah diperbolehkan atau tidak. Sejauh yang saya tahu, SQS itu khusus digunakan oleh agen. Jadi silahkan mas Priyadi cari agen lain yang mau memberikan SQS terbaru. Saya tidak ingin ambil resiko.

    Oleh karena itu sebenarnya anda bisa hitung sendiri di tabel manfaat nilai tunai. Untuk metodenya, mungkin besok saya akan postingkan lagi supaya mudah dibaca.

    Tanggapan poin 4:
    Nasabah UL secara transparan di ilustrasi maupun di dalam polis mendapatkan informasi tentang biaya asuransi bulanan tahun berjalan, persentase biaya akuisisi, tabel manfaat nilai tunai dan manfaat meninggal, biaya admin dan biaya top-up berkala/tunggal dan biaya pengelolaan investasi.

    Cukup lengkap bukan? Sedangkan di TL nasabah taunya cuma tarif premi dan bila ada, informasi tentang biaya admin. Nah mana transparansi yang anda keluhkan??

    Dalam praktek, kesalahan selama ini agennya tidak memberitahu secara detil isi dari ilustrasi tersebut.

    Tapi hal ini pun sebenarnya tergantung juga dari sikap nasabah. Banyak nasabah yang tidak ingin pusing mendengarkan detil-detil tersebut. Taunya cuman berapa setor preminya dan berapa saldo yang bakal dia dapat beserta manfaat asuransinya. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Kalau agennya sudah menjelaskan secara rinci tapi nasabahnya kurang mendengarkan, sebenarnya ini salah siapa?

    Mas Priyadi, perhatikan ilustrasi PAA di halaman sebelum terakhir dengan judul HAL-HAL PENTING. Di situ tertulis semua biaya yang dikenakan dan penjelasan bahwa ilustrasi manfaat sudah memperhitungkan semua biaya tersebut. Jadi tuduhan anda bahwa unit link terutama dari Prudential tidak transparan TIDAK BENAR.

    Ilustrasi transparan, agen ada untuk menjelaskan, dukungan manajer karir untuk layanan jangka panjang ada, polis transparan, website lengkap, apa lagi yang anda minta? Bagaimana dengan transparansi TL sendiri? Karena dirasa murah lalu anda mengabaikan
    transparansinya?

    Salam.

    1. @adhi purwono

      1. di UL ada tarif premi, tapiiiii… tarif premi di UL terbagi jadi 2 komponen yang jauh beda karakteristiknya: a) biaya asuransi dan biaya2 overhead, ini menjadi hak insurers untuk menjalankan kewajibannya, dan b) investasi, ini tetap adalah hak nasabah yang diserahkan kepada perusahaan asuransi untuk dikelola. nah pertanyaan besarnya adalah: dari yang nasabah setorkan ke perusahaan asuransi, mana yang menjadi hak perusahaan asuransi dan mana yang menjadi hak nasabah?

      2. di TL bukan masalah, karena berapa besar proporsi biaya admin dan biaya asuransi bukanlah hal yang terlalu penting karena keduanya berkarakterisik sama: keduanya adalah biaya yang disetorkan nasabah dan dibukukan sebagai pemasukan oleh perusahaan asuransi. kalau mau banding2kan antara beberapa produk TL tidak terlalu sulit: tinggal bandingkan preminya, beres.

      3. no problem, saya sudah download SQS 1.5.0 dari tempat lain. saya juga sudah tahu kesalahan perhitungan saya dan saya bisa bilang kalau anda tidak bakalan suka dengan hasil akhirnya. antara ilustrasi UL prudential vs asuransi yang saya pegang, dari umur 30 tahun sampai 54 tahun biaya asuransi UL prudential selalu lebih mahal, dan ini bahkan sebelum memperhitungkan biaya akuisisi. kolom asuransi bulanan itu cuma tahun pertama, tahun2 berikutnya tidak diberitahu.

      4. transparansi TL itu sama dengan transparansi kalau kita beli kecap :). kita gak perlu tahu berapa harga kedelai, berapa ‘biaya admin’ dlsb. harga akhir merupakan cost yang harus dibayar oleh konsumen. harga kecap gak akan mahal2 amat karena ada yang namanya mekanisme pasar: konsumen bisa dengan mudah membandingkan produk kecap satu dengan yang lainnya. walaupun produsen kecap selalu mengklaim ‘nomor 1’, tapi penilaian itu selalu ada di konsumen. perusahaan asuransi semuanya mengklaim nomer 1, tapi konsumen gak bisa dengan mudah membandingkan produk UL satu dengan UL lainnya. mau dibandingkan gimana? asumsi pertumbuhan nilai investasinya saja beda2 dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya. UL bisa dijual dengan harga super mahal karena mekanisme pasar ini gak jalan.

