Ilusi Finansial

Alkisah pada suatu hari ada dua orang penerbit koran yang saling berkompetisi, sebutlah namanya A dan B. Kedua koran ini memiliki kualitas yang sama persis. Penerbit A menjual langganan korannya seharga Rp 50 ribu per bulan. Sedangkan penerbit B tidak puas dengan harga Rp 50 ribu per bulan karena merasa keuntungannya tidak cukup banyak, dia menjual korannya dengan biaya Rp 100 ribu/bulan.

Walaupun demikian, jika B menjual korannya dengan harga tersebut, maka korannya tidak akan laku. Dengan kualitas yang sama, bisa dibilang hampir semua konsumen akan memilih koran A yang harganya cuma setengah koran B. Dalam pasar bebas, B dihadapkan pada dua pilihan: tetap menjual dengan harga mahal tetapi mendapatkan pangsa pasar yang sedikit; atau menjual dengan harga lebih murah dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. B tidak menginginkan kedua pilihan tersebut, yang diinginkan B adalah menjual dengan harga mahal dan mendapatkan pangsa pasar yang besar pula. Mungkinkah B melakukan hal tersebut tanpa misalnya meningkatkan kualitas korannya?

Selain pengusaha koran, B juga seorang ahli finansial yang licik sekaligus jeli dalam melihat kesempatan. Dia bukannya menjual korannya lebih murah untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dia justru meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat. Koran B yang tadinya dijual seharga Rp 100 ribu, kini dia jual seharga Rp 200 ribu.

Logika mengatakan bahwa posisi B di pasar koran seharusnya akan semakin terjepit. Tapi tunggu dulu. B tidak begitu saja menaikkan harga korannya. Harga berlangganan koran B yang Rp 200 ribu/bulan ini dia bagi menjadi dua porsi: porsi pertama sebesar Rp 100 ribu dialokasikan untuk biaya berlangganan korannya itu sendiri, dan sisanya sebesar Rp 100 ribu adalah porsi investasi. Dengan kata lain, B tetap menikmati harga berlangganan korannya seperti sebelumnya yaitu sebesar Rp 100 ribu/bulan. Sedangkan tambahan Rp 100 ribu yang dia pungut dari pelanggan akan disetorkannya ke sebuah instrumen investasi yang hasilnya nanti akan dikembalikan kepada pelanggan.

Jika seorang konsumen berlangganan koran B selama 10 tahun, dengan asumsi perkembangan investasi 13%, maka nilai tunai hasil investasinya akan berjumlah lebih dari Rp 24 juta. Atau dengan kata lain sudah ‘balik modal’. Selama 10 tahun, pelanggan B telah menyetorkan biaya berlangganan sebesar Rp 24 juta, dan pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang dia dapatkan sudah melebihi Rp 24 juta. Secara nominal, pelanggan mengeluarkan Rp 24 juta untuk berlangganan selama 10 tahun dan pada akhir tahun ke-10 uang tersebut akan dikembalikan seluruhnya. Sebagian pelanggan akan merasa telah menikmati koran B dengan gratis!

Lebih daripada itu, pelanggan dapat pula meneruskan berlangganan setelah tahun ke-10 dengan sebuah catatan: konsumen dibebaskan atas biaya berlangganan sama sekali! Pelanggan bisa terus berlangganan koran B seumur hidupnya hanya dengan membayar biaya berlangganan selama 10 tahun! Bukan hanya itu, pada akhir tahun ke-20, selain bisa menikmati koran B dengan gratis, pelanggan juga dapat menikmati hasil investasi sebesar hampir Rp 60 juta.

Jika ada yang menanyakan kepada seorang konsumen mana yang lebih dia sukai:

* Membayar Rp 50 ribu seumur hidup untuk berlangganan koran A; atau
* Membayar Rp 200 ribu selama 10 tahun untuk berlangganan koran B, lalu seluruh uang tersebut akan dikembalikan di akhir tahun ke-10, atau pelanggan bisa meneruskan untuk berlangganan seumur hidup dengan gratis ditambah dengan menikmati hasil investasi yang berlipat-lipat jumlah yang telah disetorkan sebelumnya.

Secara intuitif, konsumen yang awam urusan finansial akan memilih koran B. Konsumen akan merasa koran B lebih menguntungkan karena jumlah yang dia dapatkan secara nominal jauh lebih banyak daripada jumlah yang dia setorkan. Tetapi tentunya ini salah kaprah, di balik itu semua, biaya berlangganan koran B tetap saja dua kali lipat lebih mahal daripada koran A. Pelanggan tetap membayar biaya berlangganan dua kali lipat lebih mahal daripada koran A, tetapi mereka tidak menyadari telah melakukannya. Teknik berjualan seperti ini saya sebut sebagai ‘ilusi finansial’. Hanya dengan ilusi finansial, seseorang bisa mengeluarkan uang dalam jumlah besar tetapi tidak merasa mengeluarkan uang sama sekali.

Dengan memasarkan koran B dengan menggunakan ilusi finansial, B bisa menjual korannya dengan harga dua kali lipat koran A, sekaligus mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak dengan memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat. Selain itu, B juga dalam posisi yang lebih bagus karena memiliki *margin* keuntungan yang jauh lebih besar. Posisi ini bisa dimanfaatkan misalnya dengan melakukan pemasaran yang jauh lebih agresif untuk meraup pangsa pasar lebih banyak lagi.

\*\*\*

Orang yang mengerti urusan finansial dan jeli melihat situasi tersebut di atas akan berpikir lain lagi: “Bagaimana jika saya tetap berlangganan koran A, dan selisih harga berlangganan koran A dan B saya investasikan sendiri secara terpisah?” Hasilnya sebagai berikut:

* Pada akhir tahun ke-10, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 37 juta, dan bukan hanya Rp 24 juta seperti di koran B.
* Pada akhir tahun ke-20, nilai tunai yang didapatkan adalah lebih dari Rp 114 juta, dan bukan hanya Rp 60 juta seperti di koran B.

Kesimpulannya, dengan biaya yang dikeluarkan sama persis (Rp 200 ribu/bulan), berlangganan koran A tentunya jauh lebih menguntungkan daripada koran B. Sayangnya, tidak banyak konsumen yang mengerti masalah finansial sehingga bisa dipastikan mayoritas akan terjebak pada ilusi finansial dan berlangganan koran B.

Tulisan saya di atas memang cuma wacana. Saat ini tidak ada koran yang dijual seperti koran B (dan mudah-mudahan tidak akan pernah ada). Tetapi apakah anda tahu produk lain yang saat ini kebanyakan dijual seperti B menjual korannya? Dan apakah anda cukup waspada dalam menyikapi produk-produk tersebut?

906 comments

  1. Wah Mas Pri saya belum tahu tuh kalo ada perusahaan koran yang sampe begitu….:-)apalagi mengingat sebenarnya 50% biaya produksi koran besar sudah ditutup oleh pemasang iklan dan mungkin 40-50% berita yang ada di koran sekarang sudah bisa di dapat gratis oleh pembacanya lewat TV dan Internet…jadi bayangkan kerugian sebenarnya pelanggan koran….cuma kalo taktik penjualan produk seperti itu biasanya sih yang pake produk MLM….:-)

  2. Mungkinkan B melakukan hal tersebut tanpa misalnya meningkatkan kualitas korannya?

    mungkinkah?
    btw, ini menyinggung hal apaan sih? apaan yang mau di-debunk?

  3. Lam kenal mas pri,
    Kalau tebakan saya, mas pri lagi ngomongin asuransi ya?
    Koran B= Unit link, koran A = asuransi murni+reksadana.
    betul kah?

  4. Nah, sekarang mau kasih komen benarannya nih:-\”.

    Saya belum pernah tahu barang yang dijual seperti itu. Tapi si penjual koran B sepertinya menggunakan teknik marketing yang bagus (plus kelicikan), soalnya sampai bisa bikin pembodohan ilusi seperti itu. Mirip MLM.

    Btw, (becanda serius nih)Gimana kalo konsumen keduanya pindah menjadi pelanggan koran di Internet alias ekoran:d. Intinya gimana analisisnya kalao ada barang subsitusi? Belum ada asumsi tentang ini di atas.

    Ada contoh ilusi lagi?:-?

  5. Udah jelas sih mas Pri nyindir siapa. Kalo saya maunya tebak-2an dalam sebulan berapa comment yang masuk. Saya pasang angka 80 aja deh.

    frans

  6. Jelas sekali siapa yang disindir :-)
    Masalahnya, jika ada orang yang pilih langganan koran A lalu sisanya berinvestasi, tapi juga ingin berlangganan koran B untuk kepraktisan selain juga untuk diversifikasi investasi :-D

  7. PAS jika diterapkan di negeri ini,

    because banyak pemimpi di negeri ini,
    mimpi keadilan terwujud,
    mimpi kesejahteraan terwujud,
    mimpi kemakmuran terwujud.

  8. hmmm, menarik juga. Yang jelas koran yang itu (hihihi) tidak melakukan seperti A atau B.

    apa nggak mungkin ada perubahan harga selama 10 tahun, tuh? Inflasi gimana?

    *maaf, saya buta urusan finansial*

  9. Salam kenal mas pri

    Sedikit paham membaca tulisan diatas…
    Tapi permisalan mendapat 37 juta dalam 10 tahun itu gimana ya prosesnya (maklum orang sangat awam) :D

  10. wah..om pri hebat euy ngeilustrasiinnya…
    sempet ga ngerti ini ngomong apa…tp akhirnya ngerti jg..
    asuransi unit-link yach…produk asuransi yang langsung jadi primadona :D

  11. iya, sayang sekali priyadi kali ini justru lebih banyak menggunakan analogi. Padahal dari beberapa posting yang serupa, sempat uring2an karena banyak yang menggunakan analogi dalam diskusi. Jadi kalo memang mau mengulas lagi masalah asuransi unitlink, reksadana, instrumen investasi, manajemen finansial dsb, kenapa tidak dibahas langsung saja? jadi biar tidak terkesan tendensius. Dan lagi saya tidak percaya suatu perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh makin besar. Dan faktor2 yang mempengaruhi tidak saja berupa variabel2 finansial, tapi ada juga faktor kepercayaan dan kredibilitas perusahaan di mata masyarakat.

  12. #23:

    Masalahnya, jika ada orang yang pilih langganan koran A lalu sisanya berinvestasi, tapi juga ingin berlangganan koran B untuk kepraktisan selain juga untuk diversifikasi investasi

    diversifikasi investasi bisa dilakukan tanpa harus melalui unit… eh koran B :)

    #26:

    selama pelanggan tersebut merasa untung, saya pikir tdk jd masalah.. simbiosis mutualisme berlaku di sini..

    jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli. bagaimanapun ceritanya, tetap saja dia bayar koran B dua kali lipat koran A. hanya saja, koran B dijual dalam selimut investasi sehingga kebanyakan pelanggan tidak akan menyadari kalau dia membayar 2x lipat. saya pikir ini sama sekali bukan simbiosis mutualisme.

    #37:

    Tapi permisalan mendapat 37 juta dalam 10 tahun itu gimana ya prosesnya (maklum orang sangat awam)

    kita sediakan uang Rp 200 ribu untuk langganan koran dan investasi (jumlah yang sama jika seandainya kita beli koran B). dari Rp 200 ribu tersebut, 50 ribunya kita pakai untuk langganan koran A. dan Rp 150 ribu sisanya kita invest ke reksadana. itu dilakukan secara rutin setiap bulan dalam 10 tahun pertama, maka dengan perkembangan investasi 13%/tahun maka uangnya akan menjadi 37 juta di akhir tahun 10.

    #39:

    sayang sekali priyadi kali ini justru lebih banyak menggunakan analogi. Padahal dari beberapa posting yang serupa, sempat uring2an karena banyak yang menggunakan analogi dalam diskusi. Jadi kalo memang mau mengulas lagi masalah asuransi unitlink, reksadana, instrumen investasi, manajemen finansial dsb, kenapa tidak dibahas langsung saja? jadi biar tidak terkesan tendensius

    bahasan saya sama sekali bukan analogi. ilusi finansial juga dapat diterapkan secara sempurna dalam menjual produk di luar asuransi. tulisan saya di atas memang cuma wacana, tapi bukan berarti tidak ada contoh real world-nya. salah satu contoh nyata bisa dilihat di komentar 19. contoh lainnya misalnya adalah rebate jangka panjang (misalnya anda bayar kami 5x lipat lebih mahal, tapi uangnya akan kami kembalikan 100% di tahun 10). jangan2 nanti malah orang koran jualan pakai ilusi finansial setelah dapat ide dari posting ini :).

    tapi memang yang paling terkenal melakukan ilusi finansial di indonesia baru perusahaan asuransi :).

    Dan lagi saya tidak percaya suatu perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh makin besar.

    kenyataannya seperti itu kok :). kita harus balik premisnya dan balik bertanya: “kenapa perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh semakin besar?”

  13. jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli. bagaimanapun ceritanya, tetap saja dia bayar koran B dua kali lipat koran A. hanya saja, koran B dijual dalam selimut investasi sehingga kebanyakan pelanggan tidak akan menyadari kalau dia membayar 2x lipat. saya pikir ini sama sekali bukan simbiosis mutualisme.
    – saya kadang beli teh botol seharga 3000, bukan saya ga ngerti harga, tapi demi kenyamanan saya beli yg deket saya aja daripada jalan jauh ke depan
    – saya kadang beli kebutuhan rumah di supermarket, bukan berarti saya ga tau hypermarket lebih murah, tapi demi kenyamanan aja

    apakah tukang teh botol itu atau supermarket itu licik atau membodohi?

    maksudnya adalah saya membayar lebih untuk kenyamanan, bukannya ga ngerti atau ga jeli
    perbedaan harga sebesar 50rb, bisa dianggap sebagai uang lebih untuk membayar kenyamanan (debatable, tingkat kenyamanan masing2 orang beda2)

    lebih jauh reksadana juga bisa dianggap sebagai koran B, karena komisi yang harus dibayarkan masih lebih besar dibanding terjun langsung (syarat & ketentuan berlaku)

    intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain

  14. Yup, idem bung iip. Hanya saja bandrol teh botol n harga barang dpt dgn mudah diliat n dibandingkan, sedang “koran2” ini harus dihitung nilai akhirnya. Nilai jual koran B ada di keengganan orang2 kita dlm mencari, menghitung, dan membandingkan. Mencari, menghitung dan membandingkan tu bukan hal yang nyaman lho…, mending untung dikit daripada mikir, orang sama2 keluar duit juga…,hehe.

  15. ah ini masalah unit link lagi. unit link tidak bisa disamakan dengan term life insurance karena unit link adalah variabel universal life insurance.

    asuransi itu sama halnya dengan kebutuhan kita yg lain: sandang, pangan, papan. jika saya bilang baju A bagus karena cocok dengan bentuk badan dan warna kulit saya belum tentu orang lain bilang baju itu juga bagus. motif orang membeli sesuatukan beda-beda.

    untuk perbandingan macam2 tipe asuransi bisa lihat disini dan disini

  16. saya lebih respect sama #44. to the point dan bisa langsung di baca oleh masing2. Bagaimanapun, asuransi memiliki peluang bisnis bagi penyedianya dan memberikan benefit bagi nasabahnya. Dan suatu peluang bisnis tercipta karena disana ada supply and demand. Tergantung siapa yang jeli memanfaatkan dan melihat peluang tersebut. Dan memang sebagian besar konsumen memilih suatu produk hanya berdasarkan reputasi dari produk tersebut, bukan berarti mereka nggak ngerti. hanya saja tidak semua orang memiliki waktu dan sarana yang cukup memadai untuk melakukan riset pasar sendiri. Dan di dunia ini saya yakin tidak ada orang berjualan dengan cara menjelek2kan produknya sendiri, tetapi hal itu bukan berarti dia sudah melakukan suatu bentuk penipuan. Jika memang seperti itu, maka lembaga Bank pun sudah melakukan suatu bentuk penipuan yang bahkan dilegalisir oleh pemerintah.

  17. #43: Er… komisi yang dibayarkan kepada reksadana tidak dapat disamakan dengan koran B. Karena ketika nasabah memasukan dananya ke reksadana, nasabah “membayar” expertise si money manager untuk mengelola uang mereka.

    Nah apakah dalam kasus koran B ini kita membayar expertise juga? Tentu engga kan.

  18. Waduh kalo baca2 tulisan mas pri jadi pengin buat tulisan turunannya nih… Bisa membantu buat membukakan pengetahuan masyarakat Indonesia yang gak paham tentang arti investasi.. Thanks buat masukan2nya yang sangat bagus buat gua sebagai agen asuransi yang pengin menjalankan misi untuk kemanusiaan dan pelayanan yang trbaik bagi nasabah…..

  19. #43:

    – saya kadang beli teh botol seharga 3000, bukan saya ga ngerti harga, tapi demi kenyamanan saya beli yg deket saya aja daripada jalan jauh ke depan

    – saya kadang beli kebutuhan rumah di supermarket, bukan berarti saya ga tau hypermarket lebih murah, tapi demi kenyamanan aja

    kalau beli teh botol Rp 3000, kita tahu harganya memang 3000, kita bayar memang Rp 3000, gak ada urusan macam2 di luar itu. sedangkan kalau beli ‘koran B’, pelanggan kadang2 tidak diberitahu berapa harga realnya (whole life/endowment), atau diberitahu sekilas (unit link) tapi penjualan produk tersebut menitikberatkan pada besar nilai tunai tahun2 kedepan.

    pada pemasaran ‘koran B’, pelanggan menjudge produknya bukan berdasarkan harga produk, tapi berapa besar nilai tunai yang akan dia dapatkan. kalau dia menjudge produknya berdasarkan harga produk, B jelas kalah telak karena kualitasnya sama tapi harganya 2x lipat.

    maksudnya adalah saya membayar lebih untuk kenyamanan, bukannya ga ngerti atau ga jeli perbedaan harga sebesar 50rb, bisa dianggap sebagai uang lebih untuk membayar kenyamanan

    kalau memang pelanggan memilih koran B karena alasan nilai intrinsiknya yang dia rasa lebih tinggi dan sesuai dengan harganya yang lebih tinggi, saya sama sekali gak ada masalah. tapi pelanggan yang seperti ini harus terlebih dahulu melalui proses ‘jungkir balik’ mencari data dan ngitung di spreadsheet selama berhari2 :).

    lebih jauh reksadana juga bisa dianggap sebagai koran B, karena komisi yang harus dibayarkan masih lebih besar dibanding terjun langsung

    komisi yang kita bayarkan ke reksadana itu untuk membayar manajer investasi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi, ya invest sendiri saja. gak ada yang ditutup2i di sini.

  20. Saya ndak habis pikir, dari mana sampean bisa nemu pemikiran yg kayak gitu :mrgreen: Pemikiran yg menarik, mengingat koran adl produk komoditas yg biasanya dijual murah dan bisa digantikan dg relatif mudah.

    Apa yg jadi issue belakangan ini setau saya adalah terkait model berlangganan media massa di internet. Kebanyakan lalu meminta agar digratiskan, hingga suatu saat anak cucu kita akan bertanya2 dan keheranan ketika ada perusahaan koran masih menarik uang kepada pelanggannya. Kan sudah ada internet.

    Tapi entah apa di Indonesia akan terjadi fenomena spt itu. Dunia media massa tanpa kertas sampe skr juga masih jadi semacam ilusi.

  21. Good Article.
    Makasih mas.. sering-sering bikin ilustrasi yang seperti ini. Gimana kalau mas Pri bikin sub-blog yang khusus tentang analisa kecurangan kecerdasan dalam marketing seperti ini. Kemudian blog utama (PriyadidotNet) untuk membahas issue-issue terkini.
    Jangan lupakan Mr You-know-how ….

  22. #45:

    ah ini masalah unit link lagi. unit link tidak bisa disamakan dengan term life insurance karena unit link adalah variabel universal life insurance.

    bisa saja dibandingkan asalkan term lifenya dipasangkan dengan reksadana. unit link = term life + reksadana.

    asuransi itu sama halnya dengan kebutuhan kita yg lain: sandang, pangan, papan. jika saya bilang baju A bagus karena cocok dengan bentuk badan dan warna kulit saya belum tentu orang lain bilang baju itu juga bagus. motif orang membeli sesuatukan beda-beda.

    sama sekali tidak ada kasus dimana whole life, endowment atau unit link/VUL lebih menguntungkan daripada term+reksadana dengan kondisi di indonesia. di amerika bisa jadi ada keuntungan dari insentif pajak (dan ini pun masih debatable), tapi di Indonesia gak ada.

    selain itu, kalau kita mengasuransikan sesuatu yang dapat dipastikan terjadi, maka kita cuma memberi uang gratis ke perusahaan asuransi.

  23. #47:

    Bagaimanapun, asuransi memiliki peluang bisnis bagi penyedianya dan memberikan benefit bagi nasabahnya

    secara garis besar saya setuju nasuransi memberikan benefit bagi nasabahnya selama asuransi dibeli sesuai kebutuhan. tapi benefit ini harus dibandingkan dengan harga yang harus nasabah bayarkan. beberapa jenis asuransi dijual dengan menggunakan ‘ilusi finansial’ sehingga nasabah tidak tahu atau tidak menyadari harga yang sebenarnya harus dibayar.

    Dan memang sebagian besar konsumen memilih suatu produk hanya berdasarkan reputasi dari produk tersebut, bukan berarti mereka nggak ngerti. hanya saja tidak semua orang memiliki waktu dan sarana yang cukup memadai untuk melakukan riset pasar sendiri. Dan di dunia ini saya yakin tidak ada orang berjualan dengan cara menjelek2kan produknya sendiri, tetapi hal itu bukan berarti dia sudah melakukan suatu bentuk penipuan.

    coba baca baik2 tulisan saya. salah satu parameter yang harus dipertimbangkan untuk membeli suatu produk adalah harganya. dengan membeli ‘koran B’, pelanggan tidak membeli setelah mempertimbangkan harganya. pelanggan cuma melihat besarnya nilai tunai yang akan dia dapatkan. harga sebenarnya sih koran A cuma 1/2 koran B, tapi fakta ini tidak diketahui kebanyakan pelanggan.

    kalau saya sih gak masalah jika koran B menjual produknya Rp 500ribu/bulan sekalipun selama dia tidak menyembunyikan fakta kalau dia jual seharga tersebut. dalam produk yang transparan, akan berlaku mekanisme pasar. yang mahal akan otomatis mendapatkan pangsa pasar lebih sedikit daripada yang murah, jika faktor2 penentu lainnya (kualitas, brand) sama persis.

  24. memang benar bahwa selama ini produk yang dijual kurang transparan. namun hal ini bukan disengaja tapi lebih karena:
    1. Agen asuransi kurang menguasai product knowledge terutama pada unsur investasi
    2. Calon nasabah tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk agen menerangkan masalah investasi

    untuk kasus ini saran gue cuma dua:
    1. beli polisnya dan buktikan kalau produk tsb memang tidak lebih baik dari term and invest
    2. jadi agen agar lebih produk dan alur dana yg dialokasikan

    tp gue tetep tidak setuju kalau lo bilang term life insurance lebih baik daripada whole life insurance karena membeli asuransi itu seperti menempati rumah.

    orang bisa tinggal disebuah rumah pada periode tertentu dengan cara membayar kontrak tapi rumah tidak menjadi hak miliknya dan jika nilai rumah naik orang tersebut tidak bisa merasakan manfaatnya. belum lagi harga kontrakan yang setiap tahun pasti naik.

    disisi lain, orang bisa menyicil rumah tersebut. walaupun harga cicilannya lebih mahal namun rumah tersebut menjadi hak milik (asset). rumah ini nantinya bisa dijual, dijaminkan, dll. orang tersebut juga berhak atas keuntungan yg didapatkannya dr penjualan rumah.

    ayo ayo berikan edukasi asuransi yang lebih objektif.

  25. To #55 Basibanget

    untuk kasus ini saran gue cuma dua:
    1. beli polisnya dan buktikan kalau produk tsb memang tidak lebih baik dari term and invest
    2. jadi agen agar lebih produk dan alur dana yg dialokasikan

    Saran yang aneh. Tidak semua harus dialami dulu supaya kita yakin. Apa perlu nyoba terjun dari atap gedung 24lt ke basement untuk yakin kalo hal itu berbahaya? Tidak perlu bukan? Saya sendiri sudah 3 tahun 2 bulan ikut unit link. Sudah tahu berapa yang saya setorkan dan berapa hasil akhirnya dengan tingkat investasi yang dihasilkan. Kesimpulannya: Jauh lebih menguntungkan membeli Term Life dan Meng-investasikan sisanya. Karena itu saya tutup.

    Untuk saran kedua, saya juga tidak bisa menjual sesuatu yang saya sendiri tidak setuju dengannya. Ini tidak sama dengan kita jualan masakan seafood walaupun kita alergi seafood. Tapi mirip dengan kita jualan jeruk asem dan bilang kalo jeruknya manis. Padahal kita tahu jeruknya asem.

  26. #55:

    memang benar bahwa selama ini produk yang dijual kurang transparan. namun hal ini bukan disengaja tapi lebih karena:
    1. Agen asuransi kurang menguasai product knowledge terutama pada unsur investasi
    2. Calon nasabah tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk agen menerangkan masalah investasi

    tidak transparan karena memang dari sananya sudah tidak transparan. jangan salahin agennya :). contohnya: di unit link, mana informasi besar premi yang harus dibayarkan dari tahun ke tahun? di whole life, berapa besar biaya mortalita dari tahun ke tahun? sejago apapun agennya, kalau tidak diperlengkapi informasi ini ya tetap saja gak bakalan bisa kasih tahu nasabahnya :).

    untuk kasus ini saran gue cuma dua:
    1. beli polisnya dan buktikan kalau produk tsb memang tidak lebih baik dari term and invest
    2. jadi agen agar lebih produk dan alur dana yg dialokasikan

    ya ini inti persoalannya. kalau untuk cari tahu detil suatu produk saja harus beli polis atau bahkan jadi agen, artinya ya produknya memang gak transparan. harusnya konsumen tahu persis apa yang dia beli sebelum dia menjatuhkan pilihan.

    tapi gua udah bikin kok perhitungannya. dengan manfaat yang sama, term+reksadana akan jauh lebih menguntungkan daripada unit link.

    tp gue tetep tidak setuju kalau lo bilang term life insurance lebih baik daripada whole life insurance karena membeli asuransi itu seperti menempati rumah.

    orang bisa tinggal disebuah rumah pada periode tertentu dengan cara membayar kontrak tapi rumah tidak menjadi hak miliknya dan jika nilai rumah naik orang tersebut tidak bisa merasakan manfaatnya. belum lagi harga kontrakan yang setiap tahun pasti naik.

    disisi lain, orang bisa menyicil rumah tersebut. walaupun harga cicilannya lebih mahal namun rumah tersebut menjadi hak milik (asset). rumah ini nantinya bisa dijual, dijaminkan, dll. orang tersebut juga berhak atas keuntungan yg didapatkannya dr penjualan rumah.

    hehehe, analogi rumah dan asuransi ini emang gak pernah hilang2 :). yang jelas ini analogi yang salah. rumah itu aset, asuransi itu liabilitas. rumah itu properti, asuransi bukan properti. rumah diperlukan sepanjang hidup, asuransi tidak.

    pilih mana: asuransi dengan UP 1 milyar atau punya uang 1 milyar? keduanya punya efek yang sama kalau kita meninggal: anak kita dapat warisan 1 milyar. tapi mana yang lebih bagus? ya jelas punya uang 1 milyar karena pertama, tidak perlu bayar premi, dan kedua, uangnya akan berkembang lebih banyak lagi. kalau kebutuhan proteksi adalah sebesar 1 milyar, asuransi cuma perlu diambil kalau nilai aset kita masih di bawah 1 milyar. lebih baik lagi kalau diatur supaya jumlah aset + UP asuransi = 1 milyar, misalnya dengan mengambil decreasing term life atau diadjust sendiri secara manual secara berkala.

    ayo ayo berikan edukasi asuransi yang lebih objektif.

    hehehe, bagian mana yang gak objektif yah? :-?

  27. Kurang obyektif dengan mengatakan bahwa permanent life insurance tidak ada kelebihannya sama sekali dibandingkan term life insurance.

    Term life insurance = murni asuransi jiwa (manfaat hanya didapat jika tertanggung meninggal dunia)

    Permanent life insurance = asuransi jiwa + proteksi + tabungan + investasi

    Adalah salah juga dengan menganggap bahwa permanent life insurance (seperti unit link) merupakan instrumen investasi. Pada dasarnya insurance tetap insurance.

  28. #60:

    Kurang obyektif dengan mengatakan bahwa permanent life insurance tidak ada kelebihannya sama sekali dibandingkan term life insurance.

    Term life insurance = murni asuransi jiwa (manfaat hanya didapat jika tertanggung meninggal dunia)

    Permanent life insurance = asuransi jiwa + proteksi + tabungan + investasi

    jangan lupa bandingin juga harganya :). term life jauh lebih murah daripada permanent life. perbedaan harga yang besar itu adalah opportunity cost, dan ini juga harus diperhitungkan. harus diperhitungkan selisih harga sebesar itu enaknya diapain. dimasukin sekaligus permanent life atau diinvestasikan di tempat yang lain.

    selanjutnya balik lagi ke urusan koran A vs koran B :P

    Adalah salah juga dengan menganggap bahwa permanent life insurance (seperti unit link) merupakan instrumen investasi. Pada dasarnya insurance tetap insurance.

    salah juga menganggap asuransi dengan nilai tunai itu murni asuransi, karena di dalamnya pasti ada komponen investasi.

    btw, unit link itu sebenernya bukan permanent life murni. ilustrasi biasanya dibuat sampai 99 tahun, tapi bedanya asuransi permanen biasanya ada penalti kalau dicairkan sebelum tanggal maturity. kalau unit link gak ada penalti. dan harusnya memang dibatalkan kalau nasabah sudah gak perlu lagi asuransi jiwa.

  29. hmm… ada lo mas Pri di suatu daerah, koran nasional, inisial “K” yang menurunkan harga jual menjadi 30% dari harga normalnya di sore hari. Koran itu dijual sore Rp 1.000 harga normalnya Rp 3.000-an. Kalau saya, yang gak berkepentingan dengan berita2 yang mesti up to date info, pilih beli yang model ginian aja.
    ini bukan ilusi lo mas :-w

  30. sebelumnya, balik ke inti yg sudah saya tulis sebelumnya
    “intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain”

    kalau beli teh botol Rp 3000, kita tahu harganya memang 3000, kita bayar memang Rp 3000, gak ada urusan macam2 di luar itu. sedangkan kalau beli ‘koran B’, pelanggan kadang2 tidak diberitahu berapa harga realnya (whole life/endowment), atau diberitahu sekilas (unit link) tapi penjualan produk tersebut menitikberatkan pada besar nilai tunai tahun2 kedepan.

    keywordnya di”kadang2″, balik ke inti “jangan pukul rata”, ada aja orang yg sudah tau, atau malah belum tau tapi ga ada waktu buat cari tau, tapi memang ga mau ambil pusing, harga yg dibayarkan adalah harga yg mau dibayarkan, biar lah mahal2 dikit toh dia nyaman dengan itu

    pada pemasaran ‘koran B’, pelanggan menjudge produknya bukan berdasarkan harga produk, tapi berapa besar nilai tunai yang akan dia dapatkan. kalau dia menjudge produknya berdasarkan harga produk, B jelas kalah telak karena kualitasnya sama tapi harganya 2x lipat.

    dalam menjual produk, harga jual tidak harus berpatokan ke harga dasar, ada nilai2 plus yang membuat produk A lebih mahal dari produk B. Ok secara kualitas sama, tapi nilai plus produk B adalah tambahan fasilitas investasi yang dimasukan ke harga jual.
    kalau strategi marketing model gini dibilang licik atau membodohi ya orang2 marketing pensiun aja dari sekarang :p

    kalau memang pelanggan memilih koran B karena alasan nilai intrinsiknya yang dia rasa lebih tinggi dan sesuai dengan harganya yang lebih tinggi, saya sama sekali gak ada masalah. tapi pelanggan yang seperti ini harus terlebih dahulu melalui proses ‘jungkir balik’ mencari data dan ngitung di spreadsheet selama berhari2 :).

    ya itu faktor kenyamanan, daripada jungkir balik ngitung2 asuransi+reksadana, ambil yg simple aja kopi+susu 2in1 ;)

    komisi yang kita bayarkan ke reksadana itu untuk membayar manajer investasi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi, ya invest sendiri saja. gak ada yang ditutup2i di sini.

    gimana kalau kalimatnya gini,
    komisi yang kita bayarkan ke unit link itu untuk membayar manajer investasi+asuransi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi+asuransi, ya urus sendiri saja.

    kalau mau menghimbau investasi+asuransi lebih tinggi returnnya ya sok aja, saya ga komplain disini, tapi dipermasalahkan soal penyamarataan kalau yg ikut ini berarti ga ngerti, juga yg menjual dengan model itu berarti membodohi

  31. #64:

    keywordnya di”kadang2″, balik ke inti “jangan pukul rata”, ada aja orang yg sudah tau, atau malah belum tau tapi ga ada waktu buat cari tau, tapi memang ga mau ambil pusing, harga yg dibayarkan adalah harga yg mau dibayarkan, biar lah mahal2 dikit toh dia nyaman dengan itu

    ya kalo orang tersebut udah tau perbedaan harganya dan tetap ngambil barang yang lebih mahal, ya itu saya gak ada masalah :). kalau misalnya ada orang beli rolls royce yang nilai utilitasnya kurang lebih sama dengan avanza ya sok aja itu urusan dia.

    yang jadi masalah itu kalau orang beli barang dan karena dibungkus rapi dengan investasi, dia jadi tidak tahu harga intrinsik sebenarnya dari barang yang dia beli. dia beli barangnya hanya karena terkesima dengan hasil perkembangan investasinya yang berjuta2 itu, dan bukan karena hasil evaluasi kalau barang yang dia beli memang adalah deal yang lebih baik daripada barang lain di pasaran, dan atau apakah dia memang memerlukan barang tersebut.

    dalam menjual produk, harga jual tidak harus berpatokan ke harga dasar, ada nilai2 plus yang membuat produk A lebih mahal dari produk B. Ok secara kualitas sama, tapi nilai plus produk B adalah tambahan fasilitas investasi yang dimasukan ke harga jual. kalau strategi marketing model gini dibilang licik atau membodohi ya orang2 marketing pensiun aja dari sekarang

    bundling investasi di sini bukan ‘tambahan fasilitas’, tapi lebih ke ‘strategi marketing’.

    ya itu faktor kenyamanan, daripada jungkir balik ngitung2 asuransi+reksadana, ambil yg simple aja kopi+susu 2in1

    jungkir balik itu hanya karena ada produk yang namanya ‘unit link’. kalau tidak ada produk ini, saya gak perlu cape2 ngitung. asuransi term & reksadana itu produk dengan struktur harga yang sederhana, dan jelas gak perlu jungkir balik untuk ngitung. jungkir balik hanya diperlukan kalau mau membandingkan unit link dengan unit link lain atau term+reksadana.

    komisi yang kita bayarkan ke unit link itu untuk membayar manajer investasi+asuransi sehingga kita gak perlu mengelola sendiri. kalau nasabah gak mau bayar manajer investasi+asuransi, ya urus sendiri saja.

    biaya ekstra yang dibayarkan ke unit link itu diberikan kepada agen sebagai imbalan dalam melakukan pemasaran. dan secara intrinsik sebenarnya tidak banyak manfaat ekstra yang diberikan dari bundling kedua produk ini. sedangkan biaya manajer investasi dan asuransi sudah ada posnya tersendiri yaitu ‘biaya pengelolaan investasi’ dan ‘biaya administrasi’.

    kalau mau menghimbau investasi+asuransi lebih tinggi returnnya ya sok aja, saya ga komplain disini, tapi dipermasalahkan soal penyamarataan kalau yg ikut ini berarti ga ngerti, juga yg menjual dengan model itu berarti membodohi

    bisa jadi ada yang ikut koran B, dan memang menyadari biaya ekstra yang harus dibayarkan setelah membandingkannya dengan koran A. untuk kasus ini saya sama sekali gak masalah. tapi saya tetap berpendapat yang menjual dengan model koran B adalah membodohi pelanggan. dari beberapa pelanggan ‘koran B’ yang sempat saya bantuin ngitung opportunity costnya, hampir semuanya merasa dikadalin. yang tidak merasa dikadalin ternyata adalah agen koran B :P

  32. #16 & # 17
    Ramalannya meleset tuh. Baru 2 hari dah tembus 60 post ^_^

    Halah malah nge-junk:-\”

  33. Saya cuma bisa salut untuk orang yang mau meluangkan waktu untuk menuliskan dan menganalisa masalah-masalah seperti ini.Yang mau repot-repot tanpa pamrih apa pun ikut mencerdaskan kehidupan bangsa (kita yang emang guoblok ini). Urusan bodoh-membodohi, bego-ngebegoin, atau kadal-mengkadalin, memang perlu kita waspadai. Terlalu banyak orang pintar yang licik yang selalu mencari peluang utk menangguk untung sebesar-besarnya dari sebagian besar bangsa kita yang emang kurang kritis dan malas berpikir ini.

  34. bundling investasi di sini bukan “tambahan fasilitas”, tapi lebih ke “strategi marketing”

    nah yg ini gue setuju karena pada dasarnya produk yg dipasarkan adalah asuransi jiwa yang meng-cover nasabah seumur hidup namun nasabah cukup membayar selama periode tertentu dan selanjutnya nasabah dibebaskan dari premi…yaa kurang lebih seperti itulah :D
    do your best and we will do the rest

    btw Pri..pas ditraining ada namanya konsep agen mandiri. kayanya tidak muluk-muluk juga kalo gue sebut loe nasabah mandiri. salut :)

  35. #68:

    btw Pri..pas ditraining ada namanya konsep agen mandiri. kayanya tidak muluk-muluk juga kalo gue sebut loe nasabah mandiri. salut

    betul, gua nasabah mandiri. selain itu gua juga nasabah bank niaga, BNI dan BCA :)

  36. Saya tidak tahu apakah ada teori ekonomi seperti itu, namun saya yang awam ilmu ekonomi merasa teknik ini tidak efektif:
    1. Dengan harga 2x lipat, kemungkinannya ada 2, pelanggan berkurang sedikit maka teori Pak Pri bisa jalan, atau pelanggan berkurang drastis sehingga perusahaan COLLAPSE.
    2. Siapa yang bisa menjamin banyak pelanggan yang mau tetap berlangganan selama 20thn lebih? Setahu saya jumlah pembeli koran lebih dominan yang membeli eceran
    3. Setiap orang menyadari ia tidak tahu apa yg terjadi 10 thn lg (apakah masih hidup?), berapa orang yg mau membayar mahal untuk 10 thn dengan mengharap keuntungan setelah 10thn.
    4. Hampir sSetiap orang selalu mengira kondisi finansialnya akan terus meningkat dari-waktu-ke-waktu. Naik pangkat, naik gaji, naik tunjangan pengabdian, dll. Jadi, kalau menurut saya tidak masalah berlangganan koran 50rb seumur hidup karena dengan meningkatnya kondisi finansial 50rb akan semakin kecil nilainya.

  37. Aku ikut jadi penonton saja…, soalnya asuransi, reksadana dll tu mainan orang yang ada sisa uang di saku. Aku masih berusaha mencari yg sebaliknya, yang enaknya di depan, susahnya belakangan…, ngebon apa utang gitu…, kan enaknya di depan, pas harus bayar kali aja udah mati duluan.., lebih enak lagi kalo dikasih utangnya tiap bulan, terus menerus, wajib, bertahun – tahun,…dari banyak orang…

  38. #65

    ya kalo orang tersebut udah tau perbedaan harganya dan tetap ngambil barang yang lebih mahal, ya itu saya gak ada masalah :). kalau misalnya ada orang beli rolls royce yang nilai utilitasnya kurang lebih sama dengan avanza ya sok aja itu urusan dia.

    lebih tepat pakai analogi beli pc ngerakit sendiri atau beli aja yg paketan

    yang jadi masalah itu kalau orang beli barang dan karena dibungkus rapi dengan investasi, dia jadi tidak tahu harga intrinsik sebenarnya dari barang yang dia beli. dia beli barangnya hanya karena terkesima dengan hasil perkembangan investasinya yang berjuta2 itu, dan bukan karena hasil evaluasi kalau barang yang dia beli memang adalah deal yang lebih baik daripada barang lain di pasaran, dan atau apakah dia memang memerlukan barang tersebut.

    kalau ini yg menjadi masalah seharusnya yg dipermasalahkan orangnya bukan barangnya

    bundling investasi di sini bukan ‘tambahan fasilitas’, tapi lebih ke ’strategi marketing’.

    tambahan fasilitas (nilai plus) untuk mempermudah orang berinvestasi
    boleh tau kenapa berpendapat bukan ‘tambahan fasilitas’?

    biaya ekstra yang dibayarkan ke unit link itu diberikan kepada agen sebagai imbalan dalam melakukan pemasaran. dan secara intrinsik sebenarnya tidak banyak manfaat ekstra yang diberikan dari bundling kedua produk ini. sedangkan biaya manajer investasi dan asuransi sudah ada posnya tersendiri yaitu ‘biaya pengelolaan investasi’ dan ‘biaya administrasi’.

    biaya2 dan lain lain, semakin ga nyaman semakin bisa dipangkas, makanya saya bilang reksadana ga lebih dari koran B dibanding terjun langsung

    tergantung cara pandang aja, kalau anda menganggap memberikan agen imbalan suatu masalah ya silakan (anda ga masalah jalan ke depan buat dapetin teh botol yg harganya 2000), tapi (balik lagi) orang yg ga seperti itu bukannya ga ngerti

    bisa jadi ada yang ikut koran B, dan memang menyadari biaya ekstra yang harus dibayarkan setelah membandingkannya dengan koran A. untuk kasus ini saya sama sekali gak masalah. tapi saya tetap berpendapat yang menjual dengan model koran B adalah membodohi pelanggan. dari beberapa pelanggan ‘koran B’ yang sempat saya bantuin ngitung opportunity costnya, hampir semuanya merasa dikadalin. yang tidak merasa dikadalin ternyata adalah agen koran B :P

    (un)fortunately saya bukan agen, ikutan aja ga :p
    tapi saya bisa memaklumi bisnis mereka tanpa perlu menuduh mereka membodoh2i

    toko elektronik di pi mall menjual camdig jauh lebih mahal dibanding beli di mall ambassador, dan di mangga dua masih lebih murah dibanding di mall ambassador
    ketika ada pembeli yg baru ‘sadar’ kalau toko di pi mall itu mahal lantas kemudian bilang itu toko membodohinya, orang itu yg dibodohi toko atau memang dari awal dianya yg bodoh (tidak tahu)

    pada awalnya dulu reksadana masalah yg dihadapi kurang lebih sama, tingginya komisi ini bayar itu, daripada nyalahin reksadananya, prakteknya yg dibenerin

    kalau sekarang unit link itu main problemnya soal transparansinya dan komisi yg bermacam2, salahin prakteknya, jangan salahin makhluknya

  39. yup. say no to asuransi licik b-)
    bukan masalah untung ruginya sih.
    tapi lebih baik mencari manajer investasi sendiri. lebih jelas dananya..

  40. #72:

    lebih tepat pakai analogi beli pc ngerakit sendiri atau beli aja yg paketan

    orang yang beli pc ngerakit sendiri vs beli paketan tahu persis berapa uang yang harus dia keluarkan. hampir semua orang yang beli ‘koran B’ tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia keluarkan. bahkan analogi kopi susu 2-in-1 juga gak pas banget :).

    kalau ini yg menjadi masalah seharusnya yg dipermasalahkan orangnya bukan barangnya

    saya mempermasalahkan orang yang menjual barangnya (maksudnya orang yang mendesain sistem jualan seperti ini, bukan kebanyakan orang di lapangan langsung).

    tambahan fasilitas (nilai plus) untuk mempermudah orang berinvestasi. boleh tau kenapa berpendapat bukan ‘tambahan fasilitas’?

    silakan coba dijual secara unbundled and see what happens. kalau jualan jangan bilang seperti ini: “saya jualan koran B, anda cukup membayar Rp 200ribu/bulan selama 10 tahun pertama, setelah itu anda akan mendapatkan langganan koran B gratis seumur hidup! bahkan anda juga akan mendapatkan Rp 60 juta pada akhir tahun ke-20!”

    tapi coba seperti ini: “saya jualan paket langganan koran A + investasi. anda bayar Rp 200 ribu/bulan kepada saya. lalu nanti setiap bulannya Rp 50 ribu saya akan setorkan untuk biaya belangganan koran A, Rp 100 ribu saya investasikan atas nama anda, dan sisanya Rp 50 ribu untuk ongkos cape saya.”

    kedua cara jualan tersebut memberikan layanan yang sama persis. pelanggan akan mendapatkan hal yang sama persis jika dia ikutan sales pertama atau sales kedua. tapi bisa dipastikan sales kedua gak bakalan sesukses sales pertama. sebagian besar orang yang diprospek sales dua akan berpikir “kalau komisinya segede itu mendingan gua langganan & investasi sendiri”.

    kenapa sales 1 akan lebih sukses? karena pada cara penjualan pertama ada lebih banyak informasi yang tidak sampai ke pelanggan, bukan karena sales 1 memberikan fasilitas lebih banyak daripada sales 2.

    tapi saya bisa memaklumi bisnis mereka tanpa perlu menuduh mereka membodoh2i

    ini harus diluruskan :). tuduhan membodoh2i itu lebih kepada perusahaannya, bukan kepada agennya secara pribadi :). agen cuma melaksanakan instruksi dari ‘pusat’, merasa itu adalah pekerjaan yang pantas, dan rasanya gak ada yang memang punya niat jelek untuk monbodoh2i nasabahnya. pendapat gua: sebagian besar dari mereka juga korban. tapi ini nanti di posting lain aja :).

    toko elektronik di pi mall menjual camdig jauh lebih mahal dibanding beli di mall ambassador, dan di mangga dua masih lebih murah dibanding di mall ambassador

    ketika ada pembeli yg baru ’sadar’ kalau toko di pi mall itu mahal lantas kemudian bilang itu toko membodohinya, orang itu yg dibodohi toko atau memang dari awal dianya yg bodoh (tidak tahu)

    ini balik lagi. camdig itu dijual dengan struktur harga yang sederhana: bayar Rp X anda dapat camdig. kalau pelanggan mau cari perbandingan dan deal paling bagus di mall ambassador ya silakan saja, dia bisa dengan mudah melakukannya kalau dia mau. penjual camdig gak perlu mendisclose berapa cuan-nya. pelanggan bisa dengan mudah melakukan perbandingan antar penjual camdig dan mekanisme pasar akan memastikan cuannya gak besar2 amat, gak bakalan sebesar modalnya :). kalau ada yang setel cuannya terlalu besar, bakalan langsung ketahuan dan kebanyakan pelanggan akan pindah ke toko sebelah.

    kalau misalnya selain koran B, ada koran C dan D yang dijual dengan cara serupa seperti koran B. maka B, C dan D ini tidak akan bisa berkompetisi secara efektif. gak mungkin konsumen kasual membandingkan produk2 ini secara langsung, minimal dia harus jungkir balik telpon sana sini untuk interogasi agennya dan ngitung2 di spreadsheet terlebih dahulu.

    pada awalnya dulu reksadana masalah yg dihadapi kurang lebih sama, tingginya komisi ini bayar itu, daripada nyalahin reksadananya, prakteknya yg dibenerin

    kalau sekarang unit link itu main problemnya soal transparansinya dan komisi yg bermacam2, salahin prakteknya, jangan salahin makhluknya

    menjual barang seperti koran B dan harganya tetap semurah koran A dan tidak ada yang ditutup2i itu bukannya tidak mungkin. kalau ada produk semacam ini silakan kirim ilustrasinya dan saya akan dengan senang hati mempublikasikannya.

    tapi rekomendasi umum tetap berlaku. untuk bisa memastikan konsumen mendapatkan deal yang terbaik, satu2nya cara yang praktis dan sederhana adalah dengan memisahkan asu… eh langganan koran dan investasi :).

  41. unitlink = whole life insurance + reksadana (jadi 1 paket)?
    kenapa bandinginnya sama term life insurance + reksadana (terpisah)?
    kenapa gak sama whole life insurance + reksadana (terpisah)?
    kata orang sih biar apple to apple..
    susah ya..?

  42. Bagus juga om Pri…

    kita jadi tau trik dari sebuah perusahaan bagaimana dalam mengaet keuntungan lebih….

    Dari awal posting sudah di jelaskan kalau B memiliki sifat yang berlebihan.

    makanya dengan sistem “10th” itu membuat dia untung tambahan sebesar 13 juta di kali banyaknya pelangan yang mengikuti program tersebut.

    Apa betul seperti itu om Pri .

    SALAM :)>-

  43. #16,17,66

    Wah baru 3 hari tebakan saya udah terlewati. Emang hebat mas Pri ini. Untuk mas Pri nggak usah pake jualan koran deh untuk dapetin untung besar. Cukup taruhan jumlah comment yang masuk. :d
    Terus terang saya termasuk yang terpengaruh dengan argumen mas Pri ttg unit link ini. Jadi sekarang berbagai penawaran UL yang masuk lewat semua. Tapi terus terang sekarang pontang panting juga cari alternatif termlifenya

  44. #80:

    unitlink = whole life insurance + reksadana (jadi 1 paket)?
    kenapa bandinginnya sama term life insurance + reksadana (terpisah)?
    kenapa gak sama whole life insurance + reksadana (terpisah)?
    kata orang sih biar apple to apple.. susah ya..?

    unit link = term life YRT + reksadana, bukan whole life + reksadana. kalau whole life + reksadana, maka harusnya akan ada nilai tunai yang dijamin, tapi di kebanyakan unit link gak ada nilai tunai yang dijamin.

    yang whole life + reksadana itu misalnya whole life yang punya nilai tunai yang variabel/participating. kemungkinan besar sih ini gampang direplikasikan dengan term life YRT + reksadana + deposito berjangka.

  45. #76

    orang yang beli pc ngerakit sendiri vs beli paketan tahu persis berapa uang yang harus dia keluarkan. hampir semua orang yang beli ‘koran B’ tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia keluarkan. bahkan analogi kopi susu 2-in-1 juga gak pas banget :).

    nope, hampir semua (ikutan ah pake kata ‘hampir semua’ :p ) orang yg beli pc paketan ga tau berapa persis harga masing2 itemnya, pokoke terima beres, mahal? no problem, daripada ngerakit sendiri, capede ;)

    kedua cara jualan tersebut memberikan layanan yang sama persis. pelanggan akan mendapatkan hal yang sama persis jika dia ikutan sales pertama atau sales kedua. tapi bisa dipastikan sales kedua gak bakalan sesukses sales pertama. sebagian besar orang yang diprospek sales dua akan berpikir “kalau komisinya segede itu mendingan gua langganan & investasi sendiri”.

    lagi2 ini asumsi yg dari awal saya permasalahkan, ada aja orang yg ga masalah dengan membayar komisi lebih asal nyaman

    kenapa sales 1 akan lebih sukses? karena pada cara penjualan pertama ada lebih banyak informasi yang tidak sampai ke pelanggan, bukan karena sales 1 memberikan fasilitas lebih banyak daripada sales 2.

    kok jadi sales koran B vs sales koran A yg ngikut2 koran B? sales koran A jualan koran tok ga ada investasi disitu thus ga ada fasilitas tambahan
    kalau contoh diatas sales 1 vs sales 2, itu cuma beda ‘cara pemasaran’ bukan soal tambahan fasilitas

    kalau misalnya selain koran B, ada koran C dan D yang dijual dengan cara serupa seperti koran B. maka B, C dan D ini tidak akan bisa berkompetisi secara efektif. gak mungkin konsumen kasual membandingkan produk2 ini secara langsung, minimal dia harus jungkir balik telpon sana sini untuk interogasi agennya dan ngitung2 di spreadsheet terlebih dahulu.

    saya kalau cari camdig aja udah jungkir balik, bolak balik buka dpreview, bolak-balik tanya ke milis, ym-an sama yg udah pernah punya, udah dapet typenya, jungkir balik lagi liat2 harga di web, udah dapet harga, jungkir balik lagi nawar2 ke toko offline yg biasanya lebih murah lagi
    konsumen casual? beli aja lah yg mpixnya gede, beli aja yg bentuknya bagus, etc, camdig aja kok repot2 amat

    koran B, C, D berkompetisi normal, tergantung konsumen, ada yg jeli, ada yg ga mau repot, ada yg jeli sekaligus ga mau repot :p

    toko2 dan koran2 itu membodohi? rasanya ga, masih sesuai trik2 bisnis, yg bodoh (tidak tahu) begitu tahu lantas merasa _di_bodohi kan aneh, wong bodoh kok dibodohi :D

    menjual barang seperti koran B dan harganya tetap semurah koran A dan tidak ada yang ditutup2i itu bukannya tidak mungkin. kalau ada produk semacam ini silakan kirim ilustrasinya dan saya akan dengan senang hati mempublikasikannya.

    proses, semua kompetisi akan melewati proses
    lagi2 kalau mau ditentang prakteknya bukan idenya

    tapi rekomendasi umum tetap berlaku. untuk bisa memastikan konsumen mendapatkan deal yang terbaik, satu2nya cara yang praktis dan sederhana adalah dengan memisahkan asu… eh langganan koran dan investasi :).

    debatable, deal or no de… err deal terbaik bagi A bukan berarti deal terbaik bagi B
    return terbaik ok lah *period*

  46. #87:

    lagi2 ini asumsi yg dari awal saya permasalahkan, ada aja orang yg ga masalah dengan membayar komisi lebih asal nyaman

    gak masalah bayar komisi semahal apapun selama dia menyadari membayar komisi lebih. masalahnya sebagian besar pelanggan gak tahu kalau dia bayar komisi lebih. ini kan yang dipermasalahkan. yang dipermasalahkan bukan bayar sedikit atau banyak, tapi sadar atau tidak sadar telah melakukan pembayaran.

    kok jadi sales koran B vs sales koran A yg ngikut2 koran B? sales koran A jualan koran tok ga ada investasi disitu thus ga ada fasilitas tambahan. kalau contoh diatas sales 1 vs sales 2, itu cuma beda ‘cara pemasaran’ bukan soal tambahan fasilitas

    bener, cuma beda cara pemasaran :). yang didapatkan konsumen sih sama persis.

    koran B, C, D berkompetisi normal, tergantung konsumen, ada yg jeli, ada yg ga mau repot, ada yg jeli sekaligus ga mau repot :p

    proses, semua kompetisi akan melewati proses lagi2 kalau mau ditentang prakteknya bukan idenya

    kompetisi jelas gak normal karena hampir semua konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membandingkan B, C dan D dalam urusan harga. praktis di antara B, C dan D gak ada kompetisi yang efektif dalam urusan harga.

    toko2 dan koran2 itu membodohi? rasanya ga, masih sesuai trik2 bisnis, yg bodoh (tidak tahu) begitu tahu lantas merasa _di_bodohi kan aneh, wong bodoh kok dibodohi :D

    kalau ini silakan disurvey sendiri berapa persen orang yang termasuk kategori ‘bodoh’ :).

  47. #88

    btw, comment sebelumnya salah blockquote

    orang yang beli pc ngerakit sendiri vs beli paketan tahu persis berapa uang yang harus dia keluarkan. hampir semua orang yang beli ‘koran B’ tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia keluarkan. bahkan analogi kopi susu 2-in-1 juga gak pas banget :).

    nope, hampir semua (ikutan ah pake kata ‘hampir semua’ :p ) orang yg beli pc paketan ga tau berapa persis harga masing2 itemnya, pokoke terima beres, mahal? no problem, daripada ngerakit sendiri, capede ;)

    gak masalah bayar komisi semahal apapun selama dia menyadari membayar komisi lebih. masalahnya sebagian besar pelanggan gak tahu kalau dia bayar komisi lebih. ini kan yang dipermasalahkan. yang dipermasalahkan bukan bayar sedikit atau banyak, tapi sadar atau tidak sadar telah melakukan pembayaran.

    rasanya soal ada yg sadar ada yg ga sadar soal yg setengah sadar itu varian dari konsumen yg kita mungkin sudah sama pendapat
    tapi jauh di atas, komen saya sudah seperti ini “intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain”

    bener, cuma beda cara pemasaran :). yang didapatkan konsumen sih sama persis.

    lha, yg sama persis itu sales 1 dan 2,
    bukan sales A dan B, bedanya kan jelas ada tambahan fasilitas

    kompetisi jelas gak normal karena hampir semua konsumen tidak memiliki kemampuan untuk membandingkan B, C dan D dalam urusan harga. praktis di antara B, C dan D gak ada kompetisi yang efektif dalam urusan harga.

    kalau anda bisa bikin hitungan jungkir baliknya kenapa yg lain ngga? kalau mau :p
    it’s not rocket science

    kalau ini silakan disurvey sendiri berapa persen orang yang termasuk kategori ‘bodoh’ :).

    ga perlu di indonesia aja, hampir di seluruh belahan bumi ini mayoritas konsumen masuk kategory ‘bodoh’, untuk beberapa item, saya, anda bisa saja masuk kategori itu, ya kecuali anda punya fetish meneliti setiap barang anda yg anda beli sampai jungkir balik :p

  48. Selain pengusaha koran, B juga seorang ahli finansial yang licik sekaligus jeli dalam melihat kesempatan. Dia bukannya menjual korannya lebih murah untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, dia justru meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat. Koran B yang tadinya dijual seharga Rp 100 ribu, kini dia jual seharga Rp 200 ribu.

    “meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat” = Licik sekaligus Jeli :P

  49. meningkatkan harga berlangganan koran B dua kali lipat” = Licik sekaligus Jeli

    masalahnya kadang ‘licik’ itu beda tipis sekaligus sama tipis dengan ‘cerdas’:-\”

  50. kalau YRT itu ada yg otomatis gak?
    maksudnya kalau mau di-renewal gak perlu proses underwriting lagi..
    kalau harus ada proses underwriting lagi..bisa ribet urusannya..
    apalagi pas bagian seleksi kesehatan terutama untuk usia di atas 40 tahun..
    (seperti diketahui, tingkat resiko bertambah seiring bertambahnya usia)
    ini bisa berarti jumlah premi yg musti dibayarkan akan jauh membengkak (karena UP sepertinya tidak akan berubah)..itupun kalau approved.

  51. #89:

    nope, hampir semua (ikutan ah pake kata ‘hampir semua’ :p ) orang yg beli pc paketan ga tau berapa persis harga masing2 itemnya, pokoke terima beres, mahal? no problem, daripada ngerakit sendiri, capede ;)

    hehehe, lagi2 bukan masalah tahu atau tidak tahu, ingin tahu atau tidak tahu, peduli harga atau tidak peduli, tapi apakah konsumen dapat mudah mendapatkan informasi produk kalau kita menginginkannya. kalau agennya aja gak tahu, jangan harapkan konsumen tahu :).

    kalau ada orang mau tahu berapa harga pasaran harddisk 160 GB atau harga VGA geforce 8800 yang ada di komputer yang mau dia beli, dia dapat dengan mudah melakukannya. kalau dia mau beli koran B, dia gak bisa dengan mudah kalau dia mau cari tahu. bahkan agennya mungkin gak tahu juga.

    rasanya soal ada yg sadar ada yg ga sadar soal yg setengah sadar itu varian dari konsumen yg kita mungkin sudah sama pendapat tapi jauh di atas, komen saya sudah seperti ini “intinya, jangan dipukul rata si X ga ngerti/ga jeli, ada kemungkinan lain”

    hehehe, udah dibilang dari tadi kok gak dipukul rata. seandainya ada konsumen yang ikutan ‘koran B’ setelah mengetahui apa yang dia dapat dan berapa uang yang harus dia keluarkan untuk itu, dan setelah itu tetap menjatuhkan pilihan pada koran B, saya sama sekali gak ada masalah. ada kok konsumen yang seperti ini, walaupun bukan mayoritas. mayoritas konsumen menjatuhkan pilihan karena iming2 return investasi Rp X pada tahun ke-Y, bukan karena tahu persis berapa harga yang harus dia bayar. nilai jual ‘koran B’ itu terletak pada ketidaktahuan masyarakat akan harga yang nantinya harus dibayar.

    lha, yg sama persis itu sales 1 dan 2,
    bukan sales A dan B, bedanya kan jelas ada tambahan fasilitas

    pointnya di sini adalah: tahukah konsumen berapa harga yang harus dia bayar untuk mendapatkan tambahan fasilitas tersebut? sebagai catatan, porsi investasi bukan termasuk harga yang harus konsumen bayarkan, uangnya tetap milik konsumen yang dititipkan kepada manajer investasi untuk dikelola.

    kalau anda bisa bikin hitungan jungkir baliknya kenapa yg lain ngga? kalau mau :p it’s not rocket science

    memang sama sekali bukan rocket science, tapi silakan survey sendiri berapa % dari masyarakat yang mampu melakukan hitungan ‘jungkir balik’ tersebut. buat saya pribadi butuh beberapa bulan sebelum bisa melakukannya.

    ga perlu di indonesia aja, hampir di seluruh belahan bumi ini mayoritas konsumen masuk kategory ‘bodoh’, untuk beberapa item, saya, anda bisa saja masuk kategori itu, ya kecuali anda punya fetish meneliti setiap barang anda yg anda beli sampai jungkir balik :p

    kalau bodoh dalam artian ‘gak peduli harga yang harus dibayarkan’, atau ‘gak peduli saya butuh atau tidak butuh’, maka tulisan2 saya bukan untuk orang2 ini. tapi perlu diingat, untuk sebagian besar konsumen, ‘proverbial koran’ akan menghabiskan porsi pendapatan yang sangat signifikan, mungkin bisa mencapai 20% penghasilan bulanan atau bahkan lebih. menjadi fetish untuk pengeluaran yang bisa mencapai 20% total penghasilan setiap bulannya rasanya adalah hal yang wajar.

  52. #92:

    kalau YRT itu ada yg otomatis gak? maksudnya kalau mau di-renewal gak perlu proses underwriting lagi..

    beberapa YRT yang pernah saya lihat (manulife proactive, commlife danatra siaga 1, dan pruterm di singapura) semuanya dapat diperpanjang otomatis dan tidak memerlukan proses underwriting lagi.

    contoh di polis manulife: “pengulangan sebagaimana dimaksud pada pasal 10.1 dapat dilakukan dengan cara membayar premi sesuai dengan tarip premi yang berlaku pada saat pengulangan, dan tidak diperlukan seleksi ulang.”