      UL itu transparan dalam hal2 misalnya ilustrasi nilai tunai pada usia 70 tahun misalnya. ini karena ada kebutuhan untuk memanfaatkan sifat ‘greed’ dalam diri calon nasabah. agen asuransi pun dilatih untuk mengarahkan mata calon nasabah ke deret paling bawah dari tabel tersebut dan melewatkan bagian yang paling penting, yaitu di awal2 tabel. UL tidak transparan dalam hal yang paling penting dan fundamental, yaitu berapa uang yang harus dikeluarkan nasabah untuk mendapatkan manfaat tersebut. hal sedasar itu sengaja dikubur dalam2 dan hanya bisa diketahui setelah mencari dan mendownload software SQS dan berjam-jam jungkir balik di depan deretan angka2 di spreadsheet. calon nasabah normal tidak akan bisa melakukannya. untungnya saya bukan nasabah normal :).

      ps. jika mau informasi proporsi biaya admin dan biaya asuransi di TL, caranya pun gak sulit: tinggal hitung menggunakan tabel mortalita. beressss.

  784. Tanggapan poin 5:
    Lalu di polis termlife anda tidak? Anda belum menjawab pertanyaan saya mengenai renewal guaranteed tersebut (“sesuai tarif PADA SAAT pengulangan”). Di Termlife juga TIDAK DICANTUMKAN biaya asuransi tahunan. Tarif premi BUKAN biaya asuransi tahunan.

    Karena anda menyebutkan rider, berarti akan saya tambahkan lagi tentang alasan biaya asuransi tahunan yang hanya dicantumkan selama tahun berjalan dan 1 tahun ke depan.

    1. Harapan hidup meningkat, rasio tabel mortalitas mengecil, biaya asuransi semakin kecil.

    2. Force Major.

    3. JIKA mengambil rider yang berupa produk tahunan dan melakukan klaim (point kesehatan terganggu atau pekerjaan yang beresiko), dapat dikenakan TAMBAHAN biaya asuransi tahunannya.

    Secara teknis, tambahan tersebut dijumlahkan dengan biaya asuransi tahunan PAA dan biaya asuransi rider tahunan.

    Atau secara teknis lainnya, biaya asuransi rider tahunan tidak dijamin.

    Tanpa adanya rider tersebut, hanya berlaku kedua opsi/alasan di atas. Karena hanya terjadi proses seleksi/underwriting pada saat pembelian polis asuransi.

    Tanggapan poin 6:
    Apa ada saya bilang tidak bisa diutak-atik? Tetap bisa diambil kapan saja hanya saja ada halangan khas unit link yang tidak ada di RD.

    Tanggapan poin 7:
    Menurut anda begitu. Menurut saya ini bukan hukuman, karena sedari awal nasabah sudah mengetahui di muka segala biaya yang akan diambil, sehingga memang tujuan utamanya adalah membeli PROTEKSI. Tujuan kedua adalah hasil tabungan JANGKA PANJANG. Nah, dibantu dengan karakteristik khas dari unit link itulah berdasarkan pengalaman saya dan nasabah saya, kedisiplinan itu akhirnya terbentuk.

    Nilai tunai habis dimakan agen dan manajernya yang pesiar? Anda ini benar-benar tidak bisa menghargai kerja keras orang lain. Coba saja anda menjadi agen asuransi. Alami sendiri apakah semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa sampai pesiar ke luar-negeri?

    Lagipula nilai tunai TIDAK AKAN HABIS KARENA biaya akuisisi kalau manajemen investasinya dikelola dengan hasil yang wajar dan kalau nilai tunainya tidak diambil terus-menerus oleh nasabahnya sendiri. Anda terlalu melebih-lebihkan.

    Sudahlah, usaha anda supaya UL terlihat menipu nasabah menurut saya sia-sia. Karena faktanya UL lebih transparan dibandingkan termlife.

    UL bagi anda kemahalan tapi anda mencitrakannya seolah-olah produk UL itu produk yang menipu nasabah. Kalau anda tetap masih bertahan seperti ini bisa-bisa anda yang akan dianggap menipu/menyesatkan masyarakat karena memosisikan UL sebagai produk yang menipu.

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      5. kayanya ini sudah sangat jelas sekali. sesuai tarif pada saat pengulangan adalah tarif yang tercantum di polis. dan kalau diinginkan besar biaya asuransi, maka tinggal dihitung lewat tabel mortalita. beresss..

      memang berapa sih perubahan biaya asuransi akibat peningkatan harapan hidup? gak terlalu banyak, dan dengan iklim persaingan usaha yang parah seperti ini, rasanya perusahaan asuransi akan dengan senang hati membukukannya sebagai keuntungan, bukan malah menurunkan harga premi. force majeure sudah dicover, makanya biaya asuransi lebih besar daripada yang tercantum di tabel mortalita. terakhir, anda tahu persis yang dibahas di sini adalah coverage utama yang jangka panjang, bukan rider dengan kontrak tahunan. ndak perlu mengalihkan pembicaraan :). kan bisa dengan mudah di-break down komponen asuransinya. gak susah sebenernya sih kalau mau :).

      6. anda kan maunya ada dana yang ‘tidak bisa diutak atik’. saya udah kasih solusinya: DPLK. asuransi bukan solusi, karena semakin tua biayanya semakin tinggi. ini sama aja baik di UL maupun di TL.

      7. coba anda tanya nasabah atau calon nasabah UL berapa biaya akuisisi yang musti dia bayarkan. sebagian besar tidak akan tahu nominalnya. seandainya mereka tahu dan mengerti, sebagian besar tidak akan mau ambil UL.

      UL bukan ‘terlihat menipu’, tapi memang menipu. itu point utama tulisan saya di sini :). tapi kalau agen asuransi tidak mengerti (atau lebih tepatnya tidak mau mengerti), saya bisa mengerti. it is difficult to get a man to understand something, when his salary depends upon his not understanding it.

      yang terpenting bukanlah membuat agen asuransi untuk mengerti, tapi membuat nasabah mengerti.

  785. @Priyadi, tanggapan untuk no.891

    Tanggapan nomor 1:
    Maksud anda ini apa? Mana hak perusahaan asuransi mana hak nasabah? Lho khan udah jelas dan udah diterangkan berkali-kali.

    Hak perusahaan asuransi merupakan biaya-biaya yang secara lengkap diuraikan di ilustrasi di bagian HAL-HAL PENTING.

    Hak nasabah adalah manfaat asuransi dan nilai tunai yang terbentuk.

    Simpel toh? Kenapa harus dirumit-rumitkan???

    Tarif premi PAA ada 3 jenisnya bukan dua. Yaitu premi berkala, top-up premi berkala dan top-up premi tunggal.

    Ketiga-tiganya adalah PREMI. Yang dua adalah KEWAJIBAN NASABAH, sedangkan top-up premi tunggal adalah pilihan nasabah untuk MENAMBAHKAN PREMI.

    Top-up premi berkala dan top-up premi tunggal BUKAN dana investasi. Melainkan sisa dari top-up premi berkala yang telah dipotong biaya top-up dan telah dipotong biaya asuransi tahunan, biaya admin dan biaya akuisisi (bila masih ada) barulah dibelikan unit investasi.

    Begitu pula dengan sisa dari top-up premi tunggal
    setelah dipotong dengan biaya top-up dan biaya admin 100 ribu rupiah, dan juga telah dipotong biaya asuransi tahunan, biaya admin dan biaya akuisisi (bila masih ada), barulah dibelikan unit investasi.

    Satu lagi, banyak yang salah kaprah di sini, biaya top-up BUKANLAH biaya pembelian investasi. Tanpa top-up premi berkala pun, setelah 5 tahun, seluruh premi berkala setelah dipotong biaya asuransi tahunan dan biaya admin, TIDAK ADA POTONGAN APAPUN dalam membeli unit investasinya.

    Tanggapan nomor 2:
    Tapi anda mempermasalahkan transparansi UL padahal termlife tidak transparan. Jadi apa yang sebenarnya menipu?

    Tanggapan nomor 3:
    Bagus. Silahkan unggah excelnya saya pengen tahu hasil perhitungan anda.

    Di ilustrasi memang hanya biaya asuransi bulanan tahun tersebut. Namun nasabah UL mendapatkan polis dengan informasi biaya asuransi bulanan pada tahun berjalan dan pada 1 tahun ke depan.

    Tanggapan nomor 4:
    Sudah sedemikian transparannya masih susah membandingkan? Bagaimana toh? Bandingkan saja biaya akuisisi dan biaya adminnya, juga biaya asuransi tahunan di tahun pertamanya. Hal-hal itu khan bisa dibandingkan???

    Akan jelas dari perbandingan tersebut mana yang menerapkan harga yang paling murah dan mana pula yang tidak transparan.

    Namun untuk membandingkan kinerja asuransi jiwa sesungguhnya sebenarnya dari isi polis, kesehatan perusahaan dan kinerja klaimnya. Jadi kalau secara kualitas akan tetap sulit membandingkan. INI JUGA BERLAKU UNTUK TERMLIFE.

    Hal transparansi dikubur dalam-dalam??? Lah khan sudah kelihatan semuanya di ilustrasi? Nasabah jelas bayarnya berapa dan jelas mendapatkan manfaat apa saja beserta kinerja/pilihan fund nilai tunainya.