  53. Setuju dengan IIP, konsumen sangat beragam dan ga bisa dipukul rata, ada segmentasinya. Tinggal sekarang produsen mau mentarget segmen konsumen yang mana. Semakin kecil populasi dari segmen konsumen yang menjadi target konsumen, wajar bila produsen mendapatkan keuntungan yg lebih besar.

    Konsumen yang ga mau repot dan rela membayar sedikit lebih mahal adalah segmen pasar tersendiri yang bisa digarap. Bagi segmen ini jelas koran B ada manfaat lebih, yaitu supaya dia bisa berlangganan gratis 10 tahun lagi. Manfaat tersebut tak selalu dikonversi menjadi uang bagi konsumen, tetapi menjadi keuntungan dalam bentuk uang bagi produsen.

    Intinya, menurut saya koran A dan koran B mempunyai target segmen konsumen yang berbeda, dengan demikian tidak bisa dibandingkan dari sudut pandang konsumen yang sama. Jelas koran B bila dilihat dari sudut pandang konsumen untuk koran A, akan sangat merugikan. Tetapi koran A dari sudut pandang konsumen koran B, juga sangat merepotkan.

  54. kalau ada orang mau tahu berapa harga pasaran harddisk 160 GB atau harga VGA geforce 8800 yang ada di komputer yang mau dia beli, dia dapat dengan mudah melakukannya. kalau dia mau beli koran B, dia gak bisa dengan mudah kalau dia mau cari tahu. bahkan agennya mungkin gak tahu juga.

    lagi2 debatable, mudah dan tidak mudah tergantung kemampuan seseorang
    kalau sudah biasa berkecimpung dikomputer gampang lah, bandingin sama orang ‘bodoh’ (sama sekali ga tahu soal komputer), jangankan banding2in harga, speknya aja ga tau mana yg cocok buat kebutuhannya, thus bukan salah toko dan bukan toko mem’bodoh’2i, salah sendiri ‘bodoh’ >:)

    hehehe, udah dibilang dari tadi kok gak dipukul rata. seandainya ada konsumen yang ikutan ‘koran B’ setelah mengetahui apa yang dia dapat dan berapa uang yang harus dia keluarkan untuk itu, dan setelah itu tetap menjatuhkan pilihan pada koran B, saya sama sekali gak ada masalah. ada kok konsumen yang seperti ini

    ok. so can we a deal here?
    berarti kesimpulan ini
    “jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli”
    bisa di revisi ;)

    pointnya di sini adalah: tahukah konsumen berapa harga yang harus dia bayar untuk mendapatkan tambahan fasilitas tersebut?

    anda bisa cari tahu, orang lain tentu bisa :)
    tahukah konsumen, biaya tambahan fasilitas (jarak dekat, toko pakai ac, barang di antar. etc) toko komputer tanpa mensurvey dulu harga di tempat lain? lebih lanjut detail tentang spec2nya
    kalau ada toko yg ngasih tau angka2 detailnya, bukan konsumen yg merasa dibodoh2i, tapi itu toko bodo bener :D

    memang sama sekali bukan rocket science, tapi silakan survey sendiri berapa % dari masyarakat yang mampu melakukan hitungan ‘jungkir balik’ tersebut.

    data 2006 jumlah komputer di indonesia 6,5 jt, hanya berapa % dari masyarakat, dan dari berapa % tersebut hanya berapa % yg mampu untuk melakukan hitungan soal harga dan spec pc silakan juga disurvey untuk perbandingan

    buat saya pribadi butuh beberapa bulan sebelum bisa melakukannya.

    lho, ta’ kirain anda itu priyadi eh ternyata pribadi toh :p
    buat orang yg berkecimpung di finance rasanya ga perlu waktu selama yg anda butuhkan (see pc above)

  55. kayaknya lagi membahasa unit link nih.
    bukan sekedar koran sebagai media pers…

    baunya kok sama…kayak produk p********.

  56. kenyataannya seperti itu kok :). kita harus balik premisnya dan balik bertanya: “kenapa perusahaan yang kegiatan usahanya licik dan membodohi masyarakat bisa bertahan sebegitu lama dan tumbuh semakin besar?”

    Karena ada nilai tambah yg dijual oleh perusahaan tsb, dan masyarakat merasa puas dengan nilai tambahnya. Kalau seseorang mendapatkan “value” yg dia beli, maka harga bukan masalah.

    Contoh gampangnya, koran A marketingnya om-om yg kurus dan kumisan. Sedangkan koran B menggunakan marketing wanita muda yg cakep dan bermulut manis, tapi harga korannya 2x lipat. Saya yakin, lebih banyak orang yg tertarik beli koran B daripada koran A. Walaupun isi beritanya hampir sama.

    Contoh lainnyanya mobil Toyota Avanza dan Honda CRV (duh..kapan saya bisa beli ya). Sama-sama mobil jenis SUV, tapi harga CRV 2x lipat harga Avanza. Bagi orang yg mengerti “value” dari CRV, dia tidak akan keberatan untuk membelinya, walaupun harus bayar cicilan mobil yg lebih mahal.

    Dan bagi orang yg tidak tau nilai tambah dari suatu produk, jelas dia akan merasa dibodohi jika beli produk tsb dengan harga yg lebih mahal.

    Karena masalah “nilai tambah” suatu produk sifatnya sangat subjektif, maka sulit dibuat perbandingan yg head-to-head. Apalagi sampai dikatakan penipuan atau pembodohan.

  57. #94 :

    beberapa YRT yang pernah saya lihat (manulife proactive, commlife danatra siaga 1, dan pruterm di singapura) semuanya dapat diperpanjang otomatis dan tidak memerlukan proses underwriting lagi.

    contoh di polis manulife: “pengulangan sebagaimana dimaksud pada pasal 10.1 dapat dilakukan dengan cara membayar premi sesuai dengan tarip premi yang berlaku pada saat pengulangan, dan tidak diperlukan seleksi ulang.”

    Perpanjangan otomatis yg tidak memerlukan proses underwriting, jika dan hanya jika nasabah belum pernah melakukan klaim.

    Prinsip asuransi Term Life sangat mirip dengan prinsip asuransi kerugian (bidang saya). Misalnya untuk asuransi mobil, ada keadaan tertentu yg membuat perpanjangan asuransi mobil tdk perlu melakukan proses underwriting ulang. Misalnya :
    – belum pernah melakukan klaim
    – usia kendaraan dibawah 5 tahun

    Untuk masalah klaim, proses underwritingnya juga melakukan cross check ke asuransi lain. Jika nasabah tidak jujur, ada kemungkinan klaim ditolak. Terutama jika ternyata nasabah sudah pernah klaim di asuransi lain, tapi waktu pengisian form pengajuan asuransi nasabah bilang tidak pernah asuransi di tempat lain.

    Untung saja saya bukan di bagian klaim, jadi kalau ada klaim yg ditolak saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar dan menerima omelan nasabah dan agen yg cerewet.

  58. Oh ya..satu lagi untuk hari ini.
    Unit Link bukan Term Life + Investasi.
    tapi
    Unit Link = Whole Life + Investasi.

    Terserah kalo ada yg mau ngotot di sini bilang unitlink adalah term life + investasi. Tapi kalo topik ini keluar di ujian AAJI, pilih yg jawaban Unit Link adalah Whole Life + Investasi.

  59. #98:

    kalau sudah biasa berkecimpung dikomputer gampang lah, bandingin sama orang ‘bodoh’ (sama sekali ga tahu soal komputer), jangankan banding2in harga, speknya aja ga tau mana yg cocok buat kebutuhannya, thus bukan salah toko dan bukan toko mem’bodoh’2i, salah sendiri ‘bodoh’ >:)

    analoginya kayanya sudah ngelantur terlalu jauh. kalau dicari2kan celahnya pasti ada juga :). sebego2nya orang beli komputer, dia pasti tahu harga yang harus dia bayar. kalau misalnya komputer built up HP dibandrol 7 juta, dan lenovo dibandrol 8 juta, dia sudah tahu harganya masing2 7 juta dan 8 juta. bayar 7 juta dapet HP, bayar 8 juta dapet lenovo.

    kalau dia beli koran B, dia gak bisa tahu berapa yang harus dia bayar hanya dari informasi yang diberikan oleh salesnya. yang dia tahu cuma dia harus setor Rp 200ribu/bulan. dari 200 ribu tersebut sebagian untuk dibelikan koran B, tapi sebagian lagi tetap milik dia yang dititipkan ke manajer investasi. proporsi keduanya ini yang gak jelas.

    ok. so can we a deal here? berarti kesimpulan ini “jika pelanggan merasa untung dengan berlangganan koran B, artinya dia tidak ngerti masalah finansial dan/atau tidak cukup jeli” bisa di revisi ;)

    deal, i stand corrected. i didn’t wish to alienate some consumers here.

    anda bisa cari tahu, orang lain tentu bisa :) tahukah konsumen, biaya tambahan fasilitas (jarak dekat, toko pakai ac, barang di antar. etc) toko komputer tanpa mensurvey dulu harga di tempat lain? lebih lanjut detail tentang spec2nya. kalau ada toko yg ngasih tau angka2 detailnya, bukan konsumen yg merasa dibodoh2i, tapi itu toko bodo bener :D

    pertama, barang yang dijual dengan struktur harga sederhana bisa dengan mudah dibandingkan. kalau misalnya penjual camdig harga modalnya 1,5 juta, lalu barangnya dijual dengan margin 2x lipat jadi 3 juta, maka gampang ketahuan kalau dia jualan terlalu mahal. mekanisme pasar akan memastikan harganya gak akan terlalu mahal. kalo masih nekat jual kemahalan, ya sebagian pelanggan akan kabur ke toko sebelah.

    kedua, kalau konsumen beli ‘koran B’, sebagian dari uang yang dibayarkan konsumen tetap milik konsumen, tapi berapa jumlahnya ini yang gak jelas.

    lho, ta’ kirain anda itu priyadi eh ternyata pribadi toh :p. buat orang yg berkecimpung di finance rasanya ga perlu waktu selama yg anda butuhkan (see pc above)

    hehehe. kalau ini sih silakan aja dicoba sendiri :).

    pertama-tama, yang paling gampang dan sederhana, coba bandingkan koran B dengan koran A+investasi terpisah. kedua, coba minta ilustrasi ke ‘koran B’, terus dari situ tentukan berapa harga produk yang ditawarkan tersebut, bukan cuma di tahun pertama, tapi juga tahun2 selanjutnya. ketiga, coba minta ilustrasi ke dua perusahaan yang berbeda untuk produk yang seperti ‘koran B’ dengan spec yang sama persis, dari situ hitung mana yang lebih menguntungkan.

    hint: punya pengetahuan finance yang mencukupi itu baru rintangan pertama, masalah utamanya adalah bisa gak dapat data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan? informasi yang diperlukan untuk membandingkan produk tersebut dengan produk lainnya tidak diberikan dalam ilustrasi, dan agen pun tidak diperlengkapi dengan informasi tersebut.

  60. #103:

    Contoh lainnyanya mobil Toyota Avanza dan Honda CRV (duh..kapan saya bisa beli ya). Sama-sama mobil jenis SUV, tapi harga CRV 2x lipat harga Avanza. Bagi orang yg mengerti “value” dari CRV, dia tidak akan keberatan untuk membelinya, walaupun harus bayar cicilan mobil yg lebih mahal.

    kalau beli mobil sih dia gampang tahu harga avanza dan CRV. dan harganya bisa langsung dibandingkan. nah, kalo koran B dan koran C? gimana caranya? :)

    #104:

    Perpanjangan otomatis yg tidak memerlukan proses underwriting, jika dan hanya jika nasabah belum pernah melakukan klaim. blah blah blah

    bung firesquid, ente gak perlu mengulang2 argumen yang sama persis di setiap postingan saya tentang asuransi :). saya sudah baca, dan sudah saya balas juga. gak perlu saya balas lagi di sini :).

    #105:

    Oh ya..satu lagi untuk hari ini. Unit Link bukan Term Life + Investasi. tapi Unit Link = Whole Life + Investasi.

    sebagian besar unit link itu term life + investasi. tapi saya gak menutup kalau memang ada unit link yang whole life + investasi. bedanya yang terakhir ini ada nilai tunai yang besarnya dijamin, seperti yang ada di whole life yang stand alone. dan biasanya gak dikasih label ‘unit link’, biasanya dikasih nama ‘semi unit link’, ‘participating whole life/endowment’, ‘universal life’, ‘with profits whole life’, ‘variable whole life’, etc.

    kalau unit linknya gak ada nilai tunai yang dijamin, maka sudah pasti komponen asuransinya bukan whole life.

  61. #97:

    konsumen sangat beragam dan ga bisa dipukul rata, ada segmentasinya. Tinggal sekarang produsen mau mentarget segmen konsumen yang mana. Semakin kecil populasi dari segmen konsumen yang menjadi target konsumen, wajar bila produsen mendapatkan keuntungan yg lebih besar.

    ini saya setuju. tapi di sini mekanisme pasar gak jalan. pada kenyataannya di lapangan, yang mendapatkan pangsa pasar paling besar justru adalah produsen yang menerapkan profit margin yang paling besar. pasar produk yang dijual seperti ‘koran B’ adalah pasar yang unik, di sini mayoritas konsumen gak tahu berapa biaya yang harus dia bayarkan sebelum menjatuhkan pilihan pada suatu produk. di sini produk gak dijual pada fair market value-nya.

    jadi hint buat para kompetitor: naikin aja harganya, gak perlu cape2 ngadu harga :)

  62. dalam problematika perkoranan yg dikupas oleh bapak priaydi di atas itu, kira-kira berlaku ga’ teori ,em>”You Get What You Pay For”?, ..dalam konteks koran-koran indonesia tentunya :)

  63. deal, i stand corrected. i didn’t wish to alienate some consumers here.

    ok, berarti tinggal 1 permasalahan, soal bodoh membodohi
    intinya anda menganggap koran B membodohi konsumen karena tidak transparan, cmiiw

    kenyataannya hanya _kurang_ transparan (kalau tidak transparan sampai melotot mata anda ga bakal anda bisa melihat hitung2annya)

    sementara saya menganggap itu hal yg wajar dalam bisnis, karena hampir semua penjual melakukan itu, hanya tingkat transparansinya yg berbeda, ketika kompetisi semakin banyak tingkat transparansi akan semakin besar

    koran sudah mencapai tingkat kompetisi yg bagus, koran+investasi merupakan suatu makhluk baru yg untuk menuju tingkat kompetisi yg bagus akan butuh waktu dan proses, jangan membandingkan mereka sebagai makhluk yg sama

    dulunya, reksadana tidak lebih dari koran B yg anda bahas sekarang, penuh dengan kekurangtransparanan, dibanding dengan saham langsung
    bayangkan kalau waktu itu reksadana mati sebelum berkembang, yg pasti topik ini ga akan ada :p

    dari sisi pandang saya, definisi membodohi dalam menjual menurut saya yaitu ketika penjual memberikan false data yg membuat pembeli merasa dibodohi ketika tahu, tetapi ketika penjual memberikan data yg benar walaupun sesuai tingkat transparansi, yang salah adalah konsumen tsb yg kurang buka mata untuk menembus transparansinya

  64. kalau beli mobil sih dia gampang tahu harga avanza dan CRV. dan harganya bisa langsung dibandingkan. nah, kalo koran B dan koran C? gimana caranya?

    Loh..bukannya harga untuk langganan koran B atau C sudah dikasih tau harganya sebelum pelanggan membeli.

    Misalnya untuk langganan koran B seumur hidup, pelanggan bayar 12 juta, bisa dicicil 1,2 jt/tahun. Sedangkan untuk langganan koran C seumur hidup, pelanggan bayar 15 juta, bisa dicicil 1,5 jt/tahun.

    Sama juga kalo beli Avanza dan CRV.
    Misalnya kredit Avanza 120 juta, bisa dicicil 24 juta/tahun selama 5 tahun. Sedangkan CRV, misalnya 280 juta, bisa dicicil 56 juta/tahun selama 5 tahun.

    Prinsipnya sama, hanya Mas Priyadi kurang membuka diri aja. Makanya terlihat rumit dan berbelit-belit :D.

    sebagian besar unit link itu term life + investasi.

    Sebagian besar…wow !! Sepertinya Mas Priyadi sudah survey semua produk unit link. Bisa tolong sebutkan yg mana saja?
    Biar para pembaca bisa cross check. Kalo ada yg beli unit link ternyata polis dia term life + investasi, kan dia bisa batalin polisnya dan pindah ke yg whole life + investasi.

    bedanya yang terakhir ini ada nilai tunai yang besarnya dijamin, seperti yang ada di whole life yang stand alone.

    Mas…ada beda antara whole life dan endowment (dwiguna). Yg menjamin nilai tunai itu asuransi yg endowment, bukan whole life.

  65. tapi di sini mekanisme pasar gak jalan. pada kenyataannya di lapangan, yang mendapatkan pangsa pasar paling besar justru adalah produsen yang menerapkan profit margin yang paling besar. Pasar produk yang dijual seperti ‘koran B’ adalah pasar yang unik, di sini mayoritas konsumen gak tahu berapa biaya yang harus dia bayarkan sebelum menjatuhkan pilihan pada suatu produk.di sini produk gak dijual pada fair market value-nya.

    Seperti saya pernah bilan, mekanisme pasar hanya menguntungkan konsumen, tidak produsen. Produsen sulit sekali mendapatkan keuntungan yang lebih besar bila mengikuti mekanisme pasar, oleh sebab itu produsen harus dapat keluar dari persaingan untuk memberikan nilai tambah. Dan langganan gratis setelah 10 tahun adalah suatu nilai tambah. Dengan adanya nilai tambah maka koran B membentuk pasar baru.

    Market value juga harus melihat nilai tambahnya, tidak hanya nilai uangnya saja. Sekarang tinggal valuation konsumen terhadap nilai tambah tersebut layak atau tidak, dan sekali lagi itu tidak selalu harus dihitung dalam bentuk nilai uang. Valuation untuk nilai tambah koran B, bisa saja dalam bentuk konsumen kenikmatan tidak dikejar-kejar tagihan koran selamanya setelah 10 tahun, atau ya mungkin hal lain. Nilai tambah tersebut menjadi margin keuntungan dalam bentuk nilai uang untuk penerbit koran.

  66. Ha ha ha…..
    Ayo lomba jadi dukun !!!!
    Siapa jago ngomong ????
    Siapa bisa tahu 10 tahun ke depan retun tetep tinggi ???

    Belum tentu unitlink menang
    Belum tentu reksadana menang
    yang menang yang jago ngomong dan yang nguasai jalur informasi & komunikasi..

  67. Hai semua.. ^^ Pertama kali nih dateng ke blog mas Priyadi, langsung disambut sama adu argumentasi soal unit link..

    hehe.. klo boleh ikutan nimbrung.. Kyaknya pendapat mas Priyadi dan mas IIP sama2 bener..

    Saya sendiri awam banget soal investasi-asuransi, baru ngeh itu kira-kira 2 tahun yang lalu ketika saya ditawari produk unit link, yaitu asuransi jiwa (duh ga ngerti whole/term –> contoh konsumen bodoh @_@) + investasi. Dulu, untuk orang awam sperti saya (mungkin konsumen2 yang masuk golongan ini yang dimaksud oleh mas Priyadi), saya tertarik banget buat ikutan, karena silau sama iming-iming investasi, sebenernya sih ga terlalu peduli sama produk asuransinya :P

    Semenjak join unit link, saya jadi tertarik untuk cari-cari tau lbh dalam mengenai investasi, akhirnya saya nemu produk yang namanya reksadana (heheheh.. telat amat ya..). Dari hasil cari-cari tahu itu, saya memang baru ngeh bahwa menurut saya unit link itu merugikan, karena dengan mengambil asuransi jiwa dan reksadana secara terpisah, saya akan mendapat keuntungan lebih besar.. Dan saya gak keberatan kok, untuk repot sedikit demi memiliki selisih keuntungan itu.. (beda sama PC, daripada ngerakit sendiri, mending bli jadi dhe.. hihi)

    Nah, segmen pasar sperti saya inilah yang dikritisi oleh mas Priyadi (eh bener ga ya? :P) Karena saya tidak tahu apa-apa, dan berharap keuntungan yang besar, padahal sebenarnya ada produk lain yang bisa memberi dia keuntungan lebih besar (maruk.. dasar manusia.. hehe :P)

    Sedangkan si unit link itu blm saya stop, kenapa? karena agennya adalah ibu saya sendiri.. hihihihi :P ya mungkin ini sejalan sama alasan mas IIP, memang ga bisa dipukul rata alesan orang2 membeli produk unit link..

    Tapi.. (kyaknya ga bisa di tengah terus nih, harus menentukan pilihan :P) secara umum saya lebih setuju kepada pendapat mas Priyadi.. karena menurut saya ada dua jenis konsumen:
    1. konsumen unit link yang tidak mengetahui ada alternatif lain yang lebih menguntungkan, tetapi sedikit merepotkan, dan konsumen tersebut tidak keberatan untuk mengambil alternatif itu
    2. konsumen unit link yang tahu ada alternatif lain yang lebih menguntungkan, tetapi karena tidak mau repot, maka dia memilih produk unit link

    Sekarang permasalahannya mnurut saya ada di persentase konsumen (hayah.. moga2 ga nambah2 masalah :P), berapa banyak konsumen jenis 1 (saya termasuk didalamnya), jika persentase konsumen jenis 1 jauh lebih besar (yang menurut saya begitu.. :P) maka jelas, pencetus ide unit link ini sudah melakukan pembodohan, memanfaatkan ketidaktahuan/kebodohan target konsumen mereka :) Jangan lupa bahwa produk ini juga melibatkan uang yang tidak sedikit, tidak sperti PC, apalagi teh botol :( Jadi, klo menurut saya sih, itu bukan praktek bisnis yang baik.. :P (dinilai dari segi konsumen ya, klo bisnismen mungkin baik, kan keuntungannya gede.. hehe :P)

    Sekian, wuih panjang juga.. :P

  68. #109:

    kenyataannya hanya _kurang_ transparan (kalau tidak transparan sampai melotot mata anda ga bakal anda bisa melihat hitung2annya)

    selama ini, mereka cuma transparan kalau itu menguntungkan mereka. mereka bersedia ngitungin proyeksi investasi sampai 99 tahun. tapi soal ngasih tahu berapa yang harus customer bayar in short term dalam jumlah yang pasti, mereka gak mau ngitungin. semua perhitungan yang konsumen lakukan hanya bisa menggunakan data2 ini.

    koran sudah mencapai tingkat kompetisi yg bagus, koran+investasi merupakan suatu makhluk baru yg untuk menuju tingkat kompetisi yg bagus akan butuh waktu dan proses, jangan membandingkan mereka sebagai makhluk yg sama

    setuju. saya pikir posting2 saya selama ini juga bagian dari proses. jangan harap ‘koranlink’ bisa mencapai tingkat kompetisi yang bagus kalau didiamkan begitu saja, kalau konsumen gak pernah diberi tahu berapa harga sesungguhnya yang harus dia bayar.

    dari sisi pandang saya, definisi membodohi dalam menjual menurut saya yaitu ketika penjual memberikan false data yg membuat pembeli merasa dibodohi ketika tahu, tetapi ketika penjual memberikan data yg benar walaupun sesuai tingkat transparansi, yang salah adalah konsumen tsb yg kurang buka mata untuk menembus transparansinya

    lying by omission is still lying. apalagi menyangkut urusan penting seperti harga.

    kalau ada pembeli orang awam soal ikan kemudian beli ikan di pasar, oleh penjual dikasih ikan hasil tangkepan 2 hari yang lalu. setelah sampai rumah ternyata ikannya busuk. yang salah siapa? boleh saja nuduh pembeli salah karena ‘gak teliti’ dan ‘gak punya keahlian menilai kualitas ikan’. tapi cuma sebatas itu dan bukan berarti penjualnya gak punya salah sama sekali.

  69. #110:

    Loh..bukannya harga untuk langganan koran B atau C sudah dikasih tau harganya sebelum pelanggan membeli.
    Misalnya untuk langganan koran B seumur hidup, pelanggan bayar 12 juta, bisa dicicil 1,2 jt/tahun. Sedangkan untuk langganan koran C seumur hidup, pelanggan bayar 15 juta, bisa dicicil 1,5 jt/tahun.

    dalam biaya yang kita setorkan tersebut ada dua komponen: untuk beli koran B dan untuk investasi. yang untuk investasi ini tetap milik pelanggan, tapi dititipkan kepada manajer investasi untuk diputerin. yang dicari ini adalah komponen yang pertama.

    Sebagian besar…wow !! Sepertinya Mas Priyadi sudah survey semua produk unit link. Bisa tolong sebutkan yg mana saja? Biar para pembaca bisa cross check. Kalo ada yg beli unit link ternyata polis dia term life + investasi, kan dia bisa batalin polisnya dan pindah ke yg whole life + investasi.

    prudential prulink itu term life YRT + investasi.

    * premi yang dibayarkan nasabah meningkat sesuai usia, sedangkan di whole life itu level.
    * kalau di-surrender, gak ada nilai tunai yang dijamin yang berasal dari porsi asuransi. yang ada cuma hasil investasi.

  70. #111:

    Seperti saya pernah bilan, mekanisme pasar hanya menguntungkan konsumen, tidak produsen. Produsen sulit sekali mendapatkan keuntungan yang lebih besar bila mengikuti mekanisme pasar, oleh sebab itu produsen harus dapat keluar dari persaingan untuk memberikan nilai tambah. Dan langganan gratis setelah 10 tahun adalah suatu nilai tambah. Dengan adanya nilai tambah maka koran B membentuk pasar baru.

    betul. tapi sebaliknya juga berlaku: kalau sama sekali tidak ada mekanisme pasar, artinya hanya menguntungkan produsen dan sama sekali gak menguntungkan konsumen. dan saya di sini adalah konsumen :). yang anda bilang di atas itu namanya diferensiasi produk. diferensiasi produk tidak menghilangkan mekanisme pasar sama sekali, kalau suatu produk sukses di niche-nya yang baru, bisa dipastikan produk lain akan berbondong2 masuk ke niche tersebut. dan gak ada yang bisa melarang mereka, kecuali anda punya kekuatan hukum seperti paten, atau monopoli/oligopoli yang disahkan pemerintah.

    masalah pada produk seperti koran B di sini cuma satu: mekanisme pasar gak terbentuk karena pasarnya tidak adil. produsen tahu harga yang mereka tawarkan, tapi konsumen tidak tahu harga yang mereka bayarkan. mayoritas konsumen membeli tanpa mengetahui harga yang mereka bayarkan.

    Market value juga harus melihat nilai tambahnya, tidak hanya nilai uangnya saja. Sekarang tinggal valuation konsumen terhadap nilai tambah tersebut layak atau tidak, dan sekali lagi itu tidak selalu harus dihitung dalam bentuk nilai uang. Valuation untuk nilai tambah koran B, bisa saja dalam bentuk konsumen kenikmatan tidak dikejar-kejar tagihan koran selamanya setelah 10 tahun, atau ya mungkin hal lain. Nilai tambah tersebut menjadi margin keuntungan dalam bentuk nilai uang untuk penerbit koran.

    tidak hanya uangnya saja saya setuju. tapi mengetahui harga untuk produk/jasa yang dibeli adalah wajib. untuk sebagian orang, price point Rp 50 ribu/bulan untuk mendapatkan nilai ‘tidak dikejar2 tagihan koran selamanya’ mungkin layak. tapi untuk orang lain mungkin terlalu mahal.

  71. #113:

    Dan saya gak keberatan kok, untuk repot sedikit demi memiliki selisih keuntungan itu.. (beda sama PC, daripada ngerakit sendiri, mending bli jadi dhe.. hihi)

    Nah, segmen pasar sperti saya inilah yang dikritisi oleh mas Priyadi (eh bener ga ya? :P) Karena saya tidak tahu apa-apa, dan berharap keuntungan yang besar, padahal sebenarnya ada produk lain yang bisa memberi dia keuntungan lebih besar (maruk.. dasar manusia.. hehe

    koreksi, saya tidak menyalahkan konsumen pada segmen tersebut. kalau saya lihat mayoritas nasabah UL punya profil seperti anda, ikut UL terutama karena terpengaruh faktor emosi (greed and fear) dan bukan karena pertimbangan rasional. sekali lagi saya gak nyalahin konsumennya, saya menyalahkan penjual yang terkadang terlalu jauh dalam memanfaatkan emosi calon nasabah2nya.

  72. setuju. saya pikir posting2 saya selama ini juga bagian dari proses. jangan harap ‘koranlink’ bisa mencapai tingkat kompetisi yang bagus kalau didiamkan begitu saja, kalau konsumen gak pernah diberi tahu berapa harga sesungguhnya yang harus dia bayar.

    yg membuat kita berbeda persepsi karena dari awal anda menganggap koran+investasi sebagai gabungan 2 unit yg bisa dipilah2, bukan sebuah unit baru yg mempunyai aturan2 dan pasar sendiri

    anda pernah kasih contoh lenovo dan HP, disitu dibandingkan head to head
    bandingkan jika anda mencoba membelah menjadi unit2 pembentuknya, anda akan mencari data2 dari harga modal cpunya, memorynya, hd-nya,
    apakah lenovo atau hp itu akan memberikan jawaban yg transparan? hd, battery mungkin masih bisa dijawab, tapi kalau semua itemnya mau ditanyain, silakan jungkir balik, dan hasil jungkir balik itu kira2 sudah bisa ditebaklah

    kalau memang niatnya mencapai tingkat kompetisi yg bagus untuk koranlink ini, yg dibahas seharusnya perbandingan koranlink A (HP) dengan koranlink B (lenovo), koranlink yg ingin lebih menonjol akan membuka sedikit level transparansinya, memotong biaya2 komisi yg tidak perlu, etc

    lying by omission is still lying. apalagi menyangkut urusan penting seperti harga.

    kalau ada pembeli orang awam soal ikan kemudian beli ikan di pasar, oleh penjual dikasih ikan hasil tangkepan 2 hari yang lalu. setelah sampai rumah ternyata ikannya busuk. yang salah siapa? boleh saja nuduh pembeli salah karena ‘gak teliti’ dan ‘gak punya keahlian menilai kualitas ikan’. tapi cuma sebatas itu dan bukan berarti penjualnya gak punya salah sama sekali.

    contoh ikan di atas contoh untuk penjual yg memberikan memberikan false data, bukan penjual yg kurang transparan
    sama halnya kalau koran B mengeluarkan lagi konten 2 hari yg lalu
    tujuan orang membeli ikan tentu ikan segar, tujuan orang membeli koranlink tentu koran dengan berita terbaru dan investasi

    lying by omission menjadi lying ketika fakta2 yg disembunyikan menyebabkan orang menjadi salah konsepsi
    ketika ada penjual yang hanya memberikan sebagian jawaban sesuai dengan rule2 bisnis dan bukan dalam rangka missconception hal ini semestinya tidak bisa masuk kategori lying

  73. Kalau menurut pendapat saya: koran B tidak beretika dlm bisnisnya. Tp.., ya jaman skrg yg namanya etika spt ini sdh masuk wilayah abu2, sangat debatable.
    Ya sudahlah. Tp, bagaimanapun jg saya berada di sisi kontra thd koran b, krn itu trmasuk pengelabuan. Kalo guru ngajiku matur:
    ‘ojo bisnis ngono, kuwi ora berkah le..’

  74. #119:

    yg membuat kita berbeda persepsi karena dari awal anda menganggap koran+investasi sebagai gabungan 2 unit yg bisa dipilah2, bukan sebuah unit baru yg mempunyai aturan2 dan pasar sendiri

    jualan produk koran+investasi memang seharusnya dipilah2, atau paling tidak ada transparansi, karena sebagian dana yang kita setorkan tetap menjadi milik kita. kondisi sekarang gak jelas berapa % menjadi hak penjual dan berapa % yang menjadi hak konsumen.

    ini sebabnya susah menganalogikan segala aspek bundling investasi dengan bundling produk X dan produk Y. kalau kita beli barang, uangnya menjadi hak penjual. kalo investor berinvestasi, uangnya tetap menjadi hak investor, bukan hak manajer investasi. yang menjadi hak manajer investasi cuma sebagian kecil dari dana tersebut.

    kalau memang niatnya mencapai tingkat kompetisi yg bagus untuk koranlink ini, yg dibahas seharusnya perbandingan koranlink A (HP) dengan koranlink B (lenovo), koranlink yg ingin lebih menonjol akan membuka sedikit level transparansinya, memotong biaya2 komisi yg tidak perlu, etc

    pertama, it is virtually impossible to do so :). yang harus dilakukan adalah menyamakan asumsi perkembangan investasi. tapi tanpa data mentahnya, hal ini gak mungkin dilakukan :). jangankan konsumen, agen pun gak tahu. membandingkan besar komisi/biaya akuisisi secara langsung juga gak mungkin karena ini cuma membandingkan satu pos biaya, bukan overall cost yang harus dibayar nasabah.

    kedua, tidak ada salahnya membandingkan dengan benchmark beli koran A + beli investasi terpisah. sama kalau misalnya kita membandingkan selisih harga antara ngerakit sendiri dan beli HP built up. selisih harga ini adalah bagaimana HP menghargai nilai yang dia berikan kepada pelanggan.

    ketiga, tidak semua konsumen butuh ‘koran+investasi’, sebagian cuma butuh koran, sebagian cuma butuh investasi, sebagian lagi gak butuh keduanya. dalam perjalanan hidup, manusia akan melewati fase2 kebutuhan tersebut. koran B hanya cocok bagi yang membutuhkan keduanya sekaligus. kalau trennya seperti sekarang, lama2 bisa jadi gak akan ada yang jualan korannya doang :). sekarang saja sudah ada beberapa perusahaan yang gak punya produk koran doang.

    contoh ikan di atas contoh untuk penjual yg memberikan memberikan false data, bukan penjual yg kurang transparan. sama halnya kalau koran B mengeluarkan lagi konten 2 hari yg lalu tujuan orang membeli ikan tentu ikan segar, tujuan orang membeli koranlink tentu koran dengan berita terbaru dan investasi

    sebenernya sama sekali gak ada yang salah jualan ikan yang gak terlalu segar (mungkin aja rumah dia cuma 5 menit & ikannya mau langsung dimasak), atau jualan koran bekas. yang salah itu menyembunyikan fakta kepada pembeli kalau itu ikan yang gak segar dan menjualnya seakan2 itu ikan segar. di koran B, fakta yang disembunyikan adalah harganya. sebenernya gak ada yang ngelarang B untuk jualan koran dengan harga setinggi apapun, bahkan Rp 1 juta/bulan sekalipun. tapi kalau harga tersebut disembunyikan dengan rapih menggunakan ilusi finansial, lain lagi ceritanya.

    lying by omission menjadi lying ketika fakta2 yg disembunyikan menyebabkan orang menjadi salah konsepsi ketika ada penjual yang hanya memberikan sebagian jawaban sesuai dengan rule2 bisnis dan bukan dalam rangka missconception hal ini semestinya tidak bisa masuk kategori lying

    yang terjadi di lapangan seperti itu kok :). salah satunya, mayoritas konsumen gak diberi tahu persis berapa harga yang harus dia bayar sebelum dia beli barangnya.

  75. unitlink itu adalah hasil evolusi produk asuransi.
    dari yg dulu murni bayar premi dan kalau gak ada klaim selama masa pertanggungan gak akan ada nilai tunai yg bisa didapat nasabah..sampai ada yg memberikan nilai tunai.
    dari yg murni proteksi..sampai ada yg dikaitkan dengan produk perbankan (bancassurance).
    nah..sekarang ada asuransi yg dikaitakan dengan investasi.

    itu semua lahir karena mereka -perusahaan asuransi- mencari terobosan baru untuk lebih memikat calon konsumennya.
    maka lahirlah makhluk baru bernama unitlink..bukan asuransi murni tapi juga bukan produk investasi murni.

    karena unitlink itu adalah satu makhluk baru, maka porsi proteksi dan investasi di dalam unitlink gak bisa dipisahkan.
    meski demikian kita bisa mencari tahu rincian harga masing2 unsur pembentuknya.
    seperti suatu produk kopi+gula dalam satu kemasan.
    kalau dipisah, bukan lagi menjadi produk kopi+gula dalam satu kemasan.

    susah nyari tahu apakah harga masing2 unsur tsb terbilang mahal atau tidak?
    ya dilihat saja dulu sifat2nya..
    setelah itu cari produk lain yg hanya terdiri dari satu unsur yg mempunyai sifat yg sama dengan sifat unsur2 pembentuk unitlink..,lalu bandingkan dengan harga yg diberikan unitlink.

    Priyadi selalu bilang ada ‘sesuatu’ yg ditutupi pada unitlink.
    sesuatu itu adalah harga kan?
    memangnya harga apa sih yg tidak ada di proposal/ilustrasi/buku polis unitlink?

    biaya asuransi?
    sudah ada di ilustrasi dan buku polis
    memang, kalau di ilustrasi dan buku polis hanya memuat biaya asuransi untuk 2 tahun pertama, tapi di laporan setiap akhir tahun terdapat besaran biaya untuk tahun depan.
    kenapa gak sekalian dicantumkan seluruh biaya asuransi sampai masa pertanggungan berakhir?
    ya karena bila nasabah pernah mengalami musibah, maka harga untuk tahun berikutnya sudah pasti akan jauh berubah..dan ini di-adjust di akhir tahun pembukuan.
    jadi gak bisa ditentukan biayanya untuk jangka waktu yg panjang.., apalagi dipukul rata.
    CMIIW..

    biaya administrasi?
    biaya akuisisi?
    biaya pegelolaan investasi?
    biaya top up?
    sudah ada di ilustrasi.

    kalau semua sudah dicantumkan..apakah konsumen dibodohi?
    apakah konsumen dibohongi?

    lalu kenapa harganya lebih mahal bila dibandingkan membeli terpisah?
    kopi dan gula (maaf, sepertinya ini analogi yg paling sederhana) kalau dibeli terpisah sudah pasti kumulatif harganya lebih murah dibandingkan dengan harga produk berisi kopi+gula dalam satu kemasan (bila membandingkannya benar2 adil dan accountable).
    dan semua produk yg isinya ada lebih dari satu unsur (gabungan) dapat dipastikan lebih mahal bila dibandingkan dengan harga produk pretelannya.

    selalu ada harga untuk setiap kemudahan.

    kemudahan ini yg dicharge pada unitlink (selain unitlink adalah produk baru, bukan produk tersendiri dari unsur pembentuknya), bukan kebodohan masyarakat.
    perusahaan asuransi berharap dengan adanya kemudahan tsb (bayar satu, dapat dua manfaat sekaligus) akan semakin menarik minat masyarakat untuk memiliki produk asuransi.

    kalau kebodohan masyarakat yg dicharge..dengan seiring majunya pemahaman masyarakat akan produk asuransi dan produk investasi, maka unitlink akan semakin sesak nafasnya..dan mati.
    survival of the fittest, kalau menurut Darwin.

    so..
    yuk jadi konsumen yg cerdas..
    bukan cuma bisa mengkritik apalagi mencela..
    tapi belajar MELIHAT DENGAN BENAR dahulu sebelum menilai atau mengkritisi..

    UNITLINK = PRODUK ASURANSI YANG DIKAITKAN DENGAN INVESTASI.

  76. #123:

    unitlink itu adalah hasil evolusi produk asuransi. dari yg dulu murni bayar premi dan kalau gak ada klaim selama masa pertanggungan gak akan ada nilai tunai yg bisa didapat nasabah..sampai ada yg memberikan nilai tunai. dari yg murni proteksi..sampai ada yg dikaitkan dengan produk perbankan (bancassurance). nah..sekarang ada asuransi yg dikaitakan dengan investasi.

    di asuransi praktik tersebut sudah dianggap sebagai suatu kewajaran, it is something that we’ve taken for granted. makanya saya pakai contoh koran, supaya gak ada anggapan sebelumnya :)

    karena unitlink itu adalah satu makhluk baru, maka porsi proteksi dan investasi di dalam unitlink gak bisa dipisahkan. meski demikian kita bisa mencari tahu rincian harga masing2 unsur pembentuknya. seperti suatu produk kopi+gula dalam satu kemasan. kalau dipisah, bukan lagi menjadi produk kopi+gula dalam satu kemasan.

    mungkin lebih baik jangan terlalu jauh beranalogi. kalau kita beli kopi+gula, kita setor uang untuk bayar kopi dan gula. kalau kita beli X+investasi, maka kita tetap beli X, tapi uang yang disetorkan dalam porsi investasi itu tetap milik kita. pemisahan keduanya adalah hal yang penting untuk dilakukan.

    Priyadi selalu bilang ada ’sesuatu’ yg ditutupi pada unitlink. sesuatu itu adalah harga kan? memangnya harga apa sih yg tidak ada di proposal/ilustrasi/buku polis unitlink?

    biaya asuransi? sudah ada di ilustrasi dan buku polis. memang, kalau di ilustrasi dan buku polis hanya memuat biaya asuransi untuk 2 tahun pertama, tapi di laporan setiap akhir tahun terdapat besaran biaya untuk tahun depan. kenapa gak sekalian dicantumkan seluruh biaya asuransi sampai masa pertanggungan berakhir? ya karena bila nasabah pernah mengalami musibah, maka harga untuk tahun berikutnya sudah pasti akan jauh berubah..dan ini di-adjust di akhir tahun pembukuan. jadi gak bisa ditentukan biayanya untuk jangka waktu yg panjang.., apalagi dipukul rata. CMIIW..

    * harga harusnya dimuat di ilustrasi awal sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, karena itu adalah faktor yang penting untuk dipertimbangkan.
    * mayoritas asuransi jiwa jaman sekarang punya klausul guaranteed renewability, termasuk UL, kalau diperpanjang gak harus melalui proses underwriting lagi dan pasti diterima (btw, kok susah sekali ya menerangkan point ini, pada gak bisa ngerti atau gak mau ngerti?)

    kalau kebodohan masyarakat yg dicharge..dengan seiring majunya pemahaman masyarakat akan produk asuransi dan produk investasi, maka unitlink akan semakin sesak nafasnya..dan mati. survival of the fittest, kalau menurut Darwin.

    contoh simple aja deh. mulai sekarang jangan bilang pake bahasa planet “anda akan ditagihkan biaya akuisisi 5 tahun pertama adalah 100%, 60%, 15%, 15%, dan 15%, selanjutnya gratis!”. tapi coba bilang langsung terus terang misalnya “anda bayar saya Rp 24 juta, 14.4 juta, 3.6 juta, 3.6 juta, dan 3.6 juta dalam 5 tahun pertama untuk layanan 2-in-1 yang saya berikan.”. apa mayoritas konsumen asuransi masih mau beli seandainya ditawarkan seperti yang terakhir?

    yang menjadi pasar UL ini adalah ketidakmengertian masyarakat. pasar asuransi gak kompetitif karena mereka gak bisa membandingkan langsung produk2 asuransi yang ditawarkan kepada mereka.

  77. betul. tapi sebaliknya juga berlaku: kalau sama sekali tidak ada mekanisme pasar, artinya hanya menguntungkan produsen dan sama sekali gak menguntungkan konsumen. dan saya di sini adalah konsumen :). yang anda bilang di atas itu namanya diferensiasi produk. diferensiasi produk tidak menghilangkan mekanisme pasar sama sekali, kalau suatu produk sukses di niche-nya yang baru, bisa dipastikan produk lain akan berbondong2 masuk ke niche tersebut.

    Makanya pasar selalu mengarah pada keseimbangan, karena pada kenyataannya memang tidak mungkin juga mekanisme pasar 100% berjalan sempurna. Betul, membentuk pasar baru pasti akan selalu diikuti oleh follower. Dan ketika pasar sudah tidak lagi menguntungkan akan selalu membentuk niche / pasar baru lagi.

    masalah pada produk seperti koran B di sini cuma satu: mekanisme pasar gak terbentuk karena pasarnya tidak adil. produsen tahu harga yang mereka tawarkan, tapi konsumen tidak tahu harga yang mereka bayarkan. mayoritas konsumen membeli tanpa mengetahui harga yang mereka bayarkan.

    Ngga mungkin pasar harus 100% adil. Adilnya untuk siapa dulu. kalo 100% adil untuk konsumen, jelas pasar tidak akan menarik lagi untuk produsen. Kalo adilnya 100% untuk produsen, jelas akan banyak praktik penipuan. Makanya pasar pasti akan mengarah pada keseimbangan, yang menguntungkan konsumen dan juga menguntungkan produsen.

    tidak hanya uangnya saja saya setuju. tapi mengetahui harga untuk produk/jasa yang dibeli adalah wajib. untuk sebagian orang, price point Rp 50 ribu/bulan untuk mendapatkan nilai ‘tidak dikejar2 tagihan koran selamanya’ mungkin layak. tapi untuk orang lain mungkin terlalu mahal.

    Ga semua orang kan mau repot-repot mau menghitung beginian. Dan orang-orang yang ga mau repot ini adalah salah satu segmen pasar yang dijadikan target.

    Basicly, saya ngga keberatan dengan postingan anda yg mengupas hal-hal seperti ini. Setidaknya itu membuka pikiran pada orang untuk mau repot demi mendapat keuntungan yang lebih maksimal, dan segmen ini memang ada dan saya yakin populasinya juga cukup besar. Tapi menuduh produk seperti asuransi unitlink sebagai salah satu produk ‘penipuan’ yang merugikan konsumen, itu tidak tepat sasaran. :)

  78. #115 :

    prudential prulink itu term life YRT + investasi.

    Ini kata Mas Priyadi kan, bukan kata Prudential. Sedangkan Prudential berkata sebaliknya. Seorang koki jelas lebih tau resep daripada konsumen.

    * premi yang dibayarkan nasabah meningkat sesuai usia, sedangkan di whole life itu level.

    Nga tuh…
    Polis prulink saya hanya perlu bayar premi fix 9 juta pertahun, sampai 10 tahun saja. Dan setelah itu saya bisa menikmati proteksi seumur hidup.

    Sebelum kita bahas lebih byk mengenai asuransi, apakah Mas Priyadi tau kenapa asuransi whole life menetapkan premi yg sama setiap tahunnya?

    * kalau di-surrender, gak ada nilai tunai yang dijamin yang berasal dari porsi asuransi. yang ada cuma hasil investasi.

    Semua asuransi juga sama Mas. Tidak ada pengembalian nilai tunai dari porsi asuransi, kecuali model Syariah.

    Kalo asuransi jenis Endowment menawarkan pengembalian nilai tunai, karena sebenarnya dia juga asuransi + investasi. Dimana yg dikembalikan adalah porsi investasi.

    Tapi bedanya Endowment dengan unit link, ada nilai tunai terjamin. Tidak perduli perusahaan tsb putar uang di mana, untung atau rugi, yg jelas nasabah hanya tau dapat duit sekian-sekian. Sedangkan unitlink lebih transparant mengenai investasi, kalau untung dinikmati bersama, tapi kalo rugi ya ditanggung bersama.

    #121 :

    salah satunya, mayoritas konsumen gak diberi tahu persis berapa harga yang harus dia bayar sebelum dia beli barangnya.

    Waduh…kenapa susah sekali menjelaskan kepada Mas Priyadi. Masih aja ngotot ttg harga yg “menurut” Mas Priyadi tidak transparan.

    Simplenya begini aja….
    Perusahaan koran B menawarkan kepada pelanggan untuk beli “Special Produk” yg harganya sebesar 15 juta, boleh dicicil 1,5 juta/tahun selama 10 tahun. Kelebihan “Special Produk” tsb adalah sbb :
    – berlangganan koran B seumur hidup
    – mendapatkan sebagian pengembalian nilai tunai yg telah dibayar, jika ternyata mau stop langganan sebelum tahun 10
    – mendapatkan hasil investasi yg lumayan, misalnya jika stop langganan pada tahun ke 20

    Perduli amat dengan harga produksi koran dan biaya tetek bengek lainnya. Yang penting saya bayar “Special Produk” tsb seharga 15 juta untuk dapatkan 1 produk dengan benefit seperti diatas.

    Kalau Mas Priyadi mau beli mobil Honda CRV (aduh…kok CRV lagi), apakah ada tanyakan mengenai harga produksi, pajak barang mewah, biaya import, komisi marketing, dll ??
    Misalnya harga produksi Honda CRV hanya 80 juta. Setelah melalui berbagai proses lalu di showroom ditawarkan 280 juta boleh cicil 28 juta/tahun. Apakah berarti dealer mobil tsb “membodohi” pembeli ?

    #124 :

    * harga harusnya dimuat di ilustrasi awal sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, karena itu adalah faktor yang penting untuk dipertimbangkan.

    Pasti dimuat di ilustrasi, bahkan dijelaskan. Lihat kembali contoh harga “Special Produk” koran B diatas.

    * mayoritas asuransi jiwa jaman sekarang punya klausul guaranteed renewability, termasuk UL, kalau diperpanjang gak harus melalui proses underwriting lagi dan pasti diterima (btw, kok susah sekali ya menerangkan point ini, pada gak bisa ngerti atau gak mau ngerti?)

    Tidak semua asuransi jiwa ada klausul guarnted renewalbility. Yg punya klausul renewal guarantee hanya model Endowment, Whole Life, dan Unit Link. Renewal guarantee ini hanya berlaku jika polis tidak lapse (premi tdk dibayar).

    Tapi Term Life juga punya cara seolah-olah terlihat seperti punya klausul diatas. Namanya Level Term Life. Produk ini menawarkan renewal guarantee untuk periode tertentu misalnya 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Makin besar periode, makin besar pula premi yg harus disetorkan.

    Selama masih dalam periode guarantee, nasabah banya perlu setor premi seperti biasa tanpa perlu melewati berbagai proses underwriting.
    Tapi…ada tapinya……renewal guarantee di Level Term Life ini hanya berlaku jika dan hanya jika kondisi kesehatan nasabah memungkinkan. Kalau misalnya sudah terdiagnosa sakit kritis seperti kanker, maka perpanjangan manfaat asuransi bisa dibatalkan.

    Kelemahan inilah yg membuat Term Life preminya amat sangat murah. Bahkan yg Level Term Life 20 tahun juga masih lebih murah daripada yg Whole Life.

    Untuk informasi ttg Term Life, silahkan tanyakan pada perusahaan yg ahli di bidang tersebut, seperti Bumiputera dan Jiwasraya.

  79. #125:

    Ngga mungkin pasar harus 100% adil. Adilnya untuk siapa dulu. kalo 100% adil untuk konsumen, jelas pasar tidak akan menarik lagi untuk produsen. Kalo adilnya 100% untuk produsen, jelas akan banyak praktik penipuan. Makanya pasar pasti akan mengarah pada keseimbangan, yang menguntungkan konsumen dan juga menguntungkan produsen.

    definisi adil di sini adalah kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli tahu persis apa yang akan mereka serahkan dan apa yang mereka dapatkan. pasar asuransi tidak adil karena hanya satu pihak yang tahu apa yang akan mereka terima, tapi pihak lain tidak mengetahui apa yang akan mereka setorkan, sehingga produk UL gak dijual pada titik fair market value-nya.

    Ga semua orang kan mau repot-repot mau menghitung beginian. Dan orang-orang yang ga mau repot ini adalah salah satu segmen pasar yang dijadikan target.

    wah ini terbalik. repot2 menghitung itu justru disebabkan oleh keberadaan produk UL. jika konsumen ingin mengetahui hal yang perlu diketahui pada saat transaksi seperti harga yang harus dibayarkan pada porsi asuransi di UL, kita harus repot2 jungkir balik menghitung. kalau tidak ada produk UL (asuransi dan investasi selalu ditawarkan terpisah), justru kita gak perlu repot2 menghitung, setidaknya tidak serumit kalau menghitung UL. nilai tambah yang ditawarkan UL itu jelas sama sekali bukan ‘tidak perlu repot2 menghitung’.

    Tapi menuduh produk seperti asuransi unitlink sebagai salah satu produk ‘penipuan’ yang merugikan konsumen, itu tidak tepat sasaran.

    dari cara beberapa produk UL dipasarkan, perasaan saya mengatakan produk ini sengaja dibuat untuk mengelabui konsumen. apakah memang benar hal tersebut disengaja atau tidak saya memang gak tahu, tapi kenyataannya di lapangan banyak konsumen yang merasa ‘tertipu’. banyak yang tahu biaya yang harus dikeluarkan bukannya pada saat transaksi dijalankan, tapi justru setelah beberapa tahun ikutan.

  80. #126: bung firesquid, sekali lagi anda gak perlu memposting segala argumen anda di semua tulisan saya tentang asuransi. semuanya sudah pernah saya balas di thread sebelah. kali ini saya balas yang relevan dengan tulisan saya saja.

    Perduli amat dengan harga produksi koran dan biaya tetek bengek lainnya. Yang penting saya bayar “Special Produk” tsb seharga 15 juta untuk dapatkan 1 produk dengan benefit seperti diatas.

    kalau anda pribadi mau tutup mata begitu saja ya itu terserah anda, it’s your own money. tapi saya pribadi peduli :).

    Kalau Mas Priyadi mau beli mobil Honda CRV (aduh…kok CRV lagi), apakah ada tanyakan mengenai harga produksi, pajak barang mewah, biaya import, komisi marketing, dll ?? Misalnya harga produksi Honda CRV hanya 80 juta. Setelah melalui berbagai proses lalu di showroom ditawarkan 280 juta boleh cicil 28 juta/tahun. Apakah berarti dealer mobil tsb “membodohi” pembeli ?

    anda ini kebanyakan analogi :). bundling investasi jangan disamakan dengan bundling produk. kalau kita membundling produk, konsumen keluar duit untuk membayar produk tersebut. kalau kita beli investasi, uangnya tetap milik kita, tapi dititipkan manajer investasi untuk dikelola. rasanya posting saya di atas sudah cukup jelas.

    Tidak semua asuransi jiwa ada klausul guarnted renewalbility. Yg punya klausul renewal guarantee hanya model Endowment, Whole Life, dan Unit Link. Renewal guarantee ini hanya berlaku jika polis tidak lapse (premi tdk dibayar).

    Tapi Term Life juga punya cara seolah-olah terlihat seperti punya klausul diatas. Namanya Level Term Life. Produk ini menawarkan renewal guarantee untuk periode tertentu misalnya 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun. Makin besar periode, makin besar pula premi yg harus disetorkan.

    ini FUD, blatant lies. sebagian besar produk term life jaman sekarang punya guaranteed renewability. kalau ngambil term life 5 tahun misalnya, harga untuk 5 tahun berikutnya (dan berikutnya, dst) sudah dicantumkan pada polis. dan harga ini bersifat mengikat. kalau nasabah mau memperpanjang polisnya, dia bisa melakukannya tanpa harus kembali melalui proses underwriting.

  81. anda ini kebanyakan analogi :). bundling investasi jangan disamakan dengan bundling produk. kalau kita membundling produk, konsumen keluar duit untuk membayar produk tersebut. kalau kita beli investasi, uangnya tetap milik kita, tapi dititipkan manajer investasi untuk dikelola. rasanya posting saya di atas sudah cukup jelas.

    Betull…memang postingan Mas Priyadi sangat jelas, tapi sayangnya saking jelasnya jadi terlihat salah kaprah nya.

    Untuk koran B, konsumen juga keluar duit untuk beli PRODUK yg salah satu benefitnya adalah INVESTASI.

    Jika ilustrasi mobil terlalu rumit dan sulit dimengerti (atau tdk mau mengerti?), Mas Priyadi bisa bandingkan dengan beli rumah. Rumah mengandung 2 unsur yg mirip dengan koran B. Yaitu nilai bangunan (ongkos tukang dan desain, harga bahan bangunan) dan investasi (tanah).

    Kalau seperti yg Mas Priyadi inginkan, beli produk yg murah dan investasi terpisah, Mas Priyadi silahkan saja beli rumah susun. Lalu selisih harganya Mas Priyadi belikan tanah kosong.
    Saya dengar dari agen properti saya, harga tanah kenaikan tahunan rata-rata 15%. Lebih menguntungkan dari emas yg kenaikan rata-rata 10%.

    Sekarang pertanyaannya…apakah Mas Priyadi tinggal di rumah susun seumur hidup?

  82. Kalau postingan Mas Priyadi memang dalihnya menghemat pengeluaran demi time value of money, maka banyak yg bisa dihemat.
    – naik bis ke tempat kerja SEUMUR HIDUP
    – makan masakan sendiri SEUMUR HIDUP
    – minum air sumur yg dimasak sendiri SEUMUR HIDUP
    – kalo sakit minum obat racikan sendiri SEUMUR HIDUP
    – kontrak rumah/kos SEUMUR HIDUP

    Selisih biaya yg dihemat tsb, taruh di investasi. Setelah 30 tahun, saya yakin investasi tsb menjadi sangat banyak.

    Saya rasa kehidupan Mas Priyadi seperti itu. Hanya pikirkan profit..profit…dan profit. Tidak bisa memandang benefit yg positif dari suatu produk jadi. Kalau ada pembaca yg tertarik mengikuti gaya hemat Mas Priyadi, silahkan saja.

  83. Ini sedikit renungan buat para pembaca.

    Sistem marketing yg dijalankan oleh koran B, bisa saja ditiru oleh koran A, C, atau koran D. Saya pikir koran B tidak mempatenkan sistem marketing tsb.

    Jika memang sesimple yg ditulis oleh Mas Priyadi, yaitu langganan koran + investasi…coba pikirkan kenapa Koran B bisa menguasai sebagian besar pasar koran dengan produknya daripada koran A, C, atau D.

    Koran lain yg lihat koran B sukses menjual koran + investasi, tentu pengen ikutan juga donk. Perusahaan koran untung lebih besar, nasabah juga tidak dirugikan. Produk yg bagus sekali, win-win solution.

    Koran B pakai marketing yg jago, koran lain juga bisa.
    Koran B pakai manajer investasi yg handal, koran lain juga boleh.
    Koran B beritanya selalu fresh, memangnya koran lain ngak?

  84. #127:

    definisi adil di sini adalah kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli tahu persis apa yang akan mereka serahkan dan apa yang mereka dapatkan. pasar asuransi tidak adil karena hanya satu pihak yang tahu apa yang akan mereka terima, tapi pihak lain tidak mengetahui apa yang akan mereka setorkan, sehingga produk UL gak dijual pada titik fair market value-nya.

    Bila fair market value hanya dilihat dari nilai rupiahnya saja, saya masih setuju. Tapi nilai manfaat dari kenikmatan ngga usah repot-repot bayar langganan setelah 10 tahun itu intagible, karena intangible nilai ini bisa berbeda-beda untuk setiap konsumen. Sehingga nilai tidak harus sama dengan nilai uang setelah 10 tahun, bila dia membeli koran dan sisanya dia investasikan. (Masing ngomongin koran kan ya :) )

    Sebagian besar nasabah asuransi sebenarnya tidak mengerti asuransi. Ketidakmengertian seperti dana yang disetorkan pada asuransi tidak bisa diambil (kecuali dipinjam) selain pada saat klaim, banyak menyebabkan asuransi memang tidak menarik untuk dibeli. Hal ini yang menurut saya dijawab oleh UL. Dibandingkan produk asuransi lainnya, UL memiliki nilai tambah sebagai Asuransi yang memiliki saldo, dan dananya bisa diambil. Nilai tambah inilah yang dijual oleh perusahaan asuransi. Nilai tambahnya bukan sekedar tingkat pengembalian investasi. Sehingga fair market value jangan menghitung dari nilai uangnya saja.

    dari cara beberapa produk UL dipasarkan, perasaan saya mengatakan produk ini sengaja dibuat untuk mengelabui konsumen. apakah memang benar hal tersebut disengaja atau tidak saya memang gak tahu, tapi kenyataannya di lapangan banyak konsumen yang merasa ‘tertipu’. banyak yang tahu biaya yang harus dikeluarkan bukannya pada saat transaksi dijalankan, tapi justru setelah beberapa tahun ikutan.

    Biaya asuransi sendiri saya rasa sudah jelas pada proposal, dan bisa ditanyakan bila memang tidak tercantum. Tapi bila ‘tertipu’ karena biaya akuisisi yang besar tinggal kembali pada pandangan masing2. Bila tidak ‘sudi’ untuk memberi penghargaan pada perusahaan dan agennya sebesar itu, ya silahkan ‘meng-ageni’ diri sendiri.

  85. #131:

    Jika ilustrasi mobil terlalu rumit dan sulit dimengerti (atau tdk mau mengerti?), Mas Priyadi bisa bandingkan dengan beli rumah. Rumah mengandung 2 unsur yg mirip dengan koran B. Yaitu nilai bangunan (ongkos tukang dan desain, harga bahan bangunan) dan investasi (tanah).

    another flawed analogy. jual beli rumah & tanah adalah murni perdagangan. kita setor uang, kita dapat rumah+ranah. setelah transaksi selesai, uangnya 100% jadi milik developer, dan rumah+tanahnya 100% jadi milik konsumen. kalau jual beli ‘koran B’ tidak murni perdagangan. kita setor uang, kita dapat koran B. tapi tidak 100% dari uang tersebut menjadi hak penjual, sebagian masih merupakan hak konsumen.

    #132:

    Saya rasa kehidupan Mas Priyadi seperti itu. Hanya pikirkan profit..profit…dan profit. Tidak bisa memandang benefit yg positif dari suatu produk jadi. Kalau ada pembaca yg tertarik mengikuti gaya hemat Mas Priyadi, silahkan saja.

    anda terlalu ngelantur. silakan baca posting saya dengan lebih seksama. yang jadi masalah bukanlah profitnya, bukan apakah ada benefitnya atau tidak, tapi apakah konsumen mengetahui berapa harga yang dibayarkan. dalam contoh saya sudah jelas saya beri tahu kalau koran A dan koran B itu kualitasnya sama persis dan harga B 2x lipat harga A. dalam pasar yang adil konsumen akan memilih koran A, tapi kenyataannya mayoritas memilih koran B, bukan karena koran B memberikan nilai lebih baik daripada koran A tapi karena konsumen tidak tahu berapa biaya sebenarnya yang harus dibayarkan.

    #133:

    Sistem marketing yg dijalankan oleh koran B, bisa saja ditiru oleh koran A, C, atau koran D. Saya pikir koran B tidak mempatenkan sistem marketing tsb.

    Koran lain yg lihat koran B sukses menjual koran + investasi, tentu pengen ikutan juga donk. Perusahaan koran untung lebih besar, nasabah juga tidak dirugikan. Produk yg bagus sekali, win-win solution.

    yang saya lihat memang seperti itu. di pasar ‘yang itu’, ada kecenderungan semuanya mengikuti koran B akibat tekanan pasar: “ngapain saya cape2 saingan dalam hal harga, tapi orang2 tetap beli koran B walaupun harganya 2x lipat untuk kualitas yang sama persis?”

    tapi pernyataan “nasabah juga tidak dirugikan” ini saya sangat tidak setuju sekali :). nasabah jelas rugi karena harus membayar jauh lebih mahal untuk kualitas yang sama, dan akibat tekanan pasar, di masa yang akan datang bisa jadi gak ada produk yang dijual seperti koran A.