    Biaya asuransi tahunan tidak jelas? Lha termlife apalagi…

    Mencari margin di termlife menggunakan tabel mortalitas? Di unit link juga bisa toh, bandingkan saja langsung dengan premi yang wajib dibayar oleh nasabah dengan tabel mortalitas. Nah kelihatanlah marginnya. Tentu margin itu adalah biaya akuisisi ditambah biaya admin ditambah biaya asuransi tahunan dikurangi hasil investasi. Yang penting tahu margin khan? Tidak perlu tahu komponen-komponen biayanya khan? Sama seperti di termlife, hanya perlu tahu margin.

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      untuk nomor 1, 2, 4, saya sudah pernah berikan jawabannya. saya gak akan jawab lagi. bukan salah saya kalau anda tidak (mau) mengerti :). yang penting pembaca lain bisa mengerti. it is difficult to get a man to understand something, when his salary depends upon his not understanding it.

      mencari margin di UL lewat tabel mortalitas itu gak mungkin kalau gak punya data biaya asuransinya. tapi kalau cuma mau tahu margin, ada cara yang jauh lebih gampang: lewat laporan keuangan perusahaan asuransi :). mau tahu berapa margin dari prudential? hampir 70% :).

      untuk nomor 3 nanti akan saya publish kalau sudah diupdate pakai SQS 1.5.0.

  786. @Priyadi,
    Justru bahasan nomor 1,2 dan 4 adalah inti dari tuduhan anda bahwa produk unit link menipu nasabah. Malah anda menyarankan saya mencari jawaban anda di antara 800++ reply di atas???

    Coba silahkan ajukan di sini argumen anda. Kalau tidak mau, baiklah saya akan tetap mencari jawaban mas Priyadi di antara rimba reply. Tapi ini butuh waktu.

    Saya tunggu unggahan excelnya, pengen tahu gimana cara anda menghitung.

    Tanggapan nomor 5:
    Apanya yang jelas? Di polis termlife tidak disebutkan sesuai dengan tarif yang berlaku DI DALAM POLIS. Yang disebutkan adalah tarif yang berlaku PADA SAAT PENGULANGAN. Pada saat pengulangan tarifnya bisa berbeda dengan tarif yang dicantumkan di dalam polis di saat polis baru terbit.

    Biaya asuransi tahunan bisa lebih kecil MEMANG TERCANTUM DI DALAM PASAL POLISNYA. Mau ditafsirkan bagaimana lagi?

    Mengalihkan pembicaraan? Tidak sama sekali. Khan sudah saya tulis tentang TAMBAHAN biaya asuransi tahunan. Yang secara logis disebabkan oleh rider kontrak tahunan tersebut. Perlu mas Priyadi ketahui, rider dalam PAA dapat berupa kontrak tahunan maupun yang tidak berupa kontrak tahunan.

    Tanggapan no.6:
    Siapa bilang saya maunya dana yang tidak diutak-atik? Saya sedang membandingkan fitur UL dengan RD. Silahkan kalau bagi anda DPLK lebih menguntungkan, yang jelas UL bukan produk yang menipu nasabah.

    Tanggapan nomor 7:
    Yang pernah saya sebutkan itu, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, padahal si agen sudah menjelaskannya dengan rinci. Tipikal penjelasannya seperti ini:

    -“Pak, premi yang bapak setor terdiri dari 2 komponen. Premi berkala dan top-up premi berkala. Bapak ikut (misal) 500 rb per bulan. Di sini 300 rb merupakan premi berkala dan 200 rb merupakan top-up premi berkala.

    Yang bagian premi berkala tahun pertama akan diambil 100 persen ya pak, porsi investasinya tidak ada. Jadi tidak ada bagian yang dari 300 rb tersebut masuk ke investasi, seluruhnya diambil sebagai biaya akuisisi. Tahun ke-2 baru ada porsi investasi 40 persen, tahun ke-3 sampai ke-5 porsi investasi 15 persen.

    Lalu 200rb yang merupakan top-up premi berkala, porsi investasinya 95 persen. Dst-dst…. Bapak bisa ambil cuti premi setelah tahun ke-2 asal hasil investasi masih mencukupi untuk membayar biaya-biaya yang ada seperti …. dst-dst.

    Di ilustrasi ini saya juga akan menjelaskan biaya-biaya lain selain biaya akuisisi. Bapak bisa melihat detilnya di halaman HAL-HAL PENTING. Di sana tercantum…dst-dst.

    Yang bintang-bintang itu artinya untuk asumsi tersebut, nilai tunai bapak sudah tidak mencukupi lagi untuk menutupi biaya-biaya tersebut. Bapak akan diminta meneruskan kembali pembayaran premi berkala dan top-up premi berkalanya.”
    (SAYA AKHIRI DI SINI)

    Mas Priyadi, penjelasan seperti ini ke nasabah sudah merupakan penjelasan STANDAR BANGET. Sudah hapal mati bagi setiap agen. Ingat mas Priyadi, tujuan utamanya adalah PROTEKSI JANGKA PANJANG. Tujuan ke duanya adalah HASIL TABUNGAN JANGKA PANJANG. Tidak ada yang disembunyikan di sini.

    Mas Priyadi, setiap tulisan harus bisa anda pertanggung-jawabkan. Anda siap mempertanggung-jawabkan tulisan anda kalau terbukti salah? Masalahnya anda bukan cuma sekedar memberikan penilaian produk (yang mana merupakan hak nasabah dan masyarakat termasuk anda), melainkan anda MELEMPARKAN TUDUHAN bahwa produk UL adalah produk penipuan. Ini berat lho mas,….bisa merembet ke masalah pencemaran nama baik kalau tidak terbukti benar.

    Sejauh yang saya perhatikan beberapa financial planner independent memilih merekomendasikan BTAID dan tidak terlalu merekomendasikan UL dan itu tergantung dari keadaan finansial nasabah. Bukannya melemparkan tuduhan penipuan seperti yang mas Priyadi lakukan.

    Mengenai margin, di termlife, margin bisa anda dapatkan dari selisih dengan rasio tabel mortalitas. Kenapa di UL tidak bisa? Padahal di termlife lebih parah, tidak ada transparansi sama-sekali tentang biaya asuransi tahunannya.

    Bagus donk margin perusahaan besar, berarti sehat dan transparan lagi. Kesehatan perusahaan sangat penting dalam hal kemampuan membayar klaim. Lalu apa hubungannya dengan penipuan dalam produk? Terserah nasabah mau sama perusahaan tersebut atau tidak. Tidak ada hubungannya dengan penipuan kalau semaunya serba transparan.

    Katanya sudah dapat SQS versi 1.5.0. Tunggu apa lagi?

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      jawaban dari pertanyaan pertanyaan2 anda sudah SAYA JAWAB sebelumnya membalas pertanyaan/pernyataan dari ANDA juga. bukan dari komentar2 lainnya. dan jawaban anda itu JAWABAN STANDAR agen asuransi :P. tapi kami nasabah yang mengerti lebih tahu :).

      bukti2 bahwa UL itu PENIPUAN sudah berkali2 saya utarakan alasannya. cuma anda tidak mau terima. baiklah. bukan masalah bagi saya. anda tidak mengerti bukan tanggung jawab saya :). yang penting tulisan saya bisa dijadikan masukan bagi konsumen/calon konsumen.

      semua nasabah yang pernah saya tangani HAMPIR SEMUA gak ngerti ilustrasi maupun omongan si sales. jadi jangan bilang ‘transparan’ kalau ngejelasin aja gak ngerti :). untuk benar2 mengerti UL saya pribadi butuh waktu berbulan2. bahkan baru sekarang bisa mendapatkan biaya asuransinya setelah jungkir balik semalaman :). mau minta hitung2an ke agen dianya gak mau ngasih, malah nyuruh saya untuk ngerjain sendiri. padahal katanya udah pernah banding2in produknya dengan TL :). minta SQS gak dikasih, ngelesnya macem2. jadi saya yang harus cari & download sendiri. repot amat ya? :) rasanya sih gak semua nasabah bisa menjalani yang saya jalani selama ini. nah, sekarang balik saya yang didorong2 untuk publish hasil perhitungan saya. nanti setelah dipublish bakalan protes juga dengan bermacam2 alasan dari A sampai Z, lihat saja :).

      tiap ditawari UL, saya selalu menolak printout ilustrasi dan minta perhitungan dari data mentahnya di excel. dari data mentahnya ya, bukan cuma copy paste dari ilustrasi. sampai saat ini gak ada satupun agen yang bisa melakukannya. terpaksa saya hitung2 dari data yang saya kumpulkan, sampai2 bisa bikin perbandingan vs TL+RD. sementara itu agen asuransi cuma bisa menyalah2kan hasil saya, tapi sama sekali gak ada yang bisa membuat perbandingan seperti yang saya bikin. emang diajarin apa aja sih di sana?

      UL itu produk sederhana yang sengaja dibikin rumit. tidak sulit untuk mendesain produk UL yang sederhana dan mudah dipahami. tapi perusahaan asuransi lebih memilih untuk sengaja membuatnya menjadi rumit. karena jauh lebih mudah untuk menjual sesuatu kepada konsumen yang tidak paham; atau tidak paham & terkesima melihat angka2 milyaran rupiah di deret bawah tabel nilai tunai.

      sekali lagi semua produsen kecap semua mengklaim kecapnya nomer 1. tapi penilaian itu ada di konsumen, bukan di produsen.

      seandainya produsen kecap bisa jualan satu botol dengan harga 1 juta (dan laku!), maka perusahaannya sangat sehat. tapi tidak sehat untuk kantong konsumen :). dalam dunia nyata hal ini gak akan terjadi karena persaingan usaha. konsumen akan milih kecap yang harganya 20 ribu daripada yang 1 juta :). akan sampai ke titik ekuilibrium dimana harga produk dibikin maksimal tapi tetap ada orang yang beli produknya.

      dalam dunia asuransi UL, karena adanya ilusi finansial, praktis gak ada persaingan usaha, jadi mekanisme pasar gak jalan. perusahaan asuransi bisa seenaknya nyetel harga produk setinggi2nya. bahkan produk mahal berkualitas rendah justru yang laku.