  86. #134:

    Bila fair market value hanya dilihat dari nilai rupiahnya saja, saya masih setuju. Tapi nilai manfaat dari kenikmatan ngga usah repot-repot bayar langganan setelah 10 tahun itu intagible, karena intangible nilai ini bisa berbeda-beda untuk setiap konsumen. Sehingga nilai tidak harus sama dengan nilai uang setelah 10 tahun, bila dia membeli koran dan sisanya dia investasikan. (Masing ngomongin koran kan ya :) )

    ini saya setuju. menilai manfaat yang intangible itu murni subjektif. walaupun demikian tetap saja harus dibandingkan dengan nilai yang harus dibayarkan oleh konsumen. kalau misalnya ada tukang potong rumput datang ke rumah saya menawarkan jasa pemotongan rumput dengan harga Rp 10 juta, ya mendingan saya aja yang motong rumput :).

    sekarang gimana caranya menilai layak atau tidaknya sesuatu yang ditawarkan kepada kita tanpa mengetahui berapa harga yang perlu kita bayarkan? :-?

    Biaya asuransi sendiri saya rasa sudah jelas pada proposal, dan bisa ditanyakan bila memang tidak tercantum. Tapi bila ‘tertipu’ karena biaya akuisisi yang besar tinggal kembali pada pandangan masing2.

    kalau ini sih boleh disurvey sendiri :). silakan minta ilustrasi unit link, kemungkinan besar di situ gak dikasih tahu besar biaya yang harus dibayarkan (di luar setoran investasi lho ya, dan bukan cuma tahun pertama saja) dan agennya pun gak dilengkapi dengan informasi tersebut :). silakan anda survey beberapa pemegang polis UL dan tanyakan berapa besar biaya akuisisi yang harus dibayarkan. besar kemungkinan mereka juga gak tahu. masalahnya bukan besar atau tidaknya biaya akuisisi, tapi apakah nasabah tahu jumlah yang harus dibayarkan sebelum transaksi dilakukan. terlalu banyak kasus orang2 baru menyadari biaya2 tersebut saat menerima laporan tahunan.

  87. jualan produk koran+investasi memang seharusnya dipilah2, atau paling tidak ada transparansi, karena sebagian dana yang kita setorkan tetap menjadi milik kita. kondisi sekarang gak jelas berapa % menjadi hak penjual dan berapa % yang menjadi hak konsumen.

    lagi2 ini pendapat berdasarkan potongan2 pembentuknya, _bukan_ sebagai unit baru dengan rule sendiri

    ini sebabnya susah menganalogikan segala aspek bundling investasi dengan bundling produk X dan produk Y. kalau kita beli barang, uangnya menjadi hak penjual. kalo investor berinvestasi, uangnya tetap menjadi hak investor, bukan hak manajer investasi. yang menjadi hak manajer investasi cuma sebagian kecil dari dana tersebut.

    nope, kalau investor berinvestasi ditanah, uangnya menjadi menjadi milik si penjual (koran B), ‘uang’ investor ada dalam bentuk tanah (sertifikat penyertaan koran B) yg dijamin nilainya oleh pasar pembeli tanah berikutnya (koran B juga)

    pertama, it is virtually impossible to do so :). yang harus dilakukan adalah menyamakan asumsi perkembangan investasi. tapi tanpa data mentahnya, hal ini gak mungkin dilakukan :). jangankan konsumen, agen pun gak tahu. membandingkan besar komisi/biaya akuisisi secara langsung juga gak mungkin karena ini cuma membandingkan satu pos biaya, bukan overall cost yang harus dibayar nasabah.

    in the end, koranlink yg memberikan return/pelayanan terbaik yg akan stand up, sebagian konsumen ga perduli proses/biayanya gimana yg penting tujuannya tercapai, return tinggi dan dapet 2in1

    kedua, tidak ada salahnya membandingkan dengan benchmark beli koran A + beli investasi terpisah. sama kalau misalnya kita membandingkan selisih harga antara ngerakit sendiri dan beli HP built up. selisih harga ini adalah bagaimana HP menghargai nilai yang dia berikan kepada pelanggan.

    tidak ada salahnya selama tidak nyalah2in HP jualan pc dengan cara ‘membodohi’ konsumen

    ketiga, tidak semua konsumen butuh ‘koran+investasi’, sebagian cuma butuh koran, sebagian cuma butuh investasi, sebagian lagi gak butuh keduanya. dalam perjalanan hidup, manusia akan melewati fase2 kebutuhan tersebut. koran B hanya cocok bagi yang membutuhkan keduanya sekaligus. kalau trennya seperti sekarang, lama2 bisa jadi gak akan ada yang jualan korannya doang :). sekarang saja sudah ada beberapa perusahaan yang gak punya produk koran doang.

    pernyataan di atas kok kontradiktif ya, antara perbedaan kebutuhan konsumen dengan tren lama2 koran saja akan hilang
    selama masih ada kebutuhan penjual koran saja akan tetap ada, kalau memang ga ada yg butuh ya buat apa tetap ada?

    sebenernya sama sekali gak ada yang salah jualan ikan yang gak terlalu segar (mungkin aja rumah dia cuma 5 menit & ikannya mau langsung dimasak), atau jualan koran bekas. yang salah itu menyembunyikan fakta kepada pembeli kalau itu ikan yang gak segar dan menjualnya seakan2 itu ikan segar. di koran B, fakta yang disembunyikan adalah harganya. sebenernya gak ada yang ngelarang B untuk jualan koran dengan harga setinggi apapun, bahkan Rp 1 juta/bulan sekalipun. tapi kalau harga tersebut disembunyikan dengan rapih menggunakan ilusi finansial, lain lagi ceritanya.

    yg bodoh itu yg beli ikan, waktu beli ikan ada trik2 yg harus dia ketahui, menanyakan ke penjual ikannya segar atau tidak, mengetahui ciri2 ikan segar dan kurang segar
    dari sisi penjual, selama ikannya belum busuk dan layak makan dia tidak membohongi konsumen, bisa saja toh ikan kemarin belum habis dijual hari ini, tapi kalau busuk dibilang segar atau kurang segar dibilang segar itu false data, atau tidak bilang busuk tapi tetap dijual itu lying by omission
    *kok ya jadi ngebahas ikan* :p

    soal koran B ‘menyembunyikan’ harga, lagi2 karena anda masih berpatokan unit2 itu bisa dipilah2 _bukan_satu_kesatuan_
    anda yg tulis sendiri kalau mau menghitung selisih HP dengan rakitan konsumen, konsumen bisa menghitung dari unit pembentuknya, tetapi apakah HP perlu meng-expose berapa nilai HP menghargai nilai yg dia berikan?

    yang terjadi di lapangan seperti itu kok :). salah satunya, mayoritas konsumen gak diberi tahu persis berapa harga yang harus dia bayar sebelum dia beli barangnya.

    aneh juga, bodo bener yg beli barang tapi belum tau harganya, exception buat orang2 yg money has no object :p

  88. praktik mana yg dianggap sebagai suatu kewajaran?
    koran itu kan cuma contoh saja..semua (yg ngerti) juga udah tahu..anda sedang mendiskreditkan (lagi dan lagi) suatu produk bernama unitlink.

    yg anda maksud harga itu dari awal sampai akhir?
    waktu pertanggungan di unitlnik itu sangat panjang dan selama masa pertanggungan tsb ada kemungkinan terjadi sesuatu pada diri nasabah yg dapat menyebabkan berubahnya harga. jadi tidak mungkin dicantumkan dari awal sampai akhir. untuk 1 tahun pertama sudah tercantum pada ilustrasi dan harga untuk tahun berikutnya tercantum pada laporan tahunan pada setiap akhir tahun.

    siapa yg mengatakan “anda akan ditagihkan biaya akuisisi 5 tahun pertama adalah 100%, 60%, 15%, 15%, dan 15%, selanjutnya gratis!”?
    itu tidak lengkap dan menyesatkan karena tidak disebutkan % dari apa.
    tapi kalau mengatakan “anda bayar saya Rp 24 juta, 14.4 juta, 3.6 juta, 3.6 juta, dan 3.6 juta dalam 5 tahun pertama untuk layanan 2-in-1 yang saya berikan.” juga tidak tepat, malah lebih keliru karena setiap kasus itu berbeda dan untuk memudahkan rumusan untuk sesuatu yg bisa berubah digunakanlah %.

    yg menjadi pasar utama unitlink adalah masyarakat yg belum sadar akan pentingnya (juga belum punya) asuransi meskipun sudah begitu banyak produk asuransi yg tersedia sebelum munculnya unitlink.
    yg ke dua adalah mereka yg sadar tapi belum berminat karena produk asuransi yg ada kurang menarik bagi mereka.

    pembeli sudah seharusnya tahu apa yg akan mereka dapatkan kalau mereka mau mempelajari ilustrasi yg mereka dapatkan dan menggali informasi dari para agen maupun mencari sendiri.

    ‘merasa tertipu’ dan ‘tertipu’ adalah dua hal yg berbeda.
    yg dapat dilindungi secara hukum adalah yg ‘tertipu’
    makanya..jadi konsumen itu yg cerdas..jangan manja ataupun tutup mata, menerima apa saja yg ditawarkan.
    tapi kalau priyadi sudah sangat cerdas..bahkan saking cerdasnya, pikirannya sendirilah yg menipunya.

    o iya..
    maaf..saya memakai salah satu bahasa dari planet bumi, yaitu bahasa Indonesia.

  89. #137:

    lagi2 ini pendapat berdasarkan potongan2 pembentuknya, _bukan_ sebagai unit baru dengan rule sendiri

    tentu saja harus dipilah2, karena uang yang disetorkan sebagai porsi investasi adalah hak dari pembeli, bukan hak penjual. pembeli tetap berhak atas porsi tersebut dan perkembangan investasinya. resikonya juga tetap ditanggung oleh konsumen, dan bukan oleh penjual.

    in the end, koranlink yg memberikan return/pelayanan terbaik yg akan stand up, sebagian konsumen ga perduli proses/biayanya gimana yg penting tujuannya tercapai, return tinggi dan dapet 2in1

    bisa jadi ada beberapa konsumen yang gak peduli dengan biaya yang harus mereka bayarkan. tapi rasanya kebanyakan konsumen akan sangat peduli sekali. produk ‘koran’+investasi ini akan menghabiskan dana yang tidak sedikit bagi mayoritas pelanggan. selain itu pasar koranlink bukanlah pasar dimana konsumen bisa dapat dengan mudah pindah2 produk sesukanya. kalaupun di luar ada produk yang lebih menguntungkan, bisa jadi konsumen tidak bisa pindah produk.

    tidak ada salahnya selama tidak nyalah2in HP jualan pc dengan cara ‘membodohi’ konsumen

    saya gak nyalahin HP, tapi nyalahin ‘koran B’ :). HP di sini cukup straightforward bilang harga barangnya Rp sekian, sedangkan B tidak. konsumen yang mau beli HP tahu persis berapa harga yang harus dia byar. konsumen yang beli koran B tidak tahu pasti berapa harga yang harus dia bayar.

    pernyataan di atas kok kontradiktif ya, antara perbedaan kebutuhan konsumen dengan tren lama2 koran saja akan hilang. selama masih ada kebutuhan penjual koran saja akan tetap ada, kalau memang ga ada yg butuh ya buat apa tetap ada?

    sistem pemasaran seperti koran A lama2 akan hilang, bukan karena tidak ada yang butuh, tapi karena jauh lebih mudah memasarkan koran seperti B. jauh lebih mudah memasarkan suatu produk dimana konsumen mengeluarkan uang banyak tapi merasa tidak mengeluarkan uang sepeser pun :).

    aneh juga, bodo bener yg beli barang tapi belum tau harganya, exception buat orang2 yg money has no object

    boleh lah kalau orang yang beli barang tapi gak tahu harganya dibilang ‘bodo bener’, tapi mayoritas orang seperti ini, termasuk saya kali, dulu :)

  90. #138:

    waktu pertanggungan di unitlnik itu sangat panjang dan selama masa pertanggungan tsb ada kemungkinan terjadi sesuatu pada diri nasabah yg dapat menyebabkan berubahnya harga. jadi tidak mungkin dicantumkan dari awal sampai akhir. untuk 1 tahun pertama sudah tercantum pada ilustrasi dan harga untuk tahun berikutnya tercantum pada laporan tahunan pada setiap akhir tahun.

    ini cuma excuse saja. gak ada alasan untuk menutup2i informasi tersebut walaupun mungkin nilainya belum fixed, karena ini bahan yang penting untuk evaluasi. selain itu, jaman sekarang kebanyakan asuransi jiwa punya klausul guaranteed renewability, termasuk di unit link. artinya besar harga sudah ditentukan dari awal dan bersifat mengikat. kalau perusahaan asuransi menaikkan harganya seenaknya, artinya mereka melanggar kontrak polis.

    selain itu, kalau argumen anda seperti itu, seharusnya perusahaan asuransi juga gak boleh membuat ilustrasi perkembangan nilai tunai sampai puluhan tahun ke depan, karena perhitungan tersebut tentunya juga mengasumsikan besar premi yang sudah ditentukan dari awal, dan tidak pernah berubah di tengah jalan akibat kondisi nasabah.

    tapi kalau mengatakan “anda bayar saya Rp 24 juta, 14.4 juta, 3.6 juta, 3.6 juta, dan 3.6 juta dalam 5 tahun pertama untuk layanan 2-in-1 yang saya berikan.” juga tidak tepat, malah lebih keliru karena setiap kasus itu berbeda dan untuk memudahkan rumusan untuk sesuatu yg bisa berubah digunakanlah %.

    kalau argumennya seperti itu, maka di ilustrasi juga gak boleh ada proyeksi nilai tunai sampai umur 99 tahun. perhitungan tersebut mengasumsikan sama sekali tidak ada yang berubah sampai nasabah berumur 99 tahun. kalau tidak ada ilustrasi itu, apa masih banyak yang mau ikutan? :)

  91. tentu saja harus dipilah2, karena uang yang disetorkan sebagai porsi investasi adalah hak dari pembeli, bukan hak penjual. pembeli tetap berhak atas porsi tersebut dan perkembangan investasinya. resikonya juga tetap ditanggung oleh konsumen, dan bukan oleh penjual.

    sepertinya saya sudah tulis ini di atas
    “kalau investor berinvestasi ditanah, uangnya menjadi menjadi milik si penjual (koran B), ‘uang’ investor ada dalam bentuk tanah (sertifikat penyertaan koran B) yg dijamin nilainya oleh pasar pembeli tanah berikutnya (koran B juga)”, resiko atau untung sepenuhnya ditanggung pembeli.

    bisa jadi ada beberapa konsumen yang gak peduli dengan biaya yang harus mereka bayarkan. tapi rasanya kebanyakan konsumen akan sangat peduli sekali. produk ‘koran’+investasi ini akan menghabiskan dana yang tidak sedikit bagi mayoritas pelanggan. selain itu pasar koranlink bukanlah pasar dimana konsumen bisa dapat dengan mudah pindah2 produk sesukanya. kalaupun di luar ada produk yang lebih menguntungkan, bisa jadi konsumen tidak bisa pindah produk.

    lagi2 nope,
    konsumen relatif tidak terlalu perduli terhadap prosesnya, justru sangat amat peduli sekali terhadap hasil akhir yg lebih menguntungkan buat dia
    realistis ajalah, bayar 3jt (komisi dll 1 jt, 2 jt di invest) return 2jt, dibanding bayar 3jt (komisi dll 500rb, 2.5jt di invest) return 1jt, sambil merem ga usah ngitung2 juga konsumen milihnya yg return paling besar

    saya gak nyalahin HP, tapi nyalahin ‘koran B’ :). HP di sini cukup straightforward bilang harga barangnya Rp sekian, sedangkan B tidak. konsumen yang mau beli HP tahu persis berapa harga yang harus dia byar. konsumen yang beli koran B tidak tahu pasti berapa harga yang harus dia bayar.

    konsumen yg beli koran B jelas2 sudah tahu harus membayar 200rb dengan segala kelebihan investasinya dibanding koran A, situ sendiri yg nulis di atas
    tapi lagi2 anda mencoba mempreteli barang baru tersebut dengan rule2 item2 pembentuknya

    sistem pemasaran seperti koran A lama2 akan hilang, bukan karena tidak ada yang butuh, tapi karena jauh lebih mudah memasarkan koran seperti B. jauh lebih mudah memasarkan suatu produk dimana konsumen mengeluarkan uang banyak tapi merasa tidak mengeluarkan uang sepeser pun :).

    masih tetap kontradiktif, “tidak semua konsumen butuh ‘koran+investasi’, sebagian cuma butuh koran”, selama masih ada yg butuh penjual ga bakal sebego itu menghilangkan produknya selama masih cuan
    justru, kalau semua koran ikut2an jualan model koran B, koran A yg tetep sendiri jadi tidak punya saingan, thus laris manis, giliran koran2 B yg mulai ngos2an terlalu banyak kompetisi di modelnya balik ngelirik lagi model koran A, keseimbangan pasar lah, dimana ada demand, supply akan berusaha menyediakan.

    btw, dulu orang2 juga ada yg bilang koran offline akan mati, radio akan mati, kenyataannya toh masih ada sampai sekarang

    boleh lah kalau orang yang beli barang tapi gak tahu harganya dibilang ‘bodo bener’, tapi mayoritas orang seperti ini, termasuk saya kali, dulu

    hehehe, yg saya bilang bodo bener itu yg beli barang tapi belum tau harganya, _bukan_ yang sudah tau harganya (200rb) tapi ngga tau detailnya
    kalau itu sih sesuai klaim anda sebelumnya, ngga jeli aja

    btw, soal kata ‘kebanyakan’, ‘mayoritas’, ‘hampir semua’ yg selama ini anda sebut2 itu basenya apa ya?
    1. yg baca blog ini terus kasih komen
    2. konsumen koran B
    karena kalau samplenya dari no. 1, akan sangat amat bias hasilnya, karena bisa dipastikan mayoritas mereka yg mau2nya baca blog ini panjang2 karena memang dari awalnya sudah peduli, ya wajar kalau samplenya mayoritas memberikan hasil peduli
    kalau samplenya no. 2, hmm anggep saja bukan ya, karena ga mungkin juga anda mengadakan survey untuk konsumen koran B ;), tapi kalau mau tetap pakai no. 2 rasanya itu cuma asumsi anda saja

  92. kalo ini bener tentang asuransi unit link, menurut saya koran B punya keunggulan karena kalau berlanggana koran A dan menyisihkan Rp 150.000,- per bulan untuk diinvestasikan sendiri, 90% saya jamin kita gak akan melakukannya dengan berbagai alasan: lupa, uangnya kepake, dan lainnya sehingga akhirnya tujuan investasinya tidak tercapai.
    tapi dengan berlangganan koran B kita “dipaksa” untuk nabung tiap bulan, jadi gak ada istilah lupa dll sehingga pada akhirnya tujuan investasinya bisa tercapai.. sekedar pandangan saja :D

  93. Wah, pemikiran yang bagus… Saya jadi teringat bagaimana harga Pepsi di bioskop 21 yang berharga Rp 10.000 jadi terasa murah karena dibandingkan dengan harga Aqua di tempat yang sama yang dijual dengan harga Rp 8.000

    Ada hubungannya ga ya? hehe…

  94. Mas Pri, kalau dihitung2 dengan kita Bayar Koran A , terus porsi yang untuk invest-nya kita investasikan sendiri reksadana pakai manajer pengelola, hitung-hitungannya gimana? Lebih untung atau tidak dibanding ikut Unit Link? Terus masalah kemudahan dan keamanan dalam berinvestasi, lebih enak yang mana di unit link atau di Reksadana? Trims

  95. #144:
    Kok keluar di displaynya saya posting dari Depok? salah tuh mesinnya. Saya ada di Trunojoyo, kebayoran baru :D

  96. #140
    itu bukan excuse..tapi fakta dan memang begitu prakteknya.
    sekarang dibalik, ada gak perusahaan asuransi yg tidak begitu?

    uang yg dibayarkan oleh konsumen besarnya adalah tetap dan hak yg dapat diperoleh oleh konsumen juga tetap (bagian investasinya tergantung perkembangan pasar dan kinerja manajer investasi).
    tidak ada yg ditutupi..semua sudah ada di ilustrasi.
    di sana disebutkan bahwa harga tsb adalah harga pada saat usia masuk dan harganya dapat berubah pada tahun2 berikutnya sesuai dengan faktor resiko nasabah.

    dengan memperhitungkan bahwa nasabah akan terus membayar premi sampai waktu yg dimaksud dan tidak pernah mengajukan klaim dan penarikan nilai tunai, ilustrasi yg dibuat sampai usia 99 thn tsb adalah hanya sebagai gambaran visual untuk lebih memudahkan calon nasabah dalam memahaminya.
    hasil pada ilustrasi tsb bukan merupakan tolok ukur pasti untuk perhitungan tingkat hasil investasi.
    ilustrasi tsb juga sudah memperhitungkan biaya yg ada.

    soal kalau ilustrasi tsb tidak ada dan apakah masih banyak yg akan ikutan..biar pasar yg menjawab.
    menurut saya ilustrasi akan tetap ada demi memudahkan calan nasabah dalam memahami dan sebagai alat penjelasan dan prosposal oleh agen..dan akan ada perbaikan2 di dalamnya.

  97. #142
    bung jimmy, komen anda pasti akan dikomentari Pri dengan “itu adalah kebodohan masyarakat yg dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi”..ups, kok jadi ngeramal.. :d
    kalau saya bilang..perusahaan asuransi mencoba memfasilitasi tipe konsumen yg seperti itu dengan menyediakan suatu produk di mana konsumen dapat memiliki proteksi dan juga sekaligus dapat berinvestasi dengan disiplin.

  98. #141:

    sepertinya saya sudah tulis ini di atas “kalau investor berinvestasi ditanah, uangnya menjadi menjadi milik si penjual (koran B), ‘uang’ investor ada dalam bentuk tanah (sertifikat penyertaan koran B) yg dijamin nilainya oleh pasar pembeli tanah berikutnya (koran B juga)”, resiko atau untung sepenuhnya ditanggung pembeli.

    ini cuma detil teknisnya saja. point saya tetap sama. kalau saya setor uang untuk beli layanan, maka uang tersebut bukan lagi milik saya dan sebagai gantinya saya mendapatkan layanan, uang saya benar2 hilang. kalau saya setor uang untuk investasi, maka saya bisa dapat kembali mendapatkan uang tersebut + perkembangannya (subject to besar perkembangan investasi, resiko, etc). yang dibayarkan pembeli cuma komisi pembelian, biaya manajemen investasi dan komisi penjualan, dan ini besarnya relatif sangat kecil dibandingkan keseluruhan biaya yang disetorkan.

    lagi2 nope, konsumen relatif tidak terlalu perduli terhadap prosesnya, justru sangat amat peduli sekali terhadap hasil akhir yg lebih menguntungkan buat dia. realistis ajalah, bayar 3jt (komisi dll 1 jt, 2 jt di invest) return 2jt, dibanding bayar 3jt (komisi dll 500rb, 2.5jt di invest) return 1jt, sambil merem ga usah ngitung2 juga konsumen milihnya yg return paling besar

    betul sekali :). kebanyakan orang yang ikutan memang gak peduli prosesnya, dan cuma peduli dengan hasil akhirnya. banyak yang bingung setelah bertahun2 ikutan kok dana yang dia dapatkan sangat jauh di bawah dana yang sudah dia setorkan. kalau gini, mau gak mau dia harus peduli sama prosesnya. harusnya kepedulian sudah ada pada saat dia membeli.

    selain itu, produk ini bukan produk dimana konsumen bisa pindah2 produk seenaknya. kalau dia lihat produk sebelah returnnya lebih bagus, dia gak bisa begitu aja pindah. kalaupun dia memang benar2 niat mau pindah, belum tentu bisa. dan bisa jadi ada overhead penalti yang signifikan kalau dia pindah.

    konsumen yg beli koran B jelas2 sudah tahu harus membayar 200rb dengan segala kelebihan investasinya dibanding koran A, situ sendiri yg nulis di atas tapi lagi2 anda mencoba mempreteli barang baru tersebut dengan rule2 item2 pembentuknya

    sorry, kalau saya sudah tahu persis bagaimana cara mereka bisa melakukannya, apa saya harus tutup mata dan pura2 bego? apa saya gak boleh kasih tahu kepada yang lain? ‘koran’ dan investasi adalah dua produk dengan karakteristik yang sangat berbeda. sangat wajar kalau saya pretelli dan saya nilai kualitasnya berdasarkan manfaatnya masing2.

    justru, kalau semua koran ikut2an jualan model koran B, koran A yg tetep sendiri jadi tidak punya saingan, thus laris manis, giliran koran2 B yg mulai ngos2an terlalu banyak kompetisi di modelnya balik ngelirik lagi model koran A, keseimbangan pasar lah, dimana ada demand, supply akan berusaha menyediakan.

    btw, dulu orang2 juga ada yg bilang koran offline akan mati, radio akan mati, kenyataannya toh masih ada sampai sekarang

    silakan tanya ke beberapa ‘perusahaan koran’, “bisa gak saya beli korannya doang?”, beberapa akan menjawab “kita sudah gak jualan lagi karena sedikit peminatnya”. sebenernya bukan karena gak ada yang beli, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan lebih mudah dapat untung. praktis sebagian besar konsumen akan milih koran B, bukan karena koran B lebih menguntungkan daripada koran A, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan koran A sama sekali tidak dipasarkan.

    hehehe, yg saya bilang bodo bener itu yg beli barang tapi belum tau harganya, _bukan_ yang sudah tau harganya (200rb) tapi ngga tau detailnya

    200 ribu itu harga semu karena tidak semua dari uang tersebut hilang. setelah tahu persis bagaimana mereka melakukannya, saya gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus saya bayarkan :).

    btw, soal kata ‘kebanyakan’, ‘mayoritas’, ‘hampir semua’ yg selama ini anda sebut2 itu basenya apa ya?
    1. yg baca blog ini terus kasih komen
    2. konsumen koran B

    gak semuanya baca blog ini dan komen. beberapa dari teman dan keluarga yang sama sekali gak tahu internet. silakan lakukan sendiri kalau gak percaya :).

  99. #142:

    menurut saya koran B punya keunggulan karena kalau berlanggana koran A dan menyisihkan Rp 150.000,- per bulan untuk diinvestasikan sendiri, 90% saya jamin kita gak akan melakukannya dengan berbagai alasan: lupa, uangnya kepake, dan lainnya sehingga akhirnya tujuan investasinya tidak tercapai. tapi dengan berlangganan koran B kita “dipaksa” untuk nabung tiap bulan, jadi gak ada istilah lupa dll sehingga pada akhirnya tujuan investasinya bisa tercapai.. sekedar pandangan saja :D

    pengalaman saya gak begitu. kalau memang dari dulunya gak disiplin, maka polisnya akan lapse juga. dan bukan hanya lapse, tapi dia juga makan uang kita yang dari setoran porsi investasi. selain itu, jaman sekarang ada sistem autodebet dll dsb. jadi pakai sistem penjualan seperti A, kita juga bisa mendapatkan ‘disiplin’.

  100. #146:

    sekarang dibalik, ada gak perusahaan asuransi yg tidak begitu? di sana disebutkan bahwa harga tsb adalah harga pada saat usia masuk dan harganya dapat berubah pada tahun2 berikutnya sesuai dengan faktor resiko nasabah.

    kebanyakan asuransi jaman sekarang begitu. kalau harganya bisa berubah sewaktu2 sesuai dengan resiko, apapun itu, saya sarankan gak ngambil asuransi yang ini. dalam kebanyakan asuransi, faktor resiko yang dipertimbangkan (setelah setelah ikutan asuransi) hanyalah umur. besar premi hanya bertambah kalau umur bertambah. besar premi gak akan bertambah kalau misalnya nasabah sakit parah. dan besar premi yang harus dibayar ini harusnya sudah tertera hitam di atas putih pada polis dan sifatnya mengikat.

    argumen anda yang lain sudah pernah saya jawab sebelumnya :).

  101. #144:

    Mas Pri, kalau dihitung2 dengan kita Bayar Koran A , terus porsi yang untuk invest-nya kita investasikan sendiri reksadana pakai manajer pengelola, hitung-hitungannya gimana? Lebih untung atau tidak dibanding ikut Unit Link? Terus masalah kemudahan dan keamanan dalam berinvestasi, lebih enak yang mana di unit link atau di Reksadana? Trims

    ini kan sudah saya tulis juga di atas. soal teknis melakukan pembelian sebelumnya sudah saya tulis di sini. soal kemudahan praktis sama saja, bedanya pada saat pembelian anda harus datang sendiri ke perusahaan asuransi. kalau unit link kan kemungkinan besar agen yang akan mendekati anda untuk menawarkan produknya. kalau soal resiko, sama saja.

  102. #143 Wah, pemikiran yang bagus… Saya jadi teringat bagaimana harga Pepsi di bioskop 21 yang berharga Rp 10.000 jadi terasa murah karena dibandingkan dengan harga Aqua di tempat yang sama yang dijual dengan harga Rp 8.000

    Ada hubungannya ga ya? hehe…
    ———————————
    Ada, sama-sama mahal !! :-D

  103. #136:

    sekarang gimana caranya menilai layak atau tidaknya sesuatu yang ditawarkan kepada kita tanpa mengetahui berapa harga yang perlu kita bayarkan? :-?

    Hehehe kalau ketidaklayakan harga terlampau jauh, konsumen juga pasti punya instink kok. Pada contoh anda jasa pemotongan rumput seharga 10jt, konsumen juga dapat menilai sendiri apakah nilai manfaatnya sesuai untuk dia. Bila harganya 10 jt dan manfaatnya dia tidak sesuai ya tidak, tapi misalnya seharga 10jt untuk jasa pemotongan rumput selama 10 tahun. Ceritanya lain lagi :) Mungkin yang perlu dihitung bukan saja nilai investasinya tapi juga customer perceived value-nya

    kalau ini sih boleh disurvey sendiri :). silakan minta ilustrasi unit link, kemungkinan besar di situ gak dikasih tahu besar biaya yang harus dibayarkan (di luar setoran investasi lho ya, dan bukan cuma tahun pertama saja) dan agennya pun gak dilengkapi dengan informasi tersebut :).

    Bila nasabah memang peduli dan mau menanyakan biaya asuransi setelah tahun pertama, sebenarnya bisa saja kok. Cuma memang agen asuransinya lebih repot. Kalo boleh sedikit saya kasih tips :) Bila mau mengetahui biaya asuransi hingga 10 tahun kedepan. Sebenarnya tinggal minta agen membuat ilustrasi 10 kali, dan pada setiap ilustrasi umur anda dinaikkan. Pasti keliatan biaya asuransi setiap tahun pada setiap ilustrasi itu. Kalo agennya ngga mau entah agennya memang ngga mau repot atau ngga ngerti pakai programnya.

    silakan anda survey beberapa pemegang polis UL dan tanyakan berapa besar biaya akuisisi yang harus dibayarkan. besar kemungkinan mereka juga gak tahu. masalahnya bukan besar atau tidaknya biaya akuisisi, tapi apakah nasabah tahu jumlah yang harus dibayarkan sebelum transaksi dilakukan. terlalu banyak kasus orang2 baru menyadari biaya2 tersebut saat menerima laporan tahunan.

    Kalo menurut saya bukan karena nasabah tidak diberi tahu, tapi banyak nasabah yang memang pada dasarnya ngga ngerti asuransi sehingga tidak peduli. Kalo saya lihat di proposal pru, di bagian belakang dijelaskan mengenai biaya aukisisi. sekarang tinggal apakah agen menjelaskan bagian itu? :-?

  104. #153:

    Hehehe kalau ketidaklayakan harga terlampau jauh, konsumen juga pasti punya instink kok. Pada contoh anda jasa pemotongan rumput seharga 10jt, konsumen juga dapat menilai sendiri apakah nilai manfaatnya sesuai untuk dia

    betul. kalau urusan potong rumput sih konsumen tahu persis berapa yang dia bayarkan. kalau koran B konsumen gak tahu :)

    Bila nasabah memang peduli dan mau menanyakan biaya asuransi setelah tahun pertama, sebenarnya bisa saja kok. Cuma memang agen asuransinya lebih repot. Kalo boleh sedikit saya kasih tips :) Bila mau mengetahui biaya asuransi hingga 10 tahun kedepan. Sebenarnya tinggal minta agen membuat ilustrasi 10 kali, dan pada setiap ilustrasi umur anda dinaikkan. Pasti keliatan biaya asuransi setiap tahun pada setiap ilustrasi itu. Kalo agennya ngga mau entah agennya memang ngga mau repot atau ngga ngerti pakai programnya.

    yah konsumen biasa sih mana tahu detil teknis sejauh itu. megang aplikasi SFA/SQS-nya aja juga gak pernah, hihihi :).

    Kalo menurut saya bukan karena nasabah tidak diberi tahu, tapi banyak nasabah yang memang pada dasarnya ngga ngerti asuransi sehingga tidak peduli. Kalo saya lihat di proposal pru, di bagian belakang dijelaskan mengenai biaya aukisisi. sekarang tinggal apakah agen menjelaskan bagian itu?

    kalau gak ngerti harusnya ya dijelaskan, bukannya malah dimanfaatkan :). di bagian belakang memang ada penjelasannya, tapi penjelasannya hanya sekadar lip service. ditulis pake tulisan kecil2 dan datanya masih mentah (masih dalam %, bukan dalam rupiah), padahal di halaman sebelumnya ada berlembar2 proyeksi perkebmangan nilai tunai sampai umur 99 tahun :). kalau merugikan, informasinya ditutup2i, tapi kalau menguntungkan, they shove them to your face.

    coba tanya ke beberapa nasabah, apa mereka menyadari biaya2 tersebut? dan apakah mereka tahu alternatif yang bisa mereka ambil tanpa harus membayar biaya2 tersebut? kemungkinan besar tidak.

  105. ini cuma detil teknisnya saja. point saya tetap sama. kalau saya setor uang untuk beli layanan, maka uang tersebut bukan lagi milik saya dan sebagai gantinya saya mendapatkan layanan, uang saya benar2 hilang. kalau saya setor uang untuk investasi, maka saya bisa dapat kembali mendapatkan uang tersebut + perkembangannya (subject to besar perkembangan investasi, resiko, etc). yang dibayarkan pembeli cuma komisi pembelian, biaya manajemen investasi dan komisi penjualan, dan ini besarnya relatif sangat kecil dibandingkan keseluruhan biaya yang disetorkan.

    lho balik lagi, investasi itu sebenarnya ga lebih dari pembelian, tapi dengan ekspektasi pengembalian(penjualan) lebih besar dari pembelian, baik pembelian konsumsi ataupun investasi pasti ada biaya2 tambahan diluar nilai yg dibeli
    maksudnya ini membalas tulisan ini “kita beli barang, uangnya menjadi hak penjual. kalo investor berinvestasi, uangnya tetap menjadi hak investor”

    betul sekali :). kebanyakan orang yang ikutan memang gak peduli prosesnya, dan cuma peduli dengan hasil akhirnya. banyak yang bingung setelah bertahun2 ikutan kok dana yang dia dapatkan sangat jauh di bawah dana yang sudah dia setorkan. kalau gini, mau gak mau dia harus peduli sama prosesnya. harusnya kepedulian sudah ada pada saat dia membeli.

    lha, kalau setelah bertahun2 returnnya rendah ya berarti returnnya rendah, contoh di atas itu head to head return rendah vs return tinggi
    yang saya maksud in the end itu ya secara keseluruhan

    selain itu, produk ini bukan produk dimana konsumen bisa pindah2 produk seenaknya. kalau dia lihat produk sebelah returnnya lebih bagus, dia gak bisa begitu aja pindah. kalaupun dia memang benar2 niat mau pindah, belum tentu bisa. dan bisa jadi ada overhead penalti yang signifikan kalau dia pindah.

    sama saja, dulunya reksadana kalau mau keluar sebelum jangka waktu tertentu malah bikin rugi

    sorry, kalau saya sudah tahu persis bagaimana cara mereka bisa melakukannya, apa saya harus tutup mata dan pura2 bego? apa saya gak boleh kasih tahu kepada yang lain? ‘koran’ dan investasi adalah dua produk dengan karakteristik yang sangat berbeda. sangat wajar kalau saya pretelli dan saya nilai kualitasnya berdasarkan manfaatnya masing2.

    no problem kalau itu, yg saya tulis di atas itu kan based dari tulisan anda tentang koran B membodoh2i konsumen
    ketika ada 1 produk lebih menguntungkan bukan berarti produk lainnya tipu2

    silakan tanya ke beberapa ‘perusahaan koran’, “bisa gak saya beli korannya doang?”, beberapa akan menjawab “kita sudah gak jualan lagi karena sedikit peminatnya”. sebenernya bukan karena gak ada yang beli, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan lebih mudah dapat untung. praktis sebagian besar konsumen akan milih koran B, bukan karena koran B lebih menguntungkan daripada koran A, tapi karena koran B dipasarkan secara jauh lebih agresif dan koran A sama sekali tidak dipasarkan.

    masih sangat amat banyak yg langganan ‘koran A’, perusahaan2 tepatnya, kalau personal di bilang sedikit peminatnya ya karena memang dari dulu juga peminatnya sedikit ditambah ada beberapa pemain dilahan sedikit itu, seberapa besar sih kesadaran masyarakat secara personal tentang pentingnya ‘koran’
    sedikit sedikit personal tadi kalau di fokuskan ke beberapa koran A, ya banyak juga
    balik lagi lah, ada demand, supply akan berusaha menyediakan, bisnis bukan model pecinta binatang nyaris punah, perlu ga perlu yg penting jangan punah

    200 ribu itu harga semu karena tidak semua dari uang tersebut hilang. setelah tahu persis bagaimana mereka melakukannya, saya gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus saya bayarkan :).

    sama halnya kalau anda menganggap harga HP itu semu, setelah tahu persis bagaimana merakitnya, anda gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus anda bayarkan :)
    biar lebih gampang, anggap saja uang hilang ketika beli HP adalah nilai yg diberikan HP, dan investasi adalah harga bendanya itu sendiri (investasi yg merugi)

    gak semuanya baca blog ini dan komen. beberapa dari teman dan keluarga yang sama sekali gak tahu internet. silakan lakukan sendiri kalau gak percaya :).

    poinnya sama saja, kalau teman atau keluarga anda sudah mau capek2 dengerin anda ngomong soal detailnya, dari awalnya mereka memang sudah peduli :p
    dan sepertinya memang ‘hampir semua’ itu asumsi priyad eh pribadi anda saja, sama dengan asumsi saya soal ‘hampir semua’ karena memang tidak ada data pasti, yg pasti silakan lihat data2 produk lain, yg paling bagus belum tentu malah lebih sering tidak jadi top market, means sebagian besar konsumen tidak terlalu peduli dengan detail produk yg mereka beli

  106. “maka dengan perkembangan investasi 13%/tahun maka uangnya akan menjadi 37 juta di akhir tahun 10.”

    saya tidak terlalu mengerti reksadana, tapi memangnya sudah pasti 13%?

    walopun misalnya kita tabung saja 150k dengan bunga 9% pertahun (0,75% perbulan), setelah melalui perhitungan yang mantap (ceilah, pake excel ja), kita dapat 29.244k. lebih besar daripada 24 juta…

    SO…….. jangan beli koran B!!!

  107. hhmm..
    keliatannya yang pro koran B ini agen asuransi deh ^^..
    Sebenarnya tergantung orangnya juga sih, mau pilih koran A oke, koran B juga ga masalah.:)
    Yang pilih koran A kemudian melakukan investasi sendiri adalah orang yang cerdas dan ulet.
    Tetapi tidak semua orang bisa seperti itu. Untuk yang pemalas dapat memilih koran B. Keuntungannya memang tidak sebesar pilih koran A+investasi sendiri, tetapi masih tetap untung. sangat cocok untuk orang yang pemalas dalam mengelola keuangan, karena sudah ada pihak dari koran B yang mengelolanya..
    Yang merugi itu kalo beli koran A tok, tapi kelebihan uangnya tidak digunakan untuk investasi sama sekali, melainkan digunakan untuk hal konsumtif. keliatannya malah banyak yang seperti ini ya.. hehe…

    Kalo saya pribadi tidak beli koran A ataupun B. Saya belinya republika *loh..*

  108. #157:

    lha, kalau setelah bertahun2 returnnya rendah ya berarti returnnya rendah, contoh di atas itu head to head return rendah vs return tinggi. yang saya maksud in the end itu ya secara keseluruhan

    oh ngga. real world scenario: dengan asumsi perkembangan investasi yang sama persis (17%), dengan memisahkan investasi dan ‘koran’, balik modal akan terjadi rata2 pada tahun ke-2 atau ke-3. tapi kalau beli ‘koran B’, rata2 baru akan balik modal pada tahun ke-7 atau ke-8. perkembangan investasinya sama persis lho ya. bener kalau konsumen gak bakalan terlalu merhatiin besar kecil nilai tunai in the end. tapi kalau bertahun2 cape2 nyetor 20% dari penghasilan ternyata nilai tunainya gak lebih besar daripada jumlah total yang telah disetorkan, ya mau gak mau bakalan ikut pusing juga :).

    sama saja, dulunya reksadana kalau mau keluar sebelum jangka waktu tertentu malah bikin rugi

    reksadana pertama di indonesia keluar tahun berapa? 1996? UL keluar tahun berapa? 1999? cuma beda 3 tahun kok. dari dulu sampai sekarang reksadana menjadi produk yang efisien dan kompetitif. tapi UL dari dulu sampai sekarang ya tetap begitu2 saja. praktis gak ada perbedaan berarti. di singapore juga gitu, sudah ada dari 1992, tapi ya sama saja, tetap gak bisa kompetitif.

    sebabnya ya karena gak susah membandingkan satu reksadana dengan yang lain. tapi gak mungkin membandingkan satu UL dengan UL yang lain.

    no problem kalau itu, yg saya tulis di atas itu kan based dari tulisan anda tentang koran B membodoh2i konsumen ketika ada 1 produk lebih menguntungkan bukan berarti produk lainnya tipu2

    hehehe, bukan masalah lebih menguntungkan atau tidaknya. tapi masalah apakah calon konsumen menerima informasi yang cukup atau tidak :).

    sama halnya kalau anda menganggap harga HP itu semu, setelah tahu persis bagaimana merakitnya, anda gak bisa lagi menganggap kalau Rp 200 ribu itu harga real yang harus anda bayarkan

    walahh, this analogy is a bit of stretch :). jangan samakan expertise bikin komputer notebook dengan UL :). gak semua orang punya kapasitas untuk bikin komputer notebook, tapi semua orang bisa beli ‘koran’ dan investasi secara terpisah.

    analogi yang lebih cocok: calo tiket kereta api. kalau misalnya ada calon penumpang datang ke gambir untuk ke bandung, tapi dia gak tahu letak loket tiketnya. lalu ada calo yang nawarin tiket “saya jual tiket dengan harga resmi ke bandung Rp 100 ribu”, karena percaya dia beli saja. lalu setelah di kereta dia tahu dari penumpang sebelah kalau harga resminya cuma Rp 50 ribu. boleh saja kalau si calo bilang “saya memberi nilai tambah sehingga anda gak perlu ngantri”, tapi tetap saja si penumpang pasti kesal karena merasa dikadali karena dia gak butuh layanan tanpa antri, dia bisa antri sendiri.

    sama saja dengan UL. kebanyakan nasabah ikutan bukan karena sadar membutuhkan dan mencari nilai tambah pemaketan layanan 2-in-1-nya, tapi karena tidak tahu bagaimana beli ‘koran’ dan/atau investasi. nilai jual UL ini ya berada pada ketidaktahuan nasabah dan calon nasabahnya.

  109. Btw, koran B tidak membodohi. Tetapi nasabahnya sendiri yang mau dibodohi…
    Kalau preminya sudah berbeda jauh dari koran A dan ada pengembalian “modal”, ya sudah selayaknya si nasabah tahu jika kelebihan uang setorannya itu diputar kembali, walau koran B tidak menjelaskannya..atau memang ada nasabah koran B yang tidak tahu? :-b

  110. #161:

    Kalau preminya sudah berbeda jauh dari koran A dan ada pengembalian “modal”, ya sudah selayaknya si nasabah tahu jika kelebihan uang setorannya itu diputar kembali, walau koran B tidak menjelaskannya..atau memang ada nasabah koran B yang tidak tahu?

    yang masalah bukan apakah nasabah tahu uangnya diputar atau tidak (semua rasanya tahu uangnya pasti diputerin). tapi nasabah gak tahu persis berapa biaya yang harus dia bayarkan.

  111. Kasus koran A dan koran B, saya sangat setuju dengan analogi prinsip ngontrak rumah dengan beli rumah. Tapi saya tidak tau dimana letak ketidak mengertian Mas Priyadi ttg analogi ini.

    Kalau Mas Priyadi punya kemampuan untuk bayar cicilan kredit rumah, saya yakin Mas Priyadi tidak mau ngontrak dan inves terpisah seumur hidup. Prinsipnya sama, buat tempat tinggal dan investasi.

    Tapi cicil rumah 10 tahun jelas keluar duit lebih banyak daripada ngontrak rumah 10 tahun. Kalo berhenti nyicil ditengah jalan, bisa saja rumah disita kembali dan pembeli hanya dibalikin sebagian duit yg sudah disetorkan tiap tahunnya.

    #135 :

    another flawed analogy. jual beli rumah & tanah adalah murni perdagangan. kita setor uang, kita dapat rumah+ranah. setelah transaksi selesai, uangnya 100% jadi milik developer, dan rumah+tanahnya 100% jadi milik konsumen.

    Apanya yg flawled analogy. Yang dianalogikan di sini adalah prinsip kerja, bukan menyamakan fisik bendanya. Masa begitu aja susah ngertinya..

    Keluar duit dapat rumah (biaya) + tanah (investasi), dengan kata lain pembeli mendapatkan sebuah produk 2-in-1. Tapi apa bukti kepemilikan produk tersebut. Hanya selembar kertas/sertifikat.

    Demikian juga dengan Koran B, dimana produknya adalah berlangganan koran (biaya) + investasi. Bukti kepemilikan produk juga bisa aja berupa kertas yg berisikan kontrak berlangganan.

    yang jadi masalah bukanlah profitnya, bukan apakah ada benefitnya atau tidak, tapi apakah konsumen mengetahui berapa harga yang dibayarkan.

    Saya yakin konsumen sudah sangat tau harga yg dibayarkan untuk koran B. Harganya 15 juta, untuk benefit langganan seumur hidup + investasi. Ada 2 alternatif pembayaran:
    – bayar cash 15 juta dimuka
    – cicil 1.5 juta/tahun selama 10 tahun

    dalam contoh saya sudah jelas saya beri tahu kalau koran A dan koran B itu kualitasnya sama persis dan harga B 2x lipat harga A.

    Bagaimana Mas Priyadi bisa mengetahui kualitasnya sama pesis. Apakah Mas Priyadi sudah berlangganan koran A dan koran B ??

    dalam pasar yang adil konsumen akan memilih koran A, tapi kenyataannya mayoritas memilih koran B, bukan karena koran B memberikan nilai lebih baik daripada koran A tapi karena konsumen tidak tahu berapa biaya sebenarnya yang harus dibayarkan.

    Ini hanya asumsi Pribadi dari Mas Priyadi.
    Fakta dan realita di lapangan adalah…
    1. Setiap harinya pelanggan tidak hanya di prospek oleh marketing koran B saja. Marketing koran A juga tidak kalah gencar mempromosikan produk mereka di pasar.

    2. Koran A juga berusaha mengikuti cara produksi koran B yg punya benefit 2-in-1, tapi ternyata kurang sukses.

    Dari kedua fakta diatas, bisa diambil kesimpulan : konsumen bisa menentukan produk yg terbaik untuk dirinya. Walaupun tau koran B lebih mahal daripada koran A, konsumen tidak merasa “dibodohi” oleh koran B seperti yg diasumsikan oleh Mas Priyadi.

    Karena Mas Priyadi terlalu skeptis dan kurang berpikiran positif, maka wajar saja yg sering terlihat oleh Mas Priyadi adalah kekurangan di dunia ini.

    tapi pernyataan “nasabah juga tidak dirugikan” ini saya sangat tidak setuju sekali :). nasabah jelas rugi karena harus membayar jauh lebih mahal untuk kualitas yang sama, dan akibat tekanan pasar, di masa yang akan datang bisa jadi gak ada produk yang dijual seperti koran A.

    Kenapa bisa rugi? Memangnya koran B menjual berita basi…
    Soal harga terserah koran B mau menjualnya dengan harga berapa. Yang jelas walaupun harganya lebih tinggi, tapi tetap laku. Dan pasti ada kelebihan pada koran B daripada koran A, sehingga pasar tidak keberatan membelinya dengan harga yg lebih mahal.

    Jika dimasa yg akan datang tidak ada lagi produk seperti koran A, berarti kualitas produk koran A kurang bersaing dengan koran B. Konsumen bisa menentukan produk terbaik bagi dirinya. Bukan ditentukan oleh asumsi-asumsi yg seperti ditulis Mas Priyadi.

  112. #148

    kebanyakan orang yang ikutan memang gak peduli prosesnya, dan cuma peduli dengan hasil akhirnya. banyak yang bingung setelah bertahun2 ikutan kok dana yang dia dapatkan sangat jauh di bawah dana yang sudah dia setorkan. kalau gini, mau gak mau dia harus peduli sama prosesnya. harusnya kepedulian sudah ada pada saat dia membeli.

    Sama seperti orang yg beli rumah jadi.
    Dia tidak perlu perduli gimana proses membangun rumah, dan berapa besar ongkos tukang dan bahan bangunan.

    Kalo membeli produk yg ada unsur biaya + investasi, wajar saja kalau return yg diharapkan tidak bisa berkembang dalam waktu cepat. Konsumen seharusnya sudah tau bahwa untuk mendapatkan benefit yg ditawarkan, pasti ada biaya yg harus dikeluarkan. Dengan kata lain konsumen harus melunaskan dulu kewajiban, baru kemudian menuntut hak.

    Saya ingat di pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila sekarang menjadi PPKn), ada dijelaskan bahwa manusia harus melaksanakan kewajibannya sebelum menuntut hak. Entah dulu di bangku sekolah Mas Priyadi ada perhatikan pelajaran ini atau nga.

    selain itu, produk ini bukan produk dimana konsumen bisa pindah2 produk seenaknya. kalau dia lihat produk sebelah returnnya lebih bagus, dia gak bisa begitu aja pindah. kalaupun dia memang benar2 niat mau pindah, belum tentu bisa. dan bisa jadi ada overhead penalti yang signifikan kalau dia pindah.

    Yang namanya produk yg ada kontrak-nya jelas mengikat. Kontrak belum selesai tapi sudah mau beralih…

    Kembali ke masalah menjalankan kewajiban. Jika membeli suatu produk, kewajiban utama adalah membayar donk. Bisa saja dengan cara bayar cash sekaligus, atau cicil tahunan.

    Jika kewajiban belum selesai, tapi sudah nuntut hak…wajar aja ada penalti-nya. Ingat, perusahaan komersial bukan lembaga sosial.

  113. Ah ini pasti nyindir insurance linked / unit link (reksadana+asuransi) (Koran B) sedangkan Koran A adalah asuransi murni…
    Kalau diperhatikan sih emang bener …
    timbal balik dari insurance link / unit link (lebih kecil daripada reksadana murni) …
    karena unit link insurance ada 2 harga yaitu harga jual dan beli …
    dapat dilihat disini :
    http://www.gunungpring.com/UL/

    lebih baik jika dananya dibelikan reksadana murni (terutama reksadana saham) ..
    Lihat disini untuk membandingkan returnnya dalam 1 tahun :
    http://www.gunungpring.com/RD/
    lebih baik membeli reksadana murni yang saham lalu hasil returnnya untuk membayar iuran asuransi murni :D

  114. Saya rasa tergantung dari sudut mana posisi kita berada. Kalau kita sebagai pemasar, kewajiban kita akan berusaha keras meraih pangsa pasar, termasuk mungkin agak sedikit “iming-iming” kalau di lihat dari sudut netral.

    Jika kita konsumen, kewajiban kita untuk berfikir cerdas, memilih produk bermutu dengan harga terbaik.

    Kalau pedagang pasti maunya untung besar, sedangkan pembeli maunya diskon besar. ya itu udah hukum alam, tergantung di mana posisi kita pada saat itu.

    salam jabat erat

    Partisimon

  115. #164
    memang benar apa yang dikatakan ybs

    sekalian ingin menambahkan bahwa asuransi adalah salah satu bentuk aset

    kalau skeptis karena suatu perusahaan asuransi tidak memiliki pilihan produk yang banyak gue bisa mengerti. tapi kalau karena koran B tidak lebih baik daripada koran A gue tidak terima. karena apa? karena because tidak no.

    faktor-faktor yang membuat seseorang memilih koran A atau koran B itu berbeda-beda. tidak bisa dipukul rata..kecuali kita adalah Paris Hilton.

    untuk isu transparansi, setelah gue cek, di proposal disebutkan koq berapa biaya asuransi ketika masuk. untuk selanjutnya kan akan dikirimkan laporan setiap bulannya seperti lembar tagihan. nasabah bisa meminta penjelasan dari agen asuransinya mengenai angka-angka yang ada disitu dan agen wajib memberi penjelasan agar nasabah dapat membuat keputusan jika diperlukan

    demikian

  116. Saya sangat sering menemui orang yang mengambil asuransi Ul.
    1. mereka gak tau persis tentang biaya-biaya yang dibebankan.
    2. mereka melihat hanya hasil akhir dari ilustrasi yang dibikinkan oleh agen yang terkenal jago tersebut.
    3. merka gak tau uang mereka ditanamkan di saham mana.
    4. mereka gak tau manager investasi yang mengelola uang mereka siapa.
    Saya juga pernah ditawarin oleh agen-agen yang jago jual UL.
    1. mereka juga gak tau persis biaya-biaya yang ada. Hanya sebagian yang tau.
    2. mereka hanya tau dan mengakui kalau produk yang mereka jual adalah asuransi dan investasi. dan mereka juga hanya melihat hasil akhir.
    3. mereka tidak tau disaham mana aja investasi tsb ditanam.
    4. mereka cuman tau mereka punya lembaga yang mengelola investasi nasabah, tapi tidak tau di manajer investasi mana uangnya dipercayakan.
    Dari sini saya melihat bahwa ternyata agen sendiri gak tau persis apa yang mereka jual. Bahkan ada agen yang bilang kalau berinvestasi di unitlink resikonya lebih kecil dari direksadana. Wow????? lebih keliatan lagi oon-nya. Dan satu pertanyaan saya untuk agen-agen yang jago tersebut. Apakah investasi di UL juga diawasi oleh Bapepam?
    Kalau anda menyebut UL bukan investasi, terus apa bedanya dengan perusahaan-perusahaaan (yang sering masuk koran dikejar-kejar nasabahnya karena kabur) yang menggalang dana dengan alasan investasi……..
    terima kasih. saya harap tidak ada yang tersinggung dengan tulisan saya. karena disini kita sama-sama belajar. dan sayapun sebagai agen asuransi mau belajar untuk jual “koran a” lebih baik. Mohon tuntunan dari agen-agen yang sukses jual “koran b”.

  117. Adow udah lama ga pengen komentarin blog nya pri ini. Tapi makin di liat kalau ga ada postingan baru kok ya rasanya gatal ya pri hehehe. Seringkali pri menulis sesuatu di luar bidangnya.

    Ada 2 point disini yang ingin saya share.

    1. Mungkin anda gak percaya pri kalau saya invesatasi (Baca:Menabung) dengan membayar bunga. Ya saya investasi dengan membayar bunga, saya investasi dalam bentuk kredit. Kenapa saya lakukan? wah pri sudah puluhan tahun saya ga pernah bisa nabung. Gapernah bisa disiplin. Walaupun sulit seringkali saya ambil hasil tabungan saya dengan alasan ini itu. Investasi sekarang yang saya bisa lakukan hanya dengan kredit kendaraan. Dimana investasi saya nilainya menyusut! ditambah saya bayar bunga. Tapi percaya gak percaya saya menilai investasi saya ini berhasil.

    Saya lakukan ini sudah hampir 17 tahun sekarang. Paling tidak hasil investasi saya ada nilainya sekarang. Bukan bermaksud sombong tp hasil investasi saya kalau di liquidasi bisa beli beberapa Rumah Sangat Sederhana lah.

    Kalau waktu itu saya tidak berinvestasi mungkin saya tidak punya tabungan sama sekali. Kalau saya tidak selalu jual kendaraan saya begitu kredit selesai mungkin saya tidak akan pernah bisa menikmati hasil investasi saya setiap 4 tahun sekali. Jadi kebutuhan orang untuk investasi sangat berfariatif.

    Saya adalah tipe orang yang harus di hukum bila saya gagal berinvestasi. Ya kalau saya gagal bayar cicilan mobil dan tidak lunas maka investasi saya merugi hampir 100%.

    Kalau saya berhasil sampai lunas saya merugi 20-30% dari nilai real investasi saya. Kenapa saya pilih itu? sekali lagi jawaban nya saya tidak bisa berinvestasi dan tidak cukup kaya untuk membayar manajer investasi.

    Saya yakin ada orang2 yang punya kebutuhan serupa dengan saya dan memilih investasi dengan unitlink. Walaupun nyata2 memang tidak selamanya orang yang membeli unit link sadar benar dengan konsekuensi nya. Namun tidak lah bisa disalahkan vendor nya.

    Point 2
    Wah pri kalau saya dikasih garansi nilai investasi 10 tahun ke depan dengan pertumbuhan 13% pertahun saya pasti senang sekali. Ada banyak faktor pengganggu disini. Sulit untuk memastikan apa yang terjadi 1 hari, 2 hari, satu tahun, 2 tahun atau bahkan 10 tahun ke depan!

    Presiden bisa di tembak, negara bisa tiba2 kena embargo dan dikucilkan dari dunia internasional, bencana alam bisa terjadi, sumber daya alam bisa tiba tiba habis, pokoknya masih ada setumpuk faktor yang mempengaruhi investasi anda. Dan itulah gunanya manager investasi.

    Koran B berani menggaransi nilai investasi seperti itu (mudah2an) dengan perhitungan yang matang. Dengan segala resiko yang terjadi pada paragraf sebelum ini menjadi tanggungan Koran B. Mau negara di embargo, mau inflasi 1000%, mau minyak kering, mau tsunami ada dimana2 Koran B wajib membayar pelanggan nya sesuai janjinya. Itu yang di garansi oleh koran B. Perhitungan perhitungan itu yang sudah di kalkulasi oleh koran B (sekali lagi mudah2an ehhe)

    Dalam hal ini saya tidak ingin berbicara lebih jauh apakah Koran B memang punya kemampuan untuk menanggulangi masalah2 investasi yg mungkin terjadi dalam 10 tahun ke depan atau tidak. Mungkin saja koran B tidak mampu, tapi ini kan prediksi. Tapi terbukti ketika tahun 1998 terjadi inflasi yang luar biasa banyak perusahaan asuransi yang tetap bertahan walaupun harus membayar tanggungan dalam dolar. Walau tidak sedikit yang bubar.

    Jadiii akhir kata, saya tidak melihat ini adalah ilusi financial, namun hanya saja koran B hanya berani menggaransi investasi sebesar nilai yang ia janjikan. Perkara anda mau beli koran B atau tidak, tidak ada hubungan nya dengan ilusi financial. Tapi coba pelajari apakah koran B benar2 legitimate, Apakah koran B benar benar akan tetap ada 10 tahun ke depan. Kalau koran B baru terbit 1 atau 2 bulan lupakan saja lah. Masih banyak koran lain yang sudah terbit ratusan tahun.

    Cheers pri…

  118. Tambahan dikit pri, Anda lupa ada net worth, future worth. kenapa saya tulis seperti diatas, disini ada faktor hedging pri. Analogi anda tidak tepat dengan kereta api. Koran B tidak janjikan nilai investasi saat ini. Tapi nilai investasi 10 tahun yang akan datang. Coba pri, anda kira2 ada ga calo yang berani garansi harga tiket kereta api jakarta-bandung tanggal 5 Februari 2018. heheh kira kira berapa harganya?

    2 tahun saja sudah sangat mahal pri, saya pernah sekolah di luar dan harus beli tiket pesawat open dengan jangka 2 tahun. Nilai nya hampir dua kali lipat harga normal.

    analogi yang lebih cocok: calo tiket kereta api. kalau misalnya ada calon penumpang datang ke gambir untuk ke bandung, tapi dia gak tahu letak loket tiketnya. lalu ada calo yang nawarin tiket “saya jual tiket dengan harga resmi ke bandung Rp 100 ribu”, karena percaya dia beli saja. lalu…..

  119. Setelah saya coba merunut dan membaca topik ini dari awal sampai terakhir ini, saya mulai ngeh juga.

    Tapi saya malah gak ngerti dengan Bung Firesquid di # 163 : ????

    Saya pikir, tidak bisa kita menganalogikan kasus Koran A dan Koran B dengan kontrak rumah dan nyicil rumah kredit. Kita keluar uang untuk Koran A, kita dapat Koran A (mungkin lebih tepatnya, kita mendapat kenyamanan karena aman dengan terjaminnya kita selama masa tanggungan. Atau, pasti ada penggantian bila suatu saat kita melakukan klaim). Sedangkan di Koran B, selain dapat Koran A kita juga berinvestasi dengan jasa pengelolaan oleh pengelola Koran B (entah disubcont-kan ke manajer mana). Yang namanya investasi itu kan kita membeli sesuatu dengan kemudian berencana (berharap) untung di kemudian hari. Tapi namanya tetap membeli sesuatu, yang berarti barang atau apalah itu menjadi milik kita. Sedangkan sang pengelola mendapat bagian dari keuntungan investasi kita, entah itu namanya komisi, gaji atau pembagian keuntungan atau apalah itu namanya. Tentunya dengan faktor resiko dan lain-lain.