  787. Baiklah mas Priyadi, mungkin saya yang lemot. Tapi silahkan utarakan kembali poin-poin anda mengapa UL anda sebut menipu. Biar jelas mana yang sudah saya jawab dan mana yang masih belum anda puas.

    Tidak memberikan program SQS dibilang ngeles? Anda mau tanggung resikonya kalau ternyata memberikan program seperti itu ilegal? Apalagi saya memakai nama asli dan dengan email asli pula? Ckckck…anda benar-benar hanya peduli diri anda sendiri. Lagipula dengan SQS versi lama yang anda punya pun bisa juga kok didapat/dihitung biaya asuransi tahunannya.

    Saya tidak memberikan caranya dan tidak memberikan langsung angka-angka biaya tahunannya? Saya sudah janji kok akan memberikan caranya dulu. Tapi anda keburu sudah bisa menghitung sendiri. Ya sudah. Silahkan publish dan kita lihat apa cara hitung anda sudah benar atau tidak.

    Memberikan angka-angkanya langsung? Tentu jauh lebih baik saya memberikan caranya toh? Biar anda bisa membuktikannya sendiri dan menguasainya dengan benar.

    Lagipula mengenai keluhan anda tentang sulitnya menghitung biaya asuransi tahunan, khan sudah tercatat di polis biaya asuransi tahunan DAPAT BERUBAH. Jadi biaya asuransi tahunan tidak dicantumkan sepanjang masa pertanggungan baik itu di ilustrasi maupun di polis supaya tidak salah sangka mengira biaya asuransi tahunan dijamin pada segala kondisi. Paham kah?

    Jadi akan MENYESATKAN NASABAH bila di ilustrasi maupun di polis dicantumkan biaya asuransi tahunan sampai masa pertanggungan selesai. Bisa dikira biaya asuransi tahunan dijamin di segala kondisi. Paham? Jika kurang paham tanya kembali.

    Singkatnya, anda yang kurang kerjaan sendiri mencari-cari biaya asuransi tahunan puluhan tahun ke depan/sampai masa pertanggungan selesai. Yang mana ini BUKANLAH TRANSPARANSI TAPI PENYESATAN kalau sampai di ilustrasi maupun di polis dicantumkan biaya asuransi tahunan sepanjang masa pertanggungan.

    Mas Priyadi, margin yang diperoleh dari PAA sudah sedemikian transparannya. Anda menuntut biaya asuransi tahunan dicantumkan semua, itu adalah tuntutan yang kalau dikabulkan akan menyesatkan nasabah. Maaf saja, kalau mau menyesatkan masyarakat, lakukan sendiri, jangan bawa-bawa yang lain.

    Saya juga sudah menghitung biaya asuransi tahunan tersebut. Maka dari itu silahkan di-publish, nanti kita lihat bagaimana cara menghitungnya sudah benar atau tidak dan kita bandingkan lalu dianalisa. Silahkan saja. Cuma perbandingan ini tidak mencerminkan keadaan riil, karena di kenyataannya, biaya asuransi tahunan DAPAT BERUBAH.

    Mas Priyadi, UL PAA tidak terdapat ilusi finansial. Andalah yang berilusi semua produk harus mengikuti standar anda (misal biaya asuransi tahunan harus tercantum semua), kalau tidak mau dinilai sebagai produk menipu… Padahal standar anda bisa jadi yang malah menyesatkan masyarakat.

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      gak masalah sih rasanya. mendapatkan informasi lebih banyak bukanlah masalah selama kita tahu keterbatasan dan bagaimana menggunakan informasi tersebut. lebih baik tahu biaya asuransi dengan disclaimer bahwa tidak ada guaranteed renewability itu jauh lebih bagus daripada menyembunyikan angka ini, tapi kemudian menggunakannya untuk membuat tabel dan grafik nilai tunai untuk disampaikan kepada calon nasabah. bukankah tabel tersebut dibuat juga berdasarkan variabel biaya asuransi ini?

      selain itu, gak masalah. saya sudahi sampai disini saja ‘diskusi’ dengan anda. semua point anda yang lain rasanya sudah saya jawab dengan baik. saya gak mau terjebak untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya itu2 saja. dan kalau anda memang tidak mau berkontribusi lebih jauh lagi, ya masa saya harus maksa :). kalau anda gak (mau) mengerti itu urusan anda, bukan tanggung jawab saya, dan saya juga bisa mengerti kalau anda tidak mengerti. tujuan saya di sini bukan untuk membuat anda atau sales lain mengerti. tapi yang penting nasabah/calon nasabah bisa mengerti. itu aja.

      tapi terima kasih atas info cara mendapatkan biaya asuransi. kalau sudah selesai akan saya publish.

  788. Anda mau menghindar? Silahkan saja.

    Tidak ada angka yang disembunyikan. Kalau bagi anda biaya asuransi tahunan dicantumkan sepanjang masa pertanggungan ditambah dengan disclaimer non garansi itu baik BUKAN BERARTI ilustrasi yang hanya mencantumkan biaya asuransi tahunan pada tahun berjalan karena sebab yang sama (non garansi) disebut menyembunyikan. Karena dua-duanya tujuannya sama. Supaya tidak menyesatkan. Hanya beda cara penyampaian.

    Kalau anda tetap bertahan UL adalah produk penipuan. Mengapa anda malah menghindar sekarang? Saya sudah menunjukkan itikad baik bertanya mana jawaban saya yang belum memuaskan anda? Karena bagi saya jawaban itu cukup terang-benderang bahwa UL bukanlah produk tipuan.

    Poin utamanya adalah saya tidak setuju tidak mencantumkan biaya asuransi tahunan sepanjang masa pertanggungan disebut menipu nasabah karena:

    1. Termlife pun tidak mencantumkannya.

    2. Nasabah sudah mendapatkan informasi yang terang-benderang apa yang DIJAMIN akan didapatkan, RESIKO investasi yang akan dialami, ASUMSI yang dipakai dan batasan-batasan (atau garansi) tentang biaya-biaya yang tertulis di dalam polis.

    Kalau ke dua poin ini anda masih tidak menanggapi pula, saya nyerah deh. Silahkan hidup dalam dunia anda. Kalau anda sungguh merasa pasti UL adalah produk penipuan, silahkan adukan ke pihak yang berwenang atau melalui media massa. Biar nanti pengadilan yang menentukan apakah benar secara hukum UL di Indonesia merupakan penipuan atau tidak. Hal ini menurut saya cukup penting agar anda tidak disangka mencemarkan nama baik suatu produk atau perusahaan.

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      kenapa penipuan? silakan scroll ke paling atas, dan baca kembali :). di term life pengelabuan nasabah melalui ilusi finansial seperti itu tidak terjadi.

      kalau transparansi dalam mencantumkan biaya asuransi dianggap ‘penipuan’, maka mencantumkan tabel nilai tunai & grafiknya (seperti yang sekarang dilakukan) juga adalah penipuan, karena tabel nilai tunai dan grafik tersebut adalah hasil perhitungan software SQS yang salah satu parameternya adalah biaya asuransi!

      setidaknya anda sekarang, sadar maupun tidak sadar, sebenarnya setuju kalau UL itu penipuan. hanya saja anda tidak mau menerima kenyataan tersebut karena periuk nasi anda dari situ :).

      lagipula siapa yang menghindar? saya dari beberapa hari yang lalu minta hitung2an excel anda, sampai sekarang belum ada jawaban :P. jangan2 anda memang gak punya, atau memang gak punya pengetahuan untuk melakukannya :).

  789. @Priyadi

    STATEMENT:
    “Transparansi dalam mencantumkan biaya asuransi dianggap penipuan.”

    Yang mana saya menyetujui statement di atas? Yang saya katakan adalah transparansi dalam mencantumkan biaya asuransi sepanjang masa pertanggungan dan tidak ada disclaimer non garansinya bisa menyesatkan masyarakat. Tolong jangan anda memulai untuk memanipulasi pendapat saya ya. Padahal saya sudah setuju kalau ditambahkan diclaimer tersebut.

    Tabel manfaat nilai tunai khan sudah dikatakan sebagai ASUMSI. Di dalam polis juga sudah tercantum semua batasan tentang biaya-biaya.

    Hayo, sebutkan apa lagi yang bagi anda menipu?

    Mengenai excel, lha anda sendiri yang keburu-buru sudah melakukan perhitungan. Ya silahkan dipublish toh. Nanti kita bandingkan.

    Saya sengaja tidak memberikan excelnya duluan karena pengen lihat sejauh mana sih anda paham mengenai produk UL. Excel anda sebelumnya juga masih banyak salah dalam pembanding-nya. Tapi sengaja saya tidak memberikan pendapat saya dulu. Saya ingin tahu sejauh mana anda hidup dalam dunia anda….:d Atau anda sudah belajar lebih banyak lagi dari excel anda sebelumnya…:-?

    Periuk nasi? Mas Priyadi profesinya apa ya? Mau tidak profesi anda dikatakan sebagai profesi penipu? Nah jika tidak benar, maka mas Priyadi tentu mempertahankan kehormatan profesi mas donk. Ini sangat manusiawi. Jika sembarang orang seenaknya melemparkan tuduhan padahal belum terbukti, apakah ditelan begitu saja?