    Kalau ngontrak rumah, kita keluar uang, kita dapat pakai langsung rumah itu, tapi kita tidak dapat memilikinya. (tapi, tetap saja kita langsung bisa mendapatkan manfaatnya riil), ya bolehlah ini kita samakan dengan kasus beli Koran A. Sedangkan beli rumah dengan kredit, kita bisa langsung dapatkan manfaatnya meskipun nantinya setelah jangka waktu tertentu baru kita miliki sepenuhnya. Kita bayar sejumlah x+y, untuk rumah seharga x yang langsung bisa kita pakai, dengan tambahan y adalah biaya tambahan dalam kreditnya. Dan ini wajar. Ini jelas berbeda dengan dengan beli Koran B. Di koran B ada 3 item, yaitu dapat koran A, kita punya investasi, ada jasa pengelola yang kita bayar. Sedangkan kalau beli rumah dengan nyicil hanya 2 item saja, kita punya rumah dan ada jasa pemberi kredit yang harus kita bayar.

    Kalau saya lihat yang menjadi perhatian Priyadi di sini adalah :
    1.Bagaimana bisa mengetahui pengelolaan uang investasi kita, perlu informasi
    2.Besar porsi komisi/uang jasa buat pengelola yang cukup besar
    Menurut saya itu wajar menjadi pertanyaan serta seharusnya dijelaskan, dan harusnya disebutkan dalam klausul kontrak, berapa persen komisi pengelola.

    Tapi gak tahu lagi ya, baru baca sehari kemarin, dan coba menelaah.

    Tabik,

  120. Utk Bapak Firmansyah…

    Jika konsumen memilih untuk berlangganan koran B, baik dia membayar secara kontan atau dicicil 10 tahun, konsumen tetap mendapatkan hak untuk mendapatkan koran setiap harinya seumur hidup.

    Sama juga kalo membeli rumah, baik nyicil maupun cash. Pembeli berhak untuk menempati rumah tersebut setiap harinya seumur hidup.

    Jika membicarakan biaya, masing-masing produk mempunyai biaya yg berbeda. Sulit dibandingkan dengan analogi. Koran punya biaya yg berhubungan dengan penerbitan koran, dan rumah punya biaya yg berhubungan dengan rumah. Tapi intinya sama-sama punya biaya yg harus dikeluarkan untuk produk tsb.

    2.Besar porsi komisi/uang jasa buat pengelola yang cukup besar
    Menurut saya itu wajar menjadi pertanyaan serta seharusnya dijelaskan, dan harusnya disebutkan dalam klausul kontrak, berapa persen komisi pengelola.

    Kalau di produk koran B, saya tidak tau bagaimana biaya pengelolaan dananya. Tapi kalau di asuransi unit link, semua biaya termasuk biaya pengelolaan, sudah sangat jelas didalam ilustrasi proposal.

    Tapi biasanya konsumen malas membacanya karena konsumen hanya pentingkan produk tsb, bukan detailnya. Kalo ada yg membaca, kadang juga malas untuk ditanyakan jika kurang dimengerti.

    Mengenai detail produk, boleh disurvey sendiri, berapa orang yg memperhatikan detail produksi pada sebuah Film bioskop yg akan ditonton. Misalnya komposer music, penulis naskah, editor film, perancang busana, dll. Sebagian besar orang hanya perduli pada pemain, sutradara, dan sinopsis (trailer).

    Kesimpulannya begini Pak, buat apa kita harus mengetahui detail produksi yg menghasilkan suatu produk yg kita gunakan. Yang penting kita dapatkan benefitnya dan tidak dirugikan jika mengikuti instruksi pemakaian.

  121. Terima kasih Bung Firesquid,

    Benar kita memang dapat menempati rumah, tetapi untuk koran B, ada 3 hal, kita dapat koran (itu wajib) karena memang porsi beli korannya. 2 hal yang lain adalah, kita dapat investasi (itu hak kita juga bukan milik pengelola), dan biaya/komisi/atau apapun lah yang merupakan bagian pengelola.

  122. #155:

    betul. kalau urusan potong rumput sih konsumen tahu persis berapa yang dia bayarkan. kalau koran B konsumen gak tahu :)

    Kalo koran B konsumen pasti tahu juga kok. Kalo ul, jangankan produk ul, produk asuransi nya sendiri pasti ngga tahu juga kok.

    yah konsumen biasa sih mana tahu detil teknis sejauh itu. megang aplikasi SFA/SQS-nya aja juga gak pernah, hihihi :).

    jangankan mengenai programnya, asuransinya sendiri juga konsumen biasa memang ngga ngerti.

    kalau gak ngerti harusnya ya dijelaskan, bukannya malah dimanfaatkan :). di bagian belakang memang ada penjelasannya, tapi penjelasannya hanya sekadar lip service. ditulis pake tulisan kecil2 dan datanya masih mentah (masih dalam %, bukan dalam rupiah), padahal di halaman sebelumnya ada berlembar2 proyeksi perkebmangan nilai tunai sampai umur 99 tahun :). kalau merugikan, informasinya ditutup2i, tapi kalau menguntungkan, they shove them to your face.

    Yang beginian sih bukan di unitlink saja, bahkan semua produk juga begitu. Anda beli produk elektronik, pasti juga tahu seberapa kecil tulisan syarat dan ketentuan garansi, padahal disitu banyak juga klausul yg tidak jelas dan merugikan konsumen. Iklan tarif seluler yg Rp x / detik, tulisan ‘syarat dan ketentuan berlaku’-nya juga begitu kecil. Wajar semua informasi yang menguntungkan produsen di-highlight, sebaliknya yg merugikan dikecil-kecilkan. Kalo sebaliknya ya ngga akan jualan donk :)

  123. #169 (patrick)

    Saya sangat sering menemui orang yang mengambil asuransi Ul.
    1. mereka gak tau persis tentang biaya-biaya yang dibebankan.
    >> kebanyakan orang kita sih memang begitu..meskipun sebenarnya sudah ada di lembar ilustrasi/proposal.

    2. mereka melihat hanya hasil akhir dari ilustrasi yang dibikinkan oleh agen yang terkenal jago tersebut.
    >> ini adalah salah satu sebab maraknya kasus2 penipuan oleh pihak2 yg mengatasnamakan program investasi, MLM, arisan, dll.
    bukan orang2 ‘kecil’ saja yg gampang tergiur..para pejabat dan orang2 ‘besar’pun juga banyak yg keblinger..[-(

    3. merka gak tau uang mereka ditanamkan di saham mana.
    >> karena sudah silau akan angka2 yg wah..

    4. mereka gak tau manager investasi yang mengelola uang mereka siapa.
    >> karena tidak mau ambil pusing, yg penting dapat profit tinggi..

    Saya juga pernah ditawarin oleh agen-agen yang jago jual UL.
    1. mereka juga gak tau persis biaya-biaya yang ada. Hanya sebagian yang tau.
    >> agen yg malas mempelajari produknya

    2. mereka hanya tau dan mengakui kalau produk yang mereka jual adalah asuransi dan investasi. dan mereka juga hanya melihat hasil akhir.
    >> agen yg kurang bijak karena tidak mempelajari prosesnya..yg pada akhirnya tidak dapat menjelaskan dengan baik detil produknya kepada calon nasabahnya. :-w

    3. mereka tidak tau disaham mana aja investasi tsb ditanam.
    >> yg ini agak sulit karena jika investasinya secara aktif masuk kedalam pasar bursa saham maka komposisi portofolionya dapat berubah dengan cepat.
    paling2 kita dapat mengetahui komposisi sektor sahamnya saja.

    4. mereka cuman tau mereka punya lembaga yang mengelola investasi nasabah, tapi tidak tau di manajer investasi mana uangnya dipercayakan.
    >> berikut beberapa perusahaan asuransi dan manajer investasinya:
    BNI Life : BNI Securities , Danareksa & Schroders Investment Management
    Sun Life Financial : Schroders Investment Management & Fortis Investment
    Prudential : Prudential Asset Management & Prudential Fund Management
    Sequislife : Schroders Invesment Management
    Manulife : Manulife Asset Management Indonesia

    Dari sini saya melihat bahwa ternyata agen sendiri gak tau persis apa yang mereka jual. Bahkan ada agen yang bilang kalau berinvestasi di unitlink resikonya lebih kecil dari direksadana.
    >> dari pengamatan saya pribadi juga menghasilkan kesimpulan bahwa banyak sekali agen yg menjual unitlink tidak menguasai produk yg dijualnya. :-?
    produk yg dijual mengandung 2 unsur pembentuk yaitu proteksi dan investasi.
    kebanyakan agen – bahkan yg senior sekalipun (karena dulu cuma menjual produk asuransi tradisional)- hanya memahami sisi proteksinya saja.

    Apakah investasi di UL juga diawasi oleh Bapepam?
    >> jika terdaftar di BAPEPAM-LK, maka itu ada dalam pengawasan dan otoritas BAPEPAM-LK.
    unitlink mengandung unsur investasi, maka harus mendapat izin dari BAPEPAM-LK.

    Kalau anda menyebut UL bukan investasi, terus apa bedanya dengan perusahaan-perusahaaan (yang sering masuk koran dikejar-kejar nasabahnya karena kabur) yang menggalang dana dengan alasan investasi……..
    >> kebanyakan (atau malah semua?) perusahaan2 bodong tsb tidak mempunyai izin dari BAPEPAM-LK.
    biasanya mereka hanya mengantongi izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebagai perusahaan yg legal untuk melakukan kegiatan usaha dagang dan industri…tapi izin tsb disalahgunakan dengan melakukan kegiatan yg tidak termaktub di dalamnya, yaitu pengumpulan dana.[-(

  124. >Kesimpulannya begini Pak, buat apa kita harus mengetahui detail produksi yg menghasilkan suatu produk yg kita gunakan. Yang penting kita dapatkan benefitnya dan tidak dirugikan jika mengikuti instruksi pemakaian.
    ________________________________________

    Bener! buat apa? kalo otaknya gak nyampe buat ngerti.
    Tapi kalo orang pinter & pelit kayak gue, sumpah deh gak rela gue hasil jerih payah gue atau orang-orang yang gue care, di convert jadi komisi & kapital yg gak proporsional buat agen & perusahaan asuransi karena kekuatan nge-flame berjamaah keduanya dengan kata-kata manis dan berbusa-busa yang bilang ‘Pokoknya untung deh, elu merem aja gak usah liat-liat yg laen lagi’

    Mending gue ikut berjuang untuk ngejelasin walaupun sedikit demi sedikit dan di jab kiri kanan sama agen & karyawan perusahaan asuransi untuk nunjukin, ada kok alternatif lain dan gak sesusah yang elu kira.

  125. #167:

    sekalian ingin menambahkan bahwa asuransi adalah salah satu bentuk aset

    porsi asuransi di UL bukan aset, tapi kewajiban. yang merupakan aset adalah porsi investasinya. tapi dengan mencampur kedua kelas produk ini, umum yang kelihatan oleh konsumen cuma asetnya. semua asuransi jiwa punya komponen biaya yang merupakan kewajiban.

    kalau skeptis karena suatu perusahaan asuransi tidak memiliki pilihan produk yang banyak gue bisa mengerti. tapi kalau karena koran B tidak lebih baik daripada koran A gue tidak terima. karena apa? karena because tidak no.

    di sini saya gak mempermasalahkan lebih baik atau gak lebih baiknya. semuanya relatif. kalau misalnya ada yang mau beli UL karena sadar dan memang membutuhkan manfaat misalnya kepraktisan 2-in-1 atau lainnya, then by all means, silakan saja beli. masalahnya sebenernya kayanya sudah terlalu sering disebutkan berulang2, jadi silakan baca aja :)

    untuk isu transparansi, setelah gue cek, di proposal disebutkan koq berapa biaya asuransi ketika masuk. untuk selanjutnya kan akan dikirimkan laporan setiap bulannya seperti lembar tagihan. nasabah bisa meminta penjelasan dari agen asuransinya mengenai angka-angka yang ada disitu dan agen wajib memberi penjelasan agar nasabah dapat membuat keputusan jika diperlukan

    itu cuma tahun pertama, tahun2 selanjutnya tidak disebutkan, dan agen juga gak tahu :). informasi tersebut baru didapatkan nasabah setelah mendapatkan polisnya.

  126. unit link kan cuman trik biar orang ikutan asuransi tp merasa ga rugi..karena ada investasi nya..

    jd alesan orang ikutan unit link ini karena ada investasi nya..pdhl klo mau investasi sih mendingan di reksadana ajah..

    CMIIW peace ah!! :D

  127. #170:

    Seringkali pri menulis sesuatu di luar bidangnya.

    sorry, kalau urusan ini saya pribadi lebih percaya orang yang ‘di luar bidangnya’. orang yang di dalam ‘bidangnya’ kadang2 suka punya konflik kepentingan :). kebanyakan financial advisor independen akan rekomendasi term+investasi, tapi kebanyakan agen asuransi akan rekomendasi UL/WL. tanya kenapa?

    Kalau waktu itu saya tidak berinvestasi mungkin saya tidak punya tabungan sama sekali. Kalau saya tidak selalu jual kendaraan saya begitu kredit selesai mungkin saya tidak akan pernah bisa menikmati hasil investasi saya setiap 4 tahun sekali. Jadi kebutuhan orang untuk investasi sangat berfariatif.

    Saya adalah tipe orang yang harus di hukum bila saya gagal berinvestasi. Ya kalau saya gagal bayar cicilan mobil dan tidak lunas maka investasi saya merugi hampir 100%.

    no problem. kalau itu kebutuhan anda dan UL menyediakan kebutuhan tersebut, then by all means, silakan saja anda beli. tapi jangan anggap semua orang membutuhkan kebutuhan tersebut, atau semua orang yang beli sudah pasti sadar dan membeli UL untuk membeli kebutuhan tersebut. selain itu kalau butuh ‘pemaksaan’ ada banyak cara2 lain yang lebih praktis dan ekonomis, misalnya autodebet rekening bank.

    Kalau saya berhasil sampai lunas saya merugi 20-30% dari nilai real investasi saya. Kenapa saya pilih itu? sekali lagi jawaban nya saya tidak bisa berinvestasi dan tidak cukup kaya untuk membayar manajer investasi.

    gak ada orang yang terlalu miskin sehingga tidak bisa bayar manajer investasi :). biaya manajer investasi itu paling sial cuma 3%/tahun yang dihitung secara proporsional dari nilai investasi yang kita setorkan. kalau anda cumba bisa berinvestasi 500 ribu, maka biaya manajer investasinya kurang lebih cuma 15 ribu/tahun. kalau anda investasi 500 juta, biaya manajemen investasinya cuma 15 juta/tahun, paling sial. di reksadana biasanya biaya ini sudah masuk dalam nilai NAB-nya, jadi hasil investasi yang diterima nasabah sudah bersih setelah dipotong biaya manajer investasi ini. dan dengan ikutan asuransi/UL sebenarnya anda juga telah membayar biaya manajer investasi ini, walaupun mungkin anda tidak menyadarinya :).

    Walaupun nyata2 memang tidak selamanya orang yang membeli unit link sadar benar dengan konsekuensi nya. Namun tidak lah bisa disalahkan vendor nya.

    hehehe, yang ini saya gak setuju dengan berbagai alasan yang sudah pernah saya kemukakan sebelumnya :).

    Wah pri kalau saya dikasih garansi nilai investasi 10 tahun ke depan dengan pertumbuhan 13% pertahun saya pasti senang sekali. Ada banyak faktor pengganggu disini. Sulit untuk memastikan apa yang terjadi 1 hari, 2 hari, satu tahun, 2 tahun atau bahkan 10 tahun ke depan!

    Koran B berani menggaransi nilai investasi seperti itu (mudah2an) dengan perhitungan yang matang. Dengan segala resiko yang terjadi pada paragraf sebelum ini menjadi tanggungan Koran B. Mau negara di embargo, mau inflasi 1000%, mau minyak kering, mau tsunami ada dimana2 Koran B wajib membayar pelanggan nya sesuai janjinya. Itu yang di garansi oleh koran B. Perhitungan perhitungan itu yang sudah di kalkulasi oleh koran B (sekali lagi mudah2an ehhe)

    sebenarnya yang dibicarakan di sini gak ada nilai garansi investasi 10 tahun ke depan :), semua resiko ditanggung pembeli. kalaupun yang diinginkan adalah garansi investasi, besar kemungkinan nilai yang didapatkan akan jauh di bawah risk free interest rate. ini cuma urusan mengutak-atik suku bunga atau asumsi perkembangan investasi, dan besarnya setoran periodik.

    dari sebuah asuransi pendidikan (endowment, nilai tunai dijamin), menurut perhitungan saya, rate-nya hanya sekitar 3%/tahun. setelah memperhitungkan biaya mortalita, maksimum mungkin cuma sekitar 4-5%/tahun.

    dan seperti kata anda, tidak ada yang benar2 bebas resiko. kalau perusahaan asuransi gak punya duitnya untuk bayar klaim, ya tetap saja anda ‘screwed’. selain itu kalaupun perusahaan asuransi bisa menjamin nilai nominal setelah tahun tertentu, tetap saja uang anda terekspos resiko eksternal seperti inflasi.

    Jadiii akhir kata, saya tidak melihat ini adalah ilusi financial, namun hanya saja koran B hanya berani menggaransi investasi sebesar nilai yang ia janjikan. Perkara anda mau beli koran B atau tidak, tidak ada hubungan nya dengan ilusi financial. Tapi coba pelajari apakah koran B benar2 legitimate, Apakah koran B benar benar akan tetap ada 10 tahun ke depan. Kalau koran B baru terbit 1 atau 2 bulan lupakan saja lah. Masih banyak koran lain yang sudah terbit ratusan tahun.

    dalam definisi saya, ilusi finansial = saya beli sesuatu sebesar Rp X, tapi saya tidak merasa mengeluarkan uang sebesar Rp X. rasanya koran B sudah memenuhi kriteria tersebut.

    #171:

    Tambahan dikit pri, Anda lupa ada net worth, future worth. kenapa saya tulis seperti diatas, disini ada faktor hedging pri. Analogi anda tidak tepat dengan kereta api. Koran B tidak janjikan nilai investasi saat ini. Tapi nilai investasi 10 tahun yang akan datang. Coba pri, anda kira2 ada ga calo yang berani garansi harga tiket kereta api jakarta-bandung tanggal 5 Februari 2018. heheh kira kira berapa harganya?

    dalam asumsi saya, koran B tidak memberi garansi nilai investasi di masa yang akan datang. 13% itu cuma ada di ilustrasi, realisasinya bisa lebih kecil atau lebih besar.

  128. #175:

    Yang beginian sih bukan di unitlink saja, bahkan semua produk juga begitu. Anda beli produk elektronik, pasti juga tahu seberapa kecil tulisan syarat dan ketentuan garansi, padahal disitu banyak juga klausul yg tidak jelas dan merugikan konsumen. Iklan tarif seluler yg Rp x / detik, tulisan ’syarat dan ketentuan berlaku’-nya juga begitu kecil. Wajar semua informasi yang menguntungkan produsen di-highlight, sebaliknya yg merugikan dikecil-kecilkan. Kalo sebaliknya ya ngga akan jualan donk :)

    ya kalau ini sih sudah tergantung toleransi masing2 terhadap teknik ‘penjualan’. saya pribadi berpendapat iklan tarif seluler itu gak bener, tapi UL itu lebih gak bener lagi :), at least iklan tarif seluler itu gak serumit UL, cukup telpon customer service dan dia akan kasih tahu informasi selengkapnya, dan konsumen akan langsung ngerti.

  129. #178
    unitlink itu hasil pengembangan produk dari perusahaan asuransi supaya masyarakat lebih banyak yg punya polis asuransi.
    kayaknya ini lebih enak daripada ‘trik’ :d

    kalau memang tujuan utamanya adalah berinvestasi (mendapatkan return yg maksimal), jangan pilih unitlink.
    pilihlah instrumen investasi murni.

    alasan orang lain ikutan unitlink..let it be just their own reason..
    kita gak bisa men-generalisasi..

  130. #180
    sorry, kalau urusan ini saya pribadi lebih percaya orang yang ‘di luar bidangnya’. orang yang di dalam ‘bidangnya’ kadang2 suka punya konflik kepentingan :). kebanyakan financial advisor independen akan rekomendasi term+investasi, tapi kebanyakan agen asuransi akan rekomendasi UL/WL. tanya kenapa?

    >> memangnya kalau financial advisor (meskipun pakai kata ‘independent’) tidak punya konflik kepentingan?
    bisa saja toh?
    ada financial advisor ngomong begini-begitu yg menyangkut financial..
    terus orang bingung..
    karena titelnya financial advisor, maka datanglah orang yg bingung itu ke sang financial advisor untuk meminta advise atau bahkan minta dibuatkan financial plan..
    maka..terjuallah jasa dari sang financial advisor..dapatlah ia sejumlah fee..

    independent..memang betul tidak membawa kepentingan pihak lain..kecuali kepentingan dirinya sendiri.. :-\”
    tapi..ah…let it be just their own reason..

  131. #183:

    memangnya kalau financial advisor (meskipun pakai kata ‘independent’) tidak punya konflik kepentingan?

    kalau 100% independen jelas gak ada konflik kepentingan. kalau agen kan posisinya gak jelas, di satu sisi dia ngaku mewakili kepentingan nasabah. dia yang kasih assessment, dan dia yang kasih rekomendasi berdasarkan hal tersebut. dia yang take care urusan penagihan, klaim, dll dsb etc. tapi di sisi lain, yang bayar dia adalah perusahaan asuransi, bukan nasabah, lha nasabah saja gak dikasih tahu berapa komisi yang dia dapatkan :). agen ditugaskan memasarkan produk dan cuma dapat komisi kalau terjadi penjualan asuransi.

    contoh: kalau misalnya setelah assessment ternyata ditentukan si nasabah itu gak perlu asuransi. maka agen yang jujur gak bakalan mendapat imbalan apapun walaupun sudah memberi layanan yang baik kepada nasabah. sedangkan agen yang tidak jujur akan mendapatkan imbalan. karena dia dibayar perusahaan asuransi, maka dia akan push produknya terlepas apakah si nasabah benar2 memerlukannya atau tidak.

  132. apakah yang diatas tersebut juga termasuk MI???
    Saya liat dari daftar MI yg ada kog gak nongol ya?
    Kalo memang MI, seharusnya punya produk reksadana. Atau memang reksadananya gak dipublikasikan.
    Dan setiap MI selalu menulis portofolio sahamnya, supaya konsumen tahu dan bisa memilih untuk mengukur tingkat resiko yang akan terjadi. Thanks. Semoga sama-sama kita dapat belajar.

  133. wuah.. makin ribet dan berbelit2…

    btw, saya kok masih merasa belum mudeng ya koran B ini dianalogikan dengan cicilan rumah..saya bisa menangkap maksudnya, tetapi rasanya kurang nyambung dengan analogi tersebut. apa perasaan saya saja yah ^^

    #167
    Maaf. Menurut saya, asuransi itu bukan aset. banyak teman2 saya yang mengira asuransi itu aset, sehingga banyak juga yang tidak bisa (atau tidak mau) membedakan antara asuransi dengan investasi. Dengan adanya asuransi itu kan kita jadi harus setor rutin. Ada pengeluaran di sini. Apakah itu aset?
    Kalau investasi ya jelas aset. Modal yang kita keluarkan ada nilainya, dan nilainya itu terus mengembang. Nah, kalau asuransi? apakah nilainya bisa berkembang? dan lebih tajamnya lagi, apakah ada nilai riilnya? sepertinya karena pengaruh produk “koran B” ini, istilah asuransi dan investasi menjadi bias..

    Back to topic, bagi saya koran B itu berusaha menggabungkan 2 hal yang berbeda, asuransi+investasi. Investasi di sini menjadi alat marketing bagi asuransi. begitu juga sebaliknya, asuransi menjadi alat marketing bagi investasi. Untuk nasabah yang cerdas, tentunya tidak ambil koran B ini. karena adanya kerugian 50 ribu. Yang diputer investasi itu kan cuma 100 ribu (misal. diambil dari tulisan di atas). Tapi bagi nasabah pemalas, mereka anggap 50 ribu itu sebagai bayaran “manajer investasi”nya..
    Bukan salah agen, bukan salah nasabah. jika prosesnya transparan… Tapi yang dimasalahkan itu jika si agen tidak memberi tahu kehilangan 50 ribu-nya ya. Kalau diberi tahu takut calon nasabahnya kabur.. hehe. kalo gitu susah juga. padahal tadinya saya mau belain agen asuransi, tapi ujung2nya kok malah memojokkan :p ..

  134. Salam kenal. Setelah mampir, sampai pada kesimpulan “memang pantas Number One” he..he.. Selamat ya, Semoga tetap menjadi yang terbaik untuk masa mendatang.

  135. @ firesquid
    unitlink di prudential bukan wholelife + investasi, tp memang termlife + investasi.

    biaya asuransinya tiap tahun kan naik seiring tambahnya usia nasabah. tiap tahun sih saya terima rincian kenaikannya, tp hanya untuk tahun tersebut saja, tdk sampai usia 99 kaya ilustrasi investasinya.

    setelah tahun ke-10 memang mas bisa tidak perlu lakukan setoran bulanan, tp biaya tahunan tetep jln loh, dan dibayarkan oleh investasinya mas juga (ya uang mas juga artinya). hal ini juga Bisa di replikasikan kalau ambil terpisah.

    mengenai kemungkinan ditolaknya perpanjangan kalau sdh claim ya pasti dong mas, kan sudah meninggal orangnya dan uang pertanggungannya sdh dibayarkan, masak masih diperpanjang.

    kalau sakit kritis juga sama, kalau sudah claim sekali, ya tdk bisa diperpanjang lagi asuransi sakit kritisnya.

  136. #184
    independensi dapat dipengaruhi oleh kepentingan yg diusung..
    kepentingan dapat disetir oleh dari mana fulus berasal dan ke mana mengalirnya..
    tapi meskipun begitu..yg paling menentukan independensi ya niat..

    kalau soal niat..ya cuma dia dan DIA yg tahu..
    lagipula..kepentingan pribadi Financial Advisor itu ya.. in the end.. gimana advisenya laku.. :p

    jujur ataupun tidak, itu tidak berhubungan dengan imbalan.
    jujur itu kalau mengatakan apa adanya alias fakta.

  137. #187
    kalau kegiatannya mengelola investasi..ya namanya Manajer Investasi.
    anda liat daftar di mana?

    MI tidak harus punya produk reksadana (RD), tapi yg punya produk RD pasti MI..
    ayam tidak harus punya telur.., tapi telur ayam sudah pasti dihasilkan oleh ayam.
    (analogi yg aneh nih..:d)

    bagian investasi dari unitlink adalah reksadana (reksadana = dana masyarakat) meskipun tidak didaftarkan dengan judul ‘reksadana’ melainkan ‘unitlink’ karena sifat2nya memang sama dengan reksadana yg anda maksud.

    tidak semua MI memaparkan portofolio investasi produknya secara detil pada prospektusnya.
    lagipula portofolionya tidak harus berisi saham..tergantung dari kebijakan investasinya yg kemudian mempengaruhi jenis produknya.
    biasanya cuma menuliskan (misal): efek bersifat ekuitas (saham) minimal/maksimal X%, instrumen pasar uang (deposito berjangka, sertifikat deposito, sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang) Y%, dan efek berifat hutang (obligasi) Z%, dll) minimal/maksimal Y%.
    ada juga yg menyebutkan sektor apa saja saham dari portofolionya..
    misalnya reksadana saham MITRA Syariah, portofolio sahamnya fokus ke sektor perkebunan dan pertambangan..(bocorannya sih begitu :d)

  138. #191: konflik kepentingan itu nama situasinya, bukan hasil akhirnya apakah akhirnya berujung pada perbuatan yang tidak etis atau tidak. konflik kepentingan itu ada jika kepentingan profesional berlawanan dengan kepentingan pribadi.

    contoh lainnya yang cukup umum: hubungan antara dokter, pasien dan perusahaan farmasi. pasien membayar dokter, tapi dokter juga mendapat komisi dari perusahaan farmasi jika dia membuat resep obat bermerek keluaran perusahaan tersebut. si dokter punya 2 pilihan: memberi obat generik atau obat bermerk. kalau dia memberi obat generik, dia dapat uang lebih sedikit tapi pelayanan yang lebih bagus (harga yang dibayar pasien lebih rendah); dan sebaliknya.

    seandainya si dokter memberi obat generik, tetap saja ada yang namanya konflik kepentingan: dia mendapat uang lebih sedikit tapi memberi pelayanan yang lebih baik.

  139. #177

    Bener! buat apa? kalo otaknya gak nyampe buat ngerti.
    Tapi kalo orang pinter & pelit kayak gue, sumpah deh gak rela gue hasil jerih payah gue atau orang-orang yang gue care, di convert jadi komisi & kapital yg gak proporsional buat agen & perusahaan asuransi karena kekuatan nge-flame berjamaah keduanya dengan kata-kata manis dan berbusa-busa yang bilang ‘Pokoknya untung deh, elu merem aja gak usah liat-liat yg laen lagi’

    Komentar yg menarik Pak Lambok.
    Ukuran proporsional atau tidak, itu tergantung masing-masing orang Pak. Bapak beli mobil juga memberikan komisi & kapital kepada dealer, bahkan Bapak sudah memberikan uang pajak yg lebih dari 100% daripada harga asli mobil stb. Dan Bapak tidak tau uang pajak tersebut digunakan dengan benar ataupun dikorupsi.

    Coba Bapak renungkan 2 perbandingan berikut.
    1. Bapak beli mobil 150 juta, sedangkan harga asli dari Jepang paling cuma 60 juta. Secara tidak langsung, Bapak sudah mengeluarkan uang tambahan lebih dari 60 juta, untuk mendapatkan barang yg senilai 60 juta.

    2. Bapak beli unitlink 150 juta. Sedangkan total komisi yg diterima pihak perusahaan sekitar 20-30 juta.

    Menurut Bapak, lebih enak mana. Harga sama 150 juta. Tapi Bapak beli mobil berarti membayar tambahan 60 juta untuk sesuatu yg tidak jelas digunakan untuk apa. Sedangkan beli unit link, Bapak tau jelas bahwa komisi yg diterima digunakan untuk mengumpulkan kekayaan pihak penjual.

  140. #178

    porsi asuransi di UL bukan aset, tapi kewajiban. yang merupakan aset adalah porsi investasinya. tapi dengan mencampur kedua kelas produk ini, umum yang kelihatan oleh konsumen cuma asetnya. semua asuransi jiwa punya komponen biaya yang merupakan kewajiban.

    Mas Priyadi mungkin belum tau, bahwa Unit Link tidak bisa dipisahkan antara asuransi dan investasi. Memang produk tsb sudah 2-in-1. Mas Priyadi tidak bisa membeli asuransinya doank, atau investasinya doank.

    Kalo Mas Priyadi membedakan asuransi dan investasi dari produk Unit Link, berarti rumah juga bukan aset Mas. Soalnya tiap bulan ada biaya-biaya yg harus dikeluarkan untuk rumah. Belum lagi penyusutan nilai bangunan. Tapi tanah harganya meningkat dari tahun ke tahun. Dan yg kelihatan oleh konsumen cuma meningkatnya harga tanah.

    Kalau rumah bukan aset, lalu gimana caranya untuk investasi di properti. Belilah tanah kosong sebanyak-banyaknya. Buat tempat tinggal pribadi, ngontrak aja seumur hidup.

    itu cuma tahun pertama, tahun2 selanjutnya tidak disebutkan, dan agen juga gak tahu :). informasi tersebut baru didapatkan nasabah setelah mendapatkan polisnya.

    Lalu bagaimana dengan Term Life yang dibangga-banggakan oleh Mas Priyadi. Apakah Term Life tsb ada menyebutkan rincian biaya asuransinya ? (biaya asuransi tidak sama dengan premi asuransi)

    Kalau unitlink, tahun pertama saja sudah disebutkan. Dan untuk biaya tahun berikutnya akan dikirimkan informasinya di awal tahun.

    Kalau Mas Priyadi tidak bisa menemukan perincian biaya pada Term Life, berarti unit link lebih transparan daripada Term Life yg dibanggakan oleh Mas Priyadi.

    So…untuk point transparansi biaya, saya pikir bisa Mas Priyadi lupakan sebagai argumen.

  141. #190
    anda benar..

    pada unitlink, meskipun kita tidak nyetor lagi tapi sebenarnya porsi proteksi kita dibayarkan oleh hasil dari porsi investasi kita sampai masa pertanggungan berakhir.
    inilah kelebihan yg ditawarkan dari unitlink..
    daripada mengalihkan return dari investasi (misalnya RD) secara rutin ke premi asuransi (bila membeli asuransi & investasi secara terpisah), lebih praktis dilakukan secara otomatis di dalam satu produk.
    dan..ada harga untuk kemudahan tsb.

    kalau di unitlink dari Prudential (kenapa banyak yg nyinggung PRU ya? apa karena dia market leader? -tinggi pohon dan angin- :-?), klaim cuma bisa dilakukan 1 kali untuk meninggal (ya iyalah..)
    klaim untuk sakit kritis (crisis cover) akan diterima full oleh nasabah dalam 1 kali klaim.
    khusus angioplasti, keluar 10% dulu. setelah itu 90% akan keluar kalau yg bersangkutan klaim penyakit lainnya.
    klaim untuk cacat karena kecelakaan dapat dilakukan sampai batas UPnya habis.
    dan..rider2 tsb tidak dapat diperpanjang.

  142. #190 to hutanlebat

    @ firesquid
    unitlink di prudential bukan wholelife + investasi, tp memang termlife + investasi.

    biaya asuransinya tiap tahun kan naik seiring tambahnya usia nasabah. tiap tahun sih saya terima rincian kenaikannya, tp hanya untuk tahun tersebut saja, tdk sampai usia 99 kaya ilustrasi investasinya.

    setelah tahun ke-10 memang mas bisa tidak perlu lakukan setoran bulanan, tp biaya tahunan tetep jln loh, dan dibayarkan oleh investasinya mas juga (ya uang mas juga artinya). hal ini juga Bisa di replikasikan kalau ambil terpisah.

    Mungkin saya harus menjelaskan kepada Bapak mengenai sistem kerja premi asuransi. Namun Bapak harus ingat dulu perbedaan istilah berikut :
    biaya asuransi, adalah biaya yg diakibatkan pengalihan resiko
    premi asuransi, adalah biaya asuransi + mark up dari perusahaan asuransi.

    Pada dasarnya, biaya asuransi jiwa meningkat sebanding dengan bertambahnya usia. Makin tua seseorang makin besar kemungkinan terkena sakit kritis dan meninggal. Dengan kata lain resiko kerugian dari jiwa tetanggung meningkat dari tahun ke tahun.

    Baik term life ataupun whole life, biaya asuransi ini selalu ditagihkan setiap tahun. Bedanya adalah, kontrak term life hanya ditagihkan pada periode tertentu saja. Sedangkan whole life kontraknya ditagihkan seumur hidup.

    Term Life bayar premi tahunan, bisa stop kapan saja, karena nasabah hanya memerlukan proteksi sampai tahun tertentu. Jika ingin mendapatkan proteksi seumur hidup, maka harus bayar premi tahunan seumur hidup juga.

    Whole Life bayar preminya juga tahunan, tapi hanya sampai periode tertentu, misalnya 5 tahun, 7 tahun, 10 tahun. Setelah pembayaran lunas, maka tertanggung mendapatkan proteksi seumur hidup (usia 99).

    Karena Whole Life hanya setor premi sampai periode tertentu, tapi mendapatkan perlindungan seumur hidup, maka otomatis setoran premi juga lebih mahal. Hal ini dikarenakan sebagian premi tersebut sebenarnya dialokasikan oleh perusahaan asuransi untuk di- investasi-kan.

    Tujuan investasi ini agar bisa menutupi biaya asuransi tertanggung yg meningkat dari tahun ke tahun. Investasinya di mana, dan berapa besar hasilnya, nasabah tidak perlu tau. Yg penting nasabah mendapatkan proteksi seumur hidup, dan jika di akhir periode tertentu nasabah ingin stop, maka nasabah bisa mendapatkan pengembalian nilai tunai.

    Prinsip kerja Whole Life ini tidak jauh berbeda dengan unit link. Pada dasarnya unit link juga whole life. Tapi di unit link, komponen investasi dan segala biaya lebih transparan. Maka dari itu nasabah diberi tahu mengenai biaya asuransi tahunan, dan juga mendapatkan pengembalian nilai tunai yg sepadan dengan hasil investasi.

    Perbedaan terbesar antara Term Life dan Whole Life adalah jaminan proteksinya. Whole Life menjamin proteksi seumur hidup walaupun pada tahun tertentu si tertanggung terkena sakit kritis, lalu sembuh.

    Di tulisan lain blog Mas Priyadi, ada orang yg ngotot habis-habisan bahwa Term Life juga ada renewal guarantee. Tapi dia tidak tau bahwa renewal itu hanya dengan syarat dan kondisi kesehatan tertentu. Orang yg ngotot tsb tidak bisa disalahkan, maksudnya memang baik untuk sharing. Tapi sayangnya informasi yg diterima kurang lengkap sehingga bisa menyesatkan.

  143. #193
    konflik kepentingan itu nama situasinya, bukan hasil akhirnya apakah akhirnya berujung pada perbuatan yang tidak etis atau tidak. konflik kepentingan itu ada jika kepentingan profesional berlawanan dengan kepentingan pribadi.
    >> bagaimana kalau kepentingan profesionalnya juga kepentingan pribadi?

    Financial Advisor..
    kepentingan profesional = advisenya laku (kan jualan advise)
    kepentingan pribadi = dapat fulus untuk membayar keperluan2nya

    ya…iya sih..gak ada konflik..
    lha wong emang sejalan..
    tapi.. objektif atau tidak..tendensius atau tidak…etis atau tidak..ya dilihat lagi dari apa yg dikatakan/dilakukannya..bukan dari titelnya.

  144. #194:

    2. Bapak beli unitlink 150 juta. Sedangkan total komisi yg diterima pihak perusahaan sekitar 20-30 juta.

    sekali lagi anda gak perlu posting seluruh argumen anda di seluruh posting saya tentang asuransi :). nominal 150 juta yang disetorkan sekaligus (lump sum) gak bisa dibandingkan secara langsung dengan setoran periodik dengan jumlah total yang sama. karena ada yang namanya time value of money.

    komisi yang diterima agen asuransi itu biasanya dikumpulkan di awal2 penyetoran. kalau memperhitungkan time value of money, maka nilainya bisa hampir 1/2 total setoran nasabah setelah tahun ke-20.

    #195:

    Kalo Mas Priyadi membedakan asuransi dan investasi dari produk Unit Link, berarti rumah juga bukan aset Mas. Soalnya tiap bulan ada biaya-biaya yg harus dikeluarkan untuk rumah. Belum lagi penyusutan nilai bangunan. Tapi tanah harganya meningkat dari tahun ke tahun. Dan yg kelihatan oleh konsumen cuma meningkatnya harga tanah.

    walah. rumah tetap aset dong, walaupun depreciating asset. sedangkan investasi dan properti tanah itu appreciating asset. tapi keduanya tetap aset: kita bisa jual untuk mendapatkan uang, walaupun untuk depreciating asset nilainya akan di bawah pada saat kita mendapatkan aset tersebut.

    kalau asuransi? porsi asuransi jiwa yang ada di UL itu bukan aset. kita gak bisa jual kembali untuk mendapatkan sebagian uang yang telah kita bayarkan. mengalihkan pertanggungan ke orang lain saja gak bisa kok. yang aset itu ya cuma porsi investasinya.

    Lalu bagaimana dengan Term Life yang dibangga-banggakan oleh Mas Priyadi. Apakah Term Life tsb ada menyebutkan rincian biaya asuransinya ? (biaya asuransi tidak sama dengan premi asuransi)

    anda yakin biaya asuransi pada UL itu 100% digunakan untuk membayar klaim? kecuali anda ambil asuransi jiwa syariah, dalam kondisi normal (gak ada epidemi, bencana alam dll dsb), dapat dipastikan claim rate pasti di bawah 100%. selisihnya ini digunakan untuk hal2 seperti mitigasi resiko regresi, penambahan kapital, atau bahkan profit untuk perusahaan.

    di term life, overhead ini akan ditekan sekecil mungkin oleh mekanisme pasar. yang mark up terlalu besar akan langsung ketahuan.

    #196:

    Di tulisan lain blog Mas Priyadi, ada orang yg ngotot habis-habisan bahwa Term Life juga ada renewal guarantee

    yang ngotot itu ya anda sendiri :))

  145. #197:

    bagaimana kalau kepentingan profesionalnya juga kepentingan pribadi?

    kalau kepentingan profesional sejalan dengan kepentingan pribadi, maka artinya tidak ada konflik kepentingan. yang bertentangan itu kalau kedua kepentingan tersebut bertentangan: kalau misalnya besar penghasilan yang dia dapatkan berbanding terbalik dengan besar layanan yang dia berikan.

  146. soal aset..
    pakai istilah praktis yg sederhana (tapi benar) saja..

    ASET: segala sesuatu yg memberikan uang ke kantong kita.
    LIABILITAS: segala sesuatu yg mengambil uang dari kantong kita.

    UNITLINK = liabilitas
    karena kita harus membayar sejumlah uang untuk mendapatkan menfaat2nya.

    UNITLINK = aset
    karena kita dapat menikmati return dari porsi investasinya.

    yg perlu diingat: manfaat proteksi dan investasi di unitlink TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, meskipun demikian bisa didapatkan secara terpisah dari produk lain.

    #199
    tanggapan anda untuk komen #195 (tentang asuransi term life dan unitlink) tidak kena.
    yg menjadi isu adalah soal transparansi di kedua jenis asuransi tsb, bukan berapa % dari uang yg dibayarkan nasabah digunakan untuk membayar klaim.

    #200
    komen anda sebelumnya (#180) menyebutkan kalau anda lebih percaya kepada orang yg di luar bidang dari objek yg menjadi bahan perdebatan.
    apakah ini berarti bahwa ‘orang luar’ tsb sudah pasti objektif?
    ya belum tentu..apalagi kalau ‘orang luar’ tsb tidak menguasai dengan benar objeknya.

    kalau saya lebih melihat kepada apa yg dikatakan/dilakukan..bukan melihat siapa yg mengatakan/melakukan..(meskipun kadang itu juga dapat mempengaruhi pada pandangan pertama :d ).

    karena unitlink menyangkut tentang uang, maka termasuk juga ‘bidang’ dari Financial Advisor.., meskipun dia tidak berada di dalam lingkarannya.

    apakah yg ‘keluar’ darinya objektif, tendensius, provokatif, menyesatkan atau tidak, ya dipelajari lagi lebih lanjut.
    yg jelas..setiap orang punya kepentingan.

  147. Ilusi finansial karena kalau mengambil terpisah ternyata benefitnya lebih besar?

    Misalnya saya ingin membeli handphone yang berkamera apakah saya sebaiknya membeli handphone dan kamera secara terpisah karena handphone dengan kamera terpisah bisa mencetak gambar yang lebih besar dan lebih tajam?

    Bisakah kita membandingkan sebuah handphone berkamera dengan sebuah handphone dan sebuah kamera?

    Itu bukan ilusi. Itu proyeksi. Dan siapa bilang cukup 10 tahun? Unitlink juga bisa mendapatkan benefit yang lebih besar jika premi dibayarkan secara kontiniu, misalnya sampai usia 55 tahun.

    Jadi kesimpulannya yang tidak sehat disini adalah agen asuransi yang memberikan presentasi pada Priyadi bukan unitlink nya.

    Nuff said!

  148. #199
    komisi yang diterima agen asuransi itu biasanya dikumpulkan di awal2 penyetoran. kalau memperhitungkan time value of money, maka nilainya bisa hampir 1/2 total setoran nasabah setelah tahun ke-20.

    >> bagaimana menghitungnya sampai dapat mengatakan ‘hampir 1/2 dari total setoran nasabah setelah tahun ke-20’?
    salah satu cara lagi untuk mendiskreditkan unitlink dengan membuatnya menjadi terlihat sangat tidak menguntungkan nasabah? [-(

  149. “soal aset..
    pakai istilah praktis yg sederhana (tapi benar) saja..

    ASET: segala sesuatu yg memberikan uang ke kantong kita.
    LIABILITAS: segala sesuatu yg mengambil uang dari kantong kita.

    UNITLINK = liabilitas
    karena kita harus membayar sejumlah uang untuk mendapatkan menfaat2nya.

    UNITLINK = aset
    karena kita dapat menikmati return dari porsi investasinya.

    yg perlu diingat: manfaat proteksi dan investasi di unitlink TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, meskipun demikian bisa didapatkan secara terpisah dari produk lain.”

    Karena itu Pak Pri menyebutnya ilusi finansial ^^ .. membuat seolah2 tampak sebagai aset. padahal kalau dipecah, ada liabilitas di situ. produknya saja 1 paket. tapi fungsinya terdiri dari 2 bagian. aset dan liabilitas. ini funsgsi UL -> f=(a,l) ..
    a = aset
    l = liabilitas

  150. #201:

    ASET: segala sesuatu yg memberikan uang ke kantong kita.
    LIABILITAS: segala sesuatu yg mengambil uang dari kantong kita.

    itu definisi sumber pemasukan dan sumber pengeluaran, bukan aset dan liabilitas :).

    yg perlu diingat: manfaat proteksi dan investasi di unitlink TIDAK DAPAT DIPISAHKAN, meskipun demikian bisa didapatkan secara terpisah dari produk lain.

    bisa dipisahkan atau tidak bisa dipisahkan ini cuma rintangan artifisial. sebenarnya bukan tidak mungkin dipisahkan tapi yang jualan aja yang gak mau jualan terpisah :). kebanyakan UL memang gak bisa dijual terpisah tapi bukan berarti hanya dapat dilihat sebagai suatu blackbox. kita juga bisa dengan mudah memperhatikan bagaimana cara bekerjanya. mereka boleh saja menutup serapat2nya, tapi pasti bakalan ketahuan juga karena kedua kelas produk ini memiliki fungsi yang berbeda.

    yg menjadi isu adalah soal transparansi di kedua jenis asuransi tsb, bukan berapa % dari uang yg dibayarkan nasabah digunakan untuk membayar klaim.

    keberatan om firesquid itu karena di term life katanya gak ada transparansi berapa besar komisi agen. gak ada informasi berapa banyak dari setoran premi yang merupakan biaya asuransi. ini benar, tapi gak ada artinya karena di dalam pos ‘biaya asuransi’ kita juga gak tahu berapa banyak yang digunakan untuk membayar premi. yang penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.

    kalau mau membandingkan premi asuransi term vs porsi investasi di UL, caranya adalah dengan membandingkan besar pos biaya asuransi + biaya administrasi + biaya akuisisi di UL dengan pos biaya premi asuransi + biaya administrasi (jika ada). yang susah di sini cuma biaya akuisisi di UL, karena biasanya dibayar lump sum, dan tidak periodik.

    komen anda sebelumnya (#180) menyebutkan kalau anda lebih percaya kepada orang yg di luar bidang dari objek yg menjadi bahan perdebatan. apakah ini berarti bahwa ‘orang luar’ tsb sudah pasti objektif? ya belum tentu..apalagi kalau ‘orang luar’ tsb tidak menguasai dengan benar objeknya.

    perbandingan saya sebelumnya adalah agen asuransi vs independent financial advisor. jelas di sini ‘orang luar’ tersebut menguasai objeknya :). argumen saya sebelumnya adalah “sebagian besar IFA tidak merekomendasikan UL, tapi sebagian besar agen asuransi merekomendasikan UL/WL. tanya kenapa?”.

    kalau saya lebih melihat kepada apa yg dikatakan/dilakukan..bukan melihat siapa yg mengatakan/melakukan..

    harusnya memang seperti itu :). tapi pengalaman saya ngomong soal asuransi cepat atau lambat pasti ada tuduhan ‘gak kompeten’, ‘bukan agen asuransi jadi pasti gak tahu apa2’, ‘harusnya belajar dulu soal asuransi’ etc dll dsb. :)

    apakah yg ‘keluar’ darinya objektif, tendensius, provokatif, menyesatkan atau tidak, ya dipelajari lagi lebih lanjut. yg jelas..setiap orang punya kepentingan.

    betul. kepentingan saya di sini hanya saya selaku konsumen. saya gak jualan apapun, gak jualan WL, UL, endowment, term, reksadana, etc. posisi saya cuma sebagai konsumen produk2 tersebut. saya gak rugi dan gak untung sama sekali seandainya orang2 lebih menyukai produk tertentu gara2 baca tulisan saya.

    hal yang sama tidak bisa diklaim oleh ‘beberapa orang’ yang ada di sini :). “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair,

  151. #203:

    bagaimana menghitungnya sampai dapat mengatakan ‘hampir 1/2 dari total setoran nasabah setelah tahun ke-20′? salah satu cara lagi untuk mendiskreditkan unitlink dengan membuatnya menjadi terlihat sangat tidak menguntungkan nasabah?

    terbalik. yang benar adalah trik untuk menyembunyikan biaya sehingga tidak terlihat merugikan bagi nasabah :).

    contoh soal: saya berinvestasi sebesar Rp 1 juta setiap tahun selama 10 tahun. tapi seluruh investasi pada tahun pertama seluruhnya diberikan sebagai komisi agen. pertanyaannya: dengan mengasumsikan perkembangan investasi sebesar 10%, berapa persen komisi agen tersebut?

    agen biasanya bilang: 1000000/ (10 * 1000000) = 10%. ini salah total, kalau memperhitungkan time value of money, jawabannya lebih dekat ke 15%: 1000000/PV(10%;10;1000000;0;1).

  152. Mas Firesquid, saya juga dulu bingung dengan istilah biaya dan premi asuransi namun kalau dari penjelasan Anda, nampaknya Anda (mungkin) lebih mengerti peristilahan teknis di asuransi.

    Saya dulu ikut PAA+, makanya cuma ngerti ini aja. Sebagai orang awam, waktu itu saya hanya tahu uang yang saya setorkan itu dibagi menjadi dua, yaitu untuk “Premi Berkala” dan “Top Up Premi Berkala (Pru Saver)”. Namun setelah saya baca2 informasi di blog ini tentang keuntungan ambil terpisah, saya jadi bongkar2 lagi polis saya dan ilustrasi yang dulu pernah diberikan.
    Jadi ternyata, ada satu istilah lagi yang namanya “Biaya Asuransi Bulanan” yang dicantumkan yang sebenarnya inilah biaya yang sebenarnya yang dibebankan untuk mendapatkan proteksi yang tertera di ilustrasi.

    Tapi yang tidak mengenakkan, tahun pertama saya setor total di Premi Berkala adalah 3,6 juta, namun itu bukan untuk membayar biaya asuransi bulanan tersebut namun untuk istilah “Biaya Akuisisi” dan untuk biaya total tahun pertama saya “DIPINJAMKAN(HUTANG)”. demikian juga untuk tahun ke-2 sampai ke-5 tetap ada istilah biaya akuisisi (yang menurun besarnya setiap tahun)

    Padahal ketika saya coba buat ilustrasi sendiri, misalnya saya butuh UP 500 juta usia 29 tahun pria, maka total biaya setahun hanya sekitar 1,1 juta rupiah, dan saya bisa mendapatkan harga yang kurang lebih sama di term life dan tentunya tanpa perlu membayar biaya akuisisi yang besarnya total 205% dari 1 tahun setoran “premi berkala” yang kita cicil selama 5 tahun.

    Di term life menurut saya struktur biayanya sedehana, saya mau UP sekian, maka setiap tahunnya biayanya sekian. biaya yang kita bayar di termlife kalau mau dibandingkan adalah dengan “biaya asuransi bulanan” di unit link.

    Kalau mas firesquid bilang di PAA+ jenis asuransinya adalah whole life, maka saya yakin bilang Anda salah. saya adalah nasabah dan juga sempat jadi agent. kalau hanya melihat dari istilah pembayaran “Premi Bulanan” memang bisa berhenti bayar di tahun ke-10 (kayak whole life, 10 tahun bayar, dan tidak ada setoran lagi kalo ga salah). Tapi Anda mesti ingat, biaya asuransi bulanan akan terus dibebankan sampai kita usia 99 tahun dan itu tertera jelas di ilustrasi. kalau saya bandingkan, “biaya asuransi bulanan” yang dibebankan tersebut besarnya hampir sama dengan premi term life.

    Ingat dari sudut pandang nasabah, BIAYA PREMI BULANAN di UNITLINK tidak sama dengan biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi. Sedangkan kalo di TERMLIFE, PREMI BULANAN/TAHUNAN adalah benar2 biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi.

  153. Coba Bapak renungkan 2 perbandingan berikut.
    1. Bapak beli mobil 150 juta, sedangkan harga asli dari Jepang paling cuma 60 juta. Secara tidak langsung, Bapak sudah mengeluarkan uang tambahan lebih dari 60 juta, untuk mendapatkan barang yg senilai 60 juta.

    2. Bapak beli unitlink 150 juta. Sedangkan total komisi yg diterima pihak perusahaan sekitar 20-30 juta.

    Menurut Bapak, lebih enak mana. Harga sama 150 juta. Tapi Bapak beli mobil berarti membayar tambahan 60 juta untuk sesuatu yg tidak jelas digunakan untuk apa. Sedangkan beli unit link, Bapak tau jelas bahwa komisi yg diterima digunakan untuk mengumpulkan kekayaan pihak penjual.

    kalo saya punya pilihan beli mobil pada harga sebenarnya (60 jt) dengan jenis mobil yang sama dan proses belinya yg sama mudahnya dengan yang harga jualnya 150 juta jt (karena ada proses distribusi) saya pasti pilih yang 60 Juta.

  154. aduh, caranya quote text gmn sih ? maksud saya, saya mau jawab :

    kalo saya punya pilihan beli mobil pada harga sebenarnya (60 jt) dengan jenis mobil yang sama dan proses belinya yg sama mudahnya dengan yang harga jualnya 150 juta jt (karena ada proses distribusi) saya pasti pilih yang 60 Juta.

  155. #208
    itu definisi sumber pemasukan dan sumber pengeluaran, bukan aset dan liabilitas .

    >> sorry..
    definisi yg saya berikan tsb (#201) adalah definisi sederhana yg benar sesuai kenyataan.
    jangan terjebak istilah di akunting, ekonomi ataupun perbankan.
    coba renungkan lagi, apa yg anda harapkan dari suatu aset?
    sebagai contoh:
    saya membeli sebuah rumah dengan cara kredit dari suatu bank.

    maka..

    rumah tsb bukanlah aset saya, melainkan aset bank karena bank masih memiliki rumah tsb dan menerima sejumlah uang dari saya yg membeli rumah tsb secara kredit.

    rumah tsb menjadi liabilitas saya karena saya harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mencicil kredit kepemilikannya dan biaya2 lainnya (air, listrik, telpon, pajak, maintenance, dll).

    rumah tsb akan menjadi aset saya..bila saya mendapatkan uang dari kepemilikan rumah tsb, misalnya dengan cara menyewakannya.

    ‘sumber pengeluaran’ saya adalah kredit kepemilikan rumah tsb dan biaya2 lainnya tsb.
    dan ‘sumber pemasukan’ saya adalah uang sewa dari rumah tsb.
    sedangkan ‘sumber pemasukan’ bank adalah kredit kepemilikan rumah tsb.

    ===
    bisa dipisahkan atau tidak bisa dipisahkan ini cuma rintangan artifisial. sebenarnya bukan tidak mungkin dipisahkan tapi yang jualan aja yang gak mau jualan terpisah . kebanyakan UL memang gak bisa dijual terpisah tapi bukan berarti hanya dapat dilihat sebagai suatu blackbox. kita juga bisa dengan mudah memperhatikan bagaimana cara bekerjanya. mereka boleh saja menutup serapat2nya, tapi pasti bakalan ketahuan juga karena kedua kelas produk ini memiliki fungsi yang berbeda.

    >> anda cuma bermain kata2.
    sudah jelas unitlink itu adalah suatu produk akhir.
    kalau mau manfaat yg sama dengan unsur pembentuknya secara terpisah, ya beli saja produk lain.
    saya yakin anda cukup cerdas untuk mengerti ini..tapi kok ya.. gak mudeng2 sih?
    malah maksa yg jualan musti jual produk sesuai yg anda mau.
    sama saja anda maksa DELL jualan komputer yg sepesifikasinya sesuai yg anda mau ketika anda mendapatkan poroduk2 DELL belum memenuhi kemauan anda.
    kalau mau begitu ya cari saja merk lain atau merakit saja sendiri.

    ===
    keberatan om firesquid itu karena di term life katanya gak ada transparansi berapa besar komisi agen. gak ada informasi berapa banyak dari setoran premi yang merupakan biaya asuransi. ini benar, tapi gak ada artinya karena di dalam pos ‘biaya asuransi’ kita juga gak tahu berapa banyak yang digunakan untuk membayar premi. yang penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.
    kalau mau membandingkan premi asuransi term vs porsi investasi di UL, caranya adalah dengan membandingkan besar pos biaya asuransi + biaya administrasi + biaya akuisisi di UL dengan pos biaya premi asuransi + biaya administrasi (jika ada). yang susah di sini cuma biaya akuisisi di UL, karena biasanya dibayar lump sum, dan tidak periodik.

    >> anda menyebutkan ‘ini benar’, itu sudah cukup untuk menggugurkan keberatan anda terhadap transparansi di unitlink dan itu juga sangat ‘ada artinya’.

    lagi2 anda muter2 soal istilah ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’.
    sebenarnya kalau menurut anda, apa definisi ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’ pada unitlink?

    sebelumnya anda keberatan kalau nasabah tidak mengetahui detil kemana uang yg nasabah bayarkan lari.
    lha kok sekarang malah bilang ‘yg penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.”..?!

    jangan jualan es puter bung!

    ===
    perbandingan saya sebelumnya adalah agen asuransi vs independent financial advisor. jelas di sini ‘orang luar’ tersebut menguasai objeknya . argumen saya sebelumnya adalah “sebagian besar IFA tidak merekomendasikan UL, tapi sebagian besar agen asuransi merekomendasikan UL/WL. tanya kenapa?”.

    >> lha..saya tidak mempermasalahkan ‘menguasai objeknya’..tapi keobjektifannya..dan ini bisa dipengaruhi oleh kepentingannya.
    coba baca lagi komen #201..
    di sana sudah ada jawaban untuk ‘tanya kenapa?’.

    ===
    harusnya memang seperti itu . tapi pengalaman saya ngomong soal asuransi cepat atau lambat pasti ada tuduhan ‘gak kompeten’, ‘bukan agen asuransi jadi pasti gak tahu apa2′, ‘harusnya belajar dulu soal asuransi’ etc dll dsb.

    >> hehehe…
    setidaknya saya bukan tipe seperti itu..
    saya selalu menyarankan untuk MELIHAT DENGAN BENAR terlebih dahulu sebelum kita menilai sesuatu.
    ===

    betul. kepentingan saya di sini hanya saya selaku konsumen. saya gak jualan apapun, gak jualan WL, UL, endowment, term, reksadana, etc. posisi saya cuma sebagai konsumen produk2 tersebut. saya gak rugi dan gak untung sama sekali seandainya orang2 lebih menyukai produk tertentu gara2 baca tulisan saya.

    >> anda memang tidak jualan produk asuransi ataupun reksadana apapun (menurut klaim anda).
    anda selain konsumen juga seorang penulis blog yg cukup terkenal (setidaknya saya tahu blog anda :) )
    banyak sekali orang yg membaca blog anda ini.
    maka sebaiknya anda dalam menulis tidak memiliki tendensi apapun karena dapat mempengaruhi pandangan dan penilaian banyak orang.
    istilahnya, anda menggiring opini massa..
    memang..blog pribadi adalah media penuangan kebebasan mengungkapkan apapun dalam bentuk tulisan.
    tapi..bersikap bijaklah.
    ===

    #210
    terbalik. yang benar adalah trik untuk menyembunyikan biaya sehingga tidak terlihat merugikan bagi nasabah .

    >> anda menyebutnya begitu karena sudah ada harga mati untuk unitlink di kepala anda.

    yg saya tahu, agen mendapatkan sekian % dalam sekian tahun (kalau tidak salah, 5 tahun..CMIIW) dari porsi asuransi yg dibayarkan nasabah untuk unitlinknya.
    sekian % tsb akan mengecil setiap tahunnya.
    ada agen yg bisa menjelaskan?
    ===

    “It is useless to pour water into a full glass.”

  156. hal yang sama tidak bisa diklaim oleh ‘beberapa orang’ yang ada di sini . “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair,’

    Termasuk saya? gak pri. Sudut pandang anda aja yang ngaco! saya mungkin sama sebel nya sama anda soal asuransi. Saya mungkin sama gak sukanya dengan anda. Tapi bukan disana letak kesalahan nya.

    Intinya saya cuma bilang, This is not your competence to discuss about this. And this is not your first time to do so.

    Rasa skeptis anda sudah membuat tulisan yang mungkin harusnya bisa bagus jadi terkesan kacangan. Karena sebagian besar yang anda tulis disini adalah hanya omong kosong karangan anda. Soal time value of money. soal investasi bahkan soal asuransi nya sendiri.

    Asuransi di Indoneisa memang sangat mahal? anda tau Pri berapa beban Claim di indonesia dari seluruh jumlah nasabah? saya gak punya data yang jelas soal ini. Tapi di amerika dan negara2 eropa barat Beban Claim asuransi tidak lebih dari 10% dari jumlah nasabah.

    Kenapa bisa gitu? Karena dari 100 orang diambil secara random mungkin 99 orang adalah peserta asuransi. Dan dari 99 orang itu mungkin hanya 10 orang yang pernah claim. Itulah asuransi. Claim anda di tanggung oleh nasabah lain nya.

    Disini? mana bisa kaya gitu. Sedangkan asuransi nya sendiri hanya mampu penetrasi pasar ke segment tertentu. Mana bisa maintain hal hal tersebut.

    Sebagai ilustrasi:
    Saya pernah coba cari asuransi untuk karyawan saya semuanya. Cuma asuransi kesehatan yang full coverage. Tapi apa yang terjadi? tidak ada satupun asuransi yang berani menanggung penyakit kronis!

    ***Catatan dikit penyakit ada 2 macam, kronis dan akut. Kronis adalah penyakit yang menahun, akut adalah penyakit yang datang tiba2. Kronis ini adalah dari mulai usus buntu, jantung, kanker dan lain lain dimana proses sampai benar2 sakit nya butuh bertahun2***

    Mereka tidak mau menanggung dengan alasan bahwa bisa saja orang tersebut sudah menderita penyakit itu jauh bertahun2 sebelum dia ikut asuransi.

    Tidak berhenti sampai disitu. Waktu itu sebuah perusahaan asuransi asing yang ada di indonesia mau memberikan coverage full (walau tetap tidak menanggung penyakit kronis) dengan premi yang luar biasa besar. Sekitar Rp 3 jt setahun. Dan tidak ada unsur investasi nya. Hanya pure management resiko.

    Waktu itu karyawan saya ada 16 orang (Th 2003) dan saya hitung2 kalau seluruh nya saya bayarkan premi nya berarti pengeluaran saya per tahun adalah 48 jt. Akhir nya saya putukan karyawan tetap di askes saja dan saya menanggung seluruh biaya pengobatan bila ada yang sakit.

    Tau ga pri? total claim ke saya per tahun tidak pernah sampai 10 jt.

    Ilustrasi lain. Saya udah lama ga pernah pakai asuransi allrisk dari kendaraan. Kenapa? menurut saya itu buang buang uang. Asuransi kan hanya mengcover kerusakan kosmetik saja pada kendaraan. Dan premi nya itu loh. 3-5% dari nilai total kendaraan per tahun nya. Berapa tuh? kalau seandainya saya punya mobil dengan harga 200jt berarti saya berikan premi antara 6-10 jt setahun.

    Selama 17 tahun saya punya kendaraan, saya gak pernah keluar uang segitu banyak untuk kecelakaan. Jadi buat apa asuransi. Buat saya asuransi benar benar mahal!

    Lalu mau bicara mahal atau murah? this is very vary area pri. Parkir di jakarta mahal atau murah pri? 3rb sejam? toh banyak orang yang parkir dengan valet walaupun bayar 25rb.

    Pengacara yang biayanya 1-2 jt per bulan ada pri, bahkan LBH hanya minta uang oreasional tanpa meminta honor. Lalu kenapa Asegaff masih laku dengan harganya yang $250 per jam?

    Kantor saya waktu pakai ac cina merk tertentu, gerah pri. Gak tahan dengan panas yang keluar dari komputer. dan beberapa bulan kemudian jebol. Ada teman yang mengatakan AC cina itu ga tahan sama panas nya komputer apalagi di ruangan yang tidak terlalu besar. Maka saya coba untuk beli AC dengan harga 3 x lipat ac cina itu. Hasilnya sudah saya pakai 5 tahun sekarang dan tidak ada masalah sama sekali.

    Semua orang bilang saya bodoh dengan setiap bulan saya percayakan kendaraan saya pada AUTO 2000 yang terkenal mahal. Tapi apa hasil nya pri? Saya bahkan gak pernah buka kap mesin mobil saya. Saya mau ke mana saja tidak pernah merasa khawatir. Belum pernah saya punya masalah seperti yg di temui teman2 lain.

    Masalah harga adalah masalah yg sangat Vary seperti saya bilang tadi. Kalau menurut anda ada manager investasi yang murah ya silahkan saja. Tapi tentunya bukan fortis investment seperti yang di janjikan oleh beberapa UL. Coba deh di cek sekali sekali sudah berapa tahun fortis investment itu berdiri. Di cek deh sekali2 apa sih bisnis nya fortis investment.

    Saya sendiri sama skeptis nya dengan anda hanya saja dengan sudut pandang yang berbeda. Saya masih belum yakin koran B itu akan terbit atau tidak 10 tahun yang akan datang. Masalah harga tentu saja tidak bisa disalahkan kalau memang mahal. Saya mau jual service saya 100 jt per jam juga tidak ada yang boleh protes walaupun tetangga sebelah hanya jual service yang serupa 3-5 jt per bulan. Saya tidak pernah merasa lebih pintar dari tetangga sebelah. Mungkin saja tetangga sebelah lebih baik service nya dari pada saya. Tapi apa ini bisa di bilang penipuan? dimana penipuanya?

    Sudah lah pri coba berhenti untuk bicara ngotot2 an. Kalau itu bukan bidang anda. Soal value of money aja di postingan ini anda muter2 kadang anda bilang gini kadang bilang sebalik nya.

    Kita tidak harus jadi expert di semua bidang. Asal anda tahu saja tulisan anda yang satu ini tidak ada nilai nya.

  157. #215:

    definisi yg saya berikan tsb (#201) adalah definisi sederhana yg benar sesuai kenyataan. jangan terjebak istilah di akunting, ekonomi ataupun perbankan.

    kalau mau menredefinisikan istilah tersebut sih ya silakan saja. tapi saya bicara di sini sesuai dengan kesepakatan umum. bangunan adalah aset karena memiliki nilai. soal apakah nilainya naik atau turun setiap tahun itu urusan lain lagi. furniture, komputer, kendaraan juga aset karena memiliki nilai jual walaupun besarnya menurun setiap tahun. porsi investasi dalam UL atau reksadana juga aset, yang ini nilainya naik setiap tahun.

    kebutuhan untuk memaintain asuransi dengan UP Rp sekian adalah liabilitas karena kita harus mengeluarkan premi untuk itu.

    sudah jelas unitlink itu adalah suatu produk akhir. kalau mau manfaat yg sama dengan unsur pembentuknya secara terpisah, ya beli saja produk lain. saya yakin anda cukup cerdas untuk mengerti ini..tapi kok ya.. gak mudeng2 sih?

    hehehe, ya sok aja mau jual UL. tapi tetap saja yang merupakan aset hanyalah porsi investasinya, bukan porsi asuransinya :). kalau dijumlahkan memang akan lebih besar asetnya, sehingga yang dominan terlihat dari luar hanya asetnya. tapi kita gak bisa nutup mata dan pura2 bego kalau di dalamnya ada liabilitas yang besarnya cukup signifikan yang bisa jadi dapat dengan mudah kita hindari.

    anda menyebutkan ‘ini benar’, itu sudah cukup untuk menggugurkan keberatan anda terhadap transparansi di unitlink dan itu juga sangat ‘ada artinya’.

    it is a meaningless metric. pertama, transparan atau gak transparan tetap saja hasil akhirnya UL jauh lebih mahal daripada BTAID. kedua, transparansi tidak dibutuhkan di term life karena mekanisme pasar akan memastikan overheadnya tidak akan terlalu besar. kalau misalnya ada insurer yang pasang harga 2x lipat saingan termahalnya, ya akan langsung terlihat dengan jelas dan orang2 akan pindah ke produk lain.

    lagi2 anda muter2 soal istilah ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’. sebenarnya kalau menurut anda, apa definisi ‘premi’ dan ‘biaya asuransi’ pada unitlink?

    yang muter2 itu firesquid. silakan tanya ke beliau :)

    sebelumnya anda keberatan kalau nasabah tidak mengetahui detil kemana uang yg nasabah bayarkan lari. lha kok sekarang malah bilang ‘yg penting bagi nasabah itu sebenernya cuma overall cost, dia gak akan ambil pusing kalau agen mendapat 90% dari setoran preminya sekalipun, selama produknya lebih kompetitif dari saingannya.”..?!

    hehehe, perhatikan dulu konteks dimana saya menjawabnya :P. pertama transparansi gak dibutuhkan di term life, mekanisme pasar akan memastikan harganya gak terlalu mahal (see above). kedua, apakah dengan tingkat ‘transparansi’ yang ada sekarang di UL, mayoritas nasabah mengerti apa yang dia beli? kan ngga :).

    banyak sekali orang yg membaca blog anda ini. maka sebaiknya anda dalam menulis tidak memiliki tendensi apapun karena dapat mempengaruhi pandangan dan penilaian banyak orang. istilahnya, anda menggiring opini massa.. memang..blog pribadi adalah media penuangan kebebasan mengungkapkan apapun dalam bentuk tulisan. tapi..bersikap bijaklah.

    rasanya saya sudah cukup bijak di sini. kalau ‘menggiring opini massa’ artinya lebih banyak orang yang lebih teliti dalam membeli asuransi, maka boleh lah anda bilang saya ‘menggiring opini massa’ :)

    anda menyebutnya begitu karena sudah ada harga mati untuk unitlink di kepala anda. yg saya tahu, agen mendapatkan sekian % dalam sekian tahun (kalau tidak salah, 5 tahun..CMIIW) dari porsi asuransi yg dibayarkan nasabah untuk unitlinknya. sekian % tsb akan mengecil setiap tahunnya. ada agen yg bisa menjelaskan?

    belum ada harga mati. kalau anda tahu informasi UL yang overheadnya masih bisa bersaing dengan BTAID, silakan email saya ilustrasi/polis-nya. kalau memang begitu, saya akan dengan senang hati mempublikasikannya. saya tunggu email dari anda :).

  158. #181:

    ya kalau ini sih sudah tergantung toleransi masing2 terhadap teknik ‘penjualan’. saya pribadi berpendapat iklan tarif seluler itu gak bener, tapi UL itu lebih gak bener lagi :), at least iklan tarif seluler itu gak serumit UL, cukup telpon customer service dan dia akan kasih tahu informasi selengkapnya, dan konsumen akan langsung ngerti.

    Intinya sama saja kok, kalo permasalahannya pada biaya akuisisi yang terkesan ‘menipu’ karena tulisannya terlalu kecil. Lagian biaya akusisi yang besar juga kan hanya pada porsi asuransinya, yang memang kita beli bukan kita invest. Calon nasabah kan tinggal nanya ke agen, kalo agen jawabnya tidak memuaskan ya ngga usah ambil. Gitu aja kok repot.. :-D

  159. #216
    bet he’s not gonna stop ‘it’..
    ’cause he’s trying this: Changing the world, one person at a time…
    (see the tag line on top)

    [-(

  160. #216:

    Intinya saya cuma bilang, This is not your competence to discuss about this. And this is not your first time to do so.

    you are using ad hominem attack. and this is not your first time to do soâ„¢

    Rasa skeptis anda sudah membuat tulisan yang mungkin harusnya bisa bagus jadi terkesan kacangan. Karena sebagian besar yang anda tulis disini adalah hanya omong kosong karangan anda. Soal time value of money. soal investasi bahkan soal asuransi nya sendiri.

    bagian mana yang ‘omong kosong’?

    Lalu mau bicara mahal atau murah? this is very vary area pri. Parkir di jakarta mahal atau murah pri? 3rb sejam? toh banyak orang yang parkir dengan valet walaupun bayar 25rb.

    blah blah blah blah blah…

    anda mengalihkan pembicaraan. yang masalah di sini bukan mahal atau murahnya. tapi apa nasabah menyadari biaya yang harus dia keluarkan.

    Masalah harga adalah masalah yg sangat Vary seperti saya bilang tadi. Kalau menurut anda ada manager investasi yang murah ya silahkan saja. Tapi tentunya bukan fortis investment seperti yang di janjikan oleh beberapa UL. Coba deh di cek sekali sekali sudah berapa tahun fortis investment itu berdiri. Di cek deh sekali2 apa sih bisnis nya fortis investment.

    saya juga punya beberapa reksadana dari fortis :). harganya murah kok. untuk fortis ekuitas komisi belinya maksimal 3% (tapi agen saya pasang harga cuma 1.5%), untuk jual 1% untuk tahun pertama dan gratis untuk tahun2 berikutnya, biaya manajemen 1.75%/tahun.

    kalau beli lewat asuransi jatuhnya memang lebih mahal :). ambil contoh unit link dari sun life (yang katanya pake fortis juga). biaya setornya dimarkup jadi 5%. selain biaya manajemen investasi, juga dikenakan biaya ekstra 45 ribu/bulan. masih ada overhead penarikan Rp 50000/transaksi kalau redeem lebih dari 2x/tahun. dan ini masih belum memperhitungkan overhead ekstra dari sisi asuransinya.

    Masalah harga tentu saja tidak bisa disalahkan kalau memang mahal. Saya mau jual service saya 100 jt per jam juga tidak ada yang boleh protes walaupun tetangga sebelah hanya jual service yang serupa 3-5 jt per bulan. Saya tidak pernah merasa lebih pintar dari tetangga sebelah. Mungkin saja tetangga sebelah lebih baik service nya dari pada saya. Tapi apa ini bisa di bilang penipuan? dimana penipuanya?

    absolutely rubbish analogy :). jelas kalau anda jual service 100 jt semua orang langsung tahu kalau harganya 100 juta. not so with UL :).

    Kita tidak harus jadi expert di semua bidang. Asal anda tahu saja tulisan anda yang satu ini tidak ada nilai nya.

    saya pikir komentar andalah yang seperti itu :P

  161. #218:

    Intinya sama saja kok, kalo permasalahannya pada biaya akuisisi yang terkesan ‘menipu’ karena tulisannya terlalu kecil. Lagian biaya akusisi yang besar juga kan hanya pada porsi asuransinya, yang memang kita beli bukan kita invest. Calon nasabah kan tinggal nanya ke agen, kalo agen jawabnya tidak memuaskan ya ngga usah ambil. Gitu aja kok repot.. :-D

    jangan ngaduin agen dengan nasabah :). masalahnya bukan antara agen dan nasabah. agen biasanya hanya mengikuti SOP yang telah diberikan perusahaan. saya bisa bilang hampir semua agen itu jujur dan gak punya niat jelek sama sekali. masalahnya itu di perusahaan asuransinya, bukan agen.

  162. #217
    kalau mau menredefinisikan istilah tersebut sih ya silakan saja. tapi saya bicara di sini sesuai dengan kesepakatan umum.

    >> hmm..tidak seperti biasanya..
    biasanya Priyadi itu selalu ingin keluar dari persepsi umum.
    yg jelas, itulah definisi yg saya pegang.
    ===

    hehehe, ya sok aja mau jual UL. tapi tetap saja yang merupakan aset hanyalah porsi investasinya, bukan porsi asuransinya . kalau dijumlahkan memang akan lebih besar asetnya, sehingga yang dominan terlihat dari luar hanya asetnya. tapi kita gak bisa nutup mata dan pura2 bego kalau di dalamnya ada liabilitas yang besarnya cukup signifikan yang bisa jadi dapat dengan mudah kita hindari.

    >> lihat lagi apa yg saya maksud dengan ASET dan LIABILITAS.

    yg nutup mata dan pura2 bego itu siapa ya?
    yg jelas saya dapat melihat fakta bahwa unitlink itu adalah suatu produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi dan komponen2nya tidak dapat dipisahkan; dilihat dari profit, unitlink jelas akan kalah dibandingkan dengan reksadana meskipun dengan tingkat return yg sama.
    ===

    it is a meaningless metric. pertama, transparan atau gak transparan tetap saja hasil akhirnya UL jauh lebih mahal daripada BTAID. kedua, transparansi tidak dibutuhkan di term life karena mekanisme pasar akan memastikan overheadnya tidak akan terlalu besar. kalau misalnya ada insurer yang pasang harga 2x lipat saingan termahalnya, ya akan langsung terlihat dengan jelas dan orang2 akan pindah ke produk lain.

    >> dari dulu saya juga tahu unitlink lebih mahal dibandingkan kalau kita beli 2 produk yg bisa memberikan manfaat yg sama seperti komponen2 pembentuknya.

    jadi…mekanisme pasar yg membuat harga suatu produk tidak terlalu mahal?
    dan kalau harganya tidak terlalu mahal berarti tidak perlu transparansi?
    terserah produsen mau menghargai produknya berapa..dan anda tidak bisa menuduhnya melakukan penipuan hanya karena harganya mahal.
    kalaupun dirasa mahal (dirasa => subjektif), ya nanti juga tidak akan laku.
    produsen akan kembali berpikir..entah dengan menurunkan harganya, meningkatkan kualitasnya ataupun yg lainnya..
    eh, ini mekanisme pasar ya?
    terus overhead itu apa?
    apakah overhead = harga yg musti dibayar konsumen untuk membeli suatu produk?
    ah..nanti diprotes lagi..kesimpulan yg salah dari premis yg ada.
    ===

    yang muter2 itu firesquid. silakan tanya ke beliau

    >> saya merasa justru anda yg muter2..
    merasa..ah..subjektif lagi..
    ===

    hehehe, perhatikan dulu konteks dimana saya menjawabnya . pertama transparansi gak dibutuhkan di term life, mekanisme pasar akan memastikan harganya gak terlalu mahal (see above). kedua, apakah dengan tingkat ‘transparansi’ yang ada sekarang di UL, mayoritas nasabah mengerti apa yang dia beli? kan ngga .

    >> harga yg tidak mahal tidak dapat membuat transparansi tidak lagi dibutuhkan.
    transparansi dibutuhkan untuk melindungi produsen maupun konsumen jika terjadi klaim atas produk tsb.
    kalau sudah transparan tapi belum mengerti juga..ya jangan salahkan produsen ataupun produknya.
    hmm..nanti muter lagi deh tentang sudah kecurian tapi masih disalahkan..
    ===

    rasanya saya sudah cukup bijak di sini. kalau ‘menggiring opini massa’ artinya lebih banyak orang yang lebih teliti dalam membeli asuransi, maka boleh lah anda bilang saya ‘menggiring opini massa’

    >> masalahnya anda sudah mendiskreditkan suatu produk.
    kalau anda hanya memaparkan produk secara mendetil tanpa ada tendensi apapun..itu bisa diterima dan anda oleh karenanya sudah memberikan suatu pencerahan kepada orang lain tanpa perlu lagi dibuat lebih bingung oleh penilaian pribadi anda.
    ===

    belum ada harga mati. kalau anda tahu informasi UL yang overheadnya masih bisa bersaing dengan BTAID, silakan email saya ilustrasi/polis-nya. kalau memang begitu, saya akan dengan senang hati mempublikasikannya. saya tunggu email dari anda .

    >> yg anda permasalahkan dari unitlink itu sebenarnya apa?
    harga (overhead?) yg mahal?
    tidak transparan?
    menipu dengan ilusi?
    nasabah yg tidak sadar terhadap apa yg dia keluarkan?
    atau…jangan2..sudah sifat anda yg…ah, nanti dituduh ad hominem attack..
    ===

    who moved my cheese?
    don’t know..
    but i see the glass is moving around the corner and spilling out it’s content..
    yet it still thinks itself full.

  163. selaku konsumen, saya dukung yg membela kepentingan konsumen yg benar dengan benar..
    dan saya selalu berusaha melihat dengan benar..

  164. you are using ad hominem attack. and this is not your first time to do soâ„¢

    Gak pernah terlintas sama sekali. Hanya saya sering merasa anda adalah orang yang tidak bisa di kritik. Tulisan anda sering blunder, dan kalau ada yg kritik anda seringkali terlihat sangat defensif dengan tulisan tulisan baru yang bias.

    anda mengalihkan pembicaraan. yang masalah di sini bukan mahal atau murahnya. tapi apa nasabah menyadari biaya yang harus dia keluarkan.

    Ini salah satu komentar blunder. Kenapa anda harus tau dapur produk mereka? Berapa mereka bayar manager investasi berapa mereka ambil untung dan lain lain. Kenapa anda harus repot2? Toh di unit link tidak ada paksaan, dan bukan sesuatu yang sifat nya urgent dan emergency seperti rumah sakit misalnya, atau lembaga sosial lain nya.

    Tidak ada kewajiban bagi mereka untuk menjelaskan mau diapakan uangnya. Kewajiban mereka adalah pada saat jatuh tempo mereka harus bayar. Itu saja. Tulisan anda sangat tendensius dan mengarah pada suatu tendensi seolah olah mereka menipu. Seolah olah yang membeli produk mereka adalah orang bodoh.

    Mungkin ada gak percaya tulisan anda tendensius. Tapi bagi banyak orang iyah. Dan itu adalah bentuk dari propaganda.

    Terserah anda mau ngomong apa pri, susah kalau pribadi anda begitu defensif dan merasa pintar sendiri. Sudah berkali2 saya berdebat dengan anda. dan anda biaskan. Ingat dulu anda maki2 dan ngomel2 tentang fiskal? kenapa kita bayar fiskal. Ingat apa tulisan anda? ya terang aja anda gak tau anda bayar pajak aja ngga!

    Lalu tentang forex yang sudut pandang anda sama sekali salah! gak ngaku? orang2 mungkin hanya capek berdebat dengan anda yang mau menang sendiri. Anda tidak pernah survey kok saya tahu persis.

    Lalu soal obat generik. saya juga komentarin anda, Memang saat itu saya ketawain anda karena tulisan anda amat sangat ngaco! sampai akhir nya anda tulis kecil2 “Point well taken” hehehhe

    Dan sekarang mengenai unit link juga percaya deh sama saja. Mungkin kalau anda mau terbuka saya bersedia kok berbicara 1-2 jam, dengan anda sekedar ngasih tau anda sering kali tulisan anda kacangan! dan saya akan kasih tau letak kesalahan nya.

    Apa saya salah juga? kalau saya tulis begitu? Ah sudah lah itu perkara anda sendiri. Dan ini menurut saya dan beberapa teman. Anda mau terima silahkan, anda mau mati2an bersikap defensif juga silahkan. Saya ga akan ganggu anda di blok ini lagi. Sorry sudah gatel berkomentar… Cheers pri

  165. #225
    thanks…
    point well taken..

    hope all the readers here know what kind of person the writer is..
    not to judge..but to understand the reason..

    you are what you say..- in this case, what you write -..

    ===

    hey..take and clean up that glass..
    i need it to drink fresh cool water..

  166. #225
    hehe.. saya juga pernah debat sama sang pemilik blog. memang begitu orangnya ^^ .. tapi untuk kasus ilusi finansial ini, beliau ada benarnya. sama sekali tidak kacangan:d
    ini serius. karena menyangkut masalah pandangan masyarakat terhadap produk finansial..

  167. #223:

    yg nutup mata dan pura2 bego itu siapa ya? yg jelas saya dapat melihat fakta bahwa unitlink itu adalah suatu produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi dan komponen2nya tidak dapat dipisahkan; dilihat dari profit, unitlink jelas akan kalah dibandingkan dengan reksadana meskipun dengan tingkat return yg sama.

    anda mengimplikasikan saya harus pura2 gak tahu dan menghitung UL secara blackbox. kedua. saya gak membandingkan masalah return-nya, tapi biaya yang harus ditanggung nasabah.

    dan anda tidak bisa menuduhnya melakukan penipuan hanya karena harganya mahal. kalaupun dirasa mahal (dirasa => subjektif), ya nanti juga tidak akan laku.

    kapan saya nuduh ‘melakukan penipuan hanya karena harganya mahal’? :P coba anda baca sekali lagi dengan lebih hati2 :)

    kalau sudah transparan tapi belum mengerti juga..ya jangan salahkan produsen ataupun produknya.

    the problem is that it is not transparent enough. boleh disurvey sendiri berapa banyak sih nasabah yang ngerti isi ilustrasi + keterangan yang disampaikan oleh agennya.

  168. Kurang kerjaan saya di hari ini adalah membacai komen yang pro dan kontra.

    Sebagai mantan nasabah Unit Link, saya merasa tercerahkan dengan artikel Priyadi. Terlepas dari ada yang bilang:

    Asal anda tahu saja tulisan anda yang satu ini tidak ada nilai nya.

    Saya mengambil UL karena agennya memang gigih sekali dan juga baru berfikir pentingnya asuransi namun belum tahu mau ambil yang seperti apa.

    Datanglah 3 orang “Financial Advisor” dari perusahaan asuransi yang merupakan gabungan perush. asuransi terbesar kedua di dunia dan bank terbesar di Indonesia. Sebut aja X. Beberapa kali mereka memprospek saya dan rekan-rekan lainnya, mereka hanya mengulang-ngulang tentang proyeksi pertumbuhan sampai tahun 99 dan bahwa kita akan mendapatkan Up sekian dan sekian. Dana kita saat tahun ke-5, ke-10, dst. Mereka juga menyampaikan tentang:

    Jika polis ditutup sebelum waktunya, investasi tidak akan maksimal.

    Disinggung juga adanya biaya-biaya (tadinya saya mengira itu biaya asuransi karena dikatakan seperti itu oleh si FA), ternyata bukan (akhirnya saya tahu namanya adalah biaya akuisisi dari Priyadi).

    Setelah saya baca-baca polisnya dengan seksama, ada beberapa poin yang perlu di-cam-kan oleh calon nasabah/nasabah seperti saya:

    1. Nilai yang diproyeksikan adalah asumsi saja (biasanya 10% atau 14%). Nah kalau dalam kenyataannya kurang dari itu, maka nilai investasi kita bisa dan PASTI akan berkurang.

    2. Investasi yang kita punya TIDAK DIJAMIN. Semua angka adalah ILUSTRASI BELAKA. Makin besar gain yang kita harapkan makin besar pula resikonya.

    3. Sang FA tidak lebih pandai/tahu dalam menjelaskan masalah financial daripada Priyadi (atau Independent Financial Planner). Atau mereka berlagak tidak tahu? Atau Syndrome “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair.

    Ada 3 FA dari X ini dari cabang yang berbeda yang mengatakan bahwa modalnya dijamin (verbal).
    Saat saya tanya, “Ada kemungkinan modalnya berkurang?”.
    Dijawab, “Tidak ada Pak. Kita menjamin minimal 14%, tapi kenyataannya bahkan sampai 30%.”

    Saya: “Kalau memang dijamin modalnya, kenapa gak semua orang masuk ke situ saja? Daripada deposito yang bunganya

  169. #225:

    Gak pernah terlintas sama sekali. Hanya saya sering merasa anda adalah orang yang tidak bisa di kritik. Tulisan anda sering blunder, dan kalau ada yg kritik anda seringkali terlihat sangat defensif dengan tulisan tulisan baru yang bias.

    gak pernah terlintas sama sekali bukan berarti anda tak melakukannya. dan anda baru saja (lagi-lagi) melakukan hobi anda membahas pribadi saya ketimbang topik yang sedang dibahas.

    Ini salah satu komentar blunder. Kenapa anda harus tau dapur produk mereka? Berapa mereka bayar manager investasi berapa mereka ambil untung dan lain lain. Kenapa anda harus repot2? Toh di unit link tidak ada paksaan, dan bukan sesuatu yang sifat nya urgent dan emergency seperti rumah sakit misalnya, atau lembaga sosial lain nya.

    anda cuma mengalihkan pembicaraan (lagi-lagi). seandainya satu produk UL dapat dengan mudah dibandingkan dengan produk UL lain saya memang gak perlu repot2 mencari tahu. kenyataannya tidak begitu. dan setelah tahu caranya bagaimana mereka ‘melakukannya’ apa saya harus tutup mata dan pura2 gak tahu? gak kan.

    Lalu soal obat generik. saya juga komentarin anda, Memang saat itu saya ketawain anda karena tulisan anda amat sangat ngaco! sampai akhir nya anda tulis kecil2 “Point well taken” hehehhe

    it takes courage to admit your mistakes. selain itu tulisan saya bukannya ‘amat sangat ngaco’. cuma ada beberapa detail kecil yang salah. tulisan ‘point well taken’ juga sama sekali gak ditulis kecil2 (gak sekecil fine print di ilustrasi UL :P), saya juga modifikasi tulisan saya sesuai dengan informasi baru yang anda berikan.

    hanya saja, menertawai orang karena kesalahannya (yang minor pula) adalah tindakan kekanak2an. menyerang pribadi saya juga kekanak2an. tidak seperti komentar anda di tulisan tersebut, di sini anda sama sekali belum pernah menambahkan sesuatu yang baru yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

    sekarang tinggal niat anda diskusi untuk apa. untuk mengetahui kebenaran tentang sesuatu? atau semata2 untuk mengedepankan agenda pribadi? atau untuk mencari bahan tertawaan dengan cara mencari2 kesalahan orang lain?

    i’m willing to readily admit my mistakes. would you?

    Dan sekarang mengenai unit link juga percaya deh sama saja. Mungkin kalau anda mau terbuka saya bersedia kok berbicara 1-2 jam, dengan anda sekedar ngasih tau anda sering kali tulisan anda kacangan! dan saya akan kasih tau letak kesalahan nya.

    kenapa harus bicara 1-2 jam? kenapa gak ditulis saja di sini bagian mana dari tulisan saya yang salah?

  170. Lanjutan dari #229 yang kepotong……..

    Ada 3 FA dari X ini dari cabang yang berbeda yang mengatakan bahwa modalnya dijamin (verbal).
    Saat saya tanya, “Ada kemungkinan modalnya berkurang?”.
    Dijawab, “Tidak ada Pak. Kita menjamin minimal 14%, tapi kenyataannya bahkan sampai 30%.”

    Saya: “Kalau memang dijamin modalnya, kenapa gak semua orang masuk ke situ saja? Daripada deposito yang bunganya di bawah 10%?”

    Dia: “Syaratnya 1 tahun tidak boleh dicairkan?”

    Saya: “Deposito yg 12 bulan juga 1 tahun tidak bisa dicairkan. Bunganya tidak sebesar itu.”

    Dia: “Makanya ambil saja. Lebih bagus daripada deposito dapat asuransi pula.”

    Dan ini disampaikai oleh 3 agen berbeda yang kantornya juga beda (masih dari perush. X). Sayang tidak saya rekam.

    Setelah saya lihat ilustrasinya ternyata tidak ada jaminan apa-apa. Pertama kali kita setor saja, uang kita langsung berkurang 7.3% (2.3% untuk asuransi dan 5% untuk biaya pembelian unit). Dalam ilustrasi, kebetulan dibuat dari bulan Juli 2007 sampai November 2007. Di situ terlihat dana di 16 Agustus sempat tinggal 82% saja (ilang 18% saat index). Memang akhirnya bisa gain 12% di bulan November, tapi semua reksadana juga sudah gain tinggi saat itu. Tapi gak ada jaminan 2008 akan seperti 2007 bukan?

    Apa ini salah agennya? 3 agen dari kantor cabang yang berbeda menyampaikan hal yang sama? Aneh….

    Saya cuma menceritakan pengalaman pribadi. Apa adanya saja. Ternyata FA berani memberi jaminan hanya dari histori bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini RDS selalu bagus. Tapi dalam polis/prospektus, semuanya disebutkan jelas: “TIDAK ADA JAMINAN INVESTASI.”

  171. Nah kan.. ada nasabah (Bung Rachmat) yang komplain langsung tuh :p .. tidak ada jaminan investasi, tapi agen bilangnya dijamin..
    Tapi yang menjadi intinya, bukan jamin menjamin returnnya, melainkan transparansi dari produk UL..kasihan para nasabah. asuransi (yang sudah dinaikkan harganya dibanding asuransi biasa) berkedok investasi.. $-)

  172. #199

    sekali lagi anda gak perlu posting seluruh argumen anda di seluruh posting saya tentang asuransi :). nominal 150 juta yang disetorkan sekaligus (lump sum) gak bisa dibandingkan secara langsung dengan setoran periodik dengan jumlah total yang sama. karena ada yang namanya time value of money.

    Kalau memang setoran Lump Sum gak bisa dibandingkan secara langsung dengan setoran periodik, silahkan saja beli Unit Link dengan cara setoran single premium. Anggap saja beli mobil cash, tanpa cicilan….

    walah. rumah tetap aset dong, walaupun depreciating asset. sedangkan investasi dan properti tanah itu appreciating asset. tapi keduanya tetap aset: kita bisa jual untuk mendapatkan uang, walaupun untuk depreciating asset nilainya akan di bawah pada saat kita mendapatkan aset tersebut.

    kalau asuransi? porsi asuransi jiwa yang ada di UL itu bukan aset. kita gak bisa jual kembali untuk mendapatkan sebagian uang yang telah kita bayarkan. mengalihkan pertanggungan ke orang lain saja gak bisa kok. yang aset itu ya cuma porsi investasinya.

    Mungkin Mas Priyadi bisa bantu jelaskan kepada saya, gimana cara jual properti. Hanya jual bangunan rumah doank, tanpa jual tanah…

    Misalnya Mas Priyadi punya rumah pribadi yg lengkap (rumah + tanah). Apakah Mas Priyadi tidak perlu mengeluarkan pengeluaran untuk rumah (manfaat proteksi untuk penghuninya) . Misalnya biaya listrik, biaya air, biaya telp, biaya renovasi, biaya ngecat baru tiap lebaran, biaya ganti furniture, dll.

    Sama juga dengan Unit Link. Untuk porsi proteksi, tentu juga ada yg namanya biaya pengalihan resiko, biaya akuisisi, biaya administrasi.

    Baik rumah maupun unit link, sama-sama mengeluarkan biaya untuk manfaat proteksinya. Baik rumah maupun unit link juga tidak bisa dipisahkan manfaat proteksi dan investasi. Setidaknya saya masih ga tau gimana cara jual bangunan rumah doank, tanpa jual tanah. Mungkin nanti ada jasa pemindahan bangunan rumah.

    Semoga penjelasan kali ini bisa menjawab kebingungan analogi rumah thd unit link.

    anda yakin biaya asuransi pada UL itu 100% digunakan untuk membayar klaim? kecuali anda ambil asuransi jiwa syariah, dalam kondisi normal (gak ada epidemi, bencana alam dll dsb), dapat dipastikan claim rate pasti di bawah 100%. selisihnya ini digunakan untuk hal2 seperti mitigasi resiko regresi, penambahan kapital, atau bahkan profit untuk perusahaan.

    Well, peraturan pemerintah ttg Unit Link harus mencantumkan rincian biaya pengalihan resiko (biaya asuransi) pada unit link. Biasanya biaya ini sudah ditentukan dari perusahaan re-auransi (perusahaan pooling resiko).
    Jika ada produk unit link yg melakukan mark-up pada biaya tsb, nanti kita protes bersama. :D

    di term life, overhead ini akan ditekan sekecil mungkin oleh mekanisme pasar. yang mark up terlalu besar akan langsung ketahuan.

    Cara mengetahuinya gimana? Apa tolok ukurnya?
    Apakah Mas Priyadi dikasih tau berapa biaya asuransi Term Life sebenarnya pada suatu produk Term Life? Atau pernyataan ini hanya sekidar opini pribadi atau pendapat subjektif doank.

    Oke, seandainya Mas Priyadi mendapatkan bocoran mengenai biaya asuransi dari orang underwriting, selanjutnya Mas Priyadi harus membandingkan perusahaan re-asuransi yg dipakai perusahaan asuransi. Beda re-as beda pula tarif, dan berbeda pula klausul nya.

    Dan setelah mempelajari perusahaan re-asuransi tersebut, kembali lagi ke perusahaan yg menjual produk. Gimana dengan proses klaim nya. Kalau saya di unit link prudential, sudah dibantu oleh agen saya.

    Kalau Mas Priyadi memang orang yg suka repot, silahkan membedah asuransi jiwa sampai puas…

  173. #208

    bisa dipisahkan atau tidak bisa dipisahkan ini cuma rintangan artifisial. sebenarnya bukan tidak mungkin dipisahkan tapi yang jualan aja yang gak mau jualan terpisah.

    Silahkan Mas Priyadi pisahkan properti rumah, antara bangunan dengan tanah :D.
    Bukan masalah tidak mau dipisahkan, tapi memang tidak bisa terpisah. Kalau mau dipaksakan pisah, ya beli apartemen + tanah terpisah. Tapi itu kan sudah bukan beli rumah lagi donk.

    kalau mau membandingkan premi asuransi term vs porsi investasi di UL, caranya adalah dengan membandingkan besar pos biaya asuransi + biaya administrasi + biaya akuisisi di UL dengan pos biaya premi asuransi + biaya administrasi (jika ada). yang susah di sini cuma biaya akuisisi di UL, karena biasanya dibayar lump sum, dan tidak periodik.

    Pertama…Unit Link adalah whole life + investasi. Berapa kali saya harus bilang ya…Kalau tidak percaya, tanyakan saja sama dewan AAJI deh.

    Kedua…produk Term Life tidak merincikan dengan jelas biaya asuransinya dan berbagai biaya mark up lainnya. Yg ada hanya premi tambahan untuk rider dan biaya administrasi.

    Ketiga…produk Unit Link sudah sangat transparant mengenai semua biaya, dari biaya akuisisi sampai biaya zakat (sudah a-z). Walaupun sebagian biaya tsb dinyatakan dalam bentuk persen. Jika ada yg gak ngerti ttg persenan tsb, sudah kewajiban agennya untuk menjelaskan jika ditanyakan sama nasabah.

    perbandingan saya sebelumnya adalah agen asuransi vs independent financial advisor. jelas di sini ‘orang luar’ tersebut menguasai objeknya :). argumen saya sebelumnya adalah “sebagian besar IFA tidak merekomendasikan UL, tapi sebagian besar agen asuransi merekomendasikan UL/WL. tanya kenapa?”.

    Pertama…ada Financial Advisor Independent dan ada juga Finansial Advisor yg berafiliasi dgn perusahaan tertentu. Banyak agen asuransi yg mengaku Finansial Advisor, tapi sebenarnya tidak mengerti ttg keuangan. Ini yg harus dicermati.
    Finansial Advisor Independent memiliki kode etik dalam menjalankan profesinya. Dia tidak merekomendasikan atau ber-afiliasi dengan perusahaan tertentu. Jika dia menyarankan Term Life + Investasi terpisah, itu adalah solusi termudah bagi FA tsb, bukan bagi nasabah. FAI ini mendapatkan penghasilan dari jasa konsultasi, tarifnya cukup mahal. Jika terjadi sesuatu dengan asuransi dan investasi yg dipilih nasabah, itu diluar tanggung jawab moral si Advisor.

    Kedua…Finansial Advisor Ter-afiliasi, tidak mengenakan tarif untuk konsultasi. Client hanya perlu ambil produk dari dia, dan perusahaan afiliasi tsb yg akan membayar FA tsb seumur hidup. Kelebihan FA Ter-afiliasi daripada yg independent, selain menawarkan jasa konsultasi keuangan, dia juga akan membantu nasabah melakukan klaim dan urusan administrasi lainnya.

    Ketiga…jika mengikuti saran dari pengamat finansial dan asuransi, misalnya Mas Priyadi, pengamat ini cenderung tidak mengetahui detail dan update dari suatu produk. Akibat informasi yg kurang, bisa menyesatkan org yg minta saran. Dengan kata lain, lebih baik bayar jasa Finansial Advisor Independent atau beli produk dari Finansial Advisor Ter-afiliasi.

    betul. kepentingan saya di sini hanya saya selaku konsumen. saya gak jualan apapun, gak jualan WL, UL, endowment, term, reksadana, etc. posisi saya cuma sebagai konsumen produk2 tersebut. saya gak rugi dan gak untung sama sekali seandainya orang2 lebih menyukai produk tertentu gara2 baca tulisan saya.

    Pantas aja tulisan Mas Priyadi ttg asuransi banyak kurangnya. Cuma asalan ditulis tapi disajikan dalam bentuk yg menarik. Bagi pembaca yg awam asuransi dan investasi, biasanya langsung setuju.

    Kalau Mas Priyadi mau tanya dimana salahnya…nanti saya bisa menunjukkan beberapa point yg benarnya doank. Kalau tunjukkan salahnya terlalu panjang :D

  174. #211 To Bapak hutanlebat
    Silahkan baca ulang postingan #197 yg saya tulis. Di sana saya ada jelaskan mengenai premi Term Life dan Whole Life. Besaran biaya asuransi yg berbeda tergantung pada 2 faktor utama :
    – jenis asuransi (term/whole)
    – tarif dari perusahaan re-asuransi (yg pooling resiko sebenarnya)

    Anda boleh coba survey biaya asuransi pada produk Unit Link dan coba dibandingkan dengan premi Term Life dari perusahaan yg sama.

    Ingat dari sudut pandang nasabah, BIAYA PREMI BULANAN di UNITLINK tidak sama dengan biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi. Sedangkan kalo di TERMLIFE, PREMI BULANAN/TAHUNAN adalah benar2 biaya yang harus kita bayarkan untuk mendapatkan proteksi.

    Nah…jika Anda sudah sampai di point ini, coba kembali lagi ke pengertian produk unit link. Produk unit link adalah produk proteksi + investasi.
    Jika ada 2 manfaat utama dalam 1 produk, jelas harganya juga beda. Dan kedua manfaat ini tidak bisa dipisahkan.
    Sama seperti bangunan + tanah, kalau dianalogikan untuk rumah.

    Jika ingin asuransi doank yg murah tapi proteksi seumur hidup, ambil saja yg produk tradisional jenis Whole Life yg tidak ada pengembalian nilai tunai.

  175. #212 To Bapak hutanlebat

    kalo saya punya pilihan beli mobil pada harga sebenarnya (60 jt) dengan jenis mobil yang sama dan proses belinya yg sama mudahnya dengan yang harga jualnya 150 juta jt (karena ada proses distribusi) saya pasti pilih yang 60 Juta.

    Sayangnya kalau melalui jalur “biasa” tidak ada Pak…
    Setiap mobil yg masuk pasti kena pajak barang mewah dan bea cukai sehingga harga mobil menjadi 2x lipat lebih mahal dari harga sono. Kalau masuk dengan cara yg “tidak biasa” mungkin bisa.

    Maksud saya, daripada Bapak keluar biaya yg 100%++ dari barang tapi tidak jelas gunanya, lebih baik keluar duit yg cuma 15-20% dari harga barang tapi manfaatnya jelas, minimal nambah profit pihak perusahaan.

  176. Bah Jadi Muter2 buset! satu satu ya.

    Sekali lagi saya jelaskan dan saya tekan kan. Saya ini orang yang anti(baca:kalau bisa tidak urusan sama sekali) dengan Asuransi Apalagi UNIT LINK!, Juga forex dan berbagai macam instrument financial yang beredar di Indonesia.

    Taaapiiiiii……..
    Kalau Pri menganggap blog ini atau tulisan beliau adalah sesuatu yang valid, baik itu berita maupun opini atau pun apalah. Pendapat nya sering dirasa sudut pandangnya kurang tepat. (Paling ga buat saya. Saya gak mau berdebat soal ini)

    Soal Unit Link
    Adalah hak mereka untuk menyamarkan biaya apapun sebagai produsen apapun. Tidak ada keharusan bagi mereka untuk menjadi sebuah lembaga yang transparan. Kecuali ketika mereka One Prestasi atau tidak mampu melakukan kewajiban nya! Mereka harus buktikan bahwa mereka tidak menipu. Atau mereka bisa terkena pidana.

    Sebagai konsumen? Wah itu sangat relatif itu hak anda untuk menentukan membeli yang mana. Berapa biaya real cost produsen adalah urusan dan hak prerogatif produsen. Tinggal masalah diterima atau tidak oleh pasar! Kalau diterima ya mereka berhasil Kalau tidak ya mereka gagal. Tidak ada unsur penipuan disini.

    Soal Management Investasi
    Pri investasi di Fortis(misalnya) atau beli reksadana di fortis(misalnya) masih ada resiko, limit resiko dan hedging management untuk memilih reksadana mana yg sebaiknya dipilih untuk mendapatkan keuntungan maksimal.

    Namun produk fortis memang sudah sedimikian di design untuk mereka yang awam pun dapat dengan mudah memilih portofolionya.

    Namun ada kemudahan lain bila bergabung dengan UNIT LINK, apa yang dilakukan banyak orang dengan menganalisa sendiri reksadana nya, digantikan oleh mereka yang mengaku profesional di bidangnya (Saya tidak mau tau saat ini apakah pengakuan mereka benar atau tidak. paling tidak itu yang mereka claim!) dan mereka mematok biaya tertentu untuk ini.

    Diluar seluruh komponen biaya mereka punya faktor lain yang cukup fundamental dalam menentukan harga akhir yaitu keuntungan mereka sendiri. Jadi ada dua faktor disini yang benar2 hak mereka. hak prerogatif mereka. Tidak bisa di ganggu gugat oleh siapapun dan tidak bisa di protes oleh siapapun.

    Janggal rasanya mempermasalahkan hal ini. Malah saya bilang lucu kalau hal ini di permasalahkan. Orang itu hak mereka. Kecuali kalau mereka adalah lembaga sosial dan lain lain.

    Hak anda untuk berkomentar (secara etika, bukan hak asasi!) adalah sebatas kok UL anu mahal ya, di UL ini murah! sudah titik.

    Lalu kalau statement anda adalah misalnya:
    Apa benar mereka benar benar mampu. Apa benar harga segitu wajar kita bayarkan karena dia benar2 mampu?

    Itu sah sah saja. Kalau anda bisik2 bilang, dengar2 di unit link anu manager investasi nya ga punya pengalaman, gila aja dia jual segitu. Itu masih tetap terlihat elegant. Tidak ada masalah!

    Atau kalau anda bilang, wah saya merasa tertipu, beginian doang kok di hargain segitu? di tempat sana malah lebih murah tp lebih baik. Sah pak. Masih enak kedengeran nya.

    Atau anda bilang ah cuma segitu doang yg mereka kerjain, mending gua kerjain sendiri. Boleh! ga ada masalah komentar seperti itu.

    Atau lebih extreme lagi kalau statement anda adalah karena keragu2 an anda mengenai kemampuan mereka mengelola dana investasi, ini juga gak papa.

    Tapi kalau anda mempermasalahkan dapur mereka, faktor yang mereka punya hak penuh mereka sembunyikan. Kan lucu Pri. Kok anda permasalahkan itu? kenapa?

    Sudah saya bilang dari awal ini cuma masalah sudut pandang. Anda selalu punya sudut pandang yang unik. Yang menurut saya lucu sekali! Dan kok saya merasa ini karena rasa skeptis anda! Sudut pandang yang anda paparkan disini menjelaskan sekali kebencian anda tentang masalah ini (oh mungkin anda tidak benci, namun ada tendensi yang nyaris tidak kasat mata dalam kalimat anda kata per kata)

    Terakhir
    Saya debat sama anda sering Pri. Anda selalu defensif. Belakangan saya malas ikutin blog ini karena saya tidak mau ganggu kesenangan anda tentang kebencian2 anda.

    Tapi lama kelamaan saya gatal lagi. Sentilan saya dianggap sebagai serangan secara pribadi(bukan di tulisan yang ini pertama kalinya) bukan kepada tulisan nya. Kadang saya tergelitik untuk terus berdebat (bukan cari menang kalah, hanya coba kritik, anda lihat saya tidak selalu anonym, tidak berusaha mencari keuntungan apapun disini)

    Belakangan saya sudah malas untuk pakai bahasa yang halus.(bukan berarti saya maki2- cuma saya pakai bahasa yang slengean aja) ah malah anda bertambah hebat defensif nya.

    Malah saya sering kasih liat web anda untuk minta pendapat orang2 ternyata jawaban mereka sama yaitu anda menulis terlalu dangkal dan cenderung menyesatkan. Sudut pandang anda sangat tidak masuk akal dalam menyatakan sesuatu.

    Sekali lagi cuma masalah sudut pandang. Benar, anda benar bahwa Unit Link Tidak masuk akal! Bahwa Unit Link adalah produk experimental, bahwa ini hanya gebrakan produsen untuk menjual sesuatu. Hanya marketing cosmetic. Tapi kok alasan pendukung anda selanjutnya menggelikan (Paling tidak bagi saya!)

    kenapa harus bicara 1-2 jam? kenapa gak ditulis saja di sini bagian mana dari tulisan saya yang salah?

    Sudah berkali2 bahkan jauh2 sebelum tulisan ini dibuat saya sudah sering kritik anda, baik secara halus maupun lama2 terkesan menyerang. Anda selalu defensif. Dan mungkin ada kebiasan. Karena memang harus tulis panjang2 biar efisien!

    hanya saja, menertawai orang karena kesalahannya (yang minor pula) adalah tindakan kekanak2an. menyerang pribadi saya juga kekanak2an. tidak seperti komentar anda di tulisan tersebut, di sini anda sama sekali belum pernah menambahkan sesuatu yang baru yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

    Saya tidak mentertawai anda karena kesalahan minor! dan saya lakukan karena saya cape debat dengan anda sebelum2 nya. Obat generik bukan debat anda dan saya yang pertama.

    sekarang tinggal niat anda diskusi untuk apa. untuk mengetahui kebenaran tentang sesuatu? atau semata2 untuk mengedepankan agenda pribadi? atau untuk mencari bahan tertawaan dengan cara mencari2 kesalahan orang lain?

    Anda yang saya lihat selalu berpikiran seperti itu ketika ada yang mengkritik anda. Bukan hanya saya. Kadang kritikan itu pedas kadang halus. Tapi seringkali anda memvonis seperti itu kepada semua orang.

    Niat saya diskusi untuk mempertanyakan kepada anda kok sudut pandang anda pada suatu masalah begitu? kenapa gak begini? seperti orang2 lain? sebel nya ama sesuatu sebenarnya anda dan saya sama. Cuma sudut pandang anda beda!

    i’m willing to readily admit my mistakes. would you?

    Sure….., email saya itu msn saya Pri. Percaya saya ga ada niat mentertawakan anda. Justru saya sering liat anda jadi bahan tertawaan orang. Kalau saya di kantor atau rumah hampir selalu Online. Saya tunggu kalau mau diskusi

  177. #238:

    maaf, saya gak mau lagi melayani debat kusir anda yang menjurus menyerang pribadi. it is tempting though, tapi rasanya gak perlu lagi saya layani. saya balas saja secuil komentar anda yang saya rasa masih berhubungan dengan topik yang dibahas.

    Adalah hak mereka untuk menyamarkan biaya apapun sebagai produsen apapun. Tidak ada keharusan bagi mereka untuk menjadi sebuah lembaga yang transparan. Kecuali ketika mereka One Prestasi atau tidak mampu melakukan kewajiban nya! Mereka harus buktikan bahwa mereka tidak menipu. Atau mereka bisa terkena pidana.

    ini saya gak setuju. di unit link, keputusan alokasi investasi ada pada nasabah. nasabah juga yang nanggung 100% resikonya. perusahaan asuransi sama sekali tidak rugi baik market sedang naik atau sedang turun, mereka tetap untung. dan kalau nilai investasi disunat untuk biaya apapun, termasuk untuk biaya asuransi, nasabah berhak untuk tahu.

    Sebagai konsumen? Wah itu sangat relatif itu hak anda untuk menentukan membeli yang mana. Berapa biaya real cost produsen adalah urusan dan hak prerogatif produsen. Tinggal masalah diterima atau tidak oleh pasar! Kalau diterima ya mereka berhasil Kalau tidak ya mereka gagal. Tidak ada unsur penipuan disini.

    cost produsen adalah hak prerogatif produsen. ini saya setuju 100%. tapi masalahnya bukan ini :). masalahnya adalah: “konsumen sadar gak cost yang harus mereka bayarkan?”

    Namun ada kemudahan lain bila bergabung dengan UNIT LINK, apa yang dilakukan banyak orang dengan menganalisa sendiri reksadana nya, digantikan oleh mereka yang mengaku profesional di bidangnya (Saya tidak mau tau saat ini apakah pengakuan mereka benar atau tidak. paling tidak itu yang mereka claim!) dan mereka mematok biaya tertentu untuk ini.

    sorry, gak ada hal semacam ini di unit link :). praktis posisi perusahaan asuransi di sini cuma perantara. beli wholesale dari manajer investasi, markup, dan jual retail ke nasabahnya.

  178. #217 :

    porsi investasi dalam UL atau reksadana juga aset, yang ini nilainya naik setiap tahun.

    kebutuhan untuk memaintain asuransi dengan UP Rp sekian adalah liabilitas karena kita harus mengeluarkan premi untuk itu.

    Kalau ada suatu produk yg punya 2 manfaat, dimana kondisi aset > liabilitas, berarti Asuransi Unit Link = aset :)

    Dengan kata lain, unit link membawa terobosan baru di dunia perisdustrian asuransi, dimana asuransi bukan lagi liabilitas tapi salah satu aset.

    Saya rasa kita bisa lanjutkan pembicaraan dengan tidak memisahkan asuransi dan investasi dari produk Unit Link. Atau Mas Priyadi ingin membuat perusahaan baru yg menjual Unit Link, dimana asuransi dan investasi bisa dibeli terpisah.

    rasanya saya sudah cukup bijak di sini. kalau ‘menggiring opini massa’ artinya lebih banyak orang yang lebih teliti dalam membeli asuransi, maka boleh lah anda bilang saya ‘menggiring opini massa’

    Bagaimana kalau opini yg terbentuk itu adalah suatu sugesti destruktif karena informasi yg keliru tsb disajikan dalam bentuk yg menarik.

    Misalnya saja kalau ada aliran kepercayaan yg memaparkan sisi negatif dan kesengsaraan dalam hidup di dunia. Lalu pengikut kepercayaan tsb secara tidak sadar tersugesti untuk mengahiri hidupnya, agar terlepas dari kesengsaraan hidup di dunia ini dan bisa segera mencoba kehidupan di dunia lain. Menurut Anda pengikut tsb teliti dalam memilih jalan hidup??

    Dan yang Mas Priyadi lakukan kurang lebih mirip seperti aliran kepercayaan tsb. Yang Anda lakukan hanya fokus pada kekurangan doank dan mengarahkan pendapat pembaca hanya pada sugesti “kurang menguntungkan”.

  179. Mas priyadi…maaf mas postingan-nya saya link,tanpa minta ijin (nuwun sewu)dulu.abis bagus dan informatif.makasi mas,udah mampir ke “gubuk” saya.btw blog mas saya taruh di blogroll saya juga ya,mas.thx

  180. #232 to dimasu :

    Nah kan.. ada nasabah (Bung Rachmat) yang komplain langsung tuh :p .. tidak ada jaminan investasi, tapi agen bilangnya dijamin..

    Dari pengalaman pribadi Mas Rachmat tsb…yang jadi masalah bukan produknya, tapi agen-nya. Saya sendiri juga tidak paham gimana cara seorang “Financial Advisor” menjamin investasi.

    Tapi yang menjadi intinya, bukan jamin menjamin returnnya, melainkan transparansi dari produk UL..

    Apanya yg kurang transparant, coba tunjukkan ilustrasi proposalnya. Akan saya coba pelajari dan bantu jelaskan kalau agennya tidak bisa menjelaskan.

  181. Om Pri,
    Thanks to you saya sudah tidak ikut lagi program2 “asuransi plus” spt unit-link. Skrg saya lebih memilih utk ikut asuransi murni, sedangkan utk investasi saya pilih reksadana.
    Setiap saya ditanya oleh agen asuransi “knp kok unit linknya dihentikan?”, saya bilang “Utk mempersingkat waktu, baca deh di priyadi.net”.. 8-)

    Mudah2an ini yg anda maksud “change one person at a time”. Dan “jihad” anda utk meluruskan kesalahpahaman orang2 ttg unit link ini saya nilai sudah sgt mencukupi.

    Kenapa masih melayani argumen2 yg sebenarnya basi?

  182. Dari awal kalo bicara asuransi, lebih banyak yang rugi drpd yg untung, orang yg klaim lbh dikit dibanding yg nggak. Namanya juga bisnis resiko.

    Mungkin ntar jg klo dah lama, orang2 dah pada ngerti, dah susah jual UL lagi, biaya2nya bkal lbih transparan. Kasih info bea bundling X rupiah misalnya pa gimana kek, namanya jg jualan. Susah laku ya alih strategi.

    Klo ada yg jual bundling, info variabel penyusunnya emg biasanya dr pihak ketiga kok. Bundling Handphone pa yg lain sama aja kyaknya.

    Ya paling nggak Pri bisa jadi salah satu pihak ke 3 yg ngasi info, jadi lebih enak itung2nya.

    Mo tetap ambil UL pa nggak, ya terserah aja. Masalah sudut pandang, ya tiap sudut pandang adalah info baru, gitu aja kok repot. Ndak masalah.

    Ayo Pri ganti topik, dah ga ada info baru kyaknya, ga ada sudut pandang baru. Malah muter2 ga ada habisnya ntar…

  183. @235

    Jadi kesimpulannya Anda setuju toh bahwa asuransi di unit link (PAA+) bukan whole life. Kita telaah satu persatu Mas Firesquid, jangan lompat2 ke analogi lain lagi.

    Diskusi yang sedang kita bahas disini kan adalah karena Anda berkata bahwa proteksi asuransi jiwa di PAA+ adalah whole life Anda. Anda yakin karena itu adalah kata “koki” Anda. Padahal kata “koki” saya dan juga saya pelajari, bawah itu adalah term life (padahal “koki” saya juga dari perusahaan yang sama dengan “koki” Anda loh). So, mari kita bicarakan dengan logika.

    Kalau Whole Life, kita setor misalnya hanya 10 tahun namun setelah tahun kesepuluh sudah tidak perlu setor lagi dan dapat proteksi sampai usia 99 tahun. Saya sebagai nasabah sudah tidak ada kewajiban lagi dalam hal keuangan terhadap perusahaan asuransi.

    Kalau Unit Link (PAA+), saya sudah 10 tahun setor, lalu saya berhenti setor lagi dan juga saat bersamaan saya ambil uang saya (investasi saya) yang mesti disisasin sejuta spy ga tutup polisnya, 2 tahun lagi masih yakin tuh proteksinya masih jalan ? Ya tidak kan. Makanya ini bukan whole life.

  184. @firesquid menegani mobil.

    Sekali lagi artinya Anda juga setuju toh sama saya. Karena beli mobil dengan harga modalnya langsung dari Jepang ga bisa makanya semua orang di Indonesia rela beli dengan harga yang sudah 2 kali lipat lebih mahal.

    Tapi intinya, KALAU ADA SOLUSINYA……
    Anda juga pasti mau dong beli murah padahal dapat mobil yang sama….

    Yah belum tentu juga sih kalau saya pilih yang murah kalau misalnya ternyata kenaikan 100% nya itu masuk kantong saya…..:d
    malah kalau begitu saya akan teriak dan protes dengan argumen yang muter2 suapaya orang2 pada ga tahu dan bingung bahwa sebenarnya buat mereka MEMANG lebih murah beli di harga modal.

    Tapi ngomongin analogi mobil, yah ngga relevan dong mas. Masa beli mobil di bandingin sama beli asuransi. kalau yang bener yah beli asuransi unit link dibandingin sama beli term life dan reksadana terpisah dengan manfaat (jenis mobil) yang sama.

    Kalau bandingin mobil sama asuransi yang harusnya orang tersebut (yang memang ternyata butuh asuransi) mendahulukan beli asuransi daripada mobil (apalagi cuma buat gaya).

    Tapi mau dibilang butuh asuransi tapi kalau dibandinginnya mesti buat beli makan buat keluarga (mark up di makanan misalnya 120% dan tdk ada pilihan) yang kalo ngga tetep nekat bayar asuransi yang mark up nya menurut Anda hanya 10% dalam 10 tahun malah jadi ga bisa makan 30 hari gmn ? (analogi yang salah toh)

  185. oh ngga. real world scenario: dengan asumsi perkembangan investasi yang sama persis (17%), dengan memisahkan investasi dan ‘koran’, balik modal akan terjadi rata2 pada tahun ke-2 atau ke-3. tapi kalau beli ‘koran B’, rata2 baru akan balik modal pada tahun ke-7 atau ke-8. perkembangan investasinya sama persis lho ya.

    lha kok jadi A vs B, yg dimaksud head to head di atas antara koranlink vs koranlink
    katanya mau meningkatkan kompetisi koranlink, tapi karena anda bilang impossible ya liat aja return paling tinggi
    data2 history 30 hari, 1 tahun terakhir kan ada, reliability perusahaan bisa dikira2 beberapa tahun kedepan akan tetap konstan atau naik turun, pinter2nya milih lah

    theorytically hitung2an yg anda tulis benar, tapi realnya semua tergantung pinter2nya manager investasi, dan biasanya yg ‘pinter’ itu dapet duitnya gede :p
    bukan ga mungkin reksadana tanpa koran vs koranlink masih lebih besar return koranlink, semua balik ke manager investasi yg bermain dengan uang investasi

    sebabnya ya karena gak susah membandingkan satu reksadana dengan yang lain. tapi gak mungkin membandingkan satu UL dengan UL yang lain.

    yg ga kompetitif apanya sih? berbanding apa?
    kalau ga mungkin berarti u already did the impossible thing, selamat :)

    hehehe, bukan masalah lebih menguntungkan atau tidaknya. tapi masalah apakah calon konsumen menerima informasi yang cukup atau tidak :).

    ini kan tergantung seberapa konsumen butuh informasi, kalau butuh lebih kan bisa dicari

    walahh, this analogy is a bit of stretch :). jangan samakan expertise bikin komputer notebook dengan UL :). gak semua orang punya kapasitas untuk bikin komputer notebook, tapi semua orang bisa beli ‘koran’ dan investasi secara terpisah.

    lha kok jadi notebook, situ sendiri yg nulis analogi awal komputer built up HP, gampang kan ngerakit pc (buat yg tahu)

    analogi yang lebih cocok: calo tiket kereta api. kalau misalnya ada calon penumpang datang ke gambir untuk ke bandung, tapi dia gak tahu letak loket tiketnya. lalu ada calo yang nawarin tiket “saya jual tiket dengan harga resmi ke bandung Rp 100 ribu”, karena percaya dia beli saja. lalu setelah di kereta dia tahu dari penumpang sebelah kalau harga resminya cuma Rp 50 ribu. boleh saja kalau si calo bilang “saya memberi nilai tambah sehingga anda gak perlu ngantri”, tapi tetap saja si penumpang pasti kesal karena merasa dikadali karena dia gak butuh layanan tanpa antri, dia bisa antri sendiri.

    seriously itu orang bodo, mau naik kereta tapi ga tau loketnya dimana
    bedakan sama orang yg memang niat beli ke calo, beli 100rb jg ga masalah lha wong males ngantri

    kalau calo diatas bilang itu harga tiket resmi itu ‘orang’ calonya ga bener (bukan profesi calonya), tapi namanya calo, ditiket yg tertulis harganya juga tinggal dia ngasih harga sesuka dia, yg mau beli silakan yg ga mau silakan antri

    intinya point of view orang mau menyalahkan dunia atau menyalahkan diri sendiri kalau sesuatu itu terjadi memang karena kebodohannya

    sama saja dengan UL. kebanyakan nasabah ikutan bukan karena sadar membutuhkan dan mencari nilai tambah pemaketan layanan 2-in-1-nya, tapi karena tidak tahu bagaimana beli ‘koran’ dan/atau investasi. nilai jual UL ini ya berada pada ketidaktahuan nasabah dan calon nasabahnya.

    lagi2 pakai kata kebanyakan, selama itu masih bentuk asumsi pribadi bukan fakta/data yg jelas akan selalu debatable
    yg pasti kalau mau pakai analogi calo, rasanya akan lebih banyak yg beli ke calo karena males ngantri dibanding yg ga tau lokasi loketnya

  186. btw sekedar disclaimer
    saya bukan agen unitlink bukan pula nasabah unitlink
    soal investasi mungkin saya ada di’kasta’ tertinggi alias ga pakai makelar apapun buat mengelola dana saya
    ini yg bikin point of view saya melihat jenis2 lain di’bawah’ tidak berbeda jauh
    jadi saya bisa memaklumi dunia bisnis dari masing2 mereka

    tapi kalau disuruh between the two saya akan ambil terpisah ;)

  187. jangan ngaduin agen dengan nasabah :). masalahnya bukan antara agen dan nasabah. agen biasanya hanya mengikuti SOP yang telah diberikan perusahaan. saya bisa bilang hampir semua agen itu jujur dan gak punya niat jelek sama sekali. masalahnya itu di perusahaan asuransinya, bukan agen.

    Hehe masalahnya karena agen itu perwakilan perusahaan, otomatis yang ketemu nasabah kan agen. Yg punya perusahaan kan cuma ongkang-ongkang kaki :) Tapi perusahaan asuransi membuat produk unitlink karena memang ada pasar akan produk asuransi yang dananya bisa diambil. Dan masalah dana yang bisa diambil ini memang sedikit ‘ngakali’ dengan dipadukan dengan investasi. Tetapi at least ini menjawab kebutuhan pasar. Bahkan membuat produk asuransi bukan unitlink menjadi tidak menarik lagi.

    Kalau memang tujuannya untuk investasi dengan manfaat asuransi yang minimal, saya setuju dengan cara anda. Kalo tujuannya untuk proteksi, term life saja mungkin tidak cukup.

  188. #248:

    lagi2 pakai kata kebanyakan, selama itu masih bentuk asumsi pribadi bukan fakta/data yg jelas akan selalu debatable

    kuantifikasi saya memang sama sekali gak scientific. tapi saya bisa bicara sesuai hasil observasi berdasarkan pengalaman saya berinteraksi dengan cukup banyak calon nasabah, nasabah dan eks-nasabah UL (sekitar 40-50-an). kebanyakan orang2 ini ikut UL karena di antaranya terkesima dengan proyeksi return investasi dan tidak mengerti hidden costnya. tidak ada yang ikutan UL dan sadar membayar overhead Rp 24 juta (misalnya) untuk manfaat yang benar2 khusus hanya ada di UL. memang bisa dibilang bias, no problem. tapi bukan berarti di luar sana gak ada masalah sama sekali :)

    daripada cape2 berdebat soal analogi yang gak pernah 100% akurat, lebih baik kita cari gimana caranya menuntaskan masalah ini. sebagian kesalahan memang ada di tangan nasabah (kebanyakan nasabah mengakui hal ini), tapi bukan berarti perusahaan asuransi gak salah sama sekali.

    #249:

    halah kok quotingnya sering bener ngaco balikin yg wysiwyg kayak dulu kenapa pri?

    wah di sini dari dulu gak pernah pake wysiwyg.

    #250:

    tapi kalau disuruh between the two saya akan ambil terpisah

    congratulations :)

  189. #251:

    Kalau memang tujuannya untuk investasi dengan manfaat asuransi yang minimal, saya setuju dengan cara anda. Kalo tujuannya untuk proteksi, term life saja mungkin tidak cukup.

    ini salah. semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life. kalaupun ada yang gak bisa dibeli di term life, itu hanya karena perusahaan asuransinya gak mau jualan term atau paling tidak term yang setara. sama sekali gak ada hambatan teknis kenapa yang ada di UL gak bisa dijual di term. masalahnya cuma mau atau gak jualan term, serius atau ngga.

  190. tx mas pri,salut atas ulasannya
    ada yang bukan ilusi di uspi co id, produk nya bukan koran sih tapi lebih complit, sorry bukannya iklan tapi berbagi info aja kalaw ada tebosan baru,

  191. #246 to hutanlebat

    Kalau Unit Link (PAA+), saya sudah 10 tahun setor, lalu saya berhenti setor lagi dan juga saat bersamaan saya ambil uang saya (investasi saya) yang mesti disisasin sejuta spy ga tutup polisnya, 2 tahun lagi masih yakin tuh proteksinya masih jalan ? Ya tidak kan. Makanya ini bukan whole life.

    Unit Link = Whole Life + Investasi
    Coba Anda baca dengan teliti penjelasan saya mengenai cara kerja Term Life dan Whole Life pada postingan #235.

    Kalau malas scroll ke atas, saya bisa tulis ulang supaya jelas. Kenapa premi whole life lebih mahal daripada term life?

    Semua jenis asuransi pada dasarnya membayarkan biaya asuransi secara tahunan. Pada premi whole life, sebenarnya terdiri dari unsur berikut : – biaya asuransi tahunan
    – biaya administrasi
    – biaya penerbitan polis
    – komisi marketing + keuntungan perusahaan
    – investasi

    Investasi di whole life digunakan untuk menutupi biaya asuransi untuk tahun-tahun mendatang setelah nasabah stop setor. Mengenai besar kecilnya hasil investasi, nasabah tidak perlu tau detail. Yg penting nasabah mendapatkan proteksi seumur hidup.

    Sedangkan premi term life, komponen utamanya berikut :
    – biaya asuransi tahunan
    – biaya administrasi
    – biaya penerbitan polis
    – komisi marketing + keuntungan perusahaan

    Pada premi Term Life, tidak ada investasi. Karena pada dasarnya asuransi Term Life digunakan untuk proteksi jangka pendek, misalnya 1 tahun atau 5 tahun.

    Namun ada juga produk term life yg punya proteksi jangka menengah, misalnya 10 tahun atau 20 tahun. Pada produk ini preminya lebih mahal daripada term life yg tahunan. Bahkan jika bayar premi Term Life yg 20 tahun sudah hampir mendekati premi whole life yg setor 10 tahun. Jadi mending ambil yg whole life saja.

    Namun problem utama yg timbul dalam whole life adalah kurang transparan mengenai komponen biaya dan hasil investasi. Atau dengan kata lain nasabah tidak puas dengan produk whole life tradisional. Maka dari itu munculah produk whole life versi 2, yg sekarang kita kenal dengan Unit Link.

    Demikian penjelasan singkat mengenai Term Life dan Whole Life. Kalau mau lebih detail, silahkan ambil kursus mengenai asuransi jiwa. Siapa tau bisa menjadi tenaga underwriting pada perusahaan asuransi jiwa.

  192. #253

    semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life.

    Info yg salah…
    Term Life tidak bisa memberikan proteksi seumur hidup, sedangkan unitlink bisa. Term Life bisa diperpanjang sampai usia 65-75, tergantung perusahaan. Pada unit link, perpanjangan proteksi sampai usia 99.

    Dan kelemahan kedua Term Life adalah, manfaat asuransi tidak bisa diperpanjang untuk periode berikutnya jika tertanggung sudah melakukan klaim sakit kritis pada periode pertanggungan.

    Khusus untuk yg kedua, Mas Priyadi banyak ngotot-nya dan mengatakan Term Life ada renewal guarantee seperti di whole life/unit link. Tapi pembaca harus tau dulu profil dan latar belakang Mas Priyadi seperti apa. Seorang agen asuransi, anggota dewan AAJI, praktisi asuransi, atau seorang lulusan Akademi Asuransi Indonesia.

    Setau saya bidang Mas Priyadi tdk berhubungan dengan asuransi, jadi harap maklum kalau ada informasi yg keliru dari beliau…

  193. Diskusi yang sedang kita bahas disini kan adalah karena Anda berkata bahwa proteksi asuransi jiwa di PAA+ adalah whole life Anda. Anda yakin karena itu adalah kata “koki” Anda. Padahal kata “koki” saya dan juga saya pelajari, bawah itu adalah term life (padahal “koki” saya juga dari perusahaan yang sama dengan “koki” Anda loh). So, mari kita bicarakan dengan logika.

    Mengenai masalah “koki”, memang sangat disayangkan kalau kebanyakan perusahaan asuransi sering merekrut “koki” yg kurang profesional.

    “Koki” tersebut banyak yg tidak diuji dulu kelayakan meramu resep tapi langsung diterima jadi “koki”, demi mengejar produksi. Prinsipnya yg penting bisa “masak” dulu, uji kelayakan resep bisa belakangan.

    Jika ingin mencari “koki asuransi” yg sebenarnya, silahkan lihat “koki” yg ada di Singapura. Selain paham mengenai asuransi jiwa, mereka juga paham mengenai isu-isu financial.

  194. ini salah. semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life. kalaupun ada yang gak bisa dibeli di term life, itu hanya karena perusahaan asuransinya gak mau jualan term atau paling tidak term yang setara. sama sekali gak ada hambatan teknis kenapa yang ada di UL gak bisa dijual di term. masalahnya cuma mau atau gak jualan term, serius atau ngga.

    Yang saya tahu di Pru, term life sendiri malah menjadi salah satu rider-nya :) Memang agak aneh sih term life malah jadi rider bukan produk utamanya. Tapi mungkin itu karena jualan term life doang tidak menarik dan menguntungkan bagi perusahaan.

  195. daripada cape2 berdebat soal analogi yang gak pernah 100% akurat, lebih baik kita cari gimana caranya menuntaskan masalah ini. sebagian kesalahan memang ada di tangan nasabah (kebanyakan nasabah mengakui hal ini), tapi bukan berarti perusahaan asuransi gak salah sama sekali.

    setelah reply bolak balik, sepertinya memang ga akan bisa tuntas :D
    sama seperti euthanasia sampai sekarang pun masih diperdebatkan
    dalam hal ini terjadi 2 sudut (mungkin 3) yg berbeda, saya punya toleransi yg cukup terhadap ‘trik bisnis’ koranlink, jadi saya anggap itu hal yg wajar dalam dunia bisnis
    justru yg menjadi biang kerok itu kan agen2 yg asal jualan, jadi kesannya perusahaan menipu
    kesalahan perusahaan ya agen bodong tetap diterima, tapi masih wajar juga, perusahaan mana yg ngga mau duit >:)

    intinya, jadi konsumen jgn bodo2 amat lah, biar ga keseringan bilang sudah dibodoh2i sama orang lagi nyari duit :)

    wah di sini dari dulu gak pernah pake wysiwyg.

    dulu pernah ah, jadi di kotak comment dibawahnya ada kotak formating yg realtime berubah kalau ditambahin tag2
    tapi bikin berat sih

    btw, saran kalo bisa per 20 atau 50 komen ganti halaman, berat euy buka sekaligus 250-an komen halaman ini

  196. @256, Mas Firesquid

    Jawaban yang bagus sekali Mas Firesquid, tapi seperti statement saya, saya minta bukti dari Anda atau logika dari kasus yang saya berikan.
    Saya tulis ulang yah kasusnya (bahkan dengan lebih jelas). Istri saya punya asuransi Whole Life dan mesti setor selama 10 thn. Setelah 10 tahun, berhenti setor dan dapat proteksi sampai usia 99 thn. Artinya Istri saya tidak punya kewajiban lagi thd perusahaan asuransi tsb. Namun coba Anda jawab, kalau di unit link (PAA+), setelah 10 tahun setor saya ambil SEMUA nilai tunai yang ada (karena bisa saja saya masuk ke unitlink karena tertarik dengan asumsi nilai tunai setelah tahun ke-10),
    apakah saya masih punya proteksi sampai usia 99 tahun ?
    Kalo ternyata jawabannya tidak, apakah namanya whole life ?

    Kalau Mas coba jelaskan mengapa Whole Life lebih mahal dari term life, saya juga tahu koq. Lah wong kalo term life kan uang pertanggungan yang mesti dibayarkan perusahaan asuransi hanya “kemungkinan”, karena hanya mencakup term waktu tertentu (misal 1,5, atau 10 tahun) sedangkan whole life adalah PASTI harus membayar uang pertanggungan karena berlaku seumur hidup.

    So, tunjukin dong whole life nya PAA+ nya dimana ?

    Mengenai “koki”, kan susah kalau Anda claim bahwa koki Anda profesional, krn saya juga bisa lakukan hal tersebut (claim bahwa koki saya juga profesional). Makanya saya ajak kita bicarakan dengan logika dan lewat contoh saya inilah saya minta mas tunjukan buktinya. :)

    Saya baca koq comment2 Anda dan ngga malas scroll ke atas. Bahkan banyak comment Anda di diskusi yang lain di blog ini juga saya baca (tentunya sambil tersenyum-senyum):d

  197. Oh iya mas Firesquid, mengenai mobil lagi nih :d

    ngga di balas komentnya artinya setuju dong kalau Mas punya pilihan (cara beli) yang lebih murah terhadap barang dan/atau jasa yang (relatif)sama pasti pilih yang murah :)

    Jadi diskusi diantara kita tinggal satu nih, mengenai PAA+ whole life bukan.

  198. @257 (lagi2 Mas Firesquid) :)

    Betul Mas kalo di Unit Link Asuransi Jiwanya bisa di perpanjang sampai usia 99 tahun, sedangkan kalo di term life dari 5 perusahaan asuransi yang saya tanya, rata2 hanya sampai 70 tahun.

    Poin ini saya setuju dengan Anda

    Tapi sekali lagi balik ke tujuan orang ambil asuransi jiwa. Kalau tujuan saya ambil asuransi jiwa adalah proteksi terhadap kebutuhan keluarga dalam masa produktif saya menafkahi keluarga dan gaya hidupnya. Jadi memang saya (dalam perencanaan) tidak akan butuh asuransi jiwa sampai usia 99, paling hanya sampai 50 tahun (lebih cepat lebih baik). Mengenai bagaimana setelah 50 tahun kalau saya masih hidup adalah urusan lain dalam perencanaan keuangan keluarga saya.

    Mengenai tidak bisa diperpanjang asuransi jiwanya kalau sudah melakukan claim sakit kritis itu salah Mas. Dalam polis asuransi jiwa term life saya yang juga ada rider sakit kritis (artinya punya kekuatan hukum) tertera bahwa perusahaan asuransi wajib menerima perpanjangan yang saya lakukan (tanpa seleksi ulang) dengan cara membayar premi yang sudah disepakati dari awal sampai usia saya 70 tahun.

  199. Pusing @-)

    Whole Life Insurance, or Whole of Life Assurance is a life insurance policy that remains in force for the insured’s whole life and requires (in most cases) premiums to be paid every year into the policy.

    Kalo nilai tunainya diambil semua bayar preminya dari mana om hutanlebat?

    Semua tipe asuransi bagus, tergantung bagaimana anda menyikapinya

  200. @264

    loh saya kan yang nanya koq malah ditanya lagi ? :)

    Toh yang saya ambil kan memang porsi investasi saya…

    di #235 paragraf terakhir, kan whole life tidak ada nilai tunai yang bisa di ambil. Dan biaya asuransi sampai usia 99 memang SUDAH dibebankan ke nasabah dari awal (misal di 10 tahun pembayaran yang mahal).

    Lalu di unitlink kalau di tahun ke-11 saya ambil semua investasi saya, dan kemudian wajarkah si perusahaan asuransi yang katanya mas firesquid adalah wholelife berkata, “Jangan dong… nanti buat bayar biaya asuransi kamu di tahun ke-11 sampai kamu usia 99 thn darimana ?”

    Tapi dari pertanyaan Anda kelihatannya Anda juga sependapat dengan saya karena ternyata di tahun kesebelas dan seterusnya si perusahaan asuransi tsb masih butuh uang saya untuk tetap dapat memproteksi saya yang artinya secara logika uniltilnk PAA+ bukan wholelife.
    :)>-

  201. #246:

    Semua tipe asuransi bagus, tergantung bagaimana anda menyikapinya

    1. cari referensinya jangan dari perusahaan asuransi dong :). mereka punya konflik kepentingan karena profit margin di WL jauh lebih tinggi daripada di term.

    2. whole life itu diambil untuk seumur hidup, tapi resiko yang akan kita hadapi waktu kita tua sudah berbeda. produk manajemen resiko yang cocok waktu kita sudah gak kerja lagi adalah anuitas seumur hidup. kalau seseorang mau konversi dari whole life ke anuitas seumur hidup, dia bakalan kena penalti yang lumayan. UL is much better, gak ada penalti pada saat penarikan (penaltinya pada saat pembelian pertama kali), tapi biasanya nasabah gak dikasih tahu apa2 soal kapan polisnya sebaiknya harus dicairkan. hampir semua UL akan dengan senang hati menerima setoran premi sampai 99 tahun walaupun itu gak cocok untuk nasabahnya :).

    3. di amerika, whole life dikasih insentif pajak. di sini ngga. walaupun ini masih debatable karena di sana juga ada instrumen investasi yang dikasih insentif pajak.

  202. #261 To hutanlebat :

    Namun coba Anda jawab, kalau di unit link (PAA+), setelah 10 tahun setor saya ambil SEMUA nilai tunai yang ada (karena bisa saja saya masuk ke unitlink karena tertarik dengan asumsi nilai tunai setelah tahun ke-10),
    apakah saya masih punya proteksi sampai usia 99 tahun ?
    Kalo ternyata jawabannya tidak, apakah namanya whole life ?

    Begini Pak, kelebihan utama unitlink daripada whole life tradisional adalah lebih transparan dan nilai tunai bisa dicairkan tanpa menunggu jatuh tempo.

    Ada beberapa produk whole life tradisional yg nilai tunai juga bisa dicairkan. Tapi harus menunggu jatuh tempo, misalnya setelah 15 tahun atau pada usia tertentu saja.

    Ketika nilai tunai dicairkan semua, maka otomatis proteksi juga selesai. Sama seperti di unit link, kalau nilai tunai dicairkan semua maka otomatis proteksi jg selesai.

    Pencairan dana di whole life tradisional kurang transparant. Nasabah hanya dijanjikan akan mendapatkan dana pada tahun tertentu. Seringkali dana tsb nilainya sudah tidak relevan dengan nilai uang pada saat dana tsb dicairkan. Coba saja Bapak lihat kontrak polis istri Bapak, berapa nilai tunai yg bisa dicairkan pada periode tertentu.

    Kalau Bapak kurang paham, wajar saja. Agen saya aja baru paham ketika saya jelasin ke dia, padahal sudah jadi agen selama 4 tahun. Soal pelayanan dan hitungan financial, dia sudah memenuhi standart. Tapi masalah teknik asuransi, saya lebih paham.

  203. #267: whole life = term life + investasi, unit link = term life + investasi. bedanya: investasi di WL dijamin nilainya, di UL tidak. resiko investasi di WL ditanggung perusahaan asuransi, di UL ditanggung nasabah.

    term life itu unit basic untuk semua jenis asuransi jiwa. apapun jenis asuransi jiwanya, pasti salah satu building blocknya adalah term life, terlepas dari apakah detil ini diekspos ke nasabah atau tidak.

  204. To #241 Firesquid

    Dari pengalaman pribadi Mas Rachmat tsb…yang jadi masalah bukan produknya, tapi agen-nya. Saya sendiri juga tidak paham gimana cara seorang “Financial Advisor” menjamin investasi.

    3 agen dari kantor cabang yang berbeda mengatakan hal yang sama. C’mon. Saya pas ngobrol dengan agennya nampak agennya sangat polos pas mengatakan bahwa modal saya dijamin. Dan kaget pas saya bilang, “Dalam reksadana, bahkan yang namanya pendapatan tetap saja tidak dijamin akan gain apalagi yang reksadana saham.”

    Tapi, ini pengalaman saya yang saya sendiri tidak mau saya ulangi lagi. Buat keluarga dekat dan teman-teman saya yang percaya dengan saya ya silahkan. Yang tidak percaya ya tidak apa-apa.

    Akhirnya dari baca-baca Blog-nya Pri saya melihat fakta-fakta berikut dengan jelas (dari penjelasan FA tidak sejelas ini):

    1. Unit Link terdiri dari asuransi dan investasi.

    2. Ada biaya akuisisi (ada yang 80% setoran tahun pertama dan 20% setoran tahun kedua, ada juga yang 100% tahun pertama, dst..dst..).

    3. Melihat besarnya UP dan Manfaat asuransi yang diberikan, saya bisa membeli sendiri polis asuransi dengan UP dan Manfaat yang kurang lebih sama (gak sama persis lah, saya juga tau apa yang saya perlukan, tidak perlu dipaksa membeli yang saya tidak perlukan).

    4. Untuk investasinya, mereka 100% menyerahkan sepenuhnya ke Manager Investasi yang jadi rekanan mereka (Schroeders, dll) dan saya (nasabah) menanggung 100% resikonya. Untuk ‘servis’ ini, saya membayar 5% (selisih harga jual dan beli).

    5. Selain itu, ada biaya administrasi bulanan yang besarnya fix (berapapun setoran/premi kita). Untuk setoran bulanan 1jt saja (ini termasuk besar untuk pegawai biasa seperti saya), biaya administrasi yang 30rb itu setara dengan 3%.

    Nah dari hal di atas, saya akhirnya membeli polis dan reksadana sendiri sbb:

    1. Polis asuransi jiwa dengan UP dan Manfaat sesuai yang saya butuhkan dengan biaya jelas. Bayar segini dapat ini bayar segitu dapat itu.

    2. Saya beli reksadana Schroeders Dana Prestasi Plus dengan fee beli cuma 0.5% (promo dari Bank Mandiri) dan fee jual 0.5% juga. Bandingkan dengan 5% selisih harga jual dan beli unit link.

    3. Saya juga membeli reksadana lainnya seperti Fortis, Manulife, dll yang menurut saya bagus prospeknya.

    Biaya lainnya yang saya keluarkan hanya matere 6rb untuk standing instruction ke bank mandiri supaya bisa mendebet rekening saya.

    Akhirnya, yang mau beli unit link ya monggo. Yang mau ngurus sendiri terpisah ya silahkan. Saya dan keluarga saya sih tidak mau. Temen-temen saya, yang mau silahkan, yang tidak ya silahkan.

  205. Makin seru aja nih bahasnya. Kayaknya biar blog gue rame, perlu ngebahas koranlink juga kali yah. :d

    Di comment artikel sebelumnya, kayaknya ada yang ngaku sebagai nasabah deh. Kok disini jadi karyawan perusahaan asuransi yah. Binun :-?

  206. Idem… gua juga bingung… sebentar nasabah, sebentar agen… ternyata udah 4 tahun tuh….
    #256>>Namun problem utama yg timbul dalam whole life adalah kurang transparan mengenai komponen biaya dan hasil investasi. Atau dengan kata lain nasabah tidak puas dengan produk whole life tradisional. Maka dari itu munculah produk whole life versi 2, yg sekarang kita kenal dengan Unit Link.

  207. Mampir lagi. Saya kira sudah ada postingan yang baru he..he.. Btw,perdebatan eh pembahasannya semakin seru.
    semoga masing-masing pembahas konsisten dengan argumentasinya.

  208. Ini salah satu komentar blunder. Kenapa anda harus tau dapur produk mereka? Berapa mereka bayar manager investasi berapa mereka ambil untung dan lain lain. Kenapa anda harus repot2? Toh di unit link tidak ada paksaan, dan bukan sesuatu yang sifat nya urgent dan emergency seperti rumah sakit misalnya, atau lembaga sosial lain nya.
    _____________________________________________

    Wahahaa gimana mungkin mau investasi tapi gak tau dapur orang? emang lu rela lepasin duit elu ke orang yg gak kompeten? gue apply kartu kredit aja sampe ditanyain berapa lama tinggal di rumah gue, nama kerabat gak serumah yg bisa di kontak, sampe slip gaji juga di minta. Nyak gue dulu waktu apply KUK, detail rekening koran, pembukuan sampe perkembangan bisnis dipantau terus sama bank kreditornya.

    Gak deh, gak bisa percaya gue sama omongan orang yg bilang kayak di atas.

    Bravo Mas Pri, saya dukung turus sifat kritisnya.

    -Pesimism is fundamental for science-

  209. #228
    anda mengimplikasikan saya harus pura2 gak tahu dan menghitung UL secara blackbox. kedua. saya gak membandingkan masalah return-nya, tapi biaya yang harus ditanggung nasabah.

    >> lha..justru saya mau semua orang tahu dan MELIHAT dengan BENAR setiap produk yg akan dibelinya.
    masalahnya..anda tahu (meskipun ada beberapa kekeliruan dari yg diketahui tsb) tapi anda belum dapat MELIHAT dengan BENAR.
    ===

    kapan saya nuduh ‘melakukan penipuan hanya karena harganya mahal’? coba anda baca sekali lagi dengan lebih hati2
    the problem is that it is not transparent enough. boleh disurvey sendiri berapa banyak sih nasabah yang ngerti isi ilustrasi + keterangan yang disampaikan oleh agennya.

    >> unitlink tidak transparan?
    tidak transparannya di mana?
    malah produk alternatif yg anda agung2kan yg tidak transparan.
    semua keberatan anda sudah terjawab oleh komen dari pembaca yg lain.

    lagipula..”berapa banyak sih nasabah yang ngerti isi ilustrasi + keterangan yang disampaikan oleh agennya.” tidak menentukan tingkat transparansi suatu produk.
    saya kira anda cerdas..
    ternyata..masih berpikir kalau yg bisa mengeluarkan suara ‘meong’ pasti kucing.
    mana pelajaran premis dan kesimpulannya?
    ===

    #253
    ini salah. semua manfaat proteksi yang ada di UL bisa dibeli di term life. kalaupun ada yang gak bisa dibeli di term life, itu hanya karena perusahaan asuransinya gak mau jualan term atau paling tidak term yang setara. sama sekali gak ada hambatan teknis kenapa yang ada di UL gak bisa dijual di term. masalahnya cuma mau atau gak jualan term, serius atau ngga.

    >> betul bahwa manfaat dari unsur pembentuk unitlink dapat juga dirasakan dengan membeli secara terpisah dua produk yg memiliki sifat2 yg sama dengan unsur pembentuk unitlink.
    tapi…tidak semua (think positive!) yg ada di unitlink bisa didapatkan dengan membeli dua produk secara terpisah.
    (tidak perlu saya sebutkan lagi..dan sudah banyak disebutkan oleh pebaca yg lain..lagipula anda sudah tahu pasti kok..atau…pura2 tidak tahu? )
    itulah salah satu alasan kenapa dibuat produk bernama unitlink.

    ingat…yg bisa dibeli dari produk lain secara terpisah itu adalah manfaat dari unsur pembentuknya, bukan manfaat dari unitlink sebagai suatu produk.
    ===

    #257
    Setau saya bidang Mas Priyadi tdk berhubungan dengan asuransi, jadi harap maklum kalau ada informasi yg keliru dari beliau…

    >> tidak terlalu masalah apa latar belakangnya..meskipun pada tahap tertentu akan dapat menimbulkan masalah.
    masalahnya..apa yg akan terjadi jika banyak orang yg membaca informasi yg keliru?
    dan..bung Pri juga enggan mengakui kalau ada orang lain yg menunjukkan kekeliruannya…meskipun dia menuliskan “i’m willing to readily admit my mistakes. would you? “..
    ah…pasti dibantah lagi deh..

    *eh, gimana sih cara bikin quote Pri?
    salah melulu nih..:(

  210. #275
    kritis dan pesimis itu beda deh..

    kalo pesimis…kapan majunya?

    -curiousity is fundamental for science-

  211. Setau saya bidang Mas Priyadi tdk berhubungan dengan asuransi, jadi harap maklum kalau ada informasi yg keliru dari beliau…
    ________________________________________

    Kok pesimis sama kemampuan manusia? katanya mau maju?
    Arnold S yang binaragawan aja akhirnya bisa jadi politisi top.

    Pak Gubay pesimis karena menurut situ orang IT gak kompeten ngomong asuransi kan?

    Itu bagus, karena Pessimism builds Criticsim for Selecting bright ideas from ocean of rubbish ideas.

    Dari diskusi antara Pak Gubay dan Pak Pri, keliatan, semakin mendekati akhir argumen Pak Gubay dan Firesquid lebih menjurus ke penyerangan pribadi dibanding ke pokok masalah tentang UL ini sendiri.

    Argumen Pak Gubay dan Firesquid selalu berlari lari menghindari pokok masalah UL buat konsumen yang mengaburkan biaya yang dikenakan dengan ilustrasi return dari investasi. Ciri khas tulisan Gubay dan Firesquid dengan mengatakan Gak Transparan Di Mana? yang lalu dijawab oleh Pak Priyadi akan selalu di putar balikan lagi dengan jawaban-jawaban yang sangat panjang dan tak bermakna yang gak ada hubungannya dengan pertanyaan awal untuk kemudian dilanjutkan dengan AMNESIA berikutnya dengan berkata Gak Transparan Di mana?

    This will be an endless stupid argumentation forum kalau Pak Pri terus melayani respons yang sama dari orang-orang yang sama yang dengan sabarnya berkali-kali dijawab ulang dengan jawaban yang sama pula.

    Dari argumen yang diberikan, menurut saya pribadi Pri kompeten membahas tentang ini karena dia konsumen yang cerdas dan tidak perlu jadi ahli asuransi bahwa concern dia terhadap UL itu beralasan.

    Sedangkan Pak Gubay dan Firesquid I wish you good luck aja deh dengan misi kalian buat merontokkan kritik Pak Pri. Your reasons are shallow, consistently out of topic and most of the time non sense.

  212. #276:

    lha..justru saya mau semua orang tahu dan MELIHAT dengan BENAR setiap produk yg akan dibelinya. masalahnya..anda tahu (meskipun ada beberapa kekeliruan dari yg diketahui tsb) tapi anda belum dapat MELIHAT dengan BENAR.

    kalau gitu bagian mana yang menurut anda tidak saya lihat dengan benar? :-?

    malah produk alternatif yg anda agung2kan yg tidak transparan. semua keberatan anda sudah terjawab oleh komen dari pembaca yg lain.

    semua keberatan anda juga sudah terjawab oleh saya maupun pembaca lain, kalau anda mau sedikit memperhatikan :).

    analogi lagi deh. ada dua produk A dan B, keduanya memiliki manfaat yang sama persis. produk A harganya Rp 500, produk B harganya Rp 1000. pilih mana? produk A dong, lebih murah sih. nah, seandainya kita dikasih tahu kalau komisi penjualan produk A itu 90%, Rp 450 lari ke kantong penjualnya. sedangkan di produk B cuma 10% yang lari ke kantong penjualnya, atau Rp 100. sekarang pilih mana? ya tetap produk A dong. urusan dia mau dapet untung berapa, yang penting saya bayar lebih murah untuk produk dengan manfaat yang sama persis.

    sama aja, beli asuransi juga gitu. bedanya UL dijual dengan selubung investasi atau ‘ilusi finansial’â„¢, sehingga nyaris tidak mungkin untuk membandingkan UL dengan UL yang lain maupun produk asuransi lain, apapun jenisnya. wajar kalau calon nasabah menuntut transparansi yang mencukupi karena hanya dari itu nasabah bisa melakukan komparasi dengan produk yang lain.

    capisce? :)

    tidak semua (think positive!) yg ada di unitlink bisa didapatkan dengan membeli dua produk secara terpisah.

    di atas yang saya maksud adalah manfaat perlindungan asuransinya. tapi ok lah, saya juga sudah pernah mengakui (berkali2) kalau memang ada manfaat yang bisa didapatkan dari UL, yaitu kepraktisan mengurus 2 produk melalui satu orang saja. no problem.

    problemnya: manfaat ini masih harus dinilai berdasarkan harga yang perlu dibayar oleh nasabah. nah, nasabah tahu gak harga yang harus dia bayar? :) dengan ilusi finansialâ„¢, kebanyakan nasabah tidak akan mengetahuinya. apakah kebanyakan nasabah yang ikut UL punya niat kira2 seperti ini?: “saya ikut UL dengan membayar ekstra Rp 36 juta dalam 5 tahun pertama untuk mendapatkan kemudahan pengurusan asuransi+investasi melalui satu pihak saja”

    ah…pasti dibantah lagi deh..

    hal yang sama juga bisa dituduhkan kepada anda :). hanya karena anda berpendapat kalau tulisan saya salah, bukan berarti saya otomatis harus ikut pendapat anda :)

    *eh, gimana sih cara bikin quote Pri?
    salah melulu nih..:(

    coba pakai

    ...

  213. to patrick
    #271

    Idem… gua juga bingung… sebentar nasabah, sebentar agen… ternyata udah 4 tahun tuh….

    Tidak usah bingung…
    Saya nasabah Unit Link, bukan agen. Profesi saya sebagai pegawai underwriting di perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Central Asia. Sudahkah rumah dan mobil Anda diasuransikan di ACA? Perlindungan kami adalah kenyamanan bagi Anda :)

    =======================================================

    #272 :

    Nah yang diajarin mas pri sekarang sekarang adalah Whole life versi 3. Jadi semua biaya lebih jelas dan transparan. Heehehehe…..

    Transparant di apa? Whole life apaan pula tuh, kalau proteksinya harus diperpanjang setiap periode tertentu. Tidak sampai usia 99 pula.

    Lebih murah biayanya bukan berarti lebih transparant atau lebih bermanfaat. Mas Priyadi belum menjelaskan bahwa produk dia lebih transparant, hanya menekankan pada profit lebih besar.

    Wajar aja sih kalau setiap orang lebih tertarik pada profit besar, termasuk saya. Tapi soal asuransi, saya kesampingkan masalah profit, lebih penting benefit.

  214. to catfish
    #278

    Kok pesimis sama kemampuan manusia? katanya mau maju?

    Saya bukan pesimis sama kemampuan Mas Priyadi. Saya hanya meluruskan informasi yg keliru dari Mas Priyadi. Kalau Anda tidak perduli dengan segala kekeliruan info yg disampaikan Mas Priyadi, terserah Anda. Saya posting ini bukan untuk dibaca hanya oleh Anda maupun Mas Priyadi.

    Lagipula memang Mas Priyadi sama sekali belum menunjukkan letak tidak transparant yg dimaksudkan. Selama 4 tahun saya jadi nasabah unit link, semua biaya udah clear.
    – biaya akuisisi, sudah dijelaskan di proposal
    – biaya pengelolaan dana, sudah dijelaskan di proposal, saya ambil yg equity kenanya 1,75%
    – biaya administrasi, sebulan Rp 27.500, ada di proposal
    – biaya Top-Up, Rp 100.000 setiap top-up, ada di proposal
    – biaya asuransi tahun berjalan, dikirimkan setahun sekali bersama laporan tahunan

    Hasil investasi, ini yg paling penting. Dikirimkan dalam laporan transaksi bulanan dan laporan tahunan.

    Coba sebutkan apa lagi yg tidak transparan dari Unit Link dibandingkan produk Term Life. :-?

    Sedangkan Mas Priyadi setiap ditanyakan demikian, argumentnya selalu menggunakan analogi “Produk A yg lebih murah dari Produk B. Sehingga konsumen tidak perlu tau detail harga produksi Produk A”.
    Padahal sebenarnya analogi tsb kurang tepat karena Produk B = Produk A + Produk C.

  215. Setelah diskusi panjang lebar, seharusnya sudah ngerti bahwa Koran B adalah produk 2-in-1. Tidak bisa dibandingkan dengan Koran A, yg cuma terdiri dari koran harian doank.

    Lebih baik diskusi mengenai apa alasan produk 2-in-1 dari Koran B disebut “ilusi finansial”. Padahal Koran B sudah menyajikan detail produknya secara transparant.

    Kalau beberapa trik sulap ilusi sudah dipaparkan secara detail dan transparant oleh tukang sulap, kenapa penonton masih suka menonton pertunjukan sulap yg serupa. Tentu saja ada nilai lebih yg disajikan oleh pertunjukan sulap ilusi, daripada sekedar menonton ilusi yg sudah diketahui trik-nya.

    Koran B juga pasti memiliki kelebihan lain pada produk 2-in-1 tsb daripada sekedar praktis doank. Makanya produk tsb bisa menguasai pasar.

  216. buat om firesquid, ngga perlu muter2 kayak orang mabok, realitasnya sodara n temen2 saya (termasuk saya) ada sekitar belasan orang (ini yg saya tau) merasa tertipu dgn ilustrasi koran B padahal kami2 bukan org2 awam dengan urusan investing dan financing. merupakan hak kami sebagai konsumen dong untuk merasa kami tertipu?

    anda2 semua (agen2) boleh aja teriak2 bilang produk anda transparan, buktinya saya perlu 14 bulan plus baca blognya pri baru sadar ttg biaya2 aneh koran anda (salahkanlah kebodohan saya)

  217. #278

    Pak Gubay pesimis karena menurut situ orang IT gak kompeten ngomong asuransi kan?

    sejak kapan saya mengatakan begitu?
    coba baca2 lagi..
    justru saya melihat isi opini, bukan latar belakangnya.

    Argumen Pak Gubay dan Firesquid selalu berlari lari menghindari pokok masalah UL buat konsumen yang mengaburkan biaya yang dikenakan dengan ilustrasi return dari investasi. Ciri khas tulisan Gubay dan Firesquid dengan mengatakan Gak Transparan Di Mana? yang lalu dijawab oleh Pak Priyadi akan selalu di putar balikan lagi dengan jawaban-jawaban yang sangat panjang dan tak bermakna yang gak ada hubungannya dengan pertanyaan awal untuk kemudian dilanjutkan dengan AMNESIA berikutnya dengan berkata Gak Transparan Di mana?

    well..
    memangnya pokok masalahnya apa?
    sebelumnya unitlink dipermasalahkan karena tidak memberikan profit real yg optimal dibandingkan kalau membeli asuransi dan investasi terpisah.
    sudah terjawab.
    memang benar unitlink tidak dapat memberikan profit yg optimal sekalipun dengan tingkat perkembangan investasi yg sama.

    masalah nasabah membayar lebih?
    sudah terjawab.
    terserah nasabah mau membayar lebih atau tidak.
    saya lebih suka membayar se-sachet kopi + gula dibandingkan membeli kopi dan gula secara terpisah, meskipun lebih mahal dan kalau membeli terpisah tidak akan terlalu rumit.

    masalah transparansi?
    sudah cukup transparan kalau mau mebaca ilustrasi dengan teliti.
    justru produk alternatif yg dianjurkan Pri malah yg kurang transparan.

    nasabah banyak yg tidak tahu/sadar dia membayar untuk apa saja?
    makanya baca ilustrasi dengan teliti.
    sudah cukup transparan di sana.

    Sedangkan Pak Gubay dan Firesquid I wish you good luck aja deh dengan misi kalian buat merontokkan kritik Pak Pri. Your reasons are shallow, consistently out of topic and most of the time non sense.

    thanks for wishing me the good luck.
    i see none of my reasons is nonesense.
    kalau argumen anda dapat terbantahkan tapi anda tetap ngotot…siapa yg nonesense?
    sudah terbantahkan tapi terus mengajukan keberatan yg sama…siapa yg amnesia?

  218. #279

    kalau gitu bagian mana yang menurut anda tidak saya lihat dengan benar?

    anda melihat unitlink sebagai suatu produk yg bisa dipreteli dan dibeli secara pretelan.
    anda membandingkan membeli unitlink dengan membeli unsur pembentuknya secara terpisah.
    lalu dari situ berkembang menjadi profit yg tidak optimal (di tulisan sebelumnya) sampai ketidak-transparanannya.

    mempreteli suatu produk menjadi unsur2 terkecilnya..it’s ok.
    tapi membelinya secara terpisah..it’s not ok.
    karena unitlink adalah suatu produk akhir.
    kalau membeli pretelannya..ya bukan unitlink lagi namanya.

    lihatlah unitlink sebagai unitlink…suatu produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi.

    analogi lagi deh. ada dua produk A dan B, keduanya memiliki manfaat yang sama persis. produk A harganya Rp 500, produk B harganya Rp 1000. pilih mana? produk A dong, lebih murah sih. nah, seandainya kita dikasih tahu kalau komisi penjualan produk A itu 90%, Rp 450 lari ke kantong penjualnya. sedangkan di produk B cuma 10% yang lari ke kantong penjualnya, atau Rp 100. sekarang pilih mana? ya tetap produk A dong. urusan dia mau dapet untung berapa, yang penting saya bayar lebih murah untuk produk dengan manfaat yang sama persis.
    sama aja, beli asuransi juga gitu. bedanya UL dijual dengan selubung investasi atau ‘ilusi finansial’™, sehingga nyaris tidak mungkin untuk membandingkan UL dengan UL yang lain maupun produk asuransi lain, apapun jenisnya. wajar kalau calon nasabah menuntut transparansi yang mencukupi karena hanya dari itu nasabah bisa melakukan komparasi dengan produk yang lain.

    unitlink terdiri dari 2 unsur pembentuk tapi tidak bisa dibeli secara terpisah dan karenanya tidak bisa dibandingkan dengan gabungan dari membeli 2 unsur tsb.

    problemnya: manfaat ini masih harus dinilai berdasarkan harga yang perlu dibayar oleh nasabah. nah, nasabah tahu gak harga yang harus dia bayar? dengan ilusi finansial™, kebanyakan nasabah tidak akan mengetahuinya. apakah kebanyakan nasabah yang ikut UL punya niat kira2 seperti ini?: “saya ikut UL dengan membayar ekstra Rp 36 juta dalam 5 tahun pertama untuk mendapatkan kemudahan pengurusan asuransi+investasi melalui satu pihak saja”

    kalau mau membaca dengan teliti pasti tahu.
    soal niat..maaf, saya belum bisa membaca isi benak/pikiran orang lain.

    hal yang sama juga bisa dituduhkan kepada anda . hanya karena anda berpendapat kalau tulisan saya salah, bukan berarti saya otomatis harus ikut pendapat anda

    thanks untuk tidak mau ikut2an..

    thanks lagi untuk tips quote-nya..

  219. repost..
    bukan amnesia..
    cuma mengingatkan lagi..

    ‘merasa tertipu’ dengan ‘tertipu’ adalah dua hal yg berbeda.

    yg dapat dilindungi secara hukum adalah yg ‘tertipu’.

    ‘menipu’ adalah tindakan yg dapat dituntut secara hukum.

    ‘merasa tertipu’ atau ‘merasa’ apapun adalah hak setiap orang yg masih bisa ‘merasa’.

    konsumen boleh teriak ‘merasa tertipu’ dan agen boleh teriak ‘produk saya transparan dan tidak menipu’.
    tapi penuntutan adalah harus dengan cara2 yg legal sesuai hukum yg berlaku.
    bukan melalui blog, opini atau apapun yg disampaikan tanpa disertai delik pengaduan penipuan.

  220. #286

    bung, kok ngga boleh nulis di blog? rasanya kebebasan dalam menyampaikan pendapat dilindungi undang-undang atau sekarang ada perubahan undang2?

    masalah mengenai opini yg terbentuk, bukankah anda2 (agen2) juga diberi kebebasan untuk mengconter tulisan2 priyadi? tapi kenyataannya kok anda2(agen2) bukannya membalas dgn argumen2 yg masuk akal, ini malah muter2 dan menyerang pribadi?

    buktikan dong dengan angka dan fakta (saya rasa tantangan pak priyadi masih berlaku tuh) jangan cuma bisa muter ngga karuan dan malah menyerang pribadi orang.

    dinilai dari tulisannya, priyadi jauh lebih kompeten dari yang ngaku-ngakunya ‘financial advisor’ yg cuma bisanya muter2 dan ngotot. yang mau dilihat ‘GELAR’ nya atau ‘TULISAN’ nya?

  221. buat agen2 unit link:

    kalo anda2 merasa produk anda transparan, OK.

    sekarang anggaplah pembaca blog ini calon2 klien anda dan tolong anda prospek kami2 ini tanpa ada yang ditutup-tutupi dan jelaskan juga ada alternatif lain diluar unit link anda.

    yang saya ingin tahu bagaimana bahasa anda untuk menjelaskan produk anda yang transparan itu?

    kalo emang transparan dan ternyata lebih ‘untung’ beli unit link jagoan anda, siapa tau anda2 bisa dapet banyak klien dari pembaca blog ini. ngga apa2 kan pak pri blognya buat promoting/prospekting?:)

  222. Unit link itu transparan di-blog ini saja. Seperti yang saya uraikan di comment #269. Dalam kenyataannya, belum ada agen yang menjelaskan sejelas di blog ini. Salah agennya? Maybe yes maybe no. Tapi agen biasanya hanya menjadi perpanjangan tangan dari perusahaan tempatnya bekerja.

    Saya sering denger tuh klaim “Kalo unit link jelek, kenapa banyak yang beli?”. Kita lihat beberapa tahun ke depan. Kalo konsumen melek asuransi & investasi, apakah klaim ini masih berlaku? Time will Tell.

    Setidaknya, saat ini beberapa yang minta saran ke saya tentang asuransi pendidikan/tabungan pendidikan tidak ada yang jadi beli. Alih-alih mereka beli reksadana dan asuransi terpisah. Gak repot kok.

    Banyak di antara kawan/tetangga saya yang bahkan agen sekalipun tidak tahu details biayanya seperti ilustrasi yang dibuat Priyadi. Untuk agen, mereka hanya tahu kalo dapat sekian nasabah akan dapat bonus sekian %. Ada yang bahkan tidak tahu reksadana itu apa. Salah agennya?

  223. 274
    busetttttt yang kesni bnyk bgt
    blog saia kpn ya kyk bgni

    @274
    Makanya, kayaknya kudu ngebahas koranlink juga. Pasti nanti banyak agen yang meramaikan blog elo. :d

  224. #76

    menjual barang seperti koran B dan harganya tetap semurah koran A dan tidak ada yang ditutup2i itu bukannya tidak mungkin. kalau ada produk semacam ini silakan kirim ilustrasinya dan saya akan dengan senang hati mempublikasikannya.

    @Priyadi
    Mas Pri, udah ada agen yang kirim ilustrasinya belom?

    @Agen asuransi
    Tuh Mas Pri udah nawarin buat promosiin produk anda. Kalo emang produk anda (unitlink) unggul, banyak kelebihan seperti yang anda bilang, kirim ke Mas Pri dong.

  225. @bravo
    kalau A bukan B
    bukan berarti A adalah C

    sorry to say..
    sebelum anda mengerti logika premis dan kesimpulan, saya rasa komen2 anda malah akan menambah sesuatu yg mestinya tidak perlu (kalau tidak mau dibilang memperkeruh) dalam pembahasan (dalam hal ini) unitlink.
    =======================================================

    #289
    kalau mau transparan bukan ditempatkan di blog (ini) tapi harus tertera di ilustrasi sebagai bahan pertimbangan awal calon nasabah.

    saya punya 2 buah ilustrasi unitlink dari A dan dari P.
    memang..di ilustrasi dari A tidak selengkap ilustrasi dari P.
    bahkan UP yg ditawarkan jauh dibawahnya :(
    ini bukan promosi ataupun mendiskreditkan salah satu pihak ya..

    memang amat disayangkan kalau ada agen (termasuk yg menawarkan unitlink kepada saya) yg kurang memahami produk yg dijualnya.
    saya juga sering ‘bertemu’ agen penjual unitlink yg tidak memahami sisi investasi dari unitlink sedangkan unitlink itu sendiri selain ada sisi proteksi juga ada sisi investasinya.

    salah si agen?
    ya..
    karena malas mempelajari produk yg dijualnya.

    salah perusahaannya?
    ya..
    karena tidak membekali pengetahuan yg memadai bagi agen2nya.
    sorry..:)>-

    semoga kita sama2 bisa melihat ketika time tells the truth..
    dan selama menunggu itu..saya sudah terproteksi (belum self insured sih..dan tidak mau hanya bergantung dari kantor :d) dan terus memburu instrumen investasi murni..:)>-

  226. @286
    Ini orang kenapa juga, mosok nulis opini diblog sendiri nggak boleh. Apalagi opini-nya disertai dengan penelitian. Trus semua orang boleh kasih komen (boleh nguji).

    Kalo emang apa yang ditulis di artikel ini salah, mending elo bikin tulisan sendiri dan buktikan kalo emang tulisan disini salah. Ntar, biar pembaca yang nentuin siapa yang bener dan siapa yang asal ngomong.

  227. sori tp kayaknya gue setuju dgn firesquid, Priyadi hanya membahas asuransi dari sisi ekonomis. gue masih percaya kalo unitlink memiliki kebaikan sendiri. yg gue sesalkan cuma perusahaan asuransi yg memiliki pilihan produk terbatas

  228. @bravo
    kalau A bukan B
    bukan berarti A adalah C

    sorry to say..
    sebelum anda mengerti logika premis dan kesimpulan, saya rasa komen2 anda malah akan menambah sesuatu yg mestinya tidak perlu (kalau tidak mau dibilang memperkeruh) dalam pembahasan (dalam hal ini) unitlink.
    =======================================================

    #286
    baca yg bener ya..
    yg ngelarang nulis di blog itu siapa?
    =======================================================

    #289
    kalau mau transparan bukan ditempatkan di blog (ini) tapi harus tertera di ilustrasi sebagai bahan pertimbangan awal calon nasabah.

    saya punya 2 buah ilustrasi unitlink dari A dan dari P.
    memang..di ilustrasi dari A tidak selengkap ilustrasi dari P.
    bahkan UP yg ditawarkan jauh dibawahnya :(
    ini bukan promosi ataupun mendiskreditkan salah satu pihak ya..

    memang amat disayangkan kalau ada agen (termasuk yg menawarkan unitlink kepada saya) yg kurang memahami produk yg dijualnya.
    saya juga sering ‘bertemu’ agen penjual unitlink yg tidak memahami sisi investasi dari unitlink sedangkan unitlink itu sendiri selain ada sisi proteksi juga ada sisi investasinya.

    salah si agen?
    ya..
    karena malas mempelajari produk yg dijualnya.

    salah perusahaannya?
    ya..
    karena tidak membekali pengetahuan yg memadai bagi agen2nya.
    sorry..:)>-

    semoga kita sama2 bisa melihat ketika time tells the truth..
    dan selama menunggu itu..saya sudah terproteksi (belum self insured sih..dan tidak mau hanya bergantung dari kantor :d) dan terus memburu instrumen investasi murni..:)>-

  229. To #293 Basibanget

    Kalo emang anda lebih suka pake unitlink, beli aja unitlink semua. Untuk portofolio, beli aja beberapa unitlink dari perusahaan yang berbeda.

    Yang saya heran, bahkan firesquid pun hanya menyisihkan sedikit saja ke unitlink (dari komen dia yang lalu). Kenapa tidak semuanya saja di unitlink. Kan ada fasilitas Top Up juga. Kalo beli unitlink juga, beli reksadana juga, kemana segi praktisnya?

    Maunya kan one stop shopping. Ikut 1 unitlink dan nikmati semua fasilitas dan kemudahannya. Kan udah bayar ongkos lumayan besar (biaya akuisisi)?

  230. #293

    diluar kepraktisan yang merupakan kelebihan unit link dibanding BTAID, dimana kepraktisan ini harus dibayar muahal, coba anda kasih tau kelebihan unit link jagoan anda berikut ilustrasinya (siapa tau kami2 tertarik beli polis anda)

  231. # 295

    anda benar saya manusia bodoh (ini udah saya akui)dan terus terang saya ngga mudeng dengan logika anda yg berputar-putar.

    saking bodohnya saya perlu waktu gitu lama (14 bulan) untuk mengerti bahasa pinter unit link dan menyadari yg saya bayar ngga sebanding dengan yang saya dapet.

    untuk manusia pinter seperti anda tentu susah menjelaskan bahasa unit link yang pinter itu kepada nasabah2 bodoh kayak saya

  232. konsumen boleh teriak ‘merasa tertipu’ dan agen boleh teriak ‘produk saya transparan dan tidak menipu’.
    tapi penuntutan adalah harus dengan cara2 yg legal sesuai hukum yg berlaku.
    bukan melalui blog, opini atau apapun yg disampaikan tanpa disertai delik pengaduan penipuan.,
    ——————————————–

    oh ini pendapat orang bodoh lho ya…..

    kalau kita ‘merasa tertipu’ maka kita harus cari pengacara, tapi ngga boleh nulis di blog (walau blog pribadi sekalipun)

    tapi permasalahannya saya ngga punya duit buat bayar pengacara nih, juga ngga tau dimana cari pengacaranya (maklum tinggal di ndeso)

    yang saya lakukan cuma kasih tau temen2 dan sodara2 agar jangan ketipu (merasa ketipu) juga (oh salah juga ya? ngga boleh bilang ketipu karena belum diadukan kepolisi?)

    saya pikir boleh numpang di blognya priyadi(maklum ngga punya blog sendiri) buat sekedar sharing pengalaman karena merasa tertipu (wadoh…. ngga boleh ternyata pri, harus lapor/nuntut dulu nih….)

    mungkin maksudnya gitu? CMIIW (orang ndeso yang bodoh soalnya)

  233. #296

    Kalo beli unitlink juga, beli reksadana juga, kemana segi praktisnya?

    Artinya ybs sangat paham arti proteksi dan sangat paham arti “invest the difference”

  234. #300

    sekali lagi postingan orang bodoh:

    orang bodoh lagi belajar manajemen portofolio, dipelajaran tsb nanya sama guru yg pinter ttg macam2 jenis investasi, nah sang guru bilang banyak deh instrumen investasi dari mulai deposito, SBI, SUN, corporate bond, common stock, preferred stock, mutual fund, unit linked, derivative, property, commodity, forex, etc

    nah org bodoh nanya lagi (maklum bodoh hrs bnyk nanya)
    apa isi (jeroan) dari mutual fund? jawab beliau bisa macem2 tergantung composite nya contohnya mutual equity fund sebagian besar minimal 80% jeroannya common stock, atau fixed income yg jeroannya sebagian besar corporate bond yg layak invest, ETF, index fund, etc.

    nah unit linked itu makhluk apa pula? trus jeroannya apa aja?
    jawab beliau unit linked itu gabungan antara term life insurance dan mutual fund (bisa equity fund, fixed income fund, money market fund etc)

    nah klo beli sama2 equity fund misalnya, dimana diversifikasinya?:-?

  235. #300

    artinya ybs belum paham BTAID. koq masih minat sama 2 in 1 yang biaya racikannya mencapai 205% dari premi setahun yang dicicil 5 thn.

    Mau kemudahan pembayaran dari unitlink ? rasanya beli tradisional pun juga mudah, mau auto debet rekening, kredit card, perpanjangan otomatis, investasi autodebet juga bisa tiap bulan. rasanya faktor kemudahan jangan dibawa-bawa deh. fyi, di bank permata sudah ada rekening khusus investasi yang setiap bulannya akan di potong otomatis untuk dibeliin reksadana berikut dengan benefit tambahan seperti extra 2% investasi tambahan ketika memakai debit cardnya buat belanja

    Yah memang lebih susah dari tradisional yah itu, nyari produknya yang sangat jarang di tawarin.
    Ini tugas anda-anda dong (mungkin juga saya) yang jadi agen asuransi untuk ikut membuat bangsa ini melek asuransi. beberapa agen berani memakai embel2 financial consultant, buktiin dong kalau memang Anda ahli dalam memberikan solusi dan perencanaan keuangan, bukannya menjalankan SOP untuk menjual SEBUAH produk.

  236. #235 & 267, Mas Firesquid,

    sebentar Anda ngomong di whole Life ada nilai tunai sebentar tidak.

    Gmn nih ?

  237. #303

    saya punya whole life dari M*******, nilai tunainya dijamin (tertulis dipolis) bahkan nilai tunai pertanggungan tambahan dikasih sesuai ilustrasi walaupun dipolis ngga dijamin.

    FYI polis udah 6 thn, dan tiap tahun perusahaan ngasih pertanggunga tambahan sesuai janjinya di ilustrasi. karena masih sisa 4 thn (saya ambil 10 thn), saya berniat meneruskannya karena mendekati akhir kontrak.

  238. Tulisan bagus sekali Mas Priyadi,
    hampir saja saya terjebak oleh agen Prudential…
    Mohon ijin trackback ke blog saya yah Mas di:
    http://www.lexus.ladova.com

    Perusahaan asuransi memang tak lebih baik dari perusahaan sepatu Nike yang menjual sepatu seharga 1 juta dengan modal 50 ribu,
    Saya jauh lebih menghargai Ibu Murdaya Poo & Berca Group-nya serta Bapak Jakob Oetama & Kompas Gramedia-nya ketimbang penemu asuransi…

    Apa sih yang dijual perusahaan asuransi itu?
    Surat JAMINAN bermaterai 6 ribu perak yang berisi perjanjian bahwa ketika Anda menabung sekian juta per bulan dan pada waktu Anda mati,
    hak waris Anda berhak menerima sekian ratus juta?
    Coba lihat hanya dengan modal materai 6 ribu perak per tahun, mereka bisa mendapatkan dana segar sebesar 12 juta per bulan?
    Gross margin-nya berarti 12.000.000/6.000=2.000%
    Pantas saja Allianz bisa mendirikan stadion yang begitu megah di Inggris serta Prudential bisa mendirikan bangunan super megah di jantung Jakarta…
    SINTING!

    Memangnya Anda mati berapa kali dalam seumur hidup?
    Lha klo mereka tau Anda sudah punya penyakit kronis & bakal mati mereka juga ndak mau bikin perjanjian tersebut,
    betapa egois, licik, dan jahatnya mereka kan?
    Lha Anda matinya aja ndak tau kapan,
    kok udah disuruh bayar di depan setiap bulan lagi…
    Coba saja Anda tanya apa Anda bisa mengasuransikan rumah Anda yang berada di zona merah?
    TIDAK SAMA SEKALI!!

    Yang lebih parah Mas,
    margin yang sedemikian besar itu tidak dibagi ke agen maupun fund manager mereka secara adil, melainkan dilahap sekonyong-konyong oleh pemilik perusahaan asuransi sendiri!

    Saya bukannya anti KAPITALISME, Mas…
    Saya hanya ANTI PEMBODOHAN PUBLIK!

  239. To Rahmat
    #296

    Yang saya heran, bahkan firesquid pun hanya menyisihkan sedikit saja ke unitlink (dari komen dia yang lalu). Kenapa tidak semuanya saja di unitlink. Kan ada fasilitas Top Up juga. Kalo beli unitlink juga, beli reksadana juga, kemana segi praktisnya?

    Saya memang sudah ambil reksadana duluan baru kemudian mengenal unit link. Sebelumnya asuransi jiwa saya hanya mengandalkan fasilitas kantor.

    Dengan membayar cicilan berkala unitlink, seharusnya 3-4 tahun lagi nilai tunai unit link saya sudah mengejar total dana yg di reksadana.

    Mengenai return, memang hasil di reksadana lebih besar dari unit link. Reksadana merupakan instrument investasi, sedangkan unitlink merupakan produk asuransi + investasi yg lebih transparant daripada asuransi tradisional yg menjanjikan nilai tunai.

  240. To hutanlebat
    #303

    sebentar Anda ngomong di whole Life ada nilai tunai sebentar tidak.

    Gmn nih ?

    Saya pernah ditawari asuransi whole life dari BNI Life. Setoran 7 tahun, dan ada pengembalian nilai tunai setelah periode tertentu.

    Menurut saya, daripada ambil yg whole life tradisional, lebih baik ambil produk Unit Link. Lebih transparant dan lebih flexible.

  241. To Lexus
    #305

    Apa sih yang dijual perusahaan asuransi itu?

    Apakah rumah Bapak ada diasuransikan?
    Apakah kendaraan Bapak sudah diasuransikan?
    Apakah Bapak punya jas hujan/payung, walaupun bukan musim hujan?

    Perusahaan asuransi bukan menjual asuransi. Melainkan jasa pengalihan resiko kerugian. Misalnya rumah Bill Gates seharga 1 Miliar, jika terjadi gempa bumi atau kebakaran, maka Bill Gates kehilangan rumah seharga 1 Miliar tsb.

    Namun Bill Gates bisa mengalihkan resiko kehilangan 1 Miliar akibat gempa/kebakaran kepada perusahaan asuransi, dengan membayarkan biaya pengalihan resiko.

    Untuk asuransi jiwa, prinsipnya sama. Misalnya penghasilan Osama bin Laden dalam setahun adalah 500 Miliar. Jika Osama meninggal dunia, keluarga dia akan mengalami kerugian 500 Miliar dalam setahun.

    Tapi ada pilihan lain untuk manajemen resiko kerugian tsb. Osama bin Laden bisa mengalihkan kerugian keluarganya kepada perusahaan asuransi, berjaga-jaga kalau terjadi hal yg tidak diinginkan. Osama bin Laden harus ambil asuransi jiwa yg pertanggungan minimal 1 Triliun, dengan asumsi keluarganya bisa bertahan hidup selama 2 tahun sambil mencari nafkah.

    Jika perusahaan asuransi mempersulit proses pengajuan dengan berbagai survey dan medical check-up, hal itu wajar saja. Karena perusahaan asuransi merupakan perusahaan komersial, mereka mau cari untung. Sebagai nasabah, yg penting adalah klaim diurus dan dibayar.

  242. #285:

    unitlink terdiri dari 2 unsur pembentuk tapi tidak bisa dibeli secara terpisah dan karenanya tidak bisa dibandingkan dengan gabungan dari membeli 2 unsur tsb.

    which brings back to why I wrote this piece in the first place. ‘koran B’ sih inginnya konsumen berpikir begitu :). tapi kenapa harus gak bisa dibandingkan? coveragenya sama, duitnya ujung2nya juga diinvestasikan di tempat yang sama saja.

    kalau mau membaca dengan teliti pasti tahu.

    ini mirip2 dengan jualan ikan tangkepan 2 hari yang lalu di pasar. ada yang beli, tapi besoknya dia datang lagi dan protes “kok ikannya busuk sih??” dan dijawab dengan enteng “kalau ibu teliti pasti tahu kalo itu ikan busuk, saya kan sama sekali gak nutup2in dagangan saya.”

    melempar kesalahan kepada konsumen sih gampang. buat agen yang tiap hari kamis ditraining sih jelas pasti ngerti apa isi dari ilustrasinya. tapi coba sekali2 lihat dari sudut pandang calon nasabah yang sama sekali gak ngerti apa itu asuransi dan belum pernah sama sekali berinvestasi.

    #287:

    masalah mengenai opini yg terbentuk, bukankah anda2 (agen2) juga diberi kebebasan untuk mengconter tulisan2 priyadi? tapi kenyataannya kok anda2(agen2) bukannya membalas dgn argumen2 yg masuk akal, ini malah muter2 dan menyerang pribadi?

    harusnya sih agen juga ikut memberi masukan kepada perusahaan asuransinya berdasarkan apa yang dia dengar dari lapangan langsung. katanya agen itu perantara perusahaan asuransi dan nasabah. kalau bukan ke agennya, harus protes ke siapa lagi? lha mau mengkritik perusahaan asuransinya kadang2 juga dianggap memprotes agennya juga :).

    #291:

    Mas Pri, udah ada agen yang kirim ilustrasinya belom?

    belum tuh :)

    #294:

    sori tp kayaknya gue setuju dgn firesquid, Priyadi hanya membahas asuransi dari sisi ekonomis. gue masih percaya kalo unitlink memiliki kebaikan sendiri. yg gue sesalkan cuma perusahaan asuransi yg memiliki pilihan produk terbatas

    kita di sini gak bicara masalah kepercayaan. kalau memang ada kelebihan UL, silakan langsung aja dijelaskan di sini.

    tapi buat gua sih udah jelas. kalau konsumen sudah ngerti gimana cara beli term life & reksadana. maka tidak ada alasan lagi untuk beli UL. nilai jual UL itu sebenarnya hanya terletak pada ketidaktahuan nasabah.

  243. 1. Masa perlindungan sampai dengan usia 99 tahun tanpa perlu perpanjangan.

    2. Pada asuransi tradisional UP hanya diberi jika tertanggung meninggal. Pada (beberapa) UL, UP dapat diberi jika tertanggung mengalami cacat total tetap (tidak sampai meninggal)

    3. Rider / asuransi tambahan yang lebih menarik

    4. Memiliki nilai tunai

    5. dll :D

    Intinya gini aja deh. Udah liat iklan Esia yang baru kan, yang terakhir Agus Ringgo bilang “GSM mahal berlagak murah”

    Kalau semua pengguna GSM beralih ke Esia, setidak-tidaknya CDMA, gue kawin sama monyet!

    btw itu mas Lexus sebenernya anti UL ato anti asuransi sih..hehe

  244. Firesquid wrote:

    Dengan membayar cicilan berkala unitlink, seharusnya 3-4 tahun lagi nilai tunai unit link saya sudah mengejar total dana yg di reksadana.

    Ckckck…lama betul nunggu 3-4 tahun untuk ngejer investasi di reksadana yang tidak di-top up. Padahal yang unitlink setor tiap bulan. Hehehe….

    Tutup aja reksadananya bung. Masukin ke unitlink semua aja. Kan sama-sama pake reksadana index (atau saham?).

    Bukan diversifikasi namanya kalo sama-sama masuk instrumen yang sejenis. Beda menejer investasi bisa menghasilkan return yang berbeda (Fortis lebih bagus dari Manulife sampai saat ini), tapi pas index jatuh bebas, Fortis pun jatuh bebas juga. Tidak mungkin tidak.

  245. #309

    belum tuh :)

    Waduh, gimana neh para agen. Kayaknya emang mereka nyari orang yang gak ngerti buat dikibulin. Nyatanya ngirim ke Mas Pri (orang yg tahu asuransi) aja nggak mau. Padahal lumayan bisa promosi gratis di blog yang paling populer se-Indonesia. :-?

    #311

    Ckckck…lama betul nunggu 3-4 tahun untuk ngejer investasi di reksadana yang tidak di-top up. Padahal yang unitlink setor tiap bulan. Hehehe….

    HUAKAKAKAK :d

    @Priyadi
    Mas Pri, bikin topik baru dong. Ntar kepopuleran blog-nya kesusul ama blog-nya Pak Budi Rahardjo lho

  246. #311

    Ckckck…lama betul nunggu 3-4 tahun untuk ngejer investasi di reksadana yang tidak di-top up. Padahal yang unitlink setor tiap bulan. Hehehe….

    Jelas lama, hasil investasi yg sekali setor sudah besar jumlahnya tidak bisa dibandingkan dengan hasil investasi yg disetor secara cicilan.

    Misalnya Mas Rahmat investasi 500 juta, sekali setor. Setelah 3 tahun kemudian, Mas Rahmat punya kelebihan dana dan buka rekening baru untuk investasi yg besar setoran 80 juta pertahun.

    Anggap saja hasil investasinya sama, Mas Rahmat coba bantu saya hitung kapan cicilan 80 juta/tahun bisa menyusul nilai tunai yg sekali setor 500 juta tsb. :)

    Kita disini diskusi pakai logika, bukan pakai perasaan. Unit Link juga secara konsep dan logika tidak menipu, tapi feeling orang-orang tertentu saja yg “merasa tertipu”.

    Argument yg masuk akal dari orang-orang yg tidak suka unit link cuma “profit kurang”.

  247. #314 To Firesquid

    Makanya sampaikan dong berapa yang di reksadana dan berapa setoran bulanan unit link-nya. Kalaupun tidak dalam jumlah yang sebenarnya, minimal persentase-nya sama.

    Misalnya: Besar reksadana 3 tahun lalu 50jt, cicilan unit link 500rb/bln. Bilang aja: Reksadana 100 unit sementara unit link 1 unit/bulan.

    Simple….

    Gak usah kasih ilustrasi ke saya. Cashflow analisys, CBA, DCF, dah biasa saya kerjakan. Anda bikin aja sendiri yang aktual dana anda di reksadana dan unit link. Saya sendiri udah ada contohnya antara unitlink dan reksadana+termlife. Hasilnya mendingan BTAID. Jadi saya tutup polis unit link saya. Simple….

  248. Firesquid wrote:

    Argument yg masuk akal dari orang-orang yg tidak suka unit link cuma “profit kurang”.

    Please dech… Anda kayaknya tipe orang yang “murah hati”. Gaji kurang anda tidak komplain. Tagihan air dan listrik tidak sesuai anda tidak protes.

    “profit kurang” bukan “cuma”. Kan kita bicaranya: Mana yang lebih menguntungkan Unitlink atau BTAID?

    Lagipula yang jadi alasan bukan cuma “profit kurang”.

    Mau tau alasannya? Kita tanya GALILEO :)

    1. Sisi kepraktisan UL juga didapatkan di BTAID.
    Saya sudah bisa Autodebet untuk Termlife dan Internet Banking untuk Reksadana. Tidak perlu bayar untuk Top-Up dll. Inget lho biaya Top Up bukanlah biaya pembelian (subscription fee). Dan Top Up tidak bisa pake internet banking :d

    Nanti dibilang, “Tidak semua orang punya akses internet.” Hehehe… Setidaknya yang komen disini punya :p

    2. Bisa memilih perusahaan asuransi (selama punya Termlife) dan Manager Investasi dengan bebas. Di Unitlink, si A kerjasama dengan S, B kerjasama dengan T, dll.

    3. Mudah melakukan parkir dana (jika diperlukan).
    Ini dilakukan kawan saya pas Agustus 2007 dan Januari 2008 kemarin. Di unitlink gak bisa dana diambil begitu saja. Di Reksadana dari Manager Investasi bisa.

    Setidaknya masih ada 3 alasan lainnya kan selain “Cuma Profit KurangTM“.

    Biarlah pembaca blog yang menilai logis atau tidak logis kah komen saya di atas.

    Simple….

  249. [b]To basibanget[/b]:
    “btw itu mas Lexus sebenernya anti UL ato anti asuransi sih..hehe”
    Kan saya sudah bilang,
    saya setuju sekali dengan analisisi & opini Mas Pri bahwa:
    “kalau konsumen sudah ngerti gimana cara beli term life & reksadana. maka tidak ada alasan lagi untuk beli UL. nilai jual UL itu sebenarnya hanya terletak pada ketidaktahuan nasabah.”
    Sekali lagi saya katakan, saya tidak anti asuransi,
    UL, reksadana, maupun Obama!!!
    Saya hanya anti PEMBODOHAN PUBLIK!!!
    Analogi ini seperti iklan Ringgo di Esia…
    “Alah GSM mahal berlagak murah!”

    [b]To firesquid[/b]
    Anda SALAH besar apabila mengatakan saya tidak tahu asuransi,
    saya sangat setuju adanya perusahaan asuransi,
    saya sangat setuju bahwa sebuah resiko harus diasuransikan supaya kita bisa tidur pulas dan membiarkan perusahaan asuransi yang deg-degan bila terjadi sesuatu terhadap aset Anda…
    Namun, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan asuransi juga sangat-sangat takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka tidak mau menanggung resiko yang probabiltas klaim-nya di atas 20%. Apabila probabilitas klaim Anda masih di bawah 20%, mereka juga masih SANGAT TAKUT hingga harus me-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-asuransi.
    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-asuransi.
    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-re-asuransi.
    BAMM! Kaget Anda semua?
    That`s fact of life!

    Saya bukan anti kapitalime tapi saya SANGAT tidak suka cara sebuah perusahaan asuransi asing memeras uang nasabah mereka dengan premi yang sangat tinggi (bisa 5 kali lipat premi asuransi lokal), mengiming-imingi para karyawan yang sudah mapan untuk hengkang dan menjadi agen asuransi yang mengganggu para prospeknya dengan cold call yang SANGAT MENJENGKELKAN & menginjak-injak para agen mereka tanpa gaji bulanan yang memadai lalu menimbun profit yang luar biasa besarnya di Bank of London szerta membelikan bangunan super mewah serta stadion canggih di Manchaster…
    That`s fact of LIFE!

  250. To Rahmat
    #316
    Perbandingan yg Anda lakukan keliru. Produk Unitlink tidak bisa dibandingkan dengan membeli Term Life + Investasi.

    Saya yakin Anda punya rumah pribadi. Pernahkah Anda membandingkan membeli rumah dengan sewa apartemen dan beli tanah kosong secara terpisah?

    Ketika Anda memutuskan membeli sebuah rumah, pasti Anda punya pertimbangan tertentu kenapa membeli rumah tsb. Padahal Anda bisa mendapatkan fasilitas yg bagus dengan menyewa apartemen, jika sudah bosan pindah aja. Sedangkan harga tanah selalu mengalami kenaikan harga tiap tahunnya, anggap sebagai investasi.

    Anda bisa memikirkan konsep untuk membandingkan unit link dengan beli asuransi + investasi secara terpisah, kenapa untuk beli rumah tidak dilakukan demikian juga?

  251. Yg dikatakan Mas Rahmat memang betul, itu adalah kelebihan beli Term Life + Investasi secara terpisah. Namun bukan berarti UnitLink juga tidak punya kelebihan.

    Kelebihan pertama pada Unit Link, adalah Whole Life Insurance. Perusahaan asuransi tidak akan menolak perpanjangan polis (selama polis tidak mengalami lapse), sampai dengan usia yg ditentukan, misalnya :
    – usia 99 untuk jiwa
    – usia 80 untuk sakit kritis
    – usia 65 untuk rumah sakit

    Kelebihan kedua adalah service yg diberikan oleh agen. Seorang agen asuransi yg profesional akan membantu nasabahnya merancang dan memantau kebutuhan financial dan asuransi, seumur hidup. Untuk mendapatkan service ini, cukup membeli produk yg direkomendasikan oleh agen tsb. Silahkan bandingkan service ini dengan jasa yg ditawarkan oleh Financial Advisor Independent.

    Kelebihan yg kedua ini sangat tergantung pada agen. Sayangnya banyak org yg mengambil unitlink hanya karena agen tsb merupakan teman/saudara. Atau mungkin karena sekeda terkesan dgn gaya bicara agen tsb. Jadi, pilihlah agen yg profesional, yg mengerti kebutuhan finansial Anda.

    Kelebihan ketiga adalah, transparansi mengenai segala biaya. Dimana transparansi biaya ini sulit diketahui dari asuransi tradisional, baik term life maupun whole life.

    Kelebihan keempat adalah, perusahaan yg menjual unit link kepada saya sudah diakui beberapa media terkenal sebagai asuransi jiwa terbaik di Indonesia.
    Karena produk asuransi jiwa dan investasi merupakan bisnis kepercayaan, tentu saja saya lebih percaya pada perusahaan terbaik daripada perusahaan lain yg sekedar ‘baik’. Produk yg terbaik, tentu saja harganya juga lebih mahal.

    Beberapa media terkenal yg memberikan rating terbaik, antara lain : Harian Bisnis Indonesia, Majalah Info Bank dan Investor. Saya percaya beberapa media besar tsb punya penilaian yg objektif daripada sekedar opini beberapa orang.

  252. to Lexus
    #317

    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-asuransi.
    Nah, perlu Anda ketahui pula, bahwa perusahaan re-re-asuransi juga takut menanggung resiko tersebut, karena itu mereka me-re-re-reasuransi-kan resiko Anda ke perusahaan re-re-re-asuransi.

    Bisa tolong jelaskan seperti apa perusahaan re-asuransi itu. Kalau bisa sekalian penjelasan perusahaan re-re-re-asuransi yg dimaksudkan.

    Saya pikir Anda tidak keberatan untuk sekedar sharing info. Banyak pembaca yg awam mengenai asuransi, dan pemahamannya tidak sebagus Anda.

    Saya bukan anti kapitalime tapi saya SANGAT tidak suka cara sebuah perusahaan asuransi asing memeras uang nasabah mereka dengan premi yang sangat tinggi (bisa 5 kali lipat premi asuransi lokal),

    Jadi, menurut Anda…untuk benefit 2-in-1 yg ditawarkan produk asuransi tsb, berapa premi yg pantas. Mungkin Anda boleh jelaskan bagaimana perbandingannya dengan produk serupa dari perusahaan asuransi lokal.

    mengiming-imingi para karyawan yang sudah mapan untuk hengkang dan menjadi agen asuransi yang mengganggu para prospeknya dengan cold call yang SANGAT MENJENGKELKAN

    Saya cukup setuju dengan point ini.
    Menurut Anda, bagaimana sebaiknya cara cold call yg tidak menjengkelkan. Saya rasa masukan dari Anda sangat berguna bagi semua agen asuransi.

    menginjak-injak para agen mereka tanpa gaji bulanan yang memadai

    Kalo ini, terserah agennya aja. Udah tau tanpa gaji bulanan yg memadai, tapi masih mau aja dijadikan agen oleh perusahaan tsb.

  253. To #319 Firesquid

    Analogi Rumah vs Tanah+Apartment adalah keliru sekali. Manfaat yang ditawarkan oleh apartment dengan rumah udah beda banget.

    Dalam UL vs BTAID, Priyadi udah ngasih ilustrasi yang jelas dan lugas. Manfaatnya sama hanya biayanya berbeda. TIDAK PERLU ANALOGI!

    Sesuatu yang Simple kok dipersulit. Tanya Kenapa?

    Selain itu, keuntungan di bawah ini rasanya tidak selalu diperlukan:

    – usia 99 untuk jiwa
    – usia 80 untuk sakit kritis
    – usia 65 untuk rumah sakit

    Kalau saya masih diberi umur sampai 55tahun (rencana pensiun saya), saya tidak perlu lagi asuransi jiwa. Yang saya perlukan adalah annuitas. Kenapa? Kalo anda tidak tahu, tanya sama Priyadi.

    Saat ini saya bisa menyisihkan 5jt/bln untuk investasi. Dengan asumsi penghasilan dan pengeluaran saya tetap (biasanya sih tiap tahun ada salary adjustment yang nilainya masih lebih tinggi dari inflasi) maka saat umur 55 tahun (25 tahun lagi) dengan asumsi pertumbuhan investasi 14%/tahun (standar ilustrasi UL) maka dana yang saya miliki menjadi 13.5M.

    Dengan asumsi inflasi 10%/tahun, dana itu setara dengan 1.25M saat ini (cukup besar buat saya).

    Dengan dana yang ada, saya cari instrumen baru yang bisa memberi saya penghasilan sesuai kebutuhan saya saat itu sampai saya meninggal.

    Gimana dengan anak-anak saya? Anak saya yang paling kecil sudah 5tahun. 25 tahun lagi usianya sama dengan saya saat ini (30 tahun).

    Untuk sakit kritis dan rumah sakit, saya bisa ambil asuransi kesehatan sesuai kebutuhan.

    Tidak perlu analogi-analogi yang malah bikin susah. Cukup dilihat saja polisnya. Beli UL dapat apa saja. Beli termlife dengan rider-rider yang ada dapatnya apa. Untuk investasinya, kita inveskan sendiri via MI yang sama dengan UL boleh pake MI yang lebih bagus juga ada.

    Simple…. Gak usah pake analogi-analogi lagi dech. Mending kalo bener analoginya.

    Rumah aja ada yang tanahnya HGB ada yang Hak Milik. Ini beda lho. Bandingin beli rumah nyicil dengan sewa rumah dan selisihnya di-investasikan juga berbeda. Gak usah analogi lagi deh. BEDAH POLIS AJA!

    Di UL, untuk setiap manfaat yang kita dapat, kita harus bayar: UP sekian premi sekian. Kesehatan GOLD bayar sekian/bln dapat manfaat sekian. SILVER bayar sekian/bln dapat manfaat sekian. Setelah premi asuransinya dibayar, barulah sisanya diinvestasikan ke MI yang jadi rekanan.

    Nah…kita bisa me-replikasi-kan apa yang dilakukan oleh UL tadi ke BTAID. Ini yang dilakukan PRIYADI dalam ilustrasinya. Ternyata lebih mudah mempraktekkannya daripada membuat ilustrasinya.

    Mau bukti??? Sudah saya lakukan. Simple….gak ribet kayak beli tanah plus sewa apartment (atau beli tanah+beli apartment?).

  254. Firesquid wrote:

    Kelebihan kedua adalah service yg diberikan oleh agen. Seorang agen asuransi yg profesional akan membantu nasabahnya merancang dan memantau kebutuhan financial dan asuransi, seumur hidup.

    Ini buat saya omong kosong belaka. Pelayanan seumur hidup hanya lip service saja. Agen kan boleh saja berhenti bekerja dan pindah ke perusahaan lain yang menurut dia lebih baik. Apakah dia tetap harus melayani kita juga? Dia dimana saja kita tidak tahu. Jangan menjanjikan yang tidak pasti.

    Kelebihan ketiga adalah, transparansi mengenai segala biaya. Dimana transparansi biaya ini sulit diketahui dari asuransi tradisional, baik term life maupun whole life.

    Di Termlife, saya tidak peduli berapa komisi agen, berapa biaya ini dan itu. Saya cuma tahu: Saya BAYAR 1.5jt/tahun dapat UP 500jt. Ada perusahaan lain yang sama-sama bagus cukup BAYAR 1.4jt/thn dapat UP 500jt. LOGIS kan kalo nasabah pilih yang 1.4jt/thn. SELESAI.

    DI UL, belum ada agen yang bilang, “80% setoran tahun pertama dan 20% setoran tahun kedua untuk komisi agen dan perusahaan.”

    Saya juga tidak perduli perincian biaya di UL, tapi saya peduli dengan porsi investasi saya. Jika saya setor 7.5jt/bln, saya mau tahu berapa yang untuk asuransi dan berapa untuk investasi. Di sini, UL tidak transparan.

    Saya pernah punya polis UL kok. Ternyata porsi investasi yang tersisa jauh lebih kecil daripada kalo kita beli asuransi termlife dan meng-investasi-kan sisanya (BTAID). Banyak sekali potongannya.

    Kayaknya anda gak mau mengerti penjelasan Priyadi untuk masalah ini.

    Bukan masalah berapa biaya-biaya di Termlife selama kita bayar Sekian kita dapat Begini. Untuk Unitlink, kita punya porsi investasi yang adalah uang kita. Besarnya porsi ini kan setelah dipotong biaya-biaya yang ada. Nah biaya-biaya yang ada ini yang tidak transparan ke nasabah. Setidaknya, terbukti bahwa hasil BTAID lebih dari UL.

  255. #319:

    Anda bisa memikirkan konsep untuk membandingkan unit link dengan beli asuransi + investasi secara terpisah, kenapa untuk beli rumah tidak dilakukan demikian juga?

    kalau anda harus beranalogi, anda harus pastikan 1. penjelasan anda membutuhkan penggunaan analogi, 2. anda harus tahu batas2an analogi tersebut.

    anda gak ngerti batas2an analogi yang anda gunakan tersebut. bangunan+tanah vs asuransi+investasi jelas punya karakteristik yang jauh berbeda:

    * bangunan punya nilai utilitas, asuransi jiwa tidak. asuransi jiwa tidak bisa ‘dipakai’.
    * semua orang butuh tempat tinggal, selamanya. tidak semua orang butuh asuransi jiwa, dan tidak ada orang yang butuh asuransi jiwa sepanjang hidupnya.
    * kepemilikan rumah memberikan manfaat opportunity cost dari imputed rent, asuransi jiwa tidak.

    #320:

    Beberapa media terkenal yg memberikan rating terbaik, antara lain : Harian Bisnis Indonesia, Majalah Info Bank dan Investor. Saya percaya beberapa media besar tsb punya penilaian yg objektif daripada sekedar opini beberapa orang.

    ini sebenarnya parameter yang nyaris sama sekali tidak relevan bagi nasabah asuransi. ini sama dengan kalau anda memutuskan membeli shampoo clear hanya karena unilever adalah produsen shampoo yang paling gede profitnya, atau anda memutuskan menggunakan microsoft windows hanya karena microsoft adalah produsen sistem operasi yang paling besar profitnya.

  256. Selama ini saya juga bingung dengan analogi rumah untuk term vs UL ini. Tapi akhirnya saya bisa juga pakai analogi tsb untuk kasus term vs UL ini, tapi kesimpulannya justru beda dg Firesquid.
    (Ini pernah saya tulis juga di forum lain)

    kontrak rumah : beli manfaat dari rumah yaitu sebagai tempat bernaung selama masa kontrak.
    beli rumah : beli kepemilikan atas benda rumah tsb, plus mendapat manfaat rumah yaitu tempat bernaung (jika kita tempati) selama kita suka.

    term life : beli manfaat asuransi yaitu perlindungan asuransi selama masa berlaku kontrak
    whole life : beli manfaat perlindungan asuransi selamanya (tapi masa pembayarannya selama 5 atau 10 th).

    Untuk kasus asuransi yang kita beli adalah manfaat perlindungan asuransi, tapi kita tidak beli kepemilikan / saham perusahaan asuransi. Jadi termlife atau UL tidak sama dengan beli rumah. Untuk rumah ada untungnya kepemilikan atas rumah karena selain untuk ditinggali sendiri, rumah bisa disewakan, dijual lagi, atau diwariskan. Nah itu kan tidak ada pada asuransi baik term maupun wholelife / UL.

    Kalau mau dipaksa juga analogi rumah dengan asuransi, mungkin lebih tepat begini.

    Kasus 1 (termlife) :
    Anda ngontrak rumah saya. Tiap tahun perpanjang. Kenaikan biaya kontrak tiap tahun sudah disepakati sejak awal. Saya jamin anda bisa perpanjang, jika anda setor uang kontraknya.

    Kasus 2 (UL) :
    Anda ngontrak rumah saya. Uang disetor lebih mahal dari kontrak biasa, tapi sebagian uang kontrak anda saya investasikan di saham dg segala resikonya. Hasil investasi milik anda, bisa diambil diakhir periode, atau kapan saja anda suka. Anda boleh juga stop bayar setoran kontrak, karena akan saya ambil dari dana investasi anda. Jika dana investasi anda kurang dari biaya sewa, tentu anda out dari rumah saya.

    Intinya, term atau UL sama-sama ngontrak.

    Percaya tidak, saya selama ini sudah menerapkan cara no 2 dalam mengontrakkan rumah saya.

  257. #326:

    Anda ngontrak rumah saya. Uang disetor lebih mahal dari kontrak biasa, tapi sebagian uang kontrak anda saya investasikan di saham dg segala resikonya. Hasil investasi milik anda, bisa diambil diakhir periode, atau kapan saja anda suka. Anda boleh juga stop bayar setoran kontrak, karena akan saya ambil dari dana investasi anda. Jika dana investasi anda kurang dari biaya sewa, tentu anda out dari rumah saya.

    ide bagus. kalau anda mau berhenti ngontrak dan rumah saya jebol, saya pakai duit anda untuk perbaikan :)

  258. To Rahmat
    #322

    Analogi Rumah vs Tanah+Apartment adalah keliru sekali. Manfaat yang ditawarkan oleh apartment dengan rumah udah beda banget.

    Kenapa bisa keliru
    Rumah
    Bangunan rumah = utk tempat tinggal
    Tanah atas bangunan = utk investasi

    Apartemen
    Bangunan apartemen = utk tempat tinggal
    Tanah = utk investasi

    Baik harga bangunan rumah maupun harga bangunan apartemen, tiap tahunnya mengalami penyusutan nilai. Juga ada biaya-biaya maintenance.

    Kalau saya masih diberi umur sampai 55tahun (rencana pensiun saya), saya tidak perlu lagi asuransi jiwa.
    .
    .
    .
    .
    Untuk sakit kritis dan rumah sakit, saya bisa ambil asuransi kesehatan sesuai kebutuhan.

    Mungkin pendapat Anda benar dan sangat sesuai dengan kebutuhan Anda. Namun saya ada beberapa masukan juga.

    Pertama, asuransi kesehatan tidak bisa diambil terpisah dari jiwa. Setiap asuransi kesehatan pasti ada pertanggungan meninggal juga, walaupun nilainya minimal.

    Kedua, jika mengambil asuransi yg fokus di manfaat kesehatan dengan model Term Life, ada kemungkinan perpanjangan bisa ditolak jika nasabah sudah pernah klaim yg cukup besar. Walaupun tidak ditolak, preminya akan menjadi jauh lebih mahal dari yg seharusnya. Kondisi nasabah tsb dalam istilah asuransi disebut kena premi sub-standart.

    Ketiga, orang menjadi sering sakit-sakitan justru di usia 55++. Anggap saja Anda bisa self insurance, karena dana Anda yg di investasi lain cukup besar. Kalau dipakai terus untuk pengobatan, bukankah akhirnya akan habis juga.
    Dengan kata lain, asuransi jiwa memang dibutuhkan seumur hidup. Sayangnya manfaat kesehatan di UnitLink hanya bisa diperpanjang sampai usia 65. Tapi untuk yg manfaat sakit kritis masih bisa diperpanjang sampai usia 75.

    #323

    Pelayanan seumur hidup hanya lip service saja. Agen kan boleh saja berhenti bekerja dan pindah ke perusahaan lain yang menurut dia lebih baik.

    Mungkin di beberapa perusahaan asuransi jasa pelayanan seumur hidup cuma lip service.
    Tapi di Prudential, mereka ada sistem yg bisa memberikan agen pengganti, jika agen yg bersangkutan sudah meninggal dunia atau putus kontrak dari perusahaan. Dan ini yg menjadi salah satu pertimbangan saya ambil unit link dengan Prudential. Ini juga merupakan salah satu manfaat dari biaya akuisisi yg saya bayarkan.

    Saya juga tidak perduli perincian biaya di UL, tapi saya peduli dengan porsi investasi saya. Jika saya setor 7.5jt/bln, saya mau tahu berapa yang untuk asuransi dan berapa untuk investasi. Di sini, UL tidak transparan.
    .
    .
    .
    Untuk Unitlink, kita punya porsi investasi yang adalah uang kita. Besarnya porsi ini kan setelah dipotong biaya-biaya yang ada. Nah biaya-biaya yang ada ini yang tidak transparan ke nasabah.

    Saya tidak tau dulu Anda ambil asuransi unit link dari perusahaan mana. Tapi di Prudential, semua biaya sangat transparan.

    Sori buat agen asuransi dari perusahaan lain, bukan bermaksud promosi. Tapi saya cuma sharing pendapat doank mengenai kelebihan produk yg saya ambil.

  259. #to Mas Priyadi
    Analogi yg saya pakai tidak keliru. Saya tidak membandingkan fungsi rumah dengan fungsi asuransi, melainkan beli rumah vs kontrak rumah + inves tanah.

    Saya tau dengan jelas bahwa produk rumah dan asuransi sangat berbeda, harganya aja udah beda jauh sekali. Mas Priyadi tidak usah repot-repot menjabarkan fungsi rumah.

    Mas Priyadi sewaktu kecil tentu pernah mendengarkan berbagai dongeng kisah binatang. Dongeng tsb merupakan analogi/perupamaan kehidupan manusia.

    Saya juga memakai analogi cerita beli rumah untuk memudahkan pengertian mengenai konsep beli Unit Link. Mas Priyadi bilang rumah bisa dipakai untuk tinggal seumur hidup, demikian juga Unit Link bisa dipakai untuk asuransi jiwa seumur hidup.

    ini sebenarnya parameter yang nyaris sama sekali tidak relevan bagi nasabah asuransi. ini sama dengan kalau anda memutuskan membeli shampoo clear hanya karena unilever adalah produsen shampoo yang paling gede profitnya,

    Anda keliru, konsumen banyak memilih Clear karena produk samponya cocok untuk dipakai dan gampang dicari di pasar. Konsumen yg puas akan cerita ke teman/saudara. Dengan demikian makin banyak yg tertarik dengan produk tsb. Kalo saya sih sudah pakai SunSilk selama belasan tahun, malas mau coba yg lain.

    atau anda memutuskan menggunakan microsoft windows hanya karena microsoft adalah produsen sistem operasi yang paling besar profitnya.

    Banyak orang pakai microsoft windows karena enak dipakai dan sangat kompatible dengan berbagai aplikasi. Lagipula di Indonesia ini kebanyakan orang pakai yg bajakan, perduli amat dengan profit microsoft.

    Anda boleh survey sendiri, kenapa banyak orang yg tidak mau meninggalkan windows dan beralih ke linux. Padahal sekarang ini tampilan windows-nya linux juga sudah sangat user friendly (menurut saya).

    Bagi kalangan IT, mungkin Linux merupakan pilihan utama. Namun bagi kalangan non-IT seperti saya, lebih baik pakai windows saja. Setidaknya saya bisa bermain Ragnarok, Seal Online dan DotA dengan nyaman :).

  260. To #328 Firesquid,

    Terima kasih atas infonya, tapi saya sudah putuskan memakai BTAID. Lebih simple buat saya. Saya buat rencana-rencana keuangan ke depan, setelah itu, saya beli asuransi untuk proteksi atas rencana-rencana saya itu. Saya cari perusahaan asuransi yang memiliki track record bagus (tidak perlu perusahaan terbaik). Saya sering denger juga ada nasabah komplain ke Bank Ternama, Supermarket Terkenal, dll. Yang terbaik belum tentu cocok untuk semua orang bukan?

    Untuk investasinya, diversifikasi tentu saja. Porsi terbesar saat ini ya di reksadana saham yang memang masih bagus gainnya. Untuk Manager Investasinya, saat ini yang saya cocok adalah Fortis. Kenapa gak Makinta Mantap? Returnnya lebih gede lho. Ya buat saya, selama target gain saya terpenuhi, dana aman dan mudah ya udah.

    Untuk analogi rumah ya saya gak setuju. Kayaknya saya pernah ngasih jawaban deh di diskusi sebelumnya. UL vs BTAID tidak bisa dianalogikan dengan BELI RUMAH (NYICIL) vs SEWA RUMAH + INVEST (BELI TANAH). Tanya Kenapa?

    Untuk asuransi, buat saya selama manfaat yang diberikan setara (tidak perlu identik), saya pilih yang murah (tapi tidak murahan).

    Untuk rumah, sewa dan beli cuma punya kesamaan: TEMPAT TINGGAL. Tapi ada beberapa yang tidak selalu bisa dilakukan di rumah sewaan dan rumah yang dibeli: renovasi, bikin kamar2 untuk di-kost-kan, buka usaha (warung, bengkel, dll), ada kebanggaan juga punya rumah sendiri daripada ngontrak terus. Lah…premi unitlink/asuransi gak bikin bangga. Dua-duanya cuma sebagai proteksi saja (porsi asuransinya).

    Lagipula, selisih antara cicilan rumah dan sewa rumah tidak terlalu jauh. Diinvestasikan selisihnya juga belum tentu nantinya bisa untuk beli rumah/tanah. Mending nyicil rumah saja. Tidak perlu bayar sewa, nantinya dapat rumah.

    Sementara UL vs BTAID sudah jelas tidak terkejar tuch pertumbuhan investasi di BTAID dengan manfaat asuransi yang sama dengan unit link.

  261. #328:

    Pertama, asuransi kesehatan tidak bisa diambil terpisah dari jiwa. Setiap asuransi kesehatan pasti ada pertanggungan meninggal juga, walaupun nilainya minimal.

    salah. gak semua asuransi kesehatan punya pertanggungan meninggal.

    Kedua, jika mengambil asuransi yg fokus di manfaat kesehatan dengan model Term Life, ada kemungkinan perpanjangan bisa ditolak jika nasabah sudah pernah klaim yg cukup besar. Walaupun tidak ditolak, preminya akan menjadi jauh lebih mahal dari yg seharusnya. Kondisi nasabah tsb dalam istilah asuransi disebut kena premi sub-standart.

    salah. manfaat kesehatan yang nempel di UL juga pakai model begini.

    Ketiga, orang menjadi sering sakit-sakitan justru di usia 55++. Anggap saja Anda bisa self insurance, karena dana Anda yg di investasi lain cukup besar. Kalau dipakai terus untuk pengobatan, bukankah akhirnya akan habis juga.

    salah. sama aja bung. dengan ikut asuransi justru probabilitasnya jauh lebih besar anda keluar uang lebih besar untuk bayar premi asuransi daripada anda bayar biaya perawatan pakai uang anda sendiri. kalau ada duitnya mendingan bayar pakai duit sendiri, kemungkinan besar justru bakalan lebih murah dibandingkan ikutan asuransi.

    Dengan kata lain, asuransi jiwa memang dibutuhkan seumur hidup. Sayangnya manfaat kesehatan di UnitLink hanya bisa diperpanjang sampai usia 65. Tapi untuk yg manfaat sakit kritis masih bisa diperpanjang sampai usia 75.

    salah. asuransi jiwa gak dibutuhkan seumur hidup. cuma perusahaan/agen asuransi yang ingin seperti itu :).

    #329:

    Anda keliru, konsumen banyak memilih Clear karena produk samponya cocok untuk dipakai dan gampang dicari di pasar blah blah blah

    exactly. gak pernah saya lihat di iklan shampoo clear mereka promosi dengan bilang “unilever adalah produsen shampoo yang paling gede untungnya”, karena itu stupid. sama stupidnya dengan bilang “asuransi X adalah asuransi terbaik Y tahun berturut2 versi majalah Z, dan karena itu produknya juga terbaik”

  262. salah. gak semua asuransi kesehatan punya pertanggungan meninggal.

    Bisa tolong sebutkan produk dari perusahaan yg mana?
    Biar pembaca bisa cross check sendiri.

    salah. manfaat kesehatan yang nempel di UL juga pakai model begini.

    Mungkin ini manfaat asuransi kesehatan dari Unit Link perusahaan Mas Priyadi :)

    Kalau ambil rider asuransi kesehatan di Prudential, bisa dicover sampai usia 65. Walaupun sebelum usia 65 pernah melakukan klaim sakit kritis.

    dengan ikut asuransi justru probabilitasnya jauh lebih besar anda keluar uang lebih besar untuk bayar premi asuransi daripada anda bayar biaya perawatan pakai uang anda sendiri. kalau ada duitnya mendingan bayar pakai duit sendiri, kemungkinan besar justru bakalan lebih murah dibandingkan ikutan asuransi.

    Argument ini tidak memiliki dasar fakta yg kuat. Saya yakin Mas Priyadi belum pernah sakit kritis. Lagipula Mas Priyadi belum pernah berusia 55++, dan belum menderita sakit-sakitan. Jadi lagi-lagi (dan lagi?) Mas Priyabi membuat argumen berdasarkan asumsi, bukan fakta.

    Beberapa bulan yg lalu Om saya menderita gejala stroke, masih muda, usia 52. Kalau Mas Priyadi bilang bayar sendiri lebih murah daripada biaya asuransi, coba tebak berapa biaya perawatan rumah sakit selama 11 hari? Dirawat di RS Medistra, Tebet.

    Setelah dapat info, nanti kita coba bandingkan dengan biaya asuransi unit link Prudential dia untuk yg rider kesehatan tahun berjalan. Sejak masuk dirawat sampai keluar rumah sakit, biaya berobat om saya ditanggung semua oleh Prudential. Berapa besar biaya asuransi untuk rider kesehatan, nanti saya akan coba tanyakan sama Tante saya.

    salah. asuransi jiwa gak dibutuhkan seumur hidup.

    Untuk Mas Priyadi sendiri mungkin memang tidak perlu. Tapi Anda tidak bisa menyamakan semua orang dengan diri Anda yg “merasa” tidak repot dalam mengelola resiko dan pengelolaan finansial.

    Sekarang ini usia harapan hidup bukan lagi 65 tahun. Berkat kemajuan ilmu kedokteran, usia harapan hidup sudah menjadi 75.

    Karena kehebatan ilmu kedokteran ini, penyebab kematian utama bukan lagi karena penyakit infeksi kuman seperti TBC, Malaria, dan sejenisnya. Penyakit yg menjadi penyebab utama kematian lebih disebabkan kegagalan sistem organ. Misalnya kencing manis, sakit jantung, stroke, kanker, bahkan lupus. Dan usia 55++ merupakan usia yg rentan terkena penyakit degeneratif tsb.

    Kalau misalnya ambil asuransi jiwa hanya sampai usia 60, sedangkan penyakit mulai berdatangan di usia 61…bukankah sama saja harta akan terkuras untuk pengobatan. Apalagi kalau orang tsb tidak memiliki pengelolaan keuangan yg bagus.

    Lagi-lagi (dan lagi?) argument Anda hanya berkutat dengan asumsi pribadi. Tidak melihat realita sebenarnya yg ada di masyarakat.

  263. #332:

    Bisa tolong sebutkan produk dari perusahaan yg mana? Biar pembaca bisa cross check sendiri.

    allianz dan sinarmas, at least.

    Kalau ambil rider asuransi kesehatan di Prudential, bisa dicover sampai usia 65. Walaupun sebelum usia 65 pernah melakukan klaim sakit kritis.

    sayangnya, yang saya baca di polisnya gak gitu :)

    Argument ini tidak memiliki dasar fakta yg kuat. Saya yakin Mas Priyadi belum pernah sakit kritis. Lagipula Mas Priyadi belum pernah berusia 55++, dan belum menderita sakit-sakitan. Jadi lagi-lagi (dan lagi?) Mas Priyabi membuat argumen berdasarkan asumsi, bukan fakta.

    mas mas. uang pertanggungan asuransi itu gak turun dari langit. uang pertanggungan itu ya asalnya dari premi yang dibayarkan nasabah juga. karena perusahaan asuransi juga cari untung, maka uang pertanggungan total yang dibayarkan perusahaan asuransi itu PASTI lebih kecil daripada premi yang mereka dapatkan. dan oleh karena itu PASTI bakalan lebih banyak nasabah yang bayar premi lebih besar daripada UP yang didapatkan, ketimbang nasabah yang UP yang didapatkannya lebih besar daripada premi yang mereka bayarkan. kalau memang UP yang dikeluarkan lebih besar daripada premi yang diterima, mendingan sekalian gak usah buka perusahaan asuransi :).

    dari sudut pandang nasabah sih, kalau resiko finansial besarnya gak seberapa dibandingkan aset yang dimiliki mendingan resikonya ditanggung sendiri daripada diasuransikan. kalau diasuransikan, kemungkinannya LEBIH BESAR kita bakalan keluar duit lebih banyak daripada kalau resikonya kita tanggung sendiri. asuransi itu HANYA diperlukan kalau resikonya gak bisa ditanggung oleh kita sendiri.

    kalau resikonya bisa ditangani sendiri tapi tetap ikut asuransi, namanya itu bukan manajemen resiko, tapi GAMBLING. yang sebenarnya tadinya gak punya resiko finansial, dengan ikut asuransi dia justru akan menciptakan resiko baru. setoran premi asuransi di sini berubah fungsi menjadi TARUHAN. dia menang kalau premi uang taruhan yang dia setorkan lebih kecil daripada uang pertanggungan uang kemenangan yang akan dia dapatkan. dan kemungkinan dia menang PASTI lebih kecil daripada kemungkinan dia kalah karena perusahaan asuransi bandar pasti untung.

    Sekarang ini usia harapan hidup bukan lagi 65 tahun. Berkat kemajuan ilmu kedokteran, usia harapan hidup sudah menjadi 75.

    Karena kehebatan ilmu kedokteran ini, penyebab kematian utama bukan lagi karena penyakit infeksi kuman seperti TBC, Malaria, dan sejenisnya. Penyakit yg menjadi penyebab utama kematian lebih disebabkan kegagalan sistem organ. Misalnya kencing manis, sakit jantung, stroke, kanker, bahkan lupus. Dan usia 55++ merupakan usia yg rentan terkena penyakit degeneratif tsb.

    ikut asuransi itu untuk apa? mengatasi resiko finansial atau resiko meninggal dunia/penyakit kritis? meninggal dunia atau kena penyakit kritis itu bukan resiko, tapi suatu kepastian. asuransi jiwa hanya berurusan dengan resiko finansial.

    justru setelah pensiun itu resiko finansialnya sudah terbalik total. resikonya sudah bukan kehilangan penghasilan gara2 meninggal/kecelakaan/CI, tapi ‘kehabisan bensin’ gara2 hidup terlalu lama. ikut asuransi jiwa tahap ini JUSTRU akan menambah beban resiko finansial.

    Kalau misalnya ambil asuransi jiwa hanya sampai usia 60, sedangkan penyakit mulai berdatangan di usia 61…bukankah sama saja harta akan terkuras untuk pengobatan. Apalagi kalau orang tsb tidak memiliki pengelolaan keuangan yg bagus.

    sama aja bung. harta juga bisa terkuras untuk bayar premi asuransi. dan kemungkinannya PASTI lebih besar anda akan keluar duit lebih banyak untuk bayar premi asuransi dibandingkan bayar sendiri biaya pengobatan.

  264. allianz dan sinarmas, at least.

    Jawaban Mas Priyadi salah.
    Produk asuransi kesehatan dari kedua perusahaan tsb ada memberikan santunan kematian. Tidak perlu langsung percaya dengan kata-kata saya, silahkan hubungi customer service atau agennya.

    Ada baiknya Mas Priyadi melakukan survey dulu sebelum memberikan jawaban. Kekeliruan ini merupakan salah satu bukti bahwa Mas Priyadi keseringan ber-asumsi dan tidak berbicara berdasarkan fakta.

    sayangnya, yang saya baca di polisnya gak gitu

    Dan lebih sayangnya lagi, Anda tidak mengerti dengan polis yg Anda baca :D. Melainkan sekedar “merasa” mengerti.

    Di polis tsb memang ada dituliskan bahwa “tertanggung atau perusahaan berhak menolak perpanjangan manfaat”, tapi Mas Priyadi pasti belum mempelajari alasan perusahaan tsb menolak perpanjangan.

    uang pertanggungan asuransi itu gak turun dari langit. uang pertanggungan itu ya asalnya dari premi yang dibayarkan nasabah juga. karena perusahaan asuransi juga cari untung, maka uang pertanggungan total yang dibayarkan perusahaan asuransi itu PASTI lebih kecil daripada premi yang mereka dapatkan.

    Ya…saya tau uang pertanggungan bukan datang dari langit. Tapi uang pertanggungan seseorang juga bukan berasal dari setoran premi seorang nasabah doank.

    Mas Priyadi tentu tau, mau masuk asuransi jiwa prosedurnya rumit sekali. Harus medical check-up lalu isi quesioner kesehatan, dll. Hal ini dilakukan untuk menilai resiko.

    Misalnya ada sebuah perkumpulan 1000 orang melakukan pengajuan asuransi jiwa. Bagian underwriting perusahaan akan mencoba menaksir resiko. Didapatkan data sebagai berikut :
    – premi 1 tahun = 1 juta/orang
    – resiko meninggal/sakit kritis dalam 1 tahun = 2 orang
    – pertanggungan meninggal/sakit kritis = 200 juta/orang

    Dengan data demikian, perusahaan asuransi akan menyetujui pengajuan dari 1000 orang tsb. Karena premi yg terkumpul sebesar 1 Miliar, sedangkan resiko perusahaan hanya 400 juta.

    Ingat Mas, konsep dasar asuransi adalah pengalihan resiko secara bersama, bukan permainan untung rugi. Ada unsur tolong menolong antar sesama nasabah asuransi dalam hal mengalihkan resiko. Mungkin perusahaan “Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912” juga diberi nama sesuai konsep ini.

    Yah…orang seperti Mas Priyadi yg tiap hari hanya pikirkan profit doank, jelas susah menerima konsep asuransi.

    harta juga bisa terkuras untuk bayar premi asuransi. dan kemungkinannya PASTI lebih besar anda akan keluar duit lebih banyak untuk bayar premi asuransi dibandingkan bayar sendiri biaya pengobatan.

    Betul sekali. Jika ambil Term Life, premi asuransi untuk usia 55++ memang menjadi mahal. Ini salah satu kelemahan Term Life.

    Kalau Anda ikut Unit Link di usia muda (25-35), Anda tidak perlu bayar premi lagi untuk manfaat asuransi di usia 55++. Biaya asuransi akan dipotong dari investasi Anda. Biaya asuransi ini jauh lebih murah daripada premi pada Term Life untuk usia yg sama.

    Kalau Anda tidak percaya, silahkan bandingkan biaya asuransi yg tertera pada unitlink (apa saja) dengan premi asuransi pada Term Life yg Anda jagokan.

  265. Kenapa sih Anda semua mempermasalahkan UNitlink dan asuransi + reksadana terpisah?
    Semua itu sudah dipikirkan masak2 oleh mereka yang bergelut di bidang Investasi, dan mereka sudah melakukan deal2 tertentu yang jelas tidak diketahui oleh anda semua.
    Jika Unitlink memberikan hasil investasi yang sama dengan aruransi + reksadana terpisah, saya mau tanya sama mas Pri, mana kira2 yang Anda pilih?
    Kalau Anda masih meilih asuransi + reksadana terpisah, berarti Anda …..
    Dan ini yang tidak diinginkan oleh para produsen investasi. Mereka tidak ingin mematikan produk mereka sendiri yang sudah eksis. Itu adalah strategi bisnis kelas atas, kalau kita bisanya masih bergelut untung rugi doang.
    Maaf ya mas ini pendapat saya sebagai orang kecil yang tidak tahu tentang finacial, saya cuma seorang praktisi penjual Bakmie ayam pakai gerobak.
    Jadi semua itu ada plus minusnya. Sama dengan operator seluler setiap mereka mengeluarkan produk baru, sedapatmungkin tidak mematikan produk yang mereka sudah keluarkan dan eksis, kalau mereka mengeluarkan produk yang dapat mematikan produk yang sudah eksis itu namanya kebelinger.
    Nanti Anda pasti tanya ini kan bukan satu perusahaan yang mengeluarkan?
    Kalau sudah level atas kita tidak akan tahu deal2 mereka. terimakasih

  266. @Firesquid

    Kalau Anda tidak percaya, silahkan bandingkan biaya asuransi yg tertera pada unitlink (apa saja) dengan premi asuransi pada Term Life yg Anda jagokan.

    Mending anda kirim ilustrasinya ke Mas Pri aja. Anda kerja di perusahaan asuransi kan? Biar ntar di publish ama Mas Pri-nya. Ntar biar bisa dibandingin oleh pembaca. Soalnya Mas Pri udah melakukan perhitungan sendiri, gue jadi penasaran perhitungan dari pihak asuransinya sendiri kayak apa.

    Dan gue makin bingung dengan berbagai perumpamaan. Apalagi isi dalam perjanjiannya. Anda bilang Mas Pri tidak mengerti dengan polis yang dibaca (gimana orang awam :-?). Trus agen pun banyak yang nggak qualified.

    Jadi penasaran kenapa unit link laku, soalnya banyak orang yang terlibat yang nggak ngerti :o

  267. #334:

    Ada baiknya Mas Priyadi melakukan survey dulu sebelum memberikan jawaban. Kekeliruan ini merupakan salah satu bukti bahwa Mas Priyadi keseringan ber-asumsi dan tidak berbicara berdasarkan fakta.

    i don’t know what to say. polis & tabel preminya ada di depan saya kok :-?

    Di polis tsb memang ada dituliskan bahwa “tertanggung atau perusahaan berhak menolak perpanjangan manfaat”, tapi Mas Priyadi pasti belum mempelajari alasan perusahaan tsb menolak perpanjangan.

    ya sudah, titik. gak perlu ngeles sana sini lagi. di polisnya seperti itu ya seperti itulah perjanjiannya. dan anda sudah mengakui di polisnya ada tulisan seperti itu (finally! *fiuh*). kalau sudah ada hitam di atas putih, opini anda gak lagi relevan (dan sebenarnya memang gak pernah relevan). kesimpulannya sama saja. manfaat kesehatan yang nempel di UL itu sama saja dengan yang nempel di term life, atau yang diambil terpisah dari asuransi jiwa.

    Dengan data demikian, perusahaan asuransi akan menyetujui pengajuan dari 1000 orang tsb. Karena premi yg terkumpul sebesar 1 Miliar, sedangkan resiko perusahaan hanya 400 juta.

    tentu saja, ini yang saya maksud dari tadi: setoran premi total nasabah PASTI lebih besar daripada UP yang harus dikeluarkan perusahaan asuransi. implikasinya ya sebagian besar nasabah asuransi PASTI akan menyetorkan premi lebih besar daripada UP yang akan dia terima. kalau gak gitu mendingan sekalian saja gak usah buka perusahaan asuransi :).

    Betul sekali. Jika ambil Term Life, premi asuransi untuk usia 55++ memang menjadi mahal. Ini salah satu kelemahan Term Life.

    Kalau Anda tidak percaya, silahkan bandingkan biaya asuransi yg tertera pada unitlink (apa saja) dengan premi asuransi pada Term Life yg Anda jagokan.

    sama aja bung! di UL juga naik terus tiap tahun: “biaya asuransi akan berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan usia yang dicapai pada saat tahun berjalan dan besar UP pada saat itu.”â„¢

  268. #335:

    Semua itu sudah dipikirkan masak2 oleh mereka yang bergelut di bidang Investasi, dan mereka sudah melakukan deal2 tertentu yang jelas tidak diketahui oleh anda semua.

    ah dealnya sederhana kok. perusahaan asuransi beli unit penyertaan investasi dari manajer investasi, me-markup harganya, dan menjualnya ke konsumen asuransi. gak ada deal yang aneh2 di sini.

    Maaf ya mas ini pendapat saya sebagai orang kecil yang tidak tahu tentang finacial, saya cuma seorang praktisi penjual Bakmie ayam pakai gerobak.

    anda jangan bohong. anda agen AXA Life kan? :P

  269. Di polis tsb memang ada dituliskan bahwa “tertanggung atau perusahaan berhak menolak perpanjangan manfaat”, tapi Mas Priyadi pasti belum mempelajari alasan perusahaan tsb menolak perpanjangan.

    Huahaha… skak mat nih… apa perlu di scan polis nya juga Pak Pri? penasaran pengen ngeles ke mana lagi pak sotong bakar yang gigih ini.

    Dari kecil nyokap gw kalo ngajak makan ke hok-ben atau restoran2 fastfood sejenis yg tarif minumannya berlipet-lipet selalu biasain untuk beli aqua nya di luar aja kalo enggak bawa minum sendiri, biar deh repot dikit, pasang muka badak dikit, tapi gede kebawa kritis (pelit) :p

  270. #339

    Huahaha… skak mat nih… apa perlu di scan polis nya juga Pak Pri? penasaran pengen ngeles ke mana lagi pak sotong bakar yang gigih ini.

    Haha..sebaliknya malah Mas Priyadi yg buka kartu.
    Coba perhatikan posting ini.

    ya sudah, titik. gak perlu ngeles sana sini lagi. di polisnya seperti itu ya seperti itulah perjanjiannya.

    Balasan posting tsb sudah menunjukkan bahwa Mas Priyadi tidak bersikap kritis, dan cenderung untuk menutup diri demi mempertahankan argument.

    Kalau kalian malas cari tau, saya bisa sharing info mengenai kenapa perusahaan menolak perpanjangan manfaat kesehatan.
    1. Karena polisnya sudah lapse.
    2. Usia tertanggung 65.
    3. Tertanggung meninggal dunia.
    4. Semua provider kesehatan (rumah sakit/klinik) tidak mau lagi kerjasama dengan perusahaan asuransi ybs.

  271. #336

    Anda bilang Mas Pri tidak mengerti dengan polis yang dibaca (gimana orang awam). Trus agen pun banyak yang nggak qualified.

    Betul sekali….
    Memang sangat disayangkan banyak agen asuransi yg ngak qualified. Kalau di survey dengan cermat, saya yakin agen yg tidak qualified tsb ada 70% bahkan bisa lebih.

    Kesalahan utama perusahaan asuransi memang bukan pada produk unit link, melainkan perekrutan agen. Agen yg menjual belum dibekali dengan knowledge yg memadai sudah langsung diterjunkan ke lapangan.

  272. #337

    i don’t know what to say. polis & tabel preminya ada di depan saya kok

    Kalau begitu, mungkin Anda hanya kurang teliti membaca-nya. Kalau mau gampang, Anda bisa scan semua halaman polis lalu convert ke text document. Kemudian search dokumen tsb pakai keyword “santunan kematian” atau “mati”.

    sama aja bung! di UL juga naik terus tiap tahun: “biaya asuransi akan berubah dari tahun ke tahun sesuai dengan usia yang dicapai pada saat tahun berjalan dan besar UP pada saat itu.”™

    Betul…
    Tapi biaya asuransi tidak semahal dengan premi asuransi Term Life pada usia yg sama. Perbedaan premi term life dan biaya asuransi yg tertera pada unit link bisa 2x lipat bahkan lebih.

    kesimpulannya sama saja. manfaat kesehatan yang nempel di UL itu sama saja dengan yang nempel di term life, atau yang diambil terpisah dari asuransi jiwa.

    Kesimpulan yg salah.
    Anda terlalu sering mengambil kesimpulan tanpa mengetahui fakta yg jelas. Makanya banyak yg salah dari komentar Anda mengenai dunia asuransi.

    Kalau perusahaan asuransi yg menjual Term Life mau jujur (membeberkan besarnya biaya asuransi), bisa dilihat bahwa biaya asuransi pada Term Life lebih murah daripada yg Whole Life.

    Hal ini dikarenakan Term Life diperuntukan untuk proteksi jangka pendek, sedangkan Unit Link/Whole Life untuk manfaat jangka panjang/seumur hidup.

    Kalau ada perusahaan yg menjual unit link, tapi dengan manfaat yg sama seperti di Term Life, itu baru namanya menipu konsumen. Konsumen butuh yg whole life + investasi tapi mahal dikasih yg term life + investasi.

  273. Mas Pri kenapa Anda sewot sama saya, santai aja mas, namanya aja beda pendapat, wise dikit ya.

    Emang peda mas sudut pandang dari seorang pedagan dan pembeli. Kalau pedagang mereka selalu mencari suatu peluang makanya mereka kreatif, tapi kalau pembeli dia mengutamakan produk bagus dan harganya murah.
    Kalau begitu Mas Pri ada dipihak mana? pedagang atau pembeli. Mau sampai kapanpun perdebatan ini tidak ada selesainya.
    Ada perusahaan Investasi TATA, dia jago sekali dalam memutarkan duit, return pertahunnya rata2 bisa mencapai 50% diatas para perusahaan investasi lainnya.
    Kebetulan si Penjual Koran B itu temen deket sejak kecil dengan si TATA. Mereka melakukan perjanjian dan setuju. Perjanjiannya APA?
    Karena si penjual koran B melihat ada suatu peluang bisnis yang bagus maka mereka menjalankan peluang bisnis itu, yaitu Karena selama ini si TATA mengumpulkan uang dari orang-orang lalu diputarkan uang itu dan marginnya dia kembalikan kepada orang-orang tsb, sampai si TATA merasa kewalahan dalam mengaturnya. Si TATA maunya tiap orang menyetorkan uang 1 milyar untuk diputarkan dan siTATA gak terima lagi yang uang recehan. Di panggilah si penjual Koran B, ditawarkan peluang usaha untuk si penjual koran B yaitu “Eh elu bisa ngak cari uang 1 milyar, nanti gue putarin itu uang, terus gue kasih elu margin 50% tiap tahunnya”. Namanya aja rejeki, diputer deh itu otak, akhirnya ketemu suatu ide, rupanya idenya dari mas Pri. Akhir cerita si TATA tidak direpotkan lagi dengan urusan tetek bengek, dan si Penjual Koran B juga mendapatkan keuntungan.
    Jadi kesimpulannya, kalau Anda tidak suka dengan suatu produk, ya sudah tidak usah dibeli, tetapi jangan gampang menuduh bahwa si penjual itu membodohi si pembeli.
    Yang saya mau katakan disini pedagang hanya menawarkan produk alternatif aja, dibeli syukur gak dibeli pedagang harus lebih kreatif lagi supaya dagangannya bisa dibeli.

  274. #343:

    1. siapa juga yang sewot? saya sih santai2 aja :P

    2. batasan pembelian minimum reksadana itu murah kok. ada yang cuma Rp 100 ribu, rata2 paling sekitar Rp 300-500ribuan. praktis sama saja dengan unit link. bedanya ya cuma di harga: komisi pembelian 0-3% vs 5%, di UL ada biaya admin bulanan, di reksadana tidak ada. di UL kadang ada ongkos penyetoran non rutin, di reksadana tidak ada. jadi ya analogi TATA anda gak berlaku di sini. karena barrier ikutan reksadana itu sama rendahnya dengan ikutan UL (bahkan barrier keluar UL jauh lebih tinggi daripada reksadana), ya mendingan cut the middlemen dan langsung beli ke sumbernya.

    3. soal bodoh membodohi sudah saya bahas panjang lebar di posting saya. rasanya gak perlu lagi dibahas di sini.

  275. Mas saya gak ngebahas harga dari produk RD, Point saya adalah Pedagang & Pembeli
    Prinsip pembeli adalah mendapatkan produk bagus dengan harga murah, pasti Anda setuju (beri komentar ini)
    Kalau Pedagang adalah mencari peluang agar barang/jasa yang dihasilkan bisa dijual atau dibeli oleh orang (coba komentarin ini).
    Jadi Unitlink adalah produk kreatif dari perusahaan asuransi yang coba ditawarkan ke pembeli (nasabah).
    Istilahnya kalau mau grosirannya ya beli reksadana + asuransi.
    Sepeti saya jualan komputer, di bintaro, dengan spek yang sama pembeli juga dapat harga yang murah kalau beli di M2M.
    Pada prinsipnya sama. Saya setuju kalau mas pri bilang untuk mendapatkan hasil yang maksimal itu beli langsung ke grosirnya. 100% saya setuju.
    Yang saya gak setuju pernyataan mas pri kalau sipenjual itu membodohi para pembeli.
    Kalau ilustrasi gini juga mas pri tidak mengerti, saya rasa Anda dibodohi oleh kepintaran Anda sendiri.
    Untuk belajar ini, posisikan Anda sebagai pedagang atau penjual, jangan memposisikan sebagai pembeli seumur hidup Anda. Harus bisa lebih fleksibel dalam hidup ini.

  276. Mas Priyadi emang top markotoplah tentang asuransi.
    Makasih banyak mas utk informasinya.
    Btw, saya udah ikutan asuransi unit link selama 10 bulan, boleh saya tahu prosedur untuk men-terminate asuransi saya tersebut.
    Gw mau pindah ke Asuransi Term Life + Reksadana ahhhhh……
    Thanks yo.

  277. Oh ya, saya lupa Mas. Sebelum men-terminate asuransi unit link saya, sebaiknya saya buka Asuransi Term Life dulu ya Mas? Klo umur saya sekarang 26 tahun, kira2 berapa ya UP yg saya butuhkan ya Mas?
    Makasih…

  278. #345:

    Prinsip pembeli adalah mendapatkan produk bagus dengan harga murah, pasti Anda setuju (beri komentar ini)

    Kalau Pedagang adalah mencari peluang agar barang/jasa yang dihasilkan bisa dijual atau dibeli oleh orang (coba komentarin ini).

    Jadi Unitlink adalah produk kreatif dari perusahaan asuransi yang coba ditawarkan ke pembeli (nasabah).

    setuju. unit link itu bisa dibilang nyaris tidak memberikan nilai tambah bagi nasabah. unit link itu cuma trik dagang supaya lebih gampang menjual asuransi, dan sekaligus menjualnya dengan harga lebih tinggi.

    Yang saya gak setuju pernyataan mas pri kalau sipenjual itu membodohi para pembeli.

    di UL, nasabah dibuat tidak tahu atau tidak menyadari harga yang harus dia bayarkan. gimana ceritanya yang seperti ini bukan membodohi pembeli? :-?

    Kalau ilustrasi gini juga mas pri tidak mengerti, saya rasa Anda dibodohi oleh kepintaran Anda sendiri.

    “It is difficult to get a man to understand something when his salary depends on his not understanding it.” –Upton Sinclair

  279. #346:

    saya udah ikutan asuransi unit link selama 10 bulan, boleh saya tahu prosedur untuk men-terminate asuransi saya tersebut.

    Sebelum men-terminate asuransi unit link saya, sebaiknya saya buka Asuransi Term Life dulu ya Mas? Klo umur saya sekarang 26 tahun, kira2 berapa ya UP yg saya butuhkan ya Mas?

  280. di PRUlink, rider untuk penyakit kritis (PRUcrisis cover) hanya memberikan UP 1 kali saja ketika terjadi klaim.
    masa pertanggungannya bisa dipilih dari 55 sampai 85 thn.
    ==> at this point, Priyadi benar.

    rider untuk rawat inap, ICU & pembedahan (PRUmed) fix hanya sampai 65 thn dan memberikan UP untuk rawat inap minimal 2×24 jam dan maksimal 100 hari dalam satu tahun (tahun berikutnya direset).

    gak pernah saya lihat di iklan shampoo clear mereka promosi dengan bilang “unilever adalah produsen shampoo yang paling gede untungnya”, karena itu stupid. sama stupidnya dengan bilang “asuransi X adalah asuransi terbaik Y tahun berturut2 versi majalah Z, dan karena itu produknya juga terbaik”

    yg dipilih oleh majalah Z dan yg lainnya sebagai yg terbaik adalah perusahaannya, bukan produk/asuransinya.
    lalu…apakah kriteria terbaik menurut majalah Z itu ‘yang paling gede untungnya’?
    silakan tanya langsung ke Z dan yg lainnya tsb.

    saya beli shampoo tidak perlu lihat siapa pembuatnya, tapi kalau beli asuransi, selain lihat produknya ya musti lihat juga siapa produsennya..
    lha wong kalau mau memakai manfaat asuransi (klaim) harus berhubungan dengan dengan perusahaannya.

    kalau resikonya bisa ditangani sendiri tapi tetap ikut asuransi, namanya itu bukan manajemen resiko, tapi GAMBLING

    bukan gambling tapi buang2 duit.

    yang sebenarnya tadinya gak punya resiko finansial, dengan ikut asuransi dia justru akan menciptakan resiko baru. setoran premi asuransi di sini berubah fungsi menjadi TARUHAN. dia menang kalau premi uang taruhan yang dia setorkan lebih kecil daripada uang pertanggungan uang kemenangan yang akan dia dapatkan. dan kemungkinan dia menang PASTI lebih kecil daripada kemungkinan dia kalah karena perusahaan asuransi bandar pasti untung.

    ikut asuransi itu untuk apa? mengatasi resiko finansial atau resiko meninggal dunia/penyakit kritis? meninggal dunia atau kena penyakit kritis itu bukan resiko, tapi suatu kepastian. asuransi jiwa hanya berurusan dengan resiko finansial.

    benar..resiko yg dialihkan di asuransi adalah menurunnya kondisi finansial karena mengalami musibah (kematian, sakit, kecelakaan).
    masalahnya..sudahkah dapat memastikan bila suatu ketika terjadi suatu musibah, keadaan finansialnya tidak akan menurun secara signifikan?
    jika ya, maka asuransi adalah sesuatu yg tidak perlu.

    kematian adalah pasti.
    kapan datangnya adalah suatu kemungkinan (mungkin besok, mungkin lusa, dll…ada yg sudah tahu kapan akan meninggal?)
    menderita penyakit kritis dan mengalami kecelakaan juga merupakan suatu kemungkinan, bukan kepastian.
    dan meninggal tidak harus karena sakit ataupun kecelakaan.

    justru setelah pensiun itu resiko finansialnya sudah terbalik total. resikonya sudah bukan kehilangan penghasilan gara2 meninggal/kecelakaan/CI, tapi ‘kehabisan bensin’ gara2 hidup terlalu lama. ikut asuransi jiwa tahap ini JUSTRU akan menambah beban resiko finansial.

    benar jika membeli term.

    harta juga bisa terkuras untuk bayar premi asuransi. dan kemungkinannya PASTI lebih besar anda akan keluar duit lebih banyak untuk bayar premi asuransi dibandingkan bayar sendiri biaya pengobatan.

    tentu saja, ini yang saya maksud dari tadi: setoran premi total nasabah PASTI lebih besar daripada UP yang harus dikeluarkan perusahaan asuransi. implikasinya ya sebagian besar nasabah asuransi PASTI akan menyetorkan premi lebih besar daripada UP yang akan dia terima. kalau gak gitu mendingan sekalian saja gak usah buka perusahaan asuransi

    sudah tahu kapan akan mengalami musibah?
    sudah tahu berapa besarnya biaya yg akan keluar untuk musibah tsb?

    di UL, nasabah dibuat tidak tahu atau tidak menyadari harga yang harus dia bayarkan. gimana ceritanya yang seperti ini bukan membodohi pembeli?

    it is difficult to help someone out of the illusion he created and loves.

  281. #341 Firesquird

    Betul sekali….
    Memang sangat disayangkan banyak agen asuransi yg ngak qualified. Kalau di survey dengan cermat, saya yakin agen yg tidak qualified tsb ada 70% bahkan bisa lebih.

    Jadi…. unitlink laku gara2 kenapa yah? Banyak orang bodoh atau banyak orang kaya di Indonesia.

    Kenapa nggak anda kirim ilustrasi atau itung2an anda ke Mas Pri. Biar bisa diliat apa yang dibilang Mas Pri itu salah atau benar. Dari angka2 kan ntar keliatan. Kalo gue sih percaya karena dia berkomentar ada/berdasarkan itung2annya.

  282. #350:

    yg dipilih oleh majalah Z dan yg lainnya sebagai yg terbaik adalah perusahaannya, bukan produk/asuransinya. lalu…apakah kriteria terbaik menurut majalah Z itu ‘yang paling gede untungnya’?

    buat saya sih sudah sangat jelas :). ini kriteria versi majalah investor 2007:

    * pertumbuhan premi netto
    * pertumbuhan premi penutupan langsung
    * pertumbuhan hasil investasi
    * pertumbuhan laba bersih
    * pertumbuhan hasil underwriting
    * Return On Asset (ROA)
    * Return On Equity (ROE)
    * Risk Based Capital (RBC)
    * Toral Asset Turn Over (TATO)
    * Pangsa Pasar
    * Rasio Hasil Underwriting Terhadap Premi Netto.

    kesehatan keuangan perusahaan asuransi memang penting, tapi bukan satu2nya faktor. sebaliknya, semakin ‘sehat’ keuangan perusahaan asuransi, belum tentu semakin bagus, bisa juga artinya perusahaan asuransi tidak menerapkan manajemen resiko yang baik, atau dengan kata lain harga preminya tidak sebanding dengan resiko yang ditanggung.

    bukan gambling tapi buang2 duit.

    gambling dan asuransi itu beda tipis. sistemnya sama persis, mau gambling atau asuransi itu cuma bagaimana cara kita menggunakannya. bedanya cuma satu: nasabah asuransi mentransfer resiko ke perusahaan asuransi, pejudi mentransfer resiko ke dirinya sendiri.

    sudahkah dapat memastikan bila suatu ketika terjadi suatu musibah, keadaan finansialnya tidak akan menurun secara signifikan? jika ya, maka asuransi adalah sesuatu yg tidak perlu.

    ini cuma alasan yang dicari2 saja :). kalau aset sudah berlipat2 kali UP asuransi yang diperlukan, ya artinya sudah gak perlu asuransi :). kalau tetap ikutan asuransi justru kita cari2 resiko. bayar UP asuransi itu juga bisa menurunkan keadaan finansial seseorang. dan probabilitasnya PASTI jauh lebih besar anda bayar premi asuransi melebihi UP yang nantinya akan anda dapatkan, daripada anda dapat UP lebih besar daripada premi yang anda bayarkan.

    kematian adalah pasti. kapan datangnya adalah suatu kemungkinan (mungkin besok, mungkin lusa, dll…ada yg sudah tahu kapan akan meninggal?) menderita penyakit kritis dan mengalami kecelakaan juga merupakan suatu kemungkinan, bukan kepastian. dan meninggal tidak harus karena sakit ataupun kecelakaan.

    ini cuma menunjukkan ketidakmengertian anda terhadap asuransi jiwa :). asuransi jiwa itu mengatasi resiko finansial. kalau duit kita sudah cukup banyak saat kita meninggal/CI/kecelakaan, ya artinya gak perlu asuransi jiwa, terlepas dari apakah kita tahu kapan kita meninggal atau tidak.

    real world scenario: ambil ilustrasi unit link manapun. cari ilustrasi nilai tunai pada tahun terakhir. bandingkan dengan UP-nya. di salah satu ilustrasi yang saya punya, di tahun 99, dengan asumsi perkembangan investasi 17%, nasabah punya dana tunai 2 triliun, tapi UP-nya cuma 100 juta. ngapain juga ngambil asuransi? :P

    benar jika membeli term.

    lagi2 ini cuma menunjukkan ketidakmengertian anda akan konsep asuransi. semakin tua seseorang, semakin tinggi resiko meninggal seseorang, dan dengan demikian preminya PASTI lebih tinggi. apapun jenis asuransinya, kenyataan ini PASTI sudah direfleksikan pada besar premi yang kita bayar, mau term kek, mau UL kek, mau whole life kek. besar premi umur 80 vs umur 20 tahun pasti jauh lebih besar yang umur 80. bisa saja mereka pakai sistem premium levelling, tapi tetap sama saja: harga premi lebih murah di masa tua itu karena disubsidi harga premi yang lebih tinggi pada masa muda.

    there’s no such thing as free lunch. duit UP yang diberikan perusahaan asuransi itu gak turun dari langit.

    sudah tahu kapan akan mengalami musibah? sudah tahu berapa besarnya biaya yg akan keluar untuk musibah tsb?

    gak ada yang tahu. tapi kebalikannya sama saja. apa anda tahu besar biaya yang akan keluar untuk musibah tersebut? karena hanya dari situ kita bisa menentukan besar UP asuransi yang harus kita beli. kalau kebutuhan kita Rp 500 juta tapi UP-nya cuma Rp 100 juta, ya perusahaan asuransi tetap saja cuma mau bayar 100 juta :))

  283. Wow.. :)
    telat nih,.. udah 350-an commentnya…
    TOP…

    mudah-mudahan Mas Pri mau bikin lagi artikel yang mengupas tuntas tentang asuransi….

    wassalam..

  284. oh… iya, satu lagi…
    maaf, kalo menurut syariat islam,… hukumnya halal atau haram model asuransi konvensional seperti ini?

  285. #352 Nambahin dikit uraiannya Priyadi (sebenernya udah cukup jelas).

    1. Agen/pro-agen sering mengulang2 pertanyaan retoris seperti:

    ada yg sudah tahu kapan akan meninggal? sudah tahu kapan akan mengalami musibah? sudah tahu berapa besarnya biaya yg akan keluar untuk musibah tsb?

    Kesannya dengan begitu, asuransi akan menyelesaikan masalah. Padahal belum tentu. Maybe yes…maybe no.

    Untuk meminimalkan resiko finansial (kalo bisa sih meng-eliminir) saya membeli asuransi (dengan membayar premi). Semakin besar UP yang diambil, semakin “safe” kondisi financial saya jika terjadi hal di atas. Kenapa gak ambil saja UP sebesar-besarnya? Tunggu dulu… UP yang lebih besar akan memerlukan premi yang lebih besar pula. UP 1M meng-cover lebih daripada 500jt, tapi preminya juga lebih besar (dengan kondisi nasabah yang sama).

    Misalnya UP untuk sakit kritis kita adalah 500jt. Jika untuk biaya pengobatan diperlukan 300jt maka kita masih tercover. Kalau biaya yang diperlukan 700jt, setidaknya kita ‘cuma’ perlu 200jt tambahan. Bukan 700jt. Inilah kegunaan asuransi.

    Kalau dana yang kita miliki sudah (misalnya) 15M. Memang biaya pengobatan 700jt akan mengurangi dana kita, tapi tidak ada masalah. Masih tercover. Kita beli asuransi untuk dapat 500jt buat apa? Bener (setuju) kata Priyadi. Itu sih gambling.

  286. Mas Pri,
    Terima kasih atas pencerahannya.
    Dulu saya masih bodoh dan kemakan rayuan gombal agen unit link.
    Sekarang sudah jalan 10 bulan. Terus terang, tujuan utama saya sebenarnya adalah investasi. Coba saya baca blognya mas pri dari dulu ya…

    Yo wis, karena saya sudah baca blognya mas pri, maka saya lebih bodoh lagi kalo tidak segera mengakhiri unit link saya. Mohon infonya, apa saja yang harus saya lakukan? Apakah cukup menghubungi agennya agar unit link saya distop dan sisa uang yg ada agar dimasukkan rekening bank saya? Mungkin ga distop sebelum satu tahun?

  287. Akhir2 ini saya baru lihat blog Mas Pri ini. It’s very interesting for the content, apalagi yg berhubungan sama duit…
    Dan saya benar2 dicerahkan sama tulisan Mas Pri ini. Kebetulan saya orang teknik, saya jadi nyambung dgn yg apa yang dikatakan oleh Mas Pri karena alasan2 yang dikemukakannya dalam angka-angka dan masuk akal!
    Saya dukung Mas Pri untuk tetap berkiprah dalam blog ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Jangan sampai kita dibodoh-bodohin lagi, apalagi dibodohin sama bangsa sendiri yg bisanya cuma ngomong doang tanpa dasar yg jelas.
    God bless you Mas Pri!

  288. #354:

    maaf, kalo menurut syariat islam,… hukumnya halal atau haram model asuransi konvensional seperti ini?

    yang halal itu yang syariah. halal atau haram gak bisa ditentukan hanya dari apakah ada investasi yang nempel di situ atau tidak.

    #356:

    Yo wis, karena saya sudah baca blognya mas pri, maka saya lebih bodoh lagi kalo tidak segera mengakhiri unit link saya. Mohon infonya, apa saja yang harus saya lakukan? Apakah cukup menghubungi agennya agar unit link saya distop dan sisa uang yg ada agar dimasukkan rekening bank saya? Mungkin ga distop sebelum satu tahun?

    kalau belum satu tahun sebaiknya distop saja karena overheadnya (biaya akuisisi) dapat dipastikan belum ‘lunas’. untuk teknis pelaksanaannya silakan hubungi agennya. tapi sebelum itu, kalau memang perlu asuransi jiwa, sebaiknya coba daftar dulu term life sebelum asuransi yang lama ditutup.

  289. #356
    Saya kemaren berhenti ikut unit link sama setelah 9 bulan. gak da masalah dalam proses minta berhenti. Sempat ditanya kenapa berhenti, saya jawab “Saya sudah punya asuransi jiwa++ dan invest di reksadana”. CSnya gak banyak komen, paling “gak sayang nih?”……
    Lebih sayang kalo diterusin :)

  290. #320 Firesquid wrote:

    Kelebihan keempat adalah, perusahaan yg menjual unit link kepada saya sudah diakui beberapa media terkenal sebagai asuransi jiwa terbaik di Indonesia.

    Di bawah adalah salah satu suara pembaca di Media Konsumen tentang Prudential. Terbaik? Hmm… Ah, itu kan cuma 1 kasus saja. Yang lain gak ada yang protes tuh. Gitu mungkin menurut Anda. Yakin gak ada yang lainnya yang protes???


    Meragukan Profesionalisme Prudential

    Senin, 11 Februari 2008

    Pada tanggal 11 Nopember 2007 saya melakukan pembayaran untuk premi Prulink Syariah. Namun, sampai saat ini (sudah 3 bulan) polis belum dikirimkan atau jadi.

    Dari kejadian ini saya jadi meragukan profesionalisme Prudential dalam membayar kewajibannya kepada nasabah. Untuk hal yang sangat sepele (penerbitan polis), Prudential terlalu bertele-tele. Padahal kalau asuransi yang lain maksimal 14 hari kerja polis sudah jadi.

    Saya sudah mengirim keluhan ke customer.idn@prudential.co.id tanggal 24 Januari 2008. Namun, tidak ada tanggapan. Saya juga sudah menanyakan ke agen masalah proteksi, katanya kalau polis belum terbit maka perlindungan asuransi belum berlaku.Kalau hal ini betul, terus uang yang sudah ngendon selama 3 bulan ini ke mana? Apa kompensasinya? Padahal kalau nasabah terlambat membayar polis setelah masa tenggang, nasabah kena sanksi.

    Bagaimana kalau dengan keterlambatan Prudensial memenuhi kuajiban ke nasabah? Apa konsekuensinya? Karena saya merasa dirugikan dengan masalah ini. Bisakah kepesertaan saya di Prulink Syariah saya batalkan?
    /

  291. #To Audi

    Jadi…. unitlink laku gara2 kenapa yah? Banyak orang bodoh atau banyak orang kaya di Indonesia.

    1. Unitlink cocok dengan orang Indonesia yg masih belum menyadari pentingnya asuransi jiwa.

    2. Unit link adalah asuransi jiwa whole life, jika dibandingkan dengan premi produk whole life tradisional, produk unit link lebih transparant mengenai segala biaya dan nilai tunai.

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    4. Bisa berinvestasi dan sekaligus mendapatkan asuransi, kenapa tidak? Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah. Apalagi kalau harus urus punya istri dan anak.

  292. #352

    kesehatan keuangan perusahaan asuransi memang penting, tapi bukan satu2nya faktor. sebaliknya, semakin ’sehat’ keuangan perusahaan asuransi, belum tentu semakin bagus, bisa juga artinya perusahaan asuransi tidak menerapkan manajemen resiko yang baik,

    Dengan kata lain perusahaan seperti ini lebih jago dalam mengelola keuangan dan tidak mau mengambil resiko yg berlebihan. Karena unit link mengandung unsur investasi, sangat penting untuk memilih perusahaan asuransi yg juga unggul dalam kesehatan keuangan.

    Jika resiko yg ditanggung lebih besar daripada pemasukan premi, otomatis perusahaan tsb tidak akan bertahan lama. Asuransi jiwa bukan masalah kebutuhan 5-10 tahun, tapi menyangkut kepentingan jangka panjang. Kecuali ada yg bisa menuliskan tanggal kematian diri sendiri.

    atau dengan kata lain harga preminya tidak sebanding dengan resiko yang ditanggung.

    Karena premi tsb mengandung unsur investasi, sehingga wajar menjadi mahal. Perlu diingat dan dipahami bahwa Unit Link adalah produk asuransi yg dikaitkan dengan investasi.

    Rumus matematika Unit Link :
    C = A*B
    C : Unit Link
    A : Asuransi
    B : Investasi

    Sedangkan untuk yg Term + Investasi Terpisah adalah :
    D = A + B
    D : Buy Term And Invest the Different (BTAID)
    A : Asuransi
    B : Investasi

    Karena secara definisi matematika aja sudah berbeda maka Unit Link tidak bisa dibandingkan dengan BTAID. Perhitungannya beda.

    real world scenario: ambil ilustrasi unit link manapun. cari ilustrasi nilai tunai pada tahun terakhir. bandingkan dengan UP-nya. di salah satu ilustrasi yang saya punya, di tahun 99, dengan asumsi perkembangan investasi 17%, nasabah punya dana tunai 2 triliun, tapi UP-nya cuma 100 juta. ngapain juga ngambil asuransi?

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    Nilai Tunai pada Unit Link memang bisa dicairkan, tapi bukan berarti Mas Priyadi bisa memecahnya sebagai 2 komponen yg terpisah. Harap Mas Priyadi pahami baik-baik kalimat ini :
    Unit Link adalah produk asuransi jiwa yg dikaitkan dengan investasi

    ini cuma alasan yang dicari2 saja :). kalau aset sudah berlipat2 kali UP asuransi yang diperlukan, ya artinya sudah gak perlu asuransi :). kalau tetap ikutan asuransi justru kita cari2 resiko. bayar UP asuransi itu juga bisa menurunkan keadaan finansial seseorang. dan probabilitasnya PASTI jauh lebih besar anda bayar premi asuransi melebihi UP yang nantinya akan anda dapatkan, daripada anda dapat UP lebih besar daripada premi yang anda bayarkan.

    Ini pendapat yg ngaco dan benar-benar menyesatkan. Kalau orang sudah bayarkan berpuluh tahun, lalu stop setor justru malah rugi semakin besar. Karena setelah stop setor, berarti dia harus menanggung resiko kematian dari uang dia sendiri, sedangkan dia sudah bayar ratusan juta untuk resiko tsb.

    Misalnya begini, nasabah usia 30 untuk mendapatkan UP 250 juta dia bisa mulai dari premi tahunan 1 juta. Setiap kenaikan usia dia harus menambahkan 500rb.

    Usia 30…premi 1 juta
    Usia 31…premi 1.5 juta
    Usia 32…premi 2 juta
    Usia 33…premi 2.5 juta
    .
    .
    .
    Usia 60…premi 15.5 juta

    Kasus I :
    Total Premi yg disetorkan 248 juta. Misalnya sampai usia 60, nasabah stop asuransi. Tapi di pertengahan usia 61, nasabah meninggal dunia. Uang pemakaman 250 juta.

    Karena sudah putus kontrak, berarti nasabah tidak akan mendapatkan klaim 250 juta. Dengan demikian nasabah tsb sudah membayarkan 248 juta, tapi hasilnya 0. Atau dengan kata lain, perusahaan tsb meraup keuntungan 248 juta dari nasabah yg malang tsb.
    Ditambah lagi dia harus mengeluarkan uang pemakaman 250 juta. Total kerugian 498 juta (248 + 250).

    Kasus II :
    Misalnya nasabah tsb memperpanjang kontrak di usia 61. Total setoran adalah 264 juta.
    Ketika meninggal, keluarga nasabah mendapatkan uang santunan 250 juta. Berarti premi yg dia bayarkan tidak sia-sia, karena dia sudah mendapatkan kembali manfaat yg telah dibayarkan selama 31 tahun. Minimal uang santunan tsb masih bisa digunakan untuk biaya pemakaman yg besarnya 250 juta.

    Kasus I : rugi 498 juta
    Kasus II : rugi 14 juta

    Karena kematian selalu mengakibatkan kerugian, nasabah boleh memilih bagaimana cara meminimalisasikan kerugian. Jika ikuti saran Mas Priyadi seperti kasus I, nasabah RUGI 498 JT.

  293. to Rahmat :
    #355

    Kalau dana yang kita miliki sudah (misalnya) 15M. Memang biaya pengobatan 700jt akan mengurangi dana kita, tapi tidak ada masalah. Masih tercover. Kita beli asuransi untuk dapat 500jt buat apa? Bener (setuju) kata Priyadi.

    Kalau Anda benar-benar tidak “merasa” keberatan untuk keluar duit 700 juta, kenapa Anda bisa keberatan membayar premi yg nilainya tidak sampai 500 juta. Tarohlah paling juga 100 juta. Sehingga total kerugian Anda hanya 200 juta + 100 juta.

    Silahkan Anda pilih, rugi 700 juta atau rugi 300 juta.
    :d

  294. Di bawah adalah salah satu suara pembaca di Media Konsumen tentang Prudential. Terbaik? Hmm… Ah, itu kan cuma 1 kasus saja. Yang lain gak ada yang protes tuh. Gitu mungkin menurut Anda. Yakin gak ada yang lainnya yang protes???

    Silahkan survey sendiri berapa banyak nasabah Prudential, dan berapa banyak yg protes. Jika ada 5 diantara 100 nasabah yg komplain, saya rasa masih wajar aja.

    Sedangkan Anda baru bisa menunjukkan 1 dari ratusan ribu nasabah Prudential. Semakin banyak nasabah yg ditangani Prudential, wajar saja kalau ada beberapa yg komplain karena merasa tidak puas. Tapi kenapa yg lain tidak komplain?

    Kalau menurut Anda asuransi terbaik adalah asuransi yg terkenal tapi tidak pernah mendapatkan komplain, bisakah tunjukan kepada kita semua?

  295. Kalau Mas Priyadi dan Mas Rahmat merasa orang yg punya pengalaman dan pendapat yg tepat mengenai asuransi, harap disertakan dengan fakta atau data yg akurat. Jangan sekedar berdasarkan opini pribadi dan hitungan yg menyesatkan.

    Btw, bagaimana ya kelanjutan dengan pernyataan Mas Priyadi ttg asuransi kesehatan tanpa ada santunan meninggal. Masih belum ketemu ya?

    Kemudian bagaimana perbandingan premi di Term Life dan biaya asuransi di Unit Link untuk usia 55++. Masih belum dapat data ya :d. Untuk memudahkan coba cari perbandingan sbb :
    – UP meninggal 500 juta
    – Rider UP sakit kritis 500 juta (tdk memotong UP meninggal)
    – Tdk ada raider lainnya selain sakit kritis

    Setelah dapat datanya coba pertimbangkan bahwa kebanyakan orang mulai sakit-sakitan bahkan menderita sakit kritis justru di usia 55++. Apakah masih menguntungkan ambil Term Life dibandingkan Whole Life/Unit Link.

  296. #348:

    setuju. unit link itu bisa dibilang nyaris tidak memberikan nilai tambah bagi nasabah. unit link itu cuma trik dagang supaya lebih gampang menjual asuransi, dan sekaligus menjualnya dengan harga lebih tinggi.

    Setuju, nilai tambah secara uang memang tidak ada. Karena yang menarik adalah nilai tambah yang bersifat intangible. Dan nilai tambah inilah yang sebenarnya dijual. Apakah nilai tambah ini worthed? tergantung, bila memang tujuannya hanya dari nilai uangnya saja ya memang tidak worthed.

    di UL, nasabah dibuat tidak tahu atau tidak menyadari harga yang harus dia bayarkan. gimana ceritanya yang seperti ini bukan membodohi pembeli? :-?

    Kayanya sudah dibahas deh biaya kan sudah cukup terpampang pada polis, biaya asuransi, biaya akuisisi semuanya ada. Bila memang tidak dihighlight, memang iya, tapi bukannya tidak ada. Nasabah tidak tahu atau tidak menyadari bukan karena biaya tersebut tidak diberi tahu, tetapi memang pada dasarnya nasabah tidak mengerti. Toh ilustrasi nilai tunai pada polis sudah mencantumkan net-nya setelah dikurangi semua biaya, bukannya nilai yang belum dikurangi biaya. Semua produk bukan hanya UL juga hanya menghighlight kelebihannya, daripada kekurangannya. Mencari tahu kekurangan harus ada dari diri konsumen sendiri.

  297. #366 Kalo saya melihat, Handi dengan Priyadi udah klop dalam hal BTAID lebih baik daripada UL dari sisi finansial.

    Handi tidak setuju dengan Priyadi masalah nilai tambah UL ini worthed atau tidak.

    Hmmm… Biarlah konsumen sendiri yang menilainya. Worthed…Nggak…Worthed…Nggak…

    Hehehe…

  298. #364 Firesquid wrote:

    Silahkan survey sendiri berapa banyak nasabah Prudential, dan berapa banyak yg protes. Jika ada 5 diantara 100 nasabah yg komplain, saya rasa masih wajar aja.

    Sedangkan Anda baru bisa menunjukkan 1 dari ratusan ribu nasabah Prudential. Semakin banyak nasabah yg ditangani Prudential, wajar saja kalau ada beberapa yg komplain karena merasa tidak puas. Tapi kenapa yg lain tidak komplain?

    Kalau menurut Anda asuransi terbaik adalah asuransi yg terkenal tapi tidak pernah mendapatkan komplain, bisakah tunjukan kepada kita semua?

    Saya tidak tertarik untuk men-survey. Poin dari komplain nasabah itu buat saya:

    1. Statemen anda bahwa “Agen mengurusi nasabah seumur hidup” adalah OMONG KOSONG! Yang komplain itu sampai komplain ke media konsumen karena agen tidak bisa membantu. Bahkan CS-nya pun tidak banyak membantu. Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    2. Saya cuma bisa memberi contoh 1 bukan berarti cuma ada 1 komplain. Anda naif sekali seperti kata Priyadi. Kalo anda kerja di situ, kenapa tidak anda cari tahu saja sendiri. Sharing dengan kita di sini. Jangan cuma berkoar-koar sebagai perusahaan terbaik tapi tidak memberikan bukti nyata. Yakin cuma 1 saja yang komplain???

    3. Saya tidak bilang asuransi yang baik tidak pernah dikomplain. Tapi bagaimana mereka menyelesaikan komplain nasabah itu yang saya perlu tahu. Anda mau berada di posisi bapak yang komplain itu??? Saya sih tidak mau. Nasabah/Calon Nasabah lainnya juga pasti tidak mau. Apa begitu cara ‘Perusahaan Asuransi Terbaik’ menangani komplain?

  299. Koreksi #368

    Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    Harusnya
    Salah agennya? Salah CS-nya? Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

  300. Koreksi #368:

    Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    Seharusnya:
    Salah agennya? Salah CS-nya? Salah Perusahaan? atau salah Nasabah? Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

  301. To #363 Firesquid

    Kalau Anda benar-benar tidak “merasa” keberatan untuk keluar duit 700 juta, kenapa Anda bisa keberatan membayar premi yg nilainya tidak sampai 500 juta. Tarohlah paling juga 100 juta. Sehingga total kerugian Anda hanya 200 juta + 100 juta.

    Silahkan Anda pilih, rugi 700 juta atau rugi 300 juta.

    Anda ikut asuransi buat apa sih? Proteksi apa Gambling? Saya ikut asuransi untuk proteksi bukan gambling :d

    Saya belum tentu dapat yang 700jt itu bukan? Bisa saja saya meninggal tanpa harus sakit kritis dulu. Kok anda sok tau banget kalo saya bakal rugi 700jt? Buat apa gambling? :d

  302. Koreksi #368

    Salah agennya? Salah CS-nya. Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

    Seharusnya:

    Salah agennya? Salah CS-nya? Ya sudah… Biarlah kami para calon nasabah yang menilai.

  303. To #362 Firesquid

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    Ini contoh pembodohan oleh Firesquid. 2 Triliun itu datang dari porsi investasi nasabah. Coba jawab pertanyaan ini, “Kalo pertumbuhan investasi jauh di bawah ilustrasi, apakah ‘UP’-nya tetap 2T 100jt?”

    Dengan pertumbuhan 17%/tahun, setoran 250rb/bln selama 69tahun (99-30) akan menjadi 2T lebih. Tidak ada yang aneh dengan itu. Dengan kata lain, biaya administrasi nasabah yang 25rb/bln sudah menjadi 200M lebih.

  304. To #362 Firesquid

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    Ini contoh pembodohan oleh Firesquid. 2 Triliun itu datang dari porsi investasi nasabah. Coba jawab pertanyaan ini, “Kalo pertumbuhan investasi jauh di bawah ilustrasi, apakah ‘UP’-nya tetap 2T 100jt?”

    Dengan pertumbuhan 17%/tahun, setoran 250rb/bln selama 69tahun (99-30) akan menjadi 2T lebih. Tidak ada yang aneh dengan itu. Dengan kata lain, biaya administrasi nasabah yang 25rb/bln sudah menjadi 200M lebih.

  305. #361 Firesquid wrote:

    1. Unitlink cocok dengan orang Indonesia yg masih belum menyadari pentingnya asuransi jiwa.

    Maksudnya belum menyadari kalo ada alternatif BTAID yang hasilnya lebih baik (sudah mengakui kan?).

    Beberapa kawan dan tetangga tertarik untuk ikutan unit link karena pemikiran mereka pertama kali adalah INVESTASI bukan ASURANSI. Mereka juga lebih fokus ke pertumbuhan dana mereka.

    Begitu saya sampaikan alternatif BTAID, semua memilih BTAID.

    2. Unit link adalah asuransi jiwa whole life, jika dibandingkan dengan premi produk whole life tradisional, produk unit link lebih transparant mengenai segala biaya dan nilai tunai.

    Walaupun transparan, BTAID terbukti lebih baik hasilnya.

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    Dan perusahaan2 yang menjual unit link tersebut mempercayakan investasinya ke manager investasi. Kenapa kita tidak langsung ke manager investasi aja. Biayanya jauh lebih rendah dan lebih mudah top-up/redeem-nya.

    4. Bisa berinvestasi dan sekaligus mendapatkan asuransi, kenapa tidak? Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah. Apalagi kalau harus urus punya istri dan anak.

    Ini cuma lip service aja. Bahkan perusahaan asuransi terbaik yang anda banggakan saja agennya tidak bisa membantu nasabahnya saat perlu bantuan.

  306. #367:
    Mas Rahmat ini kayanya udah jadi jubirnya Mas Priyadi :) Hehehe

    Nilai duit emang ngga bohong mas, kalau tujuannya memaksimalkan duit, memang BTAID solusi yang bagus. Saya dari awal ngga pernah membantah hal ini. Tapi yg dibeli di UL bukan sekedar pengembalian nilai tunainya saja. Dan lagi yang saya perdebatkan dari awal memang hanya sisi ‘penipuan’ yang dituduhkan oleh mas Pri :)

  307. #361:

    3. Beberapa perusahaan yg unggul di produk unit link memiliki profil keuangan yg mapan dan sudah terkenal seantero dunia, sehingga masyarakat berani mempercayakan keuangan pada perusahaan2 tsb daripada perusahaan investasi jenis lainnya.

    hampir semua unit link mempercayai pengelolaan investasi pada manajer investasi pihak ketiga. hampir semua unit link praktis cuma makelar investasi. mendingan langsung investasi langsung ke manajer investasinya.

    selain itu, beberapa perusahaan yang unggul di produk unit link tentunya juga punya produk term life.

    Lagipula seorang agen asuransi bisa membantu mengurus asuransi dan investasi nasabah seumur hidup. Lebih banyak org yg memilih sisi praktis ini daripada harus repot mengelola sendiri investasi dan asuransi secara terpisah.

    ini mitos yang terlalu sering didengung2kan agen asuransi. dengan ber-BTAID, nasabah TIDAK mengelola sendiri investasi. dia tetap menyerahkan investasinya kepada manajer investasi. dan tentunya sama sekali tidak repot :).

    #362:

    Jika resiko yg ditanggung lebih besar daripada pemasukan premi, otomatis perusahaan tsb tidak akan bertahan lama. Asuransi jiwa bukan masalah kebutuhan 5-10 tahun, tapi menyangkut kepentingan jangka panjang. Kecuali ada yg bisa menuliskan tanggal kematian diri sendiri.

    gak ada asuransi yang besar preminya di bawah resiko yang harus dia tanggung. kalau begitu mendingan sekalian saja gak usah buka perusahaan asuransi :). yang masalah itu adalah seberapa besar overhead yang harus ditanggung nasabah. semakin gede overhead ini maka semakin ‘bagus’ parameter2 seperti risk based capital, total asset turn over, pertumbuhan premi, dll dsb. tapi bukan berarti semakin bagus buat nasabah.

    Ini salah satu kekeliruan besar dalam membaca ilustrasi Unit Link. Seharusnya dibaca UP meninggal pada usia 99 adalah 2 Triliun 100 juta.

    Silahkan bandingkan berapa besar premi yg harus dibayarkan di Term Life untuk mendapatkan UP yg sebesar itu pada usia 99.

    doesn’t matter. 100 juta itu cuma 0.005% dari 2 triliun. swing harian reksadana saham aja sudah jauh lebih besar daripada itu :).

    Ini pendapat yg ngaco dan benar-benar menyesatkan. Kalau orang sudah bayarkan berpuluh tahun, lalu stop setor justru malah rugi semakin besar. Karena setelah stop setor, berarti dia harus menanggung resiko kematian dari uang dia sendiri, sedangkan dia sudah bayar ratusan juta untuk resiko tsb.

    hehehe, gimana lagi? mau asuransi mau gambling nih? kalau mau gambling sih silakan saja diterusin :). hint: kalau diteruskan PASTI kemungkinannya SEMAKIN BESAR anda bayar premi asuransi total lebih besar daripada UP yang nantinya akan anda dapatkan.

    Misalnya begini, nasabah usia 30 untuk mendapatkan UP 250 juta dia bisa mulai dari premi tahunan 1 juta. Setiap kenaikan usia dia harus menambahkan 500rb.

    apa2an nih? contohnya sama sekali gak realistis :). UP 250 juta di 30 tahun paling cuma 500 ribuan :). di 40 tahun palingan cuma 1 jutaan. di 50 tahun paling cuma 2 jutaan. dan di 60 tahun palingan cuma 5 jutaan. pakai contoh itu yang realistis dikit gituloh :P

    Kasus I : Total Premi yg disetorkan 248 juta. Misalnya sampai usia 60, nasabah stop asuransi. Tapi di pertengahan usia 61, nasabah meninggal dunia. Uang pemakaman 250 juta.
    Karena sudah putus kontrak, berarti nasabah tidak akan mendapatkan klaim 250 juta. Dengan demikian nasabah tsb sudah membayarkan 248 juta, tapi hasilnya 0. Atau dengan kata lain, perusahaan tsb meraup keuntungan 248 juta dari nasabah yg malang tsb. Ditambah lagi dia harus mengeluarkan uang pemakaman 250 juta. Total kerugian 498 juta (248 + 250).

    =)). menurut polis saya akumulasi premi antara 30 sampai 60 tahun untuk UP 250 juta itu gak sampai 100 juta, masih jauh di bawah UP-nya yang 250 juta. selain itu pemakaman dimana tuh biayanya sampai 250 juta? :) mungkin ada sih, tapi sama sekali bukan hal yang umum. kemarin tetangga saya dikubur gak sampai 3 juta total. coba realistis sedikit lah :).

    Kasus II : Misalnya nasabah tsb memperpanjang kontrak di usia 61. Total setoran adalah 264 juta. Ketika meninggal, keluarga nasabah mendapatkan uang santunan 250 juta. Berarti premi yg dia bayarkan tidak sia-sia, karena dia sudah mendapatkan kembali manfaat yg telah dibayarkan selama 31 tahun. Minimal uang santunan tsb masih bisa digunakan untuk biaya pemakaman yg besarnya 250 juta.

    Kasus I : rugi 498 juta
    Kasus II : rugi 14 juta

    Kasus III: (disclaimer: masih pakai ilustrasi firesquid yang sama sekali gak realistis) nasabah gak meninggal di usia 61 tahun, tapi di usia 85 tahun. keluarganya hanya dapat santunan UP 250 juta. tapi nasabah sudah membayar Rp 826 juta. berapa kerugiannya? 576 juta! dan ini masih belum termasuk biaya pemakaman super mewah yang katanya mencapai 250 juta :)). mengikuti ilustrasi firesquid, maka kerugian total adalah 825 juta!!!

    to quote a certain someone else: “Kalau Mas firesquid merasa orang yg punya pengalaman dan pendapat yg tepat mengenai asuransi, harap disertakan dengan fakta atau data yg akurat. Jangan sekedar berdasarkan opini pribadi dan hitungan yg menyesatkan.”â„¢ :P

    #364:

    Sedangkan Anda baru bisa menunjukkan 1 dari ratusan ribu nasabah Prudential. Semakin banyak nasabah yg ditangani Prudential, wajar saja kalau ada beberapa yg komplain karena merasa tidak puas. Tapi kenapa yg lain tidak komplain?

    kenapa tidak komplain? karena kemungkinan besar mereka belum tahu kalau mereka sudah dikadalin :). kemarin baru ada teman nasabah UL yang saya bantuin soal asuransi. komentar pertama dia: “SIALAN!!!” hihihi.

    #365:

    Btw, bagaimana ya kelanjutan dengan pernyataan Mas Priyadi ttg asuransi kesehatan tanpa ada santunan meninggal. Masih belum ketemu ya?

    sudah ketemu. cuma andanya saja yang gak mau percaya. kalau anda gak mau percaya ya sudah, saya bukan orang tua anda :).

    Setelah dapat datanya coba pertimbangkan bahwa kebanyakan orang mulai sakit-sakitan bahkan menderita sakit kritis justru di usia 55++. Apakah masih menguntungkan ambil Term Life dibandingkan Whole Life/Unit Link.

    hehehe, JUSTRU semakin tinggi probabilitas terjadinya sudah musibah maka semakin TIDAK PERLU diasuransikan. kalau tetap memaksa untuk diasuransikan, maka probabilitas nasabah bayar lebih tinggi daripada UP yang akan dia dapatkan akan menjadi SEMAKIN BESAR.

    whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap suatu kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. kalau gitu mendingan sekalian gak usah diasuransikan :).

    #367:

    Hmmm… Biarlah konsumen sendiri yang menilainya. Worthed…Nggak…Worthed…Nggak…

    jangan lupa, sebelum konsumen menentukan worth atau tidaknya, pasarnya harus adil. konsumen harus terlebih dahulu tahu persis hal2 berikut ini sebelum menjatuhkan pilihan:

    1. berapa uang tambahan yang harus dia bayarkan untuk mendapatkan ‘layanan’ unit link; dan
    2. dia punya alternatif untuk ngurus sendiri dengan cara BTAID, tanpa harus membayar biaya di nomor 1.

    kalau saya berani taruhan mayoritas calon nasabah atau nasabah yang well informed, yang tahu kedua point di atas tidak akan milih unit link :)

  308. #374:

    Tapi yg dibeli di UL bukan sekedar pengembalian nilai tunainya saja. Dan lagi yang saya perdebatkan dari awal memang hanya sisi ‘penipuan’ yang dituduhkan oleh mas Pri

    lagian apaan sih manfaat ekstra yang didapatkan di UL yang tidak ada di BTAID? kalau mau menentukan worth atau tidaknya UL, kita harus cari apa ‘manfaat ekstra’ yang ada di UL tersebut, dan kemudian baru dibandingkan dengan harganya, yaitu opportunity cost UL jika dibandingkan BTAID untuk coverage yang setara.

    setelah itu baru diserahkan kepada masing2 konsumen untuk menilai apakah ‘layanan’ ekstra tersebut memang sesuai dengan harganya.

    sayangnya kebanyakan konsumen tidak punya kemampuan untuk melakukan hal tersebut, dan perusahaan/agen asuransi gak bakalan bersedia memberi informasi yang memadai untuk nasabah.

  309. #377 Handi, bisa aja :)
    Priyadi gak butuh jubir. Kalo ada yg perlu dia komen atau argue, dia kerjain sendiri.

    Saya sih sudah jelas tidak pro dengan unit link. Saya sudah ‘terjebak’ 3 tahun. Saya share pengalaman saya. Agen menipu, membodohi, menutup2i, atau apalah saya juga tidak mau komen lah. Kalo saya bilang, “Saya merasa…” Ntar dijawab, “Ah…itukan perasaan kamu aja.”

    Sampai saat ini sih semua yang tahu ulasan UL vs BTAID memilih meninggalkan UL dan beralih ke BTAID. Rata-rata keberatan tuh dengan biaya yang 80% di tahun pertama dan 20% di tahun kedua ditambah 25rb/bln biaya administrasi (AXA). Apalagi yang 205% :p Yang lainnya merasa kalo invest langsung ke reksadana gak susah. Malah lebih murah pula biayanya.

  310. Priyadi wrote on #378:

    whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap suatu kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. kalau gitu mendingan sekalian gak usah diasuransikan .

    Menarik Pri…
    Whole life itu mengcover seumur hidup ya? Artinya kita akan mendapatkan santunan kematian. Masalahnya kapan? Apakah dalam 5 tahun ke depan? Atau malah 55 tahun lagi? Padahal rencana keuangan kita cuma sampai 25 tahun ke depan :)

    Saya sendiri sih menganggap asuransi itu diperlukan karena kita ingin melindungi investasi/rencana keuangan kita (Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, dll). Untuk mengantisipasi kita meninggal/mengalami ketidak mampuan tetap dalam menyiapkan dana, kita ambil asuransi jiwa dengan AD&D dan CI misalnya. Untuk mengantisipasi gangguan financial karena kita sakit, kita juga perlu asuransi kesehatan. Nah… setelah semua premi dibayar, kita investkan sisanya. Jadilah BTAID. Simple…kan? Kalo kebetulan kita bekerja di Perusahaan yang meng-cover 100% kesehatan kita ya tidak perlu lagi ambil asuransi kesehatan.

  311. lagian apaan sih manfaat ekstra yang didapatkan di UL yang tidak ada di BTAID? kalau mau menentukan worth atau tidaknya UL, kita harus cari apa ‘manfaat ekstra’ yang ada di UL tersebut, dan kemudian baru dibandingkan dengan harganya, yaitu opportunity cost UL jika dibandingkan BTAID untuk coverage yang setara.

    Hehehe.. Kayanya udah banyak ditulis pada komentar- komentar di atas. Mungkin salah satunya yang simple adalah cukup punya satu rekening saja, ngga usah repot berhubungan dengan 2 perusahaan yang berbeda, sudah bisa menjadi manfaat ekstra. Dan ngga harus kok dihitung dari opportunity cost-nya, ‘kenikmatan’ hanya cukup punya 1 rekening tetapi banyak manfaat juga intangible :) Kadar ‘kenikmatan’ tiap orang kan berbeda.. dan banyak juga kok orang yang seperti ini. :)

    sayangnya kebanyakan konsumen tidak punya kemampuan untuk melakukan hal tersebut, dan perusahaan/agen asuransi gak bakalan bersedia memberi informasi yang memadai untuk nasabah.

    Informasi apa saja sih yang perusahaan/agen asuransi ul tidak bersedia untuk berikan??

  312. #381:

    Saya sendiri sih menganggap asuransi itu diperlukan karena kita ingin melindungi investasi/rencana keuangan kita (Dana Pendidikan Anak, Dana Pensiun, dll).

    bener. asuransi jiwa itu untuk melindungi resiko finansial. asuransi jiwa BUKAN untuk melindungi resiko meninggal dunia. kalau sudah meninggal ya meninggal, gak bisa dihindari, dan gak bisa dihidupkan kembali. kadang2 susah menjelaskan hal ini, termasuk kepada agen sekalipun.

    #382:

    Dan ngga harus kok dihitung dari opportunity cost-nya, ‘kenikmatan’ hanya cukup punya 1 rekening tetapi banyak manfaat juga intangible

    manfaat yang intangible di sini adalah yang diberikan perusahaan asuransi KEPADA nasabah. tapi pasti, sadar atau tidak sadar, nasabah juga memberikan manfaat balik kepada perusahaan asuransi, tangible atau tidak tangible, dalam pasar yang adil, syarat terjadinya transaksi adalah jika kedua pihak merasa manfaat yang mereka dapatkan sepadan dengan manfaat yang mereka berikan.

    analisis opportunity cost itu penting sekali. kalau tidak dilakukan, bisa saja kita merasa manfaat yang kita dapatkan itu kita dapatkan secara cuma2.

    contoh soal: seseorang ingin menabung dengan suku bunga yang dijamin. suku bunga tabungan 3%, sedangkan suku bunga deposito 6.5%. kalau tidak memperhatikan opportunity cost, maka kalau kita simpan uang di tabungan, kita gak akan merasa rugi. saya simpan 100 juta, tahun depan sudah jadi 103 juta. uang 100 juta jadi 103 juta, apanya yang rugi? :)

    kalau memperhitungkan opportunity cost semuanya menjadi berbeda. opportunity cost untuk mendapatkan 3 juta melalui tabungan adalah 6.5 juta (jika uang itu didepositokan). saya melepas kesempatan mendapatkan 6.5 juta untuk mendapatkan 3 juta. rugi dong, mendingan uangnya didepositokan. opportunity cost untuk mendapatkan 6.5 juta melalui deposito hanyalah 3 juta (jika ditabungkan), saya hanya melepas kesempatan mendapatkan 3 juta untuk mendapatkan 6.5 juta.

    di asuransi juga gitu. kalau saya pilih UL dan bukan BTAID, menurut perhitungan saya, saya melepas kesempatan mendapatkan sekitar 30% nilai tunai saya pada tahun ke-20, atau sekitar Rp 250 juta hanya untuk mendapatkan manfaat di UL yang tidak ada di BTAID, apapun itu. jelas sama sekali gak worth it buat saya.

    Informasi apa saja sih yang perusahaan/agen asuransi ul tidak bersedia untuk berikan??

    nasabah sih kebanyakan awam, dan biasanya hanya bisa menggantungkan harapan sepenuhnya kepada agen. adalah tanggung jawab agen untuk memberi penjelasan yang mencukupi kepada nasabah TANPA HARUS DIMINTA, dan bukannya justru memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak2nya.

    itu kalau agen mau ngaku2 sebagai ‘penasihat finansial’ yang bertanggung jawab dan mewakili kepentingan nasabah, dan bukan sekadar semata2 sales asuransi.

  313. #368

    1. Statemen anda bahwa “Agen mengurusi nasabah seumur hidup” adalah OMONG KOSONG! Yang komplain itu sampai komplain ke media konsumen karena agen tidak bisa membantu.

    Anda pikir agen itu yg empunya perusahaan ???
    Kalau memang ada masalah teknis dari pihak underwriting jelas bakal lama sekali prosesnya. Polis saya waktu dulu juga 4 bulan baru kelar, gara-gara saya ada medical record pernah kena malaria.

    Agen saya sudah bantuin semaksimal mungkin, tapi kendala teknis di underwriting apa boleh buat. Kalau polis lama terbit, otomatis komisi dia juga lama kelar-nya.

    Asal Anda tau aja, pihak underwriting itu hampir tiap hari kerja over time. Polis yg harus diproses setiap underwriting sebanyak 50-100 polis/hari. Setidaknya itu pada tempat saya bekerja, gak tau deh Prudential berapa banyak volumenya.

    Cari tau dulu FAKTA bukan asumsi…

    2. Saya cuma bisa memberi contoh 1 bukan berarti cuma ada 1 komplain. Anda naif sekali seperti kata Priyadi. Kalo anda kerja di situ, kenapa tidak anda cari tahu saja sendiri. Sharing dengan kita di sini. Jangan cuma berkoar-koar sebagai perusahaan terbaik tapi tidak memberikan bukti nyata. Yakin cuma 1 saja yang komplain???

    Anda yakin yg di komplain itu benar? Dan sama sekali tidak ada tanggapan dari perusahaan?

    Anda naif sekali, hanya ada beberapa komplain lalu mencap suatu perusahaan pelayanannya jelek. Padahal Anda tidak tau FAKTA yg sebenarnya.

    Lagipula apakah Anda yakin semua perusahaan asuransi selain Prudential tidak pernah dikomplain. Saya bilang semua asuransi sama saja soal pelayanannya, Mas….
    Kalau bisa memberikan yg terbaik, tentu saja mereka melakukannnya. Tapi yg namanya manusia pasti punya keterbatasan.

    Kalau Anda merasa tidak puas, kita to the point aja:
    Seberapa besar sih premi dan pertanggungan Anda di unitlink AXA?
    Kok kesannya Anda seperti orang yg mengalami kerugian ratusan juta. Banyak orang yg preminya puluhan juta dengan pertanggungan Milyaran aja gak komplain seperti Anda….

  314. #374

    Ini contoh pembodohan oleh Firesquid. 2 Triliun itu datang dari porsi investasi nasabah. Coba jawab pertanyaan ini, “Kalo pertumbuhan investasi jauh di bawah ilustrasi, apakah ‘UP’-nya tetap 2T 100jt?”

    Entah Anda yg terlalu pintar atau saya yg bodoh.
    Unit Link adalah asuransi jiwa yg dikaitkan dengan ivestasi. (berapa kali definisi ini harus diulang ya?)

    Artinya, Anda tidak bisa memisahkan asuransi dan investasi. Ketika Anda menambahkan setoran premi, otomatis pertanggungan dan investasi Anda juga akan meningkat.

    Jangan menyamakan konsep Unit Link dengan BTAID. Dimana Anda lebih flexibel untuk menentukan sendiri besarnya pertanggungan atau investasi.

    Dengan pertumbuhan 17%/tahun, setoran 250rb/bln selama 69tahun (99-30) akan menjadi 2T lebih. Tidak ada yang aneh dengan itu. Dengan kata lain, biaya administrasi nasabah yang 25rb/bln sudah menjadi 200M lebih.

    Saya setor cukup 10 tahun aja udah diproteksi sampai 99 tuh.
    Boleh tau Anda bicarakan Unit Link apa yg mengharuskan orang setor premi selama 69 tahun untuk dapatkan proteksi 69 tahun?

  315. #376

    Walaupun transparan, BTAID terbukti lebih baik hasilnya.

    Boleh tau sudah berapa tahun Anda ikut BTAID? 20 tahun? 30 tahun?

    Jika belum selama itu, maka argument Anda hanya sekedar asumsi.

    Asal Anda tau aja, konsep BTAID sudah lama sekali ada. Term Life merupakan asuransi tradisional yg paling klasik dan masih exist sampai sekarang. Reksadana sudah exist sejak 1920an.

    Sedangkan unitlink baru muncul sekitar tahun 1960an, tapi hasilnya BOOOM!!!!!
    Makin lama peminatnya makin besar. Bahkan saking booming-nya unit link di pasar asuransi, beberapa perusahaan asuransi raksasa seperti ING, AXA, Manulife, AIG juga ikutan memasuki pasar unit link.

    Itu bukti dari sejarah bahwa Unit Link lebih baik daripada BTAID….bukan sekedar asumsi pribadi atau hitung-hitungan menyesatkan.

    Ini cuma lip service aja. Bahkan perusahaan asuransi terbaik yang anda banggakan saja agennya tidak bisa membantu nasabahnya saat perlu bantuan.

    Agen bukan dewa. Yang serba bisa dan sanggup hadir tiap saat di manapun Anda berada.
    Agen hanya manusia biasa yg profesionalisme di bidang asuransi. Karena manusia biasa, tentunya dia juga punya keterbatasan kemampuan.

    Profesi agen juga punya kode etik seperti dokter, pengacara, atau akuntan. Tapi kalau Anda bertemu dengan agen yg melanggar kode etik tsb…bukan berarti profesi sbg agen atau perusahaannya yg jelek, melainkan pribadi agen tsb.

    Anda ngerti gak sih???

  316. #378

    ini mitos yang terlalu sering didengung2kan agen asuransi. dengan ber-BTAID, nasabah TIDAK mengelola sendiri investasi. dia tetap menyerahkan investasinya kepada manajer investasi. dan tentunya sama sekali tidak repot

    Ini bukan mitos…saya bilang agen membantu mengurus, bukan mengelola. Yang bisa mengelola keuangan tetap diri Anda sendiri, karena agen tidak bisa memutuskan untuk Anda kapan mau top-up dan sebagainya. Seorang agen paling hanya memantau perkembangan harga unit dan memberikan saran.

    yang masalah itu adalah seberapa besar overhead yang harus ditanggung nasabah. semakin gede overhead ini maka semakin ‘bagus’ parameter2 seperti risk based capital, total asset turn over, pertumbuhan premi, dll dsb. tapi bukan berarti semakin bagus buat nasabah.

    Kalau keberatan dengan biaya overhead, lebih baik tidak usah masuk asuransi. Karena perusahaan asuransi adalah perusahaan komersil, jelas mencari untung.

    Biaya overhead tergantung dari harga produk. Anda beli mobil harga 500 juta jelas biaya overhead lebih besar daripada mobil yg hanya 100 juta.

    doesn’t matter. 100 juta itu cuma 0.005% dari 2 triliun. swing harian reksadana saham aja sudah jauh lebih besar daripada itu

    Buat apa perdulikan swing harian reksadana saham. Duit tsb bukan punya Anda seorang.
    Yang jadi masalah adalah, berapa besar premi yg harus Anda bayarkan untuk mendapatkan pertanggungan 2 Triliun.

    mau asuransi mau gambling nih? kalau mau gambling sih silakan saja diterusin :). hint: kalau diteruskan PASTI kemungkinannya SEMAKIN BESAR anda bayar premi asuransi total lebih besar daripada UP yang nantinya akan anda dapatkan.

    Engga tuh, saya hanya bayar premi 75 juta, dicicil selama 10 tahun.
    Kalau misalnya saya bisa hidup sampai usia 80, maka saya mendapatkan uang pertanggungan sekitar 55 Miliar.

    Saya bayar premi 75 juta, dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh 55 Miliar. Kenapa 75 juta bisa lebih besar dari 55 Miliar?
    Bahkan memperhitungkan inflasi 10% pertahun, nilai 75 juta juga tidak akan lebih daripada nilai 5 miliar untuk 31 tahun mendatang.

    Lagi-lagi Anda ber-argumen bukan berdasarkan FAKTA melainkan sekedar asumsi pribadi.

    apa2an nih? contohnya sama sekali gak realistis :). UP 250 juta di 30 tahun paling cuma 500 ribuan :). di 40 tahun palingan cuma 1 jutaan. di 50 tahun paling cuma 2 jutaan. dan di 60 tahun palingan cuma 5 jutaan. pakai contoh itu yang realistis dikit gituloh

    Mas…kalau pakai kacamata kurang membantu, coba bantu dengan kaca LUP. Baca ulang lagi postingan saya di #362

    selain itu pemakaman dimana tuh biayanya sampai 250 juta? mungkin ada sih, tapi sama sekali bukan hal yang umum.

    Beberapa bulan yg lalu, nenek saya meninggal dan menghabiskan biaya pemakaman sekitar 30 juta (dari biaya di rumah duka sampai pembuatan makam). Sebenarnya nenek mau dikremasi biar lebih murah biayanya dan lebih praktis, tapi bokap nyokap maunya pemakaman.

    Kalau 20 tahun kemudian, dengan asumsi kenaikan inflasi 10%, maka biaya pemakaman menjadi sekitar 200 juta. Ya…UP 250 juta sih masih cukup kalau meninggal 20 tahun kemudian. Bagaimana kalau meninggal 40 tahun kemudian??

    Kasus III: (disclaimer: masih pakai ilustrasi firesquid yang sama sekali gak realistis) nasabah gak meninggal di usia 61 tahun, tapi di usia 85 tahun. keluarganya hanya dapat santunan UP 250 juta. tapi nasabah sudah membayar Rp 826 juta. berapa kerugiannya? 576 juta! dan ini masih belum termasuk biaya pemakaman super mewah yang katanya mencapai 250 juta :)). mengikuti ilustrasi firesquid, maka kerugian total adalah 825 juta!!!

    Makanya jangan beli yg Term Life !!!
    Ikut saya ambil Unit Link, hanya setor premi 75 juta. Dan kalau bisa hidup sampai usia 85 tahun, maka akan mendapatkan UP sekitar 100 Miliar. :D

    whole life itu konsep asuransi yang salah: nasabah mengasuransikan terhadap suatu kejadian yang dapat dipastikan akan terjadi. kalau gitu mendingan sekalian gak usah diasuransikan

    Kalau tidak diasuransikan maka kerugian makin besar….
    Lebih baik saya rugi sebagian, daripada rugi besar.

  317. Firesquid wrote:

    Artinya, Anda tidak bisa memisahkan asuransi dan investasi. Ketika Anda menambahkan setoran premi, otomatis pertanggungan dan investasi Anda juga akan meningkat.

    Jangan menyamakan konsep Unit Link dengan BTAID. Dimana Anda lebih flexibel untuk menentukan sendiri besarnya pertanggungan atau investasi.

    Wow… Anda akhirnya mengatakan juga bahwa BTAID LEBIH FLEXIBEL daripada UL. Thanks infonya.

  318. #385 Firesquid Wrote:

    Artinya, Anda tidak bisa memisahkan asuransi dan investasi. Ketika Anda menambahkan setoran premi, otomatis pertanggungan dan investasi Anda juga akan meningkat.

    Jangan menyamakan konsep Unit Link dengan BTAID. Dimana Anda lebih flexibel untuk menentukan sendiri besarnya pertanggungan atau investasi.

    Jadi anda setuju kalo BTAID lebih flexibel daripada UL? Wah satu lagi kelebihan BTAID kalo gitu :)

  319. Firesquid:

    Boleh tau sudah berapa tahun Anda ikut BTAID? 20 tahun? 30 tahun?

    Jika belum selama itu, maka argument Anda hanya sekedar asumsi.

    Saya yakin anda juga belum ikut unit link selama itu. Jadi semua yang anda sampaikan juga asumsi? :p

    Karena kita tidak tahu pertumbuhan investasi dan inflasi maka rate yang digunakan adalah asumsi. Baik inflasi, pertumbuhan investasi, dll. Dalam perhitungan ilmiah pun asumsi bisa dimasukkan. Tidak ada yang salah dengan asumsi.

    Time will tell… 20 tahun dari sekarang, jika informasi akan UL dan BTAID sudah sampai ke semua lapisan masyarakat, orang akan tahu mana yang lebih baik. UL atau BTAID. Kalo anda beranggapan UL lebih baik ya silahkan. Yang pilih BTAID pun go ahead.

  320. #387 Firesquid wrote:

    Makanya jangan beli yg Term Life !!!
    Ikut saya ambil Unit Link, hanya setor premi 75 juta. Dan kalau bisa hidup sampai usia 85 tahun, maka akan mendapatkan UP sekitar 100 Miliar.

    Typical agen sekali.
    Memberikan info yang tidak lengkap.
    Bisa menimbulkan bias.
    Buat rekan-rekan calon nasabah yang lain, BEWARE.
    Statemen Firesquid ini ada disclaimer-nya:

    “Dengan asumsi pertumbuhan investasi….%”. :d/

    Kata-kata “Maka akan mendapatkan UP sekitar 100M” ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kecuali ada ASUMSI “pertumbuhan investasi”. Anda mau bicara FAKTA apa ASUMSI? :-?

    Pengen tau pendapat Handi dengan statemen Firesquid di atas. Masih OK gak menurut anda?

  321. #387 Firesquid wrote:

    Engga tuh, saya hanya bayar premi 75 juta, dicicil selama 10 tahun.
    Kalau misalnya saya bisa hidup sampai usia 80, maka saya mendapatkan uang pertanggungan sekitar 55 Miliar.

    Anda kan ‘orang dalam’ perusahaan asuransi. Apakah 55M ini UP? Atau hasil investasi?

    Setahu saya, UP itu tidak bergantung: Inflasi, Pertumbuhan Investasi, dll. Misalnya bayar premi 300rb dapat UP Meninggal 100jt. UP ini DIJAMIN NILAINYA.

    Saya tidak pake asumsi, tapi saya YAKIN bahwa angka 55M yang anda sebutkan itu TIDAK DIJAMIN! (bisa lebih besar bisa juga lebih kecil).

    Anda cuma mainin fungsi FV di excel. Di ilustrasinya PRIYADI, dengan dana yang sama saya YAKIN akan didapat hasil yang lebih tinggi. Itulah kenapa Handi juga bilang:

    Nilai duit emang ngga bohong mas, kalau tujuannya memaksimalkan duit, memang BTAID solusi yang bagus. Saya dari awal ngga pernah membantah hal ini.

    Sebenarnya, yang pro-UL atau tidak setuju dengan cara Priyadi menyajikan postingan (terlalu memojokkan agen/perusahaan) silahkan saja kemukakan kelebihan UL secara proporsional. Tidak perlu berlebihan. Apalagi ngotot bahwa secara finansial pun UL bisa lebih baik daripada BTAID.

    Setiap ada komen, Firesquid bilang: ASUMSI bukan FAKTA (TM) dan Hitung-hitungan yang menyesatkan (TM). Hmmm…. :-?

  322. #384:

    Seberapa besar sih premi dan pertanggungan Anda di unitlink AXA? Kok kesannya Anda seperti orang yg mengalami kerugian ratusan juta. Banyak orang yg preminya puluhan juta dengan pertanggungan Milyaran aja gak komplain seperti Anda….

    besar kecilnya itu bukan masalah. yang jadi masalah itu rela atau gak rela. terlebih lagi kalau sebenarnya gak rela, tapi sekaligus gak tahu kalau kita mengeluarkan uang. beli notebook beda 1 juta saja untuk spec yang sama kita gak rela. atau jangankan notebook, beli jeruk 1 ons kalau harganya bisa beda 10 ribu dengan toko sebelah kita juga gak rela kok. apalagi asuransi dan investasi yang nilainya bisa mencapai 20-30% penghasilan bulanan.

    orang yang gak komplain itu biasanya orang yang gak ngerti atau gak peduli dengan asuransinya. kalau gak peduli biasanya itu karena UP-nya terlalu kecil jika dibandingkan tingkat dengan penghasilan dia. in any case, dia mendapatkan layanan yang sebenarnya tidak memuaskan.

    #385:

    Saya setor cukup 10 tahun aja udah diproteksi sampai 99 tuh. Boleh tau Anda bicarakan Unit Link apa yg mengharuskan orang setor premi selama 69 tahun untuk dapatkan proteksi 69 tahun?

    sama aja mas. tetap saja anda keluar uang. kalaupun anda tidak keluar uang langsung dari kantong anda untuk bayar premi tahun 11 dan seterusnya, perusahaan asuransi tetap akan memotong porsi investasi anda yang sebenarnya merupakan hak milik anda juga.

    anda boleh saja terus2an berpura2 gak ngerti. tapi jangan harapkan kami akan selalu gak ngerti :P

    #386:

    Sedangkan unitlink baru muncul sekitar tahun 1960an, tapi hasilnya BOOOM!!!!! Makin lama peminatnya makin besar. Bahkan saking booming-nya unit link di pasar asuransi, beberapa perusahaan asuransi raksasa seperti ING, AXA, Manulife, AIG juga ikutan memasuki pasar unit link.

    Itu bukti dari sejarah bahwa Unit Link lebih baik daripada BTAID….bukan sekedar asumsi pribadi atau hitung-hitungan menyesatkan.

    hehehe. saya tulis posting ini salah satunya untuk menunjukkan mengapa UL bisa sukses :). silakan baca lagi kenapa koran B bisa lebih sukses daripada koran A :). hint: bukan karena koran B memberikan nilai tambah lebih banyak daripada koran A :).