    Apa salahnya orang yang mempertahankan periuk nasinya dari tuduhan profesi menipu? Rendahkah orang-orang itu di mata mas Priyadi?

    Lalu seolah-olah anda menganggap pendapat anda sudah menjadi KEBENARAN.

    Sori saja ya, yang melemparkan tuduhan menipu itulah yang harus bisa mempertanggungjawabkan. Atau anda hanya bisa menghindar kalau sudah kepepet?

    Kalau anda masih mau mempertahankan pendapat anda, hayo silahkan mana yang merupakan jawaban saya yang tidak memuaskan mas Priyadi? Ini sudah 3 kali nanya lho? Gak ada tanggapan juga?

    Nanti kita bisa lihat kalau anda sudah publish excel anda. Dan kalau memang hitungan dan perbandingan anda sudah benar, kemudian biaya asuransi tahunan UL PAA ternyata memang masih lebih mahal dibandingkan premi termlife anda, saya akan akui lebih mahalnya itu. Tapi tugas anda tetap saja tidak terselesaikan…karena PERIHAL MAHAL/MURAH BERBEDA DENGAN TUDUHAN PENIPUAN.

    Untuk tuduhan penipuan, diskusi belum selesai karena anda masih menghindari pertanyaan saya, yaitu yang mana jawaban saya yang masih belum memuaskan anda dan yang mana yang anda anggap masih belum saya jawab?

    Salam.

    1. @adhi purwono:

      saya pribadi menganggap sales asuransi sebagai korban. bedanya dengan nasabah asuransi, mereka gak menyadarinya. sebagian besar mereka jadi sales UL bukan karena memang punya niatan untuk menipu, tapi karena minim pengetahuan, mereka beranggapan bahwa UL itu ‘produk normal’ yang tidak menipu, dan ‘saya cuma jualan di sini’. tapi sulitnya, begitu diberitahu hal yang sesungguhnya mereka langsung super defensif, akibat kehidupannya sudah terlanjur sangat bergantung dari produk UL tersebut. biasanya jauh lebih mudah meyakinkan nasabah yang terlanjur ikut UL, karena dalam hal ini posisi mereka adalah sebagai korban. sebaliknya, nyaris tidak ada agen asuransi yang mau menyadari kenyataan ini. ada kok, tapi jumlahnya sangat2 sedikit.

      saya tidak merasa anda dan agen lain salah dalam berpendapat demikian. cuma ya membiarkan saja hal ini terus terjadi juga salah, karena akibatnya akan banyak nasabah lain yang terjerumus skema ini.

      yang harus disalahkan adalah orang atas perusahaan asuransi yang merancang produk2 semacam ini: direktur, manajer, aktuaris, perancang produk dsb. mereka tidak perlu turun tangan, agen2 awam ini yang akan melakukannya dengan senang hati, dan tanpa dibayar :). mungkin mereka2 yang sangat paham situasinya sedang ketawa2 melihat kami semua kewalahan menghadapi agen2 asuransi yang sangat militan ini :). yang perlu mereka lakukan hanyalah mengkondisikan situasi yang akan membuat sales2 ini merasa mereka melakukan hal yang benar, walaupun tentu saja tidak seperti itu kenyataannya.

      ok, mudah2an selesai sampai di sini ya :). kalau berani (ini kalau memang berani ya), coba kasih tulisan2 saya atau IFA yg menulis hal2 ini ke calon nasabah anda untuk pembanding. jika nasabah beli asuransinya, maka dia merasa biaya2 yang akan dia keluarkan sebanding dengan layanan yang dia dapatkan. yang tidak, tentunya merasa biayanya ngga sepadan. hanya dengan cara ini mekanisme pasar berfungsi dengan baik. tapi kalau tidak berani, ya saya juga bisa mengerti :).

      soal excel, gini aja deh, selama anda belum bisa berkontribusi lebih lanjut (misalnya mempublikasikan excel anda, memberi tahu letak kesalahan excel saya dlsb), maka saya anggap anda cuma omong doang. sebaliknya, silakan anda berpendapat hal yang sama, selama saya belum mempublikasikan excel saya :).

  790. asuransi unitlink memang dimaksudkan untuk proteksi (jaga2 bila sakit atau meninggal). Kalau untuk investasi, deposito memang lebih baik. Percuma kalau menjelek2an asuransi unit link dalam hal investasi. Memang unit link tidak dibuat untuk itu kok

  791. Gitu aja kok repot… Amu koran A kek atau koran B kek yg penting punya koran. Yg jd masalah adlah kalo kita blm langganan koran… Itu… Biasanya kalo langganan koran A jadi lupa uang sisanya tidak buat investasi.. Tp buat konsumtif yg lain.. Terserah mau A atau B yg penting harus punya!

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *